presentasi laporan akhir mrt
TRANSCRIPT
PRESENTASILAPORAN
PRK
AKHIRPRK
PENGEMBANGANKORIDOR MRT JAKARTAKORIDOR MRT JAKARTA
METODOLOGI KERJA
U1
KLASIFIKASI BUNDARAN HI
DUKUH ATAS+ 1049M
LOKASIZONA
UDGLR
U1 + 766 M
+ 923MSETIA BUDI
BENDUNGAN HILIR
CBD 1
U1
U1
U1
+ 1.641 M
+ 731 M
ISTORA
SENAYAN
CBD 2 DAYA KARAKTER UDGL PRINSIP
U2
R
+ 957 M
+ 556 M
SENAYAN
SISNGAMANGARAJAGarden City
DUKUNGLINGKUNGAN
U2
U2
+ 1.264 M
2 534 M
BLOK M
BLOK AVSVSSouth‐ern
U2
+ 2.534 M
+ 1.300 M
HAJI NAWI
CIPETE
Down‐town
R U1
+ 1.631 M
+2.202 M
FATMAWATI
LEBAK BULUS
Gateway UDGL TOD 13 TITIK STASIUN
KAJIAN NORMATIF DAN SURVEY1. St. Bundaran HILOKASIELEMEN
PERANCANGAN
APA ? 2. St. Dukuh Atas
3. St. Setiabudi
PERANCANGAN KOTA
GUNA LAHAN
4. St. Bendungan Hilir
5. St. Istora
6 St Senayan
SIRKULASI
TRANSPORTASI
INTENSITAS 6. St. Senayan
8. St. Blok M
7. St. Sisingamangaraja
INTENSITAS
TATA BANGUNAN
RUANG TERBUKA
9. St. Blok A
10. St. H. Nawi
MORFOLOGI
KETERSEDIAAN LAHAN
11. St. Cipete
12. St. Fatmawati13. St. Lebak Lubus
KAJIAN NORMATIF DAN SURVEY
DIMANA ?AREA PEYANGGA
AREA INTI PERGERAKAN
R : 350M
AREA INTI PERGERAKAN
AREA CORE
STASIUN
R : 700M
LUASAN DAERAH PERENCANAANPERENCANAAN
LUASAN DP 2 (R - 350M) : 38.5 HADAERAH PERENCANAAN
KAJIAN PERGERAKAN MAKRO KAWASAN
UNDERGROUND ELEVATEDTATA GUNA LAHAN
DOWNTOWN NEIGHBORHOOD70% : 30% 30% : 70%
KOMERSIAL > RESIDENTIAL KOMERSIAL < RESIDENTIAL
TATA GUNA LAHANLEBAK BULUS
KOMERSIAL >> RESIDENTIAL
RREGIONAL
KOMERSIAL >> RESIDENTIAL70% : 30%
KERAGAMAN (MIXED-USE)SANGAT TINGGI
GATEWAYZONE S G GG
BUNDARAN HI
U-1URBAN
KOMERSIAL > RESIDENTIAL60% : 40%
KERAGAMAN (MIXED USE)SUDIRMAN
HAJI NAWI
CENTER KERAGAMAN (MIXED-USE)TINGGI
CBD ZONE
HAJI NAWI
U-2NEIGHBORHOOD
KOMERSIAL > RESIDENTIAL40% : 60%SOUTHERN G O OO
CENTER KERAGAMAN (MIXED-USE)TINGGI - SEDANG
DOWNTOWNZONE
UNDERGROUND ELEVATEDSIRKULASI
DOWNTOWN NEIGHBORHOOD
43 M – 62 MARTERI PRIMER ARTERI SEKUNDER - ARTERI PRIMER
13 M – 55 M
SIRKULASIA k h di l k d HIRARKI JALAN
? 20 meterApakah diperlukan adanya peningkatan kelas hirarki jalan ? 20 meter
Kesiapan dimensi ruang jalan terhadap struktur bangunan stasiun
113 meter
Lebar jalan : Ruang stasiun
13 meter < 20 meter
Ketimpangan konektivitas 2 ARTERI SEKUNDER
LOKAL/ LINGKUNGAN
p gantara jalan arteri sekunder (koridor utama) dengan jalan lokal (blok hunian)
2 SEKUNDER
ARTERI SEKUNDERSEKUNDER
TRANSPORTASI
POTENSI TITIK TRANSITBLOK M - (R)DUKUH ATAS - (R)
TRANSPORTASI
AKTIVITAS PERPINDAHAN MODAAKTIVITAS PERPINDAHAN MODA
KESESUAIAN KELAS PELAYANANKLASIFIKASI
KEBUTUHAN RUANG PERPINDAHAN MODA
FATMAWATI - (U1) LEBAK BULUS - (R)
MODA
UNDERGROUND ELEVATEDSTRUKTUR MORFOLOGI KAWASAN
DOWNTOWN NEIGHBORHOODDOMINASI
POLA GRIDDOMINASI
POLA ORGANIK
STRUKTUR MORFOLOGI KAWASANBUNDARAN HI (U-1)
Karakter besaran blokKarakter besaran blok
Tipologi pengembangan linier layer 1 dualisme layer 2 layer 1 – dualisme layer 2 kampung kota, kantung permukiman
CIPETE (U-2)
Perbaikan struktur kawasan redevelopment, pengembangan CIPETE (U-2)tipologi hunian
INTENSITAS
DOWNTOWN NEIGHBORHOOD
KLB : 3,0 – 4,0 KLB : 1,2 – 2
INTENSITASBLOK M
GARDEN CITY ZONE
RREGIONAL
BLOK A
CITY ZONE
SOUTHERNDOWNTOWN
U-2NEIGHBORHOOD
LEBAK BULUS
DOWNTOWNZONE CENTER
LEBAK BULUS
GATEWAY RZONE REGIONAL
2.16% 3.62%
RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU
7.39% 9.76%
1.08% 2.59%
1.58% 3.14%
9.55% 1.52%
3.13% 0.95%
2.09%
DUKUH ATAS
RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU
SUDIRMANCBD ZONE
RREGIONAL
LEBAR PEDESTRIAN : 5M
KOMPOSISI HIJAU RENCANA : 9.55%
KESESUAIAN JALUR PEDESTRIAN DENGAN
HIRARKI JALAN, BEBAN PERGERAKAN PEJALAN KAKI
ISTORA
ISTORA - (U1)
PERGERAKAN PEJALAN KAKI
