pembiayaan dan pinjaman dalam bank syariah

26
PEMBIAYAAN DAN PEMINJAMAN DALAM BANK SYARI’AH MAKALAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fiqh muamalah Yang diampu oleh Firmansyah, S.PD., M.E.SY. Disusun oleh : Adhitya Suwendi N ( Ahsan Rafsanjani ( M. Iqbal Wahyudin ( Muhammad Jibril Sobron (

Upload: ahsan-rafsanjany

Post on 14-Jun-2015

7.902 views

Category:

Economy & Finance


0 download

DESCRIPTION

FIQH MUAMALAHDAN EKONOMI ISLAM

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

PEMBIAYAAN DAN PEMINJAMAN DALAM BANK

SYARI’AH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fiqh muamalah

Yang diampu oleh Firmansyah, S.PD., M.E.SY.

Disusun oleh :

Adhitya Suwendi N (

Ahsan Rafsanjani (

M. Iqbal Wahyudin (

Muhammad Jibril Sobron (

PRODI ILMU EKONOMI DAN KEUANGAN ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014

Page 2: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah

yang berjudul pembiayaan dan peminjaman dalam bank syari’ah dalam rangka

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Fiqh muamalah di program

studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam.

Pada dasarnya pembiayaan dan peminjaman dalam bank syari’ah secara sistem

sama sengan bank konvensional tetapi secara konsep berbeda. Makalah ini tersaji

dengan disertai bantuan berbagai pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak

langsung dan tak lupa kami mengucapkan terimakasih pada pihak yang telah

membantu menyelesaikan pembuatan makalah.

Dalam menusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan

kekurangan oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dan dapat dijadikan bahan koreksi untuk memperbaiki penyusunan

makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi

pembaca.

Bandung, Desember 2014

Penulis

2

Page 3: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ 2

DAFTAR ISI ..................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 4

A. Latar Belakang ................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ............................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 6

A. Pembiayaan Dalam Bank Syariah .................................. 6

1. Pembiayaan Modal Kerja............................................ 6

2. Pembiayaan Investasi ................................................. 10

3. Pembiayaan Konsumtif .............................................. 10

B. Pinjaman Dalam Bank Syariah ....................................... 10

1. Etika Meminjam Khas Islam ..................................... 11

2. Syarat Administrasi .................................................... 12

3. Skema Pinjaman Dalam Bank Syariah ...................... 12

BAB III PENUTUP ......................................................................... 16

A. Kesimpulan ..................................................................... 16

B. Saran ............................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 17

3

Page 4: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perbankan negara kita saat ini sedang dalam masa transisi dari penggunaan

system kapitalis menuju system ekonomi islam atau syariah. Perubahan tersebut

didasari oleh sejarah negara kita yang mengalami keruntuhan ekonomi yang

ditandai dengan krisis moneter pada tahun 1998. Hampir semua lembaga keuangan

yang ada di Indonesia mengalami kehancuran akibat krisis moneter tersebut,

namun tersisa satu lembaga keuangan dimasa tersebut yang masih eksis walaupun

lembaga keuangan lain mengalami kehancuran, yaitu bank Muamalat, yakni bank

yang menggunakan system ekonomi islam. Atas dasar tersebut, akhirnya banyak

orang berpaling dari penggunaan system kapitalis menuju system ekonomi islam.

Dalam perkembangan ekonomi Negara Indonesia era ini, banyak pihak mulai

sadar akan luar biasanya ekonomi islam, yang mana dikenal dengan system tanpa

bunga atau riba. Banyka pihak mulai menyadari bahwa system ekonomi kapitalis

dan neo liberalism yang selama ini mereka gunakan ibarat sebuah bom waktu yang

sewaktu-waktu dapat menghancurkan mereka sendiri yang menggunakannya.

Dalam system ekonomi islam sendiri, khususnya di bidang perbankan, ada yang

disebut dengan pembiayaan atau pendanaan. Dalam perkembangan dunia

ekonomi, khususnya dunia bisnis, banyak orang yang ingin memulai bisnis namun

selalu terhambat dengan gejala umum, yakni modal. Dalam perbankan syariah ada

yang disebut pembiayaan, yang nantinya akan membahas terkait pendanaan baik

berupa modal maupun lainnya.

4

Page 5: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, kami menyimpulkan ada beberapa rumusan

masalah yang nantinya akan dibahas, yakni :

1. Apa itu pebiayaan dan pinjaman oleh perbankan syariah?

2. Apa saja produk-produk pembiayaan dan pinjaman oleh perbankan

syariah?

