penerapan pengalaman langsung pada pembelajaran bahasa …

14
Prosiding SENASBASA http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 2 Tahun 2018 Halaman 183-196 E-ISSN 2599-0519 183 | Halaman PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI STAB KERTARAJASA Latifah 1* , Hery Yanto The 2* , Ary Budiyanto 3* a Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa Jl. Ir. Soekarno No. 311 Batu, Kode Pos 65322, Jawa Timur [email protected] b Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages Qun Xian Zhong Road 2801, Yue Cheng District, Shaoxing 312000, Zhejiang, China [email protected] c Prodi Antropologi, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 [email protected] Abstrak Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum adalah mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan berbagai konteksnya. Matakuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi (PT) menjadi bekal bagi mahasiswa untuk mampu berkomunikasi dalam ruang lingkup ilmiah dengan latar belakang keilmuannya masing-masing.Untuk itu, di dalam matakuliah Bahasa Indonesia mahasiswa mempelajari konvensi penulisan karya ilmiah.Namun, selain dari segi teknik penulisan, kontribusi dalam bidang akademik juga memerlukan penguasaan segi isi penulisan yang mencakup penguasaan bidang ilmu terkait sesuai dengan perkembangan khazanah keilmuannya.Karakteristik mahasiswa STAB Kertarajasa yang sebagian besar hidup dalam lingkungan monastik sebagai pabajitayang ruang lingkupnya terbatas sedikit banyak mempengaruhi motivasi belajar dan daya jangkau terhadap sumber-sumber belajar bidang studi Dharma Achariya (pendidikan guru agama Buddha). Experiential learning (pengalaman langsung) dalam pembelajaran bahasa Indonesia di STAB Kertarajasa tidak hanya memberikan pengalaman langsung dalam hal kemampuan teknis menulis karya tulis ilmiah. Namun, kuliah ini juga memberikan makna lebih dengan menyajikan pengalaman langsung kepada mahasiswa untuk terlibat dengan berbagai sumber pustaka dan digital dalam pengembangan keilmuan Dharma Achariya seperti strategi pembelajaran, Buddhist Studies, dan kajian agama-agama.Paper ini memaparkan pengalaman belajar-mengajar matakuliah Bahasa Indonesia dengan metode experiential learning sebagai suatu bentuk deskriptif-evaluatif pencatatan kemajuan mahasiswa.Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method yang memadukan antara survei dengan studi kasus.Perpaduan metode ini termasuk Quantitatively driven approaches karena data utama yang dikaji adalah hasil perhitungan deskriptif statitistik yang kemudian dianalisis lebih mendalam menggunakan data kualitatif.Penelitian menunjukkan pengaruh positif dari penerapan pengalaman belajar langsung dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah terkait dengan bidang keilmuan mahasiswa. Kata Kunci: experiential leaning, pembelajaran bahasa, Pendidikan Tinggi Agama Buddha, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi PENDAHULUAN Penelitian ini terinsipari oleh Benjamin Lee Worf, pakar di bidang linguistic relativity, yang menyatakan, “Language shapes the way we think, and determines what we can think about.” Ujaran ini menekankan signifikansi bahasa dalam mempengaruhi

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

Prosiding SENASBASA http://research-report.umm.ac.id/index.php/SENASBASA

(Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 2 Tahun 2018

Halaman 183-196 E-ISSN 2599-0519

183 | Halaman

PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI STAB KERTARAJASA

Latifah1*, Hery Yanto The2*, Ary Budiyanto3*

a Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa

Jl. Ir. Soekarno No. 311 Batu, Kode Pos 65322, Jawa Timur

[email protected] b Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages

Qun Xian Zhong Road 2801, Yue Cheng District, Shaoxing 312000, Zhejiang, China

[email protected] cProdi Antropologi, Universitas Brawijaya

Jl. Veteran Malang 65145

[email protected]

Abstrak Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum adalah mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan berbagai konteksnya. Matakuliah Bahasa Indonesia di perguruan

tinggi (PT) menjadi bekal bagi mahasiswa untuk mampu berkomunikasi dalam ruang lingkup ilmiah

dengan latar belakang keilmuannya masing-masing.Untuk itu, di dalam matakuliah Bahasa Indonesia

mahasiswa mempelajari konvensi penulisan karya ilmiah.Namun, selain dari segi teknik penulisan, kontribusi dalam bidang akademik juga memerlukan penguasaan segi isi penulisan yang mencakup

penguasaan bidang ilmu terkait sesuai dengan perkembangan khazanah keilmuannya.Karakteristik

mahasiswa STAB Kertarajasa yang sebagian besar hidup dalam lingkungan monastik sebagai pabajitayang ruang lingkupnya terbatas sedikit banyak mempengaruhi motivasi belajar dan daya

jangkau terhadap sumber-sumber belajar bidang studi Dharma Achariya (pendidikan guru agama

Buddha). Experiential learning (pengalaman langsung) dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

STAB Kertarajasa tidak hanya memberikan pengalaman langsung dalam hal kemampuan teknis menulis karya tulis ilmiah. Namun, kuliah ini juga memberikan makna lebih dengan menyajikan

pengalaman langsung kepada mahasiswa untuk terlibat dengan berbagai sumber pustaka dan digital

dalam pengembangan keilmuan Dharma Achariya seperti strategi pembelajaran, Buddhist Studies, dan kajian agama-agama.Paper ini memaparkan pengalaman belajar-mengajar matakuliah Bahasa

Indonesia dengan metode experiential learning sebagai suatu bentuk deskriptif-evaluatif pencatatan

kemajuan mahasiswa.Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method yang memadukan antara survei dengan studi kasus.Perpaduan metode ini termasuk Quantitatively driven approaches karena

data utama yang dikaji adalah hasil perhitungan deskriptif statitistik yang kemudian dianalisis lebih

mendalam menggunakan data kualitatif.Penelitian menunjukkan pengaruh positif dari penerapan

pengalaman belajar langsung dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah terkait dengan bidang keilmuan mahasiswa.

