hubungan penanganan oksigenasi pasien …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  ·...

12
1 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015 HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN GAWAT DENGAN PENINGKATAN KESADARAN KUANTITATIF PADA PASIEN CEDERA OTAK SEDANG DI IGD RSUD DR ABDOER RAHEM SITUBONDO Desty Yurita Ratnasari 1 , Cipto Susilo 2 , M. Ali Hamid 3 Program S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember 1. Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected] 2. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected] 3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected]@yahoo.com ABSTRAK Introduksi.Penanganan oksigenasi merupakan penanganan yang dilakukan pada pasien gawat dengan cedera otak sedang. Penanganan oksigenasi yang adekuat dapat mempengaruhi peningkatan pada kesadaran kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di IGD RSUDdr. Abdoer Rahem Situbondo Metode.Desain penelitiannya adalah Cross Sectional. Penelitian dimulai pada 24 Juni 2015 04 Juli 2015 di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Samplingnya adalah Consecutive Sampling dengan jumlah populasi 31 dan sampel sebanyak 27 pasien cedera otak sedang. Penelitian ini menggunakan lembar observasi oksigenasi pada pasien cedera otak sedang. untuk mengukur peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang. Result.Analisis bivariat menggunakan uji spearmanrank test dengan hasil P Value = 0,022 artinya ada hubungan antara penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang. Kekuatan korelasi dapat dilihat melaui nilai r yaitu 0,439 yang berarti kekuatan hubungan antar variabel adalah sedang. Diskusi.Pasien cedera otak sedang di IGD rumah sakit ini sebagian besar diberikan penanganan oksigenasi yang bertekanan 6 liter per menit. Kata kunci: Oksigenasi, Kesadaran Kuantitatif, Cedera Otak Sedang ABSTRAK Introduction.Oxygenation treatment is an intervention for clinical patients of patients with moderate brain injury. Giving an adequate oxygenation treatment can be influence the increasing of quantitative awareness. The purpose of this research is to identify the correlation between oxygenation treatment in clinical patients with the increasing of quantitative awareness in patients with moderate brain injury in Emergency Room of RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.

Upload: trananh

Post on 02-May-2018

230 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

1 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN GAWAT DENGAN

PENINGKATAN KESADARAN KUANTITATIF PADA PASIEN

CEDERA OTAK SEDANG DI IGD RSUD

DR ABDOER RAHEM SITUBONDO

Desty Yurita Ratnasari1, Cipto Susilo2, M. Ali Hamid3

Program S1Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

1. Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected]

2. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember [email protected]

3. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

[email protected]@yahoo.com

ABSTRAK

Introduksi.Penanganan oksigenasi merupakan penanganan yang dilakukan pada pasien gawat

dengan cedera otak sedang. Penanganan oksigenasi yang adekuat dapat mempengaruhi

peningkatan pada kesadaran kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penanganan

oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak

sedang di IGD RSUDdr. Abdoer Rahem Situbondo

Metode.Desain penelitiannya adalah Cross Sectional. Penelitian dimulai pada 24 Juni 2015 –04

Juli 2015 di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo. Samplingnya adalah Consecutive Sampling

dengan jumlah populasi 31 dan sampel sebanyak 27 pasien cedera otak sedang. Penelitian ini

menggunakan lembar observasi oksigenasi pada pasien cedera otak sedang. untuk mengukur

peningkatan kesadaran kuantitatif pada pasien cedera otak sedang.

Result.Analisis bivariat menggunakan uji spearmanrank test dengan hasil P Value = 0,022

artinya ada hubungan antara penanganan oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan kesadaran

kuantitatif pada pasien cedera otak sedang. Kekuatan korelasi dapat dilihat melaui nilai r yaitu

0,439 yang berarti kekuatan hubungan antar variabel adalah sedang.

Diskusi.Pasien cedera otak sedang di IGD rumah sakit ini sebagian besar diberikan penanganan

oksigenasi yang bertekanan 6 liter per menit.

Kata kunci: Oksigenasi, Kesadaran Kuantitatif, Cedera Otak Sedang

ABSTRAK

Introduction.Oxygenation treatment is an intervention for clinical patients of patients with

moderate brain injury. Giving an adequate oxygenation treatment can be influence the

increasing of quantitative awareness. The purpose of this research is to identify the correlation

between oxygenation treatment in clinical patients with the increasing of quantitative awareness

in patients with moderate brain injury in Emergency Room of RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo.

