pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk...

37
i LAPORAN AKHIR TAHUN 2013 PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN DI PROVINSI BENGKULU EDDY MAKRUF BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2013 26/1801.013/011/E/Lapkir/2013

Upload: buithu

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

i

LAPORAN AKHIR TAHUN 2013

PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK MENDUKUNG

SWASEMBADA PANGAN DI PROVINSI BENGKULU

EDDY MAKRUF

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTRIAN PERTANIAN

2013

26/1801.013/011/E/Lapkir/2013

Page 2: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

i

LAPORAN AKHIR TAHUN 2013

PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK MENDUKUNG

SWASEMBADA PANGAN DI PROVINSI BENGKULU

Eddy Makruf Yong Farmanta Nurmegawati Johan Syasfri

Heriyan Iswadi

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2013

Page 3: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga Laporan akhir tahun Kegiatan Pengkajian Pengelolaan Lahan

Sub Optimal untuk mendukung Swasembada Pangan di Provinsi Bengkulu dapat

tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap hasil

pelaksanaan kegiatan tahun 2013.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan dan

penyusunan laporan masih banyak ditemui berbagai kendala dan kekurangan. Kritik

dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan sumber perbaikan, mudah-

mudahan dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini, diucapkan terima kasih.

Semoga hasil kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi percepatan adopsi inovasi

teknologi pertanian.

Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab Ir. Eddy Makruf NIP. 19561005 198803 1 001

Page 4: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Pengkajian Pengelolaan Lahan Sub Optimal untuk

mendukung Swasembada Pangan di Provinsi

Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian KM. 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu T.A 2013

5. Status Penelitian : Baru

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Ir. Eddy Makruf

b. Pangkat/Golongan : Pembina/IV.b

c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya

7. Lokasi : Provinsi Bengkulu

8. Agroekosistem : Lahan Sub-Optimal

9. Tahun Dimulai : 2013

10. Tahun Selesai : 2014

11. Output Tahunan : Meningkatkan produktivitas lahan rawa melalui

penerapan paket teknologi sistem tanam dan

Varietas adaptif.

12. Output Akhir : Rekomendasi paket teknologi pengelolaan lahan

rawa melalui penerapan paket teknologi sistem

tanam dan Varietas adaptif.

13. Biaya : Rp.83.095.000,- (Delapan puluh tiga juta Sembilan

puluh lima ribu rupiah).

Koordinator Program, Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1 001

Penanggung Jawab RPTP, Ir. Eddy Makruf NIP.195610051988031 001

Mengetahui: Kepala BBP2TP, Dr. Agung Hendriadi, M.Eng. NIP. 19610802 198903 1 001

Kepala BPTP Bengkulu, Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

Page 5: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….… i

LEMBAR PENGESAHAN …………………….…………………………………….… ii

DAFTAR ISI ………………………………….….…………………………………….…. iii

DAFTAR TABEL ………………………….…………………………………………..…. iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………….…………………….…….….. vi

RINGKASAN ………………………………………………………………………….…… vii

SUMMARY …………………………..…………………………………………………….. viii

I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

1.1. 1.2. Dasar Pertimbangan ……………………………………………………. 2

1.2. 1.3. Tujuan ……………………………………………………………………….. 3

1.3. 1.4. Keluaran …………………………………………………………………….. 3

1.5.Perkiraan Hasil …………………………………………………………….. 3

1.6. Perkiraaan Dampak ……………………………………………………… 3

1.7. Perkiraan Manfaat ……………………………………………………….. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 4

III. METODELOGI …………………………………………………………………. 8

3.1. Metode Pengkajian …………………………………………………….. 8

3.2. Lokasi dan Waktu ……………………………………………………….. 8

3.3. Pengumpulan Data………………………………….…………………… 8

3.4. Analisa Data ……………………………………………………………….. 8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………… 11

4.1. Hasil …………………………………………………………………………..

4.2. Pembahasan ……………………………………………………………….

V. KESIMPULAN ……………………………………………………………….... 15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..………… 16

ANALISIS RISIKO …………………………………………………….……………… 17

JADWAL KERJA ………………………………………………………………….……… 18

PEMBIAYAAN ……………………………………………………………………………. 19

PERSONALIA ……………………………………………………………………………. 21

Page 6: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

iv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Keragaan petani kooperator 10 Tabel 2. Hasil analisis status hara dengan alat PUTR sebelum tanam 11 Tabel 3. Hasil analisis status hara dengan alat PUTR setelah panen 11 Tabel 4. Hasil status hara dengan analisa laboratorium 12 Tabel 5. Hasil status hara dengan analisa laboratorium setelah panen 12

Tabel 6. Rata-rara tinggi dan jumlah anakan tanaman padi 2 minggu setelah tanam(14 HST) dan 4 minggu setelah tanam (30 HST) dan saat panen

12

Tabel 7. Rata-rata komponen hasil dan hasil 4 varietas 13 Tabel 8. Hasil identifikasi pendapatan Usahatani petani kooperator

kegiatan pengkajian 13

Tabel 9. Daftar Resiko 20 Tabel 10. Daftar Penanganan Resiko 20 Tabel 11. Jadual pelaksanaan kegiatan pengkajian pengelolaan lahan

sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di Provinsi Bengkulu tahun 2013

Tabel 12. Rencana anggaran belanja (RAB) Tabel 13. Personalia kegiatan pengkajian pengelolaan lahan sub

optimal untuk mendukung swasembada pangan di Provinsi Bengkulutahun 2013

Page 7: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Foto 1. Kondisi lahan sebelum kegiatan berlangsung 22

Foto 2. Ploting lahan dan analisis status hara dengan alat Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR)

22

Foto 3. Penanaman dengan system Legowo 2 : 1) 23 Foto 4. Kondisi tanaman padi umur 2 MST dan 4 MST 23

Page 8: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

vi

RINGKASAN

1. Judul RPTP : Pengkajian Lahan Sub Optimal untuk mendukung

Swasembada Pangan di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3 Tujuan : Meningkatkan produktivitas lahan rawa melalui penerapan

paket teknologi varietas padi rawa dengan sistem tanam

jajar legowo 2:1.

4. Keluaran/output : Rekomendasi paket teknologi pengelolaan lahan rawa

melalui penerapan paket teknologi varietas padi rawa

dengan sistem tanam jajar legowo 2:1.

5. Metodologi : Lokasi pengkajian lahan sub optimal dengan tipologi lahan

rawa lebak bergambut di Kabupaten Bengkulu Tengah

melibatkan 1-4 orang petani. Paket teknologi yang dikaji

adalah sistem tanam legowo 2:1, varietas unggul baru padi

rawa Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3, dan varietas yang biasa

ditanam petani yaitu Mekongga. Luas lahan pengkajian

10.000-20.000M2. Parameter yang diamati keragaan

agronomi dan Produtivitas lahan rawa. Analisis data

secara gabungan lintas lahan petani dengan bentuk

analisis ragam (Anova).

