pengaruh pembiayaan bank syariah, pengeluaran …
TRANSCRIPT
I
PENGARUH PEMBIAYAAN BANK SYARIAH, PENGELUARAN
PEMERINTAH, DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yunie Muliana
11160860000047
Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2020
II
PENGARUH PEMBIAYAAN BANK SYARIAH, PENGELUARAN
PEMERINTAH, DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yunie Muliana
11160860000047
Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2020
III
PENGARUH PEMBIAYAAN BANK SYARIAH, PENGELUARAN
PEMERINTAH, DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Yunie Muliana
11160860000047
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Nofrianto, M. Ag. Ady Cahyadi, SE., M. Si.
NIP.19761111200312100 NIP.-
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 2020
IV
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini tanggal Dua Bulan Februari Tahun dua ribu dua puluh telah dilakukan
ujian Komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Yunie Muliana
2. NIM : 11160860000047
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pembiayaan Bank Syariah, Pengeluaran
Pemerintah, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 02 Februari 2020
1. Dr. Nofrianto, M. Ag. ( )
NIP.197611112003121002 Penguji I
2. Ady Cahyadi, SE., M. Si. ( )
NIP. Penguji II
V
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis tangga Sembilan Buln Juli Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah
dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa :
3. Nama : Yunie Muliana
4. NIM : 11160860000047
5. Jurusan : Ekonomi Syariah
6. Judul Skripsi : Pengaruh Pembiayaan Bank Syariah, Pengeluaran
Pemerintah, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juli 2020
1. Dr. Erika Amelia, S.E., M. Si ( )
NIP. 197711092009122001 Ketua
2. Dr. Nofrianto, M. Ag. ( )
NIP.197611112003121002 Pembimbing I
3. Ady Cahyadi, SE., M. Si. ( )
NIP. Pembimbing II
4. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M. Si ( )
NIP. Penguji Ahli
VI
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yunie Muliana
NIM : 11160860000047
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 2020
Yang Menyatakan
(Yunie Muliana)
VII
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Yunie Muliana
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 26 Juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Pamengger RT/RW 05/04 Kecamatan
Jatibarang Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
Tengah
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
SD N Pamengger 01 (2004-2010)
SMP N 1 Jatibarang (2010-2013)
SMK N 1 Slawi (2013-2016)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2020)
ORGANISASI
Anggota Lisensi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017-2018)
Anggota Lisensi Divisi PPM UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2018-2019)
VIII
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembiayaan bank syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode analisis Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel pembiayaan bank syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, hal ini menunjukkan pembiayaan bank syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi memerlukan waktu untuk berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun dalam jangka panjang hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan bank syariah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi,
pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan Investasi berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kata kunci :perbankan syariah, pengeluaran pemerintah, investasi, VECM
IX
Abstarct
This study aims to analyze the influence of Islamic bank financing,
government expenditure, and investment on economic growth in Indonesia
from 2003 to 2019. This type of research is quantitative descriptive using the
Vector Error Correction Model (VECM) analysis method. The results showed
that in the short term the variables of Islamic bank financing, government
spending, and investment did not have a significant effect on economic
growth in Indonesia, this shows that Islamic bank financing, government
spending, and investment needed time to influence economic growth in
Indonesia. But in the long run the results of the study show that Islamic bank
financing has a significant and negative effect on economic growth,
government spending has a positive and significant effect on economic
growth in Indonesia, and investment has a significant and negative effect on
economic growth in Indonesia.
Keywords: Islamic banking, government spending, investment, VECM
X
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak luput
penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan pihak dari
mulai periode perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi ini, sangat sulit
bagi penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah berjasa, antara lain :
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Suwanto dan Ibu Purwaningsih yang
2. senantiasa mendoakan dan mendukung penulis dalam kondisi apapun serta
menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Kakak penulis, mba Gita, mas Gagas, mba Linggih, Abang Hendro, mb
Sri, dan a Fahri yang selama ini sudah sangat membantu serta berkorban
tenaga, fikiran, dan materi untuk membiayai penulis kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selain itu, untuk ponakanku tersayang Husna dan
Khanza yang selalu menghibur.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak.,M.Si.,CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M. Si., selaku ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan ibu Dwi Nur’aini Ihsan, M.M. selaku sekretaris Program
Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
XI
6. Bapak Dr. Nofrianto, M. Ag. dan Bapak Ady Cahyadi, SE., M. Si. selaku
dosen pembimbing penulis yang sudah sabar memberikan arahan kepada
penulis dalam proses penulisan skripsi penulis.
7. Bapak Sofyan Rizal, M.Si. dan Bapak Ady Cahyadi, SE., M. Si., selaku
dosen penguji seminar proposal yang telah memberikan perbaikan dan
arahan terhadap skripsi penulis.
8. Semua dosen yang selama ini telah memberikan banyak ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan ini dengan baik, serta kepada seluruh staf akademik dan
karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepada keluarga besar Lisensi atas ilmu dan pengalaman yang sangat
bermanfaat untuk penulis.
10. Sahabat penulis, Deti dan Astria yang selalu menjadi sahabat dalam suka
dan duka, selalu memotivasi dalam berbagai hal termasuk dalam penulisan
skripsi ini.
11. Teman-teman Ekonomi Syariah tahun 2016, terima kasih atas
kebersamaannya selama awal perkuliahan hingga saat ini.
12. Kepada ka Riri rekan kerja di Studia Center yang selamai ini sudah
menjadi saudara penulis yang selalu memberi pengaruh yang positif
kepada penulis serta setia mendengarkan cerita penulis.
13. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, hal
itu tidak mengurangi rasa terima kasih penulis. Semoga kebaikan kalian
semua Allah balas dengan balasan kebaikan yang berlipat ganda.
XII
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. III
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... V
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... VI
ABSTRAK .................................................................................................. VII
KATA PENGANTAR .................................................................................. X
DAFTAR ISI ............................................................................................... XII
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... XII
DAFTAR TABEL ..................................................................................... XIV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. XV
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 19
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 20
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 20
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori ............................................................................... 22
1. Pertumbuhan Ekonomi : Konvensional dan Islam ................. 22
2. Pembiayaan Bank Syariah dan Pertumbuhan ekonomi ......... 25
3. Pengeluaran Pemerintah Pertumbuhan Ekonomi .................. 27
4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi .................................... 30
B. Penelitian Terdahulu .................................................................... 33
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 41
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 42
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data .................................................................. 44
B. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 44
C. Metode Analisis Data .................................................................. 45
D. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 49
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
XIII
A. Temuan Hasil Penelitian ............................................................... 51
B. Pembahasan ................................................................................. 60
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 64
B. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 67
LAMPIRAN ................................................................................................. 73
XIV
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2003-2019 (dalam
persen) ........................................................................................................... 2
Grafik 1.2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003 -
2019 ( Miliar Rupiah)..................................................................................... 3
Grafik 1.3.Total Belanja Pegawai , Belanja Barang/Jasa, dan Belanja Modal
Dalam Realisasi APBN Tahun 2003-2019 (Miliar Rupiah) .......................... 5
Grafik 1.4. Total PMDN dan PMA di Indonesia Tahun 2003-2019 (Miliar
Rupiah) ........................................................................................................... 9
Grafik 1.5.Total Pembiayaan Bank Syariah Oleh BUS, UUS, dan BPRS di
Indonesia Tahun 2003 Sampai Tahun 2019 (Miliar Rupiah)....................... 13
XV
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2003 Sampai Dengan 2019 ............................................................... 11
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................... 34
Tabel 3.1. Variabel dan Sumber Data ......................................................... 44
Tabel 4.1. Uji Akar Unit Tingkat Level ....................................................... 52
Tabel 4.2. Uji Akar Unit Tingkat First Difference....................................... 52
Tabel 4.3. Uji Akar Unit Tingkat Second Difference .................................. 52
Tabel 4.4. Uji Lag Optimal Model ............................................................... 54
Tabel 4.5. Uji Konitegrasi Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) ....... 55
Tabel 4.5. Uji Konitegrasi Unrestricted Cointegration Rank Test (Max
Eigenvalue) .......................................................................................................... 55
Tabel 4.6. Hasil Estimasi VECM ................................................................. 56
Tabel 4.7. Hasil Uji IRF .............................................................................. 57
Tabel 4.8.Dekomposisi Variansi .................................................................. 59
XVI
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Penelitian ..................................................................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika ekonomi global sedang mengalami kondisi perlambatan pada
tahun 2019, Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang
positif pada angka 5%. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia mempunyai
kekuatan untuk bertahan dalam kondisi yang tidak menentu. Sumber
kekuatan Indonesia tersebut bersumber dari dua faktor, yaitu adanya
kekuatan investasi serta konsumsi masyarakat yang tinggi.
Kekuatan investasi tersebut dapat terlihat dari nilai realisasi PMA
dan PMDN pada triwulan IV tahun 2019 mengalami peningkatan 12
persen dari periode yang sama pada tahun 2018. Tingkat konsumsi di
Indonesia yang tinggi Indonesia terlihat dari produksi sektor peternakan
yang mengalami peningkatan, hal ini terbukti adanya peningkatan
permintaan pada komoditas ayam ras, telur ayam, dan sapi (Kementerian
PPN/BAPENAS, 2020).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari
kegiatan ekonomi yang meningkat dari satu periode ke periode berikutnya.
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi dari periode
sebelumnya ke periode berikutnya mampu menjelaskan bahwa faktor-
faktor yang dilibatkan dalam proses produksi berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, (Boediono, 1985). Menurut Sukirno (2008) yang
2
termasuk dalam faktor produksi adalah tanah, tenaga kerja, modal, dan
keahlian.
Faktor-faktor produksi tersebut mempunyai peran yang sangat
penting dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
melalui peningkatan barang dan jasa yang dihasilkan. Oleh karena itu,
diperlukan upaya pemerintah untuk mengoptimalisasikan faktor-faktor
tersebut dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2003-2019
(dalam persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
Berdasarkan grafik 1.1, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia selama tujuh belas tahun terakhir rata-rata sekitar 5%.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2010 sebesar 6,22%
sedangkan pada tahun 2009 adalah pertumbuhan ekonomi terendah selama
tujuh belas tahun terakhir. Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi di
4.785.03
5.695.5
6.356.01
4.636.22
6.176.03
5.565.02
4.795.025.07
5.175.02
0 1 2 3 4 5 6 7
2003
2005
2007
2009
2011
2013
2015
2017
2019
Pertumbuhan Ekonomi
3
Indonesia mengalami penurunan 0,15% dari tahun sebelumnya disebabkan
adanya perlambatan ekonomi secara global, namun apabila dilihat dari
grafik Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada
angka 5%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan
usaha jasa lainnya sebesar 10,78 persen. Sedangkan dilihat dari sisi
pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh komponen
pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,97%.
Grafik 1.2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2003-2019 (Miliar Rupiah)
Sumber : Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
Dalam kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2019, nilai PDB
Indonesia atas dasar harga (adh) berlaku menunjukkan peningkatan cukup
signifikan, yakni berturut-turut sebesar 1.840.854,9 miliar rupiah (2003),
1840854.9
2083077.9
2458234.3
2967040.3
3534406.5
4427633.5
5141414.4
6446851.9
7419187.1
8230925.9
9087276.5
10569705.3
11526332.8
12401728.5
13589825.7
14838311.5
15833943.4
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
4
2.083.077,9 miliar rupiah (2004), 2.458.234,3 miliar rupiah (2005),
2.967.040,3 miliar rupiah (2006), 3.534.406, 5 miliar rupiah (2007),
4.427.633,5 miliar rupiah (2008), 5.141.414,4 miliar rupiah (2009),
6.446.851,9 miliar rupiah (2010); 7.419.187,1 miliar rupiah (2011);
8.230.925,9 miliar rupiah (2012); 9.087.276,5 miliar rupiah (2013);
10.569.705,3 miliar rupiah (2014); 11.526.332,8 (2015); 12.401.728,5
(2016); 13.589.825,7 (2017) 14.838.311,5 (2018); dan 15.833.943.4 miliar
rupiah (2019). Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa selama tujuh belas
tahun terakhir produk domestik bruto Indonesia selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan produk domestik bruto (PDB)
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif
setiap tahunnya. Produk Domestik Bruto adalah satu ukuran yang
digunakan untuk melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
dengan adanya peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) maka ekonomi
mengalami pertumbuhan dibanding dengan periode sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tentunya tidak lepas dari peran
pemerintah. Peran tersebut terlihat dari berbagai kebijakan yang diambil
pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi. Kebijakan fiskal
merupakan salah satu dari kebijakan yang dilakukan dalam rangka
menjaga stabilisasi perekonomian. Pengeluaran pemerintah merupakan
salah satu dari kebijakan fiskal pemerintah dalam rangka untuk mengatur
jalannya perekonomian dengan cara menetapkan besarnya penerimaan dan
pengeluaran pemerintah setiap tahunnya.
5
Grafik 1.3.Total Pengeluaran Pemerintah Dalam Realisasi APBN
Tahun 2003-2019 (Miliar Rupiah)
Sumber :kementerian keuangan (www.kemenkeu.go.id)
Berdasarkan grafik 1.3, menunjukkan bahwa pengeluaran
pemerintah untuk beberapa tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan
yang signifikan setiap tahunnya, hal ini terlihat pada tahun 2003 belanja
pegawai sebesar 376.505,2 miliar rupiah hingga pada tahun 2019 menjadi
2.461.112,08 miliar rupiah.
Sampai dengan akhir Desember 2019, realisasi belanja negara
mencapai Rp 2, 310, 2 triliun, meningkat sebesar 4,4 persen dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun 2018. Peningkatan belanja negara
ini dianggap sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas
belanja negara. Upaya ini terlihat dari realisasi belanja pemerintah pusat,
376505.20427176.56
509632.44667128.86
757649.86985730.69
937381.961042117.23
1294999.231491410.22
1650563.731777182.861806515.20
1864274.992007351.80
2220656.972461112.08
0.00 500000.00 1000000.00 1500000.00 2000000.00 2500000.00 3000000.00
2003
2005
2007
2009
2011
2013
2015
2017
2019
Pengeluaran Pemerintah
6
seperti belanja pegawai yang mengalami peningkatan 8,35 persen dari
tahun sebelumnya, pembayaran bunga utang tumbuh 6,8 persen
dibandingkan tahun 2018, belanja hibah meningkat 325, 7 persen
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, serta belanja
bantuan sosial yang mengalami peningkatan 34, 1 persen dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2018. Di sisi lain, realisasi belanja barang,
belanja modal, subsidi, dan belanja lain pada tahun 2019 menunjukkan
penurunan yang disebabkan karena adanya efisiensi belanja yang kurang
produktif pada tahun sebelumnya (Kementerian PPN/BAPENAS, 2020).
Terdapat dua pandangan yang berbeda terkait dengan hubungan
pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dalam teori
ekonomi makro. Pertama menurut Adolf Wagner, besarnya pengeluaran
pemerintah dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, artinya semakin
maju suatu perekonomian ukuran pemerintah juga akan semakin besar
terlihat dari pengeluaran pemerintah. Kedua menurut Teori Keynes,
pengeluaran pemerintah yang akan berpengaruh terhadap ekonomi
(Solikin, 2018).
Menurut Keynes dalam Sulistiawati (2012), permintaan agregat atau
permintaan efektif adalah faktor utama penggerak perekonomian,
sehingga baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting.
Keynes memandang bahwa pemerintah adalah pelaku yang mampu
menstimulasi perekonomian melalui kerja publik. Kebijakan pemerintah
yang ekspansioner dapat menaikkan ”permintaan efektif” jika sumber
7
daya dipakai tanpa merugikan konsumsi atau investasi. Permintaan efektif
adalah suatu kondisi permintaan konsumen terhadap suatu produk
meningkat diikuti dengan kemampuan membayar konsumen terhadap
produk tersebut
Selain pengeluaran pemerintah, dalam teori Keynes bahwa investasi
merupakan salah satu indikator utama yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi melalui pembuatan kebijakan yang
mendukung penanaman modal yang saling menguntungkan baik bagi
pemerintah, pihak swasta maupun terhadap masyarakat. Kegiatan
penanaman modal akan terus menambah stok modal, peningkatan stok
modal mampu meningkatkan produktivitas serta kapasitas dan kualitas
produksi, sehingga berakibat pada kemampuan investasi untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi (Sulistiawati, 2012). Berdasarkan pada teori Robert
Solow dalam Jufrida et al. (2016) pembentukan modal dan pertumbuhan
penduduk merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Sebagai negara berkembang yang mempunyai potensi untuk menjadi
negara maju, Indonesia membutuhkan beberapa modal untuk
melaksanakan upaya pembangunan ekonomi. Pesona sumber daya alam
yang ada di indonesia merupakan salah satu cara Indonesia untuk menarik
beberapa investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Namun,
tidaklah mudah untuk menarik para investor untuk menanamkan modalnya
8
di Indonesia apabila tidak diikuti dengan berbagai faktor lain yang dapat
menghambat para investor untuk berinvestasi di Indonesia, seperti
regulasi, manajemen investasi, dll.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, diperlukan adanya
penanaman modal yang tinggi, namun kebutuhan modal yang tinggi tidak
bisa hanya mengandalkan pada pembentukan modal dari domestik yang
saat ini masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan penanaman modal asing
guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam hal
pembentukan modal, peranan investasi baik domestik maupun asing
memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Menurut Todaro dalam Sulistiawati (2012) investasi mempunyai
peran penting dalam perubahan kehidupan ekonomi bangsa, karena
pembentukan modal memperbesar kapasitas produksi, menaikkan
pendapatan nasional maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal
ini akan semakin memperluas kesempatan kerja. Selanjutnya, Mankiw
dalam Sulistiawati (2012) menyatakan bahwa inovasi teknologi
merupakan salah satu faktor yang mampu meningkatkan permintaan
investasi. Menurut Sukirno dalam Sulistiawati (2012) investasi diartikan
sebagai pengeluaran atau perbelanjaan modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian.
9
Grafik 1.4. Total PMDN dan PMA di Indonesia Tahun 2003-2019
(Miliar Rupiah)
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
(www.bkpm.go.id)
Berdasarkan grafik 1.3, terlihat baik PMDN maupun PMA
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, di sisi lain
terlihat bahwa aliran Penanaman modal asing (PMA) lebih tinggi
dibandingkan dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Menurut
Hastuti dan Dewati (2017), selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan modal/capital, PMA dengan keunggulan penguasaan
teknologi, manajemennya diharapkan akan mampu meningkatkan
produktivitas ekonomi Indonesia baik secara langsung maupun tidak
langsung.
48484.8
37140.4
30665.0
20788.4
34878.7
20363.4
37799.9
60626.3
76000.7
92182.0
128150.6
156126.3
179465.9
216230.8
262350.5
328604.9
386498.4
111798.9
95499.3
87653.1
53912.5
97405.7
162841.8
101662.0
145787.3
176594.8
221082.3
274728.0
330944.5
365948.8
391015.4
432013.3
392726.0
423100.1
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
PMA PMDN
10
Selain pengeluaran pemerintah dan investasi yang mampu
meningkatkan perekonomian di Indonesia, sistem perbankan melalui
kebijakan pembiayaan yang diberikan kepada sektor ekonomi menjadi
penopang terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sistem perbankan melalui
kebijakan pembiayaan yang diberikan memiliki ciri-ciri yang sama dengan
pengeluaran pemerintah khususnya pada kemampuannya untuk
meningkatkan sisi permintaan sehingga mendorong peningkatan
pendapatan nasional atau output (Terminanto & Rama, 2017). Selain
investasi dalam bentuk PMDN dan PMA, pembiayaan bank syariah juga
merupakan salah satu bentuk investasi yang disalurkan secara langsung
terhadap sektor ekonomi oleh pihak bank syariah.
Menurut Hilman, dkk, (2003) dalam Nofinawati (2016), Prospek
Perbankan Syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan yang makin
cerah. Perbankan Syariah merupakan salah jenis industri baru yang
mempunyai daya tarik yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya
para pemain baru yang ikut serta, baik dalam bentuk BUS (Bank Umum
Syariah), UUS ( Unit Usaha Syariah, maupun BPRS (Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah). Berikut adalah data mengenai perkembangan Perbankan
Syariah di Indonesia tahun 2003 sampai dengan tahun 2019.
Tabel 1.1. Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di
Indonesia tahun 2003 sampai dengan 2019
Tahun Total BUS Total UUS Total BPRS
2003 2 8 84
2004 3 15 88
2005 3 19 92
11
2006 3 20 105
2007 3 26 114
2008 5 27 131
2009 6 25 138
2010 11 23 150
2011 11 24 155
2012 11 24 158
2013 11 23 163
2014 12 22 163
2015 12 22 163
2016 13 21 166
2017 13 21 167
2018 14 20 167
2019 14 20 164
Sumber : Data Statistik Perbankan Syariah OJK
(www.ojk.go.id)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa perkembangan Bank
Syariah di Indonesia mengalami peningkatan dari segi lembaga perbankan
yang mengalami peningkatan. yang artinya industri perbankan syariah di
Indonesia semakin memperkuat sistem keuangan negara Indonesia.
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya
Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI)
yang lahir sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 yaitu
pada tanggal 1 November 1991. Bukti perkembangan Bank Syariah
pada saat ini terlihat dari jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
yang mengalami peningkatan. Pada tahun 1992 sampai dengan 1999 hanya
terdapat satu Bank Umum Syariah (BUS) yaitu Bank Muamalat Indonesia
(BMI). Kemudian pada tahun 2000-2003 mengalami penambahan satu
Bank Umum Syariah (BUS) yaitu Bank Syariah Mandiri, kemudian dari
tahun 2004 - 2007 masuk Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Pada
12
tahun 2008 mengalami penambahan dua Bank Umum Syariah (BUS) yaitu
BRI Syariah dan Bank Syariah Bukopin, kemudian pada tahun 2009
mengalami penambahan satu lagi yaitu BNI Syariah. Perkembangan yang
pesat terjadi pada tahun 2010-2015 yang mengalami penambahan 6 Bank
Umum Syariah (BUS) yaitu BJB Banten Syariah, Bank Victoria Syariah,
Bank Panin Syariah, BCA Syariah, Maybank Syariah Indonesia, serta
BTPN Syariah. Dan untuk tahun 2016 sampai dengan sekarang mengalami
2 penambahan Bank Umum Syariah (BUS) yaitu bank Aceh Syariah, dan
Bank BPD Nusa Tenggara Barat Syariah. Hingga saai ini bank umum
syariah yang ada di Indonesia mencapai 14 Bank Umum Syariah (BUS).
Bank Umum Syariah (BUS) tersebut adalah Bank Muamalat Indonesia,
Bank BCA Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Bri Syariah, Bank Jabar
Banten Syariah Indonesia, Bank Maybank Syariah Indonesia, Bank Panin
Syariah Tbk, Bank Syariah Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega
Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Syariah, Bank Aceh Syariah, dan Bank BPD Nusa Tenggara Barat Syariah.
Sistem perbankan syariah menawarkan produk dan layanan
keuangan dan perbankan yang relatif sama dengan sistem konvensional,
namun mereka beroperasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah
terutama dalam transaksinya tidak mengandung unsur riba, maysir, dan
gharar (Rama & Kassim, 2013).
Grafik 1.5.Total Pembiayaan Bank Syariah Oleh BUS, UUS, dan
BPRS di Indonesia Tahun 2003 Sampai Tahun 2019 (Miliar Rupiah)
13
Sumber : Statistik Perbankan Syariah ( www.bi.go.id)
Grafik 1.5, menunjukkan bahwa perkembangan bank syariah di
Indonesia tujuh belas tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang
positif yang artinya setiap tahun total pembiayaan yang diberikan selalu
mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini mampu menjelaskan bahwa
tingkat kepercayaan masyarakat untuk menggunakan produk perbankan
syariah mulai meningkat. Semakin meningkatnya tingkat kepercayaan
para masyarakat terhadap kinerja bank syariah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu kesadaran masyarakat akan haramnya suatu riba, kinerja bank
syariah yang semakin membaik sehingga mampu bersaing dengan bank
konvensional dalam bentuk produk yang ditawarkan mulai bervariasi.
Berdasarkan grafik atas menunjukkan bahwa perbankan syariah
mempunyai eksistensi dalam menghadapi gejolak perekonomian yang
terjadi. Walaupun memiliki permasalahan sumber daya manusia, produk,
pembiayaan, dan permodalan.
55301149015232
21060.46928834.709
39451.6148472.919
70241.437105329.93
151058.52188553.492
204334.909218761.171
254669.556293457.951
329277.467365125.32
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000
2003
2005
2007
2009
2011
2013
2015
2017
2019
Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan Bank Syariah
14
Kinerja positif sektor keuangan dan perbankan akan berkorelasi
positif terhadap kinerja ekonomi suatu negara. Sektor keuangan dan
perbankan bisa menjadi sumber utama pertumbuhan sektor riil ekonomi.
Semakin banyak alokasi dana pihak ketiga perbankan yang dialokasikan
pada sektor riil maka akan semakin berkurang tingkat pengangguran dan
kemiskinan dalam sebuah perekonomian. Sektor perbankan Menghimpun
sebagian besar dana dari rumah tangga, yang kemudian dialokasikan ke
beberapa proyek yang layak (Ang, 2008) Kemudian, setiap perusahaan
termotivasi untuk bersaing untuk menerima pembiayaan untuk proyek-
proyek meningkatkan ekonomi potensial (Al-Fayoumi, 2016).
