pengaruh dana pihak ketiga (dpk), sertifikat bank...
TRANSCRIPT
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS), FINANCE TO DEPOSIT RATIO (FDR)
DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(Januari 2011 – Desember 2015)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Harjuno Wahyu Kuncoro
NIM: 1112085000016
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. INFORMASI PRIBADI
Nama : Harjuno Wahyu Kuncoro
Alamat : Villa Mutiara Jl. Kecubung II Blok HH No. 6 RT/RW
003/002 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat,
Kota Tangerang Selatan-15413
No. Telepon : 0821 1336 9045
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 17 Juni 1993
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
II. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD MI Pembangunan Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Selatan
2000 2006
SMP MTs Pembangunan Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Selatan
2006 2009
SMA MA Pembangunan Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Selatan
2009 2012
Perguruan
Tinggi Negeri
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta –
Perbankan Syariah
Tangerang
Selatan
2012 2016
vi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/Institusi Tahun
Ketua Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK)
MPK – MA Pembangunan Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-2011
Anggota OSIS Departemen Hubungan Luar Kampus - MA
Pembangunan Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-2012
Anggota HMJ Departemen Hubungan Luar Kampus - UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013-2015
IV. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel, dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
V. PENGALAMAN KERJA
Magang di Bank Syariah Mandiri - Kanwil II Sudirman – Jakarta Pusat
VI. LATAR BELAKANGF KELUARGA
Ayah : Sugito (alm)
Tempat, Tanggal Lahir : Kebumen, 26 Maret 1963
Ibu : Suprapti Muji Lestari Sugito
Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 28 Juni 1961
vii
Alamat : Villa Mutiara Jl. Kecubung II Blok HH No. 6 RT/RW
003/002 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat,
Kota Tangerang Selatan-15413
Telepon : 081310852093
Anak ke dari : 2 dari 3 bersaudara
viii
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of third party funds, certificcates of Bank
Indonesia syaria, Finance to Deposito Ratio (FDR), and Return On Assets (ROA)of
Financing Murabahah in syaria banking in Indonesia. The data used in this study in the
data montly from January 2011 - December 2015. The study is using the method of
analysis of the regression linear risks by using a computer program spss of 20.0 and
microsoft Excel 2007.
The result showed that Third Party Fund, Certificate of Bank Indonesia Syaria,
Finance to Deposito Ratio (FDR), and Return On Assets (ROA), simultaneously or
together have a significant influence on the financing murabahah with the sig. 0.000 <
0.05. The result showed a partial third party funds signficantly influences on Financing
Murabahah with the sig. 0.000 < 0.05. SBIS significantly influences on financing
murabahah with a value of its sig. 0.001 < 0.05. Finance to Deposit Ratio a partial
impact on the financing murabahah with the sig. 0.000 < 0.05. Return on Asset does not
affect the partial on the financing murabahah with the sig. 0.400 > 0.05
Keyword : DPK, the certificate of Bank Indonesia Syaria, Finance to Deposito Ratio,
Return On Asset, Financing Murabahah
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Sertifikat Bank Indonesia Syariah(SBIS), Finance to Deposito Ratio (FDR), dan Return
On Assets (ROA) terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2011 -
Desember 2015. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier beganda
dengan menggunakan program komputer SPSS versi 20.0 dan microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposito Ratio (FDR), dan Return On Assets
(ROA) secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang siginifikan
terhadap pembiayaan murabahah pada perbankan di Indonesia dengan nilai sig. 0.000 <
0.05. Hasil Penelitian ini menunjukan secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK)
berpengaruh secara signifikan terhadap Pembiayaan Murabahah dengan nilai sig. 0.000 <
0.05 . Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara signifikan terhadap
Pembiayaan Murabahah dengan nilai sig. 0.001 < 0.05 . Finance to Deposito Ratio (FDR)
secara parsial berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah dengan nilai sig. 0.000 <
0.05. Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan
murabahah dengan nilai sig. 0.400 > 0.05 .
Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Finance to Deposito Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Pembiayaan
Murabahah.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah mellimpahkan rahmat, hidayah dan kasih saying-Nya yang tiada terkira
kepada hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Retern On Assets (ROA)
Terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia
(Januari 2011 – Desember 2015)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.
Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1 Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolongan Nya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala
nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.
2 Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ayahanda Sugito
(alm) dan Ibunda Lestari yang selalu memberikan yang terbaik dan
mencurahkan segala perhatiannya selama ini, yang telah bekerja keras
demi anak-anak dan keluarga serta membantu penyelesaian skripsi ini.
Kakakku tersayang Kunarto Sarwo Sayogo yang memberikan dukungan
baik moril maupun materil dan Adikku tersayang Wiguno Adi Mulyo
yang menghibur serta memberikan dukungan disaat suka maupun duka.
xi
Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian saya tidak akan
menjadi pribadi seperti sekarang.
3 Bapak Arief Mufraini. LC.,Msi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
yang sangat berharga selama perkuliahan.
4 Bapak Indoyama Nasaruddin, SE,.MAB selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan
yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terimakasih atas semua
saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
Bapak.
5 Ibu Aini Masruroh,SE.I.,MM selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan dan pengaruh dalam menyelesaikan penyelesaian skripsi.
Terimakasih atas semua saran dan arahan yang Ibu berikan selama proses
penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan Ibu.
6 Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan
PerbankanmFakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah meluangkan waktunya untuk mendengarkan kesulitan saya dan
memberikan saran-saran yang bermanfaat.
7 Bapak Ade Suherlan, SE., MM., MBA selaku Pembimbing Akademik.
xii
8 Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga
Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan
para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu saya selama
perkuliahan.
9 Bapak Muslim Kamil, Ibu Erika Ameli dan Tsabit Adlan Rizal Kamil
yang telah memberikan dukungan baik doa dan motivasi, serta masukan–
masukan yang positif sehingga penulis semangat untuk penyelesaian
skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan Rahmat dan Kasih
Sayangnya untuk Keluarga Bapak dan Ibu.
10 Okto Arinda Putri SE, yang selalu meluangkan waktunya untuk
menghibur saya ketika jenuh mengerjakan skripsi, membantu dalam
penyelesaian skripsi ini sampai selesai, selalu mendengar keluh kesah
saya dan yang selalu memberikan perhatian, support serta doanya.
11 Sahabat-sahabat “CHILSYAR” Perbankan Syariah angkatan 2012, Fivi
Fariha, Garin Shasy Novista, Asma Karimah, Rara Sekar Arum, Yanida
Siti Hanifah, Diah Maya Sari, Melinda Sulistyorini, Hafizah Oktavia
Hafsari, dan Enny Susilowati yang selalu mendukung pengerjaan skripsi
dan atas kebersamaanya selama ini
12 Sahabat-sahabat terbaik, Irfan, Izzuddin, Ikromul, Abyan, Hendrik,
Ncung Haji, Bidoet, Haritzah, Rezky, yang menemani dari masa-masa
awal kuliah hingga akhir dalam suka maupun duka, dan yang selalu
memberikan dukungan serta doanya. Semoga Allah SWT senantiasa
membalas kebaikan kalian.
xiii
13 Sahabat SMA inda, zizah, dede, mami, yulvi and special for Faisal
Ibrahim Erfan yang telah banyak membantu memberikan pencerahan
dalam penyelesaian skripsi ini.
14 Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah angkatan 2012 yang saya
cintai serta saya banggakan dan yang tidak dapat saya sebutkan satu-
persatu. Terimakasih atas empat tahun kebersamaan dengan kalian yang
penuh warna, semoga kita bisa kumpul terus.
15 Seluruh jajaran HMJ Perbankan Syariah periode 2012-2015 dan
Mahasiswa Perbankan Syariah dari semua angkatan yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, yang telah bersama saya selama kepengurusan.
Terimakasih atas loyalitas, pembelajaran dan kerjasama kalian selama
kepengurusan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan,
baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 29 Juli 2016
Harjuno Wahyu Kuncoro
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................v
ABSTRACT..........................................................................................................viii
ABSTRAK............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR..........................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian...........................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................11
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................12
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................12
E. Sistematika Penulisan................................................................................13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori...........................................................................................15
1 Pengertian Pembiayaan..................................................................15
xv
2 Pembiayaan Murabahah.................................................................20
3 Dana Pihak Ketiga..........................................................................27
4 Sertifikat Bank Indonesia Syariah..................................................29
5 Finance to Deposit Ratio................................................................30
6 Return On Aset...............................................................................31
7 Pengetian Bank...............................................................................32
8 Bank Syariah..................................................................................36
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat...........................39
C. Peneliti Terdahulu......................................................................................42
D. Kerangka Pemikiran...................................................................................45
E. Hipotesis.....................................................................................................47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................49
B. Metode Penentuan Sampel.........................................................................49
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................52
D. Metode Analisis Data.................................................................................53
E. Operasional Variabel Penelitian.................................................................62
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...............................................65
B. Deskripsi Data............................................................................................70
C. Analisis dan Pembahasan...........................................................................81
1 Uji Asumsi Klasik..........................................................................81
2 Uji Hipotesis...................................................................................88
3 Analisis Regresi Linier Berganda..................................................94
D. Interpretasi..................................................................................................96
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan..............................................................................................102
B. Implikas....................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................105
LAMPIRAN........................................................................................................108
xvi
DAFTAR TABEL
1.1 : Komposisi Pembiayaan Murabahah, DPK, SBIS, FDR, ROA.....7
2.1 : Klasifikasi Tingkat ROA menurut BI..........................................32
2.2 : Penelitian Terdahulu....................................................................43
3.1 : Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia....................................51
4.1 : Data Dana P ihak Ket iga .....................................................72
4.2 : Data Ser t i f ika t Bank Indones ia Syar iah ......................74
4.3 : Data Finance to Depos i t Rat io . . . . . . . . . . . . . ......................76
4.4 : Data Return On Assets . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......................78
4.5 : Data Pembiayaan Murabahah. . . . . . . . . . . . . . . ......................80
4.6 : Uj i Normal i tas Kolmogorov -Smirn iv . . . . ......................84
4.7 : Uj i Mul t ikol iner i tas dengan Tolerance dan VIF ......85
4.8 : Uj i Durbin -Watson . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......88
4.9 : Uj i S ta t i s t ik t (Pars ia l ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......89
4.10 : Uj i S ta t i s t ik F (S imul tan) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....91
4.11 : Uj i Adjus ted R Square . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....92
4.12 : Anal i s is Regres i Lin ier Berganda. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....94
xvii
DAFTAR GAMBAR
1.1 : Pembiayaan Perbankan Syariah Periode Jan 2011 – Des 2015...............5
2.1 : Kerangka Pemikiran. .............................................................................46
4.1 : Graf ik His togram. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......82
4.2 : Graf ik P -P P lo t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......83
4.3 : Scat terp lot . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......86
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5: Uji Heterokedastisitas.....................................................................114
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian .............................................................. 108
Lampiran 2: Tabel Model Summary, Anova dan Coefficients .........................
111
Lampiran 3: Uji Normalitas...............................................................................
112
Lampiran 4: Uji Multikolinieritas.....................................................................
113
Lampiran 5: Uji Autokorelasi............................................................................
114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan suatu lembaga intermediasi keuangan yang berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dan disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan. Dengan diterbitkan undang-undang pertama yaitu Undang-Undang
No.7 Tahun 1992 tentang perbankan semakin memperkokoh peran bank dalam
suatu negara.
Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagi darahnya perekonomian suatu
negara tersebut. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan
ekonomi negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara sebagai
ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka
semakin besar perananan perbankan. (Kasmir : 2008)
Saat ini perkembangan perbankan di Indonesia semakin dapat dirasakan
dengan bermunculan lembaga keuangan yang berbasis syariah. Berawal dari
berdirinya Bank Muamalat sebagai bank pertama di Indonesia dengan prinsip
syariah, memberikan pengaruh bagi masyarakat yang khususnya mayoritas
beragama muslim. Terbitnya Undang-Undang No.10 tahun 1998 merupakan dasar
berdirinya bank dengan sistem ganda, yaitu bank dengan sistem bagi hasil (bank
syariah) dan bank dengan sistem bunga (bank konvensional). Semakin
berkembangnya perbankan syariah, pemerintah menerbitkan Undang-Undang
No.21 tahun 2008 yang mengatur kegiatan perbankan syariah.
2
Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional
yang diharapkan dapat mendorong perkembangan perekonomian suatu negara.
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait.
Bank syariah merupakan lembaga yang berfungsi sebagai penghimpun dana
dan menyalurkan dana kepada masyarakat dengan mekanisme yang telah diatur
dan tidak melanggar norma - norma Islam seperti tidak mengandung riba dan
menumbuhkan kemaslahatan bagi masyarakat khusus nya masyarakat muslim.
Pada perjalanannya sistem perbankan berbasis syariah, semakin hari semakin
populer bukan hanya di negara-negara Islam, tetapi juga negara-negara Barat,
yang ditandai dengan semakin suburnya bank-bank yang menerapkan konsep
syariah. (Usman 2012 : 10)
Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai
perantara jasa keuangan (financial Intermediary), memiliki tugas pokok yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk
fasilitas pembiayaan. Perbedaan dasar keduanya hanyalah bank syariah
melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest fee), namun
didasarkan pada prinsip syariah atau prinsip pembagian keuntungan dan kerugian
(profit and loss sharing). (Siamat : 1995).
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana
masyarakat serta menyalurkan dengan mekanisme tertentu. Penghimpunan dana
dilakukan melalui simpanan dan investasi seperti giro, wadiah, tabungan dan
3
deposito berjangka. Sedangkan penyaluran dana dilakukan dengan beberapa
macam akad seperti murabahah, istishna, mudharabah, ijarah dan salam
(Wiroso : 2009).
