implementasi pendekatan ilmiah scientific approach...

193
1 IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang) Oleh ZAKIYAH WULANSARI, S.Ag NIM. M1.12.018 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

Upload: dinhdiep

Post on 25-Aug-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH(SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN

OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) PADAMATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013(Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas

HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1Tengaran Kab. Semarang)

Oleh

ZAKIYAH WULANSARI, S.Ag

NIM. M1.12.018

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

2

IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH(SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIANOTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) PADA

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013

(Studi Kasus di SMK Telekomunikasi TunasHarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1

Tengaran Kab. Semarang)

Oleh

ZAKIYAH WULANSARI, S. Ag

NIM. M1.12.018

Tesis diajukan kepada Program PascasarjanaSekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

sebagai pelengkap persyaratan untukgelar Magister Pendidikan Islam

Salatiga, 28Pebruari 2015

Pembimbing 1

Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.NIP. 19670112199203 1 003

Pembimbing 2

Dr. Zakiyuddin Baidhawy M.AgNIP. 197205212005011003

3

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Nama : Zakiyah Wulansari

NIM : M1.12.018

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Tanggal Ujian : 7 Maret 2015

Judul Tesis :IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH

(SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN

OTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) PADA

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM

2013

(Studi Kasus SMK Telekomunikasi Tunas HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 TengaranKab. Semarang)

Panitia Munaqosah Tesis

1. Ketua Penguji :Asfa Widiyanto, MA., Ph. D ______________

2. Sekretaris :Dr. Winarno, S.Si., M.Pd ______________

3. Penguji I :Dr. H. Sa’adi, M.Ag ______________

4. Penguji II :Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd ______________

5. Penguji III :Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag______________

4

PERNYATAAN KEASLIAN

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil

karya sendiri dari sepanjang sepengetahuan dan keyakinan saya tidak

mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan

sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah

diajukan untuk gelar atau ijazah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau

perguruan tinggi lainnya.”

Salatiga, 27 Pebruari 2015

Yang membuat pernyataan

Zakiyah Wulansari

5

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH DAN PENILAIAN OTENTIKPADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI

PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMK Telekomunikasi TunasHarapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang)

Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh lembagapendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusanagar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Pada saat inikurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakanpengembangan dari KTSP 2006 dan KBK 2004.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pendekatanilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan AgamaIslam dan Budi Pekerti di kurikulum 2013 (studi kasus di SMK TelekomunikasiTunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran). Penelitian ini membahas (1)Pemahaman guru PAI dan Budi Pekerti terhadap kurikulum 2013 (2) Respon guru(3) Implementasi pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada matapelajaran PAI dan Budi Pekerti (4) Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013yang diterapkan.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalaheksploratif kualitatif. Subyeknya adalah guru pengampu mata pelajaran PAI danBudi Pekerti secara khusus. Instrumen yang digunakan adalah studi dokumentasi,observasi, dan wawancara. Data yang dianalisis adalah Permendikbud No 65 dan

66, RPP, rekaman proses pembelajaran di kelas, penilaian yang digunakan, danhasil wawancara

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Guru mata pelajaran PAI dan BudiPekerti memahami aturan yang tertera dalam PP No 65 dan 66, baik secaraadministratif berupa RPP, pendekatan ilmiah dan penilaian otentik. (2) Responpositif diberikan guru mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti terhadap implementasikurikulum 2013. Selain penambahan struktur kurikulum menjadi tiga jam, modelpendekatan yang digunakan mampu menjadikan guru sebagai fasilitator bagisiswa dan sumber belajar bisa diambilkan dari berbagai pihak. Walaupun keluhanguru tentang implementasi penilaian otentik, karena dianggap merepotkan. (3)Guru telah melaksanakan pendekatan scientificyang meliputi mengamati,menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi pada matapelajaran PAI dan Budi Pekerti. Proses menanya yang idealnya dilakukan olehsiswa secara langsung, namun masih dibutuhkan stimulus dari guru. Implementasipenilaian otentik dilaksanakan, walaupun masih terdapat kebingungan dari guruketika harus melakukan penilaian sikap dan ketrampilan secara utuh yang sesuaidengan permendikbud No 66 tentang penilaian. (4) Kelebihannya pendekatanyang dikembangkan mampu mengembangkan kreatifitas siswa dan penilaian yangdigunakan menyeluruh tiga ranah. Hambatan yang ada diantaranya kurangnyakesiapan guru dan siswa serta kurangnya sarana prasarana yang memadai.

6

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH AND AUTHENTICASSESSMENT IN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AND BUDI PEKERTI’S

SUBJECTS IN THE CURRICULUM 2013 (A case study in SMKTelekomunikasi Tunas Harapan Tengaranand SMK Negeri 1 Tengaran)

Curriculum is an educational component that is used as a reference by theinstitution. Continuos curriculum improvement is imperative that the nationaleducation system is always relevant and competitive. The current curriculum usedis the Curriculum 2013. Curriculum 2013 is the development of KTSP 2006 andKBK 2004.

Purpose of this study is to investigate the implementation of a scientificapproach and authentic assessment in Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’ssubjects in the curriculum 2013 (a case study in SMK Telekomunikasi TunasHarapan and SMK Negeri 1 Tengaran). This study discusses (1) Teachersunderstanding of the curriculum 2013. (2) Responses of teachers. (3)Implementation of a scientific approach and authentic assessment in PendidikanAgama Islam and Budi Pekerti’s subject. (4) Advantages and disadvantages ofcurriculum 2013 that applied.

Research design used in this study is exploratory qualitative. The studysubjects were the teachers of Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’ssubjects. The instrument used is the study of documentation, observation andinterviews. The data analyzed were permendikud No 65 and 66, RPP, recordingthe learning process in the classroom, assessment is used and the results ofintervie

The results of this study indicate (1) The subject teachers of PAI dan BudiPekerti’s understand the rules contained in PP No 65 and No 66, administrativelyform of lesson plan, scientific approach and authentic assessment. (2) PositiveResponses from subject teachers of PAI dan Budi Pekerti on the implementationof curriculum 2013. The eother than the addition of the structure the curriculuminto 3 hours, a model approach that is used to make the teachers as a facilitator forstudents and learning resources that can be deducted from various parties. Thus,reducing the learning process lectures. Feedback on the assessment applied tootroublesome. (3) The teachers have applied a scientific approach to the PendidikanAgama Islam and Budi Pekerti’s subjects. Although there are some records thatshould be fixed. Such as, ask process should ideally be done by the studentsdirectly, but still needed the stimulus of teachers. The teachers have appliedauthentic assessment. Teachers feel confused when they have to make anassessment as a whole attitude and skills appropriate Permendikbud No 65 and 66.(4) The adventages of curriculum 2013 that the approach is able to developstudents creativity and thorough assessment used include attitudes, knowledge andskills. The shortages include the lack of preparedness of teachers and students aswell as and the lack of infrastructurews.

7

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya Tesis ini dapat selesai. Penulisan

tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna

memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, disamping manfaat yang mungkin dapat

disumbangkan dari hasil penelitian ini kepada pihak yang berkepentingan.

Penulisan tesis ini merupakan kesempatan yang teramat berharga untuk mencoba

menerapkan beberapa teori yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah dalam

situasi dunia nyata.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik dalam pengungkapan,

penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi tesis ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya dengan penuh kerendahan hati penulis

mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk

perbaikan tesis ini.

Banyak pihak yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bantuan, baik

itu melalui kata-kata ataupun dorongan semangat langsung atau tak langsung

untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih disertai penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri

Salatiga sekaligus dosen pembimbing utama yang telah mencurahkan

perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya tesis

ini.

2. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana STAIN

Salatiga sekaligus dosen pembimbing kedua yang telah banyak dan penuh

sabar membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

8

3. Para staff pengajar Program Pascasarjana STAIN Salatiga yang telah

memberikan ilmu Pendidikan Islam dan cabangnya melalui suatu kegiatan

belajar mengajar dengan dasar pemikiran analitis dan pengetahuan yang

lebih baik dan penuh kesabaran.

4. Para staf administrasi yang telah banyak membantu dan mempermudah

penulis dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana STAIN Salatiga.

5. Mohamad Ibnu Nadhir, S.Pd, selaku Kepala SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan Kab Semarang.

6. Indrattuti, S.Pd, selaku Kepala SMK N 1 Tengaran Kabupaten Semarang

7. Semua rekan guru, karyawan, siswa dan komite sekolah, baik di SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran yang telah

banyak membantu dengan meluangkan waktu berharganya sehingga

terselesaikannya tesis ini

8. Bapak (alm), Ibu, Ibu mertua, Suami (Mahbub, M.Pd.I), anak-anakku (Afuza

Luqyanata Awwaly Al Emza, Beniah Efrem Tsania Al Emza dan Chamud

Tsalitsa Musanned) dan saudara/keponakan, yang telah memberikan support,

kasih sayang, dan bpk / ibu teman-teman pascasarjana angkatan 2012 yang

telah memberikan dukungan, semangat serta sebuah persahabatan dan

kerjasama yang baik selama kuliah di Program Pasca Sarjana STAIN

Salatiga.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Selain kepada pribadi-pribadi di atas, penulis ingin pula menorehkan catatan

kepada pihak yang teramat besar pula perannya dalam membantu saya untuk

menyelesaikan studi ini.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Allah SWT berkenan

membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 27 Pebruari 2015

Zakiyah Wulansari

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………......... i

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………….......... ii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………........... iii

SURAT PERNYATAAN…………………………...................................... iv

ABSTRAK……………………………………………………………….... v

PENGANTAR…..………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 10

C. Signifikansi Penelitian…………………………………………….. 12

D. Kajian Pustaka…………………………………………………….. 15

E. Metode Penelitian…………………………………………………. 44

F. Sistematika Pembahasan………………………………………….. 52

BAB II GAMBARAN UMUM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS

HARAPAN DAN SMK NEGERI 1 TENGARAN.………................. 54

A. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang……………. 54

B. SMK Negeri 1 Tengaran……………………………………………65

BAB III PEMAHAMAN DAN RESPON GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TERHADAP

10

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013……………………………. 77

A. Pemahaman Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Terhadap Implementasi Kurikulum 2013………….. …………… 77

B. Respon Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Terhadap Implementasi Kurikulum 2013……………………….. 87

BAB IV IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC)

DAN AUTHENTHIC ASSESMENT (PENILAIAN OTENTIK)

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013…………………….. 99

A. Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) pada

MataPelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti……………………….............................................99

B. Implementasi Penilaian Otentik (Authentic Assesment)

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti…………………………………………………….126

C. Kelebihan dan Hambatan Implementasi Kurikulum 2013………….143

BAB V PENUTUP………………………………………………………… 151

A. Kesimpulan………………………………………………………… 151

B. Saran……………………………………………………………….. 156

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

11

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.2 tentang Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Tengaran… 66

2. Tabel 2.1 tentang Struktur Organisasi SMK Telekomunikasi

Tunas Harapan….…………………………………………………. 162

3. Tabel 4.1 tentang Hasil pemahaman, respon, implementasi

pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada SMKTelekomunikasi

Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran. …………….. 163

12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengkodean pada metode pengumpulan data………………… 164

2. Catatan Observasi……………………………………………… 165

3. Catatan Wawancara……………………………………………..177

4. Surat Keterangan Penelitian dari SMK Negeri1

Tengaran………………………………………………………. 216

5. Surat Keterangan Penelitian dari SMK Telekomunikasi

Tunas Harapan………………………………………………… 217

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses

pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi

tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum dipahami sebagai suatu rencana

yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.1

Sehingga berhasil tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang

peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran dan yang

lebih tinggi yaitu tujuan pendidikan itu sendiri. Kurikulum dan pendidikan

memiliki keterkaitan yang sangat erat yang teraplikasi dalam proses

pendidikan atau pembelajaran dalam sebuah lembaga pendidikan. Proses

pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan itulah yang dikehendaki

dalam sebuah kurikulum.Sejalandenganitumenurut Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum

adalah

Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaransertacarayangdigunakansebagaipedomanpenyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapaitujuanpendidikantertentu.2

Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas

lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya, maka setiap

1 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: SebuahPengantar Teoritis dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE, 1998,3.

2Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan (SNP), Jakarta: Cemerlang, 4.

14

kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan

pasar. Kementerian pendidikan dan kebudayaan juga secara teratur

melakukan evaluasi terhadap peraturan yang terkait dengan kurikulum. Tidak

dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode

belajar semakin lama semakin maju pesat. Sementara itu di sisi lain, prioritas

kebijakan nasional ikut berubah. Begitu juga pola pembiayaan pendidikan

serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntunan profesi serta

kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua ikut memberikan dorongan bagi

penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan,

modifikasi dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan.

Secara historis-kronologis, kurikulum pendidikan di Indonesia sendiri

telah mengalami berbagai revisi, tentu saja disesuaikan dengan mindstream

yang berkembang pada saat itu. Perkembangan itu terbagi menjadi dua fase

yaitu pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, dimana masing-masing

memiki karakteristik tersendiri. Sejak 1945, kurikulum pendidikan nasional

telah mengalami perubahan, yaitu tahun 1947 dikenal dengan Rencana

Pelajaran dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 dikenal dengan

sebutan Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 dikenal dengan Kurikulum

Sekolah Dasar, 1973 dikenal dengan Kurikulum Proyek Perintis Sekolah

Pembangunan, 1975 dikenal dengan Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 yang

dikenal Kurikulum 1984 dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), 1994

yang dikenal dengaan Kurikulum 1994, 1997 dikenal dengan Revisi

15

Kurikulum 1994, 2004 dikenal dengan Rintisan Kurikulum Berbasis

Kompetensi, 2006 dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan tahun 2013 dikenal dengan kurikulum 2013.3

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah

digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi

belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.4 Penyempurnaan itu

terlihat dalam peraturan yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia tentang standar kompetensi lulusan, standar

penilaian pendidikan, kerangka dasar dan struktur kurikulum

sekolah/madrasah serta buku pembelajaran sebagai sumber utama.

Perubahan terhadap empat standar pendidikan pada kurikulum 2013

mengacu pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian

pembelajaran dan standar kelulusan. Sementara itu, standar pembiayaan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan dan standar

sarana prasarana tidak mengalami perubahan.

Dari keempat perubahan pada standar pendidikan yang ada,

pemerintah melahirkan berbagai peraturan pemerintah maupun peraturan

menteri sehingga menjadi landasan yuridis implementasi kurikulum 2013.

Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013 tentang perubahan PP No 19 tahun

2005 tantang standar Nasional Pendidikan, peraturan menteri pendidikan dan

3Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013, Bandung 16 Maret 2013.4http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013, diunduh

pada minggu, 9 Pebruari 2013 jam 16.13.

16

kebudayaan republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang standar

kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, peraturan menteri

pendidikan dan kebudayaan no 55 tahun 2013 tentang standar isi, peraturan

menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia no 65 tahun 2013

tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, peraturan menteri

pendidikan dan kebudayaan no 66 tahun 2013 tentang standar penilaian

pendidikan.5 Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan, standar

isi diturunkan dari standar kompentensi lulusan melalui kompetensi inti yang

bebas mata pelajaran. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap

pembentukan sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Mata pelajaran diturunkan

dari kompetensi yang ingin dicapai, semua mata pelajaran diikat oleh

kompetensi inti (setiap kelas).6

Kurikulum 2013 melahirkan beberapa kebijakan yang membedakan

dengan kurikulum yang berlaku sebelumnya, penggunaan istilah kompetensi

inti dan kompetensi dasar digunakan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran

setiap mata pelajaran yang meliputi ranah sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan ketrampilan.

Di dalam lampiran permendikbud no 65 tahun 2013 tentang standar

proses disebutkan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah

pendekatan ilmiah (scientific) yang terdiri dari mengamati, menanya,

5Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru PAI dan BudiPekerti di SD/SMP/SMA/SMK, Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206 IAIN WalisongoSemarang Tahun 2013.

6Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…

17

menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.7 Meskipun dikembangkan lagi

menjadi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data,

mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta, namun, tujuan dari

beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran scientific

sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas,

tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Selain pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah

(scientific), dikenal juga istilah lain yang digunakan yaitu penilaian otentik.

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untukmenilaimulaidarimasukan(input), proses,dan keluaran (output)

pembelajaran.8 Penilaian ini meliputi ranah sikap, pengetahuan dan

ketrampilan, dimana masing-masing ranah terbagi menjadi beberapa kategori

dengan karakteristiknya yang berbeda sehingga hasil pendidikan lebih

komprehensif.

Sebagaibagiandaripendidikannasional,PendidikanAgamamempunyaipe

ranyang sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan

PendidikanKeagamaanpasal2ayat(1)secarategasmenyatakanbahwa

PendidikanAgamaberfungsimembentukmanusiaIndonesiayangberimandanbertakwakepadaTuhanYangMahaEsasertaberakhlakmuliadanmampumenjagakedamaiandankerukuna

7Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses.8Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…

18

nhubungan interdanantarumat beragama.9

Melihat demikian pentingnya pendidikan agama di sekolah dan

perguruan tinggi sebagaimanadirumuskandalamperaturanperundang-

undangandiatas,makaPendidikan

Agama,khususnyaPendidikanAgamaIslam,memainkanperandantanggungjawa

byang sangat besar dalam ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional,

terutama untuk mempersiapkanpesertadidikdalammemahamiajaran-

ajaranagamadanberbagaiilmuyang dipelajari serta melaksanakannya

dalamkehidupansehari-hari.

Aspek-aspek yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan

standar kurikulum 2013 yaitu aspek sikap yang terbagi menjadi sikap spiritual

yang tertuang dalam kompetensi inti 1, sikap sosial yang tertuang dalam

kompetensi inti 2, aspek pengetahuan yang tercakup dalam kompetensi inti 3

dan aspek ketrampilan yang tercakup dalam kompetensi inti 4. Hal ini,

kiranya tidak ada perbedaan dengan tujuan dan ruang lingkup dari mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, terutama pada ranah aspek sikap spiritual

dan sosial.

Keberhasilan suatu pendidikan, salah satu faktor penentunya adalah

guru, selain sarana prasarana dan hal yang menunjang lainnya. Pelaku utama

dalam proses belajar mengajar terletak di tangan guru, tentunya dibarengi

dengan kesiapan siswa dalam menerima materi yang ada. Metode yang

digunakan guru akan mempengaruhi proses transformasi ilmu dari guru kepada

9Peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama danKeagamaan

19

siswa. Maka, guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam menggunakan

metode dan cara mengajarnya, sehingga tujuan pendidikan dapat terpenuhi.

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Menurut Syaiful Bachri

Jamarah, guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan

memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang

mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam

agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan

formal.10

Apabila dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu, proses

pembelajaran yang ada pada saat itu masih belum mencerminkan adanya

pembelajaranyangberpusatpadasiswa(studentcentered) Pembelajaranyang

sering diterapkan di sekolah-sekolah pada waktu itu adalah pembelajaran

konvensional.Guruadalahsumberinformasiutamabagisiswa. Gurumerupakan

subjek aktif yang tugasnya memberikan informasi dan ilmu pengetahuan,

sedangkansiswahanyapasifkarenatugasmerekahanyamenampungapasaja yang

diberikan guru ke dalam pikirannya. Akibatnya, komunikasi hanya

berlangsungsatu arah saja yaitu hanyadari gurukesiswa. Metode ceramah

dianggap sebagai metode yang paling ampuh dalam melakukan proses belajar

mengajar.

Kurikulum 2013 menawarkan suatu regulasi dan kebijakan yang

berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan. Student centered menjadi

salah satu metode dan cara, yang idealnya digunakan oleh para guru dalam

10 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2000, 1.

20

mengelola proses belajar mengajar, namun itu belum sepenuhnya terpenuhi.

Perubahan mindsetcara menyampaikan materi kepada siswa, merupakan suatu

pekerjaan besar bagi guru untuk merubahnya, karena hampir menjadi budaya

bahwa siswa hanya dianggap botol kosong yang boleh diisi apapun oleh guru.

Kurangnya kreatifitas guru memilih metode dalam proses belajar mengajar

pun akhirnya menjadi bumerang bagi dunia pendidikan.

Kesiapan belajar siswa pun dibutuhkan, baik sebelum pembelajaran di

mulai maupun tugas-tugas dan pekerjaan tambahan yang harus dilakukan

siswa. Rasa ingin tahu, budaya gemar menelaah dan membaca, sangat minim

dimiliki oleh siswa. Kecenderungan untuk mengerjakan tugas dengan

meminta dan mengandalkan teman yang mampu menjadi pemandangan

sehari-hari. Pekerjaan rumah dan tugas yang diberikan guru, yang seharusnya

dikerjakan di rumah, yang sedianya diberikan kepada guru untuk menambah

wawasan dan pengetahuan siswa, ternyata pekerjaan dan tugas itu dikerjakan

secara instan sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan siswa tidak terpenuhi.

Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan, merupakan salah satu

faktor keberhasilan dari sebuah kurikulum. Walaupun tidak bisa dijadikan

patokan utama, bahwa terpenuhinya sarana prasarana pendidikan menjadikan

tolok ukur sebuah keberhasilan pendidikan. Namun, kekurangan sarana

prasana yang ada, menjadi salah satu factor penyebab ketidakberhasilan suatu

pendidikan.

Pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsung dari

21

pemerintah terhadap implementasi kurikulum 2013, agak kurang. Berbagai

perbedaan pendapat dari pemangku jabatan untuk menyelesaikan beragam

persoalan di lapangan sering kali muncul. Sehingga, hal ini berpengaruh

terhadap kebijakan yang ada di sekolah sebagai pelaksananya.

Model penilaian otentik dewasainibanyak dibicarakan

diduniapendidikankarenamodel inidirekomendasikan,ataubahkan

harusditekankan,penggunaannyadalam kegiatan menilai hasil

belajar.Salahsatupermasalahanyang

munculadalahbelumtentusemuagurumemahami

konsepdanpelaksanaanpenilaianotentik.Jikasebuah konsep

belumterpahami,bagaimana mungkinkitamaumempergunakannya

untukkeperluanpraktispadakegiatan

pembelajaran?Mungkinsajaorangmenyangka ataumengatakan

telahmempergunakanpenilaian otentik untuk menilai hasil belajarsiswa,

tetapipada kenyataannya tidakdemikian, dimana penilaian hanya terbatas

pada aspek pengetahuan saja.

Di wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, sebagai tempat uji

coba pelaksanaan kurikulum 2013 meliputi lima sekolah, diantaranya SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan, SMK N 1 Tengaran, SMK N 1 Bawen, SMK

Widya Praja Ungaran dan SMK NU Ungaran.

Dari uraian di atas peneliti ingin mengamati bagaimana implementasi

pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik yang menjadi arahan dari

kurikulum 2013 terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

22

Budi Pekerti khusus kelas X. Sehingga peneliti merumuskan penelitian ini

dengan judul “Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan

Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dalam Kurikulum 2013 Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi kasus di SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK N 1

Tengaran Kab.Semarang)

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Beberapa persoalan muncul dengan diberlakukannya regulasi

kurikulum 2013, di antaranya:

a. Pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab.

Semarang maupun SMK N 1 Tengaran terhadap munculnya

kurikulum 2013 terkesan hanya berjalan secara administratif.

b. Respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti dengan regulasi baru, masih dipertanyakan.

c. Implementasi kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti menjadi hal yang harus ditangani lebih

serius, karena untuk menghilangkan metode mengajar ceramah

bukanlah hal yang mudah dan melakukan penilaian yang mencakup

tiga ranah, juga membutuhkan waktu tersendiri.

23

d. Masih terdapat kekurangan dengan diberlakukannya kurikulum 2013,

baik dari sisi kesiapan pemerintah sampai kepada pelaksana di

lapangan

2. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi agar pembahasan dalam tesis ini tidak terlalu

luas, serta untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas, maka ruang

lingkup pembahasan dalam penulisan tesis ini ialah sebagai berikut:

Penelitian ini, dibatasi pada implementasi kurikulum 2013 dalam

ranah pendekatan ilmiah (scientific approach) yang meliputi langkah-

langkah diantaranya mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi

dan mengkomunikasi serta penilaian otentik (authentic assessment)

meliputi penilaian sikap baik spiritual maupun sosial, pengetahuan dan

ketrampilan.

Implementasi kurikulum 2013 ini, penulis batasi pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X, karena

implementasi kurikulum 2013 baru diterapkan pada siswa kelas X

sehingga akan terlihat pada peran guru dan siswa dalam melaksanakannya.

Kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kurikulum 2013 kami

tambahkan sehingga memudahkan para pengguna untuk memanfaatkan

penelitian ini sebagai referensi ke depan.

3. Perumusan Masalah

24

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memfokuskan

penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

mengenai pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian

otentikdalam kurikulum 2013?

b. Bagaimana respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK

N 1 Tengaran terhadap kurikulum 2013?

c. Sejauh mana implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian otentik

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di

SMK N 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab

Semarang?

d. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 yang sedang

diterapkan di SMK N 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan Kab Semarang?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti dengan adanya pendekatan ilmiah

(scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment)

25

pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di

kurikulum 2013.

b. Untuk mengetahui respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti dengan adanya regulasi di kurikulum

2013.

c. Untuk mengetahui implementasi pendekatan ilmiah (scientific

approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari implementasi

kurikulum 2013 di lapangan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah suatu rumusan tehadap perlunya

penelitian dan pembahasan yang dilakukan berkenaan dengan karya tulis

yang dibahas, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain :

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah keilmuan yang berkenaan dengan implementasi kurikulum

2013 khususnya pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta dapat

menjadi bahan masukan bagi siapapun yang berminat menindaklanjuti.

b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan bagi:

26

1) Bagi penulis, hal ini bisa menambah wawasan dan cakrawala

keilmuan khususnya yang berkaitan dengan aturan dan

implementasi kurikulum 2013.

2) Bagi lembaga yang bersangkutan khususnya guru sebagai subjek

penelitian, diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah yang

konstruktif, baik dalam rangka peningkatan profesionalitas guru,

menyangkut aspek pedagogik, profesional, kepribadian maupun

sosial, yang perlu dikembangkan kedepan sehingga harapan

seluruh bangsa Indonesia terwujud terutama menyangkut output

dan outcome yang dihasilkan yaitu melahirkan generasi yang

berkualtas.

3) Bagi guru sebagai subjek penelitian, diharapkan mampu

meningkatkan aspek profesionalitasnya sehingga perannya sebagai

transformer ilmu dan fasilitator siswa tidak terputus.

4) Bagi pemerintah dinas Pendidikan, diharapkan mampu

mengakomodasi segala kekurangan baik berupa pemenuhan sarana

prasarana pendidikan yang menunjang maupun dukungan secara

moral sehingga kurikulum 2013 tetap berjalan sesuai aturan yang

telah ditentukan.

5) Bagi seluruh pembaca, sebagai pengetahuan atau informasi untuk

menambah partisipasi dan kepedulian terhadap dunia pendidikan

karena dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk menghasilkan

kualitas pendidikan yang lebih bermutu dan menjanjikan.

27

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang implementasi kurikulum sudah sering dilakukan,

baik tentang kurikulum KBK maupun KTSP, seperti penelitian yang

dilakukan Nur Faiko yang berjudul “Penerapan KTSP Pada

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kompetensi Menulis Laporan

Perjalanan Siswa Kelas VIII DI SMP Negeri 1Gresik” yang menyoroti

tentang penerapan KTSP pada perencanaan, penerapan dan penilaian

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kompetensi menulis laporan

perjalanan di SMP Negeri 1 Gresik, serta faktor pendukung dan

penghambat penerapan KTSP pada pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia kompetensi menulis laporan perjalanan di SMP Negeri 1

Gresik.Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia

kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik yang berjumlah dua orang. Instrumen

yang digunakan adalah studi dokumentasi, observasi/pengamatan, dan

wawancara. Data yang dianalisis adalah silabus, RPP, rekaman proses

pembelajaran di kelas, penilaian yang digunakan, dan hasil

wawancara.Hasil penelitian ini menunjukkan , Guru Bahasa dan Sastra

Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik telah menggunakan silabus

28

dan RPP yang sesuai dengan KTSP. Akan tetapi guru belum melakukan

pengembangan terhadap silabus dan RPP yang disusun oleh Depdiknas;

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik

melakukan proses pembelajaran sesuai dengan KTSP, yaitu melakukan

tahap-tahap kegiatan, yaitu pre test (kegiatan awal), kegiatan inti, dan post

test (kegiatan akhir); (3) Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri

1 Gresik menggunakan rubrik penilaian untuk menilai hasil laporan

perjalanan siswa, aspek yang dinilai dalam rubrik penilaian mencakup

bahasa (baik, benar, komunikatif, dan efektif), keruntutan ruang dan

waktu, kelengkapan Isi (5W + 1H), sistematika laporan (pendahuluan, isi,

penutup); (4) Guru merasa merasa kesulitan dalam membuat RPP; (5)

Guru tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar secara utuh pada kegiatan

melakukan perjalanan, karena siswa mengadakan perjalanan secara

berkelompok-kelompok dengan tujuan yang berbeda.11 Walaupun titik

temu diantara keduanya terletak pada kajian implementasi kurikulum,

namun fokus implementasinya yang berbeda, dimana peneliti

menggunakan kurikulum 2013, sementara penelitian ini menggunakan

kurikulum KTSP. Perbedaan yang lain terletak di rumusan masalah yang

akan diteliti, Nur Faiko mencari bagaimana dengan perencanaan,

penerapan, penilaian serta faktor pendukung dan penghambatnya,

sementara peneliti lebih menitikberatkan pada implementasi proses dan

penilaian serta hasil yang diharapkan.

11Nur Faiko, Penerapan KTSP pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaKompetensi Menulis Laporan Perjalanan siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik, SkripsiJurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, UM, 2007.

29

Penelitian yang dilakukan oleh Muh taufiq tentang : Implementasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala yang Dihadapi

Pengelola Madrasah Aliyah Nahdatul Wathan (NW)Pancor Lombok

Timur. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui kesiapan pengelola

Madrasah dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK),

pelaksanaan KBK pada pembelajaran, berbagai faktor pendukung dan

penghambat dalam mengimplementasikan KBK di Madrasah Aliyah NW

Pancor serta upaya yang dilakukan untuk menaggulanginya.12 Rumusan

masalah ini pula yang membedakan penelitian. Begitu juga dengan

metode penelitiannya yang menggunakan deskriptif kualitatif, sementara

peneliti menggunakan metode eksploratif.

Penelitian yang dilakukan oleh Resti fauziah yang berjudul

Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui Model

Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan Saintifik yang digunakan

sama dengan salah satu implementasi kurikulum 2013, yang meliputi

Observing, Questioning, Experimenting, Associating dan

Communicating.13 Namun, banyak perbedaan yang muncul, diantaranya

metode yang dipakai adalah campuran antara kualitatif dan kuantitaf

dengan model penelitian tindakan kelas, dimana salah satu langkah untuk

menambah semangat pembelajaran salah satunya digunakan metode

12Mut Taufiq, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendalayang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, Lombok Timur,Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2010.

13Resti Fauziah, Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar MelaluiModel Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Ivotec, Volume IX, No 2 Agustus 2013: 165-178, Universitas Pendidikan Indonesia,

30

pembelajaran berdasarkan masalah. Sementara, penelitian ini, kami

fokuskan ke metode eksploratif kualitatif, yang menggambarkan respon

dan pemahaman warga sekolah, proses pembelajaran dan penilaian dan

hasil pembelajaran serta kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.