Kata Kunci: experiential leaning, pembelajaran bahasa, Pendidikan Tinggi Agama Buddha, Bahasa

Indonesia di Perguruan Tinggi

PENDAHULUAN

Penelitian ini terinsipari oleh Benjamin Lee Worf, pakar di bidang linguistic

relativity, yang menyatakan, “Language shapes the way we think, and determines what we

can think about.” Ujaran ini menekankan signifikansi bahasa dalam mempengaruhi

Page 2: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

184 | Halaman

pandangan dan cara berpikir seseorang. Pendapat Worf dapat diperkuat dengan uraian yang

disampaikan oleh Alwasilah (2005: 171) bahwa di samping fungsinya sebagai media dalam

interaksi sosial, bahasa merupakan sarana berpikir meskipun berpikir tidak selalu

memerlukan bahasa. Dengan mengacu pada pendapat Kleden (2003), Alwasilah (2005)

berpendapat bahwa kekacauan bahasa merupakan perwujudan rendahnya kemauan berpikir.

Hal ini tampak dalam kerancuan penggunaan bahasa para pejabat publik seperti yang telah

dikaji oleh Widiatmoko (2012). Widiatmoko memberikan contoh kerancuan bahasa para

pejabat publik yang cenderung mencampuradukkan bahasa politik yang bernuansa relatif

dengan bahasa agama yang bersifat mutlak dalam kata korupsi yang hampir selalu

disandingkan dengan kata dosa. Akibatnya, tindak pidana korupsi dipandang sebagai hal

privat yang menyangkut hubungan personal individu dengan Tuhannya, bukan sebagai

kejahatan publik. Dalam konteks ruang lingkup akademik, penguasaan bahasa Indonesia

sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi secara ilmiah sangat penting karena menyangkut

komunikasiyang jelas dan penyampaian informasi yang bermakna. Untuk itu, bahasa

Indonesia ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional RI No.:43/DIKTI/Kep/2006 sebagai matakuliah wajib di perguruan

tinggi (PT).

Dalam penerapan Keputusan Dirjen PT Depdiknas RI tersebut substansi kajian untuk

matakuliah Bahasa Indonesia yang difokuskan kepada menulis akademik, tidak semata-mata

dapat dicapai melalui penguasaan kaidah-kaidah kebahasaan. Jika penguasaan kaidah-kaidah

kebahasaan dijadikan sebagai satu-satunya fokus dalam pemelajaran bahasa

Indonesia,matakuliah ini akan terasing dari pergaulan dengan ilmu-ilmu lainnya. Pengajaran

bahasa yang diarahkan pada penguasaan aspek kebahasaan saja, terlepas dari fenomena

sosial, akan semakin membuat kuliah Bahasa Indonesia dipandang sebelah mata karena

dianggap kurang relevan dengan bidang keilmuan mahasiswa. Umumnya, keikutsertaan

mahasiswa di dalam kuliah Bahasa Indonesia ini, seperti juga halnya di Sekolah Tinggi

Agama Buddha (STAB) Kertarajasa, lebih didasari oleh kewajiban, tanpa minat khusus,

sehingga motivasi dan hasil belajar pun rendah. Evaluasi secara berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya di Perguruan Tinggi perlu

mempertimbangkan perpaduan dan keterhubungan antara aspek kebahasaan yang dipelajari

dengan bidang ilmu yang menjadi minat mahasiswa. Didasarkan pada pertimbangan

pentingnya hubungan perkuliahan Bahasa Indonesia dengan bidang ilmu lain, tulisan ini

secara khusus memaparkan penelurusan terhadap pelaksanaan pembelajaran Bahasa

Indonesia melalui pengalaman langsung (experiental learning) di Sekolah Tinggi Agama

Page 3: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

185 | Halaman

Buddha (STAB) Kertarajasa, Batu, Malang. Dengan demikian, rumusan masalah dari riset

makalah ini adalah bagaimana implikasi experiental learning (EL) menulis ilmiah bagi

mahasiswa STABK dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang kontekstual bagi

penngembangan minat kajian dalam Dharma Achariya (Pendidikan Guru Agama Buddha)?

Penelitian ini bertujuan menjelaskan manfaat pengalaman langsung terhadap peningkatan

kemampuan mahasiswa dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menulis di bidang

keilmuannya, yaitu Pendidikan Agama Buddha.

Karakteristik STAB Kertarajasa sebagai penyelenggara program pendidikan brahmacari

atau pabajita bagi sebagian besar mahasiswa-mahasiswinya merupakan salah satu poin

pertimbangan perlunya kajian penerapan experiental learning dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. STAB Kertarajasa mencakup program studi tunggal tingkat Strata 1 (S-1), yaitu

Dharma Achariya (Pendidikan Guru Agama Buddha). Selama berkuliah para mahasiswa-

mahasiswi diharapkan menjadi atthasilani (bagi perempuan) dan samanera (bagi laki-laki)

yang menjalani latihan kemoralan dan tinggal di lingkungan Vihara Padepokan Dhammadipa

Arama, Batu, Malang. Ajaran moral itu didasarkan pada prinsip dasasila untuk samanera dan

delapan aturan pokok untuk atthasilani. Para samanera dan atthasilani tersebut secara ketat

menjalani ajaran moral yang mereka pegang teguh sebagaimana digambarkan oleh Sentot

(2016:77).