Murabahah merupakan pembiayaan perbankan syariah melalui sistem jual
beli untuk atau jasa dengan kesepakatan keuntungan dan jangka waktu tertentu.
Mekanisme ini biasa digunakan untuk kebutuhan modal kerja atau kepemilikan
sebuah barang dengan cara dicicil. Murabahah merupakan akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan margin keuntungan yang disepakati oleh
penjual dan pembeli (Nurapriyani : 2009).
Total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah
total pembiayaan dengan prinsip jual beli. Hal tersebut merupakan sebuah
fenomena yang menarik karena diharapkan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
lebih menggerakan sektor riil karena menutup kemungkinan disalurkannya dana
pada kepentingan konsumtif dan hanya pada usaha produktif. Bila ditinjau dari
prinsip ketaatan terhadap syariah, pembiayaan dengan prinsip jual beli dan sewa
menimbulkan celah lebih besar untuk melakukan penyimpangan terhadap prinsip
syariah (Roesmana : 2007).
Produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil seolah-olah tidak berdaya untuk
menjadi pendamping operasional bank syariah. Sehingga pembiayaan dengan
sistem jual beli menjadi pengganti sebagai produk inti dari beroperasinya bank
syariah, seperti mudharabah, istishna dan salam. Pembiayaan murabahah masih
tetap menjadi unggulan perbankan syariah.
4
Dominannya jenis pembiayaan murabahah dibandingkan jenis pembiayaan
yang lain disebabkan beberapa faktor. Dari sisi penawaran bank syariah,
pembiayaan murabahah dinilai lebih minim resikonya dibandingkan dengan jenis
pembiayaan bagi hasil. Selain itu pengembalian yang telah ditentukan sejak awal
juga juga memudahkan bank dalam memprediksi keuntungan yang akan diperoleh.
Sementara dari sisi permintaan nasabah, pembiayaan murabahah dinilai lebih
simple dibandingkan dengan jenis pembiayaan bagi hasil. Hal ini lebih disebabkan
kemiripan operasional murabahah dengan jenis kredit konsumtif yang ditawarkan
oleh perbankan konvensional, dimana masyarakat telah terbiasa dengan hal ini
(Jihad dan Hosen : 2009).
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah pembiayaan dengan prinsip
murabahah (jual beli) paling banyak menyalurkan dananya dibandingkan
pembiayaan dengan prinsip mudharabah dan musyarakah (bagi hasil). Dapat
dilihat pada tabel 1.1 menunjukan komposisi pembiayaan pada akad murabahah,
mudharabah, dan musyarakah.
5
Gambar 1.1
Pembiayaan Perbankan Syariah perode Jan 2011 – Des 2015
(dalam Milyar Rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI
Gambar 1.1 menunjukan pembiayaan pada Perbankan Syariah baik pada akad
murabahah, mudharabah, maupun musyarakah mengalami peningkatan yang
cukup signfikan pada periode 2011-2015.
Dari ketiga pembiayaan diatas, pembiayaan dengan akad murabahah lebih
dominan atau banyak diminati karena cenderung memiliki risiko yang lebih kecil
dan sistem operasional yang sangat mudah untuk dipahami dan dijalankan
dibandingkan dengan pembiayaan dengan akad lainnya. Pada Desember 2015
pembiayaan murabahah mencapai 122.111 milyar rupiah, pada pembiayaan
musyarakah sebesar 60.713 milyar rupiah, sedangkan pada pembiayaan
mudharabah sebesar 14.821 milyar. Hal ini mencerminkan bahwa dana yang
dihimpun lebih banyak disalurkan melalui pembiayaan murabahah mengingat
masyarakat pada umumnya yang bersifat konsumtif.
6
Menurut (Muhammad : 2001) bahwa tingkat pembiayaan perbankan syariah
dengan akad mudharabah lebih rendah dari pada murabahah, meskipun jika
dibandingkan dengan negara lain, nilai pembiayaan murabahah di Indonesia lebih
tinggi. Pembiayaan murabahah tumbuh sebesar 59.71 % sedangkan mudharabah
sebesar 8.44 %. Salah satu penyebab fenomena ini dikarenakan nasabah
cenderung konsumtif sehingga berdampak pada pemilihan produk murabahah
yang sifatnya konsumtif. Selain itu jika ditinjau dari segi resiko, mudharabah
memiliki resiko yang lebih besar, sehingga pengajuan pembiayaan mudharabah
cukup selektif. Pada pembiayaan mudharabah, bank syariah wajib mencadangkan
dana sebesar 15% di Bank Indonesia (BI) dari pinjaman yang diberikan kepada
nasabah, sedangkan pembiayaan murabahah hanya 5 %.
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan dengan akad jual beli dengan
sistem cicilan atau tunai yang di tentukan diawal akad dengan mekanisme
pembelian berdasarkan pesanan. Bank membiayai pembelian yang dibutuhkan
oleh calon nasabah dengan membeli barang dari pemasok dan menjual kembali
kepada nasabah dengan menambah keuntungan yang disepakati bersama antara
pihak nasabah dan pihak bank. Hal ini lah yang mendukung pembiayaan
murabahah lebih banyak digunakan pada praktek perbankan syariah disamping
memiliki resiko yang kecil dan mekanisme yang cukup mudah.
Menurut (M. syafi’i Antonio : 2006) dalam buku nya bank syariah, hampir
semua bank syariah di dunia di dominasi dengan produk pembiayaan murabahah.
Mengapa ? Karena : Sistem murabahah lebih mudah dimengerti oleh masyarakat
dan para pegawai bank itu sendiri.
7
Perkembangan pembiayaan syariah di Indonesia khususnya pembiayaan
murabahah tentunya didorong oleh beberapa indikator. Menurut As’yari (2004)
beberapa faktor yang mempengaruhi posisi pembiayaan perbankan syariah
diantaranya adalah adalah jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS).
Perkembangan pembiayaan perbankan syariah khususnya pada akad
murabahah diikuti oleh meningkatnya beberapa indikator seperti Dana Pihak
Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposit
Ratio (FDR), Return on Asset (ROA). Dengan kata lain jika pembiayaan
murabahah meningkat maka DPK, SBIS, FDR, dan ROA juga meningkat. Akan
tetapi pada periode 2011-2015 terlihat fenomena yang berbeda seperti yang
terlihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan Murabahah, DPK, SBIS, FDR, ROA
Periode 2011 – 2015 di Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015
Tahun PM (Rp Milyar) DPK (Rp Milyar) SBIS (Rp Milyar) FDR (%) ROA (%)
2011 56.365 115.415 9.244 88,94 1,79
2012 88.004 147.512 4.993 100 2,14
2013 110.565 183.534 6.699 100,32 2
2014 117.371 217.858 8.130 91,5 0,84
2015 122.111 231.175 6.280 88,03 0,49
8
Dari tabel 1.1 terlihat peningkatan pembiayaan murabahah pada periode
2011-2015 yang diikuti dengan peningkatan dana pihak ketiga. Hal ini
menunjukan dana yang dihimpun melalui dana pihak ketiga tersalurkan dengan
baik melalui pembiayaan murabahah. Dana yang disimpan oleh nasabah pada
bank syariah berupa tabungan, giro, maupun deposito akan mempengaruhi
pembiayaan murabahah. Analisa sementara, diduga bahwa pembiayaan
murabahah berpengaruh positif terhadap dana pihak ketiga (DPK).
Peningkatan pembiayaan murabahah pada tahun 2011-2015 tidak terlepas dari
faktor ekonomi makro lainnya yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Pada tabel diatas, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mengalami fluktuatif
pada tahun 2010-2015. Sedangkan pada pembiayaan murabahah mengalami
peningkatan yang cukup signifikan pada tahun yang sama. SBIS dimanfaatkan
oleh bank syariah sebagai alternatif apabila bank mengalami kelebihan pada
tingkat likuiditas. Apabila semakin tinggi SBIS, maka jumlah pembiayaan yang
disalurkan pada bank syariah akan berkurang.
Kondisi persaingan antar bank kini semakin ketat. Dalam menghadapi
persaingan, bank syariah perlu mengetahui serta menjaga kesehatan banknya.
Untuk mengetahui tingkat kesehatan bank dapat dilihat dari analisis laporan
keuangan bank tersebut. Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang
penting dalam mengukur tingkat kinerja keuangan bank untuk melakukan
investasi maupun pembiayaan. Keuangan yang biasanya disajikan dalam
manajemen perbankan yang sesuai digunakan dalam memprediksi keuntungan
yang diperoleh meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan bagi hasil. Hal ini
9
tidak relevan jika tidak menggunakan analisis rasio keuangan yang biasanya
menjadi alat ukur suatu bank untuk mengetahui apakah kinerja keuangan yang
selama periode berjalan menguntungkan bagi bank dalam mengolah dana nasabah
atau malah merugikan bank. Adapun beberapa rasio keuangan yang sering
digunakan untuk menilai kondisi internal perusahaan anatara lain rasio
prifitabilitas bank yang diwakili oleh Return on Asset (ROA), dan rasio likuiditas
bank yang diwakili oleh Financing to Deposit Ratio (FDR).
Faktor lainnya yang mempengaruhi pembiayaan murabahah adalah rasio FDR.
Pada tahun 2011 pembiayaan murabahah sebesar 56.365 milyar rupiah diikuti
dengan FDR sebesar 88.94. Sedangkan pada 2012 pembiayaan murabahah
meningkat sebesar 88.004 milyar diikuti dengan kenaikan FDR sebesar 100%.
Akan tetapi pada tahun 2014, ketika pembiayaan murabahah meningkat pada rasio
FDR terjadi penurunan sebesar 91.5 %. Dari analisis sementara, diduga bahwa
pembiayaan murabahah tidak selalu berpengaruh terhadap finance to Deposito
Ratio (FDR).
Pada rasio ROA diduga berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Karena semakin tinggi suatu bank dalam menyalurkan dana makan semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh bank melalui tingkat bagi hasilnya. Tetapi fenomena
yang terjadi pada tahun 2013, 2014, dan 2015 ketika pembiayaan murabahah naik,
pada rasio ROA mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Hal ini sangat menarik untuk diteliti oleh peneliti apakah variabel DPK, SBIS,
FDR, dan ROA berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Penelitian ini
pernah dilakukan
10
Beberapa penelitian yang terkait dengan pengaruh DPK, SBIS, FDR, dan
ROA terhadap Pembiayaan, diantaranya oleh Muhammad Ikram Jeihan (2010)
menyatakan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
bagi hasil, sedangkan pada variabel NPF, SWBI dan tingkat inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bagi hasil pada bank syariah.
Penelitian Adnan dan Pratin (2005) faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
pembiayaan murabahah adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), modal sendiri, NPL,
yang ditargetkan dan persentase bagi hasil atau mark-up yang diterima oleh bank.
Penelitian Asy’ari (2004) faktor Dana Pihak Ketiga dan suku bunga rata-rata
pinjaman memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan perbankan
syariah, sedangkan faktor bonus SWBI dan jumlah uang beredar tidak memiliki
pengaruh secara signifikan meskipun terdapat korelasi yang signifikan.
Begitu pentingnya jual beli bagi bank syariah, sehingga masyarakat
memahami dan menganggap bahwa sistem jual beli adalah sistem dari perbankan
syariah. Penulis termotivasi untuk melakukan penelitian. Pertama, adanya
perbedaan hasil dari penelitian terdahulu mengenai DPK, SBIS, FDR dan ROA
terhadap pembiayaan murabahah sehingga penulis ingin menguji kembali
pengaruh DPK, SBIS, FDR dan ROA terhadap pembiayaan murabahah secara
parsial. Kedua, adanya pernyataan dari peneliti terdahulu Ahmad (2015) yang
menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) adalah salah satu faktor yang sangat
berpengaruh signifikan terhadap volume pembiayaan berbasis jual beli pada
perbankan syariah di Indonesia. Ketiga, penulis ingin memberikan informasi
bahwa pembiayaan murabahah dengan sistem jual beli yang digunakan oleh bank
11
syariah merupakan dana yang didapatkan dari dana pihak ketiga, sehingga bank
syariah akan dapat meningkatkan kinerja keuangan bank syariah dan dengan
demikian diharapkan nasabah bisa lebih percaya dan tertarik menyimpan dana di
bank syariah.
Berdasrkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian
lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio
(FDR) dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Murabahah pada
Perbankan Syariah di Indonesia (Januari 2011 - Desember 2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset
(ROA) berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan murabahah
pada perbankan syariah di Indonesia ?
2. Apakah variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset
(ROA) berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan murabahah pada
perbankan syariah di Indonesia ?
3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan
murabahah pada perbankan syariah di Indonesia ?
12
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan
Return On Asset (ROA), mempengaruhi pembiayaan murabahah secara
parsial pada perbankan syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan
Return On Asset (ROA), mempengaruhi pembiayaan murabahah secara
simultan pada perbankan syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi
pembiayaan murabahah pada perbankan syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pola hubungan antara Dana Pihak Ketiga (DPK), Surat
Berharga Bank Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio
(FDR) dan Return On Asset (ROA) terhadap pembiayaan murabahah
periode 2011 - 2015.
2. Bagi Praktisi Lembaga Keuangan
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para praktisi
lembaga keuangan yang mempunyai komitmen dalam lembaga keuangan
13
mengenai peran lembaga keuangan untuk mengembangkan dunia usaha.
3. Bagi Pemerintah
Diharpkan mampu memberikan dampak positif sebagai acuan dalam
kebijakan -kebijakan pada produk perbankan syariah dan meningkatkan
ekonomi nasional.
