pengaruh pemberian asam askorbat terhadap …
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN ASAM ASKORBAT TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L. Merril) PADA KONDISI
CEKAMAN KEKERINGAN
SKRIPSI
AJI KESUMA
130301036
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH PEMBERIAN ASAM ASKORBAT TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L. Merril) PADA KONDISI
CEKAMAN KEKERINGAN
SKRIPSI
AJI KESUMA
130301036
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Asam Askorbat Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kedelai (Glycine max(L.) Merril) Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan.
Nama : Aji Kesuma
NIM : 130301036
Program Studi : Agroteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Yaya Hasanah, MSi. Dr. Ir. Charloq MP.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Sarifuddin, M.P
Ketua Program StudiAgroteknologi
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
AJI KESUMA : “Pengaruh Pemberian Asam Askorbat Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Pada Kondisi
Cekaman Kekeringan”, dibimbing oleh YAYA HASANAH dan CHARLOQ.
Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh
faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Program
ekstensifikasi untuk memenuhi kebutuhan kedelai dapat dilakukan dengan
memanfaatkan lahan kering yang salah satu kendalanya adalah cekaman
kekeringan. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 32 meter di atas
permukaan laut, yang dimulai pada bulan Juli sampai Oktober 2017,
menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor perlakuan. Faktor
pertama adalah cekaman kekeringan dengan 3 taraf yaitu 80% ; 60% dan 40%
Kapasitas Lapang. Faktor kedua adalah pemberian asam askorbat dengan 4 taraf
konsentrasi yaitu : 0 ; 100 ; 200 dan 300 ppm. Peubah yang diamati yaitu jumlah
daun, total luas daun, diameter batang, umur berbunga, umur panen, jumlah
cabang produktif, bobot kering akar, volume akar, jumlah polong berisi per
tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100
biji, dan indeks panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan seluruh peubah
amatan. Pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata meningkatkan seluruh
peubah amatan. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh
peubah amatan.
Kata kunci: kedelai, cekaman kekeringan, asam askorbat
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
AJI KESUMA : “The Influence of Ascorbic Acid on Growth and
Production of Soybean (Glycine max (L.) Merril) to Drought Stress Condition",
supervised by YAYA HASANAH and CHARLOQ.
The low productivity of soybean in Indonesia was caused by natural
factors, biotics, cultivation techniques and soybean plant physiology.
Extensification program to meet the needs of soybeans can be solved by using dry
land, one of the obstacles is the stress of drought. The study was conducted at the
Screen house Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan (± 32
meters above sea level), which began from July to October 2017, using a
randomized block design with 2 treatment factors. The first factor is drought
stress with 3 levels ie 80% ; 60% and 40% Field capacity. The second factor is an
ascorbic acid with 4 levels of concentration ie: 0 ; 100 ; 200 and 300 ppm.. The
observed of variables ie number og leaf, stem diameter, total leaf area, number of
productive branches, number of pods per plant, number of empty pods per
plant,toot dry weight, root, volume,dry seed weight per plant, 100 seed weight and
harvest index. The results showed that the increased treatment of drought stress
had the significant effect on all observed variables. The Ascorbic acid reatment
no significant effect on all observed variable. The interaction no significant effect
on all observed variable.
Keywords: soybean, drought stress, ascorbic acid.
Universitas Sumatera Utara
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 09 Oktober 1995 di Desa Sirandorung II Kec.
Aek Kota Batu, Kab. Labuhanbatu Utara. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Rusli dan Almh. Ibu Tengku Meiliyani.
Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Aek Kota Batu dan pada
tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN)
Selama perkuliahan penulis aktif dalam berbagai organisasi di kampus
maupun di luar kampus Universitas Sumatera Utara, diantaranya Anggota Bidang
Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) FP
USU periode 2016-2017.Pengurus Bidang Sarana dan Prasarana Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Bulutangkis USU periode 2014-2016.
Penulis melaksanakan Peraktek Kerja Lapangan (PKL) di Anglo Eastern
Plantation PT. Tasik Raja-Tasik Harapan Estate Desa Bukit Tujuh, Kecamatan
Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara pada bulan
Juli – Agustus 2016.
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Asam
Askorbat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril)
Pada Kondisi Cekaman Kekeringan”. Skripsi ini merupakan syarat untuk dapat
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua serta keluarga yang telah memfasilitasi selama kuliah. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Yaya Hasanah, MSi selaku ketua komisi
pembimbing dan Dr. Ir. Charloq MP. selaku anggota komisi pembimbing serta
para Guru sekolah, senior, dan seluruh teman-teman yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2018
Penulis
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR ............................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
Hipotesis Penelitian .............................................................................. 3
Kegunaan Penelitian ............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................................... 4
Syarat Tumbuh...................................................................................... 5
Iklim ................................................................................................. 5
Tanah .............................................................................................. 6
Asam Akorbat ....................................................................................... 7
Cekaman Kekeringan............................................................................ 8
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 10
Bahan dan Alat ..................................................................................... 10
Metode Penelitian ................................................................................. 10
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan .................................................................................... 13
Pembuatan Rumah Plastik .................................................................... 13
Persiapan Tanam ................................................................................... 13
Pengisian Polibeg.................................................................................. 13
Pemasangan Selang .............................................................................. 14
Penanaman ............................................................................................ 14
Perlakukan Cekaman Kekeringan......................................................... 14
Aplikasi Asam Askorbat ....................................................................... 14
Pemeliharaan Tanaman ......................................................................... 14
Penyiraman ........................................................................................... 14
Pemupukan ........................................................................................... 14
Penyiangan ............................................................................................ 14
Pengajiran ............................................................................................. 15
Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ 15
Panen..................................................................................................... 15
Universitas Sumatera Utara
vi
Peubah Amatan ..................................................................................... 15
Jumlah Daun .................................................................................. 15
Diameter Batang ............................................................................ 16
Total Luas Daun ............................................................................ 16
Umur Berbunga ............................................................................. 16
Umur Panen ................................................................................... 17
Jumlah Cabang Produktif .............................................................. 17
Volume Akar ................................................................................. 17
Bobot Kering Akar ........................................................................ 17
Jumlah Polong Berisi Per Tanaman .............................................. 17
Jumlah Polong Hampa Per Tanaman ............................................ 17
Bobot Biji Per Tanaman ................................................................ 18
Bobot 100 biji Kering .................................................................... 18
Indeks Panen .................................................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ....................................................................................................... 19
Jumlah Daun .......................................................................................... 19
Diameter Batang..................................................................................... 20
Jumlah Cabang Produktif ....................................................................... 21
Total Luas Daun ..................................................................................... 22
Umur Berbunga ...................................................................................... 24
Umur Panen ............................................................................................ 25
Volume Akar .......................................................................................... 26
Bobot Kering Akar ................................................................................. 26
Jumlah Polong Berisi Per Tanaman ....................................................... 27
Jumlah Polong Hampa Per Tanaman ..................................................... 28
Bobot Biji Per Tanaman ......................................................................... 29
Bobot 100 biji Kering ............................................................................ 31
Indeks Panen .......................................................................................... 32
Pembahasan .................................................................................................... 34
Pengaruh Pemberian Asam Askorbat Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kedelai (Glycine max L.(Merill) ..................................... 34
Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Kedelai (Glycine max L.(Merill) ..................................... 37
Pengaruh Interaksi Pemberian Asam Askorbat dan
Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max L.(Merill) ........................................................... 39
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 42
Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Jumlah daun kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan umur 8 MST ........................................ 19
2. Diameter batang kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.............................................................. 21
3. Jumlah cabang produktif kedelai dengan pemberian asam
askorbat pada kondisi cekaman kekeringan ...................................... 22
4. Total luas daun kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.............................................................. 23
5. Umur berbunga kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.............................................................. 24
6. Umur panen kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.............................................................. 25
7. Volume akar kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.............................................................. 26
8. Bobot kering akar kedelai dengan pemberian asam askorbat
pada kondisi cekaman kekeringan ..................................................... 27
9. Jumlah polong berisi per tanaman kedelai dengan pemberian
asam askorbat pada kondisi cekaman kekeringan. ............................ 28
10. Jumlah polong hampa per tanaman kedelai dengan pemberian
asam askorbat pada kondisi cekaman kekeringan ............................. 29
11. Bobot biji per tanaman kedelai dengan pemberian asam askorbat
pada kondisi cekaman kekeringan ..................................................... 30
12. Bobot 100 biji kering kedelai dengan pemberian asam askorbat
pada kondisi cekaman kekeringan ..................................................... 31
13. Indeks panen kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.............................................................. 33
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
No. Hal.
1. Struktur vitamin C (asam askorbat) ................................................... 8
2. Hubungan jumlah daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman
kekeringan ......................................................................................... 20
3. Hubungan total luas daunkedelai pada 8 MST dengan cekaman
kekeringan ......................................................................................... 23
4. Hubungan bobot biji per tanaman kedelai dengan cekaman
kekeringan ......................................................................................... 30
5. Hubungan bobot 100 biji kering kedelai dengan cekaman
kekeringan ......................................................................................... 32
6. Hubungan indeks panen kedelai dengan cekaman kekeringan.......... 33
7. Kapasitas lapang metode alhricks ...................................................... 64
8. Tanaman seluruhnya .......................................................................... 6
9. Penyiraman ........................................................................................ 64
10. Aplikasi asam askorbat ...................................................................... 64
11. Perbandingan cekaman kekeringan ................................................... 64
12. Perbandingan cekaman kekeringan 80% KL dengan
asam askorbat ................................................................................... 64
13. Perbandingan cekaman kekeringan 60% KL dengan
asam askorbat .................................................................................... 64
14. Perbandingan cekaman kekeringan 40% KL dengan
asam askorbat .................................................................................... 64
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi varietas wilis ...................................................................... 46
2. Bagan plot penelitian ......................................................................... 47
3. Bagan polibeg per plot ....................................................................... 47
4. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ............................................ 48
5. Penetapan kadar air tanah .................................................................. 49
6. Penetapan kadar air tanah kapasitas lapang (Metode Alricks) .......... 50
7. Data pengamatan jumlah daun 8 MST kedelai pada perlakuan ........ 51
8. Tabel sidik ragam jumlah daun 8 MST kedelai pada perlakuan ....... 51
9. Data pengamatan diameter batang kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 52
10. Tabel sidik ragam diameter batang kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 52
11. Data pengamatan jumlah cabang produktif kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan ......... 53
12. Tabel sidik ragam jumlah cabang produktif kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan ......... 53
13. Data pengamatan total luas daun kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 54
14. Tabel sidik ragam total luas daun kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 54
15. Data pengamatan umur berbunga kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 55
16. Tabel sidik ragam umur berbunga kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 55
17. Data pengamatan umur panen kedelai pada perlakuan pemberian
asam askorbat dan cekaman kekeringan ............................................ 56
Universitas Sumatera Utara
x
18. Tabel sidik ragam umur panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 56
19. Data pengamatan polong berisi per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan ......... 57
20. Tabel sidik ragam polong berisi per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan ......... 57
21. Data pengamatan polong hampa per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan ......... 58
22. Tabel sidik ragam polong hampa per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan ......... 58
23. Data pengamatan volume akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 59
24. Tabel sidik ragam volume akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 59
25. Data pengamatan bobot kering akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 60
26. Tabel sidik ragam bobot kering akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 60
27. Data pengamatan bobot biji per tamanan kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 61
28. Tabel sidik ragam bobot biji per tamanan kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 61
29. Data pengamatan bobot 100 biji kering kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 62
30. Tabel sidik ragam bobot 100 biji kering kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 62
31. Data pengamatan indeks panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 63
32. Tabel sidik ragam indeks panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan .......................... 63
33. Gambar penelitian .............................................................................. 64
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa digunakan
sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri pengolahan. Produksi kedelai
Indonesia saat ini masih dalam tingkat yang belum dapat mengimbangi laju
peningkatan kebutuhan kedelai sehingga Indonesia termasuk pengimpor kedelai
yang cukup banyak (Purwanto dan Agustono, 2010).