6.Capaian : Petani Kooperator yang terlibat 4 orang dari kelompok tani

Subur Makmur,Dusun baru II Kecamatan Pondok Kubang

Kabupaten Bengkulu Tengah. Luas lahan pengkajian 2,4 ha

, varietas yang dikaji adalah padi rawa inpara 1, Inpara 2,

Ipara 3 dan sebagai pembanding varietas yang biasa

ditanam petani yaitu varietas Mekongga. Sistem tanam

yang dikaji adalah Legowo 2:1. Umur tanaman saat ini 4

minggu setelah tanam.

7.Prakiraan Manfaat : Meningkatnya pemahaman petani terhadap aspek-aspek

teknis pengelolaan lahan rawa melalui penerapan paket

teknologi sistem tanam dan varietas adaptif

Page 9: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

vii

8. Prakiraan Dampak : Diadopsinya secara luas paket teknologi pengelolaan lahan

rawa melalui penerapan paket teknologi sistem tanam dan

Varietas adaptif.

9. Jangka waktu : 2 tahun

10. Biaya : Rp.83.095.000,- (Delapan puluh tiga juta Sembilan puluh

lima ribu rupiah).

Page 10: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

viii

SUMMARY

1. Title : Assessment ofLand ManagementSub-Optimal in supportof

FoodSelf-Sufficiencyin Bengkulu Province

2. Implementing Unit : Assesment Institute for Agriculture Technology of Bengkulu

3. Objectives : Increasing the productivity of wetlands, through the

application of technology packages swamp rice varieties with

2:1 row planting system legowo

4. Output : Recommendation technology package swamp land

management through the application of technology packages

swamp rice varieties with legowo 2:1 row planting system.

5.Methodology : Location of land assessment sub-optimal with lowland peat

swamp typology in Central Bengkulu involving 1-4 people

farmers. Technology package legowo cropping system

studied is 2:1, new varieties of rice swamp Inpara 1, Inpara

2, Inpara 3, and commonly grown varieties that farmers

Mekongga. Land area of 10,000-20.000M2 assessment.The

observed variability of agronomic parameters and

produtivitas wetlands.Analysis of the combined data across

farmers' fields to the form of analysis of variance (ANOVA).

6. Achievements : Cooperators farmers involved 4 people from farmer groups

Subur Makmur, a new Hamlet II District Pondok Kubang

Central Bengkulu. 2.4 ha land area assessment, rice varieties

studied were swamp Inpara 1, Inpara 2, 3 and as a

comparison Ipara commonly grown varieties are varieties

Mekongga farmers. Cropping systems studied were Legowo

2:1. Age of the plant is now 4 weeks after planting.

7. Expected benefit : Increased understandingof farmers ontechnical aspects ofthe

management of wetland sthrough the application

oftechnology packages cropping system sand varieties

ofadaptive

8.Expected Impact : Widespreadadoption of the technology package swampland

management through the application oftechnology

packages and avarietyof adaptive croppings ystems.

Page 11: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

ix

9.Duration : Two years(2year)

10. Budget : Rp.83.095.000,- (Eighty three million ninety five thousand

dollar).

Page 12: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan pangan, khususnya beras, terusmeningkat sejalan

denganmeningkatnya jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan

berjalan sangat lambat.Peningkatan produksi padi nasional tetap menjadi

prioritas pemerintah, karena beras selain sebagai makanan pokok penduduk

Indonesia, juga sebagai barang ekonomi, sosial, dan politik.Olehkarena itu,

perluasan areal panen dan peningkatan produktivitas padi dan bahan pangan

lainnya menjadi suatu keharusan guna memenuhi kebutuhan di atas. Dalam

upaya perluasan areal tanampadi, lahan-lahan suboptimal seperti lahan kering,

lahan sawah tadah hujan dan lahan rawa pasang surut (termasuklahan

gambut) dengan berbagai kendala biotik (hama dan penyakit) serta abiotik

(kekeringan dan kesuburan rendah) akan turut dimanfaatkan guna mencukupi

kebutuhan produksi nasional.

Menurut data BPS 2004 total luas lahan pertanian di Indonesia adalah

sekitar 73,4 juta hektar, dari jumlah tersebut sekitar 65,7 juta hektar (90%)

berupa lahan kering dan sekitar 7,7 juta hektar (10%) lahan sawah.

Potensi sumber daya lahan Indonesia cukup besar yangmemiliki wilayah

daratan sekitar 188,2 juta ha, terdiri atas 148 jutalahan kering dan sisanya

berupa lahan basah termasuk lahan rawa(gambut, pasang surut, lebak) dan

lahan yang sudah menjadisawah permanen. Keragaman tanah, bahan induk,

fisiografi,elevasi, iklim, dan lingkungannya menjadikan sumber daya lahanyang

beranekaragam, baik potensi maupun tingkat kesesuaianlahannya untuk

berbagai komoditas pertanian.

Dari luas Provinsi Bengkulu 1.978.870 ha terdiri atas lahan kering

dataran rendah 796.800 ha, lahan kering dataran tinggi 1.071.765 ha dan

agroekosistem sawah 111.305 ha.Dari data tersebut lahan kering dataran tinggi

mendominasi luas Provinsi Bengkulu, namun yang memiliki potensi

pengembangan pertanian berada pada lahan kering dataran rendah, karena

pada dataran tinggi banyak di dominasi oleh hutan.

Luas lahan rawa di Provinsi Bengkulu cukup luas (12.411 ha) yang

terdiri dari rawa lebak mencapai 11.609 ha dan rawa pasang surutnya sekitar

802 ha, yang mencakup Kabupaten Seluma, Mukomuko, Bengkulu Utara dan

Page 13: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

2

Bengkulu Tengah (BPS Provinsi Bengkulu, 2010). Potensi pengembangan lahan

rawa untuk komoditas padi masih terbuka tetapi saat ini petani padi rawa di

Bengkulu masih menggunakan teknologi sederhana dengan varietas padi

sawah seperti Ciherang, Ciliwung dan IR 64 serta padi lokal yang berumur

dalam (5-6 bulan). Dengan pendekatan PTT, lahan rawa mempunyai potensi

untuk dikembangkan dan diharapkan mampu menjadi penyumbang produksi

beras yang cukup signifikan di Provinsi Bengkulu.

Kebutuhan pangan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk, disisi lain lahan yang subur semakin berkurang baik

dikarenakan alih fungsi lahan baik ke subsektor perkebunan maupun diluar

sektor pertanian, sehingga harus mencari alternatif lain salah satu dengan

mengoptimalkan lahan sub optimal yang masih sangat luas dan tersebar di

seluruh Indonesia.

