pengertian ekologi
TRANSCRIPT
PENGERTIAN EKOLOGI
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Erns Haeckel pada tahun 1869. Pada waktu itu ekologi merupakan cabang biologi yang masih relative baru (1900).Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani , oikos yang berarti tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu pengetahuan.Ekologi adalah suatu kajian studi terhadap hubungan timbal balik (interaksi) antar organism (antar makhluk hidup) dan antara organism (makhluk hidup) dengan lingkungannya.Sebagai cabang biologi yang masih relative baru, ekologi menjadi amat penting sebagai bahan kajian setelah manusia mempunyai kesadaran terhadap lingkungan dan merasa menjadi bagian atau merupakan salah satu komponen dari lingkungannya.Diterbitkan di: 20 Mei, 2010
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/2003965-pengertian-ekologi/#ixzz2TcaYnPW5
MENGAPA FAKTOR EKOLOGI
2.2 FAKTOR-FAKTOR EKOLOGIS DALAM ADMINISTRASI PEMERINTAHAN.
Meskipun belum adanya keseragaman dari para ahli dalam memberikan batasan atau klasifikasi
dari faktor-faktor sosial yang dominan yang harus diperkirakan dalam mengembangkan dan membina
administrasi pemer intahan, penulis dalam hai ini hanya mengemukakan beberapa pendapat saja dari
para sarjana.
Drs. S. Pamudji, MPA. menyatakan sebagai berikut :
Environment adalah ruang hidup yang di dalamnya terdapat facet-facet yang kesemuanya
mempengaruhi living organism dan sebaliknya.
Facet-facet itu adalah :
a. Fisis geografis yang meliputi tanah, air, sungai, gunung, udara.
b. Non fisis geografis yang mencakup idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam (S. Pamudji : 1979 ;
hal.2).
Prof. Fred. W. Riggs membagi faktor ekologis tersebut ke dalam lima aspek, yaitu :
1. Ekonomi
2. Sosial
3. Symbol
4. Komunikasi
5. Politik (S. Pamudji : 1979 : hal.6).
Prof. John Gous membagi pula faktor-faktor 1ingkungan tersebut sebagai berikut :
1. Penduduk
2. Tempat
3. Teknologi fisik
4. Teknologi sosial
5. Cita-cita dan keinginan-keinginan
6. Bencana
7. Kepribadian (S. Pamudji : 1979 : hal.3).
Dalam rangka pembinaan Ketahanan Nasional, maka Sondang P. Siagian, MPA. Ph.D, membagi
faktor-faktor ekologis sebagai berikut :
1. Faktor geografis
2. Faktor penduduk
3. Faktor kekayaan alan
4. Faktor ideologi
5. Faktor politik
6. Faktor ekonomi
7. Faktor sosial budaya
8. Faktor kekuatan militer (Sondang P.Siagian : 1979 : hal.88).
Selanjutnya Prof. DR. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo membagi pula faktor ekologis dari
administrasi yang dominan ke dalam dua aspek yakni : “Unsur-unsur alam geografis fisik dan unsur-unsur
kemanusiaan (S. Prajudi Atmosudirdjo : 1976 : hal.17).
Dari beberapa pendapat sarjana tersebut di atas maka penulis membatasi diri pada beberapa
faktor lingkungan yang paling dominan berpengaruh terhadap administrasi pemerintahan, yaitu politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 TINGKAT PEMERINTAHAN DESA
Perkembangan desa sejak dahulu hingga sekarang dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik dari
dalam maupun dari luar desa. Faktor-faktor yang merupakan potensi desa ialah meliputi faktor penduduk,
alam, letak desa, ekonomi, sosial budaya, keamanan dan ketertiban umum.
Hubungan faktor penduduk dengan faktor alam secara timbal balik mewujudkan ekosistem
daerah pedesaan dan perkembangannya beraneka ragam serta menghasilkan desa-desa padat
penduduk dan desa-desa jarang penduduk. Hai ini menimbulkan adanya ekosistem desa yang tidak
seimbang.
Hubungan antara faktor penduduk dengan faktor sosial budayanya serta pengaruh
perkembangan tehnologi menghasilkan sistem sosial yang beraneka ragam pula serta menghasilkan
desa-desa maju dan desa-desa terbelakang atau tradisionil. Type sesuatu desa ditentukan oleh potensi
desa, alam, dan letak desa terhadap pusat-pusat fasilitas yang mempengaruhi perkembangan atau
pertumbuhan desa. Sedangkan tingkat perkembangan / pertumbuhan ditentukan dari hasil karya
manusia.
Tingkat pengembangan desa melalui tahap - tahap sebagai berikut :
1. Desa Swadaya
2. Desa Swakarya
3. Desa Swasembada
Perkembangan Desa Swadaya menuju Desa Swasembada tidak dengan sendirinya terjadi, akan
tetapi diperlukan sejumlah program dan rencana yang konsepsional dan terarah serta upaya untuk
merealisasikannya. Dengan demikian pengembangan suatu desa diperlukan keterpaduan antara
serangkaian kegiatan Pemerintah dan kegiatan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat.
Pendekatan, kebijaksanaan, pelaksanaan dan program pembangunan desa berikut mekanisme
perencanaan dan pengendalian dalam pelaksanaannya, merupakan suatu integritas usaha yang
berkelanjutan untuk menjadikan desa-desa diseluruh Wilayah Indonesia memiliki tingkat perkembangan
Swasembada melalui Desa Swadaya dan Desa Swakarya. (Bandiklat Depdagri : 1982 : ha1.1).
Pengertian dan norma-norma desa sehubungan dengan tingkat perkembangannya adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat Desa Swadaya.
Desa Swadaya adalah desa yang sifatnya masih tradisional, adat istiadatnya masih sangat
mengikat, hubungan antar manusia sangat erat, pengawasan sosial di dasarkan atas kekeluargaan. Mata
pencaharian penduduknya pada sektor primer, tingkat tehnologinya masih sederhana, sehingga
produktivitasnya rendah, disertai keadaan prasarana desa yang masih langka dan sederhana.
Norma-norma Desa Swadaya :
a. Mata pencaharian penduduk terutama disektor primer, yaitu sebagian besar penduduk hidup dari
pertanian, peternakan, nelayan dan pencaharian hasil hutan.
b. Yield / out put desa adalah jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah, dibidang
pertanian, perkebunan, peternakan, kerajinan / industri, jasa perdagangan pada umumnya masih rendah.
c. Adat istiadat dan kepercayaan masih mengikat.
d. Kelembagaan dan Pemerintahan Desa masih sederhana baik tugas maupun fungsinya.
e. Pendidikan dan ketrampilan penduduk masih rendah.
f. Swadaya dan kegotong-royongan dalam pembangunan, masih harus disertai dengan anjuran dan
diarahkan, mengingat tehnologi yang di kuasainya masih rendah serta pengaruh adat masih kuat.
g. Prasarana desa yang masih meliputi prasarana perhubungan, produksi, pemasaran, dan sosial masih
kurang, serta belum memadai kebutuhannya.
2. Tingkat Desa Swakarya atau Transisi.
Desa swakarya adalah desa yang setingkat lebih maju dari Desa Swadaya, dimana adat istiadat
masyarakat desa sedang mengalami transisi, pengaruh dari luar sudah mulai masuk ke desa yang
mengakibatkan perubahan cara berfikir dan bertambahnya lapangan kerja dì desa, sehingga mata
pencaharian penduduk sudah mulai berkembang dari sektor primer ke sektor sekunder, produktivitas
mulai meningkat diimbangi dengan bertambahnya prasarana desa.
Norma-norma Desa Swakarya :
a. Mata pencaharian penduduk disektor sekunder, yaitu sudah mulai bergerak di bidang kerajinan dan
industri kecil seperti pengolahan hasil, pengawetan bahan makanan dan sebagainya.
b. Yield / out put adalah merupakan jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah
dibidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan dari industri kecil, perdagangan dan
jasa berada pada tingkat sedang.
c. Adat istiadat dan kepercayaan penduduk berada padat ingkat transisi,
d. Kelembagaan dan pemerintahan desa mulai berkembang baik tugas ataupun fungsinya.
e. Pendidikan dan ketrampilan penduduk pada tingkat sedang.
f. Swadaya dan gotong-royong masyarakat sudah mengalami transisi artinya pelaksanaan dan cara kerja
gotong royong sudah mulai efektif dan tumbuh adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab dari
masyarakat itu sendiri.
g. Prasarana perhubungan, produksi, pemasaran dan sosial berada pada tingkat sedang, mulai memadai
baik kwalitas maupun kwantitas.
3. Tingkat Desa Swasembada atau Berkembang.
Desa Swasembada adalah desa yang setingkat lebih maju dari desa swakarya, dimana adat
istiadat sudah tidak mengikat, hubungan antar manusia bersifat nasional, mata pencaharian penduduk
sudah beraneka ragam dan bergerak di sektor tertier, tehnologi baru sudah benar-benar dimanfaatkan
dibidang pertanian, sehingga produktivitas tinggi diimbangi dengan prasarana desa yang cukup.
