pengaruh daily stock price limits terhadap risiko investasi pada perusahaan yang...
TRANSCRIPT
PENGARUH DAILY STOCK PRICE LIMITS TERHADAP RISIKO
INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PERIODE 2017
(Skripsi)
Oleh
DIAN MELIANA WATI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
THE EFFECT OF DAILY STOCK PRICE LIMITS ON INVESTMENT
RISK IN COMPANIES THAT DO INITIAL PUBLIC
OFFERING (IPO) PERIOD 2017
BY
DIAN MELIANA WATI
The study aims to investigate the effect of daily price limits on stock return
volatility, trading volume, balance stock prices, and its fair value. This study uses
quantitative approach and purposive sampling technique to take sample. The
sample consist of 17 companies whose stock prices touch price limits (auto-
rejection) on the first trading day from 37 companies that do Initial Public
Offering (IPO) in Indonesian Stock Exchange (BEI) period 2017. To analyze the
data researcher uses descriptive analysis then applied ARCH and GARCH
models. The type of data which is used in this research was secondary data for 30
trading days after the stock price hits the limits. Based on analysis result, it show
that daily stock price limits have a significant effect on stock return volatility,
balance stock price and fair value. However, daily stock price limits is not
significant on trading volume.
Keywords: Daily Stock Price Limits, Stock return Volatility, Balance Stock
Price, Trading Volume, Fair value
ABSTRAK
PENGARUH DAILY STOCK PRICE LIMITS TERHADAP RISIKO
INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PERIODE 2017
Oleh
DIAN MELIANA WATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batas harga saham harian
terhadap volatilitas return saham, volume perdagangan, harga keseimbangan dan
nilai wajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan
teknik purposive sampling untuk mendapatkan sampel. Sampel terdiri dari 17
perusahaan yang harga sahamnya menyentuh batas price limits (auto-rejection) di
hari pertama perdagangan dari 37 perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017. Untuk menganalisis data
digunakan analisis statistik deskriptif dan menerapkan model ARCH dan
GARCH. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
selama 30 hari perdagangan setelah harga saham menyentuh batas price limits.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa batas harga saham harian
berpengaruh signifikan terhadap volatilitas return saham, harga keseimbangan dan
nila wajar secara parsial. Namun, batas harga saham harian berpengaruh tidak
signifikan terhadap volume perdagangan.
Kata Kunci: Daily Stock Price Limits, Volatilitas Return Saham, Volume
Perdagangan, Harga Kesimbangan, Nilai Wajar
PENGARUH DAILY STOCK PRICE LIMITS TERHADAP RISIKO
INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) PERIODE 2017
Oleh
DIAN MELIANA WATI
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan ilmu administrasi bisnis
Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dian Meliana Wati, lahir di Banjarrejo 18
Mei 1997. Penulis merupakan putri pertama dari pasangan
Bapak Yatimin dan Ibu Marsini. Penulis memiliki satu orang
saudara laki-laki yang bernama Muhammad Ikhwan Al-Fathi.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan pertama di Taman
Kanak-Kanak (TK) ABA Bustanul Alfa Banjarrejo pada tahun 2003, Sekolah Dasar
(SD) Negeri 2 Banjarrejo pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Metro dan lulus pada tahun 2012, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Metro pada tahun 2015.
Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis,
FISIP, Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN tertulis. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif tergabung pada organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Ilmu Administrasi Bisnis, dan menjabat sebagai Bendahara Umum untuk satu
periode kepengurusan. Pada Januari 2018, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Sindang Marga, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus.
MOTTO
“Perhaps you hate a thing and it is good for you; and you love a thing
and it is bad for you. And Allah Knows, while you know not”
(Al-Baqoroh: 216)
“Kesuksesan tak pernah dimiliki. Ia disewakan dan itu dibayar setiap
hari”
(Rory Vaden)
“Hasil yang kau peroleh tidak akan menghianati usaha yang sudah
dilakukan”
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil‘alamin…
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada kedua malaikat hidupku,
bapak dan mamak tersayang yang tiada henti memberi dukungan,
nasehat dan kasih sayang
Dan kepada adikku serta keluarga tercinta yang senantiasa memberi
semangat saat mulai lelah melangkah
Serta kepada Almamater Tercinta
SANWACANA
Puji dan syukur kehadrirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “
Pengaruh Daily Stock Price Limits terhadap Risiko Investasi pada
Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) Periode 2017”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di
Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi
ini mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendaan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT karena berkat limpahan rahmat, karunia serta nikmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Untuk yang teristimewa kedua orang tuaku Yatimin dan Marsini, terimakasih
atas kasih sayang yang selalu kalian berikan, pengorbanan yang telah kalian
berikan untuk bisa menyekolahkan ku sampai pada titik ini. Terimakasih atas
pelajaran hidup dan doa yang selalu kalian panjatkan untuk kesuksesanku,
aku baru mampu membalas kebaikan kalian dengan doa semoga diberikan
umur yang panjang oleh Allah SWT sampai nanti kalian bisa melihat dan
bangga atas kesuksesan yang diraih oleh anakmu.
3. Untuk satu-satunya saudara kandungku Muhammad Ikhwan Al-Fathi,
terimakasih untuk dukungan dan semangatnya, semoga kita berdua sukses
dan bisa membahagiakan kedua orang tua.
4. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja
Sama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si., selaku Wakil Dekan Umum dan
Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Bapak Drs. Dadang Karya Bakti, M.M., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
8. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan selaku
Dosen Pembimbing Akademik, terimakasih atas masukan dan motivasi yang
sudah diberikan kepada penulis.
9. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
10. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah bersedia meluangkan waktunya, membimbing penulis dengan sabar,
banyak memberikan masukan, arahan dan motivasi dalam proses
penyelesaian skripsis ini oleh penulis.
11. Bapak Supriyanto, S.A.B., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
telah bersedia meluangkan waktunya, membimbing penulis dengan sabar,
banyak memberikan masukan, arahan dan motivasi dalam proses
penyelesaian skripsis ini oleh penulis.
12. Ibu Damayanti, S.A.N., M.A.B., selaku Dosen Penguji Utama yang telah
bersedia meluangkan waktunya, banyak memberikan masukan, arahan dan
motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini oleh penulis.
13. Seluruh Dosen dan staf jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang selama ini
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan yang berharga bagi
penulis.
14. Untuk seluruh keluarga besar Paktuo Alm Kamijan dan Mbah Ponijan,
terimakasih selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis untuk
menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
15. Untuk partner terbaik Bintang Lakitang Lubis. Terimakasih atas semua
bantuan dan masukan baik dengan segala kekonyolan yang menyertai,
semoga sukses selalu.
16. Untuk teman-teman terbaik semasa kuliah Surya, Wiwin, Cen, Lia, Yogi,
Zaki dan Clara. Terimakasih atas semua hal yang telah terjadi diantara kita
semua, semoga kita sukses di masa depan.
17. Teman-teman dan keluarga Adminisitrasi Bisnis 15 Leng Family, Room B13,
Dika dkk, Hilyana dkk, Eva dkk, Wayan dkk, Rianti dkk, Ulya dkk dan
teman-teman Administrasi Bisnis 2015 lainnya yang tidak bisa di sebutkan
satu persatu. Terimakasih sudah menjadi teman dalam masa perkuliahan dan
berbagai kegiatan yang pernah kita adakan selama ini. Semoga sukses selalu.
18. Teman-teman semasa SMA Sigit, Tika, Denia, Nadia, Intan, Anggit, Rifo,
Assyifa, Dany dan Indah yang masih dengan setia saling mendukung dan
semangat.
19. HMJ Ilmu Administrasi Bisnis dan pengurus masa bakti 2017/2018.
Terimakasih telah memberikan pelajaran berharga tentang kerjasama,
organisasi, kesabaran dan lainnya. Serta kepengurusan masa bakti 2018/2019
dan masa bakti 2019, terus semangat kuliah dan berikan yang terbaik untuk
HMJ Ilmu Administrasi Bisnis.
20. Teman-teman KKN Unila Desa Sindang Marga, Kecamatan Pulau
Panggaung Kabupaten Tanggamus, Kimmy, Yeli, Puspa, Alfi, Raka dan Aldi.
Terimakasih atas kebersamaan dan pengalamannya selama 40 hari.
Terimakasih juga untuk Bunda dan Kakon karena sudah bersedia menjadi
orang tua kami selama 40 hari disana, serta terimakasih untuk seluruh warga
Desa Sindang Marga.
21. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
besar harapan semoga skripsi ini bisa berguna dan bermanfaat untuk semuanya.
Amiin. Sekali lagi terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, 9 Mei 2019
Penulis
Dian Meliana Wati
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR PERSAMAAN ................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 11
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 13
2.1 Pasar Modal ........................................................................................ 13
2.1.1 Pengertian pasar Modal ............................................................... 13
2.1.2 Lembaga dan Pelaku Pasar Modal ............................................... 14
2.2 Efficient Market Hypothesis (EMH) ..................................................... 15
2.2.1 Weak Form Hypothesis ............................................................... 17
2.2.2 Semi Strong Form Hypothesis ..................................................... 18
2.2.3 Strong Form Hypothesis ............................................................. 18
2.3 Asymmetric Information Theory .......................................................... 19
2.3.1 Jenis-jenis Asimetri Informasi ..................................................... 20
2.4 Initia Public Offering (IPO) ................................................................. 21
2.4.1 Definisi Initial Public Offering (IPO) .......................................... 21
2.4.2 Manfaat dan Tujuan IPO ............................................................. 22
2.4.3 Syarat-syarat IPO ........................................................................ 23
2.5 Price Limits ......................................................................................... 24
2.5.1 Sejarah Price Limits ..................................................................... 24
2.5.2 Definisi Price Limits ................................................................... 26
2.5.3 Mekanisme Price Limits di Indonesia .......................................... 27
2.5.4 Price Limits Theory .................................................................... 29
2.5.4.1 Volatility Spillover Hypothesis ........................................ 29
2.5.4.2 Delayed Price Discovery Hypothesis ............................... 30
ii
2.5.4.3 Trading Interference Hypothesis ..................................... 30
2.6 Volatilitas Return Saham ..................................................................... 31
2.7 Volume Perdagangan ........................................................................... 33
2.8 Harga Keseimbangan ........................................................................... 34
2.9 Nilai Wajar ....................................................................................... 36
2.10 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 36
2.11 Perbedaan Penelitian ......................................................................... 44
2.12 Kerangka Berpikir ............................................................................ 44
2.13 Hipotesis .......................................................................................... 49
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 51
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 51
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 52
3.2.1 Populasi ...................................................................................... 52
3.2.2 Sampel ........................................................................................ 54
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 55
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 56
3.4.1 Teknik Dokumentasi ................................................................... 56
3.4.2 Studi Pustaka .............................................................................. 56
3.5 Variabel Penelitian .............................................................................. 57
3.6 Definisi Konseptual Variabel ............................................................... 57
3.7 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 59
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 61
3.8.1 Analisis Statisik Deskriptif .......................................................... 61
3.8.2 Analisis GARCH ........................................................................ 62
3.8.3 Langkah-langkah Analisis GARCH ............................................ 63
3.9 Uji Hipotesis ....................................................................................... 71
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 72
4.1 Gambaran Umum ................................................................................ 72
4.1.1 Sejarah Pasar Modal ................................................................... 72
4.1.2 PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) ............................ 74
4.1.3 PT Tregerra Asia Energy Tbk (TGRA) ........................................ 75
4.1.4 PT First Indo American Leasing Tbk (FINN) ............................... 76
4.1.5 PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) ........................................ 77
4.1.6 PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) .............................................. 78
4.1.7 PT Map Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) ...................................... 79
4.1.8 PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY) ....................................... 80
4.1.9 PT Megapower Makmur Tbk (MPOW) ....................................... 81
4.1.10 PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) ........................... 82
4.1.11 PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) ........................... 83
4.1.12 PT Malacca Trust Wuwungan I Tbk (MTWI) ......................... 84
4.1.13 PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) ......................................... 85
iii
4.1.14 PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) ........................................... 86
4.1.15 PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) ....................................... 86
4.1.16 PT Asuransi Jiwa Syariah Tbk (JMAS) .................................... 87
4.1.17 PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) ......................... 88
4.1.18 PT Proma Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) ................................ 89
4.2 Hasil Analisis Data .............................................................................. 90
4.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ............................................... 90
4.2.2 Hasil Analisis ARIMA dan GARCH ........................................... 93
4.2.2.1 Uji Stasioner Data ........................................................... 93
4.2.3 Identifikasi Model ....................................................................... 100
4.2.4 Estimasi Model ........................................................................... 103
4.2.5 Uji Diagnosis Model ................................................................... 119
4.2.6 Identifikasi Model ARCH dan GARCH ...................................... 125
4.2.7 Estimasi Model GARCH ............................................................. 132
4.2.8 Evaluasi Model ........................................................................... 134
4.3 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 139
4.3.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama ........................................................ 139
4.3.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua ........................................................... 140
4.3.3 Hasil Uji Hipotesis Ketiga .......................................................... 140
4.3.4 Hasil Uji Hipotesis Keempat ....................................................... 141
4.4 Pembahasan ......................................................................................... 142
4.4.1 Pengaruh Price Limits terhadap Volatilitas Return Saham ........... 144
4.4.2 Pengaruh Price Limits terhadap Volume Perdagangan ................ 148
4.4.3 Pengaruh Price Limits terhadap Harga Keseimbangan ................ 152
4.4.4 Pengaruh Price Limits terhadap Nilai Wajar ................................ 155
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 158
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 158
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 159
5.3 Saran ................................................................................................... 159
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... ix
LAMPIRAN ..................................................................................................... 161
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Presentase Auto-Rejection Perdagangan Saham di Bursa Efek
Indonesia sebelum Perubahan ..................................................................... 5
1.2 Presentase Auto-Rejection Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia
setelah Perubahan ....................................................................................... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 41
3.1 Daftar Perusahaan IPO Periode 1 Januari – 31 Desember 2017 .................. 52
3.2 Daftar Perusahaan IPO Auto-Rejection Periode 1 Januari 2017 –
31 Desember 2017 ..................................................................................... 55
3.3 Definisi Operasional .................................................................................. 61
3.4 Asumsi Model AR, MA, ARMA, dan ARIMA .......................................... 66
3.5 Nilai Koefisian Determinasi (R2) ............................................................... 67
4.1 Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ................................................... 73
4.2 Statistik Deskriptif Variabel ...................................................................... 90
4.3 Hasil Uji stasioner Correlogram pada tingkat level – Price Limits ............. 93
4.4 Hasil Uji stasioner Correlogram pada tingkat level –
Volatilitas Return Saham ........................................................................... 95
4.5 Hasil Uji stasioner Correlogram pada tingkat level –
Volume Perdagangan ................................................................................ 96
4.6 Hasil Uji stasioner Correlogram pada tingkat level – Harga Kesimbangan 97
4.7 Hasil Uji stasioner Correlogram pada tingkat 1st Difference – Nilai Wajar 99
4.8 Rekapitulasi Nilai R2 AIC, SIC ................................................................. 104
4.9 Hasil Estimasi Model ARMA – Price Limits ............................................. 107
4.10 Rekapitulasi Nilai R2, AIC, SIC ................................................................ 108
4.11 Hasil Estimasi Model ARMA – Volatilitas Return Saham ......................... 111
4.12 Rekapitulasi Nilai R2, AIC, SIC ................................................................ 112
4.13 Rekapitulasi Nilai R2, AIC, SIC ................................................................ 113
4.14 Hasil Estimasi Model ARMA – Harga Keseimbangan ............................... 116
4.15 Rekapitulasi Nilai R2, AIC, SIC ................................................................ 117
4.16 Hasil Estimasi Model ARMA – Nilai Wajar .............................................. 118
4.17 Correlogram of Residuals ARMA (1,30) – Price Limits ............................. 120
4.18 Correlogram of Residuals ARMA (1,30) – Volatilitas Return Saham ......... 121
4.19 Correlogram of Residuals ARMA (1,30) – Harga Keseimbangan............... 122
4.20 Correlogram of Residuals ARMA (30,1,30) – Nilai Wajar ......................... 124
v
4.21 Correlogram of Residuals Squared – Price Limits ..................................... 126
4.22 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Price Limits (X) ......................................... 127
4.23 Correlogram of Residuals Squared – Volatilitas Return Saham ................. 127
4.24 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Volatilitas Return Saham (Y1) .................... 128
4.25 Correlogram of Residuals Squared – Harga Keseimbangan ...................... 129
4.26 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Harga Keseimbangan (Y2) .......................... 130
4.27 Correlogram of Residuals Squared – Nilai Wajar ...................................... 130
4.28 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Nilai Wajar (Y4) ......................................... 132
4.29 Estimasi Model ARCH-GARCH Price Limits ........................................... 132
4.30 Estimasi Model ARCH-GARCH Volatilitas Return Saham ....................... 133
4.31 Estimasi Model ARCH-GARCH Harga Keseimbangan ............................. 133
4.32 Correlogram of Residuals Squared – Price Limits ..................................... 134
4.33 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Price Limits ............................................... 135
4.34 Correlogram of Residuals Squared – Volatilitas Return Saham ................. 136
4.35 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Volatilitas Return Saham ........................... 137
4.36 Correlogram of Residuals Squared – Harga Keseimbangan ....................... 137
4.37 Hasil Uji ARCH-LM Variabel Harga Keseimbangan ................................ 138
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Data Jumlah Investor ....................................................................................... 2
2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 48
3.1 Langkah-langkah Metode GARCH ................................................................. 70
vii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan Halaman
2.1 Return Saham ............................................................................................... 33
2.2 Volume Perdagangan ................................................................................... 34
3.1 Autocorrelation Function (ACF) .................................................................. 63
3.2 Autocorrelation Function (ACF) .................................................................. 64
3.3 Autocorrelation Function (ACF) .................................................................. 64
3.4 Koefisien Determinasi (R2) .......................................................................... 66
3.5 Uji Statistik Ljung-Box (LB) ........................................................................ 68
4.1 ARMA(1,30) – Price Limits ......................................................................... 107
4.2 ARMA(1,30) – Volatilitas Return Saham ..................................................... 111
4.3 ARMA(1,30) – Harga Keseimbangan ........................................................... 116
4.4 ARIMA(30,130) – Nilai Wajar ..................................................................... 118
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Price Limits, Return Saham, Volume Perdagangan, Harga
Keseimbangan dan Nilai Wajar Saham 30 Hari setelah Auto-Rejection ........ 162
2. Perhitungan Masing-masing Perusahaan ....................................................... 174
3. Hasil Analisis Statistik deskriptif .................................................................. 191
4. Tabel ACF Nilai Wajar sebelum Proses Diferensi ........................................ 193
5. Identifikasi Model ARIMA .......................................................................... 194
6. Hasil Uji Diagnosis Model ARIMA ............................................................. 316
7. Identifikasi Model ARCH-GARCH (Heteroskedastisitas) ............................ 320
8. Estimasi Model ARCH-GARCH .................................................................. 322
9. Hasil Uji ARCH-LM .................................................................................... 325
10. Tabel Distribusi Chi Squared ....................................................................... 327
11. Artikel Data Badan Pusat Statistik ................................................................ 329
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang pesat dan penyebaran informasi yang luas, telah
memberikan keuntungan yang besar bagi berbagai aspek. Pertumbuhan ekonomi
khususnya di Indonesia, menjadi salah satu aspek yang terkena dampak kemajuan
teknologi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 mengalami peningkatan
lebih tinggi 5,07% jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya 5,03%
(Badan Pusat Statistik, 2018). Tumbuh dan berkembangnya pasar modal di Indonesia,
menjadi salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dan
perkembangan pasar modal menentukan maju tidaknya ekonomi suatu negara
(Darmadji dan Hendy, 2001).
Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas,
sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek
(Tandelilin, 2010). Salah satu indikator tumbuh dan berkembangnya pasar modal di
Indonesia adalah semakin banyaknya pelaku-pelaku pasar yang mulai
menginvestasikan dananya di pasar modal. Pelaku-pelaku pasar yang
menginvestasikan dananya di pasar modal disebut dengan investor.
2
Investasi merupakan penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan
mengharapkan keuntungan di masa mendatang dengan cara menempatkan uang atau
dana dalam pembelian efek berupa saham dengan harapan mendapatkan keuntungan
atas dana yang diinvestasikan dalam perdagangan saham tersebut di bursa efek
(Sihombing, 2015). Arifin (2005) mengungkapkan investasi sebagai kegiatan
menunda konsumsi untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi di masa yang akan
datang. Investasi di Indonesia sudah sejak lama dilakukan, bahkan jumlah investor di
pasar modal Indonesia megalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini data
jumlah investor dari tahun 2014 – 2017:
Sumber : ksei.co.id (2018)
Gambar 1.1 Data Jumlah Investor
Gambar 1.1 menunjukan data jumlah investor sari tahun 2014 sampai dengan 2017
menurut PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). KSEI mencatat jumlah
investor pada tahun 2014 sebesar 364.465, sedangkan pada tahun 2015 sebesar
433.607 (meningkat 19%). Pada 2017 KSEI mencatat adanya peningkatan sebesar
364,465433,607
894,116
1,118,913
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
2014 2015 2016 2017
3
25,24% yaitu sebanyak 1.118.913, sedangkan pada tahun 2016 hanya sebesar
894.116.
Banyaknya investor baru yang mulai tergabung dalam pasar modal, menyebabkan
semakin banyaknya permintaan dan penawaran saham dalam pasar modal.
Permintaan dan penawaran saham dapat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya
adalah informasi yang relevan. Namun dalam prakteknya, informasi yang relevan
tidak merata penyebarannya. Investor-investor baru yang belum cukup
berpengalaman, cenderung mengambil keputusan yang tidak rasional karena belum
cukup baik dalam merespon informasi-informasi baru yang tersedia. Penyebaran
informasi yang tidak merata dapat menyebabkan pembentukan harga yang tidak
wajar, sehingga ketidak pastian di pasar menjadi tinggi (Rita dan Wisudana, 2010).
Ketidakseimbangan informasi ini akan menyebabkan semakin sulit terwujudnya
efisiensi pasar, di mana harga saham jelas tidak mencerminkan semua informasi yang
tersedia di pasar.
Banyaknya pialang atau broker yang kerap kali melakukan permainan pasar dapat
membuat investor irrasional panik. Seperti membeli banyak saham tertentu yang
menyebabkan naiknya harga saham dan menjual semua saham saat harga tinggi yang
dapat menurunkan harga saham karena jumlah penawaran lebih besar. Kejadian
tersebut dapat menyebabkan fluktuasi harga yang cukup tajam dan tidak menentu
yang biasa disebut volatilitas. Analisis volatilitas berguna dalam pembentukan
portofolio, manajemen risiko dan pembentukan harga (Hien dalam Nastiti dan
Suharsono, 2012).
4
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan kebijakan berupa batas harga saham atau
auto rejection untuk mengatasi tingkat volatilitas yang tinggi pada harga saham.
Keputusan Bursa Efek Indonesia (BEI) nomor KEP-00113/BEI/12-2016 menjelaskan
bahwa auto rejection merupakan penolakan secara otomatis oleh Jakarta Automated
Trading System (JATS) terhadap penawaran jual dan/atau permintaan beli efek
bersifat ekuitas yang dimasukkan ke JATS akibat dilampauinya batasan harga atau
jumlah efek bersifat ekuitas yang ditetapkan oleh bursa. Istilah auto rejection
selanjutnya disebut sebagai daily stock price limits. Daily stock price limits biasanya
menetapkan kisaran harga, di mana harga harian dapat berfluktuasi berdasarkan
presentase tertentu dari harga penutupan hari sebelumnya atau harga tertentu lainnya
(Chen dkk, 2014).
Penerapan daily stock price limits ternyata telah diterapkan di beberapa negara di
dunia. Daily stock price limits berbeda antar negara misalnya adalah 10% di
Shanghai, 5% di Australia, 7% di Perancis, 4-8% di Yunani, 15% di Korea, 30% di
Malaysia, 7 % di Taiwan dan 5% di Mesir (Abdelzaher dan Elgiziry, 2017). Di
Indonesia, ketentuan price limits diberlakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
pertama kali pada 3 Desember 2001 yang kemudian dilakukan perubahan melalui
keputusan Bursa Efek Indonesia (BEI) nomor KEP-00096/BEI/08-2015 tentang
Perubahan Batasan Auto Rejection (IDX, 2015).
5
Tabel 1.1 Persentase Auto Rejection Perdagangan Saham Di Bursa Efek
Indonesia sebelum Perubahan
Harga Saham
(Rp) Batas Auto Rejection Atas
Batas Auto Rejection
Bawah
<50 - -
50 s/d 200 35% 10%
200 s/d 5000 25% 10%
>5000 20% 10%
Sumber : KEP-00096/BEI/08-2015
Peraturan tentang presentase batas auto-rejection pada perdagangan tersebut
kemudian diganti dengan KEP-00113/BEI/12-2016 tentang Perdagangan Efek
Bersifat Ekuitas. Peraturan baru tersebut dikeluarkan pada tanggal 13 Desember 2016
dan setelahnya dilaksanakan pengujian sistem (mock trading) pada hari Sabtu tanggal
17 Desember 2017 (IDX, 2017).
Tabel 1.2 Persentase Auto Rejection Perdagangan Saham Di Bursa Efek
Indonesia setelah Perubahan
Harga Saham
(Rp) Batas Auto Rejection Atas
Batas Auto Rejection
Bawah
<50 - -
50 s/d 200 35% 35%
200 s/d 5000 25% 25%
>5000 20% 20%
Sumber : KEP-00113/BEI/12-2016
Tabel 1.2 menunjukan presentase auto rejection atau daily stock price limits di
Indonesia, yang mulai diberlakukan oleh BEI pada tanggal 3 Januari 2017. Bursa
Efek Indonesia (BEI) menerapkan adanya batas auto rejection atas dan batas auto
rejection bawah. Untuk harga saham dibawah Rp 50,- tidak memiliki batas auto
rejection atas ataupun batas auto rejection bawah. Harga saham Rp 50,- sampai
dengan Rp 200,- memiliki batas auto rejection atas ataupun batas auto rejection
bawah sebesar 35%. Harga saham Rp 200,- sampai dengan Rp 5.000,- memiliki batas
6
auto rejection atas ataupun batas auto rejection bawah sebesar 25%. Harga saham
lebih dari Rp 5.000,- memiliki batas auto rejection atas ataupun batas auto rejection
bawah sebesar 20%.
Menurut Chen dkk (2014) penggunaan daily stock price limits adalah untuk
menghindari pemutus sirkuit, informasi cepat mencapai investor irrasional, sehingga
memberikan rentang waktu kepada investor irrasional untuk membuat keputusan
investasi yang rasional. Adanya daily stock price limits juga untuk menghemat
banyak waktu investor saat sesi perdagangan, serta melindungi investor irrasional dari
spekulasi yang tidak diinginkan. Ketika informasi baru tiba, investor irrasional
cenderung cukup lama untuk mencerna informasi tersebut. Membuat mereka
cenderung menggiring keputusan setelah investor-investor lainnya. Hal ini
menyebabkan melonjaknya harga karena banyaknya permintaan beli dari para
investor. Tujuan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan auto rejection system
atau price limits adalah untuk mengatasi kenaikan harga saham yang terlalu tinggi
dan penurunan harga yang terlalu besar sekaligus tingkat risiko investasi di pasar
modal.
Penelitian tentang price limits pertama kali dilakukan di dunia oleh Ma dkk pada
tahun 1989, yang meneliti efek price limits terhadap perilaku return dan volume
perdagangan di pasar futures AS. Selanjutnya semakin banyak penelitian-penelitian
tentang daily stock price limits di dunia. Terdapat pro dan kontra tentang keputusan
diterapkannya kebijakan price limits di dunia. Cukup banyak pihak yang mendukung
adanya daily stock price limits seperti Ma dkk (1989), Chen dkk (2005), Rita dan
7
Wisudana (2010) dan Khodavandloo dan Zakaria (2013) dengan mengacu pada fakta
sistem ini dapat mencegah jatuhnya harga saham, serta memberikan kesempatan pada
investor irrasional untuk memperlambat re-evaluasi dan merasionalkan keputusannya
untuk berinvestasi. Adanya daily stock price limits juga dapat menurunkan tingkat
volatitlitas harga dengan cara meminimalkan over-reaction para investor di pasar.
Para pendukung sistem price limits ini mengklaim bahwa jika sistem ini diterapkan
pada tahun 1987, mungkin krisis pasar modal pada Oktober 1987 tidak akan terjadi
(Abdelzaher dan Elgiziry, 2017).
Pihak yang tidak mendukung adanya sistem price limits seperti Lehman (1989),
Miller (1989), Kim dan Rhee (1997), Huang (2001), Chen dkk (2014) dan
Abdelzaher dan Elgiziry (2017). Mereka beranggapan bahwa sistem price limits
menyebabkan peningkatan volatilitas harga yang tinggi setelah saham mencapai limit
(volatility spillover hypothesis). Sistem price limits juga mengklaim bahwa sistem ini
memiliki pengaruh atau intervensi dalam kegiatan perdagangan (trading interference
hypothesis). Adanya sistem price limits juga dianggap menunda mencapainya harga
keseimbangan dalam satu hari maupun beberapa hari (delayed price discovery
hypothesis). Pihak yang tidak mendukung adanya sistem price limits menganggap
bahwa sistem ini menyebabkan masalah baru dan risiko dalam berinvestasi yang lebih
tinggi.
Risiko investasi didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan
(expected return) dan realisasinya (Isnaini dan Ghoniyah, 2013). Tingginya tingkat
risiko investasi juga akan mempengaruhi investor dalam menginvestasikan dananya.
8
Investor tetap bersedia melakukan investasi walaupun dengan tingkat risiko yang
tinggi, namun dengan harapan imbalan yang besar pula. Risiko investasi dapat
diprediksi melalui volatilitas, namun tidak dapat memprediksi keuntungan di masa
depan karena data yang ada di masa lalu tidak stabil. Adanya sistem price limits atau
auto-rejection diberlakukan untuk mengurangi tingkat risiko bagi para investor baru.
Price limits dianggap dapat mengurangi tingginya tingkat volatilitas return saham di
pasar. Return saham yang menjadi tujuan investor melakukan transaksi di pasar
modal dapat berupa capital gain ataupun dividen. Menurut Sjahrial dalam Ida dan
Said (2016) keuntungan dari kenaikan harga saham disebut capital gain yield. Capital
gain merupakan bagian dari return saham yang diharapkan atau diperoleh oleh
investor. Tingginya tingkat volatilitas return saham di pasar modal menyebabkan
semakin sulitnya investor untuk memprediksi risiko yang akan dihadapinya. Keika
harga saham suatu perusahaan menyentuh batas auto-rejection, maka diharapkan
tingkat volatilitas saham tersebut akan berhenti.
Adanya sistem price limits juga mempengaruhi banyaknya volume perdagangan yang
diperdagangkan. Volume perdagangan merupakan banyaknya lembar saham aktif
yang diperdagangkan di pasar saham (Rita dan Wisudana, 2010). Volume
perdagangan saham digunakan untuk melihat respon pasar terhadap informasi-
informasi yang tersedia di pasar. Investor akan menjadikan volume perdagangan
sebagai salah satu acuan dalam mengambil keputusan dalam jual beli saham. Ketika
harga menyentuh batas price limits atau auto-rejection, diharapkan volume
perdagangan tidak mengalami peningkatan signifikan di hari perdagangan berikutnya.
9
Sistem price limits atau auto-rejection juga akan mempengaruhi tercapainya harga
keseimbangan. Harga saham di pasar modal akan mengalami pergerakan secara terus
menerus sesuai dengan tingkat permintaan dan penawaran dari investor. Ekspektasi
keuntungan di masa depan yang dimiliki oleh investor akan mempengaruhi harga
saham di pasar yang menyebabkan tercapai atau tidaknya titik keseimbangan harga.
Ketika harga saham menyentuh batas auto-rejection, maka transaksi akan berhenti
secara otomatis, hal ini menyebabkan berhentinya pergerakan harga dan membuat
tercapainya titik keseimbangan tertunda.
Pirice limits atau auto-rejection mempengaruhi keuntungan atau return saham yang
akan diperoleh oleh investor. Keuntungan ini dapat dicerminkan melalui nilai wajar
saham. Di mana nilai wajar saham merupakan sebuah nilai saat ini dari uang yang
kita miliki di masa depan. Nilai wajar saham menjadi salah satu dasar yang
digunakan untuk mengambil keputusan akan keberlanjutan investasinya terhadap
suatu perusahaan. Ketika tidak ada price limits, investor bisa saja memperoleh
keuntungan ataupun kerugian yang lebih dari yang mereka peroleh saat harga saham
menyentuh batas price limits.