C. TUJUAN PENULISAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan

untuk mengetahui dan memahami :

1. Memahami tentang pembiayaan dan pinjaman oleh bank syariah

2. Memahami apa saja produk pembiayaan dan pinjaman oleh bank syariah

D. MANFAAT PENULISAN

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis

maupun secara praktis. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan

khususnya tentang pembiayaan dan pinjaman oleh perbankan syariah

2. Pembaca, dapat memberikan informasi tentang pembiayaan dan pinjaman

oleh perbankan syariah

5

Page 6: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas

penyedian dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupalan defisit

unit. pembiayaan dapat dibagi menjadi tiga hal berikut;

1. PEMBIAYAAN MODAL KERJA

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat-alat likuid

(cash), piutang dagang (recevable), dan persediaan (inventory). Bank syariah

dapat membantu memeberikan modal kepada nasabah dengan sistem

mudharabah, diman bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul mal)

dan nasabah sebagai pengusaha (mudorib). Fasilitas ini dapat diberikan

untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan bagi hasil dibagi secara priodik

dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah

mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum

dibagikan) yang menjadi bagian bank.

a. PEMBIAYAAN LIKUIDITAS (CASH FINANCING)

Pembiayaan ini pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan yang

timbul akibat terjadinya ketidak sesuaian antara cash inflow dan cash

ouflow pada perusahaan nasabah. Bank syariah dapat menyediakan

fasilitas berupa bentuk qaradh timbal balik atau yang disebut dengan

compensating balance. Memalalui fasilitas ini, nasabah harus

membuka tabungan giro dan bank tidak memberikan bonus atas giro

tersebut. Bila nasabah mengalami situasi maismatched, nasbah dapat

menarik dana melebihi saldo yang tersedia sehingga menjadi negatif

sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas fasilitas

ini, bak tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun kecuali sebatas

biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.

6

Page 7: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

b. PEMBIAYAAN PIUTANG (RECEVABLE FINANCING)

Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual

barangnya dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktu

melebihi kapasitas modal kerja yang dimilikinya. Bank konvensional

biasanya memeberikan fasilitas berupa hal berikut;

1) PEMBIAYAAN PIUTANG

Bank memeberikan pinjaman dana kepada perusahaan untuk

mengatasi kekurangan dana karena masih tertanam dalam

piutang. Atas pinjaman itu, bank meminta cassie atas tagihan

pada nasabah tersebut. Pada dasarnya nasabah berkewajiban

untuk menagih sendiri piutangnya tatapi bank dapat menagih

utang tersebut ke pihak yang menghutang ke nasabah tersebut

dengan cassie.

2) ANJAK PIUTANG

Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk

pengembilalihan piutang nasabah, nasabah mengeluarkan draft

(wasel tagih) yang diketahui oleh pihak yang berhutang

kemudian di-endors oleh nasabah.

Dalam sistem bank syariah sistem seperti itu dilakukan dalam

bentuk al-qaradh si mana bank tidak boleh memungut biaya

apapun kecuali biaya administrasi. Bank juga memberikan

fasilitas untuk pengambilalihan piutang, yaitu disebut dengan

hiwalah. Bank tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali biaya

administrasi, biaya layanan dan biaya penagiahan

c. PEMBIAYAAN PERSEDIAAAN

Pada bank konvensional kita kenal dengan kredit modal kerjayang

dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan (inventory

financing) yaitu memberikan penjaman dengan bunga.

Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi

kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan

7

Page 8: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

menggunaka prinsif jual beli (al-bai) dalam dua tahap. Tahap pertama,

bank mengadakan (membeli dari supiler secara tunai) barang-barang

yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada

nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil

keuntungan yang disepakati bersam antara bank dan nasabah.1 Ada

beberapa skema jual beli yang dipergunakan untuk meng-approach

kebutuhan tersebut;

1) BAI AL-MURABAHAH

Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tembahan

keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan

syari’ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang

disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank

menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau

modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar

kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank +

margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.

Dalam bai' al murabahah, penjual harus memberitahu harga

produk yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan

sebagai tambahannya. Murabahah dapat dilakukan untuk

pembelian dengan sistem pemesanan. Dalam al-Umm, Imam

Syafi’i menamai transaksi ini dengan istilah al-amir bi al-syira .

Dalam hal ini calon pembeli atau pemesan dapan memesan

kepada sesorang (sebut saja pembeli) untuk membelikan suatu

barang tertentu yang diinginkannya. Kedua belah pihak membuat

kesepakatan mengenai barang tersebut serta kemungkinan harga

asal pembelian yang masih sanggup ditanggung pemesan.

