pengertian dasar dan perkembangan manajemen
DESCRIPTION
tugas manajemen tambang tentang pengertian dasar dan perkembangan manajemenTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dasar Dan Perkembangan Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi atau
pengertian manajemen. Beberapa di antaranya merumuskan manajemen
sebagai berikut:
1. Stoner & wankel: manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota
organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
2. Terry: manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumberdaya manusia
dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Masih banyak lagi definisi atau pengertian yang diberikan oleh para ahli
mengenai manajemen, namun demikian dari sekian banyak definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa permasalahan manajemen berkaitan dengan usaha
untuk memelihara kerjasama sekelompok orang dalam satu kesatuan serta
usaha memanfaatkan sumber daya yang lain untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya
kegiatan manajemen itu hampir selalu ada pada setiap kegiatan manusia, sebab
sebagian makhluk sosial manusia akan selalu berusaha berkumpul dan bekerja
sama.
Jika dilihat dari pengertian paling mendasar dari organisasi, maka dapat
dikatakan bahwa untuk menjalankan suatu organisasi, apapun bentuk
organisasi tersebut, dibutuhkan manajemen.
2. Unsur –unsur manajemen
Dari pengertian manajemen di atas dikemukakan bahwa manajemen
adalah suatu proses utuk memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber
daya lain untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber daya manusia dan sumber
daya yang lain yang diperlukan tersebut sebagai unsur-unsur manajemen.
Lebih lengkapnya, unsur-unsur manajemen ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Manusia (man)
2. Bahan ( materials)
3. Mesin ( machanis)
4. Metode/cara kerja (methods)
5. Modal uang (money)
Unsur-unsur ini dikenal pula sebagai 5 m, bila dinyatakan dalam bahasa
inggris. Bahan ( materials) tidak harus diartikan sebagai logam seperti dalam
industri manufaktur logam misalnya. Ia juga bisa berarti informasi yang diolah
misalnya dalam manajemen perkantoran.
Berkenaan dengan unsur-unsur atau sumber daya ini harus diingat bahwa
semua itu tidak tersedia secara berlimpah. Ada keterbatasan yang
mengakibatkan pemanfaatannya harus dilakukan sehemat dan secermat
mungkin. Dengan demikian proses manajemen yang baik harus bisa
memanfaatkan keterbatasan tersebut untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Tingkatan manajemen
Suatu organisasi mempunyai tingkatan-tingkatan tertentu yang berbeda
satu sama lain. Ada tingkatan organisasi yang bersifat operasional atau
pelaksanaan misalnya dalam suatu kegiatan industri adalah operator-operator
mesin, ada tingkatan yang bersifat strategis misalnya direksi.
Berdasarkan tingkatan-tingkatan organisasi ini, dapat dibedakan tingkatan
manajemen.
Pada dasarnya terdapat tiga tingkatan manajemen, yaitu:
1. Manajemen tingkat terbawah (first line management) yaitu tingkatan
manajemen pada tingkat bawah dari suatu organisasi. Pada tingkatan ini
manajemen berfungsi mengarahkan pekerja-pekerja operasional. Jika
dilihat dari segi perencanaan yang dibuat pada tingkatan ini maka
jangkauan perencanaan yang dibuat biasanya hanya melingkupi jangka
waktu harian. Mandor-mandor berada dalam tingkatan manajemen ini.
2. Manajemen tingkat menengah (middle management) adalah tingkatan
manajemen yang berfungsi mengarahkan kegiatan dari manajemen
terbawah. Jangkauan waktu perencanaan yang dibuat bersifat menengah.
3. Manajemen tingkat atas (top management) adalah tingkatan paling tinggi
dari manajemen yang biasanya terdiri dari atas beberapa orang saja.
Jangkauan perencanaan yang dibuat di sini bersifat strategis dan meliputi
kurun waktu rencana jangka panjang.
4. Perkembangan ilmu manajemen
Jika dilihat hakekatnya, sebenarnya proses manajemen atau kegiatan
bermanajemen sudah dilakukan orang sejak dahulu. Yaitu sejak manusia
mulai merasa perlu untuk membentuk kelompok untuk bekerja sama dalan
mencapai tujuan yang diinginkan. Namun, sebagai disiplin ilmu, manajemen
belum cukup lama berkembang. Dapat dikatakan revolusi industri merupakan
tonggak awal perkembangan ilmu manajemen.
Perubahan cara berproduksi menjadi produksi masal menimbulkan
pemikiran untuk mengelola usaha produksi tidak dengan cara ‘coba-coba’
lagi. Dan masa-masa selanjutnya muncul banyak hal yang mendorong
perkembangan ilmu manajemen hingga mencapai kondisi seperti saat ini.
