bab ii landasan teori a. kegiatan bermain clayetheses.iainkediri.ac.id/1079/3/933403214-bab...
TRANSCRIPT
-
11
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Kegiatan Bermain Clay
1. Pengertian Clay
Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat
daritanah liat, clay juga terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi
adonannyamemiliki sifat seperti clay (liat/dapat dibentuk). Tanah liat
dihasilkan oleh alam, yang berasal dari pelapukan kerak bumi yang
sebagian besar tersusun oleh batuan felds patik, terdiri dari batuan granit
dan batuan beku. Kerak bumi terdiri dari unsur unsur seperti silikon,
oksigen, dan aluminium. Aktivitas panas bumi membuat pelapukan
batuan silika oleh asam karbonat. kemudian membentuk terjadinya tanah
liat.
Buchalter menyatakan bahwa penggunaan media clay akan dapat
memberikan pengalaman khusus seperti mengenal tekstur clay, mencetak
clay dengan menggunakan sentuhan tangan secara langsung, serta
membentuk dan memanipulasi clay. 1
Menurut Soemarjadi bahwa tanah Liat merupakan bahan baku
pembuatan keramik pada umunnya. Plastisitasnya (sifat lunak dan mudah
dibentuk) cukup baik sehingga tidak banyak memerlukan pengurusan.
Jenis dan warnanya cukup banyak yang disebabkan oleh tercampur
1Aniek Wirastania, “Penggunaan Clay Therapy Dalam Program Bimbingan Untuk Peserta
Didiktingkat Sekolah Dasar”, Jurnal Fokus Konseling, 1 , (Januari, 2016), 69.
-
12
dengan bahan lain. Tanah liat mempunyai warna: merah, kuning, abu-
abu, cokelat, kehitam-hitaman, dan sebagainya.2
2. Kegiatan Bermain
Kegiatan bermain memiliki pengaruh perkembangan anak salah
satunya untuk melatih motoriknya. Melalui eksperimentasi dalam
bermain, anak-anak menemukan sesuatu yang baru dan berbeda dapat
menimbulkan kepuasan. Menurut Swartsz menjelaskan bahwa bermain
dengan memanipulasi benda-benda yang mereka temukan merupakan
efek dari apa yang mereka lihat disekelilingnya.3
Bermain merupakan bagian integral dari masa kanak - kanak, salah
satu media yang unik dan penting untuk memfasilitasi perkembangan:
ekspresi bahasa, keterampilan emosi, keterampilan sosial, keterampilan
pengambilan keputusan, perkembangan kognitif pada anak-anak.
Bermain merupakan bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang
pernah dikembangkan manusia. Menurut Mc Cunc, Nicolich. & Fenson
bermain dibedakan dalam hal:
a) Ditujukan demi kesenangan sendiri
b) Lebih fokus pada makna daripada hasil akhir
c) Diarahkan pada eksplorasi subjek untuk melakukan sesuatu pada objek
d) Tanpa mengharapkan hasil serius
2Nurmeita Tri Wahyuni,”Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Melalui Penggunaan Media
Clay Materi Berkarya Relief Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 2 Karangsentul Purbalingga”, (Skripsi
S1, Universitas Negeri Semarang,2013), Hal 23-24. 3Dynna Wahyu Perwita Sari,”Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kreativitas Anak Usia 5-6
Tahun Diinjau dari Bermain Secara Individu dan Kelompok”, Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, 2 , (Desember, 2013), 219.
-
13
e) Tidak diatur oleh acuan eksternal
f) Adanya keterikatan aktif dari pemainnya.4
Bermain digunakan konselor sebagai media komunikasi dalam
konseling individu karena ini adalah salah satu cara anak-anak merasakan
dunianya. Melalui media bermain, akan mendorong munculnya
komunikasi interaktif yang berlandaskan rasa percaya diantara konselor
dan konseli, sehingga konseli mampu mengatur kehidupannya. 5
Terdapat berbagai alasan konselor perlu menerapkan layanan
konseling dengan teknik terapi bermain. Huda, Wulandari & Astuti
menyatakan bahwa terapi bermain merupakan sebuah teori yang
menyatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa bermain, setiap
mereka melakukan banyak aktifitas yang bermuara pada permainan. Hal
ini berarti terapi bermain dapat digunakan dalam menyembuhkan
permasalahan yang dialami oleh anak usia dini. Sejalan dengan pendapat
tersebut Hurlock menyatakan bahwa terapi bermain sangat cocok
diimplementasikan dalam layanan konseling yang diberikan oleh
konselor karena sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh anak usia
dini, yaitu bermain.
Beberapa permainan dan alat bermain yang sederhana seperti kertas
koran, balok titian, bermain bola, Clay, dan lain – lain yang dapat
membantu melatih motorik halus anak. Buchalter menyatakan bahwa
4Galih A Veskarisyanti, “12 Terapi Autis Paling Efetif & Hemat untuk Autisme, Hiperaktif, dan
Retardasi Mental”, (Yogyakarta: Pustaka Anggrek, 2008), 43-44. 5Aniek Wirastania, “Penggunaan Clay Therapy Dalam Program Bimbingan Untuk Peserta
Didiktingkat Sekolah Dasar”, Jurnal Fokus Konseling, 1 , (Januari, 2016), 68-69.
-
14
penggunaan media clay akan dapat memberikan pengalaman khusus
seperti mengenal tekstur clay, mencetak clay dengan menggunakan
sentuhan tangan secara langsung, serta membentuk dan memanipulasi
clay. Sholt & Gavron menyatakan bahwa penggunaan media clay akan
dapat memberikan pengalaman terutama pada proses pembentukan
sebuah produk.6
b. Motorik Halus
Perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan jasmaniah
melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.
Gerak tersebut berasal dari perkembangan reflex dan kegiatan yang telah
ada sejak lahir. Dengan demikian, sebelum perkembangan gerak motorik
ini mulai berproses, maka anak akan tetap tak berdaya. Laura E. Berk
menjelaskan perkembangan fisik-motorik pada anak usia dini dengan
melakukan pengamatan terhadap anak-anak yang sedang bermain di
halaman sekolah atau pusat - pusat permainan edukatif lainnya. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ketika anak-anak bermain, akan
muncul adanya keterampilan motorik baru yang masing-masing
membentuk pola kehidupannya.7
Perkembangan fisik-motorik terdiri atas 2 jenis, yakni motorik kasar
dan motorik halus. Gerak motorik kasar bersifat gerakan utuh, sedangkan
gerak motorik halus lebih bersifat keterampilan detail. Untuk lebih
6Aniek Wirastania, “Penggunaan Clay Therapy Dalam Programbimbingan Untuk Peserta
Didiktingkat Sekolah Dasar”, Jurnal Fokus Konseling, 1 ,(Januari, 2016), 68-69. 7Suyadi, “Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani,
2010), hal 67.
-
15
jelasnya, berikut ini adalah keterangan kedua jenis gerak motorik
tersebut.
a. Perkembangan Gerak Motorik Kasar
Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau
keras. Menurut Laura E. Berk semakin anak bertambah dewasa dan kuat
tubuhnya, maka gaya geraknya semakin sempurna. Hal ini
mengakibatkan tumbuh-kembang otot semakin membesar dan
menguat.Dengan membesar dan menguatnya otot tersebut, keterampilan
baru selalu bermunculan dan semakin bertambah kompleks.8
b. Perkembangan Gerak Motorik Halus
Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya
pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh
lebih kecil atau detail.9 Kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya
mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti meremas kertas,
menyobek, menggambar, menulis dan lain sebagainya.
Berbeda dengan Hurlock, E. Berk menjelaskan gerak motorik halus
ini dengan membandingkannya dengan gerak motorik kasar. Dengan kata
lain, E. Berk memahami bahwa gerak motorik halus sebagai bentuk
kebalikan dari gerak motorik kasar. Ia menyatakan bahwa pada anak usia
prasekolah telah terjadi perubahan besar pada gerak motoriknya. Sekedar
contoh, gerakan tangan dan jari yang meningkat. Bahkan, pada tahap ini
anak sering mencoba makan dengan tangannya sendiri, Tetapi orangtua
8Ibid, 68. 9Suyadi, “Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani,
2010), hal 69.
-
16
sering kali mencegahnya dengan alasan tangan anak kotor sehingga tidak
boleh makan dengan tangan.10
Saat anak mencapai usia 3 tahun anak sudah mulai bias mengenakan
baju sendiri, bahkan mampu memakai dan melepas sepatunya sendiri.
Keterampilan inilah yang disebut E. Berk sebagai self-help skill
(keterampilan menolong diri sendiri). Nah keterampilan menolong diri
sendiri ini akan mencapai puncak kesempurnaannya pada usia 6 tahun.
Ketercapaiannya semua gerakan ini tidak lepas dari perhatian jangka
panjang yang diperagakan olehnya mulai dari gerakan-gerakan tangan
dan gerakan-gerakan lainnya yang kait-mengkait.11
Perkembangan motorik halus memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas anak, baik itu dirumah, di
sekolah, maupun diwaktu bermain anak melibatkan kemampuan motorik
halusnya misalnya, memegang benda, mengambil benda, membuat
keterampilan, menulis, dan lainnya.
Pengertian motorik halus menurut Saputra dan Rudyanto adalah
“kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus
(kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar,
menyusun balok dan memasukkan kelereng dan aktivitas lainnya.12
10Suyadi, “Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini”, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan
Madani, 2010), hal 69. 11Ibid, 70 12Sri Novislam, “Pengaruh Bermain Menggunting, Menempelterhadap Kemampuan Motorik
Halus Anak Tk Abustanul Athfal Aisyiyah Karangasem Tahun ajaran 2011/2012”, (skripsi s1,
Universitas Muhammadiyah Surakarta,2012), hal 2-3.
-
17
Menurut Lerner menyatakan bahwa motorik halus adalah
keterampilan menggunakan media dengan koordinasi antara mata dan
tangan.Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan motorik halus anak
adalah kemampuan anak untuk melakukan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan pengendalian gerak otot-otot kecil (halus) dan memerlukan
koordinasi yang cermat.13
Perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam
melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
seperti: mengamati sesuatu, menjimpit, menggunting, menempel dan
sebagainya.
1. Tujuan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak
Menurut Saputro dan Rudyanto ada tiga tujuan kemampuan motorik
halus yaitu:
1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan
2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata
3) Mampu mengendalikan emosi
2. Fungsi Kemampuan Motorik Halus
Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak
keduatangan, sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan
tangan dengan gerakan mata, sebagai alat untuk melatih penguasaan
emosi.
13Lusiana, Ardisal, Kasiyati, “Efektifitas Bermain Play Dough Untuk Meningkatkan Motorik
Halus Dalam Memegang Alat Tulis Bagi Anak Tunagrahita Ringan”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Khusus, 3 (September, 2014), 429.
-
18
3. Ciri-ciri Kemampuan Motorik Halus
Berikut ini merupakan ciri-ciri kemampuan motorik halus anak usia
4 sampai 5 tahun :
1) Menempel14
2) Menyusun potongan puzzle
3) Mewarnai dengan rapi
4) Menjahit sederhana
5) Mengisi pola sederhna dengan stempel, sobekan kertas
6) Mengancingkan kancing baju
7) Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung
8) Menarik garik lurus, lengkung, miring
9) Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi
10) Melipat kertas
11) Meremas15
12) Menggenggam
13) Membentuk16
14) Mencetak17
15) Menjumput
14Sri Novislam, “Pengaruh Bermain Menggunting, Menempel terhadap Kemampuan Motorik
Halus Anak Tk Abustanul Athfal Aisyiyah Karangasem Tahunajaran 2011/2012”, (Skripsi S1,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012), Hal 3. 15 Fabyandini Ayu Ramadhani,dkk, Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kemampuan Motorik Halus Pada Siswa TK B di RA PERSIS 1 Bandung, Jurnal Prosiding Psikologi (Vol. 03 No 02,
2017), hal 356. 16 Erika Yunia Wardah, “Bermain Playdough Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di SDLB”, Jurnal Pendidikan Khusus, (2017), Hal 3. 17 Dian Maya Puspitasari, “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Tangan Melalui Keterampilan Membuat Paper Clay Pada Siswa Tunagrahita Kategori Sedang Kelas III SDLB Di Slb Wiyata
Dharma 2 Tempel Sleman”, Jurnal Pendidikan Luar Biasa, (2017), hal 4.
-
19
c. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental
Retardation). Tuna berarti merugi, grahita berarti pikiran. Retardasi mental
(mental retardation atau mentally retardated) berarti terbelakang mental.
Dalam pembelajaran tidak dibatasi oleh apapun kecacatan dalam diri
siswanya akan tetapi kemauan dan kemampuan yang perlu dilatih dalam
melakukan pembelajaran.18 Retardasi mental sebenarnya bukan suatu
penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik
didalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap
intelektualitas dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau
tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.
Retardasi Mental adalah tingkat fungsi intelektual yang secara
signifikan berada di bawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes intelegensi
yang dilaksanakan secara individual. Keterbelakangan mental atau
Tunagrahita adalah suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang
(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-
anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo=kurang atau sedikit dan fren=jiwa)
atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum
yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan
untuk menyesuaikan diri atau berperilaku adaptif.
18Nunung Apriyanto, Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya, (Depok Sleman
Jogjakarta: JAVALITERA ,2012), hal 28.
-
20
Anak Tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami
keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya permanen, rentang
memori mereka pendek terutama yang berhubungan dengan akademik,
kurang dapat berpikir abstrak dan pelik.19
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau
tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya
(dibawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program
pendidikannya.
Penafsiran yang salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa
keadaan kelainan mental subnormal atau tunagrahita dianggap seperti suatu
penyakit sehingga dengan memasukkan ke lembaga pendidikan atau
perawatan khusus, anak diharapkan dapat normal kembali. Penafsiran
tersebut sama sekali tidak benar sebab anak tunagrahita dalam jenjang
manapun sama sekali tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama
dengan penyakit Mental retarded is not disease but a condition. Jadi, kondisi
tunagrahita tidak bias disembuhkan atau diobati dengan obat apapun.20
19Nunung Apriyanto, Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya, (Depok Sleman
Jogjakarta: JAVALITERA ,2012), hal 21. 20Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta:PT. Bumi Aksara,
2006) , hal. 88.