Meningkatnya pertambahan penduduk dan perkembangan industri

kebutuhan pangan nasional terutama beras dan lapangan kerja seiring dengan

berkurangnya lahan pertanian subur terutama di Jawa dan Bali, merupakan

masalah dan tantangan serius bagi pembangunan pertanian di Indonesia.

Kebutuhan beras nasional padatahun 2018 dapat dipenuhi apabila produksi

padi pada tahun tersebut sebanyak 83,38 juta ton. Dilain pihak telah terjadi

penciutan lahan pertanian subur terutama di Jawa dan Bali karena beralih

fungsi ke penggunaan non-pertanian atau produksi non-pangan yang sangat

besar, yaitu 35.000 – 50.000 ha/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan beras

yang makin meningkat tersebut, diperlukan penambahan areal sawah seluas

20.250 ha/tahun.

Salah satu alternatif pemecahan masalah dan sekaligus menjawab

tantangan tersebut adalah memanfaatkan lahan rawa lebak sebagai areal

produksi pertanian khususnya tanaman pangan, mengingat arealnya sangat luas

serta pemanfaatannya belum dilakukan secara intensif dan ekstensif.

Diperkirakan luas lahan lebak di Indonesia mencapai 13,28 juta ha, dan lebak

dalam 3,038 juta ha, tersebar di Sumatera, Papua, dan Kalimantan. Lahan

tersebut belum diusahakan secara maksimal untuk usaha pertanian. Padahal

dengan menerapkan teknologi penataan lahan dan pengelolaan lahan serta

komoditas pertanian secara terpadu, lahan lebak dapat dijadikan sebagai salah

satu andalan sumber pertumbuhan agribisnis dan pendukung ketahanan pangan

nasional.

Page 14: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

3

Pemanfaatan lahan sub optimal untuk usaha pertanian kedepan perlu

mendapatkan perhatian yang lebih baik agar potensinya dapat dimanfaatkan

secara optimal dan sumberdaya alamnya tetap terpelihara dengan baik. Lahan

tersebut juga menyimpan beragam sumber daya genetik aneka komoditas

pertanian. Masalah utama pengembangannya adalah rejim air yang sangat

fluktuatif dan sulit diduga. Oleh karenanya, untuk mengembangkan lahan lebak

menjadi areal pertanian, khususnya untuk tanaman padi dalam skala luas

memerlukan penataan lahan dan penerapan teknologi yang sesuai dengan

kondisi wilayahnya agar diperoleh hasil maksimal.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Jangka Panjang

Rekomendasi paket teknologi pengelolaan lahan sub optimal

melalui penerapan paket teknologi sistem tanam dan Varietas adaptif.

1.2.2. Tujuan Tahun 2013

Meningkatkan produktivitas lahan rawa melalui penerapan paket

teknologi sistem tanam dan Varietas adaptif.

1.3. Keluaran

Rekomendasi paket teknologi pengelolaan lahan rawa melalui

penerapan paket teknologi sistem tanam dan Varietas adaptif.

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.4.1. Prakiraan Manfaat

Meningkatnya pemahaman petani terhadap aspek-aspek teknis

pengelolaan lahan rawa melalui penerapan paket teknologi sistem tanam

dan varietas adaptif.

1.4.2. Perkiraan Dampak

Diadopsinya secara luas paket teknologi pengelolaan lahan rawa

melalui penerapan paket teknologi sistem tanam dan Varietas adaptif.

Page 15: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lahan sub optimal merupakan lahan yang produktivitasnya rendah, lahan ini

memiliki potensi besar untuk dijadikan pilihan strategi guna pengembangan areal

produksi pertanian ke depan dalam menghadapi penciutan lahan subur maupun

peningkatan permintaan produksi. Dengan pengelolaan yang tepat dan sesuai

dengan karakteristik lahan, maka lahan sub optimal yang tergolong lahan marjinal

dengan tingkat kesuburan alamiah rendah maka dapat dijadikan areal pertanian

yang produktif. Untuk memudahkan pengelolaan maka lahan sub optimal

dikelompokan dalam 3 yaitu lahan kering masam, lahan kering dan lahan rawa.

Variasi iklim dan curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah

Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa di dalam tanah cukup intensif,

sehingga kandungan basa-basa rendah dan tanah menjadi masam (Subagyo et al.,

2000). Hal ini yang menyebabkan sebagian besar tanah di lahan kering bereaksi

masam (pH 4,6-5,5) dan miskin unsur hara, yang umumnya terbentuk dari tanah

mineral. Mulyani et al. (2004) telah mengidentifikasi lahan kering masam

berdasarkan data sumber daya lahan eksplorasi skala 1:1.000.000,yaitu dari total

lahan kering sekitar 148 juta ha dapat dikelompokkan menjadi lahan kering masam

102,8 juta ha dan lahan kering tidak masam seluas 45,2 juta ha. Sedangkan di lahan

basah, lahan masam ditemukan padalahan sawah yang berasal dari bahan mineral

berpelapukan lanjut dan pada lahan rawa terutama terdapat di lahan sulfat masam

serta tanah organik (gambut).

Lahan rawa di Indonesia luasnya cukup luas sekitar 33,4-39,4 juta ha (Widjaja-

Adhi et al., 2000),menyebar dominan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

Lahan rawa tersebut terdiri atas lahan rawa pasang surut23,1 juta ha dan lahan

rawa lebak 13,3 juta ha (Subagyo dan Widjaja-Adhi, 1998). Berdasarkan uraian di

atas menunjukkan bahwa sebagian besar lahan daratan Indonesia termasuk pada

lahan masam, yang sebagian telah dimanfaatkan untuk memproduksi berbagai jenis

komoditas pertanian, baik tanaman pangan maupun tanaman tahunan (perkebunan

dan hortikultura).

Lahan rawa merupakan potensi sumberdaya lahan yang dapat mendukung

kelestarian swasembada beras, apalagi dikaitkan dengan ketidakpastian iklim

(climate change). Lahan rawa adalah lahan yang menempati posisi peralihan antara

daratan dan sistem perairan (Subagyo, 1997). Berdasarkan agroekosistemnya, lahan

rawa terbagi dalam 3 tipologi, yaitu rawa pasang surut air asin, rawa pasang surut

Page 16: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

5

air tawar dan rawa lebak. Luas lahan rawa di Provinsi Bengkulu cukup luas (12.411

ha) yang terdiri dari rawa lebak mencapai 11.609 ha dan rawa pasang surutnya

sekitar 802 ha, yang mencakup Kabupaten Seluma, Mukomuko, Bengkulu Utara dan

Bengkulu Tengah (BPS Provinsi Bengkulu, 2010).

Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang

panjang dalam setahun, selalu jenuh air atau tergenang air dangkal, berdasarkan

pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar di musim hujan maka

zona wilayah rawa terbagi dalam 3 zona yaitu zona 1 : wilayah pasang surut air

asin, zona 2 : wilayah rawa pasang surut air tawar, zona 3 : wilayah rawa lebak atau

rawa non pasang surut (Subagyo, 2006).

