pengaruh stres kerja dan komitmen organisasi …eprints.ums.ac.id/58973/20/publikasi ilmiah.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRES KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI
TERHADAP KINERJA GURU DI SMK KOTA MAGELANG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II
pada Jurusan Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
PURWANINGSRI
P 100 160 014
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
PENGARUH STRES KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI
TERHADAP KINERJA GURU DI SMK KOTA MAGELANG
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh
stress kerja terhadap kinerja guru dan menganalisis pengaruh interaksi stress kerja
dan komitmen organisasi terhadap kinerja guru. Variabel Komitmen Organisasi
berperan sebagai variable moderator dalam hubungan stress kerja dan kinerja
guru. Jenis penelitian ini merupakan penelitian menggunakan analisis kuantitatif
dengan sampel 170 orang guru di SMK Kota Magelang. Teknik pengumpulan
data penelitian melalui kuesioner dengan skala likert. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil probabilitas
signifikan hubungan variabel diukur dengan uji t serta uji analisis Moderated
Regression Analysis (MRA). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa stres
kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja guru. Interaksi stres
kerja dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru. Maka dari itu stres kerja berpengaruh negatif secara langsung terhadap
kineja guru, tetapi jika stres kerja diinteraksikan dengan komitmen organisasi
maka stres kerja tersebut akan berpengaruh positif terhadap kinerja guru di SMK
Kota Magelang.
Kata kunci:Stres kerja, komitmen organisasi, kinerja guru
Abstract
The purpose of this research is to analyze the influence of hard work on teacher
performance and analyze the influence of interaction work stress and
organizational commitment to teacher’s performance. The organizational
commitment variable act as a moderator variabel in the relationship of work
stress and teacher performance. The type of this research is research using
quantitative analysis with a sample of 170 teachers at SMK Kota Magelang. The
technique of completion of research data is questionnaire with likert scale. The
analysis data in this research uses multiple linear regression analysis ( MRA=
Moderated Regression Analysis ). The results ofsignificantprobalility of variable
relation is measured by t test and analysis test. The result f the study showed a
negative and significant to teacher’s performance.Therefore, job stress is
negatively effected directly to the teacher's performance, but if work stress is
interacted with organizational commitment then the job stress will be positively
affected to the performance of teachers in SMK Kota Magelang.
Keywords: Work stress, organizational commitment, teacher performance
2
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
menjamin kelangsungan hidup negara dan merupakan modal besar dalam
menghadapi persaingan. Pendidikan sebagai wahana atau alat untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Hanya orang-orang yang berpendidikan yang akan keluar sebagai pemenang
dalam persaingan, sehingga pemerintah sangat memprioritaskan pendidikan
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) Indonesia.
Era globalisasi dan perkembangan zaman akan selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru. Pembangunan yang semakin pesat didukung oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih akan
mengakibatkan perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat, perubahan tersebut juga terjadi di bidang pendidikan. Pendidikan
memegang peranan yang penting bagi kehidupan masyarakat, supaya cara
berpikir dan bertingkah laku individu mempunyai arah dan tujuan yang
dikehendaki. Pendidikan juga mempunyai tujuan untuk menolong anak
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional UU No. 20 tahun 2003 (2003:56) yang menyatakan bahwa
”Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Tujuan di atas menunjukkan bahwa tanggung jawab pendidikan
sangatlah besar dalam menyiapkan generasi masa depan, maka tidak
berlebihan bila masalah mutu pendidikan di sekolah perlu diperhatikan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk membawa jalannya proses pendidikan yang baik dan bermutu.
Sekolah merupakan wahana bagi para peserta didik untuk dapat menerapkan
3
apa yang dipelajari dan menerapkannya di kehidupan nyata. Untuk itulah
segala sesuatu yang berkaitan dengan input dan throughput, harus ditangani
dengan baik sehingga dapat menghasilkan output yang berkualitas.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga
pendidikan formal yang memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui pendidikan, strategi yang dimiliki oleh sekolah bertujuan
untuk mewujudkan mutu pendidikan yang baik dan berkualitas. Keberhasilan
strategi ini salah satunya bergantung pada kinerja guru dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai
keberhasilan pendidikan. Kinerja guru merupakan hal pokok yang
menentukan baik buruknya pendidikan di sekolah. Dengan berbagai
permasalahan yang di hadapi guru akan mempengaruhi kinerja guru, dan dari
hasil observasi masalah pokok yang mempengaruhi kinerja guru adalah stres
kerja dan komitmen organisasi.
