rational emotive therapy

21
RATIONAL EMOTIVE THERAPY A. Konsep Utama Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.para penganut Rational Emotive therapy dikenal dengan “Teori A-B-C-D-E”. Teori ini merupakan sentral dari teori dan praktek RET. Secara umum dijelaskan dalam bagan sebagai berikut: Komponen Proses A - Activity / action / agent Hal-hal, situasi, kegiatan atau peristiwa yang mengawali atau yang mengerakkan individu. (Antecedent or activating event) External event Kejadian diluar atau sekitar individu. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Irrational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal (A) 1

Upload: ayupieter

Post on 14-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Konseling dengan metode RET

TRANSCRIPT

Page 1: Rational Emotive Therapy

RATIONAL EMOTIVE THERAPY

A. Konsep Utama

Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di

Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam

Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo

Freudian.

Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa REBT merupakan

terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang

berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.para penganut Rational

Emotive therapy dikenal dengan “Teori A-B-C-D-E”. Teori ini merupakan sentral

dari teori dan praktek RET. Secara umum dijelaskan dalam bagan sebagai berikut:

Komponen Proses

A - Activity / action / agent

Hal-hal, situasi, kegiatan atau peristiwa yang mengawali atau yang mengerakkan

individu. (Antecedent or activating event) External event Kejadian diluar atau

sekitar individu.

Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu

terhadap suatu peristiwa.

Irrational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak layak

terhadap kejadian eksternal (A)

Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan

secara empirik mendukung kejadian eksternal (A) Self verbalization Terjadi

dalam diri individu, yakni apa yang terus mnenerus ia katakan berhubungan

dengan A terhadap dirinya

1

Page 2: Rational Emotive Therapy

Consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi

individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam

hubungannya dengan antecendent event (A).

Irrational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi yang tidak layak

yang berasal dari (A)

Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi

rasional atau layak yang dianggap berasal dari rB=keyakinan yang

rasional,Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak

secara empirik mendukung kejadian-kejadian eksternal (A)

D-Dispute irrational beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri

individu saling bertentangan (disputing) Validate or invalidate self-verbalization :

yakni suatu proses self-verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak.

CE Cognitive Effect of Disputing,yakni efek kognitif yang terjadi dari pertentangan

(dispating) dalam keyakinan-keyakinan irasional. Change self-verbalization,

terjadinya perubahan dalam verbalisasi dari pada individu.

BE Behavioral Effect of Disputing yakni efek dalam perilaku yang terjadi dalam

pertentangan dalam keyakinan-keyakinan irasional diatas. Change Behavior,

yakni terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu

B. Pengertian Teori Konseling Rational Emotive Therapy (RET)

Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia

sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan

sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat

dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti

manusia bebas, berpikir, bernafas, dan berkehendak. (Willis, 2004 : 75)

2

Page 3: Rational Emotive Therapy

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang

bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah

tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama

oleh konselor dan klien.

Tugas konselor menunjukkan bahwa masalahnya disebabkan oleh persepsi

yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional serta usaha untuk

mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.

Operasionalisasi tugas konselor :

(a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita

dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah

klien secara langsung;

(b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki

cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik

dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide

irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien;

(c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya;

(d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan

“menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.

Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :

1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih

aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan

masalahnya.

2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus

pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang

rasional.

3

Page 4: Rational Emotive Therapy

3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang

dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan

mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus

membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan

tersebut.

4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan

hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah

laku klien.

C. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah,

didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang

irrasional.

Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :

1. Tidak dapat dibuktikan

2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka)

yang sebenarnya tidak perlu

3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari

yang efektif

Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh:

1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara

kenyatan dan imajinasi

2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain

3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional

yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.

Indikator sebab keyakinan irasional adalah:

1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh

orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan

4

Page 5: Rational Emotive Therapy

2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak,

jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan

dihukum

3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka,

bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau

harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya

4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada

berusaha untuk menghadapi dan menanganinya

5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan

bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk

menghilangkan penderitaan emosional tersebut

6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap

kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu

pada saat sekarang

7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk

merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan

supranatural.