Dikeluarkannya kebijakan price limits menyebabkan banyak perusahaan yang harga
sahamnya menyentuh batas price limit atau auto rejection, khususnya pada
perusahaan-perusahaan yang baru melakukan penawaran umum perdana atau Initial
Public Offering (IPO) di pasar modal. Pada tahun 2017, dari 37 perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering (IPO), sebanyak 17 perusahaan harga sahamnya
menyentuh batas auto rejection. Hal ini berarti sebesar 45,95% atau hampir mencapai
10
50% dari jumlah perusahaan yang melakukan IPO, harga sahamnya menyentuh batas
auto rejection. Perusahaan-perusahaan yang baru melakukan IPO tersebut menjadi
sasaran empuk permainan pasar oleh pelaku-pelaku pasar, karena belum cukup
tersedianya informasi-informasi yang dapat dijadikan peramalan di masa depan. Hal
itu menyebabkan harga saham perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat diprediksi
di masa depan karena banyak data-data yang tidak tersedia dan tidak stabil.
Berdasarkan latar belakang di atas dengan banyaknya peneliti-peneliti terdahulu yang
masih menemukan hasil yang berbeda dan banyak perusahaan yang harga sahamnya
menyentuh batas price limits atau auto-rejection, peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang pengaruh daily stock price limits pada volatilitas return saham,
volume perdagangan, harga keseimbangan dan nilai wajar saham dengan judul
“Pengaruh Daily Stock Price Limits terhadap Risiko Investasi (Studi pada
Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2017)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
dapat dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh daily stock price limits pada volatilitas return saham?
2. Apakah pengaruh daily stock price limits pada volume perdagangan saham?
3. Apakah pengaruh daily stock price limits pada harga keseimbangan?
4. Apakah pengaruh daily stock price limits pada nilai wajar?
11
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh daily stock price limits pada volatilitas return saham
2. Untuk mengetahui pengaruh daily stock price limits pada volume perdagangan
saham
3. Untuk mengetahui pengaruh daily stock price limits pada harga keseimbangan
4. Untuk mengetahui pengaruh daily stock price limits pada nilai wajar
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a) Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi serta untuk mengantisipasi informasi-informasi yang salah yang
diterimanya, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan yang lebih
besar dan risiko yang lebih kecil.
b) Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sebagai pertimbangan
pemerintah untuk menetapkan kebijakan pembatasan harga saham di masa
yang akan datang, sehingga pemerintah dapat melindungi investor dari tingkat
kerugian yang besar.
12
2. Manfaat Teoritis
a) Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan dasar bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti tentang daily stock price limits maupun pasar
modal.
b) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian
tentang daily stock price limits atau batas harga saham harian dan mampu
memberikan bukti mengenai dampak daily stock price limits pada volatilitas
return saham, volume perdagangan, harga keseimbangan dan nilai wajar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan wadah yang mempertemukan pihak yang memiliki dana dan
pihak yang membutuhkan dana. Pasar modal menjadi tempat terjadinya transaksi jual
dan beli surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak
langsung. Menurut Tandelilin (2010) pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga dijelaskan sebagai pasar yang
memperjualbelikan sekuritas jangka panjang seperti saham dan obligasi. Dasar
hukum berdirinya pasar modal di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
2. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal
3. Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di
Bidang Pasar Modal
14
Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995, menjelaskan yang dimaksud
dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Kegiatan yang
terjadi di pasar modal umumnya dilakukan oleh lembaga yang menjadi pusat
perdagangan sekuritas atau secara resmi disebut sebagai bursa efek (stock market).
Bursa Efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka (UU No. 8 tahun 1995).
2.1.2 Lembaga dan Pelaku Pasar Modal
Bursa efek memiliki berbagai lembaga di dalamnya seperti lembaga kliring
(clearinghouse) dan lembaga-lembaga lainnya yang kegiatannya berkaitan satu
dengan yang lainnya. Di Indonesia, kegiatan pasar modal dilakukan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang pertama kali dibentuk pada tahun 2007 melalui penggabungan
Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) setelah diadakannya
RUPBLS (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa). Tujuan dibentuknya Bursa
Efek Indonesia (BEI) adalah untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang tertib,
teratur, wajar dan efisien.
Pelaku pasar modal pada umumnya adalah perusahaan efek yang berperan sebagai
perantara perdagangan efek, penjamin emisi efek dan manajer investasi. Perantara
perdagangan efek merupakan pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek
15
untuk kepentingan sendiri atau pihak lain (UU No. 8 tahun 1995). Perantara
perdagangan efek biasa disebut sebagai pialang atau broker atau dealer. Broker
menjalankan fungsinya sebagai individu atau perusahaan yang melakukan kegiatan
jual beli efek berdasarkan pesanan dari investor untuk memperoleh komisi. Dealer
menjalankan fungsinya sebagai individu atau perusahaan yang melakukan kegiatan
jual beli untuk dirinya sendiri atau perusahaannya dan dapat menyimpan efek sebagai
persediaannya.
Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk
melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Dan manajer investasi merupakan pihak
yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau
mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 8 tahun
1995). Selain itu terdapat pelaku di pasar modal lainnya seperti perusahaan reksa
dana yaitu perusahaan yang menyelenggarakan wadah yang menghimpun dana dari
masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek.
2.2 Efficient Market Hypothesis (EMH)
Teori Efficient Market Hypothesis (EMH) menjelaskan tentang tingkat efisiensi pasar
modal suatu negara. Teori Efficient Market Hypothesis (EMH) menyatakan bahwa
harga saham yang terbentuk merupakan refleksi dari seluruh informasi yang ada, baik
16
fundamental ditambah insider information (Prasetyo, 2009). Secara formal pasar
modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya
telah mencerminkan informasi yang relevan (Husnan dalam Eliyawati dkk, 2014).
Informasi-informasi tersebut dapat berupa laporan keuangan perusahaan, pembagian
dividen, laporan dari para analis pasar modal maupun stock split.
Menurut Shleifer dalam Prasetyo (2009) Efficient Market Hypothesis (EMH)
memiliki tiga asumsi, yaitu:
1. Investor diasumsikan akan berlaku rasional sehingga akan menilai saham secara
rasional.
2. Beberapa investor akan berlaku tidak rasional tetapi perilaku mereka dalam
melakukan traksaksi perdagangan bersifat acak (random) sehingga pengaruhnya
adalah saling menghilangkan dan tidak mempengaruhi harga.
3. Investor arbiter yang berlaku rasional akan mengurangi pengaruh dari perilaku
investor yang tidak rasional pada harga di pasar modal.
Investor rasional akan menilai saham berdasarkan nilai fundamental yaitu nilai
sekarang (net present value) dari pengembalian kas masa depan (future cash flows)
dengan mendiskontokan sebesar tingkat risiko saham tersebut (Prasetyo, 2009).
Berbeda dengan investor irrasional yang akan cenderung cukup lama dalam mencerna
informasi yang tersedia dan cenderung mengambil keputusan setelah investor-
investor lainnya. Ketika investor mengetahui ada suatu informasi yang baru dan dapat
mempengaruhi nilai fundamental yang dijadikan dasar pengambilan keputusan,
investor rasional akan cepat bereaksi dengan melakukan permintaan (bid) dengan
17
harga tinggi saat informasi tersebut baik. Investor rasional akan melakukan
permintaan (bid) dengan harga rendah ketika informasi buruk. Hal tersebut yang
menjadikan harga saham sebagai suatu cerminan semua informasi yang tersedia
secara cepat, serta harga saham juga akan bergerak ke tingkat harga yang sesuai
dengan nilai fundamental baru yang telah dipengaruhi informasi baru. Kejadian
tersebut dapat menjelaskan bahwa harga saham senyatanya akan bergerak secara acak
(random) dan tidak dapat diprediksi.
Pasar yang dikatakan efisien yaitu bila penyesuaian harga keseimbangan yang baru
dapat dilakukan dalam waktu yang sangat cepat. Pasar efisien yang ditinjau hanya
dari informasi saja disebut juga sebagai efisiensi pasar secara informasi
(informationally efficient market). Pasar efisien yang ditinjau dari tingkat kecakapan
pelaku pasar modal dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang ada
disebut sebagai efisiensi pasar secara keputusan (desicionally efficient market).
Menurut Sidharta dalam Eliyawati dkk (2014) Efficient Market Hypothesis (EMH)
atau hipotesis efisiensi pasar modal dapat dipilih menjadi tiga kategori, yaitu
hipotesis bentuk lemah (weak form hypothesis), hipotesis bentuk agak kuat (semi
strong form hypothesis) dan hipotesis bentuk kuat (strong form hypothesis).
2.2.1 Weak Form Hypothesis
Hipotesis ini menjelaskan suatu keadaan di mana harga saham menggambarkan
semua informasi yang tersedia di masa lalu seperti data harga, volume perdagangan
atau short interest. Hipotesis ini juga bahwa harga saham yang ada dipasar hanya
18
mencerminkan informasi-informasi fundamental perusahaan. Data-data perdagangan
masa lalu tersebut telah tersedia dan tidak memerlukan biaya untuk memperolehnya.
Semua investor akan berusaha mengambil keuntungan dengan cara membaca pola
data dari data masa lalu tersebut mengandung sinyal yang dapat dipercaya mengenai
hasil masa depan (Prasetyo, 2009).
2.2.2 Semi Strong Form Hypothesis
Hipotesis ini menjelaskan suatu keadaan pasar di mana harga-harga saham yang ada
bukan hanya mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi juga
mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Informasi-informasi tersebut
dapat berupa data lini produk, kualitas manajemen, komposisi laporan keuangan
seperti neraca, paten, proyeksi laba dan perlakuan akuntansi (Prasetyo, 2009).
Informasi yang dipublikasi akan tergambarkan ke dalam harga saham secara cepat
dan tidak biasa. Investor tidak akan memperoleh keuntungan di atas normal
(abnormal return), dengan membeli saham berdasarkan pada informasi yang telah
dipublikasi.
2.2.3 Strong Form Hypothesis
Hipotesis ini menjelaskan suatu kondisi pasar di mana semua informasi yang relevan
bagi perusahaan termasuk di dalamnya informasi yang hanya tersedia untuk internal
perusahaan (insider information) tercermin dalam harga saham. Sehingga baik
informasi yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan (private
19
information) akan tercermin dalam harga saham. Ketika keadaan seperti ini tidak
seorang pun termasuk pihak manajemen dan karyawan perusahaan dapat memperoleh
abnormal return (excess return) dengan menggunakan informasi-informasi tersebut,
karena informasi-informasi tersebut akan langsung dipublikasikan.
2.3 Asymmetric Information Theory
Asimetri informasi atau kadang disebut informasi asimetris pertama kali
diperkenalkan oleh George Akerlof pada tahun 1970 dalam bukunya yang berjudul
The Market Lemons. Menurut Akerlof dalam Prasetya (2012) informasi asimetris
merupakan perbedaan informasi yang didapat antara salah satu pihak dengan pihak
lainnya dalam kegiatan ekonomi. Asimetri informasi merupakan sebuah keadaan di
mana manajer mempunyai akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak
dimiliki oleh pihak luar perusahaan (Rahmawati dalam Umica, 2016)
Ketidaksamaan informasi (asymmetric information) adalah asumsi di mana investor
dan manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek
perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor (Umica, 2016). Ketidaksamaan
informasi ini dapat terjadi bila saham suatu perusahaan dinilai terlalu tinggi atau
terlalu rendah dari nilai pasarnya. Selain itu adanya transaksi jual beli antara broker
dengan investor, di mana investor memiliki lebih banyak informasi daripada broker
juga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan informasi.
20
Terjadinya asimetri informasi (asymmetric information) dapat menyebabkan
timbulnya volatilitas harga saham yang berlebihan (Spiegel dan Subrahmanyam,
2000), aktivitas perdagangan yang tidak menentu (Greenwald dan Stein, 1991) dan
transactional risk (Kodres dan O’Brien, 1994). Di mana investor mungkin tidak
mengetahui kondisi dan prospek perusahaan di masa depan karena informasi hanya
dimiliki oleh manajer. Sehingga investor akan tetap membeli atau tidak jadi membeli
saham tanpa informasi.
2.3.1 Jenis-jenis Asimetri Informasi
Menurut Scott dalam Sihombing (2015), terdapat dua jenis asimetri informasi yaitu:
1. Adverse Selection
Adverse Selection adalah jenis asimetri yang mana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial memiliki
informasi lebih atas pihak-pihak lain (Scott dalam Sihombing, 2015). Adverse
selection menunjukkan bahwa manajer dan para staf mengetahui informasi
tentang kondisi dan prospek perusahaan lebih banyak dibandingkan pihak luar,
sehingga informasi yang dapat mempengaruhi keputusan pemegang saham
disembunyikan atau tidak disampaikan kepada pemegang saham (Suhendah dan
Imelda, 2012). Adverse selection dapat merugikan investor luar karena beberapa
pihak di dalam perusahaan seperti manajer dan karyawan lebih mengetahui
kondisi perusahaan dan prospek ke depan perusahaan.
21
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi yang mana pihak pemegang saham
atau pemberi pinjaman tidak dapat sepenuhnya mengamati kegiatan yang
dilakukan oleh seorang manajer (Scott dalam Sihombing, 2015). Moral hazard
menunjukkan bahwa tidak semua kegiatan yang dilakukan manajer diketahui
seluruhnya oleh pemegang saham maupun pihak kreditur, sehingga manajer dapat
melakukan tindakan di luar sepengetahuan pihak eksternal lain yang melanggar
kontrak atau etika dan norma-norma yang tidak layak dilakukan oleh manajer
(Suhendah dan Imelda, 2012).
2.4 Initial Public Offering (IPO)
2.4.1 Definisi Initial Public Offering (IPO)
Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran umum saham perdana yang
ditawarkan kepada investor umum. Initial Public Offering (IPO) dilakukan oleh
perusahan yang akan melakukan go public dengan melakukan penawaran umum di
pasar perdana, sedangkan perusahaan yang menjual efek seperti saham disebut
sebagai emiten dan pihak yang membeli saham disebut investor. Dijelaskan dalam
Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, bahwa
penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual
efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang
tersebut dan peraturan pelaksanaannya.
22
Initial Public Offering (IPO) awalnya akan mengubah status suatu perusahaan
menjadi perusahaan terbuka (Tbk) yang semula merupakan perseroan tertutup.
Perusahaan terbuka berarti bahwa perusahaan tersebut dapat dimiliki oleh masyarakat
umum dengan membeli saham yang diedarkan oleh perusahaan tersebut. Selain itu
perusahaan terbuka juga memiliki kewajiban untuk membuka semua informasi
terkecuali yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan, kepada para pemegang
saham dan masyarakat.
2.4.2 Manfaat dan Tujuan Initial Public Offering (IPO)
Menurut Darmadji dan Hendy (2001:43) manfaat yang diperoleh oleh perusahaan
setelah melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana
adalah sebagai berikut:
1. Dapat memperoleh dana yang relative besar dan diterima sekaligus
2. Biaya go public relative murah
3. Proses relative mudah
4. Pembagian dividen berdasarkan keuntungan penyertaan masyarakat biasanya
tidak mudah dalam manajemen
5. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan
untuk meningkatkan profesionalisme
6. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham
perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial
23
7. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public) merupakan media promosi
secara gratis
8. Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahan untuk
membeli saham kemudian dana yang diperoleh dari go public digunakan untuk:
a. Ekspansi
b. Memperbaiki struktur permodalan
c. Meningkatkan investasi di anak perusahaan
d. Melunasi sebagian hutang
e. Meningkatkan modal kerja
Terdapat beberapa tujuan perusahaan melakukan go public antara lain adalah sebagai
sumber pendanaan dari luar perusahaan untuk memperbaiki struktur permodalan
sebagai konsekuensi pengembangan perusahaan, melalui penjualan saham ke
masyarakat. Selain itu, untuk mempermudah perusahaan melakukan ekspansi atau
perluasan perusahaan, peningkatan modal kerja dan melunasi sebagian utang
perusahaan. Dengan melakukan penjualan saham ke masyarakat, perusahaan akan
memperoleh dana yang dapat digunakan sebagai modal operasional perusahaan,
sehingga perusahaan akan tetap terus berjalan dengan terus meningkatkan kualitasnya
demi menarik minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
2.4.3 Syarat Initial Public Offering (IPO)
Sebagaimana yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor 859/KMK/.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan
24
tentang pelaksanaan emisi perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan
BAPEPAM No.011.PM.1987 ada beberapa ketentuan mengenai penjualan saham di
pasar modal, sehingga perusahaan yang ingin go public harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas
2. Berkedudukan di Indonesia
3. Mempunyai modal disetor penuh Rp 200.000.000,-
4. Dua tahun memperoleh keuntungan
5. Laporan keuangan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan publik dengan
unqualified opinion
6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi keuntungan, dua tahun
pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir tergolong sehat.
