analisis pendugaan erosi, sedimentasi, dan aliran ... · dapat dilakukan dengan sistem informasi...

122
ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN MODEL AGNPS BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SUB DAS JENEBERANG PROPINSI SULAWESI SELATAN DEVIANTO TINTIAN LONDONGSALU PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: vukhue

Post on 24-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN MODEL AGNPS

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SUB DAS JENEBERANG PROPINSI SULAWESI SELATAN

DEVIANTO TINTIAN LONDONGSALU

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN MODEL AGNPS

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI SUB DAS JENEBERANG PROPINSI SULAWESI SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEVIANTO TINTIAN LONDONGSALU

E14203005

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 3: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

RINGKASAN

Devianto Tintian Londongsalu (E14203005). Analisis Pendugaan Erosi, Sedimentasi, dan Aliran Permukaan Menggunakan Model AGNPS Berbasis Sistem Informasi Geografis di Sub DAS Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan penggunaan lahan di wilayah Sub DAS Jeneberang, memberi dampak negatif dan berpengaruh nyata terhadap kondisi DTA Jeneberang Hulu, dimana tingkat kekritisan lahan telah mencapai 53.471 ha dan cenderung terus meningkat. Sejalan dengan semakin meluasnya areal lahan kritis tersebut, pada beberapa tahun terakhir ini kondisi hidrologis DTA Jeneberang Hulu menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Banjir dan longsor terjadi pada setiap musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. AGNPS (Agricultural Non-Point Source Pollution Model) merupakan salah satu metode pendugaan yang dapat memprediksi aliran permukaan (banjir), erosi dan dapat digunakan untuk melakukan simulasi penggunaan lahan yang optimal dalam mengurangi laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak. Dalam menganalisis menggunakan model AGNPS diperlukan parameter-parameter masukan model meliputi masukan data curah hujan jangka pendek dan parameter biofisik. Pengolahan data spasial dalam input data, manipulasi dan tampilan data model AGNPS serta mengidentifikasi dan memetakan keluaran model AGNPS dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak menggunakan parameter input yang tersedia, memperoleh bentuk penggunaan lahan optimal di DTA Jeneberang Hulu terhadap pengurangan laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak.

Penelitian ini dilakukan pada DTA Jeneberang Hulu yang terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa. Pengambilan data dan pengolahan/analisis data dilakukan pada bulan Mei hingga November 2007. Bahan yang digunakan adalah data curah hujan harian, debit harian, sedimen harian selama 11 tahun, peta digital topografi/kontur, peta digital penutupan lahan, peta digital jenis tanah, dan peta digital jaringan sungai. Sedangkan alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dengan beberapa software, yaitu AGNPS versi 3.65.3, ArcView versi 3.2 + extension, Minitab 14, dan Microsoft Office, alat tulis, alat hitung dan alat penunjang lainnya. Metode penelitian meliputi pengumpulan data dasar berupa peta penutupan lahan, peta kontur, peta jenis tanah, peta jaringan sungai, dan data curah hujan, pengolahan data curah hujan, transformasi proyeksi peta, pembuatan Daerah Tangkapan Air (DTA), pembuatan grid sel model AGNPS, penurunan atribut-atribut DTM, pembangkitan data masukan model AGNPS dengan SIG, pemasukan data ke model AGNPS, analisis keluaran data model AGNPS, pengujian validasi model AGNPS, analisis simulasi dan rekomendasi.

Hasil keluaran model pada DTA Jeneberang Hulu dengan masukan curah hujan harian rata-rata terbesar pada hari hujan tanggal 1 Januari sebesar 31,66 mm dan nilai energi intensitas hujan 30 menit sebesar 25,89 m.ton.cm/ha/jam, diperoleh besarnya volume aliran permukaan pada outlet sebesar 0,76 mm, debit

Page 4: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

puncak aliran permukaan sebesar 3,20 m3/detik dengan volume air hujan yang menjadi aliran permukaan 2,29 %. Besarnya laju erosi pada outlet sebesar 29,02 ton/ha, laju sedimen sebesar 1,85 ton/ha dan sedimen total sebesar 12577,2 ton. Dengan besarnya erosi harian dalam kurun waktu setahun yang terjadi sebesar 1011,80 ton/ha/tahun, maka tingkat bahaya erosi yang terjadi di DTA Jeneberang Hulu dapat dikategorikan sangat berat. Penutupan lahan berupa tegalan/ladang memberikan kontribusi volume aliran permukaan, debit puncak aliran permukaan, laju erosi permukaan, dan sedimen total yang tertinggi masing-masing sebesar 172,21 mm, 40,36 m3/detik, 12236,15 ton/ha, 222523,86 ton.

Model AGNPS dengan parameter input menggunakan data yang relatif tersedia di Indonesia (hujan harian dan data sekunder fisik DAS) dalam menduga laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak memberikan hasil lebih rendah dari data pengukuran lapangan (under estimation) sehingga memerlukan faktor koreksi. Faktor koreksi untuk kasus DTA Jeneberang Hulu dapat menggunakan persamaan QpLap = 1,734 QpMod0,679, QsLap = 1,698 QsMod0,382.

Pemanfaatan lahan yang optimal dalam mengurangi debit puncak aliran permukaan, laju erosi permukaan, dan laju sedimentasi adalah dengan mempertahankan penggunan lahan yang ada sekarang kecuali tegalan dan semak belukar perlu dirubah kedalam bentuk penggunaan lahan yang menyerupai hutan alam produksi yang dikelola dengan sistem silvikultur tebang pilih atau hutan alam tidak terganggu di bagian hulu, sedangkan di bagian bawah yang relatif lebih datar menerapkan kebun campuran dengan sistem agroforestry.

Page 5: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendugaan

Erosi, Sedimentasi, dan Aliran Permukaan Menggunakan Model AGNPS Berbasis

Sistem Informasi Geografis di Sub DAS Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan

adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan

belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2008

Devianto Tintian Londongsalu NRP. E14203005

Page 6: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Judul : Analisis Pendugaan Erosi, Sedimentasi, dan Aliran Permukaan

Menggunakan Model AGNPS Berbasis Sistem Informasi

Geografis di Sub DAS Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan.

Nama : Devianto Tintian Londongsalu

NIM : E 14203005

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr)

NIP. 131 578 788

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan

(Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr)

NIP. 131 578 788

Tanggal Lulus :

Page 7: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

KATA PENGANTAR

Puji-pujian dan ucapan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Maha Kuasa, karena atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan kuliah, penelitian dan penyusunan skripsi dengan baik sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni

hingga November 2007 adalah karateristik hidrologi, dengan judul Analisis

Pendugaan Erosi, Sedimentasi, dan Aliran Permukaan Menggunakan Model

AGNPS Berbasis Sistem Informasi Geografis di Sub DAS Jeneberang Propinsi

Sulawesi Selatan. Dengan tujuan untuk mengetahui akurasi model AGNPS dalam

menduga laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak menggunakan parameter input

yang tersedia dan memperoleh bentuk penggunaan lahan optimal di DTA

Jeneberang Hulu terhadap pengurangan laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak.

Sehingga diharapkan dapat memberikan informasi kepada Balai Pengelolaan DAS

Jeneberang-Walanae dalam hal penggunaan lahan optimal dalam rangka

pengelolaan DAS yang terpadu dengan upaya mengurangi laju erosi, sedimentasi,

dan debit puncak.

Penyusun menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan penyusunan di masa yang akan datang. Semoga

skripsi penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik.

Bogor, Maret 2008

Penulis

Page 8: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada

tanggal 28 Desember 1985 sebagai anak ketiga dari lima

bersaudara pasangan Drs. Yusuf Londongsalu (ayah) dan Yuliana

Paibang (ibu).

Penulis menempuh pendidikan di TK Frater Teratai I Ujung

Pandang lulus pada tahun 1991, SD Frater Teratai I Ujung Pandang lulus tahun

1997, SLTP Katolik Garuda Ujung Pandang lulus tahun 2000, dan SMU Negeri 2

Makassar lulus tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada

Program Studi Budidaya Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor.

Dalam melaksanakan studi, penulis aktif di berbagai organisasi/pelayanan

dan kepanitiaan diantaranya Pengurus Ikatan Pemuda Toraja Bogor (IPTOR),

Komisi Pelayanan Anak PMK-IPB, Persekutuan Fakultas Kehutanan, dan panitia

Temu Manager (TM) 2005. Pada tahun 2006, penulis melaksanakan Praktek

Pengenalan Hutan di Baturaden (BKPH Gunung Slamet KPH Banyumas Timur)

dan Cilacap (BKPH Rawa Timur KPH Banyumas Barat) dan Praktek Pengelolaan

Hutan di Kampus Lapangan UGM Getas, KPH Ngawi. Pada bulan Februari

hingga April 2007, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HTI

PT. Sebangun Bumi Andalas Wood Industries (PT. SBAWI), Kabupaten Ogan

Komering Ilir (OKI) Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu juga, penulis menjadi

asisten praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Hutan, Inventarisasi Sumberdaya Hutan,

Pengaruh Hutan, dan Hidrologi Hutan.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan

penyusunan skripsi yang berjudul ”Analisis Pendugaan Erosi, Sedimentasi, dan

Aliran Permukaan Menggunakan Model AGNPS Berbasis Sistem Informasi

Geografis di Sub DAS Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan” di bawah

bimbingan Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr.

Page 9: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

UCAPAN TERIMA KASIH

Salam sejahtera bagi kita semuanya, Segala pujian dan hormat bagi kemuliaan Allah Bapa di Sorga penulis panjatkan

atas kasih dan pimpinan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik. Rasa syukur dalam proses penyelesaian kuliah, penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayah (Drs. Yusuf Londongsalu), Ibu (Yuliana Paibang), kakak-adikku (Yusran, Fredy, Arnianti, Jefrianto), sepupuku (Jeklin, Agustina, Jerri) dan kedua kakekku yang senantiasa memberikan doa, dukungan, pengertian, semangat, dan dorongannya.

2. Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku dosen pembimbing atas semua bimbingan/arahan, bantuan, masukan dan nasehat selama proses penyelesaian skripsi.

3. Dr. Ir. E.G Togu Manurung, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata atas saran, masukan dan nasehatnya.

4. BPDAS Jeneberang-Walanae atas bantuan penyediaan data dan kerjasamanya, terkhusus Kepala BPDAS (Ir. Helmi Basalamah, MM), Ibu Damaris, Ibu Lena, Bpk. Pither Tangko, Bpk. Daud Solo, Bpk. Jamal, Bpk. Sriyono, Bpk. Subiyanto, dan Bpk. Syaiful.

5. Bapak Yusuf G Rantelembang (Dinas Kehutanan Kab. Tana Toraja), Ibu Yosefina (BPDAS Saddang), dan Bapak Nata (Balai Diklat Kehutanan Makassar) atas bantuan dana dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian.

6. Dr. Ir . Prijanto Pamoengkas, MScF dan Ir. Sucahyo Sadiyo, MS atas segala materi, saran dan nasehat yang diberikan selama penantian sidang.

7. Staf, dosen dan teman-teman seperjuangan di Laboratorium Pengaruh Hutan (Veve, Kupli, Wulan, Nyoman Aries, Ifa Sari), mahasiswa bimbingan seperjuangan (Sahab dan Rimba), serta staf administrasi Departemen Silvikultur dan Departemen Manajemen Hutan atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Kunang-kunang kecilku (Wulan dan Novi Bu-er), BDH “silvikulturist40” atas semangat dan doanya selama penantian ujian sidang, teman-teman MNH 40, THH 40, KSH 40, GETAS II, PKL (SBA crew) atas kebersamaannya selama ini. Bagus Ari, Veve, Novia Tri (abank), Anggit, Mas Arga, Mas Ibrahim, dan Fauzan atas bantuan yang diberikan dalam proses pengolahan data dan penyusunan skripsi.

9. Teman-teman Komisi Pelayanan Anak PMK-IPB, Persekutuan Fakultas Kehutanan (PMK-E) dan Ikatan Pemuda Toraja Bogor (IPTOR) atas semangat dan dukungan yang diberikan.

10. Keluarga di Jakarta (Ibu Meti Paibang sek. dan Ibu Ester Battung sek.) dan Makassar (Bpk. Suleman Paibang sek.) atas bantuan dan dukungannya yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan kuliah dan penyelesaian skripsi.

11. Teman-teman “Wisma Sony” (Gerta, Cipta, Rura, Gani, Aan, Nyoman, Robby, Hudi, Yoga, Asep, Robert “PGT”, dan Embro “Dormitory”) atas bantuan dan semangat yang diberikan.

12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis.

God Bless Us (GBU)...

Page 10: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 1.3 Manfaat Penelitian ................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai .............................................................. 4

2.2 Penggunaan Lahan ................................................................... 5 2.3 Pendekatan Sistem DAS dengan Menggunakan Sistem Model ...................................................................................... 5 2.4 Aliran Permukaan .................................................................... 6 2.5 Erosi ........................................................................................ 7 2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi ...................... 8 2.5.2 Tingkat Bahaya Erosi ................................................... 9 2.5.3 Sedimentasi .................................................................. 10 2.5.4 Prediksi Erosi dan Sedimentasi ..................................... 11 2.6 Model AGNPS ........................................................................ 12 2.6.1 Masukan Data Model AGNPS ...................................... 13 2.6.2 Keluaran Model AGNPS .............................................. 13 2.6.3 Persamaan dalam Model AGNPS ................................. 14 2.7 Sistem Informasi Geografis ...................................................... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 17 3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 18 3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 18 3.3.1 Pengolahan Data Curah Hujan ....................................... 19 3.3.2 Transformasi Proyeksi Peta ........................................... 20 3.3.3 Pembuatan Daerah Tangkapan Air (DTA) ..................... 20 3.3.4 Pembuatan Grid Sel Model AGNPS .............................. 21 3.3.5 Penurunan Atribut-atribut DTM .................................... 22 3.3.6 Pembangkitan Data Masukan Model AGNPS dengan SIG ............................................................................... 27 3.3.7 Pemasukan Data ke Model AGNPS ............................... 34 3.3.8 Analisis Keluaran Data Model AGNPS ......................... 36 3.3.9 Pengujian validasi model AGNPS ................................. 36 3.3.10 Analisis Simulasi dan Rekomendasi ............................... 37

Page 11: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB IV KARATERISTIK LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas ......................................................................... 40 4.2 Topografi .................................................................................. 40 4.3 Tanah dan Geologi .................................................................... 43 4.4 Jaringan sungai ......................................................................... 45 4.5 Penggunaan Lahan .................................................................... 45 4.6 Iklim …..................................................................................... 48 4.7 Debit Aliran .............................................................................. 48 4.8 Kependudukan .......................................................................... 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Curah Hujan dengan Debit ....................................... 50 5.2 Volume Aliran Permukaan ........................................................ 50

5.3 Debit Puncak Aliran Permukaan ............................................... 52 5.4 Laju Erosi Permukaan dan Sedimentasi ..................................... 54 5.5 Sedimen Total ........................................................................... 56 5.6 Pengujian Validasi Model AGNPS ........................................... 58 5.7 Analisis Simulasi ...................................................................... 60 5.7.1 Skenario I ...................................................................... 61 5.7.2 Skenario II .................................................................... 62 5.7.3 Skenario III ................................................................... 64 5.7.4 Skenario IV ................................................................... 65 5.8 Rekomendasi ............................................................................ 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .............................................................................. 70 6.2 Saran .. ...................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 71

LAMPIRAN ………......................................................................................... 74

Page 12: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kelas Tingkat Bahaya Erosi ...................................................................... . 9

2. Nilai arah aliran antara hasil ArcView dengan masukan model AGNPS .... . 25

3. Nilai masukan tekstur model AGNPS ........................................................ 31

4. Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario I .................... 37

5. Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario II ................... 38

6. Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario III .................. 39

7. Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario IV ................. 39

8. Luasan kemiringan lereng DTA Jeneberang Hulu ...................................... 41

9. Luasan jenis tanah, bahan induk, bentuk wilayah DTA Jeneberang Hulu .... 44

10. Nilai faktor erodibilitas tanah (K) dan tekstur tanah (T) di DTA Jeneberang Hulu ........................................................................................ 45

11. Luasan jenis penutupan lahan DTA Jeneberang Hulu ................................. 46

12. Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) pada berbagai penutupan lahan di DTA Jeneberang Hulu ................................................................................ 47

13. Nilai faktor tindakan konservasi tanah (P) pada berbagai penutupan lahan di DTA Jeneberang Hulu ............................................................................ 47

14. Nilai koefisien kekasaran Manning (n), konstanta kondisi permukaan (SCC), dan bilangan kurva aliran permukaan (CN) pada berbagai penutupan lahan di DTA Jeneberang

Hulu ........................................................................................................... 48

15. Curah hujan rata-rata dalam setahun (2001-2005) ...................................... 48

16. Debit aliran rata-rata dalam setahun (2001-2005) ....................................... 49

17. Jumlah penduduk Sub DAS Jeneberang di Kab. Gowa tahun 2002 ............. 49

18. Rekapitulasi volume aliran permukaan pada berbagai penutupan lahan ...... 51

19. Rekapitulasi debit puncak aliran permukaan pada berbagai penutupan lahan .......................................................................................................... 52

20. Keluaran sedimen pada outlet DTA Jeneberang Hulu ................................. 54

21. Rekapitulasi laju erosi permukaan pada berbagai penutupan lahan ............. 55

22. Rekapitulasi sedimen total pada berbagai penutupan lahan ......................... 57

23. Hasil simulasi skenario I keluaran model AGNPS ...................................... 61

24. Hasil simulasi skenario II keluaran model AGNPS ..................................... 63

Page 13: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

25. Hasil simulasi skenario III keluaran model AGNPS ................................... 64

26. Hasil simulasi skenario IV keluaran model AGNPS ................................... 66

27. Rekapitulasi persentase (%) pengurangan keluaran model dari nilai awal (base) setelah dilakukan simulasi ................................................................ 67

Page 14: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta lokasi penelitian ................................................................................. 17

2. Alur tahapan penelitian .............................................................................. 19

3. Arah-arah aliran dari suatu sel khusus dinyatakan dengan angka 1-128 ...... 24

4. Bentuk representasi akumulasi aliran ......................................................... 26

5. Peta jaringan sungai DTA Jeneberang Hulu ............................................... 27

6. Analisis spasial dan pembangkitan data model AGNPS .............................. 28

7. Masukan data inisial model ........................................................................ 34

8. Masukan data setiap sel model ................................................................... 35

9. Peta kelas lereng DTA Jeneberang Hulu ..................................................... 41

10. Peta elevasi DTA Jeneberang Hulu ............................................................ 42

11. Peta grid arah aliran DTA Jeneberang Hulu setelah penghilangan sink ....... 43

12. Peta jenis tanah DTA Jeneberang Hulu ...................................................... 44

13. Peta penutupan lahan DTA Jeneberang Hulu .............................................. 46

14. Dinamika curah hujan harian dengan debit DTA Jeneberang Hulu .............. 50

15. Peta penyebaran volume aliran permukaan DTA Jeneberang Hulu ............. 51

16. Peta penyebaran debit puncak aliran permukaan DTA Jeneberang Hulu ..... 53

17. Peta penyebaran laju erosi permukaan DTA Jeneberang Hulu .................... 55

18. Peta penyebaran sedimen total DTA Jeneberang Hulu ................................ 57

19. Hubungan QpMod. dengan QpLap. ............................................................ 59

20. Hubungan QsMod. dengan QsLap. ............................................................. 60

21. Peta penggunaan lahan skenario I ............................................................... 62

22. Peta penggunaan lahan skenario II ............................................................. 63

23. Peta penggunaan lahan skenario III ............................................................ 65

24. Peta penggunaan lahan skenario IV ............................................................ 66

25. Perbandingan penurunan keluaran model berbagai skenario ....................... 68

Page 15: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Nilai erodibilitas tanah untuk 50 jenis tanah di Indonesia ........................... 75

2. Faktor tindakan konservasi tanah (P) .......................................................... 76

3. Faktor pengelolaan tanaman (C) ................................................................. 77

4. Koefisien kekasaran Manning (n) untuk berbagai jenis saluran.................... 78

5. Faktor konstanta kondisi permukaan (SCC) dan bilangan kurva aliran

permukaan (CN) ........................................................................................ 82

6. Peta-peta grid nilai C, P, SCC, CN, dan erodibilitas (K) ............................. 83

7. Parameter-parameter masukan model AGNPS ........................................... 86

8. Contoh hasil keluaran model AGNPS ...................................................... 102

9. Hasil analisis regresi keluaran Minitab versi 14 ........................................ 105

Page 16: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan yang semakin

pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia terhadap sumberdaya lahan.

Eksploitasi sumberdaya lahan yang berlangsung sangat intensif menyebabkan

bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yang dilakukan di dalam suatu wilayah daerah

aliran sungai (DAS) sering tidak memperhatikan dampak negatif yang

ditimbulkannya. Bentuk-bentuk pemanfaatan lahan tersebut antara lain:

penebangan liar, perladangan berpindah, konversi hutan alam menjadi

penggunaan lahan yang lain, pembangunan perumahan dan industri di daerah

resapan air, dan penggunaan lahan yang tidak menerapkan prinsip konservasi

tanah dan air.

Tindakan-tindakan tersebut menimbulkan terjadinya tekanan yang berat

terhadap kelestarian sumberdaya lahan yang pada akhirnya mengakibatkan

terjadinya degradasi lahan. Peningkatan tingkat degradasi lahan mengakibatkan

fungsi hidrologis dari DAS tersebut tidak berjalan dengan baik yang dicirikan

dengan terjadinya fluktuasi debit aliran permukaan yang tinggi, peningkatan laju

erosi, dan sedimentasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya banjir pada musim

hujan, kelangkaan air pada musim kemarau, dan mempercepat proses

pendangkalan sungai dan waduk, sehingga umur teknis bengunan tersebut

menjadi berkurang dan biaya pemeliharaan semakin meningkat.

Wilayah DTA Jeneberang Hulu merupakan bagian dari (Sub) DAS

Jeneberang yang termasuk prioritas penanganan konservasi tanah sesuai surat

keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, dan Menteri

Pekerjaan Umum No. 19 tahun 1984, No. 059/Kpts-II/1985 dan No.

124/Kpts/1984 yang dalam pengelolaannya perlu mendapat perhatian khusus.

DTA Jeneberang Hulu ini merupakan daerah tangkapan air untuk Dam Serbaguna

Bili-bili, yang dibangun untuk memenuhi kepentingan penyediaan air minum bagi

penduduk Kota Makassar, Sungguminasa dan sekitarnya, irigasi sawah di daerah

bagian hilir seluas ± 30.000 ha, pembangkit tenaga listrik dan sarana rekreasi

Page 17: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

(BPDAS Jeneberang-Walanae 2003). DTA Jeneberang Hulu juga berperan

sebagai pengendali sedimentasi, dan banjir bagi daerah hilir DAS bersangkutan.

Dengan berkembang pesatnya pemukiman dan penggunaan lahan di wilayah

Sub DAS Jeneberang bagian hulu, berdampak negatif dan sangat berpengaruh

nyata terhadap kondisi DAS Jeneberang, dimana tingkat kekritisan lahan telah

mencapai 53.471 ha dan cenderung terus meningkat (BPDAS Jeneberang-

Walanae 2003). Sejalan dengan semakin meluasnya areal lahan kritis tersebut,

pada beberapa tahun terakhir ini kondisi hidrologis DTA Jeneberang Hulu

menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Banjir terjadi pada setiap

musim hujan dan kekeringan di musim kemarau (BPDAS Jeneberang-Walanae

2003).

Demikian pula luas areal yang mengalami erosi berat di Sub DAS

Jeneberang bagian hulu mencapai 33.269 ha, dan areal ini hampir seluruhnya

berada di bagian hulu DAS Jeneberang (BPDAS Jeneberang-Walanae 2003).

Erosi yang terjadi di Sub DAS Jeneberang bagian hulu sangat erat kaitannya

dengan kondisi geologi, tanah, topografi dan vegetasi yang tumbuh di daerah

tersebut, serta bentuk penggunaan lahannya, yaitu jenis batuannya yang mudah

lapuk, kemiringan lereng yang relatif curam, serta penutupan vegetasi yang

kurang.