Setelah itu, kedua belah pihak juga harus menyepakati beberapa

keuntungan atau tambahan yang harus dibayar pemesan.

1 M. Syafi’I Antonio, bank syari’ah dari teori dan praktik, hal 163

8

Page 9: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

2) BAI AL-ISTISHNA

Bila nasabh memerlukan pembiayaan untuk proses produksi

sampai menghasilkan barang jadi, bank dapat memberikan

fasilitas bai al-istisna. Melalui fasilitas ini, bank melakukan

pemesanan barang dengan harga yang disepakati kedua belah

pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah keuntungan

bagi bank dengan harga jual yang lebih rendah dari harga pasar.

Setelah barang selesai, produk tersebut telah berpindah

kepemilikan karena proses pembutan produk sudah dibiayai oleh

bank. Bank juga sudah telah mencari potential purchaser.

3) BAI AS-SALAM

Bank melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan

membayar dimuka secara sekaligus dan nasabah mengirim

barang tersebut pada tanggal yang disepakati dalam kontrak.

Pada waltu bersamaan bank, bank dapat mencari pembeli atas

prosuk tersebut.

d. PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK PERDAGANGAN

1) PERDAGANGAN UMUM

Perdagang umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan

target siapa saja yang mau memebeli produk tersebut, entah itu

eceran ataupun pedagang besar. Untuk pembiayaan modal kerja

perdagangan jenis ini, menggunakan skema mudharabah.

2) PERDAGANGAN BERDASARKAN PESANAN

Pembeli biasanya memesan barang-barang yang sesuai contoh

yang ditunjukan oleh pembeli, biasanya pembeli membayar jika

barang-barang yang dipesan sudah diterima. Bank syariah

mengadopsi mekanisme L/C itu menggunakan skema al-

wakalah, al-musyarokah, al-mudharabah, ataupun al-murabahah.

9

Page 10: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

2. PEMBIAYAAN INVESTASI

Pembiayaan investasi pada umumnya, diberikan dalam jumlah besar dan

jangka waktu yang lama. Bank memfasilitasi untuk investasi dengan skema

musyarakah mutanaqisah yaitu bank memeberikan pembiayaan dengan

penyertaan dan pemilik perusahaan akan memiliki kembali, baik

meenggunakan surplus sach flow yang tercipta maupun dengan menambah

modal. Skema lain dapat digunakan oleh bank syariah adalah al-ijarah al-

munthia bit-tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri

dengan pemilikan.sember persusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah

amortisasi dari barang modal yang bersangkutan.2

3. PEMBIAYAAN KONSUMTIF

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Penerapan prinsip syariah dalam kegiatan perusaahan pembiayaan

konsemen berdasarkan ketentuan pasal 6 peraturan ketua badan pengawasan

pasar modal dan lembaga keuangan Nomor PER-03/BL/2007. 3Bank syariah

dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi dengan skema sebagai berikut;

Al-bai’bi tsaman ajil (jual beli dengan angsuran)

Al-ijarah al-munthai bit-tamlik (sewa beli)

Al-musyarakah mutanaqishah

Ar-rahn (memenui kebuthan jasa)

B. PINJAMAN BANK SYARIAH

Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang dapat melibatkan semua jenis benda

berwujud walaupun biasanya lebih sering diidentikkan dengan pinjaman moneter.

Seperti halnya instrumen hutang lainnya, suatu pinjaman memerlukan distribusi

ulang aset keuangan seiring waktu antara peminjam (terhutang) dan penghutang

(pemberi hutang).

2 M. Syafi’I Antonio, bank syari’ah dari teori dan praktik, hal 1673 Prof. DR. Abdul Gofur Anshori, S.H., M.H, penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan,

lembaga pembiayaan dan perusahaan pembiayaan.

10

Page 11: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

Peminjam awalnya menerima sejumlah uang dari pemberi hutang yang akan

dibayar kembali, seringkali dalam bentuk angsuran berkala, kepada pemberi

hutang. Jasa ini biasanya diberikan dengan biaya tertentu yang disebut sebagai

bunga terhadap hutang. Pihak peminjam dapat juga memperoleh batasan-batasan

yang diberikan dalam bentuk syarat pinjaman.