Dengan adanya perbankan syariah diharapkan mampu
menggerakkan perekonomian nasional yang terdiri dari sektor riil dan
sektor keuangan. Hal isi sesuai dengan fungsi bank syariah sebagai
lembaga intermediasi, yaitu dalam hal menghimpun dana dari masyarakat
yang biasanya dinamakan sebagai dana pihak ketiga kemudian dana yang
terkumpul tersebut diinvestasikan pada sektor ekonomi yang tidak
bertentangan dengan syariah (pembiayaan yang diberikan). Dari fungsi
tersebut maka diharapkan sektor riil akan mampu meningkatkan
produksinya yang kemudian akan berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Schumpeter dalam (Hasyim, 2016) terkait dengan urgensi sistem
perbankan dan pertumbuhan tingkat pendapatan nasional dalam
pembangunan ekonomi melalui identifikasi dan pembiayaan pada sektor
15
investasi yang produktif menyebutkan beberapa hipotesis tentang
hubungan sektor keuangan dengan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut
; 1) keuangan adalah faktor penentu pertumbuhan ekonomi); 2) keuangan
mengikuti pertumbuhan ekonomi; 3) hubungan saling mempengaruhi
antara keuangan dan pertumbuhan), 4) keuangan dan pertumbuhan tidak
saling berhubungan.
Abduh Dan Omar (2012) dalam Terminanto & Rama (2017)
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara Bank
Islam dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Rama (2013) dalam Terminanto & Rama (2017) menghasilkan
suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara perbankan
syariah dengan pertumbuhan ekonomi. Yang artinya bahwa keberadaan
perbankan syariah mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun
sebaliknya. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Farahani & Dastan
(2013) dalam Prastowo (2018) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
positif antara perbankan syariah dengan pertumbuhan ekonomi, dan Imam
& Kpodar (2016), and Zirek et al., (2016) dalam
Prastowo (2018) menyimpulkan bahwa bank syariah mempunyai
peran dalam pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Berdasarkan gambar grafik 1.2. sampai gambar grafik 1.5 yang
menunjukkan bahwa selama tujuh belas tahun PDB Indonesia selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya selaras dengan peningkatan
16
pembiayaan bank syariah, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
PMDN, dan PMA sebagai faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif pembiayaan bank syariah,
pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap PDB Indonesia sebagai
salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi. Namun dalam beberapa
penelitian masih ditemukan suatu kesimpulan yang berbanding terbalik
terkait dengan pembiayaan bank syariah terhadap pertumbuhan ekonomi,
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, maupun
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini memperlihatkan
bahwa masih adanya ketidaksesuaian antara teori dengan fakta yang
terjadi.
Terkait hubungan pembiayaan bank syariah dengan pertumbuhan
ekonomi, Hasyim (2016) menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan
pembiayaan yang diberikan bank syariah berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dari hasil tersebut menunjukkan adanya
keselarasan hasil penelitian dengan salah satu hipotesis teori Schumpeter
bahwa sektor perbankan syariah mendorong terjadinya pertumbuhan
ekonomi sektor riil di Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
putra tahun 2018 menghasilkan kesimpulan bahwa Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, sedangkan variabel total aset, pembiayaan perbankan syariah,
kredit konvensional dan nilai APBD signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
17
Namun, dalam penelitian yang lain yang menyatakan bahwa
pembiayaan perbankan syariah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, (Afandi & Amin, 2019). Dengan kata lain, hasil
penelitian memberikan informasi bahwa keberadaan perbankan syariah di
Indonesia belum memberikan dampak yang signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat Indonesia, (Afandi & Amin, 2019). Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Hachicha & Amar (2015) dalam Prastowo
(2018) yang menyimpulkan bahwa bank islam tidak menunjukkan dampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Malaysia dalam jangka panjang.
Namun, bank syariah hanya mempunyai dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, yang artinya bahwa bank
syariah hanya cenderung berorientasi pada pembiayaan dalam jangka
pendek. Hasil penelitian Mohamed & Sassi (2010) menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan antara bank islam dengan pertumbuhan
ekonomi. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Hayati (2014) dalam
Putra (2018) mengenai peran bank islam dalam pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, menyimpulkan bahwa bank islam mempunyai peran yang kecil
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dan untuk keterkaitan pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan
ekonomi, Muazi & Arianti (2013) menyatakan bahwa konsumsi, belanja
pemerintah, ekspor, dan investasi merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas ekonomi suatu negara,
18
dibutuhkan konsistensi negara terhadap peningkatan jumlah konsumsi,
belanja pemerintah, ekspor, dan investasi yang ada dalam negaranya.
Yurdakul,dkk (2015) dalam Terminanto & Rama (2017) belanja
negara berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya
adanya peningkatan belanja pemerintah akan menimbulkan negara defisit.
Kondisi ini membuktikan bahwa masih kurang optimalnya penggunaan
dana negara untuk kegiatan ekonomi, hal ini bisa saja terjadi karena adanya
penyalahgunaan dana yang disebabkan kurangnya pengawasan dari pihak
pihak pemerintah.
Sedangkan untuk hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi,
menurut Kuncoro dalam Sulistiawati (2012), pertumbuhan ekonomi juga
tergantung dari besaran nilai investasi yang dianggap mampu
menggerakkan perekonomian. Sulistiawati (2012) menghasilkan
kesimpulan bahwa investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, yang menarik dalam penelitian tersebut adalah
hasil penelitian berbanding terbalik dengan beberapa penelitian terdahulu
dan teori yang sudah ada, salah satunya adalah teori Keynes yang
menyatakan bahwa investasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjelaskan bahwa secara
faktanya investasi belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Hal ini terjadi karena beberapa faktor penghambat investasi di
Indonesia, seperti sumber daya manusia yang masih rendah, serta
kurangnya fasilitas yang ada.
19
Berdasarkan latar belakang perbedaan hasil penelitian terdahulu,
untuk memastikan teori yang sudah ada maka penulis bermaksud untuk
menguji kembali bagaimana pengaruh pembiayaan bank syariah,
pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia melalui variabel Produk Domestik Bruto (PDB).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Bank Syariah terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan bukti empiris
terkait dengan :
1. Pengaruh Pembiayaan Bank Syariah terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.
2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
20
3. Pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini akan
menambah pengetahuan dan pendukung penerapan teori tentang
bagaimana pengaruh pembiayaan bank syariah, pengeluaran
pemerintah, dan investasi terhadap pertumbuhan ekonom di Indonesia.
2. Manfaat akademis
Dari hasil penelitian ini peneliti berharap hasil penelitian dapat
menambah kajian pustaka dan literatur serta sumber informasi di
lingkungan akademis khususnya untuk program studi ekonomi syariah
3. Manfaat bagi lembaga keuangan syariah dan pemerintah
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini mampu menjadi salah
satu rujukan bagi pihak pengelola perbankan syariah, lembaga
keuangan lainnya, dan pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan
yang akan ditetapkan guna meningkatkan efisiensi setiap kebijakan
yang dibuat. Dengan mengetahui bagaimana pengaruh setiap variabel
tersebut, maka diharapkan pihak perbankan syariah, lembaga keuangan
lainnya, dan pemerintah mampu mengambil kebijakan yang yang
sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi, sehingga dengan kebijakan
tersebut diharapkan kebijakan tersebut berdampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
4. Manfaat bagi pembaca
21
Peneliti berharap hasil dari penelitian ini mampu menambah
informasi dan pengetahuan pembaca tentang bagaimana pembiayaan
bank syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pertumbuhan Ekonomi : Konvensional dan Islam
Menurut Sukirno dalam Putra (2018) pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai suatu perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang mampu meningkatkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan suatu negara.
Menurut Prasetyo (2009) dalam (Zahari MS, 2017), pertumbuhan
ekonomi secara sederhana artinya terjadinya penambahan output atau
penambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu
misalkan satu tahun. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun
sebelumnya.
Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David
Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun
ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan
bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3)
luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang
digunakan, (Anitasari & Soleh, 2015).
23
Menurut Tambunan (2001) dalam Zahari MS (2017),
pertumbuhan ekonomi yang prosesnya berkelanjutan merupakan
kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat
pada suatu periode tertentu. Dengan kata lain, perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun
tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor terpenting dalam
pembangunan suatu negara. Keberhasilan pembangunan suatu negara
atau wilayah diukur berdasarkan pada tinggi rendahnya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai. Pengukuran pertumbuhan
ekonomi secara konvensional biasanya dihitung dari persentase
peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk nasional dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk provinsi maupun
kabupaten/kota (Zahari MS, 2017).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diketahui dengan
membandingkan PDB Riil pada satu tahun tertentu (PDBt) dengan PDB
tahun sebelumnya (PDB t-1).
Laju pertumbuhan = 𝑃𝐷𝐵𝑡 − 𝑃𝐷𝐵𝑡 − 1 𝑥1
𝑃𝐷𝐵𝑡−1𝑥 100%
Sedangkan dalam teori Scumpeter menekankan bahwa peranan
pengusaha sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan
24
ekonomi. Pengusaha akan terus melakukan inovasi untuk
mengembangkan usahanya dan meningkatkan keuntungannya, adapun
bentuk inovasi yang dilakukan memerlukan modal. Pengusaha akan
meminjam modal untuk keperluan investasi usahanya. Investasi
tersebut menyebabkan kenaikan pendapatan nasional yang akan
mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, sehingga mampu
mendorong peningkatan produksi yang menyebabkan investasi baru
(S., 2007).
Sedangkan dalam islam, menurut Sadeq (1989) dalam Abidin
(2012) pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan produksi dan hasil
secara terus menerus dengan cara yang benar yang mampu
berkontribusi untuk seluruh umat. Perbedaan yang mendasar
pandangan ilmu ekonomi konvensional dengan pandangan ilmu islam
tentang pertumbuhan ekonomi terletak pada tujuan akhir pertumbuhan
ekonomi. Dalam pandangan ekonomi konvensional, pertumbuhan
ekonomi hanya berorientasi pada pertumbuhan yang tinggi dari adanya
kegiatan ekonomi tanpa adanya pendistribusian yang merata dari hasil
output yang diperoleh. Sedangkan dalam pandangan ekonomi islam,
pertumbuhan ekonomi adalah sarana untuk mensejahterakan
masyarakat tanpa memandang ras, agama, serta bangsa (Abidin, 2012).
Sedangkan dalam teori pertumbuhan ekonomi Islam,
sebagaimana yang dijelaskan dalam model dinamika Ibnu Khaldun
yang menjelaskan bahwa untuk mencapai suatu perekonomian yang
25
baik dalam suatu negara (G) diperlukan adanya keterkaitan antar
variabel, variabel tersebut adalah syariah (S), masyarakat (N), kekayaan
(W), pembangunan (D), dan keadilan (j). dalam konsep ini semua
variabel tidak dianggap tetap, karena setiap variabel dapat sebagai
pemicu dan variabel yang lain dapat bereaksi atau tidak dalam arah
yang sama (Ulum & Mufarrohah, 2016).
Menurut Umar Chapra, umat islam mampu menyajikan semua
variabel tersebut dalam lingkar keadilan sebagai kekuatan besar.
Namun, peran itu tidak dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah
mulai lupa akan kewajiban dan tanggung jawab. Hal inilah yang
menyebabkan adanya kemunduran pada pembangunan (Ulum &
Mufarrohah, 2016).
2. Pembiayaan Bank Syariah dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008
tentang perbankan, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
usahanya berdasarkan prinsip syariah yang menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Menurut Mahliza (2011) dalam Susilo & Ratnawati (2015),
pembiayaan bank syariah merupakan salah satu alternatif solusi bagi para
pelaku usaha yang memiliki masalah dalam hal permodalan. Pembiayaan
syariah pun memiliki peranan yang penting bagi para pelaku usaha yang ada
di Indonesia untuk ke depannya terutama bagi para pelaku usaha mikro.
Peranan penting tersebut adalah dapat membuka peluang pembiayaan bagi
kegiatan usaha berdasarkan prinsip kemitraan/partnership. Berkembangnya
26
usaha mikro di Indonesia akan berdampak pada pengurangan pengangguran
yang kemudian akan berdampak pada peningakatan pendapatan masyarakat
di Indonesia.
Menurut Siregar (2002) dalam Susilo & Ratnawati (2015), produk dan
jasa yang ditawarkan pembiayaan syariah memiliki keunggulan berupa
peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan, pembatasan kegiatan
spekulasi, pengutamaan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan antara sektor
keuangan dan sektor riil, serta pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha
yang lebih memperhatikan nilai-nilai etika dan moralitas.
Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 pembiayaan syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dengan imbalan atau bagi
hasil. (UU RI Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan).
Menurut tujuan dalam bank syariah, pembiayaan dibedakan
menjadi 3 yaitu, 1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang
dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan
usaha. 2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
Menurut jangka waktu, pembiayaan dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, yaitu pembiayaan yang dilakukan
dalam waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2) Pembiayaan jangka
27
waktu menengah, yaitu pembiayaan yang dilakukan dalam waktu 1
tahun sampai dengan 5 tahun. 3) Pembiayaan jangka waktu panjang,
yaitu pembiayaan yang dilakukan dalam waktu lebih dari 5 tahun, Rivai
dan Arifin dalam Ilyas (2015).
Dalam penelitian Putra (2018) yang berjudul “Pengaruh
perbankan syariah terhadap perekonomian di Indonesia” menemukan
hasil penelitian bahwa variabel pembiayaan bank syariah mempunyai
pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. dengan adanya pembiayaan yang disalurkan oleh pihak bank
syariah kepada masyarakat yang membutuhkan dana secara tidak
langsung membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang ada di
indonesia.