Kinerja adalah istilah yang populer di dalam manajemen, yang mana
istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja dan
performance. Menurut Hermawati (2012) menyebutkan bahwa kinerja adalah
hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, misalnya standar, target atau kriteria lain yang telah ditentukan
terlebih dahulu oleh organisasi dan telah disepakati bersama.
Menurut Sanjaya (2005) pengertian kinerja guru meliputi tugas
perencanaan, pengelolaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.
Sebagai perencana, guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa di lapangan, sebagai pengelola guru harus mampu
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar
dengan baik, dan sebagai evaluator guru harus mampu melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Sudjana (1989) mendefinisikan kinerja guru itu dengan “kemampuan
guru dalam berbagai keterampilan mengajar, membimbing, menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan berkomunikasi dengan
4
siswa, keterampilan menyusun persiapan atau perencanaan mengajar,
keterampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal,
baik yang bersifat fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan
tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan
kinerja guru adalah suatu bentuk hasil kerja atau hasil usaha berupa tampilan
fisik, maupun gagasan yang sering dihubungkan dengan kompetensi pada diri
pelakunya.
Dalam dunia pendidikan kita tidak dapat terlepas dari guru atau
pengajar, peran guru menjadi faktor yang sangat penting dalam mencerdaskan
peserta didiknya. Guru merupakan seseorang yang bekerja sebagai pengajar
dalam sebuah instansi pendidikan baik itu sekolah negeri maupun sekolah
swasta. Dalam sebuah organisasi banyak sekali persoalan yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam bekerja, salah satunya
mengalami tingkat stres kerja dalam menghadapi permasalahan yang terjadi
di sekolahan baik dari peserta didik, teman kerja, atasan, beban kerja dan
peraturan yang berubah-ubah. Stres kerja guru didefinisikan sebagai
pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami guru, emosi negatif
seperti marah, cemas, tekanan darah tinggi, frustrasi atau depresi, yang
dihasilkan dari beberapa aspek pada pekerjaannya sebagai guru. Stres dapat
dikonseptualisasikan sebagai pengalaman emosional negatif yang dipicu oleh
pandangan Guru tentang suatu ancaman untuk harga dirinya atau
kesejahteraannya (Kyriacou, 2001). Tingginya tingkat stres kerja memiliki
efek yang kuat terhadap kinerja guru, keputusan karir, kesehatan fisik dan
mental. (Jepson dan Forrest dalam Klassen, 2010), dengan demikian stres
kerja adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau tertekan yang dialami
guru yang dihasilkan oleh beberapa aspek dari pekerjaanya sebagai tenaga
pengajar di sekolah.
Selain tingkat stres kerja yang dapat megganggu kinerja guru, tingkat
komitmen guru juga dapat berpengaruh besar terhadap kinerja guru tersebut.
5
Guru yang memiliki komitmen pada pekerjaan dan instansi tempat dimana ia
bekerja tentu akan memunculkan rasa memiliki sehingga apa yang ia lakukan
dalam pekerjaanya adalah wujud dari rasa memilikinya. sehingga ia akan
memiliki dedikasi yang tinggi serta loyalitas yang tinggi terhadap
pekerjaanya. Komitmen yang tinggi juga dapat memunculkan keinginan yang
kuat dari dalam individu untuk mewujudkan apa yang sudah menjadi visi dan
misi organisasinya (instansi pendidikan). Komitmen merupakan
kesepakatan/janji untuk melaksanakan suatu aktivitas atau pekerjaan diiringi
oleh loyalitas berdasarkan pada nilai/visi pribadi dan visi organisasi yang
sama (Wahyono, 2010). Becker (2004) mengemukakan bahwa komitmen
merupakan kecenderungan untuk terikat pada garis aktivitas yang konsisten
sebab mempertimbangkan adanya biaya pelaksanaan aktivitas lainnya
(berhenti bekerja).
Menurut Natalie J. Allen dan John P. Meyer (1990, p.3), menyebutkan
bahwa komitmen organisasi memiliki tiga komponen, yaitu affective,
continuance dan normative. Komitmen organisasi afektif menunjukkan
keinginan diri para karyawan untuk melibatkan diri dan mengidentifikasi diri
dengan organisasi karena adanya kesesuaian nilai-nilai dalam organisasi.
Komponen affective berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan
karyawan di dalam suatu organisasi. Karyawan dengan komponen affective
tinggi, masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi, sehingga komitmen organisasi afektif dapat
berpengaruh positif. Komponen continuance komitmen organisasi juga
berkembang berdasarkan dua faktor yaitu besarnya atau jumlah investasi yang
meningkatkan biaya terkait dengan tindakan penghentian seperti karyawan
yang menginvestasikan waktu dan tenaga yang cukup untuk menguasai
keterampilan kerja sehingga tidak mudah ditransfer ke organisasi lain.
Komponen normative komitmen dipengaruhi oleh pengalaman individu
sebelum masuk ke dalam organisasi dan diharapkan seorang karyawan
memiliki komitmen normatif yang kuat terhadap organisasi dan menekankan
pentingnya loyalitas terhadap organisasi. Selain itu komitmen adalah
6
pengenalan yang kuat dan keterlibatan individu pada sebuah organisasi
tertentu. Sehingga walaupun stres kerja guru sangat tinggi tetapi dengan
adanya komitmen yang tinggi juga maka diharapkan kinerja guru akan tetap
meningkat.
Berdasarkan penjelasan teori dan penelitian terdahulu dari tinjauan
pustaka diatas, maka penulis tertarik mengemukakan suatu model pemikiran
yang disusun untuk mendapatan secara jelas pola pikir dari penelitian dan
dipakai sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dari pengaruh stres kerja
dan komitmen organisasi terhadap kinerja guru di SMK Kota Magelang yang
mengambil sampel di SMK Negeri 2 Magelang, SMK Negeri 3 Magelang,
SMK Muhammadiyah Magelang dan SMK Yudya Karya Magelang.
Dalam penelitian ini model pemikiran yang digunakan sebagai
berikut:
Gambar 1. Model Pemikiran
Model pemikiran di atas terdiri dari :
a. Variabel dependen: Kinerja Guru (Y).
b. variabel independen: Stres kerja (X1) dan komitmen organisasi (X2).
Variabel komitmen organisasi akan memperkuat hubungan antara
stres kerja terhadap kinerja guru, oleh karena itu komitmen organisasi
berperan sebagai variabel moderating.
2. METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif. Skala pengukuran dalam penelitian ini yaitu skala likert dengan
skor 1 – 5 yang menggunakan teknik sampel simple random sampling.
Stres
Kerja
(X1)
Kinerja
Guru
(Y)
Komitmen
Organisasi
(X2)
7
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
(MRA) dan data yang diperoleh diolah menggunakan program IBM SPSS
Statistic 20.
Populasi dalam penelitian adalah guru SMK di Kota Magelang, yang
berasal dari :
a. SMK Negeri 2 Magelang
b. SMK Negeri 3 Magelang
c. SMK Muhammadiyah Magelang
d. SMK Yudya Karya Magelang
Dengan mengambil sampel sebanyak 170 guru di SMK Kota Magelang.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan
pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai
pendukung untuk dianalisa kedalam variabel-variabel tersebut. Definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian kemudian diuraikan menjadi
indikator empiris yang meliputi :
Variabel Indikator
Stres Kerja (X1)
Leung (2011)
Beban kerja yang terlalu berat
Tingkat kesulitan kerja yang tinggi
Tingkat kompleksitas
Junlah target yang tidak sesuai waktu
Fisiologis
Tanggungjawab yang besar
Komitmen Organisasi
(X1) Allen & Meyer
(1990)
Keterikatan emosional (adanya rasa memiliki dan
bangga terhadap organisasi, rasa bangga serta rasa
empati terhadap nilai serta tujuan organisasi)
Pegawai diidentifikasi dengan organisasinya
(menemukan kecocokan pribadi terhadap organisasi)
Keterlibatan dalam organisasi (bekerja pada organisasi
merupakan suatu pengabdian dan selalu terlibat aktif
dalam kegiatan organisasi)
Pengakuan biaya atau kerugian biaya (pegawai akan
mendapatkan kerugian jika meninggalkan organisainya,
8
sepeti tidak mendapatkan upah/gaji dan promosi
jabatan)
Kerugian tenaga dan waktu(pertimbangan berapa lama
waktu dan tenaga yang telah diberikan pada organisasi)
Tidak ada alternatif lain(tidak tersedianya pekerjaan
lain)
Rasa memiliki kewajiban(bertahan dengan organisasi
karena sebuah keharusan atau kewajiban moral)
Pengalaman bersosialisasi(antara individu dengan
organisasi selama ini saling berkontribusi, memberikan
pendapat serta sebuah rasa percaya terhadap
kepemimpinan organisasi)
Kontrak psikologis(timbal balik atas sesuatu yang telah
diberikan organisasi)
Kinerja Guru (Y) Pasal
10 UU No. 14 Tahun
2005
Kompetensi professional
Kompetensi pedagogik
Kompetensi kepribadian
Kompetensi sosial
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda tiga predictor, dengan formulasi :
a. Y = α + β (Stress Kerja) + e
b. Y =α+β (Stress kerja*Komitmen) + e
c. Y =α+β1 (Stress kerja) + β2 (Stress kerja*Komitmen) + e
Keterangan :
Y : Kinerja guru
α : Konstanta
β : Koefisien arah regresi stres kerja dan komitmen organisasi
e :Variabel pengganggu (Error)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini peneliti menemukan bahwa pengaruh stres kerja
terhadap kinerja guru berpengaruh negative dan interaksi stres kerja dan komitmen
organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Hasil dari persamaan regresi
tersebut dapat dilihat pada table di bawah :
9
Tabel 2.