Secara kronologis, perkembangan ilmu manajemen dan sebab-sebab yang
melatar belakanginya dapat dikemukaan sebagai berikut:
a. Manajemen ilmiah (scientific management)
Diperkenalkan oleh F.W. TAYLOR, pada dasarnya menekankan pada
perencanaan, standarisasi dan memperbaiki usaha manusia pada tingkat
operator dalam upaya memaksimalkan output dengan input yang minimum.
Taylor mengusulkan adanya pemberian bonus bagi pakerja yang dapat
menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari waktu standar yang telah
ditetapkan. Selain itu, Taylor juga menetapkan pengaturan jam dan frekuensi
istirahat pekerja.
Peran manajemen ditekankan Taylor dengan pernyataanya: “Hanya
melalui pelaksanaan standarisasi metode-metode, pelaksanaan pemakaian
peralatan dan kondisi kerja yag baik, dan pelaksanaan kerjasama maka suatu
pekerjaan dapat dijamin akan berjalan lebih cepat. Dan tugas untuk
melaksanakan pemakaian standar-standar dan melaksanakan ketentraman
kerja sama ada di tengah manajemen. Manajemen harus menyadari kenyataan
umum bahwa pekerjaan tidak akan menerima standarisasi dan tidak akan
bekerja lebih keras tanpa menerima yang lebih besar.”
Kelemahan dari manajemen ilmiah adalah memandang pekerjaan semata-
mata hanya sebagai obyek kerja saja. Pendapat yang menyatakan bahwa bonus
dapat mendorong produktivitas kerja ternyata tidak selamanya benar sehingga
mendorong timbulnya pemikiran-pemikiran baru di kalangan ilmuan
manajemen.
b. Teori administrasi
Diperkenalkan oleh HENRI FAYOL pada tahun 1916 dengan mengemukakan
prinsip-prinsip yang terdiri dari:
a. Division of work, yaitu asas pembagian kerja atau spesialisasi untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
b. Autority and responsibility, yaitu asas kekuasan (wewenang), harus ada
kekuasaan untuk membuat dirinya ditaati. Adanya kekuasaan harus diikuti
oleh tanggung jawab.
c. Dicipline, harus ada penghargaan dan ketaatan terhadap peraturan, tata
tertib dan tujuan organisasi.
d. Unity of command, asas kesatuan komando/pimpinan yaitu seorang
pekerja hanya menerima perintah dari satu orang atasannya.
e. Unity of direction, asas kesamaan arah gerak, satu kepala dan satu rencana
untuk seluruh gerak operasi menuju satu tujuan.
f. Subordanition of individual interest to general interest, asas bahwa
kepentingan pribadi di dalam organisasi harus dibawah dan mengalah
kepada kepentingan umum organisasi.
g. Remuneration of personnel, asas bahwa personil itu harus dapat
penghargaan yang setimpal dengan jasa-jasa mereka kepada organisasi.
Penghargaan itu harus adil, dan sedapat-dapatnya mendapatkan kepuasan
baik kepada personil maupun badan usaha/organisasi.
h. Centralization, asas yang menyatakan bahwa semua organisasi harus
terpusat.
i. Scaler of chain, asas yang menyatakan adanya rangkaian dari kekuasaan
yang paling tinggi sampai ketingkat terendah.
j. Order, asas ketertiban, yaitu satu tempat untuk setiap orang dan setiap
orang pada tempatnya. Dalam organisasi harus disediakan satu tempat
(jabatan) untuk setiap pegawainya dan setiap orang (pegawai) harus berada
di tempat yang telah ditentukan kepadanya. Jadi di sini berlaku asas “ the
right man in the righ place”
k. Equity, asas kewajaran dan keadilan, didasarkan kepada perjanjian dan
kesepakatan organisasi.
l. Stability of tenure of personnel, asas yang menyatakan bahwa diperlukan
waktu bagi pegawai baru untuk menyesuaikan diri pada jabatannya
sehingga bisa menunaikan tugasnya dengan cukup baik. Jadi jika seorang
pegawai sebelum mencapai tingkat penyesuaian diri yang cukup dalam
suatu jabatan, lalu dipindahkan, maka ia tidak mendapatkan kesempatan
untuk menunjukkan karyanya dengan baik dan dia tidak mendapatkan
kepuasan dari kariernya/ kerjanya.