Hasil penelitian Linda Tamim Umairoh Hasyim (2016),
menunjukkan bahwa Dana pihak ketiga dan pembiayaan bank syariah
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor riil di
Indonesia. Dalam hal ini fungsi perbankan syariah dalam penyaluran
dana dari pihak ketiga sudah terlaksana dengan baik dengan
menyalurkan dana pihak ketiga pada kegiatan produksi pada sektor riil
yang ada di masyarakat yang akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi.
3. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2008) dalam Zahari MS (2017), pengeluaran
pemerintah (goverment expenditure) adalah salah satu dari kebijakan
28
fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya
perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan
pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen
APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional.
Teori Keynes beranggapan bahwa campur tangan pemerintah
dalam perekonomian dapat menentukan berjalannya pembangunan
ekonomi secara maksimal. Implikasi pandangan Keynes adalah bahwa
untuk menjamin pertumbuhan yang stabil diperlukan peranan
pemerintah dalam pengelolaan perekonomian baik melalui kebijakan
moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar) maupun
kebijakan fiskal (perpajakan dan belanja pemerintah), Sukirno (2006)
dalam Prastowo (2018).
Menurut Keynes (1936) situasi makro suatu perekonomian
ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat
apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (atau output
yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi
“kekurangan produksi”. Pada periode berikutnya output akan naik atau
harga akan naik, atau keduanya terjadi bersama-sama.
Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran
agregat, maka situasi kelebihan produksi terjadi. Pada periode
berikutnya output akan turun atau harga akan turun, atau keduanya
terjadi bersama-sama.
29
Permintaan Agregat adalah seluruh jumlah uang yang
dibelanjakan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk membeli barang
dan jasa dalam satu tahun. Dalam perekonomian tertutup permintaan
agregat terdiri dari 3 unsur: Pengeluaran Konsumsi oleh Rumah Tangga
(C), Pengeluaran Investasi oleh Perusahaan (I), dan Pengeluaran
Pemerintah (G), Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat
secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak
langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi.
Apabila dirumuskan adalah sebagai berikut:
Z = C+I+G
Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berbeda. Pengeluaran konsumsi tergantung pada
pendapatan yang diterima oleh Rumah Tangga dan kecenderungan
berkonsumsinya (propincity to consume). Pengeluaran investasi
ditentukan oleh keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of
capital) dan biaya dana (tingkat bunga). Pengeluaran pemerintah
ditentukan oleh proses politik yang kompleks dan dalam teori makro
dianggap eksogen.
Menurut Teori Peacock dan Wiseman menyebutkan bahwa
adanya perkembangan ekonomi akan berdampak pada peningkatan
pemungutan pajak meskipun tarif pajak tidak berubah, peningkatan
penerimaan pajak ini akan berdampak pada peningkatan pengeluaran
pemerintah. Dalam keadaan normal, meningkatnya PDB menyebabkan
30
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang semakin besar. Maka
pengeluaran pemerintah yang diklasifikasikan menjadi belanja
langsung dan belanja tidak langsung jika meningkat maka
menyebabkan PDB meningkat (Zahari MS, 2017).
4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Keynes dalam Sulistiawati (2012) menekankan akan
pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama yang dapat
menggerakkan perekonomian, di mana baik negara maupun sektor
swasta memegang peranan penting. Keynes memandang bahwa
pemerintah sebagai agen independen yang dianggap mampu
menstimulasi perekonomian melalui kerja publik. Kebijakan
pemerintah yang ekspansioner dapat menaikkan ”permintaan efektif”
jika sumber daya dipakai tanpa merugikan konsumsi atau investasi.
Pada masa resesi, kenaikan pada pengeluaran Pemerintah (G) akan
mendorong kenaikan konsumsi (C) dan investasi (I), dan karenanya
dapat menaikkan PDB (Y).
Menurut Harrod-Domar dalam Sulistiawati (2012) yang
mengembangkan teori Keynes terkait dengan peran investasi di dalam
proses pertumbuhan ekonomi, khususnya pada sifat ganda yang
dimiliki investasi. Pertama, investasi mampu menciptakan pendapatan
sebagai dampak dari permintaan investasi. kedua, investasi dapat
memperbesar kapasitas produksi perekonomian sebagai dampak dari
penawaran investasi.
31
Menurut Solow dan Swan dalam Sulistiawati (2012) yang
mengoreksi teori Harrod-Domar dengan menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor
produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat
kemajuan teknologi.
Menurut Todaro dalam Sulistiawati (2012), investasi berperan
penting dalam menggerakkan kehidupan ekonomi bangsa, dengan
anggapan bahwa dengan adanya pembentukan modal akan
memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan nasional
maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal ini akan semakin
memperluas kesempatan kerja. Sedangkan menurut Mankiw dalam
Sulistiawati (2012) menyatakan bahwa adanya inovasi teknologi
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan permintaan
investasi. Samuel-son menyatakan bahwa naik dan turun pendapatan
nasional disebabkan karena perubahan investasi yang pada gilirannya
tergantung pada perubahan teknologi, penurunan tingkat suku bunga,
pertumbuhan penduduk, dan faktor-faktor dinamis lainnya. Menurut
Harrod-Domar menyatakan bahwa suatu pembangunan akan berhasil
dan terlaksana dengan baik apabila pertumbuhan ekonomi ditentukan
oleh tingginya modal dan investasi.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, diperlukan adanya
penanaman modal yang tinggi, namun kebutuhan modal yang tinggi
tidak bisa hanya mengandalkan pada pembentukan modal dari domestik
32
yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan penanaman modal asing guna
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam hal
pembentukan modal, peranan investasi baik domestik maupun asing
memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Perbaikan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya
sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua
undang-undang ini kemudian disempurnakan UU No. 1 Tahun 1967
tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU
No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12
Tahun 1970.
Dalam Undang-undang No.1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa
Pengertian penanaman modal asing didalam Undang-undang ini
hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-
undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.
Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk
valuta asing, namun meliputi alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan
untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan milik
orang atau badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan di Indonesia dan
33
keuntungan yang boleh ditransfer keluar negeri tetapi dipergunakan kembali
di Indonesia.
Menurut UU No. 6 tahun 1968 pasal 2, penanaman modal dalam negeri
(PMDN) adalah penggunaan daripada kekayaan masyarakat, termasuk hak-
hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional
atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan
guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam
ketentuan UU No. 1 tahun 1967 pasal 2, baik secara langsung atau tidak
langsung.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2016) yang berjudul “
Analisis Pengaruh Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Jambi” menunjukkan bahwa variabel PMDN dan PMA memiliki pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi sebesar 54.50
persen.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini adalah salah satu pembaharuan dan research ulang
penelitian terdahulu tentang pengaruh pembiayaan bank syariah,
pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Berikut ini adalah penelitian terdahulu terkait dengan tema :
34
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
NO Judul Penelitian Penulis (Tahun) Hasil penelitian Metode penelitian
persamaan Perbedaan
1. Pengaruh Belanja
Pemerintah Dan
Pembiayaan Bank
Syariah Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi : Studi
Kasus Data Panel
Provinsi Di
Indonesia
Ade Ananto
Terminanto dan Ali
Rama Tahun (2017)
Penelitian ini menemukan bahwa belanja
pemerintah, pembiayaan bank syariah,
investasi dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi regional di
Indonesia.
Hubungan antara bank
islam dengan
pertumbuhan
ekonomi.
Menggunakan
data kuartal
negara-negara
Asia tenggara
tahun 2000-
2012.
2. Pengaruh Perbankan
Syariah Terhadap
Perekonomian Di
Indonesia
Rendy Okryadi Putra
Tahun (2018)
Hasil penelitian menemukan bahwa Dana
Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, sedangkan variabel total aset,
pembiayaan perbankan syariah, kredit
konvensional dan nilai APBD signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi peran bank
syariah terlihat dari sistem dan manfaat
penyaluran pembiayaan yang diberikan
yang sudah diberikan.
Variabel independen
salah satunya
pembiayaan bank
syariah dan variabel
dependen
pertumbuhan ekonomi
Variabel
independen :
asset,
pembiayaan,
DPK, kredit,
APBD bank
syariah dan
menggunakan
metode analisi
regresi
3.. Islamic Bank
Financing and Its
Effects on Economic
Muhammad Anif
Afandi dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan variabel pembiayaan modal,
investasi, dan konsumsi tidak berpengaruh
Variabel independen
pembiayaan bank
syariah, variabel
Tidak ada
variabel
pengeluaran
35
Growth: A Cross
Province Analysis
Muhammad Amin
(2019)
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun, secara parsial menunjukkan bahwa
pembiayaan modal dan konsumsi
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi dan pembiayaan investasi
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan hasil tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa bank islam hanya
berkontribusi kecil terhadap pertumbuhan
ekonomi.
dependen
pertumbuhan ekonomi
pemerintah
dan investasi
serta metode
yang
digunakan
regresi data
panel.
4. Islamic Banking
Presence And
Economic Growth In
Southeast Asia.
Hind Lebdaoui dan
Joerg Wild (2016)
Bank islam berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara GCC,
Indonesia, dan Malaysia baik dalam jangka
pendek dan panjang. Namun, dalam jangak
pendek kontribusi bank islam terhadap
pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan
indonesia lebih besar dibanding di GCC.
Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan
disebabkan karena jenis pembiayaan yang
diberikan adalah bersifat konsumtif sehinga
mampu mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi secara langsung, dari hal tersebut
maka dapat menjelaskan bahwa keberadaan
Bank Syariah di Malaysia dan Indonesia
lebih banyak memberikan penyaluran
pembiayaan jenis konsumtif.
Untuk mengetahui
hubungan bank islam
dengan pertumbuhan
ekonomi
Menggunakan
objek
penelitian
negara
Malaysia,
Indonesia, dan
negara yang
tergabung
dalam GCC.
Menggunakan
metode
analisis
ARDL.
36
5. Peran Perbankan
Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Riil
Di Indonesia
Linda Tamim
Umairoh Hasyim
(2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana
pihak ketiga dan pembiayaan bank syariah
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi sektor riil di Indonesia. Dalam hal
ini fungsi perbankan syariah dalam
penyaluran dana dari pihak ketiga sudah
terlaksana dengan baik dengan
menyalurkan dana pihak ketiga pada
kegiatan produksi pada sektor riil yang ada
di masyarakat yang akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi.
Menggunakan
variabel dependen
pertumbuhan ekonomi
berdasarkan PDB
Indonesia.
Menggunakan
alat analisis
regresi
berganda serta
menggunakan
variabel
independen
pembiayaan
dan dana
pihak ketiga
bank
6. Islamic Banking dan
Economic Growth :
A Review
Ahmed El-Galfy
(2012)
Hasil penelitian menjelaskan bahwa
perbankan Islam mempunyai pengaruh
positif dalam kontribusinya untuk stabilitas
makroekonomi negara.
Keberadaan
Perbankan Islam
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Pengaruh
Perbankan
islam secara
terhadap
kebijakan
makro
ekonomi
7. Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Di Provinsi
Bengkulu
Merri Anitasari dan
Ahmad Sholeh (2015)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di provinsi
Bengkulu. Jika pemerintah menaikkan
pengeluaran pemerintah sebesar 1 miliar
rupiah, maka akan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,17 % per
Variabel independen
pengeluaran
pemerintah dan
variabel dependen
pertumbuhan ekonomi
Sample
kabupaten
yang ada di
Bengkulu
37
tahun. Hal ini membuktikan bahwa setiap
peningkatan pengeluaran pemerintah akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,17%.
8. Government
Expenditure And
Economic Growth In
The European Union
Countries
Gitana Dudzevičiūtė,
Agne Šimelytė, dan
Ausra Liučvaitienė
(2018)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
delapan negara Uni Eropa pengeluaran
pemerintah dan pertumbuhan ekonomi
mempunyai pengaruh satu sama lain.
Variabel independen
Pengeluaran
pemerintah dan
variabel dependen
pertumbuhan ekonomi
disuatu negara
Uji kausalitas
granger dan
menggunakan
data panel di
delapan
negara yang
ada di UNI
Eropa
9. Pengaruh Belanja
Modal Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Dan
Kesejahteraan
Masyarakat Di Pulau
Kalimantan
Prima Rosita Arini S.
(2016)
Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa
Belanja Modal memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan
Ekonomi memiliki pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap Kesejahteraan
Masyarakat. Dan Belanja Modal memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Kesejahteraan Masyarakat.
Menggunakan
variabel belanja modal
sebagai variabel x dan
variabel pertumbuhan
ekonomi sebagai
variabel y.
Menggunakan
data sekunder
dari laporan
APBD di
pulau
Kalimantan
tahun 2006
sampai
dengan 2013.
