pengaruh behavior modeling trainingeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · disertasi...

147
PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAINING TERHADAP CARING GURU SEKOLAH DASAR DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JUNI 2014

Upload: doantram

Post on 11-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAINING

TERHADAP CARING GURU SEKOLAH DASAR

DISERTASI

OLEH

AKHTIM WAHYUNI

NIM 109623619436

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

JUNI 2014

Page 2: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan guru memiliki peranan yang sangat penting dalam

mencerdaskan anak bangsa, maka untuk menjadi guru seseorang harus memenuhi

persyaratan profesional tertentu. Pada pasal 1 ayat 1 Undang-undang nomor 14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan

dasar dan menengah (Undang-Undang Guru dan Dosen, 2009).

Guru merupakan faktor yang dominan dan penting dalam pendidikan

formal. Bahkan bagi peserta didik, guru sering dijadikan teladan. Mutu pendidikan

yang baik sangat dipengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga

kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan.

Sebagai konsekuensinya, guru dituntut untuk mampu menguasai materi pelajaran,

menguasai cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian dalam menjalankan

tugasnya untuk menjadi pribadi yang berkembang dan dinamis (Goodlad, 1984).

Guru yang baik memiliki kapasitas untuk membangun koneksi. Mereka

mampu menjalin hubungan yang kompleks di antara mereka sendiri dan siswa,

sehingga siswa bisa belajar menjalin dunianya sendiri (Palmer, 1998). Koneksi

dibangun oleh guru yang baik, bukan semata-mata karena metode yang digunakan

tetapi guru yang mengajar dengan hati, yang memiliki makna sebagai tempat

Page 3: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

2

dimana kognisi, emosi dan spirit menyatu dalam kepribadiannya.

Guru SD dituntut untuk mampu menyelenggarakan pembelajaran yang

mendidik, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,

serta mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Guru SD yang diinginkan oleh siswa

adalah guru yang bisa menjalin hubungan baik dengan muridnya, sehingga akan

mengerti bagaimana menghadapi murid-muridnya. Guru tersebut mengetahui

metode apa yang tepat untuk mengajar (Palmer, 1998).

Sosok guru SD ideal dalam pandangan siswa adalah sosok yang senantiasa

menjadi dambaan peserta didik, menjadi panutan dan selalu memberikan

keteladanan. Ia menguasai ilmunya dengan baik sehingga mampu mengelola

pembelajaran yang bermakna. Dia disukai oleh murid-muridnya karena cara

mengajarnya menarik dan mudah dipahami. Dia pun terbuka menerima kritikan dari

peserta didiknya, karena dari kritik itulah dia belajar dari para peserta didiknya

(Palmer, 1998).

Ada beberapa hal yang terjadi di dalam kelas yang terjadi di luar kuasa guru

tetapi ada banyak hal yang dapat terjadi karena kekuasaan seorang guru, salah

satunya adalah guru dapat mempengaruhi budaya dalam kelas dan menciptakan

situasi pembelajaran yang efektif. Sikap guru adalah kunci utama. Rasa optimis,

positif, caring, dukungan dan penghargaan dapat menjadi pilihan dengan

mengambil tindakan-tindakan tertentu yang dapat memastikan bahwa semua hadir

di dalam kelas dan kehidupan sehari-hari (Russek, 2006). Kelas akan baik jika

dibimbing oleh guru yang memiliki kepribadian yang baik. Oleh karena itu, penting

Page 4: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

3

bagi guru untuk memahami pengertian dasar kepribadian dan mengerti lebih jauh

tentang konsep kepribadian yang baik, serta pada akhirnya mampu

mengimplementasikannya dalam kegiatan profesinya.

Seorang pendidik yang efektif harus mampu melakukan transfer ilmu, sikap

dan nilai baik kepada peserta didik maupun kepada seluruh anggota komunitas

sekolah, karena pendidikan yang efektif menekankan bahwa pendidikan pertama-

tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin relasi personal antara pribadi-

pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini

berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi

oleh cinta kasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal

dan relatif tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta , hati yang

penuh pengertian serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship).

Penjelasan tersebut merupakan profil guru yang kompeten dalam melaksanakan

pembelajaran yang menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik dan kepribadian

menjadi unsur penting dalam menciptakan kelas yang bermakna. Pembentukan

kompetensi tersebut harus senantiasa diasah oleh guru sekolah dasar melalui

kegiatan-kegiatan yang mampu mengembangkan diri guru (Noddings, 1992).

Beberapa survey awal yang dilakukan peneliti ke beberapa SD serta

wawancara dengan beberapa wali siswa, ditemukan fakta bahwa banyak guru tidak

menyadari makna penting kompetensi sebagai guru SD, sehingga dalam proses

belajar mengajar mereka tidak menunjukkan sikap yang mampu mendorong

pembelajaran yang mendidik. Beberapa SD membuat slogan sekolah dengan 3 S

(senyum, salam, sapa), tapi slogan tersebut hanya menjadi simbol atau slogan tanpa

Page 5: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

4

makna, karena hanya terpampang di tembok sekolah yang tidak dipahami dan

diterapkan sehingga menjadi budaya sekolah.

Salah satu contoh dari aktivitas tersebut, pada pagi hari sebelum

pembelajaran dimulai, SDN yang diobservasi membiasakan salam dengan kegiatan

guru bersalaman saat akan masuk kelas. Guru berbaris menyambut kehadiran siswa

di gerbang sekolah yang berjejer antri berjabat tangan dengan guru sudah menjadi

sebuah rutinitas. Akan tetapi pada saat menyambut dengan bersalaman, tidak jarang

ditemukan guru menerima salam tangan siswa sambil ngobrol dengan guru di

sebelahnya. Ada juga yang sambil menggenggam handphone dan sesekali

mengangkat telpon masuk atau membalas Short Message Service (SMS). Ini

menunjukkan, bahwa guru tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman,

bagaimana seharusnya melayani siswa dengan baik. Kondisi ini memprihatinkan

bagi dunia pendidikan, karena sesungguhnya guru SD dituntut memiliki

kepedulian, kesabaran, dan keuletan dalam melayani siswa.

Dalam proses pembelajaran di beberapa sekolah juga ditemukan, siswa

dituntut untuk berani bertanya maupun menjawab pertanyaan guru, namun apresiasi

yang diterima tidak sesuai harapan siswa. Pada saat siswa menjawab pertanyaan

kurang tepat, guru langsung mengalihkan ke siswa lain sambil berkata ‘salah’ tanpa

ada penjelasan di sisi mana kesalahan siswa, bahkan ada yang lebih dari itu,

bentakan juga menyertai sehingga di pembelajaran-pembelajaran berikutnya, siswa

takut untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru karena malu dan takut

jika dikatakan ‘salah’ lagi. Bahkan saat mengajar di kelas, guru duduk di depan

sampai pelajaran berakhir. Mereka tidak mendekati siswa sama sekali ke tempat

Page 6: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

5

duduknya atau saat mereka mengerjakan tugas. Fakta lain juga menjelaskan, di luar

kelas, jarak antara guru dan siswa cukup jauh, karena guru memahami bahwa

tugasnya sebagai guru hanya pada saat di kelas. Guru merasa tidak perlu tahu apa

yang dikeluhkan, diinginkan, dan dirasakan siswa. Lebih-lebih dengan masalah

siswa di rumah (hasil observasi di SDN Cemengkalang).

Bertitik tolak dari fenomena tersebut, maka untuk meningkatkan kualitas

guru, sikap caring perlu ditanamkan dan dilatihkan agar guru mampu menerapkan

dalam pembelajaran, serta mereka menyadari dan memahami makna penting

caring di lingkungan kelasnya, sehingga terwujud kelas yang penuh cinta kasih.

Caring sangat penting dimiliki oleh pendidik untuk menciptakan hubungan yang

bermakna antara siswa dan guru dalam lingkungan yang nyaman dan mendukung

di kelas saat pembelajaran (Noddings; 1984). Terkadang seseorang berkata 'aku

sangat care' pada 'sesuatu' namun sejatinya dia belum melakukannya, karena dalam

aktivitasnya belum menunjukkan perilaku 'care' tersebut. Noddings (1984) juga

menulis, praktik dalam mengajar seharusnya mempraktekkan caring.

Secara luas, caring juga diyakini sebagai hal yang pokok dalam

pembelajaran (Goldstein & Lake, 1999). Roger dan Webb menegaskan bahwa

pembelajaran yang baik tidak dapat dilepaskan dari aktivitas spesifik yaitu caring

(Roger & Webb; 1991), yang harus diwujudkan dalam praktek nyata karena sikap

peduli tidak cukup diucapkan dengan kata-kata tanpa aksi nyata (Noddings; 1984).

Caring yang dilakukan guru mampu membangun hubungan yang positif dengan

siswa. Guru yang memiliki caring meyakini bahwa setiap siswa memiliki

kemampuan untuk mencapai dan membentuk proses pembelajaran dengan

Page 7: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

6

menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Ketika guru care dengan

sesungguhnya, para siswa merasakan itu dan meresponnya dengan optimis dan

komitmen yang kuat untuk belajar dan melakukan usaha yang maksimal untuk

mencapai potensi-potensinya (Lumpkin, 2007).

Caring melibatkan kebermaknaan hubungan, kemampuan untuk menjaga

hubungan, dan komitmen untuk merespon orang lain dengan sensitifitas dan

fleksibilitas. Pada saat diterapkan dalam kelas pembelajaran, caring mendorong

adanya dialog, sensitif terhadap kebutuhan dan keinginan siswa, kaya bahan dan

aktivitas (Rogers & Webb, 1991). Guru yang care memperlakukan setiap anak

sebagai siswa dan sebagai person. Ia harus memiliki cinta, cinta dan sangat cinta

pada anak-anak. Caring bukan berarti bahwa guru harus baik pada setiap orang

hanya untuk menunjukkan kebaikan. Akan tetapi caring adalah memberikan

tantangan pada anak karena guru menginginkan anak untuk belajar. Caring

melibatkan keinginan untuk menjadikan anak-anak sukses (Goldstein & Lake,

2000).

Di dalam kelas, caring dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk cara.

Misalnya, mengijinkan siswa untuk memilih aktivitas, memanggil siswa yang tidak

angkat tangan dan menolong mereka untuk menyelesaikan masalah. Guru juga

membantu siswa menemukan potensi dirinya di seluruh area di sekolah dan

membantu mereka memahami keinginan pribadinya. Menurut Goldstein & Lake

(2000), guru yang care menginginkan siswanya bisa belajar dengan menyenangkan.

Contoh tindakan caring di dalam kelas juga bisa diwujudkan dengan sikap guru

yang merasa senang membantu siswa. Setiap pagi guru mengecek tugas-tugas

Page 8: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

7

siswa untuk dikoreksi. Jika tugas-tugas diselesaikan siswa dengan baik, maka siswa

akan mendapatkan sticker sebagai bentuk penghargaan atas tugasnya. Jika ada

siswa yang tidak mengerjakan tugas, guru memanggil si anak ke depan dan

memberikan contoh yang benar.

Tindakan penting dalam menciptakan situasi kelas dimana para siswa

merasa dihargai dan dihormati. Menurut Nussbaum (dalam Saavedra & Saavedra

2007) perilaku-perilaku guru di dalam kelas yang berkaitan langsung dengan

‘outcomes’ siswa yang positif maupun evaluasi mengajar yang positif. Secara

khusus yang dimaksud dari perilaku-perilaku tersebut adalah tingkat keterlibatan

guru secara langsung, kejelasan informasi yang diberikan guru, humor yang

digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan narasi guru.

Menurut Garrett, Barr, dan Rothman (2009) unsur-unsur caring meliputi;

dukungan akademik, kepribadian guru, memberi perhatian secara personal kepada

siswa, equity terhadap siswa, dan memberikan penghargaan siswa. Dukungan

akademik yang diberikan guru diantaranya; menginformasikan kepada siswa

bagaimana mereka melakukan atau apa yang mereka butuhkan untuk bisa sukses

atau maju, memonitor progres siswa, mendorong siswa untuk melakukan yang

terbaik, menggunakan metode mengajar yang baik. Kepribadian guru meliputi;

ramah, sabar, mudah bergaul, bisa dijadikan teman, peka terhadap keinginan siswa,

mampu menciptakan kelas yang menyenangkan, dan tidak suka berteriak. Memberi

perhatian secara personal kepada siswa diantaranya; menanyakan hal-hal personal

siswa, memberikan saran pada saat siswa mendapatkan masalah. Sedangkan equity

meliputi; guru memperlakukan sama terhadap semua siswa, memiliki harapan yang

Page 9: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

8

tinggi terhadap siswa untuk lulus, dan memberikan dukungan yang sama pada

setiap siswa serta menghargai semua siswa.Adapun pemberian penghargaan yang

dilakukan guru adalah dengan memberikan reward yang jelas yang bisa dirasakan

oleh siswa.

Konsep di atas menunjukkan bahwa caring merupakan hal yang penting

dalam pembelajaran, maka guru perlu memahami makna penting 'caring' dalam

mengelola kelas, karena hal itu memiliki dampak luas terhadap capaian akademik

dan sosial siswa. Satu contoh dari dampak tersebut, ada seorang anak pulang dari

sekolah berteriak ketika sampai di rumah. Dia mengeluarkan kata-kata benci ibu

guru karena ibu gurunya tidak memperdulikannya, ibu guru tidak mau mendengar

apa yang disampaikannya di kelas. Ibu guru lebih memperhatikan teman lainnya,

padahal dia ingin menyampaikan gagasan-gagasannya terkait dengan materi yang

dibahas di kelas. Akhirnya si anak motivasi belajarnya rendah dan berimbas pada

prestasi akademiknya yang menurun.

Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Wentzel (1998) yang

menunjukkan bahwa tingkat motivasi siswa dipengaruhi oleh kualitas pengajaran

dimana kualitas tersebut sangat berhubungan erat bahkan tidak mungkin dipisahkan

dengan tindakan-tindakan guru yang menunjukkan betapa pentingnya sebuah

‘caring’ dan dukungan guru. Mengingat pentingnya caring dalam pembelajaran,

maka guru SD perlu mendapatkan pengetahuan dan keterampilan perilaku tersebut.

Dengan memperoleh pemahaman dan contoh (modeling) pentingnya perilaku

caring, mereka akan memiliki sikap bagaimana menjadi guru yang peduli sehingga

guru mampu mendorong prestasi akademik dan social anak menjadi lebih baik.

Page 10: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

9

Oleh karenanya, dalam penelitian ini proses pelatihan pada guru SD menjadi hal

penting untuk mengajak mereka mengembangkan dan menerapkan keterampilan

caring dalam pembelajaran dengan memantapkan kesadaran dan cara pandang

terhadap perilaku-perilaku positif dalam kelas. Untuk melatihkan caring bagi guru

SD ini diperlukan pendekatan yang efektif. Pendekatan tersebut adalah behavior

modeling training.

BMT berakar pada Social Learning Theory (SLT) yang dikembangkan oleh

Bandura dkk (1977). Hasil penelitiannya memperlihatkan bahwa, manusia belajar

perilaku baru dengan cara meniru perilaku orang lain dan melalui penguatan sosial

dari perilaku yang ditiru. Dia menegaskan bahwa, untuk menjadi efektif, modeling

harus memiliki empat proses komponen yaitu: attention, retention, motor

reproduction, and motivation. Melalui pelatihan BMT ini, ada 6 dasar pembelajaran

yang dapat diajarkan meliputi: 1) sikap baru. 2) keterampilan psikomotorik, 3)

keterampilan sosial 4) keterampilan verbal 5) keterampilan kognitif 6) keterampilan

mengingat materi faktual (Decker & Nathan, 1985).

Penelitian yang dilakukan oleh Miller & Anderson (2009), Modeling and

measuring caring behaviors among nursing education faculty menunjukkan bahwa

modeling merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan caring. Dalam penelitian

ini dijelaskan bahwa instruktur perawat sering menunjukkan bagaimana cara

mendemonstrasikan perilaku caring dengan cara mempraktekkan perilaku caring

melalui diri mereka sendiri. Modeling menjadi salah satu cara yang terbanyak

digunakan dalam pendidikan perilaku yang berfokus pada pengajaran caring.

Byham & Pescuric (1996) menjelaskan bahwa pelatihan BMT dapat meningkatkan

Page 11: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

10

kinerja yang spesifik dalam hal ini caring guru SD. BMT juga merupakan teknik

pelatihan yang sangat dikenal dan secara luas digunakan dalam pelatihan untuk

meningkatkan keterampilan interpersonal dan interaktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan caring guru sekolah dasar yang dilatih dan yang tidak

dilatih dengan behavior modeling training?

2. Apakah ada perbedaan knowing guru sekolah dasar yang dilatih dan yang tidak

dilatih dengan behavior modeling training?

3. Apakah ada perbedaan courage guru sekolah dasar yang dilatih dan yang tidak

dilatih dengan behavior modeling training?

4. Apakah ada perbedaan patience guru sekolah dasar yang dilatih dan yang tidak

dilatih dengan behavior modeling training?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat caring

guru SD yang mengikuti dan yang tidak mengikuti BMT. Untuk menjawab

persoalan tersebut, terlebih dahulu dikembangkan bahan perlakuan berupa

prosedur pelatihan BMT. Perlakuan BMT dilakukan berdasarkan pada prosedur

tersebut. Seberapa besar BMT berpengaruh terhadap caring guru, ditentukan

berdasar perbandingan mean caring yang dimiliki guru yang mengikuti dan yang

tidak mengikuti BMT.

Page 12: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

11

Tujuan umum dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

1. Menguji perbedaan tingkat caring guru yang dilatih dan yang tidak dilatih

dengan BMT.

2. Menguji perbedaan tingkat knowing guru yang dilatih dan yang tidak dilatih

dengan BMT.

3. Menguji perbedaan tingkat courage guru yang dilatih dan yang tidak dilatih

dengan BMT.

4. Menguji perbedaan tingkat patience guru yang dilatih dan yang tidak dilatih

dengan BMT.

D. Hipotesis

Mengacu pada rumusan masalah, maka diajukan hipotesis penelitian ini sebagai

berikut:

1. Ada perbedaan signifikan caring guru SD yang dilatih dan yang tidak dilatih

dengan BMT. Caring guru lebih tinggi yang dilatih daripada yang tidak dilatih

dengan BMT.

2. Ada perbedaan knowing guru SD yang dilatih dan yang tidak dilatih dengan

BMT. Knowing guru yang dilatih lebih tinggi daripada yang tidak dilatih dengan

BMT.

3. Ada perbedaan courage guru SD yang dilatih dan yang tidak dilatih dengan

BMT. Courage guru yang dilatih lebih tinggi daripada yang tidak dilatih

dengan BMT.

4. Ada perbedaan patience guru SD yang dilatih dan yang tidak dilatih dengan

BMT. Patience guru yang dilatih lebih tinggi daripada yang tidak dilatih dengan

Page 13: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

12

BMT.

E. Kegunaan Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk hal-hal

sebagai berikut.

1. Behavior modeling training diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada

lembaga pendidikan dan pelatihan guru sebagai model dan strategi pelatihan

untuk meningkatkan caring guru.

2. Behavior modeling training yang disusun dapat digunakan untuk peningkatan

kompetensi kepribadian guru. Model dan materi-materi pelatihan dapat

diterapkan pada pelatihan peningkatan kompetensi kepribadian guru.

3. Penelitian ini dapat memperkaya khazanah teori kompetensi kepribadian guru

terutama tentang caring guru. Kompetensi sebagai guru profesional yang

memiliki kepribadian perlu terus dikembangkan agar semakin diterima oleh

masyarakat.

4. Peningkatan kompetensi guru pada aspek caring merupakan modal penting

menuju meningkatnya kompetensi kepribadian guru, sehingga dengan pelatihan

caring melalui BMT akan bermanfaat bagi layanan pendidikan.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1. Ruang Lingkup penelitian

Page 14: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

13

Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

a. Variabel utama ada dua, yaitu BMT sebagai variabel bebas (X) dan caring

sebagai variabel terikat (Y)

b. Tujuan penelitian adalah mengetahui efek pelaksanaan BMT dalam

meningkatkan caring guru SD dengan cara membandingkan tingkat caring

guru sebelum dan sesudah perlakuan BMT.

c. Subyek penelitian ini adalah guru SD KKG Gugus 06 tahun 2013/ 2014 di

kabupaten Sidoarjo.

2. Keterbatasan Penelitian

a. Penerapan model pelatihan menggunakan BMT dengan menerapkan lima

langkah dalam sintak BMT yaitu modeling, retention proses, behavior

rehearsal, feedback and social reinforcement, dan transfer of training.

Pelatihan dilaksanakan dengan memanfaatkan media-media pelatihan yaitu

tayangan film tentang caring (display model), game, ceramah, diskusi,

tanya jawab, presentasi, serta dilakukan refleksi setiap sesi.

b. Hasil penelitian hanya dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian,

guru SD KKG gugus 06 yang menjadi subjek penelitian.

c. Perlakuan BMT yang digunakan dalam penelitian ini hanya dapat

digunakan untuk guru yang memiliki tingkat caring yang masih rendah.

d. Perlakuan BMT hanya dapat dilakukan oleh pelatih yang bisa menerapkan

langkah-langkah BMT dan mempunyai kemauan dan kepedulian dalam

membantu guru mengatasi permasalahan caring di sekolah.

G. Definisi Operasional

Page 15: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

14

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penelitian ini, berikut ini

dipaparkan penjelasan istilah yang digunakan dalam proposal penelitian ini:

1. Caring

Caring yang menjadi content dalam penelitian ini adalah sikap caring guru

SD dalam proses belajar mengajar dengan memberikan proteksi pada siswa,

menghargai pandangan-pandangan siswa dan ketertarikannya, juga membantu

siswa untuk berkembang dan mengaktualisasikan dirinya. Ada tiga komponen

caring yang menjadi fokus penelitian ini: knowing, courage, dan patience. Ketiga

komponen tersebut diterjemahkan menjadi bentuk-bentuk caring yang meliputi:

mengenal diri sendiri, memahami siswa, memiliki sikap tulus dan terbuka, sabar

dan tenang, saling mendukung dan menyayangi, dan menumbuhkan sikap mandiri

pada siswa.

2. Behavior Modeling Training

Tahapan behavior modeling training yang diterapkan dalam penelitian ini:

1) Modeling, yaitu: adanya model yang dapat digunakan secara efektif dan

sesuai dengan kondisi. Dalam penelitian ini menggunakan modeling simbolis

dan kognitif berupa bahan-bahan tertulis dan film atau slide 2) Retention

process: proses mengingat, di dalamnya termasuk kode simbol,

pengorganisasian kognisi, mengulang simbol, dan semua yang membantu

pebelajar mengingat dan mengulang apa yang sudah dilihat dalam modeling. 3)

Behavioral rehearsal: pebelajar mempraktekkan performen model melalui role

playing 4) Feedback: adanya umpan balik yang diberikan pelatih atau sesama

pebelajar dalam usahanya menerapkan perilaku model. Feedback dari pelatih

Page 16: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

15

maupun pebelajar memiliki fungsi penguatan sosial, yang memiliki peranan

penting sebagai awal penerimaan behavior baru. 5) Transfer of training: Ragam

strategi yang digunakan dalam memfasilitasi transfer komponen behavior

modeling. Dalam penelitian ini transfer of training dilakukan dengan

melakukan observasi ke sekolah masing-masing terhadap guru yang sudah

dilatih.

3. Guru Sekolah Dasar

Yang dimaksud dengan guru Sekolah Dasar dalam penelitian ini adalah

guru kelas awal (1-3) SD di KKG gugus 06 kabupaten Sidoarjo yang menjadi

subjek penelitian. Guru tersebut berlatar belakang pendidikan S1 terdiri dari

laki-laki dan perempuan dengan usia mulai 27-47 tahun.

Page 17: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka berisi uraian tentang kompetensi guru Sekolah Dasar,

caring, caring dalam pembelajaran, peningkatan kualitas guru, behavior modeling

training, dan tinjauan teoritis behavior modeling training dengan caring..

A. Kompetensi Guru Sekolah Dasar

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) no.20 tahun

2003 telah menetapkan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kompetensi

yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (UU Sisdiknas no 20 tahun 2003,

2010). Hal ini berlaku bagi guru di setiap jenjang pendidikan, mulai Pendidikan

Anak usia Dini (PAUD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Adapun yang

membedakan adalah rumusan keterampilan kompetensi pada setiap jenjangnya.

Dua diantara empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik dan

kepribadian yang dirumuskan dalam undang-undang tersebut menjabarkan

keterampilan yang harus dimiliki oleh guru Sekolah Dasar. Keterampilan

kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru SD meliputi: (a) menguasai

karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik (c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan

mata pelajaran yang diampu (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

(e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

Page 18: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

17

pembelajaran (f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki yaitu: menyediakan berbagai

kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk

kreatifitasnya (g) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik (h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar (i)

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran dan (j)

melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (UU

Sisdiknas no 20 tahun 2003, 2010).

Adapun pada kompetensi kepribadian, keterampilan yang harus dikuasai

guru SD adalah: (a) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia (b) menampilkan diri sebagai pribadi jujur,

berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat (c)

menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, dewasa, arif, dan berwibawa, (d)

menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,

dan rasa percaya diri (e) menjunjung tinggi kode etik profesi guru (UU Sisdiknas

no 20 tahun 2003, 2010).

Beberapa keterampilan yang harus dimiliki guru SD di atas menunjukkan

bahwa guru dituntut untuk mampu menyelenggarakan pembelajaran yang

mendidik, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,

serta harus mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,

dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Page 19: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

18

B. Caring

Pengertian Caring

Caring didefinisikan oleh Swanson (dalam Tomey dan Alligood, 2006)

sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain, yang satu merasa

bertanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain. Caring

juga didefinisikan sebagai suatu sikap aktif yang benar-benar diberikan kepada

orang lain bahwa ia benar-benar peduli yang didasarkan pada kasih yang telah

dimiliki. Beberapa penulis telah mengartikan caring sebagai sebuah bentuk kasih

sayang. Noddings (1992) menemukan bahwa analisis caring secara konseptual dari

perspektif berbeda diartikan sebagai sebuah tindakan cinta.

Caring adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan

kepada individu secara utuh. Tindakan dalam perilaku caring seharusnya diajarkan

kepada manusia sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa

pertahanan sampai dengan meninggal. Perilaku caring bertujuan dan berfungsi

mengubah struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur setiap orang yang

berbeda pada suatu tempat dengan tempat yang lain.

Leininger (1984) mendefinisikan caring sebagai "tindakan-tindakan

manusia dan proses yang memberikan bantuan kepada individu atau kelompok lain

berdasarkan kepentingan. Definisi lain dari caring juga menekankan bahwa caring

merupakan motivasi untuk melindungi kesejahteraan orang lain atau untuk

membantu orang yang tumbuh dan mengaktualisasikan dirinya. Caring bukan

semata-mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan motivasi

tindakan ( Marriner-Tomey dalam Nurachmah (2001). Caring juga di definisikan

Page 20: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

19

sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi

dengan cara meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et. al. 1999).

Sedangkan menurut Mayeroff (1971), caring adalah membantu orang lain untuk

tumbuh dan mampu mengaktualisasikan dirinya dan menjadi cara untuk

berhubungan dengan seseorang agar berkembang.

C. Caring dalam Pembelajaran

Banyak anak yang tidak bagus belajarnya di sekolah memiliki hubungan

yang negatif dengan guru mereka (Stipek, 2002). Mereka sering mengalami

masalah karena, misalnya, tidak mengerjakan tugas, tidak memerhatikan, atau

karena bikin onar. Dalam banyak kasus, mereka pantas ditegur dan dihukum, akan

tetapi seringkali situasi kelas menjadi sangat tidak menyenangkan bagi mereka.

Noddings (1993) percaya bahwa murid kemungkinan besar akan

berkembang menjadi manusia yang kompeten apabila mereka merasa diperhatikan.

Karenanya, guru harus mengenal murid dengan baik. Dia percaya bahwa keadaan

sulit terwujud di sekolah besar dengan murid yang banyak di setiap kelasnya. Dia

menganjurkan agar guru mengajar murid yang sama selama dua atau tiga tahun,

sehingga guru akan bisa lebih mengenal minat dan kapasitas masing-masing murid.

Para peneliti telah menemukan bahwa murid yang merasa punya guru yang

suportif dan perhatian akan lebih termotivasi untuk belajar daripada murid yang

merasa punya guru yang tidak suportif dan perhatian ( Newman, 2002). Perhatian

terhadap murid sebagai manusia adalah faktor penting bagi murid. Yang menarik

murid juga mempertimbangkan perilaku instruksional guru sebagai salah satu

faktor sejauh mana guru memerhatikan mereka. Murid mengatakan bahwa guru-

Page 21: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

20

guru yang perhatian punya standar yang tepat dan akan menyampaikan perhatian

mereka kepada murid saat mereka berusaha keras meningkatkan pembelajaran.

Iklim sekolah akan sangat mempengaruhi prestasi murid. Sekolah dengan

ekspektasi tinggi dan standar akademik tinggi, serta dukungan emosional dan

akademik yang memadai, akan membuat murid termotivasi untuk berprestasi.

Akhir dekade ini ada sebuah dorongan untuk menggeser pendekatan-

pendekatan konvensional dengan mengimplementasikan pendekatan-pendekatan

yang berfokus pada pengembangan komunitas caring (Power, Higgins, &

Kohlberg, 1989). Kebanyakan siswa memanggil guru favoritnya dengan menyebut

namanya. Tetapi jika ditanya apa yang diingat dari guru tersebut, seringkali dijawab

bahwa guru tersebut care pada setiap siswa. Ditemukan adanya hubungan antara

guru dan siswa tentang kebutuhan dasar manusia untuk mengetahui bahwa orang

lain sesungguhnya care terhadapnya. Para siswa mengetahui kapan saatnya mereka

diakui, dipahami, dan dihargai kemampuan unik mereka dan keingintahuan mereka

oleh guru (Lumpkin, 2007). Caring merupakan butir personal yang mendasar bagi

guru. caring guru memainkan peranan yang vital bagi persepsi siswa dalam

pembelajaran, sikap, kepuasan, dan persepsi kompetensi guru serta kepercayaan

siswa terhadap guru (Teven, 2001).

Pendekatan yang berfokus pada caring ini bermula pada penelitian persepsi

siswa tentang 'guru yang baik'. Beberapa tahun kemudian hasil penelitian

menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang 'guru yang baik' adalah guru yang

memiliki sikap prososial, perilaku yang bertanggung jawab, taat pada norma dan

aturan kelas, serta mendorong pada aktivitas-aktivitas akademik (Wentzel, 1997).

Page 22: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

21

Namun, apa makna sesungguhnya 'good teacher' itu? Menurut Woolfolk

dan Weinstein (2006) ada tiga faktor utama persepsi siswa tentang 'good teacher'

yaitu; kemampuan untuk menjalankan otoritas dengan tidak sangat kaku,

kemampuan untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan, kemampuan

positif membangun caring. Palmer (1998) menyatakan, bahwa guru yang baik

adalah guru yang memiliki kemampuan membangun hubungan atau kedekatan.

Mereka mampu menjalin jaringan koneksi yang kompleks antar guru, materi

ajarnya, dan kepada siswa, sehingga siswa dapat belajar menjalin hubungan dengan

dunia luas untuk diri mereka sendiri.

Caring secara luas diyakini menjadi aspek penting dalam pembelajaran.

Kohl (1984), sebagai contoh, menegaskan bahwa seorang guru memiliki kewajiban

untuk care pada setiap siswa. Sedangkan Rogers dan Webb menyatakan bahwa guru

yang baik adalah guru yang care, dan pembelajaran yang baik adalah pembelajaran

yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan caring (Rogers & Webb, 1991).

Noddings menulis, caring seharusnya ada dalam praktek pembelajaran (Noddings,

1986).

Pada saat caring diterapkan dalam pembelajaran, bentuk aktivitas yang

dilakukan adalah mengutamakan dialog, menunjukkan sensitivitas pada kebutuhan

dan keinginan siswa, dan memberikan materi dan aktivitas yang kaya dan penuh

makna (Rogers & Webb, 1991). Caring dapat menjadi dasar bagi guru untuk

membuat keputusan (Noddings, 1992). Smith menyatakan bahwa caring sebagai

science dalam pendidikan dan ide dalam pengajaran yang merupakan sebuah

tindakan ‘cinta’ (dalam Murray Orr, 2002). Menurut Noddings (2001) caring dapat

Page 23: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

22

terjadi dalam hubungan dua orang, dan ini adalah sebuah aspek dari komunikasi.

Komunikasi berakar pada bahasa, baik verbal maupun nonverbal. Jika terjadi

komunikasi antara dua orang dengan dua bahasa yang berbeda, maka mereka akan

memiliki dua cara memaknainya dengan cara yang berbeda. Miskomunikasi akan

terjadi antara guru dan siswa, bergantung pada pola komunikasi yang terjadi antara

keduanya.

Caring guru banyak didiskusikan oleh para peneliti (Cutforth, 1999)

ditemukan bahwa murid merasa diperlakukan care oleh guru dengan cara

menjaganya dengan kontrol yang tinggi. Sedangkan Rogers (1994) menyatakan

bahwa murid mendapat perlakuan care guru dengan cara guru menunjukkan

perhatiannya terhadap prestasi akademik, sosial, dan fisik yang menjadi lebih baik.

Berbeda dengan Howard (2001), dia memposisikan guru yang memiliki caring

adalah guru yang mampu menciptakan lingkungan kelas yang nyaman sehingga

siswa betah di kelas melalui perilaku yang ditunjukkan oleh guru, seperti menepuk

punggungnya dan lainnya.

Pada tahun 2005, Ruggiero menghasilkan penelitian bahwa caring yang

ditunjukkan oleh guru diantaranya; guru memberikan feedback positif, membantu

siswa keluar dari permasalahannya, sensitif terhadap emosi siswa, dan memberikan

kenyamanan pada siswa (Ruggiero, 2005). Sebuah penelitian dilakukan oleh

Brucea dan Stellern yang mengembangkan caring community di lembaga

pendidikan Guru. Dalam penelitiannya menghasilkan temuan bahwa caring sangat

berpengaruh dan dapat menyelesaikan problem pribadi, keluarga, etnik, dan

problem kelas, sehingga dapat menciptakan pembelajaran , pengajaran dan

Page 24: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

23

kehidupan yang efektif (Brucea & Stellern, 2005).

Tarlow (1996) juga melakukan riset tentang caring di sekolah. Berdasarkan

hasil wawancara bersama guru dan siswa, dia menemukan delapan dasar caring,

yaitu: (1) waktu; merupakan faktor penting dengan cara menghabiskan waktu

bersama siswa, (2) ada; kehadirannya untuk siswa baik secara fisik maupun emosi

ketika dibutuhkan, (3) ngobrol; tentang hal biasa maupun hal penting sebagai cara

membangun kedekatan dalam membangun hubungan, (4) sensitivitas; tindakan

yang melibatkan usaha dan banyak waktu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

siswa, (5) tindakan terbaik kepada yang lain; mendampingi siswa secara pribadi

disaat dibutuhkan, (6) caring adalah merasakan; secara intens terlibat dalam

hubungan emosi, (7) caring adalah melakukan; yang bermakna bahwa caring

adalah melakukan untuk orang lain, dan (8) hubungan timbal balik; caring adalah

proses memberi. Memberikan apa yang disuka, kebahagiannya, pengertiannya,

pengetahuannya, humornya, dan kesedihannya.

Caring merupakan hal yang sangat mendasar dalam mensukseskan

pendidikan. Guru yang percaya pada kemampuan siswanya, maka dia akan

menunjukkan bahwa dia care, dengan menempatkan siswa sebagai pusat dalam

proses pembelajaran dan guru mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran

(Noddings, 1992). Senada dengan Noddings, McCroskey (1992) memposisikan

caring sebagai komponen mayor pembelajaran yang melibatkan hubungan personal

dengan siswa. Menurutnya, ada tiga hal yang diyakini untuk mengantarkan siswa

untuk menerima, yaitu empati, pengertian, dan responsif guru.

Ada beberapa hal pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk

Page 25: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

24

memastikan terpenuhinya kebutuhan siswa, yaitu:

1) Mempercayai kemampuan siswa untuk berprestasi. Dalam teori The Pygmalion

effect ketika diterapkan dalam pembelajaran, yaitu jika guru secara terus

menerus menunjukkan rasa percaya pada kemampuan siswa, maka hampir

semua siswa akan meresponnya dengan usaha yang maksimal. Caring yang

dilakukan guru dapat memelihara hubungan dengan siswa melalui penguatan

terhadap usaha-usaha dan bakat siswa. Guru juga menyadari bahwa

pembelajaran kemungkinan besar terjadi ketika dia memberikan komentar

positif dan penguatan komentar melebihi komentar kritik. Persisnya, guru yang

care adalah guru yang mampu memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha

siswa dengan belajar dari kesalahan, dan mereka tidak menyerah meskipun

terkadang mereka harus berjuang untuk belajar. Harapan guru yang care

berkontribusi pada feeling siswa, bahwa usaha-usaha mereka dihargai sebagai

pembelajaran dan menjadi lebih bermakna (Lumpkin, 2007).

Pembelajaran yang berpusat pada siswa, menurut Weimer (2003),

mensyaratkan: (a) adanya sharing pembuatan keputusan dengan siswa untuk

mengembangkan keterlibatannya, (b) menciptakan lingkungan pembelajaran

yang memfasilitasi siswa terhadap tanggung jawab belajarnya, (c)

mengembangkan pengetahuan dasar siswa, keterampilan belajar, dan kesadaran

diri siswa, (d) meningkatkan self monitoring siswa terhadap belajarnya.

2) Mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Shulman (2004) menyatakan,

untuk menciptakan pembelajaran yang sungguh-sungguh maka guru perlu

menciptakan siswa yang sungguh-sungguh. Melalui pembelajaran aktif, siswa

Page 26: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

25

menjadi terbuka dalam menyelesaikan masalah, menyelesaikannya, dan

menyampaikan solusi kepada teman sekelasnya, sehingga pembelajaran mereka

menjadi terbuka untuk siapa saja yang ingin mengetahuinya. Bain (2004)

menyatakan bahwa pengetahuan itu dibangun, bukan diterima. Dengan

menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, siswa

tahu relevansi terhadap apa yang mereka harapkan dalam belajar dengan

kehidupan sekarang dan yang akan datang.

3) Ide kritis. Guru yang efektif senantiasa mendorong siswa untuk berpikir tentang

tanggung jawab besar mereka dalam belajar. Ketika guru benar-benar care,

siswa merasakannya dan meresponnya dengan komitmen untuk belajar dan

melanjutkan upaya untuk mencapai potensi yang dimilikinya.

Menurut Meyers (2009), bentuk-bentuk tindakan caring yang dapat

dilakukan guru ada 2, kedekatan secara verbal dan kedekatan secara fisik. Berikut

contoh-contohnya:

1) Kedekatan secara verbal

Menceritakan pengalaman yang terjadi di luar kelas, memberikan pertanyaan

atau mendorong siswa untuk bertanya, menggunakan humor di dalam kelas,

memanggil siswa dengan namanya, bercakap-cakap dengan siswa secara

individu sebelum atau selesai pembelajaran, memberikan umpan balik tugas-

tugas siswa, menanyakan kepada siswa tentang tugas-tugas sekolah,

mengundang siswa untuk bertemu di luar pembelajaran jika mereka ingin

bertanya tentang sesuatu atau mendiskusikan tentang sesuatu, bertanya untuk

membangun opini siswa, menghargai kerja siswa melalui tindakan atau

Page 27: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

26

komentar, mendiskusikan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan materi kelas

baik secara individu atau keseluruhan siswa.

2) Kedekatan secara fisik

Melihat keseluruhan kelas ketika berbicara, senyum saat berbicara, ketika

mengajar tidak berdiam di satu tempat, posisi badan relax saat mengajar,

tersenyum pada siswa secara individual di dalam kelas, menggunakan ragam

ekspresi suara ketika berbicara dalam kelas.

Noddings dalam bukunya Caring A Feminine Approach to Ethics & Moral

Education menjelaskan bahwa untuk care adalah melakukan sesuatu bukan karena

aturan yang ketat, tapi dengan sikap dan penghargaan (Noddings,1984). Ketika

guru care maka ia mempertimbangkan pandangan siswa, kebutuhan objektifnya,

dan apa yang diharapkannya. Caring melibatkan perasaan terhadap orang lain,

hubungan ini bisa disebut juga dengan empathy. Dalam Oxford Dictionary, empathy

didefinisikan sebagai kekuatan personality seseorang dan penuhnya pengertian

terhadap yang lain. Seperti contoh; ketika guru berkomunikasi dengan siswa, maka

ia menjadi pendengar yang baik, matanya merefleksikan keseriusan, humor, dan

senang dengan pesan-pesan dalam pembicaraan.

Dengan istilah lain Noddings mengatakan bahwa to care adalah

memberikan proteksi, 'kesejahteraan' pada sesuatu atau seseorang. Guru dianggap

care jika ia menghargai pandangan-pandangan siswa dan ketertarikannya. Guru

juga membantu siswa untuk berkembang dan mengaktualisasikan dirinya. Caring

dibutuhkan komitmen. Pada saat mengetahui kenyataan bahwa dia harus

melakukan, mengurangi rasa sakit, memenuhi kebutuhan, dan mengaktualisasikan

Page 28: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

27

mimpi anak. Caring mengacu pada dua hal, yaitu; aktualitas dan komitmen secara

verbal (Noddings, 1984).

Ada tiga dimensi caring yaitu: 1) knowing; yang melibatkan kesadaran

bahwa orang lain itu memiliki kebutuhan yang unik. Hal ini berimplikasi pada

pemahaman akan kebutuhan, kekuatan, kelemahan, dan keterbatasan orang lain, 2)

courage; mewujudkan kepedulian pada saat seseorang butuh berkembang akan

tetapi hal itu tidak diketahui. Ia berani mengatakan apa yang diinginkan dan berani

menanggung resiko apapun untuk dihadapi, 3) patience; merupakan hal yang

mendasar dalam caring karena dengan patience seseorang mau memberikan waktu

dan tempat untuk mengekspresikan dan mengeksplorasikan dirinya. Ia juga

meyakini bahwa belajar butuh waktu, serta menyayangi dan mendukung orang lain

untuk maju (NKongho, 1994).

Pengembangan caring yang ditulis oleh NKongho memiliki banyak

implikasi pada dunia kesehatan dan profesi lainnya termasuk pendidikan.

Menurutnya, sikap care itu mulitidimensional, melibatkan domain kognitif dan

afektif (NKongho 1994). Selanjutnya ia mengatakan bahwa seseorang yang

memiliki tingkat caring yang tinggi, maka ia bisa menjadi model bagi orang yang

memiliki tingkat caring yang rendah. Ia juga menulis, bahwa kemampuan untuk

care itu sangat penting diterapkan pada semua aspek situasi dan profesi daripada

aspek yang lain. Caring ability inventory yang dikembangkan oleh NKongho

memiliki implikasi yang berarti dalam dunia pendidikan. Ia mengatakan bahwa

dimensi caring bisa diajarkan dan bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan

perilaku, karena caring termasuk perilaku (NKongho 1994).

Page 29: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

28

Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan caring ada

empat meliputi: 1) modeling yaitu guru menunjukkan pada siswa apa makna care

pada orang lain sehingga siswa paham tidak hanya maknanya tapi juga bagaimana

menjadikan diri mereka care untuk orang lain, 2) dialog yaitu melalui dialog guru

dan siswa dekat satu sama lain, juga membangun kedekatan pengetahuan dengan

siswa, 3) praktek yaitu guru memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan

care pada orang lain. Tanpa mempraktekkan caring maka siswa tidak akan pernah

belajar bagaimana menjadi individu yang care, 4) konfirmasi yaitu guru melihat

kebaikan dari tiap individu siswa dan menemukan cara bagaimana menjaga

kebaikan tersebut (Noddings, 1992).

C. Peningkatan Kualitas Guru

Upaya peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor.

Salah satu faktor yang paling penting adalah guru, karena hitam-putihnya proses

belajar mengajar di dalam kelas banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Guru

dikenal sebagai ‘hidden currickulum’ atau kurikulum tersembunyi, karena sikap

dan tingkah laku, penampilan profesional, kemampuan individual, dan apa saja

yang melekat pada pribadi seorang guru, akan diterima oleh peserta didik sebagai

rambu-rambu untuk diteladani atau dijadikan bahan pembelajaran. Bagi sebagian

besar orangtua siswa, sosok pendidik atau guru masih dipandang sebagai wakil

orangtua ketika anak-anaknya tidak berada di dalam keluarga (Palmer, 1998).

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan oleh guru sebagai tenaga kependidikan, maka profesi guru harus

memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan

Page 30: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

29

kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses

belajar mengajar. Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran.

Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu

yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang

mendidik.

Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas

memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku

dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat. Sebagai pengajar, guru

hendaknya memiliki perencanaan (planing) pengajaran yang cukup matang.

Perencanaan pengajaran tersebut erat kaitannya dengan berbagai unsur seperti

tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar, metode mengajar, dan

evaluasi. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian integral dari keseluruhan

tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran (Palmer, 1998).

Secara umum terdapat beberapa langkah strategi yang dapat

diimplementasikan dalam lingkungan kependidikan dengan tujuan bahwa

peningkatan mutu pendidik dapat dilakukan melalui strategi- strategi berikut: 1)

self assessment, 2) Perumusan Visi, Misi, dan tujuan, 3) Perencanaan, 4)

Pelaksanaan, 5) evaluasi, dan 6) pelaporan (Atmowidoro, 2000).

Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi

pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah,penyelenggara,

atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan

oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk

Page 31: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

30

dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan

tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi

program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau

memodifikasi/mengadopsi program sejenis. Dengan adanya pembinaan dan

pengembangan karier dan profesionalitas, diharapkan para praktisi pendidikan

tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai pendidik bangsa, untuk

mewujudkan masyarakat yang bermartabat dan berkualitas.

D. Behavior Modeling Training

Prinsip dasar behavior modeling training telah ada sejak 2000 tahun lalu

yang telah diekspresikan oleh filosof Cina, Confucius. Dia menulis; Apa yang saya

dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya

paham. Confucius telah menggabungkan pengetahuan dan pemahaman menjadi

kehidupan dan pengalaman (Decker & Nathan, 1985). Behavior Modeling Training

berakar pada Social Learning Theory yang dikembangkan oleh Bandura (1977).

Dalam penelitiannya dihasilkan, manusia belajar perilaku baru dengan cara meniru

perilaku orang lain dan melalui penguatan sosial dari perilaku yang ditiru. SLT

kemudian dikembangkan menjadi training process pada tahun 1970 (Sorcher and

Goldstein,1972;) untuk keterampilan individu dalam menangani permasalahan

interpersonal. Secara konsep psikologi aspek-aspek BM mengacu pada prinsip

imitation, practice, and reinforcement.

Metode BMT dapat diterapkan pada berbagai pelatihan keterampilan

interpersonal, pendukung penelitian eksperimen yang berkaitan dengan

keterampilan-keterampilan supervisi, keterampilan kognitif dan sosial untuk siswa

Page 32: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

31

sekolah menengah, keterampilan mengajar, dan assertiveness. Behavior Modeling

juga sangat efektif digunakan untuk pelatihan interpersonal skills atau ‘soft skills.

(Fry and Bonner, 2001). BMT bermanfaat untuk 2 hal; pertama, sebagai sebuah test

praktik perilaku. Kedua, dapat digunakan desainer pelatihan untuk menciptakan

praktik keterampilan yang sebenarnya (Fry and Bonner, 2001).

BMT telah terbukti dan layak dipasarkan karena efektif dalam merubah

perilaku kerja. Pada tahun 1975, pada konferensi tahunan American Psycological

association, dilaporkan bahwa BM sebagai training methodology yang mampu

merubah perilaku pimpinan di tempat kerja (Robinson, 1982). BMT menunjukkan

sebagai metode pelatihan yang paling efektif untuk keterampilan mengajar, karena

metode ini membolehkan pebelajar untuk meniru perilaku orang lain yang memiliki

keterampilan dan ada pengawasan pada saat ia memperaktekkannya (Paul, et.al.,

1983). Ada 5 komponen behavior modeling yaitu: 1. Modeling, yaitu: adanya video /model yang dapat digunakan secara efektif dan

sesuai dengan kondisi.

2. Retention Process, yaitu: proses mengingat, didalamnya termasuk kode symbol,

pengorganisasian kognisi, mengulang symbol, dan semua yang membantu

pebelajar mengingat dan mengulang apa yang sudah dilihat dalam modeling.

3. Behavioral Rehearsal, yaitu: Pebelajar mempraktekkan performen model.

4. Feedback yaitu: umpan balik yang diberikan pelatih atau sesama pebelajar

dalam usahanya menerapkan perilaku model. Feedback yang konstruktif sangat

diperlukan bagi pebelajar untuk memastikan perilaku pebelajar telah

diobservasi dan dipelajari melalui modeling. Feedback juga sebagai fungsi

Page 33: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

32

penguatan sosial, yang memiliki peranan penting sebagai awal penerimaan

behavior baru.

5. Transfer of Training , yaitu: Ragam strategi yang digunakan dalam

memfasilitasi transfer komponen behavior modeling. Contoh modeling dan

behavior yang dilatihkan dipraktikkan dalam kerja nyata (Decker & Nathan,

1985).

Gambar 2.1 Proses Behavior Modeling Training

Tahapan-tahapan BMT di atas menunjukkan bahwa untuk melatih

keterampilan caring guru sangat efektif dengan menggunakan metode tersebut.

Sebuah artikel berjudul A Meta-Analytic Review of Behavior Modeling Training,

tulisan Paul J. Taylor & Darlene F. Russ-Eft (2005) memperkaaya tentang teori

behavior modeling training. BMT merupakan salah satu training yang banyak

digunakan, diteliti, dan mendapat penghargaan sebagai dasar training. Pendekatan

yang dipakai, berdasarkan teori Bandura (1977) Social Learning Theory, yang

berbeda dengan metode training lainnya, yang menekankan pada: (1) menjelaskan

pada peserta pelatihan satu set keterampilan yang harus dipelajari, (2) adanya

model yang sesuai dengan keterampilan yang dilatihkan, (3) adanya kesempatan

berlatih bagi peserta untuk mempraktekkan keterampilan tersebut, (4) adanya

umpan balik dan penguatan sosial pada peserta dan, (5) adanya langkah-langkah

untuk meningkatkan transfer keterampilan tersebut di tempat kerja.

BMT juga telah dipraktekkan dalam pengembangan supervisor,

Modeling Retention

Process

Behavioral

Rehearsal Feedback Transfer of

Training

Page 34: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

33

komunikasi, pelatihan customer sales skill oleh organisasi besar maupun pelatihan

perusahaan internasional. Social Learning Theory yang menjadi dasar BMT,

menekankan pada empat komponen yaitu: proses memperhatikan, mengingat,

mereproduksi, dan memotivasi. Pada proses memperhatikan, pelatih melakukan

observasi terhadap stimuli dari model (videotape yang menggambarkan

keterampilan yang diinginkan). Proses memperhatikan adalah keyakinan yang

mendasari efektifitas transfer stimuli yang diobservasi (perilaku model) pada

memori jangka pendek. Sedangkan proses mengingat penting digunakan pada

pembelajaran untuk transfer memori jangka panjang. Proses mengingat, menaruh

perhatian pada kode simbolik, di mana pebelajar mengorganisasi perilaku yang

ditampilkan selama pemodelan melalui simbol-simbol yang tersimpan dan

mendapatkan kembali perilaku-perilaku tersebut. Proses mereproduksi dan

motivasi dalam BMT sebagai praktek keterampilan yang sudah dipelajari melalui

pemodelan dan mengaplikasikannya setelah pelatihan. Praktek dalam BMT sebagai

latihan perilaku atau praktek keterampilan, termasuk adanya umpan balik dari

peserta pelatihan yang lain dan pelatih, yang memberikan tidak hanya fungsi

koreksi ketika peserta pelatihan gagal untuk menggunakan perilaku secara tepat,

tetapi juga sebagai fungsi motivasi yang secara langsung sebagai penguatan sosial.

Dalam pelatihan melalui BMT ini, ada 6 dasar pembelajaran yang dapat

diajarkan meliputi: (1) attitude baru, (2) keterampilan psikomotorik, (3)

keterampilan sosial (4) keterampilan verbal, (5) keterampilan kognitif, 6)

keterampilan mengingat materi faktual ( Decker & Nathan, 1985). BMT memiliki

tuntunan behavior yang jelas, tidak hanya secara teoritik, tentang tugas-tugas yang

Page 35: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

34

perlu dipelajari. Ada bukti bahwa jika behavior dapat berubah, ada kemungkinan

bahwa attitude yang baru tersebut akan berkembang konsisten dengan behavior

yang baru. Perilaku baru yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini adalah

perilaku caring guru SD yang tampak dari sikap sebagai seorang guru yang

memahami kebutuhan siswa, mampu berkomunikasi yang baik dengan siswa,

mamiliki keterampilan sosial, dan sikap penuh kasih sayang.

Berikut ini gambar model pelatihan yang digunakan untuk mengubah

perilaku, antara model tradisional dan model yang telah direvisi dengan

menggunakan BMT.

Page 36: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

35

Traditional Model

Att

Revised Model

A

Gambar 2.2 Traditional & Revised Training Model

Gambar di atas menunjukkan bahwa behavior modeling training mampu

mengubah perilaku seseorang sesuai tuntutan perilaku yang diinginkan melalui

modeling, role playing, dan social reinforcement. Bagi orang dewasa, belajar yang

tepat bagi mereka adalah dengan mengobservasi orang lain (modeling). Modeling

adalah metode untuk menghasilkan perilaku baru (Gazda, 1989), atau prosedur

dengan cara orang dapat belajar perilaku yang diharapkan melalui pengamatan

terhadap perilaku orang lain (Cormier dan Cormier, 1985). Dari studi pustaka yang

Attitude Behavior

Change Attitude No Behavior Change

Other conflicting attitudes

or pressures of reality

prevent attitude change or

block behavior change

Attitude Behavior

Modeling +Role

Playing +Social

Reinforcement

Behavior Change

Attitude change to be

consistent with

behavior change

Page 37: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

36

dikaji ditemukan enam jenis modeling yang sering digunakan, yaitu: 1) Modeling

langsung, mengajarkan perilaku yang dikehendaki dengan contoh langsung dari

trainer atau teman sebaya. 2) Modeling simbolis, trainer mengajarkan perilaku baru

dengan menyajikan model buatan. Misalnya, bahan-bahan tertulis, rekaman audio

atau video, film atau slide. 3) Modeling diri sendiri sebagai model, trainee

membayangkan melihat dirinya sendiri sebagai model yang melakukan perilaku

yang menjadi tujuan. 4) Modeling partisipan, trainee mendemonstrasikan model

melalui latihan yang dipimpin trainer. 5) Modeling tertutup, trainee membayangkan

seseorang melakukan tingkah laku yang diinginkan. 6) Modeling kognitif, trainee

menunjukkan apa yang akan dikatakan pada diri sendiri selagi melakukan suatu

tugas. Modeling ini biasanya dikombinasikan dengan self instruction atau self talk

(Betz; 1992, Abimanyu dan Marinhu; 1996).

