penggunaan metode group investigation (gi) …...pendidikan universitas sebelas maret surakarta....
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN METODE
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
POKOK BAHASAN PERBANDINGAN
(PTK Pada Siswa Kelas V SD Nege
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
POKOK BAHASAN PERBANDINGAN
Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta
Oleh:
TYAS HERWINDA K7106045
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(GI)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
06 Laweyan Surakarta)
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan
Perbandingan (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan,
Surakarta)
Oleh :
Nama : Tyas Herwinda
NIM : K 7106045
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari : Kamis
Tanggal : 17 Juni 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. NIP. 19580620 198312 2 001
Pembimbing II
Drs. Samino Sangaji, M.Pd. NIP. 19510102 198003 1 003
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan
Perbandingan (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan,
Surakarta)
Oleh :
Nama : Tyas Herwinda
NIM : K 7106045
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 17 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd 1. ………….. Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd 2. …………... Anggota I : Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd 3. ………….. Anggota II : Drs. Samino Sangaji, M.Pd 4. …………… Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP.19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
Tyas Herwinda. PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta), Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan perbandingan di kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta dengan metode group investigation (GI).
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode group investigation (GI).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi, dan refleksi. Sebagai sampel adalah siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta yang berjumlah 25 anak. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, tes, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode group investigation (GI) efektif meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 61,8 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 56%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,16 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 76% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 71,96 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 84%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan kelas V SD Negeri Panularan No. 06 tahun ajaran 2009/2010.
v
ABSTRACT Tyas Herwinda. NIM. K7106045. THE USE OF GROUP INVESTIGATION METHOD TO IMPROVE THE STUDENTS CAPABILITY IN FINISHING THE STORY PROBLEM OF COMPARISON TOPIC ( A Classroom Action Research on Fifth Grade Students of SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta). Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta. 2010. The purpose of this research is to improve the students capability in finishing the story problem of comparison topic in fifth grade SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta by using Group Investigation (GI) method. Variable as the target of the change in this research in improving the students capability in doing comparison story problem, while the action variable used is Group Investigation (GI). The form action research is the classroom by two cycle. Each cycle consists of 4 phases; planning, observation action realization and reflection. The sample of this research is all students (25 students) of fifth grade of SD Negeri Panularan No.06 Laweyan Surakarta. Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques of this research are observation, test and documentation. The data was analyzed by using an interactive analysis model with three components; data reduction, data presentation and conclusion or verification. Conclusions can be drawn based on the result of the research; Mathematic learning through Group Investigation (GI) method can improve the students capability to finish the comparison story problem of fifth grade students of SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta. It is proven on the condition before the action where the averaged grade was 61,8 with the percentage of classical completeness is 56%, cycle I indicated the averaged grade of class is 66,16 with the classical completeness percentage of 76% and cycle II it increased become 71,96 with clasisal completeness percentage of 84%. Therefore, a recommendation can be addressed that mathematic learning by using Group Investigation (GI) method can improve the students capability to finish the comparison story problem of fifth grade SD Negeri Panularan No. 06 in 2009/2010 academic year.
vi
MOTTO
“ …… dan ketahuilah, bahwa didalam kesabaran terdapat apa yang
tidak kamu sukai, terdapat banyak kebaikan.”
(Sabda Nabi Muhammad SAW )
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT
Penulis persembahkan karya sederhana ini
kepada:
Alm. Bapakku. untuk semua petuah bijak dan tetesan keringatmu
yang antarkan aku ketempat dimana semestinya aku berada.
Ibuku dan Eyangku, untuk restu dan doamu tuk lalui perjalanan
menggapai cita yang bukan hanya sekedar khayalan.
Kakak dan Adikku, untuk persaudaraan yang terjalin dengan indah
selama ini.
Mas Totok-ku, atas segala doa, rasa dan sebentuk jiwa yang
kokohkan asaku. I love you so much.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok
Bahasan Perbandingan (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06
Laweyan, Surakarta) ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof.Dr.HM.Furqon Hidayatullah,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs.KRT. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs.H. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Samino Sangaji, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepala SD Negeri Panularan No.06 Laweyan Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak/Ibu Guru SD Negeri Panularan No.06 Laweyan Surakarta yang
banyak memberikan bantuan dan dorongan.
ix
9. Alm. Bapakku Sarmanto, S.Pd, ibuku Neni Komandi, S.Pd dan eyangku
Sukarmi, A.Ma.Pd terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan
pengorbanan yang tulus selama ini. You are my everything.
10. Kakakku Anggita Sari, A.Ma.Pd dan adikku Ajeng Narieswari terima
kasih atas semangat dan doanya selama ini.
11. Bapak Sutarmo dan Ibu Sudarti terima kasih atas segala dorongan, nasehat
doa dan kasih saying yang diberikan kepada penulis sehingga dengan
bangga saya persembahkan semua ini kepada beliau.
12. Untuk Dono Hendarto, SE ( Mas Totok) tersayang, thanks atas segala doa,
kasih sayang, semangat, kesabaran dan kesetiaan. Tetaplah menjadi
bintang hati dan kebanggaanku.
13. Sahabat sejatiku yang menemani saat susah dan senang: Umi
MitaRockerz, Meilisa Aljasmine, Riezma Kariezma, Yuliana Azty, Lita
Tata, Ninda Firda, Muna Dwi Pangestu dan Mbak Deni Danarto.
14. Terima kasih buat Mbak Farah UMS yang telah membantu skripsiku.
15. Teman-teman SI PGSD Fresh angkatan 2006: Yani, Rika W, Rida, Nita,
Yosi, Rina, Yesika, Retno, Cicik, Diah, Lilis, Tetra, Nisa Us, Vani, Ester,
Eva, Fitri, Mevia, Fatturokhmah, Eni, Feria, Pipit, Rika P, Astri, Desi,
Anisa, Anton, Agus, Jumanto, Gatot, Adit, Catur, Fajar, Ari, Ehsan, Supri,
Bambang terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat
menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
Tyas Herwinda
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 6
A. Kajian Pustaka ....................................................................... 6
1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Perbandingan............................................................... 6
2. Hakikat Metode Group Investigation (GI) .............. 19
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 26
C. Kerangka Pemikiran............................................................. 27
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan ............................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 29
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................ 29
xi
C. Bentuk Penelitian ................................................................. 29
D. Sumber Data......................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 30
F. Validitas Data....................................................................... 31
G. Teknik Analisis Data............................................................ 31
H. Strategi Penelitian ................................................................ 33
I. Prosedur Penelitian .............................................................. 33
J. Indikator Ketercapaian ......................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 38
B. Diskripsi Permasalahan Penelitian ....................................... 38
1. Diskripsi Pra-Siklus ................................................. 38
2. Diskripsi Siklus I...................................................... 39
3. Diskripsi Siklus II .................................................... 47
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian .......................... 52
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............................................ 59
A. Simpulan .............................................................................. 59
B. Implikasi .............................................................................. 59
C. Saran .................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63
LAMPIRAN ....................................................................................................... 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran GI ..................................................... 24
Tabel 2. Daftar Frekuensi Nilai Pra-Siklus ....................................................... 53
Tabel 3. Daftar Frekuensi Nilai Siklus I ............................................................ 55
Tabel 4. Daftar Frekuensi Nilai Siklus II ........................................................... 56
Tabel 5. Perbandingan Hasil Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II......................... 58
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 28
Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman .............................. 32
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 34
Gambar 4. Grafik Data Nilai Pra-Siklus ............................................................ 53
Gambar 5. Grafik Data Nilai Siklus I ................................................................ 55
Gambar 6. Grafik Data Nilai Siklus II ............................................................... 57
Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II .......... 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator Ketercapaian Tujuan ...................................................... 65
Lampiran 2. Tabel Penelitian yang Relevan ...................................................... 66
Lampiran 3. Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian .............................. 67
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 68
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................... 85
Lampiran 6. Pedoman Lembar Observasi Kegiatan Siswa ................................ 99
Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus I .................100
Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 1 Siklus I ............101
Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus I .................102
Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 2 Siklus I ............103
Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 3 Siklus I .................104
Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 3 Siklus I ............105
Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus II ................106
Lampiran 14. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 1 Siklus II ...........107
Lampiran 15. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus II ................108
Lampiran 16. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 2 Siklus II ...........109
Lampiran 17. Tes Awal (Pra-Siklus) ...................................................................110
Lampiran 18. Lks dan Tugas Pertemuan 1 Siklus I .............................................111
Lampiran 19. Lks dan Tugas Pertemuan 2 Siklus I ............................................116
Lampiran 20. Lks dan Tugas Pertemuan 3 Siklus I .............................................120
Lampiran 21. Lks dan Tugas Pertemuan 1 Siklus II ............................................124
Lampiran 22. Lks dan Tugas Pertemuan 2 Siklus II ...........................................129
Lampiran 23. Perolehan Hasil Belajar Siswa Pra-Siklus .....................................133
Lampiran 24. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus I .........................................134
Lampiran 25. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus II ........................................135
Lampiran 26. Foto Kegiatan Pembelajaran .........................................................136
Lampiran 27. Surat Keterangan Penelitian ..........................................................140
Lampiran 28. Surat Ijin Penelitian .......................................................................141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat, pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan
nonformal (masyarakat), pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan
informal (keluarga). Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi
yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis, sehingga
berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat
diperlukan.
Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan
lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
berpartisipasi, siswa akan mengalami, menghayati, dan menarik dirinya untuk
membelajarkan suatu pelajaran. Hasil belajar yang demikian akan lebih baik,
disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan.
Kegiatan pembelajaran disekolah dapat berlangsung dengan baik pula
apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu,
komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk
materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang
abstrak, pola pikir deduktif dan konsisten, juga tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terbukti dengan banyaknya
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
matematika. Pelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan
dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa umumnya pelajaran
matematika dianggap pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjemukan dan
sangat tidak menyenangkan, dibandingkan dengan pelajaran lainnya sehingga
kemampuan dan hasil belajar matematika sangat kurang, belum sesuai dengan
2
harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan kesalahan persepsi awal yaitu pada awal siswa belajar matematika.
Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas
oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita perbandingan. Mereka mengalami
kesulitan dalam memahami soal dan membuat kalimat matematikanya. Fenomena
semacam ini terjadi di SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta, dari hasil
observasi peneliti di kelas V menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan di kelas V tergolong masih rendah. Hal
ini teridentifikasi dari tes awal yang diberikan guru menunjukkan bahwa rata-rata
siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan mencapai 61,8 dan siswa
yang tuntas hanya 14 atau 56% dari 25 siswa.
Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan. Menurut hasil
pengamatan peneliti dan wawancara dengan siswa serta guru di SD Negeri
Panularan, rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan
perbandingan kelas V disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan
memahami soal cerita yang terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan
ditanyakan dari soal perbandingan yang disebabkan siswa kurang memahami
bahasa soal karena kemampuan bahasa yang lemah dan kurangnya diberi latihan
soal cerita dengan langkah penyelesainya; (b) kesulitan membuat kalimat
matematika yang terdiri dari kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian
yang jelas karena siswa kurang memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan
terbiasa menjawab hanya langsung hitung saja; (c) kesulitan dalam menyelesaikan
soal perbandingan antara dua kelompok yang disebabkan siswa kurang
memahami konsep perbandingan; (d) kesulitan menyelesaikan soal perbandingan
yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep perbandingan senilai
juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode yang tepat
untuk mengajarkan materi secara menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan. Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan
yang membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan
3
siswa tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita perbandingan di jenjang kelas selanjutnya. Salah satu cara untuk
membangun motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan
metode yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Berbagai
macam metode pembelajaran yang tersedia harus dimanfaatkan seefektif mungkin
oleh guru guna menunjang kegiatan pembelajaran.
Metode pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan guru harus
seefektif dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan. Metode yang
efektif untuk mengajarkan suatu materi belum tentu efektif untuk mengajarkan
materi lain. Setiap materi punya karakteristik dan turut menentukan metode yang
digunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran
soal cerita perbandingan, guru harus bisa memilih dan menggunakan metode
sesuai dengan materi yang diajarkan.
Atas dasar kenyataan lapangan tersebut, perlu dihadirkan sebuah metode
yang dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita
perbandingan. Oleh karena itu, dalam matematika khususnya pembelajaran soal
cerita perbandingan di SD kelas V, dibutuhkan perbaikan yang dapat mendorong
siswa secara keseluruhan agar dapat menyelesaikan soal cerita perbandingan
dengan tepat. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar adalah dengan menggunakan metode group investigation
(GI) atau Investigasi Kelompok.
Group Investigation (GI) dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran karena tiga konsep dasar yaitu inquiry,
knowledge, dan dinamika kelompok sesuai dengan pembelajaran soal cerita
perbandingan. Inquiry dalam pembelajaran matematika membantu siswa dalam
memecahkan suatu masalah, menemukan solusinya dan memberikan peluang
siswa untuk menemukan fakta/bukti yang kuat untuk mendukung kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Knowledge/pengetahuan
yang diperoleh melalui dan dari pengalamannya secara langsung maupun tidak
langsung juga akan memberikan andil dalam kemampuan siswa menyelesaikan
soal cerita. Sementara itu dinamika kelompok mampu mengatasi kesulitan siswa
4
dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan karena adanya teman dalam
kelompok yang bersifat heterogen sehingga dapat saling membantu.
Berdasarkan hasil penelitian Siti Munjiyatun Aly (2009: 126) penggunaan
metode group investigation dalam pembelajaran matematika pokok bahasan
persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma terbukti lebih efektif
meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas siswa jika dibandingkan dengan
metode STAD (Student Teams Achievement Division). Penelitian ini sejalan
dengan apa yang hendak dicapai oleh peneliti dalam pembelajaran matematika
pokok bahasan soal cerita perbandingan. Oleh karena itu peneliti merasa
penelitian ini relevan.
Dari uraian tersebut diatas maka peneliti mengambil judul penelitian “
Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan Pada
Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, “Apakah penggunaan metode
group investigation (GI) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan perbandingan di kelas V SD
Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Ingin meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
pokok bahasan perbandingan di kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan
Surakarta dengan menggunakan metode group investigation (GI).
5
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis.
b. Praktis
1. Bagi Peneliti
Bermanfaat untuk menemukan solusi demi meningkatnya pemahaman
belajar matematika kelas V pada soal cerita pokok bahasan
perbandingan.
2. Bagi Kepala Sekolah
Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah tentang metode group
investigation (GI), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya
mempraktekkannya.
3. Bagi Guru
a) Memberikan sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan perbandingan.
b) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode
pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan.
c) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
4. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan perbandingan.
5. Bagi Sekolah
Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan pembelajaran
kooperatif.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Perbandingan
a. Hakikat Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan
meningkatkan proses belajar. Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah
(2007.1.3) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang
diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Senada dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager
dalam Udin S Winata Putra (2007:1.19), berpendapat bahwa Instruction is
a set of event that affect leaners is such a way that learning is facilitated.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar
Hamalik (1999:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Suprapto (2003:9) berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai
suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan
atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu
lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.
7
2) Komponen pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen atau
unsur. Menurut Oemar Hamalik (1999:66) Unsur-unsur minimal yang
harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa / peserta didik,
suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Guru
(pengajar) tidak termasuk unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat
digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti sepeti : buku,
slide, teks yang diprogram dan sebagainya namun kepala sekolah dapat
menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran karena berkaitan dengan
prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Suprapto (2003:9) komponen pembelajaran antara lain
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran. Udin S Winata
Putra (2007:1.21) berpendapat bahwa komponen-komponen pembelajaran
saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain : tujuan,
meteri, kegiatan dan evaluasi pembelajaran.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen pembelajaran antara lain : siswa, tujuan, materi,
kegiatan / prosedur, media, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran.
3) Pengertian tentang Matematika
Istilah Matematika seperti yang dikutip Andi Hakim Nasution
dalam Karso (1998:1.33) berasal dari bahasa Yunani methein atau
manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat
hubungannya dengan kata Sansakerta medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.
Ruseffendi dalam Karso (1998:1.33) menyatakan bahwa
Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan
kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah metematika sering
disebut ilmu deduktif.
8
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini. Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain. www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp diakses pada 29 Desember 2009)
Menurut Kline dalam Karso (1998:1.34) menyatakan bahwa
Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan
karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu
manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial ekonomi
dan alam.
Johson dan Myklebust yang dikutip Mulyono Abdurrahman
(2003:252).menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dan
praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan
berpikir.
Menurut Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252)
Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa
universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kualitas.
Sutawijaya sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007:11),
menyatakan bahwa Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran)
yang disusun menggunakan (lambang) dan penalaran deduktif.
Sedangkan menurut Gail A. William (1983:3) menyatakan
Matematics is beautiful and useful creation of the human mind and spirit.
Matematika adalah sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran
dan jiwa manusia.
9
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007
menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak, disusun dengan menggunakan bahasa simbol untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia serta
berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4) Fungsi Matematika
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas V Tahun
2007, fungsi Matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama.
Menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253)
mengemukakan perlunya Matematika diberikan kepada siswa karena
Matematika merupakan : (a) Sarana berpikir yang jelas dan logis, (b)
Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (c) Sarana
mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (d) Sarana
untuk mengembangkan kreatifitas, (e) Sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman
(2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a) selalu
digunakan dalam segi kehidupan, (b) Semua bidang studi memerlukan
Matematika yang sesuai, (c) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas, (d) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara, (e) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan
kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
10
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Matematika sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari- hari yaitu:
dapat memberikan bekal kepada pesrta didik untuk berfikir logis ,analitis ,
kritis dan mengembangkan kreatifitas, meningkatkan kemampuan dalam
usaha memecahan masalah yang menantang.
5) Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar matematika di sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah
(2007:21.5) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-
konsep dan struktur- struktur matematika.
Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah (1) Guru
sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran, (2) Siswa sebagai pelaksana
kegiatan belajar dan (3) Matematika sebagai objek yang dipelajari.
6) Teori belajar dalam pembelajaran matematika
Herman Hudoyo dalam Sujiyanto (2009) berpendapat bahwa dalam menjelaskan konsep baru atau membuat kaitan antara meteri yang telah dikuasai siswa dengan bahan yang disajikan dalam pengajaran Matematika, akan membuat siswa siap mental untuk memasuki persoalan yang akan dibicarakan dan juga dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Matematika. Sebaliknya kegiatan belajar mengajar Matematika yang terputus-putus dapat mengganggu proses belajar mengajar ini berarti proses belajar mengajar akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilaksanakan secara kontinyu http//duniaguru.com diakses pada 15 Januari 2010.
11
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4), pembelajaran matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (pelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat
pada guru. Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai
tujuan maka perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran
matematika menurut para ahli.
Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:1.5) menyatakan,
bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2)
Ikonik, (3) Simbolik.
(1) Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak
secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-
atik) objek. Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara
aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata). Dalam
tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan
sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.
(2) Ikonik
Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman
yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginary), gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif
(3) Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-
lambang objek tertentu. Anak sudah mampu menggunakan notasi
tanpa tergantung pada objek riil. Pembelajaran direprentasikan dalam
bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan
orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal,
lambang-lambang matematika maupun lambang abstrak yang lain.
Dienes dalam Nyimas Aisyah (2007:2.7-2.11) membagi belajar
menjadi 6 tahap yaitu (1) Permainan bebas (free play), (2) Permainan
12
yang disertai aturan (games), (3) Permainan kesamaan sifat (searching
for comunities), (4) Representasi (representation), (5) Simbolisasi
(Symbolization), (6) Formalisasi (Formalization)
(1) Permainan bebas (free play)
Permainan bebas merupakan tahapan belajar konsep yang
aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan . Anak diberi
kebebasan mengatur benda. Anak mulai membentuk struktur mental
dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami
konsep yang sedang dipelajari.
(2) Permainan yang disertai aturan (games)
Anak sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat
dalam konsep tertentu. Dengan melalui permainan anak diajak untuk
mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur Matematika itu.
Semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam
konsep tertentu, semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena
akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam
konsep yang dipelajari.