2. Kerangka Teori

a. Pendekatan Ilmiah (Scientific)

Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu

pendidikan Amerika pada akhir abad ke 19, sebagai penekanan pada

metode laboratorium formalistic yang mengarah pada fakta-fakta

ilmiah. Discovery Education menyebutkan bahwa

The scientific method is the tool that scientists use to find theanswers to questions. It is the process of thinking through thepossible solutions to a problem and testing each possibility tofind the best solution.14

Scientific Methodmerupakan serangkaian proses untuk

menjawab pertanyaan. Melalui proses berfikir, sebuah hipotesis

diajukan untuk menjadi jawaban sementara atas pertanyaan yang

diajukan. Serangkaian tes dijalankan untuk menguji hipotesis tersebut,

sampai ditemukan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan yang

muncul pada bagian awal proses.

Kenneth Lafferty Hess Family Charitable Foundation

menyatakan bahwa:

The Scientific Method is a process for experimentation that isused to explore observations and answer questions. Scientists

14Discovery Education, Scientific Method, 2006 diambil pada kamis, 6 Maret 2014http://school.discovery.com/SciencefairCentral/scifairstudies/handbook/scientificmethod..html.

31

use the scientific method to search for cause and effectrelationships in nature. In other words, they design anexperiment so that changes to one item cause something else tovary in a predictable way.15

Definisi ini lebih eksplisit menggunakan istilah eksperimen

sebagai alat yang digunakan untuk menjawab pertanyaan. Sehingga

bisa digambarkan bahwa Scientific Method merupakan serangkaian

proses ilmiah yang diawali dengan suatu pertanyaan, diikuti

pengajuan hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang

muncul, lalu dikatakan proses pengujian hipotesis melalui eksperimen

dan pada akhirnya disusun kesimpulan sebagai jawaban yang lebih

shahih.

Menurut Varelas, metode ini memudahkan guru atau

pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu

dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-

tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa

melaksanakan kegiatan pembelajaran.16 Hal ini sejalan dengan

tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses belajar mengajar di

kurikulum 2013.

Sund & Leslie mendefinisikan Scientific Method sebagai

proses sains yang terdiri dari enam langkah, yaitu (1) stating the

problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4)

making observation, (5) collecting data from the experiment, (6)

15Mc Guire, Using the Scientific Method, Learning Assistance Review (TLAR) Fall2007, Vol 12 Issue2, p33-45,13p.2 Diagrams.

16Maria Varelas and Michael Ford, The Scientific method and scientific inquiry:Tensions in teaching and learning, USA: Wiley InterScience, 2009, 31.

32

drawing conclutions.17 Tahap ini dimulai dari masalah yang

dimunculkan dengan suatu pertanyaan ilmiah. Proses berikutnya

membuat hipotesis, melakukan observasi atau eksperimen, dan

akhirnya membuat kesimpulan.

Sementara itu Griffith menggambarkan Scientific Method

sebagai proses bersiklus dengan tiga tingkat, di antaranya; (1)

observation or experiments, (2) generalitation, (3) hypothesis or

theory.18

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat dikatakan

bahwa Scientific Method adalah jalan untuk membuat dan menjawab

pertanyaan ilmiah melalui observasi dan atau eksperimen.

Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan

ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam

pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan

atau metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak

berbeda dengan metode saintifik (scientific method).

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran

pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan

ketrampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga

ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses

psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktifitas menerima,

17R.B.Sund & Leslie, Teaching Science by Inquiry in the Secondary School,Columbus: Charles E. Merill Publishing Company, 1973,12.

18Griffith, The Physics of Everyday Phenomena: A Conceptual Introduction toPhysic, New York: McGraw Hill, 2007, 4.

33

menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan.

Pengetahuan diperoleh melalui aktifitas mengingat, memahami,

menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Ketrampilan

diperoleh melalui aktifitas mengamati, menanya, mencoba, menalar,

menyaji dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan

lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar

proses.19Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana

dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi

atau eksperimen, mengasosiasi/menalar dan mengkomunikasikan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013,

sesuai dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar

Proses, diantaranya:

a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencaritahu

b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadibelajar berbasis aneka sumber belajar

c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatanpenggunaan pendekatan ilmiah

d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaranberbasis kompetensi

e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpaduf. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannyamulti dimensi

g. Dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan aplikatifh. Peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisikal

(hardskills) dan ketrampilan mental (softkills)i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjanghayat

j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberketeladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan

19Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…

34

(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitaspeserta didik dalam proses pembelajaran (tut wurihandayani)

k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan dimasyarakat;

l. Pembelajaran yang menerapkan prisnsip bahwa siapa sajaadalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana sajaadalah kelas.

m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untukmeningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran; dan

n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakangbudaya peserta didik.20

Pengelolaan Kelas seperti yang tercantum dalam Salinan

lampiran Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses,

diantaranya;

a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didiksesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.

b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaranharus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas danmudah dimengerti oleh peserta didik.

d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dankemampuan belajar peserta didik.

e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan,dan keselamatan dalam menyelenggarakan prosespembelajaran.

f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadaprespons dan hasil belajar peserta didik selama prosespembelajaran berlangsung.

g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untukbertanya dan mengemukakan pendapat.

h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta

didik silabus mata pelajaran; danj. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai

dengan waktu yang dijadwalkan.21

20Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…21Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…

35

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP,

meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.Dalam kegiatan

pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untukmengikuti proses pembelajaran;

b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuaimanfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal,nasional daninternasional;

c.mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkanpengetahuansebelumnya dengan materi yang akandipelajari;

d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasaryang akandicapai; dan

e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraiankegiatan sesuai silabus.

Kegiatan IntiKegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode

pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar yangdisesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atausaintifik dan/atauinkuiri dan penyingkapan (discovery)dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahanmasalah (project basedlearning)disesuaikan dengan karakteristikkompetensi dan jenjang pendidikan.KegiatanPenutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secaraindividual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang

diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaatlangsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yangtelahberlangsung;

b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,

baik tugas individual maupun kelompok; dand. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan

berikutnya.22

22Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…

36

Strategi pembelajaran yang dianjurkan pada kurikulum 2013

mengacu pada salah satu strategi yang ada, pendekatan discovery

learning, project based learning dan problem based learning.23

Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya,

dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan

yang sesuai dengan lingkungannya.

Strategi Discovery Learningadalah teori belajar yang

didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar

tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi

diharapkan mengorganisasi sendiri.

Discovery Learning merupakan suatu cara mengajar yang

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar

pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri,

agar anak dapat belajar sendiri.24

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning menekankan pada

ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui

dengan mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik.

Kelebihan atau keunggulan Discovery Learning, seperti yang

diungkapkan oleh Suherman;

a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar

23Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…24 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 7, Jakarta: Reineka Cipta, 2008,20.

37

b. Siswa memahami benar bahan pelajaranc. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puasd. Siswa dengan memperoleh pengetahuan dengan metode

penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannyake berbagai konteks

e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajarsendiri.25

Langkah yang ditempuh untuk mencapai Discovery Learning

a. Menentukan tujuan pembelajaranb. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik

(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)c. Memilih materi pelajaran.d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik

secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajaripeserta didik

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kekompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahapenaktif, ikonik sampai ke simbolik

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik26

Discovery Learning terjadi apabila individu terlibat, terutama

dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa

konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.

Strategi Project Based Learning dikembangkan berdasarkan

faham filsafat konstruktivisme dalam pembelajaran. Konstruktivisme

mengembangkan atmosfer pembelajaran yang menuntut peserta didik

untuk menyusun sendiri pengetahuannya.27 Strategi ini merupakan

pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek

25Suherman dkk, Common TextBook Strategi pembelajaran MatematikaKontemporer, Bandung: Jurusan pendidikan matematika UPI bandung, 2001,179.

26Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…27Bell, Children’s Science, Contructivism and Learning in Science, Victoria: Deakin

University Pers,1995, 28.

38

secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang

dapat dipresentasikan kepada orang lain.

Prinsip yang mendasaripembelajaran berbasis proyek adalah:

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkantugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkayapembelajaran.

b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitianberdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukandalam pembelajaran.

c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik danmenghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dandikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalambentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk, laporanatau hasil karya tersebut selanjutnya dikomunikasikan untukmendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikanproyek berikutnya.28

Langkah - langkah pembelajaran dalam Project Based

Learning sebagaiamana dikembangkan oleh The George Lucas

Educational Foundation terdiri dari:

a. Start with the essential question

b. Design a plan for the project

c. Create a schedule

d. Monitor the students and the progress of the project

e. Assess the outcome

f. Evaluate the experience29

Secara umum langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis

proyek, sebagaimana uraian materi pada pelatihan Kurikulum 2013

disebutkan bahwa langkah awal yang dipakai adalah penentuan

28Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…29 The Goerge Lucas Educational Foundation, Instructional Module Project Based

Learning, 2005, diambil pada Selasa, 8 april 2014 jam 08.46 darihttp://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php.

39

proyek, perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek,

penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, penyelesaian proyek dengan

fasilitasi dan monitoring guru, penyusunan laporan dan

presentasi/publikasi hasil proyek dan evaluasi proses dan hasil

proyek.30

Penerapan pembelajaran berbasis proyek sanggup membuat

peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan paham

konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali

sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung,

membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil

aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan

usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya.

Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang

dewasa belajar agar lebih bermakna.

Problem Based Learning adalah pembelajaran yang

menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-

structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik

untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan

berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru.31

Pembelajaran berbasis masalah dirancang dalam suatu prosedur

30Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…31Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…

40

pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan

instruktur sebagai pelatih metakognitif32

Di dalam Problem Based Learning pusat pembelajaran adalah

peserta didik (student centered), sementara guru berperan sebagai

fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif

menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya.

Langkah-langkah yang ditempuh, sesuai Uraian materi

pelatihan Kurikulum 2013, antara lain;

a. Mengorientasika peserta didik terhadap masalahb. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajarc. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokd. Mengembangkan dan menyajikan hasil karyae. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah.33

Problem Based Learning digunakan untuk merangsang

berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Untuk

mencapai hal ini, guru membantu peserta didik secara kritis

mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan dan sumber

belajar yang relevan untuk melakukan penyelidikan dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Dalam mengembangkan

keterampilan ini, kerjasama antar peserta didik secara berpasangan

atau berkelompok diperlukan untuk mengidentifikasi informasi dan

32 Jurnal pendidikan dan Pengajaran Undiksa, No 1 Th XXXX Januari 2007, IWayan sadia, Pengembangan Kemampuan Berfikir Formal siswa SMA Mellaui PenerapanModel Pembelajaran ’Problem Based Learning” dan ”Cycle Learning” dalamPembelajaran Fisika.

33Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…

41

strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk

menyelesaikan masalah yang mereka temukan.

b. Penilaian Otentik

Otentik atau Autentik diartikan dapat dipercaya; benar; asli;

sumber-sumber.34 Autentik diartikan dapat dipercaya; asli; tulen;

sah.35

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan

secarakomprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),

proses,dankeluaran (output) pembelajaran.36

Berkenaan dengan penilaian otentik, seperti yang disampaikan

dalam penelitian Burhan Nurgiyantoro, disebutkan bahwa The

necessarystepsto developan authenticassessment

include(1)setting the standard;(2)assigning

authentictasks;(3)selecting thecriteria;and(4)designingtherubric.

Langkah ini akan sangat membantu guru dalam mengimplementasikan

penilaian otentik sebagai wujud realisasi kurikulum 2013. Lebih lanjut

dalam Judith T.M.Gulikers menyebutkan bahwa

The two most important reasons for using authenticcompetency-based assessment are (a) their construct validityand (b) their impact on student learning, also calledconsequential validity.37

34W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta:Balai Pustaka, 2006, 69.

35 Dep.pend. Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa EdisiKeempat, Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008, 101.

36 Salinan Lampiran Permendikbud No 66 tahun 2013…37Judith T.M.Gulikers, A Five-Dimesional Framework for Authentic Assessment,

Educational Technology Research and Development, 2004, Volume 52, Issue 3.

42

Pada hakikatnya, penilaian otentik merupakan penilaian yang

dilakukan menyeluruh yang menggambarkan kemampuan siswa,

prestasi, motivasi, dan sikap pada pembelajaran yang relevan.

Penilaian ini menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat

mengembangkan instrument untuk mengukur kemampuan siswa

dengan cara yang lebih baik.

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian

kompetensisikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Penilaian kompetensi sikapPendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melaluiobservasi,penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peerevaluation) olehpeserta didik dan jurnal. Instrumen yangdigunakan untukobservasi, penilaian diri, dan penilaianantarpeserta didik adalahdaftar cek atau skala penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik,sedangkan pada jurnal berupa catatanpendidik.1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan

secaraberkesinambungan dengan menggunakan indera, baiksecaralangsung maupun tidak langsung denganmenggunakanpedoman observasi yang berisi sejumlahindikator perilaku yangdiamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan caramemintapeserta didik untuk mengemukakan kelebihan dankekurangandirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.Instrumen yangdigunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaiandengancara meminta peserta didik untuk saling menilaiterkait denganpencapaian kompetensi. Instrumen yangdigunakan berupalembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luarkelasyang berisi informasi hasil pengamatan tentangkekuatan dankelemahan peserta didik yang berkaitan dengansikap danperilaku.38

Adapun tujuan penilaian ranah afektif menurut Arikuntoadalah

38 Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…

43

(1)mendapatkanumpanbalik(feedback),baikbagigurumaupunsiswasebagaidasaruntukmemperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakanprogramperbaikan(remedialprogram)bagianakdidiknya,

(2) mengetahuitingkatperubahantingkahlakuanakdidikyangdicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untukperbaikantingkahlakuanakdidik,

(3)menempatkananak didik dalam situasi belajar-mengajar yangtepat, sesuai dengan tingkatpencapaian dan

kemampuan serta karakteristik anak didik, dan(4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan

tingkah laku anak didik.39

Sehubungan dengan tujuan penilaian ranah afektif, maka yang

menjadi sasarandalam penilaian ranah afektif

adalahperilaku,minat,perasaan,danmotivasianakdidik, bukan

pengetahuannya.Jadi,dikatakanbahwafaktorafeksi

menunjangkeberhasilanbelajarpesertadidik,halitudapat

diartikanbahwafaktorafeksiyangtinggiataupositifakan memberi

peluang untuk lebih berhasil secara optimal.

Sebaliknya,jikafaktorafeksipesertadidikrendah,halitu juga

dapatdiartikanbahwa faktor afeksinya kurang mendukung

sehingga sulit untuk mencapai keberhasilan

secaraoptimal.Jikafaktorafeksipesertadidikrendah,maka

guruharusmengadakantindaklanjut,misalnyaolehguru bimbingan

konseling untuk menangani atau membantu memotivasi peserta didik.

Adapun langkah-langkahyangdigunakan

dalampengukuranranahafektifadalah

39 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2013, 1963.

44

(1) penentuan komponen afeksi apa yang akan diiventori,misalnya apakah unsur sikap, minat, motivasi,watakperilaku,perasaan,atauyanglain,(2)penentuancara inventoridata afektif yangakan dipilih, misalnya apakahlewatpengamatan,wawancara, ataupemberianangket,danmisalnyakitamemilihcarapemberianangket,(3)pembuatan kisi-kisipengujiandanindicator(pertanyaan)tiapkomponenafektif.Misalnya,jikamenanyakanaspeksikap,makasecarasubstansial hal-hal apa saja yang perlu ditanyakan yangmendukung sikap,(4)pembuatan daftar pertanyaan angket yangsesuai dengan kisi-kisi. Selain itu, juga ditentukan rentanganskala penilaian (skala Likert), misalnya 1-5, 5 (sangat tinggi)dan 1 (sangat rendah), (5) pelaksanaanpengisianangketolehpesertadidikdandiikutipenyekoran.Misalnya,jikaada10buahpertanyaan,skortertinggi50dan terendah10, dan (6) pembuatan pedoman posisi afektifsiswa,misalnya;41-keatas;tinggi,26-40;sedang,10-25; rendah.40

Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis,teslisan, dan penugasan.1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian,

jawabansingkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.Instrumenuraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atauprojek

yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuaidengankarakteristik tugas.

Penilaian Kompetensi KeterampilanPendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaiankinerja,yaitu penilaian yang menuntut peserta didikmendemonstrasikansuatu kompetensi tertentu denganmenggunakan tes praktik,projek, dan penilaian portofolio.Instrumen yang digunakan berupadaftar cek atau skala penilaian(rating scale) yang dilengkapi rubrik.1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut responberupaketerampilan melakukan suatu aktivitas atau perilakusesuaidengan tuntutan kompetensi.2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yangmeliputikegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporansecaratertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukandengancara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik

40Burhan Nurgiantoro, Penilaian… 2010,489.

45

dalambidang tertentu yang bersifat reflektif-integratifuntukmengetahui minat, perkembangan, prestasi,dan/ataukreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.Karyatersebut dapat berbentuk tindakan nyata yangmencerminkankepedulian peserta didik terhadaplingkungannya.41

Pelaksanaan penilaian kompetensi pengetahuan, sering kali

dilakukan oleh guru, baik secara tertulis dengan tes pilihan ganda

maupun model tes yang lain. Sementara untuk penilain untuk

mengetahui ketrampilan yang dimiliki peserta didik, bisa dilakukan

dengan penilaian kinerja.

Penilaiankinerjabukanmemintasiswauntukmenjawab pertanyaan

pilihan gandapadakertasdanpensil.42Guru yang melakukan penilaian

kinerja akan meminta siswa mendemonstrasikan bahwa mereka dapat

melakukantugas-tugas tertentu seperti menulis suatu karangan,

melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban

terhadap suatu masalah, memainkan suatu lagu atau melukis suatu

gambar. Penilaian kinerja

menuntutsiswadapatmendemonstrasikanketerampilannyadalamsuatusi

tuasi testing.

SurapranatadanHattamenyatakan

portofolioberartisebagaikumpulanevidence(dokumen,bukti)yangberisi

informasi tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik dari

waktu ke

41Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…42 Ibrahim Muslimin dan Muhammad Nur, Pengajaran Berdasarkan Masalah,

Surabaya: University Press, 2000, 53.

46

waktu.43Portofolioadalahkumpulanhasilkaryaseorangsiswa,sebagaiha

silpelaksanaan

tugaskinerja,yangditentukanolehguruatauolehsiswabersamaguru,seba

gai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai

kompetensi yang

ditentukandalamkurikulum.Olehkarenaitu,tidaksetiapkumpulankaryas

eorang siswa disebut portofolio. Portofolio dalam arti ini, dapat

digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari

instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai

hasil belajar siswa.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuaidenganbentuk instrumen yang digunakan; dan3) penggunaan bahasa yang baik dan benar sertakomunikatifsesuai dengan tingkat perkembangan pesertadidik44

Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan

keluaran (output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan

ketrampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan

menggunakan jurnal, penilaian diri dan atau penilaian antar teman.

Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan dan atau

penugasan. Penilaian ketrampilan melalui tes praktik, penilaian

proyek dan penilaian portofolio.

43Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio: ImplementasiKurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006,30.

44 Salinan Lampiran permendikbud No 66 Tahun 2013…

47

Banyak pemaparan dari para ahli tentang kurikulum 2013 baik

melalui seminar maupun pelatihan dan pendidikan, namun penelitian

yang berkenaan dengan kurikulum 2013 merupakan hal baru, sehingga

sangatlah beralasan apabila penelitian terhadap kurikulum yang baru ini

dilakukan.

c. Kinerja dan Kompetensi Guru

Guru dalam proses belajar mengajar di kelas dipandang dapat

memainkan peran penting dalam membantu peserta didik untuk

membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin

tahu, mendorong kemandirian dan menciptakan situasi dan kondisi

yang mendukung untuk belajar.

Kinerja dan kompetensi guru memiliki tanggung jawab yang

besar dalam transformasi ilmu kepada siswa dari ketidaktahuan menjadi

tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi

terampil, dengan metode-metode pembelajaran tertentu, yang bukan

lagi mempersiapkan siswa yang pasif, melainkan siswa berpengetahuan

yang senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan

informasi baru dengan berpikir, bertanya, menggali, mencipta an

mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan kehidupannya.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)

ditegaskan bahwa pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen

48

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini. Arahan tersebut menyatakan bahwa guru

sebagai agen pembelajaran yang bertanggung jawab dalam proses

pentransferan ilmu pengetahuan siswa.

Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan

pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.45Sebagai perencana,

maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi di lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat

belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu

melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Lebih lanjut

Brown dalam Sardiman menjelaskan tugas dan peranan guru, antara

lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan

dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, dan mengontrol serta

mengevaluasi kegiatan belajar siswa.46

Pembelajaran sebagai wujud dari kinerja guru, maka segala

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru harus menyatu dan

menghayati tugas-tugas yang relevan dengan tingkat kebutuhan dan

kemampuan siswa serta kemampuan guru dalam mengorganisasikan

materi pembelajaran dengan raga teknologi pembalajaran yang

memadai.

45Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum BerbasisKompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.13-14

46 A.M.Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2000, h.142

49

Hudoyo menjelaskan bahwa tugas guru sebagai pelaksana

kurikulum harus memahami empat pertanyaan kurikulum yaitu

mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa topic-topik harus

diajarkan? Pertanyaan pertama, mengapa topik-topik harus diajarkan,

berkaitan dengan pemahaman guru tentang kegunaan materi.

Pertanyaan kedua, apa yang akan diajarkan, berkaitan dengan

penguasaan guru terhadap bahan yang akan diajarkan. Pertanyaan

ketiga, bagaimana mengajarkan, berkaitan dengan penguasaan guru

tentang strategi pembelajaran, dan pertanyaan keempat, kepada siapa

bahan ajar diajarkan, berkaitan dengan pemahaman guru tentang

karakteristik siswa yang belajar.47

Agar guru dapat mengajar dengan baik, maka syarat pertama

yang harus dimiliki adalah menguasai betul dengan cermat dan jelas

apa yang akan diajarkan. Seorang guru yang tidak menguasai bahan

ajar, tidak mungkin dapat mengajar dengan baik. Hal penting dalam

pembelajaran setelah guru menguasai bahan ajar adalah peran guru

mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran menjadi hal

penting karena berkaitan langsung dengan aktivitas belajar siswa.

Upaya guru untuk menguasai bahan ajar yang akan diajarkan,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajran dengan optimal

dapat terwujud jika dalam diri guru tersebut ada dorongan dan tekad

yang kuat untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

47 H.Hudoyo, Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di DepanKelas, Surabaya: Usaha Nasional, 1979, h.25

50

Dengan demikian, untuk mendapatkan proses dan hasil belajar

siswa yang berkualitas tentu memerlukan kinerja guru yang maksimal.

Agar guru tersebut menunjukkan kinerjanya yang tinggi, paling tidak

guru tersebut harus memiliki penguasaan terhadap materi apa yang

akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya agar pembelajaran data

berlangsung efektif dan efisien serta komitmen untuk menjalankan

tugas-tugas tersebut.

Penguasaan bidang studi oleh guru akan tampak dalam perilaku

nyata ketika ia mengajar. Penguasaan itu akan tampak pada

kemampuan guru dalam menjelaskan, mengorganisasikan bahan ajar

dan sikap guru. Semakin baik penguasaan bahan ajar oleh guru, maka

kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan bahan

ajar juga semakin baik.

Guru yang kurang mampu penguasaan bahan ajar, akan

kehilangan kepercayaan diri bila berada dalam kelas, selalu ragu-ragu

dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat dan tuntas atas

pertanyaan siswa. Hal ini akan berakibat kurang baik dalam

mengajarkan materi, sebab akan merendahkan mutu pembelajaran dan

dapat menimbulkan kesulitan pemahaman siswa. Lebih dari itu, guru

yang tidak menguasai bidang studi akan diremehkan oleh siswa.

Mulyasa menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu

proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aspek yang saling

berkaitan satu dengan yang lain. Aspek-aspek yang saling berkaitan

51

tersebut, antara lain: guru, siswa, bahan ajar, sarana pembelajaran dan

lingkungan belajar.48 Mengorganisir dalam pembelajaran adalah

pekerjaan yang dilakukan seorang guru dalam mengatur dan

menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar

dengan cara yang efektif dan efisien.

Pernyataan ini dipertegas oleh Usman bahwa pengelolaan

pembelajaran terkait dengan upaya guru untuk menciptakan kondisi

pembelajaran yang efektif sehingga proses pembelajaran dapat

berlangsung, mengembangkan bahan ajar dengan baik, dan

meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran

sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus mereka capai.49

Kondisi pembelajaran yang efektif dapat tercapai jika guru

mampu mengatur siswa dan sarana pembelajaran, mampu menjalin

hubungan interpersonal dengan siswa serta mengendalikannya dalam

suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kondisi pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi kualitas

pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa

kemampuan mengelola pembelajaran selama proses belajar mengajar

dengan beberapa dimensi yaitu, menciptakan dan memelihara kondisi

pembelajaran yang optimal, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

48E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Rosdakarya,2007, h.136

49 M.U.Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002,h. 21

52

membina hubungan yang positif dengan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Sejalan dengan perubahan kurikulum, maka bukan lagi eranya

bagi seorang guru untuk selalu menunggu petunjuk dari atasan. Ia harus

proaktif mencari, berimprovisasi dan melakukan inovasi baik pada saat

pembuatan RPP maupun pada saat melakukan proses transformasi

pengetahuan di dalam kelas. Pada saat ini, guru tidak lagi harus

menjadi sumber belajar yang utama, namun, harus sanggup menjadi

fasilitator yang mampu menerapkan berbagai macam metode dan

strategi saat mengajar. Siswa dilibatkan secara penuh pada saat proses

belajar mengajar di kelas.

Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan

kurikulum. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah

harus diawali dengan adanya komitmen guru untuk menjalankan

tugasnya secara aktif, kreatif dan inovatif.

Mulyasa menjelaskan bahwa komitmen secara mandiri perlu

dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama

untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan

birokrasi, seperti harus menunggu petunjuk atasan dengan

mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.50 Sehingga

komitmen diartikan sebagai suatu keberpihakan diri terhadap suatu

pekerjaan atau tugas atas dasar loyalitas, tanggung jawab dan

50 E. Mulyasa, op.cit.,h.151

53

keterlibatan secara psikologis dalam tugas, seperti kebanggaan dan rela

berkorban.

Terkait dengan tugas yang diberikan kepada guru, diperlukan

komitmen adanya komunikasi dan peran guru dalam mengarahkan dan

membimbing siswa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

efektif.

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya tujuan pembelajaran dan pendidikan di

sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain seperti latar belakang pendidikan, pengalaman

mengajar dan lama mengajar. Pengembangan kompetensi merupakan

suatu proses yang berhasil memahirkan seperangkat ketrampilan yang

dibutuhkan untuk mencapai domain kehidupan. Kompetensi guru

dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, yang

dapat dijadikan pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan

tenaga guru.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi guru. Dijelaskan bahwa Standar

Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat (4) kompetensi

utama, yaitu kompentensi pedagogik, kepribadian, sosial dan

professional.

54

Kompetensi pedagogik merupakan suatu kemampuan seseorang

dalam bidang ilmu pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan dan

ketrampilan pada bidang profesi kependidikan. Pengetahuan dan

pemahaman yanag harus dimiliki seorang guru sebagai profesi

kependidikan meliputi: peserta didik, terori belajar dan pembelajaran,

kurikulum dan perencanaan pengajaran, budaya dan masyarakat sekitar

sekolah, filsafat dan teori pendidikan, evaluasi, teknik dasar dalam

mengembangkan proses belajar, teknologi dan pemanfaatannya dalam

pendidikan, penelitian dan moral, etika dan kaidah profesi.51

Sementara kompetensi kepribadian merupakan suatu masalah

yang abstrak, hanya dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan

dan cara berpakaian seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian yang

berbeda. Seperti yang disampaikan Mulyasa bahwa seorang guru harus

memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,

berakhlaq mulia dan dapat menjadi teladan. Selain itu pribadi guru

yang terintegrasi dengan penampilan kedewasaan yang layak

diteladani, memiliki sikap dan kemampuan memimpin yang demokratis

serta ngayomi siswa.52

Berdasarkan kompetensi tersebut, seorang guru harus bertindak

secara konsisten sesuai norma agama, hukum, social dan budaya,

51 Depdiknas, Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21(SPTK-21), Jakarta: Depdiknas. 2002, h. 27

52 E.Mulyasa, op.cit.,h.118

55

menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan

berakhlaq mulia mampu menjadi teladan siswa.

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru dalam hal

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame

pendidik, tenaga kependidikan, wali siswa dan masyarakat sekitar.53

Jadi seorang guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dan

santun dengan siswa, sesama guru dan tenaga kependidikan, orang tua

siswa dan masyarakat sekitar. Selain itu, diharapkan guru memiliki

kemampuan bekerja sama dengan sesamanya.

Kompetensi professional merupakan suatu kemampuan yang

sesuai dengan keahliannya, seperti menyampaikan sesuatu kepada

siswa dalam rangka menjalankan tugas dan profesinya. Kemampuan

memahami bahan ajar dan materi yang harus diajarkan menjadi bagian

dari kompetensi ini.

Dalam sistem pengajaran modern, keterlibatan guru mulai dari

perencanaan, inovasi pendidikan sampai kepada pelaksanaan dan

evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan

suatu pengajaran. Guru di sekolah mempunyai peran yang luas sebagai

pendidik, orang tua, teman, dokter, motivator dan lain sebagainya.

Selain guru, ada hal yag tidak bisa diabaikan dalam proses

belajar mengajar yaitu fasilitas yang merupakan bagian yang ikut

53Depdiknas, Standar Kompetensi Guru (SKG), Jakarta: Depdiknas, 2003, h. 27.

56

mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran. Tanpa fasilitas, maka

proses improvisasi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menitik beratkan pada field research atau penelitian

lapangan, namun juga tidak mengesampingkan pada studi kepustakaan atau

library research terutama untuk menyusun landasan teori.

Sehubungandenganpermasalahanyangdiangkatolehpeneliti,makajenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatifdimana mengkaji berbagai

studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris seperti studi kasus,

pengalaman personal, pengakuan instropeksi, kisah hidup, wawancara, artifak,

berbagai teks dan produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional dan

berbagai teks visual.

Fokuspenelitianyangakandilakukanadalahinteraksilangsungdenganmateri, para

pengajar serta peserta didik baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

maupun di SMK Negeri 1Tengaran Kabupaten Semarang.

Pendekatan yang digunakan adalah eksploratif. Eksploratif bersifat

eksplorasi yang artinya penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh

pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang

terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan.54Penelitian Eksplotarif

dilakukan bilamana literature atau hasil penelitian yang membahas masalah

tersebut masih langka.55 Peneliti mengidentifikasi orang-orang yang ada

54Dep.Pend.Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…359.55 Slamet Soeseno, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Jakarta: Gramedia, 2006,7.

57

berdasarkan kepentingan penelitian, mencatat kejadian-kejadian. Dari kategori-

kategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai keadaan yang ada di

lapangan.

Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha

mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru. Sehingga peneliti akan

menfokuskan pada implementasi kurikulum 2013 dengan menggunakan

pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X. Peneliti juga akan mengupas

lebih dalam bagaimana kekurangan dan kelebihan kurikulum 2013.

Berbagai bahan kajian empiris itu disajikan dalam rincian persoalan di

berbagai momen dan berbagai pemaknaan dan berbagai kehidupan sosial.

2. Lokasipenelitian

Lokasi penelitian yangdijadikansebagaitempatuntukpenelitian

iniadalahpadaSMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK N 1 Tengaran Kab

Semarang. Peneliti memilih SMK Telekomunikasi Tunas Kab Semarang dan

SMK N 1 Tengaran sebagai tempat penelitian, karena dua SMK tersebut

merupakan SMK yang ditunjuk dari Dinas Pendidikan Kab Semarang untuk

menggunakan kurikulum 2013 pada kelas X.

