stock call tbig target price pt tower bersama ... call/tbig stockcall...hal ini didasarkan pada dua...
TRANSCRIPT
Stock Call
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
Your Trusted Professional
1
Telecommunication Sector Lifting Up
Kami memberikan rekomendasi BUY kepada TBIG dengan target price
sebesar IDR 7.050 yang merefleksikan kenaikan potensial sebesar 25%.
Hal ini didasarkan pada dua investment thesis berikut: 1. Pergeseran
tren dari voice ke data yang mendorong pertumbuhan sektor
telekomunikasi. 2. Posisi TBIG sebagai salah satu leader dalam sektor
penyewaan menara dengan pertumbuhan pendapatan yang stabil.
Potensi peningkatan penggunaan data di Indonesia
Indonesia telah mengalami pertumbuhan penggunaan telepon selular secara
signifikan. Hanya dalam lima tahun (2005 – 2015), pengguna telepon selular
di Indonesia meningkat hingga lima kali lipat menjadi 308 juta pengguna
pada tahun 2015. Seiring dengan penggunaan telepon selular, pembangunan
tower juga mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5% selama lima tahun
terakhir. Saat ini terdapat sekitar 30 ribu menara yang tersebar di seluruh
Indonesia dan sekitar 30% dimiliki oleh TBIG.
Posisi TBIG dalam bisnis penyewaan menara telekomunikasi
Selama lima tahun terakhir, TBIG telah berhasil mencatatkan pertumbuhan
menara sebesar 50% per tahun. Pertumbuhan menara tersebut diikuti oleh
pertumbuhan penyewaan (tenancy) yang signifikan sebesar 54%. Meskipun
sempat mengalami penurunan dalam rasio kolokasi (rasio antara jumlah
menara dengan jumlah penyewaan), hal tersebut tidak menghambat ekspansi
TBIG dalam mengakuisisi menara milik operator telekomunikasi.
Valuasi
Kami menetapkan target price 12 bulan ke depan untuk TBIG sebesar IDR
7.050 yang mencerminkan PE FY2016E sebesar 19,9x dan PS FY2016E
sebesar 8,7x. Asumsi yang kami gunakan untuk mencapai target price
tersebut adalah beta sebesar 0.7, equity risk premium sebesar 9.5%, risk-free
rate sebesar 8,6%, serta terminal growth rate sebesar 4%. Dari berbagai
asumsi tersebut, kami sampai pada weighted average cost of capital (WACC)
sebesar 9.5%.
Company Description PT Tower Bersama Infrastructure Tbk.
(TBIG) adalah salah satu market leader
dalam bisnis penyewaan menara komu-
nikasi. Saat ini, TBIG memiliki lebih dari
10.000 site komunikasi yang tersebar
diseluruh Indonesia. Pelanggan TBIG
terdiri dari pemain besar operator tele-
komunikasi seperti Telkomsel, Indosat,
XL Axiata, Telkom, Tri, dan lain-lain.
14 Januari 2016
Buy
Sumber: MCI Research, Bloomberg
52-week range (IDR)
Market Cap (IDR T)
Shares O/S (IDR bn)
JCI Weight
Shares Float
YTD Change
Beta
5.775-9.800
32.137
4.718
0,7%
47,8%
-30,9%
0,7
IDR 5.625
IDR 7.050
TBIG
Infrastruktur
Price (14/01/2016)
Target Price
Ticker
Industry
Genio Bian Treba Alifianda
Shareholders (3Q15) 27,52%
24,67%
47,81%
PT Wahana Anugerah Se-
jahtera
PT Provident Capital Indo-
nesia
Masyarakat
Stock Data
Key Metrics 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Revenue (IDR bn) 1,715 2,691 3,307 3,461 3,803 4,373
EBITDA (IDR bn) 1,398 2,205 2,717 2,935 3,399 4,208
Net Income (IDR bn) 842 1248 1301 1807 1673 2029
EPS (IDR bn) 176 260 276 383 355 430
ROA 5.9% 6.7% 5.9% 7.2% 6.7% 7.4%
ROE 19.8% 30.3% 31.5% 32.4% 23.8% 23.0%
P/E 33.3 23.1 34.9 15.4 19.9 21.4
P/S 16.4 10.7 13.7 8.0 8.7 9.9
P/B 7.0 7.2 11.4 5.0 4.7 4.9
EV/EBITDA 25.6 18.3 22.5 15.7 14.0 12.5
Interest coverage 2.7 2.4 1.8 2.9 2.8 3.5
Debt to Equity 2.06 3.16 3.89 3.15 2.31 1.87
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12/10/2014 3/10/2015 6/10/2015 9/10/2015 12/10/2015
TBIG Target Price
Your Trusted Professional
2
Telecommunication Sector Opportunity: Indonesia Broadband Plan
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan penetrasi internet
yang rendah. Oleh karena itu, pemerintah merencanakan Indonesia Broadband Plan
yang bertujuan untuk menyediakan layanan broadband internet kepada 30% dari
populasi Indonesia pada tahun 2019. Target lain yang termasuk dalam rencana ini
adalah peningkatan rasio koneksi rumah tangga ke internet broadband (20Mbps)
menjadi 71% pada tahun 2019. Penetrasi mobile broadband juga ditargetkan akan
mencapai 100%.
