kajian kebutuhan air pada tanaman tembakau...

15
185 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 185 KAJIAN KEBUTUHAN AIR PADA TANAMAN TEMBAKAU BAWAH NAUNGAN, PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KUALITAS [STUDY ON WATER REQUIREMENT OF SHADE GROWN TOBACCO, ITS EFFECT ON GROWTH, PRODUCTION AND QUALITY] Handry Ramoizana *) , Cahyoadi Bowo **) , dan Tri Handoyo **) *) Jurusan Magister Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember **) Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Pengetahuan tentang besarnya kebutuhan air tanaman diperlukan untuk meningkatkan efisiensi air dan penyerapan nutrisi. Studi ini dilakukan pada tahun 2012 dengan lysimeter dan pada tahun 2013 tanpa lysimeter. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari dinamika evapotranspirasi tanaman (Etc) dalam model volumetrik lysimeter, dan pan evapotranspirasi (ETC pan), evapotranspirasi tanah (ETC tanah), dan FAO tanaman evapotranspirasi, dalam Naungan Grown Tobacco dengan berbagai H382. Lysimeter dengan ukuran 1 m 3 was dibuat di lapangan dengan luas 0,5 ha. Pada tahun 2012 lysimeter berisi 2 tanaman tembakau dengan jarak tanam 40 cm, sedangkan pada tahun 2013 tanpa lysimeter dan dengan jarak tanam yang sama. Hasil penelitian pada tahun 2012 menunjukkan bahwa evapotranspirasi tanaman dengan ETC pan adalah 101,54 mm/minggu , ETC FAO adalah 174,7 mm/minggu, dan tanah ETC adalah 183,44 mm/minggu. Hasil penelitian pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ETC pan adalah 283,2 mm / minggu, ETC FAO adalah 454,28 mm/minggu, dan tanah ETC adalah 449,72 mm/week. The produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan irigasi tetes dengan 2,86 m yang menghasilkan 32 jumlah daun per tanaman. Metode FAO dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air naungan tumbuh tembakau. Dengan metode empiris FAO kebutuhan air tembakau hingga 72 hari setelah tanam adalah 365,6 mm, sedangkan dengan menghitung perubahan air tanah kebutuhan air adalah 387 mm. Kualitas terbaik dari tembakau diperoleh oleh sistem irigasi tetes. Persentase tembakau kaca dan infeksi Thrips adalah terendah . Kata kunci : Evapotranspirasi , kadar air tanah, lisimeter, Tembakau Bawah Naungan. ABSTRACT Knowledge on magnitude of crop water requirement is needed to increase efficiency of water and nutrient absorption. Study was conducted in 2012 with lysimeter and in 2013 without lysimeter. The objective of experiment was to study the dinamics of crop evapotranspiration (Etc) in volumetric model of lysimeter, and pan evapotranspiration (ETC pan), soil evapotranspiration (ETC soil), and FAO crop evapotranspiration, in Shade Grown Tobacco with the variety of H 382. Lysimeter with the size of 1 m 3 was made in the field with an area of 0.5 ha. In 2012 lysimeter contained 2 tobacco plants with spacing of 40 cm, whereas in 2013 without lysimeter and with the same plant spacing. Results of experiment in 2012 showed that crop evapotranspiration with ETC pan was 101.54 mm/week, ETC FAO was 174.7 mm/week, and ETC soil was 183.44 mm/week. Results of experiment in 2013 showed that ETC pan was 283.2 mm/week, ETC FAO was 454.28 mm/week, and ETC soil was 449.72 mm/week.The highest production was obtained in treatment with drip irrigation with 2.86 m which produced 32 number of leaves per plant. FAO method could be used to determine water requirement of shade grown tobacco. By empirical FAO method the water requirement of tobacco up to 72 days after transplanting was 365.6 mm, while by calculating soil water change the water requirement was 387 mm. The best quality of tobacco was obtained by drip irrigation system. The percentage of glassy tobacco and infection of Thrips was lowest. Key words : Evapotranspiration, soil moisture content, lysimeter, Shade Grown Tobacco. PENDAHULUAN Perubahan iklim global membawa konsekuensi besar terhadap ketersediaan air dalam bidang pertanian.Sebagai sumber pangan dan energi, ketersediaan air di bidang pertanian harus bersaing dengan industri dan rumah tangga. Hal ini memunculkan tantangan penggunaan air dalam bidangpertanian secara efisien dari aspek jumlah dan waktu pemberian, agar pertanian dapat memenuhi kebutuhan airnya tanpa harus mengganggu ketersediaan air untuk sektor yang lain (Terry dan Steven, 2009).

Upload: dolien

Post on 30-Jan-2018

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

185

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 185

KAJIAN KEBUTUHAN AIR PADA TANAMAN TEMBAKAU BAWAH

NAUNGAN, PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN,

PRODUKSI, DAN KUALITAS

[STUDY ON WATER REQUIREMENT OF SHADE GROWN TOBACCO,

ITS EFFECT ON GROWTH, PRODUCTION AND QUALITY]

Handry Ramoizana

*), Cahyoadi Bowo

**), dan Tri Handoyo

**)

*) Jurusan Magister Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

**) Fakultas Pertanian Universitas Jember

ABSTRAK

Pengetahuan tentang besarnya kebutuhan air tanaman diperlukan untuk meningkatkan efisiensi air dan

penyerapan nutrisi. Studi ini dilakukan pada tahun 2012 dengan lysimeter dan pada tahun 2013 tanpa lysimeter.

