pengelolaan telur dan larva

Upload: mega-ramadhandi-sallie

Post on 03-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Pengelolaan Telur Dan Larva

    1/2

    Pengelolaan Telur dan Larva

    Air yang digunakan dalam penetasan telur harus bersih atau tidak mengdung lumpur. Air

    mengandung oksigen yang cukup, karena itu air perlu terus mengalir. Agar air terus mengalir,

    pada saluran masuk di atas happa di tambahkan sebatang bambu yang telah dilubangi

    berjarak 50 cm. Air akan melewati lubang-lubang tersebut sehingga terjadi percikan air

    sebagai tambahan penyediaan oksigen. Bahan-bahan yang membusuk harus dibuang,

    demikian pula sampah yang menyumbat saluran air. Suhu air di usahakan stabil pada kisaran

    19-300C (Zonneveld et al. 1991; Mantau et al. 2001). Kolam penetasan atau happa diberi

    tutup atau atap sebagai pelindung dari terik matahari dan air hujan.

    Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke happa pemeliharaan. Larva dipelihara

    selama satu bulan kemudian dilakukan penjarangan benih. Larva yang baru menetas akan

    menyerap nutrisi dari telur sebagai makanannya. Setelah 2-3 hari, larva akan mencari makan

    diperairan, saat itulah larva perlu diberi pakan tambahan.

    Pakan larva yang dianjurkan ialah suspensi telur masak + tepung pelet. Pakan

    diberikan setiap hari selama 1-2 minggu pada pukul 07.30, 10.00, 12.30, 14.30, dan 17.30

    dengan dosis 10% dari bobot populasi setiap happa. Sebagai patokan, untuk happa ukuran

    1m3, padat tebar optimum adalah 400 ekor (Mantau et al. 2001). Larva yang telah menadi

    benih (2-3cm) diberi pakan tepung pelet dengan dosis dan waktu pemberian yang sama

    hingga benih berukuran 3-5 cm. Setelah itu dilakukan penjaranagan dan pemindahan benih ke

    kolam benih sesuai ukurannya. Keuntungan menggunakan happa adalah dapat diperoleh

    benih yang relatif seragam dan lebih mudah dalam melakukan penjarangan. Pemberian pakan

    diusahakan tepat waktu dan suspensi pakan yang tersisa tidak diberikan untuk keesokan

    harinya.

    Hasil kajian penggunaan pakan suspensi kuning telur + tepung pelet menunjukanbahwa pakan larva ini memberikan pertumbuhan harian larva ikan mas yang paling tinggi

    dibanding pakan larva yang lainnya, seperti suspensi kuning telur masak, susnpesi kuning

    telur mentah, dan suspensi kuning telur mentah + tepung pelet. Pertumbuhan harian larva

    ikan mas yang tinggi disebabkan pakan tersebut mengandung zat gizi cukup tinggi karena

    merupakan gabungan dua jenis pakan berprotein tinggi yaitu kuning telur dan pelet. Protein

    merupakan zat yang esensial dalam pakan disamping zat-zat yang lainnya misalnya

    karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pakan dengan komposisi zat gizi yang demikian

    memungkinkan larva ikan memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibanding yang

  • 7/28/2019 Pengelolaan Telur Dan Larva

    2/2

    mendapat ketiga jenis pakan lainnya. Selain dipengaruhi oleh pakan, pertumbuhan ikan juga

    dipengaruhi pula oleh suhu air, ketersediaan oksigen dalam air, kepadatan populasi (padat

    tebar), dan ukuran kolam atau wadah pemeliharaan (Swift 1993). Kualitas air yang

    mendukung perumbuhan larva ikan mas menurut Zonneveld et al. (1991) adalah suhu air 20-

    300C dan pH 6-9. wardoyo dalam tamanampo (1994) menyatakan bahwa pertumbuhan larva

    ikan mas pada suhu 300C mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 200C.

    Dibanding dengan karbohidrat yang merupakan sumber energi yang murah dan

    melimpah, protein merupakan sumber energi yang mahal dan terbatas dalam pakan ikan.

    Oleh karena itu, kandungan protein paling tidak harus pada kondisi minimum guna menjamin

    pertubuhan yang cukup. Untuk metabolisme energi, protein menduduki uryutan kedua (4,50

    kkal/g) setelah lemak ( 8,50 kkal/g ) (Zonneveld et al. 1991). Namun pada beberapa kasus,

    misalnya pada penyiapan induk untuk pemijahan, kandungan lemak dalam pakan diupayakan

    rendah sehingga induk lebih banyak mencerna protein dibanding lemak. Hal ini berhubungan

    dengan kecepatan pematangan gonad ikan. Dari segi efisiensi pakan, keempat jenis pakan

    yang diberikan dimanfaatkan secara efisien oleh larva ikan mas dengan persentase lebih dari

    50%, yang menunjukkan tingkat kesukaan ikan terhadap pakan yang diberikan cukup tinggi.

    Hal ini sejalan dengan pernyataan umum dibidang budi daya perikanan, bahwa nilai efisiensi

    pakan yang baik adalah > 25%.

    Walaupu nilai efisiensi pakan keempat jenis pakan larva ersebut tidak berbeda,

    pertumbuhan harian tertinggi dihasilkan oleh pakan larva suspensi kuning telur masak +

    tepung pelet. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komposisi zat gizi yang dikandung oleh m

    asing-masing pakan tersebut. Kenyataan ini sejalan dengan pernyataan (Zonneveld et al.

    1991), bahwa tipe pakan ikan dapat dikelompokkan berdasarkan spesies ikan, bentuk fisik

    pakan, proses pembatan pakan, keaslian pakan, penggunaan pakan, dan komposisi atau

    kandungan zat gizi pakan. Oleh karena itu, walaupun ikan dapat dimanfaatkan lebih dari 50%

    pakan yang diberikan, jika kandungan gizi pakan tersebut kurang lengkap atau rendah

    nilainya, terutama komposisi protein, maka pakan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan

    ikan karena protein tersusun atas asam-asam amino esensial yang sangat dibutuhkan untuk

    pertumbuhan ikan. Pakan sangat berperan untuk kelangsungan hidup ikan, antara lain untuk

    bernafasa dan pencernaan, berenang, reproduksi, dan sisanya untuk pertumbuhan.

    Pertumbuhan ikan akan terhambat terutama jika pasokan energi oleh pakan sangat terbatas

    karena kurangnya pakan yang diberikan (Swift, 1993).