erosi, sedimentasi, dan pengelolaannya
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
EROSI, SEDIMENTASI,
DAN PENGELOLAANNYA
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
Editor:
Pracetak dan Produksi:
Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh
Telp: 0651 - 8012221
Anggota IKAPI 018/DIA/2014
Anggota APPTI 005.101.1.09.2019
ajar ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.
dilakukan dari hulu hingga ke hilir Daerah Aliran Sungai (DAS).
Berdasarkan penelitian yang telah selesai dilaksanakan, maka
disusunlah buku “Erosi, Sedimentasi, dan Pengelolaannya”. Buku
ini memaparkan penjelasan secara lengkap dari mulai proses
terjadinya erosi, penyebab erosi, besarnya sedimentasi yang terjadi,
sampai metode-metode pengelolaan baik terhadap erosi maupun
sedimentasi. Buku ini dapat diperuntukkan bagi mahasiswa teknik
sipil bidang hidroteknik, lingkungan, geografi, kehutanan, maupun
bidang ilmu lainnya yang terkait. Pemilihan formula/persamaan
yang bersifat empirik masih memungkinkan untuk dilakukan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pihak
terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.
Dengan terbitnya buku ini, kami sampaikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada para tim peneliti atas kontribusi
pemikirannya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah mendukung secara moral hingga terbitnya buku
ini. Kepada semua pihak lainnya yang sudah membantu, kami
mengucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Juni 2020
berkah-Mu yang teruntai sebagai kalimat dalam buku
ini. Semoga dapat bermanfaat untuk sesama.”
v
PERSEMBAHAN
Untuk:
serta Ibunda Azizah Aliaman dan Ir. Sukmayati
Untuk:
mereka yang tersayang.
2.1 Tipe-Tipe Erosi Air ..................................................... 4
2.2 Tipe-Tipe Sedimen ..................................................... 8
3.1 Erosi Air .................................................................. 10
3.1.2 Proses Terjadinya Erosi ......................................... 13
3.1.3 Tingkat Bahaya Erosi (TBE) .................................. 15
3.1.4 Metode Prediksi Erosi ............................................ 17
3.1.5 Metode Estimasi Erosi ........................................... 19
3.1.6 Sediment Delivery Ratio (SDR) .............................. 38
3.2 Sedimentasi.............................................................. 40
3.2.2 Kriteria Ukuran Butiran Sedimen ............................ 41
3.2.3 Awal Pergerakan Partikel Sedimen ......................... 42
3.2.4 Proses Pengangkutan Sedimen ................................ 50
vii
BAB 4 KEBUTUHAN DATA PADA ESTIMASI EROSI DAN
SEDIMENTASI ............................................................. 69
BAB 5 TEKNIK PENGUKURAN DAN PENGUJIAN
SAMPEL SEDIMEN .................................................... 73
5.2 Teknik Pengambilan Sampel Sedimen Dasar ............... 80
5.3 Teknik Pengambilan Sampel Sedimen Layang ............. 84
BAB 6 PENANGANAN MASALAH EROSI DAN
SEDIMENTASI ............................................................. 95
Gambar 2.2 Erosi alur pada lahan kosong terbuka .......................... 6
Gambar 2.3 Erosi parit Tipe U dan Tipe V ....................................... 7
Gambar 2.4 Erosi tebing sungai ........................................................ 8
Gambar 2.5 Distribusi muatan sedimen pada suatu kedalaman air .. 9
Gambar 3.1 Proses terjadinya erosi air ........................................... 14
Gambar 3.2 Diagram skematik faktor-faktor model usle dan
estimasi kehilangan tanah ........................................... 20
Gambar 3.4 Posisi awal partikel ..................................................... 46
Gambar 3.5 Diagram gaya pada partikel sedimen .......................... 47
Gambar 3.6 Grafik Shields (Breusers dan Raudkivi : 1991) untuk
rs 2650 kg/m3, t =12 c dan = 1,25 x 10-6 m2/d ......... 49
Gambar 3.7 Pergerakan bergelinding dan bergeser untuk
sedimen dasar dan pergerakan melayang/terlarut
untuk sedimen layang.................................................. 52
dan debit sedimen pada penampang melintang
saluran ......................................................................... 54
dan Ψ ∗ ....................................................................... 57
1941)…………………………………………………60
Gambar 3.12 Grafik fungsi I1 dari hubungan antara dan Z2 ........ 61
Gambar 3.13 Grafik fungsi I1 dari hubungan antara dan Z2 ........ 62
Gambar 5.1 Pengukuran kecepatan menggunakan pelampung ...... 75
Gambar 5.2 Titik Pengukuran kecepatan menggunakan current
meter............................................................................ 78
ix
Bed Load Transport Meter Arnhiem (BTMA); (b)
Alat Helley Smith; (c) Alat Grab Sampler .................. 81
Gambar 5.5 Pengambilan sampel sedimen dasar di sungai ............ 83
Gambar 5.6 Alat pengambilan sampel sedimen layang (a) Alat
US DH 48; (b) Alat US DH 59; (c) Alat Ponot BSA ... 84
Gambar 5.7 Titik pengambilan sampel sedimen pada penampang
Melintang ..................................................................... 85
aliran, dan lamanya waktu pengambilan .................... 87
Gambar 5.9 Pengambilan sampel sedimen layang sungai............... 88
Gambar 5.10 Contoh sampel sedimen dasar dan sedimen layang ..... 89
Gambar 5.11 Pengujian berat jenis ................................................... 90
Gambar 5.12 Pengujian Analisis saringan basah (hydrometry) dan
analisis saringan kering .............................................. 92
Gambar 6.1 Alur penanganan masalah erosi dan sedimentasi ........ 96
Gambar 6.2 Bangunan Sabo Dam ................................................... 98
Gambar 6.3 Bangunan Check Dam ................................................ 99
Gambar 6.4 Teras datar ................................................................. 100
Gambar 6.5 Teras gulud ................................................................ 101
Gambar 6.6 Teras kridit ................................................................ 101
Gambar 6.7 Teras kebun ............................................................... 102
Gambar 6.8 Teras individu ........................................................... 102
Gambar 6.9 Macam dan bentuk Saluran Pembuangan Air (SPA) 103
x
Tabel 3.2 Pedoman penetapan nilai tsl untuk tanah indonesia .... 16
Tabel 3.3 Nilai curve number (referensi 1) ................................. 23
Tabel 3.4 Nilai curve number (referensi 2) ................................. 25
Tabel 3.5 Nilai curve number (referensi 3) ................................. 25
Tabel 3.6 Nilai curve number (referensi 4) ................................. 27
Tabel 3.7 Kelompok tanah berdasarkan karakteristik jenis
tanah ............................................................................ 27
tekstur tanah ................................................................ 29
Tabel 3.11 Jenis tanah dan nilai faktor erodibilitas (K) ................ 35
Tabel 3.12 Penilaian kelas lereng dan faktor LS........................... 36
Tabel 3.13 Faktor nilai CP berbagai jenis penggunaan lahan ....... 38
Tabel 3.14 Hubungan luas DAS dan SDR ................................... 39
Tabel 5.1 Contoh formulir pengujian berat jenis ........................ 90
Tabel 5.2 Penentuan bulk density berdasarkan jenis tanah ......... 91
Tabel 5.3 Contoh formulir pengujian analisis saringan 7 ........... 92
Tabel 5.4 Contoh formulir pengujian kecepatan jatuh partikel ... 93
Tabel 5.5 Contoh formulir pengujian konsentrasi sedimen
layang .......................................................................... 94
sedimen layang ............................................................ 94
suatu kawasan dan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
Beberapa tahun terakhir, banjir merupakan salah satu bencana yang
rentan terjadi di Indonesia. Penyebab banjir secara umum adalah
tidak dapat tertampungnya air pada permukaan daratan, akibat
debit air yang cukup tinggi sehingga tidak mampu tertampung air.
