pengelolaan ka larva udang vannamei

60
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN LARVA UDANG VANNAMEI (LITOPENAEUS VANNAMEI) DI PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI KABUPATEN SITUBONDO ABDUL AZIZ ZAQQI AKADEMI PERIKANAN SIDOARJO 2012

Upload: aziz-zacky

Post on 14-Feb-2015

284 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN LARVA UDANG VANNAMEI (LITOPENAEUS VANNAMEI) DI PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI KABUPATEN SITUBONDO

ABDUL AZIZ ZAQQIAKADEMI PERIKANAN SIDOARJO

2012

Page 2: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

LATAR BELAKANGUpaya peningkatan ekspor udang vannamei

Pada Januari 2011, volume ekspor mencapai 6.042 MT (Metrik Ton) 18,4 % lebih banyak daripada Januari 2010 yang mencapai 5.091 MT. Meski belum setinggi angka ekspor pada Januari 2009 yang mencapai 6.608 MT, setidaknya peningkatan ini bisa jadi awal tren positif produksi udang  sepanjang 2011.

Persediaan benur unggul dan berkualitas

Pengelolaan kualitas air

Penerapan sistem modern dalam pengelolaan kualitas

air dan CPIB

1. Sand filter2. Ozonisasi3. Pressure Filter

BiosecuritySEHAT

Page 3: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

TUJUAN

Tujuan dari Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh data teknis dan ekonomis tentang pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei di PT. Central Pertiwi Bahari, Situbondo.

Page 4: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Input1. SDM2. Sarana dan

prasarana3. Pakan4. Modal5. teknologi

ProsesPengelolaan kualitas air

Parameter fisika dan kimia

Baik1. Air stabil dan

optimal2. Kualitas air baik3. Pertumbuhan

cepat

Output1. SR tinggi2. Benih berkualitas

Analisa Evaluasi

Pendekatan Masalah

Page 5: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

METODOLOGI

Kegiatan Kerja Praktek Akhir ini telah dilaksanakan dari tanggal 12 Maret 2012 sampai dengan 12 Mei 2012 di PT. Central Pertiwi Bahari, Desa Pecaron, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.

Metode untuk mendapatkan data dan pengetahuan adalah metode survei. Sedangkan untuk memperoleh keterampilan menggunakan pola magang.

Page 6: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

KEADAAN UMUM

Sebelumnya : PT. BAJA (Benur Abadi Jaya Sentosa).

dibeli oleh PT. Charoen Pokphand pada bulan Oktober tahun 2005 dan berganti nama menjadi PT. CPB Situbondo.

luas skala usaha 13.785 m2 (1,4 Ha).

Produksi/tahun : 500.000.000 ekor benur.

Page 7: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Sumber Air

Air tawar diperoleh dari air artesis hasil pengeboran tanah yang ditampung terlebih dahulu pada bak reservoir air tawar untuk dilakukan treatment dengan menggunakan kaporit 25 ppm dan EDTA 10 ppm. Bak reservoir berjumlah empat set yang masing-masing berkapasitas 40 ton. Pengeboran dilakukan sedalam 100 meter, penyedotan airnya menggunakan dinamo 5,5 PK melalui pipa 3” ke atas tower yang berkapasitas 15 ton dan diisi dengan air sebanyak 10 ton

1. Penyediaan Air Tawar

Page 8: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

2. Penyediaan Air Laut

Sumber air laut di PT. CPB Situbondo diambil dari selat Madura dengan pompa house (daya 20 KHV). Guna memenuhi kebutuhan air laut yang jernih dan bersih maka dilakukan dengan pemasangan pipa berdiameter 4’’ cm sejauh ± 200 m dari bibir pantai kearah tengah laut pada kedalaman ± 10 - 14 m yang dilengkapi dengan pemberat agar pipa tidak mudah bergeser. Selanjutnya air laut dipompa ke lokasi pembibitan dengan terlebih dahulu melalui treatment diantaranya yaitu penyaringan fisik melalui sand filter, pressure filter dan ozonisasi.

Page 9: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

PERSIAPAN BAKBak yang digunakan terbuat dari bahan beton

berbentuk persegi dengan kemiringan 2 - 5 % berkapasitas berbeda yaitu 50 ton jumlah bak 28 unit dan 30 ton berjumlah 14 unit. Persiapan bak pemeliharaan yang dilakukan meliputi pencucian tahap I dan pencucian tahap II.

