pengelolaan ka larva udang vannamei
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN LARVA UDANG VANNAMEI (LITOPENAEUS VANNAMEI) DI PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI KABUPATEN SITUBONDO
ABDUL AZIZ ZAQQIAKADEMI PERIKANAN SIDOARJO
2012
LATAR BELAKANGUpaya peningkatan ekspor udang vannamei
Pada Januari 2011, volume ekspor mencapai 6.042 MT (Metrik Ton) 18,4 % lebih banyak daripada Januari 2010 yang mencapai 5.091 MT. Meski belum setinggi angka ekspor pada Januari 2009 yang mencapai 6.608 MT, setidaknya peningkatan ini bisa jadi awal tren positif produksi udang sepanjang 2011.
Persediaan benur unggul dan berkualitas
Pengelolaan kualitas air
Penerapan sistem modern dalam pengelolaan kualitas
air dan CPIB
1. Sand filter2. Ozonisasi3. Pressure Filter
BiosecuritySEHAT
TUJUAN
Tujuan dari Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh data teknis dan ekonomis tentang pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei di PT. Central Pertiwi Bahari, Situbondo.
Input1. SDM2. Sarana dan
prasarana3. Pakan4. Modal5. teknologi
ProsesPengelolaan kualitas air
Parameter fisika dan kimia
Baik1. Air stabil dan
optimal2. Kualitas air baik3. Pertumbuhan
cepat
Output1. SR tinggi2. Benih berkualitas
Analisa Evaluasi
Pendekatan Masalah
METODOLOGI
Kegiatan Kerja Praktek Akhir ini telah dilaksanakan dari tanggal 12 Maret 2012 sampai dengan 12 Mei 2012 di PT. Central Pertiwi Bahari, Desa Pecaron, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
Metode untuk mendapatkan data dan pengetahuan adalah metode survei. Sedangkan untuk memperoleh keterampilan menggunakan pola magang.
KEADAAN UMUM
Sebelumnya : PT. BAJA (Benur Abadi Jaya Sentosa).
dibeli oleh PT. Charoen Pokphand pada bulan Oktober tahun 2005 dan berganti nama menjadi PT. CPB Situbondo.
luas skala usaha 13.785 m2 (1,4 Ha).
Produksi/tahun : 500.000.000 ekor benur.
Sumber Air
Air tawar diperoleh dari air artesis hasil pengeboran tanah yang ditampung terlebih dahulu pada bak reservoir air tawar untuk dilakukan treatment dengan menggunakan kaporit 25 ppm dan EDTA 10 ppm. Bak reservoir berjumlah empat set yang masing-masing berkapasitas 40 ton. Pengeboran dilakukan sedalam 100 meter, penyedotan airnya menggunakan dinamo 5,5 PK melalui pipa 3” ke atas tower yang berkapasitas 15 ton dan diisi dengan air sebanyak 10 ton
1. Penyediaan Air Tawar
2. Penyediaan Air Laut
Sumber air laut di PT. CPB Situbondo diambil dari selat Madura dengan pompa house (daya 20 KHV). Guna memenuhi kebutuhan air laut yang jernih dan bersih maka dilakukan dengan pemasangan pipa berdiameter 4’’ cm sejauh ± 200 m dari bibir pantai kearah tengah laut pada kedalaman ± 10 - 14 m yang dilengkapi dengan pemberat agar pipa tidak mudah bergeser. Selanjutnya air laut dipompa ke lokasi pembibitan dengan terlebih dahulu melalui treatment diantaranya yaitu penyaringan fisik melalui sand filter, pressure filter dan ozonisasi.
PERSIAPAN BAKBak yang digunakan terbuat dari bahan beton
berbentuk persegi dengan kemiringan 2 - 5 % berkapasitas berbeda yaitu 50 ton jumlah bak 28 unit dan 30 ton berjumlah 14 unit. Persiapan bak pemeliharaan yang dilakukan meliputi pencucian tahap I dan pencucian tahap II.
Pada pencucian tahap I, bak dicuci menggunakan detergen 5000 ppm kemudian dinding dan dasar bak digosok dengan scouring pad lalu dibilas air tawar. Selang waktu satu hari, ruang pemeliharaan larva dilakukan fungigasi. Fungigasi merupakan proses untuk sterilisasi ruangan yang bertujuan untuk menghambat atau membunuh organisme penyebab terjadinya penyakit.
