pengaruh clay therapy terhadap kecemasan

Upload: chanatika

Post on 07-Feb-2018

287 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    1/71

    i

    PENGARUH CLAY TH ERAPYTERHADAP KECEMASAN

    AKIBAT HOSPITALISASI PADA PASIEN ANAK

    USIA PRASEKOLAH DI RSUD BANYUMAS

    SKRIPSI

    Oleh:

    KHOLISATUN MUAFIFAH

    G1D009024

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN

    PURWOKERTO

    2013

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    2/71

    ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PENGARUH CLAY TH ERAPYTERHADAP KECEMASANAKIBAT HOSPITALISASI PADA PASIEN ANAK

    USIA PRASEKOLAH DI RSUD BANYUMAS

    Oleh :

    KHOLISATUN MUAFIFAH

    G1D009024

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan

    Sarjana Keperawatan pada Jurusan Keperawatan

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman

    Purwokerto

    SKRIPSI

    Telah disetujui dan disidangkan dihadapan Panitia Penguji Skripsi

    pada tanggal 26 Agustus 2013

    Penguji

    Ns. Keksi Girindra Swasti, M.Kep. (..............................................)

    NIP. 19790919 200604 2 002

    Pembimbing I

    Ns. Wahyu Ekowati, M.kep. Sp. Kep. J. (..............................................)

    NIP. 19760427 200501 2 001

    Pembimbing II

    Tulus Setiono, S.Kep., Ns. (..............................................)NIP. 19750219 199603 1 002

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman

    dr. Hj. Retno Widiastuti, MS.

    NIP. 19481015 197602 2 001

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    3/71

    iii

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

    Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan atau kesarjanaan

    lain di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat

    karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali

    secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

    Purwokerto, Agustus 2013

    Kholisatun Muafifah

    G1D009024

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    4/71

    iv

    PERSEMBAHAN

    Terima kasihku persembahkan untuk:

    Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mendoakan, memberikansemangat dan dorongan serta nasihat sehingga aku bisa menyelesaikan

    skripsi ini. Semoga aku bisa membuat kalian bangga dan selalutersenyum

    Adikku tercinta yang selalu menjadi inspirasi untukku semoga kamubisa menjadi anak yang pintar, jujur dan bermanfaat buat banyak

    orangKedua eyangku yang selalu mendoakanku dan selalu memberikannasihat yang bijak, mudah-mudahan aku bisa membalas kebaikan

    kalian dan membuat kalian bangga

    Teman temanku yang sudah banyak membantuku dari awal masukkuliah sampai skripsi ini selesai, (Tika, ani, ela, hestri, yanti, dudi,

    dewi) terimakasih atas semangat yang kalian berikanTeman seperjuanganku selama proses skripsi Evi dan Prisca yang

    selalu setia bersama dari awal sampai skripsi ini selesaiTeman menggila dan menggalau (mba mehonk, dyah, septi, devi, mpo

    mool, mumu, anin) yang selalu bisa menghiburku, membuatkutersenyum dan tertawa bahagia...

    Teman-teman seperjuanganku angkatan 2009, semoga kita semua bisamenjadi orang yang bermanfaat

    Orang-orang yang sudah mendoakan aku dan memberikan semangatuntuk menyelesaikan skripsi ini

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    5/71

    v

    Motto

    Alloh tidak akan mengubah nasib kita kecuali kita sendiri yang

    berusaha

    Yang terpenting adalah niat

    Kemudian bumbui niat itu dengan doa, usaha, ikhtiar dan

    tawakkal

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    6/71

    vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Kholisatun Muafifah

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Desa Mereng RT 34 RW 09 Kec. Warungpring, Pemalang

    Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 26 Desember 1991

    Email : [email protected]

    Agama : Islam

    Pendidikan : 1. SD N 04 Mereng Lulus tahun 2003

    2. SMP N 1 Randudongkal Lulus tahun 2006

    3. SMA N 1 Pemalang Lulus tahun 2009

    4. Mahasiswa Jurusan Keperawatan, FKIK UNSOED

    Riwayat organisasi : Staff Kaderisasi MEDIS

    Anggota NRC

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    7/71

    vii

    PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi berjudul Pengaruh Clay Therapy terhadap Kecemasan Akibat

    Hospitalisasi pada Pasien Anak Usia Prasekolah di RSUD Banyumas.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. dr. Hj. Retno Widiastuti, MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

    Ilmu Kesehatan yang telah memberikan ijin penelitian.2. Made Sumarwati, S.Kp., MN., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan yang telah memberi ijin dilakukannya

    penelitian.

    3. Direktur, Bagian Diklat, Kepala ruang Kantil RSUD Banyumas yang telah

    memberikan ijin penelitian.

    4. Wahyu Ekowati, M.Kep., Sp. Kep. J., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk selama penulisan skripsi.

    5. Tulus Setiono, S.Kep., Ns., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

    memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk selama penulisan skripsi.

    6. Keksi Girindra Swasti, M.Kep., selaku dosen penguji yang telah memberikan

    saran, kritik, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

    7. Kedua orangtua dan keluarga tercinta, atas dorongan semangat dan doa untuk

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Teman seperjuangan 2009 dan teman kost, terima kasih atas kerjasama dan

    bantuan selama penyusunan skripsi ini.

    9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan moral

    maupun material dalam penulisan skripsi ini.

    10. Almamaterku, Universitas Jenderal Soedirman.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    8/71

    viii

    Penulis menyadari karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, sehingga

    penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil

    yang lebih baik. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

    peneliti selanjutnya. Amin

    Purwokerto, Agustus 2013

    Penulis

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    9/71

    ix

    ABSTRAK

    PENGARUHCLAY THERAPYTERHADAP KECEMASAN

    AKIBAT HOSPITALISASI PADA PASIEN ANAK

    USIA PRASEKOLAH DI RSUD BANYUMAS

    Kholisatun Muafifah1 Wahyu Ekowati2 Tulus Setiono3

    1Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman2Dosen Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman3Unit Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu, RSUD Banyumas

    Latar belakang: Dampak hospitalisasi pada anak salah satunya adalah cemas

    yang dapat mengganggu proses penyembuhan. Oleh karena itu diperlukan cara

    untuk mengurangi kecemasan, salah satunya dengan terapi bermain.

    Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh clay therapysebagai

    salah satu dari jenis terapi bermain terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada

    pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas.

    Metode: Penelitian ini menggunakan desain pre experiment dengan pendekatan

    pre test - post test one group design. Pengambilan sampel menggunakan

    consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 18 responden. Instrumen

    penelitian yang digunakan berupa kuesioner kecemasan. Analisis data yang

    digunakan adalah ujiPaired samples t test.

    Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh clay therapy terhadap

    kecemasan akibat hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD

    Banyumas. Uji statistik Paired samples t test menunjukkan p value >0,05

    (pvalue0,257).

    Kesimpulan: Tidak ada pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat

    hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas.

    Kata kunci:Clay therapy, hospitalisasi, kecemasan, prasekolah

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    10/71

    x

    ABSTRACT

    THE EFFECT OF CLAY THERAPY ON HOSPITALIZATION

    ANXIETY OF PRESCHOOL CHILDREN PATIENTS

    IN RSUD BANYUMAS

    Kholisatun Muafifah1 Wahyu Ekowati2 Tulus Setiono3

    1Student of Nursing Majority, Faculty of Medical and Health Sciences

    Jenderal Sudirman University2Lecturer of Nursing Majority, Faculty of Medical and Health Sciences

    Jenderal Sudirman University3Unit of Integrated Mental Health Services, RSUD Banyumas

    Background: Impact of hospitalization to the children are anxious who can

    disturb recovered process. So that need manner to decrease anxiety, either with

    play therapy.

    Purpose: This research aims to determine the effect of clay therapy as one of play

    therapy on hospitalization anxiety of preschool children patients in RSUD

    Banyumas.Method: This research used design approach pre experiment with pre test post

    test one group design. Sampling used consecutive sampling with a sample size of

    18 respondents. Research instrument used anxiety questionnaire. Analysis of the

    data used statistical test of paired samples t test.

    Result:Result showed that there were no effect of clay therapy on hospitalization

    anxiety of preschool children patients in RSUD Banyumas. Paired samples t test

    showed p value>0,05 (p value=0,257).

    Conclusion: There were no effect of clay therapy on hospitalization anxiety of

    preschool children patients in RSUD Banyumas.

    Keyword: Anxiety, clay therapy, hospitalization, preschool

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    11/71

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL... i

    HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.......................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN. iv

    MOTTO.. v

    RIWAYAT HIDUP. viPRAKATA...................................................................................................... vii

    ABSTRAK.. ix

    DAFTAR ISI................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang........................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6

    D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6

    E. Keaslian Penelitian..................................................................................... 7

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori...........................................................................................

    1. Kecemasan.............................................................................................

    a. Kecemasan secara umum..................................................................

    1).Definisi kecemasan......................................................................

    2).Klasifikasi kecemasan..................................................................

    3).Tanda dan gejala kecemasan........................................................

    4).Faktor predisposisi kecemasan.....................................................

    5).Faktor presipitasi kecemasan.......................................................

    9

    9

    9

    9

    12

    12

    14

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    12/71

    xii

    b. Kecemasan pada anak akibat hospitalisasi.......................................

    c. Penatalaksanaan kecemasan pada anak............................................

    14

    18

    2. Clay Therapy......................................................................................... 19

    3. Pengaruhclay therapyterhadap kecemasan anak............................... 22

    B. Kerangka Teori........................................................................................... 25

    C. Kerangka Konsep....................................................................................... 26

    D. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 27

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian ....................................................................................... 28

    B. Lokasi dan waktu Penelitian.................................................................. 28

    C. Populasi dan Sampel.................................................................................. 29

    D. Variabel Penelitian .................................................................................... 30

    E. Definisi Operasional................................................................................... 30

    F. Instrumen Penelitian................................................................................... 32

    G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.......................................................... 32

    H. Teknik Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian.................................. 33

    I. Analisis Data.............................................................................................. 36

    J. Etika Penelitian........................................................................................... 38

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian...........................................................................................

    1. Karakteristik responden.........................................................................

    2. Skor kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan clay

    therapy...

    3. Pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada

    pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas.

    40

    40

    43

    44

    B. Pembahasan................................................................................................

    1. Karakteristik responden........................................................................

    2. Kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan clay

    therapy...

    3. Pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada

    45

    45

    49

    52

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    13/71

    xiii

    pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas.

    C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 55

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan................................................................................................. 56

    B. Saran........................................................................................................... 57

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    14/71

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    3.1 Definisi operasional variabel... 30

    4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia anak prasekolah yang

    dirawat di Ruang Kanthil RSUD Banyumas bulan Juni-Juli 2013

    (n=18)......

    41

    4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak

    prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil RSUD Banyumas

    bulan Juni-Juli 2013 (n=18)....

    42

    4.3 Karakteristik responden berdasarkan riwayat pernah dirawat

    di RS anak prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil

    RSUD Banyumas bulan Juni-Juli 2013 (n=18)...

    42

    4.4 Skor kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan

    clay therapypada anak prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil

    RSUD Banyumas bulan Juni-Juli 2013 (n=18)..

    43

    4.5 Pengaruhclay therapy terhadap kecemasan akibat hospitalisasi

    pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas

    bulan Juni-Juli 2013 (n=18).

    44

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    15/71

    xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Rentang respon kecemasan. 11

    2.2 Kerangka teori. 25

    2.3 Kerangka konsep. 26

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    16/71

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian dari Jurusan Keperawatan

    FKIK UNSOED

    Lampiran 2. Surat Keterangan Studi Pendahuluan Penelitian RSUD Banyumas

    Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan

    Perlindungan Masyarakat Kabupaten Banyumas

    Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah Kabupaten BanyumasLampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari RSUD Banyumas

    Lampiran 6. adwal Kegiatan Penelitian

    Lampiran 7. embar Permohonan Menjadi Responden

    Lampiran 8. embar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 9. embar Karakteristik Responden

    Lampiran 10. uesioner Penelitian Kecemasan Anak

    Lampiran 11. rosedur TetapClay Therapy

    Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Penelitian

    Lampiran 13. asil Analisis Univariat dan Bivariat

    Lampiran 14. langko Bimbingan Skripsi

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    17/71

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Hospitalisasi diartikan sebagai akibat adanya beberapa perubahan

    psikis yang dapat dijadikan sebab seseorang dirawat di sebuah institusi

    seperti rumah sakit (Stevens, 1999; dalam Mariyam dan Kurniawan,

    2008). Supartini (2004) menyatakan hospitalisasi pada anak merupakan

    suatu proses karena suatu alasan yang direncanakan atau darurat

    mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan

    perawatan sampai anak dapat dipulangkan kembali ke rumah. Selama

    proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian berupa

    pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres.

    Nursalam et al(2005) menyatakan hospitalisasi merupakan krisis

    utama yang tampak pada anak. Anak dapat mengalami stres karena

    perubahan status kesehatannya dan memiliki keterbatasan dalam

    mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian

    yang bersifat menekan. Sumaryoko (2008) dalam Wijayanti (2009)

    menyatakan prevalensi kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah

    sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukkan dengan

    selalu penuhnya ruangan anak baik di rumah sakit pemerintah ataupun

    rumah sakit swasta.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    18/71

    2

    Pada anak yang menjalani hospitalisasi perasaan yang sering

    muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2001;

    Supartini, 2004). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi

    sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak

    nyaman dan merasakan sesuatu yang menyakitkan (Supartini, 2004).

    Perasaan cemas yang terjadi pada anak dapat menyebabkan orangtua

    menjadi cemas juga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sari dan

    Sulisno (2012) yang menyatakan ada hubungan antara kecemasan pada ibu

    dan kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang menjalani hospitalisasi.

    Kecemasan yang terjadi pada anak ini dapat memperlambat proses

    penyembuhan, menurunkan semangat untuk sembuh dan tidak

    kooperatifnya anak terhadap tindakan perawatan (Supartini, 2004).

    Potter & Perry (2005) menyatakan usia prasekolah merupakan

    masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3-6 tahun. Pada usia ini,

    perkembangan motorik anak berjalan terus-menerus. Hasil penelitian

    Purwandariet aldi RSUD Margono Soekardjo Purwokerto menunjukkan

    25% anak usia prasekolah yang dirawat mengalami cemas berat, 55%

    cemas sedang dan 20% cemas ringan. Dampak hospitalisasi dan

    kecemasan yang dialami anak usia prasekolah berisiko dapat mengganggu

    tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan pada anak (Wong, 2004).

    Oleh karena itu, perlu adanya penatalaksanaan untuk mengurangi

    kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    19/71

    3

    Penatalaksanaan untuk mengurangi kecemasan pada anak yang

    menjalani hospitalisasi diantaranya dengan relaksasi, terapi musik,

    aktivitas fisik, terapi seni dan terapi bermain. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa terapi bermain terbukti dapat menurunkan

    kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi. Pratiwi (2012) dalam

    penelitiannya tentang pengaruh permainan hospital story terhadap

    penurunan tingkat kecemasan anak yang menjalani rawat inap

    memberikan hasil pasien anak yang diberikan terapi bermain hospital story

    mengalami penurunan tingkat kecemasan. Setelah diberikan terapi

    bermain hospital story tidak ada anak yang mengalami kecemasan berat.

    Sherwood (2004) menyatakan berbagai jenis terapi bermain telah

    digunakan dan memberikan hasil yang positif dalam dunia klinis. Terapi

    bermain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan clay

    therapy. Yusuf (2002) menyatakan jenis permainan yang cocok untuk

    anak usia prasekolah (3-6 tahun) diantaranya permainan membentuk

    (konstruksi) danclaymerupakan salah satu permainan membentuk.

    Landerth (2004) menyatakan clay therapy sebagai alat terapi

    terbukti efektif untuk anak-anak dalam meningkatkan kemampuan

    memecahkan masalah, peningkatan harga diri, menurunkan kecemasan,

    pengambilan keputusan dan pengendalian impuls dan kemarahan. Anak-

    anak biasanya sulit untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui kata-

    kata. Oleh karena itu, bermain clay dapat menjadi media anak-anak untuk

    mengungkapkan perasaan mereka. Schaefer & Kaduson (2006)

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    20/71

    4

    menyatakan bermainclaymemungkinkan anak dapat mengeluarkan emosi

    yang tertahan dan terganggu melalui ekspresi emosional. Dalam penelitian

    ini, clay yang akan digunakan terbuat dari kertas daur ulang atau disebut

    paper clay.

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD

    Banyumas, selama 3 bulan terakhir dari bulan Januari sampai pertengahan

    Maret 2013 didapatkan data jumlah pasien anak yang dirawat sebanyak

    347 pasien. Pasien anak usia 3-6 tahun yang dirawat sebanyak 64 pasien.

    Hasil observasi menemukan banyak anak yang menangis terutama saat

    dilakukan tindakan perawatan. Selain menangis, pasien anak juga tidak

    mau berpisah dengan ibunya dan menghindar ketika akan dilakukan

    tindakan perawatan. Hospitalisasi juga menyebabkan anak-anak menjadi

    susah makan, susah tidur dan susah untuk minum obat. Keadaan tersebut

    dapat menyebabkan proses penyembuhan anak menjadi terganggu.

    Penatalaksanaan untuk mengurangi kecemasan pada pasien anak perlu

    dilakukan, diantaranya dengan terapi bermain. Clay therapy merupakan

    salah satu jenis terapi bermain yang dapat diberikan pada pasien anak usia

    prasekolah karena permainan ini merupakan salah satu permainan

    membentuk yang cocok diterapkan untuk anak usia prasekolah.

    Berdasarkan uraian di atas, untuk membuktikan dugaan tersebut,

    maka perlu dilakukan pengukuran clay therapy untuk menurunkan

    kecemasan pada anak. Oleh Karena itu, peneliti tertarik melakukan

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    21/71

    5

    penelitian mengenai pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat

    hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas.

    B. Rumusan Masalah

    Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses karena suatu

    alasan yang direncanakan atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di

    rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai anak dapat

    dipulangkan kembali ke rumah. Pada anak yang menjalani hospitalisasi

    perasaan yang sering muncul yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa

    bersalah. Kecemasan yang terjadi pada anak ini dapat memperlambat

    proses penyembuhan, menurunkan semangat untuk sembuh dan tidak

    kooperatifnya anak terhadap tindakan perawatan. Berdasarkan hasil

    observasi pada pasien anak prasekolah yang dirawat inap di RSUD

    Banyumas, ditemukan banyak anak yang menangis terutama saat

    dilakukan tindakan perawatan. Selain itu, mereka juga tidak mau berpisah

    dengan ibunya dan menghindar saat dilakukan tindakan perawatan.

