erosi dan sedimentasi pada sub das air betung kota …

9
Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2 Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 16 EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA PAGAR ALAM BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Yogi Pratama 1 , Lily Endah Diansari 2 Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam 12 Jalan Masik Siagim No. 75 Simpang Bacang Dempo Tengah Kota Pagar Alam Sur-el: [email protected] Abstrak : Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang menerima air hujan untuk kemudian mengalirkannya kembali melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus perencanaan pengolaan DAS karena selain fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai daerah tangkapan air juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah hilir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat laju Erosi dan Sedimentasi yang ada pada Sub DAS Air Betung. Analisis Erosi dan Sedimentasi dengan menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, Indeks Erosivitas Hujan (R), Indeks Erodibilitas Tanah (K), Panjang dan Kemiringan Lereng (LS), Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Penilaian Faktor Konservasi Lahan (CP). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USLE dan didekati dengan ILWIS 3.3 menunjukkan bahwa nilai erosi yaitu sebesar 54.565,73 ton/ha/thn. Dari hasil pengukuran di Lapangan besar sedimen melayang yang terjadi pada Sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram dalam 2L air dengan Debit 5,25 m 3 /detik. Kata kunci : Erosi, Sedimentasi, Sub DAS Betung, SIG Abstract : Watershed Area is a land area that receives rain water to then flow it back through one main river to downstream. Watershed section upstream is often the focus of watershed management planning because in addition to its, as acatchment, there are alsonbiophsical links to downstream areas. This study aims to determine the level of erosion and sedimentation in Air Betung sub-watershed. Erosion and sedimentation analysis used the formula USLE (Universal Soil Loss Equation) which was influenced by faktors such as, rain erosion index (R), soil erodibility index (K), slope length and slop (LS), management factor values safe and assement of land coversation factors (CP). Based on the result of the analysis with using the USLE method and approached with ILWIS 3.3 showed that value erosion was 54,565.73 tons/ha/year. From the results of measurements in the large sediment field hovering that occured in Betung sub-watershed was 1.26 grams in 2L water with debit 5.25m 3 /sec. Keywords : Erosion Sedimentation ,Betung sub-watershed, GIS 1.1 PENDAHULUAN Air dan tanah memiliki keterkaitan yang sangat erat, pada saat air hujan sampai ke permukaan bumi, sebagian akan masuk ke dalam tanah (Iinfiltrasi) untuk menjadi bagian dari air tanah (groundwater), sedangkan air hujan yang tidak terserap tanah akan menjadi aliran permukaan (run-off). Tidak semua air infiltrasi mengalir ke sungai atau tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian yang yang tetap tinggal dalam lapisan bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporation) dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpiration) (Asdak, 2001). Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang menrima air hujan

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 16

EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA

PAGAR ALAM BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam12

Jalan Masik Siagim No. 75 Simpang Bacang Dempo Tengah Kota Pagar Alam

Sur-el: [email protected]

Abstrak : Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang menerima air hujan untuk

kemudian mengalirkannya kembali melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS bagian hulu seringkali

menjadi fokus perencanaan pengolaan DAS karena selain fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai

daerah tangkapan air juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah hilir. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat laju Erosi dan Sedimentasi yang ada pada Sub DAS Air Betung. Analisis Erosi dan

Sedimentasi dengan menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation) yang dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti, Indeks Erosivitas Hujan (R), Indeks Erodibilitas Tanah (K), Panjang dan Kemiringan

Lereng (LS), Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Penilaian Faktor Konservasi Lahan (CP).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USLE dan didekati dengan ILWIS 3.3

menunjukkan bahwa nilai erosi yaitu sebesar 54.565,73 ton/ha/thn. Dari hasil pengukuran di Lapangan

besar sedimen melayang yang terjadi pada Sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram dalam 2L air dengan

Debit 5,25 m3/detik.

