pengelolaan_kemitraan_smk

20
Pengelolaan Kemitraan SMK LATAR BELAKANG Rendahnya relevansi dan daya saing lulusan dalam tataran global berdasarkan laporan UNDP, TIMSS, dan AEEAI (Alfian, 2007), serta hasil survey The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) tentang tenaga kerja yang menunjukkan rendahnya mutu tenaga kerja Indonesia (Jalal, 2007). Indikator mutu SDM yang diukur melalui Human Development Index (HDI) sampai dengan tahun 2007 juga menunjukkan Indonesia masih berada pada posisi rendah bila dibandingkan dengan 179 negara lainnya seperti Thailand, Malaysia dan Philipina (Anan & Susanti, 2007). Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah pengangguran terdidik yang jumlahnya sangat besar. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,41 persen sebesar 8.32 juta orang, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen sebesar 8,14 persen sebesar 8,96 juta orang dan Agustus tahun 2008 sebesar 9,39 juta orang. (BPS,2011). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu subsistem pendidikan dalam pendidikan nasional dan sekaligus merupakan subsistem dari sistem pembangunan nasional sebagai jenjang pendidikan terminal mempunyai peranan penting dalam menyiapkan tenaga kerja yang profesional tingkat menengah dalam mengisi keperluan pembangunan nasional, (Depdiknas, 2002)..

Upload: aan-yudianto

Post on 23-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

smk

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

Pengelolaan Kemitraan SMK

LATAR BELAKANG

Rendahnya relevansi dan daya saing lulusan dalam tataran global berdasarkan laporan

UNDP, TIMSS, dan AEEAI (Alfian, 2007), serta hasil survey The Political and Economic

Risk Consultancy (PERC) tentang tenaga kerja yang menunjukkan rendahnya mutu tenaga

kerja Indonesia (Jalal, 2007). Indikator mutu SDM yang diukur melalui Human Development

Index (HDI) sampai dengan tahun 2007 juga menunjukkan Indonesia masih berada pada

posisi rendah bila dibandingkan dengan 179 negara lainnya seperti Thailand, Malaysia dan

Philipina (Anan & Susanti, 2007).

Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah pengangguran terdidik yang jumlahnya

sangat besar. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010

mencapai 7,41 persen sebesar 8.32 juta orang, mengalami penurunan dibanding TPT Agustus

2009 yang sebesar 7,87 persen sebesar 8,14 persen sebesar 8,96 juta orang dan Agustus tahun

2008 sebesar 9,39 juta orang. (BPS,2011).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu subsistem pendidikan

dalam pendidikan nasional dan sekaligus merupakan subsistem dari sistem pembangunan

nasional sebagai jenjang pendidikan terminal mempunyai peranan penting dalam menyiapkan

tenaga kerja yang profesional tingkat menengah dalam mengisi keperluan pembangunan

nasional, (Depdiknas, 2002)..

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 15 berbunyi “bahwa pendidikan

kejuruan merupakan pendidikan menengah yang yang mempersiapkan peserta didik terutama

untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Seharusnya SMK memang sudah harus berbenah untuk

meningkatkan mutu serta relevansinya dengan kebutuhan dunia kerja serta produk pasar.

               Bertolak dari paparan di atas, tamatan SMK lebih diproyeksikan untuk memasuki

dunia kerja. Melalui pembekalan ilmu dan teknologi, sikap profesional, dan kompetensi-

kompetensi kejuruan, diharapkan tamatan SMK tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan

tenaga kerja dari segi jumlah, akan tetapi yang lebih penting adalah memiliki berbagai jenis

keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Page 2: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

Mewujudnyatakan tujuan di atas tidak mudah, apabila model penyeleng-garaan

pendidikan hanya dilakukan di sekolah saja. Selengkapnya apapun peralatannya, kegiatannya

masih tetap bersifat simulasi (tiruan). Proses belajar yang bersifat simulasi tidak akan pernah

mencapai keahlian yang berkualitas profesional. Dunia industri sebagai pengguna tamatan

akan semakin jauh menutut kompetensi tenaga kerja yang berkualitas. Kebiasaan sistem kerja

telah membentuk dunia kerja yang bercirikan budaya kerja pada industri. Sedangkan kegiatan

praktek siswa dilakukan hanya sekadar formalitas untuk memenuhi standar mutu minimal

yang harus dicapai. Penyelengaraan pendidikan belum berorientasi ke dunia luar dan belum

dapat mengantisipasi perkembangan kebutuhan pasar kerja ( Yunus, 2008:4 ).