“Every morning chanting they have to renew their precept, and every full moon and dark moon day they have to renew their precepts from the upasampada bhikku. If they break

certain rule, they must ask forgiveness from bhikku and the bhikkhu will give punishment

(dandakamma) to offender. Besides the main precepts, samanera should behave according to

75 sekhiya for bhikkhu which contains proper behavior how to eat, to wear robe, to walk,

etc....”

Karakteristik lain mahasiswa STAB Kertarajasa adalah latar belakang geografis, sosial, dan

ekonomi. Di samping motivasi mengembangkan Buddhadhamma (ajaran Buddha),

mahasiswa memilih kuliah di STAB Kertarajasa karena melanjutkan pendidikan tinggi

dengan dana pendidikan yang terbatas. Mahasiswa STAB umumnya berkuliah dengan dana

bantuan, baik dari pemerintah maupun dari yayasan atau donatur. Para mahasiswa pabajita

(atthasilani dan samanera) yang berkewajiban tinggal di asrama vihara menerima bantuan

dana pendidikan penuh dan juga memperoleh bantuan dana untuk keperluan hidup. Di

samping mahasiswa pabajita, terdapat jenis mahasiswa lain yang biasa disebut sebagai

mahasiswa regular atau umum. Mereka hidup di kos atau rumah sewa sekitar vihara dan tidak

menggunakan jubah kuning bagi laki-laki seperti samanera atau baju putih bagi perempuan

seperti atthasilani. Meskipun tidak menerima bantuan penuh, sebagian besar mahasiswa

Page 4: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

186 | Halaman

umum juga menerima keringanan biaya kuliah dan bantuan dari donatur melalui bhikkhu

sangha (Latifah, Budiyanto, dan Metta, 2014). Dengan latar belakang mahasiswa seperti ini

tidak mudah bagi pengajar untuk mewajibkan mereka membeli sumber-sumber belajar

sendiri. Sumber atau bahan belajar lebih banyak bersumber dari dosen. Instruktur/dosen perlu

untuk merancanakan kegiatan yang memungkinkan mahasiswa untuk menggunakan sumber-

sumber belajar yang tersedia di perpustakaan kampus atau perpustakaan Vihara. Kedua

perpustakaan ini memiliki koleksi kajian Buddha yang sangat memadai, namun belum

memiliki koleksi yang memadai di bidang Ilmu Pendidikan.

Rendahnya akses dan minat terhadap sumber dan bahan belajar dan referensi-referensi

ilmiah secara umum mempengaruhi kemampuan berbahasa mahasiswa secara umum.Hal ini

terlihat dalam karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswa selama ini meskipun terdapat

sejumlah kecil pengecualian. Kosakata yang terbatas membuat mahasiswa sulit menyerap

bacaan, terutama dalam membuat parafrase kalimat-kalimat yang dikutipnya. Akibatnya,

tingkat plagiarisme di kalangan mahasiswa masih cukup memprihatinkan. Alih-alih persoalan

moral dalam dunia akademik, keterampilan dalam membaca dan menulis lebih dapat

dikatakan sebagai faktor utama merebaknya plagiarisme tersebut. Pembelajaran bahasa

Indonesia sebelumnya kurang memberikan pengalaman belajar secara langsung sehingga

mahasiswa kurang terlibat aktif, kurang memahami pelajaran, dan kurang mendapatkan

pengalaman yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

Perkuliahan Bahasa Indonesia di STAB Kertarajasa mencakup dua matakuliah, yaitu

Bahasa Indonesia I dan Bahasa Indonesia II. Kedua mata kuliah ini merupakan matakuliah

wajib umum (MKWU) dengan bobot masing-masing 2 SKS. Keduanya diberikan pada tahun

pertama sebagai pertimbangan bahwa matakuliah ini akan menjadi bekal keterampilan

menulis yang diperlukan dalam kehidupan akademis selanjutnya. Kurangnya pengalaman

langsung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menyebabkan mahasiswa mengaku sudah

tidak ingat lagi materi Bahasa Indonesia saat mereka menulis skripsi sehingga kualitas aspek

kebahasaan sebagian besar skripsi masih tergolong rendah. Namun, sesungguhnya mahasiswa

tidak hanya memerlukan bekal keterampilan menulis untuk dapat menjalani kehidupan

sebagai mahasiswa, mereka juga memerlukan modal sikap mental sebagai pembelajar dewasa

dan mandiri agar pembelajaran dapat berlangsung secara berkelanjutan. Oleh karena itu,

pengalaman belajar langsung (experiental learning) penting bukan hanya untuk

mengembangkan teknik menulis karya ilmiah, melainkan membangun jiwa pembelajar sejati.

Paper ini memaparkan pengalaman belajar-mengajar matakuliah Bahasa Indonesia dengan

metode experiential learning sebagai suatu bentuk deskriptif-evaluatif pencatatan kemajuan

Page 5: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

187 | Halaman

mahasiswa Penelitian ini mencoba menunjukkan implikasi atau pengaruh positif dari

penerapan pengalaman belajar langsung dalam mengembangkan kemampuan menulis karya

ilmiah terkait dengan bidang keilmuan mahasiswa.

Sebagaimana Kolb kemukakan bahwa pembelajaran efektif terlihat saat seseorang

menempuh empat tahap: (1) pengalaman konkret yang diikuti dengan (2) pengamatan dan

refleksi yang mengarah pada (3) pembentukan konsep-konsep abstrak (analisis) dan

generalisasi (simpulan) yang kemudian (4) digunakan untuk menguji hipotesis di masa-masa

mendatang, yang merupakan hasil pengalaman-pengalaman baru (McLeod, 2017).

Pembelajaran bahasa Indonesia di STAB Kertarajasa dikembangkan dengan upaya

meningkatkan pengalaman belajar langsung. Mahasiswa mengenal berbagai referensi terkait

bidang keilmuannya yang digunakan sebagai sumber belajar yang kontekstual dalam

matakuliah Bahasa Indonesia. Setelah itu, mahasiswa pun dapat membaca dan

mengeksplorasi sendiri referensi-referensi sejenis yang diperlukannya di matakuliah lain.

Begitu pula dengan keterampilan menulis yang dikembangkan melalui pengalaman menulis

secara bertahap dengan bimbingan dosen.

Selain landasan teori Kolb tersebut, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat

dijadikan landasan penelitian ini. Peran strategis perkuliahan Bahasa Indonesia dalam

menyongsong MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi fokus kajian Fuadin (2017).

Pembelajaran bahasa Indonesia mengasah keterampilan berkomunikasi, baik lisan maupun

tulisan, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat bersaing dalam era kompetisi lobal.

Penguasaan bahasa Indonesia melalui mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi akan

membawa kemantapan berbahasa di kalangan generasi muda. Dengan terjaganya kewibaan

bahasa Indonesia, pergaulan internasional dalam era MEA tidak akan mengancam eksistensi

bahasa Indonesia.

Urgensi matakuliah Bahasa Indonesia sebagai modal dalam kehidupan akademis

menjadi latar belakang penelitian Aryanika (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi”. Penelitian ini dilakukan

dengan model CIPP yang menghasilkan sejumlah temuan bahwa kualitas pembelajaran

Bahasa Indonesia di perguruan tinggi masih berhadapan dengan masalah-masalah antara lain

lemahnya sumber belajar dalam perkuliahan Bahasa Indonesia; rendahnya kualitas SDM

pengajar Bahasa Indonesia; pengajar tidak memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang

bahasa Indonesia; dan tidak adanya standar implementasi pembelajaran. Penelitian ini juga

mengungkap bahwa pada umumnya dosen Bahasa Indonesia masih lemah dalam persiapan

Page 6: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

188 | Halaman

mengajar dan bahan ajar. Salah satu elemen dalam evaluasi adalah daftar kehadiran yang

memperlihatkan bahwa tingkat kehadiran siswa lebih rendah dari tingkat kehadiran guru.

Pengembangan model pembelajaran merupakan upaya penting untuk mengatasi

berbagai permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian Sriani, Sutama, dan

Darmayanti (2015) merupakan salah satu upaya mengatasi hambatan yang sering dialami

dalam dalam pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu menulis karena dipandang sebagai

keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Dengan penelitian berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Experiential Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Paragraf Deskripsi Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Tampaksiring”, peneliti

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang memperlihatkan adanya pengaruh positif

penerapan EL terhadap kemampuan siswa menulis paragraf deskriptif. Temuan lainnya

adalah langkah-langkah yang dianggap efektif dalam penerapan EL dalam membimbing

siswa membuat paragraf deskriptif. Hasilnya, siswa senang dan aktif dalam proses

pembelajaran sehingga siswa memperoleh pemahaman baru dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan nyata.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed-method (Creswell & Clark, 2011)

yang memadukan antara survei dengan studi kasus. Perpadauan antara metode terutama

dilakukan pada tahapan analisis data. Data kuantitatif dari hasil survei yang telah

memberikan gambaran umum kecenderungan pendapat mahasiswa kemudian dihubungkan

kembali dengan temuan dari data kualitatif pada jawaban pertanyaan terbuka dan hasil

catatan lapangan dan jurnal pengajaran salah satu peneliti yang juga adalah pengejar bahasa

Indonesia di STAB Kertarajasa. Perpaduan metode ini termasuk quantitatively driven

approaches/designs (Johnson, Onwuegbuzie, & Turner, 2007), karena data utama yang dikaji

adalah hasil perhitungan deskriptif statitistik yang kemudian dianalisis lebih mendalam

menggunakan data kualitatif.

Survei yang dilakukan berskala kecil mencakup dua kelompok mahasiswa,

mahasiswa semester awal (SA) dan semester lanjut (SL). Sampel populasi digunakan untuk

mengumpulkan data dari mahasiswa tingkat satu dan sampel acak diterapkan untuk

mengumpulkan data dari mahasiswa tingkat lanjut.Peneliti menetapkan jumlah sampel untuk

setiap kelompok sebanyak 31, namun setelah disortir dan ditabulasi sampel yang berhasil

dijaring hanya mampu mencapai 90,32%.Target ideal tidak dapat dicapai karena terdapat

Page 7: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

189 | Halaman

mahasiswa yang izin kuliah dalam waktu yang cukup lama dan sakit selain terdapat pula data

yang rusak.

Data utama dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang mencakup pertanyaan

tertutup dan pertanyaan terbuka. Proses pengisian kuisioner dilakukan secara langsung oleh

salah seorang peneliti yang juga berperan sebagai dosen pengampu matakuliah Bahasa

Indonesia di STAB Kertarajasa. Kuisioner yang terkumpulkan kemudian dikoding dan

berdasarkan hasil koding data ditabulasi ke dalam tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.

