pengawasan tidak efektif - parlemenindonesia.org file•tindak lanjut: dapat membentuk panitia kerja...

29
Pengawasan Tidak Efektif EVALUASI KINERJA PENGAWASAN FORMAPPI, JAKARTA, 9 OKTOBER 2011

Upload: lyliem

Post on 20-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

Pengawasan Tidak Efektif

EVALUASI KINERJA PENGAWASAN

FORMAPPI,

JAKARTA, 9 OKTOBER 2011

Page 2: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

I. Acuan

• Ruang Lingkup: Pelaksanaan Undang-undang; APBN,Kebijakan pemerintah; serta pembahas dan tindaklanjuthasil pemeriksaan BPK dan DPD.

• Cara Pengawasan: kunjungan kerja (kunker); Rapat Kerja

(Raker) komisi dengan pasangan kerja; Rapat DengarPendapat Umum (RDPU); dan, Penggunaan hak-hak DPR.

• Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim

dengan tugas melakukan pendalaman masalah danmerumuskan kebijakan penyelesaiannya. Hasil pengawasanKomisi disampaikan kepada pemerintah, BPK, DPD, dan/ataupihak terkait lainnya (Pasal 56 Peraturan Tata Tertib).

Page 3: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

II. Persoalan Pokok

• Anggota DPR adalah wakil rakyat secara langsung, karenanyahasil kerja pengawasan harusnya dilaporkan kepadarakyat/pemilik kedaulatan. Namun prakteknya tidak begitu.

terhambat oleh Pasal 56 Tatib DPR yang menyebutkan hasilpengawasan Komisi dilaporkan kepada Pemerintah, BPK, DPD/Pihak lain yang terkait (tidak tegas disebut kepadarakyat).

• DPR tidak diwajibkan melaporkan hasil pengawasan secaraberkala kepada yang diwakili.

Itu dibenarkan oleh Pasal 96 ayat (7) UU No. 27/2009 yang menyebutkan “Komisi membuat laporan kinerja pada akhir masakeanggotaan DPR, baik yang sudah maupun yang belumterselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisipada masa keanggotaan berikutnya.” Tidak ada kewajiban susunlaporan kinerja setiap tahun.

Page 4: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

III. Pelaksanaan Pengawasan 2011

• Selama periode 1 Oktober 2010 – 30 September 2011, DPR telah melakukan fungsi pengawasan dengan cara:

A. Membentuk Tim Pengawas (Timwas) PelaksanaanRekomendasi DPR 3 Maret 2010 atas Kasus SkandalBailout Bank Century Rp. 6,7 trilyun;

B. Memonitor pelaksanaan APBN;

C. Melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke berbagaidaerah ;

D. Komisi-komisi Mengadakan Rapat Kerja denganPasangan Kerjanya masing-masing;

E. Menggunakan hak-hak DPR.

Page 5: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

A. Tim Pengawas Rekomendasi Century Gate

Page 6: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

1. Pembentukan dan Status Timwas

• 27 April 2010, Timwas terbentuk, beranggotakan 30 orang wakil dari 9 Fraksi dipimpin oleh Priyo Budisantoso dari Golkar dengan masa kerja sampai Desember 2011.

• Tugas pokok Timwas: (1) mengawasi pelaksanaan rekomendasi oleh aparat penegak hukum; (2) mengawasi pengembalian aset dan aliran dana; (3) mengingatkan DPR dan pemerintah untuk merevisi UU moneter dan fiscal.

• Untuk mengefektifkan koordinasi dan melakukan cek dan recek dengan Tim yang dibentuk KPK, Timwas DPR membentuk Tim Kecil beranggotakan 9 orang dipimpin oleh Fahri Hamzah dari PKS.

Page 7: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

2. Evaluasi Internal DPR untuk Timwas

• Setelah bekerja selama 8 bulan (akhir April –November 2010), hasilnya belum jelas.

• Rapur DPR 17 Desember 2010 mendesak agar: Timwas bekerja maksimal untuk mendorong proses hukum; diberikan perpanjangan masa kerja; perlu rapat kerja bersama instansi penegakan hukum; dan mendesak Pemerintah agar mengajukan RUU-RUU pengelolaan sector moneter dan fiscal sesuai program legislasi nasional.

