pengaman pintu mrt berbasis inframerah
DESCRIPTION
Pengaman pitu pada peron MRTTRANSCRIPT
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dengan tingkat kemacetan yang terjadi dijalanan semakin
meningkat, pemerintah akhirnya me-realisasikan teknologi angkutan
massal yang tidak perlu bersaing saling berebut jalan dengan
kendaraan roda dua atau empat lainnya. Salah satu teknologi angkutan
massal yang sudah cukup berkembang di negara tetangga adalah
teknologi Mass Rapid Transit (MRT). Sistem angkutan massal ini
telah terbukti efektif dalam mengatasi kemacetan di negara Singapura.
Dengan mengambil contoh di negara yang sudah memiliki Mass Rapid
Transit (MRT) dan jika membandingkan dengan apa yang akan
dibangung di Indonesia, masih terdapat stasiun Mass Rapid Transit
(MRT) yang tidak menghiraukan keselamatan penumpang angkutan
umum tersebut. Salah satu contohnya adalah kondisi stasiun yang
tanpa pengaman seperti pintu yang berfungsi sebagai pembatas antara
penumpang yang sedang menunggu stasiun dengan jalur Mass Rapid
Transit (MRT). Dengan kecepatan kereta MRT yag bisa mencapai 80
– 90 km/jam, hal ini bisa menjadi bahaya jika ada penumpang di
stasiun yang berdiri terlalu dekat dengan jalur Mass Rapid Transit
(MRT).
Atas dasar ini pula, akan dibuat sebuah rancang bangun yang
memiliki fungsi untuk mengamankan penumpang pada stasiun Mass
Rapid Transit (MRT) dengan menggunakan sensor Inframerah sebagai
pengontrol otomatis antar pintu pada MRT dan yang terdapat pada sisi
rel stasiun MRT. Dari hal ini, diharapkan dapat diimplementasikan
nantinya pada transportasi Mass Rapid Transit (MRT) sehingga tidak
akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan yang dapat mengancam
nyawa penumpang MRT itu sendiri. Yang mengatur pembuka /
penutup pintu dari stasiun adalah kondektur/masinis kereta MRT
sendiri sehingga MRT hanya akan melanjutkan perjalanan saat seluruh
penumpang telah berada aman didalam MRT.
2
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik suatu permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana cara pendeteksian sensor IR pada stasiun dan cara
motor DC pada pintu stasiun mendeteksi input dan menggerakkan
pintu?
2. Bagaimana cara agar kedua sensor IR dapat berada pada posisi
yang sama / tepat pada saat MRT berhenti di stasiun?
3. Tujuan
1. Merancang dan membangun alat yang mempermudah menjaga
penumpang Mass Rapid Transit (MRT) dari hal – hal yang tidak di
inginkan karena kelalaian sendiri.
2. Bisa memahami cara kerja Sensor Inframerah sebagai kontrol
sebuah alat secara otomatis.
4. Manfaat
1. Dapat menjamin keselamatan penumpang Mass Rapid Transit
(MRT) di stasiun – stasiun MRT.
2. Dapat mengefesiensikan waktu pemberhentian di setiap stasiun
Mass Rapid Transit (MRT).
5. Metode Pelaksanaan Tugas Akhir
Untuk pelaksanaaan dalam penyusunan tugas akhir ini, diperlukan
data – data teknis baik secara teori maupun teknik lapangan, yang
diperlukan agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Adapun
metode penyelesaian masalah dan mendapatkan data teknis, yaitu:
1. Study Literature dan Konsultasi
Pada tahap ini akan dilakukan beberapa pembelajaran terhadap
literature yang diperlukan seperti buku-buku yang menunjang
dalam pembuatan alat atau setiap sumber yang dapat membantu.
3
Pada tahap ini juga akan dilakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing dalam pembuatan alat tersebut,
2. Perencanaan Pembuatan Alat
Sebelum memulai semua langkah pembuatan alat, dilakukan
perencanaan dengan cara menghitung setiap bagian-bagian dari
rangkaian yang ada sehingga sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Hal ini agar mengerti dan mengetahui langkah yang
benar dalam membuat alat tersebut.
3. Pembuatan Alat
Ditahap ini, alat yang telah direncanakan tersebut akan
direalisasikan sehingga menjadi suatu alat yang real. Pembuatan
alat ini menggunakan spesifikasi dan komponen-komponen yang
telah ditentukan sesuai perencanaan diatas.
4. Pengujian Alat
Pada tahapan ini, alat yang telah direalisasikan akan diuji apakah
sesuai dengan spesifikasi yang telah diatur atau masih terdapat
kesalahan atau kerusakan dari alat tersebut, sehingga dapat
dilakukan perbaikan kembali.