Dari sasaran pembangunan infrastruktur pada Indonesia Broadband Plan, akses
bergerak memiliki presentase yang lebih besar meskipun kecepatannya lebih rendah
dibandingkan dengan akses tetap. Harga yang lebih terjangkau serta jangkauan yang
lebih luas membuat akses bergerak menjadi prioritas utama pemerintah untuk
menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Investment Thesis
Jaringan Akses 2014 2015E 2016E 2017E 2018E 2019E
Perkotaan
Rumah 3 Mbps 3 Mbps 3 Mbps 5 Mbps 10 Mbps 20 Mbps
Gedung 100 Mbps 384 Mbps 512 Mbps 1 Gbps 1 Gbps 1 Gbps
Akses Bergerak 512 Kbps 512 Kbps 1 Mbps 1 Mbps 1 Mbps 1 Mbps
Pedesaan
Rumah 1 Mbps 2 Mbps 2 Mbps 3 Mbps 5 Mbps 10 Mbps
Akses Bergerak 128 Kbps 256 Kbps 512 Kbps 1 Mbps 1 Mbps 1 Mbps
Tabel 1: Sasaran dari Kecepatan Akses Indonesia Broadband Plan
Sumber: Kominfo
16% 18% 21% 23% 25%30%
93%100% 100% 100% 100% 100%
3% 3% 4% 4% 5% 6%
27%31%
35%40%
45%52%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Akses Tetap Perkotaan Akses Bergerak Perkotaan
Akses Tetap Pedesaan Akses Bergerak Pedesaan
Grafik 1: Sasaran dari Penetrasi Akses
Sumber: Kominfo
Your Trusted Professional
3
Investment Thesis
Terdapat tiga faktor yang mendukung prospek pertumbuhan industri telekomunikasi
di Indonesia:
1. Kondisi demografi Indonesia dengan kelas menengah yang tumbuh pesat.
Pertumbuhan kelas menengah merupakan katalis utama dari pertumbuhan
layanan telekomunikasi dan data.
2. Penetrasi internet yang relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia
Tenggara, sementara di sisi lain, masyarakat semakin terbuka akan gaya hidup
digital yang ditunjukkan oleh meningkatnya penggunaan smartphone dengan
harga yang semakin terjangkau. Seiring dengan popularitas smartphone, layanan
internet yang semakin terjangkau juga turut mendukung perkembangan industri
telekomunikasi.
3. Persaingan antar operator telekomunikasi yang semakin terbuka dan ketat, yang
diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan, efisiensi
industri yang lebih tinggi, maupun munculnya inovasi-inovasi pada produk dan
layanan, sehingga pada akhirnya akan mendorong semakin tumbuhnya industri
telekomunikasi di Indonesia. Pemerintah juga telah mengubah pola pengelolaan
sektor telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi dengan UU
No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Sejak saat itu, industri telekomunikasi
Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan tersebut
juda diakselerasi oleh kemajuan teknologi komunikasi yang menggunakan
spektrum radio frekuensi sebagai alternatif dari jaringan kabel dan satelit.
1. Pertumbuhan kelas menengah: Pasar utama sektor telekomunikasi
Kelas menengah, yang oleh Asian Development Bank digolongkan sebagai seseorang
dengan pengeluaran $2-$4 per hari, tumbuh dengan pesat. Sedangkan Bank Dunia
menggolongkan kelas menengah berdasarkan pendapatan dengan rentang Rp 2,6 juta -
5,2 juta (kelas I), Rp 5,2 - 7,8 juta (kelas II), Rp 7,8 - 13 juta (kelas III), dan Rp 13 - 26
juta (kelas IV).
Berdasarkan data Bank Dunia, pada tahun 2013, jumlah penduduk dengan pendapatan
kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari populasi. Namun pada 2010 kelas
menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5 persen dari populasi.Setiap
tahun kelas menengah tumbuh tujuh juta, sehingga Bank Dunia menilai pertumbuhan
kelas menengah di Indonesia sangat cepat. Boston Consulting Group (BCG) merilis
proyeksi jumlah kelas menengah di Indonesia. Gambar berikut menunjukkan proyeksi
jumlah kelas menengah di Indonesia dari tahun 2012 hingga tahun 2020.
Your Trusted Professional
4
Investment Thesis
Kelas menengah merupakan sasaran utama industri telekomunikasi karena kelas
menengah merupakan golongan yang mampu membelanjakan penghasilannya secara
lebih. Euromonitor menyatakan bahwa pertumbuhan kelas menengah yang pesat di
Indonesia akan mendorong industri-industri seperti turisme, healthcare,
entertainment, tak terkecuali industri telekomunikasi.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Elite Affluent UpperMiddle
Middle EmergingMiddle
Aspirant Poor
2012 2020
Grafik 2: Proyeksi Kelas Menengah di Indonesia
Sumber: Boston Consulting Group
Keterangan:
Elite: pengeluaran bulanan lebih besar dari Rp 7.500.000
Affluent: pengeluaran bulanan antara Rp 5.000.000 sampai dengan Rp 7.500.000
Upper Middle: pengeluaran bulanan antara Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000
Middle: pengeluaran bulanan antara Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 3.000.000
Emerging Middle: pengeluaran bulanan antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.000.000
Aspirant Middle: pengeluaran bulanan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 1.500.000
Poor Middle: pengeluaran bulanan lebih kecil dari Rp 1.000.000
2. Penetrasi internet dan smartphone yang relatif lebih rendah
Penetrasi internet dan smartphone Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan
dengan negara-negara lain. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya infrastruktur
yang mendukung. Meskipun demikian, pada tahun 2015, pertumbuhan akses internet
di Asia Pasifik tumbuh sekitar 8% dan stabil sebesar 7% hingga tahun 2019. Emarketer
memproyeksikan Indonesia akan memiliki 90 juta pengguna smartphone pada tahun
2019, naik 66% dari tahun 2015.
