pengaruh perbedaan bahan stimulator ...digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/3/umj-1x...sudah mulai...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PERBEDAAN BAHAN STIMULATOR TERHADAP KECEPATAN
DEKOMPOSISI KOMPOS AZOLLA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN SAWI (Brassica juncea l)
(EFECT OF A KINDS OF STIMULATOR MATERIAL ON DECOMPOSITION RAPIDITY
OF AZOLLA COMPOSTING, GROWTH AND PRODUCTION OF MUSTARD
(Brassica juncea L).
Hudaini Hasbi)1
1)Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember
ABSTRACT
The aims of this study are to know the best stimulator material for Azolla
composting in order to rapid the decomposition process of Azolla, and also to study
an effect of Azolla composting that produced by each stimulator material on
growth and production of mustard (Brassica juncea L).
This study was conducted at Jember on 89 m sea level, from June until
September 2006 in Green House of Agriculture Faculty of University of
Muhammadiyah Jember.
The design of this study was Randomized Completely Block Design in
three replications. The treatments of this study were followed : S0 = control
(Azolla without stimulator material), SK = Azolla + Manure stimulator (3 : 1 ), SU
= Azolla + Urea stimulator (dosage: 1% ), SE = Azolla + EM4 stimulator ( Conc.
0,1% ), ST = Azolla + Soil stimulator (3 : 1 ), SS = Azolla + Cow Urine stimulator
( conc. 0,1% ). Parameter that observed as follows: decomposition of azolla,
Chemical properties of azolla composting (N, P, K, C/N ratio), Plant height in 7,
14, 21, 28 day after planted. Number of Leaves 7, 14, 21, 28day after planted.
Leaves area in 7, 14, 21, 28 day after planted and Fresh Weight of plant.
The result of this study showed that: stimulator material was significantly
different influenced on decomposition rapidity of Azolla.The best stimulator
material was Cow-Urine. Azolla-composting was significantly different influenced
to increase the growth and production of mustrard. The best compost was Azolla-
composting with by Cow-Urine stimulator to increase growth and production of
mustard. Keywords: Stimulator material;Decomposition rapidity;Azolla composting;Mustard
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam usaha
bisnis sayur-sayuran, salah satunya tanaman sawi.
Di Indonesia nama sawi sudah tergolong familiar. Orang Jawa atau Madura
menggunakan sebutan yang sama, yakni sawi, untuk sayuran ini. Caisim atau sawi
2
bakso (ada juga yang menamakanya sawi cina) merupakan jenis sawi yang banyak
dijajakan dipasaran dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna
putih kehijauan. Daun lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Rasanya yang
renyah segar, dengan sedikit sekali rasa pahit, membuatnya banyak diminati.
Selain enak ditumis atau dioseng, caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang bakso,
mie, restorant Cina sehingga permintaannya di pasaran meningkat tinggi.
(Haryanto, 1995)
Sawi merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena
memiliki banyak keunggulan terutama di bidang kesehatan. Berdasarkan data BPS
tahun 2004 mempunyai produksi 322.164 ton dan diperkirakan akan terus
meningkat sejalan dengan permintaan pasar. Sayuran sawi yang dikonsumsi, baik
setelah diolah maupun sebagai lalapan, ternyata mengandung beragam zat
makanan yang esensial bagi kesehatan tubuh. (http://warintek.progressio.or.id/- by
rans)
Sawi termasuk komoditas yang mengkonsumsi hara tanah yang cukup
tinggi. Panen tanaman sayuran frekuensinya lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman yang lain, dengan demikian unsur hara yang terangkutpun lebih banyak
sehingga pemberian pupuk anorganik ataupun organik sangat diperlukan. (Ashari,
1995)
Saat ini terjadi penurunan produk pertanian serta produktivitas lahan
khususnya produk hortikultura sayuran yaitu sawi.Rendahnya kualitas
menyebabkan produk pertanian kita khususnya sawi mempunyai daya saing yang
rendah sehingga sulit menembus ekspor, sedangkan petani umumnya) cenderung
hanya mengandalkan bahan kimia serta mengesampingkan bahan alami yang
merupakan bagian siklus dari ekosistem. fenomena demikian lebih banyak
disebabkan penggunaan pupuk anorganik yang terus meningkat dan berlebihan
sehingga menyebabkan kemerosotan unsur organik pada lahan. Kemerosotan ini
telah mengakibatkan matinya kehidupan berbagai mikroba atau makhluk hidup
dalam tanah lahan padahal keberadaan berbagai mikroba sangat diperlukan .
Penggunaan pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, dari bahan-bahan yang
disintesis dari senyawa-senyawa murni ( biasanya anorganik ) di laboratorium.
Dampak jangka panjangnya akumulasi bahan-bahan tersebut menjadi jenuh di
3
tanah akan menjadi masalah yang sangat serius. Rantai makanan yang tadinya
selalu berputar karena proses degradasi yang baik, tiba-tiba menjadi terhenti karena
mikroorganisme tidak mampu untuk meluruhkan bahan-bahan sintetis tersebut.
Pertanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi
kebuntuan yang dihadapi Petani. Sistem pertanian organik merupakan “hukum
pengembalian (law of return)” yaitu suatu sistem yang berusaha mengembalikan
semua jenis bahan organik kedalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah
pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada
tanaman. (Sutanto ,2002)
Salah satu upaya untuk mendukung peningkatan produksi (kuantitas)
komoditi hortikultur di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas tanah yang
sudah mulai menurun kesuburannya. dengan menambahkan kompos sebagai pupuk
organik yang tidak mengandung residu kimia yang berbahaya. Bahan baku dan
proses pembuatan kompos sangat mudah didapat dari sisa–sisa tanaman yang tidak
digunakan lagi, dan proses pembuatan kompos dengan cara menumpuk sisa–sisa
tanaman (secara tradisional) atau dengan menambahkan bahan–bahan pemercepat
(stimulator).
