tlh aqidah akhlak
TRANSCRIPT
A. Pengertian Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah
Untuk menghindari adanya salah penafsiran dan meluasnya permasalahan, sekaligus
untuk memberikan pengertian yang sejelas-jelasnya, maka pemakalah perlu menegaskan
istilah-istilah dalam judul makalah ini sebagai berikut:
1. Pengertian Telaah
a. Secara Etimologi
Telaah adalah suatu penyelidikan, kajian, pemeriksaan, dan penelitian.[3]
b. Secara Terminologi
Telaah yaitu penyelidikan mengenai beberapa materi tentang kesulitan-kesulitan yang
mungkin ada pada materi yang dikaji.
2. Pengertian Penjelasan
a. Secara Etimologi
Penjelasan berasal dari kata jelas yang berarti nyata, dan ganblang.[4]
b. Secara Terminologi
Penjelasan adalah keterangan yang lebih jelas, uraian yang menjelaskan tentang bahan yang
di sampaikan.
3. Pengertian Materi
a. Secara Etimologi
Materi adalah benda, zat.[5]
b. Secara Terminologi
Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan,
dikarangkan, dsb).[6]
4. Pengertian Akidah Akhlak
a. Pengertian Akidah
1) Secara Etimologi
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “ ‘aqoda, ya’qidu, ’aqdan-‘aqidatan ” yang
berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti
iman, kepercayaan dan keyakinan.[7]
2) Secara Terminologi
Aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram
kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.[8]
b. Pengertian Akhlak
1) Secara Etimologi
1
Akhlak secara etimologi berasal dari kata “Khuluq” dan jama’nya “Akhlaq”, yang
berarti budi pekerti, etika, moral.[9]
2) Secara Terminologi
Akhlak adalah “sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat
sesuatu”.[10]
Jadi yang dimaksud dengan Akidah Akhlak adalah suatu kepercayaan atau keyakinan
yang berupa budi pekerti atau kelakuan, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah
maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah.
5. Pergertian Madrasah Aliyah
a. Pengertian Madrasah
1) Secara Etimologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Madrasah berarti sekolah atau perguruan
(biasanya yang berdasarkan agama Islam). Madrasah dilihat dari segi bahasa Arab berasal
dari kata darasa yang artinya belajar, sedangkan madrasah itu sendiri berarti tempat belajar.
2) Secara Terminologi
Madrasah berarti lembaga pendidikan yang mempunyai porsi lebih terhadap mata
pelajaran Agama Islam.
b. Pengertian Aliyah
1) Secara Etimologi
Aliyah berarti sekolah agama (Islam) tingkat menengah atas.[11]
2) Secara Terminologi
Aliyah adalah sebuah tingkatan yaitu tingkatan tinggi atau atas dalam suatu pendidikan.
Jadi Madrasah Aliyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran tingkat tinggi atau atas dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata
pelajaran dasar.
Dari pengertian diatas bisa dipahami bahwa judul yang dimaksud dengan Telaah
Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah adalah penyelidikan mengenai beberapa
materi tentang kesulitan-kesulitan, kemudahan, kekurangan, kelebihan yang mungkin ada
pada materi yang ditelaah, dengan menjelaskan tentang bahan yang disampaikan yaitu yang
mengenai suatu kepercayaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau kelakuan, baik
akhlak yang terpuji atau akhlak al-karimah maupun yang tercela atau akhlak al-madzmumah
pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi atau
atas dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar.
B. Substansi
2
1. Judul
Judul buku yang kami telaah adalah “Menjaga Akidah dan Akhlak” yang disusun oleh
Roli Abdul Rahman dan M. Khamzah. Diterbitkan oleh PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,
Solo.
Terdiri dari dua buku yaitu untuk kelas X berisi 129 halaman terbit tahun 2007, untuk
kelas XI berisi 132 halaman terbit tahun 2008.
Menurut kami pemakalah, judul buku tersebut sudah sesuai dengan program untuk
dijadikan sebuah judul buku pada tingkat Madrasah Aliyah, dimana judul tersebut
mempunyai maksud agar siswa Madrasah Aliyah bisa menerapkan pada kehidupan sehari-
hari yaitu menjaga Akidah dan Akhlaknya.
2. Latar Belakang Telaah
Seiring perkembangan zaman, banyak kebutuhan yang semakin dibutuhkan oleh
manusia, termasuk kebutuhan dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan banyak
hal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, baik dari segi sarana
prasarana maupun materi yang diajarkan. Untuk mendapatkan materi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, maka diperlukan buku ajar yang relevan untuk menunjang proses belajar
mengajar. Sebuah buku ajar yang baik adalah sebuah buku yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan siswa. Untuk itu, di sini kami menelaah sebuah buku ajar materi Akidah Akhlak
tingkat Madrasah Aliyah, agar dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan buku ajar
tersebut, sehingga nantinya didapati sebuah buku ajar yang mudah dipahami oleh peserta
didik.
3. Fokus Telaah
Telaah yang kami lakukan ini memfokuskan pada penjelasan yang ada pada materi
Akidah Akhlak Madrasah Aliyah.
C. Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah
3. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas XI Semester 1
a. BAB 1: ILMU KALAM
1) Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat
yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat
yang sama sekali wajib ditiadakan daripada-Nya.
2) Fungsi Ilmu Kalam
3
Dengan adanya ketentuan mengenai hukum akal, dan terdapatnya ayat-ayat
mutasyabihat di dalam Al-Qur’an, maka hal itu merupakan peluang bagi mereka yang suka
berfikir, terutama karena panggilan agama untuk memikirkan semua makhluk Tuhan.
3) Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu Lainnya
Adapun keterkaitan ilmu kalam dengan beberapa ilmu-ilmu keislaman lainnya, yaitu:
a) Filsafat Islam
Filsafat Yunani tidak hanya diambil manfaatnya oleh kalangan mutakallimin sebagai
alat untuk memperkuat dalil-dalil kepercayaan Islam dalam menghadapi lawan-lawannya.
Akan tetapi, juga diambil manfaatnya dari kalangan ahli-ahli filsafat Islam, seperti al-Kindi,
al-Farabi, dan Ibnu Sina.
b) Ilmu Fikih
Objek pembahasan ilmu kalam dengan fikih sangat berbeda.
c) Ilmu Tasawuf
Tasawuf dalam membahas masalah ibadah lebih banyak menggunakan perasaan dan
latihan kejiwaan karena dengan cara ini dapat mempebanyak amal ibadah.
4) Metode Pembahasan Ilmu Kalam
Sesungguhnya mutakallimin itu mempunyai system tersendiri di dalam membahas,
menetapkan dan berdalil, berbeda dengan system Al-Qur’an dan hadits serta fatwa-fatwa
sahabat. Dari segi lain, berbeda dengan system filsafat dalam membahas, menetapkan, dan
berdalil.