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada
tiap-tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini,
penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait alasan
pemilihan judul atau latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan:
landasan teori yang dilengkapi definisi kinerja keuangan,
pembiayaan murabahah, bank syariah, penelitian terdahulu,
keterkaitan antar variabel independen dengan variabel
dependen, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan:
penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan
data, metode analisis data dan operasional variabel
penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai hasil
penelitian: gambaran umum objek penelitian, deskripsi data,
analisis dan pembahasan terdiri dari hasil uji asumsi klasik
(uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas
dan uji autokorelasi), hasil uji hipotesis (Uji-t, Uji-F dan
Koefisien Determinasi), hasil analisis regresi linier
berganda dan interpretasi.
BAB V PENUTUP
Penutup yang didalamnya mencakup kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya serta implikasi yang dapat penulis sampaikan
dalam penulisan skripsi ini.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pembiayaan
a. Pengertian pembiayaan
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan
syariah atau istilah teknis nya disebut sebagai aktiva produktif, menurut
ketentuan bank Indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana bank
syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam modal.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak - pihak yang
merupakan deficit unit. (Antonio : 2001)
b. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah bukan hanya mencari keuntungan dan meramaikan bisnis
perbankan di Indonesia, tetapi juga menciptakan lingkungan bisnis yang
aman (Yusuf dan Abdul : 2009)
16
1) Pembiayaan Sebagai Penggerak Ekonomi
Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas menyalurkan dana
yang terkumpul kepada nasabah atau pengguna dana, memiliki jenis
usaha dan menetukan nasabah mana yang akan dibiayai agar
diperoleh jenis usaha yang produktif atau menguntungkan serta
dikelola nasabah yang jujur dan bertanggung jawab.
2) Pembiayaan Sebagai Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penempatan dana oleh bank dalam aset
yang menghasilkan pendapatan untuk menutupi beban - beban yang
dikeluarkan oleh bank, dari aktiva ini bank mengharapkan adanya
selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana.
Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan
berdasarkan prinsip kehati hatian.
3) Pembiayaan Sebagai Proses Intermediasi
Bank syariah dalam melakukan intermediasi keuangan
mempunyai cara yang sangat berbeda dengan bank - bank
konvensional karena model pendanaan dan investasi sistem profit
and loss sharing dalam perdagangan dan perniagaan sangat menonjol
dalam aktivitas - aktivitas intermediasi. (Maryanah : 2006)
c. Macam-Macam produk Pembiayaan
Menurut Adiwarman Karim, dalam menyalurkan dananya pada
17
nasabah, secara garis besar produk pembiayaan terbagi ke dalam empat
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu :
1) Pembiayaan dengan Prinsip Jual-Beli
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai
berikut :
a. Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli dimana
bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan (margin).
b. Pembiayaan salam adalah transaksi jual - beli dimana barang
yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan
tunai.
c. Pembiayan istisnha adalah spesifikasi barang pesanan harus
jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.
Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad
istisnha dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Prinsip ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat jadi pada
18
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual - beli
transaksinya adalah barang, pada transaksi ijarah objek transaksinya
adalah jasa.
3) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi
hasil adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan musyarakah adalah semua bentuk usaha yang
melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara
bersama - sama memadukan seuruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun tidak berwujud.
b. Pembiayaan mudharabah adalah bentuk kerja sama antara
dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan.
4) Pembiayaan dengan Akad Pelengkap
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.
Meskipun tidak ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan
pembiayaan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya - biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad
19
ini. Adapun akad pelengkap ini yaitu akad Hiwalah, Rahn, Qardh,
Wakalah, dan Kafalah.
d. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh
sebanyak - banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang - barang dan jasa - jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. (Yusuf dan
Abdul : 2009)
Tujuan pembiayaan diantaranya :
1) Mencari keuntungan
Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian pembiayaan
tersebut. Hal tersebut terutama dalam bentuk bagi hasil yang diterima
oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang
dibebankan.
2) Membantu Usaha Nasabah
Dalam penyaluran dana nya secara tidak langsung bank
membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun modal kerja. Dengan dana tersebut pihak debitur
20
dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3) Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan maka semakin baik karena bisa meningkatkan
pembangunan di berbagai sektor.
2. Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of
profit - nya (keuntungan yang diperoleh).
Menurut (O.P Simorangkir : 2004) murabahah ialah persetujuan jual
beli barang dengan harga pokok ditambah keuntungan. Pembayaran dapat
dicicil atau tunai. Bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah dengan
pembayaran dilaksanakan dikemudian hari. Bank memberi kuasa kepada
nasabah membeli barang atas nama bank. Pada jangka waktu tertentu,
sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah yang membeli
barang tersebut, harga di mark up dengan harga pokok atau ditambah
sejumlah keuntungan.
21
Menurut (Heri Sudarsono : 2003) murabahah adalah jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara
pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga
pembelian barang - barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan
atas laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank
membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang dari pemasok, dan kemudian menjualnya kepada
nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di mark - up.
Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah dilakukan atas dasar
cost - plus profit.
b. Tujuan Pembiayaan Murabahah
Tujuan pembiayaan murabahah pada bank Islam : (Al Khadas :
1999 )
1) Bank islam mendapatkan keuntungan yang pantas dari
pembiayaan murabahah.
2) Beberapa bank islam memiliki pengalaman untuk membeli
produk tertentu.
3) Untuk klien, bank Islam mendanai pembelian produk
kemudian pembeli (klien) akan membayar dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
4) Pembiayaan murabahah memberikan alternatif jual - beli
22
bebas riba sebagai perbandingan dalam sistem perbankan.
c. Macam-Macam Pembiayaan Murabahah
Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (Wiroso :
2004)
1) Murabahah Tanpa Pesanan
Maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak,
bank syariah menyediakan barang dagangannya penyediaan pada
murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada
tidaknya pesanan atau pembeli.
2) Murabahah Berdasarkan Pesanan
Maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi
murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang
sehingga menyediakan barang baru dilakukan jika ada pesanan.
d. Dasar Hukum Murabahah
Murabahah merupakan bagian dari jual beli dan sistem ini
mendominasi produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam,
jual beli merupakan salah satu sarana tolong menolong antara sesama
umat manusia yang diridhai oleh Allah SWT (Muhammad : 2008).
Berdasarkan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000, pembiayaan
murabahah ditinjau dari aspek hukum Islam maka dibolehkan baik
23
menurut Al-Qur’an, Hadits, maupun ijma’ ulama’. Dalil-dalil yang
dijadikan sebagai dasar hukum pelaksanaan pembiayaan murabahah di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. QS. Al-Baqarah [2] : 275 :
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang
yang Telah sampai mengambil riba, Maka baginya apa yang Telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya”. (QS . Al - Baqarah (2) : 275)
Ayat di atas Allah mempertegas legalitas dan kebebasan jual beli
secara umum serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan
ketentuan ini jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari
syara’ dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktik pembiayaan BMT
karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung
riba.
24
b. QS. An-Nisa [4] : 29 :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Ayat di atas melarang segala bentuk transaksi yang bathil. Di antara
transaksi yang dikategorikan bathil adalah yang mnegandung bunga (riba)
sebagaimana terdapat pada sistem kredit konvensional karena akad yang
digunakan adalah utang. Berbeda dengan murabahah, dalam akad ini
tidak ditemukan unsur bunga, karena menggunakan akad jual beli. Ayat
ini juga mewajibkan untuk keabsahan setiap transaksi murabahah harus
berdasarkan prinsip kesepakatan antara para pihak yang dituangkan dalam
suatau perjanjian yang menjelaskan dan dipahami segala hal yang
menyangkut hak dan kewajiban masing-masing.
c. Hadist riwayat Ibnu Majah (Hasan : 1991) :
25
Artinya: “Dari Suhaib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah SAW
bersabda “Tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual”. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
Hadits riwayat Ibnu Majah tersebut merupakan dalil lain
diperbolehkannya murabahah yang dilakukan secara jatuh tempo.
Meskipun kedudukan hadits ini lemah, namun banyak ulama’ yang
menggunakan dalil ini sebagai dasar hukum akad murabahah ataupun jual
beli jatuh tempo. Dengan menunjuk adanya keberkahan ini, hal ini
mengindikasikan diperbolehkannya praktik jual beli yang dilakukan
secara jatuh tempo. Begitu juga dengan akad murabahah yang dilakukan
secara jatuh tempo, dalam arti nasabah diberi jangka waktu untuk
melakukan pelunasan atas harga komoditas sesuai dengan kesepakatan.
d. Ijma’
Selain Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yang dijadikan
landasan sebagai dasar hukum murabahah, maka ijma’ ulama’ juga dapat
dijadikan acuan hukum murabahah. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Abdullah Syeed : “Al-Quran tidak membuat acuan langsung
berkenaan dengan murabahah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya
untuk menjual, keutungan, kerugian, dan perdagangan. Karena
nampaknya tidak ada acuan langsung kepada Al-Quran atau Hadits yang
diterima umum, para ahli hukum harus membenarkan murabahah
berdasarkan landasan lain (Syeed : 2004).
26
Menurut imam Malik, murabahah itu dibolehkan (mubah) dengan
berlandaskan pada orang-orang Madinah, yaitu ada konsensus pendapat di
Madinah mengenai hukum tentang orang yang membeli baju di sebuah
kota dan mengambilnya ke kota lain untuk menjualnya berdasarkan suatu
kesepakatan berdasarkan keuntungan. Imam Syafi’i mengatakan jika
seorang menunjukkan komoditas kepada seseorang dan mengatakan
“kamu beli untukku, aku akan memberikan keuntungan begini,begitu”,
kemudian orang itu membelinya, maka transaksi itu sah. Demikian
demikian dapat dikatakan bahwa landasan hukum pembiayaan
murabahah adalah Al-Quran dan hadits Rasulullah SAW serta ijma’
ulama’.
e. Syarat Murabahah
(1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
(2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun dan bebas riba.
(3) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
(4) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian.
(5) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya (Antonio : 2001).
27
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah disebutkan
bahwa “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank
Syariah atau UUS berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk Giro, Tabungan dan
Deposito atau yang bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.
Dana-dana yang disimpan di bank merupakan dana yang paling
diandalkan bank dan terdiri dalam bentuk giro, deposito, tabungan.
Simpanan merupakan dana yang berasal dari masyarakat baik perorangan
maupun badan usaha yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai
instrument produk simpanan yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan
fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana
dalam masyarakat dengan pihak yang kekurangan dana (Kuncoro dan
Suharjono : 2002).
a. Jenis-Jenis Dana Pihak Ketiga (Arifin : 2006)
1) Giro
Giro pada bank syariah disebut giro wadiah umumnya tetap
sama dengan giro bank konvensioal, dimana bank tidak membayar
apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya
layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah
dalam operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai
28
nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai
pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro
sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan
untuk keamanan (wadi’ah yad al -dhamanah).
2) Tabungan
Tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada
beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan
biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas
bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa
penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama,
penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan
hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi resiko dengan
bank.
3) Deposito
Deposito pada bank konvensional menerima jaminan
pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bunga,
deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari
laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutkan rekening
investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat
mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan
tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening
29
investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan
pembiayaan (financing).
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian moneter
berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
bila terjadi kelebihan likuiditas pada bank syariah. (Arifin : 2009)
Seritifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan penitipan dana
berjangka pendek dengan menggunakan prinsip wadiah yang disediakan oleh
bank Indonesia bagi bank syariah atau UUS. Penitipan dana dapat berjangka
waktu 7 hari, 14 hari, dan 28 hari dengan imbalan kira - kira 3 % yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank yang menitipkan dana.
Pada tanggal 31 Maret 2008 dikeluarkan peraturan Bank Indonesia
No.10/11/PBI/2008 tentang perubahan nama SWBI menjadi SBIS. Dengan
adanya perubahan nama tersebut akad yang digunakan dalam transaksi SWBI
menjadi lebih luas tidak hanya berakad Wadiah melainkan dapat dilakukan
dengan akad Mudharabah, Musyarakah, Wakalah, Qardh dan Jualah sehingga
bonus yang diberikan dapat mendekati bonus yang diberikan SBI dengan
skim bunga. SBIS merupakan instrumen kebiijakan moneter yang bertujuan
untuk mengatasi kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan
prinsip syariah yang diatur oleh bank Indonesia dan fatwa Dewan Syariah
Negara. Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PB tanggal 31 Maret 2008, SBIS
30
adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek
dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan
menggunakan akad mudharabah, Musyarakah, Ju’alah, wadiah, Qardh, dan
wakalah. ( www:bi.go.id/)
5. Finance to Deposit Ratio (FDR)
FDR (Financing to Deposit Ratio) adalah perbandingan antara jumlah
pembiayaan yang disalurkan bank syariah dengan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang dapat dihimpun oleh bank. FDR dapat menunjukkan tingkat kemampuan
bank dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei
1993, besarnya FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi
110%, yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi
jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%.
Apabila suatu bank melebihi dari batas yang ditetapkan oleh BI, maka bank
dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak
intermediasi (perantara) dengan baik (Muhammad:2004).
Akan tetapi jika FDR suatu bank syariah jauh diatas 110%, hal tersebut
juga mengindikasikan bank syariah belum bisa menghimpun DPK yang
cukup untuk menyalurkan pembiayaan. FDR diatas 110% juga
mengindikasikan pembiayaan bank syariah lebih besar dari DPK sehingga
menunjukkan bahwa uang yang digunakan bank syariah untuk menyalurkan
pembiayaan berasal dari sumber lain seperti modal atau hutang. Rumus untuk
mengukur tingkat FDR yaitu:
31
FDR = Total Pembiayaan yang diberikan Bank x 100%
Dana Pihak Ketiga
6. Return On Assets (ROA)
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset guna memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Menurut Febrita Putri (2015) Return on asset (ROA) yaitu kemampuan
bank dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan seluruh modal.