Page 8: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

3. Perbedaan Penilaian Timwas vs KPK

• Timwas DPR menemukan indikasi dugaan pelanggaran hukumpada pemberian FPJP; sebaliknya, KPK menyatakan tidak adatindak pidana korupsi dalam pengucuran dana bailout kepadaBank Century. (hasil pemeriksaan terhadap berbagai pihakseperti: Robert Tantular, mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Wakil Presiden Boediono, dan mantan WapresJusuf Kalla) dengan kata lain, DPR menemukan adanya dugaantindak pidana korupsi, sebaliknya KPK belum menemukan.

• Tim was DPR menilai telah terjadi pembiaran oleh KPK terhadap pelanggaran hukum skandal bailout Bank Century. Menurut KPK, bahwa DPR tidak pernah beres karena selalumencari-cari kesalahan KPK.

Page 9: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

B. Pengawasan Pelaksanaan APBN

Page 10: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

1. Pengakuan Anggota DPR

• Pengakuan sejumlah anggota DPR: ada calo-calo, bahkan mafia anggaran, lebih-lebih yang berkaitan dengan dana penyesuaian infrastruktur daerah (DPID) maupun dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah (PPID).

• Mereka yang mensinyalir terjadinya percaloan Anggaran itu misalnya: Wakil Sekjen PKS, yang juga Ketua Komisi I DPR, Mahfuz Siddiq, Wakil Ketua Banggar dari PKS, Tamsil Linrung, Anggota Komisi III dan juga anggota Banggar dari Golkar, Bambang Susatyo, juga anggota Komisi III dari F-PDI, Trimedya Panjaitan, serta anggota Banggar dari Fraksi PAN, Wa Ode Nurhayati, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang juga pernah menjadi anggota DPR menyatakan adanya 3 anggota Banggar bermain penganggaran wisma atlet Sea Games di Palembang.

Page 11: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

2. Sinyalemen dari luar DPR

• Dari kalangan luar DPR (kantor Kemenakertrans), ketika ditangkap KPK mengaku bahwa dari “fee” 10% proyek, sebagian mengalir ke Banggar DPR.

• Posko Pengaduan Praktik Mafia Anggaran yang digagas Wakil Ketua DPD RI La Ode Ida dan Zainal Bintang telah menerima 20 laporan praktik mafia anggaran yang melibatkan 10 anggota DPR. Menurut evaluasi mereka, berdasarkan pengaduan tersebut telah terjadi persekongkolan dalam pembahasan APBN yang diduga melibatkan oknum pimpinan komisi, Banggar DPR, pejabat kementerian, pejabat daerah dan calo. Zainal Bintang menyatakan, dari data yang ada, umumnya mafia anggaran mengambil fee sebesar tujuh persen dari biaya keseluruhan proyek.

Page 12: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

3. Sangkaan balik dari DPR

• Sementara anggota DPR, misalnya Mahfudz Siddiq, Bambang Susatyo, menyebut bahwa Calo anggaran lebih banyak terjadi di Pemerintah. Karena itu Wakil Ketua DPR dari Golkar, Priyo Budi Santoso menyatakan tidak fair kalau hanya DPR yang disalahkan dalam soal calo anggaran di parlemen. Sebab alur anggaran itu dominannya justru dari pemerintahan.

• Sinyalemen bahwa calo anggaran banyak terjadi di pemerintah itu harusnya dijadikan amunisi untuk pengawasan yang efektif atas proses penyusunan dan pelaksanaan APBN. Ungkapan anggota DPR bahwa calo anggaran lebih banyak terjadi di pemerintah, patut diduga ingin cari selamatnya DPR saja.

Page 13: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

4. Pro Kontra Panja Mafia Anggaran di DPR

• Penilaian publik serta Pengakuan anggota DPR tentang adanya calo anggaran, atau mafia anggaran, DPR merespon dengan:

1. DPR perlu membentuk Panitia Kerja Mafia Anggaran;

2. KPK perlu diikutsertakan dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan di Banggar.

• Terkait wacana pembentukan Panja Mafia Anggaran, terjadi pro-kontra diantara pimpinan DPR.

