pengaruh erosi dan sedimentasi terhadap...
TRANSCRIPT
JURNAL TEKNIK VOL. 6 NO. 1 / APRIL 2016
22 ISSN 2088 - 3676
PENGARUH EROSI DAN SEDIMENTASI TERHADAP PELESTARIAN LAYANAN
UMUR MANFAAT WADUK ( Studi Kasus Waduk Sermo Di Kab. Kulon Progo D.I.Y )
1Subagiya, 2Edy Sriyono, 3Nizar Achmad
1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta 3Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta
Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231 Telp/Fax . (0274) 543676
ABSTRACT
In 21th Century, our country faces water scarcity, looked from all dimentions, place, amount, and
quality. Build a dam is one of way to solve this problem. Sermo Reservoir is one of reservoir in
Indonesia having benefit to solve water scarcity problem especially in Kulonprogo District. Nowdays,
Sermo faced serious problem are erosion and sedimentation. This problem is forced by massive
development and human activity in catchment area of Sermo Reservoir. Because of that, the estimation
time when the dead storage would be fully filled with sediment (useful life) of Sermo Resevoir is very
important to be known. This time will give warning for the polivy maker to handle sedimentation
problem in this place.
This research is done by calculate useful life of Sermo Reservoir using several methods. Methods used
to calculate reservoir sedimentation in order to estimate useful life of Sermo Reservoir are: bathimetry,
GIS, and USLE methods.
The result of bathimetry method shows that the dead storage of Sermo Reservoir will be fully filled with
sediment 25 years since 2013 or 43 years since the first year dam operational. The GIS method gives
the result that, the dead storage will be fully filled 16,67 years since 2013 or 35 since the first year dam
operational. Whereas, the USLE method shows that the useful life of Sermo will be fully filled on 2024
or 29.28 years since the first year dam operational. From these results can be concluded that erosion
and sedimentation very influence to reduce useful life of reservoir.
Keywords: Erotion, reservoir sedimentation, useful life of reservoir, Sermo Reservoir
PENDAHULUAN
Memasuki abad ke 21 negara kita mengalami
keterbatasan penyediaan air, baik ditinjau dari
segi tempat, jumlah, waktu dan kualitas air.
Salah satu cara mengatasi keterbatasan ini
adalah dengan membangun atau memelihara
lebih banyak bendungan yang dapat
menciptakan waduk dimasa mendatang.
Sampai saat di Indonesia telah dibangun 284
bendungan besar, yang pertama kali dibangun
di Indonesia adalah Bendungan Nglangon Jawa
Tengah (1910 - 1916). Bendungan mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi kehidupan
manusia, tetapi juga menyimpan tingkat
kandungan bahaya yang sangat tinggi bagi jiwa
manusia. Pembangunan Bendungan Waduk
Sermo selesai dibangun pada tanggal 20
November 1996 serta mulai beroperasi tahun
1997 dengan target operasi 50 tahun.
Bendungan waduk sermo merupakan salah satu
bendungan di Indonesia yang telah memiliki
sertifikasi pengoperasian waduk dikeluarkan di
Jakarta tanggal no : 08/KB/Mn/2001 oleh
Menteri Pemukiman dan Prasrana Wilayah.
Seiring berjalannya waktu, munculah
dibuatnya, jalan masuk waduk, jalan lingkar
waduk, jalan Propinsi yang terletak di bagian
upstream waduk sermo serta aktifitas
masyarakat yang berada pada daerah pasang
surut waduk, greenbelt maupun perubahan
tataguna lahan akibat pertumbuhan penduduk
pada chatment area terutama sekitar jalan yang
telah dibangun. Hal ini merupakan penyebab
terjadinya laju erosi dan sedimentasi yang
masuk ke daerah genangan waduk seperti yang
terlihat dibawah.
