pengadilan ham indonesia

27
Pengadilan HAM Indonesia Direktur Jenderal HAM Dr. Mualimin Abdi, SH, MH Kementerian Hukum dan HAM Tahun 2017

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengadilan HAM Indonesia

Pengadilan HAM IndonesiaDirektur Jenderal HAM

Dr. Mualimin Abdi, SH, MH

Kementerian Hukum dan HAM

Tahun 2017

Page 2: Pengadilan HAM Indonesia

Latar Belakang dibentuknya

Pengadilan HAM• Pelanggaran HAM berat itu sendiri merupakan extra-ordinary crimes yang

mempunyai perumusan dan sebab timbulnya kejahatan yang berbedadengan kejahatan atau tindak pidana umum;

• Perwujudan tanggung jawab bangsa Indonesia sebagai salah satu anggotaPBB dalam menjunjung tinggi dan melaksanakan Universal Declaration on Human Rights;

• Dalam rangka melaksanakan Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM dan sebagai tindak lanjut dari Pasal 104 ayat 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999;

• Untuk mengatasi keadaan yang tidak menentu di bidang keamanan danketertiban umum, termasuk perekonomian nasional. Keberadaanpengadilan HAM ini sekaligus diharapkan dapat mengembalikankepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap penegakanhukum dan jaminan kepastian hukum mengenai penegakan HAM diIndonesia;

Page 3: Pengadilan HAM Indonesia

Kejahatan yang Diadili (1)

1. Kejahatan genosida yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan ataumemusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:a. Membunuh anggota kelompok;b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat

terhadap anggota kelompok-kelompok;c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan

mengakibatkan kemusnahan secara fisik, baik seluruhatau sebagian;

d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuanmencegah kelahiran di dalam kelompok atau;

e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompoktertentu ke kelompok lain.

Page 4: Pengadilan HAM Indonesia

Kejahatan yang Diadili (2)2. Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu salah satu perbuatan yang

dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan itu ditujukan secara langsung kepada penduduksipil yang berupa:

a. Pembunuhan, dengan rumusan delik sebagaimana pasal 340 KUHP;

b. Pemusnahan;

c. Perbudakan;

d. Pengusiran dan pemindahan penduduk secara paksa;

e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik secarasewenang-wenang;

f. Penyiksaan;

g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemandulan, atau sterilisasi secara paksa;

h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui dilarang olehhukum internasional;

i. Penghilangan orang secara paksa;

j. Kejahatan apartheid.

Page 5: Pengadilan HAM Indonesia

Mekanisme Pengadilan HAM

1. Pertama adalah mekanisme pengadilan HAM ad hoc untuk pelanggaran HAM masa lalusebelum adanya undang-undang ini;

2. Kedua adalah pengadilan HAM yang sifatnyapermanen terhadap kasus setelah terbentuknyaUU No. 26 Tahun 2000;

3. Ketiga adalah dibukanya jalan mekanismekomisi kebenaran dan rekonsiliasi untukpenyelesaian pelanggaran HAM yang berat.

Page 6: Pengadilan HAM Indonesia

Hukum Acara Pengadilan HAM

• Pasal 10 UU No. 26 Tahun 2000 menyatakanbahwa hukum acara yang digunakan adalahhukum acara yang berdasarkan hukum acarapidana kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;

• Hal ini berarti hukum acara yang akandigunakan untuk proses pemeriksaan dipengadilan menggunakan hukum acara denganmekanisme sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Page 7: Pengadilan HAM Indonesia

Kekhususan Pengadilan HAM

1. Diperlukan penyelidik dengan membentuk tim ad hoc, penyidik ad hoc, penuntut ad hoc, dan hakim ad hoc;

2. Diperlukan penegasan bahwa penyelidik hanya dilakukanoleh komisi nasional hak asasi manusia sedangkan penyidiktidak berwenang menerima laporan atau pengaduan sebagaimana diatur dalam KUHAP;

3. Diperlukan ketentuan mengenai tenggang waktu tertentuuntuk melakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaandipengadilan;

4. Diperlukan ketentuan mengenai perlindungan korban dansaksi;

5. Diperlukan ketentuan mengenai tidak ada kedaluarsapelanggaran ham yang berat.

Page 8: Pengadilan HAM Indonesia

Prosedur Pengadilan HAM (1)

