pengaruh disiplin kerja dan keselamatan kesehatan...
TRANSCRIPT
24
PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(Studi Kasus Pada Suku Dinas Pada Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Evi Wulandari
NIM: 1113081000009
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018
ii
PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(Studi Kasus Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Kota Administrasi Jakarta Barat)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Evi Wulandari
NIM: 1113081000009
Dibawah bimbingan
Bahrul Yaman, S, Sos, M. Si
NIP. 1962081 198603 1001
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
iv
v
vi
Daftar riwayat hidup
Data Pribadi:
Nama : Evi wulandari
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Kihajar Dewantara Gg. H Gara No. 95Rt.004/06
Gondrong, Cipondoh Tangerang 15775
Telepon : 087774512880
E-mail : [email protected] dan
eviwulandari09.uinjkt.ac.id
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 26 juni 1995
Riwayat Pendidikan
2000-2001 : TK Miftahul Huda
2001-2007 : MI Jamiatul gulami
2007-2010 : SMPN 18 Tangerang
2010-2013 : MAN 2 Tangerang
2013-2017 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMJ) 1Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis 2013-2014
2. Kabid kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMJ)
Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2013-2014
3. Anggota Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja
1. Magang BNI KCU Daan Mogot
vii
INFLUENCE OF WORK DICIPLINE AND HEALTH AND
SAFETY ON EMPLOYEES PERFORMANCE
(Case Study On Departement Of Fire Fighters And Safety,
Administration Sout Jakarta )
By:
Evi Wulandari
ABSTRACT
From observation it is prover that the higher the number of civilian the higher the
potential of wild fire. Firefighters is a way to follow up a frilled fire prevention
that is why it why it needs special skill, in this reseach, reseach had a change to
study west Jakarta five fighters. This is a kuantitative reseach. The purpose of this
research is to study the influence of work discipline and k3 towards west Jakarta
fire fighters performance the reseach population is 447 fire fighters in west
Jakarta with 83 sample pick with sample random sampling. The reseach use
multiple linear regression. The result of this research shows that theve is
significant influence work discipline and health and safety towards work.
Keywords: Work Dicipline, Health and Safety and Employees Performance.
viii
PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(Studi Kasus Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat)
Oleh:
Evi Wulandari
ABSTRAK
Dari pengamatan terbukti bahwa makin tinggi jumlah penduduk maka potensi
terjadinya kebakaran juga akan semakin tinggi. Pemadam kebakaran merupakan
tindaklanjut dari kegagalan usaha-usaha pencegahan kebakaran oleh karenanya
dalam melakukan pemadam kebakaran dibutuhkan ketrampilan khusus. Pada
penelitian kali ini, peneliti berkesempatan melaksanakan penelitian pada Suku
Dinas Pemadam Kebakaran Administrasi Kota Jakarta Barat. Tujuan dari
penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah 447 dengan sampel
83 responden yang dipilih, dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Disiplin Kerja, dan Keselamatan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja.
Kata Kunci: Disiplin Kerja, Keselamatan Kesehatan Kerja, Kinerja Pegawai.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur hanya bagi Allah SWT hanya atas rahmat dan karunia-NYA yang
begitu berarti dalam hidup yang senantiasa mengalir deras tiada hentinya hingga
detik ini. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
serta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang mengikuti sunnahnya hingga
akhir zaman.
Alhamdullilahirabbil’alamin, atas kerja keras kesungguhan dan rahmat
Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KESELAMATAN KESEHATAN
KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Kasus Pada Suku Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta
Barat)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akademis dalam
menyelesaikan studi program sarjana S1 jurusan manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Uiniversitas syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan penuh kesadaran penulis menyadarai bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan skripsi ini bukan merupakan saatu hasil proses kerja penulis
saja, namun juga terdapat pihak-pihak yang turut membantu dan berkontribusi
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Dibalik lingkaran selalu ada lingkaran lain
yang memberi semangat, motivasi, bimbingan serta Do’a. untuk itu dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati, penulis ,menyampaikan rasa terimakasih dan
memberikan gelar ini kepada:
1. Kepada Bpk. Dr. Amilin, SE., AK., M. Si., CA., QIA., BKP Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x
2. Ibu Titi Dewi Warninda, M. Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ella patriana, MM, AAAIJ selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Bahrul Yaman, M. Si sebagai dosen pembimbing yang telah
bersedia memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan
dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
dukungan dan arahan selama masa studi
6. Seluruh staff tata usaha, petugas perpustakaan dan karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak ibu pemadam suku dinas pemadam kebakaran yang telah
memberikan izin dan membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi
ini.
8. Kedua orang tua tercinta papa, mama, dan adik yang telah memberikan
dorongan dan dukungan serta perhatian yang telah memberikan do’a
tulus ikhlas, kasih sayang, perhatian, motivasi, dan saran, serta
dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
9. Teman – teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Semua teman magang, BNI KCU Daan Mogot khususnya Laurentius
terima kasih telah memberikan rekomendasi tempat penelitian dan
support nya kepada peneliti.
11. Semua teman, khususnya, Azizah, Manisa, Lia, Yessi, Zia, ka Puji, ka
Rifka, ka Dwi dan bang Nanda atas segala waktu luang dan motivasi
nya.
xi
12. Semua sahabat, khususnya Hanna, Anna, Ani, Esa, Kokom dan lainnya
atas segala motivasi serta candaan kalian “Gimana lanjut? Sudah bab
berapa? Kapan wisuda?” yang menjadikan ini sebagai salah satu
cambuk bagi penulis untuk selalu semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Semua teman, Manajemen A khususnya Maya, Resti, Tiya, Luluk, Ica,
dan Pay untuk selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman- teman KKN Securah yang sudah memberikan warna dan cerita
serta pengalaman pengabdian selama ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang juga telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
karna keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis miliki. Oleh
karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermafaat dan dapat digunakan
sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 12 juni 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ i
COVER DALAM ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Batasan Masalah .......................................................................... 21
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 21
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 24
A. Landasan Teori ............................................................................. 24
B. Manajemen ..................................................................................... 24
1. Teori Manajemen ..................................................................... 24
2. Unsur-Unsur Manajemen ......................................................... 25
3. Fungsi Manajemen ................................................................... 26
C. Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................... 27
1. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia ............................... 27
2. Manfaat Manajemen Sumber Daya Manusia ........................... 28
3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ............................. 33
xiii
4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia ............................ 36
D. Disiplin Kerja ................................................................................. 37
1. Teori Disiplin Kerja ................................................................ 37
2. Tujuan Disiplin Kerja ............................................................... 37
3. Macam-Macam Disiplin Kerja ................................................. 39
4. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja ..................... 40
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin .......................... 41
6. Kebijakan Pimpinan Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai .................................. 47
7. Indikator Disiplin Kerja .......................................................... 48
E. Keselamatan Kesehatan Kerja ....................................................... 54
1. Teori Keselamatan Kesehatan Kerja ...................................... 54
2. Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja .................................... 56
3. Usaha-Usaha dalam Meningkatkan Keselamatan Kesehatan
Kerja ......................................................................................... 57
4. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Kesehatan Kerja ....................................................................... 58
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kesehatan
Kerja ......................................................................................... 59
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Keselamatan Kesehatan
Kerja ......................................................................................... 60
7. Prosedur atau Tata kerja Penanganan Kecelakaan Kerja
Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
Administrasi Jakarta Barat ........................................................ 62
8. Kebijakan Pimpinan Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat dalam
Meningkatkan Keselamatan Kesehatan Kerja ......................... 63
9. Indikator Keselamatan Kesehatan Kerja .................................. 64
F. Kinerja ........................................................................................... 66
1. Teori Kinerja ............................................................................. 66
xiv
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ............................. 67
3. Prosedur Penilaian Kinerja Pegawai Pemadam Kebakaran
DKI Jakarta .............................................................................. 68
4. Prosedur Pelaksanaan yang Dinilai dalam DP3 ....................... 70
5. Faktor Penghambat dan Pendukung Kinerja ............................ 76
6. Indikator Kinerja ....................................................................... 77
G. Hubungan Antara Variabel Penelitian .......................................... 78
1. Pengaruh Disiplin Kerja (X1) Terhadap Kinerja (Y) ............... 78
2. Pengaruh Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) Terhadap (Y) ... 80
3. Pengaruh Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) Terhadap (Y) ........................................................... 80
H. Penelitian terdahulu ....................................................................... 84
I. Kerangkaberfikir ............................................................................ 94
J. Hipotesis ........................................................................................ 95
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................... 97
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 97
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 97
1. Populasi Penelitian .................................................................. 97
2. Sampel Penelitian .................................................................. 100
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 104
D. Metode Analisis Data ................................................................... 109
1. Uji Validitas .............................................................................. 109
2. Uji Reabilitas ............................................................................. 109
E. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 110
1. Uji Normalitas ........................................................................... 110
2. Uji Linearitas ............................................................................... 111
3. Uji Multikolinearitas ................................................................. 111
4. Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 113
F. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 114
1. Koefisien Determinasi ................................................................. 115
2. Uji t ............................................................................................. 115
xv
3. Uji F ............................................................................................ 116
G. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 116
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 125
A. Gambaran Umum Tentang Lokus Penelitian ............................... 125
B. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi ................................................ 129
C. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................. 131
D. Struktur Organisasi ...................................................................... 132
E. Data Deskriptif Karakteristik Responden .................................... 133
F. Data Deskriftif Jawaban Responden Atas Skala Penelitian .......... 142
G. Hasil Statistik Deskriptif ............................................................... 154
H. Hasil Uji Kualitas Data ................................................................. 156
1. Pengujian Validitas Butir Item Skala Penelitian ........................ 156
2. Pengujian Realibilitas Konstruk Skala Penelitian ...................... 162
I. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 165
1. Uji Normalitas ......................................................................... 165
2. Uji Linearitas .......................................................................... 167
3. Uji Multikolinearitas ............................................................... 169
4. Uji Heterokedastisitas ............................................................. 170
J. Uji Regresi Berganda .................................................................... 172
1. Koefisien Determinasi ............................................................ 172
2. Uji T ....................................................................................... 173
3. Uji F ....................................................................................... 177
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 180
A. Kesimpulan ................................................................................. 180
B. Implikasi ..................................................................................... 180
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 188
LAMPIRAN ..................................................................................................... 192
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel.1.1. Standar Nilai Kinerja Pegawai .................................................... 7
Tabel.1.2. Rekpitulasi Data Penilaian KinerjaPegawai Suku Dinas
Pemadam Kebakaran Kota Administrasi Jakarta Barat ............. 8
Tabel.1.3. Data Absensi Periode Januari – Agustus 2017 ........................... 11
Tabel.1.4. Data Hukuman Disiplin Pegawai Tidak Menerima TKD
(Tunjangan Kinerja Daerah) Maret 2016 ..................................... 15
Tabel.1.5. Data Perlengkapan Kerja Bersama ............................................. 17
Tabel.1.6. Data Perlengkapan Kerja Pribadi Personil Periode 2017 ........... 19
Tabel.1.7. Data Kerugian Jiwa Pemadam Kebakaran Periode 2012 - 2017 .. 20
Tabel.1.8. Data Kejadian Kebakaran Jakarta Barat dari Tahun 2012 -
2017 ............................................................................................... 20
Tabel.2.1. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 84
Tabel.3.1. Skala Likert .................................................................................. 106
Tabel.3.2. Operasional Variabel .................................................................. 118
Tabel.4.1. Deskriptif Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ........................................................................................ 133
Tabel.4.2. Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ................... 134
Tabel.4.3. Deskriptif Frekuensi Responden Berdasrkan Jabatan ................... 136
Tabel.4.4. Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan ............ 137
Tabel.4.5. Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja ......... 139
Tabel.4.6. Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ............ 141
Tabel.4.7 . Deskriptif Jawaban Responden Variabel Disiplin Kerja (X1) ....... 143
Tabel.4.8. Deskriptif Jawaban Responden Variabel Keselamatan
Kesehatan Kera (X2) ................................................................. 147
Tabel.4.9. Deskriptif Jawaban Responden Variabel Kinerja ......................... 151
Tabel.4.10. Deskriptif Total Skor Variabel Disiplin Kerja (X1),
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) dan Kinerka (Y) ................. 154
Tabel.4.11. Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Disiplin Kerja (X1) ......... 157
xvii
Tabel.4.12. Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Disiplin Kerja (X1) ........... 158
Tabel.4.13. Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) ...................................................................................... 160
Tabel.4.14. Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Kinerja Pegawai .............. 161
Tabel.4.15. Perhitungan Realiabilitas Konstruk Disiplin Kerja (X1) ............. 162
Tabel.4.16. Perhitungan Realiabilitas Konstruk Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) ...................................................................................... 163
Tabel.4.17. Perhitungan Realiabilitas Konstruk Kinerja (Y) .......................... 163
Tabel.4.18. Rangkuman Realiabilitas Konstruk Disiplin Kerja (X1),
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) Terhadap Kinerja (Y) ........... 164
Tabel.4.19. Uji Normalitas Unresidual Data Disiplin Kerja (X1),
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Kinerja Pegawai (T) .............. 166
Tabel.4.20. Uji Linearitas Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Kinerja (Y) ................................................. 167
Tabel.4.21. Uji Multikolinearitas Variabel Disiplin Kerja (X1),
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) dan kinerja Pegawai (Y) ....... 169
Tabel.4.22. Uji Heterokedastisitas Dengan Uji Glejser Antara Variabel
Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
dan Kinerja (Y) ........................................................................... 170
Tabel.4.23. Uji Koefisien Determinasi Antara Variabel Disiplin Kerja
(X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) Terhadap Kinerja
(Y) ................................................................................................ 172
Tabel.4.24. Uji T Antara Variabel Disiplin Kerja, Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) Terhadap Kinerja (Y) ................................................. 174
Tabel.4.25. Uji F Antara Variabel Disiplin Kerja, Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) Terhadap Kinerja (Y) ................................................. 177
xviii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
Gambar.2.1. Prosedur Untuk Tatat Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin
Kerja Pegawai Dinas Pemadam Kebakaran .......................... 46
Gambar.2.2. Model Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................... 94
Gambar.4.1. Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 134
Gambar.4.2. Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ........................ 135
Gambar.4.3. Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Jabatan .................... 137
Gambar.4.4. Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan ................. 139
Gambar.4.5. Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja ............... 140
Gambar.4.6. Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ............... 142
Gambar.4.7. Grafik Linearitas Data Regresi Berganda Variabel Disiplin
Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) dan Kinerja
Pegawai (Y) ................................................................................. 168
Gambar.4.8. Grafik Heterokedastisitas Data Regresi Berganda Variabel
Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) dan
Kinerja Pegawai (Y) .................................................................... 171
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Surat Riset Penelitian ............................................................... 188
Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ 189
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 190
Lampiran 4 Form Kuesioner ......................................................................... 191
Lampiran 5 Tabel Tabulasi Kuesioner Jawaban Responden Variabel
Disisplin Kerja ........................................................................... 197
Lampiran 6 Tabel Tabulasi Kuesioner Jawaban Responden Variabel
Keselamatan Kesehatan Kerja ..................................................... 201
Lampiran 7 Tabel Tabulasi Kuesioner Jawaban Variabel Kinerja ................. 214
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Disiplin Sebelum Pernyataan TP1 dan
TP4 dihapus ................................................................................. 207
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Disiplin Sesudah Pernyataan TP1 dan TP4
dihapus ......................................................................................... 216
Lampiran 10 Hasil Uji Reabilitas Variabel Disiplin Kerja (X1)...................... 221
Lampiran 11 Hasil Uji Validitas Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) ............ 222
Lampiran 12 Hasil Uji Reabilitas Variabel Keselamatan Kesehatan Kerja ..... 225
Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Kinerja (Y) ................................................... 226
Lampiran 14 Hasil Uji Reabilitas Variabel Kinerja (Y) ................................. 229
Lampiran 15 Hasil Uji Linearitas ..................................................................... 229
Lampiran 16 Hasil Uji Uji regresi berganda .................................................... 229
Lampiran 17 Hasil Uji t .................................................................................. 229
Lampiran 16 Hasil Uji Uji F ............................................................................ 230
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada perkembangan globalisasi ini banyak perusahaan yang dituntut
untuk dapat memaksimalkan kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa
perusahaan harus mampu menganalisis faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan. Dalam mengatasi hal tersebut sumber daya
manusia (SDM) adalah hal yang paling utama untuk diperhatikan
perkembangannya karena dengan adanya SDM yang baik dan professional
akan sangat membantu dalam memaksimalkan kinerja dalam suatu
perusahaan.
Dengan demikian kinerja karyawan juga menentukan tercapainya
suatu tujuan yang diharapkan oleh sebuah perusahaan. kinerja karyawan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1) faktor individu seperti disiplin
kerja, motivasi kerja, kemampuan mereka dan pengalaman kerja, 2) faktor
lingkungan eksternal seperti kehidupan ekonomi, kehidupan sosial dan
kompetitor, 3) faktor lingkungan internal seperti sumber daya, kesehatan dan
keselamatan kerja, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design,
kebjakan organisasi, strategi organisasi, kompensasi, kepemimpinan dan
teman bekerja. (Lufitasari 2014). Kinerja merupakan tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan secara periode tertentu didalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan seperti standart hasil kerja,
2
target atau sasaran, kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama. Hal ini akan dapat tercapai apabila perusahaan selalu
memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta
memberikan kenyamanan terhadap lingkunga kerja karyawan dan
meningkatkan kedisiplinan kerja karyawan (Syahputera 2015).
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi
DKI Jakarta sebagai salah satu dinas unsur pelayanan masyarakat di Provinsi
DKI Jakarta, menyusun Rencana Strategis (Renstra) dalam rangka
melaksanakan berbagai program kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi
yang diamanatkan pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan
Bencana Provinsi DKI Jakarta. Secara umum Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta
dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu Pencegahan Kebakaran,
Pemadaman Kebakaran dan Penyelamatan.
Kebakaran merupakan bencana yang kerap terjadi di Indonesia,
kejadian ini diakibatkan karena berbagai hal, diantaranya karena hubungan
arus pendek atau korsleting listrik, kegiatan memasak, pengelasan, kebocoran
gas LPG, dan lain-lain. Kebakaran dapat terjadi karena berbagai faktor,
diantaranya ;
1) Faktor Manusia, yaitu terjadinya kebakaran karena kelalaian manusia ;
2) Faktor Teknis, kurangnya prosedur teknis yang tidak sesuai dengan
prinsip keselamatan kerja, korsleting listrik ;
3) Faktor alam, seperti gungung meletus, gempa bumi, petir. (Jakartafire.net)
3
Menurut data geospasial Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), kasus kebakaran pemukiman di Indonesia tahun 2012 dengan
pertengahan tahun 2015 terdapat 983 kasus kebakaran pemukiman dan 81
kasus kebakaran hutan dan lahan. Kejadian kebakaran di Indonesia sekitar 63
persen disebabkan hubungan pendek arus listrik di kawasan padat penduduk,
10 persen dari lampu minyak dan lilin, 5 persen dari rokok, 1 persen dari
kompor, dan lainnya. Semakin padat jumlah pemukiman penduduk
menyebabkan semakin mudahnya terjadi kebakaran. Tren kebakaran
permukiman meningkat terkait dengan makin padatnya penduduk, cuaca
makin kering, kemiskinan, terbatasnya hidran, penggunaan lahan dan
sebagainya (BNPB, 2015).
Oleh karena nya untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran maka
Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengatur hal ini,
diantaranya adalah Perda No. 8 tahun 2008 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran di wilayah Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan
untuk ;
a) Mengamankan pelaksanaan pembangunan dan asset pembangunan yang
ada baik milik pemerintah maupun swasta.
b) Mendorong seluruh pemilik bangunan baik komersil, industri dan
bangunan umum untuk dapat melakukan upaya penanggulangan
kebakaran secara mandiri.
4
c) Melakukan pengaturan lebih detail mengenai sarana proteksi kebakaran
dan sarana Penanggulangan Bencana jiwa dan harta benda pada seluruh
bangunan.
d) Mengembangkan prasarana kota berkaitan dengan permasalahan
kebakaran dalam rangka mengantisipasi perkembangan kota yang di
tandai oleh semakin beragamnya jenis bangunan serta peruntukannya.
Dengan Demikian Tugas Penyelematan yang menjadi tanggung jawab
Dinas Kebakaran yaitu ;
a) Melakukan kebijakan teknis Penyelamatan.
b) Memegang komando Penyelamatan serta berkordinasi dengan instansi
terkait baik pemerintah, swasta dan potensi masyarakat yang bergerak
dibidang Penyelamatan.
c) Melakukan upaya pembinaan sumber daya manusia dalam tindakan
Penyelamatan.
d) Melakukan penegakan peraturan Penyelamatan dalam wilayah
Provinsi DKI Jakarta.
e) Membuat standardisasi Penyelamatan pada pemerintah, swasta dan
masyarakat.
Berdasarkan kebijakan tersebut, dan untuk dapat mewujudkan visi
misi yang hendak dicapai kantor Dinas Pemadam Kebakaran DKI hendaknya
harus memiliki kemampuan dari berbagai sumber daya, tersedianya peralatan
sarana dan prasana yang baik termasuk didalamnya tersedianya sumber daya
manusia yang mampu melaksanakan tugas dan pekerjaannya secara
5
professional. Sehubungan dengan maksud tersebut maka kantor dinas
kebakaran DKI Jakarta dituntut untuk mampu meningkatkan kinerja
pegawainya dengan cara membuat berbagai kebijakan atau kebijaksanaan di
bidang pengelolaan Sumber Daya Manusia. Oleh karenanya kantor pemadam
kebakaran dituntut untuk dapat mengoptimalkan Sumber Daya Manusia,
karena kesuksesan serta keberhasilan Sumber Daya Manusia ditentukan oleh
kemampuan unit organisasi memberikan wawasan dalam mengarahkan
kinerja agar mencapai tujuan. Adapun Pelaksanaan kebijakan tersebut
didukung dengan adanya dasar hukum.
Salah satu kebijakan pemerintah di bidang peningkatan Sumber Daya
Manusia adalah dengan dikeluarkannya peraturan mentri dalam negeri No. 16
Tahun 2009 tentang standar kualifikasi Sumber Daya Manusia yang
diperlukan untuk menjadi aparatur pemadam kebakaran, yaitu sesuai dengan
Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2009 tentang Standar
Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah, yaitu ;
1) (Juru Padam), dengan standar kualifikasi mampu memadamkan
kebakaran dengan APAR, Mampu menggunakan peralatan pemadaman
jenis hydrant, Mampu menggunakan dan memelihara peralatan pelindung
diri (fire jacket, helm, dan safety shoes serta sarung tangan) secara cepat
dan tepat, Mampu melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) dan mampu melaksanakan sistem tali temali untuk pengamanan
dan penyelamatan korban.
6
2) (Juru Penyelamat dan Padam), dengan standar kualifikasi Mampu
melaksanakan operasi ventilasi asap bangunan rendah, Mampu
melaksanakan prosedur penyelamatan, Mampu melaksanakan prosedur
pemutusan aliran gas dan listrik, Mampu menentukan asal titik api dan
dampak kebakaran, Mampu menentukan metoda dan teknis perawatan
darurat medis, Mampu menggunakan sarana komunikasi dan
memanfaatkan sistem informasi, Mampu memimpin regu unit mobil.
Memperhatikan PP mendagri No. 16 Tahun 2009 tersebut dapat
diketahui bahwa Sumber Daya Manusia menjadi bagian yang sangat penting
bagi Dinas Pemadam DKI di dalam pengembangan, karena perkembangan
organisasi sangat bergantung pada produktifitas tenaga kerja pegawai.
Berhubung dengan keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti maka
yang dianalisa hanya 2 faktor yaitu disiplin kerja dan kesehataan keselamatan
kerja pegawai yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini. Untuk itu
peneliti melakukan pra penelitian di Kantor Suku Dinas Pemadam Kebakaran
Administrasi Jakarta barat. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan
melalui wawancara dan observasi diperoleh berbagai fenomena data dan
informasi terkait variabel peneliti.
Hasil upaya pegawai dalam melaksanakan tugas dapat dilihat
berdasarkan penilalian kinerja baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Dari penilaian kinerja dapat mengetahui serta mengukur kinerja
pegawai. terdapat faktor lainnya yang juga turut mempengaruhi kinerja
pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut patiran (2010) yaitu, kurangnya tingkat
7
pendidikan non formal (pelatihan) yang diberikan kepada pegawai, sikap
loyal terhadap instansi tempat kerja, budaya kerja, pengalaman kerja,
rendahnya tingkat kedisiplinan pegawai dan rendahnya motivasi. Dalam
kaitan ini, penilaian kinerja menurut Wibowo (2016:5) proses dengan mana
kinerja individual diukur dan dievaluasi.
Berikut standar-satandar nilai yang dapat mengukur kinerja pegawai
baik atau buruk.
Tabel 1.1 Standar Nilai Kinerja Pegawai
No Nilai Kategori
1. 91 – ke atas Sangat baik
2. 76 – 90 Baik
3. 61 – 75 Cukup
4. 51 – 60 Kurang
5. 50 – ke bawah Buruk
Sumber: PP No. 46 2011
Dari tabel di atas untuk standar penialaian kinerja PNS tersebut. PNS
perlu memiliki kualitas atau kuantitas untuk pemenuhan penilaian kinerja
dalam mencapai hasil kerja yang diharapkan. Nilai tersebut dikelompokkan
menjadi 5 yaitu: 91 ke atas (Sangat baik), 76 – 90 (baik), 61 – 75 (Cukup), 51
– 60 (Kurang), 50 ke bawah (buruk).
8
Tabel 1.2 Rekapitulasi Data Penilaian Kinerja Pegawai Suku Dinas
Pemadam Kebakaran Administrasi Jakarta Barat
Jabatan
Tahun
2015 2016 2017
Komandan Regu 83,125 82,103 82,558
Kepala Regu 74,1218 77,4927 77,5105
Anggota 78,7035 77,7905 75,7584
Sumber: pengelola subbag tata usaha
Berdasarkan tabel 1.2 di atas diketahui bahwa kinerja dari pegawai
Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat belum
maksimal. Persentase dari keterangan data penilaian kinerja pegawai dengan
jabatan kepala pleton tahun 2015 sebesar 83,125, tahun 2016 sebesar 27,78%,
dan tahun 2017 sebesar 28,17%. Persentase dari jabatan kepala regu 25,24%,
tahun 2016 sebesar 26,22%, dan tahun 2017 sebesar 26,44%. Kemudian
persentase dari anggota tahun 2015 sebesar 26,80%, persentase tahun 2016
25,85%. Dari data tersebut terjadi fluktuatif untuk mencapai standar kinerja
yang memuaskan diperlukan kemampuan profesional, dengan melalui
beberapa tahapan atau kondisi kerja. yang kondusif. dalam hal ini, tahapan
pegawai dalam mengerjakan tugas dibutuhkan kecermatan dan jumlah kerja
yang dihasilkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara masih terdapat
9
pegawai yang tidak menggunakan waktu kerja dengan baik pada saat jam
kerja berlangsung, beberapa pegawai menggunakan waktu bekerja mereka
untuk kegiatan lain seperti makan dan minum diluar jam istirahat. Kondisi
dalam bekerja dibutuhkan kerjasama antara pegawai dengan pegawai lainnya.
Dan antara pegawai dengan pimpinannya sementara kondisi kerja yang terjadi
di Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat. Disamping itu,
berdasarkan wawancara dengan beberapa pegawai mengatakan bahwa
pimpinan jarang ada dikantor sehingga menyebabkan pengawasan terhadap
pegawai kurang optimal. Hal itu mengakibatkan tidak efektif nya waktu
dalam bekerja. Seharusnya hal tersebut dapat dihindari jika pegawai
memahami pekerjaan yang harus dilaksanakan pada setiap tugasnya, sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
Masalah yang sering muncul dalam perusahaan saat ini adalah faktor
kedisiplinan. Disiplin menjadi suatu hal yang mutlak harus ditanamkan pada
setiap karyawan di perusahaan. Hal paling besar dalam kedisiplinan karyawan
adalah manjemen waktu, dalam hal ini yaitu jam kerja. Apabila waktu
tersebut sering dilanggar dapat dikatakan bahwa para karyawan menjadi tidak
disiplin sehingga mengakibatkan penurunan kinerja karyawan. (Aula dkk,
2017). Menurut hasil pengamatan sementara yang telah dilakukan masih
banyak karyawan yang datang dan pulang tidak tepat waktu, keluar disaat jam
kerja sehingga karyawan menjadi tidak disiplin. (Erdiansyah, SE.,MM.,
2016). Tingginya tingkat absensi juga memicu menurunnya kinerja karyawan.
Banyak karyawan yang datang terlambat dan juga pada saat jam istirahat. Hal
10
ini menyebabkan menurunnya kinerja karyawan dan akan berdampak pada
menurunnya produktivitas perusahaan. (Ismail, 2016).
Masalah disiplin sering disepelekan, bahkan banyak sekali
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan yang telah
disepakati dan ditetapkan. (Aninditya Srinugraheni & Ratna Rahmayanti,
2016). Perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik apabila pengelolaan
karyawan dalam kedisiplinan terhadap karyawan tidak dikelola dengan
sebaik-baiknya (Hajrina dkk, 2016).
Terkait dengan variabel disiplin kerja peneliti mendapatkan informasi
dengan melakukan wawancara kepada Ibu Purwaninggati (2017) yang
dilakukan pada tanggal 24 Oktober yang menyatakan bahwa terdapat masalah
disiplin yaitu banyak pegawai yang di komulatif terkena hukuman
kedisiplinan. Mengenai kedisiplinan dinyatakan bahwa kedisiplinan belum
optimal dikarenakan masih ada pegawai yang belum menaati peraturan dan
masih terdapat pegawai yang terlambat datang kekantor. Dapat dilihat pada
tabel 1.4 tertinggi pada bulan februari keterlambatan mencapai 63,52% hal ini
menunjukan tingkat kedisiplinan belum tercapai. Berikut beberapa
rangkuman dari hasil wawancara yang diberikan oleh narasumber mengenai
kedisiplinan:
1. Masih terdapat pegawai yang mendapatkan sanksi kedisiplinan
diantara nya yaitu karena keterlambatan kehadiran
2. Masih banyak pegawai yang tidak menaati SOP yaitu masih terdapat
pegawai yang merokok diruangan kantor.
11
3. Pegawai negeri sipil (PNS) perlu menaati kewajiban dan menghindarai
larangan yang ditentukkan dalam peraturan perundang-undangan atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman kedisiplinan.
Berikut ini adalah penjelasan yang berkaitan dengan variabel
penelitian dari Suku Dinas Pemadam Kebakaran Administrasi Jakarta Barat.
Hal ini diperkuat oleh data rekapitulasi absensi ketidakhadiran pegawai pada
periode januari-agustus 2017.
Data Absensi Periode Januari-Agustus 2017
Tabel 1.3
No Bulan Status Kehadiran
Alfa Terlambat Pulang Awal
1 Januari 6 orang 242 orang 20 orang
2 Februari 1 orang 303 orang 13 orang
3 Maret 3 orang 197 orang 23 orang
4 April 2 orang 170 orang 17 orang
5 Mei 4 orang 192 orang 12 orang
6 Juni 3 orang 245 orang 14 orang
7 Juli 4 orang 174 orang 21 orang
8 Agustus 7 orang 175 orang 22 orang
Sumber: seksi operasi-suku dinas penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan Jakarta barat
12
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa permasalahan yang
ada merupakan kedisiplinan pegawai yang kurang baik dari para pegawai
Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat yang berjumlah 477 pegawai
dilihat dari kehadiran dan ketepatan waktu kerja. masih cukup besar angka
keterlambatan pegawai Dinas Pemadam Kebakaran di wilayah Jakarta Barat.
Tingkat alfa pada bulan januari 1,25%, keterlambatan mencapai 50,73%, dan
pulang awal 4,19%. Kemudian pada bulan februari tingkat alfa 0,20%,
keterlambatan mencapai 63,52% dan pulang awal 2,72%. Tingkat alfa pada
bulan maret 0,62%, Keterlambatan mencapai 41,2%, dan pulang awal 4,82%,
selanjutnya pada bulan april tingkat alfa 0,41%, keterlambatan mencapai
35,6%, dan pulang awal 3,56%. Tingkat alfa Pada bulan mei 0,83%,
keterlambatan mencapai 40,25%, dan pulang awal 2,51%. Dan pada bulan
juni tingkat alfa 0,62%, keterlambatan mencapai 51,36%, dan pulang awal
2,93%. Sedangkan pada bulan juli tingkat alfa 0,83%, keterlambatan
mencapai 36,47%, dan pulang awal 4,40%. Selanjutnya pada bulan agustus
tingkat alfa 1,46%, keterlambatan mencapai 36,68%, dan pulang awal 4,61%.