Berdasarkan uraian di atas, pelibatan dunia usaha/dunia industri untuk berperan serta

dalam keseluruhan proses pendidikan, mulai dari penyusunan program pendidikan,

pelaksanaan, evaluasi sampai pada pemasaran tamatan menjadi sangat penting dalam sistem

penyelenggaraan pendidikan di SMK. Pelibatan dunia usaha/industri pada penerapan

kebijakan “Lingk and Macth” sudah dilakukan berupa program Pendidikan Sistem Ganda

(PSG). Di samping untuk meningkatkan kebermaknaan melalui proses pendidikan yang

efektif dan efisien, juga dalam memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap

pengalaman kerja di industri sebagai bagian dari proses pendidikan (Depdikbud, 2005).

Pengembangan serta pengelolaan SMK semestinya memperhatikan tuntunan pasar

(market driven) dimana belakangan ini segala bentuk pendidikan menengah kejuruan dan

pendidikan tinggi harus berorientasi pada kesempatan kerja yang tersedia ( job oppurtunity

oriented ) sehingga secara dini angka penganguran bisa dikendalikan. Kenyataan di lapangan

tuntutan pasar kerja sering terabaikan karena pelaksaanaan program kemitraan SMK dangan

dunia kerja belum optimal. Kemitraan dalam proses penyusunan RKS, RKAS dan KTSP, ini

sudah dianggap suatu yang rutin dilakukan sehingga pihak sekolah kurang tanggap akan

inovasi inovasi yang terjadi di dunia kerja.Inovasi inovasi ini sering tidak terakomodasi

dalam pembelajaran di dalam kelas.

Berdasarkan pada konteks penelitian maka penelitian ini akan difokuskan pada upaya

untuk menjelaskan pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja di SMK Negeri 1

Sukawati, SMK Negeri 5 denpasar, SDMK negeri 1 Sukasada sebagai berikut :

1.2.1        Bagaimanan pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam

memberdayakan lingkungan sehingga menghasilkan lulusan sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja?

Page 3: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

1.2.2        Bagaimana pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam menyediakan

input yang diperlukan sekolah sehingga menghasilkan lulusan sesuai dengan

kebutuhan dunia kerja ?

1.2.3        Bagaimana pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam melaksanakan

pembelajaran sehingga menghasilkan lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja

?

1.2.4        Bagaimana pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengelola

output sesuai dengan kebutuhan dunia kerja ?

1.2.5        Bagaimana penglolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengumpulkan

dan merefleksikan informasi tentang outcome untuk keberlangsungan hidup

sekolah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja?

METODE

            Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di bidang pendidikan, pendekatan

kualitatif seringkali disebut dengan penelitian naturalistik. Dengan pendekatan tersebut

kemitraan SMK dengan dunia kerja diamati dalam keutuhannya dan sebagaimana terjadi

secara alamiah (natural) di lokasi penelitian.

            Penelitian ini tergolong dalam rancangan studi multisitus dengan metode induktif

analitik termodifikasi (Bogdan & Biklen, 1982), dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Pertama, dilakukan beberapa kali pengumpulan data pada latar atau situs pertama. Hasilnya

selanjutnya dianalisis, sehingga menghasilkan teori sementara tentang pengelolaan kemitraan

SMK dengan dunia kerja berdasarkan rincian fokus penelitian. Kemudian dilakukan

pengumpulan data pada latar atau situs kedua. Hasilnya kemudian dianalisis dan

dikomparasikan dengan atau digunakan untuk memperluas teori sementara dari pengumpulan

data pada latar pertama. Dengan demikian diperoleh teori sementara lagi, namun lebih luas

tentang pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja. Kemudian pengumpulan data

dilanjutkan pada latar ketiga, hasilnya dianalisis, dikomparasikan dengan atau digunakan

untuk memperluas teori sementara yang dihasilkan dari pengumpulan data pada latar pertama

dan kedua. Dengan demikian diperoleh teori dengan generalisasi yang lebih luas lagi.      

Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview),

observasi berperan serta (observation participant), dan studi dokumentasi (study of

documentation). Ketiga teknik ini merupakan teknik-teknik dasar yang lazim digunakan

Page 4: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

dalam penelitian kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982). Data penelitian kualitatif seringkali

berupa kata-kata dan tindakan-tindakan orang yang memungkinkan peneliti untuk

menangkap bahasa dan perilaku. Selama pengumpulan data dibuat catatan lapangan dalam

rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data (Bogdan & Biklen, 1982).    

            Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposif, dengan memilih

orang-orang yang dianggap tahu tentang fokus masalah secara mendalam dan dapat dipercaya

untuk dijadikan sumber data, dan teknik ini dipadukan dengan teknik bola salju (snowball

sampling) (Miles & Huberman, 1992 ) yaitu meminta informan pertama atau sebelumnya

untuk menunjukkan orang-orang lain yang dapat dijadikan informan berikutnya. Sumber data

dalam penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai informan kunci, wakil kepala sekolah,

ketua program keahlian, guru-guru, siswa, komite sekolah, dan staf tata usaha. Sumber data

dari dokumen dipilih berdasarkan relevansinya dengan tujuan penelitian. Ketika akan

mengunjungi lokasi maupun informan, waktu dan kondisi setempat menjadi pertimbangan

peneliti.

Data yang telah terkumpul melalui berbagai teknik itu, lalu dicek keabsahannya,

dengan cara seperti kriteria yang dianjurkan Lincoln & Guba (1985), yaitu (1) kredibilitas

dengan pengamatan terus menerus, diskusi teman sejawat dan member check, (2)

transferabilitas dengan memberikan deskripsi secara rinci tentang temuan-temuan penelitian,

(3) dependabilitas dengan meminta beberapa orang audititor untuk mengauditnya, dan (4)

konfirmabilitas, yaitu penilaian hasil penelitian oleh pakar.

Setelah diperiksa, data tersebut selanjutnya dianalisis. Ada dua macam analisis data

yang dilakukan, yaitu (1) analisis dalam situs, dan (2) analisis lintas situs. Analisis data dalam

situs adalah analisis data setiap sekolah yang dijadikan situs penelitian. Penganalisisannya

dimulai sejak atau berbarengan dengan pengumpulannya, yaitu setelah empat atau lima kali

dilakukan pengumpulan data. Sedangkan analisis data lintas situs adalah pemaduan temuan-

temuan yang dihasilkan dari beberapa situs penelitian. Sesuai dengan metode penelitian ini,

sebagaimana ditegaskan di atas, penganalisisannya dilakukan dengan menggunakan metode

induktif analitik termodifikasi.  

HASIL

Page 5: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

            Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil penelitian yang diformulasikan dalam

bentuk proposisi sebagai berikut. a) Kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan, akomodasi

sekolah terhadap keinginan orang tua, dan intensitas sosialisasi program sekolah pada orang

tua siswa, berpengaruh terhadap dukungan masyarakat pada pendidikan di sekolah. b)

Kepercayaan masyarakat serta pemerintah daerah terhadap sekolah dipengaruhi oleh

terakomodasinya tuntutan inovasi DUDI dan Pemda dalam Renstra, KTSP, dan KBM oleh

pihak sekolah. c) Berkembang tidaknya sekolah dipengaruhi oleh kualitas dan daya inovasi

kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perhatian pemerintah daerah terhadap sekolah

tersebut. d) Latar belakang keluarga siswa, proses seleksi siswa, dan latar belakang

pendidikan tenaga pendidik/guru mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar mengajar.