5. Pembuatan laporan akhir
Membuat laporan mengenai tugas akhir yang telah dibuat beserta
membuat list program.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Infrared Data Access (IrDA)
Komunikasi IrDA dilakukan dengan menggunakan diode
inframerah sebagai pengirim dan Rx device sebagai penerimanya. Rx
device bisa berupa sebuah photodioda. Dalam rancangan yang dibuat,
Rx device akan mendeteksi ada tidaknya pancaran cahaya dari diode
inframerah. Jika ada, Rx device yang terhubung ke mikrokontroler
akan menjalankan motor dc untuk membuka/menutup pintu pada sisi
stasiun MRT dan pada sisi kereta MRT. Semua kontrol yang
4
menggunakan transmisi sinyal inframerah dimodulasi dengan sinyal
carrier dengan range frekuensi 30KHz sampai 40 KHz.
2. Mikrokontroler ATMega 8535
Mikrokontroler AVR ( Alf and Vegard’s Risc processor )
memilikiarsitektur 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode
16 bit ( 16-bitsword ) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (
satu ) siklus clock.Mikrokontroler AVR berteknologi RISC ( Reduced
Instruction SetComputing ). Secara umum, AVR dikelompokkan
menjadi 4 kelas, yaitukeluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga
ATMega dan keluargaAT86RFxx.
Konfigurasi pin dari mikrokontroler ATMega8535 sebanyak 40 pin
dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk skema minimum dari ATMega
8535 adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Minimum System ATMega 8535
3. Motor DC
Motor DC adalah motor yang biasadigunakan pada perangkat
elektronika. Dalam hal ini motor digunakan untuk menggerakkan pintu
dari shelter busway. Motor dapat berputar searah jarum jam (CW) dan
lawan arah jarum jam (CCW).
5
4. Photodioda
Photodioda digunakan sebagai komponen pendeteksi ada tidaknya
cahaya inframerah. Photodioda mempunyai resistansi yang rendah
pada kondisi forward bias. Photodioda dapat juga dimanfaatkan pada
kondisi reverse bias dimana resistansi dari photodioda akan turun
seiring dengan intensitas cahaya yang masuk.
Gambar 2. Lambang dan Bentuk Fisik Photodioda
Pada saat photodioda mendeteksi adanya sinar inframerah, maka
akan terdapat arus bocor sebesar 0.5 uA dan ini juga tergantung pada
kekuatan sinar inframerah yang datang serta sudut kedatangannya.
Kekuatan sinda serta sudut datang merupakan faktor penting dalam
keberhasilan transmisi data melalui inframerah selain filter dan
penguatan pada bagian receivernya.
5. Driver Motor DC
Driver motor digunakan untuk menggerakkan motor DC
menggunakan mikrokontroler. Arus yang mampu diterima atau
dikeluarkan oleh mikrokontroler sangat kecil ( dalam satuan
miliampere ) sehingga agar mikrokontroler dapat menggerakkan motor
DC, diperlukan suatu rangkaian driver motor yang mampu
mengalirkan arus sampai dengan beberapa ampere.
Rangkaian driver motor DC dapat berupa transistor, relay, atau IC
(Integrated Circuit). Rangkaian driver yang umum digunakan adalah
IC L293D. ICL293D berisi 4 channel driver dengan kemampuan
mengalirkan arus sebesar 600mA per channel. Tegangan kerja IC
6
L293D dari 6V sampai dengan 36V dan arus impuls tak berulang
maksimum sebesar 1,2 A.
Gambar 3. Konfigurasi IC L293D
C. BENTUK TUGAS AKHIR
a) Deskripsi Alat
Nama Alat : Rancang Bangun Kontrol Pintu Stasiun Mass Rapid
Transit Menggunakan Inframerah Sebagai
Pengaman.
b) Cara Kerja Alat
Sistem kerja dari alat ini adalah jika posisi antara Tx dan
Rx IrDA pada sisi pintu kereta MRT dengan Tx dan Rx IrDA pada
sisi stasiun MRT sudah terkoneksi, hal ini ditandai dengan
indicator led putih yang berada dekat masinis. Tx IrDA pada badan
kereta MRT akan memancarkan sinar inframerah jika tombol untuk
membuka/menutup pintu kereta MRT yang berada di dekat masinis
ditekan, sinar ini memancar ke Rx IrDA yang diletakkan pada sisi
pintu stasiun MRT yang akan mengaktifkan kerja motor DC, lalu
motor DC yang dipasang akan menggerakkan pintu stasiun dan
pintu kereta sehingga pintu terbuka dan penumpang masuk ke
dalam kereta MRT. Tx dan Rx IrDA pun dipasang di antara pintu
untuk berjaga-jaga jika terjadi kondisi dimana ada penghalang
misalnya penumpang yang berada di tengah-tengah pintu kereta
atau pintu stasiun yang akan ditutup, pintu secara otomatis akan
tertahan sampai penumpang tersebut bergerak menjauhi pintu lalu
7
pintu pun menutup. Hal ini pun ditandai dengan indicator led
merah dan hijau yang berada dekat dengan masinis, led merah
menandakan kereta belum bisa pergi karena pintu belum menutup
sempurna sedangkan led hijau menandakan kereta sudah bisa pergi
karena pintu sudah tertutup sempurna.