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari dinamika evapotranspirasi tanaman (Etc) dalam model volumetrik

lysimeter, dan pan evapotranspirasi (ETC pan), evapotranspirasi tanah (ETC tanah), dan FAO tanaman

evapotranspirasi, dalam Naungan Grown Tobacco dengan berbagai H382. Lysimeter dengan ukuran 1 m3 was

dibuat di lapangan dengan luas 0,5 ha. Pada tahun 2012 lysimeter berisi 2 tanaman tembakau dengan jarak tanam

40 cm, sedangkan pada tahun 2013 tanpa lysimeter dan dengan jarak tanam yang sama. Hasil penelitian pada tahun

2012 menunjukkan bahwa evapotranspirasi tanaman dengan ETC pan adalah 101,54 mm/minggu , ETC FAO

adalah 174,7 mm/minggu, dan tanah ETC adalah 183,44 mm/minggu. Hasil penelitian pada tahun 2013

menunjukkan bahwa ETC pan adalah 283,2 mm / minggu, ETC FAO adalah 454,28 mm/minggu, dan tanah ETC

adalah 449,72 mm/week. The produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan irigasi tetes dengan 2,86 m yang

menghasilkan 32 jumlah daun per tanaman. Metode FAO dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air

naungan tumbuh tembakau. Dengan metode empiris FAO kebutuhan air tembakau hingga 72 hari setelah tanam

adalah 365,6 mm, sedangkan dengan menghitung perubahan air tanah kebutuhan air adalah 387 mm. Kualitas

terbaik dari tembakau diperoleh oleh sistem irigasi tetes. Persentase tembakau kaca dan infeksi Thrips adalah

terendah .

Kata kunci : Evapotranspirasi , kadar air tanah, lisimeter, Tembakau Bawah Naungan.

ABSTRACT

Knowledge on magnitude of crop water requirement is needed to increase efficiency of water and nutrient

absorption. Study was conducted in 2012 with lysimeter and in 2013 without lysimeter. The objective of

experiment was to study the dinamics of crop evapotranspiration (Etc) in volumetric model of lysimeter, and pan

evapotranspiration (ETC pan), soil evapotranspiration (ETC soil), and FAO crop evapotranspiration, in Shade

Grown Tobacco with the variety of H 382. Lysimeter with the size of 1 m3was made in the field with an area of 0.5

ha. In 2012 lysimeter contained 2 tobacco plants with spacing of 40 cm, whereas in 2013 without lysimeter and

with the same plant spacing. Results of experiment in 2012 showed that crop evapotranspiration with ETC pan was

101.54 mm/week, ETC FAO was 174.7 mm/week, and ETC soil was 183.44 mm/week. Results of experiment in

2013 showed that ETC pan was 283.2 mm/week, ETC FAO was 454.28 mm/week, and ETC soil was 449.72

mm/week.The highest production was obtained in treatment with drip irrigation with 2.86 m which produced 32

number of leaves per plant. FAO method could be used to determine water requirement of shade grown tobacco. By

empirical FAO method the water requirement of tobacco up to 72 days after transplanting was 365.6 mm, while by

calculating soil water change the water requirement was 387 mm. The best quality of tobacco was obtained by drip

irrigation system. The percentage of glassy tobacco and infection of Thrips was lowest.

Key words : Evapotranspiration, soil moisture content, lysimeter, Shade Grown Tobacco.

PENDAHULUAN

Perubahan iklim global membawa

konsekuensi besar terhadap ketersediaan air dalam

bidang pertanian.Sebagai sumber pangan dan energi,

ketersediaan air di bidang pertanian harus bersaing

dengan industri dan rumah tangga. Hal ini

memunculkan tantangan penggunaan air dalam

bidangpertanian secara efisien dari aspek jumlah dan

waktu pemberian, agar pertanian dapat memenuhi

kebutuhan airnya tanpa harus mengganggu

ketersediaan air untuk sektor yang lain (Terry dan

Steven, 2009).

186 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Pertumbuhan tanaman secara optimal akan

dicapai apabila kebutuhan tanaman akan unsur hara,

udara dan air dapat terpenuhi secara optimal. Unsur

hara yang diberikan melalui proses pemupukan

diberikan berdasarkan hasil analisis kandungan unsur

hara di dalam tanah, sedangkan kebutuhan tanaman

tembakau terhadap air dapat dipenuhi melalui

pemberian air melaui air bawahtanah, sistem irigasi,

dan rekayasa hujan. Meningkatkan kualitas dan

kuantitas tembakau H382, maka diperlukan introduksi

dan inovasi teknologi sistem irigasi yang disesuaikan

dengan kebutuhan tanaman (Julie dan Jahame, 2007).

Salah satu sistem irigasi yang dapat

digunakan yaitu sistem irigasi tetes. Irigasi tetes (drip

irrigation) merupakan salah satu metode pemberian air

ke tanaman langsung menuju zona perakaran melalui

emitter, baik berbentuk tunggal maupun berbentuk

selang berlubang (drip line). Irigasi tanaman tembakau

pada umumnya menggunakan (drip line) dengan jarak

lubang tetes yang sesuai dengan jarak tanam (Allen

and Shui, 1998).

Pemberian air melalui sistem irigasi tetes

dapat meminimalisir kehilangan air karena evaporasi.

Selain itu, laju dan waktu pemberian dapat diatur.