• Tentang pelibatan KPK dalam proses pembahasan RAPBN DPR setuju, namun perlu dibahas mekanismenya.

Page 14: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

5. Pagar Makan Tanaman

• Fakta menunjukan adanya keterlibatan sejumlah anggota DPR dalam praktek percaloan anggaran.

• Praktek Percaloan anggaran oleh anggota DPR menimbulkan beberapa hal:

1. Terjadi konspirasi dalam Proses pembahasan dan penetapan APBN antara Pengusaha, Pemerintah dan DPR.

2. Pengawasan terhadap pelaksanaan APBN oleh pemerintah menjadi tidak efektif.

3. Banyak alokasi anggaran yang tumpang tindih atau terjadi duplikasi anggaran

Page 15: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

C. Kunker Daerah

Page 16: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

1. Pelaksanaan KunkerBerbeda dengan kunker periode sebelumnya, pada 2010-2011 sudahmenjangkau sampai ke Kabupaten/Kota bahkan ke komunitas-komunitastertentu, misalnya dilakukan oleh Komisi I, II, IV, V, VI, IX:

• Komisi I berdialog dengan PRSSNI dalam Kunker di Sumbar.

• Komisi II bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat di Maluku Utara dan keKabupaten+Kota di beberapa daerah di Kalimantan Tengah dan KepulauanRiau.

• Komisi IV berdialog dengan Gapoktan di Cilegon Banten, para peternaksapi di Aceh, dan nelayan di Kabupaten Kulon Progo dan lain-lain.

• Komisi V sempat meninjau infra struktur sampai ke Kabupaten kabupaten, misalnya di Jawa Tengah: Magelang, Solo, Kota Semarang, Singkawang(Kalbar), Simalungun (Sumatra Utara).

• Komisi IX: ke Kabupaten Banjar (Kalsel), Pemko Banda Aceh (ProvinsiNAD), Kabupaten Pasir (Kaltim), Pemkot Balikpapan dan Pemkab KutaiKartanegara (Kaltim)

Page 17: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

2. Kunker Yang Kurang Membumi

Sejumlah Komisi masih tetap melakukan kunker hanya sampaipada tingkat Propinsi, yaitu: Komisi III, VI, VII, VIII, X, XI:• Komisi III: ke Kalsel, Kalteng, Sultra.

• Komisi VI: ke Provinsi Jawa Tengah dan Bulgaria, Malaysia serta Hongkong.

• Komisi VII: ke Kabupaten Ketapang untuk bertemu dengan beberapaBupati guna membahas ijin usaha pertambangan yang telah dikeluarkanbeberapa kabupaten.

• Komisi VIII: Kota Tomohon (Sulut) mengunjungi korban letusan gunungLokon (kunker lain lebih difokuskan di Provinsi, misal: Banten dan Bali) ke

Australia dan RRC)

• Komisi X: ke Provinsi NTB, Provinsi Banten, Provinsi Bengkulu, Sulawesi Selatan, provinsi Aceh.

• Komisi XI: ke Kabupaten Penajam Paser Utara (Kaltim), Provinsi Jambi.

Page 18: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

3. Temuan-temuan Kunker

• Komisi I di Maluku dan Sumatra Barat menemukan minimnya alat-alat dan persenjataan TNI, minimnya daya jangkau siaran TVRI dan RRI, tidak dimilikinya radar AURI di Lanud, kurangnya personil militer maupun PNS di Maluku, dan lain-lain.

• Komisi II di Maluku Utara menemukan permintaan-permintan pemekaran Kabupaten bahkanprovinsi, pungutan biaya mengurus KTP di Ternate @ Rp. 20.000,-/KTP; dalam pelaksanaanProyek Nasional Agraria (Prona) dalam rangkja sertifikasi tanah, bagi masyarakat diKalimantan Tengah masih dipungut biaya; Dinas Kependudukan Kabupaten dan Kota di Kepribelum maksimal mendata nomor induk kependudukan (NIK), padahal pendataan tersebutharus sudah selesai pada tahun 2011. Komisi IV diminta membuka blokir anggaran untukproyek Gerakan Nasional Kakao di Sulawesi Barat, menyelesaikan tertunda-tundanyapembangunan TPI di Kabupaten Kulon Progo, DIY.

