pengelolaan sda (sumber daya alam) dan' …repo.polinpdg.ac.id/29/1/553-540-1-pb.pdf · daya...
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN_SDA (SUMBER DAYA ALAM)MELALUI PENDEKATAN KEMITRAAN DAN'
PARTISIPATI F MASYARAKAT
Oleh:
Suhendrik Hanwar
daya air seperti banjir dan kekeringan (Raharjo2006).
Persoalan air yang sedang dihadapi olehberbagai negara antara lain sebagai berikut(Anshori 2OOT):
1. Ketersediaan air. per kapita makin menipis2. Kualitas air pada sumber air makin merosot3. Peningkatan ketegangan :
a. Perkotaan - pedesaan
b. Hutu - Hilir
c. Antar wilayah administrasi
d. Fungsi sosial, nilai ekonornis dan
kebedanjutan
4. Beban pengelotaan SDA yang diatamigenerasi yang akan datang semakin berat.
Sementara isu dan permasalahan SDA dilndonesia metiputi (Anshori 2O0T) :
1. Ketahanan program
a. Alih fungsi lahan beririgasi teknis rata-
rata 40.000 ha/th, bahkan datam periode
2001-2003 tercatat 610.590 ha.
Jurusan Teknik Sipil politeknik Negeri padang
ABSTRACT
Development of water Resource utilization has close relationship with all knowledge (multidisipliner) such associal, economic' cuftural, politic and even other practical tnoweoje as well- Therefore, the success of thisactivity is really determined by involvement of all related p"rtio or;sL-r"tiaers" wtro trav!..,nJinj"ro. in thepositive purpose (pro) ?.}{ negative (contra), iy_ruaini 6io;J;;ry."'s-ctat invotvemeii'in- ufiri=ing *"t",resource is really needed' This social involvement progrim ror watei utriization actually h;"G;; riett oevetopeowith the clear targe! th9 main objective is to mainLin tn" rJ"tr"""ni with associated farmer induded inassociation of lanners who utilizes water (P3A) for singte, corectve oi'riaii i"""r ""]il,5"'il!"",.ation offarmers in using water for ttreir irigation. ln order to gain-oetter act e"",#ni it is necessary to providl conducive,continous and intensive guircance that must o..."roq9n* oy a[ relateo parties or stakeholders, such asgovernment' private and social organization as well as'higher
"iu""tion"il"stitution. By having partnership andparticipation of interested socirety, the utilization of water reiource can oe weil conducted to get the best result.
Key words : water nesourqes and society
PENDAHULUAN
Pengembangan dan pengelolaan SDA(Sumber Daya Air) menrpakan suatu kegiatanyang sangat sarat dengan disiplin ilmu(multidisipliner) baik itmritmu sosiat, ekonomi,
budaya, bahkan politik dan pengetahuan_
pengetahuan praktek lainnya. Untuk itukesuksesan kegiatan ini sangat ditentukan olehketerlibatan semua pihak yang terkait"Stakeholders' atau pemangku kepentingan,
baik dalam pengertian yang positif (pro)
maupun yang negatif (konha), termasukmasyarakat tuas. (Hafted 2002,).
Pemberdayaan masyarakat dalampengelolaan sumbds daya air semakin
diperlukan, karena perkembangan situasikekritisan sumber daya air baik dari segi
kuantitas maupun kualitasnya menunjukkangejala semakin parah yang ditengarahi denganberbagai persoalan seperti meningkatnya DASkritis, pencemaran air serta meningkatnyadampak bencana yang ditimbulkan oleh sumber
Rekqtasa Sipil Volume II. Nomor 2. O6ober 2006 ISSN : 1858-3695
b. Dan 7,7 juta ha daerah irigasi yang
teriamin airnya melalui waduk hanya 0,8
juta ha (selebihnya sangat rentan
terhadap kekeringan dan banjir).
c. Kegagalan panen akibat kekeringan dan
banjir di lndonesia rata-rata 90.000 ha
per tahun.
d. Kebutuhan 80 jaringan irigasi hanya
dapat terpenuhi sekitar 4S50% dari
AKNOP (sekarang sudah mulai
meningkat menjadi 60%).
2. Penyediaan air baku untuk rumah tangga
a. Meliputi rata-rata ketersediaan air per
kapita di lndonesia 15.500 mt/kapita/th,
tetapi tidak merata di setiap waktu dan
wilayah.
b. Pulau Jawa yang luasnya hanya 7o/o
daratan lndonesia harus menopang 65%
jumlah penduduk lndonesia, padahal di
pulau ini hanya tersedia 4,5% potensi air
tawar nasional.
c. lndeks penggunaan air (water
demand/storage capacity) di beberapa
sudah ada yang melampaui angka 1,
misalnya Ciliwung4isadane melampaui
1,20 (129,4o/o) pada tahun 1995.
d. Ratio Q mhs dan Q min di beberapa DAS
banyak yang lebih dari 20 misal : Q
Cimanuk musin hujan = 600'm3lat, Q
musin kemarau = 20 m3/det.
e. Pencemaran sungai air permukaan di
' berbagai u&yah perkotaan makin
memperbesar biaya produksi air minum.
f. Terbatasnya pmsarana pengolahan air
baku, jaringan distribusi air minum
mengakibatkan terbatasnya daerah dapat
dilayani.
3. Konservasi Sumber Daya Air
a. Meluasnya lahan kritis (13,1 juta ha pada
tahun 1992, kini sudah mencapai lebih
dari 18,5 juta ha).
b. Kerusakan hutan rata-rata saat ini 1,6
juta halth.
c. Meningkatnya sebaran DAS kritis (22
DAS kritis pada tahun 1984, menjadi 39
DAS pada tahun 1992, meningkat lagi 62
DAS pada tahun 1998.
d. Pencemaran sungai di Jawa, Sumatera
dan Kalimantan.
e. Degradasi sungai akibat penambangan
galian C di Jabar, Banten, Jateng, Bali,
NTB.dan Sumbar.
f. Penyusutan luas perairan danau, rawa,
sungai dan telaga akibat pendangkalan,
gulma, alih fungsi kawasan lindung dan
buangan bahan tambang.
g. Penyusutan luas daerah resapan air
akibat pengembangan pernukiman,
perindustrian serta pemekaran wilayah
administrasi-
4. Banjir
a. Frekuensi dan penyebaran daerah
rawan banjir semakin meningkat akibat
perubahan iklim global. kerusakan DAS,
alih fungsi lahan pada keausan resapan
air dan daerah penampung banjir.
b. Penanganan lebih banyak bersifat
parsial, serta lebih dominan pada solusi
symptomatic (menangani gejalanya :
tanggul, sudetan, lemalisasi.
c- Pembangunan prasarana pengendali
banjir tidak diimbangi dengan
penyediaan dana OP yang memadai-
Menilik persoalan dan permasalahan SDA
yang dihadapi dunia, khususnya lndonesia
RekaJ)asil Sipil l/olume IL Nomor 2. Obober 2006 JSSN : 1858-3695
maka dipedukan tindakan penanggulangan
antara lain pemberdayaan masyarakat, salah
satunya melalui pendekatan kemitraan dan
partisipatif. Kebijakan-kebijakan pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
air telah tertuang dalam undang-undang.
Beberapa pasal dalam UU Nomor 7 tahun
2007 terkait dengan pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya air antara lain
pasal 70 ayat ('l) : "Pemerintah dan pemerintah
daerah menyelenggarakan pemberdayaan para
pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber
daya air secara terencana dan sistematis unfuk
meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya
air.'
Pasal 70 ayat (2) : ' Pemberdayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan pada kegiatan perencanaan,
pelaksanaan kontruksi, pengawasan, operasi
dan pemeliharaan sumber daya air dengan
melibatkan peran masyarakat.'
Berdasar pasal 70 ayat (1) dan (2) tersebut
maka pemerintah mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk memfasilitasi
peningkatan pemn masyarakat para pemilik
kepentingan (stakeholders) dan kelembagaan
sumber daya air dalam peningkatan kineria
pengelolaan sumber daya air.
Pasal 1 (butir 7) : 'Pengelolaan sumber daya air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi surnbg,r daya air, penggunaan
sumber daya air dan pengendalian daya rusak
aif .
Penjelasan pasal 11 (ayat 1) : "masyarakat
adalah seluruh rakyat lndonesia baik sebagai
perseorangan, kelompok orang, masyai"akat
adat, badan usaha, maupun yang berhimpun
dalam suatu lembaga atau organisasi
kemasyarakatan'.