Norma-norma Desa Swasembada :
a. Mata pencaharian disektor tertier, yaitu sebagian besar dibidang perdagangan dan jasa.
b. Yield / out put adalah merupakan jumlah dari seluruh produksi desa yang dinyatakan dalam nilai rupiah
dibidang perdagangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan / industri kecil, perdagangan dan
jasa sudah tinggi.
c. Adat istiadat dan kepercayaan penduduk sudah tidak mengikat atau maju.
d. Kelembagaan dan pemerintahan desa sudah efektif baik dalam hal penugasan-penugasan ataupun
fungsinya dan telah ada kondisi yang sebaik-baiknya dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di pedesaan.
e. Pendidikan dan ketrampilan penduduk sudah tingkatnya sudah tinggi.
f. Swadaya dan gotong royong masyarakat sudah menivest, artinya pelaksanaan dan tata cara kerja
kegotong-royongan berdasarkan musyawarah/mufakat antara warga masyarakat dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab yang selaras dengan norma-norma perkembangan/kemajuan zaman.
g. Prasarana produksi, perhubungan, pemasaran dan sosial cukup memadai serta hubungan kota-kota
sekitarnya telah berjalan lancar. (G. Kartasapoetra : 1986 : hal.48-51).
Walaupun telah ada norma-norma yang dijadikan ukuran dan dasar bagi penentuan tingkat
perkembangan desa, namun dalam kenyataan sehari-hari, acapkali norma-norma tersebut tidak
sepenuhnya dipedomani. Setiap tahun prosentase tingkat perkembangan desa sering berubah yang
secara administratif ditetapkan dalam suatu surat Keputusan Bupati / Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II. Setiap perubahan tingkat perkembangan desa cenderung memperbanyak jumlah desa
swakarya dan desa swasembada dalam bentuk angka akan tetapi tidak dalam kenyataan yang riil
dilapangan. Akibatnya sering menimbulkan kesan seolah-olah penentuan tingkat perkembangan desa
secara administratif, sekedar untuk memenuhi “pesanan” dan terget.
3.2 BEBERAPA FAKTOR EKOLOGI YANG MEMPENGARUHI ADMINISTRASIPEMERINTAHAN DESA
1. Faktor Politik
Pada faktor politik dilihat dari kesadaran bernegara masyarakatnya cukup baik misalnya pada
kesadaran masyarakat untuk berhubungan dengan kantor kelurahan dapat dikatakan lancar terbukti
surat-surat yang diperlukan oleh anggota masyarakat cepat urusannya misalnya KTP, Surat keterangan
dan lain-lain.
Dan dengan adanya partisipasi politik yang sudah berkembang pada masyarakat
desa membantu kepala-kepala lingkungan yang ada berperan sebagaimana yang diharapkan, sehingga
mempermudah dan mempercepat tugas-tugas di kelurahan.
2. Faktor Ekonomi
Dari data yang ada memperlihatkan faktor ekonomi sangat mempengaruhi akan kelancaran roda
Organisasi pemerintahan. Dapat dilihat dari jumlah surat-surat jalan, KTP, Surat Keterangan lainnya.
Dapat dilihat juga dari kewajiban bayar pajak dan retribusi misalnya PBB, disamping itu sumbangan
masyarakat pada hari-hari besar (Negara maupun Agama).
3. Faktor Sosial Budaya
Masyarakat adalah kumpulan dari individu-lndividu atau sekelompok manusia. atau dengan
pengertian lain dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah satu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-
ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Dalam bidang ini yang perlu diperhatikan adalah
kelompok-kelompok atau golongan yang mempunyai pengaruh dalam masyarakat. Setiap masyarakat
merupakan suatu kehidupan bersama, dimana akan terbentuklah berbagai macam organisasi sosial.
Setiap masyarakat mengenal organisasi sosial, struktur kelas dan sebagainya, sekalipun sifatnya dan
cirinya berbeda-beda, faktor ini berhubungan erat dengan struktur sosial yang mempunyai nilai sosial
yang mengatur kehidupan masyarakat sekelilingnya karena manusia selain sebagai mahluk berpikir, juga
mempunyai daya kreasi, sehingga dapat menarik pelajaran dari pengalamannya dan mencetuskan ide-
ide yang baru sebagai hasil dari proses sosial. Proses sosial merupakan suatu proses yang berarti bahwa
dia merupakan suatu gejala perubahan. Perubahan sosial tidak terjadi secara mendadak, melainkan
berubah karena hasil pendidikan dan kebudaaan. Oleh sebab itu faktor yang penting dalam pertumbuhan
suatu masyarakat adalah faktor waktu, karena waktu memberikan kesempatan pada individu untuk
bekerja sama.
Agar norma-norma yang berlaku ditaati oleh anggota masyarakat, maka perlu adanya
pengendalian sosial yang merupakan sistem atau proses yang dijalankan oleh masyarakat yang selalu
disesuaikan dengan kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang berlaku. Himpunan dari norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu. kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat disebut lembaga
kemasyarakatan.
Tingkat pendapatan yang sudah berkembang dan tingkat pendidikan yang memadai, maka
diperlukan Adanya keharmonisan, ketenangan, ketenteraman dan ketertiban dalam masyarakat. Hal ini
dapat terwujud dengan dilakukannya/ dilaksanakannya syiar agama yang baik, serta adanya kerukunan
beragama yang baik ditengah-tengah masyarakat.
4. Faktor Hankam
Perkembangan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, apabila tidak didukung oleh situasi
dan kondisi yang mantap dan stabil. Oleh sebab itu diperlukan adanya keamanan yang mantap dan
mandiri,
Aman, tentera, tertib dan sentosa adalah idaman setiap insan (manusia) di dalam suatu
masyarakat. Dengan adanya faktor keamanan yang terjamin, maka memungkinkan masyarakatnya
mencari nafkah lebih luas dan leluasa (sesuai dengan kaedah dan norma yang berlaku sehingga
pandapatannya dapat lebih meningkat lagi.
Faktor politik, ekonomi, dan sosial budaya sudah jelas mempengaruhi akan faktor Hankam ini.
Ketentraman, tertib, harmonis, tolong-menolong, setia kawan dan efektifnya lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang ada menyebabkan situasi dan kondisi masyarakat menjadi mantap dan stabil.
AWAL PERTUMBUHANA EKOLOGI ADMINISTRASI NEGARA
Pengertian Model dalam Perbandingan Administrasi Negara
Penggunaan suatu model dalam melaksanakan perbandingan administrasi negara ditemukan dan
digunakan dalam dua metoda terakhir yaitu General System Model Building dari Fred W Riggs
dan Midle Range Theory Formulation dari Ferrel Heady.
Model dapat disinonimkan dengan contoh, pola, paradigma, ideal, standar, dan pencerminan.
Ditinjau dari pemakaiannya istilah model dapat dibedakan dalam dua keperluan yaitu untuk
pemakaian sehari-hari dan untuk tujuan ilmiah.
Sebagai alat untuk tujuan ilmiah, model oleh Dalton E Mac Farland diartikan sebagai sarana untuk
menggambarkan situasi atau serangkaian kondisi sedemikian rupa sehingga perilaku yang terjadi di
dalamnya dapat dijelaskan. Sedangkan Daniel E Griffiths menyatakan bahwa istilah model dapat
diperbandingkan dengan teori atau sinonim dengan teori dan juga dapat dipergunakan untuk subyek-
subyek yang tidak banyak dikenal.
Penyusunan model menurut Johnson, Kast dan Rosenzweig dengan menggunakan teknik yang umum
dipakai untuk mengabstrasikan dan menyederhanakan, dalam rangka usaha untuk mempelajari
karakterirstik atau aspek-aspek perilaku obyek atau sistem dalam berbagai kondisi. Lebih lanjut
dikatakannya bahwa model merupakan penggambaran obyek, kejadian, proses atau sistem yang
dipergunakan untuk melakukan peramalan dan pengendalian.
Pernyataan yang lain dikemukakan oleh Hilgard dan Daniel Lerner bahwa model menunjuk pada
pernyataan eksplisit tentang struktur yang diharapkan dapat ditemukan di dalam setiap mass of
data tertentu. Sedangkan Dwight Waldo menegaskan dalam kalimat yang pendek model merupakan
sarana yang dapat dipergunakan untuk meredusir semua konsepsi tentang sifat, realita
atauuniverse. Sementara itu Marshall, Dimock and Dimock model merupakan teori yang memadukan
semua faktor yang berperan dalam batas-batas tertentu untuk diuji kebenarannya sebagi sarana
untuk menjelaskan fenomena tertentu. Yang terakhir Caldwell mengatakan bahwa di dalam model,
simbol-simbol dipergunakan sebagai pengganti realita, hal-hal yang detail ditinggalkan untuk
memperoleh kejelasan. Peranan penting model merupakan kerangka konseptual yang dapat
dipergunakan untuk melihat realita yang kompleks.
Dalam hubungannya dengan studi administrasi Negara Fred W Riggs mengatakan bahwa model
menunjuk kepada suatu susunan daripada simbol-simbol dan aturan pelaksanaan yang dibayangkan
sebagai mempunyai pasangan dengan kenyataan. Dalam hubungan ini jelaslah bahwa model
merupakan persamaan atau contoh perumpamaan (paradigma) antara dunia kenyataan dengan
gambaran pemikiran yang disederhanakan. Dengan model dapat diamati variabel-variabel sistem
administrasi Negara secara lebih cermat. Pendapat ini juga mengandung pengertian bahwa model
adalah copy atau imitasi dari suatu obyek yang disederhanakan.