Tingkat kehadiran, keterlambatan dan pulang lebih awal menjadi hal yang
patut diperhitungkan, karena hal ini berkaitan langsung dengan kedisiplinan
yang berakibat pada kinerja. ketegasan yang kurang dari pemimpin juga akan
memberikan dampak pada kedisiplinan pegawai. Selain itu pegawai yang
sering melakukan pelanggaran kesdisiplinan, akan mempengaruhi shift kerja
13
pegawai seperti serah terima kerja yang mana pergantian shift yang akan
diganti sudah pulang sebelum waktunya.
Berdasarkan fakta yang penulis temukan pegawai terlambat dan tidak
mengikuti apel pagi yang dilakukan setiap jam 07.30-08.00 sehingga tidak
diperbolehkan mengisi absensi (finger perint) tetapi pegawai harus tetap
bekerja dan menjalankan tugasnya. Disamping para pegawai masih
ditemukan pulang sebelum waktu yang ditentukan oleh kantor. Sehingga
mendapatkan sanksi hukuman berupa pengurangan TKD (tunjangan kinerja
daerah).
Selain disiplin kerja pegawai, fasilitas kerja juga merupakan faktor
yang mempengaruhi pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Adanya
fasilitas kerja yang disediakan oleh perusahaan sangat mendukung pegawai
dalam bekerja. Fasilitas kerja tersebut sebagai alat atau sarana dan prasarana
untuk membantu pegawai agar lebih mudah menyelesaikan pekerjaannya dan
pegawai akan bekerja lebih produktif.
Kelengkapan alat kerja di perusahaan ini merupakan kewajiban
perusahaan untuk menyediakannya. Pentingnya kelengkapan alat kerja sangat
membantu karyawan dalam menungjang kinerjanya. Perusahaan ini sudah
memberikan kelengkapan alat kerja sesuai dengan tugas dari masing–masing
karyawanya. Tapi kenyataan yang ada kesadaran dari karyawan masih kurang
dalam menggunakan kelengkapan alat kerja. Terbukti bahwa setiap
melakukan pekerjaan di lapangan masih ada karyawan yang enggan
14
menggunakan alat tersebut. Hasil perbincangan dari salah satu karyawan
bahwa mengapa karyawan enggan menggunakan alat tersebut dikarenakan
alat yang disediakan sulit untuk dipakai, tidak nyaman, terganggu untuk
digunakan dan masih banyak faktor penyebab yang lain. Salah satu contoh
karyawan enggan menggunakan perlengkapan kerja dikarenakan semua
perlengkapan kerja harus memenuhi pengujian mutu karena harus memenuhi
standart yang telah ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri
akan memberikan perlindungan sesuai yang diharapkan. (Ismail:2016 ).
Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita,
absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar.
Masalah tersebut akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun
perusahaan yang bersangkutan, karena mungkin karyawan terpaksa berhenti
bekerja sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya. Hal inilah yang
mendorong pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja ditanamkan pada diri
para karyawan, bahkan perlu diberikan hukuman bagi karyawan yang tidak
memakai alat-alat pengaman (seperti masker, sarung tangan, tutup mulut, dan
hidung) saat bekerja. (Susiyanti:2017)
Melihat banyak nya unit perlengkapan kerja yang kurang baik dapat
meningkatkan rendahnya kualitas kesehatan dan keselamatan pegawai. Maka,
peneliti memberikan data dan informasi mengenai kondisi tersebut. berikut
data perlengkapan kerja bersama dan perlengkapan kerja pribadi.
15
Tabel 1.4
Data Perlengkapan Kerja Bersama
Periode 2017
No. JENIS KENDARAAN JUMLAH KONDISI
Baik Rusak
I. Kendaraan Tempur
1 Mobil Pompa 10 000 L 8 Unit 6 Unit 2 Unit
2 Mobil Pompa 4 000 L 33 Unit 18 Unit 15 Unit
3 Mobil Pompa 2 500 L 18 Unit 13 Unit 5 Unit
4 Mobil Submersible 4 Unit 1 Unit 3 Unit
5 Mobil Contener Selang 4 Unit 1 Unit 3 Unit
6 Mobil Quick Response / pompa 18 Unit 12 Unit 6 Unit
7 Mobil Rapid Response 2 Unit 2 Unit -
8 Mobil Light Fire Truck C/W
Water mist System 6 Unit 6 Unit -
II. Kendaraan Pendukung Utama
1 Mobil Tangga 40,9m 1 Unit - 1 Unit
2 Mobil Tangga 32m 1 Unit - 1 Unit
3 Mobil Tangga 19m Gimaex 1 Unit 1 Unit -
4 Mobil Tangga 33m Gimaex 1 Unit 1 Unit -
5 Mobil Strong Arm 1 Unit 1 Unit -
6 Mobil Smoke Removal 1 Unit - 1 Unit
7 Mobil Komando 4 Unit 2 Unit 2 Unit
8 Mobil Ambulance 1 Unit 1 Unit -
9 Mobil Foam Tender Type II 1 Unit 1 Unit -
16
Lanjutan Tambel 1.4
10 Mobil Foam 1 Unit 1 Unit -
11 Mobil Ventilation Unit C/W
Remote Control 1 Unit 1 Unit -
12 Mobil Collapsible Structure
Rescue Sets 1 Unit 1 Unit -
13 Mobil Breathing Air System
Vehicle 1 Unit 1 Unit -
14 Mobil Breathing Air System 1 Unit 1 Unit -
15 Mobil Special Multipurpose
Vehicle 1 Unit 1 Unit -
16 Mobil Fast Attack Unit 2 Unit 2 Unit -
17 Unit Medan Berat 1 Unit 1 Unit -
18 Unit Penanggulangan Banjir 1 Unit 1 Unit -
19 Mobil Ankutan Personil 1 Unit 1 Unit -
20 Mobil Pengendali Operasi 1 Unit 1 Unit -
21 Mobil Derek 1 Unit - 1 Unit
Sumber: Pengurus Barang Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan Jakbar
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui dari 8 unit mobil kendaraan
tempur bahwa masih ditemukan kondisi unit operasional yang kurang baik
dilihat dari jumlah kendaraan yang rusak masih dikatakan tinggi 15 unit yang
rusak yaitu Mobil Pompa 4 000 L. Berdasarkan wawancara peneliti dengan
salah satu personil Bpk Zaenal (2017) yang dilakukan pada tanggal 23 mei
yang menyatakan menjelaskan bahwa terkendala masalah prosedur, sering
terjadinya kendala unit yang rusak. dikatakan bahwa dalam pengajuan unit
17
operasional yang rusak tersebut tidak cepat diatasi dan bisa di duga ada
kaitannya dengan sarana perlengkapan kerja pribadi (personel) yang ada.
Dengan adanya perlengkapan kerja yang sesuai standar dan memadai personel
merasa aman sehingga fokus pada pekerjaan mereka dan diharapkan mampu
mendukung kelancaran kerja dan dapat mencapai kinerja yang optimal. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Mangkunegara (2013:161) bahwa
indikator dari kesehatan keselamatan kerja adalah dalam hal pemakaian
peralatan kerja yaitu pemeliharaan peralatan kerja, karena itu dibutuhkan
pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan peralatan kerja kantor dinas.
Tabel 1.5
Data Perlengkapan Kerja Pribadi/Personel
Periode 2017
No Nama Peralatan Jumlah
Kondisi
Baik Kurang Baik
1 Fire Jacket 436 200 236
2 Breathing apparatus 152 - 152
3 Helm 436 291 145
4 Fire Trouser 436 258 178
5 Sepatu Booth Harvick 436 286 150
Sumber: Pengurus Barang Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan Jakbar
Dari tabel diatas total keseluruhan alat pelindung personel yang
kurang baik yaitu 861 berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
18
(Purwaninggati) bahwa masih ditemukan personel yang tidak memakai alat
pelindung diri saat dalam kejadian. Dari data tersebut membuktikan masih
banyak nya kondisi peralatan kerja personel yang kurang baik, perlu
meningkatkan pemakaian alat pelindung diri agar lebih optimal dan
terciptanya suasana kerja yang sehat, aman dan nyaman. Penerapan kesehatan
keselamatan kerja pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Adm Jakarta barat tidak hanya berdampak pada pegawai
akan tetapi juga berdampak pada kantor itu sendiri, sehingga sangat penting
untuk menyediakan fasilitas perlengkapan keselamatan kesehatan kerja yang
ada. sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja personil dalam beroperasi
dilapangan.
Dalam hal ini, Keselamatan kesehatan kerja merupakan salah satu
aspek penting dalam usaha meningkatkan kinerja pegawai dan dapat
memberikan perlindungan terhadap pegawai untuk terbebas dari kecelakaan
dan lingkungan yang kurang sehat yang dapat merugikan pegawai maupun
perusahaan.
Alat-alat pekerjaan yang dipakai serta kondisi lingkungan pekerjaan
yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai macam resiko bagi para
pekerjanya. Ditinjau dari risiko pekerjaan, usaha keselamatan kesehatan kerja
dirasa sangat penting peranannya dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja. Risiko kerja ini dapat diminimalkan
dengan menerapkan prinsip-prinsip keselamatan kesehatan kerja dengan
penggunaan alat pelindung diri atau APD. Dengan adanya kecelakaan kerja
19
tersebut mengakibatkan terganggunya aktivitas kerja pegawai dan hasil
kerjanya tidak sesuai dengan tugas-tugas yang telah ditargetkan oleh
perusahaan. berikut data yang berhasil peneliti ambil mengenai kerugian jiwa
yang disebabkan oleh kecelakaan kerja pegawai pemadam kebakaran Jakarta
barat.
Tabel 1.6
Data Kerugian Jiwa Pemadam Kebakaran
Periode 2012-2017
Tahun Luka-Luka
2012 6 petugas
2013 2 petugas
2014 6 petugas
2015 11 petugas
2016 2 petugas
2017 13 petugas
Jumlah 40 petugas
Sumber: seksi operasi-suku dinas penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan Jakarta barat
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa masih terjadi kecelakaan
kerja pada petugas dinas Kebakaran di wilayah Jakarta Barat. pelanggaran
yang dilakukan dalam bentuk standar operasional procedure (SOP) para
petugas mempunyai semangat yang tinggi tetapi tidak mempertimbangkan
keselamatannya pelanggaran yang dilakukan oleh petugas operasional saat
menjalankan tugasnya tidak menjalani prosedur alat pelindung diri seperti
20
mengabaikan penggunaan masker, helm, baju tahan panas, dan sepatu. hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Mangkunegara (2013:161) Kondisi fisik
pegawai, dalam menghadapi situasi yang cukup menantang sangat berperan
dalam menentukan kesehatan dan keselamatan pegawai.
Tabel 1.7
Data Kejadian Kebakaran Jakarta Barat
Dari Tahun 2012-2017
NO Tahun Frek
Diduga
disebabkan
Listrik
Persentase
(%)
Kerugian Jiwa
Mati Luka
1. 2012 219 138 63 5 33
2. 2013 240 181 75 12 28
3. 2014 233 148 63 14 20
4. 2015 356 189 53 3 8
5. 2016 266 190 72 6 19
6. 2017 240 155 65 7 28
Jumlah 1.554 1.001 65 47 136
Sumber: seksi operasi-suku dinas penanggulangan kebakaran dan
penyelamatan Jakarta barat
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa masih tinggi
frekuensi tingkat kebakaran di wilayah Jakarta Barat. Tinginya tingkat
kebakaran didukung banyaknya pemukiman padat penduduk. Di tahun 2012
21
terdapat banyaknya luka-luka sebanyak 33 dan korban jiwa tertinggi
sebanyak 14 pada tahun 2014.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertatik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Disiplin Kerja dan Kesehatan Keselmatan Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai” (Studi Kasus Pada Suku Dinas Pemadam
Kebakaran Jakarta Barat).
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, untuk memfokuskan penelitian
yang hendaak ditulis dan memudahkan analisa, maka peneliti perlu membuat
batasan-batasan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya.
Batasan-batasan dalam penulisan ini adalah:
1. Variabel independen yang digunakan peneliti adalah Disiplin Kerja,
Keselamatan Kesehatan Kerja.
2. Variabel dependen yang digunakan oleh penulis adalah Kinerja Pegawai.
3. Objek yang diteliti oleh penulis yaitu Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari fenomena yang telah dijelaskan diatas, maka
permasalahan ini kita ketahui bahwa disiplin kerja, dan kesehatan
keselamatan kerja merupakan elemen-elemen yang dapat menujang kinerja
22
pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Dari latar belakang yang telah di
uraikan sebelumnya, maka permasalahan ini dapat disimpulkan:
1. Adakah pengaruh Disiplin Kerja (X1) secara parsial terhadap Kinerja
Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
Jakarta Barat.
2. Adakah pengaruh Kesehatan Keselamatan Kerja (X2) secara parsial
terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Jakarta Barat.
3. Adakah pengaruh Disiplin Kerja (X1), dan Kesehatan Keselamatan Kerja
(X2) secara simultan terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta barat.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitan
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Disiplin Kerja (X1)
terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta barat.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kesehatan
Keselamatan Kerja (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Suku
Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta barat.
23
c. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh Disiplin Kerja (X1), dan
Kesehatan Keselamatan Kerja (X2) secara simultan terhadap Kinerja
Pegawai (Y) pada Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Jakarta barat.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Pihak organisasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pimpinan
sebagai bahan untuk meluruskan kebijakan terkait dengan peningkatan
kinerja pegawai Suku Dinas Pemadam Kebakaran Administrasi Jakarta
Barat khususnya dalam meningkatkan disiplin dan kesehatan
keselamatan kerja pegawai.
b. Manfaat Pihak Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti
lain yang akan melaksanakan penelitian dibidang manajemen sumber
daya manusia, khususnya Disiplin Kerja, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Pegawai.
c. Manfaat Pihak Penulis
Bagi penulis, diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
kesiapan penulis bila nantinya terjun ke dunia kerja dan memperluas
pengetahuan terutama yang berhubungan antara Disiplin Kerja,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Kinerja pegawai.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Grand theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Manajemen, middle range theory dalam penelitian ini adalah Manajemen
Sumber daya Manusia (SDM) dan applied theory dalam penelitian ini
adalah Disiplin Kerja, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan Kinerja.
B. Manajemen
1. Teori Manajemen
Berdasarkan asal katanya, manajemen berasal dari kata
management yang merupakan bentuk nouns dari kata kerja to manage
yang bermakna mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola
sehingga manajemen adalah pengurusan, pengaturan, pelaksanaan, dan
pengelolaan. Triyono (2012:12)
Menurut Hasibuan (2013:1) manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Handoko (2011:8) mengatakan manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya - sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
25
Berdasarkan beberapa pengertian diatas manajemen dapat diartikan
sebagai seni mengatur berbagai sumber daya yang ada demi mencapai
tujuan tertentu.
2. Unsur-unsur Manajemen
Menurut Hasibuan (2017:1), manajemen itu terdiri dari 6 unsur atau
elemen yang disingkat dengan 6 M, yaitu:
a. Man
Man merupakan keseluruhan sumber daya manusia yang ada dalam
suatu organisasi yang mempunyai peran yang sangat penting untuk
menjalankan organisasi atau perusahaan.
b. Money
Money merupakan alat bantu pembayaran untuk kelancaran oprasional
baik internal maupun eksternal.
c. Method
Method merupakan suatu cara menggunakan semua sistem agar efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Machine
Machine disini merupakan alat bantu dalam proses produksi suatu
produk dari bahan mentah ke barang jadi.
e. Material
Material adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peralatan dan
perlengkapan untuk mendukung kegiatan oprasional.
26
f. Market
Pangsa pasar yang ada untuk menjual produk yang dihasilkan melalui
sistem distribusi yang dipakai.
3. Fungsi Manajemen
Menurut Handoko (2011:23), fungsi manajemen terdiri dari
planning, organizing, staffing, leading, dan controlling.
a. Planning
Rencana-rencana yang dibutuhkan untuk memberikan kepada
organisasi, tujuan-tujuannya, dan menetapkan prosedur terbaik untuk
pencapaian tujuan-tujuan itu.
b. Organizing
Setelah para manajer menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun
rencana-rencana atau program-program untuk mencapainya, maka
perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan
dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses.
c. Staffing
Staffing adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan,
serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam
lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.
d. Leading
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan disusun
personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan
untuk bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan.
27
e. Controlling
Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan
(controlling). Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan
penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
C. Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Viethzal Rivai (2009:1), Manajemen SDM merupakan
salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini
terdapat dalam fungsi/bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun
kepegawaian. Karena sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin
penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai
pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara
sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia.
Istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang
bagaimana seharusnya me-manage (mengelola) sumber daya manusia.
Menurut Triyono (2012:16) manajemen sumber daya manusia
adalah betugas mempelajari dan mengembangkan cara-cara agar manusia
dapat secara efektif diintegrasikan kedalam berbagai organisasi guna
mencapai tujuan-tujuannya.
Menurut Amstrong dalam Triyono (2012:12) manajemen sumber
daya manusia dapat didefinisiskan sebagai pendekatan stratejik dan
28
koheren untuk mengelola asset paling berharga milik organisasi, orang-
orang yang bekerja dalam organisasi, baik secara individu maupun
kolektif, dan memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian-pengertian diatas, manajemen
sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pengelolaan
organisasional baik individual maupun kolektif terhadap asset manusia
untuk memberikan kontribusi optimal dalam mencapai sasaran organisasi.
2. Manfaat Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rivai (2004) dalam Widodo (2015:35) manajemen
sumber daya manusia (MSDM) mempunyai manfaat bagi organisasi atau
perusahaan dan karyawan.
a) Manfaat MSDM bagi organisasi yaitu:
1) Perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada
dalam perusahaan secara lebih baik. Perencanaan sumber daya
manusia pun perlu diawali dengan kegiatan inventarisasi tenmtang
sumber daya manusia yang sudah terdapat dalam perusahaan.
Inventarisasi tersebut antara lain meliputi jumlah karyawan yang
ada.
a. Berbagai kualifikasinya
b. Masa kerja masing-masing karyawan
c. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, baik pendidikan
formal maupun program pelatihan kerja yang pernah diikuti
d. Bakat yang masih perlu dikembangkan
29
e. Minat karyawan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan di
luar tugas pekerjaan.
Hasil inventarisasi tersebut sangat penting, bukan hanya dalam
rangka pemanfaatan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas-
tugas sekarang, akan tetapi setidaknya berhubngan dengan empat
kepentingan di masa depan, yaitu:
a. Promosi karyawan tertentu untuk mengisi lowongan jabatan
yang lebih tinggi jika karena berbagai sebagai terjadi
kekosongan.
b. Peningkatan kemampuan pelaksanaan tugas yang sama.
c. Dalam hal terjadinya alih wilayah kerja yang berarti seseorang
ditugaskan ke lokasi baru tetapi sifat tugas jabatannya tidak
mengalami perubahan.
2) Melalui perencanaan sumber daya manusia yang matang efektifitas
kerja juga dapat lebih ditingkatkan apabila sumber daya manusia
yang ada telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Standard
operating procedure (SOP) sebagai pedoman kerja yang telah
dimiliki yang meliputi: suasana kerja yang kondusif, perangkat
kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia
telah tersedia, adanya jaminan keselamatan kerja, semua system
telah berjalan dengan baik, dapat diterapkan secara baik fungsi
30
organisasi serta penempatan sumber daya manusia yang telah
dihitung berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
3) Produktivitas dapat lebih ditingkatkan apabila memilikin data
pengetahuan, pekerjaan, pelatihan yang telah diikuti oleh sumber
daya anusia. Dengan mengikutsertakankaryawan dalam berbagai
pendidikan dan pelatian, akan mendorong karyawan untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya. Melalui pendidikan dan
pelatihan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan
sumber daya manusia yang diikuti dengan peningkatan disiplin
kerjayang akan menghasilkan sesuatu secara lebih profesional
dalam menangani pekerjaan yang berkaitan langsung dengan
kepentingan perusahaan.
4) Perencanaan sumber daya manusia berkaitan dengan penentuan
kebutuhan tenaga kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah dan
kualifikasinya untuk mengisi berbagai jabatan dan
menyelenggarakan berbagai aktifitas baru kelak.
5) Salah satu segi manajemen sumber daya manusia yang dewasa ini
dirasakan semakin penting ialah penanganan informasi
ketenagakerjaan. Dengan tersedianya informasi yang cepat dan
akurat semakin penting bagi perusahaan, terutama perusahaan yang
memilki sumber daya manusia yang banyak dengan cabang yang
tersebar di berbagai tempat (baik dalam negeri maupun di luar
31
negeri). Dengan adanya informasi ini memudahkan manajemen
melakukan perencanaan sumber daya manusia (human resources
information) yang berbasis pada teknologi canggih merupakan
suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan di era perubahan
yang serba cepat.
6) Sepertio telah dimaklumi salah satu kegiatan pendahuluan dalam
melakukan perencanaan termasuk perencanaan sumber daya
manusia adalah penelitian. Berdasarkan bahan yang diperoleh dan
penelitian yang dilakukan untuk kepentingan perencanaan sumber
daya manuisa, akan timbul pemahaman yang tepat tentang situasi
pasar kerja dalam arti:
a) Permintan pemakai tenaga kerja atas tenaga kerja dilihat dan
segi jumlah, jenis, kualifikasi dan lokasinya.
b) Jumlah pencari pekerjaan beserta bidang keahlian
keterampilan, latar belakang profesi, tingkat upah atau gaji dan
sebagainya. Pemahaman demikian penting karena bentuk
rencana yang disusun dapat disesuaikan dengan situasi pasaran
kerja tersebut.
7) Rencana sumber daya manusia merupakan dasar bagi penyusunan
program kerja bagi satuan kerja yang menangani sumber daya
manusia dalam perusahaan. Salah satu aspek program kerja
tersebut adalah pengadaan karyawan baru guna memperkuat tenaga
32
kerja yang sudah ada demi peningkatan kemampuan perusahaan
mencapai tujuan dn berbagai sasarannya. Tanpa perencanaan
sumber daya manusia, sukar menyusun program kerja yang
realistik.
8) Mengetahui pasar tenaga kerja. Pasar tenga kerja. Pasar kerja
merupakan sumber untuk mencari calon-calon sumber daya
manusia yang potensial untuk diterima (recruiting) dalam
perusahaan. Dengan adanya data perencanaan sumber daya
manusia di samping mempermudah mencari calon yang cocok
dengan kebutuhan dapat pula digunakan untuk membantu
perusahaan lain yang memerlukan sumber daya manusia.
9) Acuan dalam menyusun program pengembagan sumber daya
manusia. Perencanaan sumber daya manusia dapat dijadikan
sebagai salah satu sumbangan acuan, tetapi dapat pula berasal dari
sumber lai. Dengan adanya data yang lengkap tentang adanya
potensi sumber daya manusia akan lebih mempermudah dalam
menyusun program yang lebih matang dan lebih dapat
dipertanggung jawabkan. Berdasarkan hahal tersebut, dapat
diketahui manfaat dari perencanaan sumber daya manusia dalam
suatu perusahaan sebagai sesuatu yang sangat penting demi
kelancaran dan tercapainya tujuan dari perusahaan.
33
3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2017:21) terdapat dua fungsi yang berperan
didalam manajemen personalia yaitu fungsi manajerial dan fungsi
operasional. Adapun fungsi-fungsi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Manajerial
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif
untuk membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan
dengan menetapkan program kepegawaian.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja,
hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi
dalam bagan organisasi.
3) Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerjasama dan bekerja efektif dan efisien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.Pengarahan dilakukan pemimpin dengan
menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan
baik.
34
4) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan
agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana yang sebelumnya telah ditetapkan. Apabila
terdapat kesalahan atau penyimpangan, diadakan perbaikan
penyempurnaan rencana.
b. Fungsi Operasional
1) Pengadaan tenaga kerja (Recruitment)
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
2) Pengembangan (Development)
Pengembagan adalah proses peningkatan keterampilan teknis,
teoritis, konseptual dan moral karyawan meliputi pendidikan
dan pelatihan karyawan. Pendidikan dan pelatihan yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini
maupun masa depan.
3) Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (Direct)
maupun tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada
karyawan sebagai imbalan balas jasa yang diberikan kepada
perusahaan.
35
4) Pengintegrasian (Integration)
Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan, agar terciptanya kerjasama yang serasi
dan saling menguntungkan.
5) Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar
mereka tetap mau bekerja sama sampai masa pensiun.
Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program
kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar
karyawan.
6) Kedisiplinan (Dicipline)
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati
peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
Kedisiplinan merupakan fungsi yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit
diwujudkannya tujuan maksimal.
7) Pemberhentian (Separation)
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari
suatu perusahaan.Pemberhentian ii disebabkan oleh keinginan
karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir,
pensiun dan sebab-sebab lainnya.
36
4. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
meningkatkan kontribusi sumber daya manusia terhadap organisasi dalam
rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan Notoatmojo
(2009:86). Tujuan utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan Masyarakat (Societal Objective)
Untuk bertanggungjawab secara sosial terhadap kebutuhan dan
tantangan-tantangan yang timbul dari masyarakat serta
bertanggungjawab dalam mengelola sumber daya manusianya agar
tidak mempunyai dampak negatif terhadap masyarakat.
b. Tujuan Organisasi (Organization Objective)
Untuk mengenal bahwa manajemen sumber daya manusia itu ada
(exist) yang merupakan suatu perangkat atau alat untuk membantu
tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan.
c. Tujuan Fungsi (Funcional Objective)
Untuk memelihara (maintain) kontribusi sumber daya manusia untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
d. Tujuan Personel (Personnel Objective)
Untuk membantu pegawai dalam mencapai tujuan-tujuan pribadinya
yang merupakan disiplin kerja dan pemeliharaan terhadap pegawai
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
37
D. Displin Kerja
1. Teori Disiplin Kerja
Hasibuan (2014:193) menyatakan kedisiplinan adalah kesadaran
dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-
norma sosial yang berlaku.
Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002:15) dalam Sinambela
(2012:238) disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang
menjamin adanya kepatuhan terhadap “perintah” dan berinisiatif untuk
melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada
“perintah”.
Menurut Davis dalam (1985:336) dalam Sinambela (2012:238)
adalah pengelolaan untuk memperteguh dan melaksanakan pedoman-
peedoman organisasi.
Memperhatikan ketiga konsep diatas, dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya disiplin adalah kepatuhan pada aturan atau perintah yang
ditetapkan oleh organisasi.
2. Tujuan Disiplin Kerja
Menurut Edy Sutrisno (2009:87) keteraturan adalah ciri utama
organisasi dan disiplin adalah salah satu metode untuk memelihara
keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan
efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu
dan energi. Selain itu, disiplin mencoba untuk mencegah kerusakan atau
kehilangan harta benda, mesin, peralatan dan perlengkapan kerja yang
38
disebabkan ketidakhati-hatian, sendau gurau atau pencurian. Disiplin
mengatasi kesalahan dan keteledoran yang disebabkan karena kurang
perhatian, ketidakmampuan, dan keterlambatan. Disiplin berusaha
mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awalnya mengakhiri
kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Disiplin juga
berusaha untuk mengatasi perbedaan pendapat antar karyawan dan
mencegah ketidaktaatan yang disebabkan oleh salah pengertian dan salah
penafsiran.
Singkatnya, disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih
jauh, guna menjaga efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-
tindakan individu dalam itikad tidak baiknya terhadap kelompok. Lebih
jauh lagi, disiplin berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan
menetapkan respons yang dikehendaki.
Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya,
baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi
adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan
kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana yang menyenangkan
sehingga akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dengan demikian, karyawan dapat melaksanakan tugasnya
dengan penuh kesadaran serta dapat mengembangkan tenaga dan
pikirannya semaksimal mungkin demi terwujudnya tujuan organisasi.
39
Ketidakdisiplinan dan kedisiplinan dapat menjadi panutan orang
lain. Jika lingkungan kerja semuanya disiplin, maka seorang karyawan
akan ikut disiplin, tetapi jika lingkungan kerja organisasi tidak disiplin,
maka seorang pegawai juga akan ikut tidak disiplin. Untuk itu sangat sulit
bagi lingkungan kerja yang tidak disiplin tetapi ingin menerapkan
kedisiplinan karyawan, karena lingkungan kerja akan mejadi panutan bagi
para karyawan.
3. Macam-Macam Disiplin Kerja
Menurut Mangkunegara (2013:129) ada 2 bentuk disiplin kerja,
yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.
a) Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakan
pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang
telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk
menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif,
pegawaidapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan
perusahaan.
Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam
membangun iklim organisasi dengan disiplin reventif. Begitu pula
pegawai harus da wajib mengetahui, memahami semua pedoman kerja
serta peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi.
Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan
dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam
40
organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka diharapkan akan lebih
mudah menegakkan disiplin kerja.
b) Displin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu
diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
4. Pelaksanaan Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja
Adapun menurut Mangkunegara (2013:131) Pelaksanaan sanksi
yang harus di lakukan terhadap pelanggar Disiplin sebagai berikut :
a. Pemberian peringatan
Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan surat peringatan
pertama, kedua, ketiga. Tujuan pemberian peringatan adalah agar
pegawai yang bersangkutan menyadari pelanggaran yang telah di
lakukannya. Di samping itu pula surat peringatan tersebut dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan penilaian kondite
pegawai.
b. Pemberian Sanksi Harus Segera
Pegawai yang melanggar disiplin harus segera di berikan sanksi yang
sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku. Tujuanya agar
41
pegawai yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang
berlaku di perusahaan. Kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah
disiplin yang ada. Di samping itu, memberi peluang pelanggar untuk
mengabaikan disiplin perusahaan.
c. Pemberian Sanksi Harus Konsisten
Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus konsisten.
Hal ini bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai peraturan-
peraturan yang berlaku pada perusahaan. Ketidak konsistenan
pemberian sanksi dapat mengakibatkan pegawai merasakan adanya
diskriminasi pegawai, ringanya sanksi, dan pengabaian disiplin.
d. Pemberian Sanksi Harus Impersonal
Pemberian sanksi pelanggaran harus tidak membeda-bedakan pegawai,
tua muda, pria-wanita, tetap di berlakukan sama sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Tujuannya agar pegawai menyadari bahwa
disiplin kerja berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2016:89) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai yaitu:
1) Faktor-faktor pendukung disiplin kerja
a) Besarnya pemberian kompensasi
Besar kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin,
para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia
42
merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan balas
jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia
menerima konpensasi yang memadai, mereka akan bekerja dengan
tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian pemberian kompensasi yang memadai
belum tentu juga menjamin tegaknya disiplin.
b) Adanya keteladanan pemimpin dalam perusahaan.
Keteladanan pemimpin sangat penting sekali dalam
menegakkan kedisiplin pegawai, karena dalam linkungan kerja,
semua pegawai akan selalu memperhatikan dan mengikuti
bagaimana pemimpin menegakkan disiplin dirinya, dan bagaiman ia
dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan sikap yang
dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan, misalkan
aturan jam kerja, maka pemimpin tidak akan masuk kerja terlambat
dari waktu yang sudah ditetapkan.
c) Adanya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam
perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat
dijadikan pegangan bersama.disiplin tidak mungkin dapat
ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan intruksi
lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
Oleh sebab itu, disiplin akan dapat ditegakkan dalam suatu
perusahaan, jika ada aturan tertulis yang telah disepakati bersama.
43
Dengan demikian, para karyawan akan mendapat suatu kepastian
bahwa siapa saja dan perlu dikenakan sanksi tanpa pandang bulu.
d) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
Keberanian pemimpin untuk mengambil tindakan yang sesuai
dengan tingkat pelangaran yang dibuatnya, dengan adanya tindakan
terhadap pelanggaran disiplin, sesuai dengan sanksi yang ada maka
semua karyawan merasa terlindungi dan dalam hatinya berjanji
tidak akan berbuat hal yang serupa. Bila pimpinan tidak berani
mengambil tindakan padahal pegawai sudah terang-terangan
melanggar disiplin, maka akan sangat berpengaruh kepada suasana
kerja dalam perusahaan. Jika tidak ada keberanian pimpinan dalam
memberikan hukuman, maka banyak pegawai yang akan berkata
“untuk apa disiplin, sedang orang yang melanggar disiplin saja tidak
pernah dikenakan sanksi.
2) Faktor-faktor Penghambat Disiplin Kerja
a) Pengawasan yang kurang oleh Perusahaan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu
ada pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar
dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan
yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia pula
bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau di ikat oleh
peraturan apa pun juga. Dengan adanya pengawasan, maka sedikit
banyak para pegawai akan terbiasa melaksakan disiplin kerja.
44
b) Tidak adanya perhatian kepada para pegawai.
Pegawai tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi
yang tinggi, pekerjaan yang menentang, tetapi juga mereka masih
membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri.