Semakin tingginya tingkat degradasi lahan di bagina hulu DAS Jeneberang

mengakibatkan fungsi Bendungan Bili-bili menjadi tidak optimal, pada saat ini

diantaranya terjadi pendangkalan di bendungan akibat laju sedimentasi dan erosi

yang semakin tinggi sebesar 37.902,36 ton/ha/tahun. (BPDAS Jeneberang-

Walanae 2003).

Untuk mengurangi laju erosi, sedimentasi, dan debit banjir (puncak)

diperlukan upaya penanggulangan, salah satunya melalui penggunaan lahan

secara optimal dalam mereduksi laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak.

AGNPS (Agricultural Non-Point Source Pollution Model) merupakan salah

satu model terdistribusi yang dapat memprediksi aliran permukaan (banjir), erosi,

dan sedimentasi dengan hasil yang baik (Galuda 1996) dan dapat digunakan untuk

melakukan simulasi penggunaan lahan yang optimal dalam mengurangi laju erosi,

sedimentasi, dan debit puncak. Dalam menganalisis menggunakan model AGNPS

Page 18: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

diperlukan parameter-parameter masukan model meliputi masukan data curah

hujan jangka pendek dan parameter biofisik. Parameter masukan AGNPS

seringkali tidak tersedia, untuk itu perlu dicoba menggunakan parameter masukan

model yang umum tersedia, yaitu curah hujan harian.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang serta masalah yang ada, maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga laju erosi, sedimentasi,

dan debit puncak menggunakan parameter input yang tersedia.

2. Memperoleh bentuk penggunaan lahan optimal di DTA Jeneberang Hulu

terhadap pengurangan laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian, yakni diketahuinya

ketelitian pendugaan parameter output model sehingga diketahui faktor

koreksinya dan memberikan informasi kepada Balai Pengelolaan DAS

Jeneberang-Walanae dalam hal penggunaan lahan optimal dalam upaya

mengurangi laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak.

Page 19: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara

topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung, dan

menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai

utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau

catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri

atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai

pemanfaat sumberdaya alam (Asdak 2004).

Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya

melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam sub

DAS-sub DAS. Sedangkan Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah suatu wilayah

daratan yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui satu

outlet atau tempat peruntukannya (Departemen Kehutanan 1998).

Menurut Soewarno (1991), bagian hulu dari suatu DAS merupakan daerah

yang mengendalikan aliran sungai dan menjadi suatu kesatuan dengan bagian hilir

yang menerima aliran tersebut. Pengetahuan karateristik DAS dan alur sungai

dapat dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengetahuan tersebut sangat

membantu dalam melaksanakan pekerjaan hidrometri, antara lain :

1. merencanakan pos duga air;

2. melaksanakan survei lokasi pos duga air;

3. analisa debit.

Secara makro, DAS terdiri dari unsur: biotik (flora dan fauna), abiotik

(tanah, air, dan iklim) dan manusia, dimana ketiganya saling berinteraksi dan

saling ketergantungan membentuk sistem hidrologi (Haridjaja 2000). Sedangkan

menurut Seyhan (1990) berpendapat bahwa DAS dapat dipandang sebagai suatu

sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh presipitasi (hujan) sebagai masukan ke

dalam sistem. DAS mempunyai karakteristik yang spesifik yang berkaitan erat

dengan unsur-unsur utamanya seperti: jenis tanah, topografi, geologi,

geomorfologi, vegetasi, dan tata guna lahan.

Page 20: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

2.2 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan diartikan setiap bentuk interaksi (campur tangan) manusia

terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

maupun spiritual (Arsyad 2000). Menurut Candra (2003), penggunaan lahan

merupakan bentuk kegiatan manusia terhadap sumberdaya alam lahan baik

bersifat permanen atau sementara, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan merupakan proses yang

dinamis, mengalami perubahan secara terus-menerus, sebagai hasil dari perubahan

pola dan besarnya aktifitas manusia. Menurut Martin (1993) dalam Candra (2003)

perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari

satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lain diikuti oleh berkurangnya tipe

penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu berikutnya.

Perubahan penggunaan lahan tidak akan membawa masalah yang serius

sepanjang mengikuti kaidah konservasi tanah dan air serta kelas kemampuan

lahan. Dari aspek hidrologi, perubahan lahan akan berpengaruh langsung terhadap

karateristik penutupan lahan, sehingga akan mempengaruhi sistem tata air DAS.

Fenomena ini ditujukan oleh respon hidrologi DAS yaitu yang dapat dikenali

melalui produksi air, erosi dan sedimentasi (Seyhan 1990).

2.3 Pendekatan Sistem DAS dengan Menggunakan Sistem Model.

Sistem DAS merupakan sub-sistem hidrologi. Teori hidrologi disajikan

dalam dua bentuk, yaitu deskriptif dan kuantitatif. Hidrologi deskriptif membahas

uraian konsep-konsep dasar dan proses yang menyatu dan berinteraksi satu sama

lain. Konsep-konsep dan proses-proses diperoleh dari pengamatan, pemikiran dan

pengambilan kesimpulan. Hidrologi kuantitatif menyajikan gambaran dan teori-

teori yang disajikan dalam serangkaian angka yang diperoleh dari pengukuran dan

perhitungan. Penyajian secara kuantitatif dari konsep dan proses hidrologi

menimbulkan persamaan-persamaan matematika disebut juga model matemetika.

Dooge (1968) dalam Triandayani (2004) mendefinisikan sistem adalah

sembarang struktur, alat, skema atau prosedur riil dan abstrak yang saling

berhubungan dengan waktu tertentu yang memberikan suatu masukan yang

menimbulkan suatu dorongan berupa materi, energi, dan informasi, kemudian

Page 21: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

menghasilkan keluaran (output) sebagai akibat atau respon dari informasi, energi

dan materi tersebut.

Karena DAS merupakan suatu ekosistem, maka setiap ada masukan ke

dalam ekosistem tersebut dapat di evaluasi proses yang telah dan sedang terjadi

dengan cara melihat keluaran dari ekosistem tersebut. Input yang berupa curah

hujan akan berinteraksi dengan komponen-komponen ekosistem DAS (manusia,

tanah, vegetasi, sungai) dan pada gilirannya akan menghasilkan keluaran berupa

debit, muatan sedimen dan material lainnya yang terbawa oleh aliran sungai

(Asdak 2004).

Model dan simulasi merupakan penyederhanaan dari sistem serta merupakan

sintesis yang mencoba merinci mekanisme yang bekerja pada sistem, sehingga

perilaku berbagai penyusun sistem yang tergolong penting dan diketahui (Doodge

1973 dalam Salwati 2004).

2.4 Aliran Permukaan

Aliran permukaan merupakan air yang mengalir di atas permukaan tanah

dan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir ke sungai atau saluran,

danau, dan laut (Acherman et al. 1995 dalam Salwati 2004). Di daerah beriklim

basah, bentuk aliran yang mengalir di kenal sebagai aliran permukaan inilah yang

penting sebagai penyebab erosi, karena merupakan pengangkut bagian-bagian

tanah (Arsyad 2000). Schwab et al. (1981) dalam Sutiyono (2006) menyatakan

bahwa aliran permukaan tidak akan terjadi sebelum evaporasi, intersepsi,

infiltrasi, simpanan depresi, tambatan permukaan dan tambatan saluran (channel

detention) terjadi.

Curah hujan yang jatuh di atas permukaan tanah pada suatu wilayah

pertama-tama akan masuk ke tanah sebagai aliran infiltrasi setelah ditahan oleh

tajuk vegetasi sebagai intersepsi. Infiltrasi akan berlangsung terus selama

kapasitas lapang belum terpenuhi atau air tanah masih di bawah kapasitas lapang.

Apabila hujan terus berlangsung dan kapasitas lapang telah dipenuhi, maka

kelebihan air hujan tersebut sebagian akan tetap berinfiltrasi yang selanjutnya

akan menjadi air perkolasi dan sebagian digunakan untuk mengisi cekungan atau

depresi permukaan tanah sebagai simpanan permukaan (depression storage).

Page 22: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Selanjutnya setelah simpanan depresi terpenuhi, kelebihan air tersebut akan

menjadi genangan air setebal beberapa centi atau sebagai tambatan permukaan

(detention storage). Sebelum menjadi aliran permukaan, kelebihan air hujan

diatas sebagian menguap atau terevaporasi walaupun jumlahnya sangat sedikit

(Haridjaja 2000).

Haridjaja (2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

jumlah dan laju aliran permukaan pada dasarnya dibagi menjadi dua hal yaitu

iklim yang meliputi tipe hujan, intensitas hujan, lama hujan, distribusi hujan,

curah hujan, temperatur, angin, dan kelembaban. Serta kondisi atau sifat DAS

yang meliputi: kadar air tanah awal, ukuran dan bentuk DAS, elevasi dan

topografi, vegetasi yang tumbuh, geologi dan tanah.

2.5 Erosi

Erosi tanah didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya

tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh

pergerakan air, angin, dan es. Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi terutama

disebabkan oleh air hujan (Rahim 2003).

Menurut Arsyad (2000), erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor

iklim, topografi, tanah, vegetasi dan manusia. Faktor iklim yang paling

berpengaruh terhadap erosi adalah intensitas curah hujan. Kecuraman dan panjang

lereng merupakan faktor topografi yang berpengaruh terhadap debit dan kadar

lumpur. Faktor tanah yang mempengaruhi erosi dan sedimentasi yang terjadi

adalah : luas jenis tanah yang peka terhadap erosi, luas lahan kritis atau daerah

erosi dan luas tanah berkedalaman rendah.

Menurut Asdak (2004), proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan:

pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan

(sedimentation). Erosi permukaan (tanah) disebabkan oleh air hujan dan juga

dapat terjadi karena tenaga angin dan salju. Beberapa tipe erosi permukaan yang

umum dijumpai di daerah tropis adalah:

1. Erosi percikan adalah proses terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian

atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.

Page 23: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

2. Erosi kulit adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah

di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air aliran

(runoff).

3. Erosi alur adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan

pertikel-pertikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam

saluran-saluran air.

4. Erosi selokan/parit adalah erosi yang membentuk jajaran parit yang lebih

dalam dan lebar serta merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.

5. Erosi tebing sungai adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan

penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.

2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi

Schwab et al. (1981) dalam Sutiyono (2006) mengemukakan empat faktor

yang mempengaruhi erosi, yaitu: 1) iklim, 2) jenis tanah, 3) panjang lereng dan

kemiringan lereng, dan 4) penutupan lahan. Menurut Knisel (1982) dalam Asdak

(1995), erosi merupakan akibat dari interaksi kerja antara faktor- faktor iklim,

topografi, vegetasi, dan manusia yang dinyatakan dalam bentuk persamaan

sebagai berikut :

Dimana, E : erosi s : tanah

i : iklim m : manusia

r : topografi

v : vegetasi

Pada daerah yang beriklim basah menurut Arsyad (1989), faktor iklim yang

paling mempengaruhi erosi dan aliran permukaan adalah hujan. Jumlah intensitas

dan distribusi (pembagian) hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap

tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi.

Menurut Arsyad (1989), faktor topografi yang berpengaruh terhadap erosi

adalah kemiringan dan panjang lereng. Unsur lain yang berpengaruh adalah:

konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng. Sedangkan pengaruh vegetasi terhadap

E = f (i, r, v, s, m)

Page 24: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

erosi yaitu: 1) intersepsi hujan oleh tajuk, 2) mengurangi kecepatan aliran

permukaan dan kekuatan perusak air, 3) pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan

biologis yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya

terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah, dan 4) transpirasi yang

mengakibatkan kandungan air tanah berkurang. Pengaruh vegetasi terhadap erosi

terutama ditentukan oleh derajat penutupan lahan dari vegetasi. Faktor

pengelolaan tanaman (C) merupakan nisbah besarnya erosi dari tanah yang

ditanami tanaman dengan pengelolaan (manajemen) tertentu terhadap erosi dari

suatu lahan yang tidak ditanami. Efektivitas pengendalian erosi oleh vegetasi

ditentukan oleh tinggi dan luas penutupan tajuk, kerapatan vegetasi, dan kerapatan

perakaran (Morgan 1990).

Sifat-sifat fisik tanah yang mempengaruhi erosi adalah: tekstur, struktur,

kandungan bahan organik, kerapatan tanah, dan kandungan air (Schwab et al.

1981 dalam Sutiyono 2006). Erodibilitas tanah (K) merupakan nilai yang

menunjukkan kepekaan tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-

partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan. Sedangkan menurut Arsyad

(2000), sifat-sifat yang mempengaruhi erosi adalah: tekstur, struktur, bahan

organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah. Peranan

manusia merupakan faktor utama dalam proses erosi, peranan tersebut dapat

bersifat positif maupun negatif. Manusia berperan positif apabila tindakan

manusia yang dilakukan dapat mengurangi besarnya kehilangan tanah (Arsyad

1989). Faktor tindakan konservasi tanah (P) yang dilakukan oleh manusia

merupakan nisbah besarnya erosi dari lahan dengan tindakan konservasi tertentu

terhadap besarnya erosi dari suatu lahan yang tanpa dilakukan tindakan

konservasi.

2.5.2 Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Tingkat bahaya erosi adalah perkiraan kehilangan tanah maksimum

dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan bila teknik

pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan.

Penentuan tingkat bahaya erosi menggunakan pendekatan tebal solum tanah yang

telah ada dan besarnya erosi sebagai dasarnya. Semakin dangkal solum tanahnya

Page 25: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

berarti semakin sedikit tanah yang boleh tererosi, sehingga tingkat bahaya

erosinya sudah cukup besar meskipun tanah yang hilang belum terlalu besar.

Kelas tingkat bahaya erosi disajikan selengkapnya pada Tabel 1.

Tabel 1. Kelas Tingkat Bahaya Erosi

Kelas erosi I II III IV V

Erosi (ton/ha/tahun) Kedalaman tanah (cm)

<15 15-60 60-180 180-480 >480 Dalam (> 90) 0 – SR I – R II – S III – B IV – SB

Sedang (60-90) I – R II – S III – B IV – SB IV – SB Dangkal (30-60) II – S III – B IV – SB IV – SB IV – SB

Sangat dangkal (<30) III – B IV – SB IV – SB IV – SB IV – SB

Sumber : Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan, 1998

Keterangan : 0 – SR = sangat ringan I – R = ringan II – S = sedang III – B = berat IV – SB = sangat berat

2.5.3 Sedimentasi

Sedimen adalah tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari suatu

tempat yang tererosi. Sedimen yang dihasilkan dari proses erosi dan terbawa oleh

suatu aliran akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat

atau berhenti disebut dengan sedimentasi (Arsyad 2000). Sedangkan menurut

Asdak (2004), sedimen adalah hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan,

erosi parit atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian

bawah bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk.

Proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan

merugikan. Dikatakan menguntungkan karena pada tingkat tertentu adanya aliran

sedimen ke daerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya

tanah garapan baru di daerah hilir. Tetapi, pada saat yang bersamaan aliran

sedimen dapat menurunkan kualitas perairan dan pendangkalan badan perairan

(Asdak 2004).

Page 26: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Linsey et. al (1989) dalam Salwati (2004) juga menyatakan bahwa produksi

sedimen tahunan rata-rata dari suatu daerah aliran sungai tergantung dari banyak

faktor seperti: iklim, jenis tanah, tata guna lahan, topografi, dan waduk. Faktor

lain yang mempengaruhi besarnya sedimen yang masuk ke sungai menurut Asdak

(2004) adalah karateristik sungai yang meliputi: morfologi sungai, tingkat

kekasaran sungai, dan kemiringan sungai.

Nisbah Pelepasan Sedimen (NPS) merupakan salah satu prediksi hasil

sedimen. NPS didefenisikan sebagai nisbah jumlah sedimen yang betul-betul

terbawa oleh sungai dari suatu daerah terhadap jumlah tanah yang tererosi dari

daerah tersebut yang persamaannya ditulis sebagai berikut (Arsyad 2000):

NPS = EROSISEDY ......................................................................................... (1)

Dimana NPS adalah nisbah pelepasan sedimen, SEDY adalah jumlah sedimen

total yang melewati suatu titik tertentu di sungai, dan EROSI adalah jumlah tanah

yang tererosi.

2.5.4 Prediksi Erosi dan Sedimentasi

Model matematis merupakan alat yang efektif dan logis dalam memprediksi

erosi dan sedimentasi dalam suatu DAS. Sejumlah model yang telah

dikembangkan di Amerika Serikat dan beberapa negara di dunia (Lanfear 1989

dalam Sun et al. 2000).

Model-model yang ada kebanyakan adalah empiris (parametrik), yang

dikembangkan berdasarkan proses hidrologi dan fisis yang terjadi selama

peristiwa erosi dan pengangkutannya dari DAS ke titik yang ditinjau (Suripin

2002). Idealnya, metode prediksi harus memenuhi persyaratan-persyaratan

nampaknya bertentangan, yakni model seharusnya dapat diandalkan, dapat

digunakan secara umum, sudah dipergunakan dengan data yang minimum,

komprehensif dalam hal faktor-faktor yang digunakan dapat mengikuti (peka)

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di DAS (Suripin 2002).

Salah satu persamaan yang pertam kali dikembangkan untuk mempelajari

erosi lahan adalah persamaan Musgrave yang selanjutnya berkembang terus

menjadi persamaan yang sangat terkenal dan masih banyak digunakan sampai saat

Page 27: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

ini, yang biasa disebut Universal Soil Loss Equation (USLE). USLE adalah salah

satu model parametrik yang telah banyak digunakan dengan segala kelebihan dan

kelemahannya. Salah satu kelemahannya adalah tidak memperhitungkan adanya

pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing

sungai, dan dasar sungai (Suripin 2002).

Pengembangan model determilistik lebih ditekankan untuk menghadapi

permasalahan yakni kurangnya pemahaman mengenai proses erosi dan

perjalanannya. Hal ini dimungkinkan karena pola erosi tanah terjadi secara tidak

kontinyu dan bervariasi mengikuti ruang lingkup keadaan sekitar lokasi (Sun et al.

2000).

2.6 Model AGNPS

Model AGNPS (Agricultural Non Point Source Pollution Model),

dikembangkan oleh Robert A. Young (1987) di North Central Soil Conservation

Research Laboratory, USDA-Agricultural Research Service, Morris, Minnesota.

Model ini merupakan sebuah program simulasi komputer untuk menganalisis

limpasan, erosi, sedimen, perpindahan hara dari pemupukan (Nitrogen dan

Phosfor) dan Chemical Oksigen Demand (COD) pada suatu areal. Model AGNPS

merupakan model terdistribusi dengan kejadian hujan tunggal (Wulandary 2004

dalam Sutiyono 2006).

Pada model AGNPS karateristik DAS digambarkan dalam tingkatan sel.

Setiap sel mempunyai ukuran 2,5 acre (1,01 ha) hingga 40 acre (16,19 ha). Setiap

sel dibagi-bagi menjadi sel-sel yang lebih kecil untuk memperoleh resolusi yang

lebih rinci. Ukuran sel lebih kecil dari 10 acre direkomendasikan untuk DAS

dengan luas kurang dari 2000 acre (810 ha), sedangkan untuk DAS yang

luasannya lebih dari 2000 acre maka ukuran sel dapat berukuran 40 acre (Young

et al. 1990).

Menurut Pawitan (1998) dalam Salwati (2004), model AGNPS merupakan

gabungan antar model terdistribusi (distributed) dan model sequential. Sebagai

model terdistribusi penyelesaian persamaan keseimbangan massa dilakukan

secara serempak untuk semua sel. Sedangkan model sequential, air dan cemaran

Page 28: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

di telusuri dalam rangkaian aliran di permukaan lahan dan di saluran secara

berurutan.

Kelebihan dari model AGNPS ini adalah : 1) memberikan hasil berupa

aliran permukaan, erosi, sedimentasi dan unsur-unsur hara yang terbawa dalam

aliran permukaan, 2) membuat skenario perubahan penggunaan lahan, 3)

menganalisis parameter yang digunakan untuk memberikan simulasi yang akurat

terhadap sifat-sifat DAS. Adapun kelemahan dari model AGNPS ini adalah : 1)

pendugaan aliran permukaan model tidak mengeluarkan output dalam bentuk

hidrograf, sehingga perbandingan antara hidrograf hasil prediksi dengan hidrograf

hasil pengukuran tidak bisa diperlihatkan, 2) waktu respon yang merupakan

indikator untuk menentukan kondisi biofisik DAS tidak dinyatakan dalam

keluaran model.

2.6.1 Masukan Data Model AGNPS

Masukan data dalam model AGNPS terdiri dari data inisial dan data tiap sel.

Masukan data berupa data inisial terdiri dari: 1) identitas DAS, 2) deskripsi DAS,

3) luas tiap sel, 4) jumlah sel, 5) curah hujan, dan 6) energi intensitas hujan

maximum 30 menit. Sedangkan masukan data tiap sel terdiri dari 21 parameter

yakni: 1) nomor sel, 2) nomor sel penerima, 3) arah aliran, 4) bilangan kurva

aliran permukaan, 5) kemiringan lereng, 6) faktor bentuk lereng, 7) panjang

lereng, 8) kelerengan saluran rata-rata, 9) koefisien kekasaran Manning, 10) faktor

erodibilitas tanah, 11) faktor pengolahan tanaman, 12) faktor teknik konservasi

tanah, 13) konstanta kondisi permukaan, 14) tekstur tanah, 15) indikator

penggunaan pupuk, 16) ketersediaan pupuk pada permukaan tanah, 17) point

source indicator 18) sumber erosi tambahan 19) faktor kebutuhan oksigen kimia,

20) indikator impoundment, 21) indikator saluran (Young et al. 1990).

2.6.2 Keluaran Model AGNPS

Keluaran dalam AGNPS dapat berupa keluaran DAS dan keluaran tiap sel.

Keluaran DAS berupa : 1) volume aliran permukaan, 2) laju puncak aliran

permukaan, dan 3) total hasil sedimen. Sedangkan keluaran tiap sel dapat berupa

keluran hidrologi dan keluaran unsur hara. Keluaran hidrologi berupa : 1) volume

Page 29: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

aliran permukaan, 2) debit puncak aliran permukaan, 3) aliran permukaan tiap sel,

4) hasil sedimen, 5) konsentrasi sedimen, 6) distribusi sedimen tiap partikel, 7)

erosi permukan, 8) erosi saluran, 9) jumlah deposisi, 10) nisbah pengayaan, 11)

nisbah pelepasan. Keluaran unsur hara berupa: 1) kandungan N dalam sedimen, 2)

konsentrasi N, 3) jumlah N dalam aliran permukaan, 4) kandungan P dalam aliran

permukaan, 5) konsentrasi P, 6) jumlah P dalam aliran permukaan, 7) konsentrasi

COD, dan 8) jumlah COD (Young et al. 1990).