Indonesia juga diprediksi akan memiliki pengguna internet sebesar setengah dari
jumlah penduduk atau sekitar 123 juta pada tahun 2018. Pertumbuhan permintaan
internet tersebut ditambah dengan komitmen pemerintah dalam menjalankan
Indonesia Broadband Plan 2019 akan memberikan ruang yang luas kepada operator
telekomunikasi dan perusahaan penyewa menara telekomunikasi untuk berkembang.
Pemerintah menunjuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sebagai agent of
development yang menjalankan fungsi operasi pemerataan akses telekomunikasi.
Portofolio menara TBIG yang mayoritas adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
turut memberikan katalis positif.
Your Trusted Professional
5
4%6%8%
6%12%
10%11%
11%12%
18%13%9%
11%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Singapore
Hong Kong
China
Malaysia
Phillippines
India
Indonesia
2015 2019
Grafik 3: Penetrasi internet di berbagai negara
Sumber: EMarketer
Investment Thesis
Penetrasi penggunaan smartphone juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada
tahun 2014, penetrasi internet di Indonesia sebesar 32,6% atau setara dengan 44 juta
pengguna. Emarketer memproyeksikan pada tahun 2019, Indonesia akan memiliki
pengguna smartphone sebesar 92 juta atau naik sebesar 47,3 juta. Salah satu
pendorong pertumbuhan penggunaan smartphone adalah murahnya biaya internet
melalui mobile broadband dibandingkan dengan fixed line. Meskipun demikian, segmen
fixed line masih lukratif karena pada segmen ini terdapat kelas menengah keatas yang
mengkonsumsi high speed internet. Sedangkan segmen yang lebih besar ukurannya
terletak pada mobile broadband.
0
50
100
150
200
250
300
350
2011 2012 2013 2014 2015
Mobile subscribers Fixed Subscribers
Grafik 4: Pelanggan telepon nirkabel dan telepon kabel Indonesia
Sumber: EMarketer
Your Trusted Professional
6
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%
45.0%
50.0%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Smartphone users Smartphone penetration
Grafik 5: Jumlah pengguna smartphone di Indonesia
Sumber: EMarketer
3. Persaingan yang kompetitif antara operator telekomunikasi
Pada bulan Maret 2004, Menteri Perhubungan menerbitkan Keputusan No.33/2004,
yang berisi larangan untuk melakukan penyalahgunaan oleh para penyedia layanan
dan jaringan yang memiliki posisi dominan. Sebuah penyedia dinilai memiliki posisi
dominan berdasarkan faktor seperti cakupan bisnis, jangkauan wilayah layanan dan
apakah salah satu penyelenggara mengendalikan pasar tertentu.
Persaingan di sektor telekomunikasi, sebagaimana seluruh sektor usaha di Indonesia,
diatur secara lebih umum dalam UU No.5/1999 tanggal 5 Maret 1999 mengenai
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Bisnis Tidak Sehat (“UU Anti Monopoli”).
UU Anti Monopoli melarang perjanjian dan kegiatan yang mengarah pada persaingan
bisnis tidak sehat, serta penyalahgunaan posisi dominan di pasar.
Persaingan yang kompetitif tersebut mendorong setiap operator untuk berinovasi dan
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Hal tersebut mendorong terjadinya
perang harga antara operator telekomunikasi dan akuisisi baik konsumen baru
maupun konsumen lama secara agresif. Dalam hal ini, TBIG sangat diuntungkan karena
posisinya sebagai penyedia menara independen.
Investment Thesis
Your Trusted Professional
7
Tower Leasing Business
Kebutuhan akan menara Base Transreceiver Station (BTS) serta mahalnya biaya
perawatan membuat bisnis penyewaan menara tumbuh subur di Indonesia. Model
bisnis penyewaan menara dapat digambarkan pada gambar dibawah dimana operator
menara melakukan beberapa tahapan pembangunan yaitu: i. identifikasi site, ii.
akuisisi site, iii. konstruksi, mekanis, dan kelistrikan, iv. instalasi.
Industry Overview
Dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi
Identifikasi merupakan bagian dimana perusahaan telekomunikasi memberitahu
pihak TBIG tentang kebutuhan site baru dalam radius di lokasi tertentu. Setelah
proses konstruksi selesai, sebuah pemberitahuan dikirim kepada pelanggan (operator
telekomunikasi). Selanjutnya, perjanjian dibuat terpisah berdasarkan penerimaan/
persetujuan pelanggan terhadap konstruksi menara (BAUK). Setelah itu, akkrual sewa
dan fee pemeliharaan dimulai pada saat pengeksekusian BAUK. Rata-rata periode
penyewaan adalah 10 tahun.
Dari sisi competitiveness, bisnis penyewaan menara didominasi oleh beberapa pemain
besar dengan TBIG dan TOWR (PT Sarana Menara Nusantara Tbk.) yang mendominasi
pasar. Dari jumlah menara, jumlah penyewaan, dan pendapatan, TOWR lebih unggul
dibandingkan dengan TBIG. Klien utama TBIG yang menjadi key driver adalah TLKM
(PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.) dan ISAT ( PT Indosat Tbk.). Sedangkan key
driver TOWR adalah TLKM dan PT Hutchison Indonesia.
012345
Threat of NewEntrants
Threat ofSubstitutes
Industry Rivalry
BargainingPower of
Customers
BargainingPower of
Supplier
Sumber: MCI estimate
Grafik 6: Porter’s Five Forces Model
Gambar 1: Proses pembangunan menara
Sumber: Company
Your Trusted Professional
8
Shifting Towards Data Through Long-Term Evolution Broadband Network
Pada bulan Juli 2015, pemerintah secara resmi mengesahkan tahap kedua
implementasi jaringan 4G LTE dengan frekuensi 1.800 MHz di Indonesia. Lima
operator yang telah secara resmi mendapatkan izin operasi 4G LTE adalah Telkomsel,
Indosat, XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Smartfren.