Setelah melakukan fungigasi, dilanjutkan dengan pencucian tahap II dengan perlakuan yang sama seperti tahap I. Setelah itu membilas dinding bak dengan iodine 1 ppm, lalu dikeringkan. Kemudian bak dibilas menggunakan larutan formalin dosis 1000 ppm dan dilakukan proses pengeringan ulang.
• Pemasangan Aerasi Pemasangan aerasi ini mutlak diperlukan selama proses
produksi. Hal ini disebabkan aerasi mempunyai peranan yang vital terutama dalam penyediaan oksigen, selain itu aerasi juga membantu dalam pemerataan pakan buatan yang diberikan pada larva, perombakan senyawa dalam bak, dan menekan pengendapan partikel pada dasar bak. Selang aerasi disterilisasi dengan cara perendaman menggunakan larutan formalin 150 ml per 100 L air tawar selama 3 jam sebelum digunakan, lalu dibilas dengan air tawar. Timah dan batu aerasi direndam dengan larutan H2O2 10 ml per 10 L air tawar selama 3 jam. Pemasangan aerasi dilakukan setelah bak dicuci dan dikeringkan. Aerasi diberikan secara terus-menerus dan dialirkan melalui pipa paralon berdiameter 1 ½ inch. Pada bak pemeliharaan larva dipasang 108 titik aerasi dengan jarak antara titik aerasi yaitu 50 cm. Dalam bak pemeliharaan, batu aerasi dipasang hingga menempel pada dasar bak pemeliharaan, agar suplay oksigen dapat masuk sampai ke dasar bak
• Persiapan Sand Filter dan Pressure filterProses ini diawali dengan pencucian material yang
ada didalam sand filter yaitu pasir, batu split, batu kali dan arang batok. Pasir yang digunakan merupakan pasir khusus dengan tekstur yang sangat lembut menyerupai gula pasir. Pencucian pasir diawali dengan pemindahan pasir ke dalam bak pencucian pasir, kemudian dialiri air laut menggunakan selang spiral dengan debit 1 liter/detik sambil diaduk sampai kotoran terlihat bersih. Selanjutnya pasir dimasukkan dalam bak fiber dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Sedangkan pressure filter sebelum digunakan direndam dengan larutan kaporit 1,5 kg. Pembongkaran sand filter dan pressure filter biasanya dikeringkan selama satu siklus, maka dari itu harus mempunyai masing-masing dua set agar dapat digunakan secara bergantian.
PERSIAPAN AIR MEDIA
Pengisian air media pemeliharaan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air media dari bak penampungan ke bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 6 x 2,08 m3 melalui pipa paralon. Pada awal pemeliharaan bak diisi air laut sebanyak 20 ton (40%) dari kapasitas bak pada jam 16.00 dengan salinitas 32 ppt, suhu 29 °C - 30 °C, DO 5,0 - 5,2, total bakteri 0 cfu/ml, nitrit 0 ppm, ammonia 0 ppm, pH 7,2 - 8,2. Air disaring menggunakan filter bag, sehingga diharapkan air yang digunakan dalam keadaan bersih. Tahapan selanjutnya, air media pemeliharaan disterilisasi menggunakan larutan klorin 6,5 ppm dengan tujuan untuk membunuh bibit penyakit yang terdapat pada air media. Pada pukul 04.00 dinihari, air media pemeliharaan diberi vitamin C dengan dosis 5 ppm dikarenakan vitamin C mampu menangkal berbagai radikal bebas dan merupakan nutrisi yang larut dalam air serta mudah dikeluarkan dari tubuh udang ketika tidak diperlukan. Pada jam 07.00 diberikan menggunakan natrium thiosulfat 5 ppm yang bertujuan untuk menetralkan zat klor serta diberi aerasi kuat dengan tujuan untuk meratakan larutan klorin dan natrium thiosulfat pada air media serta mempercepat proses penguapan klorin.