m. Initiative, asas inisiatif, yaitu kesempatan untuk berinisiatif pada semua
tingkat jabatan, kesempatan untuk memikirkan dan merencanakan sendiri
suatu karya, mengusulkan pada atasannya dan melaksanakan sendiri. Dari
sini dapat diharapkan kegembiraan kerja, kepuasan kerja dan keganggaan
bagi si karyawan, yang akan menguntungkan organisasi. Manajer yang
baik adalah manajer yang pandai memberikan inisiatif kepada
bawahannya.
n. Esprit de corps, asas semangat kebersamaan, yaitu perlunya kekompakan
dalam bekerja di antara seluruh personil dan perlunya dibina kerukunan
secara terus menerus di antara personil, karena hal ini merupakan kekuatan
yang besar bagi suatu organisasi atau badan usaha.
c. Pendekatan hubungan manusia (human relation behavioral
approach)
Masalah manusia yang tidak dapat dijawab oleh pendekatan manajemen
ilmiah menjadi pendorong bagi perkembangan ilmu manajemen berikutnya.
Bersamaan dengan itu berkembang pula ilmu psikologi industri, yang
dipelopori oleh HUGO MUNSTERBERG, dan ilmu sosiologi yang ikut
memberi pengaruh pada ilmu manajemen.
Ditinjau dari sudut hubungan antar manusia (human relations) praktek
manajemen dapat dilihat sebagai pola hubungan antar manajer (atasan) dengan
bawahannya. Kondisi efisiensi kerja yang rendah merupakan petunjuk adanya
hubungan yang buruk antara bawahan dengan atasan. Atasan harus
mengetahui faktor-faktor sosial dan faktor-faktor lain yang dapat memotivasi
bawahan agar ia dapat membina hubungan yang lebih baik dengan
bawahannya.
Pelopor dari aliran manajemen ini adalah ELTON MAYO. Mayo
merumuskan pendapatnya melalui serangkaian penelitian yang sangat dikenal,
yaitu the hawthorne experiments. Berdasarkan penelitian tersebut, Mayo yang
dibantu juga oleh beberapa temannya mengemukakan beberapa hasil
temuannya, antara lain:
a. Perangsang finansial atau bonus yang tidak selamanya akan meningkatkan
produktivitas pekerja.
b. Perilaku manajemen, dalam hal ini manajer atau pengawas, juga
mempengaruhi produktivitas pekerja. Perhatian pengawas pada
bawahannya bisa memberi pengaruh baik pada produktivitas kerja.
c. Kelompok informal dalam lingkungan pekerja yang berfungsi sebagai
lingkungan sosial pekerja juga mempengaruhi produktivitas pekerja.
Dalam perkembangannya, pendekatan hubungan antar manusia (human
relation) ini berkembang menjadi ilmu perilaku (behavior science), dan
pendekatannya dalam manajemen menjadi pendekatan perilaku. Pengikut
aliran ini memandang praktek-praktek manajemen sebagai rangkaian pola
tingkah laku manusia yang berperan di dalamnya. Berdasarkan pandangan
tersebut, aliran manajemen ini tidak lagi melihat manusia sebagai manusia
rasional dan ekonomis (rational - economic- man) tetapi melihat manusia
sebagai makhluk sosial (social-man). Kebutuhan manusia tidak hanya
kebutuhan fisiologis saja (makan, rumah, pakaian) tetapi mencakup juga
kebutuhan-kebutuhan lain seperti keinginan untuk diterima dan dihargai oleh
orang lain yang harus dipenuhi juga dalam bekerja.
Dalam praktek manajemen, pendekatan perilaku banyak memberikan
perbaikan dari segi kemanusiaan. Penemuan-penemuan yang dihasilkan
pendekatan ini seperti tentang bagaimana munculnya motivasi orang,
bagaimana kelompok berperilaku, bagaimana hubungan antar individu terjadi
dalam bekerja, menyebabkan makin diperbaikinya cara-cara berhubungan
antara atasan dengan bawahannya. Ini berarti gaya manajer mengalami
perubahan dan akibatnya terjadi pula perubahan pada pola pelatihan
manajemen (management training).
Kelemahan –kelemahan ternyata juga ada dalam pendekatan manajemen
ini. Hasil- hasil penelitian dengan ilmu perilaku (behavior science) ini
seringkali sulit diterapkan dengan rumit, sehingga sangat sulit untuk
dipelajari.
d. Penyelidikan Operasional (Management Science)
Perang Dunia II juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu
manajemen. Pada saat itu pihak sekutu tengah menegmbangkan teknik-teknik
optimasi “penyelidikan operasional” (operations research) untuk menghadapi
pasukan kapal selam pihak Jerman. Ketika perang selesai ternyata teknik-
teknik optimasi yang dikembangkan tersebut dapat dipakai dalam dunia
industri, bahkan selanjutnya terjadi pengembangan terus menerus dalam
teknik optimasi tersebut. Perkembangan inilah yang kemudian mempengaruhi
perkembangan ilmu manajemen.