KONDISI FISIK DAN VISUAL YANG MEMBERIKAN KENYAMANAN BAGI ISTORA
SENAYAN U-1URBAN
LEBAR PEDESTRIAN : 1.2M
7 39% USULAN PENGEMBANGAN
KENYAMANAN BAGI PEDESTRIAN
CBD ZONEURBAN CENTER
DUKUH ATAS- (R)
KOMPOSISI HIJAU RENCANA : 7.39% KOEFISIEN HIJAU DAN RUANG TERBUKA PUBLIK
SEBAGAI PUSAT ORIENTASILEBAK BULUS
GATEWAY RLEBAR PEDESTRIAN : 1.2M
ZONE REGIONAL
LEBAK BULUS- (R)
KOMPOSISI HIJAU RENCANA : 2.09%
TATA BANGUNAN40 lt
60 lt
TATA BANGUNANBUNDARAN HI Imbas konstruksi stasiun
d l MRT d
Stasiun Setiabudi
SUDIRMAN CBD ZONE
U-1URBAN CENTER
40 lt dan rel MRT pada bangunan tepi koridor arahan penataan
ISTORA
CBD ZONE CENTERPerubahan tipologi hunian
AREA CBD bangunan
SENAYAN CBD ZONE
U-1URBAN
60 lt lebih rapat, terkoneksi, kemudahan pergerakan, kenyamanan pada iklim
i
CIPETE
CBD ZONE URBAN CENTERtropis
Arahan pasar tipologi komersial hunian sesuai CIPETE
SOUTHERN U-2
komersial , hunian sesuai konteks kawasan
DOWNTOWNZONE
NEIGHBORHOOD CENTER
LAND AVAILABILITY
4 PANDUAN PENATAAN / PENGEMBANGAN AREA TRANSIT
ARAHAN PENGEMBANGAN AREA TRANSIT4
R U-1 U-2 SU-1 SU-2REGIONAL URBAN URBAN SUB URBAN SUB URBAN
URBAN CORE CENTER NEIGHBORHOOD CENTER NEIGHBORHOOD
h b
sub urban urban
PUSAT PRIMER PENTING PUSAT AKTIVITAS KOTA DISTRIK HUNIAN KOTA PUSAT AKTIVITAS SUB URBAN DISTRIK HUNIAN SUB URBAN
dari kegiatan bisnis, ekonomi perdagangan, dan kebudayaan dengan lingkup kegiatan
REGIONAL
dari kegiatan bisnis, ekonomi perdagangan, dan kebudayaan dengan konteks lingkungan
KOTA
dengan dominasi HUNIAN dengan konteks lingkungan KOTA
dari kegiatan bisnis, ekonomi perdagangan, dan kebudayaan dengan konteks lingkungan
SUB URBAN setempat
dengan dominasi HUNIAN dengan konteks lingkungan SUB URBAN setempat
Sejauh apa skala layanan FUNGSI KEGIATAN yang ada /akan dikembangkan di sekitar Area Transit ini?
skala layanan LINGKUNGAN SUB URBAN /
SUB URBAN NEIGHBORHOOD
arahan pengembangan
Karakteristik PUSAT KEGIATAN apa yang ada / akan dikembangkan di sekitar Area Transit ini?
lingkup layanan skala layanan REGIONAL
skala layanan PUSAT KOTA /
URBAN CENTER
skala layanan LINGKUNGAN KOTA /
URBAN NEIGHBORHOOD
skala layanan PUSAT SUB URBAN / SUB URBAN CENTER
dominasi penggunaan fleksibel dominasi penggunaan hunian
mixed use single use
KERAGAMAN PALING TINGGI campuran dari hunian
KERAGAMAN TINGGI campuran dari hunian
KERAGAMAN TINGGI-SEDANG campuran dari hunian
KERAGAMAN SEDANG campuran dari hunian
KERAGAMAN RENDAH campuran dari hunian
jenis keragaman tata guna lahan
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya, serta pusat
pemerintahan (civic center) atau pusat bisnis bergengsi
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya yang
dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial berskala lingkungan
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya yang
dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial berskala lingkungan
working >> living working > living working < living working << living working <<< living
Bagaimana komposisi DOMINASI FUNGSI
tata guna lahan
Bagaimana keragaman dan kepadatan TATA GUNA LAHAN yang ada / akan dikembangkan di
sekitar Area Transit ini?
komposisi fungsi kegiatan
working
living
working
living
working
living working
living
working
living
70% : 30% 60% : 40% 40% : 60% 30% : 70% 20% : 80%
arahan kepadatan
KEGIATAN antara hunian dan non hunian yang ada / akan dikembangkan di sekitar Area Transit
ini?
TIDAK PADAT
KURANG PADAT
PADAT
g g
PADAT PADAT - KURANG PADAT KURANG PADAT KURANG PADAT - TIDAK PADAT TIDAK PADAT
HIGHEST density HIGH density HIGH-MEDIUM density MEDIUM density LOW density Bagaimana arahan KEPADATAN / PSL (Pola Sifat Lingkungan) di sekitar Area Transit ini yang diatur
dalam RTRW 2030?