Page 2: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

2 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

Methode.This design of this research is Cross Sectional. The sampling technique is Consecutive

Sampling with 31 population and 27 samples of patients moderate brain injury. This research

uses observation sheets of patients moderate brain injury to measure quantitative awareness in

patients of moderate brain injury.

Result.Bivariate analysis uses spearman test with the result P Value 0,022 that means there is a

correlation between oxygenation treatment in clinical patients with the increasing of quantitative

awareness in patients with moderate brain injury. The power of the correlation can see by R

value 0,439 that means the power of the variable correlation is moderate..

Discussion.Patients in emergency room of this hospital majority given oxygenation treatment

pressurize 6 liters per minute.

Keywords: Oxygenation, Quantitative Awareness, Moderate Brain Injury

Bibliography 30 (2005-2014)

PENDAHULUAN

Cedera otak sering terjadi karena

trauma mekanik pada kepala yang terjadi

baik secara langsung atau tidak langsung

yang kemudian dapat berakibat kepada

gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,

kognitif, psikososial, bersifat tempoer atau

permanen (Nasution, 2014). Cedera kepala

sudah menjadi masalah utama kesehatan

masyarakat di seluruh negara dan lebih dari

dua per tiga dialami oleh negara

berkembang (Riyadina dan Suhardi, 2009).

Indonesia merupakan Negara berkembang

yang masih memiiki angka kejadian

kecelakaan yang tinggi (Krisandi, 2013)

Berdasarkan profil kesehatan

Indonesia tahun 2007, cedera kepala

merupakan penyakit terbanyak ke-5 pada

pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit

terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

kematian (2,99%).

Menurut Data Korps Lalu Lintas

Kepolisian Republik Indonesia pada tahun

2010, lebih dari 4900 korban meninggal

akibat kasus cedera otak. Cedera otak pada

laki-laki lebih sering terjadi daripada cedera

kepala pada wanita.

Data pasien cedera kepala di RSUD

dr. Abdoer Rahem Situbondo cedera otak

pada tahun 2013 sebanyak 364 dan

mengalami peningkatan pada tahun 2014

sebanyak 392 (Rekam medik RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo, 2015). Data

pasien cedera otak di RSUD dr. Abdoer

Rahem Situbondo cedera kepala pada bulan

maret-mei sebanyak 122 (Rekam medik

RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo).

Cedera otak merupakan salah satu

penyebab kematian dan kecacatan utama

pada kelompok usia produktif dan sebagian

besar terjadi akibat perdarahan pada kepala

disertai dengan kekurangan suplai oksigen

(Irwana, 2009).

Penanganan cedera otak yang benar

dan tepat akan mempengaruhi keadaan pada

pasien. Proteksi otak yakni tindakan utama

yang dilakukan untuk mencegah atau

mengurangi kerusakan sel-sel otak yang

diakibatkan oleh keadaan iskemia. Metode

dasar dalam melakukan proteksi otak

tersebut dengan cara membebaskan jalan

Page 3: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

3 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

nafas dan pemberian oksigenasi yang

adekuat (Safrizal, 2013).

Untuk mengetahui tingkat keparahan

cedera otak terdapat berbagai cara penilaian

prognosis trauma kepala yakni diantaranya

adalah dengan menggunakan Glasgow

Coma Scale (GCS) (Widiyanto, 2007). GCS

merupakan instrumen standar yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat

kesadaran pasien trauma kepala. GCS

merupakan salah satu komponen yang

digunakan sebagai acuan pengobatan dan

dasar pembuatan keputusan klinis umum

untuk klien (Nurfaise, 2012).

Selain mudah dilakukan, GCS juga

memiliki peranan penting dalam

memprediksi risiko kematian di awal

trauma. Dari GCS dapat diperoleh infomasi

yang efektif mengenai pasien trauma kepala,

kemampuan GCS dalam menentukan

kondisi klien (Nurfaise, 2012).

Pada cedera otak sangat penting yakni

pengelolaan ventilasi dan hipovolemia yang

berperan dalam menimbulkan kerusakan

otak sekunder yang bisa dicegah. Penyebab

kecacatan atau kematian yang dapat dicegah

antara lain adalah keterlambatan resusitasi

atas hipoksia (Satyanegara, 2014).

Berdasarkan fenomena yang telah

ditemukan maka peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan penanganan oksigenasi

pasien gawat dengan peningkatan kesadaran

kuantitatif pada pasien cedera otak sedang di

igd RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.

MATERIAL DAN METODE

Desain penelitian ini menggunakan

Deskriptif Korelasi dengan pendekatan

Cross Sectional yang dilakukan di IGD

RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada

tanggal 21 Juni - 04 Juli 2015. Populasi

dalam penelitian ini adalah orang tua anak

retardasi mental yang berjumlah 43 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien

cedera otak sedang yang berada di IGD

RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo yang

berjumlah 27 orang. Teknik sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah

consecutive Sampling.

Kriteria inklusi penelitian adalah

berjenis kelamin laki-laki/perempuan,

Pasien cedera otak sedang yang diberikan

terapi oksigenasi dalam 5-8 liter per menit

selama di UGD. Kriteria eksklusi adalah

Penderita cedera otak dengan penyakit

penyerta (HIV AIDS, diabetes melitus),

Pasien yang menolak untuk dijadikan

responden. Pengumpulan data menggunakan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah lembar observasi check list..

Pengolahan data bivariat penelitian

menggunakan uji Spearman Rank dengan

tingkat signifikan 5% (0,05).

Page 4: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

4 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

HASIL PENELITIAN

Analisa Data Umum

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Jenis Kelamin Responden di

IGD RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo pada Bulan Juni-Juli

2015 dengan n=27

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan

bahwa dari 27 responden diperoleh data

sebagian besar berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 19 responden (70,4 %).

2. Usia

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Usia Responden di IGD RSUD

dr. Abdoer Rahem Situbondo

pada Bulan Juni- Juli 2015

dengan n=27.

Dari tabel 5.2 menunjukkan

bahwajumlah terbanyak usia responden pada

rentang usia 21– 35 tahun sejumlah 9

responden (33,3 %),

3. Pekerjaan

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Pekerjaan Responden di IGD

RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo pada Bulan Juni – Juli

2015 dengan n=27.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa

pekerjaan dengan jumlah terbesar atau

tertinggiadalah wiraswastadengan jumlah 16

responden (59,3%).

A. Data Khusus

Data khusus dalam penelitian ini

menjelaskan tentang hubungan penanganan

oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan

kesadaran kuantitatif pada pasien cedera

otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer

Rahem Situbondo yang kemudian dijelaskan

dalam bentuk tabel yang berisi tentang

frekuensi tiap variable dan uji korelasi

spearman.

1. Penanganan Oksigenasi

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penanganan

Oksigenasi Pasien Gawat pada

Pasien Cedera Otak Sedang di

IGD RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo pada Bulan Juni-Juli

2015 dengan n=27.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

(%)

Laki-Laki 19 70,4

Perempuan 8 29,6

Total 27 100

Usia Jumlah Presentase (%)

<10 tahun

11 – 20 tahun

4

3

14,8

11,1

21 – 35 tahun 9 33,3

36 – 50 tahun 6 22,2

>50 tahun 5 18,5

Total 27 100

Pekerjaan Jumlah Persentase

(%)

Pegawai Negeri 3 11,1

Wiraswasta 16 59,3

Lain-lain 8 29,6

Total 27 100

Penanganan

Oksigenasi

Jumlah Persentase

5 Lpm 3 11,1

6 Lpm 15 55,6

8 Lpm 9 33,3

Total 27 100,0

Page 5: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

5 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

Berdasarkan tabel di atas

menunjukkan bahwa penanganan oksigenasi

pasien gawat pada pasien cedera otak sedang

dengan jumlah tertinggi 6 Lpm yakni 15

responden (55,6%).

2. Peningkatan kesadaran kuantitatif

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Peningkatan

Kesadaran Kuantitatif pada

Pasien Cedera Otak Sedang di

IGD RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo pada Bulan Juni-Juli

2015 dengan n=27.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan

bahwa peningkatan kesadaran kuantitatif

dengan jumlah terbanyak ada pada

peningkatan kesadaran kuantitatif 1

sejumlah 9 responden (33,3%).

3. Hubungan Penanganan Oksigenasi

Pasien Gawat Dengan Peningkatan

Kesadaran Kuantitatif Pada Pasien

Cedera Otak Sedang.

Tabel 5.6 Hubungan Penanganan Oksigenasi

Pasien Gawat Dengan

Peningkatan Kesadaran

Kuantitatif Pada Pasien Cedera

Otak Sedang di IGD RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo pada

Bulan Juni-Juli 2015 dengan

n=27.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan

bahwa derajat kemaknaanpvalue< α (0.022

< 0.05). Dengan demikian H1 diterima yang

berarti ada hubungan antara penanganan

oksigenasi pasien gawat dengan peningkatan

kesadaran kuantitatif pada pasien cedera

otak sedang di IGD RSUD dr. Abdoer

Rahem Situbondo.Kekuatan korelasi dapat

dilihat melalui nilai r yaitu sebesar 0,439.

Arah korelasi pada hasil penelitian ini

adalah positif (+).

PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan diskusi hasil

1. Penanganan Oksigenasi Pasien

Gawat

Penelitian yang telah dilakukan

di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo diperoleh jumlah

responden sebanyak 27. Berdasarkan

tabel 5.4 menunjukkan hasil

penanganan oksigenasi pasien gawat

dengan cedera otak sedang di IGD

RSUD dr. Abdoer Rahem Sitbondo

memiliki kriteria penanganan

Peningkatan

Kesadaran

Kuantitatif

Jumlah Persentase

Peningkatan 2 7 25,9 %

Peningkatan1 9 33,3 %

Tetap 6 22,2 %

Penurunan 1 2 7,4 %

Penurunan 5 1 3,7 %

Penurunan 6 2 7,4 %

Total 27 100 %

Penanganan

Oksigenasi

Peningkatan

Kesadaran

Kuantitatif

Penanganan

Oksigenasi

Correlation

Coefficient

Sig (2-

tailed)

N

1.000

27

.439

.022

27

Peningkatan

Kesadaran

Kuantitatif

Correlation

Coefficient

Sig (2-

tailed)

N

.439

.022

27

1.000

27

Page 6: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

6 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

oksigenasi dengan nilai tertinggi

pada penanganan oksigenasi 6 Lpm

berjumlah 15 responden (55,6%)

Penanganan oksigenasi adalah

salah satu dari terapi pernapasan

dalam mempertahankan oksigenasi

jaringan yang adekuat (Andarmoyo

2012). Penanganan oksigenasi adalah

memasukkan oksigen tambahan dari

luar ke paru melalui saluran

pernafasan dengan menggunakan

alat sesuai kebutuhan (Dep.Kes. RI,

2005 dalam Suciati 2010).

Apabila PaO2 berada dalam

kadar yang terlalu rendah, maka hal

tesebut akan menimbulkan

terjadinya hipoksia yang mana hal

tersebut dapat menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah otak

yang akan diikuti oleh peningkatan

laju aliran darah ke otak meningkat

sehingga kondisi tersebut akan

mengakibatkan terjadinya

peningkatan tekanan intrakranial

(Hendrizal, 2012)

Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Chang dkk, 2009; Narotam

dkk, 2009; Spiotta dkk, 2010;

dimana mereka berkesimpulan

bahwa oksigenasi jaringan otak

sangat berhubungan dengan

beberapa parameter outcome dan

prognosa pasien. Penerapan terapi

intervensi untuk tetap menjaga

oksigenasi jaringan otak diatas

ambang tertentu dapat memperbaiki

angka mortalitas dan outcome

neurologis pada pasien-pasien

cedera otak. Stiefel dkk (2005)

melaporkan bahwa angka kematian

lebih tinggi pada pasien dengan

oksigenasi jaringan otak yang

rendah. Beberapa penelitian lain

melaporkan bahwa hipoksia

jaringan otak dibawah 10 mm Hg

berhubungan dengan outcome yang

buruk setelah cedera otak (Bardt

dkk, 1998; Kiening dkk, 1997). Van

den Brink dkk (2000) melaporkan

bahwa angka kematian lebih dari

50% pada pasien dengan oksigenasi

jaringan otak kurang dari 10 mm Hg

selama 30 menit.

Peneliti berasumsi bahwa pada

pasien cedera otak penting menjaga

kadar PaO2 dalam batas normal.

Pemberian oksigen disesuaikan

dengan kebutuhan oksigen yang

dibutuhkan pasien. Dalam beberapa

kepustakaan disebutkan bahwa

sebaiknya kita menjaga PaO2 secara

adekuat. Metode dasar dalam

melakukan proteksi otak adalah

dengan cara membebaskan jalan

nafas dan oksigenasi yang adekuat.

Cedera otak primer terjadi saat

benturan dan termasuk cedera

seperti kontusio batang otak dan

hemisfer, diffuse axonal injury dan

laserasi kortikal. Cedara otak

sekunder terjadi beberapa saat

setelah terjadinya benturan dan

biasanya dapat dicegah. Penyebab

utama terjadinya cedera otak

sekunder adalah hipoksia,

peningkatan tekanan intrakranial

dan penurunan perfusi darah ke

otak. Pencegahan terjadinya cedera

otak sekunder pada kasus cedera

otak dapat memperbaiki outcome

Page 7: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

7 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

yang berbeda antara hidup atau

meninggal.

2. Peningkatan Kesadaran

Kuantitatif Pada Pasien Cedera

Otak Sedang

Berdasarkan hasil analisa

peningkatan kesadaran kuantitatif

pasien cedera otak sedang

didapatkan nilai tertinggi

peningkatan kesadaran kuantitatif 1

berjumlah 9 responden (33%)

sedangkan nilai terendah yakni

penurunan kesadaran kuantitatif 5

berjumlah 1 responden (3,7%).

Istilah kesadaran mengandung

dua komponen fisiologi yaitu isi

kesadaran dan keadaan bangun,

berbagai penyakit dimana berbagai

penyakit atau gangguan otak dapat

mempengaruhi tiap komponen

tersebut secara sendiri-sendiri dan

saling berbeda (Satyanegara, 2014).

Kesadaran kuantitatif dengan

menggunakan kesadaran kuantitatif

merupakan salah satu komponen

yang digunakan sebagai acuan

pengobatan, dan dasar pembuatan

keputusan klinis umum untuk

kondisi pasien (Irawan, 2010).

Penilaian GCS bergantung pada

respon serebrum terhadap

rangsangan aferen. Variasi dari nilai

GCS disebabkan oleh gangguan

fungsi serebrum atau gangguan di

batang otak yang mempengaruhi

jalannya rangsangan ke hemisfer

serebrum. Penilaian GCS saat pasien

trauma otak masuk rumah sakit dapat

memprediksi tingkat disabilitas

pasien tersebut saat keluar dari

rumah sakit (Irawan, 2010).

Karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dan usia

diketahui sebagian besar adalah laki-

laki dimana sebagian besar 19

responden (70,4%) dan usia antara

21 – 35 tahun berjumlah 9

responden (33,3%). Hal ini berkaitan

dengan penelitian (Indhiarty, 2007)

yang mengatakan bahwa tampak

mayoritas penderita adalah laki-laki

hal dengan rata-rata usia 23 tahun

keatas hal ini mungkin erat kaitannya

dengan tingkat aktifitas yang lebih

tinggi. Angka kejadian cedera otak

pada laki-laki 58% lebih banyak

dibandingkan perempuan. Ini

diakibatkan karena mobilitas yang

tinggi di kalangan usia produktif

sedangkan kesadaran untuk menjaga

keselamatan di jalan masih rendah

disamping penanganan pertama yang

belum benar benar rujukan yang

terlambat (Smeltzer & Bare, 2002).

Peneliti berpendapat bahwa pada

penderita cedera otak sedang di IGD

RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo

sebagian besar pada rentang usia 21

– 35 tahun dimana pada rentang usia

tersebut adalah rentang usia

produktif hal ini cenderung terjadi

dikarenakan aktifitas yang tinggi.

Pada penilaian kesadaran kuantitatif

pasien cedera otak sedang yang

mengalami peningkatan kesadaran

kuantitatif 1 dengan jumlah tertinggi

9 responden (33,3%). Hal tersebut

bergantung pada respon serebrum

terhadap rangsangan aferen.

Page 8: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

8 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

Gangguan fungsi serebrum atau

gangguan di batang otak yang

mempengaruhi jalannya rangsangan

ke hemisfer serebrum lebih banyak.

3. Hubungan Penanganan

Oksigenasi Pasien Gawat Dengan

Peningkatan Pasien Cedera Otak

Sedang

Berdasarkan uji spearman rho

dengan menggunanakan SPSS dapat

dilihat bahwa hasil penelitian

hubungan penanganan oksigenasi

pasien gawat dengan peningkatan

kesadaran kuantitatif pada pasien

cedera otak sedang di IGD RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo

menunjukkan hubungan yang positif

(+). Hal ini dibuktikan dengan

interpretasi nilai r sebesar 0,439 dan

nilai r tersebut diinterpretasikan

memiliki hubungan yang sedang

yang artinya semakin baik

penanganan oksigenasi maka

semakin tinggi pula peningkatan

kesadaran kuantitatif pada pasien

cedera otak sedang di IGD RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo tersebut.

