kementerian pendidikan nasional fakultas …/penerapan... · penelitian ini menggunakan metode...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN METODE BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 2 JEMBANGAN KECAMATAN PUNGGELAN
KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Oleh :
Subhan Rois
X4709155
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN METODE BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 2 JEMBANGAN KECAMATAN PUNGGELAN
KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Oleh :
SUBHAN ROIS
NIM. X4709155
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Progran Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Juni 2011
Dosen Pembimbing I
Drs. Mulyono, MM.
NIP. 19510809 197611 1 001
Dosen Pembimbing II
Fadilah Umar, S.Pd.M.Or
NIP. 19720927 200212 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 17 Juni 2011
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Sunardi, M.Kes ____________
Sekretaris : Sri Santosa Sabarini, S.Pd.M.Or. ____________
Anggota I : Drs. Mulyono, M.M ____________
Anggota II : Fadilah Umar, S.Pd.M.Or. ____________
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Subhan Rois. PENERAPAN METODE BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JEMBANGAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : peningkatan kemampaun hasil
belajar lompat tinggi gaya straddle melalui penerapan metode bermain, pada
siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten
Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(Classroom Action Research). Sumber data pada penelitian ini berupa data
kuantitatif diperoleh dari siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan
Punggelan, Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011, yang berjumlah
30 siswa dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini yang terdiri dari data tes unjuk kerja siswa, lembar
pengamatan, dan angket. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis
deskreptif komparatif yaitu membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal,
siklus I dan siklus II dengan prosentase.
Hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa : Melalui penerapan
metode bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan,
Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dari data ketuntasan belajar lompat tinggi gaya straddle dari studi awal, siklus I,
dan siklus II mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini dapat kita lihat
dari studi awal dari jumlah 30 siswa yang belum tuntas 14 siswa 46,6%, yang
tuntas, 16 siswa 53,4%, meningkat pada siklus II menjadi 10 siswa 33,3%, yang
belum tuntas, 20 siswa 66,7% sudah tuntas, meningkat pesat satelah diberikan
penerapan metode bermain pada siklus II menjadi 3 siswa 10% belum tuntas, dan
27 siswa tuntas 90%, hal ini tentu sangat memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Motto
v Orang yang berjiwa luhur itu mempunyai sifat belas kasihan dan suka
memaafkan
v Banyak bekarya, tanpa menuntu balas jasa, menyelamatkan kesejahteraan
dunia
v Hati yang suci mengarah ke keselamatan
v Tandanya orang yang luhur, budinya halus dan suka memberi pertolongan
dengan tulus hati
v Kalau madu kecampuran racun, ambillah madunya. Kalau emas kecampuran
kotoran, ambillah emasnya kemudian cucilah. Carilah dan ikutilah
keutamaan, ajaran yang baik, meskipun berasal dari orang rendah.
v Kalau hati sedang gelap, janganlah malah marah-marah, tapi mintalah
penerangan dari tuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
SD Negeri 2 Jembangan
Istriku tercinta
Anak kami Khansa Khafsah
Semua sahabat kelompok VIII
Teman-teman PPKHB UNS
Banjarnegara
Almamater UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya, sehingga penulis peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini banyak menemui hambatan dan
kesulitan, tetapi karena bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayattullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. H. Sunardi, M.Kes. Penasehat Akademik dan Ketua Program
Penjaskesrek, yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian tugas akhir ini.
3. Bapak Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Ketua Jurusan POK , Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Dosen Pembimbing Kami Drs. Mulyono, MM. dan Fadilah Umar, S.Pd.M.Or.
5. Kepala Sekolah SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten
Banjarnegara, yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penulisan
melakukan praktik penelitian.
6. Semua rekan-rekan observer kelompok VIII dan semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulisan tugas akhir ini sudah diusahakan seoptimal mungkin demi
tercapainya kesempurnaan sebuah penelitian tindakan kelas, kritik dan saran
selalu diharapkan demi peningkatan kualitas penelitian berikutnya. Terakhir,
penulis berharap semoga skripsi, PTK ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan.
Surakarta, Juni 2011
S.R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………….. i
Halaman Pengajuan ………………………………………………………... ii
Halaman Persetujuan ……………………………………………………... iii
Halaman Pengesahan ……………………………………………………… iv
Abstrak …………………………………………………………………….. v
Motto ………………………………………………………………………. vi
Persembahan ………………………………………………………………. vii
Kata Pengantar …………………………………………………………….. viii
Daftar Isi ………….………………………………………………………... ix
Daftar Tabel ……………………………………………………………….. xii
Daftar Gambar …………………………………………………………….. xiii
Daftar Lampiran …………………………………………………………… xiv
BAB. I PENDAHULUAN …………………………..………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………..…………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………... 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian ………………………………………... 4
BAB. II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………. 5
A. Landasan Teori ...………….………………….……………. 5
1. Hakekat Belajar ………..……………………………….. 5
a. Faktor Intern …………...……..……………………... 7
b. Faktor Ekstern ………………………………...…….. 8
2. Hakekat Belajar dalam Pembelajaran Lompat Tinggi …. 10
a. Pengertian Bermain ………………..………………... 10
b. Pembelajaran Bermain …………………….………… 11
c. Tujuan Pembelajaran Bermain ...……………………. 12
d. Bahan Pembelajaran Bermain ………………………. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
e. Manfaat Bermain ……………………………………. 15
3. Lompat Tinggi ………………………………………….. 16
a. Pengertian Lompat Tinggi …………………………... 16
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Lompat Tinggi ………………………………………. 17
c. Gaya Lompat Tinggi ………………………………… 17
4. Lompat Tinggi Gaya Straddle ………………………… 18
a. Teknik Awalan ……………………………………… 18
b. Teknik Tumpuan ……………………………………. 18
c. Teknik Melewati Mistar …………………………….. 19