intensitas
R U-1 U-2 SU-1 SU-2urban sub urban
ARAHAN PENGEMBANGAN AREA TRANSIT
REGIONAL URBAN URBAN SUB URBAN SUB URBANURBAN CORE CENTER NEIGHBORHOOD CENTER NEIGHBORHOOD
pola dominasi POLA GRID dominasi POLA ORGANIK(efisiensi) (kontekstual dg alam)
struktur kawasan
(efisiensi) (kontekstual dg alam)
SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI - SEDANG SEDANG RENDAH menembus blok/bangunan menembus blok/bangunan melewati jalur pedestrian melewati jalur pedestrian melewati jalur pedestrian
pengalaman ruang LABIRIN, SUMBU, VISTA RUANG TERBUKA, LANDMARK, VISTA
bangunan DERET bangunan TUNGGAL (attached) (detached)
fungsi retail lantai dasar ATURAN WAJIB ATURAN WAJIB ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN
tipologi bangunan
sifat permeabilitas blok
fungsi retail lantai dasar ATURAN WAJIB ATURAN WAJIB ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN
aksesibilitas TINGGI RENDAH seluruh lantai bangunan lantai dasar / muka tanah
(besmen, lantai dasar, & lantai atas)
pembatasan area parkir
S ANGAT K E TAT K E TAT MODE RAT L ONGGAR S ANGAT L ONGGAR
konektifitas antar blok
lokasi parkirmenejemen
parkir
DOMINASI BESMEN TERPADU DOMINASI PARKIR MUKA TANAH (dedicated area) (undedicated area)
peraturan pembatasan parkir dalam UDGL WAJIB WAJIB ANJURAN UTAMA ANJURAN UTAMA ANJURAN
insentif pengaturan parkir TINGGI TINGGI SEDANG SEDANG RENDAH
KAJIAN NORMATIF DAN SURVEY1. St. Bundaran HILOKASIELEMEN
PERANCANGAN
APA ? 2. St. Dukuh Atas
3. St. Setiabudi
PERANCANGAN KOTA
GUNA LAHAN
4. St. Bendungan Hilir
5. St. Istora
6 St Senayan
SIRKULASI
TRANSPORTASI
INTENSITAS 6. St. Senayan
8. St. Blok M
7. St. Sisingamangaraja
INTENSITAS
TATA BANGUNAN
RUANG TERBUKA
9. St. Blok A
10. St. H. Nawi
MORFOLOGI
KETERSEDIAAN LAHAN
11. St. Cipete
12. St. Fatmawati13. St. Lebak Lubus
KAJIAN NORMATIF DAN SURVEY
DIMANA ?AREA PEYANGGA
AREA INTI PERGERAKAN
R : 350M
AREA INTI PERGERAKAN
AREA CORE
STASIUN
R : 700M
LUASAN DAERAH PERENCANAANPERENCANAAN
LUASAN DP 2 (R - 350M) : 38.5 HADAERAH PERENCANAAN
PRINSIP PERANCANGAN
SIRKULASISIRKULASI dd KONEKTIFITASKONEKTIFITASSIRKULASI SIRKULASI dandan KONEKTIFITAS KONEKTIFITAS
Meningkatkan permeabilitas kawasan dengan jalur-jalur d t i b b d k d1 pedestrian menembus bangunan dan kawasan pada
berbagai layer yaitu lantai basemen, lantai dasar dan lantai atas
1
Memperbaiki hirarki jalan sebagai pembentuk struktur ruang kota dan mempermudah pergerakan / mobilitas di
Jalur sirkulasi didesain sehingga jelas dan efisien dengan
kawasan
2memperpendek jarak pencapaian dan meningkatkan kenyamanan
Jalur pedestrian, jalur sepeda yang menerus dan nyaman dengan penataan lansekap yang baik g p p y g
PRINSIP PERANCANGAN
TATA GUNA LAHANTATA GUNA LAHANTATA GUNA LAHAN TATA GUNA LAHAN
Lantai dasar berfungsi sebagai komersial retail yang1 Lantai dasar berfungsi sebagai komersial retail yang berorientasi terhadap kegiatan pedestrian
Penggunaan campuran (mixed – use) sehingga mempermudah pencapaian dan menciptakan rasa
1
keamanan dengan adanya kegiatan selama 24 jam (hunian-komersial-perkantoran)
Pemanfaatan lantai basemen sebagai kegiatan komersial yang terpadu dengan kegiatan transit dan fungsi kawasan 2 ya g te padu de ga eg ata t a s t da u gs a asasekitarnya
PRINSIP PERANCANGAN
INTENSITASINTENSITASINTENSITAS INTENSITAS
Mengoptimalkan nilai KLB pada kawasan sesuai d k kt k t it hi1 dengan karakter kawasan transit sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan dan meningkatkan ridership
1
Menerapkan nilai KDH pada kawasan transit hingga sehingga tetap terjaminnya ketersediaan ruang terbuka hijau pada kawasan transit yang
2g j p y g
padat
4 PANDUAN PENATAAN / PENGEMBANGAN AREA TRANSIT
ARAHAN PENGEMBANGAN AREA TRANSIT4
R U-1 U-2 SU-1 SU-2REGIONAL URBAN URBAN SUB URBAN SUB URBAN
URBAN CORE CENTER NEIGHBORHOOD CENTER NEIGHBORHOOD
h b
sub urban urban
PUSAT PRIMER PENTING PUSAT AKTIVITAS KOTA DISTRIK HUNIAN KOTA PUSAT AKTIVITAS SUB URBAN DISTRIK HUNIAN SUB URBAN
dari kegiatan bisnis, ekonomi perdagangan, dan kebudayaan dengan lingkup kegiatan
REGIONAL
dari kegiatan bisnis, ekonomi perdagangan, dan kebudayaan dengan konteks lingkungan
KOTA
dengan dominasi HUNIAN dengan konteks lingkungan KOTA
dari kegiatan bisnis, ekonomi perdagangan, dan kebudayaan dengan konteks lingkungan
SUB URBAN setempat
dengan dominasi HUNIAN dengan konteks lingkungan SUB URBAN setempat
Sejauh apa skala layanan FUNGSI KEGIATAN yang ada /akan dikembangkan di sekitar Area Transit ini?
skala layanan LINGKUNGAN SUB URBAN /
SUB URBAN NEIGHBORHOOD
arahan pengembangan
Karakteristik PUSAT KEGIATAN apa yang ada / akan dikembangkan di sekitar Area Transit ini?
lingkup layanan skala layanan REGIONAL
skala layanan PUSAT KOTA /
URBAN CENTER
skala layanan LINGKUNGAN KOTA /
URBAN NEIGHBORHOOD
skala layanan PUSAT SUB URBAN / SUB URBAN CENTER
dominasi penggunaan fleksibel dominasi penggunaan hunian
mixed use single use
KERAGAMAN PALING TINGGI campuran dari hunian
KERAGAMAN TINGGI campuran dari hunian
KERAGAMAN TINGGI-SEDANG campuran dari hunian
KERAGAMAN SEDANG campuran dari hunian
KERAGAMAN RENDAH campuran dari hunian
jenis keragaman tata guna lahan
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya, serta pusat
pemerintahan (civic center) atau pusat bisnis bergengsi
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya yang
dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial berskala lingkungan
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya
campuran dari hunian, ekonomi/perdagangan, budaya yang
dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial berskala lingkungan
working >> living working > living working < living working << living working <<< living
Bagaimana komposisi DOMINASI FUNGSI
tata guna lahan
Bagaimana keragaman dan kepadatan TATA GUNA LAHAN yang ada / akan dikembangkan di
sekitar Area Transit ini?
komposisi fungsi kegiatan
working
living
working
living
working
living working
living
working
living
70% : 30% 60% : 40% 40% : 60% 30% : 70% 20% : 80%
arahan kepadatan
KEGIATAN antara hunian dan non hunian yang ada / akan dikembangkan di sekitar Area Transit
ini?
