cysticercosis (larva t. solium)

51
Kelompok I X/2006 Cysticercosis

Upload: amaliakha

Post on 28-Nov-2015

159 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Cysticercosis

Page 2: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Taenia solium

• Kingdom : Animalia

• Phylum : Platyhelminthes

• Class : Cestoda

• Order : Cyclophyllidea

• Family : Taeniidae

• Species : Taenia solium

Page 3: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengertian Cysticercosis

• Taeniasis adalah suatu infeksi pada saluran pencernaan oleh cacing taenia dewasa.

• Cysticercosis/sistiserkosis adalah penyakit atau infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang disebabkan oleh larva dari salah satu spesies cacing taenia yaitu spesies Taenia solium.

Page 4: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengertian Cysticercosis• Taeniasis biasanya tidak fatal, akan tetapi pada

stadium larva cacing Taenia solium mungkin menyebabkan sistiserkosis yang fatal.

• Larva penyebab sistiserkosis pada manusia adalah larva dari cacing Taenia solium pada babi, sistiserkosis ini dapat menimbulkan penyakit yang serius biasanya menyerang SSP.

• Jika telur atau proglottids dari cacing yang berada dalam daging babi termakan atau tertelan oleh manusia, maka telur tersebut akan menetas pada usus halus dan selanjutnya larva tersebut akan migrasi ke

Page 5: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengertian Cysticercosis• jaringan tubuh yang lunak seperti jaringan bawah

kulit, otot, jaringan tubuh lain dan organ-organ vital dari tubuh manusia yang kemudian membentuk sistisersi.

• Akibat buruk mungkin terjadi jika larva cacing tersebut terdapat pada jaringan mata, SSP atau jantung. Jika pada sistiserkosis somatik ini muncul gejala antara lain gejala seperti epilepsi, sakit kepala, tanda tanda kenaikan tekanan intracranial atau gangguan psikiatri yang berat maka besar kemungkinan sistiserkosis ada pada SSP. Neurocysticercosis dapat menyebabkan cacat yang serius akan tetapi CFR nya rendah.

Page 6: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Hospes

• Hospes definitif dari Taenia Sp hanya manusia, kecuali untuk Taenia Solium dan Taenia asiatica manusia juga berperan sebagai hospes perantara.

• Sedangkan hewan (hospes) perantara ialah babi untuk Taenia Solium atau Taenia Asiatica dan sapi untuk Taenia saginata.

Page 7: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Sumber Penularan• Sumber penularan taeniasis/sistiserkosis :

1. Penderita teaniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid cacing pita.

2. Hewan (terutama) babi, sapi yang mengandung larva cacing pita (cysticercus).

3. Makanan/minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.

Page 8: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Penyebab Penyakit

• Penyebab penyakit adalah Taenia solium biasanya terdapat pada daging babi, dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (oleh cacing dewasa), dan bentuk larvanya dapat menyebabkan infeksi somatik (sistisersi).

• Cacing Taenia saginata, pada daging sapi hanya menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia oleh cacing dewasa.

Page 9: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Cara Penularan• Telur T. saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang

yang terinfeksi hanya bisa menular kepada sapi dan didalam otot sapi parasit akan berkembang menjadi Cysticercus bovis, stadium larva dari T. saginata.

• Infeksi pada manusia terjadi karena orang tersebut memakan daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna yang mengandung Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa dan melekat dalam mukosa usus.

• Begitu juga infeksi T. solium terjadi karena memakan daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna (“measly pork”) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam intestinum.

Page 10: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Cara Penularan• Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak

langsung karena orang tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara langsung dari tinja orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri (aoutoinfeksi) atau ke mulut orang lain.

• Apabila telur T. solium tertelan oleh manusia atau babi, maka embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus dinding usus menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa ke berbagai jaringan dan kemudian berkembang menjadi cysticercosis.

Page 11: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Life SpanMasa inkubasi• Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa

minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi.

• Telur cacing akan tampak pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 – 12 minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia saginata dewasa.

•  

Page 12: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Life Span

   •Masa tunas infeksi cacing berkisar antara 8-14 minggu.

•Cacing pita dewasa dapat tahan hidup sampai 25 tahun dalam usus.

•Infeksi cacing pita tidak memberikan kekebalan pada penderita dan kedua jenis kelamin maupun semua golongan umur mempunyai kepekaan yang sama.

Page 13: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Life SpanMasa penularan• Taenia saginata tidak secara langsung ditularkan

dari orang ke orang, akan tetapi untuk Taenia solium dimungkinkan ditularkan secara langsung.

• Telur dari kedua spesies cacing ini dapat menyebar ke lingkungan selama cacing tersebut masih ada di dalam saluran pencernaan, kadang-kadang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun; telur cacing tersebut dapat hidup dan bertahan di lingkungan selama beberapa bulan.

Page 14: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Morfologi

• Stadium scolex Taenia Solium memiliki rostellum dengan 2 baris kait dan 4 batil hisap.

• Proglotid Cacing dewasa memiliki strobila yang terdiri dari 800-1000 segmen atau sekitar 3 meter

• Uterus cacing dewasa memiliki 6 – 12 cabang lateral dengan panjang uterus betina 12 mm dan jantan panjangnya 6 mm.

Page 15: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Morfologi

• Scolex pada Taenia solium memiliki kait dan mengalami invaginasi dan kista berkembang baik.

• Telur Taenia solium dapat bertahan hidup dalam lingkungan selama beberapa bulan.

• Ukuran telur Taenia solium 30-40 p• Telur Taenia Solium terdiri dari 3 lapisan dari luar

ke dalam: -keratin(radiar) -membran onchosphere -onchosphere (hexacanth embryo).

Page 16: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Gambar telur Taenia solium

Gambar 1. Telur Taenia solium

Page 17: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Gambar larva Taenia solium

• Gambar 2. Larva Taenia solium

Page 18: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Cacing Dewasa Taenia solium Scolex

• Gambar 3. :

• Gambar 4. Proglotid:

Page 19: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Microphotograph sistiserkus

• Gambar 5. Microphotograph sistiserkus

Page 20: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Habitat dan Pencernaan• Habitat:• Semua cacing pita endoparasitic dan hampirsemua

cacing dewasa hidup dalam saluran pencernaan vertebrata dan larva hidup pada jaringan vertebratata dan invertebrata.

• Pencernaan:• Cestoda tidak memiliki usus dan menyerap nutriment

melalui permukaan umum tubuhnya pada cacing yang sama dan pada cacing yang berbeda.

Page 21: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Reproduksi

• Cacing pita bersifat hermaphrodit.• Organ reproduksi bervariasi pada perbedaan

kelompok. • Tiap-tiap proglottid terdiri dari satu set komplit

organ betina dan jantan. • Rupanya telur terbentuk dalam satu proglottid

dibuahi oleh spermatozoa dari proglottid yang sama, meskipun terjadi penggabungan diketahui antara proglottid.

Page 22: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Gambar 6. Siklus Hidup

Page 23: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Siklus Hidup• Infeksi ini disebabkan oleh telur cacing yang

termakan oleh manusia yang terdapat dalam feses manusia.

• Babi dan manusia menjadi terinfeksi oleh telur atau proglotid yang matang dari cacing ini.

• manusia bisa terkena infeksinya baik termakan makanan yang terkontaminasi oleh feses atau oleh autoinfeksi.

• namun kasus terakhir manyebutkan,manusia yang terinfeksi oleh cacing Taenia solium dewasa, dimana telurnya dihasilkan oleh cacing tersebut baik melalui feses yang mangandung telur yang matang atau

Page 24: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Siklus Hidup

mungkin dari proglotid yang mengandung onkosfer, yang tertelan kenbali dari kerongkongan masuk ke dalam perut.

-Sekali lagi, telur tersebut termakan, berkembang menjadi onkosfer yang matang di dalam usus,melekat di dinding usus dan berpindah masuk ke dalam otot-otot seperti otak, hati dan jaringan-jaringan atau organ-organ yang lain dimana mereka dapat berkembang menjadi sistiserkus.

- Dalam tubuh manusia,cacing ini bisa menyebabkan infeksi yang berkelanjutan jika telah sampai ke otak , infeksi ini dinamakan neurocysticercosis.

Page 25: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Siklus Hidup

• Siklus hidup parasit ini sangat kompleks sampai akhirnya manusia terinfeksi cacing ini, ketika manusia makan daging babi yang tidak benar-benar dimasak yang masih mengandung sistiserkus.