    Keadaan tersebut dapat memperlambat proses penyembuhan anak. Oleh

    karena itu, perlu adanya penatalaksanaan untuk mengurangi kecemasan

    akibat hospitalisasi pada pasien anak prasekolah. Menurut penelitian,

    terapi bermain terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan akibat

    hospitalisasi pada pasien anak. Clay therapy merupakan salah satu jenis

    terapi bermain yang cocok diterapkan untuk anak usia prasekolah.

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dirumuskan masalah penelitian

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    22/71

    6

    sebagai berikut: adakah pengaruhclay therapy terhadap kecemasan akibat

    hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum:

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhclay therapy

    terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada pasien anak usia

    prasekolah di RSUD Banyumas.

    2. Tujuan Khusus:

    a. Mengetahui karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin

    dan riwayat pernah dirawat di rumah sakit.

    b. Mengetahui skor kecemasan anak sebelum mendapatkan clay

    therapy.

    c. Mengetahui skor kecemasan anak sesudah mendapatkan clay

    therapy.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi profesi keperawatan

    Memberikan sumbangsih dalam peningkatan pengetahuan tentang

    manfaat clay therapy sebagai treatment untuk mengurangi kecemasan

    akibat hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah dan menambah

    referensi bagi pendidikan.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    23/71

    7

    2. Bagi Rumah Sakit

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

    diterapkan dalam menangani kecemasan anak usia prasekolah yang

    menjalani hospitalisasi.

    3. Bagi orangtua

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

    kecemasan anak dan dapat memberikan informasi kepada orangtua

    tentang cara untuk mengurangi kecemasan pada anak mereka.

    4. Bagi peneliti

    Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan peneliti

    tentang clay therapy dan pengalaman tentang proses pelaksanaan

    penelitian.

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian-penelitian yang

    hampir serupa pernah dilakukan, yaitu:

    1. Pratiwi (2012) yang meneliti penurunan tingkat kecemasan anak rawat

    inap dengan permainan hospital story di RSUD Kraton Pekalongan.

    Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan

    rancangan one group pretest-postest design. Jumlah sampel sebanyak

    28 responden. Analisa data menggunakan uji statistik wilcoxon. Hasil

    penelitian menunjukkan ada penurunan tingkat kecemasan pada anak

    selama menjalani perawatan sebelum dan sesudah diberikan intervensi

    dengan nilai p=0,000. Penelitian ini memiliki persamaan dalam variabel

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    24/71

    8

    terikat yaitu kecemasan namun terdapat perbedaan pada variabel bebas

    yaituclay therapy.

    2. Rahmani dan Moheb (2010) yang meneliti The effectiveness of clay

    therapy and narrative therapy on anxiety of pre-school children: a

    comparative study. Jumlah sampel sebanyak 30 responden yang terdiri

    dari 10 anak kelompok narrative therapy, 10 anak kelompok clay

    therapy dan 10 anak kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan

    ada perbedaan kecemasan antara kelompok kontrol dengan kelompok

    narrative therapy dan clay therapy, tetapi tidak ada perbedaan

    kecemasan yang signifikan antara kelompok narrative therapy dengan

    kelompok clay therapy. Penelitian ini memiliki persamaan dalam

    variabel bebas dan terikat namun terdapat perbedaan pada desain

    penelitian dan tempat dilakukannya penelitian.

    3. Sari dan Sulisno (2012) yang meneliti hubungan kecemasan ibu dengan

    kecemasan anak saat hospitalisasi anak. Desain penelitian yang

    digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangancross sectional.

    Jumlah sampel sebanyak 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan

    ada hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat kecemasan

    anak usia 3 sampai 6 tahun yang mengalami hospitalisasi di Ruang

    Anggrek RSUD Ambarawa dengan nilai p=0,000. Penelitian ini

    memiliki persamaan dalam variabel terikat yaitu kecemasan namun

    terdapat perbedaan pada variabel bebas dan desain penelitian yang

    digunakan.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    25/71

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Kecemasan

    a. Kecemasan secara umum

    1). Definisi kecemasan

    Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

    menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

    berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik

    dan dialami secara subjektif (Stuart, 2006). Keliat et al (2011)

    mendefinisikan kecemasan sebagai suatu keadaan perasaan yang

    kompleks berkaitan dengan perasaan takut, sering disertai oleh

    sensasi fisik seperti jantung berdebar, nafas pendek atau nyeri

    dada. Suliswati et al(2005) mendefinisikan kecemasan sebagai

    respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

    menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam

    kehidupan sehari-hari.

    2). Klasifikasi kecemasan

    Peplau (1989) dalam Videbeck (2008) megklasifikasikan

    tingkat kecemasan yang dialami individu menjadi empat yaitu

    ringan, sedang, berat dan panik. Respon kecemasan yang

    dialami oleh individu berbeda-beda sesuai dengan tingkat

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    26/71

    10

    kecemasan, lama kecemasan yang dialami dan seberapa baik

    individu melakukan koping terhadap kecemasan yang dialami.

    Gangguan kecemasan merupakan masalah psikiatri yang paling

    sering terjadi. Stuart (2006) menjelaskan tingkat kecemasan

    yang dapat dialami individu sebagai berikut:

    a). Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam

    kehidupan sehari-hari dan dapat menyebabkan seseorang

    menjadi waspada. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar

    dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

    b). Kecemasan sedang, memungkinkan seseorang untuk

    berfokus pada hal yang dianggap penting sehingga

    mengabaikan yang lain. Kecemasan ini mempersempit

    lapang persepsi seseorang sehingga seseorang tidak

    mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat berfokus

    pada lebih banyak area jika diarahkan.

    c). Kecemasan berat, sangat mengurangi lapang persepsi

    seseorang. Seseorang cenderung berfokus pada sesuatu

    yang spesifik dan tidak berfikir tentang hal lain. Semua

    perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

    Seseorang yang mengalami kecemasan berat membutuhkan

    banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    27/71

    11

    d). Panik, berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan, dan

    teror. Seseorang yang mengalami panik tidak mampu

    melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik

    mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

    peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan

    untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi

    menyimpang, serta kehilangan pemikiran yang rasional.

    Tingkat kecemasan ini apabila berlangsung terus menerus

    dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan dan

    kematian.

    Sumber: Stuart (2006)

    Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan

    Rentang respon kecemasan

    Respon adaptif Respon maladaptif

    Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    28/71

    12

    3). Tanda dan gejala kecemasan

    Tanda dan gejala kecemasan menurut Keliat et al (2011)

    adalah sebagai berikut:

    a). Fisik, berupa jantung berdebar keras, susah tidur, pusing,

    berkeringat, mulut kering, nyeri perut, agitasi, tidak bisa

    santai dan tremor.

    b). Mental, berupa ketegangan mental (cemas/bingung, rasa

    tegang, konsentrasi buruk).

    Hawari (2004) menyatakan keluhan pada orang yang

    mengalami kecemasan antara lain: khawatir, mudah

    tersinggung, merasa tegang, gelisah, mudah terkejut, takut

    sendirian, takut pada keramaian, gangguan pola tidur dan mimpi

    buruk. Keluhan fisik dapat berupa rasa sakit pada otot dan

    tulang, pendengaran berdengung, berdebar-debar, sesak nafas,

    gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.

    4). Faktor predisposisi kecemasan

    Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam

    kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan

    (Suliswati et al, 2005). Cemas dapat diekspresikan secara

    langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dapat juga

    secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme

    koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan (Stuart, 2006).

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    29/71

    13

    Faktor predisposisi kecemasan menurut Suliswati et al (2005)

    sebagai berikut:

    a). Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya

    kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu

    baik krisis perkembangan ataupun situasional.

    b). Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan

    individu berfikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

    kecemasan.

    c). Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk

    mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

    d). Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena

    merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat

    memengaruhi konsep diri individu.

    e). Pola mekanisme koping keluarga akan memengaruhi

    individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami

    karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari

    dalam keluarga.

    f). Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

    memengaruhi respon individu dalam berespon terhadap

    konflik dan mengatasi kecemasannya.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    30/71

    14

    5). Faktor presipitasi kecemasan

    Faktor presipitasi adalah semua ketegangan dalam

    kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan

    (Suliswati et al, 2005). Stuart (2006) menyatakan faktor

    presipitasi kecemasan dapat berasal dari sumber eksternal dan

    internal. Faktor presipitasi kecemasan dapat dikelompokkan

    menjadi dua kategori, yaitu:

    a). Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi penurunan

    kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

    b). Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

    identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada

    individu.

    b. Kecemasan pada anak akibat hospitalisasi

    Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses karena suatu

    alasan yang direncanakan atau darurat mengharuskan anak untuk

    tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai anak

    dapat dipulangkan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak

    dapat mengalami berbagai kejadian berupa pengalaman yang sangat

    traumatik dan penuh dengan stres (Supartini, 2004).

    Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi pada umumnya

    adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh

    dan rasa nyeri. Kecemasan anak selama hospitalisasi terjadi karena

    adanya stresor berupa perpisahan dengan keluarga, kehilangan

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    31/71

    15

    kontrol, dan ketakutan akan perlukaan terhadap anggota tubuh

    (Johnson,1989; dalam Alfiyanti et al, 2007). Kecemasan dan stres

    yang dialami anak saat hospitalisasi dipengaruhi oleh beberapa

    faktor antara lain faktor dari petugas kesehatan (perawat, dokter dan

    tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru dan keluarga yang

    mendampingi selama perawatan (Nursalam et al , 2005).