Secara keseluruhan, lebar pita di frekuensi 1800 MHz adalah 75 MHz. Telkomsel
memiliki total 22,5 MHz dengan 3 blok frekuensi yang terpisah, XL memiliki 22,5
MHz dalam 2 blok terpisah, Indosat memiliki total 20 MHz dengan 2 blok frekuensi
yang terpisah, dan Tri memiliki total 10 MHz yang sudah bergabung.
Telkomsel dan Indosat merupakan dua klien terbesar TBIG dengan revenue share
sebesar 38% dan 28%. Melihat lebih dalam kontribusi pendapatan, Telkomsel
memberikan pertumbuhan pendapatan sebesar 64,7% y-o-y pada FY2014 sementara
Indosat memberikan kenaikan pendapatan sebesar 16,2% y-o-y pada FY2014.
Meskipun pada 3Q15 mengalami penurunan laba sebesar 54% y-o-y akibat dari
kenaikan biaya suku bunga (biaya lindung nilai), pertumbuhan pendapatan yang
lemah (4,5% y-o-y), serta harga saham yang terus turun sebesar 39% year-to-date,
kami mengestimasi akan ada momentum pertumbuhan yang signifikan dari
penggunaan data 4G LTE sehingga dapat meningkatkan akuisisi dan pembangunan
tower sebesar 9% pada FY2016E dan pertumbuhan penyewaan sebesar 10%
FY2016E.
Estimasi tersebut merupakan nilai konservatif dan jika implementasi re-farming
spektrum 1.800 MHz untuk 4G LTE bisa berjalan dengan mulus pada 2H16, kami
percaya bahwa pertumbuhannya akan lebih dari nilai tersebut.
Industry Overview
Sumber: Kominfo
Grafik 7: Indonesia Data Connections (mn)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2011 2016
Your Trusted Professional
9
Dalam sub sektor konstruksi non bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), terdapat beberapa emiten yang memiliki lini bisnis serupa yaitu penyedia
menara independen. Selain itu, operator telekomunikasi yang memiliki menara sendiri
juga menyewakan menaranya ke pihak lain sehingga secara tidak langsung menjadi
pesaing penyedia menara independen.
Diantara penyedia menara independen, TBIG merupakan salah satu pemain besar
dengan market share sekitar 35%. Dengan menggunakan strategi build-to-suit, TBIG
mampu memfasilitasi pengadaan menara kepada klien dengan waktu yang tepat. Hal
tersebut ditujukan untuk mendukung pertumbuhan organik (organic growth) yang
sedang menjadi fokus TBIG.
Company Overview
Grafik 8: Jumlah Menara dan Penyewaan
1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00
TBIG
SUPR
TOWR
IBST
BALI
Grafik 9: Tenancy Ratio (Rasio Kolokasi) FY2014
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
TBIG SUPR TOWR IBST BALI
Grafik 10: Revenue 3Q2015
Sumber: Company, MCI Research
Sumber: Annual Report, MCI Research
Sumber: Annual Report, MCI Research
Your Trusted Professional
10
Financial Performance: Stable Earnings
TBIG mengalami pertumbuhan pendapatan yang signifikan dalam lima tahun terakhir.
Sejak tahun 2010, TBIG mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 39%
CAGR. Sampai tahun 2017, kami mengestimasi TBIG akan mampu mencatatkan
pertumbuhan CAGR pendapatan sebesar 12,4%. Selama lima tahun terakhir TBIG juga
mampu mencatat profit margin rata-rata sebesar 50%. Return on Equity (ROE) pada
FY2014 sebesar 32%.
Growth of Key Customers
Jika dibagi menjadi berdasarkan kontribusi pendapatan, tiga besar customer utama
TBIG mengalami pertumbuhan yang signifikan lima tahun terakhir. Pada tahun 2015,
Telkomsel mampu memberikan pertumbuhan pendapatan sebesar 64,7%, Indosat
sebesar 16,2%, dan XL Axiata sebesar 47,2%. Pada tahun 2016, XL Axiata akan
melakukan tender offer 2.000—2.500 menaranya melalui mekanisme sale and lease
back kepada beberapa operator menara termasuk TBIG. Hal tersebut dapat menjadi
katalis positif terutama bagi TBIG yang berencana akan melakukan kegiatan akuisisi
menara pada tahun 2016.
Financial
38%
23%
14%
10%
8%
3% 3% 1%PT TelekomunikasiSelular
PT Indosat Tbk
PT XL Axiata Tbk
PT Hutchison 3Indonesia
PT TelekomunikasiIndonesia Tbk
Sumber: Company, MCI Research
Grafik 11: Revenue & Profitability
Grafik 12: Revenue Breakdown
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2010 2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Revenue Net Income Profit Margin
39% CAGR
Your Trusted Professional
11
Financial
Maintenance of Coverage and Leverage
Pada tahun 2015, kami mengestimasi TBIG mampu mencatatkan rasio interest rate
coverage sebesar 4. Nilai tersebut lebih tinggi dari rata-rata lima tahun terakhir yang
sebesar 2,36. Peningkatan EBIT di Q32015 seiring dengan penurunan leverage mampu
meningkatkan kemampuan TBIG dalam melunasi kewajiban utangnya. Tren
deleveraging diperkirakan akan terjadi meskipun terjadi perlambatan akibat batalnya
share swap dengan Mitratel. Outlook yang diberikan oleh Moody’s sebesar AA–
menunjukkan performa bisnis yang kuat.