Dalam penelitian yang dilakukan Febrita Putri (2015) menunjukan ROA
pada bank konvensional lebih baik dibandingkan ROA pada bank syariah.
Rata-rata ROA pada bank konvensional 3.15%, lebih besar dibandingkan
bank syariah yaitu sebesar 1.36%.
Semakin tinggi nilai rasio Return On Asset maka diasumsikan semakin
baik kinerja bank dalam mengelola ekuitasnya. Secara umum belum ada
batasan minimal ROA ini dianggap baik, namun untuk melihat Return On
Asset suatu bank dapat dikatakan baik atau tidak dapat dibandingkan dengan
bank sejenis. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%
Rata-rata Total Aset
Klasifikasi tingkat ROA menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.14/18/PBI/2012 adalah sebagai berikut:
32
Tabel 2.1
Klasifikasi Tingkat ROA menurut BI
Tingkat ROA Predikat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup sehat
0,77% - 0,99% Kurang sehat
Dibawah 0,77% Tidak sehat
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel klasifikasi tingkat ROA, semakin besar Return On
Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar pula tingkat keutungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset, peningkatan ROA juga menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik.
7. Pengertian Bank
Bank bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju, seperti
negara-negara di Eropa, Amerika, dan Jepang, sudah merupakan suatu
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Bank merupakan mitra dalam rangka
memenuhi semua kebutuhan keuangan mereka sehari-hari. Bank dijadikan
sebagai tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan
dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi,
pengiriman uang, melakukan pembayaran, atau melakukan penagihan.
33
(Kasmir : 2008).
Menurut Undang-Undang pokok perbankan 1967 pasal 1a, bank adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya (pasal 1 ayat 1).
Ahmad Rodoni banyak defenisi mengenai bank, pada dasarnya semua
defenisi tersebut berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau
usaha bank. Bank dapat didefenisikan sebagi suatu badan usaha yang tugas
utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan
penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.
Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah sebagai
berikut: (Kasmir :2008)
a. Menghimpun dana (funding)
Merupakan fungsi bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan
uang atau berinvestasi bagi masyarakat.
b. Menyalurkan dana (Lending)
Dalam hal ini bank memberikan pinjaman (kredit) kepada
masyarakat. Dengan kata lain, bank menyediakan dana bagi masyarakat
34
yang membutuhkan. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam
berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Service)
Seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga
yang berasal dari dalam kota (clearing). Jasa-jasa bank lainnya ini
merupakan jasa pendukung dari kegiatan pokok bank yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana.
Menurut Undang-Undang pokok perbankan nomor 7 tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun
1998, maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari :
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
Dilihat dari segi kepemilikannya, bank dapat dilihat dari akta pendirian
dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank
dilihat dari segi kepemilikan adalah : (Kasmir : 2008)
35
a. Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akta pendirian maupun
modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sehingga
seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah juga.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta nasional adalah merupakan bank yang seluruh
atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional.
c. Bank Milik Koperasi
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan
saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum
koperasi.
d. Bank Milik Asing
Bank milik asing merupakan bank yang kepemilikannya 100% oleh
pihak asing (luar negeri) di Indonesia.
e. Bank Milik Campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh
dua belah pihak, yaitu dalam negeri dan luar negeri. Artinya, kepemilikan
saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional.
36
Bank dapat dilihat dari segi status. Artinya, jenis ini dilihat dari segi
kemapuannya melayani masyaraka, terutama bank umum. Jenis bank dilihat
dari segi status adalah sebagai berikut :
a. Bank Devisa
Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi
keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
8. Bank Syariah
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan syariah (hukum islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari
oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam
dengan bunga atau yang disebut riba serta larangan investasi untuk usaha -
usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh sistem
perbankan nasional. (Inggrid : 2009)
Menurut Muhammad (2004 ) Bank syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan pada bung. Bank Islam atau biasa disebut dengan
bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan Al - Qur’an dan Hadist nabi SAW.
37
Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa - jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya berdasarkan syariat
Islam.
Dalam PSAK No.59, bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya,
baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluraan dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual
beli dan bagi hasil.
Adapun prinsip - prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :(Antonio :
2012)
a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan pihak pertama kepada
pihak lain yang harus dijaga dan harus dikembalikan
sewaktu-waktu saat pemberi titipan meminta.
b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Secara umum prinsip bagi hasil dapat perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah,
al-mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah.
c. Prinsip Jual Beli
Ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran
pokok dalam modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah :
38
1) Bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk
yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahan.
2) Bai’ as-salam dalam pengertian yang sederhana adalah
pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan dimuka.
3) Bai’ al-istisna merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang
menerima pesanan dari pembeli.
d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Akad ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
e. Jasa (fee-based service)
1) Al-wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseoran kepada
yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
2) Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau yang ditanggung.
39
3) Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
4) Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang
ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
5) Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat
1. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Pembiayaan
Murabahah
Setelah Dana Pihak Ketiga (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka
sesuai dengan fungsi intermediary nya maka bank berkewajiban menyalurkan
dana tersebut untuk pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan
strategi penggunaan dana - dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana
alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. (Muhammad : 2004).
Maka semakin besar dana pihak ketiga maka semakin besar pembiayaan
tersalurkan khususnya pembiayaan murabahah.
Menurut (As’Yari : 2004) (dalam Candra Dedi Hermawan : 2013)
pembiayaan adalah salah satu aktiva produktif yang berhubungan dengan
dana pihak ketiga (DPK). Karenanya permintaan dan penawaran terhadap
40
pembiayaan tentunya juga harus mempertimbangkan faktor likuiditas
disamping faktor rentabilitas dalam penghimpunan dana pihak ketiga, karena
dengan semakin banyak dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank syariah
maka kemungkinan semakin banyak juga pembiayaan atau penyaluran dana
yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan
Murabahah memiliki hubungan yang positif. Semakin banyak dana yang
dihimpun dari masyarakat maka semakin banyak juga dana yang disalurkan
melalui pembiayaan.
Penelitian yang dilakukan Endang Wijaya (2011) mempunyai hubungan
yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.
2. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan
Pembiayaan Murabahah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah diperuntukan bagi bank yang memiliki
kelebihan dana untuk menghindari dana menganggur (idle money) terlalu
banyak sehingga bank syariah mencari alternatif untuk menyalurkan dana
pada instrumen yang tersedia.
Dalam penelitian Ely Agustiani Solikhah (2014) menunjukan bahwa
SBIS tidak berpengaruh secara signifikan dan bernilai positif terhadap
pembiayaan murabahah. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Candra Dedy Hermawan (2013) yang menunjukan bahwa
SBIS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
41
Prospek jumlah SBIS dari tahun ke tahun akan mengalami fluktuatif sesuai
dengan kondisi perekonomian di Indonesia.
Dalam penelitian Rieny Yuniarti (2013) variabel SBIS berpengaruh
secara signifikan dan bernilai negatif yang berarti jika SBIS naik 1 % maka
pembiayaan akan mengalami penurunan 0.02 %.
3. Hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan
Murabahah
Menurut Wibowo (2007) rasio likuiditas bank adalah rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dan permohonan kredit atau pembiayaan dengan cepat. Financing to Deposit
Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang
diberikan dengan dana yang diterima bank. FDR ini menjadi salah satu rasio
likuiditas bank yang berjangka waktu agak panjang.
Dalam penelitian Eris Munandar (2009) bahwa FDR berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Semakin tinggi FDR maka
pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat. Demikian sebaliknya,
jika terjadi penurunan FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga
mengalami penurunan. Sehingga FDR juga berpengaruh positif terhadap
pembiayaan murabahah.
42
4. Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Pembiayaan
Murabahah
Rasio ROA merupakan indikator dari rasio profitabilitas bank. Menurut
Toto Prihadi (2008) Return On Asset (ROA) mengukur tingkat laba terhadap
aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain,
ROA adalah indikator suatu unit usaha untuk memperoleh laba atas sejumlah
aset yang dimiliki oleh unit usaha tersebut.
Menurut penelitian Meydianawati (2007) Semakin besar nilai rasio ini
menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat. Stabil
atau sehatnya rasio ROA mencerminkan stabilnya jumlah modal dan laba
bank. Kondisi perbankan yang stabil akan meningkatkan kemampuan bank
dalam menyalurkan kreditnya.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian
ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup
hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode waktu yang
digunakan maka terdapat banyak hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan
referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian:
43
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Kristia Octavina
dan Emile Satia
Darma (Jurnal
Akuntansi-2012)
Pengaruh Kas,
Bonus SWBI,
Marjin
Keuntungan dan
DPK Terhadap
Pembiayaan
Murabahah.
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
dan analisis
regresi
berganda
Kas, Bonus
SWBI,
Marjin
Keuntungan
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
pengujian secara
simultan untuk
variabel Kas, bonus
SWBI, marjin
keuntungan, dan
DPK secara
bersamaan
berpengaruh
signifikan terhadap
Pembiayaan
Murabahah
2 Dwi Nurapriyani
(Jurnal
Ekonomi-2009)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pembiayaan
murabahah di
Bank Syariah
Mandiri periode
2004-2007.
Pembiayaan
Murabahah,
DPK dan
analisis regresi
berganda
NPF, SWBI,
suku bunga
konvensional
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa pengujian
NPF, suku bunga
konvensional
SWBI dan DPK
berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan
murabahah.
Variable DPK
berpengaruh
dominan terhadap
pembiayaan
murabahah.
3 Sri, Anggraini,
Etty dan Hasanah
(Jurnal-Akuntansi
2013)
The Influence of
Third-Party
Funds, CAR,
NPF, and ROA
Against the
Financing of A
General
Sharia-Based
Bank in Indonesia
ROA Estimation n
Error
Correction n
Model
(ECM), CAR
NPF,
Third-Party
Funds.
Third-Party Funds,
CAR, NPF dan
ROA berpengaruh
signifikan.
4 Lifstin Wardiantika
dan Rohmawati
Pengaruh DPK,
CAR, NPF, DAN
DPK dan
analisis regresi
CAR, NPF
dan SWBI
Hasil uji
perhitungan Uji
44
Kusumaningtias
(Jurnal Ilmu
Manajemen-2014)
SWBI Terhadap
Pembiayaan
Murabahah pada
Bank Umum
Syariah Periode
2008-2012
berganda F dapat
disimpulkan
bahwa secara
Bersamaan Dana
Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing
(NPF), dan
Sertifikat Wadiah
Bank
Indonesia
(SWBI)
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
Pembiayaan
Murabahah pada
Bank
Umum Syariah.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya,
persamaan yang dapat dilihat di antaranya adalah variabel yang digunakan untuk
mempengaruhi variabel Y adalah Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah
dengan variabel yang peneliti gunakan yaitu DPK, SBIS, FDR dan ROA periode
2011-2015. Sementara perbedaan yang terlihat dalam penelitian ini adalah peneliti
fokus membahas bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
dimana variabel terikat yang digunakan merupakan pembiayaan murabahah secara
keseluruhan periode 2011 -2015. Pada penelitian sebelumnya menggunakan
variabel pembiayaan sebagai variabel terikat dan menggunakan SWBI sebagai
variabel bebasnya.
45
D. Kerangka Pemikiran
Bank merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi untuk menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Saat ini, bank
memiliki dua sistem yaitu bank dengan prinsip bagi hasil, dan bank dengan prinsip
bunga. Dapat dilihat perkembangan bank syariah dibandingkan dengan awal
berdirinya mengalami peningkatan yang cukup baik. Dari satu bank umum syariah,
saat ini bank syariah bertambah menjadi 12 bank umum syariah. Hal ini
membuktikan bahwa bank syariah sudah mulai dipandang oleh masyarakat
sebagai bank yang terpercaya.
Bank menyediakan berbagai jenis produk seperti produk penghimpun dana
dan penyaluran dana dengan akad Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah.
Akad Murabahah pada pembiayaan Bank Syariah lebih dominan dibanding
dengan akad lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh DPK,
SBIS, FDR dan ROA terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di
Indonesia periode Januari 2011 - Desember 2015.
46
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengaruh DPK, SBIS, FDR dan ROA Terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah
periode 2011-2015
DPK (X1)
SBIS (X2)
(X2) FDR (X3)
Pembiayaan
Murabahah (Y)
Uji Asumsi Klasik;
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
Uji Autokorelasi
Uji Heterokedastis
Uji Statistik Koefisien Regresi
Uji t
Uji F
Uji adj. R.Square
Analisa Hasil Regresi
Uji Hipotesis
Interpretasi dan Kesimpulan
ROA (X4)
(X3ewk(x
2kkhfw( (
((X3)
47
E. Perumusan Hipotesis
Menurut (Umi Narimawati : 2008) hipotesis merupakan kebenaran yang
perlu diuji kebenarannya, oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai
kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Sesuai dengan kerangka
pemikiran dan untuk memberi arah pada proses penelitian, di dalam penelitian ini
akan diuji Hipotesis sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK
terhadap Pembiayaan Murabahah
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap
Pembiayaan Murabahah
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara SBIS
terhadap Pembiayaan Murabahah
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara SBIS
terhadap Pembiayaan Murabahah
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR
terhadap Pembiayaan Murabahah
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR terhadap
Pembiayaan Murabahah
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA
terhadap Pembiayaan Murabahah
48
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA
terhadap Pembiayaan Murabahah
Ho5 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara DPK,
SBIS, FDR dan ROA terhadap Pembiayaan Murabahah
Ha5 : Terdapat pengaruh secara simultan antara DPK, SBIS,
FDR dan ROA terhadap Pembiayaan Murabahah
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Surat Berharga Indonesia Syariah (SBIS), Finance to Deposit
Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA). Penelitian ini dimulai dari
pengumpulan data, menghubungkan tiap variabel, mengolah data hingga
diperoleh pokok permasalahan yang akan diteliti. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
laporan Statistik Perbankan Syariah pada periode 2011-2015. (www.bi.go.id)
Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis hanya
membatasi menjadi variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Surat Berharga Indonesia
Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA)
sebagai variabel independen dan Pembiayaan Murabahah sebagai variabel
dependen. Jenis data yang digunakan penelitian adalah data runtut waktu (time
series) selama periode Januari 2011 sampai Desember 2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi yang
diharapkan dapat mewakili populasi penelitian, sampel yang baik pada umum nya
memiliki karakteristik sebagai berikut: (Kuncoro : 2009)
50
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban
yang dihendaki.
2. Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit
analisis untuk menjadi sampel.
3. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya
kesalahan) dalam pemilihan sampel.
4. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel staistika.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan data runtut waktu (time series) periode bulan Januari 2011 -
Desember 2015. Variabel yang digunakan adalah Pembiayaan Murabahah, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Surat Berharga Indonesia Syariah (SBIS), Finance to
Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA) periode Januari 2011 -
Desember 2015.
51
Sampel pada penelitian ini sejumlah 11 Bank Umum Syariah sebagaimana
tersaji pada tabel 3.1 dibawah ini :
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia
No Nama Bank Umum Syariah
1 Bank Syariah Mandiri (BSM)
2 Bank Muamalat Indonesia (BMI)
3 Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
4 Bank Mega Syariah
5 Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
6 Bank Bukopin Syariah
7 Bank Panin Syariah
8 Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
9 Bank Victoria Syariah
10 Bank Central Asia Syariah
11 Bank Maybank Syariah
Adapun kriteria-kriteria dipilihnya Bank Umum Syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia (BI)
dan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
2. Bank Umum Syariah (BUS) tersebut menerbitkan laporan
keuangan 2011 sampai 2015 secara konsisten dan telah
52
dipublikasikan di website Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
3. Bank Umum Syariah (BUS) tersebut memiliki data yang
dibutuhkan terkait variabel-variabel yang digunakan untuk
penelitian selama periode 2011 - 2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut
diperoleh langsung dari laporan keuangan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time
series) dengan skala bulanan (mothly) yang diambil dari data bulanan
statistik perbankan syariah dengan rentang waktu dari bulan Januari 2011
- Desember 2015.
2. Library Research
Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang
dilengkapi dengan membaca, mempelajari dan menganalisis literatur
yang bersumber dari buku - buku dan jurnal - jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini untuk mendapatkan konsep yang terususn dan
memperoleh data yang valid.
53
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam
dari perpustakaan merupakan litratul lama atau kadaluarsa, karena ilmu
selalu berkembang sseiring berjalannya waktu.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan tekonologi yang juga
berkembang yaitu internet, sehingga data yang diperoleh merupakan data
sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data yang
digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini menganalisis
bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Surat Berharga Indonesia Syariah
(SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA), terhadap
Pembiayaan Murabahah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi
linier berganda dengan menggunakan program computer SPSS (Software) versi
20.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisistas dan autokolerasi.
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi memenuhi
54
kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Untuk itu
diperlukannya pendeteksian lebih lanjut diantaranya :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, terdapat variabel residual atau variabel pengganggu. Nilai
residual yang sebagian besar mendekati nilai rata - rata nya dapat
dikatakan berdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah nilai
standar residual terdistribusi normal atau tidak degan menggunakan
metode analisis grafik dan analisis statistik.
Selain menggunakan metode analisis grafik dan analisis statistik,
penulis juga melakukan uji normalitas dengan kolomogrov - smirnov
dengan menggunakan asymp.sig.(2-tailed). Jika nilai
asymp.sig.(2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha yang telah
ditetapkan sebesar 5% maka Ho diterima karena dapat dinyatakan
data dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila data
terdistribusi normal maka data tersebut memenuhi persyaratan untuk
melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dan uji-F
sehingga data tersebut dapat diuji untuk pengambilan keputusan
penelitian. (Sudarmanto : 2005). Menurut Imam Ghazali Hipotesis
yang dapat dibuat adalah
Ho : Variabel residual terdistribusi normal.
Ha : Variabel residual tidak terdistribusi normal
55
Pengambilan keputusan :
Jika probabilitas lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima.
Jika probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antar variabel independen dan bila terjadi maka terdapat
problem multikolinieritas. Model regresi dikatakan baik bila tidak
terjadi korelasi antar variabel independen. Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10 dan nilai korelasi
antar variabel independen < 0,5 maka model dinyatakan tidak
terdapat gejala multikolinieritas (Oramahi : 2007).
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantaranya beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan (independent) dari model regresi. (Gujarati : 2006)
Menurut (Nachrowi : 2006) jika tidak ada korelasi antara kedua
variabel tersebut, maka koefisien pada regresi majemuk akan sama
dengan koefisien pada regresi sederhana. Hubungan linier antara
variabel bebas ini yang disebut multikolinieraitas.
Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolinieritas
dengan menguji koefisien korelasi (r) berpasangan yang tinggi
56
diantara variabel - variabel penjelas. jika koefisien korelasi cukup
tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi
adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar
variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi
dua atau lebih variabel independen. (Ghozali : 2013).
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah multikoliniertitas
yaitu antara lain: melihat informasi sejenis yang ada, mengeluarkan
variabel bebas yang kolinier dari model, mentransformasikan
variabel, mencari data tambahan. (Nachrowi : 2006)
c. Uji heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variance Ut tidak konstan
atau sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel
independen. (Gujarati : 2006).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain itu tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah
disebut dengan heterokedastisitas. (Nachrowi : 2008)
Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi
dari masing- masing variabel bebas terhadap nilai absolut
57
residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. >
α), maka dapat dipastikan model tidak mengandung
gejalaheteroskedastisitas (Gunawan Sudarmanto : 2005).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dasar analisis:(1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas, (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2012).
Ada beberapa cara mengatasi gejala heterokedastisitas. Salah
satunya menurut (J.Supranto : 1983), jika varian heteroskedastik
diketahui, maka cara yang paling mudah untuk memecahkan
masalah heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil tertimbang. Dimana timbangannya untuk
mengurangi pengaruh dari nilai observasi yang ekstrim. Namun
dalam prakteknya varian heteroskedastik jarang diketahui sehingga
kita harus membuat berbagai asumsi tentang varian heteroskedastik
tersebut dan kemudian kita membuat transformasi terhadap
datayang akan dipergunakan di dalam model dengan maksud agar
data yang sudah dirubah bentuknya itu mempunyai kesalahan
58
pengganggu dengan varian yang tetap dan tercapai keadaan yang
homoskedastis. Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi
asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke
dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua
data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi
semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokolerasi
Autokolerasi dapat didefenisikan sebagai korelasi diantara
anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala)
atau ruang (seperti data lintas - sektoral). (Gujarati : 2006)
Autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada kolerasi antara kesalahn pengguna pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah
autokorelasi, yaitu menggunakan metode Durbin-Watson dan
metode Run Test sebagai salah satu uji statistik non-parametrik. Uji
Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model
empiris yang diestimasi. (Gunawan Sudarmanto : 2005).
59
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji
Durbin-Watson
DW Kesimpulan
< Dl Ada autokorelasi (+)
dL s.d Du Tanpa kesimpulan
dU s.d 4 – dU Tidak ada autokorelasi
4 - dU s.d 4-dL Tanpa kesimpulan
> 4 – dL Ada autokorelasi (-)
Menurut (Oramahi : 2007), untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson
(DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
adalah:
1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak
terjadi autokorelasi.
3) Bila nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikansinya), menjadi
tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan
berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan
menambah data observasi.
60
2. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji-F)
Uji Fisher (Uji-F)) digunakan untuk mengetahui apakah
seluruh variabel bebas (independen) secara bersama - sama
berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent) pada tingkat
signifikan 0.05 (5%). (Nachrowi : 2006 )
Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk
menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan
suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of
Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig< 0,05 atau 5 %).
Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai
signifikasi < 0.05 maka H1 diterima.
b. Uji Parsial (Uji-t)
Uji Parsial digunakan untuk menguji apakah setiap variabel
bebas (independent) secara masing - masing parsial atau individu
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
(dependen) pada tingkat signifikan 0.05 (5%) dengan menganggap
variabel bebas bernilai konstan. (Nachrowi : 2006).
61
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen
tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel
dependen nya atau tidak. Uji t digunakan untuk menentukan
pengujian hipotesis uji t. Apabila harga koefisien t yang digunakan
sebagai ukuran, maka nilai koefisien tersebut harus dibandingkan
dengan nilai t tabel untuk tingkat alpha yang telah ditetapkan
dengan dk yang sesuai. Kriteria yang digunakan yaitu menolak Ho
dan menerima Ha apabila t hitung > t tabel, serta menerima Ho
dan menolak Ha apabila t hitung < t tabel. (Gunawan Sudarmanto :
2005).
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ajija (2011) uji koefisien determinasi koefisien R2
(adjusted R- Squared). Koefisien determinasi ini menunjukan
kemampuan garis regresi yang menerangkan variabel terikat Y
yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X.
Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 - 1. Bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari
Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 1 (R2 = 1), artinya variasi Y
secaraa keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
62
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis
Regresi Linier Berganda atau OLS. Sebelum melakukan estimasi
yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji BLUE.
Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.
63
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Murabahah perbankan
syariah di Indonesia. Menurut (O.P simorangkir : 2004) Murabahah ialah
persetujuan jual-beli barang dengan harga pokok ditambah keuntungan.
Pembayaran dapat dicicil atau tunai. Bank membeli barang yang dibutuhkan
nasabah dengan pembayaran dilaksanakan dikemudian hari. Bank memberi kuasa
kepada nasabah untuk membeli barang atas nama bank. Pada jangka waktu
tertentu, sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah yang membeli
barang tersebut, harga jual di mark up dengan harga pokok atau ditambah
sejumlah keuntungan.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.
Variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1)
Dana yang bersumber dari masyarakat disebut juga sebagai dana pihak ketiga.
Menurut UU nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan (pasal 1) disebutkan bahwa,
simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan,
dan atau yang dipersamakan dengan itu.
b. Surat Berharga Bank Indonesia (SBIS) (X2)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan
Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian moneter berdasarkan
64
prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi bila terjadi
kelebihan likuiditas pada bank syariah. (Arifin : 2009)
c. Finance to Deposit Ratio (FDR) (X3)
Menurut Wibowo (2007) rasio likuiditas bank adalah rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan
permohonan kredit atau pembiayaan dengan cepat. Financing to Deposit Ratio
(FDR) diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang diberikan
dengan dana yang diterima bank. FDR ini menjadi salah satu rasio likuiditas
bank yang berjangka waktu agak panjang. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistika Perbankan
Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2011 – Desember
2015 yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
d. Return On Asset (ROA) (X4)
Menurut Toto Prihadi (2008) Return On Asset (ROA) mengukur tingkat laba
terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut atau dengan
kata lain, ROA adalah indikator suatu unit usaha untuk memperoleh laba atas
sejumlah aset yang dimiliki oleh unit usaha tersebut. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu Statistika
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari Januari 2011 –
Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia didukung secara intensif
oleh tiga lembaga, yaitu BI, Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), dan Dewan Standar Akuntansi Syariah-Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAS-IAI). Bank Indonesia (BI) merupakan regulator
bagi perkembangan seluruh bank umum dan BPR di Indonesia, termasuk BUS
dan BPR syariah. Sebagai regulator, bank Indonesia telah mengupayakan
adanya hukum bagi berkembangnya bank syariah di Indonesia, yaitu dengan
masuknya istilah prinsip syariah dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan.
Kemudian BI mengupayakan berbagai upaya untuk mengatasi berbagai
persoalan yang dihadapi bank syariah serta untuk mengembangkan pangsa
bank syariah. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi persoalan bank
syariah adalah Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Pasar Uang antar –
Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi
Bank Syariah, Kualitas Aset Produktif, Office Chanelling, dan lain sebagainya.
Peran lain BI dalam pengembangan perbankan syariah adalah dalam
menyediakan instrumen keuangan guna membantu bank syariah menyimpan
kelebihan likuiditasnya. Saat ini jenis instrumen yang digunakan oleh BI
66
adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (sebelumnya bernama Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia ).
Selain itu, guna memastikan adanya landasan hukum terhadap fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN sebagai lembaga yang memiliki otoritas dalam
mengeluarkan fatwa, BI berdasarkan UU Nomer 21 Tahun 2008 telah
membentuk Komite Perbankan Syariah yang bertugas menyusun peraturan BI
terkait fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.
Pada tahun 2002, BI menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan
Syariah di Indonesia”. Cetak biru (blue print) dibuat untuk memberikan
arahan yang ingin dicapai serta tahapan-tahapan untuk mewujudkan sasaran
pengembangan jangka panjang. Berikut ini adalah sasaran pengembangan
perbankan syariah sampai tahun 2011 yang digariskan dalam cetak biru antara
lain:
1 Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan.
2 Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan
syariah.
3 Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien.
4 Terciptanya stabilitas sistematis serta terealisasinya kemanfaatan
bagi masyarakat luas.
Pengembangan perbankan syariah yang dituangkan dalam “Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” terbagi atas tiga tahap.