    Hockenberry & Wilson (2007) menyatakan faktor-faktor yang

    memengaruhi kecemasan pada anak selama hospitalisasi diantaranya

    usia, jenis kelamin, lama dirawat dan pengalaman dirawat. Mubin &

    Hanum (2010) menyatakan faktor posisi anak dalam keluarga,

    pendampingan orangtua dan tipe kepribadian anak memengaruhi

    kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi.

    Reaksi anak usia prasekolah (3-6 tahun) terhadap perpisahan

    selama hospitalisasi yaitu dengan menolak makan, sering bertanya,

    menangis secara perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas

    kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan

    kontrol terhadap dirinya dan mengharuskan adanya pembatasan

    aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri.

    Hospitalisasi seringkali dipersepsikan anak usia prasekolah sebagai

    hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah atau takut.

    Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak

    menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas

    tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    32/71

    16

    dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan

    kata-kata marah, tidak mau bekerjasama dengan perawat dan

    ketergantungan pada orangtua (Supartini, 2004).

    Kecemasan yang dialami anak selama dilakukan tindakan

    keperawatan dipengaruhi oleh kecemasan hospitalisasi yang terdiri

    dari tiga fase. Fase pertama adalah fase protes, ditunjukkan dengan

    reaksi anak seperti menangis, menjerit, mencari dan memegang erat

    orangtua, menolak bertemu dan menyerang orang yang tidak

    dikenal. Fase kedua adalah fase putus asa, ditandai dengan anak

    tidak aktif, menarik diri dari orang lain, sedih, tidak tertarik terhadap

    lingkungan, tidak komunikatif, dan menolak makan atau minum.

    Pada fase ketiga yaitu fase penerimaan, anak mulai menunjukkan

    ketertarikan pada lingkungan dan berinteraksi dangkal dengan orang

    lain atau perawat. Pada hari pertama anak dirawat di rumah sakit,

    berarti anak berada pada fase pertama yaitu fase protes. Pada fase

    ini, anak belum melewati fase adaptasi untuk mencapai tahap

    penerimaan, karena tahap penerimaan biasanya terjadi setelah anak

    dirawat di rumah sakit dalam waktu lebih dari dua hari (Alfiyanti et

    al, 2007).

    Respon kecemasan anak akibat hospitalisasi lebih didominasi

    oleh respon kecemasan perpisahan (separation anxiety). Respon ini

    terjadi karena anak harus berpisah dengan teman-teman, saudara

    kandung dan orang terdekatnya. Perilaku yang muncul diantaranya

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    33/71

    17

    anak menangis ketika pertama kali masuk ke rumah sakit, menolak

    perhatian selain dari orangtua, menangis ketika orangtua

    meninggalkan ruangan, tidak mau beraktivitas dan tidak

    menunjukkan minat terhadap kegiatan (Wong, 2004). Kecemasan

    yang dialami anak selama hospitalisasi dapat menimbulkan dampak

    diantaranya proses penyembuhan anak dapat terhambat, menurunnya

    semangat untuk sembuh dan tidak kooperatifnya anak terhadap

    tindakan perawatan (Supartini, 2004).

    Hospitalisasi dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada

    semua tingkatan usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh

    banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

    kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang

    mendampingi selama perawatan. Selain anak yang merasakan

    kecemasan keluarga juga dapat merasakan kecemasan karena kondisi

    anaknya yang sakit (Nursalam et al, 2005). Hospitalisasi juga dapat

    menyebabkan gangguan pada anak seperti kehilangan nafsu makan,

    susah tidur, mengompol, menghisap jempol dan sering ditemukan

    anak-anak menyalahkan orangtuanya karena membawa mereka ke

    rumah sakit (Severo, 2009; dalam Wijayanti, 2009).

    Hospitalisasi dapat mengakibatkan anak menjadi regresi dalam

    pertumbuhan dan perkembangannya. Regresi adalah mundurnya

    tahap perkembangan yang telah dicapai seseorang kedalam tahap

    perkembangan sebelumnya, contohnya yaitu anak sering meminta

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    34/71

    18

    minum menggunakan botol yang biasanya sudah minum dengan

    gelas, mengompol dan buang air kecil tidak teratur, atau

    meningkatnya ketergantungan pada orangtua seperti meminta

    digendong (Leifer, 2003; dalam Wijayanti, 2009).

    c. Penatalaksanaan kecemasan pada anak

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aktivitas seperti terapi

    bermain, latihan aktivitas fisik, mendengarkan musik dan terapi seni

    dapat mengurangi kecemasan anak selama hospitalisasi. Pratiwi

    (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada penurunan

    tingkat kecemasan anak yang menjalani rawat inap setelah

    pemberian permainanhospital story. Permainan ini diberikan dengan

    menceritakan semua hal yang berkaitan dengan rumah sakit,

    khususnya tentang rutinitas kegiatan, mengenal tim kesehatan, dan

    prosedur pengobatan melalui media buku cerita bergambar.

    Sementara itu, Pravitasari & Edi (2012) dalam penelitiannya

    menyatakan bahwa ada perbeadaan tingkat kecemasan pasien anak

    usia prasekolah sebelum dan sesudah program mewarnai. Efek

    program mewarnai dalam penelitian ini memberikan dampak yang

    positif pada responden. Melihat dari kebutuhan dasar bermain pada

    kelompok usia ini, kegiatan bermain yang cocok salah satunya skill

    play. Kegiatan mewarnai dapat memberikan efek rileks pada

    responden karena aktivitasnya yang mengasyikan, perkenalan

    responden dengan gambar serta warna yang cocok untuk diberikan

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    35/71

    19

    pada gambar yang ada. Penelitian lain yang dilakukan Suryantiet al

    (2011) memberikan hasil bahwa anak yang diberikan terapi bermain

    mewarnai dan origami mengalami penurunan tingkat kecemasan dari

    kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan.

    Ghofar & Ningsih (2012) dalam penelitiannya menyatakan

    bahwa terapi musik dengan mendengarkan Al Quran juga dapat

    menurunkan respon kecemasan pada anak toddler yang menjalani

    hospitalisasi. Musik terbukti dapat menurunkan kecemasan yang

    ditandai dengan perubahan perilaku anak dari maladptif menjadi

    adaptif. Selain terapi musik dan terapi bermain, aktivitas fisik juga

    dapat menurunkan kecemasan pada anak selama hospitalisasi.

    Widianti (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada

    pengaruh senam otak terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang

    menjalani hospitalisasi. Skor kecemasan anak menurun setelah

    pemberian aktivitas senam otak.

    2. Clay therapy

    Clay therapy merupakan terapi bermain yang menggunakan clay

    sebagai media dalam terapi (Rahmani & Moheb, 2010). Buchalter

    (2009) dalam Wirastania (2012) mendifinisikan clay therapy sebagai

    sebuah terapi yang memanfaatkan media clay yang dapat mendorong

    seseorang untuk dapat mengekspresikan suasana hati dan perasaannya.

    Clay therapy digunakan sebagai salah satu teknik dalam proses

    terapeutik pada terapi individu dan kelompok. Pelaksanaanclay therapy

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    36/71

    20

    dilakukan dengan merancang beberapa tema, misalnya buah dan

    sayuran, binatang, bunga, dan desain abstrak. Perancangan tema

    dilakukan untuk dapat mengarahkan klien dalam membuat suatu karya

    yang berbahan dasarclay.

    Designs (2011) dalam Rochayah (2012) menyatakan bahwa arti

    kata clay yang sebenarnya adalah tanah liat. Tanah liat adalah materi

    alam yang dapat diolah dan dibentuk menjadi macam-macam tembikar

    atau biasa disebut juga keramik. Wahyuningsih (2012) menyatakan

    dalam perkembangannya istilahclay digunakan untuk meyebut adonan

    yang menyerupai tanah liat atau claybuatan.

    Bainbridge (1996) dalam Suryani (2011) menyatakan bahwa

    bermain clay bermanfaat untuk mengasah kemampuan otak kanan,

    meningkatkan kreativitas daya imajinasi anak dan melatih kerja syaraf

    motorik anak. Landerth (2004) menyatakan clay sebagai alat terapi

    terbukti efektif untuk anak-anak dalam meningkatkan kemampuan

    memecahkan masalah, meningkatkan harga diri, mengurangi

    kecemasan, pengendalian impuls dan kemarahan. Berdasarkan hasil

    penelitian Wahyuningsih, aktivitas bermain clay memberikan pengaruh

    positif terhadap peningkatkan kemampuan motorik halus anak

    tunagrahita sedang.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    37/71

    21

    Macam-macamclaybuatan menurut Suryani (2011) adalah sebagai

    berikut:

    a. Paper clay

    Clayini dibuat dari bubur kertas dan pengeringannya cukup dengan

    diangin-anginkan. Cara membuat paper clay adalah dengan kertas

    koran yang sudah direndam selama 3 hari 3 malam kemudian

    diblender dan dicampur dengan lem PVC. Namun, lem PVC disini

    akan diganti dengan tepung kanji karena lebih aman untuk anak-

    anak. Perbandingan kertas koran dengan tepung kanji adalah 1 ons:

    1 ons. Kertas koran yang sudah direndam selama 3 hari 3 malam

    kemudian diblender dengan air sebanyak 160 ml sampai halus.

