fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

59
VII. EKOFISIOLOGI VII. EKOFISIOLOGI LARVA LARVA PENCAHAYAAN PENCAHAYAAN SUHU SUHU OKSIGEN TERLARUT OKSIGEN TERLARUT pH pH KEDALAMAN (TEKANAN) AIR KEDALAMAN (TEKANAN) AIR

Upload: putra-putra

Post on 15-Apr-2017

386 views

Category:

Science


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

VII. EKOFISIOLOGI VII. EKOFISIOLOGI LARVALARVAPENCAHAYAANPENCAHAYAANSUHUSUHUOKSIGEN TERLARUTOKSIGEN TERLARUTpHpHKEDALAMAN (TEKANAN) AIRKEDALAMAN (TEKANAN) AIR

Page 2: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

LATAR BELAKANG

Kendala Pembenihan di Kolam Tingkat mortalitas tinggi, hampir 99% Ekstensif, lahan untuk kolam semakin sempit Ketersediaan air berkurang, konflik kepentingan

Pembenihan intensif indoor menggunakan

akuarium, tangki, bak

Lebih terkontrolEfisienManipulasi Lingkungan

Page 3: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Manipulasi lingkunganManipulasi lingkungan Menciptakan lingkungan buatan Menciptakan lingkungan buatan

yang sesuai dengan kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan larva dan benihlarva dan benih

Ekologi larva dan benih = Ekologi larva dan benih = ekofisiologiekofisiologi

Akuakultur = ekologi terapanAkuakultur = ekologi terapan

Page 4: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Manipulasi Lama Pencahayaan (Fotoperiode)

Larva Stadia kritis

Visual feeder

Cahaya

Aktivitas Pemangsaan

PertumbuhanKelangsungan hidup

Page 5: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

LATAR BELAKANG

Parameter Lama Pencahayaan24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G

Kelangsungan Hidup (%)

89 + 3,60a

85 + 1,15ab

76 + 3,84b

78 + 6,49ab

Laju pertumbuhan bobot harian (%)

6,87 + 0,16a

6,88 + 0,12a

6,42 + 0,18b

5,80 + 0,19c

Pengaruh Lama Pencahayaan Pada Larva Ikan Nila Oreochromis niloticus(El Sayed dan M. Kawanna, 2004)

Page 6: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

PENGARUH CAHAYA PADA LARVA IKAN GURAME

Mengukur, menentukan1. Laju penyerapan kuning telur larva2. Tingkat konsumsi larva3. Efisiensi pemangsaan larva4. Laju pertumbuhan larva5. Tingkat kelangsungan larva

Lama pencahayaan terbaik untuk pemeliharaan larva gurame

Page 7: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Waktu dan tempatWaktu dan tempat

Rancangan PerlakuanRancangan Perlakuan

Agustus-September 2008Laboratorium Sistem dan Teknologi, BDP FPIK IPB

Enam perlakuan, tiga ulanganA = pencahayaan 24 jam terang : 0 jam gelap (24T:0G)B = pencahayaan 18 jam terang : 6 jam gelap (18T:6G)C = pencahayaan 12 jam terang : 12 jam gelap (12T:12G)D = pencahayaan 6 jam terang : 18 jam gelap (6T:18G)E = pencahayaan 0 jam terang : 24 jam gelap (0T:24G)Kontrol = pencahayaan menyesuaikan kondisi ruangan

Page 8: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

(30x25x25 cm)Volume air 10 liter

200 lux

23 cm

5 watt

Page 9: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Pemeliharaan LarvaPemeliharaan Larva

Asal larva Telur gurame dari Desa Situ Daun, Kec. TenjolayaBogor.

Penebaran setelah menetas (padat tebar 15 ekor/liter)Ukuran : Panjang awal 6,89 + 0,05 mm

Bobot awal 0,012 gr Volume kuning telur 11,27 + 0,52 mm3

Page 10: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Pemberian PakanPemberian Pakan

Umur 8 hari Artemia5 ml/akuarium air kultur

Artemia(sekitar 1000 individu

Artemia) Secara ad libitum tiap 6 jam

sekali

Umur 18 hari Cacing sutera Limnodrilus sp.

2 kali sehari (19.00 wib dan 08.00 wib) 3 gr/akuarium.