Kata kunci : Erosi, Sedimentasi, Sub DAS Betung, SIG

Abstract : Watershed Area is a land area that receives rain water to then flow it back through one main

river to downstream. Watershed section upstream is often the focus of watershed management planning

because in addition to its, as acatchment, there are alsonbiophsical links to downstream areas. This study

aims to determine the level of erosion and sedimentation in Air Betung sub-watershed. Erosion and

sedimentation analysis used the formula USLE (Universal Soil Loss Equation) which was influenced by

faktors such as, rain erosion index (R), soil erodibility index (K), slope length and slop (LS), management

factor values safe and assement of land coversation factors (CP). Based on the result of the analysis with

using the USLE method and approached with ILWIS 3.3 showed that value erosion was 54,565.73

tons/ha/year. From the results of measurements in the large sediment field hovering that occured in

Betung sub-watershed was 1.26 grams in 2L water with debit 5.25m3/sec.

Keywords : Erosion Sedimentation ,Betung sub-watershed, GIS

1.1 PENDAHULUAN Air dan tanah memiliki keterkaitan yang

sangat erat, pada saat air hujan sampai ke

permukaan bumi, sebagian akan masuk ke

dalam tanah (Iinfiltrasi) untuk menjadi bagian

dari air tanah (groundwater), sedangkan air

hujan yang tidak terserap tanah akan menjadi

aliran permukaan (run-off). Tidak semua air

infiltrasi mengalir ke sungai atau tampungan air

lainnya, melainkan ada sebagian yang yang tetap

tinggal dalam lapisan bagian atas (top soil)

untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer

melalui permukaan tanah (evaporation) dan

melalui permukaan tajuk vegetasi

(transpiration) (Asdak, 2001).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan

suatu wilayah daratan yang menrima air hujan

Page 2: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 17

untuk kemudian mengalirkannya kembali

melalui satu sungai utama menuju kehilir. DAS

bagian hulu seringkali menjadi fokus

perencanaan pengolaan DAS karena selai

fungsinya yang sangat penting yaitu sebagai

daerah tangkapan air (Water Catchment Area)

juga adanya berkaitan biofisik dengan daerah

hilir. Sebagai bentuk kerusakan yang terjadi di

daerah hulu pada akhirnya tidak hanya akan

membawa dampak bagi daerah hulu saja namun

akhirnya juga berdampak pada daerah tengah

dan terutama daerah hilir. Kerusakan di Daerah

Airan Sungai (DAS) pada umumnya disebabkan

karena perubahan lahan yang tidak terkendali di

bagian hulu DAS sehingga mengakibatkan

terjadinya perubahan siklus hidrologi di DAS

tersebut (Arini, 2007).

Proses sedimentasi meliputi proses

erosi, angkutan (transport), pengendapan

(deposition) dan pemadatan dari sedimen itu

sendiri. Dimulai dari jatuhnya hujan yang

menghasilkan energi kinetik yang merupakan

pemulaan dari proses erosi. Begitulah tanah

menjadi partikel halus, lalu menggelinding

bersama aliran, sebagian akan tertinggal diatas

tanah sedangkan bagian yang lainnya masuk ke

saluran drainase terbawa aliran menjadi

sedimen. Sedimentasi yang terjadi menyebabkan

saluran menjadi dangkal dan mapasitas saluran

berkurang sehingga tidak dapat menampung lagi

debit limpasan yang terjadi (Fitriyah et al.,

2014)

Berdasarkan permasalahan di atas maka

muncul rumusan masalah yaitu bagaimana cara

mengetahui tingkat laju erosi dan sedimentasi

yang ada di Sub DAS Air Betung?

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui

tingkat laju erosi dan sedimentasi yang ada pada

Sub DAS Air Betung.

Berdasarkan rumusan masalah diatas

serta untuk memperoleh hasil yang lebih akurat

dalam studi ini, maka perlu diberikan batasan

masalah sebagai berikut:

Lokasi yang di teliti adalah sebatas Sub DAS

Air Betung

Menggunakan metode USLE (Universal Soil

Loss Equation) dalam menganalis perkiraan

besarnya erosi.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan

suatu informasi baru terkait dengan besaran laju

erosi, tingkat bahaya erosi dan endapan lahan

pada Sub DAS Air Betung.