Untuk mengetahui kenetralan air media menggunakan test kit, jika air sampel tidak berubah menjadi warna kuning maka air media dalam keadaan netral. Setelah air netral ditambahkan EDTA 20 ppm, hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan/mengikat kotoran dan logam berat. Tahap selanjutnya, air media ditreatment kembali menggunakan vitamin C dengan dosis 4 ppm. Lalu pada pukul 08.00 ditambahkan Probiotik Pro Z dengan dosis 10 ppm dan Epicin D dengan dosis 5 ppm. Sebelum naupli ditebar, media pemeliharaan diberikan algae dengan kepadatan 80.000 cell/ml. Hal ini bertujuan agar pada saat naupli ditebar ke media pemeliharaan sudah ada stock pakan alami.
PENEBARAN NAUPLI
Penebaran nauplius dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 dengan tujuan untuk menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara aklimatisasi 30 menit. Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan naupli dengan perubahan kondisi lingkungan air di bak pemeliharaan larva. Nauplius yang ditebar adalah naupli (N5 – 6), hal ini bertujuan agar menekan gangguan proses metamorfosis sekecil mungkin dari stadia naupli ke stadia Z1. Sebelum naupli ditebar dalam bak pemeliharaan, terlebih dahulu dilakukan perendaman dengan larutan iodine 50 ppm selama tiga menit. Padat penebaran naupli pada tiap bak pemeliharaan berbeda-beda, sesuai dengan stock naupli pada pengelolaan induk. Padat penebaran naupli di PT. CPB Situbondo berkisar antara 150 - 250 ekor/liter atau 150.000 - 250.000/m3.
• Split LarvaSplit larva yaitu memindahkan larva udang
vannamei dari satu bak ke bak yang lain dengan cara membagi dua bagian hal ini dilakukan untuk memperoleh kondisi air yang lebih baik serta memperkecil resiko terjadinya kematian. Split tersebut dilakukan pada saat stadia PL5 karena dirasa pada saat stadia ini kondisi kepadatan larva menjadi menurun, air bak kotor, dan pertumbuhan larva dirasa sangat lambat. Sebelum split larva dilakukan, maka perlu dipersiapkan alat dan bahan yaitu : dua bak larva baru, kotak pemanenan benur, scoop net bermata saring 0,5 - 1 mm, seser, ember.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pada saat PL3 salinitas media diturunkan menjadi 30 ppt dan bak larva yang baru diisi air sampai 40 ton, kemudian beri plankton Caetocheros sp. dengan tujuan agar sinar matahari yang masuk tidak langsung menembus larva yang baru dipindah kemudian aerasi dihidupkan. Melakukan sampling dengan tujuan dapat menentukan kepadatan larva, sehingga pertumbuhan larva tidak sampai terhambat. Setelah selesai melakukan transfer larva, air media pemeliharaan diberi Praise VS 100 dengan dosis 4 ppm dengan tujuan yaitu untuk menjaga kestabilan kualitas air dikarenakan mempunyai kandungan bakteri nitrogen yang mampu mengikat nitrogen dari udara bebas dan merubahnya menjadi senyawa menguntungkan.
Pengelolaan Pakan
DOC Stadia
Algae Pakan Buatan Artemia
Tetra (ton) Chaeto (Cell/ml) pop Gr / juta Prosentase
Segar Biomas
AM PM AM PM Gr / juta1 N 80 200 10
2 Z1 200 250 9 25 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO
3 Z2 2 200 250 8 40 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO
4 Z3 2 180 250 8 85 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO 50
5 ZM 2 150 180 7 110 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO 100
6 M1 2 120 180 7 140 30 % LHF,10% Flake,60% CP.O1 150
7 M2 2 2 80 150 7 180 30 % LHF,10% Flake,60% CP.O1 200
8 M3 2 2 80 120 6 210 30 % LHF,10% Flake,60% CP.O1 250
9 PL1 2 2 50 50 6 240 20 % Flake,80% CP.O2 25010 PL2 2 2 50 50 6 270 20 % Flake,80% CP.O2 22011 PL3 6 310 15 % Flake,80% CP.O2 22012 PL4 6 380 15 % Flake,80% CP.O2 20013 PL5 6 410 10 % Flake,90% CP.O3 160 750
14 PL6 2 - 3 cell / ml 6 440 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.000
15 PL7 6 500 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.00016 PL8 6 530 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.00017 PL9 6 560 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.00018 PL10 6 650 10 % Flake,90% CP.O3 25019 PL11 6 700 10 % Flake,90% CP.O320 PL12 6 730 10 % Flake,90% CP.O3
• Pakan AlamiAda beberapa jenis pakan alami yang digunakan di
PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo, baik zooplankton maupun phytoplankton. Dari jenis pakan alami tersebut yang sering digunakan di antaranya : Artemia salina, Tetrasalmis chui dan Chaetoceros ceratos. Kultur Chaetoceros ceratos dan Tetraselmis chui yang dilakukan di PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo adalah dengan cara kultur murni, kultur semi massal dan kultur massal. Sedangkan kultur untuk Artemia dengan cara dekapsulasi. Pada pembenihan udang vannamei pakan alami yang berupa plankton sangat diperlukan udang dikarenakan keberadaanya dapat bermanfaat sebagai penghasil O2
dalam air.