Saya pernah mendengar seorang mubalig mengatakan bahwa pinjaman itu

pahalanya lebih banyak ketimbang memberi sedekah atau hadiah. Lipat sepuluh

kali. Alasannya memberi pinjaman adalah memberi kepada orang yang pasti dan

lebih memerlukan ; sedang memberi sedekah atau hadiah, belum tentu orang yang

diberi orang yang memerlukan sama sekali.Terlepas dari pahalanya, alasan itu

sendiri tentu masih bisa dipersoalkan. Setidak tidaknya menyangkut pengertian

“memerlukan” yang mengandung kadar nisbi nyaris tak terbatasi itu. Kecuali jika

pembicaran dibatasi pada kerangka “kehidupan komsumtif” yang sederhana

saja.Sebab dalam kehidupan yang “cangih” seperti sekarang ini, tentu kurang

relevan mengaitkan pemberian, terutama pemberian pinjaman, dengan sekedar

faktor “keperluan” pihak yang diberi. Pemberian pinjaman masa kini justru lebih

mempertimbangkan persyaratan-persyaratan bagi mereka yang benar-benar

memerlukan, masalah sulit dipenuhi.

1. ETIKA MEMINJAM KHAS ISLAM

Dalam perbankan syariah tidak ada kata pinjam tetapi adanya jual beli

karena dalam islam dalam masalah jual beli tidak diperkenankan

mendapatkan keuntungan, sehingga bank syariah sebagai penjual dan

pembeli adalah nasabah. Beda lagi dengan keperluan usaha seperti bertani.

Bank dan petani dalam hal inidapat menyepakati kerja sama yang saling

menguntungkan bagi mereka. Biasanya ada dua pilihan, yaitu menggunakan

skema bai’ as-salam atau bagi hasil. Dan pada kasus perdagangan bisa

menggunakan skema 441 mudharabah. Bank dan nasabah dapat berbagi

hasil dengan memperkirakan perputaran omzet pada tiap bulanya.

2. SYARAT ADMINISTRASI

11

Page 12: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

Seperti dalam konvensional, perbankan syariah menetapkan syarat-syarat

umum untuk sebuah pembiayaan, seperti hal-hal berikut;

Surat permohonan tertulis

Legalitas usaha

Laporan keuangan4

3. SKEMA PINJAMAN DI BANK SYARIAH

a. AL-MURABAHAH

Misalkan seorang nasabah ingin memiliki sebuah motor. Ia dapat

datang ke bank syariah dan memohon agar bank membelikanya motor

tersebut. Jika harga motor tersebut 120 juta dan bank ingin

mendapatkan keuntungan 10 juta, maka bank menjual kepada nasabah

132 juta.

b. BAI’ ASSALAM

Seorang petani memerlukan 2 juta rupiah untuk mengelola

sawahnya seluas 1 hektar. Ia datang ke bank dan mengajukan

permohonan dana untuk keperluan itu. Setelah diteliti dan dinyatakan

dapat diberikan, bank melakukan akad bai’ as-salam dengan petani,

dimana bank akan membeli gabah, misalkan dalam jangka waktu

empat bulan sebanyak dua ton dengan harga 2 juta. Pada waktu yang

sudah ditentukan, petani memberikan gabah mereka kepada bank dan

bank dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi misalkan 2,5 juta.

c. BAI’ AL-ISTISNA

Seorang yang ingin membangun atau merenovasi rumah dapat

mengajukan permohonan dana dengan aka bai’ al-istisna yaitu bank

berlaku sebagai penjual yang menawarkan pembangunan/renovasi

rumah. Bank membeli dan membeli/memberikan dana, misalnya 30

juta secara bertahap. Setelah rumah itu jadi, secara hukum islam hasil

renovasi rumah tersebut adalah milik bank dan sampai tahap ini akad

istisna telah selesai. Karena bank tidak ingin rumah tersebut, jadi bank

4 M. Syafi’I Antonio, bank syari’ah dari teori dan praktik, hal 171

12

Page 13: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

menjual kepada nasabah dengan harga dan waktu yang disepakati.

misalnya bank menjual 40 juta, maka bank mendapatkan untung 10

juta.

d. AL-MUDHARABAH

Seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat

mengajukan permohonan untuk membiayai bagi hasil seperti

mudhorobah, dimana bank berlaku sebagai shohibul maal dan nasabah

sebagai mudharib. Disini berlaku bagi hasil untuk kedua belah pihak

dengan kesepakatan tertentu, misalnyadari modal 30 juta diperoleh

pendapatan 5 juta perbulan. Dari pendapatan ini harus disisihkan

dahulu untuk tabungan pengembalian modal, misalnya 2 juta dan 3

juta dibagikan antara pihak bank dan nasabah.

e. MUSYARAKAH

Apabila sorang mempunyai usaha, membutuhkan modal sekitar

50% setelah itu dia berinisiatif untuk meminjam kepada bank syariah

dan mengajuka (meminta) bantuan dana 50% untuk membangun

bisnisnya dengan skema musyarokah. Stelah proyek tersebut selesai,

nasabah mengembalikan dana modal ditambah keuntungan yang

didapat dari proyek tersebut sesuai kesepakatan.

f. MUSYARAKAH MUTANAQISHAH

musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah bentuk

kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang

atau asset. Dimana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan

salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak

kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme

pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini

berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.