2.6.3 Persamaan dalam Model AGNPS

Beberapa persamaan yang digunakan dalam membangun model adalah

Young et al. (1990):

a. Erosi tanah

Persamaan yang digunakan adalah persamaan Wischmeier dan Scmith (1978)

dalam Young et al. (1990), yaitu :

E = EI x K x L x S x C x P x SSF .................................................................(2)

Dimana : E = erosi (ton/acre) EI = energi intensitas hujan (feet.ton.inci/acre) K = erodibilitas tanah (ton.acre/acre.feet.ton.inci) L = faktor panjang lereng S = faktor kemiringan lereng C = faktor tanaman P = faktor pengelolaan tanah

SSF = faktor bentuk permukaan tanah (seragam = 1, cembung = 1,3, dan cekung = 0,8)

b. Limpasan permukaan

Limpasan permukaan dihitung dengan menggunakan persamaan USDA SCS

(1972) dalam Young et al. (1990), yaitu:

RF = SRLSRL

8,02,0 2

.....................................................................................(3)

Dimana : RF = run off (inci) RL = hujan (inci)

S = faktor penahan tanah = 101

CN (CN = Curve Number)

c. Kecepatan aliran untuk limpasan permukaan

Vo = 100.5xlog 10 (S1x100)-SSC................................................................................. (4)

Page 30: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Dimana : Vo = kecepatan aliran untuk limpasan permukaan (feet/detik) S1 = kemiringan lereng SSC = kondisi penutupan permukaan tanah

d. Kecepatan aliran dalam saluran

Vc = 667.05.049.1hc xRxS

n

................................................................................(5)

Dimana : Vc = kecepatan aliran dalam saluran (feet/detik) Sc = kemiringan saluran Rh = radius hidrolik

e. Debit aliran pada saluran

Q = Ac x Vc ..................................................................................................(6)

Dimana : Q = debit (cfs) Ac = potongan melintang saluran (square feet) Vc = kecepatan aliran dalam saluran (feet)

f. Puncak limpasan

QP =187.02

824.0159.07.0

43560484.8

0166.0

Ax

LxRFxSxA cAc ....................................(7)

Dimana : QP = puncak limpasan (cfs) A = luas areal (acre) Sc = kemiringan saluran RF = volume limpasan Lc = panjang saluran (feet)

g. Sedimen

Penelusuran sedimen dilakukan melalui pendekatan persamaan pemindahan

dan pengendapan (Young et al.1990) :

Qs (X) =

x

WdxXDLr

XQsQs0

)()0( .......................................................... (8)

Dimana : Qs(X) = debit sedimen di ujung hilir saluran (cfs) Qs(0) = debit sedimen di ujung hulu saluran (cfs) X = jarak lereng bagian bawah (feet) Lr = panjang saluran (feet) D(X) = laju pengendapan sedimen di titik X W = lebar saluran (feet)

Page 31: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

2.7 Sistem Informasi Geografis

Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografis merupakan hubungan dari

tiga unsur pokok yaitu: sistem, informasi, dan geografis. Istilah informasi

geografis mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang

terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek

terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan

(atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau

diketahui (Prahasta 2002).

Aronoff (1989) dalam Prahasta (2002), mendefinisikan SIG sebagai sistem yang

berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi

informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan,

dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan

karakteristik yang penting atau krisis untuk di analisis. Dengan demikian, SIG

merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam

menangani data yang bereferensi geografi yakni : a) masukan, b) memanajemen

data (penyimpanan dan pemanggilan data), c) analisis dan manipulasi data, d)

keluaran. SIG dapat mempresentasikan real world (dunia nyata) di atas monitor

komputer sebagaimana lembaran peta dapat mempresentasikan dunia nyata di

kertas. Akan tetapi, SIG memiliki kekuatan lebih dan fleksibilitas dari pada

lembaran kertas.

Page 32: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di DTA Jeneberang Hulu yang secara

administrasi termasuk wilayah Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa,

Propinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1). Pengolahan data dilakukan di

Laboratorium Pengaruh Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Waktu pelaksanaannya

dimulai pada bulan Mei hingga November 2007.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian.

Page 33: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian

1. Peta digital penutupan lahan Sub DAS Jeneberang, skala 1 : 25000

(BPDAS Jeneberang-Walanae),

2. Peta digital topografi Sub DAS Jeneberang, skala 1 : 25000 (PPLH-IPB

hasil interpretasi SRTM),

3. Peta digital jenis tanah Sub DAS Jeneberang, skala 1 : 25000 (BPDAS

Jeneberang-Walanae),

4. Peta digital jaringan sungai Sub DAS Jeneberang, skala 1 : 25000

(BPDAS Jeneberang-Walanae),

5. Data curah hujan hasil rekaman ARR selama 5 tahun (2001-2005)

diperoleh dari SPAS Malino dan BPDAS Jeneberang-Walanae,

6. Data debit hasi rekaman AWLR selama 5 tahun (2001-2005) diperoleh

dari SPAS Malino dan BPDAS Jeneberang-Walanae,

7. Data sedimen selama 5 tahun (2001-2005) diperoleh dari SPAS Malino

dan BPDAS Jeneberang-Walanae.

3.2.2 Alat yang digunakan dalam penelitian

1. Seperangkat komputer dengan beberapa software, yaitu AGNPS versi

3.65.3, ArcView versi 3.2 + extension, Minitab14, dan Microsoft Office,

2. Alat tulis, alat hitung dan alat penunjang lainnya.

3.3 Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 11 tahap seperti yang disajikan

pada Gambar 2, yaitu :

1. Pengumpulan data dasar berupa peta penutupan lahan, peta kontur, peta

jenis tanah, peta jaringan sungai, dan data curah hujan,

2. Pengolahan dan analisis data curah hujan,

3. Transformasi proyeksi peta,

4. Pembuatan Daerah Tangkapan Air (DTA),

5. Pembuatan grid sel model AGNPS,

6. Penurunan atribut-atribut DTM,

Page 34: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

7. Pembangkitan data masukan model AGNPS dengan SIG,

8. Pemasukan data ke model AGNPS,

9. Analisis keluaran data model AGNPS,

10. Pengujian validasi model AGNPS,

11. Analisis simulasi dan rekomendasi.

Gambar 2 Alur tahapan penelitian.

3.3.1 Pengolahan dan Analisis Data Curah Hujan.

Dalam pendugaan volume,debit puncak aliran permukaan, erosi dan

sedimentasi dengan model AGNPS digunakan curah hujan harian dengan periode

ulang selama 25 tahun (Young et al. 1990). Karena keterbatasan data yang

tersedia, maka curah hujan yang digunakan merupakan curah hujan harian selama

5 tahun (2001-2005). Curah hujan harian tersebut diperoleh dari data hasil

pengukuran ARR (Automatic Rain Recorder) yang diperoleh dari Stasiun

Pengamat Aliran Sungai (SPAS) Malino. Hasil keluaran ARR tersebut selanjutnya

di kelompokkan berdasarkan harian dalam bulanan (Januari hingga Desember)

1. Curah hujan harian (5 tahun)

2. Debit air (5 tahun) 3. Sedimen (5 Tahun)

Peta Digital topografi

Peta digital Penggunaan lahan

Peta digital tanah

Peta digital jaringan sungai

Analisis spasial dengan model SIG

Pembangkitan data masukan model AGNPS

Analisis data dengan model AGNPS

Energi Intensitas Hujan 30 menit

Rekomendasi

Analisis simulasi

Pengisian Model AGNPS

Validasi

Page 35: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

selama 5 tahun, sehingga diperoleh nilai curah hujan harian rata-rata dalam 12

bulan.

Data curah hujan diuji korelasinya dengan debit aliran untuk mengetahui

ada-tidaknya hubungan curah hujan dengan debit aliran. Uji korelasi antara curah

hujan dengan debit aliran dengan menggunakan analisis regresi :

Q = a CHb …………………………………………………………..... (9)

Dimana : Q = debit aliran (m3/detik)

CH = curah hujan (mm)

a dan b = konstanta

Nilai energi hujan intensitas 30 menit untuk pendugaan volume, debit

puncak aliran permukaan, besarnya erosi dan sedimentasi diperoleh dengan

menggunakan persamaan Bols (1978) dalam Usmadi (2006), yaitu:

EI30 = 725,00727,0

467,2 2

RR ...................................................................... (10)

Dimana : EI30 = energi hujan intensitas selama 30 menit

R = curah hujan harian (inches)

3.3.2 Transformasi Proyeksi Peta

Penyeragaman proyeksi semua peta harus dilakukan agar data spasial dari

semua peta dapat di overlay dan di analisis. Proyeksi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah UTM (Universal Transverse Mercator) dengan datum WGS

84 dan zone 50. Transformasi proyeksi peta dilakukan dengan menggunakan

software ArcView versi 3.2 dengan extension Projection Utility Wizard.

3.3.3 Pembuatan Daerah Tangkapan Air

Pembuatan daerah tangkapan air (DTA) dilakukan menggunakan software

ArcView versi 3.2. Tahapan pembuatan DTA sebagai berikut :

1. Melakukan penggabungan peta kontur terhadap dua sub DAS yang

berbeda, penggabungan tersebut menggunakan extention Geoprocessing

Wizard. Hal tersebut memungkinkan dalam pembentukan DTA yang

berada di dua lokasi sub DAS yang berbeda.

Page 36: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

2. Membuat TIN (Triangulated Irregular Network) dari peta kontur hasil

proses penggabungan. Pembuatan TIN dilakukan dengan menggunakan

extension Spatial Analyst.

3. Selanjutnya TIN tersebut dilakukan gridding (convert to grid), sehingga

diperoleh model elevasi digital (DEM/Digital Elevation Model).

4. DEM yang telah terbentuk selanjutnya dibuat DTA dengan outlet berupa

pertemuan antar sungai di Sub DAS Jeneberang. Pembuatan DTA

dilakukan dengan menggunakan extension AV-SWAT 2000 (Sumardi

2007). Penentuan outlet hasil model dari AV-SWAT diusahakan berada di

tepat posisi Stasiun Pengamat Aliran Sungai (SPAS) atau berada di

sekitar/berdekatan dengan lokasi SPAS.

5. Secara otomatis hasil model akan menunjukkan DTA dengan luasan

tertentu beserta dengan sungai yang terbentuk dari hasil model.

3.3.4 Pembuatan Grid Sel Model AGNPS

Tahapan dalam pembuatan grid sel model AGNPS menggunakan software

ArcView versi 3.2, yaitu :

1. DTA yang telah terbentuk, di overlay dengan peta kontur untuk

mendapatkan peta kontur seluas DTA.

2. Membuat TIN (Triangulated Irregular Network) dari peta kontur seluas

DTA. Pembuatan TIN dilakukan dengan menggunakan extension Spatial

Analyst.

3. Selanjutnya TIN tersebut dilakukan gridding (convert to grid) dengan

ukuran grid 400 x 400 meter, sehingga diperoleh model elevasi digital

(DEM/Digital Elevation Model) dalam bentuk grid. Penentuan ukuran grid

didasarkan pada luas DTA dan luas maksimum model AGNPS. Luas DTA

yang terbentuk memiliki ukuran grid maksimum yang diperbolehkan

dalam model AGNPS sebesar 40 acre (16,91 ha).

4. DTA yang telah berbentuk grid selanjutnya diubah ke dalam bentuk point

dengan menggunakan extension Hydrologic Modelling v 1.1 (pour points

as point shape). Hasil dari proses tersebut disimpan dalam bentuk

shapefile, sehingga DTA menjadi grid-grid sel.

Page 37: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

5. Pembentukan DTA dari hasil TIN akan membuat DTA semakin

bertambah luas. Oleh karena itu, dilakukan proses penghapusan grid yang

tidak termasuk ke dalam luasan DTA yang sebenarnya. Hasil dari

penghapusan tersebut mengakibatkan nomor grid menjadi tidak teratur.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kembali perubahan ke dalam bentuk point

sehingga DTA menjadi grid-grid seluas dengan DTA yang sebenarnya.

6. Hasil akhir grid DTA dilakukan penomoran berurutan dari kiri ke kanan

dan mulai dari atas ke bawah dengan ketentuan penomoran grid pada

model AGNPS.

3.3.5 Penurunan Atribut-atribut DTM

Proses pemodelan SIG ini diawali dengan membuat sebuah analisis

permukaan yang biasa disebut Digital Terrain Model (DTM). Analisis permukaan

diperlukan karena informasi tambahan dapat diperoleh dengan pembuatan data

baru melalui Digital Elevation Model (DEM). Data elevasi biasa juga disebut

Digital Elevation Model (DEM), Digital Terrain Model (DTM) ataupun peta

kontur. Data ini bisa didapatkan dengan memetakan permukaan bumi, dengan

cara survei lapangan atau interpretasi dan pengolahan citra satelit (Remote

Sensing). DEM yang digunakan adalah DEM turunan dari Shuttle Radar

Topographic Mission (SRTM), buatan JetPropulsion Laboratory NASA. DEM ini

dihasilkan pada tahun 2000 dengan menggunakan Shuttle Space, dan SRTM

Indonesia masuk di Zona Eurasia (Anonimus 2005).

Penurunan atribut-atribut Digital Terrain Model (DTM) bertujuan untuk

memberi gambaran tentang daerah kajian sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.

Model Terain Digital (DTM) adalah model topografis tanah terbuka yang

memungkinkan pengguna memahami karakteristik terain yang mungkin

tersembunyi pada Model Permukaan Digital (DSM). DTM secara digital

menghilangkan vegetasi, bangunan, dan fitur budaya serta menyisakan terain di

bawahnya. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak

paten, penyuntingan manual, dan proses kontrol kualitas yang mengambil elevasi

terain berdasarkan pengukuran tanah terbuka yang ada pada data radar original

(Anonimus 2007).

Page 38: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

DTM (bersama dengan alat analisis permukaan) mendukung aplikasi seperti

pengembangan peta topografis. Ini juga merupakan komponen berharga dalam

analisis yang melibatkan berbagai karakteristik terain, seperti profil, potongan

melintang, garis pandang, aspek, dan kemiringan. DTM juga mendukung

pemodelan banjir, aplikasi pertanian, aplikasi PND, pemetaan internet, dan

aplikasi Advanced Driver Assistance System (ADAS).

Resolusi spasial yang digunakan untuk penurunan atribut-atribut DTM

sebesar 400 x 400 meter. Hal ini dilakukan karena sekaligus membentuk dan

memberi grid/sel secara otomatis untuk masukan model AGNPS. Model AGNPS

memiliki keterbatasan dalam kapasitas jumlah sel yaitu maksimal sebanyak 1900

grid/sel untuk setiap daerah kajian. Semakin kecil resolusi yang digunakan maka

data semakin akurat, namun harus juga memperhatikan tingkat kesulitannya yang

akan semakin besar apabila terlalu banyak grid/sel yang terbentuk sehingga tidak

efektif dalam pengoperasian model AGNPS.

Penggunaan SIG dapat mempermudah dalam kegiatan pengelolaan daerah

aliran sungai (DAS). Sebagai contoh adalah penggunaan hydrologic modelling

dengan dukungan program ArcView Spatial Analyst yang memungkinkan untuk

menurunkan dan menganalisis beberapa parameter permukaan dari DTM yang

merupakan karateristik hidrologi dari daerah kajian. Analisis permukaan ini juga

diperlukan untuk mendukung pembentukan parameter-parameter masukan model

AGNPS secara komputasi sehingga data masukan model AGNPS akan lebih cepat

didapatkan dengan keakuratan yang baik.

Atribut-atribut yang dapat diturunkan dari DTM yang berkaitan dengan

input model AGNPS dengan menggunakan extension DEMAT, yaitu :

1. Slope, adalah keadaan suatu bentang areal/lahan dengan tingkat

perubahan kemiringan tertentu yang dinyatakan dalam persen atau derajat

yang dapat dihitung dengan dua metode, yaitu metode Zevenbergen dan

Thorne (untuk permukaan halus atau lebih datar) dan metode Horn (untuk

permukaan kasar). Untuk penelitian ini digunakan metode Horn karena

sebagian besar lahan di Sub DAS Jeneberang permukaannya kasar yang

ditandai dengan bentuk lahan yang cembung (bukit) dan cekung (lembah).

Page 39: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

2. Curvature, yaitu bentuk permukaan untuk memahami proses aliran yang

secara umum dibagi 2, yaitu convex (cembung) dan concave (cekung).

3. Profile curvature, yaitu curvature suatu permukaan dalam arah

kemiringan. wilayah DTA Jeneberang Hulu didominasi oleh bentuk

cembung (214 grid) dan bentuk cekung (209 grid) dengan luas 1 grid

sebesar 16 ha (400 x 400 meter). Hal ini menunjukkan bahwa potensi

pengikisan/erosi aliran cukup besar namun diimbangi oleh potensi

pengendapan (deposit) yang cukup besar pada beberapa titik kawasan.

Kemudian dilakukan penurunan parameter permukaan yang merupakan

komponen hidrologi dan geomorfologi yang meliputi :

1. Flow direction (arah aliran), yaitu arah dimana air mengalir keluar dari

grid/sel tersebut. Dalam ArcView Spatial Analyst, keluaran dari arah

aliran adalah grid yang mempunyai nilai antara 1 sampai 128 yang akan

mengalir dari sebuah sel/grid khusus seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 3.

Gambar 3 Arah-arah aliran dari suatu sel khusus dinyatakan dengan angka 1-128.

Grid DTM setelah penghilangan sink akan digunakan untuk menghasilkan

arah aliran selain arah aliran utama. Sink merupakan lembah yang sempit

dimana lebar lembah tersebut lebih kecil dari ukuran piksel itu sendiri dan

tidak menempati banyak sel. Keberadaan sink ini dapat mengganggu

Page 40: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

topologi aliran karena aliran yang menuju sink tersebut. Sehingga untuk

mendapatkan grid arah aliran (flow direction) yang kontinyu, sink perlu

dihilangkan. Arah aliran ini akan dijadikan parameter masukan model

AGNPS sebagai parameter aspek. Hal ini dilakukan karena parameter

aspek pada model AGNPS memiliki karateristik yang serupa dengan

karateristik arah aliran pada model SIG, seperti yang ditampilkan pada

Tabel 2.

Tabel 2 Nilai arah aliran antara hasil ArcView dengan masukan model

AGNPS Arah aliran ArcView Model AGNPS

Utara 64 1 Timur laut 128 2 Timur 1 3 Tenggara 2 4 Selatan 4 5 Barat daya 8 6 Barat 16 7 Barat laut 32 8

Sumber : Penurunan DTM dan Young et al. (1990)

2. Flow accumulation (akumulasi aliran), yaitu grid yang menampung aliran

dari sel-sel dibelakangnya. Akumulasi aliran diturunkan dari grid arah

aliran guna menentukan mana dan berapa jumlah sel yang mengalir

menuju grid/sel lain yang menerima aliran tersebut. Grid-grid yang

mempunyai akumulasi aliran yang tinggi dapat diidentifikasikan sebagai

sungai atau saluran. Untuk mengetahui akumulasi aliran pada permukaan,

nilai dari setiap sel mempresentasikan total nilai dari sel yang mengalir ke

dalam sel tersebut. Sel yang mempunyai akumulasi yang tinggi adalah

areal yang terkosentrasi aliran, seperti pada Gambar 4.

Page 41: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 4 Bentuk representasi akumulasi aliran.

3. Flow length (panjang aliran), yaitu panjang garis aliran yang terpanjang

dalam saluran air yang dihitung untuk setiap sel/grid.

4. Stream network (jaringan sungai), yaitu sistem jaringan sungai yang dapat

ditentukan dari hasil akumulasi aliran. Dalam sistem ini juga dapat

ditentukan ordo tiap segmen jaringan sungai dengan metode yang

tersedia, yaitu teknik Schrave dan Strahler. Untuk penelitian ini jaringan

sungai dapat ditentukan melalui pengoperasian model AV-SWAT hasil

turunan dari data DEM yang secara otomatis akan membentuk jaringan

sungai berdasarkan bentuk topografi/kontur, seperti yang terlihat pada

Gambar 5.

Page 42: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 5 Peta jaringan sungai DTA Jeneberang Hulu.

3.3.6 Pembangkitan Data Masukan Model AGNPS dengan SIG

Pembangkitan data setiap sel sebagai masukan model AGNPS dilakukan

menggunakan software ArcView versi 3.2. Tahapan pembangkitan data setiap sel

yaitu peta kontur, peta jaringan sungai, peta jenis tanah dan peta penutupan lahan

di overlay dengan peta DTA yang telah terbentuk tadi dan dilakukan pemotongan

menggunakan extension Geoprocessing Wizard untuk memperoleh peta seluas

DTA. Selanjutnya dilakukan gridding (convert to grid) dengan resolusi 400 x 400

meter berdasarkan peta DEM (Digital Elevation Model) dan dilakukan

penambahan data-data atribut berupa nilai parameter masukan model AGNPS

yang sesuai dengan peta peta kontur, peta jaringan sungai, peta jenis tanah dan

peta penutupan lahan. Parameter-parameter masukan model AGNPS yang dapat

diturunkan dari peta-peta tadi, disajikan selengkapnya pada Gambar 6.

Page 43: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 6 Analisis spasial dan pembangkitan data model AGNPS.

Keterangan : DEM = Digital Elevation Model P = Faktor konservasi tanah SL = Kemiringan lereng SCC = Konstanta kondisi permukaan LS = Panjang lereng n = Koefisien kekasaran Manning FD = Arah aliran COD = Kebutuhan oksigen kimiawi T = Tekstur CI = Indikator saluran K = Faktor erodibilitas tanah CS = Kemiringan saluran CN = Bilangan kurva aliran permukaan CL = Panjang saluran C = Faktor pengelolaan tanaman DTA = Daerah tangkapan air

Peta Digital Jaringan Sungai

Peta Digital Topografi

Peta Digital Penutupan Lahan

Peta Digital Tanah

TIN

DEM

Konversi ke bentuk grid resolusi 400x400 m Overlay

CI CL Curvature Overlay FD FA SL DTA

Penentuan nilai parameter masukan

model AGNPS

CN SCC n P C K Tekstur

Konversi ke bentuk point

Data masukan model AGNPS

Penggabungan tabel atribut

Page 44: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

3.3.6.1 Kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng dan arah aliran

Parameter masukan model AGNPS yang berupa kemiringan lereng, panjang

lereng, bentuk lereng dan arah aliran dapat diturunkan dari peta kontur. Parameter

panjang lereng diukur dengan menggunakan peta kontur, sedangkan parameter

kemiringan lereng, bentuk lereng dan arah aliran diturunkan dari data DEM. DEM

merupakan suatu model yang mempresentasikan ketinggian muka bumi dengan

format raster (resolusi 400 x 400 meter). Tahapan dalam pembangkitan data

masukan parameter kemiringan lereng dan arah aliran sebagai berikut :

1. Pembuatan DEM dilakukan dengan cara mengubah peta kontur menjadi

TIN, selanjutnya melakukan gridding (convert to grid) terhadap TIN

dengan ukuran sel sesuai dengan luas grid model AGNPS yaitu sebesar

400 x 400 meter (16 ha).

2. Data kemiringan lereng diperoleh dengan menggunakan metode Horn

untuk permukaan yang kasar yang diperoleh dari data DEM dengan

menggunakan extension DEMAT dengan satuan kemiringan lereng berupa

persen. Dalam mengetahui besarnya kemiringan lereng setiap sel, maka

data hasil perhitungan DEMAT diubah menjadi bentuk point dengan

menggunakan extension Hydrologic Modelling v 1.1 (pour points as point

shape).

3. Data panjang lereng (JL) diketahui melalui pengukuran secara manual

berdasarkan peta kontur. Dengan bantuan grid yang telah terbentuk

sebelumnya, perhitungan panjang lereng (JL) menggunakan prinsip

Phytagoras. Untuk pengukuran panjang lereng digunakan persamaan :

JL = Cos

JD …………………………………………………… (10)

Dimana, JL = panjang lereng (feet)

JD = panjang lereng datar (pengukuran di peta kontur)

Cos α = cosinus kemiringan lereng (metode Horn)

4. Bentuk lereng diperoleh dari peta turunan DEM dengan menggunakan

extension DEMAT (profile curvature). Bentuk lereng yang dihasilkan

berupa seragam/datar yang bernilai 0, cekung bernilai negatif (-), dan

cembung bernilai positif (+).

Page 45: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

5. Arah aliran merupakan parameter yang sangat penting dalam model

AGNPS. Arah aliran setiap sel diperoleh dari data DEM dengan

menggunakan extension Hydrologic Modelling v 1.1. Selanjutnya

dilakukan pengkodean arah aliran sesuai dengan pengkodean arah aliran

pada model AGNPS (angka 1 hingga 8).

Berdasarkan kondisi biofisik DTA Jeneberang Hulu, sebagian besar

topografinya landai (8-15 %). Hasil dari penurunan atribut DTM yang telah

dilakukan, kemiringan lereng menggunakan metode Horn menghasilkan rentang

kelerengan yang cukup jauh antara 1,732-79,006 %.

