memperkenalkan clay tepung

19
ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1) MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI KERAJINAN ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS REMAJA MELALUI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL Oleh Heni Program Studi Desain Komunikasi Visual Jurusan Desain FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013

Upload: elfrida-ernestina

Post on 24-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

cara singkat pembuatan clay tepung

TRANSCRIPT

Page 1: Memperkenalkan Clay Tepung

ARTIKEL ILMIAH

STRATA 1 (S1)

MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI

KERAJINAN ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN

KREATIFITAS REMAJA MELALUI MEDIA KOMUNIKASI

VISUAL

Oleh

Heni

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Jurusan Desain

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

2013

Page 2: Memperkenalkan Clay Tepung

MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI KERAJINAN ALTERNATIF

UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS REMAJA MELALUI MEDIA KOMUNIKASI

VISUAL

ABSTRAK

Reduce, Reuse, dan Recycle. Mungkin istilah-istilah ini sangat sering dibicarakan sejak keluarnya

issue Pemanasan Global. Sejak saat itu seluruh kegiatan yang berpotensi menyebabkan pemanasa

global semakin menjadi sorotan di Indonesia pada khususnya. Banyak hal yang dilakukan baik oleh

pemerintah maupun perorangan untuk mengurangi dampak dari Pemanasan Global mulai dari

pengontrolan emisi kendaraan, mengurangi pengganaan mesin pendingin, hingga mengurangi jumlah

sampah nondegradable dengan jalan daur ulang (Recycle). Banyak sekali benda-benda yang ada

disekitar kita yang sebenarnya “dibuang sayang”. Siapa bilang benda-benda bekas tidak bisa

menghasilkan? Buktinya banyak sekali benda-benda unik berhasil diciptakan dari barang bekas.

Seperti dompet dari kertas pembungkus, pot bunga dari kaleng bekas, hingga clay dari tepung

kadaluarsa. Beranjak dari hal tersebut mungkin baru segelintir orang yang menyadari hal ini, clay

contohnya. Dewasa ini bisnis kerajinan tangan salah satunya clay sudah sepatutnya dilirik. Tidak

harus mahal, clay sebenarnya bisa dibuat menggunakan tepung kadaluarsa, hanya saja bisnis ini

kurang berkembang karena image clay adalah hobby yang mahal masih sulit dihilangkan dari benak

konsumen. Remaja sebagai salah satu target konsumen yang paling menarik karena sifatnya yang

dinamis perlu diarahkan kepada suatu aktifitas yang positif dan kreatif, salah satunya adalah

berkreasi dengan clay. Pembuatan media dan sampling dipandang perlu dilakukan, karena

pendekatan secara teori tidak akan mudah diserap oleh para remaja. Biarkan mereka melihat dan

mencoba clay itu sendiri maka mereka akan jauh lebih tertarik, oleh karena itu media maskot,

kemasan, folder, pin, poster, e-banner, celemek, t-shirt, tas kain, dan katalog akan membantu proses

edukasi dikalangan remaja.

Kata Kunci : Clay Tepung, Seni Kerajinan Alternatif, Kreatifitas Remaja, Media Komunikasi

Visual.

INTRODUCING FLOUR CLAY AS ALTERNATIVE ART CRAFT TO INCREASE

YOUTH CREATIVITY THROUGH VISUAL COMMUNICATION MEDIA

ABSTRACT

Reduce, Reuse, and Recycle. Perhaps these terms are very frequently discussed issue since the

release of Global Warming. Since then all activities that could potentially cause Global Warning has

became the spotlight in Indonesia in particular. Many things were done by both the government and

individuals to lessen the impact of Global Warming ranging from controlling vehicle emissions,

reduce the use of aircon, reduce the amount of waste nondegradable (Recycle) things. There are so

many things around us that actually "dumped dear". Who says the unused objects can not produce?

Proof, lot of unique objects had been created from recycled materials. Such as wallets of wrapping

paper, flower pots from tin cans, clay from expired flour. There only few people that aware about

this, for example they turn expired flour into clay. Nowadays one business clay craft has should me

counted in term of profitable business. Does not have to be expensive, in fact clay can be made using

expired flour, it's just business image is less developed because clay is an expensive hobby is still

difficult tobe removed from the minds of consumers. Adolescents as one of the most attractive target

consumers because of its dynamic need to be directed to a positive and creative activities, one of

which is to play clay. Media preparation and sampling is deemed necessary, because in theory the

approach will not be easily absorbed by the teens. Let them see and try out the clay itself then they

would be much more interested, therefore mascot media, packaging, folders, pins, posters, e-

banners, aprons, t-shirts, cloth bags, and the catalog will help the process of education among

adolescents.

Keywords: Clay Flour, Alternative Arts Crafts, Creativity Youth, Media Visual Communications.

Page 3: Memperkenalkan Clay Tepung

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Kerajinan tangan atau handycraft merupakan suatu hasil karya yang berkaitan dengan buatan tangan

atau kegiatan yang dihasilkan melalui keterampilan tangan. Kerajinan tangan biasanya berhubungan dengan

hobi, kemudian beralih menjadi sebuah kegiatan bermanfaat, fokus kearah pekerjaan yang digemari dan

dapat memberikan penghasilan bagi peminatnya. Saat ini kerajinan tangan menjadi salah satu pilihan bagi

masyarakat untuk dijadikan sebagai sebuah lapangan pekerjaan. Kerajinan tangan diklasifikasikan dalam

berbagai bentuk yakni; anyaman, memahat, mengukir, merajut, menjahit, melukis, melipat dan lain-lain.

Keanekaragaman kerajinan tangan yang ada, mengakibatkan berkembang pula minat mengasah kreatifitas

masyarakat dalam mengembangkan kerajinan tangan untuk membuat sesuatu yang baru, unik dan sederhana

dengan memanfaatkan bahan yang mudah di dapatkan seperti seni kerajinan clay, berbahan dasar tepung

seperti tepung terigu, tepung tapioka maupun tepung jagung. Clay dengan bahan tepung sering disebut

dengan clay tepung.