-
21
1. Klasifikasi Tunagrahita
Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan karena anak
tunagrahita memiliki perbedaan individual yang sangat bervariasi. Klasifikasi
untuk anak tunagrahita bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu
maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak tunagrahita.
Pengklasifikasian anak tunagrahita yang telah lama dikenal adalah debil
untuk anak tunagrahita ringan, imbesil untuk anak tunagrahita sedang, dan
idiot untuk anak tunagrahita berat dan sangat berat. Sedangkan klasifikasi
yang dilakukan oleh pendidik Amerika adalah educable mentally (mampu
didik), trainable mentally retarded (mampu latih), dan totally/custodia
dependent (mampu rawat).21
Anak Tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang
tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun
hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak
tunagrahita mampu didik antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan
berhitung, (2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang
lain, (3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian
hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita
yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, social,
dan pekerjaan.
21Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan,(Jakarta:PT. Bumi Aksara,
2006) , hal. 90.
-
22
Anak Tunagrahita mampu latih (imbecil) adalah anak tunagrahita
yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin
untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu
didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih
yang perlu diberdayakan, yaitu (1) belajar mengurus diri sendiri, misalnya;
makan, pakaian, tidur, atau mandi sendiri, (2) belajar menyesuaikan di
lingkungan rumah atau sekitarnya, (3) mempelajari kegunaan ekonomi
dirumah, di bengkel kerja (sheltered workshop), atau lembaga khusus.
Kesimpulannya anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya
dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-
hari (activity daily living), serta melakukan fungsi social kemasyarakatan
menurut kemampuannya.
Anak Tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang
memiliki kecerdasan sangat rendah sehngga ia tidak mampu mengurus diri
sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat
membutuhkan orang lain. Dengan kata lain, anak tunagrahita mampu rawat
adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang
hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain.22
Klasifikasi tersebut sekarang telah jarang digunakan karena terlalu
mempertimbangkan kemampuan akademik seseorang.
Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah klasifikasi yang dikemukakan
oleh AAMD (Hallahan dalam Wardani) sebagai berikut:
22Mohammad Efendi, “Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan”,(Jakarta: PT. Bumi
Aksara:2006) hal. 90-91
-
23
a) Mild Mental Retardation (Tunagrahita ringan) IQnya 70-55.
b) Moderate Mental Retardation (Tunagrahita sedang) IQnya 55-40.
c) Severe Mental Retardation (Tunagrahita berat) IQnya 40-25.
d) Profound Mental Retardation (Sangat berat) IQnya 25 ke bawah.23
2. Faktor Penyebab Tuna Grahita
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
tunagrahita. Para ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor-faktor
penyebab menjadi beberapa kelompok. Berikut ini akan dibahas beberapa
penyebab Ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik berasal dari faktor
keturunan maupun berasal dari faktor lingkungan.
a. Faktor Keturunan
Faktor keturunan terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut
spermatozoa pada wanita disebut sel telur (ovarium). 24
b. Gangguan Metabolisme Gizi
Metabolisme gizi merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan
dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada
individu.
c. Infeksi dan Keracunan
Diantara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi
dan keracunan yang mana terjadi selama janin masih berada dalam
23Nunung Apriyanto, “Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya”, (Depok, Sleman
Yogyakarta, 2012),hal:30-31. 24Ibid, hal:39.
-
24
kandungan ibunya. Infeksi dan keracunan ini tidak langsung tapi lewat
penyakit-penyakit yang dialami ibunya, diantaranya adalah penyakit yang
timbul karena virus rubella, syphilis, toxoplasmosis, dan keracunan yang
berupa: gravidity, syndrome yang beracun, kecanduan alkohol, obat-obatan
atau narkotika.25
d. Trauma dan Zat Radioaktif
Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan karena terjadinya traumu pada
beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan
terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.
e. Masalah pada Kelahiran
Kelainan dapat juga disebabkan oleh masalah-masalah yang terjadi
pada waktu kelahiran (perinatal), misalnya kelahiran yang disertai hypoxia
dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan menderita kerusakan otak,
menderita kejang, nafas pendek.
f. Faktor Lingkungan (Sosial Budaya)
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui
pengaruh lingkungan terhadap fungsi intelek anak. Paton dan Polloway
(1986:188) melaporkan bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau
kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode
perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan.26
25Nunung Apriyanto, “Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya”, (Depok, Sleman
Yogyakarta, 2012),hal:39. 26Ibid, hal:44-47.