transit (mrt) jakarta
TRANSCRIPT
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
1
Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta merupakan
transportasi massal bermoda kereta yang dibangun dari
koridor utara-selatan dan terdiri dari 21 stasiun, dimana
trase dari stasiun lebak bulus – sampai stasiun
sisingamangaraja merupakan jalan layang. Dalam tugas
akhir ini direncanakan stuktur jalan layang yang mampu
menopang kereta dengan track ganda. Jalan layang ini
didesign sebagai jembatan dan menggunakan box girder
sebagai struktur utama landasan kereta. Perencanaan
menggunakan konstruksi statis tak tentu diatas tiga
perletakan dengan panjang bentang masing-masing 35 m.
Perencanaan jembatan ini dimulai dengan
pengumpulan data dan literatur yang diperlukan dalam
perencanaan. Perencanaan akan mengacu pada SNI T-
12-2004 dan Standar Teknis Kereta Api Indonesia. Pada
tahap awal perencanaan dilakukan preliminary desain
untuk menentukan dimensi struktur utama penampang
box girder berdasarkan bentang jembatan. Selanjutnya
dilakukan perhitungan terhadap struktur sekunder
jembatan seperti: pagar pembatas (sound barrier) yang
nantinya akan berpengaruh terhadap pembebanan
struktur utama jembatan. Analisa pembebanan yang
terjadi diantaranya akibat: berat sendiri, beban mati
tambahan, beban kereta, serta mempertimbangkan
pengaruh terhadap waktu seperti creep dan kehilangan
gaya prategang. Kemudian dari hasil analisa tersebut
dilakukan kontrol tegangan akhir yang terjadi pada
struktur box girder, perhitungan penulangan box, serta
perhitungan kekuatan dan stabilitas box. Beban-beban
dari struktur atas akan ditransfer ke struktur bawah
sehingga desian dimensi pier dan pondasi akan mengikuti
beban yang diterima. Setelah melakukan perhitungan
penulangan pada pier dan pondasi dilakukan kontrol
stabilitas stuktur.
Hasil akhir dari perencanaan ini didapatkan
bentuk dan dimensi penampang box girder, pier, dan
pondasi yang sesuai beserta detail penulangannya. Serta
menentukan letak tendon pada penampang yang
kemudian digambarkan menggunakan program bantu
Autocad. Sehingga struktur utama jembatan mampu
menahan beban-beban yang bekerja pada jembatan dan
didapatkan suatu struktur jembatan yang aman.
Gambar Potongan melintang
Gambar Potongan memanjang
I. PENDAHULUAN
Struktur jalan layang menggunakan box girder
berbentuk trapesium. Manfaat utama box girder adalah
momen inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan berat
sendiri yang relatif ringan, karena adanya rongga ditengah
penampang sehingga sangat cocok digunakan untuk struktur
dengan bentang yang panjang.
Beton box girder umumnya dipadukan dengan sistem
pratekan dimana struktur akan selalu bersifat elastik karena
beton tidak pernah mencapai tegangan tarik dan tendon tak
pernah mencapai titik plastisnya.
A. Precast Segmental Box Girder
Precast segmental box girder adalah salah satu
perkembangan penting dalam pelaksanaan konstruksi
jembatan yang tergolong baru dalam beberapa tahun
terakhir. Berbeda dengan sistem konstruksi monolit, sebuah
jembatan segmental box girder terdiri dari segmen-segmen
pracetak maupun cor ditempat yang dipratekan bersama-
sama oleh tendon (Prof. Dr.-Ing. G. Rombach, 2002)[3].
Jembatan segmental seharusnya dibangun seperti
sturktur bentang tunggal untuk menghindari adanya
sambungan kabel post-tension. Sehubungan dengan adanya
eksternal post-tension maka diperlukan tiga macam segmen
yang berbeda (Gambar II.1), diantaranya pier segment,
deviator segment dan standart segment (Prof. Dr.-Ing. G.
