pengendalian persediaan material dengan …
TRANSCRIPT
1
PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SILVER MEAL ALGORITHM, WAGNER
WITHIN ALGORITHM DAN PERIOD ORDER QUANTITY
(Studi Kasus: PT. Industri Kapal Indonesia (Persero))
Disusun Oleh:
Hamida Mukhtar
D071171304
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
ii
PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SILVER MEAL ALGORITHM, WAGNER
WITHIN ALGORITHM DAN PERIOD ORDER QUANTITY
(Studi Kasus: PT. Industri Kapal Indonesia (Persero))
Disusun Oleh:
Hamida Mukhtar
D071171304
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
iv
ABSTRAK
PT. Industri Kapal Indonesia merupakan perusahaan produksi dan reparasi
kapal yang terletak di Jl. Galangan Kapal No.31, Kaluku Bodoa, Kec. Tallo, Kota
Makassar. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah kedatangan material
yang sering terlambat menimbulkan proses produksi kapal terhambat, gudang
material yang selalu berlebih dan tingginya biaya pemesanan menimbulkan total
biaya persedian yang besar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menentukan safety stock dan reoder point, serta perencanaan persediaan agar
didapatkan kuantitas pemesanan optimal sehingga meminimumkan total biaya
persediaan.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka dilakukan perencanaan
persediaan menggunakan metode Silver Meal Algorithm, Wagner Within
Algorithm dan Period Order Quantity. Data yang digunakan adalah data
permintaan material tahun 2019 dan tahun 2020. Tahap pertama yang dilakukan
ialah peramalan permintaan menggunakan single exponential smoothing,
kemudian menentukan safety stock dan reorder point, kuantitas pemesanan
optimal, dan total biaya persediaan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan ialah metode Silver Meal Algorithm
mampu menghemat pengeluaran perusahaan sebesar 78% atau sama dengan Rp
896.563.300, menggunakan metode Period Order Quantity mampu menghemat
pengeluaran perusahaan sebesar 67% atau sama dengan Rp 764.281300.
Sedangkan metode Wagner Within Algorithm hanya direkomendasikan untuk
material Siku L dan material Pipa SCH 80 kepada perusahaan karena total selisih
inventory cost pada material Plate KI bernilai negatif.
Kata kunci: Persediaan, Peramalan, Silver Meal Algorithm, Wagner Within
Algorithm, Period Order Quantity.
v
ABSTRACT
PT. Industri Kapal Indonesia is a ship production and repair company
located on Jl. Galangan Kapal No.31, Kaluku Bodoa, Kec. Tallo, Makassar City.
The problems faced by the company are the arrival of materials that are often late
causing the ship production process to be hampered, the warehouse of material
that is always excessive and the high cost of ordering causes a large total
inventory cost. Therefore, this study aims to determine the safety stock and reoder
point, as well as inventory planning in order to obtain the optimal order quantity
so as to minimize the total inventory cost.
Based on the problems encountered, inventory planning was carried out
using the Silver Meal Algorithm, Wagner Within Algorithm and Period Order
Quantity methods. The data used is material demand data for 2019 and 2020. The
first step is forecasting demand using single exponential smoothing, then
determining safety stock and reorder points, optimal order quantity, and total
inventory costs.
The results of the research conducted are the Silver Meal Algorithm method
is able to save the company's expenses by 78% or equal to Rp. 896,563,300, using
the Period Order Quantity method is able to save the company's expenses by 67%
or equal to Rp. 764,281300. While the Wagner Within Algorithm method is only
recommended for Elbow L materials and SCH 80 Pipe materials to companies
because the total difference in inventory costs for Plate KI materials is negative.
Keywords: Inventory, Forecasting, Silver Meal Algorithm, Wagner Within
Algorithm, Period Order Quantity.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Puji dan Syukur
senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia- Nya yang telah diberikan kepada setiap hamba-Nya, terkhusus sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengendalian Persediaan
Material Dengan Menggunakan Metode Silver Meal Algorithm, Wagner Within
Algorithm dan Period Order Quantity (Studi Kasus: PT. Industri Kapal Indonesia
(Persero)), yang mana merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula, shalawat dan salam tercurahkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah senantiasa
membimbing ummat-Nya dari jaman kegelapan hingga ke jaman yang terang
benderang, yang telah senantiasa menggulung tikar-tikar kebodohan dan
menghamparkan permadani-permadani pengetahuan.
Tulisan ini didedikasikan untuk kedua orang tua tercinta penulis yakni
Bapak Mukhtar dan Ibu Rahmatia yang senantiasa memberikan doa dan harapan
agar kelak anaknya menjadi orang yang beriman, berilmu, dan berguna bagi
agama, nusa, dan bangsa. Kepada saudara kandung penulis (Aswar Mukhtar)
penulis ucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
vii
1. Bapak Dr. Saiful, ST., MT., IPM, selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Dr. Ir. Sapta Asmal, ST., MT. selaku Pembimbing 1 tugas akhir yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran
dan motivasi kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Dr. Eng. Ir. Irwan Setiawan, ST., MT. selaku Pembimbing 2 tugas
akhir yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis
dalam menulis tugas akhir dari bab awal hingga menjadi tugas akhir yang
utuh, serta memberikan arahan, saran dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan banyak ilmu, nasihat, dan pengalaman
kepada penulis selama menempuh studi di dunia perkuliahan.
5. Ibu Hikmah yang dengan sangat baik membantu dan melayani segala
keperluan administrasi kampus penulis selama berada di Departemen Teknik
Industri
6. Bapak Drs. Akhyaruddin selaku manager SDM yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian di PT. Industri Kapal Indonesia.
7. Keluarga besar PT. Industri Kapal Indonesia dari Divisi Produksi: Bapak
Sopyan Chalil, Divisi Gudang: Bapak Yusuf Wahid, Divisi Logistik: Bapak
H. Abdul Hamid, Divisi Engineering: Bapak Saddam Jahidin, Divisi
Pemasaran: Ibu Isma Yani Tajuddin, dan Divisi Akuntansi: Bapak Adzan
Akbar Sanjaya dan kak maman terima kasih atas bantuan, bimbingan, dan
viii
arahan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
8. Kepada kakak sepupu saya (Sri Rezki Novianti dan Musdalifah) dan tante
saya (Rawasia) yang membantu dan menyemangati saya selama kuliah.
9. Yusran, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Terima kasih sudah
ada untuk mendengar dan merespon keluh kesah saya selama ini sampai
sekarang.
10. Teman-teman Teknik Industri 2017. Terima kasih atas kebersamaan,
pengalaman, bantuan dan cerita indahnya selama beberapa tahun ini.
11. Teman-teman Teknik Industri 2018, 2019, dan 2020. Terima kasih atas
bantuan dan kerjasamanya selama saya mengulang beberapa matakuliah.
12. Nur Wahyuni Rahman, Teknik Industri 2016 yang selalu sabar ketika saya
bertanya hehehe, memberikan masukan dan arahan selama kuliah, dan
menjadi tempat konsultasi selama penelitian. Terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan selama ini
13. Kepada diri saya sendiri, terima kasih sudah berjuang sampai saat ini.
Semangat, ada orang tua yang harus dibahagiakan.
Demikian tugas akhir ini penulis buat, semoga tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa/i Teknik Industri.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan di
dalamnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan ke depannya.