5) Ruang Lingkup Ilmu Kalam
Ruang lingkup pembahasan ilmu kalam yang meliputi,
a) Wujud Tuhan
b) Keesaan Tuhan
c) Zat dan Sifat Tuhan
d) Sifat-Sifat Aktif Tuhan
e) Sifat Ilmu menurut Muktazilah
f) Sifat Kalam
g) Kejisiman Tuhan
h) Arah
i) Rukyat
j) Keadilan Tuhan
k) Qada dan Qadar
6) Penerapan Ilmu Kalam
4
Para mutakallimin memiliki kepentingan terhadap filsafat untuk menghadapi musuh-
musuhnya yang menguasai filsafat. Tuntutan ini kemudian mengharuskan mutakallimin
untuk mempelajari filsafat Yunani terutama dari segi ketuhanannya.
7) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam fungsi ilmu kalam penjelasannya terlalu banyak, padahal fungsinya hanya terdapat
diakhir kalimat. Alangkah baiknya jika fungsi ilmu kalam diletakkan di awal kalimat
kemudian diikuti kalimat-kalimat lain yang lebih mendukungnya.
b) Dalam hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya ada beberapa sebutan ilmu kalam yakni
ilmu tauhid dan ilmu ushuludin yang masing-masing disebutkan tujuan dari ilmu tersebut
namun pada ilmu akidah belum disebutkan tujuan dari ilmu akidah tersebut.
c) Kemudian keterkaitan ilmu kalam dengan beberapa ilmu-ilmu keislaman lainnya, yakni
fiqih, dalam penjelasannya belum ada penjelasan tentang hubungan antar a ilmu kalam
dengan fiqih. Yang disebutkan hanya bahwa objek pembahasan ilmu kalam fiqih sangat
berbeda. Begitu pula keterkaitan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf belum ada penjelasan
tentang hubungan keduanya. Dari penjelasan yang dipaparkan malah seolah-olah
menyebutkan perbedaan diantara keduanya, bukannya hubungan antara keduan.
d) Dalam ruang lingkup ilmu kalam, yakni pada kejisiman tuhan terdapat istilah tasybih dan
tanzih yang tidak disetak miring padahal seharusnya dicetak miring.
(1)Kemudian pada point arah terdapat kalimat yang menurut kami kurang spesifik. Yaitu
“muktazilah dengan tegar mengingkari arah bagi tuhan. Karena menetapkan arah, artinya
menetapkan tempat bagi-Nya dan menetapkan tempat, artinya menetapkan kejisiman-Nya.
Seharusnya diganti dengan muktazilah dengan tegas mengingkari arah bagi tuhan.
Karenamenetapkan arah artinya menetapkan tempat bagi-Nya adalah menetapkan kejisiman-
Nya”.
(2)Dalam penerapan ilmu kalam belum ada penjelasan yang lebih spesifik lagi tentang
penerapannya.
b. BAB 2: ALIRAN ILMU KALAM
1) Aliran-Aliran Ilmu Kalam
a) Aliran Syiah
Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji sayyidina Ali secara berlebih-
lebihan karena mereka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak menjadi khalifah pengganti
nabi.
5
Beberapa sekte aliran Syiah, diantaranya sebagai berikut:
(1)Sekte Kaisaniyah
Kaisaniyah adalah sekte Syiah yang memercayai Muhammad bin Hanafiyah sebagai
pemimpin setelah Husein bin Ali wafat.
(2)Sekte Zaidiyah
Sekte ini memercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin sebagai
pemimpin setelah Husein bin Ali wafat.
(3)Sekte Imamiyah
Sekte ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw, telah menunjuk
Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin atau imam sebagai pengganti beliau dengan
petunjukyang jelas dan tegas.
b) Aliran Khawarij
Khawarij adalah kaum pengikut Ali bin Abi Thalib yang meninggalkan barisannya
karena tidak setuju terhadap sikap Ali bin Abi Thalib yang menerima Arbitrase (tahkim).
c) Aliran Murjiah
Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam
upaya mengafirkan terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim.
d) Aliran Qadariyah
Qadariyah sebagai suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan
kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya.
e) Aliran Jabariyah
Manusia dalam paham Jabariyah sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan
dan kehendak mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak bebas.
f) Aliran Muktazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij dan aliran
Murjiah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar.
g) Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazilah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkanumat Islam.
h) Aliran Maturidiyah
Maturidiyah mendasarkan pikirannya dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-
pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-Fiqh al-Akbar dan Al-Fiqh al-
absat.
i) Teologi Transformatif
6
Teologi Transformatif merupakan sejumlah pandangan keyakinan keagamaan, yang
mempengaruhi perilaku kehidupan umat Islam dalam keseluruhan aspek kehidupan.
j) Teologi Pembebasan
Teologi pembebasan sebagai bentuk ajaran untuk peduli kepada orang-orang yang
tertindas, seperti orang-orang yang teraniaya, miskin, yatim, janda, perempuan, dan budak.
2) Perilaku Orang Beraliran Kalam
Lima kriteria pokok yang melekat pada orang yang mengikuti aliran yang benar (sahih),
yaitu sebagai berikut:
a) Memilki prinsip hidup yang kuat, yang digali berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah.
b) Mampu mengembangkan pemikiran yang rasional dalam melihat berbagai persoalan
kehidupan.
c) Konsisten dalam menjaga persaudaraan dengan sesama umat muslim.
d) Senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
e) Kehadirannya tidak membuat orang lain merasa takut atau cemas.
3) Menghargai Perbedaan Paham
Berbagai ragam pemikiran dan pandangan dari aliran-aliran yang ada
memperlihatkan paham yang saling bertentangan, sekalipun mereka sama-sama berpegang
pada Al-Qur’an.
4) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam aliran syiah terdapat isltilah “tahkim” atau “arbitrasi”, tapi belum dijelaskan apa
maksudnya. Dalam kamus kecilpun tidak ada keterangan tentang tahkim atau arbitrasi.
Alangkah baiknya jika kata tersebut diberi arti agar bisa dipahami. Kemudian kata “sekte”
juga belum dijelaskan maknanya dalam kamus kecil.
b) Dalam aliran khawarij, alangkah baiknya jika dalil surat Al-Maidah ayat 44 dituliskan
ayatnya agar tidak hanya maknanya saja.
c. BAB 3: PERILAKU TERPUJI
1) Akhlak Berpakaian
a) Pengertian Akhlak Berpakaian
Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan seseorang dalam berbagai
ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung, jubah ataupun yang lain yang disesuaikan
dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun umum.
b) Bentuk Akhlak Berpakaian
7
Busana muslimah haruslah memenuhi kriteria, antara lain tidak jarang (tembus
pandang) dan ketat, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak menyerupai busana khusus
nonmuslim, serta pantas dan sederhana.
c) Nilai Positif Akhlak Berpakaian
Agama Islam mengajarakan kepada pemeluknya agar berpakaian yang baik dan bagus
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat
memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutupi aurat dan keindahan.
d) Membiasakan Akhlak Berpakaian
Islam telah menggariskan aturan-aturan berbusana yang harus ditaati, yakni dalam apa
yang disebut etika berbusana. Seorang muslim atau muslimah dituntut untuk berbusana sesuai
dengan apa yang telah digariskan dalam aturan.