Hasil Regresi 3 persamaan Model 1
Kinerja Guru
Model 2
Kinerja Guru
Model 3
Kinerja Guru
Stres Kerja -,554 -,531
Interaksi
Stres kj dan
Komiten
0,653 0,634
R Square 0,307 0,426 0,708
Adjusted R2 0,303 0,423 0,705
Fhitung 74,318 124,875 202,515
Probabilitas F 0,000 0,000 0,000
thitung 41,601 2,047 7,315
Sig. 0,000 0,000 0,000
Sumber: Data primer yang diolah 2017
Berdasarkan persamaan regresi Tabel 2. Di atas maka diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut :
a. Kinerja guru = - 0,554 stres kerja+ e
b. Kinerja guru = 0,653 Interaksi stres kerja dan komitmen+ e
c. Kinerja guru = - 0,531 Stress kerja + 0,634 interaksi + e
Dari persamaan regresi diatas menyajikan hasil dari analisis 3 persamaan.
persamaan regresi pertama sebagai berikut:
1) Koefisien Determinasi (R2)
Hasil koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0,307 (30,7%), artinya
konstribusi variabel stres kerja sebagai variabel independen terhadap variasi
perubahan variabel kinerja sebagai variabel dependen sebesar 30,7%
sedangkan sisanya 69,3% dipengaruhi faktor lain diluar variabel penelitian.
2) Uji F
Menentukan derajat kebebasan (df) = α; k-1; n-k
10
Ftabel = 0,05 ; 3-1 ; 170-3
Ftabel = 0,05 ; 2 ; 167
Ftabel = 2,996
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 4.16 menunjukkan hasil uji sebesar
74,318>2,996 dan nilai probabilitas signifikan sebesar 0,000< 0,05 sehingga
dapat disimpulkan model penelitian menunjukkan ketepatan bahwa variabel
stress kerja memberikan kontribusi yang negatif terhadap kinerja guru.
3) Uji t
Menentukan ttabel= α/2 ; n-k
= 0,05/2 ; 170-3
= 0,025 ; 167
= 1,984
H0 diterima apabila -1,984 ≤ thitung ≤ 1,984
H0 ditolak apabila thitung>1,984atau thitung< -1,984
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dengan perhitungan, maka
diketahui bahwa stres kerja adalah sebesar (-8,621)nilai yangdiketahui bahwa
(-8,621 >-1,984) dengan nilai probabilitas signifikan 0,000< 0,05, maka untuk
variabel stres kerja, hipotesis nihil (H0) ditolak, sehingga dapat diuraikan
bahwa stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja guru. Artinya semakin
meningkat stres maka akan menurunkan kinerja guru demikian sebaliknya jika
stres menurun maka kinerja guru akan meningkat.
4) Persamaan Regresi
Kinerja Guru = α + β (Stress Kerja) + e
Karena yang digunakan adalah Standardized Coefficients maka persamaan
regresinya menjadi :
Kinerja Guru = β (Stress Kerja) + e
Kinerja Guru = - 0,554Stres Kerja+ e
Koefisien regresi stres kerja bernilai negatif sebesar -0,554 artinya Setiap
peningkatan stres maka akan berdampak pada penurunan kinerja guru sebesar
0,554. Stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja guru.
11
Persamaan regresi kedua sebagai berikut:
1) Koefisien Determinasi R2
Hasil koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0,426 (42,6%), artinya
konstribusi interaksi (stres x komitmen organisasi) mampu menjelaskan variasi
perubahan variabel kinerja guru sebagai variabel dependen sebesar 42,6%,
sedangkan sisanya 57,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.
2) Uji F
Menentukan derajat kebebasan (df) = α; k-1; n-k
Ftabel = 0,05 ; 3-1 ; 170-3
Ftabel = 0,05 ; 2 ; 167
Ftabel = 2,996
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 4. menunjukkan hasil uji secara
simultan sebesar 124,875>2,996 dengan probabilitas signifikan sebesar
0,000<0,05, sehingga dapat disimpulkan uji ketepatan model variabel interaksi
stres kerja dan komitmen organisasidapat menjelaskan terhadap kinerja guru,
sehingga model ini dinyatakan tepat.