Pada pencucian tahap I, bak dicuci menggunakan detergen 5000 ppm kemudian dinding dan dasar bak digosok dengan scouring pad lalu dibilas air tawar. Selang waktu satu hari, ruang pemeliharaan larva dilakukan fungigasi. Fungigasi merupakan proses untuk sterilisasi ruangan yang bertujuan untuk menghambat atau membunuh organisme penyebab terjadinya penyakit.

Page 10: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Setelah melakukan fungigasi, dilanjutkan dengan pencucian tahap II dengan perlakuan yang sama seperti tahap I. Setelah itu membilas dinding bak dengan iodine 1 ppm, lalu dikeringkan. Kemudian bak dibilas menggunakan larutan formalin dosis 1000 ppm dan dilakukan proses pengeringan ulang.

Page 11: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pemasangan Aerasi Pemasangan aerasi ini mutlak diperlukan selama proses

produksi. Hal ini disebabkan aerasi mempunyai peranan yang vital terutama dalam penyediaan oksigen, selain itu aerasi juga membantu dalam pemerataan pakan buatan yang diberikan pada larva, perombakan senyawa dalam bak, dan menekan pengendapan partikel pada dasar bak. Selang aerasi disterilisasi dengan cara perendaman menggunakan larutan formalin 150 ml per 100 L air tawar selama 3 jam sebelum digunakan, lalu dibilas dengan air tawar. Timah dan batu aerasi direndam dengan larutan H2O2 10 ml per 10 L air tawar selama 3 jam. Pemasangan aerasi dilakukan setelah bak dicuci dan dikeringkan. Aerasi diberikan secara terus-menerus dan dialirkan melalui pipa paralon berdiameter 1 ½ inch. Pada bak pemeliharaan larva dipasang 108 titik aerasi dengan jarak antara titik aerasi yaitu 50 cm. Dalam bak pemeliharaan, batu aerasi dipasang hingga menempel pada dasar bak pemeliharaan, agar suplay oksigen dapat masuk sampai ke dasar bak

Page 12: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Persiapan Sand Filter dan Pressure filterProses ini diawali dengan pencucian material yang

ada didalam sand filter yaitu pasir, batu split, batu kali dan arang batok. Pasir yang digunakan merupakan pasir khusus dengan tekstur yang sangat lembut menyerupai gula pasir. Pencucian pasir diawali dengan pemindahan pasir ke dalam bak pencucian pasir, kemudian dialiri air laut menggunakan selang spiral dengan debit 1 liter/detik sambil diaduk sampai kotoran terlihat bersih. Selanjutnya pasir dimasukkan dalam bak fiber dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Sedangkan pressure filter sebelum digunakan direndam dengan larutan kaporit 1,5 kg. Pembongkaran sand filter dan pressure filter biasanya dikeringkan selama satu siklus, maka dari itu harus mempunyai masing-masing dua set agar dapat digunakan secara bergantian.

Page 13: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

PERSIAPAN AIR MEDIA

Pengisian air media pemeliharaan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air media dari bak penampungan ke bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 6 x 2,08 m3 melalui pipa paralon. Pada awal pemeliharaan bak diisi air laut sebanyak 20 ton (40%) dari kapasitas bak pada jam 16.00 dengan salinitas 32 ppt, suhu 29 °C - 30 °C, DO 5,0 - 5,2, total bakteri 0 cfu/ml, nitrit 0 ppm, ammonia 0 ppm, pH 7,2 - 8,2. Air disaring menggunakan filter bag, sehingga diharapkan air yang digunakan dalam keadaan bersih. Tahapan selanjutnya, air media pemeliharaan disterilisasi menggunakan larutan klorin 6,5 ppm dengan tujuan untuk membunuh bibit penyakit yang terdapat pada air media. Pada pukul 04.00 dinihari, air media pemeliharaan diberi vitamin C dengan dosis 5 ppm dikarenakan vitamin C mampu menangkal berbagai radikal bebas dan merupakan nutrisi yang larut dalam air serta mudah dikeluarkan dari tubuh udang ketika tidak diperlukan. Pada jam 07.00 diberikan menggunakan natrium thiosulfat 5 ppm yang bertujuan untuk menetralkan zat klor serta diberi aerasi kuat dengan tujuan untuk meratakan larutan klorin dan natrium thiosulfat pada air media serta mempercepat proses penguapan klorin.