Dalam penjelasan umum disebutkan bahwa :
Pemberian otonomi luas kepada daerah
diarahkan untuk mempercepat tenrujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakal
Kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air diarahkan melalui
kemitraan antara pemerintah, dunia
usaha/swasta dan masyarakat atau sering
disebut dengan'publik-private.partnership'(P3).
Kebijakan pemberdayaan dan peningkatan
peran masyarakat, swasta dan pemerintah
mencakup antara lain (Raharjo 2006) :
a. Meningkatkan kesadaran, kepedulian,
prakarsa dan peran masyarakat secara
terencana dan sistematis dalam
pengelolaan sumber daya air khususnya
untuk melindungi dan melestarikan sumber
daya air.
b- Meningkatkan peran dan tanggung jawab
swasta untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan sumber daya air.
c. Meningkatkan kineria lembaga pemerintah
dalam pengelolaan sumber daya air melalui
penyesuaian dan penyempumaan
kelembagaan, peningkatan kualitas sumber
daya manusia sesuai standar kompetensi,
dan peningkatan sistem koordinasi antar
lembaga pemerintah.
d. Mengoptimalkan peran wadah koordinasi
dalam rangka mewujudkan pengelolaan
sumber daya air yang berdasarkan atas
kemanfaatan umum, keadilan keterpaduan,
transparansi dan akuntabilitas.
Dari uraian tersebut pedu kajian tentang upaya
pemahaman pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air. Dalam bahasan
berikut ini dicoba memaparkan SDA melalui
Relc.gvasa Sioil Volume II. Nonor 2. Ohober 2006 ISSN : 1858-3695
pendekatan kemitraan
masyarakat.
dan partisipatif
Program pemberdayaan masYarakat
Program pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air yang sudah
berjalan dengan baik dan jelas target groupnya
adalah yang terkait dengan pembinaan
terhadap para petani yang tergabung dalam
perkumpulan petani pemakai air (P3A) baik di
tingkat P3A tunggal, gabungan P3A maupun
induk P3A yang merupakan wadah petani
pemakai air dalam melaksanakan pengelolaan
irigasi. Sedangkan terhadap target group
lainnya seperti masyarakat yang bermukim di
sekitar rawa dan pantai, sungai (bantaran),
danau dan waduk termasuk yang bermukim di
DA$DAS kritis masih perlu ditingkatkan
pembinaannya. (Raharjo 2006).
Sejalan dengan Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air (GN-KPA) yang telah
dicanangkan oleh Presiden Rl tanggal 28 April
2005, maka program konservasi daerah hulu
(catchment area) khususnya pada DAS-DAS
kritis saat ini menjadi prioritas penanganannya-
Pembinaan dan fasilitasi pendampingan
kepada kelompok{<elompok masyarakat
senantiasa harus terus digalakkkan agar
prasarana dan sarana sumber daya air dapat
berfungsi sec€lra optimal. ldentifikasi
masyarakat yang rneniadi target group
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya air aittbra lain (Raharjo 2006) :
a. Masyarakat yang tinggal di hulu DAS kritis.
b. Masyarakat yang tinggal di kawasan
sungai, danau dan waduk.
c. Masyarakat yang tinggal di kawasan rawa
dan pantai
d. Masyarakat petani pengguna air (air irigasi,
air tanah dan air baku)
Program pemberdayaan masyarakat terbagi ke
dalam jangka pendek, menengah dan panjang
adalah sebagai berikut (Raharjo 2006) :
Program Jangka Pendek
a. Penyusunan NSPM pemberdayaan
masyarakat bidang sumber daya air.
b. Peningkatan kemampuan para staf subdit
pemberdayaan masyarakal
c. Sosialisasi NSPM kepada stakeholders sub
bidang sumber daya air.
d. Sosialisasi penyadaran publik (termasuk
kalangan legislatif) dalam pengelolaan
sumber daya air.
e. ldentifikasi peran masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air.
f. Penyempumaan modul kampanye peduli
air.
Program Jangka tlenengah
a. Penyusunan NSPM (lanjutan)
b. Sosialisasi NSPM kepada stake holders
(lanjutan)
c. Pelaksanaan kampanye peduli air.