Selain itu dipasangkan tombol switch sebagai on/off sensor
dan motor DC. Jika posisi switch pada kondisi off, maka pintu
dapat dibuka secara manual dan masinis/kondektur akan
menginformasikan kepada kepala stasiun tentang kerusakan pintu.
Untuk pengaplikasiannya didunia nyata, dapat dilihat pada
Lampiran.
Gambar 4. Diagram Rangkaian Pengaman Pintu Stasiun MRT dengan Inframerah
c) Diagram Blok
Gambar 5. Blok Diagram Untuk Membuka/Menutup pintu staiun
IrDA1 Tx/Rx sinar inframerah
IrDA2 Tx/Rx sinar inframerah
Mikrokontroler Motor DC menggerak
kan / menahan
pintuDisplay
IrDA 1 IrDA 2
IrDa pada pintu mendeteksi penghalang.
8
Pada bagian sensor, yaitu LED Inframerah dan photodioda,
untuk menghasilkan pancaran inframerah, tegangan yang
diperlukan sebesar 5 volt. Karena arus maksimum pada LED
Inframerah sebesar 60 mA, maka berdasarkan perhitungan, untuk
menghindari kerusakan akibat kelebihan arus pada LED Inframerah
dapat menggunakan resistansi sebesar 100 Ω.
R= IV
=60 mA5
=83,33 Ω
Dengan nilai resistansi minimal 83,33 Ω, maka untuk lebih
aman menggunakan resistansi sebesar 100Ω. Untuk gambar
rangkaian dari sensor dapat dilihat dibawah :
Gambar 6. Rangkaian Sensor
Prinsip kerja dari sensor diatas, apabila photodioda
menerima input berupa cahaya inframerah dari pemancar LED
Inframerah, maka kondisi dari photodioda akan menjadi saturasi.
Photodioda diasumsikan sebagai saklar, sehingga keadaan antara
anode-katode seakan – akan terhubung saat menerima cahaya dari
LED Inframerah, sehingga tegangan yang dihasilkan antara anode-
katode sebesar 0V karena short dengan ground. Sehingga masukan
pada kaki 5 dan 7 pada Op-Amp LM339 mendapatkan masukan 0V
9
yang mengaktifkan kerja dari mikrokontroler untuk menggerakkan
pintu stasiun.
D. JADWAL PELAKSANAAN
No. KegiatanBulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
Proposal
2. Studi
Literatur
dan
Konsultasi
3. Pembelian
Komponen
4. Pembuatan
Alat
5. Pengujian
Alat
6. Penyusunan
Laporan
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan
E. PERKIRAAN BIAYATabel 2. Perkiraan Biaya
No Nama Barang Banyak Harga Jumlah
1. Mikrokontroler
AT8535
2 70.000 140.000
2. Motor DC 3 200.000 600.000
3. Arduino-Uno 1 450.000 450.000
4. IC L293D 3 30.000 90.000
5. Push Button 2 5.000 10.000
6. Alumunium 1 400.000 400.000
7. Casing 1 400.000 400.000
8. Power Supply 1 70.000 70.000
9. IC 7812 3 4.000 12.000
10
10. IC 7805 3 4.000 12.000
11. Resistor dengan
beberapa nilai
resistansi
100 500 50.000
12. Dioda 8 2.000 16.000
13. LM339 3 12.000 36.000
14. IrDA 9 50.000 450.000
Jumlah 2.736.000
DAFTAR PUSTAKA
Budiharo, Widodo. “Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler”, Penerbit Elec Media Komputindo”, Jakarta, 2005.
Hermawan Ali, “Sistem Sensor Infra Merah”, Gramedia, Bandung, 2009.
Averroes, Fitra Luthfie. “Tugas Akhir: Rancang Bangun Robot Pemadam Api Berbasis Mikrokonroler ATMega8535”, Diploma III Ilmu Komputer Universitas Sebelas Maret: Surakarta, 2009.
Koselan, Susanto Wibisono. “Infra Merah : Sebuah Media Komunikasi Menggunakan Media Cahaya”, 2008.
Anonim. (n.d.).http://elkaubisa.blogspot.com/2008/09/infra-merah-sebuah-media-komunikasi.html.[14 Januari 2014].
Anggara. 2012. Komunikasi Data IRDA (Infrared Data Access).http://10110064.blog.unikom.ac.id/komunikasi-data.4g8.[15 Januari 2014]
Anonim. 2010. Cara Kerja Remote Control Ird.http://ngapaq.wordpress.com/2010/04/13/cara-kerja-remote-control-ird/.[14 januari 2014].
Anonim. (n.d.).http://www.urbanrail.net/as/sing/singapore.htm.[15 Januari 2014].
IC Datasheets, http://www.alldatasheets.com, Depok, 2014.