TIDAK PADAT
KURANG PADAT
PADAT
g g
PADAT PADAT - KURANG PADAT KURANG PADAT KURANG PADAT - TIDAK PADAT TIDAK PADAT
HIGHEST density HIGH density HIGH-MEDIUM density MEDIUM density LOW density Bagaimana arahan KEPADATAN / PSL (Pola Sifat Lingkungan) di sekitar Area Transit ini yang diatur
dalam RTRW 2030?
intensitas
R U-1 U-2 SU-1 SU-2urban sub urban
ARAHAN PENGEMBANGAN AREA TRANSIT
REGIONAL URBAN URBAN SUB URBAN SUB URBANURBAN CORE CENTER NEIGHBORHOOD CENTER NEIGHBORHOOD
pola dominasi POLA GRID dominasi POLA ORGANIK(efisiensi) (kontekstual dg alam)
struktur kawasan
(efisiensi) (kontekstual dg alam)
SANGAT TINGGI TINGGI TINGGI - SEDANG SEDANG RENDAH menembus blok/bangunan menembus blok/bangunan melewati jalur pedestrian melewati jalur pedestrian melewati jalur pedestrian
pengalaman ruang LABIRIN, SUMBU, VISTA RUANG TERBUKA, LANDMARK, VISTA
bangunan DERET bangunan TUNGGAL (attached) (detached)
fungsi retail lantai dasar ATURAN WAJIB ATURAN WAJIB ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN
tipologi bangunan
sifat permeabilitas blok
fungsi retail lantai dasar ATURAN WAJIB ATURAN WAJIB ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN UTAMA ATURAN ANJURAN
aksesibilitas TINGGI RENDAH seluruh lantai bangunan lantai dasar / muka tanah
(besmen, lantai dasar, & lantai atas)
pembatasan area parkir
S ANGAT K E TAT K E TAT MODE RAT L ONGGAR S ANGAT L ONGGAR
konektifitas antar blok
lokasi parkirmenejemen
parkir
DOMINASI BESMEN TERPADU DOMINASI PARKIR MUKA TANAH (dedicated area) (undedicated area)
peraturan pembatasan parkir dalam UDGL WAJIB WAJIB ANJURAN UTAMA ANJURAN UTAMA ANJURAN
insentif pengaturan parkir TINGGI TINGGI SEDANG SEDANG RENDAH
GUBERNUR KDKI JAKARTA KEPALA DINAS TATA RUANG TIM PENASEHAT ARSITEKTUR KOTA
(Keputusan) (Keputusan) (Rekomendasi)
- Peruntukan lahan umum - GSB
- KLB - Jarak Bebas Bangunan
K E W E N A N G A N J E N I S A T U R A N
- KLB - Jarak Bebas Bangunan
- KDB - Transfer KLB < 10% di dalam satu blok
- Ketinggian bangunan - Pembatasan rasio penyediaan parkir
- KDH - Penataan batas kavling
- KTB
- Transfer KLB > 10%
- Pengaturan integrasi pintu masuk stasiun dengan kavling
- Penyediaan akses pedestrian menuju titik transit
WAJIB dibahas bersama
- Pengaturan parkir on-street, on-ground, dan parkir bersama antar kavling
- Akses pedestrian publik pada lahan privat- Koridor Transit Penghubung Pedestrian Layang dan Besmen
- Penyediaan Toilet Publik
- Penyelesaian atap taman/hijau
- Penyediaan elemen seni publik
- Penyediaan arkade menerus
- Penyediaan transit plaza
BONUS INSENTIF
- Peruntukan lantai dasar (retail) dan besmen
- Koridor transit penghubung pedestrian menembus blok pada lantai dasar
- Penyediaan Ruang Terbuka Publik pada lahan sendiri
'- Penyediaan Ruang Terbuka Publik dalam bangunan
- Penyediaan Lobi Transit Publik pintu masuk stasiun MRT
- Penyediaan bangunan parkir, parkir besmen, parkir mekanik
- Penyediaan ruang untuk sektor informal
- Luas lahan
- Pemecahan dan penggabungan sub-blok dan kavling
ANJURAN UTAMA
memberi saran
g
- Pengembangan pengelolaan superblok
- Komposisi peruntukan
- Penggunaan lahan
- Peraturan zonasi atas fungsi
- Bentuk massa / tata bangunan
- Sirkulasi pejalan kaki mikro
- Sirkulasi moda transportasi
REKOMENDASI TINGGI
Kesesuaian dengan PRK Kualitas Fungsional - organisasi fungsi - keterkaitan fungsiKualitas Visual - estetika - gubahan massa - kinerja arsitektural ANJURAN - tata informasi - bahan/warna bangunanKualitas Lingkungan - pencahayaan - sirkulasi udara - tata hijau dan ruang terbuka - kepentingan umum - aspek sosial-budaya
ANJURAN
KONSEP PERANCANGAN DI KAWASAN
STASIUN BUNDARAN HI STASIUN DUKUH ATAS
STASIUN BUNDARAN HI
STASIUN DUKUH ATAS
STASIUN BUNDARAN HI
KONSEP PERUNTUKAN MAKRO
KONSEP PERUNTUKAN LANTAI DASAR
KONSEP POLA PERGERAKAN MUKA TANAH
KONSEP POLA PERGERAKAN LANTAI BESMEN
KONSEP POLA TATA MASSA BANGUNAN
KONSEP PERANCANGAN DI KAWASAN
STASIUN SENAYAN STASIUN ISTORA
KONSEP PERUNTUKAN LAHAN MAKRO
EKSISTING