• Lalu masuk dan melekat pada usus kecil dengan alat pelekatnya(skoleks). Kemudian cacing dewasa ini berkembang (2-7 meter panjangnya dan menghasilkan sedikitnya 1000 proglotid, dan telurnya kira-kira 50.000) dan menetap di dalam usus selama bertahun-tahun.

Page 26: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Patogenesis & Gejala Klinis

• Gejala klinik akibat terinfeksi cacing dewasa umumnya ringan berupa pencernaan, sering pula tanpa gejala.

• Gejala yang berat akibat kista (beberasan) yang disebut sistiserkosis selulose dengan gejala ayan (epilepsi). Pada kulit ditemukan benjolan kecil sebesar kacang hijau, multipel, dapat terjadi di semua bagian tubuh.

Page 27: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Patogenesis & Gejala Klinis• Tanda-tanda dan gejala-gejala dari penyakit ini

tergantung pada lokasi dan jumlah sistiserkus di dalam tubuh.

• Sistiserkus pada otot: sistiserkus pada otot umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun , bisa dirasakan benjolan di bawah kulit

• Sistiserkus pada mata: Meskipun tidak berbahaya, sistiserkus mungkin terbenam dalam mata dan menyebabkan mata kabur dan terganggunya sistem pengihatan. Infeksi ini menyebabkan bengkak atau terlepasnya retina.

•        

Page 28: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Patogenesis & Gejala Klinis

• Sistiserkus pada otak atau jaringan syaraf (neurocysticercosis): Gejalanya tergantung pada dimana dan banyaknya sistiserkus (sering disebut lesi) yang itemukan dalam otak.

• Serangan mendadak dan sakit kepala adalah gejala yang sering terjadi.Ditambah lagi,perhatian dari orang-orang sekitar yang kurang pada penderita,ini sulit diseimbangkan. Otak yang besarnya abnormal(hydrocephalus) juga terjadi. Kematian bisa terjadi tiba-tiba oleh infeksi yang berat.

Page 29: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Patogenesis & Gejala Klinis

• Gejala-gejala klinis dari penyakit ini jika muncul sangat bervariasi seperti, gangguan syaraf, insomnia, anorexia, berat badan yang menurun, sakit perut dan atau gangguan pada pencernaan. Terkecuali merasa terganggu dengan adanya segmen cacing yang muncul dari anus, kebanyakan penyakit ini tidak menunjukkan gejala. Taenasis biasanya tidak fatal, akan tetapi pada stadium larva cacing Taenia solium mungkin menyebabkan sistiserkosis yang fatal.

Page 30: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Patogenesis & Gejala Klinis

• Gejala klinis yang terbanyak dikeluhkan adalah mengeluarkan proglottid dalam fesesnya (95%), kemudian disusul gatal-gatal pada anus (77%), mual (46%), sakit perut (45%), pening (42%), nafsu makan meningkat (30%), sakit kepala (26%), mencret (18%), lemah (17%), terasa lapar (16%), sembelit (11%),

Page 31: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Patogenesis & Gejala Klinis

• penurunan berat badan (6%), rasa tidak enak di lambung (5%), letih (4%), tidak bernafsu (4%), muntah (4%), tidak ada selera makan saat lapar (1%), pegel-pegel pada otot (1%), dan rasa tidak enak / rasa nyeri di perut, terasa ngantuk, kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit, gangguan pernafasan, masing-masing (< 1%).

Page 32: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Diagnosis

• Sistiserkosis• Dinyatakan tersangka sistiserkosis apabila pada• a) Anamnesis :• 1. Berasal dari /berdomisili didaerah endemis

taeniasis / Sistiserkosis• 2. Gejala taeniasis ( ± )• 3. Riwayat mengeluarkan proglotid ( ± )• 4. Benjolan (“ nodul subkutan” ) pada salah satu

atau lebih bagian tubuh ( + )

Page 33: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Diagnosis• 5. Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis lainnya ( ±

)• 6. Riwayat / gejala epilepsi ( - )• 7. Gejala peninggian tekanan intra kranial ( - )• 8. Gejala neurologis lainnya (- )• b) Pemeriksaan fisik :• 1. Teraba benjolan /nodul sub kutan atau intra

muskular satu lebih• 2. Kelainan mata ( occular cysticercosis ) dan kelainan

lainnya yang disebabkan oleh sistiserkosis ( ± )