Sebelum melakukan koding, tiap peneliti membuat panduan koding berdasarkan

kuesioner. Panduan koding tersebut kemudian didiskusikan bersama untuk menemukan

kesamaan pendapat dan dirumuskan panduan koding untuk dilakukan bersama.Masing-

masing peneliti kemudian melakukan koding terhadap data. Hasil koding kemudian

dicocokkan kembali untuk mencapai kesepakatan. Hasil koding pada tabel kemudian diolah

menggunakan fungsi kalkulasi statistik deskripsi yang terdapat pada MSExcel menjadi tabel

distribusi frekuensi dan tabel silang.

Tidak banyak hambatan di dalam melakukan koding jawaban untuk pertanyaan

tertutup, namun bervariasinya jawaban pada pertanyaan terbuat membuat koding lebih rumit

untuk bagian ini. Keberagaman pendapat mahasiswa seperti ini tidak dapat dikesampingkan

untuk memperoleh informasi penting yang dapat menjelaskan data kuantitatif secara lebih

mendalam.Penyajian data pada tulisan ini bersifat deskriptif. Kecenderungan data dalam

bentuk persentase disajikan untuk memperkuat argumen peneliti dan dihubungkan kembali

dengan kerangka teori EL dari Kolb dan Scaffolding dari Wood dkk. yang mendasari

argumen tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden penelitian ini dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama

merupakan mahasiswa semester awal (SA) yang masih mengikuti perkuliahan Bahasa

Indonesia pada saat penelitian dilakukan. Mahasiswa SA sekarang sudah memasuki kuliah

semester kedua. Kelompok kedua merupakan mahasiswa semeter lanjut (SL) yang telah

mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya. Kelompok pertama,

meskipun belum menyelesaikan proses perkuliahan Bahasa Indonesia II, lebih banyak

mendapat pengalaman langsung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dibanding dengan

kelompok kedua. Pengalaman belajar langsung meningkat karena dosen menambahkan

jumlah kegiatan praktik dalam proses belajar kelompok ini untuk mengembangkan

pengalaman belajar langsung. Berdasarkan atas data yang berhasil diperoleh, tanggapan dan

Page 8: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

190 | Halaman

penyerapan pengalaman belajar langsung tersebut berbeda antar-individu dan dapat

dibandingkan antara kelompok SA dengan kelompok SL.

Kedua kelompok mahasiswa memiliki tingkat kemampuan yang sangat berbeda

pada tahap sebelum mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia. Mahasiswa SA sebagian besar

(83,33%) merasa memiliki kemampuan yang baik sebelum mengikuti perkuliahan Bahasa

Indonesia. Bila dibandingkan dengan semester lanjut, 64,52% menyatakan kemampuannya

menulis kurang sebelum mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia. Perbedaan yang besar ini

bisa dikarenakan mahasiswa telah memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang

standar penulisan akademik yang dapat mereka gunakan sebagai acuan untuk menilai

kemampuan dirinya sendiri pada saat pra-dan pasca-perkuliahan Bahasa Indonesia. Di sisi

lain, mahasiswa SA mengukur kemampuan menulisnya sekarang dibandingkan dengan

kemampuan menulis dirinya sebelum menjadi mahasiswa.

Terkait proses belajar, mahasiswa SA lebih merasa mendapatkan pengalaman belajar

yang memadai dibandingkan mahasiswa SL. Enam puluh persen mahasiswa SA merasa

mendapatkan pengalaman belajar secara langsung yang sangat memadai. Di sisi lain,

sebagian besar (57,69%) mahasiswa SL merasa kurang mendapatkan pengalaman belajar

langsung. Dengan demikian, terdapat perkembangan yang signifikan dalam hal proses

pengalaman belajar langsung dalam mata kuliah Bahasa Indonesia saat ini dengan adanya

penambahan kegiatan-kegiatan praktik.

Pengalaman langsung dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia terkait langsung

dengan variasi dan kualitas kegiatan kelas. Dalam hal ini, umumnya mahasiswa SA (62,50%)

merasa bahwa variasi dan kualitas kegiatan kelas sangat baik, sementara 29% mahasiswa

memberikan penilaian baik dan 24% sangat baik. Upaya memberikan pengalaman langsung

semaksimal mungkin memberikan variasi kegiatan yang lebih banyak bagi mahasiswa

SA.Salah satu variasi kegiatan tersebut terdapat dalam tugas membuat daftar pustaka.Bila

mahasiswa SL mengerjakan latihan daftar pustaka melalui lembar kerja yang berisi data

pustaka, mahasiswa SA membuat daftar pustaka dengan langsung melihat berbagai jenis

referensi ilmiah terkait bidang ilmu mereka. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengenal

dan membaca langsung beragam publikasi ilmiah, seperti prosiding, jurnal, laporan

penelitian, dan buku di samping terampil membuat catatan referensi. Mahasiswa pun dapat

mendapatkan wawasan topik-topik penelitian seputar keilmuannya, seperti Ilmu Pendidikan,

Pendidikan Anak Usia Dini, Studi Agama-Agama, dan Studi Agama Buddha. Mengajak

mahasiswa semester awal berkenalan secara langsung dengan tema-tema kajian-kajian lanjut

Page 9: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

191 | Halaman

keilmuan mereka diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk menemukan passion

masing-masing sehingga lebih termotivasi untuk belajar.

Dalam hal kualitas instruksional, 56,52% mahasiswa SA menilai sangat baik dan

62,07% mahasiswa SL menganggap baik. Bagaimanapun, metode ceramah masih digunakan

instruktur dalam kelas Bahasa Indonesia. Namun, Ceramah tidak selalu disampaikan oleh

instruktur/dosen secara langsung. Mahasiswa dapat langsung belajar dari para penulis

terkemuka melalui video pembelajaran, misal Ayu Utami dalam materi menulis esai. Selain

itu, instruktur menggunakan video sebagai media pembelajaran meskipun hanya

memanfaatkan video yang telah tersedia di Youtube dan saluran-saluran pendidikan lain.