Inisiatif strategis pada tahap pertama dilakukan pada tahun 2002-2004 dengan
fokus kepada pembentukan kerangka dasar sistem pengaturan yang
67
disesuaikan dengan karakteristik opersional perbankan syariah yang sehat.
Tahap kedua pada tahun 2008-2011 merupakan finalisasi implementasi
inisiatif sistem perbankan syariah.
Pada tahap ketiga ini, diharapkan perbankan syariah di Indonesia dapat
memenuhi standar keuangan dan kualitas pelayanan internasional. Pada tahap
ini BI telah menargetkan terwujudnya konsep rating perbankan yang
terintegrasi antara sisi syariah dan keuangan, terwujudnya self regulatory
banking system yang berbasis insentif, terciptanya pemain-pemain berskala
global dan berdaya saing internasional, serta terwujudnya sistem keuangan
syariah yang kafah.
Terkait dengan asas operasional bank syariah, berdasarkan Pasal 2 UU
Nomer 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi,
dan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya terkait dengan tujuan bank syariah,
pada Pasal 3 dinyatakan bahwa Perbankan Syariah bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Kehadiran bank yang berdasarkan Syariah di Indonesia masih relatif baru,
yaitu pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank
Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
tanggal 18-20 Agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai
basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980.
68
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan
MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
akta pendiriannya di tandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini
ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memliki
puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, Makasar dan kota lainnya.
Kini perbankan syariah telah mengalami perkembangan Perbankan
Syariah Bank Indonesia, pertumbuhan bank syariah saat ini menunjukkan
besarnya permintaan masyarakat terhadap jasa perbankan syariah. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan jumlah bank yang signifikan dari jaringan kantor
maupun kinerja keuangan perbankan syariah selama tahun 2011, jumlah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami
peningkatan.
Kondisi perbankan syariah pada tahun mendatang diperkirakan akan terus
membaik. Ini terbukti dengan masih tingginya minat masyarakat terhadap
perbankan syariah. Dalam rangka peningkatan jangkauan melalui kemudahan
untuk membuka kantor pelayanan, diharapkan dapat memberikan pengaruh
pada minat masyarakat. Di sisi lain, internasional peluang memanfaatkan
investasi asing, khususnya dari Timur Tengah ke dalam sistem perekonomian
Indonesia masih terbuka lebar.
Murabahah merupakan salah satu jenis penyaluran dana dari bank syariah
yang menggunakan prinsip jual beli. Saat ini, jenis transaksi murabahah
sangat dominan dijalankan oleh lembaga keuangan syariah. Beberapa alasan
69
transaksi jual beli murabahah mendominasi penyaluran dana bank syariah
antara lain: (Wiroso: 2005).
1 Mudah diimplementasikan
2 Pendapatan bank dapat diprediksi
3 Tidak perlu mengenal nasabah secara mendalam
4 Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan dengan akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut
kepada pembeli (PSAK 102). Ini menunjukkan bahwa transaksi murabahah
tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga
dalam bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil
setelah menerima barang ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus
di kemudian hari (PSAK 102). Jual beli spesifik yang diperuntukkan bagi
skema pembayaran ditangguhkan biasa disebut dengan Bai’ Bithaman’ Ajil
atau disebut dengan BAA.
Murabahah merupakan salah satu dari produk yang dikeluarkan oleh
perbankan syariah di Indonesia. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan
yang dialokasikan oleh perbankan syariah untuk jual-beli. Pembiayaan
murabahah ini biasa digunakan untuk pembiayaan pembelian kendaraan,
pembelian kebutuhan konsumtif, pembelian kebutuhan barang dagangan,
kebutuhan-kebutuhan lainnya termasuk pembiayaan property.
70
Salah satu contohnya adalah ketika nasabah membutuhkan pembiayaan
untuk membeli kendaraan mobil, nasabah bisa mengajukan daftar atau list
pembelian kendaraan mobil yang berisikan spesifikasi kendaraan yang
diinginkan oleh nasabah. Secara konsep, bank syariah akan membelikan mobil
yang diinginkan oleh nasabah tersebut yang kemudian akan di jual kembali
kepada nasabah dengan menambahkan keuntungan atau margin bank.
Sehingga pada saat transaksinya akan ada harga beli (harga pokok pembelian
barang) ditambah margin untuk bank (keuntungan yang diambil oleh bank),
serta ada harga jual (harga pokok kendaraan ditambah margin keuntungan
untuk bank).
Transaksi murabahah kendati memiliki fleksibilitas dalam hal waktu
pembayaran, dalam praktik perbankan di Indonesia adalah merupakan suatu
hal yang tidak umum menggunakan skema pembayaran langsung setelah
barang diterima oleh pembeli (nasabah). Praktik yang banyak digunakan
adalah skema pembayaran dengan mencicil setelah menerima barang. Adapun
praktik dengan pembayaran sekaligus setelah ditangguhkan bebarapa lama,
diterapkan secara selektif kepada nasabah pembiayaan dengan karakteristik
penerimaan pendapatan musiman, seperti nasabah yang memiliki usaha
pemasok barang dengan pembeli yang membayar secara periodik.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil
71
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga
keuangan, maka dana merupakan masalah utama bagi setiap bank. Tanpa
dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain
bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
Dana yang ada akan dialokasikan oleh bank dalam berbagai bentuk
termasuk untuk pembiayaan. Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
oleh bank sering disebut dengan kegiatan funding. Kegiatan funding juga
dilakukan oleh bank syariah, maka pihak bank syariah membuat berbagai
macam bentuk produk yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Adapun
data DPK periode Januari 2011 – Desember 2015:
72
Tabel 4.1
Data Dana Pihak Ketiga (DPK)
(dalam milyar)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 75814 116518 148731 177930 210761
Februari 75085 114616 150795 178154 210297
Maret 79651 119639 156964 180945 212988
April 79567 114018 158519 185508 213973
Mei 82861 115206 163858 190783 215339
Juni 87025 119279 163966 191470 213477
Juli 89786 121018 166453 194299 216063
Agustus 92021 123673 170222 195959 216356
September 97756 127678 171701 197141 219580
Oktober 101804 134453 174018 207121 219478
Nopember 105330 138671 176292 209644 220635
Desember 115415 147512 183534 217858 231175
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai DPK terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Februari sebesar 75085 miliar rupiah dan tertinggi
pada bulan Desember sebesar 115415 miliar rupiah. Pada tahun 2012
DPK terendah pada bulan Juni sebesar 119279 miliar rupiah dan tertinggi
pada Desember sebesar 147512 miliar rupiah. Pada tahun 2013 DPK
terendah pada bulan Januari sebesar 148731 miliar rupiah dan tertinggi
pada bulan Desember sebesar 183534 miliar rupiah. Pada tahun 2014
73
DPK terendah pada bulan Januari sebesar 177930 miliar rupiah dan
tertinggi pada bulan Desember sebesar 217858 miliar rupiah. Sedangkan
selama periode penelitian, DPK terendah terjadi pada bulan Januari yaitu
sebesar 210761 miliar rupiah dan tertinggi pada bulan Desember yaitu
sebesar 231175 miliar rupiah.
2. Deskripsi Variabel Sertifikat Bank Indoensia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang yang
berjangka pendek. Dengan sistem bonus, SBIS merupakan salah satu
mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol
kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan menjual SBIS, maka Bank Indonesia
akan dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Oleh karena itu
nilai SBIS selalu berfluktuasi. Data SBIS yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data bulanan dari laporan statistik perbankan syariah Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) periode Januari 2011-Desember 2015:
74
Tabel 4.2
Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(dalam milyar)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3968 10663 4709 5253 8050
Februari 3659 4243 5103 5331 9040
Maret 5870 6668 5611 5843 8810
April 4042 3825 5343 6234 9130
Mei 3879 3644 5423 6680 8858
Juni 5011 3936 5443 6782 8458
Juli 5214 3036 4640 5880 8163
Agustus 3647 2918 4299 6514 8585
September 5885 3412 4523 6450 7720
Oktober 5656 3321 5213 6680 7192
Nopember 6447 3242 5107 6530 6495
Desember 9244 4993 6699 8130 6280
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, nilai SBIS terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Agustus sebesar 3647 miliar rupiah dan tertinggi pada
bulan Desember sebesar 9244 miliar rupiah. Pada tahun 2012 SBIS
terendah pada bulan Agustus sebesar 2918 miliar rupiah dan tertinggi
pada Januari sebesar 10663 miliar rupiah. Pada tahun 2013 SBIS
terendah pada bulan Agustus sebesar 4299 miliar rupiah dan tertinggi
pada bulan Desember sebesar 6699 miliar rupiah. Pada tahun 2014 SBIS
75
terendah pada bulan Januari sebesar 5253 miliar rupiah dan tertinggi
pada bulan Desember sebesar 8130 miliar rupiah. Sedangkan selama
periode penelitian, SBIS terendah terjadi pada bulan Desember yaitu
sebesar 6280 miliar rupiah dan tertinggi pada bulan April yaitu sebesar
9130 miliar rupiah.
3. Deskripsi Variabel Finance to Deposit Ratio (FDR)
Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan
analisi adalah rasio likuiditas atau lebih spesifiknya Loan to Deposit Ratio
(LDR), dalam bank syariah rasio ini dikenal dengan istilah Financing to
Deposit Ratio (FDR).
Menurut Wibowo (2007) rasio likuiditas adalah rasio untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dan permohonan kredit atau pembiayaan dengan cepat. FDR
diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan
dana yang diterima bank. FDR ini menjadi salah satu rasio likuiditas bank
yang berjangka waktu agak panjang. Kemampuan menjalankan fungsi
intermediasi secara baik, dapat digunakan rasio FDR sebagai indikatornya.
Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut semakin baik dalam
menjalankan fungsi intermediasinya. Adapun data FDR yang digunakan
oleh peneliti periode Januari 2011-Desember 2015:
76
Tabel 4.3
Data Finance to Deposit Ratio (FDR)
(dalam persentase)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,6
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94
Maret 93,22 87,13 102,62 102,22 94,24
April 95,17 95,39 103,08 95,5 94,18
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69
Juni 94,93 98,59 104,43 100,8 96,52
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 90,13
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 90,72
September 94,97 102,1 103,27 99,71 90,82
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 90,67
Nopember 94,4 101,19 102,58 94,62 90,26
Desember 88,94 100 100,32 91,5 88,03
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai FDR terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Desember sebesar 88,94% dan tertinggi pada bulan
Agustus sebesar 98,39%. Pada tahun 2012 FDR terendah pada bulan
Maret sebesar 87,13% dan tertinggi pada September sebesar 102,10%.
Pada tahun 2013 FDR terendah pada bulan Desember sebesar 100,32%
dan tertinggi pada bulan Juli sebesar 104,83%. Pada tahun 2014 FDR
terendah pada bulan Desember sebesar 91,5% dan tertinggi pada bulan
77
Maret sebesar 102,22%. Sedangkan selama periode penelitian, FDR
terendah terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 88,03% dan tertinggi
pada bulan Juni yaitu sebesar 96,52%.
4. Deskripsi Variabel Return On Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan
seberapa perkiraan laba bersih yang dapat diperoleh dengan total aset yang
ada. Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap
jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk
menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki.
Apabila rasio ini tinggi berarti menunjukkan adanya efisiensi yang
dilakukan oleh pihak manajemen (Oktaviana : 2012).
Menurut Kasmir (2008), rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk memperoleh laba. Selain itu,
rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi
yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh dana
(aktiva yang dimiliki). Rasio ini menunjukkan beberapa besar laba bersih
yang diperoleh perusahaan bila diukur dengan nilai aktiva.
Adapun data ROA yang digunakan oleh peneliti periode Januari
2011-Desember 2015:
78
Tabel 4.4
Data Return On Asset (ROA)
(dalam persentase)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 2,26 1,36 2,52 0,08 1,15
Februari 1,81 1,79 2,29 0,13 1,07
Maret 1,97 1,83 2,39 1,16 1,13
April 1,9 1,79 2,29 1,09 1,08
Mei 1,84 1,99 2,07 1,13 1,09
Juni 1,84 2,05 2,1 1,12 0,89
Juli 1,86 2,05 2,02 1,05 0,5
Agustus 1,81 2,04 2,01 0,93 0,46
September 1,8 2,07 2,04 0,97 0,49
Oktober 1,75 2,11 1,94 0,92 0,51
Nopember 1,78 2,09 1,96 0,87 0,52
Desember 1,79 2,14 2 0,84 0,49
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, nilai ROA terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Oktober sebesar 1,75% dan tertinggi pada bulan
Januari sebesar 2,26%. Pada tahun 2012 ROA terendah pada bulan
Januari sebesar 1,36% dan tertinggi pada Desember sebesar 2,14%. Pada
tahun 2013 ROA terendah pada bulan Oktober sebesar 1,94% dan
tertinggi pada bulan Januari sebesar 2,52%. Pada tahun 2014 ROA
terendah pada bulan Januari sebesar 0,08% dan tertinggi pada bulan
79
Maret sebesar 1,16%. Sedangkan selama periode penelitian, ROA
terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 0,46% dan tertinggi
pada bulan Januari yaitu sebesar 1,15%.
5. Deskripsi Variabel Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan jenis penyaluran dana pada
bank syariah yang menggunakan prinsip jual beli. Pada saat ini, jenis
transaksi dengan pembiayaan murabahah sangat dominan dijalankan oleh
lembaga keuangan syariah (Wiroso : 20005).
Pembiayaan murabahah adalah sebuah perjanjian jual beli antara
bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yng diperlukan
oleh nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut sebesar harga
perolehan barang ditambah dengan margin atau keutungan yang disepakati
antara kedua belah pihak (bank syariah dan nasabah).