3. Subjek Penelitian

Adapunsampelyangdiambilpenelitisebanyaktigakategori: yakni

materi berupa aturan atau pijakan hukum dan produknya berupa

kurikulum, proses berhubungan dengan pelaksanaan dan aplikasi hukum

58

itu dan hasil yang berkaitan dengan output setelah diberlakukan dan

diterapkan kurikulum 2013.

Jadisampelyangdiambilolehpenelitidapat berupa materi yang telah

jadi/matang, baik berupa UU, Permendiknas, PP, kurikulum, pelaku dan

penikmatnya yang kesemuanya itu terdapat dan diambil dari beberapa

sumber diantaranya dari SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab.

Semarang dan SMK N 1 Tengaran Kab. Semarang.

4. Data dan Sumber Data

a. Data

1). DataPrimer

Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama

baik dari individu maupun perseorangan seperti hasil wawanacara

dan observasi yang dilakukan peneliti. Data primer yang akan

digunakan adalah informan, yang dianggap mengetahui dan

melaksanakan kurikulum 2013. Adapun yang akan menjadi

informan pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala

sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti, dan siswa.Selain itu, observasi terhadap

proses belajar mengajar dan laporan hasil belajar siswa menjadi

data yang kami perlukan.

59

2). Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Undang-undang, Permendikbud

dan Keputusan Menteri Agama yang diberlakukan pada

pelaksanaan kurikulum 2013.Dokumen-dokumen resmidanarsip-

arsipbaik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang

maupun SMK N 1Tengaran Kab. Semarang

. Datainiberupadatayangdiperolehlangsungdariorangataupimpinan

dan informasiyangsengajadipilih/diambil

olehpenelitiuntukmemperolehdata-dataatau

informasiyangadarelevansinyadenganpermasalahanini.

b. SumberData

Sumberdatamerupakandata-

datasebagaipenunjangatauacuandalam penelitian

iniyangmemilikiperanyangsangatpenting

dalamsuatupenelitian,khususnyasebagaialatatauteknikyangdapatdiguna

kan untuk memperoleh data dalam penelitian.

1). Kata-katadanTindakan

Kata-

katadantindakanorangyangdiamatiataudiwawancaraimerupakan

sumberdatautama.Sumberdatautamadicatatmelaluicatatantertulis.

2). DataTertulis

Datatertulismerupakansumberdatayangdiambilmelaluidata-

databuku, majalah i lm ia h sumber dari skripsi, dokumen dan lain-

60

lain. Daridata tersebutdiataspenelitidapatmemperoleh

datainformasiyangberkaitan sebagai bahan penelitian, seperti

informasi tentang lingkaran keluarga yangditeliti.

5. TeknikPengumpulanData

Metodepengumpulandatapenelitianmemilikiperanyangsangatpentin

g dalamsuatupenelitian,khususnyasebagaialatatauteknikyangdapatdigunakan

untuk memperoleh data dalam penelitian.

a. Observasi

Adapunobservasiyangdilakukanpenulistermasukdalamjenis

observasi partisipasif dimanapenulisterlibatlangsungdengankegiatansehari-

hariorang

yangsedangdiamatiatauyangdigunakansebagaisumberdatapenelitian.

Sambilmelakukanpengamatan,penulisikutmelakukanapayangdikerjakan

oleh sumberdata.

Dalammetodeobservasiinipenulistidakhanyamengamatiobyekstudi

tetapijugamencatathal-halyangterdapatpadaobyektersebut.Selainitu metode

ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dan

kondisisecarauniversaldariobyekpenelitian,yakni point-point penting dari

adanya hukum normatif sehingga dijadikan pijakan oleh guru dalam

menentukan kualitas hasil belajarnya baik yang bersumber dan diterapkan

di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang maupun SMK N 1

Tengaran, tentunya tetap dilengkapi dengan letakgeografis/lokasi

sekolah,kondisisaranaprasarana jugastrukturorganisasinya.

61

b. Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur, dimana

peneliti hanya membawa pedoman

wawancarayangmemuatgarisbesartentanghal-halyangakanditanyakankepada

subyek, karenanya pewawancara harus memahami cara yang terbaik untuk

mengontak yang diwawancarai, secara cermat menggunakan alat, pokok-

pokok pertanyaan, telah menetapkan waktu dan telah ditentukan secara pasti

siapa, apa dan dimana akan diadakan wawancara. Adapun pertanyaan yang

diajukan kepada subyek, secara pokokakan mengungkapbeberapa

pertanyaan dari yang kurang mendalam (pheriperal) sampai pada

pertanyaan yang teramat mendalam (Probing) dalam rangka menggali,

mengklarifikasi/ mencari kesadaran kritis dalam mencari penjelasan yang

bertujuan menfokuskan kembali jika dalam wawancara terjadi pembiasan

tentangbagaimanadata yang dikumpulkan.

c. Dokumentasi

Metodedokumenyangdimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

belajar, kopian kurikulum 2013, kurikulum dan aturan yang terakit

dengannya di sekolah, catatan-catatan, peraturan tertulis, surat kabar, f oto

kegiatan, surat keputusan, koran yang berkaitan, data-data guru yang telah

dan belum pernah mengikuti pendidikan dan latihan tentang kurikulum

2013 dan guru yang telah dan belum menerapkannya dalam KBM sehari-

hari danyang berhubungan langsung dengan penelitian dalam tesis ini.

62

6. TeknikAnalisaData

Penelitian menggambarkan kembali data-data yang telah terkumpul

mengenai materi hukum dan atau undang-undang, kurikulum

kependidikan, terapan dan hasilnya di SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan Tengaran Kabupaten Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran

Kabupaten Semarang.

Dataitudikumpulkandalamanekamacamcara seperti observasi,

wawancara, dokumentasi, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan

kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.

a. ReduksiData

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian

padapenyederhanaan,pengabstrakan,dantranformasidata“kasar”yangmu

ncul daricatatan-catatan tertulisdilapangan. Reduksidatabukanlah

suatuhalyang

terpisahdarianalisis,iamerupakanbagiandarianalisis.Reduksidatamerupa

kan suatu bentukanalisis yangmenajamkan, menggolongkan,

mengarahkan,

membuangyangtidakperlu,danmengorganisasikandatadengancarasede

mikian

rupasehinggakesimpulanfinalnyadapatditarikdandiverifikasikan.Denga

ncara

itu,kitatidakmenepisdatayangadadarikonteksdimanadataituterjadiatau

63

diperoleh.

b. PenyajianData

Alur penting yangkedua darikegiatan analisis adalah

penyajikan data.

Kamimembatasisuatu“penyajian”sebagaisekumpulaninformasitersusun

yang

memberikemungkinanadanyapenarikankesimpulandanpengambilantind

akan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapatmemahami apa

yang sedang

terjadidanapayangharusdilakukanlebihjauhmenganalisisataukahmenga

mbil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari

penyajian-penyajian tersebut.

c. MenarikKesimpulan/Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalahmenarik

kesimpulan atau

verifikasidanpermulaanpengumpulandata.Daripermulaanpengumpulan

data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda

mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi

yangmungkinalursebabakibat, danproposisi. Penarikankesimpulan

dalampandanganpenelitihanyalahsebagian dari satu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga

diverifikasikanselamapenelitianberlangsung.

64

Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan

upayayang

berlanjut,berulangdanterusmenerus.Masalahreduksidatapenyajiandata,

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran

keberhasilan secara

berurutansebagairangkaiankegiatananalisisyangsalingsusulmenyusul.N

amun duahallainnyaitusenantiasamerupakanbagiandarilapangan.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini memuat suatu kerangka pemikiran yang

akan dituangkan dalam lima bab yang disusun secara sistematis.

BAB I Pendahuluan terdiri dari; latar belakang masalah, rumusan masalah

yang terdiri dari identifikasi masalah, pembatasan masalah dan

perumusan masalah, signifikansi penelitian yang meliputi tujuan

penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari

penelitian terdahulu dan kerangka teori, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

BAB II Deskripsi Data Penelitian yang membahas tentang profil sekolah, visi

dan misi sertastruktur organisasi baik di SMK N 1 Tengaran maupun

di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab Semarang.

BAB III Analisa Data yang terdiri dua macam pembahasan, yaitu

pemahaman dan respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama

65

Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab

Semarang dan SMK N 1 Tengaran tentang kurikulum 2013.

BAB IV Data Hasil Penelitian yang penulis laksanakan yang meliputi dua sub

pokok bahasan terdiri dari implementasi pendekatan ilmiah dan

penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti kelas X di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan kab

Semarang dan SMK N 1 Tengaran dan kelebihan dan kekurangan

pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik (authentic) pada

kurikulum 2013.

BAB V Kesimpulan dan Saran.

66

BAB II

GAMBARAN UMUM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN

DAN SMK NEGERI 1 TENGARAN

A. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

1. Profil Sekolah

Pada era global yang berdampak pada berbagai bidang, bahkan

terjadi krisis global yang mendera dunia saat ini, dibutuhkan banyak

tenaga terampil dan mandiri yang mampu bersaing dalam segala

bidang.Tuntutan profesionalitas calon tenaga kerja di segala bidang akan

terus meningkat.Tantangan ini tidak dapat ditawar lagi, sebab tuntutan

akan profesionalisme, kemandirian dan integritas diri dipertaruhkan.

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kabupaten

Semarang adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki

Kompetensi Keahlian: Teknik Komputer dan Jaringan, Rekayasa

Perangkat Lunak, Multimedia, dan Teknik Kendaraan Ringan. SMK ini

menyelenggarakan program-program untuk mempersiapkan calon tenaga

67

profesional dan lulusan yang kompeten, kompetitif dan memiliki dedikasi

tinggi untuk bekerja keras dimanapun berada atau melanjutkan pendidikan

di jenjang yang lebih tinggi.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan berbagai potensi,

diantaranya SDM yang berkualitas baik tenaga pendidik (guru) maupun

tenaga kependidikan serta sumber daya lainnya sebagai pendukung proses

pembelajaran yakni sarana fisik berupa ruang belajar, fasilitas peralatan

praktik dan tidak kalah penting adalah daya dukung masyarakat, dunia

usaha/dunia industri, pemerintah daerah serta pemerintah pusat dalam

bentuk pendanaan kegiatan pembelajaran maupun kelengkapan sarana

praktik dan perhatian terhadap perkembangan siswa. Melalui dorongan

berbagai komponen tersebut diharapkan dapat menunjang tercapainya

standarisasi kompetensi yang telah ditetapkan.

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan berdiri pada tahun 2001

dengan jurusan Teknik Informatika. Pada tahun tersebut, masih jarang

didirikan sekolah dengan program keahlian Teknik Informatika khususnya

untuk wilayah Kabupaten Semarang, sehingga animo siswa sangat banyak.

Kepedulian Bapak Hendrawan selaku pendiri Yayasan Tunas Harapan

terhadap pendidikan terwujud dengan didirikannya sekolah ini. Pada tahun

berikutnya, membuka jurusan baru yaitu Teknik Elektronika Komunikasi

dan Teknik Mekanik Otomotif.

Perkembangan SMK Telekomunikasi terjadi sangat pesat dari

tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari jumlah siswa sudah hampir mencapai

68

1000 orang yang berasal dari berbagai daerah, baik seputar Kabupaten

Semarang, Salatiga, Boyolali, Kota Semarang maupun luar Jawa Tengah

dan luar Pulau Jawa. Walaupun SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

merupakan sekolah swasta, namun pengembangan sarana prasarana tidak

kalah dengan sekolah negeri bahkan lebih baik. Begitu juga dengan

prestasi yang ditorehkan oleh siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

sehingga mampu menjadikan sekolah ini terbaik di kabupaten Semarang.

2. Visidan Misi

Menjadikan Pusat Pendidikan untuk menciptakan Sumber Daya

Manusia yang Profesional dan Kompetitif, mempunyai wawasan IPTEK

dan IMTAQ, berwawasan Nasional dan Internasional untuk menghasilkan

tenaga kerja tingkat menengah dalam rangka memenuhi kebutuhan

Pembangunan Nasional baik saat ini maupun dimasa yang akan datang

sejalan kecenderungan era globalisasi.

Menyediakan wadah pendidikan yang mempunyai keunggulan dan

mampu menciptakan Sumber Daya Manusia dalam mengatasi

kebutuhan SDM dalam pembangunan Nasional Indonesia.

Menghasilkan SDM yang dapat menjadi faktor keunggulan dalam

berbagai sektor pembangunan.

Mengubah peserta didik dari status beban , menjadi asset yang

produktif.

69

Menghasilkan tenaga kerja yang profesional untuk memenuhi

kebutuhan industri khususnya dan tuntutan pembangunan pada

umumnya.

Membekali peserta didik dengan kemampuan untuk

mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.

Mendidik untuk menghasilkan lulusan yang memiiliki IMTAQ dan

IPTEK yang mampu bersaing di era informasi yang menglobal.

3. Tujuan

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabuapten Semarang telah

ditetapkan menjadi SMK berpotensi yang dikembangkan menjadi SMK

Rintisan Bertaraf Internasional meskipun pada media 2012 program ini

telah dihapuskan. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten

Semarang memiliki keinginan untuk maju yang didorong kerja keras, kerja

cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas semua komponen yang ada, untuk

meningkatkan mutu pendidikan.Sejalan dengan tuntutan masyarakat

sekitarnya, tuntutan dunia usaha / dunia industri maupun tuntutan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era global, SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang berusaha keras

untuk memenuhi kebutuhan sarana prasanana pendidikan dalam rangka

untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Meningkatnya mutu pendidikan di SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan Kabupaten Semarang dapat menghasilkan tamatan yang memiliki

SDM berkualitas, sehingga mampu memenangkan persaingan global.

70

4. Geografis

Kondisi geografis SMK Telekomunikasi Tunas Harapan secara

umum adalah terletak di jalan umbul senjoyo desa bener Kec. Tengaran

Kab. Semarang propinsi Jawa Tengah dengan batas-batas sebagai berikut :

Timur : Perumahan senjoyo dan objek wisata senjoyo

Selatan : Perumahan dan kawasan industry radius 1 km

Barat : Jalan Solo- Semarang dan terminal tingkir

Utara : Jalan Salatiga- Karanggede (boyolali)

Gedung sekolah terletak di pingggir jalan umbul senjoyo yang

menghubungkan jalan Solo-semarang dengan obyek Umbul senjoyo dan

jalan Salatiga - Suruh serta terletak 100 m dari terminal Tingkir Salatiga

sehingga sangat mudah dijangkau oleh siswa. Kurang lebih 250 meter

sebelah selatan bangunan sekolah terdapat Bank BRI yang memudahkan

para siswa untuk menabung atau menerima kiriman uang dari orangtua,

saudara, atau bantuan dari instansi lain.

Untuk segi keamanan sekolah sangat didukung dengan adanya

Polsek Tingkir Salatiga yang ada di sebelah tenggara kurang lebih 300

meter dari gedung sekolah.

Untuk pembinaan iman para siswa khususnya yang beragama

Islam, ada masjid dua lantai dengan kapasitas 1000 jamaah sehingga bisa

digunakan untuk kegiatan ibadah bagi civitas akademika seperti salat

71

jumat atau salat dzuhur berjamaah sekaligus pembinaan keagaaman melaui

rohis.

Puskesmas cebongan yang memilki fasilitas 24 jam yang letaknya

kurang lebih 500 meter dari sekolah juga sangat mendukung sekolah, jika

sewaktu-waktu ada siswa sakit bisa cepat-cepat dibawa ke puskesmas

meskipun di sekolah juga ada UKS dengan seorang tenaga medis yang

memadahi.

Untuk mendukung pembelajaran khususnya bidang ekonomi juga

bidang studi yang lain di jalan Solo-Semarang depan terminal Tingkir

berdiri Telsa Center yang merupakan unit produksi dari sekolah. Sebagai

sarana pendukung kegiatan pembelajaran sekolah telah dilengkapi dengan

sarana sistem informasi yang cukup baik, triangle tiang pemancar dan

penerima signal, acces point , server dengan spesifikasi cukup tinggi serta

didukung acces internet dari beberapa provider membuat hot spot area

ataupun WiFi sekolah memilki kuota dengan kecepatan acces relative

tinggi bagi civitas akademika.

Disamping itu dibangun pula, unit produksi untuk program

keahlian Multi Media berupa proses pembuatan dan pencetakan MMT.

Sistem piket untuk siswa diatur sedemikian rupa, sehingga tidak

mengurangi dan menghalangi siswa untuk mengikuti jam tatap muka di

kelas. Didirikan pada awal bulan Juli 2014, sehingga dibutuhkan

pemasaran dan promosi yang kuat memasarkan produk yang dihasilkan.

72

5. Sosial Budaya

Lingkungan sekolah berada ditempat sejuk asri dan nyaman karena

cukup jauh dari pusat keramaian kota namun akses jalan tidak terlalu jauh

dari jalan utama Solo-Semarang sehingga mudah menggapainya. Akses

internet sangat menonjol disekolah ini bahkan merupakan pencitraan

publik untuk sekolah ini.Prestasi akademik dan non akademik selalu

ditorehkan dengan selalu menempati peringkat pertama Ujian Nasional

tingkat Kabupaten Semarang dan juga juara umum Lomba Ketrampilan

Siswa (LKS) serta juara O2SN dan Science terapan SMK.

Kondisi orang tua peserta didik sangat beragam dari pejabat,

pengusaha, pegawai negeri/swasta, petani, pedagang dan lain-lain. Kondisi

ekonomi yang cukup merupakan modal kuat bagi pengembangan sekolah,

beasiswa juga disediakan bagi orang tua peserta didik yang kurang mampu

atau siswa yang berprestasi. Mereka berasal dari Kabupaten Semarang,

Salatiga, Boyolali maupun beberapa kota lain seperti Jepara, Kudus,

Purwodadi bahkan luar Jawa seperti Sumatera dan Papua. Pada dasarnya

orang tua peserta didik merupakan masyarakat berbudaya yang telah sadar

tentang pentingnya pendidikan yang bermutu bagi putra-putri mereka.

Kepedulian orang tua terlihat pada terpenuhinya kebutuhan siswa berupa

laptop yang digunakan siswa untuk praktik pembelajaran, walaupun setiap

laboratorium komputer sudah disediakan sesuai kebutuhan. Hampir setiap

siswa memilikinya, sehingga memudahkan bagi guru pengampu mata

pelajaran paket A dan B untuk memberikan penugasan mandiri.

73

Seleksi masuk bagi siswa baru cukup ketat. Penerimaan Peserta

Didik Baru menyeleksi kemampuan intelektual, bakat minat, kesehatan,

buta warna, tidak bertato, tidak bertindik, tinggi badan minimal 160 cm

dan lain-lainnya, sehingga akan mendapatkan siswa baru dengan bibit

yang unggul. Sekolah ini menerapkan kedisiplinan yang cukup baik bila

dibanding sekolah lain.Ini penting berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran agar proses transformasi pendidikan dapat dilakukan dengan

baik (proses). Sedangkan untuk output siswa terjadi hal yang unik apabila

kita berbicara tentang sekolah kejuruan, dimana prosentase siswa yang

melanjutkan cukup tinggi dibanding yang bekerja. Beberapa kerjasama

dengan industri untuk tamatan dilaksanakan disekolah seperti dengan PT.

Fukusuke, PT Anabatic, PT Unilever, PT Epsson dan laian-lain telah

dilaksanakan sekolah memalui BKK dengan dukungan perangkat sistem

informasi.

Sekolah telah terakreditasi A dari Badan Akreditasi Sekolah

(BAS) untuk semua program keahliannya, sehingga secara umum telah

memenuhi 8 standar pelayanan pendidikan meskipun masih ada beberapa

kelemahan untuk standar tertentu. Semenjak tahun 2008 sekolah telah

mengimplementasikan ISO 9001:2008 dari URS sehingga mutu sekolah

senantiasa terjaga.Prosedur ditujukan untuk menjelaskan cara-cara

melakukan tinjauan atas Sistem Manajemen Mutu sehingga dapat menilai

keefektifan sistem dan menentukan usaha manajemen untuk memperbaiki

sistem secara berkelanjutan. Agenda tinjauan atau evaluasi, misalnya

74

mengenai hasil audit internal maupun eksternal,tindakan koreksi sejak

rapat terakhir,tindak lanjut dari tinjauan manajemen,umpan balik

pelanggan, tindakan pencegahan dan tindakan koreksi,kinerja proses dan

kesesuaian pencapaiannya,perubahan-perubahan atau usul untuk

memperbaiki sistem,penetapan sasaran mutu dan peningkatan produktifitas

efisiensi kerja senantiasa dilakukan. Apabila sistem manual dirasa tidak

mampu mendukung sistem maka diusahakan mengadopsisistem informasi

yang lebih tepat sesuai tujuan misal perpustakaan, akademik maupun

proses pembelajaran.

Pelayanan kepada siswa pun dilakukan dengan sepenuh hati. Hal

ini terlihat di pagi hari, siswa yang datang ke sekolah disambut oleh guru-

guru yang piket gerbang. Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan melakukan

pendampingan siswa selama proses pembelajaran baik di sekolah maupun

di dunia usaha/dunia industri selama siswa melakukan Prakerin di kelas XI

pada semester 4. Bimbingan yang menyeluruh pun dilakukan oleh

Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling, baik dilakukan secara

individu maupun kelompok.

Berbagai kegiatan ekstra kurikuler diberikan kepada siswa, yang

terbagi ke dalam ekstra wajib dan ekstra pilihan. Ekstra wajib meliputi

latihan pleton inti (baris berbaris), pramuka dan rohis. Sementara ekstra

pilihan, meliputi basket, volley ball, futsal, badminton, tae kwondo, PMR,

tenis meja, tari dan karya ilmiah remaja. Sementara itu, untuk mewadahi

75

kreatifitas pengembangan bahasa, dibentuklah klub bahasa Inggris dan

bahasa Jepang.

Prestasi siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan baik di tingkat

kabupaten maupun propinsi antara lain: Juara I siswa berprestasi SMK

tingkat propinsi pada tahun 2009, Juara I English debate tingkat kabupaten

pada tahun 2009, juara II lomba band SMK tingkat propinsi pada tahun

2010, juara bola basket O2SN tingkat karesidenan Semarang pada tahun

2011 sampai sekarang, Juara I LKS tingkat kabupaten pada tahun 2009

sampai sekarang yang meliputi networking support, web design, animasi,

graphic design, matematika-olimpiade sains terapan, software application,

fisika terapan, juara I TUB-PBB Kab Semarang pada tahun 2009 sampai

sekarang.

Permasalahan yang muncul baik mengenai pribadi, keluarga

maupun belajar siswa diakomodir oleh Wali Kelas yang bekerja sama

dengan BP/BK. Pelaksanaan home visit dilakukan bagi siswa yang sakit

atau yang tidak masuk tanpa keterangan lebih dari satu hari. Kepedulian

guru dan staf merupakan gambaran akan kepedulian dan tanggung jawab

yang diberikan orang tua yang mempercayakan anaknya untuk dididik di

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan.

6.Sarana Prasarana

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kabupaten

Semarang berdiri di atas lahan 4,5 Ha telah memiliki sarana dan prasarana

76

yang cukup memadai dalam rangka pengembangan sekolah, diantaranya

ruang teori sebanyak 33 ruang teori yang telah dilengkapi dengan LCD

proyektor. Ruangan ini akan dipakai oleh siswa untuk pembelajaran

normative maupun adaptif. Selain itu, dibangun pula 12 (dua belas) ruang

laboratorium computer untuk menunjang pembelajaran praktik, yang

dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan diantara computer, netbook

maupun LCD proyektor. Untuk menunjang pembelajaran produktif

program keahlian teknik kendaraan ringan, dibangun pula 3 bengkel yang

memadai berikut sarana yang dibutuhkan. Untuk program keahlian multi

media disediakan studio Telsa TV sebagai wahana penyaluran karya siswa

yang terpancar sampai radius 12 km.

Pada tahun 2008, dilengkapi dengan pembangunan asrama untuk

siswa baik putra yang terdiri dari 4 (empat) lantai dan asrama putri, yang

dibangun secara terpisah.Hal ini dimaksudkan untuk menampung siswa

yang di luar wilayah Kabupaten Semarang atau yang membutuhkan.

Kelebihan diberikan kepada siswa yang tinggal di asrama, diantaranya

mendapatkan pelayanan pembelajaran malam, laundry untuk baju seragam

dan berbagai fasilitas yang lainnya.

Beberapa ruang juga dibangun sebagai penunjang proses

pembelajaran diantaranya, ruang guru, ruang kantor TU, ruang kepala

sekolah, meeting room, ruang wakil kepala sekolah, ruang perpustakaan,

ruang UKS, ruang koperasi siswa, ruang BP / BK, ruang OSIS, kamar

mandi / WC, gudang, Masjid / Aula, kantin, rumah dinas Kasek, Asrama

77

Guru/Karyawan, tempat sepeda, garasi mobil, lapangan sepak bola,

lapangan bola volly, lapangan bola basket, gardu piket, reservoar, tempat

parkir mobil dan taman – taman penghijauan.

78

B. SMK Negeri 1 Tengaran

1. Profil Sekolah

Pemerintah Jawa Tengah mencanangkan sebagai propinsi vokasi,

memiliki pengaruh yang besar terhadap berdirinya sekolah menengah

kejuruan di wilayah kabupaten Semarang pada khususnya. Hal ini terlihat

dengan didirikannya sekolah menengah kejuruan di berbagai pelosok

wilayah kabupaten Semarang, diantaranya di daerah Susukan dan

Tengaran.

Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Kecil yang berlokasi di SMP Negeri 2 Tengaran

beralamat Jalan Raya Salatiga-Solo KM. 07 Karangduren Tengaran

dengan jadwal masuk mulai jam 13.00 WIB. Pada tanggal 1 Agustus

2005, SMK Kecil tersebut berpindah di Jalan Darun Na'im, Karangduren,

Tengaran dengan menempati gedung sendiri yang berposisi berada di

belakang SMP Negeri 2 Tengaran. SMK Kecil Tengaran tersebut dengan

Program Keahlian yaitu Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Tata Busana

(TB) yang dipimpin oleh Bapak Drs. H. Saliminudin, MM.

Pada tahun pelajaran 2006/2007 sekolah tersebut berganti nama,

dari SMK Kecil Tengaran menjadi SMK Negeri 1 Tengaran dan masih

dibawah pimpinan Bapak Drs. H. Saliminudin, MM. dengan bertambah

jurusan menjadi 5 (lima) yaitu :Teknik Kendaraan Ringan (TKR),

Teknik Sepeda Motor (TSM), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL),

Tata Busana (TB), Tata Boga (TG), hingga tahun pelajaran 2013/2014

79

sekarang. Dengan alamat kontak SMK Negeri 1 Tengaran Alamat: Jl.

Darun Na'im, Karangduren, Tengaran Kab. Semarang - Jawa Tengah -

Indonesia, Telepon: +62-0298-3405144 Fax: 0298-3405166 Email:

[email protected], Web: www.smkn1tengaran.sch.id.

StrukturOrganisasiSMK N 1 Tengaran

Sumber : www.smkn1tengaran.sch.id juga hasil observasi

2. Visi, Misi, Motto dan Program Kerja

a. Visi

Menjadi Pusat Diklat Sertifikasi (Centre of Training and

Certification) yang unggul dalam mewujudkan lulusan yang

Profesional, Adaptabel, Responsif didasari Iman dan Taqwa

79

sekarang. Dengan alamat kontak SMK Negeri 1 Tengaran Alamat: Jl.

Darun Na'im, Karangduren, Tengaran Kab. Semarang - Jawa Tengah -

Indonesia, Telepon: +62-0298-3405144 Fax: 0298-3405166 Email:

[email protected], Web: www.smkn1tengaran.sch.id.

StrukturOrganisasiSMK N 1 Tengaran

Sumber : www.smkn1tengaran.sch.id juga hasil observasi

2. Visi, Misi, Motto dan Program Kerja

a. Visi

Menjadi Pusat Diklat Sertifikasi (Centre of Training and

Certification) yang unggul dalam mewujudkan lulusan yang

Profesional, Adaptabel, Responsif didasari Iman dan Taqwa

79

sekarang. Dengan alamat kontak SMK Negeri 1 Tengaran Alamat: Jl.

Darun Na'im, Karangduren, Tengaran Kab. Semarang - Jawa Tengah -

Indonesia, Telepon: +62-0298-3405144 Fax: 0298-3405166 Email:

[email protected], Web: www.smkn1tengaran.sch.id.

StrukturOrganisasiSMK N 1 Tengaran

Sumber : www.smkn1tengaran.sch.id juga hasil observasi

2. Visi, Misi, Motto dan Program Kerja

a. Visi

Menjadi Pusat Diklat Sertifikasi (Centre of Training and

Certification) yang unggul dalam mewujudkan lulusan yang

Profesional, Adaptabel, Responsif didasari Iman dan Taqwa

80

b. Misi :

1. Mengembangkan keunggulan melalui keprigelan, keetelatenan

dan kebersihan dengan mengengedepankan kemandirian dan

kreatifitas serta menumbuhkan rasa kejujuran dan kepedulian

terhadap sesama dan lingkungan.

2. Meningkatkan pemahaman warga sekolah pelaksanaan

kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan KTSP dan Spektrum.

3. Meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan bidang dan

tugasnya.

4. Melengkapi sekolah dengan sarana yang memadai untuk

mencapai tataran ideal

5. Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif

untuk mengasah kasanah keilmuan.

6. menjadi pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan memberikan fasilitas penelitian dan

eksperimen

7. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh

warga sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat, stake holders

dan instansi serta institusi pendukung pendidikan lainnya.

c. Motto

SMK Negeri 1 Tengaran memiliki motto untuk mutu

pendidikan yaitu TEPAT, yang diuraikan menjadi Tangguh dalam

81

menghadapi tantangan, Eksis dalam teknologi, Produktif dalam

setiap pemikiran, Andal dalam berkompetisi, Teliti dalam segala

sikap dan perbuatan.

Untuk Mutu Organisasi TAKWA yang diuraikan Taat

melaksanakan kewajiban, Amanah melaksanakan tugas, Kritis

mensikapi setiap perbuatan, Wajar meraih keberhasilan, Arif setiap

kata dan tindakan.

d. Program Kerja

SMK Negeri 1 Tengaran memiliki program kerja yang dibagi

dalam dua kategori, program unggulan dan program pengembangan

sarana prioritas

1. Program Unggulan

a) Menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN)

b) Mengembangkan sikap dan kompetensi keagamaan

c) Mengembangkan potensi siswa berbasis multiple

intelligence

d) Mengembangkan budaya daerah

e) Mengembangkan kemampuan bahasa dan teknologi

informasi

f) Meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi favorit.

2. ProgramPengembangan Sarana Prioritas

a) Membangun 1 Bengkel praktik siswa dengan konstruksi

bangunan 1 tingkat

82

b) Membangun parkir area

c) Pembangunan Kantin Siswa

d) Perbaikan dan Pengecetan Lapangan Olah Raga

e) Pengembangan Jaringan Infrastruktur LAN (Intranet dan

Internet)

f) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sekolah

(SIMS)

g) Melengkapi Sarana dan Prasarana Perpustakaan dan Lab

Komputer

h) Membangun Aula

i) Renovasi Tampilan Depan Skolah/Gerbang Sekolah

j) Renovasi Koridor

3. Geografis

Secara umum SMK Negeri 1 Tengaran terletak di tempat yang

strategis, dapat diakses oleh semua transportasi umum, karena terletak 100

m dari jalan raya Solo-Semarang sehingga memudahkan bagi pelanggan

yang akan berkunjung ke lokasi. Gedung sekolah dikelilingi rumah

penduduk, tepatnya di jalan Darun Naim Karang Duren Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang. Lokasi berada tepat di belakang pasar

Kembang Sari yang memudahkan para civitas akademika memenuhi

kebutuhan sekolahnya.