• Pakan Buatan Pakan buatan merupakan suatu alternatif yang
penyediaannya secara kontinyu memungkinkan dan dapat digunakan sebagai pengganti atau pelengkap makanan alami. Sehingga pakan buatan yang digunakan harus mempunyai kandungan gizi yang tinggi untuk memacu pertumbuhan larva udang. Jenis dan ukuran pakan buatan yang diberikan pada larva udang vannamei berbeda - beda tergantung pada tingkatan stadia larva.
Semakin tinggi tingkat stadia larva maka jenis dan ukuran pakan buatan yang diberikan semakin besar. Jenis pakan buatan yang digunakan di PT. CPB Situbondo terdiri dari pakan cair, powder, dan serbuk.
Treatment Air Tawar
• Bak berkapasitas 40 ton • kaporit dengan dosis 25 ppm• Dinetralkan dengan thiosulfat 25
ppm• Setelah satu jam diberi EDTA 10
ppm • Diendapkan selama 12 jam.
PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Sand filter
Treatment Air Laut
• Jenis : berisi karbon aktif dan pasir silica halus. (menampung 2,5 kwintal)
• Masing-masing terdapat tiga set.• Pembilasan karbon aktif serta
pasir dengan ozone step 15 dan di backwash.
Pressure Filter
Step pada ozone yaitu antara 1 - 15. (untuk larva : 7) dengan redoks potensial sebesar 535 mV).
Ozonisasi
Redoks diturunkan sampai 170 mV.
Alat untuk mengukur mV
ZM M1 M2 M3 PL1 PL2 PL3 PL4 PL5 PL6 PL7 PL8 PL9 PL10 PL11 PL120%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
10%15% 15%
20% 20%
30% 30%
50% 50%
100%
30%
40% 40% 40% 40% 40%
Pergantian Air
Dalam menjaga kualitas air media pemeliharaan tetap pada kondisi yang baik, maka dilakukan pergantian air dengan cara melakukan pengurangan dan penambahan air dengan tujuan untuk mengurangi endapan pada dasar bak pemeliharaan larva. Proses pergantian air ini dilakukan berdasarkan standard yang telah ditentukaDi PT. CPB Situbondo proses pergantian air dilakukan setelah mencapai stadia zoea mysis yaitu stadia zoea yang akan menjadi mysis atau sekitar 5 hari setelah penebaran naupli sampai dengan panen berkisar 10 - 100 % dari volume wadah yang terisi. Hal ini juga dilakukan berdasarkan pengamatan warna perairan secara visual bila terjadi blooming plankton atau banyak larva yang mati pada setiap stadia.
Probiotik
SOP KA
Pemberian probiotik di PT. CPB Situbondo juga dilakukan guna memperbaiki kualitas air dan menghambat pertumbuhan pathogen pada larva udang serta meningkatkan dekomposisi senyawa organik yang tidak diharapkan. Probiotik yang digunakan yaitu dengan merk dagang Pro-Z diberikan mulai stadia N1 - M3 dosis 10 ppm dan Epicin D diberikan mulai stadia ZM - PL3 dosis 6 ppm.
• Dilakukan dilaboratorium kualitas air. Pada waktu pagi hari.
• Pengambilan data yaitu pada bak A1 dan A2 bulan Maret-April 2012.
• Meliputi suhu, salinitas, pH, DO, alkalinitas, ammonia, dan nitrit.