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
450%
2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Tot Debt/Equity Interest Coverage Ratio
Grafik 13: Revenue Breakdown
Sumber: Company, MCI Research
Grafik 14: Leverage and Coverage
Sumber: Company, MCI Research
10.02%
33.29%
19.95%27.48%
36.81%
1.46%
2.77%
16.88%
23.48%
22.19%
9.85%
10.78%12.77%
11.79%
14.15%
7.94%
9.75%10.12%
10.47%
10.13%
38.92%
16.51%
20.88%
12.05%
7.85%
13.52%11.11%
6.42%4.15%
3.06%
11.35% 8.71% 4.86% 2.84%
2.48%5.48% 5.37% 6.35% 6.02%1.07%
1.46% 1.70% 1.78% 1.72% 2.25%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2010 2011 2012 2013 2014
Others
PT Axis Telekom Indonesia
PT Smartfren Telecom Tbk
PT Bakrie Telecom Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT Hutchison 3 Indonesia
PT XL Axiata Tbk
PT Indosat Tbk
PT Telekomunikasi Selular
Your Trusted Professional
12
Financial
Solid Cash Flow for Future Expansion
Dengan proyeksi pendapatan kontrak baru yang memiliki jangka waktu 10 tahun, TBIG
akan mampu menghasilkan cash flow yang solid untuk mendukung pertumbuhan
organik. Pada FY2015E, kami mengestimasi TBIG dapat menghasilkan Rp 488 miliar
cash flow setelah menggunakan capital expenditure sebesar Rp 2,6 triliun untuk
akuisisi 2.000 menara baru. Hingga kini, perseroan memiliki fasilitas kredit yang
belum ditarik senilai US$ 300 juta. Fasilitas pendanaan tersebut merupakan bagian
dari Fasilitas Pinjaman Unsecured Term dan Revolving yang ditandatangani pada
November 2014 senilai US$ 1 miliar. Dana tersebut masih cukup untuk ekspansi di
tahun depan.
-8,000,000
-6,000,000
-4,000,000
-2,000,000
0
2,000,000
4,000,000
6,000,000
2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Cash From Financing Activities
Cash From Investing Activities
Cash Flow From Operating Activities
Sumber: Company, MCI Research
1.45
1.50
1.55
1.60
1.65
1.70
1.75
1.80
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
2011 2012 2013 2014 2015F 2016F 2017F
Tower Tenants Tower Sites Tenancy Ratio
Grafik 15: Tower and Tenancy
Grafik 16: Cash Flow
Sumber: Company, MCI Research
Your Trusted Professional
13
Financial Risk
Tenant Credit Quality Risk
Karena sifat penyewaan menara yang berjangka panjang (rata-rata 10 tahun), TBIG
sangat bergantung kepada kondisi keuangan pelanggan dalam hal ini adalah operator
telekomunikasi. Ketika pelanggan mengalami kesulitan keuangan, terdapat potensi
tidak tertagihnya piutang usaha. Hal tersebut dapat memberikan dampak negatif
terhadap kinerja keuangan TBIG yang selanjutnya mempengaruhi target price kami.
Risiko kualitas kredit merupakan risiko utama yang dihadapi oleh TBIG.
Interest Risk
Karena sifat perusahaan yang padat modal, TBIG banyak mengandalkan utang bank
dan obligasi untuk membiayai ekspansinya. Dengan rata-rata rasio utang terhadap
ekuitas sebesar 2.4 serta proporsi biaya bunga terhadap pendapatan sebesar 30%
membuat profit margin TBIG sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga.
Operational and Strategic Risk
Land and Building Lease Risk
Sebagian besar site telekomunikasi dibangun di atas lahan atau bangunan yang
disewa. Ketika pemilik lahan tidak bersedia untuk memperpanjang sewa lahan
bangunan, hal tersebut dapat merugikan TBIG.
Natural Disaster Risk
Site telekomunikasi yang dimiliki oleh TBIG tersebar dipulau-pulau utama di wilayah
kepulauan Indonesia. Keadaan tersebut berpotensi terkena dampak dari bencana alam
yang kemudian akan mempengaruhi kondisi site telekomunikasi. Site telekomunikasi
yang rusak atau tidak berfungsi akan dapat merugikan operator telekomunikasi dan
selanjutnya akan memberikan dampak pada pendapatan TBIG.
Competition Risk
Pelanggan TBIG dapat menempatkan peralatan telekomunikasi pada operator menara
lain atau bahkan pada perusahaan telekomunikasi yang memiliki site. Dilihat dari
sektornya, bisnis penyewaan menara merupakan bisnis dengan kompetisi yang cukup
besar terutama setelah pemerintah mengeluarkan peraturan yang menghapuskan
monopoli dalam industri telekomunikasi.
Investment Risk
Your Trusted Professional
14
Valuation & Recommendation
- 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 60,000
2014 P/S:
2015E P/S:
2014 EV / EBITDA:
2015E EV / EBITDA:
2014 P / E:
2015E P / E:
2014 P/BV
2015E P/BV
DCF 11-15% WACC, 5-9x Terminal Multiple
52 Week Range
Minimum to 25 Percentile 25 Percentile to Median Median to 75 Percentile 75 Percentile to Maximum
Kami menggunakan metode discounted cash flow (DCF) untuk mencapai nilai fair
value sebesar IDR 7.050 yang mencerminkan 19,9x PE FY2016E, 8,7x PS FY2016E, dan
4.73 PBV FY2016E. Angka tersebut mencerminkan upside potential sebesar 25% dari
harga sekarang. Metode DCF kami gunakan untuk melihat nilai wajar TBIG dari
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas di masa depan.