2) Akhlak Berhias
a) Pengertian Akhlak Berhias
Secara istilah, berhias dapat dimaknai sebagai upaya setiap orang untuk memperindah
diri dengan berbagai busana, asesoris ataupun zat-zat (make up) yang dapat memperelok diri
bagi pemakainya sehingga memunculkan kesan indah bagi yang menyaksikan serta
menambah rasa percaya diri penampilan untuk suatu tujuan tertentu.
b) Bentuk Akhlak Berhias
Agama Islam telah memberikan rambu-rambu yang tegas agar setiap muslim
meengindahkan kaidah berhias meliputi sebagai berikut:
(1)Niat berhias hanya untuk beribadah
(2)Dalam berhias tidak menggunakan bahan-bahan yang diharamkan (misalnya ada unsur
khamar ataupun babi)
(3)Setiap muslim dilarang berhias dengan memakai simbol-simbol ataupun alat-alat yang secara
khusus digunakan kaum nonmuslim (misalnya salib)
(4)Tidak berlebih-lebihan dalam berhias
(5)Tidak berhias seperti orang jahiliyah atau nonmuslim
(6)Berhias menurut kelaziman dan kepatutan jenis kelamin
(7)Menghindari berhias untuk keperluan berfoya-foya ataupun ria.
c) Nilai Positif Akhlak Berhias
Seorang muslim ataupun nonmuslim yang berhias (berdandan) sesuai ketentuan Islam,
maka sesungguhnya telah menegaskan jati dirinya sebagai mukmin ataupun muslim. Seorang
yang berhias secara Islami akan merasa nyaman dan percaya diri dengan dandanannya yang
8
telah mendapatkan jaminan halal secara hukum sehingga apa yang sudah dilakukan akan
menjadi motivasi untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi sesamanya.
d) Membiasakan Akhlak Berhias
Islam mengajak manusia untuk hidup secara wajar, berpakaian secara wajar, berhias
secara lazim, jangan kurang dan jangan berlebihan. Karena itu, setiap pribadi muslim harus
membiasakan diri untuk berpenampilan yang baik, bagus, indah, dan meyakinkan, tidak
menyombongkan diri, tidak angkuh, tetapi tetap sederhana dan penuh kebersahajaan sebagai
wujud konsistensi terhadap ajaran Islam.
3) Akhlak Perjalanan
a) Pengertian Akhlak Perjalanan
Secara istilah, perjalanan sebagai aktivitas seseorang untuk keluar ataupun
meninggalkan rumah dengan jalan kaki ataupun menggunakan berbagai sarana transportasi
yang mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud ataupun tujuan tertentu.
b) Bentuk Akhlak Perjalanan
Sebagai pedoman, Islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan, yaitu sebagai
berikut:
(1) Bermusyawarah dan Salat Istikharah
(2) Mengembalikan Hak dan Amanat kepada Pemiliknya
(3) Membawa Enam Benda yang Disunnahkan Rasulullah saw.
(4) Mengajak Istri ataupun Anggota Keluarganya
(5) Wanita Tidak Boleh Pergi Seorang Diri
(6) Memilih Kawan Pendamping yang Saleh
(7) Mengangkat Pemimpin Rombongan
(8) Berpamitan pada Keluarga dan Handai Tolan serta Mohon Doa
(9) Memilih hari Kamis dan Salat Dua Rakaat sebelum Berangkat
(10) Menolong Kawan Seperjalanan
(11) Tidak Lama Meninggalkan Istri
(12) Takbir Tiga Kali dan Berdoa
(13) Jangan Pulang Mendadak
(14) Salat Dua Rakaat
c) Nilai Positif Akhlak Perjalanan
Dalam kaitannya dengan perjalanan (safar), Imam Gazali berpendapat bahwa
bersafarlah, sesungguhnya dalam safar ada lima keuntungan, yaitu:
(1)Menghibur diri dari kesedihan;
9
(2)Mencari hasil usaha (mata pencaharian);
(3)Memperoleh tambahan ilmu;
(4)Lebih banyak mengenal adab kesopanan;
(5)Menambah kawan yang baik (mulia).
d) Membiasakan Akhlak Perjalanan
Biasakan melakukan perjalanan dengan perhitungan jadwal yang matang, akurat, rinci,
dan jelas agendanya. Perjalanan yang disertai dengan agenda yang jelas, maka semua
aktivitas yang dilakukan selama perjalanan akan dapat terlaksana dengan baik.
4) Akhlak Bertamu
a) Pengertian Akhlak Bertamu
Secara istilah, bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat
ataupun orang lain dengan tujuan untuk menjalin persaudaraan ataupun untuk suatu
keperluan lain dalam rangka menciptakan kebersamaan dan kemaslahatan bersama.
b) Bentuk Akhlak Bertamu
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah orang yang bertamu terlebih dahulu
meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah.
Disamping itu, hal lain yang perli diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu sebagai
berikut:
(1)Jangan bertamu sembarang waktu;
(2)Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan rumah;
(3)Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu;
(4)Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu;
(5)Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.
c) Nilai Positif Akhlak Bertamu
Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap orang lain dan
menjauhkan sikap paksaan, tekanan, dan intimidasi.
Dengan bertamu, seorang akan melakukan diskusi yang baik, sikap yang sportif, dan
elegan terhadap sesamanya.
Bertamu sebagai media berdakwah, meningkatkan kualitas diri setiap muslim.
d) Membiasakan Akhlak Bertamu
Sesungguhnya bertamu itu sebagai kegiatan yang cukup mengasyikkan. Dengan
bertamu, seorang dapat menemukan berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman
berharga ataupun dapat menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah. Bertamu sebagai
10
kebiasaan yang harus dilestarikan untuk menciptakan persaudaraan dan kerukunan hidup
umat manusia.
5) Akhlak Menerima Tamu
a) Pengertian Akhlak Menerima Tamu
Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara
penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud
untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan
rahmat dan rida dari Allah.
b) Bentuk Akhlak Menerima Tamu
Memuliakan tamu dilakukan antara lain dengan menyambut kedatangannya dengan
muka manis dan tutur kata yang lemah lembut, mempersilakannya duduk di tempat yang
baik. Kalau perlu, disediakan ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga
kerapian dan keasriannya.
c) Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu
Menerima tamu dapat meningkatkan kesabaran. Menerima tamu dapat
mengembangkan kepribadian. Memuliakan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan kemaslahatan dari Allah ataupun makhluk-Nya karena sesungguhnya orang
yang berbuat baik akan mendapatkan kemaslahatan dunia maupun akhirat.
d) Membiasakan Akhlak Menerima Tamu
Seyogyanya setiap muslim harus menunjukkan sikap yang baik terhadap tamunya,
mulai dari keramahan diri dalam menyambut tamu, menyediakan sarana dan prasarana
penyambutan yang memadai, serta mmeberikan jamuan makanan dan minuman yang
memenuhi selera tamu. Syukur sekali dapat menyediakan hidangan lezat yang menjadi
kesukaan tamu yang datang. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara baik, maka akan
menjadi tolok ukur kemuliaan tuan rumah.
6) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam pengertian ahlak berpakaian, hanya diuraikan tentang pakaian dari segi bahasa dan
istilah serta tujuan berpakaian yang bersifat khusu dan umum. Seharusnya dicantumkan juga
mengenai pengertian ahlak berpakaian.
b) Dalam bentuk ahlak berpakaian, penjelasannya sudah baik, namun alangkah baikna lagi jika
penulisan dalil Al-Qur’annya diikutsertakan jadi tidak hanya artinya saja.
11
c) Dalm nilai positif ahlak berpakaian, belum dijelaskan secara jelas tentang nilai-nilai
positifnya sehingga membingungkan siswa dalam memahami.
d) Dalam membiasakan akhlak berpakaian alangkah baiknya jika penjelasan yang ada dalam
dinilai positif akhlak berpakaian yakni “perintah berpakaian yang baik dan bagus terutama
apabila akan melakukan ibadah shalat” diletakkan dalam penjelasan membiasakan ahlak
berpakaian agar siswa bisa meneladani penjelasan yang ada didalamnya.
e) Dalam pengertian akhlak berhias, belum ada pengertian tentang akhlak berhias. Dalam
bentuk akhlak berhias penjelasannya sudah baik apalagi dilengkapi dengan dalil yang
memperkuat penjelasan.
f) Dalam nilai positif ahlak berhias dan menerima tamu alangkah lebih baik jika dibuat dalam
point-point sehingga akan lebih mudah dipelajari.
g) Dalam membiasakan ahlak berhias terdapat paragraph yang meniru penjelasan dari nilai
posiitf ahlak berpakaian. Hanya bedanya dari kata “berpakaian” menjadi “berhias”. Alangkah
baiknya jika dibuat penejlasan lainnya agar penjelasannya lebih baik lagi.
h) Dalam pengertian akhlak perjalanan, akhlak bertamu dan akhlak menerima tamu belum ada
pengertian tentang akhlak perjalanan akhlak bertamu dan akhlak menerima tamu.
i) Dalam bentuk ahlak perjalanan, alangkah baiknya jika haditsnya dituliskan bukan hanya
maknanya saja.
j) Dalam nilai positif ahlak perjalanan terdapat kata “keuntungan melakukan perjalanan”,
sebaiknya diganti dengan “nilai positif melakukan perjalanan” agar sesuai dengan sub tema
yang ada.
k) Dalam membiasakan ahlak bertamu sebaiknya dalilnya ditulis.
l) Dalam nilai positif ahlak menerima tamu alangkah baiknya jika dijadikan point-point saja
agar lebih mudah dipahami.
d. BAB 4: PERILAKU TERCELA
1) Mabuk-mabukan
a) Pengertian Mabuk-mabukan
Secara istilah, mabuk-mabukan dapat diartikan sebagai aktivitas meminum, memakan,
menghirup, ataupun menghisap secara berlebihan bahan-bahan (material) yang dalam jumlah
tertentu dapat membuat pelakunya mabuk.
b) Bentuk Mabuk-mabukan
Pemberian nama pada bermacam-macam minuman keras, dapat dibagi menjadi
beberapa golongan sesuai dengan bahan baku yang digunakan, di antaranya sebagai berikut:
(1)Jika bahan dasarnya terbuat dari sari buah, seperti anggur, nanas, dan apel disebut wine.
12
(2) Jika bahan dasarnya terbuat dari pati disebut bir. Jenis bir lainnya adalah sake yang dibuat
dari beras kuning.
(3)Nama-nama lain, seperti rum, wisky, cognac, dari Perancis; gin dari Irlandia, vodka dari
Rusia merupakan minuman keras yang diperoleh dengan proses fermentasi.
(4)Secara tradisional, orang telah mengetahui bahwa nira aren atau nira kelapa dapat dijadikan
minuman keras, dengan cara membiarkan (inkubasi) selama satu hari atau lebih.
c) Akibat Negatif Mabuk-mabukan
Sudah diketahui umum bahwa semua miras itu jika diminum dalam jumlah yang cukup
banyak bisa membuat orang mabuk, bahkan jika diminum banyak sekali, bisa pingsan atau
setidak-tidaknya tidak ingat akan lingkungannya, sedangkan untuk jangka panjangnya akan
mengakibatkan kerusakan organ fisik bagian dalam (jantung, paru-paru, ginjal, dan liver),
termasuk saraf yang akan berakibat mengganggu jalannya kehidupan manusia secara
menyeluruh.
d) Upaya Menghindari Mabuk-mabukan
Setiap muslim memilki kewajiban untuk menjaga masyarakat agar terhindar dari
kejahatan seseorang yang diakibatkan pengaruh mabuk-mabukan.
2) Berjudi
a) Pengertian Berjudi
Berjudi adalah suatu aktivitas yang direncanakan ataupun tidak dengan melakukan
spekulasi ataupun rekayasa untuk mendapatkan kesenangan dengan menggunakan taruhan
yang tidak dibenarkan, bagi yang menang diuntungkan dan yang kalah dirugikan.
b) Bentuk-Bentuk Berjudi
Berikut ini adalah model perjudian yang berkembang sampai saat ini:
(1) Dadu
(2) Kartu Remi
(3) Lotre
(4) Semua Permainan yang melupakan Allah
(5) Menjual Benda yang Belum Jelas
(6) Menyabung Binatang
(7) Permainan yang Merusak Badan
c) Akibat Negatif Berjudi
Betapa besar bahaya perjudian bagi kehidupan pribadi dan sosial karena perjudian
membawa akibat buruk bagi pelakunya, diantaranya masuk dalam lingkaran setan yang akan
merugikan diri dan orang lain, merugikan ekonomi karena ketidakpastian usaha yang
13
dilakukan, menimbulkan kemarahan dan permusuhan dengan sesama, menghalangi zikir dan
beribadah kepada Allah, menyebabkan orang lalai kewajiban terhadap diri, orang lain dan
penciptanya, menjadikan orang malas bekerja, menjadi sebab untuk melakukan perbuatan
yang dilarang agama atau pemerintah, menghancurkan kehidupan keluarga yang menjadi
tanggung jawabnya, menghilangkan perasaan malu dan ksih sayang, menimbulkan kesedihan
dan penyesalan sebab perbuatan judi dapat menghilangkan harta dan harga diri seseorang
dalam waktu yang relatif singkat.
d) Upaya Menghindari Berjudi
Diperlukan upaya-upaya yang integral dari berbagai pihak, diantaranya adalah ulama
hendaknya senantiasa beramar makruf nahi mungkar dalam setiap waktu dan keadaan, umara
hendaknya dengan tegas dan jelas segera memberantas tempat-tempat perjudian dan
mengambil tindakan hukum yang tegas bagi pelaku perjudian, setiap orang berusaha
menghindari pergaulan dengan penjudi, lebih banyak bergaul dengan orang yang jelas-jelas
baik, setiap pelaku perjudian harus sabar dengan segera bertobat dan memperbaiki diri
dengan amal saleh, berusaha mencari rizki yang halal dan qanaah akan perintah Allah,
senantiasa beristighfar dan mohon ampunan serta perlindungan dari Allah agar tidak
terjerumus pada perjudian, senantiasa berjuang untuk menuaikan kewajiban secara istiqamah,
baik terhadap keluarga, lingkungan maupun kepada pencipta.