Rombach, 2002)[3]:
Gambar Tipe Segmen Box Girder
PERENCANAAN STRUKTUR JALAN LAYANG MASS RAPID
TRANSIT (MRT) JAKARTA
Sibghatullah Mulsy, Prof.Dr.Ir. I Gusti Putu Raka
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
2
B. Balok Pratekan Menerus Statis Tak Tentu
Dalam tugas akhir ini direncanakan jembatan dengan
konstruksi beton pratekan statis tak tentu. Seperti halnya
dengan struktur menerus lainnya, lendutan pada balok
menerus akan lebih kecil dari pada lendutan pada balok
sederhana (diatas dua tumpuan) (T.Y Lin dan Ned H. Burn,
1988)[2]. Kontinuitas pada konstruksi beton prategang
dicapai dengan memakai kabel-kabel melengkung atau lurus
yang menerus sepanjang beberapa bentangan.
C. Metode Konstruksi
Dalam buku berjudul Prestressed Concrete
Segmental Bridges[4], untuk pelaksanaan metode kantilever
membutuhkan adanya tendon-tendon yang berfungsi sebagai
penompang setiap segmen Box Girder. Tendon yang
digunakan terdiri dari dua jenis yaitu “cantilever” tendons
dan “continuity” tendons. Layout tendon dapat dilihat pada
Gambar II.4.
Gambar Tendon layout
(a) Cantilever tendon (b) Continuity tendon
Beberapa metode pelaksanaan konstruksi yang
bisadilakukan dalam pembangunan jembatan ini antara lain
adalah
Metode Falsework
Metode Kantilever (Balanced Cantilever)
II. METODOLOGI
Metodologi dari pengerjaan tugas akhir ini dapat dilihat
pada bagan berikut ini.
III. ANALISA STRUKTUR
A. Perencanaan Strutur Atas
Data Perencaan
Fungsi jalan : Rel kereta double track
Lokasi jalan : Jl. Fatmawati Jakarta
Tipe jembatan: Precast segmental box girder dengan
menggunakan struktur beton pratekan tipe
single box.
Panjang total : 105 m, terdiri dari 3 bentang dengan
panjang bentang masing-masing 35 m.
Metode pelaksanaan : Dengan metode Balance
Cantilever Using Launching
Gantry
Lebar total jembatan : 9,4 m.
Data Bahan
Kuat tekan beton prategang (fc’ ) = 60 MPa
Kuat tekan beton untuk struktur sekunder (fc’ ) = 30 MPa
Mutu baja yang digunakan untuk penulangan box girder
adalah baja mutu (fy) = 400 MPa.
Mutu baja yang digunakan untuk penulangan struktur
sekunder adalah baja mutu (fy) = 240 MPa.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
3
Dalam perencanaan ini akan digunakan jenis kabel dan
angkur ASTM A416-74 Grade 270 dengan diameter Ø15,2
mm.
B. Preliminari Design
Profil box girder : bentang 35 meter
Tinggi taksiran : 2 meter
Gambar Dimensi Penampang Box Girder
Lebar : B1 = 4.40 m Tinggi : T1 = 0.25 m
B2 = 0.40 m T2 = 0.22 m
B3 = 2.10 m T3 = 1.00 m
B4 = 0.36 m T4 = 0.28 m
B5 = 0.85 m T5 = 0.25 m
B6 = 0.26 m
C. Perhitungan Momen dan Perencanaan Tendon
Prategang
Perencanaan Tendon Kantilefer (Tahap 1)
Tendon kantilefer dihitung berdasarkan momen yang
didapat akibat berat sendiri box girder. Pada perencanaan
jalan layang ini sistem kantilefer direncanakan untuk dua
tumpuan tengan sedangkan untuk tupuan ujung
menggunakan sistem falsework.