Lahan rawa lebak adalah lahan yang rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik

yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Genangan air di lahan ini bisa

lebih dari 6 bulan akibat adanya cekungan dalam. Berdasarkan kedalamannya rawa

lebak ini terbagi 3 yaitu lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam. Lebak

dangkal merupakan lahan yang berpotensi untuk budidaya tanaman pangan, jika

dibandingkan dengan lebak tengahan dan lebak dalam. Pada lahan ini umumnya

mempunyai kesuburan tanah yang lebih baik karena adanya proses penambahan

unsur hara dari luapan air sungai yang membawa lumpur dari daerah hulu

(Alihamsyah dan Ar-riza, 2006).

Budidaya padi di lahan rawa mempunyai resiko yang cukup tinggi karena pada

umumnya lahan rawa bersifat masam, miskin unsur hara, dan mengandung besi (Fe)

yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara

merupakan permasalahan utama. Keracunan besi menyebabkan produktivitas padi

dilahan rawa relatif rendah (1-2 t/ha) atau bahkan tidak menghasilkan. Ada

beberapa cara untuk mengatasi keracunan besi, diantaranya adalah penanaman

varietas yang toleran dan pemupukan untuk meningkatkan keseimbangan unsur

hara. Beberapa varietas padi rawa telah dilepas oleh Badan Litbang Pertanian

diantaranya adalah Banyu Asin, Dendang, Mendawak, dan Inpara 1-6. Dengan

pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu, produktivitas padi di lahan

rawa dapat mencapai 4-6 t/ha (Suprihatno dkk., 2011).

Pemilihan varietas di lahan pasang surut dapat berbeda dengan varietas di

lahan lebak, mengigat faktor pembatas yang berbeda.Pada lahan pasang surut faktor

pembatasnya adalah tanah dan air sedangkan di lahan lebak lebih ditentukan oleh

kondisi genangannya. Pada lahan lebak dangkal di musim kemarau jika kondisi

Page 17: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

6

musim normal, varietas unggul lahan rawa yang dapat dipilih : Banyuasin,

Batanghari, Punggur, Indragiri, Lambur, Mendawak, Inpara 1 sampai 6 dan varietas

unggul padi irigasi : Ciherang, Cibogo, Inpari 1, Inpari . Jika kondisi musim kemarau

panjang pilihan varietasnya lebih terbatas yaitu Dodokan dan Cisanggarung

sedangkan pada musim hujan pilihan varietas lebih beragam.Pada lahan lebak

tengahan pada musim kemarau, pemilihan varietas lebih beragam karena

ketersedian air yang cukup, baik varietas unggul padi rawa maupun irigasi. Pada

musim hujan, terutama saat la nina, pemilihan varietas lebih terbatas mengingat

kondisi genangan dalam, varietas Inpara 3 tahan rendaman 6 hari, Inpara 4 dan

Inpara 6 tahan rendaman 14 hari. Pada lahan lebak dalam, hampir semua varietas

unggul dan lokal padi tidak dapat ditanam.

Lahan rawa lebak adalah lahan yang rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik

yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Genangan air di lahan ini bisa

lebih dari 6 bulan akibat adanya cekungan dalam. Berdasarkan kedalamannya rawa

lebak ini terbagi 3 yaitu lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam. Lebak

dangkal merupakan lahan yang berpotensi untuk budidaya tanaman pangan, jika

dibandingkan dengan lebak tengahan dan lebak dalam. Pada lahan ini umumnya

mempunyai kesuburan tanah yang lebih baik karena adanya proses penambahan

unsur hara dari luapan air sungai yang membawa lumpur dari daerah hulu

(Alihamsyah dan Ar-riza, 2006).

Disamping rawa lebak, di Provinsi Bengkulu juga terdapat rawa pasang surut

air asin. Menurut Subagyo (2006) wilayah rawa pasang surut air asin/payau

merupakan bagian dari wilayah rawa pasang surut terdepan, yang berhubungan

langsung dengan laut lepas. Biasanya, wilayah rawa ini dipengaruhi pasang surut air

laut. Pada tanah yang dipengaruhi air payau, tanah umumnya bereaksi mendekati

netral pH 6,5 – 7,5.

Budidaya padi di lahan rawa mempunyai resiko yang cukup tinggi karena pada

umumnya lahan rawa bersifat masam, miskin unsur hara, dan mengandung besi (Fe)

yang tinggi. Keracunan besi dan ketidakseimbangan kandungan unsur hara

merupakan permasalahan utama. Keracunan besi menyebabkan produktivitas padi

dilahan rawa relatif rendah (1-2 t/ha) atau bahkan tidak menghasilkan. Kondisi ini

harus dapat segera diatasi untuk mencegah adanya alih fungsi/konversi lahan dari

lahan tanaman pangan (padi) ke lahan perkebunan (sawit).

Page 18: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

7

Ada beberapa cara untuk mengatasi keracunan besi, diantaranya adalah

penanaman varietas yang toleran dan pemupukan untuk meningkatkan

keseimbangan unsur hara. Beberapa varietas padi rawa telah dilepas oleh Badan

Litbang Pertanian diantaranya adalah Banyu Asin, Dendang, Mendawak, dan Inpara

1-6. Dengan pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu, produktivitas

padi di lahan rawa dapat mencapai 4-6 t/ha (Suprihatno dkk., 2011).

Page 19: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

8

III. METODOLOGI

3.1. Metode Pengkajian

Pengkajian ini menguji komponen paket teknologi, sistem tanam legowo

2:1 dan varietas unggul padi rawa yang adaptif untuk meningkatkan

produtivitas lahan rawa. Untuk menentukan dosis pemupukan dilakukan

analisis tanah secara cepat dengan menggunakan Perangkat Uji tanah rawa

(PUTR. Rancangan pengkajian menggunakan Rancangan Kelompok dengan

perlakuan adalah sistem tanam legowo 2:1 dan 3 varietas padi rawa yaitu

Inpara 1, Inpara 2 dan Inpara 3 serta varietas yang biasa di tanam petani yaitu

Mekongga. Pada 4 petani keooperator dengan luas lahan pengkajian 2 ha.

Data agronomi di analisa dengan analisis of variant (ANOVA) dan uji

lanjut dengan Duncan Multiple Range Test. Selama pengkajian dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil dari

komoditi yang dikaji. Untuk menentukan rekomendasi teknologi di lakukan

analisis secara deskriptif meliputi analisis ekonomi, teknis, dan sosial/budaya.

Secara ekonomi menggunakan marginal benefit cost ratio (MBCR), secara

teknis dan sosial dapatdi lakukan.