Keluhan dan kesulitan mereka ingin didengar, dan dicarikan jalan
keluarnya. Pimpinan yang berhasil memberi perhatian yang besar
kepada para pegawai akan dapat menciptakan disiplin kerja yang
baik, karena dia akan selalu dihormati, dan dihargai oleh para
pegawainya, sehingga akan berpengaruh besar kepada prestasi,
semangat kerja dan moral kerja pegawai.
c) Tidak diciptakannya kebiasaan-kebiasaan positif yang mendukung
tegaknya disiplin.
Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain adalah sebagai berikut:
- Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan perkerjaan.
- Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya,
sehingga para pegawai akan turut merasa bangga dengan pujian
tersebut.
- Sering mengikutsertakan pegawai dalam pertemuan-pertemuan,
apalagi pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan
mereka.
- Memberitahu bila ingin meninggalkan tempat kerja kepada
rekan sekerja, dengan menginformasikan, ke mana dan untuk
urusan apa, walaupun kepada bawahan sekalipun.
45
Apabila kesemua faktor pendukung yang disebutkan diatas,
diterapkan dalam suatu organisasi ataupun perusahaan, maka penegakkan
kedisiplinan akan mudah dilaksanakan. Sebaliknya perusahaan harus
menghindari faktor-faktor yang menghambat agar lebih mudah
menegakkan kedisiplinan karyawan. Dengan demikian para pegawai
akan disiplin terhadap segala aturan dan prosedur yang telah ditetapkan
organisasi maupun perusahaan.
46
Pengajuan
banding ke
petun
(pengadil
an tata
usaha
negeri)
Pembentukan
dewan /majelis
sidang PNS
Beranggotakan:
Pejabat eselon
II (Ka. UPT)
Atasan
langsung dari
pegawai
Ka.Subag/
Ka.bag
kepegawaian
Majelis sidang
pelanggaran
disiplin PNS
Beranggotakan:
(Ketua) – kepala
kantor
Ka. Bag/ Ka.
Subag kepegawai
an
Saksi Ahli
Pejabat PPNS
(pejabat
penyididk negeri
sipil)
Putusan hasil
sidang
Bertugas:
Mencatat &
menerima
laporan dari
masyarakat/
penegak
hukum
Mengumpul
kan data dan
informasi
terkait kasus
PNS yang
bersangkutan
menentukan
jadwal sidang
membuat
undangan
sidang
menyampai
kan hasil
sidang
Bertugas:
Memeriksa berkas
laporan
Mendengarkan
tuntutan
pelanggran
disiplin yang
disampaikan oleh
PPNS
Mendengarkan
saksi ahli
Mendengarkan
duplik/
pembelaan dari
pegawai yang
disangkakan
melakukan
pelanggaran
disiplin PNS
Putusan diterima
PNS yang di duga
melakukan
pelanggaran
disiplin menerima
putusan hasil
sidang majelis,
sidang pelanggaran
disiplin PNS
Putusan ditolak
PNS yang di duga
melakukan
pelanggaran
menolak putusan
hasil sidang majelis,
sidang pelanggaran
disiplin PNS
Laporan dari
masyarakat/penegak
hukum
Pengajuan banding
a. PNS mengajukan
bandng ke
majelis
pelanggaran
disiplin tingat
unit eselon I/
lembaga/
departemen
b. Dalam jangka 30
hari majelis harus
membuat
pernyataan
keputusan
terhadap banding
yang diajukan
oleh PNS
Putusan diterima
PNS yang di
duga melakukan
pelanggaran
disiplin
menerima
putusan yang
dikeluarkan oleh
majelis sidang
pelanggaran
disiplin tingkat
banding
dilembaga/
departemen
Putusan yang
ditolak:
PNS yang di
duga melakukan
pelanggaran
disiplin menolak
putusan yang
dikeluarkan oleh
majelis sidang
pelanggaran
disiplin tingkat
lembaga/
departemen
Sumber: Perka BKN No. 21/2010 yang telah diolah
Gambar 2.1
Prosedur atau Tata CaraPenjatuhan Hukuman Disiplin Kerja
Pegawai Dinas Pemadam Kebakaran
Putusan
tetap/in
krach
47
6. Kebijakan Pimpinan Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Administrasi Jakarta Barat dalam Meningkatkan
Disiplin Kerja Pegawai.
1) Memberikan perhatian serius pada berbagai keluhan pegawai adalah
kewajiban pimpinan, hal ini mendorong pertumbuhan disiplin kerja
pegawai dalam organisasi. Dalam hal ini pimpinan harus memutuskan
jenis perilaku seperti apa yang dikehendaki untuk dilakukan oleh para
pegawai dan bagaimana melakukannya.
2) Komunikasi berbagai peraturan. Para pegawai hendaknya mengetahui
peraturan-peraturan perusahaan dan standar serta konsekuensi
pelanggaran terhadapnya. Setiap pegawai hendaknya memahami
secara penuh kebijakan -kebijakan dan prosedur-prosedur disiplin.
3) Pimpinan harus berpegang teguh pada aturan yang ada dan
melaksankannya dengan konsisten. Prosedur-prosedur disiplin perlu
dirancang dengan cermat oleh pimpinan dengan melibatkan seluruh
komponen anggota organisasi dan mengikuti serangkaian tindakan
yang sudah disepakati dari awal sehingga dapat ditegakkan.
4) Perusahaan memberikan lingkungan kerja yang kondusif. Lingkungan
kerja yang bersih, nyaman,, dan kondusif merupakan lingkungan kerja
yang diharapkan oleh setiap pegawai. dengan lingkungan kerja yang
kondusif maka akan mendorong pegawai untuk berekpresi dan
memberikan ide-ide baru.
48
7. Dimensi dan Indikator Disiplin Kerja
Menurut Hasibuan (2013:194) pada dasarnya banyak indikator
yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan suatu organisasi,
diantaranya:
a) Tujuan dan Kemampuan
Teladan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
kerja pegawai. tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan
secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.
Tujuan dalam hal ini berarti, pekerjaan yang dibebankan kepada
karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan tersebut, agar
dapat lebih bersungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Namun jika
pekerjaan yang diberikan jauh dibawah kemampuannya, maka
kesungguhan dan kedisiplinan karyawan tersebut rendah.
Indikator pada dimensi dalam tujuan sebagai berikut:
1). Mempunyai disiplin tinggi dalam melaksanakan tugas
2). Kemampuan didalam melaksanakan tugas
3). Memiliki ketrampilan/ skill dalam menggunakan peralatan kerja
Indikator dalam dimensi kemampuan sebagai berikut:
1). Pegawai bekerja sesuai dengan uraian tugas
b) Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan bagi para
bawahannya. Pempinan harus member contoh yang baik, berdisiplin
49
baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan
pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika
teladan pimpinan kurang baik (kurang disiplin), para bawahn pun
akan kurang disiplin.
Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika
dia sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa
perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah
yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik
agar para bawahan pun mempunyai disiplin yang baik pula.
Indikator dalam dimensi teladan pimpinan sebagai berikut:
1). Pimpinan memberikan contoh teladan bagi pegawai dalam
berperilaku sehari-hari
c) Balas Jasa
Balas jasa (Gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi
kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan
dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika
kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan
mereka akan baik pula.
Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik, perusahaan
harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan
karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima
kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta
keluarga.
50
Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan
karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan
karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan
menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama
kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
Indikator dalam dimensi balas jasa sebagai berikut:
1) Pegawai memperoleh kompensasi yang sesuai dengan
kontribusinya kepada instansi.
2) Pegawai merasa puas dengan kompensasi yang diberikan
instansi
d) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan,
karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan
minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.
Keadilan yang dijadikan dasr kebjaksanaan dalam pemberian balas
jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya
kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam
memimpin selalu berusaha besikap adil terhadap semua bawahannya.
Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik
pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap
perusahaan supaya kedisiplinan karyawan baik pula.
Indikator dalam dimensi keaadilan sebagai berikut:
51
1) Pimpinan bersikap adil dan bijak dalam menyelesaikan konflik
antar pegawai
2) Instansi selalu memberikan penghargaan bagi pegawai yang
bekerja sesuai SOP
e) Pengawasan Melekat (Waskat)
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling
efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan.
Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi
perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat
mengawasi dan memberi petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja
karyawan. Karyawan meraa mendapat perhatian, bimbingan,
petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui
kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya, sehingga
konduite setiap bawahan dinilai objektif. Waskat bukan hanya
mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetap juga
harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk
mewujudkan tujuan organisasi, karyawan,, dan masyarakat. Dengan
sistem yang baik akan tercipta internal control yang dapat mengurangi
52
kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral kerja
karyawan.
Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan
dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara atasan dengan
bawahan, terwujudlah kerja sama yang baik dan harmonis dalam
perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang
baik.
Indikator dalam dimensi pengawasan melekat (Waskat) sebagai
berikut:
1) Pimpinan selalu melaksankan monitoring setiap saat terhadap
pekerjaan yang dilakukan pegawai
f) Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara
kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat,
karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan
perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan
berkurang.
Berat atau ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik atau buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi
hukuman harus diterapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk
akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi
hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya
53
hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya.
Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang
indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk
memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
Indikator dalam dimensi sanksi hukuman sebagai berikut:
1) Hukman disiplin yang diberikan pimpinan sesuai dengan tingkat
kesalahan yang dilakukan pegawai
2) Instansi memberikan hukuman disiplin yang bersifat mendidik
pegawai
g) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan
mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. pimpinan harus
berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang
indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.
Pimpinan yang berani menindak tegas menerapkan hukuman bagi
karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui
kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demikian, pimpinan
akan memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
Indikator dalam dimensi ketegasan sebagai berikut:
1) Pimpinan tegas dalam menerapkan sanksi pada setiap pegawai
yang melanggar peraturan
54
h) Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesame
karyawan ikut menciptkan kedisiplinan yang baik pada suatu
perusahaan. hubungan-hubungan baik bersifat vertical maupun
horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group
relationship, dan cross relationship hendaknya berjalan harmonis.
Manajer harus berusaha menciptakan suasana kemanusiaan yang
serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun horizontal diantara
semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan
mewujudkan lingkunagan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini
akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. jadi,
kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubngan kemanusiaan
dalam organisasi tersebut baik.
Indikator dalam dimensi hubungan kemanusiaan sebagai
berikut:
1) Kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan
kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik
E. Keselamatan Kesehatan Kerja
1. Teori Keselamatan Kesehatan Kerja
Menurut Mengginson dalam Mangkunegara (2013:161)
mengungkapkan bahwa keselamatan mencakup kedua istilah risiko
keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam bidang kepegawaian, kedua
55
istilah tersebut dibedakan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang
aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat
kerja. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja
yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong,
luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan
pendengaran. Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari
gangguan fisk, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan,
lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.
Menurut Ridley dalam Nurjaman (2014:290) Kesehatan dan
keselamatan kerja adalah kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman,
baik dari pekerjanya, perusahaan maupun masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Menurut Riani (2013:213) kesehatan dan keselamatan kerja adalah
hal yang penting untuk diperhatikan secara teratur oleh setiap perusahaan
karena hal ini menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja tidak hanya
para karyawan namun juga para tamu, pelanggan dan supplier yang
berkunjung ke perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah kondisi aman, sehat, bebas dari
pencermaran lingkungan sehingga bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
56
2. Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah menurut
Mangkunegara (2013:162) sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya, seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara kenyamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
gizi pegawai.
e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam kerja.
Dalam kaitan ini, menurut Wibowo (2012) tujuan dan manfaat
keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
Tujuan utama dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
tindakan pengelolaan aktivitas-aktivitas organisasi untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko kecelakaan kerja yang dialami para anggota
organisasi untuk mencapai keamanan dan kenyamanan kerja dalam
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Berdasarkan Menteri
Tenaga Kerja nomor per.05/Men/1996 pasal 2, sebagai tujuan dan sasaran
57
dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah menciptakan suatu sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Diciptakannnya undang-undang dan peraturan-peraturan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja akan memilki manfaat yang besar bagi
masyarakat secara umum, khususnya bagi para pekerja itu sendiri. Di sisi
lain, penerapan keselmatan dan kesehatan kerja memiliki berbagai manfaat
bagi industrii. Perusahaan tidak dirugikan dalam kegiatan produksi atas
hilangnya sebagian waktu, kerugian material, dan biaya pengobatan akibat
kecelakaan kerja, secara moral aryawan merasa aman dan nyaman bekerja
sehingga meningkatkan kinerja. Selain itu, manfaat lain, yang sama
dengan itu yaitu kesan masyarakat terhadap perusahaan semakin baik,
terciptanya hubungan yang harmonis antara karyawan dengan perusahaan,
dan komitmen terhadap perusahaan semakin tinggi.
3. Usaha-usaha dalam meningkatkan Keselamatan Kesehatan Kerja
Usaha-usaha yang diperlukan dalam meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2013:162) yaitu sebagai berikut:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.
b. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja
pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.
58
c. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna
ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan
mencegah kebisingan.
d. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.
e. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan
kerja.
f. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja
pegawai.
4. Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan
Kerja
Menurut Sedemaryanti (2011:208) dalam penerapan sistem
manajemen K3, organisasi, wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan tujuan dan sasaran penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mngembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan mencapai kebijakan, tujuan, sasaran, keselamatan, dan
kesehatan kerja.
d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
59
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem
manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan dengan
meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan keselematan dan kesehatan kerja adalah menjamin keadaan,
keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia
serta karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dan manusia pada khususnya. Cara menanggulangi
keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain dengan cara:
a. Meniadakan unsur penyebab kecelakaan.
b. Mengadakan pengawasan yang ketat.
Sasaran yang hendak dicapai oleh keselamatan dan kesehatan kerja
adalah:
a. Tumbuhnya motivasi untuk bekerja secara aman.
b. Terciptanya kondisi kerja yang tertib, aman dan menyenangkan.
c. Mengurangi tingkat kecelakaan dilingkungan kantor.
d. Tumbuhnya kesadaran akan pentingnyamakna keselamatan kerja
dilingkungan kantor.
e. Meningkatnya produktivitas kerja.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kesehatan Kerja
Menurut Simajuntak (2011:165) terdapat banyak faktor yang
menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja, antara lain karena:
1) Pekerjaan yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui
cara mengoperasikan alat-alat tersebut.
60
2) Pekerja tidak hati-hati, lalai, kondisi yang terlalu lelah atau dalam
keadaan sakit.
3) Tidak tersedia alat-alat pengaman
4) Alat kerja atau alat produksi yang digunakan dalam keadaan tidak
baik atau tidak layak dipakai.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi Keselamatan Kesehatan Kerja
menurut Handoko (2000:191), diantaranya yaitu:
1) Membuat kondisi kerja yang aman.
2) Pendidikan dan pelatihan kesehatan & keselamatan kerja.
3) Penciptaan lingkungan kerja yang sehat.
4) Pelayanan kebutuhan karyawan
5) Pelayanan kesehatan.
6. Faktor Pendukung dan Penghambat keselamatan kesehatan kerja
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keselamatan kesehatan kerja
menurut Wibowo (2012:394) yaitu:
a. Faktor penghambat keselamatan kesehatan kerja
1) prosedur tidak lengkap menimbulkan karyawan dapat merubah
sendiri.
2) Para karyawan tidak mengikuti prosedur yang ditetapkan
3) Para karyawan kurang memahami prosedur
4) Para karyawan kurang menyadari akan bahaya
5) Para karyawan tidak menggunakan peralatan sesuai waktunya
6) Terdapat kesalahan dalam mengambil tindakan, terutama pada
saat mengalami tekanan
61
7) Terjadi penyimpangan dari keadaan normal
8) Terganggungnya aktivitas karena terlalu banyak yang campur
tangan
9) Kesalahan atau terlambat membaca instrument
10) Kekurang hati-hatian dalam menggunakan alat control
11) Kurangnya pemahaman tentang deskripsi instrument karena
petunjuk yang tidak jelas
12) Kelelahan
b. Faktor pendukung keselamatan kesehatan kerja
1) Menetapkan bahwa para karyawan menerima prosedur yang
lengkap
2) Melakukan peninjauan terhadap prosedur untuk memastikan
bahwa karyawan dapat mengikutinya dengan mudah
3) Memastikan bahwa karyawan dapat petunjuk yang sudah
ditetapkan
4) Memastikan pegawai mengetahui bahwa harus menghindari
penggunaan alat pengaman
5) Memberi petunjuk kepada para karyawan tentang tindakan yang
harus diambil dalam keadaan luar biasa atau darurat
6) Melakukan pemeriksaan kepada peralatan baru. Hindari peralatan
yang menyimpang dari keadaan normal yang mudah menibulkan
kecelakaan.
7) Hindari agar tidak terlalu banyak pekerja yang campur tangan
dalam suatu tempat pada saat yang sama.
62
8) Instrument diberi label yang mudah dibaca. Lalu, periksa apakah
sudah tersedia penerangan yang cukup untuk membaca label
tersebut.
9) Para pekerja diharuskan mengetahui alat-alat control yang secara
tidak sengaja dapat mengaktifkan peralatan sehingga usaha
perlindungan tidak dapat dilakukan
10) Instrument yang paling penting harus dipahami dengan jelas agar
dapat mengoperasikan peralatan yang ada
11) Lakukan pemeriksaan terhadap tingkat kebisingan, getaran,
temperature, kelembaban, agar menyebabkan kelelahan pegawai
secara tidak normal
7. Prosedur atau Tata Kerja Penanganan Kecelakaan Kerja Suku Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Administrasi Jakarta Barat.
a. Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, ia berkewajiban menunjukan
dan menjelaskan tentang:
1) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja.
2) Semua alat pengamanan dan perlindungan yang diharuskan.
3) Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya.
4) Memeriksa kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja yang
bersangkutan.
b. Terhadap tenaga kerja yang telah atau sedang dipekerjan, ia
berkewajiban:
1) melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan,
penanggulangan kebakaran, pemberian pertolongan pertama pada
63
kecelakaan (P3K) dan peningkatan usaha keselamatan dan
kesehatan kerja pada umumnya.
2) memeriksa kesehatan baik fisik maupun mental secara berkala.
3) menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan diri
yang diwaibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh
tenaga kerja.
4) memasang gambar dan undang-undang keselamatan kerja serta
bahan pembinaan lainnya di tempat kerja sesuai dengan peyunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja.
5) melaporkan setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan,
kebakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja
tersebut kepada Kantor Depatemen Tenaga Kerja Setempat.
8. Kebijakan Pimpinan Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Administrasi Jakarta Barat dalam Meningkatkan
Keselamatan Kesehatan Kerja.
a. Memantau keselamatan dan kesehatan pegawai tiap hari
b. Melatih pegawai tiap hari
c. Menginvestigasi kecelakaan
d. Mengamati perilaku keselamatan dan kesehatan pegawai
e. Memantau angkatan kerja atas masalah keamanan
f. Berkomunikasi dengan pegawai untuk menyebut pegawai yang
kemungkinan besar sulit
g. Mengikuti prosedur-prosedur keamanan dan merekomendasikan
perubahan seperlunya.
64
Dalam hal ini, kepala Suku Dinas Kota mempunyai tugas menurut
peraturan gubernur provinsi daerah khusus Ibukota Jakarta nomor 264 tahun
2016 yaitu :
a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas sebgaimana dimaksud dalam pasal 33 yaitu Suku Dinas Kota
mempunyai tugas melaksankan upaya pencegahan, penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan pada lingkup Kota Administrasi.
b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas
c. Melaksankan kerjasama dan koordinasi dengan SKPD/UKPD dan/ atau
Instansi pemerintah/ swasta dan masyarakat dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi Suku Dinas Kota.
d. Melporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Suku Dinas Kota.
9. Dimensi dan Indikator Keselamatan Kesehatan Kerja
Dimensi keselamatan kesehatan kerja menurut mangkunegara (2013:163);
a. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: Penyusunan dan
penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya, Ruang kerja yang terlalu padat dan
sesak, Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
Indikator dalam dimensi tempat lingkungan kerja sebagai berikut:
1) Lingkungan kerja fisik
2) Penyusunan dan penyimpinan barang-barang yang berbahaya yang
kurang diperhitungkan keamanannya
65
3) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
b. Pengaturan udara, meliputi pergantian udara di ruang kerja, suhu
udara.
Indikator dalam dimensi pengaturan udara sebagai berikut:
1) Mengatur suhu dan kelembapan udara diruang kerja yang baik
c. Pengaturan pencahayaan dan penerangan meliputi Pencahayaan yang
cukup dalam ruang yang digunakan untuk bekerja, Pengaturan
penerangan.
Indikator dalam dimensi pengaturan pencahayaan dan penerangan
sebagai berikut:
1) Penerangan pada ruangan kerja
d. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi Pengaman peralatan kerja
yang sudah usang atau rusak, Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa
pengaman yang baik, Pengaturan penerangan.
Indikator dalam dimensi peralatan kerja sebagai berikut:
1) Instansi menyediakan peralatan kerja
2) Peralatan yang layak
e. Kondisi fisik pegawai meliputi Kerusakan alat indera, Emosi pegawai
yang tidak stabil, Program jaminan kesehatan.
Indikator dalam dimensi kondisi fisik sebagai berikut:
1) Kesehatan fisik
2) Mental psikologi pegawai
3) Emosi pegawai yang tidak stabil
66
4) Instansi menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama
apabila terjadi kecelakaan
5) Instansi memberikan jaminan kesehatan kepada setiap pegawai
F. Kinerja
1. Teori Kinerja
Mangkunegara (2011:67) yang mengemukakan pengertian kinerja
pegawai sebagai berikut “istilah kinerja pegawai berasal dari kata job
performance atau Actual Performmance yang bisa diartikan secara bebas
dengan prestasi kerja atau preestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang”. Jadi pengertian kinerja pegawai adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
pernyataan John Miner dalam Sutarto (2009) mengatakan bahwa
kinerja adalah tingkat keberhasilan seorang karyawan di dalam
melaksanakan pekerjaan.
Hasibuan (2011:94) mendefinisikan kinerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang di dasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor
penting yaitu, kemampuan dann minat seseorang pekerja, kemampuan dan
67
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat disiplin
kerja seseorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor diatas, semakin
besarlah kinerja pegawai tersebut.
Widodo (2015) berpendapat bahwa kinerja adalah bagian hasil kerja
pegawai baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar
kerja yang telah ditentukan.
Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan suatu kinerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas
yang telah dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan fungsi,
tugas, dan tanggung jawabnya dalam pekerjaannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Simajuntak (2005) dalam Widodo (2015:133) kinerja
dipengaruhi oleh:
a. Kualitas dan kemampuan pegawai. yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan pendidikan atau pelatihan, etos kerja, motivasi kerja, sikap
mental, dan kondisi fisik pegawai.
b. Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan lingkungan
kerja (keselamatan kerja, kesehatan keselamatan, sarana produksi,
teknologi) dan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan
pegawai (upah atau gaji, jaminan sosial, keamanan kerja)
c. Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan-
kebijaksanaan pemerintah dan hubungan industrial manajemen.
68
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja menurut Sedarmayanti dalam
Widodo (2015:133) antara lain:
a. Sikap dan mental (motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja)
b. Pendidikan
c. Keterampilan
d. Manajemen kepemimpinan
e. Tingkat penghasilan
f. Gaji dan kesehatan
g. Jaminan sosial
h. Iklim kerja
i. Sarana dan prasarana
j. Teknologi
k. Dan kesempatan berprestasi
3. Prosedur Penilaian Kinerja Pegawai Pemadam Kebakaran DKI
Jakarta
Berdasarkan ketentuan pasal 184 Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 dalam rangka meningkatkan
kelancaran penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna dan berhasil
guna, perlu menetapkan prosedur penialaian kinerja Pegawai Dinas
Pemadam Kebakaran Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
keputusan gubernur sebagai berikut:
69
a. Mengawasi kesiapan petugas dan peralatan operasional dalam
pelaksanaan operasi
b. Mengawasi ketaatan terhadap prosedur kerja baku dan keselamatan
petugas saat operasi
c. Memberikan rekomendasi atas kinerja petugas dalam melaksanakan
operasi
d. Melaporkan pelaksanaan operasi sebagai bahan evaluasi
e. Melakukan pembinaan teknis terhadap kegiatan pengawasan operasi
Sejalan dengan prosedur penilaian kerja diatas, secara garis besar
prosedur penilalian kinerja dilakukan dengan cara:
a. kepegawaian mengirim Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
kepada setiap pejabat yang memiliki karyawan dalam lingkungan
pengawasan dan bimbingannya, disertai pedoman dalam memberi
nilai.
b. Pejabat penilai wajib melaksanakan penilaian atas hasil kerja
karyawan. Penilalian ini dilaksanakan secara periodic, misalnya: enam
bulan atau satu tahun sekali.
c. Setelah menilai dan mengisi Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
maka daftar diberikan kepada karyawan yang dinilai untuk dipelajari
dan ditandantangani sebagai tanda menyetujui penilaian.
d. Apabila karyawan yang dinilai keberatan atas penilaian atasannya
maka dia dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan yang
70
logis, keberatan diajukan kepada atasan pejabat penilai melalui
hierarki jabatan dalam jangka waktu tertentu (misal:14 hari/2 minggu)
sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tersebut.
e. Pada tahap yang sama karyawan yang dinilai wajib mengembalikan
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan kepada pejabat penilai
selambat-lambatnya dalam batas waktu tertentu (misalnya: 14 hari?2
minggu) sejak tanggal diterimanya Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan tersebut.
4. Prosedur pelaksanaan pekerjaan yang dinilai dalam DP3
Mengenai hal tersebut, menurut pasal 4 PP No. 10 Tahun 1979, dalam
DP3 yang dinilai ada 8 macam, yaitu:
a. Unsur kesetiaan
Unsur kesetiaan dalam DP3 merupakan unsur pertama yang harus
dinilai. Kesetiaan tersebut diarahkan kesetiaan kepada pancasila, UUD
45, Negara, dan pemerintah. Dalam penjelasan Pasal 4 PP 10 tahun
1979 itu, unsur kesetiaan ini meliputi:
1) Kesetiaan, adalah tekad dan kesanggupan mentaati,
melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang dipatuhi dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan itu
harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari serta
dalam pelaksanaan tugas.
71
2) Pengabdian, adalah sumbangan pemikiran dan tenaga secara
ikhlas dengan mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan golongan dan pribadi.
3) Kesetiaan, ketaatan dan pengabdian timbul dari pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam untuk memahami, melaksanakan dan
mengamalkan pancasila, UUD-45, Negaa dan Pemerintah.
Kesetiaan seorang personel dapat terlihat pada ciri-ciri antara lain:
1) Tidak pernah meragukan kebenaran pancasila, baik dalam ucapan,
sikap dan tingkah laku perbuatan.
2) Menjunjung tinggi kehormatan neggara dan pemerintah, serta
senantiasa mengutamakan kepentingan umum.
3) Berusaha memperdalam pengetahuan tetang pancasila, UUD 45,
GBHN dan program-program pemerintah.
4) Tidak pernah menjadi simpatisan/anggota perkumpulan atau tidak
pernah terlihat dalam gerakan yang bertujuan mengubah dan atau
menentang pancasila, UUD-45, dan bentuk Negara Kesatuan RI.
5) Tidak pernah mengeluarkan ucapan, membuat tulisan atau
melakukan tindakan-tindakan yang dapat dinilai bertujuan
mengubah dan atau menentang pancasila, UUD-45, Negara dan
Pemerintah.
72
b. Unsur prestasi kerja
Prestasi kerja, merupakan hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dicapai oleh seorang personel dalam melaksankan tugas yang
dibebankan kepadanya. Prestasi kerja seorang personel ini dipengaruhi
oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesungguhan dan
lingkungan kerja. ciri-ciri prestasi kerja yang dituntut oleh DP3 antara
lain:
1) Menguasi seluk-beluk bidang-bidang lain yang terkait.
2) Mempunyai keterampilan yang amat baik dalam melaksankan
tugas.
3) Mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang tugas dan bidang
lain yang terkait.
4) Bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam
melaksanakan tugas.
5) Mempunyai kesegaran jasmani dan rohani yang baik.
6) Melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna.
7) Hasil pekerjaan melebihi dari yang dituntut perusahaan.
c. Unsur tanggung jawab
Tanggung jawab menrupakan kesanggupan seorang personel dalam
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik,
tepat waktu serta berani mengambil risiko untuk keputusan yang
dibuat atau tindakan yang dilakukan. Suatu tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas akan terlihat pada ciri-ciri antara lain:
73
1) Dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.
2) Berada ditempat tugas dalam segala keadaan yang bagaimanapun.
3) Mengutamkan kepentingan dinas dari kepentingan diri dsn
golongan.
4) Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya
kepada ornag lain.
5) Berani memikul dari resiko yang dibuatnya
6) Selalu menyimpan dan atau memelihara barang-barang dinas yang
dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
d. Unsur ketaatan
Ketaan merupakan kesanggupan seseorang personel untuk mentaati
segala peraturan kedinasan yang berlaku, dan mentaati perintah dinas
yang diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar
larangan yang ditentukan. Ciri-ciri suatu ketaatan yang dituntut DP3
terlihat pada antara lain:
1) Selalu melaksankan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa
dipaksa.
2) Tidak pernah menyalahgunakan wewenang yang ada padanya.
3) Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan menurut apa adanya.
e. Unsur kerja sama
Kerja sama merupakan kemampuan mental seorang personel
untuk dapat bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan. Dengan
74
melaksanakan kerja sama itu maka hasilnya lebih berdaya guna dan
berhasil untuk dibandingkan dari pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang. Oleh sebab itu setiap personel harus berusaha untuk
menggalang kerja sama dengan sebaik-baiknya. Ciri-ciri kerja sama
yang ditintut DP3 antara lain terlihat pada:
1) Berusaha mengetahui bidang tugas orang lain yang berkaitan erat
dengan tugasnya sendiri.
2) Dapat menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain
dengan cepat, karena ia yakin bahwa pendapat orang lain itu yang
benar.
3) Selalu menghargai pendapat orang lain, dan tidak mau mendesak
pendapat sendiri.
4) Bersedia mempertimbangkan dan menerima pendapat orang lalin.
5) Mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu
dan bidang tugas yang ditatpkan.
6) Bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun ia
berbeda pendapat.
f. Unsur prakarsa
Prakarsa merupakan terjemahan dari intitavie. Ia merupakan
kemampuan seorang personel untuk mengambil keputusan, langkah-
langkah, serta melaksankannya, sesuai dengan tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok, tanpa menunggu
75
perintah atasan. Ciri-ciri bahwa seorang personel mempunyai prakarsa
terlihat dari:
1) Mempunyai kemauan keras untuk melakukan tugas tanpa
menunggu perintah.
2) Selalu berusaha mencari tata kerja yang berdaya guna dan berhasil
guna.
3) Berusaha memberi saran yang baik kepada atasan untuk melakukan
pelaksanaan tugas.
g. Unsur kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kemauan seorang personel untuk
mempengaruhi dan meyakinkan orang lain, sehingga orang-orang
tesrebut dapat digerakan secara maksimal untuk melaksanakan tugas-
tugas yang ada. Oleh sebab itu tidak semua personel dituntut
mempunyai kepemimpinan seperti ini. Menurut DP3, kepemimpinan
ini hanya dinilai pada personel yang menduduki posisi jabatan mulai
dari pangkat golongan II a ke atas saja. Ciri-ciri bahwa seorang
personel itu mempunyai kepemimpinan terlihat dari bahwa seorang
personel itu mempunyai kepemimpinan terlihat dari:
1) Kemampuan mengambil keputusaan yang cepat dan tepat.
2) Kemampuan menentukan prioritas kerja yang tepat.
3) Kemampuan untuk mengemukakan pendapat yang jelas kepada
orang lain.
76
4) Menguasai bidang tugasnya denga baik dan mampu memberi
teladanan dengan baik kepada bawahan.
5) Berusaha memupuk dan mengembangkan kerjasama dengan baik.
6) Mampu melatih dan mengembangkan bawahan dengan baik.
7) Dapat menggugah semangat dan menggerakan bawahan dalam
melaksanakan pekerjaan.
8) Bersedia mempertimbangkan saran-saran bawahan dan
memperhatikan nasib serta mendukung bawahan untuk maju.
5. Faktor penghambat dan pendukung kinerja
Dalam mengetahui tingkat kinerja seorang karyawan dalam suatu
perusahaan, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Seperti
yang dikemukakan oleh Mathis dan Jackson (2001:82), antara lain:
1) Faktor-faktor pendukung kinerja
a) Kemampuan yang baik
Secara psikologis, kemampuan atauy ability pegawai terdiri
atas kemampan potensi (IQ) dan kemampuan realita.
b) Motivasi yang tinggi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam
menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan
kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja
secara maksimal.
77
c) Dukungan yang diterima
Dukungan yang diterima oleh lingkungan sekitar seperti
keluarga, saudara, dan teman ikut memberikan pengaruh yang
baik bagi peningkatan kinerja karyawan tersebut.