Page 11: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Pengelolaan Kualitas AirPengelolaan Kualitas Air

Larva umur 1-15 hari Penyifonan ,Pergantian air 3 hari

sekali 50%Setelah15 hari Penyifonan,

Pergantian air (pagi 50%, sore 25%)

Pengecekan suhu air : 3 kali per hari

Parameter kimia air (DO, pH, TAN, dan alkalinitas)

Page 12: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Pengamatan ParameterPengamatan Parameter

Parameter Pengamatan

Parameter Kerja

Volume Kuning Telur

Laju Penyerapan Kuning Telur

Panjang Larva Laju Pertumbuhan Panjang Harian, Koefisien Keragaman Panjang

Bobot Larva Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Rata-rata Isi Lambung Larva

Tingkat konsumsi pakan

Jumlah Pakan Efisiensi PakanJumlah Larva Tingkat Kelangsungan

Hidup

Page 13: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Laju Penyerapan Kuning Telur

(Kohno et al., 1986)

Keterangan : -g = Menunjukkan laju penurunan kt (%/hari) t = Waktu yang dibutuhkan (hari) Vt = Volume kuning telur pada hari ke-t (mm3) Vo = Volume kuning telur pada awal (mm3)

METODE

VoVtLn

tg 1

Page 14: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

PengaPengambilan Contoh dan Penghitungan Parametermbilan Contoh dan Penghitungan Parameter Voleme Kuning Telur

-Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium 12 jam sekali -Mikroskop dengan mikrometer

(Kohno et al., 1986)

Keterangan : VKT = Volume Kuning Telur (mm3)

L = Panjang Kuning Telur (mm)

T = Tinggi Kuning Telur (mm)

2

6 VKT xLH

Page 15: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

x100%1LoLtα t

Page 16: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur

(Blaxter, 1968)

Keterangan : E = Efisiensi pemanfaatan kuning telur (%) α = Laju pertumbuhan panjang larva saat masih ada

kuning telur (%) g = Persentase penyerapan kuning telur (%)

%100g

E

Page 17: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

x100%1WoWtα t

Page 18: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Derajat Kelangsungan Hidup (Survival Rate)

(Goddard, 1996) Keterangan :

SR = Derajat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

METODE

% 100 x NN SR

0

t

Page 19: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Koefisien Keragaman Panjang

(Steel dan Torrie, 1982)

Keterangan : KK = Koefisien keragaman S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh

METODE

KK = (S/Y ) x 100 %

Page 20: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Tingkat Konsumsi Pakan

- Sampel = 5 ekor larva tiap akuarium - Waktu = Tiap 6 jam sekali pada umur 8, 11, 14, 17 (masih diberi pakan Artemia) - Pengamatan = isi lambung larva (jumlah Artemia)

Page 21: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Efisiensi Pakan

- Sisa pakan (cacing) dihitung 1 jam setelah diberikan

(Zonneveld et al., 1991) Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan akhir (gram) Wo = Biomassa ikan awal (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram) F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)

METODE

%100

F

WoWdWtEP

Page 22: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

METODE

Rancangan percobaan : (Steel dan Torrie, 1991) Keterangan :Keterangan : YYij ij = Data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j= Data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j = Nilai tengah data= Nilai tengah data ii = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh perlakuan ke-i ijij= Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i = Kesalahan percobaan pada perlakuan ke-i

ulangan ke-julangan ke-j

Uji Annova/keragaman Uji Annova/keragaman : Ms. Office Excel2003 : Ms. Office Excel2003Uji Beda Nyata Jujur/Tukey test : SPSS ver 15.0 Uji Beda Nyata Jujur/Tukey test : SPSS ver 15.0 for for

windowswindows

Yij = + i + ij

Pengolahan DataPengolahan Data

Page 23: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Volume Kuning Telur Larva GurameVolume Kuning Telur Larva Gurame

Page 24: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Laju Penyerapan Kuning Telur Larva GurameLaju Penyerapan Kuning Telur Larva Gurame

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

a b c c d e

Page 25: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Efisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Larva GurameEfisiensi Pemanfaatan Kuning Telur Larva Gurame

a b c ce d e

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

Page 26: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Pola Pertumbuhan Panjang Larva GuramePola Pertumbuhan Panjang Larva Gurame