Penggunaan video sangat disenangi oleh mahasiswa karena menarik secara audio dan visual,

misalnya materi Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia.Video juga memberikan gambaran

langsung fenomena kebahasaan di masyarakat, misalnya dalam materi ragam bahasa.

Mendiskusikan video pendidikan yang dibuat oleh mahasiswa dari kampus lain membuat

mahasiswa STAB yang hidup dalam lingkup asrama vihara dan sekitarnya terhubung dengan

mahasiswa “umum” tersebut.

Dalam tataran hasil pembelajaran, pengalaman langsung dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa terhadap sumber-sumber

belajar.Sebelum mengikuti perkuliahan ini 41,18% mahasiswa SA merasa kurang mengetahui

sumber untuk mendukung penulisannya. Di sisi lain, mahasiswa SL (58,82%) merasa bahwa

sebelum menempuh kuliah ini mereka kesulitan mendapatkan sumber-sumber untuk

mendukung penulisannya. Kesulitan mahasiswa untuk mendapatkan sumber berkaitan

dengan kurangnya wawasan tentang referensi terkait dengan bidang keilmuan dan rendahnya

akses ke sumber referensi.Secara langsung atau tidak, karakteristik sebagian besar mahasiswa

dan mahasiswi STAB Kertarajasa sebagai pabajita atau brahmacari yang terbatas ruang

geraknya secara langsung atau tidak mempengaruhi tingkat wawasan dan akses tersebut.

Karakteristik lainnya yang berpengaruh adalah latar belakang sosial, ekonomi, dan geografis

mahasiswa yang dapat dikatakan marginal (Latifah, Budiyanto, dan Dewi, 2014).Dengan

latar belakang tersebut, mahasiswa SA perlu menyesuaikan diri untuk terbiasa dengan iklim

akademik. Namun, sumber belajar yang pada umumnya masih bertumpu pada

instruktur/dosen pun kurang mendorong mahasiswa untuk bereksplorasi sendiri sehingga

mahasiswa kurang berinisiatif untuk mencari bahan dan sumber belajar serta referensi ilmiah

sendiri.

Perkuliahan Bahasa Indonesia dengan pengalaman belajar langsung telah mengubah

cara belajar dan kemampuan mahasiswa. Setelah mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia,

Page 10: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

192 | Halaman

sebagian besar mahasiswa SA (56%) merasa kemampuannya dalam menulis akademik

meningkat menjadi sangat baik. Di sisi lain, sebagian besar mahasiswa SL (66,67%) masih

menganggap kemampuannya kurang setelah mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia.

Meskipun hampir 67% mahasiswa SL mengangap kemampuannya kurang bukan berarti

perkuliahan tersebut tidak meningkatkan kemampuan mereka dalam menulis, namun lebih

menyangkut kepada pertimbangan mereka mengenai kemampuan untuk menulis tugas

akhirnya yang dirasakan masih kurang.Peningkatan kepercayaan diri mahasiswa dalam

menilai kualitas karya ilmiahnya setelah melalui pengalaman belajar secara langsung yang

lebih banyak juga ditunjukkan secara signifikan pada data. Mahasiswa SA memang

menyatakan lebih banyak mendapatkan proporsi pengalaman langsung dalam belajar setelah

mengikuti mata kuliah Bahasa ini dibandingkan dengan SL. Sebanyak 60% mahasiswa SA

menyatakan pengalaman langsungnya dalam perkuliahan sangat memadai. Di sisi lain,

sebanyak 50% siswa SL menyatakan bahwa pengalaman langsungnya dalam perkuliahan

Bahasa Indonesia masih kurang. Kekurangan tersebut perlu mereka lengkapi dengan terus

berlatih melalui berbagai kegiatan menulis, baik di dalam maupun di luar kampus.

Proporsi pengalaman belajar secara langsung ini mempengaruhi pengetahuan dan

akses mahasiswa terhadap sumber-sumber untuk mendukung pembelajaran dan penulisannya.

Setelah mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia 52,94% mahasiswa SA merasa banyak

mengetahui dan mengakses sumber-sumber belajar tersebut, sementara sebanyak 66,67%

mahasiswa SL masih merasa pengetahuan dan aksesnya terhadap sumber-sumber belajar

yang mendukung pembelajaran dan karya tulis ilmiahnya kurang. Mahasiswa SA dapat

dikatakan lebih terpacu membaca berbagai jenis bacaan terkait dengan bidang ilmu mereka,

tidak hanya membaca diktat perkuliahan.Mereka pun dapat lebih berupaya untuk mensiasati

berbagai keterbatasan dalam ruang lingkup belajar mereka, misal keterbatasan akses dan daya

beli dapat diatasi dengan membaca e-book atau jurnal-jurnal open access.

