pengertian aqidah

6
Pengertian Aqidah Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( د ق ع) yang berarti ikatan. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang. Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’. Kedudukan Aqidah dalam Islam Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman, ْ نَ مَ فَ انَ ك واُ جْ رَ يَ ء اَ قِ لِ هِ بَ ر" ْ لَ مْ عَ يْ لَ فً لاَ مَ ع اً حِ ل اَ صُ 0 كِ رْ 3 شُ يَ لاَ وِ ةَ ادَ بِ عِ < بِ هِ بَ ر اً دَ حَ ? ا. Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al- Kahfi: 110) Allah swt juga berfirman, ْ دَ قَ لَ وَ ىِ ح وُ ? اَ 0 كْ بَ لِ D ا ىَ لِ D اَ وَ ن يِ دَ ال نِ مَ 0 كِ لْ بَ قْ نِ ? َ ل" َ تْ كَ رْ 3 شَ ? اَ نَ طَ بْ حَ يَ لَ 0 كُ لَ مَ عَ نَ ي وُ كَ بَ لَ وَ نِ مَ ن يِ رِ ش اَ حْ ل ا. Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Upload: devi-purnamasari

Post on 19-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Aqidah

Pengertian Aqidah

Aqidah secara bahasa berasal dari kata ( عقد) yang berarti ikatan. Secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu. Kata ‘aqidah’ tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam Islam, dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar Islam. Sehingga ada istilah aqidah Islam, aqidah nasrani; ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang sesat atau menyimpang.

Dalam ajaran Islam, aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta taqdir baik dan buruk. Hal ini didasarkan kepada Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab r.a. yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’.

Kedudukan Aqidah dalam Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,

�ان� ف�م�ن� ج�وا ك �ر� �ق�آء� ي �ه� ل ب �ع�م�ل� ر� �ي � ف�ل ا ع�م�ال �ح� ر�ك� ص�ال �ش� �ي �اد�ة� و�ال �ع�ب �ه� ب ب �ح�د�ا ر� أ .

Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman,

�ق�د� �وح�ى� و�ل �ك� أ �ي �ل �ل�ى إ 0ذ�ين� و�إ �ل�ك� م�ن ال �ن� ق�ب �ئ �ت� ل ك ر� �ش� �ط�ن0 أ ب �ح� �ي �ن0 ع�م�ل�ك� ل �ون �ك �ت ر�ين� م�ن� و�ل �خ�اس� ال .

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Page 2: Pengertian Aqidah

SUMBER, METODE DAN CARA PENGAMBILAN AQIDAH ISLAM

Sumber-sumber Aqidah Islam

Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka, sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada al-Quran dan Sunnah saja. Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri, dan tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali Rasulullah saw.

Metode Memahami Aqidah Islam dari Sumber-sumbernya Menurut Para Shahabat

Generasi para shahabat adalah generasi yang dinyatakan oleh Rasululah sebagai generasi terbaik kaum muslimin. Kebaikan mereka terletak pada pemahaman dan sekaligus pengamalannya atas ajaran-ajaran Islam secara benar dan kaffah. Hal ini tidak mengherankan, karena mereka adalah generasi awal yang menyaksikan langsung turunnya wahyu, dan mereka mendapat pengajaran dan pendidikan langsung dari Rasulullah saw. Setelah generasi shahabat, kualifikasi atau derajat kebaikan itu diikuti secara berurutan oleh generasi berikutnya dari kalangan tabi’in, dan selanjutnya diikuti oleh generasi tabi’ut tabi’in. Tiga generasi inilah yang secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda tentang mereka,

�ر� ي 0اس� خ� �ي الن ن �م0 ق�ر� �ن� ث 0ذ�ي �ه�م� ال �و�ن �ل �م0 ي �ن� ث 0ذ�ي �ه�م� ال �و�ن �ل ي …

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Generasi salaf yang shalih (al-salaf al-shalih) mengambil pemahaman aqidah dari al-Quran dan sunnah dengan metode mengimani atau meyakini semua yang diinformasikan (ditunjukkan) oleh kedua sumber tersebut. Dan apa saja yang tidak terdapat dapat dalam kedua sumber itu, mereka meniadakan dan menolaknya. Mereka mencukupkan diri dengan kedua sumber tersebut dalam menetapkan atau meniadakan suatu pemahaman yang menjadi dasar aqidah atau keyakinan.