Sementara itu Pamuji menegaskan dan menyimpulkan bahwa model lazimnya merupakan suatu
penggambaran obyek-obyek, kejadian-kejadian, proses-proses atau sistem dan dipergunakan untuk
peramalan dan kontrol. Model membantu untuk memperoleh gambaran sesuatu obyek atau sistem
secara bulat dan lengkap, yang dalam keadaan sebenarnya sangat komplek. Selanjutnya model
tersebut berfungsi sebagai alat untuk melakukan analisis terhadap suatu obyek atau sistem.
Penggunaan Model dalam Perbandingan Administrasi Negara
Ilmuwan yang mengetrapkan penggunaan model adalah FW. Riggs dengan Teori Model Umum yang
memunculkan dua model, yaitu : (1) Model Agraria dan Industria dan (2) Model Sala atau Prismatik.
Ilmuwan kedua adalah Ferrel Heady dengan Teori Bentuk Tengah atau Struktural Bersyarat
memunculkan Model Birokrasi.
Asumsi dasar yang dipakai para ilmuwan ini adalah bahwa (1) Masyarakat berkembang dan berubah
secara linear atau satu arah dari masyarakat yang sederhana/tradisional ke masyarakat yang
kompleks/modern. (2) Perkembangan dan perubahan sistem administrasi negara yang semakin maju
selalu mengikuti sesuai, seiring dan sejalan dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi di
masyarakatnya.
1. Model Agraria – Industria
Masyarakat secara dikotomis dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu masyarakat tradisional,
sederhana, agraris, paguyuban (gemeinschaff) sebagai awal perkembangan dan masyarakat maju,
kompleks, modern, industri, patembayan (gesselschaff) sebagai sisi yang lain dari perkembangan
masyarakat. Masing-masing kutub kelompok masyarakat ini akan memiliki model sistem administrasi
negara yang tidak sama.
Secara umum ciri masyarakat Agraris antara lain (1) Pengelompokan dan pelapisan masyarakat
berdasar keturunan, golongan, darah dan sebagainya, (2) Norma yang dominan berlaku dalam
masyarakat adalah norma yang bersifat partikularistik, (3) Jenis pekerjaan yang dimiliki dan dilakukan
oleh anggota masyarakat homogen pada umumnya pada bidang pertanian, (4) Masyarakat relatif
bersifat statis-stabil segan untuk berpindah ke tempat lain, (5) Pelapisan berdasar
kehormatan/kedudukan sosial, keturunan, (6) Bentuk organisasi primer yang menonjol dan sangat
berperan dalam masyarakat, (7) Aktivitas dalam bidang ekonomi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, dan (8) Banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh anggota masyarakat untuk
keperluan upacara yang berhubungan dengan kepercayaan tentang kehidupan.
Sedangkan ciri masyarakat Industri antara lain (1) Penilaian didasarkan kepada prestasi, hasil kerja
dari seseorang. (2) Norma yang berlaku di dalam masyarakat bersifat universalistik sehingga berlaku
umum, (3) Jenis pekerjaan yang ada di dalam masyarakat heterogen, spesifik sehingga memunculkan
ragam pekerjaan yang tinggi/banyak dan spesialis. (4) Masyarakat bercirikan dinamis-mobil tidak
segan untuk pindah baik yang berhubungan dengan tempat tinggal, jenis pekerjaan maupun yang lain.
(5) Berlaku prinsip kesamaan antara sesama anggota masyarakat sehingga lebih tidak dapat
ditemukan adanya lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, (6) Bentuk organisasi sekunder yang
berperan menonjol dan kuat pengaruhnya dalam masyarakat, (7) Ekonomi berorientasi untuk
memenuhi kebutuhan orang lain sehingga perdagangan semakin ramai dan maju (tergantung pada
kekuatan pasar), serta (8) Anggota masyarakat lebih bersifat rasional lugas dalam berpikir dan
bertindak.
Sistem Administrasi Negara Agraria – Industria
Sesuai dengan kerangka analisis yang dikembangkan oleh FW Riggs maka di dalam masyarakat
agraris akan ditemukan sistem administrasi negara yang sesuai dan sejalan dengan ciri-ciri
masyarakat agraris/tradisional yang diberi nama Agraria sedangkan di dalam masyarakat industri
demikian pula halnya akan didapatkan juga sistem administrasi Negara yang sesuai dengan ciri-ciri
masyarakat industri yang diberi nama Industria
Lebih lanjut dinyatakannya bahwa model Agraria di dalamnya ada 2 (dua) sub model yaitu Submodel
Feudalistik (Feudalistic) dan Submodel Birokratik Imperium (Imperial Bureaucratic). Demikian pula
halnya dengan model Industria didalamnya ada dua submodel yaitu Submodel Totaliter (Totalitarian)
dan Submodel Demokrasi (Democratic).
Model sistem Agraria akan berkembang dan berubah satu arah menuju model sistem Industria,
demikian pula halnya dengan masing-masing dua submodelnya.
Arah perubahan dan perkembangan submodel terlihat ke dalam enam konfigurasi, yaitu : (1)
Perubahan dari submodel Feudalistik menuju ke arah Birokratik Imperium secara timbal balik yang
sama-sama berada dalam model Agraria. (2) Perubahan secara timbal balik juga terjadi dalam model
Industria yang menyangkut antara Submodel Totaliter dengan Submodel Demokrasi. (3) Perubahan
searah dari Submodel Feudalistik yang ada pada model Agraria menjadi Submodel Totaliter pada
model Industria, (4) Perubahan searah dari Submodel Feudalistik yang ada pada model Agraria
menjadi Submodel Demokrasi pada model Industria, (5) Perubahan searah dari Submodel Birokrasi
Imperium yang ada pada model Agraria menjadi Submodel Totaliter pada model Industria, dan yang
terkakhir (6) Perubahan searah dari Submodel Birokrasi Imperium yang ada pada model Agraria
menjadi Submodel Demokrasi pada model Industria,
Variabel untuk pembuatan model Agraria-Industria adalah diferensiasi dan spesialisasi struktur dan
fungsi. Struktur menunjuk kepada adanya lembaga-lembaga/institusi sedangkan fungsi menunjuk
kepada tugas pelaksanaan dari suatu stuktur. Di dalam setiap masyarakat dijumpai lembaga-lembaga
yang menjalankan fungsi tertentu. Sifat-sifat atau ciri-ciri yang membedakan berbagai macam tingkat
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat diperoleh dengan menghubungkan lembaga/institusi
dan fungsi.
Dalam masyarakat tradisional (yang dalam hal ini model agraria), belum diketemukan diferensiasi dan
spesialisasi, dimana satu lembaga menjalankan beberapa fungsi. Masyarakat demikian disebut fused
society. Dalam masyarakat modern (yang dalam hal ini termasuk model industria), telah terdapat
diferensiasi dan spesialisasi yang berlanjut, dimana setiap lembaga menjalankan fungsi tertentu yang
sangat khusus. Masyarakat demikian disebut juga sebagairefracted society.
1. 1. Model SALA atau Prismatik
Model kedua yang diciptakan oleh FW Riggs ini khusus digunakan untuk menelaah dan menganalisis
sistem administrasi negara yang ditemukan dan berada di dalam masyarakat yang sedang
berkembang atau berubah dalam proses perubahan yang terjadi dari tipe masyarakat yang tradisional
ke tipe masyarakat modern
Asumsi yang digunakan dalam munculnya Model SALA, adalah bahwa (1) Masyarakat berubah dan
berkembang secara unilinear/searah dari kutub tradisional menuju kutub yang lain yaitu modern, (2)
Percepatan perubahan yang dialami dan dilakukan oleh negara, bangsa-bangsa di berbagai belahan
dunia tidak sama, (3) Negara yang dapat diklasifikasikan ke dalam kutub tradisional sebagai awal
perkembangan masyarakat sudah amat sulit ditemukan atau boleh disebut hampir tidak ada, (4)
Secara riel belum semua negara di dunia dapat diklasifikasikan mencapai dan menjadi Negara atau
masyarakat modern, (5) Sebagian besar negara justru tersebar berada pada posisi antara tipe
tradisional dan tipe modern dengan prosentase perbandingan bobot yang sangat beragam, (6)
Kelompok ini sudah tidak sepenuhnya tradisional tetapi juga belum sepenuhnya modern, di dalamnya
tercampur ciri karakteristik tradisional sekaligus juga ciri karakteristik modern secara bersama-sama
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat, (7) Pada kondisi dan kedudukan seperti itu maka model
Agraria–Industria menjadi sudah tidak dapat dipakai lagi untuk memerikan atau menggambarkannya,
sehingga (8) Harus diciptakan model lain yang mampu digunakan untuk menjelaskan tipe masyarakat
campuran yang sedang berubah dari tradisional ke modern.
Masyarakat yang sedang berubah/bergeser/berproses/bergerak dari model masyarakat tradisional ke
model masyarakat modern oleh FW Riggs diberi nama model Masyarakat Prismatik yang di dalamnya
tercampur karakteristik tradisional sekaligus juga karakteristik modern yang diakui dan berlaku
didalam masyarakat.
