pengantar kepemimpinan dan manajemen organisasi
TRANSCRIPT
Materi : Manajemen Organisasi
Waktu : 2 Jam
Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Simulasi Dan Diskusi
I. Tujuan Pembelajaran Umum
Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan fungsi kepemimpinan,
manajemen dan organisasi.
II. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian, dasar-dasar, sifat serta fungsi
kepemimpinan.
2. Peserta dapat menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan manajemen
dalam organisasi.
3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharakteristik
kepemimpinan Islam.
III. Pokok Pembahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi
2. Karakteristik kepemimpinan
a. Sifat-sifat rasul sebagai etos kepemimpinan
b. Tipe-tipe kepemimpinan
c. Dasar-dasar Manajemen
d. Unsur manusia dalam manajemen
e. Model-model manajemen
3. Organisasi sebagai alat perjuangan
a. Teori-teori Organisasi
b. Bentuk-bentuk organisasi
c. Struktur Organisasi
4. Relasi antara Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi
IV. Ringkasan Materi
Pengertian, Tujuan dan Fungsi dalam Kepemimpinan dan Manajemen
organisasi
Pengertian kepemimpinan
Surat Al-Baqarah ayat : 30 “Manusia dimuka bumi ini sebagai khalifah”.
Prinsip yang harus dikembangkan oleh seorang khalifah adalah menjaga
hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia.
Pimpinan adalah individu yang merupakan faktor penentu dalam menciptakan
dinamika/keadaan masyarakat.
Kepemimpinan adalah”kegiatan untuk mempengaruhi orang agar mampu
bekerjasama dan sukarela untuk mencapai tujuan” (G.R. Tarry)
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah merupakan alat bantu manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Manajemen ialah proses pelaksanaan pencapaian tujuan
tertentu yang diselenggarakan dengan pengawasan (eclopedia of social
science)
Pengertian Organisasi
Organisasi atau keorganisasian ialah suatu proses yang tersusun dimana
orang-irang di dalamnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.
Tujuan Kepemimpinan
Yakni “untuk memudahkan usaha dalam pencapaian tujuan bersama,
menganalisa efisiensi kegiatan serta mempersatukan arah dari sebuah
kegiatan.
Tujuan Manajemen
Sistem administrasi menjadi penting karena dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi selama kinerja dalam sebuah organisasi.
Tujuan Organisasi
Keberadaan sebauh organisasi menjadi sebuah keharusan untuk ikut
merumuskan dalam memperkokoh cita-cita perjuangan organisasi.
Fungsi Kepemimpinan
Menurut Siagian (1988: 47-48), ada lima fungsi pemimpin dalam suatu
organisasi maupun dalam suatu kmonutas masyarakat, yaitu:
1. Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di
lur organisasi.
3. Selaku komunikator yang efektif
4. Mediator yang handal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama
dalam mengenai situasi konflik.
5. Selaku integrator yang efektif, rasional, obyektif dan netral
Fungsi Manajemen
Pada prinsipnya fungsi dari manajemen ialah:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pemberian komando/perintah
4. Pengkoordinasian
5. Pengawasan
Namun banyak para pakar manajemen menambahkan menjadi beberapa
aitem, yaitu : pembuatan laporan dan penyusunan pegawai.
Fungsi Organisasi
Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Kharakteristik Kepemimpinan
1. Tipe otokratis
2. Tipe militeristis
3. Tipe paternalistis
4. Tipe kharismatis
5. Tipe demokratis
Organisasi sebagai alat perjuangan
Sistem keorganisasian merupakan sebuah rumusan atau konsep yang di dalam
termatup sebuah nilai-nilai idelogis/nilai-nilai spirit organisasi untuk
mewujudkan cita-cita perjuangan.
Relasi antara Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi
Keberadaan pemimpin, sistem/manajemen dan organisasi merupakan sebuah
keharusan. Siklus perpaduan pemimpin, manajemen dan organisasi ibarat
sebuah rantai kehidupan yang tidak akan pernah putus. Substansi yang
diharapkan adanya proses sinergisitas.
V. Evaluasi
tes partisipasif, tes Objektif dan penugasan dalam bentuk resume.
VI. Media Pengajaran
Media yang digunakan ialah skema yang berisikan kata kunci untuk lebih
memudahkan pemahaman kepemimpinan, manajemen dan organisasi dan Games.
Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi
KEPEMIMPINAN
A. TEORI-TEORI TENTANG MUNCULNYA PEMIMPIN
1) Teori Genetis
Leader are born not made. Seorang pemimpin memang telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan sejak dilahirkan, sehingga dia memang telah ditakdirkan untuk
menjadi pemimpin.