    Tepung kanji dicampur dengan air panas sebanyak 20 ml kemudian

    diaduk sampai bentuknya seperti lem. Kertas koran yang sudah

    diblender kemudian diperas menggunakan kain sampai kering.

    Setelah itu, campuurkan kertas yang sudah diperas dengan adonan

    tepung kanji dan diaduk sampai merata. Setelah cukup diaduk

    adonan siap untuk dibentuk. Untuk mempercantikpaper clay, dapat

    ditambahkan pewarna makanan yang aman. Warna yang digunakan

    dapat disesuaikan dengan selera masing-masing orang (www

    shop.keramik88. com).

    b. Lilin malam

    Termasuk keluargaclay, biasanya digunakan sebagai mainan anak-

    anak, banyak dijual di toko, memiliki bermacam-macam warna dan

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    38/71

    22

    mudah dibentuk. Bentuk akhirnya tetap lunak tidak akan mengeras

    dan dapat diolah kembali.

    c. Polymer clay

    Pengeringan clay ini dilakukan dengan cara dipanggang dalam

    oven. Hasilnya ada yang menyerupai batu alam, plastik atau metal.

    d. Air dry clay

    Clay ini sering disebut clay Jepang atau clay Korea karena

    umumnya clay ini didatangkan dari kedua negara tersebut.

    Pengeringanclayjenis ini cukup dengan diangin-anginkan.

    e. Jumping clay

    Clay ini menyerupaiair dry clay, tetapi hasil akhirnya lebih ringan

    dan pengeringannya cukup dengan cara diangin-anginkan.

    f. Plastisin (claytepung)

    Clay ini hampir sama dengan lilin malam tetapi tidak selunak lilin

    malam dan bentuknya lebih mantap (lebih keras dibandingkan lilin

    malam). Clay jenis ini dapat dibuat sendiri dengan bahan dasar

    tepung dan pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan.

    3. Pengaruhclay therapyterhadap kecemasan pada anak

    Penelitian mengenai pengaruh terapi bermain dapat menurunkan

    kecemasan pada anak pernah dilakukan sebelumnya dan terdapat

    pengaruh positif dari penggunaan terapi ini. Penelitian yang dilakukan

    oleh Naderi et al (2010) tentang efektivitas terapi bermain terhadap

    kecemasan anak usia 8-12 tahun dengan diagnosa kecemasan di sebuah

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    39/71

    23

    klinik konseling memberikan hasil yang positif. Anak-anak usia 8-12

    tahun dengan diagnosa kecemasan yang menjalani terapi bermain di

    klinik konseling tersebut setiap 1 jam selama 10 sesi mengalami

    penurunan kecemasan. Terapi bermain merupakan intervensi klinis

    yang efektif dan telah dimanfaatkan oleh terapis selama bertahun-tahun.

    Berbagai teknik terapi bermain telah digunakan mulai dari bermain

    bebas sampai bermain terstruktur. Salah satu jenis terapi bermain

    adalahclay therapy(Sherwood, 2004).

    Supartini (2004) menyatakan anak yang mengalami hospitalisasi

    akan mengalami berbagai kejadian yang sangat traumatik dan penuh

    dengan stres. Penyebab stres pada anak diantarnya karena lingkungan

    rumah sakit itu sendiri seperti bangunan rumah sakit, ruang rawat, alat-

    alat (jarum suntik), pakaian putih petugas kesehatan dan lingkungan

    sosial seperti interaksi sesama pasien anak. Kondisi ini merupakan

    sumber stres (stressor) yang dapat memengaruhi kondisi psikologis

    seorang anak yang pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seorang

    anak jatuh pada kondisi kecemasan, baik cemas ringan, sedang, berat

    maupun panik (Keliat, 2006).

    Beberapa tahun terakhir ini, clay sering digunakan untuk bermain

    anak-anak dalam kegiatan terapi bermain. Terapis menggunakan clay

    sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan

    mendukung proses klinis. Bermain clay memungkinkan anak untuk

    mengekspresikan perasaan mereka (Schaefer & Kaduson, 2006).

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    40/71

    24

    Penelitian yang dilakukan oleh Rahmani & Moheb (2010) tentang

    pengaruhclay therapy terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah

    di sebuah taman kanak-kanak memberikan hasil anak-anak usia

    prasekolah di taman kanak-kanak yang mengalami kecemasan dan

    menjalani terapi ini selama 10 sesi dalam 5 minggu mengalami

    penurunan kecemasan yang signifikan dibandingkan kelompok kontrol.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Naderi et al (2010) juga

    memberikan hasil terapi bermain yang dilakukan setiap 1 jam selama 10

    sesi dimana dalam 10 sesi tersebut terdapat permainan clay dapat

    menurunkan kecemasan anak usia 8-12 tahun dengan diagnosa

    kecemasan di sebuah klinik konseling.

    Clay therapy dalam penelitian ini menggunakan clay yang

    berbahan dasar kertas daur ulang atau disebut paper clay. Paper clay

    (bubur kertas) memiliki karakter cukup unik, terdiri bahan tipis dan rata

    yang dihasilkan dari kopresi serat. Kertas juga merupakan bahan yang

    ringan dan juga mudah digunakan (Wahyuningsih, 2012).

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    41/71

    25

    B. Kerangka Teori

    Gambar 2.2 Kerangka Teori

    Sumber: Supartini (2004), Nursalamet al(2005), Hockenberry & Wilson

    (2007), Mubin & Hanum (2010), Pratiwi (2012), Widianti (2011),

    Pravitasari & Edi (2012), Ghofar & Ningsih (2012) dan Rahmani &

    Moheb (2010).

    Hospitalisasi

    pada anak

    Pengalaman

    penuh stres

    dan

    traumatik

    Kecemasan

    Dampak:

    1. Memperlambat proses

    penyembuhan

    2. Menurunkan

    semangat untuk cepat

    sembuh

    3. Tidak kooperatifnyaanak terhadap

    tindakan keperawatan

    Penatalaksanaan

    1. Aktivitas fisik

    2. Terapi musik

    3. Terapi bermaina. Hospital

    Story

    b. Clay Therapyc. Mewarnai

    Faktor yang

    memengaruhi

    kecemasan:

    1. Usia

    2. Jenis kelamin3. Lama hari

    rawat

    4. Pengalaman

    pernah dirawat

    di RS

    5. Posisi anak

    dalam keluarga

    6. Tipe

    kepribadian

    anak

    7. Pendampinganorangtua

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    42/71

    26

    C. Kerangka Konsep

    Keterangan :

    : diteliti

    : tidak diteliti

    Gambar 2.3 Kerangka Konsep

    Clay Therapy

    Skor kecemasan

    (15-60)

    Pasien anak usia

    prasekolah yang

    mengalami

    kecemasan akibat

    hospitalisasi

    Usia

    Jenis kelamin

    Lama hari rawat

    Riwayat pernah dirawat di rumah sakit

    Posisi anak dalam keluarga

    Tipe kepribadian anak

    Pendampingan orangtua

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    43/71

    27

    D. Hipotesis

    Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau jawaban

    sementara dari suatu penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian

    (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah hipotesis kerja (Ha): ada pengaruh clay therapy terhadap

    kecemasan akibat hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD

    Banyumas.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    44/71

    28

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain pre experiment dengan

    rancanganpre test - post test one group design. Rancangan jenis ini hanya

    menggunakan satu kelompok subyek. Pengukuran dilakukan sebelum dan

    setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai

    efek perlakuan. Adanya efek maturasi pada subyek dan kondisi lain yang

    berpengaruh terhadap validitas internal dan eksternal merupakan

    kelemahan desain ini (Saryono, 2009).

    O1 X O2

    Keterangan:

    O1 : Skor kecemasan sebelum perlakuan (pre test)

    X : Perlakuan

    O2 : Skor kecemasan setelah perlakuan (post test)

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Ruang Kanthil RSUD Banyumas dari

    tanggal 26 Juni sampai 25 Juli 2013.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    45/71

    29

    C. Populasi dan Sampel

    Saryono (2009), menyatakan bahwa populasi merupakan

    keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian.

    Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan

    menentukan keakuratan hasil penelitian. Populasi yang dimaksud dalam

    penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan usia 3-6 tahun yang

    dirawat di Ruang Kanthil RSUD Banyumas sebanyak 24 pasien selama

    tanggal 26 Juni-25 Juli 2013.

    Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili populasi.

    Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling selama

    1 bulan dengan perlakuan sebanyak 2 kali untuk masing-masing

    responden. Sampel diambil dari semua subyek yang datang dan memenuhi

    kriteria pemilihan sampel. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 18

    pasien dari 24 pasien yang ada. Hal ini disebabkan karena tidak semua

    orangtua bersedia anaknya menjadi responden dan anak ada yang menolak

    untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

    Adapun kriteria yang menjadi responden:

    a. Kriteria inklusi

    1). Pasien anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Kanthil.

    2). Kesadarancomposmentis.

    3). Orangtua bersedia anaknya menjadi responden.

    4). Lama hari rawat 2-3 hari.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    46/71

    30

    b. Kriteria eksklusi meliputi anak dengan kejang, demam tinggi,

    mengantuk berat,bedresttotal dan yang dirawat di ruang isolasi.