Model Masyarakat Prismatik
Nama Prismatik yang digunakan oleh FW Riggs untuk menyebut masyarakat yang sedang berkembang
atau berubah berasal dari kata prisma. Prisma merupakan sebuah benda yang berbentuk bidang
segitiga yang mampu memunculkan beraneka warna yang berbeda jika ada sebuah sinar disorotkan
kepadanya, atau dari satu menjadi banyak dengan warna yang berbeda-beda dalam suatu waktu dan
tempat ibarat seperti pelangi
Masyarakat diasumsikan seperti itu, yaitu masyarakat tradisional dianalogkan sebagai sinar yang
tunggal (sebelum masuk ke dalam bidang prisma), sedang masyarakat modern dianalogkan sebagai
aneka warna (yang muncul selepas bidang prisma) dan masyarakat yang sedang berkembang atau
prismatik adalah bidang prisma itu sendiri yang didalamnya terjadi proses berubahnya sinar yang
tunggal untuk menjadi beraneka warna
Pada kondisi sekarang sulit mendapatkan realitas yang berada di kedua ujung ekstrim dari
model agraria dan industria, yang ada kebanyakan dalam keadaan transisi (transitional society) dari
tradisonal/agraris ke modern/industri. Untuk ini diciptakanlah model masyarakat prismatik (prismatic
society), yaitu suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri tradisional atau agraria bersamaan dengan ciri-
ciri modern atu industria.
Dalam masyarakat prismatik beberapa pemimpin telah mengadakan pembaharuan-
pembaharuan, mereka menganggap dirinya sebagai promotor dan inisiator modernisasi. Dalam hal
yang demikian ini terjadilah proses pendesakan dan bukannya penggantian atas ciri-ciri atau sifat-sifat
tradisional oleh ciri modern.
Menurut Fred W Riggs ciri masyarakat prismatik adalah heteregonitas, formalisme, dan tindan
(overlapping), yang penjelasan secara garis besarnya adalah sebagai berikut.
(1) Heteregonitas. Salah satu ciri masyarakat prismatik ialah tingkat heteregonitas yang tinggi.
Dengan heteregonitas dimaksudkan suatu campuran sifat-sifat masyarakat tradisional (fused society)
dan masyarakat modern (refracted society). Dalam perwujudan rielnya dijumpai antara lain kota-kota
modern dengan golongan cerdik cendekiawan yang hebat-hebat, kantor-kantor gaya Barat, dan
sarana-sarana administrasi modern berada ditengah-tengah daerah pedesaan dengan penduduknya
yang sebagian masih buta aksara diperintah oleh kepala-kepala rakyat atau orang ‘tua-tua’ dimana
peran mereka di bidang politik, administrasi, keamanan dan sosial belum dideferensiasikan dan
bercorak tradisional.
(2) Formalisme. Ciri atau sifat yang kedua dari masyarakat prismatik adalah tingkat formalisme yang
tinggi. Formalisme dapat diartikan sebagai tingkat ketidaksesuaian (discrepancy) atau tingkat
konggruensi (congruence) antara apa yang telah dituliskan sebelumnya secara formal dengan apa
yang dipraktekkan atau ditindakkan secara riel, antara norma-norma dan kenyataan atau realita.
Semakin besar konggruensi keadaan semakin tidak realistis, semakin besar ketidaksesuaian semakin
lebih formalistis.
(3) Tindan (overlapping). Di dalam masyarakat prismatik terdapat tindan yang banyak, artinya
struktur-struktur yang telah dideferensiasikan secara formal ada berdampingan dengan struktur-
struktur yang belum dideferensiasikan. Dengan perkataan lain di dalam prismatic society telah disusun
struktur baru, seperti misalnya dinas-dinas pemerintahan, dewan-dewan perwakilan rakyat, pemilihan
umum, pasar-pasar, sekolah-sekolah dan sebagainya, tetapi fungsi-fungsi administrasi, politik,
ekonomi, pendidikan dan sebagainya sampai tingkat tertentu tetap dijalankan oleh struktur lama yang
belum dideferensiasikan, seperti keluarga, badan-badan keagamaan dan kelompok-kelompok
masyarakat tertentu lainnya.
Model SALA
Nama SALA sebagai sebutan administrasi Negara pada Negara-negara atau masyarakat yang sedang
berkembang (prismatic society), diambilkan dari nama sebuah bagian dari bangunan rumah tinggal
yang ditemukan di daerah Amerika Selatan. Bangunan ini agak terpisah dari rumah induk tetapi tetap
menjadi bagian yang tidak terpisahkan atau tetap masih menyatu dan ada fasilitas penghubungnya.
Bangunan ini oleh orang-orang Eropa/Barat biasa menyebutnya sebagai Paviliun. Bentuk bangunan
seperti ini hanya ditemukan pada sedikit orang dalam masyarakat atau hanya pada orang-orang
tertentu saja (yang biasanya memiliki kemampuan yang lebih besar dalam banyak hal). Bagian
bangunan yang pada umumnya tidak lebih besar dari bangunan induk digunakan secara khusus untuk
melakukan aktivitas pekerjaan yang berhubungan dengan masyarakat luas. Jadi merupakan konsep
rumah tinggal yang menyatu dengan tempat bekerja.
Ciri Karakteristik SALA sebagai Model SAN dalam Masyarakat Prismatik
(1) Heterogenitas (heteregonity) : fungsi administrasi kekeluargaan dengan struktur jabatan baru.
Fungsi-fungsi administratif yang semula dilaksanakan atas dasar hubungan kekeluargaan tetap
dilanjutkan tetapi secara sembunyi-sembunyi, sementara itu disusun struktur jabatan kantor yang
baru guna menggantikan organisasi atas dasar kekeluargaan tadi dan selanjutnya sebagai pantas-
pantas disiapkan seperangkat norma untuk dipatuhi (walaupun nyatanya norma tersebut diabaikan).
(2) Nepotisme (Nepotism) : universalistik dengan hubungan kekerabatan. Dalam masyarakat
tradisonal jelas-jelas keluarga merupakan landasan bagi pemerintahan dan administrasi negara, dan
wajar apabila jabatan-jabatan dalam administrasi negara disediakan bagi anggota keluarga
(nepotisme). Dalam masyarakat yang sedang berkembang (prismatic society), sering terdapat seorang
Presiden atau Perdana Menteri yang dipilih, tetapi menyerahkan kedudukannya kepada anak,
menantu, kemenakan atau keluarga dekatnya, yang seharusnya kedudukan tersebut digantikan oleh
seseorang melalui pemilihan. Jabatan-jabatan dalam administrasi negara dijabat oleh orang-orang atas
dasar norma yang bersifat universalistik, tetapi nyatanya diam-diam diisi oleh orang-orang yang punya
hubungan kekerabatan. Hal-hal demikian ini menjadi salah satu ciri dalam pengadaan pegawai dari
model Sala.
(3) Tindan (Overlapping) : antara pekerjaan kantor dengan urusan keluarga. Pengaruh keluarga atau
kerabat mengatasi pelaksanaan fungsi dinas/kantor sedemikian rupa sehingga peraturan/hukum
dilaksanakan seenak-enaknya terhadap keluarga, sebaliknya sekeras-kerasnya terhadap pihak-pihak
di luar kerabat. Hal ini berlaku juga terhadap pelaksanaan kontrak, pembelian perbekalan, pengadaan
barang, pembayaran pajak, pemberian lisensi, pemberian ijin dan lain sebagainya. Bagi pihak luar
pegawai-pegawai dari model sala ini nampak bersifat individualistik, karena mereka menilai
kepentingan keluarga lebih tinggi daripada kepentingan dinas, pemerintah, kadang-kadang bahkan
kepentingan negara.
(4) Poly communal / plural community : Mobilitas cukup tinggi tetapi tingkat asimilasi rendah.
Pengelompokan atas dasar keluarga menumbuhkan solidaritas kelompok. Dalam negara berkembang
solidaritas kelompok didapat atas dasar etnis, agama, ras yang bersifat mobil karena faktor
komunikasi yang relatif baik, tetapi belum tercapai asimilasi dengan penguasa (elite) karena sebagian
dari anggota kelompok masih buta aksara, sehingga melahirkan beberapa kelompok masyarakat
(communities) tertentu.
(5) Clect yang mencakup klik, klub dan sekte (Clicques, Clubs, Sects) : Organisasi primer/tradisional
dikelola secara modern atau sebaliknya. Clect dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi yang
memiliki fungsi-fungsi secara relatif bercampur baur bersifat semi tradisonal, tetapi diorganisir secara
asoasional modern. Sekte oposisi dari partai-partai politik dan gerakan dalam masyarakat prismatik
dapat digolongkan sebagai clect. Suatu organisasi mungkin jatuh dikuasai oleh satu clect tertentu
yang anggota-anggotanya sangat kuat solidaritasnya dan sangat kompak menghadapi clect yang lain.
Kekuasaan yang ada seakan-akan dimonopoli oleh clect dimana pihak luar tidak dapat ikut serta.
Dalam keadaan demikian berkembangkah suap, uang pelicin, upeti atau pungutan liar (pungli) guna
mendapatkan pelayanan atau fasilitas.
(6) Formalisme (Formalism) : Ekonomi bazaar-canteen. Pelaksanaan peraturan tersurat tidak sama
dengan yang tersirat. Pelaksanaannya bisa diibaratkan sebagai bazar di mana tidak ada kepastian
harga bersama-sama dengan kantin yang sudah ada kepastian harga dalam mengatur segala sesuatu
dalam kehidupan masyarakat. Komisi tidak wajar seakan-akan dibenarkan, harga barang yang dibeli
oleh dinas dinaikkan di atas harga pasar (mark-up), di mana selisih harga diserahkan kepada pejabat
sebagai ’komisi’. Korupsi seolah-olah dilembagakan diikuti dengan mutasi periodik bergilir diantara
jabatan-jabatan ’basah’ dan jabatan-jabatan ’kering’.