Pembiayaan murabahah merupakan bagian yang terpenting dari
jual beli karena prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari
produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli
sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia yang Insya
Allah diridhoi oleh Allah SWT. Data Pembiayaan Murabahah yang
digunakan oleh peneliti periode Januari 2011-Desember 2015:
80
Tabel 4.5
Data Pembiayaan Murabahah (PM)
(dalam milyar)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 37855 56473 89665 109803 115979
Februari 38983 58326 92792 110047 116268
Maret 40877 59165 97415 111727 117358
April 42453 61895 98368 112288 117210
Mei 44118 64544 100184 112820 117777
Juni 46161 67752 102588 114322 118612
Juli 47453 70730 104718 114128 117948
Agustus 49455 73826 105061 114002 118317
September 49883 77153 106779 114891 119396
Oktober 52148 80953 107484 115088 119456
Nopember 53993 83826 108128 115602 120333
Desember 56365 88004 110565 117371 122111
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, nilai PM terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Januari sebesar 37855 miliar rupiah dan tertinggi pada
bulan Desember sebesar 56365 miliar rupiah. Pada tahun 2012 PM
terendah pada bulan Januari sebesar 56473 miliar rupiah dan tertinggi
pada Desember sebesar 88004 miliar rupiah. Pada tahun 2013 PM
terendah pada bulan Januari sebesar 89665 miliar rupiah dan tertinggi
81
pada bulan Desember sebesar 110565 miliar rupiah. Pada tahun 2014 PM
terendah pada bulan Januari sebesar 109803 miliar rupiah dan tertinggi
pada bulan Desember sebesar 117371 miliar rupiah. Sedangkan selama
periode penelitian, PM terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar
115979 miliar rupiah dan tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar
122111 miliar rupiah.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan ke dalam bentuk Ln (Logaritna Natural). Menurut
Algifari (2013). Untuk menstandarkan data yang dikarenakan memiliki
satuan yang berbeda agar menjadi sama, maka model kemudian di
transformasikan ke dalam bentuk persamaan logaritma natural (Ln). Pada
prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model tidak
linear menjadi model linear, dengan cara membuat model dalam bentuk
logaritma.
Variabel dependen yang digunakan yaitu Pembiayaan Murabahah
dalam bentuk miliar rupiah. Variabel independen yang digunakan yaitu:
Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk miliar rupiah, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dalam bentuk miliar rupiah, Finance to Deposit
Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA) dalam bentuk persentase.
Seluruh data tersebut dapat ditransformasikan sehingga parameternya
82
berbentuk linier.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Data berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagaian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
Sumber: data diolah
Gambar 4.1
Grafik Histogram
83
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Sumber: data diolah
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot
Berdasarkan Ganbar 4.2 di atas, terlihat bahwa penyebaran data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model
regresi memnuhi asumsi normalitas.
84
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Basarkan Tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar
0,771 > 0,05 (Sig. > α ). Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi
dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas beryujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas atau tidak.
Tabel 4.6
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
0E-7
.02012235
.086
.086
-.084
.664
.771
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
85
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat dari Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance >
0,10 atau sama dengan VIP < 10, maka model dinyatakan tidak
terdapat gejala multikolinieritas. Dari uji multikolinieritas yang
dilakukan oleh penulis menunjukan bahwa tidak terjadi korelasi antara
variabel.
Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ln_DPK .388 2.581
Ln_SBIS .385 2.598
Ln_FDR .512 1.953
Ln_ROA .631 1.585
a. Dependent Variable: Ln_PM
Berdasarkan hasil Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa nilai
Tolerance menunjukkan seluruh variabel independen memiliki nilai
Tolerance lebih dari 0,10 dan begitu juga hasil dari perhitungan nilai
86
Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan hal yang sama, yaitu
seluruh variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas pada variabel independen.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu ada varian pada model regresi yang tidak
sama (konstan). Sebaliknya jika varian variabel pada model regresi
memiliki nilai yang sama (konstan), maka disebut dengan
homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang
homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:
1) Analisis Grafik dengan Scatterplot
Sumber: data diolah
Gambar 4.3
Scatterplot
87
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.3 di atas,
terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Regression Studentized Residua. Oleh karena itu
berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis
grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (times-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab
munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam
analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data
observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang,
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris
yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi:
88
Tabel 4.8
Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .999a .997 .997 .02084 1.035
a. Predictors: (Constant), Ln_ROA, Ln_FDR, Ln_DPK, Ln_SBIS b. Dependent Variable: Ln_PM
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 1,035.
Oleh karena itu, nilai DW = 1.035 ini berada diantara -2 sampai
dengan +2 dan dapat dikatakan bahwa sudah tidak ada lagi gejala
autokorelasi pada persamaan model penelitian.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Statistik t (Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah secara parsial variabel DPK,
SBIS, FDR dan ROA memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak
terhadap pembiayaan murabahah. Untuk mengetahuinya maka
dilakukan uji t yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan t
tabel dan nilai signifikansi level.
89
Tabel 4.9
Uji Statistik t (Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -6.488 .356 -18.223 .000
Ln_DPK 1.104 .013 .991 84.322 .000 .388 2.581
Ln_SBIS -.049 .014 -.042 -3.540 .001 .385 2.598
Ln_FDR 1.117 .076 .150 14.673 .000 .512 1.953
Ln_ROA -,004 ,005 -,008 -,848 .400 .631 1.585
a. Dependent Variable: Ln_PM
1) Uji terhadap variabel Dana Pihak Ketiga (DPK):
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada
DPK adalah 84,322 sementara nilai t table 1,673 dan nilai sig.
Adalah 0,000. Jadi kesimpulannya adalah karena t hitung > t tabel
(84,322 > 1,673), maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel DPK secara parsial berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah.
2) Uji terhadap variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS):
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada
SBIS adalah 3,540 sementara nilai t table 1,673 dan nilai sig.
Adalah 0,001. Jadi kesimpulannya adalah karena t hitung < t table
(3,540 > 1,673), maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel SBIS secara parsial berpengaruh terhadap
90
pembiayaan murabahah.
3) Uji terhadap variabel Finance to Deposit Ratio (FDR):
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada
FDR adalah 14,673 sementara nilai t table 1,673 dan nilai sig.
Adalah 0,000. Jadi kesimpulannya adalah karena t hitung > t table
(14,673 > 1,673), maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel FDR secara parsial berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah.
4) Uji terhadap variabel Return On Asset (ROA):
Berdasarkan hasil output SPSS di atas nilai t hitung pada
ROA adalah – 0,848 sementara nilai t table 1,673 dan nilai sig.
Adalah 0,400. Jadi kesimpulannya adalah karena t hitung < t table
(– 0,848 < 1,673), maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel ROA secara parsial tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah.
b. Uji Statistik F (Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji hipotesis II yaitu apakah secara
simultan variabel DPK, SBIS, FDR dan ROA memberikan pengaruh
yang signifikan atau tidak terhadap pembiayaan murabahah. Adapun
pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang
disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat
nilai signifikansi (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikansi > 0,05
maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1
91
diterima. Berikut adalah hasil uji F:
Tabel 4.10
Uji Statistik F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 8.086 4 2.021 46,539 .000b
Residual .024 55 .000
Total 8.110 59
a. Dependent Variable: Ln_PM
b. Predictors: (Constant), Ln_ROA, Ln_FDR, Ln_DPK, Ln_SBIS
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, nilai Fhitung sebesar 46,539 dengan
nilai tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih
kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan nilai Fhitung >
Ftabel (46,539 > 2,54) dengan nilai F tabel df : α, (k-1), (n-k) atau 0,05,
(5-1), (60-5) = 2,54 dan nilai signifikansi lebih kecil dar i 0 ,05
(0,000 < 0,05) maka Ho ditolak atau Ha diterima, sehingga hipotesis
yang menyatakan tidak ada pengaruh antara DPK, SBIS, FDR dan
ROA (secara bersama-sama) terhadap pembiayaan murabahah ditolak.
Dengan demikian terbukti bahwa terdapat pengaruh antara DPK,
SBIS, FDR dan ROA (secara simultan) terhadap pembiayaan
murabahah.
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi atau R Square (R2
) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin
92
tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model
regresi dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah
pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2
meskipun
variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang
telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model. Berikut adalah hasil uji
Adjusted R Square :
Tabel 4.11
Uji Adjusted R Square (R2
adj)
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .999a .997 .997 .02084 1.035
a. Predictors: (Constant), Ln_ROA, Ln_FDR, Ln_DPK, Ln_SBIS b. Dependent Variable: Ln_PM
93
Berdasarkan hasil tabel 4.11 di atas, R menunjukkan nilai
korelasi atau hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikatmya. Nilai R sebesar 0,999 atau 99,9% menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara X1 (DPK), X2 (SBIS), X3 (FDR)
dan X4 (ROA) secara bersama-sama terhadap variabel Y
(Pembiayaan Murabahah).
Nilai R Square menunjukkan besarnya pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. R Square sebesar 0,997
atau 99,7% menyatakan terdapat pengaruh sebesar 99,7% antara X1
(DPK), X2 (SBIS), X3 (FDR) dan X4 (ROA) secara bersama-sama
terhadap variabel Y (Pembiayaan Murabahah). Sementara sisanya
0,03% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,997 atau sebesar
99,7%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Finance to
Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA) adalah 99,7%.
Sedangkan sisanya sebesar 0,03% (100% - 99,7%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam
penelitian ini misalnya Return On Equity (ROE), Non Performing
Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Adapaun
angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,999 yang
menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel
94
terikat adalah kuat karena memiliki nilai yang lebih dari 0,5 (R >
0,5) atau 0,999 > 0,5.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20.0 untuk mengetahui
besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset
(ROA). Hasil pengolahan data dengan SPSS 20.0 dapat dilihat pada tabel
4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -6.488 .356 -18.223 .000
Ln_DPK 1.104 .013 .991 84.322 .000 .388 2.581
Ln_SBIS -.049 .014 -.042 -3.540 .001 .385 2.598
Ln_FDR 1.117 .076 .150 14.673 .000 .512 1.953
Ln_ROA -,004 ,005 -,008 -,848 .400 .631 1.585
a. Dependent Variable: Ln_PM
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
LnY = -6,488 +1,104 LnX1 – 0,049 LnX2 +1,117 LnX3–0,004LnX4
Keterangan :
95
LnY = Logaritma natural Pembiayaan Murabahah
LnX1 = Logaritma natural Dana Pihak Ketiga (DPK)
LnX2 = Logaritma natural Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
LnX3 = Logaritma natural Finance to Deposit Ratio (FDR)
LnX4 = Logaritma natural Return On Asset (ROA)
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi
di atas adalah sebagai berikut:
1) Apabila X1, X2, X3 dan X4 bernilai 0, maka nilai Y adalah -6,448 %.
Maksudnya adalah jika Pembiayaan Murabahah tidak melakukan
kegiatan operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode Januari
2011 sanpai dengan Desember 2015 jumlah Pembiayaan Murabahah
sebesar -6,448 %.
2) X1 = 1,104 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X1 akan
menyebabkan kenaikan Y sebesar 1,104% dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
3) X2 = -0,049 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X2 akan
menyebabkan menurunnya Y sebesar -0,049% dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
4) X3 = 1,117 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X3 akan
menyebabkan kenaikan Y sebesar 1,117% dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
96
5) X4 = -0,004 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X4 akan
menyebabkan menurunnya Y sebesar -0,004% dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan
Murabahah
` Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel DPK mempunyai
nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha atau menolak
Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DPK secara parsial
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Pertumbuhan bank sangat dipengaruhi oleh kemampuan suatu bank
untuk menghimpun dana masyarakat. Baik berskala kecil maupun
sebaliknya dengan masa pengendapan yang memadai. Secara operasional
perbankan, dana pihak ketiga merupakan sumber likuiditas untuk
penyaluran pembiayaan pada Bank Umum Syariah. Semakin besar sumber
dana yang ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan semakin
besar pula, sehingga dana pihak ketiga yang dimiliki bank akan meningkat.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Endang Wijaya (2011) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh
signifikan positif terhadap pembiayaan murabahah. Hasil penelitian
Khusnul Khotimah (2014) juga menunjukkan bahwa DPK berpengaruh
97
signifikan positif terhadap pembiayaan murabahah.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa
setiap bertambahnya Dana Pihak Ketiga yang dihimpun, akan
menyebabkan meningkatnya pembiayaan terutama pada pembiayaan
murabahah. Hal ini sesuai dengan laporan keuangan bank syariah yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia, bahwa sejak tahun 2011 sampa tahun
2015 DPK yang meningkat akan diikuti dengan peningkatan pembiayaan
murabahah. Hal ini dikarenakan pembiayaan murabahah yang tersalurkan
mengikuti jumlah DPK yang dihimpun atau diterima oleh bank.
Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Andreany
(2011) bahwa untuk dapat menyalurkan dana secara optimal, bank harus
memiliki kemampuan dalam menghimpun dana pihak ketiga karena dana
pihak ketiga merupakan sumber utama pembiayaan bank syariah. Apabila
semakin banyak perbankan syariah menghimpun dana pihak ketiga maka
dana pihak ketiga yang telah berhasil dihimpun tersebut akan disalurkan
ke pembiayaan. Salah satunya disalurkan ke pembiayaan murabahah
karena pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang mudah untuk
diimplementasikan. Temuan ini mendukung hasil penelitian oleh Pratami
(2011) juga menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Semakin besar dana pihak
ketiga, maka semakin besar pembiayaan yang tersalurkan khususnya pada
pembiayaan murabahah.