Produksi kedelai tahun 2015 sebanyak 963,18 ribu ton biji kering,
meningkat sebanyak 8,19 ribu ton (0,86 persen) dibandingkan tahun 2014.
Peningkatan produksi kedelai tersebut terjadi di luar Pulau Jawa sebanyak 30,50
ribu ton, sementara di Pulau Jawa terjadi penurunan produksi sebanyak 22,31 ribu
ton. Peningkatan produksi kedelai terjadi karena kenaikan produktivitas sebesar
0,17 kuintal/hektar (1,10 %), meskipun luas panen mengalami penurunan seluas
1,59 ribu hektar (0,26 %) (BPS, 2015)
Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh
faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Program
ekstensifikasi untuk memenuhi kebutuhan kedelai dapat dilakukan dengan
pembukaan areal yang umumnya marjinal salah satunya adalah dengan
memanfaatkan lahan kering yang salah satu kendalanya adalah stres kekeringan.
Di Indonesia terdapat sekitar 133.7 juta ha lahan kering yang tersebar di pulau-
pulau utama di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya
(Syatrianty et al., 2012).
Cekaman kekeringan berhubungan dengan kondisi kandungan kadar air
tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai baik vegetatif maupun
Universitas Sumatera Utara
2
fase generatif. Penurunan tekanan turgor dilakukan tanaman untuk
mempertahankan kadar air dalam jaringan tanaman dan untuk mengurangi
transpirasi. Kondisi cekaman kekeringan juga menyebabkan tanaman berbunga
lebih awal (Sarjan dan Isman, 2014).
Salah satu pendekatan untuk mendorong toleransi stres oksidatif yang
akan meningkatkan substrat enzim pada tingkat sel adalah asam askorbat. Asam
askorbat merupakan metabolit utama yang penting pada tanaman yang berfungsi
sebagai antioksidan, kofaktor enzim dan sebagai modulator sel sinyal dalam
beragam proses fisiologis penting, termasuk biosintesis dinding sel, metabolit
sekunder dan phytohormones, toleransi stress, photoprotection, pembelahan dan
pertumbuhan sel (Wolucka et al., 2005).
Aktivitas antioksidan asam askorbat dikaitkan dengan ketahanan tanaman
terhadap stres oksidatif. Kemudian tingkat endogen asam askorbat menjadi sangat
penting dalam regulasi perkembangan penuaan (Farouk, 2011). Fungsi lain
askorbat adalah dalam metabolisme besi dengan mempertahankan besi pada
tingkat reduksi askorbat sehingga memicu penyerapan besi. Selain itu askorbat
juga memobilisasi besi dari deposit feritin (Drevan, 2011).
Menurut penelitian Amira dan Abdul, (2014) menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman kedelai secara signifikan berkurang dengan perlakuan
cekaman kekeringan pada kondisi kapasitas lapang 60% dan 40%, sedangkan
penggunaan asam askorbat pada konsentrasi 100 dan 200 mg l- 1, cenderung
mengurangi efek berbahaya dari defisit air yang tinggi terhadap pertumbuhan dan
kandungan kimia pada tanaman kedelai di Arab Saudi. Asyura (2017) meyatakan
bahwa pemberian asam askorbat 500 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap
Universitas Sumatera Utara
3
parameter amatan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai pada kondisi
cekaman kekeringan
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
respon pertumbuhan dan produksi kedelai dengan cekaman kekeringan yang
diatasi dengan pemberian asam askorbat sebagai antioksidan dengan konsentrasi
yang lebih rendah.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian asam askorbat terhadap
pertumbuhan dan produksi kedelai pada kondisi cekaman kekeringan.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata menurunkan pertumbuhan dan produksi kedelai pada
aplikasi cekaman kekeringan.
Ada pengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai
pada pemberian asam askorbat.
Ada pengaruh nyata meningkatkan pada pemberian asam askorbat
terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada kondisi cekaman
kekeringan.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi kedelai adalah kingdom ; Plantae, divisi ; Spermatophyta,
sub divisi ; Angiospermae, kelas ; Dicotyledoneae, ordo ; Polypetales,
family ; Leguminosae, genus; Glycine, spesies ; Glycine max (L.) Merrill
(Steenis, 2005).
Struktur akar tanaman kedelai terdiri atas akar lembaga (radikula), akar
tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis) berupa akar rambut.
Akar kedelai memiliki kemampuan membentuk bitil akar (nodul)
(Badan Penyuluhan, 2015).
Bintil-bintil akar bentuknya bulat atau tidak beraturan yang merupakan
koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini bersimbiosis dengan
nitrogen bebas dari udara. Jumlah nitrogen yang dapat ditambat bakteri ini
berkisar 40-70% dari seluruh nitrogen yang dibutuhkan tanaman
(Badan Penyuluhan, 2015).
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30
buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan
batang determinate. (Irwan, 2006).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai
daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas
masa pertumbuhan. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320
buah/m2, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi.
Universitas Sumatera Utara
5
Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu antara
3-20 buah/mm2 (Irwan, 2006).
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu.Tangkai bunga umumnya tumbuh
dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak
tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga. Warna bunga yang umum pada
berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu (Irwan, 2006).
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya
bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk
pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap
kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50,
bahkan ratusan. Warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat
masak (Irwan, 2006).
Biji kedelai yang terdapat pada polong yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji
kedelai mempunyai ukuran antara 7-13 g/100. Bentuk biji bervariasi, tergantung
pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Warna kulit biji
bervariasi mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari
warna-warna tersebut (Irwan, 2006).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai dapat tumbuh dengan curah hujan yang merata sehingga
kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Pada fase perkecambahan air
merupakan hal terpenting. Kebutuhan air akan bertambah sesuai dengan umur
tanaman. Kebutuhan air tertinggi pada saat berbunga dan pengisian polong. Pada
umumnya kebutuhan air tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa
Universitas Sumatera Utara
6
pertumbuhan kedelai, dan curah hujan dalam hitungan pertahunnya adalah sekitar
1.500-2.500 mm/tahun (Prihatman, 2000).
Tanaman menghendaki suhu tanah yang optimal sekitar 300C untuk
mendukung proses perkecambahannya. Disamping suhu tanah kedelai
menghendaki suhu lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan bunga
yaitu 25-280C. Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
ketinggian tempat berkisar 20-300 m dpl. (Hardiatmi, 2009).
Kedelai termasuk tanaman berhari pendek, artinya kedelai tidak mampu
berbunga jika panjang hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam per hari. Oleh sebab
itu pada daerah topik yang panjang hari 12 jam kedelai akan mengalami
penurunan produksi karena masa berbunganya menjadi pendek (Irwan, 2006).
Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase
dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan
tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol,
grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara)
dan jenis tanah podsolik merah kuning, perlu diberi pupuk organik dan
pengapuran (Hanum, 2008).
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam
pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar. Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu
antara 5,8–7, namun pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh
Universitas Sumatera Utara
7
baik. Dengan menambah kapur 2 – 4 ton per ha, pada umumnya hasil panen dapat
ditingkatkan (Prihatman, 2000).
Asam Askorbat
Asam askorbat merupakan produk alami dari tanaman yang memiliki
fungsi penting sebagai antioksidan dan enzim serta tampaknya memiliki peran
penting mengurangi kofaktor. Ini berpartisipasi dalam berbagai proses. Asam
askorbat dikaitkan dengan kloroplas stres oksidatif fotosintesis. Selain itu, asam
askorbat memiliki sejumlah peran lainnya dalam pembelahan sel dan modifikasi
protein. Salah satu pendekatan untuk mendorong toleransi stres oksidatif akan ke
bertindak sebagai substrat utama dalam jalur siklik detoksifikasi enzimatik
hidrogen peroksida (Salama et al, 2014).
Asam askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Dengan
demikian maka vitamin C juga berperan dalam menghambat reaksi oksidasi yang
berlebihan dalam tubuh dengan cara bertindak sebagai antioksidan. Dalam tubuh,
vitamin C berperan sebagai suatu kofaktor dalam reaksi hidrosilasi dan amidasi.
Pada sintesis kolagen, vitamin C mempercepat hidroksilasi prolin dan lisin pada
prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin, serta menstimulasi sintesis
peptida kolagen. Vitamin C meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan
dalam pembentukan hormon oksitosin (Ardiansyah, 2014).
Salah satu upaya untuk meningkatkan toleransi terhadap stres oksidatif
adalah dengan aplikasi asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat adalah molekul
yang berukuran kecil, larut dalam air, merupakan antioksidan yang bertindak
sebagai substrat utama dalam jalur siklik detoksifikasi enzimatik hidrogen
peroksida. Asam askorbat adalah zat pertama dalam detoksifikasi dan menetralkan
Universitas Sumatera Utara
8
radikal superoksida. Asam askorbat juga berperan penting dalam fotoproteksi,
regulasi fotosintesis, serta proses pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel
dan ekspansi dinding sel (Ardiansyah, 2014).
Gambar 1. Struktur Vitamin C (Asam askorbat)
Cekaman Kekeringan
Cekaman kekeringan merupakan kondisi lingkungan tanaman tidak
menerima asupan air yang cukup, sehingga tanaman tidak dapat melakukan proses
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Cekaman kekeringan adalah
masalah utama pada hasil produksi tanaman di seluruh dunia. Dampak kekeringan
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman, terutama
pada tahap pengisian biji (Farooq et al., 2009).
Kekeringan yang terjadi pada tanaman dapat mepengaruhi proses
morfologi, anatomi, fisiologi, dan biokimia. Hal ini terjadi dimana sebagian
stomata daun menutup sehingga CO2 yang akan masuk terhambat dan terjadi
penurunan aktifitas fotosintesis. Cekaman ini juga memicu terjadinya cekaman
oksidatif yakni suatu keadaan lingkungan yang mengalami peningkatan Reactive
Oxygen Spesies (ROS) akibat adanya suatu over reduksi dari proses fotosintesis.
Peningkatan ROS yang bersifat radikal bebas dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara ROS tersebut dan status antioksidan yang ada didalam
tanaman (Setiawan et al.,2015).
Universitas Sumatera Utara
9
Strategi tanaman toleran menghadapi kondisi cekaman kekeringan dimulai
pada fase perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif dengan membentuk formasi
akar yang dalam dan percabangan akar yang banyak. Pertumbuhan tanaman
(tajuk) ditunjang oleh perakaran yang dalam dan besar. Pertumbuhan akar yang
lebih besar memberi peluang untuk mengabsorbsi air lebih banyak pada lapisan
tanah yang lebih dalam dengan lengas tanah lebih besar dibanding dipermukaan
tanah. Absorbsi air yang cukup oleh akar pada kondisi cekaman kekeringan
berpengaruh terhadap tajuk tanaman (Efendi dan Azrai, 2010).
