pengaruh pencampuran laktosa dan nilai …/pengaruh... · pembuatan keju tersebut adalah...

25
PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DALAM PEMBUATAN KEJU FERMENTASI KEDELAI TERHADAP TOTAL PADATAN, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN NILAI ORGANOLEPTIK PRODUK Naskah Publikasi Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Fitriyanto M 0403029 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Upload: lythu

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA

DALAM PEMBUATAN KEJU FERMENTASI KEDELAI

TERHADAP TOTAL PADATAN, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK

DAN NILAI ORGANOLEPTIK PRODUK

Naskah Publikasi

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:

Fitriyanto

M 0403029

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

Page 2: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

PERSETUJUAN

Naskah Publikasi

Skripsi

PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA

DALAM PEMBUATAN KEJU FERMENTASI KEDELAI TERHADAP TOTAL PADATAN, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK

DAN NILAI ORGANOLEPTIK PRODUK

Oleh: Fitriyanto

NIM. M0403029

telah disetujui untuk dipublikasikan

Surakarta, Menyetujui,

Pembimbing I

Tjahjadi Purwoko, M. Si NIP. 132 262 264

Pembimbing II

Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D. NIP. 131 649 948

Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi

Dra. Endang Anggarwulan, M. Si NIP. 130 676 864

Page 3: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DALAM PEMBUATAN KEJU FERMENTASI KEDELAI

TERHADAP TOTAL PADATAN, KADAR PROTEIN, KADAR LEMAK DAN NILAI ORGANOLEPTIK PRODUK

EFFECT OF LACTOSE MIXING

ON SOYBEAN FERMENTATION CHEESE MAKING FOR THE TOTAL OF SOLID MATTER, PROTEINS LEVEL,

FATTYS LEVEL AND ORGANOLEPTICS VALUE PRODUCT

Fitriyanto, Tjahjadi Purwoko, Sutarno Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta, Jawa Tengah

The increase of people awareness and technology development make provision food product which is interesting, high quality, nutritious, safety and economics. The one of development in the field of food had produce cheese from soybean through of Lactic Acid Bacteria (LAB) fermentation process. Carbohydrate contains of soybean consist of oligosaccharides and polysaccharides that difficult digested by LAB, so adding the sugar as the carbon source need to inspected as optimation effort. The aims of this research were to know the effect of lactose mixing for the total of solid matter, proteins level, fattys level and organoleptics value of soybean fermentation cheese. Soy milk was mixed by 1,3 M lactose liquid maked a different concentrations (0%, 3% , 5%, 6,5% and 8%) in 150 ml (v/v). Each milk were inoculated by Lactobacillus bulgaricus (6 hours old) and Lactococcus lactis (4 hours old) that prepared in MRS broth medium. Incubation was done during 24 hours, to produced curd and whey. Total of solid matter was measured by thick of curd. Cheese was obtained by separate the curd, and then dryed them to getting a solid matter. Total proteins level of soy fermentation cheese were analyzed by Kjeldahl’s method, then the dissolve protein by Lowry’s method, while total of fatty by soxhlet extraction and organoleptik test on 23 respondents.

The results of this research showed that the thickest solid matter was obtained on control (0% lactose). The levels of total proteins on 0% and 3% mixing lactose were higher than the other, each is 30,20% and 31,06%. The levels of dissolve protein wasn’t influenced by mixing of lactose. Mixing of Lactose until 6,5% wasn’t influenced to total fatty’s rate (21,31 – 22,07%), but 8% lactose was reduced value of fatty level to 17,13%. Based on organoleptic test, the soybean fermentation cheese has getting unlikely predicate. Key words : soybean fermentation cheese, lactic acid bacteria, lactose, protein,

optimation

Page 4: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

PENDAHULUAN

Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, serta

perkembangan teknologi, menuntut adanya pengembangan di bidang pangan. Hal

tersebut dapat berupa inovasi produk pangan, baik dalam hal kualitas, jenis,

bentuk, kemasan maupun teknik pemasaran secara terpadu. Industri pangan juga

dituntut untuk menyediakan produk yang menarik, bermutu tinggi, bergizi, aman,

serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh daya beli masyarakat (Astuti,

2002).

Salah satu komoditas pangan yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan adalah kedelai. Menurut Girindra (1979), nilai utama kedelai

adalah sumber gizi berupa protein yang tinggi. Akan tetapi Sadarwati (1985),

menjelaskan kendala pemanfaatan kedelai masih cukup banyak, diantaranya rasa

dan bau langu pada susu kedelai.

Salah satu usaha pengembangan dalam pengolahan kedelai adalah

pembuatan keju fermentasi kedelai. Febria (2004) melaporkan bahwa proses

pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai

dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat, serta pengayaan

gizi melalui proses fermentasi. Widiyanti (2004) berhasil membuat keju

fermentasi kedelai menggunakan bakteri L. bulgaricus dan jamur P. roqueforti.

Keunggulan makanan fermentasi dijelaskan oleh Sadarwati (1985) dan

Yusmarini (1997) bahwa makanan tersebut biasanya mempunyai nilai gizi yang

lebih tinggi. Hal itu disebabkan adanya pemecahan molekul kompleks menjadi

molekul sederhana yang mudah diserap, serta terjadi pengayaan protein yang

berasal dari sel bakteri.

Berbagai upaya optimasi terhadap pembuatan keju fermentasi kedelai

masih perlu dilakukan. Salah satunya adalah karena karbohidrat yang terdapat

pada kedelai terdiri atas golongan oligosakarida dan polisakarida yang sulit

dicerna oleh kultur bakteri fermentor, sehingga untuk melakukan fermentasi harus

dilakukan penambahan sumber karbon yang lebih mudah metabolisir (Koswara,

1995).

Page 5: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

Yusmarini dan Effendi (2004) membuktikan bahwa penambahan beberapa

jenis gula yaitu laktosa, sukrosa dan glukosa sebagai sumber karbon, memberikan

pengaruh berbeda-beda terhadap pH, kandungan protein, dan rasa pada soyghurt

(yoghurt yang dibuat dari susu kedelai). Penelitian itu menjelaskan bahwa

penambahan gula jenis laktosa memberikan peningkatan tertinggi terhadap kadar

protein produk.

Variasi pencampuran laktosa pada proses pembuatan keju fermentasi

kedelai oleh Lactobacillus bulgaricus dan Lactococcus lactis perlu dikaji sebagai

upaya meningkatkan kualitas produk berupa total padatan, kadar protein, kadar

lemak dan nilai organoleptik.

BAHAN DAN METODE

A. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi

Kedelai kuning import dari Amerika yang diperoleh dari Pasar Legi

Surakarta, kultur Lactobacillus bulgaricus FNCC 0041, Lactococcus lactis FNCC

0086, yang diperoleh dari PAU UGM Yogyakarta, NaHCO3, Akuades, Laktosa

Monohidrat (Lactose for Microbiology) “Merck”, NaCl.

MRS agar (de Man Rogosa Sharpe) “Oxoid Cm 0359”. H2SO4 pekat,

NaOH, HCl, K2SO4, CuSO4, Zn, Bovine Serum Albumin (BSA), Na2CO3, NaK-

tartrat, alkohol, folin-ciocalteu, CuSO4.5H2O, metil merah, metil biru, dietil-eter,

tahu komersial, keju komersial merek Craff single.

B. Penelitian ini meliputi beberapa tahapan kerja, yaitu sebagai berikut :

1. Pembuatan Inokulum

Inokulum dibuat pada media MRS broth dengan kultur Lactobacillus

bulgaricus dan Lactococcus lactis yang telah dipersiapkan pada media MRS agar

miring. Sebanyak 100 ml MRS broth steril dalam erlenmeyer steril diinokulasi

dengan dua ose kultur Lactobacillus bulgaricus. Inokulasi dilakukan secara

aseptis dengan terlebih dahulu membakar ujung ose sampai membara dan cepat

didinginkan. Media yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi selama 6 jam

pada suhu 37 oC pada incubator shaker dengan goyangan 125 rpm. Proses

tersebut diulangi dengan kultur Lactococcus lactis dengan waktu inkubasi 4 jam

(dimodifikasi dari Widowati dan Misgiyarta, 2002).

Page 6: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

2. Pembuatan Susu Kedelai

Metode yang dipakai untuk membuat susu kedelai adalah Illinois dengan

modifikasi (Yusmarini dan Effendi, 2004). Proses pembuatan dimulai dengan

pemilihan biji kedelai kuning varietas import yang bersih dari kotoran. Kedelai

ditimbang dengan neraca sebanyak 1 kg lalu rendam dalam panci berisi air.

Rendaman dialiri dengan air bersuhu ± 30 oC secara konstan selama 5 jam sambil

sesekali diaduk. Setelah diangkat maka kemudian dihilangkan kulitnya dengan

cara diaduk perlahan dan kulitnya dipisahkan. Setelah bersih, kedelai di-

blanching dalam bak berisi air bersuhu 80 oC yang mengandung NaHCO3

sebanyak 0,5% selama 10 menit, lalu ditiriskan dan dicuci dengan air dingin.

Selanjutnya kedelai dilumatkan bersama air bersuhu 80 oC menggunakan blender.

Perbandingan kedelai dan air adalah 1:5. Pelumatan disesuaikan dengan kapasitas

blender dan dilakukan masing-masing selama 7 menit. Hasil berupa bubur encer

kemudian disaring menggunakan kain saring tahu (belacu). Susu kedelai yang

dihasilkan ditampung dalam beker dan diaduk agar homogen kemudian ditutup

alumunium foil. Susu ini siap dipakai untuk proses selanjutnya.

3. Penyiapan Larutan Laktosa

Larutan laktosa yang digunakan mempunyai konsentrasi 1,3 M. Sebanyak

49,09 g laktosa monohidrat dilarutkan dalam 108 ml akuades steril bersuhu 15 oC

sambil diaduk-aduk. Pengadukan dilakukan sampai seluruh laktosa larut dan

larutan terlihat jernih.

4. Pencampuran Laktosa

Susu kedelai diambil sebanyak 2.250 ml dan dibagi menjadi 5 bagian pada

gelas beker masing-masing 450 ml. Masing-masing gelas diberikan label (K, A,

B, C, D) dan dilakukan penambahan laktosa menggunakan pipet volum sesuai

perlakuan. Gelas K sebagai kontrol tidak ditambahkan laktosa. Gelas A

ditambahkan 13,92 ml laktosa; gelas B ditambahkan 18,95 ml; gelas C

ditambahkan 31,28 ml; dan gelas D ditambahkan 39,13 ml. kemudian susu

divortek selama satu menit sehingga menjadi larut dengan laktosa. Setiap beker

tadi diambil 3 kali sebanyak 150 ml, kemudian masing-masing dituang dalam

botol kaca steril dan diberikan label. Semua botol kaca berisi susu kedelai tersebut

Page 7: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

dipasteurisasi pada suhu 80 oC selama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu

kamar (Widowati dan Misgiyarta, 2002).

5. Inokulasi

Masing-masing botol berisi susu kedelai yang telah didinginkan,

diinokulasi dengan inokulum Lactobacillus bulgaricus berumur 6 jam dan

Lactococcus lactis berumur 4 jam masing-masing 10% (v/v) atau 15 ml

(Widiyanti, 2002; Akhyar, 1997). menggunakan pipet volume. Proses ini

dilakukan secara aseptis dengan mendekatkan pada api bunsen.

6. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan sebelum dan sesudah inkubasi menggunakan

pH meter digital. Sebelum digunakan maka elektroda dicelupkan pada buffer

untuk kalibrasi. Untuk mengukur pH sampel, elektroda dicelupkan dan dibiarkan

beberapa saat sampai pembacaan stabil. Sebelum digunakan pada pengukuran

selanjutnya maka elektroda dibilas dengan akuades dan dikeringkan dengan kertas

tissue steril.

7. Inkubasi

Botol kaca yang berisi susu kedelai yang telah diinokulasi kemudian

diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37 oC. Selama inkubasi,

botol ditutup menggunakan kapas dan alumunium foil.

8. Pengukuran Tebal dan Pengamatan Tekstur Curd

Setelah inkubasi maka dihasilkan padatan yang mengendap pada bagian

bawah botol dan disebut curd. Pengukuran tebal curd dilakukan dengan mistar

ukuran millimeter pada bidang datar. Pengukuran dilakukan pada empat sisi botol,

kemudian hasilnya dirata-rata. Tekstur permukaan dianalisis secara deskriptif.

9. Pemisahan Curd

Curd dipisahkan dari whey (berada pada bagian atas) dengan cara dituang

sedikit-sedikit sehingga diperoleh gumpalan (curd). Untuk mengurangi kadar air

dan fermentasi lanjut maka dilakukan pengeringan menggunakan oven pada suhu

47 oC selama 94 jam dalam keadaan botol tertutup. Setelah 94 jam maka curd

telah menjadi cukup padat dan menyerupai keju.

Page 8: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

10. Penggaraman

Keju fermentasi direndam dalam larutan NaCl 12% selama 24 jam

(Koswara, 1995).

11. Pengukuran Kadar Protein Total (Metode Kjeldahl)

Sampel sebanyak 0,1 g yang telah dihaluskan, dimasukkan ke dalam labu

Kjeldahl 30 ml kemudian ditambahkan dengan 2,5 H2SO4 pekat dan 1 g katalis.