KONSEP PERUNTUKAN LAHAN LANTAI DASAR
KONSEP PERUNTUKAN LAHAN MAKRO
EKSISTING
KONSEP PERUNTUKAN LAHAN LANTAI DASAR
EKSISTING KONSEP INTENSITAS LAHAN
NAMA KAVLING A C U A N L E G A L RENCANA PENGEMBANGAN
T/D KDB (%) KLB TB (lantai) Dasar (m2) Total (m2) T/D KDB KLB TB Dasar (m2) Total (m2)
IS_1 135.292 Kut T 20 2,0 32 27.058 270.584 Kut T 20 2,0 32 27.058 270.584 IS_2 66.915 Phu 0,0 - - Phu 0,0 - - IS_3 89.627 Sro T 50 0,1 2 44.814 8.963 Sro T 50 0,1 2 44.814 8.963
a 40.996 Kkt T 40 5,0 24 16.398 204.980 Kkt T 40 5,0 24 16.398 204.980 b 30 984 Wsn T 55 3 0 8 17 041 92 952 Wkt/Wdg T 55 6 0 35 17 041 185 904IS_4
G
NOMOR KAPLINGBLOK PERUNTUKAN
A C U A N L E G A LLRK DKI JAKARTA
INTENSITAS LUAS LANTAILUAS LAHAN
/ KAPLING
RENCANA PENGEMBANGAN
PERUNTUKANINTENSITAS LUAS LANTAI
b 30.984 Wsn T 55 3,0 8 17.041 92.952 Wkt/Wdg T 55 6,0 35 17.041 185.904 IS_5 21.984 Kkt T 40 5,8 32 8.794 127.507 Kkt T 40 6,0 35 8.794 131.904
a 3.815 Mdt - Mdt 0,0 - - b 18.386 Kkt T 40 5,8 32 7.354 106.639 Kkt T 40 7,0 50 7.354 128.702 c 7.856 Kkt T 40 7,0 29 3.142 54.992 Kkt T 40 7,0 29 3.142 54.992 d 8.573 Kkt T 40 6,7 32 3.429 57.439 Kkt T 40 7,0 32 3.429 60.011 e 11.754 Kkt T 40 4,4 25 4.702 51.718 Kkt T 40 6,0 32 4.702 70.524 f 142.702 Kpm T 50 3,5 16 71.351 499.457 Kpm T 50 4,0 16 71.351 570.808
IS_7 31.886 Kkt T 52 8,1 80 16.581 259.233 Kkt T 50 8,0 80 15.943 255.088 TOTAL 610.770 36,13% 2,8 220.664 1.734.464 36,02% 3,18 220.027 1.942.460
_
IS_6ISTO
RA
EKSISTING KONSEP INTENSITAS LAHAN
T/D KDB (%) KLB TB (lantai) Dasar (m2) Total (m2) T/D KDB (%) KLB TB (lantai) Dasar (m2) Total (m2)
a 11.137 Kkt/Kpd T 50 6,0 42 5.569 66.822 Kkt/Kpd T 50 6,0 42 5.569 66.822 b 42.269 Kpm T 45 4,0 24 19.021 169.076 Kpm T 45 4,0 24 19.021 169.076 SN 1
RENCANA PENGEMBANGANLUAS LAHAN /
KAPLING
A C U A N L E G A L
INTENSITAS LUAS LANTAI
NAMA KAVLING
NOMOR KAPLINGBLOK PERUNTUKAN
LRK DKI JAKARTAINTENSITAS LUAS LANTAI
PERUNTUKAN
p , p ,c 41.312 Kkt/Kpd T 45 4,0 24 18.590 165.248 Kkt/Kpd T 45 4,0 24 18.590 165.248
SN_2 21.293 Kkt/Kpd T 45 4,0 24 9.582 85.172 Kkt/Kpd T 45 7,0 50 9.582 149.051 SN_3 39.115 Kut T 20 2,5 24 7.823 97.788 Kut T 20 5,0 40 7.823 195.575
a 99.603 Kkt/Kpd T 40 3,0 32 39.841 298.809 Kkt/Kpd T 40 3,0 32 39.841 298.809 b 29.092 Kkt/Kpd T 40 3,0 32 11.637 87.276 Kkt/Kpd T 40 7,0 50 11.637 203.644
SN_5 9.067 Kpm T 45 2,5 8 4.080 22.668 Kpm T 45 3,0 8 4.080 27.201 a 37.371 Kkt T 45 4,0 24 16.817 149.484 Kkt/Kpd T 45 7,0 24 16.817 261.597 b 5.484 Kkt T 40 5,0 40 2.194 27.420 Kkt T 40 5,0 40 2.194 27.420 c 5.520 Wsn T 40 3,0 16 2.208 16.560 Wkt/Wdg T 40 5,0 16 2.208 27.600 d 6 044 Wsn T 40 4 0 24 2 418 24 176 Wkt/Wdg T 40 5 0 30 2 418 30 220EN
AYA
N
_
SN_4
d 6.044 Wsn T 40 4,0 24 2.418 24.176 Wkt/Wdg T 40 5,0 30 2.418 30.220 e 6.597 Wbs T 60 1,2 2 3.958 7.916 Wsn T 60 5,0 30 3.958 32.985 f 15.398 Wst T 20 3,0 16 3.080 46.194 Wkt/Wdg T 40 6,0 45 6.159 92.388 g 14.573 Wst T 20 5,0 16 2.915 72.865 Wkt/Wdg T 40 6,0 45 5.829 87.438 h 21.630 Wsn T 40 3,5 6 8.652 75.705 Wsn T 40 5,0 30 8.652 108.150 i 13.810 Kkt T 45 4,0 24 6.215 55.240 Kkt T 45 4,0 24 6.215 55.240 a 13.974 Wsn T 40 3,5 6 5.590 48.909 Wsn T 40 5,0 30 5.590 69.870 b 5.355 Spd T 40 1,6 4 2.142 8.568 Spd T 40 2,0 4 2.142 10.710 c 9.078 Wsd/Wbs T 60 1,2 2 5.447 10.894 Wsd/Wbs T 60 1,2 2 5.447 10.894
447.722 T 39,71% 3,4 177.776 1.536.789 T 4,67 183.771 2.089.938
SE
TOTAL
SN_6
SN_7
KONSEP POLA PERGERAKAN MUKA TANAH
KONSEP POLA PERGERAKAN LANTAI BESMEN
KONSEP POLA TATA MASSA BANGUNAN
DEFINISI DEFINISI
Insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan
DEFINISI DEFINISI
terhadap kegiatan yang seiring dengan tujuan tata ruang
Disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan denganpertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Merupakan perangkat –perangkat atau instrumen-instrumen ekonomi/keuangan, fisik, politik, regulasi/kebijaksanaan, yang dapat mendorong atau menghambat pemanfaatan ruang agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang.
