kajian kebutuhan air pada tanaman tembakau...
TRANSCRIPT
185
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 185
KAJIAN KEBUTUHAN AIR PADA TANAMAN TEMBAKAU BAWAH
NAUNGAN, PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN,
PRODUKSI, DAN KUALITAS
[STUDY ON WATER REQUIREMENT OF SHADE GROWN TOBACCO,
ITS EFFECT ON GROWTH, PRODUCTION AND QUALITY]
Handry Ramoizana
*), Cahyoadi Bowo
**), dan Tri Handoyo
**)
*) Jurusan Magister Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
**) Fakultas Pertanian Universitas Jember
ABSTRAK
Pengetahuan tentang besarnya kebutuhan air tanaman diperlukan untuk meningkatkan efisiensi air dan
penyerapan nutrisi. Studi ini dilakukan pada tahun 2012 dengan lysimeter dan pada tahun 2013 tanpa lysimeter.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari dinamika evapotranspirasi tanaman (Etc) dalam model volumetrik
lysimeter, dan pan evapotranspirasi (ETC pan), evapotranspirasi tanah (ETC tanah), dan FAO tanaman
evapotranspirasi, dalam Naungan Grown Tobacco dengan berbagai H382. Lysimeter dengan ukuran 1 m3 was
dibuat di lapangan dengan luas 0,5 ha. Pada tahun 2012 lysimeter berisi 2 tanaman tembakau dengan jarak tanam
40 cm, sedangkan pada tahun 2013 tanpa lysimeter dan dengan jarak tanam yang sama. Hasil penelitian pada tahun
2012 menunjukkan bahwa evapotranspirasi tanaman dengan ETC pan adalah 101,54 mm/minggu , ETC FAO
adalah 174,7 mm/minggu, dan tanah ETC adalah 183,44 mm/minggu. Hasil penelitian pada tahun 2013
menunjukkan bahwa ETC pan adalah 283,2 mm / minggu, ETC FAO adalah 454,28 mm/minggu, dan tanah ETC
adalah 449,72 mm/week. The produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan irigasi tetes dengan 2,86 m yang
menghasilkan 32 jumlah daun per tanaman. Metode FAO dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air
naungan tumbuh tembakau. Dengan metode empiris FAO kebutuhan air tembakau hingga 72 hari setelah tanam
adalah 365,6 mm, sedangkan dengan menghitung perubahan air tanah kebutuhan air adalah 387 mm. Kualitas
terbaik dari tembakau diperoleh oleh sistem irigasi tetes. Persentase tembakau kaca dan infeksi Thrips adalah
terendah .
Kata kunci : Evapotranspirasi , kadar air tanah, lisimeter, Tembakau Bawah Naungan.
ABSTRACT
Knowledge on magnitude of crop water requirement is needed to increase efficiency of water and nutrient
absorption. Study was conducted in 2012 with lysimeter and in 2013 without lysimeter. The objective of
experiment was to study the dinamics of crop evapotranspiration (Etc) in volumetric model of lysimeter, and pan
evapotranspiration (ETC pan), soil evapotranspiration (ETC soil), and FAO crop evapotranspiration, in Shade
Grown Tobacco with the variety of H 382. Lysimeter with the size of 1 m3was made in the field with an area of 0.5
ha. In 2012 lysimeter contained 2 tobacco plants with spacing of 40 cm, whereas in 2013 without lysimeter and
with the same plant spacing. Results of experiment in 2012 showed that crop evapotranspiration with ETC pan was
101.54 mm/week, ETC FAO was 174.7 mm/week, and ETC soil was 183.44 mm/week. Results of experiment in
2013 showed that ETC pan was 283.2 mm/week, ETC FAO was 454.28 mm/week, and ETC soil was 449.72
mm/week.The highest production was obtained in treatment with drip irrigation with 2.86 m which produced 32
number of leaves per plant. FAO method could be used to determine water requirement of shade grown tobacco. By
empirical FAO method the water requirement of tobacco up to 72 days after transplanting was 365.6 mm, while by
calculating soil water change the water requirement was 387 mm. The best quality of tobacco was obtained by drip
irrigation system. The percentage of glassy tobacco and infection of Thrips was lowest.
Key words : Evapotranspiration, soil moisture content, lysimeter, Shade Grown Tobacco.
PENDAHULUAN
Perubahan iklim global membawa
konsekuensi besar terhadap ketersediaan air dalam
bidang pertanian.Sebagai sumber pangan dan energi,
ketersediaan air di bidang pertanian harus bersaing
dengan industri dan rumah tangga. Hal ini
memunculkan tantangan penggunaan air dalam
bidangpertanian secara efisien dari aspek jumlah dan
waktu pemberian, agar pertanian dapat memenuhi
kebutuhan airnya tanpa harus mengganggu
ketersediaan air untuk sektor yang lain (Terry dan
Steven, 2009).
186 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Pertumbuhan tanaman secara optimal akan
dicapai apabila kebutuhan tanaman akan unsur hara,
udara dan air dapat terpenuhi secara optimal. Unsur
hara yang diberikan melalui proses pemupukan
diberikan berdasarkan hasil analisis kandungan unsur
hara di dalam tanah, sedangkan kebutuhan tanaman
tembakau terhadap air dapat dipenuhi melalui
pemberian air melaui air bawahtanah, sistem irigasi,
dan rekayasa hujan. Meningkatkan kualitas dan
kuantitas tembakau H382, maka diperlukan introduksi
dan inovasi teknologi sistem irigasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman (Julie dan Jahame, 2007).
Salah satu sistem irigasi yang dapat
digunakan yaitu sistem irigasi tetes. Irigasi tetes (drip
irrigation) merupakan salah satu metode pemberian air
ke tanaman langsung menuju zona perakaran melalui
emitter, baik berbentuk tunggal maupun berbentuk
selang berlubang (drip line). Irigasi tanaman tembakau
pada umumnya menggunakan (drip line) dengan jarak
lubang tetes yang sesuai dengan jarak tanam (Allen
and Shui, 1998).
Pemberian air melalui sistem irigasi tetes
dapat meminimalisir kehilangan air karena evaporasi.
Selain itu, laju dan waktu pemberian dapat diatur.
Irigasi tetes merupakan suatu sistem irigasi bertekanan
rendah yang memiliki tingkat penggunaan air sangat
efisien dibandingkan irigasi saluran terbuka atau
gravitasi. Efisiensi penggunaan air dapat diteliti
dengan perangkat lisimeter, terdapat berbagai jenis
lisimeter yang diaplikasikan di lapangan (Harsh and
kleman, 2009). Berdasarkan metode pengukurannya,
terdapat lisimeter gravimetri neraca yang diukur
berdasarkan perubahan berat lisimeter pada timbangan,
dan lisimeter volumetri, neraca air yang diukur
berdasarkan perubahan volumetrik air dalam tanah
(Clough and Mithrope, 1957).
Dengan mempelajari dinamika komponen air
pada sistem irigasi Tembakau H382, dapat diperoleh
rekomendasi mengenai jumlah kebutuhan dan saat
pemberian air kuantitatif yang lebih tepat. Perhitungan
evapotranspirasi referens (ETo) dapat dilakukan
dengan metode panci evaporasi, Lisimeter, ataupun
model numerik Empiris-FAO.Dengan mengetahui
Koefisien Tanaman (Kc) dikombinasikan dengan data
evapotranspirasi (ETo), sehingga dapat ditentukan
besarnya kebutuhan tanaman dalam setiap fase tumbuh
(Usman, 2004).
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat
lonjong (oval) atau bulat bergantung pada varietasnya.
Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya
meruncing, sedangkan yangberbentuk bulat ujungnya
tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip.
Bagian tepi daun agak bergelombang dan licin.
Lapisan atas daun terdiri dari lapisan palisade. Jumlah
daun dalam satu tanaman sekitar (28 – 32) helai.
METODE PENELITIAN
Penelitian non-experimental dilakukan di
lahan Kebun Kertosari PTPN X pada dua lokasi yaitu
Desa Rowo Indah, Kecamatan Ajung, Kabupaten
Jember dimulai pada bulan Juni 2012 hingga bulan
Agustus 2012, sedangkan pada lokasi Kelurahan
Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember
dimulai pada bulan Maret 2013 hingga bulan Juni
2013.
Pengambilan Sampel dan analisis tanah
Tanah yang diambil untuk analisis adalah
tanah dari Desa Rowo Indah, Kecamatan Ajung,
Kabupaten Jember dari lahan Kebun Kertosari PTPN
X. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan
menggunakan bor tanah dan ring sampel sebagai
tempat sampel. Sampel tanah diamati dengan
menggunakan lisimeter, lisimeter tetes, dan perlakuan
lainnya. Sampel tanah dianalisis di laboratorium PTPN
X setiap minggu untuk mengetahui kadar air tanah,
tebal air, dan berat volume tanah (BV).
Piezometer
Piezometer adalah alat untuk mengetahui
aliran dan tingkat kestabilan air di dalam sumur. Hasil
piezometer didapatkan melalui faktor kekeringan dan
kebasahan air di tanah. Perubahan air di dalam tanah
dengan kedalaman 0 m sampai 4 m ditunjukkan pada
Gambar 1.
Piezometer II
Piezometer I
Gambar 1. Piezometer
187
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 187
Pengukuran Kadar Air (KA) dan Berat Volume
(BV) Tanah
Data kadar air lisimeter diamati dari profil
tanah dengan kedalaman (0 – 80) cm. Profil ini dibagi
dalam 8 bagian, masing-masing kedalaman 10 cm.