Page 34: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Diagnosis

• 3. Kelainan neurologis ( - )• c) Pemeriksaan Penunjang• 1. Pemeriksaan tinja secara makroskopis : Proglotid (

± )• 2. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : telur cacing

taenia sp ( ± )• 3. Pemeriksaan serologis : sistiserkosis ( + )• 4. Pemeriksaan biopsi pada nodul subkutan gambaran

menunjukkan patologi anatomi yang khas untuk• sistiserkosis (+)

Page 35: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Diagnosis• Pemeriksaan serologis dilakukan dengan metode

ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay) dan atauImmunoblot Spesimen yang diperiksa berupa serum (darah vena yang diambil kurang lebih 5ml).

• Tempat pemeriksaan di Laboratorium yang telah ditentukan . Pengiriman spesimen serum menggunakan tabung / botol steril dan es batu (suhu ±1º C).

• Pada tersangka sistiserkosis yang menunjukkan respon positif terhadap obat sistiserkosis, membantu menegakkan diagnosis (dapat dianggap sebagai penderita sistiserkosis).

Page 36: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Diagnosis

• Diagnosis penyakit dapat dibuat dengan menemukan dan mengidentifikasi proglottids (segmen), telur atau antigen dari cacing dalam tinja atau dengan cara apus dubur.

• Bentuk telur cacing Taenia solium dan cacing Taenia saginata sukar dibedakan.

• Diagnosa spesifik dilakukan dengan cara membedakan bentuk scolex (kepala) dan atau morfologi dari proglottid gravid.

 

Page 37: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Diagnosis

• Tes serologis spesifik akan sangat membantu dalam mendiagnosa sistiserkosis.

• Untuk mengetahui adanya sistisersi pada jaringan bawah kulit dengan visual atau preparat diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis dari spesimen yang diambil dari jaringan sistiserasi.

• Sistisersi yang terdapat di jaringan otak dan jaringan lunak lain dapat didiagnosis dengan menggunakan CAT scan atau MRI, atau dengan X-ray jika sistisersi tersebut mengalami kalsifikasi. 

Page 38: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan• Cara pencegahan• Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui

penyuluhan kesehatan untuk mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah, air, makanan dan pakan ternak dengan cara mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi; anjurkan untuk memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.

• Lakukan diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita. Lakukan kewaspadaan enterik pada institusi dimana penghuninya diketahui ada menderita infeksi T. solium untuk mencegah terjadinya cysticercosis.

Page 39: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

• Telur Taenia solium sudah infektif segera setelah keluar melalui tinja penderita dan dapat menyebabkan penyakit yang berat pada manusia. Perlu dilakukan tindakan tepat untuk mencegah reinfeksi dan untuk mencegah penularan kepada kontak.

• Daging sapi atau daging babi yang dibekukan pada suhu di bawah minus 5oC (23oF) selama lebih dari 4 hari dapat membunuh cysticerci. Radiasi dengan kekuatan 1 kGy sangat efektif.

Page 40: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

• Pengawasan terhadap bangkai sapi atau bangkai babi hanya dapat mendeteksi sebagian dari bangkai yang terinfeksi.

• Untuk dapat mencegah penularan harus dilakukan tindakan secara tegas untuk membuang bangkai tersebut dengan cara yang aman, melakukan iradiasi atau memproses daging tersebut untuk dijadikan produk yang masak.

• Jauhkan ternak babi kontak dengan jamban dan kotoran manusia.

Page 41: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

• Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas Peternakan).

• Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan.

• Masyarakat diberi gambaran tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini penting dalam daerah yang banyak memotong babi untuk upacara-upacara

Page 42: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

adat seperti di Sumatera Utara, Bali dan Irian jaya.• Menghilangkan kebiasaan makan makanan yang

mengandung daging setengah matang atau mentah.• Memasak daging sampai matang ( diatas 57 º C

dalam waktu cukup lama ) atau membekukan dibawah 10º

Page 43: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

selama 5 hari . Pendekatan ini ada yang dapat diterima ,tetapi dapat pula tidak berjalan , karena perubahan yang bertentangan dengan adat istiadat setempat akan mengalami hambatan.

- Untuk itu kebijaksanaan yang diambil dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.