Gambar Pembagian Tahap Pemasangan Tendon Kantilefer
Detail penempatan tendon box girder masing-masing join
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar detail penempatan tendon pada join 9
Gambar detail penempatan tendon pada join 10
Gambar detail penempatan tendon pada join 11
Gambar detail penempatan tendon pada join 12
Gambar detail penempatan tendon pada join 13
Gambar detail penempatan tendon pada join 14
Gambar detail penempatan tendon pada join 15
Perencanaan Tendon Bentang Menerus
(Tahap 2)
Pada tahap 2 ini jembatan mendapat beban tambahan
berupa beban mati tambahan seperti bantalan, rel, lapisan
beton babat dan pagar, serta beban air hujan. Selain itu juga
akan mendapat beban kereta.
Gambar Grafik Momen Akibat Beban Mati
Permodelan Kombinasi Beban Hidup
Gambar Grafik Momen Envlope 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
4
Gambar Grafik Momen Envlope 2
Gambar Grafik Momen Envlope 3
Gambar Grafik Momen Envlope 4
Gambar Grafik Momen Kombinasi
1 0 0 0 44 Sc 2 11000000 22000000
2 3051740140 125 7197807.71 44 Sc 2 11000000 22000000
3 11564913900 499 15991708.32 44 Sc 2 11000000 22000000
4 17699267850 784 18607658.51 44 Sc 2 11000000 22000000
5 22018132600 983 19829333.26 44 Sc 2 11000000 22000000
6 24899556400 1095 20749943.43 44 Sc 2 11000000 22000000
7 26071748100 1120 21370602.50 44 Sc 2 11000000 22000000
8 25400362350 1060 21672998.96 44 Sc 2 11000000 22000000
9 10097207350 1044 8710632.40 44 Sc 2 11000000 22000000
10 8801769100 885 8528995.67 44 Sc 2 11000000 22000000
11 6900265150 639 8261990.84 44 Sc 2 11000000 22000000
12 3714492100 306 6530608.91 44 Sc 2 11000000 22000000
13 -2811615600 110 4298233.75 44 Sc 2 11000000 22000000
14 -5985677900 430 6576708.39 44 Sc 2 11000000 22000000
15 -10070779150 570 9852711.24 44 Sc 2 11000000 22000000
16 -9993232650 570 9776843.90 25 Sc 2 6250000 12500000
17 -6299397600 430 6921405.02 25 Sc 2 6250000 12500000
18 -4055658000 110 6200053.13 25 Sc 2 6250000 12500000
19 2245996100 398 3496356.49 25 Sc 2 6250000 12500000
20 3835856950 794 3999092.33 25 Sc 2 6250000 12500000
21 6088656100 1034 5289047.84 25 Sc 2 6250000 12500000
22 6460994200 1122 5289038.94 25 Sc 2 6250000 12500000
23 6460994200 1122 5289038.94 25 Sc 2 6250000 12500000
24 5960621400 1034 5177827.62 25 Sc 2 6250000 12500000
25 4882703550 794 5090487.62 25 Sc 2 6250000 12500000
26 2245996100 398 3496356.49 25 Sc 2 6250000 12500000
27 -4055658000 110 6200053.13 25 Sc 2 6250000 12500000
28 -6865165450 430 7543037.22 25 Sc 2 6250000 12500000
29 -11024934450 570 10786205.71 25 Sc 2 6250000 12500000
30 -10666508950 570 10435541.39 44 Sc 2 11000000 22000000
31 -5418383750 430 5953399.17 44 Sc 2 11000000 22000000
32 -2811615600 110 4298233.75 44 Sc 2 11000000 22000000
33 3714492100 306 6530608.91 44 Sc 2 11000000 22000000
34 6900265150 639 8261990.84 44 Sc 2 11000000 22000000
35 9059895100 885 8779122.15 44 Sc 2 11000000 22000000
36 10022526850 1044 8646207.22 44 Sc 2 11000000 22000000
37 25400362350 1060 21672998.96 44 Sc 2 11000000 22000000
38 26071748100 1120 21370602.50 44 Sc 2 11000000 22000000
39 24899556400 1095 20749943.43 44 Sc 2 11000000 22000000
40 22704200800 983 20447200.14 44 Sc 2 11000000 22000000
41 18264494350 784 19201894.49 44 Sc 2 11000000 22000000
42 12146279000 499 16795607.19 44 Sc 2 11000000 22000000
43 3058583550 125 7213948.52 44 Sc 2 11000000 22000000
44 0 0 0 44 Sc 2 11000000 22000000
Jumlah
tendon
F (N) sesuai
VSL
Jenis
TendonF (N) kumulatifMTT (Nmm) e (mm) F (N)Joint
D. Kehilangan Gaya Prategang
Kehilangan gaya prategang total yang terjadi baik pada
tahap kantilefer maupun tahap layan dapat dilihat pada table
berikut ini
Tabel Persentasi Kehilangan Total Pada Tahap Kantilefer Joint Loss (%)
9 12.414
10 12.484
11 12.563
12 12.828
13 13.157
14 13.686
15 14.244
16 14.244
17 13.686
18 13.157
19 12.828
20 12.563
21 12.484
22 12.414
Tabel Persentasi Kehilangan Total Pada Tahap Kantilefer Joint Loss (%)
15/16 15.067
29/30 13.236
E. Penuulangan Box Girder
Penulangan pada box girder dapat dilihat pada table berikut
ini
Tabel kebutuhan tulangan box girder
Tul utama Tul. bagi
Pelat atas D25-200 D25-250
Pelat badan D25-300 D25-250
Tul.geser 4 D20-200
F. Perencanaan Shear Key Pada Join Antar Segmen
Perencanaan joint pada balok segmental diambil
sebagai contoh adalah pada joint 12 yang menghubungkan
segmen 10 dan11. Dengan data sebagai berikut:
H = 2000 mm
ya = 728 mm
yb = 1272 mm
A = 5393400 mm2
I = 2,778 × 1012 mm4
Dimensi masing-masing bidang geser adalah sebagai berikut
Pada sayap = 170 cm × 15 cm
Pada badan atas = 390 cm × 15 cm
Pada badan bawah= 315 cm × 15 cm
Luasan beton yang memikul geser (Ac) pada sambungan :
Ac =(35cm×20cm×12)+ (170×15×2)+(390×15)+(315×15)
= 24.075 cm2 = 2.407.500 mm2
Gambar Letak Pengunci Antar Segmen
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
5
IV. ANALISA STRUKTUR BAWAH
A. Analisa Gempa
Nilai Spektra Percepatan Ss dan S1
Ss = 0.6 – 0.7 g S1 = 0.25 – 0.3 g
≈ 0.65 g ≈ 0.25 g
Penentuan Nilai Koefisien SD, Fa, Fv SDs dan SD1
Kelas situs = SD (Tanah Sedang)
Koefisien Fa = 1.28
Koefisien Fv = 1.9
SDs = 1.28
SD1 = 0.316
Waktu Getar Alami Fundamental (T)
Menurut SNI 1726-2012 auTCT
Hasil dari perhitungan SAP dan perhitungan yang
disesuaikan SNI didapat hasil 0,34 < 0,375 ( OK ). Sehingga
batasan yang tercantum dalam SNI 1726-2012 terpenuhi.
Kontrol Drift
Untuk kontrol drift dirumuskan sebagai berikut:
hx 02,0
11,00371,0 …..OK
B. Perencanaan Pier
Data umum
Detail perencanaan dimensi pier dapat dilihat pada gambar
berikut
Gambar dimensi Pier
Dimensi : 800 / 1000 mm
Tinggi kolom : 5500 mm
Tebal decking (d’) : 40 mm
Diameter tulangan (D) : 29 mm
Diameter sengkang (D) : 10 mm
Mutu tulangan (fy) : 390 Mpa
Mutu sengkang (fy) : 390 Mpa
Mutu beton (fc’) : 40 Mpa
Perencanaan tulangan
Perhitungan tulangan menggunakan bantuan program
PCACol dengan hasil sebagai berikut
Gambar Out put rasio tulanga dari PCACol
Kebutuhan keseluruhan tulangan pada pier dapat dilihat
pada table berikut ini.
Tabel kebutuhan tulangan pier
Tul.Geser Kolom D10-450 (2kaki)
Tul.Lentur Pier Head 26D29
Tul.Geser Pier Head D10-100 (2kaki)
V. PERENCANAAN PONDASI
A. Data Perencanaan Tiang Pancang
Diameter = 600 mm
Tebal = 100 mm
Kelas = A1
Allowable axial = 235.4 ton
Bending momen crack = 17 tm
Bending momen ultimate = 25.5 tm
B. Daya Dukung Tiang Pancang
Daya dukung tiang pancang dapat dilihat pada table berikut
ini
Tabel Perhitungan Daya DUkung Tiang Pancang DEPTH K QP QS QL P ijin
( m ) ( t / m2 ) ( ton ) ( ton ) ( ton ) ( ton )
0 0.0 0.0 12.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
1 0.0 0.0 12.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
2 0.0 0.0 12.0 0.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
3 5.0 5.0 12.0 1.3 0.4 16.96 2.67 19.63 6.54
4 13.0 5.6 12.0 3.6 1.2 19.00 8.29 27.29 9.10
5 7.0 6.0 12.0 4.2 1.4 20.36 13.51 33.87 11.29
6 3.0 6.4 12.0 4.0 1.3 21.71 17.59 39.31 13.10
7 2.0 5.6 12.0 3.8 1.3 19.00 21.21 40.21 13.40
8 7.0 7.0 20.0 4.1 1.4 39.58 26.81 66.39 22.13
9 9.0 10.0 20.0 4.6 1.5 56.55 33.43 89.98 29.99
10 14.0 23.2 20.0 5.5 1.8 131.19 42.50 173.69 57.90
11 41.0 31.4 20.0 8.4 2.8 177.56 64.56 242.12 80.71
12 45.0 39.6 25.0 11.2 3.7 279.92 89.41 369.33 123.11
13 48.0 46.8 25.0 13.9 4.6 330.81 116.51 447.32 149.11
14 50.0 48.6 25.0 16.3 5.4 343.53 145.27 488.80 162.93
15 50.0 50.0 25.0 18.4 6.1 353.43 174.59 528.02 176.01
16 50.0 50.0 25.0 20.2 6.7 353.43 204.39 557.82 185.94
17 50.0 50.0 25.0 21.9 7.3 353.43 234.57 588.00 196.00
18 50.0 50.0 25.0 23.4 7.8 353.43 265.08 618.51 206.17
19 50.0 44.6 25.0 24.7 8.2 315.26 295.88 611.13 203.71
20 50.0 43.3 25.0 25.9 8.6 305.72 326.91 632.62 210.87
21 23.0 41.0 25.0 25.8 8.6 289.81 343.49 633.30 211.10
Jenis
TanahNSPT
Sandy
Clay
ŇP ŇSŇS
/3
Silt
Silty
Clay
C. Perencanaan Poer
Jumlah tiang pancang yang digunakan untuk menopang 1
kolom jembatan sebanyak 4 buah dengan konfigurasi
pemasangan sebagai berikut
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6
6
Gambar Konfigurasi Pemasangan Tiang Pancang
Adapun spesidikasi bahan dan dimensi poer yang digunakan
adalah sebagai berikut
Dimensi Poer = 3300 x 3300 mm2
Dimensi kolom = 1000 x 800 mm2
Mutu beton (f’c) = 40 Mpa
Mutu baja (fy) = 390 Mpa
Diameter tulangan = 29 mm
Selimut beton = 75 mm
Tinggi efektif (d) :
d’ = 1250 – 75 – 28 - ½ x 28 = 1133 mm
Tulangan Lentur pakai = D28-250
Jarak antar tiang pancang = 150 cm
Jarak tiang pancang ke tepi = 90 cm
D. Penulangan Poer
Kebutuhan tulangan Poer dapat dilihat pada table berikut ini
Tabel Kebutuhan Tulangan Poer
Tul.Lentur Poer 7D29 - 125
Tul.Geser Poer D10 - 550
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tegangan yang terjadi dikontrol sesuai urutan erection
yaitu kontrol tegangan akibat tahap kantilefer yang
semuanya telah sesuai dengan syarat tegangan saat
transfer yaitu tekan 23,4 MPa dan tarik 0 MPa.
Kemudian dilakukan kontrol tegangan akibat beban
mati tambahan dan beban lalu lintas pada semua
kombinasi pembebanan, serta akibat kehilangan
pratekan, yang semuanya sesuai dengan syarat tegangan
saat service yaitu tekan 27 MPa dan tarik 0 MPa.
2. Perhitungan kekuatan dan stabilitas yaitu kontrol momen
retak dan kontrol lendutan telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Untuk kontrol torsi tidak diperlukan
tulangan torsi.
3. Lendutan yang terjadi dikontrol pada dua kondisi yaitu
saat transfer pada saat beban yang berpengaruh adalah
beban mati dan gaya pratekan tendon kantilefer, serta
pada saat service yaitu saat beban yang berpengaruh
adalah beban mati tambahan, beban hidup, dan gaya
pratekan tendon kantilefer dan tendon menerus, serta
kehilangan pratekan telah terjadi pada struktur
jembatan.
4. Perhitungan geser didasarkan pada retak geser badan (Vcw)
dan retak geser miring (Vci). Hasil perhitungan Vcw dan
Vci dibandingkan yang paling menentukan untuk
perencanaan tulangan geser.
B. Saran
1. Penggunaan metode pelaksanaan dengan alat launching
gantry sebaiknya dicek pengaruhnya terhadap struktur
jembatan. Besarnya pengaruh tersebut dalam
memberikan tambahan beban pada struktur jembatan
perlu diketahui secara pasti.
2. Kontrol tegangan dan analisa yang didapatkan sebaiknya
dicek terhadap berbagai jenis kombinasi pembebanan
yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Standardisasi Nasional. SNI 03-2847-2002. Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
[2] Badan Standardisasi Nasional. SNI T-12-2004.
Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan.
[3] Badan Standardisasi Nasional. RSNI 2833-201X.
Perencanaan Jembatan terhadap Beban Gempa.
[4] Departemen Perhubungan Direktorat Jendral
Perkeretaapian. 2006. Standar Teknis Kereta Api
Indonesia untuk Stuktur Beton dan Pondasi.
[5] Lin, T.Y., dan Ned H.Burns. 1988. Desain Struktur
Beton Prategang. Edisi ke 3. Jilid 1. Diterjemahkan oleh:
Daniel Indrawan M.C.E. Jakarta: Erlangga.
[6] Podolny JR, Walter, dan Muller, Jean.M. 1982.
Construction and Design of Prestressed Concrete
Segmental Bridges. United States: John Wiley and Sons,
Inc.
[7] Raju, N. Krishna. 1989. Beton Prategang. Edisi ke 2.
Diterjemahkan oleh: Ir. Suryadi. Jakarta: Erlangga.
[8] Robert Benaim. 2008. The Design of Prestessed
Concrete Bridge Concepts and Principles. London:
Taylor & Francis Group
[9] Rombach, Prof. Dr.-Ing. G. 2002. ”Precast segmental
box girder bridges with external prestressing: Design
and Construction”. Technical University, Hamburg -
Harburg, Germany (Feb)