Istilah clay berasal dari bahasa inggris yang berarti tanah liat, dengan tekstur bahan yang lembut dan

mudah dibentuk oleh tangan. Dahulu clay hanya dikenal sebagai tanah liat yang dibuat dengan menggunakan

alat putar khusus. Namun seiring dengan perkembangan dalam dunia kerajinan tangan, clay yang banyak

digunakan bukanlah clay yang mengandung unsur tanah liat melainkan terbuat dari resin, tepung anorganik,

polymer maupun silikon yang dikemas dan siap pakai atau yang sering disebut dengan clay instan (Joyce,

2009: 4). Clay instan inilah yang membuat seni kerajinan ini sulit dijangkau semua lapisan masyarakat

khususnya remaja karena harganya yang mahal terutama bagi pemula yang ingin mencoba berkreasi dengan

clay. Seni kerajinan clay cukup banyak dipilih sebagai salah satu alternatif kerajinan tangan. Selain bersifat

lunak dan mudah dibentuk sesuai keinginan, cara pengaplikasian tidaklah sulit. Seni kerajinan ini sangat

baik untuk anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia, untuk mengasah kemampuan otak kanan,

meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi, meningkatkan daya kosentrasi, melatih kesabaran dan

ketekunan serta melatih kerja saraf motorik. Pada umumnya bahan clay di Indonesia masih merupakan

barang impor, sehingga seni kerajinan tangan ini terkesan mahal dan jarang di tekuni. Namun saat ini,

membuat clay menjadi sangat mudah dan menyenangkan karena adonan clay dapat dibuat sendiri dengan

menggunakan bahan yang mudah di temui seperti tepung yang di campur dengan pengawet makanan,

natrium benzoate dan lem putih sebagai perekat. Bahkan bahan adonan clay dapat dibuat dari tepung tidak

layak konsumsi atau yang disebut dengan tepung kadaluarsa yang diolah menjadi adonan clay yang ramah

lingkungan. Bahan ini lebih terjangkau dan memiliki kelayakan dan ketahanan bahan sama seperti bahan

clay kemasan siap pakai.

Remaja dikatakan sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia

belasan tahun. Pengertian lain menyebutkan bahwa remaja adalah suatu massa transisi dari masa anak ke

dewasa, ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama, kognitif dan sosial (Sarwono,

2012: 2). Dalam batasan penyesuaian diri yang akan dilakukan pada usia remaja adalah mencapai

kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan,

mencapai posisi yang diterima masyarakat, mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan

nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan. Memecahkan problem nyata dalam pengalaman

sendiri maupun kaitannya dengan lingkungan. Pada range usia 15-18 tahun merupakan masa kesempurnaan

remaja dan merupakan puncak perkembangan emosi, dalam tahap ini adalah bangkitnya sebuah dorongan

dalam berbagai hal atau masalah sehingga lebih mudah terjerumus ke hal negatif yang berdampak buruk bagi

kehidupan remaja.

Memilih remaja umur 15-18 tahun sebagai sasaran dikarenakan masa remaja membutuhkan

perhatian dan arahan yang tepat agar menghasilkan remaja yang memiliki mental yang kuat dan mampu

berkreatifitas secara positif. Sesuai dengan perkembangan psikologis remaja sangat banyak mengalami fase-

fase dimana mereka mendewasakan diri, tumbuhnya akal, nalar, dan kesadaran diri secara sederhana.

Penanaman kegiatan yang bersifat positif harus segera diarahkan agar perkembangan akal, nalar dan

kesadaran diri mereka berkembangan dengan baik dan dijalur yang benar. Dengan menanamkan seni

kerajinan, dalam hal ini seni kerajinan clay berbahan dasar tepung di kalangan remaja, membuat mereka

mampu melakukan kegiatan positif yang murah, mudah didapat dan dibuat, ramah lingkungan dan tentu

dapat dijadikan sumber penghasilan bagi mereka yang ingin mencari peruntungan dibidang bisnis.

Page 4: Memperkenalkan Clay Tepung

2

Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep

komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara

visual dengan mengelola elemen-elemen yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi

warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau

kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan (Kusrianto, 2007: 2). Melalui media komunikasi visual,

tidak hanya berperan sebagai media kampanye tetapi digunakan dalam meperkenalkan seni kerajinan clay

berbahan dasar tepung dalam upaya meningkatkan kreativitas remaja.

1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang timbul

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Konsep desain seperti apa yang tepat diaplikaskan pada media komunikasi visual agar efektif,

komunikatif dan inovatif dalam upaya memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif

untuk meningkatkan kreativitas remaja?

2. Strategi media dan strategi kreatif pesan apakah yang tepat digunakan untuk menarik minat remaja

melakukan kegiatan positif melalui seni kerajinan clay tepung?

1.3 Batasan Masalah Permasalahan yang akan difokuskan pada proses perancangan media komunikasi visual untuk

menarik minat target audien dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk

meningkatkan kreativitas remaja melalui media komunikasi visual yaitu media lini bawah serta perwujudan

media-media komunikasi visual yang siap dicetak dalam jumlah banyak sesuai dengan target audien yang

dituju dalam hal ini remaja umur 15-18 tahun, mengacu pada kriteria desain sebagai indikator penilaian,

untuk mengajak remaja melakukan kegiatan positif melalui seni kerajinan clay tepung.

1.4 Tujuan dan Manfaat Desain

1.4.1 Tujuan Tujuan dari desain ini adalah dapat menjawab berbagai pertanyaan yang timbul sesuai dengan

perumusan masalah, yaitu:

a. Tujuan Khusus

Untuk membuat konsep desain yang akan diaplikaskan pada media komunikasi visual agar efektif,

komunikatif dan inovatif dalam upaya memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif

untuk meningkatkan kreativitas remaja.

b. Tujuan Umum

Untuk mengetahui strategi media dan strategi kreatif pesan apakah yang tepat digunakan untuk

menarik minat remaja melakukan kegiatan positif melalui seni kerajinan clay tepung.

1.4.2 Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari karya Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan merancang desain komunikasi visual yang efektif, komunikatif dan

inovatif serta dapat membuat konsep desain dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni

kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja.

b. Bagi Lembaga (ISI)

Menambah sumber refrensi tentang media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay

tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja melalui media

komunikasi visual.

c. Bagi Target Audien ( Remaja Usia 15 – 18 tahun)

Menyadarkan para remaja untuk melakukan hal positif yang bermanfaat yaitu

memberdayagunakan bahan yang dianggap tidak bermanfaat untuk diolah kembali menjadi barang

yang mempunyai nilai estetis, fungsional dan ekonomis.

