penganggaran.docx

Upload: virra-maharani

Post on 14-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALSistem perencanaan pembangunan nasional diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) telah mengakomodasi seluruh tuntutan pembaharuan sebagai bagian dari gerakan reformasi. Perencanaan pembangunan nasional harus dapat dilaksanakan secara terintegrasi, sinkron, dan sinergis baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah.Proses penyusunan rencana baik itu jangka panjang, menengah, maupun tahunan dapat dibagi dalam empat tahap, yaitu:1. Penyusunan Rencana, yang terdiri dari langkah-langkah berikut:a. Penyiapan rencana pembangunan oleh lembaga perencana dan bersifat rasional, menyeluruh, dan terukurb. Penyiapan rancangan rencana kerja oleh kementrian lembaga satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada rancangan pada butir (a)c. Musyawarah perencanaan pembangunand. Penyusunan rancangan akhir renccana pembangunan2. Penetapan Rencanaa. RPJP Nasional dengan Undang Undang dan RPJP Daerah dengan Perdab. RPJM dengan Peraturan Presiden Kepala Daerahc. RKP/RKPD dengan Peraturan Presiden Kepala Daerah3. Pengendalian Pelaksanaan RencanaMerupakan wewenang dan tanggung jawab pimpinan kementrian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah.4. Evaluasi kinerjaYaitu mengevaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan periode sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas lembaga pelaksana, kualitas rencana sebelumnya, serta untuk memperkirakan kapasitas pencapaian kinerja di masa yang akan datang.

Perencanaan Pembangunan Nasional akan menghasilkan 3 rancangan, yaitu: a. Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk periode 20 tahunRencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) terdiri dari rencana pembangunan jangka panjang di tingkat nasional dan di tingkat daerah. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.Rencana Pembangunan Jangka Panjang diwujudkan dalam visi dan misi jangka panjang dan mencerminkan cita-cita kolektif yang akan dicapai oleh masyarakat beserta strategi untuk mencapainya. Oleh karenanya, rencana pembangunan jangka panjang adalah produk dari semua elemen bangsa, masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga tinggi negara, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi politik. Visi merupakan penjabaran cita-cita berbangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungu, sejahtera, dan cerdas serta berkeadilan. Visi kemudian perlu dinyatakan secara tegas ke dalam misi, yaitu upaya-upaya ideal untuk mencapai visi tersebut yang dijabarkan ke dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan jangka panjang.

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk periode 5 tahunRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) atau rencana lima tahunan terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Rencana pembangunan jangka menengah sering disebut sebagai agenda pembangunan karena menyatu dengan agenda Pemerintah yang berkuasa. Agenda pembangunan lima tahunan memuat program-program, kebijakan, dan pengaturan yang diperlukan yang masing-masing dilengkapi dengan ukuran outcome atau hasil yang dicapai. Selain itu, secara sektoral terdapat pula Rencana Strategis atau Renstra di masing-masing kementrian/departemen atau lembaga pemerintahan nondepartemen serta renstra pemerintahan daerah yang merupakan gambaran RPJM berdasarkan sektor atau bidang pembangunan yang ditangani.RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementrian/Lembaga dan lintas Kementrian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi maksro yang mencakup gambaran perekonmian secara menyeluruh termasuk arah kebijajan fiscal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.Selanjutnya Renstra Kementrian dan Lembaga memuat visi, misi, tujuan, strategi , kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementrian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif. Sedangkan Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersidat indikatif.