Salah satu teknologi terbaru dalam mempercepat proses pengomposan
adalah dengan menggunakan stimulator EM4 (Prastowo, 1995). Hasil penelitian
Hasbi, dkk. (2005) menunjukkan bahwa EM4 hanya membutuhkan waktu 8
minggu. Sedangkan dengan bahan stimulator lain membutuhkan waktu lebih dari
10 minggu. Kompos dengan bahan stimulator EM4 memiliki sifat fisik yang lebih
baik dibandingkan kompos dengan bahan stimulator urea maupun pupuk kandang.
Menurut Soepardi (1983), kemasakan kompos ditentukan oleh tiga aspek,
yaitu fisik, kimia, dan biologi. Karena itu, perlu diteliti lebih lanjut apakah kompos
yang berbahan stimulator berbeda tersebut dan masak secara fisik dengan
kecepatan berbeda juga memiliki sifat fisik tersebut. Selain itu, perlu diteliti pula
bagaimana pengaruh kompos – kompos tersebut terhadap tanaman di lapangan.
tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir) digunakan sebagai tanaman
percobaan. Hal ini mengingat sifat – sifatnya yang sensitif terhadap kandungan
organik tanah atau kompos (Rukmana, 1994)
4
Menurut Hasbi dkk (2005) salah satu permasalahan dalam efisiensi
penggunaan Azolla sebagai pupuk pada tanaman padi adalah ketersediaannya
lambat karena berhubungan dengan kadar C/N rasio Azolla, sehingga perlu
ditambah bahan stimulator dalam meningkatkan kecepatan dekomposisi dan
kematangan Azolla sebagai bahan pupuk. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh perbedaan bahan stimulator terhadap kecepatan dekomposisi
Azolla agar menjadi bahan pupuk yang siap pakai pada tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan stimulator kompos azolla
yang paling baik dalam mempercepat dekomposisi kompos azolla dan
mendapatkan bahan kompos azolla yang paling baik dalam meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2006 sampai dengan bulan
September 2006 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah
Jember dengan ketinggian tempat 89 m dpl. Bahan yang digunakan benih sawi,
bahan baku kompos Azolla pinnata, bedeng pengomposan, EM4, pupuk kandang,
urea, tanah. Alat yang digunakan timbangan, neraca analitik, gelas ukur, gelas
piala, hand spayer, gembor, plastik, cangkul, sendok. Penelitian dilaksanakan
dengan Rancangan acak kelompok Lengkap (RAKL) dan masing-masing
perlakuan diulang tiga kali. Perlakuan percobaan sebagai berikut:.S0 = control (
azolla saja );SK = 3,8 kg Azolla + 1,2 kg pupuk kandang ;SU = 5 kg Azolla + 50 gr
pupuk urea ;SE = 5 kg Azolla + 50 ml EM4;ST = 3,8 kg Azolla + 1,2 kg tanah dan
SS = 5 kg Azolla + 50 ml urine sapi.. Kegiatan penelitian di lapang dibagi dalam 2
tahap, yaitu kegiatan pembuatan kompos dan kegiatan penanaman sawi. Masing –
masing kegiatan terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut:
-Pembiakan dan Pembuatan Kompos Azolla
Pembiakan Azolla dilakukan dikolam dengan ukuran 1 x 12 m dengan
kedalaman 50 cm dan diisi tanah setebal 5 cm kemudian diisi air hingga ketinggian
5 cm dari permukaan tanah. Bibit azolla dimasukkan ke kolam dan dibiarkan
tumbuh sampai penuh. Pemeliharaan dilakukan dengan membersihkan gulma di
kolam.
5
Kegiatan pembuatan kompos diawali dengan pembuatan bedengan
pengomposan, pengumpulan dan penumpukan bahan baku atau sisa tanaman dan
sayuran, pemberian bahan stimulator, pengomposan, pengadukan, pengeringan,
pengamatan, penganyakan, pengarungan kompos yang telah masak, dan diakhiri
dengan analisa kimia kompos tersebut.
Pembuatan kompos dilakukan dalam bedengan yang terdiri atas 5 (lima)
petak pengomposan yang masing – masing berukuran 1, 25 m x 1, 25m x 1, 25 m.
Kelima petak tersebut menunjukkan 4 (empat) perlakuan dalam pembuatan
kompos. Pada petak pertama, yaitu kompos Azolla dengan bahan stimulator Urea
(SU); petak kedua, kompos Azolla dengan bahan stimulator pupuk kandang (SK);
petak ketiga, kompos Azolla dengan bahan stimulator EM4 (SE); petak keempat,
kompos Azolla dengan bahan stimulator tanah (ST); petak kelima kontrol. Dan
diangkat pada saat suhu kompos mencapai 40 0 C.
-Budidaya Tanaman Sawi
- penyiapan benih sebagai berikut:
Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang
baik akan tenggelam. Kemudian benih direndam selama ± 12 jam sampai benih
terlihat pecah agar benih cepat berkecambah. Benih disemaikan dalam petak
persemaian dengan cara disebar langsung. Media terdiri dari tanah dan pasir (2:1).
Ukuran kotak persemaian 50 x 60 cm dan dasar kotak dilubangi untuk drainase.
Kemudian media dimasukkan kedalam kotak dengan tebalan 10-15 cm.