Page 14: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Untuk mengetahui kenetralan air media menggunakan test kit, jika air sampel tidak berubah menjadi warna kuning maka air media dalam keadaan netral. Setelah air netral ditambahkan EDTA 20 ppm, hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan/mengikat kotoran dan logam berat. Tahap selanjutnya, air media ditreatment kembali menggunakan vitamin C dengan dosis 4 ppm. Lalu pada pukul 08.00 ditambahkan Probiotik Pro Z dengan dosis 10 ppm dan Epicin D dengan dosis 5 ppm. Sebelum naupli ditebar, media pemeliharaan diberikan algae dengan kepadatan 80.000 cell/ml. Hal ini bertujuan agar pada saat naupli ditebar ke media pemeliharaan sudah ada stock pakan alami.

Page 15: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

PENEBARAN NAUPLI

Penebaran nauplius dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 dengan tujuan untuk menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara aklimatisasi 30 menit. Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan naupli dengan perubahan kondisi lingkungan air di bak pemeliharaan larva. Nauplius yang ditebar adalah naupli (N5 – 6), hal ini bertujuan agar menekan gangguan proses metamorfosis sekecil mungkin dari stadia naupli ke stadia Z1. Sebelum naupli ditebar dalam bak pemeliharaan, terlebih dahulu dilakukan perendaman dengan larutan iodine 50 ppm selama tiga menit. Padat penebaran naupli pada tiap bak pemeliharaan berbeda-beda, sesuai dengan stock naupli pada pengelolaan induk. Padat penebaran naupli di PT. CPB Situbondo berkisar antara 150 - 250 ekor/liter atau 150.000 - 250.000/m3.

Page 16: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Split LarvaSplit larva yaitu memindahkan larva udang

vannamei dari satu bak ke bak yang lain dengan cara membagi dua bagian hal ini dilakukan untuk memperoleh kondisi air yang lebih baik serta memperkecil resiko terjadinya kematian. Split tersebut dilakukan pada saat stadia PL5 karena dirasa pada saat stadia ini kondisi kepadatan larva menjadi menurun, air bak kotor, dan pertumbuhan larva dirasa sangat lambat. Sebelum split larva dilakukan, maka perlu dipersiapkan alat dan bahan yaitu : dua bak larva baru, kotak pemanenan benur, scoop net bermata saring 0,5 - 1 mm, seser, ember.

Page 17: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Langkah pertama yang dilakukan adalah pada saat PL3 salinitas media diturunkan menjadi 30 ppt dan bak larva yang baru diisi air sampai 40 ton, kemudian beri plankton Caetocheros sp. dengan tujuan agar sinar matahari yang masuk tidak langsung menembus larva yang baru dipindah kemudian aerasi dihidupkan. Melakukan sampling dengan tujuan dapat menentukan kepadatan larva, sehingga pertumbuhan larva tidak sampai terhambat. Setelah selesai melakukan transfer larva, air media pemeliharaan diberi Praise VS 100 dengan dosis 4 ppm dengan tujuan yaitu untuk menjaga kestabilan kualitas air dikarenakan mempunyai kandungan bakteri nitrogen yang mampu mengikat nitrogen dari udara bebas dan merubahnya menjadi senyawa menguntungkan.

Page 18: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pengelolaan Pakan

DOC Stadia

Algae Pakan Buatan Artemia

Tetra (ton) Chaeto (Cell/ml) pop Gr / juta Prosentase

Segar Biomas

AM PM AM PM Gr / juta1 N 80 200 10

2 Z1 200 250 9 25 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO

3 Z2 2 200 250 8 40 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO

4 Z3 2 180 250 8 85 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO 50

5 ZM 2 150 180 7 110 70 % LHF,15% SP,15% CP.OO 100

6 M1 2 120 180 7 140 30 % LHF,10% Flake,60% CP.O1 150

7 M2 2 2 80 150 7 180 30 % LHF,10% Flake,60% CP.O1 200

8 M3 2 2 80 120 6 210 30 % LHF,10% Flake,60% CP.O1 250

9 PL1 2 2 50 50 6 240 20 % Flake,80% CP.O2 25010 PL2 2 2 50 50 6 270 20 % Flake,80% CP.O2 22011 PL3 6 310 15 % Flake,80% CP.O2 22012 PL4 6 380 15 % Flake,80% CP.O2 20013 PL5 6 410 10 % Flake,90% CP.O3 160 750

14 PL6 2 - 3 cell / ml 6 440 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.000

15 PL7 6 500 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.00016 PL8 6 530 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.00017 PL9 6 560 10 % Flake,90% CP.O3 50 1.00018 PL10 6 650 10 % Flake,90% CP.O3 25019 PL11 6 700 10 % Flake,90% CP.O320 PL12 6 730 10 % Flake,90% CP.O3

Page 19: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pakan AlamiAda beberapa jenis pakan alami yang digunakan di

PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo, baik zooplankton maupun phytoplankton. Dari jenis pakan alami tersebut yang sering digunakan di antaranya : Artemia salina, Tetrasalmis chui dan Chaetoceros ceratos. Kultur Chaetoceros ceratos dan Tetraselmis chui yang dilakukan di PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo adalah dengan cara kultur murni, kultur semi massal dan kultur massal. Sedangkan kultur untuk Artemia dengan cara dekapsulasi. Pada pembenihan udang vannamei pakan alami yang berupa plankton sangat diperlukan udang dikarenakan keberadaanya dapat bermanfaat sebagai penghasil O2

dalam air.

Page 20: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pakan Buatan Pakan buatan merupakan suatu alternatif yang

penyediaannya secara kontinyu memungkinkan dan dapat digunakan sebagai pengganti atau pelengkap makanan alami. Sehingga pakan buatan yang digunakan harus mempunyai kandungan gizi yang tinggi untuk memacu pertumbuhan larva udang. Jenis dan ukuran pakan buatan yang diberikan pada larva udang vannamei berbeda - beda tergantung pada tingkatan stadia larva.

Semakin tinggi tingkat stadia larva maka jenis dan ukuran pakan buatan yang diberikan semakin besar. Jenis pakan buatan yang digunakan di PT. CPB Situbondo terdiri dari pakan cair, powder, dan serbuk.

Page 21: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Treatment Air Tawar

• Bak berkapasitas 40 ton • kaporit dengan dosis 25 ppm• Dinetralkan dengan thiosulfat 25

ppm• Setelah satu jam diberi EDTA 10

ppm • Diendapkan selama 12 jam.

PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Page 22: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Sand filter

Treatment Air Laut

Page 23: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Jenis : berisi karbon aktif dan pasir silica halus. (menampung 2,5 kwintal)

• Masing-masing terdapat tiga set.• Pembilasan karbon aktif serta

pasir dengan ozone step 15 dan di backwash.

Pressure Filter

Page 24: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Step pada ozone yaitu antara 1 - 15. (untuk larva : 7) dengan redoks potensial sebesar 535 mV).

Ozonisasi

Redoks diturunkan sampai 170 mV.

Alat untuk mengukur mV

Page 25: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

ZM M1 M2 M3 PL1 PL2 PL3 PL4 PL5 PL6 PL7 PL8 PL9 PL10 PL11 PL120%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

10%15% 15%

20% 20%

30% 30%

50% 50%

100%

30%

40% 40% 40% 40% 40%

Pergantian Air

Page 26: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Dalam menjaga kualitas air media pemeliharaan tetap pada kondisi yang baik, maka dilakukan pergantian air dengan cara melakukan pengurangan dan penambahan air dengan tujuan untuk mengurangi endapan pada dasar bak pemeliharaan larva. Proses pergantian air ini dilakukan berdasarkan standard yang telah ditentukaDi PT. CPB Situbondo proses pergantian air dilakukan setelah mencapai stadia zoea mysis yaitu stadia zoea yang akan menjadi mysis atau sekitar 5 hari setelah penebaran naupli sampai dengan panen berkisar 10 - 100 % dari volume wadah yang terisi. Hal ini juga dilakukan berdasarkan pengamatan warna perairan secara visual bila terjadi blooming plankton atau banyak larva yang mati pada setiap stadia.

Page 27: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Probiotik

SOP KA

Pemberian probiotik di PT. CPB Situbondo juga dilakukan guna memperbaiki kualitas air dan menghambat pertumbuhan pathogen pada larva udang serta meningkatkan dekomposisi senyawa organik yang tidak diharapkan. Probiotik yang digunakan yaitu dengan merk dagang Pro-Z diberikan mulai stadia N1 - M3 dosis 10 ppm dan Epicin D diberikan mulai stadia ZM - PL3 dosis 6 ppm.

Page 28: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Dilakukan dilaboratorium kualitas air. Pada waktu pagi hari.

• Pengambilan data yaitu pada bak A1 dan A2 bulan Maret-April 2012.

• Meliputi suhu, salinitas, pH, DO, alkalinitas, ammonia, dan nitrit.