Page 27: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Laju Pertumbuhan Panjang Harian Larva GurameLaju Pertumbuhan Panjang Harian Larva Gurame

a ab b c c b

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

Page 28: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Koefisien Keragaman Panjang Larva GurameKoefisien Keragaman Panjang Larva Gurame

a a a b b a

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

Page 29: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Pola Pertumbuhan Bobot Larva GuramePola Pertumbuhan Bobot Larva Gurame

Page 30: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Laju Pertumbuhan Bobot Harian Larva GurameLaju Pertumbuhan Bobot Harian Larva Gurame

a a a a a a

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

Page 31: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Konsumsi Pakan Larva GurameKonsumsi Pakan Larva Gurame

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

a b c d e c

Page 32: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Efisiensi Pakan Larva GurameEfisiensi Pakan Larva Gurame

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

a a a a b a

Page 33: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASIL

Kelangsungan Hidup Larva GurameKelangsungan Hidup Larva Gurame

Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)Ket : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05)

a a a ab b a

Page 34: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

HASILParameter Perlakuan Lama Pencahayaan

24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G KontrolLaju penyerapan kuning telur (%)

0,19 + 0,001

a

0,23 + 0,002

b

0,31 + 0,001

c

0,29 + 0,015

c

0,39 + 0,004

d

0,27 + 0,007

eEfisiensi Pemanfaatankuning telur (%)

11,32 + 0,13

a

9,43 + 0,26

b

7,03 + 0,07

c7,40 + 0,49

ce5,57 + 0,14

d

8,01 + 0,05

eLaju pertumbuhan panjang harian (%)

3,52 + 0,001

a

3,49 + 0,010

ab

3,48 + 0,009

b

3,45 + 0,017

c

3,44 + 0,009

c

3,49 + 0,009

bLaju pertumbuhanbobot harian (%)

10,74 + 0,04

a

10,73 + 0,03

a

10,72 + 0,03

a10,69 + 0,0

a10,69 +

0,06a

10,73 + 0,03

aKoefisien keragamanpanjang larva (%)

0,83 + 0,24a

1,26 + 0,07

a

1,22 + 0,14

a2,19 + 0,42

b2,24 + 0,27

b

1,41 + 0,28

aRata-rata isi lambunglarva gurame(ind.Artemia/larva)

23,15 + 0,05

a

22,30 + 0,13

b

21,45 + 0,35

c

20,63 + 0,20

d

20,05 + 0,15

e

21,53 + 0,10

c

Efisiensi pakan (%)

15,92 + 2,77

a

16,72 + 3,57

a

18,22 + 1,96

a

18,85 + 2,79

a

29,60 + 2,65

b

17,99 + 1,29

aKelangsungan hidup (%)

91,56 + 1,68

a

92,22 + 0,77

a

92,89 + 1,02

a

90,00 + 0,67ab

87,78 + 2,04

b

92,22 + 0,38

a

Page 35: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

KUALITAS AIR

ParameterPerlaku

an

Hari ke-

0 14 28

Suhu (o C)

24T:0G29.0 - 32.0

28.5 - 31.5

29.0 - 31.0

18T:6G29.5 - 31.5

29.0 - 31.5

29.0 - 31.5

12T:12G29.5 - 31.5

29.0 - 31.0

28.5 - 31.5

6T:18G29.0 - 32.0

29.5 - 32.0

28.5 - 31.0

0T:24G29.0 - 31.5

28.5 - 31.5

29.0 - 31.5

Kontrol29.0 - 31.5

28.5 - 31.5

29.0 - 31.0

Tandon26.4 - 27.2

26.7 - 27.4

26.4 - 27.0

SUHU

Suhu optimal 29-30 o C (BSN, 2000)

Page 36: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

pH

24T:0G 7.446.88 - 7.37

6.52– 6.95

18T:6G 7.446.80 - 7.52

6.72 – 7.47

12T:12G

7.447.02 - 7.60

6.52 – 7.06

6T:18G 7.446.84 - 7.22

6.75 – 6.86

0T:24G 7.446.63 - 7.26

6.56 – 7.15

Kontrol 7.446.84 - 7.39

6.68 – 7.06

Tandon 7.44 7.37 7.26

Parameter

Perlakuan

Hari ke-

0 14 28

Nilai pH Optimal : 6,5 - 8,0

pH

BSN (2000)