8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri

tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan

oleh orang lain terhadap individu.

C. Proses Konseling Rational Emotive Therapy

Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

a. Assertive adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan

klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah

laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat

pendisiplinan diri klien.

b. Bermain peran

5

Page 6: Rational Emotive Therapy

Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan

(perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan

sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan

dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c. Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku

tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah

lakunya sendiri yang negatif.

Teknik-teknik Behavioristik

a. Reinforcement

Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional

dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun

hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar

sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya

dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun

punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang

diharapkan kepadanya.

b. Social modeling

Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien.

Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang

diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan

menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam

sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh

konselor.

Teknik-teknik Kognitif

a. Home work assigments,

6

Page 7: Rational Emotive Therapy

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk

melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu

yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah

yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan

ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis,

mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah

aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu

berdasarkan tugas yang diberikan

Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan

oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik

ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap

tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk

pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi

ketergantungannya kepada konselor.

b. Latihan assertive

Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah

laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran,

latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan

asertif adalah :

(a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang

berhubungan dengan emosinya;

(b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak

asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang

lain;

(c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan

kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk

memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri

sendiri.

7

Page 8: Rational Emotive Therapy

D. Tujuan Konseling Rational Emotive Therapy

1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir,

keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan

tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien

dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya

seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif

yang positif.

2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak

diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa

cemas, merasa was-was, rasa marah.

Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan

pendekatan rasional-emotif :

1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku

penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya

yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang

peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat

yang lalu.

2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami

bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena

berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh

sebelumnya.

3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk

mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk

keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan

melawan keyakinan yang irasional.

Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam

hal :

(1) minat kepada diri sendiri,

8

Page 9: Rational Emotive Therapy

(2) minat sosial,

(3) pengarahan diri,

(4) toleransi terhadap pihak lain,

(5) fleksibel,

(6) menerima ketidakpastian,

(7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya,

(8) penerimaan diri,

(9) berani mengambil risiko,

(10) menerima kenyataan.

Ellis berulang kali menegaskan bahwa betapa pentingnya “kerelaan

menerima diri-sendiri”. Dia mengatakan, dalam RET, tidak seorang pun

yang akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau

tindakan mereka yang keliru. Kita harus menerima diri sebagaimana

adanya, menerima sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan. Dia

mengkritik teori-teori yang terlalu menekankan kemuliaan pribadi dan

ketegaran ego serta konsep-konsep senada lainnya.

Menurut Ellis, memang ada alasan-alasan tertentu kenapa orang

mengedepankan diri atau egonya, yaitu kita ingin menegaskan bahwa kita

hidup dan dalam keadaan baik-baik saja, kita ingin menikmati hidup, dan

lain se bagainya. Akan tetapi, jika hal ini dilihat lebih jauh lagi, ternyata

mengedepankan diri atau ego sendiri malah menyebabkan

ketidaktenangan, seperti yang diperlihatkan oleh keyakinan-keyakinan

irasional berikut ini:

- Aku ini punya kelebihan atau tak berguna.

- Aku ini harus dicintai atau orang yang selalu diperhatikan.

- Aku harus abadi.

- Aku harus jadi orang baik atau orang jahat.

- Aku harus membuktikan diriku.

- Aku harus mendapatkan apa pun yang saya inginkan.

9

Page 10: Rational Emotive Therapy

E. Model Pelaksanaan Rational-Emotive Therapy

Kasus

Prabawa adalah seorang siswa suatu SMU di kota besar, kelas III, cawu kedua,

program studi IPS. Dia tinggal bersama orang tuanya, yang mendukung cita-

citanya menjadi seorang guru akuntansi. Prabawa berharap dapat diterima di

Negeri di kotanya sendiri, dan telah berusaha sejak kelas I supaya nilai rata-

rata dalam rapor setiap semester minimal 7. Dalam usaha ini dia telah

berhasil.