83

Dari sisi keamanan sekolah sangat didukung dengan adanya Polsek

Tingkir Salatiga yang ada di sebelah utara kurang lebih 600 meter dari

gedung sekolah dan dibangunnya asrama TNI yang berjarak kurang lebih

100 m.

Pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah bagi guru dan siswa maupun

kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan di musholla yang dibangun di

dekat pintu gerbang masuk ke lokasi sekolah, sehingga mengurangi alasan

siswa untuk meninggalkan sholat dhuhur dan memperlancar proses belajar

mengajar khususnya untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan

budi pekerti.

Pembangunan kantin di sekolah pun dilakukan yang berada di

dalam lokasi sekolah sebanyak 12 (dua belas) kantin. Posisi antar kantin

dibuat strategis sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti di belakang ruang

praktek siswa, di dekat lapangan olah raga, di belakang ruang teori dan di

dekat parker siswa. Dengan dipenuhinya jumlah kantin dan makanan yang

beragam diharapkan siswa dan guru tidak keluar dari lingkungan sekolah

selama proses pembelajaran berlangsung.

Untuk mendukung pembelajaran khususnya bidang prakarya dan

kewirausahaan siswa di depan sekolah berdiri Unit Produksi untuk bidang

Tata Busana. Terlihat beberapa pelanggan dan siswa sedang melakukan

transaksi usaha baik pemesanan baru maupun mengambil pesanan yang

sudah jadi. Ketrampilan siswa sudah teruji sehingga masyarakat

mempercayakan kebutuhan busananya kepada mereka.

84

4. Sosial budaya

Lingkungan sekolah berada ditempat sejuk asri dan nyaman

walaupun berada di belakang pasar, namun keramaian pasar tidak sampai

terdengar di lingkungan sekolah.

Dari kelima program keahlian, SMK Negeri 1 Tengaran memiliki

program keahlian yang seringkali mewakili kabupaten Semarang untuk

maju Lomba Ketrampilan Siswa dalam bidang produktif Teknik

Kendaraan Ringan. Beberapa prestasi lain yang ditorehkan oleh SMK

Negeri 1 Tengaran, diantaranya dalam bidang lomba Kewirausahaan dan

Tata Busana.

Secara umum kondisi orang tua siswa berada pada posisi

menengah dan sejahtera, walaupun ada 10 persen orang tua siswa berada

pada posisi ekonomi pra sejahtera. Pemerintah memberikan Bantuan

Operasional Siswa, meringankan siswa dan orang tua dalam pembayaran

uang sekolah. Bahkan, siswa yang berada pada kondisi ekonomi pra

sejahtera digratiskan dalam pembayaran uang sekolah. Beasiswa yang lain,

diberikan berupa bantuan BAZIS dari potongan gaji dari pegawai.

Animo siswa untuk mendaftar di SMK Negeri 1 Tengaran

lumayan banyak. Terbukti hampir setiap tahun pembelajaran baru, calon

pendaftar sebanyak 1.100 orang, padahal yang dibutuhkan berkisar 500

siswa. Pendaftaran pun hanya dilakukan selama 1 (satu) minggu, sesuai

aturan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.

Program keahlian yang menjadi favorit masyarakat yaitu Teknik

85

Kendaraan Ringan dan Tata Busana. Hal ini terjadi, karena SMK Negeri 1

Tengaran tidak melakukan pemungutan uang sumbangan pembangunan

dan biaya bulanan yang relative rendah.

Penyaluran tenaga kerja siswa yang telah lulus dari SMK Negeri 1

Tengaran dikelola oleh Bursa Kerja Khusus di bawah wakil kepala bidang

Kehumasan. Kerja sama dengan Dunia Usaha/Dunia Industri seperti

dengan PT. Fukusuke Kogyo Indonesia dan PT SMART Tbk. Prosentase

siswa yang bekerja lebih banyak dibanding siswa yang melanjutkan

kuliah. Ada beberapa perusahaan di seputar kecamatan Tengaran

menampung siswa lulusan dari program keahlian Tata Busana.

Semenjak tahun 2011,SMK Negeri 1 Tengaran telah

mengimplementasikan ISO 9001:2008. Prosedur ini berisi Standar

Operasional Prosedur, Instruksi Kerja yang dijabarkan ke dalam form dari

masing-masing unit kerja. Sistem Manajemen Mutu diawali oleh audit

internal yang dilakukan oleh pihak dalam yang dilanjutkan dengan audit

eksternal dari pihak luar. Dengan dijalankannya prosedur ini dapat dilihat

program perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tata cara menyelesaikan

masalah yang muncul dari masing-masing unit. Cara ini, mempermudah

kepala sekolah dan stafnya untuk melakukan tinjauan supaya sistem

berjalan dengan baik.

Penggalakan kegiatan ekstra kurikuler di bawah lingkup Wakil

Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, meliputi beberapa macam, seperti

kesenian, olah raga terutama basket, bola voli dan futsal. PMR pun

86

digemari oleh siswa, paskibra dan aktifnya pramuka dan osis.Pelayanan

kepada siswa pun dilakukan dengan sepenuh hati. Wakil Kepala Sekolah

Kesiswaan melakukan pendampingan siswa selama proses pembelajaran

baik di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri selama siswa

melakukan Prakerin di kelas XI pada semester 4. Bimbingan yang

menyeluruh pun dilakukan oleh Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan

Konseling, baik dilakukan secara individu maupun kelompok.

Proses pembelajaran intra kurikuler dari hari senin sampai hari

sabtu yang dimulai dari jam 07.00 sampai jam 14.30. Untuk

menyeimbangkan potensi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa,

dibentuklah berbagai kegiatan ekstra kurikuler di bawah tanggung jawab

wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Kegiatan olah raga seperti basket,

bola voli dan futsal diikuti oleh sebagian besar siswa, yang biasanya

dilakukan secara terjadwal sesuai dengan kelompoknya. Ekstra band pun

tidak kalah diikuti oleh banyak siswa terutama yang memiliki bakat music

dan vokal. Kesibukan wakil kepala sekolah pun terlihat ketika mendekati

peringatan hari besar nasional, dimana sejumlah siswa selama berminggu-

minggu akan berlatih baris berbaris di halaman sekolah. Hal ini menyita

waktu dan tenaga bagi siswa dan tim pelatihnya, bahkan seringkali harus

meninggalkan jam pembelajaran intra kurikuler dalam beberapa waktu.

Aktifitas siswa yang tergabung dalam OSIS maupun pramuka juga terlihat.

Berbagai kegiatan OSIS seperti pemilihan ketua umum, pelatihan LDK,

dan menjalankan program-programnya seperti penggalangan donor darah

87

dan peringatan hari besar agama maupun nasional. Pelaksanaan kemah

bhakti setahun sekali, renungan suci dan mencari jejak merupakan bagian

program dari pramuka yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Pertemuan rohis pun dilakukan secara berkala, meliputi kegiatan baca tulis

al Qur’an, ceramah keagamaan dan bakti sosial.

Pada tahun 2012 siswa SMK Negeri 1 Tengaran mewakili

Indonesia pada ajang International Exhibition for Young Inventors di

Bangkok, Thailand. Tim SMK Negeri 1 Tengaran terpilih karena temuan

program permainan edukatif berbasis mobile untuk siswa SD, Jarimatika.

Lomba berlangsung pada tanggal 28-30 Juni 2012 diikuti ratusan peserta

dari 38 negara. Pada tahun 2013, mendapatkan bantuan revitalisasi mesin

oven cat dari Direktorat Pendidikan Kejuruan Departemen Pendidikan.

Alat tersebut menjadi alat penunjang praktek siswa program keahlian

teknik Kendaraan Ringan untuk mengecat bodi mobil. Beberapa kejuruan

diperoleh oleh siswa pada mata Lomba Ketrampilan Siswa pada program

keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan mata pelajaran Kewirausaahaan.

Bahkan pada tahun 2014, SMK Negeri 1 Tengaran mendapat gelar juara

umum pada Lomba Ketrampilan Siswa tingkat Kabupaten Semarang,

dengan memperoleh 7 (tujuh) kejuaraan pada lomba tersebut.

5. Sarana Prasarana

SMK Negeri 1 Tengaran memiliki sarana dan prasarana yang

cukup memadai dalam rangka pengembangan sekolah, diantaranya ruang

88

teori sebanyak 33 ruang yang digunakan untuk pembelajaran kelompok

paket A dan B maupun pembelajaran paket C yang membutuhkan ruang

teori biasa. Selain itu, dibangun pula 11 ruang praktek untuk menunjang

pembelajaran praktik, yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan.

Dari 11 ruang praktek tersebut, terbagi ke dalam 3 ruang praktek Tata

Busana, 2 ruang praktek Teknik Kendaraan Ringan, 2 ruang praktek

Rekayasa Prangkat Lunak, 1 ruang praktek Teknik Sepeda Motor, 1 ruang

praktek Tata Boga, 2 laboratorium komputer.

Di depan sekolah dibangun pula ruangan untuk unit produksi SMK

Negeri 1 Tengaran berupa produk pembuatan sekaligus pemasaran untuk

program keahlian Tata Busana. Setiap harinya, tampak beberapa

pengunjung mendatangi stand tersebut yang dilayani oleh siswa yang

sedang melaksanakan pembelajaran praktik.

Gedung pertemuan dibangun, untuk melayani kunjungan

pelanggan dengan kapasitas 250 orang. Selain digunakan untuk ruang

pertemuan, gedung tersebut juga berfungsi sebagai tempat latihan olah

raga, bagi guru dan siswa, rekrutmen tenaga kerja dan sebagainya.

Beberapa ruang juga dibangun sebagai penunjang proses

pembelajaran diantaranya, ruang guru, ruang kantor TU, ruang kepala

sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang UKS,

ruang koperasi siswa, ruang BP/BK dan ruang konseling, kamar mandi

sebanyak 25 ruang, gudang sebanyak 4 ruang, musholla, kantin sekolah

sebanyak 12 buah, rumah penjaga sekolah, tempat parkir sepeda untuk

89

guru, siswa maupun tamu, lapangan bola volly, lapangan bola basket dan

gardu piket petugas keamanan.

Asrama siswa dibangun untuk menampung siswa yang berasal dari

daerah yang sulit dijangkau kendaraan umum. Ada beberapa persyaratan

siswa yang tinggal di asrama, diantaranya berasal dari tempat tinggal yang

jauh, keluarga yang kurang mampu dan memiliki prestasi yang bagus.

Asrama ini lebih banyak digunakan untuk menampung siswa kelas XII

yang akan mengikuti Ujian Nasional, sehingga memudahkan bagi siswa

untuk memperoleh jam pembelajaran tambahan di malam hari.

Koleksi perpustakaan SMK Negeri 1 Tengaran memiliki stok buku

kurang lebih 2.200 eksemplar yang terdiri dari buku pelajaran, buku fiksi,

non fiksi dan buku referensi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan

Inggris. Terdapat juga data elektronik melalui email dan akses internet

yang dapat digunakan setiap saat serta adanya hotspot area dimana setiap

orang dapat mengakses internet secara gratis.

90

BAB III

PEMAHAMAN DAN RESPON GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TERHADAP IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013

A. Pemahaman Guru Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013

1. SMK Negeri 1 Tengaran

SMK Negeri 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah yang

ditunjuk oleh dinas pendidikan kabupaten Semarang untuk

mengimplementasikan kurikulum 2013 pada kelas X secara keseluruhan.

Hal ini memacu para guru dan civitas akademika untuk berbenah

mempersiapkannya secara maksimal. Salah satu bentuk persiapan yang

ada yaitu dikirimkannya lima (5) orang guru untuk mengikuti pelatihan

kurikulum 2013, yang terdiri dari guru Matematika, Bahasa Indonesia

dan Sejarah.

Sejalan dengan program pengembangan pemahaman kurikulum

2013, Ibu Kepala Sekolah menyampaikan pendapatnya:

“Saya berharap pengiriman untuk diklat kurikulum 2013 tidakterbatas pada guru 3 (tiga) mata pelajaran saja. Apalagi untukpengirimannya pun mepet menjelang kurikulum 2013 maudilaksanakan. Untuk diklat kepala sekolah sendiri, barudilaksanakan sekali di bulan Juni 2013 di Solo.”56

Menanggapi hal itu bapak waka kurikulum, menambahkan:

56W(S2)1

91

“Di awal pemberlakuan kurikulum 2013 kemarin, guru yangmendapatkan pelatihan baru 5 (orang) ditambah kepala sekolah.Sehingga langkah kami, hanya belajar secara mandiri dari undang-undang yang dikeluarkan. Pelatihan kepada seluruh guru, kamilakukan di bulan Desember 2013, ketika libur semester.”57

Sementara dari kementrian agama kab Semarang bidang PAIS

mengadakan pelatihan kurikulum 2013 untuk guru-guru Pendidikan

Agama Islam SMK se kab Semarang. Pelatihan tersebut diikuti oleh tiga

(3) orang guru, yaitu Ibu Dra. Nur Solichah, M.Pd, Bapak Fathan

Budiman, S.H.I dan Ibu Siti Suhartini,S.Pd.I. Sementara Ibu Heni

Wulandari, S.Pd.I tidak mengikuti dikarenakan terbatasnya kuota yang

ditetapkan. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan Ibu Nur

Solichah yang menyampaikan bahwa kuota dari kementrian Agama Kab

Semarang hanya memperbolehkan maksimal mengirimkan tiga (3) orang

guru.58

Pelatihan tersebut berlangsung tiga hari, yang diikuti oleh hampir

90 (Sembilan puluh) peserta dari 33 SMK yang ada di wilayah Kab

Semarang. Pelatih dan mentor yang handal dan profesional dihadirkan

selama pelatihan tersebut. Selain pemaparan materi secara teori peserta

juga diminta membuat produk berupa rencana pelaksanaan pembelajaran

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk

kelas X. Di akhir pertemuan, diadakan micro teaching berbasis

57 W(S2)2a58 W(S2)3

92

pendekatan ilmiah yang dilakukan secara bergilir dari masing-masing

kelompok.59

Berkaitan dengan Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I yang belum

mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dari kemenag Kab. Semarang,

sedikit mengalami kesulitan untuk memahami aturan yang ada, baik di

PP No 65 tentang standar proses dan PP No 66 tentang standar penilaian.

Seperti yang beliau sampaikan di sela-sela obrolan kami,

“Pelatihan kurikulum 2013 yang diadakan di SMK Negeri 1Tengaran hanya mengarah kepada pembuatan RPP, namun untukimplementasi dari PP 65 dan 66 disampaikan secara umum.Sehingga, pemahaman saya jauh berbeda dengan pemahamanteman-teman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yanglain. Apalagi, pelatihan yang diadakan dari kemenag sesuai dengantuntutan yang harus dilakukan oleh guru mata pelajaran PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti.”

Dari observasi yang kami lakukan terhadap hasil rencana

pelaksanaan pembelajaran dari guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMK N 1 Tengaran, kami dapatkan bahwa guru baru

menyelesaikan sebagian rencana pelaksanaan pembelajaran dari

keseluruhan materi yang ada. Walaupun, materi belum terselesaikan

secara keseluruhan, kami dapatkan bahwa rencana pelaksanaan

pembelajaran yang dibuat telah sesuai dengan undang-undang yang

berlaku. Telah tampak prosedur kegiatan belajar mengajar yang dimulai

dari pendahuluan, kegiatan inti maupun penutup, dimana masing-masing

item kegiatan ditambah dengan durasi waktu yang dibutuhkan.

59 W(S2)3

93

Begitu pula dengan proses penilaian, telah lengkap dituliskan

model penilaian yang digunakan, bentuk soal sekaligus kunci jawaban

yang ada. Demikian juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

dibuat oleh Ibu Heni telah mencerminkan aturan yang ditetapkan., karena

dalam pembuatannya beliau menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Dari wawancara dan observasi terhadap dokumen yang tersedia,

dapat dikatakan bahwa guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi pekerti memahami regulasi yang ada dalam PP No 65 dan 66. PP

No 65 berkaitan dengan standar proses berupa kegiatan inti dalam

pembelajaran yang meliputi proses mengamati, menanya,

mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Peraturan yang

tercantum dalam PP No 66 yang berupa penilaian ranah sikap,

pengetahuan dan ketrampilan juga telah tampak pada rencana pelaksana

pembelajaran yang dibuat.

Berkaitan dengan pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik,

berikut kami sampaikan beberapa wawancara dan observasi kepada guru.

Seperti yang disampaikan Bapak Fathan, bahwa pendekatan saintifik

kalau diterapkan dalam metode pembelajaran sangat ideal, karena guru

hanya berfungsi sebagai fasilitator, bukan satu-satunya sumber belajar

yang utama.60

Ibu Nur Sholikah menyampaikan:

“Ya sebisanya saya praktekkan pendekatan ilmiah ini, walaupunkadang saya harus menstimulasi siswa untuk bertanya. Praktek ini

60 W(S2)3

94

sangat mendukung dan saya gunakan untuk jurusan RPL,sementara untuk jurusan TKR tidak bisa maksimal.”61

Pernyataan yang sama disampaikan oleh Ibu Heni pengampu mata

pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti:

“Siswa kebanyakan pasif, sehingga begitu masuk kelas langsungsaya bentuk kelompok kecil membahas tugasnya masing-masing.Itu saja saya bisa terapkan untuk jurusan TG dan TB, namun untukjurusan TKR dan TSM sangat susah saya berikan.”62

Guru-guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah

memahami pendekatan ilmiah yang meliputi proses mengamati,

menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi.

Implementasi dari kegiatan ini pun terlihat selama proses observasi yang

dilakukan oleh peneliti.

Metode pembelajaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari penilaian

otentik. Data yang kami himpun, sebagian besar diperoleh dari

wawancara dan observasi terhadap subyek. Seperti penuturan yang

disampaikan bapak waka kurikulum:

“Secara umum teman-teman guru sudah memahami penilaian yangharus kita lakukan, walaupun rumit. Hal itu terbukti, ketika paraguru harus mengirimkan (3) tiga nilai itu, mereka membuatnyadengan baik, meskipun sejarah nilai itu tidak kami peroleh.”63

Permasalahan yang muncul memang sudah diakomodir oleh pihak

kurikulum terutama berkenaan dengan proses penilaian. Menurut beliau,

keluhan dari hampir sebagian guru adalah berkenaan dengan penilaian.

Hal ini juga dirasakan oleh bapak waka kurikulum:

61W(S2)362 W(S2)363 W(S2)2a

95

“Sebagai guru biasa, memang mudah menjalankan penilaian inisecara tuntas, namun karena beban pekerjaan di kurikulum initerlalu besar, terkadang kami juga kewalahan untuk menyiapkansemua instrument penilaian yang dibutuhkan.”64

Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

terhadap penilaian otentik terlihat pada aktifitas guru mata pelajaran ini

untuk melakukan penilaian pada setiap kompetensi yang diajarkan.

Penilaian tersebut meliputi penilaian sikap yang dilakukan di awal,

proses dan akhir pembelajaran, yang digunakan untuk menilai

keseluruhan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Dari berbagai wawancara dan observasi yang telah kami lakukan,

kami menyakini bahwa guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti di SMK N 1 Tengaran telah memahami undang-undang

yang diberlakukan. Terbukti dengan hasil rencana pelaksanaan

pembelajaran yang sudah dikumpulkan, implementasi pendekatan ilmiah

sudah berjalan dan penilaian otentik sudah dilakukan. Namun

pembenahan tetap harus dilakukan demi kesempurnaan sebuah program.

2. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

Implementasi kurikulum 2013 telah berlangsung sejak bulan Juli

2013, namun pemahaman dari guru tentang pelaksanaan kurikulum 2013

beragam. Beberapa hal yang menjadi pemicunya, salah satunya adalah

kesiapan guru memahami kurikulum 2013 yang diwujudkan dalam

bentuk pelatihan yang difasilitasi negara.

64 W(S2)2a

96

Pemerintah belum menganggarkan pelatihan yang diberikan untuk

guru, selain kepala sekolah. Di bulan Juli - Agustus 2013, ada lima guru

yang diminta mengahadiri pelatihan dengan skala nasional untuk guru

Matematika dan Bahasa Indonesia masing-masing terdiri dari 2 (dua)

orang dan 1 (satu) orang dari mata pelajaran Sejarah Indonesia.

Hal ini sangat berpengaruh kepada pemahaman guru untuk

mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar.

Hal ini diakui oleh waka kurikulum:

“Pemerintah kurang cepat dalam mengambil langkah untukmemberikan pelatihan kepada guru, padahal bulan Juli 2013,kurikulum ini harus mulai berjalan. Walaupun pihak sekolah sudahmelakukan secara mandiri baik seminar maupun pelatihanpembuatan RPP. Namun, menurut kami hal ini masih kurangbanyak, terbukti baru 3 (tiga) guru pengampu mata pelajaran sajayang ditugaskan. Sementara itu masih banyak guru yang belummemahami.”65

.Dari hasil pelatihan yang diberikan kepada tiga pengampu mata

pelajaran pun mengalami perbedaan, Hal ini terlihat ketika pembahasan

dilakukan untuk menyamakan persepsi dalam pembuatan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Terlepas dari perbedaan tersebut, dalam

kesempatan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, terlihat

kesiapan guru dalam mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran.

Berkaitan dengan pelatihan yang dilakukan oleh pihak sekolah

terhadap guru-guru, biasanya mengambil waktu habis jumatan, dimana

65W(S1)b1

97

pada jam tersebut, pembelajaran diakhiri agak awal dibanding hari efektif

yang lain. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah:

“Untuk lebih memahamkan kurikulum 2013 ini, sekolahmelakukan pelatihan secara mandiri, biasanya kita gunakan harijumat setelah jumatan. Siswa kelas X memang masih masuk untukmengikuti ekstra pramuka, namun pembelajaran di kelas harijumat, selesai jam 11.45.”66

Pelatihan yang dilakukan kurang lebih dimulai bulan Agustus

sampai bulan Oktober, kurang lebih ada 10 (sepuluh) kali pertemuan,

yang terbagi ke dalam beberapa sesi. Durasi pelatihan yang diberikan,

setidaknya mampu mengurangi ketidaktahuan para guru tentang

kurikulum 2013 secara umum.

Pelatihan kurikulum 2013 pun diadakan oleh Kementrian Agama

bidang PAIS kab. Semarang bagi guru pengampu mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti yang dilakukan di hotel Cantik Ungaran, selama tiga (3)

hari. Hal ini sangat membantu pemahaman para guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti terhadap regulasi yang baru.

Hal itu terbukti, ketika kami melakukan observasi terhadap hasil

rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti yang telah dibuat, terbukti sudah sesuai dengan apa yang

diamanatkan dalam undang-undang no 65. Di dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran, tertuang kegiatan inti yang meliputi proses mengamati,

menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, yang

disesuaikan dengan durasi waktu yang dibutuhkan. Begitu juga terhadap

66W(S1)a

98

penilaian otentik yang harus dilakukan oleh guru meliputi ranah sikap,

pengetahuan dan ketrampilan. Sehingga, guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti memahami aturan yang dikeluarkan pemerintah PP No

65 dan No 66

Yang sangat menentukan perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP

adalah pendekatan yang diberikan kepada siswa, yaitu pendekatan

ilmiah. Hal ini membawa pengaruh kepada proses penyampaian materi

kepada siswa. Pemahaman guru dengan adanya pendekatan saintifik telah

menunjukkan peningkatan, sebagaimana disampaikan bapak kepala

sekolah:

“Sesuai dengan supervisi yang saya lakukan terhadap 40 guru,menunjukkan adanya implementasi ilmiah ke dalam proses belajarmengajar di kelas. Walaupun masih ada beberapa yang terkesanmemaksakan untuk prakteknya, namun hal itu menunjukkanpemahaman guru terhadap pendekatan ilmiah.”67

Senada dengan pernyataan bapak kepala sekolah, sengaja kami

melakukan observasi terhadap implementasi pendekatan saintifik pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dimana proses

belajar mengajar dilakukan secara outdoor. Di awal pertemuan guru

melakukan presensi dan memberikan motivasi kepada siswa, dilanjutkan

dengan kegiatan inti berupa penyampaian tujuan pembelajaran secara

umum dan khusus. Guru menstimulasi siswa dengan guru memberikan

peragaan membaca ayat al Qur’an. Dilanjutkan proses tanya jawab antar

guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Setelah proses tanya jawab

67 W(S1)a

99

selesai, dilanjutkan dengan pembentukan kelompok kecil, yang diberi

tugas sesuai materinya yaitu analisis Qur’an Surat An Nur ayat 2.

Pertemuan selanjutnya, dilakukan proses mempresentasikan tugas yang

diberikan.68

Dari berbagai wawancara dan observasi yang kami lakukan, bahwa

guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah memahami

implementasi pendekatan ilmiah, meskipun ada beberapa catatan yang

harus dilakukan, diantaranya kreatifitas guru yang perlu ditingkatkan

supaya proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.

Sementara untuk pemahaman guru terhadap penilaian otentik,

terlihat dari beberapa wawancara dan observasi yang kami lakukan.

Disampaikan waka kurikulum dalam rapat briefing pagi:

“Penilaian kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP yang mencakuptiga aspek yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.Dimohon nilai bisa dikumpulkan ke bidang kurikulum, palinglambat tanggal 12 Desember 2013.”69

Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

terlihat pada wawancara yang kami lakukan terhadap bapak Heru Budi

selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti menyampaikan:

“Untuk penilaian sikap, kita mencoba membuat instrument sendiri,walaupun kami kurang tahu betul atau salah. Kalau penilaianketrampilan sudah ada instrumennya sejak lama.”70

68 O(S1)c69 W(S1)b170W(S1)c

100

Hal ini senada yang dilakukan oleh bapak Ashabul Khoir, bahwa

penilaian beliau lakukan sebanyak tiga ranah untuk setiap

kompetensinya. Walaupun merepotkan, namun tetap harus dilakukan.

Penilaian otentik yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan

ketrampilan difahami oleh guru pengampu mata diklat Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti, terbukti dari dokumen penilaian akhir

semester gasal (rapot semester gasal) yang ada di kurikulum,

menegaskan bahwa penilaian yang diberikan dari pengampu mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup tiga (3) ranah.

B. Respon Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013

1. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang

Pemberlakuan kurikulum 2013 yang dimulai bulan Juli 2013,

memunculkan berbagai ragam tanggapan baik yang memberikan kritik

dan menerima dengan pemikiran terbuka terhadap kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah

bahwa:

“SMK Telekomunikasi Tunas Harapan merupakan salah satusekolah di Kabupaten Semarang yang diminta menerapkankurikulum 2013 mulai bulan Juli 2013 kemarin. Saya yakin teman-teman guru memiliki ragam pendapat mengenai perubahankurikulum ini. Hal ini wajar, karena perubahan yang mendasarterlihat pada pola dan cara mengajar guru berikut penilaiannya.”71

71W(S1)a

101

Senada dengan ini, wakil kepala sekolah bidang kurikulum

menyampaikan pendapatnya, sebagai berikut;

“Perubahan kurikulum ini membuat kami agak kerepotan, terutamamenyikapi perubahan beban dan struktur kurikulum 2013.Beberapa mata pelajaran ditiadakan dan diadakan pengurangan jamtatap muka, seperti mata pelajaran KKPI, IPA dan IPS. Demikianpula dengan penambahan beban jam pelajaran, sehinggamengharuskan siswa kelas X untuk memiliki beban 52 jam dalamseminggu, padahal siswa kelas XI dan XII hanya 47 jam. Sehinggajadwal kepulangan siswa pun mengalami perbedaan, disesuaikandengan beban jam masing-masing.”72

Perbedaan waktu pulang siswa, mengurangi semangat belajar siswa

dan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini terjadi pada hari

sabtu, dimana siswa kelas XI dan XII hanya memiliki 4 (empat) jam

pelajaran, sementara kelas X masih harus belajar sampai jam ke 9

(Sembilan).

Perubahan beban jam mengajar, terlihat ada beberapa perubahan

jam seperti mata pelajaran Penjas dan Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti yang semula 2 jam menjadi 3 jam seminggu, Bahasa Indonesia

yang semula 2 jam, menjadi 4 jam.

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum pun menyampaikan;

“Perubahan jam yang signifikan terjadi di kurikulum 2013 ini,sehingga dengan terpaksa kami menambah jam belajar siswa dihari sabtu sampai jam 15.00, walaupun KTSP hanya sampai jam10.15. Perubahan jam tersebut pada mata pelajaran Penjaskes,Pendidikan Agama Islam menjadi 3 jam. ”73

72W(S1)b73W(S1)b

102

Perubahan jam dari struktur KTSP menjadi kurikulum 2013,

membawa perubahan kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti yang semula dua (2) jam perminggu menjadi tiga (3)

jam perminggu dengan satuan 45 menit perjamnya.

Wawancara yang kami lakukan kepada pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islamdan Budi Pekerti, Bapak Ashab,

menyampaikan:

“Penambahan jam menjadi 3 jam per minggu, memberikankeleluasaan waktu pada kami untuk lebih meningkatkan praktekibadah dan membenahi sikap siswa. Walaupun materi yangdiberikan dalam silabus lebih sedikit dibanding KTSP, namun lebihaplikatif dalam kehidupan siswa sehari hari.”74

Respon positif pun kami peroleh dari bapak Heru, selaku

pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,

yang menyatakan bahwa pemerintah sangat bijaksana ketika menambah

jam tatap muka untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti. Guru pengampu pun mampu berekspresi untuk penambahan

praktik ibadah siswa terutama praktik membaca al Qur’an.75

Pemberlakuan kurikulum 2013 terutama berkaitan dengan

penambahan jam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti ditanggapi positif oleh dua (2) guru pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Intensitas pertemuan yang

74W(S1)c75 W(S1)c

103

banyak, mampu membuat guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti memberikan treatment praktek ibadah kepada siswa..

Berkenaan dengan buku pegangan siswa dan guru, pemerintah

menjanjikan akan menerbitkan buku tersebut secepatnya, tetapi yang

terjadi di lapangan, pembelajaran satu tahun hampir berakhir, buku yang

dijanjikan belum juga ada. Sehingga, keluhan dari guru pengampu mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berkenaan dengan

kesiapan pemerintah menerbitkan regulasi kurikulum 2013 tidak

dibarengi dengan kesiapan yang matang.

Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah:

“Untuk anggaran pembelanjaan dana BOS diharapkan digunakanuntuk pembelian buku siswa dan guru. Anggaran ini baru terealisirawal tahun 2014. Namun, sampai bulan ini, Mei 2014, bukupegangan siswa dan guru belum juga datang. Inilah yang menjadiproblem terbesar yang menghalangi pelaksanaan kurikulum 2013berjalan lancar.”76

Ketika hal ini kami konfirmasi kepada petugas perpustakaan, Ibu

Nuning Widiastuti, menyampaikan:

“Uang dari dana BOS sudah dianggarkan untuk melakukanpembelian 8 (delapan) mata pelajaran, namun sampai bulan ini,Mei 2014 belum ada kelanjutannya. Siswa sudah menanyakankedatangan buku tersebut.”77

Walaupun buku pegangan siswa dan guru belum datang, sekolah

memiliki inisiatif untuk mengambil buku dari internet, kemudian

memperbanyak sebanyak 30 (tiga puluh) buah. Namun, keluhan dari

76W(S1)a77 W(S1)e

104

siswa dan guru pun terdengar, karena, jumlah buku yang diperbanyak

tidak mampu memenuhi kebutuhan siswa. Setiap selesai pembelajaran,

buku harus dikembalikan ke perpustakaan, karena akan digunakan kelas

lain. Seperti yang disampaikan Enadevita, siswa kelas XF:

“Setiap kali pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti,kami mengambil buku yang ada di perpustakaan dan setelah selesaikami mengembalikannya. Sebenarnya kami masih membutuhkanbuku sebagai salah satu sumber belajar dan mengerjakan tugas dirumah, namun buku tidak ada di tempat kami, sehingga kesulitan-kesulitan muncul.”78

Keluhan guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti terhadap pemberlakuan kurikulum 2013, memang

dianggap wajar karena pemberlakuan kurikulum 2013 tanpa kesiapan

yang matang dari berbagai pihak. Pelatihan yang diberikan kepada guru-

guru pun terbatas kepada guru mata pelajaran tertentu. Terbukti, di awal

tahun 2013, dinas pendidikan hanya menunjuk guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia, Matematika dan Sejarah untuk mengikuti pelatihan

tersebut. Sementara itu, pemberlakuan kurikulum 2013 untuk kelas X

harus tetap dilaksanakan.