Dalam bidang pendidikan dan psikologi ditemukan bahwa teknik-teknik

modeling dan persuasi verbal terbukti efektif digunakan untuk mengintervensi rasa

keberhasilan dan kurangnya dalam bidang studi matematika, dan kecemasan

menghadapi ujian matematika (Eggen dan Kauhack; 1997). Modeling dalam

penelitian ini untuk meningkatkan caring dengan asumsi mengamati perilaku orang

lain yang memiliki perilaku caring sebagai guru disertai pemberian informasi

tentang bagaimana kesuksesan itu diperoleh akan memunculkan harapan dan akan

memotivasi seseorang untuk berbuat hal yang sama (Eggen dan Kauhack; 1997).

Page 38: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

37

Ada beberapa karakteristik model yang dapat meningkatkan perilaku orang

yang mengamati model, antara lain: 1) model dapat memberikan reward yang tinggi

bagi pengamat, 2) perilaku yang diamati didemonstrasikan oleh model yang

memiliki kompetensi atau otoritas di mata observer, 3) model memiliki kesamaan

dengan klien (Rose: 1989). Karakteristik lainnya adalah model memiliki persamaan

dengan orang yang melakukan pengamatan dalam hal jenis kelamin, suku, dan

sikap, serta memiliki prestasi dan status yang tinggi, kompeten dan menyenangkan

(Corey: 1995). Model yang efektif bersumber dari anggota kelompok, tamu yang

diundang, self modeling, dan individu yang terkenal di luar kelompok (Rose: 1989).

Dalam hal peningkatan caring, modeling yang digunakan adalah modeling

simbolik yang menggunakan video dikombinasi dengan model kognitif. Oleh

karena itu, modeling dalam peningkatan caring dikembangkan dengan

mempertimbangkan unsur-unsur esensial modeling simbolik yang dikemukakan

oleh Cormier dan Cormier (1985), yaitu: 1) ada kesamaan sifat-sifat pemakai

dengan model yang ditampilkan, 2) tingkah laku model dispesifikasi, 3)

menggunakan media tertulis atau rekaman (audio, video, film, atau slide), 4) ada

skrip yang berisi refleksi isi modeling yang disajikan (instruksi, modeling, latihan,

balikan, dan ringkasan), dan 5) testing lapangan dari model yang telah

dikembangkan. BMT merupakan sarana belajar tidak hanya keterampilan-

keterampilan tertentu yang dibutuhkan untuk dipelajari, tetapi juga sebagai alat

untuk mengajarkan bagaimana cara belajar (Decker & Nathan, 1985).

Page 39: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

38

E. Tinjauan Teoritis Behavior Modeling Training dengan Caring

BMT memiliki tuntunan behavior yang jelas, tidak hanya secara teoritik

tentang tugas-tugas yang perlu dipelajari. Ada bukti bahwa jika behavior dapat

berubah, ada kemungkinan bahwa attitude yang baru tersebut akan berkembang

konsisten dengan behavior yang baru. Seseorang dapat belajar perilaku dari BMT,

mereka harus mengobservasi apa yang sedang dilakukan model, mengingat apa

yang telah model lakukan, melakukan apa yang telah model lakukan, dan pada saat

yang tepat, mampu melakukan apa yang sudah dipelajari (Decker & Nathan: 1985)

SLT kemudian dikembangkan menjadi training process pada tahun 1970 (Sorcher

and Goldstein: 1972) untuk keterampilan individu dalam menangani permasalahan

interpersonal.

Metode BMT dapat diterapkan pada berbagai pelatihan keterampilan

interpersonal, pendukung penelitian eksperimen yang berkaitan dengan

keterampilan-keterampilan supervisi, keterampilan kognitif dan sosial untuk siswa

sekolah menengah, keterampilan mengajar, writing instruction dan assertiveness.

Behavior Modeling Training juga sangat efektif digunakan untuk pelatihan

interpersonal skills atau ‘soft skills (Fry and Bonner, 2001). Secara konsep

psikologi aspek-aspek BMT mengacu pada prinsip imitation, practice, and

reinforcement. Mengacu pada teori di atas, maka BMT ini akan diterapkan bagi

guru laki-laki dan guru perempuan di SD.

Penelitian yang dilakukan oleh Miller & Anderson (2009), Modeling and

measuring caring behaviors among nursing education faculty menunjukkan bahwa

modeling merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan caring. Dalam penelitian

Page 40: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

39

ini dijelaskan bahwa instruktur perawat sering menunjukkan bagaimana cara

mendemonstrasikan perilaku caring dengan cara mempraktekkan perilaku caring

melalui diri mereka sendiri. Modeling menjadi salah satu cara yang terbanyak

digunakan dalam pendidikan perilaku yang berfokus pada pengajaran caring.

Page 41: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang bagaimana masalah didekati dan dipecahkan.

Oleh karena itu, bagian ini menyajikan metode penelitian, terdiri dari rancangan

penelitian, populasi dan subyek, intrumen penelitian, pengumpulan dan analisis

data.

A. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan

rancangan true experiment. Pemilihan desain penelitian eksperimen ini berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut: (1) rancangan ini merupakan rancangan yang paling

tepat di antara jenis-jenis eksperimen lainnya dan dapat diaplikasikan dalam

penelitian-penelitian pendidikan dan psikologi (2) merupakan desain yang tepat

untuk menguji hipotesis penelitian, dan (3) desain dapat memberikan pengendalian

yang memadai sehingga variabel bebas dapat dinilai.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-

postest design with control group. Ciri utama rancangan ini adalah: (1)

penempatan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random, (2)

kelompok eksperimen diberikan perlakuan (pelatihan caring dengan behavior

modeling training), sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, (3)

sebelum dan sesudah diberi perlakuan, kelompok diberi pretest dan posttest.

Secara garis besar tentang desain eksperimen yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 42: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

41

Gambar 3.1. Rancangan eksperimen dengan pretest-posttest design with

control group (Sumber: Tuckman, 1999).

Keterangan:

R = Penempatan subjek ke dalam kelompok secara random

Assignment.

X = Perlakuan

O1 = tes awal sebelum diberikan perlakuan pada kelompok

eksperimen

O2 = tes akhir sesudah subjek diberi perlakuan pada kelompok

eksperimen

O3 = tes awal tanpa perlakuan kelompok kontrol (melakukan

aktifitas rutin KKG)

O4 = tes akhir tanpa perlakuan pada kelompok control (melakukan

aktifitas rutin KKG)

= tanpa perlakuan

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa penempatan subjek dalam kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dipilih secara random dan diberikan tes awal. Kegiatan

selanjutnya adalah pemberian perlakuan behavior modeling training pada

kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan.

Kelompok kontrol tetap melakukan kegiatan rutin KKG dengan mengikuti kegiatan

pembinaan guru SD dari pengawas pendidikan, kegiatan penyusunan LKS, RPP,

silabus pembelajaran, dan studi banding. Kelompok kontrol tidak menerima

pelatihan caring sebagaimana yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

R O1 X O2

R O3 O4

Page 43: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

42

Tahapan penelitian adalah sebagai berikut:

a) Ujicoba instrumen untuk menguji bobot butir, analisis faktor, validitas dan

reliabilitas skala pengukuran.

b) Menentukan subjek penelitian yang terdiri kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol.

c) Melakukan tes awal kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

d) Memberikan pelatihan caring pada kelompok eksperimen.

e) Melakukan tes akhir pada kedua kelompok dengan alat tes yang sama pada tes

awal.

Variabel-variabel penelitian ini meliputi:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel perlakuan merupakan variabel yang diperkirakan

mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas tersebut adalah penerapan

pelatihan caring melalui behavior modeling training.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan

akibat dari variabel bebas (Tuckman, 1999). Hasil pelatihan yang diukur setelah

perlakukan sebagai variabel bebas dipilah menjadi tiga yaitu knowing, courage

dan patience guru.

B. Subyek Penelitian

Populasi penelitian ini sejumlah 67 guru kelas awal (1-3) SD di KKG gugus

06 di Sidoarjo. Alasan yang menjadi pertimbangan peneliti untuk memilih guru

kelas awal di SD KKG gugus 06 Sidoarjo menjadi subyek penelitian, yaitu:

Page 44: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

43

1. Sesuai dengan tujuan penelitian untuk meningkatkan caring dalam

pembelajaran, maka pemilihan guru SD tepat karena guru SD adalah individu

guru yang menapaki dunia pendidikan dalam pembelajaran jenjang pendidikan

dasar pada kelas awal yang sangat membutuhkan perhatian dan pemahaman

guru. Guru SD kelas awal juga merupakan guru kelas yang sehari-hari

mengahadapi siswa yang sama sehingga guru tersebut tahu perkembangan

peserta didiknya.

2. Teknik penentuan sampel atau subyek penelitian yang digunakan adalah

random sampling. Penentuan jumlah sampel yang tepat dari populasi dilakukan

menggunakan tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michel (Sugiyono,

2009) yang menentukan sampel didasarkan pada taraf kepercayaan 1%, 5% ,

10%. Dari jumlah populasi 67 guru ditentukan jumlah sampel 54 guru.

Penentuan subjek penelitian dilakukan random dengan cara undian sampai

terpenuhi 54 subjek penelitian yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Teknik

random digunakan karena pengujian desain eksperimen mensyaratkan

sekurang-kurangnya subyek diambil secara random.

Gambar 3.2 Penarikan subjek untuk pengujian penelitian

Subjek Total (67) guru

Subjek penelitian (54) guru

Kelompok Kontrol 27

guru

Kelompok eksperimen 27

guru

Page 45: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

44

Untuk mendapatkan subjek kelompok eksperimen dan kontrol

menggunakan teknik sistematik sampling untuk mendapatkan anggota kelompok

yang memiliki kemiripan kemampuan awal dengan tes yang diadopsi dari caring

ability inventory NKongho.

Langkah-langkah dalam penarikan subjek adalah sebagai berikut:

1. Memberikan skala caring (SC) sebelum pelatihan kepada 67 guru SD.

2. Membuat rangking skor SC, berdasar perangkingan skor maka kelompok yang

setara ditetapkan sebagai subjek. Dari subjek yang diterpilih diambil secara

acak sehingga memenuhi jumlah masing-masing kelompok sebanyak 27 orang.

C. Instrumen Penelitian

Ada dua jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu SC dan

stimulan bahan pelatihan.

1. Skala Caring (SC)

Untuk mengukur variabel kompetensi caring guru SD digunakan SC

berdasar variabel caring. Penyusunan skala dilakukan dengan tahapan:

a. Pengembangan kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi SC didasarkan variabel caring meliputi: knowing, courage,

dan patience. SC dikembangkan dalam bentuk rating scale 1-4 untuk

mengukur knowing, courage, dan patience guru SD. Skala yang disusun

dilanjutkan dengan uji coba kepada guru SD. Selanjutnya dilakukan uji

validitas konstruk berupa aspek dan indikator yang hendak diukur, redaksi

butir pertanyaan, keefektifan kalimat dan format yang digunakan. Untuk

melihat apakah pertanyaan dalam skala dapat dimengerti, telah

Page 46: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

45

menggambarkan apa yang dirasakan, dialami dan dihadapi guru di sekolah

maka dilakukan uji keterbacaan instrumen kepada guru. Kisi-kisi sebelum

uji coba dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Skala caring sebelum uji coba

NO Indikator Sub Indikator Butir Jumlah

1 Knowing 1. Mampu

mengekspresikan

perasaan kepada siswa

dengan cara yang

hangat

2. Meluangkan waktu

untuk mengenal siswa

dengan baik

1,4,8,9, 12,

2,3,5,

6,7,10,11,13,14

13

2 Courage 1. Berani mengatakan

apa yang diinginkan

2. Berani berbicara

dengan orang lain

3. Berani menanggung

resiko

16, ,20, 25,26

22, 23,24,25,

15, 17, 18,19

13

3 Patience 1. Percaya belajar butuh

waktu

2. Menyayangi dan

Mendukung orang lain

untuk maju

3. Mengagumi sikap

tenang

27,30,31,34,35,37

28, 29,32,

33, 36

11

Jumlah 37

b. Penentuan Skor

Untuk menentukan skor, peneliti menggunakan skala Likert dengan

pernyataan yang jawabannya bersifat tertutup. Bentuk skala Likert

menggunakan 4 alternatif jawaban. Jawaban dengan 4 alternatif pilihan ini

bertujuan untuk menghindari jawaban yang semu dengan banyaknya pilihan

jawaban yang dianggap aman sebagaimana kecenderungan yang terjadi

Page 47: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

46

dalam penelitian dengan Likert skala ganjil. Pilihan 4 jawaban yang

digunakan pada penelitian ini yaitu: STS (sangat tidak setuju), TS (tidak

setuju), Setuju (S), SS (sangat setuju). Untuk pernyataan positif pada

jawaban yang sangat sesuai diberikan bobot nilai 4, sesuai diberikan bobot

3, kurang sesuai 2, sangat tidak sesuai diberikan bobot nilai 1. Sedangkan

untuk pernyataan negatif pada jawaban sangat sesuai diberikan bobot nilai

1, sesuai diberikan bobot 2, tidak sesuai diberi bobot 3, dan sangat tidak

sesuai diberikan bobot 4.

c. Uji Coba Instrumen Pengumpulan data

Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum digunakan dalam

penelitian untuk mengukur tingkat validitas dan releabilitas instrument.

Hasil rakitan butir-butir SC diujicobakan dan dilakukan pengujian skala

menggunakan (1) validitas dan reliabilitas, dan (2) analisis faktor.

2. Uji Validasi

Uji validasi digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur

mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian

validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan

skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi kuesioner (Budi:

247). Untuk menguji validitas menggunakan SPSS versi 20.0, untuk

mengetahui validitas tiap butir dengan cara membandingkan hasil nilai

Corrected Item–Total Correlation dengan nilai r tabel yaitu 0.2353 dengan

sampel 50 responden. Nilai R tabel didapatkan dari df = n-2 = 50-2 = 48, dengan

jumlah sampel 48 dan alfa 0.05, maka nilai R tabel adalah 0,2353. Jika nilai

Page 48: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

47

Corrected Item – Total Correlation > 0,2353 maka butir pernyataan tersebut

dinyatakan valid dapat dilihat pada lampiran 1.

Tabel 3.2 Jumlah Responden Masing – masing Sub Variabel

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

3. Uji Reliability

Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan

hasil pengukuran suatu instrument apabila instrument tersebut digunakan lagi

sebagai alat ukur suatu obyek atau responden (Budi: 248). Pengujian reliabilitas

perangkat instrument dalam penelitian dengan cara membandingkan nilai Alpha

Cronbach’s lebih besar dari syarat minimum 0.6. Tabel 3.3 berikut

menunjukkan uji reliabilitas masing – masing dimensi dengan pengolahan data

menggunakan SPSS versi 20.0.

Tabel 3.3 Uji Reliability

Cronbach's Alpha N of Items

.921 26

4. Analisa Faktor / Validasi Konstruk

4.1. Nilai KMO

Analisa faktor dilakukan untuk mengidentifikasi atau menetapkan

Page 49: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

48

kesatuan sifat-sifat yang mendasari suatu tes atau pengukuran. Pengujian

dengan analisa faktor adalah menilai variabel mana yang dianggap layak untuk

dimasukkan dalam analisis selanjutnya.

Untuk mengetahui variabel mana saja yang layak untuk dimasukkan

dalam analisis lanjut dapat diketahui dari nilai KMO dan Bartlett test. Suatu

variabel dianggap layak jika nilai KMO MSA lebih dari 0.5, maka proses

analisis dapat dilanjutkan. Proses selanjutnya adalah menentukan variabel mana

yang layak digunakan dalam analisis lanjutan, maka dapat dilihat pada tabel

Anti – Image Matrix dengan membandingkan nilai MSA > 0.5. Jika terdapat

variabel yang nilai MSA-nya kurang dari 0.5 maka variabel tersebut harus

dikeluarkan. Hasil perhitungan analisa faktor dapat dilihat pada tabel di bawah

berikut ini :

Tabel 3.4 Nilai uji KMO

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .669

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 843.626

Df 325

Sig. .000

Dari tabel tersebut diatas, terlihat bahwa nilai Kaiser – Meyer – Olkin Measure

of Sampling Adequate (MSA) lebih besar dai 0.5, sehingga dapat dilakukan

proses analisis selanjutnya dapat dilanjutkan.

4.2. Nilai Comunalities

Proses selanjutnya untuk mengetahui nilai comunalities, yang

merupakan jumlah varians (bisa dalam persentase) dari suatu variabel mula-

Page 50: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

49

mula yang dijelaskan oleh faktor yang ada. Nilai comunalities merupakan hasil

dari analisa faktor. Misalkan berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk sub butir

1, pada extraction didapatkan angka 0.618. Hal ini berarti sekitar 61.8 %

varians dari sub butir 1 bisa dijelasakan oleh faktor yang terbentuk.

Tabel 3.5 Nilai Communalities

Butir Initial Extraction Butir Initial Extraction

Butir 1 1.000 .646 Butir 17 1.000 .617

Butir 2 1.000 .329 Butir 18 1.000 .300

Butir 3 1.000 .520 Butir 21 1.000 .528

Butir 4 1.000 .583 Butir 22 1.000 .640

Butir 5 1.000 .541 Butir 23 1.000 .295

Butir 6 1.000 .510 Butir 25 1.000 .676

Butir 7 1.000 .421 Butir 27 1.000 .586

Butir 8 1.000 .854 Butir 29 1.000 .328

Butir 9 1.000 .706 Butir 31 1.000 .508

Butir 11 1.000 .426 Butir 32 1.000 .505

Butir 12 1.000 .525 Butir 35 1.000 .464

Butir 13 1.000 .547 Butir 36 1.000 .568

Butir 15 1.000 .823 Butir 37 1.000 .472

Extraction Method: Principal Component Analysis.

4.3. Nilai Matrix Anti Image

Proses selanjutnya adalah melihat hasil pengujian analisa faktor pada tabel

Anti Image Matrix, untuk menentukan variabel mana saja yang layak digunakan

dalam analisis lanjutan. Hal ini untuk mengetahui variabel yang layak ditunjukkan

dengan huruf “a”. Nilai “a” merupakan nilai measure sampling adequacy (MSA).

Variabel yang layak untuk dilakukan analisa lanjutan jika nilai MSA – nya lebih

Page 51: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

50

besar dari 0.5. Data untuk tabel anti image selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

06, yang menunjukkan semua nilai MSA – nya > 0.5.

4.4 Nilai Total Variance Explained

Proses selanjutnya adalah mencari nilai total variance explained yang

bertujuan untuk mendapatkan jumlah faktor. Pada tabel 3.5 untuk nilai total

variance explained terdapat 26 variabel (component) yang dimasukkan dalam

analisis faktor. Masing-masing variabel mempunyai varians 1, maka total varians

adalah 26 x 1 = 26. Dari ke-26 variabel tersebut diekstrak menjadi 3 faktor.

Eigenvalues menunjukkan kepentingan relative masing-masing faktor dalam

menghitung varians ke – 26 variabel yang dianalisis. Susunan nilai eigenvalues

disusun dan diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil dengan kriteria bahwa

angka eigenvalues di bawah 1 tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor

yang terbentuk.

Page 52: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

51

Tabel 3.6 Total Variance Explained

Tabel 3.5 Total Variance Explained

Compon

ent

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 11.473 35.852 35.852 11.473 35.852 35.852 6.950 21.718 21.718

2 3.657 11.430 47.282 3.657 11.430 47.282 6.582 20.569 42.287

3 2.660 8.312 55.593 2.660 8.312 55.593 4.258 13.306 55.593

4 1.779 5.561 61.154

5 1.604 5.014 66.168

6 1.219 3.810 69.978

7 1.176 3.674 73.652

8 1.102 3.444 77.096

9 .916 2.863 79.959

10 .773 2.415 82.374

11 .750 2.342 84.716

12 .695 2.170 86.887

13 .601 1.878 88.765

14 .545 1.703 90.468

15 .483 1.510 91.978

16 .410 1.280 93.258

17 .364 1.139 94.397

18 .299 .936 95.333

19 .243 .761 96.094

20 .213 .667 96.761

21 .204 .637 97.398

22 .166 .519 97.917

23 .153 .478 98.395

24 .118 .369 98.764

25 .094 .294 99.058

26 .078 .243 99.301

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Page 53: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

52

4.5. Gambar Scree Plot

Pada gambar Scree Plot di bawah ini menjelaskan dasar jumlah faktor yang

didapat dengan grafik.

Gambar 3.3 Gambar Scree Plot

Terlihat pada angka 1 ke angka 2 arah garis menurun dengan tajam

Kemudian angka 3 ke angka 4 mengalami penurunan namun dengan slope yang

lebih kecil. Pada component number, pada angka 3 sudah dibawah angka 1 dari

sumbu Y (eigenvalues). Hal ini menunjukkan bahwa 3 (tiga) faktor adalah paling

bagus untuk meringkas ke-26 (dua puluh enam) variabel tersebut.

Page 54: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

53

4.6. Nilai Rotated Matrix

Component Matrixa

Component

1 2 3 1 2 3

Butir 1 .601 .235 -.479 Butir 19 .716 .123 .008

Butir 2 .566 .091 -.016 Butir 21 .660 -.263 -.369

Butir 3 .274 .613 .263 Butir 23 .492 .226 .052

Butir 4 .663 .104 .365 Butir 24 .735 .144 -.340

Butir 5 .321 .643 .160 Butir 25 .643 -.405 -.090

Butir 6 .675 -.208 -.106 Butir 26 .378 -.132 .409

Butir 7 .641 -.002 .104 Butir 27 .417 -.439 .376

Butir 8 .815 -.010 -.436 Butir 28 .683 -.151 .124

Butir 9 .596 .496 -.324 Butir 29 .644 -.218 .042

Butir 10 .366 .459 .285 Butir 30 .654 -.158 .339

Butir 11 .472 .545 -.069 Butir 31 .607 -.236 .219

Butir 13 .601 -.012 .430 Butir 32 .729 -.342 .105

Butir 14 .799 .210 -.376 Butir 33 .734 .170 -.405

Butir 15 .705 .372 .059 Butir 34 .615 -.514 -.144

Butir 16 .303 .430 .583 Butir 35 .619 -.435 .144

Butir 17 .304 .268 .368 Butir 36 .529 -.528 .163

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 3 components extracted.

Page 55: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

54

4.7. Nilai Component Transformation Matrix

Rotated Component Matrixa

Component

1 2 3 1 2 3

Butir1 .062 .795 .097 Butir19 .400 .500 .344

Butir2 .311 .409 .254 Butir21 .462 .628 -.179

Butir3 -.106 .154 .696 Butir23 .203 .347 .366

Butir4 .516 .208 .523 Butir24 .263 .763 .160

Butir5 -.135 .265 .673 Butir25 .650 .384 -.123

Butir6 .539 .467 .022 Butir26 .495 -.072 .279

Butir7 .467 .350 .284 Butir27 .703 -.101 .050

Butir8 .377 .844 .018 Butir28 .598 .326 .202

Butir9 -.047 .750 .376 Butir29 .583 .340 .092

Butir10 .061 .159 .630 Butir30 .667 .153 .314

Butir11 -.061 .501 .519 Butir31 .639 .187 .170

Butir13 .575 .091 .456 Butir32 .743 .321 .068

Butir14 .249 .847 .208 Butir33 .221 .814 .139

Butir15 .254 .521 .551 Butir34 .680 .376 -.244

Butir16 .155 -.100 .764 Butir35 .745 .196 -.015

Butir17 .175 .011 .518 Butir36 .752 .099 -.102

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 7 iterations.

Component Transformation Matrix

Component 1 2 3

1 .664 .661 .349

2 -.638 .257 .726

3 .390 -.704 .593

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

Page 56: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

55

4.8. Hasil

Hasil setelah analisis faktor tergambar pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Kisi-kisi Skala Caring setelah uji coba

NO Sub Variabel Indikator Butir Jumlah

1 Knowing 1. Mengetahui kelebihan dan

kelemahan siswa

2. Mengetahui dan memahami

diri sendiri

3. Menerima siswa apa adanya

6, 12, 23, 32, 37

1, 3, 4, 5, 7

15, 25, 27, 35, 36

15

2 Courage 4. Berani mengatakan apa yang

diinginkan

5. Berani menanggung resiko

2, 8, 9, 13, 17

18, 21

7

3 Patience 6. Percaya, belajar butuh waktu

7. Menyayangi dan Mendukung

siswa untuk maju

11, 31

22, 29

4

Jumlah 26

D. Pengembangan Bahan Perlakuan Pelatihan

Bahan perlakuan pelatihan untuk peserta dalam bentuk buku disusun

peneliti sebelum proses eksperimen dilakukan. Panduan pelatihan dikembangkan

dengan pola pengembangan mengadaptasi model pengembangan pendidikan (Joni,

1985) dengan menambahkan uji ahli sebelum produk akhir. Alur pengembangan

panduan perlakuan adalah: identifikasi masalah, identifikasi tujuan, menyusun

perangkat materi pelatihan, penstrukturan administrasi pelatihan, uji ahli dan

produk akhir.

Page 57: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

56

1. Identifikasi masalah

Kegiatan identifikasi masalah meliputi survey pustaka untuk mengidentifikasi

dan mengklasifikasi bahan dan model pelatihan caring yang diperlukan.

2. Identifikasi tujuan

Kegiatan identifikasi tujuan meliputi perumusan tujuan-tujuan pelatihan

berdasar pada permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi dan

terklasifikasi dalam tahap identifikasi masalah. Tujuan yang ingin dicapai

melalui pelatihan BMT ini adalah meningkatnya caring guru SD yang dapat

diidentifikasi dari sikap dan perilaku care guru terhadap siswa pada saat

pembelajaran maupun di luar kelas.

3. Penyusunan perangkat pelatihan

Kegiatan penyusunan perangkat pelatihan meliputi penyusunan panduan dan

media penunjang pelatihan. Buku panduan terdiri dari: tujuan, materi, dan

skenario pelatihan. Skenario pelatihan berisi sesi pelatihan yang dilakukan,

prosedur pelaksanaan pelatihan dan media-media, lembar kerja dan perangkat

lain yang digunakan dalam pelatihan.

Media-media pelatihan yang dikembangkan untuk pelatihan adalah:

a. Materi pelatihan sebagai bahan informasi yang diberikan kepada peserta

untuk memahami konsep caring

b. Lembar kerja untuk kegiatan pelatihan dan kerja kelompok

c. Film pelatihan caring yang diambil dari 3 judul film dan sudah melalui

proses penyuntingan. Film tersebut adalah: The Ron Clark Story, Mr.

Holland Opus, dan Taare Zameen Paar. Film tersebut diorganisasi dalam

Page 58: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

57

delapan sesi pelatihan sesuai dengan tema pelatihan yaitu; bentuk-bentuk

sikap caring, caring dalam pembelajaran, memahami siswa, memiliki

sikap tulus dan terbuka, sabar dan tenang, saling mendukung dan

menyayangi, dan menumbuhkan sikap mandiri.