Page 44: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

• Pengobatan sistiserkosis• a) Praziquantel dengan dosis 50 mg/kg BB/hari,

dosis tunggal /dibagi 3 dosis per oral selama 15 hari, atau

• b) Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis per oral selama 7 hari

• Untuk pengobatan dengan praziquantel maupun albendazole, reaksi dari tubuh dapat dikurangi dengan

Page 45: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

memberikan kortikosteroid (prednison 1mg/kg BB/hari dosis tunggal/dibagi 3 dosis atau dexamethasonedengan dosis yang setara dengan prednison).

. Pemberian praziquantel maupun albendasole harus dibawah pengawasan petugas kesehatan atau dilakukan dirumah sakit.

Page 46: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Pengobatan & Pencegahan

-Niclosamide (Niclocide®, Yomesan®) saat ini sebagai obat pilihan kedua kurang cukup tersedia secara luas dipasaran.

-Untuk cysticercosis tindakan operasi (bedah) dapat menghilangkan sebagian dari gejala penyakit tersebut.

- Pasien dengan cysticercosis SSP harus diobati dengan praziquantel atau dengan albendazole di rumah sakit dengan pengawasan ketat; biasanya diberikan kortikosteroid untuk mencegah oedem otak pada penderita cysticerci.

Page 47: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Epidemiologi

• Renu Vohra, seorang ahli mikrobiologi dari Australia menyatakan, terdapat 50 juta orang di dunia ini yang telah terinfeksi oleh cacing Taenia.

• Diperkirakan sekira 50 ribu orang meninggal setiap tahun karena sistiserkosis. Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara merupakan daerah endemik penyakit yang disebabkan cacing Taenia. Penularan cacing Taenia pada anak-anak kecil biasanya tidak dapat teridentifikasi.

Page 48: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Epidemiologi• Penyakit ini terserbar di seluruh dunia, sering dijumpai

di daerah dimana orang-orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging sapi atau babi mentah atau yang dimasak tidak sempurna, dimana kondisi kebersihan lingkungannya jelek sehingga babi, dan sapi makanannya tercemar dengan tinja manusia.

• Angka kejadian paling tinggi dari penyakit ini adalah di negara-negara seperti Amerika Latin, Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara di Eropa Timur, dan infeksi sering dialami oleh para imigran yang berasal dari daerah tersebut.

Page 49: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Epidemiologi• Penularan T. solium jarang terjadi di Amerika,

Kanada, dan jarang sekali terjadi di Inggris, dan di negara-negara Skandinavia.

• Penularan oro fekal oleh  karena kontak dengan imigran yang terinfeksi oleh T. solium dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang meningkat di Amerika.

• Para imigran dari daerah endemis nampaknya tidak mudah untuk menyebarkan penyakit ini ke negara-negara yang kondisi sanitasinya baik.

Page 50: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Epidemiologi

• Taeniasis dan sistiserkosis sangat jarang terjadi pada negara muslim.  

• Perlu diingat bahwa manusia yang terjangkit sistiserkosis itu diakibatkan oleh tertelan telur Taenia solium yang terdapat dalam feses manusia perantara cacing pita Taenia solium.

• Hal ini tidak akan terjadi pada negara yang masyarakatnya tidak mengkonsumsi daging babi ataupun memelihara babi.

Page 51: Cysticercosis (Larva t. Solium)

Kelompok IX/2006

Daftar Pustaka• Malik S.R.K, Gupta A.K., Choudhary S. Ocular cysticercosis: Am of

Ophthalmol.66:1168-71, 1968.    

• Agrawal PK, Kumar H, Agarwal M, Nasum J. Orbital cysticercosis - A clinicopathologic profile. In: Pasricha JK, ed. Indian Ophthalmology Today 1994.

• Proceedings of the 52nd Annual conference of the All India Ophthalmological Society, Calcutta, 1992. New Delhi, 1994, pp 388.   

• http://www.google.com/search

• www.gbpuat.ac.in/acads/cvsc/vp

• www.free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi

• www.balipost.co.id/balipostcetaK/2003/8/3/ink1

• www.wikipedia.org/wiki/Taenia_sol

• www.digilib.litbang.depkes.go.id

• www.iptek.net.id

• www.jvetunud.com/archives/92/+sistiserkus

• www.ispub.com/ostia/index.php