2.5 Price Limits
2.5.1 Sejarah Price Limits
Oktober 1987 merupakan kejatuhan pasar saham yang terjadi di beberapa negara di
dunia seperti Hong Kong, Australia, Spanyol, Amerika Serikat, Britania Raya dan
Kanada. 19 Oktober 1987 menjadi puncak krisis pasar saham di bursa Amerika
Serikat yang disebut juga dengan senin hitam (Black Monday) yang menyebabkan
jatuhnya indeks harga saham gabungan di bursa Amerika Serikat. Indeks Dow Jones
Industrial Average (DJIA) turun hingga 508 poin menghilangkan 22,61% dari total
nilainya (Wikipedia, 2017). Para peneliti menduga terjadinya krisis ini disebabkan
25
adanya program trading atau computer trading yang merupakan computer yang
diprogram secara otomatis untuk membeli saham dalam jumlah besar bila harga
saham mulai melakukan kenaikan. Krisis Black Monday ini menyebabkan perubahan
harga saham yang drastis dan tidak terkendali.
Brady Report dalam Prasetyo (2009) menyarankan circuit breaker mechanism,
seperti mekanisme trading halts atau regulasi price limits, untuk diterapkan dalam
mencegah kekacauan sistem pasar. Trading halts merupakan interupsi sementara
pada aktivitas perdagangan suatu aset individual (dalam hal ini saham) untuk
memberikan waktu penyebaran informasi ke para pelaku pasar (Prasetyo, 2009).
Trading halts juga biasa disebut sebagai pemberhentian sementara transaksi
perdagangan pasar saham karena tingkat volatilitas yang tinggi di pasar saham.
Sedangkan price limits atau bisa diartikan sebagai batas harga saham harian
merupakan batas atas atau batas bawah dari pergerakan harga saham selama periode
tertentu.
Adanya circuit breaker mechanism memberikan cukup waktu bagi para investor
untuk mengevaluasi informasi baru yang mereka terima sehingga dapat membuat
keputusan yang rasional. Meskipun trading halts dan price limit memiliki perbedaan,
namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengurangi informasi asimetri
(asymmetric information). Meknisme ini akan menjadikan harga saham lebih
mencerminkan informasi, serta melindungi uninformed investor dari pergerakan
harga saham yang tidak rasional.
26
2.5.2 Definisi Price Limits
Daily stock price limits atau batas harga saham harian merupakan batas buatan yang
dikenakan oleh para regulator untuk membatasi pergerakan harga saham harian yang
ekstrim (Chen dkk, 2005). Price limits sering digunakan di pasar saham untuk
mencegah harga saham naik atau turun terlalu cepat atau terlalu banyak (Chen dkk,
2014). Pencegahan fluktuasi harga yang terlalu tinggi dilakukan untuk kelancaran
harga saham di pasar modal. Regulator pasar membentuk price limit sebagai sebuah
batas yang membatasi pergerakan harga saham dengan pembatasan tertentu
(Khodavandloo dan Zakria, 2013). Selain itu price limits juga dimaksudkan agar
memberikan waktu yang cukup bagi para investor untuk menerima informasi dengan
baik sehingga dapat mengambil keputusan yang rasional untuk melakukan transaksi.
Penerapan price limits telah dilakukan di berbagai negara di dunia seperti Austria,
Australia, Belanda, Belgia, Perancis, Italia, Jepang, Korea, Malaysia, Mesir, Mexico,
Spanyol, Switzerland, Taiwan, dan Thailand. Setiap negara memiliki rentang
presentase price limits yang berbeda-beda. Namun, secara umum price limits dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu rentang price limits sempit dan rentang price limits
lebar. Pada Tokyo Stock Exchange, regulasi price limit diberlakukan untuk mencegah
pergerakan harga saham yang terlalu tinggi (wild swings) dan memberikan waktu
bagi para investor yang panik untuk melakukan penilaian kembali harga suatu saham
(Prasetyo, 2009).
27
2.5.3 Mekanisme Price Limits di Indonesia
Di Indonesia, price limits sering juga disebut sebagai sistem auto rejection. Sistem
auto rejection dapat didefinisikan sebagai sistem yang secara otomatis akan menolak
order atau penawaran jual dan/atau beli yang melampaui parameter yang telah
ditetapkan bursa (Rita dan Wisudana, 2010). Penerapan sistem auto rejection
merupakan pengganti sistem auto halting, yang dalam sistem ini order dengan harga
luar parameter tetap dapat dimasukkan ke dalam JATS yang ada di bursa. Sistem auto
rejection pertama kali diberlakukan pada 3 Desember 2001 oleh Bapepam (Badan
Penjamin Pasar Modal) melalui SE-009/BEJ/12-2001. Sekarang sistem auto rejection
diberlakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan Bursa Efek
Indonesia (BEI) nomor KEP-00096/BEI/08-2015 yang kemudian diganti dengan
KEP-00113/BEI/12-2016 tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.
Sebagaimana yang tercantum dalam KEP-00113/BEI/12-2016 tentang Perdagangan
Efek Bersifat Ekuitas poin IV.7. tentang Auto Rejection, menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan efek bersifat ekuitas di pasar regular, pasar tunai, JATS akan melakukan
auto rejection, apabila:
1. Harga penawaran jual atau permintaan beli saham yang dimasukkan ke JATS
lebih kecil dari Rp 50,-
2. Harga penawaran jual atau permintaan beli saham yang dimasukkan ke JATS:
a. Lebih dari 35% di atas atau di bawah acuan harga saham dengan rentang
harga RP 50,- sampai dengan Rp 200,-
28
b. Lebih dari 25% di atas atau di bawah acuan harga saham dengan rentang
harga lebih dari Rp 200,- sampai dengan Rp 5.000,-
c. Lebih dari 20% di atas atau di bawah acuan harga saham dengan rentang
harga di atas Rp 5.000,-
3. Volume penawaran jual atau permintaan beli efek bersifat ekuitas lebih dari
50.000 lot atau 5% dari jumlah efek yang tercatat di bursa
KEP-00113/BEI/12-2016 juga mengatur tentang perdagangan untuk kondisi khusus
di mana “penerapan auto rejection untuk perdagangan saham hasil penawaran umum
yang pertama kali diperdagangkan di bursa (perdagangan perdana) ditetapkan
sebesar 2 kali dari presentase batasan auto rejection”. Harga penawaran jual atau
permintaan beli yang dimasukkan ke JATS adalah harga penawaran yang masih
berada dalam rentang harga yang ditentukan di atas, apabila anggota bursa
memasukkan harga di luar rentang harga tersebut maka secara otomatis akan ditolak
oleh JATS (Apriliana dan Wijaya, 2013). Acuan yang digunakan untuk pembatasan
harga penawaran tertinggi atau terendah di pasar reguler dan pasar tunai atas saham
yang dimasukkan ke JATS berdasarkan pada (KEP-00113/BEI/12-2016):
1. Harga pembukaan di pasar reguler untuk perdagangan saham di pasar reguler dan
pasar tunai
2. Harga previous apabila harga pembukaan tidak terbentuk
3. Harga teoritis hasil tindakan korporasi untuk saham perusahaan tercatat yang
melakukan tindakan korporasi
29
4. Harga perdana untuk saham perusahaan tercatat yang pertama kali
diperdagangkan di bursa
2.5.4 Price Limits Theory
Regulasi price limit seharusnya mempunyai dua atribut dalam mengendalikan
volatilitas harga saham, yaitu yang pertama sebagai batas maksimal atau minimal
dalam pergerakan harga saham harian, dan yang kedua memberikan waktu untuk
melakukan penilaian yang rasional ketika transaksi perdagangan dalam kondisi panik
(Prasetyo, 2009). Beberapa peneliti setuju apabila regulasi price limit diberlakukan,
dapat mencegah terjadinya krisis di Amerika 1987. Terdapat 3 teori yang muncul
terhadap regulasi price limits menurut Kim dkk (1997) yaitu volatility spillover
hypothesis, trading interference hypothesis, dan delayed price discovery hypothesis.
2.5.4.1 Volatility Spillover Hypothesis
Volatility spillover hypothesis menyatakan bahwa apabila saham menyentuh price
limits maka volatilitas harga saham pada hari pertama akan tertahan dan kemudian
volatilitas tersebut tersebar pada hari-hari perdagangan berikutnya. Hal ini
dikarenakan adanya price limit mencegah perubahan harga yang dramatis serta
mencegah terkoreksinya ketidakseimbangan pada supply dan demand pada satu hari
perdagangan. Kuhn dalam Prasetyo (2009) membuktikan bahwa regulasi penetapan
batas maksimal atau minimal pergerakan harga tidak efektif dalam mengurangi
volatilitas ketika krisis tahun 1989 di Amerika.
30
2.5.4.2 Trading Interference Hypothesis
Ketika price limits mencegah traksaksi jual beli yang terjadi di pasar saham pada hari
pertama, maka saham akan dinilai kurang likuid. Sehingga pada hari berikutnya
volume perdagangan akan meningkat secara signifikan, hal tersebut disebut sebagai
trading interference hypothesis. Lehmann dalam Prasetyo (2009) mendukung
trading interference hypothesis dengan menunjukan bahwa dengan terjadinya
ketidakseimbangan pada supply dan demand (order imbalance) dan tertahannya
volume perdagangan akan membuat harga saham menyentuh batasnya. Hal ini
menyebabkan, pada hari perdagangan berikutnya para investor yang tidak sabar akan
membeli atau menjual saham dengan harga yang tidak wajar. Investor yang sabar
akan menunggu harga mencapai titik keseimbangan (Lehmann dalam Chen, 2014).
Kedua kasus di atas akan menyebabkan kenaikan volume perdagangan di hari
perdagangan berikutnya.
2.5.4.3 Delayed Price Discovery Hypothesis
Ketika pergerakan suatu harga saham menyentuh batas atas atau batas bawah,
transaksi perdagangan biasanya berhenti, dan ini merupakan suatu interferensi bagi
pergerakan harga saham untuk mencapai titik keseimbangannya. Selama harga saham
belum mencapai titik keseimbangannya, maka pergerakan saham akan tetap bergerak
menuju titik keseimbangan itu. Jika price limit tidak membuat harga saham tidak
mencapai titik keseimbangannya, maka harga saham akan bergerak menuju titik
31
keseimbangan itu lagi pada hari perdagangan berikutnya. Fenomena ini sesuai dengan
delayed price discovery hypothesis.
2.6 Volatilitas Return Saham
Return saham merupakan laba investasi baik melalui bunga atau dividen (Shook
dalam Fahmi, 2012:358). Pelaku pasar modal dalam melakukan transaksi, terdapat
dua bentuk return saham yang dapat diperoleh oleh para investor. Pertama adalah
dividen atau keuntungan perusahan yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
Kedua, keuntungan atau kerugian yang dapat diperoleh dari hasil jual beli saham,
berupa capital gain atau capital loss. Menurut Jogiyanto (2003) return dapat berupa
return realisasi dan return ekspektasi, di mana dijelaskan bahwa return realisasi
(realized return) merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data
historis sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.
Tidak semua saham memberikan return dalam bentuk capital gain. Pergerakan harga
saham perusahaan di bursa saham sangatlah cepat dan nilai capital gain bersifat
relatif dan sangat bergantung pada harga pasar dalam instrument investasi yang
bersangkutan. Adanya pergerakan harga saham yang terjadi di bursa saham maka
akan timbul perubahan nilai suatu instrument investasi (Zubaidi, 2006).
Volatilitas merupakan kecenderungan harga yang akan berubah secara tidak terduga
(Harris dalam Rita dan Wisudana, 2010). Volatilitas dapat timbul karena adanya
32
kepanikan di pasar modal yang disebabkan karena penyebaran informasi yang tidak
merata (uninformed traders). Jika tingkat asimetri informasi di pasar modal tinggi,
maka akan banyak terjadi uninformed/noise traders di pasar yang dapat menyebabkan
terjadinya volatilitas yang berlebihan. Volatilitas sendiri menjadi perhatian khusus
bagi para regulator bursa, karena volatilitas yang berlebihan mengindikasikan bahwa
pasar modal tidak berfungsi dengan baik. Menurut Harris (dalam Rita dan Wisudana,
2010) volatilitas yang berlebihan sangat mengkhawatirkan berbagai pihak, yaitu:
1. Investor, sebab perubahan harga yang terlalu besar dan tidak diduga sebelumnya
dapat membuat mereka menghadapi risiko sekaligus opportunity yang besar pula.
2. Lembaga kliring (clearinghouse), sebab volatilitas yang berlebihan dapat
menyebabkan investor mengalami kerugian besar, sehingga kemungkinan tidak
dapat menyelesaikan kontrak atau transaksinya. Akibatnya, lembaga kliring harus
menanggung biaya yang disebabkan kegagalan penyelesaian transaksi.
3. Bursa dan para pialang, sebab akibat jatuhnya harga saham yang sangat drastis
akan menyebabkan volume perdagangan secara umum akan berkurang dan
setelahnya akan tetap rendah dalam waktu yang cukup lama.
Volatilitas return saham merupakan fluktuasi return saham yang cukup tajam yang
diterima investor karena adanya kecenderungan perubahan harga yang tak terduga di
pasar modal. Saat penawaran lebih tinggi daripada pemintaan, maka harga saham
akan turun, begitu pula sebaliknya yang dapat menjadi indikasi cukup tajamnya
volatilitas return saham yang diterima investor. Volatilitas juga menyebabkan ketidak
efisienan di pasar, karena harga yang terbentuk tidak mencerminkan nilai
33
sesungguhnya. Secara sistematis perhitungan return saham adalah sebagai berikut
(Jogiyanto, 2003):
𝑅𝑡 = 𝑃𝑡−1− 𝑃𝑡
𝑃𝑡−1 ........................................................................................................ 2.1
Keterangan:
Rt = Return Saham t pada periode t
𝑃𝑡 = Harga saham sekarang (periode t)
𝑃𝑡−1 = Harga saham periode lalu (periode t-1)
2.7 Volume Perdagangan
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu
tertentu (Husnan dalam Pramana, 2012). Ini berarti volume perdagangan saham
merupakan banyaknya lembar saham yang aktif diperjualbelikan di pasar modal.
Volume perdagangan saham digunakan untuk mengamati reaksi pasar terhadap
informasi yang tersebar di pasar modal dengan adanya perubahan volume
perdagangan suatu saham. Volume perdagangan digunakan untuk mengukur apakah
investor mengetahui informasi–informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dan
menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan dalam jual beli saham.
Volume perdagangan saham dapat diukur melalui besarnya aktivitas volume
perdagangan (AVP) atau trading volume activity (TVA). Trading volume activity
(TVA) merupakan suatu cara untuk melihat reaksi pasar terhadap informasi melalui
pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal. Secara sistematis olume
34
perdagangan saham dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
(Abdelzaher dan Elgiziry, 2017):
𝑇𝑉𝐴 = ∑ 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
∑ 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡−1 𝑥 100 .................................. 2.2
Volume perdagangan saham merupakan kemampuan mengubah saham dalam bentuk
tunai dalam waktu singkat pada harga wajar saat penutupan harga sekuritas di
pasarsaat ini dengan jumlah dan kualitas saham menjadi syarat utama (Irawan dan
Suaryana, 2016). Di mana berarti semakin tinggi kualitas suatu saham, maka akan
dianggap dapat memberikan return yang besar pula, sehingga akan menarik minat
investor untuk membelinya. Investor cenderung melirik saham dengan tingkat
pengembalian tinggi walaupun sebanding dengan risiko yang akan dihadapinya.