Program Jangka Panjang
a. Fasilitasi peningkatan peran masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
b. Memberikan motivasi kepada stakeholders
dalam pengelolaan sumber daya air.
Pembinaan pemberdayaan masyarakat
Terkait upaya pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya air diperlukan
pembinaan secara intensif, terus menerus dan
konsisten. Agar masyarakat dapat berperan di
dalam pengelolaan sumber daya air secara
optimal, maka masyarakat harus memahami
hak, kewajiban serta perannya. Hak, kewajiban
dan peran masyarakat di dalam pengelolaan
sumber daya air terfuang dalam UU Nomor 7
Tahun 2004 bab Xl dijelaskan sebagai berikut :
Hak llllasyarakat:
1. Memperoleh informasi yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya air.
2. Memperoleh penggantian.yang layak atas
kerugian yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
3. Memperoleh manfaat atas pengelolaan
sumber diumumkan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan kondisi setempat.
4. Menyatakan keberatan tefiadap rencana
pengelolaan sumber daya air yang sudah
diumumkan dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan kondisi setempal
5. Mengajukan laporan dan pengaduan
kepada pihak yang berurenang atas
kerugian fang menimpa dirinya yang
berkaitan dengan penyelenggaraan
pengelolaan sumber daya air.
6. Mengajukan gugatan kepada pengadilan
terhadap berbagai masalah sumber daya
air yang merugikan kehidupannya.
Kewajiban masyarakat:
Memperhatikan kepentingan umum yang
diwujudkan melalui perannya dalam konservasi
sumber daya air serta perlindungan dan
pengamanan sumber daya air.
"Sl
Peran masyarakat:
Masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama untuk berperan dalam proses
perenelnaan, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengelolaan sumber daya air.
Pembinaan dan bantuan teknikpemberdayaan masyarakat untuk provinsi,kabupatenftota dan kelompok masyarakat.
Dengan menerapkan SK-SNI (Surat
Keputusan-Standar Nasional lndonesia) yang
sudah ada kegiatan pembinaan dan bantuan
teknik pemberdayaan masyarakat dilakukan
secaftr berjenjang dari tingkat pusat, propinsi
dan kabupaten/kota. Pembinaan dan bantuan
teknik pemberdayaan masyarakat dapat
dilaksanakan dengan memberikan pelatihan
C[OD, penerapan teknologi tepat guna, budaya
guna dan ramah lingkungan. Role sharing
antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
Pembinaan dalam pemantauan dan evaluasipembeldayaan masyarakal
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
memerlukan pemantauan dan evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui apakah program
pemberdayaan masyarakat berjalan
sebagaimana yang direncanakan, apa
hambatan yang terjadi bagaimana cara
mengatasinya. Pembinaan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain melalui
pelatihan atau workshop.
Prinsip Pendekatan KemitraanPartis i patif lllasyara kat.
Dalam upaya pemanfaatan dan pengembangan
pendekatan kemitraan dan partisipatif, maka
kunci utama yang perlu mendapatkan perhatian
adalah antara lain :
a. Perlu melibatkan semua pihak terkait utama
pada semua pihak sejak dari awal proses
yang terkait dengan kegiatan pelaksanaan.
b. Senantiasa perlu mengefektifkan dialog
konstruktif antara semua pihak terkait, baik
Rebavasa Sioil Volume II. Nomor 2. Oldober 2006 ISSN : 1858-3695
dalam proses pembelajaran maupun dalam
setiap langkah tindak.
c. Tuntutan unfuk memfasilitasi pelaksanaan
dengan senantiasa mengacu kepada etika
dan keterbukaan dalam semua proses dan
pendekatan.
d. Perlu senantiasa diberikan pengakuan
terhadap perbedaan perspektif dan
sumber-sumber pengetahuan yang ada
baik dari segi Pandangan ilmu
pengetahuan, Pengalaman emPiris,
maupun dalam konteks kebijaksanaan
pandangan lokal.
e. Perlunya perhatian terhadap penanganan
aspek politik dan hal-hal yang mengangkut
kepentingan penguasa dan kekuasaan-
f. Upaya peningkatan partisipasi asli
setempat sangat perlu dipertimbangkan
sec€lra bijaksana dan bukan hanya sekedar
formalitas atau basa-basi.
Jadi dapat dikatakan bahwa pendekatan
kemitraan dan partisipatif dalam kontek
pengembangan dan Pengelolaan SDA
merupakan bagian atau rangkaian dari
kecendrungan yang lebih luas dari upaya
perumusan
penyelenggaraan
bentuk-bentuk baru
keikutsertaan,
pengembangan kapital sosial dan juga
pengakuan terhadap adanya perubahan
peranan negara. (Hafied 2OO2).
'diKonsep-konsep lieikutsertaaan partisipatif
Konsep-konsep keikutsertaan (partisipatif)-
Konsep keikutsertaan partisipatif terdiri atas
tiga kategori yaitu :
'l . Keikutsertaan warga negara pada
umumnya.
2. Keikutsertaan masyarakat melalui
pembelajaran keiukutsertaan sosial.
3. Keikutsertaan para pemangku kepentingan
(stakeholders)-
Masing-masing konsep berkembang sesuai
dengan tingkatannya secara kumulatif (Hafid
2006):
Tingkat Partisipasi
Ditinjau dari segi partisipasi terhadap kegiatan
dalam konteks 'community and public
participation" terdapat dua eksfim partisipasi,
yakni partisipasi penuh pemerintah dan
partisipasi penuh masyarakat (petani).
Pengertian lebih lanjut adalah partisipasi dalam
konteks masyarakat terhadap pemerintah atau
sebaliknya? Tentunya hal ini memerlukan
kajian yang bijaksana sesuai dengan tingkat
kemampuan masyarakat untuk mengambil
inisiatif dan melakukan kegiatan secara
mandiri. Dalam kaitannya dengan partisipasi
antara dua ekstrim tingkat partisipasi, maka hal
ini dapat dilihat sebagai partisipasi gabungan,
dengan kombinasi proporsi keikutsertaan atau
kontribusi partisipasi antara pihak pemerintah
maupun pihak masyarakat. Lihat Gambar 1
untuk gambaran umum tentang tingkat
partisipasi ekstrim dan parti sipasi gabungan.
TTNCKAT PART
Gambar 1 llustrasi umum tingkat partisipasiekstrim dan partisipasi gabungan-
Dari. gambar tersebut di atas, dapat dilihat
bahwa tingkat partisipasi pemerintah dari sisi
kiri ke partisipasi masyarakaUpetani di sebelah
kanan. Semakin ke kanan semakin
menunjukkan partisipasi penuh masyarakat,
dengan semakin kecil partisipasi pemerintah
dan sebaliknya.
Pendekatan Partisipatif (Atas-Bawah dan
Bawah-Atas)
Dalam upaya penerapan pendekatan
partisipatif, maka di alam demokratisasi ini,
pendekatan atas{cawah (topdown), sudah
tidak sesuai lagi untuk diterapkan dalam proses
pengambilan keputusan. Sebaliknya,
pendekatan bawah-atas (boftorn-up) juga masih
sulit dilaksanakan secara simuftan mengingat
kondisi kemampuan dan pengalaman
masyarakat masih belum sepenuhnya kondusif
dan bisa mandiri mengambil keputusan tanpa
dengan dukungan pemerintah disisi lainnya.
Untuk ini, perlu dipertimbangkan kombinasi
antara pendekatan atas-bawah dan bawah atas
secara proporsional, sedemikian rupa sehingga
keduanya dapat bertemu di tengah sebagai
gabungan pendekatan yang sinergis. Bahwa
kadar pendekatan dari atas ke bawah, atau
bawah atas lebih laniut, sangat ditentukan oleh
kemampuan partisipasi para pihak (pemangku,
kepentingan) yang terlibat dalam pendekatan
partisipatif tersebut (lihat gambar.2 untuk
ilustrasi secara umum).
Keikutsertaan warga negara (tangga
amstein's)
Dalam kaitannya dengan keikutsertaan warga
negara, Arnstein mengungkapkan delapan
anak tangga partisipasi dari bawah ke atas
secara berturut-turut:
1). Manipulasi
2). Terapi
3). Pemberian informasi
4)- Konsultasi
5). Perdamaian
6). Kemitraan
7). Wewenang terdelegasi
8). Kendali warga negara (lihat gambar 3
untuk ilustrasiumum)
8. Kad{i WsEl ff.SE
1-t-*---"'*-* I]_ _ '*'I-" I
5 KaiEE
5 Pqdeqiu
TnghTokais@ P - 5)4. farlb.i
3.Fot<iolafq
ZTopi
T.gtd lhricrte (l - 2)l.l,lnipb:i
Gambar 3 Tingkat partisipasi warga negaramenurut tangga Amstein 1969
Dari gambar 3 tersebut, Amstein membagi lebih
lanjut tingkatan keikutsertaan tersebut dalam
tiga kelompok besar yakni :
a. Tidak ikut serta untuk kelompok 1 dan 2
b. Tingkat tokenisme untuk kelompok 3
sampai5
c. Tingkat kewenangan warga negara untuk
kelompok 6 sampai 8
MTA Ire@TA{
KETERX{TAN I IGGTATAI PEMBenDAYAAT
Gambar 2 Kombinasi pendekatan atas-bawahdan bawah atas dalam pengambilan keputusan
I'HI,AN.q'N:PENCAMBTIANKSPUTUSAI;
RENCANTiPROARAII.
DENGANldETiPERnM-
BANG(A.}IUASTJXAN
MIr'S:
PRIORITASPEMERINTAI{
Reka.vasa Sipil Volune II. Nonor 2. Ofuober 2006 ISSN : 1858-3695
Spektrum keikutsertaan masyarakat-tujuan
(lnternational Association of Public
Participation)
Untuk memberikan gambaran umum tentang
spektrum keikutsertaan masyarakat, maka
menurut kajian lntemasional Association of
Public Participation memberikan tiga kiat
rancangan pendekatan keikutsertaan :
1). Tujuan
2). Janjike masyarakat
3). Peralatan-lnstrumen
Dalam kaitan ini ada lima pendekatan pokok
yang dapat dilakukan dengan berbagai kiahya
baik untuk kelompok tujuan, janji ke masyarakat
dan peralatan atau instrumen, Yakni :
1). Beritahu
2). Konsultasikan
3). Sertakan
4). Kolaborasi
5). Berdayakan
Untuk konteks tujuan, maka pemberitahuan
kepada masyarakat dilakukan dengan
menyediakan informasi yang obyektif dan
seimbang dan membantu mereka mengerti
masalah, altematif dan solusinYa.
Sementara itu untuk konsuftasi, diupayakan
sebanyak mungkin mendapatkan umpan balik
dalam kaitannya dengan analisis altematif dan
atau solusinya. Dan untuk meriyertakan
masyarakat dilakukan dengan bekeria terus
bersama masyarakat disepanjang proses dan
meyakinkan oanwjlbyu masyarakat secelrcl
konsisten dimengerti dan dipertimbangkan.
Untuk upaya kolaborasi, bermitra dengan
masyarakat dalam setiap aspek pengambilan
keputusan, termasuk pengembangan alternatif
dan identifikasi solusi yang dikehendaki. Dalam
upaya pemberdayaan masyarakat, maka
langkahnya adalah menempatkan kepufusan
akhir untuk ditetapkan oleh masyarakat sendiri
tanpa intervensi. Pada tahap tersebut dapat
diartikan bahwa dalam konteks tujuan,
masyarakat sudah dapat diberdayakan (lihat
gambar 4. untuk gambaran yang lebih rinci
untuk aspek "tujuan')
Gambar 4 Gambaran rinci tentang kiatpemberdayaan masyarakat di lihat dari aspek
tujuan
Spektrum keikutsertaan masyarakat-tujuan-
janji kepada masyarakat
Dalam kaitannya dengan konteks Janji ke
masyarakaf maka pemberitahuan kepada
masyarakat dilakukan dengan menyampaikan
janji bahwa kita akan terus menerus
menyediakan informasi tentang hal-hal yang
ingin diketahui oleh masyarakat.
Dalam hal konsuttasi masyarakat,
disampaikan bahwa kita akan
menginformasikan, mendengar dan
mempertimbangkan pendapat dan memberikan
umpan balik bagaimana masYarakat
mempengaruhi keputusan.
Untuk upaya kolaborasi, disampaikan
secara langsung bahwa kita akan meminta
saran masyarakat secara langsung dan inovasi
dalam formulasi solusi dan mempertimbangkan
saran dan rekornendasi masyarakat sedapat
mungkin dalam keputusan.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat,
maka langkahnya adalah menyampaikan
kepadq mereka bahwa kita akan melaksanakan
apa yang menjadi keputusan mereka. Pada
dFfdfb
&rifh
kjr
a-i4
dfosdd-r:
dEdnrkffinftin
Rekqfasa Sipil Volume II. Nomor 2. Oldober 2006 tSsttt : tgsg-S'gS
tahap tersebut dapat diartikan bahwa dalam
konteks janji kepada masyarakat dapat
diyakinkan bahwa keputusan yang diambil
mereka akan dijadikan dasar dalam
pelaksanaan. (lihat gambar 5. gambaran yang
lebih rinci untuk aspek "janji kepada
masyarakat").
Gambar 5 Gambaran rinci tentang kiatpemberdayaan masyarakat di lihat dari
pemberian janji.
Spektrum keikusertaan masyarakat-tujuan-
instrumen/peralatan
Dalam kaitannya dengan konteks
'lnstrumen/peralatan', maka pemberitahuan
kepada masyarakat dilakukan dengan
menyampaikan berita-bedta dan akses intemet
(website) dengan open house.
Dalam hal konsultasi masyarakat,
disampaikan tanggapan masyarakat kelompok
khusus dengar pendapat. Qan untuk
menyertakan masyarakat dilakukan dengan
lokakarya dan pooling pendapat masyarakat.
'$.;
Untuk upaya kolaborasi, disampaikan
bahwa komisi penasihat publik akan
pengembangan konsensus publik, dan upaya
pengambilan keputusan dilaksanakan secara
partisipatif.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat,
maka langkahnya adalah melibatkan
wasiUpenilai publik dalam pemungutan suara
dan mendelegasikan keputusan kepada
pemenang seelra terbuka. (Lihat gambar 6.
unfuk gambaran yang lebih rinci untuk aspek
'contoh peralatan').
Gambar 6. Gambaran rinci tentang kiatpemberdayaan masyarakat dilihat dari aspek
peralatan.
Kesimpulan
1. Pemberdayaan masyarakat memerlukan
upaya intensif, sistematis, konsisten dan
berkesinambungan serta harus mendapat
dukungan dari berbagai pihak, baik dari
pemerintah (lintas sektoral), swasta,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat
maupun perguruan tinggi.
2. Kebiiakan pemberdayaan masyarakat
dibutuhkan bukan semata karena alasan
jangka pendek, namun lebih dari itu
pemberdayaan dilakukan dalam rangka
sfategi kemandirian masyarakat di
berbagai bidang jangka panjang.
3. Halesensialyang harus diperhatikan dalam
proses pemberdayaan masyarakat adalah
bagaimana seseorang memahami esensi
pemberdayaan secaftr benar dan
bagaimana memilih dan menerapkan
strategi yang tepat untuk pemberdayaan.
4. Pengelolaan sumber daya air dapat
dilakukan melalui pendekatan kemitraan
dan partisipatif masyarakat.
lWrdq.t
rhary,eF
hiF&r.al*FrLrFa&.r-dI- l+F
h*a
|rybdi*
jmdqm
*d&rd&Gr-8F h
ryuL
qtdi
dhtq
ddafail-
dryrh
Reku.vasa Sipil Volume IL Nomor 2. Oloober 2006 ISSN : 1858-3695
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, S, 2006, Penberdayaan Masyankat
Dalam Pengetotaan Sumber DaYa Air,
Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Hafted A, 2002, Pedekatan Kemitnan Dan
Paftisipatif Dalam Pengembangan Dan
Pengetolaan DAS, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pengairan, Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Departemen Pekeriaan
Umum, Jakarta.
Anshori l, 2006 Kebiiakan Pengelolaan SDA
IJntuk Pendayagunaan Berkelaniutan, Di$en-
Sumber Daya Air Departemen Pekeriaan
Umum, Jakarta.
Loucks Daniel P et al, 'i.981, Water Resourse
Sysfem Ptanning and Analysis, Prentiel, lnc.,
New Jersy.
Hall A, Wanen, Dr:acuP JA, 1995, Water
Resources Sysfems Engineering, Mc- Graw Hill
. Publishing Company Ltd, New Delhi-
Sidharta dkk, 1997,PengemMngan Sumbr
Daya Air (PSDA), Gunadarma, Jakarta.
"{r
10