2) Faktor-faktor penghambat kinerja
a) Keberadaan pekerjaan yang dilakukan yang tidak sesuai
Faktor yang dapat menghambat kinerja karyawan adalah
keberadaan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut.
b) Hubungan dengan organisasi yang tidak baik
Faktor lainnya yang dapat menghambat kinerja karyawan
adalah hubungan karyawan tersebut dengan organisasi seperti
hubungan yang tidak baik kepada karyawan lainnya, atasannya,
bahkan dengan bawahannya.
6. Dimensi dan Indikator Kinerja
John Miner dalam Sudarmanto (2009:11) mengemukakan 4 dimensi
yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja, yaitu :
a. Kualitas, yaitu ; tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan Indikator
dalam dimensi kualitas sebagai berikut:
1) Tingkat kesalahan
2) Kerusakan
3) kecermatan
b. Kuantitas, yaitu ; jumlah pekerjaan yang dihasilkan Indikator dalam
dimensi kuantitas sebagai berikut:
78
1) Volume pekerjaan yang dihasilkan
2) Sesuai dengan target
c. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu; tingkat ketidakhadiran,
keterlambatan, waktu kerja efektif atau jam kerja hilang. Indikator
dalam dimensi penggunaan waktu sebagai berikut:
1) Volume pekerjaan yang dihasilkan
d. Kerjasama dengan orang lain dalam bekerja. Indikator dalam dimensi
Kerjasama sebagai berikut:
1) Bekerja sama dengan rekan
2) Menghargai atasan dan rekan
G. Hubungan Antara Variabel Penelitian
1. Pengaruh Disiplin Kerja (X1) Terhadap Kinerja (Y)
Disiplin atau kedisiplinan mempunyai pengaruh untuk
meningkatkan kinerja. Menurut Hasibuan (2013:193) kedisiplinan
merupakan fungsi operatif MSDM keenam yang terpenting karena
semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi kinerja yang dapat
dicapainya.Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi
perusahaan mencapai hasil yang optimal.
Disiplin dituangkan dalam bentuk peraturan yang dibuat untuk
mengatur tata hubungan kerja yang berlaku tidak saja dalam perusahaan-
perusahaan besar atau kecil, tetapi juga pada sebuah organisasi yang
mempekerjakan banyak sumber daya manusia untuk melaksanakan
79
pekerjaan. Pembuatan suatu peraturan disiplin dimaksudkan agar para
karyawan dapat melakukan pekerjaan tersebut sesuai apa yang diharapkan.
Oleh sebab itu, peraturan disiplin pada perusahaan-perusahaan swasta
tidak akan berbeda banyak dengan organisasi publik.
Kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para
karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga
penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah
untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan untuk datang
kekantor tepat waktu. Dengan datang kekantor tepat waktu dan
melaksanakan tugas sesuai tugasnnya, maka diharapkan kinerja karyawan
akan meningkat.
Menurut Sinambela (2012:237) dalam hal ini jika ditelaah lebih
lanjut variabel disiplin kerjalah yang mempengaruhi kinerja pegawai,
dalam artian semakin tinggi disiplin kerja seseorang maka akan semakin
tinggi juga kinerja orang tersebut. Meskipun ada kemungkinan terdapat
hubungan timbal balik diantaranya dimana paradigmanya bisa dibalik
bahwa kinerja dapat mempengaruhi didisplin kerja, akan tetapi secara
umum justru disiplin kerjalah yang berkontribusi pada kinerja. Disadari
bahwa sangat banyak variabel yang berhubungan signifikan dengan
kinerja pegaawai, akan tetapi patut diduga bahwa salah satu penyumbang
utama kinerja adalah disiplin kerja.
80
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan
dalam suatu organisasi atau perusahaan sangat dipengaruhi oleh disiplin
kerja karyawan. Apabila diantara karyawan menghiraukan kedisiplinan
kerja, maka dapat dipastikan kinerja karyawan akan menurun. Karena
untuk mendapatkan kinerja yang baik dibutuhkan disiplin kerja karyawan
yang baik pula.
2. Pengaruh Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) Terhadap Kinerja (Y)
Tujuan pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut
Mangkunegara (2013:162) adalah agar meningkat kegairahan, keserasian
kerja, dan partisipasi kerja. Dengan meningkatnya kegairahan dalam
bekerja akan meningkatkan kinerja karyawan.
Menurut Rivai dan Sagala dalam Sinambela (2014:366) apabila
organisasi dapat menurunkan tingkat dan beratnya berbagai kecelakaan
kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu
meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan yang berdampak kepada
keuntungan dan kemajuan bagi organisasi.
3. Pengaruh Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
terhadap Kinerja (Y)
Menurut Hasibuan (2013:193) Disiplin adalah sikap kesediaan dan
kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma peraturan
yang berlaku di organisasi. Disiplin karyawan yang baik akan
81
mempercepat pencapaian tujuan organisasi, sedangkan disiplin yang
merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan
organisasi. Menurut Silalahi (2015) penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda, variabel bebas dalam penelitian ini adalah disiplin kerja
(X1) dan budaya organisasi (X2). Diketahui bahwa secara simultan
disiplin kerja dan budaya organisasi secara bersama-sama (simultan)
mempengaruhi kinerja operator. Besar kontribusi secara simultan dari
kedua variabel tetrsebut adalah sebesar 49,914.
Berdasarkan tabel koefisien korelasi, menunjukan bahwa kinerja
operator dipengaruhi oleh variabel bebas dalam penelitian ini cukup kuat
hubungan yang erat antara disiplin kerja dan budaya organisasi terhadap
kinerja operator. Koefisien Determinasi (R square) mampunyai nilai 0,515
artinya persentase pengaruh variabel disiplin kerja dan budaya organisasi
sebesar 51,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak
diteliti.
Secara parsial variabel X1 dan X2 berpengaruh secara parsial
terhadap kinerja operator (Y). besarnya pengaruh secara parsial dari
masing-masing variabel adalah: Pengaruh disiplin kerja (X1) terhadap
kinerja operator (Y) 4,013 Terdapat Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Operator. Berdasarkan uji t diperoleh bahwa nilai t
hitung variabel budaya organisasi lebih besar dari nilai t tabel, artinya
terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja operator di PT XXX.
82
Responden atau operator menilai positif untuk variabel budaya organisasi,
mereka mampu beradaptasi terhadap budaya organisasi yang tercipta,
tetapi ada sebagian yang berpendapat bahwa kesibukan dalam bekerja
membuat mereka kadang kala sulit beradaptasi terhadap perubahan.
Karena salah satu nya yang memerlukan disiplin adalah dalam hal
memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam penelitian menurut Kemala (2017) penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda, Dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel yaitu variable Keselamatan Kerja (X1) dan
Kesehatan Kerja (X2) dan Kinerja Karyawan (Y). Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui dan menguji Pengaruh Keselamatan Kerja (1) dan
Kesehatan Kerja (X2) Terhadap Kinerja Karyawan (Y) MHE Maintenance
Department Badak NGL di Bontang.Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan metode observasi dan kuesioner. Pada uji determinasi (R2)
terdapat pengaruh sebesar 73,3% dari variabel keselamatan kerja (X1) dan
kesehatan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y). Sedangkan, sebanyak
26,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disertakan di dalam
penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja
(X1) dan kesehatan kerja (X2) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan (Y). Hasil ipenelitian ini juga menunjukkan
bahwa variabel keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y). Variabel
83
keselamatan kerja (X1) merupakan variabel yang berpengaruh dominan
terhadap kinerja karyawan (Y). Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan
bahwa tingkat hubungan antara variabel kerja (X1) dan kesehatan kerja
(X2) terhadap kinerja karyawan (Y) berada pada tingkat hubungan yang
sangat kuat yaitu Keselamatan Kerja (X2) sebesar 5.208 dan Ksehatan
Kerja sebesar 4.014 Artinya variabel keselamatan kerja (X1) dan
Keselamatan Kerja (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan (Y).
84
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian – penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Maka peneliti akan mencoba
memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang berkaitan dengan masing-masing pengaruh
yakni: disiplin kerja, kesehatan dan keselamtan kerja, serta kinerja. Berikut beberapa hasil penelitian yang relevan :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
1. Christian
Katiandagho,
Silvya L.
Mandey,
Lisbeth
Mananeke
ISSN 2303-
Pengaruh
disiplin kerja
kepemimpinan
dan motivasi
terhadap kinerja
Pegawai pada
pt.
Disiplin kerja,
kepemimpinan
, motivasi,
kinerja
Secara simultan
disiplin
kerja,
kepemimpinan dan
motivasi
mempunyai
pengaruh signifikan
adanya
penggunaan
variabel yang
sama yaitu
variabel disiplin
dan kinerja
pegawai.
Penelitian tersebut
tidak
menggunakan
variabel kesehatan
dan keselamatan
kerja berbeda
dengan penelitian
Sebagai bahan
pertimbangan
dengan
penelitian yang
akan dilakukan
85
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
1174
urnal EMBA
Vol.2 No.3
September
2014, Hal.
1592-1602
Pln (persero)
wilayah
suluttenggo area
manado
terhadap kinerja pegawai.
Hasil pengujian hipotesis
secara simultan (Uji F)
dengan tingkat signifikan
(Sig) adalah 0,05 dengan nilai
Fhitung 62.730 lebih besar
dari nilai Ftabel 3,94 dengan
tingkat signifikan sebesar
0.000 maka Ha diterima. Hal
ini berarti disiplin kerja,
kepemimpinan dan motivasi
berpengaruh terhadap kinerja
pegawai pada PT.PLN
(Persero) Wilayah
Sulutenggo Area Manado.
persamaan
lalinnya yaitu
dalam penelitian
ini sama-sama
menggunakan
metode analisis
regresi berganda
sebagai
pengolahan data.
ini yang
menggunakan
Kesehatan dan
keselamatan kerja
oleh peneliti.
86
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
2. Rusda
Irawati,
Ezra Pelita
Silalahi
Jurnal
vol. 3, no. 2,
2015, 115-
119
ISSN: 2337-
7887
Pengaruh
disiplin kerja
dan budaya
organisasi
terhadap kinerja
Operator
produksi di pt
xxx
Disiplin
kerja, Budaya
organisasi,
Kinerja
Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada pengaruh positif
dan signifikan sebesar 0,00
dimana lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05 koefisien
determinasi (R square sebesar
0, 515 yang artinya
presentase pengaruh antara
variabel disiplin kerja dan
budaya organisasi sebesar
51,5% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti.
Adanya
peggunaan
variabel yang
sama yaitu
variabel disiplin
kerja dan kinerja.
Selalin itu kedua
penelitian ini
sama-sama
menggunakan
metode analisis
linear berganda
dalam pengolahan
data.
Dalam penelitian
tersebut
menggunakan
variabel budaya
organisasi.
Untuk
mengetahui
bangunan
keilmuan
yang sudah
diletakkan
oleh orang
lain
sehingga
dapat
membantu
penelitian
yang baru.
87
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
3. Erdiansyah Vol 1
nomor 1 edisi
februari 2016
ISSN: 2540-816X
Pengaruh displin
dan motivasi
kerja terhadap
kinerja pegawai
pada CV
Patakaran
Palembang
Disiplin kerja,
motivasi dan
kinerja
Secara simultan
disiplin kerja dan
motivasi kerja
berpengaruh
terhadap kinerja
dengan koefisien
korelasi 41%,
sebanyak 59%
lainnya dipengaruhi
oleh variasi variabel
lain.
adanya penggunaan
variabel yang sama
yaitu variabel
disiplin dan kinerja
pegawai. persamaan
lalinnya yaitu dalam
penelitian ini sama-
sama menggunakan
metode analisis
regresi berganda
sebagai pengolahan
data.
Penelitian
tersebut tidak
menggunakan
variabel
kesehatan dan
keselamatan kerja
berbeda dengan
penelitian ini
yang
menggunakan
Kesehatan dan
keselamatan kerja
Sebagai bahan
pertimbangan
dengan
penelitian
yang akan
dilakukan oleh
peneliti.
88
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
4. Dewi Ratna
Kemala
eJournal
Administrasi
Bisnis, 2017
ISSN 2355-
5408
Pengaruh
keselamatan dan
kesehatan kerja
Terhadap
kinerja
karyawan
MHE
maintenance
Department
Badak ngl di
bontang
Keselamatan
dan kesehatan
kerja, kinerja
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
ada pengaruh positif
dan signifikan
sebesar 0,000 dimana
lebih kecil dari taraf
signifikan 0,05
koefisien determinasi
(R square sebesar
73,3 %) sedangkan,
sebanyak 26,7%
dipengaruhi oleh
variabel lain yang
tidak disertakan di
dalam penelitian.
adanya
penggunaan
variabel yang
sama yaitu
variabel kesehata
dan keselamatan
kerja dan kinerja
serta
menggunakan
metode analisis
linear berganda
dalam penelitian
tersebut tidak
menggunakan
variabel disiplin
kerja
sebagai
referensi
penelitian yang
berhubungan
dengan
variabel-
variabel yang
peneliti
gunakan dalam
penelitian
tersebut.
89
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
5. Pupung
Purnamasari,
Abdillah
ISSN: 2541 -
6995
E-ISSN:
2580 – 5517
Vol. 1, No. 2,
Mei 2017
Pengaruh
kesehatan dan
keselamatan kerja
(k3)
Terhadap kinerja
karyawan pt.
Bekaert indonesia
Plant karawang
Keselamatan
dan kesehatan
kerja, kinerja
Dari hasil penelitian ini
mempunyai pengaruh kuat
antara kesehatan dan
keselamatan kerja (k3)
Terhadap kinerja. Dalam
pengujian hipotesis
penelitian ini di dapat nilai
t-tabel sebesar (1,671) dan
t-hitung (5,621) hal ini
menunjukan bahwa
korelasi terdapat hubungan
secara signifikan antara
kesehatan dan keselamatan
terhadap kinerja.
adanya
penggunaan
variabel yang
sama yaitu
variabel
kesehatan dan
keselamatan dan
kinerja
dalam
penelitian
tersebut tidak
menggunakan
variabel
disiplin kerja
serta
menggunakan
metode
regeresi linear
sederhana
untuk mengetahui
bahwa suatu
permasalahan
sudah pernah
diteliti dan sudah
pernah
dipecahkan,
sehingga dapat
menghindari
adanya penelitian
yang berulang-
ulang namun
sebenarnya sama.
90
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
6. Abdul jawad
muhammad
ISSN: 2302-2019
Pengaruh
kesehatan,
keselamatan
dan keamanan
kerja terhadap
kinerja
karyawan pada
PT. perusahaan
listrik Negara
(PLN) wilayah
sulutenggo area
palu
Kesehatan,
keselamatan,
keamanan dan
kinerja
Kesehatan,
keselamatan, dan
keamanan kerja
secara simultan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan pada PT.
Perusahaan Listrik
Negara (PLN)
Wilayah
Suluttenggo Area
Palu.
Adanya
penggunaan
variabel yang
sama yaitu varibel
kesehatan,
keselamatan kerja
dan kinerja
Penelitian tersebut
tidak
menggunakan
variabel disiplin
kerja serta dalam
penelitian ini tidak
menggunakan
variabel keamanan
Sebagai bahan
pertimbangan
dengan
penelitian yang
akan dilakukan
oleh peneliti.
91
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
7. Oketunji, Serah
Funmilayo
European
Scientific Journal
May 2014 edition
vol.10, No.14
ISSN: 1857 –
7881 (Print) e –
ISSN 1857- 7431
Influence of
occupational
health and
safety (ohs)
information
availability and
useon job
performance of
library
personnel in
public
Universities in
south-west
Nigeria
Keselamatan
dan kesehatan
kerja, kinerja
Dari hasil penelitian
tersebut
menunjukan adanya
pengaruh positif
dan signifikan
sebesar 0,00 dari
variabel disiplin.
Koefisien
determinasi (R
square dalam
penelitian ini
sebesar 12,2%)
adanya
penggunaan
variabel yang
sama yaitu
kesehatan dan
keselamtan kerja
serta kinerja
pegawai. metode
yang digunakan
sama-sama
menggunakan
regresi linear
sederhana sebagai
pengolahan data.
Dalam penelitian
tersebut tidak
menggunakan
variabel disiplin
kerja.
Untuk
mengetahui
apakah
penelitian
tersebut mampu
untuk
dilaksankan
oleh peneliti
atau justru
menyulitkan.
92
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
8. Apalia Ekakoron
Anthony
International
Academic Journal
of Human
Resource and
Business
Administration
(IAJHRBA) |
ISSN 2518-2374
Effects of
discipline
management on
Employee
performance in
an organization:
The case of
county
education office
human
Resource
department,
turkana county
Disiplin,
kinerja
Dari hasil penelitian
tersebut
menunjukan adanya
pengaruh positif
dan signifikan
sebesar 0,00 dari
variabel disiplin.
Koefisien
determinasi (R
square dalam
penelitian ini
sebesar 74,2%)
Adanya
penggunaan
variabel disiplin
kerja dan kinerja.
Serta juga
menggunakan
analisis linear
berganda sebagai
pengolahan data
penelitian.
Penelitian tersebut
tidak
menggunakan
variabel kesehatan
dan keselamatan
kerja. penelitian
tersebut
menggunakan
tehnik analisis
data kualitatatif
dan kuantitatif
serta
menggunakan
metode ananlisis
regresi sederhana
Sebagai dasar
pijakan dalam
rangka
penyusunan
penelitian ini.
93
Lanjutan tabel 2.1
No. Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Metode Penelitian
Manfaat Persamaan Perbedaan
6. Abdul jawad
muhammad
ISSN: 2302-2019
Pengaruh
kesehatan,
keselamatan
dan keamanan
kerja terhadap
kinerja
karyawan pada
PT. perusahaan
listrik Negara
(PLN) wilayah
sulutenggo area
palu
Kesehatan,
keselamatan,
keamanan dan
kinerja
Kesehatan,
keselamatan, dan
keamanan kerja
secara simultan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
karyawan pada PT.
Perusahaan Listrik
Negara (PLN)
Wilayah
Suluttenggo Area
Palu.
Adanya
penggunaan
variabel yang
sama yaitu varibel
kesehatan,
keselamatan kerja
dan kinerja
Penelitian tersebut
tidak
menggunakan
variabel disiplin
kerja serta dalam
penelitian ini tidak
menggunakan
variabel keamanan
Sebagai bahan
pertimbangan
dengan
penelitian yang
akan dilakukan
oleh peneliti.
94
I. Kerangka Berfikir
Kerangka Berpikir menurut Uma Sekaran, 1992 dalam Sugiyono
(2009:91) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka
berpikir adalah sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi
pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.
H3
H1
H2
Gambar 2.2 Model Kerangka Berfikir Penelitian
Pegawai Suku Dinas Pemadam kebakaran
Administrasi Jakarta Barat
Uji Hipotesis
- Uji t
- Uji F
- Koefisien
Determinasi
Disiplin kerja
Keselamatan
Kesehatan Kerja Uji Kualitas Data
- Uji Validitas
- Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
- Uji Normalitas
- Uji Linearitas
- Uji Multikolinearitas
- Uji Heteroskedastisitas
Kesimpulan dan Saran
Kinerja
= Secara Parsial
= Secara Simultan
95
J. Hipotesis
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Selanjutnya untuk hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh Disiplin Kerja terhadap kinerja
Pegawai pada Suku Dinas Pemadam kebakaran Administrasi
Jakarta Barat
Ha1 : Terdapat pengaruh Disiplin Kerja terhadap kinerja Pegawai
pada Suku Dinas Pemadam kebakaran Administrasi Jakarta
Barat.
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terhadap kinerja Pegawai pada Suku Dinas Pemadam
kebakaran Administrasi Jakarta Barat
Ha2 : Terdapat pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terhadap kinerja Pegawai pada Suku Dinas Pemadam
kebakaran Administrasi Jakarta Barat.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh Disiplin Kerja dan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara simultan terhadap kinerja Pegawai
96
pada Suku Dinas Pemadam kebakaran Administrasi Jakarta
Barat.
Ha3 : Terdapat pengaruh Disiplin Kerja dan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara simultan terhadap kinerja Pegawai
pada Suku Dinas Pemadam kebakaran Administrasi Jakarta
Barat.
97
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini berfokus pada analisis pengaruh disiplin kerja dan
keselamatan kesehatan kerja terhadap kinerja pegawai. dengan demikian,
variabel-variabel yang diteliti untuk di analisis adalah disiplin kerja dan
keselamatan kesehatan kerja (X) dan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai
sebagai variabel (Y). Locus penelitian ini dikantor Suku Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta
Barat, merupakan salah satu UPT pemerintah yang bertanggung jawab
menangani bencana kebakaran. Penelitian ini dilakukan selama enam belas
bulan dilaksanakan sejak mei 2017 sampai dengan juli 2018. Pengambilan
data penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2017 sampai dengan
bulan April 2018 dalam penelitian ini diawali dengan observasi pra
penelitian, penyusunan surat izin, pengumpulan data studi kepustakaan,
pembuatan proposal, konsultasi dengan pembimbing dan orang-orang yang
berhubungan atau terkait dengan penelitian ini.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
Sugiyono (2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Suku
98
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi
Jakarta Barat yang berjumlah 477 orang, dengan karakteristik sebagai
berikut:
a. Berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan komposisi pangkat dan
golongan:
NO Golongan dan Pangkat Jumlah
1. IV/b -
2. IV/a 2
3. III/d 13
4. III/c 13
5. III/b 62
6. III/a 73
7. II/d 54
8. II/c 140
9. II/b 102
10. II/a 16
12. I/d 2
13. I/c -
Total 477
b. Berdasarkan jenis kelamin:
NO Jenis Kelamin Jumlah
1. Pria 466 orang
2. Wanita 11 orang
Total 477 orang
99
c. Berdasarkan Jabatan
NO Jabatan Jumlah
1. Kepala Suku Dinas 1 orang
2. Kepala Seksi 11 orang
3. Kepala pleton 24 orang
3. Staff 45 orang
4. Kepala Regu 149 orang
5. Pengemudi 91 orang
6. Anggota 147 orang
8. Teknisi 9 orang
Jumlah 477
d. Berdasarkan Pendidikan :
NO Pendidikan Jumlah
1. SD - orang
2. SMP 7 orang
3. SMA 308 orang
4. D3 5 orang
5. S1 151 orang
6. S2 6 orang
7. S3 - orang
Total 477 orang
100
e. Berdasarkan Umur :
NO Umur Jumlah
1. 50 – 56 tahun 63 orang
2. 45 – 49 tahun 329 orang
3. 36 – 44 tahun 85 orang
Total 477 orang
f. Berdasarkan Masa kerja :
NO Masa Kerja Jumlah
1. 1 – 5 tahun 229 orang
2. 6 – 10 tahun 111 orang
3. 11 – 20 tahun 82 orang
4. 21 – 25 tahun 34 orang
5. 26 – 30 tahun 21 orang
Total 477 orang
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan kerakteristik yang dimilki
oleh populasi tersebut Sugiyono (2010:116). Dengan demikian
karakteristik sampel dalam penelitian ini dibatasi pada hal:
a. Karakteristik menurut jenis kelamin:
NO Jenis Kelamin Jumlah
1. Pria 83 orang
2. Wanita - orang
Total 83 Oran
101
b. Karakteristik menurut pangkat/golongan :
NO Pangkat/ Golongan Jumlah
1. I C -
2. I D 2 orang
3. 2A 6 orang
4. 2B 8 orang
5. 2C 12 orang
6. 2D 13 orang
7. 3A 10 orang
8. 3B 8 orang
9. 3C 5 orang
10. 3D 4 orang
11. 4A 2 orang
12. 4B -
Total 83 Orang
c. Karakteristik menurut pendidikan :
NO Pendidikan Jumlah
1. SMP 3 orang
2. SMA 10 orang
3. D3 25 orang
4. S1 39 orang
5. S2 6 orang
Total 83 Orang
102
d. Umur :
NO Umur Jumlah
1. 50 – 56 tahun 16 orang
2. 45 – 49 tahun 14 orang
3. 36 – 44 tahun 42 orang
4. < 36 Tahun 11 orang
Total 83 Orang
e. Karakteristik menurut masa kerja :
NO Masa Kerja Jumlah
1. 1 – 5 tahun 12 orang
2. 6 – 10 tahun 16 orang
3. 11 – 20 tahun 27 orang
4. 21 - 25 Tahun 17 orang
5. 26 - 30 Tahun 11 orang
Total 83 orang
f. Jabatan
NO Jabatan Jumlah
1. Komandan Regu 10 orang
2. Kepala Regu 22 orang
3. Anggota 43 orang
4. Staf Operasional Ahli 8 orang
Total 83 orang
103
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non
probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik non probability sampling Yang meliputi
purpusiive sampling terdiri dari teknik sampling sistematis, sampling
kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, snowball
sampling, peneliti menggunakan teknik purposive sampling artinya teknik
pengambilan sampel dengan pembagian tertentu. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan anggota sampel pada pegawai negeri sipil dan
peneliti membatasi anggota sampel pada bagian staff operasional.
penentuan pengambilan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dalam
Suharso (2009:61).
Dimana :
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: Erorr Tolerance
Penelitian ini dilakukan di Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat dengan
jumlah pegawai sebanyak 477 orang dengan tingkat kesalahan 10%.
Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang diperoleh penelitian
104
Jadi sampel yang akan di ambil peneliti adalah sebanyak 83 orang.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah berkenaan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang telah
teruji validitas dan reabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang
valid dan reliabel, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat
dalam pengumpulan datanya Sugiyono (2010:193).
Dalam penjelasan metodologis, ini menjadi penting karena untuk
mencantumkan sumber data yang akan dijadikan subyek penelitian. Selain itu
juga untuk menjelaskan target faktor lapangan yang refresentatif agar bisa
diamati serta, dapat diketahui kualitas input maupun proses pengolahan data
yang digunakan dalam proses membuat keputusan penelitian nanti.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder.
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan
kuesioner (angket) Sugiyono (2010:193). Dalam kaitan ini
pengumpulan data primer, peneliti dengan cara melakukan observasi/
105
pengamatan, wawancara, dan menyebarkan kuesioner/ angket. Data ini
merupakan data yang akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Data primer dapat dilakukan dengan cara:
a) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan masalah
yang harus diteliti. (Sugiyono, 2009:137). Wawancara dapat dilakukan
secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media).
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara terbuka dan terstruktur, wawancara terbuka adalah
wawancara yang terbatas (tidak terikat). Wawancara terstuktur adalah
wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peneliti
melakukan tanya jawab atau wawancara formal dengan salah satu
pimpinan atau pejabat terkait dengan penelitian dan beberapa pegawai
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Administrasi Jakarta Barat unutk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
b) Kuesioner merupakan salah satu alat penting dikarenakan kuesioner
merupakan instrumen untuk pengumpulan data, dimana partisipan atau
responden mengisi pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan oleh
peneliti. Peneliti dapat menggunakan kuesioner untuk memperoleh data
yang terkait dengan pemikiran, perasaan, sikap, kepercayaan nilai,
106
persepsi, kepribadian dan perilaku dari responden. Dalam kata lain, para
peneliti dapat melakukan pengukuran bermacam-macam karakteristik
dengan menggunakan kuesioner. Cristensen Larry dalam Sugiyono
(2014:230). Adapun skala yang digunakan adalah skala likert dimana
masing-masing jawaban diberi bobot nilai. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi orang tentang fenomena sosial
Sugiyono (2014:92). Dengan skala likert, maka variabel, yang
kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator tersebut dijadikan
titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang berupaya
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. berikut
contoh penggunaan skala likert:
Tabel 3.1
Skala Likert
ALTERNATIF BOBOT
SS (Sangat Setuju) 5
S (Setuju) 4
R ( Ragu-Ragu) 3
TS ( Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Sumber : Menurut Sugiyono 2010:133
Skala likert yang digunakan ini adalah dalam bentuk check list.
Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban bisa diberikan skor.
SS (sangat setuju) diberikan skor 5, ST (setuju) diberikan skor 4, R/N
107
(ragu-raguatau netral) diberikan skor 3, TS (tidak setuju) diberikan skor
2, dan STS (sangat tidak setuju) diberikan skor 1.
Selanjutnya agar dapat dianalisis dengan baik maka peneliti
menggunakan teknik dengan menggunakan metode SPSS versi 22. Alat
analisis utama yang sering digunakan dalam analisis data adalah metode
statistic. Menurut Ikbal (2009:30) Penggunaan statistic dalam analisis
data memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut.
a. Dengan statistic memnungkinkan mendeskripsikan tentang sesuatu
secara eksak. Symbol-simbol verbal lebih efisien daripada bahasa
verbal.
b. Dengan statistic memnungkinkan seseorang untuk bekerja secara
eksak dalam proses dan cara berpikir. Meskipun tidak mutlak benar,
namun dapat menetapkan sampai tingkat mana kesimpulan tersebut
benar.
c. Peneliti dapat memberikan rangkuman hasil penelitian dalam bentuk
yang lebih berarti dan lebih ringkas. Karena memberikan aturan-
aturan tertentu.
d. Dapat menarik kesimpulan umum (membentuk konsep-konsep dan
generalisasi)
e. Memungkinkan untuk mengadakan ramalan.
Penggunaan statistic dalam analisis data ini peneliti menggunakan
metode SPSS versi 22 memiliki keunggulan sebagai berikut:
108
a. Tampilan lebih menarik apabila dibandingkan dengan aplikasi statistik
versi sebelumnya.
b. Mudah dipahami pengguna.
c. Fitur nya lebih banyak dan memiliki sistem database tersendiri .
c) Observasi
Sutrisno dalam Sugiyono (2010:203), mengemukakan bahwa obsevasi
adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini peneliti
malakukan obeservasi langsung dengan cara mengamati kondisi
lingkungan di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Kota Administrasi Jakarta Barat.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah
ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau laporan-laporan
penelitian terdahulu Ikbal (2009:19). Dalam penelitian ini data sekunder
yang peneliti gunakan antara lain:
a) Peraturan Pemerintah Daerah, Undang-undang yang terkait dengan
penelitian
b) Studi kepustakaan antara lain; buku, jurnal dan artikel yang dapat
mendukung dan melengkapai penelitian ini.
109
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan
sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Data yang
diperoleh dari hasil pengisian kuesioner akan di analisis menggunakan rumus-
rumus atau dengan aturan yang ada sesuai dengan pendekatan peneliti. Metode
analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Validitas.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut Ghozali (2016:52). Uji validitas ini dapat dilakukan
dengan menggunakan antar skor butir pertanyaan dengan total skor
konstruk atau variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk Product Moment.
Ghozali (2016:52).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali;2016:47).
Pengujian reliabilitas ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
110
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang : disini seseorang akan disodori
pertanyaan yang sama pada waktu berbeda, dan kemudian dilihat apakah
ia tetap konsisten dengan jawabannya.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja : disini pengukurannya hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan. SPSS
memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik
cronbach alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai cronbach alpha > 0,70 (Ghozali Imam;2016:48).
E. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan dalam model regresi. Pengujian ini meliputi :
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
varibel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali
(2016:27). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik Dalam
analisis grafik, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. namun
demikian, hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan
khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lebih handal adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
111
komulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu
garis lurus diagonal, dan ploting data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesunguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Sedangkan dalam analisis uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan
melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Pengujian normalitas
data residual dihitung dengan menggunakan perhitungan Kolmogorov
Smirnov unresidual. Kurva nilai unresidual dikatakan menyebar dengan
normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov atau nilai Asymp, sig (2-tailed)
> α = 0,05.
2. Uji Linearitas
Uji ini untuk melihat apakah spesofikasi model yang digunakan
sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu
empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji
linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear,
kuadrat atau kubik. Untuk melihat linier atau tidak model regresi berganda
ini, peneliti menggunakan perhitungan statistic uji LM (Lagrange
Multiplier) test.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adakah variabel
112
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol Ghozali (2016:103). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas
0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak
berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan
karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
c) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres
terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap
113
peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapa
ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat
kolinieritas 0,95. Walaupun multikolinieritas dapat dideteksi dengan
nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui
variabel-variabel independen mana sajakah yang saling berkolerasi.
4. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedasitas Gozhali (2016:134). Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesdatisitas
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,
sedang dan besar). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas:
1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID.
2) Uji park, yaitu uji yang mengemukakan metode bahwa variance (s2)
merupakan fungsi dari variabel-variabel independen yang dinyatakan
dalam persamaan σ2i = αXiβ
3) Uji glejser, yaitu pengujian yang mengusulkan untuk meregres nilai
absolut residual terhadap variabel independen.