• PENANGKAPAN▫ Kewenangan untuk melakukan penangkapan di tingkat

penyidikan dalam pengadilan HAM ini adalah Jaksa Agungterhadap seseorang yang diduga keras melakukan pelanggaranHAM berat berdasarkan bukti permulaan yang cukup;

▫ Pelaku pelanggaran HAM berat yang tertangkap tangan, penangkapannya dilakukan tanpa surat perintah tetapi dengansegera bahwa orang yang menangkap harus segeramenyerahkannya kepada penyidik. Lama penangkapan paling lama 1 hari dan masa penangkapan ini dapat dikurangkan daripidana yang dijatuhkan;

▫ Yang membedakan adalah yang melakukan/pelaksanaan tugaspenangkapan adalah Jaksa Agung sedangkan dalam KUHAP yang melakukan penangkapan adalah petugas kepolisianRepublik Indonesia

Page 9: Pengadilan HAM Indonesia

Prosedur Pengadilan HAM (2)

• PENAHANAN

Page 10: Pengadilan HAM Indonesia

Prosedur Pengadilan HAM (3)

• PENYELIDIKAN▫ Penyelidikan hanya dilakukan oleh Komnas HAM (tim ad

hoc yang terdiri dari Komnas HAM dan unsur masyarakat) sedangkan penyidik tidak berwenang menerima laporanatau pengaduan;

▫ Penyelidikan yang dilakukan oleh Komnas HAM inimerupakan penyelidikan yang sifatnya pro justitia;

▫ Komnas HAM mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangka melaksanakan penyelidikan;

▫ Komnas HAM juga mempunyai kewenangan untukmeminta keterangan secara tertulis kepada Jaksa Agungmengenai perkembangan penyidikan dan penuntutanperkara pelanggaran HAM yang berat.

Page 11: Pengadilan HAM Indonesia

Prosedur Pengadilan HAM (4)

• PENYIDIKAN▫ Pihak yang berhak melakukan penyidikan kasus pelanggaran

HAM berat adalah Jaksa Agung;▫ Dalam upaya penyidikan ini Jaksa Agung dapat mengangkat

penyelidik ad hoc dari unsur masyarakat dan pemerintah;▫ Penyidikan yang dilakukan wajib diselesaikan paling lambat 90

hari terhitung sejak tanggal hasil penyelidikan diterima dandinyatakan lengkap oleh penyidik;

▫ Perpanjangan dapat dilakukuan selama 90 hari berikutnya jikaselama 90 hari pertama penyidikan belum dapat diselesaikan;

▫ Perpanjangan yang kedua selama 60 hari, baik perpanjanganyang pertama maupun kedua dilakukan oleh ketua pengadilanHAM sesuai dengan daerah hukumnya masing-masing;

▫ Jaksa Agung wajib mengeluarkan Surat Perintah PenghentianPenyidikan (SP3) jika dalam waktu yang telah ditentukan tidakdiperoleh bukti yang cukup.

Page 12: Pengadilan HAM Indonesia

Prosedur Pengadilan HAM (5)

• PENUNTUTAN▫ Penuntutan mengenai pelanggaran HAM yang berat dilakukan oleh

Jaksa Agung dan dalam melakukan penuntutan. Jaksa Agung dapatmengangkat jaksa penuntut umum ad hoc.;

▫ Jangka waktu penuntuan yaitu selama 70 hari terhitung sejak tanggalhasil penyelidikan diterima;

▫ Penyidikan yang dilakukan wajib diselesaikan paling lambat 90 hariterhitung sejak tanggal hasil penyelidikan diterima dan dinyatakanlengkap oleh penyidik;

▫ Perpanjangan dapat dilakukuan selama 90 hari berikutnya jika selama90 hari pertama penyidikan belum dapat diselesaikan;

▫ Perpanjangan yang kedua selama 60 hari, baik perpanjangan yang pertama maupun kedua dilakukan oleh ketua pengadilan HAM sesuaidengan daerah hukumnya masing-masing;

▫ Jaksa Agung wajib mengeluarkan Surat Perintah PenghentianPenyidikan (SP3) jika dalam waktu yang telah ditentukan tidakdiperoleh bukti yang cukup.

Page 13: Pengadilan HAM Indonesia

Komposisi Hakim dan Hakim Ad Hoc

Page 14: Pengadilan HAM Indonesia

Jangka Waktu

Proses Penyelidikan-Kasasi

Page 15: Pengadilan HAM Indonesia

Prosedur Pembuktian

• Mekanisme pembuktian di sidang pengadilan HAM menggunakan mekanisme yang diatur dalamKUHAP;

• Proses pemeriksaan saksi dpat dilakukan dengantanpa hadirnya terdakwa. Ketentuan ini terdapatdalam PP No. 2 Tahun 2002 tentang perlindunganterhadap korban dan saksi pelanggaran HAM yang berat;

• Berkenaan dengan alat bukti yang dapat diterimajuga mengacu pada alat bukti yang sesuai denganKUHAP yaitu Pasal 184.

Page 16: Pengadilan HAM Indonesia

Ketentuan Pemidanaan (1)

Page 17: Pengadilan HAM Indonesia

Ketentuan Pemidanaan (2)

Page 18: Pengadilan HAM Indonesia

Delik Tanggung Jawab

Komando atau Atasan• Pasal 42 ayat (1) dan (2) UU 26/2000

1. Unsur Komandan MiliterKomandan militer atau seseorang yang secara efektifbertindak sebagai komandan militer dapatdipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana yang berada di dalam yurisdiksi Pengadilan HAM .

2. Unsur atasan Polisi atau SipilSeorang atasan, baik polisi maupun sipil lainnya, bertanggung jawab secara pidana terhadap pelanggaranhak asasi manusia yang berat yang dilakukan olehbawahannya yang berada di bawah kekuasaan danpengendaliannya yang efektif.

Page 19: Pengadilan HAM Indonesia

Analisa Pelaksanaan Pengadilan HAM (1)

• UU No. 26 Tahun 2000 ternyata belummemberikan aturan yang jelas dan lengkap tentangtindak pidana yang diatur dan tidak adanyamekanisme hukum acara secara khusus;

• UU Pengadilan HAM belum secara lengkap disertaidengan penjelasan unsur-unsur tindak pidana(elements of crimes) terhadap kejahatan terhadapkemanusiaan dan kejahatan genosida;

• UU ini juga tidak mengatur tentang prosedurpembuktian secara khusus untuk mengadilikejahatan yang sifatnya “extra-ordinary crimes”.

Page 20: Pengadilan HAM Indonesia

Analisa Pelaksanaan Pengadilan HAM (2)

• Pemahaman atau penerapan tentang UU No. 26 Tahun 2000 lebih banyak didasarkan ataspenafsiran hakim ketika melakukan pemeriksaan dipengadilan ;

• Pengadopsian atas konsep kejahatan terhadapkemanusiaan dan tentang delik tanggung jawabkomando tidak memadai sehingga banyakmenimbulkan interpretasi dalam aplikasinya;

• Alat bukti yang dapat diterima mengacu pada alatbukti yang sesuai dengan KUHAP. Namun, hal-halyang dapat dijadikan alat bukti dalam KUHAP inidianggap tidak memadai jika dikomparasikandengan praktek peradilan HAM internasional.

Page 21: Pengadilan HAM Indonesia

Kasus Pelanggaran HAM

yang Ditangani• Sejak diterbitkannya UU Pengadilan HAM pada

2000 s.d. 2015, Komnas HAM telah melakukanpenyelidikan terhadap 12 kasus peristiwapelanggaran HAM yang berat

• Pada 2015 tahun, masih ada 3 (tiga) timpenyelidikan yang masih berjalan hingga saat ini, yaitu mengenai kasus pelanggaran HAM berat diProv. Aceh, peristiwa kekerasan di Paniai (Papua) yang terjadi pada Desember 2014, dan peristiwapembunuhan orang yang diduga dukun santet padatahun 1998

Page 22: Pengadilan HAM Indonesia

Kasus Pelanggaran HAM yang telah

dilakukan penyelidikan

No. Kasus Penyelidikan Tindak Lanjut

1. Kasus Timor Timur1999

Laporan hasil penyelidikantelah diserahkan kepadaKejagung pada 31 Januari2000

Kasus ini telah disidik olehKejagung dan diperiksapengadilan HAM dan telahsampai tingkat Kasasi. Satuterdakwa dinyatakanbersalah.

2. Kasus Tanjung Priok1984

Laporan hasil penyelidikantelah disampaikankepada Kejagung pada 7 Juli2000

Telah dilakukan penyidikandan diperiksa pengadilanHAM dan telah sampaitingkat Kasasi. Semuaterdakwa dinyatakan bebas.

3. Kasus Abepura(Papua)

Laporan dikirimkan ke Kejagung pada 17 Mei 2001

Kasus telah disidik danditetapkan 2 terdakwa. Duaterdakwa telah diperiksa olehPengadilan HAM. Keduanyadibebaskan.

Page 23: Pengadilan HAM Indonesia

No. Kasus Penyelidikan Tindak Lanjut

4. Kasus Trisaksi, Semanggi I danSemanggi II

Laporan penyelidikantelah disampaikan keKejagung pada 29 April 2002

Kejagung belummelakukanpenyidikan danpenuntutan

5. Kasus Mei 1998 Laporan penyelidikantelah disampaikan keKejagung pada 19 September 2003

Kejagung belummelakukan penyidikandan penuntutan

6. Kasus Wasior (Juni2001-Oktober 2002)-Wamena(2003).

Laporan penyelidikantelah disampaikan keKejagung pada 3 September 2004

Kejagung belummelakukan penyidikandan penuntutan

7. Kasus PenghilanganPaksa 1997-1998

Laporan penyelidikantelah disampaikan keKejagung pada 3 September 2006.

Kejagung belummelakukan penyidikandan penuntutan

8. Kasus Talangsari1989

Laporan penyelidikantelah disampaikan keKejagung pada 16 September 2008

Kejagung belummelakukanpenyidikan danpenuntutan

Page 24: Pengadilan HAM Indonesia

No.

Kasus Penyelidikan Tindak Lanjut

9. Kasus PenembakanMisterius 1982-1985

Laporan penyelidikantelahdisampaikan keKejagung pada 20 JuliSeptember 2012

Kejagung belummelakukan penyidikandan penuntutan

10. Kasus Tragedi1965-1966

Laporan penyelidikantelah disampaikan keKejagung pada 20 Juli2012

Kejagung belummelakukan penyidikandan penuntutan

11. Kasus Lapindo Hasil penyelidikanKomnas HAM menyatakan tidak terjadipelanggaran HAM yang berat

-

12. Kasus Pelanggaran HAM yang berat di Provinsi Aceh

Tim dibentuk pada 2014 dan hingga saat ini masih melakukan penyelidikan

-

Page 25: Pengadilan HAM Indonesia

Kasus Pelanggaran HAM yang telah

diproses di Pengadilan HAM

No. Kasus Penyelidikan Tindak Lanjut

1. Kasus Timor Timur1999

Laporan hasil penyelidikantelah diserahkan kepadaKejagung pada 31 Januari2000

Kasus ini telah disidik olehKejagung dan diperiksapengadilan HAM dan telahsampai tingkat Kasasi. Satuterdakwa dinyatakanbersalah.

2. Kasus Tanjung Priok1984

Laporan hasil penyelidikantelah disampaikankepada Kejagung pada 7 Juli 2000

Telah dilakukan penyidikandan diperiksa pengadilanHAM dan telah sampaitingkat Kasasi. Semuaterdakwa dinyatakan bebas.

3. Kasus Abepura(Papua)

Laporan dikirimkan ke Kejagung pada 17 Mei 2001

Kasus telah disidik danditetapkan 2 terdakwa. Duaterdakwa telah diperiksaoleh Pengadilan HAM. Keduanya dibebaskan.

Page 26: Pengadilan HAM Indonesia

Kesimpulan

• UU Pengadilan HAM mengisi kekosongan hukumbagi mekanisme hukum nasional Indonesia (local remedies) dalam menyelesaikan kasus-kasuspelanggaran HAM berat;

• Untuk memperkuat jaminan kepastian hukum danpencapaian keadilan kepada korban maka UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM ini perludiamandemen sesuai dengan kebutuhan danpengalaman pelaksanaan peradilan-peradilan HAM sebelumnya.

Page 27: Pengadilan HAM Indonesia