Universitas Sumatera Utara
10
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 32 meter diatas permukaan laut,
pada bulan Juli- Oktober 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedelai varietas wilis
yang digunakan sebagai indikator tanaman yang diamati, asam askorbat sebagai
perlakuan yang akan diaplikasi pada tanaman kedelai, top soil sebagai media
tanam, polibeg untuk wadah media tanam, plastik untuk membuat rumah plastik,
selang yang digunakan untuk saluran penyiraman, pupuk Urea, TSP dan KCl,
label, fungisida, insektisida, air serta bahan lain sebagai pendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah
tanah, sprayer sebagai wadah untuk asam askorbat, pisau untuk memotong plastik,
timbangan analitik untuk menimbang bobot tanah pada pengukuran kapasitas
lapang, oven, gelas ukur, dan peralatan lain yang dapat mendukung penelitian ini.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan
2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Cekaman Kekeringan (K) dengan 3 taraf yaitu :
K1 : 80 % Kapasitas Lapang (KL)
K2 : 60 % Kapasitas Lapang (KL)
K3 : 40 % Kapasitas Lapang (KL)
Universitas Sumatera Utara
11
Faktor II : Pemberian Asam Askorbat (A) per aplikasi dengan 4 taraf konsentrasi
yaitu :
A0 : Tanpa Asam Askorbat (Kontrol)
A1 : Asam Askorbat (100 ppm)
A2 : Asam Askorbat (200 ppm)
A3 : Asam Askorbat (300 ppm) 2
Sehingga diperoleh 12 kombinasi yaitu :
K1A0 K2A0 K3A0
K1A1 K2A1 K3A1
K1A2 K2A2 K3A2
K1A3 K2A3 K3A3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah polibeg/plot : 4 polibeg
Jumlah plot : 36
Jumlah polibeg : 144 polibeg
Jumlah tanaman/polibeg : 1 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman
Jumlah sampel/plot : 4
Jumlah sampel seluruhnya : 144
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1, 2, 3, j = 1, 2, 3 k = 1, 2, 3, 4
Universitas Sumatera Utara
12
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat tingkat cekaman kekeringan
(K) pada taraf ke-j dan konsentrasi asam askorbat (A) pada taraf ke-k.
μ : Nilai tengah.
ρi : Efek dari blok ke-i.
αj : Efek dari tingkat cekaman kekeringan (K) pada taraf ke-j
βk : Efek dari konsentrasi asam askorbat (A) pada taraf ke-k
(αβ)jk : Efek interaksi tingkat cekaman kekeringan (K) pada taraf ke-j dan
konsentrasi asam askorbat (A) pada taraf ke-k.
εijk : Efek galat pada blok ke-i akibat cekaman kekeringan (K) pada taraf ke-j
dan konsentrasi asam askorbat (A) pada taraf ke-k.
Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis
dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.
Universitas Sumatera Utara
13
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan penelitian yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma
dengan alat-alat seperti cangkul dan parang..
Pembuatan Rumah Plastik
Rumah plastik dibuat dengan dengan ukuran 5m x 7m menggunakan
bambu dan plastik yang difungsikan untuk mencegah masuknya air hujan.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah top soil. Tanah dikering anginkan
sampai mendapatkan tanah dalam kondisi kering udara. Setelah itu dilakukan
perhitungan untuk menentukan kadar air tanah dan kapasitas lapang menggunakan
metoda Alricks dengan rumus sebagai berikut :
% KA = (BTKU-BTKO) x 100%, dimana :
BTKO
KA = Kadar air
BTKU = Bobot tanah kering udara
BTKO = Bobot tanah kering oven (pada suhu 105 0C selama 24 jam)
Pengisian Polibeg
Polibeg diisi media tanah top soil setara 10 kg tanah kering oven. Polibeg
dilapisi plastik untuk mencengah tanah keluar melalui lubang-lubang polibeg.
Pemasangan Selang
Pemasangan selang bertujuan untuk mempermudah penyerapan air secara
merata saat penyiraman. Selang ditancapkan pada bagian pinggir polibeg dengan
panjang selang 20 cm.
Universitas Sumatera Utara
14
Penanaman
Sebelum ditanam terlebih dahulu benih diberi perlakuan rhizogen sebagai
sumber inokulum bakterri Rhizobium. Penanaman dilakukan dengan menanam
benih kedelai dua benih per polibeg.
Perlakuan Cekaman Kekeringan
Aplikasi cekaman kekeringan dilakukan saat tanaman berumur 2 MST
sampai sampai masa R6 (berbiji penuh, setiap polong pada batang utama telah
berisi biji satu atau dua). Aplikasi cekaman kekeringan dengan menggunakan
metode timbang (gravimetri).
Aplikasi Asam Askorbat
Asam askorbat diaplikasikan saat tanaman berumur 2 MST sampai masa
R6 (berbiji penuh, setiap polong pada batang utama telah berisi biji satu atau dua),
dengan interval waktu aplikasi 1 minggu. Aplikasi asam askorbat dilakukan sesuai
perlakuan dengan menyemprotkan di daun tanaman pada pagi hari (pukul 07.00-
08.00 WIB).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan cara menyiramkan air pada selang dan
permukaan tanah yang sebelumnya telah dilakukan penimbangan. Apabila kondisi
berat polibeg masih konstan, maka penyiraman tidak dilakukan.
Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan Urea 12,5 kg/ha
(0,0625 g/polibeg) , TSP 100 kg/ha (0,5 g/polibeg) dan KCl 50 kg/ha (0,25
Universitas Sumatera Utara
15
g/polibeg). Pemupukan ke 2 dilakukan pada umur 2 minggu dengan urea 12,5
kg/ha (0,0625 g/polibeg)
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma. Penyiangan dilakukan
sesuai kondisi di lapangan dengan mencabut gulma secara manual.
Pengajiran
Pengajiran dilakukan pada seluruh tanaman untuk menjaga tanaman agar
tumbuh tegak dan tidak roboh terkena angin.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida berbahan aktif Profenofos (2 g/l air) dan Abamektin (20 g/l air).
Pengendalian dilakukan tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit di
lapangan.
Panen
Panen dilakukan dengan cara tanaman dicabut dari polibeg dengan kriteria
panen ditandai dengan terlihatnya kulit polong berwarna kecoklatan, daun
menguning dan gugur .
Peubah Amatan
Jumlah Daun (helai)
Daun dihitung apabila daun telah membuka sempurna dan berbentuk
trifoliate. Daun dihitung setiap minggu yang dimulai saat umur 2 MST sampai
masa V3 (akhir fase vegetatif).
Universitas Sumatera Utara
16
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur pada bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm
diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran
dilakukan pada masa V3 (akhir fase vegetatif).
Jumlah Cabang Produktif
Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang menghasilkan
polong yang berasal dari batang utama tanaman. Pengamatan dilakukan pada saat
saat panen.
Total Luas Daun (cm²)
Total luas daun dihitung dengan mengukur daun trifoliat ke 3 dari tunas
pada masa V3 (akhir fase vegetatif). Masing-masing daun diukur panjang dan
lebar daunnya dengan rumus:
Total luas daun = p x l x k
Keterangan:
p = panjang
l = lebar
k = konstanta
Konstanta daun tengah = 0,6531 dan daun kiri serta kanan = 0,765 (Dartius, 1991)
Umur Berbunga (HST)
Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan cara menghitung umur
tanaman mulai saat tanam sampai tanaman memasuki fase generatif (R1) , yaitu
munculnya bunga pada tanaman.
Universitas Sumatera Utara
17
Umur Panen (HST)
Pengamatan umur panen dilakukan dengan cara menghitung umur
tanaman mulai saat tanam sampai fase R8 (tanaman memasuki fase penuaan).
Umur panen dihitung bila polong dan tanaman mengalami penuaan sebanyak 95
%, dengan polong berwarna coklat ataupun coklat kekuningan.
Bobot Kering Akar (g)
Akar yang diukur adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan
dibersihkan dari kotoran kemudian dioven dengan suhu 1050 C selama 24 jam lalu
ditimbang menggunakan timbangan analitik. Pengamatan dilakukan pada saat
panen.
Volume Akar (ml)
Volume akar diukur dengan cara akar dibersihkan dari sisa tanah yang ada
pada akar dengan menggunakan air. Pengukuran dilakukan dengan menggunkan
gelas ukur pada saat panen. Volume akar diperoleh dengan rumus :
Volume akar = Volume2 – Volume1
Keterangan :
Volume1 = volume sebelum akar dimasukkan ke dalam air
Volume2 = volume setelah akar dimasukkan ke dalam air
Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong)
Jumlah polong dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang telah
berisi. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
Jumlah Polong Hampa Per Tanaman (polong)
Jumlah polong dihitung pada setiap tanaman yaitu polong yang telah
terbentuk namun tidak berisi/hampa. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
Universitas Sumatera Utara
18
Bobot Biji Per Tanaman (g)
Biji kedelai dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar
matahari sampai polong pecah kemudian ditimbang.
Bobot 100 Biji (g)
Penimbangan dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan hingga kadar air
14%, pengeringan dilakukan dengan cara polong dijemur dibawah sinar matahari
selama 2-3 hari. Apabila jumlah biji tidak mencapai 100, maka perhitungan
menggunakan rumus :
Bobot 100 biji kering (g) = Bobot biji per tanaman (g) x 100
Jumlah biji per tanaman (biji)
Indeks panen
Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks panen = Bobot biji per tanaman
Bobot biomasa tanaman + Bobot biji per tanaman
Universitas Sumatera Utara
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 7-32 menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh
nyata menurunkan seluruh peubah amatan kecuali umur berbunga. Pemberian
asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan seluruh
peubah amatan kecuali umur panen.
Jumlah Daun
Berdasarkan Lampiran 7 dan 8 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan jumlah daun. Sedangkan pemberian asam
askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah daun.
Jumlah daun pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah daun kedelai umur 8 MST dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…..helai…………..……
K1 (80) 10.17 10.25 10.92 10.42 10.44a
K2 (60) 7.67 7.42 9.83 7.75 8.17b
K3 (40) 6.17 7.17 8.42 7.00 7.19b
Rataan 8.00 8.28 9.72 8.39
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 1. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah daun dengan rataan tertinggi
10.44 helai yang berbeda nyata menurunkan dengan perlakuan cekaman
kekeringan 60% KL (K2) dengan rataan 8.17 helai dan rataan terendah pada
perlakuan 40% KL (K3) sebesar 7.19 helai. Sedangkan pemberian asam askorbat
Universitas Sumatera Utara
20
dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah daun dengan asam
askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 9.72 helai dan terendah
pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 8.00 helai.
Hubungan jumlah daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan jumlah daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman
kekeringan.
Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah daun kedelai
pada umur 8 MST dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana
jumlah daun terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan
hingga 40% KL.
Diameter Batang
Berdasarkan Lampiran 9 dan 10 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan diameter batang. Sedangkan pemberian asam
askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan diameter batang.
Diameter batang pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 2.
Ŷ = -1.625x + 11.84
r = 0.95
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
80% 60% 40%
Jum
lah
Dau
n (
hel
ai)
8 M
ST
% KL
80 60 40
Universitas Sumatera Utara
21
Tabel 2. Diameter batang kedelai umur 8 MST dengan pemberian asam askorbat
pada kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…....mm….….……..……
K1 (80) 3.46 3.34 3.48 3.44 3.43a
K2 (60) 3.07 2.99 3.02 3.42 3.12b
K3 (40) 2.74 2.99 3.01 3.20 2.99b
Rataan 3.09 3.11 3.17 3.35
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 2. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan diameter batang dengan rataan tertinggi
3.43 mm yang berbeda nyata menurunkan dengan perlakuan cekaman kekeringan
60% (K2) dengan rataan 3.12 mm dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL
(K3) sebesar 2.99 mm. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi
berpengaruh tidak nyata meningkatkan diameter batang dengan asam askorbat
300 ppm (A3) menghasilkan rataan tertinggi 3.35 mm dan terendah pada
perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 3.09 mm.
Jumlah Cabang Produktif
Berdasarkan Lampiran 11 dan 12 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan jumlah cabang produktif. Sedangkan pemberian
asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah cabang
produktif.