Kondisi diperparah akibat berkurangnya daerah resapan sehingga
debit air berlebih akan langsung menjadi aliran limpasan.
Berkurangnya kapasitas tampungan dalam suatu
penampang saluran atau wadah penampungan air terjadi karena
adanya sedimen pada dasar atau tepian dari penampung. Sedimen
tersebut terbentuk dari proses sedimentasi, dimana partikel yang
terbawa aliran dan mengendap karena berat dari sedimen tidak
mampu terangkut oleh air, sedimen ini dikenal dengan sebutan
“bed load”. Sedangkan jenis sedimen lainnya yaitu “suspended
load” akan bergerak melayang berpadu dengan air karena beratnya
masih bisa tertampung oleh air dan sedimen ini akan menyebabkan
berkurangnya kualitas air.
permukaan lahan dan masuk ke dalam aliran sungai dalam jumlah
4
SEDIMENTASI
disebut sebagai erosi air, merupakan suatu proses geologi alami
dimana terjadinya pengangkutan atau pemindahan tanah oleh air
pada suatu permukaan lahan yang akan menghasilkan sedimen
pada saluran-saluran air. Erosi melibatkan detasemen,
pengangkutan, dan deposisi partikel di daerah hilir oleh angin, air,
atau gaya gravitasi (Adediji dkk., 2010). Erosi dapat menurunkan
produktivitas DAS seperti menurunkan kualitas tanah yang
berakibat pengurangan efisiensi pertanian, memburuknya kualitas
air, sampai terjadinya banjir (Park dkk., 2011). Kondisi semakin
diperparah bila terjadi pengurangan kapasitas reversior yang
signifikan akibat sedimentasi di reservoir (Alexakis dkk., 2013).
Oleh karena itu, erosi tanah merupakan hal penting yang
dipertimbangkan dalam pengelolaan DAS.
akibat erosi itu sendiri. Secara umum erosi berasal dari
penggerusan tanah permukaan secara berangsur-angsur sehingga
membentuk alur-alur yang seiring berjalan waktu akan menjadi
semakin lebar dan dalam. Menurut Eash dkk. (2008), secara umum
erosi air terbagi atas 4 tipe yaitu:
10
SEDIMENTASI
pergerakan air secara cepat pada permukaan tanah dan dipengaruhi
oleh kemiringan lahan, jenis tanah, kerapatan penutup lahan, serta
intensitas hujan (Bennett, 1955).
Erosi air akan mengikuti sifat air yaitu selalu bergerak dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena adanya
pengaruh kemiringan lahan. Air akan membawa tanah ke daerah
yang lebih rendah atau ke daerah tampungan air, sehingga hasil
akhir dari erosi air akan terlihat pada daerah-daerah tampungan air
seperti sungai-sungai dan waduk.
Erosi dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu interaksi antara iklim, tanah, vegetasi,
topografi, dan manusia terhadap tanah. Secara fungsional hubungan
tersebut dapat dideskripsikan dalam suatu persamaan sebagai
berikut (Satriawan dan Fuady, 2014):
E = f (i, r, v, t, m)
Dimana E didefinisikan sebagai erosi, i adalah iklim, r adalah
tanah, v adalah vegetasi, t adalah topografi, dan m adalah manusia.
69
ESTIMASI EROSI DAN SEDIMENTASI
data-data terkait faktor-faktor yang menjadi parameter kejadian.
Seperti halnya erosi dan sedimentasi, dalam menentukan besarnya
nilai kejadian erosi dan sedimentasi pada suatu lokasi tinjauan,
maka harus disiapkan data-data terkait yang akurat dan terbaru,
baik data primer maupun data sekunder. Pada penentuan laju erosi,
walaupun hanya dibutuhkan data sekunder, namun sebaiknya
dilakukan tinjauan langsung/observasi lapangan agar faktor yang
dipilih dalam berbagai parameter penentu estimasi erosi lebih tepat
dan sesuai dengan kondisi lapangan saat ini.
4.1 Data Estimasi Erosi
beberapa metode. Proses estimasi akan lebih mudah dan akurat
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Software ini akan
membantu dalam overlay peta-peta yang menjadi parameter dalam
analisis erosi dengan menggabungkan peta beserta atribut-
atributnya. Pada estimasi besarnya erosi dengan metode USLE dan
MUSLE dibutuhkan data sekunder sebagai berikut:
1) Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan
Data curah hujan rata-rata bulanan digunakan untuk
mendapatkan nilai faktor erosivitas hujan (R) pada metode
73
PENGUJIAN SAMPEL SEDIMEN
merupakan hasil dari erosi, baik erosi lahan maupun erosi tebing
sungai. Hasil erosi dari berbagai lokasi terkumpul pada satu titik
penampungan dengan berbagai karakteristik material yang terbawa
dari berbagai sumber lokasi, sehingga untuk menentukan muatan
sedimen harus dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel di
lokasi pengumpulan sedimen (badan air). Total angkutan sedimen
yang terdapat pada suatu badan air merupakan korelasi antara
kecepatan dan debit aliran, kondisi morfologi badan air, serta
karakteristik material sedimen. Berdasarkan hal tersebut, untuk
mengetahui debit aliran maka harus dilakukan pengukuran
hidrometri pada lokasi tinjauan. Karakteristik sedimen diketahui
melalui pengambilan sampel dan pengujian karakteristiknya.
5.1 Teknik Pengukuran Hidrometri
kecepatan dan debit aliran pada suatu penampang sungai atau
badan air yang akan diestimasi sedimentasinya. Pengukuran
kecepatan aliran dilakukan secara langsung di lapangan
menggunakan pelampung atau alat current meter (Triatmodjo,
2008).