Irigasi tetes merupakan suatu sistem irigasi bertekanan

rendah yang memiliki tingkat penggunaan air sangat

efisien dibandingkan irigasi saluran terbuka atau

gravitasi. Efisiensi penggunaan air dapat diteliti

dengan perangkat lisimeter, terdapat berbagai jenis

lisimeter yang diaplikasikan di lapangan (Harsh and

kleman, 2009). Berdasarkan metode pengukurannya,

terdapat lisimeter gravimetri neraca yang diukur

berdasarkan perubahan berat lisimeter pada timbangan,

dan lisimeter volumetri, neraca air yang diukur

berdasarkan perubahan volumetrik air dalam tanah

(Clough and Mithrope, 1957).

Dengan mempelajari dinamika komponen air

pada sistem irigasi Tembakau H382, dapat diperoleh

rekomendasi mengenai jumlah kebutuhan dan saat

pemberian air kuantitatif yang lebih tepat. Perhitungan

evapotranspirasi referens (ETo) dapat dilakukan

dengan metode panci evaporasi, Lisimeter, ataupun

model numerik Empiris-FAO.Dengan mengetahui

Koefisien Tanaman (Kc) dikombinasikan dengan data

evapotranspirasi (ETo), sehingga dapat ditentukan

besarnya kebutuhan tanaman dalam setiap fase tumbuh

(Usman, 2004).

Daun tanaman tembakau berbentuk bulat

lonjong (oval) atau bulat bergantung pada varietasnya.

Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya

meruncing, sedangkan yangberbentuk bulat ujungnya

tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip.

Bagian tepi daun agak bergelombang dan licin.

Lapisan atas daun terdiri dari lapisan palisade. Jumlah

daun dalam satu tanaman sekitar (28 – 32) helai.

METODE PENELITIAN

Penelitian non-experimental dilakukan di

lahan Kebun Kertosari PTPN X pada dua lokasi yaitu

Desa Rowo Indah, Kecamatan Ajung, Kabupaten

Jember dimulai pada bulan Juni 2012 hingga bulan

Agustus 2012, sedangkan pada lokasi Kelurahan

Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember

dimulai pada bulan Maret 2013 hingga bulan Juni

2013.

Pengambilan Sampel dan analisis tanah

Tanah yang diambil untuk analisis adalah

tanah dari Desa Rowo Indah, Kecamatan Ajung,

Kabupaten Jember dari lahan Kebun Kertosari PTPN

X. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan

menggunakan bor tanah dan ring sampel sebagai

tempat sampel. Sampel tanah diamati dengan

menggunakan lisimeter, lisimeter tetes, dan perlakuan

lainnya. Sampel tanah dianalisis di laboratorium PTPN

X setiap minggu untuk mengetahui kadar air tanah,

tebal air, dan berat volume tanah (BV).

Piezometer

Piezometer adalah alat untuk mengetahui

aliran dan tingkat kestabilan air di dalam sumur. Hasil

piezometer didapatkan melalui faktor kekeringan dan

kebasahan air di tanah. Perubahan air di dalam tanah

dengan kedalaman 0 m sampai 4 m ditunjukkan pada

Gambar 1.

Piezometer II

Piezometer I

Gambar 1. Piezometer

187

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 187

Pengukuran Kadar Air (KA) dan Berat Volume

(BV) Tanah

Data kadar air lisimeter diamati dari profil

tanah dengan kedalaman (0 – 80) cm. Profil ini dibagi

dalam 8 bagian, masing-masing kedalaman 10 cm.

Untuk mengukur tebal air (water depth) lisimeter

diambil contoh tanah dengan bor batang untuk

pengambilan kadar air. Kadar air tanah ditetapkan

dengan metode oven di laboratorium PTPN X. Kadar

air tanah (KA) diambil dari setiap perlakuan di

lapangan seminggu sekali. Perhitungan dilaksanakan

dengan menggunakan rumus:

KA = Mw/Ms (105oC) ............................... (1)

dengan, KA kadar air, Mw Massa air, dan Ms Massa

tanah kering. Berat volume tanah (BV) dicari

menggunakan metode pendekatan dengan ring sampel

pada sampel terganggu artifisial dalam ring sampel

untuk menentukan % pori total. Perhitungan berat

volume dihintung dengan rumus:

BV= Ms (105oC)/Vsw ....................................(2)

dengan, Ms massa tanah dan Vsw volume tanah dalam

ring.

Evapotranspirasi Referens ( ETo)

Penetapan nilai (ETo) dihitung berdasarkan

volume penambahan air pada panci evaporasi (kelas

Panci A). (ETo) dapat dicari melalui persamaan:

(FAO, 56)

ETo=Kpan x Epan................................................ (3)

dengan Eto evapotranspirasi referens panci (mm/hari),

Kpan koefisien panci, Epan evaporasi panci (mm/hari)

Evapotranspirasi Tanaman ( ETc)

Penetapan (ETc) adalah dihitung dari jumlah

semua air yang tersedia bagi tanaman dan irigadi yang

telah diberikan (Allen et al, 1998).

ETc =Kc x ETo .................................................... (4)

dengan ETc evapotranspirasi tanaman (mm/hari), Kc

koefisien panci dan ETo evaporasi referens panci

(mm/hari)

Koefisien Tanaman (Kc)

Koefisien tanaman diuturkan dari korelasi data

evapotranspirasi referens dengan ETc, Kc dihitung

berdasarkan persaman (Allen et al, 1998).