3) Uji t
Menentukan Ttabel= α/2 ; n-k
= 0,05/2 ; 170-3
= 0,025 ; 167
= 1,984
H0 diterima apabila -1,984 ≤ thitung ≤ 1,984
H0 ditolak apabila thitung >1,984atau thitung < -1,984
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dengan
perhitungan, maka diketahui bahwa interaksi stres kerja dan komitmen
organisasiadalah sebesar 11,175nilaiini diketahui bahwa thitung> ttabel sebesar
(11,175> 1,984) dengan probabilitas signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka
untuk variabel interaksi stres kerja dan komitmen organisasi, hipotesis nihil
12
(H0) ditolak, artinya bahwa inetraksistres kerja komitmen
organisasi)berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
4) Persamaan Regresi
Y =α+β (Stress kerja*Komitmen) + e
Karena yang digunakan adalah Standardized Coefficients maka persamaan
regresinya menjadi :
Y =β (Stress kerja*Komitmen) + e
Kinerja Guru: 0,653(Stres x Komitmen) + e
Koefisien regresi interaksi stres kerja dan komitmen organisasi bernilai
positif sebesar 0,653 artinya interaksi berpengaruh positif terhadap kinerja
guru, apabila stres menurun dan komitmen organisasimeningkat maka kinerja
guru akan meningkat sebesar 0,653.
persamaan regresi sebagai berikut:
Y =α+β1 (Stress kerja)+ β2 (Stress kerja*Komitmen) + e
Atau untuk stres*komitmen merupakan variabel interaksi sehingga persamaan
regresi menjadi:
Y =α+β1 (Stress kerja)+ β2 (Interaksi) + e
Karena yang digunakan adalah Standardized Coefficients maka persamaan
regresinya menjadi :
Y = β1 (Stress kerja)+ β2 (Interaksi) + e
Kinerja = - 0,531 Stress kerja + 0,634 interaksi + e
Berdasarkan analisis nilai koefisien regresi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Koefisien regresi variabel stres kerjasebesar -0,531, artinya variabel
independen stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja gurumaka dapat
diartikan bahwa setiap perubahan variabel stres kerjasebesar satu satuan maka
variabel Kinerja Guru(Y) akan menurun sebesar 0,531.
Koefisien regresi variabel intetraksi stres kerja dan komitmen organisasi
sebesar 0,634, artinya interaksi stres kerja dan komitmen Organsasi berpengaruh
13
positif terhadap kinerja gurumaka dapat diartikan bahwa setiap perubahan
penurunan stres dan peningkatan komitmen organisasisebesar satu satuan maka
variabel kinerja guru akan meningkat sebesar 0,634.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji analisis diketahui bahwa stres kerja secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap kinerja guru. Stres kerja jika diintegrasikan dengan
komitmen organisasi sebagai variabel moderating secara signifikan
mempengaruhi kinerja guru.Hasil analisis regresi dari pengaruh stres kerja dan
komitmen organisasi terhadap kinerja guru adalah sebagai berikut:
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil stres kerja memiliki pengaruh
negatif terhadap kinerja guru yang ada di SMK Kota Magelang, yaitu SMK
Negeri 2 Magelang, SMK Negeri 3 Magelang, SMK Muhammadiyah Magelang
dan SMK Yudya Karya Magelang. Artinya semakin meningkat stres kerja akan
menurunkan kinerja guru, demikian sebaliknya jika stres kerja menurun maka
kinerja guru meningkat.
Stres kerja dan kinerja guru terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh
Chris Kyriacou dan Pei-Yu Chien (2004), tujuan dalam penelitian ini untuk
mengeksplorasi tingkat stres guru, sumber stres guru, tindakan penanggulangan
yang digunakan oleh guru dan tindakan apa yang menurut para guru bisa diambil
oleh sekolah dan pemerintah untuk mengurangi stres guru. Hasil dari penelitian
ini bahwa menjadi seorang guru sangat atau sangat stres. Tidak ada perbedaan
signifikan yang diperoleh pada skala ini dalam hal jenis kelamin, lama
pengalaman mengajar, posisi yang dipegang di sekolah dan hasilnya tingkat stres
yang lebih tinggi, sehingga tingkat stres kerja yang tinggi akan berpengaruh
terhadap kinerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Fadia Nasser-Abu Alhija, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh karakteristik pribadi dan
karakteristik guru terhadap tingkat stres yang mereka alami dari berbagai sumber,
serta persepsi mereka tentang efektifitas strategi kognitif, perilaku dan strategi
mengatasi emosi dan hasilnya ditemukan signifikan dimana para guru percaya
akan efektifitas beberapa strategi dalam menangani stres kerja tersebut dengan
14
menggunakan strategi kognitif, emosional dan perilaku untuk menghibur dan
menyesuaikan diri dengan situasi yang penuh tekanan dan dalam penelitian ini
ditemukan tingkat stres kerja yang signifikan sehingga banyak guru yang gagal
untuk mengelola dalam mengajar, siswa yang tidak termotivasi, mempertahankan
disiplin dan beban kerja yang tinggi sehingga menimbulkan stres kerja yang tinggi
dan hal ini berpengaruh terhadap kinerja guru tersebut.