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan dalam rencana

pengelolaan dan konservasi Daerah Masalah

Aliran Sungai (DAS) Air betung.

II. METODELOGI PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di sub DAS Air

Betung Kota Pagar Alam.

Berikut adalah lokasi daerah penelitian:

2.2 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Peta topografi skala 1:50.000 sub DAS

Air Betung yang diperoleh dari Dinas

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

(PUPR).

b. Data curah hujan tahunan dalam periode

(2010-2019) pada stasiun pencatat curah

hujan PTPN VII Kota Pagar Alam, stasiun

pencatat curah hujan stasiun Jarai

Kabupaten Lahat.

c. Peta jenis tanah skala 1:50.000 di peroleh

dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (2016)

d. Peta data guna lahan skala 1:50.000 yang

diperoleh dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (2016).

2.3 Metodologi dan Analisis

Analisis Erosi dan Sedimentasi dengan

menggunakan rumus USLE (Universal Soil

Loss Equation). Adapun kebutuhan data dalam

persamaan ini adalah:

a. Peta Indeks Erosivitas Hujan (R)

Data curah hujan yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan data curah

hujan tahunan. Kemudian dihitung dengan

menggunakan persamaan (2.6), dari hasil

hitungan untuk mendapatkan sebaran

indeks erosivitas hujan dilakukan dengan

pendekatan SIG.

b. Peta Indeks Erodibilitas Tanah (K)

Page 3: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 18

Untuk menentukan faktor erodibilitas

tanah atau nilai faktor (K) didapat jenis

tanah pada daerah penelitian. Nilai K

dihitung berdasarkan data jenis tanah

DAS Air Betung, selanjutnya dibuat peta

indeks erodibilitas tanah dengan

pendekatan SIG.

c. Peta Indeks panjang dan kemiringan

lereng (LS)

Nilai Panjang dan Kemiringan Lereng

(LS) didapat dari hasil analisis topografi

dengan skala 1:50000 kemudian dibuat

ukuran pixel 25m x 25m. Selanjutnya,

dibuat peta LS dan untuk menghasilkan

nilai LS.

d. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Faktor pengelolaan tanaman (C)

merupakan pengaruh pengelolaan lahan

yang terjadi pada kawasan yang ditinjau

terhadap erosi yang terjadi.

e. Nilai faktor konservasi lahan (P)

Faktor konservasi berpengaruh pada

pengolaan lahan pada kawasan yang di

tinjau terhadap erosi yang terjadi. Nilai P

dihitung kemudian di hitung luas tiap

lahan dan di cari nilai P untuk tiap lahan

pada catchment area DAS Air Betung.

f. Besarnya erosi dengan persamaan USLE

(Universal Soil Loss Equation)

Setelah nilai-nilai di atas didapat, maka

besarnya erosi erosi dapat dihitung

dengan persamaan USLE (Universal Soil

Loss Equation)

g. Prakiraan Besarnya Sedimentasi

Analisis prakiraan besarnya sedimen

dihitung berdasarkan data yang sudah di

dapat .

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengetahui

erosi dan sedimentasi yang terjadi pada Sub

DAS Air Betung dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan Universal Soil Loss

Equation (USLE) sebagai model pengukuran

dan prediksi erosi dan sedimentasi. Dalam

pembuatan peta digunakan teknologi Sistem

Informasi Geografi (SIG). Data yang

diperlukan dalam penelitian ini yaitu berupa,

data curah hujan tahunan , data jenis tanah, dan

data penggunaan lahan.