Setiap petani kooperator menanam varietas Inpara 1, Inpara 2, Inpara

3 dan varietas Mekongga yang biasa mereka tanam denganb denah perlakuan

varitas sebagai berikut

Lahan Petani Kooperator

INPARA-1

Legowo 2:1

INPARA-2

Legowo 2:1

INPARA-3

Legowo 2:1

MEKONGGA

Legowo 2:1

Lahan Petani Kooperator 2

INPARA-1

Legowo 2:1

INPARA-2

Legowo 2:1

INPARA-3

Legowo 2:1

MEKONGGA

Legowo 2:1

Lahan Petani Kooperator

INPARA-1

Legowo 2:1

INPARA-2

Legowo 2:1

INPARA-3

Legowo 2:1

MEKONGGA

Legowo 2:1 Lahan Petani Kooperator

INPARA-1

Legowo 2:1

INPARA-2

Legowo 2:1

INPARA-3

Legowo 2:1

MEKONGGA

Legowo 2:1

Lahan Petani Kooperator

INPARA-1

Legowo 2:1

INPARA-2

Legowo 2:1

INPARA-3

Legowo 2:1

MEKONGGA

Legowo 2:1

Page 20: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

9

3.2. Lokasi dan Waktu

Kegiatan pengkajian ini dilakukan secara multi years (2013 dan 2014) dan

dimulai bulan Januari sampai Desember 2013. Lahan sub optimal yang

digunakan untuk pengkajian adalah lahan rawa. Lokasi pengakajian

dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Tengah.

3.3. Pengumpulan Data

3.3.1. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman

Parameter tanaman padi yang diamati adalah komponen

pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah anakan aktif), komponen

hasil (jumlah anakan produktif, umur tanaman berbunga 50%, umur

tanaman dapat dipanen, jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai,

bobot 100 butir (kadar air 14%), dan hasil gabah kering bersih per plot

(kadar air 14%).

3.3.2. Perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Perkembangan OPT yang akan diamati meliputi hama, penyakit

dan gulma utama pada tanaman padi rawa. Pengamatan dilakukan

secara periodik setiap minggu. Hama utama padi yang diamati

diantaranya adalah ulat daun, penggerek batang, wereng, kepinding

tanah, dan walang sangit, sedangkan penyakit utamanya adalah HDB,

tungro, dan blas.

3.3.3. Anasir iklim

Iklim merupakan salah satu komponen lingkungan yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman maupun perkembangan

OPT. Anasir iklim yang yang penting untuk dikaitkan dengan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman maupun OPT diantaranya

adalah jumlah curah hujan, jumlah hari hujan, temperatur, kelembaban,

kecepatan angin, panjang hari dan intensitas penyinaran. Anasir iklim

tersebut penting karena berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman

Page 21: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

10

dan OPT. Anasir iklim ini akan dikumpulkan dari Stasiun Meteorologi

terdekat.

3.4. Analisis Data

Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi rawa yang terkumpul

akan dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA) dan uji lanjut dengan

Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Gomez dan Gomez, 1984).Untuk

menentukan rekomendasi teknologi dilakukan analisis secara deskriptif meliputi

analisis ekonomi, teknis, dan sosial/budaya. Secara ekonomi menggunakan

marginal benefit cost ratio (MBCR), secara teknis dan sosial dilakukan evaluasi

preferensi petani kooperator dan petani sekitar

Page 22: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pertumbuhan vegetatif tanaman

Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati meliputi tinggi

tanaman dan jumlah anakan, Pengamatan pertama pada umur 2 minggu

setelah tananam dan pengamatan kedua pada umur 30 hari setelah tanam

sedangkan pengamatan ketiga dilakukan pada saat panen.

Tabel 1. Rata-rara tinggi dan jumlah anakan tanaman padi 2 minggu setelah tanam(14 HST) dan 4 minggu setelah tanam (30 HST) dan saat panen

Varietas

Tinggi tanaman (Cm) Jumlah anakan

14 hst 30 hst saat

panen 14 hst 30 hst

Saat

panen

Inpara-1 32,92 b 54,72 b 90,28 a 7,67 a 14,28 a 11,11 a

Inpara-2 32,77 b 61,09 a 93,92 a 6,55 ab 13,55 a 9,39 ab

Inpara-3 36,44 a 60,61 a 90,83 a 6,33 b 12,39 a 8,00 b

Mekongga 34,61 ab 62,84 a 94,83 a 6,95 ab 13,78 a 10,11 ab

Keterangan : * Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 5 %.

4.1.2. Komponen hasil dan hasil Komponen hasil dan hasil 4 varietas padi yang di tanam pada kegiatan

pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung swasembada

pangan di provinsi Bengkulu yaitu Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3 dan varietas

Mekongga sebagai varietas pembanding yang biasa ditanam petani seperti

tertera pada Tabel 2 berikut ini.

Page 23: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

12

Tabel 2. Rata-rata komponen hasil dan hasil 4 varietas pada pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di provinsi Bengkulu

Varietas Jumlah

malai

Panjang malai

(cm)

Gabah Bernas

(butir)

Gabah Hampa

(butir)

Bobot 1000

(gr)

Hasil (t/ha)

Inpara-1 11,11 a 21,19 a 54,04 a 40,72 a 25,94 a 4,79 a

Inpara-2 9,39 ab 20,48 a 48,18 a 40,92 a 25,95 a 5,49 a

Inpara-3 8,00 b 21,09 a 54,72 a 41,88 a 27,00 a 4,44 a

Mekongga 10,11 ab 20,76 a 51,62 a 38,62 a 27,05 a 3,09 b

Keterangan : * Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji DMRT pada taraf 5 %.

4.1.3.Analisa Usahatani

Analisa Usahatani 4 varietas padi paada pengkajian pengelolaan lahan

sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di provinsi Bengkulu

tetera pa Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Rata-rata analisa usahatani 4 varietas padi pada pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di provinsi Bengkulu

Varietas Produksi

(t/ha)

Total Biaya

(Rp)

Penerimaan

(Rp)

Pendapatan

(Rp)

B/C Ratio

Inpara-1 4.79 6.887.415 14.376.000 7.488.585 1.1

Inpara-2 5.49 6.887.415 16.458.000 9.570.585 1.4

Inpara-3 4.44 6.887.415 13.332.000 6.444.585 0.9

Mekongga 3.09 6.887.415 9.279.000 2.391.585 0.3

Keterangan : Harga jual gabah kering panen yang berlaku setempat Rp. 3000/kg

4.1.4. Organime pengganggu Tanaman (OPT)

Organisme pengganngu tanaman dari golongan serangga adalah

orong-orong, jangkrik dan hama sundep yang menyerang pada masa

pertumbuhan, pengendaliannya dengan menggunakan insektisida regent.