Page 5: Memperkenalkan Clay Tepung

3

d. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan tentang seni kerajinan clay yang mudah dibuat dan mempunyai nilai

estetis dan ekonomi.

1.5 Metode Pengumpulan Data Proses desain menggunakan metode pengumpulan data dapat berupa teks, gambar, dokumen,

artefak, foto atau objek-objek lain yang ditemukan dilapangan selama penelitian dilakukan (Sarwono, 2007:

100). Jenis data yang digunakan untuk mendukung metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan

data sekunder.

1.6 Metode Analisis Data Metode analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah

dibacakan dan diinterpretasikan (Sarwono, 2006:123). Metode analisis data yang digunakan dalam pengantar

karya ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif yaitu penggambaran sifat suatu keadaan yang berjalan

pada saat penelitian.

Tahapan ini diperoleh dengan menganalisis data yang didapat dari data primer dan data sekunder

yakni observasi, interview, kepustakaan, dan dokumentasi. Hasil dari metode observasi adalah hasil survey

lapangan ke Po’s Clay Singaraja – Bali yang merupakan tempat pelatihan clay. Hasil dari metode wawancara

adalah jawaban yang diajukan oleh peneliti. Jawaban inilah yang akan melengkapi data-data materi tentang

kasus yang diangkat. Hasil dari metode kepustakaan adalah pengertian-pengertian serta teori-teori yang

berhubungan untuk mencari pemecahan masalah yang tepat dalam desain komunikasi visual untuk

memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja. Hasil

dari metode dokumentasi adalah berupa foto-foto dan gambar-gambar sebagai data berupa fakta atau bukti

dan juga untuk memenuhi data dalam desain komunikasi visual untuk memperkenalkan clay tepung sebagai

seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja

1.7 Kriteria Serta Model Penilaian Desain Indikator yang nantinya akan dipakai sebagai acuan didalam menilai desain ialah ilustrasi, teks,

warna, tipografi. Dibuat alternatif desain dari media yang dipilih. Desain yang terbaik dipilih dari tiga

alternatif desain yang diukur berdasarkan kriteria desain. Kriteria yang dimaksud yakni dari segi fungsional,

komunikatif, informatif, unity, ergonomis, artistik, surprise, kreatif, simplycity dan etis.

Menentukan desain terpilih dengan melakukan penilaian alternatif desain menggunakan skala likert

(skala yang menunjukkan tingkatan atau rangking). Masing-masing tingkatan kualitas akan disusun

berdasarkan jenjang ilmu dan nilai tertinggi 5 dan nilai terendah 1. Setelah masing-masing desain dinilai

berdasarkan prinsip-prinsip desain akan terlihat satu desain yang menduduki ranking teratas dan desain inilah

yang nantinya sebagai desain terpilih.

2. INDENTIFIKASI DAN ANALISA DATA

2.1 Data Teoritis / Aktual Data teoritis adalah data yang mengacu pada sumber-sumber data ilmiah berupa literature yang

relevan dan bisa dipertanggungjawabkan mengenai teori-teori tentang desain komunikasi visual, yang erat

dengan kasus dan konsep pengerjaan tugas akhir ini (data yang bisa dimanfaatkan dalam perancangan).

2.1.1 Pengertian Objek Kasus Clay cukup banyak dipilih sebagai salah satu alternatif kerajinan tangan, karena clay sangat

mudah dibentuk dan sangat mudah untuk di aplikasikan dengan bahan lain, bahkan dengan menambah

detai-detail yang indah. Karya clay bisa disulap menjadi sebuah karya yang mempunyai nilai seni dan

daya jual yang tinggi. Clay merupakan istilah dari tanah liat yang memiliki tekstur lembut dapat diolah

dan dibentuk menjadi suatu kerajinan tembikar. Namun seiring dengan perkembangan dalam dunia

kerajinan tangan, clay yang banyak digunakan saat ini bukanlah tanah liat dan bahkan tidak mengandung

unsur tanah liat melainkan resin, tepung anorganik, polymer maupun silikon yang sudah di kemas dan

siap pakai, clay ini disebut dengan modeling clay. Walaupun tidak mengandung tanah liat, jenis bahan

ini tetap disebut dengan clay karena tekstur kelenturan yang menyerupai tanah liat yang mudah dibentuk

(http://piets-art.com/blog/2012/04/apa-itu-clay-2). Bahan clay di Indonesia masih merupakan barang

Page 6: Memperkenalkan Clay Tepung

4

impor, sehingga seni kerajinan tangan ini terkesan mahal dan jarang di tekuni. Saat ini, membuat clay

menjadi sangat mudah dan menyenangkan karena adonan clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan

bahan yang mudah di temui misalnya tepung yang di campur dengan pengawet makanan natrium

benzoate dan lem putih sebagai perekat. Bahkan bahan adonan clay dapat dibuat dari tepung tidak layak

konsumsi atau disebut dengan tepung kadaluarsa kemudian diolah menjadi adonan clay yang ramah

lingkungan, terjangkau dan memiliki kelayakan dan ketahanan bahan sama seperti bahan clay

kemasan siap pakai.

2.1.2 Aspek-Aspek Desain Komunikasi Visual Dalam proses mengkomunikasikan pesan kepada target audiens, beberapa aspek yang perlu di

perhatikan antara lain elemen-elemen serta media desain komunikasi visual. Adapun elemen – elemen

desain komunikasi visual adalah ilustrasi, warna, teks, tipografi serta layout (Timmoty,2007:1).

2.1.3 Prinsip Desain Komunikasi Visual Prinsip-prinsip desain ini nantinya digunakan sebagai patokan dalam melayout desain yang akan

digunakan dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan

kreatifitas remaja melalui desain komunikasi visual. Adapun prinsip-prinsip desain komunikasi visual

yaitu fokus, keseimbangan, irama / ritme, keserasian / harmoni, proporsi, kesatuan, kesederhanaan, skala,

kontras, tata letak / layout.

2.1.4 Aspek Teknis Perwujudan Aspek teknis perwujudan merupakan suatu aspek yang perlu diperhitungkan agar visual desain

yang dibuat dapat menjadi satu kesatuan konsep dengan eksekusi perwujudan. Teknis perwujudan yang

dimaksud yaitu bahan dan teknik cetak.

2.1.5 Teori Sosial Mendukung Kasus 1) Teori Psikologi Remaja

Masa remaja disebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai

kematangan psikologis dalam menemukan dirinya dan mencari nilai-nilai kebaikan, kebijaksanaan,

keindahan, senang terhadap tokoh idola, tertarik lawan jenis, dan lain-lain (Sarwono, 2012: 2).

Menurut Hurlock, masa remaja awal mencakup usia 13-17 tahun dimana secara psikologis

memiliki perkembangan (Sarwono, 2012: 30) :

a. Masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri.

b. Mengembangkan pikiran-pikiran baru.

c. Cepat tertarik pada lawan jenis.

d. Mudah terangsang secara erotis.

Masa remaja akhir yaitu mencakup usia 16-19 tahun dimana pada masa ini transisi

perkembangan yang lebih mendekati dewasa dan masa konsolidasi menuju periode remaja. Pada

masa ini memiliki perkembangan sebagai berikut (Sarwono, 2012: 30):

a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi- fungsi intelek.

b. Egonya untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang lain dalam pergaulan baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.

d. Ergosentri (terlalu memusatkan perhatian kepada diri sendiri) berubah menjadi keseimbangan

antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

Teori psikologi remaja ini digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan konsep desain baik

dari media, ilustrasi, huruf dan tipografi yang nantinya akan diaplikasikan pada aspek desain

komunikasi visual pada media perancangan dalam upaya memperkenalkan clay tepung sebagai seni

kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja.

2) Teori Consumers Journey dan Teori Point Of Contact

Teori consumers journey adalah proses mengamati pola tingkah laku dari target audien.

Pengamatan dilakukan dari kegiatan dari pagi-malam sehingga dari penelitian tersebut didapat point

of contact. Dengan melakukan consumers journey akan membuat strategi tersebut bisa bisa

disampaikan secara lebih efisien. Consumers Journey memang harus dihubungkan dengan totalitas

Page 7: Memperkenalkan Clay Tepung

5

kehidupan target audien, dialog-dialog target audien, foto-foto target audien, dan bend-benda

disekeliling target audien (Kasilo, 2002:71).

Teori point of contact adalah titik-titik untuk menyapa dengan target audien. Point Of Contact

merupakan waktu, tempat, dan dimana target audien kita melakukan kegiatan, sehingga kita mampu

menggali berbagai point of contact maupun media untuk penyampaian pesan. Dengan mengamati

consumers journey, akan kita temukan banyak point of contact. Berangkat dari point of contact

inilah kita bisa menggali berbagai media baru (unconventional media) yang tadinya tidak pernah

terpikirkan dan sesuai dengan target audien (Kasilo, 2002: 68). Kedua teori ini saling berhubungan

dan sangat erat kaitannya dalam menentukan media komunikasi visual yang tepat untuk target

audien.

2.2 Data Lapangan / Faktual Data faktual merupakan kumpulan data-data yang diperoleh dengan cara melakukan observasi

langsung dilapangan yang nantinya akan digunakan dalam mencari media komunikasi visual.

2.2.1 Nama Objek / Kasus Clay tepung adalah clay buatan yang terbuat dari campuran aneka tepung seperti tepung terigu,

tepung tapioka maupun tepung jagung, pengawet makanan dan lem putih sebagai perekatnya. Bersifat

lunak dan mudah dibentuk dengan tangan sehinga dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk sesuai dengan

imajinasi (Joyce, 2009: 6). Dalam pembuatan pengantar karya Tugas Akhir ini, penulis mencari data

tentang clay, cara pengaplikasian clay dalam dunia kerajinan hingga cara membuat media atau adonan

clay berdasarkan literatur maupun data pengamatan melalui metode observasi sehingga judul yang di

angkat yaitu memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan

kreativitas remaja melalui media komunikasi visual.

2.2.2 Pengelola Yayasan - Nama Instansi : Po’s Clay

- Pemiliki : Yulia Winarti

- Alamat : Jalan Lingga No.5B, Singaraja-Bali

- No. Telp : 0817335447

- Profil :

Po’s Clay merupakan distributor bahan clay dan pusat pelatihan seni kerajinan clay satu-

satunya di daerah Singaraja – Bali. Usaha rumahan yang berdiri sejak tahun 2009 dan sudah

memproduksi 200 buah kerajinan clay ini mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dikarenakan

hasil karya dari Yulia yang mampu meniru benda-benda nyata menjadi replika atau miniatur yang

untuk sebagian orang tidak menyangka bahwa itu merupakan hasil kerajinan yang seluruh prosesnya

tidak menggunakan mesin. Kerajinan clay sudah menjadi darah daging bagi Yulia. Baginya keraninan

clay sudah menjadi aktivitas kesehariannya sekaligus tempat menyalurkan ide kreatifnya.

Merasa seni kerajinan ini memerlukan dana yang besar karena bahan utama clay masih

diimpor dari negara tetangga, Yulia mengkemas seni kerajinan ini menjadi mudah dijangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat yang ingin mecoba mengasah kreatifitasnya di bidang clay dengan

memanfaatkan bahan kadaluarsa seperti tepung yang di campur dengan lem putih sebagai perekat dan

memanfaatkan barang bekas seperti kaleng maupun botol untuk dijadikan barang yang mempunyai

nilai estetis dan fungsional. Hasil kerajinannya pun kiri sudah merambah ke seluruh Indonesia melalui

sistem online, dengan pangsa pasar remaja dan kolektor. Selain memasarkan hasil karyanya, Yulia

juga aktif mengadakan pelatihan clay bagi mereka yang ingin mengasah kreativitas dengan minimal

usia 8 tahun dan cukup membeli bahan clay yang diperlukan dan dapat mengikuti pelatihan sesuai

jadwal. Dengan banyaknya permintaan bahan clay instan untuk para kolektor, pernak-pernik clay

maupun bahan pendukung seni kerajinan ini, membuat Po’s Clay mengembangkan usahanya di bidang

distributor clay impor, hingga saat ini Po’s clay merupakan satu-satunya distributor dan pusat

pelatihan clay di daerah Singaraja-Bali yang digemari remaja maupun kolektor yang tertarik membuat

atau mengkoleksi seni kerajinan ini, terutama dengan pemanfaatan bahan dan barang yang sudah tidak

dipergunakan lagi menjadi karya yang memiliki nilai estetis dan fungsional.

Page 8: Memperkenalkan Clay Tepung

6

- Logo Po’s Clay :

Gambar 2.1 Logo Po’s Clay

(Sumber: Dokumen Po’s Clay, Singaraja – Bali)

Pada logo Po’s Clay terdapat ilustrasi kura-kura hijau bertempurung coklat yang sedang

tersenyum sebagai picture mark. Bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa, kura-kura mempunyai

mitologi sebagai simbol keberuntungan, lambang kekuatan dan daya tahan karena usianya yang

mencapai ribuan tahun. Selain itu dalam mitologi China, kura-kura merupakan salah satu dari empat

dewa mata angin yang melambangkan utara (http://www.indofengshui.com/kura-kura.html). Ilustrasi

kura-kura digunakan oleh Po’s Clay karena selain dipercaya membawa peruntungan juga dikarenakan

lokasi Po’s Clay yang berada di bagian utara Pulau Bali yaitu Singaraja.

- Warna Logo :

Gambar 2.2 Warna Logo Picture Mark dan Word Mark Po’s Clay

(Sumber: Dokumen Po’s Clay – One Stop Clay House)

2.2.3 Lokasi Po’s Clay berlokasi di Jl. Lingga No. 5B, Singaraja – Bali.

Gambar 2.3 Peta Lokasi Po’s Clay – One Stop Clay Hous

Page 9: Memperkenalkan Clay Tepung

7

2.2.4 Sarana Komunikasi Yang Ada

Sarana komunikasi yang didapatkan selama pengumpulan data di Po’s Clay yaitu logo dan

poster.

2.2.5 Potensi Kasus Seni kerajinan clay merupakan seni kerajinan yang sangat baik untuk anak-anak, remaja, dewasa

maupun lansia mengasah kemampuan otak kanan, meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi,

meningkatkan daya kosentrasi, melatih kesabaran dan ketekunan serta melatih kerja saraf motorik.

Namun, clay dilirik sebagian orang sebagai seni kerajinan mahal dari segi bahan karena menggunakan

bahan impor dengan kualitas bagus. Apalagi untuk pemula yang baru mencoba berkreativitas dengan

clay maupun penggermar seni kerajinan tangan dengan sosial mengengah ke bawah. Hal tersebut

menjadi sangat sulit di jangkau dan sangat menghamburkan uang hanya dengan membeli bahan clay

instan dengan harga yang mahal. Kini, membuat clay menjadi sangat mudah, murah dan menyenangkan

karena adonan clay dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan yang mudah di temui seperti

tepung–tepungan yang di campur dengan pengawet makanan seperti natrium benzoate dan lem putih

sebagai perekatnya. Bahkan bahan adonan clay dapat dibuat dari tepung tidak layak konsumsi atau yang

disebut dengan tepung kadaluarsa yang diolah menjadi adonan clay yang ramah lingkungan, terjangkau

dan memiliki kelayakan dan ketahanan bahan sama seperti bahan clay kemasan siap pakai. Dengan

menggunakan clay berbahan dasar tepung kadaluarsa, membuat seni kerajinan ini mendukung kegiatan

go green dengan mendaurulang dan memberdayakan bahan tidak layak konsumsi untuk dijadikan hal

yang mempunyai nilai ekonomis, fungsional maupun estetis dan tentunya dapat meningkatkan

perekonomian bagi mereka yang mau mencoba peruntungan di bidang bisnis, sekaligus mengasah

kreatifitas masyarakat khususnya remaja usia 15-18 tahun.

Dengan mengangkat kasus ini, penulis tertantang untuk merancang media komunikasi visual yang

efektif dan komunikatif untuk memperkenalkan seni kerajinan clay yang awalnya di anggap mahal kini

menjadi seni kerajinan yang dapat dijangkau dengan memberdayakan bahan dan barang tidak

dipergunakan lagi untuk dijadikan seni kerajinan yang mempunyai nilai estetis, fungsional dan ekonomi,

sehingga masyarakat menengah kebawah dan remaja usia 15-18 tahun dapat dapat mencoba mengasah

kreatifitas dan mencoba peruntungan di bidang bisnis dengan menjadikan seni kerajinan clay sebagai

souvenir yang mempunyai nilai jual.

2.3 Analisis dan Sintesa Dalam proses ini, penulis meneliti berbagai media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay

tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja. Dari analisis media-media

tersebut penulis dapat menentukan kelemahan maupun kekuatan dari setiap media untuk diaplikasikan ke

dalam desain yang akan dibuat melalui sintesa.

2.3.1 Analisis Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan dengan tujuan akhir

menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan membangun suatu teori baru (Sarwono dkk,

2007:123). Dalam desain media Tugas Akhir ini menggunakan analisis aktual dan faktual yang

merupakan proses yang sangat diperlukan untuk memperoleh kesimpulan dari permasalahan yang ada.

2.3.2 Sintesa Sintesa merupakan simpulan dari seluruh hasil analisa sebagai pedoman perancangan media

komunikasi visual. Dalam hal ini meliputi beberapa diantaranya:

a. Media

Media yang akan dibuat harus tepat, jelas sasaran, efektif, komunikatif yang mampu

memberikan informasi dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif. Media

komunikasi visual yang di desain dalam memperkenalkan clay tepung digolongkan ke dalam media

lini bawah. Berdasarkan teori consumers journey yang mengamati pola tingkah laku dan kegiatan

target audien sehari-hari, sehingga mendapatkan point of contact sebagai titik menyapa target audien

untuk menggali media yang tepat dalam penyampaian pesan. Media komunikasi visual yang akan

Page 10: Memperkenalkan Clay Tepung

8

digunakan pada saat kampanye adalah Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner, Celemek,

T-Shirt, Tas Kain dan Katalog.

b. Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan dominan menggunakan teknik ilustrasi fotografi yang dinilai lebih

realistik karena akan menampilkan cara pembuatan recycled clay maupun tutorial kreasi clay tepung

dan teknik drawing komputer yang disesuaikan dengan media agar media yang dibuat dapat terlihat

lebih menarik.