Definisi menurut UU No. 24 th. 1992 ps.1 butir b
L d K d P d L d K d P d Landasan Kewenangan dan Prosedur Landasan Kewenangan dan Prosedur Pengenaan Insentif dan Disinsentif Pengenaan Insentif dan Disinsentif
• Hak Penetapan penguasaan dan kepemilikan hak atas tanah.UU no 5 th 1960 ttg peraturan pokok agraria negara meguasai bumiUU no,5 th. 1960 ttg peraturan pokok agraria, negara meguasai bumi,air dan ruang angkasa (hak membangun dan menerapkan penataan ruang)
• Police power : Kewenangan pemerintah untuk melakukan pengaturan,
pengawasan dan pengendalian di atas lahan maupun kegiatannya • Eminent domain : tindakan pengambil alihan atau pencabutan hak
atasatas tanah jika masyarakat menghendaki dan bertujuan untuk kepentinganumum dengan syarat substansi dan prosedural
• Perpajakan dan Restribusi : beban atau pungutan yang dimaksudkan
untuk kepentingan umum dan dilaksanakan secara adil tanpa diskriminasi
Tujuan Penerapan Insentif dan Disinsentif pada Tujuan Penerapan Insentif dan Disinsentif pada P b K MRT P b K MRT
• Mewujudkan kawasan stasiun yang terintegrasi dan nyaman bagi
Pengembangan Kawasan MRT Pengembangan Kawasan MRT
penggunanya • Mendorong kelancaran pergerakan /perpindahan orang dengan
kemudaan akses-akses publik dan ruang –ruang orientasi pada kawasankawasan
• Mencegah terjadinya degradasi pada ruang kota akibat tingginya dan beragamnya aktivitas pada kawasan transit
• Mendorong partisipasi masyarakat dalam terwujudnya ruang kota yang nyaman
• Merangsang pembangunan kawasan sekitar stasiun untuk melakukan pembangunan baru, revitalisasi maupun pengembangan infill
• Mewujudkan ruang – ruang publik yang berkualitas sehinggaMewujudkan ruang ruang publik yang berkualitas sehingga menciptakan image kawasan stasiun dan ruang kota yang baik
• Menciptakan berbagai aktivitas publik sehingga terciptanya integrasi ruang sosial M i t k k t i i d b k l j t• Menciptakan ruang kota yang nyaman, manusiawi dan berkelanjutan
Prinsip Insentif dan Disinsentif pada Prinsip Insentif dan Disinsentif pada Pengembangan Kawasan MRT Pengembangan Kawasan MRT Pengembangan Kawasan MRT Pengembangan Kawasan MRT
• Adanya dampak-dampak yangmempengaruhi tata ( k t lit itif / tif)ruang (eksternalitas positif / negatif)
• Adanya Good Governance yang baik • Adanya kegiatan pemanfaatan ruang dalam
anggaran pembangunan / Program kegiatan gg p g g gpemanfaatan ruang yang jelas
• Perangkat hukum / opsional sebagai antisipasi terhadap keterbatasan dan kendala penegakan hukum dalam penataan ruanghukum dalam penataan ruang
• Nilai besaran elemen insentif dan insentif ruang kota yang tepat
• Mekanisme yang tepat sehingga tidak terjadi penyalahgunaan penggunaan fasilitas publik tersebut setelah masa pemakaian
Perangkat hukum Perangkat hukum Saat ini instrumen – instrumen insentif dan disinsentif yang telah
dipakai secara resmi masih terbatas pada peruntukan intensitas bangunan (KDB, KLB, dan ketinggian bangunan) dikaitkan dengan besarnya restribusi pembangunandikaitkan dengan besarnya restribusi pembangunan.
• SK Gubernur KDKI Jakarta No.25 Th. 1990 tentang Prosedur Pelaksanaan Pedoman Operasional Pelayanan terhadap p y pPengarahan Pola Intesitas Bangunan , Daerah Perencanaan, KDB, KLB dab Ketinggian Bangunan di Wilayah DKI Jakarta.
• SK Gubernur KDKI Jakarta No 678 Th 1994 tentang• SK Gubernur KDKI Jakarta No. 678 Th. 1994 tentang Peningkatan Intensitas Pembangunan di Wilayah DKI Jakarta
Perangkat hukum Perangkat hukum Bab X Psl 187 (2)Bab X. Psl. 187 (2) (2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiriatas:a. arahan peraturan zonasi;b. arahan perizinan;c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dand. arahan sanksi administrasi.
Pasal 198Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan untuk:Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan untuk:a. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan tata ruangsesuai dengan rencana tata ruang;b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang; danc. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan ruang
j l dyang sejalan dengan rencana tata ruang.
Pasal 200(1) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturane ca a po a ua g, da ete tua u u pe atu a o as ya g d atu da a e atu aDaerah ini.(2) Prioritas pemberian insentif diarahkan pada penyediaan dan penambahan RTH,penanggulangan banjir, upaya mengatasi masalah kemacetan lalu lintas serta upayapelestarian bangunan cagar budaya.(3) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan(3) Insentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
Pasal 201
(1) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau(1) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, ataudikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.(2) Prioritas pengenaan disinsentif diarahkan pada kegiatan pembangunan yang merubahbentang alam yang berdampak negatif pada lingkungan di sekitarnya, meningkatkanbangkitan lalu lintas di atas kapasitas jaringan jalan.
Pasal 202(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 200 dapat berupa insentif fiskal dan/atauinsentif non fiskal.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:a. pemberian keringanan pajak; dan/ataub. pengurangan retribusi.
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:a. pemberian kompensasi;b. subsidi silang;c. kemudahan perizinan;d. imbalan;e. sewa ruang;f. urun saham;g. penyediaan prasarana dan sarana;h. penghargaan; dan/ataui publikasi atau promosii. publikasi atau promosi.
Pasal 203
(2) Insentif dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat dapat berupa:(2) Insentif dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat dapat berupa:a. pemberian keringanan pajak;b. pemberian kompensasi;c. pengurangan retribusi;d. imbalan;e. sewa ruang;f. urun saham;g. penyediaan prasarana dan sarana; dan/atauh. kemudahan perizinan.