d. Teknik Pendaratan …………………………………... 21
B. Kerangka Berfikir …………………………………………. 21
C. Hipotesis Tindakan …………………………………........... 22
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………. 23
A. Setting Penelitian ………………………………………….. 23
1. Waktu Penelitian ……………………………………… 23
2. Tempat Penelitian ……………………………………... 24
3. Siklus PTK ……...…………………………………….. 24
B. Subyek Penelitian ………………………………………….. 24
C. Sumber Data ……………………………………………….. 24
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………………..……... 25
E. Teknik Analisis Data ………………………………………. 27
F. Prosedur Penelitian ………………………………………... 27
1. Gambaran Umum ……………………………………… 27
a. Menetapkan Masalah ………………………………... 28
b. Perencanaan Tindakan ………………………………. 28
c. Pelaksanaan Tindakan ………………………………. 28
d. Pengamatan ………………………………………….. 28
e. Refleksi ……………………………………………… 29
2. Rincian Prosedur Penelitian …………………………… 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….. 54
Daftar Lampiran …………………………………………………………….. 55
a. Siklus I ………………………………………............ 31
b. Siklus II …………………………………………….. 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 35
A. Hasil Penelitian ……………………………………………. 35
1. Siklus Pertama ………………………………………... 35
2. Siklus Kedua ………………………………………….. 39
B. Pembahasan ………………………………………………... 47
1. Deskripsi Temuan …………………………………….. 49
2. Refleksi ………………………………………………... 49
BAB V PENUTUP …………………………………………………….. 51
A. Kesimpulan ………………………………………………... 51
B. Implikasi ……………….………………………………… 51
C. Saran ………………………………………………………. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jadwal Kegiatan PTK …………..……………..…………....…………. 23
2. Jadwal Rancangan Kegiatan PTK ………………..…………………… 23
3. Hasil Test Formatif Siklus Pertama …………………………………... 38
4. Hasil Test Formatif Siklus Kedua …………………….………………. 42
5. Data Ketuntasan Hasil Belar Lompat Tinggi ………….……….……... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Teknik gerakan melayang di udara ……………………….………… 21
2. Serangkaian gerakan lompat tinggi ……………………………...….... 22
3. Satu Siklus PTK ……………………………………………………. 29
4. Diagram Batang Tentang Presentase …………………………………. 46
5. Diagram Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Studi Awal ………….... 46
6. Diagram Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I …………..…... 47
7. Diagram Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ……………..…. 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. RPP Siklus I ……….………...…………………………….………... 55
2. RPP Siklus II ……….………...…..………………………..………... 69
3. Pendapat Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran ………..………… 83
4. Rekapitulasi Hasil Angket …………………………………..………. 86
5. Lembar Pengamatan ……………………………………….………... 90
6. Hasil Pengamatan Siklus I ……………………………….…………. 91
7. Alokasi Waktu Pembelajaran Lompat Tinggi ……………………..... 93
8. Hasil Pengamatan Siklus II ………………………………………… 94
9. Daftar Nilai Siklus I ………………………………………………... 97
10. Daftar Nilai Siklus II ……………………………………………….. 99
11. Pengajuan Judul …………………………..…………..…..…………. 100
12. Validasi Proposal Skripsi PTK ……………...……...…..…………… 101
13. Surat Ijin Penelitian ………………….………………….…………... 102
14. Surat Keterangan ……………………………………...….…………. 103
15. Foto-foto Kegiatan ………………………………………………….. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jalan, lari, lompat dan lempar adalah bentuk gerakan yang tidak ternilai
artinya bagi kehidupan manusia. Semua gerakan ini tercakup dalam atletik,
bahkan gerakan-gerakan tersebut menjadi subtansi dari semua cabang olahraga.
Olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memegang
peranan penting dalam rangka perkembangan olahraga pada umumnya. Atletik
merupakan induk dari berbagai cabang, sehingga cabang olahraga atletik perlu di
kembangkan dalam meraih suatu prestasi yang tinggi. Cabang olahraga atletik
terdiri atas nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Olahraga atletik merupakan
salah satu cabang olahraga yang di ajarkan di sekolah, mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi.
Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara
mengangkat kaki ke depan dalam upaya membawa titik berat badan setinggi
mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) yang di lakukan dengan cepat dan
dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mendapatkan
ketinggian tertentu (Aip Syaifuddin, 1992:106), “Lompat tinggi adalah salah satu
nomor pada cabang olahraga atletik“. Tujuan utama lompat tinggi adalah untuk
mengangkat badan mencapai jarak vertikal yang setinggi-tingginya agar melewati
mistar. Untuk dapat mencapai lompatan yang setinggi-tingginya seorang pelompat
harus memiliki kondisi fisik dan pengusaan teknik yang baik. Penguasaan teknik
lompat tinggi merupakan unsur pokok untuk dapat mencapai lompatan yang
setinggi-tingginya.
Unsur-unsur teknik dasar lompat tinggi meliputi, awalan, tolakan,
melewati mistar dan pendaratan. Posisi badan saat melayang di udara (gaya)
merupakan hal penting yang harus di perhatikan pada lompat tinggi. Penguasaan
gaya yang baik akan memberikan keuntungan dan kegunaan dengan terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
efisiensi dan efektifitas gerakan untuk mencapai prestasi maksimal. Dalam lompat
tinggi ada beberapa gaya yang dapat di lakukan diantaranya yaitu gaya gunting,
western roll, straddle dan flop. Lompat tinggi gaya flop dan straddle merupakan
gaya yang lebih efisien di bandingkan dengan gaya yang lain. Lompat tinggi gaya
straddle gerakannya lebih sederhana dan lebih mudah di lakukan. Oleh karena itu,
untuk siswa di sekolah dasar akan lebih mudah menguasai jika diajarkan lompat
tinggi dengan gaya straddle.
Agar dapat melakukan lompat tinggi dengan baik dan dapat mencapai
lompatan yang setinggi-tingginya, selain menguasai tehnik dasar, juga harus di
dukung dengan kondisi fisik yang memadai. Faktor kondisi fisik merupakan
faktor yang menjadi tuntutan di setiap cabang olahraga. Menurut M Sajoto
(1995:8) bahwa “Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat di perlukan
dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi”.
Pada umumnya pelompat pemula, seperti siswa kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara dalam melakukan
lompat tinggi hasilnya kurang optimal. Kekurangan umumnya dimiliki siswa SD
adalah kurangnya kemampuan daya lompat. Daya ledak otot tungkai yang di
miliki siswa SD umumnya kurang, sehingga daya lompat atau gaya angkat ke atas
saat tumpuan kurang. Kekurangan ini dapat menyebabkan hasil lompatannya
kurang baik. Hal ini perlu adanya langkah pemecahan. Salah satu langkah
pemecahan yang dapat di lakukan yaitu memberikan latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya ledak otot tungkai dan memperbaiki tumpuan.