Menjelang fase generatif serangan hama yang terpantau hama tikus yang

dikendalikan dengan cara memasang umpan beracun dan hama beluk yang

Page 24: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

13

dikendalikan dengan insektisida regent, dan hama pianggang dikendalikan

dengan insektisida sidabas. klenset. Sedangkan penyakit yang terpantau

adalah blast dan hawar daun bakteri yang dikendalikan dengan filia dan

phuanmor

4.1.5. Analisa Iklim

Data yang digunakan dalam analisa iklim yaitu data curah hujan tahun

2011 dan 2012, data curah hujan dari penghitung hujan (PH) BPP Pauh

Kabupaten Bengkulu Tengah menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata

tahunan tahun 2011 yaitu 1448 mm jumlah hari hujan 147 hari sedangkan

curah hujan rata-rata tahunan tahun 2012 yaitu 1340 mm dengan jumlah hari

hujan 86 hari.

4.1.6. Satus hara Lahan

Penentuan status hara lahan dilakukan dengan menggunakan

Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR) versi 1.0. dan analisa tanah di

laboratorium. Penggunaan PUTR dilakukan sebelum tanam dan sesudah

panen. Alat perangkat uji tanah rawa mekanisme kerja merupakan

penyederhanaan secara kualitatif dari analisis tanah di labora torium dan hasil

yang diperoleh merupakan estimasi pengukuran kuantitatif dalam selang nilai

tertentu. Sehingga pengukuran kemasaman tanah dan status hara N, P, K

dapat dilakukan dalam waktu singkat yang dilengkapi dengan

rekomendasi kebutuhan kapur, pupuk Urea, SP-36, dan KCl untuk tanaman

padi.

Tabel 4. Hasil analisis status hara dengan alat PUTR sebelum tanam

No Unsur hara Status hara Rekomendasi penggunaan pupuk

(kg/ha)

1 N Rendah 300 urea

2 P Tinggi 50 SP-36

3 K Rendah 125 KCl

4 pH tanah 3-4,5 1000 CaCo3

Page 25: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

14

Tabel 5. Hasil analisis status hara dengan alat PUTR setelah panen

No Unsur hara Status hara Rekomendasi penggunaan pupuk

(kg/ha)

1 N Sedang 200 urea

2 P Tinggi 50 SP-36

3 K Rendah 125 KCl

4 pH tanah 3-4 500 CaCO3

Untuk mengetahui status hara maka dilakukan analisa tanah di laboratorium,

hasilnya dapat dilihat pada table 6.

Tabel 6. Hasil status hara dengan analisa laboratorium sebelum tanam

No Sifat Kimia dan Fisika Nilai Keterangan *

1 2

3 4

5 6

7

8 9

C-organik (%) N

P-Bray.I (ppm) K-dd (me/100g)

Ca-dd (me/100g) Mg-dd (me/100g)

Na-dd (me/100g)

KTK (me/100g) Al (me/100g)

5,36 2,96

1,47 0,11

6,19 4,15

0,07

25,86 2,86

Sangat tinggi Sangat tinggi

Sangat rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat rendah

Tinggi rendah

Keterangan : Hasil analisa laboratorium tanah BPTP Bengkulu

* Balai Penelitian Tanah (2009)

Tabel 7. Hasil status hara dengan analisa laboratorium setelah panen

No Sifat Kimia dan Fisika Nilai Keterangan *

1

2 3

4

5 6

7 8

9

10 11

pH H2O

pH KCL C-organik (%)

N

P-Bray.I (ppm) K-dd (me/100g)

Ca-dd (me/100g) Mg-dd (me/100g)

Na-dd (me/100g)

KTK (me/100g) Al (me/100g)

5,03

4,32 2,79

1,15

- 0,08

0,38 5,71

0,29

33,26 2,70

Agak masam

- Sedang

Sangat tinggi

- Sangat rendah

Sangat rendah Tinggi

Rendah

Tinggi Sangat rendah

Keterangan : Hasil analisa laboratorium tanah BPTP Bengkulu * Balai Penelitian Tanah (2009)

Page 26: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

15

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pertumbuhan vegetatif tanaman

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan antar

varietas menunjukkan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada saat

umur 14 hst dan 30 hst sedangkan tinggi tanaman saat panen tidak berbeda

nyata. Tinggi tanaman masing-masing varietas saat panen berkisar 90 – 95

cm, hal ini belum sesuai dengan deskripsi dimana tinggi tanaman saat panen

diatas 100 cm. Perlakuan varietas berbeda nyata terhadap jumlah anakan

pada umur tanaman 14 hst dan saat panen sedangkan perlakuan varietas

pada umur tanaman 30 hst tidak berbeda nyata. dan tidak berbeda nyata

terhadap jumlah anakan. Jumlah anakan produktif masing-masing varietas

masih lebih sedikit dibandingkan deskripsinya. Terjadinya perbedaan tinggi

tanaman dan jumlah anakan pada masing-masing varietas tersebut diduga

karena pengaruh baik dari dalam maupun luar tanaman itu sendiri. Seperti

faktor genetik yang berasal dari dalam dan yang dari luar seperti , curah

hujan, kelembaban, intensitas cahaya dan kesuburan tanah. Dikemukakan

oleh De Datta (1981) dalam Firdaus dkk., (2001) bahwa lama fase

pertumbuhan vegetatif merupakan penyebab perbedaan umur tanaman yang

disebabkan oleh faktor genetik dari suatu tanaman. Nyakpa dkk (1988)

menambahkan bahwa potensi hasil tinggi serta sifat-sifat lainnya ( mutu,

ketahanan terhadap hama penyakit dan kekeringan) berhubungan erat

dengan susunan genetika tanaman.

4.2.2. Komponen hasil dan Hasil

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan varietas

menunjukkan berbeda nyata terhadap jumlah malai tetapi berbeda nyata

terhadap panjang malai, gabah bernas, gabah hampa dan bobot 1000 (Tabel

6). Jumlah malai yang dihasilkan identik dengan jumlah anakan produktif,

jumlah malai Inpara 1 rata-ratanya 11,11 helai, Inpara 2 rata-ratanya 9,39

helai, Inpara 3 dan Mekongga jumlah malainya 8 dan 10,11 helai. Jika dilihat

dari deskripsinya maka jumlah malai keempat varietas masih di bawah rata-

rata. Berdasarkan laporan Suprihatno, et al (2010) melaporkan bahwa anakan

produktif dari varietas Inpara 1, 2, 3 dan mekongga berturut-turut adalah 18,

16, 17 dan 13-16 batang. Panjang malai berbanding lurus dengan gabah

yang dihasilkan. Panjang malai yang dihasilkan masing-masing varietas

Page 27: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

16

Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3 dan Mekongga berturut-turut adalah 21,19 cm,

20,48 cm, 21,09 cm dan 20,76 cm. Keempat varietas tersebut termasuk

panjang malai sedang. Menurut Nursalis (2011) panjang malai ditentukan

oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan keliling. Panjang malai

beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang (lebih dari

30 cm).