Kerepotan guru dalam menerapkan penilaian otentik (authentic

assessment) terlihat pada saat penentuan dalam pembuatan rapot

semester gasal. Nilai yang terkumpulkan dari semua guru mata pelajaran

terdiri dari nilai sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Berikut tanggapan

yang disampaikan staf kurikulum bapak Arif Lestiyono, sebagai berikut:

78 W(S1)f

105

“Kurikulum 2013 ini dari segi penilaian sangat merepotkan kamiselaku staf kurikulum yang harus membuat program penilaian yanghasilnya akan kami laporkan kepada orang tua.”79

Perubahan sikap siswa dianggap merupakan bagian dari pengaruh

diberlakukannya penilaian otentik (authentic assessment). Hal ini

terungkap dari berbagai pendapat yang disampaikan beberapa guru di

sela-sela pelaksanaan rapat pleno kenaikan kelas. Ditambahkan oleh

waka kesiswaan:

“Pelanggaran terhadap aturan sekolah sangat minim terjadi padaanak kelas X, mungkin pemberlakuan authentic assessmentmerubah pola dan perilaku hidup mereka. Ketika diprosentasi,paling hanya sekitar 10% siswa melakukan pelanggaran dibandingsiswa kelas XI dan XII.”80

Kurikululum 2013 menuai tanggapan positif dan kritikan yang

disampaikan dari berbagai sisi. Walaupun keluhan dan kelebihan

pemberlakuan kurikulum 2013, guru pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tetap optimis dapat

melaksanakan amanat yang tertera dalam Undang Undang No 65 dan 66

tentang kurikulum 2013 dengan baik.

2. SMK Negeri 1 Tengaran

Implementasi kurikulum 2013 baik dari sisi pendekatan ilmiah

(scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) telah

dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tengaran mulai bulan Juli 2013.

Tanggapan positif maupun negatif dari guru dan siswa dengan

79 W(S1)d380 W(S1)b2

106

pemberlakuan kurikulum yang baru, namun pemberlakuan kurikulum

2013 tetap berjalan. Seperti yang diungkapkan Ibu kepala sekolah:

“Pemberlakuan kurikulum 2013 di jalankan di SMK Negeri 1Tengaran mulai juli 2013 yang lalu, walaupun banyak keluhan daripara guru dengan kurikulum 2013 tersebut. Namun, kita selakusekolah yang ditunjuk dari dinas Pendidikan kab. Semarang untukmelaksanakannya sebaik mungkin.”81

Hal tersebut juga diungkapkan oleh waka kurikulum,

menyampaikan:

“Guru banyak mengeluhkan perubahan kurikulum tersebut,diantaranya implementasi scientific approach susah diterapkanuntuk mata pelajaran tertentu. Apalagi, authentic assessment sangatmerepotkan.”82

Berkaitan dengan penambahan jam yang diberlakukan kepada

beberapa guru mata pelajaran, seperti Bahasa Indonesia, Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti, Penjaskes dan mata pelajaran kelompok

C, waka kurikulum menyampaikan:

“Penambahan jam yang ada pada beberapa mata pelajaran tertentu,memberikan angin segar pada kita, karena jumlah guru kita kuranglebih 90 (Sembilan puluh) orang, sehingga pembagian jam merata.Ini berpengaruh pada guru yang sertifikasi, karena tidak perlumencari jam tambahan dari sekolah lain, untuk memenuhikebutuhan jam minimal.”83

Ternyata penambahan jam memberikan pengaruh yang positif juga

dirasakan oleh ibu Nur Sholikhah selaku pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti:

“Penambahan waktu untuk mata pelajaran Pendidikan AgamaIslam dan Budi Pekerti, kami merasa diuntungkan terutamapemenuhan treatment kepada siswa yang belum bisa membaca al

81W(S2)182 W(S2)2a83W(S2)2a

107

Quran, bisa kami masukkan di jam pembelajaran. Tidak sepertitahun kemarin, kami butuh waktu di luar jam untuk membimbingsiswa membaca al Qur’an.”84

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Fathan, S.Pd.I, bahwa

penambahan waktu yang semula dua (2) jam menjadi tiga (3) jam

perminggu, mampu membawa perubahan pada sikap keberagamaan

siswa terutama dari kesadaran pelaksanaan sholat fardlu. Materi yang ada

pun mampu dijelaskan secara leluasa dan mendalam.85

Tanggapan positif disampaikan oleh pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mengenai penambahan waktu

tatap muka setiap minggunya. Materi yang diberikan bisa disampaikan

secara maksimal, selain itu treatment praktek ibadah mampu terlaksana.

Pengiriman buku yang terlambat dari distributor pun

mempengaruhi proses belajar mengajar. Keluhan dari siswa tentang hal

ini, diungkapkan oleh Satria, siswa kelas 1RPL2, menyampaikan:

“Kami mengalami kesulitan ketika akan mengerjakan tugas dariguru, karena panduan secara resmi belum kami dapatkan. Padahal,lembar kreatifitas siswa pun tidak ada. Untuk mengatasi ini, seringkami browsing materi di internet, selesai proses pembelajaran.”86

Bu Nur Sholikah selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti menyampaikan hal yang sama. Seperti

yang disampaikan:

“Kami juga kesulitan memberikan tugas kepada siswa, karena bukubelum turun juga sampai sekarang (Mei 2014). Sehingga kamimemberikan alternatif lain kepada siswa dengan memberikan softfile. Namun kendalanya, untuk jurusan lain selain RPL, siswa

84 W(S2)385 W(S2)3

86W(S2)6

108

kurang begitu memahami soft file dari materi tersebut karenakurang pemahaman mereka tentang komputer.”87

Beragam cara ditempuh guru untuk menyampaikan materi itu

kepada siswa supaya proses belajar mengajar berjalan dengan baik,

seperti yang disampaikan oleh Ibu kepala sekolah:

“Kami memberikan kebebasan kepada setiap guru untukmemberikan materi itu kepada siswa. Sehingga pemesanan LKSpun kami ijinkan, karena sampai hari ini (Mei 2014) buku belumsampai.” 88

Selain respon positif terhadap pemberlakuan kurikulum 2013

terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

terutama perubahan struktur kurikulum berupa penambahan jam, namun

keluhan muncul dari kurangnya sarana prasarana pendukung berupa buku

teks pelajaran. Ini bagian dari kekurangsiapan pemerintah pusat dengan

belum terdistribusinya buku pegangan guru dan siswa ke setiap sekolah.

Berkaitan dengan implementasi pendekatan ilmiah (scientific

approach), tidak semua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti mampu mengaplikasikan dengan baik,

sebagaimana acuan yang ada di dalam undang-undang no 65. Hal itu

terjadi karena beberapa faktor yang menjadi kendalanya. Seperti yang

disampaikan Ibu Nur Solichah, pendekatan ilmiah mampu dilaksanakan

pada semua program keahlian kecuali pada program keahlian Teknik

Sepeda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan. Keaktifan siswa yang

87 W(S2)388 W(S2)1

109

menjadi kendalanya. Siswa dari program keahlian Teknik Sepeda Motor

dan Teknik Kendaraan Ringan cenderung pasif, bahkan diskusi

kelompok kecil tidak bisa terlaksana dengan baik.89

Keluhan ini juga sempat disampaikan oleh waka kurikulum,

seperti yang disampaikan:

“Banyak guru yang mengeluh dengan implentasi ilmiah ini, karenasecara umum kita dipaksa harus melaksanakan, sementara dariberbagai sisi kami belum siap.”90

Keaktifan siswa sangat membantu implementasi pendekatan

ilmiah, karena langkah yang harus dilakukan guru yaitu proses menanya,

mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Apabila siswa

kesulitan untuk diajak aktif selama proses tersebut, maka implementasi

pendekatan ilmiah tidak bisa dilakukan. Hal ini terjadi pada program

keahlian tertentu, program keahlian Teknik Sepeda Motor dan Teknik

Kendaraan Ringan belum bisa dilaksanakan secara maksimal.

Penilaian otentik merupakan bagian yang harus dilakukan oleh

pelaksana kurikulum 2013. Dibandingkan dengan pendekatan saintifik

dalam proses belajar mengajar, lebih banyak keluhan guru pada penilaian

otentik ini. Terlihat kerepotan dari berbagai pihak untuk

mengimplementasikannya dengan baik.

Berbeda halnya dengan Ibu Nur Sholikah, pengampu Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti menyampaikan:

89 W(S2)390 W(S2)2a

110

“Dari pemerintah memang belum menyampaikan form yang harusdiisi dari setiap penialain yang ada, namun khusus pendidikanagama dan budi pekerti, kami coba-coba membuat sendiri, yangpenting seluruh penilaian yang tercantum dalam undang-undang no66 terpenuhi. Selain itu penilaian otentik ini memberikan pengaruhyang positif terhadap sikap siswa, karena siswa mengerti bahwaguru menilai sikap mereka baik di kelas maupun di luar kelas.”91

Kerepotan penilaian otentik disampaikan juga oleh Bapak Joko

selaku waka kurikulum:

“Semester gasal kemarin kita hanya mencoba menerjemahkansendiri dari 3 ranah penilaian itu, karena pemerintah juga belummengeluarkan form secara resmi untuk rapot.”92

Dari ketiga ranah penilaian yang ditetapkan, keluhan lebih banyak

pada ranah penilaian sikap, karena penilaian pengetahuan dan

ketrampilan sudah sering digunakan terutama pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Seperti yang diungkapkan

oleh bapak Fathan, menuturkan bahwa penilaian sikap yang harus

diberikan pada siswa terlalu merepotkan dengan berbagai form yang

harus disediakan.93

Guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti mengeluh tentang pelaksanaan penilaian otentik yang dianggap

merepotkan, terutama pada penilaian sikap.

Dari berbagai observasi dan wawancara di atas, secara

keseluruhan, bisa kami sampaikan beberapa hal, diantaranya, tanggapan

positif dari guru dan siswa dengan pemberlakuan kurikulum 2013,

karena merupakan bagian dari peraturan pemerintah yang harus

91 W(S2)392 W(S2)2a93W(S2)3

111

dijalankan. Implementasi pendekatan saintifik tidak bisa sepenuhnya

terlaksana karena beberapa faktor, diantaranya sarana, kemampuan guru

dan kreatifitas guru serta siswa. Berbeda dengan penilaian otentik,

menurut mereka terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang banyak

untuk mengolahnya.

112

BAB IV

IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC) DANAUTHENTIC ASSESMENT (PENILAIAN OTENTIK) PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DIKURIKULUM 2013

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dengan metode wawancara,

observasi dan dokumentasi, data akan dianalisis dengan pendekatan dan teknik

kualitatif eksploratif.Peneliti mengidentifikasi nara sumber yang ada berdasarkan

kepentingan penelitian dan mencatat kejadian-kejadian. Dari kategori-kategori itu

peneliti mengembangkan konsep sesuai keadaan yang ada di lapangan.

Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha mencari

ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru. Kurikulum 2013 merupakan

kebijakan baru sehingga belum banyak yang mengungkap dan melakukan

penelitian tentang pendekatan ilmiah maupun penilaian otentik.

A. Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific) Pada Mata PelajaranPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Sebagaimana yang telah penulis paparkan pada landasan teori,

bahwa perubahan terhadap empat standar pendidikan pada kurikulum 2013

mengacu pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian

pembelajaran dan standar kelulusan. Sementara itu, standar pembiayaan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan dan

standar sarana prasarana tidak mengalami perubahan.

Sesuai dengan fokus kajian penelitian tentang implementasi

113

pendekatan ilmiah (scientific) pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti, kami akan mengacu pada permendikbud No 65

Tahun 2013 tentang Standar Proses terutama mnegenai prinsip

pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013,

Implementasi pendekatan ilmiah (scientific) kami dapatkan dari

metode observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran dan SMK Negeri 1 Tengaran.

1. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran

Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 terletak pada

standar kelulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Dalam

proses belajar mengajar, guru harus menerapkannya ketika berinteraksi

dengan siswa. Permendikbud No 65 tentang standar proses telah

ditentukan proses belajar mengajar meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan

penutup.

Menurut hasil wawancara dengan Mei Intan siswa kelas XD

Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, menyampaikan:

“Biasanya Bapak Heru itu kalau mengajar diberi tugas kelompokuntuk diskusi, yang sebelumnya disuguhkan film tentang dakwahnabi Muhammad SAW periode Madinah, yang kebetulan materinyaSubstansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah. Saya masukkelompok 2, kemudian kami diberi waktu untuk mendikusikantentang strategi dakwah nabi di Madinah. Pertemuan selanjutnya,kami diminta mempresentasikannya di depan kelas dan diadakantanya jawab.”94

94W(S1)f

114

Demikian juga ketika salah satu siswa jurusan Rekayasa Perangkat

Lunak kelas XA Adam Rizananda ditanya hal yang sama yakni proses

belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,

menyampaikan:

“Untuk semester genap kami telah dibagi tugas setiapkelompoknya. Satu kelas dibagi menjadi empat (4) kelompok,dimana masing masing kelompok memiliki tugas untuk membahassetiap judul bab. Saya sudah menyelesaikan tugas karena termasukkelompok 1 y aitu membahas materi tentang perintah dalam ayatmencari ilmu. Untuk sekarang, baru sampai kelompok 3 yaitutentang Wakaf. Waktu itu kami diminta mencari materi di internetdan buku yang ada di perpustakaan, kemudian kami mendiskusikandengan teman kelompok dan membuat laporan tugas dalam bentukpower point. Setelah pertemuan selanjutnya kamimempresentasikannya.”95

Pendapat lain yang berhasil peneliti temukan ketika menanyakan

tentang pelaksanaan permen No 65 tentang standar proses kepada siswa

kelas XB jurusan Rekayasa Perangkat Lunak B’tari Alma, katanya:

“Pak Aab itu kalau ngajar enak, suka pindah pindah tempat, tidakhanya di kelas, kadang di samping lapangan basket, kadang dimasjid habis sholat dhuhur. Untuk materi yang baru diajarkansekarang tentang wakaf. Kemarin kita diminta melihat video karyasiswa jurusan Multi Media kelas XI, videonya lucu tapi mengena,diantaranya tentang anjuran melakukan wakaf. Kemudian, kitadibagi menjadi empat kelompok, diantara masing-masingkelompok mengkaji pengertian, hukum, syarat-syarat wakaf danhikmah wakaf. Kita diskusikan tugas masing masing kelompok danmembuat catatan penting. Pertemuan minggu berikutnya kitamempresentasikannya tanpa membaca teks, tidak menggunakanmetode hafalan tapi pemahaman kita. Pada saat presentasi adatanya jawab, diteruskan dengan membahas semua materi yang ada.Untuk pertemuan selanjutnya diagendakan ada ulangan lisan dantertulis.”96

95 W(S1)f96 W(S1)f

115

Sedangkan berdasarkan hasil observasi penulis pada proses belajar

mengajar oleh Bapak Ashabul Khoir, S.Pd.I pada Selasa, 22 April 2014

kelas XH Jurusan Multimedia jam ke 3, 4 dan 5, sebagai berikut:

1) Jam 08.35 – 09.15 Guru masuk kelas, memimpin doa,melakukan presensi dan meminta tagihan tugas kelompokselama libur UN kelas XII

2) Jam 09.15-09.30 Istirahat3) Jam 09.38-10.00 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

pokok pokok materi yang harus dikuasai siswa4) Jam 10.00-10,30 Guru meminta siswa menelaah dan

menginventarisir barang berharga yang menjadi miliknya danmelihat bagaimana praktik sedekah dan zakat yang ada didaerahnya

5) Jam 10.30-10.52 Guru menstimulasi siswa untuk bertanyatentang kegunaan dan cara memanfaatkan barang yang dimilikisesuai ajaran agama Islam.

6) Jam 10.52-11.03 Pembagian kelompok berikut pemberiantugas kelompok sesuai tema masing-masing.97

Observasi ini kami lanjutkan pada pertemuan berikutnya yaitu pada

Selasa 29 April 2014, sebagai berikut:

1) Jam 08.32-08.45 Guru melakukan presensi, menyesuaikanposisi tempat duduk sesuai kelompok siswa

2) Jam 08.45-09.15 Guru meminta siswa menyiapkankelompoknya untuk presentasi

3) Jam 09.15-09.30 Istirahat4) Jam 0930-11.05 Presentasi dan tanya jawab antar kelompok

secara bergantian98

Sementara itu, hasil observasi terhadap proses belajar mengajar

yang dilakukan oleh Bapak Heru Budi Wiyatno, S.Ag pada Sabtu, 26

April 2014, sebagai berikut:

1) Jam 12.35-13.15 Guru melakukan prsesensi dan memintasiswa membersihkan kelas

97 O(S1)c98O(S1)c

116

2) Jam 13.15-13.28 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi tentang Substansi dan Strategi Dakwah PeriodeMadinah

3) Jam 13.28-14.10 Guru memutarkan film tentang dakwah nabidi Madinah dengan tiga film yang berbeda, guru memintasiswa mengamati tanyangan yang ada dengan LCD Proyektor

4) Jam 14.10-14.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanyatentang film yang telah diputar tadi

5) Jam 14.35-14.50 Guru membagi kelompok sesuai tugas yangada, dibagi menjadi 3 kelompok dengan metode jigsaw99

Peneliti melanjutkan observasi pada pertemuan selanjutnya, pada

Sabtu, 3 Mei 2014, sebagai berikut:

1) Jam 12.33-12.40 Guru memimpin berdoa dan melakukanpresensi, meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya

2) Jam 12.40-13.10 Guru meminta siswa berdiskusi yangmemiliki tugas yang sama sebelum kembali ke kelompoknya.

3) Jam 13.10-13.28 Guru meminta siswa kembali kekelompoknya menjadi kelompok ahli

4) Jam 13.28-14.35 Guru Setiap kelompok mempresentasikantugasnya dengan tanya jawab

5) Jam 14.35-14.55 Guru bersama dengan siswa menyimpulkanmateri

6) Jam 14.55-14.59 Guru memberikan rencana pertemuanselanjutnya yaitu penilaian tertulis.100

Pernyataan yang disampaikan Bapak Heru Budi Wiyatno, S.Ag,

berkenaan dengan implementasi pendekatan saintifik dalam mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sebagai berikut:

“Saya mengajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti hanyadua (2) kelas yaitu kelas XD dan XE. Sebisa mungkin, saya akanpahami dan terapkan sesuai kemampuan saya.” 101

Dari hasil observasi di atas menggambarkan guru menggunakan

langkah awal dalam pembelajaran dengan meminta siswa mengamati

99 O(S1)c100 O(S1)c101W(S1)c

117

tayangan gambar, film atau video, buku pegangan siswa maupun sumber

belajar yang lain. Pernyataan ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan

Rizki Zulva, siswa kelas XD, sebagai berikut:

“Kebanyakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam danBudi Pekerti yang diampu oleh Bapak Heru, kita disuguhkandengan film-film yang menggambarkan tentang materi yang ada.Film yang paling berkesan menurut saya ketika melihat peristiwahijrahnya nabi Muhammad SAW ke Madinah.”102

Demikian juga ketika peneliti mewawancarai siswa Tya Ariani

siswi kelas XJ jurusan Multimedia menyampaikan:

“Sebelum Pak Aab meminta kita (para siswa) untuk berdiskusikelompok, biasanya kita diminta mempelajari dan membaca bukupegangan siswa, kadang juga buku ensiklopedi yang sesuai denganmateri yang diajarkan. Beberapa kali, kita diperlihatkan videokarya kakak kelas.”103

Langkah kegiatan inti yang pertama yaitu mengamati,

diimplementasikan guru dengan memanfaatkan teknologi informasi yang

sesuai dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013.

Hal ini sesuai dengan Bab IV Pelaksanaan Pembelajaran yang

berkaitan dengan Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang

meliputi Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran, Buku Teks

Pelajaran dan Pengelolaan Kelas.104

Alokasi waktu yang diharapkan yaitu 45 menit setiap jam tatap

muka pembelajaran untuk SMK/SMA sudah dilaksanakan sesuai aturan

yang ada. Walaupun masih dibutuhkan kedisiplinan guru untuk mengawali

pembelajaran sesuai waktu yang telah ditetapkan. Beberapa faktor menjadi

102 W(S1)f103 W(S1)f104Salinan lampiran Permendikbud No 65….

118

pemicu ketidakdisiplinan masuk tepat waktu. Pengelolaan kelas yang

meliputi guru melakukan pengaturan tempat duduk di awal pembelajaran,

dan penggunaan ruang selain kelas formal yang digunakan dijalankan

sesuai harapan. Kekurangan yang ada yaitu volume dan intonasi suara

guru ketika di luar ruang kelas formal perlu ditingkatkan.

Dalam kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan siswa secara psikis

dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memberi motivasi

belajar siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

yang akan dicapai.105

Dari observasi yang kami peroleh, kami mendapatkan bahwa guru

melaksanakan serangkaian proses yang dimulai dari memberikan motivasi

dan menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Sehingga penyimpangan terhadap Permendikbud No 65 tentang Kegiatan

Pendahuluan tidak nampak dan berjalan dengan baik.

Proses menanya, telah diimplementasi walaupun masih dibutuhkan

stimulus dari guru untuk mengarahkan proses ini berjalan dengan lancar,

guru perlu memberikan rangsangan supaya siswa bertanya setelah

mengamati materi yang disuguhkan. Gurupun memberikan rangsangan

nilai tambahan bagi siswa yang aktif. Ketika peneliti mengkonfirmasi

kenyataan ini kepada guru pengampu baik Bapak Ashab maupun Bapak

Heru, mereka memiliki kesamaan jawaban, diantaranya:

“Siswa kelas X merupakan siswa yang heterogen dari berbagaidaerah, sehingga dibutuhkan adaptasi dan penyamaan persepsi di

105Salinan Lampiran Permendikbud No 65….

119

antara mereka. Kebiasaan lama yang dimiliki siswa ketika SMPyaitu menerima materi dengan metode ceramah tanpa dimintamengkritisi yang telah mereka terima. Faktor lain, juga dikarenakankesiapan siswa menerima materi baru yang belum pernah merekadengar. Selain itu, kemampuan untuk mengungkapkan pendapatsangat rendah.”106

Berbagai kekurangan yang tampak dari observasi dan wawancara

yang kami dapatkan, tidak sesuai dengan pendapat dari Kenneth bahwa

The Scientific Method is a process for experimentation that is used to

explore observations and answer question.107Walaupun berbagai faktor

yang melatarbelakangi kegiatan inti kedua yaitu menanya tidak berjalan

seperti harapan, tetapi guru mempunyai usaha untuk menstimulasi

kegiatan tersebut.

Langkah ketiga dalam kegiatan inti yaitu mengeksplorasi, dimana

siswa diminta mencari, menemukan atau mendapatkan materi, yang

dikenal dengan istilah discovery learning, merencanakan aktivitas belajar,

melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan

produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain (project based

learning), dan siswa untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan

membangun pengetahuannya (problem based learning). Berbagai macam

model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan, kelebihan dan

kekurangan masing-masing.

Discovery learning merupakan suatu cara mengajar yang

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,

106 W(S1)c107Mc Guire, Using…

120

diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat

belajar sendiri.108

Untuk kegiatan mengeksplorasi, guru cenderung menggunakan

discovery learning dimana siswa diminta untuk mencari dan menemukan

sendiri materi sesuai tema yang sedang diajarkan, dengan membentuk

kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Selama proses itu, sumber belajar

bisa diambil dari banyak tempat. Terkadang kendala muncul, ketika siswa

membutuhkan jaringan internet, namun pada saat bersamaan ada ujian

online untuk siswa dari kelas lain. Hal ini disampaikan oleh Bapak Heru,

sebagai berikut:

“Kami sering meminta siswa mencari materi di internet, namunbersamaan dengan ujian online kelas lain, sehingga loadingmaterinya susah. Siswa memiliki alternatif lain, biasanya merekamembawa modem ke sekolah, untuk mengantisipasi kejadianseperti ini. Pendekatan discovery learning paling cocok diterapkanpada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dibanding dengan duapendekatan lainnya.”109

Selama proses mengeksplorasi, terlihat ada proses mengasosiasi

materi antar siswa dalam kelompok kelompok kecil maupun dalam

kegiatan mengkomunikasikan berupa presentasi kelompok. Durasi yang

ditentukan menyesuaikan kebutuhan kelompok dan kelas untuk

menyelesaikan prosesnya.

Kegiatan inti yang berikutnya berjalan dengan sempurna, dimana

guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok-

kelompok tersebut melakukan kegiatan menemukan materi sesuai tugas

108Roestiyah, Strategi…109W(S1)c

121

yang diberikan kemudian menyamakan persepsi di antara mereka dan

mempresentasikan hasilnya.

Dibandingkan kegiatan inti yang lain, mengeksplorasi, mengosiasi

dan mengkomunikasi memiliki tingkat pelaksanaan yang tinggi. Durasi

waktu yang dibutuhkan lebih banyak dibanding yang lain. Bahkan, proses

ini membutuhkan waktu sampai 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

Kegiatan mengasosiasi, mengeksplorasi dan mengkomunikasi

memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa terutama keaktifan siswa

dalam kelompoknya, keberanian mengungkapkan ide dan gagasan dan

keberanian menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

Hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Suherman, bahwa

keunggulan Discovery Learning diantaranya siswa aktif dalam kegiatan

belajar dan melatih siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan metode

penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai

konteks.110

Langkah kegiatan inti yang terakhir yaitu menyimpulkan, dimana

siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Kenyataan yang ada, biasanya guru yang lebih mendominasi kegiatan ini.

Terlihat Pak Heru dan Pak Ashab menyimpulkan materi lebih banyak

dibandingkan dengan siswa. Ketika kami konfirmasi mereka

menyampaikan:

“Biasanya kita agak terburu-buru ketika tahu bahwa waktu hampirhabis, sementara rangkaian kegiatan belum semua kita laksanakan,

110 Suherman, Common…

122

jadi untuk kegiatan menyimpulkan lebih banyak kami yangmelakukan.”111

Ada kesesuaian antara Permen No 65 tentang standar proses belajar

mengajar yang diarahkan menggunakan pendekatan saintifik dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh Musyawarah Guru Pendidikan

Agama Islam SMK Telekomunikasi, diantaranya:

A. Langkah-langkah PembelajaranNo. Kegiatan Waktu

1. Pendahuluana. Membuka pembelajaran dengan dengan salam

dan berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorangpeserta didik dengan khusuk

b. Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisilembar kehadirandan memeriksa kesiapan siswauntuk mengikuti kegiatan pembelajaran;

c. Mengajukan pertanyaan secara komunikatifberkaitan dengan tema

d. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yangakan dicapai;

e. Menyampaikantahapan kegiatan yang meliputikegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,berdiskusi, mengkomunikasikan denganmenyampailan, menanggapi dan membuatkesimpulan hasil diskusi

20 menit

111 W(S1)c

123

No. Kegiatan Waktu

2. Kegiatan Inti

a. Mengamati- Mencermati bacaan teks tentang substansi dan

strategi dakwah Rasullullah SAW diMadinah

- Meyimak penjelasan materi tersebut di atasmelalui tayangan video atau media lainnya.

b. Menanya- Apa substansi dakwah Rasulullah di

Madinah?- Apa strategi dakwah Rasulullah di Madinah?

c. Mengeksperimen/Mengexplorasi- Peserta didik mendiskusikan substansi dan

strategi dakwah Rasullullah SAW diMadinah.

- Guru mengamati perilaku semangat ukhuwahsebagai implementasi dari pemahamanstrategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.

- Guru berkolaborasi dengan orang tua untukmengamati perilaku semangat ukhuwahsebagai implementasi dari pemahamanstrategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah.

d. Asosiasi- Membuat kesimpulan materi substansi dan

strategi dakwah Rasullullah SAW diMadinah.

e. Komunikasi.- Mempresentasikan /menyampaikan hasil

diskusi tentang materi substansi dan strategidakwah Rasullullah SAW di Madinah.

145 Menit

3. Penutupa. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan

mengajukan pertanyaan atau tanggapan pesertadidik dari kegiatan yang telah dilaksanakansebagai bahan masukan untuk perbaikan langkahselanjutnya

b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut denganmemberikan tugas baik cara individu maupunkelompok bagi peserta didik yang menguasaimateri

15 Menit

124

No. Kegiatan Waktu

c. Menyampaikan rencana pembelajaran pada per-temuan berikutnya.112

Durasi waktu yang telah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran mengalami pergeseran, dikarenakan menurut pengamatan

peneliti terdapat beberapa faktor diantaranya kondisi kesiapan siswa,

kesiapan ruang kelas maupun kondisi mata pelajaran yang berlangsung

sebelum dan sesudahnya. Seperti terlihat proses kegiatan belajar yang

diampu oleh Bapak Ashab dan Bapak Heru pada kegiatan pendahuluan

yang waktu yang ditetapkan 20 menit, namun pada kenyataannya kegiatan

pendahuluan membutuhkan waktu 40 menit, karena ada penagihan tugas

setelah siswa libur UN. Hal itu juga terjadi pada pada proses belajar

mengajar yang diampu oleh Bapak Heru, yang membutuhkan waktu 40

menit di awal karena meminta siswa untuk membersihkan ruangan.

Sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam

Salinan Lampiran Permendikbud No 65 tentang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran disebutkan bahwa komponen RPP terdiri dari identitas

sekolah, identitas mata pelajaran, materi, alokasi waktu, tujuan

pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode, mdia

pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembalajaran dan

penilaian.113

112 D(S1)3113 Salinan Lampiran Permendikbud No 65…

125

Dari RPP yang kami dapatkan, terdapat kesesuaian antara RPP

yang dimiliki guru pengampu PAI dan Budi Pekerti dengan aturan yang

terdapat di dalam Permendikbud No 65.

Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sesuai dengan

Permendikbud No 65 tahun 2013, diantaranya guru bukan satu-satunya

sumber belajar. Hal ini terlihat pada observasi peneliti, guru sering kali

meminta siswa untuk mencari materi yang telah ditentukan melalui

internet maupun buku di perpustakaan. Selaras juga dengan kutipan

wawancara peneliti kepada petugas perpustakaan Ibu Nuning Widiastuti,

A.Md, menyampaikan:

“Pada jam-jam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pakHeru dan pak Aab sering meminta siswa meminjam buku, baikbuku pegangan siswa maupun sumber belajar yang lain, sepertikoran maupun majalah. Bahkan satu (1) jam siswa dimintalangsung ke perpustakaan untuk mengakses materi baik melaluiinternet maupun buku, sampai perpustakaan penuh dengansiswa.”114

Pengaturan tempat duduk bagi siswa dilakukan untuk

mengoptimalkan proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Hal ini

sudah dilakukan oleh Pak Heru dan Pak Ashab pada kegiatan

pendahuluan. Namun, perlu ada kreatifitas guru untuk menatanya dengan

rapi dan tertib. Sesuai observasi peneliti, pengaturan tempat duduk

dilakukan ala kadarnya, tanpa memperhatikan kebutuhan, keindahan dan

kenyamanan siswa dalam proses belajar mengajar. Keadaan ini juga

berlaku ketika pembelajaran dilakukan secara outdoor, yang dilakukan

114 W(S1)e

126

tanpa meja dan kursi yang memadai sehingga konsentrasi siswa mudah

pecah dan guru harus berulangkali mengingatkan siswa. Walaupun

pembelajaran outdoor perlu dilakukan untuk menghindari kebosanan,

seperti yang disampaikan Hamba Fikri Kelas XC, sebagai berikut:

“Sekali-kali kita butuh refresh dengan outdoor, karena keteganganbisa hilang. Biasanya dalam satu semester pak Aab 2 sampai 3 kalimelakukan outdoor. Walaupun, konsentrasi gampang hilang karenasuara Pak Aab kurang keras dan tempat untuk duduk dan diskusikurang mendukung. ”115

Proses belajar mengajar pada siswa jurusan Teknik Kendaraan

Ringan berbeda dengan jurusan yang lain. Kenyataan ini tampak ketika

peneliti melakukan observasi pada kelas XK, Rabu 23 April 2014 jam ke

7-9, sebagai berikut:

1) Jam 12.35 – 13.10 Guru membuka pelajaran, melakukanpresensi dan tagihan tugas selama libur

2) Jam 13.10 – 13.20 Guru menyampaikan tujuan, pokok materidan langkah pembelajaran

3) Jam 13.20 – 14.00 Guru meminta siswa mengamati tayanganvideo contoh praktek wakaf yang ada di masyarakat (sebagiansiswa tertidur, guru sudah mengingatkan dan meminta cucimuka, namun terjadi berulang-ulang)

4) Jam 14.00 – 14.15 Guru menstimulasi siswa bertanya denganmenyampaikan ada tambahan nilai bagi yang bertanya (namuntidak ada siswa yang bertanya)

5) Jam 14.15 – 14.28 Guru membentuk kelompok menjadi empat(4) kelompok

6) Jam 14.28 – 14.45 Guru mengarahkan dan menstimulasi siswauntuk berdiskusi tahap I dan menyampaikan rencanapertemuan selanjutnya diantaranya siswa diminta mencarimateri di rumah baik via internet maupun buku rujukan yanglainnya.116

115W(S1)f116 O(S1)c

127

Peneliti melanjutkan observasi pada pertemuan berikutnya, rabu,

30 April 2014 jam ke 7 – 9, sebagai berikut:

1) Jam 12.40 – 13.05 Guru membuka pelajaran, melakukanpresensi, memberikan motivasi ibadah terutama sholat dhuhur(ada beberapa siswa yang dihukum karena membolos shalatjamaah dhuhur)

2) Jam 13.05 – 13.26 Guru meminta tagihan pekerjaan rumahyang diberikan minggu lalu (hanya dua kelompok yang telahmenyelesaikan tugasnya) dan memberikan kesempatan untukmenyelesaikannya.

3) Jam 13.26 – 14.30 Guru meminta siswa mempresentasikantugas kelompoknya (diskusi hanya berjalan satu arah, karenatanya jawab hanya dilakukan oleh dua siswa yang sama setiapkelompok yang maju)

4) Jam 14.30-14.45 Guru dan menyimpulkan materi dan memintasiswa membersihkan kelasnya.117

Untuk menambah akurat hasil penelitian, peneliti melakukan

observasi pada Rabu, 14 Mei 2014 dengan materi yang berbeda yaitu

Strategi dan Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah, sebagai

berikut:

1) Jam 12.30 – 12.50 Guru membuka pelajaran, melakukanpresensi, memberikan motivasi ibadah dan memberikan contohpergaulan yang benar

2) Jam 12.50 – 13.05 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi yang akan diajarkan berikut langkah-langkahpembelajaran (siswa keberatan dengan metode diskusi, merekameminta guru supaya materi dijelaskan langsung tanpa adapembagian kelompok)

3) Jam 13.05 – 13.16 Guru memberikan pertanyaan seputarmateri (respon hanya sedikit)

4) Jam 13.16 – 14.15 Guru menjelaskan materi Substansi DakwahNabi periode Madinah

5) Jam 14.15 – 14.35 Guru menguji siswa dengan pertanyaanseputar materi yang telah diajarkan (respon siswa sudah lebihbanyak)

6) Jam 14.35 – 14.45 Guru memberikan kesimpulan denganmengajak siswa bersama.118

117 O(S1)c

128

Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak

Ashab selaku pengampu kelas XK, sebagai berikut:

“Kami kesulitan untuk menerapkan kurikulum 2013 terutama untuklangkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari mengamati,menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan danmengkomunikasikan. Siswa di jurusan Teknik Kendaraan Ringansecara umum pasif kalau diminta berdiskusi.”119

Ada perbedaan perlakuan antara siswa di jurusan Teknik

Kendaraan Ringan dengan siswa di jurusan yang lain. Untuk menemukan

jawabannya, peneliti melakukan wawancara dengan ketua Panitia

Penerimaan Siswa Baru (Bapak Hendra Christanto, S.Pd), menyampaikan:

“Input siswa jurusan TKR memang berbeda dengan siswa jurusanTKJ, RPL maupun MM. Siswa yang memilih jurusan TKRbiasanya memiliki jumlah nilai rapot maupun UN lebih rendahdibanding jurusan yang lain.”120

Hal senada juga disampaikan WAKA 1 Bapak Wisnu Handoko,

S.T, sebagai berikut:

“Posisi nilai siswa TKR dibanding dengan siswa jurusan lain lebihrendah, walaupun kita memberikan perlakuan yang sama, faktorutamanya dari input yang rendah.”121

Dengan melihat data di atas, maka implementasi pendekatan

saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di

SMK Telekomunikasi Tunas Harapan, dalam langkah-langkah proses

belajar mengajar meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengasosiasi dan mengkomunikasi telah mencerminkan aturan dalam

118 O(S1)c119 W(S1)c120 W(S1)d121 W(S1)b

129

permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Walaupun perlu

ada catatan, seperti pengelolaan kelas yang meliputi pengaturan suara

guru ketika proses belajar mengajar terjadi terutama setting tempatnya

berada di luar kelas formal dan proses menanya yang masih butuh

stimulus dari guru. Kelemahan yang muncul, pada saat implementasi ini

diterapkan pada kelas TKR, langkah-langkah ini, belum sepenuhnya bisa

dilakukan mengingat keterbatasan dari siswa dalam menerima dan

menginterpretasikannya.

2. SMK Negeri 1 Tengaran

Pada bulan Juli 2013 implementasi kurikulum 2013 serentak

diberlakukan di lima (5) SMK sekabupaten Semarang, salah satunya di

SMK Negeri 1 Tengaran. Sebagaimana wawancara kami dengan Wakil

Kepala Sekolah bidang kurikulum, menyampaikan:

“SMK Negeri 1 Tengaran telah mengimplementasikan kurikulum2013 semenjak Juli 2014 kepada semua mata pelajaran terutamaPendidikan Agama Islam, dimana guru-guru pengampunya menjadipioner pelaksanaan kurikulum 2013 sehingga menjadi contoh bagimata pelajaran yang lain.”122

Di dalam salinan Lampiran permendikbud No 65 tentang

Pengelolaan Kelas, disebutkan bahwa Guru memberikan motivasi belajar

siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran berikut kompetensi dasarnya dan

menyesuaikan pengatura tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik

proses pembelajaran.123

122W(S2)2123Salinan lampiran Permendikbud No 65….

130

Observasi yang kami lakukan untuk kelas 1RPL1 dengan

pengampu Dra Nur Scolicha, M.Pd, Sabtu, 26 April 2014

1) Jam 07.04 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi

2) Jam 07.15 – 07.28 Guru menyampaikan tujuan dan materipokok pembelajaran berikut langkah-langkah yang akan dilalui

3) Jam 07.28 – 08.01 Guru membagi potongan gambar dari suratkabar tentang kondisi ekonomi masyarakat sekitar, siswadiminta mengamati

4) Jam 08.01 – 08.29 Guru melakukan tanya jawab (Responbagus, komunikasi terjalin baik)

5) Jam 08.29 – 08.38 pembagian kelompok6) Jam 08.38 – 09.13 Diskusi Tahap I7) Jam 09.13 – 09.16 menyampaikan rencana pertemuan

berikutnya124

Observasi peneliti lanjutkan pada pertemuan minggu berikutnya,

sabtu 3 Mei 2014

1) Jam 07.05 – 07.15 guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi, menata posisi tempat duduk siswa sesuai kelompok

2) Jam 07.15 – 08.00 Diskusi Tahap II3) Jam 08.00 – 09.02 Presentasi kelompok4) Jam 09.02 – 09.11 Guru bersama siswa menyimpulkan materi5) Jam 09.11 – 09.15 Guru menyampaikan agenda pertemuan

selanjutnya125

Peneliti pun berhasil mewawancarai siswa kelas IRPL3 (Umi Nur

Fadhilah), sebagai berikutnya:

“Belajar PAI dan Budi Pekerti yang diampu oleh Ibu Nurmenyenangkan, karena kita sering kali diminta diskusi,diperlihatkan film-film Islam, pembelajaran pun terkadang dibawakeluar dari kelas.”126

Proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aturan yang

terdapat dalam Salinan Permendikbud No 65 dimana guru selalu

124 O(S2)3125 O(S2)3126 W(S2)6

131

mengawali dengan memberikan motivasi, menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan mengatur posisi tempat duduk siswa.

Pola pengaturan pun terlihat ketika pembelajaran di lakukan di luar kelas.

Dari hasil obervasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap

kelas IRPL1 dan IRPL3, proses mengamati terlihat dari siswa diminta

mengamati potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi masyarakat

sekitar. Kreatifitas guru terlihat dengan memanfaatkan potensi yang ada di

sekitarnya.

Hal ini sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Salinan Lampiran

Permendikbud No 65 tentang Pelaksanaan Pembelajaran yang

menyebutkan bahwa dalam kegiatan inti berupa ketrampilan diperoleh

melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan

mencipta.127

Mengamati merupakan awal proses kegiatan inti yang harus

dilakukan oleh guru. Dari wawancara dan observasi yang kami lakukan,

kami mendapatkan bahwa proses kegiatan mengamati telah dijalankan

dengan baik.

Langkah selanjutnya guru meminta tanggapan siswa dengan

memperhatikan kenyataan yang ada di sekitarnya, akhirnya muncul diskusi

dari gambar yang diberikan. Pendekatan yang digunakan discovery

learning, dimana siswa diminta mencari materi yang telah ditentukan

menggunakan berbagi sumber belajar.

127 Salinan Lampiran Permendikbud No 65…

132

Proses mengeksplorasi yang diterapkan agak terbatas pada buku

pegangan siswa dan ensiklopedi Islam. Keterbatasan untuk mengakses

internet karena siswa tidak membawa perangkat yang dibutuhkan. Selama

proses mengeksplorasi inilah, proses diskusi kecil masing-masing

kelompok yang melahirkan proses mengasosiasikan dalam pengetahuan

baru ke dalam catatan yang nantinya digunakan sebagai bahan untuk

presentasi.

Walaupun sumber belajar diperoleh secara sederhana, namun

terdapat kesesuaian dengan prinsip pembelajaran yang digunakan

diantaranya dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber belajar.128

Tahapan selanjutnya mengkomunikasikan hasil diskusi kecil ke

dalam kelas secara bergantian. Keseluruhan proses mulai dari mengamati,

menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan

berjalan dengan baik. Namun kenyataan itu berbeda ketika peneliti

melakukan observasi di kelas IKR2, pada Jum’at, 25 April 2014, sebagai

berikut:

1) Jam 07.05 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi, merapikan seragam yang dikenakan siswa

2) Jam 07.15 – 07.29 Guru menyampaikan tujuan dan materipokok pembelajaran

3) Jam 07.29 – 07.35 Guru meminta siswa mengambil bukupegangan guru di perpustakaan dan membaginya kepada siswa

4) Jam 07.35 – 07.50 Guru menstimulasi siswa denganmemberikan beberapa pertanyaan yang relevan (respon kecil)

5) Jam 07.50 – 09.07 Guru memberikan materi kepada siswasecara klasikal

128 Salinan Lampiran Permendikbud No 65…

133

6) Jam 09.07 – 09.15 Guru menyampaikan rencana pertemuanselanjutnya 129

Ketika peneliti menemukan perbedaan perlakuan terhadap kelas

IKR2 dibanding dengan kelas IRPL1, ada konfirmasi dari Ibu Nur selaku

pengampu PAI dan Budi Pekerti, sebagai berikut:

“Dari awal semester gasal kemarin, kami sudah mencoba untukmenerapkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalamkurikulum 2013, namun hasilnya tidak maksimal untuk siswajurusan Kendaraan Ringan, ketika mereka diminta untuk diskusi,mereka hanya diam, siswanya cenderung pasif, mungkin karenainputnya berbeda dengan jurusan BG, TB maupun RPL. Sehinggasampai sekarang, pendekatan ceramah dan klasikal masih sayapakai untuk kelas jurusan KR.”130

Untuk melengkapi data, peneliti melakukan wawancara dengan

siswa kelas IKR1 (Muhammad Aminudin), menyampaikan:

“Saya lebih suka apabila proses belajar mengajar dengan dijelaskansecara langsung tidak perlu ada penugasan-penugasan tertentu, ataudiskusi. Saya tidak perlu melakukan sesuatu yang lebih selainmendengarkan. Tapi ya cepat lupa, hari ini dijelaskan besok lupa,apalagi kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak, pasti nilainyajelek.”131

Prinsip pembelajaran yang dianut dalam kurikulum 2013,

diantaranya dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari

tahu.132Prinsip tersebut belum bisa terlaksana dengan maksimal, dimana

siswa hanya siap mencari materi dan informasi dari guru, tanpa bisa

melakukannya secara mandiri. Kesiapan siswa sebelum proses

pembelajaran masih mengalami banyak kendala.

129 O(S2)3130 W(S2)3131 W(S2)6132Salinan Lampiran Permendikbud No 65…

134

Implementasi kurikulum 2013 membutuhkan kesiapan dari semua

pihak, baik siswa, sarana maupun guru. Kesiapan dan keinginan siswa di

kelas IRPL3 lebih baik dibanding kelas IKR2.

Observasi pada pengampu PAI dan Budi Pekerti yang lain, yaitu

Ibu Heni Wulandari, pada hari Sabtu, 30 April 2014 kelas ISM1, sebagai

berikut:

1) Jam 08.33 – 08.45 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi

2) Jam 08.45 – 08.58 Guru menyampaikan pertanyaan yangrelevan

3) Jam 08.58 – 09.15 Guru menyampaikan tujuan dan pokokmateri

4) Jam 09.15 – 09.43 Guru meminta siswa mempelajari materiyang ada di buku pegangan siswa

5) Jam 09.43 – 10.00 pembagian kelompok6) Jam 10.20 – 11.00 Diskusi kelompok tahap I133

Pertemuan selanjutnya, Rabu, 7 Mei 2014

1) Jam 08.40 – 08.50 Guru membuka pembelajaran dengan doadan melakukan presensi

2) Jam 08.50 – 09.13 Diskusi kelompok tahap II3) Jam 09.13 – 10.00 Presentasi4) Jam 10.18 – 11.00 Presentasi dan penutup134

Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan data bahwa proses

kegiatan pendahuluan dilaksanakan, namun dalam kegiatan inti, peneliti

melihat ada kekurangannya yaitu tidak adanya proses menanya antara

siswa dan guru dan sebaliknya. Kami mengkonfirmasi hal ini kepada Ibu

Heni, beliau menyampaikan

“Khususnya saya belum begitu faham dengan tahapan yang harusdilalui, karena saya belum pernah ikut pelatihan, pemahaman yang

133 O(S2)3134O(S2)3

135

saya dapat dari Ibu Nur maupun Pak Fathan ternyata belumsempurna.”135

Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa kelas ISM1

(Muji Utami), menyampaikan:

“Bu Heni jarang meminta kita melakukan diskusi, kebetulan sajawaktu materi wakaf, kami dibentuk kelompok untuk membahasmateri ini, sebenarnya kami lebih suka dengan model diskusi,ingatnya materi itu lebih lama dibanding hanya dijelaskan saja.”136

Hal senada juga disampaikan oleh Wahyu Wulansari, siswa kelas

ITB2, menyampaikan:

“Ya Bu Heni itu kalau di kelas ya langsung menjelaskan materitidak pernah dilihatkan film atau video, tidak seperti teman sayayang jurusan RPL yang diajar sama Ibu Nur, mereka selalu diajardengan cara yang berbeda-beda.”137

Kenyataan yang ada di lapangan tentang masalah guru yang

bersangkutan ternyata memiliki perbedaan denga pernyataan yang

disampaikan oleh Sardiman bahwa tugas dan peranan guru, antara lain:

menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan

mempersiapkan pelajaran sehari-hari, dan mengontrol serta mengevaluasi

kegiatan belajar siswa.138Sehingga, setiap guru baik yang sudah

mendapatkan pelatihan maupun belum, memiliki kinerja dan kompetensi

yang sesuai.

Observasi kami lanjutkan pada guru pengampu Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti yang lain, yaitu Bapak Fathan Budiman, S.H.I,

135 W(S2)3136 W(S2)6137 W(S2)6138 A.M.Sardiman, Interaksi…

136

beliau bukan lulusan dari fakultas tarbiyah, namun mampu

mengimplementasikan materi ajar dengan baik. Hal ini terlihat dari

wawancara kami dengan siswa kelas X Boga, sebagai berikut:

“Pak Fathan, kalau ngajar enak, biasanya kita diajak keluar darikelas, menjelaskannya pun gampang difahami. Metode yangdipakai macam-macam, terkadang kita dilihatkan video.”139

Hal ini senada dengan observasi pada kelas X TG, selasa 22 April

2014 jam 12.15 – 14.30

1) Jam 12.18 – 12.25 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi dan memotivasi ibadah

2) Jam 12.25 – 12.38 Guru menyampaikan tujuan pembelajarandan materi pokok tentang wakaf

3) Jam 12.38 – 13.03 menanyangkan video contoh praktik wakaf4) Jam 13.03 – 13.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya5) Jam 13.35 – 13.45 Guru membagi siswa dalam kelompok kecil6) Jam 13.45 – 13.56 Guru membimbing siswa untuk melakukan

ke mushola untuk kegiatan selanjutnya7) Jam 13.56 – 14.27 Diskusi tahap I8) Jam 14.27 – 14.30 Dipimpin doa dan rencana pertemuan

selanjutnya140

Observasi minggu berikutnya, selasa 29 April 2014 jam 12.15 –

14.30

1) Jam 12.25 – 12.31 Membuka pembelajaran dan melakukanpresensi

2) Jam 12.31 – 13.05 Diskusi tahap II3) Jam 13.05 -14.20 Presentasi Kelompok4) Jam 14.20 – 14.30 Guru merencanakan agenda pertemuan

berikutnya yaitu tes pengetahuan tertulis dan menutup prosesbelajar mengajar.141

Dari hasil observasi, kami mendapatkan data bahwa kegiatan

pembelajaran dimulai dari pendahuluan. Hal ini terlihat selama proses

139 W (S2)6140 O(S2)3141 O(S2)3

137

pendahuluan diawali dengan memimpin doa, melakukan presensi dan

memotivasi belajar serta ibadah siswa. Selama proses kegiatan inti, kami

menemukan kegiatan menanya masih banyak didominasi oleh guru. Ketika

kami konfirmasi kepada guru pengampu, pak Fathan, beliau

menyampaikan bahwa:

“ Siswa belum bisa secara mandiri memberikan pertanyaan, rasaingin tahu terhadap sesuatu masih rendah, kepedulian terhadaplingkungan pun rendah, akhirnya, yang kami lakukan menstimulasisiswa supaya bertanya dengan tambahan informasi dan bahkanmemberikan pertanyaan terlebih dahulu.”142

Pendekatan saintifik yang digunakan sama dengan salah satu

implementasi kurikulum 2013, yang meliputi observing,

questioning…143Dari data yang kami peroleh, proses menanya tidak

berjalan dengan sempurna, masih dibutuhkan stimulus dari guru supaya

siswa mau bertanya. Hal ini merupakan salah satu hambatan implementasi

kurikulum 2013 berjalan dengan sempurna yaitu kesiapan dari siswa itu

sendiri.

Kegiatan selanjutnya berupa mengeksplorasi dan mengasosiasi,

dilakukan dengan baik dan siswa mampu menggunakan kesempatan

sebaik mungkin, hal ini terlihat dari keseriusan mereka mencari materi

yang ditugaskan baik buku paket yang tersedia maupun materi yang

diperoleh dari sumber lain. Proses mengeksplorasi dilakukan selama dua

kali pertemuan, karena waktu yang tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan dalam satu pertemuan. Hal ini, mempermudah siswa untuk

142 W(S2)3143Resti fauziah, Pendekatan...

138

mencari materi dari sumber lain, terutama internet. Model selanjutnya

berupa mempresentasikan hasil dari diskusi untuk setiap kelompok secara

bergiliran. Selama proses diskusi kelas, terjadi proses tanya jawab dan

kritikan dari kelompok lain.

Kelemahan terlihat pada kegiatan penutup, diantaranya guru tidak

menyimpulkan materi bersama siswa.

Dari data di atas, maka implementasi pendekatan santifik pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Negeri

1 Tengaran, dalam langkah-langkah proses belajar mengajar meliputi

kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiakan dan

mengkomunikasikan telah mencerminkan aturan dalam permendikbud No

65 tahun 2013 tentang standar proses. Walaupun perlu ada catatan, seperti

kemampuan guru dalam menguasai metode dan cara menyampaikan

materi kepada siswa harus lebih diperhatikan, seperti proses menanya yang

lebih didominasi oleh guru dan menyampaikan kesimpulan setelah proses

belajar mengajar berakhir. Pemahaman guru pengampu terhadap metode

saintifik perlu ditingkatkan melalui pelatihan atau belajar secara mandiri.

Pendekatan saintifik berjalan dengan baik pada jurusan tertentu

seperti siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, dimana penguasaan

komputer dan internet lebih baik dibanding jurusan lain, hal ini didukung

proses mengeksplorasi sering menggunakan media laptop atau komputer.

Untuk jurusan lain, baik jurusan Tata Boga, Tata Busana bisa diterapkan,

139

namun butuh kreatifitas guru untuk melakukan proses ini supaya berjalan

dengan baik.

Kelemahan yang muncul, pada saat implementasi ini diterapkan

pada kelas Teknik Sepeda Motor, langkah-langkah ini, belum sepenuhnya

bisa dilakukan mengingat keterbatasan dari siswa dalam menerima dan

menginterpretasikannya.

B. Implementasi Penilaian Otentik(Authentic Assesment) Pada MataPelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Sesuai aturan yang tertera dalam Permendikbud No 66 tahun

2013 tentang standar penilaian, menyebutkan bahwa penilaian otentik

merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai

mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.

Penilaian tersebut meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Implementasi penilaian otentik, kami lakukan secara observasi,

wawancara dan dokumentasi baik di SMK Negeri 1 Tengaran dan SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran.

1. SMK Negeri 1 Tengaran

Penilaian otentik merupakan rangkaian penilaian yang dilakukan

secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,

dan keluaran (output) pembelajaran.144Perubahan penilaian yang

diberlakukan dalam kurikulum 2013 lebih detail dan rumit dibandingkan

144Salinan Lampiran Permendikbud No 66…

140

KTSP. Hal ini seperti yang disampaikan Bapak Joko, selaku Wakil Kepala

bidang Kurikulum,

“Penilaian kurikulum 2013 lebih rumit dibanding KTSP, formyang digunakan lebih banyak dan lebih detail. Seluruh komponensiswa dinilai, mulai dari sikap di kelas, sehari-hari di lingkungankelas maupun di luar kelas, penilaian pengetahuan, dan penilaianketrampilan. Ini memang merumitkan bagi guru, namun bagisiswa lebih transparan.”145

Ruang lingkup penilaian peserta didik mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dilakukan secara berimbang

sehingga dapat digunakan untuk mennetukan posisi relative setiap peserta

didik terhadap standar yang telah ditetapkan.146

Implementasi penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti terlihat pada pembelajaran yang diampu

Ibu Nur Sholikhah, S.Ag. Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 26 April

2014 dimulai dari jam 08.40-09.15.

Selama tenggang waktu tersebut beliau memberlakukan metode

diskusi dengan kelompok kecil, pemaparan hasil dan penyampaian

kesimpulan. Proses tersebut tidak luput dari pengamatan Ibu Nur

Sholikhah, dengan memberikan penilaian siswa menggunakan lembar

observasi. Observasi kami lanjutkan pada pertemuan minggu selanjutnya,

Sabtu, 3 mei 2014. Kami menemukan beliau melanjutkan melakukan

penilaian sikap menggunakan lembar observasi, baik selama diskusi

kelompok kecil maupun presentasi kelompok.

145W(S2)2146Salinan Lampiran Permendikbud No 66…

141

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang

berisi sejumlah indicator perilaku yang diamati.147

Hal ini selaras dengan yang disampaikan siswa kelas 1RPL1, Nia:

“Selama proses diskusi, bu Nur menilai siswa menggunakanlembaran tertentu, dan itu mengakibatkan kita serius, karena tahuproses diskusi kita dinilai.”148

Proses penilaian kompetensi sikap melalui observasi dilaksanakan

sesuai dengan aturan yang berlaku. Walaupun indikator yang diamati

belum menggambarkan perilaku secara sempurna.

Di akhir pembelajaran, beliau membagikan selembar penilaian

individu dan penilaian antar individu yang dilakukan oleh teman yang lain.

Beberapa saat terlihat suasana hidup di dalam kelas selama guru

membagikan lembar penilaian individu. Guru memberikan aturan dalam

penilaian tersebut, diantaranya subyektifitas antar teman supaya dikurangi,

sehingga nilai yang ada benar-benar obyektif.

Observasi kami lanjutkan, pada kelas 1KR2, Jum’at, 25 April

2014. Beliau memberikan perlakuan yang berbeda dengan kelas 1RPL1,

penilaian dengan menggunakan lembar observasi pengamatan diskusi

tidak dilakukan. Hal ini terjadi, karena proses diskusi kelompok kecil

maupun presentasi kelompok tidak ada, sehingga pengamatan

147 Salinan Lampiran Permendikbud No 66…148W(S2)6

142

menggunakan lembar observasi diskusi pun tidak ada. Ketika kami

konfirmasikan kepada Ibu Nur Sholikhah, beliau menyampaikan:

“Untuk kelas 1KR1, sengaja tidak ada proses diskusi, sehinggapenilaian sikap dengan lembar observasi untuk diskusi tidak kamiberlakukan. Namun, penilaian sikap tetap kami berikan denganpenilaian sikap individu dan antar teman. Walaupun tidak secaralangsung saya juga mengamati siswa selama proses pembelajaran.Siswa yang aktif dan menghargai penjelasan dari guru memilikinilai yang berbeda dengan siswa yang pasif dan ngantuk ketikadijelaskan.”149

Kami melihat, di akhir pertemuan tersebut, dibagikan lembar

penilaian individu dan antar teman yang harus diisi oleh siswa. Siswa

diminta mengisi dengan memberikan tanda pada kolom yang sudah

disediakan.

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya

dalam konteks pencapaian kompetensi.150

Penilaian diri yang dilakukan guru pengampu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap siswa pada akhir

setiap kompetensi yang diajarkan sesuai dengan Permendikbud no 66.

Perlakuan ini, dilakukan juga kepada 1KR2, seperti yang

diungkapkan oleh Rachmat Irfan:

“Setiap selesai dalam satu bab, biasanya kita diminta untukmengisi lembar penilaian, ngisinya dengan memberikan check listpada kolom yang sesuai.” 151

149 W(S2)3150Salinan Lampiran Permendibud No 66…151 W(S2)6

143

Selain menggunakan metode penilaian individu dan penilaian

antar teman serta observasi, beliau juga menggunakan penilaian jurnal

siswa dari catatan wali kelas dan guru Bimbingan Konseling.

Hal ini juga dilakukan oleh Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I, ketika

mengajar di kelas 1SM2 pada hari Sabtu, 30 April 2014. Tampak pada

pemberian nilai sikap dari lembar observasi yang beliau berikan untuk

kelas tersebut. Pada tahap proses pembelajaran inti, beliau membentuk

kelompok siswa ke dalam kelompok kecil. Selama siswa melakukan

proses asosiasi pada kelompok kecilnya, beliau memberikan penilaian

sikap melalui lembaran observasi untuk diskusi. Ketika siswa kami Tanya

tentang proses penilaian itu, mereka memberikan jawaban yang hampir

sama.

“Ketika bu Heni sudah mengeluarkan lembaran penilaianterhadap diskusi, kami akan sungguh-sungguh melakukannya,biar nilai kami bagus.”152

Observasi kami lanjutkan pada pertemuan selanjutnya, Rabu, 7

Mei 2014, kami dapati, diakhir pembelajaran, siswa diminta untuk

melakukan penilaian terhadap diri dan temannya dengan formulir

penilaian yang sudah disediakan.

Penilaian sikap yang menjadi acuan Bapak Fathan lebih kepada

penilaian jurnal siswa yang berisi catatan-catatan guru terhadap perilaku

siswa baik di dalam kelas selama proses pembelajaran maupun di luar

kelas. Penilaian di luar kelas, beliau ambil dari nilai keaktifan mengikuti

152 W(S2)6

144

sholat jamaah maupun penilaian dari guru Bimbingan Konseling. Hal ini

senada yang disampaikan oleh ketua kelas 1TG, menyampaikan:

“Sholat dhuhur secara berjamaah yang dilakukan oleh sekolah,ada presensinya, setiap ketua kelas diminta untuk melakukanpresensi terhadap siswa yang ada di kelasnya.”153

Dari beberapa observasi yang kami lakukan terhadap proses

penilaian sikap kepada Ibu Nur Sholikhah, Bapak Fathan dan Ibu Heni,

kami dapat menyimpulkan bahwa, secara umum penilaian sikap sudah

dilakukan, walaupun belum secara maksimal. Ibu Nur Sholikah berusaha

menggunakan empat macam model penilaian sikap, seperti penilaian

observasi, diri sendiri, antar teman dan jurnal dalam setiap bab yang

diajarkan. Namun, penilaian sikap yang dilakukan oleh Ibu Heni hanya

terfokus kepada penilaian dengan menggunakan lembar observasi, dan

Bapak Fathan lebih cenderung menggunakan penilaian jurnal. Jurnal.