Wa’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
1.5 Batasan Masalah ............................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Persediaan ........................................................................................ 10
2.1.1 Definisi Persediaan ................................................................ 10
2.1.2 Fungsi Persediaan ................................................................. 10
2.1.3 Jenis-Jenis Persediaan .......................................................... 11
2.1.4 Faktor Penyebab Munculnya Persediaan ........................... 12
2.1.5 Alat Ukur Persediaan ........................................................... 12
2.1.6 Biaya-Biaya dalam Persediaan ............................................ 13
x
2.2 Pengendalian Persediaan ............................................................... 15
2.2.1 Definisi Pengendalian Persediaan ........................................ 15
2.2.2 Lot Sizing ................................................................................ 16
2.3 Material Requirement Planning (MRP) ....................................... 23
2.3.1 Definisi Material Requirement Planning .............................. 23
2.3.2 Langkah Dasar Material Requirement Planning ................. 24
2.4 Peramalan ........................................................................................ 25
2.4.1 Definisi Peramalan ................................................................ 25
2.4.2 Macam-Macam Teknik Peramalan ..................................... 26
2.4.3 Pola-Pola Permintaan ........................................................... 29
2.4.4 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ....................................... 31
2.5 Stok Pengaman (Safety Stock) ........................................................ 34
2.6 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ................................... 35
2.7 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 43
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 43
3.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 43
3.3 Sumber Data .................................................................................... 44
3.4 Prosedur Penelitian ......................................................................... 45
3.5 Flow Chart Penelitian ..................................................................... 46
3.6 Kerangka Pikir ................................................................................ 47
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .............................. 49
4.1 Pengumpulan Data ......................................................................... 49
xi
4.1.1 Data Historis Permintaan Material ..................................... 49
4.1.2 Data Lead Time ...................................................................... 50
4.1.3 Data Kapasitas Gudang ........................................................ 50
4.1.4 Data Harga Material ............................................................. 51
4.1.5 Biaya Pesan (Ordering Cost) ................................................. 51
4.1.6 Biaya Simpan (Holding Cost)................................................ 51
4.1.7 Data Service Level .................................................................. 52
4.2 Pengolahan Data ............................................................................. 52
4.2.1 Peramalan (Forecasting) ....................................................... 52
4.2.2 Perhitungan Safety Stock dan Reorder Point ....................... 55
4.2.3 Pengendalian Persediaan ...................................................... 57
4.2.4 Pengendalian Persediaan Perusahaan ................................. 97
4.2.5 Total Inventory Cost ............................................................... 97
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 101
5.1 Analisa Hasil Peramalan Kebutuhan Material .......................... 101
5.2 Analisa Perencanaan Persediaan................................................. 102
5.2.1 Persediaan Pengaman (Safety Stock) ................................. 102
5.2.2 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ........................ 102
5.2.3 Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) ......................................... 103
xii
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 110
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 110
6.2 Saran .............................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 116
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 40
Tabel 4.1 Data Permintaan Material Tahun 2019 dan Tahun 2020 ........................... 49
Tabel 4.2 Data Lead Time. ......................................................................................... 50
Tabel 4.3 Data Kapasitas Gudang Material. .............................................................. 50
Tabel 4.4 Data Harga Material. .................................................................................. 51
Tabel 4.5 Data Biaya Pesan. ...................................................................................... 51
Tabel 4.6 Tingkat Kesalahaan Peramalan Weigthed Moving Avarage ...................... 54
Tabel 4.7 Tingkat Kesalahaan Peramalan Single Moving Avarage ........................... 54
Tabel 4.8 Tingkat Kesalahaan Peramalan Single Exponential Smoothing................. 54
Tabel 4.9 Hasil Peramalan (Single Exponential Smoothing, α = 0,5) ....................... 55
Tabel 4.10 Safety Stock Material ............................................................................... 56
Tabel 4.11 Reorder Point Material ........................................................................... 57
Tabel 4.12 Permintaan Material Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm.......................... 57
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Lot Size Material Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm
Dengan Metode SMA.............................................................................. 64
Tabel 4.14 MRP Dengan Metode SMA Material Siku L Uk 75mm x 75mm x
6mm ......................................................................................................... 64
Tabel 4.15 Hasil Total Inventory Cost Jenis Material dengan Metode SMA ............ 66
Tabel 4.16 Permintaan Material Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm.......................... 66
Tabel 4.17 Tabel Alternatif Pemenuhan Pemesanan (Qce) ....................................... 76
Tabel 4.18 Rekapitulasi Biaya Minimum (Zce) ......................................................... 87
Tabel 4.19 Rekapitulasi Biaya Minimum (Fe) ........................................................... 92
xiv
Tabel 4.20 Offsetting dari Hasil Akhir Material Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm . 93
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Total Inventory Cost Menggunakan AWW................ 94
Tabel 4.22 Tabel Lot Size Menggunakan Metode Period Order Quantity Material
Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm........................................................... 96
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Total Inventory Cost dengan POQ ............................. 97
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Total Inventory Cost Perusahaan ................................ 97
Tabel 4.25 Selisih Perbandingan Total Inventory Cost .............................................. 98
Tabel 5.1 Perbandingan Total Inventory Cost Menggunakan Tiga Metode Usulan .. 109
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola Trend .............................................................................................. 30
Gambar 2.2 Pola Musiman ......................................................................................... 30
Gambar 2.3 Pola Siklikal ........................................................................................... 30
Gambar 2.4 Pola Stasioner ......................................................................................... 31
Gambar 3.5 Flowchart Penelitian .............................................................................. 46
Gambar 3.6 Kerangka Pikir Penelitian. ...................................................................... 48
Gambar 4.1 Grafik Siku L. ......................................................................................... 99
Gambar 4.2 Grafik Plate KI. ...................................................................................... 99
Gambar 4.3 Grafik Pipa SCH 80. ............................................................................... 100
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Total Biaya Persediaaan ....................................... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia semakin baik seiring berjalannya
waktu. Di sisi lain, hal ini mengakibatkan persaingan antar perusahaan
semakin meningkat. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki strategi
yang baik agar mampu bersaing dengan perusahaan lain.
PT. Industri Kapal Indonesia (Persero), merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara yang beroperasi dibidang industri perkapalan yang
ditunjuk langsung sebagai poros industri maritim di Indonesia, yang
berlokasi di kota Makassar berkantor pusat di Jl. Galangan Kapal No.31,
Kaluku Bodoa, Kec. Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90215, dan
menjadi industri galangan kapal terbesar di Indonesia serta menguasai
industri maritim di bagian Timur Indonesia secara langsung. PT. Industri
Kapal Indonesia (Persero) Makassar, terdiri dari dua bagian, yaitu produksi
kapal baru dan reparasi kapal. Adapun jenis-jenis material atau material
pembuatan kapal yang ada di PT.Industri Kapal Indonesia (persero)
misalnya besi siku, pelat, pipa sch, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa selama ini
perusahaan melakukan pengadaan material untuk persediaan material di
gudang dengan cara mengusulkan permintaan material dan mengajukan
permintaan pembelian ke logistik kemudian logistik yang akan melakukan
penawaran dari rekanan terseleksi setelah itu pihak Logistik mengajukan
2
persetujuan kepada pimpinan. Ketika barang telah masuk ke gudang dan
telah diterima oleh pihak gudang dengan membuat laporan penerimaan
barang (LPB) dan telah disetujui oleh pihak QC (Quality Control).
Semua pertambahan dan pengurangan barang di PT. Industri Kapal
Indonesia (Persero) dicatat dengan cara mencatat pertambahan dan
pengurangan kas di buku maupun di komputer. Sistem perpetual mengikuti
semua transaksi pada saat barang bertambah atau berkurang dan persediaan
dicatat dalam kartu stock persediaan sehingga jumlah yang dicatat
merupakan jumlah yang ada digudang.
Didalam proses persedian material pada PT.Industri Kapal Indonesia
terkadang menemui masalah yaitu keterlambatan kedatangan material.
Material yang telah diminta kadang tidak datang sesuai dengan waktu yang
telah disepakati.
Keterlambatan material yang datang mengakibatkan kurangnya stok
yang tersedia akibatnya persediaan tidak dapat memenuhi permintaan dari
produksi dan menghambat proses produksi kapal yang sedang berjalan.
Kapal Roro 500 GT Selayar (Takabonerate) yang ditarget selesai 1 tahun
pada tahun 2019 ternyata pengerjaannya memerlukan waktu 2 tahun.
Terkadang Perusahaan juga mengalami overstock (kelebihan persediaan).
Kelebihan persediaan tentunya berdampak pada biaya persediaan yang
harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kelebihan persediaan yang terjadi
disebabkan karena perusahaan hanya mengandalkan usulan permintaan
barang tanpa melakukan perhitungan terlebih dahulu.
3
Dari uraian di atas, penulis tertarik ingin menerapkan metode Silver
Meal Algorithm, Algorithm Wagner-Within, dan Period Order Quantity
untuk mengendalikan serta menentukan metode mana yang paling optimal
digunakan dalam persediaan material Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm,
Plate KI Uk 8mm x20’x5’, dan Pipa SCH 80 Uk dia.4’’ pada perusahaan
PT. Industri Kapal Indonesia (Persero). Penilitian ini menggunakan
beberapa metode untuk melihat metode mana yang paling optimal
digunakan. Sehingga diharapkan penerapan metode ini dapat membantu
perusahaan meminimalisasi tingkat persediaan, biaya, dan tingkat terjadinya
out of stock.