(3) Permainan Kesamaan Sifat (Searching for Comunalities)
Untuk melatih dan mencari kesamaan sifat-sifat ini guru perlu
mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur
dari bentuk permainan lain. Translasi tentu tidak boleh mengubah
sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula.
(4) Representasi (Representation)
Pada tahap ini anak mulai belajar membuat pernyataan atau
representasi tentang sifat-sifat kesamaan suatu konsep matematika
yang diperoleh pada tahap ke 3. (kesamaan sifat) representasi dapat
berupa gambar, diagram atau verbal.
(5) Simbolisasi (Symbolization)
Pada tahap ini siswa perlu menciptakan simbol matematika atau
rumus verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang
representasinya sudah diketahui pada tahap representasi.
13
(6) Formulasi (Formulazation)
Pada tahap ini anak belajar mengorganisasikan konsep-konsep
membentuk secara formal dan harus sampai pada pemahaman
aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga menjadi struktur dari sistem
yang dibahas.
Dari teori-teori pembelajaran matematika di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya
berawal dari konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks.
b. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988 :
623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan
dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri
sendiri. Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses belajar mengajar
kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar
dapat mengembangkan kemampuan baru.
Masih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988: 801),
menyelesaikan adalah (1) menyudahkan (menyiapkan) pekerjaan dsb,
menyempurnakan (kalimat dsb); (2) menjadikan berakhir; menamatkan. Jadi
menyelesaikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyudahi atau mengakhiri suatu pekerjaan yang telah dimulainya. Soal cerita
adalah persoalan dalam matematika yang biasanya diwujudkan dalam kalimat
dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi suatu persoalan (permasalahan).
Kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan,
kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang untuk
menyudahi atau mengakhiri persoalan dalam matematika yang tersembunyi
didalam suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliknya terdahulu atau sebelumnya.
c. Tinjauan Mengenai Soal Cerita
Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes
uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa.
14
Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya
dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal).
Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009: 2), soal cerita adalah soal
yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat
merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah
yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin
besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita
yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 : 2),
soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang
matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dalam hal
ini, soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan
dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah soal matematika yang berbentuk cerita yang terkait
dengan berbagai pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran matematika.
Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk mengorganisir
jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan sehingga soal
cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan/kesulitan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes soal cerita.
Haji dalam Marsudi Raharjo (2009: 2) mengungkapkan bahwa untuk
menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan awal, yaitu
kemampuan untuk:
a. menentukan hal yang diketahui dalam soal,
b. menentukan hal yang ditanyakan,
c. membuat model matematikanya,
d. melakukan perhitungan,
e. menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua.
Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita sebagaimana
yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar dalam
Marsudi Raharjo (2009: 2), yaitu:
a. membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang
ada dalam soal,
15
b. menuliskan kalimat matematika,
c. menyelesaikan kalimat matematika, dan
d. menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan.
Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam
menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu masalah
sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Hudoyo
dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009: 3) memberikan petunjuk:
d. baca dan bacalah ulang masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat
demi kalimat,
e. identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut,
f. identifikasikan apa yang hendak dicari,
g. abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan, dan
h. jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya
menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.
Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi dalam
Marsudi Raharjo (2009: 3), bahwa untuk menyelesaikan soal matematika
umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah:
a. membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat,
b. memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang
diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan,
c. membuat model matematika dari soal,
d. menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga
mendapatkan jawaban dari model tersebut, dan
e. menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak
mampu/salah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka hasil akhir
dari penyelesaian soal cerita akan salah.
16
d. Tinjauan Materi Pokok Perbandingan
1) Mengenal Arti Pecahan Sebagai Perbandingan
Pecahan adalah nama lain dari perbandingan. Pecahan 脑 dapatز
diartikan sebagai perbandingan 2 : 3.
Contoh :
Andi mempunyai 4 butir kelereng, sedangkan Ari mempunyai 5 butir
kelereng. Tuliskan perbandingan banyak kelereng Andi terhadap Ari.
Jawab :
Banyak kelereng Andi (A) = 4 butir
Banyak kelereng Ari (B) = 5 butir
Perbandingan banyak kelereng Andi (A) dan Ari (B) adalah 4 butir
berbanding 5 butir.
A : B = 4 : 5 atau 푰批 = ú闹
Jadi, perbandingan banyaknya kelereng Andi terhadap Ari adalah 4 :
5 atau ú闹 (penulisan angka perbandingan tidak menggunakan satuan
ukuran).
Contoh :
Sebuah mobil memerlukan 3 liter bensin untuk menempuh jarak 60
km. Berapa km jarak yang di tempuh jika bensin yang tersedia 7
liter?
Jawab :
Cara 1 :
3 liter bensin menempuh 60 km
7 liter bensin menempuh 呢脑 x 60 = 140 km
Jadi, 7 liter bensin dapat menempuh jarak = 140 km.
Cara 2 :
3 liter bensin menempuh 60 km, jadi untuk 1 liter bensin
menempuh � 脑 km = 20 km. Jadi, 7 liter bensin dapat
menempuh = 7 x 20 km = 140 km.
17
Contoh :
Umur ibu ú� dari umur ayah. Jumlah umur mereka 60 tahun. Berapa
tahunkah umur ayah dan umur ibu?
Jawab :
Umur ibu ú� dari umur ayah, berarti perbandingan umur ibu dan ayah
adalah 4 : 6, atau umur ibu : umur ayah = 4 : 6.
Jumlah umur ibu dan ayah = 4 + 6 = 10
Umur ibu = ú⯸ x 60 = 24
Umur ayah = �⯸ x 60 = 36
Jadi, umur ibu = 24 tahun dan umur ayah = 36 tahun.
Contoh :
Nilai sebuah pecahan 脑馁. Beda pembilang dan penyebutnya adalah
15. Carilah pecahan itu.
Jawab :
Pembilang : penyebut = 3 : 8
Selisih perbandingan pembilang dan penyebut = 5
Pembilang = 脑闹 x 15 = 9 dan penyebut =
馁闹 x 15 = 24
Jadi, pecahan tersebut adalah 内زú
Ingat :
v Jika dalam perbandingan diketahui jumlah, maka perbandingannya harus
dijumlahkan.
v Jika dalam perbandingan diketahui selisih atau beda, maka
perbandingannya harus dicari selisihnya.
2) Mengenal Skala sebagai Perbandingan
Skala adalah perbandingan antara ukuran pada gambar dengan ukuran
sebenarnya. Skala 1 : 1.000 artinya jarak pada gambar adalah 1 cm dan jarak
sebenarnya adalah 1.000 cm.
18
Contoh :
Panjang sebuah rumah pada denah dengan skala 1 : 100 adalah 15cm
dan tingginya 4cm. Berapa panjang dan tinggi rumah sebenarnya ?
Jawab :
Ukuran sebenarnya = skala x ukuran pada gambar
Diketahui :
Skala = 1 : 100
Panjang pada gambar = 15 cm
Tinggi pada gambar = 4 cm
Ditanyakan :
Panjang dan tinggi sebenarnya?
Panjang sebenarnya = 100 x 15 cm
= 1500 cm = 15 m
Tinggi sebenarnya = 100 x 4 cm
= 400 cm = 4 m
Jadi, panjang sebenarnya = 15m & tinggi sebenarnya = 4m
Contoh :
Jarak sebenarnya antara Yogya dan Solo adalah 60 km. Berapa skala
jika jarak kedua kota tersebut pada peta 3 cm?
Jawab :
Skala = jarak pada peta : jarak sebenarnya
Skala = 3 cm : 6.000.000 cm atau 1 : 2.000.000
(60 km = 6.000.000 cm)
Contoh :
Lebar suatu kolam renang 20 meter. Pada denah dibuat dengan skala
1 : 250. Berapa centimeter lebar kolam pada denah?
Jawab :
Lebar sebenarnya = 20 m = 2000 cm
Skala = 1 : 250
Ukuran pada denah = 8e8agt ₰d凝dtgatkg₰eg农g
19
= 闹 cmز ز
= 8 cm
Ingat :
v Ukuran sebenarnya = skala x ukuran pada gambar
v Skala = jarak pada peta : jarak sebenarnya
v Ukuran pada denah = 8e8agt ₰d凝dtgatkg₰eg农g
2. Hakikat Metode Group Investigation
a. Pengertian Group Investigation (GI)
Dalam kenyataan sehari-hari sering menjumpai sejumlah guru yang
menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan
tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin
merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun
kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu.
Agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode
yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan
suatu pendekatan dan metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan
menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran yang lebih bermakna.
Pada dasarnya metode itu dibedakan dari pendekatan. Pendekatan
lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih
menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan
untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut
digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran
lingkungan, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat
dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan
lingkungan. Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan
20
dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode,
misalnya metode observasi, metode diskusi dan metode ceramah.
Kehidupan sekolah harus ditata atau diorganisasikan sebagai bentuk
kecil atau miniatur kehidupan demokrasi. Untuk itu, siswa seyogyanya
memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem
sosial melalui pengalaman dan berangsur-angsur belajar cara menerapkan
metode yang berwawasan keilmuan dalam memperbaiki kehidupan
bermasyarakat dalam kerangka itu, suasana kelas merupakan analogi dari
kehidupan masyarakat yang didalamnya memiliki tata tertib dan budaya kelas.
Siswa berusaha untuk memelihara cara hidup yang berkembang di situ, yakni
standar hidup dan pengharapan yang tumbuh dalam suasana kelas. Berkenaan
dengan hal itu, pengajar hendaknya berusaha menciptakan suasana yang
memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas seperti itu.
Metode pembelajaran group investigation mengambil model yang
berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat
melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakan sosial.
Melalui kesepakatan inilah siswa mempelajari pengetahuan akademis dan
mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial. Metode group
investigation merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pendekatan yang berbasis
kelompok.
“ Coperative learning is the name given to a method of instraction , which includes over 80 strategies, in which student work together in small teams toward a common goal”. Amalya Nattiv (1994: 267)mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pengajaran yang termasuk dalam 80 strategi, yang melibatkan siswa untuk belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan umum.