Pengaruh Erosi……………....Manfaat Waduk Subagiya, Edi Sriyono, Nizar Achmad
23 ISSN 2088 - 3676
Gambar 1. Jalan Lingkar Waduk yang dibuat setelah Waduk Sermo selesai dibangun 1996
Sedimen yang masuk kedalam waduk,
disebabkan akibat adanya Erosi permukaan
tanah, ini merupakan kejadian alam yang pasti
terjadi. Besarnya erosi sangat tergantung dari
faktor-faktor alam di tempat terjadinya erosi
tersebut, namun ada yang perlu lebih
diwaspadai yaitu aktifitas penduduk maupun
pengembangan transportasi yang ada didaerah
chatment area menjadi penyebab utama
masuknya sedimentasi sehabis bendungan
selesai dibangun seperti terlihat pada Foto.1.2.
Adapun faktor – faktor alam yang
mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah,
karakteristik lanskap dan iklim.
Gambar 2. Sedimentasi yang masuk kedaerah genangan waduk S.Ngrancah dan S. Lurung.
Secara umum pembangunan bendungan yang
dilengkapi dengan jalan masuk (Acces Road)
untuk menghubungkan desa-desa yang berada
disekitar waduk serta dengan dilengkapi
fasilitas-fasilitas lain diantaranya : rumah
makan, wc, keramba, tempat olah raga selesai
dibangun dan pengoperasian waduk dimulai,
akibat aktifitas seperti tersebut diatas, akhirnya
muncul problem baru yaitu terjadi erosi dan
sedimentasi yang terjadi di daerah tangkapan
air, adanya sedimentasi yang masuk kedalam
waduk, dikarenakan oleh erosi yang berjalan
intensif di daerah aliran sungai (DAS) maupun
keramba apung yang berada didalam genangan
waduk. Penelitian ini akan menyampaikan
salah satu pendugaan erosi dan sedimentasi dari
metode batimetri (echo-sounder) yang berbasis
Global Information System (GIS) / Sistem
Informasi Geografis.
Penelitian ini akan membatasi masalah yang
dibahas, yaitu menegaskan bahwa perhitungan
sedimentasi yang ada didalam genangan waduk
dengan metode batimetri (echo-sounder)
dengan menggunakan ArcGIS, sedangkan
untuk mengklasifikasikan type reservoir
digunakan Theory and Practice oleh Chih Ten
Yung (1996) dengan mengacu hasil
pengukuran sedimentasi yang masuk kedalam
waduk melalui sungai utama maupun anak-
anak sungai serta debit (Q) Inflow kedalam
waduk, batasan wilayah studi hanya di Daerah
Aliran Sungai Ngrancah yang masuk kedalam
waduk sermo.
JURNAL TEKNIK VOL. 6 NO. 1 / APRIL 2016
24 ISSN 2088 - 3676
Gambar 3. Profil Tipikal Pengendapan Sedimen
(Strand and Pamberton.1982 )
Dengan melihat kondisi tersebut diatas, tujuan
penelitian ini secara garis besar dapat
disampaikan sebagai berikut :
Menganalisis hasil batimetri (echosondier)
dengan mengaplikasikan SIG untuk prediksi
erosi sedimentasi yang masuk kedalam waduk.
Memprediksi umur layanan waduk berdasarkan
Sediment Transport Theory and Practice oleh
Chih Ten Yung (1996).
Menganalisis serta mengkaji kemampuan
kondisi tataguna lahan tahun 2007 dalam
mempertahankan umur layanan waduk sesuai
umur rencana.
Memberikan masukan usaha - usaha konservasi
yang masih memungkinkan untuk dilakukan
sesuai analisis kondisi lapangan.
Memberikan gambaran perlunya penelitian
lanjutan dengan biaya yang diperlukan.
LANDASAN TEORI PERHITUNGAN
LAJU ANGKUTAN SEDIMEN DAN LAJU
SEDIMENTASI WADUK SERTA UMUR
LAYANAN WADUK
Angkutan Sedimen dan Sedimentasi Waduk
Pada umumnya endapan sedimen waduk
berasal dari material angkutan sedimen dari
sungai induk dan anak-anak sungai yang masuk
ke dalam waduk, Dalam kasus-kasus tertentu,
endapan sedimen waduk dapat berasal dari hasil
erosi langsung daerah tangkapan airnya atau
dari longsoran tebing yang ada di sekitar
waduk, Perhitungan laju sedimentasi waduk di
sini hanya digunakan untuk angkutan sedimen
yang berasal dari sungai-sungai yang mengalir
ke dalam waduk yang secara teori dapat
dihitung dengan rumus-rumus atau model yang
telah dikembangkan sebelumnya. Laju
sedimentasi yang berasal dari hasil erosi lahan
atau longsoran tebing harus dihitung atau
diperkirakan berdasrkan survey tentang adanya
potensi longsor atau adanya pelapukan batuan
pada daerah tangkapan air yang secara intensif
akan mengakibatkan terjadinya erosi lahan
yang masuk ke dalam genangan waduk.