Siku L Uk 75mm x 75mm x 6mm merupakan rangka dari kapal
dimana kulit–kulit kapal (pelat) diletakkan, berfungsi sebagai penguat pelat
dan penopang kekuatan konstruksi kapal yang diletakkan dengan jarak-jarak
tertentu. Plate KI Uk 8mm x20’x5’ merupakan salah satu komponen utama
dalam pembuatan badan kapal. Pipa SCH 80 Uk dia.4’’ juga sangat
dibutuhkan dalam konstruksi kapal untuk instalasi tekanan tinggi, pada
instalasi hidrolik Pipa SCH 80 digunakan untuk menggerakkan daun
kemudi, sistem jangkar, dan sistem rampdoor.
Menurut Luthfi, et.al (2018), pada penelitiannya mengenai
perencanaan dan pengontrolan persediaan scrap diperoleh hasil bahwa
dengan mengimplementasikan metode Silver-Meal mampu mengoptimalkan
perencanaan persediaan serta menghemat total biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Metode Silver Meal Algorithm dirancang untuk memecahkan
4
masalah lebih sederhana yang membagi bentuk pemesanan kedalam satu
ukuran lot. Langkah-langkah dari metode ini, yaitu menghitung total biaya
untuk pemesanan periode pertama, selanjutnya kembali menghitung total
biaya untuk pemesanan periode kedua. Apabila biaya pada pemesanan
periode kedua lebih tinggi dari biaya pada pemesanan periode pertama,
maka dilakukan perhitungan seperti sebelumnya yang dimulai kembali
dengan periode sebelumnya
Menurut Kulkarni & Rajhans (2012), pada penelitiannya mengenai
perbandingan tujuh model persediaan pada enam item yang diteliti diperoleh
hasil bahwa Algorithm Wagner Within merupakan model yang paling
optimal dan mampu meminimumkan total biaya persediaan untuk keenam
item yang diteliti. Metode Algorithm Wagner Within merupakan pendekatan
dinamik dimana kita memperoleh ukuran optimum dalam suatu pemesanan.
Tahap-tahap dari metode ini, yaitu menghitung semua alternatif pemesanan
berdasarkan periode waktunya, jika sudah mendapatkan hasil perhitungan
alternatif maka langkah selanjutnya adalah mencari biaya terendah dari
setiap periode. Kemudian biaya terendah dari setiap periode menjadi acuan
untuk menentukan berapa kali pemesanan dari setiap item.
Menurut Lestrai & Kusno (2014), pada penelitiannya mengenai
manajemen persediaan buah naga merah pada super market asia plaza
diperoleh hasil bahwa perhitungan persediaan yang dihitung dengan metode
Period Order Quantity terbukti dapat memperkecil biaya total persediaan
sebesar 80%. Metode Period Order Quantity merupakan salah satu metode
5
dalam pengendalian persediaan yang bertujuan menghemat total biaya
persediaan (Total Inventory Cost) dengan menekankan pada efektifitas
frekuensi pemesanan agar lebih terpola. Metode ini menggunakan hasil
perhitungan EOI sebagai acuan untuk menentukan berapa kali pemesanan
dari setiap item.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk mengkaji
perencanaan persediaan material untuk memperoleh hasil yang optimal
dengan melakukan penelitian berjudul “Pengendalian Persediaan
Material Dengan Menggunakan Metode Silver Meal Algorithm, Wagner
Within Algorithm Dan Period Order Quantity”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan nilai safety stock dan reorder point pada material
di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)?
2. Bagaimana menentukan kuantitas pemesanan (lot size) material
menggunakan metode Silver Meal Algorithm, Wagner-Within Algorithm,
dan Period Order Quanity di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)?
3. Bagaimana hasil perhitungan yang dilakukan perusahaan dengan
perhitungan menggunakan metode Silver Meal Algorithm, Wagner-
Within Algorithm, dan Period Order Quanity?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi nilai safety stock dan reorder point pada material di PT.
Industri Kapal Indonesia (Persero).
2. Menentukan kuantitas pemesanan (lot size) material di PT. Industri Kapal
Indonesia (Persero) menggunakan metode Silver Meal Algorithm,
Wagner-Within Algorithm dan Period Order Quanity.
3. Membandingkan hasil antara perhitungan yang dilakukan PT. Industri
Kapal Indonesia (Persero) dengan perhitungan menggunakan metode
Silver Meal Algorithm, Wagner-Within Algorithm, dan Period Order
Quanity.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Bagi mahasiswa
Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Universitas
Hasanuddin Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri dan dapat
memperoleh tambahan wawasan, pengetahuan dan keterampilan yang
relevan untuk meningkatkan kompetensi, dan kecerdasan intelektual
termasuk dalam mengaplikasikan metode Silver Meal Algorithm,
Wagner-Within Algorithm, dan Period Order Quanity untuk
menyelesaikan permasalahan persediaan material pada PT. Industri
Kapal Indonesia (Persero).
7
2. Bagi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) sebagai usulan dalam
pengambilan keputusan untuk persediaan material yang ingin dipesan.
3. Bagi Universitas Hasanuddin dapat digunakan untuk menambah referensi
sebagai bahan penelitian lanjutan yang lebih mendalam pada masa yang
akan datang.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan pada production, warehouse, logistic, dan
engineering PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) dari tanggal 15 April
2021 – 11 Mei 2021.
2. Objek penelitian hanya di lakukan pada material Siku L Uk 75mm x
75mm x 6mm, Plate KI Uk 8 mm x 20’x5’, dan Pipa SCH 80 Uk dia.4’’
di PT. Industri Kapal Indonesia (Persero).
3. Analisa dilakukan menggunakan metode Silver Meal Algorithm, Wagner-
Within Algorithm, dan Period Order Quanity.
4. Menggunakan data histori persediaan dan permintaan material Siku L Uk
75mm x 75mm x 6mm, Plate KI Uk 8 mm x 20’x5’, dan Pipa SCH 80
Uk dia.4’’ pada PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) tahun 2019-2020.
5. Penelitian ini menggunakan biaya pengiriman yang seragam.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari sripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada Bab I ini menjabarkan sekilas tentang latar belakang
8
masalah serta sekilas gambaran umum dari PT. Industri
Kapal Indonesia (Persero). Terdapat juga tujuan
perumusan masalah, tujuan dari penelitian, Batasan
masalah dan terakhir adalah sistematika penulisan skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada Bab II berisi tentang teori-teori yang di jadikan
referensi dan dasar/panduan melakukan penelitian ini.
Teori-teori didapat dari sumber baik berupa buku maupun
jurnal.
BAB III Metodologi Penelitian
Pada Bab III menjabarkan tentang metode-metode yang
dilakukan selama penelitian mulai dari observasi,
identifikasi masalah, identifikasi variabel, tujuan
penelitian, pengumpulan data, penerapan metode material
requirement planning, perhitungan berdasarkan metode
pembahasan dan terakhir kesimpulan.
BAB IV Data dan Analisis
Pada Bab IV berisi tentang data yang diperoleh dari PT.
Industri Kapal Indonesia (Persero) lalu kemudian data
tersebut dihitung dan dianalisis menggunakan teori-teori
yang dijadikan referensi dan dasar melakukan penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada Bab V adalah bab terakhir, berisi tentang kesimpulan
9
dan saran yang didapat dari hasil penelitian terhadap
masalah dan saran yang dapat diberikan sebagai masukan
terhadap pengembangan laporan penelitian agar lebih
akurat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
2.1.1 Definisi Persediaan
Herjanto (dalam Unsulangi et al., 2019) menjelaskan
persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk
digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual
kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.
Berdasarkan definisi diatas persediaan merupakan material yang
dapat berupa barang mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi
yang dikelola dan digunakan guna mendukung proses produksi.
Menurut Alexandri (dalam Lahu & Sumarauw, 2017)
persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang
milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam
pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan material yang
menunggu penggunaannya dalam proses produksi.
2.1.2 Fungsi Persediaan
Menurut Heizer & Render (dalam Lahu & Sumarauw, 2017),
menyatakan keempat fungsi persediaan bagi perusahaan adalah:
a. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses
produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan
11
berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk
melakukan decouple proses produksi dari pemasok.
b. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan
dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan seperti ini
digunakan secara umum pada bisnis eceran.
c. Mengambil keuntungan dari melakukan pemesanan dengan
sistem diskon kuantitas, karena dengan melakukan pembelian
dalam jumlah banyak dapat mengurangi biaya pengiriman.
d. Melindungi perusahaan terhadap inflasi dan kenaikan harga.
