pengembangan perangkat pembelajaran ipa smp berbasis scientific approach pada materi energi dalam...

16
Perangkat pembelajaran berbasis scientific approach PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN Nurul Anis Safitri ) , Tukiran 2) , Hasan Subekti 3) 1) Mahasiswi S1 Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,nurul93fitri @ gmail.com 2) Dosen S1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] 3) Dosen S1 Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] . id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kelayakan teoritis dan empiris perangkat pembelajaran yang meliputi validitas, keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan respons siswa di SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo kelas VII-4 sebanyak 16 siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan perangkat yang disarankan oleh (Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) dalam Ibrahim 2002: 6) yakni model 4-D. Namun penelitian ini hanya mencakup tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan. Penelitian ini meliputi perangkat pembelajaran yang terdiri dari: silabus, RPP, bahan ajar siswa, LKS, dan tes hasil belajar pada materi energi dalam sistem kehidupan. Metode pengumpulan data menggunakan angket validasi, pengamatan, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan validasi perangkat yang dikembangkan berkategori valid, keterlaksanaan RPP pada pertemuan pertama dan kedua mendapatkan kriteria sangat baik dengan skor rata-rata 3,87 dan 3,92, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang paling dominan adalah berdiskusi dengan teman sekelompok, hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran secara berlangsung yaitu penilaian sikap diperoleh presentase 93,75% Sangat Baik (SB), dan 6,25% Baik (B), penilaian pengetahuan sebanyak 15 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas, penilaian keterampilan diperoleh presentase 81,25% Sangat Baik (SB), dan 18,75% Baik (B), dan respons siswa terhadap pembelajaran mendapatkan hasil rata-rata presentase 87,98% dengan kriteria sangat merespons. Kata kunci : Energi dalam sistem kehidupan, Model pengembangan perangkat 4- D, Perangkat pembelajaran. Abstract This research aims to describe the feasibility theoretical and empirical teaching material s that include validation, carrying out learning activities , student’ s activities, student ’s learning outcomes, and student’s responses at the SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo by using a class that is grade VII-4 contains of 16 students was done to determine. 1

Upload: alim-sumarno

Post on 17-Sep-2015

88 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : NURUL ANIS SAFITRI

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN

Nurul Anis Safitri), Tukiran2), Hasan Subekti3) 1)Mahasiswi S1 Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,[email protected])Dosen S1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected])Dosen S1 Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kelayakan teoritis dan empiris perangkat pembelajaran yang meliputi validitas, keterlaksanaan kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan respons siswa di SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo kelas VII-4 sebanyak 16 siswa terhadap perangkat pembelajaran berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan perangkat yang disarankan oleh (Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) dalam Ibrahim 2002: 6) yakni model 4-D. Namun penelitian ini hanya mencakup tahap pendefinisian, perancangan, dan pengembangan. Penelitian ini meliputi perangkat pembelajaran yang terdiri dari: silabus, RPP, bahan ajar siswa, LKS, dan tes hasil belajar pada materi energi dalam sistem kehidupan. Metode pengumpulan data menggunakan angket validasi, pengamatan, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan validasi perangkat yang dikembangkan berkategori valid, keterlaksanaan RPP pada pertemuan pertama dan kedua mendapatkan kriteria sangat baik dengan skor rata-rata 3,87 dan 3,92, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang paling dominan adalah berdiskusi dengan teman sekelompok, hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran secara berlangsung yaitu penilaian sikap diperoleh presentase 93,75% Sangat Baik (SB), dan 6,25% Baik (B), penilaian pengetahuan sebanyak 15 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas, penilaian keterampilan diperoleh presentase 81,25% Sangat Baik (SB), dan 18,75% Baik (B), dan respons siswa terhadap pembelajaran mendapatkan hasil rata-rata presentase 87,98% dengan kriteria sangat merespons.

Kata kunci : Energi dalam sistem kehidupan, Model pengembangan perangkat 4-D, Perangkat pembelajaran.

AbstractThis research aims to describe the feasibility theoretical and empirical teaching materials that include validation, carrying out learning activities, students activities, students learning outcomes, and students responses at the SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo by using a class that is grade VII-4 contains of 16 students was done to determine. The research design used was development models suggested by (Thiagarajan, Semmel and Semmel (1974) at Ibrahim 2002: 6) model of the 4-D. However, in this study was limited until to the define, design, and develop stage. Objectives of this research include of syllabus, lesson plans, students book, students worksheets, and learning outcomes test on energy in a system life. Data collection methods used were questionnaire with the model validation, observation, tests and student questionnaire responses. The data of research showed that the teaching materials developed was valid, the implementation of this lesson plans at the first and second meeting was categorized as good with average scores 3.87 and 3.92, The most dominant student activity in learning process was discussion, student learning outcomes, the assessment based on a percentage of 93.75% was obtained predicated very good and 6.25% good, assessment of knowledge was obtained as many as 15 students complete to be mastery and 1 student does not, and social judgment obtained average the average percentage of 81.25% with a predicate very good and 18.75% good, and students response to the feasibility of the instruments gets an average percentage of 87.89% with very responses criteria.Keywords: Learning Instrument, Instrument 4-D, energy in a system life.