Angkutan sedimen waduk di bedakan dalam 2
jenis angkutan sedimen yakni angkutan
sedimen layang (suspended load) dan angkutan
sedimen dasar (bed load). Angkutan sedimen
akibat loncatan butiran-butiran sedimen akibat
adanya fenomena “bursi” aliran air didasar
sungai atau adanya singkapan material ukuran
besar dikategorikan dalam jenis sedimen dasar.
Dari hasil survey lapangan pada alur-alur
sungai akan diperoleh data yang diberikan
perhitungan laju sedimentasi, yang berupa data
hidrometri sungai dan data material sedimen.
Data hidrometri sungai meliputi data tinggi
muka air dan kecepatan aliran pada penampang
penampang sungai yang ditetapkan, selanjutnya
akan dapat dibuat kurva lengkung debit untuk
masing-masing pos hidrometan yang terjadi
pada saat pengukuran. Data material sedimen
berupa data konsentrasi angkutan sedimen
untuk layang dan data debit sedimen dasar pada
elevasi muka air atau debit aliran yang terjadi
pada saat pengukuran. Dari pengambilan
sampel sedimen akan diperoleh data gradasi
butiran, kerapatan massa, berat jenis, dll.
Angkutan Sedimen Layang
Dari hasil pengambilan contoh muatan sedimen
layang seperti disebutkan pada sub bab 7.1
diatas akan diperoleh data konsentrasi
kandungan pasir, lanau dan partikel halus
lainnya pada setiap titik kedalaman aliran.
Dengan jumlah contoh muatan sedimen layang
akan memadai serta mewakili rentang debit
besar dan kecil (maksimum dan minimum)
akan dapat dikorelasikan hubungan antara debit
air dan debit sedimen muatan laying yang
terjadi dalam persamaan :
Qs = a . QWb…………..................................1
dengan :
Qs = muatan sedimen laying dalam (kg/dt).
A dan b = konstanta yang dicari berdasarkan
data konsentrasi
Pengaruh Erosi……………....Manfaat Waduk Subagiya, Edi Sriyono, Nizar Achmad
25 ISSN 2088 - 3676
Apabila debit air rata-rata jam-jaman atau
harian diketahui maka laju angkutan muatan
sedimen layang adalah :
Qs = 3,6 C Qw kg/jam atau
Qs= 86,4 C Qwkg/hari.................................2
dengan :
Qs = muatan sedimen layang (kg/jam atau
kg/hari)
C = konsentrasi sedimen (mg/l)
Qw = debit air (m3/s)
Dengan diketahuinya data debit air dalam jam-
jaman atau dalam harian selama satu tahun
maka debit sedimen layang yang masuk
kedalam waduk selama satu tahun akan dapat
dihitung dengan menjumlahkan nilai Qs jam-
jaman atau harian selama kurun waktu satu
tahun.
Angkutan Sedimen Dasar
Dari hasil pengambilan contoh angkutan
sedimen dasar di lokasi pengukuran maka laju
angkutan sedimen dapat dihitung dengan rumus
:
Sb= α.Gs/b.T atau Sb= α (1-p) ps
Vs/b.T............................................................3
Dengan :
Sb = Laju angkutan sedimen dasar permeter
lebar sungai (kg/s/m)
Α = faktor kalibrasi = 0,5 partikel ukuran
0,25 sampai 0,5 mm
= 0,1 untuk partikel ukuran 0,5 sampai 16
mm
= 1,5 untuk partikel ukuran 16 sampai 32
mm
Gs = berat massa sedimen yang diambil (N/m3)
b = lebar bukaan pengambilan (0,076 m)
T = periode pengambilan sampel (detik)
P = faktor porositas
ps = rapat massa sedimen (= 2650 kg/m3)
Vs = volume sedimen yang diambil (m3)
Debit angkutan sedimen dasar dihitung dengan
mengalikan laju angkutan sedimen dengan
lebar dasar sungai di tempat pengukuran.