2.1.3 Jenis-Jenis Persediaan
Menurut Nasution & Prastyawan 2008 (dalam Utami, 2012)
dilihat dari jenisnya persediaan dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Material (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari
pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi
produk jadi yang akan dihasilkan perusahaan.
b. Bahan setengah jadi (work in process) adalah material yang
sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih
membutuhkan langkah lanjutan agar menjadi produk jadi.
c. Barang jadi (finish good) adalah barang jadi yang telah selesai
diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau
didistribusikan ke lokasi pemasaran.
d. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang
12
dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan
menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.
2.1.4 Faktor Penyebab Munculnya Persediaan
Menurut Sumayang (dalam Utami, 2012) penyebab
munculnya persediaan adalah sebagai berikut:
a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian. Untuk menghadapi
ketidakpastian maka pada sistem ditetapkan persediaan darurat
yang dinamakan safety stock. Jika sumber dari ketidakpastian
dapat dihilangkan, maka jumlah inventory maupun safety stock
dapat dikurangi.
b. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan
pembelian. Kadang-kadang lebih ekonomis memproduksi
barang dalam proses atau barang jadi dalam jumlah besar atau
dalam jumlah paket yang kemudian disimpan sebagai
persediaan.
c. Untuk mengantisipasi perubahan pada demand dan supply.
Inventory disiapkan untuk menghadapi bila ada perkiraan
perubahan harga dan persediaan material.
2.1.5 Alat Ukur Persediaan
Menurut Rahmayanti & Fauzan (2013), ada beberapa ukuran
yang bisa digunakan untuk memonitor kinerja persediaan, yaitu:
a. Tingkat perputaran persediaan (Inventory Tumover Rate),
digunakan untuk melihat seberapa cepat produk atau barang
13
relative terhadap jumlah rata-rata tersimpan sebagai persediaan.
b. Inventory Days of Supply, merupakan rata-rata jumlah hari suatu
perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah persediaan yang
dimiliki. Ukuran ini sebenarnya dapat dikatakan seirama dengan
tingkat perputaran persediaan.
c. Fill rate, yaitu persentase jumlah item yang tersedia ketika
adanya kebutuhan produksi. Misalnya, jika fill rate 97% berarti
ada kemungkinan 3% dari item yang dibutuhkan untuk produksi
tidak tersedia. Akibatnya produksi harus terhenti untuk beberapa
lama yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
2.1.6 Biaya-Biaya Dalam Persediaan
Menurut Ristono (dalam Utami, 2012), biaya persediaan
dapat dibedakan atas:
a. Ongkos pembelian (purchase cost = c)
Ongkos pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari
pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi
dalam perusahaan atau dapat dikatakan pula bahwa biaya
pembelian adalah semua biaya yang digunakan untuk membeli
suku cadang. Penetapan dari biaya pembelian ini tergantung dari
pihak penjualan barang atau bahan sehingga pihak pembeli
hanya bias mengikuti fluktuasi harga barang yang ditetapkan
oleh pihak penjual.
14
b. Ongkos pemesanan atau Biaya persiapan (order cost = k / set up
cost = k)
Ordering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan pemesanan barang ke supplier. Besar kecilnya biaya
pemesanan sangat tergantung pada frekuensi pesanan, semakin
sering memesan barang maka biaya yang dikeluarkan akan
semakin besar dan sebaliknya. Biaya pemesanan secara
terperinci meliputi:
1. Biaya persiapan pesanan, antara lain
a) Biaya telepon atau ongkos menghubungi supplier
b) Pengeluaran surat menyurat
2. Biaya penerimaan barang, seperti :
a) Biaya pembongkaran dan pemasukan ke gudang
b) Biaya laporan penerimaan barang
c) Biaya pemeriksaan barang atau biaya pengecekan
3. Biaya pengiriman pesanan ke gudang
4. Biaya-biaya proses pembayaran, seperti biaya pembuatan
cek, pengiriman cek atau biaya transfer ke bank supplier, dan
sebagainya.
c. Ongkos simpan (carrying cost/holding cost/storage cost=h)
Ongkos simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi
dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana
fisik untuk menyimpan persediaan, atau dapat pula dikatakan
15
biaya yang timbul akibat penyimpanan barang maupun bahan
(diantaranya: fasilitas penyimpanan, sewa gudang, keusangan,
asuransi, pajak dan lain-lain). Yang termasuk dalam biaya
simpan antara lain:
1. Biaya sewa atau penggunaan gudang.
2. Biaya pemeliharaan barang.
3. Biaya pemanasan atau pendinginan, bila untuk menjaga
ketahanan barang dibutuhkan faktor pemanas atau pendingin.
4. Biaya menghitung dan menimbang barang.
d. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost = p)
Dengan kekurangan persediaan maka biaya yang timbul adalah
sebagai berikut:
1. Kehilangan pendapatan.
2. Selisih harga komponen.
3. Terganggunya operasi.
2.2 Pengendalian Persediaan
2.2.1 Definisi Pengendalian Persediaan
Dalam perusahaan persediaan menjadi asset terbesar yang
harus dikelola dengan tepat dan benar. Oleh karena itu, persediaan
harus dapat dikendalikan oleh perusahaan sehingga dapat
mendukung sebuah proses produksi. Berdasarkan beberapa ahli,
pengertian pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:
Pengendalian persediaan adalah aktivitas-aktivitas dan
16
teknik-teknik penjagaan stock barang-barang pada tingkat tertentu,
baik berupa material, barang dalam proses dan produk jadi
(Kinandathi, et al., 2016).
Menurut Rangkuti (2007), pengendalian persediaan
merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa
jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan
saatnya mengadakan pemesanan kembali.
Menurut Heizer & Render (2014) mengatakan semua
organisasi memiliki beberapa jenis sistem perencanaan dan sistem
pengendalian persediaan, karena pada hakekatnya perencanaan dan
pengendalian persediaan perlu diperhatikan. Dari pengertian di atas
dapat diartikan bahwa pengendalian persediaan merupakan hal
yang perlu diperhatikan untuk menjaga keseimbangan antara
besarnya persediaan dengan biaya yang timbul dari persediaan.
2.2.2 Lot Sizing
Berikut ini beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
menentukan ukuran lot (Putra & Riandadari, 2016):
a. Lot for lot
Teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan
diskrit. Di samping itu, teknik ini merupakan cara paling
sederhana dari semua ukuran lot yang ada. Teknik ini selalu
melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama
apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan
17
teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan. Oleh
karena itu, sering kali digunakan untuk item-item yang
mempunyai biaya simpan per unit sangat mahal apabila dilihat
dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinyu atau
tidak teratur, maka teknik LFL ini memiliki kemampuan yang
baik.
b. Economic Order Quantity
Model EOQ digunakan untuk menentukan angka pesanan
persediaan yang meminimalkan biaya langsung persediaan dan
biaya pemesanan persediaan. Asumsi harus dipenuhi untuk
model EOQ, yaitu permintaan produk (D) diketahui, konstan
dan seragam, harga per unit konstan, per unit per tahun (H)
biaya konstan, pesanan konstan (S), lead time yang konstan, dan
tidak ada kekurangan barang. Rumus untuk EOQ.
EOQ = √
………………………………………………….(1)
Di mana:
EOQ = Economic Order Quantity
A = Biaya Pemesanan per periode
D = Kebutuhan per periode
H = Biaya simpan per unit
c. Least Unit Cost
Teknik LUC yaitu ukuran kuantitas pemesanan dan interval
pemesanannya bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kuantitas
pemesanan ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan
jalan mempertanyakan apakah ukuran lot disuatu periode
18
sebaiknya sama dengan ukuran bersihnya atau bagaimana kalau
ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan
ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per
unit ditambah ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal
ukuran lot yang akan dipilih.
d. Fixed Period Requirement
Dalam metode FPR penentuan ukuran lot didasarkan pada
periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah kebutuhan tidak
berdasarkan ramalan, tetapi dengan menjumlahkan kebutuhan
bersih pada periode yang akan datang. Bila dalam metode FOQ
besarnya jumlah ukuran lot adalah tetap, sementara selang
waktu antar pemesanan tidak tetap. Dalam metode FPR ini
selang waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot
sesuai pada kebutuhan bersih.
e. Least Total Cost
Pendekatan menggunakan konsep biaya total akan
diminimalisasikan apabila setiap lot dalam suatu horizon
perencanaan hamper sama besarnya. Hal ini dapat dicapai
dengan memesan ukuran lot yang memiliki biaya simpan per
unitnya hamper sama dengan biaya pengadaan/unitnya.
f. Part Period Balancing
Teknik ini didasarkan pada pemikiran bahwa jumlah ongkos
pengadaan dan ongkos simpan (ongkos total) setiap ukuran
19
kuantitas pemesanan yang ada pada suatu horizon perencanaan
dapat diminimasi jika besar ongkos-ongkos tersebut sama atau
hampir sama. Sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah
suatu faktor yang disebut Economic Part Periode (EPP).
Pemilihan ukuran lot ditentukan dengan jalan membandingkan
ongkos part period yang ditimbulkan oleh setiap ukuran lot
tersebut dengan EPP, yang paling dekat atau sama dengan EPP
dipilih sebagai ukuran lot yang akan dilaksanakan. Part period
adalah satu unit yang disimpan dalam persediaan dalam satu
periode. EPP dapat didefinisikan sebagai kuantitas suatu item
persediaan yang bila disimpan di dalam persediaan selama satu
periode, akan menghasilkan ongkos pengadaan yang sama
dengan ongkos simpan. Perhitungan nilai EPP dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
EPP =
………………………………………………………(2)
Di mana:
A = Biaya pemesanan per sekali pesan
H = Biaya penyimpanan
g. Silver Meal
Metode Silver-Meal atau sering juga disebut metode SM
dikembangkan oleh Edward Silver dan Harlan Meal berdasarkan
pada periode biaya. Penentuan rata-rata biaya perperiode adalah
jumlah periode dalam penambahan pesanan yang meningkat.
Penambahan pesanan dilakukan ketika ratarata biaya periode
20
pertama meningkat. Jika pesanan datang pada awal periode
pertama dan dapat mencukupi kebutuhan hingga akhir periode
T.
Kriteria dari teknik Silver-Meal adalah bahwa lot size yang
dipilih harus dapat meminimasi ongkos total per periode.
Permintaan dengan periode-periode yang berurutan
diakumulasikan kedalam suatu.
Rumus umum yang dapat di gunakan adalah:
K (m) =
(A + hD2 + 2 h D2 + … + (m-1) hDm)…………….(3)
(Hermawan,2012).
Dimana:
Dm = Permintaan pada periode ke-m
K(m) = Rata-rata per unit waktu
m = Periode
A = Biaya order
h = Biaya simpan tiap unit per periode
h. Algoritma Wagner-Whitin
Algoritma ini dikembangkan oleh Wagner dan Within pada
tahun 1958 untuk memberikan solusi optimum bagi persoalan
ukuran pemesanan deterministik pada suatu kurun waktu
tertentu dimana kebutuhan seluruh periode harus terpenuhi.
Metode Algoritma Wagner Within merupakan metode yang
dapat memberikan nilai optimal untuk permasalahan lot sizing
yang bersifat dinamis sesuai dengan horizon periode tertentu.
Metode ini menggunakan pendekatan program dinamis untuk
mencari solusi yang optimal (Tersine, 1994).
21
Langkah-langkah untuk Algoritma Wagner-Within (Tersine
1994) dengan Kembangan model yang memperhatikan Batasan
kapasitas gudang sebagai berikut:
1. Menghitung dan memeriksa batasan pada Qce bila pemesanan
dilakukan pada periode c untuk memenuhi permintaan
periode c sampai periode e tidak boleh melebihi kapasitas
gudang.
Qce ≤ kapasitas gudang
2. Hitung matriks total biaya variabel (biaya pesan dan biaya
simpan) untuk seluruh alternatif pemesanan di seluruh
horizon perencanaan yang terdiri dari N periode (hasil dari
langkah pertama). Definisikan Zce sebagai total biaya variabel
(dari periode c sampai periode e) bila pemesanan dilakukan
pada periode c untuk memenuhi permintaan periode c sampai
periode e. Rumusan Zce tersebut adalah sebagai berikut:
Zce = C + h∑ (𝑄 𝑄 ) i=c untuk 1 ≤ c ≤ e ≤ N.......(4)
Dengan
C = biaya pesan
H = biaya simpan per unit per periode
Qce = ∑
Dk = Permintaan pada periode k
3. Definisikan fe sebagai biaya minimum yang mungkin dalam
periode 1 sampai periode e dengan asumsi tingkat persediaan
di akhir periode e adalah nol. Algoritma mulai dengan f0=0
dan mulai menghitung secara berurutan f1, f2, …, fN. Nilai fN
22
adalah nilai biaya dari pemesanan optimal.
fe = Min {Zce + fc-1} untuk c = 1, 2, .... E …………...……. (5)
4. Interpretasikan fN menjadi ukuran lot dengan cara sebagai
berikut:
a) Pemesanan terakhir dilakukan pada periode w untuk
memenuhi permintaan dari periode w sampai periode N.
fN = ZwN + fw-1…………………………………………(6)
b) Pemesanan sebelum pemesanan terkahir harus dilakukan
pada periode v untuk memenuhi permintan dari periode v
sampai periode w-1.
Fw-1 = Zvw-1 + fv-1………………………………………..(7)
c) Pemesanan yang pertama harus dilakukan pada periode 1
untuk memenuhi permintaan dari periode 1 sampai periode
u-1.
fu-1 = Z1u-1 + f0…………………………………………..(8)
i. Period Order Quantity (POQ)
Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis
agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit,
teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar
perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan
diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan
interval periode pemesanannya adalah setahun. Penggunaan
rumus untuk metode ini menggunakan turunan dari rumus
23
metode Economic Order Quantity yang dapat di lihat pada
rumus di bawah ini.
EOQ = √
………………………………………………(9)
Dimana:
A : biaya pesan
D : permintaan
H : biaya simpan
Selanjutnya, dengan mengetahui nilai EOQ maka rumus untuk
metode ini dapat di lihat rumus di bawah ini.
EOI =
…………………………………………………(10)
Dimana:
EOI : banyaknya periode pemesanan
H : biaya simpan
(Fithri, 2015).
Rumus metode Period Order Quantity dapat di lihat pada rumus
di bawah ini.
POQ =
√
……………………………………………(9)
Dimana:
: Permintaan rata-rata perhorizon waktu perencanaan
(Simatupang, 2017).
2.3 Material Requirement Planning (MRP)
2.3.1 Definisi Material Requirement Planning
Permintaan dependen adalah permintaan untuk sebuah jenis
barang yang berkaitan dengan permintaan jenis barang lain. Teknik
dependen yang digunakan dalam sebuah lingkungan produksi
disebut perencanaan kebutuhan material (Material Requirement
24
Planning – MRP). MRP dapat membantu meminimasikan investasi
untuk inventori, memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap
material yang dibutuhkan, serta sebagai alat pengendalian produksi
dan inventori. Di dalam Delia, et al (2017) terdapat tiga masukkan
utama yang diperlukan MRP, yaitu:
a. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule – MPS),
yaitu suatu rencana produksi yang menggambarkan hubungan
antara jenis dan kuantitas setiap jenis produk akhir dengan
waktu penyediaannya.
b. Status inventory, menggambarkan keadaan setiap komponen
atau bahan yang terdapat dalam sistem inventori, seperti jumlah
inventory yang ada sekarang (inventory on hand), inventory
yang akan datang atau dalam pesanan (inventory on order), dan
waktu ancang-ancang (lead time).
c. Struktur produk (Bill Of Material), adalah kaitan antar produk
dengan komponen-komponen penyusunnya mulai dari material
sampai produk jadi.
2.3.2 Langkah Dasar Material Requirement Planning
MRP merupakan suatu proses yang dinamik, artinya bahwa
rencana yang telah di buat perlu di sesuaikan terhadap
perubahanperubahan yang terjadi. Di dalam Delia, et al (2017)
terdapat empat langkah dasar penyusunan MRP sebagai berikut:
25
a. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih untuk
setiap periode selama periode perencanaan.
b. Lotting
Lotting merupakan proses penentuan besarnya ukuran lot
pesanan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan bersih beberapa
periode sekaligus. Besarnya ukuran lot pesanan tersebut dapat
ditentukan berdasarkan jumlah pemesanan yang tetap, periode
pemesanan yang tetap atau keseimbangan antara biaya
pengadaan dengan biaya simpan.
c. Offsetting
Offsetting merupakan suatu proses penentuan saat dilakukannya
pemesanan (planned order release) sehingga kebutuhan bersih
(Net Requirement) dapat dipenuhi. Penentuan saat pemesanan
diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih
harus tersedia dengan waktu ancang-ancangnya (lead time).
d. Exploding
Exploding merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah
sebelumnya, yaitu netting, lotting, dan offsetting yang dilakukan
untuk komponen yang berada di level bawahnya.