Panjang lereng adalah jarak bagian permukaan dari titik dimulainya aliran

ke titik dimana aliran menjadi terkosentrasi atau aliran memasuki saluran. Panjang

lereng DTA Jeneberang Hulu bervariasi dari 565,73-695,30 meter. Dalam

masukan model berupa parameter panjang lereng dilakukan penyesuaian dengan

nilai maksimum model. Nilai maksimum parameter panjang lereng dalam model

AGNPS sebesar 999 feet (304,5 m). Oleh karena itu, untuk sel-sel yang

mempunyai panjang lereng yang lebih dari 999 feet, maka masukan parameter

panjang lereng sel-sel tersebut harus 999 feet. Untuk wilayah DTA Jeneberang

Hulu yang memiliki panjang lereng lebih besar 304,5 m maka semua sel memiliki

panjang lereng sebesar 999 feet.

Bentuk lereng didasarkan pada bentuk lahan secara rata-rata di dalam sel.

Nilai masukan model yang digunakan adalah 1 untuk bentuk seragam, 2 untuk

bentuk cekung, dan 3 untuk bentuk cembung. Untuk wilayah DTA Jeneberang

Hulu sebagian besar didominasi oleh bentuk cembung dan cekung, bentuk

seragam/datar tidak ditemukan oleh hasil penurunan atribut DTM.

3.3.6.2 Tekstur dan faktor erodibilitas tanah

Parameter masukan model AGNPS yang berupa tekstur tanah dan faktor

erodibilitas tanah diturunkan dari peta jenis tanah. Masing-masing jenis tanah

dilakukan penambahan data atribut berupa nilai erodibilitas tanah yang mengacu

pada hasil penelitian Puslitbang Pengairan (1966) dalam Triandayani (2004).

Masukan nilai tekstur model AGNPS disajikan dalam Tabel 3.

Page 46: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Tabel 3 Nilai masukan tekstur model AGNPS

Tekstur Nilai Masukan Model Air 0

Pasir 1 Lempung 2

Liat 3 Gambut 4

Sumber: Young et al. (1990)

Tahapan dalam pembangkitan data masukan parameter tekstur tanah dan

faktor erodibilitas tanah sebagai berikut :

1. DTA yang telah terbentuk dari hasil model AV-SWAT di overlay dengan

peta jenis tanah untuk mendapatkan peta jenis tanah seluas DTA

Jeneberang Hulu. Dari peta jenis tanah ini diturunkan dua nilai parameter

masukan AGNPS, yaitu nilai erodibilitas tanah (Lampiran 1) dan tekstur

tanah (Tabel 10) untuk setiap jenis tanah. Kedua nilai parameter tersebut

di input dan di edit ke dalam atribut peta jenis tanah melalui fasilitas query

dan calculate pada ArcView.

2. Pembentukan grid (convert to grid) untuk peta jenis tanah seluas DTA

yang telah berisi kedua nilai parameter tadi dengan cara di overlay dengan

peta DEM sebagai dasar grid yang beresolusi 400 x 400 meter. Setelah itu

diubah menjadi format point, agar masing-masing grid memiliki nilai dari

parameter tadi.

3.3.6.3 Faktor pengelolaan tanaman, faktor tindakan konservasi tanah,

koefisien kekasaran Manning, dan bilangan kurva aliran

permukaan

Data spasial dari peta penutupan lahan dapat digunakan untuk memperoleh

masukan parameter-parameter model AGNPS yaitu faktor pengelolaan tanaman

(C), faktor tindakan konservasi tanah (P), koefisien kekasaran Manning (n),

bilangan kurva aliran permukaan (CN), dan konstanta kondisi permukaan (SCC).

Tahapan dalam pembangkitan data masukan beberapa parameter dari peta

penutupan lahan sebagai berikut :

Page 47: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

1. DTA yang telah terbentuk dari hasil model AV-SWAT di overlay dengan

peta penutupan lahan untuk mendapatkan peta penutupan lahan seluas

DTA Jeneberang Hulu. Dari peta penutupan lahan ini diturunkan enam

nilai parameter masukan AGNPS, yaitu faktor tindakan konservasi tanah

(Lampiran 2), faktor pengelolaan tanaman (Lampiran 3), koefisien

kekasaran Manning (Lampiran 4), bilangan kurva aliran permukaan

(Lampiran 5), dan konstanta kondisi permukaan (Lampiran 5) untuk setiap

jenis pengggunaan lahan. Nilai-nilai parameter tersebut di input dan di edit

ke dalam atribut peta penutupan lahan melalui fasilitas query dan calculate

pada ArcView.

2. Pembentukan grid (convert to grid) untuk peta penutupan lahan seluas

DTA yang telah berisi keenam nilai parameter tadi dengan cara di overlay

dengan peta DEM sebagai dasar grid yang beresolusi 400 x 400 meter.

Setelah itu diubah menjadi format point, agar masing-masing grid

memiliki nilai dari parameter tadi.

Nilai masukan faktor pengelolaan tanaman dan faktor tindakan konservasi

tanah berdasarkan teknik konservasi yang dominan diterapkan ini diperoleh dari

peta penutupan lahan wilayah DTA Jeneberang Hulu yang telah diubah dalam

bentuk grid/sel dan secara spasial ditampilkan pada Lampiran 6.

3.3.6.4 Indikator saluran

Parameter model AGNPS yang berupa indikator saluran diperoleh dari peta

jaringan sungai yang di overlay dengan peta grid. Parameter yang menyertai

parameter indikator saluran yaitu panjang saluran, bentuk saluran, kemiringan

lereng saluran, dan kemiringan sisi saluran. Panjang saluran diukur berdasarkan

panjang sungai pada masing-masing sel dan diubah dalam satuan feet. Parameter

kemiringan saluran diasumsikan sebesar 50 % dari kemiringan lereng lahan,

sedangkan kemiringan sisi saluran diasumsikan sebesar 10 % (Young et al.,

1990).

Tahapan dalam pembangkitan data masukan parameter dari peta jaringan

sungai sebagai berikut :

Page 48: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

1. DTA yang telah terbentuk dari hasil model AV-SWAT di overlay dengan

peta jaringan sungai untuk mendapatkan peta jaringan sungai seluas DTA

Jeneberang Hulu. Dari peta jaringan sungai ini diturunkan dua nilai

parameter masukan AGNPS, yaitu panjang saluran dan bentuk saluran.

Nilai-nilai parameter tersebut di input dan di edit ke dalam atribut peta

penutupan lahan melalui fasilitas query dan calculate pada ArcView.

2. Pembentukan grid (convert to grid) untuk peta jaringan sungai seluas DTA

yang telah berisi kedua nilai parameter tadi dengan cara di overlay dengan

peta DEM sebagai dasar grid yang beresolusi 400 x 400 meter. Setelah itu

diubah menjadi format point, agar masing-masing grid memiliki nilai dari

parameter tadi.

Indikator saluran mengidentifikasikan ada tidaknya saluran serta jenis

saluran dalam wilayah DTA Jeneberang Hulu. Sungai utama di DTA Jeneberang

Hulu diasumsikan sebagai saluran perennial sedangkan anak-anak sungainya

diasumsikan sebagai saluran intermitten. Sebagai data masukan model AGNPS,

saluran perennial bernilai 7, saluran intermitten bernilai 6, dan yang tidak terdapat

saluran bernilai 1. Saluran perennial (saluran permanen) merupakan aliran yang

mengalir sepanjang tahun dengan debit yang lebih tinggi pada musim hujan dan

permukaan air tanah selalu berada di atas sungai. Sedangkan saluran intermitten

(saluran musiman) merupakan aliran air yang mengalir pada musim hujan saja

dan permukaan air tanah berada di atas dasar sungai hanya selama musim hujan

saja, sedangkan pada musim kemarau permukaan tersebut berada di bawah dasar

sungai (Seyhan 1990).

3.3.6.5 Penggabungan atribut data masukan model AGNPS

Atribut dari masing-masing parameter turunan peta kontur, peta jaringan

sungai, peta jenis tanah dan peta penutupan lahan yang telah diubah menjadi

format point selanjutnya digabung melalui fasilitas ArcView menggunakan

extension Geoprocessing Wizard (joined table). Hasil gabungan tersebut

berbentuk sebuah tabel atribut file point gabungan yang berisi semua parameter-

parameter masukan model AGNPS untuk setiap sel/grid.

Page 49: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

3.3.6.6 Parameter masukan model yang diasumsikan konstan

Selain parameter tersebut dalam penelitian beberapa parameter masukan

model AGNPS diasmsikan konstan yaitu : 1) Indikator penggunaan pupuk, 2)

Ketersediaan pupuk pada permukaan tanah, 3) Point source indicator, 4) Sumber

erosi tambahan, dan 5) Indikator impoundment.

3.3.7 Pemasukan Data ke Model AGNPS

Dalam melakukan pemasukan data ke dalam model AGNPS, ada dua tahap

yang dapat dilakukan, yaitu :

1. Masukan data inisial model yang meliputi : nama DAS, luas dan jumlah

sel/grid, curah hujan, dan energi intensitas hujan 30 menit. Ukuran sel

yang digunakan dalam model yaitu 400 x 400 meter dengan luas sel

sebesar 16 ha. Yang diperoleh dari hasil pembentukan grid DTM, dimana

grid/sel DTM secara otomatis akan membentuk sesuai dengan keinginan

resolusi yang dibutuhkan. Grid/sel ini juga dijadikan acuan dalam

pembentukan parameter-parameter setiap sel masukan model AGNPS.

Dari luasan 16 ha per sel menghasilkan sel model sebanyak 423 sel seperti

yang terlihat pada Gambar 7. Sehingga DTA Jeneberang Hulu dengan luas

6804,72 ha, dalam sel model menjadi 6768 ha dan terjadi pengurangan

luasan sebesar 36,74 ha (0,54 %).

Gambar 7 Masukan data inisial model.

Page 50: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Curah hujan yang diamati adalah jumlah curah hujan harian rata-rata, yang

merupakan curah hujan harian selama 12 bulan (hasil pengelompokan data

CH selama 5 tahun). Contoh curah hujan harian rata-rata yang tertinggi

terjadi pada tanggal 1 Januari sebesar 31,66 mm (1,25 inches) dengan nilai

energi intensitas hujan 30 menit untuk kejadian hujan pada tanggal 1

Januari sebesar 25,894 m.ton.cm/ha/jam. Contoh nilai curah hujan harian

dan energi intensitas hujan 30 menit (EI 30) yang tertinggi inilah yang

akan digunakan dalam memprediksi besarnya volume aliran permukaan,

debit puncak aliran permukaan, laju erosi dan sedimentasi.

2. Masukan data setiap sel model yang meliputi : penomoran sel, sel

penerima, arah aliran, kemiringan lereng, panjang dan bentuk lereng,

faktor erodibilitas (K) dan tekstur tanah, faktor pengelolaan tanaman (C),

faktor tindakan konservasi tanah (P), bilangan kurva aliran permukaan

(CN), koefisien kekasaran Manning (n), faktor kebutuhan Oksigen

kimiawi (COD), konstanta kondisi permukaan (SCC), dan indikator

saluran (panjang saluran dan kemiringan saluran), seperti yang

ditampilkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Masukan data setiap sel model.

Page 51: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Penomoran sel dilakukan sesuai dengan prosedur model AGNPS yaitu

dimulai dari ujung sebelah kiri atas menuju ke sel sebelah kanan dan

dilanjutkan ke sel berikutnya secara berurutan ke bawah. Outlet sebagai

tempat terkosentrasinya aliran merupakan sel yang terakhir dalam model

berada pada sel nomor 169 dengan penggunaan lahan berupa hutan. Sel

penerima merupakan sel yang menerima aliran permukaan dari sel yang

terletak di atasnya, sedangkan arah aliran mengidentifikasikan arah aliran

utama dalam sel. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah aliran

dan sel penerima yang akan menerima aliran tersebut, yaitu posisinya

harus sesuai antara sel penerima dan arah aliran (aspek) karena hal ini

sangat berpengaruh dalam pembentukan DAS dalam model AGNPS.

Masukan data yang tidak cocok antara kedua parameter ini akan

menghambat proses identifikasi dan pembentukan DAS secara grafis pada

saat proses pengecekan. Untuk sel outlet, nomor sel penerimanya adalah

satu angka lebih besar dari jumlah keseluruhan sel.

3.3.8 Analisis Keluaran Model AGNPS

Keluaran model AGNPS yang dianalisis yaitu keluaran model pada outlet

DTA Jeneberang Hulu dan setiap sel dengan kejadian hujan terbesar pada tanggal

1 Januari. Keluaran model tersebut berupa keluaran hidrologi dan keluaran

sedimen dalam bentuk grafik/gambar dan tabel. Keluaran hidrologi berupa

volume aliran permukaan dan debit puncak aliran permukaan. Sedangkan

keluaran sedimen berupa laju erosi, laju sedimentasi dan sedimen total. Keluaran

tersebut merupakan keluaran kondisi awal sebelum dilakukan simulasi.

3.3.9 Pengujian Validasi Model AGNPS.

Validasi model dilakukan dengan membandingkan debit puncak (Qp)

keluaran model dengan debit puncak hasil pengukuran di lapangan dan

membandingkan laju sedimentasi (Qs) keluaran model dengan laju sedimentasi

hasil pengukuran di lapangan. Pembandingan ini dilanjutkan dengan menghitung

besarnya nilai korelasi (R2) di antara parameter yang di validasi. Pengujian

validasi tersebut menggunakan persamaan model regresi linear sederhana

Page 52: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

(Tiryana 2003), dimana peubah tidak bebasnya berupa data dari hasil pengukuran

di lapangan dan peubah bebasnya berupa data keluaran model. Hubungan antara

data lapangan dengan data keluaran model dinyatakan dalam bentuk persamaan

umum regresi sebagai berikut :

Y = a + b X …………………………………………………………. (12)

Dimana: Y = Qp dan Qs pengukuran di lapangan

X = Qp dan Qs keluaran model

a dan b = konstanta

3.3.10 Analisis Simulasi dan Rekomendasi

Dalam rangka untuk mengurangi bahaya erosi, sedimentasi, dan aliran

permukaan di DTA Jeneberang Hulu tersebut, maka diperlukan perubahan

terhadap lahan-lahan yang mempunyai tingkat erosi, sedimentasi dan aliran

permukaan yang tinggi dan produktifitas yang rendah. Oleh karena itu, dilakukan

simulasi dengan beberapa skenario perubahan penggunaan lahan dan melakukan

tindakan konservasi tanah dan air. Skenario tersebut yaitu :

1. Skenario I : mengubah penutupan lahan yang berupa tegalan/ladang dan

semak belukar menjadi vegetasi serupa hutan alam produksi dengan sistem

silvikultur tebang pilih di lahan DTA bagian atas (hulu) dan perkebunan

karet pada lahan bagian bawah. Jenis tanaman yang digunakan untuk

membangun vegetasi serupa hutan alam produksi TPTI adalah jenis yang

cepat tumbuh dan bernilai tinggi seperti Sengon (Paraserianthes

falcataria), Akasia (Acacia mangium), Gmelina (Gmelina arborea), Kayu

Afrika (Maesopsis eminii), Damar (Agathis dammara), Eboni (Diospyros

celebica) dan Mahoni (Sweitenia macrophylla). Parameter masukan model

penggunaan lahan pada skenario I disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario I

Parameter masukan model Penggunaan lahan CN n C P SCC

Hutan produksi 60 0,1 0,2 0,7 0,29 Perkebunan karet 75 0,1 0,5 0,5 0,29

Sumber : Young et al. (1990), Chow (1950) dalam Seyhan (1990), dan Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad ( 1989)

Page 53: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

2. Skenario II : mengubah penutupan lahan yang berupa tegalan/ladang dan

semak belukar menjadi vegetasi serupa dengan hutan alam produksi

dengan sistem silvikultur tebang pilih di lahan DTA bagian atas (hulu) dan

kebun campuran di lahan bagian bawahnya, dengan melakukan pembuatan

teras tradisional. Pembuatan vegetasi serupa hutan alam produksi TPTI

sama seperti skenario I.

Perbedaan dengan Skenario I terletak pada pengelolaan kebun

campuran dilakukan yang dilakukan dengan sistem agroforestry.

Penerapan sistem agroforestry pada kebun campuran tersebut selain untuk

mengurangi volume aliran permukaan, debit puncak aliran permukaan,

laju erosi permukaan, laju sedimentasi, dan sedimen total juga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dari hasil panen tanaman

semusim dan tahunan. Tanaman tahunan yang dapat dibudidayakan berupa

berupa tanaman kehutanan dan tanaman buah-buahan.

Jenis tanaman kehutanan yaitu Sengon (Paraserianthes falcataria),

Akasia (Acacia mangium), Gmelina (Gmelina arborea), Kayu Afrika

(Maesopsis eminii), Damar (Agathis dammara) dan jenis lainnya.

Tanaman buah-buahan yang dapat dibudidayakan seperti kopi, kakao,

rambutan (Nephelium lappaceum), durian (Durio zibethinus), nangka

(Arthocarpus heterophyllus), pisang (Musa sp.), jambu biji (Psidium

guajava), dan alpukat (Persea americana). Tanaman semusim yang dipilih

diantaranya kacang tanah (Arachis hypogaea), kedelai (Glyeine max),

singkong (Manihot esculenta), dan jagung (Zea mays). Parameter masukan

model penggunaan lahan pada skenario II disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario II

Parameter masukan model Penggunaan lahan CN n C P SCC

Hutan produksi 60 0,1 0,2 0,7 0,29 Kebun campuran 75 0,035 0,2 0,4 0,29

Sumber : Young et al. (1990), Chow (1950) dalam Seyhan (1990), dan Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad ( 1989)

3. Skenario III : mengubah penutupan lahan yang berupa tegalan/ladang dan

semak belukar menjadi padang rumput semi permanen di lahan DTA

Page 54: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

bagian atas (hulu) dan perkebunan karet di lahan bagian bawahnya.

Padang rumput semi permanen yang disimulasikan digunakan untuk

penggembalaan ternak penduduk dan pengembangan perkebunan karet

sama seperti pada skenario I. Parameter masukan model penggunaan lahan

pada skenario III disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario III

Parameter masukan model Penggunaan lahan CN n C P SCC

Padang rumput 61 0,1 0,30 0,04 0,22 Perkebunan karet 75 0,1 0,5 0,5 0,29

Sumber : Young et al. (1990), Chow (1950) dalam Seyhan (1990), dan Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad ( 1989)

4. Skenario IV : mengubah penutupan lahan yang berupa tegalan/ladang dan

semak belukar menjadi hutan alam yang berserasah banyak di lahan DTA

bagian atas (hulu) dan kebun campuran di lahan bagian bawahnya, dengan

melakukan pembuatan teras tradisional pada kebun campuran. Hutan alam

yang disimulasikan berupa hutan lindung dan pengembangan kebun

campuran sama seperti pada skenario II. Parameter masukan model

penggunaan lahan pada skenario IV disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Parameter masukan model penggunaan lahan pada skenario IV

Parameter masukan model Penggunaan lahan CN n C P SCC

Hutan alam 55 0,08 0,001 1 0,59 Kebun campuran 75 0,035 0,2 0,4 0,29

Sumber : Young et al. (1990), Chow (1950) dalam Seyhan (1990), dan Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad ( 1989)

Setiap skenario dilakukan analisis berupa persentase pengurangan terhadap

keluaran model yang berupa volume aliran permukaan, debit puncak, laju erosi

dan sedimentasi.

Page 55: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB IV. KARATERISTIK LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak dan Luas

Daerah aliran sungai (DAS) Jeneberang secara administrasi berada dalam

Kabupaten Dati II Gowa, Propinsi Dati I Sulawesi Selatan. Terletak antara garis

50 05’ 00” – 50 35’ 00” LS dan antara 1190 20’ 00” – 1200 00’ 00” BT. Sungai

Jeneberang bersumber dari Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang,

mempunyai ketinggian ± 2.833 mdpl. Arah utama pengalirannya adalah ke barat

pada bagian hulu dan ke barat daya pada bagian tengah dan pada bagian hilir

terpecah menjadi dua arah ke barat laut dan ke barat daya. DAS Jeneberang

terbagi lagi menjadi Sub DAS diantaranya Sub DAS Jeneberang.

Secara geografis, DTA Jeneberang Hulu sebagai lokasi penelitian terletak

antara 50 10’ – 50 20’ LS dan antara 1190 20’ – 1200 00’ BT, yang berjarak ± 65

km dari Kodya Makassar dan berada pada ketinggian antara 600 mdpl – 2.800

mdpl. Luas wilayah DTA Jeneberang Hulu sebesar 6.804,72 ha (19,87 % dari luas

total Sub DAS Jeneberang sebesar 34.238 ha) dan menurut Dinas Pekerjaan

Umum Propinsi Sulawesi Selatan (1988) dalam Dassir (2000), Sub DAS

Jeneberang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tinggimoncong

Kabupaten Gowa.

3.2 Topografi

Berdasarkan hasil pengolahan peta digital kontur skala 1 : 25000, wilayah

DTA Jeneberang Hulu terletak pada ketinggian antara 600-2800 mdpl.

Mempunyai topografi bervariasi mulai dari datar hingga sangat curam. DTA

Jeneberang Hulu didominasi oleh wilayah yang bertopografi landai dengan luas

2314,23 ha (34,03 %). Secara lebih jelas, luas areal berdasarkan kemiringan

lereng disajikan pada Tabel 8 dan peta sebaran kemiringan lereng serta peta

elevasi disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Page 56: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 9 Peta kelas lereng DTA Jeneberang Hulu.

Tabel 8 Luasan kemiringan lereng DTA Jeneberang Hulu

Kemiringan (%) Keterangan Luas (ha) % 0-8 Datar 1408,76 20,72 8-15 Landai 2314,23 34,03

15-25 Agak curam 1772,64 26,07 25-45 Curam 1136,47 16,71

45-100 Sangat curam 167,75 2,47 Sumber : Pengolahan atribut peta kelas lereng

Page 57: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 10 Peta elevasi DTA Jeneberang Hulu.

Peta elevasi hasil dari TIN akan menghasilkan peta arah aliran seperti

Gambar 11 yang telah di konversi ke bentuk grid dengan bantuan data DEM yang

terbentuk. Arah aliran dari suatu sungai memperhatikan kondisi topografi sebagai

tempat terakumulasinya aliran ke tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.

Page 58: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Skala 1 : 80000

Gambar 11 Peta grid arah aliran DTA Jeneberang Hulu setelah

penghilangan sink.

3.3 Tanah dan Geologi

Berdasarkan peta digital jenis tanah Sub DAS Jeneberang, jenis tanah

yang terdapat di DTA Jeneberang Hulu adalah Andosol Coklat yang terbentuk

dari bahan induk tufa vulkan masam dan alkali, Latosol Coklat Kekuningan dari

bahan induk tufa vulkan masam sampai intermedier, dan Komplek Latosol Coklat

Kemerahan dan Litosol dari bahan induk tufa dan batuan vulkan intermedier.

DTA Jeneberang Hulu didominasi oleh jenis tanah Andosol Coklat dengan luas

sebesar 5423,18 ha (79,70 %). Secara lebih jelas, luas areal berdasarkan jenis

tanah, bahan induk, dan bentuk wilayah disajikan pada Tabel 9 dan penyebaran

jenis tanah secara spasial disajikan pada Gambar 12.

Skala 1 : 80000

Page 59: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 12 Peta jenis tanah DTA Jeneberang Hulu.

Tabel 9 Luasan jenis tanah, bahan induk, bentuk wilayah DTA Jeneberang Hulu

Jenis tanah Bahan induk Bentuk wilayah Luas (ha) %

Andosol Coklat Tufa vulkan masam dan alkali

Bergunung 5423,18 79,70

Latosol Coklat Kekuningan

Tufa vulkan masam sampai intermedier

Berbukit dan bergunung

1367,92 20,10

Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol

Tufa dan batuan vulkan intermedier

Berbukit dan bergunung

13,62 0,20

Sumber : Pengolahan atribut peta jenis tanah

Dari peta jenis tanah diturunkan nilai erodibilitas tanah pada DTA

Jeneberang Hulu, dimana yang terbesar yaitu pada jenis tanah Andosol Coklat

sebesar 0,278. Sedangkan nilai erodibilitas tanah yang terkecil yaitu pada jenis

Page 60: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

tanah sebesar 0,075. Nilai erodibilitas tanah tersebut menunjukkan bahwa jenis

tanah Andosol Coklat paling mudah tererosi.