Selain dari sedimen layang, hasil analisis
serahan sedimen total dari suatu daerah
pengaliran adalah muatan tak terukur atau
muatan dasar. Ketika menyusun program
pengambilan contoh sedimen disuatu lokasi
khusus perlu dilakukan evaluasi diambil contoh
khusus untuk menentukan besarnya muatan
sedimen dasar didalam muatan sedimen total.
Empat metode yang umum digunakan untuk
menentukan berapa besar bagian muatan dasar
didalam muatan sediemen total adalah :
Koreksi (%) terhadap muatan layang bervariasi
antara 2-150%
Contoh khusus yang diambil dari lapangan
untuk digunakan dalam satu atau lebih
persamaan angkutan dasar yang andal atau
dalam perhitungan dengan rumus-rumus
empiris yang telah dikembangkan.
Contoh muatan dasar yang diambil
menggunakan perangkap sedimen tipe
keranjang seperti yang dibuat oleh Helly-Smith
atau Amheim dan
Analisis butiran sedimen yang mengendap
didalam waduk atau profil tanah alluvial yang
tersingkap di daerah pengaliran.
Perhitungan Angkutan Sedimen dengan
Metode atau Rumus – Rumus Empiris.
Pemilihan metode yang akan digunakan untuk
menghitung muatan dasar dilakukan pada saat
pengambilan contoh sedimen direncanakan.
Suatu pedoman yang memadai untuk koreksi
muatan dasar dan menentukan pemilihan
metode yang tepat diberikan dalam tabel 6.
Tabel tersebut memperhatikan bahwa gerakan
muatan dasar tergantung pada konsentrasi
sedimen layang, bahan dasar sungai, dan
analisis ukuran butir sedimen layang. Kondisi 1
dan 2 dalam Tabel 6 pada dasar sungai dengan
bahan endapan sedimen pasir berukuran antara
0,062 – 02,0 mm menunjukan bahwa muatan
dasar dapat mencapai jumlah 10 – 150% dari
muatan sedimen layang. Dalam kondisi seperti
ini disarankan untuk melakukan suatu program
pengambilan contoh khusus.
Tabel 1. Presentasi Muatan Sedimen Dasar
Terhadap Muatan Sedimen Layang
Kondisi
Konsentrasi Sedimen Layang (mg/l)
Bahan
Endapan Sedimen
Analisis Ukuran
Butir Sedimen Layang
Presentasi Muatan Dasar
Terhadap Sedimen Layang
1 (1) < 1000 Pasir 20 – 50 % pasir
25 – 150
2 (1) 1000 – 7500
Pasir 20 – 50% pasir
10 – 35
3 > 7500 Pasir 20 – 5 - % pasir
5
4
Konsentrasi
tak terbatas
Lempung padatan,
kerikil, Kerakal, bongkah
Sedikit sampai 25% pasir
5 – 15
5 Konsentrasi tak terbatas
Lempung
dan lanau
Tidak
ada pasir
< 2
JURNAL TEKNIK VOL. 6 NO. 1 / APRIL 2016
26 ISSN 2088 - 3676
Ada beberapa rumus atau metode perhitungan
angkutan sedimen baik untuk muatan sedimen
layang, sedimen dasar atau kedua-duanya, yang
telah dikembangkan oleh beberapa ahli antara
lain dengan modifikasi Einstein, rumus Mayer,
Peter dan Muler (metode MPM), rumus
Freijlink, rumus Engelund and Hansen, rumus
van Rijn, dll. Masing-masing rumus atau
metode mempunyai spesifikasi khusus dalam
penerapannya sehingga penggunaan rumus dan
metode yang bersangkutan harus
memperhatikan data karakteristik alur sungai
dan material sedimen yang sama pada suatu
sungai akan menghasilkan nilai debit sedimen
yang sangat berbeda antara satu dengan yang
lainnya dan perbedaan tersebut akan cukup
besar sampai ratusan persen atau beberapa kali
lipat. Dengan adanya data hasil pengukuran
debit sedimen di lapangan akan dapat
digunakan dalam memilih atau menentukan
rumus atau metode mana yang paling
mendekati untuk perhitungan angkutan
sedimen pada sungai tersebut. Secara ringkas
rumus atau metode perhitungan angkutan
sedimen disajikan seperti dibawah.