Pengukuran Kualitas Air
• Rata-rata menunjukkan angka 32 0C.• Haliman dan Adijaya (2005), yang menyatakan
bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan udang antara 26 0C - 32 0C.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL928
29
30
31
32
33
34
35Suhu
A1 Maret
A2 Maret
A1 April
A2 April
OC
• Rata-rata hasil pengukuran selama bulan Maret-April menunjukkan nilai 32 ppt.
• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), yang menyatakan bahwa tingkat salinitas yang baik untuk larva udang adalah 29 - 34 ppt.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL929
30
31
32
33
34
Salinitas
A1 Maret
A2 Maret
A1 April
A2 April
ppt
• Merupakan singkatan dari puissance negatif de H.• Rata-rata menunjukkan nilai 7,6.• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), yang
menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk pemeliharaan larva udang vannamei adalah 7,5 - 8,5.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL97.27.37.47.57.67.77.87.98.08.18.2
pH
A1 MaretA2 MaretA1 AprilA2 April
• Nilai DO rata-rata menunjukkan angka 6 ppm.• Kordi dan Andi (2007), bahwa kadar oksigen
pada pemeliharaan larva udang vannamei adalah > 5 ppm.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL94.5
5.0
5.5
6.0
6.5
7.0
DO
A1 Maret
A2 Maret
A1 April
A2 April
ppm
• Rata-rata pengukuran tersebut menunjukkan nilai 158,62 mg/l.
• Bak A1 stadia PL5 Bulan April 2012 = 240,0 mg/l. Effendi (2003), yang menyatakan bahwa kisaran alkalinitas yang optimal bagi pertumbuhan larva udang vannamei adalah 75 - 200 mg/l.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL9100.0
120.0
140.0
160.0
180.0
200.0
220.0
240.0
Alkalinitas
A1 MaretA2 MaretA1 AprilA2 April
ppm
(mg/
l)
• Nilai ammonia selama dua bulan rata-rata menunjukkan angka 0,35 mg/l. Bak A2 Maret 2012 menunjukkan angka 2,1 mg/l
• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), total ammonia dalam air pemeliharaan larva udang vannamei maksimal 3,0 mg/l.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL90.00.20.40.60.81.01.21.41.61.82.02.2
Ammonia
A1 Maret
A2 Maret
A1 April
A2 April
ppm
(mg/
l)
• Rata-rata pengukuran tersebut menunjukkan nilai 0,0 - 1,1 mg/l. Bak A1 Maret 2012 = 1,12 mg/l
• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), kadar nitrit maksimal pemeliharaan larva udang vannamei adalah 0,25 mg/l.
N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL90.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
1.10
1.20
Nitrit
A1 MaretA2 MaretA1 AprilA2 April
(ppm
) mg/
l
• Pada Bulan Maret, kualitas air bak pemeliharaan A1 dan A2 cenderung lebih menurun dibandingkan Bulan April. Ini dikarenakan pada Bulan Maret cuaca sering berubah-ubah.
• Tingkat batasan maksimal kualitas air terjadi pada stadia PL5. Maka dari itu di PT. CPB Situbondo menerapkan sistem pergantian air hingga 100% yaitu dengan cara memindahkan larva ke bak baru.
Kesimpulan Hasil Pengukuran Kualitas Air
Pengamatan Kondisi Perkembangan Larva
Tingkat satu
Stress testa. Formalin (37%)b. Salinitas (8 ppt)
Makroskopis
Hasil lebih dari 95%
Tingkat dua
Mikroskopis
1. Vakuola lipid 2. Kondisi hepatopankreas3. Prosentase biolitas pada
hepatopankreas4. Isi usus larva5. Perbandingan usus dan ada atau
tidaknya nekrosis6. Abnormalitas anggota tubuh
larva7. Ada atau tidaknya pengotor
berupa protozoa atau bakteri8. Perkembangan insang9. Variasi ukuran postlarva
Tingkat tiga
PCR
Perkembangan Larva
Larva udang dipanen pada stadia PL 12 - 13 dengan panjang rata - rata 8,51 mm.