4. Uji ahli dimaksudkan untuk menilai bentuk dan isi panduan sebagai bahan

perlakuan penelitian ini. Di samping penilaian kelayakan oleh ketiga dosen

pembimbing, juga dilibatkan 3 ahli. Untuk menilai kelayakan bahan dan

panduan pelatihan, ahli yang dilibatkan adalah (1) Dr. Lena Nesyana Panjaitan,

M.Ed. (ahli Psikologi Pendidikan), (2) Dr. IM. Hambali (ahli Bimbingan dan

Konseling), (3) Evi Febriana, M. Med.Kom. (ahli media komunikasi). Kriteria

keahlian adalah latar belakang pendidikan (jenjang S2/S3), bidang profesi yang

ditekuni (mengajar, melatih, membimbing penulisan karya ilmiah, dan

melakukan praktik dan penelitian sesuai dengan latar keahliannya). Penentuan

ahli dilakukan dengan membaca curriculum vitae.

Uji coba dilakukan dengan cara memberikan angket penilaian kepada ahli

yang meliputi content caring, prosedur pelatihan, dan media yang digunakan,

kemudian diikuti dengan wawancara. Angket penilaian berbentuk skala (1-2-3-4).

Hasil uji coba yang digunakan sebagai masukan untuk perbaikan panduan. Bila

aspek-aspek yang dinilai mendapat skor 3 atau 4, maka aspek itu dinilai akurat dan

tidak perlu diperbaiki, tetapi jika aspek yang dinilai mendapatkan skor 1 atau 2,

maka aspek tersebut tidak akurat dan perlu diperbaiki. Untuk itu, ditindaklanjuti

dengan wawancara terhadap penilai untuk mendapatkan masukan yang lebih jelas

dan lebih akurat.

Page 59: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

58

Indikator setiap aspek diuraikan sebagai berikut, a) aspek kegunaan berupa

manfaat perlakuan terhadap guru pada dimensi knowing, courage, dan patience b)

aspek kelayakan berupa kepraktisan prosedur, kemudahan pelaksanaan pelatihan

dan keefektifan perlakuan dibanding dengan biaya dan waktu yang digunakan.c)

aspek ketepatan mengacu pada seberapa besar panduan yang digunakan dapat

memenuhi kebutuhan guru dalam meningkatkan caring.

Berikut dikemukakan rangkuman masukan yang diperoleh dari validasi

tersebut dan respon yang dilakukan terhadap masukan tersebut, sebagai berikut:

a. Materi caring pada aspek menumbuhkan sikap mandiri masih belum sesuai

karena isinya lebih menitikberatkan pada menumbuhkan sikap mandiri siswa,

padahal yang dilatih sebagai sasaran penelitian adalah guru.

b. Prosedur pelatihan harus disesuaikan dengan langkah-langkah behavior

modeling training. Masukan ini ditindaklanjuti dengan melakukan kajian ulang

terhadap prosedur pelatihan yang sudah dibuat sesuai dengan sintak BMT.

c. Model yang akan ditampilkan pada pelaksanaan modeling harus disesuaikan

dengan tujuan pelatihan, yang menggambarkan model kredibel sebagai sosok

guru yang memiliki sikap sebagaimana tema-tema dalam pelatihan. Masukan

ini dijadikan sebagai salah satu kriteria utama pemilihan film yang sesuai yang

akan ditampilkan pada pelaksanaan modeling.

d. Film yang akan dipakai sebagai modeling perlu diperhatikan alokasi waktu

tayangnya, sehingga pelatihan akan efektif dan peserta tidak merasa bosan.

Masukan ini ditindaklanjuti dengan memperhatikan durasi film yang akan

dijadikan modeling pelatihan.

Page 60: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

59

e. Film yang akan digunakan dalam modeling tidak perlu berganti-ganti judul film,

karena konsistensi model yang digunakan dalam pelatihan akan menambah

kuatnya proses retention peserta, sehingga model yang digunakan akan tetap

diingat. Masukan ini ditindaklanjuti dengan mengurangi judul film dan model

yang dipakai pada pelatihan.

f. Frekwensi penayangan film sebaiknya tidak hanya 1 kali tayang.

Ditindaklanjuti dengan penayangan film 2 kali pada setiap sesi pelatihan untuk

menguatkan modeling, sehingga dalam proses retention peserta akan lebih

mudah mengingat model yang ditampilkan.

E. Produk Akhir

Produk akhir dari pengembangan bahan perlakuan adalah naskah tertulis

berupa prosedur pelatihan, materi pelatihan sebagai bahan bibliolearning, dan

media-media penunjang hasil revisi pasca uji coba. Produk hasil revisi inilah yang

dinyatakan layak untuk menjadi bahan perlakuan. Oleh karenanya, diadakan

penggandaan prosedur pelatihan, bahan pelatihan, dan media penunjang yang telah

direvisi untuk dijadikan bahan perlakuan dalam pelaksanaan pelatihan.

Prosedur pelatihan disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1)

pengantar, (2) tujuan pelatihan, (3) skenario pelatihan, (4) orientasi pelatihan, (5)

petunjuk sistematika pelatihan, berisi rinci kegiatan operasional setiap sesi

kegiatan. Setiap petunjuk berisi disusun dengan sistematika tujuan perlakuan,

pelaksanaan pelatihan dengan sesi-sesi kegiatannya, dan refleksi pelatihan. Dalam

Page 61: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

60

setiap sesi kegiatan BMT tergambar tugas pelatih dan peserta, mekanisme, media

penunjang.

Media penunjang yang telah dikembangkan untuk pelaksanaan pelatihan

adalah:

1. Bahan informasi untuk kegiatan pelatihan caring berupa modeling dari film dan

disesuaikan dengan perilaku yang akan dilatihkan.

2. Bahan bacaan untuk membantu peserta memahami konsep caring dalam

pembelajaran.

3. Lembar kerja untuk kegiatan latihan sesuai dengan kebutuhan sesi pelatihan.

4. Lembar observasi pengamatan perilaku pada kegiatan role playing saat

pelatihan.

5. Daftar pertanyaan kunci untuk bahan diskusi kelompok yang akan digunakan

dalam mencermati pelaksanaan dan hasil kegiatan pelatihan.

6. Lembar observasi pengamatan perilaku yang dilakukan peneliti pada saat

transfer of training di sekolah tempat peserta mengajar.

7. Satu buah Video Compact Disc (VCD) dikembangkan dalam pelaksanaan

modeling. VCD tersebut berisi profil guru yang memiliki sikap tulus dan

terbuka, menumbuhkan sikap mandiri siswa, dan memiliki sikap sabar dan

tenang, memiliki sikap saling mendukung dan menyayangi, serta contoh-contoh

gambar sikap care dan tidak care.

VCD dikembangkan sebagai bahan perlakuan dalam pelaksanaan

modeling. Modeling yang digunakan adalah modeling simbolik (video) dan

modeling kognitif. Oleh karena itu, modeling dalam BMT dikembangkan

Page 62: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

61

dengan mempertimbangkan unsur-unsur modeling simbolik yang dikemukakan

Cramer dan Cramer (1985), seperti yang diuraikan dalam kajian pustaka.

Berikut ini dikemukakan tahap-tahap pengembangan VCD.

(a) Menyiapkan skenario sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

(b) Mengidentifikasi tokoh-tokoh yang akan dijadikan model. Kriteria model

adalah seorang guru yang memiliki sikap caring terhadap siswanya.

Identifikasi tokoh ini dilakukan dengan mengoleksi sejumlah judul film

pendidikan yang menampilkan sosok guru yang memiliki sikap care pada

siswa. Dari proses identifikasi diperoleh tiga buah film yang layak dijadikan

modeling dalam penelitian ini, yaitu: The Ron Clark story, Mr. Holland

Opus, dan Taare Zameen Paar.

(c) Film yang terpilih kemudian disortir melalui beberapa tahap sampai model

yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pelatihan. Alokasi waktu juga

disesuaikan kebutuhan karena tidak mungkin seluruh durasi film

ditayangkan dalam sesi pelatihan. Rata-rata durasi film yang digunakan

sebagai modeling 15-20 menit. Pada saat pelatihan, modeling ditayangkan

dua kali, agar kesan model lebih kuat dalam ingatan peserta.

Page 63: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

62

(d) Melakukan editing (penyelarasan gambar dan suara)

Meskipun VCD yang telah dikembangkan dan dinyatakan layak untuk

dijadikan bahan perlakuan, namun masih ada catatan yang perlu

diperhatikan. Untuk penggunaan VCD ini sebagai bahan perlakuan

penelitian pada masa yang akan datang, mutu suara dan gambar lebih

diperjelas.

G. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Lapangan

a. Pengenalan Lapangan

Kegiatan ini merupakan tahap identifikasi masalah caring guru SD

kelas awal di Sidoarjo pada pertemuan tanggal 11 Maret 2013 dengan

pengurus KKG. Dari hasil identifikasi tersebut disimpulkan bahwa caring

merupakan hal penting bagi guru dalam pembelajaran. Guru ingin belajar

memahami dan mempraktikkan caring agar praktik-praktik pembelajaran

lebih efektif. Dari pertemuan awal dengan pengurus KKG, peneliti diberi

kesempatan untuk hadir dalam pertemuan rutin yang diselenggarakan oleh

KKG.

b. Pemilihan dan penetapan subjek

Berdasarkan hasil musyawarah dengan pengurus KKG dan tes awal

terhadap subjek penelitian yang memenuhi syarat ada 54 orang. Guru yang

ditetapkan sebagai subjek 27 orang sebagai kelompok eksperimen dan 27

orang sebagai kelompok kontrol. Pengelompokan ini dilakukan secara acak

sampai terpenuhinya masing masing kelompok 27 orang.

Page 64: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

63

2. Tahap Pelaksanaan

Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah pelatihan

caring melalui behavior modeling training. Untuk mengefektifkan pelaksanaan

pelatihan, maka peneliti membuat perencanaan kegiatan pelatihan dengan

pengurus KKG tentang waktu, materi pelatihan dan perangkat pelatihan.

a. Penentuan waktu kegiatan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan sesuai waktu

kegiatan rutin KKG, yaitu berdasarkan kesepakatan, penelitian dilaksanakan

pada bulan Nopember 2013.

b. Materi pelatihan. Bahan perlakuan dikembangkan dari aspek-aspek penting

caring. Bahan yang telah disiapkan dikonsultasikan kepada pembimbing dan

dimusyawarahkan dengan guru inti KKG untuk mendapatkan saran-saran

perbaikan.

c. Akomodasi dan perlengkapan pelatihan. Materi perlakuan diberikan kepada

seluruh peserta sebagai panduan dan bahan bacaan pelatihan

d. Peserta pelatihan. Penentuan kelompok eksperimen ditentukan yang berlatar

belakang pendidikan S1 karena guru di KKG gugus 06 sudah S1 serta

persyaratan menjadi guru SD saat ini minimal sudah lulus S1.

e. Pelatih. Peneliti bertindak sebagai pelatih berkolaborasi dengan guru inti

dalam memfasilitasi peserta pada saat tes awal dan tes akhir, dalam

pembentukan kelompok, penyajian perangkat kerja kelompok, penayangan

film, penyekoran ‘reward’ keaktifan peserta selama pelatihan serta

pengelolaan pelatihan.

Perlakuan dalam penelitian ini diorganisasi dalam 11 sesi kegiatan. Tes

Page 65: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

64

awal dilakukan pada pertemuan KKG terhadap 67 guru. Perlakuan terhadap

kelompok eksperimen dilakukan di gedung SDN Cemengkalang sesuai jadwal,

sedang kelompok kontrol tetap melakukan kegiatan rutin bersama KKG. Jadwal

pelatihan dapat dilihat pada lampiran 21.

Page 66: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

65

Tabel 3. 7 Topik Pelatihan

Sesi Topik Tujuan Waktu

1 Tes Awal Mengukur kemampuan awal 60’

2 Orientasi pelatihan Membangun komitmen

belajar

90’

3 Hakekat Caring Mengetahui hakekat caring

dan bentuk-bentuk perilaku

caring

90’

4 Urgensi Caring

dalam

pembelajaran

Pentingnya caring dalam

pembelajaran, dan dampak

yang ditimbulkan jika kelas

tidak terwujud caring

90’

5 Mengenal diri

sendiri

Memahami kekurangan dan

kelebihan diri serta mampu

melakukan instropeksi diri.

120’

6 Memahami siswa Memiliki sikap terbuka dan

mampu memenuhi

kebutuhan siswa

120’

7 Memiliki sikap tulus

dan terbuka

Sikap tulus dan terbuka

terhadap siswa penting bagi

guru

120’

8 Sabar dan tenang Melatih sikap sabar dan

tenang guru dalam

menghadapi atau

menyelesaikan masalah

120’

9 Saling mendukung

dan menyayangi

Mendukung pada setiap hal

yang bernilai positif dan

bermanfaat bagi siswa, serta

menumbuhkan sikap sayang

terhadap siapapun

120’

10 Menumbuhkan

sikap mandiri

Memiliki kemampuan untuk

membangun sikap mandiri

siswa

120’

11 Tes akhir Mengukur kemampuan akhir

caring peserta

90’

3. Tahap akhir

Setelah perlakuan selesai, dilanjutkan tes akhir terhadap kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian diakhiri dengan melakukan

Page 67: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

66

analisis data dan penulisan laporan.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

berikut: (1) memberikan tes caring awal kepada subjek penelitian dengan

menggunakan instrumen caring yang telah dikembangkan, (2) melaksanakan

pelatihan dengan model behavior modeling training kepada kelompok eksperimen,

dan (3) memberikan tes akhir kepada subjek penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) uji persyaratan analisis, 2)

analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian, dan 3) analisis kualitatif untuk

mencermati hasil penelitian.

1. Uji Persyaratan analisis

Untuk uji persyaratan analisis digunakan (1) uji normalitas data, (2) uji

homogenitas menggunakan uji matrixs variance kovarian (Box Test) dan uji

homogenitas varian menggunakan error variance (Levene test). Uji normalitas

data menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Uji homogenitas varian

digunakan untuk melihat homogenitas atau heterogenitas. Jika data sudah

homogen berarti memenuhi syarat untuk pengujian hipotesis. Uji normalitas

dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berasal dari subjek yang

berdistribusi normal.

Keseluruhan uji persyaratan analisis dilakukan dengan SPSS versi 20.0

dengan berpedoman pada kriteria pengambilan keputusan untuk uji

Page 68: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

67

homogenitas adalah: jika nilai statistik Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari

nilai probabilitas > 0,05, maka varian kedua kelompok dianggap sama,

sementara untuk uji normalitas, kriteria penerimaannya adalah: jika nilai

signifikansi atau probabilitas >0,05, maka data dianggap berasal dari populasi

yang mempunyai distribusi normal (Santoso, 2004). Uji homogenitas matriks

kovarian antar kelompok menggunakan metode statistik Box’s M, uji

homogenitas matriks kovarians antar kelompok dilakukan untuk memeriksa

kesamaan matriks kovarian yang terdiri atas variabel perilaku antara kedua

kelompok eksperimen-kontrol.

2. Analisis data kuantitatif

Variabel dependen terdiri atas knowing, courage, dan patience, sehingga

menganalisis pengaruh penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan

pengaruh BMT terhadap caring guru menggunakan metode statistik ANOVA

dan MANOVA. Pemeriksaan asumsi meliputi tiga hal yaitu: (1) uji normalitas

data untuk masing-masing kelompok menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, (2)

uji homogenitas varian antar kelompok menggunakan Levene's Test dan (3) uji

homogenitas matriks kovarian menggunakan uji Box’s M. Ketiga pemeriksaan

asumsi ini menggunakan program SPSS 20.0 for wnidows.

3. Analisis Data Kualitatif

Untuk mencermati data yang diperoleh dari perhitungan statistik, maka

dilakukan analisis kualitatif. Data kualitatif bersumber dari pengumpulan data

sekunder, yakni data dari wawancara dan dari pengamatan selama penelitian.

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan penerapan model

Page 69: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

68

pelatihan dan refleksi pelatihan.

Page 70: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian secara berturut-turut mengenai: (1)

deskripsi pelaksanaan peningkatan caring dengan behavior modeling training (2)

deskripsi data hasil penelitian (3) pengujian asumsi dan (4) pengujian hipotesis

penelitian. Deskripsi hasil penelitian menyangkut bahasan secara deskriptif

terhadap hasil temuan penelitian. Pemeriksaan asumsi akan mencakup uraian

tentang hasil pengujian asumsi pemakaian statistik parametrik. Pengujian hipotesis

dan ringkasan hasil uji hipotesis meliputi paparan hasil uji hipotesis berdasarkan

analisis data penelitian.

A. Deskripsi Pelaksanaan Pelatihan Peningkatan Caring

Penelitian ini melibatkan 54 guru SD kelas awal (1-3) yang terdiri dari

kelompok eksperimen 27 orang dan kelompok kontrol 27 orang. Sebaran subyek

kedua kelompok tersebut memiliki kesetaraan latar belakang pendidikan S1 dan

hasil tes awal. Sebaran subyek penelitian kelompok eksperimen dan kontrol

disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Sebaran subyek penelitian kelompok eksperimen dan kontrol

Guru Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol Jumlah

SD 27 27 54

Page 71: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

70

Sebelum memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, maka

dilakukan pretest caring guru baik untuk kelompok kontrol maupun eksperimen.

Data pretest caring guru terbagi dalam kelompok kontrol (tanpa behavior modeling

training) maupun perlakuan (dengan behavior modeling training). Langkah

selanjutnya dilakukan uji statistik MANOVA dengan tujuan untuk mengetahui

kesetaraan caring guru di kedua kelompok. Tabel 4.2 menunjukkan nilai rata-rata

dan standard deviasi skor pretest knowing pada kelompok kontrol adalah 37,00

dengan standard deviasi 1,44, sedangkan pada kelompok perlakuan mempunyai

rata-rata 36,67 dan standard deviasi 1,52.

Tabel 4.2

Skor Pre-Test Caring Guru

Indikator Kelompok N Rata-rata Std. Deviasi

Knowing Kontrol 27 37,00 1,44

Perlakuan 27 36,67 1,52

Total 54 36,83 1,48

Courage Kontrol 27 17,93 0,92

Perlakuan 27 17,89 0,89

Total 54 17,91 0,90

Patience Kontrol 27 10,26 0,71

Perlakuan 27 10,22 0,75

Total 54 10,24 0,73

Pada courage, di kelompok kontrol mempunyai rata-rata 17,93 dengan

standard deviasi 0,92, sedangkan pada kelompok perlakuan mempunyai rata-rata

17,89 dan standard deviasi 0,89. Deskripsi nilai patience di kelompok kontrol

mempunyai rata-rata 10,26 dengan standard deviasi 0,71, sedangkan pada

kelompok perlakuan mempunyai rata-rata 10,22 dan standard deviasi 0,75.

Page 72: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

71

Berdasarkan nilai rata-rata pada kedua kelompok tampak rata-rata skor pretest

tersebut cukup berimbang dan nilai standard deviasi yang hampir sama. Pada data

pre-test, perbedaan keragaman data yang terbentuk tidak dapat dikatakan

bersumber dari perlakuan BMT karena guru belum diberikan intervensi apapun.

Berdasarkan nilai rata-rata pada kedua kelompok tampak rata-rata skor

pretest tersebut cukup berimbang dan nilai standard deviasi yang hampir sama.

Pada data pre-test, perbedaan keragaman data yang terbentuk tidak dapat dikatakan

bersumber dari perlakuan BMT karena guru belum diberikan intervensi apapun.

Berdasarkan hasil pengukuran awal yang menunjukkan skor rendah pada ketiga

variabel dan sesuai kajian pentingnya peningkatan caring guru SD, maka ditetapkan

pelatihan dengan menerapkan behavior modeling training yang sesuai dengan

karakteristik guru. Struktur dan isi pelatihan caring disusun dengan pendekatan

aktif, eksploratif, praktik, dan reflektif dengan menggunakan sintak behavior

modeling training. Deskripsi ringkas penerapan pelatihan disajikan sebagai berikut:

1. Tes awal. Sesi ini bertujuan mengukur tingkat caring guru sebelum mengikuti

pelatihan. Teknik yang digunakan adalah self assessment dengan

menggunakan instrumen yang diadaptasi dari Caring Ability Inventory

NKongho. Dari hasil isian instrumen, teridentifikasi 54 subyek layak diikutkan

dalam pelatihan dan dipilah menjadi kelompok eksperimen dan kontrol, yang

penetapannya ditetapkan secara acak dengan lotre. Kelompok kontrol adalah

peserta yang mendapat nomer urut ganjil, sedangkan kelompok eksperimen,

peserta dengan nomer urut genap.

Page 73: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

72

2. Orientasi pelatihan. Sesi ini bertujuan untuk membangun keakraban dan

mencairkan suasana dan kebekuan antar peserta dan pelatih, merumuskan

tujuan pelatihan serta membangun komitmen belajar.

Awal berlangsungnya pelatihan ini dimulai dengan sambutan dari ketua

KKG 06 Bapak Asruchin, S.Pd. kemudian dilanjutkan dengan kegiatan

orientasi pelatihan dan kontrak belajar. Orientasi pelatihan dilakukan dengan

suasana yang gembira dan penuh hangat di antara peserta dan pelatih. Pelatih

dan peserta membentuk lingkaran dengan menyanyikan lagu AKU CINTA

ANAK DIDIKKU, untuk membangun keakraban, dilanjutkan dengan bermain

Gambar Diri. Permainan ini bertujuan untuk menghindari kebekuan dan

kekakuan peserta, sehingga seluruh peserta lebur dalam kegiatan dan tidak ada

sekat psikologis antara peserta dan pelatih. Seluruh peserta Permainan Gambar

Diri dimulai dengan mengenal nama, usia, asal kelahiran, hobi, dan status.

Permainan ini bermanfaat untuk saling mengenal diri, membangun kerjasama

dalam pelatihan sekaligus meningkatkan pemahaman pentingnya memahami

diri dan orang lain. Kemudian peserta dibagi dalam kelompok-kelompok

belajar secara acak.

Setelah orientasi pelatihan, suasana awal pelatihan tampak cair dengan

indikator tumbuhnya rasa nyaman di antara peserta, selanjutnya setiap

kelompok menuliskan kontrak belajar yang dijadikan aturan selama sesi-sesi

pelatihan. Kontrak belajar yang disepakati selama pelatihan antara lain: a)

serius tapi santai, b) tepat waktu dan disiplin, c) tidak monoton, d) saling

menghargai antar peserta, e) bersungguh-sungguh sampai pelatihan selesai, f)

Page 74: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

73

saling membantu, g) handphone silent, h) menggunakan bahasa yang santun,

i) tidak boleh makan dalam ruang pelatihan.

Untuk menciptakan kekompakan belajar, setiap kelompok

menciptakan yel-yel motivasi bersama. Yel-yel kelompok dipresentasikan

pada saat konsetrasi belajar mulai menurun. Tema yel-yel masing-masing

kelompok berbeda tetapi tidak lepas dari tema besar pelatihan Caring ini. Yel-

yel kelompok dipresentasikan dengan penuh semangat dan gembira, dengan

tema ‘Guru Tercinta’, Guru Peduli, dan Guru SD OK’. Secara acak, kelompok

yang presentasi melantunkan yel-yel kelompoknya. Untuk mempertahankan

semangat dalam pelatihan dan fokus terhadap materi pelatihan, setiap

kelompok yang berhasil diberikan reward yang dipajang di papan plano oleh

asisten pelatih. Pemberian reward dalam bentuk ‘gelang prestasi’ terbukti

mampu meningkatkan semangat dan konsentrasi peserta hingga akhir kegiatan.

Hal ini membuktikan bahwa pemberian reward dalam pelatihan cukup efektif

untuk membangun semangat dan kondusifitas pelatihan.

Dalam orientasi pelatihan dilakukan eksplorasi pemahaman awal

peserta tentang pengertian caring, pentingnya caring guru dalam

pembelajaran, dan bentuk-bentuk caring guru dalam pembelajaran. Eksplorasi

dilakukan sebagai bentuk apersepsi terhadap topik-topik pelatihan. Dalam

orientasi juga dilakukan penggalian harapan dan hal yang tidak diharapkan

selama pelatihan. Harapan-harapan terhadap pelatihan dari masing-masing

kelompok adalah: 1) caring adalah istilah baru bagi guru, sehingga perlu

dijelaskan secara gamblang agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian, 2)

Page 75: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

74

tugas guru SD cukup berat jadi jangan terlalu banyak teori, sehingga perlu

diberikan contoh yang kongkrit, 3) waktu pelatihan jangan terlalu panjang,

karena masih banyak tugas di sekolah dan rumah yang harus dikerjakan, 4)

perlu praktek bagaimana caring yang bisa dilakukan guru untuk mendukung

akademik siswa.

Dalam pelatihan ini menggunakan pendekatan andragogi yang dipadu

dengan permainan dan eksplorasi diri, selanjutnya dilakukan refleksi terhadap

sesi ini. gambaran hasil refleksi peserta setelah orientasi adalah a) pelatihan

dengan selingan game sangat menyenangkan, b) setiap indivisu memiliki

kelebihan dan kekurangan, sehingga perlu memahami diri sendiri dan orang

lain, c) setiap siswa memiliki keunikan dan karakter yang berbeda, sehingga

perlu kepedulian terhadap perbedaan-perbedaan itu, d) Menjadi guru di

Sekolah Dasar perlu mengembangkan dan memperlakukan siswa dengan sikap

sabar, penuh motivasi, dan menghargai.

Di ruang lain, kelompok kontrol melakukan kegiatan pertemuan rutin

KKG yang dijadwalkan setiap satu minggu satu kali. Pada hari itu kelompok

kontrol sedang ada kegiatan pembuatan media pembelajaran IPA SD kelas

awal. Selain membuat media pembelajaran, juga presentasi hasil media yang

dibuat oleh para guru.

Page 76: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

75

3. Hakekat Caring. Sesi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada

peserta tentang makna caring, bentuk-bentuk perilaku caring.

Caring menurut Leininger didefinisikan sebagai "tindakan-tindakan

manusia dan proses memberikan bantuan kepada individu atau kelompok lain

berdasarkan kepentingan (Leininger ,1984). Dalam konteks pembelajaran, caring

yang dapat ditunjukkan guru diantaranya; memberikan feedback positif, membantu

siswa keluar dari permasalahannya, sensitif terhadap emosi siswa, dan memberikan

kenyamanan pada siswa (Ruggiero, 2005). Guru juga membantu siswa untuk

berkembang dan mengaktualisasikan dirinya pada saat mengetahui kenyataan

bahwa dia harus melakukan, mengurangi rasa sakit, memenuhi kebutuhan, dan

mengaktualisasikan mimpi anak. (Noddings, 1984).

Pelatih menjelaskan hakekat caring dan indikator-indikator caring menurut

NKongho yang meliputi: knowing, courage, dan patience. Bentuk sikap dan

perilaku yang bisa ditunjukkan adalah: mengenali diri sendiri, memahami orang

lain, memiliki sikap tulus dan terbuka, memiliki sikap sabar dan tenang, saling

mendukung dan menyayangi, menumbuhkan sikap mandiri.

Pemahaman tentang sikap caring ini perlu dimiliki oleh guru SD, agar

mampu melakukan pendidikan dan pembelajaran yang tepat, sehingga siswa

merasa nyaman dan aman belajar di sekolah. Kebutuhan siswa akan sikap caring

guru berbeda satu sama lain, namun ketika guru memiliki sikap ini, maka ia tidak

akan kesulitan dalam menghadapi siswa bagaimanapun kondisinya, karena dalam

dirinya sudah tertanam rasa ‘cinta’ pada siswa.

Page 77: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

76

Setelah penyajian materi dilakukan, selanjutnya pelatih menayangkan

contoh-contoh sikap caring dan non caring pada sebuah layar. Peserta diminta

untuk mengemukakan pendapatnya tentang tayangan gambar tersebut dan

mendiskusikannya dengan format kelompok yang sudah dibuat saat awal pelatihan.

Tabel 4.3 Petikan hasil diskusi hakekat Caring

NO Unsur Hasil diskusi

1 Mengenal diri sendiri Setiap guru harus mengenal dirinya

sendiri. Karena sikap ini yang mendasari

semua orang untuk dapat menyesuaikan

diri dimanapun berada. Orang yang tidak

mengenali dirinya dengan baik akan

banyak menimbulkan masalah.

2 Memahami orang lain Orang yang tidak mampu memahami

orang lain cenderung egois, karena ia

tidak mau tahu kebutuhan orang

lain.Maka setiap guru harus mengasah

sikap ini sebagai bekal untuk mengajar

di kelas karena setiap siswa berbeda

kebutuhan dan cara berfikirnya.

3 Memiliki sikap tulus dan

terbuka

Sikap tulus dan terbuka seharusnya

dimiliki oleh semua guru dalam

memberikan pelayanan kepada siswa.

Jika guru memiliki sikap ini siswa akan

merasa nyaman dalam membangun

komunikasi dengan guru baik di sekolah

maupun di luar sekolah.

4 Sabar dan tenang Sikap sabar dan tenang harus dimiliki

guru SD, karena menghadapi anak-anak

SD yang sangat aktif butuh ketelatenan.

Melayani siswa SD juga dibutuhkan

pendekatan personal karena mereka

masih sangat bergantung dengan orang

dewasa di sekitarnya.

5 Saling mendukung dan

menyayangi

Jika ingin menjadi guru yang hebat

untuk anak didik, maka guru harus selalu

menggunggah motivasi anak dengan

cara memberi dukungan kepada mereka

terhadap apa yang dilakukan mereka

terutama pada hal-hal yang bersifat

positif. Sikap sayang juga sangat

Page 78: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

77

dibutuhkan anak SD, karena mereka

melihat guru menjadi orang tua kedua

setelah orang tua kandungnya saat di

rumah. Anak butuh perhatian dan kasih

sayang pada saat mereka belajar di

sekolah.

6 Menumbuhkan sikap

mandiri

Memandirikan anak sudah mulai

dikondisikan sejak anak belajar di

tingkat dasar, sehingga pada saat dewasa

nanti anak tidak harus bergantung pada

orang lain. Maka, di sekolah, salah satu

kewajiban guru adalah mendukung anak

untuk bertanggung jawab terhadap tugas

yang harus dikerjakannya.

Dipandu oleh pengawas sekolah, kelompok kontrol sedang melakukan

kegiatan workshop pemantapan kurikulum 2013. Selain pengawas sekolah,

ada narasumber dari SD Kebondalem Mojosari-Mojokerto yang mengisi

kegiatan tersebut.

4. Sesi Pentingnya caring dalam Pembelajaran. Sesi ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman terhadap pentingnya caring dalam pembelajaran bagi

guru SD. Bentuk caring yang dilakukan guru saat di sekolah bisa ditunjukkan

lewat verbal maupun secara fisik. Secara verbal, guru dapat menggunakan

humor di kelas, memanggil siswa dengan menyebut namanya, bercakap-cakap

dengan siswa secara individu baik sebelum atau setelah pembelajaran,

menanyakan kepada siswa tentang tugas-tugas sekolah, mengundang siswa

untuk bertemu di luar pembelajaran jika mereka ingin bertanya atau

mendiskusikan sesuatu, dan lain sebagainya. Sedang untuk kedekatan fisik

yang bisa dilakukan guru dalam kelas diantaranya; senyum saat berbicara,

ketika mengajar tidak berdiam di satu tempat, melihat keseluruhan kelas saat

Page 79: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

78

berbicara. Selain membangun pemahaman, dalam sesi ini juga dieksplorasi

sikap dan perilaku caring yang dilakukan guru saat mengajar di sekolah

masing-masing. Untuk mengefektifkan pelatihan, pelatih menayangkan film

‘The Ron Clark Story’. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang guru SD

yang bernama Ron Clark yang mengajar di sebuah SD di New York ‘Inner

Harlem elementary school’ dengan karakter anak-anak yang butuh perlakuan

dan perhatian khusus. Awalnya guru Clark hampir menyerah dengan keadaan

siswa di sekolah tersebut, akan tetapi dengan ketelatenan dan kesabaran,

akhirnya ia mampu membawa peserta didiknya memperoleh prestasi yang

gemilang pada ujian akhir sekolah tingkat nasional. Padahal sebelumnya siswa

di kelas ini tidak pernah naik kelas, bahkan guru-guru lain tidak sanggup untuk

mengajar. Untuk memfokuskan pada pesan caring dalam pembelajaran, film

ini di edit dan ditayangkan ide-ide pokoknya.

Sebelum pemutaran film, pelatih membagikan lembar observasi

terhadap tayangan film dan pelatih menugaskan kepada peserta untuk

mengidentifikasi sikap dan perilaku caring dalam film tersebut. Adapun aspek-

aspek yang diamati adalah sikap guru pada saat di kelas maupun di luar kelas

yang teridentifikasi sebagai perilaku caring. Setelah hasil identifikasi selesai,

kemudian peserta memaparkan hasil identifikasi, masing-masing saling

melengkapi apa yang sudah ditemukan. Pada tabel 4.4 berikut ini disajikan

hasil identifikasi peserta.

Page 80: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

79

Tabel 4.4. Hasil identifikasi perilaku caring guru Ron Clark

NO Aspek Deskripsi hasil Identifikasi

1 Knowing Guru harus mengetahui kelebihan

dan kelemahan orang lain

Guru harus memahami dirinya

sendiri, baik dari segi potensi

maupun kekurangan yang dimiliki.

Guru harus mengetahui kondisi dan

kebiasaan siswa baik saat di

sekolah maupun di luar sekolah

Kondisi siswa sangat heterogen,

guru perlu mengetahui itu jika ingin

berhasil dalam pembelajaran

Guru siap untuk berubah dan

belajar

2 Courage Guru harus siap untuk menanggung

resiko apapun yang dilakukan

terhadap kelasnya

Berkomunikasi dengan siswa

diperlukan baik saat di sekolah

maupun di luar sekolah

Guru harus berani berkomitmen

Berani melakukan perubahan untuk

menjadi lebih baik

3 Patience Kesabaran guru dalam menghadapi

siswa sangat dibutuhkan.

Merubah sikap atau apapun butuh

proses dan waktu, maka guru perlu

telaten untuk menghadapi siswa

yang membutuhkan

Dengan kasih sayang dan dukungan

yang total, siswa akan berhasil

dalam belajarnya

Tenang dalam mengahadapi segala

persoalan yang terjadi di kelas atau

di luar kelas

Mampu mengontrol emosi.

Page 81: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

80

Selanjutnya, pelatih mengeksplorasi dan memberikan pemahaman

tentang pentingnya caring bagi guru saat melakukan pembelajaran, dengan

melakukan hal-hal yang kadang dianggap sepele oleh guru ternyata punya

mkana yang luar biasa. Tahapan berikutnya, pelatih menugaskan kepada

peserta untuk mempraktekkan perilaku caring dengan melakukan role playing

yang sudah disiapkan skenarionya. Role playing ini dipraktekkan oleh

beberapa peserta sebagai contoh perilaku caring yang dilakukan guru. Peserta

tampak antusias, mereka terlibat secara penuh dengan berpartisipasi pada

proses pelatihan.

Selesai Role Playing, dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelatihan

tentang pentingnya caring dalam pembelajaran. Petikan hasil refleksi peserta

tentang sesi ini adalah:

a. Caring merupakan sikap yang penting untuk dimiliki guru

b. Perilaku caring yang dapat ditunjukkan guru di antaranya adalah: guru

memahami keadaan siswa, guru mengenali potensi diri dan

kekurangannya, guru berani melakukan perubahan, guru sabar dan telaten

dalam menghadapi siswa, guru mampu mengelola emosinya, guru selalu

mendukung siswanya untuk belajar lebih baik, guru yang mengetahui

keadaan dan kebiasaan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.

c. Caring yang dipraktekkan guru dalam pembelajaran memiliki dampak

terhadap capaian akademik maupun non akademik siswa.

Page 82: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

81

Sementara di ruang lain, kelompok kontrol sedang melakukan kegiatan

penyusunan RPP dan silabus sebagai tindak lanjut pada pertemuan minggu

sebelumnya. Kegiatan ini dipandu oleh pengawas sekolah.

5. Sesi Mengenal Diri Sendiri. Sesi ini bertujuan untuk memahamkan peserta

tentang pentingnya mengenali diri sendiri, sehingga peserta mengetahui

kekuatan dan kelemahan diri masing-masing.

Pelatih menyampaikan tentang dimensi sifat dan perilaku orang yang

berbeda satu sama lain, dengan tampilan wajah yang bisa berubah setiap saat.

Kondisi seperti ini banyak yang tidak dipahami oleh si pemilik diri. Boleh saja

seseorang merasa tahu tentang dirinya sendiri, tetapi belum tentu

pengetahuannya itu sesuai dengan keadaan sebenarnya.Masing-masing

individu memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lain, baik terkait

wajahnya, suaranya, maupun pikiran dan perilakunya.

Pelatih memberikan lembar kerja ‘ciri-ciri kepribadian saya’.

Selanjutnya masing-masing peserta diminta untuk mengisi lembar kerja sesuai

dengan kondisi obyektif dirinya dengan memberikan tanda centang pada

kolom skala yang sesuai dengan keadaannya. Peserta tampak serius mengisi

lembar kerja ini, karena harus membuka diri untuk menilai diri sendiri.

Setelah lembar kerja semua terisi, pelatih mendiskusikan hasil lembar

kerja secara berpasang-pasangan. Antar peserta saling menanyakan hal-hal

yang mungkin belum sesuai, untuk memantapkan diri. Saat mendiskusikan

hasil lembar kerja ini, lembar kerja masing-masing pasangan ditukar, peserta

sangat antusias dan mereka sangat tertarik dalam proses ini. Mereka mengenal

Page 83: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

82

baik satu sama lain, karena sering terlibat dalam kegiatan KKG SD di Sidoarjo.

Pada proses diskusi saling berpasangan ini, pelatih mempersilahkan kepada

pepada masing-masing pasangan untuk membetulkan tanda centang di kolom

yang sesuai jika memang yang diisi oleh pasangannya belum sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya.

Sesi pertukaran lembar kerja ini semakin menarik karena masing-

masing individu mengeksplorasi diri sendiri dan pasangan. Setelah diskusi,

pelatih bersama peserta menyimpulkan hasil pelatihan sesi ini, diantaranya; a)

mengenal diri sendiri tidak mudah, meskipun telah hidup bersama diri sendiri

selama puluhan tahun. b) mengenal diri sendiri sangat penting, agar seseorang

dapat menempatkan diri lebih baik dalam kondisi apapun dan dimanapun

berada. c) mengenal diri sendiri dapat membantu mengetahui kemampuan dan

kekurangan seseorang. d) mengenal diri sendiri akan membantu seseorang

untuk mengetahui tujuan hidupnya.

Pada pertemuan ini kelompok kontrol melanjutkan penyusunan RPP,

silabus dan evaluasi pembelajaran. Setelah semua tugas terselesaikan, mereka

melanjutkan dengan presentasi hasil kerja dan melakukan revisi jika ada

masukan dari anggota lainnya.

6. Sesi memahami siswa. Sesi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman

tentang pentingnya mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa, memahami

karakter siswa, memahami kebutuhan siswa, serta memiliki empati pada siswa.

Setiap orang memiliki jalan pikiran yang berbeda-beda yang disebabkan

oleh perbedaan latar belakang pendidikan, pekerjaan, agama, kebutuhan, dan

Page 84: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

83

lainnya. Memahami orang yang berbeda-beda tersebut, tentu harus

menggunakan pendekatan yang berbeda pula. Guru perlu memahami siswanya

yang memiliki karakter, perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Maka guru harus mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing siswa

di kelasnya, sehingga guru bisa memperlakukan siswa sesuai dengan

kebutuhannya.

Pelatih menayangkan film ‘Taare Zameen Paar’. Film ini berkisah

tentang seorang anak bernama Ishaan yang mendapatkan perlakuan tidak care

oleh gurunya, karena ia dianggap bermasalah di kelas. Hasil belajarnya tidak

pernah memuaskan sekolah dan orang tuanya. Akhirnya ia dipindahkan ke

sekolah yang memiliki asrama oleh ayahnya dengan harapan ia akan menjadi

lebih baik. Di sekolah barunya, ia bertemu dengan guru-guru yang tidak jauh

beda dengan guru sekolah sebelumnya. Ia tidak betah dan berkeinginan untuk

tidak sekolah. Tapi ada satu guru yang memberikan harapan baru bagi Ishaan.

Guru tersebut bernama Nikumbh. Dia adalah sosok guru yang sangat

memahami anak. Guru Nikumbh sangat kreatif dan atraktif sehingga

pembelajaran yang dilakukan tidak pernah membuat bosan siswa. Ia

memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki setiap siswanya. Seperti

Ishaan, ternyata ia kategori anak disleksia. Guru Nikumbh mencoba menggali

potensi Ishaan yang lain dan melakukan pendekatan pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan Ishaan. Tidak tanggung-tanggung, guru Nikumbh juga

memberikan pembelajaran secara mandiri kepada Ishaan dengan

menggunakan metode dan media yang sesuai dengan keadaan Ishaan. Sampai

Page 85: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

84

akhirnya Ishaan mampu membaca dengan baik dan potensi seni menggambar

yang dimiliki juga terfasilitasi.

Pelatih memberikan lembar kertas kerja kepada peserta. Peserta

diminta untuk mencermati sikap dan perilaku guru terhadap siswa yang ada

dalam film tersebut. Selanjutnya peserta mendiskusikan hasil analisis tersebut

dan membandingkan sikap dan perilaku masing-masing peserta selama

menjadi guru dalam hal memahami siswa. Diskusi sangat menarik, sebagian

besar peserta merasa belum maksimal dalam memahami kebutuhan siswanya.

Mereka menyampaikan bahwa pekerjaan guru sudah banyak sekali, mulai

membuat RPP, silabus, menyiapkan materi, media, dan lainnya, sehingga

kebutuhan anak belum terpenuhi secara optimal, kecuali kebutuhan

akademiknya.

Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam

memahami siswa, pelatih membagi peserta menjadi dua kelompok dan

menempatkan posisi berhadapan untuk bermain peran ‘kelebihan dan

kekurangan’. Satu kelompok sebagai pemain peran, dan satu kelompok lain

sebagai pengamat. Peserta tampak menikmati sesi ini, mereka asyik dengan

peran mereka masing-masing. Mereka mendalami karakter yang diperankan

sebagai guru yang peduli dan paham kebutuhan siswa. Pelatih memberikan

kertas kerja untuk memberikan cek list kelebihan dan kekurangan para pemain,

kemudian hasil main peran tersebut didiskusikan. Pelatih mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan main peran tersebut dan memberikan penguatan

sikap dan perilaku yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan oleh peserta.

Page 86: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

85

Pelatih menjelaskan kembali konsep dan pentingnya memahami siswa.

Kebutuhan siswa tidak hanya kebutuhan akademik saja yang harus dipenuhi,

tapi ada kebutuhan penting lainnya yang perlu diperhatikan guru yang terkait

dengan kebutuhan psikisnya. Pemahaman dari guru akan kelebihan dan

kekurangannya sangat penting bagi mereka, karena akan menjawab kebutuhan

yang diperlukan dalam menunjang akademik mereka.

Setelah pemberian justifikasi materi, pelatih mengajak peserta untuk

melakukan refleksi dengan menanyakan manfaat kegiatan sesi ini. Petikan

refleksi peserta tentang kegiatan ini adalah: a) kegiatan ini sangat

menyenangkan karena memberikan pemahaman dan peningkatan sikap dan

perilaku yang baik sebagai guru. b) Memahami orang lain dan memahami

kebutuhannya tidaklah mudah, tapi harus selalu diasah kepekaan untuk

memiliki sikap ini. c) Kelebihan dan kekurangan setiap siswa harus diketahui

oleh guru. d) Guru perlu meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku yang

empatik kepada siswa. Sedangkan kelompok kontrol masih melanjutkan

kegiatan pertemuan minggu sebelumnya, sebagai tindak lanjut kegiatan

workshop kurikulum 2013. Hari itu peserta kelompok kontrol melakukan

penyusunan evaluasi pembelajaran kurikulum 2013.

7. Sesi memiliki sikap tulus dan terbuka. Sesi ini memberikan pemahaman

pentingnya memiliki sikap tulus dan terbuka bagi seorang guru serta

dampaknya bagi siswa jika guru melakukan ini di kelas. Sikap tulus dilakukan

dengan cara memberikan perhatian kepada siswa tanpa pamrih, baik saat di

dalam kelas maupun di luar kelas. Sikap terbuka sebagai pengungkapan reaksi

Page 87: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

86

atau tanggapan guru terhadap situasi yang dihadapinya serta memberikan

informasi tentang diri sendiri sebagai tanggapan guru terhadap siswa.

Informasi tentang diri sendiri dapat diungkapkan melalui ekspresi wajah,

sikap, tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat non verbal lainnya. Sikap

terbuka merupakan perilaku yang disengaja, yang sering muncul dalam

konteks hubungan dua orang, dalam hal ini antara guru dan siswa. Sikap ini

sangat penting dimiliki oleh guru, karena akan membangun hubungan yang

harmonis dengan siswa, sehingga siswa merasa nyaman berkomunikasi dengan

guru di saat kapanpun dan di manapun. Hubungan yang harmonis antara guru

dan siswa akan memberikan dampak positif bagi kesuksesan belajar siswa.

Pelatih menayangkan film ‘Taare Zameen Paar’ yang memuat model

dengan karakter sebagai seorang guru yang mempraktekkan sikap tulus dan

terbuka kepada siswa. Dalam sesi ini, guru Nikumbh tetap menjadi modelnya.

Sikap tulus dan terbuka ditunjukkan oleh guru Nikumbh saat dia mendampingi

siswa berkegiatan apapun dan dimanapun. Bahkan ia mau mendatangi rumah

orang tua siswa untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang anak-anak

didiknya tanpa pamrih apapun. Di saat apapun guru Nikumbh juga tidak

keberatan untuk ditemui anak didiknya, ngobrol bersama tanpa ada jarak status

antara guru dan siswa. Peserta diminta mengidentifikasi sikap dan perilaku

guru Nikumbh dalam film tersebut. Setelah diidentifikasi, pelatih kemudian

meminta peserta mengidentifikasi sikap dan perilaku peserta saat di kelas

maupun di luar kelas. Bagaimana kedekatan peserta dengan siswa, bagaimana

pola komunikasi peserta dengan siswa, apakah peserta juga melakukan sharing

Page 88: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

87

dengan siswa tentang diri peserta sendiri. Pada proses diskusi ini peserta sangat

antusias, karena ada perbedaan pendapat tentang penerapan sikap tulus dan

terbuka kepada siswa. Sebagian peserta berpendapat bahwa guru tidak boleh

terlalu dekat dengan siswa karena akan menjatuhkan harga diri guru,

sedangkan sebagian lainnya bersikukuh bahwa guru sangat perlu menerapkan

sikap dan perilaku ini kepada siswa. Alasan mereka, karena kedekatan guru SD

dengan siswa sangat penting, mengingat guru SD menjadi orang tua kedua

setelah orang tua di rumah. Guru SD menjadi figur sentral anak, karena siswa

SD sangat bergantung pada guru. Untuk mempertegas hasil diskusi, pelatih

menjelaskan kembali pentingnya sikap tulus dan terbuka bagi guru SD dalam

pembelajaran.

Pelatih selanjutnya memberi tugas kepada peserta untuk

mempraktekkan contoh sikap tulus dan terbuka di sekolah dengan membagi

peserta menjadi 4 kelompok. Masing-masing peserta bergantian untuk menjadi

guru dan pengamat. Pada saat jadi pengamat, peserta mendapat tugas untuk

memperbaiki praktek peserta yang masih belum sesuai dengan sikap yang

diinginkan secara bergantian.

Dengan memiliki sikap tulus dan terbuka akan membangun kedekatan

emosional antara guru dan siswa. Pada saat kedekatan emosional terbentuk,

maka guru akan mudah melakukan transfer pembelajaran kepada siswa.

sebaliknya, jika bangunan emosional Pelatih menjelaskan kembali konsep dan

pentingnya memiliki sikap antara guru dan siswa tidak baik, maka upaya guru

dalam melakukan pembelajaran yang mendidik tidak akan tercapai sesuai

Page 89: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

88

dengan tujuan yang dirumuskan.

Setelah pemberian justifikasi materi, pelatih mengajak peserta untuk

melakukan refleksi dengan menanyakan manfaat kegiatan sesi ini. Petikan

refleksi peserta tentang kegiatan ini adalah: a) kegiatan ini sangat bermanfaat

bagi mereka, karena dapat memberikan pemahaman pentingnya bagi guru

memiliki sikap tulus dan terbuka. b) Meningkatkan keterampilan sikap dan

perilaku dalam membangun komunikasi dengan siswa. c) Guru SD perlu

mengasah dan mensosialisasikan pentingnya sikap tulus dan terbuka bagi

rekan sejawat. d) Memahami bahwa kebutuhan siswa di sekolah tidak hanya

pada persoalan nilai rapor yang bagus, tapi ada kebutuhan non akademik yang

lebih penting untuk mencapai semua itu yang perlu diketahui dan dimiliki

guru.

Pada kelompok kontrol, aktivitas yang dilakukan adalah diskusi

tentang pengembangan model-model pembelajaran yang perlu dikuasai guru

dalam penerapan kurikulum 2013. Selain diskusi, peserta juga

mempraktekkan model-model pembelajaran yang dikuasainya sesuai dengan

subjek/materi yang dipilihnya, sehingga peserta dapat pengkayaan model-

model pembelajaran dari peserta lainnya.

8. Sesi sabar dan tenang. Sesi ini meningkatkan pemahaman pentingnya sikap

sabar dan tenang bagi guru, meningkatkan keterampilan sikap sabar dan

tenang, serta bagaimana mengelola emosi dengan baik. Sikap sabar

merupakan salah satu modal utama bagi guru SD untuk mengantarkan

keberhasilan belajar siswa. Sikap ini penting bagi guru SD yang menjadi

Page 90: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

89

peletak dasar karakter siswa di jenjang pendidikan dasar. Sikap sabar guru

tertanam dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan

kondusif dan penuh kasih sayang. Kesabaran seorang guru akan membuat

anak didik merasa nyaman dalam belajar, juga membuat anak didik

mempunyai waktu cukup untuk bisa memahami pelajaran yang dihadapinya.

Menghadapi sikap siswa yang tidak sesuai dengan harapan, tidak

sedikit guru yang menunjukkan sikap tidak sabar. Sikap tersebut contohnya,

siswa tidak memerhatikan pelajaran, melanggar kesepakatan, tidak

mengerjakan tugas, dan lainnya. Menghadapi siswa yang demikian, guru

menunjukkan dengan sikap jengkel atau bahkan amarah yang ditampakkan

lewat ekspresi muka atau gesture tubuhnya.

Pelatih menayangkan film yang diangkat dari kisah nyata ‘Mr.

Holland Opus’ sebagai model yang memerankan sikap sabar dan tenang. Mr.

Holland adalah guru seni musik di sebuah sekolah di Amerika. Kelas yang

diajar saat ini merupakan kelas baru untuk Mr. Holland. Sebelumnya, kelas

ini diajar oleh guru lain. Pada pembelajaran awal, Mr. Holland meminta

kepada siswa untuk mempraktekkan seni musik dengan melakukan satu

performace lagu yang sudah dipelajari selama ini. Namun hasilnya di luar

harapan Mr. Holland. Hampir semua siswa tidak bisa memainkan alat

musiknya. Dengan penuh kesabaran Mr. Holland mengajari siswanya untuk

memilihkan dan memainkan alat musik sampai mereka bisa baik secara

klasikal maupun individual. Hasil akhirnya, siswa Mr. Holland mendapat

prestasi dan penghargaan atas kepiawaiannya bermusik.

Page 91: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

90

Peserta diminta mengamati sikap sabar dan tenang yang dilakukan Mr.

Holland terhadap siswa-siswanya. Pada saat penayangan film ini, peserta

tampak serius mengikuti peran Mr. Holland yang sangat sabar dalam

mendampingi anak didiknya belajar musik. Pelatih membagi peserta menjadi

empat kelompok, dan memberikan kertas kerja kepada masing-masing

kelompok. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi sikap Mr. Holland

secara berkelompok. Selanjutnya peserta diminta untuk mendiskusikan hasil

dari identifikasi sikap Mr. Holland. Suasana diskusi berjalan asyik, ada

peserta yang menambahkan juga ada yang mengurangi hasil identifikasi.

Bahkan dalam diskusi ada celetukan-celetukan peserta yang mengatakan

bahwa sangat sulit untuk menjadi guru seperti Mr. Holland. Kalau saya punya

murid seperti itu, langsung saya keluarkan atau saya mengundurkan diri dari

sekolah itu, demikian ujar salah satu peserta. Pelatih meminta peserta untuk

mengeksplorasi apa manfaat sikap sabar dan tenang yang dilakukan Mr.

Holland pada siswa. Hasil cuplikan eksplorasi tertulis dalam tabel di bawah

ini.

Tabel. 4.5 Hasil Diskusi Pentingnya sikap sabar dan tenang

Topik Diskusi Hasil Diskusi

Pentingnya sikap sabar dan

tenang bagi guru SD Sikap sabar dan tenang guru

menjadikan anak senang pada guru

Sikap sabar dan tenang guru dapat

memotivasi anak dalam belajar

Sikap sabar dan tenang guru dapat

mendukung prestasi belajar anak

Page 92: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

91

Sikap sabar dan tenang guru

menjadikan anak berani dan

percaya diri di sekolah

Sikap sabar dan tenang guru

menjadi energy positif anak dalam

mengahadapi persoalan-persoalan

di sekolah

Untuk mengasah sikap sabar dan tenang peserta, pelatih memberikan

tugas kepada peserta secara berkelompok untuk mempraktekkan sikap

tersebut. Pada masing-masing kelompok dipraktekkan role play dengan

setting kelas pembelajaran SD. Peserta yang mendapat giliran praktek

sebagai guru, mempraktekkan keterampilan sikap tersebut, kemudian peserta

lain dalam kelompok menjadi siswa SD. Masing-masing kelompok ada satu

pengamat yang mengobservasi praktek peserta yang menjadi guru. Setelah

praktek, pelatih meminta kepada pengamat untuk memberikan umpan balik

hasil praktek dan memberikan saran perbaikan terhadap sikap yang belum

sesuai. Setelah semua kelompok melakukan praktek dan masing-masing

pengamat memberikan umpan balik, selanjutnya pelatih melakukan overview

secara keseluruhan pelatihan sesi ini. Adapun praktek sesuangguhnya dalam

kelas pembelajaran dilakukan pelatih setelah semua sesi pelatihan berakhir.

Transfer pelatihan dilakukan di masing-masing sekolah peserta.

Mengakhiri sesi pelatihan, pelatih memberikan penguatan tentang

pentingnya sikap sabar dan tenang bagi seorang guru. Sebagai refleksi,

pelatih menanyakan apa manfaat yang didapat peserta pada kegiatan

pelatihan ini; a) guru SD wajib memiliki sikap sabar dan tenang. b) Sikap

sabar dan tenang guru perlu diasah terus menerus, tidak berhenti pada

Page 93: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

92

pelatihan ini. c) sikap sabar dan tenang guru merupakan sebuah kekuatan

besar untuk mensukseskan siswa dan mengantarkannya meraih cita-cita yang

diinginkan.

Kelompok kontrol pada pertemuan ini melakukan kegiatan studi

banding ke SD Sedati Gede Sidoarjo yang menjadi sekolah percontohan

penerapan pendidikan karakter. Kegiatan ini menjadi agenda rutin KKG

dalam upaya meningkatkan mutu sekolah di lingkungan KKG 06.

9. Sesi saling mendukung dan menyayangi. Sesi ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman pentingnya sikap saling mendukung dan

menyayangi kepada siswa, serta meningkatkan keterampilan sikap tersebut.

Sikap mendukung merupakan aspek penting pengajaran dan

pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan guru diantaranya; memberi semangat,

arah, dan kegigihan perilaku. (Santrock, 2004). Kasih sayang tidak hanya

identik antara orang tua dengan seorang anak. Akan tetapi, kasih sayang juga

ditujukan kepada guru dan murid. Bentuk kasih sayang yang ditunjukkan

setiap individu bervariasi. Sikap kasih sayang yang ditunjukkan guru kepada

siswa bisa dalam bentuk verbal maupun non verbal. Misalnya, mengijinkan

siswa untuk memilih aktivitas, memanggil siswa yang tidak angkat tangan dan

menolong mereka untuk menyelesaikan masalah. Guru juga membantu siswa

menemukan potensi dirinya di seluruh area di sekolah dan membantu mereka

memahami keinginan pribadinya. Sikap kasih sayang di sekolah bisa juga

diwujudkan dengan sikap guru yang merasa senang membantu siswa,

mengecek tugas-tugas untuk dikoreksi dengan memberi sticker jika tugas

Page 94: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

93

diselesaikan dengan baik sebagai bentuk pengharagaan dan motivasi pada

siswa atas tugasnya. Jika ada siswa yang tidak mengerjakan tugas, guru

memanggil siswa ke depan dan memberikan contoh bagaimana menyelesaikan

tugas dengan benar tanpa memarahi dengan suara lantang.

Pelatih menayangkan film ‘Taare Zameen Paar’. Model dalam film ini

guru Nikumbh. Sikap saling mendukung dan menyayangi yang diperankan

dalam film ini adalah sikap dan perilaku guru Nikumbh yang selalu

mendukung siswanya untuk berprestasi. Ia tidak pernah membeda-bedakan

status dan kondisi fisik maupun kemampuan akademik anak. Dalam

pandangannya, setiap anak memiliki potensi yang menjadi tanggung jawab

guru untuk menggalinya. Seperti yang ia lakukan pada Ishaan, meskipun ia

anak berkategoro kebutuhan khusus, akhirnya Ishaan mampu meraih prestasi

gemilang berkat dukungan yang ia berikan. Ishaan memperoleh juara I dalam

lomba melukis yang diadakan di sekolahnya. Padahal selama ini Ishaan hanya

dianggap siswa yang bermasalah dan tidak mampu berprestasi. Guru Nikumbh

menanamkan cinta kasih pada setiap anak. Ia selalu ada pada saat anak

membutuhkannya baik dalam kondisi senang maupun susah di dalam kelas

maupun di luar kelas.

Peserta diminta mengamati film dan menemukan pesan moral yang ada

di film. Pelatih memberikan kertas kerja untuk mengidentifikasi sikap

mendukung dan menyayangi yang dilkakukan guru Nikumbh. Peserta juga

diminta mengidentifikasi sikap mendukung dan menyayangi yang dilakukan

selama mengajar di sekolah. Dari hasil identifikasi film dan diri sendiri, pelatih

Page 95: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

94

meminta untuk membandingkan persamaan dan perbedaan sikap guru

Nikumbh dan peserta. Peserta tampak antusias dan asyik dengan proses ini.

Kelas terlihat ramai kondusif karena peserta saling mengomentari temannya

terkait sikap-sikapnya di kelas. Ada peserta yang mengatakan susah untuk jadi

guru yang memiliki sikap mendukung dan menyayangi siswa secara tulus,

karena emosi tinggi akan muncul jika di kelas ditemui siswa-siswa yang susah

untuk didisplinkan. Akhirnya guru sering berteriak keras-keras untuk

menenangkan kelas. Peserta lainnya juga menyampaikan kalau siswanya di

sekolah susah diatur. Ada siswa-siswa yang malas mengerjakan tugas, juga

sering gaduh meskipun ada guru di dalam kelas atau jika ditinggal guru keluar

sebentar. Seperti pasar, celetuk peserta lainnya, sehingga guru kesulitan

mengahadapi siswa yang seperti ini. Untuk menenangkan kelas, guru

menggebrak meja atau papan agar siswa tenang kembali, bahkan terkadang

pakai kata-kata ancaman. Pelatih menjelaskan bagaimana seharusnya menjadi

sosok guru SD, dengan menguatkan pentingnya sikap mendukung dan

menyayangi bagi guru SD.

Untuk meningkatkan sikap mendukung dan menyayangi, pelatih

membagi peserta menjadi 2 kelompok yang terbagi dalam kelompok praktek

dan kelompok pengamat. Masing-masing berpasangan untuk bergantian

menjadi pengamat dan pelaku praktek. Jika selesai praktek, pengamat

memberikan masukan kepada pasangannya tentang praktek yang sudah

dilakukan secara bergantian. Ada penguatan-penguatan sikap yang diberikan

pengamat, sehingga bagi yang praktek ada peningkatan sikap dan perbaikan

Page 96: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

95

yang belum sesuai. Secara umum pelatih memberikan masukan dan contoh

sikap yang sesuai dengan tujuan perlakuan. Selanjutnya pelatih menjelaskan

kembali pentingnya sikap mendukung dan menyayangi terhadap siswa. Pelatih

juga memberikan gambaran-gambaran dampak yang dapat timbul jika guru

tidak melakukan sikap ini dalam kelas maupun di luar kelas.

Di akhir pelatihan, pelatih melakukan refleksi pelatihan tentang

manfaat yang didapat peserta: a) Siswa butuh motivasi dan dukungan guru

secara terus menerus. b) Sikap mendukung dan menyayangi harus ditunjukkan

guru kapan dan dimanapun. c) Motivasi dan sikap sayang guru merupakan

energi positif bagi siswa dalam belajar. d) Sikap mendukung dan menyayangi

kepada siswa harus dilakukan secara tulus tanpa pamrih apapun.

Pada pertemuan ini, kelompok kontrol melakukan diskusi hasil studi

banding di SD Sedati Gede Sidoarjo, dipandu oleh ketua KKG 06 Sidoarjo.

Peserta juga diminta untuk membuat action plan di masing-masing sekolah

terkait dengan identitas karakter yang akan diterapkan di sekolah sebagai

tindak lanjut dari hasil studi banding.

10. Sesi menumbuhkan sikap mandiri. Sesi ini bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman pentingnya menumbuhkan sikap mandiri siswa, serta

meningkatkan keterampilan dan sikap menumbuhkan sikap mandiri siswa.

Pelatih menjelaskan pentingnya guru dalam menumbuhkan sikap mandiri

siswa. Guru dituntut memiliki dedikasi tinggi kepada pribadi siswa dan

terhadap tugas mengajarnya. Sebagai tenaga kependidikan, guru tidak hanya

berperan sebagai penyampai materi pelajaran, akan tetapi guru juga berperan

Page 97: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

96

sebagai pendidik serta harus memposisikan diri secara aktif dan menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai tuntutan masyarakat. Guru

memiliki tanggung jawab untuk membawa peserta didik pada tingkat

kedewasaan dengan kematangan untuk mengantarkan mereka mencapai cita-

cita yang diinginkan dengan kecakapan khusus yang dikuasai, sehingga

menjadi generasi yang produktif dan mandiri. Kemandirian merupakan

kemampuan untuk berani dalam mewujudkan apa yang menjadi keyakinannya

dengan dasar keahlian. Kemandirian akan menjadi dasar yang memungkinkan

seseorang untuk mampu mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu,

menumbuhkan sikap mandiri anak menjadi amat penting dalam konteks

profesionalisme pendidik.

Pelatih menayangkan film ‘The Ron Clark story’. Dalam film ini

diceritakan bahwa siswa SD Inner Harlem tempat mengajar guru Clark akan

menghadapai ujian sekolah. Siswa-siswa tampak tidak percaya diri dengan

kemampuannya karena selama ini tidak pernah lulus sekolah sehingga ia

bertahun-tahun duduk di kelas yang sama. Tapi berkat kerja keras guru Clark,

kemandirian anak terbentuk. Guru Clark selalu mengajarkan kepada anak

bahwa ‘kamu pasti bisa’ dengan kerja keras dan kemandirian yang dilakukan.

Tidak boleh menggantungkan pada orang lain karena keberhasilan ada di

tangan anak masing-masing. Dengan bekal dorongan dan motivasi yang terus

menerus, anak-anak akhirnya mandiri dalam mengahadapi ujiannya. Mereka

siap mengahadapi ujian sekolahnya. Tidak ada kegaduhan sedikitpun di kelas,

padahal sebelumnya mereka sangat terkenal sebagai kelas yang trouble maker,

Page 98: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

97

selalu bikin onar dan masalah. Guru Clark benar-benar mampu melakukan

perubahan sikap dan perilaku anak-anak. Mereka sudah mampu menatap masa

depannya dengan memilih sekolah lanjutan setelah lulus dari Inner harlem

Elementary School tempatnya belajar.

Peserta diminta mengamati film tersebut dan mengidentifikasi perilaku

guru Clark dalam menumbuhkan sikap mandiri siswa, hal-hal apa saja yang

dilakukan oleh guru Clark. Mereka terlihat serius menikmati cerita film dan

menulis di lembar kertas kerja hal-hal yang sudah teridentifikasi. Untuk

memperkuat pemahaman, peserta diminta mengidentifikasi sikap mandiri

siswa sebagai dampak dari motivasi yang dibangun oleh guru Clark. Pelatih

membagi peserta dalam 3 kelompok untuk mendiskusikan hasil identifikasi

tersebut. Selanjutnya meminta kepada perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi tersebut. Cuplikan hasil diskusi kelompok

dapat dipetakan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Diskusi Sikap Mendukung Guru

Sikap Mendukung Guru Sikap Siswa

Sangat aware pada siswa

Selalu ada di saat siswa

membutuhkan baik di

sekolah maupun di luar

sekolah

Motivasi belajar meningkat

Peduli dan cinta pada guru

Prestasi belajar tercapai

sesuai harapan guru dan

sekolah

Page 99: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

98

Membantu siswa tanpa

membeda-bedakan

Memberi penghargaan apa

yang sudah dicapai siswa

Tanggung jawab terhadap

tugas-tugasnya

Percaya diri meningkat

Untuk meningkatkan sikap peserta dalam menumbuhkan

kemandirian siswa, pelatih meminta peserta untuk mempraktekkan sikap

tersebut. Peserta tetap berada dalam kelompok yang sama dan secara

bergiliran berperan sebagai guru dan siswa untuk mempraktekkan sikap

tersebut. Setiap kelompok menunjuk 1 pengamat untuk mengobservasi

jalannya bermain peran. Peserta yang melakukan praktek terlihat ada yang

tidak percaya diri, tapi tetap semangat menyelesaikan perannya. Pengamat

memberikan masukan kepada pemain peran setelah praktek. Sikap yang

belum sesuai dengan harapan diberikan masukan perbaikan. Setelah semua

kelompok melakukan praktek, pelatih melakukan overview hasil praktek

secara umum dan memberikan justifikasi pentingnya sikap menumbuhkan

sikap mandiri siswa bagi guru SD. Tranfer pelatihan di tempat mengajar

peserta akan dilaksanakan setelah seluruh kegiatan pelatihan berakhir.

Di akhir pelatihan, pelatih melakukan refleksi tentang apa yang

didapat dan manfaat yang diperoleh peserta pada pelatihan ini, yaitu: a) Guru

harus memiliki kemampuan menumbuhkan sikap mandiri siswa. b) Guru

harus selalu mengasah sikap dan kemampuan untuk menumbuhkan sikap

mandiri siswa agar menjadi individu yang bertanggung jawab. c) Siswa yang

Page 100: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

99

dipupuk kemandiriannya akan termotivasi untuk bisa berhasil dengan

mengoptimalkan segala kemampuannya. Sementara kelas kontrol pada

pertemuan ini sedang ada pembinaan rutin pengawas sekolah dan evaluasi

terkait dengan persiapan sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013 pada

tahun ajaran baru 2014.

B. Analisis Deskriptif

Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran

mengenai deskripsi umum hasil penelitian, hasil analisis data pretest dan

posttest yang keduanya menggunakan tes yang sama. Gambaran data hasil

penelitian meliputi nilai minimal, maksimal, rata-rata dan standard deviasi.

1. Hasil Pretest Caring Guru

Sebagaimana dideskripsikan pada tabel 4.2 (hasil pretest caring guru)

menunjukkan nilai rata-rata dan standard deviasi skor pretest knowing pada

kelompok kontrol adalah 37,00 dengan standard deviasi 1,44, sedangkan

pada kelompok perlakuan mempunyai rata-rata 36,67 dan standard deviasi

1,52.

Pada courage, di kelompok kontrol mempunyai rata-rata 17,93

dengan standard deviasi 0,92, sedangkan pada kelompok perlakuan

mempunyai rata-rata 17,89 dan standard deviasi 0,89. Deskripsi nilai

patience di kelompok kontrol mempunyai rata-rata 10,26 dengan standard

deviasi 0,71, sedangkan pada kelompok perlakuan mempunyai rata-rata

10,22 dan standard deviasi 0,75. Gambaran caring guru yang dihitung dari

penjumlahan knowing, courage dan patience menghasilkan rata-rata 65,19

Page 101: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

100

dan standard deviasi 2,02 di kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok

perlakuan diperoleh rata-rata 64,78 dan standard deviasi 2,21.Berdasarkan

nilai rata-rata pada kedua kelompok tampak rata-rata skor pretest tersebut

cukup berimbang dan nilai standard deviasi yang hampir sama. Pada data

pre-test, perbedaan keragaman data yang terbentuk tidak dapat dikatakan

bersumber dari perlakuan BMT karena guru belum diberikan intervensi

apapun. Perubahan skor pada kedua kelompok dijelaskan pada tabel 4.7

berikut.

Tabel 4.7

Skor Post-Test Caring Guru

Indikator Kelompok N Rata-rata Std. Deviasi

Knowing Kontrol 27 38,04 3,02

Perlakuan 27 53,48 2,21

Total 54 45,76 8,22

Courage Kontrol 27 17,78 1,05

Perlakuan 27 25,26 0,71

Total 54 21,52 3,88

Patience Kontrol 27 10,48 0,80

Perlakuan 27 14,22 0,70

Total 54 12,35 2,03

Tabel 4.7 menunjukkan nilai rata-rata dan standard deviasi skor posttest

knowing pada kelompok kontrol adalah 38,04 dengan standard deviasi 3,02,

sedangkan pada kelompok perlakuan mempunyai rata-rata 53,48 dan standard

deviasi 2,21. Pada courage, di kelompok kontrol mempunyai rata-rata 17,78

dengan standard deviasi 1,05, sedangkan pada kelompok perlakuan mempunyai

rata-rata 25,26 dan standard deviasi 0,71. Deskripsi nilai patience di kelompok

kontrol mempunyai rata-rata 10,48 dengan standard deviasi 0,80, sedangkan pada

Page 102: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

101

kelompok perlakuan mempunyai rata-rata 14,22 dan standard deviasi 0,70.

Berdasarkan nilai rata-rata pada kedua kelompok tampak rata-rata skor posttest

adalah berbeda dan nilai standard deviasi yang hampir sama.

B. Pengujian Asumsi

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil pemeriksaan asumsi-asumsi yang

menjadi bagian dari pemakaian metode statistik ANOVA dan MANOVA.

Pemeriksaan asumsi meliputi tiga hal yaitu: (1) uji normalitas data untuk masing-

masing kelompok menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, (2) uji homogenitas

varian antar kelompok menggunakan Levene's Test dan (3) uji homogenitas matriks

kovarian menggunakan uji Box’s M. Ketiga pemeriksaan asumsi ini menggunakan

program SPSS 20.0 for wnidows. Pemaparan akan didahului dengan deskripsi hasil

pengujian asumsi dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian.

1. Uji Normalitas Data

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi sebelum data dianalisis lebih lanjut

dalam ANOVA dan MANOVA adalah data berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas dilakukan terhadap data skor nilai caring pada ketiga indikator pada

setiap kelompok.. Pengujian dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf

signifikansi α = 0,05. Hasil uji normalitas data variabel skor nilai berdasarkan

kelompok disajikan pada Tabel 4.8 dan 4.9

Hasil uji distribusi data dengan Kolmogorov Smirnov (K-S) bertujuan untuk

mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribsi normal.

Hipotesis statisitik pada pengujian ini dinyatakan sebagai berikut :

Page 103: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

102

H0 : Data mengikuti distribusi normal

H1 : Data tidak mengikuti distribusi normal

Sehingga bila hasil analisis berhasil membuktikan bahwa data mengikuti distribusi

normal (p > 0,05), maka aplikasi metode statistik MANOVA dan ANOVA dapat

diteruskan. Akan tetapi apabila hasil pengujian ini tidak memenuhi syarat maka

akan dilakukan transformasi data terlebih dahulu kemudian dilakukan uji distribusi

data berdasarkan hasil data trasformasi data. Jika transformasi data juga tidak

berhasil memperbaiki distribusi data, maka metode statistik akan dialihkan ke

metode statistik non parametrik.

Page 104: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

103

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Pre Test Caring Guru

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

Statistik Df P

Knowing

Kontrol 1.235 27 0.095

Perlakuan 0.745 27 0.636

Courage

Kontrol 1.226 27 0.099

Perlakuan 1.316 27 0.083

Patience

Kontrol 1.342 27 0.055

Perlakuan 1.336 27 0.056

Keterangan : Bila nilai sig > 0,05, berarti data mengikuti distribusi normal

Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai-nilai statistik uji Kolmogorov-

Smirnov skor pre-test caring guru baik di kelompok kontrol maupun perlakuan

behavior modeling training mengikuti distribusi normal (p > 0,05). Sehingga pada

data pretest telah memenuhi asumsi. Selanjutnya untuk pemeriksaan distribusi data

posttest caring guru dijelaskan pada Tabel 4.9 berikut.

Page 105: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

104

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Post Test Caring Guru

Kelompok Kolmogorov-Smirnov

Statistik Df P

Knowing

Kontrol 1.084 27 0.191

Perlakuan 1.348 27 0.053

Courage

Kontrol 1.301 27 0.068

Perlakuan 1.342 27 0.055

Knowing

Kontrol 1.348 27 0.053

Perlakuan 1.323 27 0.060

Keterangan : Bila nilai sig > 0,05, berarti data mengikuti distribusi normal

Pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai-nilai statistik uji Kolmogorov-

Smirnov skor post-test caring guru baik di kelompok kontrol maupun perlakuan

behavior modeling training mengikuti distribusi normal (p > 0,05). Sehingga pada

data post telah memenuhi asumsi.

2. Uji Homogenitas Varian

Pemeriksaan homogenitas varian antar kelompok menggunakan uji Levene.

Uji homogenitas varians antar kelompok ini dilakukan untuk memeriksa kesamaan

varians kedua kelompok. Ringkasan hasil uji homogenitas varians skor nilai

disajikan pada Tabel 4.10.

Page 106: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

105

Tabel 4.10

Hasil Uji Levene untuk Homogenitas Varian

Indikator F df1 df2 P

Knowing 1.315 1 52 0.257

Courage 2.223 1 52 0.142

Patience 1.092 1 52 0.301

Pada Tabel 4.10 dapat ditunjukkan bahwa hasil uji homogenitas varian pada

kedua kelompok baik pada data pre test dan post test adalah homogen (p > 0,05).

Sehingga pada asumsi homogenitas varian telah memenuhi.

3. Uji Homogenitas Matriks Kovarian

Uji homogenitas matriks kovarian antar kelompok menggunakan metode

statistik Box’s M. Uji homogenitas matriks kovarians antar kelompok ini dilakukan

untuk memeriksa kesamaan matriks kovarians yang terdiri atas indikator knowing,

courage dan patience di kedua kelompok. Ringkasan hasil uji homogenitas matriks

kovarians disajikan pada Tabel 4.11

Tabel 4.11

Hasil uji Box’s M untuk homogenitas matriks kovarian

Kelompok Data Box’s M F P

Post Test 12,777 1,996 0,063

Pada Tabel 4.11 ditunjukkan bahwa hasil uji homogenitas matriks kovarian

dengan nilai F sebesar 0,038 (p>0,05) untuk data pre test dan 1,996 (p>0,05) pada

post test memberikan kesimpulan bahwa matriks kovarian knowing, courage dan

Page 107: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

106

patience pada kelompok kontrol dan perlakuan adalah homogen. Maka pemakaian

MANOVA untuk menguji perbedaan caring guru dapat dilakukan.

C. Hasil Uji Beda Rata-rata Pre Test Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Gambaran caring guru sebelum dilakukan intervensi perlakuan BMT perlu

diuji terhadap kelompok kontrol. Hasil uji-t beda rata-rata dua kelompok pada

kelompok tanpa pemberian BMT dan yang akan diberi perlakuan BMT disajikan

pada Tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12

Hasil Uji Beda Rata-Rata Pre-Test Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Rata-rata Selisih t P

Knowing

Kontrol 37,00 0,33 0,827 0,412

Perlakuan 36,67

Courage

Kontrol 17,93 0,04 0,150 0,881

Perlakuan 17,89

Patience

Kontrol 10,26 0,04 0,186 0,853

Perlakuan 10,22

Rata-rata skor knowing pre test pada kelompok kontrol sebesar 37,00 dan

36,67 pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 0,827 dan

nilai p 0,412 telah memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan

Page 108: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

107

skor knowing pre-test antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Pada kedua

kelompok memiliki knowing yang setara.

Rata-rata skor courage pre test pada kelompok kontrol sebesar 10,26 dan

10,22 pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 0,150 dan

nilai p 0,881 telah memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan

skor courage pre-test antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Pada kedua

kelompok memiliki courage yang setara.

Rata-rata skor patience pre test pada kelompok kontrol sebesar 10,26 dan

10,22 pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 0,186 dan

nilai p 0,853 telah memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan

skor patience pre-test antara kelompok kontrol dengan perlakuan. Pada kedua

kelompok memiliki patience yang setara.

D. Hasil Uji Beda Rata-rata Pre Test dan Post Test

Pengukuran caring guru dilakukan dua kali yaitu pada periode pre test

sebelum dikenakan perlakuan BMT dan saat post test setelah pemberian BMT

selesai. Kedua hasil pengamatan caring guru ada dua data berpasangan. Hasil uji-t

beda rata-rata dua kelompok data berpasangan pada kelompok tanpa pemberian

BMT disajikan pada Tabel 4.13 berikut.

Page 109: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

108

Tabel 4.13

Hasil Uji Beda Rata-Rata Caring Guru Pre-Test Dan Post-Test

Pada Kelompok Tanpa BMT

Rata-rata Selisih t P

Knowing

Skor saat post test 38,04 1,04 2,054 0,050

Skor saat pre test 37,00

Courage

Skor saat post test 17,78 -1,15 0,700 0,490

Skor saat pre test 17,93

Patience

Skor saat post test 10,48 2,22 1,654 0,110

Skor saat pre test 10,26

Rata-rata skor knowing pre test pada kelompok kontrol sebesar 37,00 dan

pada saat post test meningkat menjadi 38,04 atau mengalami peningkatan sebesar

1,04. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 2,054 dan nilai p 0,050 telah

memberikan bukti bahwa ada perbedaaan yang signifikan skor knowing antara pre-

test dan post-test.

Pengujian beda rata-rata skor pre test dibanding post test untuk courage

adalah tidak signifikan (p>0,05). Rata-rata skor courage pre test pada kelompok

kontrol sebesar 17,93 dan pada saat post test turun menjadi 17,78 atau mengalami

penurunan sebesar -1,15. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 0,700 dan nilai p

0,490 telah memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaaan yang signifikan skor

courage antara pre-test dan post-test.

Page 110: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

109

Selanjutnya pada hasil perbandingan rata-rata skor patience saat pre test

dibanding post test adalah tidak signifikan (p>0,05). Rata-rata skor patience pre test

pada kelompok kontrol sebesar 10,26 dan pada saat post test naik menjadi 10,48

atau mengalami peningkatan sebesar 2,22. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar

1,654 dan nilai p 0,110 telah memberikan bukti bahwa tidak ada perbedaaan yang

signifikan skor patience antara pre-test dan post-test.

Tabel 4.14

Hasil Uji Beda Rata-Rata Caring Guru Pre-Test Dan Post-Test

Pada Kelompok Dengan BMT

Rata-rata Selisih t P

Knowing

Skor saat post test 53,48 16,82 32,660 0,000

Skor saat pre test 36,67

Courage

Skor saat post test 25,26 7,37 39,618 0,000

Skor saat pre test 17,89

Patience

Skor saat post test 14,22 4,00 23,698 0,000

Skor saat pre test 10,22

Rata-rata skor knowing pre test pada kelompok perlakuan sebesar 36,67 dan

pada saat post test meningkat menjadi 53,48 atau mengalami peningkatan sebesar

16,82. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 32,660 dan nilai p 0,000 telah

memberikan bukti bahwa ada perbedaaan yang signifikan skor knowing antara pre-

test dan post-test.

Page 111: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

110

Pengujian beda rata-rata skor pre test dibanding post test untuk courage

adalah signifikan (p<0,05). Rata-rata skor courage pre test pada kelompok

perlakuan sebesar 17,89 dan pada saat post test naik menjadi 25,26 atau mengalami

peningkatan sebesar 7,37. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar 39,618 dan nilai

p 0,000 telah memberikan bukti bahwa ada perbedaaan yang signifikan skor

courage antara pre-test dan post-test.

Selanjutnya pada hasil perbandingan rata-rata skor patience saat pre test

dibanding post test adalah signifikan (p<0,05). Rata-rata skor patience pre test pada

kelompok perlakuan sebesar 10,22 dan pada saat post test naik menjadi 14,22 atau

mengalami peningkatan sebesar 4,00. Hasil uji statistik dengan nilai t sebesar

23,698 dan nilai p 0,000 telah memberikan bukti bahwa ada perbedaaan yang

signifikan skor patience antara pre-test dan post-test.

E. Hasil MANOVA Caring Guru

Pengujian hipotesis H1 dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan pengaruh BMT terhadap caring guru menggunakan metode

statistik MANOVA. Perhitungan dilakukan dengan program SPSS versi 20.0 for

windows. Analisis ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.

Apabila dari hasil MANOVA diperoleh perbedaaan caring guru yang signifikan,

maka hiptesis H1 diterima dan dilanjutkan dengan memperhatikan hasil ANOVA

pada ketiga indikator.

Page 112: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

111

Tabel 4.15

Hasil MANOVA Caring Guru Skor Post-Test

Effect Value F

Hypothesis

df Error df Sig.

BMT Pillai's Trace 0,975 655,014a 3,000 50,000 0,000

Wilks' Lambda 0,025 655,014a 3,000 50,000 0,000

Hotelling's

Trace

39,301 655,014a 3,000 50,000 0,000

Roy's Largest

Root

39,301 655,014a 3,000 50,000 0,000

Hasil MANOVA caring guru yang terdiri atas knowing, courage dan patience

pada Tabel 4.15 menghasilkan nilai Pillai’s Trace, Wilks Lambda, Hotelling’s Trace

atau Roy’s Largest Root yang signifikan. Bagian perhitungan di kolom nilai sig

diperoleh harga 0,000 (p<0,05) untuk sumber pembeda dari BMT. Maka dapat

disimpulkan bahwa perbedaan caring guru pada kedua kelompok adalah signifikan.

Sehingga pada pengujian terhadap hasil post test skor caring menghasilkan

kesimpulan bahwa caring guru dengan pemberian BMT adalah berbeda signifikan

dengan kelompok tanpa pemberian BMT.

F. Hasil ANOVA Caring Guru

Pengujian hipotesis H2 - H4 dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan pengaruh BMT terhadap knowing, courage dan patience

menggunakan metode statistik ANOVA dan dihitung menggunakan program SPSS

versi 20.0 for windows. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis

yang diajukan. Apabila dari hasil ANOVA pada masing-masing indikator adalah

signifikan, maka H2 – H4 dapat diterima.

Page 113: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

112

Tabel 4.16

Hasil ANOVA Caring Guru Skor Post-Test

Source

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Knowing

BMT 3220.167 1 3220.167 460.399 0.000

Error 363.704 52 6.994

Total 3583.870 53

Courage

BMT 755.630 1 755.630 938.853 0.000

Error 41.852 52 0.805

Total 797.481 53

Patience

BMT 188.907 1 188.907 334.038 0.000

Error 29.407 52 0.566

Total 218.315 53

Hasil ANOVA caring guru yang terdiri atas knowing, courage dan patience

pada Tabel 4.16 menghasilkan nilai F yang signifikan. Bagian perhitungan di

kolom nilai sig diperoleh harga 0,000 (p<0,05) untuk sumber pembeda dari BMT.

Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan caring guru pada kedua kelompok

adalah signifikan. Sehingga pada pengujian terhadap hasil post test skor caring

menghasilkan kesimpulan bahwa caring guru dengan pemberian BMT adalah

berbeda dibandingkan dengan kelompok tanpa pemberian BMT.

G. Perubahan Caring Guru

Caring guru terukur dari 26 butir pertanyaan dengan skala 1-4, sehingga

total skor yang akan didapatkan berkisar 26 hingga 104 dengan nilai tengah sebesar

(26+104)/2 = 65. Skor lebih dari 65 akan diklasifikasikan sebagai caring guru

Page 114: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

113

tinggi, sedangkan skor hingga 65 termasuk caring guru rendah. Berikut ini adalah

tabel silang klasifikasi caring guru pada pengamatan pre test dan post test baik pada

kelompol kontrol maupun perlakuan.

Tabel 4.17

Tabel Silang Caring Guru Kelompok Kontrol

Pre Test Post test

Total Rendah Tinggi

Rendah 11 (68,8%) 5 (31,3%) 16 (100%)

Tinggi 1 (9,1%) 10 (90,9%) 11 (100%)

Total 12 (44,4%) 15 (55,6%) 27 (100%)

Sampel pada kelompok kontrol yang berjumlah 27 responden, sebanyak 16 guru

mempunyai caring guru pada kelompok rendah dan 11 guru lainnya termasuk

tinggi. Pada guru dengan caring rendah saat pre test, sebanyak 11 responden

(68,8%) tidak mengalami perubahan dan 5 responden (31,3%) meningkat tergolong

caring tinggi saat post test. Sedangkan pada guru dengan caring tinggi saat pre test,

sebanyak 1 responden (9,1%) justru turun tergolong pada caring rendah dan 10

responden (90,9%) tetap tergolong caring tinggi saat post test.

Page 115: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

114

Tabel 4.18

Tabel Silang Caring Guru Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

Total Rendah Tinggi

Rendah - 18 (100%) 18 (100%)

Tinggi - 9 (100%) 9 (100%)

Total - 27 (100%) 27 (100%)

Sampel pada kelompok perlakuan yang berjumlah 27 responden, sebanyak

18 guru mempunyai caring guru pada kelompok rendah dan 9 guru lainnya

termasuk tinggi. Pada guru dengan caring rendah saat pre test, seluruhnya (18

responden atau 100%) meningkat tergolong caring tinggi saat post test. Sedangkan

pada guru dengan caring tinggi saat pre test, seluruhnya tetap tergolong pada caring

tinggi saat post test. Hasil ini menerangkan bahwa perlakuan BMT dapat

meningkatkan caring guru.

D. Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis nol bagian pertama (H1) yang diuji dinyatakan bahwa “Tidak

terdapat perbedaan caring guru yang terdiri atas knowing, courage dan patience

antara kelompok tanpa pemberian BMT dibandingkan dengan pemberian BMT”.

Hasil analisis perbedaan caring guru antara kelompok tanpa dan dengan pemberian

BMT disajikan pada Tabel 4.15. Hasil MANOVA yang bersumber dari BMT

diperoleh F sebesar 655,014 dengan sig 0,000, maka hipotesis H0-1 akan ditolak

Page 116: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

115

(sig < 0,05), sehingga hasil pengujian mengandung arti terdapat perbedaan yang

signifikan caring guru tanpa pemberian BMT dibandingkan guru dengan pemberian

BMT.

2. Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis nol bagian kedua yang diuji dinyatakan bahwa “Tidak terdapat

perbedaan knowing antara kelompok tanpa pemberian BMT dibandingkan dengan

pemberian BMT”. Hasil analisis perbedaan knowing antara kelompok tanpa dan

dengan pemberian BMT disajikan pada Tabel 4.16. Hasil ANOVA knowing yang

bersumber dari BMT diperoleh F sebesar 492,969 dengan sig 0,000, maka hipotesis

H0-2 akan ditolak (sig < 0,05), sehingga hasil pengujian mengandung arti terdapat

perbedaan yang signifikan knowing guru tanpa pemberian BMT dibandingkan guru

dengan pemberian BMT. Pada kelompok guru tanpa pemberian BMT diperoleh

nilai rata-rata knowing di hasil post-test sebesar 38,04 dan 53,48 pada kelompok

guru dengan pemberian BMT. Sehingga pemberian BMT terbukti dapat

meningkatkan knowing guru.

Page 117: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

116

Gambar 4.1

Perlakuan BMT dan Knowing

Hasil uji-t yang ada dalam Tabel 4.13 dan 4.14 menerangkan bahwa pada

masing-masing kelompok baik kontrol maupun perlakuan, nilai post test knowing

guru mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan terhadap nilai

pre test. Pada kelompok tanpa pemberian BMT, nilai pre test knowing adalah 37,00

dan menjadi 38,04 pada hasil pengukuran di periode post test. Knowing di

kelompok ini tidak mengalami perubahan yang banyak yaitu hanya 1,04.

Konstribusi perlakuan BMT dalam meningkatkan knowing adalah sangat kuat, nilai

pre test knowing adalah 36,67 dan di periode post test naik menjadi 53,48.

Knowing di kelompok dengan pemberian BMT mengalami peningkatan sebesar

16,81.

Page 118: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

117

3. Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis nol bagian kedua yang diuji dinyatakan bahwa “Tidak terdapat

perbedaan courage antara kelompok tanpa pemberian BMT dibandingkan dengan

pemberian BMT”. Hasil analisis perbedaan courage antara kelompok tanpa dan

dengan pemberian BMT disajikan pada Tabel 4.16. Hasil ANOVA courage yang

bersumber dari BMT diperoleh F sebesar 1044,004 dengan sig 0,000, maka

hipotesis H0-3 akan ditolak (sig < 0,05), sehingga hasil pengujian mengandung arti

terdapat perbedaan yang signifikan courage guru tanpa pemberian BMT

dibandingkan guru dengan pemberian BMT. Pada kelompok guru tanpa pemberian

BMT diperoleh nilai rata-rata courage di hasil post-test sebesar 17,78 dan 25,26

pada kelompok guru dengan pemberian BMT. Sehingga pemberian BMT terbukti

dapat meningkatkan courage guru.

Gambar 4.2

Perlakuan BMT dan Courage

Page 119: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

118

Hasil uji-t yang ada dalam Tabel 4.13 dan 4.14 menerangkan bahwa hanya

pada masing-masing kelompok perlakuan, nilai post test courage guru mengalami

peningkatan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan terhadap nilai pre test. Pada

kelompok tanpa pemberian BMT, nilai pre test courage adalah 17,93 dan menjadi

17,78 pada hasil pengukuran di periode post test. Courage di kelompok ini tidak

mengalami perubahan yang banyak yaitu hanya 0,08. Konstribusi perlakuan BMT

dalam meningkatkan courage adalah sangat kuat, nilai pre test courage adalah 17,89

dan di periode post test menjadi 25,26. Courage di kelompok dengan pemberian

BMT mengalami peningkatan sebesar 7,37.

4. Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis nol bagian kedua yang diuji dinyatakan bahwa “Tidak terdapat

perbedaan patience antara kelompok tanpa pemberian BMT dibandingkan dengan

pemberian BMT”. Hasil analisis perbedaan patience antara kelompok tanpa dan

dengan pemberian BMT disajikan pada Tabel 4.16. Hasil ANOVA patience yang

bersumber dari BMT diperoleh F sebesar 405,035 dengan sig 0,000, maka hipotesis

H0-4 akan ditolak (sig < 0,05), sehingga hasil pengujian mengandung arti terdapat

perbedaan yang signifikan patience guru tanpa pemberian BMT dibandingkan guru

dengan pemberian BMT. Pada kelompok guru tanpa pemberian BMT diperoleh

nilai rata-rata patience di hasil post-test sebesar 10,48 dan 14,22 pada kelompok

guru dengan pemberian BMT. Sehingga pemberian BMT terbukti dapat

meningkatkan patience guru.

Page 120: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

119

Gambar 4.3

Perlakuan BMT dan Patience Guru

Hasil uji-t yang ada dalam Tabel 4.13 dan 4.14 menerangkan bahwa hanya

pada masing-masing kelompok perlakuan, nilai post test patience guru mengalami

peningkatan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan terhadap nilai pre test. Pada

kelompok tanpa pemberian BMT, nilai pre test patience adalah 10,26 dan menjadi

10,48 pada hasil pengukuran di periode post test. Patience di kelompok ini tidak

mengalami perubahan yang banyak yaitu hanya 0,22. Konstribusi perlakuan BMT

dalam meningkatkan patience adalah sangat kuat, nilai pre test patience adalah

10,22 dan di periode post test menjadi 14,22. Patience di kelompok dengan

pemberian BMT mengalami peningkatan sebesar 4,00.

Page 121: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

120

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan pada

bab IV dengan sistematika sebagai berikut: 1) temuan penelitian, 2) keterbatasan

penelitian dan 3) implikasi hasil penelitian.

A. Pembahasan temuan penelitian

Penelitian ini berangkat dari persoalan kompetensi guru SD dalam

pembelajaran: Pertama, keprihatinan terhadap perilaku guru pada saat di kelas

maupun di luar kelas yang kurang mempedulikan kebutuhan siswa. Kedua,

minimnya pemahaman dan keterampilan tentang sikap dan perilaku guru yang

sesuai bagi siswa SD. Ketiga, adanya tuntutan agar guru SD tidak hanya

mementingkan target kurikulum untuk kepentingan ujian nasional, akan tetapi

kebutuhan non akademis juga lebih diperhatikan. Keempat, hasil pengukuran awal

terhadap guru SD di kabupaten Sidoarjo menunjukkan bahwa caring guru SD

bervariasi dengan kecenderungan rendah, sehingga perlu ditingkatkan.

1. Pembahasan Pelatihan Caring Guru SD

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan deskripsi pelaksanaan penelitian

dan sejumlah temuan penelitian. Penerapan behavior modeling training dapat

dilaksanakan sesuai sintak dan menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi

peneliti dan guru SD. Bagi peneliti, pelatihan ini telah mengasah pemahaman

dan keterampilan dalam melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

terhadap guru SD yang memiliki pemahaman dan kemampuan yang berbeda-

Page 122: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

121

beda. Sedangkan bagi guru SD, telah memotivasi untuk terus mengembangkan

sikap dan perilaku caring dalam pembelajaran yang menjadi tugasnya sebagai

guru serta meningkatkannya secara terus menerus.

Penelitian tentang caring guru SD dilakukan karena: (1) setiap guru

memiliki pemahaman dan perlakuan yang berbeda-beda dalam menghadapi

siswa, (2) hubungan guru dan siswa terbatas pada kebutuhan akademik saat di

kelas, (3) guru tidak tahu bagaimana mengekspresikan sikap saat di kelas

maupun di luar kelas, sehingga hubungan emosional yang terjalin antara guru

dan siswa tidak kuat, (4) caring merupakan komponen mayor dalam

pembelajaran (McCroskey) (5) caring sangat berpengaruh dan dapat

menyelesaikan problem pribadi, keluarga, etnik, dan problem kelas, sehingga

dapat menciptakan pembelajaran, pengajaran, dan pengajaran dan kehidupan

yang efektif (Allice & Stellern, 2005).

Pelatihan caring ini didasarkan pada: (1) caring merupakan hal yang

sangat mendasar dalam mensukseskan pendidikan. (2) praktek pembelajaran

yang mengabaikan caring akan berdampak pada prestasi akademik, sosial, dan

fisik yang tidak baik (Cutforth, 1999), (3) guru SD dituntut untuk menjadi

‘good teacher’ yang memiliki kemampuan untuk menjalankan otoritas dengan

tidak kaku, menjalankan pembelajaran yang menyenangkan, dan kemampuan

positif membangun caring (Woolfolk dan Weinstein, 2006).

Berdasarkan kajian tentang caring dan model-model pelatihan, maka

dilakukan penerapan Behavior Modeling Training yang memiliki sintak, yaitu:

1) Modeling, yaitu: adanya model yang dapat digunakan secara efektif dan

Page 123: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

122

sesuai dengan kondisi. 2) Retention Process, yaitu: proses mengingat, di

dalamnya termasuk kode simbol, pengorganisasian kognisi, mengulang

simbol, dan semua yang membantu pebelajar mengingat dan mengulang apa

yang sudah dilihat dalam modeling. 3)Behavioral Rehearsal, yaitu: Pebelajar

mempraktekkan performen model 4) Feedback yaitu: umpan balik yang

diberikan pelatih atau sesama pebelajar dalam usahanya menerapkan perilaku

model. Feedback yang konstruktif sangat diperlukan bagi pebelajar untuk

memastikan perilaku pebelajar telah diobservasi dan dipelajari melalui

modeling. Feedback juga sebagai fungsi penguatan sosial, yang memiliki

peranan penting sebagai awal penerimaan behavior baru. 5) Transfer of

Training , yaitu: Ragam strategi yang digunakan dalam memfasilitasi transfer

komponen behavior modeling.

Sintak ini dipilih karena sesuai dengan kondisi subyek yaitu guru SD,

lulusan S1, memiliki pengalaman mengajar, keterbatasan waktu, model praktis

dilaksanakan dan hal ini sesuai dengan prinsip andragogi, yaitu pelatihan orang

dewasa akan lebih berhasil apabila pelibatan peserta dimaksimalkan, pelatih

lebih memerankan diri sebagai fasilitator dengan mengaktifkan peserta dalam

diskusi, presentasi dan kerja kelompok. Pemilihan strategi pelatihan yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta ini sesuai pendapat Ancis (1998)

bahwa efektivitas penerapan model perlu disesuaikan dengan peserta

pelatihan.

Untuk lebih mengefektifkan pelatihan caring dengan behavior

Page 124: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

123

modeling training maka dilengkapi dengan penayangan film yang digunakan

sebagai media modeling sebagaimana sintak dalam BMT, ceramah dengan

media power point, game, diskusi dan kerja kelompok. Pelatihan caring

dengan beragam strategi memotivasi peserta untuk lebih antusias untuk

mengikuti. Strategi yang diterapkan tidak lepas dari sintak BMT dengan

pendekatan pelatihan bagi orang dewasa.

Pelatihan caring dengan menggunakan model dalam film dapat

memberikan pengalaman baru, mempertahankan semangat dan keterlibatan

peserta dalam proses pelatihan, mereka juga tidak merasa jenuh. Pelatihan ini

juga memanfaatkan bibliolearning (bahan bacaan) untuk melengkapi strategi

ceramah yang cenderung satu arah. Pemberian bacaan diberikan kepada setiap

peserta dilengkapi dengan lembar kerja sebagai perangkat pelatihan dan media

melakukan refleksi. Bahan bacaan bermanfaat sebagai panduan pemahaman

caring, hal ini sesuai dengan pendapat Hansen dan Williams (2007) yang

menyatakan bahwa biblio dapat menumbuhkan insight pada diri seseorang.

Pemanfaatan film dan video sebagai model dalam pelatihan sangat

diminati peserta, karena mereka dapat melihat contoh secara langsung

bagaimana guru menerapkan caring di sekolah. Bibliolearning sebagai

pendukung untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan, sehingga secara

konsepsi dan skill dapat dikuasai oleh peserta.

Penerapan behavior modeling training dengan menggunakan 5

langkah: modeling, retention process, behavior rehearsal, feedback, dan

Page 125: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

124

transfer of training. Pemberian tugas individu maupun kelompok kemudian

mediskusikan tugas terkait dengan modeling sangat efektif dalam

meningkatkan retention process dan mengulang apa yang sudah dilihat dari

modeling. Kegiatan role play juga sangat membantu peserta dalam

mempraktekkan perilaku sesuai dengan tema-tema pelatihan. Feedback yang

konstruktif antar sesama peserta dapat membantu peserta dalam

menyempurnakan keterampilan yang dipraktekkan, juga memberikan

penguatan sosial. Setelah keseluruhan rangkaian pelatihan selesai, transfer

pelatihan dilakukan di sekolah tempat peserta mengajar.

Observasi lapangan sebagai tindak lanjut pelatihan pada sintak

transfer of training dilakukan satu minggu setelah kegiatan pelatihan berakhir.

Jarak waktu pelatihan dan observasi ini ditetapkan karena peneliti ingin

memastikan bahwa pelatihan yang telah dilakukan selama 3 bulan benar-benar

memiliki dampak terhadap perilaku caring guru di sekolah. Dari jumlah total

delapan sekolah yang menjadi sasaran penelitian, peneliti mengambil 2 sampel

guru setiap sekolah karena keterbatasan waktu dan tenaga. Secara umum, hasil

observasi di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukan peserta

(guru) lebih baik dari sebelum pelatihan. Saat pembelajaran di kelas, guru

menunjukkan sikap yang hangat kepada siswa. Mereka menghargai hal-hal

yang dilakukan siswa tanpa membeda-bedakan kemampuan siswa. Dilihat dari

pola komunikasi juga tampak bahwa guru tidak mendominasi pembicaraan,

tetapi terjadi komunikasi yang dialogis antara guru dan siswa. Guru menjadi

pendengar yang baik dan memahami kebutuhan siswa. Di luar kelaspun guru

Page 126: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

125

tidak menjaga jarak dengan siswa, mereka dapat berkonsultasi dengan guru, di

mana dan kapan saja. Sebelum pelatihan, guru menghabiskan waktu di kantor

bersama sejawatnya, namun pada observasi yang dilakukan di sekolah setelah

pelatihan, guru terlihat sering berkomunikasi dengan siswa di luar kantor. Hasil

wawancara dengan siswa juga memperkuat bahwa guru mereka sekarang lebih

dekat dan peduli dengan mereka.

Pelatihan caring dengan menggunakan model yang inovatif dan

didukung dengan suasana yang nyaman, komunikatif, dan penuh keakraban

membuat peserta antusias dalam mengikuti pelatihan. Rasa nyaman dalam

pelatihan ini juga menjadikan pelatihan ini berjalan efektif karena peserta tidak

merasa tertekan dalam mengikuti kegiatan. Mereka juga tampak proaktif

dalam mengikuti dari awal sampai akhir sesi pelatihan. Reward dari pelatih

yang diberikan kepada peserta dan kelompok yang dapat menyelesaikan tugas

juga efektif untuk memotivasi peserta menyelesaikan tugas-tugas di pelatihan.

Praktek, pemberian feedback, dan transfer hasil pelatihan sebagai

bentuk pemberian penguatan terhadap proses dan hasil pelatihan. Praktek yang

dilakukan dalam bentuk role play sebagaimana dalam teori yang dikemukan

Decker dan Natahan (1985). Role play yang dilakukan mengacu pada situasi

riil sebagai seorang guru untuk menyesuaikan keterampilan yang diaplikasikan

pada situasi yang sesuangguhnya (Taylor, 1999). Feedback menunjukkan

adanya penilaian diri terhadap kemampuan dan evaluasi kekurangan pada

sikap yang dilakukan.

Pelatihan caring bagi guru SD ini bekerjasama dengan KKG gugus 06

Page 127: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

126

yang dilakukan bersamaan di SDN Cemengkalang, baik untuk kelas pelatihan

maupun kelas yang melakukan kegiatan rutin KKG. Pemilihan lokasi di SD

tersebut menjadi pusat kegiatan karena KKG 06 belum memiliki kantor

permanen. Letak SDN Cemengkalang juga sangat strategis, mudah dijangkau

SD anggota dengan alat transportasi apapun. Di samping itu, koordinator KKG

06 merupakan guru di SDN tersebut. Biasanya pertemuan KKG bergantian

antar SD, namun untuk keperluan pelatihan ini difokuskan di SDN

Cemengkalang agar kegiatan bisa efektif dan kondusif.

Dari uraian penerapan model pelatihan di atas, dapat disimpulkan bahwa

Behavior Modeling Training cukup efektif diterapkan pada pendidikan dan

pelatihan peningkatan caring guru SD. Berdasarkan nilai rata-rata

menunjukkan adanya kecenderungan bahwa dari hasil pelatihan, knowing guru

SD meningkat, hasil tes menerangkan bahwa penerapan BMT efektif dalam

meningkatkan courage guru SD dengan rata-rata hasil cenderung lebih tinggi.

Demikian juga patience guru SD, nilai rata-rata menunjukkan peningkatan

hasil setelah dilakukan pelatihan melalui BMT.

2. Pembahasan Pengaruh Behavior Modeling Training terhadap Caring guru SD

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh behavior

modeling training terhadap sikap caring guru SD. Pengujian hipotesis

Page 128: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

127

penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut:

a. Ada perbedaan signifikan caring guru yang dilatih dan yang tidak dilatih

dengan BMT. Konstribusi perlakuan BMT dalam meningkatkan caring

guru adalah sangat kuat, nilai pre test caring guru adalah 64,8 dan di periode

post test menjadi 93,0. Caring guru di kelompok dengan pemberian BMT

mengalami peningkatan sebesar 28,2.

b. Ada perbedaan signifikan knowing guru yang dilatih dengan yang tidak

dilatih dengan BMT. Kontribusi perlakuan BMT dalam meningkatkan

knowing adalah sangat kuat, nilai pre test knowing adalah 36,67 dan di

periode post test naik menjadi 53,48. Knowing di kelompok dengan

pemberian BMT mengalami peningkatan sebesar 16,81.

c. Ada perbedaan courage guru yang dilatih dan tidak dilatih. Kontribusi

perlakuan BMT dalam meningkatkan courage sangat kuat, nilai pre test

courage adalah 17,89 dan di periode post test menjadi 25,26. Courage di

kelompok dengan pemberian BMT mengalami peningkatan sebesar 7,37.

d. Ada perbedaan signifikan antara patience guru yang dilatih dan yang tidak

dilatih dengan BMT. Kontribusi perlakuan BMT dalam meningkatkan

patience sangat kuat, nilai pre test patience adalah 10,22 dan di periode post

test menjadi 14,22. Patience di kelompok dengan pemberian BMT

mengalami peningkatan sebesar 4,00.

Hasil penelitian ini mendukung teori-teori sebelumnya, bahwa pelatihan

ini dapat diterapkan untuk meningkatkan caring guru SD, hal ini juga sesuai

pendapat Byham & Pescuric (1996) bahwa pelatihan BMT dapat

Page 129: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

128

meningkatkan kinerja yang spesifik dalam hal ini caring guru SD. BMT

merupakan teknik pelatihan yang sangat dikenal dan secara luas digunakan

dalam pelatihan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dan interaktif.

Keberhasilan penerapan model pelatihan juga ditentukan oleh pemilihan

model pelatihan yang disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi peserta.

Sebagaimana dikemukakan Miller (2009), bahwa modeling merupakan cara

yang efektif untuk mengajarkan caring. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa

instruktur perawat sering menunjukkan bagaimana cara mendemonstrasikan

perilaku caring dengan cara mempraktekkan perilaku caring melalui diri

mereka sendiri. Modeling menjadi salah satu cara yang terbanyak digunakan

dalam pendidikan perilaku yang berfokus pada pengajaran caring. Sintak

pelatihan mudah dilaksanakan, dan sesuai dengan prinsip pelatihan bagi orang

dewasa.

Behavior modeling training melalui sintak modeling, retention process,

behavior rehearsal, feedback dan transfer of training, merupakan proses

eksplorasi dan penguatan terhadap behavior guru. Penerapan model ini sesuai

pendapat Robinson (1982) bahwa BMT telah terbukti efektif dalam merubah

perilaku kerja. American Psycological association juga melaporkan bahwa

BMT sebagai training methodology yang mampu merubah perilaku di tempat

kerja. Paul et. al (1983) juga menyatakan bahwa BMT sebagai metode

pelatihan yang paling efektif untuk keterampilan mengajar, karena metode ini

membolehkan pebelajar untuk meniru perilaku orang lain yang memiliki

keterampilan dan ada pengawasan pada saat ia memperaktekkannya. Dengan

Page 130: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

129

demikian, penelitian yang dilakukan mendukung teori-teori sebelumnya.

Penerapan BMT terbukti efektif untuk meningkatkan caring guru SD.

Sedangkan menurut Teven (2001), caring merupakan butir personal

yang mendasar bagi guru yang memainkan peranan vital bagi persepsi siswa

dalam pembelajaran, sikap, kepuasan, dan persepsi kompetensi guru serta

kepercayaan siswa terhadap guru. Penelitian yang telah dilakukan oleh

Wentzel (dalam Linley 2006) menunjukkan bahwa tingkat motivasi siswa

dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dimana kualitas tersebut sangat

berhubungan erat bahkan tidak mungkin dipisahkan dengan tindakan-tindakan

guru yang menunjukkan pentingnya caring guru.

Guru SD tidak hanya cukup memiliki pengetahuan untuk meningkatkan

kemampuan akademik siswa, namun perlu memiliki sikap dan perilaku caring.

Sebagaimana yang dinyatakan Woolfolk dan Weinstein (2006) ada tiga faktor

utama persepsi siswa tentang 'good teacher' yaitu; kemampuan untuk

menjalankan otoritas dengan tidak sangat kaku, kemampuan untuk membuat

pembelajaran lebih menyenangkan, kemampuan positif membangun caring.

B. Keterbatasan Penelitian

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan behavior

modeling training efektif dan berpengaruh terhadap caring guru SD pada

kelompok eksperimen. Namun penelitian ini memiliki kelemahan karena

kelompok kontrol tidak diberi perlakuan apa-apa dan tidak mendapat kontrol

Page 131: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

130

yang ketat sebagaimana kelompok eksperimen. Dalam sebuah penelitian

eksperimen idealnya dilakukan pengontrolan yang ketat baik pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol, dengan melihat perbedaan yang cermat

pada kedua kelompok tersebut.