Pemindahan bibit ke polybak dilakukan pada usia bibit 1 bulan atau bila bibit telah
berdaun 4-5 helai karena telah mempunyai perakaran yang kuat Penananam
menggunakan polibag dengan ukuran 5kg. Media yang digunakan adalah tanah dan
pasir dengan perbandingan 2 : 1. Penanaman dilakukan pada pagi hari antara pukul
06.00-10.00 karena sinar matahari dan temperatur tidak terlalu tinggi.penanaman
dilakukan dengan cara :Bibit dipilih yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit
ataupun hama), Bibit diambil dengan solet (sistem putaran), dengan cara
menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm, dan
Bibit ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi sedikit dan
ditekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak. Bibit disiram dengan air sampai
basah benar. Pemeliharaan dilakukan meliputi :Penyulaman ,penyiangan,
6
Pemupukan yakni pemberian kompos azolla yaitu 100 gram/polybag sesuai
dengan perlakuan dan pemberian pupuk NPK 5 gram setiap polybag sebagai pupuk
dasar, penyiraman 2 kali sehari pada pagi dan sore hari, dan pengendalian hama
dan penyakit. Parameter Pengamatan meliputi : Dekomposisi kompos Azolla
(kecepatan dekomposisi suhu dan pH, warna kompos, bau kompos);Sifat kimia
bahan kompos ( N, P, K, C/N rasio) ;Tinggi Tanaman, Jumlah Daun,Luas Daun,
dan Berat Brangkasan Basah Tanaman .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Bahan Stimulator Terhadap Kecepatan Dekomposisi dan
Karakteristik Kompos Azolla
Setiap bahan yang berfungsi meningkatkan aktifitas mikroorganisme dalam
proses dekomposisi disebut bahan stimulator / aktifator, bahan ini dapat
mempercepat proses kecepatan dekomposisi kompos. Pada kompos Azolla juga
diperlukan bahan simulator untuk mempercepat proses dekomposisinya dan juga
mempercepat serta meningkatkan kandungan hara pada kompos tersebut .
Hasil penelitian penggunaan beberapa bahan stimulator terhadap kompos
Azolla dilapang menunjukkan bahwa perlakuan kompos Azolla dengan bahan
stimulator urin sapi memberikan pengaruh yang paling baik terhadap kecepatan
dekomposisi kompos Azolla apabila dibandingkan dengan perlakuan kompos yang
menggunakan bahan stimulator lain seperti pupuk kandang, urea, tanah, EM4
maupun kontrol ( tanpa bahan stimulator ).
Pada perlakuan kompos Azolla dangan bahan stimulator urin sapi
didapatkan berat kompos 2,2 kg dengan waktu pengomposan selama 28 hari
sehingga didapatkan hasil kecepatan dekomposisi paling tinggi 0,079 kg/hari atau
7,9 gr/hari, sedangkan hasil kecepatan dekomposisi terendah ada pada perlakuan
kontrol / Azolla saja dengan berat 1,2 kg dengan waktu 45 hari sehingga diperoleh
kecepatan dekomposisi 0,027 kg/hari atau 27 gr/hari (tabel 6).
7
Tabel 6. Kecepatan Dekomposiasi Kompos
No Bahan Stimulator Berat Kompos
(kg)
Waktu
Pengomposan
(hari)
Kecepatan
Dekomposisi
(kg/hari)
1 Kontrol (Azolla saja ) 1,2 45 0,027
2 P. kandang 1,85 38 0,049
3 Tanah 2 40 0,05
4 Urea 1,28 42 0,03
5 Urin Sapi 2,2 28 0,079
6 EM4 1,45 30 0,048
Gambar 1. Grafik Kecepatan Dekomposisi Kompos Azolla
Dari data pada tabel 6. terlihat bahwa perlakuan kompos Azolla dengan
bahan stimulator urin sapi memiliki hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan perlakuan yang lain, hal ini disebabkan karena proses dekomposisi pada
saat pengomposan Azolla dengan bahan stimulator urin sapi berjalan dengan lancar
/ baik. Mikroorganisme menguntungkan seperti bakteri, fungi, ragi, dan
aktinomicetes yang ada dalam kompos tersebut berkembang biak dengan baik
sehingga dapat bekerja sebagai pengurai secara maksimal. Dengan bekerjanya
mikroorganisme secara maksimal selanjutnya akan meningkatkan kandungan unsur
hara seperti N, P dan K di dalam kompos tersebut. Dengan meningkatnya unsur
0.027
0.049 0.05
0.03
0.079
0.048
0
0.02
0.04
0.06
0.08
Kontrol P. Kandang Tanah Urea Urine Sapi EM4
KE
CE
PA
TA
N D
EK
OM
PO
SIS
I
BAHAN STIMULATOR
8
hara di dalam kompos sebagai sumber makanan bagi tanaman akan memperlancar
proses metabolisme tanaman sehingga karbohidrat yang dihasilkan dalam proses
fotosintesis meningkat pula yang pada akhirnya dapat meningkatkan parameter
pertumbuhan tanaman khususnya tanaman sawi.
Pada perlakuan kompos Azolla menggunakan bahan stimulator yang lain
seperti pupuk kandang, tanah, urea, EM4 maupun kontrol (Azolla saja) memiliki
berat dan waktu pengomposan yang lebih rendah bila dibandingkan kompos Azolla
yang menggunakan bahan stimulator urin sapi, sehingga memiliki kecepatan
dekomposisi yang lebih rendah pula, ini disebabkan karena pencampuran bahan
dasar kompos Azolla dengan bahan stimulator kurang cocok sehingga
menimbulkan lingkungan yang kurang sesuai untuk perkembangan
mikroorganisme yang menguntungkan, pada akhirnya mikroorganisme dalam
kompos tersebut tidak bisa melakukan proses dekomposisi secara maksimal yang
mengakibatkan perkembangan mikroorganisme pada kompos tersebut masih kalah
cepat dengan kompos berbahan stimulator urin sapi. Hasilnya akan menurunkan
kandungan unsur hara dalam kompos tersebut, begitu juga serapan unsur hara oleh
tanaman akan menurun sehingga menggganggu proses metabolisme tanaman.
Pencampuran kompos Azolla yang tidak sesuai juga dapat menimbulkan
mikroorganisme yang merugikan.
Urin sapi merupakan bahan stimulator yang paling baik digunakan untuk
pengomposan kompos azolla, sedangkan Mahyudi (2006) mengatakan EM4 dapat
mempercepat pematangan kompos Azolla menjadi siap pakai sebagai pupuk
organik pengganti urea, namun pada penelitianya ini hanya menggunakan bahan
stimulator EM4 saja tanpa membandingkan dengan bahan stimulator yang lain.