Pasal 204(1) Disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasipengembangannya.(2) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dengan tetap menghormati hakorang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undanganorang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupaa; disinsentif fiskal; danb. disinsentif non fiskal.(4) Disinsentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa pengenaan pajakyang tinggi.(5) Disinsentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, berupa:a. kewajiban memberi kompensasi;b. pensyaratan khusus dalam perizinan;c kewajiban memberi imbalan; dan/atauc. kewajiban memberi imbalan; dan/ataud. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
Pasal 205Pasal 205(2) Disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat dapat berupa:a. kewajiban memberi kompensasi;b. pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikanoleh pemerintah daerah;c kewajiban memberi imbalan; danc. kewajiban memberi imbalan; dand. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
Level Aturan Kewajiban Insentif
Fungsi Guna Lahan
Mengadakan fungsi komersial retail di lantai dasar pada sisi bangunan *****
Mengadakan fungsi komersial retail di lantai dasar pada sisi bangunan yang berhadapan dengan stasiun dan jalan utama kawasan sebagai jalur kegiatan pedestrian utama
Luas lantainya tidak diperhitungkan sebagai nilai KLB
*** Mengadakan fungsi campuran (mixed -used ) antara berbagai fungsi yang ditata secara terpadu Memberikan bonus peningkatan KLB
Aksesibilitas dan Linkage Pedestrian
*****Membuka akses publik bagi lahan dan bangunan privat yang menghubungkan stasiun selama tidak kurang dari 20 jam, yaitu sejak jam 4 dini hari hingga jam 12 malam hari
Luas lantainya tidak diperhitungkan sebagai nilai KLB
*****Menyediakan akses pedestrian pada lantai dasar, lantai basemen, dan lantai atas yang menghubungkan stasiun dan antar bangunan ke bangunan dengan jembatan maupun koridor pedestrian
jembatan lebar minimum 4 meter, koridor 5 meter tidak diperhitungkan dalam KLB bangunan dengan jembatan maupun koridor pedestrian dalam KLB
***** Mendedikasikan sebagian lahan privat sebagai ruang pedestrian, jalur sepeda dan ruang transit (pintu masuk) yang terbuka bagi publik
Luas yang terpakai sbg fasilitas publik tidak diperhitungkan
***Menyediakan ruang - ruang sirkulasi terbuka sebagai aktifitas pedestrian seperti pedestrian mall yang berada di antara bangunan Luas yang didedikasikan sebagaoi p p p y g gsebagai jalur tembus dan sekaligus sebagai ruang aktivitas retail yang menarik
y g gpedestrian mall tidak dihitung dalam KLB
** Mendedikasikan lahan untuk memperlebar ruang pedestrian dengan penataan lansekap dan furniture
Luas yang didedikasikan tidak dihitung sebagai nilai KLB
Parkir bersama dengan akses menembus bangunan
*** Menyediakan parkir dalam struktur bangunan atau basemen yang digunakan secara bersamaan dengan akses kendaraan yang menembus antar bangunan atau basemen sehingga mempermudah pencapaian
Luas lantai parkir yang digunakan secara bersama tidak diperhitungkan sebagai nilai KLB selama tidak melebihi 20% dari luas total lantai
Catatan:Catatan:
** Sebagai anjuran utama
*** Sebagai aturan wajib
***** Sebagai aturan wajib utama
Level Aturan Kewajiban Insentif
Ruang Terbuka Publik
**** Menyediakan ruang-ruang terbuka publik berupa plaza, pocket park, atrium dll. sebagai kontak sosial, ruang orientasi, ruang berkumpul yang berada pada lahan privat maupun di dalam bangunan
tinggi lantai bangunan diperkenankan mencapai maksimal 10 meter
Menyediakan ruang terbuka publik sebagai ruang ekspresi seni seperti
**y g p g g p p
teater terbuka, ruang pameran, dan lain sebagainya yang berada di ruang privat maunpun di antara bangunan Memberikan bonus peningkatan KLB
Fasilitas Transit
*****Menyediakan ruang transit yang berupa halte, ruang terbuka, maupun
***** bangunan sebagai tempat pergantian moda maupun feeder bagi pengguna publik transport Memberikan bonus peningkatan KLB
Mitigasi Bencana
***** Menyediakan ruang mitigasi bencana sesuai dengan standart yang Menyediakan ruang mitigasi bencana sesuai dengan standart yang ditentukan di dalam bangunan guna kepentingan keselamatan publik Memberikan bonus peningkatan KLB
***** Menyediakan signage yang jelas khususnya yangberkaitan dengan keselamatan publik pada saat terjadi bencana Memberikan bonus peningkatan KLB
Ruang Terbuka Hijau
*****
Menyediakan ruang terbuka hijau pada berbagai layer sebagai area resapan air, sirkulasi udara, yang berada pada lahan privat maupun lahan antar bangunan berupa taman halaman, taman antar bangunan, taman di atap bangunan yang tidak saja bersifat pasif namun dapat pula bersifat aktif Memberikan bonus peningkatan KLB
**Menyediakan elemen lansekap publik yang menarik seperti air mancur, taman gantung, dsb sebagai salah satu ruang terbuka publik yang menarik yang berada pada lahan privat maupun lahan antar bangunan Memberikan bonus peningkatan KLB
Level Aturan Kewajiban Insentif
Sektor Informal Kaki Lima
***Menyediakan tempat sebagai ruang bagi sektor informal kaki lima yang dapat diintegrasikan pada bangunan maupun berada pada ruang luar Memberikan bonus peningkatan KLB
Hunian Vertikal Hunian Vertikal
***** Membangun rumah susun menengah - atas dengan kualitas arsitektural dan keterpaduan penataan dengan kawasan sekitarnya Memberikan bonus peningkatan KLB
*** Membangun rumah susun sederhana dengan kualitas arsitektural dan keterpaduan penataan dengan kawasan sekitarnya Memberikan bonus peningkatan KLB
Tata Bangunan
** Membangun arcade pada kawasan jalur pedestrian utama khususnya pada jalur retail yang berhadapan dengan stasiun maupun jalur utama Memberikan bonus peningkatan KLB
**Memberikan kontribusi pada desain arsitektur bangunan maupun ruang luar yang menarik namun masih sesuai dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya dan telah melalui sidang TPAK sehingga mampu berperan untuk meningkatkan nilai visual dan ekonomi kawasan
Memberikan penghargaan dan kemudahan ijin dan administrasi
b lSustainability
*** Mengedepankan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan dalam hal penggunaan material dan penggunaan energi.
Memberikan bonus peningkatan KLB, penghargaan dan kemudahan ijin dan administrasi
Menyediakan fasilitas publik seperti toilet umum ruang beribadah ***
Menyediakan fasilitas publik seperti toilet umum, ruang beribadah, dan pusat informasi publik untuk menunjang kenyamanan aktivitas pada kawasan Memberikan bonus peningkatan KLB
TERIMA KASIH
JAKARTA MASS TRANSIT SYSTEM – 2015
TOD DI INDONESIA
JAKARTA MASS TRANSIT SYSTEM 2015
• Berorientasi pada titik-titik transit• Berorientasi pada titik-titik transit• Angkutan umum massal menjadi tulang
punggung pergerakan manusia danmendukung pergerakan angkutan kota eksistingeksisting
• Zonasi berbasis bangkitan pergerakan setiap fungsi dan jangkauan yang bisa dicapai pejalan-kaki
• Fasilitas umum dan fungsi komersial
100
Fasilitas umum dan fungsi komersial retail diletakkan lebih dekat titik transit
Jalur Angkutan Kota saat ini
PRINSIP TOD• Integrasi fungsi transit dengan kawasan sekitarnya• Fungsi hunian, ruang terbuka, komersial, perkantoran harus dapat diakses dengan
mudah dari titik transit kawasan (Stasiun)• Penciptaan jalur pejalan-kaki yang nyaman dan terpadu dengan pengembanganPenciptaan jalur pejalan kaki yang nyaman dan terpadu dengan pengembangan
TOUD• Menyediakan hunian yang bervariasi• Penciptaan ruang terbuka publik sebagai salah satu pengikat antar massa bangunan• Melakukan pengembangan baru di sepanjang jalur transit yang dipadukan dengan
TRANSIT-ORIENTED URBAN DEVELOPMENT: PENGALAMAN JAPAN RAIL
Melakukan pengembangan baru di sepanjang jalur transit yang dipadukan denganbangunan eksisting
UMUM VS KHUSUS
(Conventional) Public Transportation
Mass Rapid Transit (MRT) Transportationvs.