Page 37: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

DO(mg/L)

24T:0G 6.40-6.576.34 - 6.72

6.34 - 6.68

18T:6G 6.35-6.606.38 - 6.94

6.20 - 6.64

12T:12G 6.56-6.836.44 - 6.76

6.40 - 6.83

6T:18G 6.52-6.616.40 - 6.83

6.48 - 6.88

0T:24G 6.62-6.686.28 - 6.88

6.45 - 6.58

Kontrol 6.29-6.706.35 - 6.86

6.46 - 6.75

Tandon 6.38 6.47 6.35

ParameterPerlaku

an

Hari ke-

0 14 28

DO (Dissolved Oxygen)

Konsentrasi oksigen terlarut optimal di atas 3 mg/L (Legendre et al., 2000)

Page 38: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Parameter Perlakuan

Hari ke-

0 14 28

Alkalinitas(mg/L CaCO3)

24T:0G 12 16 - 24 16 - 2418T:6G 12 16 - 24 20 - 24

12T:12G 12 16 - 26 18 - 246T:18G 12 14 - 22 18 - 240T:24G 12 16 - 26 18 - 26Kontrol 12 16 - 24 18 - 26

Tandon 12 12 14

Alkalinitas

Alkalinitas stabil perairan <20 mg/l) (Effendi, 2003)

Page 39: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

TAN(mg/L NH3N)

24T:0G 0.340.36 - 0.49

0.39 - 0.54

18T:6G 0.340.39 - 0.49

0.34 - 0.58

12T:12G

0.340.36 - 0.42

0.34 - 0.44

6T:18G 0.340.36 - 0.49

0.39 - 0.54

0T:24G 0.340.36 - 0.42

0.34 - 0.44

Kontrol 0.340.36 - 0.44

0.44 - 0.58

Tandon 0.34 0.36 0.34

Parameter

Perlakuan

Hari ke-

0 14 28

Total Amonia Nitrogen (TAN)

TAN kisaran aman di bawah 0,8 mg/l NH3N (Riandi, 2006)

Page 40: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

saran

Untuk keperluan produksi, pemeliharaan larva gurame dari stadia larva sampai ukuran kuaci (1,5-2 cm) dalam akuarium sistem indoor sebaiknya menggunakan pencahayaan kontrol atau alami, karena menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi.

Untuk penelitan berikutnya dapat diterapkan manipulasi lama pencahayaan dengan intensitas cahaya berbeda atau pada pemeliharaan larva spesies lain.

Page 41: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Terima Kasih

atas perhatiannya

Page 42: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

KESIMPULAN

Laju pertumbuhan panjang harian larva gurame terbaik pada perlakuan 24T:0G yaitu sebesar 3.52 + 0,001 %.

Nilai kelangsungan hidup terbaik yaitu 92.89 + 1.02 % pada perlakuan 12T:12G

Lama pencahayaan yang sesuai untuk pemeliharaan larva gurame sampai ukuran kuaci (1,5-2 cm) adalah kontrol atau tanpa perlakuan pencahayaan khusus

Page 43: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Efisiensi EkonomiEfisiensi Ekonomi

Keuntungan = Penerimaan-Total Biaya Produksi ;(Martin, 1991)

R/C = Penerimaan total/Biaya total ;(Rahardi, 1998)

BEP (Rp) = Biaya tetap /(1-(biaya variabel/penerimaan total)) ;(Martin, 1991)

BEP (ekor) = Biaya tetap/(harga jual-(biaya variabel/jumlah produksi)) ;(Martin, 1991)

PP = Investasi /keuntungan x 1 tahun ;(Martin, 1991)

LAMPIRAN

Page 44: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

LAMPIRAN

Uraian Perlakuan24T:0G 18T:6G 12T:12G 6T:18G 0T:24G Kontrol

InvestasiRp2.523.00

0,00Rp2.523.00

0,00Rp2.523.00

0,00Rp2.523.00

0,00Rp2.523.00

0,00Rp2.523.00

0,00Biaya tetap

Rp3.159.452,74

Rp3.159.452,74

Rp3.159.452,74

Rp3.159.452,74

Rp3.159.452,74

Rp3.159.452,74

Biaya variabel

Rp1.035.332,01

Rp 975.935,96

Rp 963.494,32

Rp 934.526,18

Rp 882.064,57

Rp 901.038,04

Biaya total

Rp4.194.784,75

Rp4.135.388,70

Rp4.122.947,06

Rp4.093.978,92

Rp4.041.517,31

Rp4.060.490,78

Penerimaan

Rp4.944.000,00

Rp4.980.000,00

Rp5.016.000,00

Rp4.860.000,00

Rp4.740.000,00

Rp4.980.000,00

Keutungan

Rp 749.215,25

Rp 844.611,30

Rp 893.052,94

Rp 766.021,08

Rp 698.482,69

Rp 919.509,22

R/C Ratio 1,18 1,20 1,22 1,19 1,17 1,23BEP (Rupiah)

Rp3.996.331,84

Rp3.929.526,22

Rp3.910.621,28

Rp3.911.614,50

Rp3.881.818,72

Rp3.857.372,24

BEP (ekor) 15.986,20 15.718,23 15.642,72 15.646,68 15.528,54 15.429,54PP (tahun) 3,37 2,99 2,83 3,29 3,61 2,74

Hasil Perhitungan Analisis Ekonomi

*)Dengan Beberapa Asumsi

Page 45: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

LAMPIRANAsumsi perhitungan analisis ekonomi

•Dalam satu siklus produksi 30 hari dengan 28 hari waktu produksi dan 2 hari persiapan•Satu tahun dilakukan 8 siklus produksi•Pembenihan menggunakan 18 akuarium @ volume 10 liter (padat tebar 150 ekor/akuarium). Skala 2700•Harga telur gurame Rp. 30,00/butir.•Harga jual benih gurame ukuran 1,50-2,00 cm sebesar Rp. 250,00/ekor.•Biaya tenaga kerja Rp.45.000,00/bulan.•Biaya tenaga kerjanya Rp.45.000,00/bulan.

Page 46: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

•Pengukuran nilai instensitas cahaya : 1 lux = 1 lumen/m2, lampu fluorescent 1 Watt = 61 lumen (Anonimous, 2008). Untuk intensitas cahaya dalam ruangan indoor 200 lux maka dibutuhkan 2 buah lampu fluorescent @ 40 watt atau 3.200 lumen.•Setiap 1.000 ekor maka dikeluarkan biaya panen sebesar Rp. 2.500,00•Setiap 500 ekor dikemas dalam satu kantong plastik, harga kantong plastik sebesar Rp.500,00 dan gas sebesar Rp.1.000,00.•Harga pakan cacing sutera Rp.5.000,00/kaleng (255,37 gram).•Harga tarif listrik Rp. 350/kWh

Page 47: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

LAMPIRAN

Page 48: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

PUSTAKA

Perkembangan larva ikan menurut Effendie (1997) dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pro larva dan post larva.

Tahap pro larva masih mempunyai kantong kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tapi bentuknya belum sempurna. Mulut dan rahangnya berkembang dan ususnya masih berbentuk tabung lurus.

Tahap post larva adalah saat dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuk organ-organ baru selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang telah ada. Sehingga pada akhir masa pasca larva secara morfologi sudah menyerupai bentuk induk

Page 49: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

PUSTAKA

Menurut Waynarovich dan Horvath (1980), larva ikan yang baru menetas berenang dengan posisi badan terbalik dan kuning telur berada pada bagian sebelah atas.

Kamler (1992), menjelaskan bahwa kuning telur merupakan sumber nutrien dan energi utama bagi ikan selama periode endogenous feeding, yang dimulai saat fertilisasi dan berakhir saat larva sudah benar-benar memperoleh pakan dari luar tubuhnya.

Nutrien dan energi dari kuning telur akan digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan juga sebagai sumber energi bagi metabolisme basal dan aktivitas rutin larva.

Kuning Telur Larva

Page 50: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Blaxter (1968), pada kondisi pencahayaan gelap, larva cenderung bergerak menyebar dalam mencari mangsa. Sehingga membutuhkan energi yang lebih tinggi. Aktivitas metabolisme yang tinggi memerlukan energi yang besar sehingga laju penyerapan kuning telurnya menjadi lebih cepat.

Cahaya vs penyerapan kuning telur

Page 51: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

PUSTAKA

• Larva ikan pada hari pertama setelah menetas tidak ditemukan adanya pigmen pencahayaan pada matanya dan sedikit sekali diferensiasi penglihatan.