e) Penyusunan KTSP serta revisi tahunan melibatkan seluruh stakeholder sekolah untuk

menghasilkan kurikulum sesuai standar isi, proses dan satandar penilaian serta keunggulan

sekolah. f) Lengkap tidaknya sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah SMK, merupakan

optimalisasi kemitraan dengan dunia usaha dan industri sangat mempengaruhi kualitas dan

mutu pembelajaran  siswa. g) Integrasi antara kemampuan teori dan kemampuan praktek

siswa dipengaruhi oleh adanya kerjasama yang bagus antara guru dan siswa, sarana prasarana

yang dimiliki DUDI, kesepakatan antara sekolah dengan DUDI tentang pengaturan waktu

dan jumlah siswa praktik, serta seringnya siswa dalam mengikuti event event perlombaan. i)

Adanya kemitraan yang saling menguntungkan antara sekolah dan DUDI, akan menjadikan

tenaga kerja sebagai produk SMK yang siap kerja dengan kompetensi sesuai kebutuhan dunia

kerja. j) Kemampuan siswa setelah melaksanakan magang/praktek merupakan awal

keberhasilan memenangkan persaingan peluang kerja baik dalam bentuk taching factory

maupun transfer skill disamping mendapatkan penghasilan tambahan. k) Pameran terbuka

(Open Promotion ) baik di sekolah atu di luar sekolah merupakan tanggung jawab soaial akan

apa yang telah di ajarkan di sekolah dan apa yang telah diperoleh siswa selama di SMK. l)

Adanya kemitraan yang terjadi di semua tahap pengelolaan sekolah, menyebabkan

tumbuhnya keyakinan lulusan SMK akan mampu bekerja dengan maksimal dan dapat

terserap di dunia kerja, pemda, dan perguruan tinggi sesuai dengan keahliannya.

PEMBAHASAN

            Ditinjau dari sudut manajemen pendidikan, Pengelolaan kemitraan SMK dengan

dunia kerja merupakan bagian dari manajemen pendidikan nasional yang khusus diterapkan

di SMK, terutama terkait dengan pengelolaan lingkungan , input, proses, produk serta

Page 6: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

outcome yang bertujuan untuk melakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraan

pendidikan yang berkualitas secara berkesinambungan di tingkat sekolah dengan

memberdayakan seluruh sumber daya secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan

tamatan yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi serta siap terjun kedunia kerja.

Temuan in sejalan dengan pendapat para ahli manajemen seperti Hitt, Duane & Hoslisson

(Xaviery, 2007), yang melihat bahwa salah satu input strategis bagi langkah maju sebuah

perusahaan adalah membentuk konsep yang berbasiskan sumber daya manusia demi suatu

profitabilitas yang tinggi.

Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengelolan lingkungan

menyiapkan input untuk mencapai keberhasilan dalam proses serta produk yang bisa diterima

oleh dunia kerja, sejalan konsep manajemen berbasis sekolah oleh Mulyasa (2007: 50),

bahwa tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah: 1) memajukan kualitas

pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik; 2)memperkokoh tujuan serta meningkatkan

kualitas hidup dan penghidupan   masyarakat; 3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin

hubungan dengan sekolah. Konsekuensi utama dari desentralisasi pendidikan saat ini, bahwa

kepala sekolah harus mampu sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan yang berbasis

lingkungan, keperluan masyarakat luas, atau stakeholders pendidikan (Chan & Tuti, 2005).

       Berkembang tidaknya sekolah tergantung pada akomodasi sekolah terhadap

aspirasi lingkungan sekolah dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja. Temuan

ini sejalan dengan pendapat Abdulrachman dan Suryosubroto, 2004 banwa hubungan dengan

masyarakat adalah kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh aspirasi, simpati,

pengertian, good will, kepercayaan, penghargaan, dukungan dari publik; sesuatu badan

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menciptakan kemitraan yang saling

menguntungkan.