Stres kerja yang dialami oleh guru di SMK Kota Magelang karena jumlah
tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan yang dibebankan sangat besar dan
tingkat kompleksitas dan beban kerja dalam pekerjaan sangat tinggi direspon oleh
responden dengan cukup tinggi. Beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam
tatap muka dan maksimal 40 jam tatap muka dalam jangka waktu 1 minggu dan
mata pelajaran yang diajarkan harus linier antar ijazah yang dimiliki dengan
sertifikat pendidiknya, sehingga banyak Guru yang harus mencari jam tambahan
ke sekolah lain untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut. Selain beban
mengajar 24 jam perminggu, guru juga harus menyusun Kurikulum, Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran,
menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran, menilai dan mengevaluasi proses
dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya, menganalisis hasil
penilaian pembelajaran, melaksanakan pembelajaran perbaikan dan pengayaan
dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi.
Guru juga dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalitasnya dengan
adanya Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB). Penilaian Kinerja Guru saat ini dinilai dengan Sasaran
Kinerja Guru (SKP) yang dilakukan setiap bulan dan direkap diakhir tahun. Guru
setiap bulan dituntut untuk menyiapkan bukti kinerjanya apakah target yang
dibuat di SKP tersebut dapat direalisasikan atau tidak. Untuk Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru juga diharuskan untuk melaksanakan
pengembangan diri dengan mengikuti seminar dan Diklat Funsional, selain itu
juga dituntut untuk melaksanakan publikasi ilmiah seperti membuat buku
teks/modul, membuat buku pedoman guru, makalah tinjauan ilmiah di bidang
pendidikan dan penelitian tindakan kelas (PTK).
15
Hal-hal diatas menyebabkan stres kerja bagi guru, sehingga guru merasa
gelisah atau stres, merasa tidak dapat melakukan semua pekerjaan yang harus
dilakukan, merasa pekerjaannya bertambah sulit direspon dengan cukup tinggi.
Guru dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang baik kepada siswa, disisi
lain banyak sekali beban yang harus dikerjakan oleh guru diluar kegiatan belajar
mengajar. Hal tersebut berakibat ke fisik sehingga guru mengalami masalah sulit
tidur, berkeringat dan sakit kepala, merasa marah (atau kesal) karena hal-hal yang
terjadi diluar kontrol direspon cukup oleh guru. Walaupun banyak hal yang
mengakibatkan stres kerja, guru tetap diharapkan dapat mengelola stres tersebut
dengan baik, sehingga tetap dapat menjalankan tugasnya yang mulia tersebut
dengan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik bahwa stres kerja jika
diintegrasikan dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating hasilnya
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja guru. Artinya bahwa stres
kerja dan komitmen organisasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja guru. Semakin tinggi tingkat stres kerja, tetapi dengan adanya
komitmen organisasi yang tinggi, kinerja dari guru akan tetap meningkat.
Penelitian terkaityang dilakukan oleh Majd T. Mrayyan dan Ibrahim Al-
Faouri (2008), dalam penelitian ini mengeksplorasi konsep komitmen karir
perawat dan kinerja karyawan. Semua perawat dalam sampel tersebut ‘setuju’
untuk tetap berkomitmen terhadap karir mereka dan mereka merasakan
melakukan pekerjaan dengan baik. Komitmen karir dan kinerja kerja
menunjukkan hasil yang signifikan dan mempunyai hubungan yang positif. Untuk
meningkatkan komitmen karir dan meningkatkan kinerja, perlu ditawarkan
berbagai peluang pengembangan profesional.
Natalie J. Allen dan John P. Meyer dalam penelitiannya tersebut
menyebutkan bahwa komitmen pada dasarnya terbentuk berdasarkan 3 komponen
yaitu affective commitment, continuance comitmmen, dan normative commitment.