2.4 Peramalan
2.4.1 Definisi Peramalan
Menurut Murahartawaty (dalam Dzikrillah, et al., 2016),
26
peramalan (forecasting) merupakan bagian vital bagi setiap
organisasi bisnis dan untuk setiap pengambilan keputusan
manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi
perencanaan jangka panjang perusahaan. Sedangkan menurut
Hasibuan (dalam Dzikrillah, et al., 2016), metode peramalan adalah
suatu cara memperkirakan atau mengestimasi secara kuantitatif
maupun kualitatif apa yang terjadi pada masa depan berdasarkan
data yang relevan pada masa lalu. Adapun tujuan peramalan
menurut Sofyan (2015), tujuan utama peramalan adalah untuk
meramalkan permintaan di masa yang akan datang, sehingga
diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang
sebenarnya.
2.4.2 Macam-Macam Teknik Peramalan
Klasifikasi peramalan merupakan identitas dari peramalan itu
sendiri. Peramalan memiliki dua klasifikasi peramalan diantaranya
peramalan berdasarkan teknik penyelesaiannya, yang terdiri dari:
a. Metode Kuantitatif
Digunakan pada saat data masa lalu cukup tersedia. Beberapa
teknik kuantitatif yang sering dipergunakan:
1. Metode Deret Berkala (Time Series)
Deret berkala/waktu (time series) adalah data statistik yang
disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Pengertian waktu
dapat berupa tahun, kuartal, bulan, minggu, dan sebagainya.
27
Metode time series adalah metode yang dipergunakan untuk
menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari
waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau
kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola
dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data
historis dari serial itu. Metode peramalan dengan pendekatan
statistik digunakan untuk peramalan yang berdasarkan pada
pola data, dan termasuk ke dalam model peramalan deret
berkala (time series) antara lain:
a) Metode Exponential Smoothing
Pemulusan eksponensial (exponential smoothing) adalah
suatu prosedur yang mengulang perhitungan secara terus
menerus dengan menggunakan data terbaru. Metode ini
didasarkan pada perhitungan ratarata (pemulusan) data-
data masa lalu secara eksponensial. Setiap data diberi
bobot, dimana data yang lebih baru diberi bobot yang
lebih besar. Bobot yang digunakan adalah α untuk data
yang paling baru, α (1- α) digunakan untuk data yang agak
lama, α untuk data yang lebih lama lagi, dan seterusnya.
Rumus matematisnya adalah:
Ft+1 = α.Xt + (1- α) Ft………………………………….(13)
(Nasution & Prasetyawan, 2008)
Dimana:
Xt = Permintaan pada periode t
28
α = Faktor/konstanta pemulusan
Ft = Nilai ramalan periode sebelumnya
Ft+1= Hasil peramalan untuk periode t+1
b) Metode Moving Avarage
Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data
aktual permintaan yang baru untuk membangkitkan nilai
ramalan untuk permintaan di masa yang akan datang.
Secara matematis, rumus fungsi peramalan metode ini
adalah:
Ft+1 =
……………………………….(14)
(Nasution & Prasetyawan, 2018)
Dimana:
Xt = Permintaan pada periode t
Xt-1 = Permintaan pada periode t-1
Xt-N+1 = Permintaan pada periode t-N+1
N = Jumlah deret waktu yang digunakan
Ft+1 = Hasil peramalan untuk periode t+1
c) Metode Weighted Moving Avarage
Metode Weighted Moving Average (WMA) dapat
mengatasi kelemahan dari metode Moving Average (MA)
yang menganggap setiap data memiliki bobot yang sama,
padahal lebih masuk akal bila data yang lebih baru
mempunyai bobot yang lebih tinggi karena data tersebut
mempresentasikan kondisi yang terakhir terjadi. Secara
matermatis, WMA dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑊𝑀𝐴 = ∑𝑊𝑡 × 𝐴𝑡 ………………………………….(15)
Dimana:
Wt = Bobot Permintaan Aktual pada periode –t
At = Permintaan Aktual pada periode –t
29
2. Metode Kausal
Model kasual adalah model peramalan yang
mempertimbangkan variabel-variabel atau faktor-faktor yang
bisa mempengaruhi jumlah yang sedang diramalkan. Atau
lebih mudahnya bahwa Metode ini menggunakan pendekatan
sebab-akibat, dan bertujuan untuk meramalkan keadaan di
masa yang akan datang dengan menemukan dan mengukur
beberapa variabel bebas (independen) yang penting beserta
pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas yang akan
diramalkan.
b. Metode Kualitatif
Peramalan yang melibatkan pendapat pribadi, pendapat ahli,
metode Delphi penelitian pasar dan lain-lain. Bertujuan untuk
menggabungkan seluruh informasi yang diperoleh secara logika,
unbased dan sistematis yang dihubungkan dengan faktor interest
pengambil keputusan. Data yang diperoleh pada data ini tidak
sama dengan data pada metode kuantitatif. Input yang
dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya
merupakan hasil dari pemakaian intuitif, perkiraan dan
mengetahui apa yang telah didapat.
2.4.3 Pola-Pola Permintaan
Menurut Makridakis & Wheelwright dalam Cahyani (2018),
terdapat empat jenis pola permintaan, yaitu trend, musiman
30
siklikal, dan horizontal/stasioner:
a. Pola trend, muncul ketika pola data naik atau turun pada periode
yang panjang.
Gambar 2.1 Pola Trend
(Sumber: Cahyani, 2018)
b. Pola musiman, muncul apabila observasi data dipengaruhi oleh
faktor musiman. Komponen musiman mengacu pada suatu pola
perubahan yang berulang dengan sendirinya dari tahun ke tahun.
Gambar 2.2 Pola Musiman
(Sumber: Cahyani, 2018)
c. Pola siklikal, muncul ketika observasi data memperlihatkan
kenaikan dan penurunan pada periode yang tidak tetap.
Komponen siklik mirip fluktuasi gelombang di sekitar trend
yang sering dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.
Gambar 2.3 Pola Siklikal
(Sumber: Cahyani, 2018)
31
d. Pola horizontal/stasioner, muncul ketika data observasi
berkfluktuasi disekitar mean atau tingkatan yang konstan. Jenis
pola horizontal ini sering disebut pola stasioner terhadap mean.
Tahap identifikasi pola dasar dari data bisa menentukan pilihan
model yang tepat untuk melakukan peramalan. Identifikasi pola
dilakukan dengan metode time series, biasanya dilakukan
dengan bantuan software.
Gambar 2.4 Pola Stasioner
(Sumber: Cahyani,2018)
2.4.4 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan
Seorang perencana tentu menginginkan hasil perkiraan
ramalan yang tepat atau paling tidak dapat memberikan gambaran
yang paling mendekati sehingga rencana yang dibuatnya
merupakan rencana yang realistis. Ketepatan menjadi kriteria
performansi suatu metode peramalan dan dinyatakan sebagai
kesalahan dalam peramalan. Kesalahan yang kecil memberikan arti
ketelitian peramalan yang tinggi, dengan kata lain keakuratan hasil
peramalan tinggi, begitu pula sebaliknya. Besar kesalahan suatu
peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara.
32
a. Mean Square Error (MSE)
MSE adalah metode yang mengevaluasi metode peramalan
dengan mengkuadratkan lalu dijumlahkan dan dibagi dengan
jumlah observasi. Pendekatan ini mengatur kesalahan peramalan
yang besar karena kesalahan-kesalahan itu dikuadratkan.
Ratarata kesalahan kuadrat memperkuat pengaruh angka-angka
kesalahan besar, tetapi memperkecil angka kesalahan prakiraan
yang lebih kecil dari satu unit.
MSE = ∑ ( )
………………………………………….(16)
Dimana:
dt = Data aktual pada periode t
D’t = Nilai ramalan pada periode t
n = Banyaknya periode
b. Mean Absolute Deviation (MAD)
MAD mengukur ketepatan ramalan dengan merata-rata
kesalahan dugaan (nilai absolut masing-masing kesalahan).
MAD merupakan nilai total absolut dari forecast error dibagi
dengan data. Atau yang lebih mudah adalah nilai kumulatif
absolute error dibagi dengan periode.