Untuk mengukur tebal air (water depth) lisimeter
diambil contoh tanah dengan bor batang untuk
pengambilan kadar air. Kadar air tanah ditetapkan
dengan metode oven di laboratorium PTPN X. Kadar
air tanah (KA) diambil dari setiap perlakuan di
lapangan seminggu sekali. Perhitungan dilaksanakan
dengan menggunakan rumus:
KA = Mw/Ms (105oC) ............................... (1)
dengan, KA kadar air, Mw Massa air, dan Ms Massa
tanah kering. Berat volume tanah (BV) dicari
menggunakan metode pendekatan dengan ring sampel
pada sampel terganggu artifisial dalam ring sampel
untuk menentukan % pori total. Perhitungan berat
volume dihintung dengan rumus:
BV= Ms (105oC)/Vsw ....................................(2)
dengan, Ms massa tanah dan Vsw volume tanah dalam
ring.
Evapotranspirasi Referens ( ETo)
Penetapan nilai (ETo) dihitung berdasarkan
volume penambahan air pada panci evaporasi (kelas
Panci A). (ETo) dapat dicari melalui persamaan:
(FAO, 56)
ETo=Kpan x Epan................................................ (3)
dengan Eto evapotranspirasi referens panci (mm/hari),
Kpan koefisien panci, Epan evaporasi panci (mm/hari)
Evapotranspirasi Tanaman ( ETc)
Penetapan (ETc) adalah dihitung dari jumlah
semua air yang tersedia bagi tanaman dan irigadi yang
telah diberikan (Allen et al, 1998).
ETc =Kc x ETo .................................................... (4)
dengan ETc evapotranspirasi tanaman (mm/hari), Kc
koefisien panci dan ETo evaporasi referens panci
(mm/hari)
Koefisien Tanaman (Kc)
Koefisien tanaman diuturkan dari korelasi data
evapotranspirasi referens dengan ETc, Kc dihitung
berdasarkan persaman (Allen et al, 1998).
Kc = ETc/(ETo ............................................. (5)
dengan, Kc koefisien panci, Etc evapotranspirasi
tanaman (mm/hari) dan ETo evaporasi referens panci
(mm/hari)
Temperatur dan Kelembaban
Temperatur (T) dan kelembaban udara (RH)
diukur setiap hari dari stasiun iklim.
Tmean = (Tmax –Tmin)/2...................................... (6)
dengan, Tmean temperatur rata-rata, Tmax temperatur
maximal dan Tmin temperatur minimum. Kelembaban
dihitung dengan tabel kelembaban thermometer basah-
kering.
RHmean = (RHb –RHk)/ 2
............................................. (7)
dengan, Rhmean kelembaban re-rata , RHb kelembaban
basah dan RHk kelembaban kering.
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman diukur berdasarkan umur
tanaman dimulai pada umur 15 sampai 65 hari (HST)
yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas
permukaan daun. Tinggi tanaman seperti yang Gambar
2.
Gambar 2. Tinggi tanaman di dalam net
Distribusi Akar Tanaman
Distribusi akar ditetapkan dengan teknik
pembuatan profil tanah di wilayah perakaran.Dengan
bantuan plastik bergaris, distribusi akar dapat dihitung
berdasarkan jumlah akar yang menempel pada plastik.
Distribusi akar dihitung untuk setiap lapisan
kedalaman 10 cm hingga batas akhir perakaran
tanaman.
Pengumpulan dan analisis data.
Semua data dianalisis di laboratorium PTPN
X untuk kadar air tanah dan berat volume tanah.
Pengambilan data evaporasi, temperatur, dan
kelembaban di lapangan dilakukan setiap hari tahun
2012 dimulai tanggal 01 Juni sampai tanggal 12
Agustus, kemudian tahun 2013 dimulai tanggal 15
Maret sampai tanggal 14 Juni. Pertumbuhan tanaman
dan kadar air tanah dilakukan pengukuran setiap
minggu. Pengukuran akar tanaman dilakukan pada
umur 42 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Lisimeter
Penelitian tahun 2012 dilakukan dengan
lisimeter berukuran 1m3dengankedalaman 100cm dan
jarak tanaman tembakau 40cm. Lisimeter dibuat dari
monolith tanah yang ditutup sekelignya dengan palstik
terpal. Air hujan atau siram hanya dapat masuk secar
vertikal dari bagian atas tanaman tetapi penelitian
tahun 2013 tidak menggunakan lisimeter.
188 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Gambar 3. Pembuatan lisimeter
Iklim
Data temperatur dan kelembaban didapatkan
di Desa Rowo Indah, Kecamatan Ajung,Kabupaten
Jember pada tahun 2012, kemudian di Kelurahan
Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember
pada tahun 2013. Hasil perhitungan tahun 2012 di
mulai bulan Juni sampai Agustsus dan hasil
perhitungan tahun 2013 di mulai bulan Maret sampai
Juni. Data temperatur dan kelembaban tahun
2012/2013 disajikan pada Gambar 3.
Gambar 4. Temperatur dan Kelembaban
Pengukuran temperatur dan kelembaban
dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan pada
waktu awal bulan Juni sampai bulan Agustus 2012.
Temperatur diambil di sekitar lahan penelitian dengan
nilai terendah 23,8˚C hingga 43,9˚C. Pengamatan
kelembaban tanah diambil dari luar tembakau bawah
naungan diukur secara volumetris. Nilai kelembaban
volumetris terendah 50,9% dan tertinggi 97,5%.
Temperatur dan kelembaban tahun 2013
dilakukan setiap hari pada awal bulan Maret sampai
bulan Juni 2013 di Desa Wirolegi. Temperatur diambil
di sekitar lahan penelitian dengan nilai 25˚C sampai
30˚C. Tembakau H382 tumbuh dengan temperatur
40˚C di bawah naungan.Kelembaban udarayang
didapat disekitar tanaman yaitu 60% pada kelembaban
terendah dan kelembaban tertinggi adalah 98%.
0
20
40
60
80
100
0
10
20
30
40
50
12/06 19/06 26/06 03/07 10/07 17/07 24/07 31/07 07/08
Kel
emb
ab
an
(%
)
Tem
per
atu
r (*
C)
2012
Temperatur Kelembaban
0
20
40
60
80
100
0
10
20
30
40
50
15/03 29/03 12/04 26/04 10/05 24/05 07/06
Kel
emb
ab
an
(%
)
Tem
per
atu
r (*
C)
2013
Temperatur Kelembaban
189
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 189
Temperatur minimal yang didapatkan pada tahun
2012 lebih rendah dari dibanding tahun 2013 tetapi
temperatur maksimal 2012 lebih tinggi dari tahun
2013.
Kelembaban 2012 dan 2013 diperoleh nilai
yang sama yaitu dimulai nilai 60% sampai
98%.Gambar 2 menunjukkan hubungan antara suhu
dan kelembaban..Pada musin 2012 curah hujan
sebanyak 60 mm, kemudian temperatur bersekitar
32oC dan kelembaban adalah 72%. Sedangkan tahun
2013 curah hujan sejumlah 487,6 mm, temperatur
28oC dan kelembaban 78%. Semakin tinggi suhu di
lahan, maka kelembaban di lahan semakin berkurang.
Pada curah hujan tinggi (2 – 4) hari akan
menyebabkan kelembaban udara tinggi sehingga
tanaman mudah terserang penyakit (Shine dan
Pramudia, 2011).
190 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Piezometer
Hasil piezometer menunjukkan sebagaiaman terdapat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kedalaman Sumur.
Gambar 5 menunjukkan sumur 1 mengalami
perubahan air di dalam tanah dengan nilai terendah
2,2m dari permukan tanah hingga 2,7m dari
permukaan tanah.Sumur 2 menunjukkan nilai terendah
yaitu dari 2,5m permukaan tanah hingga 3,4m dari
permukaan tanah. Hasil kedalaman piezometer
menunjukkan sumur 2 memiliki kapasitas air yang
lebih dibandingkan dengan sumur 1 dari permukaan
tanah. Perbedaan permukaan sumur 1 dan sumur 2
menghasilkan gradian hidrolik. Gradian menunjukkan
keragaman air dari sumur 1 ke sumur 2 permukaan ke
gambar 1 dan kemungkingan dari sungai ke sumur 1.
Pada 13 juli gradian 0 hal ini tinggi curah hujan 42mm
yang menyababkan tanah jenuh.
Evapotranspirasi (ETo) dan (ETc) FAO
Evapotranspirasi yang diamati adalah
evapotranspirasi potensial panci (ETo) dan
evapotranspirasi potensial (ETo)-FAO. Besarnya
(ETo) pan dipengaruhi oleh besarnya evaporasi panci
yang terjadi akibat radiasi matahari dan kecepatan
angin. Evapotranspirasi (ETo-FAO P-M) dipengaruhi
oleh temperatur, kelembaban,dan kecepatan angin
yang dihitung dengan ET (Calculator).
1
2
3
4
06/01 06/15 06/29 07/13 07/27 08/10
Ked
ala
man
Pie
zom
etri
(m
)
Sumur 1 Sumur 2
191
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 191
Gambar 6. Evapotranspirasi (ETo) dan (ETc) FAO
Gambar 6 menunjukkan hasil
evapotranspirasi panci (ETo) pada tahun 2012 dengan
nilai terendah 10,8mm/minggu dan tertinggi
15,2mm/minggu, kemudian evapotranspirasi FAO
(ETo) pada tahun 2012 adalah terendah 11,1
mm/minggu dan yang tertinggi 17,5mm/minggu. Pada
tahun 2013 menunjukkan data mingguan
evapotranspirasi (ETc) panci dengan nilai terendah
14,2 mm/minggu dan tertinggi 29,9 mm/minggu
kemudian evaporatranspirasi (ETc) FAO tahun 2013
menunjukkan berkisar antara 7,1 mm/minggu hingga
24,9 mm/minggu. Hasil penelitian merupakan antara
dua tahun sehingga (ETc) 2012 lebih kecil dengan
nilai 15 mm/minggu dari (ETc) 2013 dengan nilai 22
mm/minggu, kemudian evapotranspirasi tanaman 2012
lebih kecil yaitu 9,2 mm/minggu dibandingkan dengan
evapotranspirasi tanamam 2013 dengan nilai 15,1
mm/minggu.
Evapotranspirasi tanaman (ETc) Panci dan (ETc)
FAO
Penetapan nilai (ETc) dihitung berdasarkan
volume penambahan air pada panci evaporasi tetapi
perhitunagan (ETc) FAO P-M dari teori Penm
Menteith dapat dilakukan dari variabel temperatur,
kelembaban, angin, altitud dan latitud di lahan, pressur
wind.
0
10
20
30
40
50
30/06 07/07 14/07 21/07 28/07 04/08 11/08
ET
o F
AO
(m
m/m
ing
gu
) 2012
ETo FAO ETc FAO
0
10
20
30
40
50
19/03 02/04 16/04 30/04 14/05 28/05 11/06
ET
o F
AO
(m
m/m
ing
gu
)
2013
ETo FAO ETc FAO
192 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Gambar 7. (ETc) panci , (ETc) FAO dan (ETc) soil.
Pada tahun 2012 dan 2013 menunjukkan
berbeda (ETc) panci dan (ETc) FAO Penman-Moteith
sehingga y = 0,764x - 4,780 dengan koefisien regresi r
= 0,874. ETc Hasil penelitian menunjukkan kesalahan
(ETc) pan 13,1% dengan standar deviasi sd = 13,2
dengan simpangan rata-rata (ETc) pan 19,2
mm/minggu dan (ETc) FAO 31,4 mm/minggu. Tahun
2012 dan 2013 menunjukkan berbeda (ETc) FAO dan
(ETc) soil sehingga y = 0,606x + 19,972 dengan
koefisien regresi r =0,869. Sedangkan berbedaan
(ETc) soil 14% dengan (ETc) FAO dengan standar
deviasi sd = 6,633 dengan simpangan rata-rata (ETc)
soil 31,7 mm/minggu dan (ETc) FAO 31,4
mm/minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan (ETc)
soil lebih mirip dengan (ETc) FAO dibandingkan
dengan evapotranspirasi panci.
Evapotranspirasi (ETc) FAO dengan Curah hujan
Evapotranspirasi tanaman FAO (ETc) FAO
P-M penting dibandingan dengan curah hujan,
evapotranspirasi tanaman pan ( ETc). Gambar yang
berikut adalah menunjukkan perhitungan antara 3
perlakuan.
y = 0,764x - 4,780
r = 0,849
0
10
20
30
40
20 30 40
(ET
c) C
las
A p
an
(ETc) FAO P-M
2012-2013
y = 0,790x + 6,805
r = 0,869
0
10
20
30
40
50
20 30 40
ET
c S
oil
ETc FAO P-M
2012-2013
193
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 193
Gambar 8. Evapotranspirasi (ETc) FAO dan Curah hujan
Gambar 8 tahun 2012 menunjukkan curah
hujan antara 8-42 mm/minggu dan (ETc) pan antara
11,1 mm/minggu sampai 17,5 mm/minggu, kemudian
(ETc) FAO 20,2 mm/minggu sampai 32,3 mm/minggu
dan ETc soil adalah 17,8 mm/minggu sampai 21,8
mm/minggu. Tahun 2012 menunjukkan curah hujan
antara 25-75 mm/minggu dan (ETc) pan antara 17,7
mm/minggu sampai 29,9 mm/minggu, kemudian
(ETc) FAO 29,6 mm/minggu sampai 39 mm/minggu
dan ETc soil adalah 39,9 mm/minggu sampai 72,5
mm/minggu. Hasil penelitian dalam 2 tahun
menunjukkan (ETc) panci kecil dari (ETc) FAO.
Evapotranspirasi (ETc) Tanah Lisimeter dan
Lisimeter Tetes.
Evapotranspirasi Tanaman di dalam lisimeter
bisa dihitung dari kadari air. Gambar berikut adalah
membedakan Evapotranspirasi tanaman lisimeter
konvesional dan lisimeter tetes.
0
100
200
300
4000
20
40
60
80
100
120
30/06 07/07 14/07 21/07 28/07 04/08 11/08
Cu
rah
hu
jan
+ i
rrig
asi
(mm
/min
gg
u)
Ev
ap
otr
an
spir
asi
ta
na
ma
n
(mm
/min
gg
u)
2012
CH mm/week ETc pan
ETc FAO ETc soil
0
100
200
300
4000
20
40
60
80
100
120
07/05 14/05 21/05 28/05 04/06 11/06C
ura
hu
jan
+ I
rig
asi
(mm
/min
gg
u)
Ev
ap
otr
an
spir
asi
E
Tc
(mm
/min
gg
u)
2013
CH mm/week ETc pan
ETc FAO ETc-soil
194 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Gambar 9. Evapotranspirasi tanaman lisimeter dan lisimeter kovensional.
Gambar 9 menunjukkan evapotranspirasi
tanaman lisimeter (ETc) L dengan nilai terendah 17,2
mm/minggu dan tertinggi 21,8 mm/mimggu.
Evapotranspirasi tanaman lisimeter tetes (ETc) LT
dengan nilai terendah 13,8 mm/minggu dan tertinggi
19,1 mm/minggu dari curah hujan dan irigasi.
Kandungan air dalam tanah pada kondisi tersedia bagi
tanaman dapat pegaruhi pertumbuhan. Pengaruh curah
hujan untuk pertumbuhan tanaman tembakau dengan
intensitas yang semakin rendah mengakibatkan
pertumbuhan tanaman stabil. Perubahan kebutuhan air
berlangsung dalam jaringan tanaman yang mencirikan
suatu tahap perkembangan tertentu.
Kadar Air
Kadar air diukursetiap minggu dan lakukan
setiap perlakuan. Sampel tanah diambil dengan
bordisekitar tanaman pada kedalaman (0 – 80) cm ke
bawah.
0
20
40
60
80
1000
10
20
30
40
50
30/06 07/07 14/07 21/07 28/07 04/08 11/08
Cu
rah
Hu
jan
+ i
rig
asi
(mm
/min
gg
u)
Ev
ap
otr
an
spia
rsi
ET
c sw
(mm
/min
gg
u)
2012
CH+Irrigasi ETc soil L ETc soil LT
-80
-60
-40
-20
0
0 0.2 0.4 0.6
Ked
ala
ma
n(c
m)
14.07
21.07
28.07
-80
-60
-40
-20
0
0 0.2 0.4 0.6
04.08
13.08
18.08
195
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 195
Gambar 10. Kadar air 2012-2013
Gambar 10 menunjukan perubahan kadar air
padabulan Juli dan Agustus dengankedalaman (0 – 80)
cm. Kadar air terkecil adalah 0,1 cm3/cm
3 dan tertinggi
adalah 0,54 cm3/cm
3 untuk bulan agustus 2012. Tahun
2013 menunjukan perubahan kadar air bulan Maret
dan Juni dengan kedalaman (0 – 80) cm. Kadar air
terkecil adalah 0,15 cm3/cm
3 dan tertinggi adalah 0,45
cm3/cm
3 yang terjadi pada tanggal 7 Mai 2013. Hasil
penelitian kadar air dalam dua tahun menunjukkan luar
pengaruh (ETc) dangan lisimeter lebih stabil
dibandingkan tanpa lisimeter.
Tinggi tanaman.
Tinggi tanaman pada setiap 4 perlakuan di
ukur dari permukaan tanah hingga bagian tanaman
teratas. Pertumbuhan tanaman H382 mempunyai tinggi
2,82 m (PTPN X, 2010).
Gambar 12.Tinggi tanaman setiap perlakuan
-80
-60
-40
-20
0
0 0.2 0.4 0.6
Ked
ala
man
(c
m)
30/04/2013
07/05/2013
14/05/2013
-80
-60
-40
-20
0
0 0.2 0.4 0.6
21/05/2013
28/05/2013
14/06/2013
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Mulsa 10.9 14.9 16.5 44.5 75 116 170. 224 243 249 249
Drip 8 13 14.4 80.3 89.3 134. 185 237 273. 286 286
Drip+Mulsa 8.9 14.5 16.1 52.5 83.7 134. 182. 204 215 250 250
Kontrol 5.9 10.7 12 48.4 87.8 138 185 222 245. 263 263
0
100
200
300
Tin
ggi
tan
am
an
(cm
)
196 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Pengamatan tinggi tanaman tembakau H382
dimulai umur 10 sampai 60. Pada awal pengamatan
diperoleh data tertinggi dari setiapperlakuan irigasi
drip hingga 286 cm. Hasil penelitian menunjukkan
perlakuan irigasi tetesmerupakan nilai tertinggi 2,86cm
selama pengukuran tinggi tanaman tembakau H382,
Mulsa dan Mulsa+Drip mempunya ketinggian di
bawah 2,65cm. Perlakuan irigasi tetes bisa
mencapaikan tinggi karena air langsung ke akar
tanaman oleh karena itu evapotranspirasi tanaman bisa
kecil dari perlakuan lain.
Luas daun (LD)
Perhitungan leaf area indeks dengan
perlakuan mulsadengan drip irigasi yaitu ditunjukkan
pada Gambar 13.
.
Gambar 13: Leaf area Indeks
Gambar 13 menunjukkan hasil pengamantan
LAI di mulai daun ke 10 sampai ke 20, sehinngga
muka daun ke 15 yang terluas dengan nilai tertinggi
38130 cm2 pada umur tanaman 50 hari setelah tanam
(HST). Sehinga hasil penelitian leaf area indeksbisa
yang luas umur 50 hari daun ke 15.
Daun Produksi
Gambar 14 berikut menunjukkan hasil
jumlah daun produksi antara 4 perlakuan dengan umur
tanaman.
Gambar 14: Jumlah daun
0
10000
20000
30000
40000
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
LA
I (c
m2)
Umur tanaman (hari)
Muka daun ke 10
Muka daun ke 15
Muka daun ke 20
0
10
20
30
40
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Ju
mla
h d
au
n
Umur tanaman
MulsaDripDrip+Mulsa
197
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 197
Pada parameter jumlah daun untuk 4
perlakuan, mulsa ditunjukkan pada gambar 14. Jumlah
daun tanaman tembakau H382 meningkat sebanyak
32 dimulai dari fase inisial setelah tanam hingga
panen, sedangkan jumlah daun tanaman H382
memiliki pertumbuhan tanaman yang maksimum.
Tanaman harus memiliki cukup banyak daun untuk
mendapat dan menyerap sebagian besar
evapotranspirai (sinar matahari) dengan hasil untuk
perkembangan luas daun. Pertambahan jumlah daun
merupakan salah satu indikator petumbuhan vegetatif
pada tanaman apabila pertambahan jumlah daun selalu
diikuti dengan pertambahan tinggi tanaman dan jumah
daun. Semakin banyak jumlah daun dan semakin
panjang daun akan mengakibatkan semakin
bertambahan jumlah daun per batang (Nuryani dan
Sutituro, 1994).
Analisa Petik
Analisa petik adalah pengukuran kualitas
tembakau setelah dipanen.Gambar berikut
menunjukkan perbedaan analisa petik antara
kematangan daun tembakau MT: Menjelang Tua , T:
Tua dan TT: Terlalu Tua.
Gambar 16: Analisa petik
Gambar 16 menunjukkan perbedaan kualitas di dalam
analisa petik. Perlakuan drip adala nilai terendah untuk
menjelang tua (MT) dan Drip+Mulsa yang tertinggi,
kemudian untuk daun Tua (T) adalah nilai yang sama
dengan nilai 62,74% sampai 66,36%. Parameter
Terlalu Tua (TT) adalah nilai tertinggi 37,26% untuk
perlakuan Drip dan terendah dengan nilai 32,73%
untuk perlakuan kontrol,sehingga untuk tanaman
tembakau ini adalah perlakuan kontrol yang bagus
karena untuk varietas dengan kualitas memiliki nilai
tertinggi 66,36%.
Analisa Kegunaan
Analisa Kegunaan adalah sistem untuk
kualitas untuk daun. Tabel 16 merupakan penentuan
macam macam kualitas daun tembakau adalah, D/O:
Dekblad /Omblad, Fill : Filler, Fill Glsy : Filler glassy,
Trip : Hama, PD : Ukur Pendek.
0
20
40
60
80
Kontrol Drip Drip + Mulsa Mulsa
An
ali
sa P
eti
k
MT T TT
198 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Gambar 17. Aanalisa kegunaan
Gambar 17 menunjukkan perbedaan
kualitas setiap perlakuan memiliki hasil yang berbeda
untuk D/O adalah perlakuan Drip nilai tertinggi
70,95%dan Kontrol yang terendah 64,70%. Filler
menentuan drip+mulsa dengan nilai 10,59 yang tinggi
dan mulsa yang nilai rendah 7,27% dari 4 perlakuan.
Filler glassy menunjukkan hasil kualitas antara 4
perlakuan drip yang punya nilai 10,62% yang
tertinggi dan kontrol yang terendah 15,06%.
Hasil Trip adalah nilai tertinggi 3,73%
dengan perlakuan mulsa dan yang terendah 1,59%
perlakuan drip, kemudian untuk PD adalah perlakuan
kontrol yang dapat nilai terendah 6,85% dan perlakuan
drip+ mulsa yang dapat tertinggi 11,93%. Dari 4
kriteria di gambar di atas menunjukkan kualitas daun
tembakau, sehingga perlakuan Drip dan drip+musla
bisa memproduksi dengan kualitas oleh karena itu,
sistem drip irigasi airnya bisa berhitung dan langsung
masuk ke akar tanaman. Perlakuan kontrol dan mulsa
bisa produksi dengan kuantitas. Hasil data ini
memahami kualitas perlakuan terbaik diperoleh dari
perlakuan irigasi tetes dan mulsa tanpa irigasi tetes.
KESIMPULAN
Terbatas pada percobaan ini maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu:
Metode irigasi tetes menghasilkan tinggi tanaman yang
optimal diantara perlakuan lain,dengan tinggi tanaman
2,86 m. Jumlah lembar daun produksi terbanyak
diperoleh dari perlakuan standar (konvensional) yang
menghasilkan 32 lembar daun per tanaman, sedangkan
perlakuan lain rata-rata hanya 28 lembar daun per
tanaman. Luas area (LA) daun terbesar 3883 cm2 pada
umur 50 hari.
Metode FAO dan metode perubahan kadar air
tanah dapat dipergunakan untuk menentukan
kebutuhan air tanaman tembakau bawah naungan.
Metode perhitungan kebutuhan air tanaman secara
empiris dengan model FAO memperoleh nilai yang
mendekati pengukuran lapangan dengan menggunakan
lymeter ataupun tanpa lysimeter. Perhitungan dengan
FAO memperoleh rata-rata (ETc) sebesar 454,2
mm/minggu, sedang dengan perubahan kadar air tanah
diperoleh ETc 449,7 mm/minggu. Simpangan (SD)
yang diperoleh adalah 6,6 mm/minggu.
Metode empiris FAO menghasilkan
kebutuhan air tanaman 365,6 mm sampai tembakau
berumur 72 hari, sedang dengan menghitung
perubahan kadar air tanah diperoleh kebutuhan air 387
mm
Kualitas tanaman terbaik diperoleh dengan
sistem irigasi tetes. Sistem ini menghasilkan glassy
dan serangan penyakit trip paling rendah (10,6%)
dibandingkan perlakuan lain dengan nilai 15,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A ,2002.Hidrologi dan Pengeloaan daerah
Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.
Allen , H and Shui L, 1998. Modelling Evaporation
and Evapotranspiration under Temperature
Change in Malaysia. © Universiti Putra
Malaysia Press . ISSN: 0128-7680.
0
20
40
60
80
D/O FILL FILLGlsy TRIP PD
Analisa Kegunaan
Nil
ai (%
)Kontrol Drip
Drip + Mulsa Mulsa
199
Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 199
Clough, J. and L, Mithrope. 1957. Estimating
Reference Evapotranspiration with the FAO
Penman-Monteith Equation Using Daily
Weather Forecast Messages. Agricultural and
Forest Meteorology. Vol 145:22-35.
Craberg , L and Y, Chen. 2006. Sensitivity of The
Penman-Monteith Reference
Evapotranspiration to Key Climatic
Variables In the Changjiang Basin. Journal of
Hydrology. Vol 329 : 620-629.
Julie, M and L, Jahame. 2007. Nutrien Leaching Below
The Rooting Zone Is Reduced By Biochar The
Hydrology of a Colombian Sawanna Oxisol Is
Unaffected. Departement of Crop and Soil
Science, Cornelly Univesity, Ithacan YN
14853. Hartana, I. 1978. Budidaya Tembakau
Cerutu I. Masa Pra Panen. Sub Balai
Penelitian Budidaya Jember. Vol 107: 14-17.
Allen and G Hard, S Pereira , K Raes. 1998. Crop
evapotranspiration FAO irrigation and
drainage paper M -56 ISBN 92-5-104219-5.
Harsh,N and O, Kleman. 2009. Large Scale lisimeter
Site Arnold Germany Analyisi of 40 Years of
Precipitation Leachate and
Evapotranspiration, Hydrology and Earth
System Science
Nuryani dan Sutituro. 1994. Pengaruh Dosis Pupuk N
Dan P Terhadap Produksi Dan Mutu
Tembakau Madura Pada Tanah Aluvial.
Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat.
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pertanian. Balai Penelitian Tembakau Dan
Tanaman Serat Malang Vol 2: 41-62.
Shine,B and Pramudia. 2011. Evaporation from High
Residue No Till Versus Tilled Rallow in a Dry
Summer Climate Soil Science Society of
America.
Summer,D and M. Jacobs. 2005. Utility of Penman-
Moteith, Priestley- Taylor, Reference
Evapotranspiration, and Pan Evaporation
Methods to Estimate Evapotranspiration.
Journal of Hydrology Vol.308: 81-104.
Terry and Steven. 2009. Pengaruh Suhu Udara
Pengering Terhadap Kualitas Tembakau
Rajangan Temanggung. Seminar Penelitian
Pasca Panen.IPB vol 1-2.
Usman, 2004. Analisis Kepekaan Beberpa Metode
Pendugaan Evapotranspirasi Acuan
Terhadap Perubahan Iklim. Universitas
Riau.