114
4) Uji white, dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat (U2i)
dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan
perkalian (interaksi) variabel independen. Penggunaan uji
heterokedastisitas ini dengan menggunakan uji glejser yaitu
meregresikan variabel dependen sebagai nilai absolut unresidual
dengan variabel independen.
F. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk menentukan
pengaruh dua atau lebih variabel dependen (variabel bebas) terhadap satu
variabel independen (variabel terikat) atau untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih
dengan sebuah variabel terikat (Y).
Penelitian ini menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Berganda
dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS). Variabel dependen adalah kinerja sedangkan variabel independen
meliputi disiplin kerja, dan keselamatan dan kesehatan kerja, Model regresi
pada penelitian ini adalah
Keterangan
Y = kinerja
α = konstanta
1, 2, 3 = koefisien regresi linier masing-masing variabel
X1 = disiplin kerja
X2 = keselamatan kesehatan kerja
e = tingkat kesalahan
115
1. Koefisien determinasi
Menurut Ghozali (2016:95) koefisien determinasi (R2) pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar dalam
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap penambahan satu
variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variable
independen. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi yang terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai Adjusted R2 dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variable dependen Gozhali (2016:97).
116
Cara melakukan uji t bisa dengan menggunakan quick look, yaitu
kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen
dengan membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.
Cara lainnya bisa dengan membandingkan nilai statistik t dengan titik
krisis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi
dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.
2. Uji F (Uji Simultan)
Menurut Ghozali (2016:98), uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat. Salah satu cara melakukan uji F
adalah dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka
kita menerima hipotesi alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen Ghozali
(2012:98).
G. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional memberikan pengertian pokok variabel yang
dikaitkan dengan langkah-langkah operasional seperti instrument atau metode
117
yang digunakan untuk memperoleh data, adapun definisi variabel operasional
disini seharusnya sesuai dengan konseptual yang dikemukakan dalam
tinjauan pustaka, artinya jika suatu variabel tersusun dari beberapa indikator
maka indiktor-indikator tersebut disebutkan dalam definisi operasional
Triswanto (2010:79).
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yng
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2009:13).
Menurut hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain
maka macam-macam variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi:
1. (Variabel Independen)
Menurut Sugiyono (2010:59) Variabel Independen adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam
penelitian ini variabel independent adalah disiplin kerja, keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah merpakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono
(2010:59). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah kinerja pegawai.
untuk selanjutnya hubungan antar variabel independen dan dependen
118
dijelaskan melalui tabel operasional variabel yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Disiplin kerja (X1)
Hasibuan
(2013:194)
menyatakan
kedisiplinan
adalah kesadaran
dan kesediaan
seseorang menaati
semua peraturan
perusahaan dan
norma-norma
sosial yang
berlaku.
Menurut
(Hasibuan
Malayu;
2013:194)
1. a. Tujuan
b.kemampuan
a. mempunyai disiplin
tinggi dalam
melaksanakan tugas
(1)
b.kemampuan didalam
melaksanakan
pekerjaan (2)
c. memiliki
keterampilan/skill
dalam menggunakan
peralatan kerja
(3)
a.pegawai bekerja
sesuai dengan uraian
tugas (4)
Ordinal
119
lanjutan tabel 3.2
2. Teladan
pimpinan
a.Pimpinan
memberikan contoh
teladan bagi pegawai
dalam ber perilaku
sehari-hari
(5-8)
Ordinal
3. Balas jasa a.Pegawai memperoleh
kompensasi yang
sesuai dengan
kontribusinya pada
instansi (9)
b.pegawai merasa puas
dengan kompensasi
yang diberikan instansi
(10)
Ordinal
120
Lanjutan tabel 3.2
4. Keadilan a.Pimpinan bersikap
adil dan bijak dalam
menyelesaikan konflik
antar pegawai (11-12)
b.instansi selalu
memberikan
penghargaan bagi
pegawai yang bekerja
sesuai SOP (13)
Ordinal
5. Pengawasan
melekat
(Waskat)
a.Pimpinan selalu
melaksanakan
monitoring setiap saat
terhadap pekerjaan
yang dilakukan
pegawai (14-16)
Ordinal
121
Lanjutan tabel 3.2
6. Sanksi hukuman a.Hukuman disiplin
yang diberikan
pimpinan sesuai
dengan tingkat
kesalahan yang
dilakukan pegawai
(17-18)
b.instansi memberikan
hukuman disiplin yang
bersifat mendidik
pegawai (19)
Ordinal
7. Ketegasan a.Pimpinan tegas
dalam menerapkan
sanksi pada setiap
pegawai yang
melanggar peraturan
(20-21)
a.
Ordinal
122
Lanjutan tabel 3.2
8. Hubungan
kemanusiaan
b. a.Kedisiplinan
karyawan akan tercipta
apabila hubungan
kemanusiaan dalam
organisasi tersebut
baik (22)
c.
Ordinal
Keselamatan
kesehatan kerja
(mangkunegara
2013: 163)
Menjelaskan
keselamatan kerja
menunjukkan
kondisi yang aman
atau selamat dari
penderitaan,
kerusakan atau
kerugian ditempat
kerja. Kesehatan
kerja menunjukkan
pada kondisi yang
Menurut
(Mangkunegara;
2013: 163)
1. tempat
lingkungan kerja
d. a. Lingkungan kerja
fisik (1)
b. penyusunan dan
penyimpanan
barang-barang yang
berbahaya yang
kurang
diperhitungkan
keamanannya (2)
c. Ruang kerja yang
terlalu padat dan
sesak (3)
Ordinal
2.pengaturan udara e. a. Mengatur suhu dan
kelembaban udara
ruangan kerja yang
Ordinal
123
bebas dari
gangguan fisk,
mental, emosi atau
rasa sakit yang
disebabkan oleh
lingkungan kerja.
baik (4)
3.Pengaturan
Pencahayaan dan
Penerangan
f. a. Penerangan pada
ruangan kerja (5)
g.
Ordinal
4. peralatan kerja h. a. Instansi
menyediakan
peralatan kerja (6)
i. b. Peralatan yang layak
(7)
Ordinal
5.Kondisi fisik j. a. Kesehatan fisik (8)
k. b. Mental psikologi
pegawai (9)
l. c. Emosi pegawai yang
tidak stabil (10)
m. d. Instansi
menyediakan obat-
obatan untuk
pertolongan pertama
apabila terjadi
kecelakaan (11)
n. e. Instansi memberikan
jaminan kesehatan
Ordinal
124
kepada setiap
pegawai (12)
o.
Kinerja (John
Miner 2009:11)
Mengatakan
bahwa kinerja
adalah tingkat
keberhasilan
seorang karyawan
di dalam
melaksanakan
pekerjaan.
Menurut (Miner
John;2009:11)
1.Kualitas
p. a. Tingkat kesalahan
(1)
q. b. Kerusakan (2)
r. c. Kecermatan (3)
Ordinal
2.Kuantitas s. a. Volume pekerjaan
yang dihasilkan (4)
t. b. Sesuai dengan target
(5)
Ordinal
3.Penggunaan
waktu
u. a. penggunaan waktu
dalam bekerja (6-7)
v.
w.
Ordinal
4.Kerjasama x. a. Bekerja sama dengan
rekan (12)
y. b. Menghargai atasan
dan rekan (13)
Ordinal
125
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Lokus Penelitian
Konsekuensi logis dari kepadatan penduduk yang tinggi adalah
munculnya berbagai masalah sosial lainnya yang tidak dapat dihindari,
misalnya kejahatan, kesehatan serta salah satu yang terpenting adanya
ancaman bahaya kebakaran. Dari pengamatan terbukti bahwa makin tinggi
jumlah penduduk di suatu wilayah dan semakin beragamnya aktivitas, maka
potensi terjadinya kebakaran juga akan semakin tinggi. Konsentrasi penduduk
yang padat beserta kondisi lingkungannya merupakan hal yang sering menjadi
kriteria penting penentuan daerah rawan kebakaran.
Pemadaman kebakaran merupakan tindaklanjut dari kegagalan usaha-
usaha pencegahan kebakaran. Dalam melakukan pemadaman kebakaran,
petugas pemadam kebakaran dihadapkan pada situasi extreme yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja, dengan kata lain sangat beresiko tinggi. Oleh
karenanya dalam melakukan pemadaman kebakaran dibutuhkan keterampilan
khusus, disiplin tinggi dan kerjasama tim yang baik.
Menurut buku dari “BRANDWEER BATAVIA KE DINAS
KEBAKARAN DKI JAKARTA” urusan pemadam kebakaran di kota Jakarta
mulai diorganisir pada tahun 1873 oleh pemerintah Hindia Belanda. Urusan
oemadam kebakaran ini secara hukum dibentuk oleh resident of Batavia
melalui ketentuan yang disebut sebagai: “Reglement op de Brandweer in de
126
Afdeeling Stad Vorsteden Van Batavia”. Suatu kejadian penting yang patut
dicatat adalah terjadinya kebakaran yang besar di kampong kramat kwitang.
Kebakaran tersebut tak dapat teratasi oleh pemerintah kota pada saat itu.
Peristiwa itu mendorong pemerintah atau Gemeente of the Brandweer, pada
tanggal 25 januari 1915 mengeluarkan “Reglement of de Brandweer
(Peraturan tentang pemadam kebakaran); namun tak lama kemudian, yakni
pada tanggal 4 oktober 1917, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yakni
melalui ketentuan yang disebut staadsblad 1917 No. 602 hal penting yang
perlu dicatat dari ketentuan ini adalah pembagian urusan Pemadam
Kebakaran, yakni menjadi Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam
Kebakaran Militer. Suatu kejadian penting yang patut selalu diingat adalah
peristiwa diberikannya suatu tanda penghargaan kepada Brandweer Batavia
oleh mereka yang mengatasnamakan kelompok orang betawi. Tanda
penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk “Prasasti” pada tanggal 1 maret
1929. Tanda penghargaan tersebut diberikan masyarakat betawi pada waktu
itu adalah sebagai wujud rasa terimakasih mereka atas darma bakti para
petugas pemadam kebakran. Tanda prasasti tersebut sampai sekarang masih
tersimpan baik di kantor Dinas Pemadam Kebakaran.
tanggal 1 maret 1010 ditetapkan sebagai tahun berdirinya organisasi
pemadam kebakaran DKI Jakarta. Bukti diatas diperkuat lagi dari data dalam
buku dari BRANDWEER BATAVIA KE DINAS KEBAKARAN DKI
JAKARTA, yang menyatakan bahwa berkaitan dengan peristiwa kebakaran
besar yang tak teratasi pada tahun 1913, maka pada tahun 1919 walikota
127
Batavia waktu itu mulai merorganisir kegiatan pemadam kebakaran, yang
ditandai dengan didirikannya kantor Brandweer Batavia didaerah Gambir
sekarang. Perubahan berikutnya terjadi pada terjadi pada tanggal 31 juli 1922
melalui ketentuan yang disebut “Bataviasch Brandweer Reglement”’ dan
kemudian diikuti perubahan berikutnya, yakni setelah masa pemerintahan
jepang, perubahan ini tercatat pada tanggal 20 April 1943 melalui ketentuan
yang dikenal dengan “Osamu Seirei No.ii “ tentang “syoobootai” (pemadam
kebakaran).
Sebelum 1957 – 1969. Masa ini adalah masa dimana organisasi
pemadam kebakaran masih menggunakan nomenklatur “barisan pemadam
kebakaran (BPK)”, hal yang patut dicatat dalam masa ini adalah bahwa
orientasi tugas pokok BPK sesuai dengan namanya masih terfokus pada upaya
pemadam kebakaran. Hal lain, adalah pada tahun 1957 telah dikeluarkan
peraturan daerah yang dimuat dalam lembaran kota praja Jakarta Raya, Sudiro
menetapkan masih memberlakukan Staadblad Van Nederlandsche Indie No.
602, 4 Oktober 1917.
MASA 1969 – 1974 Pada tahun 1969, melalui surat keputusan
Gubernur KDH DKI Jakarta No. ib.3/3/15/1969 nomenklatur Barisan
Pemadam Kebakaran dirubah menjadi Dinas Pemadam Kebakaran
MASA 1975 – 1980 Perubahan berikutnya terjadi dengan
diterbitkannya surat keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No.blll-
b.3/1/5/1975, tentang perubahan nomeklatur Dinas Pemadam Kebakaran.
Penghapusan kata “pemadam” bukan semata-mata ingin mempersingkat
128
nomenklatur organisasi, tetapi dimakudkan untuk lebih menegaskan bahwa
tugas pokok Dinas Kebakaran tidak hanya pada bidang pemadam saja tetapi
juga pada aspek pencegahan kebakaran dan akbibat kebakaran dan bencana
lainnya. Pada masa ini, Dinas kebakaran masih dibagi menjadi 3 markas,
yakni:
Jl. KH Zainul Arifin No. 71 (jl. Ketapang), merupan kantor Dinas
Pusat sekaligus Markas Jakarta Pusat, Kebayoran baru sebagai markas Jakarta
Selatan dan jl.Matraman Raya sebagai markas Jakarta Timur, Tanjung Duren
sebagai markas Jakarta Barat di jalan Tanjung Duren raya No, 1, RT.12/RW
2., Tj. Duren Utara, Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 114470.
Untuk mempertegas pentingnya aspek pencegahan ini maka pada
tahun yang sama diterbitkan pada peraturan Daerah No.3 Tahun 1975, yakni
tentang ketentuan Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah DKI
Jakarta. Diterbitkannya perda tersebut sebagai langkah antisipasi Pemerintah
DKI Jakarta terhadap perkembagan kota Jakarta yang ditandai degan semakin
cepatnya pertumbuhan bangunan baik secara horisontal maupun vertikal.
Masa setelah kemerdekaan: MASA 1980 – 2002 Perubahan
nomenklatur organisasi pemadam kebakaran berikutnya terjadi pada Tahun
1980, yakni dengan terbitnya peraturan Daerah No.9 tahun 1980, tentang
Stuktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Perubahan
penting pada periode ini, selain semakin dikembangkannya aspek pencegahan
dan pemberdayaan masyarakat keberadaan Sudinas Pencegahan, Sudinas
129
Peran Serta masyarakat, pusat latihan kebakaran, dan unit laboratorium,
adalah juga mengenai pembagaian wilayah pelayanan Dinas Kebakaran
kedalam 5 wilayah administratif: Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, dan
Timur. Kemudian terjadi revisi melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta
No. 11 tahun 1986, dengan judul sama, hanya terdapat perubahan pada
nomenklatur Markas Wilayah menjadi nomenklatur Suku Dinas.
MASA 2002 – sekarang Masa tahun 2002 ditandai dengan terbitnya
Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.9 tahun 2002, tanggal 15
januari 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran
Propinsi DKI Jakarta.
B. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi
1. Visi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan yang profesional
dan berorientasi pada pelayanan public
2. Misi yaitu:
a. Menyelenggarakan pengelolaan pencegahan kebakaran dan
penyelamatan yang efektif, efisien, terarah dan modern dengan
mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat
b. Menyelenggarakan peningkatan kapasitas aparatur penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan di masyarakat serta melaksanakan
penelitian dan pengembangan
c. Menyelenggarakan pengelolaan sarana dan prasarana penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan.
130
3. Tujuan
Adapun pemadaman kebakaran bertujuan untuk meminimalisir kerugian
masyarakat dari kebakaran baik harta maupun jiwa. Dalam Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran di wilayah Provinsi DKI Jakarta difokuskan pada:
a) Mengamankan pelaksanaan pembangunan dan asset pembangunan yang ada
baik milik pemerintah maupun swasta; b) Mendorong seluruh pemilik
bangunan baik komersil, industri dan bangunan umum untuk dapat
melakukan upaya penanggulangan kebakaran secara mandiri; c) Melakukan
pengaturan lebih detail mengenai sarana proteksi kebakaran dan sarana
Penanggulangan Bencana jiwa dan harta benda pada seluruh bangunan; d)
Mengembangkan prasarana kota berkaitan dengan permasalahan kebakaran
dalam rangka mengantisipasi perkembangan kota yang di tandai oleh
semakin beragamnya jenis bangunan serta peruntukannya.
Kebijakan penanggulangan kebakaran yang dilaksanakan oleh pimpinan
tingkat atas (dinas) menjadi teknis bagi pelaksanaan di tingkat bawah yaitu
suku dinas (tingkat kota), sektor (tingkat kecamatan) dan pos (tingkat
kelurahan). Hal tersebut dilakukan guna mempercepat response time
(waktu tanggap) penanggulangan kebakaran di Wilayah Provinsi DKI
Jakarta.
131
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Secara umum Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta tersebut dapat dikelompokan
menjadi 3 kelompok, yaitu
1. Pencegahan Kebakaran
2. Pemadaman Kebakaran
3. dan Penyelamatan.
Wilayah kota Administrasi Jakarta Barat sebagai bagian integral dari
ibukota Jakarta telah memaikan peranan penting dalam menunjang
pembangunana kota Jakarta. Saat ini, kota Administrasi Jakarta Barat telah
berperan sebagai pusat perdagangan dan jasa baik dalam skala pelayanan
nasional maupun regional, serta telah berfungsi sebagai kawasan hunian.
Berbagai peran dan fungsi tersebut, mengakibatkan perkembangan wilayah
tersebut sangat pesat, baik dari perkembangan fisik dan aktivitasnya, maupun
jumlah dan pertumbuhan penduduknya. Pertumbuhan penduduk sangat tinggi
menuntut persedian pemukiman yang memadai. Sementara itu, dengan areal
luas perkotaan Jakarta Barat yang sangat terbatas dan kemampuan daya beli
yang rendah pada lapisan masyarakat berpenghasilan rendah, maka
menyebabkan timbulnya kantong-kantong kawasan permukiman kumuh dan
permukiman padat dengan penyediaan sarana dan prasarana yang sangat
terbatas. Apabila perkembangan kota tidak diimbangi dengan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai maka akan berdampak terhadap
keamanan, keselamatan dan kenyamanan warga kota.
132
D. Struktur organisasi
Dalam melaksanakan tugas operasional Suku Dinas Pemadam
Kebakaran Administrasi kota Jakarta Barat, sesuai dengan SK.gubernur No.
9/2002 tentang SOTK DPK DKI adalah sebagai berikut:
KEPALA SUKU DINAS
H. Abdul Cholik, S.Sos, MM
KASUB BAGIAN TATA
USAHA
Purwaninggati, SH
SEKSI PRASARANA
DAN SARANA
Ahmad Sanjoyo, Sos,
MSI
SEKSI PENGENDALIAN
OPERASI DAN
PENYELAMATAN
R Romlih Stiawan,
S.Sos
SEKSI PENCEGAHAN
PEMBERDAYAAN DAN
PARTIMAS
Setyasih,SE
SEKTOR PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
1. Kasi Sektor 1: Agus Suryamandala
2. Kasi Sektor 2: Fudholi, SH
3. Kasi Sektor 3: Eko Sumarno, SH
4. Kasi Sektor 4: Heru A M, S.Kom, MM
5. Kasi Sektor 5: M. Amin, SE
6. Kasi Sektor 6: Sjukri, S.Sos, Msi
7. Kasi Sektor 7:Tri Marjono
8. Kasi Sektor 8: Sastro A
133
E. Data Deskriptif Frekuensi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini jumlah responden yang merupakan subjek
penelitian sebanyak 83 orang karyawan pada Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran Jakarta Barat. Sebelum melakukan analisa data lebih lanjut, maka
terlebih dahulu akan dikemukakan gambaran mengenai karakteristik
responden yaitu meliputi jenis kelamin, umur, masa kerja, pendidikan, jabatan,
dan golongan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.
1. Data Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Pria 83 100
Wanita 0 0
Jumlah 83 100
Sumber : Output Hasil Perhitungan Excel 2010
Dari tabel 4.1 deskriptif frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin dari 83 responden yang diteliti menunjukkan bahwa frekuensi
pegawai Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat di
dominasi oleh pria yaitu sebanyak 83 orang (100%). Maka berdasarkan
table di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah karyawan seluruhnya adalah
pria dibandingkan pegawai wanita. Hal ini adalah sangat tepat, karena di
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat jenis pekerjaan
yang dilaksanakan adalah sangat berat pekerjaan yang memerlukan fisik
dan mental yang kuat., seperti menyediakan air, mengendarai mobil
134
dengan cepat, menyemprot air sampai dengan di ketinggian tertentu, dan
mengevakuasi para korban.
Secara grafik karakteristik jenis kelamin responden disajikan sebagai
berikut:
Gambar 4.1
Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Data Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden
Tabel 4.2
Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi
Persentase (%)
< 36 Tahun 11 13.25
36 - 44 Tahun 42 50.60
45 - 49 Tahun 14 16.87
50 - 56 Tahun 16 19.28
Jumlah 83 100
Sumber : Output Hasil Perhitungan Excel 2010
0
20
40
60
80
100
Pria Wanita
83
0
Fre
kue
nsi
Jaw
aban
Je
nis
Ke
lam
in
Jenis Kelamin
Grafik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat 2018
Pria
Wanita
135
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden di dominasi oleh jumlah frekuensi pegawai yang memiliki umur
kurang dari 36 yaitu berjumlah 11 orang (13,25%), jumlah frekuensi
pegawai yang memiliki umur 36 sampai 44 tahun yaitu berjumlah 42
orang (50,60%), jumlah frekuensi pegawai yang memiliki umur 45 sampai
49 tahun yaitu berjumlah 14 orang (16,87%), dan jumlah frekuensi
pegawai yang memiliki umur 50 sampai 56 tahun yaitu berjumlah 16
orang (19,28%). Jika dilihat dari tingkatan umur pegawai Suku Dinas
Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat cukup baik, karena sebanyak 42
orang (50,60%) merupakan pegawai memiliki fisik mental yang kuat dan
matang untuk bekerja dan menghadapi segala bahaya di lapangan.
Secara grafik karakteristik usia responden disajikan sebagai
berikut:
Gambar 4.2
Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
0
10
20
30
40
50
< 36Tahun
36 - 44Tahun
45 - 49Tahun
50 - 56Tahun
11
42
14 16
Fre
kue
nsi
Jaw
aban
Um
ur
Umur
Grafik Responden Berdasarkan Umur Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat 2018
< 36 Tahun
36 - 44 Tahun
45 - 49 Tahun
136
3. Data Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Jabatan
Tabel 4.3
Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Jumlah
Responden
Persentase (%)
Komandan Regu 10 12.05
Kepala Regu 22 26.51
Anggota 43 51.81
Staf Operasional Ahli 8 9.64
Jumlah 83 100
Sumber : Output Hasil Perhitungan Excel 2010
Berdasarkan tabel 4.3 deskriptif frekuensi responden berdasarkan
jabatan dari 83 responden yang diteliti menunjukkan bahwa jumlah
frekuensi responden pegawai di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat yang paling banyak adalah jabatan sebagai anggota
pemadam kebakaran yaitu sebanyak 43 orang (51,81%), selanjutnya
jumlah frekuensi responden pegawai di Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran Jakarta Barat dengan jabatan sebagai kepala regu yaitu
sebanyak 22 orang (26,51%), jumlah frekuensi responden pegawai di Suku
Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat dengan jabatan kepala
komandan yaitu sebanyak 10 orang (12,05%), dan jumlah frekuensi
responden pegawai di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta
Barat dengan jabatan sebagai staf operasional ahli yaitu sebanyak 8 orang
(9,64%),.
Secara grafik karakteristik mengenai jabatan responden disajikan
sebagai berikut:
137
Gambar 4.3
Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Jabatan
4. Data Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan
Tabel 4.4
Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan
Golongan Jumlah
Responden Persentase (%)
1C 0 0.00
1D 2 2.41
2A 6 7.23
2B 11 13.25
2C 15 18.07
2D 20 24.10
3A 10 12.05
3B 8 9.64
3C 5 6.02
3D 4 4.82
4A 2 2.41
4B 0 0.00
Jumlah 83 100
Sumber : Output Hasil Perhitungan Excel 2010
0
10
20
30
40
50
KomandanRegu
Kepala Regu Anggota StafOperasional
Ahli
10
22
43
8
Fre
kue
nsi
Jaw
aban
Jab
atan
Jabatan
Grafik Responden Berdasarkan Jabatan Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat 2018
Komandan Regu
Kepala Regu
Anggota
Staf Operasional Ahli
138
Berdasarkan tabel 4.4 deskriptif frekuensi responden berdasarkan
golongan dari 83 responden yang diteliti menunjukkan bahwa jumlah
frekuensi responden pegawai di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat yang paling banyak adalah
Golongan 1D yaitu sebanyak 2 orang (2,41%), selanjutnya jumlah
ferkuensi responden pegawai di Suku Dinas penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat dengan golongan 2A yaitu sebanyak 6 orang (7,23%),
selanjutnya golongan 2B jumlah frekuensi sebanyak 11 orang (13,25%),
jumlah frekuensi responden pegawai di Suku Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Barat dengan golongan 2C yaitu sebanyak 15 orang (18,07%),
selanjutnya golongan 2D jumlah ferkuensi nya sebanyak 20 orang
(24,10%), jumlah frekuensi responden pegawai di Suku Dinas Pemadam
Kebakaran Jakarta Barat golongan 3A sebanyak 10 orang (12.05%),
selanjutnya jumlah frekuensi golongan 3B di Suku Dinas Pemadam
Kebakaran Jakarta Barat sebanyak 8 orang (9,64%), selanjutnya jumlah
frekuensi golongan 3C di Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat
sebanyak 5 orang (6,02%), jumlah frekuensi golongan 3D di Suku Dinas
Pemadam Kebakaran Jakarta Barat Sebanyak 4 orang (4,82%), kemudian
selanjutnya frekuensi golongan 4A di Suku Dinas Pemadam Kebakaran
Jakarta Barat sebanyak 2 orang (2,41%)
Secara grafik karakteristik mengenai golongan responden disajikan
sebagai berikut:
139
Gambar 4.4
Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan
5. Data Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.5
Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah
Responden Persentase (%)
1 - 5 Tahun 12 14.46
6 - 10 Tahun 16 19.28
11 - 20 Tahun 27 32.53
21 - 25 Tahun 17 20.48
26 - 30 Tahun 11 13.25
Jumlah 83 100
Sumber : Output Hasil Perhitungan Excel 2010
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1C 1D 2A 2B 2C 2D 3A 3B 3C 3D 4A 4B
0
2
6
11
15
20
10
8
5 4
2
0
Fre
kue
nsi
Jaw
aban
Go
lon
gan
Golongan
Grafik Responden Berdasarkan Golongan Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat 2018
1C
1D
2A
2B
2C
2D
3A
3B
3C
3D
4A
4B
140
Berdasarkan tabel 4.5 deskriptif frekuensi responden berdasarkan
masa kerja dari 83 responden yang diteliti menunjukkan bahwa jumlah
frekuensi pegawai yang paling banyak adalah pegawai yang masa kerjanya
antara 11 – 20 tahun yaitu sebanyak 27 orang (32,53%), selanjutnya
jumlah frekuensi pegawai yang masa kerjanya antara yaitu sebanyak 17
orang (20,48%), jumlah frekuensi pegawai yang masa kerjanya antara 6 –
10 tahun yaitu sebanyak 16 orang (19,28%), jumlah frekuensi pegawai
yang masa kerjanya antara 1 – 5 tahun yaitu sebanyak 12 orang (14,46%),
dan jumlah frekuensi pegawai yang masa kerjanya antara 26 – 30 tahun
yaitu sebanyak 11 orang (13,25%). Jika dilihat dari masa kerja pegawai
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat sangat baik, karena
sebanyak 27 orang (32,53%) dan 17 orang (20,48%) merupakan pegawai
memiliki pengalaman kerja yang sangat lama sehingga sudah sangat
berpengalaman dalam bekerja dan mudah menyelesaikan masalah setiap
menghadapi segala permasalahan di lapangan.
Secara grafik karakteristik masa kerja responden disajikan sebagai
berikut:
Gambar 4.5
Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
0
10
20
30
12
16
27
17
11
Fre
kue
nsi
Jaw
aban
Mas
a K
erj
a
Masa Kerja
Grafik Responden Berdasarkan Masa Kerja Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat 2018
1 - 5 Tahun
6 - 10 Tahun
11 - 20 Tahun
21 - 25 Tahun
26 - 30 Tahun
141
6. Data Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.6
Deskriptif Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah
Responden
Persentase (%)
SMP 3 3.61
SMA 10 12.05
D3 25 30.12
S1 39 46.99
S2 6 7.23
Jumlah 83 100
Sumber : Output Hasil Perhitungan Excel 2010
Berdasarkan tabel 4.6 deskriptif frekuensi responden berdasarkan
pendidikan dari 83 responden yang diteliti menunjukkan bahwa jumlah
frekuensi responden pegawai di Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat yang paling banyak adalah yang berpendidikan S1 yaitu
sebanyak 39 orang (46,99%), selanjutnya jumlah frekuensi pegawai di
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat yang berpendidikan
D3 yaitu sebanyak 25 orang (30,12%), jumlah frekuensi pegawai di Suku
Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat yang berpendidikan
SMA yaitu sebanyak 10 orang (12,05%), jumlah frekuensi pegawai di
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat yang berpendidikan
S2 yaitu sebanyak 6 orang (7,23%). Dan jumlah frekuensi pegawai di
Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat yang berpendidikan
SMP yaitu sebanyak 3 orang (3,65%).
142
Secara grafik karakteristik pendidikan responden disajikan sebagai
berikut:
Gambar 4.6
Grafik Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
F. Deskriptif Jawaban Responden atas Skala Penelitian
Analisa deskriptif jawaban responden ini dimaksud untuk mengetahui
frekuensi jawaban 83 responden atas instrumen variable Disiplin Kerja (X1)
yang terdiri dari 20 butir item pertanyaan, instrumen variable Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2) yang terdiri dari 12 butir item pertanyaan, dan variable
Kinerja Karyawan (Y) yang terdiri dari 9 butir item pertanyaan dapat
disajikan sebagai berikut:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SMP SMA D3 S1 S2
3
10
25
39
6
Fre
kue
nsi
Jaw
aban
Pe
nd
idik
an
Pendidikan
Grafik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran
Jakarta Barat 2018
SMP
SMA
D3
S1
S2
143
1. Deskriptif Frekuensi Jawaban Responden Disiplin Kerja (X1)
Tabel 4.7
Deskriptif Jawaban Responden Variabel Disiplin Kerja (X1)
No Variabel
STS
TS
N
S
SS
Total
Disiplin Kerja(X1) F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
.
Kejelasan Tujuan
pekerjaan
1.
Personel diharapkan
memiliki disiplin tinggi
supaya dapat
meningkatkan kinerjanya
0
0
0
0
2
2,41
36
43,37
45
54,22
83
100
2.
Personel diharapkan mau
meningkatkan
kemampuan di bidang
kebakaran supaya
berkinerja baik
0
0
0
0
3
3,61
36
43,37
44
53,01
83
100
3.
Personel diharapkan mau
meningkatkan
keterampilan di bidang
kebakaran supaya
berkinerja baik
0
0
3
3,61
4
34,82
30
36,14
46
55,42
83
100
Pegawai bekerja sesuai
dengan kemampuannya
4.
Saya bekerja sesuai
dengan uraian tugas
0
0
3
3,61
3
3,61
45
54,22
32
38,55
83
100
Teladan pimpinan
144
Lanjutan tabel 4.7
5.
Personel diharapkan mau
menjadikan pimpinan
sebagai teladan atau
panutan
0
0
1
1.20
6
8,43
39
46,99
37
44,58
83
100
6.
Pimpinan diharapkan
dapat bersikap jujur
dalam bekerja
0
0
2
2,41
5
6,02
45
54,22
31
37,35
83
100
Balas jasa yang
diberikan karyawan
berpengaruh terhadap
kedisiplinan
7.
Saya menerima
kompensasi sesuai
dengan pekerjaan
0
0
8
9,64
9
10,84
38
45,78
29
34,94
83
100
8.
Pada umumnya pegawai
merasa puas dengan
kompensasi yang
diberikan
0
0
5
6,02
17
20,48
39
46,99
22
26,51
83
100
Pemimpin bersikap adil
terhadap semua
karyawan/ staff
9.
Pimpinan bersikap adil
kepada semua pegawai
0
0
3
3,61
22
26,51
37
44,58
21
25,3
83
100
10.
Pimpinan saya berusaha
menyelesaikan dengan
bijak setiap konflik yang
terjadi diantara pegawai
0
0
3
3,61
16
19,28
36
43,37
28
33,77
83
100
145
Lanjutan tabel 4.7
11.
Pimpinan memberikan
penghargaan kepada
setiap pegawai yang
bekerja dengan disiplin
berdasarkan SOP yang
berlaku
0
0
3
3,61
15
18,07
38
45,78
27
32,53
83
100
Pengawasan melekat
yang efektif dapat
meningkatkan disiplin
12.
Pimpinan diharapkan
memberikan perhatian
kepada pegawai dalam
bekerja
0
0
1
1,20
8
9,64
34
44,58
37
44,58
83
100
13.