Jumlah cabang produktif pada pemberian asam askorbat dan cekaman
kekeringan dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 3. Jumlah cabang produktif kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…....cabang….………..……
K1 (80) 3.67 3.33 3.50 3.17 3.42a
K2 (60) 2.00 1.92 2.17 1.83 1.98b
K3 (40) 0.83 1.42 1.58 1.67 1.38c
Rataan 2.17 2.22 2.42 2.22
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 3. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah cabang produktif dengan rataan
tertinggi 3.42 cabang yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan
60% (K2) dengan rataan 1.98 cabang dan pada perlakuan 40% KL (K3) sebesar
1.38 cabang. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak
nyata meningkatkan jumlah cabang produktif dengan asam askorbat 200 ppm
(A2) menghasilkan rataan tertinggi 2.42 cabang dan terendah pada perlakuan
asam askorbat 0 ppm (A0) yakni 2.17 cabang.
Total Luas Daun
Berdasarkan Lampiran 13 dan 14 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan total luas daun. Sedangkan pemberian asam
askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan total luas daun.
Total luas daun pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 4. Total luas daun kedelai umur 8 MST dengan pemberian asam askorbat
pada kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…....cm2….….……..……
K1 (80) 561.72 539.83 665.65 575.53 585.68a
K2 (60) 346.48 355.35 403.48 395.31 375.16b
K3 (40) 263.27 332.65 306.65 351.91 313.62b
Rataan 390.49 409.28 458.59 440.92
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 4. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan total luas daun dengan rataan tertinggi
585.68 cm2 yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2)
dengan rataan 375.16 cm2dan perlakuan dengan rataan 40% KL (K3) sebesar
313.62 cm2. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak
nyata meningkatkan total luas daun dengan asam askorbat 200 ppm (A2)
menghasilkan rataan tertinggi 458.59 cm2
dan terendah pada perlakuan tanpa asam
askorbat (A0) yaitu 390.49 cm2.
Hubungan total luas daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman
kekeringan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan total luas daun kedelai pada 8 MST dengan cekaman
kekeringan.
Ŷ = -136.0x + 696.8
r = 0.909
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
80% 60% 40%
To
tal
Lu
as D
aun (
cm2)
% KL
80 60 40
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 3 menunjukkan bahwa hubungan antara total luas daun kedelai
pada umur 8 MST dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana total
luas daun terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan
hingga 40% KL.
Umur Berbunga
Berdasarkan Lampiran 15 dan 16 diketahui bahwa cekaman kekeringan,
pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan
umur berbunga.
Umur berbunga pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Umur berbunga kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi
cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
………….………hari…………………..
K1 (80) 43.00 43.00 43.00 42.67 42.92
K2 (60) 42.67 43.33 43.00 43.33 43.08
K3 (40) 43.33 43.33 42.67 42.33 42.92
Rataan 43.00 43.22 42.89 42.78
Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa pengaruh perlakuan cekaman
kekeringan pada 60% KL (K2) menghasilkan umur berbunga dengan rataan waktu
lebih lama yaitu 43.08 hari dan tercepat pada perlakuan 80% KL (K1) dan
40% KL (K3) yaitu 42.92 hari. Sedangkan pemberian asam askorbat 100 ppm
(A1) menghasilkan umur berbunga dengan rataan waktu lebih lama yaitu 43.22
hari dan tercepat pada perlakuan asam askorbat 300 ppm (A3) yaitu 42.78 hari.
Universitas Sumatera Utara
25
Umur Panen
Berdasarkan Lampiran 17 dan 18 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan umur panen. Sedangkan pemberian asam askorbat
berpengaruh tidak nyata meningkatkan umur panen dan interaksi berpengaruh
nyata menurunkan umur panen.
Umur panen pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Umur panen kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi
cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…....hari….….……..……
K1 (80) 94.08a 90.83a 94.00ab 93.42ab 93.08a
K2 (60) 90.83bcd 92.83abc 92.25abc 92.00abc 91.98b
K3 (40) 89.25d 92.33abc 90.33bc 89.17cd 90.27b
Rataan 91.39 92.00 92.19 91.53
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan waktu umur panen lebih lama yaitu 93.08
hari yang berbeda nyata menurunkan pada 60% KL (K2) dengan rataan waktu
lebih cepat yaitu 91.98 hari dan 40% KL (K3) 90.27 hari. Sedangkan perlakuan
pemberian asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan waktu umur panen
lebih lama yaitu 92.19 hari dan pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0)
menghasilkan rataan waktu umur panen lebih cepat yaitu 91.39 hari. Interaksi
perlakuan cekaman kekeringan 80%KL (K1) dan tanpa asam askorbat (A0) K1A0
menghasilkan umur panen lebih lama yaitu 94.08 hari, sedangkan interaksi
perlakuan K3A3 menghasilkan umur panen lebih cepat yaitu 89.17 hari.
Universitas Sumatera Utara
26
Bobot Kering Akar
Berdasarkan Lampiran 19 dan 20 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan bobot kering akar. Sedangkan pemberian asam
askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan bobot kering akar.
Bobot kering akar pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot kering akar kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi
cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…......g….….….…..……
K1 (80) 1.00 0.96 0.99 0.96 0.98a
K2 (60) 0.92 0.95 0.90 0.94 0.93b
K3 (40) 0.82 0.89 0.89 0.88 0.87c
Rataan 0.92 0.93 0.93 0.93
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 7. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan bobot kering akar dengan rataan tertinggi
0.98 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2)
dengan rataan 0.93 gram dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3)
0.87 gram. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak
nyata meningkatkan bobot kering akar dengan asam askorbat 200 ppm (A2)
menghasilkan rataan tertinggi 0.93 gram dan terendah pada perlakuan tanpa asam
askorbat (A0) yaitu 0.92 gram.
Volume Akar
Berdasarkan Lampiran 21 dan 22 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan volume akar. Sedangkan pemberian asam
askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan volume akar.
Universitas Sumatera Utara
27
Rataan volume akar pada perlakuan pemberian asam askorbat dan
cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Volume akar kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi
cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…......ml….…..….…..……
K1 (80) 1.10 1.11 1.17 1.14 1.13a
K2 (60) 1.03 1.02 1.01 1.02 1.02b
K3 (40) 0.93 0.97 0.98 0.95 0.96b
Rataan 1.02 1.04 1.05 1.04
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 8. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan volume akar dengan rataan tertinggi
1.13 ml yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan 60% (K2)
dengan rataan 1.02 ml dan rataan terendah pada perlakuan 40% KL (K3) 0.96 ml.
Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata
meningkatkan volume akar dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan
rataan tertinggi 1.05 ml dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0)
yaitu 1.02 ml.
Jumlah Polong Berisi Per Tanaman
Berdasarkan Lampiran 23 dan 24 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan jumlah polong berisi per tanaman. Sedangkan
pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan
jumlah polong berisi per tanaman.
Jumlah polong berisi per tanaman pada pemberian asam askorbat dan
cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 9.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 9. Jumlah polong berisi per tanaman kedelai dengan pemberian asam
askorbat pada kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…....polong….….……..……
K1 (80) 13.67 15.08 12.67 13.17 13.65a
K2 (60) 8.42 7.67 6.83 9.17 8.02b
K3 (40) 4.00 3.92 3.67 5.50 4.27c
Rataan 8.69 8.89 7.72 9.28
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 9. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah polong berisi per tanaman dengan
rataan tertinggi 13.65 polong yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman
kekeringan 60% (K2) dengan rataan 8.02 polong dan rataan terendah pada
perlakuan 40% KL (K3) 4.27 polong. Sedangkan pemberian asam askorbat dan
interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah polong berisi per tanaman
dengan asam askorbat 300 ppm (A3) menghasilkan rataan tertinggi 9.28 polong
dan terendah pada perlakuan tanpa asam askorbat (A0) yaitu 8.69 polong.
Jumlah Polong Hampa Per Tanaman
Berdasarkan Lampiran 25 dan 26 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan jumlah polong hampa per tanaman. Sedangkan
pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan
jumlah polong hampa per tanaman.
Jumlah polong hampa per tanaman pada pemberian asam askorbat dan
cekaman kekeringan dapat dilihat pada Tabel 10.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 10. Jumlah polong hampa per tanaman kedelai dengan pemberian asam
askorbat pada kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…....polong….….……..……
K1 (80) 6.83 4.25 6.17 4.25 5.38a
K2 (60) 2.50 2.50 2.58 3.33 2.73b
K3 (40) 0.83 2.17 1.67 1.50 1.54b
Rataan 3.39 2.97 3.47 3.03
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 10. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan jumlah polong hampa per tanaman
dengan rataan tertinggi 5.38 polong yang berbeda nyata dengan perlakuan
cekaman kekeringan 60% (K2) dengan rataan 2.73 polong dan rataan terendah
pada perlakuan 40% KL (K3) 1.54 polong. Sedangkan pemberian asam askorbat
dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatka jumlah polong hampa per
tanaman dengan asam askorbat 200 ppm (A2) menghasilkan rataan tertinggi 3.47
polong dan terendah pada perlakuan asam askorbat 100 ppm (A1) yaitu 2.97
polong.
Bobot Biji Per Tanaman
Berdasarkan Lampiran 27 dan 28 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan bobot biji per tanaman. Sedangkan pemberian
asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata menurunkan bobot biji per
tanaman.
Bobot biji per tanaman pada pemberian asam askorbat dan cekaman
kekeringan dapat dilihat pada Tabel 11.
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 11. Bobot biji per tanaman kedelai dengan pemberian asam askorbat pada
kondisi cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…......g….….….…..……
K1 (80) 3.11 3.49 2.86 2.86 3.08a
K2 (60) 1.92 1.57 1.54 1.86 1.72b
K3 (40) 0.96 0.94 1.00 1.22 1.03c
Rataan 2.00 2.00 1.80 1.98
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 11. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan bobot biji per tanaman dengan rataan
tertinggi 3.08 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan cekaman kekeringan
60% (K2) dengan rataan 1.72 gram serta berbeda nyata dengan perlakuan 40%
KL (K3) 1.03 gram. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per tanaman dengan asam askorbat
100 ppm (A1) menghasilkan rataan tertinggi 2.00 gram dan terendah pada
perlakuan asam askorbat 200 ppm (A2) yakni 1.80 gram..
Hubungan bobot biji pertanaman kedelai dengan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan bobot biji per tanaman kedelai dengan cekaman
kekeringan.
Ŷ = -1.024x + 3.993
r = 0.965
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
80% 60% 40%Bo
bo
t B
iji P
er T
anam
an
(g)
% KL
80 60 40
Universitas Sumatera Utara
31
Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot biji per tanaman
kedelai dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana bobot biji per
tanaman terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga
40% KL.
Bobot 100 Biji
Berdasarkan Lampiran 29 dan 30 diketahui bahwa perlakuan cekaman
kekeringan berpengaruh nyata menurunkan bobot 100 biji. Sedangkan pemberian
asam askorbat serta interaksi berpengaruh tidak nyata menurunkan bobot 100 biji.
Bobot 100 biji pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot 100 biji kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi
cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…......g….….….…..……
K1 (80) 9.15 9.49 9.31 8.47 9.11a
K2 (60) 8.47 7.39 8.28 7.58 7.93b
K3 (40) 7.71 8.16 7.46 6.73 7.52b
Rataan 8.44 8.35 8.35 7.59
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 12. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) menghasilkan bobot 100 biji dengan rataan tertinggi
9.11 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan 60% KL (K2) dengan rataan7.93
gram dan 40% KL (K3) 7.52 gram sebagai yang terendah. Sedangkan pemberian
asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata menurunkan bobot 100 biji
kering dengan tanpa asam askorbat (A0) menghasilkan rataan tertinggi 8.44 gram
dan terendah pada perlakuan (A3) yaitu 7.59 gram.
Universitas Sumatera Utara
32
Ŷ= -0.794x + 9.773
r = 0.928
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
80% 60% 40%
Bobot
100 b
iji
(g)
% KL
Hubungan bobot 100 biji kedelai dengan cekaman kekeringan dapat
dilihat pada Gambar 5 .