Naiknya volume perdagangan saham di pasar modal menjadi satu indikator kenaikan
aktivitas jual beli di pasar modal. Semakin meningkat volume penawaran dan
permintaan suatu saham, semakin besar pula pengaruhnya terhadap fluktuasi harga
saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukan
semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa
pengaruh terhadap naiknya harga (Indarti dan Purba, 2011)
2.8 Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan didefinisikan sebagai harga yang terbentuk disaat jumlah
penawaran (supply) dan permintaan (demand) dari suatu saham adalah sama. Pada
awalnya, perusahaan akan melepaskan saham yang akan mereka jual ke pasar saham
35
dengan harga yang telah ditentukan. Di pasar saham, harga saham akan mengalami
perubahan secara terus menerus sesuai dengan tingkat permintaan dari investor.
Ekspektasi keuntungan di masa depan (expected return) yang dimiliki investor akan
mempengaruhi pergerakan harga saham di pasaran. Hal ini juga tentu akan
mempengaruhi tercapainya titik keseimbangan harga saham dari harga yang diminta
oleh penjual dengan harga yang diinginkan pembeli.
Harga keseimbangan terwujud jika harga yang diminta penjual dan harga yang
diinginkan oleh pembeli adalah sama. Dengan terwujudnya keseimbangan harga
maka menunjukan bahwa informasi yang dimiliki oleh para investor dan pihak
manajemen perusahaan sama, yang selanjutnya mewujudkan pasar modal efisien.
Pasar modal dikatakan efisien jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk
mencapai harga keseimbangan baru, yang mencerminkan informasi yang tersedia
(Jogiyanto, 2010).
Harga keseimbangan suatu saham dapat ditunjukan dengan apabila nilai intrinsik
(nilai wajar) suatu saham sama dnegan harga saham tersebut. Investor akan
cenderung membeli saham yang memiliki harga selisih tidak jauh dari nilai
intrinsiknya, dengan asumsi bahwa harga saham yang seperti itu memiliki
kemungkinan naik lebih besar. Sebaliknya, investor cenderung kurang berminat
dengan saham yang memiliki harga terlalu jauh dari nilai intrinsiknya.
36
2.9 Nilai Wajar
Nilai wajar suatu saham dapat didefinisikan sebagai sebuah nilai saat ini dari uang
yang kita miliki di masa depan. Nilai wajar saham memperhitungkan aset yang
terlihat dan tidak terlihat suatu saham. Warren Buffett dalam Amalia dan
Harnovinsah (2013) mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu saham
didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas masuk yang akan didapatkan
sepanjang umur hidup perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai wajar merupakan
cerminan keuntungan atau return saham yang akan diperoleh investor di masa depan.
Nilai wajar saham menjadi kunci bagi investor untuk memutuskan akan keberlanjutan
investasinya. Saham yang diperdagangkan pada harga murah (undervalued), maka
harga saham itu cenderung akan bergerak mendekati nilai intrinsiknya, dan jika
saham diperdagangkan padaharga mahal (overvalued), maka saham tersebut akan
cenderung turun mendekati harga wajarnya (Fabozzi dalam Amalia dan Harnovinsah,
2013). Dengan demikian investor akan cenderung membeli saham undervalued
dengan asumsi bahwa saham-saham tersebut memiliki probabilitas kenaikan lebih
tinggi dibanding saham–saham overvalued.
2.10 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai price limit telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu.
Beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini antara lain:
37
1. Zen (2018) penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat kenaikan harga
saham, volume perdagangan, risiko, dan nilai perusahaan sebelum dan sesudah
perubahan batas bawah auto rejection pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah 63 perusahaan
manufaktur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan paired sample t-
test yang sebelumnya dilakukan uji normalitas pada masing-masing variabel
terlebih dahulu. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat kenaikan
signifikan sesudah perubahaan batas bawah auto rejection pada harga saham dan
nilai perusahaan, serta untuk volume perdagangan dan risiko tidak mengalami
kenaikan signifikan.
2. Abdelzaher dan Elgiziry (2017) penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki
hubungan antara daily price limits dan volatilitas saham, volume perdagangan,
penyesuaian tertunda harga saham dan nilai wajarnya. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 28 perusahaan publik yang tergabung dalam indeks
EGX30 kecuali perusahaan keuangan (bank) di Bursa Efek Mesir. Periode
penelitian dilakukan dari Desember 2005 sampai dengan Desember 2015.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan menerapkan model linear
umum, ARCH dan GARCH. Hasil pengujian data menunjukan terdapat hubungan
positif antara daily price limits dan volatilitas saham, hubungan positif antara
daily price limits dan volume perdagangan, hubungan positif antara daily price
limits dan kembalinya antara harga penutupan dan harga pembukaan pada hari
yang sama, dan hubungan positif antara daily price limits yang lebih rendah dan
pengembalian antara harga penutupan dan harga pembukaan pada hari berikutnya.
38
3. Chen, Zheng dan Li (2014) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas,
sebab dan dampak dari price limits dengan membandingkan cross-listed saham di
China (A shares), Hong Kong (H shares) dan New York (N shares). Sampel
penelitian ini adalah 37 perusahaan China yang memulai listing di HKSE atau
NYSE setidaknya pada 31 Desember 2006. Sampel perusahaan diambil dari
periode mulai dari tanggal perusahaan listing sampai dengan 30 Mei 2011. Hasil
penelitian ini ditemukan empat hasil utama, pertama tidak terdapat penemuan
harga yang tertunda dalam Bursa Efek China, dalam batas atas maupun dalam
batas bawah harga. Kedua, terdapat konsistensi volatilitas harga pada saham di
pasar China setelah saham menyentuh batas harga dibanding saham pada pasar
Hong Kong dan New York, yang mengindikasikan bahwa price limit tidak efektif
untuk mengatasi volatilitas. Ketiga, hasil dari volume perdagangan adalah
campuran, di mana volume perdagangan akan tetap tinggi pada hari perdagangan
berikutnya setelah menyentuh batas atas price limits dan akan tetap rendah setelah
menyentuh batas bawah price limits. Keempat, adanya informasi baru dan
volatilitas return saham merupakan dua penyebab yang paling signifikan harga
menyentuh pada price limits.
4. Khodavandloo dan Zakaria (2013) penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dampak dari price limits di Bursa Malaysia (yang sebelumnya dikenal dengan
Kuala Lumpur Stock Exchanga, KLSE) dengan menggunakan volaitiyt spillover
dan trading interference hypothesis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 30 perusahaan yang etradftar dalam KLSE. Periode penelitian dilakukan
selama 25 bulan, dimulai dari 1 Agustus 2006 sampai dengan 30 Agustus 2008
39
termasuk periode krisis ekonomi global. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
volatilitas saham yang menyentuh price limits tidak lebih besar jika dibanding
dengan volatilitas hari berikutnya, serta volume perdagangan darai saham yang
menyentuh price limits tidak mengalami kenaikan secara konsisten pada hari-hari
berikutnya.
5. Rita dan Wisudana (2010) Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki penerapan
price limit dalam mengatasi volatilitas return saham. Sampel yang digunakan
adalah saham yang termasuk dalam LQ-45 periode Agustus 2001 sampai dengan
Januari 2006. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara memilih saham yang
termasuk kategori LQ-45 pada periode Agustus 2001 – Januari 2002, serta saham
yang mencapai limit atas ataupun bawah. Periode penelitian dilakukan mulai dari
awal Desember 2001 sampai dengan akhir Desember 2006. Hasil dari pengujian
data pada penelitian ini menunjukan bahwa penerapan price limits dapat
mengurangi volatilitas return saham yang mencapai batas atas (Stockup) dan
penerapan price limits dapat mengurangi volatilitas return saham yang mencapai
batas bawah (Stockdown).
6. Prasetyo (2009) penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
implementasi kebijakan auto-rejection terhadap harga saham. Sampel dalam
penelitian ini adalah 85 perusahaan pada tahun 2007 dan 95 perusahaan pada
tahun 2008, dari seluruh saham aktif yang terdaftar di BEI pada tahun 2007 dan
2008. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
inferensial. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara individual terdapat
perubahan harga saham pada saat penerapan kebijakan auto-rejection, terdapat
40
perubahan volatilitas harga saham pada saat penerapan kebijakan auto-rejection,
dan secara agregat terdapat perubahan pertumbuhan (growth) harga saham pada
saat penerapan kebijakan auto-rejection.
7. Chen, Rui, dan Wang (2005) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
price limits pada aktivitas perdagangan di China dan menyelidiki karakteristik
dari saham yang terkena batas price limits paling banyak. Penelitian ini
menggunakan event study pada data yang mencakup periode Desember 1996
sampai dengan Desember 2003, data diperoleh dari database CSMAR. Peneltian
ini menyimpulkan bahwa dalam sub-sampel periode pertama price limits efektif
mengurangi volatilitas saham untuk pergerakan harga menurun, tetapi tidak untuk
pergerakan harga saham ke atas. Dalam sub-sampel periode kedua ketika pasar
sedang bearish, price limits relatif efektif mengurangi volatilitas saham untuk
pergerakan harga ke atas, namun tidak untuk pergerakan harga ke bawah. Selain
itu, price limits menghambat harga saham untuk pergerakan harga ke atas, tidak
untuk pergerakan harga ke bawah. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
tingkat aktivitas perdagangan meningkat setelah harga mencapai batas dan
menurun atau tetap stabil untuk kelompok anak perusahaan saham.
8. Kim dan Rhee (1997) penelitian ini bertujuan untuk menguji price limits terhadap
tiga hipotesis, yaitu volatility spillover hypothesis, delayed price discovery
hypothesis dan trading interference hypothesis. Penelitian ini dilakukan pada
periode 1989 – 1992 pada saham-saham yang terdaftar pada Tokyo Stock
Exchange. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pergerakan harga untuk saham-
saham yang menyentuh price limits, tertahan volatilitasnya akibat adanya regulasi
41
price limits tersebut, presentase terjadiya price continuation lebih besar
dibandingkan terjadinya price reversal dan no change serta volume aktivitas
perdagagnagan akan meningkat pada hari berikutnya yang mengindikasikan
terjadinya order imbalaced pada likuiditas.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
1. Zen (2018) Analisis Dampak
Perubahan Batas
Bawah Auto
Rejection pada
Kinerja Saham dan
Nilai Perusahaana
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1. Harga saham
2. Volume
perdagangan
3. Risiko
4. Nilai
perusahaan
1. Terdapat kenaikan signifikan
sesudah perubahaan batas
bawah auto rejection pada
harga saham dan nilai
perusahaan
2. Tidak terdapat kenaikan
signifikan sesudah
perubahaan batas bawah auto
rejection pada volume
perdagangan dan risiko
2. Abdelzaher
dan Elgiziry
(2017)
The Effect of Daily
Stock Price Limits on
the Investment Risk:
Evidence from the
Egyptian Stock Market
1. Price limits
2. Volatilitas
saham
3. Volume
perdagangan 4. Penyesuaian
tertunda
harga saham
5. Nilai wajar
1. Terdapat hubungan positif
antara daily price limits dan
volatilitas saham
2. Terdapat hubungan positif
antara daily price limits dan
volume perdagangan
3. Terdapat hubungan positif
antara daily price limits dan
kembalinya antara harga penutupan dan harga
pembukaan pada hari yang
sama
4. Terdapat hubungan positif
antara daily price limits yang
lebih rendah dan
pengembalian antara harga
penutupan dan harga
pembukaan pada hari berikutnya.
3. Chen, Zheng
dan Li
(2014)
Effectiveness, Cause
and Impact of Price
Limit – Evidence
from China’s Cross-
listed Stocks
1. Price limits
2. Volatility
spillover
3. Trading volume
1. Tidak terdapat penemuan
harga yang tertunda dalam
Bursa Efek China, dalam
batas atas maupun dalam
batas bawah harga.
2. Terdapat konsistensi
volatilitas harga pada saham
di pasar China setelah saham
menyentuh batas harga
dibanding saham pada pasar
42
No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
Hong Kong dan New York,
yang mengindikasikan bahwa
price limit tidak efektif untuk
mengatasi volatilitas.
3. Hasil dari volume
perdagangan adalah
campuran, di mana volume
perdagangan akan tetap tinggi
pada hari perdagangan
berikutnya setelah menyentuh batas atas price limits dan
akan tetap rendah setelah
menyentuh batas bawah price
limits.
4. Adanya informasi baru dan
volatilitas return saham
merupakan dua penyebab
yang paling signifikan harga
menyentuh pada price limits.
4. Khodavan-
dloo dan
Zakaria
(2013)
The Effect of Price
Limits in an
Emerging Market:
Evidence from the Bursa Malaysia
1. Price limits
2. Volatility
spillover
3. Trading interference
1. Volatilitas saham yang
menyentuh price limits tidak
lebih besar jika dibanding
dengan volatiltas hari berikutnya
2. Volume perdagangan dari
saham yang menyentuh price
limits tidak mengalami
kenaikan secara konsisten
pada hari-hari berikutnya
5. Rita dan
Wisudana
(2010)
Penerapan Price
Limit untuk
Mengatasi Volati-
litas Return Saham
(Studi Empiris
Terhadap Saham-saham LQ-45 pada
tahun 2001-2006)
1. Price Limit
2. Volatilitas
return saham
1. Penerapan price limits dapat
mengurangi volatilitas return
saham yang mencapai batas
atas (Stockup)
2. Penerapan price limits dapat
mengurangi volatilitas return saham yang mencapai batas
bawah (Stockdown).
6. Prasetyo
(2009)
Pengaruh Imple-
mentasi Kebijakan
Auto-Rejection
terhadap Harga
Saham
1. Kebijakan
auto-rejection
2. Harga saham
1. Secara individual terdapat
perubahan harga saham pada
saat penerapan kebijakan
auto-rejection
2. Secara individual terdapat
perubahan volatilitas harga
saham pada saat penerapan
kebijakan auto-rejection
3. Secara agregat terdapat
perubahan pertumbuhan
(growth) harga saham pada saat penerapan kebijakan
auto-rejection.
7. Chen, Rui,
dan Wang
The Effectiveness of
Price Limits and
1. Price limit
2. Volatilitas
1. Dalam sub-sampel periode
pertama price limits efektif
43
No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
(2005) Stock Charac-
teristics: Evidence
from the Sanghai and
Shenzhen Stock
Exchanges
saham
3. Aktivitas
perdagangan
2. mengurangi volatilitas saham
untuk pergerakan harga
menurun, tetapi tidak untuk
pergerakan harga saham ke
atas
3. Dalam sub-sampel periode
kedua ketika pasar sedang
bearish, price limits relatif
efektif mengurangi volatilitas
saham untuk pergerakan harga ke atas, namun tidak
untuk pergerakan harga ke
bawah
4. Price limits menghambat
harga saham untuk
pergerakan harga ke atas,
tidak untuk pergerakan harga
ke bawah
5. Tingkat aktivitas
perdagangan meningkat
setelah harga mencapai batas
dan menurun atau tetap stabil untuk kelompok anak
perusahaan saham.
8. Kim dan
Rhee (1997)
Price Limits
Performance:
Evidence from the
Tokyo Stock
Exchange
1. Price limits
2. Volatility
spillover
hypothesis
3. Delayed price
discovery
hypothesis
4. Trading
interference
hypothesis
1. Pergerakan harga untuk
saham-saham yang
menyentuh price limits,
tertahan volatilitasnya akibat
adanya regulasi price limits
tersebut
2. Presentase terjadiya price
continuation lebih besar
dibandingkan terjadinya price
reversal dan no change 3. Volume aktivitas
perdagagnagan akan
meningkat pada hari
berikutnya yang
mengindikasikan terjadinya
order imbalaced pada
likuiditas.
Sumber: Data diolah (2018)
44
2.11 Perbedaan Penelitian
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Populasi perusahaan yaitu perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) periode 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Sampel perusahaan yaitu menggunakan 17 perusahaan yang melakukan Initial
Public Offering (IPO) periode 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017 di Bursa EFek
Indonesia (BEI) berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
3. Penelitian dilakukan di Indonesia mengacu pada kebijakan yang diterapkan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.12 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti (Sugiyono, 2017). Kerangka berpikir menjabarkan hubungan antar variabel
independen dan variabel dependen, maupun bila ada variabel moderator dan
intervening, serta alasan-alasan variabel tersebut diikutsertakan dalam sebuah
penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak adanya daily stock
price limits atau batas harga saham harian pada risiko investasi yang dalam hal ini
diwakili oleh volatilitas return saham, volume perdagangan, harga keseimbangan dan
nilai wajar saham.