2) Teori Sosial
Leader are made and not born. Teori ini merupakan anitesa dari teori genetis karena
menurut teori ini setiap orang dapat menjadi pemimpin bila kepadanya diberikan
pengalaman dan pendidikan yang memadahi
3) Teori Ekologis
Teori ini merupakan menggabungkan teori terdahulu karena menurut teori ini
seseorang bisa menjadi pemimpin yang baik apabila dia telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan sejak lahir, dan kemudian bakat tersebut dikembangkan melalui
pendidikan dan pengalaman tentang kepemimpinan. Teori ini dipandang yang paling
ideal karena kalau sekedar mengandalkan faktor keturunan padahal tidak memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dalam kepemimpinan, maka
hasilnyapun tidaklah baik.
B. KONSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep berdasarkan pengalaman. Dalam
buku karya DR. Mar’at (1983) dapat kita golongkan konsepsi-konsepsi tentang
kepemimpinan sebagai berikut.
1. Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok
Mumford (1906-1907) memandang bahwa kepemimpinan adalah keunggulan
seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam mengontrol proses gejala-
gejala sosial. Blackmar (1911) melihat kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha
dalam diri seseorang sebagai cerminan kekuasaan dari keseluruhan. Kecenderungan
pemikiran dari definisi-definisi di atas sangat berpengaruh di dalam mengarahkan
perhatian kepada pentingnya struktur kelompok dan proses kelompok dalam
pembahasan mengenai kepemimpinan.
2. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya
Konsep kepribadian diperbandingkan dengan beberapa teori yang mencoba
menerangkan mengapa beberapa individu lebih mampu untuk mempraktikkan
kepemimpinan. Bowden (1926) mempersamakan kepemimpinan dengan kekuatan
kepribadian. Ia menyatakan, “sungguh benar, sifat kepribadian seseorang tidak dapat
begitu saja diperkirakan hanya dari tingkatan pengaruh yang dapat ‘didesakan’ pada
orang lain”. Bingham 91972) mendefinisikan pemimpin sebagai seorang individu
yang memiliki sifat-sifat kepribadian dan karakter yang diinginkan. Menurut Bernard
(1926), seorang individu yang lebih efisien dalam melontarkan rangsangan
psikososial terhadap orang lain dan secara efektif mensyaratkan respon secara
kolektif dapat disebut sebagai pemimpin. Teori kepribadian cenderung memandang
kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pemimpin
mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para
pengikutnya, maka biasanya ahli teori kepribadian ’lupa’ menyinggung karakteristik
timbal balik atau reciprocal dan interaktif dari / dalam situasi kepemimpinan.
3. Kepemimpinan sebagai tindakan atau langkah laku
Ada teori yang m,endefinisikan kepemimpinan dalam rangka tindakan dan tingkah
laku. Menurut Carter (1953), tingkah laku kepemimpinan menandakan adanya
keahlian tertentu, sehingga dapat dikatakan sebagai tingkah laku kepemimpinan.
Shartle (1956) mendefinisikan tingkah laku kepemimpinan sebagai tingkah laku yang
akan menghasilkan tindakan orang lain searah dengan keinginannya. Hemphill
(1949) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai tingkah laku
seorang individu yang mengarahkan aktivitas kelompok.
4. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Beberapa ahli teori terdahulu berusaha untuk menghilangkan adanya kesan
pemaksaan dalam definisi kepemimpinan, dan tetap memakai konsep memimpin
sebagai faktor yang menentukan di dalam hubungannya dengan para pengikutnya.
Dalam kerangka ini tampaknya lebih tepat menggunakan konsep persuasi. Schenk
(1928) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui
persuasi dan inspirasi melalui pemaksaan langsung. Hal ini melibatkan penerapan
pengetahuan mengenai faktor manusia dalam memecahkan masalah yang kongkrit.
Cleeton dan Mason (1934), kepemimpinan mengidentifikasn adanya kemampuan
mempengaruhi manusia dan menghasilkan rasa aman dengan melalui pendekatan
secara emosional daripada melalui penggunaan otoriter.
5. Kepemimpinan sebagai hubungan kekuasaan
French (1956), Raven dan French (1958) mendefinisikan kepemimpinan dalam
kerangka pembedaan hubungan kekuasaan antara para anggota suatu kelompok.
Jhanda (1960) mendefinisikan kepemimpinan sebagai tipe hubungan kekuasaan yang
berciri persepsi anggota kelompok tentang hakl anggota kelompok untuk menentukan
pola tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelompok. Pelaksanaan kekuasaan
tidak langsung dinyatakan oleh Warriner (1955) yang menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai bentuk hubungan antara manusia / individu yang
mensyaratkan komformitas dengan tindakan masing-masing individu. Jadi,
kekuasaan dipandang sebagai suatu bentuk dari hubungan saling pengaruh
mempengaruhi.
6. Kepemimpinan sebagai alat untuk mencapai tujuan
Beberapa ahli teori mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu alat untuk mencapai
tujuan memuaskan kebutuhan. Menurut Cowley (1928), “Pemimpin adalah individu
yang memiliki program / rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk
mencapai tujuan dengan cara yang pasti”. Bellows (1959) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota kelompok,
termasuk pemimpin, dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dalam
waktu dan kerja yang singkat. Knickerbocker (1948), berpendapat fungsional
kepemimpinan adalah bila pemimpin dipersepsi oleh para anggota kelompok sebagai
pengendali dalam pemuasan kebutuhan mereka. Definisi-definisi tersebut di atas
memandang kepemimpinan yang mempunyai nilai instrumental. Kepemimpinan di
sini menghasilkan peran-peran tertentu yang harus dimainkan dan harus dapat
mempersatukan kelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama. Jadi,
kepemimpinan didefinisikan sebagai suatu fungsi yang sangat penting dalam suatu
kelompok.
7. Kepemimpinan sebagai akibat dari interaksi
Beberapa ahli teori telah memandang kepemimpinan tidak sebagai penyebab atau
pengendali, melainkan sebagai akibat dari interaksi dalam kelompok. Bogardus
(1929) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses sosial, yang
merupakan interstimulasi sosial menjadi penyebab penggantian tujuan lama menjadi
tujuan baru beberapa individu dengan tetap menjaga perbedaan posisi masing-
masing. Figors (1935) berpendapat “kepemimpinan merupakan suatu proses dari
stimulasi bersama”. Dengan keberhasilan saling pengaruh mempengaruhi dari
perbedaan individual, energi dikendalikan dalam lingkaran sebab akibat. Merton
(1969) memandang kepemimpinan sebagai hubungan interpersonal yang berdasarkan
keinginan dan bukannya berdasarkan keharusan. Kelompok ini sangat penting dalam
mengarahkan perhatian kepada kenyataan bahwa kepemimpinan tumbuh dan
berkembang sebagai hasil dari proses interaksi yang berlangsung dengan sendirinya.
Kepemimpinan dapat terjadi bila dikehendaki dan dipandang perlu oleh para anggota
kelompok. Dalam kenyataannya individu memiliki kepemimpinan sebagai anugerah
atas tingkah lakunya yang diharapkan oleh para anggota kelompok dan dipandang
berguna untuk menduduki posisi sebagai pemimpin.
8. Kepemimpinan sebagai pembeda peran
Salah satu prestasi yang cukup menonjol dari Sosiologi modern ialah perkembangan
dari teori peran (role theory). Setiap anggota suatu masyarakat menempati status
posisi tertentu, begitu pula halnya dengan lembaga-lembaga dan organisasi-
organisasi. Dalam setiap posisi, individu diharapkan memainkan peran tertentu.
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu aspek dalam definisi peran. Jennings
(1944) memandang kepemimpinan muncul sebagai suatu cara berinteraksi yang
melibatkan tingkah laku oleh dan untuk individu, yang pada akhirnya diangkat oleh
individu lainnya untuk memainkan peranan sebagai pemimpin. Gibb (1954)
memandang kepemimpinan kelompok sebagai suatu posisi yang timbul dari proses
interaksi itu sendiri. Menurut Gordon (1955), kepemimpinan dapat dikonsepsikan
sebagai suatu interaksi antara individu dengan anggota kelompok. Setiap partisipan
dalam interaksi ini dapat dikatakan memainkan peranan dan dengan berbagai cara
peran-peran tersebut didiferensiasikan antara satu dengan yang lainnya.
C. UNSUR KEPEMIMPINAN DAN FUNGSI PEMIMPIN
pada dasarnya ada 3 unsur yang perlu dipenuhi agar kepemimpinan dapat dijalankan,
yaitu :
1) adanya kelompok manusia
2) adanya tujuan kelompok
3) adanya diferensiasi fungsi dan tanggung jawab
Menurut Siagian (1988: 47-48), ada lima fungsi pemimpin dalam suatu organisasi
maupun dalam suatu komunitas masyarakat, yaitu:
1) Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan.
2) Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di lur
organisasi.
3) Selaku komunikator yang efektif
4) Mediator yang handal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam
mengenai situasi konflik.
5) Selaku integrator yang efektif, rasional, obyektif dan netral
D. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat
digolongkan dalam lima tipe sebagai berikut:
1. Tipe otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai
berikut:
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;
Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;
Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya;
Dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa tipe kepemimpinan ktokratis kurang
atau bahkan tidak tepat untuk suatu organisasi atau kelompok masyarakat saat ini
dimana hak-hak asasi manusia yang menjadi anggota organisasi atau kelompok
masyarakat tersebut juga harus dihormati.
2. Tipe militeris
Seorang pemimpin dengan tipe militeris tidak berarti selalu seorang pemimpin dari
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeris adalah seorang
pemimpin yang memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut:
Dalam menggerakkan bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah;
Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;
Senang ada formalitas yang berlebih-lebihan;
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
Sukar menerima kritik dari bawahannya;
Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Berdasarkan ciri-ciri di atas maka dapat dilihat bahwa seorang pemimpin yang
militeris bukanlah pemimpin yang ideal dalam suatu masyarakat sipil karena akan
membungkam aspirasi warga. Sesuai dengan namanya, tipe ini selayaknya ditarapkan
di kalangan militer yang secara organisatoris memang memiliki struktur hirarkkhis.
3. Tipe paternalistis
Seorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya
sebagai berikut:
Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
Bersikap tertalu melindungi (over protective)
Jarang memberikan keempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil
keputusan;
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif;
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya;
Sering bersikap maha tahu.
Tipe kepemimpinan paternalistis berkembang di masa lalu oleh karena
kecenderungan berkembangnya pola hubungan patron-klien dalam masyarakat,
dimana pemimpin merupakan figur yang serba hebat dan harus ditiru dan diikuti oleh
masyarakat sebagai klien.
Tipe ini sedikit banyak juga merupakan reproduksi pola hubungan dalam keluarga di
masyarakat yang menganut sistem paternalistis dimana peran utama ada pada
seorang bapak/suami, dimana isteri dan anak-anak harus tunduk pada suami/bapak.
4. Tipe kharismatis
Seorang pemimpin yang kharismatis mempunyai daya penarik yang amat besar dan
oleh karena itu pada umumnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun
para pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi
pengikut pemimpin tersebut.
Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis,
karena dari mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri. Sering
disebutkan bahwa pemimpin yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib. Kekayaan,
profil, kesehatan tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk kharisma. Sebagai
contoh: Gandhi bukanlah orang kaya yang ataupun memiliki wajah yang tampan.
5. Tipe demokratis
Seorang pemimpin yang demokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya
sebagai berikut:
Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwa
manusia adalah makhluk yang termulia;
Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya;
Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;
Selalu berusaha mengutamakan kerjsama dan kerja tim dalam usaha mencapai
tujuan;
Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya
untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibandingkan dan diperbaiki agar
bawahan itu tidak berbuat kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat
kesalahan yang lain;
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari pada dia sendiri;
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin.
PEMIMPIN YANG BAIK ADALAH YANG DEMOKRATIS DIMANA SELALU
MENGUTAMAKAN KERJASAMA DIANTARA MASYARAKAT YANG
DIPIMPINNYA UNTUK MENCAPAI KESUKSESAN BERSAMA, MEMBERI
KEBESAN UNTUK BERKREASI SERTA TERBUKA ATAS KRITIK UNTUK
KEMAJUAN BERSAMA.
KEPEMIMPINAN MASA KINI YANG DEMOKRATIS
KLASIFIKASI KRITERIA
Ide dasar Tidak lagi difokuskan pada figur diri seorang
pemimpin, namun lebih merupakan proses yang
melibatkan partisipasi masyarakat.
Peran dan fungsi pemimpin Memfasilitasi dan menjamin terjadinya interaksi di
masyarakat dalam suatu kondisi yang kondusif untuk
terjadinya proses dialog yang produktif demi
kemajuan bersama yang dilandasi kebebasan
mengemukakan pendapat dan tanggung jawab
bersama.
Peran masyarakat Hak sekaligus tanggung jawab untuk berpartisipasi
dalam setiap proses pencapaian tuuan bersama dan
tidak lagi mengandalkan pada kerja pemimpin saja.
Proses pengambilan
kebijakan dan/atau
keputusan
Mengakomodasikan kepentingan bersama melalui
pelibatan semua anggota masyarakat dengan
memperhatikan kepentingan pihak-pihak terkait /
stakeholders
Proses pelaksanaan
kebijakan dan/atau
keputusan
Oleh karena keputusan diambil bersama-sama, maka
dalam pelaksanaannya pun menjadi tanggung jawab
bersama.
Evaluasi terhadap
kebijakan dan/atau
keputusan
Bukan pemimpinnya yang dievaluasi secara
individual, melainkan kinerja bersama, hal-hal baik
apa yang telah dicapai, kekuranagn apa yang perlu
diperbaiki, dan kemajuan-kemajuan seperti apa yang
diharapkan di masa datang.
DASAR-DASAR MANAJEMEN
A. PENGERTIAN
Manajemen adalah merupakan alat bantu manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Manajemen ialah proses pelaksanaan pencapaian tujuan tertentu yang
diselenggarakan dengan pengawasan (enclopedia of social science).
Tujuan Manajemen
Sistem administrasi menjadi penting karena dapat dipergunakan sebagai bahan
evaluasi selama kinerja dalam sebuah organisasi.
FUNGSI MANAJEMEN
Menurut Henry Fayol ada lima fungsi dalam manajemen:
1. Perencanaan
Suatu usaha untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang
guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pengorganisasian
Suatu usaha bersama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai
tujuan tertentu. Mengorganisasi taitu suatu kegiatan mencapai tujuan dalam suatu
kelompok orang melalui cara-cara mengelompokkan kegiatan, menentukan siapa
yang akan memimpin kelompok tersebut.
3. Pemberian komando/perintah
Wewenang penuh oleh seorang ketua atau level struktural yang lebih tinggi
kepada anggotanya baik itu berupa perintah tertulis atau non tertulis.
4. Pengkoordinasian/penggerak
Kegiatan yang mendorong semangat kerja bawahan, mengarahkan aktivitas
bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawah menjadi aktivitas yang
kompak sehingga semua aktifitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Pengawasan
Suatu aktifitas yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan
instruksi atau pemberian wewenang kepada bawahan.
Namun ada pakar lain yakni : L Gulick menambahkan fungsi lagi yaitu:
1. Pembuatan laporan
Suatu kegiatan pengumpulan seluruh materi dan imateri setelah pasca aktivitas
berkala yang akan dijadikan bahan evaluasi terhadap kinerja selama dalam kurun
waktu tertentu.
KEORGANISASIAN
Organisasi dapat didefinisikan antara lain:
1. Suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan
pemeliharaan suatu struktur atau pola-pola hubungan kerja dari orang-orang
dalam suatu kelompok kerja.
2. Suatu proses yang tersusun dimana orang-orang di dalamnya berinteraksi untuk
mencapai tujuan.
Struktur organisasi
Beberapa struktur organisasi
1. Organisasi Garis
2. Organisasi garis dan staf
3. Organisasi fungsional
4. Kombinasi organisasi garis dan fungsional
5. Kombinasi organisasi garis dan staf dengan organisasi fungsional
Prinsip-prinsip organisasi, yaitu:
1. Ada tujuan
2. Tujuan organisasi harus dipahami oleh selurh anggota
3. Tujuan tersbeut harus diterima
4. Adanya perumusan tugas pokok yang jelas (job description)
5. Prinsip pembagian tugas
6. Prinsip fungsional
7. Prinsip koordinasi
8. Prinsip kontiyunitas
9. Prinsip kesederhanaan
10. Prinsip fleksibelitas
11. Prinsip pendelegasian wewenang secara jelas
12. Prinsip pengelompokkan tugas yang sehomogen
13. Adanya kesatuan arah dalam mencapai tujuan
14. Adanya kesatuan perintah dari seorang atasan
15. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
16. Adanya distribusi tugas pekerjaan
17. Pola dasar organisasi harus relatif permanen
Beberapa teori tentang organisasi:
1. Teori klasik
2. Teori neo klasik
3. Teori fusi
4. Teori sistem
5. Teori kuntitatif
DAFTAR PUSTAKA
Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996
Charles J. Keatting, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Rajawali Press, 1995
Krisdyatmoko, IRE (Institute For Research And Empowermenr) Modul Pemberdayaan Masyarakat Adat “Kepemimpinan Masyarakat Adat” Tahun IRE Press, 2003.
Mar’at, Pemimpin dan Kepemimpinan, Ghalia Indonesia, 1983
Mifta Thoha, Kepemimpinan dan Manajemen, Rajawali Press, 1986