Kc = ETc/(ETo ............................................. (5)

dengan, Kc koefisien panci, Etc evapotranspirasi

tanaman (mm/hari) dan ETo evaporasi referens panci

(mm/hari)

Temperatur dan Kelembaban

Temperatur (T) dan kelembaban udara (RH)

diukur setiap hari dari stasiun iklim.

Tmean = (Tmax –Tmin)/2...................................... (6)

dengan, Tmean temperatur rata-rata, Tmax temperatur

maximal dan Tmin temperatur minimum. Kelembaban

dihitung dengan tabel kelembaban thermometer basah-

kering.

RHmean = (RHb –RHk)/ 2

............................................. (7)

dengan, Rhmean kelembaban re-rata , RHb kelembaban

basah dan RHk kelembaban kering.

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman diukur berdasarkan umur

tanaman dimulai pada umur 15 sampai 65 hari (HST)

yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas

permukaan daun. Tinggi tanaman seperti yang Gambar

2.

Gambar 2. Tinggi tanaman di dalam net

Distribusi Akar Tanaman

Distribusi akar ditetapkan dengan teknik

pembuatan profil tanah di wilayah perakaran.Dengan

bantuan plastik bergaris, distribusi akar dapat dihitung

berdasarkan jumlah akar yang menempel pada plastik.

Distribusi akar dihitung untuk setiap lapisan

kedalaman 10 cm hingga batas akhir perakaran

tanaman.

Pengumpulan dan analisis data.

Semua data dianalisis di laboratorium PTPN

X untuk kadar air tanah dan berat volume tanah.

Pengambilan data evaporasi, temperatur, dan

kelembaban di lapangan dilakukan setiap hari tahun

2012 dimulai tanggal 01 Juni sampai tanggal 12

Agustus, kemudian tahun 2013 dimulai tanggal 15

Maret sampai tanggal 14 Juni. Pertumbuhan tanaman

dan kadar air tanah dilakukan pengukuran setiap

minggu. Pengukuran akar tanaman dilakukan pada

umur 42 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Lisimeter

Penelitian tahun 2012 dilakukan dengan

lisimeter berukuran 1m3dengankedalaman 100cm dan

jarak tanaman tembakau 40cm. Lisimeter dibuat dari

monolith tanah yang ditutup sekelignya dengan palstik

terpal. Air hujan atau siram hanya dapat masuk secar

vertikal dari bagian atas tanaman tetapi penelitian

tahun 2013 tidak menggunakan lisimeter.

188 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Gambar 3. Pembuatan lisimeter

Iklim

Data temperatur dan kelembaban didapatkan

di Desa Rowo Indah, Kecamatan Ajung,Kabupaten

Jember pada tahun 2012, kemudian di Kelurahan

Wirolegi, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember

pada tahun 2013. Hasil perhitungan tahun 2012 di

mulai bulan Juni sampai Agustsus dan hasil

perhitungan tahun 2013 di mulai bulan Maret sampai

Juni. Data temperatur dan kelembaban tahun

2012/2013 disajikan pada Gambar 3.

Gambar 4. Temperatur dan Kelembaban

Pengukuran temperatur dan kelembaban

dilakukan setiap hari. Pengamatan dilakukan pada

waktu awal bulan Juni sampai bulan Agustus 2012.

Temperatur diambil di sekitar lahan penelitian dengan

nilai terendah 23,8˚C hingga 43,9˚C. Pengamatan

kelembaban tanah diambil dari luar tembakau bawah

naungan diukur secara volumetris. Nilai kelembaban

volumetris terendah 50,9% dan tertinggi 97,5%.

Temperatur dan kelembaban tahun 2013

dilakukan setiap hari pada awal bulan Maret sampai

bulan Juni 2013 di Desa Wirolegi. Temperatur diambil

di sekitar lahan penelitian dengan nilai 25˚C sampai

30˚C. Tembakau H382 tumbuh dengan temperatur

40˚C di bawah naungan.Kelembaban udarayang

didapat disekitar tanaman yaitu 60% pada kelembaban

terendah dan kelembaban tertinggi adalah 98%.

0

20

40

60

80

100

0

10

20

30

40

50

12/06 19/06 26/06 03/07 10/07 17/07 24/07 31/07 07/08

Kel

emb

ab

an

(%

)

Tem

per

atu

r (*

C)

2012

Temperatur Kelembaban

0

20

40

60

80

100

0

10

20

30

40

50

15/03 29/03 12/04 26/04 10/05 24/05 07/06

Kel

emb

ab

an

(%

)

Tem

per

atu

r (*

C)

2013

Temperatur Kelembaban

189

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 189

Temperatur minimal yang didapatkan pada tahun

2012 lebih rendah dari dibanding tahun 2013 tetapi

temperatur maksimal 2012 lebih tinggi dari tahun

2013.

Kelembaban 2012 dan 2013 diperoleh nilai

yang sama yaitu dimulai nilai 60% sampai

98%.Gambar 2 menunjukkan hubungan antara suhu

dan kelembaban..Pada musin 2012 curah hujan

sebanyak 60 mm, kemudian temperatur bersekitar

32oC dan kelembaban adalah 72%. Sedangkan tahun

2013 curah hujan sejumlah 487,6 mm, temperatur

28oC dan kelembaban 78%. Semakin tinggi suhu di

lahan, maka kelembaban di lahan semakin berkurang.

Pada curah hujan tinggi (2 – 4) hari akan

menyebabkan kelembaban udara tinggi sehingga

tanaman mudah terserang penyakit (Shine dan

Pramudia, 2011).

190 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Piezometer

Hasil piezometer menunjukkan sebagaiaman terdapat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kedalaman Sumur.

Gambar 5 menunjukkan sumur 1 mengalami

perubahan air di dalam tanah dengan nilai terendah

2,2m dari permukan tanah hingga 2,7m dari

permukaan tanah.Sumur 2 menunjukkan nilai terendah

yaitu dari 2,5m permukaan tanah hingga 3,4m dari

permukaan tanah. Hasil kedalaman piezometer

menunjukkan sumur 2 memiliki kapasitas air yang

lebih dibandingkan dengan sumur 1 dari permukaan

tanah. Perbedaan permukaan sumur 1 dan sumur 2

menghasilkan gradian hidrolik. Gradian menunjukkan

keragaman air dari sumur 1 ke sumur 2 permukaan ke

gambar 1 dan kemungkingan dari sungai ke sumur 1.

Pada 13 juli gradian 0 hal ini tinggi curah hujan 42mm

yang menyababkan tanah jenuh.

Evapotranspirasi (ETo) dan (ETc) FAO

Evapotranspirasi yang diamati adalah

evapotranspirasi potensial panci (ETo) dan

evapotranspirasi potensial (ETo)-FAO. Besarnya

(ETo) pan dipengaruhi oleh besarnya evaporasi panci

yang terjadi akibat radiasi matahari dan kecepatan

angin. Evapotranspirasi (ETo-FAO P-M) dipengaruhi

oleh temperatur, kelembaban,dan kecepatan angin

yang dihitung dengan ET (Calculator).

1

2

3

4

06/01 06/15 06/29 07/13 07/27 08/10

Ked

ala

man

Pie

zom

etri

(m

)

Sumur 1 Sumur 2

191

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 191

Gambar 6. Evapotranspirasi (ETo) dan (ETc) FAO

Gambar 6 menunjukkan hasil

evapotranspirasi panci (ETo) pada tahun 2012 dengan

nilai terendah 10,8mm/minggu dan tertinggi

15,2mm/minggu, kemudian evapotranspirasi FAO

(ETo) pada tahun 2012 adalah terendah 11,1

mm/minggu dan yang tertinggi 17,5mm/minggu. Pada

tahun 2013 menunjukkan data mingguan

evapotranspirasi (ETc) panci dengan nilai terendah

14,2 mm/minggu dan tertinggi 29,9 mm/minggu

kemudian evaporatranspirasi (ETc) FAO tahun 2013

menunjukkan berkisar antara 7,1 mm/minggu hingga

24,9 mm/minggu. Hasil penelitian merupakan antara

dua tahun sehingga (ETc) 2012 lebih kecil dengan

nilai 15 mm/minggu dari (ETc) 2013 dengan nilai 22

mm/minggu, kemudian evapotranspirasi tanaman 2012

lebih kecil yaitu 9,2 mm/minggu dibandingkan dengan

evapotranspirasi tanamam 2013 dengan nilai 15,1

mm/minggu.

Evapotranspirasi tanaman (ETc) Panci dan (ETc)

FAO

Penetapan nilai (ETc) dihitung berdasarkan

volume penambahan air pada panci evaporasi tetapi

perhitunagan (ETc) FAO P-M dari teori Penm

Menteith dapat dilakukan dari variabel temperatur,

kelembaban, angin, altitud dan latitud di lahan, pressur

wind.

0

10

20

30

40

50

30/06 07/07 14/07 21/07 28/07 04/08 11/08

ET

o F

AO

(m

m/m

ing

gu

) 2012

ETo FAO ETc FAO

0

10

20

30

40

50

19/03 02/04 16/04 30/04 14/05 28/05 11/06

ET

o F

AO

(m

m/m

ing

gu

)

2013

ETo FAO ETc FAO

192 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Gambar 7. (ETc) panci , (ETc) FAO dan (ETc) soil.

Pada tahun 2012 dan 2013 menunjukkan

berbeda (ETc) panci dan (ETc) FAO Penman-Moteith

sehingga y = 0,764x - 4,780 dengan koefisien regresi r

= 0,874. ETc Hasil penelitian menunjukkan kesalahan

(ETc) pan 13,1% dengan standar deviasi sd = 13,2

dengan simpangan rata-rata (ETc) pan 19,2

mm/minggu dan (ETc) FAO 31,4 mm/minggu. Tahun

2012 dan 2013 menunjukkan berbeda (ETc) FAO dan

(ETc) soil sehingga y = 0,606x + 19,972 dengan

koefisien regresi r =0,869. Sedangkan berbedaan

(ETc) soil 14% dengan (ETc) FAO dengan standar

deviasi sd = 6,633 dengan simpangan rata-rata (ETc)

soil 31,7 mm/minggu dan (ETc) FAO 31,4

mm/minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan (ETc)

soil lebih mirip dengan (ETc) FAO dibandingkan

dengan evapotranspirasi panci.