    D. Variabel Penelitian

    Variabel adalah ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok

    yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Saryono, 2009).

    Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel yang menjadi

    sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Hidayat, 2008). Variabel

    bebas dalam penelitian ini adalah clay therapy. Variabel terikat (variabel

    dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

    karena variabel bebas (Hidayat, 2008). Variabel terikat dalam penelitian

    ini adalah kecemasan.

    E. Definisi Operasional

    Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data

    dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup

    variabel (Saryono, 2011). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    47/71

    31

    Tabel 3.1. Definisi operasional

    No Variabel DefinisiOperasional

    AlatUkur

    HasilUkur

    SkalaData

    1. Clay therapy Terapi bermain

    dengan

    menggunakanclaysebagai media

    untuk bermain

    yang diberikan

    dalam waktu 30

    menit selama 2

    kali pertemuan.

    - - -

    2. Kecemasan Respon fisiologisdan psikologis

    yang muncul padaindividu yang

    dapat

    menyebabkan

    ketidaknyamananpada diri individu

    yang

    merasakannya.

    Kuesionerkecemsan yang

    dinilai denganskala likert yaitu

    selalu (SL)=4

    sering (SR)=3

    kadang-kadang(KD)=2 dan tidak

    pernah (TP)=1

    untuk pernyataan

    favourable dan

    untuk pernyataan

    unfavourable

    sebaliknya.

    Skor kecemasan(15-60)

    Rasio

    3. Usia Usia Individu

    yang terhitungmulai saat

    dilahirkan sampai

    tanggal penelitian.

    Data dari RS dan

    mengisi identitasresponden

    3-6 tahun Rasio

    4. Jenis kelamin Salah satu dari

    dua bentuk utama

    individu yang

    membedakan

    masing-masing

    sebagai laki-laki

    atau perempuan.

    Data dari RS dan

    mengisi identitas

    responden

    1. Laki-laki

    2. Perempuan

    Nominal

    5. Riwayat

    pernah dirawat

    di RS

    Riwayat anak

    pernah dirawat di

    rumah sakit

    sebelumnya.

    Jawaban

    orangtua dan

    mengisi identitas

    responden

    1. Pernah

    2. Tidak

    pernah

    Nominal

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    48/71

    32

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

    peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

    hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

    diolah (Saryono, 2011). Instrumen penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini menggunakan alat ukur kecemasan berupa kuesiner

    kecemasan yang dimodifikasi dan dikembangkan dari Hockenberry dan

    Wilson (2007), Subardiah (2009) dan Widianti (2011). Kecemasan

    diobservasi menggunakan 15 item respon anak yang dinilai dengan skala

    likert, yaitu selalu (SL) = 4, sering (SR) = 3, kadang-kadang (KD) = 2, dan

    tidak pernah (TP) = 1 untuk pernyataan favourable dan pernyataan

    unfavourable sebaliknya. Pernyataan unfavourable terdapat pada

    pernyataan no 1, 2, 6, 11, 12, dan 15, sedangkan no 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 13

    dan 14 adalah pernyataanfavourable.

    G. Validitas dan Reliabilitas

    Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

    benar-benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2011). Pengukuran

    validitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan

    kecermatan alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

    (Notoadmodjo, 2003). Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan

    sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah pernah digunakan

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    49/71

    33

    oleh Widianti (2011) yang telah dinyatakan valid dengan nilai

    reliabilitasnya sebesar 0,89 yang artinya reliabel.

    H. Teknik Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

    1. Tahap persiapan

    a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung jalannya penelitian.

    b. Studi pendahuluan untuk mengetahui populasi anak yang dirawat di

    Ruang Kanthil RSUD Banyumas.

    c. Pembuatan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengujian

    proposal penelitian.

    d. Mengurus perijinan ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan

    Masyarakat (Bakesbang Pol dan Linmas) Kabupaten Banyumas, Badan

    Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan RSUD

    Banyumas.

    2. Tahap pelaksanaan

    a. Presentasi di RSUD Banyumas pada tanggal 24 Juni 2013.

    b. Kegiatan penelitian yang meliputi:

    1). Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria untuk penelitian.

    2). Menjelaskan kepada calon responden dan orangtua tentang

    tujuan dariclay therapy.

    3). Meminta izin kepada orangtua calon responden untuk anaknya

    menjadi responden penelitian dengan membina hubungan

    saling percaya dengan orangtua calon responden, kemudian

    membuat persetujuan dengan lembarinform consent.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    50/71

    34

    4). Setelah orangtua mengizinkan anaknya menjadi responden

    maka peneliti melakukan pendekatan dengan anak untuk diajak

    bermain bersama peneliti disertai dengan memberikan

    penjelasan tentang pelaksanaanclay therapykepada anak.

    5). Melakukan wawancara dengan orangtua responden untuk

    mengisi identitas responden berupa nama anak (inisial), usia,

    jenis kelamin dan riwayat pernah dirawat di RS.

    6). Mengumpulkan data kecemasan dengan memberikan

    kuesioner yang diisi oleh orangtua responden.

    7). Pelaksanaan penelitian pada pasien anak dengan melakukan

    intervensi sebanyak 2 kali selama 30 menit.

    8). Mengatur posisi yang nyaman bagi anak yaitu posisi duduk.

    9). Peneliti dan responden menentukan topik sebelum melakukan

    kegiatanclay therapy.

    10). Peneliti membagikanclaydan cetakan kepada responden.

    11). Responden mulai melakukan kegiatan clay therapy dengan

    didampingi orangtua dan peneliti.

    12). Responden memasukkan adonan clay ke dalam cetakan dan

    peneliti membantu responden untuk mengeluarkan adonan dari

    cetakan.

    13). Peneliti memberikan bintang kepada responden ketika

    responden berhasil membuat satu bentuk.

    14). Peneliti menanyakan perasaan responden setelah bermainclay.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    51/71

    35

    15). Peneliti membersihkan tangan responden dengan tisue basah.

    16). Peneliti memberikan hasil clay yang dibuat responden untuk

    dibawa pulang oleh responden.

    17). Kegiatanclay therapysesi pertama diakhiri dengan melakukan

    kontrak dengan orangtua untuk sesi kedua yang akan

    dilaksanakan hari berikutnya.

    18). Pada hari kedua kegiatan clay therapy dilaksanakan seperti

    pada hari pertama.

    19). Setelah kegiatan clay therapy sesi 2 selesai dilaksanakan,

    peneliti memberikan kuesioner kembali untuk diisi oleh

    orangtua responden.

    20). Peneliti menanyakan pendapat orangtua tentang kegiatan clay

    therapyini.

    21). Terminasi kepada responden dan orangtua serta mengucapkan

    terimakasih atas kesediaannya menjadi responden.

    3. Tahap pengolahan dan analisis data

    Mengumpulkan hasil kuesioner kecemasan yang diisi orangtua

    responden, memasukkan data hasil isian kuesioner, serta menganalisis

    hasil data yang telah dimasukkan.

    4. Tahap penyusunan laporan

    Pembuatan pembahasan dan kesimpulan yang disusun ke dalam

    laporan hasil penelitian untuk kemudian dipresentasikan.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    52/71

    36

    I. Analisis Data

    1. Pengolahan data

    Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program

    statistik.Menurut Hastono (2001), pengolahan data dilakukan dengan

    melewati beberapa tahapan yaitu:

    a. Editing

    Peneliti melakukan pengecekan data yang diperoleh meliputi

    kelengkapan identitas dan data tentang hasil isian kuesioner

    kecemasan anak.

    b. Coding

    Peneliti merubah data berbentuk huruf menjadi data

    berbentuk angka. Data yang dilakukancodingmeliputi usia yaitu1= 3

    tahun, 2= 4 tahun, 3= 5 tahun dan 4= 6 tahun codingjenis kelamin

    1= laki-laki dan 2= perempuan serta coding riwayat pernah dirawat

    di rumah sakit yaitu1= pernah dan 2= tidak pernah.

    c. Entry data

    Peneliti memasukkan data dari hasil isian kuesioner

    kecemasan ke dalam komputer agar data dapat dianalisis

    menggunakan program statistik.

    d. Tabulating

    Peneliti meringkas jawaban dari hasil kuesioner kecemasan

    menjadi tabel yang memuat semua jawaban responden. Jawaban

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    53/71

    37

    responden dikumpulkan dalam bentuk kode-kode yang disepakati

    untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya.

    2. Analisis data

    a. Analisis univariat

    Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari

    hasil penelitian. Data yang diperoleh pada analisis ini disajikan

    dalam bentuk tabel frekuensi dan ukuran tendensi sentral (Saryono,

    2011). Karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin dan

    riwayat pernah dirawat di rumah sakit disajikan dalam bentuk tabel

    frekuensi. Skor kecemasan sebelum dan skor kecemasan sesudah

    clay therapydisajikan dalam bentuk ukuran tendensi sentral.

    b. Analisis bivariat

    Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

    interaksi dua variabel. Dalam penelitian ini, analisis bivariat

    menggunakan uji statistik paired t-test yang mensyaratkan data

    setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal sehingga

    perlu adanya uji normalitas data sebelum dilakukan pengujian

    hipotesis. Uji normalitas data menggunakan metode saphirowilk.