Masukan data tekstur tanah didasarkan pada tekstur tanah yang dominan

pada sel tersebut. Tekstur tanah pada DTA Jeneberang Hulu berupa lempung

berliat dan liat. Sebagian besar tekstur tanah di DTA Jeneberang Hulu berupa

lempung berliat. Hal tersebut menyebabkan aliran permukaan menjadi tinggi dan

erosi yang besar. Nilai erodibilitas dan tekstur tanah pada DTA Jeneberang Hulu

disajikan pada Tabel 10 dan secara spasial dalam bentuk grid ditampilkan pada

Lampiran 7.

Tabel 10 Nilai faktor erodibilitas tanah (K) dan tekstur tanah (T) di DTA

Jeneberang Hulu Jenis Tanah Nilai K Tekstur

Andosol Coklat 0,278 3 Latosol Coklat Kekuningan 0,082 3 Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol 0.075 3

Sumber : Puslitbang Pengairan (1996) dalam Triandayani (2004) dan Young et al. (1990)

3.4 Jaringan Sungai

Jaringan sungai (Gambar 5) memiliki pola drainase dendritik. Menurut Lee

(1988), pola drainase tersebut memiliki batuan yang relatif homogen, terletak di

daerah datar dan pola tersebut telah lazim di permukaan bumi dengan modifikasi-

modifikasi lokal. Sungai-sungai di DTA Jeneberang Hulu diasumsikan sebagai

saluran perennial untuk sungai utama dan sebagai saluran intermitten untuk anak-

anak sungai. Jaringan sungai yang telah dikonversi ke bentuk grid sel, memiliki

jumlah sel pada saluran perennial dan saluran intermitten masing-masing

sebanyak 184 dan 175 sedangkan sel yang tidak terdapat saluran sebanyak 64.

3.5 Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil analisis peta penutupan lahan Sub DAS Jeneberang,

terlihat bahwa penutupan lahan pada DTA Jeneberang Hulu terdiri dari lima

penggunaan lahan diantaranya semak belukar, sawah, pemukiman, tegalan/ladang,

dan hutan campuran. Sebagian besar DTA Jeneberang Hulu didominasi oleh

penutupan lahan berupa hutan dengan luas sebesar 2868 ha (42,48 %). Secara

Page 61: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

lebih jelas, luas areal berdasarkan penutupan lahan disajikan pada Tabel 11 dan

peta penyebaran penutupan lahan disajikan pada Gambar 13.

Tabel 11 Luasan jenis penutupan lahan DTA Jeneberang Hulu tahun 2003

Penutupan lahan Luas (ha) % Semak belukar 920,51 13,63 Sawah irigasi 1,030,43 15,26 Pemukiman 29,69 0,44 Tegalan/ladang 1,903,48 28,19 Hutan campuran 2,868,22 42,48

Sumber : Pengolahan atribut peta penggunaan lahan

Gambar 13 Peta penutupan lahan DTA Jeneberang Hulu.

Pada bagian ujung outlet, jenis penggunaan lahan berupa hutan campuran

dan sebagian persawahan irigasi. Di daerah tersebut memiliki topografi yang

Page 62: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

landai sehingga air irigasi mudah disalurkan ke areal persawahan. Hutan yang

berada di DTA Jeneberang Hulu berupa hutan campuran dengan berbagai jenis

flora dan fauna serta hutan tanaman yang ditangani langsung oleh PT. Inhutani

dengan jenis pohon Pinus sp.

Semak belukar yang berada di DTA Jeneberang Hulu berupa vegetasi

campuran antara semak (alang-alang) dan tumbuhan-tumbuhan lainnya dimana

arealnya tidak dikelola dan dibiarkan begitu saja. Tegalan/ladang yang diusahakan

dan dikelola langsung oleh masyarakat yang berada di daerah yang berlereng

curam tepatnya di bawah kaki Gunung Bawakaraeng, ternyata membawa dampak

yang sangat buruk. Kaki Gunung Bawakaraeng yang sedianya sebagai kawasan

penyangga dan kawasan lindung yang berlereng ≥ 45 % ternyata telah rusak dan

telah dikonversi menjadi ladang pertanian kacang-kacangan (Leguminoseae) oleh

masyarakat setempat. Oleh karena itu, bencana longsor yang terjadi pada tahun

2004 merupakan bukti nyata dari dampak kerusakan lahan dan hutan di kawasan

tersebut.

Dari peta penutupan lahan diturunkan nilai C, P, CN, SCC, dan n dimana

besarnya nilai-nilai tersebut disajikan pada Tabel 12, 13, dan 14.

Tabel 12 Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) pada berbagai penutupan lahan di

DTA Jeneberang Hulu Penutupan Lahan Nilai C

Semak belukar 0,300 Sawah irigasi 0,010 Pemukiman 0,010 Tegalan/ladang 0,700 Hutan campuran 0,001

Sumber : Young et al. (1990) dan Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad ( 1989)

Tabel 13 Nilai faktor tindakan konservasi tanah (P) pada berbagai penutupan lahan di DTA Jeneberang Hulu

Penutupan Lahan Tindakan Konservasi Tanah Nilai P Semak belukar Semak belukar 0,021 Sawah irigasi Teras gulud 0,013 Pemukiman Tanpa tindakan konservasi 1,000 Tegalan/ladang Penanaman padi-jagung 0,209 Hutan campuran Tanpa tindakan konservasi 1,000

Sumber : Arsyad (1989) dan Young et al. (1990)

Page 63: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Tabel 14 Nilai koefisien kekasaran Manning (n), konstanta kondisi permukaan (SCC), dan bilangan kurva aliran permukaan (CN) pada berbagai penutupan lahan di DTA Jeneberang Hulu

Penutupan Lahan Nilai n Nilai SCC Nilai CN Semak belukar 0,070 0,15 69 Sawah irigasi 0,035 0,29 75 Pemukiman 0,023 0,01 79 Tegalan/ladang 0,030 0,29 72 Hutan campuran 0,080 0,59 60

Sumber : Young et al. (1990) dan Chow (1950) dalam Seyhan (1990)

3.6 Iklim

Berdasarkan data curah hujan harian rata-rata 5 tahun, wilayah DTA

Jeneberang Hulu menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson termasuk tipe

iklim A dengan jumlah bulan basah 8 bulan dan 4 bulan kering dalam setahun.

Curah hujan rata-rata 2518,02 mm/tahun (Tabel 15) dan suhu udara berkisar

antara 180-210C (BPDAS Jeneberang-Walanae, 2003).

Tabel 15 Curah hujan rata-rata dalam setahun (2001-2005)

Bulan CH (mm) Januari 376,75 Februari 328,50 Maret 274,59 April 205,57 Mei 127,02 Juni 52,96 Juli 38,19 Agustus 24,74 September 41,72 Oktober 201,00 November 375,26 Desember 471,71 Jumlah 2518,02

Sumber: SPAS Malino dan BPDAS Jeneberang-Walanae

3.7 Debit Aliran

Curah hujan yang jatuh ke wilayah DTA Jeneberang Hulu menghasilkan

debit yang beragam, dimana debit rata-rata per tahun sebesar 154,32 m3/detik

seperti yang disajikan pada Tabel 16.

Page 64: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Tabel 16 Debit aliran rata-rata dalam setahun (2001-2005)

Bulan Debit (m3/detik) Januari 20,790 Februari 15,921 Maret 12,158 April 11,882 Mei 11,533 Juni 6,712 Juli 7,600 Agustus 9,847 September 9,718 Oktober 12,009 November 12,611 Desember 23,541 Jumlah 154,32

Sumber: SPAS Malino dan BPDAS Jeneberang-Walanae

3.8 Kependudukan

Berdasarkan BPS Kabupaten Gowa dalam Angka tahun 2002 dalam BPDAS

Jeneberang-Walanae, jumlah penduduk Kabupaten Gowa berjumlah 401.317 jiwa.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada masing-masing kecamatan

dalam wilayah Sub DAS Jeneberang ditampilkan pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah penduduk Sub DAS Jeneberang di Kab. Gowa tahun 2002

Kecamatan Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan Tinggimoncong 30.752 15.125 15.628 Parangloe 25.151 12.370 12.781 Bungaya 27.845 13.297 14.548 Bontomarannu 41.557 20.444 21.113 Palangga 66.586 32.670 33.916 Bajeng 69.422 33.828 35.594 Somba Opu 80.184 39.138 41.046 Bontonompo 59.820 28.686 31.131 Jumlah penduduk (jiwa) 401.317 195.558 205.759

Sumber : Kabupaten Gowa dalam Angka, 2002

Page 65: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Curah Hujan dengan Debit

Hubungan curah hujan dengan debit harian rata-rata selama 366 hari

disajikan dalam Gambar 14. Hubungan Curah hujan dengan debit membentuk

hubungan sebagai berikut :

Q = 0.159 CH0.68………………………………………………………... (12)

dengan koefisien korelasi sebesar 0,901 dan koefisien determinasinya (R2) sebesar

81,2 %. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa kejadian curah hujan

berhubungan erat dengan kejadian debit aliran.

Gambar 14 Dinamika curah hujan harian dengan debit DTA Jeneberang Hulu.

5.2 Volume Aliran Permukaan

Perhitungan menggunakan masukan curah hujan harian rata-rata selama 5

tahun (31,66 mm/hari) dengan nilai energi intensitas hujan 30 menit sebesar 25,89

m.ton.cm/ha/jam, diperoleh besarnya volume aliran permukaan di outlet sebesar

0,76 mm dan debit puncak aliran permukaan sebesar 3,20 m3/detik. Volume air

hujan yang menjadi aliran permukaan sebesar 2,29 %, sedangkan sisanya

mengalami infiltrasi, intersepsi, dan evapotranspirasi.

Sebaran ruang volume aliran permukaan akibat kejadian hujan 31,66

mm/hari disajikan dalam Gambar 15.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.01 16 31 46 61 76 91 106 121 136 151 166 181 196 211 226 241 256 271 286 301 316 331 346 361

Januari-Desember

Cura

h Hu

jan

(mm

)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

Debi

t (m

^3/s

)CH (mm) Q (m 3̂/s)

Page 66: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 15 Peta penyebaran volume aliran permukaan DTA Jeneberang

Hulu.

Tabel 18 Rekapitulasi volume aliran permukaan di berbagai penutupan lahan

Penutupan lahan Luas (ha) Aliran permukaan (mm)

Hutan 2896 7,11 Pemukiman 32 8,64 Sawah irigasi 1072 167,64 Semak belukar 928 44,20 Tegalan/ladang 1840 172,21

Sumber : Pengolahan atribut volume aliran permukaan

Berdasarkan Gambar 15, dapat dilihat penyebaran aliran permukaan DTA

Jeneberang Hulu setiap sel sebesar 0 – 4,32 mm dan berdasarkan sebaran aliran

permukaan di berbagai penutupan lahan (Tabel 18) dapat dilihat bahwa sel-sel

yang mempunyai aliran permukaan terkecil terdapat dalam sel dengan penutupan

Page 67: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

lahan berupa hutan (vegetasi sedang hingga lebat) sebesar 7,11 mm. Sedangkan

sel-sel dengan penutupan lahan berupa sawah irigasi dan tegalan/ladang

mempunyai aliran permukaan yang besar masing-masing sebesar 172,21 mm dan

167,64 mm.

Hal tersebut disebabkan karena hutan mempunyai penutupan tajuk yang

sedang hingga rapat, sehingga air hujan dapat terintersepsi dan terjadi

evapotranspirasi oleh tajuk tumbuhan. Hutan mempunyai berbagai pohon yang

mempunyai perakaran dalam yang dapat memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah

dan kemampuan tanah menyerap atau mengabsorpsi air, sehingga volume air

hujan yang menjadi aliran permukaan menjadi jauh berkurang. Di lahan dengan

penutupan/penggunaan lahan berupa sawah irigasi dan tegalan/ladang, air hujan

sebagian besar menjadi aliran permukaan yang diakibatkan kurangnya penutupan

tajuk dan kurangnya perakaran yang dalam sehingga rendahnya infiltrasi tanah.

Akibatnya aliran permukaan di lahan sawah irigasi dan tegalan/ladang menjadi

sangat besar.

5.3 Debit Puncak Aliran Permukaan

Sebaran ruang debit puncak aliran permukaan akibat kejadian hujan 31,66

mm/hari dalam bentuk spasial disajikan dalam Gambar 16.

Tabel 19 Rekapitulasi debit puncak aliran permukaan di berbagai penutupan

lahan

Sumber : Pengolahan atribut debit puncak aliran permukaan

Penutupan lahan Luas (ha) Debit puncak aliran permukaan (m3/detik)

Hutan 2896 34,10 Pemukiman 32 1,02 Sawah irigasi 1072 32,01 Semak belukar 928 19,81 Tegalan/ladang 1840 40,36

Page 68: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 16 Peta penyebaran debit puncak aliran permukaan DTA

Jeneberang Hulu.

Berdasarkan Gambar 16, dapat terlihat penyebaran debit puncak aliran

permukaan DTA Jeneberang Hulu setiap sel sebesar 0 – 3,20 m3/detik dan Tabel

19 dalam rekapitulasi debit puncak aliran permukaan di berbagai penutupan lahan

dapat dilihat bahwa sel-sel yang mempunyai debit puncak aliran permukaan

terkecil terdapat dalam sel dengan penutupan lahan berupa pemukiman sebesar

1,02 m3/detik, karena di daerah pemukiman tidak ditemukan saluran dan

jumlahnya relatif sedikit. Sedangkan sel-sel dengan penutupan lahan berupa

tegalan/ladang mempunyai debit puncak aliran permukaan yang besar sebesar

40,36 m3/detik. Debit puncak aliran permukaan semakin besar di sel-sel yang

terdapat saluran sungai. Semakin ke hilir/menuju outlet, debit puncak aliran

permukaan di sel yang mempunyai saluran sungai semakin meningkat.

Page 69: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

5.4 Laju Erosi Permukaan dan Sedimentasi

Berdasarkan hasil keluaran model (Tabel 20), dengan nilai masukan curah

hujan harian rata-rata yang terbesar selama 5 tahun sebesar 31,66 mm dengan

nilai energi intensitas hujan 30 menit sebesar 25,89 m.ton.cm/ha/jam, diperoleh

besarnya laju erosi di outlet sebesar 29,03 ton/ha, laju sedimentasi sebesar 1,85

ton/ha dan sedimen total sebesar 12577,2 ton.

Tabel 20 Keluaran sedimen model di outlet DTA Jeneberang Hulu

Analisis Sedimen Erosi per satuan luas

Jenis partikel Daratan (ton/ha)

Saluran (ton/ha)

NPS (%)

Sedimen per satuan luas (ton/ha)

Sedimen total (ton)

Liat 2,90 0 64 1,85 12568,0 Debu 1,75 0 0 0 4,3 Agregat halus 16,55 0 0 0 2,3 Agregat kasar 7,25 0 0 0 1,9 Pasir 0,58 0 0 0 0,6 Total 29,03 0 6 1,85 12577,2

Sumber : Keluaran model AGNPS

Nilai Nisbah Pelepasan Sedimen (NPS) di DTA Jeneberang Hulu sebesar 6

%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hanya 6 % dari total erosi yang terjadi di

DTA Jeneberang Hulu yang masuk ke saluran dan menjadi sedimen. Sedangkan

sisanya sebesar 94 % mengendap di tempat lain sebelum sampai ke saluran

sungai. Jenis partikel yang mempunyai nilai NPS tertinggi berupa partikel liat

sebesar 64 %. Hal tersebut disebabkan partikel liat mudah terdispersi oleh butiran-

butiran hujan dan memiliki berat jenis yang rendah, sehingga partikel liat mudah

terangkut dan menjadi sedimen. Sedangkan jenis partikel yang paling banyak

tererosi berupa agregat halus sebesar 16,55 ton/ha.

Sebaran ruang laju erosi permukaan akibat kejadian hujan 31,66 mm/hari

dalam bentuk spasial disajikan dalam Gambar 17.

Page 70: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 17 Peta penyebaran laju erosi permukaan DTA Jeneberang Hulu.

Tabel 21 Rekapitulasi laju erosi permukaan di berbagai penutupan lahan

Sumber : Pengolahan atribut laju erosi permukaan

Berdasarkan Gambar 17, dapat terlihat penyebaran laju erosi permukaan

DTA Jeneberang Hulu setiap sel sebesar 0 – 520,33 ton/ha dan Tabel 21 dalam

rekapitulasi laju erosi permukaan di berbagai penutupan lahan dapat dilihat bahwa

sel-sel yang mempunyai laju erosi permukaan terkecil terdapat di sel dengan

Penutupan lahan Luas (ha) Jumlah laju erosi permukaan (ton/ha)

Hutan 2896 0,60 Pemukiman 32 0,95 Sawah irigasi 1072 1,30 Semak belukar 928 41,75 Tegalan/ladang 1840 12236,15

Page 71: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

penutupan lahan berupa hutan 0,60 ton/ha. Sedangkan sel-sel dengan penutupan

lahan berupa tegalan/ladang mempunyai laju erosi permukaan yang sangat besar.

Sehingga dengan besarnya erosi harian dalam kurun waktu setahun yang terjadi

sebesar 1011,80 ton/ha/tahun, maka tingkat bahaya erosi yang terjadi di DTA

Jeneberang Hulu dikategorikan sangat berat. Hal ini dikarenakan tingkat bahaya

erosinya tergolong dalam kelas erosi lima (> 480 ton/ha/tahun) dan telah melebihi

batas toleransi erosi yang diperbolehkan (tolerable soil erosion) terjadi di DTA

Jeneberang Hulu sebesar 180 ton/ha/tahun (kelas erosi tiga).

Dengan adanya penutupan tanah berupa hutan (vegetasi sedang hingga

lebat), maka butir-butir air hujan tidak langsung jatuh ke tanah tetapi tertahan oleh

tajuk-tajuk pohon (vegetasi). Akibatnya energi yang dimiliki butir-butir hujan

menjadi berkurang, sehingga daya rusak terhadap tanah menjadi rendah.

Penutupan lahan berupa hutan dapat juga meningkatkan laju infiltrasi tanah dan

daya absorpsi tanah serta menahan laju aliran permukaan, sehingga volume dan

kecepatan aliran permukaan menjadi berkurang. Akibat berkurangnya kecepatan

aliran permukaan, maka daya rusak dari aliran permukaan menjadi berkurang,

sehingga tanah yang terangkut menjadi lebih sedikit dan laju erosi menjadi lebih

rendah.

Dibandingkan dengan penutupan tanah berupa tegalan/ladang yang berada

di bagian hulu dekat dengan puncak bukit, maka penahan butir-butir hujan

berkurang akibat kurangnya tajuk yang menahannya sehingga air hujan langsung

memecahkan agregat-agregat tanah. Akibat kurangnya proses intersepsi,

transpirasi dan rendahnya infiltrasi tanah karena kebanyakan perakaran dangkal di

daerah yang berlereng yang curam, maka air hujan yang jatuh di lahan yg berupa

tegalan/ladang sebagian besar menjadi aliran permukaan. Akibatnya terjadi

peningkatan laju aliran permukaan yang menyebabkan daya rusak dan daya

angkut oleh aliran permukaan menjadi tinggi, sehingga pada akhirnya laju erosi

permukaan semakin meningkat di lahan tersebut.

5.5 Sedimen Total

Sebaran ruang sedimen total akibat kejadian hujan 31,66 mm/hari dalam

bentuk spasial disajikan dalam Gambar 18.

Page 72: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 19 Peta penyebaran sedimen total DTA Jeneberang Hulu.

Tabel 22 Rekapitulasi sedimen total di berbagai penutupan lahan

Sumber : Pengolahan atribut sedimen total

Berdasarkan Gambar 18, dapat terlihat penyebaran sedimen total DTA

Jeneberang Hulu setiap sel sebesar 0 – 16332,86 ton dan Tabel 22 dalam

rekapitulasi sedimen total di berbagai penutupan lahan dapat dilihat bahwa sel-sel

Penutupan lahan Luas (ha) Jumlah sedimen total (ton)

Hutan 2896 132682,58 Pemukiman 32 9,44 Sawah irigasi 1072 21781,47 Semak belukar 928 67772,89 Tegalan/ladang 1840 222523,86

Page 73: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

yang mempunyai sedimen total terkecil terdapat di sel dengan penutupan lahan

berupa pemukiman, karena tidak adanya saluran sungai dan jumlahnya relatif

sedikit. Sedangkan sel-sel dengan penutupan lahan berupa tegalan/ladang

mempunyai sedimen yang besar. Sedimen total semakin besar di sel-sel yang

terdapat aliran sungai. Semakin ke hilir/menuju outlet, sedimen total di sel yang

mempunyai saluran sungai semakin meningkat.

Laju sedimentasi yang tinggi menyebabkan peningkatan jumlah sedimen

yang mengendap di saluran sungai dan terjadi pendangkalan saluran sungai,

sehingga volume aliran permukaan yang dapat ditampung oleh saluran sungai

tersebut semakin berkurang. Akibatnya pada musim hujan terjadi bencana banjir

di daerah hilir yang diakibatkan oleh ketidakmampuan sungai untuk menampung

air hujan yang terkosentrasi ke sungai.

Hal inilah yang terjadi sekarang di hulu Sungai Jeneberang, dimana sedimen

yang terangkut oleh aliran terbawa oleh air hingga terjadi pendangkalan sungai.

Bahkan tanggul penahan sedimen jebol/roboh akibat tidak mampu lagi menahan

begitu banyak sedimen yang terangkut. Dampak dari peristiwa tersebut

mengakibatkan Bendungan Serbaguna Bili-bili yang merupakan DAM

penampung aliran air dari hulu Sungai Jeneberang terjadi pendangkalan dan

terancam tidak dapat berfungsi lagi sebagai pemasok cadangan air untuk wilayah

Kabupaten Gowa dan Kodya Makassar dan PLTA serta ada indikasi bahwa umur

bendungan yang terbesar di Indonesia Timur ini tinggal beberapa tahun lagi

keberadaannya.

5.6 Pengujian Validasi Model AGNPS

Untuk mengetahui apakah hasil prediksi model sama dengan hasil

pengamatan, maka dilakukan uji validasi. Model divalidasi dengan curah hujan

harian rata-rata selama 5 tahun (366 kejadian hujan). Uji validasi model dilakukan

dengan membandingkan debit puncak (Qp) keluaran model dengan debit puncak

hasil pengamatan dan membandingkan laju sedimentasi (Qs) keluaran model

dengan laju sedimentasi pengamatan.

Dari hasil analisis korelasi dan regresi seperti yang terlihat dalam Gambar

19, diperoleh nilai korelasi (r) dari debit puncak model (QpMod) terhadap debit

Page 74: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

puncak pengukuran di lapangan (QpLap) sebesar 0,894. Sedangkan persamaan

regresi dinyatakan sebagai berikut :

QpLap = 1,734 QpMod0,679…………………………………………..... (13)

Persamaan ini memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 79,8 % dengan

faktor koreksi sebesar 1,75. Hal ini menunjukkan bahwa debit puncak model

(QpMod) dengan debit puncak pengukuran di lapangan (QpLap) memiliki

hubungan keeratan 79,8 %, sehingga debit puncak model (QpMod) dapat

mewakili dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya di lapangan serta dapat

digunakan untuk menduga nilai debit puncak lapangan dalam simulasi

penggunaan lahan.

Log QpMod.

Log

QpL

ap.

210-1-2-3

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

-2.0

Hubungan QpMod. dengan QpLap.

Log QpLap. = 0.239 + 0.679 Log QpMod.

Gambar 19 Hubungan QpMod. dengan QpLap.

Sama halnya dengan hasil analisis korelasi dan regresi laju sedimentasi

model (QsMod) dengan laju sedimentasi pengukuran di lapangan (QsLap)seperti

yang terlihat dalam Gambar 20, memiliki nilai korelasi sebesar 0,726. Sedangkan

persamaan regresi dinyatakan sebagai berikut :

QsLap = 1,698 QsMod0,382 …………………………………………….. (14)

Persamaan ini memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 77,4 % dengan

faktor koreksi sebesar 9,30. Hal ini menunjukkan bahwa laju sedimentasi model

(QsMod) dengan laju sedimentasi pengukuran di lapangan (QsLap) memiliki

hubungan keeratan 77,4 %, sehingga laju sedimentasi model (QsMod) dapat

Page 75: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

mewakili dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya di lapangan serta dapat

digunakan untuk menduga nilai laju sedimentasi lapangan dalam simulasi

penggunaan lahan.