Tabel 2. Resume data sampel sedimen dasar di
sungai dan waduk
Lokasi
Ber
at
Jeni
s
G
( - )
Komposisi dasar (%)
Gravel
(batua
n)
Sand
(pasi
r)
Silt
(lumpu
r)
Clay
(lempun
g)
Sedimen dasar di sungai
S.
Ngranc
ah
2.70 6.37 93.61 0.02
S.
Bengko
k
2.77 1.23 95.45 3.32
S.
Lurung
(Tegiri)
2.69 5.63 84.97 9.40
Sedimen dasar di waduk
BTWS
651 2.49 - 3.05 74.95 22
CP 214 2.55 - 15.64 44.36 40
CP 2 2.58 - 29.28 56.72 14
Tampak pada Tabel 1 bahwa untuk material
dasar sungai, komposisi bahan penyusun
terbesarnya adalah berupa pasir (85 – 95 %),
sementara untuk material dasar waduk,
komposisi terbesar adalah lumpur / lempung
(70 – 90). Nilai – nilai yang diberikan pada
tabel diatas nantinya akan sangat berguna untuk
analisis angkutan sedimen di sungai/hitungan
volume endapan sedimen di waduk.
Umur Layanan Waduk
Dalam rangka menentukan umur layanan
(useful life) waduk, terdapat 2 (dua) pendekatan
yang sering digunakan, yaitu
1. Berdasarkan kapasitas tampungan mati (dead
storage), dan
2. Berdasarkan besarnya distribusi sedimen
yang mengendap di tampungan dengan
menggunakan metode The Empirical Area
Reduction.
Analisis umur layanan (useful life) waduk
berdasarkan kapasitas tampungan mati
dilakukan dengan melakukan perhitungan pada
waktu yang dibutuhkan oleh sedimen untuk
mengisi kapasitas tampungan mati yang
tersedia. Dengan diketahuinya besarnya
kapasitas tampungan mati dan besarnya
kecepatan (laju) sedimen yang mengendap
(berdasarkan hasil pengukuran), maka akan
diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen
untuk mengisi/menutup pada daerah
tampungan mati. Seiring bertambahnya umur
waduk maka akan semakin berkurang kapasitas
tampungan matinya, yang akan berdampak
menjadi terganggunya pelaksanaan operasional
waduk. Oleh karena itu, hal tersebut dapat
dijadikan suatu acuan untuk memprediksikan
kapan kapasitas tampungan mati waduk itu
akan terisi penuh oleh sedimen. Umur layanan
waduk dapat dihitung dengan rumus:
Dengan:
Lt = Umur layanan waduk (tahun)
Sr = Laju pengendapan per tahun (juta
m3/tahun)
Va = Volume tampungan mati actual hasil
survey m3 )
Perkiraan umur layanan berdasarkan besarnya
distribusi sedimen yang mengendap
ditampungan dengan menggunakan metode
The Empirical Area Reduction. Metode ini
pertama kali diusulkan oleh Lane dan Koezler
(1935), kemudian dikembangkan oleh Borland
Miller (1953) dalam USBR (1973) dan Lara
(1965) dalam USBR (1973) merupakan suatu
kesimpulan berdasarkan data survei dari 30
waduk yang ada di beberapa tempat yang
berbeda, metode ini dapat memprediksikan
bagaimana disribusi sedimen di dalam waduk
Pengaruh Erosi……………....Manfaat Waduk Subagiya, Edi Sriyono, Nizar Achmad
27 ISSN 2088 - 3676
pada masa-masa yang akan datang. Acuan dari
metode ini adalah untuk menentukan umur
operasi waduk berdasarkan hubungan fungsi
antara luas genangan dengan elevasi genangan
dan kapasitas tampungan matinya. Patokan
elevasi pintu pengambilan dijadikan sebagai
acuannya. Sehingga apabila elevasi pintu
pengambilan akan dicapai oleh elevasi endapan
sedimen, maka kegiatan operasional waduk
akan terganggu, dan akhirnya secara teknis
akan mengakibatkan waduk tidak dapat
berfungsi sama sekali.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian : Bendungan waduk Sermo
terletak di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap,
Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, 35 Km di sebelah barat
kota Yogyakarta.