Selain itu, sejak awal kelas II dia juga berhasil dalam mengikat hati seorang

siswi . yang duduk di kelas yang sarna. Mereka sudah biasa pergi rekreasi

bersama, meskipun pihak putri terpaksa main backstreet karena orang tuanya

belum mengizinkan untuk berpacaran Pada awal cawu kedua siswi

mengatakan bahwa orang tuanya telah mengetahui petualangannya dan

memarahi dia; bahkan mereka mengancam ini dan itu. Siswi itu merasa

terpaksa memutuskan hubungan karena dia tidak berani melawan orang tua.

Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan berpikir: "Apa gunanya meneruskan

hidup di dunia ini? Saya tidak rela dicintai oleh gadis lain ataupun mencintai

gadis lain. Hanya yang satu ini menjadi idaman saya! Sumber semangat

belajarku dan pendukung cita-citaku sudah lenyap!".

Prabawa bolos sekolah selama satu minggu. Ketika masuk kembidi, dia

dipanggil . oleh konselor di sekolahnya.

Langkah-langkah kerja:

10

Page 11: Rational Emotive Therapy

(1) Membangun hubungan pribadi dengan Prabawa:

Di sini pun konselor menjelaskan alasan Prabawa dipanggil, yaitu selama

satu minggu tidak masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah

ada sesuatuyang ingin dibicarakannya berkaitan dengan hal itu. Mula-

mula Prabawa kelihatan ragu-ragu, tetapi akhirnya mengatakan bahwa

memang ada sesuatu yang ingin dibicarakannya.

(2) Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan

Prabawa.

Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang, setelah

mengalami pukulan yang berat, gara-gara pacarnya yang tersayang

memutuskan hubungan percintaan. Pacarnya adalah teman siswi sekelas

yang selama satu tahun sering mau diajak pergi berdua, tetapi tiba-tiba

mengundurkan diri setelah dimarahi oleh orang tuanya. Padahal, katanya,

tidak ada gadis lain yang pantas dicintai. Prabawa beranggapan bahwa

masa depannya menjadi sangat suram dan tidak ada sumber inspirasi lagi

yang mendukung cita-citanya menjadi guru akuntansi di sekolah

menengah (Pikiran irasional).

(3) Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap

mengenai kaitan antara A, B, C (Activating Event: Belief: Consequences).

Konselor akan menaruh perhatian khusus pada pikiran-pikiran irasional

yang diduga mendasari rasa kehilangan semangat, karena dia akan

mengusahakan supaya Prabawa berpikir rasional dalam menghadapi

persoalannya.

(a) Dikaguminya; yang memutuskan hubungan ialah pihak putri,

dengan memberikan alasan dilarang oleh orang tuanya (A).

(b) Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran yang irasional atau

tidak masuk akal. Prabawa berpikir: "Ini musibah besar, karena

cintaku yang pertama dan abadi dihancurkan begitu saja." "Tidak

ada gadis lain yang akan kucintai. Gadis lain juga tidak akan

11

Page 12: Rational Emotive Therapy

mencintai diriku setulus teman siswi ini." "Dunia telah bertindak

kejam terhadap diriku, apa gunanya menyambung benang

hidupku ini?" "Siapa lagi yang akan memberikan inspirasi

kepadaku untuk mengejar cita-citaku kalau bukan dia?" (B

irasional).

(c) Sebagai akibat dari cara berpikir yang demikian, Prabawa

mengalami gejolak emosional dan goncangan dalam alam

perasaannya, seperti merasa kehilangan semangat hidup dan

gairah untuk belajar, merasa putus asa dan merasa seperti orang

yang lukanya menganga lebar dan mengeluarkan darah terus-

menerus (C dalam alam perasaan). Akibat lebih lanjut ialah

prabawa memutuskan untuk tidak masuk sekolah; ini tindakan

penyesuaian diri yang salah dan malah membahayakan sukses

dalam belajarnya (C dalam perilaku nyata). Narnun, karena

teguran orang tuanya dia terpaksa kembali ke sekolah setelah

bolos satu minggu.

(4) Membantu Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini.