Evapotranspirasi (ETc) FAO dengan Curah hujan

Evapotranspirasi tanaman FAO (ETc) FAO

P-M penting dibandingan dengan curah hujan,

evapotranspirasi tanaman pan ( ETc). Gambar yang

berikut adalah menunjukkan perhitungan antara 3

perlakuan.

y = 0,764x - 4,780

r = 0,849

0

10

20

30

40

20 30 40

(ET

c) C

las

A p

an

(ETc) FAO P-M

2012-2013

y = 0,790x + 6,805

r = 0,869

0

10

20

30

40

50

20 30 40

ET

c S

oil

ETc FAO P-M

2012-2013

193

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 193

Gambar 8. Evapotranspirasi (ETc) FAO dan Curah hujan

Gambar 8 tahun 2012 menunjukkan curah

hujan antara 8-42 mm/minggu dan (ETc) pan antara

11,1 mm/minggu sampai 17,5 mm/minggu, kemudian

(ETc) FAO 20,2 mm/minggu sampai 32,3 mm/minggu

dan ETc soil adalah 17,8 mm/minggu sampai 21,8

mm/minggu. Tahun 2012 menunjukkan curah hujan

antara 25-75 mm/minggu dan (ETc) pan antara 17,7

mm/minggu sampai 29,9 mm/minggu, kemudian

(ETc) FAO 29,6 mm/minggu sampai 39 mm/minggu

dan ETc soil adalah 39,9 mm/minggu sampai 72,5

mm/minggu. Hasil penelitian dalam 2 tahun

menunjukkan (ETc) panci kecil dari (ETc) FAO.

Evapotranspirasi (ETc) Tanah Lisimeter dan

Lisimeter Tetes.

Evapotranspirasi Tanaman di dalam lisimeter

bisa dihitung dari kadari air. Gambar berikut adalah

membedakan Evapotranspirasi tanaman lisimeter

konvesional dan lisimeter tetes.

0

100

200

300

4000

20

40

60

80

100

120

30/06 07/07 14/07 21/07 28/07 04/08 11/08

Cu

rah

hu

jan

+ i

rrig

asi

(mm

/min

gg

u)

Ev

ap

otr

an

spir

asi

ta

na

ma

n

(mm

/min

gg

u)

2012

CH mm/week ETc pan

ETc FAO ETc soil

0

100

200

300

4000

20

40

60

80

100

120

07/05 14/05 21/05 28/05 04/06 11/06C

ura

hu

jan

+ I

rig

asi

(mm

/min

gg

u)

Ev

ap

otr

an

spir

asi

E

Tc

(mm

/min

gg

u)

2013

CH mm/week ETc pan

ETc FAO ETc-soil

194 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Gambar 9. Evapotranspirasi tanaman lisimeter dan lisimeter kovensional.

Gambar 9 menunjukkan evapotranspirasi

tanaman lisimeter (ETc) L dengan nilai terendah 17,2

mm/minggu dan tertinggi 21,8 mm/mimggu.

Evapotranspirasi tanaman lisimeter tetes (ETc) LT

dengan nilai terendah 13,8 mm/minggu dan tertinggi

19,1 mm/minggu dari curah hujan dan irigasi.

Kandungan air dalam tanah pada kondisi tersedia bagi

tanaman dapat pegaruhi pertumbuhan. Pengaruh curah

hujan untuk pertumbuhan tanaman tembakau dengan

intensitas yang semakin rendah mengakibatkan

pertumbuhan tanaman stabil. Perubahan kebutuhan air

berlangsung dalam jaringan tanaman yang mencirikan

suatu tahap perkembangan tertentu.

Kadar Air

Kadar air diukursetiap minggu dan lakukan

setiap perlakuan. Sampel tanah diambil dengan

bordisekitar tanaman pada kedalaman (0 – 80) cm ke

bawah.

0

20

40

60

80

1000

10

20

30

40

50

30/06 07/07 14/07 21/07 28/07 04/08 11/08

Cu

rah

Hu

jan

+ i

rig

asi

(mm

/min

gg

u)

Ev

ap

otr

an

spia

rsi

ET

c sw

(mm

/min

gg

u)

2012

CH+Irrigasi ETc soil L ETc soil LT

-80

-60

-40

-20

0

0 0.2 0.4 0.6

Ked

ala

ma

n(c

m)

14.07

21.07

28.07

-80

-60

-40

-20

0

0 0.2 0.4 0.6

04.08

13.08

18.08

195

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 195

Gambar 10. Kadar air 2012-2013

Gambar 10 menunjukan perubahan kadar air

padabulan Juli dan Agustus dengankedalaman (0 – 80)

cm. Kadar air terkecil adalah 0,1 cm3/cm

3 dan tertinggi

adalah 0,54 cm3/cm

3 untuk bulan agustus 2012. Tahun

2013 menunjukan perubahan kadar air bulan Maret

dan Juni dengan kedalaman (0 – 80) cm. Kadar air

terkecil adalah 0,15 cm3/cm

3 dan tertinggi adalah 0,45

cm3/cm

3 yang terjadi pada tanggal 7 Mai 2013. Hasil

penelitian kadar air dalam dua tahun menunjukkan luar

pengaruh (ETc) dangan lisimeter lebih stabil

dibandingkan tanpa lisimeter.

Tinggi tanaman.

Tinggi tanaman pada setiap 4 perlakuan di

ukur dari permukaan tanah hingga bagian tanaman

teratas. Pertumbuhan tanaman H382 mempunyai tinggi

2,82 m (PTPN X, 2010).

Gambar 12.Tinggi tanaman setiap perlakuan

-80

-60

-40

-20

0

0 0.2 0.4 0.6

Ked

ala

man

(c

m)

30/04/2013

07/05/2013

14/05/2013

-80

-60

-40

-20

0

0 0.2 0.4 0.6

21/05/2013

28/05/2013

14/06/2013

15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Mulsa 10.9 14.9 16.5 44.5 75 116 170. 224 243 249 249

Drip 8 13 14.4 80.3 89.3 134. 185 237 273. 286 286

Drip+Mulsa 8.9 14.5 16.1 52.5 83.7 134. 182. 204 215 250 250

Kontrol 5.9 10.7 12 48.4 87.8 138 185 222 245. 263 263

0

100

200

300

Tin

ggi

tan

am

an

(cm

)

196 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Pengamatan tinggi tanaman tembakau H382

dimulai umur 10 sampai 60. Pada awal pengamatan

diperoleh data tertinggi dari setiapperlakuan irigasi

drip hingga 286 cm. Hasil penelitian menunjukkan

perlakuan irigasi tetesmerupakan nilai tertinggi 2,86cm

selama pengukuran tinggi tanaman tembakau H382,

Mulsa dan Mulsa+Drip mempunya ketinggian di

bawah 2,65cm. Perlakuan irigasi tetes bisa

mencapaikan tinggi karena air langsung ke akar

tanaman oleh karena itu evapotranspirasi tanaman bisa

kecil dari perlakuan lain.

Luas daun (LD)

Perhitungan leaf area indeks dengan

perlakuan mulsadengan drip irigasi yaitu ditunjukkan

pada Gambar 13.

.

Gambar 13: Leaf area Indeks

Gambar 13 menunjukkan hasil pengamantan

LAI di mulai daun ke 10 sampai ke 20, sehinngga

muka daun ke 15 yang terluas dengan nilai tertinggi

38130 cm2 pada umur tanaman 50 hari setelah tanam

(HST). Sehinga hasil penelitian leaf area indeksbisa

yang luas umur 50 hari daun ke 15.

Daun Produksi

Gambar 14 berikut menunjukkan hasil

jumlah daun produksi antara 4 perlakuan dengan umur

tanaman.

Gambar 14: Jumlah daun

0

10000

20000

30000

40000

15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

LA

I (c

m2)

Umur tanaman (hari)

Muka daun ke 10

Muka daun ke 15

Muka daun ke 20

0

10

20

30

40

15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Ju

mla

h d

au

n

Umur tanaman

MulsaDripDrip+Mulsa

197

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 197

Pada parameter jumlah daun untuk 4

perlakuan, mulsa ditunjukkan pada gambar 14. Jumlah

daun tanaman tembakau H382 meningkat sebanyak

32 dimulai dari fase inisial setelah tanam hingga

panen, sedangkan jumlah daun tanaman H382

memiliki pertumbuhan tanaman yang maksimum.

Tanaman harus memiliki cukup banyak daun untuk

mendapat dan menyerap sebagian besar

evapotranspirai (sinar matahari) dengan hasil untuk

perkembangan luas daun. Pertambahan jumlah daun

merupakan salah satu indikator petumbuhan vegetatif

pada tanaman apabila pertambahan jumlah daun selalu

diikuti dengan pertambahan tinggi tanaman dan jumah

daun. Semakin banyak jumlah daun dan semakin

panjang daun akan mengakibatkan semakin

bertambahan jumlah daun per batang (Nuryani dan

Sutituro, 1994).

Analisa Petik

Analisa petik adalah pengukuran kualitas

tembakau setelah dipanen.Gambar berikut

menunjukkan perbedaan analisa petik antara

kematangan daun tembakau MT: Menjelang Tua , T:

Tua dan TT: Terlalu Tua.

Gambar 16: Analisa petik

Gambar 16 menunjukkan perbedaan kualitas di dalam

analisa petik. Perlakuan drip adala nilai terendah untuk

menjelang tua (MT) dan Drip+Mulsa yang tertinggi,

kemudian untuk daun Tua (T) adalah nilai yang sama

dengan nilai 62,74% sampai 66,36%. Parameter

Terlalu Tua (TT) adalah nilai tertinggi 37,26% untuk

perlakuan Drip dan terendah dengan nilai 32,73%

untuk perlakuan kontrol,sehingga untuk tanaman

tembakau ini adalah perlakuan kontrol yang bagus

karena untuk varietas dengan kualitas memiliki nilai

tertinggi 66,36%.

Analisa Kegunaan

Analisa Kegunaan adalah sistem untuk

kualitas untuk daun. Tabel 16 merupakan penentuan

macam macam kualitas daun tembakau adalah, D/O:

Dekblad /Omblad, Fill : Filler, Fill Glsy : Filler glassy,

Trip : Hama, PD : Ukur Pendek.

0

20

40

60

80

Kontrol Drip Drip + Mulsa Mulsa

An

ali

sa P

eti

k

MT T TT

198 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Gambar 17. Aanalisa kegunaan

Gambar 17 menunjukkan perbedaan

kualitas setiap perlakuan memiliki hasil yang berbeda

untuk D/O adalah perlakuan Drip nilai tertinggi

70,95%dan Kontrol yang terendah 64,70%. Filler

menentuan drip+mulsa dengan nilai 10,59 yang tinggi

dan mulsa yang nilai rendah 7,27% dari 4 perlakuan.

Filler glassy menunjukkan hasil kualitas antara 4

perlakuan drip yang punya nilai 10,62% yang

tertinggi dan kontrol yang terendah 15,06%.

Hasil Trip adalah nilai tertinggi 3,73%

dengan perlakuan mulsa dan yang terendah 1,59%

perlakuan drip, kemudian untuk PD adalah perlakuan

kontrol yang dapat nilai terendah 6,85% dan perlakuan

drip+ mulsa yang dapat tertinggi 11,93%. Dari 4

kriteria di gambar di atas menunjukkan kualitas daun

tembakau, sehingga perlakuan Drip dan drip+musla

bisa memproduksi dengan kualitas oleh karena itu,

sistem drip irigasi airnya bisa berhitung dan langsung

masuk ke akar tanaman. Perlakuan kontrol dan mulsa

bisa produksi dengan kuantitas. Hasil data ini

memahami kualitas perlakuan terbaik diperoleh dari

perlakuan irigasi tetes dan mulsa tanpa irigasi tetes.

KESIMPULAN

Terbatas pada percobaan ini maka dapat

disimpulkan beberapa hal yaitu:

Metode irigasi tetes menghasilkan tinggi tanaman yang

optimal diantara perlakuan lain,dengan tinggi tanaman

2,86 m. Jumlah lembar daun produksi terbanyak

diperoleh dari perlakuan standar (konvensional) yang

menghasilkan 32 lembar daun per tanaman, sedangkan

perlakuan lain rata-rata hanya 28 lembar daun per

tanaman. Luas area (LA) daun terbesar 3883 cm2 pada

umur 50 hari.

Metode FAO dan metode perubahan kadar air

tanah dapat dipergunakan untuk menentukan

kebutuhan air tanaman tembakau bawah naungan.

Metode perhitungan kebutuhan air tanaman secara

empiris dengan model FAO memperoleh nilai yang

mendekati pengukuran lapangan dengan menggunakan

lymeter ataupun tanpa lysimeter. Perhitungan dengan

FAO memperoleh rata-rata (ETc) sebesar 454,2

mm/minggu, sedang dengan perubahan kadar air tanah

diperoleh ETc 449,7 mm/minggu. Simpangan (SD)

yang diperoleh adalah 6,6 mm/minggu.

Metode empiris FAO menghasilkan

kebutuhan air tanaman 365,6 mm sampai tembakau

berumur 72 hari, sedang dengan menghitung

perubahan kadar air tanah diperoleh kebutuhan air 387

mm

Kualitas tanaman terbaik diperoleh dengan

sistem irigasi tetes. Sistem ini menghasilkan glassy

dan serangan penyakit trip paling rendah (10,6%)

dibandingkan perlakuan lain dengan nilai 15,6%.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A ,2002.Hidrologi dan Pengeloaan daerah

Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada

Press.

Allen , H and Shui L, 1998. Modelling Evaporation

and Evapotranspiration under Temperature

Change in Malaysia. © Universiti Putra

Malaysia Press . ISSN: 0128-7680.

0

20

40

60

80

D/O FILL FILLGlsy TRIP PD

Analisa Kegunaan

Nil

ai (%

)Kontrol Drip

Drip + Mulsa Mulsa

199

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 199

Clough, J. and L, Mithrope. 1957. Estimating

Reference Evapotranspiration with the FAO

Penman-Monteith Equation Using Daily

Weather Forecast Messages. Agricultural and

Forest Meteorology. Vol 145:22-35.

Craberg , L and Y, Chen. 2006. Sensitivity of The

Penman-Monteith Reference

Evapotranspiration to Key Climatic

Variables In the Changjiang Basin. Journal of

Hydrology. Vol 329 : 620-629.

Julie, M and L, Jahame. 2007. Nutrien Leaching Below

The Rooting Zone Is Reduced By Biochar The

Hydrology of a Colombian Sawanna Oxisol Is

Unaffected. Departement of Crop and Soil

Science, Cornelly Univesity, Ithacan YN

14853. Hartana, I. 1978. Budidaya Tembakau

Cerutu I. Masa Pra Panen. Sub Balai

Penelitian Budidaya Jember. Vol 107: 14-17.

Allen and G Hard, S Pereira , K Raes. 1998. Crop

evapotranspiration FAO irrigation and

drainage paper M -56 ISBN 92-5-104219-5.

Harsh,N and O, Kleman. 2009. Large Scale lisimeter

Site Arnold Germany Analyisi of 40 Years of

Precipitation Leachate and

Evapotranspiration, Hydrology and Earth

System Science

Nuryani dan Sutituro. 1994. Pengaruh Dosis Pupuk N

Dan P Terhadap Produksi Dan Mutu

Tembakau Madura Pada Tanah Aluvial.

Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat.

Badan Penelitian Dan Pengembangan

Pertanian. Balai Penelitian Tembakau Dan

Tanaman Serat Malang Vol 2: 41-62.

Shine,B and Pramudia. 2011. Evaporation from High

Residue No Till Versus Tilled Rallow in a Dry

Summer Climate Soil Science Society of

America.

Summer,D and M. Jacobs. 2005. Utility of Penman-

Moteith, Priestley- Taylor, Reference

Evapotranspiration, and Pan Evaporation

Methods to Estimate Evapotranspiration.

Journal of Hydrology Vol.308: 81-104.

Terry and Steven. 2009. Pengaruh Suhu Udara

Pengering Terhadap Kualitas Tembakau

Rajangan Temanggung. Seminar Penelitian

Pasca Panen.IPB vol 1-2.

Usman, 2004. Analisis Kepekaan Beberpa Metode

Pendugaan Evapotranspirasi Acuan

Terhadap Perubahan Iklim. Universitas

Riau.