Affective commitment adalah mengacu pada keterikatan emosional karyawan dan
bagaimana keterlibatan karyawan dalam organisasinya. Continuance commitmen
adalah mengacu pada pertimbangan karyawan untuk tetap melanjutkan karena ia
16
akan merasa rugi dengan biaya yang akan ditanggung jika ia meninggalkan
organisasi. Normative commitment adalah mengacu pada perasaan karyawan
untuk tetap bekerja di dalam organisasi sebagai suatu kewajiban, menekankan
pentingnya loyalitas terhadap organisasi sehingga dengan adanya komitmen
organisasi yang kuat maka kinerja karyawan juga akan semakin meningkat
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muhammad Jamal (2011),
penelitian ini menguji peran komitmen organisasi dalam hubungan stres kerja dan
kinerja. Hasil dari penelitian ini adalah komitmen organisasi dengan kinerja dan
stres kerja dengan kinerja kerja adalah positif linier dan linier negatif. Analisis
regresi berganda hirarkis secara parsial mendukung peran komitmen organisasi
sebagai moderator stres dan hubungan kinerja.
Hal tersebut sesuai dengan yang dialami oleh guru di SMK Kota Magelang
bahwa mereka senang menghabiskan karirnya di organisai atau instansi tempatnya
bekerja, membanggakan organisasi kepada orang lain di luar organisasi direspon
cukup tinggi. Para guru akan menemukan kepuasan batin tersendiri jika melihat
peserta didiknya mempunyai karakter baik, dan dapat sukses dalam
kehidupannya. Komitmen yang cukup tinggi juga dirasakan oleh guru bahwa
mereka merasa masalah organisasi adalah masalahnya juga, mereka juga tidak
mudah terikat dengan organisasi lain, seperti dia terikat dengan organisasinya,
sehingga hal itu menunjukkan komitmen yang cukup tinggi dari guru tersebut.
Para guru juga sudah merasa menjadi bagian dari keluarga di
organisasinya, sehingga jika ada salah satu anggota organisasi tersebut mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya maka dengan senang hati akan
memberikan bantuan kepada teman yang mengalami kesulitan tersebut. Jika ada
salah satu anggota organisasi yang sakit maka teman yang lain juga akan
merasakan sakitnya. Guru juga merasa terikat secara emosioanal dengan
organisasinya, sehingga berat bagi mereka untuk meninggalkan organisasinya saat
ini walaupun ada tawaran pekerjaan yang lebih baik di organisasi lain, mereka
merasa bahwa tawaran tersebut bukan merupakan alasan yang tepat untuk
meninggalkan organisasi direspon dengan cukup tinggi, sehingga lebih baik saat
ini bertahan pada organisasinya sepanjang karir mereka dan mereka juga percaya
17
loyalitas itu penting dan tetap bertahan di organisasi sebagai suatu kewajiban
moral.
Walaupun stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja guru di SMK
Kota Magelang, tetapi dengan adanya komitmen yang cukup tinggi hasil interaksi
antara stres kerja dan komitmen organisasi tersebut berpengaruh positif terhadap
kinerja guru, sehingga perlu dilakukan upaya untuk selalu meningkatkan
komitmen dari guru supaya kinerja dari guru dapat terus meningkat.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh stres kerja dan komitmen
organisasi terhadap kinerja guru di SMK Kota Magelang yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Stres kerja secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja guru.
2. Interaksi stres kerja dan komitmen organisasiberpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru.
Dari hasil analisis menggunakan moderated regression analysis
(MRA) dalam rangka untuk peningkatan kinerja guru, diketahui bahwa
pengaruh stres kerja dan interaksi stres kerja dan komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Ajay, K.J, 2013. Stress, health and well-being: The mediating role of employee
and organizational commitment. International Journal of
Environmental Research and Public Health. 10. 4907 – 4924.
Allen, J.Natalie, P. Meyer John. 1990. The measurement and antecedents of
affective, continuance and normative commitment to the organization:
Jurnal of Occupational Psychology. 63, 1 – 18.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
revisi VI. Jakarta:Rineka Cipta.
Becker, Gary. 1968. Crime and Punishment: An Economic Approach. Journal of
Political Economy. Vol.76 No.2.
18
Can, Suleyman, 2011. Effects of Stress Caused by The Public Personnel Selection
Examination On The Performance of Physical Education And Other
Teacher Trainess In Turkey. Social Behavior And Personality. Vol. No
39 (10), hal 1367-1378.
Christi, and Rafiq, M. 2010. Impact of Participative Management on Employee
Job Satisfaction and Peformance.
Cooper, C. 1998. Theories of Organizational Stress. Oxford University Press.
Dessler, Gary, 2011. Manajemen Sumberdaya Manusia jilid 2. Jakarta: PT Indeks.
Febrianto,R, dan Dewie,T.W. 2014. Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Stres
Kerja Terhadap Kinerja. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol.2 No.3, pp.941 –
951.