95
DAN SEDIMENTASI
Peristiwa erosi dan sedimentasi tidak terlepas dari kondisi
lahan dan air. Oleh sebab itu, tindakan yang dapat dilakukan dalam
penanganan masalahnya yaitu melalui pengelolaan DAS berupa
tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan. Sebagian besar produksi
sedimen merupakan hasil dari kelanjutan peristiwa erosi, sehingga
jika dilakukan penanganan masalah erosi maka secara langsung
masalah sedimentasi juga dapat ditangani.
Besarnya erosi pada suatu daerah ditentukan oleh faktor-
faktor penyebab erosi itu sendiri yaitu iklim, tanah, vegetasi,
topografi, dan faktor manusia. Oleh sebab itu, dalam penanganan
masalah erosi harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab erosi
tersebut. Dari berbagai faktor penyebab erosi, terdapat faktor alami
yang tidak dapat diubah seperti keadaan iklim, tanah, dan topografi,
namun ada juga yang dapat diubah yaitu vegetasi dan faktor
manusia.
masalah erosi dan sedimentasi yaitu secara bio-engineering
(vegetatif), sipil teknis (mekanis), dan metode penggunaan bahan
pemantap tanah/soil conditioner (kimiawi). Bio-engineering
merupakan penanganan dengan memperbaiki salah satu faktor erosi
yaitu vegetasi dengan menggunakan tanaman dalam mengurangi
105
1. Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian
Bogor.
2. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Kedua.
Serial Pustaka IPB.
Mada University: Yogyakarta.
Sungai. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
5. Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai, Edisi
III. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
6. Azmeri dan Fatimah. 2017. Sidik Cepat Ancaman Banjir
Bandang. Deepublish: Yogyakarta.
Tata Cara Pengambilan Contoh Muatan Sedimen Melayang
di Sungai dengan Cara Integrase Kedalaman Berdasarkan
Pembagian Debit, Bandung.
Problem from General Physics. Geological Survey
Proffesional Paper.
Group: Jakarta.
10. Bennett, H. H. 1995. Element of Soil Conservation. McGraw-
Hill Book Company, Inc, New York.
106
11. Breusers, H. N. C dan Raudkivi, A. J. 1991. Sedimentation
IAHR Hydraulic Structure Design Manual. AA Balkema:
Rotterdam.
12. Celik, I., dan Rodi, W. 1991. Suspended Sediment Tranasport
Capacity for Open Channel Flow. Journal of Hydrolic
Engineering.
13. Cheng, N. S. dan Chiew, Y. M. 1999. Incipient Sediment
Motion With Upward Seepage. Journal of Hydraulic
Research.
14. Christiansen, E. H. dan Hamblin, K. W. 1995. Exploring The
Planets.
15. Eash, N. S., Green, C. J., Razvi, A., dan Bennett, W. F. 2008.
Soil Science Simplified. Blackwell Publishing: Australia.
16. Greimann, B., Lai, Y., & Huang, J. 2008. Two-Dimensional
Total Sediment Load Model Equations. Journal of Hydraulic
Engineering.
dengan metode Bio Engineering. Universitas Katolik
Soegijapranata: Semarang.
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret.
19. Kementerian Kehutanan. 1997. Rencana Teknik Lapangan,
Rehabilitasi Lahan dan Observasi Tanah, Buku I dan II.
Yogyakarta.
107
Sungai.
21. Khalilnejad, A., Ali, F. H., dan Osman, N. 2011. Contribution
of the Root to Slope Stability. Spinger Science and Business
Media.
Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Air.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
23. Kodoatie, R. J. dan Sjarif, R. 2010. Tata Ruang Air. Andi:
Yogyakarta.
24. Kurnia, U., Rachman, A., dan Dariah, A. 2004. Teknologi
Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Jawa Barat.
25. Lin, B. dan Falconer, R. A. 1997. Tidal Flow and Transport
Modeling Using ULTIMATE QUICKEST Scheme. Journal
of Hydraulic Engineering.
26. Mega, M., Dibia, N., Adi, G. P. R., dan Kusmiyarti, T.B.
2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Universitas
Udayana, Denpasar.
Limpasan Permukaan, Debit Puncak Aliran, dan Erosi Tanah
Dengan Model Soil Conservation Service (SCS), Rasional
dan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) (Studi
Kasus di Das Keduang, Wonogiri). Jurnal Forum Geografi.
Volume (22, No. 2, Desember 2008: 169-185).
108
Revitalisasi Bangunan Air Utama. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Bandung.
29. Neitsch, S. L., J. G Arnold, J. R. Kiniry, dan J. R. Williams.
2005. Soil And Water Assesment Tool Theoritical
Documentation. Grassland, Soil and Water Research
Laboratory, USDA Agricultural Research Service, Temple,
Texas.
30. Noor, A., Vahlevi, J., dan Fathurrozi. 2011. Stabilisasi Lereng
untuk Pengendalian Erosi dengan Soil Bioengineering
Menggunakan Akar Rumput Vetiver. Jurnal Poros Teknik.
Volume 3, No. 2 : 69 – 74.
31. Palar, RT., L, Kawet., E. M. Wuisan., dan H. Tangkudung.
2013. Studi Perbandingan Antara Hidrograf SCS (Soil
Conervation Service) dan Metode Rasional Pada DAS Tikala.
Jurnal Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi. Vol. 1, No. 3,
halaman 171-176, Manado.
Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk. Ditjen SDA,
Jakarta.
Pedoman Reklamasi Hutan. Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia.
P.61/MENHUT-II/2014.
109
Pemerintah Republik Indonesia.
36. Rijn, L. C. V. 1984. Sediment Transport, Part I : Bed Load
Transpor. Journal of Hydraulic Engineering. Vol. 110, No.
10.
37. Rouse, H. 1937. Modern Conceptions Of The Mechanics Of
Fluid Turbulence. Trans ASCE.
Tanah dan Air. Deepublish, Yogyakarta.
39. Sharma, R. K. dan Sharma, T. K. 2008. Irrigation
Engineering. S. Chand and Company Ltd., New Delhi.
40. Shields. 1936. Application of Similarity Principles and
Turbulence Research to Bed Load Movement. Calofornia
Institute of Technology, California.
41. Silaban, R., P. 2013. Metode Konservasi Tanah dan Air
Secara Kimiawi. Universitas HKBP Nommansen, Medan.
42. Simons, D. B. and Senturk, F. 1977. Sediment Transport
Technology. Water Resources Publications, Colorado.
43. Soemarto, C. D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.
44. Soewarno. 1991. Pengukuran dan Pengelolan Data Aliran
Sungai (Hidrometri). Nova, Bandung.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
110
47. Taufiq, M., Andawayanti, U., dan Purwati, E. 2017. Upaya
Konservasi Lahan Berdasarkan Indikator Erosi dan Sedimen
di DAS Jragung. Universitas Brawijawa, Malang.
48. Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset,
Yogyakarta.
49. Van Rijn, L. C. dan Meijer, K. 1991. Three-Dimensional
Modeling of Sand and Mud Transport in Current And Waves,
Int. In Symp. on the Transport of Suspended Sediments and its
Mathematical Modelling. Florence, Italy.
50. Van Rijn, L. C. 1984. Part I Bed Forms and Alluvial
Roughness, Journal of Hydrolic Engineering.
51. Van Rijn, L. C. 1984. Part I Bed Load Transport. Journal of
Hydrolic Engineering.
52. Van Rijn, L .C. 1984. Part II Suspended Load Transport.
Journal of Hydrolic Engineering.
53. Williams, J. R., dan H. D. Berndt. 1977. Sediment Yield
Prediction Based on Watershed Hydrology. Trans. Amer. Sot.
Agr. Eng. 20:1100-l 104.
54. Wischmeier, W. H. dan D. D. Smith. 1978. Predicting
Rainfall Erosion Losses. A Guide to Conservation Planning.
Agr. Handbook No. 537. USDA, Washington, D.C.
55. Xie, X. L. 1981. Scouring Patterns in front of Vertical
Breakwaters and their influences on the Stability of the
Foundation of the Breakwater. Civil Engineering and
Geosciences, Hydraulic Engineering.
111
56. Yanenko, N. N. 1971. The Method of Fractional Steps. In
MATEC Web of Conferences matecconf.
57. Zeri, M., Alvala, R. C. D. S., Carneiro, R., Zeri, G. C., Costa,
J. M. N. d., Spatafora, L. R., Urbano, D., Llossera, M. V., dan
Marengo, J. A. 2018. Tools for Communicating Agricultural
Drought over the Brazilian Semiarid Using the Soil Moisture
Index. WATER.
Massa jenis () : massa air/sedimen persatuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu (satuan kg/m3).
tekanan tertentu (satuan ton/m3 atau N/m3).
rasio berat volume partikel tanah terhadap berat volume
zat cair (tak berdimensi).
atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material
lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk
hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini
disebut bio-erosi.
secara cepat pada permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
kemiringan lahan, jenis tanah, kerapatan penutup lahan,
serta intensitas hujan.
melebar tanpa membentuk suatu alur.
Erosi permukaan : erosi yang terjadi karena peningkatan konsentrasi air
permukaan sehingga menyebabkan pengikisan tanah
disertai pengangkutan tanah oleh aliran permukaan.
Erosi parit : erosi yang terjadi saat konsentrasi air pada suatu saluran
meningkat secara cepat yang terjadi karena energi air
yang mengikis bagian tebing dan dasar suatu alur
sehingga menjadi lebih lebar dan dalam.
Erosi tebing sungai : erosi yang disebabkan oleh arus sungai yang cukup
tinggi, khususnya saat terjadinya banjir atau peningkatan
debit air dengan waktu konsentrasi yang singkat sehingga
terjadi pelebaran alur secara mendesak.
113
media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan.
Sedimen bilas : partikel yang sangat halus hingga mendekati ukuran
koloid yang selalu berada dalam keadaan tersuspensi
seperti debu.
Sedimen layang : partikel yang sangat kecil dan mudah terbawa air, namun
sewaktu-waktu dapat mengendap jika daya angkut
partikel lebih kecil daripada berat partikel.
Sedimen dasar : partikel yang selalu berada di dasar sungai dengan ukuran
lebih besar dari 0,2 mm dan selalu bergerak secara
bergelinding, bergeser, atau berlompat.
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan.
2-4, 2-5, 2-6, 2-7, 2-8, 3-10,
3-11, 3-12, 3-13, 3-14, 3-15,
3-16, 3-17, 3-18, 3-19, 3-20,
3-21, 3-22, 3-35, 3-36, 3-37,
3-38, 3-39, 3-40, 3-41, 3-48,
3-49, 3-50, 3-63, 3-65, 4-69,
4-70, 4-71, 5-73, 6-95, 6-96,
6-97, 6-98, 6-99, 6-104
3-13, 3-14
Erosi Permukaan, viii, 2-5, 3-19
Erosi Tebing Sungai, 2-7, 2-8,
5-73
P
3-21, 3-23
2-9, 3-48, 3-51, 3-52, 3-55,
3-56, 3-57, 3-58, 3-62, 3-63,
3-67, 4-72, 5-80, 5-81, 5-82,
5-83, 5-89, 5-94
2-8, 2-9, 3-51, 3-52, 3-55,
3-58, 3-59, 3-60, 3-62, 3-63,
3-67, 4-72, 5-80, 5-81, 5-82,
5-83, 5-89, 5-94
1-2, 2-4, 3-10, 3-14, 3-15,
3-18, 3-40, 3-50, 3-53, 3-65,
4-69, 4-71, 5-71, 5-73, 6-95,
6-96, 6-97, 6-98, 6-100
Banda Aceh. Menyelesaikan pendidikan
Teknik Universitas Syiah Kuala tahun 1997. Pada tahun 1998
menjadi staf pengajar pada jurusan yang sama. Setelah menjadi staf
pengajar di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, pada tahun
2002 kemudian melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada Bidang
Teknik Sumber Daya Air Institut Teknologi Bandung, dan lulus
pada tahun 2004. Masih pada tahun yang sama kembali
melanjutkan pendidikan S3 juga pada Bidang Teknik Sumber Daya
Air Institut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 2008. Pada
November 2018 mendapatkan gelar Profesor pada bidang
Hidroteknik dan dikukuhkan oleh Rektor Unsyiah pada 3 Mei
2019. Selain sebagai staf pengajar, Beliau juga merupakan salah
seorang praktisi di bidang Sumber Daya Air. Banyak hasil kajian,
penelitian, dan pengabdian masyarakat, serta kerjasama dengan
pemerintah daerah dan departemen yang melibatkan Beliau sebagai
tenaga ahli. Selain itu, Beliau juga aktif sebagai narasumber dalam
kegiatan seminar dan workshop, baik pada tingkat regional,
nasional maupun internasional.
115
Diterbitkan oleh Percetakan & Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Jln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1 Kopelma Darussalam Telp. 0651-812221 email:
https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id
2.1 Tipe-Tipe Erosi Air
3.1 Erosi Air
BAB 4 KEBUTUHAN DATA PADA ESTIMASI EROSI DAN SEDIMENTASI
4.1 Data Estimasi Erosi
5.1 Teknik Pengukuran Hidrometri
DAFTAR PUSTAKA
DAN PENGELOLAANNYA
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,
dan/atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
Editor:
Pracetak dan Produksi:
Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh
Telp: 0651 - 8012221
Anggota IKAPI 018/DIA/2014
Anggota APPTI 005.101.1.09.2019
ajar ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.
dilakukan dari hulu hingga ke hilir Daerah Aliran Sungai (DAS).