Adanya ketidakseimbangan informasi (asymmetric information) antara investor dan
pihak manajemen perusahaan dapat menimbulkan banyak hal seperti terciptanya
45
tingkat volatilitas tinggi pada harga saham dan volume perdagangan saham serta tidak
terwujudnya harga keseimbangan suatu saham. Adanya ketidakseimbangan informasi
juga mengakibatkan tidak terwujudnya pasar modal yang efisien. Di Indonesia, untuk
mengatasi tingkat volatilitas dan tidak terwujudnya harga keseimbangan saham
diterapkan regulasi price limits. Di mana diharapkan dengan adanya sistem ini
investor dapat memiliki waktu yang cukup untuk mengelola informasi yang diperoleh
sebelum melakukan keputusan, sehingga tidak terwujud ketidakseimbangan
informasi.
Namun dalam prakteknya, regulasi price limits justru banyak menimbulkan
permasalahan baru. Kim dan Rhee (1997) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
regulasi price limits yang diterapkan di bursa saham memunculkan masalah baru
seperti tingkat volatilitas akan terus naik pada harga perdagangan berikutnya setelah
mencapai price limits (volatility spillover hypothesis). Selain itu juga terganggunya
volume perdagangan saham (trading interference hypothesis) dan terhambatnya harga
mencapai titik keseimbangan (delayed price discovery hypothesis).
1. Pengaruh Price Limits terhadap Volatilitas Return Saham
Price limits diterapkan dengan harapan jika harga saham sudah menyentuh batas
price limits, harga akan mengalami penurunan dan diharapkan dapat menjadi alat
yang efektif dalam mengatasi dan mencegah volatilitas sehingga tidak menyebar di
hari-hari perdagangan berikutnya. Namun dalam pelaksanaannya, regulasi ini
memicu peningkatan volatilitas di hari-hari perdagangan setelah saham menyentuh
46
batas price limits. Ketika harga saham menyentuh batas price limits dan perdagangan
dihentikan, investor irrasional cenderung menganggap bahwa saham tersebut likuid
dan memutuskan untuk membeli saham tersebut di hari perdagangan berikutnya. Hal
ini membuktikan bahwa price limits mempengaruhi investor untuk membeli saham
sehingga terjadi volatilitas di hari perdagangan berikutnya dan jika ini terjadi maka
regulasi price limits tidak efektif mengatasi masalah volatilitas yang ada. Park (2000),
Chen dkk (2005), Rita dan Wisudana (2010) serta Khodavandloo dan Zakaria (2013)
menyimpulkan bahwa price limits efektif menurunkan volatilitas harga saham.
Lehman (1989), Miller (1989), Kim dan Rhee (1997), Phylaktis dkk (1999), Chen
dkk (2014) dan Abdelzaher dan Elgiziry (2017) menyimpulkan bahwa sistem price
limits menyebabkan volatilitas besar di return saham.
2. Pengaruh Price Limits terhadap Volume Perdagangan
Ketika harga menyentuh batas price limits atau auto-rejection, diharapkan volume
perdagangan tidak mengalami peningkatan signifikan di hari perdagangan berikutnya.
Dalam penerapannya, regulasi price limits dianggap menggangu stabilitas volume
perdagangan saham. Ketika saham menyentuh batas price limits, investor akan
cenderung untuk melakukan permintaan karena saham tersebut dianggap cukup likuid
berdasarkan banyaknya volume perdagangan yang diperdagangkan. Hal ini
menyebabkan terus terjadinya peningkatan volume perdagangan di hari-hari
perdagangan berikutnya setelah saham menyentuh batas price limits. Selain itu,
ketika saham menyentuh batas maka transaksi perdagangan akan dihentikan dan akan
mengganggu pergerakan aktivitas perdagangan. Joan dan James (1997), Kim dan
47
Rhee (1997), Guly dan Bildik (2006), Zeng dkk (2009), Chen dkk (2014), serta
Abdelzaher dan Elgiziry (2017) menyimpulkan bahwa price limits mempengaruhi
volume perdagangan, dimana volume perdagangan akan meningkat di hari
berikutnya.
3. Pengaruh Price Limits terhadap Harga Keseimbangan
Ketidakseimbangan informasi di pasar menyebabkan pergerakan harga yang ekstrim,
di mana pada dasarnya harga saham akan mengalami pergerakan menuju ke titik
keseimbangannya. Pergerakan harga yang ekstrim ini membuat harga bergerak
menjauhi titik keseimbangan harga. Regulasi price limits diterapkan dengan harapan
dapat membatasi pergerakan harga agar tidak semakin jauh dari titik
keseimbangannya. Namun, dalam penerapannya price limits dianggap menghambat
harga mencapai titik keseimbangan. Ketika harga saham menyentuh batas auto-
rejection, maka transaksi akan berhenti secara otomatis dan menyebabkan
berhentinya pergerakan harga dan membuat tercapainya titik keseimbangan tertunda.
Kim dan Rhee (1997), serta Abdelzaher dan Elgiziry (2017) menyimpulkan bahwa
price limits berpengaruh terhadap harga keseimbangan, di mana menyebabkan
tertundanya harga keseimbangan.
4. Pengaruh Price Limits terhadap Nilai Wajar
Price limits atau auto-rejection mempengaruhi keuntungan atau return saham yang
akan diperoleh oleh investor. Keuntungan ini dapat dicerminkan melalui nilai wajar
saham. Di mana nilai wajar saham merupakan sebuah nilai saat ini dari uang yang
48
kita miliki di masa depan. Ketika tidak ada price limits, investor bisa saja
memperoleh keuntungan ataupun kerugian yang lebih dari yang mereka peroleh saat
harga saham menyentuh batas price limits. Chen dkk (2005) serta Guly dan Bildik
(2006) mendukung adanya price limits mempengaruhi nilai wajar saham. Jika batas
harga efektif, maka investor akan mampu menghindari perilaku perdagangan
irasional dan ini memungkinkan investor untuk membuat penilaian rasional untuk
menentukan nilai wajar dari saham, dan dengan demikian ada hubungan antara batas
harga dan nilai wajar.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Investasi
Volatilitas
Investor Informasi Informasi
Volatilitas
Return Saham
(Y1)
Risiko Investasi
Price Limits (X)
Volume
Perdagangan
(Y2)
Nilai Wajar
(Y4)
Harga
Keseimbangan
(Y3)
49
2.13 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan
(Sugiyono, 2017). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis
assosiatif yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif,
yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2017).
Berdasarkan pada permasalahan dan telaah teori yang telah dijelaskan dalam uraian
sebelumnya serta untuk memberi arah yang lebih jelas dalam penelitian, untuk itu
peneliti ingin melihat ada atau tidaknya dampak daily stock price limits pada
volatilitas return saham, volume perdagangan, harga keseimbangan dan nilai wajar
saham. Dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho1 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan dan efektif daily stock price limits
terhadap volatilitas return saham
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dan tidak efektif daily stock price limits
terhadap volatilitas return saham
Ho2 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan dan efektif daily stock price limits
terhadap volume perdagangan
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dan tidak efektif daily stock price limits
terhadap volume perdagangan
Ho3 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan dan efektif daily stock price limits
terhadap harga keseimbangan
50
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dan tidak efektif daily stock price limits
terhadap harga keseimbangan
Ho4 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan dan efektif daily stock price limits
terhadap nilai wajar saham
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dan tidak efektif daily stock price limits
terhadap nilai wajar saham
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research.
Jenis penelitian explanatory research adalah penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel (Silalahi dalam
Eliyawati dkk, 2014). Explanatory research dapat dikelompokan kedalam empat
jenis penelitian, antara lain penelitian asosiasi, penelitian kausal, penelitian prediksi
dan penelitian komparatif. Penelitian ini masuk ke dalam penelitian prediksi karena
penelitian ini meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
yang akan datang melalui data di masa lalu ataupun saat ini.
Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif menggunakan
logika deduktif (deductive process) yang menguji teori dan hipotesis. Metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2017:8). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis apakah terdapat hubungan antara daily stock price limits atau batas
52
harga saham harian dengan risiko investasi pada perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2017:80). Jadi dapat diartikan bahwa
populasi bukan hanyalah orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam lainnya.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang
dipelajari, tapi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu masuk
kedalam populasi. Populasi yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) mulai periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 sejumlah 37
perusahaan. Berikut daftar perusahaan IPO periode 1 Januari 2017 – 31 Desember
2017:
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan IPO periode 1 Januari 2017 – 31 Desember 2017
NO Tanggal Pencatatan KODE Nama Perusahaan
1 16 Maret 2017 PORT PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk
2 10 April 2017 CARS PT Industri dan Perdagangan Bintraco D Tbk
3 28 April 2017 FORZ PT Forza Land Indonesia Tbk
4 28 April 2017 MINA PT Sanurhasta Mitra Tbk
5 05 Mei 2017 CLEO PT Sariguna Primatirta Tbk
6 10 Mei 2017 TAMU PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk
7 10 Mei 2017 CSIS PT Cahyasakti Investindo Sukses Tbk
53
No Tanggal
Pencatatan KODE Nama Perusahaan
8 16 Mei 2017 TGRA PT Tregerra Asia Energy Tbk
9 08 Juni 2017 FINN PT First Indo American Leasing Tbk
10 09 Juni 2017 FIRE PT Alfa Energi Investama Tbk
11 16 Juni 2017 TOPS PT Totalindo Eka Persada Tbk
12 19 Juni 2017 KMTR PT Kirana Megatara Tbk
13 21 Juni 2017 HRTA PT Hartadinata Abadi Tbk
14 21 Juni 2017 MAPB PT Map Boga Adiperkasa Tbk
15 21 Juni 2017 WOOD PT Integra Indocabinet Tbk
16 21 Juni 2017 ARMY PT Armidian Karyatama Tbk
17 22 Juni 2017 HOKI PT Buyung Poetra Sembada Tbk
18 22 Juni 2017 MABA PT Marga Abinaya Abadi Tbk
19 05 Juli 2017 MPOW PT Megapower Makmur Tbk
20 12 Juli 2017 MARK PT Mark Dynamics Indonesia Tbk
21 07 Agustus 2017 NASA PT Ayana Land International Tbk
22 25 September 2017 MDKI PT Emdeki Utama Tbk
23 03 Oktober 2017 BELL PT Trisula Textille Industries Tbk
24 05 Oktober 2017 KIOS PT Kioson Komersial Indonesia Tbk
25 10 Oktober 2017 GMFI PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk
26 11 Oktober 2017 MTWI PT Malacca Trust Wuwungan Industri Tbk
27 16 Oktober 2017 ZINC PT Kapuas Prima Coal Tbk
28 01 November 2017 MCAS PT M Cash Integrasi Tbk
29 24 November 2017 PPRE PT PP Presisi Tbk
30 30 November 2017 WEGE PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk
31 05 Desember 2017 PSSI PT Pelita Samudera Shipping Tbk
32 13 Desember 2017 DWGL PT Dwi Guna Laksana Tbk
33 13 Desember 2017 PBID PT Panca Budi Idaman Tbk
34 18 Desember 2017 JMAS PT Asuransi Jiwa Syariah Tbk
35 19 Desember 2017 CAMP PT Campina Ice Cream Industry Tbk
36 22 Desember 2017 IPCM PT Jasa Armada Indonesia Tbk
37 29 Desember 2017 PCAR PT Proma Cakrawala Abadi Tbk
Sumber: Idx.co.id (2018), data diolah
54
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2017:81). Penentukan sampel penelitian menggunakan teknik
sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2017:81). Teknik sampling yang digunakan
adalah metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan teknik
pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017:85). Metode ini
dipilih untuk memproleh batasan-batasan dan kesesuaian tujuan dari penelitian ini.
Kriteria yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) periode 1 Januari 2017
– 31 Desember 2017. Sampel ini digunakan karena banyak perusahaan IPO yang
mengalami auto rejection setelah diberlakukannya sistem auto rejection yang
baru oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berlaku mulai tanggal 3 Januari 2017.
2. Perusahaan-perusahaan IPO periode 1 Januari 2017 – 31 Desember 2017 yang
saat pencatatan termasuk ke dalam papan pengembangan. Kriteria ini digunakan
karena, banyak perusahaan-perusahaan dalam indeks papan pengembangan yang
memiliki peluang dipermainkan dalam pasar.
3. Perusahaan-perusahaan IPO di atas, yang sahamnya mengalami auto rejection
berdasarkan ketentuan KEP-00113/BEI/12-2016 yaitu harga perdana untuk saham
perusahaan tercatat yang pertama kali diperdagangkan di bursa.
55
Berdasarkan kriteria di atas, saham perusahaan yang memenuhi kriteria untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan IPO Auto-Rejection Periode 1 Januari 2017 –
31 Desember 2017
NO KODE Nama Perusahaan Harga
IPO
Harga
Penutupan
Presentase
Kenaikan/
Penurunan
1 TAMU PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk Rp 110 Rp 187 70.00%
2 TGRA PT Tregerra Asia Energy Tbk Rp 200 Rp 340 70.00%
3 FINN PT First Indo American Leasing Tbk Rp 105 Rp 178 69.52%
4 FIRE PT Alfa Energi Investama Tbk Rp 500 Rp 750 50.00%
5 KMTR PT Kirana Megatara Tbk Rp 458 Rp 685 49.56%
6 MAPB PT Map Boga Adiperkasa Tbk Rp1,680 Rp 2,520 50.00%
7 ARMY PT Armidian Karyatama Tbk Rp 300 Rp 450 50.00%
8 MPOW PT Megapower Makmur Tbk Rp 200 Rp 340 70.00%
9 MARK PT Mark Dynamics Indonesia Tbk Rp 250 Rp 374 49.60%
10 KIOS PT Kioson Komersial Indonesia Tbk Rp 300 Rp 450 50.00%
11 MTWI PT Malacca Trust Wuwungan I Tbk Rp 100 Rp 170 70.00%
12 ZINC PT Kapuas Prima Coal Tbk Rp 140 Rp 238 70.00%
13 MCAS PT M Cash Integrasi Tbk Rp1,385 Rp 2,070 49.46%
14 DWGL PT Dwi Guna Laksana Tbk Rp 150 Rp 254 69.33%
15 JMAS PT Asuransi Jiwa Syariah Tbk Rp 140 Rp 238 70.00%
16 CAMP PT Campina Ice Cream Industry Tbk Rp 330 Rp 494 49.70%
17 PCAR PT Proma Cakrawala Abadi Tbk Rp 150 Rp 254 69.33%
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan tabel 3.2 maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 17
perusahaan dari 37 perusahaan populasi yang ada.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang sumbernya tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
56
data, dapat melalui orang lain maupun media. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, penelitian-penelitian
terdahulu, internet dan website yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Data-
data tersebut diakses melalui website www.idx.co.id, www.ksei.co.id dan
www.seputarforex.com.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data informasi yang
berkaitan dengan masalah penilitian. Data-data yang dikumpulkan adalah data-data
harga saham 30 hari transaksi setelah perusahaan menyentuh batas price limit. Data-
data tersebut diakses melalui website www.idx.co.id, www.yahoofinance.com dan
www.seputarforex.com dengan adanya data-data tersebut, peneliti dapat
menyelesaikan masalah dalam penelitian ini dan membuktikan hipotesis.
3.4.2 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji teori yang didapat dari literatur berupa
buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu dan internet yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memperoleh pengetahuan
yang lebih luas yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
57
3.5 Variabel Penelitian
Variabel merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:38). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, antara lain:
1. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(Sugiyono, 2017:39). Variabel independen dalam penelitian ini adalah daily stock
price limits atau batas harga saham harian.
2. Variabel dependen (variable terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2017:39). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah volatilitas return saham, volume perdagangan,
harga keseimbangan, dan nilai wajar.
3.6 Definisi Konseptual Variabel
Definisi konseptual adalah penjelasan mengenai arti suatu konsep (Indriyantoro dan
Supomo, 2011). Definisi variabel-variabel dalam penelitian ini secara konseptual
adalah sebagai berikut:
1. Price Limits
Daily stock price limits atau batas harga saham harian merupakan batas buatan
yang dikenakan oleh para regulator untuk membatasi pergerakan harga saham
58
harian yang ekstrim (Chen dkk, 2005). Price limits atau yang biasa disebut auto-
rejection diberlakukan oleh BEI untuk mengurangi tingkat risiko yang dihadapi
para investor khususnya investor irrasional. Price limits digunakan untuk
mencegah pembentukan harga yang tidak wajar, kepanikan di pasar,
meningkatnya harga yang terlalu tinggi serta jatuhnya harga yang terlalu besar.
2. Volatilitas Return Saham
Return saham merupakan laba investasi baik melalui bunga atau dividen (Shook
dalam Fahmi, 2014). Volatilitas return saham merupakan fluktuasi return saham
yang cukup tajam yang diterima investor karena adanya kecenderungan
perubahan harga yang tak terduga di pasar modal. Volatilitas juga menyebabkan
ketidak efisienan di pasar, karena harga yang terbentuk tidak mencerminkan nilai
sesungguhnya. Volatilitas juga menyebabkan tidak dapat diprediksinya harga-
harga di masa depan karena data-data yang ada tidak stabil.
3. Volume Perdagangan
Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang
diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada
waktu tertentu (Husnan dalam Pramana, 2012). Volume perdagangan saham
merupakan banyaknya lembar saham yang aktif diperjualbelikan di pasar modal.
Volume perdagangan saham digunakan untuk mengamati reaksi pasar terhadap
informasi yang tersebar di pasar dan untuk mengukur apakah investor mengetahui
59
informasi–informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dan menggunakannya
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam jual beli saham.
4. Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan didefinisikan sebagai harga yang terbentuk disaat jumlah
penawaran (supply) dan permintaan (demand) dari suatu saham adalah sama.
Harga keseimbangan terwujud jika harga yang diminta penjual dan harga yang
diinginkan oleh pembeli adalah sama serta menunjukan bahwa informasi yang
dimiliki oleh para investor dan pihak manajemen perusahaan sama, yang
selanjutnya mewujudkan pasar modal efisien.
5. Nilai Wajar
Nilai intrinsik (nilai wajar) suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari
aliran kas masuk yang akan didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan
tersebut (Buffett dalam Amalia dan Harnovinsah, 2013). Nilai wajar merupakan
cerminan keuntungan atau return saham yang akan diperoleh investor di masa
depan. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur nilai saham yang adil dan
dicerminkan melalui harga penutupan.
3.7 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah batasan pengertian tentang variabel yang diteliti yang di
dalamnya adalah cerminan dari indikator yang akan digunakan untuk mengukur
60
indikator-indikator yang bersangkutan (Sugiyono, 2013). Definisi operasonal dari
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Price Limits
Price limits merupakan presentase batas harga saham harian yang diukur melalui
tingkat variasi harga saham pada hari perdagangan.
2. Volatilitas Return Saham
Volatilitas return saham merupakan tingkat volatilitas return saham harian
selama periode penelitian. Return saham harian yang digunakan adalah sepuluh
hari setelah harga saham menyentuh batas price limit.
3. Volume Perdagangan
Volume perdagangan merupakan presentase variasi volume perdagangan saham
selama periode penelitian. Volume perdagangan saham dihitung sebelum dan
setelah hari perdagangan untuk saham yang mencapai batas maksimum dan
saham yang mencapai batas minimum. Volume perdagangan saham harian yang
digunakan adalah sepuluh hari setelah harga saham menyentuh batas price limits.
4. Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan merupakan tingkat pengembalian antara harga penutupan
dan harga pembukaan pada hari perdagangan.
5. Nilai Wajar
Nilai wajar saham secara operasional diukur dengan menggunakan harga
penutupan saham. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur nilai saham yang
adil dan dicerminkan melalui harga penutupan.
61
Berikut ini adalah definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan
dalam penelitian ini:
Tabel 3.3 Definisi Operasional
No Variabel Pengertian Pengukuran Skala
1 Price Limits
Presentase
tingkat
variasi harga
saham
(𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 − 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛)
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛𝑥 100
Nominal
2 Volatilitas
Return Saham
Return saham
harian
𝑅𝑡 = 𝑃𝑡−1 − 𝑃𝑡
𝑃𝑡−1
Nominal
3 Volume Perdagangan
Presentase
variasi
volume perdagangan
𝑇𝑉𝐴 = ∑ 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
∑ 𝑝𝑒𝑟𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡 − 1 𝑥 100
Nominal
4 Harga
Keseimbangan
Kembalinya
antara harga
penutupan
dan harga
pembukaan
pada hari
yang sama
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡
Nominal
5 Nilai Wajar
Nilai wajar
saham
dicerminkan
melalui harga penutupan
saham pada
hari ke t
Harga Penutupan Nominal
Sumber: Data diolah (2018)
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam
penelitian ini dan memberikan gambaran umum atau sebuah informasi yang lebih
jelas dan mudah untuk dipahami dari setiap variabel penelitian. Statistik deskriptif
62
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), maximum, minimum, standar deviasi dan observasi.
3.8.2 Analisis Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity
(GARCH)
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengaplikasikan
model GARCH melalui perangkat lunak Eviews 9. Dengan price limits sebagai
variabel independen (X) dan volatilitas return saham (Y1), volume perdagangan (Y2),
harga keseimbangan (Y3) serta nilai wajar (Y4) sebagai variabel dependen. Model
GARCH yang merupakan singkatan dari Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity adalah bentuk penyempurnaan model ARCH (Autoregressive
Conditional Heteroscedasticity) yang dikembangkan oleh Tim Bollerslev (1986 dan
1994). Model ini menganggap bahwa data dalam penelitian ini memiliki
heteroskedastisitas yang terlibat dugaan parameter koefisien regresi metode OLS
tetap tidak bias dan masih konsisten tetapi standard error dan interval keyakinan
menjadi terlalu besar sehingga penarikan kesimpulan terhadap model bisa
menyesatkan (Juanda dkk, 2012).
Model ARCH mengasumsikan bahwa varian residual tidak konstan dalam data time
series dan menggunakan variabel independen yang mampu memprediksi volatilitas
residual tersebut (Juanda dkk, 2012:93). Model ARCH ini dikembangkan oleh Robert
Engle yang kemudian disempurnakan menjadi model GARCH oleh Tim Bollerslev
(1986 dan 1994). Model GARCH menyatakan varian variabel gangguan tidak hanya
63
tergantung dari residual periode lalu tapi juga varian variabel gagguan periode lalu.
Model autoregressive conditional heteroskedasticity (ARCH) dan generalized
autoregressive conditional heteroskedasticity (GARCH) dipilih karena model ini
merupakan model estimasi terhadap perilaku data dengan volatilitas tinggi.
3.8.3 Langkah-langkah Analisis Generalized Autoregressive Conditional
Heteroscedasticity (GARCH)
Langkah yang dilakukan untuk melakukan analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Stasioneritas Data
a) Uji Stasioneritas
Dalam penerapan model autoregresif terdapat persyaratan yaitu data yang
digunakan merupakan data yang stasioner. Data dikatakan stasioner apabila
nila rata-rata dan varian dari data tersebut tidak mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu, atau dengan kata lain memiliki nilai rata-rata,
varian dan kovarian yang konstan. Untuk menguji stasioneritas data pada
penelitian ini dilakukan denga cara melihat korelasi (correlogram) melalui
Autocorrelation Function (ACF). Autocorrelation Function (ACF) merupakan
perbandingan antara kovarian pada kelambanan k dengan varian. ACF juga
menjelaskan besarnya korelasi data yang berurutan dalam runtut waktu.
Formulasi ACF adalah sebagai berikut:
𝜌𝑘 = 𝛾𝑘
𝛾0 .................................................................................................. 3.1
64
Dimana:
𝛾𝑘 = ∑(Yt− Y̅)(Yt+k−Y̅)
𝑛 .............................................................................. 3.2
𝛾0 = ∑(Yt− Y̅)2
𝑛 ......................................................................................... 3.3
Keterangan:
n : Jumlah observasi
�̅� : Rata-rata Data
Nilai ACF ini akan terletak pada -1 dan 1. Dengan asumsi sebagai berikut
(Eliyawati, 2012):
a. Jika nilai ACF pada setiap kelambanan = 0, maka data adalah stasioner
b. Jika nilai ACF pada setiap kelambanan ≠ 0, maka data adalah tidak
stasioner
Asumsi untuk menentukan dta stasioner juga dapat dilakukan dnegan melihat
pola correlogram dari ACF sebagai berikut (Juanda dkk, 2012):
a. Jika pola kolerogram menurun secara eksponensial mendekati titik nol,
maka data tidak stasioner.
b. Jika pola kolerogram dengan nilai positif-negatif secara bergantian di
sekitar titik nol, maka data stasioner.
b) Proses Diferensi
Proses diferensiasi (difference) dilakukan apabila data yang telah dilakukan
uji stasioneritas menunjukan bahwa data tidak stasioner. Proses diferensiasi
adalah suatu proses mencari perbedaan antara data satu periode dengan
65
periode yang lainnya secara berurutan (Eliyawati dkk, 2014). Setelah
melakukan proses diferensiasi maka dapat dilihat kembali melalui nilai
koefisien ACF yang diperoleh untuk mengetahui apakah data sudah stasioner.
2. Identifikasi Model ARIMA
Setelah menguji stasioneritas data, langkah selanjutnya adalah melakukan
identifikasi model pada data yang digunakan. Pemilihan model melalui
correlogram yaitu Autocorrelation Function (ACF) dan Partial Autocorrelation
Function (PACF) yang dapat dilihat melalui bentuk grafiknya (Eliyawati dkk,
2012). PACF dapat didefinisikan sebagai korelasi antara Yt dan Yt-k (Eliyawati
dkk, 2014). Menurut Widarjono dalam Eliyawati dkk (2014) menjelaskan bahwa
umumnya pada setiap kelambanan grafik ACF dan PACF akan berada di dalam
garis batas autokolerasi. Identifikasi model ini dilakukan dengan kondisi:
a. Apabila data sudah stasioner setelah uji stasioneritas data, maka model yang
digunakan yaitu model ARMA (p,q)
b. Apabila data belum stasioner setelah uji stasioner data, maka perlu dilakukan
proses differensi agar data menjadi stasioner, model yang digunakan adalah
ARIMA (p,d,q) dengan nilai d=1
c. Apabila data belum stasioner setelah uji stasioner data, maka perlu dilakukan
proses differensi agar data menjadi stasioner. Namun apabila proses differensi
tahap pertama dta belum stasioner, maka perlu adanya proses differensi
kedua, model yang digunakan adalah ARIMA (p,d,q) dengan nilai d adalah
sesuai dengan tahap keberapa proses differensi dilakukan.
66
Tabel 3.4 Asumsi Model AR, MA, ARMA, dan ARIMA
Model Persamaan Asumsi
Autoregressive (AR)
𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽𝑝𝑌𝑡−𝑝 + 𝑒𝑡
Data periode sekarang dipengaruhi oleh data pada
periode sebelumnya.
Moving Average (MA)
𝑌𝑡 = 𝛼0 + 𝛼𝑞𝑢𝑡 + 𝛼𝑞𝑢𝑡−𝑞
Data periode sekarang
dipengaruhi oleh nilai residual
data periode sebelumnya
Autoregressive Moving
Average (ARMA)
𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽𝑝𝑌𝑡−𝑝 + 𝛼𝑞𝑢𝑡 + 𝛼𝑞𝑢𝑡−𝑞
Data periode sekarang
dipengaruhi oleh data pada
periode sebelumnya dan juga
nilai residual data periode
sebelumnya.
Autoregressive
Integrated Moving
Average (ARIMA)
𝐷1𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝐴𝑅(𝑝) + 𝑀𝐴(𝑞)+𝑒𝑡
𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽𝑝𝑌𝑡−𝑝 + 𝛼𝑞𝑢𝑡 + 𝛼𝑞𝑢𝑡−𝑞
Mirip dengan ARMA, kecuali
data harus didiferen dulu.
Diferen inilah yang
membedakan dengan ARMA dengan ARIMA
Sumber: Winarno (2015)
3. Estimasi Model ARIMA
Tahap estimasi model adalah melakukan uji kelayakan terhadap model dengan
cara mencari model terbaik. Model yang terbaik berdasarkan pada goodness of fit
yaitu tingkat signifikansi variabel independen termasuk konstanta melalui nilai
koefisien determinasi (R2). Konsep koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa baik garis regresi cocok dengan datanya atau mengukur
presentase total variasi Y yang dijelaskan oleh garis regresi. R2 dapat dituliskan
dalam persamaan sebagai berikut:
𝑅2 =(∑(𝑌𝑖− �̅�)
2)
∑(𝑌𝑖− �̅�)2 ............................................................................................. 3.4
Keterangan:
R2 : Koefisien Determinasi
�̅� : Rata-rata Data
67
Nilai koefisien determinasi (R2) terletak antara 0 dan 1. Jika R2 semakin
mendekati 1 maka akan semakin baik nilai regresi, karena mampu menjelaskan
data aktualnya. Dengan asumsi sebagai berikut:
a. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) semakin tinggi maka nilai regresi
adalah baik
b. Apabila nilai koefisien determinasi (R2) semakin rendah maka nilai regresi
adalah kurang baik
Tabel 3.5 Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Interval Nilai Koefisien Tingkat Hubungan
0,001 – 0,200 Sangat Lemah
0,201 – 0,400 Lemah
0,401 – 0,600 Cukup Lemah
0,601 – 0,800 Kuat
0,801 – 1,000 Sangat Kuat
4. Uji Diagnosis Model ARIMA
Uji diagnosis dilakukan untuk membuktikan bahwa model yang telah dipilih
sudah baik dengan memiliki residual yang relative kecil (white noise). Uji
diagnosis dilakukan dengan melihat hasil residual test. Residual test dilakukan
dengan cara melihat korelasi (correlogram) baik melalui Autocorrelation
Function (ACF) maupun Partial Autocorrelation Function (PACF). Jika
koefisien ACF dan PACF secara individual tidak signifikan maka residual yang
didapatkan adalah bersifat random. Untuk melihat signifikan atau tidaknya
koefisien ACF dan PACF dilihat melalui uji statistik yang dikembangkan oleh
68
Ljung-Box atau lebih dikenal dengan uji statistic Ljung-Box (LB), denga
formulasi sebagai berikut:
𝐿𝐵 = 𝑛(𝑛 + 2) ∑(𝑝𝑘2)
𝑛−𝑘~𝑋𝑚
2𝑚𝑘=1 .................................................................... 3.5
Uji statistik Ljung-Box (LB) ini mengikuti distribusi chi squares dengan derajat
kebebasan (df) sebesar m (Juanda dkk, 2012:26). Jika nilai statistik LB lebih kecil
dari nilai kritis statistik dari tabel distribusi chi squares maka residual bersifat
random (white noise) sehingga dapat dikatakan bahwa model yang terpilih sudah
baik (Eliyawati, 2012).
5. Identifikasi Model ARCH-GARCH (Heteroskedastisitas)
Setelah model terpilih, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi untuk
menguji apakah data yang diteliti mengandung heteroskedastisitas atau tidak.
Pengujian dilakukan dengan mengamati beberapa ringkasan stastistik dari data.
Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan mengetahui pola residual
kuadrat dari correlogram dengan kondisi (Eliyawati, 2012):
a. Jika nilai ACF dan PACF adalah sama dengan nol pada semua kelambanan
atau secara statistik tidak signifikan, maka tidak ada unsur heteroskedastisitas
b. Jika nilai ACF dan PACF adalah tidak sama dengan nol pada semua
kelambanan atau secara statistic signifikan, maka ada unsur
heteroskedastisitas
Pengujian yang kedua yaitu dengan melakukan uji ARCH-LM yang dapat dilihat
melalui tabel keluaran ARCH-LM. Model dapat dikatakan mengandung unsur
69
ARCH (heteroskedastisitas) jika nilai obs*R-squared dalam table memiliki
probabilitas lebih kecil dari 1% (Eliyawati, 2012).
6. Estimasi Model GARCH
Metode yang digunakan untuk menentukan parameter GARCH adalah dengan
menggunakan metode Likelihood (ML). Metode Likelihood (ML) digunakan
dengan cara agar probabilitas nilai Y adalah setinggi mungkin. Untuk mencapai
nilai Y yang maksimum maka perlu dimaksimumkan nilai fungsi likehood.
Fungsi likehood (Likehood Function) adalah perkalian dari setiap probabilitas
kejadian individual pada semua observasi n. setelah diestimasi berbagai alternatif
akan diputuskan model yang terbaik. Model yang terbaik adalah model yang
memiliki ukuran kebaikan yang besar dan koefisien yang nyata. Dua hal ini
tercakup sekaligus dalam Akaike Information Criterion (AIC) dan kemudian
dilihat berdasarkan nilai terkecil dari AIC (Eliyawati, 2012).