Perangkat pembelajaran berbasis scientific approach

1

PENDAHULUANRealita pendidikan di Indonesia selalu menunjukkan adanya proses pembaharuan sistem secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan teknologi dan lingkungan sekitar yang sesuai dengan kehidupan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar dapat terwujud sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga peserta didik tidak hanya mampu berpikir secara akademik tetapi peserta didik juga diharapkan unggul dalam hal keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain perbaikan sistem pendidikan, peran seorang guru juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses pendidikan, karena guru harus mampu membuat berbagai macam keputusan dalam pembinaan kurikulum.Indonesia mengalami beberapa kali perubahan kurikulum sejak 1947, yakni pada tahun (1947-1964) kurikulum sederhana, pada (1968 dan 1975) pembaharuan kurikulum, pada (1984 dan 1994) kurikulum berbasis keterampilan proses, kurikulum berbasis kompetensi (2004 dan 2006), kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kurikulum 2013 (Herlanti, 2008). Kurikulum disusun untuk menstandarkan pokok bahasan dalam pendidikan yang diberikan di sekolah, sebagai pedoman yang sistematis dan wajib dilaksanakan bagi institusi pendidikan Indonesia dalam materi pelajaran. Kurikulum akan menentukan materi yang wajib diberikan, tahapan pemberiannya, dan indikator pemahaman siswa. Sehingga banyak poin penting yang harus diatur dalam kurikulum, penyusunan kurikulum yang sesuai sangat krusial untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Poerwati dan Amri, 2013: 113).Perubahan kurikulum pendidikan dari masa ke masa mengindikasikan bahwa pemerintah tidak mempunyai rencana jangka panjang untuk membangun kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setiap periode kekuasaan atau setiap pergantian menteri pendidikan di Indonesia akan muncul kurikulum baru. Alasan klise yang dikemukakan oleh pemerintah pada setiap pergantian kurikulum adalah membawa sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik dan menghasilkan generasi muda terpelajar yang dapat bersaing di tingkat dunia (Poerwati dan Amri, 2013: 113). Saat ini pemerintah menetapkan suatu kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 sebagai hasil dari perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Tujuan kurikulum 2013 untuk mempersiapkan bangsa Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai warga negara dan pribadi yang beriman, kreatif, afektif, produktif, dan inovatif, sehingga mampu berkontribusi dalam kehidupan masyarakat, bangsa, negara, dan peradaban di dunia. Berdasarkan tujuan tersebut pendidikan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam kondisi belajar menyenangkan dan sesuai kemampuan pribadinya untuk menghasikan kualitas yang diharapkan masyarakat dan bangsa.Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan menggunakan scientific approach dan mencakup tiga ranah, yaitu sikap yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada aspek-aspek scientific approach yang terintegrasi dalam pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah.Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang terdiri dari nama, ciri, tahapan/sintak, budaya, dan pengaturan, contohnya discovery learning. Cahyo (2012) menyatakan bahwa discovery learning adalah pembelajaran yang bisa mengubah suasana belajar pasif sehingga menjadi kreatif dan aktif. Pembelajaran teacher oriented di mana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Model ini juga mengubah dari modus expository siswa yang hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru menjadi nilai modus pada discovery yang menginginkan siswa aktif menemukan berita/informasi sendiri dengan petunjuk guru.Discovery learning adalah sebuah pendekatan untuk instruksi di mana siswa berinteraksi dengan lingkungan dengan mengeksplorasi dan memanipulasi objek, bergulat dengan pertanyaan dan kontroversi, atau eksperimen. Penelitian yang dilakukan McDonald (2011) menunjukkan bahwa model penilaian satu diri dapat digunakan pada pembelajaran penemuan dalam suasana kolaboratif siswa berbagi dan mengenal satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta mengalami proses penemuan melalui media dari model yang dirancang. Mereka melaporkan belajar untuk bekerja dalam suasana kolaboratif dimana mereka dihargai dan dihormati satu sama lain. Penelitian ini diharapkan untuk merangsang pembaca bereksperimen dengan model yang berbeda untuk menunjukkan pembelajaran discovery, sehingga dalam pembelajaran ini dapat mendukng terlaksananya scientific approach.Berdasarkan angket yang telah disebarkan ke 30 siswa pada kelas VII SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo dapat disimpulkan bahwa 77,78% pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang menyenangkan. 91,67% yang membuat senang ketika belajar IPA adalah kegiatan paktikum. 