Gambar 5. Hubungan bobot 100 biji kedelai dengan cekaman kekeringan.
Gambar 5 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot 100 biji kering
kedelai dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana bobot 100 biji
kering terus menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga
40% KL.
Indeks Panen
Berdasarkan Lampiran 31 dan 32 diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan indeks panen. Sedangkan pemberian asam
askorbat dan interaksi berpengaruh tidak nyata meningkatkan indeks panen.
Indeks panen pada pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan
dapat dilihat pada Tabel 13.
80 60 40
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 13. Indeks panen kedelai dengan pemberian asam askorbat pada kondisi
cekaman kekeringan.
Cekaman Kekeringan
(%KL)
Asam Askorbat
Rataan A0 A1 A2 A3
0 ppm 100 ppm 200 ppm 300 ppm
..….……….…........….….….…..……
K1 (80) 0.33 0.39 0.36 0.33 0.35a
K2 (60) 0.35 0.32 0.33 0.34 0.34a
K3 (40) 0.29 0.29 0.27 0.28 0.28b
Rataan 0.32 0.33 0.32 0.32
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%.
Berdasarkam Tabel 13. diketahui bahwa pada perlakuan cekaman
kekeringan 80% KL (K1) memiliki rataan tertinggi 0.35 yangdan 60% KL (K2)
menghasilkan indeks panen dengan rataan 0.34 yang berbeda nyata dengan
perlakuan cekaman kekeringan 40% KL (K3) dengan rataan 0.28 sebagai yang
terendah. Sedangkan pemberian asam askorbat dan interaksi berpengaruh tidak
nyata meningkatkan indeks panen dengan asam askorbat 100 ppm (A1)
menghasilkan rataan tertinggi 0.33 dan terendah pada perlakuan tanpa asam
askorbat (A1) yaitu 0.32.
Hubungan indeks panen kedelai dengan cekaman kekeringan dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan indeks panen kedelai dengan cekaman kekeringan.
Ŷ = -0.035x + 0.394
r = 0.905
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
80% 60% 40%
Ind
eks
Pan
en
% KL
80 60 40
Universitas Sumatera Utara
34
Gambar 6 menunjukkan bahwa hubungan antara indeks panen kedelai
dengan cekaman kekeringan adalah linear negatif dimana indeks penen terus
menurun seiring dengan peningkatan cekaman kekeringan hingga 40% KL.
Pembahasan
Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max L. (Merill)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan pertumbuhan
dan produksi antara lain jumlah daun, diameter batang, total luas daun, jumlah
cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per
tanaman, volume akar, bobot kering akar, bobot kering biji per tanaman, bobot
100 biji, dan indeks panen.
Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan pertumbuhan yaitu jumlah daun
dan total luas daun. Ketersediaan air yang tidak cukup pada media tanam
mengakibatkan tanaman kekurangan suplai air untuk diserap oleh akar namun
respirasi pada daun tetap tinggi. Permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat
laju transpirasi mengakibatkan penurunan ukuran dan jumlah daun. Hal ini
dikarenakan tanaman memiliki mekanisme avoidance yaitu melakukan tindakan
proteksi diri dalam mengatasi kekurangan air dengan mengecilkan ukuran atau
menutup stomata daun untuk mengurangi trasnsiprasi dan mengoptimalkan
penggunaan air dalam mempertahankan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan
literatur Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami
cekaman air stomata daunnya menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun
sehingga mengurangi jumlah CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
35
dengan menutupnya stomata, laju transpirasi menurun sehingga mengurangi
suplai unsur hara dari tanah ke tanaman, karena transpirasi pada dasarnya
memfasilitasi laju aliran air dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar
unsur hara masuk ke dalam tanaman bersama-sama dengan aliran air.
Aboyami (2008) juga menyatakan bahwa tanaman kedelai yang mengalami
kekeringan pada fase vegetatif mengalami penurunan pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat besar.
Perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah
amatan pertumbuhan yaitu diameter batang dan jumlah cabang produktif.
Peningkatan intensitas cekaman kekeringan menurunkan ukuran diameter batang
dan jumlah cabang produktif. Hal ini diduga karena kebutuhan air tanaman yang
tidak cukup mengakibatkan penurunan tekanan turgor sel sehingga aktivitas
pembelahan sel dan fotosintetis tanaman terganggu. Air memiliki peran penting
sebagai bahan baku pelarut dalam absorbsi nutrisi dan unsur hara dari dalam
tanah. Kekurangan air juga mengakibatkan aktivitas metabolisme pembuluh
xylem dan floem serta translokasi asimilat berkurang yang mengakibatkan
laju pertumbuhan menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur
Sarjan dan Isman (2014) yang menyatakan cekaman kekeringan berhubungan
dengan kondisi kandungan kadar air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman kedelai baik vegetatif maupun fase generatif. Sperry dan Tyree (1988)
menyatakan bahwa penurunan tekanan turgor dilakukan tanaman untuk
mempertahankan kadar air dalam jaringan tanaman dan untuk mengurangi
transpirasi. Cekaman kekeringan dapat menyebabkan terjadinya embolisme pada
Universitas Sumatera Utara
36
xilem. Embolisme dapat menghambat aliran air dalam kolom yang dapat
menyebabkan kematian tajuk, cabang bahkan seluruh tanaman.
Perlakuan cekaman kekeringan berpengaruh nyata menurunkan peubah
amatan volume akar dan bobot kering akar. Hal ini dikarenakan tanaman
mengalami pemanjangan akar namun dalam bentuk pengecilan ukuran dan
menumbuhkan banyak cabang akar. Pemanjangan akar difungsikan untuk mencari
air lebih dalam lagi kedalam tanah. Kondisi ini merupakan salah satu mekanisme
toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan
literatur Supijatno (2012) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami
kekurangan air memiliki kemampuan mengambil air secara maksimal dengan
perluasan dan kedalaman sistem perakaran yang meningkat. Ritche (1980)
menyatakan bahwa proses yang sensitif terdapat kekurangan air adalah
pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan tanaman sangat peka
terhadap defisit (cekaman) air karena berhubungan dengan turgor dan hilangnya
turgiditas dapat menghentikan pembelahan dan pembesaran sel yang
mengakibatkan tanaman lebih kecil.
Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan
berpengaruh nyata menurunkan peubah amatan produksi yaitu jumlah polong
berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji kering per
tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Keberadaan air yang minim
mengakibatkan jumlah produksi tanaman kedelai menurun. Hal ini dikarenakan
tanaman yang kekurangan air akan berdampak pada proses penyerapan air oleh
akar untuk disuplai ke daun sehingga mengganggu aktivitas fotosintesis yang
mengakibatkan pengguguran bunga dan cadangan makanan yang terbentuk pada
Universitas Sumatera Utara
37
polong terhambat. Aktivitas metabolisme tanaman dipengaruhi oleh keadaan air
yang merupakan komponen utama pelarut nutrisi dan unsur hara dari reaksi
fotosintesis yang menghasilkan hasil akhir berupa glukosa dan karbohidrat. Hal
ini sesuai dengan literatur Hendriyani dan Setiari (2009) yang menyatakan bahwa
cekaman air pada masa generatif, misalnya pada saat pengisian polong, akan
menurunkan produksi. Kurangnya ketersediaan air akan menghambat sintesis
klorofil pada daun akibat laju fotosintesis yang menurun dan terjadinya
peningkatan temperatur dan transpirasi yang menyebabkan disentegrasi klorofil.
Daneshian dan Zare (2005) menyatakan bahwa hasil panen tanaman kedelai
menurun dengan meningkatnya cekaman kekeringan. Penurunan hasil pada
kondisi kekeringan berhubungan penurunan jumlah polong yang disebabkan oleh
keguguran bunga pada masa pembungaan dan mempengaruhi pembentukan
jumlah biji per polong yang disebabkan oleh kurangnya air pada masa
pembungaan dan tahap pengisian biji.
Pengaruh Pemberian Asam Askorbat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max L. (Merill)
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian
asam askorbat berpengaruh tidak nyata meningkatkan jumlah daun, diameter
batang, total luas daun, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif,
jumlah polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji
kering per tanaman, bobot 100 biji kering, volume akar, bobot kering akar, dan
indeks panen.
Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat
berpengaruh tidak nyata meningkatkan seluruh peubah amatan pertumbuhan yaitu
jumlah daun, total luas daun, diameter batang, jumlah cabang produktif, umur
Universitas Sumatera Utara
38
berbunga, umur panen, volume akar, dan bobot kering akar. Efek dari pemberian
asam askorbat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
kedelai yang dilihat dari perlakuan kontrol yaitu tanpa pemberian asam askorbat.
Hal ini diduga karena keberadaan jumlah besaran konsentrasi asam askorbat pada
tanaman bervariasi di setiap jaringan yang berbeda dan berfluktuasi selama fase
perkembangan serta memiliki sifat tanggap terhadap cekaman abiotik yang
berbeda-beda. Menurut Lin dan Wang (2002) menyatakan bahwa kemampuan
enzim antioksidan berbeda-beda dalam menghadapi cekaman oksidatif, oleh
karena itu keseimbangan antara ROS dan kemampuan antioksidan sangat penting
bagi tanaman. Selain itu tiap genotipe tanaman memiliki keseimbangan yang
berbeda antara ROS dan antioksidan, oleh karena itu masing-masing genotipe
memiliki ketahanan yang berbeda.
Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat
berpengaruh tidak nyata menurunkan peubah amatan produksi yaitu jumlah
polong berisi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, bobot biji per
tanaman, bobot 100 biji dan indeks panen. Hal ini di diduga karena antioksidan
alami yang tersedia secara endogen pada tanaman kedelai masih cukup untuk
mengatur pertumbuhannya. Sehingga penambahan asam askorbat secara eksogen
cenderung tidak memberikan pengaruh pada peningkatan pertumbuhan. Hal ini
sesuai dengan literatur Farouk (2011) yang menyatakan bahwa aktivitas
antioksidan asam askorbat dikaitkan dengan ketahanan tanaman terhadap stres
oksidatif. Kemudian tingkat endogen asam askorbat menjadi sangat penting dalam
regulasi perkembangan penuaan. Hasil pembentukan polong yang berlangsung
kurang baik tidak hanya disebabkan oleh faktor internal seperti sifat genetiknya,
Universitas Sumatera Utara
39
namun faktor eksternal seperti cekaman kekeringan dan serangan hama serta
lingkungan yang tidak kondusif juga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman. Hal ini didukung oleh Asyura (2017) yang menyatakan bahwa tanpa
pemberian antioksidan mampu meningkatkan produksi tanaman kedelai. Ukuran
biji yang dihasilkan ditentukan secara genetik, namun faktor lingkungan selama
fase pengisian biji juga berpengaruh. Salah satu faktor lingkungan yang
merugikan adalah cekaman kekeringan.
Pengaruh Interaksi Pemberian Asam Askorbat dan Cekaman Kekeringan
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. (Merill).
Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi
berpengaruh nyata menurunkan umur panen.
Analisis statistik menunjukkan bahwa waktu umur panen terpanjang yaitu
pada perlakuan 80% KL (K1) dan tanpa asam askorbat (A0) (K1A0) dengan
rataan 94.08 hari dan tersingkat pada perlakuan 40% KL (K3) dan pemberian
asam askorbat 300 ppm (A0) (K3A3) dengan rataan 89.17 hari. Hal ini diduga
karena proses jaringan yang mensuplai asimilat atau organ tanaman yang aktif
untuk berfotosintesis (source) lebih dominan dari pada jaringan yang menampung
asimilat (sink). Tanaman cenderung fokus mensuplai nutrisi untuk pertumbuhan
tanaman sedangkan hasil fotosintesis cenderung lambat untuk disimpan menjadi
cadangan makanan. Maka dari itu, tanaman masih mengalami pertumbuhan
walaupun telah memasuki masa generatif sehingga seolah-olah tanaman menjadi
bersifat indeterminate padahal tanaman hanya melakukan proteksi diri dari
cekaman kekeringan. Hal ini sesuai dengan literatur Behesti dan Fard (2010)
menyatakan bahwa penurunan proses fotosintesis merupakan faktor utama yang
membatasi hasil dan semua komponen hasil. Proses fotosintesis yang terganggu
Universitas Sumatera Utara
40
berakibat menurunnya hasil dan semua komponen hasil. Proses fotosintesis yang
terganggu berakibat menurunnya hasil biji, dan komponen hasil lainnya. Bila
tanaman mengalami cekaman kekeringan selama fase pengisian biji, sedangkan
fotosintesis tidak dapat mencukupi kebutuhan dari sink maka tanaman akan
menggunakan senyawa asimilat yang tersimpan dari bagian tanaman lain seperti
biji dan batang, sehingga terjadi penurunan bobot kering biji dan batang.
Asam askorbat memberikan pengaruh yang tidak signifikan dalam proses
pengisian polong. Kerusakan tanaman yang dihasilkan dari Reaktif Oksigen
Spesies (ROS) diduga masih mampu diatasi oleh antioksidan yang dimiliki oleh
tanaman itu sendiri yaitu berupa asam askorbat. Hal ini menunjukkan bahwa
ketidakberhasilan asam askorbat yang diberikan secara eksogen dimungkinkan
karena tanaman tidak hanya membutuhkan satu jenis antioksidan saja untuk
menetralisir kondisi buruk pada tubuhnya, namun tanaman juga membutuhkan
antioksidan jenis lain didalam tubuhnya sebagai mekanisme pertahanan. Hal ini
sesuai dengan literatur Muchtadi (2000) yang menyatakan bahwa antioksidan
merupakan senyawa fitokimia bioaktif dengan berbagai sifat fungsional yang
terkandung dalam bahan pangan terutama bahan pangan nabati. Selain asam
askorbat, terdapat beberapa antioksidan lain yaitu karotenoid, α-tokoferol, vitamin
A, klorofil, flavonoid, tanin, riboflavin dan asam-asam organik tertentu.
Interaksi asam askorbat yang diaplikasi pada tanaman kedelai dengan
kondisi cekaman kekeringan belum mampu memberikan hasil yang produktif
pada pertumbuhan dan produksi kedelai. Umur panen yang berkurang secara
signifikan diduga bukan hasil pemberian asam askorbat, melainkan mekanisme
tanaman yang mempercepat kematangan kedelai sebagai akibat dari tercekam
Universitas Sumatera Utara
41
kekeringan air. Hal ini sesuai dengan literature Mitra (2001) yang menyatakan
bahwa escape didefinisikan sebagai kemampuan tumbuhan untuk menyelesaikan
siklus hidupnya sebelum mengalami stres kekeringan yang sangat ekstrim;
mekanisme yang biasa dilakukan adalah dengan berbunga dan berbuah lebih awal.
Avoidance adalah kemampuan tumbuhan untuk menjaga agar potensial air tubuh
tetap tinggi (mendekati nilai nol - kurang negatif) yaitu dengan mengoptimalkan
sistem perakaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap
air dalam jumlah relatif banyak serta mempertahankan kandungan air di dalam
jaringan. Tolerance meliputi kemampuan suatu spesies/varietas tumbuhan untuk
tetap hidup dan tetap melakukan fungsi meskipun mengalami cekaman
kekeringan.
Universitas Sumatera Utara
42
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Cekaman kekeringan yang semakin meningkat (80% - 40% KL)
berpengaruh nyata menurunkan terhadap semua peubah amatan
pertumbuhan dan produksi kedelai.
2. Pemberian asam askorbat berpengaruh tidak nyata meningkatkan terhadap
semua peubah amatan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
3. Interaksi pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
kedelai.
Saran
Disarankan menggunakan varietas kedelai yang tahan terhadap cekaman
kekeringan bila ingin melihat pengaruh asam askorbat terhadap pertumbuhan dan
produksi kedelai yang tercekam kekeringan air.
Universitas Sumatera Utara
43
DAFTAR PUSTAKA
Amira M. S and Abdul Qados, 2014. Effect of Ascorbic Acid antioxidant on
Soybean (Glycine maxL.) plants grown under water stress conditions.
Department of Biology, College of Science, Princess Nora Bint Abdul
Rahman University. Deanship of Scientific Research, Princess Nora Bint
Abdul Rahman University,Kingdom of Saudi Arabia.
Aboyami YA. 2008. Comparative growth and grain yield responses of early and
late soybean maturity group to induced soil moisture stress at different
growth stages. World J Agric Sci. 4(1):71-78.
Ardiansyah, M. 2014. Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hasil Seleksi
Terhadap Pemberian Asam Askorbat dan Inokulasi Fungi Mikoriza
Arbuskular di Tanah Salin. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Arora, A., Sairam, R. K. and Srivastava, G. C. 2002. Oxidative stress and
antioxidative system in plants. Current Science. 82(10):1227-1238.
Asyura L. A. G, 2017. Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
(GlycinemaxL.)Terhadap Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
PemberianAntioksidan Asam Salisilat dan Asam Askorbat. Program
Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian USU. Medan.
Badan Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian, 2015. Perbenihan
Kedelai. Pelatihan Teknis Budidaya Kedelai Bagi Penyuluh Pertanin dan
Babinsa . Pusat Pelatihan Pertanian .
BPS. 2015. Badan Pusat Statitsitik. Luas panen, produksi dan produktivitas
kedelai.http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2017.
Beheshti RA, Fard BB. 2010. Dry matteraccumulation and remobilization in grain
sorghum genotypes (Sorghumbicolor L. Moench) under droughtstress.
Australian Journal of CropScience 4(3) : 185-189.
Daneshian J, and Zare D. 2005. Diversity forresistance drought on soybean. J.
Agric.Sci., 1: 23-50.
Drevan, 2011. Vitamin-c-asam-askorbat. Diunduh dari http://drevan.scribd.com.
Efendi, R. dan M. Azrai. 2010. Tanggap Genotipe Jagung terhadap Cekaman
Kekeringan: Peranan Akar. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 29 (1):
1-10.
Farooq, M., A. Wahid, N. Kobayashi, D. Fujita, S.M.A. Basra, 2009. Plant
drought stress: effect, mechanisms and management. Agron.Sustain.
Dev., 29: 185-212.
Farouk, S. 2011. Ascorbic acid and α-tocopherol minimize salt-induced wheat leaf
senescence. Journal of Stress Physiology & Biochemistry. Vol.7 No.3.
Universitas Sumatera Utara
44
Hanum. C, Wahyu Q, Mugnisjah, Sudirman Yahya, Didi Sopandy, Komarudin
Idris, dan Asmarlaili Sahar, 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai pada
Cekaman Aluminium, Kekeringan dan Cekaman Ganda Aluminium dan
Kekeringan. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar Bali.
Hanum. C, 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Kejuruan
Pertanian. Bandung.
Hardiatmi. J. M. S, 2009. Pemanfaatan Jasad Renik Mikoriza Untuk Memacu
Pertumbuhan Tanaman Hutan. Dikutip Dari http://unsri.ac.id.
Hendriyani, I. S dan N. Setiari. 2009. Kandungan Klorofil dan Pertumbuhan
Kacang Panjang(Vigna sinensis) pada Tingkat Penyediaan Air yang
Berbeda. J. Sains & Mat. 17(3): 145-150.
Irwan, A. W, 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.)Merill).
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran Jatinangor. 2006.
Kusfebriani, 2010. Makalah Fisiologi Tumbuhan . Perkecambahan dan Dormansi.
FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Lie Jin, Hery Winarsi, Deddy Muchtadi. 2012. Phenolic Compound
and Antioxidan Activity of Bulb Extract of Six Lilium Species Native to
China, Molecules. hlm. 9362.
Lin, J. And Wang, G. 2002. Doubled CO2 Could Improve the Drought Tolerance
Better in Sensitive Cultivars Than in Tolerant Cultivars in Spring Wheat.
Plant Science 163 627-637.
Mapegau. 2006. Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai (Glycine max L. Merril). Kultura 41 : 43 – 49.
Mitra J. 2001. Genetics and genetic improvement of drought resistance in crop
Plants Current Science 80 (6), 758-763.
Muchtadi, D. 2000. Sayur-sayuran, Sumber Serat dan Antioksidan : Mencegah
Penyakit Degeneratif. Dept. Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. 102hal.
Nurhayati, 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai ( Glycine Max L.) Merril). Fakultas
Pertanian Unsyiah. Darussalam Banda Aceh.
Purwanto dan T. Agustono, 2010.Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada
Berbagai Kepadatan Gulma Teki Dalam Kondisi Cekaman Kekeringan.
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Universitas Sumatera Utara
45
Prihatman, 2000. Kedelai (Glycine maxL.). http://www.ristek.go.id. Diakses pada
tanggal 26 Januari 2017
Ritche, J. T. 1980 Climate and soil water,In Moving up the yield curve.Advace
and obstacle, Spec. Publ. No.39. p: 1–23.
Salama, Z. A., El-Nour, E. A. A. A., El Fouly, M. M., dan Gaafar, A. A. 2014.
Ascorbic foliar spray counteracting effect of salinity on growth, nutrients
concentrations, photosynthesis, antioxidant activities and lipid
peroxidation of Bean (Phaseulus vulgaris L.) cultivars. American Journal
of Agricultural and Biological Sciences 9 (3) : 384-393.
Sarjan M. dan Isman Sab’I, 2014. Karakteristik Polong Kedelai Varitas Unggul
yang Terserang Hama Pengisap Polong (Riptortus linearis) pada
Kondisi Cekaman Kekeringan. Fakultas Pertanian. Unversitas Mataram.
Setiawan, R., Soedradjad, R., & Siswoyo, T. A. (2015). Pengaruh Cekaman
Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Karakter. [Skripsi]. Fakultas
Pertanian, Universitas Jember. Jember.
Sperry, J.S., M.T. Tyree. 1988. Mechanism of water stressinduced xilem
embolism. Plant Physiol. 88:581-587.
Steenis, V.C.G.G.J., 2005. Flora. Cetakan kesepuluh. PT Pradnya Paramita.
Jakarta.
Supijatno. 2012. Studi mekanisme toleransi genotipe padi gogo terhadap cekaman
ganda pada lahan kering di bawah naungan. Disertasi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Syatrianty A, Syaiful, Amin Ishak, Novaty E. Dungga, dan Muh. Riadi, 2012.
Peran Conditioning Benih Dalam Meningkatkan Daya Adaptasi
Tanaman Kedelai Terhadap Stres Kekeringan, Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Wolucka B. A. Goossens, A. and Inze, D, 2005. Methyl Jasmonate Stimulates the
de novo Biosynthesis of Vitamin C in Plant Cell Suspensions, J. Exp.
Botany, 56: 2527-2538.
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 1. Deskripsi Varietas Wilis
Varietas Wilis
Dilepas Tahun : 21 Juli 1983
SK Mentan : TP240/519 Kpts/7/1983
Nomor Induk : B 3034
Asal : Hasil seleksi keturunan
Persilangan Orba x No. 1682
Hasil rata-rata : 1,6 ton/ha
Warna hipokotil : Ungu
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau - hijau tua
Warna bulu : Coklat tua
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna polong tua : Coklat tua
Warna hylum : Coklat tua
Tipe tumbuh : Determinit
Umur berbunga : + 39 hari
Umur matang : 80-85 hari
Tinggi tanaman : + 50 cm
Bentuk biji : Oval, agak pipih
Bobot 100 biji : + 10 gr.
Kandungan protein : 37,0 %
Kandungan minyak : 18,0 %
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan Terhadap Penyakit : Agak tahan karat daun dan virus
Benih penjenis : Dipertahankan di Balittan Bogor dan
Balittan Malang.