7. Evaluasi Model
Evaluasi dilakukan untuk melihat kecukupan model untuk membuktikan bahwa
model yang diperoleh cukup memadai. Jika model tidak memadai, maka kembali
ketahap identifikasi untuk mendapatkan model yang lebih baik. Uji diagnostik
dilakukan dengan pengujian white noise dari hasil penerapam model yang dipilih
(Eliyawati dkk, 2012).
70
Gambar 3.1 Langkah-langkah Metode GARCH
3
3 4
UJI
STASIONE-
RITAS DATA
Dengan melihat
correlogram
melalui ACF
PROSES
DIFERENSI
Membuat data
menjadi
stasioner
DATA
IDENTIFIKASI
MODEL ARMA
Dengan melihat
correlogram
melalui ACF
dan PACF
ESTIMASI
MODEL
Dengan
mengamati nilai
koefisien
determinasi
IDENTIFIKASI
MODEL
ARIMA
Dengan melihat
correlogram
melalui ACF
dan PACF
1 2
YA
TIDAK
ESTIMASI
MODEL
GARCH
UJI
DIAGNOSIS
MODEL
Dengan melihat
ACF dan PACF
MENGIDENTIFIKASI EFEK ARCH
DAN GARCH
Dengan melihat pola residual kuadrat dari
correlogram atau dengan menggunakan uji
ARCH-LM
EVALUASI
MODEL
5
6 7
YA
YA TIDAK
71
3.9 Uji Hipotesis
Setelah melakukan analisis dan evaluasi terhadap data penelitian dengan
menggunakan teknik di atas, dilakukan perhitungan persamaan berdasarkan model
yang telah dipilih untuk menguji hipotesis yang ada.
Ho = Terdapat pengaruh tidak signifikan
Ha = Terdapat pengaruh signifikan
Kriteria pengambilan keputusan uji hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas model < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga terdapat pengaruh signifikan
2. Jika nilai probabilitas model > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga terdapat pengaruh tidak signifikan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh daily stock price
limits terhadap risiko investasi yang diukur melalui variabel volatilitas return saham,
volume perdagangan, harga keseimbangan dan nilai wajar pada perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering (IPO) periode 2017, serta setelah dianalisis
menggunakan teori-teori yang ada maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan daily stock price limits terhadap volatilitas
return saham. Regulasi price limits tidak efektif mengatasi volatilitas yang ada
dan menyebabkan risiko menjadi tinggi.
2. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan daily stock price limits terhadap volume
perdagangan. Regulasi price limits juga tidak mengganggu transaksi perdagangan
yang terjadi dan tidak terjadi kenaikan yang lebih besar di hari-hari perdagangan
berikutnya.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan daily stock price limits terhadap harga
keseimbangan. Regulasi price limits menghambat pergerakan harga menuju titik
keseimbangan.
159
4. Terdapat pengaruh yang signifikan daily stock price limits terhadap nilai wajar
saham. Ketidakefektifan price limits dalam mengatasi volatilitas dan investor
irrasional mengakibatkan investor tidak dapat membuat keputusan rasional
melalui nilai wajar saham
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
1. Sulitnya mendapatkan referensi tentang penelitian yang sejenis.
2. Sampel yang digunakan dari banyak perusahaan, dan hanya pada perusahaan yang
melakukan IPO periode 2017.
3. Hanya menggunakan satu model ekonometrika (GARCH) untuk memodelkan
variabel yang ada, sehingga variabel volume perdagangan yang tidak dapat
diestimasi tidak diantisipasi.
4. Periode pengamatan harian yang hanya menggunakan 30 hari transaksi
perdagangan.
5.3 Saran
1. Bagi Investor diharapkan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk
melakukan pembelian saham. Diperlakukan analisis yang cukup baik untuk
merespon informasi yang ada di pasar serta perlu mengetahui bahwa adanya price
limits digunakan sebagai pembatasan harga saham. Investor dapat berpikir lebih
rasional dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi return saham,
volume perdagangan, harga keseimbangan dan nilai wajar yang sudah tersedia.
160
2. Bagi pemerintah dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI) perlu diterapkan
regulasi atau sistem lain yang dapat menyempurnakan regulasi price limits,
karena regulasi price limits tidak efektif untul mengatasi volatilitas. Regulasi
yang diterapkan harus mampu bekerja efektif dalam mengatasi volatilitas dan
investor irrasional, serta mampu melindungi investor dari kerugian yang besar.
BEI perlu mengadakan pelatihan atau pembelajaran khususnya bagi para investor
pemula atau investor baru agar dapat merespon informasi di pasar dengan baik.
3. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk
penelitian dengan topik yang berkenaan tentang regulasi price limits atau circuit
breaker mechanism.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengebangkan dan memperbaiki lebih baik
dangan menambahkan variabel yang potensial yang dipengaruhi oleh price limits.
Melakukan penelitian dengan menggunakan 1 perusahaan dengan periode
pengamatan yang cukup panjang agar dapat diperoleh hasil yang signifikan. Serta
menambahkan model ekonometrika lainnya sebagai alat analisis.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Abdelzaher, M. A., dan K. Elgiziry. 2017. The Effectof Daily Stock Price Limits on
the Investment Risk: Evidence from the Egyptian Stock Market. Kairo. Cairo
University. Accounting and Finance Research Vol. 6, No. 4
Al-Rjoub, Samer A. M. dan S. Abutabenjeh. 2009. Price Limits and Stock Return
Volatility in Jordanian Banks. Jordan. Hashemite University. International
Journal Monetary Economics and Finance, Vol 2. No 2
Apriliana, P. M., dan C. Wijaya. 2013. Analisis Pengaruh Perubahan Sistem Multi
Fraksi Harga Saham dengan Auto Rejection terhadap Likuiditas Saham
Kompas 100. Universitas Indonesia
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta: Ekonisia.
Badan Pusat Statistik. 2018. Ekonomi Triwulan I-2017 tumbuh 5,19 Persen.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/02/05/1519/ekonomi-indonesia-
triwulan-iv-2017--tumbuh-5-19-persen.html. Diakses pada 10 Agustus 2018
Britama. 2018. Profil Emiten. http://britama.com/index.php/category/emiten/profil-
emiten. Diakses pada 4 Januari 2019
Chen, G. M., Oliver M. R., dan Steven S.W. 2005. The Effectiveness of Price Limits
and Stock Characteristics: Evidence from the Sanghai and Shenzhen Stock
Exchanges. Hong Kong. Review of Quantitative Finance and Accounting,
25:159-182
Chen, J., D. Zheng, dan H. Li. 2014. Effectiveness, Cause and Impact of Price Limit-
Evidence from China’s Cross-Listed Stock. China. Int. Fin. Markets, Inst.
And Money 29 : 217-241
Darmadji, T. dan Hendy M. F. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Salemba
Empat.
Eliyawati, Wenty Yolanda. 2012. Penerapan Model GARCH (Generalized
Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) untuk Menguji Pasar Modal
Efisien di Indonesia. Malang. Universitas Brawijaya
x
Eliyawati, W.Y., R. Rustam H., dan Devi F. A. 2014. Penerapam Model GARCH
(Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) untuk Menguji
Pasar Modal Efisien di Indonesia. Malang. Universitas Brawijaya. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 7, No. 2
Fahmi, Irham. (2012). Manajemen Investasi: Teori dan Soal Jawab. Jakarta: Salemba
Empat
Greenwald, B. C, and J. C. Stein. 1991. Transactional Risk, Market Crashes, and the
Role of Circuit Breakers. Journal of Business 64 (4): 443-462
Gulay, G. dan R. Bildik. 2006. Are Price Limits Effective? Evidence from the
Instanbul Stock Exchange. Istanbul. Journal of Financial Research 29 (3),
383-403
Ida, W dan Said D. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Capital Gain pada
Industri Properti di Bursa Efek Indonesia (Periode tahun 2008 – 2013).
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Vol. 2, No. 1
IDX. 2015. KEP-00096/BEI/08-2015 tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.
http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Regulation/DecisionOfTheBoardO
fDirectors/id-ID/20150824_SK-Perubahan-Batasan-Auto-Rejection.pdf.
Diakses pada 10 Agustus 2018
IDX. 2017. KEP-00113/BEI/12-2016 tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas.
IDX. 2018. Aktivitas Pencatatan. https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/aktivitas-
pencatatan. Diakses pada 30 Agustus 2019
IDX. 2018. Sejarah dan Milestone. https://idx.co.id/tentang-bei/sejarah-dan-
milestone/. Diakses pada 4 Januari 2019
Indarti, Iin dan Desti M. BR. Purba. 2011. Analisis Perbandingan Harga Saham dan
Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split. Semarang.
STIE Widya Manggala. Jurnal Aset, Vol. 13, No. 1, Hal 57-63
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE,Yogyakarta
Irawan, I. K. D. D. P. dan I G. N. A. Suaryana. 2016. Perbandingan Likuiditas Saham
Sebelum dan Sesudah Perubahan Fraksi Harga dan Satuan Perdagangan.
Denpasar. Universitas Udayana. E-Journal Accounting, Vol. 14, No. 2
Isnaini, W. dan N. Ghoniyah. 2013. Analisis Resiko Investasi Saham pada
Perusahaan Go Public di Jakarta Islamic Index (JII). Semarang. Universitas
Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Media Ekonomi dan Manajemen Vol.
28 No. 2
xi
Joan, E., & James, M. M. 1997. The effects of price limits on trading volume: a study
of the cotton futures market. Current Issues in Economics and Finance,
3(Jan).
Jogiyanto, Hartono. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Juanda, Bambang dan Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi.
Bogor. IPB Press
Kim, K. A. dan S. G. Rhee. 1997. Price Limit Performance: Evidence from the Tokyo
Stock Exchange. The Journal of Finance, Vol. LII, 885-901
Kim, Wonse dan S. Jun. 2018. Effects of a Price Limits Change on Market Stability
at the Intraday Horizon in the Korean Stock Market. Seoul. Seoul National
University
Khodavandloo, M. dan Z. Zakaria. 2013. The Effect of Price Limits in an Emerging
Market: Evidence from the Bursa Malaysia. Kuala Lumpur. Niversiti
Teknologi Malaysia (UTM). Journal of International Academic Workshop on
Social Science
Kodres, L. E. dan D. O’Brien. 1994. The Exixtence of Pareto-Superior Price Limits.
The American Economic Review, Vol. 84, 919-932
KSEI. 2018. Terobosan 20 Tahun KSEI: Dua Dasawarsa Berinovasi untuk Negeri.
http://www.ksei.co.id/files/uploads/press_releases/press_file/id-
id/143_berita_pers_terobosan_20_tahun_ksei_dua_dasawarsa_berinovasi_un
tuk_negeri_20171227183005.pdf . Diakses pada 15 Agustus 2018
KSEI. 2018. Pengumuman Kustodian Sentral Efek Indonesia.
http://www.ksei.co.id/publications/ksei-
announcements?Month=01&Year=2017 . Diakses pada 15 Agustus 2018
Lehmann, B. N. 1989. Commentary: Volatility, Price Resolution, and the
Effectiveness of Price Limits. In F. R. Edwards (Ed.), Regulatory Reform of
Stock and Futures Markets: A Special Issue of the Journal of Financial
Services Research (pp. 107-111). Dordrecht: Springer Netherlands.
Liangliang, L.U. 2016. Performance of Price Limits: Evodence from Cross-Listed
Stocks in China. Shanghai. Shanghai Jiaotong University. Journal Shanghai
Jiaotong Univ. Vol 21 No 2
xii
Ma. C. K., R.P. Rao., dan R.S. Sears. 1989. Volatility, Price Resolution, and the
Effectiveness of Price Limits. Journal of Financial Services Research, Vol. 3,
165-19
Nastiti, K. L. M. dan A. Suharsono. 2012. Analisis Volatilitas Saham Perusahaan Go
Public dengan Metode ARCH-GARCH. Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS). Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 1, No. 1
Otoritas Jasa Keuangan. 2018. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal. https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/undang-
undang/Documents/Pages/undang-undang-nomor-8-tahun-1995-tentang-
pasar-modal/UU%20Nomor%208%20Tahun%201995%20(official).pdf.
Diakses pada 3 September 2018
Otoritas Jasa Keuangan 2018. Peraturan pemerintang Nomor 12 tahun 2004 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-
pemerintah/Pages/peraturan-pemerintah-nomor-12-tahun-2004-tentang-
penyelenggaraan-kegiatan-di-bidang-pasar-modal.aspx . Diakses pada 3
September 2018
Otoritas Jasa Keuangan. 2018. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 1995 tentang
Tata Cara Pemerikasaan di Bidang Pasar Modal.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-
pemerintah/Pages/peraturan-pemerintah-nomor-46-tahun-1995-tentang-tata-
cara-pemeriksaan-di-bidang-pasar-modal.aspx. Diakses pada 3 September
2018
Park, C. W. (2000). Examining futures price changes and volatility on the trading
day after a limit-lock day. Journal of Futures Markets, 20(5), 445-466
Phylaktis, K., Kavussanos, M., & Manalis, G. (1999). Price Limits and Stock Market
Volatility in the Athens Stock Exchange. European Financial Management,
5(1), 69-84
Pramana, Andi. 2012 Analisis Perbandingan Trading Volume Activity dan Abnormal
Return Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Studi Kasus PAda
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011).
Semarang. Universitas Diponegoro.
Prasetya, Ferry. 2012. Modul Ekonomi Publik Bagian III Teori Informasi Asimetris.
Malang. Universitas Brawijaya
Prasetyo, Eko. 2009. Price Limit Performance: Studi Empiris Pada Bursa Efek
Indonesia Periode 2007–2008. Jakarta. Universitas Indonesia
xiii
Rita, M. R., dan R. B. Wisudana. 2010. Penerapan Price Limit untuk Mengatasi
Volatilitas Return Saham. Universitas Kristen Satya Wacana. Jurnal
Akuntansi dan Investasi Vol. 11, No. 2, halaman 137-147
Sayed, A. dan C. Auret. 2018. The Effectiveness of Price Limits in the South African
White Maize Futures Market. Afrika Selatan. Investment Analysis Journal
Sihombing, M. A. 2015. Implikasi Information Asymmetry terhadap Tingkat
Pengembalian Saham. Bandar Lampung. Universitas Lampung
Spiegel, M. I. dan A. Subrahmanyam. 2000. Asymmetric Information and News
Disclosure Rules. Los Angeles. Journal of Intermediation Vol. 9, No. 4
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung.
Alfabeta
Suhendah, R., dan E. Imelda. 2012. Pengaruh Informasi Asimetri, Kinerja Masa Kini
dan Kinerja Masa Depan Terhadap Earnings Management pada Perusahaan
Manufaktur yang Go Public dari Tahun 2006-2008. Jakarta. Universitas
Tarumanegara. Jurnal Akuntansi/Volume XVI, No. 02, Hal: 262-279
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta. Kanisius.
Umica, N. R. 2016. Implementasi Kebijakan Dividen, Price Earning Ratio (PER),
Price Book Value (PBV), Debt Equity Ratio (DER) terhadap Stock Return.
Bandar Lampung. Universitas Lampung
Wahyuliantini, N. M., dan A. A. G. Suarjaya. 2015. PEngaruh Harga Saham, Volume
Perdagangan Saham. Dan Volatilitas Return Saham pada Bid-Ask Spread.
Bali. Universitas Udayana. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan Vol. 9, No. 2
Widhyawati, I. A. M., dan I. G. A. Eka Damayanthi. 2015. Pengaruh Trading
Volume, Market Value, dan Return Variance Pada Bid-Ask Spread. Bali.
Universitas Udayana. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.3
Wikipedia. 2017. Senin Hitam (1987).
https://id.wikipedia.org/wiki/Senin_Hitam_(1987). Diakses pada 10 Agustus
2018
Zhang, X., J. Ping, T. Zhu, Y. Li, dan X. Xiong. 2016. Are Price Limits Effective? An
Examination an Artificial Stock Market. Tianjin, China. Tianjin University
Zen, B. A. A. 2018. Analisis Dampak Perubahan Batas Bawah Auto Rejection pada
Kinerja Saham dan Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Bandar Lampung. Universitas Lampung
xiv
Zeng, Y., Liu, B. & Wong, W. (2009). Can price limits help when the price is
falling? Evidence from transactions data on the Shanghai Stock Exchange.
China Economic Review, 20(1), 91-102
Zubaidi, A Indra, 2006, Faktor-Faktor Fundamental Keuangan Yang Mempengaruhi
Resiko Saham. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol 2, No.3, 239-256