• Komisi V di Kabupaten Singkawang diminta memperjuangkan pembangunan lapanganterbang, di Simalungun dilapori 70% jalan rusak.

• Komisi IX di Kabupaten Paser (Kaltim) menemukan adanya sengketa lahan eks transmigrasi di desa Padang Pengrapat dan Desa Jone kecamatan Tanah Grogot sejak 1986 belum selesai secara tuntas. Komisi IX diminta membantu menyelesaikan sengketa tersebut. Kabupaten Garut dan Ponorogo ditemukan kasus tidak berjalan program Jamkesmas di RS UD.

Page 19: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

4. Penilaian

• Empat komisi yang melakukan Kunker sampai kabupaten dan kota, namun7 Komisi hanya ke tingkat provinsi.

• Laporan Hasil Kunker, sebagian besar mudah ditemukan di website.

• Beberapa Komisi berhasil menemukan persoalan-persoalan penting yangperlu tindak lanjut oleh pasangan kerjanya di eksekutif namun tindaklanjutoleh mitra kerjanya sulit diketahui masyarakat.

• Kunker sebagai salah satu wujud pengawasan pelaksanaan Undang-undang, APBN dan kebijakan Pemerintah masih sebatas basa-basi.

• Studi banding Komisi-komisi ke luar negeri lebih banyak mudaratnyadaripada manfaatnya.

Page 20: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

5. Rekomendasi

• Pada periode mendatang kunker Komisi diharapkan lebih efektif dengan menjakau seluruh kabupaten dan kota di Indonesia.

• Tindak lanjut hasil kunker Komisi dilaporkan kepada rakyat sebagai pemilik kedaulatan, tidak hanya kepada Pemerintah, BPK, DPD.

• Kunker perlu mempersiapkan tujuan, agenda serta dokumen yang jelas dan terencana sehingga lebih efektif.

• Perlu perubahan UU MD3 kususnya berkenaan dengan laporan komisi yang dilakukan akhir periode, menjadi setiap tahun masa sidang.

Page 21: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

D. Rapat Kerja Komisi

Page 22: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

1. Pengawasan Pelaksanaan UU

• Pengawasan melalui RK, RDP dan RDPU terkait pelaksanaan UU mendominasi pelaksanaan rapat setiap komisi.

• Hasil rapat pengawasan terhadap pelaksanaan UU bermuara pada beberapa langkah tindak lanjut :

1. Perubahan terhadap UU lama.

2. Evaluasi terhadap institusi pelaksana UU

(KPU, KPK, MA dll).

Page 23: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

2. Pengawasan APBN

• Tidak terlihat secara jelas efektifitas pengawasan pelaksanaan anggaran terutama untuk mencegah penyimpangan anggaran. Yang terjadi justru penyimpangan anggaran terjadi dari pusat hingga daerah.

• DPR terjebak dalam konspirasi anggaran bersama pengusaha dan pemerintah sehingga tumpul dalam melaksanakan pengawasan.

• Anehnya, setiap tahun anggaran selalu ada usulan penambahan anggaran oleh Pemerintah dan disetujui DPR.

Page 24: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

3. Pengawasan Kebijakan

• Pengawasan kebijakan oleh DPR tidak terencana dengan baik, sifatnya reaktif. Jika terjadi tragedi atau masalah baru DPR melakukan pengawasan terhadap kebijakan, Misalnya, kasus TKI, E-KTP, Ibadah Haji, transportasi, divestasi saham PT, Newmont dll.

• Pengawasan kebijakan seringkali dipakai sebagai alat tawar menawar dengan pemerintah, karena bisa berujung pada penggunaan hak interpelasi atau angket. Misalnya, Mafia Pajak, mafia anggaran dll.