Karakteristik kompos matang, diantara karakteristik yang dapat diamati
pada Tabel 7 di bawah ini .
Tabel 7. Karakteristik Kompos Setelah Terdekomposisi
No Bahan
Stimulator
Bau
Kompos
Kelembapan
Kompos
Warna
Kompos
1
2
Pupuk Kandang
Tanah
Seperti tanah
Seperti tanah
Kering
Agak kering
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
9
3
4
5
6
Urea
Urin Sapi
EM4
Kontrol
Agak menyengat
Agak menyengat
Menyengat
Agak menyengat
Agak basah
Agak basah
Agak basah
Agak basah
Coklat
Coklat kehitaman
Coklat kehitaman
Coklat
Analisis data primer, 2006
1. Warna Kompos.
Kompos Azolla yang menggunakan bahan stimulator urin sapi memiliki
warna coklat kehitaman (Tabel 7) ini membuktikan bahwa kompos Azolla dengan
bahan stimulator urin sapi memiliki sifat fisik yang baik. Menurut Sutanto (2002),
mengatakan kompos matang mempunyai warna coklat sampai coklat kehitaman,
warna hitam murni menunjukkan proses fermentasi yang kurang baik karena terlalu
banyak lengas dan kekurangan udara, warna kekelabuan dan kekuningan
menunjukkan kelebihan tanah/abu, apabila bahan yang ada dibagian dalam
tumbuhan kompos terdekomposisi secara anaerob maka warna akan berubah
menjadi coklat kehijauan dan tidak menunjukkan perubahan meskipun proses
dekomposisi berjalan lanjut, proses dekomposisi aerob ditunjukkkan perubahan
warna menjadi kehitaman. Apabila dilihat dari warna yang dimiliki masing-masing
kompos dapat dilihat bahwa selain kompos Azolla dengan bahan stimulator urin
sapi, kompos Azolla dengan bahan stimulator pupuk kandang, tanah, EM4 dan
urea juga memiliki warna kompos yang matang yaitu antara coklat sampai coklat
kehitaman.
2. Kelembaban Kompos
Status kelembaban kompos dapat diperkirakan dengan menusukkan tangkai
besi pada kedalaman tertentu. Tangkai besi jadi basah apabila cukup mengandung
lengas, pengamatan yang lebih sederhana dengan menggunakan pengamatan secara
visual yaitu apabila kompos kita ambil kemudian diperas dan tidak ada air yang
keluar atau terasa agak basah. Hasil penelitian yang telah dilakukan secara visual
terhadap kelembaban kompos pada perlakuan Azolla dengan bahan stimulator urin
sapi menunjukan sifat agak basah, sama dengan perlakuan kompos Azolla dengan
bahan stimulator urea, EM4 dan kontrol, pada perlakuan kompos Azolla dengan
bahan stimulator tanah memiliki sifat yang agak kering, sedangkan pada perlakuan
10
kompos Azolla dengan bahan stimulator pupuk kandang memilki sifat kering
(tabel 7).
Sifat kelembaban kompos azolla pada masing-masing perlakuan ini banyak
dipengaruhi oleh sifat bahan stimulator yang digunakan pada masing-masing
perlakuan itu sendiri, terlihat pada perbedaan sifat kelembaban kompos antara
bahan stimulator kering seperti pupuk kandang maupun tanah dengan bahan
stimulator basah seperti urin sapi maupun EM4.
3. Sifat Kimia Kompos (pH)
Tabel 8. Sifat kimia kompos
No Bahan Stimulator pH kompos
1
2
3
4
5
6
Kontrol
Pupuk Kandang
Tanah
Urea
Urin Sapi
EM4
7,0
8,0
6,0
7,0
7,0
6,0
Pengukuran pH merupakan parameter pengamatan untuk kecepatan
dekomposisi kompos yang dapat diukur dengan alat pH meter yang ditancapkan ke
dalam kompos. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai pH
6,0 – 8,0 (Tabel 8.) Menurut Susanto Rahman, (2002) mengatakan biasanya pH
agak turun pada awal pengomposan karena aktifitas bakteri yang menghasilkan
asam, dengan munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang didekomposisi
maka pH bahan kompos kembali naik setelah beberapa hari dan pH berada pada
kondisi netral, variasi pH menunjukkan adanya masalah dalam proses dekomposisi.
Bahan organik dengan nilai pH antara 3,0-11,0 dapat dikomposkan karena
mikroorganisme pengurai masih dapat hidup pada pH tersebut sedangkan nilai pH
yang baik untuk bahan yang akan dikomposkan antara 5,5 - 8,0.
Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Kandungan Unsur
Hara (N,P,K), Bahan Organik (C) dan C/N rario.
Hasil analisis hara kompos Azolla yang telah dilakukan di laboratorium
menunjukkan kandungan unsur hara nitrogen (N) sangat tinggi bila dibandingkan
11
dengan fosfor (P) dan kalium (K), ini membuktikan bahwa Azolla merupakan
tanaman yang mampu menghasilkan N (Nitrogen) tinggi dan dapat dijadikan
sebagai pupuk pengganti urea (table 6).
Sutanto (2002) mengatakan bahwa Azolla merupakan jenis tanaman
pakuan air yang hidup di lingkungan perairan. Seperti halnya tanaman
leguminosae, Azolla mampu menambat N 2 udara karena berasosiasi dengan
sianobakteri (Anabaena azollae) yang hidup di dalam rongga daunnya. Asosiasi
Azolla-Anabaena memanfaatkan energei yang berasal dari hasil fotosintesis untuk
mengikat N 2 -udara. Menurut Khan (1983) kemampuan mengikat N berkisar antara
400-500 kg N/ha/th. Kemampuan mengikat N 2 -udara lebih besar dari
kebutuhannya, sehingga sebagian nitrogen yang ditambat di lepaskan ke dalam
media atau lingkungan pertumbuhan.