5. Implikasi Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, sejumlah temuan penelitian ini

berimplikasi pada (1) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan caring dan (2)

penelitian tentang caring di masa mendatang.

1. Implikasi terhadap Pendidikan dan Pelatihan Caring Guru

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah masih bertumpu

pada peningkatan akademik siswa. Prakteknya, siswa menjadi sasaran target

kurikulum tanpa mempertimbangkan aspek psikologis siswa dengan

mewujudkan caring dalam pembelajaran maupun di luar kelas. Kohl

menegaskan bahwa seorang guru memiliki kewajiban untuk care pada setiap

siswa (Kohl, 1984). Sedangkan Rogers dan Webb menyatakan bahwa guru yang

baik adalah guru yang care, dan pembelajaran yang baik adalah pembelajaran

yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan caring (Rogers & Webb, 1991).

Noddings juga memperkuat dengan pernyataannya, bahwa caring seharusnya

ada dalam praktek pembelajaran (Noddings, 1986).

Pelatihan adalah proses yang dimanfaatkan organisasi untuk mengubah

perilaku pekerja, yang berkontribusi pada keseluruhan misi orang, dan

pengembangan personal dan professional individu-individu yang terlibat,

(Sherman, et.al, 1988). Pelatihan memiliki manfaat yang besar bagi guru,

Page 132: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

131

sebagaimana dijelaskan oleh Sondang Siagian (1997), manfaat pelatihan

bagi guru, diantaranya : (1) membantu para guru membuat keputusan dengan

lebih baik; (2) meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan berbagai

masalah yang dihadapinya; (3) terjadinya internalisasi dan operasionalisasi

faktor-faktor motivasional; (4) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus

meningkatkan kemampuan kerjanya; (5) peningkatan kemampuan guru untuk

mengatasi stres, frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa

percaya pada diri sendiri; (6) tersedianya informasi tentang berbagai program

yang dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka pertumbuhan masing-

masing secara teknikal dan intelektual; (7) meningkatkan kepuasan kerja; (8)

semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang; (9) makin besarnya

tekad guru untuk lebih mandiri; dan (10) mengurangi ketakutan menghadapi

tugas-tugas baru di masa depan.

Pengembangan profesional dan pelatihan memiliki pengaruh yang

sangat signifikan terhadap efektifitas sebuah sekolah (Seyfarth, 2002), karena

memberi kesempatan pada guru untuk mendapatkan keterampilan dan sikap

baru yang mengubah perilakunya, yang pada akhirnya meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Penerapan beragam strategi pelatihan sangat diperlukan dalam

peningkatan caring guru SD. Behavior modeling training tidak hanya berpusat

pada penguasaan konsep-konsep caring, namun melalui praktek, feedback, dan

transfer of training dapat mengembangkan dan meningkatkan sikap dan

keterampilan caring guru. Hal ini membantu guru mengembangkan diri,

Page 133: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

132

mengevaluasi diri, dan meningkatkan caring. Penerapan BMT dalam diklat

perlu di desain yang menarik melalui penciptaan lingkungan yang kondusif,

suasana yang hangat dengan semangat kebersamaan, serta komunikatif dan

dialogis. Pelibatan peserta dalam sesi-sesi pelatihan dimaksimalkan karena

dapat meningkatkan motivasi dalam belajar dan mengikuti pelatihan sampai

tuntas.

Sintak pelatihan melalui 5 langkah kegiatan merupakan langkah yang

sesuai untuk guru, karena guru umumnya membutuhkan terapan-terapan

daripada teori-teori, lebih berminat pada pelatihan yang aplikatif untuk

kebutuhan mereka dalam pembelajaran di sekolah nantinya. Sebagai implikasi

terhadap pelatihan, program pelatihan perlu didahului dengan assessment

kebutuhan, materi pelatihan seharusnya didasarkan pada permasalahan nyata

dan kebutuhan guru, pelatihan perlu dilaksanakan sesuai kondisi peserta,

keterbatasan waktu yang dimiliki. Perangkat pelatihan sebagai pendukung

pelaksanaan pelatihan berupa media-media pelatihan, format kerja kelompok,

lembar observasi, modul pelatihan, panduan pelatihan, perlengkapan dan

penataan ruang perlu dilakukan secara proporsional untuk mengefektifkan

pelatihan. Temuan-temuan signifikan dalam penelitian ini memberikan

kejelasan bahwa pelatihan dengan model BMT berpengaruh terhadap caring

guru SD, sehingga berdasarkan temuan ini, diklat peningkatan caring guru SD

dapat menggunakan model ini.

2. Implikasi terhadap Penelitian Lanjutan

Kajian tentang caring guru masih sangat minim meskipun pada

Page 134: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

133

prakteknya guru setiap saat menghadapi karakter siswa yang sangat kompleks

dan butuh perhatian untuk mendukung pembelajaran mereka. Guru masih

dihadapkan pada kebutuhan praktis dan terukur dari segi prestasi yang menjadi

tuntutan pemerintah, sekolah, maupun orang tua. Penelitian tentang caring guru

hampir belum ada yang melakukan, karena caring lebih melekat dengan dunia

kesehatan. Padahal di dunia barat, caring guru menjadi perhatian serius dan

menjadi persoalan penting bagi dunia pendidikan. Maka perlu dilakukan

penelitian tentang caring guru di berbagai jenjang pendidikan, sehingga caring

yang menjadi salah satu bagian kecil dari kompetensi kepribadian guru mulai

dieksplorasi. Penerapan model-model pelatihan yang berbeda untuk

meningkatkan caring guru perlu dilakukan, agar dapat memperkaya model-

model pelatihan yang efektif dan efisien.

Penelitian ini hanya memotret caring dari segi pemahaman maupun

prakteknya pada guru SD, sehingga peneliti lain dapat melanjutkan dengan

memfokuskan diri pada jenjang lainnya. Penelitian lanjutan juga dapat

melakukan uji pengaruh BMT terhadap caring guru pada subyek yang berbeda.

Page 135: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

134

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dan saran. Kesimpulan

menitikberatkan pada uraian tentang pelaksanaan BMT, hasil analisis dan uji

hipotesis serta pemaknaan terhadap keduanya. Sedangkan saran merupakan

tindak lanjut hasil penelitian yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang

berkaitan langsung dengan hasil tersebut. Kesimpulan dan saran dapat

dijelaskan sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pelaksanaan BMT, hasil analisis serta pembahasan

hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa BMT dapat dikatakan memiliki

pengaruh dalam meningkatkan caring guru SD. Di dalamnya terkandung

sintak yang mudah untuk diterapkan. Kemudahan desain, kejelasan

urutan, dan model dengan menggunakan film yang menarik, serta bahan

bacaan yang sesuai menjadi alasan mengapa pelatihan ini diminati oleh

guru SD. Dalam pelaksanaannya, kekompakan, konsentrasi, dan

perhatian yang ditunjukkan di kelas eksperimen merupakan indikator

yang jelas bahwa pelatihan dengan BMT ini dapat diterapkan dan diterima

dengan baik oleh guru.

Adapun hasil analisis dan uji hipotesis dapat dijelaskan berturut-turut

sebagai berikut:

Page 136: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

135

1. Ada perbedaan signifikan caring guru yang dilatih dan yang tidak

dilatih dengan BMT. Kontribusi perlakuan BMT dalam meningkatkan

caring guru sangat kuat.

2. Ada perbedaan signifikan knowing guru yang dilatih dengan yang

tidak dilatih dengan BMT. Kontribusi perlakuan BMT dalam

meningkatkan knowing sangat kuat.

3. Ada perbedaan signifikan courage guru yang dilatih dan tidak dilatih.

Kontribusi perlakuan BMT dalam meningkatkan courage sangat kuat.

4. Ada perbedaan signifikan antara patience guru yang dilatih dan yang

tidak dilatih dengan BMT. Kontribusi perlakuan BMT dalam

meningkatkan patience sangat kuat.

B. Saran-saran

Berdasar pada hasil penelitian, diajukan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Bagi Guru Sekolah Dasar

Guru yang baik menurut siswa di antaranya adalah guru yang

memenuhi kebutuhannya saat di kelas maupun di luar kelas. Kebutuhan

yang dimaksud adalah kebutuhan yang mampu menunjang prestasi

akademik dan non akademiknya, misalnya: perhatian, kasih sayang,

sabar, mampu mensupport, menjadikannya pribadi yang mandiri dan

lainnya.

Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut, maka

Page 137: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

136

guru SD diharapkan mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk

meningkatkan pemahaman maupun keterampilan caring, dan

mempraktekkannya di sekolah. Guru juga diharapkan

menyosialisasikan pentingnya caring ini kepada teman sejawat dan

pihak-pihak lain yang ada di sekolah sehingga nantinya akan terwujud

komunitas caring di sekolah yang akan memiliki manfaat besar bagi

pengembangan dunia pendidikan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

Caring merupakan atribut personal yang mendasar bagi guru

dan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam pembelajaran

saat ini. Hal ini karena guru SD menjadi role model dan figur

identitas setelah orang tua di rumah. Guru selalu diharapkan siswa

menjadi orang ‘sempurna’ dalam mendampinginya saat di sekolah.

Maka LPTK diharapkan mengembangkan kompetensi kepribadian

guru dengan menumbuhkan dan mengasah kemampuan caring calon

guru melalui pembelajaran yang dapat diintegrasikan dalam mata

kuliah yang sesuai.

3. Bagi Lembaga Pengguna

Guru menjadi unsur utama dalam memegang kunci sukses

pendidikan, maka dalam merekrut tenaga pendidik jangan hanya

melihat nilai IPK yang tinggi pada calon pelamar. Hal yang perlu

dilakukan sebelum menerima menjadi tenaga pendidik di lembaga

adalah dengan melakukan tes uji kompetensi non akademik yang

Page 138: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

137

bisa dilakukan melalui psikotes dan praktek magang sebelum

diterima sebagai pendidik tetap di lembaga. Dengan proses tersebut,

akan diketahui dan diperoleh data tentang kompetensi kepribadian

yang dimiliki calon pendidik.

4. Bagi Dinas Pendidikan (Pemerintah)

Peningkatan mutu guru menjadi komitmen bersama baik oleh

pemerintah maupun masyarakat. Banyak hal yang sudah dilakukan

pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut melalui berbagai

kegiatan salah satunya pelatihan peningkatan mutu guru dan lainnya.

Untuk dapat mengukur keberhasilan pelatihan yang sudah dilakukan

sebaiknya dilakukan monitoring yang intens sehingga akan

terevaluasi hasil pelatihan yang diperoleh guru. Sebagaimana yang

dilakukan pada pelatihan caring melalui behavior modeling training

ini, peserta pelatihan tetap dikawal keberhasilannya melalui transfer

of training pada saat mereka kembali ke sekolah masing-masing.

Maka model ini bisa diadopsi oleh lembaga-lembaga penyelenggara

pelatihan baik di dinas pendidikan ataupun lainnya.

5. Bagi Pelatih

Guru akan dapat mengembangkan kompetensinya jika

difasilitasi lewat pelatihan yang efektif. Untuk itu, dalam mendesain

pelatihan, disarankan menggunakan beragam model pelatihan yang

sesuai dengan karakteristik peserta. Model pelatihan bagi orang

dewasa (andragogi) lebih sesuai karena bersifat aktif dan

Page 139: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

138

memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta.

Behavior modeling training dapat diterapkan sebagai salah

satu model pelatihan karena memiliki sintak yang jelas untuk

merubah behavior peserta sesuai tujuan yang diharapkan. Langkah-

langkah pelatihan BMT sesuai untuk pelatihan orang dewasa dalam

mengevaluasi diri dan meningkatkan caring guru secara

berkelanjutan. Penerapan BMT dapat didukung dengan media audio

visual atau lainnya, perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai

aplikatif, serta desain pelatihan yang efektif sehingga tercipta iklim

pelatihan yang nyaman dan dialogis.

6. Bagi Penelitian tindak lanjut

Penelitian tindak lanjut disarankan untuk menguji pengaruh

behavior modeling training terhadap caring guru pada subyek yang

berbeda, seperti guru SMP, SMA, atau para calon guru di LPTK.

Peneliti lain dapat melakukan model pelatihan berbeda yang lebih

efektif dan komprehensif dengan rancangan penelitian yang berbeda,

sehingga dapat ditemukan model-model peningkatan caring guru

yang lebih efektif dan variatif.

DAFTAR RUJUKAN

Abimanyu, S. & Marinhu, T. 1996. Teknik dan Laboratorium Konseling. Jakarta:

Depdikbud, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan

Page 140: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

139

Tenaga Akademik.

Anderson, C.S. 1982. The Search for School Climate: A Review of the Research.

Review of Educational Research. 52, 368-420.

Ary, D. Jacobs, L.C. & Razavieh A. 2002. Introduction to Research in Education.

Sixth Edition. London. Berkshire-House Thomson Learning.

Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: McGraw Hill.

Ardhana, W. 1987. Bacaan Pilihan dalam Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta

Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Arnett. J.J. 2006. Human Development, A Cultural Approach. Pearson.

Atmodiworo.S. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia Jakarta: PT. Ardadijaya.

Bain, K. 2004. What the Best College Teachers do. Cambridge, MA: Harvard

University Press.

Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Betz, N.E. 1992. Counseling uses of career self-efficacy theory. The Career

Development Quarterly, 41,22-26.

Borg, E.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introduction, Fourth

Edition. New York: Longman.

Brown, J & Sheppard, B. 1997. Professional Development: What do we know and

where are we going? (Online),

http://www.mun.ca.educ/faculty/pdfinal.htm.

Brucea, M.A. & Stellern, J. 2005. Building Caring Community in Teacher

Education, Journal of The Teacher Educator, 41 (1), 34-53.

Byham, W. C., & Pescuric, A. 1996. Behavior Modeling at the teachable moment.

Training, 33, 50-53.

Campbell, D.T. & Stanley, J.C. 1968. Experimental and Quasi Experimental Design

for Research. Chicago: Rand McNally College Publishing Company.

Carruth, A. Steele, B., Moffette, T., Rehmeyer, C., Cooper, C., and Burroughs, R.

1999. The Impact of Primary and Modular Nursing Delivery Systems on

Page 141: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

140

Perceptions of Caring Behaviour. Oncology Nursing Forum. 26 (1), 95-100.

Catt, S. & Miller, D. 2001. You Are the Key : Communicate for Learning

Effectiveness, Journal of Education. 127(3), 369-377.

Charney, R. S. 1992. Teaching children to care. Green"eld, MA: Northeast

Foundation for Children.

Clark, M.A. 2003. Training School Interns to Teach Elementary Students to respect

and Care for Others. Journal of Humanistic Counseling, Education and

Development. 42, 91-98.

Corey, G. 1995. Theory and Practice of Group Counseling. Fourth Edition. Pasific

Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company.

Cormier, W.H. & Cormier, L.S. 1985. Interviewing Strategies for Helpers:

Fundamental skill and Cognitive Behavioral Interventions. Third Edition.

Pasific Grove, California: Brooks Publishing Company.

Costigan L.L. 1992. Communication Paedagogy, New Jersey: Ablex Publishing

Corporation.

Decker, P.J. & Nathan, B.J. 1985. Behavior Modeling Training, New York USA:

CBS Educational and Professional Publishing.

Erickson, E.H. 1968. Identity; Youth and Crisis. New York. W.W. Norton.

Emmer, E.T., Everston, C.M. & Worsham, M.E., 2003. Classroom Management for

Secondary Teachers (6th ed.). Boston: Allyn & Bacon.

Fiordo, A. Richard. 1989. Communication in Education, Canada: Detselig

Enterprises Ltd.

Fry, John.P. & Dede Bonner, 2001. Models and Strategies for Training Design,

(edited by: Karen L. Medsker & Kristina M. Holdsworth), USA:

International Society for Performance Improvement (ISPI).

Gall, M.D. & Vojtek, R. 1994. Planning for effective Staff Development : Six

Research-Based Model. Eric Clearinghouse on Educational Management,

University of Oregon.

Garret, T., Barr, J. & Rothman, T. 2009. Perspective on Caring in The Classroom:

Do They Vary According To Ethnicity or Grade Level? ADOLESCENCE.

44(175), 505-508.

Goldstein, L.S & Lake, V.E. 2000. Love, love, and more Love for Children;

Page 142: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

141

Exploring preservice Teachers Understanding of Caring. Journal of

Teaching and Teacher Education. 16. 861-872.

Goldstein, A.P. & Sorcher, M. 1974. Changing Supervisory Behavior. New York:

Pergamon Press.

Goodlad, J.I, 1984. A Place Called School. New York: McGraw-Hill.

Gordon, S.P. 2004. Professional Development for School Improvement:

Empowering Learning Communities. Boston: Pearson Education Inc.

Graham, S & Taylor, A.Z. 2002. Ethnicity, gender, and the development of

achievement values. In A Wigfield & J.S. Eccles (Eds.), Development of

Achievement Motivation. San Diego: Academic Press.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Harris, M. M. & Schaubroeck, J. 1988. A Meta Analysis of Self Supervisor, Self

Peer, and Peer Supervisor ratings. Personnel Psychology. 41, 143-152.

Himpunan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan

Nasional. 2010. Bandung: Nuansa Aulia.

Hodgson-Smith, K.L. 2000. Issues of Pedagogy in Aboriginal Education. Dalam

M. Brant Castellano, L. Davis, & L. Lahache (Eds), Aboriginal Education:

Fulfilling the Promise. Vancouver, Bc: University of British Columbia.

Hurlock, B. E. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Bumi Aksara.

Kendall, J.S & Marzano, J.R .1997. Content Knowledge: Compendium of Standards

and Benchmarks for K-12 Education: Mid-Continent Regional Education

Laboratory, Inc.

Kohl, H. 1984. Growing Minds. New York: Harper and Row.

Lazear, David G. 1996. Seven Ways of Knowing Teaching for Multiple Intelligences.

Australia: Hawker Brownlow Education.

Lumpkin, A. 2007. Caring Teachers, The Key to Student Learning. KAPPA DELTA

PI Record, 158-160.

Leininger, M. M. 1984. Culture Care Diversity and University: a Theory of

Nursing. New York: National League for nursing Press.

Marlowe, M. 2006. Torey Hayden’s Teacher Lore: a Pedagogy of Caring. Journal

Page 143: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

142

of Education for Teaching. 31(1), 93-103.

Mayeroff, M. 1971. On Caring. New York: Harper & Row.

McCroskey, J.C. 1992. An Introduction to Communication in The Classroom.

Edina, MN: Burgess International Group.

McMillan, J.H. & Schumacher. 1993. Research in Education: A Conceptual

introduction. Third Edition. New York: Harper Collins College Publisher.

Meyers, S.A. 2009. Do Your Students Care Wheter You Care About Them?.

Journal of College Teaching, Heldref Publication, 57(4), 205-209.

Milner, P. & Carolin, B. 1999. Time to Listen to Children, New York: Routledge.

Miller, S. A. & Anderson, E. S. 2009. Modeling and measuring Caring Behaviors

among Nursing Education Faculty. Journal of Nursing Education, 32.

Mohammed, M. 2001. Improving Teacher Education: Ways of Developing

Metacognition, Mediation and Educational Emotional Awareness in

Teachers of Pupil with Dyslexia, (Online). http:

//www.bath.ac.uk/~edsajw/mmmphil.shtml/

Murray Orr, A. 2002. Book Conversations As Acts of Caring; A Teacher

Researcher’s Reflective Engagement with Noddings’ Ethic of Caring.

Jurnal of Curriculum and Teaching Dialogue, 4(2), 89-100.

NKongho, N. 1994. The Caring Ability Inventory. In O.L. Strickland & C.R. Waltz

(Eds.), Measurement of Nursing Outcomes (4). New York: Springer

Publishing.

Neuman, W.L. 2000. Social Research Methods. Qualitative and Quantitative

Approaches. Fourth Edition. Boston: Allyn & Bacon.

Newman, J.W. 2002. America’s Teachers. Boston: Allyn & Bacon.

Noddings, N. 1992. The challenge to Care in School. New York: Teachers College

Press.

Noddings, N. 1984. Caring a Feminine Approach to Ethics and Moral Education,

Barkeley: University of California Press.

Noddings, N., Michael S. K. & Kenneth A. S. 1999. Justice and Caring, the Search

for Common Ground in Education. New York: Teachers College Press.

Noddings, N. 2001. The Caring Teacher. Dalam V. Richardson (Ed.), Handbook of

Page 144: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

143

research on teaching (4th ed., pp.99-105). Washington, DC: American

Educationala Research Association.

Noddings, N. 1993. Educating for Intelligent Belief or Unbelief. New York: Teacher

College Press. .

Nussbaum J.F. 1992. Effective Teacher Behaviors. Communication Education. Vol.

41. Dalam Dora E. Saavedra, Marisa L. Saavedra, Women of Color

Teaching Students of Color: Creating an Effective Classroom Climate

Through Caring, Callenging, and Consulting (2007). New Directions For

Teaching and Learning, 3, 110-16.

Nurrahmah, E. Asuhan Keperawatan Bermutu. http://pdpersi.co.id?

Show=detilnews&kode=786&tbl=artikel. (diakses 26 Januari 2012)

Paul, F.C., Edward E. G., & Keith, R. 1983. Teaching Interpersonal Skills Through

Behavior Modeling, AMCAP Journal, 18-21.

Paul, J. T. & Darlene F. R.E. 2005. Jurnal of Applied Psychology, 90(4), 113-124.

Palmer, P.J. 1998. The Courage to Teach. San Fransisco: Jossey-Bass.

Perry, W.E. 1983. A Structured Approach to Systems Testing; QED Information

Science.

Power, C., Higgins, A., & Kohlberg, L. 1989. Lawrence Kohlberg’s Approach to

Moral Education. New York: Columbia University Press.

Powers, W. G., Nitcavic, R., and Koerner, D. 1990. Teacher Characteristics: A

College Level Perspective. Communication Education, 39 (6), 121-129.

Riyanto, T. 2002. Pembelajaran sebagai Proses Pembimbingan Pribadi,

Grassindo.

Robinson, J.C. 1982. Developing Managers Through Behavior Modeling. Austin,

TX: Learning Concepts.

Rogers, D. L. 1994. Conceptions of Caringin a fourth grade classroom. dalam A.

R. Prillaman, D. J. Eaken and D. M.Kendrick (Eds) The apestry of Caring.

Norwood,NJ: Ablex Publishing.

Rogers, D. L., & Webb, J. 1991. The ethic of Caring in teacher education. Journal

of Teacher Education, 42(3), 173-181.

Rose, S.D. 1989. Working with Adults in Groups. Integrating Cognitive Behavioral

Page 145: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

144

and Small Group Strategies. First Edition. London: Jossey Bass Publishers.

Ruggiero, A. 2005. Addressing emotions in education: A descriptive analysis of

Caring in middle school art classrooms (Doctoral dissertation, Florida State

University, 2005). Dissertation. (diakses dari Ohio State University Library)

Russek , L. 2006. A Caring, Positive Attitude and its Effects on Student

Motivation, Journal of Education Today, 1, 21-22.

Santrock, J. W., 2004. Educational Psychology,(2nd Ed), McGraw-Hill Company,

inc.

Santrock J.W. 2002. Life Span Development. Jakarta; PT Erlangga.

Santrock, J.W. & Halonen, J.S. 2002. Your Guide to College Success (2nd ed.).

Belmont, CA: Wadsworth.

Saavedra, D.E. & Saavedra, M.L. 2007. Women of Color Teaching Students of

Color: Creating an Effective Classroom Climate Through Caring,

Challenging, and Consulting. Journal of New Directions for Teaching and

Learning. 110, 75-83.

Seyfarth, J.T. 2002. Human Resource; Management for Effective Schools. Boston:

Allyn and Bacon. Third Edition.

Sherman, A.W.S., Bohlander, G.W., dan Chruden, H.J. 1988. Managing Human

Resources. Eight Edition. Cincinati, Ohio: South Western Publishing, Co.

Shulman, L.S. 2004. Teaching as Community property: Essays on Higher

Education. San Fransisco: Jossey-Bass.

Slavin, Robert E, 2006. Educational Psychology: Theory and Practice, Pearson

Education, Inc.

Smith, M. 2000. Editor's choice: Community, Caring, and transcendencedeveloping

spirit to improve learning. Community College Review.

Solomon, D. Watson, M., Battistich, V., Schaps, E., & Delucchi, K. 1992. Creating

a Caringcommunity: Educational practices that promote children's

prosocial development. In F. K. Oser, A. Dick, 8c I. Patty (Eds.),Effective

and responsible teaching: The new synthesis. San Francisco: Jossey-Bass.

Sorcher, M. & Goldstein, A.P. 1972. Behavior Modeling Approach in Training.

Personnel Administration.

Page 146: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

145

Stipek, D. 1996. Motivation and instruction. In D.C Berliner & R.C. Calfee (Eds.),

Handbook of Educational Psychology. New York: Macmillan.

Swanson, K. 1991. Empirical Development of a Middle Range Theory of Caring.

Nursing Research. 40, 89-96.

Tuckman, B.W. 1999. Conducting Educational Research. New York: Harcourt

Brace College Publisher.

Tarlow, B. 1996. Caring: a negotiated Process that Varies, dalam: S. Gordon,

P.Benner & N. Noddings (Eds) Caregiving: Reading in Knowledge,

Practice, Ethics, and Politics. Philadelphia, university of Pennsylvania

Press.

Taylor, J. P. et.al. 2005. A Meta-Analytic Review of Behavior Modeling Training,

Jurnal of Applied Psychology, 90, (4) 64-71 .

Taylor, H. 1999. Role Play Cases for Teaching Interviewing Skills in Information

Systems Analysis. HERDSA Annual International Conference.

Teven. J.J. 2001. The Relationship among Teacher Characteristics and Perceived

Caring. Journal of Communication Education. 50, 159-169.

Thornton, S.J. 2001. Caring and Competence: Nel Noddings’ Curriculum Thought.

Tomey, A.M. & Alligood, M. R. 2006. Nursing theorists and their work.

Tossolt, B. 2009. Middle School Students' Perception of Caring Teacher Behavior;

Differencies by Minority Status, The Journal of Negro Education. 78 (4),

405-416.

Undang-Undang Guru dan Dosen. 2009. Bandung : Fokus Media.

Watson, J. 2004. Theory of human Caring. http://www2.uchsc.edu/son/Caring.

(diakses 26 Januari 2012)

Weimer, M. 2003. Focus on Learning, Transform Teaching. Journal of Change.

35(5), 48- 54.

Weinstein, C. S. 1990. Prospective elementary teachers' beliefs about teaching:

Implications for teacher education. Journal of Teaching and Teacher

Education. 6, 279-290.

Wentzel, K. R. 1997. Student Motivation in Middle School: The Role of Perceived

Pedagogical Caring. Journal of Educational Psychology, 89 (3), 411-419.

Page 147: PENGARUH BEHAVIOR MODELING TRAININGeprints.umsida.ac.id/336/1/disertasi bu akhtim.pdf · DISERTASI OLEH AKHTIM WAHYUNI NIM 109623619436 ... digunakan guru, gaya komunikasi dan penggunaan

146

Wentzel, K. R. 1998. Social Realtionships and Motivation in Middle School: The

Role of Parents, Teachers, and Peers. Journal of Educational Psychology,

90(2), 202-209.

Wilmes, B.; Harrington, L. & Kohler E. P. & Sumpter, D. 2008. Coming to Our

Senses: Incorporating Brain Research Finding into Classroom Instruction.

Education. 128(4), 659-667.

Woolfolk, H. A., & Weinstein, C. 2006. Student and Teacher perspectives on

Classroom Management. New Jersey: Erlbaum.