Sebagai tambahan, kami juga menggunakan relative valuation dimana kami
membandingkan TBIG dengan peers nya di sektor yang sama. Dibandingkan dengan
rata-rata peers, TBIG diperdagangkan dengan discount PE sebesar 9%. Discount PE ini
merupakan keuntungan dari TBIG jika melihat nilai ROE sebesar 31,5% dan ROA
sebesar 5,9%. Profitabilitas tersebut lebih tinggi dari rata-rata ROE peers yang hanya
sebesar 10,2% dan ROA sebesar 3,4%.
Kriteria rekomendasi kami dimana Buy jika upside potensial +15%, hold jika antara –
15% dan +15%, dan sell jika downside potential lebih dari –15%. Oleh karena itu,
kamu merekomendasikan Buy untuk TBIG dalam Stock Call ini.
Equity Weigh 26%
Debt Weigh 74%
Beta 0.7
Equity Risk Premium 9.5%
Risk Free Rate 8.6%
Cost of Equity 15.3%
Cost of Debt 6.0%
Cost of Capital 8.4%
Terminal Growth Rate 4%
Tabel 2: DCF Assumptions
Sumber: Company, MCI Estimate
Grafik 18: Relative Valuation Field Diagram
Sumber: Bloomberg, MCI Research
Grafik 17: Return Against JCI
50
60
70
80
90
100
110
1/2/2015 3/2/2015 5/2/2015 7/2/2015 9/2/2015 11/2/2015
TBIG (%) JCI (%)
Sumber: Bloomberg, MCI Research
Your Trusted Professional
15
Appendix I: Balance Sheet and Income Statement
Income Statement 2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Revenue 970 1,715 2,691 3,307 3,461 3,803 4,373
- Cost of Goods Sold 143 264 396 510 518 570 655
Gross Income 827 1,452 2,295 2,797 2,942 3,233 3,718
- Operating Expenses 119 171 242 292 288 297 320
(Research & Dev Costs) - - - - - - -
EBIT 707 1,280 2,052 2,505 2,654 2,936 3,398
- Interest Expense 247 467 862 1,417 929 1,043 981
- Foreign Exchange Losses (Gains) 14 84 799 192 - - -
- Net Non-Operating Losses (Gains) (66) (184) (786) (535) (535) (535) (535)
Pretax Income 513 913 1,177 1,431 2,261 2,427 2,952
- Income Tax Expense 21 (14) (174) 58 339 364 443
Income Before XO Items 492 927 1,352 1,372 1,921 2,063 2,509
- Extraordinary Loss Net of Tax - - - - - - -
- Minority Interests 18 85 104 71 115 390 481
Net Income 474 842 1,248 1,301 1,807 1,673 2,029
EBITDA 764 1,398 2,205 2,717 2,935 3,399 4,208
Balance Sheet 2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Total Assets 6,880 14,317 18,719 22,034 24,965 25,104 27,292
Total Current Assets 1,186 2,301 2,599 3,152 3,829 3,808 5,621
+ Cash & Near Cash Items 500 507 647 901 1,455 1,334 2,979
+ Short Term Investments 17 1 1 2 2 2 2
+ Accounts & Notes Receivable 149 154 603 491 606 666 766
+ Inventories 34 229 328 404 411 452 520
+ Other Current Assets 487 1,410 1,019 1,355 1,355 1,355 1,355
Total Long-Term Assets 5,694 12,016 16,121 18,882 21,136 21,296 21,670
+ Long Term Investments 4,283 10,364 12,965 15,041 16,987 16,638 16,046
Gross Fixed Assets 437 154 310 598 957 1,579 2,764
Accumulated Depreciation 53 66 91 125 175 289 506
+ Net Fixed Assets 384 87 220 474 782 1,290 2,258
+ Other Long Term Assets 1,027 1,565 2,936 3,367 3,367 3,367 3,367
Total Current Liabilities 870 2,182 3,931 9,124 7,511 3,097 3,226
+ Accounts Payable 77 253 126 178 181 199 229
+ Short Term Borrowings 244 858 2,331 7,314 5,698 1,266 1,365
+ Other Short Term Liabilities 549 1,071 1,475 1,632 1,632 1,632 1,632
Total Long Term Liabilities 3,305 7,890 10,674 8,779 11,884 14,982 15,229
+ Long Term Borrowings 3,254 7,871 10,650 8,748 11,853 14,951 15,199
+ Other Long Term Borrowings 52 19 24 31 31 31 31
Total Liabilities 4,175 10,072 14,605 17,903 19,395 18,079 18,455
+ Long Preferred Equity - - - - - - -
+ Minority Interest 193 251 126 150 - - -
+ Share Capital & APIC 1,640 2,397 1,819 1,264 1,264 1,264 1,264
+ Retained Earnings & Other Equity 873 1,598 2,169 2,717 4,306 5,761 7,572
Total Shareholders Equity 2,705 4,245 4,114 4,131 5,570 7,025 8,836
Total Liabilities & Equity 6,880 14,317 18,719 22,034 24,965 25,104 27,292
Book Value Per Share 551 833 831 844 1,181 1,489 1,873
Your Trusted Professional
16
Appendix II: Key Ratios & Peers Comparison
Ratios 2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Valuation Ratios (x)