Bagan alir penelitian
Gambar 4. Bagan alir penelitian
Pengumpulan Data
Untuk menghitung besarnya sedimentasi yang
masuk kedalam waduk diperlukan data-data
sebagai berikut :
Data pengambilan sampel sedimentasi yang
masuk kedalam waduk sermo melalui sungai
utama maupun anak-anak sungainya mulai
tahun 2010 – 2013.
Data hasil pengukuran echo-shounding mulai
dari awal pengukuran sampai dengan tahun
2013.
Adapun proses pengumpulan maupun
pengambilan data – data tersebut diatas adalah
sebagai berikut:
Gambar 5. Proses pengambilan maupun
pengumpulan data sampel sedimentasi yang
masuk kedalam waduk
Perhitungan Kadar Semen DAS Sermo Tabel 3. Data Pengambilan Sample Februari 2014
NO
Lokasi
Volume
Larutan
(liter)
MASSA
Kertas
Saring
(gr)
Kertas
Saring
+ Sed.
Kering
(gr)
Sedimen
Kering
(gr)
Kadar
Sedimen
dalam
Larutan
(
mg/liter)
1 Out let 0.408 1.059 1.064 0.005 12.255
2 K. Gelo Kanan 0.454 1.062 1.093 0.031 68.282
3 K. Gelo Kiri 0.456 1.036 1.043 0.007 15.351
4
K. Ngrancah
Kanan 0.451 1.056 1.060 0.004 8.869
5
K. Ngrancah
Kiri 0.456 1.041 1.050 0.009 19.737
6 K. Bengkok 0.456 1.054 1.063 0.009 19.737
7 K. Pantaran 0.457 1.043 1.050 0.007 15.317
8 K. Lurung 0.456 1.045 1.057 0.012 26.316
Gambar 6. Perhitungan sedimen transport
JURNAL TEKNIK VOL. 6 NO. 1 / APRIL 2016
28 ISSN 2088 - 3676
Gambar 7. Data Debit ( Q ) DAS Sermo (m3/dt )
Gambar 8. Angkutan sedimentasi DAS sermo
(ton/hari )
Proses pengambilan maupun pengumpulan data
– data bathimetri :
Hal – hal yang harus disiapkan untuk
memperlancar pekerjaan survey lapangan
adalah sebagai berikut : Lokasi titik – titik atau
jalur – jalur survey pengukuran bathimetri (
pemeruman ) harus direncanakan terlebih
dahulu melalui pengeplotan pada peta topografi
yang ada. Apabila diperlukan, 28 survey
pendahuluan dilakukan untuk meyakinkan
bahwa pekerjaan yang telah direncanakan akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Penggunaan
alat GPS ( Global Positioning System ) akan
dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan
survey, dengan adanya data posisi survey yang
lebih tepat tanpa harus melakukan pengikatan
dengan titik control pengukuran lainnya.
Piranti Lunak data-logging.
Laptop untuk menyimpan data dan pengelolaan
yang mampu untuk mendukung piranti lunak
yang digunakan.
Echo-Sounder.
Peralatan pengukuran bathimetri dengan
menggunakan echo sounder harus memenuhi
kriteria dengan spesifikasi teknis minimum
sebagai berikut :
Mempunyai frekuensi ganda ( dual frequency )
15-350 kHz, dioperasikan dengan arus DC.
Software data logging.
Mempunyai tingkat akurasi :
0.10 m +-0.5 % kedalaman pada frekuensi
rendah.
0.01 m +- 0.5 % kedalaman pada frekuensi
tinggi.