PL1 PL5 PL7 PL8 PL9 PL10 PL11 PL12 PL1313-Mar-
1217-Mar-
1219-Mar-
1220-Mar-
1221-Mar-
1222-Mar-
1223-Mar-
1224-Mar-
1225-Mar-
12
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
LENGTHSTDev
mm
Pengamatan kondisi larva di PT. CPB Situbondo dilakukan sejak penebaran nauplius dan setiap pergantian stadia. Penilaian kesehatan larva udang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu teknik pengamatan tingkat I, II, dan III. Teknik pengamatan tingkat I adalah mengamati udang dan lingkunganya berdasarkan sifat-sifatnya yang menyolok. Teknik pengamatan tingkat II adalah pemeriksaan lebih lengkap menggunakan mikroskop cahaya dengan pewarnaan atau tanpa pewarnaan, dan pemeriksaan bakteriologi dasar. Sedangkan teknik penilaian tingkat III adalah penggunaan metode yang lebih kompleks seperti teknik molekul PCR, dot blot, dan lain-lain.
Pengamatan tingkat satu dilakukan dengan cara pengamatan kondisi larva udang secara visual (makroskopis) dan stress test. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengambil sampel langsung dari bak pemeliharaan dengan gelas kaca bening kemudian diarahkan ke cahaya untuk melihat kondisi tubuh larva, pigmentasi, usus, dan sisa pakan kotoran atau feses. Ada dua tipe stress test yang biasa digunakan di PT. CPB Situbondo adalah menggunakan formalin dan salinitas. Formalin 37% digunakan dalam test ini dikarenakan formalin dianggap sebagai senyawa yang mengakibatkan cekaman bagi larva udang. Test dengan formalin tersebut hanya dilakukan pada larva udang stadium PL6 dan PL7. Jumlah yang lolos untuk dipanen adalah jika hasil lebih dari 95%. Salinitas stress test bertujuan untuk menyeleksi udang yang sehat. Karena udang yang mampu lolos dari salinitas stress test dianggap sehat dan mampu bertahan saat ditebar ditambak yang kemudian mengalami perubahan habitat dari salinitas tinggi ke salinitas rendah.
• Pengamatan tingkat dua dilakukan secara mikroskopik dengan cara mengambil beberapa ekor larva dan diletakkan di atas gelas objek, kemudian diamati di bawah mikroskop. Pengamatan ini dilakukan dibagian QC (quality control). Pengamatan morfologi tubuh larva pada stadium postlarva antara lain vakuola lipid pada hepatopankreas dan usus tengah, prosentase biolitas pada hepatopankreas, isi usus larva, perbandingan Gut Muscle Ratio, ada atau tidaknya nekrosis, abnormalitas anggota tubuh larva, ada atau tidaknya pengotor berupa protozoa pada larva.
Pada pengamatan tingkat tiga yaitu dilakukan lebih spesifik lagi dengan cara mengetahui jenis penyakit menggunakan alat PCR. Di PT. CPB Situbondo sudah menerapkan teknik tersebut tetapi hasilnya hanya diketahui oleh lingkup perusahaan itu sendiri.
Pengelolaan Kualitas Air
Panen Baik
SR Tinggi Kualitas Benur
TinggiPanen Gagal
SR Rendah Kualitas Benur
Rendah
Pengelolaan Jelek
Kualitas Air jelek
Pertumbuhan Lambat
Timbul Penyakit
Pengelolaan Baik
Kualitas Air Baik
Nafsu makan tinggi
Pertumbuhan Cepat
Pakan Alami
Jenis
Dosis, Frekuensi
Cara Pemberian
Cara Kultur
Pakan Buatan
Jenis
Dosis, Frekuensi
Cara Pemberian
Hubungan Kualitas Air dengan Pakan
Penyakit
Vorticella Sp.