3) Zina
a) Pengertian Berzina
Zina adalah melakukan hubungan seksual antara laki-laki dengan perempuan yang
bukan suami istri dan bukan pula budaknya.
b) Bentuk-bentuk Berzina
Perbuatan zina bias dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
(1)Zina Mukhsan, yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang balig, berakal, merdeka, sudah
pernah nikah secara sah.
(2)Zina Ghairu Mukhsan, zina yang dilakukan oleh orang yang belum pernah nikah.
c) Akibat Negatif Berzina
Akibat negative yang paling fatal bagi semua orang yang berzina adalah akan terjangkit
penyakit acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Penyakit kelamin yang
menyengsarakan fisik, mental, dan sosial. Secara fisik biologis, seseorang yang terinfeksi
virus HIV (human immune virus) akan kehilangan sistem kekebalan tubuh untuk melawan
penyakit secara perlahan.
d) Upaya Menghindari Berzina
14
Setiap muslim berkewajiban untuk menjaga dari jatuhnya harga diri dan rusaknya
kehormatan keluarga. Apabila seorang telah terbukti melakukan perbuatan zina, maka
hancurlah martabatnya di hadapan khalayak. Karena itu, dengan penuh kesadaran setiap
muslim harus dapat membentengi diri dari semua perbuatan yang mengarah pada perzinaan.
4) Mencuri
a) Pengertian Mencuri
Mencuri adalah mengambil milik orang lain untuk dijadikan milik sendiri dengan cara
yang tidak sah, baik menurut hukum adat maupun hukum agama.
b) Bentuk-Bentuk Mencuri
Adapun bentuk-bentuk perbuatan mencuri meliputi berikut ini:
(1)Mencuri atau mencopet.
(2)Menyamun, merampok, atau membajak.
c) Akibat Negatif Mencuri
Adapun akibat negative perbuatan mencuri, sebagai berikut:
(1)Menentang hukum Allah,
(2)Mengabaikan norma masyarakat,
(3)Menyengsarakan kehidupan pribadi dan keluarga,
(4)Meresahkan kehidupan masyarakat, dan
(5) Menjadi penyebab terbukanya pintu kejahatan.
d) Upaya Menghindari Mencuri
Islam menanggulangi kasus pencurian dengan cara mendidik dan membersihkan jiwa
manusia dengan akhlak yang luhur agar jangan memilki hak orang lain. Disamping itu, Islam
mengajak kaum muslimin agar giat bekerja mencari penghidupan, membenci pengangguran,
dan mencela sifat kikir.
5) Konsumsi Narkoba
a) Pengertian Konsumsi Narkoba
Konsumsi narkoba dalam Bahasa Arab disebut dengan kata mukhaddirun, mukhaddiratun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumsi narkoba diartikan obat untuk
menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan mengantuk atau merangsang.
b) Bentuk-Bentuk Konsumsi Narkoba
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1976 tentang
Narkotika telah dikemukakan berbagai jenis narkotika, yaitu sebagai berikut:
15
(1)Tanaman Papaver somniferum L, termasuk biji, buah, dan jeraminya.
(2)Opium mentah, yaitu getah yang membeku dari buah papaver.
(3)Opium masak, baik berupa candu untuk pemadatan maupun jicing, yakni sisa-sisa candu
yang telah dihisap atau jicingko, yaitu hasil olahan jicing.
(4)Opium obat, yaitu hasil olahan opium mentah untuk pengobatan.
(5)Morfina, yaitu alkoida utama dari opium dan heroin (hasil olahan dari morfin dengan
campuran acetic anhydride)
(6)Tanaman koka dan daunnya.
(7)Kokain mentah, hasil perolehan dari daun koka yang dapat diolah untuk mendapatkan kokain.
(8)Semua bagian dari tanaman ganja
(9)Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokain.
(10) Bahan lain, baik alamiyah, sintesis, maupun semi sintesis yang belum disebutkan yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokain.
c) Akibat Negatif Konsumsi Narkoba
Bahaya Narkotika terhadap pemakainya, antara lain:
(1)Merusak jasmani, akal, dan mental, lebih berta daripada yang diderita oleh peminum khamar.
(2)Reflex yang bermanfaat untuk menjaga tubuhnya akan menurun sehingga tidak dapat
memberikan reaksi yang cepat.
(3)Iman dan keyakinan agamanya secara berangsur-angsur akan lenyap dari dirinya sehingga
tidak malu lagi melakukan perbuatan tercela yang melanggar norma-norma agama dan susila.
(4)Semangat belajar dan bekerja akan menurun sehingga akan mengalami kegagalan dan
ketidakberhasilan.
(5)Bagi pemakai narkotika yang sudah mengalami ketergantungan, pada badannya akan timbul
gejala-gejala abstinensi, yakni akan menderita kegelisahan yang sangat, badannya akan terasa
sakit semua, banyak keluar keringat, muntah-muntah, kejang pada otot dan terjadi penurunan
berat badan secara drastic.
d) Upaya Menghindari Konsumsi Narkoba
Upaya yang harus dilakukan setiap muslim agar dapat menghindari narkoba,
diantaranya:
(1)Mengenal dan memahami secara mendetail macam dan bentuk narkoba serta manfaat ataupun
madaratnya yang dapat merusak kehidupan manusia.
(2)Menggali lebih dalam ketentuan hukum agama ataupun Negara berkaitan dengan penggunaan
narkoba dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia.
16
(3)Berusaha menjauhi pergaulan dengan orang yang mengkonsumsi narkoba karena pergaulan
orang muslim sangat besar pengaruhnya dalam bentuk perilaku.
(4)Berusaha mencari alternative solusi yang dibolehkan oleh hukum agama ataupun hukum
Negara terhadap berbagai masalah yang dihadapi pada semua aspek kehidupan.
(5)Meningkatkan kesadaran untuk menjalankan ketaatan beragama secara tulus ikhlas ataupun
senantiasa melakukan berbagai aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi ataupun
sosial.
6) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam bentuk mabuk-mabukan, alangkah baiknya jika dalil surat Al-Maidah/5: 90-91 yang
terdapat pada tazkirah dituliskan dalam bentuk mabuk-mabukan.
b) Dalam akibat negative mabuk-mabukan penjelasannya sudah bagus karena menjelaskan
tentang penggunaan etanol baru setelah itu menjelaskan akibat negatifnya.
c) Dalam upaya menghindari mabuk-mabukan belum ada penjelasan yang menyangkut tentang
upaya menghindari mabuk-mabukan.
d) Dalam berjudi tidak ada dalil yang menguatkan penjelasannya. Alangkah baiknya jika
disebutkan juga dalilnya dalam point bentuk berjudi.
e) Dalam akibat negative berjudi dan upaya menghindari sudah baik sekali penjelasannya.
f) Dalam akibat negative zina sebaiknya dalil haditsnya dituliskan. Adapun penjelasannya
sudah sangat baik.
g) Dalam upaya menghindari berzina penjelasannya kami rasa kurang, yang ada malah
penjelasan tentang hikmah menghindari berzina.
h) Dalam sub bab mencuri, penjelasannya sudah sangat baik, mulai dari pengertian, bentuk-
bentuk, akibat negative, maupun upaya menghindari mencuri semua penjelasannya kami rasa
sudah baik. Apalagi dalam upaya menghindari mencuri disebutkan pula hikmah menghindari
perbuatan mencuri.
i) Dalam bentuk-bentuk konsumsi narkoba terdapat kalimat yang rancu pada paragraph ke-3
kalimat terakhir. Yakni “produk suplemen makanan ataupun minuman yang mudah
didapatkan baik”. Dalam sub bab ini juga tidak disebutkandalil yang mengutakanbahawa
konsumsi narkoba itu diharamkan.
j) Dalam akibat negative konsumsi narkoba terdapat kata “bahaya narkotika terhadap
pemakainya”, alangkah baiknya jika diganti dengan “akibat negative konsumsi narkoba
terhadap pemakainya. Agar sesuai dengan tema sub-babnya.
17
k) Dalam upaya menghindari konsumsi narkoba penjelasannya sudah baik.
4. Penjelasan Materi Akidah Akhlak Kelas XI Semester 2
a. BAB 5: TASAWUF
1) Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup
sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap bijaksana.
2) Sumber Ajaran Tasawuf
Tasawuf bersumber pada ajaran Islam karena dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw
dan para sahabat.
3) Maqamat dalam Tasawuf
Maqamat dalam tasawuf adalah zuhud, taubah, wara’, kefakiran,, sabar, tawakal, dan
rida.
4) Hubungan Akhlak dengan Tasawuf
Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian, tasawuf
falsafi, tasawuf akhlaqi, dan tasawuf ‘amali. Ketiga macam tasawuf itu tujuannya sama, yaitu
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela
dan menghiasi diri dengan perbuatan yang terpuji.
5) Perilaku Tasawuf
a) Mahabbah
Menurut Rabi’ah al-Adawiyah, dorongan mahabbah kepada Allah berasal dari diri
seseorang sendiri dan juga karena hak Allah untuk dipuja dan dicintai.
b) Makrifat
Tokoh utama paham makrifat adalah Zunnun al-Misri. Menurut Zunnun, untuk
menjelaskan paham makrifat perlu diketahui pengetahuan tentang Tuhan. Ada tiga macam
pengetahuan untuk mengetahui Tuhan, yaitu:
(1)Dengan perantara syahadat;
(2)Dengan logika (akal pikiran yang sehat);
(3)Dengan perantara hati sanubari.
6) Fungsi Tasawuf dalam Kehidupan Modern
Kehadiran tasawuf dapat melatih manusia agar memilih ketajaman batin dan kehalusan
budi pekerti. Hal ini menyebabkan seseorang akan selalu mengutamakan pertimbangan pada
setiap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, ia akan terhindar dari perbuatan tercela
menurut agama.
7) Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
18
Tasawuf merupakan fenomena individual yang telah membuka cakrawala baru dalam
dunia modern. Hal ini bisa menjadi obat alternative seiring dengan adanya krisis spiritual
yang melanda masyarakat dunia saat ini.
8) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a. Judul sub bab tentang pengertian tasawuf alangkah baiknya diganti hakikat tasawuf. Karena
dari penjelasannya kesimpulan akhirnya menyebutkan tentang esensi atau hakikat tasawuf.
b. Pada point maqamatdalam tasawuf.yakni tawakal, penjelasannya terlalu sedikit, sebaiknya
ditambahi lagi penjelasannya.
c. Pada point perilaku tasawuf yaitu mahabbah terdapat kata “bentuk-bentuk perilaku tasawuf
dapat dilakukan melalui berbagai macam perbuatan, diantaranya dalam bentuk mahabbah dan
makrifat”. Seharusnya diletakkan setelah point perilaku tasawuf, baru setelah itu point
tentang mahabbah.
- Pada sub tema mahabbah tidak ada tingkatan-tingkatan mahabbah. Seperti pada sub point
makrifat yang mencantumkan tingkatan-tingkatannya.
d. Pada sub bab fungsi tasawuf dan peranan tasawuf dalam kehidupan modern memiliki
penjelasan yang hampir sama. Menurut kami sebaiknya kedua sub bab tersebut dijadikan
satu.
b. BAB 6: PERILAKU TERPUJI
1) Adil
a) Pengertian Adil
Pengertian adil menurut ilmu akhlak ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya,
memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai
kesalahan dan pelanggarannya.
b) Karakteristik Sikap Adil
Disamping keadilan hukum, Islam memerintahkan kepada umat manusia, terutama
orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan baik, terhadap
diri, keluarga, ataupun orang lain. Bahkan, kepada musuh pun kita harus berbuat adil.
c) Nilai Positif Sikap Adil
Jika seseorang mampu mewujudkan keadilan dalam dirinya sendiri, tentu akan meraih
keberhasilan dalam hidupnya, memperolaeh kegembiraan batin, disenangi banyak orang,
dapat meningkatkan kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta
ukhrawi. Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
19
bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman, tentram, serta damai sejahtera lahir dan
batin.
d) Membiasakan Sikap Adil
Seseorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap dirinya, kedua
orang tuanya, saudara-saudaranya, anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya,
masyarakatnya, bangsa dan negaranya, maupun terhadap sang Khalik (Allah swt.)
2) Rida
a) Pengertian Rida
Rida adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang telah ditetapkan.
b) Karakteristik Sikap Rida
Apabila dirinut dalam berbagai pendapat ahli hikmah, rida dikelompokkan menjadi tiga
tingkatan, yaitu rida kepada Allah, rida pada apa yang datang dari Allah, dan rida pada qada
Allah.
c) Nilai Positif Sikap Rida
Rida merupakan bentuk kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang berkenan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun
yang dihadapi dengan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang dihadapi
dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
d) Membiasakan Sikap Rida
Rida kepada Allah itu bersumber dari iman (Q.S. al-Baqarah/2:165). Makin tebal iman
seseorang, makin ridanya kepada Allah. Bahkan, apabila disebutkan nama Allah, hatinya
akan bergetar. (Q.S. al-Anfal/8:2)
3) Amal Saleh
a) Pengertian Amal Saleh
Amal saleh berarti perbuatan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah ataupun
menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap
masyarakat atau sesama manusia.
b) Karakteristik Amal Saleh
Secara umum, pengelompokkan amal itu terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik)
dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk).
c) Nilai Positif Amal Saleh
Amal saleh (kebaikan) laksana pohon kayu yang menghasilkan buah yang enak dan
lezat rasanya, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
d) Membiasakan Amal Saleh
20
Mengerjakan amal saleh dalam arti kata yang seluas-luasnya adalah kewajiban bagi
setiap manusia, baik sebagai pribadi maupun selaku umat, kaum, dan bangsa. Sesungguhnya,
kedudukan seseorang, suatu kaum, atau bangsa sangat ditentukan oleh amal perbuatannya.
4) Persatuan
a) Pengertian Persatuan
Persatuan diartikan sebagai bentuk kecendurungan asasi manusia yang diaktualisasikan
dalam bentuk kegiatan; melakukan pengelompokkan dengan sesame manusia menurut
pertimbangan atau ikatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
b) Karakteristik Persatuan
Setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjaga persatuan dengan sesame muslim.
Persatuan akan membawa kemaslahatan bersama. Dalam menjaga persatuan, ada beberapa
prinsip Al-Qur’an yang harus ditegakkan, antara lain:
(1) Persatuan dalam ikatan tali Allah (Q.S. Ali Imron/3:103);
(2) Mengakui persamaan harkat dan martabat sesame (Q.S.al-Hujurat/49:13);
(3)Senasib, saling membela dan melindungi (Q.S. at-Taubat/9:71);
(4)Umat yang harmonis, umat pertengahan (Q.S. al-Baqarah/2:143).
c) Nilai Positif Sikap Persatuan
Hikmah persatuan adalah dapat menciptakan kehidupan yang rukun dengan
menegakkan nilai-nilai keadilan, perdamaian, kemaslahatan, serta terbinanya pola hubungan
antarsesama manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kasih saying sesame
makhluk ciptaan Allah.
d) Membiasakan Sikap Persatuan
Agama Islam mementingkan persatuan dalam ikatan tali Allah, sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah al-Mu’minun/23:52. Menurut hadis Nabi SAW., orang
mukmin satu dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan, bagian-bagiannya saling
mengukuhkan satu sama lain.
5) Kerukunan
a) Pengertian Kerukunan
Kerukunan adalah satu tata pikir atau sikap hidup (thalent attitude) yang menunjukkan
kesabaran dan kelapangan dada menghadapi pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, dan
pendirian orang.
b) Karakteristik Kerukunan
21
Kerukunan adalah salah satu tata pikir yang diajarkan oleh Islam, terutama kerukunan
mengenai beragama. Salah satu ajaran Islam yang digariskan Allah untuk menjadi pegangan
kaum muslimindalam kehidupan beragama adalah Surah al-Baqarah Ayat 256.
c) Nilai Positif Sikap Kerukunan
Sikap rukun mengandung manfaat yang amat besar bagi setiap orang yang melakukan,
antara lain:
(1)Memperkukuh persatuan dan kesatuan yang menjadi syarat mutlak untuk mencapai cita-cita
yang tinggi dan mulia;
(2)Memudahkan seseorang untuk mengais rizeki;
(3)Menimbulkan ketentraman dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat;
(4)Menjadi pilar utama untuk memberdayakan potensi dan membangun masyarakat ke arah
yang lebih maju dan berperadaban;
(5)Menjadi tolak ukur solidaritas kemanusiaan yang akan mengantarkan kesejahteraan
kehidupan dalam bermasyarakat;
(6)Memiliki dampak bagi terciptanya masyarakat yang beradab dan sebagai sarana mendapatkan
rahmat Allah.
d) Membiasakan Sikap Kerukunan
Untuk mampu menghayati betapa pentingnya memelihara kerukunan, kita harus
merenungkan betapa besar kerusakan yang diakibatkan desas-desus atau kabar angin yang
jahat terhadap pergaulan sesama manusia.
6) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam point tentang karakteristik sikap adil terdapat beberapa contoh sikap adil dalam Al-
Qur’an alangkah baiknya jika dalilnya diikutsertakan dalam penulisan jadi tidak hanya
artinya saja agar para siswa lebih mudah dalam mempelajarinya.
b) Dalam point tentang nilai positif sikap adil alangkah baiknya jika dibuat menjadi point-point
agar memudahkan siswa dalam memahami.
c) Dalam nilai positif sikap ridha menurut hasil telaah kami belum ada penjelasan yang lebih
spesifik tentang nilai-nilai tersebut. Alangkah baiknya jika ditambahkan point-point yang
memuat tentang nilai-nilai positif sikap ridha agar siswa mudah memahaminya.
d) Dalam point tentang karakteristik sikap persatuan belum ada dalil yang dicantumkan dalam
pembahasan. Sebaiknya dalam penjelasan beberapa prinsip Al-Qur’an harus ditegakkan
dalam persatuan dalil dan artinya disebutkan agar melengkapi penjelasan kemudian ada
22
hadits yang hanya disebutkan artinya, alangkah baiknya dituliskan juga haditsnya agar lebih
lengkap.
e) Dalam point tentang nilai positif sikap persatua terdapat kata ”hikmah persatuan” seharusnya
menurut kami diganti dengan “nilai posiitf sikap persatuan” untuk menyesuaikan dengan sub
temanya.
f) Dalam membiasakan kerukunan belum ada dalilnya.
c. BAB 7: AKHLAK DALAM PERGAULAN REMAJA
1) Pengertian Masa Remaja
Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri.
2) Perkembangan Emosi Masa Remaja
Beberapa keadaan emosi pada usia remaja yang paling menonjol dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a) Gangguan jiwa berat sering kali muncul pertama kali pada usia remaja.
b) Gangguan kepribadian
c) Menantang atau melawan tatanan dari sistem kehidupan yang menurutnya tidak sesuai.
d) Mencari perhatian dengan menonjolkan kelebihan yang dimilikinya sehingga keberadaannya
ingin diakui.
e) Butuh akan cinta dengan mulai merasakan adanya kecenderungan pada lawan jenis.
f) Terikat dengan kelompok sehingga sering terjadi konflik antara anak dan orangtuanya.
g) Ingin tahu dan mencba sesuatu yang baru.
h) Mencari figure idola di luar rumah yang dirasa paling baik bagi dirinya.
3) Nilai Negatif Pergaulan Remaja
Setiap remaja harus mewaspadai perilaku suka keluyuran, menghabiskan waktu tanpa
agenda dan tujuan yang jelas; ermalas-malasan dan suka menunda atau meringankan
pekerjaan; ragu-ragu dan cenderung bimbang menjalani kehidupan; sering mengecilkan
kemampuan dan potensi diri; mementingkan bermain ataupun santai daripada belajar.
4) Akhlak dalam Pergaulan Remaja
Secara faktual harus diakui bahwa dalam kehidupan remaja terdapat beberapa hal
khusus yang perlu mendapat perhatian, disamping ketentuan umum tentang hubungan
bermasayarakat. Beberapa hal khusus tersebut, antara lain tentang mengucapkan dan
menjawab salam, berjabat tangan, khalwat, serta mencari teman yang baik.
5) Membina Akhlak Remaja
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha orang-orang
bertakwa. Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat ke derajat tertinggi. Tidak ada
23
amalan yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat nanti dari pada
akhlak yang baik.
6) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Dalam pengertian masa remaja belum ada pengertian tentang masa remaja. Peletakkan
tentang pengertian remaja malah ditaruh sebelum point tentang masa remaja. Seharusnya
pengertian itu diletakkan dalam point tentang pengertian remaja.
b) Dalam bab ini tidak ada dalil dari Al-Qur’an. Alangkah baiknya ditambah dengan dalil yang
menguatkan penjelasan tentang ahlak dalam pergaulan remaja.
d. BAB 8: PERILAKU TERCELA
1) Israf
a) Pengertian Sikap Israf
Melampaui batas (berlebihan) dapat dimaknai sebagai suatu tindakan yang dilakukan
seseorang di luar kewajaran ataupun kepatutan karena kebiasaan yang dilakukan untuk
memuaskan kesenangan diri secara berlebihan.
b) Bentuk-Bentuk Sikap Israf
Melampaui batas (berlebihan) yang berwujud dalam bentuk pamer kekayaan dan
berjiwa sombong akan menyebabkan kehancuran diri sendiri karena tidak mempunyai kontrol
pribadi dan sosial.
c) Nilai Negatif Sikap Israf
Melampaui batas (berlebihan) mengakibatkan amal ibadah orang yang memiilki sifat
tersebut terhenti dan tidak sabar. Bahaya melampaui batas (berlebihan), bekasnya dapat
menghilangkan keteguhan dan keseimbangan yang dituntut agama dalam melaksanakan
berbagai tanggung jawab hukum.
d) Upaya Menghindari Sikap Israf
Islam mengajarkan sifat kebersahajaan. Setiap muslim dilarang mengikuti nafsu
syahwat. Sederhanakanlah dan tundukkan nafsu dengan akal sehat.
2) Tabzir
a) Pengertian Sikap Tabzir
Boros sebagai perbuatan yang dilakukan dengan cara menghambur-hamburkan uang
ataupun barang karena kesenangan ataupun kebiasaan.
b) Bentuk-Bentuk Sikap Tabzir
24
Rasulullah menegaskan bahwa bukan hanya dalam makan atau minum yang dimaksud
boros, malah dalam beribadah.
c) Nilai Negatif Sikap Tabzir
Pamer kekayaan dan berjiwa sombong akan menyebabkan kehancuran diri sendiri
karena tidak mempunyai kontrol pribadi dan sosial.
d) Upaya Menghindari Sikap Tabzir
Islam menganjurkan hidup sedernaha dan tidak boleh sombong dengan menzalimi diri
sendiri ataupun orang lain.
3) Fitnah
a) Pengertian Sikap Fitnah
Fitnah diartikan sebagai perkataan yang bermaksud menjelekkan orang.
b) Bentuk-Bentuk Sikap Fitnah
Menurut Sayyid Qutub, yang dimaksud dengan fitnah dalam Al-Qur’an adalah fitnah
terhadap agama Islam dan umatnya, baik berupa ancaman, tekanan, dan terror secara fisik,
maupun berupa sistem yang merusak, menyesatkan, dan menjauhkan umat manusia dari
sistem Allah.
c) Nilai Negatif Sikap Fitnah
Dengan menggunjing, keburukan orang lain ditonjolkan, rasa percaya dan kasih itu
sirna. Orang yang memfitnah dan menggunjing, bearti menunjukkan kelemahan dan
kemiskinannya sendiri. Orang yang menggunjing dan memfitnah juga bukan agamawan yang
baik.
d) Upaya Menghindari Sikap Fitnah
Hikmah menghindari sikap memfitnah adalah:
(1)Kedamaian dan ketentraman;
(2)Menumbuhkan persaudaraan;
(3)Akan tercipta persatuan dan kesatuan.
4) Hasil telaah
Secara umum penjelasan pada bab ini sudah cukup baik dan jelas. Namun ada
beberapa bagian yang menurut kami terdapat kekurangan antara lain yaitu :
a) Pengertian sikap israf
Dalam hal ini belum ada penulisan dalil haditsnya, padahal menurut kami penyertaan hadist
tersebut bisa lebih melengkapi penjelasan.
25
b) Dalam bentuk-bentuk sikap israf dan tabzir, penjelasannya kurang jelas alangkah baiknya
jika ditambah penjelasan lagi agar siswa lebih paham tentang bentuk-bentuk sikap israf dan
tabzir.
c) Dalam upaya menghindari sikap israf dan tabzir tidak ada penjelasannya secara terperinci
sehingga membingungkan siswa dalam memahaminya.
d) Nilai negative sikap tabzir, penjelasannya terlalu sedikit hanya disebutkan satu nilai
negatifnya itupun kurang jelas, alangkah baiknya diperbanyak lagi penjelasannya.
e) Dalam pengertian sikap fitnah terdapat dalil Al-Qur’an namun hanya disebutkan maknanya
saja. Alangkah lebih baik jika dalilnya dituliskan agar lebih lengkap penjelasannya.
f) Point upaya menghindari sikap firnah. Penjelasannya kurang, alangkah baiknya bila
ditambah penjelasan tentang upaya menghindari sikap fitnah karena dalam penjelasannya
hanya dijelaskan tentang ghibah yang dibenarkan dan hikmah menghindari sikap fitnah.
g) Point nilai negative sikap israf dan fitnah sebaiknya di beri point-point agar memudahkan
peserta didik dalam memahaminya.
26
BAB IV
PENGAKHIRAN
D. Kesimpulan
1. Telaah Penjelasan Materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah adalah penyelidikan mengenai
bebrapa materi tentang kesulitan-kesulitan, kemudahan, kelebihan dan kekurangan yang
mungkin ada pada materi yang dikaji, dengan menjelaskan tentang bahan yang disampaikan
yaitu yang mengenai suatu kepercyaan atau keyakinan yang berupa budi pekerti atau
kelakuan, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah pada lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat
tinggi atau atas dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar.
2. Penjelasan materi Akidah Akhlak Madrasah Aliyah meliputi akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Pada kelas X dijelaskan tujuh materi pelajaran, sedangkan di kelas XI berisi delapan
materi peajaran.
3. Dari hasil telaah penyusun, pada penjelasan materi Akidah Akhlak cukup baik, namun masih
ada beberapa yang perlu dibenahi, yaitu penjelasan berupa paragraf-paragraf panjang, istilah
asing yang belum disertai penjelasan dan juga tidak dicetak miring, kurangnya kesamaan arah
antara lembar tugas dengan penjelasan materi, serta penulisan asma’ul husna yang belum
disertai dengan tulisan bahasa arab.
E. Saran dan Harapan
1. Guru juga sangat berperan aktif dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Oleh
karena itu, guru juga harus menguasai bahan ajar yang akan disampaikan dan penggunaan
metode yang tepat dalam proses pembelajaran.
2. Di harapkan bagi peserta didik dapat menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa, berilmu,
berperilaku adil dan jujur, giat dalam belajar serta berakhlaq al-karimah yang baik sesuai
tuntunan agama Islam.
3. Semoga hasil telaah kami ini bisa sampai pada penerbit sehingga diharapkan bisa menjadi
bahan tolak ukur untuk memperbaiki buku ajar yang telah ada.
4. Harapan penulis semoga karya yang sederhana dan jauh dari sempurna ini dapat membawa
manfaat yang lebih banyak bagi siapa saja yang membaca makalah ini.
27