Gambar 9. Peta citra waduk sermo
Gambar 10. Titik koordinat hasil sounding
tahun 2010
Pengaruh Erosi……………....Manfaat Waduk Subagiya, Edi Sriyono, Nizar Achmad
29 ISSN 2088 - 3676
Gambar 11. Volume waduk sermo berdasarkan
hasil sounding tahun 2010
Gambar 12. Volume waduk sermo berdasarkan
hasil sounding tahun 2011
Gambar 13. Volume waduk sermo berdasarkan
hasil sounding tahun 2012
Gambar 14. Volume waduk sermo berdasarkan
hasil sounding tahun 2013
Gambar 15. Sedimen yang masuk kedalam
genangan waduk sermo hingga tahun 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 16. Grafik hubungan volume
tampungan air waduk dibawah el 113.70 dengan
tahun mulai beropersi
Gambar 16 diatas menunjukan bahwa pada
tahun 2002 dan 2005 volume tampungan air
dibawah EL 113.70 terjadi penurunan akibat
perubahan tataguna lahan karena ada
pembuatan jalan lingkar waduk dan jalan
propinsi pada daerah tangkapan air waduk
sermo dan pada tahun 2006 volume tampungan
air dibawah EL 113.70 naik lagi karena ada
penanganan pembuatan bangunan pengendali
sedimentasi dan pengerukan sedimentasi yang
mau masuk kedalam waduk.
Gambar 17 dibawah menunjukan bahwa pada
tahun 2002 volume tampungan air dibawah EL
136.60 juga mulai terjadi penurunan akibat
perubahan tata guna lahan serta adanya
pembuatan jalan lingkar waduk dan jalan
propinsi pada daerah tangkapan air waduk
sermo dan pada tahun 2011 volume tampungan
air dibawah EL 136.60 naik lagi karena ada
penanganan pembuatan bangunan pengendali
sedimentasi dan pengerukan sedimentasi yang
mau masuk kedalam waduk.
JURNAL TEKNIK VOL. 6 NO. 1 / APRIL 2016
30 ISSN 2088 - 3676
Gambar 17. Hubungan volume tampungan air
waduk dibawah el 136.60 dengan tahun mulai
beropersi
Gambar 18. Hubungan volume tampungan
mati, sedimentasi per tahun, dan vol.
sedimentasi komulatif
Gambar 19. Potongan memanjang perubahan
dasar waduk dari kondisi tahun 2010 ke tahun
2013
Gambar 20. Kurva elevasi – kapasitas dan luas
waduk
Gambar 21. Grafik volume akibat sedimentasi
yang terjadi
Berdasarkan data dari hasil echo sounding
yang didapat mulai dari tahun 1996 – 2013
maka prediksi umur layanan waduk dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dengan:
Lt = Umur layanan waduk (tahun)
Sr = Laju pengendapan per tahun (juta
m3/tahun)
Va = Volume tampungan mati actual hasil
survey m3 )
Adapun elevasi sebagai dasar hitungan adalah
elevasi ( minimum NWL ) oprasi adalah +
113.70 dengan tampungan volume mati ( dead
storage ) sebesar 3.1 juta m3 , volume ini
direncana untuk umur layanan ( useful life ) 50
tahun.
Jika dihitung berdasarkan data BPSDA &
BBWS-SO :
Volume Sedimentasi rata-rata per tahun ( Sr )
= 1.277.037,5 (hasil jumlah SD RT2/TH)
20 (jumlah tahun/jumlah sounder)
= 63,852 ( m3/th )
Volume Tampungan mati aktual hasil survey
(Va) = 1,591,070 ( m3 )
Jadi Prediksi umur layanan waduk ( Lt )
=1,591,070m3
63,852 ( m3/th )
Lt = 24.918 th. ∞ 25 th.
Operasi layanan waduk yang sudah berjalan
mulai Oktober 1996 sampai dengan sekarang
kurang lebih 18 tahun, sedangkan prediksi sisa
layanan umur waduk 25 tahun, jadi jika tidak
ada penanganan lebih lanjut, maka prediksi
umur layanan waduk = 18 + 25 = 43 tahun.
Pengaruh Erosi……………....Manfaat Waduk Subagiya, Edi Sriyono, Nizar Achmad
31 ISSN 2088 - 3676
Nilai prediksi umur layanan waduki ini berada
dibawah jauh umur rencana yaitu 50 tahun.