31,57% siswa menginginkan bahan ajar dilengkapi dengan gambar dan warna agar menarik dan tidak membosankan, tetapi ada beberapa siswa yang menginginkan bahan ajar ringkas dan panjang, disisi lain menginginkan penuh teks dan jelas yaitu 26,31%. Terdapat 78,94% dalam pembelajaran energi dalam sistem kehidupan siswa melihat bahan ajar. Sedangkan bahan ajar sesuai buku pegangan dan LKS yang digunakan belum ada aktivitas 5M (mengamati, menanya, melakukan praktikum, mengasosiasi, dan mengomunikasikan). Siswa 100% tertarik dengan materi pembelajaran energi dalam sistem kehidupan, karena merupakan tema yang menarik, erat dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.Kenyataan lapangan, menurut guru mata pelajaran IPA kurikulum yang digunakan di SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo adalah K13 dalam waktu satu semester ini yang bersumber dari buku dan internet, dan kurikulum tersebut sudah terlaksana 75%, karena belum menerapkan penilaian sesuai kurikulum 2013, penilaian di kelas secara umum masih menggunakan kriteria kelulusan minimal 75 dan disetarakan dengan penilaian yang terdapat pada Permendikbud No. 104 Tahun 2014. Dalam pembelajaran guru tidak menerapkan model pembelajaran sesuai peraturan pemerintah dalam kurikulum 2013, dan yang sudah diterapkan adalah scientific approach (5M) tetapi belum maksimal, karena terdapat kendala non tekniknya (tim dalam pembelajaran). Dalam pembelajaran IPA ada praktikum minimal satu kompetensi inti melakukan praktikum satu kali. Ketika praktikum siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas 5M, tetapi belum secara langsung. Berdasarkan pengalaman Bapak Sunarno ketika praktikum siswa-siswi merespons baik untuk diarahkan merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menentukan variabel, menganalisis data dan memberikan kesimpulan pada LKS.IPA berhubungan dengan cara mencari informasi alam ini dengan sistematis, IPA tidak hanya harus menguasai kumpulan ilmu pengetahuan yang terdiri fakta, konsep, atau prinsip, melainkan merupakan suatu discovery/penemuan (Trianto, 2007: 99). Pendidikan IPA harus menjadi wahana untuk peserta didik, sehingga dapat mempelajari diri sendiri maupun keadaan alam di sekitar, dan prospek untuk mengembangkan secara berkelanjutan dan menerapkannya untuk kehidupan. Proses dalam pembelajarannya akan menekankan pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, dan diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan Bapak Sunarno selaku guru SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo yaitu dengan menerapkan metode scientific approch dalam pembelajaran yang melibatkan siswa seperti: mengamati, menanya, melakukan praktikum, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Permendikbud, 2013). Dalam pembelajaran berbasis scientific approch siswa berperan sebagai subjek belajar yang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini, pembelajaran menekankan siswa pada tahap pencarian ilmu pengetahuan dari transfer ilmu pengetahuan. Scientific approach mengajak siswa melakukan tahapan pencarian ilmu pengetahuan yang berhubungan pada pokok bahasan pelajaran dengan beberapa aktivitas scientific. Sehingga, siswa dapat diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep energi dalam sistem kehidupan, dan nilai-nilai spiritual dan sosial baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Siswa dididik dan dilatih untuk terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti prosedur (metode) secara ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.Materi IPA kelas VII terdapat pada KI 3.6 yaitu: Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi dalam sel, metabolisme sel, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis. Kompetensi inti tersebut adalah ranah aspek pengetahuan yang diteliti dan mengaitkan sub pada bab energi dalam sistem kehidupan dengan kompetensi inti 4.8 sebagai ranah penilaian keterampilan yaitu: Melakukan percobaan sederhana pada baterai buah dan menyelidiki pada proses terjadinya fotosintesis dalam tumbuhan hijau.Berkaitan dengan pembelajaran scientific approach, maka materi energi dalam sistem kehidupan yang sudah terintegrasi (Biologi, Fisika, dan Kimia) akan sesuai jika diajarkan berkaitan dengan K13. Hal ini dikarenakan energi dalam sistem kehidupan merupakan materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dan mereka diberi kesempatan untuk berperan serta dalam kegiatan IPA sesuai pada perkembangan intelektual yang dimilikinya. Penemuan tersebut yang akan dilakukan siswa untuk mengarah terbentuknya suatu kemampuan, dan untuk melakukan kembali penemuan yang bebas di hari kemudian.Merujuk dari seluruh fenomena tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul pengembangan perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan. Selanjutnya pada penelitian ini dirumuskan suatu masalah Bagaimana kelayakan teoritis dan empiris perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan di kelas VII SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo? dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang kelayakan teoritis dan empiris perangkat pembelajaran IPA berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan di kelas VII SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo.