3.1.1 Data Curah Hujan

Erosivitas hujan tahunan dihitung melalui

persamaan yang di kembangkan Lenvain

(1975) dalam Banuwa (2013) dengan rumus:

R = 2,21xCH^1,36

Dimana :

R adalah indeks erosivitas hujan

CH adalah curah hujan rata-rata (cm)

Komponen erosivitas hujan pada daerah

penelitian, yaitu data curah hujan selama 10

tahun terakhir (dari 2010-2019) didapat pada

dua Stasiun penakar hujan PTPN VII dan

Stasiun curah hujan Jarai. Setelah dilakukan

perhitungan di peroleh nilai erosivitas hujan

sehingga bisa terlihat berapa nilai indeks

erosivitas hujan yang menjadi faktor penentu

besarnya erosi dan sedimentasi yang terjadi

pada daerah

penelitian tersebut. Dibawah ini adalah tabel

curah hujan tahunan dari kedua stasiun tersebut.

Tabel 1. Curah Hujan 2010-2019

Tahun

stasiun

PTPN

VII

JARAI

2010 3847

2517,5

2011 1698

2342,4

2012 2013

2298,1

2013 4155

2616,5

2014 2968

1849

2015 2550

2256

2016 3788

3712

2017 2325

2475,5

2018 2413

2516,5

2019 2335

2517,5

Jumlah 28092

25101

Rata-

Rata 5107,64

4563,82

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan

bahwa jumlah curah hujan tertinggi pada stasiun

PTPN VII terjadi pada tahun 2016 sebesar 4155

mm. Pada stasiun hujan Jarai curah hujan

tertinggi yaitu pada tahun 2016 sebesar 2616,5

Jumlah rata-rata curah hujan tahunan pada

stasiun PTPN VII adalah 5107,636 mm, pada

stasiun Jarai 4563,82 mm Nilai curah hujan

tahunan inilah yang di interpolasi menjadi peta

indeks erosivitas hujan.

Page 4: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 19

3.1.2 Topografi

Kemiringan dan panjang lereng

merupakan dua variabel topografi yang

paling berpengaruh dalam analisis erosi dan

sedimentasi. Kedua faktor tersebut penting

untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor

tersebut menentukan besarnya kecepatan dan

volume air larian. Kecepatan air larian

ditentukan oleh kemiringan lereng dan

panjang kelerengan yang terkonsentrasi pada

saluran-saluran sempit yang mempunyai

potensi besar untuk terjadinya erosi dan

sedimentasi.

Gambar 1. Peta Tofografi SUB DAS Air

Betung

3.1.3 Data Jenis Tanah

Data jenis tanah didapat dari hasil

analisa dengan menggunakan pendekatan

illwis 3.3. sehingga menghasilkan suatu

tampilan gambar Sub DAS yang diteliti

lengkap dengan data jenis tanah, tekstur,

permeabilitas, Sehingga nantinya nilai tingkat

erodibilitas tanah dapat dilihat pada peta dan

merujuk pada tabel yang terdapat pada

pembahasan. Berikut adalah tampilan peta

jenis tanah

Gambar 2. Jenis Tanah

Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah

diatas, ada beberapa jenis tanah yang terdapat

pada sub DAS Air Betung Kota Pagar Alam

antara lain,litosol coklat,andosol coklat B

,latosol coklat dan regosol,andosol coklat,

latosol coklat kemerahan.

3.1.4 Data Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan didapat dari

analisis melalui data attribute pada peta tata

guna lahan lalu dibuat peta penggunaan lahan

dengan menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.

Berikut adalah tampilan peta penggunaan

lahan.

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan SUB

DAS Air Betung

3.1.5 Pengukuran Sedimen Melayang

Dari analisis pengukuran sedimen

melayang Untuk menghitung besaran sedimen

yang mengendap di dalam sub DAS Air

Betung, Pengukuran hasil sedimen secara

langsung pada sub DAS Air Betung dilakukan

dengan menggunakan botol. Pengukuran hasil

sedimen yang diintegrasikan dengan

pengukuran kecepatan aliran sungai (untuk

menghitung debit) pada variasi ketinggian

muka air sungai dari sub DAS Air Betung Dari

kedua pengukuran tersebut (debit dan sedimen)

akan diperoleh grafik, pengukuran tersebut

diperoleh data kecepatan arus sungai yang

diukur. Data kecepatan arus sungai digunakan

untuk menghitung besarnya debit air yang ada,

dengan mengukur penampang basah sungainya

terlebih dahulu. Kemudian dilakukan

pengambilan sampel air. Dengan botol sampler

dengan ukuran 500 ml, berikut adalah grafik

sedimen

Page 5: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 20

Tabel 2. Perhitungan Q dan H

Waktu

(tinggi

muka

air/m)