4.2.3. Analisa Usahatani

Berdasarkan hasil analisa usahatani (Tabel 3) terjadi peningkatan dan

pendapatan bersih usatani setelah menggunakan varietas yang sesuai untuk

lahan rawa yaitu varietas inpara dibandingkan dengan varietas yang sering

ditanam yaitu varietas mekongga dan lokal. Pendapatan bersih dengan

varietas inpara 2 sebesar Rp. 9.570.585,- ; varietas inpara 1 sebesar Rp.

7.488.585,-; varietas inpara 3 sebesar Rp. 6.444.585,- . Sedangkan untuk

varietas yang biasa ditanam yaitu mekongga hanya Rp. 2.391.585,-

4.2.3. Analisa iklim

Distribusi hujan tidak merata pada tahun 2011 dan 2012, dimana sepanjang

tahun hanya 1 bulan bulan basah (> 200 mm/bulan ). Komponen iklim yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan padi adalah suhu udara dan kelembaban udara

4.2.4. Satus hara Lahan

Berdasakan hasil analisa tanah dengan menggunakan alat perangkat uji

tanah rawa (PUTR) keadaan status hara N dan K rendah sedangkan P tinggi dengan

pH tanah sekitar 3-4,5 (Tabel.2). Setelah panen dilakukan juga analisa tanah dengan

PUTR, status hara berubah untuk kandungan hara N menjadi sedang, kandungan P

tinggi, K rendah sedangkan pH tetap pada 3- 4 namun rekomendasinya 500 CaCO3

kg/ha. Perubahan ini diduga karena adanya efek sisa pemberian pupuk dan kapur

pada waktu tanam. Berdasarkan data tersebut bahwa lahan rawa bergambut di

lokasi pengkajian belum dikelola secara intensif, belum atau kurang penambahan

unsure hara dan kapur dolomit dan sering terjadi pembakaran lahan setelah panen.

Analisa tanah yang dilakukan di laboratorium lebih lengkap dibanding dengan analisa

dengan PUTR, Kandungan C-organik tergolong sangat tinggi; kandungan N

tergolong sangat tinggi; status P tersedia tergolong sangat rendah, basa-basa

Page 28: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

17

dipertukarkan K, Ca, Mg, Na adalah berturut rendah, sedang, tinggi dan sangat

tinggi, Al3+ tergolong sangat rendah; dan KTK tergolong tinggi.

Page 29: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

18

V. KESIMPULAN

Berdasakan hasil kegitan yang telah dilaksanakan yaitu kegiatan pengkajian

pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di provinsi

Bengkulu dengan perlakuan adaptasi varietas padi rawa dan system tanaman jajar

legowo 2:1 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terjadi perubahan sikap dan prilaku terhadap teknologi yang diitroduksikan

seperti varietas, cara tanam, dan cara memupuk setelah melihat pertumbuhan

tanaman dibandingkan tanaman padi sebelumnya,

2. Perubahan sikap dan prilaku petani kooperator perlu di bina secara berkelanjutan

agar berdampak lebih luas terhadap pengembangan lahan sub optimal untuk

mendukung swasembada pangan di Provinsi Bengkulu

3. Ketiga varietas padi rawa yang diadaptasikan ternyata lebih menguntungkan

dibandingkan dengan varietas yang biasa di tanam yaitu Mekongga yang

sebenarnya diperuntukan untuk lahan sawah irigasi (Tabel 3),

4. Dilihat dari pertumbuhn dah hasil ketiga varietas yang dapat dianjurkan untuk

dikembangkan terutama varietas Inpara 2, dan varietas Inpara 1 karena rasa

nasinya pulen,

5. Komponen teknologi yang dapat diterima lansung oleh petani kooperator dan

petani sekitar adalah Varietas, Sistem tanam Jajar Legowo, Penggunaan beni

(jumlah dan mutu/berlabel). Sedangkan pupuk penuh menjadi pertimbangan

mereka, karena tergantung dana yang tersedia dan keterediaan pupuk pada saat

di perlukan.

6. Lahan rawa bergambut di lokasi pengkajian yaitu dusun baru sebenarnya

potensial untuk tanaman padi kalau dkelola secara intensif, karena saluran

skundernya sudah dari pada ditanam kelapa sawit.

7. Dampak dari pelaksanaan kegiatan adalah untuk musim tanam berikutnya petani

kooperator dan petani sekitar akan menanam varietas Inpara terutama inpara 2

dan 1, dengan system tanam jajar legowo 2:1 yang menguntungkan untuk

pemeliharaan. Pada kunjungan lapangan dari petugas Dinas Pertanian Kabupaten

Bengkulu Tengah kegiatan Optimasi lahan rawa dalam pelaksanaanya

berpedoman dari petunjuk teknis kegiatan pengkajian pengelolaan lahan sub

optimal BPTP Bengkulu.

Page 30: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

19

DAFTAR PUSTAKA

Alihamsyah.T, dan Ar-riza, I. 2006. Teknologi pemanfaatan lahan rawa lebak dalam

buku karakteristik dan pengelolaan lahan rawa. Badan Litbang Pertanian.

Jakarta

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi lahan

rawa lebak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 42 p.

Badan Litbang Pertanian. 2010. Panduan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Jagung. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Inovasi varietas unggul padi rawa dalam

bank pengetahuan tanaman pangan Indonesia. Jakarta.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Balai

Penelitian Tanah. Bogor.

BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS

Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.

De Datta dalam Firdaus, Yardha dan Adri. 2001. Keragaman galur-galur harapan padi sawah. Jurnal Agronomi Universitas Jambi, Vol. 5no. 2. Jambi

Hidayat, A dan Mulyani.A 2002.Lahan kering untuk pertanian dalam buku teknologi

pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramah

lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor

Nyakpa, M.Y. A.M.Lubis, M.A. Pulung, A.G.Amrah, A.Munawar, G.B.Hong, N.Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Norsalis, E. 2011. Padi gogo dan padi sawah. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-

Indonesia/Padigogodansawah_ekonorsalis_17170.pdf [23 September) 2013.

Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama

Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.

Subagyo, H. 2006. Klasifikasi dan Penyebaran Lahan Rawa dalam Karakteristik dan

Pengelolaan Lahan Rawa.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Subagyo H. 1997. Potensi pengembangan dan tata ruang lahan rawa untuk

pertanian. Prosiding simposium Nasional dan Konggres PERAGI. Jakarta 25- 27

Juni 1996.

Suprihatno, B., A. A. Daradjat, Satoto, Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi varietas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Page 31: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

20

ANALISIS RISIKO

Analisis resiko merupakan penilaian atas kemungkinan kejadian yang

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran penelitian yang berisi daftar resiko,

penyebab, dampak dan penanganannya. Analisis resiko disajikan pada Tabel 11 dan

Tabel 12.

Tabel 11. Daftar Risiko.

Risiko Penyebab Dampak

Pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana

- Perubahan aturan Pemerintah

- Kondisi lapangan yang dinamis

- Perubahan Iklim yang dunamis, serangan hama dan penyakit

Hasil kegiatan tidak optimal mencapai tujuan

Rekomendasi yang dihasilkan tidak digunakan oleh petani petugas dan pengambil kebijakan

- Respon oleh petani , petugas dan pengambil kebijakan rendah

Difusi dan adpsi teknologi kepada petani dan petugas lapang lambat

Tabel 12. Daftar Penanganan Risiko.

Risiko Penyebab Daftar Penanganan resiko

Pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana

- Perubahan aturan Pemerintah

- Kondisi lapangan yang dinamis

- Perubahan Iklim yang dunamis, serangan hama dan penyakit

Membuat berita acara perubahan dokumen perencanaan kegiatan

Rekomendasi yang dihasilkan tidak digunakan oleh petani petugas dan pengambil kebijakan

- Respon oleh petani , petugas dan pengambil kebijakan rendah

Sosialisasi rekomendasi kepada petugas dan pengambil kebijakan lebih intensif

Page 32: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

21

JADWAL KEGIATAN

Kegiatan pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung

swasembada pangan di Provinsi Bengkulu akan dilaksanakan pada tahun 2013.

Jadual pelaksanaan kegiatan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 13. Jadual pelaksanaan kegiatan pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di Provinsi Bengkulu tahun 2013

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan: Desk study/pengumpulan data sekunder

X

Penyempurnaan proposal

X x

2. Pelaksanaan:

Hunting dan pemantapan lokasi

x

x x

Sosialisasi x x x

Penentuan kooperator x x x

Penerapan teknologi X X X X X X X

Pengamatan x x x x x x x X

3. Pengolahan data X X

4. Pelaporan X

Page 33: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

22

PEMBIAYAAN

Rencana anggaran biaya kegiatan pengelolaan lahan sub optimal untuk

mendukung swasembada pangan Pertanian di Provinsi Bengkulu pada tahun 2013

disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rencana anggaran belanja (RAB).

No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan

(RP)

Jumlah Biaya

(RP)

1 Belanja Bahan 16.250.000

- ATK, Komputer Suply dan Pelaporan 1 pkt

3,000,000

3,000,000

- Bahan pengkajian dan pendukung lainnya

1 thn

7,000,000

7,000,000

- Penggandaan dan laminasi 1 pkt 1,500,000 1,500,000

- Konsumsi dalam rangka sosialisasi,

temu lapang, pertemuan

95 oh 50,000 4,750,000

2 Honor Output Kegiatan 10,475,000

- UHL 135 oh 35,000 4,725,000

- Honor petugas lapang 40 oh 100,000 4,000,000

- Entry data 50 oh 35,000 1,750,000

3 Blj Barang Non Operasional Lainnya

7,750,000

- Pengelolaan sampel tanaman 1 pkt 2,500,000 2,500,000

- Analisis tanah 1 thn 2,000,000 2,000,000

- Ongkos kirim bibit, dokumentasi 1 thn 4,250,000 4,250,000

4 Blj Sewa 2,000,000

- Sewa Kendaraan 4 hari 2,000,000

5 Belanja Perjalanan Lainnya 46,620,000

- Perjalanan daerah 88 oh 365,000 32,120,000

- Konsultasi ke pusat 2 op 5,000,000 10,000,000

- Akomodasi dalam rangka sosialisasi,

temu lapang, pertemuan

1 paket 4,500,000 4,500,000

83.095.000

Page 34: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

23

Realisasi Anggaran

No Jenis Pengeluaran Realisasi

Anggaran (Rp)

Persentase

Keuangan (%)

Persentase

Fisik (%)

1 Belanja Bahan

- ATK, Komputer Suply dan Pelaporan

2.982,300,- 99,41

- Bahan pengkajian dan pendukung

lainnya

6.991.450,- 99.88

- Penggandaan dan laminasi 570.000,- 38

- Konsumsi dalam rangka sosialisasi, temu lapang, pertemuan

0 0

Jumlah 10.543.750,-

2 Honor Output Kegiatan

- UHL 4725,000,- 100

- Honor petugas lapang 1.100.000,- 27.5

- Entry data 1,750.000,- 100

Jumlah 7,575.000,-

3 Blj Barang Non Operasional Lainnya 0

- Pengelolaan sampel tanaman 2.500.000,- 100

- Analisis tanah 475,000,- 23.75

- Ongkos kirim bibit, dokumentasi 2.237.000,- 68.83

Jumlah 5,212,000,-

4 Belanja Sewa

- Sewa kendaraan 1.000.000,- 50.00

Jumlah 1.000.000,-

5 Belanja Perjalanan Lainnya

- Perjalanan daerah 32.120.000 100

- Konsultasi ke pusat 9.639.000,- 96.59

- Akomodasi dalam rangka sosialisasi, temu lapang, pertemuan

0 0

Jumlah 41.779.000,-

Total 66.109.750,-

Page 35: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

24

PERSONALIA

Personalia kegiatan pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk mendukung swasembada pangan di Provinsi Bengkuludisajikan pada Tabel 12.

Tabel 12.Personalia kegiatan pengkajian pengelolaan lahan sub optimal untuk

mendukung swasembada pangan di Provinsi Bengkulutahun 2013

No

Nama/NIP

Jabatan Fungsional/Bidan

g keahlian

Jabatan dalam

Kegiatan Uraian Tugas

Alokasi Waktu (Jam

/minggu

)

1 Ir. Eddy Makruf Penyuluh

Pertanian

Madya/Agronomi

Penanggung

jawab

1. Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.

2. Bertanggungjawab terhadap Kepala Balai dan memberikan laporan fisik dan keuangan secara periodik (bulanan).

20

2. Yong Farmata,

SP, M.Si

Peneliti/Ilmu

Tanah

Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam merencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan

10

3. Nurmegawati,

SP

Peneliti/Ilmu

Tanah

Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam merencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan

10

5. Johan Syafri,

A.Md

Teknisi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalam pelaksanaan, dan pengamatan

10

6. Heriyan Iswadi Teknisi Anggota 2. Membantu penanggung-jawab dalam pelaksanaan, dan pengamatan

10

Page 36: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

25

Lampiran Foto

.Foto 1. Kondisi lahan sebelum kegiatan berlangsung

Foto 2. Ploting lahan dan analisis status hara dengan alat Perangakat Uji Tanah

Rawa (PUTR)

Page 37: PENGKAJIAN PENGELOLAAN LAHAN SUB OPTIMAL UNTUK …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban terhadap

26

Foto 3. Penanaman dengan sistem tanam legowo 2:1

Foto 4. Kondisi tanaman padi umur 2 MST (kiri) dan umur 4 MST (kanan)