Page 25: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

E. Penggunaan HAK

Page 26: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

1. Wacana Penggunaan Hak-hak DPR

• Selama tahun 2011 terdapat wacana bahwa DPR inginmenggunakan hak-haknya.

• Hak Interpelasi: Pada 19 Juli 2011, Wakil Ketua Pansus Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(Pansus BPJS), Surya Chandra Surapaty menyatakan kemungkinan DPR akanmenggunakan hak interpelasi agar pembahasan RUU BPJS segera rampung(Rencananya disahkan 22 September 2011 tetapi terancam gagal krn belum adatitik temu antara DPR dengan pemerintah tentang peleburan 4 BUMN menjadi 2 Badan Pengelola BPJS). Keempat BUMN itu adlh: PT Jamsostek, PT Asabri, PT Taspen dan PT Askes. Pemerintah menginginkan peleburan itu dilakukan 10 tahun kemudian.

Pada 29 Juli 2011, Wakil Ketua MPR, Hajrianto Thohari menyatakan bahwa PartaiGolkar melihat banyak sekali persoalan saat ini yang memungkinkan diajukannyahak interpelasi oleh DPR, termasuk kasus proyek fasilitas olah raga kejuaraan Sea Games di Hambalang dan mafia pajak. Golkar akan mengoptimalkanpengawasan terhadap penyelenggara negara yg menyimpang, bahkan akanmemimpin digunakannya hak-hak DPR: interpelasi dan angket.

Page 27: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

• Hak Angket: Pada 28 Juli 2011, Fraksi Partai Golkar dan Gerindra sedang

menyiapkan Hak Angket kebocoran anggaran negara. Alasannyakarena adanya dugaan kebocoran APBN tahun 2011 sebesar 55%.Menurut Sadar Subagyo bocornya anggaran ini ditandai denganadanya beberapa kasus korupsi yang menguras APBN di beberapakementerian, misalnya Kemenakertrans, Kemenpora,Kemendiknas,dan Kemenkes serta adanya calo anggaran di DPR.

• Hak Menyatakan Pendapat Mencermati lambannya kerja KPK dalam menindaklanjuti

Rekomendasi DPR tentang Skandal Century dan perbedaan pendapatantara keduanya, DPR mewacanakan akan menggunakan HakMenyatakan Pendapat (HMP). Penggunaan HMP akan didasarkanpada telah adanya hasil sementara audit forensik BPK (35%) dan hasilrapat Timwas DPR dengan PPATK, Kejaksaan serta Kepolisian.

Page 28: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

2. Hak Angket: berhenti di Paripurna

• Diantara begitu banyak wacana akan digunakannya hak-hak DPR, selama tahun 2011 hanya satu hak yang berhasil lolos sampai ke paripurna DPR, yaitu: usul penggunaan hak angket mafia pajak.

• Penggunaan Hak Angket Mafia Pajak diajukan kepada pimpinan DPR pada 25 Januari 2011 ditandatangani 31 anggota dari semua fraksi termasuk Partai Demokrat. Menurut Anggota Badan Anggaran DPR RI, Bambang Soesatyo, berdasarkan analisis berbagai kalangan, pihaknya memperkirakan pencurian pajak oleh kelompok mafia mendekati jumlah Rp300 hingga Rp400 triliun per tahunnya.

Page 29: Pengawasan Tidak Efektif - parlemenindonesia.org file•Tindak Lanjut: dapat membentuk panitia kerja atau tim dengan tugas melakukan pendalaman masalah dan merumuskan kebijakan penyelesaiannya

3. Antara Kepentingan Politik dan

Efektivitas Pengawasan

• Pembatalan dan atau penolakan berbagai penggunaan hak DPR itu mengindikasikan paling kurang dua soal:

– Inisiator penggunaan hak sekedar ingin mendulang popularitas, karena itu tidak terlalu siap dan sungguh-sungguh memperjuangkan

– Terhambat kuat oleh kepentingan kekuatan politik besar di DPR

• Sebaiknya basa-basi penggunaan hak-hak DPR tidak dilakukan lagi di masa mendatang, karena hanya akan memperburuk citra DPR