(Debit

m³/detik)

08.00

1,17 4,47

09.00

1,08 4,41

10.00

1,03 4,3

11.00

0,99 4,28

12.00

0,92 4,02

13.00

0,99 3,94

14.00

1,07 4,19

15.00

1,05 4,31

16.00

1,06 4,45

17.00 1,17 5,25

Gambar 4. Grafik Perhitungan Nilai Q

Berdasarkan nilai pada masing-masing titik

pengukuran, dengan menghubungkan debit

aliran sungai dengan tinggi muka air maka

didapatlah grafik perhitungan nilai Q dengan

nilai R sebesar 0,6101.

Tabel 3. Paramater statistik data debit

Sedimen

waktu Debit

sungai

Sedimen

(gram)

08.00 4,47 0,5257

09.00 4,41 0,4826

10.00 4,3 0,4037

11.00 4,28 0,3894

12.00 4,02 0,2028

13.00 3,94 0,1455

14.00 4,19 0,3248

15.00 4,31 0,4109

16.00 4,45 0,5113

17.00 5,25 1,0853

jumlah sedimen (gram) 4,482

Gambar 5. Grafik Perhitungan Sedimen

Laju sedimentasi, selain dipengaruhi oleh

ukuran partikel sedimen, juga dipengaruhi oleh

debit yang melewati titik pengukuran tersebut,

dimana debit aliran merupakan fungsi dari

kedalaman aliran maka dari hasil perhitungan

nilai debit aliran sungai. Didapat nilai jumlah

sedimen sebesar 0,6811 dengan kategori nilai

sedimen sedang.

3.2 Analisis Data

3.2.1 Analisis Metode indeks Erodibilitas

CH (EI30)

Berikut adalah nilai EI30 dengan

menggunakan data hujan bulanan yang

dihitung dengan persamaan lenvain.

Tabel 4. Perhitungan Nilai LH (EI30)

Setelah dilakukan perhitungan rencana hujan

dengan menggunakan, perhitungan Hujan

bulanan, maka dipilih satu metode dengan hasil

yang paling rasional. Maka yang digunakan

adalah hasil perhitungan dengan menggunakan

data curah hujan bulan dalam kurun waktu 10

y = 4,1774x0,8219

R² = 0,6101

3,80

4,00

4,20

4,40

4,60

4,80

5,00

0,00 0,50 1,00 1,50

Q (m3/det)

Q(m3/det)

y = 0,7174x - 2,6811

R² = 0,6869

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

0 2 4 6Jum

lah s

edim

en (

gra

m)

Debit (m/detik)

Sedimen (gram)

jarai ptpn VII Mm Cm ch(EI30)

2010 2517,5 3847 3182,25 318,225 5573,67

2011 2342,4 1698 2020,2 202,02 3004,41

2012 2298,1 2013 2155,55 215,555 3281,42

2013 2616,5 4155 3385,75 338,575 6063,92

2014 1849 2968 2408,5 240,85 3815,91

2015 2256 2550 2403 240,3 3804,06

2016 3712 3788 3750 375 6967,95

2017 2475,5 2325 2400,25 240,025 3798,14

2018 2516,5 2413 2464,75 246,475 3937,62

2019 2517,5 2335 2426,25 242,625 3854,21

Jumlah 4410,13

TAHUN STASIUN

Page 6: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 21

tahun yang kemudian di interval dengan

menggunakan pesamaan lenvain Berikut

dibawah ini adalah peta sebaran indeks

erosivitas hujan pada Sub DAS Air Betung.