Dari difinisi pemahaman tersebut, konsep akad musyarakah

mutanaqishah dijadikan sebuah konsep dalam pembiayaan perbankan

syariah dimana merupakan kerjasama antara bank syariah dengan

13

Page 14: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

nasabah untuk pengadaan atau pembelian suatu barang (benda).

Dimana asset barang tersebut jadi milik bersama. Adapun besaran

kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan sejumlah modal atau dana

yang disertakan dalam kontrak kerjasama tersebut. Selanjutnya pihak

nasabah akan membayar (mengangsur) sejumlah modal/dana yang

dimiliki oleh bank syariah.

Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada nasabah

seiring dengan bertambahnya jumlah modal nasabah dari pertambahan

angsuran yang dilakukan nasabah hingga angsuran berakhir, berarti

kepemilikan suatu barang atau benda tersebut sepenuhnya menjadi

milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan bank syariah terhadap

barang atau benda berkurang secara proporsional sesuai dengan

besarnya angsuran. Selain sejumlah angsuran yang harus dilakukan

nasabah untuk mengambil alih kepemilikan, nasabah harus membayar

sejumlah sewa kepada bank syariah hingga berakhirnya batas

kepemilikan bank syariah. Pembayaran sewa dilakukan bersamaan

dengan pembayaran angsuran. Pembayaran angsuran merupakan

bentuk pengambilalihan porsi kepemilikan bank syariah. Sedangkan

pembayaran sewa adalah bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah

atas kepemilikannya terhadap aset tersebut. Pembayaran sewa

sekaligus merupakan bentuk kompensasi kepemilikan dan kompensasi

jasa bank syariah.

g. AL-IJARAH

ijarah adalah penjualan manfaat atau salah satu bentuk aktivitas

antara dua belah pihak yang berakad guna meringankan salah satu

pihak atau saling meringankan, serta termasuk salah satu bentuk

tolong-menolong yang dianjurkan agama.Menurut bahasa, Ijarah

berasal dari kata al–ajru yang artinya adalah al-iwadh dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai ganti dan upah

14

Page 15: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

Dalam arti luas, ijarah adalah suatu akad yang berisi penukaran

manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah

tertentu.Dalam Fikih Islam, ijarah yaitu memberikan sesuatu untuk

disewakan.Menurut fatwa DSN ijarah didefinisikan sebagai akad

pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu

tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri.

15

Page 16: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam bank syariah pembiayan dapat di lakukan dengan beberapa akad dan

berbeda dengan bank konvesional dengan perjanjian yang mengandung riba

sehingga hukum syara dalam bank syriah dapat di jaga. Akad bank syariah ada

beberapa bai’mudharabah bai’salam dan lain-lain, sehingga bank mendapatkan

keuntungan tanpa harus adanya riba tetapi berasal dari penjualan dan bagi hasil.

Nasabah juga dapat meminjam kepada bank syariah tanpa harus ada bunga

tetapi dengan akad mudharabah musyarokah dan lain-lain dari akad-akad tersebut

kami dapat menyimpulkan bahwa bank mendapatkan keuntungan dari biaya

administrasi, bagi hasil, dan penjualan.

B. SARAN

Menurut kami bank syariah masih berkonsep konvensional karena berfikir

segalanya adalah keuntungan karena dalam islam tidak semuanya transaksi

mendapatkan keuntungan tetapi lebih penting mendapakan keridhoan Allah jala

wa zalla.sukron.

16

Page 17: PEMBIAYAAN DAN PINJAMAN DALAM BANK SYARIAH

DAFTAR PUSTAKA

Syafi’i Antonio, Muhammad. (2001). Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta : Gema Insan

Anshori, Ghofut. (2008). Penerapan Prinsip Syari’ah Dalam Lembaga Keuangan, Lembaga Pembiayaan Dan Perusahaan Pembiayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

17