Jika dihitung berdasarkan GIS dan
program yang dimiliki BBWS-SO :
Volume Sedimentasi rata-rata per tahun ( Sr )
= 78,213 ( m3/th )hasil jumlah SD RT2/TH di
bagi jumlah tahun
Volume Tampungan mati aktual hasil survei
( Va ) = 1,303,856 ( m3 )
Jadi Prediksi umur layanan waduk ( Lt )
= 1,303,856 m3
78,213 (m3/th )
Lt = 16.67 th.
Operasi layanan waduk yang sudah berjalan
mulai Oktober 1996 sampai dengan sekarang
kurang lebih 18 tahun, sedangkan prediksi sisa
layanan umur waduk 17 tahun, jadi jika tidak
ada penanganan lebih lanjut, maka prediksi
umur layanan waduk = 18 + 17 = 35 tahun.
Nilai prediksi umur layanan waduk ini berada
dibawah jauh umur rencana yaitu 50 tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dilihat dari hasil data echo sounding bulan
nopember 2013 menunjukan bahwa volume
sedimentasi waduk sermo setelah beroperasi
selama kurang lebih 18 tahun mencapai
1,591,070 m3 atau 63,852 m3 /tahun, kalau kita
bandingkan dengan data perencanaan pada
waktu oprasi (Oktober 1996), maka apabila
besarnya sedimentasi ini tidak mengalami
penurunan pada mas-masa yang akan datang
dalam arti tidak ada penanganan lebih lanjut,
usia layanan umur waduk atau masa operasi
waduk hanya akan mencapai 43 tahun, jauh
dibawah usia rencana operasi waduk yaitu 50
tahun dihitung berdasarkan data dari BBWS-
SO ).
Jika dihitung dengan GIS 4 tahun terakir dan
data dari BBWS-SO :
Dilihat dari hasil data echo sounding bulan
nopember 2013 menunjukan bahwa volume
sedimentasi waduk sermo setelah beroperasi
selama kurang lebih 18 tahun mencapai
1,303,856 m3 atau 78.321 m3 /tahun, kalau kita
bandingkan dengan data perencanaan pada
waktu oprasi (Oktober 1996), maka apabila
besarnya sedimentasi ini tidak mengalami
penurunan pada mas-masa yang akan datang
dalam arti tidak ada pennganan lebih lanjut,
usia layanan umur waduk atau masa operasi
waduk hanya akan mencapai 35 tahun, jauh
dibawah usia rencana operasi waduk yaitu 50
tahun.
Perhitungan Sedimentasi Waduk Sermo
berdasarkan Metode USLE diperoleh
sedimentasi di Waduk Sermo sebesar 380.837
ton/th atau setara dengan 141.047 m3/th dengan
umur layan waduk sebesar 29,28 Tahun, jauh
dari usia rencana waduk yang mencapai 50
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Borland dan Miller. 1960. Pengurangan Luas
dengan Metode Empiris.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 37 Tahun 2010 tentang
Bendungan
Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan
Pengammatan Bendungan Maret 2003
Operastion and Maintenance Manual Sermo
Dam November 1996
Study sedimentasi waduk sermo dan
penanggulangan. (Tahun 1999).
Keputusan Dirjen SDA noP: 39/KPTS/2009
tanggal 26 Februari 2009 tentang
Survey dan monitoring Sedimentasi
Waduk.
Laporan akhir Audit Teknis Sungai dan Danau
BBWS Serayu-Opak (2011).
Laporan Echo-Soundir tahunan dari BBWS
Serayu – Opak atau sebelumnya.
Legono, Djoko, 2004. Materi Kuliah Erosi dan
Sedimentasi Sekolah Pasca Sarjana
UGM.
Kironoto, BA, 2004. Buku Kuliah Transport
Sedimen Sekolah Pasca Sarjana UGM.
Strand and Pamberton. 1982. Klasifikasi Jenis
Waduk.
Studi bangunan pengendali Sedimentasi pada
Catchment Waduk Sermo. 2007.
Yang,CT, 1996, Sedimen Transport
Mcgrawhill, United Stated of America.
ArcGIS Desktop (Arcinfo, ArcView) 9.3/9.3.1
System Requrements, (2009 Desember
15). Retrieved from ArcGIS+Desktop :
htpp://wikis.esri.com/wiki/display/ag9
3bsr/ArcGIS+Desktop