Salah satu tujuan utama lompat tinggi adalah untuk menghasilkan jarak
lompatan setinggi-tingginya, seorang pelompat harus memiliki kondisi fisik dan
penguasaan tehnik yang baik. Unsur teknik dasar lompat tinggi meliputi, awalan,
tumpuan, saat melayang di udara dan pendaratan. Keempat unsur ini merupakan
suatu kesatuan yaitu urutan gerakan melompat yang tidak terputus dan harus
dilaksanakan secara harmonis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Hasil belajar lompat tinggi, khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran
2010/2011, masih jauh dari yang di harapkan sehingga perlu ditingkatkan bentuk
latihan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik yang diperlukan untuk lompat
tinggi. Untuk dapat memberikan latihan fisik untuk menunjang prestasi lompat
tinggi, diperlukan jenis metode yang tepat. Metode latihan yang cukup efektif
untuk meningkatkan hasil belajar lompat tinggi diantaranya adalah dengan latihan
pliometrik atau latihan lompat-lompat yang disajikan dalam bentuk permainan
untuk merangsang anak melakukan lompatan. Pada siswa SD Negeri 2 Jembangan
selain hasil belajar lompat tinggi kurang memenuhi harapan hal ini disebabkan
anak masih takut untuk melakukan lompat tinggi karena anak merasa takut terjadi
cedera atau patah tulang, anak masih senang apabila pembelajarannya bermain
sepak bola atau kasti.
Tidak dapat dipungkiri bahwa minat siswa terhadap pembelajaran olahraga
atletik pada umumnya dan nomor lompat tinggi di sekolah kami masih cukup
rendah. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang menunjukkan sikap yang tidak
semangat pada saat guru menyebutkan olahraga apa yang akan diajarkan pada saat
itu. Metode mengajar merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran, oleh
karena itu guru perlu mempelajari dan memahami secara benar tentang metode
mengajar yang tepat pada mata pelajaran yang diampunya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud untuk
meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang ”Peningkatan Pembelajaran Lompat
Tinggi dengan Metode Bermain Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Jembangan,
Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka didapat rumusan
masalahnya sebagai berikut : “Apakah penerapan metode bermain dapat
meningkatkan keterampilan lompat tinggi gaya straddle, pada siswa kelas IV SD
Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegera, Tahun
Pelajaran 2010/2011 ?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan
lompat tinggi pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan
Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui
penerapan metode bermain.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Menemukan teori/pengetahuan baru tentang peningkatan hasil belajar
atletik pada umumnya dan hasil belajar atletik nomor lompat tinggi pada siswa
kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan Kabupaten
Banjarnegara melalui penerapan metode bermain.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru : melalui penelitian ini guru dapat menerapkan pembelajaran
pendidikan jasmani berupa melalui penerapan metode bermain dan
modifikasi alat.
b. Bagi siswa : menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa dalam
pembelajaran pendidikan jasmani melalui penerapan metode bermain dan
modifikasi alat.
c. Bagi sekolah : hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah
untuk mengembangkan model pembelajaran pendidikan jasmani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakekat Belajar
Manusia membutuhkan pendidikan di dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran atau melalui cara lain yang dikenal dan diakui oleh
masyarakat. UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1)
menyebutkan bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. dan
ayat (3) menegaskan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dalam undang-undang“. Oleh karena itu, peran serta seluruh komponen bangsa
diperlukan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah
satu tujuan Negara Indonesia.
Pendidikan merupakan upaya kepada peserta didik agar kelak menjadi
seorang yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan optimal
itu tidaklah semudah membalikkan tangan karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi lancarnya suatu proses pembelajaran, antara lain faktor guru,
faktor siswa, faktor metode, dan faktor tujuan. Keempat faktor tersebut
merupakan komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Menurut Muhibbin Syah (2005:94), “Belajar sebagai suatu kata kunci yang
paling vital dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tidak pernah ada pendidikan“. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapatkan tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan upaya kependidikan. Sedangkan Winkel (2005:52) mendefinisikan
“Belajar sebagai suatu aktifitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap“.
M. Dalyono (2003:48) mengatakan bahwa “Untuk mencapai cita-cita tidak
bisa dengan bermalas-malasan, tetapi harus rajin, gigih, dan tekun belajar. Belajar
adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam ilmu
pengetahuan, maupun keterampilan atau kecakapan“.
Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan oleh individu-individu. Perubahan-perubahan itu adalah hasil yang telah
dicapai dari proses belajar. “Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk
perubahan-perubahan harus melalui proses tertentu yang di pengaruhi oleh faktor-
faktor tertentu“ (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:141-143).
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat di ketahui setelah di
lakukan penilaian terhadap evaluasi yang di lakukan melalui tes. Tes-tes yang di
gunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah tes prestasi belajar.
Pendidikan jasmani merupakan suatu aktivitas fisik yang dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan fisik seseorang bila di
laksanakan dengan baik dan benar, sehingga akan membantu setiap individu
dalam mencapai suatu tujuan, termasuk membantu meningkatkan prestasi
akademik.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan jasmani yaitu untuk menciptakan dan
menyediakan suatu situasi yang dapat membantu koordinasi mata, tangan
perkembangan intellegensi, fisik, moral dan estetis. Pendidikan jasmani ditingkat
pendidikan dasar disesuaikan dengan tujuan pendidikan serta harus
memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai dengan usianya.
“Tujuan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar adalah membantu siswa untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan
penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktifitas
jasmani“ (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993:1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
S. Nasution (1986:36-37) mendefinisikan “Belajar sebagai upaya
menambah dan mengumpulkan pengetahuan“. Sedangkan menurut pendapat
modern menganggap bahwa belajar itu sebagai perubahan kelakuan berkat
pengalaman hasil belajar maka yang di maksud dengan hasil belajar disini adalah
hasil yang telah dicapai setelah melaksanakan proses pembelajaran, sedangkan
hasil belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah prestasi belajar dari sejumlah
anggota sampel siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan Kecamatan Punggelan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, akan tetapi
dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu :
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar .
Didalam bukunya yang berjudul Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, Slameto (1995:54-60), mengklasifikasikan faktor intern ke
dalam 3 faktor, yaitu :
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badanya agar terjamin dengan jalan selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Faktor Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik/kurang sempurna mengenai tubuh, dan ini dapat berupa buta, tuli, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan seperti ini dapat mempengarui belajar siswa, jika hal tersebut terjadi, maka harus belajar pada sekolah/lembaga khusus sehingga dapat menghindari/mengurangi pengaruh kecacatannya.
2) Faktor Psikologis Ada 7 faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi belajar, faktor-faktor tersebut adalah : a) Intelegensi,
yaitu kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif mengetahui relasi dan mengetahuinya dengan cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b) Perhatian Menurut Gazali dalam Slameto (1995:56), “Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jika itu pun semata-mata setuju pada obyek/sekumpulan obyek”.
c) Minat adalah kecederungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan secara terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
d) Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi suatu kecakapan nyata sesudah proses belajar atau berlatih.
e) Motif Dalam proses belajar mengajar, harus diperhatikan apa dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.
f) Kematangan yaitu suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu muncul dari dalam diri seseorang dan berhubungan juga dengan kematangan. Karena kematangan berarti kesediaan untuk melaksanakan kesiapan.
3) Faktor Kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelaan jasmani dan
kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat pada lemahnya tubuh dan cenderung untuk membaringkan tubuh, sedangkan kelelahan rohani terlihat pada kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu menjadi hilang.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah, faktor yang berada diluar diri individu. Di dalam
bukunya, Slameto (1995:60-72) mengelompokan faktor ekstern menjadi tiga
kelompok, yaitu
1) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa : cara orang tua mendidik anaknya banyak menerima pengaruh terhadap prestasi belajar anak. Hal ini diperjelas oleh Sutjipto Wirowidjojo dalam Slameto (1995:60-61) yang menyatakan bahwa “Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar, akan data menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama, keluarga yang sehat, artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar, yaitu Pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Melihat pernyataan di atas, maka dapat di pahami bahwa betapa peran keluarga di dalam pendidikan. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
2) Faktor Sekolah
Faktor yang mempengaruhi belajar di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dengan pelajaran, waktu sekolah standar pelajaran, keadaan gedung, metode pembelajaran, dan tugas rumah (Slameto, 1996:64).
3) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor esktern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberdaan siswa di dalam masyarakat, Slameto (1995:69).
Lingkungan atau miliu sangat berperan terhadap perkembangan pola anak. Seperti yang di jelaskan oleh Sutari Imam Barnadib (1995:117) bahwa “Lingkungan tempat tinggal anak didik di besarkan juga mempunyai pengaruh terhadap keterbukaan hatinya untuk belajar”.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga ilmiah dalam masyarakat maju atau suatu desa yang penuh dengan pengalaman dan kegiatan lebih terbuka untuk belajar. Pada mereka yang dalam suasana bertentangan dengan itu. Sebabnya adalah karena yang pertama telah mempunyai dasar pengalaman yang biasanya di bina dan memperkuat minatnya untuk menambah pengetahuan.
Barnadib (1995:120) membagi miliu (lingkungan) menurut bentuknya
menjadi 4, yaitu :
a) Berujud manusia, yaitu keluarga, teman-teman bermain, tetangga teman-teman sekolah, dan kenalan lainnya.
b) Berujud kesenian, yaitu bermacam-macam pertunjukan. c) Berujud kesusastraan, yaitu bermacam-macam tulisan bacaan. d) Berujud Tempat tinggal, yaitu daerah di mana anak tinggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Hakekat Bermain dalam Pembelajaran Lompat Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan anak tidak dapat dipisahkan
dengan bermain, karena pada dasarnya anak-anak sangat menyukai bermain
dalam segala hal. Hal tersebut sangat dicermati oleh peneliti ketika peneliti
memberikan pelajaran atletik nomor lompat tinggi, sehingga membuat peneliti
ingin menerapkan metode pembelajaran yang lain dalam memberikan materi
atletik nomor lompat tinggi.
Menurut Rusli Lutan (1991:4), “Permainan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dalam batas waktu, tempat, dan
ikatan peraturan. Permainan merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada
anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis“.
a. Pengertian Bermain
Seorang guru Pendidikan jasmani haurs mengetahui karakteristik siswa,
apabila siswa usia Sekolah Dasar, agar apa yang diberikan tidak salah. Menurut
Elizabeth B. Hurlock (1991:159-160), “Bahwa anak-anak usia sekolah dasar
bermain dianggap sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan,
sehingga anak didorong untuk bermain, tanpa memperdulikan status sosial
ekonomi keluarga meraka“. Selanjutnya Abdul Kadir Ateng (1992:116)
Berpendapat bahwa “Pembelajaran Pendidikan jasmani disekolah dasar
khususnya kelas I dan II, yang paling tepat adalah bermain“. Hal ini dikuatkan
oleh Ki Hajar Dewantara (1977:256) “Bahwa anak-anak usia sekolah dasar
pada umumnya sangat menyukai bentuk-bentuk permainan, bahkan apabila
anak tidak tidur atau tidak melakukan aktivitas lainnya, maka anak selalu
bermain-main dengan temannya“.
Telah dikemukakan (Cowell dan Hazelton, 1956:146) “Bahwa untuk
membawa anak kepada tujuan pendidikan secara umum dan pendidikan secara
khusus, maka perlu adanya usia peningkatan keadaan jasmani, sosial, mental,
dan moral yang optimal“. Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk memperoleh
peningkatan tersebut, maka anak perlu dibantu dengan permainan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
bermain. Hal ini karena anak dapat menampilkan dan memperbaiki
keterampilan jasmani, rasa sosial, percaya diri, peningkatan, moral dan
spiritual lewat bermain jujur, sopan, dan berjiwa olahraga.
Sukintaka (1992:2) berpendapat bahwa “Bermain merupakan peristiwa
atau kegiatan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh”. Sedangkan Bruner
(Elizabeth B. Hurlock, 1991:121) berpendapat bahwa “Bermain pada masa
anak-anak merupakan kegiatan pokok pada masa anak-anak tersebut, dan
bermain merupakan sarana untuk improvisasi dan kombinasi melalui kendali-
kendali budaya menggantikan sifat anak yang dikuasai oleh dorongan-
dorongan kekanak-kanakan“.
b. Pembelajaran Bermain
Pembelajaran bermain mengandung pengertian bagaimana mengajarkan
sesuatu kepada anak didik, tetapi juga ada suatu pengertian bagaimana peserta
didik mempelajarinya. Dalam satu peristiwa pembelajaran ada suatu kejadian,
ialah pertama ada satu pihak yang memberi, dan kedua, ada satu pihak yang
menerima. Oleh sebab itu pada satu peristiwa tersebut dapat dikatakan terjadi
proses interaksi edukatif.
Winarno Surrachmad (1976:14) mengutarakan ciri-ciri proses interaksi
edukatif sebagai berikut :
1) Ada bahan yang menjadi isi proses 2) Ada tujuan yang jelas yang akan dicapai 3) Ada pelajar yang aktif mengalami 4) Ada guru yang melaksanakan 5) Proses interaksi tersebut berlangsung dalam ikatan situasional.
Nampak disini bahwa tidak satupun ciri-ciri yang dapat melepaskan tanpa
menimbulkan kepincangan dalam interaksi edukatif. Jadi kelima ciri itu harus
tampil atau diusahakan tampil dalam proses edukatif atau proses pembelajaran.
Untuk dapat menghasilkan yang maksimal dalam usaha pembelajaran itu
seorang guru (termasuk didalamnya guru Pendidikan jasmani) harus
mendalami dasar-dasar interaksi edukatif seperti berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Tujuan (guna menjawab pertanyaan untuk apa ?)
2) Bahan (dengan materi yang mana ?)
3) Pelajar (ditujukan kepada siapa ?)
4) Guru (diselenggarakan oleh siapa ?)
5) Metode (bagaimana caranya ?)
6) Situasi (dalam keadaan yang bagaimana ?)
Dasar interaksi ini merupakan dasar dan pedoman pada waktu sesorang
guru melaksanakan kewajibannya. Oleh sebab itu butir-butir interaksi itu
sebaiknya dirumuskan dengan cermat dan difikirkan juga keterkaitannya suatu
butir dengan butir yang lain, sehingga interaksi edukatif merupakan satu
kesatuan yang dapat menjadi pedoman para guru dalam bertugas.
Agar kejelasan maksud interaksi edukatif tersebut, maka perlu kiranya
sedikit membahas satiap butir interaksi edukatif tersebut.
c. Tujuan Pembelajaran Bermain
Perlu diketahui, bahwa ada pemilihan antara filsafat pendidikan dan tujuan
pendidikan. Meski tujuan pendidikan itu merupakan penjabaran dari filsafat
pendidikan dan filsafat pendidikan sangat dijiwai oleh filsafat negara.
Pendidikan dapat dikatakan baik bila pendidikan itu dapat memberi
kesempatan berkembangnya suatu aspek pribadi manusia, atau dengan kata lain
rumusan tujuan itu berisikan pengembangan aspek pribadi manusia.
Winarno Surrachmad (1976:24) mengutarakan bahwa “Mengajar
merupakan peristiwa yang terkait oleh tujuan, terarah kepada tujuan, dan
dilaksanakan semata-mata untuk mencapai tujuan”.
Oleh sebab itu seorang harus benar-benar memahami tujuan pendidikan,
sehingga guru tersebut mampu menentukan langkah-langkah yang tepat
sehingga pencapaian tujuan akan lebih terjamin.
Tujuan pendidikan dalam suatu negara harus berjiwa dan berazas filsafat
negara. Tujuan pendidikan nasional dapat dipelajari dalam Undang-undang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sistem Pendidikan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, (tentang
Pendidikan Nasional tercantum dalam Bab II Pasal 4). Tujuan pendidikan
nasional ini sifatnya masih sangat umum dan tidak operasional sehingga masih
sulit untuk dilaksanakan, dan dalam penilaian pun menjadi tidak jelas juga.
Untuk operasionalisasi, maka seorang guru harus mengadakan pendekatan
melalui hirarki tujuan. Adapun hirarki atau kategorisasi tujuan pendidikan itu
dapat diutarakan sebagai berikut : tujuan pendidikan nasional, tujuan
intruksional, tujuan kurikuler, tujuan intruksional umum atau sasaran belajar
umum, dan tujuan intruksional khusus atau sasaran belajar khusus. Tujuan
Pendidikan Nasional sampai pada tujuan intruksional umum sudah tercantum
dalam GBPP, untuk tujuan intruksional khusus disusun oleh para guru, dengan
mengkaitkan antara intruksional khusus dengan keadaan yang diketahuinya,
sehingga pengajaran itu akan benar-benar operasional dan bermakna. Rumusan
itu harus mengacu pada prinsip ABCD, ialah A = audience = khalayak atau
murid, B = behavior = perbuatan atau laku, C = condition = kondisi, syarat, D
= degree = derajat atau tingkat. Dengan sendirinya tidak boleh dilupakan
tujuan yang diatasnya, tujuan Pendidikan jasmani, tujuan pendidikan dan
peranan bermain dalam pencapaian tujuan Pendidikan jasmani.
d. Bahan Pembelajaran Bermain
Pada suatu interaksi pasti ada bahan pelajaran yang akan disampaikan oleh
seorang guru dan diterima oleh para peserta didik. Bahan itu merupakan
bagian-bagian dari bermain atau unsur-unsur bermain, merupakan situasi yang
terkecil dari kesatuan bermain yang harus diajarkan. Disini guru Pendidikan
jasmani dituntut kemampuannya untuk membagi-bagi bermain itu dalam
bagian terkecil, tetapi harus masih bermakna untuk kebulatan bermain.
Termasuk tujuan didalamnya teknik apa dan unsur jasmani apa yang
mendukungnya, selain itu guru seorang guru Pendidikan jasmani harus
mengetahui kemampuan atau keterampilan motorik apa yang ada dalam tiap-
tiap tahap pertumbuhan dan pekermbangan anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Bermain sebagai sumber bahan pengajaran, perlu sedikit juga sedikit
dibahas. Bermain merupakan situasi yang menyebabkan anak untuk bergerak
secara spontan. Nyatanya gerak itu sendidri mempunyai makna besar dalam
pendidikan. Menurut Adams ( 1998:3-4) dan Matakupan (1991:29-30) gerak
bagi anak mempunyai atri sebagai berikut:
1) Hidup Gerakan anak bukan hanya merupakan kepentingan hidupnya sendiri,
tetapi juga merupakan kelengkapan hidupnya, dan mengadakan dengan semua benda yang bergerak lainnya, pertama kali anak kecil menghubungkan hidupnya dengan aktivitas gerak spontan, dengan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan akhirnya dengan manusia.
2) Menemukan dirinya Mulai dari awal kekagumannya terhadap fungsi gerak yang instingtif
sampai kepada kerterbatasan pada keterampilan berolahraga yang kadang kala menjemukan dan menyakitkan. Melalui kinestetik anak belajar bagaimana merasakan gerakan dan umpan balik dari setiap gerakan yang memberikan isyarat-isyarat yang biasanya digunakan untuk perkembangan kemampuan motorik, dan selanjutnya dari pola-pola dorongan dari diri sendiri yang lebih rumit sampai kepada menemukan susunan organisme yang meragukan. Dari proses diatas, maka anak dapat menilai dirinya, mengetahui dirinya dengan membandingkan dengan kawannya atau orang lain.
3) Pememuan lingkungan Menemukan dan melewati batas-batas hak dan milik orang lain, serta
mengetahui akan dirinya dan pribadi orang lain, maka anak dapat menentukan pendekatan dengan cara-cara menyesuaikan diri.
4) Kebebasan Kebebasan merupakan daya kembang yang baik, karena anak dapat
dan berani mengutarakan yang ada pada dirinya, sehingga anak akan mudah mengembangkan diri melalui ekspresi jasmani yang kreatif.
5) Keamanan Dalam hal-hal yang sangat mendasar, gerak mempunyai nilai untuk
mempertahankan hidup. Misalnya menghindari situasi yang berbahaya dengan melakukan gerak cepat, tepat waktu, tepat arah, dan sebagai alat pencegah dan perlawanan.
6) Hubungan Gerak anak merupakan bahasa, dia akan mengungkapkan gagasan,
persaan, dan keinginannya dengan gerak. 7) Kegembiraan
Dengan gerak yang berhasil, anak akan menikmati rasa gembira yang dinyatakan dengan perilaku.
8) Unggul, ritmik, dan anggun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Unggul, bila anak merasa unggul dalam gerak tertentu maka ia akan terdorong untuk lebih berinisiatif, tetapi bila tidak unggul, maka anak akan menjadi pasif dan rendah diri.
Ritmik, berarti bahwa anak dapat menyesuaikan diri dengan gerak yang bersifat ritmik atau berirama.
Anggun, berpengertian bahwa anak akan merasakan suatu kebanggaan tersendiri bila dapat menguasai gerak tertentu dengan cepat dan berhasil.
e. Manfaat Bermain
Bahwa bermain mempunyai banyak fungsi untuk pendidikan ialah :
1) Colloza (Rob dan Leertouwer, 1950:18) mengatakan bahwa “Bermain
betul-betul merupakan bagian dari pendidikan“.
2) Frobel (Rob dan Leertouwer, 1950:18) mengatakan bahwa sesungguhnya
JH. Gunning yang membuka dan mengarahkan bahwa “Bermain itu
merupakan organ yang merupakan unsur kehidupan dan selalu berperan
sebagai wahana pendidikan“.
3) Atas dasar beberapa catatan harian dari para orang tua, Kohnstamm (Bigot,
Kohnstamm, dan Palland, 1950:275-276) menyimpulkan sebagai berikut :
a) Permainan merupakan salah satu dari banyak wahana untuk membawa anak kepada hidup bersama atau bermasyarakat. Anak akan memahami dan menghargai dirinya dan temannya. Pada anak yang bermain akan tumbuh rasa kebersamaan yang sangat baik bagi pembentukan rasa sosial.
b) Dalam bermain anak akan mengetahui kemampuannya, menguasai alat bermain, dan mengetahui sifat alat.
c) Dalam bermain anak akan mempunyai, suasana yang tidak hanya mengungkapkan fantasi saja, tetapi juga akan mengungkapkan semua sifat aslinya. Pengungkapan itu dilakukan secara penuh, dan spontan. Anak laki-laki dan perempuan yang berumur sama akan berbuat berbeda terhadap permainan yang sama (missal bermain dengan kubus atau boneka).
d) Dalam bermain anak mengungkapkan emosinya, emosi yang sesuai dengan situasi, dan sesuai dengan pengalamannya yang lalu akan dimunculkan dengan warna yang lain, sehingga hal ini akan bermanfaat sekali bagi kehidupannya kelak.
e) Dalam bermain anak akan memperoleh kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan, sesuai dengan alam kehidupan anak. Semua situasi ini mempunyai makna wahana pendidikan yang sangat baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
f) Dalam bermain anak akan memperoleh dasar-dasar tentang perilaku kerjasama, taat kepada peraturan bermain, memperoleh tuntunan watak yang jujur dari situasi bermain. Semuanya ini akan membentuk sifat fair play (jujur, ksatria, dan berbudipekerti baik)
g) Bahaya dalam bermain bagi anak mungkin saja akan terjadi. Keadaan ini banyak gunannya karena anak akan berusaha untuk mengatasi, dan pengalaman ini mempunyai kegunaan yang sangat baik bagi hidup yang sesungguhnya.
3. Lompat Tinggi
a. Pengertian Lompat Tinggi
Lompat tinggi adalah salah satu nomor pada cabang olahraga atletik.
Nomor lompat tinggi sama halnya dengan lompat tinggi, yaitu merupakan
salah satu nomor lompat yang terdapat dalam cabang olahraga atletik.
Perbedaan antara lompat tinggi dengan lompat tinggi terletak pada tujuan yang
akan dicapai. Lompat tinggi memiliki tujuan untuk mencapai jarak horisontal
yang sejauh-jauhnya, sedangan lompat tinggi memiliki tujuan untuk mencapai
jarak vertikal (ketinggian) yang setinggi-tingginya.
“Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara dengan cara mengangkat kaki kedepan ke atas, dalam upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada saat satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu” (Aip Syaifudin, 1992:106).
Tujuan utama lompat tinggi adalah untuk mengangkat badan mencapai
jarak vertikal yang setinggi-tingginya agar melewati mistar. Untuk dapat
mencapai lompatan setinggi-tingginya seorang pelompat harus memiliki
kondisi fisik dan penguasaan teknik yang baik. Penguasaan teknik lompat
tinggi merupakan unsur pokok untuk dapat mencapai lompatan yang setinggi-
tingginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Lompat Tinggi
Tujuan utama lompat tinggi adalah untuk mengangkat badan mencapai
jarak vertikal yang setinggi-tingginya agar melewati mistar. Bagi atlet lompat
tinggi, yang harus dimiliki terutama pengembangan daya angkat sebesar
mungkin agar dapat melemparkan badan ke udara dengan kecepatan yang
sebesar-besarnya serta pengaturan sikap tubuh yang sebaik-baiknya dari saat
awalan, tolakan, sikap tubuh saat diatas mistar, hingga pendaratan. Pelompat
harus memiliki kondisi fisik yang mendukung serta kemampuan untuk
menguasai teknik yang lebih effektif dan efisien.
Unsur fisik yang penting bagi atlet lompat tinggi, terutama adalah
kecepatan awalan, tenaga lompat pada waktu tumpuan (take off) serta
kelentukan atau keluasan gerak terutama untuk mengangkat kaki yang selebar-
lebarnya. Dalam bukunya Guntur Bemhard (1993:156-157) mengemukakan
bahwa “Kondisi fisik yang harus diperhatikan adalah : (1) Suatu kecepatan
ancang-ancang yang tinggi, (2) Tenaga loncat, (3) Suatu kemungkinan yang
besar untuk mengangkat dari kaki“.
c. Gaya Lompat Tinggi
Terdapat beberapa gaya yang dapat digunakan pada perlombaan lompat
tinggi. Menurut Aip Syaifuddin (1992:109) macam gaya lompat tinggi antara
lain :
1) Gaya Gunting (the scissors style)
2) Gaya guling ala Sweeney (the eastern cut-off style) 3) Gaya guling sisi (the western rool style) 4) Gaya guling perut (the straddle style) 5) Gaya Flop (the josbury flop style).
Dari beberapa gaya lompat tinggi, ditinjau dari sudut mekanika gaya
guling sisi (Straddle) dan gaya terlentang (flop) adalah lebih menguntungkan
dibanding dengan gaya lompat tinggi lainnya. Lompat tinggi gaya straddle
pelaksanaannya lebih mudah dari pada lompat tinggi gaya flop. Bagi pelomat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pemula, akan lebih mudah menguasai lompat tinggi gaya straddle dari pada
gaya flop.
4. Lompat Tinggi Gaya Straddle
Dari apapun gaya lompat tinggi, yang digunakan secara teknis
pelaksanaannya terdapat empat tahap yaitu, terdiri dari awalan atau ancang-
ancang, tumpuan atau (take off), saat melewati mistar atau melayang dan
mendarat. Demikian juga dalam melakukan lompat tinggi gaya straddle, ada
empat tahapan yang harus dilakukan dengan baik. Untuk mencapai hasil lompatan
yang optimal, ke empat tahapan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan
teknik yang baik.
a. Teknik Awalan
Awalan merupakan salah satu bagian pada tekni lompat tinggi. Tujuan
awalan yaitu membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan.
Awalan yang benar merupakan prasyarat harus dipenuhi untuk dapat
melakukan lompatan secara optimal. Panjang awalan lompat tinggi bersifat
individual. Menurut Sunaryo Basuki (1994:28) bahwa “Panjangnya awalan
delapan langkah, empat langkah terakhir lebih lebar dari empat langkah
pertama, empat langkah terakhir dilakukan dengan lebih lebar dari langkah
pertama, hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan tolakan agar dapat
melompat ke atas secara lebih optimal“.
Pelompat harus dapat melakukan pengaturan kecepatan langkah dengan
tepat, agar pada saat melakukan tumpuan dapat menolak ke atas secara lebih
optimal. Langkah kaki dari pelan dan semakin cepat, dilakukan secara wajar
dan lancar (jangan ragu-ragu). Pada akhir awalan langkah tidak boleh terlalu
cepat, karena harus mengambil teming yang tepat untuk tumpuan.
b. Teknik Tumpuan
Menurut Aip Syaifuddin (1992:107) bahwa, “Tolakan adalah perpindahan
gerak dari gerak horisontal kearah vertikal yang dilakukan secara cepat“.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Tujuan tumpuan adalah untuk mendapatkan kecepatan dalam arah vertikal bagi
pusat gaya berat tubuh pelompat.
Dalam hal ini Jess Jarver (1986:70) mengemukakan bahwa “Tujuan
tumpuan adalah untuk mendapatkan percepatan gerak dalam arah vertikal bagi
pusat gaya bagi tubuh si pelompat“. Gerakan tumpuan dalam lompat tinggi
gaya straddle menurut Jess (1986:72) adalah “Kaki take off diletakan tepat
didepan pusat dari berat tubuh si pelompat“. Pinggul diarahkan kedepan
secepat mungkin, dengan meninggalkan bahu di belakang, ketika tumit dari
kaki yang take off menyentuh tanah. Kaki ini hendaknya di tekuk, kaki yang
menumpu sekarang di ayunkan secepat mungkin melewati mistar, dengan
bagian kaki bawah harus kendur.
Pada saat menolak kaki, titik berat harus berada diatas kaki tumpu, agar
gaya yang dihasilkan mendekati vertikal. Pada saat take off kaki dan lengan di
ayunkan secara serentak ke depan dan ke atas. Kaki yang di gunakan untuk
tolakan harus kaki yang terkuat, agar dapat menghasilkan gerakan ke atas yang
maksimum. Tumpuan harus dilakukan dengan tepat pada titik tumpu. Tumpuan
tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh dari mistar.
c. Teknik Melewati Mistar
Sikap badan saat melewati mistar menentukan terhadap atas lompatan.
Dalam gaya straddle posisi pelompat saat melewati mistar yaitu berbaring
menelungkup di sepanjang mistar.