Konselor dapat mulai dengan menjelaskan kepadanya hasil analisis di

atas, sehingga Prabawa sedikit banyak mengerti apa alasannya sehingga

keadaannya sekarang begini. Kemudian konselor mulai menantang

seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya dengan melontarkan

pertanyaan: "Apa alasanmu berpendapat telah ditimpa musibah besar?";

"Apakah pengalaman yang pahit ini patut dianggap musibah paling besar

bagi seorang remaja putra?"; "Apakah memang sudah pasti bahwa cinta

pertama ini merupakan cinta abadi?"; "Apakah inspirasi dan semangat

belajar hanya dapat diberikan oleh gadis itu?"; "Apakah orang tua siswi

yang masih di bawah umur itu tidak berhak ikut bicara?; "Apakah kamu

mempunyai hak menuntut supaya dunia ini memenuhi keinginan dengan

serba cepat?", dan sebagainya.

12

Page 13: Rational Emotive Therapy

Di samping itu, konselor memberikan pandangan-pandangan baru kepada

Prabawa, misalnya: "Pada 'umur sekarang belum tentulah bahwa gadis itu

adalah jodohmu. Mungkin saja hubungan ini akan berubah bila Prabawa

dan siswi itu sudah .. menginjak dewasa"; "Anggaplah pengalaman

berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna, yaitu Prabawa sudah

mengalami keindahan cinta. tetapi sekaligus lebih menyadari harus

melihat situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti Prabawa

sendiri"; "Orang tuanya mungkin menginginkan. supaya anak mereka

menyelesaikan studinya lebih dahulu sebelum mengikat diri. Selain itu,

tindakan backstreet tidak tepat dilakukan oleh gadis remaja, karena ini

meng¬hancurkan hubungan terbuka antara orang tua dan anak"; "Tidak

lebih baikkah Prabawa menyelesaikan SMU lebih dahulu dan nantinya

melihat lagi kemungkinan untuk menyambung kembali hubungan dengan

gadis itu, kalau dia memang cocok untuk Prabawa?"; "Lebih baiklah bagi

pemuda untuk mendapatkan kepastian tentang suatu pekerjaan,

sehingga dia dapat menghidupi keluarga. Orang tua pihak putri ingin

supaya kehidupan anaknya, yang diserahkan kepada seorang pria. Betul-

¬betul terjamin"; "Kegagalan dalam cinta di masa remaja bukan musibah

yang menghancurkan masa depan"; "Merasa kecewa sekarang ini adalah

perasaan yang wajar pada umurmu sekarang"; dan lain-lain

pertimbangan.

Efek dari diskusi ini ialah, bahwa Prabawa mulai berubah pikiran dan

memandang pengalaman ini dengan cara yang lebih masuk akal,

misalnya, "Saya akan menerima kenyataan ini. Memang saya tidak

mengharapkannya: tetapi apa boleh buat? Lebih baik saya: memusatkan

perhatian pada studi dahulu, supaya cita¬cita saya dapat diraih.

Pengalaman cinta pertama ini saya simpan sebagai kenangan yang manis,

13

Page 14: Rational Emotive Therapy

yang nantinya dapat disambung lagi dan lain sebagainya(r kognitif). Efek

lebih lanjut ialah, bahwa Prabawa menjadi lebih tenang. Rasa kecewa

masih ada, tetapi rasa kehilangan semangat sudah jauh berkurang (r

afektif). Akhirnya Prabawa memutuskan untuk tidak lagi mengajak teman

siswi itu pergi berdua dan mengejar pelajaran yang ketinggalan

(perilaku;R).

(5) Mengakhiri hubungan pribadi dengan baik.

14

Page 15: Rational Emotive Therapy

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Rasional Emotif. Dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-

konseling-rasional-emotif/

DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah)

Lutfi Seli Fauzi. 2008. Rational Emotive Therapy. Dalam

http://luthfis.wordpress.com/2008/04/03/rational-emotive-theraphy/

Sayekti Pujosuwarno, Dr, M.Pd. 1993. Berbagai Pendekatan dalam

konseling. menara mas offset

Faiz.2009. Rational Emotive Therapy. Dalam

http://faizperjuangan.blogdetik.com/tag/terapi-rasional-emotif/

15