Hasil ini dapat dibuktikan dengan

hasil analisa yang dilakukan oleh

peneliti didapatkan bahwa pasien

cedera otak sedang di IGD RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo pada

penanganan oksigenasi nilai tertinggi

pada penanganan oksigenasi 6 Lpm

15 responden (55,6%). Sedangkan

pada peningkatan pasien cedera

kepala sedang didapatkan nilai

tertinggi peningkatan kesadaran

kuantitatif 1 sebanyak 9 responden

(33%) sedangkan nilai terendah

yakni penurunan kesadaran

kuantitatif 5 sebanyak 1 responden

(3,7%).

Penanganan oksigen adalah salah

satu dari terapi pernapasan dalam

mempertahankan oksigenasi jaringan

yang adekuat (Andarmoyo 2012).

Penanganan oksigenasi adalah

memasukkan oksigen tambahan dari

luar ke paru melalui saluran

pernafasan dengan menggunakan

alat sesuai kebutuhan (Dep.Kes. RI,

2005 dalam Suciati 2010).

Apabila PaO2 berada dalam

kadar yang terlalu rendah, maka akan

menimbulkan hipoksia yang dapat

menyebabkan vasodilatasi pembuluh

darah otak yang akan diikuti oleh

peningkatan laju aliran darah ke

otak, dan mengakibatkan terjadinya

peningkatan tekanan intrakranial

(Hendrizal, 2012).

Hal yang berperan dalam

metabolisme otak agar tetap berjalan

normal adalah kecukupan oksigen.

Oleh karena itu metabolisme otak

tergantung pada aliran darah yang

optimal. Dalam keadaan emergensi

dan kritis akan terjadi kegagalan

sistem autoregulasi pembuluh darah

serebral. Karena aliran darah otak

(CBF) merupakan hasil pembagian

tekanan perfusi ke otak (CPP)

dengan tahanan pembuluh darah

serebral (CVR), maka pada

kegagalan sistem autoregulasi sangat

tergantung pada CPP. CPPadalah

jumlah aliran darah dari sirkulasi

sistemik yang diperlukan untuk

memberi oksigen dan glukosa yang

Page 9: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

9 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

adekuat. CPP dihasilkan dari tekanan

arteri sistemik rata-rata dikurangi

tekanan intrakranial, dengan rumus

CPP=MAP–ICP (Sunardi,2012).

Pada keadaan emergensi

neurologi seperti infeksi atau trauma

kapitis akan terjadi peningkatan

tekanan intrakranial (TIK) akibat

adanya edema otak. Tekanan

intrakranial normal adalah < 10

mmHg atau 15 cmH2O (rasio 3:4

untuk mmHg ke cmH2O). Dianggap

meningkat bila >20-25 mmHg. Oleh

karena CPP merupakan selisih dari

mean arterial pressure (MAP)

dengan TIK (Sunardi, 2012).

Istilah kesadaran mengandung

dua komponen fisiologi yaitu isi

kesadaran dan keadaan bangun,

berbagai penyakit dimana berbagai

penyakit atau gangguan otak dapat

mempengaruhi tiap komponen

tersebut secara sendiri-sendiri dan

saling berbeda (Satyanegara, 2014).

Kesadaran kuantitatif dengan

menggunakan GCSmerupakan salah

satu komponen yang digunakan

sebagai acuan pengobatan dan dasar

pembuatan keputusan klinis umum

untuk kondisi pasien (Irawan, 2010).

Peneliti berpendapat bahwa

responden setelah diberikan

penanganan oksigenasi mengalami

peningkatan kesadaran kuantitatif

dari pada sebelum diberikan

penanganan oksigenasi. Pada pasien

cedera otak sedang penting menjaga

kadar PaO2 dalam batas normal.

Pemberian oksigen disesuaikan

dengan kebutuhan oksigen yang

dibutuhkan pasien. Otak mempunyai

tingkat metabolisme yang tinggi.

Oksigen dperlukan untuk

metabolisme otak. Pada saat

terjadinya perubahan PaO2 dan

PaCO2, maka laju aliran darah ke

otak juga akan berubah. Pada PaCO2

yang tinggi dan PaO2 yang rendah

akan terjadi vasodilatasi pembuluh-

pembuluh darah intrakranial,

sehingga akan meningkatkan laju

aliran darah ke otak, yang akan

menyebabkan peningkatan tekanan

intrakranial. Bila terjadi PaCO2 yang

rendah dan PaO2 yang tinggi akan

menyebabkan laju aliran darah ke

otak berkurang. Salah satu hal yang

penting dalam TIK adalah tekanan

perfusi serebral/cerebral perfusion

pressure (CPP). Dalam beberapa

kepustakaan disebutkan bahwa

sebaiknya kita menjaga PaO2 secara

adekuat dikarenakan setelah

diberikan penanganan oksigenasi

pada pasien cedera otak sedang

tersebut mempunyai kualitas

peningkatan kesadaran kuantitatif

yang cenderung meningkat dimana

ada perbedaan antara sebelum

dilakukan penanganan oksigenasi

dan setelah dilakukannya

penanganan oksigenasi sehingga

dapat meminimalisir resiko ke

kondisi keadaan pasien cedera otak

sedang di IGD RSUD dr. Abdoer

Rahem Situbondo ke keadaan yang

lebih buruk.

Page 10: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

10 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penanganan oksigenasi pada pasien

cedera otak sedang di IGD RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo diperoleh hasil

penanganan oksigenasi dengan nilai

tertinggi 6 Lpm sejumlah 15 responden

(55,6%). Peningkatan kesadaran

kuantitatif oksigenasi pasien cedera otak

sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo diperoleh hasil nilai tertinggi

pada peningkatan kesadaran kuantitatif 1

berjumlah 9 responden (33,3%). Ada

hubungan penanganan oksigenasi pasien

gawat dengan peningkatan kesadaran

kuantitatif pada pasien cedera otak

sedang di IGD RSUD dr. Abdoer Rahem

Situbondo.

B. Saran

Hasil penelitian yang telah dilakukan,

disarankan kepada :

1. Institusi Kesehatan

Diharapkan skripsi ini bisa menjadi

masukan dan sebagai tambahan

referensi untuk lebih meningkatkan

mutu pelayanan yang diberikan

kepada penderita cedera otak sedang.

2. Institusi Pendidikan

Diharapkan pada mahasiswa setelah

membaca skripsi ini dapat berfikir

lebih kritis dan dapat mengambil

manfaat sebagai penambah wawasan

ilmu pengetahuan dalam bidang

kesehatan khususnya dalam area

keperawatan yang berkaitan dengan

hubungan penanganan oksigenasi

pasien gawat dengan peningkatan

kesadaran kuantitatif pada pasien

cedera otak sedangdi IGD RSUD dr.

Abdoer Rahem Situbondo dapat di

peroleh manfaat guna peningkatan

ilmu kesehatan dan dunia kesehatan.

3. Perawat

Diharapkan dapat terus meningkatkan

pengalaman dan kualitas dalam

memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan cedera otak serta dapat

membantu mengevaluasi dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan bagi pasien dengan

cedera otak.

4. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan informasi dan menambah

sumber informasi untuk melakukan

penelitian selanjutnya. Disarankan

juga untuk melakukan penelitian

kesadaran kuantitatif maupun

kesadaran kualitatif serta untuk

menambah jumlah sampel yang lebih

banyak dan melakukan uji normalitas

pada instrumen penelitian, selain itu

dapat dilakukan penelitian lanjutan

dengan desain penelitian kualitatif.

5. Penulis

Agar dapat meningkatkan pengetahuan

dan pengalaman serta berusaha

memberikan informasi tentang

penanganan oksigenasi pasien gawat

dengan peningkatan kesadaran

kuantitatif pada pasien cedera otak

sedang di IGD RSUD dr. Abdoer

Rahem Situbondo.

REFERENSI

Andarmoyo. (2012). Kebutuhan Dasar

Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Page 11: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

11 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

Arifin, dr Sp.Bs dan Risdianto A. (2009).

Cedera Kepala, Jakarta : Sagung

Seto.

Caton & Michelle. (2010). Assessing The

Neurological Status Of Patients With

Head Injuries. Glascow Coma Scale

(GCS).

Dewi, Sofia R dan Sasmiyanto. Panduan

Praktikum Kebutuhan Dasar

Manusia. Tidak Dipublikasikan.

Universitas Muhammadiyah Jember

Eni dan Achmad. (2013). Keterampilan dan

Prosedur Laboratorium

Keperawatan Dasar. Jakarta : ECG.

Eqita, W. (2005). Cedera Kepala. Fakultas

Kedokteran Universitas Pelita

Harapan. Jakarta. Jurnal Kedokteran

1 (2), 25 - 122.

http://www.majour.maranatha.edu/in

dex.php/jurnal

kedokteran/article/view/798, di akses

04 Mei 2015.

Handayani, Luh T. (2014). Buku Ajar

Statistik Inferensial. Tidak

Dipublikasikan Jember.

Hendrizal. (2012). Pengaruh Terapi Oksigen

Dengan Menggunakan Non

Rebreathing Mask Terhadap

Tekanan Parsial CO2 Darah Pada

Pasien Cedera Otak Sedang.

Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas. Padang. Jurnal Kedokteran

Nasional. 3 (1), 358–360.

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php

/jka/article/view/23, di akses 14 Mei

2015.

Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan

Kritis: Pendekatan Holistik Volume

2. Jakarta : Kedokteran ECG.

Irwana, O. (2009). Cedera Kepala. Faculty

of Medicine University of Riau.

Pekan baru Riau 1 (2), 25-122.

Jurnal Dunia Kesehatan, 2 (4), 50-

67.http://www.ejurnal.com/2009/ced

era-kepala.html, di akses 10Juni

2014.

Iskandar, J (2004). Buku Ajar Cedera

Kepala. Jakarta : BIP.

Krisandi, Andi E. (2013). Gambaran Status

Kognitif Pada Pasien Cedera Kepala

Yang Telah Diizinkan Pulang di

RSUD Arifin Achmad Pekan baru.

Universitas Pekan baru Riau. Jurnal

ilmiah kesehatan 5 (4), 454- 459.

http://wwwjurnal.com2014/2014/ga

mbaran-status-kognitif.

Muhammad, A. (2008). Peranan Senyawa

Oksigen Reaktif Pada Cedera

Kepala Berat. Universitas Airlangga.

Jurnal Ilmiah Kesehatan 6 (4), 213-

219.http://www.jurnal.com/2008/imp

lementasi-clinical-governance.html,

di akses 18 Mei 2015

Musliha.(2010). Keperawatan Gawat

Darurat .Yogyakarta : Nuha Medika.

Nasution, Syahruk H. (2014). Mild Head

Injury. Medula, 2 (4), 89-96. http://

Nasution, E. (2010). Karakteristik Penderita

Cedera Kepala Akibat Kecelakaan

Lalu lintas.Universitas Sumatra

Utara. Medan. Jurnal ilmiah

kesehatan. 3 (4), 24- 38

http://repository.usu.ac.id/hamdle/12

3456789/16495, di akses 20 April

2015.

Nopriadi, D. (2013) Standart Operasional

Prosedur (SOP) OKSIGENASI:

GrahaIlmu

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

Peneitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu

Keperawatan : Pendekatan Praktis:

Jakarta. Salemba Medika.

Nurfaise. (2012). Hubungan Derajat Cedera

Kepala Dan Gambaran CT Scan

Pada Penderita Cedera Kepala di

RSU dr. Soedarso. Universitas

Tanjung Pura. Pontianak. Jurnal

Ilmiah Kesehatan 1 (4)

Page 12: HUBUNGAN PENANGANAN OKSIGENASI PASIEN …digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/67/umj-1x... ·  · 2002-01-21pasien rawat inap (2,18%) dan penyakit terbanyak ke-7 yang dapat menyebabkan

12 Jurnal Keperawatan Fikes UMJ 2015

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk

/article/view/1778.

Oswari. (2005). BedahdanPerawatannya.

Edisi 4. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Saanin S. (2008). Cedera Kepala.

http://www.angelfire.com/nc/neurosu

rgery. DiaksesPada23 April 2014.

Satyanegara. (2014). Ilmu Bedah Saraf.

Edisi V. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Sastroasmoro dan Ismael. (2010). Dasar-

Dasar Metodologi Penelitian Medis.

Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto.

Sunardi. (2012). Manajemen Peningkatan

Intrakranial, Valsava Manuver dan

Peningkatan. Edisi 3. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Riyadina dan Suhardi. (2009). Pola dan

Determinan Sosiodemografi Cedera

Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di

Indonesia.Jurnal ilmiah kesehatan 59

(10).465-472.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Se

arch.html

Widiyanto, Puguh. (2007). Penanganan

Pasien Cedera Pra Rumah Sakit

Oleh Masyarakat Awam. Jurnal

Kesehatan. 2 (10). 51-63.

http://jurnal.ac.id/index.php/jfk/articl

e/view/1878

Yuniarti, (2012). Epidemologi Trauma

Secara Global. Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana/ Rumah Sakit

Umum Pusat Sanglah Denpasar.

JurnalKesehatan. 1-11.

Zafrullah A. (2008). Hubungan Antara

Kadar Oxygen Delivery Dengan

Length Of Stay Pada Pasien Cedera

Kepala sedang. Universitas

Padjajaran. Bandung. Artikel

Penelitian Pengembangan Biomedis

dan Farmasi. 44 (7). 322-334.