Gajda, Rebecca, 2008. Evaluating and Improving the Quality of Teacher
Collaboration: National Association of Secondary School Principals.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko, T. Hani, 2003. Manajemen edisi 2. Yogyakarta:BPFE.
Hasibuan, M.S.P.2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Hermawati, A. 2012. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan Terhadap Prestasi
Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Batu. Jurnal
Dinamika Dotcom. Vol.3 No.2 Hal 107-120.
Herpen, Marco Van, 2003. The Effects of Performance Measurement and
Compensation on Motivation: an Empirical Study. Tinbergen Institute.
TI 2003-048/3.
Huang Weiyang, Ching Lung Hsieh. 2010. A Study On Relationships Between
Principal’s Transformational Leadership And Physical Education
Teachers’ Teaching Performance In Taipei Elementary Schools: Jurnal
Inovasi Organisasi.
Jamal, Muhammad. 2011. Job stress, job performance and organizational
commitment in a multinational company: An empirical study in two
countries: International journal of business and social science. Vol. 2
No. 20
19
Jepson, E., & Forrest, S. 2006. Individual contributory factors in teacher stress:
The role of achievement striving and occupational commitment. British
Journal of Educational Psyshology. Vol.1 No.76. pp. 183-197
Johnson, Sheena. 2005. Observations piece the experience of work-related stress
across occupations: Journal of managerial psychology. Vol. 20 No. 2
pp. 178-187
Karakus, Mehmed, 2009. Teacher’ Commitment Focuses : Athree-Dimensioned
Viev : Journal of management development. Vol. 28 No. 5 pp. 425 –
438. Emerald group publishing limited
Klassen, R.M., & Chiu, M.M. 2010. Effects on Teachers’ Self-Efficacy and Job
Satisfaction: Teacher Gender, Years of Experience and Job Stress.
Journal of Educational Psychology.Vol.102 No. 3 pp. 741.
Kyriacou, chris. 2001. Teacher Stress : Direction For Future Research.
Educational Review, 53 (1), 27 – 35
Kyriacou, chris. 2004. Teacher stress in Taiwanese primary schools : Journal of
educational enquiry. Vol. 5, No. 2
Leung, Mei-Yung., Yee, S.I.C. and Chen, D. 2011. “Structural Linier
Relationships Between Job Stress, Burnout, Physiological Stress, and
Performance of Contruction Project Managers”. Engineering,
Construction and architectural Management. Vol. 18 No. 3. Pp. 312 –
32.
Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Yogyakarta: Andi
Publisher.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja. Bandung: Refika Aditama.
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE: Yogyakarta.
Mas’ud, Fuad. 2006. Survai Diagnosis Organisasional Konsep Dan Aplikasi.
Semarang: BP UNDIP.
Mathis, Robert L. John. H. Jackson. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie. Jakarta: Salemba
Empat.
Mayo, Renate Weidner. 1997. Trends in teacher evaluation The Clearing House:
Academic Research Library.
20
Mrayyan, T. Majd. 2008. Nurses’ Career Commitment And Job Performance :
Differences Between Intensive Care Units And Ward. Sage publication.
Vol. 13 (1) 38 – 51.
Mulyasa. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosada.
Nasser, Fadia. 2015. Teacher stress and coping : The role of personal and job
characteristics: Procedia – Social and Behavioral Sciences. Vol. 185
pp. 374 – 380
Pangabean, Mutiara S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2017 tentang perubahan
atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru.
Permendiknas Republik Indonesia No. 13 tahun 2007 tentang standar kepala
sekolah/madrasah.
Rifai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.
Jakarta:PT. Raja Gravindo Persada.
Robbins, Stephen P dan Timothy A.Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Samsudin, Sadili, 2006. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung: CV Pustaka
Setia
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sarwar, Shakeel, Hassan Aslam Danial, Muhammad Imran Rasheed. 2010.
Hindering Factors of Beginning Teachers’ High Performance in Higher
Education Pakistan (Case Study of IUB-The Islamia University of
Bahawalpur). Department of Manajemen Sciences, the Islamia
University Of Bahawalpur: Pakistan, Vol.2, No I : E9
Setiaji, Bambang. 2008. Panduan analisis Riset Kuantitatif. Surakarta:Program
Pascasarjana UMS.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Edisi Kelima. Bandung: Tarsito.
21
Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Sugiyono, 2009. Meteode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Umar, Husein. 1999. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Edisi
Revisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang Republik Indonesia nomer 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. 2006. Citra Umbara: Bandung
Undang-undang Sisdiknas. 2011. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Wibowo, 2011. Manajemen kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wijaya, Cace dan Rusyan, 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.
Wirawan, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Empat.