Pengukuran Kualitas Air

Page 29: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Rata-rata menunjukkan angka 32 0C.• Haliman dan Adijaya (2005), yang menyatakan

bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan udang antara 26 0C - 32 0C.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL928

29

30

31

32

33

34

35Suhu

A1 Maret

A2 Maret

A1 April

A2 April

OC

Page 30: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Rata-rata hasil pengukuran selama bulan Maret-April menunjukkan nilai 32 ppt.

• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), yang menyatakan bahwa tingkat salinitas yang baik untuk larva udang adalah 29 - 34 ppt.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL929

30

31

32

33

34

Salinitas

A1 Maret

A2 Maret

A1 April

A2 April

ppt

Page 31: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Merupakan singkatan dari puissance negatif de H.• Rata-rata menunjukkan nilai 7,6.• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), yang

menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk pemeliharaan larva udang vannamei adalah 7,5 - 8,5.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL97.27.37.47.57.67.77.87.98.08.18.2

pH

A1 MaretA2 MaretA1 AprilA2 April

Page 32: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Nilai DO rata-rata menunjukkan angka 6 ppm.• Kordi dan Andi (2007), bahwa kadar oksigen

pada pemeliharaan larva udang vannamei adalah > 5 ppm.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL94.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

DO

A1 Maret

A2 Maret

A1 April

A2 April

ppm

Page 33: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Rata-rata pengukuran tersebut menunjukkan nilai 158,62 mg/l.

• Bak A1 stadia PL5 Bulan April 2012 = 240,0 mg/l. Effendi (2003), yang menyatakan bahwa kisaran alkalinitas yang optimal bagi pertumbuhan larva udang vannamei adalah 75 - 200 mg/l.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL9100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

200.0

220.0

240.0

Alkalinitas

A1 MaretA2 MaretA1 AprilA2 April

ppm

(mg/

l)

Page 34: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Nilai ammonia selama dua bulan rata-rata menunjukkan angka 0,35 mg/l. Bak A2 Maret 2012 menunjukkan angka 2,1 mg/l

• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), total ammonia dalam air pemeliharaan larva udang vannamei maksimal 3,0 mg/l.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL90.00.20.40.60.81.01.21.41.61.82.02.2

Ammonia

A1 Maret

A2 Maret

A1 April

A2 April

ppm

(mg/

l)

Page 35: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Rata-rata pengukuran tersebut menunjukkan nilai 0,0 - 1,1 mg/l. Bak A1 Maret 2012 = 1,12 mg/l

• Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2009), kadar nitrit maksimal pemeliharaan larva udang vannamei adalah 0,25 mg/l.

N6 Z2 M2-3 PL2 PL5 PL7 PL90.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

1.10

1.20

Nitrit

A1 MaretA2 MaretA1 AprilA2 April

(ppm

) mg/

l

Page 36: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pada Bulan Maret, kualitas air bak pemeliharaan A1 dan A2 cenderung lebih menurun dibandingkan Bulan April. Ini dikarenakan pada Bulan Maret cuaca sering berubah-ubah.

• Tingkat batasan maksimal kualitas air terjadi pada stadia PL5. Maka dari itu di PT. CPB Situbondo menerapkan sistem pergantian air hingga 100% yaitu dengan cara memindahkan larva ke bak baru.

Kesimpulan Hasil Pengukuran Kualitas Air

Page 37: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pengamatan Kondisi Perkembangan Larva

Tingkat satu

Stress testa. Formalin (37%)b. Salinitas (8 ppt)

Makroskopis

Hasil lebih dari 95%

Tingkat dua

Mikroskopis

1. Vakuola lipid 2. Kondisi hepatopankreas3. Prosentase biolitas pada

hepatopankreas4. Isi usus larva5. Perbandingan usus dan ada atau

tidaknya nekrosis6. Abnormalitas anggota tubuh

larva7. Ada atau tidaknya pengotor

berupa protozoa atau bakteri8. Perkembangan insang9. Variasi ukuran postlarva

Tingkat tiga

PCR

Page 38: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Perkembangan Larva

Larva udang dipanen pada stadia PL 12 - 13 dengan panjang rata - rata 8,51 mm.