    Uji normalitas skor kecemasan sebelum perlakuan hasilnya 0,50

    dan setelah perlakuan hasilnya 0,18. Oleh karena hasilnya >0,05

    maka data terdistribusi normal dan dianalisis menggunakan uji

    statistikpaired t-test.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    54/71

    38

    J. Etika Penelitian

    Hidayat (2008) menyatakan dalam penelitian yang subyeknya

    adalah manusia dikenal 3 prinsip penelitian yaitu:

    1. Prinsip manfaat

    Peneliti memperkecil risiko dan memaksimalkan manfaat.

    Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

    pasien anak yang menjalani hospitalisasi, orangtua pasien dan petugas

    kesehatan yang merawat pasien anak di RSUD Banyumas.

    2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

    a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self-

    determination).

    Orangtua pasien diberi kebebasan untuk menentukan apakah

    anaknya diizinkan mengikuti atau tidak mengikuti kegiatan

    penelitian.

    b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

    (right to full disclosure).

    Peneliti memberikan penjelasan secara rinci kepada orangtua

    pasien dan pasien tentang pelaksanaan clay therapy yang akan

    diberikan dan bertanggungjawab ketika pelaksanaan terapi dan

    sesudah pelaksanaan terapi.Clay therapyyang diberikan aman untuk

    anak-anak karena selama kegiatan terapi, peneliti dan orangtua

    responden akan mendampingi.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    55/71

    39

    c. Informed consent

    Peneliti memberikan informed consent pada orangtua sebagai

    bukti bahwa orangtua setuju jika anaknya menjadi responden dalam

    penelitian.

    3. Prinsip keadilan (right to justice)

    a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

    treatment).

    Seluruh pasien harus diperlakukan secara adil baik sebelum,

    selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

    diskriminasi apabila ternyata orangtua pasien menolak atau tidak

    bersedia menjadi responden.

    b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy).

    Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

    diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity

    (tanpa nama) yaitu tidak mencantumkan nama responden pada

    lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode dan confidentiality

    (rahasia) merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    56/71

    40

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan. Hasil penelitian

    disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi usia, jenis kelamin, riwayat

    pernah dirawat di rumah sakit, skor kecemasan responden sebelum dan

    sesudah dilakukan clay therapy dan pengaruh clay therapy terhadap

    kecemasan akibat hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD

    Banyumas. Selanjutnya dilakukan pembahasan dari setiap hasil yang

    dicapai pada penelitian. Penelitian pengaruh clay therapy terhadap

    kecemasan akibat hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD

    Banyumas dilaksanakan selama 1 bulan dimulai pada tanggal 26 Juni

    sampai 25 Juli 2013. Responden dalam penelitian ini sebanyak 18 pasien

    anak usia 3-6 tahun.Pengukuran kecemasan menggunakan kuesioner yang

    diisi berdasarkan laporan orangtua.

    A. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik responden

    a. Usia

    Responden dalam penelitian ini adalah pasien anak yang

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Data keseluruhan

    responden penelitian berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.1

    berikut.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    57/71

    41

    Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia anak prasekolah

    yang dirawat di Ruang Kanthil RSUD Banyumas bulan Juni-Juli

    2013 (n=18)

    No Usia Frekuensi Persentase

    (%)

    1 3 tahun 6 33,3

    2 4 tahun 2 11,1

    3 5 tahun 5 27,8

    4 6 tahun 5 27,8

    Total 18 100

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diketahui bahwa

    sebagian besar responden berusia 3 tahun yaitu sebanyak 6

    responden (33,3%). Hasil penelitian dinilai dari perubahan skor

    kecemasan menunjukkan pada usia 3 dan 4 tahun, skor kecemasan

    anak yang diberi clay therapy mengalami peningkatan sebanyak

    100%. Sedangkan pada usia 5 tahun sebanyak 60% mengalami

    penurunan skor kecemasan dan 40% mengalami peningkatan skor

    kecemasan. Responden yang berusia 6 tahun sebanyak 40%

    mengalami penurunan skor kecemasan, 20% mengalami peningkatan

    skor kecemasan dan 40% skor kecemasannya tetap.

    b. Jenis kelamin

    Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat

    dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    58/71

    42

    Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak

    prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil RSUD Banyumas bulan

    Juni-Juli 2013 (n=18)

    No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

    (%)

    1 Laki-laki 12 66,7

    2 Perempuan 6 33,3

    Total 18 100

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 sebagian besar

    responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 responden

    (66,7%). Hasil penelitian dinilai dari perubahan skor kecemasan

    menunjukkan pada responden laki-laki sebanyak 58,33% mengalami

    peningkatan skor kecemasan, 25% mengalami penurunan skor

    kecemasan dan 16,67% skor kecemasannya tetap. Sedangkan pada

    responden perempuan sebanyak 33,3% mengalami penurunan skor

    kecemasan dan 66,67% mengalami peningkatan skor kecemasan.

    c. Riwayat pernah dirawat di rumah sakit

    Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat pernah

    dirawat di rumah sakit dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

    Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan riwayat pernah

    dirawat di RS anak prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil RSUD

    Banyumas bulan Juni-Juli 2013 (n=18)

    No Riwayat pernah dirawat di

    Rumah Sakit

    Frekuensi Persentase

    (%)

    1 Pernah 6 33,3

    2 Tidak pernah 12 66,7

    Total 18 100

    Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 sebagian besar

    responden tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya yaitu

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    59/71

    43

    sebanyak 12 responden (66,7%). Hasil penelitian dinilai dari

    perubahan skor kecemasan menunjukkan pada responden yang

    pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya sebanyak 83,33%

    mengalami peningkatan skor kecemasan dan 16,67% mengalami

    penurunan skor kecemasan. Sedangkan pada responden yang tidak

    pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya sebanyak 50% mengalami

    peningkatan skor kecemasan, 33,33% mengalami penurunan skor

    kecemasan dan 16,67% skor kecemasannya tetap.

    2. Skor kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan clay therapy

    Skor kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan clay

    therapydapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

    Tabel 4.4 Skor kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukan

    clay therapy pada anak prasekolah yang dirawat di Ruang Kanthil

    RSUD Banyumas bulan Juni-Juli 2013 (n=18)

    Variabel Mean

    Median

    SD Min-Max 95% CI

    Skor kecemasan pre

    test

    28,94

    28,50

    4,425 19-36 26,74-

    31,15

    Skor kecemasanpost

    test

    29,94

    30,00

    4,771 20-43 27,57-

    32,32

    Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata responden

    memiliki skor kecemasan sebelum diberikan clay therapy 28,94. Skor

    kecemasan minimal sebelum diberikan clay therapy yaitu 19 dan

    maksimal 36 dengan standar deviasi 4,425. Hasil estimasi interval

    penelitian disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata skor kecemasan

    sebelum diberikan perlakuan adalah antara 26,74-31,15.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    60/71

    44

    Skor kecemasan setelah diberikan clay therapy rata-rata adalah

    29,94. Skor kecemasan minimal setelah diberikanclay therapy yaitu 20

    dan maksimal 43 dengan standar deviasi 4,771. Hasil estimasi interval

    penelitian disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata skor kecemasan

    setelah diberikan perlakuan adalah antara 27,57- 32,32.

    3. Pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada

    pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas

    Pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat hospitalisasi

    pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas dapat dilihat

    pada tabel 4.5.

    Tabel 4.5 Pengaruh clay therapy terhadap kecemasan akibat

    hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di RSUD Banyumas

    bulan Juni-Juli 2013 (n=18)

    Variabel Min-

    Max

    MeanSD t df p value

    Pre test clay therapy

    Post test clay

    therapy

    19-36

    20-43

    28,944,425

    29,944,771

    -1,174 17 0,257

    Data dianalisa dengan uji statistik paired samples t test dengan

    tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Berdasarkan hasil uji ini,

    didapatkan nilai p value adalah 0,257 dengan demikian p value>

    (0,257 > 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dari analisa tersebut

    dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh clay therapy terhadap

    kecemasan akibat hospitalisasi pada pasien anak usia prasekolah di

    RSUD Banyumas.

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    61/71

    45

    B. Pembahasan

    1. Karakteristik responden

    a. Usia

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

    besar responden berusia 3 tahun. Potter & Perry (2005) menyatakan

    usia prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal yaitu pada usia

    3-6 tahun. Susilo (2007) dalam Barokah et al (2012) menyatakan

    pada usia prasekolah awal merupakan fase dimana anak mulai

    terlepas dari orangtuanya dan mulai berinteraksi dengan lingkungan.

    Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan yang membuat anak

    merasa terbebani dan membuatnya mudah terkena penyakit. Muscari

    (2005) menyebutkan bahwa awal masa prasekolah pada usia 3 tahun,

    anak lebih rentan mengalami kecelakaan dan cidera. Cidera yang

    dialami dapat berupa jatuh, aspirasi dan luka bakar sehingga

    memungkinkan anak untuk menjalani perawatan di rumah sakit.

    Muscari (2005) menjelaskan perkembangan psikososial anak

    usia prasekolah menurut teori Erikson yaitu inisiatif versus rasa

    bersalah. Anak memiliki keingintahuan dan inisiatif yang

    berkembang mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan,

    perkembangan keterampilan baru dan membuat teman baru.

    Sementara itu, rasa bersalah muncul pada diri anak ketika anak

    merasa berperilaku tidak benar dan tidak sesuai dengan harapan

    orangtua. Potter & Perry (2005) menyatakan selama hospitalisasi

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    62/71

    46

    anak prasekolah mungkin kembali ngompol atau menghisap ibu jari,

    menginginkan orangtua untuk menyuapi ketika makan, memakaikan

    pakaian dan memeluk anak. Selama proses penelitian, peneliti juga

    menjumpai kebanyakan responden disuapi orangtua ketika makan,

    minum menggunakan sedotan dan dipakaikan baju oleh orangtuanya.

    Hidayat (2005) menyatakan anak usia prasekolah seharusnya sudah

    memiliki kemampuan makan sendiri, minum dari gelas dan tidak

    lagi mengompol. Akan tetapi, hospitalisasi menyebabkan anak minta

    disuapi orangtua ketika makan, minum menggunakan sedotan dan

    memakai pampers sehingga hospitalisasi pada anak dapat

    menyebabkan regresi.

    Berdasarkan perhitungan dari perubahan skor kecemasan dapat

    disimpulkan pada usia 3 dan 4 tahun responden lebih banyak yang

    mengalami peningkatan skor kecemasan dibandingkan usia 5 dan 6

    tahun. Hal ini berarti clay therapy lebih berpengaruh pada anak usia

    5 dan 6 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

    Rahmani & Moheb (2010) yang menyatakan bahwa clay therapy

    efektif dapat menurunkan kecemasan pada anak usia 6 tahun.

    b. Jenis kelamin

    Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

    responden menunjukkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki.

    Hal ini dikarenakan jumlah pasien anak prasekolah yang menjalani

    rawat inap di ruang Kanthil lebih banyak yang berjenis kelamin laki-

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    63/71

    47

    laki dibandingkan perempuan. Wong (2007) menyatakan anak

    perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stresor

    dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga anak laki-laki lebih

    banyak yang dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan anak

    perempuan. Hurlock (2002) menyatakan jenis kelamin anak akan

    memengaruhi aktivitas bermain anak. Anak laki-laki lebih banyak

    melakukan permainan yang menghabiskan energi dibandingkan anak

    perempuan, sehingga anak laki-laki lebih berisiko terkena penyakit

    atau cidera.

    Berdasarkan perhitungan dari perubahan skor kecemasan dapat

    disimpulkan anak perempuan lebih banyak yang mengalami

    peningkatan skor kecemasan dibandingkan anak laki-laki. Hal ini

    berarti clay therapy lebih berpengaruh pada anak laki-laki. Hasil ini

    sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rochayah (2012) yang

    menyatakan bahwa anak laki-laki lebih banyak yang mengalami

    peningkatan kreativitas setelah bermain plastisin dibandingkan anak

    perempuan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Katinawati et al

    (2012) yang menyatakan terapi bermain efektif untuk menurunkan

    kecamasan dan penurunan kecemasan terbanyak terjadi pada

    responden laki-laki.

    c. Riwayat pernah dirawat di rumah sakit

    Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat pernah

    dirawat di umah sakit menunjukkan sebagian besar responden belum

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    64/71

    48

    pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Berdasarkan perhitungan

    dari perubahan skor kecemasan dapat disimpulkan anak yang belum

    pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya lebih banyak yang

    mengalami penurunan skor kecemasan dibandingkan anak yang

    pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Hal ini berarti clay

    therapylebih berpengaruh pada anak yang belum pernah mengalami

    perawatan di rumah sakit sebelumnya. Hasil ini tidak sesuai dengan

    penelitian Subardiah (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada

    perbedaan yang signifikan setelah pemberian permainan terapeutik

    antara anak yang pernah dirawat sebelumnya dengan yang belum

    pernah. Hal ini dapat disebabkan karena keadaan anak pada saat

    pelaksanaan clay therapy tidak semua anak dalam keadaan yang

    senang dan menyukai permainan tersebut. Selain itu, pengaruh dari

    faktor lain seperti dukungan keluarga, posisi anak dalam keluarga

    dan usia anak juga memengaruhi kecemasan anak saat hospitalisasi.

    Supartini (2004) menyatakan reaksi anak terhadap hospitalisasi

    berbeda-beda, sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak,

    pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang

    tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Apriliawati

    (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman

    pernah dirawat dengan kecemasan anak. Hal ini dapat disebabkan

    mungkin karena tindakan medis yang didapatkan sebelumnya

    meninmbulkan trauma bagi anak, sehingga walaupun anak pernah

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    65/71

    49

    dirawat sebelumnya tetapi memiliki pengalaman yang tidak

    menyenangkan sehingga anak dapat mengalami kecemasan.

    Riwayat pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya terjadi pada

    pasien dengan diagnosa anemia aplastik, diare dan demam.

    Sedangkan riwayat pernah dirawat di rumah sakit paling banyak

    yaitu lebih dari 6 kali terjadi pada pasien dengan diagnosa anemia

    aplastik. Mansjoer et al (2002) menyatakan tanda dan gejala dari

    penyakit ini meliputi pucat, lemah, perdarahan, demam dan tanpa

    organomegali. Pasien tersebut sering mengalami perdarahan

    sehingga sering masuk ke rumah sakit.

    2. Kecemasan responden sebelum dan setelah dilakukanclay therapy

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata responden

    mengalami peningkatan skor kecemasan. Sebelum mendapatkan clay

    therapy skor minimal 19 dan maksimal 36. Setelah mendapatkan clay

    therapy skor minimal 20 dan maksimal 43. Kecemasan anak selama

    hospitalisasi terjadi karena adanya stresor berupa perpisahan dengan

    keluarga, kehilangan kontrol, dan ketakutan akan perlukaan terhadap

    anggota tubuh (Johnson,1989; dalam Alfiyanti et al, 2007). Potter &

    Perry (2005) menyatakan kecemasan terbesar anak usia prasekolah

    adalah kecemasan akan kerusakan tubuh. Semua prosedur atau tindakan

    keperawatan baik yang menimbulkan nyeri maupun tidak, keduanya

    dapat menyebabkan kecemasan bagi anak usia prasekolah selama

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    66/71

    50

    hospitalisasi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pemahaman anak

    usia prasekolah tentang integritas tubuh.

    Pada penelitian ini dijumpai sebanyak 5 responden mengalami

    penurunan skor kecemasan, 2 responden skor kecemasannya tetap dan

    11 responden mengalami peningkatan skor kecemasan. Responden yang

    mengalami penurunan skor kecemasan berusia antara 5-6 tahun. Hasil

    ini sesuai dengan pendapat Feist (2009) yang menyatakan semakin

    bertambahnya usia akan memengaruhi kematangan psikologis

    seseorang, sehingga faktor usia memengaruhi kecemasan seseorang.

    Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Rahmani & Moheb (2010) yang

    menyatakan bahwa bermainclay efektif untuk menurunkan kecemasan

    anak usia 6 tahun. Stuart & Laraia (2005) menyatakan anak yang lebih

    muda cenderung lebih cemas dibandingkan anak yang lebih tua. Hal ini

    terbukti bahwa dalam penelitian ini anak yang mengalami penurunan

    skor kecemasan adalah anak yang berusia 5 dan 6 tahun. Tahap

    perkembangan anak antara usia 3-6 tahun yang berbeda-beda juga dapat

    menjadi penyebab berbedanya skor kecemasan anak.

    Anak yang mengalami peningkatan skor kecemasan terdiri dari 6

    anak yang sebelumnya belum pernah mengalami perawatan di rumah

    sakit dan 5 anak yang sudah pernah mengalami perawatan di rumah

    sakit. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Supartini (2004) yang

    menyatakan pengalaman anak sebelumnya terhadap perawatan di

    rumah sakit memengaruhi kecemasan anak. Akan tetapi hasil penelitian

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    67/71

    51

    ini sesuai dengan pendapat Apriliawati (2011) yang menyatakan bahwa

    tidak ada hubungan antara pengalaman pernah dirawat dengan

    kecemasan anak. Hal ini dapat disebabkan mungkin karena tindakan

    medis yang didapatkan sebelumnya menimbulkan trauma bagi anak,

    sehingga walaupun anak pernah dirawat sebelumnya tetapi memiliki

    pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga anak dapat mengalami

    kecemasan. Pengalaman dirawat sebelumnya tidak selalu memengaruhi

    kecemasan anak. Oleh karena itu dukungan keluarga juga sangat

    dibutuhkan anak, karena anak akan merasa lebih nyaman ketika dekat

    dengan keluarganya.

    Responden yang skor kecemasannya tetap sebanyak 2 responden.

    Hal ini dapat disebabkan pada saat pelaksanaan penelitian mungkin

    anak dalam keadaan tidak senang karena pada saat bermain clay anak

    dalam keadaan bangun tidur. Sementara itu, orangtua anak menyuruh

    anak untuk bermain bersama peneliti, padahal mungkin anak masih

    dalam keadaan mengantuk. Wong (2001) menyatakan dalam aktivitas

    bermain anak diajari teknik mengatasi kecemasan sebagai mekanisme

    koping, misalnya teknik distraksi atau mengalihkan perhatian anak pada

    aktivitas yang disukainya. Skor kecemasan yang tetap juga dapat

    disebabkan karena anak mungkin kurang menyukai permainan clay.

    Permainan yang disukai anak akan membuat anak merasa senang dan

    menikmati permainan tersebut, sehingga jika anak kurang menyukai

    jenis permainan yang dimainkan mungkin anak tidak merasakan

  • 7/21/2019 Pengaruh Clay Therapy Terhadap Kecemasan

    68/71

    52

    kesenangan dari permainan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat