pengaruh kebijakan moneter syariah...

128
PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH TERHADAP INDEKS PRODUKSI INDUSTRI TAHUN 2011-2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : ISNAENI OCTAVIANI NIM: 1113086000047 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Upload: buihuong

Post on 03-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH TERHADAP INDEKS

PRODUKSI INDUSTRI

TAHUN 2011-2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

ISNAENI OCTAVIANI

NIM: 1113086000047

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

Pengaruh Kebijakan Moneter Syariah Terhadap Indeks Produksi Industri

Tahun 2011 – 2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ISNAENI OCTAVIANI

NIM: 1113086000047

Di Bawah Bimbingan

Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si

NIP. 198110132008011006

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 3: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 13 Juni 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:

1. Nama : Isnaeni Octaviani

2. NIM : 1113086000047

3. Jurusan : Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi : Pengaruh Kebijakan Moneter Syariah Terhadap Indeks

Produksi Industri Tahun 2011 – 2016

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut di

atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Juni 2017

1. Yoghi Citra Pratama, M.Si (________________)

NIP. 198307172011011011 Ketua

2. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si (________________)

NIP. 198110132008011006 Sekretaris

3. Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM, MA (________________)

NIP. 195406181981031005 Penguji Ahli

4. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si (________________)

NIP. 198110132008011006 Pembimbing

Page 4: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Isnaeni Octaviani

No. Induk Mahasiswa : 1113086000047

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ekonomi Syariah

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 29 Maret 2017

Yang Menyatakan,

(Isnaeni Octaviani)

Page 5: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Isnaeni Octaviani

No. Induk Mahasiswa : 1113086000047

Jurusan : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Pengaruh Kebijakan Moneter Syariah

Terhadap Indeks Produksi Industri Tahun 2011

– 2016

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 April 2017

1. Yoghi Citra Pratama, M.Si (......................................)

NIP. 198307172011011011 Penguji I

2. Ali Rama, SE., M.Ec (......................................)

NIP. 198406282015031002 Penguji II

Page 6: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Isnaeni Octaviani

2. Tempat Tanggal Lahir : Serang, 23 Oktober 1995

3. Alamat : Jl. Maja Cibiuk Km. 3 Pandeglang, Kp.

Warnasari Desa Banjar Kec. Banjar

Rt.04/Rw.03.

4. Telepon : 087808276584

5. E-mail : [email protected]

b. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Banjar 1 Tahun 2000 – 2007

2. Pondok Pesantren Modern Daar El-Azhar Tahun 2007 – 2009

3. MTsN Model Pandeglang 1 Tahun 2009 – 2010

4. SMAN 1 Pandeglang Tahun 2010 – 2013

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2017

c. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Yani Sofyani

2. Pekerjaan Ayah : PNS

3. Ibu : Lilis Yulyati

4. Pekerjaan Ibu : PNS

d. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Organisasi : Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah

Jabatan : Sekretaris Departemen Eksternal

Tahun : 2015 – 2016

2. Orgnisasi : Himpunan Mahasiswa Islam

Jabatan : Anggota

Tahun : 2015

Page 7: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

ii

ABSTRACT

The aim of this research is to analyze the effect of SBIS, PUAS and Islamic bank

financing in the monetary transmission mechanism in Indonesia to real sector by

using the Vector Auto Regression (VAR) / Vector Error Correction Model

(VECM) method. The finding revealed that based on the VECM estimation test, in

the long term SBIS and Islamic bank financing has a positive effect toward

Industrial Production Index (IPI). Meanwhile, PUAS has a negative effect toward

Industrial Production Index (IPI). In addition, based on IRF test, shock of SBIS

and PUAS responded positively by Industrial Production Index (IPI). Then based

on result of FEVD test, variable of PUAS in model of this research has a biggest

contribution toward Industrial Production Index (IPI).

Key words : SBIS, PUAS, Islamic Bank Financing, Industrial Production Index

(IPI), VECM

Page 8: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh SBIS, PUAS dan

pembiayaan bank syariah dalam mekasnisme transmisi moneter terhadap sektor

riil dengan menggunakan metode Vector Auto Regression / Vector error

Correction Model (VAR/VECM). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji

estimasi VECM dalam jangka panjang variabel SBIS dan variabel pembiayaan

bank syariah berpengaruh positif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

Sementara variabel PUAS berpenagruh negatif terhadap Indeks Produksi Industri

(IPI). Sedangkan berdasarkan uji IRF, shock yang terjadi pada variabel SBIS dan

PUAS direspon positif oleh variabel Indeks Produksi Industri (IPI). Hasil

penelitian ini juga menunjukkan berdasarkan uji FEVD variabel PUAS memiliki

kontribusi paling besar dalam model.

Kata kunci : SBIS, PUAS, Pembiayaan Bank Syariah, Indeks Produksi Industri

(IPI), VECM

Page 9: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

iv

KATA PENGANTAR

Alhmadulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah serta kemudahan bagi setiap hambanya yang

sedang berjuang untuk menuntut ilmu. Allah senantiasa memberikan pertolongan

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh

Kebijakan Moneter Syariah terhadap Indeks Produksi Industri Tahun 2011 –

2016”. Shalawat serta salam semoga tetatp tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW, para keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir jaman. Penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terkait dengan penelitian ini, peneliti mengucapkan terimakasih pada

berbagai pihak yang telah membantu selama proses pengerjaan penelitian ini.

Untuk itu, peneliti mengucapkan terimakasih terutama kepada :

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petolongan

dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih Allah

telah memberikan kesempatan bagiku untuk sampai di penghujung awal

perjuanganku. Terimakasih Allah selalu memberi kemudahan meski diri

ini selalu berbuat salah.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini, M.Si, Lc selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing

akademik. Terimaksih untuk arahan dan saran selama saya berproses di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah.

Terima kasih sudah menyetujui judul yang saya ajukan pak Yoghi.

4. Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima Kasih sudah membimbing saya dalam pembuatan skripsi,

meluangkan waktu dan memberi banyak solusi dari permasalahan yang

saya hadapi dalam pembuatan skripsi ini, sampai akhirnya skripsi ini

selesai. Saya merasa beruntung dibimbing skripsi oleh bapak.

Page 10: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

v

5. Teruntuk Mamah dan Bapak tercinta yang selalu menjadi perhiasan indah

yang menyinari anaknya dalam keadaan apapun. Kupersembahkan karya

kecil ini untuk Mamah dan Bapak yang selalu memberikan cinta kasih,

dorongan, semangat dan pengorbanan yang tak akan terganti. Terima kasih

untuk mengabulkan berbagai permintaan untuk fokus dalam proses

penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ini bisa menjadi salah satu kado

atas perjuangan Mamah dan Bapak dalam menyekolahkanku sampai di

tingkat universitas. Maafkan anakmu Bapak, Mamah, ananda masih saja

menyusahkanmu. I love you!

6. Segenap keluraga yakni, kakakku Lia, terima kasih untuk semangat,

motivasi dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini (love and big hug).

Untuk bibiku Titin, terimakasih sudah berbagi cerita skripsi, semangat dan

motivasinya.(big hug). Untuk sepupuku Azka dan Rey yang ganteng, lucu

dan ngangenin yang membuatku semangat untuk cepat menyelesaikan

revisi skripsi agar cepat pulang ke rumah dan bertemu mereka.(kiss from

anteu). Dan untuk ua yang sudah meberikan perhatian selama proses

pengerjaan skripsi ini.

7. Teruntuk Fadhli, terima kasih untuk selalu memberikan semangat,

motivasi dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat selesai.

Terima kasih sudah menjadi teman dekat untuk berkeluh kesah ketika

menghadapi kesulitan dan kejenuhan dalam pengerjaan skripsi ini. Terima

kasih untuk selalu membersamaiku dengan kesabaranmu. You are my

favorite!

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa

perkuliahan.

9. Teman–teman “Man Jadda” terima kasih untuk semangat, motivasi dan

segalanya yang tidak bisa kusebut. I love you to the moon and back.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan konsentrasi Ekonomi Moneter Syariah

Angkatan 2013

11. Seluruh teman-teman Ekonomi Syariah B Angkatan 2013. Miss you all.

Page 11: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

vi

12. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Ekonomi Syariah Angkatan

2013 terimaksih untuk semangat, motivasi, dukungan dan kehadiran kalian

selama ini (big hug).

Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis membutuhkan kritik atau

saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak dan dapat menjadi amal shaleh bagi penulis.

Jakarta, 29 Maret 2017

Isnaeni Octaviani

Page 12: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

vii

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 12

A. Landasan Teori ................................................................................. 12

1. Kebijakan Moneter ..................................................................... 12

2. Instrumen Kebijakan Moneter ................................................... 13

Page 13: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

viii

3. Tahapan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ................. 15

4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ................................ 17

5. Kebijakan Moneter Syariah ....................................................... 22

6. Instrumen Kebijakan Moneter Syariah ...................................... 23

7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Syariah ................... 28

8. Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia .................. 28

9. Perbankan Syariah dan Pembiayaan Bank Syariah ................... 36

10. Sektor Riil .................................................................................. 44

B. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 46

C. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 48

D. Kerangka Penelitian ......................................................................... 56

E. Hipotesis .......................................................................................... 55

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 57

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 57

B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 57

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 58

D. Metode Analisis Data ....................................................................... 58

E. Model Penelitian .............................................................................. 64

F. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 64

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................... 67

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 67

1. Perkembangan Indeks Produksi Industri (IPI) ........................... 67

2. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah ................................. 68

Page 14: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

ix

3. Perkembangan SBIS .................................................................. 69

4. Perkembangan PUAS ................................................................. 70

B. Analisis Uji Ekonometrik ................................................................ 72

1. Uji Stasioneritas Data ................................................................ 72

2. Penentuan Lag Optimal ............................................................. 73

3. Uji Stabilitas VAR ..................................................................... 74

4. Uji Kointegrasi ........................................................................... 74

5. Uji Kausalitas Granger .............................................................. 75

6. Uji Vector Error Correction Model (VECM) ............................ 76

7. Uji Impulse Response Function (IRF) ....................................... 79

8. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) .............. 81

C. Pembahasan ...................................................................................... 82

BAB V : PENUTUP ................................................................................... 90

A. Kesimpulan ...................................................................................... 90

B. Saran ................................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 93

LAMPIRAN ................................................................................................ 96

Page 15: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

x

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Uji Stasioneritas Data pada Level 73

4.2 Uji Stasioneritas Data pada First Difference 73

4.3 4.3. Hasil Uji VECM 77

Page 16: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Perhitungan Imbalan SBIS 33

2.2 Kerangka Penelitian 55

5.1 Alur Transmisi Kebijakan Moneter Syariah 83

Page 17: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

xii

DAFTAR GRAFIK

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 3

1.2 Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Akad 4

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Istishna dan Ijarah

1.3 Pertumbuhan Indeks Produksi Industri (IPI), Pembiayaan 7

Bank Syariah, Fee SBIS dan PUAS periode 2011 – 2015

1.4 Tingkat Imbal Hasil SBIS dan PUAS periode 2011 – 2015 6

4.1 Pekembangan Indeks Produksi Industri (IPI) Indonesia 68

4.2 Pekembangan Pembiayaan Bank Syariah 69

4.3 Pekembangan Tingkat fee SBIS 70

4.4 Perkembangan Tingkat Imbal Hasil PUAS 71

Page 18: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1. Uji Stasioneritas Data 96

2. Uji Lag Optimal 99

3. Uji Stabilitas VAR 100

4. Uji Kointegrasi 101

5. Uji Kausalitas Granger 104

6. Uji Estimasi VECM 105

7. Uji Impulse Response Function (IRF) 108

8. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) 109

Page 19: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian dalam pandangan Islam adalah kegiatan yang

bersifat aktif. Islam melarang penimbunan harta dan uang karena hal

tersebut membawa pengaruh buruk pada sosial, penimbunan harta atau

uang akan menyebabkan terhambatnya kesejahteraan pada masyarakat.

(Fitriani dkk, 2012). Islam mengatur perekonomian berdasar dengan apa

yang tercantum dalam Al-Quran dan Hadis.

Sugianto dkk (2015) menyatakan bahwa dalam konteks ekonomi

Islam, sektor moneter haruslah memiliki keterkaitan dengan sektor riil.

Karena jika sektor moneter tidak memiliki dampak langsung terhadap

ekonomi sektor riil, dapat dipastikan bahwa ekonomi berkembang dalam

lingkaran ribawi. Dalam Islam, sektor moneter dan sektor riil haruslah

seimbang, karena jika sektor moneter tidak diimbangi oleh sektor riil maka

akan tercipta buble economy yang akan mengarah pada krisis ekonomi.

Sektor moneter adalah kebijakan yang dibuat oleh bank sentral dalam

mempengaruhi kondisi makro yang dilaksanakan melalui pasar uang.

Sementara sektor riil merupakan representasi dari tingkat produktifitas

masyarakat atau jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat.

Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia memiliki kewajiban

dalam pengendalian moneter, Bank Indonesia memiliki tugas untuk

menjaga stabilitas nilai rupiah. Untuk itu pemerintah membuat kebijakan

Page 20: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

2

moneter. Kebijakan moneter suatu bank sentral atau otoritas moneter

dimaksudkan untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan harga

melalui mekanisme transmisi yang terjadi. (Sugianto dkk, 2015). Dalam

menjalankan kebijakannya otoritas moneter memerlukan mekanisme jalur

yang disebut dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter. Menurut

Warjiyo (2004) mekanisme perubahan kebijakan moneter hingga

memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi disebut sebagai

mekanisme transmisi kebijakan moneter. Ada lima jalur transmisi

kebijakan moneter diantaranya adalah: jalur suku bunga, jalur harga asset,

jalur kredit, jalur nilai tukar dan jalur ekspektasi.

Interaksi dalam transmisi kebijakan moneter terjadi melalui dua

tahap yaitu interaksi antara otoritas moneter dengan perbankan dan

lembaga keuangan serta interaksi antara perbankan dan lembaga keuangan

dengan para pelaku ekonomi di sektor riil. (Sangidi, 2014)

Berdasarkan UU perbankan No. 10 tahun 1998 Indonesia telah

melaksanakan sistem perbankan ganda di mana bank konvensional dan

bank syariah dapat beroperasi berdampingan. Kemudian berdasarkan UU

Bank Indonesia No. 23 tahun 1999, Bank Indonesia diberi amanah untuk

menjalankan sistem moneter ganda yaitu sistem moneter konvensional dan

sistem moneter syariah. (Zein, 2015). Sejak saat itu perbankan syariah dan

keuangan syariah berkembang pesat. Perkembangan perbankan syariah di

Indonesia dapat dilihat dari jumlah aset, dana pihak ketiga, dan

pembiayaan. Hingga akhir tahun 2015 jumlah total aset perbankan syariah

Page 21: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

3

(BUS dan UUS) mencapai 296,262 miliar rupiah, pembiayaan yang

disalurkan mencapai 212,996 miliar rupiah, dan DPK tumbuh mencapai

231,175 miliar rupiah.

Grafik 1.1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Perkembangan industri perbankan syariah yang terus meningkat

dari tahun ke tahun mengakibatkan transmisi kebijakan moneter tidak

hanya memengaruhi perbankan konvensional tetapi juga memengaruhi

perbankan syariah, sehingga Bank Indonesia memiliki tanggung jawab

untuk menjalankan operasi moneter ganda baik secara konvensional

maupun syariah. (Setiawan dan Karsinah, 2016).

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang memiliki

fungsi sebagai financial intermediary bagi sektor riil. Perbankan syariah

mendorong perkembangan sektor riil melalui produk-produk yang dimiliki

perbankan syariah, terutama adalah produk pembiayaan. Pembiayaan yang

2010 2011 2012 2013 2014 2015

DPK 76,036 115,415 147,512 183,534 217,858 231,175

Financing 94,884 102,655 147,505 184,122 199,330 212,996

Aset 97,519 145,467 195,018 242,276 272,343 296,262

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

DPK

Financing

Aset

Page 22: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

4

diberikan oleh perbankan syariah adalah pembiayaan produktif dan

pembiayaan konsumtif. Salah satu produk pembiayaan bank syariah yang

berguna untuk mendorong pertumbuhan sektor riil adalah produk

pembiayaan bank syariah yang bersifat produktif seperti Mudharabah dan

Musyarakah.

Sistem keuangan di Indonesia didominasi oleh perbankan, untuk

itu transmisi kebijakan moneter ganda melaui jalur kredit atau pembiayaan

bank syariah dirasa sangat penting. Karena pembiayaan bank syariah

ditujukan untuk kegiatan ekonomi sektor riil. Untuk itu, jalur pembiayaan

bank syariah diharapkan mampu meningkatlan pertumbuhan ekonomi

sektor riil dengan meningkatnya produktifitas masyarakat akan barang dan

jasa.

Grafik 1.2. Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Berdasarkan Akad

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Istishna dan Ijarah

Sumber : Statistik Perbankan Syariah OJK

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

2011 2012 2013 2014 2015

Murabahah

Mudharabah

Musyarakah

Istishna

Ijarah

Page 23: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

5

Namun, dalam faktanya pembiayaan yang disalurkan perbankan

syariah lebih banyak disalurkan kepada pembiayaan yang bersifat

konsumtif, seperti pembiayaan Murabahah daripada pembiayaan bank

syariah yang bersifat produktif seperti Mudharabah dan Musyarakah.

Berdasarkan data yang dicatatkan oleh Statistik Perbankan Syariah (SPS)

OJK, hingga akhir tahun 2015, pembiayaan yang disalurkan pada akad

Murabahah adalah 122,111 miliar rupiah, sementara pembiayaan yang

disalurkan pada akad Mudharabah hanya sekitar 14,820 miliar rupiah, dan

pembiayaan pada akad Musyarakah sebesar 60,713 miliar rupiah.

Suatu perekonomian akan tumbuh apabila fungsi intermediasi

perbankan berjalan baik. Data menunjukkan bahwa pembiayaan perbankan

syariah hanya terkonsentrasi pada pembiayaan Murabahah yang bersifat

konsumtif. Sedangkan pembiayaan bagi hasil seperti Mudharabah dan

Musyarakah yang bersifat produktif masih rendah. Padahal pembiayaan

bagi hasil merupakan pembiayaan modal kerja yang dapat

merepresentasikan sektor riil karena pembiayaan bagi hasil ditujukan

untuk pengembangan sektor riil.