Gambar 6. Peta sebaran indeks erosivitas

hujan pada Sub DAS Air Betung

3.2.2 Analisis Indeks Erodibilitas Tanah

(K)

Berdasarkan hasil analisis peta jenis tanah

pada SUB Das Air Betung termasuk kawasan

yang memiliki jenis tanah latosol coklat

kemerahan. Tanah latosol secara umum

memiliki bahan induk berupa batuan vulkanik

bersifat intermedier. Tanah jenis ini berkategori

tanah agak tinggi, dan memiliki kepekaan

terhadap erosi rendah. Berikut dibawah ini

adalah peta nilai indeks erodibilitas tanah pada

sub DAS Air Betung.

Gambar 7. Peta nilai indeks erodibilitas

tanah pada sub DAS Air Betung.

3.2.3 Analisis Panjang Lereng (LS)

Nilai panjang dan kemiringan lereng

(LS) didapat dari hasil analisis topografi

dengan pendekatan aplikasi ILWIS 3.3.

Berikut adalah tabel hasil pengukuran panjang

dan kemiringan lereng pada sub DAS Air

Betung.

Tabel 5. Nilai LS Sub DAS Betung

Kelas

Lereng Keterangan

Nilai

Ls

0-8 % Datar 0,4

8-15 % Landai 1,4

15-25

% Agak curam 3,1

25-40

% Curam 6,8

>40 Sangat

curam 9,5

Sumber: hasil analisis dan perhitungan

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa nilai LS

terendah adalah 0,4 dan nilai LS tertinggi adalah

9,50 dan kemiringan lereng pada Sub DAS Air

Betung kota Pagar Alam didominasi lereng yang

datar karena dapat dilihat pada peta dibawah ini

yang dimana nilai pada peta menunjukkan angka

0,4 Berikut dibawah ini adalah peta nilai indeks

panjang dan kemiringan lereng yang telah di

analisis menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.

Gambar 8. Peta nilai indeks panjang dan

kemiringan lereng

Berdasarkan indeks panjang lereng

(LS) pada peta diatas menunujukan bahwa

merah datar,kuning landai, biru agak curam ,

merah mudah curam, Sedangkan nilai 0,4

termasuk ke dalam kategori kemiringan lereng

yang datar.

3.2.4 Analisis Faktor Penggunaan Lahan

(CP)

Faktor penggunaan lahan (C) ialah

perbandingan antara besarnya erosi dari lahan

yang ditanami suatu jenis tanaman terhadap

Page 7: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 22

besarnya erosi tanah yang ditanami. Faktor

pengelolaan tanah (P), yaitu perbandingan antara

besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan

konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada

lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi.

Data faktor penggunaan lahan dan pengelolaan

tanah (CP) di wilayah DAS Air Betung, Berikut

dibawah ini adalah peta penggunaan Lahan di

analisis menggunakan aplikasi ILWIS 3.3.

Gambar 8. Peta penggunaan

3.2.5 Analisis Erosi Dengan menggunakan

Metode USLE

Setelah semua peta telah di buat, peneliti

dapat mengidentifikasi dan memprediksi besar

erosi yang terjadi pada sub DAS Air Betung.

Untuk mendapatkan hasil besar nya erosi yang

terjadi, dapat dilakukan dengan cara

mengalikan semua peta yang telah dibuat dari

hasil overlay peta indeks erosivitas hujan, peta

indeks panjang dan kemiringan lereng, peta

indeks erodibilitas tanah, dan peta penggunaan

lahan dengan alat bantu aplikasi ILWIS 3.3.

Berikut adalah peta hasil analisis erosi lahan

yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota

Pagar Alam.

Gambar 9. Peta hasil analisis erosi lahan

yang terjadi pada sub DAS Air Betung Kota

Pagar Alam.