10. Analisis Pengaruh
Penanaman Modal
Asing Dan
Penanaman Modal
Dalam Negeri
Nur Mustar Muazi,
Fitrie Arianti (2013)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
di Jawa Tengah dalam jangka pendek dan
jangka panjang berpengaruh secara positif
Menggunakan
variabel independen
PMD dam PMA
Menggunakan
alat analisi
ECM (Error
Correction
Model),
38
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi : Di Jawa
Tengah 1990 – 2010.
dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Jawa Tengah. Sehingga
Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
dapat diandalkan untuk peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto Jawa Tengah.
menggunakan
data dalam
jangka waktu
21 tahun yaitu
dari tahun
1990 – 2010,
serta
menggunakan
variabel y
PDRB
Provinsi Jawa
Tengah.
11. Peranan Penanaman
Modal Asing (PMA)
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Di
Indonesia
Bambang Kustituanto
dan Istikomah (2014)
Dari hasil penelitian menunjukkan hasil
bahwa dalam jangka pendek maupun
jangka panjang investasi asing tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Variabel dependen
pertumbuhan ekonomi
Variabel
independen
penanaman
modal asing
12. Pengaruh Investasi
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Penyerapan Tenaga
Kerja Serta
Kesejahteraan
Rini Sulistiawati
(2012)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
investasi berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
Investasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja,
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap penyerapan
Terdapat variabel
investasi dalam
variabel independen
dan variabel
pertumbuhan ekonomi
sebagai variabel
dependen.
Menggunakan
data sekunder
dalam bentuk
data time
series dan
cross section
serta
39
Masyarakat di
Provinsi di Indonesia
tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi
mempunyai pengaruh positif tidak
signifikan terhadap kesejahteraan, dan
penyerapan tenaga kerja mempunyai
pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ksejahteraan.
menggunakan
teknik analisis
path analysis.
40
Dari hasil penelitian terdahulu terkait dengan pembiayaan bank
syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi yang terpisah dalam beberapa penelitian yang berbeda,
sedangkan dalam penelitian ini menggabungkan tiga variabel bebas
tersebut dalam satu penelitian. Penggabungan beberapa tersebut dilakukan
karena terdapat kesamaan dalam pandangan ekonomi mikro yaitu variabel
pengeluaran pemerintah dan pembiayaan bank syariah mempunyai sifat
untuk meningkatkan permintaan, selain itu pembiayaan bank syariah juga
merupakan salah bentuk investasi yang disalurkan pihak Bank syariah
kepada sektor ekonomi yang dapat meningkatkan sisi penawaran.
Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu kedudukan tiga variabel
yang digunakan yang mampu meningkatkan pertumbuan ekonomi dari
segi permintaan dan penawaran. Dari hasil penelitian ini, maka diharapkan
akan menjadi salah satu literatur bagi pihak bank syariah untuk
menetapkan kebijakan pembiayaan dan pihak pemerintah dalam
menetapkan kebijakan belanja maupun investasi untuk meningkatkan
pertumbuhan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dengan adanya
penetapan kebijakan yang tepat maka diharapkan akan mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga berdampak pada
kesejahteraan masyarakat
41
C. Kerangka Penelitian
Uji Kointegrasi Uji Lag Optimal
Uji VAR/VECM
Uji IRF
Pertumbuhan ekonomi di
Indonesia (Y) Pengeluaran Pemerintah (X2)
Uji VD
Pembiayaan Bank Syariah (X1)
Uji Stationeritas
Investasi (X3)
42
Berdasarkan gambar kerangka penelitian, pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu tolak ukur yang penting untuk mensejahterakan
rakyat. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi banyak hal yang harus
diperhatikan agar tingginya perekonomian tidak dinikmati oleh segelintir
orang saja. Dengan menggunakan analisis data time series dengan
metode pendekatan Vector Autoregressive (VAR) dan Vector Error
Correction Model (VECM), metode VAR/VECM merupakan salah satu
metode yang digunakan pada data time series yang mempunyai
penyesuaian setiap waktu dan untuk melihat hubungan jangka pendek
dan jangka panjang variabel independen dengan variabel dependen.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh pembiayaan
bank syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 2003-2019.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah jawaban sementara yang kebenarannya
masih harus diuji. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
merupakan jawaban yang berdasarkan pada teori yang relevan, namun
belum dibuktikan dengan fakta-fakta empiris melalui pengumpulan data.
Oleh karena itu hipotesis sangat penting sebagai langkah awal sebelum
membuat kesimpulan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka hipotesis
yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
43
1. H1o : Tidak terdapat pengaruh Pembiayaan Bank Syariah (X1)
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Y).
H1a : Terdapat pengaruh Pembiayaan Bank Syariah (X1) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Y).
2. H2o : Tidak terdapat Pengeluaran Pemerintah (X2) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
H2a : Terdapat pengaruh Pengeluaran Pemerintah (X2) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. H3o : Tidak terdapat pengaruh Investasi (X3) terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
H3a : Terdapat pengaruh Investasi (X3) terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, yaitu
data yang bersumber dari berbagai media informasi atau diperoleh secara
tidak langsung. Data ini diperoleh dalam bentuk bukti, catatan, atau
historis yang sudah disusun dalam arsip dokumenter yang dipublikasikan
(Indrianto dan Supomo, 2002).
Tabel 3.1. Variabel dan Sumber Data
Variabel Sumber Data
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
diukur dengan Produk Domestik
Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku sebagai variabel dependent
Badan Pusat Statisik (BPS)
(www.bps.go.id)
Pembiayaan Bank Syariah Statistik Perbankan Syariah
(www. ojk.go.id)
Pengeluaran Pemerintah Kementerian keuangan
(www.kemenkeu.go.id)
Investasi Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM)
(www.bkpm.go.id)
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Library Research
Library research merupakan landasan teori dan pengembangan
hipotesis yang dibentuk dan merupakan hasil dari pencarian dan
45
pengumpulan data dari berbagai literatur, seperi buku, jurnal ilmiah,
dan tulisan yang lainnya.
2. Internet Research
Research adalah suatu pencarian dan pengumpulan data
melalui teknologi internet yang telah berkembang yaitu melalui situs
atau web. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari
beberapa web, yaitu www.bps.go.id, www.ojk.go.id,
www.kemenkeu.go.id, dan www.bkpm.go.id.
C. Metode Analisis Data
Berdasarkan bentuk data dalam penelitian ini yang merupakan data
time series yang menggambarkan fluktuasi ekonomi dan yang
menyajikan suatu kebijakan fiskal dan kebijakan perbankan, dampak
kebijakan tersebut terhadap perkembangan di sektor riil tidak berdampak
seketika, yang biasanya membutuhkan tenggang waktu tertentu (lag).
Ketiga persoalan ini dapat dijawab oleh model Vector Autoregressive
(VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM). VAR/VECM
merupakan salah satu bentuk model makro-ekonometrika yang paling
sering digunakan untuk melihat permasalahan fluktuasi ekonomi. Selain
itu, peneliti juga mempunyai alasan untuk menggunakan metode ini,
yaitu karena beberapa keuntungan dari metode ini. Menurut Gujarati
(2004) dalam Basuki (2018) ada beberapa keuntungan menggunakan
VAR/VECM dibandingkan metode lain, yaitu lebih sederhana karena
tidak perlu memisahkan variabel bebas dan terikat, estimasi sederhana
46
karena menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) biasa. Hasil
estimasinya lebih baik dibandingkan metode lain yang lebih rumit,
(Basuki, 2018).
VECM yaitu model ekonometrika yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana hubungan variabel dalam jangka pendek serta hubungan jangka
panjang (Ajijja dkk, 2011 dalam Eka et al., 2019) .Model VECM ini dapat
digunakan apabila variabel stasioner pada tahap difference serta
mengandung kointegrasi
Berikut adalah tahap - tahap mengestimasi dengan VECM
1. Uji Stationer Data
Tahap pertama yang dilakukan dalam mengolah data time series
adalah dengan uji akar unit (unit root test). Data yang stasioner
cenderung mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi di sekitar nilai
rata-ratanya. Data yang tidak stasioner dapat menghasilkan regresi
yang lancung yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua
variabel atau lebih yang terlihat signifikan secara statistik padahal
kenyatannya tidak. Uji stationer dapat dilakukan dengan uji
Augmented Dickey Fuller (ADF), uji ADF merupakan salah satu uji
yang sering digunakan dalam uji stationeritas data, yaitu dengan
melihat apakah di dalam model terdapat unit root atau tidak (Beik &
Fatmawati, 2014). Hipotesis berdasarkan hasil uji ADF adalah :
H0 : data tidak stationer
H1 : data stationer
47
Jika nilai dari stastistik ADF Test kurang dari nilai kritis tabel
MacKinnon, maka H0 diterima atau dapat dikatakan bahwa runtun
waktu tidak stasioner. Sebaliknya, jika nilai ADF Test lebih dari nilai
kritis table MacKinnon, maka H0 ditolak atau dapat dikatakan bahwa
runtun waktu stasioner.
Dalam pengujian stationeritas data, apabila ditemukan data
tidak stationeritas pada tingkat level maka perlu melakukan uji
stationeritas pada tingkat first difference atau second difference.
2. Penentuan Lag Optimal
Di samping berguna untuk menunjukkan berapa lama reaksi
suatu variabel terhadap variabel lainnya, penentuan lag optimal juga
berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sebuah
sistem VAR, Firdaus (2011) dalam Beik & Fatmawati (2014).
Pengujian panjang lag yang optimal dapat diidentifikasi dengan
menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SIC), Hannan- Quinn Criterion (HQ), dan
sebagainya. Lag yang dipilih adalah model dengan nilai AIC dan SIC
terkecil dan nilai HQ terbesar (Beik & Fatmawati, 2014).
3. Uji Kointegrasi
Sebelum melakukan permodelan VECM harus dilakukan uji
kointegrasi. Konsep kointegrasi pada dasarnya untuk melihat
keseimbangan jangka panjang di antara variabel – variabel yang
diobservasi.
48
Konsep kointegrasi dikemukakan oleh Engle dan Granger tahun
1987 sebagai kombinasi linear dari dua atau lebih variabel yang tidak
stasioner akan menghasilkan variabel yang stasioner. Kombinasi
linear ini dikenal dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat
diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan jangka panjang di
antara variabel (Firdaus (2011) dalam Beik & Fatmawati, 2014). . uji
kointegrasi ini dapat dilakukan dengan uji kointegrasi Engle-Granger,
uji kointegrasi Johansen, dan uji kointegrasi Durbin-Watson.
Penelitian ini menggunakan uji kointegrasi Johansen, uji kointegrasi
Johansen adalah sebuah analisis trace statistic dengan nilai eigen
maksimum dan nilai kritis pada tingkat kepercayaan α = 5 % (Beik &
Fatmawati, 2014). Hipotesisi :
H0 : tidak terdapat persamaan konitegrasi
H1 : terdapat persamaan kointegrasi
H0 ditolak jika statistik uji trace dan atau nilai eigen maksimum
lebih besar dari nilai kritis pada saat α =5% atau p value lebih kecil
dari nilai signifikansi (Hutabarat, 2016).
4. Vektor Error Correction Model (VECM)
Vector Error Correction Model (VECM) adalah bentuk model
analisis VAR yang terestriksi ( Firdaus (2011) dalam Beik &
Fatmawati, 2014). Restriksi adalah sebuah kondisi keberadaan data
tidak stasioner pada tingkat level, yang kemudian kondisi restriksi ini
dimanfaatkan untuk restriksi kointegrasi.
49
Dengan demikian, dalam model VECM mengandung penyesuaian
(speed of adjustment) dari jangka pendek ke jangka panjang (Firdaus
2011) dalam Beik & Fatmawati, 2014).
5. Impuls Response Function (IRF)
Menurut Firdaus (2011) dalam Beik & Fatmawati (2014) Impuls
Response Function (IRF) untuk mengukur pengaruh pada suatu waktu
dan di masa yang akan datang. IRF bertujuan untuk mengisolasi suatu
guncangan agar lebih spesifik, yang artinya suatu variabel dapat
dipengaruhi oleh guncangan tertentu.
6. Variance Decompotion (VD)
Menurut Juanda dan Junaidi (2012) dalam Beik & Fatmawati
(2014) analisis Variance Decompotion (VD) dalam model ini
digunakan untuk memprediksi kontribusi presentase setiap variabel
karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR. Pada
analisis IRF sebelumnya berfungsi untuk melihat dampak guncangan
dari satu variabel terhadap variabel laiinya.
D. Definisi operasional Variabel
Penelitian ini berdasarkan pada masalah pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Penelitian Ini menggunakan dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen.
1. Variabel Dependen
50
Variabel dependen dalam penelitian ini Produk Domestik Bruto
(PDB) berdasarkan harga berlaku periode 2003 sampai dengan tahun
2019 untuk merefresentasikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pembiayaan
bank syariah, pengeluaran pemerintah serta investasi periode 2003
sampai dengan 2019.
51
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Uji stasioneritas
Uji stasioneritas berfungsi untuk menghindari adanya variabel
yang valid sehingga hasil regresi yang diperoleh menjadi tidak
lancing. Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) terlebih dahulu
dilakukan sebelum masuk pada tahapan analisis VAR, dalam
pengujian ini melihat ada atau tidaknya unit root dalam variabel.