MAD = ∑
…………………………………………(17)
Dimana:
dt = Data aktual pada periode t
D’t = Nilai ramalan pada periode t
n = Banyaknya periode
c. Mean Forecast Error (MFE)
Mean Forecast Error digunakan sebagai dasar untuk
33
menindaklanjuti dan menyesuaikan perkiraan. Bila positif,
prakiraannya rendah dalam kaitannya dengan permintaan actual
dan bila negatif, perkiraannya terlalu tinggi. Adapun cara
menentukan Mean Forecast Error dapat dilihat seperti dibawah
ini:
MFE = ∑( )
……………………………………………(18)
(Sumber: Nasution & Prasetyawan, 2008)
Dimana:
dt = Data aktual pada periode t
D’t = Nilai ramalan pada periode t
n = Banyaknya periode
d. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
Rata-rata persentase kesalahan kuadrat merupakan pengukuran
ketelitian dengan cara persentase kesalahan absolut. MAPE
menunjukkan rata-rata kesalahan absolut prakiraan dalam
bentuk persentasenya terhadap data aktualnya. MAPE
mengindikasi seberapa besar kesalahan dalam meramal yang
dibandingkan dengan nilai nyata pada deret. Metode MAPE
digunakan jika nikai Yt besar. MAPE juga dapat digunakan
untuk membandingkan ketepatan dari teknik yang sama atau
berbeda dalam dua deret yang sangat berbeda da mengukur
ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk
rata-rata persentase absolut kesalahan.
MAPE = ∑ ((| | ) )
…………………………...(19)
34
Dimana:
dt = Data aktual pada periode t
D’t = Nilai ramalan pada periode t
n = Banyaknya periode
2.5 Stok Pengaman (Safety Stock)
Safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock
out). Stock out dapat disebabkan oleh adanya penggunaan material yang
lebih besar dari perkiraan semula atau adanya keterlambatan material yang
dipesan.
Tujuan dari safety stock adalah untuk mencegah stock out selama
waktu menunggu pesanan inventori. Stok pengaman akan bergantung pada
beberapa hal berikut antara lain variabilitas permintaan selama waktu
menunggu (DDLT = demand during lead time), frekuensi pemesanan,
service level yang digunakan, dan lama waktu menunggu (lead time). Stok
pengaman (safety stock) dapat dihitung dengan menggunakan formula
berikut.
𝑆𝑆 = 𝑍 x 𝑆𝑇 x √ ………………………………………………………(20)
Dimana:
SS : safety stock (satuan unit)
Z : safety factor (faktor pengaman), sangat bergantung pada service level
STD : standard deviation dari permintaan inventori harian
L : lead time (waktu menunggu)
Tujuan penentuan safety stock dengan service level tertentu adalah
mengurangi resiko kekurangan persediaan tersebut menjadi hanya x satuan
persen. Bila diinginkan resiko kekurangan persediaan adalah sebesar 5%,
35
maka tingkat keyakinan tidak terjadi kekurangan persediaan adalah 95%
(yaitu didapat dari 100%-5%).
Contoh lain bila diinginkan keyakinan tidak terjadinya kehabisan
persediaan adalah sebesar 90%, maka resiko terjadinya kehabisan
persediaan adalah sebesar 10 (100%-90%) (Gaspersz, 2012).
2.6 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Reorder Point adalah titik pemesanan kembali dimana adanya asumsi
bahwa permintaan terjadi terus menerus dan kontinu sehingga mengurangi
tingkat jumlah persediaan yang ada. Nilai reorder point berupa unit yang
akan dipesan kembali dalam rentang lead time. Order point (sinonim;
reorder point, trigger level, statistical order point) adalah suatu teknik
pengisian kembali inventori apabila total stock on hand plus on order jatuh
atau berada di bawah titik pemesanan kembali (reorder point).Titik
pemesanan kembali ini merupakan level terendah inventori, di mana pada
level tersebut perusahaan sudah harus melakukan pemesanan
(pembelian/pengisian) kembali untuk memenuhi kebutuhan ke depannya
(Gaspersz, 2012).
𝑅𝑂𝑃 = 𝑇 + 𝑆𝑆 ………………………………………………………(21)
𝑅𝑂𝑃 = 𝑆𝑆 + ( 𝑇 x 𝑇) ……………………………………………………(22)
(Aditiayan & Kursini, 2018)
Dimana :
ROP : reorder point (satuan unit)
DDLT : permintaan inventori selama waktu menunggu (demand during lead time)
DDLT : d x l = rata-rata permintaan harian x lead time (waktu menunggu).
SS : Stok pengaman (safety stock)
LT : Lead Time
T : Pemakaian barang rata-rata per periode
36
2.7 Penelitian Terdahulu
Ada banyak penelitian yang berhubungan dengan pengendalian
persediaan material pada sebuah perusahaan manufaktur atau jasa. Hal ini
menunjukan bukti bahwa suatu sistem yang baik untuk pengendalian
persediaan material di perusahaan sangat penting.
Penelitian yang di lakukan oleh Dianti (2018) yang berjudul
Optimalisasi Persediaan Material Kemas Dengan Metode Program Dinamis
Algoritma Wagner Within Dengan Kendala Kapasitas Gudang Di PT
Bintang Toedjoe Pulogadung bertujuan untuk menganalisis kapasitas
penyimpanan maksimal gudang dan pengendalian persediaan material
kemas sehingga didapatkan jumlah pemesanan dan persediaan yang optimal
dengan adanya kendala keterbatasan kapasitas gudang. Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa metode AWW dapat menghemat pengeluaran
perusahaan dibandingkan dengan metode perusahaan saat ini.
Pengimplementasian metode AWW dapat berpengaruh pada terpenuhinya
material pada saat diperlukan dan tidak menyebabkan overloadnya gudang.
Tannady & Kinnerick (2018) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengendalian Persediaan Dengan Menggunakan Metode Economic Order
Quantity Dan Silver Meal Algorithm (Studi Kasus PT. Sai) yang bertujuan
untuk pengendalian persediaan distributor cabang PT SAI pada bulan
Januari dan Februari 2017. Hasil yang di peroleh Jumlah pemesanan yang
ekonomis untuk metode Silver Meal pada bulan Januari dan Februari 2017
adalah mengikuti permintaan sebesar 7.163, 10.454, 12.064, 12.286, 11.488,
37
4.738, 10.464, dan 7.454 pcs. Pada bulan Januari 2017, didapatkan biaya
penyimpanan sebesar Rp 974.000,00. Pada bulan Februari 2017 didapatkan
biaya penyimpanan sebesar Rp 922.000,00. Dengan metode Silver Meal,
bulan Januari dan Februari 2017 menunjukkan jika tidak terdapat inventori,
besar biaya persediaan adalah Rp 0. Total biaya dengan menggunakan
metode EOQ pada bulan Januari 2017 sebesar Rp 996.000,00. Untuk bulan
Februari 2017, diperoleh total biaya sebesar Rp 944.000,00. Dengan
menggunakan metode silver meal, diperoleh total biaya bulan Januari 2017
sebesar Rp 22.000,00. Pada bulan Februari 2017 total biaya yang didapat
sebesar Rp 22.000,00. Berdasarkan total biaya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada kasus ini metode yang tepat adalah menggunakan metode Silver
Meal.
Utami (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis persediaan
material pada PT XYZ, Jakarta (Studi kasus pada painting plastic part
Honda OEM) bertujuan untuk mengoptimalkan persediaan material pada PT
XYZ menggunakan analisis ABC dan menganalisis efisiensi total biaya
persediaan material pada PT XYZ menggunakan metode EOQ. Berdasarkan
analisis ABC dapat disimpulkan terdapat lima jenis material yang termasuk
kedalam kategori A. Total biaya metode EOQ lebih hemat dibandingkan
total biaya perusahaan. Hasil total biaya selama satu tahun dengan
menggunakan metode EOQ adalah Rp 1.298.380.800, sedangkan total biaya
perusahaan Rp 1.663.849.400,. Dengan menggunakan metode EOQ dapat
menghemat biaya perusahaan sebesar Rp 365.468.600 atau sekitar 21,96%
38
per tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Taufiq (2014) yakni pengendalian
persediaan material dengan metode Economic Order Quantity (EOQ)
menghasilkan penelitian di peroleh jumlah persediaan yang optimal
dilakukan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)
dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional yang di lakukan
perusahaan. Hasilnya bahwa pada triwulan 4 tahun 2012 sebanyak 112
karung dengan frekuensi 7 kali, safety stock sebanyak 9 karung dan
melakukan pemesanan ulang ketika persediaan di gudang tersisa 39 karung
sehingga total biaya sebesar Rp 2.308.133.