. Ketika kami melakukan konfirmasi kepada mereka berdua,

berikut pernyataan Ibu Heni:

“pada materi ini, saya memang tidak menggunakan penilaiandiri, antar teman dan jurnal, karena terbatasnya waktu. Tetapi,pada materi sebelumnya, saya pergunakan semuanya.”154

Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan bapak

Fathan:

“Untuk penilaian sikap, saya lebih setuju, menggunakanpenilaian jurnal, hasilnya lebih obyektif dibanding yang lain.Namun, bukan berarti, metode penilaian yang lainnya tidak

153W(S2)6154 W(S2)3

145

saya gunakan. Kebetulan, karena saya belum sempat untukmembuat formulir penilaian diri dan antar teman saja, sehinggapada materi ini, tidak saya berikan. Untuk metode penilaianobservasi, biasanya kami pergunakan, untuk melihat prosesdiskusi kelompok kecil dan presentasi kelompok besar.”155

Aspek penilaian pengetahuan yang dilakukan secara umum

berjalan dengan baik, yang dilakukan secara lisan maupun tertulis. Seperti

yang dilakukan oleh Ibu Heni, pada Rabu, 14 Mei 2014,kelas 1SM1

1) Jam 08.35-08.50 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi dan motivasi ibadah siswa serta menyampaikanagenda pembelajaran hari ini

2) Jam 08.50-09.30 Guru mereview ulang materi secarakeseluruhan

3) Jam 09.30-09.43 Guru membagikan soal ulangan secaratertulis dan menyampaikan peraturan mengerjakan soalulangan

4) Jam 09.43-10.50 Siswa mengerjakan soal ulangan5) Jam 10.50-11.00 Siswa mengumpulkan hasil ulangan, Guru

menutup pembelajaran.156

Hal yang sama dilakukan oleh Ibu Nur Sholikhah, pada hari

Sabtu, 10 Mei 2014 kelas 1RPL1

1) Jam 07.05-07.12 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi, menyampaikan agenda pembelajaran yang akanberlangsung

2) Jam 07.12-07.50 Siswa mempelajari materi secara mandiri3) Jam 07.50-08.05 Guru membacakan 10 soal ulangan tertulis

secara essay4) Jam 08.05-09.12 Siswa mengerjakan soal secara mandiri,

guru melakukan proses pengawasan5) Jam 09.12-09.15 Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan

guru menutup pembelajaran157.

155 W(S2)3156 O(S2)3157 O(S2)3

146

Perbedaan terlihat pada proses penilaian pengetahuan yang

dilakukan oleh Bapak fathan, seperti pada observasi kami, Selasa, 6 Mei

2014, sebagai berikut:

1) Jam 12.15-12.30 Guru membuka pembelajaran, melakukanpresensi dan menyampaikan agenda yang akan berlangsungpada hari ini, diantaranya ada perubahan bentuk soal yangtelah disampaikan pada minggu yang lalu.

2) Jam 12.30-14.30 Siswa secara bergiliran melakukan penilaianpengetahuan secara lisan, metodenya setiap siswa diberikanlima (5) pertanyaan yang berbeda.

3) Jam 14.30 Guru menutup pembelajaran 158

Dari ketiga observasi yang kami peroleh, dapat kami simpulkan

bahwa, guru melakukan proses penilaian pengetahuan secara lisan dan

tertulisbaik menggunakan soal pilihan ganda maupun essai. Sementara

penugasan yang diberikan berupa penyelesaian penugasan diskusi

kelompok dikerjakan selama satu minggu sebelum pertemuan berikutnya.

Pendidik menilai kompetensi ketrampilan melalui penilaian

kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemostrasikan

suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan

penilaian portofolio.159

Penilaian ketrampilan merupakan kriteria penilaian yang harus

dilakukan oleh guru untuk melengkapi proses penilaian yang tertuang

dalam Permen No 66. Hal ini terlihat pada proses penilaian ketrampilan

membaca dan menghafal ayat pada pertemuan di bulan Pebruari. Seperti

yang disampaikan Ivanka restu siswa kelas 1RPL2:

158O(S2)3159 Salinan Lampiran Permendikbud No 66…

147

“Di awal semester ini, kami diminta melakukan praktekmenghafalkan surat tentang larangan berbuat zina dan pentingnyailmu pengetahuan. Sebenarnya diberi waktu satu minggumengahafalkan, tapi sampai hari ini, saya masih kurang satu ayatyang belum hafal. Bu Nur memberikan batasan sebelum tessemester genap.”160

Di kelas yang berbeda, kami meminta penjelasan dari Ula Kurnia

siswa kelas 1SM1:

“Pada akhir bulan Januari, Bu Heni meminta kita mempraktekkanmembaca surat An Nur dan Al Isra kemudian menghafalkannya.Kebetulan, saya sudah praktek membaca dan menghafalkannya,namun, ada beberapa teman saya yang sama sekali belummenghafalkannya.”161

Pak Fathan memiliki kriteria tersendiri dalam menilai praktek

membaca dan menghafal siswa. Seperti yang diungkapkannya:

“Saya tidak akan memberikan nilai kepada siswa yang melakukanunjuk praktek menghafalkan ayat terlebih dahulu, baru praktekmembaca. Biasanya siswa yang belum bisa membaca al Qur’an,akan menggunakan jalan pintas dalam memperoleh nilai, yaitumenghafalkan dengan menggunakan huruf latin bukan huruf arab.Itu tidak mendidik siswa untuk bisa membaca al Qur’an.”162

Dalam rangka melakukan observasi lebih jauh tentang praktek

siswa dalam membaca al Qur’an, kami juga mendapatkan jawab dari Bu

Nur:

“Siswa di sini heterogin, ada yang sudah mahir membaca alQur’an, namun ada juga yang belum bisa sama sekalimembacanya. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,

160 W(S2)6161W(S2)6162 W(S2)3

148

sehingga menuntut guru untuk meluangkan waktu di luar jamefektif untuk mengajari siswa membaca al Quran.”163

Penilaian otentik telah diimplementasikan pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X di SMK Negeri 1

Tengaran. Walaupun terdapat beberapa kelemahan yang ada, seperti

lembar observasi yang dimiliki guru hanya sebatas digunakan untuk

penilaian diskusi, belum mencakup seluruh materi yang tidak

menggunakan metode diskusi. Persiapan guru untuk melakukan penilaian

sikap masih kurang. Hal itu terlihat pada salah satu guru yang belum

sempat membuat komponen penilaian individu maupun antar teman.

Sehingga terkesan, penilaian yang dilakukan tidak menyeluruh dari

keseluruhan penilaian yang dianjurkan. Perlu juga dihindari dalam

pembuatan ragam soal untuk penilaian individu dan antar teman, karena

subyektifitas sering terjadi dengan metode ini.

Penilaian aspek pengetahuan sudah terlihat dengan baik, yang

menggunakan dua macam cara, yaitu tertulis maupun lisan.

Penilaian praktek meliputi tes praktik, projek dan

portofolio.164Sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Permendikbud No

66, terdapat beberapa item penilaian ketrampilan. Namun yang terlihat

baru penilaian ketrampilan tes praktik. Sementara untuk projek dan

penilaian portofolio belum dilakukan.

163 W(S2)3164Salinan Lampiran Permendikbud No 66…

149

Begitu pun di aspek ketrampilan, terlihat juga keseluruhan aspek

ketrampilan yang disesuaikan dengan standar kelulusan sudah

dilaksanakan, meliputi praktek membaca dan menghafalkan ayat.

2. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan

Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan

pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.165Kegiatan guru meliputi

merencanakan proses pembelajaran, melakukan tatap muka di kelas dan

memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik,

penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester,

ulangan akhir semester, ujia tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat

kompetensi, ujian sekolah dan ujian nasioal.166

Penilaian otentik merupakan salah satu perubahan mendasar

dalam Kurikulum 2013, yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan

ketrampilan.

Penilaian sikap dilaksanakan untuk melihat bagaimana sikap

siswa selama mengikuti proses pembelajaran maupun di luar kelas. Guru

secara mandiri bisa memberikan penilaian itu maupun antar guru, guru BP

dan kesiswaan. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana sikap siswa

secara keseluruhan.

165Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum BerbasisKompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.13-14

166 Salinan Lampiran Permendikbud No 66

150

Penilaian pengetahuan dan ketrampilan sudah dilakukan oleh

kurikulum yang berlaku sebelumnya, baik KTSP maupun KBK.

Implementasi penilaian otentik ini, bisa kita lihat dalam

pelaksanaan penilaian di kelas XH, Selasa 22 April 2014. Penugasan yang

diberikan mampu memacu siswa untuk mengamati benda dan

menganalisis prsosesnya. Tampak, guru memberikan penilaian obeservasi

selama proses tersebut, sehingga siswa pun antusias mengikuti proses yang

ada sampai selesai. Ketika kami konfirmasi kepada siswa, Deviana,

menyampaikan:

“Selama proses pembelajaran, pak Ashab memberikan nilaipekerjaan dan sikap kami, sehingga kami lebih tekun dan tertib.Kalau tidak memperhatikan, nilai kami jelek.”167

Observasi kami lanjutkan pada pertemuan minggu selanjutnya, 29

April 2014, terlihat, guru menilai proses diskusi siswa yang dilakukan

setelah istirahat pertama. Selama proses itu, memang ada beberapa siswa

yang kurang memperhatikan, karena bukan kelompoknya yang bertugas

mempresentasikan materi. Hal itu menjadi perhatian guru, dengan

mengingatkan secara terus menerus, sikapnya itu mampu mengurangi

nilainya.

Seperti ungkapan Bapak Ashabul Khoir,

“Terkadang selama proses diskusi, ada beberapa siswa yang tidakmemperhatikan, karena merasa bukan kelompoknya. Kamimenemukan cara supaya siswa tetap konsentrasi selama proses

167 W(S1)f

151

pembelajaran, diantaranya, siswa yang ramai, kami minta dudukdi posisi depan atau kelompoknya kami dahulukan majunya.”168

Proses penilaian sikap, kami konfirmasi juga kepada siswa XJ,

Karina:

“Kebanyakan Pak Ashab membentuk kelompok kecil pada kelaskami dan meminta kita melakukan diskusi sesuai tema masing-masing.Selama diskusi kecil itu, beliau memberikan penilaian,sehingga teman kami yang biasanya buat gaduh, jadi diam.”169

Selain penilaian observasi, Pak Ashab juga membuat form

penilaian diri siswa yang diberikan kepada siswa kelas XH pada selasa, 29

April 2014.

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui

observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh

peserta didik dan jurnal.170

Dari observasi dan wawancara yang kami lakukan, penilaian

sikap dilakukan maksimal terhadap siswa baik menggunakan teknik

observasi, penilaian diri, antar teman maupun jurnal.

Untuk penilaian pengetahuan, beliau menggunakan tes tertulis

soal essai sebanyak 10 soal, yang dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014.

Pada hari tersebut, pengawasan diserahkan kepada guru piket, karena

beliau ijin.

Pada kelas yang lain, yaitu XL, ada sedikit perbedaan, yaitu untuk

materi wakaf dan Islam periode Madinah dijadikan satu waktu untuk

168W(S1)c169 W(S1)f170Salinan Lampiran Permendikbud No 66…

152

penilaian pengetahuannya. Yang dipakai adalah tes tertulis dengan soal

pilihan ganda sebanyak lima puluh (50) soal. Ketika kami konfirmasikan

itu, beliau menjawab:

“Untuk kelas XL, saya kekurangan waktu untuk bertemu dengansiswa, karena dijadwalkan hari sabtu, sementara hari sabtu banyakagenda sekolah yang harus meliburkan siswa. Akhirnya, untukmenghemat waktu, untuk penilaian pengetahuan saya gabung duamateri sekaligus.”171

Kompetensi membaca dan menghafal beberapa ayat al Quran

yang ada dalam silabus, dilakukan di awal semester. Kami, tidak sempat

melihat prosesnya, namun hasil wawancara kami dengan siswa dan guru

bisa menjadi bukti, ditambah hasil nilai prakteknya.

Seperti yang diungkapkan Karina, siswa XJ:

“Di bulan januari 2014 kemarin, ada penilaian praktek membacaal Qur’an dan menghafalnya. Namun, ada beberapa teman yangmelakukan di luar batas waktu yang telah ditentukan.” 172

Senada dengan pernyataan Karina, siswa kelas XC, Vicky Bagus:

“Penugasan menghafal dan membaca ayat al Qur’an sudahdiberikan pada akhir bulan januari, namun, sampai hari ini(Kamis, 8 Mei 2014) saya belum selesai semua surat yangditugaskan. Karena, saya harus mengikuti tugas yang diberikansekolah yaitu mengikuti latihan Peleton Inti, jadi, saya dijanjikansama Pak Ashab, harus bisa menyelesaikan tugas hafalan sampaibulan Pertengahan Bulan Juni 2014.”173

Kesamaan perlakuan terhadap siswa juga dilakukan oleh Bapak

Heru, di akhir pembelajaran maupun di awal pembelajaran. Terlihat pada

171W(S1)c172 W(S1)f173 W(S1)f

153

observasi, yang kami lakukan pada hari Sabtu, 26 April 2014, sebagai

berikut:

1) Jam 13.28-14.10, guru menayangkan video berkenaan denganperjalanan nabi hijrah ke Madinah

2) Jam 14.10-14.35, guru menstimulasi siswa untuk bertanyatentang video yang telah diputarkan

3) Jam 14.35-14.50, guru meminta siswa membentuk kelompokkecil untuk mendiskusikan sesuai tema yang telahditetapkan.174

Selama periode waktu di atas, guru melakukan penilaian sikap

kepada siswa, berupa penilaian observasi, dengan melihat sikap siswa

selama melihat tanyangan video, apakah memperhatikan dengan seksama

atau tidak memperhatikan. Penilaian observasi juga dilakukan oleh guru

pada proses kegiatan inti yaitu menanya dan asosiasi yang dilakukan oleh

siswa.

Ketika kami konfirmasikan, Pak Heru menyampaikan:

“Setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa, memang saya pantauterus, selain saya bisa menilai siswa secara obyektif, siswa punmenjadi semangat dan terpacu belajarnya.”175

Pada pertemuan, Sabtu, 3 Mei 2014, kami lanjutkan observasi

terhadap proses penilaian sikap. Terlihat pula, guru melakukan penilaian

siswa sembari mengarahkan proses komunikasi antar siswa.

Siswa pun memiliki jawaban yang hampir sama, ketika kami

lakukan wawancara dengan beberapa siswa,

174 O(S1)c175W(S1)c

154

“Ya, kami jadi memperhatikan proses pembelajaran baik ketika adatanyangan video atau diskusi, karena guru pasti akan menilai sikapkita, jadi ngantuknya hilang. Kita juga harus bisa bicara di depanteman-teman.”176

Di akhir pembelajaran, guru menutup pembelajaran dengan

menyampaikan agenda minggu depan. Namun, di akhir pembelajaran kami

tidak melihat, guru mengadakan penilaian individu maupun antar teman.

Kami konfirmasikan hal itu kepada Bapak Heru, beliau

menyampaikan:

“Semester gasal kemarin, saya menggunakan penilaian individudan antar teman, namun hasilnya tidak maksimal, karena, siswalebih subyektif terhadap diri dan temannya, sehingga semestergenap ini, saya hanya menggunakan penilaian observasi untukmenilai mereka, baik dari saya, wali kelas maupun dari guruBK.”177

Untuk melihat bagaimana proses penilaian pengetahuan, kami

melakukan observasi pada Sabtu, 10 Mei 2014, sebagai berikut:

1) Jam 12.30-12.45, guru melakukan presensi dan memberikanmotivasi menggunakan waktu senggang

2) 12.45-12.50, guru menjelaskan agenda yang akan dilakukanhari ini

3) 12.50-13.00, siswa mereview materi4) 13.00-13.06, guru membagi soal yang terdiri dari pilihan ganda

40 soal dan essai 55) 13.06-14.45, siswa mengerjakan soal6) 14.45, siswa mengumpulkan lembar jawab178

Dari observasi yang kami lakukan, terlihat proses penilaian

pengetahuan secara tertulis dilakukan. Untuk mengetahui pelaksanaan tes

176 W(S1)f177 O(S1)c178O(S1)c

155

ini di kelas lain, kami tanyakan kepada siswa kelas XE, Mei Intan, dia

menyampaikan:

“Minggu ini, kami dijanjikan ada ulangan tertulis, seperti kelasXD kemarin. Saya lebih suka tes secara lisan, yang dulu pernahdilakukan semester gasal, tetapi butuh waktu dua kali pertemuanbaru selesai. Lha ini mau semesteran, mungkin Pak Herumempercepat prosesnya supaya materi dan seluruh penilaian bisaselesai.”179

Penilaian Kinerja bukan meminta siswa untuk menjawab

pertanyaan pilihan ganda pada kertas dan pensil.180 Dari definisi tersebut

guru sudah melakukan penilaian kinerja dengan tes praktik secara tepat.

Penilaian praktek sudah dilakukan di akhir Januari 2014, namun, kami

melihat ada yang masih melakukan tes unjuk kerja berupa praktek

membaca dan menghafal ayat yang telah ditentukan.

Seperti yang dilakukan Bagas Damas siswa kelas XE, sedang

membaca al Qur’an pada jam istirahat di ruang Bapak Heru. Ketika kami

tanyakan hal ini, dia menjawab:

“Saya di kasih kesempatan belajar membaca al Qur’an sampaibulan Mei ini, karena pada waktu penilaian praktek membaca alQur’an, saya belum bisa. Dan untuk praktek menghafalnya minggudepan. Ini memang berat bagi saya, tapi akhirnya saya sudah bisamembaca al Qur’an walaupun belum lancar.”181

Beberapa observasi dan wawancara terhadap nara sumber

menghasilkan catatan khusus diantaranya, penilaian sikap terhadap siswa

sudah dilakukan walaupun hanya satu item saja yaitu penilaian observasi.

179 W(S1)f180Ibrahim Muslimin dan Muhammad Nur, Pengajaran...181 W(S1)f

156

Untuk penilaian diri dan antar teman belum dilakukan dengan beberapa

pertimbangan.

Penilaian pengetahuan sudah dilakukan dengan baik, sesuai

jadwal yang telah dibuat, sehingga hasil dari penilaian pengetahuan lebih

bagus dibanding penilaian sikap. Demikian juga dengan penilaian

ketrampilan, terlihat antusiasme siswa mengikuti dengan baik, sehingga

tampak perubahan siswa dari yang belum bisa membaca al Qur’an

akhirnya menjadi bisa.

Namun kesempurnaan dari penilaian ketrampilan belum

dilaksanakan secara maksimal, seperti projek dan portofolio belum

dilakukan secara baik.

C. Kelebihan dan Hambatan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan perubahan dari KTSP yang

digulirkan pada tahun 2008. Hal ini tentu saja menuai pro dan kontra

dengan perubahan tersebut, baik dari standar isi, kelulusan, proses

pembelajaran maupun penilaian. Kami akan menguaraikan dalam dua

kategori, yaitu kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.

1. Kelebihan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006

atau KTSP. Seperti yang disampaikan menteri pendidikan dan

kebudayaan,

157

“Berbagai kritik terhadap kurikulum 2006 atau KTSP mencobadisikapi dan diakomodir dengan lahirnya kurikulum 2013. Kritik-kritik tersebut antara lain, mata pelajaran yang terlalu banayak,kurang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman, terlalumenekankan aspek kognitif sementara aspek afektif danpsikomotor penerapannya kurang diperhatikan. Kurikulum dalampenerapannya adanya upaya penyederhanaan dan tematik-integratif. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalampenataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 adalahmenambahkan dan menekankan pada fenomena alam, social danbudaya.182

Berdasarkan survey penelitian terhadap mahasiswa UNNES,

didapatkan bahwa keunggulan kurikulum 2013 dibanding dengan

kurikulum sebelumnya adanya unsur tematik, pendidikan karakter,

integrasi budaya dan mampu membuat siswa aktif.183

Ada perbedaan aspek pengembangan pendidikan pada KTSP yang

disempurnakan dalam kurikulum 2013, meliputi spiritual keagamaan,

sikap personal-sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Selain itu, pada KTSP

mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu, yang

disempurnakan dalam Kurikulum 2013 menjadi setiap mata pelajaran

mendukung semua kompetensi baik sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hilda Karli, bahwa kegiatan

pembelajaran KTSP dan Kurikulum 2013, diantaranya KTSP lebih

menekankan pada pembelajaran menekankan pada aspek kogntif, afeksi

dan psikomotor namun dalam pelaksanaannya masih pada kognitif saja

termasuk penilaian masih berbentuk tes tertulis saja. Sementara di dalam

182 Kemdikbud, 2012. Kurikulum 2013 Tematik Integratif. Diunduh dihttp://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/868 Pada 13 Nopember 2014

183 Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies,Persepsi Civitas Akademika FIP UNNES Mengenai Kurikulum 2013 ditinjau dari Sub-Kultur Budaya Jawa Tengah,2014

158

kurikulum 2013 pembelajaran menekankan aspek sikap, pengetahuan,

ketrampilan dan melakukan penilaian berbentuk tes dan non tes.184

Dari Permendikbud 65, guru diharapkan melakukan kegiatan

pendahuluan yang terdiri dari membuka pembelajaran, memimpin doa,

melakukan presensi, mengatur tempat duduk, dan menyampaikan tujuan

pembelajaran. Urutan pelaksanaannya hendaknya dilakukan dengan baik,

biar kondisi siswa tertata.

Kegiatan Inti meliputi proses mengamati, menanya, asosiasi,

komunikasi dan menyimpulkan dilakukan secara runtut. Guru dituntut

untuk lebih kreatif memanfaatkan lingkungan sekitarnya dalam proses

pembelajaran, seperti ruang kelas, masjid, lapangan atau berbagai tempat

yang memungkinkan. Guru pun bisa membuat posisi duduk siswa sesuai

materi dan metode yang digunakan. Model dan metode pembelajaran pun

bisa dilakukan secara beragam, sesuai dengan kondisi dan situasi. Hal ini,

memacu keterlibatan siswa dibanding model pembelajaran secara

ceramah. Siswa memiliki pemikiran terbuka terhadap materi, yang berasal

dari berbagai sumber, bukan hanya dari guru sebagai satu-satunya sumber

pembelajaran.

Proses mengamati memiliki manfaat untuk siswa diantaranya

mengarahkan dan membimbing siswa tidak secara langsung terhadap

materi yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diharapkan memiliki

pemikiran yang kritis dan terbuka wawasannya terhadap pengamatan yang

184Hilda Karli, Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 danKurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Penabur-No.22/Tahunke-13/Juni 2014

159

sudah dilakukan dan berani mengungkap secara jelas dan lugas di forum.

Ketrampilan berbicara pun diasah untuk menyampaikan ide ketika proses

asosiasi di dalam kelompok kecilnya maupun dalam kelas.

Penilaian yang digunakan pada KTSP menggunakan istilah

kognitif, afeksi, psikomotor, sementara untuk Kurikulum 2013

menggunanakan istilah pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Namun

pelaksanaan pada KTSP penekanan masih pada kognitif (pengetahuan).

Yang membedakannya lagi, penilaian tiga ranah aspek ini tertera dalam

format Laporan Capaian Kompetensi pada kurikulum 2013 yang tidak

dijumpai dalam KTSP.

Penilaian sikap, bisa diambil dari observasi guru mata pelajaran

selama proses pembelajaran, observasi sesama guru, dan guru BK.

Penilaian individu siswa dan antar siswa pun bisa digunakan untuk

penilaian sikap ini. Sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat karena

diambilkan dari berbagai sisi.

Tidak hanya kepada peserta didik, kementerian juga mengambil

kesimpulan, bahwa diterapkannya kurikulum tersebut menuntut guru

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kemampuan untuk

mengintegrasikan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah, dan

membangun karakter anak. Selain itu, memengaruhi guru untuk

mengembangkan metode pembelajaran. Pada dasarnya, poin-poin tersebut

yang menjadi tujuan dari pengembangan kurikulum. Jika hal itu benar-

160

benar terjadi, diharapkan bisa membangkitkan kembali gairah dan

semangat pendidikan di Indonesia yang sedang merosot.

2. Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 membutuhkan persiapan yang matang dari

berbagai pihak, namun, di tengah perjalanannya, kami menemukan

beberapa hambatan pelaksanaannya.

Kesiapan guru menjadi sorotan paling utama selain sarana

prasarana yang dibutuhkan. Guru, yang seharusnya menjadi pelaku utama

kurikulum 2013, memiliki keterbatasan kemampuan dalam

mengimplementasikannya. Ketika kami konfirmasikan hal ini, Bu Fita,

selaku guru Bahasa Inggris menyampaikan:

“Ini kurikulum baru, yang sangat berbeda dengan KTSP, kami belumpernah ikut pelatihan kurikulum 2013. Ketika, saya menanyakankepada teman-teman yang sudah pernah mengikuti, mereka memilikijawaban yang beragam satu sama lain. Sehingga, saya menjalankansepahamnya saya saja.”185

Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Joko, selaku Waka

Kurikulum SMK N 1 Tengaran:

“Pemerintah memang belum memberikan pelatihan kepada semuaguru, kalau dihitung prosentase, baru sekitar 10 % yang diikutkanpelatihan oleh dinas kabupaten. Pada bulan Juli 2013 kami pernah ikutpelatihan di Yogya, dan diteruskan bulan Agustus 2013 di Solo, itupun kami menemui perbedaan materi yang disampaikan, terutama

185W(S1)d

161

masalah penilaian. Kami menilai, orang direktorat masih bingung jugamenerapkan ini.”186

Jumlah guru yang diikutkan pelatihan memang masih terbatas,

baik di SMK N 1 Tengaran maupun SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan.

“Jumlah guru yang diikutkan pelatihan, baru guru Bahasa Indonesia 2orang, guru Sejarah 1 orang, guru Matematika 2 orang. Rencanapemerintah di akhir Juli nanti ada 5 guru mata diklat yang diikutkanpelatihan, yaitu Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya, Bahasa Inggrisdan Matematika. Itu hanya untuk satu guru setiap mata pelajaran,padahal, hampir setiap mata pelajaran, kami memiliki dua sampai tigaguru. Saya anggap ini jauh dari ideal.”187

Demikian ungkapan dari Waka Kurikulum SMK Telekomunikasi

Tunas Harapan, Bapak wisnu.

Kesiapan buku dari pemerintah untuk setiap mata pelajaran yang

telah dijanjikan, sampai akhir bulan Juni belum datang. Hal ini sangat

menghambat proses pembelajaran, dimana hampir keseluruhan materi

pembelajaran dari setiap mata pelajaran mengalami perubahan. Buku

panduan guru dan siswa, telah dibuat oleh pemerintah, namun distribusi ke

setiap sekolah mengalami keterlambatan.

Untuk memperlancar proses pembelajaran, biasanya guru

memperbanyak materi secara mandiri, yang dibagikan kepada siswa. Ini,

membutuhkan biaya yang besar, karena dana APBS tidak mencantumkan

anggaran untuk memperbanyak buku materi. Sehingga, terkadang, siswa

melakukan iuran untuk memperoleh materi pembelajaran.

186 W(S2)2187W(S1)b

162

Sarana prasarana yang ada di sekolah merupakan hambatan

selanjutnya, terutama perangkat IT yang dibutuhkan. Sekolah yang belum

memiliki sarana prasarana tersebut akan merasa tertinggal dalam

melakukan proses pembelajaran kurikulum 2013. Kebetulan, untuk SMK

Telekomunikasi dan SMK N 1 Tengaran, memiliki sarana prasarana yang

dibutuhkan, sehingga tidak ada masalah dalam mengimplementasikannya.

Namun, bagi sekolah yang belum memiliki sarana prasarana yang kurang

memadai, akan mempersulit implementasinya.

Model penilaian yang sedemikian rumit, membutuhkan perhatian

guru yang lebih untuk memperoleh nilai yang otentik. Sehingga, bagi guru

yang sering kali meninggalkan proses pembelajaran di kelas, akan merasa

kesulitan dalam memberikan penilaian sikap. Hambatan lain, dalam proses

penilaian yaitu dibutuhkannya kertas dalam jumlah yang besar. Ketika

penilaian sikap yang terdiri dari penilaian observasi, individu maupun

antar individu dilakukan secara keseluruhan, kertas yang dibutuhkan

sangat banyak. Minimal untuk satu kompetensi setiap penilaian sikap,

membutuhkan 3 lembar kertas. Setiap siswa dalam satu kompetensi,

membutuhkan lebih dari 6 lembar untuk penilaian pengetahuan dan

ketrampilan. Apabila, satu mata pelajaran terdiri dari 6 kompetensi dalam

satu semester, membutuhkan 36 lembar kertas. Kalau, di kelas terdiri dari

30 siswa, maka kertas yang dibutuhkan sebanyak 1.080 kertas untuk satu

mata pelajaran. Apabila, seluruh mata pelajaran yang diajarkan ada 14

macam, sehingga membutuhkan 15.120 lembar kertas.

163

Merubah mind set guru dan siswa bukanlah hal yang mudah,

terutama memindahkan pola mengajar mereka yang sudah membudaya

menggunakan metode ceramah berubah menggunakan pendekatan ilmiah

(scientific) dalam pendekatan pembelajarannya. Tidak sedikit, guru yang

masih terjebak dengan pola lama. Demikian juga dengan siswa, yang

terbiasa dengan pola mendengarkan dan menerima, sekarang berubah

siswa yang harus mencari dan berusaha sendiri memperoleh informasi.

164

Tabel 4.1

Hasil Pemahaman, Respon, Implementasi Pendekatan Ilmiah

dan Penilaian Otentik

Tingkat SMK Telekomunikasi Tunas Harapan SMK Negeri 1 TengaranPemahaman Guru 1. Guru telah memahami desain

aturan pembuatan RPP2. Guru memahami pendekatan

saintifik3. Guru memahami aturan penilaian

yang berlaku namun masih perlubimbingan untukpengklasifikasiannya

1. Pemahaman guru terhadapperubahan kurikulumterlihat pada hasil RPP yangdibuat

2. Pendekatan saintifikdipahami oleh guru denganbaik

3. Penilaian otentik terlihatmembingungkan hampirsemua guru, walaupundilaksanakan dengan baik.

Respon Guru danSiswa

1. Bertambahnya jam pembelajaranpada struktur kurikulum 2013membawa pengaruh terhadapkelangsungan PBM

2. Berkurangnya jam dan hilangnyamata pelajaran tertentu membawadampak yang berbeda pula.

3. Perubahan materi pada matapelajaran tertentu membawapengaruh pada pendekatanpembelajaran yang digunakan

4. Respon positif dengan modelpendekatan saintifik yangditerapkan

5. Respon positif juga diperoleh darisiswa dengan pendekatan danmateri yang berubah

6. Penilaian dianggap merepotkandan membingungkan

7. Perubahan sikap siswa di kelasdengan penilaian otentikdibanding penilaian pada KTSP

1. Penambahan jam pada matapelajaran tertentu ditanggapiberbeda oleh guru

2. Pengurangan jam pada matapelajaran Bahasa Inggris danpeniadaan mata pelajaranIPA telah menuai beragampendapat

3. Implementasi pendekatansaintifik membawa dampakyang baik pada siswa

4. Implementasi pendekatansaintifik mampu dijalankandengan baik

5. Respon positif jugadiperoleh dari siswa denganteknik penilaian yangditerapkan.

6. Respon yang kurang baikdengan penilaian yangditerapkan karenamerepotkan guru

ImplementasiPendekatan

Ilmiah

1.Persyaratan pelaksanaan Prosespembelajaran sesuai denganstruktur kurikulum 2013 yangberlaku, penyediaan buku tekspelajaran dan sumber belajar yangmendukung tersedia dengan

1.Persyaratan pelaksanaan Prosespembelajaran sesuai denganstruktur kurikulum 2013 yangberlaku, penyediaan buku tekspelajaran dan sumber belajaryang mendukung tersedia

165

sempurna, pengelolaan kelasterkontrol dengan baik, volume danintonasi suara yang harusdiperhatikan guru

2.Kegiatan pelaksanaan pembelajaranyang meliputi kegiatanpendahuluan dilaksanakan denganbaik

3. Kegiatan inti yang meliputi prosesmengamati, menanya,mengeksplorasi, mengasosiasi danmengkomunikasi sudah dilakukantetapi kegiatan menanya masihmembutuhkan stimulus dari guru.Kegiatan menyimpulkan lebihbanyak didominasi oleh guru.

4.Aktifitas siswa secara mandiriterlihat pada prosesmengeksplorasi, mengasosiasi danmengkomunikasikan

5.Kegiatan inti tidak bisadilaksanakan secara maksimal padakelas tertentu yaitu programkeahlian TKR

6.Kegiatan penutup dilakukan denganmaksimal baik.

walaupun dengan belumsempurna, pengelolaan kelasterkontrol dengan baik, dimanapembelajaran dilakukan dimushola mengurangi kejenuhansiswa.