Price Earnings 22.8 33.3 23.1 34.9 15.4 19.9 21.4
Price to Sales 11.2 16.4 10.7 13.7 8.0 8.7 9.9
Price to Book 4.3 7.0 7.2 11.4 5.0 4.7 4.9
Profitability Ratios (%)
Gross Margin 85.2% 84.6% 85.3% 84.6% 85.0% 85.0% 85.0%
EBITDA Margin 78.7% 81.5% 82.0% 82.2% 84.8% 89.4% 96.2%
Operating Margin 72.9% 74.6% 76.3% 75.8% 76.7% 77.2% 77.7%
Profit Margin 48.9% 49.1% 46.4% 39.4% 52.2% 44.0% 46.4%
Return on Assets 6.9% 5.9% 6.7% 5.9% 7.2% 6.7% 7.4%
Return on Equity 17.5% 19.8% 30.3% 31.5% 32.4% 23.8% 23.0%
Leverage & Coverage Ratios (x)
Current Ratio 1.36 1.05 0.66 0.35 0.51 1.23 1.74
Quick Ratio 0.77 0.30 0.32 0.15 0.27 0.65 1.16
Interest Coverage Ratio 2.87 2.74 2.38 1.77 2.86 2.81 3.46
Tot Debt/Capital 0.51 0.61 0.69 0.73 0.70 0.65 0.61
Tot Debt/Equity 1.29 2.06 3.16 3.89 3.15 2.31 1.87
Turnover Ratios (x)
Asset Turnover 0.14 0.12 0.14 0.15 0.14 0.15 0.16
Accounts Receivable Turnover 6.93 11.31 7.10 6.04 6.31 5.98 6.11
Accounts Payable Turnover 1.81 1.60 2.09 3.36 2.89 3.00 3.07
Inventory Turnover 3.54 2.01 1.42 1.39 1.27 1.32 1.35
Growth (%)
Sales 44.5% 76.8% 56.8% 22.9% 4.6% 9.9% 15.0%
EBIT 52.6% 81.0% 60.3% 22.1% 5.9% 10.6% 15.7%
Net Income 45.2% 77.5% 48.2% 4.3% 38.8% -7.4% 21.3%
Valuation Statistics
Company Name 2014 2015E 2014 2015E 2014 2015E 2014 2015E 2014 2015E 2014 2015E
TOWER BERSAMA INFRASTRUCTURE: TBIG IJ Equity 13.89x 8.73x 22.48x 15.74x 35.29x 23.67x 11.50x 5.99x 31.5% 32.4% 5.9% 7.2%
SOLUSI TUNAS PRATAMA: SUPR IJ Equity 5.70x 5.00x 16.09x 10.91x NA 24.42x 3.28x 1.96x -18.3% 11.6% -4.0% 9.2%
SARANA MENARA NUSANTARA: TOWR IJ Equity 10.31x 10.69x 14.53x 14.86x 50.61x 35.89x 9.05x 8.44x 20.2% 26.1% 5.1% 9.3%
CHANGSHU FENGFAN POWER EQU-A: 601700 CH Equity 2.62x 4.09x 23.84x NA 31.14x 37.29x 2.20x 1.24x 7.1% 8.2% 5.3% 6.2%
BHARTI INFRATEL LTD: BHIN IN Equity 6.24x 5.99x 14.17x 13.14x 36.53x 31.32x 4.28x 4.33x 11.4% 14.1% 7.1% 8.5%
BEIJING MITENO COMMUNICATI-A: 300038 CH Equity 4.78x 14.00x 33.30x NA 56.67x 149.16x 2.83x NA 5.2% 6.4% 3.1% 2.1%
CHINA CAMC ENGINEERING CO -A: 002051 CH Equity 2.20x 2.16x 12.65x 8.14x 24.18x 18.60x 3.99x 3.00x 17.4% 16.3% 5.0% 5.6%
CHINA MACHINERY ENGINEERIN-H: 1829 HK Equity 0.85x 0.84x NA NA 9.32x 9.53x 1.51x 1.30x 16.9% 14.8% 6.1% 4.6%
NCC LTD: NJCC IN Equity 0.51x 0.45x 8.76x 7.47x 91.10x 20.17x 1.83x 1.17x 1.7% 5.9% 0.4% 5.8%
CH. KARNCHANG PUBLIC CO LTD: CK TB Equity 1.30x 1.39x 29.93x 31.59x 18.57x 32.57x 2.24x 2.32x 12.9% 9.2% 3.0% 2.5%
ASHOKA BUILDCON LTD: ASBL IN Equity 1.20x 1.29x 15.07x 9.85x 34.15x 34.60x 2.06x 1.81x 6.2% 5.2% 0.6% 2.2%
Average Peers 4.51x 4.97x 19.08x 13.96x 38.75x 37.93x 4.07x 3.15x 10.2% 13.7% 3.4% 5.8%
Minimum 0.51x 0.45x 8.76x 7.47x 9.32x 9.53x 1.51x 1.17x -18.3% 5.2% -4.0% 2.1%
25th Percentile 1.22x 1.31x 14.17x 9.00x 24.18x 21.23x 2.09x 1.30x 5.4% 6.9% 1.2% 3.0%
Median 2.41x 3.13x 15.07x 10.91x 34.15x 31.95x 2.53x 1.96x 9.2% 10.4% 4.1% 5.7%
75th Percentile 5.47x 5.74x 23.84x 14.00x 50.61x 35.57x 3.81x 3.00x 15.9% 14.6% 5.2% 7.9%
Maximum 10.31x 14.00x 33.30x 31.59x 91.10x 149.16x 9.05x 8.44x 20.2% 26.1% 7.1% 9.3%
ROE (%)P/BVP/EEV/EBITDAP/S ROA (%)
Your Trusted Professional
17
Appendix III: Cash Flow
Cash Flow 2011 2012 2013 2014 2015E 2016E 2017E
Net Income 474 842 1,248 1,301 1,807 1,673 2,029
Depreciation & Amortization 56 118 153 212 280 463 810
Non-Cash Adjustment 101 317 (696) (242) (119) (83) (138)
Cash Flow From Operating Activities 631 1,277 704 1,271 1,968 2,053 2,701
+ Disposal of Fixed Assets 0 15 1 0 - - -
+ Capital Expenditures (237) (492) (41) (284) (2,685) (622) (1,184)
+ Increase in Investments - (305) (681) (1,498) - - -
+ Decrease in Investments - - - - - - -
+ Other Investing Activities (1,248) (4,791) (1,870) (581) - - -
Cash From Investing Activities (1,484) (5,572) (2,591) (2,363) (2,685) (622) (1,184)
+ Dividends Paid (114) - (288) (288) (218) (218) (218)
+ Increase in Short Term Borrowings - - - 18,139 (1,616) (4,432) 99
+ Increase in Long Term Borrowings 1,142 5,345 4,362 - 3,105 3,098 248
+ Decrease in Long Term Borrowings (658) (958) (2,311) (15,412) - - -
+ Increase in Capital Stocks - - - - - - -
+ Decrease in Capital Stocks - - - (459) - - -
+ Other Financing Activities (3) (0) 273 (841) - - -
Cash From Financing Activities 366 4,387 2,036 1,139 1,271 (1,552) 129
Net Changes in Cash (487) 92 149 47 554 (121) 1,645
Cash at the beginning of the year 1,100 613 705 854 901 1,455 1,334
Cash and cash equivalents 1,047 500 507 647 901 1,455 1,334
Restricted cash in banks - beginning 52 114 198 207 - - -
Ending year cash 500 507 647 901 1,455 1,334 2,979
Restricted cash in banks - end (114) (198) (207) - - - -
Your Trusted Professional
18
DISCLAIMER This Document is for information only and for the use of the recipient. It is not to be reproduced or copied or made available to others. Under no circumstances is it to be considered as an offer to sell or solicitation to buy any security. Any recommendation contained in this report may not be suitable for all investors and strictly a personal view and should not be used as a sole judgment for investment. Moreover, alt-hough the information contained herein has been obtained from sources believed to be reliable, its accuracy, completeness and reliability cannot be guaranteed. All rights reserved by PT Mega Capital Indonesia.
INSTITUTIONAL SALES
RESEARCH
Fixed Income Sales & Trading Tel. +62 21 7995 795, 7917 5559-62
Fax. +62 21 7917 5965
Investment Banking Tel. +62 21 7917 5599 Fax. +62 21 7919 3900
Head Office Bandung
Menara Bank Mega Lt.2 Menara Bank Mega Lt.3
Jl.Kapten P.Tendean. Kav 12-14A, Jakarta 12790 Jl.Gatot Subroto No.283 Bandung 40273
021-7917 5599 , 021-7919 3900 022-8734 0972 , 022-8734 0985
Jakarta - Pondok Indah Surabaya
Plaza 5 Pondok Indah, Blok D No.15 Lt.2 Ruko Embong Kemiri Square No.2G-2H
Jl. Margaguna Raya Radio Dalam (Ruko Asuransi PT.Asuransi Umum Mega)
Pondok Indah, Jakarta Selatan 12420 Jl.Raya Embong Kemiri, Embong Kaliasin
021-723 4437 , 021-7279 8140 Genteng, Surabaya 60271
031 547 1200 , 031-547 2492
Jakarta - Roxy Makasar
Ruko Gading Bukit Indah Lt.2 Menara Bank Mega Lt.2
Jl. Raya Bukit Gading Raya Blok A, No.26 Kawasan Trans Studio
Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240 Jl.Metro Tanjung Bunga, Makasar 90134
021-4587 4243 , 021-4587 4246 0411-811 8800 , 0411-811 8802
Jakarta - Kelapa Gading Yogyakarta
Ruko Gading Bukit Indah Lt.2 Gedung Bank Mega 3rd Floor
Jl. Raya Bukit Gading Raya Blok A, No.26 Jl.Gejayan (Affandi) No.22
Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240 Yogyakarta 55281
021-451 5717 , 021451 5720 0274 - 582 929 , 0274 582 931
Danny Eugene
Head of Research, Economic,
Infrastructure, Construction,
Banking, [email protected] +62 21 7917 5599 62431
Helen Vincentia Consumer Goods, Retail [email protected] +62 21 7917 5599 62035
Dimas Satria Hardianto Plantation, Media, Textile [email protected] +62 21 7917 5599 62035
Dida Fathdira Property [email protected] +62 21 7917 5599 62035
Genio Bian Mining, Telco, Transportation [email protected] +62 21 7917 5599 62425
Fadlillah Qudsi Technical Analyst [email protected] +62 21 7917 5599 62425
Hendry Kuswari Head of Sales, Trading & Dealing [email protected] +62 21 7917 5599 62037
Gunawan Sudrajat Institutional Sales [email protected] +62 21 7917 5599 62046
Ratna Wijayanti Institutional Sales [email protected] +62 21 7917 5599 62178
Suparman Institutional Sales [email protected] +62 21 7917 5599 62058
Rachmadian Iskandar Z Institutional Sales [email protected] +62 21 7917 5599 62402
Ety Sulistyowati Institutional Sales [email protected] +62 21 7917 5599 62408
Dewi Suryani Institutional Sales [email protected] +62 21 7917 5599 62441
Widianita Institutional Client Care [email protected] +62 21 7917 5599 62439
Rinny Oktaviany Institutional Client Care [email protected] +62 21 7917 5599 62411
Renita Anggraeni Administrasi Equity HO [email protected] +62 21 7917 5599 62037
Rahayu Kusumaningsih Administrasi Equity HO [email protected] +62 21 7917 5599 62037