Salah satu indikator yang dapat melihat perkembangan sektor riil

adalah Indeks Produksi Industri (IPI). Indeks Produksi Industri (IPI)

adalah salah satu indikator ekonomi makro yang menghitung output

produksi riil dari sektor industri pertambangan, manufaktur dan industri

lainnya seperti migas dan listrik. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Indonesia, data Indeks Produksi Industri (IPI) dikumpulkan dari 1.532

Page 24: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

6

perusahaan industri yang terpilih menjadi sampel survei industri besar dan

sedang bulanan dengan menggunakan kuesioner berbentuk shuttle form.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatatkan bahwa pertumbuhan

Indeks Produksi Industri (IPI) meningkat tiap tahunnya sebagaimana yang

terlihat pada Grafik 1.3.

Pada tahun 2000, dari sisi moneter Bank Indonesia

memperkenalkan instrumen moneter syariah yang pertama yaitu Sertifikat

Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang menggunakan akad wadi‟ah.

Dengan semakin berkembangnya keuangan dan perbankan syariah, pada

tahun 2008 Bank Indonesia mengganti SWBI dengan instrumen moneter

syariah yang lebih baik yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

Berbeda dengan SWBI, SBIS menggunakan Akad Ju‟alah, yang dimaksud

dengan Akad Ju‟alah yaitu janji atau komitmen untuk memberikan reward

tertentu atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Fee

SBIS saat ini masih merujuk pada tingkat suku bunga SBI. Tingkat fee

SBIS berperan sebagai rate kebijakan untuk bank syariah yang akan

memengaruhi pendanaan dan pembiayaan melalui Pasar Uang Antarbank

Syariah (PUAS) dan kemudian memengaruhi biaya dana perbankan dalam

menyalurkan pembiayaannya. (Sangidi, 2014).

Berdasarkan Grafik 1.3 terlihat bahwa pertumbuhan Indeks

Produksi Industri (IPI) dan total pembiayaan bank syariah cenderung

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dicatatkan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, pada 2011 tingkat Indeks

Page 25: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

7

Produksi Industri (IPI) sebesar 102,89 yang kemudian terus mengalami

peningkatan yaitu pada 2012 sebesar 114,12, pada 2013 sebesar 117,36,

pada 2014 sebesar 124,94 dan hingga akhir 2015 sebesar 126,84.

Kemudian berdasarkan data yang dicatatkan oleh Statistik Perbankan

Syariah (SPS) OJK, pembiayaan bank syariah pada 2011 sebesar 102,655

miliar rupiah yang kemudian terus mengalami peningkatan yaitu pada

2012 sebesar 147,505 miliar, pada 2013 sebesar 184,122 miliar, pada 2014

sebesar 199,330 miliar, dan pada tahun 2015 sebesar 212,996 miliar.

Grafik 1.3 Pertumbuhan Indeks Produksi Industri (IPI), Pembiayaan Bank

Syariah, Fee SBIS dan PUAS periode 2011 – 2015

Sumber : SPS (OJK), SEKI-BI, BPS (data diolah)

Di sisi lain, tingkat imbal hasil di Pasar Uang Antarbank Syariah

(PUAS) sejalan dengan tingkat imbal hasil pada Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS). Tingkat imbal hasil pada instrumen moneter syariah yaitu

SBIS dan PUAS berfluktuasi namun cenderung mengalami kenaikan pada

periode 2011 – 2015. Fee SBIS mengalami kenaikan yang signifikan pada

tahun 2013 menjadi 7,22% dari tahun sebelumnya sebesar 4,8%. Fee SBIS

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2011 2012 2013 2014 2015

pembiayaan

IPI

SBIS

PUAS

Page 26: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

8

juga mengalami kenaikan pada akhir tahun 2015 sebesar 7,1% dari tahun

sebelumnya sebesar 6,9%. Begitu pula dengan tingkat imbal hasil pada

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) yang mengalami kenaikan yang

signifikan pada tahun 2013 menjadi 6,25% dari tahun sebelumnya sebesar

4,22%.

Kenaikan tingkat Indeks Produksi Industri (IPI) serta kenaikan

pembiayaan perbankan syariah yang terjadi pada periode yang sama

menarik minat peneliti untuk menganalisis apakah terdapat hubungan

positif antara pembiayaan bank syariah dengan Indeks Produksi Industri

(IPI). Di sisi lain, instrumen moneter syariah seperti SBIS dan PUAS juga

cenderung mengalami kenaikan pada periode yang sama, hal ini menarik

minat peneliti untuk menganalisis bagaimana pengaruh kebijakan moneter

syariah melalui jalur pembiayaan bank syariah terhadap sektor riil yang

direpresentasikan oleh Indeks Produksi Industri (IPI).

Kajian mengenai pengaruh kebijakan moneter syariah melalui jalur

pembiayaan bank syariah telah banyak dilakukan. Diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan Ascarya (2012) yang mengatakan variabel

syariah seperti pembiayaan bank syraiah, PUAS dan SBIS berpengaruh

signifikan positif terhadap sektor riil yang direpresentasikan oleh Indeks

Produksi Industri (IPI). Sementara itu penelitian yang dilakukan Setiawan

(2016) menunjukkan bahwa variabel pembiayaan dan PUAS berpengaruh

positif terhadap sektor riil, sementara variabel SBIS berpengaruh negatif

terhadap sektor riil. Berbeda dengan Setiawan, Istiqomah (2012) dalam

Page 27: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

9

penelitiannya menghasilkan bahwa variabel SBIS berpenagruh signifikan

positif terhadap sektor riil yang direpresentasikan oleh Produk Domestik

Bruto (PDB).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan Moneter Syariah

Terhadap Indeks Produksi Industri Tahun 2011 - 2016” untuk melihat

bagaimana pengaruh dari kebijakan moneter syariah melalui jalur

pembiayaan terhadap sektor riil yang direpresentasikan oleh Indeks

Produksi Industri (IPI) dalam jangka panjang dan jangka pendek.

B. Rumusan Masalah

Perkembangan sektor keuangan semakin meningkat seiring dengan

adanya sistem perbankan ganda di Indonesia. Dalam sistem ekonomi

Islami tujuan dari aktivitas ekonomi adalah untuk mendukung kegiatan

produktif. Untuk itu, instrumen moneter syariah dan pembiayaan bank

syariah diharapkan mampu mendorong pertumbuhan di sektor riil agar

tercipta keterkaitan atau keseimbangan antara sektor riil dengan sektor

moneter.

Bank Indonesia selaku otoritas moneter memliki kewajiban dalam

pengendalian moneter untuk menjaga kestabilan moneter. Dalam

kebijakannya Bank Indonesia memiliki instrumen moneter syariah salah

satunya adalah SBIS yang menggunakan Akad Ju‟alah di mana tingkat fee

SBIS berperan sebagai rate kebijakan bagi pembiayaan dan pendanaan

bank syariah melalui pasar uang antar bank syariah (PUAS) untuk

Page 28: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

10

kemudian akan berpengaruh pada tingkat pendanaan dan pembiayaan bank

syariah yang diberikan pada masyarakat.

Dari penjelasan di atas, Penelitian ini berfokus pada variabel SBIS

dan PUAS sebagai instrumen moneter syariah dan pembiayaan bank

syariah dalam mempengaruhi variabel Indeks Produksi Industri (IPI).

Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Pengaruh SBIS dalam mekanisme transmisi kebijakan

moneter syariah terhadap sektor riil yang direpresentasikan oleh

Indeks Produksi Industri (IPI) ?

2. Bagaimana Pengaruh PUAS dalam mekanisme transmisi kebijakan

moneter syariah terhadap sektor riil yang direpresentasikan oleh

Indeks Produksi Industri (IPI) ?

3. Bagaimana Pengaruh pembiayaan bank syariah dalam mekanisme

transmisi kebijakan moneter syariah terhadap sektor riil yang

direpresentasikan oleh Indeks Produksi Industri (IPI) ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menambah penelitian di bidang

Moneter Syariah, menambah referensi keilmuan di bidang Moneter

Syariah. Berdasarkan perumusan masalah yang disebutkan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

Page 29: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

11

2. Menganalisis pengaruh Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

3. Menganalisis pengaruh pembiayaan bank syariah terhadap Indeks

Produksi Industri (IPI).

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Bagi para ekonom, penelitian ini diharpakan dapat memberikan

sumbangan dalam memprediksi kondisi dalam bidang moneter syariah.

Bagi pemerintah, penelitian ini dharapkan dapat memberikan informasi

bagi dalam merumuskan kebijakan moneter yang lebih baik.

b. Manfaat Akademis

Penelitian ini berkaitan dengan bidang ilmu ekonomi Islam khususnya

moneter syariah, untuk itu penelitian ini diharapakan dapat

memberikan manfaat sebagai tambahan sumber referensi di bidang

akademis.

c. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang

telah didapat selama proses belajar di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta diharapkan penelitian ini bisa memberikan

manfaat sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya yang akan

meneliti pengaruh kebijakan moneter syariah terhadap sektor riil.

Page 30: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kebiijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan otoritas moneter atau

bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk

mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan.

Dalam praktek, perkembangan kegiatan perekonomian yang

diinginkan tersebut adalah stabilitas ekonomi makro antara lain

dicerminkan oleh stabilitas harga (inflasi), membaiknya perkembangan

output riil serta cukup luasnya kesempatan kerja yang tersedia

(Warjiyo dan Soliki, 2003). Tindakan bank sentral dalam

mempengaruhi kondisi makro ekonomi seperti inflasi dan

pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui pengaturan penciptaan uang

atau jumlah uang beredar. Pengaturan jumlah uang beredar oleh bank

sentral dilakukan dengan menambah atau mengurangi jumlah uang

beredar. Kebijakan moneter dalam mengatur jumlah uang beredar

dibagi menjadi dua yaitu :

a. Kebijakan Moneter Ekspansif

Kebijakan Moneter Ekspansif adalah upaya pemerintah

dalam hal ini bank sentral dalam rangka menambah jumlah uang

beredar di masyarakat. Kebijakan ini dilakukan pemerintah untuk

mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya beli atau

Page 31: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

13

permintaan masyarakat. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan

ketika perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan

moneter ekspansif biasa disebut juga dengan kebijakan moneter

longgar (easy money policy).

b. Kebijakan Moneter Kontraktif

Kebijakan Moneter Kontraktif adalah kebijakan moneter

yang dilakukan pemerintah dalam hal ini bank sentral dalam

rangka mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat. Kebijakan

ini dilakukan ketika perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan

moneter kontraktif biasa juga disebut dengan kebijakan uang ketat

(tight money policy).

2. Instrumen Kebijakan Moneter

Menurut Pohan (2008), terdapat lima instrumen kebijakan moneter,

yaitu sebagai berikut :

a. Cadangan Wajib (Reserve Requirement)

Merupakan ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-

bank untuk memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar

persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil

persentasenya, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan

reserve-nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih

besar kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya, semakin besar

persentasenya, semakin berkurang kemampuan bank untuk

memberikan pinjaman. Oleh karena itu, pinjaman perbankan

Page 32: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

14

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah uang

beredar.

b. Operasi Pasar Terbuka (OPT)

Operasi pasar terbuka adalah kegiatan bank sentral

melakukan jual beli surat-surat berharga jangka pendek dalam

rangka mengatur jumlah uang beredar atau suku bunga jangka

pendek. Apabila bank sentral bermaksud mengurangi jumlah uang

beredar, bank sentral akan menjual surat-surat berharga kepada

bank-bank agar reserve bank-bank berkurang sehingga

kemampuan bank-bank memberikan pinjaman menurun.

Sebaliknya, untuk menambah jumlah uang beredar, bank sentral

akan membeli surat-surat berharga untuk meningkatkan

kemampuan bank-bank memberikan pinjaman sehingga jumlah

uang beredar meningkat.

c. Fasilitas Diskonto

Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral

untuk mempengaruhi jumlah uang beredar melalui pengaturan

suku bunga pemberian kredit bank sentral kepada bank-bank.

Apabila bank sentral menetapkan tingkat diskonto lebih tinggi,

bank-bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral

yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan bank-bank

memberikan pinjaman sehingga jumlah uang beredar menurun.

Begitupun sebaliknya.

Page 33: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

15

d. Intervensi Valuta Asing

Merupakan kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi

jumlah uang beredar dengan melakukan jual beli valuta asing

menggunakan mata uang sendiri. Dalam sistem nilai tukar

mengambang, intervensi jual valuta asing adalah untuk mengurangi

kecenderungan menguatnya mata uang sendiri.

e. Moral Suasion

Imbauan ini bersifat tidak mengikat, tetapi sebagai lembaga

yang kredibel imbauan bank sentral yang memiliki dampak cukup

efektif dalam kebijakan moneter. Bank sentral atau otoritas

moneter memberi imbauan kepada perbankan untuk melakukan

langkah tertentu yang dibutuhkan.

3. Tahapan Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Pada dasarnya transmisi kebijakan moneter merupakan interaksi

antara bank sentral sebagai otoritas moneter dengan perbankan dan

lembaga keuangan lainnya, serta pelaku ekonomi lainnya di sektor riil.

Interaksi ini terjadi melalui dua tahapan proses perputaran uang. Pertama,

interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan lembaga keuangan

lainnya dalam berbagai transaksi di pasar keuangan. Kedua, interaksi yang

berkaitan dengan fungsi intermediasi antara industri perbankan dan

lembaga keuangan lainnya dengan para pelaku ekonomi dalam berbagai

kegiatan di sektor riil (Pohan, 2008).

Page 34: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

16

Tahap pertama dari interaksi di pasar keuangan terjadi di sistem

pengendalian moneter tidak langsung yang umum dilakukan yaitu melalui

lembaga keuangan perantara (industri perbankan). Di satu sisi, bank

sentral melakukan operasi moneter melalui transaksi keuangan dengan

industri perbankan, sedangkan di sisi lain, perbankan dan lembaga

keuangan lainnya melakukan transaksi keuangan dalam portofolio

investasinya. Interaksi ini akan terjadi melalui pasar keuangan atau pasar

valuta asing. Interaksi antara bank sentral dengan perbankan sedemikian

rupa akan mempengaruhi volume maupun harga-harga aset (suku bunga,

nilai tukar, kewajiban hasil dan harga saham).

Tahap kedua dari interaksi transmisi kebijakan moneter melibatkan

dunia perbankan dengan para pelaku ekonomi di sektor riil. Dalam

konteks ini, perbankan bertindak sebagai lembaga intermediasi, yaitu

memobilisasi dana pihak ketiga dalam bentuk tabungan atau deposito dan

menyalurkannya kepada debitur atau dunia usaha. Dari perspektif

mobilisasi, interaksi ini akan mempengaruhi tingkat suku bunga, volume

tabungan dan deposito yang merupakan bagian dari uang beredar M1

(dalam arti sempit) dan M2 (dalam arti luas). Dalam kondisi di mana

perbankan ingin meningkatkan tabungan atau deposito mereka, cateris

paribus, suku bunga akan dinaikkan untuk merangsang preferensi

simpanan masyarakat. Sementara dari sisi kredit, interaksi tersebut akan

mempengaruhi pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan. Jika bank

ingin meningkatkan ekspansi kredit atau pembiayaannya, ceteris paribus,

Page 35: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

17

suku bunga akan turun sedemikian sehingga mendorong peningkatan

masyarakat untuk meminjam atau untuk memiliki pembiayaan dari bank.

(Sugianto dkk, 2015)

4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Menurut Simorangkir (2014), kajian mengenai mekanisme

transmisi kebijakan moneter mengacu pada peranan uang dalam

perekonomian dalam teori kuantitas uang. Teori tersebut menggambarkan

analisis hubungan langsung antara jumlah uang beredar dengan inflasi, di

mana keseimbangan tersebut dibuat dalam persamaan :

MV = PT

Jumlah uang beredar (M) yang dikalikan dengan tingkat perputaran

uang (V) sama dengan volume output atau transaksi riil (T) yang dikalikan

dengan tingkat harga (P). Jumlah uang beredar yang digunakan dalam

kegiatan perekonomian sama dengan jumlah output yang dihasilkan

berdasarkan harga berlaku.

Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar akan mempengaruhi

perkembangan output, sedangkan pada jangka menengah akan mendorong

kenaikan inflasi yang pada akhirnya akan menurunkan perkembangan

output riil. Dalam jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar akan

mendorong laju inflasi dan tidak berpengaruh pada perkembangan output.

Menurut Simorangkir (2014), selain jalur moneter langsung (direct

monetary channel) mekanisme transmisi pada umumnya juga dapat terjadi

melalui lima jalur lainnya, yaitu :

Page 36: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

18

a. Jalur Suku Bunga

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku

bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi

permintaan agregat melalui perubahan suku bunga. Dalam hal ini,

pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan

pada suku bunga jangka menengah-panjang melalui mekanisme

penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di pasar uang.

Perkembangan suku bunga tersebut akan memepengaruhi cost of

capital yang pada gilirannya akan mempengaruhi pengeluaran

invesatsi dan konsumsi yang merupakan komponen dari

permintaan agregat.

b. Jalur Nilai Tukar

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur nilai

tukar menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dapat

mempengaruhi perkembangan permintaan dan penawaran agregat

dan selanjutnya mempengaruhi output dan harga. Besar kecilnya

pengaruh pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar

yang dianut oleh suatu Negara. Misalnya, dalam sistem nilai tukar

mengambang, kebijakan moeter ekspansif oleh bank sentral akan

mendorong depresiasi mata uang domestik dan meningkatkan

harga barang ekspor/impor. Hal itu selanjutnya akan mendorong

kenaikan harga barang domestik walaupun tidak terdapat ekspansi

di sisi pernintaan agregat.

Page 37: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

19

Sementara itu, dalam sistem nilai tukar mengambang

terkendali, pengaruh kebijakan moneter pada perkembangan output

riil dan inflasi menjadi semakin lemah (dengan time lag [tenggat

waktu] yang lama), terutama apabila terdapat substitusi yang tidak

sempurna antara aset domestik dan aset luar negeri.

c. Jalur Harga Aset

Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan

bahwa kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset

dan kekayaan masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi

pengeluaran investasi dan konsumsi. Apabila bank sentral

melakukan kebijakan moneter kontraktif, kebijakan tersebut akan

mendorong peningkatan suku bunga yang pada gilirannya akan

menekan harga pasar aset perusahaan. Penurunan harga aset dapat

berakibat pada dua hal. Pertama, mengurangi kemampuan

perusahaan untuk melakukan ekspansi. Kedua, menurunkan nilai

kekayaan dan pendapatan yang gilirannya mengurangi pengeluaran

konsumsi. Secara keseluruhan, kedua hal tersebut berdampak pada

penurunan pengeluaran agregat.

d. Jalur Kredit

Mekanisme transmisi melalui jalur kredit menekankan

bahwa pengaruh kebijakan moneter terhadap output dan harga

terjadi melalui kredit perbankan. Transmisinya dapat dibedakan

menjadi dua jalur. Pertama, bank lending channel (jalur pinjaman

Page 38: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

20

bank) yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kredit

karena kondisi keuangan bank, khususnya sisi aset. Kedua, firms

balance sheet channel (jalur neraca perusahaan) yang menekankan

pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan,

seperti cash flow (arus kas) dan leverage (rasio utang terhadap

modal), dan selanjutnya mempengaruhi akses perusahaan untuk

mendapatkan kredit.

Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas

bank juga merupakan komponen penting dalam mekanisme

transmisi kebijakan moneter. Apabila bank sentral melaksanakan

kebijakan moneter kontraktif, misalnya, melalui peningkatan rasio

giro wajib minimum di bank sentral, cadangan yang ada di bank

akan mengalami penuruanan sehingga loanable fund (dana yang

apat dipinjamkan) oleh bank akan mengalami penurunan. Apabila

hal tersebut tidak diatasi dengan melakukan penambahan dana atau

pengurangan surat-surat berharga, kemampuan bank untuk

memberkan pinjaman akan menurun. Kondisi ini menyebabkan

penurunan investasi dan selanjutnya mendorong penurunan output.

Sementara itu, jalur neraca perusahaan menekankan bahwa

kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral akan

memengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, apabila

bank sentral melakukan kebijakan moneter ekspansif, suku bunga

di pasar uang akan turun, dan mendorong harga saham mengalami

Page 39: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

21

peningkatan. Sejalan dengan peningkatan harga saham tersebut,

nilai pasar dari modal peusahaan akan meningkat dan rasio

leverage perusahaan menurun, yang selanjutnya memperbaiki

tingkat kelayakan permohonan kredit yang diajukan perusahaan

kepada bank. Kondisi itu mendorong peningkatan pemberian kredit

oleh bank yang selanjutnya meningkatkan investasi dan pada

akhirnya meningkatkan output.

e. Jalur Ekspektasi

Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan

bahwa kebijakan moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi

pembentukan ekspektasi mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi.

Kondisi tersebut memengaruhi perilaku agen-agen ekonomi dalam

melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang pada

gilirannya akan mendorong perubahan permintaan agregat dan

inflasi. Sebagai contoh, dalam hal bank sentral menempuh

kebijakan moneter ekspansif, kenaikan jumlah uang beredar akan

mendorong naiknya laju inflasi. Dengan harga-harga yang

meningkat, ekspektasi inflasi masyarakat akan meningkat pula, dan

selanjutnya, apabila tidak diatasi dengan kebijakan moneter

kontraktif, kebijakan moneter ekspansif akan mendorong laju

inflasi meningkat lebih tinggi.

Page 40: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

22

5. Kebijkan Moneter Syariah

Dalam sejarah Islam, kebijakan moneter tersirat secara jelas dalam

kehidupan Rasulullah saw dan para sahabat Khulafau Ar-Rosyidin. Seperti

halnya Khalifah Umar yang telah mengatur sektor moneter dengan

berbagai peraturan diantaranya adalah. Pertama, melarang segala bentuk

tindakan yang berdampak pada bertambahnya gejolak dalam daya beli dan

ketidakstabilan nilai uang. Kedua, melarang pemalsuan uang. Ketiga,

melakukan perlindungan pada inflasi dengan cara memberikan himbauan

kepada masyarakat untuk melakukan investasi modalnya pada sektor riil,

hidup sederhana dan tidak bergaya hidup berlebih-lebihan. Dan terakhir

adalah mencetak dirham yang sesuai dengan ketentuan Islam, yaitu

sebesar enam daniq (Ningsih, 2013).

Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral

banyak dipengaruhi oleh keyakinan bank sentral yang bersangkutan

terhadap suatu proses tertentu mengenai bagaimana kebijakan moneter

berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Proses dimaksud

dikenal dengan sebutan mekanisme transmisi kebijakan moneter.

(Simorangkir, 2014).

Dengan diterbitkannya undang-undang No. 23 tahun 1999 yang

diperkuat oleh undang-undang No. 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia

yang menyatakan bahwa BI dapat menerapkan kebijakan moneter

berdasarkan prinsip syariah. Undang-undang tersebut menjadi acuan bagi

Page 41: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

23

Bank Indonesia selaku pengambil keputusan untuk menggunakan

instrumen moneter syariah dalam kebijakan moneter syariah.

6. Instrumen Kebijakan Moneter Syariah

Menurut Muhammad (2002) instrumen kebijakan moneter yang dapat

diterapkan dalam perekonomian Islam dapat ditempuh dengan dua

instrumen besar. Pertama, kontrol kuantitatif pada penyaluran kredit, dan

kedua merealisasikan tujuan sosio-ekonomi.

a. Kontrol kuantitatif pada penyaluran kredit

1) Statutory Reserve Requirement

Dalam ekonomi Islam, instrumen discount rate dan

pasar terbuka tidak dapat diterapkan untuk itu instrumen

reserve requirement ini penting. Bank komersial

diwajibkan menempatkan sebagian dananya yang berasal

dari demand deposit pada bank sentral sebagai statutoty

reserve. Reserve requirement ini hanya berlaku pada

demand deposit, bukan pada mudharabah deposit. Ini

dikarenakan mudarabah deposit merupakan penyertaan

(equity) dari penabung pada bank tersebut di mana

dimungkinkan memiliki laba maupun resiko rugi. Dalam

sistem ekonomi yang berlaku saat ini, yang diterapkan

adalah reserve requirement terhadap total deposits.

Sedangkan dalam perekonomian islami, akan lebih mudah

membedakannya, sebab mudharabah deposits merupakan

Page 42: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

24

penyertaan. Penerapan reserve requirement terhadap total

deposits tidak hanya untuk mengatur jumlah penyaluran

kredit, tetapi juga untuk menjamin keutuhan deposit dan

kecukupan likuiditas. Berdasarkan sistem ekonomi Islami,

hal diatas lebih baik melakukan pembatasan pada

pemanfaatan mudharabah deposits melalui Statutory

Reserve Requirement.

2) Credit Ceiling

Credit Ceiling atau pagu kredit yaitu batasan nilai

kredit tertinggi yang bisa diberikan bank komersial untuk

menjamin bahwa penciptaan kredit total sesuai dengan

target moneter. Dengan hanya mengandalkan reserve

requirement yang memudahkan Bank Sentral melakukan

penyesuaian pada high powered money, belum bisa

menjamin keberhasilan manajemen moneter, karena dapat

terjadi ekspansi kredit melampaui dari jumlah yang

ditargetkan. Hal ini terjadi karena aliran dana yang dapat

diperkirakan dengan tepat hanya bisa masuk dalam sistem

perbankan yang berasal dari bermudharabahnya Bank

Sentral dengan bank komersial.

3) Government Deposits

Untuk memepengaruhi reserves pada bank

komersial, pemerintah berwenang memindahkan demand

Page 43: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

25

deposit pemerintah yang ada pada bank sentral kepada dan

dari bank komersial. Instrumen ini mempunyai fungsi yang

mirip dengan fungsi operasi pasar terbuka, yang

mempengaruhi reserves bank komrsial secara tidak

langsung

4) Common Pool

Instrumen Common Pool memiliki kemiripan fungsi

dengan fasilitas rediscounto pada bank konvensional untuk

memecahkan masalah likuiditas. Common Pool yaitu

instrumen yang mensyaratkan bank-bank komersial untuk

menyisihkan sebagian deposit yang dikuasainya dalam

proposi tertentu yang berdasarkan kesepakan bersama guna

menanggulangi masalah likuiditas.

5) Moral Suasion

Moral Suasion yaitu kontak personal, konsultasi dan

pertemuan Bank Sentral dengan bank komersial untuk

memonitor kekuatan dan masalah-masalah yang dihadapi

bank-bank komersial. Dengan instrumen ini Bank Sentral

dapat dengan jelas dan tepat memberikan saran guna

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi perbankan,

sehingga akan memudahkan pencapaian tujuan perbankan

yang telah direncanakan.

Page 44: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

26

6) Equity-Base Instrumens

Equity-Base Instrumens adalah instrumen

berdasarkan penyertaan. Instrumen ini dianjurkan karena

beberapa hal. Pertama, pembelian dan penjualan saham

perusahaan sektor publik tidak menimbulkan keberatan.

Kedua, tidak membutuhkan sekuritas pemerintah secara

mendalam, Ketiga, variasi harga equity-base instrumens

yang dikeluarkan bank sentral pada operasi pasar terbuka

tidak menuntut keuntungan atau pinalti dari pemegang

saham. Keempat, kemungkinan naiknya harga saham yang

dibeli bank sentral dari pemegang saham dapat

menimbulkan tindakan korupsi, khususnya ketika secara

fundamental mereka tidak menyetujuinya.

7) Change in The Profit-And Loss Sharing Ratio

Beberapa sarjana muslim menyarankan variasi rasio

bagi laba dan rugi untuk aktivitas mudarabah yang

dikeluarkan oleh bank sentral kepada bank komersial dan

juga untuk para deposan kepada wirausahawan yang

melakukan transaksi deposit dan pembiayaan dengan akad

mudharabah. Perilaku ini disarankan, karena dalam

mekanisme mudharabah keuntungannya berubah–ubah.

b. Merealisasikan Tujuan Sosio Ekonomi

1) Treating the Created Money as Fay’

Page 45: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

27

Penciptaan uang merupakan hak prerogratif bank

sentral, hal ini membawa keuntungan bagi bank sentral

karena biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan uang

lebih kecil daripada nilai nominalnya atau dikenal dengan

money seigniorage. oleh karena itu, dengan adanya

seigniorage tersebut, maka sewajarnya bank sentral

menyisihkan sebagian dananya sebagai fay’ atau pajak yang

utamanya digunakan untuk membiayai proyek – proyek

yang dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi

masyarakat.

2) Goal-oriented Allocation of Credit

Alokasi pembiayaan perbankan berdasarkan tujuan

pemanfaatan akan memberikan manfaat yang optimum bagi

semua pelaku bisnis, akan menghasilkan barang dan jasa

yang terdistribusi ke semua lapisan masyarakat. Sehingga

diperlukan skim penjaminan bagi bank dalam berpartisipasi

pada pembiayaan usaha – usaha produktif yang tidak

menyalahi nilai – nilai Islam. Dalam skim penjaminan,

perusahaan diteliti kemampuan berusahanya dan

manajemennya. Bila dirasakan kurang namun memiliki

prospek yang baik, maka dibantu dengan program –

program pelatihan, sehingga perusahaan dapat

memanfaatkan dan mengelola dananya dengan baik.

Page 46: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

28

7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Syariah

Dalam menjalankan kebijakannya otoritas moneter memerlukan

mekanisme jalur yang disebut dengan mekanisme transmisi kebijakan

moneter Mekanisme tersebut dimulai dari keputusan bank sentral selaku

otoritas moneter untuk melakukan perubahan-perubahan instrumen

moneter beserta target operasionalnya mempengaruhi berbagai variabel

ekonomi dan keuangan. Melalui interaksi bank sentral, lembaga perbankan

dan sektor keuangan, kemudian sektor riil.

Menurut Daniar (2016), berbeda dengan mekanisme kebijakan

moneter konvensional, dalam mekanisme transmisi kebijkan moneter

syariah salah satu cara yang digunakan yaitu dengan pelaksanaan operasi

moneter syariah dengan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan instrumen

SBIS. Pelaksanaan ini bertujuan untuk mempengaruhi tingkat imbal hasil

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) yang pada akhirnya

mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah. peningkatan pembiayaan

ini diasumsikan mempengaruhi sektor riil yang diharapkan akan mampu

mencapai sasaran kebijakan moneter.

8. Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10 tahun 2008 tentang

Operasi Moneter Syariah, bahwa dalam rangka mencapai tujuan dalam

menjaga kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia memiliki tugas untuk

melaksanakan kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah. Dalam

Page 47: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

29

menjalankan fungsinya sebagai Bank Sentral, beberapa instrumen moneter

syariah yang dimiliki Bank Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Dalam rangka tujuan menciptakan kestabilan nilai rupiah,

Bank Indonesia memiliki tugas untuk menetapkan dan

menjalankan kehijakan moneter. Untuk mencapai tujuan tersebut

Bank Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter

berdasarkan prinsip syariah melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT).

Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian moneter

berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka, maka

diperlukan instrumen sertifikat bank Indonesia berdasarkan prinsip

syariah. Pada tahun 2000 Bank Indonesia memperkenalkan

Sertifikat Wadi‟ah Bank Indonesia atau SWBI yang menggunakan

aka wadi‟ah. Kemudian pada tahun 2008 Bank Indonesia

mengganti SWBI dengan instrumen yang lebih baik yaitu Setifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang menggunakan akad Ju‟alah.

Berdasarkan pasal 1 ayat 4 dalam Peraturan Bank Indonesia

No. 10 tahun 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah.

Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS

adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu

pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia.

Page 48: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

30

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang

Bank Indonesia yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 3

tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tugas untuk memelihara

kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank

Indonesia melakukan pengendalian moneter melalui Operasi Pasar

Terbuka (OPT) yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia menciptakan

instrumen Operasi Pasar Terbuka yang berdasarkan prinsip syariah

yang kemudian Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS).

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang diterbitkan

oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju‟alah. Akad Ju‟alah

adalah janji atau komitmen untuk memberikan imbalan tertentu

atas pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Berdasarkan Fatwa DSN MUI No. 64 tahun 2007 tentang Sertifikat

Bank Indonesia Syariah, sistem akad Ju‟alah yang digunakan pada

penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yaitu: Bank Indonesia

bertindak sebagai Ja‟il atau pemberi pekerjaan, Bank Syariah

bertindak sebagai Maj’ul laah (penerima pekerjaan) dan objek atau

underlying. Ju‟alah (mahall al-aqd) adalah partisipasi Bank Syariah

untuk membantu tugas Bank Indonesia dalam pengendalian

moneter melalui penyerapan likuiditas dari masyarakat dan

Page 49: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

31

menempatkannya di Bank Indonesia dalam jumlah dan jangka

waktu tertentu.

1) Karakteristik SBIS

Karakteristik SBIS adalah sebagai berikut:

a) Menggunakan akad ju'alah

b) Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah)

c) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling

lama 12 (dua belas) bulan.

d) Diterbitkan tanpa warkat (scripless)

e) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia

f) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

2) Mekanisme Penerbitan SBIS

Dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, Bank

Indonesia mempunyai peran dalam menyerap kelebihan

dana likuiditas bank-bank syariah melalui penerbitan

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) merupakan piranti yang dapat

digunakan oleh bank syariah sebagai sarana penempatan

kelebihan likuiditas sementara sebelum dana yang dikelola

bank syariah tersebut dapat disalurkan untuk pembiayaan

sektor riil.

SBIS diterbitkan melalui sistem lelang. Penerbitan

SBIS menggunakan BI-SSSS. Menurut PBI No. 10 tahun

Page 50: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

32

2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Bank

Indonesia–Scripless Securities Settlement System yang

selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi

dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan

penatausahaan surat berharga secara elektronik dan

terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan

Sistem Bank Indonesia –Real Time Gross Settlement.

Menurut PBI No. 10 tahun 2008, Real Time Gross

Settlement adalah suatu sistem transfer dana elektronik

antara peserta dalam mata uang rupiah yang

penyelesaiannya dilakukan secara seketika pertransaksi

secara individu.

3) Pihak yang dapat ikut serta dalam lelang SBIS adalah :

a) Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah

(UUS) atau pialang yang bertindak untuk dan atas nama

BUS/UUS; dan

b) BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun

peserta tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan

Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan

Bank Indonesia.

Dalam operasi moneter melalui penerbitan SBIS,

Bank Indonesia mengumumkan target penyerapan

likuiditas kepada bank syariah dan menjanjikan imbalan

Page 51: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

33

tertentu bagi yang ikut berpasrtisipasi dalam

pelaksanaannya.

Perhitungan tingkat imbalan yang diberikan pada

Sertifikat Bank Indonesia Syariah mengacu pada tingkat

diskonto hasil lelang SBIS. Perhitungan imbalan SBIS

dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

Gambar 2.1. Perhitungan Imbalan SBIS

(Sumber : Surat Edaran Bank Indonsia No. 10 tahun 2008)

b. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)

Menurut pasal 1 Peraturan Bank Indonesia No. 14 tahun

2012 tentang Pasar Uang Antar Bank Syariah. Pasar Uang

Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disingkat

PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek

antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun

valuta asing.

Menurut Fatwa DSN MUI No. 37/DSN-MUI/2002,

pengertian PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka

pendek antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Piranti yang digunakan dalam transaksi Pasar Uang Antar

Bank Syariah (PUAS) adalah Sertifikat Investasi Mudharabah

Nilai imbalan SBIS = Nilai Nominal SBIS x (Jangka

Waktu SBIS/360) x Tingkat Imbalan SBIS

Page 52: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

34

Antar Bank Syariah (SIMA). Sertifikat Investasi Mudharabah

Antar Bank Syariah ini merupakan instrumen investasi antara bank

yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan dengan bank

yang kekurangan dana jangka pendek yang menggunakan akad

Mudharabah.