Contoh didihkan 1-1,5 jam atau sampai cairan berwarna jernih. Labu beserta

isinya didinginkan, isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan 15

ml larutan NaOH 50%, kemudian dibilas dengan akuades dan 2 butir Zn. Labu

erlenmeyer berisi HCl 0,02 N diletakkan di bawah kondensor, sebelum

ditambahkan ke dalamnya 2-4 tetes indikator (campuran metil merah 0,02%

dalam alkohol dan metil biru 0,02% dalam alkohol dengan perbandingan 2 : 1).

Ujung tabung kondensor direndam dalam labu berisi larutan HCl, didestilasi

sampai sekitar 25 ml destilat dalam labu erlenmeyer. Ujung kondensor dibilas

dengan sedikit air destilat dan bilasannya ditampung dalam erlenmeyer kemudian

dititrasi dengan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna hijau menjadi

ungu. Penetapan blanko dilakukan dengan cara yang sama (Sudarmadji dkk,

1984).

(Y-Z) (N 0,014 5,75)Kadar protein total (%) 100%

W

× × ×= ×

Ket. Y = ml NaOH titer untuk blanko Z = ml NaOH titer untuk sampel N = Normalitas NaOH W = Bobot sampel

12. Pengukuran Kadar Protein Terlarut (Metode Lowry)

Pengukuran dimulai dengan pembuatan larutan standar BSA (Bovine

Serum Albumin). Seri pengenceran dibuat dari larutan standar dengan masing-

masing konsentrasi 0,00 mg/ml; 0,06; 0,12; 0,18; 0,24 sampai dengan 0,3 mg/ml

dan dimasukan dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml. Masing-masing tabung

ditambahkan dengan 8 ml reagen Lowry B dan dibiarkan selama 10 menit.

Kemudian ditambahkan reagen Lowry A, digojog dan dibiarkan selama 20 menit.

Diukur OD (absorbance) pada λ = 590 nm dengan menggunakan spektrofotometer

UV-VIS. Hasil digunakan sebagai kurva standart yang menunjukan hubungan OD

pada ordinat dan konsentrasi pada absis.

Page 9: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

Tahap berikutnya adalah pengambilan sampel sebanyak 1,5 g dan

dilarutkan dalam 100 ml aquades kemudian dilakukan pengadukan menggunakan

magnetik stirer. Selanjutnya larutan sampel disaring dan ditambahkan 100 ml

aquades. 1 ml larutan sampel diambil kemudian ditambahkan 8 ml reagen Lowry

B dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambahkan reagen Lowry A,

digojog dan dibiarkan selama 20 menit. Setelah itu dilakukan pengukuran OD

pada λ = 590 nm dengan spektrofotometer. Selanjutnya, Sudarmadji dkk (1984)

merumuskan perhitungan konsentrasi protein yaitu :

Konsentrasi Faktor Pengenceran

% Protein 100%Banyaknya sampel (g)

×= ×

13. Pengukuran Kadar Lemak

Pengukuran kadar lemak mengacu pada Danuwarsa (2006). Sampel yang

telah dihaluskan menggunakan mortar dikeringkan dengan oven pada suhu 80 oC

selama 48 jam, begitu juga kertas saring yang telah dipotong dengan ukuran 10 x

10 cm2. Setelah dikeluarkan maka dimasukan dalam desikator lalu dilakukan

penimbangan terhadap masing-masing sampel dan kertas saring. Sampel diambil

sebanyak 1 g dan dibungkus dengan kertas saring yang telah diketahui bobotnya

tersebut. Semua bungkusan sampel dimasukan dalam timbel dan dipasang ke

dalam soklet. Labu godok dihubungkan dengan soklet dan ditambahkan pelarut

dietil-eter 150 ml. Labu godok dan soklet dihubungkan dengan penangas dan

diekstrak selama ± 6 jam (6 kali sirkulasi). Setelah ekstraksi selesai, sampel

dikeluarkan dan dikeringanginkan lalu dikeringkan dalam oven selama 24 jam.

setelah didesikator maka sampel ditimbang kembali sebagai bobot akhir.

bobot awal - bobot akhirKadar lemak = 100%

bobot sampel×

14. Uji Organoleptik

Analisis untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk

yang dihasilkan dilakukan dengan uji organoleptik. Uji organoleptik mengacu

pada uji hedonik dengan panelis tak terlatih sebanyak 23 orang. Skala dibuat lima

tingkat (tarap 1-5), dimulai dari 1 (sangat suka), 2 (suka), 3 (biasa), 4 (tidak suka),

5 (sangat tidak suka). Penilaian organoleptik dilakukan terhadap warna, rasa,

Page 10: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

aroma. Sebagai pembanding dipakai keju dan tahu komersial (Soekara, 1985

dalam Widowati dan Misgiyarta, 2002).

C. Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

perlakuan sebagai berikut :

Tabel 1. Kelompok perlakuan dan komposisinya. Kelompok perlakuan

Komposisi (% v/v)

Susu kedelai Laktosa Pencampuran 0% (K) 100 0 Pencampuran 3% 97 3 Pencampuran 5% 95 5 Pencampuran 6,5% 93,5 6,5 Pencampuran 8% 92 8 Keterangan : K : kontrol perlakuan

Setiap perlakuan mempunyai tiga kali ulangan.

D. Analisis Data

Data yang meliputi tebal padatan, kadar protein dan kadar lemak dianalisis

menggunakan Anova dengan program pengolah SPSS. Apabila menunjukan beda

nyata antar perlakuan, maka dilanjutkan uji Tukey tingkat kepercayaan 95%. pH

sebelum dan sesudah inkubasi dianalisis dengan uji t sampel berpasangan. Tekstur

permukaan dianalisis secara deskriptif. Angka penerimaan panelis pada uji

organoleptik dengan kriteria warna, rasa dan aroma dianalisis menggunakan uji

Friedman tingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keju Fermentasi Kedelai

Pembuatan keju fermentasi kedelai menggunakan inokulum campuran

Lactobacillus bulgaricus dan Lactococcus lactis pada penelitian ini menghasilkan

produk berupa padatan yang berwarna kuning kecoklatan, dengan tekstur halus,

dan tidak berlubang-lubang. Sifat yang biasa muncul pada produk olahan kedelai

berupa rasa dan aroma langu tidak begitu muncul karena bercampur dengan aroma

dan rasa asam. Tidak adanya lubang-lubang pada keju sesuai dengan karakter

inokulum yang digunakan yaitu bersifat homofermentatif sehingga tidak

menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah banyak. Salminen dan Wright (1993)

Page 11: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

menjelaskan bahwa Lactococcus lactis merupakan bakteri yang tidak

menghasilkan banyak gas

.

Gambar 1. Produk pembuatan keju fermentasi kedelai.

Prinsip pembuatan keju fermentasi kedelai adalah penggumpalan protein

dan substansi terlarut dalam susu kedelai, pengurangan kadar air dan pemberian

proses fermentasi terhadap bahan tersebut. Proses pembuatan keju fermentasi

kedelai melalui beberapa tahap baik berupa proses fisik, kimia, maupun biologis.

Tahap tersebut secara garis besar yaitu : pembuatan susu kedalai, inokulasi,

inkubasi, pengurangan kadar air dan penggaraman.

Pembuatan susu kedelai dilakukan berdasar metode Ilinois yang

dimodifikasi yaitu dengan memperkecil perbandingan kedelai dan air sebesar 1:5

(b/v). Hal ini dimaksudkan agar susu yang dihasilkan lebih kental dan konsentrasi

substansi terlarutnya lebih tinggi. Chun dan Stone (1990) menjelaskan bahwa

dalam pembuatan susu kedelai, makin banyak air yang digunakan untuk ekstraksi

maka kadar protein yang terlarut akan makin kecil. Suhu air yang digunakan

untuk mengekstrak berkisar 80 oC, hal ini menjaga agar protein tidak

terdenaturasi. Menurut Sugiran (2007), kebanyakan protein pangan akan

terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu mendekati 90 oC selama satu jam. Namun

pemanasan merupakan proses penting pada pembuatan keju fermentasi kedelai

karena berfungsi membantu pelunakan kedelai, menginaktivasi enzim lipoksidase

penyebab ketengikan, dan menginaktivasi faktor anutrisi seperti antitripsin.

Proses utama berikutnya adalah inokulasi dan inkubasi. Dalam proses ini,

susu ditambahkan larutan laktosa dengan volume sesuai perlakuan, lalu

dicampurratakan menggunakan vortek. Konsentrasi perlakuan tersebut dipilih

dengan tujuan menjaga agar selisih persentase ketersediaan substrat tidak berbeda

Page 12: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

banyak dan menurut penelitian Yusmarini dan Effendi (2004), parameter gizi

tertinggi diperoleh dengan penambahan gula antara 6–7%. Setelah proses tersebut

maka susu ditambahkan inokulum sebanyak 10% (v/v), kemudian diinkubasi

pada suhu 37 oC selama 24 jam.

Setelah inkubasi maka dihasilkan endapan berwarna putih kekuningan

yang disebut curd dan di bagian atas merupakan cairan agak keruh yang disebut

whey. Untuk membentuk keju, maka whey yang merupakan hasil samping harus

dibuang. Kekeruhan pada whey kemungkinan karena masih ada protein yang

masih terlarut. Menurut Daulay (1991) dalam penjelasan keju susu sapi, protein

yang tidak mengendap ini disebut protein whey.

Gambar 2. Susu Kedelai

whey

curd

Gambar 3. Susu kedelai yang telah diinokulasi dan diinkubasi selama 24 jam menghasilkan padatan (curd) dan whey.

Maskimal dan tidaknya pengendapan protein dapat dipengaruhi keadaan

dan jenis koagulan. Dalam penelitian ini digunakan koagulan asam laktat yang

dihasilkan dalam fermentasi mikrobia. Protein dan substansi terlarut pada whey

menunjukan bahwa pengendapan pada pembuatan keju ini masih belum

maksimal.

Protein dan substansi terlarut yang ada pada susu kedelai mengendap

karena adanya asam laktat yang merubah pH mendekati titik isoelektris (pI). Titik

isoelektris merupakan kondisi dimana muatan molekul protein adalah nol

Page 13: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

(Sudjadi, 2008). Lebih lanjut Daulay (1991) menjelaskan bahwa dalam keadaan

normal, protein susu bermuatan negatif dan muatan ini mempertahankan protein

dalam suspensi. Muatan negatif itu akan dinetralkan oleh muatan positif dari asam

laktat. Pada keadaan inilah protein dan asam amino kehilangan kemampuan

mengikat molekul air. Winarno (1992) juga menerangkan bahwa lapisan molekul

protein bagian dalam yang bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan bagian

hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau pembakikkan ini akan membuat

protein menggumpal dan mengendap.

Curd yang telah dipisah dari whey masih berkadar air tinggi dan sangat

lengket, sehingga perlu dilakukan pengurangan kadar air. Proses ini dilakukan

dengan mengeringkan curd dengan oven dengan suhu 47 oC selama 94 jam.

Pengovenan dilakukan karena berdasakan uji pendahuluan, curd kedelai tidak

dapat dibentuk dengan alat press yang menggunakan tekanan.

Proses pengovenan tersebut memberi keuntungan dapat menguapkan air

sekaligus memberikan kesempatan fermentasi untuk berlangsung lebih lama.

Suhu tersebut merupakan suhu dimana bakteri inokulum masih dapat tumbuh.

Setelah 94 jam maka curd menjadi lebih padat, tidak begitu lengket, dan

berwarna lebih kekuningan.

Sebagai tahap akhir maka padatan tersebut direndam dalam larutan NaCl

12 % yang bertujuan mengurangi kadar asam dan menambah cita rasa produk

yang dihasilkan. Perendaman dengan air garam menyebabkan peristiwa ekstraksi

molekul sederhana hasil hidrolisis enzim yang dihasilkan oleh mikrobia ke garam

(Rahayu, 2004).

Keju ini tidak mengalami pemeraman/pematangan dalam waktu yang lama

sehingga tergolong unripened cheese (Wageningen, 2007). Pemeraman menurut

Daulay (1991) adalah proses penyimpanan keju selama periode tertentu. Fungsi

pemeraman adalah memberikan waktu pada mikrobia untuk merombak senyawa

kimia keju sehingga rasa, aroma dan tekstur sesuai dengan karakter keju yang

diinginkan.

Page 14: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

B. Tingkat Keasaman (pH) Keju Fermentasi Kedelai

Tingkat keasaman diukur berdasarkan parameter pH. Hasil pengukuran pH

setelah inkubasi dapat dilihat di tabel 2.

Tabel 2. pH susu kedelai setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC. Kelompok Setelah inkubasi 24 jam

Pencampuran 0% laktosa 3,74±0,04 a

Pencampuran 3% laktosa 3,66±0,04 ab

Pencampuran 5% laktosa 3,62±0,04 b

Pencampuran 6,5% laktosa 3,60±0,04 b

Pencampuran 8% laktosa 3,58±0,02 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan adanya beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Selama proses inkubasi terjadi perubahan pH susu kedelai yang awalnya

6,24 turun menjadi ± 3,64. Hal tersebut menunjukan adanya pemanfaatan susu

kedelai sebagai substrat oleh BAL, sehingga terjadi proses fermentasi dengan

hasil asam laktat. Hasil pengukuran pH dianggap sebanding dengan kadar asam

laktat tersebut karena L. bulgaricus dan Lact. lactis merupakan bakteri

homofermentatif.

Menurut Sadarwati (1985), Lactobacillus dan Lactococcus merupakan

bakteri homofermentatif asam laktat dan selanjutnya Purwoko (2007) menjelaskan

bahwa golongan tersebut melakukan glikolisis melalui jalur Embden Meyerhoff

Parnas (EMP). Susu kedelai dan laktosa diubah menjadi glukosa oleh β-

galaktosidase dan glikolase yang dimiliki BAL (Cagno et al, 2002). Kemudian

Madigan et al (1997) menyampaikan bahwa glukosa ini akan dioksidasi menjadi

2 piruvat dan melepaskan 2 ATP . Proses ini dikenal dengan glikolisis. Kemudian

piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi asam laktat yang dipengaruhi laktat

dehidrogenase.

Nur (2005) membuktikan bahwa pH 3,64 masih termasuk pH optimum

bagi aktivitas BAL karena masih berkisar 3-8. Bakteri dapat mempertahankan pH

internal pada kisaran netral pada saat pH ekstraseluler turun (Purwoko, 2007).

Berdasarkan penelitian maka kadar pencampuran laktosa berbanding lurus

dengan turunnya pH produk. Dengan uji Tukey taraf kepercayaan 95%,

Page 15: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

menunjukan bahwa pH sampel keju dengan pencampuran 0% laktosa (kontrol)

berbeda nyata dengan pencampuran 3% dan 8%, sedangkan untuk 5% dan 6,5%

tidak menunjukan beda nyata antar keduanya. Pencampuran 8% laktosa

menghasilkan pH terendah, sedangkan pH tertinggi dihasilkan pada kontrol.

Perbedaan tersebut menunjukan bahwa pencampuran laktosa berpengaruh

terhadap kadar asam laktat yang dihasilkan pada proses inkubasi.

Laktosa merupakan sumber karbon yang akan dimanfaatkan oleh L.

bulgaricus dan Lact. lactis untuk memperoleh energi. Semakin banyak laktosa

yang ada pada substrat maka metabolisme akan semakin meningkat, sehingga

kadar asam laktat yang dihasilkan juga semakin banyak. Akibat tingginya kadar

asam maka pH produk akan semakin rendah. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Yusmarini dan Effendi (2004) bahwa semakin banyak penambahan

sumber gula yang dapat dimetabolisir, maka semakin banyak pula asam organik

yang dihasilkan.

C. Tebal Padatan Keju Fermentasi Kedelai

Salah satu tujuan optimasi adalah meningkatkan produk secara kuantitatif.

Pengukuran ketebalan dianggap mewakili volume total setiap sampel karena botol

kaca yang digunakan sebagai wadah mempunyai bentuk dan ukuran yang sama.

Hasil pengukuran tebal padatan disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Rata-rata tebal padatan keju fermentasi kedelai. Kelompok Rata-rata tebal padatan (mm)

Pencampuran 0% laktosa 52,08 ± 3,41 a

Pencampuran 3% laktosa 48,67 ± 1,26 ab

Pencampuran 5% laktosa 48,67 ± 0,80 ab

Pencampuran 6,5% laktosa 47,42 ± 1,53 ab

Pencampuran 8% laktosa 46,42 ± 1,13 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan adanya beda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

Padatan atau yang biasa disebut curd adalah hasil koagulasi substansi

terlarut pada susu kedelai. Jumlah padatan ditentukan oleh banyaknya substansi

yang mengendap selama proses inkubasi. Banyaknya pengendapan dipengaruhi

oleh jenis, jumlah dan keadaan koagulan, yang dalam penelitian adalah asam

Page 16: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

laktat hasil metabolisme bakteri. Metabolisme bakteri akan berjalan maksimal

apabila faktor-faktor lingkungan mendukung, diantaranya ketersediaan nutrisi

pada substrat dan pH.

Berdasarkan hasil penelitian maka rata-rata padatan yang diperoleh dari

150 ml susu kedelai adalah 48,65 mm. Tabel tersebut juga menunjukan bahwa

pencampuran laktosa sampai kadar tertentu memberikan pengaruh nyata terhadap

tebal padatan. Pencampuran 8% laktosa menghasilkan curd paling sedikit yaitu

dengan tebal 46,42 mm dan berbeda nyata dengan kontrol yaitu 52,08 mm.

Sedangkan untuk pencampuran 3%, 5% dan 6,5% tidak menunjukan beda nyata

satu sama lain.

Pencampuran laktosa akan menyebabkan ketersediaan substrat yang

berbeda. Paling sedikitnya padatan pada pencampuran 8% laktosa disebabkan

karena substrat susu kedelai berada pada jumlah yang paling sedikit. sedangkan

jumlah curd terbanyak didapat pada control, yang disebabkan karena komposisi

subtrat adalah semuanya susu kedelai tanpa ada persentase pencampuran laktosa.

Dalam substrat tanpa pencampuran laktosa, pertumbuhan BAL lebih

lambat dari perlakuan lain dimana. Lambatnya pertumbuhan menyebabkan

sedikitnya jumlah asam laktat yang dihasilkan pada saat inkubasi. Kadar asam

laktat yang kecil pada substrat ini menyebabkan pH substrat menjadi paling besar

dan paling mendekati pH isoelektris protein kedelai. Dalam pengendapan

substansi terlarut, juga dipengaruhi perbandingan antara ketersediaan substrat dan

koagulan, dimana apabila jumlah koagulan telah mencukupi untuk mengkoagulasi

semua substansi substrat, maka adanya tambahan koagulan tidak akan menambah

adanya padatan.

Kontrol yang mempunyai pH (3,76) adalah paling mendekati titik

isoelektris protein kedelai dibanding kelompok lain. Sesuai penjelasan Suhaidi

(2003) bahwa sebagian protein kedelai berupa globulin yang mengendap dengan

maksimal pada pH 4,1-4,6.

Pencampuran 8% laktosa memungkinkan BAL memperoleh banyak

sumber karbon untuk metabolisme, sehingga asam laktat yang dihasilkan juga

makin banyak dan pH menjadi paling rendah (3,58). Keadaan ini membuat

Page 17: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

penggumpalan protein tidak berlangsung maksimal karena pH menjauhi titik

isoelektris protein kedelai.

Pencampuran laktosa sebagai proses optimasi keju fermentasi kedelai

ternyata tidak memberikan peningkatan secara kuantitatif. Bakteri yang dipacu

laktosa justru membuat kadar asam menjadi terlampau tinggi. Sedangkan untuk

mengendapkan substansi terlarut pada susu kedelai secara maksimal dibutuhkan

pH yang mendekati titik isoelektrisnya. Dengan demikian pH akan mempengaruhi

terhadap jumlah padatan yang dihasilkan.

D. Kadar Protein Total dan Protein Terlarut Keju Fermentasi Kedelai

Nilai penting pembuatan keju fermentasi kedelai adalah untuk

memperoleh makanan yang berkadar gizi tinggi. Parameter gizi yang penting

dalam produk olahan kedelai adalah protein. Dalam penelitian ini dilakukan

pengukuran terhadap kadar protein total, protein terlarut. Pengukuran dilakukan

pada tahap akhir pembuatan. Adapun hasil pengukuran disajikan dalam tabel 4

berikut :

Tabel 4. Rata-rata kadar protein total dan protein terlarut keju fermentasi kedelai Kelompok Protein total (%) Protein terlarut (%)

Pencampuran 0% laktosa 33,20±1,83 a 32,44±7,02

Pencampuran 3% laktosa 31,06±2,71 a 27,47±3,37

Pencampuran 5% laktosa 29,83±2,58 ab 26,09±4,60

Pencampuran 6,5% laktosa 28,16±1,21 ab 24,71±1,55

Pencampuran 8% laktosa 27,43±1,96 b 23,02±5,48

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan adanya beda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

1. Kadar Protein Total

Berdasar penelitian ini, total protein rata-rata dalam keju fermentasi yang

dihasilkan adalah 29,94%. Protein kedelai diklasifikasikan berdasarkan analisis

ultrasentrifugal yang dilakukan Wijaya dan Rohman (2001), menjadi fraksi 2S,

7S, 11S, dan 15S. Fraksi 2S terdiri dari antitripsin dan sitokinin, sedangkan

fraksi 7S terdiri dari lipoksigenase, amilase, dan globulin. Fraksi 11S terdiri

dari globulin, sedangkan fraksi 15S terdiri dari polimer protein. Fraksi 7S

mempunyai titik isoelektrik sebesar 4,8 dan fraksi 11S sebesar 6,4.

Page 18: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

Hasil pengukuran menunjukan bahwa susu dengan pecampuran 0% dan

3% laktosa menunjukan kadar protein total tertinggi. Kadar pencampuran 0-6,5%

tidak menunjukan adanya beda nyata, tetapi untuk 0% dan 3% berbeda nyata

dengan pencampuran 8% laktosa dimana pada taraf ini kadar protein total adalah

paling rendah yaitu 27,46%. Sedangkan 8% sendiri tidak berbeda nyata dengan

pencampuran 5% dan 6,5%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

pencampuran 8% laktosa memberikan pengaruh nyata yaitu menurunkan kadar

protein total sebanyak 5,77%.

Kadar protein total yang relatif rendah pada konsentrasi pencampuran 8%

laktosa kemungkinan disebabkan oleh pengendapan substansi protein susu kedelai

yang tidak maksimal karena pH jauh dari titik isoelektrisnya. Pengaruh lain adalah

tingginya kadar asam akan memperkecil kelangsungan hidup BAL sehingga

proses fermentasi tidak maksimal. Fermentasi pada pH optimum akan

meningkatkan jumlah sel sehingga jumlah protein juga akan meningkat karena

ada pengayaan protein yang ada pada tiap sel bakteri (Yusmarini, 1997).

Weiser (1962) mengemukakan bahwa Lactobacillus dan Lactococcus

merupakan bakteri yang punya toleransi tinggi terhadap asam namun mereka

hanya hidup pada lingkungan asam dalam waktu yang singkat. Sehingga bakteri

tidak cukup punya waktu untuk melakukan fermentasi secara optimal untuk

terjadinya pengayaan protein. Salminen dan Wright (1993) menjelaskan pH

optimum untuk Lactobacillus dan Lactococcus adalah 5,4-5,8.

Purwitasari (2004) membuktikan bahwa pertumbuhan mikroba akan

terhambat oleh terakumuluasinya senyawa metabolit yang dapat bersifat toksik.

Kusumawati et al (2003) menjelaskan bahwa keadaan pH terlalu rendah akan

menguras banyak energi untuk menjaga homeostasis. Perbedaan gradien proton

yang besar mengakibatkan terjadinya akumulasi anion asam organik dalam sitosol

yang bisa bersifat racun bagi sel.

Dalam media dengan banyak laktosa maka pertumbuhan bakteri akan

berlangsung cepat mencapai fase esponensial, namun juga cepat mencapai fase

kematian karena akumulasi asam laktat yang banyak. Sedangkan pada media

tanpa penambahan laktosa, pertumbuhan tidak begitu cepat tetapi lebih

Page 19: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

kelangsungan hidupnya berlangsung lebih lama sehingga mendukung pengayaan

protein setelah inkubasi. Berdasarkan uji korelasi maka terdapat hubungan nyata

antara pH dan protein total.

Protein yang ada pada keju fermentasi kedelai sendiri berasal dari protein

kedelai yang mengendap, pengayaan protein oleh metabolism bakteri dan protein

yang menyusun sel-sel bakteri. Selain globulin, protein kedelai dapat berupa

proteosa, prolamin dan albumin yang bersifat larut dalam air. Larutnya sebagaian

besar protein terlarut terjadi pada saat penyarian. Kemudian setelah mengendap,

maka terjadi pengayaan melalui proses fermentasi. Dalam fermentasi akan terjadi

perombakan protein kompleks menjadi protein sederhana maupun asam amino

yang lebih mudah dicerna (Yusmarini, 1997).

2. Protein Terlarut

Sesuai penelitian Purwitasari (2004), untuk mengukur protein terlarut

maka digunakan metode lowry. Dalam proses fermentasi, senyawa protein

komplek mengalami proteolisis menjadi fraksi peptide yang lebih pendek dan

asam amino sehingga meningkatkan kadar protein terlarut (Rahayu, 2004).

Berdasarkan penelitian maka diperoleh rata-rata protein terlarut sebesar

26,75%. Hal itu menunjukan bahwa dalam proses penyarian terjadi ekstraksi

protein terlarut dalam air yang cukup banyak. Hasil uji Tukey taraf kepercayaan

95% menunjukan bahwa pencampuran laktosa tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap kadar protein terlarut.

Dalam pengendapan, tidak seluruh protein terlarut dapat mengendap oleh

asam, tetapi ada yang masih larut dalam whey. Bervariasinya kadar protein terlarut

kemungkinan disebabkan perbedaan jumlah whey yang terbuang maupun

tertinggal dalam proses pemishan curd. Adanya protein whey yang masih belum

terpisah dari curd akan mengendap dalam proses pengovenan. Pengovenan

merupakan proses pengurangan kadar air dengan cara menguapkan molekul air.

Kadar protein terlarut yang relatif tidak berbeda secara statistik

kemungkinan disebabkan karena aktivitas bakteri dalam memetabolisir protein

terlarut hanya terjadi pada saat inkubasi. Pada keadaan pengeringan dimana kadar

air sudah berkurang tidak terjadi pengayaan protein terlarut oleh bakteri secara

Page 20: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

signifikan sehingga kadarnya tidak berubah. Berbeda dengan protein total dimana

pada kontrol terjadi pengayaan protein bukan terlarut oleh aktivitas bakteri.

Berdasarkan uji korelasi, nilai pH lebih berpengaruh terhadap protein total

dari pada protein terlarut. Keadaan demikian dapat terjadi karena pengayaan

protein cenderung disebabkan oleh sel bakteri dan oleh aktivitas bakteri pada

protein bukan terlarut. Sehingga terjadinya fermentasi dengan ada tidaknya

laktosa akan berpengaruh terhadap peningkatkan jumlah protein total namun

bukan protein terlarut.

E. Kadar Lemak Total Keju Fermentasi Kedelai

Tabel 5. Rata-rata kadar lemak total keju fermentasi kedelai Kelompok Lemak total (%)

Pencampuran 0% laktosa 21,84±0,67 a

Pencampuran 3% laktosa 21,31±1,67 a

Pencampuran 5% laktosa 22,07±0,75 a

Pencampuran 6,5% laktosa 21,45±0,10 a

Pencampuran 8% laktosa 17,13±2,50 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan adanya beda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

Menurut Koswara (1995), kedelai mengandung 18-20% lemak dan 85%

dari jumlah tersebut merupakan asam lemak tak jenuh yang bebas kolesterol.

Lemak total diukur menggunakan metode soxhlet yang mempunyai prinsip

melarutkan lemak dengan dietileter dalam alat ekstraksi, sehingga perbandingan

berat awal dan berat akhir sampel merupakan botot lemak (Sudarmadji dkk,

1994).

Berdasarkan penelitian ini, rata-rata kadar lemak keju fermentasi kedelai

adalah sebesar 20,76%. Hasil uji statistik menunjukan bahwa pencampuran

laktosa sampai kadar 6,5% tidak memberikan pengaruh terhadap kadar lemak

total. Pengaruh nyata terjadi pada pencampuran 8% laktosa yaitu menurunkan

kadar lemak dari perlakuan lain sebesar 21,31-22,07% menjadi hanya sebesar

17,13%.

Rendahnya kadar lemak total pada pencampuran 8% laktosa kemungkinan

disebabkan bakteri lebih banyak memanfaatkan laktosa sebagai sumber karbon

Page 21: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

daripada merombak lemak. Purwadaria et al (2003) menjelaskan bahwa bakteri

akan lebih memilih sumber karbon yang lebih mudah dicerna. Sehingga apabila

dalam substrat tumbuh terdapat laktosa maka bakteri akan lebih memilihnya untuk

dicerna daripada memfermentasi lemak kedelai.

Menurut Kasmidjo (1990), kadar lemak dapat meningkat oleh konversi

karbohidrat. Lebih lanjut Wilbraham dan Matta (1992) menjelaskan bahwa

senyawa kunci yang menghubungkan metabolisme karbohidrat dengan sintesis

asam lemak ialah asetil KoA.

Pencampuran laktosa sebagai usaha penyediaan sumber karbon dalam

subtrat sehingga metabolisme BAL berlangsung optimal telah tercapai. Hal

tersebut dilihat dari tingkat keasaman yang meningkat seiring penambahan

konsentrasi laktosa yang dicampurkan pada susu kedelai. Namun peningkatan

yang terlalu tinggi pada pH atau kadar asam justru merugikan dalam proses

pembuatan keju fermentasi kedelai karena yang pH melewati titik isoelektris

mengakibatkan penggumpalan protein dan substansi terlarut menjadi tidak

maksimal.

Bakteri inokulum diinokulasikan pada susu pada fase eksponensial dimana

metabolisme maksimal sehingga asam cepat diproduksi dalam jumlah yang

banyak. Dengan adanya sumber karbon berupa laktosa dalam media akan

memberikan ketersediaan nutrisi bagi bakteri tersebut. Namun kemungkinan fase

eksponensial tersebut tidak berlangsung lama karena adanya hambatan

pertumbuhan oleh metabolit sekunder yang dihasilkan. Adanya perbedaan

konsentrasi laktosa dalam subtrat akan berpengaruh pada fase eksponensial yang

cepat ini dengan meningkatkan jumlah asam, namun banyaknya asam juga

berbanding lurus dengan hambatan pertumbuhan terhadap bakteri itu sendiri.

F. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Produk

Pengujian tingkat kesukaan konsumen terhadap produk dilakukan dengan

uji organoleptik terhadap 23 responden tak terlatih. Parameter yang dinilai adalah

warna, aroma dan rasa produk, dan juga dilakukan pembandingan terhadap tahu

dan keju komersial. Hasil penghitungan terhadap rata-rata penilaian responden

disajikan dalam histogram berikut :

Page 22: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

Histogram Tingkat Penerimaan Konsumen

0

1

2

3

4

5

0% lak 3% lak 5% lak 6,5% lak 8% lak keju tahu

kelompok perlakuan

tingka

t ke

suka

an

warna

aroma

rasa

Gambar 4. Histogram tingkat kesukaan konsumen terhadap keju fermentasi

kedelai, keju komersial dan tahu.

Berdasarkan histogram tersebut terlihat bahwa rata-rata keju fermentasi

berada pada skala 2-3 dimana itu menujukan bahwa warna, aroma keju fermentasi

berpredikat tidak disukai. Keju komersial masuk dalam kategori disukai,

sedangkan tahu masuk dalam kategori biasa. Untuk rasa, keju fermentasi kedelai

berada satu kategori dengan tahu yaitu tidak disukai. Pencampuran laktosa sendiri

tidak berpengaruh terhadap tingkat kesukaan konsumen terhadap keju fermentasi

kedelai. Tingkat kesukaan konsumen sangat dipengaruhi oleh selera dan

kebiasaan konsumsi makanan konsumen

Warna makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya terbentuknya

warna gelap pada suatu bahan terjadi karena adanya reaksi antara gula reduksi dan

protein (Winarno 1997). Fardiaz (1992) juga mengunkapkan adanya enzim pada

mikrobia yang mampu memecah molekul sederhana akan merubah sifat-sifat

makanan seperti bau, rasa, warna dan tekstur. Tekstur keju fermentasi dalam

penelitian adalah padat tanpa adanya rongga udara. Hal tersebut terjadi karena S.

lactis merupakan bakteri fermentor yang menghasilkan sedikit gas

Rasa keju fermentasi kedelai masuk dalam kategori tidak disukai. Hal

tersebut kemungkinan disebabkan tingginya kadar asam pada produk. Rasa asam

timbul karena bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Lactococcus lactis

menghidrolisis substrat susu kedelai dan laktosa menjadi asam laktat sehingga

keasaman meningkat. Selain membentuk asam laktat, hidrolisis laktosa oleh

kedua spesies bakteri tersebut dan juga metabolisme nitrogen dari hidrolisis

Page 23: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

protein terutama oleh L. bulgaricus menghasilkan senyawa asetaldehid yang

memberikan aroma khas pada produk fermentasi kedelai (Suriasih, 2001).