c. Warna

Pada media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay tepung ini menggunakan warna

berdasarkan teori psikologi warna, dimana warna mampu mempengaruhi suasana, perasaan, dan

kepribadian manusia khususnya remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa

dewasa. Remaja pada umumnya memiliki sifat enerjik, ceria, berani, ekspresif, bebas, menyukai hal

yang baru, emosional yang tinggi dan mudah terpuruk. Dengan karakteristik remaja pada umumnya,

warna cerah ceria dan lembut digunakan dalam membuat desain. Warna-warna tersebut seperti:

merah muda, kuning, merah, oranye, biru maupun hijau yang menampilkan keceriaan. Menaikkan

mood, kelembutan, energik, memberi inspirasi, meningkatkan kreatifitas maupun semangat.

d. Teks dan Tipografi

Teks yang akan ditampilkan bersifat mengajak dengan kata-kata verbal yang menarik sesuai

dengan karakteristik remaja, serta akan menampilkan informasi mengenai clay tepung baik dari

proses pembuatan maupun event yang akan diselenggarakan. Pemilihan tipografi disesuaikan dengan

prinsip tipografi yaitu legibility, readability dan visibility dengan penataan yang lebih rapi agar

mudah dibaca target audien dengan jenis tipograffi san serif yaitu Cee’s Hand, dimana jenis tipografi

ini terkesan ditulis tangan dan bebas, di sinkronisasikan dengan clay yang dibuat dengan tangan dan

bebas.

3. KONSEP DESAIN

3.1 Konsep Dasar Desain Konsep merupakan basic (framework) menterjemahkan ide ke dalam bentuk karya. Tanpa konsep,

sebuah karya tidak akan mempunyai arti. Konsep dasar merupakan dasar atau landasan dalam merancang

desain, yang mudah dikomunikasikan atau disebarluaskan sehingga dapat dinikmati oleh orang banyak

dengan memperhatikan konsep desain tersebut, sehingga nantinya tidak menyimpang dari tujuan

perancangan.

Konsep dasar dalam desain media-media komunikasi visual yang akan digunakan dalam

memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja yaitu

konsep playful. Konsep playful dipilih karena dapat melahirkan hal-hal yang bersifat kreatif, tidak monoton,

ekspresif, menyenangkan, imajinatif, bebas, ceria, tidak membosankan dan edukasi. Hal tersebut didapat

setelah melakukan brainstorming terhadap penggalian dan penelusuran konsep mengenai remaja dan clay

tepung sebagai kasus, melakukan consumer journey terhadap kegiatan remaja yang dijadikan responden serta

mengkliping hal-hal yang berkaitan dengan target audien dan objek kasus melalui majalah remaja maupun

buku tentang clay.

3.2 Skema Pola Pikir

Salah satu hal penting agar kegiatan kampanye ini dapat difungsikan secara maksimal dan tepat

sasaran adalah dengan memahami terlebih dahulu pola pikir dalam desain. Konsep pola pikir yang dimaksud

adalah langkah-langkah pemikiran dalam desain media komunikasi visual antara komunikator dan

komunikan guna memastikan pesan yang disampaikan sesuai sasaran, adapun skema pola pikir dalam

memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreativitas remaja, yaitu:

Manusia sebagai makhluk yang mempunyai akal dan pikiran serta budi pekerti, secara ilmiah

memiliki berbagai kebutuhan dan permasalahan dalam hidupnya. Ada sebuah permasalahan tentu

memerlukan sebuah pemecahan atau kebutuhan solusi. Dalam hal ini permasalahan dititik beratkan pada

informasi mengenai pemanfaatan tepung kadaluarsa yang diolah menjadi seni kerajinan clay. Untuk

Page 11: Memperkenalkan Clay Tepung

9

mendapatkan informasi mengenai seni kerajinan clay tepung, kepada target audien, diperlukan sumber

komunikasi yaitu Po’s Clay sebagai pengerajin clay. Disinilah peran desainer untuk mencari solusi dalam

permasalahan yang ada dengan memvisualisasikan maksud dan tujuan dati komunikator kepada komunikan

(target audien) melalui media komunikasi visual. Pada prosesnya, media komunikasi visual yang dibuat

harus berisikan informasi yang dibutuhkan oleh komunikan serta berisi informasi tentang seni kerjinan clay

tepung yang tetap berpedoman pada aturan atau norma yang berlaku di masyarakat. Visualisasi media

komunikasi berdasarkan consumers journey dan point of contact yang ditelusuri melalui remaja dan proses

pembuatan clay, berupa Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner, Celemek, T-Shirt, Tas Kain dan

Katalog yang dibutuhkan untuk mengkampanyekan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif. Media

komunikasi visual tersebut pada akhirnya akan memberikan feed back yang diharapkan oleh manusia itu

sendiri yaitu dapat memenuhi kebutuhan informasi.

3.3 Skema Proses Desain Dalam perancangan media komunikasi visual diperlukan juga konsep pola perancangan. Dimana

untuk mendukung pemecahan masalah diperlukan dukungan data teori dan lapangan yang kemudian

dilakukan analisis berdasarkan metode pendekatan yang telah ditetapkan untuk menghasilkan sintesa.

Setelah penulisan media dalam sintesa kemudian dilanjutkan dengan proses perancangan awal berupa

gambar kasar untuk selanjutnya dipilih dan diwujudkan melalui proses cetak.

Kasus yang diangkat mengenai kampanye dalam memperkenalkan seni kerajinan clay tepung dalam

upaya meningkatkan kreatifitas remaja. Permasalahan yang dihadapi dalam kasus ini adalah minimnya media

komunikasi visual dalam memperkenalkan seni kerajinan clay yang pada umumnya di kenal sebagai seni

kerajinan mahal sehingga sulit dijangkau remaja. Remaja dengan sifat yang mudah terpengaruh seringkali

melakukan hal negatif diluar nalar mereka. Untuk mencegah hal tersebut diperlukan kegiatan yang

menyenangkan, menghasilkan, mudah di jangkau dengan memanfaatkan bahan tidak layak guna seperti

tepung untuk di jadikan adonan clay. Agar tujuan dan sasaran dapat dicapai maka diperlukan pengumpulan

data yang baik, data actual amupun data factual. Kemudian data-data tersebut dianalisis sehingga dapat

ditarik sebuah kesimpulan sementara atau sintesa. Dari desain diciptakanlah alternatif pra desain berupa

Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner, Celemek, T-Shirt, Tas Kain dan Katalog. Alternatif pra

desain tersebut akan dianalisis berdasarkan kriteria desain sehingga akan tercipta desain terpilih dan akan

diwujudkan. disesuaikan dengan media tersebut. Kemudian akan disalurkan kepada masyarakat sehingga

permasalahan dapat diatasi. Sehingga adanya hubungan tidak langsung dari permasalahan dan

distribusi.Dalam perwujudan media komunikasi visual tersebut menggunakan teknik cetak, alat dan bahan

yang

3.4 Strategi Media Strategi media yang digunakan dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif

untuk meningkatkan kreatifitas remaja, akan diadakan workshop mengenai clay tepung ke beberapa sekolah

menengah keatas di daerah Denpasar-Bali dalam memperingati Hari Peduli Sampah Nasional pada tanggal

21 Februari 2014. Hubungan masyarakat khususnya remaja usia 15 – 18 tahun sebagai target audien akan

didukung dengan media-media lini bawah. Selain lebih efisien dan efektif, jenis media ini digunakan agar

pesan yang ingin disampaikan bersentuhan langsung dengan target audien.

3.5 Program Tayangan Media Program tayangan media hendaknya dilaksanakan pada saat-saat atau momen-momen tertentu

sehingga media yang dipublikasikan dapat memberikan kesan mendalam bagi masyarakat. Aspek yang

terkait diantaranya yaitu Kapan, Dimana, dan Frekuensi.

3.6 Strategi Kreatif Strategi kreatif adalah kebijakan yang akan dilakukan terhadap panduan kreatif, terdiri dari isi pesan

dan bentuk pesan, yang disusun berdasarkan target audience, karena pada dasarnya target audience-lah yang

menentukan isi (content) dan bentuk (form) pesan iklan yang akan disampaikan (Sanyoto, 2006:83). Adapun

strategi kreatif yang dilakukan pada media komunikasi visual dalam memperkenalkan clay tepung meliputi

isi pesan, bentuk pesan, strategi visual, gaya visual, dan material.

Page 12: Memperkenalkan Clay Tepung

10

4. VISUALISASI DESAIN

4.1 Maskot

Gambar 4.1 Desain Maskot

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Maskot

Ukuran : 14 cm x 5 cm

Bahan : Recycled Clay , Clay Tepung

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Buatan Tangan atau Handmade

4.2 Kemasan

Gambar 4.2 Desain Kemasan

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Kemasan

Ukuran : 35 cm x 19.5 cm (sebelum dirakit), 7cm x 3cm x 10cm (sesudah dirakit)

Bahan : Artpaper 260 gsm

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Cetak Offset

Page 13: Memperkenalkan Clay Tepung

11

4.3 Folder

Gambar 4.3 Desain Folder

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Folder

Ukuran : 13.6 cm x 9.7 cm

Bahan :Artpaper 210 gsm

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Cetak offset

4.4 Pin

Gambar 4.4 Desain Pin

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Poster

Ukuran : 42 cm x 29,7 cm

Bahan : Art Paper

Huruf : Jiffy, Angelina, Amano, Arial

Teknik : Digital Print

Page 14: Memperkenalkan Clay Tepung

12

4.5 Poster

Gambar 4.5 Desain Poster

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Poster

Ukuran : 49 cm x 59 cm

Bahan : Artpaper 260 gsm

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Digital Print

4.6 T-Shirt

Gambar 4.6 Desain E – Banner

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : E- Banner

Ukuran : 96 pixel X 768 pixel

Format : GIF

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Pengolahan Komputer

Page 15: Memperkenalkan Clay Tepung

13

4.7 Celemek

Gambar 4.7 Desain Celemek

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Celemek

Ukuran : 60 cm x 80 cm

Bahan : Polyester

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Press Digital

4.8 T - Shirt

Tampak Depan Tampak Belakang

Gambar 4.8 Desain T-Shirt

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : T - Shirt

Ukuran : 49 cm x 71 cm

Bahan : Cotton Combat

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Press Digital

Page 16: Memperkenalkan Clay Tepung

14

4.9 Tas Kain

Gambar 4.9 Desain Tas Kain

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Tas Kain

Ukuran : 21 cm x 29.7 cm

Bahan : Polyester

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Press Digital

4.10 Katalog

Page 17: Memperkenalkan Clay Tepung

15

Gambar 4.10 Desain Katalog

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Nama Media : Katalog

Ukuran : 21 cm x 14.8 cm

Bahan : Artpaper 260 gsm (cover), Artpaper 150 gsm (isi)

Huruf : Cee’s Hand

Teknik : Digital Print

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Setelah melakukan survey dan penelitian pada studi kasus desain komunikasi visual dalam

memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alkternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja,

berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari instasi terkait yaitu Po’s Clay dengan menerapkan metode-

metode penelitian maka dapat ditarik suatu kesimpulan antara lain:

1. Konsep desain yang tepat diaplikasikan pada media komunikasi dalam memperkenalkan clay tepung

sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas remaja adalah playful. Konsep tersebut

didapat dengan melakukan brainstorming yang diproses melalui tiga tahap, yaitu penggalian konsep

mengenai karakteristik remaja usia 15 – 18 tahun sebagai target audien. Tahap kedua yaitu penelusuran

konsep melalui karakteristik clay tepung sebagai objek kasus dan tahap ketiga yaitu pengujian konsep,

dimana konsep playful di telaah kembali untuk melihat kekuatan konsep dengan cara mencari kesamaan

karakteristik dan efek psikologis yang dihasilkan dari target auiden maupun objek kasus.

2. Strategi media dan strategi pesan kreatif yang dilakukan dalam merancang media komunikasi visual

dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas

Page 18: Memperkenalkan Clay Tepung

16

remaja adalah dengan melakukan consumers journey yaitu pengamatan pola tingkah laku target audien

yang dilakukan dari pagi hingga malam sehingga dari penelitian tersebut didapat point of contact yang

akan menggali media yang tepat untuk target audien dalam memperkenalkan objek kasus. Media yang

tepat untuk memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas

remaja melalui desain komunikasi visual yaitu: Maskot, Kemasan, Folder, Pin, Poster, E-Banner,

Celemek, T-Shirt, Tas Kain dan Katalog. Selain itu pesan yang di sampaikan dibuat lebih ringan dan

dibuat dalam bentuk ajakan maupun pesan sehingga mudah dimengerti target audien.