• Pada hari ketiga pigmen dengan retina yang bertingkat dan sel penglihatan telah berkembang. Selanjutnya pada hari kelima saraf optik dan cone (sel berbentuk kerucut pada retina) telah berkembang.

Mekanisme adaptasi larva terhadap cahaya

Page 52: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

PUSTAKA

•Ketika larva berubah menjadi juvenil maka rods (sel berbentuk batang pada retina) telah terbentuk. Cone dan rods merupakan fotoreseptor yang aktif bekerja dan peka terhadap gelap dan terangnya cahaya. Cone bekerja ketika kondisi terang, sedangkan rods bekerja pada kondisi gelap/samar.

• Dengan berkembangnya adaptasi terhadap gelap dan terang maka ikan muda (juvenil) mudah dalam menangkap mangsa. Aktivitas pemangsaan yang sukses akan menunjang pertumbuhan juvenil (Blaxter, 1968).

Page 53: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Menurut Blaxter (1968), beberapa larva ikan organ penglihatannya masih belum berkembang sempurna sehingga sedikit sekali diferensiasi dalam membedakan cahaya terang dan gelap.

Pada kondisi pro larva, cahaya dibutuhkan untuk stimulus pewarnaan (pigmentasi) pada organ penglihatan dan warna tubuh, suatu peristiwa yang penting di awal pertumbuhan dan perkembangan larva.

Secara umum, lama waktu penyinaran mempengaruhi kecepatan perkembangan larva. Ada atau tidaknya cahaya dapat memberikan pengaruh aktivitas yang berbeda terhadap larva ikan.

Cahaya gelap/terang-aktivitas larva

PUSTAKA

Page 54: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Pergerakan aktivitas larva akan mempengaruhi laju penyerapan kuning telur saat larva berkembang dari pro larva menuju post larva.

Efisiensi penyerapan kuning telur yang tinggi dapat terjadi akibat dari aktivitas larva yang rendah, sehingga kuning telur lebih banyak terserap untuk pertumbuhan.

PUSTAKA

Page 55: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Yushinta (2004), menyatakan bahwa peristiwa pergerkan berkumpulnya larva ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai :

- Peristiwa langsung yakni ikan–ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul.

- Peristiwa tak langsung yakni karena ada cahaya maka plankton dan ikan–ikan kecil berkumpul kemudian ikan–ikan kecil berkumpul kemudian ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan feeding (mencari makan).

PUSTAKA

Pakan larva dan cahaya

Page 56: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Menurut Haryati (1995), larva gurame lebih mudah mendapatkan pakannya saat ada cahaya yang dibuktikan dengan jumlah pakan paling banyak ditemukan dalam lambung larva gurame pada saat siang hari atau ada cahaya.

Brown et al. (1991), artemia bersifat fototaksis positif dan cenderung bergerombol mendekati sumber cahaya. Hal tersebut akan memudahkan larva ikan dalam menangkap artemia sebagai mangsanya.

Page 57: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Menurut Zonneveld (1991), dalam suatu larutan, karbondioksida menunjukkan reaksi berikut :

CO2 + + H2O H2CO3 HCO3- + H+ CO3

- + H+.

Karbonat (CO3-) dalam mekanisme di atas melambangkan

alkalinitas air sedangkan H+ menunjukkan sumber keasaman.

Effendi (2003), menyatakan perairan mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil.

pH dan Alkalinitas

Page 58: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

Dengan demikian rendahnya nilai pH disebabkan juga oleh nilai alkalinitas yang rendah.

Konsentrasi ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dalam reaksi tersebut tidak dapat diikat oleh ion karbonat (CO3

-) sehingga kesetimbangan reaksi bergerak ke kiri menghasilkan H+.

Page 59: fisiologi tingkah laku larva ikan sub bahasan ekofisologi larva

1) Suhu : 29 o C - 30 o C2) Nilai pH : 6,5 - 8,03) Ketinggian air : 15 cm- 20 cm

a) Kualitas dan kuantitas air media di akuariumb) Padat tebar: 15 ekor/liter -20 ekor/literc) Pakan yang diberikan: cacing Tubifex, Moina atau Daphnia

Standar pemeliharaan larva gurame

*BSN (2000)