Sebelum melaksanakan
pekerjaan bawahan
mendapatkan pengarahan
dari pimpinan
1
1,20
2
2,41
6
7,23
39
46,99
35
42,17
83
100
14.
Dalam pelaksanaan
pekerjaan pimpinan
diharapkan dapat
mengawasi bawahannya
0
0
2
2,41
6
7,23
39
46,99
36
43,37
83
100
Sanksi hukuman
berpengaruh terhadap
disiplin pegawai
15.
Pimpinan memberikan
sanksi hukuman yang
transparan
0
0
2
2,41
18
21,69
39
46,99
24
28,92
83
100
146
Lanjutan tabel 4.7
16.
Pimpinan memberikan
sanksi hukuman sesuai
dengan tingkat kesalahan
yang dilakukan oleh
pegawai
0
0
2
2,41
13
15,66
39
46,99
29
34,94
83
100
17.
Sanksi hukuman yang
diberikan pimpinan
kepada pegawai bersifat
mendidik
0
0
1
1,20
2
2,41
33
39,76
47
54,63
83
100
.
Sikap tegas pimpinan
berpengaruh terhadap
disiplin pegawai.
18.
Pimpinan bersikap tegas
kepada pegawai yang
melakukan pelanggaran
disiplin
0
0
2
2,41
10
12,05
45
54,22
26
31,33
83
100
19.
Pimpinan memberikan
surat peringatan kepada
pegawai yang melakukan
pelanggran disiplin
0
0
0
0
15
18,07
41
49,4
27
32,53
83
100
Hubungan kemanusiaan
20. Saya selalu menciptakan
hubungan yang baik pada
rekan kerja
0
0
0
0
2
2,41
41
49,4
40
48,19
83
100
Total Frekuensi (F)
%
1
0,06
43
2,59
181
10,90
772
46,51
663
39,94
1660
100
Sumber Output : Excel 2010
147
Berdasarkan tabel 4.8 deskriptif variabel Disiplin Kerja (X1) tersebut
di atas menunjukkan bahwa dari 83 responden, jumlah frekuensi
jawaban yang paling banyak adalah jawaban setuju yaitu sebanyak 759
(45,72%) dan jumlah frekuensi jawaban sangat setuju yaitu sebanyak
673 (40,54%), jumlah frekuensi jawaban netral yaitu sebanyak 184
(11,98%), jumlah frekuensi jawaban tidak setuju yaitu sebanyak 43
(2,59%), dan jumlah frekuensi jawaban sangat tidak setuju yaitu
sebanyak 1 (0,06%). Jika jawaban sangat setuju dan setuju dijumlahkan
adalah sebanyak 1532 (86,26%) artinya lebih dari 80% pegawai di Suku
Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat menyetujui bahwa
mereka melaksanakan disiplin kerja dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan pimpinan. Sedangkan terdapat 228 (13,74%) menyatakan
tidak disiplin.
2. Deskriptif Frekuensi Jawaban Responden Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2)
Tabel 4.8
Deskriptif Jawaban Responden
Variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
No Variabel
STS
TS
N
S
SS
Total
Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2)
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
Tempat kerja yang
higinies
mempengaruhi
kinerja pegawai
148
Lanjutan tabel 4.8
1.
Lingkungan kerja fisik
yang saya tempati
dalam keadaan bersih
0
0
0
0
7
8,43
54
65,1
22
26,51
83
100
2.
Semua peralatan kerja
yang berbahaya telah
disimpan ditempat
yang aman
0
0
3
3,61
11
13,26
47
56,60
22
26,51
83
100
3.
Ruang kerja saya
ditempati sesuai
dengan perbandingan
ideal antara luas
ruangan dan jumlah
orang
0
0
2
2,41
18
21,69
42
59,6
21
25,30
83
100
.
Ruang kerja yang
sejuk dapat
meningkatkan
kenyamanan bekerja.
4.
Ruang kerja saya
memiliki fasilitas
peralatan sirkulasi
udara yang baik
0
0
2
2,41
15
18,07
50
60,2
16
19,28
83
100
. Pengaturan
pencahayaan
5..
Ruang kerja saya
memiliki sistim
pencahayaan yang baik
0
0
1
1,20
14
16,87
49
59
19
22,89
83
100
.
Tersedianya
peralatan kerja dapat
membantu efektifitas
pegawai bekerja
149
Lanjutan tabel 4.8
6.
Instansi selalu
menyediakan peralatan
kerja yang dibutuhkan
pegawai sepatu boots,
helm, masker, sarung
tangan, dan lalin-lain
0
0
2
2,41
14
16,87
49
51,8
24
28,92
83
100
7.
Semua peralatan kerja
yang digunakan masih
dalam kondisi layak
pakai
0
0
4
4,82
17
20,48
47
56,6
15
18,07
83
100
Kesehatan fisik
pegawai dapat
meningkatkan
kinerja pegawai.
8.
Pegawai memiliki
Kondisi stamina fisik
yang baik dalam
melaksanakan
pekerjaan
0
0
4
4,82
16
19,28
44
53
19
22,39
83
100
9.
Instansi memberikan
ganti rugi pada
pegawai yang
mengalami kecelakaan
kerja yang
mengakibatkan
terjadinya cacat fisik
0
0
9
10,84
15
18,07
44
53
15
18,07
83
100
10.
Pegawai dalam bekerja
memiliki kesehatan
mental yang baik
0
0
1
1,20
20
24,1
46
55,4
16
19,28
83
100
150
Lanjutan tabel 4.8
11.
Peralatan P3K
diharapkan tersedia
disetiap tempat kerja
pegawai
0
0
1
1,20
23
27,71
44
55,4
15
18,07
83
100
12.
Instansi memberikan
jaminan kesehatan
pada setiap pegawainya
0
0
0
0
23
27,71
40
48,2
20
24,1
83
100
Total Frekuensi (F)
%
0
0
29
2,91
193
19,38
550
55,20
224
22,49
996
100
Sumber Output : Excel 201
Berdasarkan tabel deskriptif variabel Keselamatan Kesehatan Kerja
(X2) tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 83 responden, jumlah
frekuensi jawaban yang paling banyak adalah jawaban setuju yaitu
sebanyak 550 (55,20%), jumlah frekuensi jawaban sangat setuju yaitu
sebanyak 224 (22,49%), jumlah frekuensi jawaban netral yaitu sebanyak
193 (19,38%), jumlah frekuensi jawaban tidak setuju yaitu sebanyak 29
(2,91%), dan jumlah frekuensi jawaban sangat tidak setuju yaitu
sebanyak 0 (0%). Jika jawaban sangat setuju dan setuju dijumlahkan
adalah sebanyak 774 (77,69%) artinya lebih dari 70% pegawai di Suku
Dinas Penanggulangan Kebakaran Jakarta Barat menyetujui bahwa
mereka melaksanakan Keselamatan Kesehatan Kerja yang cukup baik
untuk bekerja. Sedangkan terdapat 222 (22,31%) menyatakan masih
masalah di bagian Keselamatan kesehatan kerja.
151
3. Deskriptif Frekuensi Jawaban Responden Kinerja Pegawai (Y)
Tabel 4.9
Deskriptif Jawaban Responden Variabel Kinerja Pegawai (Y)
No Variabel
STS
TS
N
S
SS
Total
Kinerja Karyawan
(Y)
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
Kualitas pekerja
dapat berpengaruh
terhadap pencapaian
1.
Saya berusaha bekerja
dengan SOP untuk
menghindari kesalahan
0
0
0
0
5
6,24
32
38,55
46
55,42
83
100
2.
Saya menggunakan
peralata kerja dengan
baik dan benar untuk
menghindari kerusakan
0
0
0
0
3
3,61
40
48,19
40
48,19
83
100
3.
Saya menggunakan
peralatan kerja sesuai
dengan jumlah yang
dibutuhkan untuk
menghindari
pemborosan
0
0
0
0
10
12,05
36
43,37
37
44,58
83
100
Kuantitas yang
dihasilkan pekerja
pegawai dapat
berpengaruh
terhadap pencapaian
organisasi.
152
Lanjutan tabel 4.9
4.
Saya berupaya
menetapkan target
kerja yang telah
ditetapkan oleh
pimpinan
0
0
0
0
6
7,23
37
44,58
40
48,19
83
100
Penggunaan waktu
yang efektif
bepengaruh terhadap
kinerja pegawai
5.
Saya dapat
menyelesaikan tugas
sebelum batas waktu
yang ditentukan
0
0
1
1,20
6
7,23
31
37,35
45
54,22
83
100
6.
Saya berusaha bekerja
sesuai dengan jumlah
hadir yang telah
ditetapkan
0
0
0
0
8
9,64
30
36,14
45
54,22
83
100
7.
Saya berusaha datang
bekerja tepat waktu
sesuai dengan aturan
jam kerja
0
0
0
0
9
10,84
25
30,12
49
59,04
83
100
8.
Saya menggunakan
waktu bekerja secara
efektif dan efisien
0
0
0
0
6
7,23
32
38,55
45
54,22
83
100
Kerjasama yang
efektif berpengaruh
terhadap kinerja
pegawai
153
Lanjutan tabel 4.9
9.
Saya berusaha
menjalin kerjasama
dengan rekan kerja
dalam melaksanakan
pekerjaan
0
0
0
0
4
4,82
33
39,76
46
55,42
83
100
Total Frekuensi (F)
%
0
0
1
0,13
57
7,63
296
39,63
393
52,61
747
100
Sumber Output : Excel 2010
Berdasarkan tabel 4.9 deskriptif variabel Kinerja Karyawan (Y)
tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 83 responden, jumlah frekuensi
jawaban yang paling banyak adalah jawaban sangat setuju yaitu sebanyak
393 (52,61%), jumlah frekuensi jawaban setuju yaitu sebanyak 296
(39,63%), jumlah frekuensi jawaban netral yaitu sebanyak 57 (7,63),
jumlah frekuensi jawaban tidak setuju yaitu sebanyak 1 (0,13%), dan
jumlah frekuensi jawaban sangat tidak setuju yaitu sebanyak 0 (0%).
Jika jawaban sangat setuju dan setuju dijumlahkan adalah sebanyak 629
(92,24%) artinya lebih dari 90% pegawai di Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran Jakarta Barat menyetujui bahwa kinerja pegawai adalah sudah
sangat baik. Sedangkan terdapat 58 (7,76%) yang menyatakan bahwa
kinerja mereka kurang baik.
154
G. Hasil Statistik Deskriptif
Untuk menguji hasil penelitian digunakan program SPSS 22.0,
meliputi: statistic deskriftif, uji kualitas data (validitas dan reabilitas), uji
asumsi klasik (uji normalitas), (uji linearitas), (uji multikolinearitas), dan uji
koefisien determinasi (R2), (uji heteroskedastisitas) serta uji hipotesis (uji
statistic t dan uji statistic F).
1. Deskriptif Jawaban Responden Untuk Variabel Disiplin Kerja (X1),
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), dan Kinerja Karyawan (Y)
Pengukuran statistik deskriptif jawaban responden untuk variabel
dilakukan untuk melihat nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean)
dan standar deviasi variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2), dan Kinerja Karyawan (Y) dapat disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.10 Deskriptif Total Skor
Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja
(X2), dan Kinerja Karyawan (Y)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Disiplin Kerja (X1) 83 70.00 100.00 85.0602 8.33059
Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) 83 39.00 60.00 48.2651 5.52176
Kinerja Karyawan (Y) 83 31.00 45.00 40.0241 3.96932
Valid N (listwise) 83
Sumber Output : Program SPSS 22
155
Berdasarkan tabel 4.10 descriptive statistic di atas diperoleh
gambaran dari 83 responden deskripsi variable Disiplin Kerja (X1)
menunjukkan nilai minimum jawaban responden adalah sebesar 70 artinya
3,5 atau 4 (setuju), nilai maksimum sebesar 100 artinya 5 (sangat setuju),
nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar 85,06 artinya 4 (setuju)
dengan nilai standar deviasi sebesar 8,331 (simpangan bakunya adalah
sangat rendah).
Untuk variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) diperoleh
gambaran dari 83 responden menunjukkan nilai minimum jawaban
responden adalah sebesar 39 artinya 3 (netral), nilai maksimum sebesar 60
artinya 5 (sangat setuju), nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar
48.265 artinya 4 (setuju) dengan nilai standar deviasi sebesar 5,522
(simpangan bakunya adalah sangat rendah).
Dan untuk variabel Kinerja Karyawan (Y) diperoleh gambaran dari
83 responden menunjukkan nilai minimum jawaban responden adalah
sebesar 31 artinya 3 (netral), nilai maksimum sebesar 45 artinya 5 (sangat
setuju), nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar 40,204 artinya 4
(setuju) dengan nilai standar deviasi sebesar 3,969 (simpangan bakunya
adalah sangat rendah).
156
H. Hasil Uji Kualitas Data
1. Pengujian Validitas Butir Item Skala Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Perhitungan validitas instrumen
(rhitung) pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product
Moment. Dengan kriteria pengujian jika rhitung > rtabel pada taraf
signifikan 95 % berarti butir butir item suatu isntrumen penelitian adalah
valid dan sebaliknya jika rhitung < rtabel maka butir item suatu
instrument penelitian tersebut adalah tidak valid. Untuk pengujian
validitas peneliti menggunakan seluruh responden yaitu sebanyak 83
orang. Untuk meilihat hasil perhitungan uji validitas butir item untuk
masing-masing variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2), dan Kinerja Karyawan (Y) dapat dilihat pada halaman
berikut ini:
1). Validitas Butir Item Skala Distribusi Disiplin Kerja (X1)
Dengan menggunakan angka kritis korelasi r-hitung 95% atau
dengan α = 0,05 dan nilai rtabel sebesar 0,361 (rtabel= n= 30), maka
dapat diperoleh hasil validitas butir item suatu instrument penelitian.
Jika rhitung > rtabel, maka butir item pertanyaan dinyatakan valid
dan sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka butir item pertanyaan
dinyatakan tidak valid. Pada tabel 4.11 diketahui validitas butir
item setiap pertanyaan dari variable Disiplin Kerja (X1).
157
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala
Disiplin Kerja (X1)
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
KTP1 0,572 0,361 Valid
KTP2 0,520 0,361 Valid
KTP3 0,725 0,361 Valid
PB1 0,584 0,361 Valid
TP1 0,069 0,361 Tidak Valid
TP2 0,554 0,361 Valid
TP3 0,532 0,361 Valid
TP4 0,188 0,361 Tidak Valid
BJ1 0,651 0,361 Valid
BJ2 0,597 0,361 Valid
PBA1 0,501 0,361 Valid
PBA2 0,619 0,361 Valid
PBA3 0,552 0,361 Valid
PM1 0,523 0,361 Valid
PM2 0,569 0,361 Valid
PM3 0,606 0,361 Valid
SH1 0,766 0,361 Valid
SH2 0,624 0,361 Valid
SH3 0,581 0,361 Valid
ST1 0,654 0,361 Valid
ST2 0,738 0,361 Valid
HK1 0,532 0,361 Valid
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.11 di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari
22 item butir pertanyaan pada uji coba terhadap 30 responden atas
variable Disiplin Kerja (X1) menunjukkan bahwa terdapat 20 butir
158
item pertanyaan adalah valid. Hal ini dikarenakan ke 20 butir item
pertanyaan memiliki nilai r-hitung Disiplin kerja (X1) > nilai r-tabel
(0,361) pada taraf signifikan 5%. Dan terdapat 2 butir item pertanyaan
adalah tidak valid. Hal ini dikarenakan ke 2 butir item pertanyaan
memiliki nilai r-hitung Disiplin kerja (X1) < nilai r-tabel (0,361) pada
taraf signifikan 5%. Jadi, 20 item pernyataan pada variabel disiplin
kerja dapat digunakan untuk menganalisa variabel tersebut. dan 2
pernyataan tidak dapat digunakan dalam menganalisa variabel
tersebut. oleh karena itu, pernyataan nomer 5 dan 8 dikeluarkan dan di
uji validitasnya untuk mendapatkan hasil valid seperti yang ditunjukan
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.12
Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala
Disiplin Kerja (X1)
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
KTP1 0,595 0,361 Valid
KTP2 0,505 0,361 Valid
KTP3 0,703 0,361 Valid
PB1 0,615 0,361 Valid
TP2 0,568 0,361 Valid
TP3 0,531 0,361 Valid
BJ1 0,680 0,361 Valid
BJ2 0,608 0,361 Valid
PBA1 0,527 0,361 Valid
PBA2 0,609 0,361 Valid
PBA3 0,566 0,361 Valid
PM1 0,464 0,361 Valid
159
Lanjutan Tabel 4.12
PM2 0,590 0,361 Valid
PM3 0,632 0,361 Valid
SH1 0,746 0,361 Valid
SH2 0,621 0,361 Valid
SH3 0,558 0,361 Valid
ST1 0,671 0,361 Valid
ST2 0,769 0,361 Valid
HK1 0,545 0,361 Valid
Berasarkan variabel disiplin kerja yang ditunjukan oleh tabel
diatas dapat dilihat variabel disiplin kerja dinyatakan valid untuk
semua item pernyataan. Setelah pernyataan yang tidak valid
dikeluarkan.
2). Validitas Butir Item Skala Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
Dengan menggunakan angka kritis korelasi r-hitung 95% atau
dengan α = 0,05 dan nilai rtabel sebesar 0,361 (rtabel= n= 30), maka
dapat diperoleh hasil validitas butir item suatu instrument penelitian.
Jika rhitung > rtabel, maka butir item pertanyaan dinyatakan valid
dan sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka butir item pertanyaan
dinyatakan tidak valid. Pada tabel 4.13 diketahui validitas butir
item setiap pertanyaan dari variable Keselamatan Kesehatan Kerja
(X2).
160
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Uji Validitas Skala Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2)
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
TK1 0,768 0,361 Valid
TK2 0,659 0,361 Valid
TK3 0,628 0,361 Valid
RK1 0,594 0,361 Valid
PP1 0,645 0,361 Valid
TF1 0,712 0,361 Valid
TF2 0,510 0,361 Valid
KF1 0,799 0,361 Valid
KF2 0,854 0,361 Valid
KF3 0,757 0,361 Valid
KF4 0,681 0,361 Valid
KF5 0,550 0,361 Valid
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.13 di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari
12 item butir pertanyaan pada uji coba 30 responden atas variable
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2). menunjukkan bahwa semua butir
item pertanyaan adalah valid, hal ini dikarenakan semua nilai r-hitung
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) > r-tabel (0,361) pada taraf
signifikan 5%.
3). Validitas Butir Item Skala Kinerja Karyawan (Y)
Dengan menggunakan angka kritis korelasi r-hitung 95% atau
dengan α = 0,05 dan nilai rtabel sebesar 0,361 (rtabel= n= 30), maka
dapat diperoleh hasil validitas butir item suatu instrument penelitian.
161
Jika rhitung > rtabel, maka butir item pertanyaan dinyatakan valid
dan sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka butir item pertanyaan
dinyatakan tidak valid. Pada tabel 4.4 diketahui validitas butir
item setiap pertanyaan dari variable Kinerja Karyawan (Y).
Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Skala Kinerja Pegawai (Y)
Pertanyaan Nilai r
Hitung
0,361 Kriteria
KP1 0,588 0,361 Valid
KP2 0,609 0,361 Valid
KP3 0,713 0,361 Valid
KY1 0,722 0,361 Valid
PW1 0,651 0,361 Valid
PW2 0,776 0,361 Valid
PW3 0,699 0,361 Valid
PW4 0,824 0,361 Valid
KYE1 0,727 0,361 Valid
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.14 di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari
9 item butir pertanyaan pada uji coba 30 responden atas variable
Kinerja Karyawan (Y). menunjukkan bahwa semua butir item
pertanyaan adalah valid. Hal ini dikarenakan semua nilai r-hitung
Kinerja Karyawan (Y) > r-tabel (0,361) pada taraf signifikan 5%.
162
2. Pengujian Reliabilitas Konstruk Skala Penelitian
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk
menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan
yang digunakan. Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah sebuah
instrumen telah dipastikan validitasnya. Perhitungan pengujian reliabilitas
instrumen penelitian ini menggunakan rumus metode Alpha Cronbach.
Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan mengukur
koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 22. Nilai alpha
bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika
nilai alpha lebih besar dari 0.700.
1). Uji Reliabilitas Disiplin Kerja (X1)
Tabel 4.15
Perhitungan Reliabilitas
Konstruk Disiplin Kerja (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.904 20
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan data pada tabel 4.15 di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Disiplin Kerja (X1) adalah 0.904. Karena variabel Disiplin
Kerja (X1) memiliki nilai Cronbach Alpha 0,904 lebih besar dari
0.700, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari
variabel Disiplin Kerja (X1) adalah reliable.
163
2). Uji Reliabilitas Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
Tabel 4.16
Perhitungan Reliabilitas Konstruk Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.888 12
Sumber : Output SPSS 22
Berdasarkan data pada tabel 4.16 di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) adalah 0.888. Karena
variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) memiliki nilai Cronbach
Alpha 0,888 lebih besar dari 0.700, maka dapat disimpulkan bahwa
konstruk pertanyaan dari variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
adalah reliable.
3). Uji Reliabilitas Kinerja Karyawan (Y)
Tabel 4.17
Perhitungan Reliabilitas Konstruk Kinerja Pegawai (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.872 9
Sumber : Output SPSS 22
164
Berdasarkan data pada tabel 4.17 di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Kinerja Karyawan (Y) adalah 0.872. Karena variabel Kinerja
Karyawan (Y) memiliki nilai Cronbach Alpha 0,872 lebih besar dari
0.700, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari
variabel Kinerja Karyawan (Y) adalah reliable.
Tabel 4.18
Rangkuman Reliabilitas Konstruk
Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), Terhadap
Kinerja Pegawai (Y)
No.
Variabel
Nilai
Cronbach Alpha
Nilai
Standar
Keterangan
1. Disiplin Kerja (X1) 0,904 0,700 Reliabel
2. Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2) 0,888 0,700 Reliabel
3. Kinerja Karyawan (Y) 0,872 0,700 Reliabel
Sumber : Data diolah oleh penulis
Berdasarkan data pada tabel 4.18 di atas nilai cronbach’s Alpha
variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), dan
Kinerja Karyawan (Y) adalah 0.904, 0,888, dan 0.872. Hal ini
menunjukkan bahwa semua instrumen penelitian dinyatakan reliabel
karena semua instrumen memiliki nilai cronbach alpha lebih dari 0.700.
Karena semua butir pertanyaan sudah reliabel, kesimpulanya instrumen
165
penelitian ini bisa digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama dan akan menghasilkan data yang sama pula (konsisten).
I. Uji Asumsi Klasik
Model regresi dapat digunakan dan dianggap baik jika model regresi
tersebut memenuhi beberapa asumsi klasik, yaitu asumsi normalitas,
linieritas, multikolinieritas, dan heterokedastisitas. Berikut ini adalah hasil
dan pembahasan mengenai uji asumsi klasik.
1). Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk melihat apakah data
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian
normalitas data residual dihitung dengan menggunakan perhitungan
Kolmogorov Smirnov unresidual. Kurva nilai unresidual dikatakan
menyebar dengan normal apabila nilai Kolmogorov Smirnov atau nilai
Asymp, sig (2-tailed) > α = 0,05. Hasil uji normalitas unresidual data
regresi berganda antara variable Disiplin Kerja (X1), Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2), dan Kinerja Pegawai (Y) secara statistic dihitung
dengan bantuan program SPSS 22 adalah sebagai berikut.
166
Tabel 4.19
Uji Normalitas Unresidual Data
Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), dan Kinerja
Pegawai (Y)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 83
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation 3.08319820
Most Extreme
Differences
Absolute .095
Positive .052
Negative -.095
Test Statistic .095
Asymp. Sig. (2-tailed) .061c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber Output : SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov
Smirnov 0,095 dan nilai Asymp.sig adalah sebesar 0,065. Karena nilai
Asymp.sig 0,065 lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima. Hal ini
berarti data sample pada model regresi berganda berdistribusi normal
atau nilai unresidual pada model regresi berganda adalah berdistribusi
normal.
167
2). Uji Linieritas
Uji linier data model regresi berganda digunakan untuk melihat
apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah
fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk
linier, kuadrat atau kubik. Untuk melihat linier atau tidak model regresi
berganda ini, peneliti menggunakan perhitungan statistic uji LM
(Lagrange Multiplier) test dengan bantuan program SPSS 22 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.20
Uji Linieritas
Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2),
dan Kinerja Pegawai (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .012a .000 -.025 3.12126194
a. Predictors: (Constant), Kuadrat dari Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2), Kuadrat dari Disiplin Kerja (X1)
Sumber Output : SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.20 pengujian linieritas dengan statistic
Lagrange Multiplier pada bagian model summary tersebut diatas
menunjukkan niai R2 sebesar 0,000 dengan jumlah N = 83, maka
diperoleh nilai C2 = 83 x 0,000 = 0,000 dan nilai C
2 tabel dengan df = 83
dan tingkat signifikan (α=0,05) diperoleh nilai C2 adalah 101,879. Karena
nilai C2hitung yaitu 0,000 < C
2 tabel yaitu 101,879, maka hal ini berarti
168
Ho diterima atau model regresi berganda antara variabel Disiplin Kerja
(X1), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X2), dan Kinerja Karyawan (Y)
adalah linier. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data sample pada
model regresi berganda adalah berbentuk linier.
Sedangkan pembuktian linieritas model regresi linier berganda
dengan grafik dapat ditujukan sebagai berikut:
Sumber Output : SPSS 22
Gambar 4.7 Grafik Linieritas Data Regresi Berganda
Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2),
dan Kinerja Pegawai (Y)
169
3). Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya atau tidaknya multikolinieritas yaitu korelasi antar
variable bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variable independen. Salah satu cara untuk
melihat ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai
Tolerance dan VIF. Model regresi berganda terbebas dari asumsi
multikolinieritas jika semua variable independennya memiliki nilai
Tolenrance < 0,10 dan nilai VIF > 10. Hasil pengolahan data untuk
melihat ada tidakya multikolinieritas dengan program SPSS 22 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.21 Uji Multikolinieritas
Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2),
dan Kinerja Karyawan (Y)
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Disiplin Kerja (X1) .629 1.591
Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) .629 1.591
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)
Sumber Output : SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.21 coefficient tersebut diatas menunjukkan
bahwa tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance < 0,10 yaitu variable Disiplin Kerja (X1) = 0,629, dan
variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) = 0,629 (tolerance < 0,10)
170
dan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF >
10 yaitu variable Disiplin Kerja (X1) = 1,591, dan Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2) = 1,591 (VIF > 10). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi
multikolinieritas.
4). Uji Heterokedastisitas
Pengujian Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengatamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Salah satu
cara untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah
dengan menggunakan uji glejser yaitu meregresikan variabel dependen
sebagai nilai absolut unresidual dengan variabel independen. Jika tidak
terdapat pengaruh yang signifikan pada α = 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa model regresi berganda terbebas dari asumsi heterokedastisitas.
Tabel 4.22
Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser
Antara Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja
(X2), dan Kinerja Pegawai (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.666 2.200 3.485 .001
Disiplin Kerja (X1) -.042 .031 -.186 -1.363 .177
Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) -.034 .047 -.100 -.733 .466
a. Dependent Variable: ABSRes_1
Sumber Output : SPSS 22
171
Berdasarkan Tabel 4.22 hasil Uji Glejser di atas menunjukkan
semua nilai signifikan variable independen lebih besar dari nilai α =
0,05 yaitu variable Disiplin Kerja (X1) = 0,177, dan Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2) = 0,466. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi
heterokedastisitas.
Sedangkan pembuktian heterokedastisitas model regresi linier
berganda dengan grafik dapat disajikan sebagai berikut:
Sumber Output : SPSS 22
Gambar 4.8 Grafik Heterokedastisitas Data Regresi Berganda
Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2),
dan Kinerja Pegawai (Y)
172
Dari gambar 4.9 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tersebut tidak terjadi
heteroskedastisitas, karena titik-titiknya tidak membentuk suatu pola.
J. Uji Regresi Berganda
1). Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah sebuah koefisien yang
memperlihatkan besarnya variasi yang ditimbulkan oleh variabel bebas
(predictor) atau besarnya kontribusi (pengaruh) yang diberikan oleh
variabel independen terhadap variabel dependen yang dinyatakan dengan
persentase. Hasil perhitungan koefisien determinasi dapat disajika pada
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.23 Uji Koefisien Determinasi
Antara Variabel Disiplin Kerja (X1), dan Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2), terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .630a .397 .382 3.12150 2.269
a. Predictors: (Constant),Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), Disiplin
Kerja (X1)
b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)
Sumber Output : SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.23 model summary diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan
173
Kerja (X2), terhadap Kinerja Karyawan (Y) adalah sebesar 0,397
(39,7%), artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Disiplin Kerja (X1),
dan Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), terhadap Kinerja Karyawan (Y)
adalah sebesar 39,7% dan sisanya 60,7% (100% - 39,7% = 60,7%)
berasal dari variabel atau faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam
penelitian ini, seperti gaji, intensif, pelatihan, dan lain-lain.
2). Uji Parsial (Uji T)
Uji T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen yaitu variabel Disiplin Kerja (X1),
dan Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), terhadap Kinerja Karyawan (Y).
Pengujian uji T digunakan untuk menguji hipotesis H1, dengan
membandingkan Thitung dengan Ttabel. Dimana T-tabel dihitung
dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah variabel independen. Jika
Thitung lebih besar dari Ttabel dan nilai signifikan lebih kecil dari α
=0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak dan sebaliknya Jika Thitung
lebih kecil dari Ttabel dan nilai signifikan lebih besar dari α = 0,05 maka
H1 ditolak dan Ho diterima. Hasil perhitungan uji T dengan
menggunakan program SPSS 22 adalah sebagai berikut.
174
Tabel 4.24 Uji Parsial (Uji T)
Antara Variabel Disiplin Kerja (X1), dan Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2), terhadap Kinerja Pegawai (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.309 3.702 3.595 .001
Disiplin Kerja (X1) .207 .052 .435 3.968 .000
Keselamatan
Kesehatan Kerja
(X2)
.189 .079 .262 2.395 .019
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)
Sumber Output : SPSS 22
Berdasarkan tabel Coefficients tersebut di atas menunjukan bahwa :
1. Disiplin Kerja (X1) secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan (Y).
Nilai t-hitung variable Disiplin Kerja (X1) adalah sebesar
3,968 > nilai t-tabel 1,67 (n-k =83-2=81) dan nilai signifikan adalah
0,000 < α = 0,05. Karena nilai t-hitung Disiplin kerja (X1) yaitu
3,968 > nilai t-tabel = 1,67 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05,
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variable
Disiplin Kerja (X1) berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Kinerja Karyawan (Y). hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Irawati dan Ezra dengan pengaruh disiplin kerja dan
budaya organisasi terhadap kinerja operator produksi di PT.xxx yang
175
mengatakan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05 maka
H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh antara pengaruh disiplin
kerja terhadap kinerja.
2. Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) secara parsial berpengaruh
terhadap Kinerja Karyawan (Y).
Nilai t-hitung variable Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X2)
adalah sebesar 2,395 > nilai t-tabel 1,67 (n-k =83-2=81) dan nilai
signifikan adalah 0,019 < α = 0,05. Karena nilai t-hitung
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X2) yaitu 2,395 > nilai t-tabel =
1,67 dan nilai signifikan 0,019 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan Ha2
diterima. Hal ini berarti bahwa variable Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (X2) berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Kinerja Karyawan (Y).
hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad (2017) yang berjudul pengaruh kesehatan keselamatan
kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. perusahaan lisrik Negara
(PLN) wilayah suluttenggo area palu. Yang mengatakan bahwa nilai
signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05 maka terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel kesehatan keselamatan terhadap kinerja.
Dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05 maka terdapat
pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja. Hal ini sejalan juga
dengan penelitian menurut Purnamasari (2017) yang menunjukan
bahwa nilai t hitung (5,621) > t tabel (1,670) maka H1 diterima
176
artinya terdapat pengaruh antara kesehatan dan keselamatan kerja
berpengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan Tabel 4.24 Coefisien tersebut di atas dapat dibuat
persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + ε
Y = 13,309+ 0,207X1 + 0,1897X2 +ε
Pada tabel 4.24 tersebut dapat dijelaskan bahwa pada saat variabel
Disiplin Kerja (X1), dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X2) bernilai
konstan, maka nilai Kinerja Karyawan (Y) adalah sebesar 13,309.
Besarnya pengaruh yang terdapat pada variable Disiplin Kerja
(X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) adalah sebesar 0,207 dan
berpengaruh secara positif, dimana peningkatan Disiplin Kerja (X1)
sebesar satu satuan unit akan berpengaruh kepada kenaikan Kinerja
Karyawan (Y) sebesar 0,207 (20,7%).