Log QsMod

Log

QsL

ap.

1.00.50.0-0.5-1.0-1.5-2.0

0.50

0.25

0.00

-0.25

-0.50

-0.75

Hubungan QsMod. dengan QsLap.

Log QsLap. = 0.230 + 0.382 Log QsMod

Gambar 20 Hubungan QsMod. dengan QsLap.

5.7 Analisis Simulasi

Simulasi dilakukan untuk memberikan alternatif dalam pemanfaatan lahan

seoptimal mungkin dalam mereduksi/mengurangi besarnya aliran permukaan, laju

erosi, dan sedimentasi di DTA Jeneberang Hulu. Salah satu alternatif tersebut

yaitu dengan melakukan perubahan penggunaan lahan dan menerapkan tindakan

konservasi tanah dan air (KTA) di lahan yang mempunyai aliran permukaan, laju

erosi, dan sedimentasi yang tinggi (tegalan/ladang) dan lahan yang mempunyai

produktifitas yang rendah (semak belukar). Total luas penutupan lahan di DTA

Jeneberang Hulu yang berupa tegalan/ladang dan semak belukar adalah 2768 ha

atau 40,9 % dari luas total DTA Jeneberang Hulu.

Berdasarkan kondisi tersebut dan kaitannya dengan upaya penerapan model

dalam perencanaan pemanfaatan lahan di DTA Jeneberang Hulu, maka pada

penelitian ini dilakukan 4 skenario penggunaan lahan di tegalan dan semak

belukar yang berbeda. Pada skenario-skenario tersebut dilakukan perubahan pada

parameter penggunaan lahan dan melakukan tindakan konservasi pada lahan-

lahan tersebut. Sedangkan parameter tanah diasumsikan tidak mengalami

perubahan. Dasar pemikiran skenario-skenario tersebut didasarkan atas

Page 76: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

pertimbangan bahwa penutupan lahan yang akan disimulasikan dapat

dipertahankan keberadaanya hingga puluhan tahun dan memperbaiki kondisi DTA

Jeneberang Hulu dalam hal mengurangi aliran permukaan, laju erosi, dan

sedimentasi.

5.7.1 Skenario I

Berdasarkan dengan sebaran ruang penggunaan lahan hasil skenario I dalam

Gambar 21, diperoleh hasil simulasi model pendugaan lapangan dalam Tabel 23

dengan menggunakan curah hujan rata-rata tahunan, diperoleh besarnya debit

puncak aliran permukaan di outlet sebesar 41,04 m3/detik/tahun, laju erosi

permukaan sebesar 348,6 ton/ha/tahun dan laju sedimentasi sebesar 18,24

ton/ha/tahun. Hasil simulasi menunjukkan debit puncak aliran permukaan

berkurang 81,26 %, laju erosi permukaan di outlet berkurang 79,43 %, dan laju

sedimentasi berkurang 75,18 % dari nilai awal sebelum dilakukan simulasi.

Nisbah pelepasan sedimen (NPS) dalam skenario I sebesar 5,23 %, dimana nilai

tersebut menunjukkan sebanyak 5,23 % dari total erosi yang terjadi di DTA

tersebut sampai ke saluran sungai dan menjadi sedimen sedangkan sisanya

mengendap di tempat lain.

Tabel 23 Hasil simulasi skenario I keluaran model

Keluaran hidrologi dan sedimen Skenario Debit puncak

(m3/detik/tahun) Laju erosi

(ton/ha/tahun) Laju sedimentasi

(ton/ha/tahun) Base 219,01 1694,89 73,48 Skenario I 41,04 348,6 18,24

Berdasarkan hasil tersebut di atas, skenario I kurang efektif untuk diterapkan

karena nilai laju erosi permukaan yang dihasilkan berdasarkan kelas tingkat

bahaya erosi masih tergolong kelas erosi empat dengan kategori berat hingga

sangat berat (180-480 ton/ha/tahun). Untuk penerapan hasil simulasi, diusahakan

agar tidak melebihi batas nilai erosi yang diperbolehkan (tolerable soil erosion)

terjadi sebesar < 180 ton/ha/tahun. Sehingga masih membahayakan kawasan yang

berada di sekitarnya.

Page 77: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 21 Peta penggunaan lahan skenario I.

5.7.2 Skenario II

Berdasarkan dengan sebaran ruang penggunaan lahan hasil skenario II

(Gambar 22), diperoleh hasil simulasi model seperti disajikan dalam Tabel 24,

yaitu besarnya debit puncak aliran permukaan di outlet sebesar 41,04

m3/detik/tahun, laju erosi permukaan sebesar 134,76 ton/ha/tahun dan laju

sedimentasi sebesar 16,20 ton/ha/tahun. Debit puncak aliran permukaan berkurang

81,26 %, besarnya laju erosi permukaan di outlet berkurang 92,05 %, dan laju

sedimentasi berkurang 77,95 % dari nilai awal sebelum dilakukan simulasi.

Nisbah pelepasan sedimen (NPS) dalam skenario II sebesar 12,02 %, dimana nilai

tersebut menunjukkan sebanyak 12,02 % dari total erosi yang terjadi di DTA

tersebut sampai ke saluran sungai dan menjadi sedimen sedangkan sisanya

mengendap di tempat lain.

Page 78: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 22 Peta penggunaan lahan skenario II.

Tabel 24 Hasil simulasi skenario II keluaran model

Keluaran hidrologi dan sedimen Skenario Debit puncak

(m3/detik/tahun) Laju erosi

(ton/ha/tahun) Laju sedimentasi

(ton/ha/tahun) Base 219,01 1694,89 73,48 Skenario II 41,04 134,76 16,20

Berdasarkan data dalam Tabel 24, simulasi untuk skenario II efektif untuk

diterapkan karena nilai laju erosi permukaan yang dihasilkan berdasarkan kelas

tingkat bahaya erosi tergolong kelas erosi tiga dengan kategori sedang (60-180

ton/ha/tahun). Untuk penerapan hasil simulasi tersebut, dapat dilakukan karena

nilai laju erosi permukaannya tidak melebihi batas nilai erosi yang diperbolehkan

Page 79: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

(tolerable soil erosion) terjadi sebesar < 180 ton/ha/tahun. Sehingga kawasan

yang berada di sekitar terjadinya erosi tidak membahayakan.

5.7.3 Skenario III

Berdasarkan sebaran ruang penggunaan lahan hasil skenario III (Gambar

23), diperoleh hasil simulasi model (Tabel 25) yaitu besarnya debit puncak aliran

permukaan di outlet sebesar 41,04 m3/detik/tahun, laju erosi permukaan sebesar

239,04 ton/ha/tahun dan laju sedimentasi sebesar 14,04 ton/ha/tahun. Debit

puncak aliran permukaan berkurang 81,26 %, besarnya laju erosi permukaan di

outlet berkurang 85,90 %, dan laju sedimentasi berkurang 80,89 % dari nilai awal

sebelum dilakukan simulasi. Nisbah pelepasan sedimen (NPS) dalam skenario III

sebesar 5,87 %, dimana nilai tersebut menunjukkan sebanyak 5,87 % dari total

erosi yang terjadi di DTA tersebut sampai ke saluran sungai dan menjadi sedimen

sedangkan sisanya mengendap di tempat lain.

Tabel 25 Hasil simulasi skenario III keluaran model AGNPS

Keluaran hidrologi dan sedimen Skenario Debit puncak

(m3/detik/tahun) Laju erosi

(ton/ha/tahun) Laju sedimentasi

(ton/ha/tahun) Base 219,01 1694,89 73,48 Skenario III 41,04 239,04 14,04

Berdasarkan data di atas, simulasi untuk skenario III tidak berbeda jauh

dengan skenario I, dimana hasilnya kurang efektif untuk diterapkan karena nilai

laju erosi permukaan yang dihasilkan berdasarkan kelas tingkat bahaya erosi

masih tergolong kelas erosi empat dengan kategori berat hingga sangat berat (180-

480 ton/ha/tahun). Begitupun dengan nilai erosi yang diperbolehkan (tolerable

soil erosion) terjadi melebihi dari batas nilai yang diperbolehkan terjadi sebesar

180 ton/ha/tahun. Sehingga masih membahayakan kawasan yang berada di

sekitarnya.

Page 80: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

.

Gambar 23 Peta penggunaan lahan skenario III.

5.7.4 Skenario IV

Berdasarkan sebaran ruang penggunaan lahan hasil skenario IV (Gambar

24), diperoleh hasil simulasi model (Tabel 26), yaitu besarnya debit puncak aliran

permukaan di outlet sebesar 18,47 m3/detik/tahun, laju erosi permukaan sebesar

111,60 ton/ha/tahun dan laju sedimentasi sebesar 8,40 ton/ha/tahun. Debit puncak

aliran permukaan berkurang 91,57 %, laju erosi permukaan di outlet berkurang

93,42 %, dan laju sedimentasi berkurang 88,57 % dari nilai awal sebelum

dilakukan simulasi. Nisbah pelepasan sedimen (NPS) dalam skenario IV sebesar

7,53 %, dimana nilai tersebut menunjukkan sebanyak 7,53 % dari total erosi yang

terjadi di DTA tersebut sampai ke saluran sungai dan menjadi sedimen sedangkan

sisanya mengendap di tempat lain.

Page 81: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Gambar 24 Peta penggunaan lahan skenario IV.

Tabel 26 Hasil simulasi skenario IV keluaran model

Keluaran hidrologi dan sedimen Skenario Debit puncak

(m3/detik/tahun) Laju erosi

(ton/ha/tahun) Laju sedimentasi

(ton/ha/tahun) Base 219,01 1694,89 73,48 Skenario IV 18,47 111,60 8,40

Berdasarkan data di atas, simulasi untuk skenario IV memberikan hasil

terbaik karena nilai laju erosi permukaan yang dihasilkan berdasarkan kelas

tingkat bahaya erosi masih tergolong kelas erosi tiga dengan kategori sedang (60-

180 ton/ha/tahun). Begitupun dengan nilai erosi yang diperbolehkan (tolerable

soil erosion) terjadi tidak melebihi dari batas nilai yang diperbolehkan terjadi

sebesar 180 ton/ha/tahun. Sehingga nilai persentase pengurangannya lebih tinggi

Page 82: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

dari skenario I, II, dan III serta sangat efektif untuk diterapkan karena nilai debit

puncak aliran permukaan, laju erosi permukaan, dan laju sedimentasi mengalami

penurunan yang besar. Apabila hutan alam yang dahulunya sudah ada dan tidak

ditebang oleh masyarakat untuk dijadikan ladang, maka fungsinya akan lebih baik

sebagai kawasan lindung khususnya untuk mengatur tata air, mencegah banjir,

mengendalikan erosi (longsor), dan sebagai perlindungan sistem penyangga

kehidupan masyarakat. Namun, apabila dilihat dari segi waktu dan efisiensinya

skenario IV membutuhkan waktu sangat lama untuk terbangunnya hutan alam

hingga ratusan atau ribuan tahun.

5.8 Rekomendasi

Berdasarkan Tabel 27, dapat diketahui bahwa skenario I, III, kurang efektif

dalam memperbaiki kondisi DTA. Hal tersebut dilihat dari besarnya nilai laju

erosi dari beberapa skenario terhadap nilai awal sebelum dilakukan simulasi

penggunaan lahan yang masih berada pada tingkat bahaya erosi kelas empat

dengan kategori berat hingga sangat (180-480 ton /ha/tahun) walaupun persentase

pengurangannya cukup besar. Sedangkan pengurangan volume aliran permukaan

tidak terjadi perubahan sehingga masih memungkinkan terjadinya banjir di DTA

Jeneberang Hulu. Sedangkan skenario II dan IV efektif dalam memperbaiki

kondisi DTA, hal tersebut terlihat dari besarnya nilai laju erosi skenario II dan IV

yang berada pada tingkat bahaya erosi kelas tiga dengan kategori sedang (60-180

ton/ha/tahun) dan batas nilai erosi yang diperbolehkan (tolerable soil erosion)

tidak melebihi dari 180 ton/ha/tahun.

Tabel 27 Rekapitulasi persentase (%) pengurangan keluaran model dari nilai awal (base) setelah dilakukan simulasi

Skenario Debit puncak Laju erosi Laju sedimentasi

Skenario I 81,26 % 79,43 % 75,18 % Skenario II 81,26 % 92,05 % 77,95 % Skenario III 81,26 % 85,90 % 80,89 % Skenario IV 91,57 % 93,42 % 88,57 %

Page 83: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

0

1 0

2 0

3 0

4 0

5 0

6 0

7 0

8 0

9 0

10 0

Skenario I

Skenario II

Skenario III

Skenario IV

Peng

uran

gan

Para

met

er T

erha

dap

Bas

e (%

)

Debit punc ak aliran permukaan Laju eros i Laju s edimentas i

Gambar 25 Perbandingan penurunan keluaran model berbagai skenario.

Berdasarkan hasil simulasi dalam Gambar 25 yang berupa keluaran debit

puncak aliran permukaan, laju erosi, dan laju sedimentasi dapat diketahui bahwa

alternatif terbaik dalam mengubah pemanfaatan lahan berupa tegalan/ladang dan

semak belukar adalah penerapan skenario II yang mengarah ke skenario IV.

Pemanfaatan lahan tegalan dan semak belukar di daerah hulu DTA yang dapat

membentuk penutupan lahan berupa vegetasi yang serupa dengan hutan alam

produksi yang dikelola dengan sistem silvikultur tebang pilih dan di daerah

bawahnya (mendekati outlet) berupa kebun campuran dengan sistem agroforestry

sangat efektif dalam memperbaiki kondisi DTA Jeneberang Hulu dari segi

hidrologi maupun mengurangi laju erosi dan laju sedimentasi.

Pembangunan lahan tegalan dan semak belukar untuk tewujudnya

penutupan lahan seperti pada skenario II dapat dilakukan dengan menerapkan

kombinasi sipil teknis (terasering) dengan penanaman tumbuhan penutup lahan

(cover crops) dan tahunan (pohon-pohon). Tumbuhan penutup lahan dan pohon

tahunan ditanam sedemikian rupa, sehingga pada saat tertentu dapat

menggantikan fungsi bangunan sipil teknis. Penggunaan lahan ini diusahakan

dengan meminimalkan gangguan sehingga dapat mengarah pada terbentuknya

formasi vegetasi seperti formasi hutan sekunder dan hutan alam

Page 84: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Untuk realisasi penerapan teknik konservasi tanah dan air menggunakan teras

tradisional dalam penggunaan lahan kebun campuran (agroforestry), perlu adanya

kerjasama antara pihak masyarakat dengan pihak pemerintah untuk lebih

memperhatikan tekniknya yang sesuai dengan kondisi biofisik. Sehingga bencana

banjir dan longsor di DTA Jeneberang Hulu dapat teratasi dan diminimalisir serta

mengurangi pendangkalan di saluran sungai dan di Bendungan Serbaguna Bili-bili

oleh tumpukan sedimen yang berupa pasir.

Page 85: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Model AGNPS dengan parameter input menggunakan data yang relatif

tersedia di Indonesia (hujan harian dan data sekunder fisik DAS) dalam

menduga laju erosi, sedimentasi, dan debit puncak memberikan hasil lebih

rendah dari data pengukuran lapangan (under estimation) sehingga

memerlukan faktor koreksi

2. Faktor koreksi untuk kasus DTA Jeneberang Hulu dapat menggunakan

persamaan QpLap = 1,734 QpMod0,679, QsLap = 1,698 QsMod0,382.

3. Pemanfaatan lahan yang optimal dalam mengurangi debit puncak aliran

permukaan, laju erosi permukaan, dan laju sedimentasi adalah dengan

mempertahankan penggunan lahan yang ada sekarang kecuali tegalan dan

semak belukar perlu dirubah kedalam bentuk penggunaan lahan yang

menyerupai hutan alam produksi yang dikelola dengan sistem silvikultur

tebang pilih atau hutan alam tidak terganggu di bagian hulu, sedangkan di

bagian bawah yang relatif lebih datar menerapkan kebun campuran dengan

sistem agroforestry.

6.2 Saran

1. Untuk memperoleh tingkat validasi model yang lebih tinggi, perlu diuji

coba menggunakan data curah hujan jangka pendek, dan parameter input

lainnya berdasarkan hasil pengukuran setempat.

2. Sehubungan dengan tingginya aliran permukaan, erosi dan sedimentasi

yang terjadi di DTA Jeneberang Hulu, perlu upaya pemanfaatan dan

pengelolaan DAS yang lebih sesuai dengan kondisi biofisik dan

melibatkan semua pihak yang terkait seperti petani, masyarakat lainnya,

pihak swasta, dan pemerintah serta melakukan upaya peningkatan

kesadaran kepada semua pihak untuk menerapkan tindakan konservasi

tanah dan pengelolaan tanaman yang sesuai dengan kondisi biofisik.

Page 86: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 1998. Andosol Coklat. Soil Survey Staff , Key to Soil Taxonomy 8th

edition. USDA - NRCS Washington DC. http://balitklimat.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=130&Itemid=106. [27 Agustus 2007].

[Anonim]. 2005. Sisi GIS, Installasi Wireless LAN di Kota Samarinda, Digital Elevation. http://projection.wgs84.net/2005/02/sisi_gis_installasi_wireless_l. html. [8 November 2007].

[Anonim]. 2007. Model Terain Digital (DTM). http://www.intermap.com/right.php/pid/75/sid/273/tid/208. [8 November 2007].

Arsyad S. 1989. Pengawetan Tanah dan Air. Bogor: Departemen Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. [BPDAS Jeneberang-Walanae] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Jeneberang Walanae. 2003. Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan. Makassar: BPDAS Jeneberang-Walanae.

Candra A. 2003. Identifikasi dan Pemetaan Lahan Krisis di DAS Ciliwung Hulu

Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Dassir M. 2000. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Lahan di Sub DAS Jeneberang

Hulu Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[Dephut] Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi

Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapang Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Jakarta: Dephut.

Galuda D. 1996. Penggunaan AGNPS untuk Memprediksi Aliran Permukaan,

Sedimen, dan hara N, P, dan COD di Daerah Tangkapan Air Cinere Sub DAS Citarik, Pengalengan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Haridjaja O. 2000. Pencemaran Tanah dan Lingkungan. Bogor: Jurusan Tanah,

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Page 87: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Jaya A. 1994. Dinamika Aliran Permukaan, Erosi serta Kehilangan Hara dalam Aliran Permukaan Tangkapan Cinere, Pengalengan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Lee R. 1980. Hidrologi Hutan. Subagio S, penerjemah; Prawirohatmodjo, editor.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari : Forest Hydrology.

Morgan RPC. 1990. Soil Erotion and Conservation. New York: Longman

Scientific ang Technical. John Wiley and Sons, Inc. Prahasta E. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung:

Informatika. Rahim SE. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian

Lingkungan Hidup. Jakarta: Bumi Aksara. Salwati. 2004. Kajian Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Respon

Hidrologi Sub DAS Cilalawi DAS Citarum, Jawa Barat Menggunakan Model AGNPS [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Seyhan E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai

(Hidrometri). Bandung: Penerbit Nova. Sumardi I. 2007. Klasifikasi Respon Hidrologi DAS Berdasarkan Hidrograf

Satuan Sintetik Gama-I dengan Metode Analisis Terain Secara Digital (Digital Terrain Method Analysis) Studi Kasus DAS di Propinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Sun G, G. McNulty. 2000. Modelling Soil Erotion and Transport on Forest

Landscape. Southern Global Change Program, USDA Forest Service. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Air dan Tanah. Yogyakarta: Penerbit

Andi. Sutiyono AP. 2006. Penggunaan Model AGNPS Berbasis Sistem Informasi

Geografis dalam Analisis Karateristik Hidrologi Sub DAS Ciawitali Subang Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Tiryana T. 2003. Regresi Linear Sederhana. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Page 88: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Triandayani Y. 2004. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Untuk Memperbaiki Kondisi Sub DAS Cisadane Hulu Menggunakan Model AGNPS [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Usmadi D. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Model AGNPS dalam

Pendugaan Aliran Permukaan, Erosi, dan Sedimentasi di Sub DAS Cianten Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Young RA, AO Charles, DD Bosch, PA Wyne. 1990. AGNPS User’s Guide

Version 3.51. Agricultural Research Service, U.S Departement of Agriculture. Morris, Minnesota.

Page 89: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga
Page 90: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 1 Nilai Erodibilitas Tanah untuk 50 Jenis Tanah di Indonesia Kode Tipe Tanah Nilai K 1 Tanah eutrofik organik 0,301 2 Tanah hydromorphic alluvial 0,156 3 Tanah abu-abu hitam alluvial 0,259 4 Tanah alluvial cokelat keabu-abuan 0,315 5 Alluvial abu-abu dan alluvial cokelat keabu-abuan 0,193 6 Gabungan tanah alluvial abu-abu dan tanah humic abu-abu 0,205 7 Gabungan tanah alluvial abu-abu dan tanah humic rendah abu-abu 0,202

8 Gabungan tanah hydromorphic abu-abu dan Planosol cokelat keabu-abuan 0,301

9 Planosol cokelat keabu-abuan 0,251 10 Gabungan tanah litosol dan tanah mediteranian merah 0,215 11 Regosol abu-abu 0,296 12 Regosol abu-abu 0,304 13 Kompleks regosol abu-abu dan litosol 0,172 14 Regosol cokelat 0,271 15 Regosol cokelat 0,346 16 Regosol cokelat kekuning-kuningan 0,331 17 Regosol abu-abu kekuning-kuningan 0,301 18 Kompleks regosol dan litosol 0,302 19 Andosol cokelat 0,278 20 Andosol cokelat 0,272 21 Andosol cokelat kekuning-kuningan 0,223 22 Gabungan andosol coelat dan regosol cokelat 0,271 23 Kopleks rensinas, litosol dan tanah hutan cokelat 0,157 24 Grumosol abu-abu 0,176 25 Grumosol abu-abu hitam 0,187 26 Kompleks grumosol regosol dan tanah mediteranian 0,201 27 Kompleks tanah mediteranian cokelat dan litosol 0,323 28 Gabungan tanah mediteranian dan grumosol 0,273 29 Gabungan tanah mediteranian cokelat kemerahan dan litosol 0,188 30 Latosol cokelat 0,175 31 Latosol cokelat merah 0,121 32 Latosol cokelat hitam dan kemerahan 0,058 33 Latosol cokelat kekuningan 0,082 34 Latosol merah 0,075 35 Latosol merah kekuningan 0,054 36 Gabungan latosol cokelat dan regosol abu-abu 0,186 37 Gabungan latosol cokelat kekuningan dan latosl cokelat 0,091 38 Gabungan latosol cokelat kemerahan dan latosol cokelat 0,067 39 Gabungan latosol merah, latosol cokelat kemerahan dan litosol 0,062 40 Kompleks latosol merah dan latosol cokelat kemerahan 0,061

41 Kompleks latosol merah kekuningan, latosol cokelat kemerahan dan litosol 0,064

42 Kompleks latosol coklat kemerahan dan litosol 43 Kompleks latosol merah kekuningan, latosol cokelat dan tanah podsolik 0,075 merah kekuningan dan litosol 0,116 44 Tanah podsolik merah kuning 0,107 45 Tanah podsolik merah kekuning 0,166 46 Tanah podsolik merah 0,158

Page 91: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

47 Gabungan podsolik kuning dan tanah hydromorphic abu-abu 0,249 48 Gabungan tanah podsolik kuning dan regosol 0,158

49 Kompleks tanah podsolik kuning, podsolik merah kekuningan dan regosol 0,175

50

Kompleks lateritik merah kekuningan dan tanah podsolik merah kekuningan 0,175

Sumber : Puslitbang Pengairan (1996) dalam Triandayani (2004) Lampiran 2 Faktor Tindakan Konservasi Tanah (P)

Tindakan Konservasi Tanah Nilai P Teras tradisional 0,500 Tegalan/ladang 0,209 Sawah irigasi 0,013 Sawah tadah hujan 0,013 Hutan alam (penuh dengan serasah) 1,000 Semak/alang-alang 0,021 Tanah kosong tidak diolah 0,400 Pemukiman 1,000 Air/rawa 0,000 Sumber : Young et al. (1990)