5.2 Saran Setelah melakukan berbagai kegiatan dan penelitian saat merancang desain media komunikasi visual

untuk dalam memperkenalkan clay tepung sebagai seni kerajinan alternatif untuk meningkatkan kreatifitas

remaja, penulis memiliki saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kepada remaja 15 – 18tahun

dan instasi terkait, antara lain:

1. Selain melakukan kampanye dalam memperkenalkan clay tepung dengan menggunakan media

sosialisasi cetak maupun elektronik, hendaknya instansi maupun pecinta craft khususnya kerajinan

tangan clay lebih memperhitungkan clay daur ulang sebagai media utama dalam membuat kreasi clay

sehingga secara otomatis dapat memperkenalkan clay tepung kepada semua masyarakat khususnya

remaja usia 15 – 18 tahun. Selain itu, baik instansi Po’s Clay maupun pecinta clay craft harus lebih aktif

melaksanakan kegiatan pengenalan clay tepung khusunya recycled clay melalui sosial media maupun

workshop.

2. Saran penulis untuk perkembangan disiplin ilmu desain komunikasi visual adalah hendaknya mahasiswa

mengkhususkan keahlianya disalah satu cabang desain komunikasi visual seperti dalam bidang

advertising web, dan desain produk. Ini dikarenakan banyaknya cabang-cabang dari disiplin ilmu desain

komunikasi visual dan untuk lebih meningkatkan professional mahasiswa sebagai tenaga kerja didunia

kerja nantinya.

PESANTUNAN Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kehendak-Nyalah Tugas Akhir

(Studio) yang berjudul “MEMPERKENALKAN CLAY TEPUNG SEBAGAI SENI KERAJINAN

ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS REMAJA” ini dapat terselesaikan tepat

pada waktunya.

Dalam usaha menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, M.Hum selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, yang

telah memberikan kesempatan untuk menjalani perkuliahan di ISI Denpasar.

2. Ibu Dra. Ni Made Rinu, M.Si selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia

Denpasar, yang telah memberikan fasilitas selama perkuliahan berlangsung.

3. Bapak Prof Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes selaku Ketua Jurusan Desain Fakultas Seni Rupa

dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikan arahan dan wawasan di bidang

kurikulum.

4. Bapak Ida Bagus Ketut Trinawindu, S.Sn, M.Erg selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi

Visual Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah memberikah arahan dan wawasan di bidang

kurikulum.

5. Bapak Drs. I Wayan Swandi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan selama menyusun Tugas Akhir ini dan memberikan arahan selama

masa perkuliahan di Institut Seni Indonesia Denpasar.

6. Ibu Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing II atas bimbingan dan kesabaran

yang diberikan dalam menyusun Tugas Akhir ini.

7. Staf tata usaha Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar atas bantuan dan

kerjasamanya selama ini.

8. Cece Yulia Winarti selaku pemilik Po’s Clay – Singaraja yang bersedia menjadi narasumber dalam

menyusun Tugas Akhir ini.

Page 19: Memperkenalkan Clay Tepung

17

9. Bapak Putu Santika dan Ibu Tantri Susilawati (alm) selaku orang tua yang telah memberikan doa,

kasih sayang dan dukungan penuh hingga sampai jenjang pendidikan saat ini.

10. Semua saudara, kerabat dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan

kerendahan hati penulis mohon kritik, saran dan masukan konstruktif demi kesempurnaan tugas ini.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Dameria, Anne. 2007. Colour Basic. Jakarta : Link And Match Graphic.

Hardiman, Ima. 2006. 400 Istilah Public Relation Media & Periklanan. Jakarta: Gagas Ulung.

Hariboentoto, Monica. 2008. Clay Dolls – Cara Kreatif Memanfaatkan Tepung Kue. Surabaya: Tiara Aksa.

Hariwijaya, M. 2009. Metodologi Dan Teknik Penulisan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi. Yogyakarta: Elmatera

Publishing.

Joyce, 2009. Yuk Utak Atik Dengan Clay Tepung Makanan. Yogyakarta: Andi Offset.

Kasilo, Djito. 2008. Komunikasi Cinta Menembus G-Spot. Jakarta: PT Gramedia.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.

Marzuki. 1995. Metodologi Riset. Yogyakarta: Hanindita Offset.

Masri, Andy.2010.Strategi Visual. Jakarta: Jala Sutra.

Meolong, Leksi. 2001. Metodelogi Penelitian. Bandung: Jalasutra.

Pujirianto. 2005. Desain Grafis Komputer. Yogyakarta: Andi Offset.

Rosner Klimchuck, Marianne dkk. 2008. Desain Kemasan - Perencanaan Merek Produk yang Berhasil

Mulai Dari Konsep Sampai Penjualan. Jakarta: Erlangga.

Rustan, Surianto. 2010. Huruf dan Tipografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rustan, Surianto, 2009. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta : Arti Bumi Yogyakarta.

Sarwono, Jonathan dkk. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset.

Sarwono, Sarlito. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sihombing, Danton. 2003. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia.

Sukandarrumidi, 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Tanti, Yuniar. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Agung Media Mulia.

Website:

http://archiartwork.blogspot.com/2012/06/poster-kreativitas-sampai-mati.html

http://crayonscraft.com/komponen-lain/jumping-clay-2.html

http://data.whicdn.com/images/20554554/strongstuff-retro-poster

http://desain-cetak.com

http://designyoutrust.com/wp-content/uploads/2012/08/Emphasis

http://dgi-indonesia.com/wp-content/uploads/2008/04/unity

http://eniriyanto.wordpress.com/2010/03/19/kreatif-yukk

http://galeon-artstore.com/product/13/71/Polymer-Clay-Sculpey-III-2-oz/

http://genuardis.net/clay/clay-tepung.htm

http://header-banner.blogspot.com/2013/05/pengertian-web-banner.html

http://indofengshui.com/kura-kura.html

http:/infopercetakan.com/pilih-mana-cetak-offset-atau-digital.html

http://lanetechceramics.blogspot.com/2012/04/lane-tech-clay-art-fest.html

https://lh6.googleusercontent.com

http://oolongcrafts.blogspot.com/2012/06/mengenal-clay.html

http://piets-art.com/blog/2012/04/apa-itu-clay-2

http://printprintinter.com/tag/offset-printing-machine

http://smart-pustaka.blogspot.com/2010/12/teori-warna.html

http://tasq.students.uii.ac.id/2010/06/09/pengertian-tas