Besarnya pengaruh yang terdapat pada variable Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) adalah sebesar
0,987 dan berpengaruh secara positif, dimana peningkatan Keselamatan
Kesehatan Kerja (X2) sebesar satu satuan unit akan berpengaruh kepada
kenaikan Kinerja Karyawan (Y) sebesar 0,189 (18,9%).
Berdasarkan pembahasan uji t diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa adalah variabel Disiplin Kerja (X1) yang paling dominan
mempengaruhi variabel Kinerja Karyawan (Y) yaitu sebesar 3,968,
177
selanjutnya adalah variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) terhadap
Kinerja Karyawan (Y) dengan besarnya pengaruh adalah sebesar 2,395.
3). Uji Simultan (Uji F)
Uji F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama
(simultan) antara variabel independen yaitu variabel Disiplin Kerja (X1),
dan Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), terhadap Kinerja Karyawan (Y).
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan hipotesis Ha3. Dengan
membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel. F-tabel dihitung
dengan rumus df1=k-1, df2=n-k, k. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada
table di bawah ini, jika Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan lebih kecil
dari α =0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika Fhitung <
Ftabek dan nilai signifikan lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima
dan menolak Ha.
Tabel 4.25 Uji Simultan (Uji F)
Antara Variabel Disiplin Kerja (X1), Keselamatan Kesehatan Kerja
(X2), terhadap Kinerja Pegawai (Y)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 512.451 2 256.225 26.296 .000b
Residual 779.501 80 9.744
Total 1291.952 82
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan (Y)
b. Predictors: (Constant), Keselamatan Kesehatan Kerja (X2), Disiplin
Kerja (X1)
Sumber Output : SPSS 22
178
Hipotesis dalam penelitian:
Hipotesis 3
H03 : Disiplin Kerja (X1), dan Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
secara simultan tidak berpengaruh Kinerja Karyawan (Y).
Ha3 : Disiplin Kerja (X1), dan Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan (Y).
F-tabel dihitung dengan rumus df1=k-1, df2=n-k, k adalah
jumlah variabel Disiplin Kerja (X1), dan Keselamatan Kesehatan
Kerja (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y). Berdasarkan tabel
Anova di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 26,296 >
F-tabel sebesar 3,12 (df1 = 3-1 = 2, df2 = 83-3 = 80) dengan nilai
signifikan 0,000 < α= 0,05. Karena F-hitung 26,296 > F-tabel 3,12
dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima, Hal ini membuktikan bahwa variabel Disiplin Kerja (X1),
dan Keselamatan Kesehatan Kerja (X2) secara simultan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap Kinerja Karyawan (Y).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad (2017) yang berjudul pengaruh kesehatan keselamatan
kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. perusahaan lisrik Negara
(PLN) wilayah suluttenggo area palu. Yang mengatakan bahwa nilai
signifikan sebesar 0,000 < α = 0,05 maka terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel kesehatan terhadap kinerja. Dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05 maka terdapat pengaruh
179
keselamatan kerja terhadap kinerja. Hal ini sejalan juga dengan
penelitian menurut Purnamasari (2017) yang menunjukan bahwa
nilai t hitung (5,621) > t tabel (1,670) maka H1 diterima artinya
terdapat pengaruh antara kesehatan dan keselamatan kerja
berpengaruh terhadap kinerja.
180
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja pegawai Suku Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta barat.berdasarkan hasil
pengujian dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel disiplin kerja terhadap
kinerja secara parsial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Irawati dan Ezra (2015).
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keselamatan kesehatan
kerja terhadap kinerja secara parsial. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad (2017), Purnamasari (2017), Abdul
Jawad Muhammad (2017)
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan keselamatan
kesehatan kerja terhadap kinerja pegawai secara simultan bagi instansi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Katiandagho dkk
(2017).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang berkaitan dengan
penelitian ini menunjukan bahwa variabel Disiplin kerja, dan keselamatan
181
kesehatan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai.
oleh karena itu, pengetahuan dan pengalaman yang peneliti dapatkan selama
proses penelitian, maka direkomendasikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Instansi
a. Disiplin kerja juga harus diperhatikan untuk meningkatkan pelatihan
personel pemadam yang sesuai dengan standar operasional procedur
yang berlaku di Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan
Jakarta barat. Hal yang perlu diperhatikan yaitu mampu mengontrol
perilaku-perilaku kerja dan mengarahkannya. Agar para pegawai
tersebut dapat meningkatkan kinerjanya. Yang mengatakan bahwa
variabel disiplin kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.
Berdasarkan penelitian awal ditemukan bahwa penerapan disiplin kerja
kurang baik pada pegawai Suku Dinas Pemadam Kebsakaran dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dengan begitu diharapkan
kinerja pemadam lebih baik lagi dengan melakukan pemeriksaan
uraian tugas yang sesuai kemampuan dan absebsi pegawai serta
ketaatan.
b. Yang mengatakan bahwa variabel keselamatan kesehatan kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian
awal ditemukan bahwa penerapan keselamatan kesehatan kerja kurang
baik pada pegawai Suku Dinas Pemadam Kebsakaran dalam penelitian
182
ini dapat disimpulkan bahwa keselamatan kesehatan kerja berperan
terhadap kinerja pegawai Suku Dinas Pemadam Kebakaran. Dijelaskan
bahwa keselamatan kesehatan kerja pegawai masih belum memberikan
rasa aman, kebutuhan pegawai masih belum terpenuhi. Karena
berdasarkan penelitian penerapan keselamatan kesehatan kerja pada
Suku Dinas Pemadam Kebakaran. Maka, peneliti menyarankan
sebaiknya para pegawai Suku Dinas Pemadam Kebakaran memberikan
pelatihan keselamatan kesehatan kerja setiap 3 bulan sekali dan
mengevaluasi apakah mereka sudah benar menerapkan keselamatan
kesehatan kerja nya pada tugas yang diberikan sehingga tidak
menyebabkan masalah yang diinginkan seperti ceroboh saat bekerja
tidak mengikuti prosedur yang diterapkan sehingga membahayakan
keselamatan personel. Diharapkan kantor semakin meningkatkan
perlindungan keselamatan kesehatan kerja pegawainya.
2. Bagi akademisi
Sebagai bahan referensi atau kepustakaan bagi mereka yang
membutuhkan informasi dalam bidang sumber daya manusia dapat
dijadikan acuan atau pertimbangan dalam pembuatan karya ilmiah
yang bersifat akademis.
3. Bagi Peneliti
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut karena terdapat banyak hal yang masih dapat digali dari
variable yang diteliti, sehingga akan dapat memberikan masukan bagi
183
pihak-pihak lain yang berkepentingan khususnya Suku Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi
Jakarta Barat. Dan untuk peneliti kedepannya dapat mengembangkan
dan menerapkan ilmu pengetahuan sampai seberapa jauh teori-teori
yang sudah ditetapkan pada kasus dilapangan sehingga hal-hal yang
dirasa kurang dapat diperbaiki.
184
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michel. “Manajemen Sumber Daya Manusia: A handBook Of Human
Resource Management”, PT Elex Medikomputindo, Jakarta, 1994.
Anthony, Apalia Ekakoron, “effects of diciplinemanagement on employee
performance in a organization: the case of country education office human”
International Academic Journal ofHuman Resource and Business
Administration, ISSN 2518-2374, Volume 2, Issue 3, 2017.
Arianto, Dwi agung Nugroho, “Pengaruh kedisiplinan , lingkungan kerja dan
budaya kerja Terhadap kinerja tenaga pengajar”.
Aula, Arinal., dkk. ”Pengaruh Disiplin Kerja, Pelatihan dan Ketrampilan
Terhadap Kinerja Karyawan Pada UD Rukumekso Mojokerto “ Jurnal
Manajemen Branchmark, Vol 3, Issue 3 , 2017.
Bangun, Wilson. ”Manajemen Sumber Daya Manusia”, PT. Gelora aksara
pratama, Jakarta, 2012.
Erdiansyah, “Pengaruh disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai
pada CV patarakan Palembang”, journal ecoument global, ISSN 2540-
816X, vol. 1 Nomor 1, 2016.
Funmilayo, Oketuji Serah, “influence of occupational health and safety (OHS)
information availability and use on job performance of library personnel in
public universitas in sout – west Nigeria” European Scientific Journal, ISSN
1857- 7431, vol.10, No.14, 2014.
Ghazali, Imam “aplikasi analisis multivariate”, badan penerbit universitas
diponerogo, semarang, 2016.
Handoko, T. Hani. “manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia”, BPFE,
Yogyakarta, 2000.
Hasan, Idbal “analisis data penelitian dengan statistic” cetakan keempat, bumi
aksara, Jakarta, 2009.
Hasibuan, Malayu S.P. ”Manajemen sumber daya manusia”, Edisi Revisi, PT
Bumi Aksara Jakarta, 2017.
Hazrina, Rima Alhamlimah, “Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
bagian marketing pada hotel millennium sirih Jakarta” epigram, vol 13,
no.2, oktober, 2016.
185
Ilyas, Yaslih “Kinerja, penilaian, dan penelitian”, FKMUI, Depok, 2002.
Irawati, Rusda dan Silalahi Ezra Pelita. “Pengaruh disiplin dan budaya organisasi
terhadap kinerja operator produksi di PT. xxx”, jurnal akuntansi, ekonomi
dan manajemen bisnis, ISSN: 2337-7887, vol. 3, no. 2, 2015.
Ismail, Iriani “Pengaruh kelengkapan alat kerja dan disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan studi kasus pada karyawan lapangan PT. PLN persero
pamekasan”, jurnal studi manajemen dan bisnis, vol 3 no. 1, 2016.
Katiandagho, Christian. “Pengaruh disiplin kerja, kepemimpinan dan motivasi
terhadap kinerja pegawai pada PT. PLN (persero) wilayah suluttenggo
area manado”, ISSN 2303-1174, Vol.2 No.3, Jurnal EMBA 2014.
Kemala, Dewi Kemala, “Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
kinerja karyawan MHE maintenance department badak NGL di Bontang”,
e-journal administrasi bisnis, ISSN 2355-5408, Volume 5, Nomor 1, 2017.
Laksmi, Riani Asri “keselamatan kesehatan kerja manajemen sumber daya
manusia masa kini” edisi pertama, graha ilmu, Yogyakarta, 2013.
Muhammad, Abdul Jawad, “Pengaruh kesehatan, keselamatan, dan keamanan
kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Perusahaan listrik Negara
(PLN) wilayah suluttenggo area palu”, e jurnal katalogis, ISSN: 2302-2019,
Vol 5 Nomor 3, 2017.
Patiran, Andreas, “Analisis faktor-faktor yang mempengagruhi kinerja pegawai
negeri sipil (PNS), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ottow dan Geissler Jayapura,
Vol. 5 No. 2 Desember 2010.
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001
pasal 184 prosedur penialaian kinerja Pegawai Dinas Pemadam Kebakaran.
Peraturan mentri dalam negeri No. 16 Tahun 2009 tentang standar kualifikasi
sumber daya manusia yang diperlukan untuk menjadi aparatur pemadam
kebakaran.
Perda No. 8 tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Perka BKN No. 21 tahun 2010 tentang prosedur atau tata cara penjatuhan
hukuman disiplin kerja pegawai Dinas Pemadam Kebakaran.
PP No.46 2011 tentang standar penilaian kinerja PNS
186
Purnamasari, Pupung, “Pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap
kinerja karyawan PT. Bekaert indonesiaplant karawang”, Universitas
Buana Perjuangan Karawang, ISSN: 2541 – 6995, vol. 1, No. 2, 2017.
Rivai, Veithzal “ Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan”, PT Raja
Grafindo persad, Jakarta 2009
Sedarmayanti. ”manajemen sumber daya manusia, reformasi birokrasi dan
manajemen pegawai negeri sipil “, PT. Refika Aditama, Bandung , 2011.
Sedarmayanti. ”Tata kerja dan produktivitas kerja” , CV. Mandar maju, Bandung
2017.
Simajuntak, payaman J. “manajemen hubungan industrial” fakultas ekonomi,
universitas Indonesia,Jakarta, 2011.
Sinambela, lijan poltak. ”Kinerja pegawai teori pengukuran dan implikasi”,
Graha ilmu, Yogyakarta, 2012.
SK.gubernur No. 9 Tahun 2002 tentang SOTK DPK DKI Jakarta.
Sudarmanto,”kinerja dan pengembangan kompetensi sdm”.pustaka pelajar.
Yogyakarta 2009.
Sugiyono, “Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dan R&D”, Alfabeta,
Bandung, 2009.
Sugiyono, “Metodologi Penelitian Manajemen”, Alfabeta, Bandung, 2014.
Susiayanti, “Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja
karyawan bagian produksi pada PT. bintang alam rejeki site cem tanah merah di
Samarinda” e-journal bisnis, ISSN 2355-5408, 2017.
Sutrisno, Edy,”Manajemen Sumber Daya Manusia”.prenadamedia Group, Jakarta,
2016.
Triyono, Ayon.“paradigma baru manajemen sumber daya manusia kunci sukses
meningkatkan kinerja, produktifitas, motivasi, dam kepuasan kerja”,Oryza,
Yogyakarta. 2012.
Widodo, Suparno Eko,”manajemen pengembangan sumber daya
manusia”.pustaka pelajar, Yogyakarta, 2015.
Wijono, Sutarto “psikologi industri organisasi dalam suatu bidang gerak
psikologi sumber daya manusia”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2009
Diakses :
187
(http://www.politikindonesi.com/index.php?=politikana&i=36495)
(http://jakartafire.net/berita/index.php?act=detil&idp=1485) diakses 11/ 06/ 17
Wawancara langsung dengan Ibu Purwaninggati selaku Kasub Bagian Tata usaha
yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2017 pada pukul 10:11 WIB
188
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Penelitian
189
Lampiran 2: Surat Permohonan Ijin Penelitian
190
Lampiran 3: Surat Keterangan Penelitian
191
Lampiran 4: Kuesioner
Lampiran: Tiga (hal) halaman Jakarta,7 April 2018
Hal : Permohonan Kesediaan Menjadi
Responden
Kepada Yth:
Bapak/ibu Calon Responden
Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran Jakarta Barat
Jalan Tanjung Duren raya No, 1, RT.12/RW 2., Tj. Duren Utara, Grogol
Petamburan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta (114470)
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Dengan Hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Starata Satu Manajemen SDM Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Disiplin kerja dan Keselamatan
Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Suku Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat”.
Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Disiplin kerja dan
Keselamatan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Suku Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Administrasi Jakarta Barat,
maka dibutuhkan pendapat dan penilaian dari responden untuk melengkapi
penelitian ini. Bersama ini saya memohon kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu
untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Saya berharap didalam pengisian
kuesioner ini, Bapak/Ibu bisa mengisinya secara jujur dan obyektif. Jawaban yang
Bapak/Ibu berikan sangat berarti bagi saya sebagai bahan untuk menyusun
laporan penelitian. Perlu juga Bapak/Ibu ketahui, bahwasanya sumber informasi
dari kuesioner ini akan terjamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
penelitian. Kemudian, saya berharap dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan
bisa menjadi salah satu referensi bagi perusahaan kedepan.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu atas partisipasi
dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner penelitian saya.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Mengetahui, Dengan
hormat,
Dosen Pembimbing Penulis
Bahrul Yaman Evi Wulandari
192
LEMBAR KUISIONER
Petunjuk pengisian :
1. Mohon jawaban diberikan dengan jujur dan objektif.
2. Petunjuk Pengisian Kuisioner
Setiap pernyataan dalam kuisioner disediakan lima pilihan pendapat.
Berilah tanda “√” pada kolom pendapat sesuai dengan pilihan saudara
sebagai berikut :
Keterangan pilihan:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Berikan jawaban tulis pada pertanyaan yang terdapat titik-titik
(……………..)
4. Jika ingin memperbaiki jawaban yang salah, berikan tanda (x) dikotak yang
salah kemudian berikan tanda “√” pada kotak yang benar.
5. Apabila anda mengalami kesulitan dalam pengisian kuesioner ini silahkan
bertanya langsung kepada peneliti guna mendapat penjelasan.
6. Dimohon agar keseluruhan pertanyaan diisi.
A. Data Responden
Berikan jawaban pada tempat yang telah disediakan (titik-titik) sesuai dengan
identitas Bapak/Ibu.
1. Jenis kelamin :
Pria
Wanita
2. Umur :
50 - 56 Tahun
45 - 49 Tahun
36 - 44 Tahun
193
3. Masa kerja :
1 - 5 Tahun
6 - 10 Tahun
11 - 20 Tahun
21 - 25 Tahun
26 - 30 Tahun
4. Pendidikan terakhir :
S2
S1
D3
SMA
SMP
5. Jabatan :
6. Golongan/pangkat :
194
VARIABEL ( X1 )
DISIPLIN KERJA
NO
PERNYATAAN
SS
S
R TS
STS
1 Personel diharapkan memiliki disiplin tinggi supaya dapat
meningkatkan kinerjanya
2 Personel diharapkan mau meningkatkan kemampuan di bidang
kebakaran supaya berkinerja baik
3 Personel diharapkan mau meningkatkan keterampilan di bidang
kebakaran supaya berkinerja baik
4 Saya bekerja sesuai dengan uraian tugas
5 Pimpinan saya diharapkan dapat memberikan contoh yang sesuai
dengan perkataan dan perbuatan
6 Personel diharapkan mau menjadikan pimpinan sebagai teladan
atau panutan
7 Pimpinan diharapkan dapat bersikap jujur dalam bekerja
8 Pimpinan diharapkan bersikap adil kepada semua bawahan atau
personel
9 Saya menerima kompensasi sesuai dengan pekerjaan
10 Pada umumnya pegawai merasa puas dengan kompensasi yang
diberikan
11 Pimpinan bersikap adil kepada semua pegawai
12 Pimpinan saya berusaha menyelesaikan dengan bijak setiap
konflik yang terjadi diantara pegawai
13 Pimpinan memberikan penghargaan kepada setiap pegawai yang
bekerja dengan disiplin berdasarkan SOP yang berlaku
14 Pimpinan diharapkan memberikan perhatian kepada pegawai
dalam bekerja
15 Sebelum melaksanakan pekerjaan bawahan mendapatkan
pengarahan dari pimpinan
16 Dalam pelaksanaan pekerjaan pimpinan diharapkan dapat
mengawasi bawahannya
17 Pimpinan memberikan sanksi hukuman yang transparan
18 Pimpinan memberikan sanksi hukuman sesuai dengan tingkat
kesalahan yang dilakukan oleh pegawai
19 Sanksi hukuman yang diberikan pimpinan kepada pegawai
bersifat mendidik
20 Pimpinan bersikap tegas kepada pegawai yang melakukan
pelanggaran disiplin
21 Pimpinan memberikan surat peringatan kepada pegawai yang
melakukan pelanggran disiplin
22 Saya selalu menciptakan hubungan yang baik pada rekan kerja
195
VARIABEL ( X2 )
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
NO
PERNYATAAN
SS
S
R TS
STS
1
Lingkungan kerja fisik yang saya tempati dalam keadaan
bersih
2 Semua peralatan kerja yang berbahaya telah disimpan
ditempat yang aman
3 Ruang kerja saya ditempati sesuai dengan perbandingan
ideal antara luas ruangan dan jumlah orang
4 Ruang kerja saya memiliki fasilitas peralatan sirkulasi udara
yang baik
5 Ruang kerja saya memiliki sistim pencahayaan yang baik
6
Instansi selalu menyediakan peralatan kerja yang dibutuhkan
pegawai sepatu boots, helm, masker, sarung tangan, dan
lalin-lain
7
Semua peralatan kerja yang digunakan masih dalam kondisi
layak pakai
8 Pegawai memiliki Kondisi stamina fisik yang baik dalam
melaksanakan pekerjaan
9
Instansi memberikan ganti rugi pada pegawai yang
mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan terjadinya
cacat fisik
10 Pegawai dalam bekerja memiliki kesehatan mental yang baik
11 Peralatan P3K diharapkan tersedia disetiap tempat kerja
pegawai
12 Instansi memberikan jaminan kesehatan pada setiap
pegawainya
196
VARIABEL ( Y )
KINERJA PEGAWAI
NO
PERNYATAAN
SS
S
R TS
STS
1
Saya berusaha bekerja dengan SOP untuk menghindari
kesalahan
2
Saya menggunakan peralata kerja dengan baik dan benar
untuk menghindari kerusakan
3
Saya menggunakan peralatan kerja sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan untuk menghindari pemborosan
4
Saya berupaya menetapkan target kerja yang telah
ditetapkan oleh pimpinan
5
Saya dapat menyelesaikan tugas sebelum batas waktu yang
ditentukan
6
Saya berusaha bekerja sesuai dengan jumlah hadir yang telah
ditetapkan
7
Saya berusaha datang bekerja tepat waktu sesuai dengan
aturan jam kerja
8 Saya menggunakan waktu bekerja secara efektif dan efisien
9
Saya berusaha menjalin kerjasama dengan rekan kerja dalam
melaksanakan pekerjaan
197
Lampiran 5: Tabulasi Jawaban Responden Variabel Disiplin Kerja (X1)
1 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4
2 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
3 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5
4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 2 5 5 4 3 4 4 4 5
5 4 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 3 3
6 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
8 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4
9 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5
11 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 4 4
12 5 5 5 4 4 4 3 3 3 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 3
13 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4
14 5 5 5 5 5 5 2 2 5 5 4 5 4 4 3 4 5 4 4 5
15 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
16 5 5 5 4 4 4 4 5 3 5 3 5 5 5 4 4 5 3 4 5
17 5 5 5 5 4 5 4 3 4 3 3 3 5 4 4 3 5 4 4 5
18 4 4 4 4 4 5 2 3 4 4 4 5 4 2 4 4 5 4 3 4
19 5 5 5 5 5 4 5 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 5 4 3 4 4 4 4 3 4
21 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 3 5 5
22 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5
23 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
198
Lanjutan Lampiran 5
24 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5
25 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4
27 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5
28 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 5 5 5 5 5 4 5 3 2 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4
33 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4
34 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5
35 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4
36 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4 3 1 3 4 4 4 4 4 4
37 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5
38 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4
39 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
40 5 5 4 5 5 5 5 5 3 3 5 4 3 5 3 5 5 4 4 4
41 4 4 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4
42 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 5 2 4 4
43 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
44 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 2 4 4 3 4
45 3 5 4 4 5 4 4 4 2 3 2 4 4 3 2 4 2 4 4 4
46 5 5 5 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5
199
Lanjutan lampiran 5
47 5 4 5 5 4 4 3 4 5 3 2 4 3 2 4 3 5 4 4 4
48 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 5
49 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5
50 4 5 4 4 4 5 5 3 4 3 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4
51 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 3 5
52 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
53 4 4 5 5 5 4 5 5 3 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5
54 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 4 5
55 5 5 5 4 5 4 5 4 3 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
56 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4
57 5 5 5 4 4 4 3 2 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
58 5 4 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4
59 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
60 5 5 5 4 4 5 5 4 3 3 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4
61 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 4 3 4 4
62 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
63 4 3 4 5 2 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 4
64 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 5 5 5 4 4 3 5 4 5 4
65 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4
66 4 4 4 5 5 4 4 4 3 5 3 4 5 5 3 5 5 5 5 5
67 4 4 2 4 3 4 2 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4
68 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5
69 4 3 4 4 4 5 4 2 2 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5
200
Lanjutan lampiran 5
70 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5
71 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 3 5 5 3 5 4
72 4 4 4 2 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73 4 4 5 4 4 2 4 5 3 4 2 4 5 5 2 5 5 4 5 5
74 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4
75 5 5 5 4 5 4 5 4 3 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4
76 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4
77 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
78 4 3 4 2 5 5 2 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
79 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 3 4 5 5 3 3 4 3 3 4
80 4 4 4 5 5 4 4 5 4 3 3 5 5 4 5 5 5 5 3 5
81 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 3 5 4 5 3 3 4 4 3 4
82 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5
83 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 5 5 5 5 3 3 4 5 5 5
201
Lampiran 6: Tabulasi Jawaban Responden Variabel Keselamatan Kesehatan Kerja (X2)
No. TK1 TK2 TK3 RK1 PP1 TF1 TF2 KF1 KF2 KF3 KF4 KF5
1 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4
2 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4
3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3
5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5
6 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 7 3 3 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3
8 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 9 4 4 4 5 3 3 3 4 3 3 3 4 10 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5
11 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
12 3 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3
13 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 14 5 4 3 5 5 5 2 5 4 5 3 5
15 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 4 3
16 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
17 4 5 5 3 5 2 3 4 2 4 4 3
18 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4
19 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
20 4 2 4 3 4 2 3 3 3 3 4 5 21 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
22 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5
23 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4
24 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4
25 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5
26 4 4 4 3 4 5 5 4 3 3 3 3
27 3 4 5 4 5 3 3 5 5 4 4 4
28 5 4 4 3 4 4 4 3 4 5 4 3
29 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4
30 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5
31 4 4 5 4 4 5 4 3 3 5 5 4
32 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
33 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
34 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4
35 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4
36 4 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3
37 5 5 3 5 5 4 4 5 5 5 4 5
202
Lanjutan lampiran 6
38 4 3 4 4 3 5 3 3 3 3 2 3
39 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3
40 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4
41 4 3 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3
42 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3
43 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5
44 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4
45 4 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4
46 5 4 5 5 4 5 3 4 4 4 3 3
47 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 5
48 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4
49 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
50 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5
51 4 5 4 4 3 4 5 5 5 4 5 5
52 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3
53 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4
54 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5
55 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4
56 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3
57 3 5 4 4 3 4 4 3 2 4 4 3
58 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
59 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4
60 3 4 4 3 5 4 3 2 5 4 4 3
61 5 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
62 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4