Pada dasarnya Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan

Pasar Uang Antarbank Konvensional (PUAK) memiliki

persamaan, yaitu kedua pasar uang tersebut memiliki fungsi yang

sama. PUAS dan PUAK berfungsi sebagai pengatur likuiditas. Jika

bank kelebihan likuiditas maka mereka akan menggunakan

instrumen pasar uang untuk investasi, dan apabila kekurangan

likuiditas akan menerbitkan instrumen untuk mendapatkan dana

tunai. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu adalah dalam

hal mekanisme penerbitan dan sifat instrumen itu sendiri. Pada

pasar uang konvensional instrumen yang diterbitkan adalah

instrumen hutang yang dijual dengan diskon dan didasarkan atas

perhitungan bunga sedangkan pasar uang syariah yang diterbitkan

adalah instrumenyang menggunakan akad berdasar prinsip syariah

sesuai dengan kebutuhan dan mengharuskan adanya underlying

asset dalam penerbitan instrumenersebut atau dalam bentuk

penyertaan. (Soemitra, 2014)

Menurut Lestari (2012) instrumen moneter syariah

mempunyai peran yang penting dalam mempengaruhi tingkat

Page 53: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

35

harga dan output suatu negara. Dengan semakin berkembangnya

perbankan syariah, maka diperlukan fasilitas dan peraturan

perbankan syariah yang sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini

dibutuhkan agar operasional perbankan syariah dapat beroperasi

secara sehat dan dapat menjalankan prinsip syariah. Untuk

mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai beberapa

instrumen likuiditas perbankan syariah, yaitu :

1. Giro Wajib Minimum.

2. Kliring.

3. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS).

4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah.

Keempat instrumen tersebut berguna untuk mendukung

kelancaran lalu lintas pembayaran antarbank dan pelaksanaan

kegiatan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS).

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank dapat

mengalami kekurangan dan kelebihan likuiditas. Apabila suatu

bank mengalami kelebihan likuiditas maka bank dapat melakukan

penempatan kelebihan dana likuiditas pada instrumen syariah yang

telah disiapkan oleh Bank Indonesia sehingga bank tersebut dapat

memperoleh keuntungan dari penempatan kelebihan dana likuiditas

tersebut. Sedangkan apabila suatu bank syariah mengalami

kekurangan likuiditas, maka bank syariah tersebut dapat

Page 54: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

36

menerbitkan Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (Sertifikat

IMA) yang merupakan sarana penanaman dana bank syariah.

9. Perbankan Syariah dan Pembiayaan Bank Syariah

Bank syariah beroperasi dimulai dengan kegiatan pengumpulan

dana dari nasabah melalui produk deposito/investasi, titipan giro dan

tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan pada dunia

usaha melalui investasi sendiri tanpa bagi hasil (trade financing) dan

investasi dengan pihak lain dengan bagi hasil (investment financing).

Ketika ada hasil berupa keuntungan atau rugi, maka bagian keuntungan

atau kerugian dibagi kembali antara bank dan nasabah pendanaan atau

shahibul maal sesuai dengan akad. (Asngari, 2014).

Prinsip operasi bank syariah berlandaskan pada bagi hasil yakni

melalui profit-loss sharing atau revenue sharing. Bagi hasil akan

mendorong investasi, sehingga distribusi kekayaan dan pendapatan akan

menumbuhkan sektor riil, sehingga produktivitas dan kesempatan kerja

akan meningkat. Dampaknya, tujuan pertumbuhan ekonomi atau kegiatan

ekonomi juga meningkat (Ascarya, 2008).

Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi dalam

memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi

atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan/perbankan bagi

nasabah. Secara teori, bank syariah menggunakan konsep Two Tier

Mudharabah atau mudarabah dua tingkat, yaitu bank syariah berfungsi dan

beroperasi sebagai lembaga intermediasi investasi yang menggunakan

Page 55: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

37

akad mudharabah pada kegiatan pendanaan atau di sisi passiva maupun

pembiayaan atau di sisi aktiva (Ascarya, 2008).

Perbankan syariah berfungsi sebagai intermediasi keuangan dalam

rangka menjembatani antara pihak-pihak yang mengalami kelebihan dana

dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Dari pembiayan dengan

prinsip bagi hasil diperoleh bagian bagi hasil/laba sesuai kesepakatan awal

(nisbah bagi hasil) dengan prinsip jual beli diperoleh margin keuntungan,

sedangkan dari pembiayaan dengan prinsip sewa diperoleh pendapatan

sewa.

Keseluruhan pendapatan dari pooling fund ini kemudian

dibagihasilkan antara bank dengan semua nasabah yang menitipkan,

menabung, atau menginvestasikan uangnya sesuai dengan kesepakatan

awal. Bagian nasabah atau hak pihak ketiga akan didistribusikan kepada

nasabah, sedangkan bagian bank akan dimasukan kedalam laporan rugi

laba sebagai pendapatan operasi utama. Sementara itu, pendapatan lain,

seperti dari mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan jasa keuangan

dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi

lainnya (Ascarya, 2008).

Pendapatan bersih atau laba bank syariah dapat digunakan untuk

memperbesar aset bank syariah untuk mendukung kinerjanya dalam

penarikan dana pihak ketiga dan dalam penyaluran pembiayaan, sehingga

laba yang akan diperoleh di periode berikutnya terus meningkat.

Peningkatan kinerja perbankan syariah dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

Page 56: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

38

yang stabil, sehingga kemampuan mudharib khususnya pengusaha dalam

mengalokasikan investasinya dapat memberikan hasil positif, dan ini akan

berdampak pada pengembalian pembiayaan bank syariah. Berdasarkan

pasal 1 butir 12 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan,

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil

Menurut Muhammad (2005) ada bebarapa fungsi pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat penerima diantaranya:

a. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk

giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase

tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha

peningkatan produkivitas.

b. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan tidak saja

bergerak didalam negeri tapi juga diluar negeri. Negara-negara

kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antar negara

banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang

berkembang atau yang sedang membangun. Bantuan tersebut

Page 57: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

39

tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat-syarat

tertentu.

c. Meningkatkan peredaran uang

Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral

akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu

kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah

baik.

d. Meningkatkan daya guna barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat

mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari

bahan tersebut meningkat.

e. Menimbulkan kegairahan berusaha.

Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank

inilah kemudian yang digunakan untuk memperbesar volume usaha

dan produktivitas.

f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja

berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti

peningkatan profit/pendapatan.

Menurut Soemitra (2014), secara garis besar produk pembiayaan

bank syariah terbagi menjadi 6 kategori yang dibedakan berdasarkan

tujuan penggunaannya, antara lain:

Page 58: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

40

a. Pembiayaan Berdasarkan Pola Jual Beli Dengan Akad

Murabahah, Salam atau Istishna

1) Akad Murabahah

Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suat barang

dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan

pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai

keuntungan yang disepakati. Murabahah berasal dari kata

ribhu (keuntungan) karean dalam transaksi jual beli, bank

menyebut jumlah keuntungannya (margin/mark up). Bank

bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.

Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah

keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati haraga jual dan

jangka awaktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam

akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah

selama berlakunya akad, dalam perbankan, murabahah

lazimnya dilakukan dengan cara pebayran cicilan (bi tsaman

ajil). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad

sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

2) Akad Salam

Akad Salam adalah akad pembiayaan suatu barang dengan

cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan terlebih

dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati. Dalam praktik

perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka

Page 59: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

41

bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada

nasabah itu sendiri secara tunai atau secra cicilan. Harga jual

yang ditetapkan bank adlah harga beli bank dari nasabah

ditambah keuntungan. Dalam hal bank menjualnya secara tunai

biasanya disebut pembiayaan talangan. Sedangkan dalam hal

bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus

menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga

jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati

tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya

transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum

ada seperti pembelian komoditas pertanian.

3) Akad Istishna’

Akad Istishna’ adalah pembiayaan barang dalam benuk

pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan

persyartan tertentu yang dispekati pemesan atau pembeli

(mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’). Produk

Istishna‟ menyerupai produk salam, namun dalam istishna‟

pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali

pembayaran. Skim istishna‟ dalam bank syariah umumnya

diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

b. Pembiayaan Bagi Hasil berdasarkan Akad Mudharabah atau

Musyarakah.

1) Akad Mudharabah

Page 60: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

42

Akad Mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha

antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank syariah)

yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil,

mudharib , atau nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana

dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan

yang dituangkan dalam akad. Sedangkan kerugian ditanggung

seluruhnya oleh bank syariah kecuali jika pihak kedua

melakukan kesalahan yang disengaja.

2) Akad Musyarakah

Akad Musyarakah adalah akad kerjasama diantara dua

pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-

masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa

keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan

kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang

bekerjasama dapat berupa dana, barang perdagangan,

kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, atau

intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan

atau reputasi dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai

dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari

bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa

batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

Page 61: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

43

c. Pembiayaan Berdasarkan Akad Qardh

Akad Qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah

dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan pokok

pinjaman yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati baik

secara sekaligus maupun cicilan.

d. Pembiayaan Penyewaan Barang Bergerak atau Tidak Bergerak

Kepada nasabah berdasarkan Akad Ijarah atau Sewa Beli

dalam bentuk Ijarah .

1) Akad Ijarah

Akad Ijarah adalah penyediaan dana dalam rangka

memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau

jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

2) Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik

Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah akad penyediaan

dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari

suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi

pemindahan kepemilikan barang.

e. Pengambil alihan Utang Berdasarkan Akad Hawalah

Akad hawalah adalah akad pengalihan utang dari pihak

yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung atau

membayar.

Page 62: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

44

Dalam praktik perbankan syariah, fasilitas hiwalah

lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai

agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti

biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi

risiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan

penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan

kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan

yang berhutang.

f. Pembiayaan Multijasa

Pembiayaan Multijasa adalah pembiayaan yang diberikan bnak

syariah dalam bentuk sewa menyewa jas dalam bentuk ijarah

dan kafalah.

10. Sektor Riil

Sektor riil adalah segala bentuk kegiatan ekonomi yang berkaitan

dengan permintaan dan penawaran barang dan jasa. Sektor riil adalah

kegiatan yang mengacu pada sektor yang memproduksi barang dan jasa

melalui pemanfaatan bahan baku dan faktor produksi. Karena itu, sektor

riil juga sering disebut pasar barang dan jasa. Pasar barang dan jasa adalah

tempat bertemunya permintaan dan penawaran akan barang dan jasa. Sisi

penawaran dalam hal ini menggambrakan kemampuan perekonomian

menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sisi permintaan

menggambarkan pengeluaran atau konsumsi yang dilakukan oleh pelaku

ekonomi. Perkembangan sektor riil dapat direpresentasikan oleh tingkat

Page 63: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

45

Gross Domestic Product (GDP) atau dengan tingkat Indeks Produksi

Industri (IPI).

a. Indeks Produksi Industri (IPI)

Indeks Produksi Industri adalah salah satu indikator ekonomi

makro yang menghitung output produksi riil dari sektor industri

pertambangan, manufaktur dan industri lainnya seperti migas dan

listrik. Di Negara Amerika Serikat, Indeks Produksi Industri (IPI)

dihitung dan dipublikasikan oleh Federal Reserve Board sedangkan di

negara lainnya seperti Indonesia, dihitung dan dipublikasikan oleh

Badan Pusat Statistik. Indeks Produksi Industri adalah angka yang

menunjukkan persentase kenaikan atau penurunan nilai industri

manufaktur periode berjalan terhadap nilai produksi industri

manufaktur pada periode sebelumnya. Angka indeks yang dihasilkan

menggambarkan perkembangan produksi sektor industri manufaktur

secara lebih dini serta data series yang lebih panjang dan lengkap

karena sifatnya yang dirancang secara periodik bulanan. Angka Indeks

Produksi Industri disajikan dalam bulanan, triwulan dan tahunan.

Awal penggunaan Indeks Produksi Industri (IPI) bulanan,

merupakan pemenuhan komitmen pemerintah Republik Indonesia

yang menjadi anggota International Monetary Fund (IMF) melalui

Spesial Data Dissemination Standard (SDDS). IPI dimaksudkan

sebagai sistem pemantauan dini, agar krisis moneter atau ekonomi

tidak terulang. Mulai tahun 2000, Badan Pusat Statistik (BPS)

Page 64: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

46

melakukan survei industri besar dan sedang bulanan yang sampelnya

terintegrasi dengan survei industri triwulanan. Sejak tahun 2000, data

diolah dari 195 perusahaan hasil survei industi bulanan dan

menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. (Nugroho, 2009).

B. Keterkaitan Antar Variabel

a. Hubungan Antara SBIS dengan IPI

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan instrumen

moneter syariah yang diterbitkan oleh otoritas moneter dalam hal ini Bank

Indonesia sebagai instrumen penyimpanan kelebihan dana yang tidak

tersalurkan oleh perbankan syariah ke sektor riil serta untuk membantu

likuiditas perbankan syariah. Menurut Asnuri (2013) SBIS berperan

sebagai instrumen moneter syariah dalam operasi pasar terbuka dengan

tujuan untuk pengendalian likuiditas. Di mana efisiensi mobilisasi dana

antara pihak yang surplus dan defisit akan mempengaruhi pembiayaan

bank syariah yang akan mendukung perkembangan sektor riil. Tingkat

imbal hasil dari SBIS yang diterima perbankan syariah akan

mempengaruhi modal inti bank syariah sehingga pembiayaan yang

disalurkan oleh perbankan akan meningkat. Peningkatan pembiayaan bank

syariah ini kemudian akan berdampak pada perkembangan di sektor riil.

b. Hubungan Antara PUAS dengan IPI

Sesuai dengan amanah UU No. 23 tahun 1999, Bank Indonesia

telah mengeluarkan kebijakan mengenai Pasar Uang Antarbank

Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Kebijakan PUAS mengatur bank

Page 65: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

47

umum syariah maupun konvensional agar dapat berinvestasi jangka

pendek pada bank umum syariah yang membutuhkan likuiditas dengan

menggunakan prinsip mudharabah atau bagi hasil. Menurut Daniar (2016)

Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan pelaksanaan operasi moneter

syariah dengan Operasi Pasar Terbuka (OPT) dengan instrumen SBIS.

Pelaksanaan ini bertujuan untuk mempengaruhi tingkat imbal hasil Pasar

Uang Antarbank Syariah (PUAS) yang pada akhirnya mempengaruhi

pembiayaan perbankan syariah. Peningkatan pembiayaan ini diasumsikan

mempengaruhi sektor riil yang diharapkan akan mampu mencapai sasaran

kebijakan moneter.

c. Hubungan Antara Pembiayaan Bank Syariah dengan IPI

Indeks Produksi Industri merupakan indeks yang digunakan untuk

menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan output produksi

riil dari sektor industri.

Menurut Asnuri (2013) pada dasarnya, yang menjadi perbedaan

khas antara pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah dengan

perbankan konvensional adalah bahwa akad-akad pada produk

pembiayaan perbankan syariah lebih diprioritaskan untuk mendorong

pergerakan sektor riil, khususnya produk kerja sama atau bagi hasil yaitu

mudhârabah dan musyârakah. Pembiayaan kerja sama ini akan berdampak

pada produktivitas masyarakat dalam menciptakan barang dan jasa dalam

hal ini sektor industri yang kemudian akan berdampak pada peningkatan

pendapatan masyarakat.

Page 66: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

48

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh SBIS, PUAS serta pembiayaan bank

syariah terhadap sektor riil telah banyak dilakukan oleh para peneliti

ekonomi, diantaranya adalah :

1. Ascarya, “Alur Transmisi dan Efektifitas Kebijakan Moneter Ganda di

Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 14, No. 3,

Januari 2012.

Dalam penelitian tersebut peneliti meneliti bagaimana alur

transmisi dan efektifitas kebijakan moneter ganda di Indonesia yaitu

moneter konvensional dan moneter syariah. Dari sisi moneter syariah,

peneliti meneliti bagaimana pengaruh atau dampak SBIS, PUAS serta

bagi hasil pembiayaan bank syariah terhadap inflasi dan sektor riil

yang direpresentasikan oleh tingkat IPI.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : SBI,

SBIS, PUAB, PUAS, suku bunga kredit bank konvensional, tingkat

bagi hasil pembiayaan bank syariah, total kredit bank konvensional,

total pembiayaan bank syariah serta tinkat inflasi.

Penelitian tersebut menggunakan beberapa metode, yaitu

Granger Causality dan Vector Autoregression (VAR) / Vector Error

Correction Model (VECM), Standard Error Correction Model dengan

dua step serta deskriptif analitis.

Dari hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa; pertama,

berdasarkan uji kausalitas granger, instrumen moneter syariah belum

Page 67: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

49

dapat diidentifikasi secara jelas dan alurnya terputus di PUAS. Namun,

instrumen moneter syariah yang menggunakan akad profit and lost

sharing dalam pembiayaan seperti akad Mudharabah berpengaruh

positif terhadap output atau sektor riil dan tidak berpengaruh pada

inflasi. Kedua, berdasarkan uji IRF, secara keseluruhan gejolak pada

SBIS, PUAS serta pembiayaan bank syariah berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Rifky Yudi Setiawan dan Karsinah, “Mekanisme Transmisi Kebijakan

Moneter Konvensional Dan Syariah Dalam Mempengaruhi Inflasi Dan

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”, Economics Development

Analysis Journal, Vol. 5 No. 4, Oktober 2016.

Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat alur transmisi

kebijakan moneter dari sisi konvensional dan syariah dalam

mempengaruhi inflasi dan pertumbuhan ekonomi, yang kemudian

membandingkan keduanya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain

Indeks Harga Konsumen (IHK), Industrial Production Index (IPI)

Proxy Pertumbuhan Ekonomi. Variabel Konvensional terdiri dari:

Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pasar Uang

Antar Perbankan Konvensional (PUAB), Suku Bunga Kredit (INT),

Kredit yang disalurkan.

Variabel Syariah terdiri dari: fee Sertifikat Bank Indonesia

Syariah (SBIS), Bagi Hasil Pasar Uang Antar Perbankan Syariah

Page 68: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

50

(PUAS), Bagi Hasil Pembiayaan Perbankan Syariah (PLS), dan

Pembiayaan yang disalurkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

metode Vector Error Correction Model (VECM).

Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa, berdasarkan

Uji VECM dalam pengaruh jangka panjang dan pendek variabel jalur

syariah terhadap petumbuhan ekonomi adalah pada jangka pendek

hanya ada variabel fee SBIS yang signifikan berpengaruh positif

terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

Sementara dalam jangka panjang, semua variabel jalur syariah

signifikan berpengaruh pada Indeks Produksi Industri (IPI). Dalam

jangka panjang, variabel pembiayaan bank syariah dan PUAS

berpengaruh positif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI) tetatpi

variabel SBIS berpengaruh negatif terhadap Indeks Produksi Industri

(IPI).

3. M. Shabri Abd. Majid dan Salina H. Kassim, “Assessing the

contribution of Islamic finance to economic growth. Empirical

evidence from Malaysia”, Journal of Islamic Accounting and

Business Research, Vol. 6 Iss 2 pp. 292 – 310, 2015.

Penelitian tersebut meneliti bagaimana hubungan jangka

pendek dan jangka panjang antara perbankan syariah dan lembaga

keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Malaysia.

Page 69: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

51

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara

lain: Gross Domestic Product (GDP), rasio total deposit perbankan

syariah terhadap nominal GDP, rasio total pembiayaan perbankan

syariah terhadap nominal GDP, Malaysia’s Dow Jones Islamic Stock

Index, rasio total impor dan ekspor terhadap nominal GDP, dan

Consumer Price Index (CPI).

Metode analisis data yang digunakan antara lain: Auto

Regressive Distributed Lag (ARDL), Vector Error Correction Model

(VECM) and Variance Decompositions (VDCs).

Hasil dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa

berdasarkan hasil dari tes Auto Regressive Distributed Lag (ARDL)

terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara Islamic

Banking and Financial Institutions (IBFIs) dan pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa

mengembangkan perbankan syariah dan industri keuangan adalah

salah satu pilihan kebijakan yang relevan dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Malaysia.

4. Raditya Sukmana dan Salina H. Kassim, “Roles of the Islamic banks

in the monetary transmission process in Malaysia”, International

Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol.

3 Iss 1 pp. 7 – 19, 2010.

Page 70: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

52

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk melihat bagaimana

pentingnya perbankan syariah dalam mekanisme transmisi kebijakan

moneter di Malaysia.

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain:

Industrial Production Index (IPI), Pembiayaan perbankan syariah,

Deposito perbankan syariah, dan suku bunga ONIGHT.

Analisis data yang digunakan adalah Uji Kointegrasi, Uji

Impulse Response Function (IRF), dan Uji Variance Decompositions.

Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa perbankan

syariah memainkan peran yang penting dalam mekanisme transmisi

kebijakan moneter di Malaysia. Perbankan syariah efektif dalam

mentransmisikan kebijakan moneter terhadap sektor riil.

5. Yoghi Citra Pratama, “Effectiveness of Conventional and Syariah

Monetary Policy Transmission”, Tazkia Islamic Finance and Business

Review, Volume 8.1, 2014.

Tujuan dalam penelitian tersebut adalah untuk mengetahui

perbandingan efektifitas transmisi kebijakan moneter melalui

instrumen konvensional dan Syariah melalui jalur suku bunga dan jalur

bagi hasil/margin, untuk mengendalikan tingkat harga (inflasi) dan

memacu pertumbuhan ekonomi (output).

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain:

suku bunga SBI, suku bunga PUAS, suku bunga deposito dan suku

bunga kredit, serta dari sisi syariah adalah imbal hasil SBIS, imbal

Page 71: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

53

hasil PUAS, bagi hasil deposito dan margin pembiayaan. Metodologi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah anaisis kuantitatif dengan

Vector Auto Regressive (VAR)/Vector Error Corection Model

(VECM).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Uji

Kausalitas Granger, secara keseluruhan, alur transmisi kebijakan

moneter Syariah belum dapat diidentifikasi secara jelas dan terputus di

imbal hasil/profit and loss sharing deposits. Berdasarkan Uji IRF,

Indeks Produksi Industri (IPI) direspon positif oleh SBIS. Margin

pembiayaan direspon negatif oleh IPI. Sedangkan shock yang terjadi

pada variabel PUAS tidak memiliki pengaruh terhadap IPI.

6. Istiqomah, “Dinamika Interaksi Antara Variabel Moneter Dan Pasar

Modal Syariah Terhadap Pertum buhan Ekonomi Indonesia”, Skripsi,

Bogor :Institut Pertanian Bogor. 2012.

Tujuan dalam penelitian tersebut adalah untuk melihat

aktivitas pasar modal syariah dengan variabel moneter dalam

memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain:

data pertumbuhan ekonomi (GDP), harga indeks pada JII, nilai

kapitalisasi saham syariah, dan nilai perdagangan saham syariah yang

kemudian dikaitkan dengan variabel moneter, seperti: SBI (Sertifikat

Bank Indonesia), SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah), jumlah

uang beredar (M2), dan Exchange Rate (XR).

Page 72: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

54

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut terkait variabel

moneter syariah berdasarkan uji VECM adalah variabel SBIS

berpengaruh signifikan positif terhadap Gross Domestic Product

(GDP) dalam jangka panjang dan jangka pendek.

7. Wulandari Sangidi, ”Efektivitas Mekanisme Transmisi Moneter

Melalui Jalur Pembiayaan Bank Syariah Di Indonesia”, Skripsi, Bogor

:Institut Pertanian Bogor. 2014.

Penelitian tersebut menganalisis bagaimana efektifitas

mekanisme transmisi moneter melalui jalur pembiayaan bank syariah

di Indonesia.

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

DPK, pembiayaan bank syariah, SBIS, PUAS, IPI dan CPI.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut

adalah VAR/VECM.

Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa, variabel

pembiayaan bank syariah memberikan pengaruh positif terhadap

pertumbuhan output yang direpresentasikan oleh tingkat IPI.

Sementara variabel PUAS dan SBIS memiliki hubungan yang searah

negatif dengan pertumbuhan ekonomi sehingga peningkatan imbal

hasil PUAS dan SBIS akan meurunkan pertumbuhan output.

Page 73: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

55

D. Kerangka Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Penelitian

Data Time Series

Uji lag optimal

Uji Stasioneritas Data

Stasioner Tidak Stasioner

VAR pada level VAR pada first difference

Uji Kausalitas Granger

Uji Kointegrasi

Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi

VAR VECM

Impulse Response Function

Forecast Error Variance Decomposition

Page 74: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

56

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah dalam sebuah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan

pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka

hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. SBIS terhadap IPI

H0 : Tidak terdapat pengaruh positif SBIS terhadap IPI

H1 : Terdapat pengaruh positif SBIS terhadap IPI

2. PUAS terhadap IPI

H0 : Tidak terdapat pengaruh positif PUAS terhadap IPI

H1 : Terdapat pengaruh positif PUAS terhadap IPI dalam jangka pendek

3. Pembiayaan Bank Syariah terhadap IPI

H0 : Tidak terdapat pengaruh positif pembiayaan bank syariah terhadap IPI

H1 : Terdapat pengaruh positif pembiayaan bank syariah terhadap IPI

Page 75: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

57

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Terdapat empat variabel dalam penelitian ini, satu variabel terikat dan tiga

variabel bebas, yaitu :

1. Variabel Terikat : Tingkat Indeks Produksi Industri

2. Variabel Bebas : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang

Antar Bank Syariah (PUAS) dan Pembiayaan Bank Syariah

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder

yang berupa deret waktu (time series) bulanan. Periode penelitian dimulai

dari Januari 2010 hingga Oktober 2016. Data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu Statistik Perbankan

Syariah Otoritas Jasa Keuangan (SPS OJK), Statistik Ekonomi dan

Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI BI), dan Badan Pusat Statistik

(BPS).

1. Data total pembiayaan bank syariah diperoleh dari Statistik Perbankan

Syariah Otoritas Jasa Keuangan (SPS OJK).

2. Data tingkat Indeks Produksi Industri (IPI) diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS).

3. Data SBIS diperoleh dari SEKI BI

4. Data PUAS diperoleh dari SEKI BI

Page 76: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

58

C. Metode Pengumpulan Data

1. Library Research ( Studi Literatur )

Adalah metode pengumpulan data melalui berbagai sumber

literature seperti jurnal, buku teks, majalah, paper ilmiah dan lain

sebagainya yang berhubungan dengan aspek yang akan diteliti untuk

memperoleh data yang valid.

2. Field Research ( Studi Lapangan)

Adalah metode pengumpulan data melalui pengumpulan data

sekunder yang diperoleh dari sumber sumber terpercaya. Sumber data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia

(www.bi.go.id ), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id ) dan dari situs

resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (www.ojk.go.id).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode VAR/VECM yang dibantu perangkat lunak E-Views 9 untuk

menganalisis peran pembiayaan bank syariah dan instrumen moneter

syariah yaitu SBIS dan PUAS terhadap output yang direpresentasikan oleh

tingkat Indeks Produksi Industri (IPI). Analisis VECM digunakan untuk

melihat hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara variabel

dependen dan variabel independen.

Analisis data dengan menggunakan pendekatan model VAR dan

VECM yang umumnya digunakan yaitu estimasi VECM, Impulse Respons

Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), dan Uji

Page 77: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

59

Kausalitas Granger. Sebelum melakukan estimasi VAR/VECM, maka ada

beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu pengujian pra-estimasi.

Pengujian-pengujian tersebut antara lain Uji Stasioneritas data, penentuan

lag optimal, dan Uji Kointegrasi.

1. Uji Stasioneritas Data

Tahap awal yang dilakukan dalam mengolah data time series

adalah dengan melakukan uji stasioneritas. Data ekonomi time series

umumnya mengandung akar unit atau memiliki tren yang tidak stasioner.

Data yang mengandung akar unit (tidak stasioner) akan memberikan hasil

estimasi yang semu (spurious) karena tren data tersebut cenderung

berfluktuasi tidak di sekitar nilai rata-ratanya. Hasil estimasi yang semu

akan menggambarkan hubungan antar variabel yang terlihat signifikan

secara statistik padahal kenyataannya tidak. (Sangidi, 2014). Tipe

pengujian yang umumnya digunakan untuk menguji stasioneritas, yaitu

Augmented Dickey-Fuller Test dan Phillips-Perron Test.

Uji Stasioneritas dalam penelitian ini menggunakan Augmented

DickeyFuller (ADF). Uji Stasioneritas data dalam ADF dilihat dari nilai t-

statistik yang dibandingkan dengan nilai kritis Mac-Kinnon pada level 1

persen, 5 persen, atau 10 persen. Apabila nilai mutlak t-statistik ADF lebih

kecil dari nilai mutlak MacKinnon Critical Value maka data telah stasioner

pada taraf nyata yang telah ditentukan. Apabila berdasarkan hasil uji ADF

data tidak stasioner pada tingkat level maka harus dilakukan penarikan

Page 78: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

60

diferensial sampai data stasioner pada tingkat first difference atau second

difference.

2. Uji Lag Optimal

Tahap penting yang harus dilakukan dalam menggunakan model

VAR/VECM adalah menentukan panjang lag optimal. Lag berguna untuk

menghilangkan masalah autokorelasi dan untuk menunjukkan berapa lama

reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penentuan panjang lag

optimal harus secara tepat karena apabila lag yang dipilih terlalu panjang

maka akan banyak derajat bebas yang terbuang, sehingga akan

mengakibatkan model menjadi tidak signifikan. Penentuan panjang lag

optimal dapat diidentifikasi dengan menggunakan Akaike Information

Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quin Information

Criterion (HQ).

3. Uji Stabilitas VAR

Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari

fungsi polinomial. Jika semua akar dari fungsi polinomial tersebut berada

di dalam unit circle atau jika nilai absolutnya < 1 maka model VAR

tersebut dianggap stabil sehingga hasil Impulse Response Function (IRF)

dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan

dianggap valid.

4. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan untuk menentukan stasioner atau

tidaknya variabel-variabel yang mengalami kointegrasi. Pengujian

Page 79: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

61

kointegrasi dapat dilakukan dengan uji Johansen Cointegration, dan uji

Kointegrasi Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan untuk melihat

hubungan jangka panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan

di mana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu pada

tahap first difference. Uji kointegrasi dalam penelitian ini dilakukan

dengan uji Johansen Cointegration. Untuk mengetahui adanya kointegrasi

dilihat dari nilai trace statistic yang dibandingkan dengan nilai kritis

(critical value). Apabila nilai trace statistic > nilai kritis, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki kointegrasi.

5. Uji Kausalitas Granger

Uji Kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan

kausalitas di antara variabel-variabel yang ada di dalam model. Kausalitas

Granger mengukur kekuatan hubungan antar variabel dan menunjukkan

arah hubungan sebab akibat yaitu X menyebabkan Y, Y menyebabkan X,

atau X menyebabkan Y dan Y juga menyebabkan X. Penggunaan uji

kausalitas Granger dapat mengetahui beberapa hal, sebagai berikut:

Apakah X mendahului Y, apakah Y mendahului X, atau hubungan X dan

Y timbal balik.

Suatu variabel X dikatakan menyebabkan variabel lain Y, apabila

Y saat ini diprediksi lebih baik dengan menggunakan nilai-nilai masa lalu

X. Asumsi dalam uji ini adalah bahwa X dan Y dianggap sepasang data

runtut waktu yang memiliki kovarians linier yang stasioner (Istiqomah,

2012). Hipotesis awal atau H0 diuji adalah tidak adanya hubungan

Page 80: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

62

kausalitas, sedangkan hipotesis alternatifnya atau H1 adalah adanya

hubungan kausalitas. Kriteria dalam penerimaan atau penolakan H0

dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan nilai kritis

yang digunakan. Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5

%. H0 ditolak apabila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai kritis,

sehingga terdapat hubungan kausalitas pada variabel-variabel yang diuji.

6. Vector Error Correction Model (VECM)

VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi

tambahan ini harus diberikan karena adanya bentuk data yang tidak

stasioner namun memiliki kointegrasi. VECM kemudian memanfaatkan

informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifikasinya.

Ketika dua atau lebih variabel yang terlibat dalam suatu

persamaan pada data level tidak stasioner maka kemungkinan terdapat

kointegrasi pada persamaan tersebut. Jika setelah dilakukan uji kointegrasi

terdapat persamaan kointegrasi dalam model yang digunakan maka

dianjurkan untuk memasukkan persamaan kointegrasi ke dalam model

yang digunakan. Kebanyakan data time series stasioner pada perbedaan

pertama. Maka untuk mengantisipasi hilangnya informasi jangka panjang

dalam penelitian ini akan digunakan model VECM (Istiqomah, 2012).

Pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dapat dilihat dari

nilai T-statistik yang dibandingkan dengan nilai T-tabel. Apabila nilai T-

statistik lebih besar dari nilai T-tabel maka variabel tersebut signifikan

memiliki pengaruh dalam jangka panjang atau jangka pendek.

Page 81: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

63

7. Impulse Response Function (IRF)

Impulse respons function (IRF) menggambarkan tingkat laju dari

guncangan variabel yang satu terhadap variabel lainnya pada suatu rentang

periode tertentu, sehingga dapat dilihat lamanya pengaruh guncangan satu

variabel terhadap variabel lain hingga pengaruh tersebut hilang dan

mencapai keseimbangan. IRF digunakan untuk melihat pengaruh

kontemporer dari sebuah variabel dependen jika mendapatkan guncangan

atau inovasi dari variabel independen sebesar satu standar deviasi. Selain

itu, IRF dapat mengukur kekuatan relatif dari berbagai guncangan dan

menelusuri pola dan arah transmisi guncangan. (Sangidi, 2014).

8. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan

dalam suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error variance

dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya adalah FEVD. Metode ini

mencirikan suatu struktur dinamis dalam model VAR. Metode ini dapat

melihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel dalam

memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang

(Istiqomah, 2012). Metode ini dapat melihat kekuatan dan kelemahan

masing-masing variabel memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu

yang panjang. FEVD menghasilkan informasi mengenai peranan variabel

tertentu terhadap variabel lainnya dalam model.

Page 82: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

64

E. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini mengenai pengaruh

kebijakan moneter syariah jalur pembiayaan bank syariah dengan sasaran

akhir output atau sektor riil yang direpresentasikan oleh Indeks Produksi

Industri (IPI). Berikut adalah model yang dibentuk dalam penelitian ini:

Keterangan:

Ln IPI = Logaritma Natural dari Indeks Produksi Industri sebagai proxy

pertumbuhan ekonomi atau sektor riil

SBIS = Tingkat Bagi Hasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Persen)

PUAS = Tingkat Bagi Hasil Pasar Uang Antar Perbankan Syariah (Persen)

Ln Pembiayaan = Logaritma Natural dari jumlah total pembiayaan bank

syariah

F. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Indeks Produksi Industri

Indeks Produksi Industri adalah suatu angka yang menunjukkan

peningkatan atau penurunan nilai industri manufaktur periode berjalan

terhadap nilai produksi industri manufaktur pada periode sebelumnya.

Indeks Produksi Industri (IPI) adalah angka yang menghitung output riil

dari industri manufaktur, pertambangan dan industri besar lainnya seperti

industri minyak dan gas. Data Indeks Produksi Industri dalam penelitian

ini menggunakan data dari periode Januari 2011 hingga Oktober 2016.

Ln IPI = β0 + β1SBIS+ β2PUAS + β3LnPembiayaan + e

Page 83: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

65

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat

mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independen dapat disimbolkan

oleh huruf X. berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh

kebijakan moneter syariah terhadap sektor riil dan uraian pada tinjauan

pustaka, maka penelitian ini menspesifikasikan variabel independen dan

definisi operasional sebagai berikut:

a. X1 (SBIS)

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat

berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek

dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Tujuan dari penerbitan SBIS adalah sebagai salah satu instrumen

operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang

dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah. Data tingkat fee SBIS

diperoleh dari SEKI – BI yang diambil dari periode Januari 2011

hingga Oktober 2016.

b. X2 (PUAS)

Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah kegiatan

transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip

syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing yang berguna

sebagai mobilisasi antara pihak yang kekurangan dana dengan

pihak yang kelebihan dana. Data tingkat imbal hasil PUAS

Page 84: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

66

diperoleh dari SEKI-BI yaitu dari periode Januari 2011 hingga

Oktober 2016.

c. X3 (Pembiayaan Bank Syariah)

Pembiayaan Bank Syariah adalah pendanaan yang

diberikan oleh bank syariah terhadap nasabah yang merupakan

defisit unit yang mewajibkan nasabah yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Jumlah total pembiayaan

bank syariah diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) OJK

yaitu dari periode Januari 2011 hingga Oktober 2016.

Page 85: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

67

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Bank Indonesia memperkenalkan instrumen moneter syariah yang

pertama yaitu Sertifikat Wadi‟ah Bank Indonesia (SWBI) yang kemudian

pada tahun 2008 diganti oleh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

Tingkat fee SBIS berperan sebagai rate kebijakan tingkat imbal hasil pada

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) yang kemudian akan

mempengaruhi tingkat pembiayaan bank syraiah yang akan berdampak

pada output di sektor riil.

1. Perkembangan Indeks Produksi Industri (IPI)

Otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia memiliki kewajiban

dalam menjaga stabilias nilai rupiah melalui mekanisme transmisi

kebijakan moneter. Tujuan akhir dari kebijakan moneter adalah untuk

mempengaruhi pertumbuhan sektor riil serta laju inflasi. Salah satu

indikator yang dapat melihat pertumbuhan sektor riil adalah angka Indeks

Produksi Industri (IPI). Indeks Produksi Industri (IPI) adalah indikator

ekonomi makro yang menghitung output riil dari industri manufaktur,

pertambangan, dan industri besar lainnya seperti industri minyak dan gas

di mana data yang tersedia dalam bulanan dan triwulan.

Berikut disajikan perkembangan Indeks Produksi Industri (IPI) periode

Januari 2011 hingga Oktober 2016 dalam grafik di bawah ini.

Page 86: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

68

Grafik 4.1 Pekembangan Indeks Produksi Industri (IPI) Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (data diolah)

Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa perkembangan Indeks

Produksi Industri (IPI) pada periode Januari 2011 hingga Oktober 2016

mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat. Perkembangan Indeks

Produksi Industri (IPI) ini dilihat dari output riil dari industri manufaktur,

pertambangan dan industri besar lainnya seperti industri minyak dan gas.

2. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah

Perbankan syariah memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi

dalam memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil. Perbankan syariah

mendorong perkembangan sektor riil melalui produk-produk yang dimiliki

perbankan syariah, terutama adalah produk pembiayaan. Pembiayaan yang

diberikan oleh perbankan syariah adalah pembiayaan produktif dan

pembiayaan konsumtif.

Berikut disajikan data perkembangan pembiayaan perbankan

syariah selama periode Januari 2011-Oktober 2016 pada Grafik 4.2 di

bawah.

0.00

20.0040.0060.00

80.00100.00120.00

140.00160.00

Jan

-11

Jun

-11

No

v-1

1

Ap

r-1

2

Sep

-12

Feb

-13

Jul-

13

De

c-1

3

May

-14

Oct

-14

Mar

-15

Au

g-1

5

Jan

-16

Jun

-16

IPI

IPI

Page 87: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

69

Grafik 4.2 Pekembangan Pembiayaan Bank Syariah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah-OJK (data diolah)

Berdasarkan Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa perkembangan

pembiayaan bank syariah terus mengalami peningkatan tiap tahunnya.

Hingga Oktober 2016 total pembiayaan bank syariah mencapai 237 triliun.

Peningkatan pembiayaan bank syariah tersebut seiring dengan perluasan

jaringan pelayanan perbankan syariah. Peningkatan pembiayaan bank

syariah ini menunjukkan bahwa perbankan syariah berhasil melampaui

pertumbuhan pangsa pasar sebesar 5 persen.

3. Perkembangan SBIS

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah instrumen

moneter syariah yang dimiliki Bank Indonesia dalam rangka pengendalian

moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. SBIS adalah Sertifikat

Bank Indonesia Syariah yang menggunakan Akad Ju‟alah, di mana bank

sentral akan memberikan fee atau upah kepada bank yang menanamkan

dananya pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

Berikut disajikan pergerakan tingkat fee SBIS selama periode

Januari 2011-Oktober 2016 pada Grafik 4.3 di bawah.

0

50

100

150

200

250

Jan

-11

Jul-

11

Jan

-12

Jul-

12

Jan

-13

Jul-

13

Jan

-14

Jul-

14

Jan

-15

Jul-

15

Jan

-16

Jul-

16

Pembiayaan

Pembiayaan

Page 88: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

70

Grafik 4.3 Pekembangan Tingkat fee SBIS

Sumber : SEKI-BI (data diolah)

Berdasarkan Grafik 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat fee SBIS

mengalami penurunan yang signifikan pada periode Januari 2012 di

tingkat 4,88 % hingga Agustus 2013 dan mengalami peningkatan yang

signifikan pada November 2013 di tingkat 7,22 %. Peningkatan tingkat fee

SBIS ini dikarenakan pada tahun 2013 kondisi perekonomian Indonesia

mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tingkat fee

SBIS ini juga dikarenakan masih besarnya defisit transaksi di tengah risiko

ketidakpastian global yang masih tinggi. Untuk menghindari kredit macet

bank sentral meningkatkan tingkat fee SBIS agar perbankan syariah

terdorong untuk menanamkan dananya pada instrumen SBIS.

4. Perkembangan PUAS

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) adalah kegiatan transaksi

keuangan jangka pendek antar bank yang berfungsi sebagai mobilisasi

dana antara pihak yang kekurangan dana dan pihak yang kelebihan dana.

Piranti yang digunakan dalam Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

adalah Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank Syariah (SIMA).

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Jan

-11

Jun

-11

No

v-1

1

Ap

r-1

2

Sep

-12

Feb

-13

Jul-

13

De

c-1

3

May

-14

Oct

-14

Mar

-15

Au

g-1

5

Jan

-16

Jun

-16

SBIS

SBIS

Page 89: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

71

Tingkat imbal hasil pada Pasar Uang Antarbank Syariah merujuk pada

tingkat fee SBIS.

Berikut disajikan data perkembangan tingkat imbal hasil pada

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) selama periode Januari 2011-

Oktober 2016 pada Grafik 4.4 di bawah.

Grafik 4.4 Perkembangan Tingkat Imbal Hasil PUAS

Sumber : SEKI-BI (data diolah)

Berdasarkan Grafik 4.4 dapat dilihat bahwa tingkat imbal hasil di

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) mengalami fluktuatif. Tingkat

imbal hasil pada PUAS mengalami penurunan pada Februari 2012 di

tingkat 3,96 % dan mengalami peningkatan yang signifikan pada

November 2013 di tingkat 6,54 %. Peningkatan pada tingkat imbal hasil di

Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) ini diakibatkan oleh terjadinya

peningkatan tingkat fee pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

pada November 2013 yang mencapai 7,22 %. Hal ini dikarena tingkat fee

SBIS merupakan rate kebijakan yang akan mempengaruhi tingkat imbal

hasil pada PUAS.

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

Jan

-11

Jun

-11

No

v-1

1

Ap

r-1

2

Sep

-12

Feb

-13

Jul-

13

De

c-1

3

May

-14

Oct

-14

Mar

-15

Au

g-1

5

Jan

-16

Jun

-16

PUAS

PUAS

Page 90: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

72

B. Analisis Uji Ekonometrik

Analisis ekonometrika dalam penelitian ini secara umum terbagi

menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah sebelum melakukan estimasi

VAR/VECM, maka harus melakukan Uji Pra-Estimasi. Pengujian Pra-

Estimasi meliputi Uji Stasioneritas Data, Penentuan Lag Optimal, dan Uji

Kointegrasi. Tahap kedua adalah dengan melakukan uji Kausalitas

Granger, melakukan Uji VECM, kemudian dilanjutkan dengan analisis

Impulse Response Function (IRF), dan Uji Forecast Error Variance

Decomposition (FEVD).

1. Uji Stasioneritas Data

Metode pengujian stasioneritas data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan Uji Augmanted Dickey Fuller (ADF)

dengan taraf nyata 5%. Jika nilai ADF test statistic lebih kecil dari nlai

kritis MacKinnon atau jika nilai probabilitas ADF Test Statistic lebih kecil

dari Alpha 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data yang digunakan sudah

stasioner (tidak terdapat akar unit).

Berdasarkan Uji ADF, tidak semua data yang digunakan dalam

penelitian ini stasioner pada tingkat level. Seluruh data stasioner pada taraf

nyata 5% setelah dilakukan uji stasioneritas data pada tingkat first

difference. Berdasarkan hasil Uji ADF dalam penelitian ini, hanya variabel

pembiayaan bank syariah yang stasioner pada tingkat level. Sementara

variabel SBIS, PUAS dan IPI stasioner pada tingkat First Difference.

Hasil UJi Stasioneritas Data pada Tingkat Level.

Page 91: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

73

Tabel 4.1 Uji Stasioneritas Data pada Level

Variabel ADF Statistic Critical Value Ket.

LnIPI -0.937731 -2.905519 Tidak stasioner

LnPembiayaan -4.336528 -2.904198 Stasioner

SBIS -1.685770 -2.904848 Tidak stasioner

PUAS -1.785881 -2.904848 Tidak stasioner

Hasil UJi Stasioneritas Data pada Tingkat First Difference.

Tabel 4.2. Uji Stasioneritas Data pada First Difference.

Variabel ADF Statistic Critical Value Ket.

LnIPI -9.770761 -2.905519 Stasioner

LnPembiayaan -7.614862 -2.904848 Stasioner

SBIS -5.567650 -2.904848 Stasioner

PUAS -12.23222 -2.904848 Stasioner

2. Penentuan Lag Optimal

Penentuan Lag Optimal pada penelitian ini didasarkan pada nilai

Schwarz Criterion (SC). Di mana nilai lag dengan nilai Schwarz Criterion

(SC) terendah menunjukkan lag optimal. Pada penelitian ini pengujian

panjang lag dilakukan dari lag 1 hingga lag 8. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa model dalam penelitian ini memiliki lag optimal 1.

Di mana nilai Schwarz Criterion (SC) terendah yaitu -7.319159 berada

pada lag 1

Page 92: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

74

3. Uji Stabilitas VAR

Hasil estimasi persamaan VAR yang telah terbentuk harus diuji

kestabilannya. Persamaan VAR dikatakan stabil jika nilai modulusnya

lebih kecil dari 1. Berdasarkan uji stabilitas VAR, nilai modulus dari

seluruh roots memiliki nilai modulus kurang dari 1 atau lebih kecil dari 1

pada lag 2, sehingga model sudah stabil pada lag tersebut. Kondisi ini

menunjukkan bahwa hasil dari IRF dan FEVD valid.

4. Uji Kointegrasi

Uji Kointegrasi digunakan untuk menentukan keberadaan

kointegrasi antar variabel serta untuk menentukan metode apa yang

nantinya akan digunakan. jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel,

maka metode yang digunakan adalah model VAR yang hanya bisa

mengestimasi hubungan jangka pendek. Jika terdapat kointegrasi antar

variabel, maka metode yang tepat dalam menganalisis hubungan jangka

panjang dan pendek adalah dengan metode VECM. VECM dapat

mengestimasi hubungan jangka panjang dan pendek antar variabel.

Uji Kointegrasi pada penelitian ini menggunakan Johansen Trace

Statistics Test. Apabila nilai Trace Statistics lebih besar dari nilai nilai

kritis (critical value) yang dalam penelitian ini digunakan sebesar 5%,

maka terdapat kointegrasi antar variabel.

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

Page 93: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

75

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.333690 68.32135 55.24578 0.0023

At most 1 * 0.314186 41.11932 35.01090 0.0099

At most 2 0.138274 15.85035 18.39771 0.1097

At most 3 * 0.084014 5.879556 3.841466 0.0153

Hasil menunjukkan bahwa pada model terdapat tiga persamaan

terkointegrasi. Sehingga metode VECM adalah metode yang tepat untuk

digunakan dalam penelitian ini.

5. Uji Kausalitas Granger

Uji Kausalitas Granger dalam penelitian ini digunakan untuk

melihat hubungan antar variabel apakah mempunyai hubungan satu arah,

dua arah ataupun tidak ada hubungan keduanya. Uji Kausalitas Granger

pada penelitian ini juga digunakan untuk melihat alur transmisi kebijakan

moneter syariah melalui jalur pembiayaan bank syariah. Apabila nilai

probabilitas lebih kecil dari nilai kritis, maka terdapat hubungan diantara

variabel yang diuji. Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

5% atau sebesar 0,05.

Berdasarkan hasil Uji Kausalitas Granger terdapat hubungan satu

arah antara variabel pembiayaan dengan variabel Indeks Produksi Industri

(IPI) yang ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,0015 yang

signifikan pada taraf 5% atau nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05.

Hubungan satu arah juga terlihat pada variabel SBIS dan variabel PUAS

Page 94: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

76

yang ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,0008 yang signifikan

pada taraf 5% atau nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05.

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 02/10/17 Time: 10:50

Sample: 2011M01 2016M10

Lags: 1

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

LOGPEMBIAYAAN does not Granger Cause LOGIPI 69 11.0125 0.0015

LOGIPI does not Granger Cause LOGPEMBIAYAAN 0.77771 0.3810

PUAS does not Granger Cause LOGIPI 69 0.31454 0.5768

LOGIPI does not Granger Cause PUAS 0.19585 0.6595

SBIS does not Granger Cause LOGIPI 69 0.53743 0.4661

LOGIPI does not Granger Cause SBIS 0.14230 0.7072

PUAS does not Granger Cause LOGPEMBIAYAAN 69 2.02882 0.1591

LOGPEMBIAYAAN does not Granger Cause PUAS 0.72979 0.3960

SBIS does not Granger Cause LOGPEMBIAYAAN 69 0.35893 0.5512

LOGPEMBIAYAAN does not Granger Cause SBIS 0.36051 0.5503

SBIS does not Granger Cause PUAS 69 12.4090 0.0008

PUAS does not Granger Cause SBIS 1.39050 0.2426

6. Uji Vector Error Correction Model (VECM)

Berdasarkan hasil Uji Kointegrasi sebelumnya, didapatkan 3

persamaan yang terkointegrasi. Hal ini berarti bahwa model yang tepat

Page 95: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

77

untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel

pembiayaan, SBIS dan PUAS terhadap Indeks Produksi Industri (IPI)

adalah dengan metode VECM. Hasil uji VECM dikatakan signifikan atau

mempunyai pengaruh baik untuk jangka pendek dan jangka panjang

adalah ketika nilai t-Hitung lebih besar dari nilai t-tabel yang telah

ditetapkan yaitu sebesar 5%.

Tabel 4.3. Hasil Uji VECM

Jangka pendek

Variabel Koefisien T-Statistik

SBIS 0.038294 2.01853

Jangka Panjang

Variabel Koefisien T-Statistik

Pembiayaan 0.218332 3.09877

PUAS -0.097313 -4.23735

SBIS 0.069852 3.49409

Hasil untuk persamaan jangka pendek pada model, hanya variabel

imbal hasil SBIS yang signifikan berpengaruh terhadap indeks produksi

industri (IPI) karena nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu 2.01853 >

1.66827.

Hasil estimasi VECM dalam jangka panjang semua variabel

signifikan dalam mempengaruhi output yang dalam penelitian ini

Page 96: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

78

direpresentasikan oleh Indeks Produksi Industri (IPI) karena nilai t-hitung

lebih besar dari nilai t-tabel 5 % yaitu sebesar 1.66827.

Koefisien yang diperoleh untuk masing-masing variabel adalah

sebesar 0.218332 untuk pembiayaan, -0.097313 imbal hasil PUAS

dan 0.069852 untuk bagi hasil SBIS. Nilai koefisien yang didapatkan

hampir semuanya bernilai positif yang menandakan hubungan antara

variabel syariah dan output atau sektor riil adalah positif kecuali bagi hasil

PUAS yang berhubungan negatif dengan output atau Indeks Produksi

Industri (IPI).

Berdasarkan hasil estimasi VECM variabel pembiayaan memiliki

hubungan yang positif pada jangka panjang dengan nilai koefisien

sebesar 0.218332. Besaran koefisien pada variabel pembiayaan ini

menunjukkan bahwa ketika adanya peningkatan pembiayaan sebesar 1%

maka akan diikuti dengan kenaikan rasio Indeks Produksi Industri (IPI)

sebesar 0.218332%. Berdasarkan hasil estimasi VECM, variabel imbal

hasil PUAS pada jangka panjang memiliki hubungan yang negatif

terhadap Indeks Produksi Industri (IPI) dengan nilai koefisien sebesar -

0.097313. Besaran koefisien pada variabel PUAS ini menujukkan bahwa

ketika ada peningkatan 1% pada tingkat imbal hasil PUAS maka akan

diikuti oleh penurunan tingkat Indeks Produksi Industri (IPI) sebesar -

0.097313%.

Page 97: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

79

Berdasarkan hasil estimasi VECM, variabel SBIS pada jangka

panjang memiliki hubungan positif dengan Indeks Produksi Industri (IPI)

dengan nilai koefisien sebesar 0.069852. Besaran koefisien pada variabel

SBIS menunjukkan bahwa, ketika ada kenaikan tingka imbal hasil SBIS

sebesar 1% maka akan meningkatkan tingkat Indeks Produksi Industri

(IPI) sebesar 0.069852%.

7. Uji Impulse Response Function (IRF)

Uji Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk melihat

bagaimana respon variabel Indeks Produksi Industri (IPI) akibat adanya

shock atau dinamika dari variabel pembiayaan, SBIS dan PUAS.

Berdasarkan hasil analisis Impulse Response Function (IRF) yang

melibatkan variabel pembiayaan, SBIS dan PUAS sebagai impulse yang

terkena shock akibat perilaku ekonomi, dapat kita lihat bahwa adanya

shock pada variabel pembiayaan tampak belum direspon oleh variabel

Indeks Produksi Industri (IPI) pada periode pertama. Guncangan ini mulai

direspon negatif oleh Indeks Produksi Industri (IPI) pada periode ke-2

sebesar 0,00017% dan mulai mengalami peningkatan pada periode ke-3.

Respon Indeks Produksi Industri (IPI) terhadap guncangan yang terjadi

pada variabel pembiayaan mulai stabil pada periode ke-8.

Page 98: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

80

-.01

.00

.01

.02

.03

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

LOGIPI LOGPEMB

SBIS PUAS

Response of LOGIPI to Cholesky

One S.D. Innovations

Adanya shock atau guncangan pada variabel SBIS tampak belum

direspon oleh variabel Indeks Produksi Industri (IPI) pada periode

pertama. Guncangan ini mulai direspon positif oleh variabel Indeks

Produksi Industri (IPI) pada periode ke-2 sebesar 0,006%. Respon variabel

Indeks Produksi Industri (IPI) mengalami penurunan pada periode ke-3

dan mulai stabil pada periode ke-7. Shock atau guncangan yang terjadi

pada variabel PUAS tampak belum direspon oleh variabel Indeks Produksi

Industri (IPI) pada periode pertama. Guncangan variabel PUAS mulai

direspon positif oleh variabel Indeks Produksi Industri (IPI) pada periode

ke-2 sebesar 0,005% dan mengalami peningkatan pada periode ke-5 dan

mulai stabil pada periode ke-8.

Page 99: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

81

8. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

Struktur dinamis antar variabel dalam VAR dapat dilihat melalui

analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), di mana pola

dari FEVD ini mengin dikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara

variabel-variabel dalam model VECM. Pengurutan variabel dalam analisis

FEVD ini didasarkan pada faktorisasi Cholesky. Rafsanjani (2016).

0

20

40

60

80

100

5 10 15 20 25 30 35 40

LOGIPI LOGPEMB

SBIS PUAS

Variance Decomposition of LOGIPI

Berdasarkan hasil Uji FEVD didapatkan informasi bahwa variabel

yang memiliki kontribusi besar terhadap Indeks Produksi Industri (IPI)

urutan pertama adalah variabel PUAS kemudian diikuti oleh variabel

pembiayaan dan SBIS memiliki kontribusi paling kecil terhadap Indeks

Produksi Industri (IPI).

Page 100: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

82

Pada periode pertama, fluktuasi Indeks Produksi Industri (IPI)

masih dipengaruhi oleh variabel Indeks Produksi Industri (IPI) itu sendiri

sebesar 100%. Kemudian pada periode akhir, fluktuasi Indeks Produksi

Industri lebih banyak dipengaruhi oleh variabel PUAS sebesar 17.95286%.

Kemudian diikuti oleh variabel pembiayaan yang memiliki kontribusi

sebesar 13.98048%. Sedangkan variabel SBIS memiliki kontribusi sebesar

2.511943% terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

C. Pembahasan

Alur transmisi kebijakan moneter syariah jalur pembiayaan

berdasarkan hasil Uji Kausalitas Granger didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan satu arah antara variabel SBIS dengan variabel PUAS. Hal ini

sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat fee SBIS berperan

sebagai rate kebijakan moneter syariah yang akan mempengaruhi tingkat

imbal hasil di Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS). Selain itu,

berdasarkan Uji Kausalitas Granger, didapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan satu arah antara variabel pembiayaan bank syariah dengan

variabel Indeks Produksi Industri (IPI). Terdapat hubungan satu arah

antara pembiayaan bank syariah dengan Indeks Produksi Industri (IPI)

dikarenakan aktivitas pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah

diarahkan untuk mendorong sektor riil. Sehingga, ketika ada kenaikan

jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah kepada

masyarakat, maka akan meningkatkan jumlah investasi dan konsumsi di

masyarakat sehingga akan meningkatkan produksi sektor riil.

Page 101: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

83

Namun, berdasarkan Uji Kausalitas Granger, tidak terdapat

hubungan dari variabel PUAS terhadap variabel pembiayaan. Padahal

yang seharusnya adalah tingkat imbal hasil PUAS dapat mempengaruhi

jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah, sehingga akan

menjadikan sebuah mekanisme transmisi kebijakan moneter syariah yang

berkesinambungan. Alur transmisi kebijakan moneter syariah pada

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Alur Transmisi Kebijakan Moneter Syariah

Hasil Uji Kausalitas Granger pada penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Ascarya (2012) di mana untuk alur transmisi

kebijakan moneter syariah dengan tujuan akhir output (IPI) menunjukkan

tidak adanya kesinambungan jalur imbal hasil dari tingkat fee SBIS

sampai ke output, di mana alurnya terputus di PUAS. SBIS hanya

mempengaruhi pasar keuangan (PUAS). Sementara itu, pembiayaan bank

syariah mempengaruhi output (IPI).

Tidak adanya kesinambungan pada mekanisme transmisi kebijakan

moneter syariah dalam mempengaruhi output dikarenakan dari periode

Page 102: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

84

2011 – 2016 jumlah transaksi perbankan syariah di Pasar Uang Antarbank

Syariah (PUAS) masih sedikit. Jumlah transaksi perbankan syariah pada

PUAS selalu lebih rendah dari transaksi perbankan syariah pada instrumen

SBIS. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat imbal hasil SBIS yang lebih

tinggi dari tingkat imba l hasil pada PUAS.

Kemudian, berdasarkan uji estimasi VECM, dalam jangka pendek

hanya variabel SBIS yang memiliki pengaruh terhadap Indeks Produksi

Industri (IPI). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Setiawan dan Karsinah (2016). Menurut Setiawan dan Karsinah (2016) hal

ini menujukkan bahwa kebijakan moneter syariah memerlukan time lag

hingga mencapai sasaran akhir yang ingin dicapai. Sedangkan dalam

jangka panjang variabel instrumen moneter syariah yaitu SBIS dan PUAS

serta variabel pembiayaan bank syariah signifikan dalam mempengaruhi

Indeks Produksi Industri (IPI). Dalam jangka panjang, variabel

pembiayaan dan variabel SBIS berpengaruh positif terhadap Indeks

Produksi Industri (IPI). Sedangkan variabel PUAS dalam jangka panjang

berpengaruh negatif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

Hubungan positif antara pembiayaan bank syariah dengan Indeks

Produksi Industri (IPI) pada jangka panjang sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Setiawan dan Karsinah (2016). Pembiayaan memiliki

hubungan yang positif terhadap pertumbuhan output karena aktivitas

pembiayaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan sektor riil. Hal ini

dapat dijelaskan ketika adanya kebijkan moneter ekspansif. Peningkatan

Page 103: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

85

pembiayaan yang disalurkan akan menyebabkan peningkatan output

perekonomian, karena dengan peningkatan pembiayaan yang disalurkan,

akan semakin banyak modal yang dimiliki perusahaan dari meminjam ke

perbankan, sehingga semakin banyak proses produksi yang dapat dibiayai,

saat produksi mengalami kenaikan akan berakibat pada meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. (Setiawan dan Karsinah, 2016 : ). Hal ini sejalan

dengan karakter bank syariah yang bertujuan untuk mendorong kegiatan

sektor riil.

Majid dan Kassim (2012) juga menemukan hal yang sama pada

penelitiannya yang dilakukan pada Negara Malaysia. Di mana, total

pembiayaan pada perbankan syariah di Malaysia dapat meningkatkan

aktivitas perekonomian di Malaysia meskipun market share pada

perbankan syariah di Malaysia hanya 18 persen pada akhir tahun 2009.

Menurut Majid dan Kassim (2012) karakter khusus pada perbankan

syariah yang bebas bunga ini membuktikan dapat meningkatkan sektor riil.

Sehingga, perbankan Islam di Malaysia memberikan kontribusi positif

terhadap perekonomian Negara Malaysia.

Pengaruh positif variabel SBIS terhadap Indeks Produksi Industri

(IPI) pada jangka panjang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Istiqomah (2012). Variabel SBIS berpengaruh positif terhadap

peningkatan output sektor riil dikarenakan SBIS sebagai instrumen

moneter syariah dalam operasi pasar terbuka yang digunakan untuk

pengendalian likuiditas mengalokasikan sumber daya yang efisien yaitu

Page 104: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

86

efisiensi mobilisasi dana antara pihak yang surplus dengan pihak yang

defisit. Alokasi sumber daya yang efisien ini pada akhirnya mendukung

pertumbuhan ekonomi. Hasil yang menunjukkan hubungan positif antara

bonus SBIS dengan sektor riil menunjukkan bahwa kelebihan dana yang

dimiliki oleh perbankan syariah difokuskan untuk meningkatkan

pembiayaan pada sektor riil. Menurut Istiqomah (2012), pengaruh positif

SBIS terhadap sektor riil bisa disebabkan oleh imbal hasil yang besar

karena tingkat fee SBIS yang tinggi yang diterima oleh perbankan syariah

menjadi profit yang kemudian menjadi laba ditahan sehingga modal inti

bank syariah bertambah. Hal ini yang kemudian memperkuat permodalan

bank syariah dalam penyaluran pembiayaan yang kemudian akan

berdampak positif terhadap sektor riil. Menurut Ascarya (2012) SBIS

memiliki karakter positif dalam menghambat dan menurunkan inflasi serta

dalam mendorong dan meningkatkan output atau pertumbuhan ekonomi.

Hubungan negatif variabel imbal hasil PUAS terhadap Indeks

Produksi Industri (IPI) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sangidi (2014) ini dikarenakan kenaikan tingkat imbal hasil PUAS akan

menurunkan tingkat Pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan pada

masyarakat yang mana penurunan jumlah pembiayaan yang disalurkan

akan menyebabkan penurunan pada bidang produksi atau output yang

dihasilkan. Kenaikan tingkat imbal hasil PUAS yang berdampak pada

penurunan jumlah pembiayaan ini dikarenakan ketika terjadi peningkatan

imbal hasil PUAS maka perbankan syariah terdorong untuk

Page 105: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

87

mengalokasikan dananya pada instrumen yang ada di PUAS. Hal ini akan

menyebabkan jumlah dana pembiayaan yang disalurkan berkurang.

Pengurangan jumlah dana yang disalurkan akan berdampak pada

penurunan di sektor riil.

Kemudian untuk melihat pengaruh shock yang terjadi pada variabel

pembiayaan, SBIS dan PUAS terhadap Indeks Produksi Industri (IPI)

dilakukan uji IRF. Berdasarkan hasil uji IRF didapatkan hasil bahwa shock

yang terjadi pada variabel SBIS dan PUAS direspon positif oleh Indeks

Produksi Industri (IPI). Sedangkan shock yang terjadi pada variabel

pembiayaan direspon negatif oleh Indeks Produksi Industri (IPI).

Respon negatif Indeks Produksi Industri (IPI) terhadap gejolak atau

shock yang terjadi pada variabel pembiayaan bank syariah dalam

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmana dan

Kassim (2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sukmana dan

Kassim (2010), menunjukkan bahwa variabel total pembiayaan merespon

positif terhadap gejolak atau shock yang terjadi pada variabel total deposit.

Dalam konteks mekanisme transmisi kebijakan moneter, hal ini dapat

dijelaskan ketika terjadi peningkatan kebijakan suku bunga yang kemudian

akan berdampak pada penyusutan total deposit, hal ini kemudian akan

berdampak pada pengurangan total pembiayaan, yang kemudian akan

memberikan dampak yang sama pada penurunan output riil, yang mana

ditunjukkan oleh respon negatif variabel Indeks Produksi Industri (IPI)

terhadap total pembiayaan. Menurut Sukmana dan Kassim (2010)

Page 106: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

88

kebijakan moneter kontraktif akan mengurangi kemampuan perbankan

dalam menyalurkan pinjaman atau pembiayaan pada nasabah yang

kemudian akan mengarah pada dampak penyusutan di sektor riil.

Di sisi lain, guncangan atau shock yang terjadi pada variabel SBIS

direspon positif oleh variabel Indeks Produksi Industri (IPI). Hasil ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2014) dan Ascarya

(2012). Perubahan imbal hasil SBIS memberikan dampak positif terhadap

Indeks Produksi Industri (IPI). Menurut Ascarya (2012) perilaku imbal

hasil acuan kebijakan moneter Syariah (SBIS) menunjukkan perilaku yang

sama dengan variabel-variabel syariah lainnya seperti pembiayaan dan

imbal hasil pada PUAS yang memiliki karakter positif dalam menghambat

dan menurunkan inflasi serta dalam mendorong dan meningkatkan output

atau pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama juga terjadi pada guncangan

atau shock pada variabel PUAS yang direspon positif oleh variabel Indeks

Produksi Industri (IPI). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Ascarya (2012). Menurut Ascarya (2012) imbal hasil pada pasar uang

syariah memberikan dampak positif dalam pengertian berdampak

meningkatkan output dan juga bersifat permanen. Hal ini dapat dijelaskan

ketika bagi hasil naik, makan akan menyebabkan inv estasi naik, sehingga

meningkatkan output.

Selanjutnya, berdasarkan Uji FEVD didapatkan hasil bahwa

sampai periode akhir dalam model penelitian ini, fluktuasi Indeks Produksi

Industri (IPI) masih lebih banyak dipengaruhi oleh shock yang terjadi pada

Page 107: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

89

variabel Indeks Produksi Industri (IPI) itu sendiri sekitar 65%. Pada

periode akhir, shock yang terjadi pada variabel PUAS memberikan

kontribusi sekitar 17% terhadap Indeks Produksi Industri (IPI). Shock yang

terjadi pada variabel pembiayaan memberikan kontribusi terhadap Indeks

Produksi Industri sekitar 13%. Sementara shock yang terjadi pada variable

SBIS memberikan kontribusi sebesar 2,5% terhadap Indeks Produksi

Industri (IPI).

Hal ini menunjukkan bahwa transmisi kebijakan moneter syariah

jalur pembiayaan masih belum memberikan kontribusi yang besar

terhadap Indeks Produksi Industri (IPI) sebagai proxy dari output di sektor

riil. Hal ini bisa disebabkan karena Indonesia memiliki 5 jalur transmisi

kebijakan moneter dalam mempengaruhi output, yaitu jalur suku bunga,

nilai tukar, ekspektasi, harga aset dan jalur pembiayaan. Kecilnya

pengaruh variabel jalur pembiayaan dalam transmisi kebijakan moneter

syariah tujuan akhir output sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Setiawan dan Karsinah (2016). Menurut Setiawan dan Karsinah (2016)

variabel jalur konvensional lebih besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan variabel jalur syariah

dikarenakan share perbankan konvensional yang besar di Indonesia, di

mana share perbankan konvensional mencapai 95%.

Page 108: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menganalisa bagaimana pengaruh variabel instrumen

moneter syariah dan pembiayaan perbankan syariah sebagai variabel

independen terhadap sektor riil yang direpresentasikan oleh tingkat Indeks

Produksi Industri (IPI). Variabel instrumen moneter syariah yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat imbal hasil Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) dan tingkat imbal hasil Pasar Uang Antarbank

Syariah (PUAS). Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang

telah dikemukakan pada bab IV maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

Berdasarkan hasil Uji VECM, variabel SBIS memiliki pengaruh

positif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI) dalam jangka pendek dan

jangka panjang. Hal ini berarti dalam jangka panjang tingkat imbal hasil

SBIS dapat meningkatkan Indeks Produksi Industri (IPI). Dalam jangka

panjang variabel pembiayaan bank syariah juga berpengaruh positif

terhadap Indeks Produksi Industri (IPI). Hal ini berarti jumlah pembiayaan

bank syariah dapat meningkatkan tingkat Indeks Produksi Industri (IPI).

Sedangkan variabel PUAS dalam jangka panjang memiliki pengaruh

negatif terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

Berdasarkan Uji IRF, pengaruh shock yang terjadi pada variabel

SBIS dan direspon positif oleh Indeks Produksi Industri (IPI). Pengaruh

Page 109: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

91

shock yang terjadi pada variabel PUAS juga direspon positif oleh Indeks

Produksi Industri (IPI). Sedangkan pengaruh shock yang terjadi pada

variabel pembiayaan direspon negatif oleh Indeks Produksi Industri (IPI).

Hal ini dikarenakan ketika terjadi kebijakan moneter kontraktif maka akan

menurunkan porsi pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah,

sehingga akan berdampak pada penurunan di sektor riil.

Berdasarkan Uji FEVD dalam model penelitian ini, variabel

instrumen moneter syariah yaitu SBIS dan PUAS serta variabel

pembiayaan bank syariah mempengaruhi fluktuasi Indeks Produksi

Industri (IPI) sekitar 35%. Hal ini menunujukkan bahwa transmisi

kebijakan moneter syariah jalur pembiayaan masih belum memberikan

kontribusi yang besar terhadap Indeks Produksi Industri (IPI).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang

variabel SBIS dan Pembiayaan bank syariah dapat meningkatkan

Indeks Produksi Industri (IPI). Hal ini menunjukkan bahwa transmisi

kebijakan moneter syariah jalur pembiayaan memberikan kontribusi

positif terhadap pertumbuhan sektor riil. Untuk itu, diharapkan bagi

pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah untuk berupaya dalam

pengembangan industri perbankan syariah.

Page 110: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

92

2. Penelitian ini hanya melihat bagaimana pengaruh dari variabel

instrumen moneter syariah dan pembiayaan bank syariah dalam

mempengaruhi Indeks Produksi Industri (IPI). Disarankan pada

penelitian selanjutnya untuk menggunakan variabel konvensional agar

terlihat perbandingan mana transmisi kebijkan moneter yang lebih baik

antara variabel jalur pembiayaan pada perbankan syariah dengan

variabel jalur kredit pada perbankan konvensional dalam

mempengaruhi sektor riil.

Page 111: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

93

Daftar Pustaka

Ascarya. 2008. Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ascarya. 2012. ”Alur Transmisi dan Efektivitas Kebijakan Moneter Ganda di

Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol. 14, No. 3, hlm.

283 – 315.

Ascarya. 2010. “Peran Perbankan Syariah dalam Transmisi Kebijakan Moneter

Ganda”. Iqtishodia, Jurnal Ekonomi Islam Republika, 26 Agustus 2010.

Asngari, Imam. 2014. “Pengaruh Pembiayaan Bank Syariah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Prosiding. Seminar Nasional Hasil-Hasil

Penelitian Dan Silatnas IV Fordebi.

Asnuri, Wulan. 2013. “Pengaruh Instrumen Moneter Syariah Dan Ekspor

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”. Al-Iqtishad, Vol. V, No. 2,

hlm. 276 – 288.

Beik, „Ayuniyyah, dan Arsyianti. 2013. “Dynamic Analysis of Islamic Bank and

Monetary Instrumenowards Real Output and Inflation in Indonesia”.

Proceeding of Sharia Economics Conference-Hannover, 9 February 2013.

Daniar. 2016. “Transmisi Kebijakan Moneter Syariah: Sebuah Analisa”. FALAH

Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1. No. 1, hlm. 91 – 102.

Fitriani, Aziz, dan Amalia. 2012. “Keterkaitan Indikator Moneter Syariah

Terhadap Pendapatan Domestik Bruto”. Signifikan, Vol. 1, No. 1, hlm. 45 –

52.

Istiqomah. 2012. “Dinamika Interaksi Antara Variabel Moneter Dan Pasar Modal

Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Skripsi. Bogor : Institut

Pertanian Bogor.

Latifah, Nur Aini. “Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi Syariah”.

MODERNISASI, Vol. 11, No. 2, hlm. 124 – 133.

Lestari, Nuri Ayu. 2012. “Efektivitas Instrumen Keuangan Syariah Terhadap

Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Vector Autu

Regression (VAR) / Vector Error Correction Model (VECM)”. Skripsi.

Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Page 112: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

94

Magdalena, Ingrit dan Wahyu Ario Pratomo. 2014. “Analisis Efektivitas

Transmisi Kebijakan Moneter Ganda di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan

Keuangan, Vol. 2, No. 11, hlm. 657 – 671.

Majid, M. Shabri Abd. Dan Salina H. Kassim. 2015. "Assessing the contribution

of Islamic finance to economic growth". Journal of Islamic Accounting and

Business Research, Vol. 6 Iss 2, pp. 292 – 310.

Muhammad. 2002. “Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islami”,

Jakarta: Salemba Empat.

Muhammad. 2005. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Yogyakarta :

Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Nugroho, Ris Yuwono Yudo. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan

Perbankan Syariah Di Indonesia: Aplikasi Model Vector Error Correction”.

Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Pohan, Aulia. 2008. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di

Indonesia”, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Pratama, Yoghi Citra. 2013. “Effectiveness of Conventional and Syariah

Monetary Policy Transmission”. Tazkia Islamic Finance and Business

Review, Vol. 8, No. 1, hlm. 79 – 96.

Rafsanjani, Haqiqi dan Raditya Sukmana. 2014. “Pengaruh Perbankan Atas

Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Bank Konvensional dan Bank Syariah di

Indonesia”. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM), Vol. 12, No 3, hlm. 492 –

502.

Sangidi, Wulandari. 2014. “Efektivitas Mekanisme Transmisi Moneter Melalui

Jalur Pembiayaan Bank Syariah Di Indonesia”. Skripsi. Bogor :Institut

Pertanian Bogor.

Setiawan, Rifki Yudi dan Karsinah. 2016. “Mekanisme Transmisi Kebijakan

Moneter Konvensional Dan Syariah Dalam Mempengaruhi Inflasi Dan

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia”. Economics Development Analysis

Journal, Vol. 5, No. 4, hlm. 421 – 435.

Simorangkir, Iskandar. 2014. “Pengantar Kebanksentralan Teori dan Praktik di

Indonesia”, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Page 113: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

95

Soemitra, Andri. 2014. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Jakarta:

Kencana.

Sugianto, Hermain, dan Harahap. 2015. “Mekanisme Transmisi Kebijakan

Moneter di Indonesia Melalui Sistem Moneter Syariah”. Human Falah,

Vol.2,No. 2, hlm. 50 – 74.

Sukmana, Raditya dan Salina H. Kassim. 2010. "Roles of the Islamic banks in the

monetary transmission process in Malaysia", International Journal of Islamic

and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 3 Iss 1, pp. 7 – 19.

Susilo, Joko dan Nirdukita Ratnawati. 2015. “Analisis Pengaruh Pembiayaan

Bank Syariah Dan Tenaga Kerja Terhadap Peningkatan Produk Domestik

Bruto (Pdb): Analisis Sektoral Tahun 2006 – 2013”. Seminar Nasional

Cendekiawan.

Warjiyo, Perry dan Solikin. 2003. “Kebijakan Moneter di Indonesia”. Buku Seri

Kebanksentralan No. 6, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan

(PPSK), Bank Indonesia.

Zein, Aliman Syahuri. 2015. “Apa Dan Bagaimana: Mekanisme Transmisi

Kebijakan Moneter Syariah Di Indonesia”, At-Tijaroh, Vol. 1, No. 1, hlm.

91 – 122.

Page 114: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

96

LAMPIRAN

1. Uji Stasioneritas Data

Null Hypothesis: LOGIPI has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.937731 0.7702

Test critical values: 1% level -3.531592

5% level -2.905519

10% level -2.590262

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LOGIPI) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.770761 0.0000

Test critical values: 1% level -3.531592

5% level -2.905519

10% level -2.590262

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: LOGPEMBIAYAAN has a unit root

Page 115: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

97

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.336528 0.0008

Test critical values: 1% level -3.528515

5% level -2.904198

10% level -2.589562

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LOGPEMBIAYAAN) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.614862 0.0000

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: SBIS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.685770 0.4338

Test critical values: 1% level -3.530030

Page 116: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

98

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(SBIS) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.567650 0.0000

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: PUAS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.785881 0.3844

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(PUAS) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

Page 117: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

99

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.23222 0.0001

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

2. Uji Lag Optimal

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: LOGIPI LOGPEMB SBIS PUAS

Exogenous variables: C

Date: 02/19/17 Time: 19:36

Sample: 2011M01 2016M10

Included observations: 62

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

0 24.40368 NA 6.09e-06 -0.658183 -0.520949 -0.604302

1 268.1653 448.2068 3.93e-09 -8.005331 -7.319159* -7.735923*

2 288.0563 34.00727* 3.49e-09* -8.130849* -6.895739 -7.645914

3 302.2952 22.50658 3.75e-09 -8.074038 -6.289990 -7.373576

4 313.8780 16.81381 4.47e-09 -7.931549 -5.598563 -7.015560

5 325.9762 16.00085 5.35e-09 -7.805685 -4.923761 -6.674169

6 343.4568 20.86389 5.54e-09 -7.853445 -4.422583 -6.506402

7 362.0005 19.74008 5.76e-09 -7.935500 -3.955700 -6.372930

8 379.2997 16.18310 6.57e-09 -7.977409 -3.448671 -6.199312

* indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

Page 118: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

100

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

3. Uji Stabilitas VAR

Roots of Characteristic Polynomial

Endogenous variables: LOGIPI LOGPEMB SBIS PUAS

Exogenous variables: C

Lag specification: 1 2

Date: 02/19/17 Time: 19:56

Root Modulus

0.961341 0.961341

0.904003 0.904003

0.644518 - 0.029284i 0.645183

0.644518 + 0.029284i 0.645183

-0.378076 0.378076

-0.285829 0.285829

0.098990 - 0.132264i 0.165205

0.098990 + 0.132264i 0.165205

No root lies outside the unit circle.

VAR satisfies the stability condition.

Page 119: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

101

4. Uji Kointegrasi

Date: 02/19/17 Time: 19:42

Sample (adjusted): 2011M04 2016M10

Included observations: 67 after adjustments

Trend assumption: Quadratic deterministic trend

Series: LOGIPI LOGPEMB SBIS PUAS

Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.333690 68.32135 55.24578 0.0023

At most 1 * 0.314186 41.11932 35.01090 0.0099

At most 2 0.138274 15.85035 18.39771 0.1097

At most 3 * 0.084014 5.879556 3.841466 0.0153

Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None 0.333690 27.20203 30.81507 0.1299

At most 1 * 0.314186 25.26897 24.25202 0.0366

At most 2 0.138274 9.970796 17.14769 0.4000

At most 3 * 0.084014 5.879556 3.841466 0.0153

Page 120: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

102

Max-eigenvalue test indicates no cointegration at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Date: 02/19/17 Time: 20:18

Sample: 2011M01 2016M10

Included observations: 68

Series: LOGIPI LOGPEMB SBIS PUAS

Lags interval: 1 to 1

Selected

(0.05 level*)

Number of

Cointegrating

Relations by

Model

Data Trend: None None Linear Linear Quadratic

Test Type No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept

No Trend No Trend No Trend Trend Trend

Trace 1 2 2 3 2

Max-Eig 1 2 2 3 2

*Critical values based on MacKinnon-Haug-Michelis (1999)

Information

Criteria by

Rank and

Model

Data Trend: None None Linear Linear Quadratic

Page 121: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

103

Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept

No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend

Log

Likelihood by

Rank (rows)

and Model

(columns)

0 256.0085 256.0085 267.2793 267.2793 276.4792

1 279.6803 280.0349 282.3706 287.0731 295.9613

2 285.7955 294.1814 294.3814 302.0646 309.5549

3 289.1652 298.7718 298.7899 312.7522 314.0325

4 289.2308 301.2159 301.2159 316.8162 316.8162

Akaike

Information

Criteria by

Rank (rows)

and Model

(columns)

0 -7.059074 -7.059074 -7.272922 -7.272922 -7.425860

1 -7.520010 -7.501028 -7.481489 -7.590385 -7.763569

2 -7.464575 -7.652394 -7.599453 -7.766605 -7.928084*

3 -7.328389 -7.522700 -7.493820 -7.816242 -7.824484

4 -7.095022 -7.329880 -7.329880 -7.671064 -7.671064

Schwarz

Criteria by

Rank (rows)

and Model

(columns)

0 -6.536837 -6.536837 -6.620125 -6.620125 -6.642504

Page 122: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

104

1 -6.736654* -6.685032 -6.567574 -6.643830 -6.719095

2 -6.420100 -6.542640 -6.424419 -6.526292 -6.622491

3 -6.022797 -6.119188 -6.057668 -6.282171 -6.257773

4 -5.528311 -5.632609 -5.632609 -5.843234 -5.843234

5. Uji Kausalitas Granger

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 02/10/17 Time: 10:50

Sample: 2011M01 2016M10

Lags: 1

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

LOGPEMBIAYAAN does not Granger Cause LOGIPI 69 11.0125 0.0015

LOGIPI does not Granger Cause LOGPEMBIAYAAN 0.77771 0.3810

PUAS does not Granger Cause LOGIPI 69 0.31454 0.5768

LOGIPI does not Granger Cause PUAS 0.19585 0.6595

SBIS does not Granger Cause LOGIPI 69 0.53743 0.4661

LOGIPI does not Granger Cause SBIS 0.14230 0.7072

PUAS does not Granger Cause LOGPEMBIAYAAN 69 2.02882 0.1591

LOGPEMBIAYAAN does not Granger Cause PUAS 0.72979 0.3960

SBIS does not Granger Cause LOGPEMBIAYAAN 69 0.35893 0.5512

LOGPEMBIAYAAN does not Granger Cause SBIS 0.36051 0.5503

SBIS does not Granger Cause PUAS 69 12.4090 0.0008

PUAS does not Granger Cause SBIS 1.39050 0.2426

Page 123: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

105

6. Uji Estimasi VECM

Vector Error Correction Estimates

Date: 02/19/17 Time: 19:43

Sample (adjusted): 2011M04 2016M10

Included observations: 67 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1

LOGIPI(-1) 1.000000

LOGPEMB(-1) 0.218332

(0.07046)

[ 3.09877]

SBIS(-1) 0.069852

(0.01999)

[ 3.49409]

PUAS(-1) -0.097313

(0.02297)

[-4.23735]

@TREND(11M01) -0.007926

C -5.482640

Error Correction: D(LOGIPI) D(LOGPEMB) D(SBIS) D(PUAS)

CointEq1 -0.232353 0.077332 0.449007 6.649976

(0.10219) (0.08220) (0.82847) (1.65097)

[-2.27364] [ 0.94082] [ 0.54197] [ 4.02792]

Page 124: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

106

D(LOGIPI(-1)) -0.346846 -0.003005 0.017204 -4.605916

(0.12139) (0.09764) (0.98408) (1.96108)

[-2.85729] [-0.03077] [ 0.01748] [-2.34867]

D(LOGIPI(-2)) -0.348861 -0.139844 0.273635 -3.217523

(0.11468) (0.09224) (0.92964) (1.85260)

[-3.04217] [-1.51617] [ 0.29434] [-1.73676]

D(LOGPEMB(-1)) 0.093385 -0.134751 -5.778292 -6.363733

(0.16931) (0.13618) (1.37252) (2.73517)

[ 0.55157] [-0.98954] [-4.20998] [-2.32663]

D(LOGPEMB(-2)) 0.045737 0.133940 -0.553175 -8.166979

(0.21013) (0.16901) (1.70350) (3.39475)

[ 0.21765] [ 0.79248] [-0.32473] [-2.40577]

D(SBIS(-1)) 0.038294 -0.003025 0.246324 -0.170829

(0.01897) (0.01526) (0.15380) (0.30648)

[ 2.01853] [-0.19824] [ 1.60164] [-0.55739]

D(SBIS(-2)) 0.005550 0.003449 0.189505 0.154682

(0.01461) (0.01175) (0.11842) (0.23599)

[ 0.37990] [ 0.29353] [ 1.60023] [ 0.65545]

D(PUAS(-1)) -0.008460 -0.002737 0.062860 -0.165456

(0.00958) (0.00771) (0.07768) (0.15480)

[-0.88291] [-0.35518] [ 0.80924] [-1.06886]

D(PUAS(-2)) -0.002503 -0.007366 0.003356 -0.042375

(0.00785) (0.00631) (0.06360) (0.12674)

Page 125: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

107

[-0.31898] [-1.16724] [ 0.05276] [-0.33434]

C 0.002986 0.035433 0.213428 0.549136

(0.01342) (0.01080) (0.10882) (0.21686)

[ 0.22242] [ 3.28184] [ 1.96126] [ 2.53221]

@TREND(11M01) 1.30E-05 -0.000491 -0.003111 -0.008067

(0.00024) (0.00019) (0.00194) (0.00387)

[ 0.05422] [-2.55238] [-1.60382] [-2.08698]

R-squared 0.346505 0.283830 0.427452 0.459532

Adj. R-squared 0.229809 0.155943 0.325212 0.363020

Sum sq. resids 0.041772 0.027023 2.745232 10.90205

S.E. equation 0.027312 0.021967 0.221409 0.441225

F-statistic 2.969303 2.219377 4.180843 4.761391

Log likelihood 152.1686 166.7586 11.95783 -34.24154

Akaike AIC -4.213988 -4.649510 -0.028592 1.350494

Schwarz SC -3.852023 -4.287546 0.333373 1.712458

Mean dependent 0.002888 0.017324 -0.012239 -0.021194

S.D. dependent 0.031121 0.023911 0.269533 0.552837

Determinant resid covariance (dof adj.) 2.97E-09

Determinant resid covariance 1.45E-09

Log likelihood 301.5154

Akaike information criterion -7.567624

Schwarz criterion -5.988142

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 02/19/17 Time: 20:02

Sample: 2011M01 2016M10

Lags: 1

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

LOGPEMB does not Granger Cause LOGIPI 69 11.0125 0.0015

LOGIPI does not Granger Cause LOGPEMB 0.77771 0.3810

SBIS does not Granger Cause LOGIPI 69 0.53743 0.4661

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 02/19/17 Time: 20:02

Sample: 2011M01 2016M10

Lags: 1

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.

LOGPEMB does not Granger Cause LOGIPI 69 11.0125 0.0015

LOGIPI does not Granger Cause LOGPEMB 0.77771 0.3810

Page 126: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

108

7. Uji Impulse Response Function (IRF)

Respo

nse of

LOGIPI:

Period LOGIPI LOGPEMB SBIS PUAS

1 0.027312 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.013444 -0.000170 0.006285 0.005908

3 0.007487 -0.004866 0.003482 0.006074

4 0.014355 -0.005915 0.002338 0.005484

5 0.014054 -0.005621 0.003217 0.007150

6 0.011417 -0.006144 0.002897 0.007131

7 0.012391 -0.006625 0.002380 0.006793

8 0.013048 -0.006287 0.002461 0.007022

9 0.012443 -0.006276 0.002499 0.007107

10 0.012346 -0.006357 0.002375 0.006984

11 0.012616 -0.006304 0.002344 0.006999

12 0.012550 -0.006245 0.002369 0.007031

13 0.012455 -0.006264 0.002351 0.007014

14 0.012507 -0.006258 0.002331 0.007003

15 0.012525 -0.006240 0.002335 0.007012

16 0.012493 -0.006238 0.002334 0.007012

17 0.012495 -0.006240 0.002327 0.007008

18 0.012506 -0.006235 0.002326 0.007009

19 0.012500 -0.006233 0.002327 0.007010

20 0.012497 -0.006233 0.002325 0.007009

Page 127: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

109

8. Uji Forecast Error Variance Decomposition

Varian

ce

Decom

position

of

LOGIPI:

Period S.E. LOGIPI LOGPEMB SBIS PUAS

1 0.027312 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.031640 92.56398 0.002899 3.946349 3.486775

3 0.033613 86.97684 2.098141 4.569798 6.355220

4 0.037503 84.52359 4.172997 4.059696 7.243717

5 0.041195 81.68978 5.320258 3.974403 9.015556

6 0.043868 78.81211 6.653609 3.941066 10.59322

7 0.046622 76.83849 7.910170 3.749664 11.50168

8 0.049384 75.46572 8.670994 3.590409 12.27287

9 0.051863 74.18080 9.326108 3.487495 13.00560

10 0.054194 73.12553 9.916996 3.385852 13.57162

11 0.056483 72.30657 10.37500 3.289189 14.02924

12 0.058668 71.59808 10.74978 3.211892 14.44024

13 0.060754 70.96911 11.08745 3.144863 14.79857

14 0.062778 70.43540 11.37751 3.083159 15.10393

15 0.064742 69.96957 11.62674 3.028976 15.37471

16 0.066642 69.55141 11.84944 2.981400 15.61776

17 0.068489 69.17902 12.04898 2.938233 15.83376

18 0.070289 68.84662 12.22667 2.899197 16.02752

19 0.072043 68.54544 12.38710 2.864046 16.20341

20 0.073755 68.27168 12.53310 2.832038 16.36319

21 0.075428 68.02252 12.66602 2.802733 16.50873

Page 128: PENGARUH KEBIJAKAN MONETER SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36323...LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini, Kamis 13 April 2017 telah dilakukan

110

22 0.077065 67.79437 12.78757 2.775900 16.64216

23 0.078667 67.58447 12.89939 2.751228 16.76491

24 0.080238 67.39095 13.00251 2.728440 16.87810

25 0.081778 67.21194 13.09787 2.707346 16.98284

26 0.083290 67.04579 13.18637 2.687771 17.08008

27 0.084775 66.89117 13.26872 2.669549 17.17056

28 0.086235 66.74696 13.34553 2.652546 17.25496

29 0.087670 66.61212 13.41735 2.636647 17.33389

30 0.089082 66.48575 13.48465 2.621747 17.40786

31 0.090472 66.36709 13.54784 2.607755 17.47731

32 0.091841 66.25546 13.60729 2.594590 17.54266

33 0.093189 66.15025 13.66332 2.582182 17.60425

34 0.094519 66.05091 13.71623 2.570466 17.66240

35 0.095830 65.95697 13.76625 2.559387 17.71739

36 0.097123 65.86801 13.81363 2.548894 17.76946

37 0.098400 65.78363 13.85857 2.538942 17.81886

38 0.099660 65.70349 13.90125 2.529490 17.86577

39 0.100904 65.62728 13.94183 2.520502 17.91039

40 0.102133 65.55471 13.98048 2.511943 17.95286