(7) Mitos, formula dan kode (Mythos, Formula and Code) : Modern dalam pemikiran tetapi
pelaksanaan tradisional atau sebaliknya. Mitos, formula dan kode sudah diciptakan mengikuti pokok-
pokok pikiran modern, tatapi dalam praktek tetap berlangsung tindakan-tindakan yang mengikuti
norma tradisional. Pemerintahan oleh rakyat, kedaulatan di tangan rakyat (merupakan mitos modern),
pejabat-pejabat eksekutif tertentu harus dipilih dalam pemilihan umum, pegawai-pegawai pemerintah
administrasi negara adalah abdi masyarakat (merupakan formula modern), pemerintahan harus
bertindak sesuai dengan hukum, administrasi negara dapat dituntut di depan pengadilan administrasi
(merupakan kode modern), tetapi pada praktek kenyataannya rakyat dianggap sepi seolah-olah
sebagai obyek saja, sementara pejabat mengangkat dirinya dalam jabatan yang tidak dibatasi, bukan
administrasi yang menjadi public servants yang melayani, tetapi sebaliknya menjadi master yang
dilayani dan sebagainya.
(8) Distribusi kekuasaan : Otoritas lawan kontrol. (Distribution of Power : Authority versus Control).
Kekuasaan seharusnya dibagi-bagi dengan pendelegasian dalam rangka desentralisasi, akan tetapi
prakteknya justru sebaliknya sentralisasi yang berlaku. Pada sisi yang lain struktur kekuasaannya
sentralistik dan terpusat akan tetapi pengendalian atau kontrolnya terpisah-pisah tersebar dilakukan
oleh banyak pihak.
1. 2. Model Birokrasi
Dua model yang sudah diuraikan di atas adalah yang diusulkan oleh Fred W Riggs (yang
didasarkan pada metoda general system model building atau model umum), sedangkan model yang
ketiga ini dikemukakan oleh Ferrel Heady (didasarkan pada metoda yang lain yang merupakan koreksi
dan penyederhanaan model yang umum menjadi lebih terbatas/khusus dan diberi nama middle range
theory formulation).
Teori bentuk tengah ini tetap mendasarkan pada ekologi administrasi yaitu melihat hubungan
administrasi negara dengan ekologi atau lingkungannya, hanya saja polanya disederhanakan atau
dipangkas dengan menitik beratkan dua aspek saja. Kedua aspek dimaksud adalah sistem politik
sebagai wakil dari lingkungan luar administrasi negara (faktor non administrasi) sebagai aspek
lingkungan yang paling dominan, dan birokrasi sebagai wujud atau bentuk yang paling banyak dan
mudah ditemukan dalam administrasi negara apapun (baik dalam masyarakat yang sedang
membangun atau developing countries maupun masyarakat yang sudah maju/modern atau developed
countries). Dengan perkataan lain dalam hal ini negara dibedakan berdasarkan proses pembangunan
yang telah dilakukan pada masing-masing negara, yaitu kelompok negara sedang membangun dan
negara yang sudah maju dalam pembangunannya.
Birokrasi yang ideal menurut Max Weber memiliki ciri-ciri (1) Hirarkhi, kantor-kantor diorganisir
atas dasar susunan hirarkhis, (2) Birokrasi adalah suatu istilah yang diterapkan dalam usaha-usaha
publik dan privat, (3) Struktur pekerjaan yang rasional. Terdapat pembagian kerja yang rasional, setiap
jabatan/posisi dilengkapi dengan kewenangan legal yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, (4) Formalisasi. Tindakan-tindakan, keputusan-keputusan dan peraturan-peraturan
diformulasikan dan dicatat/ ditulis dengan tertib dan lengkap, (5) Kepemimpinan (manajemen)
terpisah dari hak milik. Terdapat kelompok klas administratif yang profesional dan digaji, (6) Tidak ada
hak milik pribadi atas jabatan/kantor, (7) Kemampuan dan latihan khusus diperlukan bagi kelompok
klas administratif, (8) Anggota-anggota dipilih secara kompetitif atas dasar kemampuan/keahlian, dan
(9) Berdasarkan hukum. Setiap jabatan/kantor memiliki kewenangan yang dirumuskan secara jelas
dalam arti yuridis.
Model ini dalam melihat hubungan administrasi negara dengan lingkungan, hanya dilihat
subsistem yang berpengaruh paling kuat dan besar terhadap birokrasi, dalam hal ini yang ditemukan
adalah sistem politik (harap diingat juga bahwa ada pendapat ahli yang menyatakan bahwa
administrasi negara adalah pelaksanaan dari kebijakan yang ditetapkan oleh sistem politik atau
pemerintah). Sistem-sistem yang lain—seperti sosial, ekonomi budaya dan sebagainya—tidak dapat
berpengaruh secara langsung terhadap administrasi negara/birokrasi, melainkan pengaruhnya lewat
sistem politik. Sistem politik yang ada dalam hal ini dianggap sudah mencerminkan sitem ekonomi,
budaya, sosial dan sebagainya.
Hasil dari analisis hubungan sistem politik dengan birokrasi memunculkan sebanyak 10 model
sistem administrasi negara, yang dikelompokkan dalam negara yang maju/modern dengan negara
yang sedang berkembang sebagai berikut :
Pada negara maju, modern (developed countries) ditemukan ada empat model, yaitu : (1) Sistem
Klasik di Perancis dan Jerman (Classical Administrative System : France and Germany), (2) Administrasi
dalam Budaya Kewargaan seperti di Inggris dan Amerika Serikat (Administration in the Civic Culture :
Great Britain and the United States), (3) Administrasi dimodernisasikan seperti yang dilakukan di
Jepang (Modernizing Administration : Japan), dan (4) Administrasi Komunis/sosialis di Uni Sovyet
(Administrative under Communist : the USSR).
Pada negara sedang berkembang (developing countries) ada enam model, yaitu ; (1) Sistem Otokrasi
Tradisional (Traditional Authocratic System), seperti pada negara-negara di kawasan Timur Tengah, (2)
Sistem Birokrasi Elite Sipil dan Militer (Bureaucratic Elite System Cicil and Military), seperti Indonesia,
Thailand, (3) Sistem Kompetisi Penuh (Polyarchal Competitive System), seperti di Philipina, (4) Sistem
Partai Dominan Semi Kompetisi (Dominant Party Semi Competitive System), seperti di India, Malaysia,
Indonesia, (5) Sistem Mobilisasi Partai Dominan (Dominant Party Mobilization System), seperti
beberapa Negara di Afrika, dan (6) Sistem Komunis Totaliter (Communist Totalitarian System) seperti
di Korea Utara.
9.2.2. Rangkuman
Perbandingan administrasi Negara telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna dengan
pemanfaatan model sebagai sarana metoda dalam melakukan studi perbandingan dalam administrasi
Negara.
Tuntutan tentang penggunaan model dalam studi perbandingan administrasi Negara memunculkan
paling tidak tiga model pengetrapan dalam perbandingan administrasi negara, yaitu (1) Model Agraria
dan Industria, (2) Model Sala atau Prismatik, dan (3) Model Birokrasi.
9.3. PENUTUP
Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal mahasiswa mengenai berbagai model dalam studi
perbandingan administrasi negara maka berikut beberapa contoh pertanyaan yang relevan:
1. Apa yang Saudara ketahui tentang model, beri penjelasan dan lengkapi dengan contohnya.
2. Uraikan berbagai alasan yang menyebabkan model dipakai dalam perbandingan administrasi
negara.
3. Jelaskan model agraria industria yang dikemukakan oleh FW Riggs seraya lengkapi dengan
contohnya.
4. Jelaskan model Sala dalam studi perbandingan administrasi negara yang dikenukakan oleh FW
Riggs dan berikan contohnya.
5. Jelaskan model perbandingan Birokrasi yamg dikemukakan oleh Ferrel Heady dalam
melengkapi studi perbandingan administrasi negara.
6. Jelaskan tentang model administrasi negara yang ada pada negara maju dan negara sedang
berkembang menurut model perbandingan birokrasi.
9.4. DAFTAR PUSTAKA
Heady, Ferrel, 1971. Public Administration : A Comparative Perspective, Englewood Cliffs, N.J, Prentice
Hall Inc.
Henry, N,1998. Public Administration and Public Affairs, Pearson Prentice Hall, New Jersey.
Kadarwati, Tri, 1994. Administrasi Negara Perbandingan, Karunika, Jakarta.
Pamudji, S, 1988. Ekologi Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta.
Raphaeli, Nimrod (Ed), 1970. Readings in Camparative Public Administration, Allyn and Bacon Inc,
Boston.
Riggs, Fred W, 1978. Administration in Developing Countries : The Theory of Prismatic Society,
Houghton Mifflin Company, Boston.
Siffin, William J, 1967. Comparative Study of Public Administration, Indiana University, Bloomington.
Suhardjono, 1988. Pengantar Studi Perbandingan Administrasi Negara, Penerbit Sangkakala,
Malang.
9.5. SENARAI
1. Model merupakan suatu penggambaran obyek-obyek, kejadian-kejadian, proses-proses atau
sistem dan dipergunakan untuk peramalan dan kontrol. Model membantu untuk memperoleh
gambaran sesuatu obyek atau sistem secara bulat dan lengkap, yang dalam keadaan
sebenarnya sangat komplek.
2. Agraria adalah model sistem administrasi negara yang ada/ditemukan pada masyarakat
tradisional atau agraris.
3. Industria adalah model sistem administrasi negara yang ditemukan/ada pada masyarakat maju
atau industri.
4. Sala adalah model sistem administrasi negara yang ada pada masyarakat yang sedang
berkembang atau prismatik.
PENGARUH 6 ASPEK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiap-tiap aspek, terutama aspek-aspek dinamis, di dalam tata kehidupan nasional relatif
berubah menurut waktu, ruang dan lingkungan sehingga interaksinya menciptakan kondisi
umum yang sangat konplek dan amat sulit. Dari pemahaman tentang hubungan tersebut
tentang gambaran bahwa Konsepsi Ketahana Nasional akan menyangkut hubungan
antaraspek yang mendudung kepribadian yaitu :
1. Aspek yang berkaitan dengan alam besifat stasti, yang meliputi Aspek Geografi, Aspek
Kependudukan, dan aspek Sumber Kekayaan Alam.
2. Aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis, yang meliputi Aspek Ideologi, Aspek
Politik, Aspek Sosial Budaya, dan Aspek Pertahanan dan Keamanan.
Pengaruh Aspek Ideologi Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang
memberikan motivasi. ldeologi juga mengandung konsep dasar tentang kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu bangsa. Secara teoretis, suatu ideologi bersumber dari stuatu
falsafah dan meruakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian, Hakekat dan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia ?
2. Sebutkan dan Jelaskan Asas-Asas Dan Sifat Ketahanan Nasional Indonesia ?
3. Jelaskan Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional pada kehidupan berbangsa dan bernegara ?
4. Jelaskan Pengaruh Ketahanan Nasional pada berbagai Aspek ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Hakekat dan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia
Kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang
berintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan
ancaman hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Untuk
menjamin identitas, integritas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mencapai tujuan nasionalnya.
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional
melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang
serasi dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh berlandaskan Pancasila,
UUD 45 dan Wasantara.
Kesejahteraan = Kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai
nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dan merata rohani dan jasmani.
Keamanan = Kemampuan bangsa Indonesia melindungi nilai-nilai nasionalnya terhadap
ancaman dari luar maupun dari dalam.
Hakekat Ketahanan Nasional Indonesia = Keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin kelangsungan
hidup dan tujuan negara.
Hakekat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia = Pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan nasional.
B. Asas-Asas Dan Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
1. Kesejahteraan dan keamanan
2. Komprehensif Integral (Menyeluruh Terpadu)
3. Mawas kedalam dan keluar
4. Kekeluargaan
Sifat Ketahanan Nasional Indonesia
1. Mandiri = Percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri bertumpu pada identitas,
integritas dan kepribadian. Kemandirian merupakan prasyarat menjalin kerjasama yang
saling menguntungkan
2. Dinamis = Berubah tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi
lingkungan strategis.
3. Wibawa = Pembinaan ketahanan nasional yang berhasil akan meningkatkan kemampuan
bangsa dan menjadi faktor yang diperhatikan pihak lain.
4. Konsultasi dan Kerjasama = Sikap konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai
dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
C. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketahanan nasional merupakan gambaran dari kondisi sistem (tata) kehidupan nasional
dalam berbagai aspek pada saat tertentu. Tiap-tiap aspek relatif berubah menurut waktu,
ruang dan lingkungan terutama pada aspek-aspek dinamis sehingga interaksinya
menciptakan kondisi umum yang sulit dipantau karena sangan komplek.
Konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang mendukung
kehidupan, yaitu:
1. Aspek alamiah (Statis)
a. Geografi b. Kependudukan c. Sumber kekayaan alam
2. Aspek sosial (Dinamis)
a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial budaya
e. Ketahanan keamanan
Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi => Suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan
motivasi.
Dalam Ideologi terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh
bangsa. Keampuhan ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya yang
dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia. Suatu
ideologi bersumber dari suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari
sistem falsafah itu sendiri.
1. Ideologi Dunia
a. Liberalisme(Individualisme)
Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang
(individu) dalam masyarakat (kontraksosial). Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang
melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk
penguasa terkecuali atas persetujuan dari yang bersangkutan. Paham liberalisme
mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan kepentingan pribadi yang menuntut
kebebasan individu secara mutlak. Tokoh: Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau,
Herbert Spencer, Harold J. Laski
b. Komunisme(ClassTheory)
Negara adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain.
Golongan borjuis menindas golongan proletar (buruh), oleh karena itu kaum buruh
dianjurkan mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum
kapitalis & borjuis, dalam upaya merebut kekuasaan / mempertahankannya,
komunisme,akan:
1) Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
2) Atheis, agama adalah racun bagi kehidupan masyarakat.
3) Mengkomuniskan dunia, masyarakat tanpa nasionalisme.
4) Menginginkan masyarakat tanpa kelas, hidup aman, tanpa pertentangan, perombakan
masyarakat dengan revolusi.
c. PahamAgama
Negara membina kehidupan keagamaan umat dan bersifat spiritual religius. Bersumber
pada falsafah keagamaan dalam kitab suci agama. Negara melaksanakan hukum agama
dalam kehidupan dunia.
2. Ideologi Pancasila
Merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa
Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung didalamnya.
Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan ideologi bangsa Indonesia
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan kekuatan nasional
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan
yang dari luar/dalam, langsung/tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan
kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Untuk mewujudkannya diperlukan kondisi mental bangsa yang berlandaskan keyakinan
akan kebenaran ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta
pengamalannya yang konsisten dan berlanjut.
Untuk memperkuat ketahanan ideologi perlu langkah pembinaan sebagai berikut:
1. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif.
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu direlevansikan dan diaktualisasikan agar mampu
membimbing dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Bhineka Tunggal Ika dan Wasantara terus dikembangkan dan ditanamkan dalam
masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa dan kesatuan
wilayah.
4. Contoh para pemimpin penyelenggara negara dan pemimpin tokoh masyarakat
merupakan hal yang sangat mendasar.
5. Pembangunan seimbang antara fisik material dan mental spiritual untuk menghindari
tumbuhnya materialisme dan sekularisme
6. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada anak didik dengan cara mengintegrasikan
ke dalam mata pelajaran lain
D. Pengaruh Ketahanan Nasional pada berbagai Aspek
1. Pengaruh Ketahanan Nasional Pada Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan motivasi.
Ideologi juga mengandung suatu konsep dasar tentang kehidupan yang diciptakan oleh
suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang
dikandungnya, yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi dan kehidupan
manusia.
1. Ideologi Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi
manusia yang melekat sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun
termasuk penguasa, kecuali atas persetujuan yang bersangkutan. Paham liberalisme
mempunyai nilai-nilai dasar kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan
individu secara mutlak, yaitu kebebasan mengejar kebahagiaan hidup di tengah-tengah
kekayaan materi yang melimpah serta didapat secara bebas.
2. Ideologi Komunisme
Aliran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas
kelas lain. Golongan kuat menindas golongan lemah. Karena itu Karl Marx menyerukan agar
kaum buruh mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan dari golongan kapitalis
dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur negara. Ideologi ini
memiliki beberapa ciri yaitu :
1) Menciptakan konflik untuk mengadu golongan tertentu dan menghalalkan segala cara
dalam meraih tujuan.
2) Bersifat atheis dan didasarkan pada kebendaan. Bahkan agama dianggap sebagai racun.
3) Bercorak internasional. Komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
4) Mencita-citakan masyarakat tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas dianggap memberikan
suasana hidup yang aman dan tenteram.
1. Paham Agama
Ideologi bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam kitab suci agama. Negara
membina kehidupan keagamaan umat. Negara bersifat spiritual religius. Dalam bentuk lain
negara melaksanakan hukum agama dalam kehidupannya.
2. Ideologi Pancasila
Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia
yang sudah sejak ratusan tahun lalu tumbuh berkembang di Indonesia.
Upaya memperkuat ketahanan ideologi memerlukan langkah pembinaan berikut :
a) Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif terus dikembangkan serta
ditingkatkan.
b) Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlevansikan dan diaktualisasikan agar
mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c) Istilah Bhineka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara perlu dikembangkan dan
ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangasa.
d) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa perlu dihayati dan diamalkan secara nyata
oleh setiap warga negara Indonesia.
e) Pembangunan harus menunjukkan keseimbangan antara fisik material dan mental
spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan sekularisme.
f) Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik dengan cara
mengintegrasikannya kedalam mata pelajaran lain. Pendidikan moral Pancasila juga perlu
ditanamkan kepada masyarakat luas secara non formal.
2. Pengaruh Ketahanan Nasional Pada Aspek Politik
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan politik bangsa
yang berisi keuletan, ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan yang datang dari dalam maupun luar.
Perwujudan ketahanan dalam aspek politik memerlukan kehodupan politik bangsa yang
sehat, dinamis dan mampu memelihara stabilitas politik.
· Ketahanan Pada Aspek Politik Dalam Negeri
1) Sistem pemerintahan berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan yang bersifat
absolut.
2) Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat, namun bukan
perbedaan mengenai nilai dasar.
3) Kepemimpinan nasional mampu mengakomodasikan aspirasi yang hidup dalam
masyarakat.
4) Terjalin komunikasi politik timbak balik antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka
mencapai tujuan nasional.
· Ketahanan Pada Aspek Politik Luar Negeri
1) Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama internasional di berbagai
bidang dalam rangka memantapkan persatuan bangsa serta keutuhan NKRI.
2)Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka meningkatkan
persahabatan dan kerjasama antar negara berkembang serta antara negara berkembang
dengan negara maju sesuai kemampuan demi kepentingan nasional.
3)Citra positif Indonesia perlu ditingkatkan dan diperluas melalui promosi, peningkatan
diplomasi, pertukaran pelajar dan lain sebagainya.
4)Perkembangan dunia terus diikuti dan dikaji agar terjadinya dampak negatif yang dapat
mempengaruhi stabilitas nasional dapat diatasi sedari dini.
5) Langkah bersama negara berkembang dengan negara industri maju untuk memperkecil
ketimpangan dan mengurangi ketidakadilan perlu ditingkatkan melalui perjanjian
perdagangan internasional.
6)Peningkatan kualitas SDM perlu dilaksanakan dengan pembenahan sistem pendidikan,
pelatihan dan penyuluhan calon diplomat secara menyeluruh agar mereka dapat menjawab
tantangan tugas yang mereka hadapi.
7)Perjuangan bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional, seperti melindungi
hak warga negara Republijk Indonesia diluar negeri perlu ditingkatkan.
3.Pengaruh Ketahanan Nasional Pada Aspek Ekonomi
Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang
mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, menciptakan kemandirian
ekonomi nasional yang berdaya saing tinggi dan mewujudkan kemakmuran rakyat yang adil
dan merata.
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan memerlukan pembinaan berbagai
hal yaitu antara lain :
1)Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk dapat mewujudkan kemaknmuran dan
kesejahtaeraan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
2) Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan sistem free fight liberalism, etatisme dan
monopolistis.
3) Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam
keterpaduan antar sektor pertanian, industri serta jasa.
4)Pembangunan ekonomi memotivasi serta mendorong peran serta masyarakat secara
aktif.
5) Pemerataan pembangunan dan pemanfaataan hasil-hasilnya senantiasa memperhatikan
keseimbangan antar sektor dan antar wilayah.
4. Pengaruh Ketahanan Nasional Pada Aspek Sosial Budaya
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kehidupan sosial budaya bangsa yang
mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan
masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Masyarakat yang rukun bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera.
Masyarakat tersebut haruslah mampu menangkal penetrasi terhadap budaya asing yang
tidak sesuai kebudayaan nasional
Esensi pengaturan dan penyelenggaraaan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang
demikian adalah pengembangan kondisi sosial budaya Indonesia dimana setiap warga
masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya berdasarkan
Pancasila.
5. Pengaruh Ketahanan Nasional Pada Aspek Pertahanan dan Keamananan
Ketahanan pertahanan dan keamanan yang diharapkan merupakan kondisi daya tangkal
yang dilandasi oleh kesadaran bela negara seluruh rakyat dan mengandung kemampuan
memelihara stabillitas pertahanan dan keamanan negara.
Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap warga negara Indonesia perlu :
1) memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang disertai
keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi tantangan.
2)sadar dan peduli akan pengaruh yang timbul pada aspek ipoleksosbudhankam sehingga
setiap warga negara dapat mengeliminir pengaruh buruk pada aspek-aspek tersebut.
Apabila setiap warga negara memiliki semangat perjuangan bangsa, sadar serta perduli
terhadap pengaruh yang timbul dan dapat mengeliminir pengaruh tersebut, maka
ketahanan nasional Indonesia akan terwujud.
PENGERTIAN EKOLOGI ADMINISTRASI NEGARA
blogdetik.com Daftar Blog
bersenang senangJust another Blogdetik.com weblog
HOME
PROFIL
Subscribe By RSS You Are Here : Bersenang Senang » Uncategorized » EKOLOGI
SEP23EKOLOGIPublished By vahriivosuryansyah under Uncategorized
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Ekologi
Pengertian Ekologi Administrasi (Negara) terdiri dua terminology yaitu Ekologi dan
Administrasi kedua terminology ini dapat ditelusuri dari berbagai sudut. Setiap sudut
pandang tersebut memberikan pengertian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh latar
belakang pengalaman, pendidikan dan cara pandang dari para ahli yang bersangkutan.
Meskipun demikian dari masing masing cara pandang yang berbeda itu dapat
ditelusuri beberapa hal yang merupakan persamaannya. Dengan persamaan
persamaan tersebut maka dapat di rumumuskan berbagai kriteria yang merupakan
karakteristik dari Ekologi Administrasi itu sendiri, sehingga dapat diambil batasan
mendekati arti yang sebenarnya, bahkan tidak menutup kemungkinan diperoleh
pengertian yang sesungguhnya.
Kata ekologi pertama kali di perkenalkan oleh Ernest Hackel, seorang biologis jerman
pada tahun 1869. Kata Ekologi terdiri dari kata Oikos dan Logos, Oikos = Rumah atau
tempat tinggal, sedangkan Logos = telaah atau studi.
Jadi Ekologi adalah ilmu tentang rumah atau tempat tinggal mahluk, biasanya ekologi
didefinisikan sebagai berikut : Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
mahluk hidup dengan lingkungan(Soejiran Dkk-Pengantar Ekologi,1)
Ekologi adalah cabang dari biologi yang berkenaan dengan hubungan antara
kehidupan mahluk hidup dengan lingkungan sekitar mereka, yang dalam ilmu
kemasyarakatan perhubungan antara penyaluran kelompok kelompok manusia
tersebut dengan penerangan sumberdaya alam berakibat terhadap pola
kemasyarakatan dan budaya.
Ekologi adalah tata hubungan total (menyeluruh) dan mutual (timbal balik yang
berguna) antara suatu organisme dan lingkungan sekelilingnya (Prajudi Atmosudirjo,-
Peranan Administrasi Pemerintah Daerah Dalam Pembangunan, Seminar di Lembang
15 s.d 18 September 1970)
Ilmu Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara suatu organisme
dengan yang lainnya dan diantara organisme-organisme tersebut dengan
lingkungannya.
(Fuad Amsyari- Prinsip-prinsip masalah Pencemaran Lingkungan Hidup, 11)
Ekologi adalah suatu kajian yang berhubungan dengan inter-relasi antara organisme
dengan lingkungan. Dasar empirisnya terletak dalam hasil penelitian bahwa
organisme-organisme yang hidup ini berfariasi menurut lingkungan.
(Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, 239)
B. Sekilas Mengenai Ilmu Administrasi Negara
Ilmu Administrasi Negara adalah cabang ilmu administrasi, maka semua prinsip dan
teori umum mengenai administrasi dan manajemen pada umumnya berlaku pula bagi
administrasi negara.
Bidang sosialisasi ilmu administrasi yang tertua dan paling luas adalah administrasi
publik (Public Administration).
Ilmu administrasi negara, secara teoritis terdiri dari :
a. Administrasi Negara murni (Pure Administration)
Mengembangkan teori-teori yang berlaku Universal di seluruh dunia
b. Ilmu Administrasi Internasional Publik (Applied Administration)
Mengembangkan ajaran ajaran yang tidak bersifat universal. Misalnya : Administrasi
Indonesia, Administrasi Amerika Serikat, Administrasi Perserikatan Bangsa Bangsa dll.
C. Pendekatan Aneka Warna Administrasi Negara
1. Administrasi Negara Sebagai Fungsi
Sebagai fungsi Administrasi Negara adalah fungsi dari setiap pejabat pemerintah,
khususnya. Pejabat Administrasi Negara atau Administrator Negara pada semua
tingkatan, eselon atau tempat (posisi)
2. Administrasi Negara Sebagai Aparatur (Machinery) atau Sebagai Aparat (Aparatus)
dari Pemerintah
Sebagai aparatur atau aparat pemerintah, administrasi negara merupakan suatu
organisasi yang amat kompleks.
3. Administrasi Negara Sebagai Proses
Sebagai proses administrasi negara merupakan proses penyelanggaraan urusan
urusan negara dan pemerintah secara teknis, suatu proses ng tiada henti hentinya
(Never Ending Prosces)
4. Administrasi Negara Beraspek Yuridis
Dinas dinas, jawatan jawatan dan organisasi administrasi diciptakan oleh hukum.
5. Administrasi Negara Sebagai Prosesi
Seorang administrator adalah seorang Profesional artinya adalah seorang spesialis
yang telah dididik dan dilatih untuk bertugas untuk melaksanakan tugas ini ia harus
mempunyai kecakapan kecakapan tertentu, yaitu suatu jenis lapangan kerja yang
memerlukan pendidikan dan latihan yang mendalam dan pekerjaan itu bersifat Mental
dan Manual.
6. Administrasi Negara Sebagai Manajemen
Dikalangan masyarakat Indonesia masa kini terdapat dua istilah yang seolah olah
bersaing untuk mendapatkan tempat yang utama yakni Administrasi dan Manajemen.
7. Administrasi Negara Sebagai Seni dan Ilmu
Pada prakteknya kebanyakan masih merupakan suatu teori, yaitu seni menggunakan
intuisi. Tapi dapat juga studi Administrasi Negara itu suatu ilmu, dan tidak sebagai
ilmu eksak melainkan sebagai laporan studi yang dapat mempergunakan metode
ilmiah.
D. Peringkat Administrasi Negara Menurut Optiknya
a. Administrasi Negara Makro dan Maksi
Dijalankan oleh Presiden, yang menyangkut besaran besaran kualitatif dan kuantitatif,
tanpa melihat individu individu atau badan badan yang berdiri sendiri
b. Administrasi Negara Meso
Yang sifatnya koordinatif terhadap gabungan gabungan unit unit organisasi
administrasi negara, pengambilan keputusan keputusan yang sifatnya kolektifitas atau
bergabungan, dalam arti bahwa setiap keputusan Kepala Administrasi Negara (MESO)
berlaku untuk seluruh gabungan unit unit yang dipimpinnya dan tidak untuk satu unit
saja.
Administrasi Negara Meso adalah terutama dilaksanakan oleh Menteri dan Gubernur
Kepala Wilayah Propinsi sebagai penguasa tunggal.
c. Administrasi Negara Mini
Administrasi Negara Mini adalah Administrasi Negara yang isinya lengkap (segala
jenis persoalan ada), namun dalam skala kecil.
d. Administrasi Negara Makro
Adalah Administrasi Negara yang dijalankan oleh ribuan administrator negara yang
masing masing memimpin satu unit organisasi Administrasi Negara operasional
produktif (staf operation atau line operation)
E. Ciri Ciri Sifat Utama Administrasi Negara Indonesia
Administrasi Negara Indonesia adalah Administrasi Negara Pancasila, membentuk
masyarakat adil dan makmur Sejahtera lahir batin berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, dengan suatu harapan mampu berproduksi, tidak hanya untuk memenuhi
permintaan di Dalam Negara yang harus meningkat baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
BAB II
MANUSIA DAN LINGKUNGANNYA
A. Manusia Sebagai Makhluk
Manusia merupakan makhluk yang kompleks keadaannya yakni :
a. Manusia merupakan makhluk biologis, dia sejenis hewan.
b. Manusia merupakan makhluk sosial, zoon politikon, harus berkumpul dengan
sesama manusia lain jika hendak merupakan manusia.
c. Manusia adalah makhluk intelektual, makhluk berpikir, kemampuan berpikir yang
tertinggi terdiri dari :
Analisis
Synthesa
Evaluasi
Manusia adalah makhluk spiritual, makhluk berperasaan, kemampuan beratnya yang
tertinggi adalah intuisi (rasional) dan firasat (irasional) pangkat atau dasar untuk itu
terletak dihatinya.
Manusia adalah divina, makhluk pencari Tuhan.
Manusia mempunyai 3 fakultas kesanggupan (ability) yakni
3 fakultas manusia = 1. Cipta/ akal adalah menghasilkan ilmu dan teknologi
2. Rasa adalah menghasilkan seni dan estetika
3. Karsa adalah menghasilkan etika dan moral
Yang dimaksud lingkungan hidup (environment) yaitu : Keadaan sekitar yang
melingkupi atau mengelilingi suatu Organisme hidup atau suatu kehidupan.
B. Lingkungan Hidup dan Faktor faktornya
Prof. Fred W.Riggs dalam Equilibrium modelnya telah menggambarkan faktor-faktor
Ekologi Administrasi Negara di Amerika Serikat, terdiri dari :
- Economic Foundation
- Social Stuttures
- Communitation Net Work
- Ideological/ Simbol Patern
- Political System
Prof. John M. Gaus dalam artike : The Philipine Administratise System, A Fusion Of
Easet And Weset, mengemukakan 6 faktor Ekologis dari system administrasi philipine
sebagai berikut :
- People
- Place
- Phisical Technology
- Social Technology
- Whises And Ideals
- CatasTrophe
- Personality
Pelix A. Nigro dalam bukunya Modern Public Administration, menulis ciri ciri penting
masyarakat amerika dewasa ini dan bagaimana ciri ciri tersebut mempengaruhi
amerika dewasa ini, tidak dapat disebutkan semua, tetapi beberapa faktor penting
yang seharusnya di bahas dan dipelajari ialah :
1. Perubahan penduduk (population changes)
2. Perkembangan tknologi fisik (advances in fishical technologi)
3. Perkembangan investasi atau penemuan sisial (advances in social inventions)
4. Cita cita atau ideologi (ideological environment)
(Pamudji, EAN/15)
BAB III
MODE SEBAGAI ALAT ANALISA
A. Model Merupakan The Factor Of The Must
Model menurut definisi adalah bentuk abstraksi dari suatu kenyataan.
Model merupakan suatu perkawinan yang disederhanakan dari gejala dunia
kenyataan.
Model dapat dipergunakan dengan berbagai cara dalam kehidupan manusia ( dapat
berupa fisik dan non fisik ), bisa berupa percontohan.
B. Macam Macam Model
1. Model Deskriptif
Menggambarkan apa adanya atau yang telah ada sekarang, sedangkan seharusnya
administrasi negara tidak hanya menerangkan apa adanya atau apa yang telah ada
sekarang tapi apa yang seharusnya ada.
2. Model Explanatory ( Prescriptive )
Menggambarkan mengapa suatu sistem administrasi negara demikian, faktor apa atau
variable apa penyebabnya.
3. Model Inconis
Menggunakan gambar gambara visual tentang suatu sistem.
4. Model Analogis
Sesuatu di analogkan .
5. Model Simbol
6. Model Normatif
Ini dilakukan melalui berbagai studi (penelitian,penyelidikan) mencoba menyusun
berbagai ajaran dan teori bagaimana sebaiknya menangani berbagai macam problema
dan keinginan dan tujuan.
Faktor faktor Ekologis ini mempengaruhi secara timbal balik suatu system
Administrasi Negara, baik dalam negara negara AGRARIA maupun dalam Negara
negara INDUSTRIA.
Istilah Agraria-Industria ini dipergunakan oleh Riggs sebagai model perkembangan
masyarakat, dari Tadisional (primitif) dengan ciri ciri tersendiri, yang pada umumnya
kegiatan mereka berpusat pada Agraria ke masyarakat modern dengan ciri tersendiri
yang pada umumnya kegiatan mereka berpusat pada Industri.
C. Masyarakat Prismatik (prismatic society)
Masyarakat prismatik adalah masyarakat transisi diantara masyarakat agraria ke
masyarakat industria
BAB IV
MASYARAKAT PRISMATIK DAN MODEL SALA
A. Biro Prismatik Atau Model Sala
Kata Sala diambil dari bahasa Spanyol yang artinya kantor Pemerintah di Negara
negara Amerika Latin.
Arti kata Sala secara umum ialah ruangan. Bahasa Prancis menyebutnya SALLE yang
pada dasarnya masih serumpun dalam penggunaan sehari hari, kata sala mengandung
arti ruangan pribadi dalam suatu rumah-keagamaan-ruangan pertemuan umum tetapi
juga dan bahkan terutama mengandung arti kantor pemerintah.
Dalam masyarakat prismatik sering terdapat :
Presiden/ Perdana Mentri menyerahkan kedudukan mereka kepada anaknya .
1. Ciri Ciri Administrasi Sala
a. Heterogenitas
b. Formalisme
c. Tindan Coverlaping
B. Model Birokrasi (Max Webber)
Pengertian Birokrasi dapat dikelompokan menjadi :
1. Sebagai Korps pejabat pejabat Negara pilihan.
2. Sebagai aparat (aparatur) dan Aparatur (Machinery) pemerintahan.
3. Sistem kerja tertentu
C. Prinsip Organisasi Dalam Birokrasi
1. Sebagai suatu tipe organisasi yang khas
a. Spesialisasi
b. Hierarchi
2. Suatu sistem yang ketat
3. Impersonalitas
D. Jiwa Kerja Dalam Birokrasi
- Bekerja seperti mesin
- Disiplin kerja yang keras dan kaku
- Sedikitpun tidak mau menyimpang dari apa yang diperintahkan oleh atasan atau
philicy-policy pemerintah.
E. Cara Mengobati Biro Patalogi
Bila timbul penyakit birokratisme (bertele tele, sengaja diperlambat dokumen hilang
atau dihilangkan dan sebagainya), maka birokrasinya harus disehatkan kembali,
artinya :
1. Pejabat pejabatnya diganti (karena mungkin mereka sudah bosan dengan
pekerjaannya
2. Pejabat pejabat tertentu dididik/ dilatih lagi, dan diperbaiki nasibnya
(renumerasinya)
3. Metode kerjanya diperbaharui atau disempurnakan dan sebagainya.
Jadi bilamana timbul birokratisme, maka janganlah birokrasinya dimaki maki, oleh
karena organisasi masyarakat dan negara modern tidak mungkin hidup tanpa
birokrasi.
Jadi, didalam Negara modern masa kini birokrat dan tehnokrat mutlak diperlukan.
F. Birokrasi Pancasila
Sistem birokrasi pancasila merupakan suatu sistem birokrasi yang selalu bernafaskan
pancasila.
BAB V
PENGARUH EKOLOGI TERHADAP ADMINISTRASI
Jadilah orang pertama yang menyukai tulisan ini
Apakah anda menyukai tulisan ini ?
Suka tulisan ini
No Comments
Leave a Reply
Name (required)
E-Mail (will not be published) (required)
Website
Submit Comment
Search Here
Popular Tags Blogroll
o WordPress.com
o WordPress.org
Meta
o Log in
o WordPress
o XHTML
o CSS