2.Kegiatan pelaksanaanpembelajaran yang meliputikegiatan pendahuluandilaksanakan dengan baik

3. Kegiatan inti yang meliputiproses mengamati, menanya,mengeksplorasi, mengasosiasidan mengkomunikasi sudahdilakukan tetapi kegiatanmenanya masih membutuhkanstimulus dari guru.

4.Aktifitas siswa secara mandiriterlihat pada prosesmengeksplorasi, mengasosiasidan mengkomunikasi denganbantuan dan stimulus dari guru.

5.Kegiatan inti tidak bisadilaksanakan secara maksimalpada kelas tertentu yaituprogram keahlian TKR danTSM

6.Kegiatan penutup dilakukandengan maksimal baik.

ImpelementasiPenilaian Otentik

1. Ruang Lingkup penilaianmencakup tiga ranah yaitu sikap,pengetahuan dan ketrampilan

2. Teknik penilaian sikapdilaksanakan dengan baik

3. Teknik penilaian pengetahuandilaksanakan dengan baik

4. Teknik penilaian ketrampilan telahdilaksanakan dengan beberapakekurangan yaitu penilaian projekdan portofolio masih butuhbimbingan

1. Ruang Lingkup penilaianmencakup tiga ranah yaitusikap, pengetahuan danketrampilan

2. Teknik penilaian sikapdilaksanakan dengan baik

3. Teknik penilaianpengetahuan dilaksanakandengan baik

4. Teknik penilaianketrampilan telahdilaksanakan denganbeberapa kekurangan yaitupenilaian projek danportofolio masih butuhbimbingan

166

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menelaah teori dan menganalisa hasil penelitian

tentang implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian

otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pelatihan kurikulum 2013, yang telah dilaksanakan oleh

Kementrian Agama bidang PAIS kab. Semarang maupun pihak SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab. Semarang dan SMK Negeri

1 Tengaran kab. Semarang telah dipahami oleh guru pengampu mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Terbukti dengan

pembuatan RPP yang telah dibuat berdasarkan aturan yang tertera dalam

PP No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Pendekatan ilmiah (scientific

approach) yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengasosiasi dan mengkomunikasikan menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Aspek mengamati dipahami

guru sebagai langkah untuk memperlihatkan materi secara umum kepada

siswa menggunakan berbagai media. Proses menanya dipahami sebagai

sebuah proses yang dilakukan oleh siswa setelah proses mengamati, yang

membutuhkan keaktifan dan kesiapan siswa dalam mengikuti proses

belajar mengajar. Mengeksplorasi merupakan langkah yang harus

167

dilakukan siswa dengan guru sebagai fasilitatornya dengan cara membagi

siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Proses mengeksplorasi

difahami sebagai proses mencari referensi materi dari berbagai sumber

yang ada. Selama proses mengeksplorasi tersebut, siswa juga melakukan

proses mengasosiasi pengetahuannya dengan kelompok-kelompok kecil.

Proses terakhir dalam kegiatan inti adalah mengkomunikasikan. Guru

memahami bahwa proses mengkomunikasikan dilakukan secara

bergantian sesuai dengan nomer urut yang ada. Begitu juga dengan

penilaian otentik (authentic assessment) yang meliputi penilaian sikap,

pengetahuan dan ketrampilan telah dipahami. Berdasarkan observasi dan

wawancara yang kami lakukan, kami menemukan bahwa guru melakukan

penilaian sikap di awal, selama proses dan akhir pembelajaran untuk setiap

babnya. Permasalahan muncul, ketika ada salah seorang guru di SMK

Negeri 1 Tengaran Kab Semarang yang belum pernah mengikuti pelatihan

yang diadakan oleh Kementrian Agama. Sehingga berpengaruh terhadap

pemahaman guru terhadap implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian

otentik. Pelatihan kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh sekolah

lebih banyak menyangkut pembuatan RPP, bukan ke aplikasi pendekatan

dan penilaian yang digunakan.

2. Perubahan struktur kurikulum 2013 diantaranya penambahan jam dan

pengurangan materi yang ada dalam silabus mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti ditanggapi positif oleh guru yang

bersangkutan. Bertambahnya jam dimanfaatkan guru untuk menutupi

168

kekurangan kompetensi yang harus dikuasai siswa, seperti kompetensi

praktek sholat dan membaca al Qur’an. Lingkungan sekolah dimanfaatkan

untuk kegiatan belajar mengajar, selain ruang kelas formal, penggunaan

masjid atau musholla sekolah, pembelajaran outdoor pun dilakukan.

Pendekatan ilmiah dan penilaian otentik ternyata mampu menambah

semangat siswa dalam belajar.

Tanggapan positif berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 dari

sisi penambahan dari struktur kurikulum maupun pendekatan ilmiah

(scientific approach), namun kesulitan guru dalam mengimplementasikan

penilaian otentik ranah sikap, menjadi kendala pelaksanaannya. Kerepotan

guru yang harus memberikan penilaian yang mencakup seluruh kegiatan

siswa baik di kelas selama proses belajar mengajar maupun di luar kelas.

Selain itu, keluhan dari guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti mengenai keberadaan buku teks pegangan guru dan siswa

yang sampai penelitian ini kami lakukan, buku tersebut belum juga datang.

Padahal implementasi kurikulum 2013 hampir berlangsung selama satu

tahun. Upaya guru untuk memperbanyak sendiri materi yang ada, tidak

mampu menyelesaikan masalah secara tuntas.

3. Berdasarkan observasi dan wawancara kami terhadap guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pendekatan ilmiah (scientific

approach) telah dilaksanakan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru

diawali dengan proses mengamati, dimana guru memberikan stimulus

kepada siswa berupa tayangan gambar atau film yang dipresentasikan

169

menggunakan lcd proyektor dan surat kabar yang berkaitan dengan materi

yang akan dibahas pada hari itu. Proses berikutnya yaitu menanya, yang

dilakukan oleh guru terhadap siswa. Proses ini yang tidak sesuai dengan

aturan yang diterapkan dalam PP No 65, dimana proses menanya

dilakukan oleh siswa terhadap siswa atau siswa terhadap guru. Analisa

penulis, ini menggambarkan bahwa kesiapan siswa terhadap materi masih

kurang atau keberanian siswa untuk mengungkapkan ide dan pokok

pikirannya mengalami kesulitan. Selanjutnya, dilakukan proses

mengeksplorasi, guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil

dan membagi tugas untuk masing-masing kelompok kecil tersebut. Proses

mengeksplorasi yang dilakukan siswa terlihat pada kegiatan siswa untuk

memperoleh materi yang ditugaskan guru, dari berbagai sumber belajar. Di

sini terlihat bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar utama dan

berperan sebagai fasilitator selama proses belajar mengajar. Siswa SMK

Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab. Semarang memanfaatkan

media internet selama proses mengeksplorasi ini yang telah terpenuhi

hotspot area, dilengkapi dengan laptop yang dibawa oleh siswa secara

mandiri. Proses mengasosiasi tidak terlepas dari proses mengeksplorasi,

karena diskusi kelompok-kelompok kecil masih berjalan, dimana siswa

menyamakan persepsi terhadap materi yang sudah mereka cari selama

proses mengeksplorasi tersebut. Guru meminta kelompok-kelompok kecil

tersebut menuangkan hasil diskusinya pada tampilan power point yang

akan memudahkan siswa untuk mempresentasikan hasilnya. Langkah

170

terakhir dari kegiatan inti yaitu mengkomunikasikan, yang tampak dari

pemaparanyang dilakukan secara bergantian.

Implementasi penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas

Harapan Tengaran dan SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang telah

dilaksanakan. Penilaian yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan

ketrampilan dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan

kebutuhan. Seperti, siswa SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang diminta

melakukan ketrampilan membaca dan mengahafal ayat tertentu di awal

semester sampai akhir semester. Sehingga penilaian ini meringankan bagi

siswa yang kurang menguasai kompetensi tersebut. Untuk penilaian

pengetahuan, dilakukan setelah menyelesaikan satu kompetensi, yang

ditambah dengan nilai penugasan pada kompetensi yang sama. Penilaian

sikap dilakukan oleh guru di awal dan akhir pertemuan setiap kompetensi

baru dan selama proses diskusi kelompok kecil yang berupa observasi.

4. Kurikulum 2013 menawarkan hal yang baru, baik berupa pendekatan

ilmiah (scientific approach) maupun penilaian otentik (authentic

assessment). Pekerjaan guru yang berhubungan dengan penyampaian

materi kepada siswa, menjadi terkurangi. Peran guru sebagai fasilitator

terlihat, dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil berikut

pemberian tugas kepada siswa. Sehingga, kelas menjadi hidup dan

bermakna, karena siswa mencari sumber belajar dari berbagai referensi,

bukan guru satu-satunya sebagai sumber belajar. Penilaian otentik

171

membawa dampak perubahan pada sikap siswa, terutama sikap siswa di

kelas. Kesadaran siswa terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru,

memacu siswa untuk memperbaiki sikapnya baik di kelas tatap muka

maupun di luar kelas.

Hambatan yang ada di antaranya dibutuhkan kesiapan guru selain sarana

prasarana yang dibutuhkan. Guru, yang seharusnya menjadi pelaku utama

kurikulum 2013, memiliki keterbatasan kemampuan dalam

mengimplementasikannya.

Penyediaan buku teks pelajaran bagi guru dan siswa yang mengalami

keterlambatan dalam pendistribusiannya menjadi kendala tersendiri

berikut pemanfaatan teknologi informasi yang kurang maksimal mampu

menghambat pelaksanaan kurikulum 2013.

B. Saran

1. Pemerintah

Pemerintah seharusnya mempertimbangkan secara matang dalam

mengeluarkan kebijakan baru terutama berkaitan dengan perubahan

kurikulum 2013. Pelatihan bagi kepala sekolah maupun guru sebaiknya

tidak dilakukan secara mendadak dan terbatas. Yang terjadi di lapangan,

Kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan di bulan Juli 2013, namun

pelatihan baru dilakukan mulai bulan tersebut. Sekolah harus mencari

format yang tepat untuk menerapkannya. Sehingga sekolah yang diminta

menjadi pioneer K13 hanya dijadikan sebagai kelinci percobaan.

172

Sinkronisasi pemahaman antara dinas pendidikan pusat dengan dinas

pendidikan daerah harus dilakukan. Ketika kebingungan di sekolah terjadi,

dinas pendidikan daerah tidak mampu menjadi menemukan solusi yang

benar.

2. Sarana Prasarana

Penyiapan sarana prasarana yang memadai sangat dibutuhkan untuk

keberlangsungan implementasi kurikulum 2013. Ruang kelas dan ruang

penunjang lain harus tersedia demi kelangsungan proses belajar mengajar.

Penyediaan LCD proyektor, laptop dan speaker aktif menjadi faktor

penunjang utama. Area hotspot atau wifi menjadi penunjang yang lain,

sehingga sumber belajar bisa diambil sewaktu-waktu.

3. Guru

Kreatifitas guru menjadi faktor utama keberlangsungan Kurikulum 2013.

Kepandaian guru mengelola kelas, menggunakan dan memanfaatkan

media pembelajaran yang tersedia, kesiapan menerima perubahan dan

informasi yang global berkaitan dengan Kurikulum 2013 menjadi tuntutan

utama seorang guru.

4. Siswa

Keaktifan siswa dalam menerima dan mengelola model belajar yang

diterapkan harus dimiliki. Mindset siswa harus dirubah terhadap

perubahan pola belajar yang selama ini, dimana guru menjadi sumber

belajar menjadi sekedar fasilitator. Usaha memahami materi pembelajaran

secara mandiri harus diterapkan, tidak diperkenankan hanya

173

mengandalkan informasi itu dari guru.

5. Orang Tua

Bagi orang tua, diharapkan memperhatikan pola tingkah laku putra-

putrinya, terutama dorongan untuk belajar. Yang terjadi selama ini,

beberapa pengakuan dari siswa, orang tuanya tidak pernah

memperhatikannya, terutama masalah belajar putra-putrinya. Mereka

hanya dicukupkan dengan materi tanpa diingatkan untuk belajar lebih

serius.

174

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

2013.

Bell.Children’s Science, Contructivism and Learning in Science. Victoria:

Deakin University Pers, 1995.

Dawson, Catherine. Metodologi PenelitianPraktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2001.

Dep. Pend. Nasional.Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan

Abad ke 21 (SPTK-21), Jakarta: Depdiknas. 2002.

Dep. Pend. Nasional.Standar Kompetensi Guru (SKG). Jakarta: Depdiknas, 2003.

Dep. Pend. Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat. Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

PT. Rineka Cipta. 2000.

Discovery Education. Scientific Method.

2006.http://school.discovery.com/SciencefairCentral/scifairstudies/handbo

ok/scientificmethod..html (6 Maret 2014).

Faiko, Nur.Penerapan KTSP pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Kompetensi Menulis Laporan Perjalanan siswa Kelas VIII di SMP Negeri

1 Gresik. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. UM. 2007.

Fauziah, Resti.Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui

Model Pembelajaran Berbasis Masalah.Jurnal Ivotec. Volume IX. No 2

Agustus 2013: 165-178. Universitas Pendidikan Indonesia.

Furchan, Arief.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional. 1982.

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013 (6 Maret

2014)

175

The Goerge Lucas Educational Foundation.Instructional Module Project Based

Learning. 2005.http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. (8

April 2014).

Griffith.The Physics of Everyday Phenomena: A Conceptual Introduction to

Physic. New York: McGraw Hill. 2007.

Guire, Mc. Using the Scientific Method, Learning Assistance Review (TLAR) Fall,

Vol 12 Issue2, p33-45,13p.2 Diagrams.2007.

Gulikers, Judith T.M.A Five-Dimesional Framework for Authentic Assessment,

dalam jurnal Educational Technology Research and Development,Volume

52, Issue 3. 2004.

.Hudoyo, H.Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di Depan

Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. 1979.

Huberman, Michael.AnalisaData Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia, 1992.

Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies. Persepsi

Civitas Akademika FIP UNNES Mengenai Kurikulum 2013 ditinjau dari

Sub-Kultur Budaya Jawa Tengah.2014.

Jurnal pendidikan dan Pengajaran Undiksa. No 1 Th XXXX Januari, I Wayan

sadia, Pengembangan Kemampuan Berfikir Formal siswa SMA Mellaui

Penerapan Model Pembelajaran ’Problem Based Learning” dan ”Cycle

Learning” dalam Pembelajaran Fisika.2007.

Karli, Hilda. Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan

Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan

Penabur-No.22/Tahun ke-13/Juni 2014.

Kemdikbud, 2012. Kurikulum 2013 Tematik Integratif. Diunduh di

http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/868(13 Nopember 2014).

Materi Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum 2013. oleh Pusat Pengembangan

Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun

2013.

Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru PAI dan

Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK. Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon

206 IAIN Walisongo Semarang Tahun 2013. 2013.

176

Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya,

2007.

Muslimin, Ibrahim dan Muhammad Nur.Pengajaran Berdasarkan Masalah,

Surabaya: University Press, 2000.

Nurgiyantoro, Burhan.Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah

Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE. 1998.

Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013. Bandung 16 maret 2013.

Patton, Michael Quinn.Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

1991.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP)

Peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan

Keagamaan

Poerwadarminta,W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta:

Balai Pustaka, 2006.

Roestiyah.Strategi Belajar Mengajar. Cet. 7. Jakarta: Reineka Cipta, 2008.

Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses

Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian

Sanjaya, Wina.Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Prenada Media. 2005.

Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2000.

Suherman dkk.Common TextBook Strategi pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: Jurusan pendidikan matematika UPI Bandung.

2001.

Slamet Soeseno.Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Jakarta: Gramedia. 2006.

Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta.Penilaian Portofolio: Implementasi

Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.

Sund, R.B. & Leslie.Teaching Science by Inquiry in the Secondary School.

Columbus: Charles E. Merill Publishing Company. 1973.

177

Taufiq, Muh. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala

yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan (NW)

Pancor, Lombok Timur, Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta. 2010.

Usman, M.U.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.

Varelas, Maria and Michael Ford.The Scientific method and scientific inquiry:

Tensions in teaching and learning, USA: Wiley InterScience. 2009.

O(S1)c

A. SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN KAB SEMARANG

178

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/Langsung

Hari/Tanggal : Selasa, 22 April 2014

Tempat : Ruang Kelas XH

Waktu : 08.30 - 11.00 (Jam ke 3 - 5)

Subyek : Ashabul Khoir, S.Pd.I

Jenis Data : Implementasi Pendekatan Saintifik

Agenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 08.35 – 09.15 Guru masuk kelas, memimpin doa, melakukan presensidan meminta tagihan tugas kelompok selama libur UN kelas XII

2. Jam 09.15-09.30 Istirahat3. Jam 09.38-10.00 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok pokok

materi yang harus dikuasai siswa4. Jam 10.00-10,30 Guru meminta siswa menelaah dan menginventarisir barang

berharga yang menjadi miliknya dan melihat bagaimana praktik sedekah danzakat yang ada di daerahnya

5. Jam 10.30-10.52 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang kegunaandan cara memanfaatkan barang yang dimiliki sesuai ajaran agama Islam.

6. Jam 10.52-11.03 Pembagian kelompok berikut pemberian tugas kelompoksesuai tema masing-masing

Selasa 29 April 2014, sebagai berikut:

7. Jam 08.32-08.45 Guru melakukan presensi, menyesuaikan posisi tempatduduk sesuai kelompok siswa

8. Jam 08.45-09.15 Guru meminta siswa menyiapkan kelompoknya untukpresentasi

9. Jam 09.15-09.30 Istirahat10. Jam 0930-11.05 Presentasi dan tanya jawab antar kelompok secara bergantian

O(S1)c

CATATAN OBSERVASI

179

Sifat : Terbuka/Langsung

Hari/Tanggal : Sabtu, 26 April 2014

Tempat : Ruang Kelas XD

Waktu : 12.30 - 14.45 (jam ke 7 - 9)

Subyek : Heru Budi Wiyatno, S.Ag

Jenis Data : Implementasi Pendekatan Saintifik

Agenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 12.35-13.15 Guru melakukan prsesensi dan meminta siswamembersihkan kelas

2. Jam 13.15-13.28 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materitentang Substansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah

3. Jam 13.28-14.10 Guru memutarkan film tentang dakwah nabi di Madinahdengan tiga film yang berbeda, guru meminta siswa mengamati tanyanganyang ada dengan LCD Proyektor

4. Jam 14.10-14.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang film yangtelah diputar tadi

5. Jam 14.35-14.50 Guru membagi kelompok sesuai tugas yang ada, dibagimenjadi 3 kelompok dengan metode jigsaw

Sabtu, 3 Mei 2014, sebagai berikut:

1. Jam 12.33-12.40 Guru memimpin berdoa dan melakukan presensi, memintasiswa untuk duduk sesuai kelompoknya

2. Jam 12.40-13.10 Guru meminta siswa berdiskusi yang memiliki tugas yangsama sebelum kembali ke kelompoknya.

3. Jam 13.10-13.28 Guru meminta siswa kembali ke kelompoknya menjadikelompok ahli

4. Jam 13.28-14.35 Guru Setiap kelompok mempresentasikan tugasnya dengantanya jawab

5. Jam 14.35-14.55 Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi6. Jam 14.55-14.59 Guru memberikan rencana pertemuan selanjutnya yaitu

penilaian tertulis.

O(S1)c

CATATAN OBSERVASI

180

Sifat : Terbuka/Langsung

Hari/Tanggal : Rabu, 23 April 2014

Tempat : Ruang Kelas XK

Waktu : 12.30 - 14.45 (Jam ke 7 - 9)

Subyek : Ashabul Khoir, S.Pd.I

Jenis Data : Implementasi Pendekatan Saintifik

Agenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 12.35 – 13.10 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi dantagihan tugas selama libur

2. Jam 13.10 – 13.20 Guru menyampaikan tujuan, pokok materi dan langkahpembelajaran

3. Jam 13.20 – 14.00 Guru meminta siswa mengamati tayangan video contohpraktek wakaf yang ada di masyarakat (sebagian siswa tertidur, guru sudahmengingatkan dan meminta cuci muka, namun terjadi berulang-ulang)

4. Jam 14.00 – 14.15 Guru menstimulasi siswa bertanya denganmenyampaikan ada tambahan nilai bagi yang bertanya (namun tidak adasiswa yang bertanya)

5. Jam 14.15 – 14.28 Guru membentuk kelompok menjadi empat (4)kelompok

6. Jam 14.28 – 14.45 Guru mengarahkan dan menstimulasi siswa untukberdiskusi tahap I dan menyampaikan rencana pertemuan selanjutnyadiantaranya siswa diminta mencari materi di rumah baik via internetmaupun buku rujukan yang lainnya

Rabu, 30 April 2014 jam ke 7 – 9

7. Jam 12.40 – 13.05 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi,memberikan motivasi ibadah terutama sholat dhuhur (ada beberapa siswayang dihukum karena membolos shalat jamaah dhuhur)

8. Jam 13.05 – 13.26 Guru meminta tagihan pekerjaan rumah yang diberikanminggu lalu (hanya dua kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya)dan memberikan kesempatan untuk menyelesaikannya.

9. Jam 13.26 – 14.30 Guru meminta siswa mempresentasikan tugaskelompoknya (diskusi hanya berjalan satu arah, karena tanya jawab hanyadilakukan oleh dua siswa yang sama setiap kelompok yang maju)

181

10. Jam 14.30-14.45 Guru dan menyimpulkan materi dan meminta siswamembersihkan kelasnya.

O(S1)c

CATATAN OBSERVASI

182

Sifat : Terbuka/Langsung

Hari/Tanggal : Rabu, 14 Mei 2014

Tempat : Ruang kelas XK

Waktu : Jam 12.45 - 15.00

Subyek : Ashabul Khoir, S.Pd.I

Jenis Data : Implementasi Pendekatan Saintifik

Agenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 12.30 – 12.50 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi,memberikan motivasi ibadah dan memberikan contoh pergaulan yang benar

2. Jam 12.50 – 13.05 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi yangakan diajarkan berikut langkah-langkah pembelajaran (siswa keberatandengan metode diskusi, mereka meminta guru supaya materi dijelaskanlangsung tanpa ada pembagian kelompok)

3. Jam 13.05 – 13.16 Guru memberikan pertanyaan seputar materi (responhanya sedikit)

4. Jam 13.16 – 14.15 Guru menjelaskan materi Substansi Dakwah Nabi periodeMadinah

5. Jam 14.15 – 14.35 Guru menguji siswa dengan pertanyaan seputar materiyang telah diajarkan (respon siswa sudah lebih banyak)

6. Jam 14.35 – 14.45 Guru memberikan kesimpulan dengan mengajak siswabersama

O(S1)c

CATATAN OBSERVASI

183

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Sabtu, 26 April 2014Tempat : Ruang Kelas XDWaktu : 12.30 - 14.45 (Jam ke 7 - 9)Subyek : Heru Budi Wiyatno, S.AgJenis Data : Implementasi Pendekatan SaintifikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 13.28-14.10, guru menayangkan video berkenaan dengan perjalanannabi hijrah ke Madinah

2. Jam 14.10-14.35, guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang videoyang telah diputarkan

3. Jam 14.35-14.50, guru meminta siswa membentuk kelompok kecil untukmendiskusikan sesuai tema yang telah ditetapkan

O(S1)c

184

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Sabtu, 10 Mei 2014Tempat : Ruang kelas XDWaktu : 12.30 - 14.45Subyek : Heru Budi Wiyatno, S.AgJenis Data : Implementasi Penilaian OtentikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 12.30-12.45, guru melakukan presensi dan memberikan motivasimenggunakan waktu senggang

2. 12.45-12.50, guru menjelaskan agenda yang akan dilakukan hari ini3. 12.50-13.00, siswa mereview materi4. 13.00-13.06, guru membagi soal yang terdiri dari pilihan ganda 40 soal dan

essai 55. 13.06-14.45, siswa mengerjakan soal6. 14.45, siswa mengumpulkan lembar jawab

O(S2)3

185

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Sabtu, 26 April 2014Tempat : Ruang Kelas 1RPL1Waktu : 07.00 - 09.15Subyek : Dra Nur Sholichah, M.PdJenis Data : Implementasi Pendekatan saintifikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 07.04 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi2. Jam 07.15 – 07.28 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran berikut

langkah-langkah yang akan dilalui3. Jam 07.28 – 08.01 Guru membagi potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi

ekonomi masyarakat sekitar, siswa diminta mengamati4. Jam 08.01 – 08.29 Guru melakukan tanya jawab (Respon bagus, komunikasi terjalin

baik)5. Jam 08.29 – 08.38 pembagian kelompok6. Jam 08.38 – 09.13 Diskusi Tahap I7. Jam 09.13 – 09.16 menyampaikan rencana pertemuan berikutnya

Sabtu 3 Mei 2014

1. Jam 07.05 – 07.15 guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menata posisitempat duduk siswa sesuai kelompok

2. Jam 07.15 – 08.00 Diskusi Tahap II3. Jam 08.00 – 09.02 Presentasi kelompok4. Jam 09.02 – 09.11 Guru bersama siswa menyimpulkan materi5. Jam 09.11 – 09.15 Guru menyampaikan agenda pertemuan selanjutnya

O(S2)3

186

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Jum'at, 25 April 2014Tempat : Ruang Kelas 1IKR2Waktu : 07.00 - 09.15Subyek : Dra Nur Sholichah, M.PdJenis Data : Implementasi pendekatan SaintifikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 07.05 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, merapikanseragam yang dikenakan siswa

2. Jam 07.15 – 07.29 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran3. Jam 07.29 – 07.35 Guru meminta siswa mengambil buku pegangan guru di

perpustakaan dan membaginya kepada siswa4. Jam 07.35 – 07.50 Guru menstimulasi siswa dengan memberikan beberapa

pertanyaan yang relevan (respon kecil)5. Jam 07.50 – 09.07 Guru memberikan materi kepada siswa secara klasikal6. Jam 09.07 – 09.15 Guru menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya

O(S2)3

187

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Sabtu, 30 April 2014Tempat : Ruang Kelas 1SM1Waktu : 08.30 - 11.00Subyek : Heni Wulandari, S.Pd.IJenis Data : Implementasi Pendekatan SaintifikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 08.33 – 08.45 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi2. Jam 08.45 – 08.58 Guru menyampaikan pertanyaan yang relevan3. Jam 08.58 – 09.15 Guru menyampaikan tujuan dan pokok materi4. Jam 09.15 – 09.43 Guru meminta siswa mempelajari materi yang ada di buku

pegangan siswa5. Jam 09.43 – 10.00 pembagian kelompok6. Jam 10.20 – 11.00 Diskusi kelompok tahap I

Rabu, 7 Mei 2014

1. Jam 08.40 – 08.50 Guru membuka pembelajaran dengan doa dan melakukanpresensi

2. Jam 08.50 – 09.13 Diskusi kelompok tahap II3. Jam 09.13 – 10.00 Presentasi4. Jam 10.18 – 11.00 Presentasi dan penutup

O(S2)3

188

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Selasa, 22 April 2014Tempat : Ruang Kelas 1TGWaktu : 12.15 - 14.30Subyek : Fathan, S.H.IJenis Data : Implementasi Pendekatan saintifikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 12.18 – 12.25 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi danmemotivasi ibadah

2. Jam 12.25 – 12.38 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pokoktentang wakaf

3. Jam 12.38 – 13.03 menanyangkan video contoh praktik wakaf4. Jam 13.03 – 13.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya5. Jam 13.35 – 13.45 Guru membagi siswa dalam kelompok kecil6. Jam 13.45 – 13.56 Guru membimbing siswa untuk melakukan ke mushola untuk

kegiatan selanjutnya7. Jam 13.56 – 14.27 Diskusi tahap I8. Jam 14.27 – 14.30 Dipimpin doa dan rencana pertemuan selanjutnya

Selasa 29 April 2014 jam 12.15 – 14.30

1. Jam 12.25 – 12.31 Membuka pembelajaran dan melakukan presensi2. Jam 12.31 – 13.05 Diskusi tahap II3. Jam 13.05 -14.20 Presentasi Kelompok4. Jam 14.20 – 14.30 Guru merencanakan agenda pertemuan berikutnya yaitu tes

pengetahuan tertulis dan menutup proses belajar mengajar

O(S2)3

189

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Rabu, 14 Mei 2014Tempat : Ruang Kelas 1SM1Waktu : 08.30 - 11.00 ( Jam ke 3 - 5)Subyek : Heni Wulandari, S.Pd.IJenis Data : Implementasi Penilaian OtentikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 08.35-08.50 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan motivasiibadah siswa serta menyampaikan agenda pembelajaran hari ini

2. Jam 08.50-09.30 Guru mereview ulang materi secara keseluruhan3. Jam 09.30-09.43 Guru membagikan soal ulangan secara tertulis dan menyampaikan

peraturan mengerjakan soal ulangan4. Jam 09.43-10.50 Siswa mengerjakan soal ulangan5. Jam 10.50-11.00 Siswa mengumpulkan hasil ulangan, Guru menutup pembelajaran

190

O(S2)3

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Sabtu, 10 Mei 2014Tempat : Ruang Kelas 1RPL1Waktu : Jam 07.00 - 09.15 (Jam ke 1 - 3)Subyek : Dra Nur Sholichah, M.PdJenis Data : Implementasi Penilaian OtentikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 07.05-07.12 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menyampaikanagenda pembelajaran yang akan berlangsung

2. Jam 07.12-07.50 Siswa mempelajari materi secara mandiri3. Jam 07.50-08.05 Guru membacakan 10 soal ulangan tertulis secara essay4. Jam 08.05-09.12 Siswa mengerjakan soal secara mandiri, guru melakukan proses

pengawasan5. Jam 09.12-09.15 Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan guru menutup

pembelajaran

191

O(S2)3

CATATAN OBSERVASI

Sifat : Terbuka/LangsungHari/Tanggal : Selasa, 6 Mei 2014Tempat : Ruang Kelas 1TGWaktu : Jam 12.15 - 14.30 (Jam ke 7 - 9)Subyek : Fathan, S.H.IJenis Data : Implementasi Penilaian OtentikAgenda : Proses Belajar Mengajar

1. Jam 12.15-12.30 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi danmenyampaikan agenda yang akan berlangsung pada hari ini, diantaranya adaperubahan bentuk soal yang telah disampaikan pada minggu yang lalu.

2. Jam 12.30-14.30 Siswa secara bergiliran melakukan penilaian pengetahuan secaralisan, metodenya setiap siswa diberikan lima (5) pertanyaan yang berbeda.

3. Jam 14.30 Guru menutup pembelajaran

192

BIODATAPENELITI

Nama :Zakiyah Wulansari, S.Ag

TempatTanggalLahir:Kab Semarang, 26 Desember 1978

AlamatRumah : Kalibening RT/RW03/III

Kec. Tingkir Kota Salatiga

Alamat Email : [email protected]

Telp : 085-865-222-881

GRADUASIPENDIDIKAN

1. MI Asas Islam Kalibening Salatiga Tahun1984-1990

2. MTsN Salatiga Tahun 1990-1993

3. MAPK MAN 1 Surakarta Tahun 1993-1996

4. STAIN Salatiga Tahun 1996-2000

5. Pascasarjana STAIN Salatiga 2012-2015

JABATAN TERAKHIR

Guru SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang Mulai Tahun

2001 - sekarang

193

SURATPERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Zakiyah Wulansari, S.Ag

NIM : M.1.12.1018

Alamat : Kalibening RT 03 RW 03 Kec. Tingkir Salatiga

Menyatakan bahwa kami tidak berkeberatan apabila naskah tesis ini

dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini kami buat

Hormat Kami

Zakiyah Wulansari, S.Ag