Penyelidikan operasional dikenal juga sebagai aliran kuantitaif dalam
manajemen. Berbeda dengan aliran-aliran sebelumnya, aliran ini
memanfaatkan matematika sebagai alat untuk memecahkan persoalan-
persoalan manajemen. Aliran ini memandang manajemen sebagai suatu
kesatuan logis dari tindakan-tindakan yang dapat dinyatakan sebagai
matematis dan dapat diukur. Menurut aliran ini persoalan dalam manajeman
adalah:
a. Optimasi masukan-keluaran
b. Pemodelan persoalan secara matematis.
Sebagai contoh, misalkan ingin dicapai penghematan biaya produksi tanpa
mengurangi mutu produk tersebut. Dengan mengadakan optimasi variable-
variabel yang mempengaruhi biaya produksi (masukan) seperti biaya untuk
bahan, biaya untuk tenaga kerja, yang dengan sendirinya mempengaruhi mutu
produk, maka tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Teknik-teknik yang dikembangkan dalam penyelidikan operasional ini
tidak hanya dipakai dalam system produksi. Metode Lintasan Kritis atau
Critical Part Method (CPM) DAN Teknik Evaluasi Revisi Proyek atau
Project Evaluation and Review Technique (PERT) adalah metode yang
dikembangkan dengan pendekatan ini yang dimanfaatkan dalam manajemen
proyek.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tekni-teknik kuantitatif tersebut merupakan
alat yang sangat tangguh untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam
manaejemen. Namun demikian, pemecahan tersebut hanya tebatas
padamasalah manajemen yang bersifat kuantitaif seperti persediaan,
perencanaan produksi dan lain-lain. Bila masalah yang dihapai sangat
komprehensif sehigga sulit unutuk dikuantitatifkan, maka pendekatan ini sulit
diterapakan.
e. Manajemen Dengan Pendekatan Sistem
Perkembangan teknologi menyebabkan semakin rumitnya system produksi
dan semakin pendekanya umur suatu produk. Selain itu penyebaran teknologi
yang begitu cepat, ditambah dengan adanya perdagangan yang bebas
menyebabkan makin ketatnya persaingan, tidak lagi antar perusahaan dalam
suatu negara melainkan sudah mencapai tingkat antar negara. Hal ini menuntu
pengelolaan usaha yag makin baik, yang dengan perkataan lain mendorong
perkembangan ilmu manajemen. Perkembangan berikutnya dalam ilmu
manajemen adalah manajemen dengan pendekatan system dan manajemen
dengan pendekatan situasional (contingency approach).
Pendekatan system memandang manajemen sebagai suatu system. System
itu sendiri adalah suatu kesatuan dari beberapa bagian yang disebut subsistem,
dan memepunyai suatu tujuan tertentu. Setiap sistem memiliki masukan-
masukan tertentu dan memiliki proses transformasi tertentu yang memproses
masukan-masukan tersebut menjadi keluaran-keluaran tertentu. System
berada dalam suatu lingkungan tertentu yang sangat mempengaruhi, dan sifat
khas lingkungan adalah sulit untuk dikendalikan. Misalkan suatu perusahaan
dipandang sebagai suatu system (perusahaan) yang akan mempengaruhi setiap
aktiviatas perusahaan dan sulit untuk dikendalikan.
Manajemen yang baik harus dapat mengenalikan subsistem-subsistem
yang dimilikinya dengan baik dan dapat mengantisipasi perubahan-perubahan
yang dapat terjadi dalam lingkungan. Dengan kata lain, pendekatan ini
berusaha melihat persoalan-persoalan manajemen dalam perspektif kesatuan
sebab-akibat yang bersifat menyeluruh, bukan sebagai satuan-satuan yang
terpisah-terpisah.
Dalam prakteknya pendektan-pendektan yang kuantitatif dalam
penyelidikan opersioanal banyak dipakai dalam pendekatan system ini. Dapat
dibayangkan betapa rumitnya penyelesaian yang harus dilakuakn mengingat
persoalan dilihat dalam perspektif kesatuan, sehingga computer banyak
dipakai dalam penerapan manajemen dengan pendekatan system ini.
f. Manajemen Dengan Pendekatan Situasional (Contigency Approach)
Pengembangan lebih lanjut dari manajemen dalam pendektan system
adalah manajemen dengan pendekatan situasional. Pendekatan situasional ini
dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa banyak pemecahan masalah
manajemen yang efektif disuatu empat belum tentu berhasil ditempat lain.
Timbul pendapata bahwa factor-faktor keadaanlah (situasinal factor) yang
menyebabkan hal-hal tersebut tejadi.
Sesuai dengan prinsipnya, maka tugas dari seorang manajer adalah
mencari atau menentukan teknik-tekik manajemen yang dapat memecahkan
persoalan sesuai dengan tujuan dan situasi yang dihadapi, batasan-batasan dan
jangka waktu yang tersedia. Sebagai contoh, bila suatu perusahaan ingin
meningktkan produktivitas pekerjanya, manajemen dengan pendekatan
perilaku akan segera mengusahakan pengembangan motivasi kerja pekerja.
Tetapi dengan pendekatan situasional, pihak manajemen terlebih dahulu akan
melihat keadaan pekerja. Bila pekerja masih belum memiliki keterampilan
yang baik, maka manajemen mungkinakan mengusulkan program
penyederhanaan kerja (work simplification). Sebaliknya jika pekerja sudah
terampil program yang mungkin baik dilakukan bukan penyederhanaan kerja,
melainkan pengkayaan kerja (job enrichment)
Dalam pendekatan ini kecenderungan dalam memandang setiap situasi
yang rumit sangat diperlukan, dan manajerlah yang harus berperan aktif dalam
menetukn apa yang baik bagi situasi yang dihadapinya itu. Pendekatan
manajemen situasional ini dikembangkan oleh beberapa ahli antara lain
Fremont Kast, James Rosenzweig, Robert Kahn dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, mengendalikan usaha-usaha dan proses penggunaan
sumberdaya dana, sumberdaya manusia, sumberdaya energi dan
sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan atau gagasan atau cita-cita
yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Untuk mengatuhui pengertian dan unsur manajemen
2. Untuk mengatahui cara mengorganisasikan dunia kerja
3. Mengetahui struktur organisasi perusahaan pertambangan
4. Mengetahui fungsi masing-masing bagian atau tingkatan dari organisasi
dalam mencapai tujuan bersama
C. RUMUSAN MASALAH
D. BATASAN MASALAH
Makalah ini membahas hal-hal yang berkaitan tentang “Manajemen” baik bentuk,
struktur, ciri, dan fungsi masing-masing tingkatan dalam organisasi serta funsi
dan manfaat dari organisasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Ali Basyah, “Manajemen”, Institut Teknologi Bandung, 1988
Stoner, James A F dan C Wankel, “Management” 3th ed, Englewood Cliff : Prentice Hall International, 1986
Sukarno K, “Dasar-dasr Manajemen”. Penerbit Miswar, 1985
Suryadi, Kadarsyah, “Manajemen dan Komunikasi”, Institut Teknologi Bandung, 1996
Terry, George R dan S G Franklin, “Principles of Management”, 8rd, Homewood : Richard Irwin, Inc, 1982
DAFTAR ISI
KATAP ENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
E. LATAR BELAKANG.........................................................................1
F. RUMUSAN MASALAH........................
G. TUJUAN..............................................
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Estimasi Junction Antara Lubang Tambang Lori ke Lubang Tambang Manual Pada Tambang Bawah Tanah BMK – 33 Menggunakan Software AutoCad 2006 Sebagai Kebutuhan Ventilasi Di CV. Bara Mitra Kencana”
Makalah ini disusun berdasarkan pengalaman selama melaksanakan Pengalaman Lapangan Industri, terhitung mulai tanggai 29 Juni 2015 s/d 29 Agustus 2015. Selama melaksanakan praktek, banyak hal dan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis, baik berupa materil maupun nonmateril. Hal ini dapat dicapai bukan saja atas usaha diri sendiri, tetapi banyak mendapat bantuan dari banyak pihak yang begitu terbuka dan turut memfasilitiasi untuk menyiapkan data yang dibutuhkan dalam laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima masukan-masukan dari pihak lain sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu. Sehubungan dengan itu maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Ibu Fitri Anita J selaku Health Safety and Environment (HSE) CV.
Bara Mitra Kencana
Bapak Afri Mahendra, Alqadrianto Delpi, A.Md, Andro Robby A.Md,
Desmawanto dan Rezy Pratama selaku pengawas tambang dalam CV.
Bara Mitra Kencana.
Rekan-rekan mahasiswa/i seperjuangan di Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang yang telah memberikan
dorongan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan laporan
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan yang penulis susun dimasa-masa mendatang. Akhirnya penulis mendo’akan semoga atas segala bantuan yang telah diberikan mendapat pahala dari Allah SWT, Amin.
Padang, 1 Oktober 2015
Penulis