Pengelolaan lingkungan dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja tidak

ditemukan dokumen yang melandasi kemitraan yang sudah berlangsung. Kenyataan

menunjukkan bahwa implementasi model pengelolaan itu belum dilakukan secara

berkelanjutan (unsustainably). Ini berarti bahwa implementasi sebuah kebijakan termasuk

pengelolaan kemitraan menghadapi tantangan yang tidak ringan terutama menyangkut

perubahan yang harus dilakukan di sekolah. Temuan ini tidak sejalan dengan pendapat

Syafaruddin (2008), setiap pengelolaan melahirkan pedoman, aturan, dan prosedur

penyelenggaraan pendidikan.

Page 7: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

Pengelolaan Input dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang

meliputi proses seleksi siswa, penyusunan serta revisi KTSP dan penyiapan tenaga

pendidikan, tenaga pendidik/guru serta sarana   prasarana dari perencanaan pengorganisasian,

pelaksanaan dan evaluasi mendukung penglolaan kemitraan. Temuan ini sesuai dengan

pendapat   Lendrum, 2003 sebelum melaksanakan pengelolaan kemitraan SMK dengan dudi

kerja, maka pelaksana (aktor) harus memahami prinsip, nilai, dan konsep dasar yang harus

diperhatikan. Prinsip yang sangat penting dan tidak dapat ditawar-tawar dalam menjalin

kemitraan adalah saling percaya antar institusi/ lembaga yang bermitra.

Dukungan input sumberdaya manusia dalam kemitraan SMK dengan dunia kerja

sejalan dengan pendapat Rogers, 1983 bahwa pelaku kemitraan di sekolah harus mengetahui

dan memahami tentang kebijakan kemitraan yang akan diimplementasikan dengan cara

melakukan sosialisasi, karena komunikasi dalam kegiatan pengenalan pembaruan pendidikan

memang merupakan tahap awal dalam proses pengembangan. Berkaitan dengan rumitnya

pengelolaan kebijakan kemitraan SMK dengan dunia kerja, maka sudah saatnya para

penyelenggara pendidikan dari tingkat pusat, daerah sampai kepala sekolah memahami

jejaringan kebijakan pendidikan, karena implementasi perubahan pendidikan membutuhkan

adanya change in practice (Fullan, 1991), artinya implementasi suatu kebijakan baru sering

memerlukan individu-individu untuk mengubah pola pemikiran dan perilaku yang sudah

terbentuk dengan baik (Duke & Canady, 1991).

            Pengelolaan Proses dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang

meliputi proses pembelajaran dari perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi

mendukung proses pembelajaran baik di sekolah dan di dunia industri sehingga mampu

menghasilkan produk terintegrasi baik akademik dan non akademik yang memenuhi harapan

dunia kerja. Lomba lomba yang didikuti siswa baik perorangan dan kolektif mampu

menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar. Pelaksanaan teaching factory sangat

membantu menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa sehingga produk sekolah siap untuk

bersaing di pasar kerja. Pelaksanaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang dikelola oleh

kepala sekolah di ketiga situs penelitian merupakan kebijakan kepala sekolah. Pelaksana atau

tim Prakerin sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang telah dibagi dalam struktur.

Temuan ini mendukung teori Lineberry (1973), Gunn (1986), dan Smith (2003), bahwa

dalam implementasi kebijakan pendidikan diperlukan badan atau unit pelaksana, struktur

pelaksana dan staffing agen sebagai agen pelaksana yang bertanggung jawab dengan

Page 8: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

pelaksanaan kebijakan. Para petugas ini memiliki wewenang (authority) untuk melaksanakan

inovasi dan kreasi terhadap pencapaian mutu pendidikan lebih baik, di samping mengatasi

masalah-masalah yang mucul ketika kebijakan diimplementasikan. Charters & Jones (dalam