Sebagaimana parameter organoleptik lain, aroma asam yang kuat juga

akan mengurangi selera konsumen. Dalam keju fermentasi kedelai, flavor juga

dipengaruhi konsentrasi garam yang digunakan dalam pemeraman. Sebagian

responden mengungkapkan bahwa rasa yang paling menyengat dari produk ini

adalah asam dan asin sehingga apabila orientasi pembuatan produk adalah

kesukaan konsumen maka perlu adanya modifikasi terhadap konsentrasi sumber

gula dan garam yang lebih sesuai.

KESIMPULAN

Pencampuran laktosa pada pembuatan keju fermentasi berpengaruh

terhadap tebal padatan, kadar protein total, dan kadar lemak total tetapi tidak

memberikan pengaruh terhadap protein terlarut dan nilai organoleptik produk

yang dihasilkan.

Ketebalan padatan tertinggi diperoleh pada pencampuran 0% laktosa yaitu

52,08 mm. Kadar protein total tertinggi diperoleh pada pencampuran 0% dan 3%

laktosa yaitu sebesar 33,20% dan 31,06%. Pencampuran laktosa sampai 6,5%

tidak memberikan pengaruh terhadap kadar lemak total (21,31 – 22,07%),

pencampuran sebanyak 8% menurunkan nilai lemak sehingga menjadi 17,13%.

Keju fermentasi kedelai yang dihasilkan dalam penelitian berpredikat tidak

disukai.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, M, S. 1997. Studi Pendahuluan Pembuatan Keju Kedelai Bercitarasa Indonesia Sebagai Salah Satu Usaha Penganekaragaman Makanan. Skripsi. Jurusan Biologi ITB, Bandung.

Astuti, S. 2002. Tinjauan Aspek Mutu dalam Industri Pangan. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Cagno et al. 2002. Proteolysis by Sourdough Lactic Acid Bacteria: Effects on Wheat Flour Protein Fractions and Gliadin Peptides Involved in Human Cereal Intolerance. Applied and Environmental Microbiology. http://www.pubmedcentral.nih.gov/tocrender.fcgi?journal=83&action=archive [01 Juni 2007].

Page 24: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

Chun, Y, C. dan Stone, M, B. 1990. Effect of Total Soymilk Solids on Acids Production by Selected Lactobacilli. Journal of Food Science. 55(6):1643-1646.

Danuswara. 2006. “Analisis Proksimat dan Asam Lemak pada Beberapa Komoditas Kacang-kacangan”. Buletin Ilmu Pertanian. 11(1):5-8.

Daulay, D. 1991. Buku/Monograf Fermentasi Keju. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pengan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Rajad Grafindo Persada, Jakarta.

Febria, F, A. 2004. Pembuatan keju ‘Soycheese’ Sebagai Produk Alternatif Pengolahan Kedelai (Glycine max) dengan Menggunakan Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus lactis. http://digilib.sith.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi [24 Maret 2007].

Girindra, A. 1979. Faktor Anti Triptik Kedelai. Disertasi. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kasmidjo, R. B. 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. PAU UGM, Yogyakarta.

Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Kusumawati, N. et al. 2003. Seleksi Bakteri Asam Laktat Indigenus sebagai Galur Probiotik dengan Kemampuan Menurunkan Kolesterol. Jur. Mikrobiolohi Indonesia. 8(2):39-43.

Nur, H, S. 2005. Pembentukan Asam Organik oleh Isolat Bakteri Asam Laktat pada Media Ekstrak Daging Buah Durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae. 2(1):15-24.

Purwadaria, T., Kompiang, I, P., Darma, J., Supriyati, Sudjatmika, E. 2003. Isolasi dan penapisan mikroba untuk probiotik unggas dan pertumbuhannya pada berbagai sumber gula. JITV Balai Penelitian Ternak 8(2):76-83.

Purwitasari, E. 2004. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Kadar Protein Saccaromyces cerevicae dalam Pembuatan Protein Sel Tunggal. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikrobia. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rahayu, A. 2004. Analisis Karbohidrat, Protein dan Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) Terfermentasi Aspergillus oryzae. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Page 25: PENGARUH PENCAMPURAN LAKTOSA DAN NILAI …/PENGARUH... · pembuatan keju tersebut adalah penggumpalan bahan terlarut pada susu kedelai dengan bantuan asam yang dihasilkan oleh bakteri

Sadarwati, H, E, P. 1985. Penelitian kemungkinan Penggumpalan Protein Susu Kedelai oleh Bakteri Streptococcus lactis. Thesis. Jurusan Biologi ITB, Bandung.

Salminen, S. dan Wright, A,V. 1993. Lactic Acid Bacteria. Marcel Dekker, Inc. New York, Basel, Hongkong.

Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Penerbit Kanisius

Sugiran, G. 2007. Efek Pengolahan Terhadap Zat Gizi Pangan. Makalah. Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung.

Suhaidi, I. 2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai dan Zat Penggumpal Terhadap Mutu Tahu. Makalah. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suriasih, K. 2002. Pengaruh Substitusi Starter Yoghurt dengan Cairan Tape Ketan Terhadap Karakteristik Yogurt yang Dihasilkan. Naskah Publikasi. Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Wageningen. 2007. Cheese Production. http://www.nationaldairycouncil.org/ [27 Januari 2008].

Weiser, H, H. 1962. Practical Food Microbiology and technology. The Avi Publishing Company, Inc, London.

Widiyanti, D. 2004. Pembuatan Keju Dari Bahan Baku Kedelai Dengan Proses Fermentasi oleh Bakteri Lactobacillus bulgaricus (Luerssen dan Kuhn) Holland dan Jamur Penicillium roqueforti Thom. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Departemen Teknologi ITB, Bandung

Widowati, S dan Misgiyarta. 2002. Efektivitas Bakteri Asam Laktat (BAL) pada Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. 360-373, Bogor.

Wijaya, S. K. S dan Rohman, L. 2001. Fraksinasi dan Karakterisasi Protein Utama Biji Kedelai. Jurnal Ilmu Dasar 2(1):49-54.

Wilbraham, A. C. dan Matta, M. S. 1992. Pengantar kimia organik dan hayati diterjemahkan oleh S. Achmasi. Penerbit ITB, Bandung.

Winarno, F, G. 1986. Enzim Pangan. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.

Yusmarini dan Efendi, R. 2004. Evaluasi Mutu Soygurt yang dibuat dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula. Jurnal Natur Indonesia 6(2):104-110.

Yusmarini. 1997. Perubahan Oligosakarida dan Fraksi Protein Selama Proses Pembuatan Yogurt dari Susu Kedelai. Tesis. Prodi Ilmu dan Teknologi Pangan. Program Pasca Sarjana Jur. Ilmu Pertanian UGM, Yogyakarta.