METODE Penelitian ini adalah penelitian pengembangan perangkat yang mengacu pada penelitian menggunkana model pengembangan perangkat oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) dalam Ibrahim (2002: 6) yaitu 4-D models yang meliputi 4 tahap sebagai berikut: 1) define, 2) design, 3) develop, dan 4) disseminate, yang selanjutnya akan di uji cobakan menggunakan desain one shot case study. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, RPP, BAS, LKS, dan THB. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII-4 SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo sebayak 16 siswa yang telah dilakukan pada tanggal 9-10 April 2015.Tahapan metode pengumpulan data penelitian ini didapatkan dengan cara: Metode pengumpulan data berupa angket validasi untuk mengukur validitas perangkat yang dikembangkan, metode pengamatan/observasi, metode tes dan metode angket respons siswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah: lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar hasil belajar dan lembar angket respons.Analisis data pada penelitian ini adalah dengan menganalisis halis telaah peangkat pembelajaran, analisis validitas perangkat pembelajaran, analisis keterlaksanaan RPP, analisis aktivitas siswa, analisis hasil belajar siswa, dan analisis respons siswa.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian ini meliputi kegiatan telaah yang dilakukan oleh dosen pembimbing I dan validasi yang dilakukan oleh dua dosen prodi pendidikan IPA dan satu praktisi (guru SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo) serta uji coba terbatas kepada 16 siswa dengan menggunakan desain one shot case study dalam pembelajaran terhadap perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach di kelas VII-4 SMP Al Falah Deltasari Waru Sidoarjo. Pada telaah akan mendapatkan masukan dosen ahli sehingga didapatkan perangkat yang layak. Hasil yang telah ditelaah selanjutnya dilakukan revisi dan dilakukan validasi ke dua dosen ahli dan satu praktisi. Kemudian, revisi yang disesuaikan dengan hasil dari validasi digunakan dan selanjutnya untuk uji coba secara terbatas kepada siswa. Setelah perangkat ditelaah, perangkat divalidasi oleh dua dosen ahli dan satu praktisi. Validasi meliputi silabus, RPP, bahan ajar siswa, LKS, dan tes hasil belajar. Hasil dari validasi bisa dilihat secara ringkas ssesuai Tabel 1 berikut ini:Tabel 1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran IPA SMP Berbasis Scientific ApproachNo.PerangkatRata-rata Skor ValidasiKriteria