Berdasarkan penelitian yang telah selesai dilaksanakan, maka
disusunlah buku “Erosi, Sedimentasi, dan Pengelolaannya”. Buku
ini memaparkan penjelasan secara lengkap dari mulai proses
terjadinya erosi, penyebab erosi, besarnya sedimentasi yang terjadi,
sampai metode-metode pengelolaan baik terhadap erosi maupun
sedimentasi. Buku ini dapat diperuntukkan bagi mahasiswa teknik
sipil bidang hidroteknik, lingkungan, geografi, kehutanan, maupun
bidang ilmu lainnya yang terkait. Pemilihan formula/persamaan
yang bersifat empirik masih memungkinkan untuk dilakukan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pihak
terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan.
Dengan terbitnya buku ini, kami sampaikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada para tim peneliti atas kontribusi
pemikirannya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah mendukung secara moral hingga terbitnya buku
ini. Kepada semua pihak lainnya yang sudah membantu, kami
mengucapkan terima kasih.
Banda Aceh, Juni 2020
berkah-Mu yang teruntai sebagai kalimat dalam buku
ini. Semoga dapat bermanfaat untuk sesama.”
v
PERSEMBAHAN
Untuk:
serta Ibunda Azizah Aliaman dan Ir. Sukmayati
Untuk:
mereka yang tersayang.
2.1 Tipe-Tipe Erosi Air ..................................................... 4
2.2 Tipe-Tipe Sedimen ..................................................... 8
3.1 Erosi Air .................................................................. 10
3.1.2 Proses Terjadinya Erosi ......................................... 13
3.1.3 Tingkat Bahaya Erosi (TBE) .................................. 15
3.1.4 Metode Prediksi Erosi ............................................ 17
3.1.5 Metode Estimasi Erosi ........................................... 19
3.1.6 Sediment Delivery Ratio (SDR) .............................. 38
3.2 Sedimentasi.............................................................. 40
3.2.2 Kriteria Ukuran Butiran Sedimen ............................ 41
3.2.3 Awal Pergerakan Partikel Sedimen ......................... 42
3.2.4 Proses Pengangkutan Sedimen ................................ 50
vii
BAB 4 KEBUTUHAN DATA PADA ESTIMASI EROSI DAN
SEDIMENTASI ............................................................. 69
BAB 5 TEKNIK PENGUKURAN DAN PENGUJIAN
SAMPEL SEDIMEN .................................................... 73
5.2 Teknik Pengambilan Sampel Sedimen Dasar ............... 80
5.3 Teknik Pengambilan Sampel Sedimen Layang ............. 84
BAB 6 PENANGANAN MASALAH EROSI DAN
SEDIMENTASI ............................................................. 95
Gambar 2.2 Erosi alur pada lahan kosong terbuka .......................... 6
Gambar 2.3 Erosi parit Tipe U dan Tipe V ....................................... 7
Gambar 2.4 Erosi tebing sungai ........................................................ 8
Gambar 2.5 Distribusi muatan sedimen pada suatu kedalaman air .. 9
Gambar 3.1 Proses terjadinya erosi air ........................................... 14
Gambar 3.2 Diagram skematik faktor-faktor model usle dan
estimasi kehilangan tanah ........................................... 20
Gambar 3.4 Posisi awal partikel ..................................................... 46
Gambar 3.5 Diagram gaya pada partikel sedimen .......................... 47
Gambar 3.6 Grafik Shields (Breusers dan Raudkivi : 1991) untuk
rs 2650 kg/m3, t =12 c dan = 1,25 x 10-6 m2/d ......... 49
Gambar 3.7 Pergerakan bergelinding dan bergeser untuk
sedimen dasar dan pergerakan melayang/terlarut
untuk sedimen layang.................................................. 52
dan debit sedimen pada penampang melintang
saluran ......................................................................... 54
dan Ψ ∗ ....................................................................... 57
1941)…………………………………………………60
Gambar 3.12 Grafik fungsi I1 dari hubungan antara dan Z2 ........ 61
Gambar 3.13 Grafik fungsi I1 dari hubungan antara dan Z2 ........ 62
Gambar 5.1 Pengukuran kecepatan menggunakan pelampung ...... 75
Gambar 5.2 Titik Pengukuran kecepatan menggunakan current
meter............................................................................ 78
ix
Bed Load Transport Meter Arnhiem (BTMA); (b)
Alat Helley Smith; (c) Alat Grab Sampler .................. 81
Gambar 5.5 Pengambilan sampel sedimen dasar di sungai ............ 83
Gambar 5.6 Alat pengambilan sampel sedimen layang (a) Alat
US DH 48; (b) Alat US DH 59; (c) Alat Ponot BSA ... 84
Gambar 5.7 Titik pengambilan sampel sedimen pada penampang
Melintang ..................................................................... 85
aliran, dan lamanya waktu pengambilan .................... 87
Gambar 5.9 Pengambilan sampel sedimen layang sungai............... 88
Gambar 5.10 Contoh sampel sedimen dasar dan sedimen layang ..... 89
Gambar 5.11 Pengujian berat jenis ................................................... 90
Gambar 5.12 Pengujian Analisis saringan basah (hydrometry) dan
analisis saringan kering .............................................. 92
Gambar 6.1 Alur penanganan masalah erosi dan sedimentasi ........ 96
Gambar 6.2 Bangunan Sabo Dam ................................................... 98
Gambar 6.3 Bangunan Check Dam ................................................ 99
Gambar 6.4 Teras datar ................................................................. 100
Gambar 6.5 Teras gulud ................................................................ 101
Gambar 6.6 Teras kridit ................................................................ 101
Gambar 6.7 Teras kebun ............................................................... 102
Gambar 6.8 Teras individu ........................................................... 102
Gambar 6.9 Macam dan bentuk Saluran Pembuangan Air (SPA) 103
x
Tabel 3.2 Pedoman penetapan nilai tsl untuk tanah indonesia .... 16
Tabel 3.3 Nilai curve number (referensi 1) ................................. 23
Tabel 3.4 Nilai curve number (referensi 2) ................................. 25
Tabel 3.5 Nilai curve number (referensi 3) ................................. 25
Tabel 3.6 Nilai curve number (referensi 4) ................................. 27
Tabel 3.7 Kelompok tanah berdasarkan karakteristik jenis
tanah ............................................................................ 27
tekstur tanah ................................................................ 29
Tabel 3.11 Jenis tanah dan nilai faktor erodibilitas (K) ................ 35
Tabel 3.12 Penilaian kelas lereng dan faktor LS........................... 36
Tabel 3.13 Faktor nilai CP berbagai jenis penggunaan lahan ....... 38
Tabel 3.14 Hubungan luas DAS dan SDR ................................... 39
Tabel 5.1 Contoh formulir pengujian berat jenis ........................ 90
Tabel 5.2 Penentuan bulk density berdasarkan jenis tanah ......... 91
Tabel 5.3 Contoh formulir pengujian analisis saringan 7 ........... 92
Tabel 5.4 Contoh formulir pengujian kecepatan jatuh partikel ... 93
Tabel 5.5 Contoh formulir pengujian konsentrasi sedimen
layang .......................................................................... 94
sedimen layang ............................................................ 94
suatu kawasan dan menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
Beberapa tahun terakhir, banjir merupakan salah satu bencana yang
rentan terjadi di Indonesia. Penyebab banjir secara umum adalah
tidak dapat tertampungnya air pada permukaan daratan, akibat
debit air yang cukup tinggi sehingga tidak mampu tertampung air.