PL1 PL5 PL7 PL8 PL9 PL10 PL11 PL12 PL1313-Mar-

1217-Mar-

1219-Mar-

1220-Mar-

1221-Mar-

1222-Mar-

1223-Mar-

1224-Mar-

1225-Mar-

12

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

LENGTHSTDev

mm

Page 39: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pengamatan kondisi larva di PT. CPB Situbondo dilakukan sejak penebaran nauplius dan setiap pergantian stadia. Penilaian kesehatan larva udang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu teknik pengamatan tingkat I, II, dan III. Teknik pengamatan tingkat I adalah mengamati udang dan lingkunganya berdasarkan sifat-sifatnya yang menyolok. Teknik pengamatan tingkat II adalah pemeriksaan lebih lengkap menggunakan mikroskop cahaya dengan pewarnaan atau tanpa pewarnaan, dan pemeriksaan bakteriologi dasar. Sedangkan teknik penilaian tingkat III adalah penggunaan metode yang lebih kompleks seperti teknik molekul PCR, dot blot, dan lain-lain.

Page 40: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pengamatan tingkat satu dilakukan dengan cara pengamatan kondisi larva udang secara visual (makroskopis) dan stress test. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengambil sampel langsung dari bak pemeliharaan dengan gelas kaca bening kemudian diarahkan ke cahaya untuk melihat kondisi tubuh larva, pigmentasi, usus, dan sisa pakan kotoran atau feses. Ada dua tipe stress test yang biasa digunakan di PT. CPB Situbondo adalah menggunakan formalin dan salinitas. Formalin 37% digunakan dalam test ini dikarenakan formalin dianggap sebagai senyawa yang mengakibatkan cekaman bagi larva udang. Test dengan formalin tersebut hanya dilakukan pada larva udang stadium PL6 dan PL7. Jumlah yang lolos untuk dipanen adalah jika hasil lebih dari 95%. Salinitas stress test bertujuan untuk menyeleksi udang yang sehat. Karena udang yang mampu lolos dari salinitas stress test dianggap sehat dan mampu bertahan saat ditebar ditambak yang kemudian mengalami perubahan habitat dari salinitas tinggi ke salinitas rendah.

Page 41: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pengamatan tingkat dua dilakukan secara mikroskopik dengan cara mengambil beberapa ekor larva dan diletakkan di atas gelas objek, kemudian diamati di bawah mikroskop. Pengamatan ini dilakukan dibagian QC (quality control). Pengamatan morfologi tubuh larva pada stadium postlarva antara lain vakuola lipid pada hepatopankreas dan usus tengah, prosentase biolitas pada hepatopankreas, isi usus larva, perbandingan Gut Muscle Ratio, ada atau tidaknya nekrosis, abnormalitas anggota tubuh larva, ada atau tidaknya pengotor berupa protozoa pada larva.

Page 42: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pada pengamatan tingkat tiga yaitu dilakukan lebih spesifik lagi dengan cara mengetahui jenis penyakit menggunakan alat PCR. Di PT. CPB Situbondo sudah menerapkan teknik tersebut tetapi hasilnya hanya diketahui oleh lingkup perusahaan itu sendiri.

Page 43: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pengelolaan Kualitas Air

Panen Baik

SR Tinggi Kualitas Benur

TinggiPanen Gagal

SR Rendah Kualitas Benur

Rendah

Pengelolaan Jelek

Kualitas Air jelek

Pertumbuhan Lambat

Timbul Penyakit

Pengelolaan Baik

Kualitas Air Baik

Nafsu makan tinggi

Pertumbuhan Cepat

Pakan Alami

Jenis

Dosis, Frekuensi

Cara Pemberian

Cara Kultur

Pakan Buatan

Jenis

Dosis, Frekuensi

Cara Pemberian

Hubungan Kualitas Air dengan Pakan

Page 44: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Penyakit

Vorticella Sp.

Pencegahan

Biosecu

rity

Page 45: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Panen

Page 46: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Pengepakan dan

distribusi

Ukuran Benur

Jumlah Benur

PL4 – PL5 3500 – 4000

PL8 – PL12 2500 – 3000

Page 47: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pendapatan Kotor / Gross Farm Income (GFI)GFI = P x Q = Rp 35/ekor x 75.936.460 ekor = Rp 2.657.776.100

• Margin Kotor / Gross Margin (GM)GM = GFI – TVC

= Rp 2.657.776.100 - Rp 868.300.000= Rp 1.789.476.100

• Pendapatan Bersih / Net Income (NI)NI = GFI – (TVC + TFC)

= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716)= Rp 1.666.156.384

• Penghasilan Bersih / Net Earning (NE)NE = GFI – (TVC + TFC + BK)

= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 24.562.149,67)