Peta erosi diatas adalah hasil dari

perkalian peta indeks erodibilitas tanah, peta

indeks panjang dan kemiringan lereng dan peta

indeks penggunaan lahan. Berdasarkan hasil

analisis dengan menggunakan metode USLE

dan didekati dengan ILWIS 3.3 menunjukkan

bahwa nilai erosi tertinggi yaitu sebesar

7.918,34 ton/ha/thn sedangkan jumlah erosi

yang di hasilkan sebesar 54.565,73 ton/ha/thn

3.2.6 Analisis Sedimentasi

Untuk menghitung besaran sedimen yang

mengendap di dalam sub DAS Air Betung dapat

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

7918.334550000000

10.000 = 7918,4 Ha

Erosi = R.K.LS.CP

Dimana :

R = Nilai Erosivitas Hujan

K = Nilai indeks erodibilitas tanah

LS = Nilai panjang dan kemiringan

lereng

CP = Nilai penggunaan lahan

Erosi = R x K x LS x CP

= 54.565,73 ton/ha/thn

Perhitungan sediment delivery ratio (SDR),

nilai SDR dapat ditentukan menggunakan

cara sebagai berikut:

SDR = -0,2+0,385.A-0,2

Dimana :

A = Luas area DAS (Ha)

Luas area SUB das air betung adalah 68,35 ha,

nilai tersebut lalu dimasukan kedalam rumus

SDR yang telah di berikan sebelumnya

sehingga,

SDR = -0,2+0,385.A-0,2

= -0,2+0,385.68,35-0,2

=0,36534

Y = SDR.E

= 0,36534 x 54.565,73

= 19,9347771 ton/thn

Dari tahapan perhitungan diatas dapat

disimpulkan bahwa sedimen yang akan

mengendap di dalam sub DAS Betung

berdasarkan luas DAS sebesar 7918,4 ha dari

total erosi sehingga sedimen yang akan

mengendap didalam sub DAS Air Betung

sebesar 19,9347771 ton/thn

3.2.7 Sedimen Melayang

Dari hasil analisis pengujian sedimen pada

setiap sampel selama 10 jam, yang masing-

masing memiliki sampel tahapan perhitungan

dapat disimpulkan bahwa sedimen yang akan

mengendap di dalam sub DAS Air Betung

Page 8: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 23

berdasarkan luas DAS dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Dari tahapan perhitungan diatas dapat

disimpulkan bahwa sedimen yang akan

mengendap di dalam sub DAS Air Betung

berdasarkan luas DAS sebesar 1,26 gram

sehingga sedimen yang akan mengendap

didalam sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram

dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik

IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan metode USLE dan didekati

dengan ILWIS 3.3 menunjukkan bahwa nilai

erosi tertinggi yaitu sebesar 7.918,34 ton/ha/thn

sedangkan jumlah erosi yang di hasilkan sebesar

54.565,73 ton/ha/thn dengan luas area 51,15 ha.

Dari tahapan perhitungan diatas dapat

disimpulkan bahwa sedimen yang akan

mengendap di dalam sub DAS Air Betung

berdasarkan luas DAS sebesar 1,26 gram

sehingga sedimen yang akan mengendap

didalam sub DAS Air betung sebesar 1,26 gram

dalam 2L air dengan Debit 5,25 m3/detik.

DAFTAR RUJUKAN

Arini, D. I. (2007, januari). aplikasi sistem

informasi geografis (sig) dan

penginderaan jauh untuk model hidrologi

answers dalam memprediksi erosi dan sedimentasi. media konservasi, 1-10.

Arsyad, U. (2010). Analisis Erosi Pada Berbagai

Tipe Penggunaan Lahan dan Kemiringan

Lereng di Daerah Aliran Sungai

Jeneberang Hulu. Disertasi Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin, UNHAS. Makassar (in Indonesian).

Asdak, Chay.2014. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Banuwa, I. I. S. (2013). Erosi. Prenada Media.

Baver, L. D., Gardner, W. H., & Gardner, W. R.

(1972). Soil physics (No. 04; S592. 3, B38 1972.). New York: Wiley.

Eppink, L. A. A. J. (1985). Erosie in Nederland:

een overzicht. Landschap: tijdschrift voor

landschapsecologie en milieukunde, 2(2), 80-87.