Selain itu, pengalaman belajar secara langsung berpengaruh terhadap sikap mental

mahasiswa terhadap kegiatan menulis ilmiah. Sebelum mengikuti kuliah Bahasa Indonesia,

sebanyak 35,09% mahasiswa SL dan 20% mahasiswa SA merasa terbebani oleh tugas dalam

membuat karya tulis ilmiah. Angka ini menurun setelah mengikuti perkuliahan Bahasa

Indonesia, yaitu sebanyak 15,79% mahasiswa SL merasa terbebani dan sebanyak 9%

mahasiswa SA yang masih merasa terbebani. Meskipun persentase keduanya sama-sama

menurun, beban mahasiswa SA lebih banyak berkurang karena mereka lebih banyak

mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Pengalaman belajar secara langsung telah

memberikan bekal keterampilan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas menulis secara

Page 11: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

193 | Halaman

bertahap dan mampu melihat kegiatan menulis sebagai sebuah proses. Sikap mental lainnya

adalah memandang sukar kepenulisan akademik. Sebanyak 30% mahasiswa SA menganggap

sukar menulis akademik, sementara mahasiswa SL justru jauh lebih banyak yang merasa

sukar, yaitu 52,62%. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin banyak hal yang telah mereka

pelajari justru bisa membuat mereka lebih melihat kompleksitas kepenulisan ilmiah sehingga

memandangnya sebagai hal yang sukar. Pandangan ini diperkuat dengan kurangnya

pengalaman belajar secara langsung dalam berbagai aspek kepenulisan akademik. Meskipun

sukar, mahasiswa SA dan SL merasa bahwa menulis ilmiah itu menarik dan penting untuk

dipelajari. Tidak dapat ditampik bahwa banyak pula mahasiwa yang menganggap bahwa

pelajaran menulis ilmiah sebagai hal yang membosankan, yaitu mahasiswa SA sebanyak 12%

dan mahasiswa SL 21,05%. Dengan demikian, tampak bahwa experiential learning yang

lebih banyak diterapkan pada mahasiswa SA dapat mengurangi tingkat kebosanan

mahasiswa.Experiental learning telah mampu membantu mahasiswa melihat produk tulisan

ilmiah yang pada awalnya terlihat sukar dan kompleks sebagai suatu kegiatan /permasalahan

yang dapat diselesaikan sedikit demi sedikit dengan ketekunan dan ketelitian.

Dari segi aspek materi pelajaran kuliah Bahasa Indonesia, mahasiswa SA

mendapatkan pengalaman secara langsung terbanyak berturut-turut dari yang terbesar ke

terendah sebagai berikut: membaca, parafrase, ulasan karya ilmiah (review), referensi, daftar

pustaka, dan presentasi ilmiah. Di pihak lain, urutan pengalaman belajar secara langsung

mahasiswa SL adalah sebagai berikut: ulasan karya ilmiah (review), membaca, parafrase,

presentasi ilmiah, dan daftar pustaka. Namun, semua materi pembelajaran menulis karya

ilmiah itu tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, semuanya saling terhubung dan mendukung,

seperti halnya keterampilan menulis yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan membaca

secara aktif. Mahasiswa mampu melihat dengan jelas proses konstruksi sebuah tulisan dari

fondasi sampai dengan ke produk akhir melalui latihan dari kegiatan-kegiatan yang mudah

dan terus-menerus bertambah tingkat kesulitannya.

Selain teknik menulis, dari pengalaman belajar secara langsung dalam kuliah Bahasa

Indonesia, mahasiswa juga mendapatkan pengetahuan tentang referensi-referensi untuk

mengembangkan bidang ilmunya, yaitu Pendidikan Agama Buddha. Hal ini mencakup

pengenalan berbagai sumber refensi dan sumber belajar, penggalian referensi, terutama buku

dan jurnal elektronik serta digital library, juga cara penulisan dan pengutipan. Perluasan

referensi ini bukan hanya menambah pengalaman belajar dalam mata kuliah Bahasa

Indonesia, melainkan juga mata kuliah lain. Sebagai contoh, pada umumnya mahasiswa lebih

berkutat seputar teori-teori strategi pembelajaran. Melalui pengalaman belajar secara

Page 12: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

194 | Halaman

langsung dalam kuliah Bahasa Indonesia ini, mahasiswa menjadi terbiasa untuk melihat studi

penerapan berbagai strategi pembelajaran itu dalam jurnal-jurnal ilmiah Ilmu Pendidikan.

Begitu pula dalam studi agama, mahasiswa tidak hanya mempelajari teori-teori Kajian

Agama dan teologi, tetapi terbuka pula wawasannya untuk juga mengkaji praktik

keberagamaan masyarakat dalam konteks yang lebih luas.

Selain itu, dalam menanggapi pertanyaan yang sifatnya terbuka, mahasiswa secara

umum menyatakan bahwa mereka senang mengikuti kuliah Bahasa Indonesia karena

mempelajari banyak hal baru, menikmati penggunaan media belajar yang variatif,

mendapatkan motivasi belajar, menarik, dan merasakan manfaatnya untuk mengerjakan

tugas-tugas kuliah lain serta merasakan perkembangan, dari tidak bisa menjadi bisa menulis

karya tulis ilmiah. Kuliah Bahasa Indonesia pun dapat menjadi pemacu semangat untuk

belajar lebih lanjut. Namun, tidak sedikit juga yang menyatakan kesulitan dalam mengikuti

pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pengalaman langsung. Ada mahasiswa yang

menyatakan kesulitan memahami pelajaran; ada juga yang menyatakan bahwa kuliah ini sulit

karena membutuhkan ketelitian tinggi.

Peningkatan pengalaman belajar secara langsung memberikan porsi yang lebih besar

pada pembelajaran melalui praktik keterampilan berbahasa. Pengalaman belajar langsung ini

memberikan peluang kepada mahasiswa untuk dapat berkembang lebih optimal karena

mahasiswa dapat mengkonstruksi pengetahuan kognitifnya berdasarkan atas pengalaman

kegiatannya sendiri (Nurhidayati, 2017: 13).