Pemulia : Sumarno, Darman M Arsyad., Rodiah
dan Ono Sutrisno.
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 2. Bagan Plot Penelitian
BLOK 1
BLOK 2
BLOK 3
K2A2
K2A0
K1A3
30 cm
K3A1
K1A2
K3A3
K1A2
K1A3
K1A0
40 cm
K1A3
K2A2
K2A2
K3A0
K3A1
K2A0
K2A3
K2A1
K3A0
K1A0
K3A3
K3A2
K1A1
K3A0
K2A1
K3A3
K1A1
K3A1
K2A0
K3A2
K1A2
K3A2
K1A0
K1A1
K2A1
K2A3
K2A3
Lampiran 3. Bagan Polibag Per Plot
8 cm
U
S
B T
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
No Pelaksanaan Penelitian Minggu Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Persiapan lahan X
2 Pembuatan rumah plastik X X
3 Pengeringan tanah X X
4 Persiapan tanam X X
5 Pengisian polybag X
6 Pemasangan Selang X
7 Penanaman X
8 Perlakuan cekaman kekeringan X X X X X X X X X X
9 Pengaplikasian asam askorbat X X X X X X X X X X
10 Pemeliharaan tanaman
Penyiraman Setiap hari
Pemupukan X X
Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Pengajiran Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan
12 Panen X
13 Peubah Amatan
Jumlah daun (helai) X X X X X X X
Diameter batang (mm) X
Total luas daun (cm2) X
Umur berbunga (hari) X
Umur panen (hari) X
Bobot kering akar (g) X
Volume akar (ml) X
Jumlah cabang produktif X
Jumlah polong berisi (polong) X
Jumlah polong hampa (polong) X
Bobot biji per tanaman (g) X
Bobot 100 biji (g) X
Indeks Panen X
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 5. Penetapan Kadar Air Tanah
1. Disiapkan alat seperti cawan timbang, timbangan analitik, oven,
desikartor, dan sendok tanah.
2. Timbanglah 10 gram tanah kering udara dan masukkan kedalam botol
timbangan/cawan/beaker glass 50-100 ml.
3. Masukkan cawan tadi kedalam oven selama 5 jam pada suhu 1050 Celcius
sampai tidak terjadi pengurangan berat lagi.
4. Setelah perlakuan 2, keluarkan dan masukkan ke dalam eksikator
pendingin, lalu timbang dan akhirnya diperoleh berat kering yang konstan.
5. Perhitungan :
Misalkan berat tanah kering udara = BTKU
Berat ranah kering oven = BTKO
Maka kadar air tanah kering udara =
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 6. Penetapan Kadar Air Tanah Kapasitas Lapang
(Metode Alricks)
1. Disiapkan alat seperti beaker glass (400-1000 ml), pipa kaca, lembaran
plastic penutup, cawan timbang, pasir,timbangan, oven, desikator, sendok
tanah.
2. Masukkan pasir kedalam beker gelas dengan hati hati sejumlah ¼ dari
tinggi beaker glass.
3. Letakkan pipa kaca ditengah-tengahnya, baru kemudian tuangkan contoh
tanah kering udara yang akan diperiksa setinggi 2/3 dari beaker glass. Pipa
kaca ini berfungsi untuk mengalirkan udara.
4. Siramkan air dengan hati-hati pada permukaan tanah, sebaiknya
menggunakan batang pengaduk sampai air merembes kebatas pasir.
5. Tutup dengan plastic untuk mencegah penguapan air dan letakkan di
tempat yang sejuk selama 24 jam.
6. Setelah itu pindahkan sejumlah tanah dari beaker glass kecawan timbang,
tanah yang dipermukaan di sisihkan.
7. Timbanglah contoh tanah tersebut.
8. Masukkan kedalam oven dengan suhu 1050-110
0 Celcius selama 5 jam
sampai tidak terjadi penurunan berat lagi.
9. Kemudian tanah dimasukkan kedalam eksikator.
10. Perhitungan :
Kapasitas Lapang =
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 7. Data pengamatan jumlah daun 8 MST kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 12.00 9.25 9.25 30.50 10.17
K1A1 12.00 8.50 10.25 30.75 10.25
K1A2 12.25 11.75 8.75 32.75 10.92
K1A3 12.00 11.50 7.75 31.25 10.42
K2A0 8.75 7.00 7.25 23.00 7.67
K2A1 7.75 9.00 5.50 22.25 7.42
K2A2 8.75 9.00 11.75 29.50 9.83
K2A3 7.50 8.00 7.75 23.25 7.75
K3A0 6.50 7.25 4.75 18.50 6.17
K3A1 9.00 5.75 6.75 21.50 7.17
K3A2 8.00 7.50 9.75 25.25 8.42
K3A3 6.00 6.75 8.25 21.00 7.00
Total 110.50 101.25 97.75 309.50
Rataan 9.21 8.44 8.15 8.60
Lampiran 8. Tabel sidik ragam jumlah daun 8 MST kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 7.23 3.62 1.59 3.44 tn
Perlakuan 11 86.78 7.89 3.48 2.26 *
K 2 66.71 33.36 14.71 3.44 *
Linier 1 63.38 63.38 27.95 4.30 *
Kuadratik 1 3.34 3.34 1.47 4.30 tn
A 3 15.91 5.30 2.34 3.05 tn
KxA 6 4.16 0.69 0.31 2.55 tn
Galat 22 49.89 2.27
Total 35 143.91
FK 2660.84
KK 17.52%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 9. Data pengamatan diameter batang kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 3.50 3.74 3.16 10.39 3.46
K1A1 3.78 3.11 3.14 10.03 3.34
K1A2 4.10 3.21 3.13 10.44 3.48
K1A3 3.48 3.67 3.17 10.32 3.44
K2A0 3.11 3.17 2.93 9.21 3.07
K2A1 2.89 3.09 2.98 8.96 2.99
K2A2 3.11 2.93 3.02 9.05 3.02
K2A3 3.35 3.47 3.45 10.27 3.42
K3A0 2.72 2.95 2.56 8.22 2.74
K3A1 3.23 2.88 2.86 8.97 2.99
K3A2 2.94 2.95 3.14 9.03 3.01
K3A3 3.11 3.31 3.19 9.60 3.20
Total 39.29 38.48 36.71 114.48
Rataan 3.27 3.21 3.06 3.18
Lampiran 10. Tabel sidik ragam diameter batang kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 0.29 0.15 2.73 3.44 tn
Perlakuan 11 1.98 0.18 3.38 2.26 *
K 2 1.25 0.63 11.78 3.44 *
Linier 1 1.19 1.19 22.49 4.30 *
Kuadratik 1 0.06 0.06 1.08 4.30 tn
A 3 0.39 0.13 2.47 3.05 tn
KxA 6 0.33 0.06 1.04 2.55 tn
Galat 22 1.17 0.05
Total 35 3.44
FK 364.03
KK 7.25%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
53
Lampiran 11. Data pengamatan jumlah cabang produktif kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 4.00 4.00 3.00 11.00 3.67
K1A1 3.50 3.25 3.25 10.00 3.33
K1A2 4.50 2.25 3.75 10.50 3.50
K1A3 2.50 4.25 2.75 9.50 3.17
K2A0 2.50 1.75 1.75 6.00 2.00
K2A1 2.50 2.25 1.00 5.75 1.92
K2A2 2.75 2.25 1.50 6.50 2.17
K2A3 2.00 1.50 2.00 5.50 1.83
K3A0 1.50 0.75 0.25 2.50 0.83
K3A1 1.25 1.00 2.00 4.25 1.42
K3A2 1.75 0.75 2.25 4.75 1.58
K3A3 2.00 1.75 1.25 5.00 1.67
Total 30.75 25.75 24.75 81.25
Rataan 2.56 2.15 2.06 2.26
Lampiran 12. Tabel sidik ragam jumlah cabang produktif kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 1.72 0.86 2.15 3.44 tn
Perlakuan 11 28.27 2.57 6.41 2.26 *
K 2 26.40 13.20 32.93 3.44 *
Linier 1 25.01 25.01 62.39 4.30 *
Kuadratik 1 1.39 1.39 3.46 4.30 tn
A 3 0.32 0.11 0.27 3.05 tn
KxA 6 1.55 0.26 0.64 2.55 tn
Galat 22 8.82 0.40
Total 35 38.81
FK 183.38
KK 28.05%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 13. Data pengamatan total luas daun kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 713.37 471.07 500.71 1685.15 561.72
K1A1 657.28 531.16 431.04 1619.48 539.83
K1A2 700.55 728.48 567.93 1996.96 665.65
K1A3 476.65 972.83 277.12 1726.60 575.53
K2A0 345.76 429.75 263.92 1039.43 346.48
K2A1 410.82 476.77 178.47 1066.06 355.35
K2A2 279.86 539.55 391.05 1210.45 403.48
K2A3 387.25 449.69 348.99 1185.92 395.31
K3A0 276.27 307.75 205.79 789.80 263.27
K3A1 570.48 171.15 256.31 997.94 332.65
K3A2 246.62 277.79 395.53 919.94 306.65
K3A3 281.16 242.72 531.86 1055.74 351.91
Total 5346.06 5598.71 4348.72 15293.48
Rataan 445.50 466.56 362.39 424.82
Lampiran 14. Tabel sidik ragam total luas daun kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 72805.65 36402.83 1.55 3.44 tn
Perlakuan 11 536541.96 48776.54 2.08 2.26 tn
K 2 488508.68 244254.34 10.40 3.44 *
Linier 1 444112.55 444112.55 18.91 4.30 *
Kuadratik 1 44396.14 44396.14 1.89 4.30 tn
A 3 25382.06 8460.69 0.36 3.05 tn
KxA 6 22651.22 3775.20 0.16 2.55 tn
Galat 22 516778.45 23489.93
Total 35 1126126.06
FK 6496960.50
KK 36.08%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
55
Lampiran 15. Data pengamatan umur berbunga kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 42.00 43.00 44.00 129.00 43.00
K1A1 42.00 43.00 44.00 129.00 43.00
K1A2 42.00 43.00 44.00 129.00 43.00
K1A3 42.00 43.00 43.00 128.00 42.67
K2A0 42.00 43.00 43.00 128.00 42.67
K2A1 44.00 43.00 43.00 130.00 43.33
K2A2 42.00 43.00 44.00 129.00 43.00
K2A3 43.00 43.00 44.00 130.00 43.33
K3A0 42.00 44.00 44.00 130.00 43.33
K3A1 42.00 44.00 44.00 130.00 43.33
K3A2 43.00 43.00 42.00 128.00 42.67
K3A3 42.00 42.00 43.00 127.00 42.33
Total 508.00 517.00 522.00 1547.00
Rataan 42.33 43.08 43.50 42.97
Lampiran 16. Tabel sidik ragam umur berbunga kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 8.39 4.19 10.32 3.44 *
Perlakuan 11 3.64 0.33 0.81 2.26 tn
K 2 0.22 0.11 0.27 3.44 tn
A 3 0.97 0.32 0.80 3.05 tn
KxA 6 2.44 0.41 1.00 2.55 tn
Galat 22 8.94 0.41
Total 35 20.97