Menurut Slavin dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 4) bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang
heterogen. Kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran merupakan
kerjasama di antara para siswa untuk mencapai tujuan belajar bersama.
21
Disamping tujuan bersama akan dicapai, kebersamaan dan kerjasama dalam
pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
kerjasama diantara para siswa.
Udin S. Winataputra (2001: 34) menyatakan bahwa didalam metode
ini, terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau inquiry, pengetahuan atau
knowledge dan dinamika belajar kelompok atau the dynamics of learning
group. Pengertian penelitian (inquiry) adalah proses merangsang dengan cara
menghadapkannya pada masalah. Dalam situasi ini, pembelajar dapat
memberikan respon terhadap masalah yang dirasakan untuk dipecahkan.
Masalah dapat diberikan oleh guru dapat juga ditemukan oleh pelajar sendiri.
Prosedur pemecahan masalah berdasarkan prosedur dalam penelitian ilmiah.
Sementara itu, pengetahuan adalah pengalaman siswa yang tidak langsung
dibawa sejak dilahirkan tetapi diperoleh melalui dan dari pengalamannya
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam dinamika kelompok,
ditunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling
berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dikaji bersama. Dalam kelompok
ini akan terjadi proses bertukar ide, informasi dan pengalaman melalui proses
saling berargumentasi untuk memecahkan masalah.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process
skills).
Belajar kelompok dilaksanakan dalam suatu proses kelompok. Para
anggota kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi member sumbangan
untuk mencapai tujuan bersama. Proses kelompok memiliki karakteristik atau
segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan dinamika. Suatu
kelompok yang efektif memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (a) adanya
bermacam-macam kebutuhan para anggotanya yang dinyatakan dalam bentuk
permasalahan; (b) para anggota memiliki permasalahan yang dipahami
bersama; (c) kelompok memiliki tujuan yang ingin dicapai, sekaligus menjadi
22
tujuan anggota; (d) tiap individu bertanggungjawab memberikan sumbangan
dalam mencapai tujuan kelompok; (e) di dalamnya terjadi proses
pembelajaran antar anggota.
Sharan dalam Trianto (2007: 59) membagi langkah pelaksanaan metoe
group investigation meliputi enam fase. Adapun diskripsi mengenai langkah-
langkah metode group investigation dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi Topik
Menurut Robert E. Slavin (1995: 112) guru mengangkat suatu
topik yang luas/lebar, yang mana para siswa lalu menguraikan kedalam
subtopik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru.
Selanjutnya, para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok
yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2
hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
2. Merencanakan Kerjasama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih dari langkah pertama diatas. Anggota
kelompok merencanakan penyelidikan dengan cara kerjasama. Mereka
memutuskan apa yang akan mereka selidiki, bagaimana mereka akan
berpergian dan bagaimana mereka akan membagi tugas diantara mereka
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada
langkah kedua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di
luar sekolah. Sebagai bagian dari penyelidikan, para siswa mencari
informasi dari bermacam sumber di dalam dan di luar kelas. Sumber itu
dapat berasal dari buku, koran, majalah, wawancara ataupun internet yang
23
memuat gagasan, pendapat-pendapat, data, solusi-solusi, atau posisi
mengenai masalah yang sedang dipelajari.
Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan. Anggota kelompok, mengorganisir
dan meneliti informasi dari beberapa sumber. Mereka menyatukan
kesimpulan-kesimpulan dari penemuannya. Anggota kelompok
mendiskusikan, memasukkan kemajuan untuk pertukaran gagasan-gagasan
dan informasi serta untuk memperluas, memperjelas dan
mengintegrasikan.
4. Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar apat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling
terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. Pendengar mengevaluasi
kejelasan dari tiap presentasi,seperti juga kualitas presentasi dari
presentator.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Joyce dan Weil dalam Udin S. Winataputra (2001: 39)
menggambarkan langkah model pembelajaran metode group investigation
dalam bentuk kerangka operasional. Perhatikan tabel 1 berikut.
24
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation.
Kegiatan Pengajar Langkah Pokok Kegiatan Siswa
· Sajikan situasi
bermasalah
· Bimbing proses
eksplorasi
· Pacu diskusi
kelompok
· Pantau kegiatan
belajar
· Cek kemajuan
belajar
kelompok
· Dorong
tindakan
· Amati situasi
· Jelajahi permasalahan
· Temukan kunci permasalahan
· Rumuskan apa yang harus dilakukan
· Atur pembagian tugas dalam kelompok
· Belajar individual dan kelompok
· Cek tugas yang harus dikerjakan
· Cek proses dan hasil penelitian kelompok
· Lakukan tindakan lanjutan
Situasi Bermasalah
Eksplorasi
Perumusan Tugas Belajar
Kegiatan Belajar
Analisis Kemajuan
Perulangan
25
b. Manfaat Menggunakan Metode Group Investigation
Menurut Elaine Coughlin dan Jack Huhtala dalam Nurul Hidayati
(2007 : 25-26 ) dengan menggunakan metode group investigation manfaat
yang diperoleh adalah (1) meningkatkan keraturan pribadi siswa dan motivasi
ada banyak ruang pembuatan keputusan sendiri; (2) meningkatkan
perkembangan kemampuan penelitian karena proses itu dikendalikan masing-
masing inividu dan penelitian bersama; (3) meningkatkan perkembangan
penelitian secara kelompok karena siswa harus mengembangkan perencanaan
tim ketika memecahkan masalah dan (4) meningkatkan kreativitas karena ada
berkali lipat kemungkinan kreasi dari hasil akhir.
Selain itu, Mulyono Abdurrohman (2003: 171-173 ) berpendapat
bahwa kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran ini juga diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan kerjasama diantara para siswa, saling
membantu dan saling mendorong atau memberi motivasi.
Kelompok belajar dalam metode group investigation terdiri atas anak-
anak yang memiliki kemampuan heterogen atau berbeda-beda.
Pengelompokan heterogen lebih memungkinkan siswa dapat saling menjadi
sumber belajar sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya. Siswa lebih
terampil dalam menjalin hubungan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong
royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik. Selain itu, siswa terlibat langsung sejak
awal hingga akhir pembelajaran.
Tiga konsep utama dalam metode group investigation sangat cocok
untuk pembelajaran soal cerita pokok bahasan perbandingan. Dalam group
investigation terdapat inquiry, dimana proses ini sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran soal cerita pokok bahasan perbandingan untuk memecahkan
masalah dan menemukan cara termudah atau solusi dalam menyelesaikan soal.
Sementara itu, pengetahuan juga memberikan peranan bagi siswa untuk
menyelesaikan soal. Sedangkan dalam dinamika kelompok akan terjadi proses
bertukar ide, informasi, dan pengalaman untuk memecahkan masalah.
26
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu
pada penelitian yang telah ada sebelumnya.
Nurul Hidayati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan
Motivasi Keaktifan dan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII C di MTS Surya
Buana Malang” menyimpulkan bahwa metode GI berhasil meningkatkan
motivasi, keaktifan dan prestasi belajar fiqih siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Noor Hariyanto (2008) yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Dengan Metode
Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X-3 SMA N I Surakarta Tahun Ajaran
2007/2008” menyimpulkan bahwa guru berhasil melaksanakan pembelajaran
menulis dengan metode investigasi kelompok yang mampu mengaktifkan siswa
dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan siswa dapat terkembangkan
dengan baik yang berakibat pada meningkatnya kualitas proses dan hasil
pembelajaran menulis argumentasi.
Siti Munjiyatun Aly (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dan Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.” Dari penelitian ini menunjukan bahwa
penggunaan metode group investigation lebih efektif digunakan dalam
meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas siswa jika dibandingkan dengan
metode student teams achievement division. Sehingga penelitian ini relevan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama meneliti tentang
mata pelajaran matematika dengan metode group investigation hanya saja berbeda
pokok bahasan. Peneliti meneliti matematika soal cerita pokok bahasan
perbandingan sedangkan Siti Munjiyatun Aly meneliti matematika pokok bahasan
persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma.
27
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan perbandingan terbukti dari tes awal yang menunjukkan
bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 61,8 dan siswa yang tuntas hanya 14 atau
56% dari 25 siswa. Hal ini masih jauh dari KKM yang ditentukan dari sekolah
dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang konvensional serta
kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika mengikuti
pelajaran.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru
kelas V beserta siswanya adalah dengan menggunakan metode group
investigation. Metode group investigation merupakan salah satu metode dalam
pembelajaran kooperatif dan sebuah pendekatan yang berbasis kelompok. Group
Investigation (GI) dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
dalam pembelajaran karena tiga konsep dasar yaitu inquiry, knowledge, dan
dinamika kelompok sesuai dengan pembelajaran soal cerita perbandingan. Inquiry
dalam pembelajaran matematika membantu siswa dalam memecahkan suatu
masalah, menemukan solusinya dan memberikan peluang siswa untuk
menemukan fakta/bukti yang kuat untuk mendukung kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan. Knowledge/pengetahuan yang diperoleh
melalui dan dari pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung juga
akan memberikan andil dalam kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita.
Sementara itu dinamika kelompok mampu mengatasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan karena adanya teman dalam kelompok
yang bersifat heterogen sehingga dapat saling membantu.
Dengan demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan
metode group investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. Kerangka berpikir dalam
penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 1.
28
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat
diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penggunaan metode group
investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No.
06 Laweyan Surakarta.
Kondisi Awal Guru belum menggunakan metode group investigation (GI) dan masih menggunakan metode konvensional
Kemampuan menyelesaikan soal cerita perbandingan di kelas V rendah
Tindakan Dalam pembelajaran guru menggunakan metode group investigation (GI)
Siklus I
Siklus II
Kondisi Akhir
Diduga melalui metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal ceita perbandingan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan
Surakarta yang beralamat di Jalan Raja Manggala No. 07 Panularan. Sekolah ini
di pimpin oleh Ibu Th. Sutimah, A.Ma.Pd dan secara khusus penelitian dilakukan
di kelas V.
Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki
hubungan baik dengan Bapak Joko Siswanto, S.Pd selaku guru kelas V di sekolah
tersebut. Kedua, sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek penelitian yang
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, siswa kelas
V memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan
perbandingan yang masih rendah.
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Februari
hingga Juni 2010. Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri
Panularan No. 06 Laweyan Surakarta sebanyak 25 siswa, yang terdiri dari 10
siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan.
C. Bentuk Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari
kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK).
30
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta.
b. Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan.
c. Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru
kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
pengamatan secara sengaja dan sistematis terhadap suatu kejadian.
Tujuan dilakukan observasi adalah untuk mengetahui penyebab
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tes perbandingan pada siswa kelas
V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta. Observasi dilakukan pada
saat proses belajar mengajar pada pokok bahasan perbandingan, hal ini
dilakukan untuk mengetahui sumber yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan. Sumber ini dibatasi pada segala sesuatu diluar diri siswa.
b. Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini
penulis gunakan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa sehingga
dapat juga mengetahui kesulitan siswa menyelesaikan soal cerita pokok
bahasan perbandingan.
c. Dokumentasi
31
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh daftar nama siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06
Laweyan Surakarta.
F. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:12) di dalam penelitian diperlukan
adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan
hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam
penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan
triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda.
2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian
dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya
diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik
dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang
diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut
hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat
validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau
32
verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid.
3. Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
untuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya
merupakan validitasnya.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dari Miles dan
Huberman dapat digambarkan pada gambar 2 :
Pengumpulan data Sajian data
Reduksi Data Penarikan simpulan / verivikasi
33
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman.
Dari bagan tersebut di atas, langkah yang akan di tempuh dalam
penelitian ini adalah :
a) Melakukan analisis awal, bila data yang didapat di kelas sudah cukup data
yang dikumpulkan.
b) Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun coding dan matrik
yang berguna untuk penelitian selanjutnya.
c) Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsur.
d) Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran
dalam laporan akhir penelitian.
H. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan strategi tindakan kelas dengan model
Siklus. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:34), Langkah-langkah pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ada 4 tahapan yaitu : Perencanaan (planning), Tindakan
(acting), Pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
I. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Teknik yang
digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara.
2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk
segera dipecahkan.
3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah teridentifikasi.
4. Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan group investigation dalam
pembelajaran soal cerita pokok bahasan perbaningan.
5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas.
6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun.
34
7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,
(3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-
langkah tersebut dapat digambarkan seperti gambar 3 siklus penelitian tindakan
kelas (PTK).
Siklus I
Rencana
Refleksi Tindakan
Observasi
Siklus II
Rencana
Refleksi Tindakan
Observasi
(Lewin dalam Dwi Noor Hariyanto, 2008:56)
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut
diuraikan sebagai berikut:
a. Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebalumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan.
Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan, strategi
35
dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana
observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik
dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya yaitu :
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran
Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) menggunakan pecahan
dalam masalah perbandingan dan skala. Indikator (1) Melakukan
operasi hitung perbandingan sederhana. (2) Melakukan operasi hitung
perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala. (3)
Melakukan pengerjaan hitung dengan menggunakan skala.
b) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran.
c) Mendesain alat evaluasi meliputi “LKS” (Lembar Kerja Siswa)
sebagai alat evaluasi kelompok dan “Tugas” sebagai alat evaluasi
individu.
2. Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu
upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan
pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi belokan-
belokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu peneliti akan
selalu mencatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan perubahan
itu terjadi. Rincian dalam tahap meliputi :
a) Guru menerapkan metode group investigation (GI) dalam
pembelajaran matematika pokok bahasan perbandingan sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu dengan membagi
siswa secara kelompok terlebih dahulu, lalu mengajarkan secara
singkat mengenai materi perbandingan kemudian meminta siswa untuk
mengambil undian topik materi yang telah disediakan.
b) Siswa membuka undian topik materi lalu mengambil LKS (Lembar
Kerja Siswa). Setelah itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas
36
pada masing-masing anggota kemudian mengumpulkan data,
informasi dan berdiskusi memecahkan persoalan pada LKS.
3. Tahap Pengamatan/Observasi
Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang
dilakukan. Pengamatan ini diikuti dengan pencatatan/rekaman yang
memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti :
a) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan
metode group investigation pada pokok bahasan perbandingan
meliputi pembagian tugas dalam kelompok, aktivitas siswa dalam
kelompok seperti kerjasama, perhatian, ketekunan dan keaktifan.
b) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan perbandingan meliputi pemahaman isi soal dan
mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika.
4. Tahap Evaluasi/Refleksi
Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi
secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, sebarapa efektif
perubahan tersebut, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan.
Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti serta tolok ukur
putaran selanjutnya.
b. Siklus II
1. Tahap Perencanaan
a) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
b) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan metode group investigation (GI).
c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan sumber belajar
dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
2) Tahap Tindakan
37
a) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP)
yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I
b) Guru menerapkan pembelajaran dengan metode group investigation
(GI).
c) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode group
investigation (GI).
d) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan perbandingan.
3) Tahap Pengamatan / Observasi
a) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan
metode group investigation pada pokok bahasan perbandingan
meliputi pembagian tugas dalam kelompok, aktivitas siswa dalam
kelompok seperti kerjasama, perhatian, ketekunan dan keaktifan.
b) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pokok bahasan perbandingan meliputi pemahaman isi soal dan
mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika.
4) Tahap Evaluasi / Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan
perbandingan dengan mengguanakan metode group investigation (GI).
J. Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang
diperoleh siswa di kelas adalah 65. Capaian target pada siklus pertama 70% dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 18 anak) dengan mendapat nilai ≥ 65 dan pada
siklus kedua 80% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 20 anak) dengan
mendapat nilai ≥ 65. Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum
mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut
dicapai.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Panularan No.06
Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 jumlah siswa SD Negeri Panularan No.
06 sebanyak 174 Siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 23 siswa, kelas II
sebanyak 19 siswa, kelas III sebanyak 29 siswa, kelas IV sebanyak 34 siswa, kelas
V sebanyak 25 siswa, dan kelas VI sebanyak 44 siswa. Jumlah tersebut tidak
terlalu jauh berbeda dengan jumlah siswa tahun pelajaran sebelumnya yang rata-
rata berjumlah antara 170 sampai 220 siswa tiap-tiap tahun. Berdasarkan jumlah
tersebut, Kepala Sekolah beserta guru dan karyawan selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pendidikan SD Negeri Panularan No. 06 pada khususnya dan
peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.
2. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Panularan No.06
Sekolah Dasar Negeri Panularan No. 06 berdiri di atas tanah seluas 3.752
m2 dengan luas bangunan 756 m2, luas halaman 1.092 m2 dan luas parker 48 m2.
Bangunan yang ada diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 6
ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang agama, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang keterampilan, mushola, 1 aula, 1 rumah penjaga sekolah, 1 ruang UKS,
tempat parkir, kamar mandi guru dan siswa. SD Negeri Panularan No. 06 juga
memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana kegiatan pembelajaran
penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler.
B. Diskripsi Permasalahan Penelitian
1. Diskripsi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata
yang ada di lapangan. Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan
Mei terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi perbandingan di kelas V SDN Panularan No.06 Laweyan
39
Surakarta masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas
siswa kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran.
Hasil tes awal materi perbandingan dapat dilihat pada perolehan hasil peserta
didik (pra-siklus) pada lampiran 23.
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan adalah 61,8 di
mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak
guru, peneliti dan sekolah yaitu sebesar 65. Sedangkan persentase siswa yang
tuntas ada 14 siswa atau 56%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka perlu
dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi belajar dan
aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran Matematika pokok bahasan
perbandingan.
2. Diskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) matematika pokok
bahasan perbandingan menggunakan metode group investigation (GI)
yang disusun 3 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan
dilaksanakan dalam satu minggu, dengan Kompetensi Dasar (KD):
Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Indikator:
(a) Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana. (b) Melakukan
operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala.
(c) Melakukan pengerjaan hitung dengan menggunakan skala;
2) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti kelereng,
sedotan air minum dan sebagainya.
b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus ada 3
x tatap muka (pertemuan) yang masing-masing 2 x 35 menit, sesuai skenario
pembelajaran dan RPP yang disusun. Langkah kegiatan pembelajaran pada
masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut:
40
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah
perbandingan sederhana dengan indikator melakukan operasi hitung
perbandingan sederhana. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama
kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai kegiatan awal,
guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu
tentang pecahan. Menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali
ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan dengan bantuan guru siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen agar terbentuk
kelompok yang bervariasi, sehingga antara siswa yang pandai, sedang dan
kurang pandai dapat merata penyebarannya.
Memberitahukan beberapa peraturan yang harus ditaati siswa
selama pembelajaran dilaksanakan, setelah itu guru memberikan materi
pelajaran. Salah satu siswa ditunjuk guru maju kedepan kelas untuk
menghitung jumlah siswa perempuan dan laki-laki kemudian menuliskan
dipapan tulis (Perempuan= 15, Laki-laki= 10). Secara lisan guru
menjelaskan perbandingan siswa perempuan dan laki-laki, siswa laki-laki
dengan seluruh siswa dan sebagainya. Guru menyuruh salah satu siswa
mengambil topik materi yang telah dipersiapkan oleh guru (perbandingan
sederhana) dan meminta siswa menuliskan topik tersebut didepan kelas.
Perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan
mengambil lembar tugas “LKS I”. Siswa mengerjakan lembar tugas “LKS
I” dengan kelompoknya, guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompok saling membagi tugas,
berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang
dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Setelah waktu yang
ditentukan habis perwakilan dari beberapa kelompok maju kedepan kelas
menyampaikan hasil pekerjaannya. Guru bersama siswa membahas hasil
pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan.
Guru membagikan soal evaluasi “Tugas I” kepada masing- masing
individu untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya.
41
Guru memberikan penguatan materi pelajaran perbandingan dan meminta
hasil pekerjaan siswa secara kelompok dan individu kemudian menutup
pelajaran dengan salam.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua materi matematika yang diajarkan adalah
perbandingan yang lebih kompleks dan skala, dengan indikator melakukan
operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala.
Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama kemudian dilanjutkan presensi
kehadiran siswa. Untuk menuju materi pelajaran yang akan dipelajari,
siswa diajak untuk mengingat kembali materi pelajaran yang lalu yaitu
tentang perbandingan. Bertanya jawab dan meminta siswa maju kedepan
kelas menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu guru memberikan materi
tentang perbandingan yang lebih kompleks dan skala kemudian meminta
siswa kembali membentuk kelompok seperti pertemuan I.
Siswa maju kedepan mengambil topik yang sudah disiapkan guru
(perbandingan dan skala) lalu menuliskannya di papan tulis. Perwakilan
dari masing-masing anggota kelompok maju dan mengambil lembar kerja
“LKS II” kemudian mengerjakannya secara kelompok. Siswa dalam
kelompok saling membagi tugas, berinteraksi, mencari langkah
penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian mengerjakan dan
berdiskusi. Setelah selesai mengerjakan secara berkelompok maka
perwakilan dari beberapa kelompok maju kedepan kelas menyampaikan
hasil diskusi. Guru bersama siswa membahas bersama hasil pekerjaan
siswa lalu membagikan “Tugas II” pada masing-masing siswa. Guru
meminta siswa mengumpulkan pekerjaannya kelompok maupun individu.
Sebelum menutup pelajaran dengan salam guru memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa yang belum paham.
3) Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga ini materi yang akan dipelajari siswa adalah
pengerjaan hitung dengan menggunakan skala. Sebelum memulai
pelajaran guru bertanya-jawab dengan siswa mengenai mata pelajaran
42
yang lalu yaitu mengenai perbandingan dan skala. Setalah itu siswa
diminta kembali membentuk kelompok seperti pada pertemuan yang lalu.
Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi pegerjaan hitung
dengan menggunakan skala. Siswa diminta maju kedepan mengambil
topik materi yang telah dipersiapkan guru (perhitungan dengan skala)
kemudian menuliskannya dipapan tulis.
Perwakilan dari kelompok maju mengambil “LKS III” lalu
mengerjakannya secara kelompok. Siswa dalam kelompok saling membagi
tugas, berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang
dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Guru bersama siswa
membahas bersama hasil diskusi kemudian guru membagikan “Tugas III”
kepada masing-masing siswa. Setelah waktu yang ditentukan habis guru
meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya baik individu maupun
kelompok. Guru memberikan penguatan materi pengerjaan hitung dengan
menggunakan skala. Guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI), yang
dilaksanakan dengan menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan
perekaman dengan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh
data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan metode group
investigation (GI) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan
metode group investigation (GI) yang dilaksanakan menghasilkan perubahan
pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Oleh
karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada kegiatan atau partisipasi
dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus I sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana.
43
Metode : Group Investigation (GI)
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa
cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu,
kerjasama dan keberanian cukup baik, d) Siswa cukup baik dalam
mengerjakan tugas baik secara individu maupun dengan kelompok (lihat
lampiran 8).
2) Kegiatan Guru
a) Cukup baik dalam memberikan informasi secara tepat, b) Cukup baik
dalam menggunakan berbagai sumber, c) Cukup baik dalam menggunakan
waktu secara tepat sesuai perencanaan, d) Baik dalam memberikan
perhatian terhadap siswa, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Cukup
baik dalam memotivasi kerja kelompok, g) Penggunaan media cukup baik,
h) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian proses, i) Melakukan
penilaian hasil belajar cukup baik, j) Sudah cukup dalam memberikan
tindak lanjut (lihat lampiran 7).
Pertemuan : II (dua)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan yang
lebih kompleks dan menentukan skala.
Metode : Group Investigation (GI)
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa baik
dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan
keberanian cukup baik, d) Siswa cukup baik mengerjakan tugas baik
secara individu maupun kelompok (lihat lampiran 10)
2) Kegiatan Guru
a) Sudah cukup baik dalam memberikan informasi secara tepat, b) Cukup
baik dalam menggunakan berbagai sumber, c) Penggunaan waktu sesuai
perencanaan cukup baik, d) Dalam memberikan perhatian pada siswa
44
sudah baik, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kerja
kelompok cukup baik, g) Sudah menggunakan media yang cukup menarik,
h) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian proses, h) Sudah
melakukan penilaian hasil belajar dengan cukup baik, i) Baik dalam
memberikan tindak lanjut (lihat lampiran 9)
Pertemuan : III (tiga)
Indikator : Melakukan pengerjaan hitung dengan
menggunakan skala.
Metode : Group Investigation (GI)
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa
cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu,
kerjasama dan keberanian cukup baik, d) Siswa cukup baik dalam
mengerjakan tugas baik secara individu maupun dengan kelompok (lihat
lampiran 12).
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat dengan cukup baik, b)
Menggunakan berbagai sumber cukup baik, c) Menggunakan waktu secara
tepat sesuai perencanaan dengan cukup baik, d) Baik dalam memberikan
perhatian pada siswa, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi
kerja kelompok dengan baik, g) Sudah menggunakan media dengan cukup
baik, h) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian proses, i) Sudah
melakukan penilaian hasil belajar dengan baik, j) Cukup dalam
memberikan tindak lanjut (lihat lampiran 11)
c. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk
dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan baru pada materi perbandingan telah menunjukkan
perubahan yang sedikit berarti, baik pada aktivitas siswa maupun pada
45
pencapaian hasil belajar. Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai
berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator :Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana.
Metode : Group Investigation (GI)
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru, menjawab
pertanyaan guru, kerjasama dalam kelompok cukup terlihat baik. Rata-rata
nilai siswa dalam menyelesaikan soal secara kelompok adalah 75. Namun
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal secara individu pada pertemuan
ke 1 belum menunjukkan perubahan karena nilai rata-rata kelas mencapai 64,4
tetapi siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 11 siswa atau 44% dari 25
siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai
nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 70%.
Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 64,4 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 11 siswa atau 44% dari 25 siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group
investigation (GI) belum berhasil. Data nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan ke-1 selengkapnya
dapat dilihat nilai individu pada lampiran 24 perolehan hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan metode group investigation (siklus I).
Pertemuan : II (dua)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan
menentukan skala.
Metode : Group Investigation (GI)
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan
menjawab pertanyaan, siswa aktif dalam mengerjakan tugas baik secara
individu maupun kelompok, kekompakan kelompok sudah terlihat.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan secara
46
umum pada pertemuan ke 2 sudah menunjukkan perubahan karena nilai rata-
rata kelompok yaitu 87 dan rata-rata kelas mencapai 63,6 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 68% dari 25 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai
nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 70%.
Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 63,6 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 68% dari 25 siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group
investigation (GI) dikatakan belum berhasil. Data nilai kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan ke-2
selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 24 perolehan hasil
belajar peserta didik dengan metode group investigation (siklus I).
Pertemuan : III (tiga)
Indikator : Melakukan pengerjaan hitung dengan skala.
Metode : Group Investigation (GI)
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab
pertanyaan guru, rasa ingin tahunya sangat besar, hal ini terbukti dari sikap
siswa yang membawa banyak buku referensi matematika kelas V,
kekompakan dan kerjasama kelompok terlihat baik. Guru sudah memberikan
informasi secara tepat, memberikan motivasi baik secara individu maupun
kelompok. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Nilai rata-rata kelompok mencapai 91 sedangkan rata-rata
kelas mencapai 66,8 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 18 siswa
atau 72% dari 25 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa
mencapai nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
mencapai 70%.dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,8 dan
siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 18 siswa atau 72% dari 25
siswa,hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
group investigation (GI) yang dilakukan sudah berhasil. Data nilai
47
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada
pertemuan ke-3 selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 24
perolehan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode group
investigation (siklus I).
Berdasarkan nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
perbandingan yang tuntas pada siklus I diketahui yaitu pada pertemuan III
atau materi pengerjaan hitung dengan menggunakan skala. Dengan catatan
untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari rata-rata kelas diberikan
perbaikan dengan menambah waktu belajar dan latihan-latihan serupa supaya
kemampuan belajarnya meningkat. Sedangkan pertemuan I dan II belum
menunjukkan perubahan yang signifikan, sehingga pembelajaran dilanjutkan
pada Siklus II pada meteri perbandingan sederhana, perbandingan kompleks
dan menentukan skala.
3. Diskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
Siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan belajar yang cukup signifikan. Karena dari tiga indikator yang
ditetapkan baru indikator nomor 3 yang berhasil, sedangkan indikator-
indikator yang lain belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Oleh
karena itu peneliti dengan pengarahan dari Kepala Sekolah dan masukan dari
guru-guru yang lain serta teman, kembali menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan teliti untuk mengulang
pembelajaran matematika dengan indikator: Melakukan operasi hitung
perbandingan sederhana dan melakukan operasi hitung dengan menggunakan
skala.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) seperti
pada Siklus II yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat-alat atau
media yang akan digunakan, 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ) II .
48
Mengingat analisis terhadap pekerjaan siswa pada Siklus I menunjukan
bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami isi
soal, maka rancangan kegiatan belajar mengajar menekankan pada
pemahaman konsep yang diikuti dengan kegiatan penjelasan dan peragaan
dengan media yang relevan seperti kelereng, bintang buatan, koin dan peta.
Jadi segala kegiatan ditujukan untuk memantapkan pemahaman konsep siswa,
tentang materi perbandingan dan skala, hal ini juga merupakan pengulangan
dan kegiatan pada pertemuan ke 1 dan ke 2 pada Siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dengan menggunakan metode
group investigation (GI) dilaksanakan dua kali pertemuan.
a. Pertemuan ke-1
Guru mengawali pembelajaran dengan mengajak siswa berdo’a
bersama dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru bertanya-jawab
tentang materi pelajaran yang lalu mengenai perbandingan. Beberapa
siswa diminta maju untuk menjawab beberapa pertanyaan guru dan yang
lain diminta memperhatikan. Setelah dirasa siswa cukup paham
selanjutnya guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai
dengan pertemuan yang lalu.