Kompos Azolla dengan bahan stimulator Urin Sapi memiliki kandungan
Nitrogen (N) dan Karbon (C) yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kompos
Azolla dengan bahan stimulator Pupuk Kandang, Urea, Tanah, EM4 dan Kontrol.
Dengan semakin banyak mikroorganisme yang ada dalam kompos maka semakin
cepat dia menghancurkan unsure karbon (C) yang dimiliki kompos.
Tabel 9. Kandungan Unsur Hara Kompos Azolla
Kode Sampel
(bahan stimulator)
Kadar Terhadap Bahan Kering Oven 105 0 C
N Total P2O5 K2O C-Org C/N
( % )
Pupuk Kandang (SK) 2,47 0,62 0,79 35,76 14,47
Tanpa Stimulator (SO) 2,03 0,28 0,51 29,47 14,51
Urea (SU) 2,82 0,39 0,54 34,14 12,10
Tanah (ST) 1,58 0,20 0,49 22,87 14,47
EM4 (ST) 1,29 0,19 0,45 21,10 16,35
Urin Sapi (SS) 2,94 0,49 0,68 37,76 12,84
Data dianalisis di labotarium Politeknik Jember (2006)
Tumbuhan memerlukan nitrogen (N) untuk pertumbuhan, terutama pada
fase vegetatif yaitu pertumbuhan cabang, daun, dan batang. Nitrogen juga
bermanfaat dalam proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat
12
berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam
pembentukan protein, lemak, dan berbgai persenyawaan organik lainnya. Perlu
diketahui, sekitar 78% volume udara terdiri dari nitrogen (Sutanto , 2000).
Nadwah (1993) menjelaskan nitrogen (N) merupakan unsur hara makro
yang mutlak diperlukan oleh tanaman, yang berperan dalam pembentukan klorofil,
protein, koenzim serta mendorong terbentuknya bagian vegetatif tanaman, cukup
mengandung nitrogen, tanaman menjadi berdaun lebar dan berwarna hijau tua,
fotosintesis berjalan baik dan pertumbuhan pesat.
Sedangkan unsur hara P selain berfungsi untuk mempercepat pemasakan
buah, juga berfungsi dalam pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristem.
Unsur P merupakan unsur yang penting dalam pembelahan sel, perkembangan
jaringan meristem serta merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda,
mempercepat pembungaan dan juga sebagai penyusun lemak dan protein.
Di dalam tanaman unsur hara K sangat berperan dalam mengatur
permeabilitas dari membran-membran sel dan aktivitas dari berbagai enzim pada
titik tumbuh (Pranata, 2004). Sedangkan di dalam tanah, unsur hara K disamping
berperan dalam memperbaiki kemasan tanah, juga berperan dalam ketersediaan
unsur hara lain sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Dengan demikian
hara yang diperlukan akan terpenuhi, maka tanaman akan tumbuh lebih cepat.
Kualitas Azolla berpengaruh pada kesuburan tanah. Apabila pertumbuhan
Azolla baik, maka nitrogen yang dikandung Azolla akan lebih banyak. Karena
kandungan nitrogen dalam Azolla mempengaruhi tanaman, maka nisbah C/N
merupakan indikator kualitas Azolla. Hasil dekomposisi Azolla akan memasok
nitrogen lebih cepat apabila nisbah C/N rendah.
Azolla memiliki nisbah C/N antara 12-18, sehingga dalam waktu 1 minggu
biomassa Azolla telah terdekomposisi secara sempurna. Dengan alasan ini,
biomassa segar Azolla dapat langsung dibenamkan ke dalam tahan sebelum tanam,
bahkan pembenaman dapat dilakukan sesudah tanam. Pembenaman Azolla
meningkatkan bahan organik dan memperbaiki sifat fisiko-kimia Tanah. Hasil
percobaan lapangan menunjukkan penggunaan Azolla sebagai pupuk organik dapat
menghemat pupuk sebanyak 50%. (Sutanto , 2000).
13
Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Tinggi Tanaman Sawi
Umur 7,14,21,28 hst.
Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman sawi (Brasica
junceal ) pada berbagai pengamatan umur 7,14,21,28 hst (lampiran 2) tampak
bahwa pemberian kompos Azolla berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 14,
21, 28 hst. penggunaan kompos Azolla dengan bahan stimulator urin sapi bisa
menghasilkan lebih baik pengaruhnya jika dibandingkan dengan perlakuan kompos
Azolla dengan bahan stimulator lain seperti pupuk kandang, tanah, urea, EM4
maupun dengan kontrol (Azolla saja).
Tabel 10. Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Tinggi
Tanaman Sawi Umur 7,14,21,28 hst.
Bahan Stimulator Tinggi Tanaman ( cm )
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst
Kontrol
Pupuk Kandang
Tanah
Urea
Urin Sapi
EM4
6,24
6,62
6,53
6,7
6,69
6,65
9,67 cd
9,76 cd
10,24 bc
10,44 b
11,41 a
9,46 d
17,51 b
17,99 b
18,42 ab
18,70 ab
20,16 a
18,09 b
25,88 c
26,4 bc
26,92 b
26,98 b
29,15 a
26,9 b
Keterangan ns ** ** **
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama maka berbeda
nyata pada Uji Duncant 5%
Dari tabel 10. terlihat bahwa pemberian kompos Azolla tidak berbeda nyata
pada tinggi tanaman umur 7 hari setelah tanaman . Hal ini diduga karena unsur hara
yang ada di dalam kompos belum siap pakai oleh tanaman dan terganggunya
proses metabolisme di dalam tanaman yang disebabkan karena bibit yang baru
dipindah sehingga akar- akar pada tanaman tidak mampu menyerap unsur hara
dengan baik. Pada pengamatan minggu kedua umur 14 hst mulai terlihat
pengaruhnya pemberian kompos Azolla terhadap tinggi tanaman. Dari hasil analisis
uji jarak duncant 5% tampak bahwa perlakuan kompos Azolla dengan bahan
stimilator urin sapi memberikan pengaruh yang paling tinggi terhadap tinggi
14
tanmaman umur 14 hst dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain, sedangkan
pada penggunaan bahan stimulator urea berbeda tidak nyata dengan tanah namun
berbeda nyata dengan perlakuan kompos yang berbahan stimulator pupuk kandang,
EM4 maupun kontrol, ini diduga karena unsur hara didalam kompos sudah mulai
terurai, sedangkan tanaman sudah mulai bisa menyerap unsur hara yang tersedia
karena proses metabolisme dalam tanaman berjalan lancar.