Kondisi diperparah akibat berkurangnya daerah resapan sehingga
debit air berlebih akan langsung menjadi aliran limpasan.
Berkurangnya kapasitas tampungan dalam suatu
penampang saluran atau wadah penampungan air terjadi karena
adanya sedimen pada dasar atau tepian dari penampung. Sedimen
tersebut terbentuk dari proses sedimentasi, dimana partikel yang
terbawa aliran dan mengendap karena berat dari sedimen tidak
mampu terangkut oleh air, sedimen ini dikenal dengan sebutan
“bed load”. Sedangkan jenis sedimen lainnya yaitu “suspended
load” akan bergerak melayang berpadu dengan air karena beratnya
masih bisa tertampung oleh air dan sedimen ini akan menyebabkan
berkurangnya kualitas air.
permukaan lahan dan masuk ke dalam aliran sungai dalam jumlah
4
SEDIMENTASI
disebut sebagai erosi air, merupakan suatu proses geologi alami
dimana terjadinya pengangkutan atau pemindahan tanah oleh air
pada suatu permukaan lahan yang akan menghasilkan sedimen
pada saluran-saluran air. Erosi melibatkan detasemen,
pengangkutan, dan deposisi partikel di daerah hilir oleh angin, air,
atau gaya gravitasi (Adediji dkk., 2010). Erosi dapat menurunkan
produktivitas DAS seperti menurunkan kualitas tanah yang
berakibat pengurangan efisiensi pertanian, memburuknya kualitas
air, sampai terjadinya banjir (Park dkk., 2011). Kondisi semakin
diperparah bila terjadi pengurangan kapasitas reversior yang
signifikan akibat sedimentasi di reservoir (Alexakis dkk., 2013).
Oleh karena itu, erosi tanah merupakan hal penting yang
dipertimbangkan dalam pengelolaan DAS.
akibat erosi itu sendiri. Secara umum erosi berasal dari
penggerusan tanah permukaan secara berangsur-angsur sehingga
membentuk alur-alur yang seiring berjalan waktu akan menjadi
semakin lebar dan dalam. Menurut Eash dkk. (2008), secara umum
erosi air terbagi atas 4 tipe yaitu:
10
SEDIMENTASI
pergerakan air secara cepat pada permukaan tanah dan dipengaruhi
oleh kemiringan lahan, jenis tanah, kerapatan penutup lahan, serta
intensitas hujan (Bennett, 1955).
Erosi air akan mengikuti sifat air yaitu selalu bergerak dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah karena adanya
pengaruh kemiringan lahan. Air akan membawa tanah ke daerah
yang lebih rendah atau ke daerah tampungan air, sehingga hasil
akhir dari erosi air akan terlihat pada daerah-daerah tampungan air
seperti sungai-sungai dan waduk.
Erosi dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu interaksi antara iklim, tanah, vegetasi,
topografi, dan manusia terhadap tanah. Secara fungsional hubungan
tersebut dapat dideskripsikan dalam suatu persamaan sebagai
berikut (Satriawan dan Fuady, 2014):
E = f (i, r, v, t, m)
Dimana E didefinisikan sebagai erosi, i adalah iklim, r adalah
tanah, v adalah vegetasi, t adalah topografi, dan m adalah manusia.
69
ESTIMASI EROSI DAN SEDIMENTASI
data-data terkait faktor-faktor yang menjadi parameter kejadian.
Seperti halnya erosi dan sedimentasi, dalam menentukan besarnya
nilai kejadian erosi dan sedimentasi pada suatu lokasi tinjauan,
maka harus disiapkan data-data terkait yang akurat dan terbaru,
baik data primer maupun data sekunder. Pada penentuan laju erosi,
walaupun hanya dibutuhkan data sekunder, namun sebaiknya
dilakukan tinjauan langsung/observasi lapangan agar faktor yang
dipilih dalam berbagai parameter penentu estimasi erosi lebih tepat
dan sesuai dengan kondisi lapangan saat ini.
4.1 Data Estimasi Erosi
beberapa metode. Proses estimasi akan lebih mudah dan akurat
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Software ini akan
membantu dalam overlay peta-peta yang menjadi parameter dalam
analisis erosi dengan menggabungkan peta beserta atribut-
atributnya. Pada estimasi besarnya erosi dengan metode USLE dan
MUSLE dibutuhkan data sekunder sebagai berikut:
1) Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan
Data curah hujan rata-rata bulanan digunakan untuk
mendapatkan nilai faktor erosivitas hujan (R) pada metode
73
PENGUJIAN SAMPEL SEDIMEN
merupakan hasil dari erosi, baik erosi lahan maupun erosi tebing
sungai. Hasil erosi dari berbagai lokasi terkumpul pada satu titik
penampungan dengan berbagai karakteristik material yang terbawa
dari berbagai sumber lokasi, sehingga untuk menentukan muatan
sedimen harus dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel di
lokasi pengumpulan sedimen (badan air). Total angkutan sedimen
yang terdapat pada suatu badan air merupakan korelasi antara
kecepatan dan debit aliran, kondisi morfologi badan air, serta
karakteristik material sedimen. Berdasarkan hal tersebut, untuk
mengetahui debit aliran maka harus dilakukan pengukuran
hidrometri pada lokasi tinjauan. Karakteristik sedimen diketahui
melalui pengambilan sampel dan pengujian karakteristiknya.
5.1 Teknik Pengukuran Hidrometri
kecepatan dan debit aliran pada suatu penampang sungai atau
badan air yang akan diestimasi sedimentasinya. Pengukuran
kecepatan aliran dilakukan secara langsung di lapangan
menggunakan pelampung atau alat current meter (Triatmodjo,
2008).
95
DAN SEDIMENTASI
Peristiwa erosi dan sedimentasi tidak terlepas dari kondisi
lahan dan air. Oleh sebab itu, tindakan yang dapat dilakukan dalam
penanganan masalahnya yaitu melalui pengelolaan DAS berupa
tindakan konservasi dan rehabilitasi lahan. Sebagian besar produksi
sedimen merupakan hasil dari kelanjutan peristiwa erosi, sehingga
jika dilakukan penanganan masalah erosi maka secara langsung
masalah sedimentasi juga dapat ditangani.
Besarnya erosi pada suatu daerah ditentukan oleh faktor-
faktor penyebab erosi itu sendiri yaitu iklim, tanah, vegetasi,
topografi, dan faktor manusia. Oleh sebab itu, dalam penanganan
masalah erosi harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab erosi
tersebut. Dari berbagai faktor penyebab erosi, terdapat faktor alami
yang tidak dapat diubah seperti keadaan iklim, tanah, dan topografi,
namun ada juga yang dapat diubah yaitu vegetasi dan faktor
manusia.
masalah erosi dan sedimentasi yaitu secara bio-engineering
(vegetatif), sipil teknis (mekanis), dan metode penggunaan bahan
pemantap tanah/soil conditioner (kimiawi). Bio-engineering
merupakan penanganan dengan memperbaiki salah satu faktor erosi
yaitu vegetasi dengan menggunakan tanaman dalam mengurangi
105
1. Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian
Bogor.
2. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Edisi Kedua.
Serial Pustaka IPB.
Mada University: Yogyakarta.
Sungai. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
5. Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai, Edisi
III. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
6. Azmeri dan Fatimah. 2017. Sidik Cepat Ancaman Banjir
Bandang. Deepublish: Yogyakarta.
Tata Cara Pengambilan Contoh Muatan Sedimen Melayang
di Sungai dengan Cara Integrase Kedalaman Berdasarkan
Pembagian Debit, Bandung.
Problem from General Physics. Geological Survey
Proffesional Paper.
Group: Jakarta.
10. Bennett, H. H. 1995. Element of Soil Conservation. McGraw-
Hill Book Company, Inc, New York.
106
11. Breusers, H. N. C dan Raudkivi, A. J. 1991. Sedimentation
IAHR Hydraulic Structure Design Manual. AA Balkema:
Rotterdam.
12. Celik, I., dan Rodi, W. 1991. Suspended Sediment Tranasport
Capacity for Open Channel Flow. Journal of Hydrolic
Engineering.
13. Cheng, N. S. dan Chiew, Y. M. 1999. Incipient Sediment
Motion With Upward Seepage. Journal of Hydraulic
Research.
14. Christiansen, E. H. dan Hamblin, K. W. 1995. Exploring The
Planets.
15. Eash, N. S., Green, C. J., Razvi, A., dan Bennett, W. F. 2008.
Soil Science Simplified. Blackwell Publishing: Australia.
16. Greimann, B., Lai, Y., & Huang, J. 2008. Two-Dimensional
Total Sediment Load Model Equations. Journal of Hydraulic
Engineering.
dengan metode Bio Engineering. Universitas Katolik
Soegijapranata: Semarang.
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret.
19. Kementerian Kehutanan. 1997. Rencana Teknik Lapangan,
Rehabilitasi Lahan dan Observasi Tanah, Buku I dan II.
Yogyakarta.
107
Sungai.
21. Khalilnejad, A., Ali, F. H., dan Osman, N. 2011. Contribution
of the Root to Slope Stability. Spinger Science and Business
Media.
Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Air.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
23. Kodoatie, R. J. dan Sjarif, R. 2010. Tata Ruang Air. Andi:
Yogyakarta.
24. Kurnia, U., Rachman, A., dan Dariah, A. 2004. Teknologi
Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, Jawa Barat.
25. Lin, B. dan Falconer, R. A. 1997. Tidal Flow and Transport
Modeling Using ULTIMATE QUICKEST Scheme. Journal
of Hydraulic Engineering.
26. Mega, M., Dibia, N., Adi, G. P. R., dan Kusmiyarti, T.B.
2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Universitas
Udayana, Denpasar.
Limpasan Permukaan, Debit Puncak Aliran, dan Erosi Tanah
Dengan Model Soil Conservation Service (SCS), Rasional
dan Modified Universal Soil Loss Equation (MUSLE) (Studi
Kasus di Das Keduang, Wonogiri). Jurnal Forum Geografi.
Volume (22, No. 2, Desember 2008: 169-185).
108
Revitalisasi Bangunan Air Utama. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Bandung.
29. Neitsch, S. L., J. G Arnold, J. R. Kiniry, dan J. R. Williams.
2005. Soil And Water Assesment Tool Theoritical
Documentation. Grassland, Soil and Water Research
Laboratory, USDA Agricultural Research Service, Temple,
Texas.
30. Noor, A., Vahlevi, J., dan Fathurrozi. 2011. Stabilisasi Lereng
untuk Pengendalian Erosi dengan Soil Bioengineering
Menggunakan Akar Rumput Vetiver. Jurnal Poros Teknik.
Volume 3, No. 2 : 69 – 74.
31. Palar, RT., L, Kawet., E. M. Wuisan., dan H. Tangkudung.
2013. Studi Perbandingan Antara Hidrograf SCS (Soil
Conervation Service) dan Metode Rasional Pada DAS Tikala.
Jurnal Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi. Vol. 1, No. 3,
halaman 171-176, Manado.
Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk. Ditjen SDA,
Jakarta.
Pedoman Reklamasi Hutan. Kementerian Kehutanan
Republik Indonesia.
P.61/MENHUT-II/2014.
109
Pemerintah Republik Indonesia.
36. Rijn, L. C. V. 1984. Sediment Transport, Part I : Bed Load
Transpor. Journal of Hydraulic Engineering. Vol. 110, No.
10.
37. Rouse, H. 1937. Modern Conceptions Of The Mechanics Of
Fluid Turbulence. Trans ASCE.
Tanah dan Air. Deepublish, Yogyakarta.
39. Sharma, R. K. dan Sharma, T. K. 2008. Irrigation
Engineering. S. Chand and Company Ltd., New Delhi.
40. Shields. 1936. Application of Similarity Principles and
Turbulence Research to Bed Load Movement. Calofornia
Institute of Technology, California.
41. Silaban, R., P. 2013. Metode Konservasi Tanah dan Air
Secara Kimiawi. Universitas HKBP Nommansen, Medan.
42. Simons, D. B. and Senturk, F. 1977. Sediment Transport
Technology. Water Resources Publications, Colorado.