Dengan metode di atas, maka para shahabat, dan generasi berikutnya yang mengikuti mereka dangan baik (ihsan), mereka beraqidah dengan aqidah yang sama. Di kalangan mereka tidak terjadi perselisihan dalam masalah aqidah. Kalau pun ada perbedaan, maka perbedaan di kalangan mereka hanyalah dalam masalah hukum yang bersifat cabang (furu’iyyah) saja, bukan dalam masalah-masalah yang pokok (ushuliyyah). Seperti ini pula keadaan yang terjadi di kalangan para imam madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah (th. 699-767 M), Imam Malik (tahun 712-797), Imam Syafi’i (tahun 767-820), dan Imam Ahmad (tahun 780-855 M).

Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan yang selamat, sebagaimana sabda beliau,

�ا م�ا : ق�ال� �ن �ه� أ �ي �ى ع�ل اب ص�ح�� و�أ

Artinya: “Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas suatu prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di atasnya.” (H.R. Tirmidzi)

Istilah aqidah tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Meski merupakan sebuah istilah yang lekat dengan ajaran agama Islam, namun istilah aqidah sudah jamak diketahui oleh masyarakat secara umum. Kata aqidah, umumnya diikuti oleh kata akhlak sehingga menjadi satu kesatuan frasa aqidah akhlak.

Page 3: Pengertian Aqidah

Aqidah akhlak merupakan sebuah cerminan perilaku seorang manusia, khususnya pemeluk agama Islam. Persoalan mengenai aqidah dan akhlak juga telah diakui dalam kurikulum pendidikan nasional, dengan adanya Mata pelajaran Aqidah-Akhlak yang memiliki tujuan untuk:

Dengan metode pelajaran tertentu diharapkan aqidah bisa tumbuh dan berkembang.

Sebagai manifestasi ajaran dan nilai-nilai dalam aqidah Islam, diharapkan mampu menciptakan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari baik secara individu maupun sosial.

Pengertian Aqidah

Aqidah merupakan sebuah konsep kepercayaan dalam ajaran agama Islam. Dalam ajaran agama Islam, aqidah berarti iman. Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, al aqdu, yang mengandung makna sebuah ikatan yang kuat. Berdasarkan termilologi atau istilah, aqidah berarti sebuah keimanan yang teguh dan pasti, tanpa adanya keraguan sedikitpun dari orang yang meyakininya.

Kata aqidah, umum digunakan dalam ajaran agama Islam. Namun istilah aqidah juga lazim dipakai oleh ajaran agama yang lain, misalnya aqidah nasrani, aqidah yang lurus, atau aqidah yang sesat. Secara umum, aqidah adalah sebuah ilmu yang mengajarkan tentang keimanan terhadap sebuah hal yang pasti kebenarannya.

Lebih spesifik mengenai aqidah dalam ajaran agama Islam, terdapat istilah aqidah Islamiyyah, yang mengandung arti keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah, dengan melaksanalan segala kewajiban sebagai makhluk ciptaan-Nya, dan menjuhi segala larangan-Nya. Dalam ruang lingkup agama Islam, aqidah Islamiyah membahas hal-hal berikut ini:

Keimanan terhadap Allah SwtKeimanan terhadap Malaikat-malaikat AllahKeimanan terhadap kitab-kitab AllahKeimanan terhadap Nabi-nabi dan Rosul-rasul AllahKeimanan terhadap hari kiamat Keimanan terhadap Qoldo dan Qodar Allah

Dalam ajaran agama Islam, aqidah merupakan sebuah keyakinan terhadap perkara-perkara yang terdapat dalam rukun iman. Rukun iman sendiri meliputi keyakinan kepada Allah, keyakinan pada malaikat-Nya, keyakinan pada kitab-kitab suci-Nya, keyakinan pada rasul-Nya, keyakinan pada hari akhir, serta keyakinan terhadap taqdir yang baik maupun yang buruk.

Kedudukan Aqidah dalam Islam

Aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran agama Islam. Ajaran aqidah Islam hanya diambli dari Al-quran dan sunnah rasul. Aqidah merupakah bagian terpenting yang menjadi dasar pelaksanaan ibadah dan akhlaq. Aqidah yang kuat akan menjaga kaum muslimin dari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Aqidah juga merupakan landasan bagi tegaknya agama Islam dan diterima atau tidaknya amal perbuatan seorang muslim. Melihat perannya yang teramat penting terhadap kokoh atau rapuhnya ajaran agama, maka para nabi dan rasul memprioritaskan pengajaran aqidah dalam setiap dakwah. Nilai aqidah atau keimanan pertama kali diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw di Mekah. Bukanlah sebuah perjuangan yang mudah untuk menanamkan nilai aqidah di kalangan kaum jahiliyah di masa tersebut. Rasulullah Muhammad Saw membutuhkan kurun waktu yang cukup panjang hingga lebih dari tiga belas tahun agar nilai-nilai aqidah dapat diterima oleh masyarakat yang didominasi kaum jahiliyah, sementara kaum muslim masih menjadi minoritas.

Page 4: Pengertian Aqidah

Dalam menanamkan nilai-nilai aqidah di masa itu, Nabi Muhammad Saw beserta kaum muslimin pengikutnya ditempa bermacam ujian yang sangat berat, terutama dalam menghadapi kekejaman orang-orang kafir. Namun keteguhan aqidah dan keimanan para pengikut muslim, menjadi sebuah kekuatan yang akhirnya menjadi landasan perkembangan ajaran Agama Islam.

Kota Mekah kemudian menjadi saksi sejarah atas ujian keimanan yang teramat berat yang harus dijalani oleh kaum muslimin, hingga akhirnya kota tersebut menjadi basis yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam di kemudian hari. Sementara perjuangan dalam menegakkan hukum-hukum syariat lebih banyak dilakukan di Madinah. Kedua hal tersebut menjadi teladan bagi kita mengenai pentingnya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

Aqidah dan Akhlak

Aqidah dan akhlak memiliki kaitan yang sangat erat. Setiap orangtua umumnya berdoa agar anak-anaknya dikarunia aqidah dan akhlak yang baik, serta jalan hidup yang lurus dan tidak menyimpang dari ajaran-Nya. Jika aqidah merupakan sebuah kadar keimanan yang absolute, maka akhlak adalah budi pekerti, tabiat, perangai, tingkah laku. Akhlak dalam istilah aqidah bisa diartikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa, sehingga seseorang dapat melakukan perbuatan baik atau buruk. Akhlak akan berkaitan erat dengan kehendak seseorang, untuk melakukan sebuah perbuatan baik atau perbuatan buruk. Dalam ajaran agama Islam dikenal dua macam akhlak yaitu akhklak yang baik dan akhlak yang tidak baik. Contoh akhlak yang baik adalah sabar, istiqamah, memiliki rasa toleransi atau tenggang rasa, dan perbuatan baik lainnya. Sementara akkhlak yang buruk meliputi rasa iri dan dengki, sombong, tamak serta sifat-sifat buruk lainnya.

Kualitas Aqidah dan Akhlak dalam Kehidupan

Dewasa ini dekadensi moral yang terjadi sudah sangat parah dan memprihatinkan. Jika ditinjau lebih jauh, hal tersebut merupakan salah satu akibat dari tidak terjaganya aqidah dan akhlak umat manusia secara umum. Dalam hal dekadensi moral ini, aqidah dan akhlak tidak semata-mata menyangkut umat Islam saja, namun juga menyangkut pemeluk agama lain. Untuk menangkal dekadensi moral ini, setiap umat beragama hendaknya melakukan koreksi diri untuk memperbaiki aqidah dan akhlak masing-masing. Khusus bagi umat muslim, hendaknya setiap orang harus memperbaiki pemahaman dan keteguhan untuk menjaga kebenaran dan kebaikan aqidah akhlak Islamiah, untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Untuk dapat mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat, maka setiap orang harus menjaga dan mengamalkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Loyal kepada Allah Rasul-Nya dan Islam.Sungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan.Bersikap memaafkan dan toleran.Bersikap moderat terhadap orang lain dan hal-hal di sekitarnya

Pengamalan ajaran agama disertai aqidah dan akhlak yang baik juga akan menjaga umat manusia dari perbuatan tercela. Lemahnya aqidah dan akhlak umat manusia akan berakibat kerugian, seperti dekadensi moral dan kemunduran suatu negara, seperti yang menimpa negeri kita saat ini. Korupsi yang meraja lela, merupakan contoh amalan atau perbuatan buruk dari para pemimpin yang tidak mampu menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akibatnya, bukan hanya kehancuran bagi dirinya pribadi, namun juga kerugian yang sangat besar bagi rakyat, bangsa dan negara. Untuk dapat memperbaiki negeri ini sehingga mampu mencapai tingkat kemajuan yang diimpi impikan, maka sudah selayaknya para pemimpin negara mengajak seluruh rakyat bersama sama memperbaiki aqidah dan akhlak demi kemaslahatan hidup bersama.

Untuk hal ini tentu saja tidak hanya berlaku bagi pemeluk agama Islam yang memegang aqidah Islamiyah, namun juga pemeluk agama lain dengan aqidah yang sesuai ajarannya masing-masing.