Page 92: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 3 Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Macam Penggunaan Nilai C Tanpa/terbuka tanpa tanaman 1,000 Sawah irigasi 0,010 Sawah tadah hujan 0,050 Tegalan tidak dispesifikasi 0,700 Ubikayu 0,800 Jagung 0,700 Kedelai 0,399 Kentang 0,400 Kacang tanah 0,200 Tebu 0,200 Pisang 0,600 Akar Wangi (sereh wangi) 0,400 Rumput bede (tahun pertama) 0,287 Rumput bede (tahun kedua) 0,002 Kopi dengan penutup tanah buruk 0,200 Talas 0,850 Kebun campuran: kerapatan tinggi 0,100 kerapatan sedang 0,200 kerapatan rendah 0,500 Perladangan 0,400 Hutan alam: serasah banyak 0,001 serasah kurang 0,005 Hutan produksi: tebang habis 0,050 tebang pilih 0,200 Semak belukar/padang rumput 0,300 Ubikayu + kedelai 0,181 Ubikayu + kacang tanah 0,195 Padi - sorghum 0,345 Padi - kedelai 0,417 Kacang tanah + gude 0,495 Kacang tanah - kacang tunggak 0,571 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 0,049 Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096 Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha 0,128 Kacang tanah + mulsa Clotalaria sp. 3 ton/ha 0,135 Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259 Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha 0,377 Padi + mulsa Clotalaria sp. 3 ton/ha 0,387 Pola tanam tumpang gilir* + mulsa jerami 6 ton/ha/thn 0,079 Pola tanam berurutan** + mulsa sisa tanaman 0,357 Alang-alang murni subur 0,001 Sumber: Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad ( 1989) * Pola tanam tumpang gilir: jagung + padi + ubikayu setelah panen padi ditanami kacang tanah ** Pola tanam berurutan: padi - jagung - kacang tanah

Page 93: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 4 Koefisien Kekasaran Manning (n) untuk Berbagai Jenis Saluran

Tipe saluran dan pemeriaannya Minimum Normal Maksimum A. Aliran tertutup sebagian mengalir penuh A.1. Logam a. Kuningan, halus 0,009 0,010 0,013 b. Baja 1. Batangan dan di las 0,010 0,012 0,014 2. Dikeling (dipaku) dan spiral 0,013 0,016 0,017 c. Besi tuang 1. Dilapis 0,010 0,013 0,014 2. Tak dilapis 0,011 0,014 0,016 d. Besi tenpa 1. Hitam 0,012 0,014 0,016 2. Digalvani 0,013 0,016 0,017 e. Logam dan bergelombang 1. Subdrain 0,017 0,019 0,021 2. Sormdrain 0,021 0,024 0,030 A.2. Bukan Logam a. Lusit 0,008 0,009 0,010 b. Gelas 0,009 0,010 0,013 c. Semen 1. Permukaan halus 0,010 0,011 0,013 2. Plesteran 0,011 0,013 0,015 d. Beton 1. Gorong-gorong, lurus bebas sampah 0,010 0,011 0,013 2. Gorong-gorong dengan lengkungan, sambungan dan kotoran 0,011 0,012 0,014 3. Difinish 0,011 0,012 0,014 4. Saluran pembuang, dengan lobang pemeriksaan, lobang masuk, lurus, dst. 0,013 0,015 0,017 5. Tak difinish, bentuk baja 0,012 0,013 0,014 6. Tak difinish, bentuk kayu halus 0,012 0,014 0,016 7. Tak difinish, bentuk kayu kasar 0,015 0,017 0,020 e. Kayu 1. Batang 0,010 0,012 0,014 2. Berlapis, diawetkan 0,015 0,017 0,020 f. Liat 1. Ubin drainase biasa 0,011 0,013 0,017 2. Saluran pembuang divitrifikasi 0,011 0,014 0,017 3. Saluran pembuang divitrifikasi, dengan lobang pemeriksa, lobang masuk, dst. 0,013 0,015 0,017

4. Subdrain divitrifikasi dengan

sambungan terbuka 0,014 0,016 0,018 g. Pekerjaan bata 1. Diglasir 0,011 0,013 0,015 2. Dilapis plester semen 0,012 0,015 0,017 h. Saluran pembuang dilapis dengan hancuran tulang, dengan lengkungan dan sambungan 0,012 0,013 0,016 i. Saluran pembuang dasar halus 0,016 0,019 0,020 j. Tembok, disemen 0,018 0,025 0,030

Page 94: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 1 (lanjutan)

Tipe saluran dan pemeriaannya Minimum Normal Maksimum B. Saluran dilapis atau dirakit B.1. Logam a. Permukaan baja halus 0,011 0,012 0,014 1. Tak dicat 0,012 0,013 0,017 2. Dicat 0,021 0,025 0,030 b. Bergelombang B.2. Bukan Logam a. Semen 1. Permukaan halus 0,010 0,011 0,013 2. Diplester 0,011 0,013 0,015 b. Kayu 1. Diketam, tak diawetkan 0,010 0,012 0,014 2. Diketam, dikerosot 0,011 0,012 0,015 3. Tak diketam 0,011 0,013 0,015 4. Papan dengan jalur-jalur 0,012 0,015 0,018 5. Dilapis dengan kertas asap 0,010 0,014 0,017 c. Beton 1. Dihaluskan dengan "cetok" 0,011 0,013 0,015 2. Finish yang mengambang 0,013 0,015 0,016 3. Finish dengan kerikil di bawal 0,015 0,017 0,020 4. Tidak difinish 0,014 0,017 0,020 5. Gunit, seksi bagus 0,016 0,019 0,023 6. Gunit, seksi bergelombang 0,018 0,022 0,025 7. Pada batuan yang digali baik 0,017 0,020 - 8. Pada batuan yang digali tak baik 0,022 0,027 - d. Dasar-dasar beton difinish mengambang dengan sisi-sisi : 1. Batu halus dalam plester 0,015 0,017 0,020 2. Batu acak dalam plester 0,017 0,020 0,024 3. Tembok semen, plester 0,016 0,020 0,024 4. Tembok semen 0,020 0,025 0,030 5. Tembok kering 0,020 0,030 0,035 e. Dasar kerikil dengan sisi-sisi dari : 1. Beton cetak 0,017 0,020 0,025 2. Batu acak dalam plester 0,020 0,023 0,026 3. Tembok kering 0,023 0,033 0,036 f. Bata 1. Diglasir 0,011 0,013 0,015 2. Dalam plester semen 0,012 0,015 0,018 g. Tembok 1. Tembok semen 0,017 0,025 0,030 2. Tak kering 0,023 0,032 0,035 h. Ubin lapis 0,013 0,015 0,017 i. Aspal 1. Halus 0,013 0,013 - 2. Kasar 0,016 0,016 - j. Lapisan tumbuhan 0,030 - 0,050 C. Penggalian atau pengerukan a. Tanah, murni dan seragam

Page 95: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 1 (sambungan)

Tipe saluran dan pemeriaannya Minimum Normal Maksimum 1. Bersih, baru baja selesai 0,016 0,018 0,020 2. Bersih, sesudah pelapukan 0,018 0,022 0,025 3. Kerikil, bagian yang seragam, bersih 0,022 0,025 0,030 4. Dengan rumput pendek, sedikit gulma 0,022 0,027 0,033 b. Tanah, berkeluk-keluk dan lembam 1. Rumput, sedikt gulma 0,025 0,030 0,033

2. Gulma lebat atau tumbuhan air dalam saluran dalam 0,030 0,035 0,040

3. Dasar tanah dan sisi tembok 0,028 0,030 0,035 4. Dasar berbatu dan sisi bergulma 0,025 0,035 0,040 5. Dasar batu bundar dan sisi bersih 0,030 0,040 0,050 c. Digali atau dikeruk 0,025 0,028 0,033

1. Tanpa tumbuhan 2. Sedikit semak pada tanggul 0,035 0,050 0,060

d. Potongan batu 1. Halus dan seragam 0,025 0,035 0,040 2. Bergerigi dan tak teratur 0,035 0,040 0,050

e. Saluran tak terpelihara, gulma dan semak tak

dipotong 1. Gulma lebat, setinggi jeluk aliran 0,050 0,080 0,120 2. Dasar bersih, semak disisi 0,040 0,050 0,080 3. Sama dengan tinggi maksimum aliran 0,045 0,070 0,110 D. Sungai-sungai alami

D.1. Sungai-sungai kecil (lebar bagian atas pada banjir < 100 kaki)

a. Sungai di daratan

1. Bersih, lurus, tingkat penuh, tak ada celah atau kolam 0,025 0,030 0,033

2. Sama dengan aas, tetapi banyak batu dan

gulma 0,030 0,035 0,040

3. Bersh, berkeluk, beberapa kolam dan beting 0,033 0,040 0,045

4. Sama dengan atas, tetapi dengan beberapa gulma dan batu 0,015 0,045 0,050

5. Sama dengan atas, tingkat lebih rendah, leih banyak lereng tida efektif dan bagian- bagian 0,040 0,048 0,055

6. Sama degan 4, tetapi lebih banyak batu 0,045 0,050 0,060 7. Sungai lembam, kolam-kolam dalam 0,050 0,070 0,080

8. Sungai sangat bergulma, kolam dalam atau jalur banjir dengan hutan lebat dan tumbuhan bawah 0,075 0,100 0,150

b. Sungai -sungai pegunungan, tanpa tumbuhan dalam saluran, tanggu basanya terjal, pohon- pohon dan semak -semak sepanjang tanggul tenggelam pada air tinggi

1. Dasar kerikl, batu bundardan batu besar 0,030 0,040 0,050

2. Dasar batu-batu bundar dengan batu- batu besar 0,040 0,050 0,070

D.2. Dataran banjir a. Padang rumput, tanpa semak

Page 96: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 1 (sambungan)

Tipe saluran dan pemeriaannya Minimum Normal Maksimum 1. Rumput pendek 0,025 0,030 0,035 2. Rumput tinggi 0,030 0,035 0,050 b. Tanah pertanian 1. Tak ditanami 0,020 0,030 0,040 2. Tanaman dewasa berbaris 0,025 0,035 0,045 3. Tanaman ladang dewasa 0,030 0,040 0,050 c. Semak 1. Semak tersebar, gulma lebat 0,035 0,050 0,070

2. Semak dan pohon jarang pada musim

dingin 0,035 0,050 0,060 3. Semak dan pohon jarang pada musim panas 0,040 0,060 0,080 4. Semak sedang sampai lebat d musim dingin 0,045 0,070 0,110 5. Semak sedang sampai lebat di musim panas 0,070 0,100 0,160 d. Pohon-pohon 1. Willow lebat, musim panas, lurus 0,110 0,0150 0,200 2. Lahan yang dibuka dengan pertumbuhan terubusan yang hebat 0,030 0,040 0,050 3. Sama dengan atas, tetapi dengan pertumbuhan terbubusan yang hebat 0,050 0,060 0,080 4. Hutan lebat, sediit pohon kecil, sedikit tumbuhan bawah, tingkat banjir dibawah cabang 0,080 0,100 0,120 5. Sama dengan atas, tetapi dengan tingkat banjir mencapai cabang 0,100 0,120 0,160 D.3. Sungai-sungai utama (lebar atas pada tingkat banjir > 100 kaki) Harga n kurang dari sungai-sungai kecil dan sifat-sifat yang sama, karena tanggul-tanggul memberikan ketahanan yang kurang efektif a. Bagian yang biasa dengan tanpa batu-batu besar atau semak 0,025 - 0,060 b. Bagian yang teratur dan kasar 0,035 - 0,100

Sumber : Chow (1950) dalam Seyhan (1990)

Page 97: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 5 Faktor Konstanta Kondisi Permukaan (SCC) dan Bilangan Kurva Aliran Permukaan (CN)

Kelompok Hidrologi

Tanah Penggunaan Lahan di Permukaan Nilai SCC

(mg/ltr) A B C D Lahan tandus 0,22 77 86 91 94 Tanaman berbaris lurus 0,05 67 78 85 89 Tanaman berbaris kontur 0,29 65 75 82 86 Padi-padian kecil 0,29 63 74 82 85 Kacang-kacangan atau rotasi padang rumput 0,29 58 72 81 85 Padang rumput penggembalaan-tipis 0,01 68 79 86 89 Padang rumput penggembalaan-sedang 0,15 49 69 79 84 Padang rumput penggembalaan-tebal 0,22 39 61 74 80 Padang rumput permanen 0,59 30 58 71 78 Lahan berhutan 0,29 36 60 73 79 Hutan dengan serasah banyak 0,59 25 55 70 77 Tanah beserta rumah pertanian 0,01 59 74 82 86 Perkotaan (kedap air 21-27 %) 0,01 72 79 85 88 Saluran berumput 1,00 49 69 79 84 Air 0 100 Rawa 0 85 Tanah peternakan dengan bidang tanah yang tidak rata 0 91/94

Daerah beratap 0 100 Sumber : Young et al. (1990)

Page 98: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 6 Peta-peta Grid Nilai C, P, SCC, CN, dan Erodibilitas (K)

Skala 1 : 80000 Skala 1 : 80000

Page 99: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 6 (sambungan)

Skala 1 : 80000 Skala 1 : 80000

Page 100: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 6 (sambungan)

Skala 1 : 80000

Page 101: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 Parameter-parameter Masukan Model AGNPS

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 1 6 5 6.56 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 3.28 0.00 2 6 6 5.96 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 2.98 2649.32 3 2 7 10.51 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 5.25 2244.61 4 8 6 8.49 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 4.25 1803.59 5 4 7 7.44 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 3.72 1497.03 6 15 6 7.71 2 999 75 0.035 0.278 3 0.300 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 3.85 1525.56 7 6 7 10.36 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 5.18 29.53 8 7 7 14.29 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 7.14 3861.96 9 8 7 11.30 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 5.65 3861.96 10 9 7 9.45 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 4.72 575.37 11 10 7 8.62 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 4.31 2453.71 12 11 7 7.16 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 3.58 2453.71 13 25 6 1.73 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 0.87 2368.85 14 30 5 7.72 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 3.86 0.00 15 30 6 7.19 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 3.59 3465.63 16 15 7 8.69 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.34 747.76 17 32 6 12.82 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.41 747.76 18 33 6 15.80 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 7.90 3818.03 19 34 6 12.60 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 6.30 5190.34 20 35 6 10.28 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.14 5190.34 21 20 7 9.51 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 4.76 2871.62 22 21 7 8.06 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 4.03 379.52 23 22 7 7.90 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 3.95 8295.39 24 23 7 8.23 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 4.12 3862.47 25 24 7 4.88 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 2.44 3862.47 26 25 7 2.01 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 1.00 5447.44 27 43 6 7.35 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 3.67 3584.64 28 27 7 12.33 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 6.16 3584.64

Page 102: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 29 45 6 9.71 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 4.86 7934.53 30 47 5 8.85 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.43 7934.53 31 47 6 8.14 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.07 3314.68 32 48 6 8.15 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.07 3314.68 33 32 7 12.02 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.01 2934.38 34 33 7 14.67 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.33 2934.38 35 34 7 15.14 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.57 5190.34 36 35 7 12.61 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 6.30 3957.05 37 20 8 9.95 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 4.98 3957.05 38 21 8 8.86 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 4.43 3957.05 39 22 8 6.82 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 3.41 8295.39 40 23 8 7.81 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 3.90 8295.39 41 40 7 7.01 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 3.50 8295.39 42 41 7 5.29 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.021 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 2.64 5447.44 43 60 6 4.98 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 2.49 1214.86 44 63 4 7.82 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 3.91 9019.41 45 63 5 12.43 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.013 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.21 7934.53 46 63 6 9.08 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.54 5546.08 47 64 6 5.43 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 1.000 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 2.72 5546.08 48 47 7 12.19 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.10 3314.68 49 48 7 15.67 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 7.84 0.00 50 33 1 16.23 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 8.12 0.00 51 33 8 15.30 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.65 4950.25 52 34 8 18.50 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.25 2582.95 53 52 7 13.97 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.99 2582.95 54 53 7 8.20 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 4.10 10923.67 55 54 7 9.12 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 4.56 3197.26 56 55 7 6.60 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 3.30 3197.26

Page 103: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 57 56 7 10.56 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 5.28 8295.39 58 57 7 11.68 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 2 0 0 0 0 0 0 7 5.84 8295.39 59 41 8 9.17 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 4.58 5447.44 60 79 6 4.69 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 2.34 9070.49 61 81 5 7.30 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 3.65 9019.41 62 82 5 7.83 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 3.91 9019.41 63 82 6 11.02 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 5.51 5546.08 64 63 7 11.61 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 5.81 5546.08 65 84 6 12.32 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.16 2761.39 66 47 8 19.04 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 9.52 2761.39 67 48 8 18.13 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.07 0.00 68 49 8 15.08 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 7.54 0.00 69 50 8 19.66 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 9.83 4950.25 70 51 8 24.29 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 12.14 4950.25 71 52 8 16.36 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 8.18 4950.25 72 53 8 10.67 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.34 10923.67 73 54 8 12.68 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.34 5346.63 74 73 7 13.66 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.83 5346.63 75 56 8 16.43 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.21 5346.63 76 75 7 13.17 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.59 8295.39 77 59 1 9.57 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 4.78 8295.39 78 59 8 12.46 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 6.23 5447.44 79 100 6 4.18 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 2.09 0.00 80 102 5 5.98 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 2.99 9070.49 81 102 6 7.42 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 3.71 9019.41 82 104 5 8.32 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.16 1962.90 83 104 6 11.21 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 5.61 5077.80 84 105 6 14.03 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 7.02 5077.80

Page 104: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 85 106 6 18.96 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 9.48 5077.80 86 107 6 20.07 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 10.04 2761.39 87 108 6 15.89 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 7.95 22761.39 88 109 6 13.59 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 6.79 0.00 89 68 8 19.44 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.72 0.00 90 69 8 19.76 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 9.88 0.00 91 70 8 11.83 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.92 4950.25 92 72 1 13.90 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.95 10923.66 93 73 1 20.39 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.19 10923.66 94 73 8 23.83 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 11.92 0.00 95 75 1 21.09 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 10.55 5346.63 96 75 8 13.45 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.72 2256.47 97 77 1 10.94 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 5.47 3422.24 98 78 1 15.80 2 999 72 0.030 0.278 3 0.070 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 7.90 0.00 99 78 8 17.84 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 8.92 0.00 100 122 5 6.02 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 3.01 0.00 101 122 6 7.07 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 3.54 9070.49 102 123 6 5.19 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 2.59 9070.49 103 125 5 5.01 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 2.50 3209.20 104 125 6 7.04 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 3.52 3209.20 105 104 7 10.32 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 5.16 5077.80 106 105 7 10.90 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 5.45 0.00 107 106 7 18.33 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.16 0.00 108 107 7 24.46 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 12.23 1143.95 109 130 6 24.98 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 12.49 1274.21 110 131 6 21.12 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 10.56 0.00 111 132 6 22.84 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 11.42 0.00 112 133 6 22.39 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 11.19 0.00

Page 105: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 113 135 5 13.47 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 6.73 0.00 114 135 6 9.63 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 4.82 0.00 115 92 8 16.81 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 8.41 10923.67 116 93 8 16.67 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 8.33 0.00 117 94 8 11.24 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 5.62 0.00 118 95 8 11.24 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 5.62 2256.47 119 97 1 12.17 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.08 3422.24 120 97 8 15.04 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 7.52 5253.66 121 98 8 14.60 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 7.30 5253.66 122 146 5 16.97 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 8.48 9070.49 123 146 6 13.51 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 6.76 9019.41 124 147 6 7.27 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 3.63 9019.41 125 149 5 8.35 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 4.17 295.29 126 150 5 11.10 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 5.55 2802.60 127 150 6 12.73 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 6.37 2802.60 128 151 6 10.80 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.40 6117.33 129 152 6 12.15 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 6.07 307.44 130 129 7 16.41 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.20 307.44 131 130 7 20.12 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.06 5840.91 132 131 7 20.07 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.04 5840.91 133 132 7 19.82 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.91 5840.91 134 133 7 19.29 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.65 2824.93 135 134 7 20.02 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.01 3703.40 136 135 7 19.71 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.86 0.00 137 136 7 20.05 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.02 10923.67 138 137 7 14.89 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.44 10923.67 139 138 7 8.06 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 4.03 10923.67 140 139 7 9.39 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 4.70 10923.67

Page 106: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 141 119 1 13.30 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.65 3422.24 142 119 8 17.53 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 8.77 5253.66 143 142 7 16.58 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 8.29 5253.66 144 121 8 12.32 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 6.16 5253.66 145 169 5 22.02 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 11.01 9070.49 146 170 5 27.69 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 13.85 9070.49 147 171 5 28.43 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 14.22 9019.41 148 172 5 25.89 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 12.94 0.00 149 172 6 20.01 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.01 2185.41 150 173 6 17.73 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.86 3603.77 151 174 6 18.56 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 9.28 3603.77 152 175 6 15.79 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 7.90 3603.77 153 152 7 14.53 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 7.26 0.00 154 153 7 19.52 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 9.76 1643.36 155 130 8 20.37 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 10.19 1643.36 156 131 8 20.30 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.15 5840.91 157 156 7 19.08 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.54 0.00 158 133 8 14.98 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 7.49 2824.93 159 158 7 17.64 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.82 2824.93 160 159 7 23.74 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 11.87 3703.40 161 160 7 22.50 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 11.25 0.00 162 161 7 15.93 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 7.96 0.00 163 138 8 9.81 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 4.91 0.00 164 139 8 10.53 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 5.27 10923.67 165 164 7 14.77 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 7.38 10923.67 166 142 1 20.01 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 10.00 0.00 167 142 8 18.86 3 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 9.43 0.00 168 143 8 16.04 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 8.02 5253.66

Page 107: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 169 424 7 15.32 2 999 69 0.070 0.075 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 7.66 16533.87 170 169 7 10.92 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 5.46 16533.87 171 170 7 11.85 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.92 16533.87 172 171 7 16.75 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.38 16533.87 173 172 7 14.15 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.08 6496.63 174 173 7 12.31 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 6.15 67.17 175 174 7 18.10 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 9.05 0.00 176 175 7 19.52 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 9.76 2014.81 177 176 7 18.59 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 9.29 2014.81 178 177 7 23.76 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 11.88 1259.93 179 178 7 20.53 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 10.26 1259.93 180 155 8 17.09 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 8.55 0.00 181 156 8 19.05 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.52 0.00 182 157 8 19.72 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.86 0.00 183 158 8 23.82 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 11.91 2824.93 184 159 8 24.39 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 12.20 1166.81 185 160 8 18.69 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.34 1166.81 186 161 8 16.68 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.34 8132.89 187 186 7 11.19 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 5.60 8132.89 188 164 1 9.99 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 4.99 8132.89 189 164 8 16.40 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 8.20 0.00 190 189 7 17.32 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 8.66 0.00 191 166 8 13.71 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 6.86 0.00 192 168 1 14.29 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 7.14 0.00 193 171 1 17.39 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 8.69 16533.87 194 172 1 21.34 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 10.67 16533.87

Page 108: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 195 172 8 16.18 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 8.09 6496.63 196 195 7 10.80 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 5.40 6496.63 197 219 6 18.44 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 9.22 10906.06 198 197 7 20.39 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 10.19 10906.06 199 198 7 19.16 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 9.58 2014.81 200 222 6 21.06 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 10.53 2014.81 201 223 6 20.67 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 10.34 0.00 202 224 6 20.04 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 10.02 0.00 203 225 6 24.48 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 12.24 0.00 204 203 7 27.35 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 13.68 5000.06 205 204 7 23.85 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 11.93 5000.06 206 183 8 17.75 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 8.88 5000.06 207 184 8 15.60 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 7.80 3553.96 208 207 7 18.30 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.15 0.00 209 186 8 14.51 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.25 8132.89 210 187 8 12.11 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.05 8132.89 211 210 7 16.83 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.42 8132.89 212 211 7 16.71 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.36 8132.89 213 190 8 13.81 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 6.91 0.00 214 192 1 15.61 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 7.80 0.00 215 192 8 19.75 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.88 0.00 216 193 1 12.11 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 6.05 0.00 217 194 1 19.01 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 9.50 0.00 218 195 1 16.65 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 8.33 0.00 219 195 8 11.53 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.76 6496.63 220 219 7 13.18 3 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.59 6496.63 221 197 8 17.73 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 8.87 10906.06 222 242 6 19.36 3 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 9.68 10906.06 223 222 7 15.87 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 7.94 10906.06