Kriteria uji dalam ADF ini membandingkan antara nilai statistik
dengan nilai kritikal dalam tabel Dickey Fuller. Data bersifat stasioner
apabila nilai ADF statistik lebih kecil dari nilai Mc Kinnon Critical
Value, sedangkan data bersifat non-stasioner apabila nilai ADF
statistik lebih besar dari nilai Mc Kinnon Critical Value.
52
Tabel 4.1. Uji Akar Unit Tingkat Level
Variabel
Mc Kinnon
Critical Value
5%
Nilai ADF Keterangan
Y(PDB) -2.909206 -3.262663 Stasioner
X1
(Pembiayaan) -2.906210 -1.914787
Tidak
Stasioner
X2
(Pengeluaran
Pemerintah)
-2,909206 -2.248760 Tidak
Stasioner
X6 (Investasi) -2.912631 -0.599048 Tidak
Stasioner
Tabel 4.2. Uji Akar Unit Tingkat First Difference
Tabel 4.3. Uji Akar Unit Tingkat Second Difference
Variabel
Mc Kinnon
Critical Value
5%
Nilai ADF Keterangan
Y(PDB) -2.909206 0.988360 Tidak
Stasioner
X1
(Pembiayaan) -2,906210 -4.131258 Stasioner
X2
(Pengeluaran
Pemerintah)
-2,909206 -2.413552 Tidak
Stasioner
X6 (Investasi) -2.912631 -2.701663 Tidak
Stasioner
Variabel
Mc Kinnon
Critical Value
5%
Nilai ADF Keterangan
Y(PDB) -2.909206 -7.521300 Stasioner
X1
(Pembiayaan) -2.906923 -9.246117 Stasioner
X2
(Pengeluaran
Pemerintah)
-2,909206 -7.596983 Stasioner
X6 (Investasi) -2.912631 -5.379518 Stasioner
53
Berdasarkan hasil uji akar pada tingkat level dapat dilihat bahwa
output data pada uji stasioneritas pada tingkat level menunjukkan
bahwa semua variabel mempunyai niali ADF > nilai Mc Kinnon
Critical Value 5%, artinya hanya variabel PDB yang stasioner
sedangkan variabel yang lian tidak sehingga perlu dilanjutkan pada uji
akar unit pada first difference.
Berdasarkan uji akar pada tingkat first difference, diperoleh
hasil bahwa hanya variabel pembiayaan yang stasioner, sedangkan
yang lain tidak dikarenakan nilai ADFnya lebih besar daripada nilai
kritis Mac Kinnon. Dari tersebut maka diperlukan uji akar unit pada
tingkat second difference.
Berdasarkan pada hasil uji akar unit pada tingkat second
difference, diperoleh hasil bahwa semua variabel stasioner hal
tersebut dikarenakan nilai ADFnya lebih kecil daripada nilai kritis
Mac Kinnon
2. Uji Lag Optimal
Pengujian panjang lag optimal digunakan untuk menghilangkan
masalah autokorelasi dalam sistem VAR. Penggunaan lag optimal
dengan tujuan permasalahan terkait autokorelasi tidak muncul
kembali. Jumlah lag yang optimal dalam penelitian ini didasarkan
pada nilai Akaike Information Criteria (AIC) dan Schwarz
Information Criterion yang terkecil atau minimum.
54
Tabel 4.4. Uji Lag Optimal Model
Lag (Kuartal) AIC SC
0 -27.42957 -27.29115
1 -29.79003 -29.09794*
2 -29.36120 -28.11544
3 -28.91089 -27.11145
4 -29.15228 -26.79918
5 -31.44393* -28.53715
6 -31.25428 -27.79383
Sumber : Hasil ola data eviews 6
Berdasarkan hasil dari uji lag terlihat bahwa lag yang disarankan
dalam penelitian ini adalah pada lag ke-5.
3. Uji Kointegrasi
Kointegrasi untuk memperoleh persamaan jangka panjang yang
stabil. Uji kointegrasi pada analisis ini digunakan untuk melihat
apakah metode VECM dapat digunakan atau tidak. Metode VECM
dapat digunakan dalam analisis, jika terdapat lebih dari nol rank
kointegrasi. Uji kointegrasi yang dipakai berdasarkan Johansen
Cointegration Test dengan Trace Statistic digunakan untuk
mengetahui jumlah persamaan yang terkointegrasi di dalam sistem.
Hipotesis H1 yang menyatakan jumlah rank kointegrasi dapat
diterima apabila nilai Trace statistic lebih besar dari nilai kritis pada
tingkat tersebut.
55
Tabel 4.5. Uji Kointegrasi
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized
No. Of CE(s) Trace Statistic
Critical Value
5%
None * 74.45228 40.17493
At most 1 * 45.33119 24.27596
At most 2 * 20.12407 12.32090
At most 3 * 1.912877 4.129906
Tabel 4.6. Uji Kointegrasi
Unrestricted Cointegration Rank Test (Max Eigenvalue)
Hypothesized
No. Of CE(s)
Max-Eigen
Statistic
Critical Value
5%
None * 29.12109 24.15921
At most 1 * 25.20713 17.79730
At most 2 * 18.21119 11.22480
At most 3 * 1.912877 4.129906
Sumber : Lampiran, data olah
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa terdapat 3
persamaan yang terkointegrasi. Hal ini dapat diketahui karena nilai
trace statistic dan Max-Eigen Statitic lebih besar dari nilai kritis lima
persen. Maka semua variabel dapat dikatakan berkointegrasi. Model
yang akan digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM)
karena terdapat persamaan yang terkointegrasi.
56
4. Estimasi VECM
Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM
Variabel Koesfisien T Hitung T Tabel Keterangan
Jangka Pendek
Y_PDB (4) -0.304865 -2.40634 1,99773
Signifikan
X1_Pembiayaan
(4) -0.068631 -1.53779
1,99773
Tidak
Signifikan
X2_Pengeluaran
Pemerintah(4) -0.220243 -4.36289 1,99773
Tidak
Signifikan
X3_Investasi 0.006992 0.56700 1,99773 Tidak
Signifikan
Jangka Panjang
X1_Pembiayaan -1.111488 -5.95058 1,99773 Signifikan
X2_Pengeluaran
Pemerintah 1.446906 3.72558 1,99773 Signifikan
X3_Investasi -0.215974 -2.42278 1,99773 Signifikan
Sumber : Olah Data Eviews 6
Berdasarkan tabel 4.7, menunjukkan bahwa dalam jangka
pendek variabel PDB lag ke-empat berpengaruh signifikan terhadap
PDB, hal ini membuktikan bahwa PDB dipengaruhi oleh lag
sebelumnya yaitu lag ke- empat dari PDB itu sendiri. Sedangkan
untuk variabel pembiayaan bank syariah, pengeluaran pemerintah,
dan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa variabel
independen dalam penelitian ini membutuhkan waktu untuk
berpengaruh terhadap PDB di Indonesia.
Sedangkan dalam jangka panjang, pembiayaan bank syariah,
pengeluaran pemerintah, dan investasi berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan nilai koefisien
yang berbeda-beda.
57
5. Uji IRF (Impluse Response Function)
Tabel 4.8. Hasil Uji IRF
Resp
onse
of
D(Y_
PDB):
Perio
d D(Y_PDB)
D(X1_PEM
BIAYAAN)
D(X2_PEN
GELUARA
N)
D(X3_INV
ESTASI)
1 0.001593 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.001250 7.83E-05 -7.80E-05 0.000101
3 0.001303 6.96E-05 -0.000102 4.16E-05
4 0.001333 5.17E-05 -0.000141 5.45E-05
5 0.000587 -0.000824 -0.000814 0.000236
6 0.000764 -0.000702 -0.000714 0.000235
7 0.000704 -0.000730 -0.000739 0.000245
8 0.000702 -0.000809 -0.000736 0.000272
9 0.000933 0.000213 -0.000263 -0.000343
10 0.000831 4.99E-05 -0.000340 -0.000282
Sumber : Lampiran
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa hasil uji IRF
menunjukan respon PDB terhadap shock (perubahan) nilai variabel
Pembiayaan bank syariah dan investasi cenderung mangalami
fluktuatif naik turun. Pembiayaan bank syariah menunjukkan
kecenderungan negatif yang artinya dalam jangka pendek maupun
jangka panjang guncangan atau turunnya pembiayaan bank syariah
akan direspon dengan besaran yang sama dan Perbankan syariah harus
lebih berhati-hati dalam mengelola dana pembiayaannya.
Menurut Rama (2013), perbankan syariah adalah lembaga
keuangan syariah yang lebih menekankan pada produktivitas. Melalui
produk mudharabah dan musyarakah yang disalurkan maka
58
diharapkan akan mampu meningkatkan aktivitas usaha masyarakat
yang kemudian akan berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat.
Untuk pengeluaran pemerintah memberikan respon yang
cenderungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya dalam
jangka pendek maupun jangka panjang guncangan atau naiknya
pengeluaran pemerintah akan direspon dengan besaran yang sama.
Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah yang telah
dianggarkan untuk pembangunan ekonomi di Indonesia mempunyai
kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Untuk investasi memberikan respon yang cenderungan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi artinya dalam jangka pendek maupun
jangka panjang guncangan atau turunnya investasi akan direspon
dengan besaran yang sama. Kondisi ini disebabkan oleh Investasi
yang tumbuh tidak merata dan hanya tumbuh sebagian besar di
perkotaan. Maka dibutuhkan adanya kepastian atau ketentuan hukum
disetiap daerah atau provinsi untuk membangun sektor investasi atau
penanaman modal bagi daerahnya masing-masing.
6. Dekomposisi Variansi
Uji variance decomposition bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada
sebuah variabel terhadap shock variabel lainnya pada periode saat ini
dan yang akan datang.
59
Tabel 4.9.Dekomposisi Variansi
Perio
d S.E. D(Y_PDB)
D(X1_PEM
BIAYAAN)
D(X2_PEN
GELUARA
N)
D(X3_INV
ESTASI)
1 0.001593 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.002030 99.45547 0.148887 0.147441 0.248205
3 0.002416 99.32541 0.188118 0.281474 0.204998
4 0.002764 99.14979 0.178731 0.475963 0.195517
5 0.003063 84.41491 7.389427 7.442908 0.752758
6 0.003320 77.13517 10.76120 10.96099 1.142635
7 0.003558 71.08206 13.58500 13.86250 1.470441
8 0.003797 65.80987 16.46654 15.92140 1.802193
9 0.003940 66.74059 15.58983 15.23757 2.432014
10 0.004051 67.33560 14.76147 15.11864 2.784289
Sumber : Lampiran
Dari hasil uji Variance Decomposition (VD), pada periode pertama
Produk Domestik Bruto dipengaruhi Produk Domestik Bruto itu sendiri.
Namun, seiring berjalannya periode, maka variabel-variabel lain mulai
mempengaruhi walaupun besarnya tidak sebesar pengaruh Produk
Domestik Bruto itu sendiri. Pengeluaran pemerintah merupakan variabel
terbesar kedua setalah variabel Produk Domestik Bruto (PDB), awal
periode pengaruhnya sebesar 0,147441 dan terus meningkat sampai
akhir periode sebesar 15.11864. Setelah variabel pengeluaran
pemerintah, pengaruh terbesar ketiga adalah variabel pembiayaan bank
syariah sebesar 0.148887 pada awal periode dan 14, 76147 pada akhir
periode, diikuti oleh investasi sebesar 0.248205 pada awal periode dan
sebesar 2.784289 pada akhir periode.
60
B. Pembahasan
Dalam jangka pendek variabel PDB lag ke-empat berpengaruh
signifikan terhadap PDB, hal ini membuktikan bahwa PDB dipengaruhi
oleh lag sebelumnya yaitu lag ke- empat dari PDB itu sendiri. Sedangkan
untuk variabel pembiayaan bank syariah, pengeluaran pemerintah, dan
investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa variabel independen dalam
penelitian ini membutuhkan waktu untuk berpengaruh terhadap PDB di
Indonesia. Sedangkan dalam jangka panjang, pembiayaan bank syariah,
pengeluaran pemerintah, dan investasi berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
pembiayaan bank syariah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang perubahan pembiayaan bank syariah akan senantiasa diikuti oleh
perubahan PDB denagn arah yang berbalik, artinya jika terjadi kenaikan
1% PDB akan terjadi penurunan sebesar pada pembiayaan bank syariah.
Penelitian ini mendukung penelitian Asnuri (2013) yang menyatakan
bahwa pembiayaan bank syariah berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena market share
pembiayaan bank syariah masih relatif kecil dibandingkan dengan kredit
yang diberikan bank konvensional serta masih mendominasinya produk
61
murabahah di bank syariah dibandingkan dengan produk kerja sama
seperti musyarakah dan mudarabah.
Meningkatnya pembiayaan produk murabahah yang terjadi
menyebabkan masyarakat lebih konsumtif, sedangkan produk
musyarakah dan mudharabah lebih menunjukkan pada peningkatan
aktivitas usaha masyarakat yang kemudian akan berdampak pada
kenaikan pendapatan masyarakat (Baehaqy dan Cahyono, 2019).
Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Rafsanjani
dan Sukmana (2014) dalam Baehaqy dan Cahyono (2019), yang
mendapatakn hasil bahwa pembiayaan bank syariah mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini
terjadi karena pembiayaan atau kredit oleh perbankan kepada sektor riil
akan mendorong adanya usaha-usaha baru yang nantinya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat
pengangguran. Hasyim tahun 2016, Semakin banyak pembiayaan yang
disalurkan untuk kegiatan produksi pada sektor riil yang ada di
masyarakat akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kassim dalam
Hasyim tahun 2016 di Malaysia mengungkapkan bahwa kegiatan
pembiayaan bank syariah membuat kontribusi yang signifikan terhadap
kegiatan ekonomi riil baik dalam jangka pendek dan panjang, dengan
kontribusi jangka panjang yang kuat.
Hasil uji estimasi VECM menunjukkan bahwa pengeluaran
pemerintah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
62
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai koefisien
pengeluaran pemerintah sebesar 1.446906 dengan nilai t hitung
1.446906, artinya setiap peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar
1% maka akan meningkatkan 1,45% pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Jamili (2017) bahwa
Belanja Pemerintah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari koefisien
sebesar 5.586348 dengan memiliki nilai probabilitas 0,0000, Artinya
setiap kenaikan 1% Belanja Pemerintah akan meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sebesar 0,50% dan sebaliknya.
Investasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini mendukung penelitian
Zakaria et al. (2019) kondisi ini disebabkan iklim investasi yang kurang
kondusif. Iklim tersebut bisa disebabkan karena rendahnya pelayanan
publik, masih lemahnya kepastian hukum yang ada. Rendanya pelayanan
publik disebabkan karena lamanya waktu perizinan dan birokrasi, dan
masih ada pungutan liar.
Berdasarkan hasil uji IRF (Impulse Response Function),
pembiayaan bank syariah menunjukkan kecenderungan negatif yang
artinya dalam jangka pendek maupun jangka panjang guncangan atau
turunnya pembiayaan bank syariah akan direspon dengan besaran yang
sama dan Perbankan syariah harus lebih berhati-hati dalam mengelola
dana pembiayaannya.
63
Untuk pengeluaran pemerintah memberikan respon yang
cenderungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya dalam
jangka pendek maupun jangka panjang guncangan atau naiknya
pengeluaran pemerintah akan direspon dengan besaran yang sama. Hal
ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah yang telah dianggarkan
untuk pembangunan ekonomi di Indonesia mempunyai kontribusi yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Untuk investasi memberikan respon yang cenderungan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi artinya dalam jangka pendek maupun
jangka panjang guncangan atau turunnya investasi akan direspon dengan
besaran yang sama. Kondisi ini disebabkan oleh Investasi yang tumbuh
tidak merata dan hanya tumbuh sebagian besar di perkotaan. Maka
dibutuhkan adanya kepastian atau ketentuan hukum disetiap daerah atau
provinsi untuk membangun sektor investasi atau penanaman modal bagi
daerahnya masing-masing.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk
mengumpulkan bukti empiris tekait dengan pengaruh pembiayaan bank
syariah, pengeluaran pemerintah, dan investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2019.
Dengan menggunakan data time series dengan model vector error
correction model (VECM), maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam jangka pendek pembiayaan bank syariah tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. sedangkan
dalam jangka panjang pembiayaan bank syariah berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai
koefisien -1,111488. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang perubahan pembiayaan bank syariah akan senantiasa diikuti
oleh perubahan PDB dengan arah yang berbalik, artinya jika terjadi
kenaikan 1% PDB akan terjadi penurunan sebesar 1,11%pada
pembiayaan bank syariah.
2. Dalam jangka pendek pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. sedangkan
dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai koefisien pengeluaran pemerintah
65
sebesar 1.446906 dengan nilai t hitung 1.446906, artinya setiap
peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 1% maka akan
meningkatkan 1,45% pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. Dalam jangka waktu pendek investasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan dalam
jangka waktu panjang, investasi berpengaruh signifikan dan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan nilai koefisien -
0.215974, artinya setiap kenaikan 1% investasi menyebabkan
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,22% atau sebaliknya.
Kondisi ini disebabkan karena adanya krisis ekonomi global, iklim
investasi yang kurang kondusif, penyebaran investasi yang belum
merata di Indonesia, Iklim tersebut bisa disebabkan karena rendahnya
pelayanan publik, masih lemahnya kepastian hukum yang ada.
Rendanya pelayanan publik disebabkan karena lamanya waktu
perizinan dan birokrasi, dan masih ada pungutan liar.
B. Saran
Implikasi dari penelitian ini adalah pada kebijakan pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Implikasi
penelitian ini adalah :
1. Kebijakan moneter agar perbankan syariah memfokuskan diri pada
peningkatan pembiayaan kepada masyarakat. Kebijakan yang dapat
diambil seperti mengurangi Giro Wajib Minimum (GWM) untuk
66
perbankan syariah, dengan GWM yang rendah maka dana yang
terkumpul akan semakin banyak disalurkan kepada masyarakat.
2. Pemerintah sebaiknya membuat regulasi untuk memudahkan
masyarakat atau lembaga dalam akses produk perbankan syariah,
termasuk dalam proses penyaluran pembiayaan. Regulasi
penyederhanaan proses pengajuan pembiayaan yang saat ini masih
cukup rumit, pengaturan margin dan bagi hasil dapat menarik
masyarakat, serta efisiensi proses perbankan syariah dengan teknologi
yang sudah modern.
3. Pemerintah harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap
pengeluaran pemerintah, sehingga setiap pengeluaran pemerintah
yang dikeluarkan mempunyai nilai optimal dalam berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi.
4. Perlu adanya pemerintah untuk meningkatkan pengarahan investasi
yang tepat sasaran. Sehingga setiap peningkatan investasi yang ada
mampu meningkatkan kesempatan kerja yang luas untuk masyarakat
yang berakibat pada pengurangan pengangguran yang kemudian
berdampak pada peningkatan kemampuan konsumsi dan investasi
sehingga pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk masa yang akan
datang akan mengalami pertumbuhan yang positif.
5. Untuk penelitian yang akan datang, diharapkan peneliti dapat
mengembangkan penelitian dengan menggunakan variabel yang lebih
kompleks sehingga menghasilkan penelitian yang lebih baik.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arsyad Lincolin (2004), Ekonomi Pembangunan, Bagian Penerbitan STIE–
YKPN,Yogyakarta
Boediono. (1985). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.
Prasetya, Ferry. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian V: Teori Pengeluaran
Pemerintah. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya
Malang.
S., A. (2007). Ekonomi. Jakarta : Esis.
Sukirno, S. (2008). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta. Pt. Raja
Grafindo.
Jurnal Ilmiah
Abidin, Z. (2012). Meneropong Konsep Pertumbuhan Ekonomi (Telaah
Atas Kontribusi Sistem Ekonomi Islam Atas Sistem Ekonomi
Konvensional). Al Ihkam, 7(2), 356–367.
Afandi, M. A., & Amin, M. (2019). Islamic Bank Financing And Its Effects
On Economic Growth: A Cross Province Analysis. Signifikan: Jurnal
Ilmu Ekonomi, 8(2), 243–250.
Al-Fayoumi, B. A. N. (2016). Bank Concentration, Institutional Quality,
And Economic Growth: Empirical Evidence From Mena Countries.
Review Of International Business And Strategy, 26(2).
Ang, J. B. (2008). A Survey Of Recent Developments In The Literature Of
Finance And Growth. Journal Of Economic Surveys, 22, 536-576., 22,
68
536–576.
Anitasari, M., & Soleh, A. (2015). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Bengkulu. Ekombis
Review: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 3(2), 117–127.
Baehaqy, Hasyim Nur & Cahyono, Eko Fajar. 2019. Pengaruh Pembiayaan
Perbankan Konvesnional Dan Pembiayaan Perbankan Syariah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Pada Tahun 2008-2018.
Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan Vol.6 No. 6. Hal. 1272-
1286).
Basuki, A. T. (2018). Aplikasi Model Var Dan Vecm Dalam Ekonomi. In
Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta (Issue 1, Pp. 1–
41).
Beik, I. S., & Fatmawati, S. W. (2014). Pengaruh Indeks Harga Saham
Syariah Internasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta
Islamic Index. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 6(2), 155–
178.
Eka, H., Maruto, P., & Basuki, U. (2019). Analisis Pengaruh Investasi Dan
Budget Deficit Terhadap Pertumbuhan Di Indonesia. Diponegoro
Journal Of Economics, 1(1), 67.
Hasyim, L. T. U. (2016). Adapting Workplace Learning In The Time Of
Coronavirus. Akrual: Jurnal Akuntansi, 8(1), 11–27.
Ilyas, R. (2015). Konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syari’ah. Jurnal
Penelitian, 9(1), 183–204.
69
Jufrida, F., Syechalad, M. N., & Nasir, M. (2016). Analisis Pengaruh
Investasi Asing Langsung (Fdi) Dan Investasi Dalam Negeri Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, 2(1), 54–68.
Mohamed, G., & Sassi, S. (2010). Financial Development And Economic
Growth In The Mena Region : What About Islamic Banking
Development. 1–23.
Muazi, N. M., & Arianti, F. (2013). Analisis Pengaruh Penanaman Modal
Asing Dan Penananaman Modal Dalam Negeri Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi : Di Jawa Tengah 1990 – 2010. Diponegoro Journal Of
Economic, 2(1), 1–9.
Nofinawati. (2016). Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia. Juris
(Jurnal Ilmiah Syariah), 14(2), 67–184.
Nuraini. (2016). Analisis Pengaruh Investasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (Pmdn) Dan Penanaman Modal Asing (Pma) Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Jambi. Jurnal Iimiah Universitas
Batanghari Jambi, 16(1), 88–92.
Prastowo, P. (2018). Pengaruh Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi: Studi Empiris Di 13 Negara. Hayula:
Indonesian Journal Of Multidisciplinary Islamic Studies, 2(1), 65–80.
Putra, Rendy Okryadi. (2018). Pengaruh Perbankan Syariah Terhadap
Perekonomian Di Indonesia Tahun 2007-2016. 2, 6–11.
Rama, A., & Kassim, S. H. (2013). Analyzing Determinants Of Assets And
70
Liabilities In Islamic Banks: Evidence From Indonesia.
Solikin, A. (2018). Pengeluaran Pemerintah Dan Perkembangan
Perekonomian (Hukum Wagner) Di Negara Sedang Berkembang:
Tinjauan Sistematis. Info Artha, 2(1), 65.
Sulistiawati, R. (2012). Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerja Serta Kesejahteraan
Masyarakat Di Provinsi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan
Kewirausahaan, 3(1), 29–50.
Susilo, J., & Ratnawati, N. (2015). Analisis Pengaruh Pembiayaan Bank
Syariah Dan Tenaga Kerja Terhadap Peningkatan Produk Domestik
Bruto (Pdb): Analisis Sektoral Tahun 2006 – 2013. Seminar Nasional
Cendekiawan.
Teori Keynes. (1936).
Terminanto, A. A., & Rama, A. (2017). Pembiayaan Bank Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi : Studi Kasus. Iqtishadia, 10(1).
Ulum, B., & Mufarrohah. (2016). Kontribusi Ibnu Khaldun Terhadap
Perkembangan Ekonomi Islam Pendahuluan. Jurnal Ekonomi Syariah
(Iqtishadia), 1(September), 17–32.
Zahari Ms, M. (2017). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Jambi. Jurnal Of Economics And
Business, 1(1).
Zakaria, J., Hasbi, A. M., Ekonomi, M. I., Indonesia, U. M., Ekonomi, F.,
& Indonesia, M. (2019). Paradoks : Jurnal Ilmu Ekonomi Pengaruh
71
Inflasi , Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal
Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Makassar Tahun
2008-2017. Paradoks : Jurnal Ilmu Ekonomi, 2(2), 133–141.
Tesis
Hutabarat, P. (2016). Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara. Tesis, Universitas
Sumatera Utara, Indonesia.
Website
Alokasi dan realisasi APBN Tahun 2000-2019 data diakses pada 19 maret
2020 dari www.kemenkeu.go.id
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha (Miliar Rupiah), 2000-2020, data diakses tanggal 16 Maret
2020 7 dari www.bps.go.id.
Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing Menurut Sektor Ekonomi (juta
US$), 2000-2019,data diakses dari www.bkpm.go.id.
Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Menurut Sektor
Ekonomi (Miliar Rupiah), 2000-2019, data diakses dari
www.bkpm.go.id.
Statistik perbankan syariah, data diakses pada 16 maret 2020 dari
www.bi.go.id.
72
.
LAMPIRAN
(Dalam Miliar)
TAHUN
X1
(PEMBIAYA
AN)
X2
(PENGELUAR
AN
PEEMRINTAH
)
X3
(INVESTASI) X4 (PDB)
2003 Rp5,530.00 Rp376,505.20 Rp160,283.75 Rp1,840,854.90
2004 Rp11,490.00 Rp427,176.56 Rp132,639.70 Rp2,083,077.90
2005 Rp15,232.00 Rp509,632.44 Rp87,653.10 Rp2,458,234.30
2006 Rp21,060.47 Rp667,128.86 Rp53,912.50 Rp2,967,040.30
2007 Rp28,834.71 Rp757,649.86 Rp97,405.65 Rp3,534,406.50
2008 Rp39,451.61 Rp985,730.69 Rp162,841.83 Rp4,427,633.50
2009 Rp48,472.92 Rp937,381.96 Rp101,662.00 Rp5,141,414.40
2010 Rp70,241.44 Rp1,042,117.23 Rp145,787.27 Rp6,446,851.90
2011 Rp105,329.93 Rp1,294,999.23 Rp176,594.76 Rp7,419,187.10
2012 Rp151,058.52 Rp1,491,410.22 Rp221,082.30 Rp8,230,925.90
2013 Rp188,553.49 Rp1,650,563.73 Rp274,728.00 Rp9,087,276.50
2014 Rp204,334.91 Rp1,777,182.86 Rp330,944.52 Rp10,569,705.30
2015 Rp218,761.17 Rp1,806,515.20 Rp365,948.75 Rp11,526,332.80
2016 Rp254,669.56 Rp1,864,274.99 Rp391,015.35 Rp12,401,728.50
2017 Rp293,457.95 Rp2,007,351.80 Rp432,013.32 Rp13,589,825.70
2018 Rp329,277.47 Rp2,220,656.97 Rp392,725.99 Rp14,838,311.50
2019 Rp365,125.32 Rp2,461,112.08 Rp423,100.05 Rp15,833,943.40
73
LAMPIRAN 2 UJI STATIONERITAS DATA
TINGKAT LEVEL
Null Hypothesis: X1_PEMBIAYAAN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.914787 0.3237
Test critical values: 1% level -3.533204
5% level -2.906210
10% level -2.590628
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: X2_PENGELUARAN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.248760 0.1917
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: X3_INVESTASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 9 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.599048 0.8624
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: Y_PDB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
74
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.262663 0.0210
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
FIRST DIFFERENCE
Null Hypothesis: D(X1_PEMBIAYAAN) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.131258 0.0017
Test critical values: 1% level -3.533204
5% level -2.906210
10% level -2.590628
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(X2_PENGELUARAN) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.413552 0.1422
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(X3_INVESTASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 8 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.701663 0.0799
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
75
Null Hypothesis: D(Y_PDB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.988360 0.7524
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
SECOND DIFFERENCE
Null Hypothesis: D(X1_PEMBIAYAAN,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.246117 0.0000
Test critical values: 1% level -3.534868
5% level -2.906923
10% level -2.591006
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(X2_PENGELUARAN,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.596983 0.0000
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(Y_PDB,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.521300 0.0000
Test critical values: 1% level -3.540198
5% level -2.909206
76
10% level -2.592215
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
LAMPIRAN 3 UJI LAG OPTIMAL
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: D(Y_PDB) D(X1_PEMBIAYAAN)
D(X2_PENGELUARAN) D(X3_INVESTASI)
Exogenous variables: C
Date: 07/11/20 Time: 20:02
Sample: 2003Q1 2019Q4
Included observations: 61
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 840.6020 NA 1.44e-17 -27.42957 -27.29115 -27.37533
1 928.5960 161.5628 1.36e-18 -29.79003 -29.09794* -29.51880
2 931.5167 4.979608 2.10e-18 -29.36120 -28.11544 -28.87298
3 933.7820 3.565084 3.36e-18 -28.91089 -27.11145 -28.20567
4 957.1446 33.70343 2.73e-18 -29.15228 -26.79918 -28.23008
5 1043.040 112.6494* 2.92e-19* -31.44393* -28.53715 -30.30473*
6 1053.256 12.05804 3.85e-19 -31.25428 -27.79383 -29.89810
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
LAMPIRAN 4 UJI KOINTEGRASI
Date: 07/11/20 Time: 20:09
Sample (adjusted): 2004Q2 2019Q4
Included observations: 63 after adjustments
Trend assumption: No deterministic trend
Series: D(Y_PDB) D(X1_PEMBIAYAAN) D(X2_PENGELUARAN)
D(X3_INVESTASI)
Lags interval (in first differences): 1 to 3
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.370129 74.45228 40.17493 0.0000
At most 1 * 0.329756 45.33119 24.27596 0.0000
At most 2 * 0.251038 20.12407 12.32090 0.0020
At most 3 0.029907 1.912877 4.129906 0.1962
77
Trace test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)
Hypothesized Max-Eigen 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.370129 29.12109 24.15921 0.0098
At most 1 * 0.329756 25.20713 17.79730 0.0032
At most 2 * 0.251038 18.21119 11.22480 0.0026
At most 3 0.029907 1.912877 4.129906 0.1962
Max-eigenvalue test indicates 3 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
UJI ESTIMASI VECM
Vector Error Correction Estimates
Date: 07/12/20 Time: 03:06
Sample (adjusted): 2004Q4 2019Q4
Included observations: 61 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
D(Y_PDB(-1)) 1.000000
D(X1_PEMBIAYAAN(-
1)) -1.111488
(0.18679)
[-5.95058]
D(X2_PENGELUARA
N(-1)) 1.446906
(0.38837)
[ 3.72558]
D(X3_INVESTASI(-1)) -0.215974
(0.08914)
[-2.42278]
Error Correction: D(Y_PDB,2)
D(X1_PEMBI
AYAAN,2)
D(X2_PENG
ELUARAN,2)
D(X3_INVES
TASI,2)
CointEq1 -0.028254 0.290767 -0.059496 0.648711
(0.02978) (0.10193) (0.07995) (0.32319)
[-0.94869] [ 2.85266] [-0.74418] [ 2.00723]
D(Y_PDB(-1),2) -0.155720 -0.378789 -0.005756 -1.008881
78
(0.18857) (0.64538) (0.50622) (2.04633)
[-0.82579] [-0.58692] [-0.01137] [-0.49302]
D(Y_PDB(-2),2) 0.041278 -0.187969 -0.022041 -0.693667
(0.12623) (0.43201) (0.33886) (1.36980)
[ 0.32701] [-0.43510] [-0.06504] [-0.50640]
D(Y_PDB(-3),2) 0.062019 -0.183631 -0.019585 -0.859726
(0.12607) (0.43146) (0.33843) (1.36805)
[ 0.49195] [-0.42560] [-0.05787] [-0.62843]
D(Y_PDB(-4),2) -0.304865 -0.187402 -0.040419 -0.042093
(0.12669) (0.43360) (0.34010) (1.37483)
[-2.40634] [-0.43220] [-0.11884] [-0.03062]
D(Y_PDB(-5),2) -0.037725 -0.065373 0.032708 -0.475001
(0.13680) (0.46820) (0.36724) (1.48452)
[-0.27577] [-0.13963] [ 0.08907] [-0.31997]
D(X1_PEMBIAYAAN(-
1),2) -0.000971 -0.189832 -0.044476 -0.089245
(0.05127) (0.17548) (0.13764) (0.55641)
[-0.01893] [-1.08177] [-0.32313] [-0.16040]
D(X1_PEMBIAYAAN(-
2),2) -0.004091 0.041321 -0.010377 -0.325694
(0.04658) (0.15941) (0.12504) (0.50545)
[-0.08783] [ 0.25921] [-0.08299] [-0.64436]
D(X1_PEMBIAYAAN(-
3),2) -0.010026 0.102098 0.000581 -0.482332
(0.04514) (0.15449) (0.12118) (0.48985)
[-0.22212] [ 0.66086] [ 0.00480] [-0.98466]
D(X1_PEMBIAYAAN(-
4),2) -0.068631 0.149515 -0.214453 2.308500
(0.04463) (0.15274) (0.11981) (0.48431)
[-1.53779] [ 0.97886] [-1.78998] [ 4.76657]
D(X1_PEMBIAYAAN(-
5),2) -0.049180 0.356347 -0.022215 0.220580
(0.06797) (0.23262) (0.18246) (0.73758)
[-0.72356] [ 1.53187] [-0.12175] [ 0.29906]
D(X2_PENGELUARA
N(-1),2) -0.000200 -0.018788 -0.085333 -0.239032
(0.07735) (0.26472) (0.20764) (0.83935)
[-0.00259] [-0.07097] [-0.41097] [-0.28478]
79
D(X2_PENGELUARA
N(-2),2) 0.011291 -0.144894 0.062786 -0.090404
(0.05063) (0.17328) (0.13592) (0.54942)
[ 0.22300] [-0.83618] [ 0.46195] [-0.16454]
D(X2_PENGELUARA
N(-3),2) 0.010821 -0.154177 0.077378 0.024677
(0.05023) (0.17190) (0.13483) (0.54505)
[ 0.21545] [-0.89690] [ 0.57389] [ 0.04528]
D(X2_PENGELUARA
N(-4),2) -0.220243 -0.499491 -0.720808 -2.663338
(0.05048) (0.17277) (0.13551) (0.54781)
[-4.36289] [-2.89108] [-5.31904] [-4.86184]
D(X2_PENGELUARA
N(-5),2) -0.032007 -0.229363 -0.113336 -0.376917
(0.07052) (0.24135) (0.18931) (0.76527)
[-0.45387] [-0.95032] [-0.59868] [-0.49253]
D(X3_INVESTASI(-
1),2) 0.000889 -0.006713 -0.016731 -0.053522
(0.01558) (0.05333) (0.04183) (0.16910)
[ 0.05703] [-0.12588] [-0.39996] [-0.31651]
D(X3_INVESTASI(-
2),2) -0.005621 0.048330 -0.010453 0.146212
(0.01225) (0.04191) (0.03287) (0.13288)
[-0.45903] [ 1.15320] [-0.31798] [ 1.10029]
D(X3_INVESTASI(-
3),2) -0.005755 0.043176 -0.012302 0.174516
(0.01224) (0.04190) (0.03287) (0.13286)
[-0.47011] [ 1.03042] [-0.37433] [ 1.31357]
D(X3_INVESTASI(-
4),2) 0.006992 0.028750 0.134852 -0.382419
(0.01233) (0.04220) (0.03310) (0.13382)
[ 0.56700] [ 0.68123] [ 4.07369] [-2.85780]
D(X3_INVESTASI(-
5),2) 0.007225 -0.060971 0.007631 -0.070560
(0.01929) (0.06601) (0.05178) (0.20932)
[ 0.37457] [-0.92359] [ 0.14737] [-0.33710]
R-squared 0.770308 0.365825 0.735917 0.679181
Adj. R-squared 0.655462 0.048737 0.603875 0.518772
Sum sq. resids 0.000102 0.001189 0.000732 0.011954
S.E. equation 0.001593 0.005452 0.004276 0.017287
F-statistic 6.707322 1.153702 5.573375 4.234047
80
Log likelihood 319.2852 244.2331 259.0487 173.8415
Akaike AIC -9.779842 -7.319118 -7.804875 -5.011198
Schwarz SC -9.053148 -6.592424 -7.078181 -4.284503
Mean dependent -9.93E-05 -0.000422 -4.84E-05 0.000516
S.D. dependent 0.002714 0.005590 0.006795 0.024920
Determinant resid covariance (dof adj.) 1.52E-19
Determinant resid covariance 2.81E-20
Log likelihood 1026.809
Akaike information criterion -30.78061
Schwarz criterion -27.73542
81
LAMPIRAN UJI IMPULSE RESPONSE FINCTION (IRF)
Response
of
D(Y_PDB):
Period
D(Y_PD
B)
D(X1_PEM
BIAYAAN)
D(X2_PENG
ELUARAN)
D(X3_INVE
STASI)
1
0.00159
3 0.000000 0.000000 0.000000
2
0.00125
0 7.83E-05 -7.80E-05 0.000101
3
0.00130
3 6.96E-05 -0.000102 4.16E-05
4
0.00133
3 5.17E-05 -0.000141 5.45E-05
5
0.00058
7 -0.000824 -0.000814 0.000236
6
0.00076
4 -0.000702 -0.000714 0.000235
7
0.00070
4 -0.000730 -0.000739 0.000245
8
0.00070
2 -0.000809 -0.000736 0.000272
9
0.00093
3 0.000213 -0.000263 -0.000343
10
0.00083
1 4.99E-05 -0.000340 -0.000282
LAMPIRAN UJI VARIACE DECOMPOSITION
Variance
Decomposition
of D(Y_PDB):
Period S.E. D(Y_PDB)
D(X1_PEM
BIAYAAN)
D(X2_PENG
ELUARAN)
D(X3_INVE
STASI)
1 0.001593 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.002030 99.45547 0.148887 0.147441 0.248205
3 0.002416 99.32541 0.188118 0.281474 0.204998
4 0.002764 99.14979 0.178731 0.475963 0.195517
5 0.003063 84.41491 7.389427 7.442908 0.752758
6 0.003320 77.13517 10.76120 10.96099 1.142635
7 0.003558 71.08206 13.58500 13.86250 1.470441
8 0.003797 65.80987 16.46654 15.92140 1.802193
9 0.003940 66.74059 15.58983 15.23757 2.432014
10 0.004051 67.33560 14.76147 15.11864 2.784289
82
83