Pencegahan
Biosecu
rity
Panen
Pengepakan dan
distribusi
Ukuran Benur
Jumlah Benur
PL4 – PL5 3500 – 4000
PL8 – PL12 2500 – 3000
• Pendapatan Kotor / Gross Farm Income (GFI)GFI = P x Q = Rp 35/ekor x 75.936.460 ekor = Rp 2.657.776.100
• Margin Kotor / Gross Margin (GM)GM = GFI – TVC
= Rp 2.657.776.100 - Rp 868.300.000= Rp 1.789.476.100
• Pendapatan Bersih / Net Income (NI)NI = GFI – (TVC + TFC)
= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716)= Rp 1.666.156.384
• Penghasilan Bersih / Net Earning (NE)NE = GFI – (TVC + TFC + BK)
= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 24.562.149,67)
= Rp 1.641.594.234,07
Perhitungan Analisa Usaha/Siklus Bulan April 2012
• Imbalan Kepada Milik Sendiri / Return to Equaity Capital (REC)REC = GFI – (TVC + TFC + BK + NTKK)
= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 24.562.149,67 + Rp 0)
= Rp 1.641.594.234,07• Imbalan Terhadap Seluruh Modal / Return to Total Capital (RTC)
RTC = GFI – (TVC + TFC + NTKK)= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 0)
= Rp 1.666.156.384• Keuntungan / Profit (π)
π = GFI – (TVC + TFC + BK + NTKK + BMMS)= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 24.562.149,67 + Rp 0 + Rp 40.068.190)
= Rp 1.601.562.044,07• Perhitungan R/C
R/C = Revenue/Cost= 2.657.776.100 1.058.926.306= 2,5 (Untung)
Performance
• Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei di PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo sudah baik, hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran kualitas air yang sesuai berdasarkan standard kualitas air PT. CPB Situbondo.
• Dalam 1 siklus diperoleh jumlah naupli 152.239.263 ekor dan menghasilkan benur PL4 - PL5 dan PL8 - PL12 sebanyak 75.936.460 ekor dengan Survival Rate (SR) 50 %, Berdasarkan analisis performance diperoleh R/C >1 yaitu 2,5 dengan keuntungan sebesar Rp 1.598.847.794,07/siklus
Kesimpulan
Lebih baik sedikit tapi
cukup, daripada
banyak tapi kurang
PL 4 - 12 April 2012Per Tank Asal
Origin Tebar Naupli SR HarvestedNetto SJ
A5 14.353.333 0,36 5.167.200A6 8.807.619 0,42 3.699.200A7 10.550.179 0,56 5.908.100A8 10.951.304 0,46 5.037.600A1 18.863.282 0,39 7.356.680A2 16.417.500 0,44 7.223.700A3 13.543.649 0,57 7.719.880A4 12.170.357 0,56 6.815.400A9 9.187.368 0,57 5.236.800
A10 6.666.667 0,45 3.000.000A12 6.572.414 0,58 3.812.000A14 8.350.794 0,63 5.261.000A15 9.351.746 0,63 5.891.600A16 6.453.051 0,59 3.807.300Total 152.239.263 0,515 75.936.460
Data Panen Bulan April 2012
Nilai Redoks Potensial OzonNo Level Ozon Redoks Potensial Kegunaan
1 Level 1 -
2 Level 2 304 mV Treatment untuk pakan alami dan pemeliharaan induk udang vannamei
3 Level 3 350 mV4 Level 4 356 mV5 Level 5 474 mV6 Level 6 527 mV
7 Level 7 535 mV Treatment air untuk pemeliharaan larva udang vannamei
8 Level 8 -9 Level 9 -
10 Level 10 -11 Level 11 -12 Level 12 -13 Level 13 -14 Level 14 -15 Level 15 > 700 mV Untuk peracunan filter gravitasi
• ORP adalah ukuran kebersihan air & kemampuannya untuk memecah kontaminan. Nilai ORP adalah suatu cara sederhana untuk menentukan lingkungan bagi mikroorganisme untuk bertahan hidup lingkungan berair.
• Redoks adalah singkatan Oksidasi Reduksi. Yakni ukuran dari kapasitas sistem untuk mengoksidasi bahan. Redoks diukur secara tidak langsung sebagai kemampuan dari suatu sistem air untuk menghantarkan listrik, dalam milivolt (mV, 1/1000 dari volt).
• Potensial redoks adalah nilai (angka) mendefinisikan berapa banyak memperoleh / kehilangan sistem yang mungkin dilakukan.
http://web1.reefcentral.com/forums/showthread.php?t=1279290http://www.ozoneapplications.com/info/orp.htm
• pH = - log [H]+
CO2 + H2O H2CO3 H+ +HCO3 2H+ + CO32-
• Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, secara bertahap akan melepaskan ion H+ sehingga menyebabkan pH turun.
• Bila keadaan terlalu asam, ion karbonat dalam air akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.