Mail, et al (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Persediaan
Material Menggunakan metode Min-Max Stock di PT. Panca Usaha Palopo
Plyeood di peroleh hasil persediaan maksimum dan minimum secara
berturut-turut untuk material kayu tahun 2016 adalah 105751,945 dan
6079,19 dan total biaya persediaan material kayu sebesar Rp.
11.413.727.560,- . Material Glue adalah 869,86 dan 462,47. Adapun total
biaya persediaan material kayu sebesar Rp 1.649.120.979,-. Material Wood
Putty adalah 768,80 dan 418,77 kg dan total biaya persediaan material kayu
sebesar Rp. 92.395.007,24,-. Material Kiserite adalah 16976,85 kg dan
9260,1 kg.. Adapun total biaya persediaan material kayu sebesar Rp
8.812.626.093,-.
Penelitian yang dilakukan oleh Kartika, et al (2019) tentang
pengendalian persediaan obat PT. Prtapa Nirmala Palembang dengan
39
menggunakan metode Heuristik Silver Meal (HSM) membandingkan total
biaya sebelum mengaplikasikan metode HSM dan sesudah. Total biaya
sebelum mengaplikasikan metode HSM sebesar Rp 29.016.000 sedangkan
total biaya setelah mengaplikasikan HSM sebesar Rp 20.800.632. dapat
dilihat bahwa setelah menggunakan metode HSM perusahaan menghemat
biaya pemesanan sebesar Rp 8.215.368, sehingga metode HSM dapat di
gunakan untuk menghitung biaya pemesanan obat pada PT. Pratapa Nirmala
Malang.
Fithri (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengendalian
Persediaan Pozzolan di PT. Semen Padang dimana bertujuan untuk
pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ (Economic
Order Quantity) dan POQ (Periodic Order Quantity) untuk membandingkan
dengan pengendalian persediaan yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Data yang dikumpulkan untuk pengolahan data penelitian ini diantaranya
yaitu data historis pemakaian material pozzolan per periode pada tahun 2012
dan 2013. Hasil dan kesimpulan yang diperoleh adalah peramalan
pemakaian pozzolan di tahun 2014 akan lebih banyak dibanding tahun-
tahun sebelumnya yaitu dengan total pemakaian sebanyak 1.135.355,77 ton
dan pengendalian persediaan dengan metode POQ (Periodic Order
Quantity) menghasilkan biaya persediaan yang lebih minimum yaitu sebesar
Rp 1.775.179.959,61.
40
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Metode Hasil
1 Dianti
(2018)
Optimalisasi
Persediaan Material
Kemas Dengan
Metode Program
Dinamis Algoritma
Wagner
Within Dengan
Kendala Kapasitas
Gudang Di PT.
Bintang Toedjoe
Pulogadung
Algoritma
Wagner
Within
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
metode AWW dapat menghemat
pengeluaran perusahaan dibandingkan
dengan metode perusahaan saat ini.
Pengimplementasian metode AWW
dapat berpengaruh pada terpenuhinya
material pada saat diperlukan dan tidak
menyebabkan overloadnya gudang.
2 Hendy
Tannady
dan
Kinnerick
Filbert
(2018)
Pengendalian
Persediaan Dengan
Menggunakan
Metode Economic
Order Quantity
Dan Silver Meal
Algorithm (Studi
Kasus PT Sai)
Economic
Order
Quantity
dan Silver
Meal
Jumlah pemesanan yang ekonomis
untuk metode Silver Meal pada bulan
Januari dan Februari 2017 adalah
mengikuti permintaan sebesar 7.163,
10.454, 12.064, 12.286, 11.488, 4.738,
10.464, dan 7.454 pcs. Pada bulan
Januari 2017, didapatkan biaya
penyimpanan sebesar Rp 974.000,00.
Pada bulan Februari 2017 didapatkan
biaya penyimpanan sebesar Rp
922.000,00. Dengan metode Silver
Meal, bulan Januari dan Februari 2017
menunjukkan jika tidak terdapat
inventori, besar biaya persediaan adalah
Rp 0. Total biaya dengan menggunakan
metode EOQ pada bulan Januari 2017
sebesar Rp 996.000,00. Untuk bulan
Februari 2017, diperoleh total biaya
sebesar Rp 944.000,00. Dengan
menggunakan metode silver meal,
diperoleh total biaya bulan Januari 2017
sebesar Rp 22.000,00. Pada bulan
Februari 2017 total biaya yang didapat
sebesar Rp 22.000,00. Berdasarkan total
biaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada kasus ini metode yang tepat adalah
menggunakan metode Silver Meal.
3 Tri Utami,
(2012)
Analisis persediaan
material pada
PT XYZ, Jakarta
(Studi kasus pada
painting plastic
part Honda OEM)
Economic
Order
Quantity
(EOQ)
Total biaya metode EOQ lebih hemat
dibandingkan total biaya perusahaan.
Hasil total biaya selama satu tahun
dengan menggunakan metode EOQ
adalah Rp 1.298.380.800, sedangkan
total biaya perusahaanRp
1.663.849.400,.Dengan menggunakan
metode EOQ dapat menghemat biaya
perusahaan sebesar Rp 365.468.600 atau
sekitar 21,96% per tahun.
4 Ahmad
Taufiq,
(2014)
Pengendalian
Persediaan Bahan
Baku Dengan
Metode Economic
Economic
Order
Quantity
(EOQ)
Penelitian di peroleh jumlah persediaan
yang optimal di lakukan dengan
menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ) dibandingkan dengan
41
Order Quantity
(EOQ)
menggunakan metode konvensional
yang di lakukan perusahaan. Hasilnya
bahwa pada triwulan 4 tahun 2012
sebanyak 112 karung dengan frekuensi 7
kali, safety stock sebanyak 9 karung dan
melakukan pemesanan ulang ketika
persediaan di gudang tersisa 39 karung
sehingga total biaya sebesar Rp
2.308.133.
5 Abdul
Mail,
(2018)
Pengendalian
Persediaan Bahan
Baku
Menggunakan
metode Min-Max
Stock di PT. Panca
Usaha Palopo
Plyeood
Metode
Min-Max
Stock
Hasil penelitian pada PT. Panca Usaha
Palopo Plywood cukup efisien, efektif,
dan ekonomis namun masih terdapat
kelemahankelemahan dalam kegiatan
dalam pengelolaan persediaan material
perusahaan seperti kurangnya
pemahaman karyawan akan peraturan
mengenai tindakan disiplin yang ada,
kurangnya kepuasan karyawan, terhadap
sikap perusahaan dalam pemberian
kompensasi, serta pemesanan material
yang tidak teratur sehingga
mengakibatkan penumpukan di
gudang.dan sebaliknya kekurangan
stock digudang, pengelolaan persediaan
material
6 Yuni
Kartika,
dkk (2019)
Pengendalian
Persediaan Obat
PT. Pratapa
Nirmala Palembang
Heuristik
Silver
Meal
(HSM)
Total biaya sebelum mengaplikasikan
metode HSM sebesar Rp 29.016.000
sedangkan total biaya setelah
mengaplikasikan HSM sebesar Rp
20.800.632. Dapat dilihat bahwa setelah
menggunakan metode HSM perusahaan
menghemat biaya pemesanan sebesar
Rp 8.215.368.
7 Fithri
(2015)
Pengendalian
Persediaan
Pozzolan di PT.
Semen Padang
Economic
Order
Quantity
dan
Periodic
Order
Quantity
(POQ)
Hasil dan kesimpulan yang diperoleh
adalah peramalan pemakaian pozzolan
di tahun 2014 akan lebih banyak
dibanding tahun-tahun sebelumnya yait
dengan total pemakaian sebanyak
1.135.355,77 ton dan pengendalian
persediaan dengan metode POQ
(Periodic Order Quantity) menghasilkan
biaya persediaan yang lebih minimum
yaitu sebesar Rp 1.775.179.959,61.
Penelitian yang akan di lakukan tidak hanya menggunakan satu atau
dua metode saja namun menggunakan tiga metode usulan yakni metode
Silver Meal, Algoritma Wagner Within, dan Period Order Quantity untuk
mengendalikan persediaan material dengan tujuan untuk melihat metode
yang optimal di gunakan. Pada penelitian ini nantinya akan memberikan
42
usulan mengenai metode yang tepat di gunakan pada persediaan material
PT. Industri Kapal Indonesia (Persero).