Guru menuliskan topik bahasan yang akan dipelajari dan
perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju kedepan
mengambil ‘LKS I.1” kemudian siswa mengerjakan bersama
kelompoknya. Siswa dalam kelompok saling membagi tugas, berinteraksi,
mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian
mengerjakan dan berdiskusi. Setelah waktu yang ditentukan habis maka
perwakilan dari beberapa kelompok diminta menuliskan hasilnya lalu
dibahas bersama-sama. Guru membagikan “Tugas I.1” kepada masing-
masing siswa setelah selesai mengerjakan, siswa diminta mengumpulkan
LKS I.1 dan Tugas I.1 lalu guru memberikan pemantapan materi dengan
memberi kesempatan bertanya pada siswa dan menutup pelajaran dengan
salam.
49
b. Pertemuan Kedua
Setelah berdo’a dan presensi kehadiran siswa dilanjutkan apersepsi
tentang materi pelajaran yang lalu mengenai parbandingan yang lebih
kompleks dan skala. Dengan media peta, guru menjelaskan tentang skala.
Guru mengingatkan siswa tentang satuan panjang dan nilainya.
Memberikan contoh soal dan siswa diminta memperhatikan. Guru
menuliskan topik materi dipapan tulis dan siswa diminta maju mengambil
“LKS II.2” lalu mengerjakan. Siswa dalam kelompok saling membagi
tugas, berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang
dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Setelah selesai, perwakilan
siswa maju kedepan menyampaikan hasil diskusi kemudian bersama guru
membahas bersama hasilnya. Guru membagikan soal “Tugas II.2” pada
masing-masing individu. Siswa mengumpulkan hasil LKS II.2 dan Tugas
II.2 lalu guru memberi penguatan lalu menutup pelajaran dengan salam.
c. Tahap Observasi
Guru kelas secara kolaboratif bersama guru kelas yang lain
melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat
dan teliti pada masing-masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada
kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun aktivitas siswa
dalam pembelajaran serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang
diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan
sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan kemampuan
berhitung siswa dalam diskusi balikan yaitu menganalisis nilai kemampuan
berhitung siswa dari tiap-tiap siklus yang telah dilaksanakan yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan tindakan
selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus II sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana
Metode : Group Investigation (GI)
50
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, b) Siswa menjawab
pertanyaan guru dengan baik, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan
keberanian dalam skala nilai baik, d) Siswa cukup baik dalam
mengerjakan tugas secara individu dan baik dalam mengerjakan tugas
kelompok (lihat lampiran 14).
2) Kegiatan Guru
a) Sudah memberikan informasi secara tepat dan baik, b) Menggunakan
berbagai sumber dengan cukup baik, c) Menggunakan waktu secara tepat
sesuai perencanaan cukup baik, d) Baik dalam memberikan perhatian pada
siswa, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kerja kelompok
dengan baik, g) Sudah menggunakan media dengan cukup baik , h) Sudah
melakukan penilaian proses dengan cukup baik, i) Sudah melakukan
penilaian hasil belajar dengan baik, i) Sudah memberikan tindak lanjut
dengan cukup baik (lihat lampiran 13).
Pertemuan : II (dua)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan yang
lebih kompleks dan menentukan skala
Metode : Group Investigation (GI)
Hasil Observasi :
1) Kegiatan Siswa
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, b) Siswa cukup
baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan
keberanian dalam skala nilai baik, d) Siswa cukup baik dalam
mengerjakan tugas secara individu dan dalam mengerjakan tugas
kelompok sudah baik (lihat lampiran 16).
2) Kegiatan Guru
a) Dalam penyampaian informasi sudah baik, b) Menggunakan berbagai
sumber dengan baik, c) Menggunakan waktu secara tepat sesuai
perencanaan cukup baik, d) Memberikan perhatian pada siswa dengan
51
baik, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kelompok
dengan baik, g) Sudah menggunakan media dengan baik, h) Cukup dalam
melakukan penilaian proses, i) Sudah cukup baik dalam melakukan
penilaian hasil belajar, j) Sudah memberikan tindak lanjut dengan cukup
baik (lihat lampiran 15).
d. Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode group investigation (GI) pada siklus II dapat diuraikan
sebagai berikut :
Pertemuan : I (satu)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana
Metode : Group Investigation (GI)
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru
dengan baik. Guru memberikan informasi secara tepat, memberi motivasi dan
melaksanakan penilaian dengan hasil rata-rata nilai kelompok 91 sedangkan
rata-rata kelas mencapai 71,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak
20 siswa atau 80% dari 25 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila
kemampuan berhitung siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥65 mencapai 80%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas
mencapai 71,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 20 siswa atau
80% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode group investigation (GI) yang dilakukan sudah berhasil. Data nilai
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada
pertemuan ke 1 selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 25
perolehan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode group
investigation (siklus II).
Pertemuan : II (dua)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih
kompleks dan menentukan skala.
Metode : Group Investigation (GI)
52
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung, siswa cukup baik dalam memperhatikan panjelasan guru dan
menjawab pertanyaan, siswa dalam mengerjakan tugas baik secara individu
maupun kerja kelompok dengan baik. Kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan secara umum pada pertemuan ke-2
sudah menunjukkan perubahan yang berarti karena nilai rata-rata kelompok
yaitu 93 dan rata-rata kelas mencapai 72,2 dan siswa yang memperoleh nilai ≥
65 sebanyak 22 siswa atau 88% dari 25 siswa.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai
nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 80%.
Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 72,2 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 22 siswa atau 88% dari 25 siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group
investigation (GI) dikatakan berhasil. Data nilai kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan II selengkapnya
dapat dilihat pada nilai individu lampiran 25 perolehan hasil belajar peserta
didik dengan menggunakan metode group investigation (siklus II).
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat
hasil kinerja guru terhadap pelaksanaan kegiatan siklus I dan siklus II
menunjukkan bahwa secara umum peneliti cukup baik dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran matematika dengan metode group investigation (GI) dan
ada peningkatan kegiatan siswa dalam pembelajaran serta perkembangan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Berdasarkan
lampiran 8, 10, 12, 14 dan 16 secara umum kegiatan siswa dalam pembelajaran
yang terlihat antara lain:
1. Dalam memperhatikan penjelasan guru dalam skala nilai cukup baik,
2. Menjawab pertanyaan guru dalam skala nilai cukup baik,
3. Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian meningkat,
4. Siswa aktif mengerjakan tugas individu,
53
5. Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok,
Pada waktu dilaksanakan tindakan pra-siklus diketahui bahwa nilai rata-
rata siswa belum mencapai target yang ditentukan yaitu 65 namun hanya 61,8
sedangkan yang tuntas hanya 14 siswa atau 56% dari 25 siswa. Data nilai siswa
dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pra-siklus dari perolehan
hasil peserta didik (pra-siklus) lampiran 23 selanjutnya dibuat interval nilai
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 daftar frekuensi berikut:
Tabel 2 : Daftar Frekuensi Nilai Pra-Siklus
No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Prosentase
1. 85 – 95 90 3 12%
2. 74 – 84 79 2 8%
3. 63 – 73 68 9 36%
4. 52 – 62 57 5 20%
5. 41 – 51 46 3 12%
6. 30 - 40 35 3 12%
Jumlah - 25 100%
Berdasarkan data pada tabel 2 daftar nilai frekuensi pra-siklus di atas dapat
digambarkan ke dalam grafik batang gambar 4.
Gambar 4. Grafik Data Nilai Pra-Siklus
35 46 57 68 79 900
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
54
Dari tabel 2 daftar frekuensi nilai pra-siklus dan gambar 4 grafik data nilai
pra-siklus, dapat diketahui bahwa nilai Matematika pra siklus atau sebelum
tindakan siklus I yaitu siswa yang memperoleh nilai 85 - 95 ada 3 siswa, yang
memperoleh nilai 74 - 84 ada 2 siswa, yang mendapat nilai 63 - 73 ada 9 siswa,
yang mendapat nilai 52 - 62 ada 5 siswa, yang nilainya 41 - 51 ada 3 siswa dan
siswa yang memperoleh nilai 30 - 40 ada 3 siswa. Pada interval nilai 63 – 73 tidak
ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 65. Dengan demikian siswa yang
mendapat nilai ≥65 ada 14 siswa atau 56%, pada interval 63 – 73, 74 – 84, dan 85
– 95 dan rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 61,8.
Pada siklus pertama dengan menggunakan metode group investigation
(GI) diperoleh rata-rata nilai kelompok dari 3 kali pertemuan mencapai 84,3 dan
rata-rata nilai individu dari 3 kali pertemuan yaitu 66,16 dengan rincian 19 siswa
atau 76% yang mendapat nilai ≥ 65. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila
kemampuan siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥
65 mencapai 70%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas mencapai 66,16 dan
siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 19 siswa atau 76% dari 25 siswa
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group
investigation (GI) yang dilakukan tuntas dan berhasil. Data nilai rata-rata siswa
dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siklus I selengkapnya dapat
dilihat pada nilai rata-rata individu pada lampiran 24 perolehan hasil peserta didik
dengan menggunakan metode group investigation (GI) siklus I.
Perolehan hasil peserta didik dengan menggunakan metode group
investigation (GI) siklus I lampiran 24 selanjutnya dibuat interval nilai seperti
yang tercantum dalam tabel 3 daftar frekuensi nilai matematika berikut.
55
Tabel 3: Daftar Frekuensi Nilai Siklus I.
No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Prosentase
1. 86 – 104 95 4 16%
2. 67 – 85 76 9 36%
3. 48 – 66 57 8 32%
4. 29 – 47 38 3 12%
5. 10 – 28 19 1 4%
Jumlah - 25 100%
Berdasarkan data pada tabel 3 daftar nilai siklus I di atas dapat
digambarkan ke dalam grafik batang gambar 5.
Gambar 5: Grafik Data Nilai Siklus I
Dari tabel 3 daftar frekuensi nilai siklus I dan gambar 5 grafik data nilai
siklus I tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan dengan metode
group investigation (GI) pada silklus I selama 3 kali pertemuan, nilai rata-rata
siswa yang diperoleh adalah 4 siswa memperoleh nilai antara 86 – 104, 9 siswa
memperoleh nilai antara 67 – 85, 8 siswa memperoleh nilai antara 48 – 66, 3
siswa memperoleh nilai antara 29 – 47 dan 1 siswa memperoleh nilai antara 10 –
28.
Diantara 8 siswa yang mendapat nilai rata-rata pada interval 48 – 66 hanya
2 siswa yang mendapat nilai dibawah 65, maka siswa yang mendapat nilai ≥ 65
ada 6 siswa, sehingga pada penelitian siklus I ini penulis menyatakan berhasil dan
19 38 57 76 950123456789
10
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
56
tuntas dikarenakan yang mendapat nilai ≥ 65 hanya 6 siswa dari interval nilai 48 –
66, 9 siswa dari interval 67 – 85 dan 4 siswa dari interval 86 – 104.
Tindakan pada siklus pertama dinyatakan berhasil dan tuntas namun perlu
diadakan perbaikan khususnya pada pertemuan 1 dan 2 dengan menggunakan
group investigation (GI). Sehingga pada tindakan siklus kedua dengan
menggunakan metode group investigation (GI) diperoleh rata-rata nilai kelompok
siswa dari 2 kali pertemuan mencapai 92 dan rata-rata nilai individu siswa dari 2
kali pertemuan yaitu 71,96 dengan rincian 21 siswa atau 84% yang mendapat nilai
≥65. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai rata-
rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 80%. Dengan
demikian nilai rata-rata kelas mencapai 71,96 dan siswa yang memperoleh nilai
≥65 sebanyak 21 siswa atau 84% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode group investigation (GI) yang dilakukan sudah
berhasil dan tuntas. Data nilai rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita
perbandingan pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada perolehan hasil
peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (GI) siklusII
lampiran 25.
Adapun interval nilai yang diperoleh siswa pada siklus pertama seperti
yang tercantum dalam tabel 4 frekuensi nilai matematika.
Tabel 4: Daftar Frekuensi Nilai Siklus II.
No. Interval Nilai Tengah Frekuensi Prosentase
1. 90 – 104 97 3 12%
2. 75 – 89 82 7 28%
3. 60 – 74 67 12 48%
4. 45 – 59 52 2 8%
5. 30 – 44 37 1 4%
Jumlah - 25 100%
Berdasarkan data pada tabel 4 daftar frekuensi nilai siklus II diatas,
selanjutnya dapat digambarkan ke dalam grafik batang gambar 6.
57
Gambar 6: Grafik Data Nilai Siklus II
Dari tabel 4 daftar nilai frekuensi siklus II dan gambar 6 grafik data nilai
siklus II tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan dengan
metode group investigation (GI) pada silklus II selama 2 kali pertemuan, nilai
rata-rata siswa yang diperoleh adalah 3 siswa memperoleh nilai antara 90 - 104 , 7
siswa memperoleh nilai antara 75 – 89, 12 siswa memperoleh nilai antara 60 – 74,
2 siswa memperoleh nilai antara 45 – 59 dan 1 siswa memperoleh nilai antara 30
– 44.
Pada gambar 6, interval nilai 60 – 74 terdapat 1 siswa yang mendapat nilai
63, sehingga jelas terlihat yang mendapat nilai diatas 65 ada 21 anak yaitu pada
interval 60 – 74, 75 – 89 dan 90 – 104. Penelitian siklus II ini penulis nyatakan
berhasil mencapai rata-rata kelas 71,96 atau diatas rata-rata yang ditentukan yaitu
65 dan dinyatakan tuntas karena yang mendapat nilai ≥ 65 ada 21 siswa atau 84%.
Hasil nilai rata-rata siswa pada siklus I dan II menunjukkan adanya
peningkatan nilai rata-rata dan jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan juga
berhasil dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan dengan
menggunakan metode group investigation (GI) bila dibandingkan dengan nilai pra
siklus. Nilai rata-rata kelompok pada siklus I adalah 84,3 dan pada siklus II
adalah 92. Nilai rata-rata dan persentase pada pra siklus, siklus I dan siklus II
dapat disajikan pada tabel 5.
37 52 67 82 970
2
4
6
8
10
12
14
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
58
Tabel 5: Perbandingan Hasil Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Pembelajaran Matematika Pra Siklus
Sesudah Dilaksanakan Tindakan
Siklus I Siklus II 1 Nilai rata-rata 61,8 66,16 71,96
2 Prosentase 56% 76% 84%
Selanjutnya data pada tabel 5 perbandingan hasil pra-siklus, siklus I dan
siklus II dapat digambarkan ke dalam grafik batang gambar 7.
Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Pra-Siklus, Siklus I dan II
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa ada peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pokok
bahasan perbandingan kelas V SD Negeri Panularan No. 06, Laweyan, Surakarta
dengan metode group investigation (GI). Hal ini tampak jelas dengan adanya
peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik kelompok, perorangan
maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel dan grafik
diatas.
Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi
bahwa penggunaan metode group investigation (GI) dapat meningkatkan
kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siswa kelas V SD
Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta khususnya dan siswa kelas V
Sekolah Dasar lain pada umumnya.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pra siklus nilai rata-rata 61,8 Siklus I nilai rata-rata 66,16 Siklus II nilai rata-rata 71,96
59
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus dengan menggunakan metode group investigation (GI) dalam
pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06,
Laweyan, Surakarta dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
Pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI)
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok
bahasan perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06, Laweyan,
Surakarta. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai
rata-rata siswa 61,8 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 56%, siklus I
nilai rata-rata kelas 66,16 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 76% dan
siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 71,96 dengan prosentase
ketuntasan klasikal sebesar 84%.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan metode group investigation (GI) efektif
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan
perbandingan pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Dengan demikian, implikasi
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode group investigation
(GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas V. Hal ini menunjukkan secara
teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk
memilih metode pembelajaran matematika yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, dan
karakteristik siswa sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
60
satu acuan untuk meningkatkan atau mengoptimalkan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran matematika.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan
prestasi belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih metode
pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka
ikut menyumbangkan pemikiran dalam meningkatkan kemampuan siswa
khususnya pada mata pelajaran Matematika, maka disampaikan saran-saran:
1. Kepada Pejabat Terkait
a. Dalam menentukan kebijakan tentang kurikulum, hendaknya siswa tidak
hanya dibekali kemampuan kognitif saja, tetapi juga bekal kemampuan
mental dan emosional yang sangat diperlukan dalam kehidupan kelak.
b. Hendaknya menghimbau kepada para guru agar menggunakan metode
pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, misalnya metode
pembelajaran kooperatif tipe GI.
2. Kepada Kepala Sekolah
a. Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan,
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam
pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kretaif dan efektif menggunakan
metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa.
b. Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan
kerjasamadengan instansi pendidikan lain, maupun masyarakat dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan
61
pengembangan metodel pembelajaran yang kreatif, misalnya metodel
pembelajaran kooperatif tipe GI.
c. Kepala sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana
semaksimal mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada
pembelajaran dengan moetode pembelajaran kooperatif tipe GI lebih
efektif dan optimal.
3. Kepada Guru
a. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, dimana siswa
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sehingga pembelajaran lebih
bermakna. Cara yang dilakukan antara lain, memilih metode pembelajaran
yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal, misalnya
metode pembelajaran kooperatif tipe GI.
b. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik dalam
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe GI, terutama dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan evaluasi, sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam
diskusi kelmpok.
4. Kepada Siswa
a. Pada saat diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe GI, siswa
diharapkan selalu memperhatikan penjelasan atau jawaban yang
disampaikan oleh siswa lain, baik dalam diskusi kelompok maupun saat
kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
b. Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi
pelajaran yang sedang diajarkan.
c. Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas, dengan jalan
mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari.
Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam
mengikuti diskusi, penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan
yang dipresentasikan oleh kelompok lain.
62
d. Guru hendaknya mau menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe GI
sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika, karena model
pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan suatu metode pembelajaran
yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan
dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi
pelajaran. Selain itu, metode pembelajaran tipe GI dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, efektif dan menumbuhkan
rasa sosial yang tinggi. Dengan demikian, metode pembelajaran tipe GI
merupakan suatu alternatif pembelajaran yang menarik minat dan
kreativitas siswa.
e. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe GI, guru hendaknya
berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam mengoptimalkan belajar
para siswanya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Amirrudin. 1993. Kesulitan Belajar dalam Penyelesaian Soal Cerita pada Siswa SLTP. Jurnal Kependidikan: Halaman 73-84.
Dwi Noor Hariyanto. 2008. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis
Argumentasi Dengan Metode Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X-3 SMA Negeri I Surakarta Tahun Ajaran 2007-2008 (PTK). Skripsi: UNS.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Gail A. Williams, 1983, “My Changing Perpection Of Mathematics” The
Mathematics Teacher.
H.B Sutopo. 1996. Metodologi penilitian kualitatif. Depdikbut. Surakarta : UNS
Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Depdikbud Proyek Peningkatan
Mutu Guru Kelas SD Setara DII.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta : Balai Pustaka
KTSP SD/MI 2007
Marsudi Raharjo. 2009. Pembelajaran Soal Cerita di SD. Sleman : PPPPTK.
Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia. (UI Pers).
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nattiv, Amalya. 1994. ”Helping Behaviors and Math Acievement Gain of
Students Using Cooperative Laerning”. The Elementary School Journal. Vol. 94 (3), 267
Nurul Hidayati. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Group
Investigation Dalam Meningkatkan Motivasi Keaktifan Dan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII C Di MTS Surya Buana Malang. Skripsi: UIN Malang.
64
Nyimas Aisyiah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.
Oemar Hamalik. 1999. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory Research and
Practice. USA: Allyn and Bacon. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta : Panitia sertifikasi Guru Rayon 13
Siti Munjiyatun Aly. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta UNS
Soeprapto.2003. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendasmen.
Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sujiyanto. 2009. Dalam Dunia Guru. http//duniaguru.com diakses tanggal (15 Januari 2010)
Taylor, Francis Group. 2008. www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (Jurnal Penelitian Internasional) diakses pada 29 Desember 2009.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Udin S. Winataputra. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.