HCO3- H+ + CO3
2-
CO32- + H2O HCO3
2- + OH-
• Fotosintesis dapat menghasilkan oksigen :6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
• Proses biologi lainnya yang sangat penting dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan reaksi :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O
Back
• Pada keadaan asam banyak tersedia ion hidrogen bebas yang mengikat basa-basa bebas. Seperti terlihat pada reaksi berikut :
HCO3- + H+ H2CO3
• Pada malam hari phytoplankton tidak aktif melakukan fotosintesis sehingga CO2 yang dihasilkan selama respirasi akan terhidrolisa menjadi unsur hidrogen, maka pH akan turun dan alkalinitas meningkat (Kordi dan Andi, 2007). Seperti terlihat pada reaksi hidrolisa karbondioksida berikut :
CO2 + H2O H+ + HCO3-
Back
• Bila keadaan perairan semakin buruk, sehingga O2 dalam air sampai habis, maka secara perlahan proses pembongkaran bahan organik akan diambil oleh bakteri lain yang terkenal ialah Nitrosomonas menjadi senyawa nitrit dan senyawa nitrit akan diubah menjadi nitrat dengan bantuan bakteri Nitrobacter. Reaksi tersebut sebagai berikut:
4NH3 + 7O2 (nitromonas) 4NO2 + 6H2O
2NO2 + O2 (nitrobacter) 2NO3
Back
SOP Kualitas Air
DOC Stadia
Probiotic & Fungicide Water MngEDTA Vit.C Clor.T Virkon Pro-Z Epicin D PVS
AwalN-PL 10
AkhirN-PL5
Akhirppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm Exch Exch
1 N 20 5 + 5 + 2 10 20 20 20
2 Z1 5 2 10 2 20 ++ ++3 Z2 5 2 10 22 ++ 25 ++ 254 Z3 5 2 10 25 ++ ++5 ZM 5 2 0,5 8 25 ++ 30 10% 306 M1 5 2 8 30 ++ 30 15% 357 M2 5 2 8 35 5% 32 15% 358 M3 5 2 1,5 10 35 5% 34 20% 359 PL1 5 2 10 4 35 5% 36 20% 35
10 PL2 5 2 10 35 5 - 10% 38 30% 4011 PL3 5 2 10 40 5 - 10% 40 30% 4012 PL4 5 2 2 40 5 - 10% 40 50% 4013 PL5 5 2 40 5 - 10% 40 50% 4014 PL6 15 5 1,5 4 28 5 - 10% 28 100% 2815 PL7 2 28 5 - 10% 28 30% 2816 PL8 2 28 5 - 10% 28 40% 2817 PL9 2 1,2 28 20% 28 40% 2818 PL10 2 28 20% 28 40% 2819 PL11 28 20% 28 40% 2820 PL12 28 20% 28 40% 28
Analisis Panjang Gelombang KNitrit-Nitrogen 510 NM 1,765H2s 670 NM 0,576Amonia-Nitrogen 640 NM 1,452Alkalinitas X = 95,238
PETUNJUK PENGOPRASIAN MESIN SPEKTROPHOTOMETER TURNER TIPE 390
MENYALAKAN MESIN•Tancapkan stop kontak ke sumber energi listrik•Sebelum menyalakan mesin pindah panjang gelombang ke panjang gelombang yang diinginkan•Hidupkan spectrophotometer dengan memutar tombol on/off dari posisi OFF ke posisi T. artinya spectrophotometer ada pada mode % transmisi•Biarkan selama 15-30 menit untuk mendapatkan temperature pengukuran yang diperlukan•Masukkan DW ke dalam cuvet (d = 1 cm), kemudian masukkan ke dalam holder cuvet hingga dasar. Tutup holder cuvet lalu set 0 pada spectrophotometer
SET 0 PADA SPECTROPHOTOMETER• Tekan dan tahan (jangan dilepas) tombol zero set• Putar tombol zero ke kanan atau ke kiri sampai layar
display terlihat angka 0• Lepaskan tombol zero set• Set % transmitan dengan memutar tombol 100%T/OA
sampai pada layar tampak angka 100.0• Putar tombol on/off sekali lagi ke mode A (absorbance).
Pada layar akan tampak angka .000. jika tidak tepat angka .000 maka atur nilainya sampai mendapatkan nilai tepat .000 dengan memutar tombol 100%T/OA
• Selanjutnya cuvet dikeluarkan dari holder. Ganti DW dengan standar atau sampel yang akan diukur. Spectrophotometer siap digunakan