Proses pembelajaran langsung (EL) ini dilakukan dengan metode scaffolding yang

efektif (Wood, dkk. 1976:90). Para orang tua, pengajar, instruktur, atau dosen perlu

memberikan sokongan kepada anak, siswa, atau mahasiswa dalam proses pembelajaran

sampai mereka mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Bantuan yang efektif bersifat

variatif, tergantung pada tingkat kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi oleh mereka.Saat

menghadapi tantangan atau masalah yang besar, mereka perlu mendapatkan sokongan yang

lebih besar atau instruksi yang lebih spesifik hingga mendapatkan kemajuan dalam belajar.

Dalam proses belajar menulis ilmiah di STAB Kertarajasa, bimbingan ini diberikan dengan

memecah proyek menulis menjadi beberapa tahapan berjenjang, misal proses menulis ilmiah

dimulai dari kegiatan membaca aktif, membuat ringkasan, ikhtisar, parafrase, hingga sintesis.

Proses ini dapat membantu mengendalikan tingkat frustasi mahasiswa dalam menghadapi

tugas pembelajaran. Bentuk sokongan dan tuntunan (scaffolding) lainnya dalam proses

pembelajaran langsung (EL) adalah memperagakan (mendemostrasikan) cara membuat

parafrase dan sintesis. Lalu mahasiswa mempraktikkannya sendiri secara langsung secara

Page 13: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

195 | Halaman

berkelompok sehingga mereka dapat belajar dari teman sebaya (peer review). Implikasi

lainnya adalah keterampilan berjejaring yang merupakan salah satu bentuk pengembangan

kecerdasan sosial. Keterlibatan mahasiswa dalam proses belajar ini dapat dibangun dengan

memberikan tujuan pembelajaran dan gambaran tentang manfaat yang dapat diraih dari

keterampilan menulis ilmiah. Sebagai contoh, selain untuk memenuhi syarat perkuliahan di

kampus, keterampilan menulis ilmiah dapat memberikan kesempatan untuk melanglang

buana dengan beasiswa untuk mengikuti konferensi atau berkuliah di luar negeri.

SIMPULAN

“Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” ‘Di depan,

seorang pendidik harus memberi contoh tindakan yang baik, di antara murid, guru harus

menciptakan prakarsa, dan dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan

Arahan.’ Semboyan Ki Hajar Dewantara ini bisa dengan sempurna menyimpulkan kajian

tentang aplikasi dan implikasi pembelajaran secara langsung (EL) dalam matakuliah Bahasa

Indonesia di STAB Kertarajasa. Melalui pendekatan teori Kolb, pengetahuan kognitif

dibangun melalui pengalaman-pengalaman langsung. Proses belajar ini dilakukan dengan

metode scaffolding, dosen memandu atau membimbing mahasiswa sesuai dengan kebutuhan

masing-masing hingga akhirnya mahasiswa menjadi pembelajar mandiri. Pembelajaran

dengan pengalaman langsung juga dilakukan dengan menciptakan kondisi kontekstual, yaitu

dengan menggunakan bahan dan sumber belajar terkait bidang keilmuan mahasiswa, Studi

Pendidikan Agama sehingga mahasiswa merasakan relevansi dan dapat menerapkan hasil

pembelajaran matakuliah Bahasa Indonesia di matakuliah atau konteks lain dalam

kehidupannya mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2005). Pendidikan Berpikir Kritis: dari CDA sampai Kurikulum

Pembelajaran. Makalah pada Kongres Linguistik Nasional, 171-172

Aryanika, S. (2015). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Al-

Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 5(1).

Creswell, J. W., & Plano Clark, V. L. (2011). Designing and Conducting Mixed Methods

Research. Los Angeles, CA: Sage.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006)“Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor:

43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah

Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi”. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Republik Indonesia.

Fuadin, A. (2017). Kontribusi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Dalam

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Semantik, 5(1), 1-11.

Page 14: PENERAPAN PENGALAMAN LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN BAHASA …

196 | Halaman

Johnson, R. B., Onwuegbuzie, A. J., & Turner, L. A. (2007). Toward a Definition Mixed

Methods Research. Journal of Mixed Methods Research, 1, 112-133.

Latifah, Budiyanto, A. Dewi, Metta Puspita. (2014). The Dhamma of Hope: Kertarajasa

Buddhist College Experienced in Educating the ‘Unequal’. Dalam The Importance of

Promoting Buddhist Education. Vietnam: Religion Press.

McLeod, Saul. Kolb’s Learning Style. https://www.simplypsychology.org/learning-kolb.html.

Diunduh pada 29 April 2018.

Nurhidayati, E. (2017). Pedagogi konstruktivisme dalam praksis pendidikan

Indonesia. Indonesian Journal of Educational Counseling, 1(1), 1-14.

Sentot, Santacitto. (2016). “The Life of Brahmacari: A Way of Improving the Quality of Buddhist

Education Among Student at Kertarajasa Buddhist College, Indonesia. Makalah dalam 4th

International Conference Association of Theravada Budddhist Universities (IATBU).

Magelang, 10-13 November 2016, 77.

Sriani, N. K., Sutama, I. M., & Darmayanti, I. A. M. (2015). Penerapan Model Pembelajaran

Experiential Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi

Pada Siswa Kelas VII B Smp Negeri 2 Tampaksiring. Jurnal Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Undiksha, 3(1).

Widiatmoko, B. (2012). Analisis Bahasa Politik Pejabat Publik Indonesia Berdasarkan

Tinjauan Filsafat Nilai. Jurnal Lppm: Paradigma, 8(01).

Wood, D., Bruner, J., & Ross, G. (1976). The Role of Tutoring in Problem Solving. Journal

of Child Psychology and Child Psychiatry, 17, 89−100.