Pada uji jarak Duncan 5% terhadap tinggi tanaman umur 21 Hst (tabel 10.)
terlihat masih perlakuan kompos Azolla dengan bahan stimulator urin sapi yang
memiliki nilai paling tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain,
sedangkan pada kontrol didapatkan nilai terendah namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan kompos yang menggunakan bahan stimulator pupuk kandang.
Pada perlakuan kompos azolla berbahan stimulator tanah dan urea terlihat berbeda
tidak nyata dengan yang berbahan stimulator urin sapi karena Tanah mampu
menetralisasi humus stabil yang dihasilkan oleh pembusukan bahan organik yang
sangat tergantung dari kekayaan akan bahan organik dalam tanah itu sendiri. Oleh
karena itu tanaman akan jauh lebih baik karena pengaruh unsur hara di dalam
tanah, dengan demikian tinggi tanaman akan meningkat pada keadaan tersebut.
Menurut Mahyudi (2006) menyatakan kompos Azolla dapat menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terutama unsur N sehingga dapat
berdampak pada tinggi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
pada setiap parameter semua itu dipengaruhi oleh pemberian kompos Azolla.
Melalui proses dekomposisi Azolla menghasilkan unsur hara nitrogen yang cukup
tinggi. Dengan adanya unsur N yang cukup tinggi tersebut, pada pertumbuhan bibit
yang diberi perlakuan kompos Azolla lebih cepat pertumbuhannya sehingga terlihat
secara signifikan tinggi tanaman dengan bibit yang tidak diberi perlakuan kompos
Azolla. Pengaruh nyata ini tidak terlepas dari kondisi unsur hara yang terkandung
pada kompos Azolla.
Pada minggu keempat terlihat bahwa kompos Azolla dengan bahan
stimulator urin sapi mempunyai nilai paling tinggi dan dari hasil analisis Uji
Duncant 5% terlihat bahwa perlakuan Azolla dengan bahan stimulator urien sapi,
berbeda nyata dengan perlakuan yang lain, pada kompos berbahan stimulator
pupuk kandang berbeda tidak nyata dengan kompos berbahan stimulator tanah,
15
EM4. Ini diduga karena pada perlakuan tersebut penyerapan unsur hara oleh akar
tanaman sawi terhadap kompos azolla yang diberikan berada dalam keadaan yang
optimum, sehingga tanaman sawi memperoleh keuntungan secara maksimum.
Unsur hara N, P, K. pada tanaman pada tingkat tertentu dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, hal ini disebabkan karena unsur hara N, P dan K merupakan
unsur hara makro yang sangat diperlukan oleh tanaman. Unsur hara N, misalnya
sangat diperlukan oleh tanaman sawi untuk perkembangan bagian vegetatif,
sehingga unsur hara ini sangat mutlak diperlukan oleh tanaman tersebut.
Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Jumlah Daun Umur 7,
14, 21, 28 hst
Selain dengan pertumbuhan tinggi tanaman, maka jumlah daun juga dapat
memberikan gambaran bagi fase pertumbuhan tanaman ini. Pertumbuhan daun
tidak hanya ditujukan oleh jumlahnya, tetapi juga luasnya. Pertumbuhan jumlah
daun juga dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi tanaman itu sendiri
terhadap perlakuan yang kita berikan.
Tabel 11. Pengaruh Bahan Stimulator kompos Azolla Terhadap Jumlah
Daun Umur 7, 14, 21, 28 hst
Bahan Stimulator Jumlah Daun
7 hst 14 hst 21 hst 28 hst
Kontrol
Pupuk Kandang
Tanah
Urea
Urin Sapi
EM4
4,33
4,33
4,33
4,11
4,22
4,33
4,88
4,55
4,66
4,66
4,66
4,77
6,22
6,44
6,33
6,11
7,22
5,88
6,99 b
6,77 ab
6,77 b
7,33 b
7,99 a
6,99 b
Keterangan ns ns ns **
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama maka berbeda
nyata pada Uji Duncant 5%
Dari hasil analisis sidik ragam tabel 11. terlihat bahwa jumlah daun pada
umur 7, 14, 21 hst tidak berbeda nyata, sedangkan pada umur 28 hst jumlah daun
mempunyai nilai yang sangat beda nyata, dimana setelah di uji lanjut Duncant 5%
terlihat bahwa perlakuan kompos Azolla dengan urin sapi mempunyai nilai yang
paling tinggi dan berbeda tidak nyata dengan kompos Azolla yang menggunakan
16
bahan stimulator Pupuk Kandang, namun berbeda nyata dengan perlakuan kompos
Azolla dengan menggunakan bahan stimulator Urea, tanah maupun EM4.
Menurut Wasis (2001) Tanaman yang kekurangan nitrogen akan
mengakibatkan jumlah daunnya rendah, karena dengan kurangnya nitrogen yang
tersedia maka proses fotosintesis sebagai aktivitas pokok tanaman yang berwarna
hijau semakin rendah, dimana fotosintesis berlangsung aktif apabila cukup klorofil
yang terdapat pada daun. Nitrogen merupakan bagian pembentukan struktur dari
klorofil, dengan kurangnya nitrogen maka klorofil yang tersusun dalam daun
menjadi berkurang, sebagai akibatnya maka proses fotosintesis juga berkurang
akhirnya akan berpengaruh terhadap jumlah daun per tanaman.