43. Soemarto, C. D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Jakarta.
44. Soewarno. 1991. Pengukuran dan Pengelolan Data Aliran
Sungai (Hidrometri). Nova, Bandung.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
110
47. Taufiq, M., Andawayanti, U., dan Purwati, E. 2017. Upaya
Konservasi Lahan Berdasarkan Indikator Erosi dan Sedimen
di DAS Jragung. Universitas Brawijawa, Malang.
48. Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset,
Yogyakarta.
49. Van Rijn, L. C. dan Meijer, K. 1991. Three-Dimensional
Modeling of Sand and Mud Transport in Current And Waves,
Int. In Symp. on the Transport of Suspended Sediments and its
Mathematical Modelling. Florence, Italy.
50. Van Rijn, L. C. 1984. Part I Bed Forms and Alluvial
Roughness, Journal of Hydrolic Engineering.
51. Van Rijn, L. C. 1984. Part I Bed Load Transport. Journal of
Hydrolic Engineering.
52. Van Rijn, L .C. 1984. Part II Suspended Load Transport.
Journal of Hydrolic Engineering.
53. Williams, J. R., dan H. D. Berndt. 1977. Sediment Yield
Prediction Based on Watershed Hydrology. Trans. Amer. Sot.
Agr. Eng. 20:1100-l 104.
54. Wischmeier, W. H. dan D. D. Smith. 1978. Predicting
Rainfall Erosion Losses. A Guide to Conservation Planning.
Agr. Handbook No. 537. USDA, Washington, D.C.
55. Xie, X. L. 1981. Scouring Patterns in front of Vertical
Breakwaters and their influences on the Stability of the
Foundation of the Breakwater. Civil Engineering and
Geosciences, Hydraulic Engineering.
111
56. Yanenko, N. N. 1971. The Method of Fractional Steps. In
MATEC Web of Conferences matecconf.
57. Zeri, M., Alvala, R. C. D. S., Carneiro, R., Zeri, G. C., Costa,
J. M. N. d., Spatafora, L. R., Urbano, D., Llossera, M. V., dan
Marengo, J. A. 2018. Tools for Communicating Agricultural
Drought over the Brazilian Semiarid Using the Soil Moisture
Index. WATER.
Massa jenis () : massa air/sedimen persatuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu (satuan kg/m3).
tekanan tertentu (satuan ton/m3 atau N/m3).
rasio berat volume partikel tanah terhadap berat volume
zat cair (tak berdimensi).
atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material
lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk
hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini
disebut bio-erosi.
secara cepat pada permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
kemiringan lahan, jenis tanah, kerapatan penutup lahan,
serta intensitas hujan.
melebar tanpa membentuk suatu alur.
Erosi permukaan : erosi yang terjadi karena peningkatan konsentrasi air
permukaan sehingga menyebabkan pengikisan tanah
disertai pengangkutan tanah oleh aliran permukaan.
Erosi parit : erosi yang terjadi saat konsentrasi air pada suatu saluran
meningkat secara cepat yang terjadi karena energi air
yang mengikis bagian tebing dan dasar suatu alur
sehingga menjadi lebih lebar dan dalam.
Erosi tebing sungai : erosi yang disebabkan oleh arus sungai yang cukup
tinggi, khususnya saat terjadinya banjir atau peningkatan
debit air dengan waktu konsentrasi yang singkat sehingga
terjadi pelebaran alur secara mendesak.
113
media air, angin, es atau gletser di suatu cekungan.
Sedimen bilas : partikel yang sangat halus hingga mendekati ukuran
koloid yang selalu berada dalam keadaan tersuspensi
seperti debu.
Sedimen layang : partikel yang sangat kecil dan mudah terbawa air, namun
sewaktu-waktu dapat mengendap jika daya angkut
partikel lebih kecil daripada berat partikel.
Sedimen dasar : partikel yang selalu berada di dasar sungai dengan ukuran
lebih besar dari 0,2 mm dan selalu bergerak secara
bergelinding, bergeser, atau berlompat.
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan.
2-4, 2-5, 2-6, 2-7, 2-8, 3-10,
3-11, 3-12, 3-13, 3-14, 3-15,
3-16, 3-17, 3-18, 3-19, 3-20,
3-21, 3-22, 3-35, 3-36, 3-37,
3-38, 3-39, 3-40, 3-41, 3-48,
3-49, 3-50, 3-63, 3-65, 4-69,
4-70, 4-71, 5-73, 6-95, 6-96,
6-97, 6-98, 6-99, 6-104
3-13, 3-14
Erosi Permukaan, viii, 2-5, 3-19
Erosi Tebing Sungai, 2-7, 2-8,
5-73
P
3-21, 3-23
2-9, 3-48, 3-51, 3-52, 3-55,
3-56, 3-57, 3-58, 3-62, 3-63,
3-67, 4-72, 5-80, 5-81, 5-82,
5-83, 5-89, 5-94
2-8, 2-9, 3-51, 3-52, 3-55,
3-58, 3-59, 3-60, 3-62, 3-63,
3-67, 4-72, 5-80, 5-81, 5-82,
5-83, 5-89, 5-94
1-2, 2-4, 3-10, 3-14, 3-15,
3-18, 3-40, 3-50, 3-53, 3-65,
4-69, 4-71, 5-71, 5-73, 6-95,
6-96, 6-97, 6-98, 6-100
Banda Aceh. Menyelesaikan pendidikan
Teknik Universitas Syiah Kuala tahun 1997. Pada tahun 1998
menjadi staf pengajar pada jurusan yang sama. Setelah menjadi staf
pengajar di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, pada tahun
2002 kemudian melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada Bidang
Teknik Sumber Daya Air Institut Teknologi Bandung, dan lulus
pada tahun 2004. Masih pada tahun yang sama kembali
melanjutkan pendidikan S3 juga pada Bidang Teknik Sumber Daya
Air Institut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 2008. Pada
November 2018 mendapatkan gelar Profesor pada bidang
Hidroteknik dan dikukuhkan oleh Rektor Unsyiah pada 3 Mei
2019. Selain sebagai staf pengajar, Beliau juga merupakan salah
seorang praktisi di bidang Sumber Daya Air. Banyak hasil kajian,
penelitian, dan pengabdian masyarakat, serta kerjasama dengan
pemerintah daerah dan departemen yang melibatkan Beliau sebagai
tenaga ahli. Selain itu, Beliau juga aktif sebagai narasumber dalam
kegiatan seminar dan workshop, baik pada tingkat regional,
nasional maupun internasional.
115
Diterbitkan oleh Percetakan & Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Jln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1 Kopelma Darussalam Telp. 0651-812221 email:
https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id
2.1 Tipe-Tipe Erosi Air
3.1 Erosi Air
BAB 4 KEBUTUHAN DATA PADA ESTIMASI EROSI DAN SEDIMENTASI
4.1 Data Estimasi Erosi
5.1 Teknik Pengukuran Hidrometri
DAFTAR PUSTAKA