Page 109: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 224 223 7 17.47 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.73 10906.06 225 224 7 18.24 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.12 10906.06 226 225 7 27.73 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 13.86 5000.06 227 226 7 36.71 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 18.36 5000.06 228 227 7 26.89 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 13.45 0.00 229 249 6 15.57 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 7.78 5000.06 230 229 7 13.61 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 6.80 3289.41 231 207 8 13.92 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 6.96 3289.41 232 231 7 13.82 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 6.91 0.00 233 210 1 10.46 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 5.23 14412.63 234 210 8 13.74 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.87 14412.63 235 234 7 16.52 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.26 8132.89 236 212 8 16.50 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.25 8132.89 237 236 7 17.19 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 8.60 0.00 238 216 8 9.66 2 999 79 0.023 0.082 3 0.010 1.000 0.01 80 0 0 0 0 0 0 1 4.83 0.00 239 219 2 10.51 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 5.25 0.00 240 219 1 12.89 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 6.45 0.00 241 219 8 6.56 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 3.28 6496.63 242 241 7 13.44 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.72 6496.63 243 242 7 21.19 3 999 79 0.023 0.082 3 0.010 1.000 0.01 80 0 0 0 0 0 0 1 10.60 0.00 244 263 6 13.16 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 6.58 10906.06 245 264 6 18.16 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.08 0.00 246 265 6 19.80 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.90 14412.63 247 225 8 24.87 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 12.44 14412.63 248 247 7 33.77 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 16.89 14412.63 249 248 7 29.61 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 14.81 14412.63 250 249 7 19.22 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 9.61 14412.63 251 229 8 11.26 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.63 14412.63 252 271 6 11.70 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 5.85 14412.63

Page 110: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 253 252 7 13.02 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.51 14412.63 254 253 7 12.96 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.48 14412.63 255 274 6 16.50 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 8.25 14412.63 256 275 6 20.23 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 10.12 14412.63 257 276 6 19.14 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.57 0.00 258 277 6 18.47 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.24 0.00 259 258 7 24.57 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 12.28 0.00 260 259 7 16.57 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 8.28 0.00 261 241 1 13.45 3 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 1 6.73 0.00 262 241 8 8.12 2 999 60 0.100 0.082 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 4.06 20903.19 263 262 7 16.30 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 8.15 20903.19 264 263 7 18.98 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 9.49 0.00 265 283 6 25.19 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 12.59 0.00 266 284 6 27.95 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 13.97 0.00 267 285 6 28.52 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 14.26 0.00 268 286 6 34.51 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 17.25 0.00 269 287 6 34.84 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 17.42 0.00 270 288 6 24.80 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 12.40 14412.63 271 289 6 13.46 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 6.73 14412.63 272 290 6 11.08 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 5.54 0.00 273 291 6 19.77 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 9.89 0.00 274 292 6 30.22 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 15.11 0.00 275 293 6 36.70 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 18.35 0.00 276 294 6 41.57 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 20.79 0.00 277 295 6 41.50 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 20.75 0.00 278 296 6 36.62 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 18.31 0.00 279 297 6 33.22 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 16.61 0.00 280 259 8 23.58 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 11.79 0.00 281 262 1 22.89 2 999 75 0.035 0.082 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 11.44 0.00

Page 111: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 282 262 8 18.20 2 999 69 0.070 0.082 3 0.300 0.210 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 9.10 20903.19 283 263 8 8.68 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 4.34 20903.19 284 283 7 13.99 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 7.00 20903.19 285 284 7 22.79 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 11.40 20903.19 286 285 7 33.61 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 16.80 20903.19 287 286 7 46.25 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 23.13 20903.19 288 304 6 54.41 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 27.21 0.00 289 305 6 50.23 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 25.12 0.00 290 306 6 38.60 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.30 0.00 291 307 6 38.39 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.19 0.00 292 308 6 39.41 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.71 0.00 293 309 6 32.14 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 16.07 0.00 294 310 6 29.66 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 14.83 0.00 295 294 7 35.70 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 17.85 0.00 296 312 6 46.34 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 23.17 0.00 297 313 6 58.07 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 29.03 0.00 298 314 6 54.93 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 27.47 0.00 299 315 6 38.17 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 19.09 0.00 300 283 1 31.63 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 15.82 6095.43 301 283 8 20.71 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 6 10.35 20903.19 302 284 8 11.45 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 0 0 0 0 0 0 0 7 5.72 20903.19 303 285 8 14.66 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 7.33 0.00 304 286 8 14.26 2 999 69 0.070 0.278 3 0.300 0.021 0.15 20 0 0 0 0 0 0 7 7.13 20903.19 305 304 7 27.04 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 7 13.52 20903.19 306 305 7 48.26 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 24.13 0.00 307 323 6 52.76 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 26.38 0.00 308 324 6 46.63 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 23.31 0.00 309 325 6 35.92 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 17.96 0.00 310 326 6 26.90 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 13.45 0.00

Page 112: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 311 327 6 17.56 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 8.78 0.00 312 328 6 20.49 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 10.25 0.00 313 329 6 35.21 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 17.61 0.00 314 330 6 56.97 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 28.48 0.00 315 331 6 74.02 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 37.01 0.00 316 332 6 67.82 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 33.91 0.00 317 333 6 34.11 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 17.05 0.00 318 301 1 30.95 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 15.47 6095.43 319 301 8 29.83 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 6 14.91 6095.43 320 302 8 31.52 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 15.76 6095.43 321 304 1 35.66 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 6 17.83 6095.43 322 304 8 29.89 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 14.95 20903.19 323 305 8 7.27 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 3.64 20903.19 324 323 7 16.24 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 8.12 23733.51 325 324 7 16.48 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 8.24 23733.51 326 341 6 17.03 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 8.52 23733.51 327 326 7 26.21 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 13.10 0.00 328 343 6 24.35 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 12.18 0.00 329 344 6 16.51 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 8.26 0.00 330 329 7 21.48 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 10.74 0.00 331 330 7 38.20 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 19.10 3843.62 332 331 7 65.01 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 32.50 3843.62 333 332 7 77.61 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 38.81 0.00 334 333 7 38.46 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 19.23 0.00 335 319 1 36.05 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 18.02 0.00 336 320 1 42.82 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 21.41 0.00 337 320 8 45.28 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 22.64 6095.43 338 322 1 47.15 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 23.58 0.00 339 323 1 47.77 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 23.88 0.00

Page 113: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 340 323 8 31.82 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 15.91 23733.51 341 324 8 27.55 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 13.78 23733.51 342 341 7 20.53 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 10.27 23733.51 343 326 8 13.88 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 6.94 23733.51 344 343 7 21.68 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 10.84 23733.51 345 344 7 18.65 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 9.32 23733.51 346 329 8 18.87 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 9.43 22970.68 347 346 7 19.51 2 999 72 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 9.75 22970.68 348 347 7 44.86 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 22.43 3843.62 349 348 7 74.85 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 37.43 3843.62 350 349 7 55.71 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 27.85 0.00 351 337 1 30.39 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 15.19 0.00 352 339 2 30.32 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 15.16 0.00 353 339 1 51.60 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 25.80 0.00 354 340 1 66.65 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 33.33 0.00 355 341 1 63.97 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 31.98 0.00 356 341 8 45.02 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 22.51 0.00 357 343 1 28.50 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 14.25 6133.02 358 344 1 34.20 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 17.10 0.00 359 344 8 28.28 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 14.14 0.00 360 346 1 25.82 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 12.91 3574.23 361 347 1 24.76 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 12.38 22970.68 362 347 8 37.51 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 7 18.76 22970.68 363 362 7 75.19 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 37.60 22970.68 364 363 7 74.59 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 37.29 0.00 365 364 7 32.43 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 16.22 0.00 366 354 1 48.12 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 24.06 0.00 367 355 1 54.61 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 27.30 0.00 368 356 1 54.48 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 27.24 6133.02

Page 114: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 369 357 1 34.77 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 17.39 6133.02 370 357 8 29.06 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 14.53 0.00 371 370 7 18.46 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 9.23 0.00 372 359 8 13.53 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 6.77 3574.23 373 360 8 15.29 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 7.64 0.00 374 362 1 35.82 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 17.91 0.00 375 362 8 73.19 2 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 36.59 0.00 376 375 7 79.01 3 999 75 0.035 0.278 3 0.010 0.013 0.29 80 0 0 0 0 0 0 1 39.50 0.00 377 376 7 38.36 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.18 0.00 378 369 2 43.05 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 21.53 6133.02 379 369 1 36.99 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 18.50 6133.02 380 369 8 23.92 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 11.96 0.00 381 370 8 16.04 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 8.02 0.00 382 372 1 13.56 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 6.78 3574.23 383 372 8 18.26 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 9.13 0.00 384 383 7 38.22 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.11 0.00 385 384 7 66.04 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 33.02 0.00 386 385 7 73.31 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 36.66 0.00 387 388 3 30.59 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 15.30 0.00 388 379 1 34.54 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 7 17.27 6133.02 389 379 8 14.35 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 7.17 0.00 390 381 1 12.80 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 6.40 0.00 391 381 8 14.12 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 7.06 0.00 392 383 1 16.64 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 8.32 0.00 393 383 8 37.66 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 18.83 0.00 394 393 7 59.40 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 29.70 0.00 395 394 7 57.25 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 28.63 0.00 396 388 1 38.71 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.36 0.00 397 389 1 23.49 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 11.75 0.00

Page 115: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan)

C RC FD SL SS LS CN n K T C P SCC COD FL FA PI PS GS IF CI CS CL 398 389 8 13.04 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 6.52 0.00 399 390 8 11.47 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 5.73 0.00 400 391 8 13.46 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 6.73 0.00 401 392 8 39.29 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 19.64 0.00 402 401 7 49.31 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 24.65 0.00 403 396 2 12.07 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 6.03 0.00 404 396 1 31.52 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 15.76 0.00 405 397 1 39.58 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 19.79 0.00 406 398 1 28.21 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 14.11 0.00 407 398 8 19.69 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 9.84 0.00 408 399 8 25.23 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 12.62 0.00 409 401 1 49.01 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 24.50 0.00 410 409 7 37.17 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 18.58 0.00 411 405 2 22.16 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 6 11.08 8723.85 412 405 1 47.14 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 23.57 0.00 413 406 1 60.59 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 30.30 0.00 414 40 1 44.50 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 22.25 0.00 415 407 8 42.49 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 21.24 0.00 416 409 1 43.80 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 21.90 0.00 417 413 2 29.87 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 14.94 0.00 418 413 1 55.29 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 27.65 0.00 419 414 1 54.92 2 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 27.46 0.00 420 415 1 54.67 2 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 27.34 0.00 421 415 8 34.09 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 17.04 0.00 422 419 1 31.89 3 999 72 0.030 0.278 3 0.700 0.209 0.29 60 0 0 0 0 0 0 1 15.94 0.00 423 420 1 51.02 3 999 60 0.100 0.278 3 0.001 1.000 0.59 65 0 0 0 0 0 0 1 25.51 0.00

Page 116: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 7 (sambungan) Keterangan: C = Nomor sel K = Faktor erodibilitas tanah PS = Point source indicator RC = Sel penerima C = Faktor pengelolaan tanah GS = Sumber erosi tambahan FD = Arah aliran P = Faktor teknik konservasi tanah COD = Kebutuhan Oksigen kimiawi CN = Bilangan kurva aliran permukaan SCC = Konstanta kondisi permukaan IF = Indikator impoundment SL = Kemiringan lereng T = Tekstur CI = Indikator saluran SS = Bentuk lereng FL = Indikator penggunaan pupuk CS = Kemiringan lereng saluran LS = Panjang lereng FA = Ketersediaan pupuk pada permukaan tanah CL = Panjang saluran N = Koefisien kekasaran Manning PI = Indikator penggunaan pestisida

Page 117: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 8 Contoh Hasil Keluaran Model AGNPS

Episode 1 Januari Watershed Summary Watershed Studied DTA Jeneberang The area of the watershed is 16920 acres The area of each cell is 40.00 acres The characteristic storm precipitation is 1.30 inches The storm energy-intensity value is 26 Values at the Watershed Outlet Cell number 169 000 Runoff volume 0.0 inches Peak runoff rate 113 cfs Total Nitrogen in sediment 2.87 lbs/acre Total soluble Nitrogen in runoff 0.01 lbs/acre Soluble Nitrogen concentration in runoff 0.99 ppm Total Phosphorus in sediment 1.43 lbs/acre Total soluble Phosphorus in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Phosphorus concentration in runoff 0.05 ppm Total soluble chemical oxygen demand 0.55 lbs/acre Soluble chemical oxygen demand concentration in runoff 64 ppm Sediment Analysis Area Weighted Area Erosion Delivery Enrichment Mean Weighted Particle Upland Channel Ratio Ratio Concentration Yield Yield type (t/a) (t/a) (%) (ppm) (t/a) (tons) _________________________________________________________________________ CLAY 1.16 0.00 64 10 172358.40 0.74 12568.0 SILT 0.70 0.00 0 0 59.18 0.00 4.3 SAGG 6.62 0.00 0 0 32.00 0.00 2.3 LAGG 2.90 0.00 0 0 26.67 0.00 1.9 SAND 0.23 0.00 0 0 8.30 0.00 0.6 TOTAL 11.61 0.00 6 1 172484.50 0.74 12577.2

Episode 2 Januari Watershed Summary Watershed Studied DTA Jeneberang The area of the watershed is 16920 acres The area of each cell is 40.00 acres The characteristic storm precipitation is 0.70 inches The storm energy-intensity value is 10 Values at the Watershed Outlet Cell number 169 000 Runoff volume 0.0 inches Peak runoff rate 1 cfs Total Nitrogen in sediment 0.00 lbs/acre Total soluble Nitrogen in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Nitrogen concentration in runoff 1.20 ppm Total Phosphorus in sediment 0.00 lbs/acre Total soluble Phosphorus in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Phosphorus concentration in runoff 0.05 ppm Total soluble chemical oxygen demand 0.00 lbs/acre Soluble chemical oxygen demand concentration in runoff 69 ppm

Page 118: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 8 (sambungan) Sediment Analysis Area Weighted Area Erosion Delivery Enrichment Mean Weighted Particle Upland Channel Ratio Ratio Concentration Yield Yield type (t/a) (t/a) (%) (ppm) (t/a) (tons) _________________________________________________________________________ CLAY 0.43 0.00 0 9 5488.81 0.00 1.9 SILT 0.26 0.00 0 0 143.88 0.00 0.1 SAGG 2.48 0.00 0 0 246.53 0.00 0.1 LAGG 1.09 0.00 0 0 337.43 0.00 0.1 SAND 0.09 0.00 0 1 105.73 0.00 0.0 TOTAL 4.35 0.00 0 1 6322.39 0.00 2.2

Episode 3 Januari Watershed Summary Watershed Studied DTA Jeneberang The area of the watershed is 16920 acres The area of each cell is 40.00 acres The characteristic storm precipitation is 0.40 inches The storm energy-intensity value is 3 Values at the Watershed Outlet Cell number 169 000 Runoff volume 0.0 inches Peak runoff rate 0 cfs Total Nitrogen in sediment 0.00 lbs/acre Total soluble Nitrogen in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Nitrogen concentration in runoff 1.65 ppm Total Phosphorus in sediment 0.00 lbs/acre Total soluble Phosphorus in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Phosphorus concentration in runoff 0.05 ppm Total soluble chemical oxygen demand 0.00 lbs/acre Soluble chemical oxygen demand concentration in runoff 60 ppm Sediment Analysis Area Weighted Area Erosion Delivery Enrichment Mean Weighted Particle Upland Channel Ratio Ratio Concentration Yield Yield type (t/a) (t/a) (%) (ppm) (t/a) (tons) _________________________________________________________________________ CLAY 0.13 0.00 0 6 1572.90 0.00 0.3 SILT 0.08 0.00 0 1 133.53 0.00 0.0 SAGG 0.77 0.00 0 0 190.69 0.00 0.0 LAGG 0.34 0.00 0 1 450.60 0.00 0.1 SAND 0.03 0.00 0 3 141.19 0.00 0.0 TOTAL 1.35 0.00 0 1 2488.91 0.00 0.5

Page 119: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 8 (sambungan)

Episode 1 Februari Watershed Summary Watershed Studied DTA Jeneberang The area of the watershed is 16920 acres The area of each cell is 40.00 acres The characteristic storm precipitation is 0.40 inches The storm energy-intensity value is 3 Values at the Watershed Outlet Cell number 169 000 Runoff volume 0.0 inches Peak runoff rate 0 cfs Total Nitrogen in sediment 0.00 lbs/acre Total soluble Nitrogen in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Nitrogen concentration in runoff 1.65 ppm Total Phosphorus in sediment 0.00 lbs/acre Total soluble Phosphorus in runoff 0.00 lbs/acre Soluble Phosphorus concentration in runoff 0.05 ppm Total soluble chemical oxygen demand 0.00 lbs/acre Soluble chemical oxygen demand concentration in runoff 60 ppm Sediment Analysis Area Weighted Area Erosion Delivery Enrichment Mean Weighted Particle Upland Channel Ratio Ratio Concentration Yield Yield type (t/a) (t/a) (%) (ppm) (t/a) (tons) _________________________________________________________________________ CLAY 0.11 0.00 0 6 1330.95 0.00 0.3 SILT 0.07 0.00 0 1 129.13 0.00 0.0 SAGG 0.64 0.00 0 0 180.90 0.00 0.0 LAGG 0.28 0.00 0 1 450.60 0.00 0.1 SAND 0.02 0.00 0 3 141.19 0.00 0.0 TOTAL 1.12 0.00 0 1 2232.76 0.00 0.4

Page 120: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 9 Hasil Analisis Model Regresi Keluaran Minitab ————— 10/5/2007 12:39:52 PM —————————————————— Correlations: Q (m^3/s), CH (mm) Pearson correlation of Q (m^3/s) and CH (mm) = 0.925 P-Value = 0.000 Regression Analysis: Log-Q versus Log-CH The regression equation is Log-Q = - 0.797 + 0.684 Log-CH Q = 0.159 CH0.68 363 cases used, 3 cases contain missing values Predictor Coef SE Coef T P Constant -0.79694 0.01401 -56.89 0.000 Log-CH 0.68418 0.01733 39.48 0.000 S = 0.180159 R-Sq = 81.2% R-Sq(adj) = 81.1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 50.602 50.602 1559.05 0.000 Residual Error 361 11.717 0.032 Total 362 62.319 Unusual Observations Obs Log-CH Log-Q Fit SE Fit Residual St Resid 7 0.54 -0.06048 -0.42854 0.00951 0.36806 2.05R 55 0.12 -1.18709 -0.71489 0.01255 -0.47219 -2.63R 56 0.65 0.03782 -0.35002 0.00951 0.38784 2.16R 165 -0.87 -0.90309 -1.38976 0.02706 0.48667 2.73RX 167 -1.35 -1.30103 -1.71839 0.03497 0.41736 2.36RX 178 -1.04 -1.18709 -1.50914 0.02991 0.32206 1.81 X 181 -0.05 -1.19382 -0.83425 0.01472 -0.35957 -2.00R 183 0.23 -1.07058 -0.64243 0.01143 -0.42815 -2.38R 185 -0.84 -0.98716 -1.37072 0.02660 0.38355 2.15RX 201 -0.74 -1.05061 -1.30318 0.02501 0.25257 1.42 X 202 -0.01 -1.22185 -0.80507 0.01416 -0.41678 -2.32R 203 -0.66 -1.20761 -1.24955 0.02376 0.04195 0.23 X 205 0.16 -1.20066 -0.68756 0.01211 -0.51310 -2.85R 242 -0.74 -0.86646 -1.30318 0.02501 0.43672 2.45RX 253 -0.74 -0.68613 -1.30318 0.02501 0.61705 3.46RX 259 -0.44 -0.67366 -1.09722 0.02028 0.42356 2.37R 260 -0.44 -0.67985 -1.09722 0.02028 0.41737 2.33R 262 0.51 -0.85699 -0.44965 0.00958 -0.40733 -2.26R 266 0.56 -0.84164 -0.41558 0.00948 -0.42606 -2.37R 269 0.44 -0.86328 -0.49484 0.00983 -0.36844 -2.05R 275 0.71 -0.69250 -0.31335 0.00965 -0.37915 -2.11R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Page 121: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 9 (sambungan) ————— 11/17/2007 12:27:59 AM ———————————————— Correlations: Log QpMod., Log QpLap. Pearson correlation of Log QpMod. and Log QpLap. = 0.894 P-Value = 0.000 Regression Analysis: Log QpLap. versus Log QpMod. The regression equation is Log QpLap. = 0.239 + 0.679 Log QpMod. 363 cases used, 3 cases contain missing values Predictor Coef SE Coef T P Constant 0.23924 0.01926 12.42 0.000 Log QpMod. 0.67941 0.01795 37.85 0.000 S = 0.186393 R-Sq = 79.9% R-Sq(adj) = 79.8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 49.783 49.783 1432.91 0.000 Residual Error 361 12.542 0.035 Total 362 62.325 Unusual Observations Log Obs QpMod. Log QpLap. Fit SE Fit Residual St Resid 1 1.76 0.51413 1.43502 0.04916 -0.92089 -5.12RX 55 -1.39 -1.18867 -0.70579 0.01288 -0.48288 -2.60R 56 -0.87 0.03792 -0.35490 0.00982 0.39282 2.11R 165 -2.35 -0.90341 -1.35414 0.02731 0.45074 2.44RX 167 -2.81 -1.30476 -1.66811 0.03518 0.36335 1.99 X 178 -2.52 -1.18630 -1.47002 0.03019 0.28372 1.54 X 181 -1.56 -1.19648 -0.82068 0.01503 -0.37580 -2.02R 183 -1.29 -1.07058 -0.63617 0.01176 -0.43441 -2.34R 185 -2.32 -0.98651 -1.33570 0.02686 0.34919 1.89 X 201 -2.22 -1.04879 -1.27193 0.02530 0.22313 1.21 X 202 -1.52 -1.22449 -0.79264 0.01447 -0.43185 -2.32R 203 -2.15 -1.21023 -1.21982 0.02403 0.00960 0.05 X 205 -1.35 -1.19772 -0.67945 0.01244 -0.51827 -2.79R 242 -2.22 -0.86786 -1.27193 0.02530 0.40407 2.19RX 253 -2.22 -0.68634 -1.27193 0.02530 0.58558 3.17RX 259 -1.93 -0.67331 -1.07384 0.02057 0.40053 2.16R 260 -1.93 -0.67897 -1.07384 0.02057 0.39487 2.13R 262 -1.02 -0.85676 -0.45071 0.00992 -0.40605 -2.18R 266 -0.97 -0.84177 -0.41795 0.00981 -0.42382 -2.28R 275 -0.82 -0.69217 -0.31964 0.00995 -0.37253 -2.00R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Page 122: ANALISIS PENDUGAAN EROSI, SEDIMENTASI, DAN ALIRAN ... · dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui akurasi model AGNPS dalam menduga

Lampiran 9 (sambungan) ————— 11/17/2007 12:27:07 AM —————————————————— Correlations: Log QsLap., Log QsMod Pearson correlation of Log QsLap. and Log QsMod = 0.905 P-Value = 0.013 Regression Analysis: Log QsLap. versus Log QsMod The regression equation is Log QsLap. = 0.230 + 0.382 Log QsMod 6 cases used, 360 cases contain missing values Predictor Coef SE Coef T P Constant 0.2300 0.1427 1.61 0.182 Log QsMod 0.38162 0.08974 4.25 0.013 S = 0.228457 R-Sq = 81.9% R-Sq(adj) = 77.4% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 0.94394 0.94394 18.09 0.013 Residual Error 4 0.20877 0.05219 Total 5 1.15271