Fitriyah, F. N., Halim, F., & Jasin, M. I. (2014,

april). penanganan masalah erosi dan

sedimentasi di kawasan perkamil. jurnal sipil statik.

Hidayat, A. (2003). Kajian Lahan Kritis Untuk

Arahan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai

Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.

Hisyam, e. s. (2019, juni). kajian erosi dan

sedimentasi pada daerah aliran sungai

deniang kabupaten bangka. jurnal fropil, 7.

Isma, f. (2019, maret). estimasi erosi dan

sedimentasi lahan pada das langsa

berbasis sistem informasi geografis (SIG). teras jurnal, 9.

Isma, F., Purwandito, M., & Ardhyan, Z. (2019).

Estimasi Erosi Sedimentasi Lahan Pada

Jam Sampel

Berat

Cawan

(Gram)

Berat

Cawan +

Selimut

(Gram)

Volume

Air

(Liter)

Sedimen Jumlah

08.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

3 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

4 0,4 00.44 0,5Liter 0,08

09.00 1 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

10.00 1 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

2 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

3 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

4 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

11.00 1 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

2 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

3 0,4 0,42 0,5Liter 0,04

4 0,4 0,43 0,5Liter 0,06

12.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

2 0,4 0,45 0,5Liter 0,1

3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

4 0,4 0,45 0,5Liter 0,1

13.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

2 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

3 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

4 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

14.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

2 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

3 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

15.00 1 0,4 0,44 0,5Liter 0,08

2 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

3 0,4 0,45 0,5Liter 0,1

4 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

16.00 1 0,4 0,46 0,5Liter 0,12

2 0,4 0,47 0,5Liter 0,14

3 0,4 0,47 0,5Liter 0,14

4 0,4 0,5 0,5Liter 0,2

17.00 1 0,4 0,58 0,5Liter 0,36

2 0,4 0,58 0,5Liter 0,36

3 0,4 0,53 0,5Liter 0,26

4 0,4 0,54 0,5Liter 0,28

0,36

0,44

0,42

0,6

1,26

0,34

0,32

0,18

0,2

0,36

Page 9: EROSI DAN SEDIMENTASI PADA SUB DAS AIR BETUNG KOTA …

Yogi Pratama1, Lily Endah Diansari2

Jurnal Ilmiah Beering’s, Volume 08, No.01, Maret 2021 24

DAS Langsa Berbasis Sistem Informasi

Geografis. (9. (1), Penyunt.) Teras Jurnal , 29-41.

Kinnell, P. I. A. (2008). Discussion:

Misrepresentation of the USLE in ‘Is

sediment delivery a fallacy?’. Earth

Surface Processes and Landforms: The

Journal of the British Geomorphological Research Group, 33(10), 1627-1629.

Krisnayanti, D. S., Udiana, I. m., & Muskanan,

M. J. (2018, september). Jurnal teknik

sipil. Pendugaan erosi dan sedimentasi

menggunakan metode usle dan musle pada das noel-puames, VII, 143.

Nugroho, S. P., Adi, S., & Soewandito, H.

(2002). Pengaruh Perubahan Penggunaan

Lahan Terhadap Aliran. Permukaan,

Sedimen dan Unsur Hara. Jurnal sains

dan teknologi Indonesia. Website: http://www. iptek. net. id.

Risse, L. M., Nearing, M. A., Laflen, J. M., &

Nicks, A. D. (1993). Error assessment in

the universal soil loss equation. Soil

Science society of America journal, 57(3), 825-833

Tunas, i. g. (2005, agustus). prediksi erosi lahan

das bengkulu dengan sistem infirmasi dan geografis (sig). jurnal smartek, 3.

Utomo, W. H. (1989). Konservasi tanah di

Indonesia: suatu rekaman dan analisa. Rajawali Pers.

Wischmeier, W. H., & Smith, D. D. (1978).

Predicting rainfall erosion losses: a guide

to conservation planning (No. 537).

Department of Agriculture, Science and Education Administration.