FK 66478.03
KK 1.48%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 17. Data pengamatan umur panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 95.25 95.75 91.25 282.25 94.08
K1A1 91.00 90.25 91.25 272.50 90.83
K1A2 93.50 93.25 95.25 282.00 94.00
K1A3 95.75 93.00 91.50 280.25 93.42
K2A0 88.50 93.75 90.25 272.50 90.83
K2A1 92.00 93.00 93.50 278.50 92.83
K2A2 92.75 93.75 90.25 276.75 92.25
K2A3 92.25 92.25 91.50 276.00 92.00
K3A0 89.25 89.25 89.25 267.75 89.25
K3A1 92.75 93.50 90.75 277.00 92.33
K3A2 88.00 94.00 89.00 271.00 90.33
K3A3 90.25 89.75 87.50 267.50 89.17
Total 1101.25 1111.50 1091.25 3304.00
Rataan 91.77 92.63 90.94 91.78
Lampiran 18. Tabel sidik ragam umur panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 17.09 8.54 3.21 3.44 tn
Perlakuan 11 95.14 8.65 3.25 2.26 *
K 2 48.19 24.10 9.04 3.44 *
Linier 1 47.46 47.46 17.81 4.30 *
Kuadratik 1 0.73 0.73 0.27 4.30 tn
A 3 3.93 1.31 0.49 3.05 tn
KxA 6 43.02 7.17 2.69 2.55 *
Galat 22 58.62 2.66
Total 35 170.85
FK 303233.78
KK 1.78%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 19. Data pengamatan bobot kering akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 0.97 1.03 1.00 3.00 1.00
K1A1 1.01 0.96 0.90 2.87 0.96
K1A2 1.06 0.95 0.97 2.98 0.99
K1A3 1.07 0.90 0.91 2.88 0.96
K2A0 0.94 0.89 0.94 2.77 0.92
K2A1 0.93 0.97 0.94 2.84 0.95
K2A2 0.91 0.91 0.89 2.71 0.90
K2A3 0.89 0.94 0.98 2.82 0.94
K3A0 0.82 0.83 0.82 2.47 0.82
K3A1 0.89 0.90 0.88 2.67 0.89
K3A2 0.85 0.84 0.98 2.67 0.89
K3A3 0.86 0.89 0.90 2.65 0.88
Total 11.19 11.02 11.12 33.33
Rataan 0.93 0.92 0.93 0.93
Lampiran 20. Tabel sidik ragam bobot kering akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 0.00 0.00 0.26 3.44 tn
Perlakuan 11 0.08 0.01 3.38 2.26 *
K 2 0.07 0.03 14.87 3.44 *
Linier 1 0.07 0.07 29.70 4.30 *
Kuadratik 1 0.00 0.00 0.04 4.30 tn
A 3 0.00 0.00 0.17 3.05 tn
KxA 6 0.02 0.00 1.16 2.55 tn
Galat 22 0.05 0.00
Total 35 0.13
FK 30.86
KK 5.12%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
58
Lampiran 21. Data pengamatan volume akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 1.11 1.07 1.13 3.31 1.10
K1A1 1.20 1.11 1.02 3.33 1.11
K1A2 1.29 1.13 1.09 3.52 1.17
K1A3 1.33 1.03 1.07 3.43 1.14
K2A0 1.09 0.97 1.03 3.09 1.03
K2A1 0.93 1.07 1.07 3.07 1.02
K2A2 0.97 0.98 1.08 3.04 1.01
K2A3 0.95 0.95 1.16 3.06 1.02
K3A0 1.00 0.88 0.92 2.80 0.93
K3A1 1.01 0.93 0.98 2.92 0.97
K3A2 0.93 0.92 1.08 2.93 0.98
K3A3 0.93 0.92 1.01 2.86 0.95
Total 12.75 11.96 12.65 37.36
Rataan 1.06 1.00 1.05 1.04
Lampiran 22. Tabel sidik ragam volume akar kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 0.03 0.02 2.22 3.44 tn
Perlakuan 11 0.20 0.02 2.60 2.26 *
K 2 0.19 0.09 13.34 3.44 *
Linier 1 0.18 0.18 25.98 4.30 *
Kuadratik 1 0.00 0.00 0.71 4.30 tn
A 3 0.00 0.00 0.21 3.05 tn
KxA 6 0.01 0.00 0.21 2.55 tn
Galat 22 0.15 0.01
Total 35 0.38
FK 38.78
KK 8.04%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 23. Data pengamatan polong berisi per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 18.75 9.50 12.75 41.00 13.67
K1A1 15.50 15.50 14.25 45.25 15.08
K1A2 13.25 13.25 11.50 38.00 12.67
K1A3 11.75 15.25 12.50 39.50 13.17
K2A0 10.75 8.25 6.25 25.25 8.42
K2A1 9.00 7.00 7.00 23.00 7.67
K2A2 6.50 7.25 6.75 20.50 6.83
K2A3 8.50 7.00 12.00 27.50 9.17
K3A0 5.00 4.50 2.50 12.00 4.00
K3A1 4.75 3.00 4.00 11.75 3.92
K3A2 3.25 3.25 4.50 11.00 3.67
K3A3 4.00 5.50 7.00 16.50 5.50
Total 111.00 99.25 101.00 311.25
Rataan 9.25 8.27 8.42 8.65
Lampiran 24. Tabel sidik ragam polong berisi per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 6.70 3.35 0.88 3.44 tn
Perlakuan 11 559.38 50.85 13.30 2.26 *
K 2 534.38 267.19 69.90 3.44 *
Linier 1 527.34 527.34 137.96 4.30 *
Kuadratik 1 7.03 7.03 1.84 4.30 tn
A 3 11.82 3.94 1.03 3.05 tn
KxA 6 13.18 2.20 0.57 2.55 tn
Galat 22 84.09 3.82
Total 35 650.17
FK 2691.02
KK 22.61%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
60
Lampiran 25. Data pengamatan polong hampa per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 4.75 11.00 4.75 20.50 6.83
K1A1 7.50 4.25 1.00 12.75 4.25
K1A2 8.75 2.50 7.25 18.50 6.17
K1A3 5.25 5.75 1.75 12.75 4.25
K2A0 3.25 1.00 3.25 7.50 2.50
K2A1 1.50 4.75 1.25 7.50 2.50
K2A2 3.75 1.50 2.50 7.75 2.58
K2A3 2.75 3.50 3.75 10.00 3.33
K3A0 0.75 1.00 0.75 2.50 0.83
K3A1 2.50 1.75 2.25 6.50 2.17
K3A2 2.00 1.25 1.75 5.00 1.67
K3A3 1.25 2.25 1.00 4.50 1.50
Total 44.00 40.50 31.25 115.75
Rataan 3.67 3.38 2.60 3.22
Lampiran 26. Tabel sidik ragam polong hampa per tanaman kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 7.23 3.62 0.92 3.44 tn
Perlakuan 11 112.48 10.23 2.61 2.26 *
K 2 92.42 46.21 11.78 3.44 *
Linier 1 88.17 88.17 22.47 4.30 *
Kuadratik 1 4.25 4.25 1.08 4.30 tn
A 3 1.71 0.57 0.15 3.05 tn
KxA 6 18.34 3.06 0.78 2.55 tn
Galat 22 86.31 3.92
Total 35 206.02
FK 372.17
KK 61.60%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 27. Data pengamatan bobot biji per tamanan kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 4.24 2.06 3.03 9.33 3.11
K1A1 3.84 3.53 3.09 10.46 3.49
K1A2 2.98 3.04 2.57 8.59 2.86
K1A3 2.62 3.28 2.68 8.58 2.86
K2A0 2.31 1.96 1.50 5.77 1.92
K2A1 1.79 1.56 1.36 4.71 1.57
K2A2 1.50 1.58 1.53 4.61 1.54
K2A3 1.76 1.48 2.34 5.57 1.86
K3A0 1.21 1.02 0.66 2.89 0.96
K3A1 1.10 0.65 1.08 2.83 0.94
K3A2 1.07 0.82 1.10 2.99 1.00
K3A3 0.92 1.22 1.52 3.66 1.22
Total 25.35 22.19 22.46 70.01
Rataan 2.11 1.85 1.87 1.94
Lampiran 28. Tabel sidik ragam bobot biji per tamanan kedelai pada
perlakuan pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 0.51 0.26 1.45 3.44 tn
Perlakuan 11 27.35 2.49 14.16 2.26 *
K 2 26.07 13.03 74.21 3.44 *
Linier 1 25.18 25.18 143.35 4.30 *
Kuadratik 1 0.89 0.89 5.06 4.30 *
A 3 0.26 0.09 0.48 3.05 tn
KxA 6 1.03 0.17 0.98 2.55 tn
Galat 22 3.86 0.18
Total 35 31.73
FK 136.14
KK 21.55%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran 29. Data pengamatan bobot 100 biji kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 9.72 7.92 9.82 27.46 9.15
K1A1 10.45 9.30 8.72 28.46 9.49
K1A2 9.16 9.95 8.82 27.93 9.31
K1A3 8.57 8.43 8.41 25.41 8.47
K2A0 8.34 8.68 8.38 25.41 8.47
K2A1 7.46 7.88 6.83 22.17 7.39
K2A2 9.20 7.64 7.99 24.83 8.28
K2A3 7.73 7.32 7.69 22.75 7.58
K3A0 8.99 7.48 6.65 23.13 7.71
K3A1 7.07 9.47 7.94 24.49 8.16
K3A2 8.56 6.47 7.36 22.39 7.46
K3A3 5.50 7.13 7.56 20.19 6.73
Total 100.77 97.68 96.17 294.61
Rataan 8.40 8.14 8.01 8.18
Lampiran 30. Tabel sidik ragam bobot 100 biji kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 0.91 0.46 0.63 3.44 tn
Perlakuan 11 23.80 2.16 2.98 2.26 *
K 2 16.32 8.16 11.22 3.44 *
Linier 1 15.16 15.16 20.85 4.30 *
Kuadratik 1 1.16 1.16 1.60 4.30 tn
A 3 4.22 1.41 1.94 3.05 tn
KxA 6 3.26 0.54 0.75 2.55 tn
Galat 22 16.00 0.73
Total 35 40.71
FK 2411.01
KK 10.42%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran 31. Data pengamatan indeks panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
Perlakuan Ulangan
Total Rataan 1 2 3
K1A0 0.41 0.21 0.37 0.99 0.33
K1A1 0.35 0.37 0.43 1.16 0.39
K1A2 0.30 0.40 0.39 1.09 0.36
K1A3 0.29 0.35 0.35 0.99 0.33
K2A0 0.35 0.38 0.32 1.05 0.35
K2A1 0.38 0.28 0.31 0.97 0.32
K2A2 0.29 0.35 0.36 1.00 0.33
K2A3 0.38 0.28 0.36 1.02 0.34
K3A0 0.33 0.29 0.24 0.86 0.29
K3A1 0.26 0.23 0.39 0.87 0.29
K3A2 0.33 0.26 0.22 0.81 0.27
K3A3 0.23 0.29 0.31 0.83 0.28
Total 3.90 3.70 4.05 11.65
Rataan 0.33 0.31 0.34 0.32
Lampiran 32. Tabel sidik ragam indeks panen kedelai pada perlakuan
pemberian asam askorbat dan cekaman kekeringan.
SK Db JK KT F.Hit F.05 Ket.
Blok 2 0.01 0.00 0.78 3.44 tn
Perlakuan 11 0.04 0.00 1.17 2.26 tn
K 2 0.03 0.02 5.13 3.44 *
Linier 1 0.03 0.03 9.29 4.30 *
Kuadratik 1 0.00 0.00 0.97 4.30 tn
A 3 0.00 0.00 0.14 3.05 tn
KxA 6 0.01 0.00 0.36 2.55 tn
Galat 22 0.07 0.00
Total 35 0.12
FK 3.77
KK 17.64%
Keterangan : tn : tidak nyata
* : nyata
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 33: Gambar Penelitian
KL Metode Alricks Tanaman Seluruhnya
Penyiraman Tanaman Aplikasi Asam Askorbat
Perbandingan K1A0, K2A0, K3A0 Perbandingan K1A0, K1A1, K1A2, K1A3
Perbandingan K1A0, K1A1, K1A2, K1A3 Perbandingan K3A0, K3A1, K3A2, K3A3
Universitas Sumatera Utara