63 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4
64 4 5 4 4 4 5 4 4 2 4 3 4
65 4 5 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4
66 5 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4
67 3 2 3 4 4 4 3 2 5 3 3 3
68 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
69 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3
70 4 3 4 3 5 5 4 3 4 3 4 3
71 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 3 4
72 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 5
73 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74 4 5 4 4 3 4 5 5 3 4 3 5
75 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4
76 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 3
203
Lanjutan lampiran 6
77 4 5 3 3 4 3 5 4 2 4 3 4
78 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4
79 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4
80 5 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 3
81 5 4 5 5 4 5 4 4 5 3 3 4
82 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
83 5 4 3 3 4 4 4 5 4 4 5 5
204
Lampiran 7: Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kinerja (X3)
No KP1 KP2 KP3 KY1 PW1 PW2 PW3 PW4 KYE1
1 4 4 4 4 4 4 5 4 5
2 4 5 4 5 4 4 5 5 4
3 5 5 4 4 4 5 5 5 5
4 5 5 5 5 5 5 4 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 4 5 5 4 5 5 4 4 5
7 4 4 3 4 4 3 4 3 4
8 4 4 4 4 5 5 4 4 4
9 4 4 4 5 3 3 5 4 5
10 5 5 5 4 5 5 4 5 5
11 4 4 4 5 5 4 5 4 4
12 5 4 3 4 4 4 4 4 3
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5
14 5 4 4 4 4 4 5 5 5
15 4 4 5 4 5 4 4 4 4
16 5 5 4 3 3 4 3 3 4
17 4 4 5 5 5 5 5 5 5
18 3 4 4 3 4 4 3 3 3
19 5 5 4 5 5 5 5 5 5
20 5 5 4 4 4 4 4 5 5
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 5 5 4 4 4 4 5 5 5
23 5 5 4 5 4 5 5 5 5
24 4 4 5 4 5 5 5 5 5
25 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 4 4 5 5 5 5 5 5 4
27 3 4 3 4 4 4 4 4 4
28 5 5 4 5 5 5 5 4 5
29 4 5 5 5 5 5 5 5 4
30 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 5 4 5 5 4 5 5 5 4
32 4 3 4 4 4 4 4 4 4
33 5 4 4 5 4 4 4 4 4
34 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35 4 5 4 4 4 4 5 5 5
36 4 4 3 4 4 4 3 3 5
37 5 5 5 5 5 4 4 5 4
38 4 4 4 5 4 4 5 4 5
205
Lanjutan Lampiran 7
39 4 4 4 4 5 5 4 4 4
40 5 5 5 4 5 5 5 5 4
41 4 4 4 5 4 4 4 4 4
42 5 5 5 4 4 5 5 5 5
43 5 4 5 5 5 5 5 5 5
44 3 4 3 4 3 4 3 3 4
45 4 4 4 4 4 3 4 4 4
46 5 4 5 5 5 4 5 4 5
47 4 4 4 5 4 5 5 5 5
48 5 4 4 5 5 4 4 4 4
49 5 5 5 5 5 5 5 5 5
50 5 5 4 5 5 3 4 4 4
51 4 4 5 5 5 5 5 5 5
52 5 5 3 3 3 3 3 3 3
53 5 5 4 4 5 5 5 4 5
54 4 5 5 5 5 5 5 5 5
55 5 5 5 5 5 5 5 5 5
56 5 5 5 5 5 5 4 4 5
57 5 4 5 4 3 3 3 4 4
58 4 5 5 5 5 5 5 5 5
59 5 5 4 5 5 5 4 4 4
60 5 5 4 5 5 5 5 5 4
61 5 4 4 4 4 4 5 5 3
62 4 4 5 3 5 5 4 5 4
63 5 4 4 5 4 5 5 5 5
64 4 4 5 4 5 5 5 5 4
65 3 4 3 4 4 3 3 4 4
66 4 5 4 4 5 5 5 5 5
67 3 4 3 4 4 3 4 4 4
68 5 5 4 5 4 4 4 4 4
69 4 4 5 4 5 5 5 5 5
70 5 3 3 3 4 4 4 4 4
71 5 5 5 5 5 5 5 5 5
72 5 5 4 4 4 5 5 5 4
73 5 4 4 4 2 4 4 5 4
74 4 4 5 4 4 5 5 5 5
75 5 5 5 5 5 5 5 5 4
76 5 4 4 4 4 4 5 4 5
77 5 5 5 5 5 5 5 5 5
206
Lanjutan Lampiran 7
78 4 3 3 3 3 4 3 4 4
79 4 4 4 4 5 5 5 4 5
80 5 5 5 4 5 5 5 5 5
81 4 4 5 5 4 4 3 4 5
82 5 4 4 4 5 4 5 5 5
83 4 5 5 4 5 4 4 4 5
207
Lampiran 8: Uji validitas disiplin sebelum pernyataan TP1 dan TP4 dihapus
Correlations
KT
P1
KT
P2
KT
P3
PB
1
TP
1
TP
2
TP
3
TP
4
BJ
1
BJ
2
PB
A1
PB
A2
PB
A3
PM
1
PM
2
P
M3
K
TP
1
Pearson
Correlat
ion
1 .55
0**
.69
3**
.42
8*
-
.07
4
.33
6
.25
1
-
.02
7
.29
9
.27
9
.16
2
.14
1
.38
4*
.03
1
.50
3**
.46
0*
Sig. (2-
tailed)
.00
2
.00
0
.01
8
.69
7
.07
0
.18
0
.88
8
.10
8
.13
5
.39
2
.45
7
.03
6
.87
1
.00
5
.01
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
K
TP
2
Pearson
Correlat
ion
.55
0**
1
.69
3**
.32
9
.07
4
.21
0
.37
7*
.13
5
.22
4
.05
1
.06
5
.24
7
.09
6
.03
1
.50
3**
.46
0*
Sig. (2-
tailed)
.00
2
.00
0
.07
6
.69
7
.26
6
.04
0
.47
8
.23
3
.79
0
.73
4
.18
8
.61
4
.87
1
.00
5
.01
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
K
TP
3
Pearson
Correlat
ion
.69
3**
.69
3**
1
.47
0**
.14
2
.36
7*
.40
2*
.16
7
.36
7*
.20
6
.22
1
.39
1*
.24
5
.42
1*
.53
6**
.49
7**
Sig. (2-
tailed)
.00
0
.00
0
.00
9
.45
3
.04
6
.02
8
.37
9
.04
6
.27
6
.24
0
.03
2
.19
1
.02
0
.00
2
.00
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PB
1
Pearson
Correlat
ion
.42
8*
.32
9
.47
0**
1
-
.23
5
.32
6
.37
2*
.06
6
.36
5*
.15
7
.41
8*
.44
4*
.51
2**
.12
6
.45
5*
.45
0*
Sig. (2-
tailed)
.01
8
.07
6
.00
9
.21
2
.07
9
.04
3
.73
0
.04
8
.40
7
.02
1
.01
4
.00
4
.50
7
.01
1
.01
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
208
Lanjutan lampiran 8
TP
1
Pearson
Correlat
ion
-
.07
4
.07
4
.14
2
-
.23
5
1 .03
7
-
.06
2
-
.18
4
-
.05
9
.06
8
-
.32
7
-
.09
4
-
.06
6
.29
4
.12
4
-
.06
8
Sig. (2-
tailed)
.69
7
.69
7
.45
3
.21
2
.84
4
.74
4
.33
0
.75
6
.72
2
.07
7
.62
0
.72
7
.11
5
.51
2
.72
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TP
2
Pearson
Correlat
ion
.33
6
.21
0
.36
7*
.32
6
.03
7 1
.21
1
-
.07
7
.32
6
.13
2
.34
8
.26
1
.30
6
.27
5
.21
1
.28
6
Sig. (2-
tailed)
.07
0
.26
6
.04
6
.07
9
.84
4
.26
3
.68
6
.07
8
.48
7
.05
9
.16
4
.10
0
.14
2
.26
3
.12
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TP
3
Pearson
Correlat
ion
.25
1
.37
7*
.40
2*
.37
2*
-
.06
2
.21
1 1
.16
9
.12
5
.12
8
.48
9**
.31
1
.28
1
.38
8*
.26
3
.08
2
Sig. (2-
tailed)
.18
0
.04
0
.02
8
.04
3
.74
4
.26
3
.37
1
.50
9
.50
2
.00
6
.09
5
.13
2
.03
4
.16
0
.66
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TP
4
Pearson
Correlat
ion
-
.02
7
.13
5
.16
7
.06
6
-
.18
4
-
.07
7
.16
9 1
-
.08
9
-
.07
1
.21
3
.29
9
.03
6
.30
6
-
.23
7
-
.06
0
Sig. (2-
tailed)
.88
8
.47
8
.37
9
.73
0
.33
0
.68
6
.37
1
.64
1
.70
9
.25
8
.10
9
.84
9
.10
0
.20
7
.75
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
BJ
1
Pearson
Correlat
ion
.29
9
.22
4
.36
7*
.36
5*
-
.05
9
.32
6
.12
5
-
.08
9
1 .70
6**
.26
2
.23
2
.29
7
.17
6
.43
9*
.50
1**
209
Lanjutan lampiran 8
Sig. (2-
tailed)
.10
8
.23
3
.04
6
.04
8
.75
6
.07
8
.50
9
.64
1
.00
0
.16
2
.21
6
.11
1
.35
3
.01
5
.00
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
BJ
2
Pearson
Correlat
ion
.27
9
.05
1
.20
6
.15
7
.06
8
.13
2
.12
8
-
.07
1
.70
6**
1
.22
0
.43
7*
.26
3
.23
2
.38
3*
.35
3
Sig. (2-
tailed)
.13
5
.79
0
.27
6
.40
7
.72
2
.48
7
.50
2
.70
9
.00
0
.24
2
.01
6
.16
0
.21
7
.03
7
.05
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PB
A1
Pearson
Correlat
ion
.16
2
.06
5
.22
1
.41
8*
-
.32
7
.34
8
.48
9**
.21
3
.26
2
.22
0 1
.58
6**
.34
8
.22
4
.08
1
.33
6
Sig. (2-
tailed)
.39
2
.73
4
.24
0
.02
1
.07
7
.05
9
.00
6
.25
8
.16
2
.24
2
.00
1
.05
9
.23
4
.66
9
.06
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PB
A2
Pearson
Correlat
ion
.14
1
.24
7
.39
1*
.44
4*
-
.09
4
.26
1
.31
1
.29
9
.23
2
.43
7*
.58
6**
1
.27
8
.52
8**
.31
1
.41
3*
Sig. (2-
tailed)
.45
7
.18
8
.03
2
.01
4
.62
0
.16
4
.09
5
.10
9
.21
6
.01
6
.00
1
.13
7
.00
3
.09
5
.02
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PB
A3
Pearson
Correlat
ion
.38
4*
.09
6
.24
5
.51
2**
-
.06
6
.30
6
.28
1
.03
6
.29
7
.26
3
.34
8
.27
8 1
.13
0
.36
2*
.42
8*
Sig. (2-
tailed)
.03
6
.61
4
.19
1
.00
4
.72
7
.10
0
.13
2
.84
9
.11
1
.16
0
.05
9
.13
7
.49
2
.05
0
.01
8
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
210
Lanjutan lampiran 8
P
M
1
Pearson
Correlat
ion
.03
1
.03
1
.42
1*
.12
6
.29
4
.27
5
.38
8*
.30
6
.17
6
.23
2
.22
4
.52
8**
.13
0 1
.15
5
-
.02
8
Sig. (2-
tailed)
.87
1
.87
1
.02
0
.50
7
.11
5
.14
2
.03
4
.10
0
.35
3
.21
7
.23
4
.00
3
.49
2
.41
3
.88
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
M
2
Pearson
Correlat
ion
.50
3**
.50
3**
.53
6**
.45
5*
.12
4
.21
1
.26
3
-
.23
7
.43
9*
.38
3*
.08
1
.31
1
.36
2*
.15
5 1
.57
7**
Sig. (2-
tailed)
.00
5
.00
5
.00
2
.01
1
.51
2
.26
3
.16
0
.20
7
.01
5
.03
7
.66
9
.09
5
.05
0
.41
3
.00
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
M
3
Pearson
Correlat
ion
.46
0*
.46
0*
.49
7**
.45
0*
-
.06
8
.28
6
.08
2
-
.06
0
.50
1**
.35
3
.33
6
.41
3*
.42
8*
-
.02
8
.57
7**
1
Sig. (2-
tailed)
.01
1
.01
1
.00
5
.01
3
.72
0
.12
5
.66
5
.75
2
.00
5
.05
5
.06
9
.02
3
.01
8
.88
2
.00
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SH
1
Pearson
Correlat
ion
.38
7*
.28
1
.53
3**
.34
3
.13
6
.21
8
.35
4
.16
3
.64
2**
.59
3**
.22
3
.29
3
.45
9*
.42
6*
.26
5
.30
9
Sig. (2-
tailed)
.03
5
.13
2
.00
2
.06
4
.47
4
.24
6
.05
5
.38
9
.00
0
.00
1
.23
5
.11
6
.01
1
.01
9
.15
7
.09
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SH
2
Pearson
Correlat
ion
.13
5
.33
7
.39
5*
.11
1
-
.10
0
.45
3*
.42
4*
.23
6
.35
3
.22
2
.21
9
.33
3
.19
4
.54
1**
.08
5
.22
1
211
Lanjutan lampiran 8
Sig. (2-
tailed)
.47
7
.06
9
.03
1
.55
9
.59
9
.01
2
.02
0
.20
9
.05
6
.23
7
.24
6
.07
2
.30
4
.00
2
.65
6
.24
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
SH
3
Pearson
Correlat
ion
.46
3**
.46
3**
.59
2**
.29
5
.03
1
.41
4*
.58
2**
.27
4
.13
9
.12
5
.24
0
.20
7
.26
6
.36
2*
.32
3
.12
2
Sig. (2-
tailed)
.01
0
.01
0
.00
1
.11
4
.87
3
.02
3
.00
1
.14
2
.46
5
.50
9
.20
1
.27
2
.15
5
.04
9
.08
2
.52
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
ST
1
Pearson
Correlat
ion
.22
1
.11
0
.28
3
.37
1*
.08
7
.53
7**
.23
1
-
.13
7
.45
2*
.41
5*
.32
9
.32
0
.44
5*
.35
5
.41
6*
.27
6
Sig. (2-
tailed)
.24
1
.56
1
.13
0
.04
4
.64
6
.00
2
.21
9
.47
1
.01
2
.02
3
.07
6
.08
5
.01
4
.05
4
.02
2
.14
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
ST
2
Pearson
Correlat
ion
.51
2**
.41
0*
.48
0**
.34
4
-
.07
1
.49
8**
.21
4
-
.07
2
.52
1**
.48
9**
.23
9
.29
7
.34
7
.13
9
.30
0
.52
4**
Sig. (2-
tailed)
.00
4
.02
5
.00
7
.06
3
.70
9
.00
5
.25
5
.70
6
.00
3
.00
6
.20
3
.11
2
.06
0
.46
3
.10
7
.00
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
H
K1
Pearson
Correlat
ion
.49
6**
.38
1*
.27
6
.23
1
-
.09
1
.33
9
.28
7
.07
0
.27
4
.34
5
.20
3
.16
7
.08
8
.03
3
.19
2
.34
0
Sig. (2-
tailed)
.00
5
.03
8
.13
9
.21
9
.63
4
.06
7
.12
4
.71
4
.14
3
.06
2
.28
3
.37
8
.64
5
.86
3
.31
0
.06
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
212
Lanjutan lampiran 8
To
tsk
or
Pearson
Correlat
ion
.57
2**
.52
0**
.72
5**
.58
4**
.06
9
.55
4**
.53
2**
.18
8
.65
1**
.59
7**
.50
1**
.61
9**
.55
2**
.52
3**
.56
9**
.60
6**
Sig. (2-
tailed)
.00
1
.00
3
.00
0
.00
1
.71
6
.00
2
.00
2
.32
0
.00
0
.00
0
.00
5
.00
0
.00
2
.00
3
.00
1
.00
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
SH1 SH2 SH3 ST1 ST2 HK1 Totskor
KTP1 Pearson
Correlation .387
* .135 .463
** .221 .512
** .496
** .572
**
Sig. (2-tailed) .035 .477 .010 .241 .004 .005 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
KTP2 Pearson
Correlation .281 .337 .463
** .110 .410
* .381
* .520
**
Sig. (2-tailed) .132 .069 .010 .561 .025 .038 .003
N 30 30 30 30 30 30 30
KTP3 Pearson
Correlation .533
** .395
* .592
** .283 .480
** .276 .725
**
Sig. (2-tailed) .002 .031 .001 .130 .007 .139 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
PB1 Pearson
Correlation .343 .111 .295 .371
* .344 .231 .584
**
Sig. (2-tailed) .064 .559 .114 .044 .063 .219 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
TP1 Pearson
Correlation .136 -.100 .031 .087 -.071 -.091 .069
Sig. (2-tailed) .474 .599 .873 .646 .709 .634 .716
213
Lanjutan lampiran 8
N 30 30 30 30 30 30 30
TP2 Pearson
Correlation .218 .453
* .414
* .537
** .498
** .339 .554
**
Sig. (2-tailed) .246 .012 .023 .002 .005 .067 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
TP3 Pearson
Correlation .354 .424
* .582
** .231 .214 .287 .532
**
Sig. (2-tailed) .055 .020 .001 .219 .255 .124 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
TP4 Pearson
Correlation .163 .236 .274 -.137 -.072 .070 .188
Sig. (2-tailed) .389 .209 .142 .471 .706 .714 .320
N 30 30 30 30 30 30 30
BJ1 Pearson
Correlation .642
** .353 .139 .452
* .521
** .274 .651
**
Sig. (2-tailed) .000 .056 .465 .012 .003 .143 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
BJ2 Pearson
Correlation .593
** .222 .125 .415
* .489
** .345 .597
**
Sig. (2-tailed) .001 .237 .509 .023 .006 .062 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
PBA1 Pearson
Correlation .223 .219 .240 .329 .239 .203 .501
**
Sig. (2-tailed) .235 .246 .201 .076 .203 .283 .005
N 30 30 30 30 30 30 30
PBA2 Pearson
Correlation .293 .333 .207 .320 .297 .167 .619
**
Sig. (2-tailed) .116 .072 .272 .085 .112 .378 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
214
Lanjutan lampiran 8
PBA3 Pearson
Correlation .459
* .194 .266 .445
* .347 .088 .552
**
Sig. (2-tailed) .011 .304 .155 .014 .060 .645 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
PM1 Pearson
Correlation .426
* .541
** .362
* .355 .139 .033 .523
**
Sig. (2-tailed) .019 .002 .049 .054 .463 .863 .003
N 30 30 30 30 30 30 30
PM2 Pearson
Correlation .265 .085 .323 .416
* .300 .192 .569
**
Sig. (2-tailed) .157 .656 .082 .022 .107 .310 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
PM3 Pearson
Correlation .309 .221 .122 .276 .524
** .340 .606
**
Sig. (2-tailed) .096 .240 .522 .141 .003 .066 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
SH1 Pearson
Correlation 1 .593
** .347 .528
** .634
** .365
* .766
**
Sig. (2-tailed) .001 .060 .003 .000 .047 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
SH2 Pearson
Correlation .593
** 1 .520
** .447
* .621
** .360 .624
**
Sig. (2-tailed) .001 .003 .013 .000 .051 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
SH3 Pearson
Correlation .347 .520
** 1 .193 .390
* .329 .581
**
Sig. (2-tailed) .060 .003 .307 .033 .075 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
215
Lanjutan lampiran 8
ST1 Pearson
Correlation .528
** .447
* .193 1 .626
** .354 .654
**
Sig. (2-tailed) .003 .013 .307 .000 .055 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
ST2 Pearson
Correlation .634
** .621
** .390
* .626
** 1 .718
** .738
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .033 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
HK1 Pearson
Correlation .365
* .360 .329 .354 .718
** 1 .532
**
Sig. (2-tailed) .047 .051 .075 .055 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
Totsko
r
Pearson
Correlation .766
** .624
** .581
** .654
** .738
** .532
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
216
Lampiran 9: Uji validitas disiplin sesudah pernyataan TP1 dan TP4 dihapus
Correlations
KT
P1
KT
P2
KT
P3
PB
1
TP
1
TP
2
TP
3
TP
4
BJ
1
BJ
2
PB
A1
PB
A2
PB
A3
PM
1
PM
2
PM
3
K
T
P
1
Pearson
Correlat
ion
1 .55
0**
.69
3**
.42
8*
-
.07
4
.33
6
.25
1
-
.02
7
.29
9
.27
9
.16
2
.14
1
.38
4*
.03
1
.50
3**
.46
0*
Sig. (2-
tailed)
.00
2
.00
0
.01
8
.69
7
.07
0
.18
0
.88
8
.10
8
.13
5
.39
2
.45
7
.03
6
.87
1
.00
5
.01
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
K
T
P
2
Pearson
Correlat
ion
.55
0**
1
.69
3**
.32
9
.07
4
.21
0
.37
7*
.13
5
.22
4
.05
1
.06
5
.24
7
.09
6
.03
1
.50
3**
.46
0*
Sig. (2-
tailed)
.00
2
.00
0
.07
6
.69
7
.26
6
.04
0
.47
8
.23
3
.79
0
.73
4
.18
8
.61
4
.87
1
.00
5
.01
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
K
T
P
3
Pearson
Correlat
ion
.69
3**
.69
3**
1
.47
0**
.14
2
.36
7*
.40
2*
.16
7
.36
7*
.20
6
.22
1
.39
1*
.24
5
.42
1*
.53
6**
.49
7**
Sig. (2-
tailed)
.00
0
.00
0
.00
9
.45
3
.04
6
.02
8
.37
9
.04
6
.27
6
.24
0
.03
2
.19
1
.02
0
.00
2
.00
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
B
1
Pearson
Correlat
ion
.42
8*
.32
9
.47
0**
1
-
.23
5
.32
6
.37
2*
.06
6
.36
5*
.15
7
.41
8*
.44
4*
.51
2**
.12
6
.45
5*
.45
0*
Sig. (2-
tailed)
.01
8
.07
6
.00
9
.21
2
.07
9
.04
3
.73
0
.04
8
.40
7
.02
1
.01
4
.00
4
.50
7
.01
1
.01
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
217
Lanjutan lampiran 9
T
P
1
Pearson
Correlat
ion
-
.07
4
.07
4
.14
2
-
.23
5
1 .03
7
-
.06
2
-
.18
4
-
.05
9
.06
8
-
.32
7
-
.09
4
-
.06
6
.29
4
.12
4
-
.06
8
Sig. (2-
tailed)
.69
7
.69
7
.45
3
.21
2
.84
4
.74
4
.33
0
.75
6
.72
2
.07
7
.62
0
.72
7
.11
5
.51
2
.72
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
T
P
2
Pearson
Correlat
ion
.33
6
.21
0
.36
7*
.32
6
.03
7 1
.21
1
-
.07
7
.32
6
.13
2
.34
8
.26
1
.30
6
.27
5
.21
1
.28
6
Sig. (2-
tailed)
.07
0
.26
6
.04
6
.07
9
.84
4
.26
3
.68
6
.07
8
.48
7
.05
9
.16
4
.10
0
.14
2
.26
3
.12
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
T
P
3
Pearson
Correlat
ion
.25
1
.37
7*
.40
2*
.37
2*
-
.06
2
.21
1 1
.16
9
.12
5
.12
8
.48
9**
.31
1
.28
1
.38
8*
.26
3
.08
2
Sig. (2-
tailed)
.18
0
.04
0
.02
8
.04
3
.74
4
.26
3
.37
1
.50
9
.50
2
.00
6
.09
5
.13
2
.03
4
.16
0
.66
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
T
P
4
Pearson
Correlat
ion
-
.02
7
.13
5
.16
7
.06
6
-
.18
4
-
.07
7
.16
9 1
-
.08
9
-
.07
1
.21
3
.29
9
.03
6
.30
6
-
.23
7
-
.06
0
Sig. (2-
tailed)
.88
8
.47
8
.37
9
.73
0
.33
0
.68
6
.37
1
.64
1
.70
9
.25
8
.10
9
.84
9
.10
0
.20
7
.75
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B
J1
Pearson
Correlat
ion
.29
9
.22
4
.36
7*
.36
5*
-
.05
9
.32
6
.12
5
-
.08
9
1 .70
6**
.26
2
.23
2
.29
7
.17
6
.43
9*
.50
1**
218
Lanjutan lampiran 9
Sig. (2-
tailed)
.10
8
.23
3
.04
6
.04
8
.75
6
.07
8
.50
9
.64
1
.00
0
.16
2
.21
6
.11
1
.35
3
.01
5
.00
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
B
J2
Pearson
Correlat
ion
.27
9
.05
1
.20
6
.15
7
.06
8
.13
2
.12
8
-
.07
1
.70
6**
1
.22
0
.43
7*
.26
3
.23
2
.38
3*
.35
3
Sig. (2-
tailed)
.13
5
.79
0
.27
6
.40
7
.72
2
.48
7
.50
2
.70
9
.00
0
.24
2
.01
6
.16
0
.21
7
.03
7
.05
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
B
A
1
Pearson
Correlat
ion
.16
2
.06
5
.22
1
.41
8*
-
.32
7
.34
8
.48
9**
.21
3
.26
2
.22
0 1
.58
6**
.34
8
.22
4
.08
1
.33
6
Sig. (2-
tailed)
.39
2
.73
4
.24
0
.02
1
.07
7
.05
9
.00
6
.25
8
.16
2
.24
2
.00
1
.05
9
.23
4
.66
9
.06
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
B
A
2
Pearson
Correlat
ion
.14
1
.24
7
.39
1*
.44
4*
-
.09
4
.26
1
.31
1
.29
9
.23
2
.43
7*
.58
6**
1
.27
8
.52
8**
.31
1
.41
3*
Sig. (2-
tailed)
.45
7
.18
8
.03
2
.01
4
.62
0
.16
4
.09
5
.10
9
.21
6
.01
6
.00
1
.13
7
.00
3
.09
5
.02
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
B
A
3
Pearson
Correlat
ion
.38
4*
.09
6
.24
5
.51
2**
-
.06
6
.30
6
.28
1
.03
6
.29
7
.26
3
.34
8
.27
8 1
.13
0
.36
2*
.42
8*
Sig. (2-
tailed)
.03
6
.61
4
.19
1
.00
4
.72
7
.10
0
.13
2
.84
9
.11
1
.16
0
.05
9
.13
7
.49
2
.05
0
.01
8
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
219
Lanjutan lampiran 9
P
M
1
Pearson
Correlat
ion
.03
1
.03
1
.42
1*
.12
6
.29
4
.27
5
.38
8*
.30
6
.17
6
.23
2
.22
4
.52
8**
.13
0 1
.15
5
-
.02
8
Sig. (2-
tailed)
.87
1
.87
1
.02
0
.50
7
.11
5
.14
2
.03
4
.10
0
.35
3
.21
7
.23
4
.00
3
.49
2
.41
3
.88
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
M
2
Pearson
Correlat
ion
.50
3**
.50
3**
.53
6**
.45
5*
.12
4
.21
1
.26
3
-
.23
7
.43
9*
.38
3*
.08
1
.31
1
.36
2*
.15
5 1
.57
7**
Sig. (2-
tailed)
.00
5
.00
5
.00
2
.01
1
.51
2
.26
3
.16
0
.20
7
.01
5
.03
7
.66
9
.09
5
.05
0
.41
3
.00
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P
M
3
Pearson
Correlat
ion
.46
0*
.46
0*
.49
7**
.45
0*
-
.06
8
.28
6
.08
2
-
.06
0
.50
1**
.35
3
.33
6
.41
3*
.42
8*
-
.02
8
.57
7**
1
Sig. (2-
tailed)
.01
1
.01
1
.00
5
.01
3
.72
0
.12
5
.66
5
.75
2
.00
5
.05
5
.06
9
.02
3
.01
8
.88
2
.00
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S
H
1
Pearson
Correlat
ion
.38
7*
.28
1
.53
3**
.34
3
.13
6
.21
8
.35
4
.16
3
.64
2**
.59
3**
.22
3
.29
3
.45
9*
.42
6*
.26
5
.30
9
Sig. (2-
tailed)
.03
5
.13
2
.00
2
.06
4
.47
4
.24
6
.05
5
.38
9
.00
0
.00
1
.23
5
.11
6
.01
1
.01
9
.15
7
.09
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S
H
2
Pearson
Correlat
ion
.13
5
.33
7
.39
5*
.11
1
-
.10
0
.45
3*
.42
4*
.23
6
.35
3
.22
2
.21
9
.33
3
.19
4
.54
1**
.08
5
.22
1
220
Lanjutan lampiran 9
Sig. (2-
tailed)
.47
7
.06
9
.03
1
.55
9
.59
9
.01
2
.02
0
.20
9
.05
6
.23
7
.24
6
.07
2
.30
4
.00
2
.65
6
.24
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S
H
3
Pearson
Correlat
ion
.46
3**
.46
3**
.59
2**
.29
5
.03
1
.41
4*
.58
2**
.27
4
.13
9
.12
5
.24
0
.20
7
.26
6
.36
2*
.32
3
.12
2
Sig. (2-
tailed)
.01
0
.01
0
.00
1
.11
4
.87
3
.02
3
.00
1
.14
2
.46
5
.50
9
.20
1
.27
2
.15
5
.04
9
.08
2
.52
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S
T
1
Pearson
Correlat
ion
.22
1
.11
0
.28
3
.37
1*
.08
7
.53
7**
.23
1
-
.13
7
.45
2*
.41
5*
.32
9
.32
0
.44
5*
.35
5
.41
6*
.27
6
Sig. (2-
tailed)
.24
1
.56
1
.13
0
.04
4
.64
6
.00
2
.21
9
.47
1
.01
2
.02
3
.07
6
.08
5
.01
4
.05
4
.02
2
.14
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S
T
2
Pearson
Correlat
ion
.51
2**
.41
0*
.48
0**
.34
4
-
.07
1
.49
8**
.21
4
-
.07
2
.52
1**
.48
9**
.23
9
.29
7
.34
7
.13
9
.30
0
.52
4**
Sig. (2-
tailed)
.00
4
.02
5
.00
7
.06
3
.70
9
.00
5
.25
5
.70
6
.00
3
.00
6
.20
3
.11
2
.06
0
.46
3
.10
7
.00
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
H
K
1
Pearson
Correlat
ion
.49
6**
.38
1*
.27
6
.23
1
-
.09
1
.33
9
.28
7
.07
0
.27
4
.34
5
.20
3
.16
7
.08
8
.03
3
.19
2
.34
0
Sig. (2-
tailed)
.00
5
.03
8
.13
9
.21
9
.63
4
.06
7
.12
4
.71
4
.14
3
.06
2
.28
3
.37
8
.64
5
.86
3
.31
0
.06
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
221
Lanjutan lampiran 9
T
ot
al
Pearson
Correlat
ion
.57
2**
.52
0**
.72
5**
.58
4**
.06
9
.55
4**
.53
2**
.18
8
.65
1**
.59
7**
.50
1**
.61
9**
.55
2**
.52
3**
.56
9**
.60
6**
Sig. (2-
tailed)
.00
1
.00
3
.00
0
.00
1
.71
6
.00
2
.00
2
.32
0
.00
0
.00
0
.00
5
.00
0
.00
2
.00
3
.00
1
.00
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Lampiran 10: uji reabilitas variabel disiplin kerja(X1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.904 20
222
Lampiran 11: uji validitas keselamatan kesehatan kerja (X2)
Correlations
TK1 TK2 TK3 RK1 PP1 TF1 TF2 KF1
TK1 Pearson
Correlation 1 .649
** .493
** .491
** .616
** .407
* .103 .575
**
Sig. (2-tailed) .000 .006 .006 .000 .026 .588 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30
TK2 Pearson
Correlation .649
** 1 .604
** .450
* .430
* .371
* .220 .524
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .013 .018 .043 .244 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30
TK3 Pearson
Correlation .493
** .604
** 1 .175 .425
* .232 .362
* .434
*
Sig. (2-tailed) .006 .000 .356 .019 .218 .049 .017
N 30 30 30 30 30 30 30 30
RK1 Pearson
Correlation .491
** .450
* .175 1 .349 .518
** .161 .417
*
Sig. (2-tailed) .006 .013 .356 .059 .003 .396 .022
N 30 30 30 30 30 30 30 30
PP1 Pearson
Correlation .616
** .430
* .425
* .349 1 .489
** .187 .412
*
Sig. (2-tailed) .000 .018 .019 .059 .006 .321 .024
N 30 30 30 30 30 30 30 30
TF1 Pearson
Correlation .407
* .371
* .232 .518
** .489
** 1 .597
** .567
**
Sig. (2-tailed) .026 .043 .218 .003 .006 .000 .001
223
Lanjutan lampiran 11
N 30 30 30 30 30 30 30 30
TF2 Pearson
Correlation .103 .220 .362
* .161 .187 .597
** 1 .323
Sig. (2-tailed) .588 .244 .049 .396 .321 .000 .081
N 30 30 30 30 30 30 30 30
KF1 Pearson
Correlation .575
** .524
** .434
* .417
* .412
* .567
** .323 1
Sig. (2-tailed) .001 .003 .017 .022 .024 .001 .081
N 30 30 30 30 30 30 30 30
KF2 Pearson
Correlation .602
** .422
* .418
* .502
** .284 .518
** .387
* .616
**
Sig. (2-tailed) .000 .020 .022 .005 .128 .003 .034 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
KF3 Pearson
Correlation .508
** .389
* .274 .413
* .680
** .540
** .276 .690
**
Sig. (2-tailed) .004 .034 .143 .023 .000 .002 .139 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
KF4 Pearson
Correlation .254 .175 .434
* .189 .347 .347 .490
** .506
**
Sig. (2-tailed) .175 .356 .017 .316 .060 .060 .006 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30
KF5 Pearson
Correlation .505
** .124 .169 .310 .251 .241 -.013 .419
*
Sig. (2-tailed) .004 .512 .372 .095 .181 .200 .945 .021
N 30 30 30 30 30 30 30 30
224
Lanjutan lampiran 11
Totsk
or
Pearson
Correlation .749
** .653
** .604
** .608
** .661
** .738
** .530
** .794
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
KF2 KF3 KF4 KF5 Totskor
TK1 Pearson Correlation .602**
.508**
.254 .505**
.749**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .175 .004 .000
N 30 30 30 30 30
TK2 Pearson Correlation .422* .389
* .175 .124 .653
**
Sig. (2-tailed) .020 .034 .356 .512 .000
N 30 30 30 30 30
TK3 Pearson Correlation .418* .274 .434
* .169 .604
**
Sig. (2-tailed) .022 .143 .017 .372 .000
N 30 30 30 30 30
RK1 Pearson Correlation .502**
.413* .189 .310 .608
**
Sig. (2-tailed) .005 .023 .316 .095 .000
N 30 30 30 30 30
PP1 Pearson Correlation .284 .680**
.347 .251 .661**
Sig. (2-tailed) .128 .000 .060 .181 .000
N 30 30 30 30 30
225
Lanjutan lampiran 11
TF1 Pearson Correlation .518**
.540**
.347 .241 .738**
Sig. (2-tailed) .003 .002 .060 .200 .000
N 30 30 30 30 30
TF2 Pearson Correlation .387* .276 .490
** -.013 .530
**
Sig. (2-tailed) .034 .139 .006 .945 .003
N 30 30 30 30 30
KF1 Pearson Correlation .616**
.690**
.506**
.419* .794
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .021 .000
N 30 30 30 30 30
KF2 Pearson Correlation 1 .612**
.562**
.510**
.799**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .004 .000
N 30 30 30 30 30
KF3 Pearson Correlation .612**
1 .618**
.411* .785
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .024 .000
N 30 30 30 30 30
KF4 Pearson Correlation .562**
.618**
1 .482**
.665**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .007 .000
N 30 30 30 30 30
KF5 Pearson Correlation .510**
.411* .482
** 1 .535
**
Sig. (2-tailed) .004 .024 .007 .002
N 30 30 30 30 30
Totskor Pearson Correlation .799**
.785**
.665**
.535**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002
N 30 30 30 30 30
Lampiran 12: uji reabilitas variabel keselamatan kesehatan kerja (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.888 12
226
Lampiran 13: uji validitas kinerja (Y)
Correlations
KP1 KP2 KP3 KY1 PW1 PW2
KP1 Pearson
Correlation 1 .660
** .194 .257 .087 .348
Sig. (2-tailed) .000 .305 .170 .647 .059
N 30 30 30 30 30 30
KP2 Pearson
Correlation .660
** 1 .345 .288 .163 .489
**
Sig. (2-tailed) .000 .062 .123 .390 .006
N 30 30 30 30 30 30
KP3 Pearson
Correlation .194 .345 1 .389
* .663
** .663
**
Sig. (2-tailed) .305 .062 .034 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
KY1 Pearson
Correlation .257 .288 .389
* 1 .481
** .394
*
Sig. (2-tailed) .170 .123 .034 .007 .031
N 30 30 30 30 30 30
PW1 Pearson
Correlation .087 .163 .663
** .481
** 1 .739
**
Sig. (2-tailed) .647 .390 .000 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30
PW2 Pearson
Correlation .348 .489
** .663
** .394
* .739
** 1
Sig. (2-tailed) .059 .006 .000 .031 .000
N 30 30 30 30 30 30
PW3 Pearson
Correlation .269 .149 .278 .760
** .306 .306
Sig. (2-tailed) .151 .431 .137 .000 .100 .100
227
Lanjutan lampiran 13
N 30 30 30 30 30 30
PW4 Pearson
Correlation .440
* .408
* .485
** .560
** .402
* .562
**
Sig. (2-tailed) .015 .025 .007 .001 .028 .001
N 30 30 30 30 30 30
KYE1 Pearson
Correlation .531
** .477
** .444
* .408
* .219 .394
*
Sig. (2-tailed) .003 .008 .014 .025 .246 .031
N 30 30 30 30 30 30
Totskor Pearson
Correlation .588
** .609
** .713
** .722
** .651
** .776
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
Correlations
PW3 PW4 KYE1 Totskor
KP1 Pearson Correlation .269 .440* .531
** .588
**
Sig. (2-tailed) .151 .015 .003 .001
N 30 30 30 30
KP2 Pearson Correlation .149 .408* .477
** .609
**
Sig. (2-tailed) .431 .025 .008 .000
N 30 30 30 30
KP3 Pearson Correlation .278 .485**
.444* .713
**
Sig. (2-tailed) .137 .007 .014 .000
N 30 30 30 30
228
Lanjutan lampiran 13
KY1 Pearson Correlation .760**
.560**
.408* .722
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .025 .000
N 30 30 30 30
PW1 Pearson Correlation .306 .402* .219 .651
**
Sig. (2-tailed) .100 .028 .246 .000
N 30 30 30 30
PW2 Pearson Correlation .306 .562**
.394* .776
**
Sig. (2-tailed) .100 .001 .031 .000
N 30 30 30 30
PW3 Pearson Correlation 1 .733**
.560**
.699**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000
N 30 30 30 30
PW4 Pearson Correlation .733**
1 .571**
.824**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000
N 30 30 30 30
KYE1 Pearson Correlation .560**
.571**
1 .727**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000
N 30 30 30 30
Totskor Pearson Correlation .699**
.824**
.727**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
229
Lampiran 14: Uji reabilitas variabel kinerja (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.872 9
Lampiran 15: Uji linearitas
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .012a .000 -.025 3.12126194
Lampiran 16: Uji regresi berganda
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .630a .397 .382 3.12150 2.269
Lampiran 17: uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.309 3.702 3.595 .001
Disiplin Kerja (X1) .207 .052 .435 3.968 .000
Keamanan, Kesehatan,
dan Keselamatan Kerja
(X2)
.189 .079 .262 2.395 .019
230
Lampiran 18: Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 512.451 2 256.225 26.296 .000b
Residual 779.501 80 9.744
Total 1291.952 82