= Rp 1.641.594.234,07

Perhitungan Analisa Usaha/Siklus Bulan April 2012

Page 48: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Imbalan Kepada Milik Sendiri / Return to Equaity Capital (REC)REC = GFI – (TVC + TFC + BK + NTKK)

= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 24.562.149,67 + Rp 0)

= Rp 1.641.594.234,07• Imbalan Terhadap Seluruh Modal / Return to Total Capital (RTC)

RTC = GFI – (TVC + TFC + NTKK)= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 0)

= Rp 1.666.156.384• Keuntungan / Profit (π)

π = GFI – (TVC + TFC + BK + NTKK + BMMS)= Rp 2.657.776.100 – (Rp 868.300.000 + Rp 123.319.716 + Rp 24.562.149,67 + Rp 0 + Rp 40.068.190)

= Rp 1.601.562.044,07• Perhitungan R/C

R/C = Revenue/Cost= 2.657.776.100 1.058.926.306= 2,5 (Untung)

Performance

Page 49: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva udang vannamei di PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo sudah baik, hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran kualitas air yang sesuai berdasarkan standard kualitas air PT. CPB Situbondo.

• Dalam 1 siklus diperoleh jumlah naupli 152.239.263 ekor dan menghasilkan benur PL4 - PL5 dan PL8 - PL12 sebanyak 75.936.460 ekor dengan Survival Rate (SR) 50 %, Berdasarkan analisis performance diperoleh R/C >1 yaitu 2,5 dengan keuntungan sebesar Rp 1.598.847.794,07/siklus

Kesimpulan

Page 50: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Lebih baik sedikit tapi

cukup, daripada

banyak tapi kurang

Page 51: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

PL 4 - 12 April 2012Per Tank Asal

Origin Tebar Naupli SR HarvestedNetto SJ

A5 14.353.333 0,36 5.167.200A6 8.807.619 0,42 3.699.200A7 10.550.179 0,56 5.908.100A8 10.951.304 0,46 5.037.600A1 18.863.282 0,39 7.356.680A2 16.417.500 0,44 7.223.700A3 13.543.649 0,57 7.719.880A4 12.170.357 0,56 6.815.400A9 9.187.368 0,57 5.236.800

A10 6.666.667 0,45 3.000.000A12 6.572.414 0,58 3.812.000A14 8.350.794 0,63 5.261.000A15 9.351.746 0,63 5.891.600A16 6.453.051 0,59 3.807.300Total 152.239.263 0,515 75.936.460

Data Panen Bulan April 2012

Page 52: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Nilai Redoks Potensial OzonNo Level Ozon Redoks Potensial Kegunaan

1 Level 1 -

2 Level 2 304 mV Treatment untuk pakan alami dan pemeliharaan induk udang vannamei

3 Level 3 350 mV4 Level 4 356 mV5 Level 5 474 mV6 Level 6 527 mV

7 Level 7 535 mV Treatment air untuk pemeliharaan larva udang vannamei

8 Level 8 -9 Level 9 -

10 Level 10 -11 Level 11 -12 Level 12 -13 Level 13 -14 Level 14 -15 Level 15 > 700 mV Untuk peracunan filter gravitasi

Page 53: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• ORP adalah ukuran kebersihan air & kemampuannya untuk memecah kontaminan. Nilai ORP adalah suatu cara sederhana untuk menentukan lingkungan bagi mikroorganisme untuk bertahan hidup lingkungan berair.

• Redoks adalah singkatan Oksidasi Reduksi. Yakni ukuran dari kapasitas sistem untuk mengoksidasi bahan. Redoks diukur secara tidak langsung sebagai kemampuan dari suatu sistem air untuk menghantarkan listrik, dalam milivolt (mV, 1/1000 dari volt).

• Potensial redoks adalah nilai (angka) mendefinisikan berapa banyak memperoleh / kehilangan sistem yang mungkin dilakukan.

http://web1.reefcentral.com/forums/showthread.php?t=1279290http://www.ozoneapplications.com/info/orp.htm

Page 54: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• pH = - log [H]+

CO2 + H2O H2CO3 H+ +HCO3 2H+ + CO32-

• Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, secara bertahap akan melepaskan ion H+ sehingga menyebabkan pH turun.

• Bila keadaan terlalu asam, ion karbonat dalam air akan mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.

HCO3- H+ + CO3

2-

CO32- + H2O HCO3

2- + OH-

Page 55: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Fotosintesis dapat menghasilkan oksigen :6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

• Proses biologi lainnya yang sangat penting dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan reaksi :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O

Back

Page 56: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Pada keadaan asam banyak tersedia ion hidrogen bebas yang mengikat basa-basa bebas. Seperti terlihat pada reaksi berikut :

HCO3- + H+ H2CO3

• Pada malam hari phytoplankton tidak aktif melakukan fotosintesis sehingga CO2 yang dihasilkan selama respirasi akan terhidrolisa menjadi unsur hidrogen, maka pH akan turun dan alkalinitas meningkat (Kordi dan Andi, 2007). Seperti terlihat pada reaksi hidrolisa karbondioksida berikut :

CO2 + H2O H+ + HCO3-

Back

Page 57: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

• Bila keadaan perairan semakin buruk, sehingga O2 dalam air sampai habis, maka secara perlahan proses pembongkaran bahan organik akan diambil oleh bakteri lain yang terkenal ialah Nitrosomonas menjadi senyawa nitrit dan senyawa nitrit akan diubah menjadi nitrat dengan bantuan bakteri Nitrobacter. Reaksi tersebut sebagai berikut:

4NH3 + 7O2 (nitromonas) 4NO2 + 6H2O

2NO2 + O2 (nitrobacter) 2NO3

Back

Page 58: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

SOP Kualitas Air

DOC Stadia

Probiotic & Fungicide Water MngEDTA Vit.C Clor.T Virkon Pro-Z Epicin D PVS

AwalN-PL 10

AkhirN-PL5

Akhirppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm Exch Exch

1 N 20 5 + 5 + 2 10 20 20 20

2 Z1 5 2 10 2 20 ++ ++3 Z2 5 2 10 22 ++ 25 ++ 254 Z3 5 2 10 25 ++ ++5 ZM 5 2 0,5 8 25 ++ 30 10% 306 M1 5 2 8 30 ++ 30 15% 357 M2 5 2 8 35 5% 32 15% 358 M3 5 2 1,5 10 35 5% 34 20% 359 PL1 5 2 10 4 35 5% 36 20% 35

10 PL2 5 2 10 35 5 - 10% 38 30% 4011 PL3 5 2 10 40 5 - 10% 40 30% 4012 PL4 5 2 2 40 5 - 10% 40 50% 4013 PL5 5 2 40 5 - 10% 40 50% 4014 PL6 15 5 1,5 4 28 5 - 10% 28 100% 2815 PL7 2 28 5 - 10% 28 30% 2816 PL8 2 28 5 - 10% 28 40% 2817 PL9 2 1,2 28 20% 28 40% 2818 PL10 2 28 20% 28 40% 2819 PL11 28 20% 28 40% 2820 PL12 28 20% 28 40% 28

Page 59: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

Analisis Panjang Gelombang KNitrit-Nitrogen 510 NM 1,765H2s 670 NM 0,576Amonia-Nitrogen 640 NM 1,452Alkalinitas X = 95,238

PETUNJUK PENGOPRASIAN MESIN SPEKTROPHOTOMETER TURNER TIPE 390

MENYALAKAN MESIN•Tancapkan stop kontak ke sumber energi listrik•Sebelum menyalakan mesin pindah panjang gelombang ke panjang gelombang yang diinginkan•Hidupkan spectrophotometer dengan memutar tombol on/off dari posisi OFF ke posisi T. artinya spectrophotometer ada pada mode % transmisi•Biarkan selama 15-30 menit untuk mendapatkan temperature pengukuran yang diperlukan•Masukkan DW ke dalam cuvet (d = 1 cm), kemudian masukkan ke dalam holder cuvet hingga dasar. Tutup holder cuvet lalu set 0 pada spectrophotometer

Page 60: Pengelolaan Ka Larva Udang Vannamei

SET 0 PADA SPECTROPHOTOMETER• Tekan dan tahan (jangan dilepas) tombol zero set• Putar tombol zero ke kanan atau ke kiri sampai layar

display terlihat angka 0• Lepaskan tombol zero set• Set % transmitan dengan memutar tombol 100%T/OA

sampai pada layar tampak angka 100.0• Putar tombol on/off sekali lagi ke mode A (absorbance).

Pada layar akan tampak angka .000. jika tidak tepat angka .000 maka atur nilainya sampai mendapatkan nilai tepat .000 dengan memutar tombol 100%T/OA

• Selanjutnya cuvet dikeluarkan dari holder. Ganti DW dengan standar atau sampel yang akan diukur. Spectrophotometer siap digunakan