98
2. Pengaruh Sertifikat Bak Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel SBIS mempunyai
nilai signifikansi 0,001 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha atau menolak
Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh
Ahmadifham (2010) bahwa SBIS bertujuan sebagai tempat kelebihan
likuiditas dari bank-bank syariah. Namun apabila semakin banyak
perbankan syariah membeli SBIS, maka pembiayaan murabahah akan
menurun karena dana yang seharusnya disalurkan ke pembiayaan
murabahah digunakan untuk membeli SBIS. Temuan ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Candra Dedy Hermawan (2013) bahwa
SBIS berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah. Apabila
SBIS naik 1% maka pembiayaan akan mengalami penurunan 0,02%.
Prospek jumlah SBIS dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif sesuai
dengan kondisi perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa
setiap SBIS berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah
karena dilihat dari sisi moneter, menurunnya SBIS kurang menguntungkan
bagi perekonomian, namun dari sisi lain hal ini justru menguntungkan
bank syariah karena diharapkan dana yang tidak disimpan dalam SBIS
akan digunakan untuk memberikan pembiayaan terutama pembiayaan
99
murabahah dan menggerakkan sektor riil.
Kesimpulan yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian Nurjaya
(2011) dan Yarni (2014) yang menyatakan bahwa SBIS berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan murabahah.
3. Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan
Murabahah
Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel FDR mempunyai
nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha atau menolak
Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel FDR secara parsial
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. FDR merupakan
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang
diterima bank. FDR ini menjadi salah satu rasio likuiditas bank yang
berjangka waktu agak penjang. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Eris Munandar (2009) bahwa FDR
berpengaruh signifikan dan positif terhadap pembiayaan murabahah.
Semakin tinggi FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga
semakin meningkat. Karena apabila FDR meningkat dengan mendekati
angka 110%, maka fungsi intermediasi bank syariah tersebut semakin baik.
Hampir seluruh dana pihak ketiga bank syariah tersebut dikelola dan
disalurkan menjadi pembiayaan dan terserap pada sektor riil.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa
setiap bertambahnya FDR akan mempengaruhi besarnya pembiayaan yang
diberikan, karena FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang
100
diberikan dengan dana yang diterima oleh bank. Sehingga semakin
tingginya FDR maka akan meningkatnya pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariah.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Prastanto (2013) bahwa hasil
penelitiannya menunjukkan FDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan murabahah.
4. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel ROA mempunyai
nilai signifikansi 0,400 > 0,05. Hal ini berarti menerima Ho atau menolak
Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, ROA pada bank syariah
menunjukkan penurunan dimulai pada tahun 2011, ROA berkisar 1,79%
menurun derastis menjadi 0,89% di tahun 2015. ROA sendiri digunakan
untuk melihat tingkat efesiensi operasi bank secara keseluruhan karena
rasio ini membandingkan antara laba dengan nilai aset.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa
ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah. Justifikasinya,
karena bank cenderung lebih menggunakan dana yang bersumber dari
masyarakat untuk memberikan pembiayaan kepada nasabah daripada
menggunakan Return on Asset (ROA).
Sehingga hasil penelitian ini dapat mendukung hasil penelitian
pada Jurnal oleh Firmansyah dan Nasrulloh (2013) yang menyimpulkan
101
bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan murabahah.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan data yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel independen Dana Pihak
Ketiga (DPK) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000, Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dengan tingkat signifikan sebesar 0,001,
Finance to Deposit Ratio (FDR) dengan tingkat signifikan sebesar
0,000 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia. Hasil uji regresi
ditemukan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dengan tingkat
signifikan sebesar 0,400 secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di
Indonesia.
2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa variabel independen Dana
Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Finance to Deposit Ratio (FDR) dan Return On Asset (ROA) secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan terhadap Pembiayaan
Murabahah adalah Dana Pihak Ketiga (DPK).
103
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan,
maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin
bermanfaat diantaranya:
1. Bagi Nasabah
Penelitian ini dapat digunakan oleh nasabah sebagai acuan dalam
melakukan pembiayaan pada Perbankan Syariah agar memperhatikan
terlebih dahulu tingkat DPK, SBIS dan FDR nya sebelum melakukan
pembiayaan dengan berbasis jual beli atau pembiayaan murabahah,
karena DPK, SBIS dan FDR berpengaruh terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Perbankan Syariah.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan
refrensi mengenai bank syariah bagi peneliti maupun bagi penulis
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu
DPK, SBIS, FDR dan ROA terhadap pembiayaan murabahah pada
perbankan syariah. Selain itu juga dapat dijadikan bahan refrensi
tambahan bagi kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya
sebaiknya memperbanyak jumlah variabel seperti: NPF, ROE, BOPO,
CAR dan lainnya. Periode penelitian dapat diperbaharui atau lebih
lama agar hasil yang didapat lebih dapat menjelaskan berbagai
fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
104
3. Bagi Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Finance to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Pembiayaan Murabahah,
oleh karena itu pihak Bank Syariah disarankan untuk memperhatikan
faktor tersebut dengan cara meningkatkan modal yang memadai untuk
menunjang kegiatan operasionalnya dan cadangan untuk menyerap
kerugian yang mungkin terjadi, sehingga kinerja keuangan dapat
dicapai dengan maksimal.
105
Daftar Pustaka
Amin, Ma’ruf K.H. “ Prospek Cerah Perbankan Syariah Cetakan 1”, Lekas, Jakarta Selatan, 2007.
Anastasya, Sri, dkk. “The Influence of Third-Party Funds, Car, Npf, and Roa Against The Financing of AGeneral Sharia-Based Bank in Indonesia”. The 2013 IBEA, International Conference on Business, Economics and Accounting, Bangkok – Thailand, 2013.
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktek Cetakan 1“. Gema Insani, Jakarta, 2001,
Antonio, Muhammad Syafi’i.“Bank Syariah Cetakan 2”. Ekonosia, Yogyakarta, 2006.
Arifin, Zainul. “ Dasar - dasar Manajemen Perbankan Syariah”. Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006.
Asy’ari, M. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah”. Tesis Magister Sains, Jakarta, 2004.
Departemen Agama RI. Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 2005.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 6”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2012. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2013. Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta,
Jakarta, 2010.
Hasan, A. “Bulughul Maraam”. Bangil : CV. Pustaka Tamaam, 1991.
Kasmir. “Pemasaran Bank”, Kencana, Desember 2008.
Luthfi Qolby, Muhammad. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2007 – 2013”. Jurnal. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. 2012.
Ma’arifa, Salma Fathiya. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, BI Rate dan Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia periode 2006-2014”. Jurnal Sains Ekonomi dan Perbankan Syariah. Vol. 5 No. 1. Fakultas Ekonomi. Universitas Politeknik Negeri Semarang.
Mahmoeddin, As Haji. ”Melacak Kredit Bermasalah”. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004.
106
Makiyan, Seyed-Nezamaddin. “The Role of Rerurn on Loans in Islamic Banking System of Iran”. International Journal of Islamic Financing Service, Vol. 3 No. 3, 2001.
Maryanah. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil Di Bank Syariah Mandiri”. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol 4. No. 1. 2008.
Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2004
Muhammad. “Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari ah (Panduan Teknis Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syari ah), Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah”. Jakarta, 2008.
Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006.
Nurapriyani, Dwi. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mandiri Tahun 2004-2007”. Jurnal. Fakultas Ekonomi. Universitas Negri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009.
Octavina, Kristia dan Emile Satia Darma. “Pengaruh Kas, Bonus SWBI, Marjin Keuntungan dan DPK terhadap Pembiayaan Murabahah”. Jurnal Akuntansi & Investasi, Vol. 13 No. 1. Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2012.
Oramahi, H. A. “Analisis Data dengan SPSS & SAS”. Aradana Media,
Yogyakarta, 2007.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Jakarta, Intermedia, 1995.
Simorangkir, O.P. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank”, Cetakan kedua, Galia Indonesia, Bogor Selatan 2004.
Sudarmanto, R. Gunawan. “ Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS ”.Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005.
Syeed, Abdullah. “Menyoal Bank Syari ah; Kritik Atas Interprestasi Bunga Kaum Neorevivalitas”. Jakarta: Paramadina, 2004.
Tambunan, Tulus T.H. “Perekonomian Indonesia kajian teoritis dan analisis Empiris“. Ghalia Indonesia, Bogor, 2013.
Usman, Rachmadi. “Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia Cetakan 1”. Sinar Grafika, Jakarta 2012.
107
Wardiantika, Lifstin dan Rohmawati Kusumaningtias. “Pengaruh DPK, CAR, NPF, SWBI terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank Umum Syariah tahun 2008 - 2014” Vol.2 , No.4 , Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2 No. 4. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Surabaya. Oktober 2014.
Wibowo, M. Ghafur. “Pengaruh Rasio Keuangan Bank Terhadap Pembiayaan Bank Syariah”. Yogyakarta, 2007.
Wiroso. “Jual Beli Murabahah” . UII Pres, Yogyakarta, 2005.
Yanis, Ahmad Samhan. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 4 No. 8. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Yaya, R, dkk. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Salemba Empat, Jakarta, 2014.
www.bi.go.id
www.OJK.go.id
108
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Dana Pihak Ketiga (dalam milyar rupiah)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 75814 116518 148731 177930 210761
Februari 75085 114616 150795 178154 210297
Maret 79651 119639 156964 180945 212988
April 79567 114018 158519 185508 213973
Mei 82861 115206 163858 190783 215339
Juni 87025 119279 163966 191470 213477
Juli 89786 121018 166453 194299 216063
Agustus 92021 123673 170222 195959 216356
September 97756 127678 171701 197141 219580
Oktober 101804 134453 174018 207121 219478
Nopember 105330 138671 176292 209644 220635
Desember 115415 147512 183534 217858 231175
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (dalam milyar rupiah)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3968 10663 4709 5253 8050
Februari 3659 4243 5103 5331 9040
Maret 5870 6668 5611 5843 8810
April 4042 3825 5343 6234 9130
Mei 3879 3644 5423 6680 8858
Juni 5011 3936 5443 6782 8458
109
Juli 5214 3036 4640 5880 8163
Agustus 3647 2918 4299 6514 8585
September 5885 3412 4523 6450 7720
Oktober 5656 3321 5213 6680 7192
Nopember 6447 3242 5107 6530 6495
Desember 9244 4993 6699 8130 6280
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
c. Finance to Deposit Ratio (dalam presentase)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,6
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94
Maret 93,22 87,13 102,62 102,22 94,24
April 95,17 95,39 103,08 95,5 94,18
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69
Juni 94,93 98,59 104,43 100,8 96,52
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 90,13
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 90,72
September 94,97 102,1 103,27 99,71 90,82
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 90,67
Nopember 94,4 101,19 102,58 94,62 90,26
Desember 88,94 100 100,32 91,5 88,03
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
d. Return On Assets (dalam persentase)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 2,26 1,36 2,52 0,08 1,15
110
Februari 1,81 1,79 2,29 0,13 1,07
Maret 1,97 1,83 2,39 1,16 1,13
April 1,9 1,79 2,29 1,09 1,08
Mei 1,84 1,99 2,07 1,13 1,09
Juni 1,84 2,05 2,1 1,12 0,89
Juli 1,86 2,05 2,02 1,05 0,5
Agustus 1,81 2,04 2,01 0,93 0,46
September 1,8 2,07 2,04 0,97 0,49
Oktober 1,75 2,11 1,94 0,92 0,51
Nopember 1,78 2,09 1,96 0,87 0,52
Desember 1,79 2,14 2 0,84 0,49
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
2. Variabel Dependen
Pembiayaan Murabahah (dalam milyar rupiah)
Bulan Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 37855 56473 89665 109803 115979
Februari 38983 58326 92792 110047 116268
Maret 40877 59165 97415 111727 117358
April 42453 61895 98368 112288 117210
Mei 44118 64544 100184 112820 117777
Juni 46161 67752 102588 114322 118612
Juli 47453 70730 104718 114128 117948
Agustus 49455 73826 105061 114002 118317
September 49883 77153 106779 114891 119396
Oktober 52148 80953 107484 115088 119456
Nopember 53993 83826 108128 115602 120333
111
Desember 56365 88004 110565 117371 122111
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, data diolah
Lampiran 2: Tabel Model Summary, Anova dan Coefficients
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .999a .997 .997 .02084 1.035
a. Predictors: (Constant), Ln_ROA, Ln_FDR, Ln_DPK, Ln_SBIS b. Dependent Variable: Ln_PM
ANOVAa
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1
Regression 8.086 4 2.021 46,539 .000b
Residual .024 55 .000
Total 8.110 59
a. Dependent Variable: Ln_PM b. Predictors: (Constant), Ln_ROA, Ln_FDR, Ln_DPK, Ln_SBIS
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -6.488 .356 -18.223 .000
Ln_DPK 1.104 .013 .991 84.322 .000
Ln_SBIS -.049 .014 -.042 -3.540 .001
Ln_FDR 1.117 .076 .150 14.673 .000
Ln_ROA -,004 ,005 -,008 -,848 .400
a. Dependent Variable: Ln_PM
112
Lampiran 3: Uji Normalitas
113
Lampiran 4: Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Ln_DPK .388 2.581
Ln_SBIS .385 2.598
Ln_FDR .512 1.953
Ln_ROA .631 1.585
a. Dependent Variable: Ln_PM
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
0E-7
.02012235
.086
.086
-.084
.664
.771
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data
114
Lampiran 5: Uji Autokorelasi
1. Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .999a .997 .997 .02084 1.035
a. Predictors: (Constant), Ln_ROA, Ln_FDR, Ln_DPK, Ln_SBIS b. Dependent Variable: Ln_PM
Lampiran 6: Uji Heterokedastisitas