1Silabus3,67Sangat baik

2RPP3,50Sangat baik

3Bahan ajar siswa3,45Baik

4LKS3,58Sangat baik

5Tes hasil belajar3,74Sangat Baik

Rata-rata total3,58Sangat Baik

Keterangan:0,00 - 1,49Kurang1,50 - 2,49Cukup2,50 - 3,49Baik3,50 - 4,00Sangat Baik(Sumber: Riduwan, 2012: 14)Hasil dari pengembangan pada perangkat pembelajaran akan divalidasi dua orang dosen ahli (dosen prodi pendidikan IPA) dan satu praktisi (guru SMP). Pada silabus dalam kurikulum 2013 merupakan perangkat pembelajaran yang berisikan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang merupakan garis besar bahan pengajaran yang akan disampaikan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Silabus yang dikembangkan oleh Permendikbud dan diadaptasi oleh peneliti sudah terdapat materi penjabaran yang disesuaikan dengan KI dan KD, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pokok serta kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam penyusunan silabus ini terdapat komponen silabus yang dikembangkan, yaitu: identitas, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar.Berdasarkan pada Tabel 1 diperoleh rata-rata penilaian silabus untuk semua aspek sebesar 3,67. Hal ini menunjukkan bahwa silabus termasuk kategori sangat baik. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa silabus telah layak diimplemantasikan dalam pembelajaran di kelas.Format RPP IPA yang telah dikembangkan telah disesuaikan dengan kurikulum 2013, dimana pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan berbasis scientific approach dengan langkah-langkah: mengamati, menanya, melakukan praktikum, mengasosiasi, dan mengomunikasikan) (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2013).RPP yang telah dikembangkan dilakukan dua kali pertemuan yaitu pada pertemuan pertama dilakukan kegiatan pembelajaran berupa diskusi kelompok mengenai energi dilanjutkan dengan kegiatan pengamatan baterai kentang, kemudian siswa bersama guru menarik kesimpulan dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan terkait pengamatan dan rumusan masalah. Pada pertemuan kedua dilakukan kegiatan pembelajaran berupa diskusi kelompok mengenai fotosintesis pada tumbuhan hijau dilanjutkan dengan kegiatan pengamatan jumlah gelembung yang dihasilkan tanaman hijau (uji ingenhousz) di tempat yang terkena cahaya matahari langsung dan tempat tidak terkena cahaya matahari langsung, kemudian siswa bersama guru menarik kesimpulan dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Serta dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan.Terkait proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, khususnya pada pembelajaran IPA SMP dapat dilaksanakan melalui beberapa model pembelajaran inovatif salah satunya adalah model discovery learning. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan sintaks pembelajaran terdiri atas enam fase yang meliputi: stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), problem statment (pertanyaan/identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), dan generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). (Cahyo, Agus N. 2013: 249). Pengembangan RPP yang telah dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama.Berdasarkan data pada Tabel 1 diperoleh rata-rata penilaian RPP untuk semua aspek sebesar 3,50. Hal ini menunjukkan bahwa RPP termasuk kategori sangat baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RPP yang telah dikembangkan sesuai pada kaidah scientific approach dan discovery learning serta memenuhi komponen yang lengkap dan baik sesuai dengan format dari BSNP yang telah disesuaikan dengan tuntutan dalam kurikulum 2013, karena lembar validasi mengacu pada BSNP. Seperi yang diungkap dalam BSNP bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP terdiri dari 3 tahap, yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP sudah melibatkan siswa secara aktif dengan melakukan praktikum dan diskusi kelompok sehingga siswa dapat menggali informasi sendiri. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA dan prinsip pengembangan RPP yang tercantum dalam Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa RPP telah layak diimplementasikan dalam proses belajar di kelas.Salah satu komponen penting dalam pembelajaran adalah BAS. Pada pembelajaran IPA berbasis scientific, BAS yang dikembangkan mengacu pada scientific approach 5M (mengamati, menanya, melakukan praktikum, mengasosiasi, dan mengomunikasikan). BAS yang dikembangkan khususnya BAS materi energi dalam sistem kehidupan memadukan KD-KD yang terkait pada KI-1. KI-2. KI-3, dan KI-4 sesuai tuntutan dalam kurikulum 2013.Secara menyeluruh hasil validasi BAS pada komponen kelayakan isi, penyajian, dan kebahasaaan dikategorikan baik. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa BAS telah layak untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (BSNP, 2004). Sehingga LKS yang digunakan terdapat petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas, dan langkah-langkah kerja. LKS dikembangkan untuk diajarkan dengan pembelajaran scientific approach. Hasil validasi LKS yang menyatakan LKS melatihkan kegiatan dengan model discovery learning dan LKS dapat mengembangkan minat serta mengajak siswa untuk berpikir mendapatkan skor rata-rata 3,58 dengan kriteria sangat baik. LKS yang dikembangkan sesuai dengan jumlah pertemuan dalam RPP, yaitu 2 LKS. LKS pada pertemuan pertama tentang baterai buah, LKS pada pertemuan kedua uji ingenhousz.Pengembangan LKS dikaitkan dengan scientific approach walaupun tidak sesempurna yang diharapkan. LKS yang dikembangkan melatihkan kemampuan ketrampilan proses siswa, dimana siswa diminta untuk merumuskan masalah, hipotesis, mengidentifikasi variabel penelitian, menuliskan data dalam tabel pengamatan, menganalisis data serta menuliskan kesimpulan secara mandiri dalam tugas kelompok praktikum.Hal tersebut sesuai dengan Teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi secara kompleks (Cahyo: 2013). Agar siswa memahami dan bisa menerapkan ilmu pengetahuan, mereka seharusnya bisa bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk kepentingan dirinya, serta berusaha dengan kemampuan dirinya sesuai ide-ide yang muncul dibenaknya. Memiliki kesamaan juga dengan teori Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip itu sendiri.Pengembangan perangkat yang terakhir yaitu tes hasil belajar siswa. THB dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pengertian THB atau evaluasi yaitu kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai, dalam penyusunan THB mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan (Arikunto, 2009:25).THB terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Soal dikerjakan siswa setelah menerima materi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima materi pada proses pembelajaran scientific approach. THB yang dikembangkan telah mencerminkan pencapaian indikator pembelajaran yang disampaikan. Hasil validasi yang didapatkan pada THB adalah 3,60 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa THB telah layak diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

Keterlaksanaan Kegiatan PembelajaranDari hasil pengamatan yang dilakukan oleh satu mahasiswi dari prodi pendidikan IPA dan satu guru dari SMP diketahui bahwa pembelajaran berbasis scientific approach sudah terlaksana keseluruhan, terlihat pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Skor rerata untuk setiap pertemuan berturut-turut adalah 3,87 dan 3,92 tergolong kategori sangat baik. Keterlaksanaan RPP tersebut dapat dilihat dari skor penilaian yang telah diberikan pengamat pada setiap pertemuan , sehingga dapat menunjukkan bahwa adanya peningkatan untuk pertemuan kedua.Penilaian yang dilakukan meliputi keterlaksanaan: (a) kegiatan pendahuluan, (b) kegiatan inti, (c) kegiatan penutup, dan (d) alokasi waktu.Secara keseluruhan hasil pengamatan keterlaksanaan RPP pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 berturut-turut sebesar 3,89 dan 3,92 dengan kategori sangat baik.

Aktivitas SiswaAktivitas siswa dalam proses belajar mengajar diamati dengan menggunkan lembar pengamatan seperti terlihat pada Lampiran Halaman. Pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang merupakan siswi dari prodi pendidikan IPA UNESA. Rekapitulasi hasil perhitungan aktivitas siswa pada kegiatan belajar mengajar pertemuan I dan pertemuan II dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Gambar 1: Aktivitas SiswaBerdasarkan data dari Gambar 1, hasil persentase seluruh aspek aktivitas siswa yang diamati oleh dua orang pengamat diperoleh, dan persentase paling dominan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 adalah bekerja sama dengan tim sekelompok.

Hasil Belajar Siswaa. Hasil Penilaian SikapHasil penilaian sikap terdiri dari sikap spiritual dan sikap sosial. Penilaian pada sikap spiritual dan sikap sosial dapat diperoleh dengan melihat nilai yang sering muncul (modus) dengan teknik observasi tidak langsung dengan meminta bantuan tenaga pendidik lain yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung ketika uji coba terbatas dengan perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach. Hasil nilai sikap merupakan modus dari nilai sikap spiritual maupun sikap sosial yang telah diperoleh. Siswa dapat dikategorikan TUNTAS jika mencapai nilai Baik (B).Tabel 3 Hasil Penilaian Sikap SiswaNoNama SiswaNilaiPredikatKategori

1AMO4SBTuntas

2ARW4SBTuntas

3CAF4SBTuntas

4DNIR4SBTuntas

5DP3BTuntas

6DLW3SBTuntas

7FW4SBTuntas

8IWA3SBTuntas

9LMH4SBTuntas

10NRF4SBTuntas

11RAI4SBTuntas

12SADA4SBTuntas

13SNI4SBTuntas

14VDA4SBTuntas

15ZI4SBTuntas

16ZMC4SBTuntas

b. Hasil Penilaian PengetahuanHasil penilaian pengetahuan dijabarkan pada THB yang diberikan kepada 16 siswa pada akhir pembelajaran. Bertujuan untuk mengukur ketuntasan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan. Hasil belajar aspek pengetahuan siswa dari hasil mengerjakan 15 soal pilihan ganda dengan ranah soal C1-C4. Siswa dikategorikan TUNTAS apabila memperoleh nilai 2,67 (B-). Diperoleh dari hasil belajar siswa aspek pengetahuan dapat dilihat tabel 4 di bawah ini:Tabel 4 Hasil Penilaian Pengetahuan SiswaNoNama SiswaNilaiPredikatKategori

1AMO2,00CTidak Tuntas

2ARW3,43B+Tuntas

3CAF3,86ATuntas

4DNIR3,57A-Tuntas

5DP3,43B+Tuntas

6DLW3,14BTuntas

7FW3,14BTuntas

8IWA3,43B+Tuntas

9LMH3,14BTuntas

10NRF3,43B+Tuntas

11RAI2,71B-Tuntas

12SADA2,86BTuntas

13SNI3,29B+Tuntas

14VDA2,86BTuntas

15ZI3,43B+Tuntas

16ZMC2,71B-Tuntas

Rata-rata Total3,15B+Tuntas

c. Hasil Penilaian KetrampilanHasil dari penilaian ketrampilan dapat diperoleh melalui teknik observasi secara tidak langsung dengan cara meminta bantuan pengamat, dan akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung ketika uji coba terbatas dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach. Penilaian keterampilan diterapkan sebagai bahan untuk menilai ketercapaian pada kompetensi untuk menuntut peserta didik ketika proses melakukan eksperimen secara urut sesuai prosedur kerja, penggunaan pengamatan dan alat-alat praktikum. Siswa dapat dikategorikan TUNTAS jika nilai yang dicapai adalah 2,67 (B-).Tabel 5 Hasil Penilaian Keterampilan SiswaNoNama SiswaNilaiPredikatKategori

1AMO4SBTuntas

2ARW4SBTuntas

3CAF4SBTuntas

4DNIR4SBTuntas

5DP4SBTuntas

6DLW4SBTuntas

7FW4SBTuntas

8IWA3BTuntas

9LMH4SBTuntas

10NRF4SBTuntas

11RAI4SBTuntas

12SADA4SBTuntas

13SNI3BTuntas

14VDA4SBTuntas

15ZI4SBTuntas

16ZMC3BTuntas

Rata-rata Presentase90SBTuntas

Dari hasil data di atas, hasil belajar pada penilaian sikap dapat diperoleh jumlah siswa tuntas dalam proses pembelajaran sebesar 100%, berdasarkan data penilaian pengetahuan siswa 15 siswa yang tuntas, dan 1 siswa tidak tuntas, serta berdasarkan data hasil penilaian pada ketrampilan siswa dapat diperoleh data yaitu: jumlah siswa yang tuntas ketika pembelajaran adalah sebesar 100%, dan diperoleh presentase 81,25% dengan kategori Sangat Baik (SB), dan 18,75% dengan kategori Baik (B).Aktivitas siswa digunakan sebagai kerangka teoritis dan metodologis untuk menganalisis perkembangan aktivitas dan diturunkan menjadi pendekatan yang bermanfaat untuk lebih memahami kehidupan nyata peserta didik dan situasi yang kompleks dalam komunitas sekolah. Perhatian khusus diberikan kepada hubungan yang dinamis dan perubahan yang terjadi ketika aktivitas itu berlangsung. (Sylvie Barma, 2013).Berdasarkan data hasil persentase seluruh aspek aktivitas siswa yang diamati oleh oleh dua orang pengamat dan didapatkan bahwa aktivitas yang paling dominan dilakukan oleh siswa yaitu bekerja dalam kelompok. Pada pertemuan pertama sebesar 39,06% dan 37,5% pada pertemuan kedua. Hal ini dikarenakan siswa pada fase mengidentifikasi masalah sampai analisis data sudah membentuk kelompok untuk berdiskusi, melakukan pengamatan, melakukan analisis data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Sehingga frekuensi dua aktivitas siswa tersebut lebih dominan dari yang lainnya. Aktivitas ini berperan dalam peningkatan penguasaan konsep, karena tutor teman sebaya dalam kelompok akan melibatkan siswa dalam pembelajaran yang aktif, seorang siswa mengajar siswa yang lain, dan memungkinkan guru untuk membimbing serta memantau pembelajaran di kelas, tutorial teman sebaya sering memberikan manfaat pada prestasi siswa (Nur, 2011). Selain itu, pembentukan kelompok dilakukan agar siswa juga dapat membangun pemahamannya sendiri melalui kegiatan eksperimen. Hal ini sesuai dengan pandangan teori kontruktivisme yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui interaksi mereka dengan teman sebayanya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa antusias untuk mengikuti kegiatan pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan.Respons SiswaRespons siswa terhadap pembelajaran IPA berbasis scientific approach adalah salah satu dari parameter yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan dari siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran IPA SMP yang sudah dikembangkan dan akan digunakan untuk uji coba terbatas. Respons siswa dapat diperoleh dengan membagikan angket kepada siswa dalam hal kegiatan pembelajaran berbasis scientific approach yang berisi 13 poin. Aangket respons siswa diisi setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran selesai.

Gambar 2: Grafik Respons Siswa dalam PembelajaranBerdasarkan hasil analisis angket respons siswa terhadap perangkat berbasis scientific approach yang dikembangkan pada butir soal tentang materi yang diajarkan dalam pembelajaran berbasis scientific approach cukup jelas dan mudah dipahami. 100% siswa menjawab ya, karena pembelajaran tersebut terdiri dari ebeberapa tingkatan fase yang dapat mengkosntruksi konsep siswa sesuai teori Piaget, dalam kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran tentang konsep yang mereka pahami. dan dapat disimpulkan bahwa respons siswa terhadap pelaksanaan kegiatan uji coba terbatas perangkat berbasis scientific approach yang telah dikembangkan memperoleh respons sangat merespons. Respons yang baik terhadap pelajaran tertentu akan meningkatkan minat belajar siswa sehingga mempengaruhi tuntas tidaknya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan Syafiah (2014) yang menyatakan bahwa respons siswa pada pendekatan saintifik sangat setuju.

SimpulanMengacu pada tujuan penelitian yang diharapkan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan valid untuk digunakan. Kelayakan ini didasarkan pada hasil validasi pakar meliputi Silabus dengan skor 3,67, RPP dengan skor 3,5, BAS dengan skor 3,45, LKS dengan skor 3,58, dan THB dengan skor 3,6 berkategori sangat baik. Validasi keterbacaan bahan ajar oleh siswa memperoleh kriteria sangat baik dengan skor di atas 70%. Keterlaksanaan RPP pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua mendapatkan kriteria sangat baik dengan skor 3,89. Aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran yang paling dominan adalah bekerja dalam kelompok. Hasil belajar siswa diperoleh dari sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan. Dan respons siswa terhadap pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach pada materi energi dalam sistem kehidupan memberikan hasil yang positif, sehingga siswa merasa senang untuk mengikuti pelajaran IPA. Dari semua aspek pada angket respon siswa, diperoleh hasil rata-rata siswa sangat merespons terhadap pernyataan yang diuraikan. SaranBerdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran agar penelitian berikutnya lebih baik antara lain: Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap develop. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada tahap penyebaran demi kesempurnaan penelitian selanjutnya dan dapat menghasilkan perangkat pembelajaran yang bisa digunakan secara menyeluruh, pengelolaan waktu pada RPP pada pertemuan kedua perlu ditambah, sebaiknya sebelum kegiatan praktikum berlangsung, siswa diberikan soal-soal tertulis atau tugas awal (pra lab) tertulis untuk dipahami di luar jam pelajaran, diperlukan pengembangan pembelajaran IPA SMP berbasis scientific approach pada materi pokok yang lain, guru SMP menggunakan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKAAgus, N. Cahyo. 2013. Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogja: Diva Press.Arends, Richard I, 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Arroio, A. 2010. Context Based Learning: A Role For Cinema In Science Education. Science Education International , 131-143.BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum. Jakarta: BSNP.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 2006. Panduan Penulisan Skripsi dan Penilaian Skripsi. Surabaya: FMIPA-Unesa.Hee Seung Lee, A. A. (2011). When Does Provision of Instruction Promote Learning? Proceedings of the 33rd Annual Conference of the Cognitive'Science'Society , 3518-3523.Holbrook, J. (2009). Meeting Challenges to Sustainable Development through Science and. Science Education International , 44-59.Juana Silvia Espinosa-Bueno, D. V.-P.-M. (2011). Pedagogical Content Knowledge of Inquiry: An Instrument to Assess It and Its Application to High School In-Service Science Teachers. US-China Education Review , 599-614.McDonald, B. (2011). Self Assessment and Discovery Learning. OMeara Industrial Estat , 2-35.Nuangchalerm, P. (2009). Development of Socioscientific Issues-Based Teaching for Preservice Science Teachers. Journal of Social Sciences , 239-243.Nursalim, M., Satiningsih, Hariastuti, R. T., Savira, S. I., Budiani, S. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: University Press.Nur, M. dan Wikandari, P.R., dan Sugiarto, B. 2008. Teori-Teori Pembelajaran Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah.Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum Garuda.pdf, diakses pada Rabu, 30 April 2014 pukul 22:36 WIB.Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum Garuda.pdf, diakses pada Rabu, 30 April 2014 pukul 21:32 WIB.Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum Garuda.pdf, diakses pada Rabu, 30 April 2014 pukul 20:32 WIB.Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.Ruiz-Primo, M. A. (2008). Testing One Premise of Scientific Inquiry in Science Classrooms: A Study That Examines Students Scientific Explanations. CRESST Report 733 , 1-42.Splan, P. B. (2011). Undergraduate Research in Agriculture: Constructivism and the Scholarship of Discovery. Journal of Agricultural Education , 1-9.Syafiah. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA SMP Berbasis Pendekatan Saintifik. Makalah Komprehensif tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.Sylvie Barma, B. B. (2013). How One Science Teacher Redefines A Science Teaching Practice Around A Theme: A Case Study In The Context Of Educational Reform In Qubec. International Journal of Environmental & Science Education , 1-31.Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Utama.Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.Turkmen, L. (2013). In-Service Turkish Elementary And Science Teachers Attitudes. Science Education International , 437-459.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.