On Ground
vs.TrackElevated
On Ground
TrackElevated
Underground
T it O i t d D l t TOD T it O i t d RED l t TO DTransit‐Oriented Development – TOD(in new development area)
Transit‐Oriented REDevelopment – TOrD(in developed‐area /in developing‐area)
vs.
Single‐Use Zone Multi & Mixed‐Use Zonevs.
TOD
TRANSIT-ORIENTED DEVELOPMENT
(TOD) Kepadatan (DENSITY)
TRANSIT-ORIENTED REDEVELOPMENT
(TOrD)Kepadatan kawasan pengembangan yang terkait
PROPERTY
MARKET
TRANSPORTsystem
yang terkait dengan radius pelayanan titik transit
Keragaman (DIVERSITY)beragamnya fungsi di kawasan (mixed use)
SOCIAL, EKONOMI(mixed-use)
Desain (DESIGN)Desain kawasan yang terpadu
URBANREdevelopment GAYA HIDUP
gdengan kawasan lainnya
MENGKATEGORISASIKAN AREA TOD DI JAKARTAAREA TOD DI JAKARTA
FRAMEWORK OF THINKINGJMTS 2015
TOTAL MODES OF TRANSPORTATION
MAP OF TOD AREAS IN
JAKARTA
for each Transit Nodes
TYPES OF TOD’s DEVELOPMENTS
for each MRT Stations
ARAHAN LAYANAN TRANSPORTASI
Setiap Titik TransitJAKARTA
URBAN TRANSIT ZONE MAP
Areas
DEVELOPMENT ZONE for each MRT Stations
Areas (TRANSPORTATION DEVELOPMENT
MAP OF THE LOCATIONS OF
12 MRT STATIONS
Location of 12 stations
DEVELOPMENT POLICY)
RTRW DKI JAKARTA 2030
Spatial Planning Regulation
ARAHAN PENGEMBANGAN DAERAHSetiap Titik Transit
(LAND DEVELOPMENT POLICY)
EXISTING CONDITION Land Availability
(LAND AVAILABILITY)
KETERSEDIAAN LAHAN KOSONG
(LAND DEVELOPMENT POLICY)
PELUANG PENGEMBANGANSetiap Titik Transit
CONDITION (LAND AVAILABILITY)
(SATURATION EVALUATION)
KONDISI KEJENUHAN AREA
(DEVELOPMENT OPPORTUNITY)
KARAKTER TIAP KATEGORI AREA TOD
PESEBARAN TOD DI DKI JAKARTA
Sumber: PT. MRT JAKARTA
ZONASI TOD
Sumber: PT. MRT JAKARTA
U1
BUNDARAN HI
DUKUH ATAS+ 1049M
CBD 1R
U1 + 766 M
+ 923MSETIA BUDI
BENDUNGAN HILIR
CBD 2
U1
U1
U1
+ 1.641 M
+ 731 M
ISTORA
SENAYAN
Garden City
U2
R
+ 957 M
+ 556 M
SENAYAN
SISNGAMANGARAJA
South‐ern
U2
U2
+ 1.264 M
2 534 M
BLOK M
BLOK A
Down‐town
U2
+ 2.534 M
+ 1.300 M
HAJI NAWI
CIPETE
Gateway
R U1
+ 1.631 M
+2.202 M
FATMAWATI
LEBAK BULUS
PENILAIAN KATEGORISASI AREA TOD TIAP TITIK
KATEGORISASI PENGEMBANGAN AREA TOD
KARAKTER TIAP KATEGORI AREA TOD
R U-1 U-2 SU-1 SU-2REGIONAL URBAN URBAN SUB URBAN SUB URBAN
URBAN CORE CENTER NEIGHBORHOOD CENTER NEIGHBORHOOD
sub urban urban
URBAN CORE CENTER NEIGHBORHOOD CENTER NEIGHBORHOOD
minibus / mikrolet
MODA TRANSPORTASI dilalui commuter
dilalui non-commuter dilalui non-commuter
minibus / mikrolet
( kopaja / metromini / angkot )
bis kota
BRTcommuter short-distance
( Trans Jakarta )
LRT / monorel
MRT
mid-distance KRL
bis antar kota
( antar kota / antar propinsi )long-distance
non-commuter
kereta api
( antar kota / antar propinsi )
KARAKTER TIAP KATEGORI AREA TOD
STASIUN BUNDARAN HI Arahan: Padat U1
KEPADATAN PENDUDUKSTASIUN BUNDARAN HI - Arahan: Padat U1
Luasan Standar Okupansi Total orangHunian 53,539.20 10 5,353.92 Hunian Apartemen 58,065.75 20 2,903.29 Perkantoran 641,767.13 12 53,480.59 Komersial 5Fasum 10
61,737.80
57,609.20 8 257 21
Total Penghuni
Total penghuni siangTotal penghuni malam
1609 jiwa/ha tinggi
8,257.21 Total penghuni malam
STASIUN LEBAK BULUS – Arahan: Kurang Padat (LRK) RLuasan Standar Okupansi Total orang
Hunian 65,385.30 10 6,539 Hunian Apartemen 68,551.88 20 3,428 Perkantoran 74 313 90 12 6 193Perkantoran 74,313.90 12 6,193 Komersial 5Fasum 51,881.86 10 5,188
21,347
16,364
Total Penghuni
Total penghuni siang
457 jiwa/ha menengah tinggi
9,966 Total penghuni malam
KONSEP PERANCANGAN DI KAWASAN
STASIUN BLOK ASTASIUN HAJI NAWI
STASIUN CIPETESTASIUN CIPETE
KONSEP PERANCANGAN DI KAWASAN
STASIUN SETIABUDI STASIUN BENDUNGAN HILIR
KONSEP PERANCANGAN DI KAWASAN
STASIUN FATMAWATISTASIUN LEBAK BULUS