Nadwah (1993) mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah daun dipengaruhi
oleh genotype. Posisi daun pada tanaman yang dikendalikan oleh genotipe juga
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kecepatan pertumbuhan daun dan
kapasitas untuk merespon kondisi lingkungan lebih baik, seperti ketersediaan air.
Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Luas Daun Tanaman
Sawi Umur 7, 14, 21, 28 Hst
Dari hasil analisis sidik ragam terhadap luas daun pada berbagai
pengamatan umur 7, 14, 21 dan 28 hst. Pemberian kompos Azolla berpengaruh
nyata terhadap luas daun tanaman sawi. Penggunaan kompos Azolla dengan bahan
stimulator Urin Sapi menunjukkan pengaruh terbaik dari lainnya. Namun pada
pengamatan Minggu ke 1 sidik ragam menujukkan tidak berbeda nyata ini berarti
tanaman belum dapat melakukan proses metabolisme secara maksimal sehingga
belum mampu memanfaatkan makanan yang tersedia (tabel 12).
Tabel 12. Pengaruh Perbedaan Bahan Stimulator Terhadap Luas Daun
Umur 7, 14, 21, 28 hst
No Bahan Stimulator Luas Daun Umur (cm
2)
7 Hst 14 Hst 21 Hst 28 Hst
1
2
3
Kontrol
Pupuk Kandang
Tanah
17,41
17,44
17,59
36,83 c
36,89 c
37,33 bc
68,08 c
68,32 c
68,14 c
122,6 d
123,8 cd
123,33 bc
17
4
5
6
Urea
Urin Sapi
EM4
17,33
17,18
17,59
37,56 b
38,17 a
37,27 bc
68,87 b
69,33 a
68,39 c
123,74 b
124,69 a
123,26 bc
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama maka berbeda
nyata pada Uji Duncant 5%
Pada pengamatan Minggu ke 2 umur 14 hst (tabel 12.) terlihat bahwa
kompos Azolla dengan bahan stimulator Urin Sapi berbeda nyata dengan
perlakuan kompos Azolla dengan bahan stimulator yang lain. Sedangkan pada
perlakuan kompos Azolla dengan bahan stimulator Urea berbeda tidak nyata
dengan Tanah dan EM4, namun berbeda nyata dengan perlakuan kompos Azolla
dengan bahan stimulator Pupuk Kandang dan Kontrol.
Pada pengamatan luas daun umur 21 hst kompos Azolla dengan bahan
stimulator Urin Sapi memberikan pengaruh yang paling baik dan berbeda nyata
dengan perlakuan kompos Azolla dengan bahan stimulator Urea, Pupuk Kandang,
EM4, Tanah maupun kontrol. Sedangkan pada kompos Azolla dengan bahan
stimulator EM4, Tanah Pupuk Kandang memberikan pengaruh yang berbeda tidak
nyata namun berbeda nyata dengan kompos Azolla berbahan stimulator Urea.
Pada pengamatan minggu ke empat umur 28 hst terlihat bahwa Urin Sapi
masih tetap memberikan pengaruh yang paling baik baik dan berbeda nyata dengan
perlakuan yang lain sama dengan pada pengamatan luas daun umur 14 hst dan 21
hst, ini membuktikan bahwa unsur hara yang dimiliki kompos Azolla dengan
bahan stimulator Urin Sapi lebih baik dan tinggi sehingga dapat diserap tanaman
dengan maximal akibatnya proses fotosintesis berjalan dengan baik pada daun.
Hasil fotosintesis yang berjalan baik dapat dilihat dari luas daun yang dimiliki
tanaman tersebut.
Menurut Nadwah (1993) mengatakan bahwa daun adalah bagian dari
tanaman yang paling banyak membutuhkan unsur hara, karena daun merupakan
suatu alat pengolah energi dan tempat tumbuhan membuat makananya sendiri
dengan proses fotosintesis. Peningkatan luas daun sebagai akibat dari aktifitas
fisiologis tanaman, dimana aktifitas tersebut akan berlangsung cepat apabila
didukung dengan adanya unsur hara yang cukup. Terutama sekali unsur hara N, P
dan K. Banyaknya penyedian nitrogen di dalam Tanah akan merangsang
18
pertumbuhan tanaman yang cepat dengan perkembangan daun yang berwarna hijau
gelap. Selain itu ketersediaan nitrogen yang optimum untuk pertumbuhan daun
akan menyebabkan daun cepat tumbuh besar dan berwarna hijau tua, sedangkan
kalium berpran dalam proses metabolisme. Begitu pula dengan fosfor yang
mempunyai peranan penting dalam hal asimilasi dan pernafasan
Menurut Mahyudi (2006) mengatakan bahwa peningkatan luas daun
dipengaruhi pemberian Azolla. Melalui proses dekmposisi Azolla dihasilkan unsure
hara nitrogen yang cukup tinggi. Di samping itu dengan adanya unsur N yang
cukup, maka daun tanaman akan tumbuh melebar dan merperluas permukaan yang
tersedia untuk fotosintesis. Jumlah unsur N yang cukup tinggi mempercepat
pengubahan karbohidrat menjadi protein dan kemudian diubah menjadi
protoplasma.. Pemberian nitrogen dan kalium mempunyai pengaruh yang nyata
terhadap perluasan daun terutama lebar dan laus daun.
Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Berat Brangkasan
Basah Tanaman Sawi Umur 28 hst.
Berat basah merupakan berat tanaman pada saat tanaman masih hidup dan
ditimbang secara langsung sesaat setelah panen, sebelum tanaman menjadi layu
akibat kehilangan air. Berat basah dapat dipengaruhi oleh kadar air pada jaringan
tanaman. Berat tanaman dapat berkurang pada tengah hari dibandingkan pagi hari.
Hal ini disebabkan karena kecepatan fotosintesis meningkatkan pada siang hari,
sehingga kadar air pada tanaman dalam organ tanaman menurun akibatnya berat
basah tanaman juga menurun. Serapan unsur hara oleh akar tanaman secara tidak
langsung dipengaruhi oleh besarnya unsur hara yang dapat dipertukarkan dan
didalam Tanah, sedangkan secara langsung dipengaruhi oleh kadar air didalam
tanaman, kemiringan, karapatan akar, serta kecepatan serapan air per unit panjang
akar
Dari hasil anlisis sidik ragam terhadap berat brangkasan basah tanaman
umur 28 hst terlihat bahwa kompos Azolla dengan bahan stimulator Urin Sapi
memberikan pengaruh yang paling baik dan berbeda nyata dengan perlakuan
kompos Azolla dengan bahan stimulator EM4, urea, Tanah, pupuk kandang
19
maupkont, Sedangkan pada Kontrol berbeda tidak nyata dengan kompos Azolla
berbahan stimulator Tanah, EM4, Urea maupun Pupuk kandang. (tabel 13.
Tabel 13. Pengaruh Bahan Stimulator Kompos Azolla Terhadap Berat
Brangkasan Basah Tanaman Sawi Umur 28 hst.
No Bahan Stimulator Berat Brangkasan Basah
Tanaman Umur 28 hst
1
2
3
4
5
6
Kontrol
Pupuk Kandang
Tanah
Urea
Urin Sapi
EM4
33,52 bc
39,15 b
34,08 bc
37,53 b
44,75 a
31,57 c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada uji Duncan’t 5%
Menurut Wasis (2001) bahwa akibat kurangnya nitrogen dalam Tanah maka
jasad renik akan menggunakan nitrogen sebagai sumber energi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya, dengan demikian nitrogen akan diikat pada tubuh jasad
renik dan nirtrogen akan kurang tersedia maka pertumbuhan atau penambahan
berat suatu tanaman terjadi penambahan bokashi yang memiliki unsur hara yang
tinggi saja.
Menurut Rukmana (1994), penambahan berat tanaman ditentukan oleh
unsur hara di dalam tanah. Penambahan suatu senyawa organik ke dalam tanah
dapat meningkatkan air, kemampuan dalam mengabsorbsi kation 2-3 kali koloid
mineral yang sebagai nutrisi tanaman sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman
akan semakin meningkat,.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Bahan stimulator kompos Azolla berpengaruh nyata terhadap kecepatan
dekomposisi kompos Azolla. Bahan stimulator terbaik dalam mempercepat
dekomposisi azolla adalah urine sapi.
20
2. Kompos Azolla berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi, yaitu pada tinggi tanaman umur 14, 21, 28 hst, jumlah daun
umur 28 hst, luas daun umur 14, 21, 28 hst dan berat brangkasan basah
tanaman umur 28 hst. Kompos Azolla dengan bahan stimulator urine sapi
adalah yang terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi.
Saran
kompos Azolla dengan bahan stimulator urine sapi dapat dipertimbangkan
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman Sawi.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, N. A., 1995. Pengaruh Bahan Azolla Sebagai Pupuk Hijau dan
Nitrogen OrganikPada Pertanaman Padi Sawah. Thesis,Program
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Andrik, 2006. Karakteristik Penggunaan Azolla Segar Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Padi Sawah. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah, Jember.
Ashari Sumeru, 1995. Horticultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia,
Jakarta
Djojosuwito, S. 2000.Azolla Pertanian dan Multiguna. Kanisius, Yogyakarta.
Haryati Sri Styati, 1979, Pengantar Agronomi, Gramedia, Jakarta.
Haryanto Eko dan Esturahayu, 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Hasbi, Hudaini, Achmadi, A.N. dan B. Tripama, (2005) Karakteristik Azolla
Asal Eks karisidenan Besuki, Distribusi, Dekomposisi dan
Simbiosenya dengan Cyanobacteria (Anabaena
Azolla):Peningkatan Mekanisme Reaksi Ketersediaan N-Azolla
pada Padi Sawah. Laporan Penelitian Dasar. DIKTI.
Hasbi dan Ahmadi (2003), Pengaruh N-labelled Azolla Terhadap Umur Kultur
dan Produksi Padi Sawah. Jurnal Penelitian, Agritop. UMJ Jember
Khan, 1988. Dalam Akhmadi, 1995. Azolla Agronomi BS-UPLB and the
seamed Regional Center For Gradueted Study and reseach in
21
Agricultur Tesis. Program Sarjana Universitas Gadjah Mada.
yogyakarta
Mahyudi, D. 2006. Pengaruh Konsentrasi EM4 Terhadap Laju Dekomposisi
Kompos Azolla, Pertumbuhan dan Hasil Bibit Kakao. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah, Jember.
Murbandono, 1995. Kompos Sebagai Pupuk Organik Pada Tanaman. Penebar
Swadaya, Jakarta
Nadwal Hudayatin, 1993. Respon Pertumbuhan dan Produksi Benih Tanaman
Sawi Terhadap Pemberian Dosis Pupuk N, P, K (Rustica Yellow).
Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang.
Pranata Ayub S, 2004. Pupuk Organic Cair Aplikasi & Manfaatnya.
Agromedia Pustaka, Tangerang.
Prastowo, 1995. Peranan EM4 Dalam Mempercepat Pengomposan Bokhasi.
Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Jember
Rinsemi, Ir.W.J, 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara, Jakarta.
Riyanto, G, 1993. Pengaruh Inokulasi Azolla terhadap Hasil Padi. . Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah, Jember.
Rukmana, 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, 1994. Sifat Kimia Kompos dan Ketersediaan Pada Tanaman
Horticultur. Kanisius, Yogyakarta
Sastrosupadi Adi, 1995. Rancangan Percobaan Praktis Untuk Bidang
Pertanian. Kanisius. Jogyakarta.
Soepardi, 1983. Perbedaan Sifat Fisik dan Kimia Kompos Dalam Menentukan
Kadar Hara Pada Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta
Sutanto Rahman, 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Sutanto Rahman, 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Suhardi, 1983. Dasar Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogjakarta.
Wasis, 2001. Pengaruh Macam Bokasi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah,
Jember.