Hendarman, 2002), bahwa setiap perubahan pada sektor pendidikan seharusnya diikuti

dengan upaya mengamati berbagai bentuk operasional di lapangan sebagai tindak lanjut dan

implikasi dari kebijakan tersebut. Untuk bisa melaksanakan kemitraan dengan baik semua

sumberdaya yang terlibat harus: (1) terpancang dalam sikap kedermawanan, perspektif,

“pemberi dukungan“ yang mendapatkan kesenangan dalam memperluas hubungan melampui

pemenuhan kebutuhan atau persyaratan; (2) berlandaskan kepercayaan; (3) dukungan tujuan

bersama; (4) persekutuan yang dijalin dengan kejujuran; (5) keseimbangan; dan (6)

keindahan dimana semangat kemitraan merupakan aliran artistik yang memberikan setiap

peserta rasa pengenalan dan kesantaian. (Chip R Bell ,1997 ) SMK bukanlah suatu self-

sufficient institution, terlebih dalam dunia yang terbuka oleh sebab itu dibutuhkan kerja sama

dalam bentuk kemitraan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja . Dengan kerja sama, maka

sumber sumber yang tersedia akan saling melengkapi sehingga terjadi efisiensi dalam

penglolaan pendidikan     ( Tilar, 2000)

            Pengelolaan Output dalam pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja yang

berkaitan dengan bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan serta

mengevaluasi kualitas hasil produksi dan kreatifitas siswa dalam mengerjakan tugas sekolah

baik akademik dan non akademik seperti lomba-lomba yang bersifat kolektif dan perorangan,

serta pembuatan produk mandiri di rumah, yang pada kelanjutannya akan membawa nama

harum sekolah. Pengelolaan output secara terpadu oleh pihak sekolah dan industri dalam

bentuk promosi terbuka (open promotion ) secara berkelanjutan dapat memperbaiki produk

sekolah serta mempertahankan kelangsungan hidup sekolah.

Pengelolaan Outcome dalam pengelolaan kemitraan dengan SMK dengan dunia kerja

berkaitan pengumpulan dan merefleksikan informasi untuk kelangsungana hidup sekolah.

bagaimana lulusan SMK dapat terserap dalam dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya

dan mampu menciptakan kreatifitas-inovasi baru, serta bila ingin melanjutkan ke bangku

kuliah akan lebih berprestasi. Kemitraan yang terjadi di semua tahap pengelolaan sekolah,

menyebabkan tumbuhnya keyakinan lulusan SMK untuk bekerja dengan maksimal dan dapat

terserap di pasar kerja dan pemda sesuai dengan keahliannya. Keberlanjutan kemitraan

dengan dunia industri memudahkan sekolah dalam mengumpulkan dan merefleksi informasi

Page 9: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

outcome lulusan dalam perencanaan sekolah selanjutnya. Adanya kesan negatif bagi siswa

jika alumni menekuni pekerjaan di luar kompetensi yang mereka miliki. Terciptanya

kebanggaan jika ada alumni berhasil menunjukan kinerja yang luar biasa, baik di industri

sebagai pengusaha sukses, maupun di pendidikan tinggi sebagai mahasiswa berprestasi

sehingga adanya inspirator dan sponsor dalam mengembangkan sekolah selanjutnya.

Keberadan outcome ini sangat penting untuk menumbuhkan budaya prestasi baik akademik

dan non akademik serta semangat kewirausahaan bagi siswa calon pengusaha.

Dalam pengelolaan outpu dan oucome sejalan dengan dengan pendapat Levine bahwa

dalam implementasi kebijakan publik para pelaksana kebijakan dituntut untuk memiliki

responsifitas yang tinggi terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya agar dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengertian responsifitas, merupakan kemampuan

organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyususn agenda dan prioritas

pelayanan dalam pengembangan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat .

Dari semua aspek pengelolaan kemitraan SMK dangan dunia kerja sejalan dengan

pendapat Baedhowi (2004), berdasarkan hasil analisis dari segi substansi manajemen, ada

tiga bentuk kendala yang seringkali dijumpai dalam implementasi kebijakan. Kendala

tersebut berkaitan dengan hal: (a) mengelola manusia (managing people), (b) mengelola

organisasi (managing organization), dan (c) mengelola perubahan dan transisi (managing

change and transtition). Kendala ini muncul, karena ketika akan mengimplementasikan

kebijakan tidak dilakukan secara terencana (unplanned change), sehingga implemntasi

kebijakan tidak berjalan secara berkelanjutan (unsustainably). Hal itu juga terjadi karena

tidak adanya komitmen yang kuat untuk melaksanakan program pembaruan yang sudah

ditetapkan.

            Secara keseluruhan hasil penelitian ini melengkapi teori teori penerapan kebijakan

sehingga model pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja merupakan model

penerapan kebijakan kreatif kepala SMK dalam memberdayaknan lingkungan, meyediakan

input, melaksanakan pembelajaran,mengelola produk serta mengumpulkan dan merfleksi

informasi outcome lulusan SMK untuk kelangsungan hidup sekolah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Page 10: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

1. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam pemberdayaan lingkungan sekolah;

yang berupa kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan, akomodasi sekolah terhadap

keinginan orang tua, dan intensitas sosialisasi program sekolah pada orang tua siswa,

berpengaruh terhadap dukungan masyarakat pada pendidikan di sekolah SMK. Kepercayaan

masyarakat serta pemerintah daerah pada sekolah dipengaruhi oleh akomodasi pihak sekolah

terhadap tuntutan inovasi DUDI dan Pemda sebagai lingkungan sekolah yang terwujud dalam

RKS,RKAS, KTSP dan proses KBM baik di sekolah dan di industri mitra sekolah.

Berkembang tidaknya sekolah dipengaruhi oleh kualitas dan daya inovasi kepala sekolah,

guru, dan komite sekolah, serta perhatian pemerintah daerah terhadap sekolah tersebut.

2. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja penyedian input; ditemukan bahwa latar

belakang keluarga siswa, proses seleksi dan karakter siswa sangat menentukan mutu serta

kesiapan siswa untuk belajar di SMK. Revisi RKS, RKAS, dan KTSP terus dilakukan oleh

tim pengembang sekolah untuk memenuhi standar mutu pendidikan, kebutuhan dunia kerja

dan perkembangan peserta didik. Latar belakang pendidikan tenaga pendidik/guru, kualitas

kemitraan sekolah dengan industri mitra menentukan mutu dan kesiapan invironmental input.

Lengkap tidaknya sarana dan prasarana pembelajaran di SMK dan di industri mitra, sangat

menentukan mutu pembelajaran siswa baik disekolah dan di dunia usaha dan industri.

Kemitraan dengan industri mitra dan orang tua siswa dapat mengatasi kekurangan sarana

prasarana pendukung pembelajaran baik di sekolah dan di industri.

3. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja didalam melaksanakan   pembelajaran di

sekolah dan industri mitra harus dilakukan untuk memperbaiki produk sekolah dan dunia

kerja. Kemitraan dengan DUDI yang memiliki sarana prasarana produksi yang lengkap,

menentukan kelancaran pembelajaran dan proses praktik kerja industri. Kesepakatan antara

sekolah dengan DUDI tentang pengaturan waktu dan jumlah siswa praktik, serta frekwensi

siswa dalam mengikuti perlombaan sering menghasilkan nama baik untuk sekolah serta uang

saku tambahan bagi siswa. Lomba lomba yang didikuti siswa baik perorangan dan kolektif

mampu menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar. Pelaksanaan teaching factory

sangat membantu menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa sehingga produk sekolah siap

untuk bersaing di pasar kerja.

4. Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja dalam mengelola output meliputi

pengelolaan prestasi akademik dan non akademik siswa. Angka kelususan dan terserapnya

lulusan di dunia karja adalah output SMK yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar

Page 11: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

kerja. Adanya kemitraan yang antara sekolah dan DUDI, menghasilkan prestasi akademik

dan non akademik bagi siswa. Kemampuan siswa setelah melaksanakan magang/praktek

menjadi modal untuk memenangkan persaingan dan sebagai bentuk transfer skill dari mereka

untuk orang lain, disamping mendapatkan uang untuk tambahan biaya pendidikan.

Pengelolaan output secara terpadu oleh pihak sekolah dan industri dalam bentuk promosi

terbuka (open promotion ) secara berkelanjutan dapat memperbaiki produk sekolah serta

mempertahankan kelangsungan hidup sekolah.

5.Pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia dalam mengumpulkan dan merefleksi informasi

outcome yang berkaitan dengan bagaimana lulusan SMK berkinerja di industri dan di

pendidikan tinggi. Kemitraan yang terjadi di semua tahap pengelolaan sekolah, menyebabkan

tumbuhnya keyakinan lulusan SMK untuk bekerja dengan maksimal dan dapat terserap di

pasar kerja dan pemda sesuai dengan keahliannya. Keberlanjutan kemitraan dengan dunia

industri memudahkan sekolah dalam mengumpulkan dan merefleksi informasi outcome

lulusan dalam perencanaan sekolah selanjutnya. Adanya kesan negatif bagi siswa jika alumni

menekuni pekerjaan di luar kompetensi yang mereka miliki. Terciptanya kebanggaan jika ada

alumni berhasil menunjukan kinerja yang luar biasa, baik di industri sebagai pengusaha

sukses, maupun di pendidikan tinggi sebagai mahasiswa berprestasi sehingga adanya

inspirator dan sponsor dalam mengembangkan sekolah selanjutnya. Keberadan outcome ini

sangat penting untuk menumbuhkan budaya prestasi baik akademik dan non akademik serta

semangat kewirausahaan bagi siswa calon pengusaha.

SARAN

      Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan sebagai berikut.

1) kepala sekolah di ketiga latar penelitian, agar:

1. a.Memahami prinsip, nilai, dan konsep dasar serta praktek pengelolaan kemitraan

SMK dengan dunia kerja, terus memperluas jaringan kemitraan dengan semua

instansi penghasil dan pemakai jasa pendidikan SMK, memperkuat manajemen

berbasis ICT, serta mengembangkan kompetesi kewirausahaan

2. b.Menggalakkan pelaksanaan teaching factory untuk membangkitkan jiwa

kewirausahaan siswa

2. Kepala Dinas Pendidikan kabupaten dan Provinsi agar terus :

a.Meningkatkan kualitas layanan birokrasi dan profesional dalam pengelolaan kemitraan

SMK dengan dunia kerja karena kebutuhan SMK sangat unik dan bervariasi sehingga

Page 12: Pengelolaan_Kemitraan_SMK

keterbatasan yang dialami oleh pihak sekolah dan industri bisa dimediasi dengan baik

untuk peningkatan mutu pengeloloaan lingkungan , input, proses untuk menghasilkan

lulusan yang siap bersaing didunia kerja internasional.

b.Melakukan open promotion untuk proses dan produk SMK di dalam dan di luar negeri

melalui berbagai jalur saluran informasi dengan melakukan kerja sama dengan pihak

perguruan tinggi serta pihak swasta lainnya.

3 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Bali ( LPMP Bali ) agar membuka layanan

fasilitasi serta pemetaan mutu yang lebih luas untuk meningkatkan pengelolaan serta

penjaminan mutu pendidikan di SMK di Bali.

4 Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan agar bekerja sama lebih transfaran dengan

pemerintah kabupaten / kota, dan LPMP Bali karena selama ini kebijakan yang di

laksanakan di SMK sering tidak diketahui oleh Dinas pendidikan Kabupaten / kota

sehingga fasilitasi oleh LPMP sering tidak tepat sasaran.

5 Kepada peneliti lain, agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap lebih

mendalam tentang pengelolaan kemitraan SMK dengan dunia kerja ditinjau dari fokus

yang lain atau melaksanakan studi yang sama pada setting yang lain, yang memiliki

karakteristik berbeda dengan situs penelitian ini.