c. Rencana Pembangunan Tahunan untuk periode 1 tahunRencana pembangunan tahunan disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi maksro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiscal, serta program Kementrian/Lembaga, lintas Kementrian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sedangkan RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Alur Perencanaan dan Penganggaran APBDDalam pembangunan daerah diperlukan suatu perencanaan dan penganggaran. Perencanaan berfungsi sebagai pedoman atau acuan untuk mencapai suatu tujuan. Karena itu, perencanaan diperlukan agar pembangunan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, perencanaan sendiri membutuhkan penganggaran agar program-program yang tertuang dalam perencanaan dapat terlaksana dan tercapai secara maksimal dan sesuai dengan harapan yang diinginkan.Prosedur penyusunan perencanaan dan penganggaran pemerintah pusat dan daerah (APBN dan APBD) kurang lebih sama. Penyusunan perencanaan pemerintah daerah mengacu pada rencana di tingkat nasional. Penyusunan RPJMD perlu juga memperhatikan RPJMN, sementara penyusunan Rencana Kerja Pembangunan (RKP) dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) perlu diserasikan melalui MUSRENBANG karena penyusunan RKP pemerintah pusat dan daerah berbeda dalam hal sumber daya yang dimiliki oleh setiap daerah, arah pembangunan yang dibutuhkan setiap daerah yang tertuang dalam RAPBD dan APBD.Alur Perencanaan hingga penganggaran diawali dengan RPJPD yang penetapannya mengacu pada RPJPN. RPJPD ini ditetapkan untuk pembangunan daerah selama 20 tahun, untuk selanjutnya RPJPD digunakan sebagai acuan dalam RPJMD. RPJMD sendiri disusun secara lebih rinci untuk pembangunan daerah selama 5 tahun. RPJMD kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam rencana kerja pemerintah daerah, selain juga digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan rencana strategik SKPD. RKPD dan Renstra SKPD kemudian dijadikan acuan dan pedoman dalam penyusunan rencana kerja SKPD (Renja SKPD). RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD), begitu pula Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD yang dibentuk dari Renja SKPD. Untuk berikutnya, muncul APBD. Kemudian, APBD yang telah jadi dirinci kembali menjadi rincian APBD.Kebijakan dalam sistem pembangunan saat ini sudah tidak lagi berupa daftar usulan tapi sudah berupa rencana kerja yang memperhatikan berbagai tahapan proses mulai dari input seperti modal, tenaga kerja, fasilitas dan lain-lain. Kemudian juga harus memperhatikan proses dan hasil nyata yang akan diperoleh seperti keluaran, hasil dan dampak. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus dimulai dengan data dan informasi tentang realitas sosial, ekonomi, budaya dan politik yang terjadi di masyarakat, ketersediaan sumber daya dan visi/arah pembangunan. Jadi perencanaan lebih kepada bagaimana menyusun hubungan yang optimal antara input, proses, output, outcomes dan dampak.

PERENCANAAN KEUANGAN DAERAHAPBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:1. Pendapatan daerahPendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain PAD. Suatu daerah perlu menganalisis potensi pendapatan daerahnya masing-masing sebelum membuat perencanaan keuangan daerah. Misalnya untuk Propinsi Jawa Timur, pendapatan daerah terbesar disumbang oleh pajak daerah. Lain halnya dengan propinsi lain yang disumbang paling banyak oleh hasil pengelolaan kekayaan daerah. Asumsi-asumsi ekonomi juga sangat penting. Beberapa asumsi dalam menyusun suatu anggaran pendapatan adalah asumsi makroekonomi, asumsi moeter, dan asumsi energy. Asumsi ekonomi ini dipergunakan ketika melakukan perencanaan atas sejumlah aktivitas pemerintah daerah seperti pemungutan pajak, belanja pegawai/modal, pengeluaran untuk sejumlah program kesejahteraan, pemberian subsidi, dan aktivitas-aktivitas pemerintah daerah lainnya. Ketika pos-pos pendapatan asli daerah dan asumsi-asumsi ekonomi dalam APBD telah diketahui, perlu dilakukan pengembangan potensi sumber pendapatan daerah.2. Belanja daerahSemua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali. Yang termasuk dalam belanja daerah, yaitu1. Belanja Administrasi Umuma. Belanja Pegawaib. Belanja Barangc. Belanja Perjalanan Dinasd. Belanja Pemeliharaan2. Belanja Operasia. Belanja Pegawaib. Belanja Barangc. Belanja Perjalanand. Belanja Pemeliharaan3. Belanja Modala. Belanja Publikb. Belanja Aparatur4. Belanja Transfera. Pembayaran Angusran Pinjamanb. Pembayaran Dana Bantuanc. Pembayaran Dana Cadangan5. Belanja Tak Terduga3. Pembiayaan daerahSelisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperikarakan lebih besar dari anggaran belanja daerah. Defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperikarakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Bila terjadi defisit APBD, maka perlu dilakukana. Analisis Kemampuan Pinjaman DaerahPemerintah daerah dituntut untuk dapat meningkatkan pendapatannya di dalam pelaksanaan pembangunan daerah, sementara itu sumber pendapatan asli daerah untuk membiayai belanja daerah masih sangat rendah sehingga kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan dana pembangunan sangat terbatas untuk menutupi kekurangan dana tersebut maka pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk menggunakan dana pinjaman. Penggunaan dana pinjaman daerah ini sebagai salah satu sumber pilihan pembiayaan pembangunan di masa yang akan datang akan memegang peranan penting dan membuka peluang bagi daerah untuk melakukan pinjaman dari pihak luar sesuai dengan peraturan yang berlaku.b. Analisis Alternatif Sumber Keuangan Daerah di luar pinjamanSumber keuangan daerah di luar pinjaman terdiri dari hibah dan dana darurat. Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang/jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan dana darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan atau krisis solvabilitas.

Arah dan Kebijakan Umum APBDDalam rangka menyiapkan Rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam APBD. Kebijakan anggaran yang dimuat dalam kebijakan umum APBD, selanjutnya menjadi dasar untuk penilaian kinerja keuangan Daerah selama satu tahun anggaran.Arah dan kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap bidang kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan tersebut disusun berdasarkan aspirasi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah, termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya.