penetapan kadar gula
DESCRIPTION
Kimia Organik PraktikumTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gula sering kita jumpai pada kehidupan sehari –hari dan biasanya
digunakan sebagai pemanis dalam membuat minuman seperti teh, kopi, susu dan
lain sebagainya gula juga bisa digunakan dalam pemanis untuk jajanan pasar
seperti dadar gulung, kelanting dan lain sebagainya. Gula banyak sekali
macamnya ada gula aren atau gula merah, gula pasir yang sering kita konsumsi,
gula halus untuk pembuatan roti.
Dari peryataan itulah maka kita dapat mempelajari kandungan gula pada suatu
makanan maupun minuman agar tidak terjadi kelebihan kadar gula dalam suatu
makanan atau minuman karena apa bila pada suatu makanan maupun minuman
terjadi kelebihan kadar gula dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes,
penyakit jantung, merusak kekebalan tubuh, merusak hati, kencing manis dan lain
– lain . Apa bila kita kekurangan gula kita juga dapat terkena penyakit seperti
pusing, lemas tidak ada tenaga. Dalam percobaan kali ini kita diharapakan dapat
menentukan kadar gula pada suatu zat makanan atau pun minuman dengan
menggunakan metode fehling dan metode luff.
I.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui cara penetapan kadar gula.
Menentukan penetapan kadar gula.
LABORATORIUM TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
Praktikum : KIMIA ORGANIKPercobaan : PENETAPAN KADAR GULATanggal : 16 MEI 2013Pembimbing : IR. I WAYAN WARSA, MT
Nama : FAISAL RAHMAD H.NPM/Semester : 1231010038/IIRomb./Grup : I/ANPM/Teman Praktek : 1231010058/ DHINI
SATYA OVALIA T.
DRAFT
I.3 Manfaat Percobaan
Mengetahui cara menetapkan kadar gula.
Dapat mengetahui perhitungan dalam penetapan kadar gula.
praktikan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penetapan
kadar gula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 SECARA HARFIAH
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi.
Gula biasanya dalam bentuk padat. Gula digunakan untuk
mengubah rasa menjadi manis dalam makanan atau minuman. Gula sederhana,
seperti glukosa merupakan menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun
demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Proses
untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan
pemurnian melalui distilasi (penyulingan)
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya
terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara
hidrolisis dalam kondisi lunak menjado karbohidrat lain. Monosakarida yang
paling sederhana adalah gliseraldehida dan dihidroksiaseton
(McGilvery&Goldstein, 1996).
Gliseraldehida disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan
mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri
atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri
atas empat atom karbon disebut tetrosa dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah
contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu ketotetrosa. Pentosa adalah
monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa adalah ribosa
dan ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa.
Pentosa dan heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang penting dalam
kehidupan (McGilvery&Goldstein, 1996).
1. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-
100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam sesudah itu, jumlah glukosa
darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes
mellitus, jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah
(McGilvery&Goldstein, 1996). D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen
Benedict, Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan
fenilhidrazina, difermentasikan oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan
sakarat yang larut (Harper et al, 1979).
2. Fruktosa
Madu lebah selain mengandung glukosa juga mengandung fruktosa.
Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Pada umumnya
monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis (McGilvery&Goldstein,
1996). Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis
daripada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan
pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam
HCl. Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa diubah menjadi
hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol membentuk
senyawa yang berwarna merah. pereaksi Seliwanoff ini khas untuk menunjukkan
adanya ketosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk sukrosa, yaitu gula
yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu atau bit
(McGilvery&Goldstein, 1996). D-fruktosa mempunyai sifat mereduksi reagen
Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi), membentuk osazon dengan
fenilhidrazina yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi dan
berwarna merah ceri dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl (Harper et al,
1979).
3. Galaktosa
Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya berikatan
dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu.
Galaktosa mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam
air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan
(McGilvery&Goldstein, 1996). D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi reagen
Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon yang berbeda dengan dua
monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol
memberi warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al,
1979). Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas,
galaktosa menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila
dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa.
Pembentukan asam musat ini dapat dijadikan cara identifikasi galaktosa, karena
kristal asam musat mudah dimurnikan dan diketahui bentuk kristal maupun titik
leburnya (McGilvery&Goldstein, 1996).
4. Pentosa
Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribosa
dan 2-deoksiribosa. Keempat pentosa ini adalah aldopentosa dan tidak terdapat
dalam keadaan bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan
hidrolisis, sedangkan xilosa diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau
kayu. Xilosa terdapat pada urine seseorang yang disebabkan oleh suatu kelainan
pada metabolisme karbohidrat. Kondisi seseorang sedemikian itu disebut
pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan komponen dari asam nukleat dan
dapat diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari rumusnya tampak bahwa deoksiribosa
kekurangan satu atom oksigen dibanding dengan ribosa. (McGilvery&Goldstein,
1996)
Oligosakarida
Senyawa yang termasukoligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas
beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu
dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain
adalah trisakarida yaitu yang terdiri atas tiga molekul monosakarida dan
tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida. Oligosakarida
yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida (McGilvery&Goldstein,
1996).
1. Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu
meupun dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain,
misalnya dalam buah nanas dan dalamwortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan
terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa (McGilvery&Goldstein, 1996).
Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu
antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada
fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon
yang mempunyai gugus–OH glikosidik atau atom karbon yang merupakan gugus
aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. Oleh karena itu molekul
sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+ atau Ag+ dan juga
tidak membentuk osazon (McGilvery&Goldstein, 1996).
Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang
diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang
ekuimolekuler. Glukosa memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan
fruktosa ke kira. Oleh karena fruktosa memiliki rotasi spesifik lebih besar dari
glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis itu memutar
ke kiri. Proses ini disebut inverse. hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa
dan fruktosa disebut gula invert.
2. Laktosa
Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa,
karena itu laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi
antara atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada
glukosa. Oleh karenanya molekul laktosa mempunyai sifat mereduksi gugus –OH
glikosidik. Dengan demikian laktosa memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi.
Biasanya laktosa mengkristal dalam bentuk a. Dibandingkan dengan glukosa,
laktosa memiliki rasa yang kurang manis. Apabila laktosa dihidrolisis kemudian
dipanaskan dengan asam nitrat akan terbetuk asam musat. (McGilvery&Goldstein,
1996)
3. Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. ikatan
yang terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh
karenanya maltosa masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan demikian
masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses
hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim. (McGilvery&Goldstein,
1996)
Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa.
Dalam tubuh kita amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim
amylase. maltosa ini kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa
yang digunakan oleh tubuh. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida
Polisakarida
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada mono dan oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak
molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida
saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang menagdung senyawa lain disebut
heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan
tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih
dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan
koloid. beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen,
dekstrin dan selulosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
1. Amilum
Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer
dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa
terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan a 1,4-glikosidik,
jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul
D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian
lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan
terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan
bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena
terdiri atas lebih dari 1.000 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air
dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan
koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna
biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk
senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah
lembayung (McGilvery&Goldstein, 1996). Amilum dapat dihidrolisis sempurna
dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. hidrolisis juga dapat
dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam cairan yang
dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang
terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi
maltosa dalam bentuk b maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
(http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/analisis-kualitatif-dan-
kuantitatif.html)
II. 2 SIFAT FISIK
1. KI (Kalium Iodida)
Rumus molekul KI Massa molar 166.0028 g / mol Penampilan kristal padat putih Kepadatan 3,123 g / cm 3 Titik lebur 681 ° C, 954 K, 1258 ° F
Titik didih 1330 ° C, 1603 K, 2426 ° F Kelarutan dalam air
128 g/100 ml (0 ° C) 140 g/100 mL (20 ° C) 176 g/100 mL (60 ° C) 206 g/100 mL (100 ° C)
Kelarutan 2 g/100 ml (etanol) larut dalam aseton (1.31 g/100 ml) sedikit larut dalam eter , amonia
Indeks bias (n D) 1,677
(http://en.wikipedia.org/wiki/Potassium_iodide)
2. H2SO4 (Asam Sulfat)
Rumus molekul H2SO4
Massa molar 98,08 g/mol
Penampilan cairan bening, tak berwarna, tak
berbau
Densitas 1,84 g/cm3, cair
Titik lebur
Titik didih
Kelarutan dalam
air
tercampur penuh
Keasaman (pKa) −3
Viskositas 26,7 cP (20 °C)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat)
3. Natrium Tiosulfat
Rumus molekul Na2S2O3
Massa molar 158,11 g / mol (anhidrat)
248,18 g / mol (pentahydrate)
Penampilan Kristal putih
Bau Tanpa bau
Kepadatan 1,667 g / cm 3
Titik lebur 48,3 ° C (pentahydrate)
Titik didih 100 ° C (pentahydrate, - 5H 2 O
dekomposisi)
Kelarutan dalam air 70,1 g/100 mL (20 ° C) ]
231 g/100 mL (100 ° C)
Kelarutan diabaikan dalam alkohol
Indeks bias (n D) 1,489
(http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_thiosulfate)
4. Nira
Nira merupakan cairan getah dari mayang pohon lontar (Borassus sundaicus),
dalam keadaan segar berasa manis, berbau harum dan tidak berwarna. Nira segar
mengandung komponen air 75-90%, zat padat 15-19%, sukrosa 12,3-17,4%, gula
reduksi 0,5-1%, protein 0,23-0,32%, bagian terabukan 0,11-0,41%
(http://bloggregantonny.blogspot.com/2013/02/nira-lontar.html)
5. Amilum
Karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air
Berwujud bubuk putih,tawar dan tidak berbau
Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan tumbuhan untuk menyimpan
kelebihan glukosa dalam jangka panjang
( http://id.wikipedia.org/wiki/amilum )
6. Sirup
Cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi
Nviskositas sirup disebabkan oleh banyknya ikatan hidrogen antara gugus
hidroksil (OH)
PEMBUATAN LARUTAN UJI
1. Fehling
Larutan Fehling digunakan untuk menguji adanya gula pereduksi.
Pembuatannya:
a. untuk membuat fehling A, larutkan 34,6 gram kristal CuSO4 (kupri
sulfat/terusi/perusi) dalam 500 ml air suling. Jika larutan kurang jernih, dapat
ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat.
b. untuk membuat fehling B, larutkan 77 gram KOH/ NaOH ke dalam 500 ml air
suling. Kemudian tambahkan kalium natrium tartrat sebanyak 175 gram, aduk
sampai semuanya larut.
c. Fehling A dan Fehling B disimpan dalam botol terpisah. Keduanya dapat
dicampur dengan perbandingan yang sama saat akan digunakan.
(http://uruzukuyo.blogspot.com/2012/05/pembuatan-larutan.html)
Luff Schoorl
Larutan I dibuat dengan cara melarutkan + 25g CuSO4.5H2O dalam 100
mL aquadest, kemudian ditambah dengan 50g asam sitrat yang telah dilarutan
dalam 50 mL aquadest. Sedangkan larutan II dibuat dengan menimbang + 143,8 g
Na2CO3 anhidrat dan dilarutkan sedikit demi sedikit dalam 100 mL aquadest
hangat, lalu dibiarkan hingga dingin pada suhu kamar. Selanjutnya kedua larutan
dicampurkan dan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL, dan diencerkan denga
aquadest hingga tanda batas. Larutan dalam labu kemudian dokocok dan
disismpan satu malam
(http://innokisaragih.blogspot.com/2012/11/praktikum-penetapan-kadar-gula-
total.html)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan yang digunakan
1) Sirup
2) Nira
3) Larutan luff
4) H2SO4
5) Na- thiosulfat
6) KI
7) Fehling A dan Fehling B
8) Indikaor amilum
III.2 Alat yang digunakan
1. Pipet tetes
2. Tabung reaksi
3. Erlemeyer
4. Steam bath
5. Beaker glass
6. Pendingin tegak
7. Statif
8. Pendingin balik
9. Buret
10. Gelas ukur
11. Spatula
III.3 Gambar alat
tabung reaksi statieff spatula
pendingin balik pipet tetes water bath
Beaker glass gelas ukur erlemeyer
III.4 Prosedur Praktikum
METODE LUFFa. Ambil 10 cc sirup tambahkan 15 cc aquadest dan 25 cc larutan
luff.beri batu didih,pasang pendingin tegak dan panaskan 10 menit
(dihitung mulzi mendidih)
b. Dinginkan dan tambahkan 10 cc KI 30%,25 cc,H2SO4 4 N pelan-
pelan
c. Kemudian titrasi dengan NaS2O3 (Thio) 0,1 N sampai warnanya
kuning muda
d. Setelah ditetesi indicator amilum 3 tetes,sehingga warnanya
biru,kemudian titer lagi dengan thio 0,1 N sampai warnanya biru
hilang
e. Tentukan jumlah thio pada penitran I dan II
f. Lakukan blanko ,seperti prosedur diatas
METODE FEHLING
a. Ambil 10 cc nira.masukkan dalam erlemeyer,tambahkan 10 cc
larutan fehling A dan 10 cc larutan Fehling B serta 10 cc aquadest
b. Beri batu didih,pasang pendingin balik dan panaskan sehingga
mendidih selama 2 menit
c. Dinginkan hingga suhu ± 25 C (dapat didinginkan dengan bantuan
air kran)
d. Setelah dingin tambahkan 10 cc KI 30% dan 10 cc H2SO4 4 N
e. Titrasi dengan thio 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
f. Beri indicator amilum 1% sebanyak 3 tetes (warna menjadi biru )
g. Titrasi lagi dengan thio 0,1 N hingga warna hilang
h. Blanko : 10 cc fehling A + 10 cc fehling B + 30 cc aquadest