“Sikap badan saat melewati mistar pada lompat tinggi gaya straddle, menurut Aip Syaifuddin (1992:112) adalah sebagai berikut : setelah kaki ayun (misalnya kaki kanan, jika tolakan dengan kaki kiri dan awalan dari samping kiri) mencapai ketinggian maksimum (letaknya lebih tinggi dari pada letak kepala) kemudian segera dilewatkan di atas mistar (dilakukan lebih dahulu dari pada bagian badan lainnya)”.
Lengan kiri hendaknya diusahakan agar tidak menyentuh mistar, biasanya
dirapatkan pada bagian dada atau juga yang membawanya ke sisi badan atau
diletakan pada punggung setelah kaki kanan melewati mistar, secepatnya badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
diputar kekiri dengan kepala mendahului melewati mistar, putaran badan harus
dapat dilakukan sebaik-baiknya, hingga dada dan perut benar-benar menhadap
ke bawah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada lompat tinggi gaya
guling perut, keadaan badan telungkup, mistar berada di bawah perut, pinggul
lebih tinggi dari pada pundak, dan kepala berada di samping kiri agak di bawah
mistar.
Pada gaya straddle, masalah terbesar atlet dalam mencapai puncak
lompatan adalah untuk menghidari jatuhnya mistar karena seretan kaki. Satu
metode untuk menyelesaikan ini adalah lengan memutar tubuh menjauhi
mistar. Kaki sangat membantu gerakan memutar pada waktu take off dan
mengangkat badan keatas mistar, pada saat titik tertinggi pelompat dapat
mensejajarkan tubuhnya dengan mistar, secara lebih jelas pelaksanaan teknik
melayang di udara lompat tinggi gaya straddle seperti yang di uraikan di atas
dapat di lihat gambar berikut :
Gambar 1. Teknik gerakan melayang di udara pada lompat tinggi gaya
straddle (Aip Syaifuddin, 1992:113)
Pada saat melewati mistar, agar dapat memperoleh hasil yang optimal,
kedudukan titik berat badan sebaiknya sedekat mungkin dengan mistar. Titik
ketinggian maksimal harus di atas dan di tengah tengah mistar. Pada saat
melewati mistar di usahakan menggunakan tenaga sedikit mungkin dan secara
sadar agar dapat menghindari gerakan-gerakan yang tidak diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Teknik Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap akhir dari proses gerakan pada lompat tinggi.
Cara melakukan pendaratan dan posisi badan saat pendaratan tergantung dari
gaya yang dilakukan. Pertimbangan terpenting untuk pendaratan adalah
keselamatan pelompat. Pada saat ini pendaratan pada lompat tinggi sudah
terbuat dari busa yang cukup tebal/matras, sehingga pendaratan cukup aman.
Serangkaian gerakan lompat tinggi gaya straddle, mulai saat awalan
sampai dengan pendaratan. Dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Serangkaian gerakan lompat tinggi gaya straddle.
B. Kerangka Berfikir
Penelitian Tindakan Kelas ini dilatar belakangi dari hasil pembelajaran
Pendidikan jasmani cabang lompat tinggi gaya straddle peserta didik kelas IV SD
Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, masih
rendah pada materi teknik dasar lompat tinggi. Untuk mengatasi keadaan tersebut
dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda
dari sebelumnya. Yaitu pembelajaran lompat tinggi menggunakan metode
bermain. Melalui metode bermain siswa mengalami suasan kompetitif. Adanya
sifat kompetitif ini membawa siswa merasa tertantang untuk memperoleh
kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam permainan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan
motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan kajian teori dan
kerangka berfikir diduga melalui pendekatan metode bermain hasil belajar lompat
tinggi siswa meningkat.
C. Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut diatas diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut : “Melalui penerapan metode bermain dapat
meningkatkan hasil belajar lompat tinggi pada peserta didik kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran
2010/2011, dalam mengikuti proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Peneltian Tindakan Kelas ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2011 dan
selesai penyusunan laporan pada bulan Mei 2011. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan April 2011 karena sesuai dengan program semester, materi
pembelajaran lompat tinggi kelas IV dilaksanakan bulan Maret 2011. Secara lebih
jelas dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
No. Waktu Kegiatan Keterangan
1. Maret 2011
Perencanaan
Pembuatan Proposal
Penyusunan Instrumen
2. Maret 2011 Pelaksanaan Tindakan Kelas
3. April 2011 Pengumpulan Data
4. Mei 2011 Penyusunan Laporan Penelitian
Tabel 2. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Kegiatan pokok PTK Sesi Ke
1 2 3 4 5 6 o Siklus I
Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan refleksi
o Siklus II
Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan Kelas adalah di SD Negeri 2 Jembangan,
Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, pada semester genap Tahun
Pelajaran 2010/2011.
3. Siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam beberapa siklus
untuk melihat peningkatan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle dalam
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan pendekatan bermain.
B. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran
2010/2011.
C. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa, untuk mendapatkan data kuantitatif yang diperoleh dari data hasil
belajar yang terdiri dari penelitian unjuk kerja, penilaian sikap dan
pemahaman konsep tentang lompat tinggi gaya straddle dengan penerapan
pembelajaran pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan
Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Guru, untuk mendapatkan data kualitatif yang diperoleh dari kolaborator
berupa data hasil observasi untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle di SD Negeri 2 Jembangan,
Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Tes
dilakukan untuk menggali data yang diambil adalah hasil kemampuan lompat
tinggi gaya straddle.
Proses pembelajaran lompat tinggi dengan menggunakan alat bantu
gawang kecil dari peralon dan kardus dilakukan secara bertahap, pertama
dilakukan tes praktek lompat tinggi gaya straddle, masing-masing siswa
melakukan tiga kali lompatan. Kegiatan tersebut dilaksanaan dalam pelaksanaan
pretes untuk mengetahui kemampuan dasar sebagai patokan analisis selanjutnya.
Kedua, melakukan tes lompat tinggi gaya straddle pada siklus I setelah
melakukan pembelajaran dengan alat bantu gawang kecil dari peralon dan kardus.
Ketiga, melakukan tes lompat tinggi gaya straddle pada siklus ke dua setelah
melakukan pembelajaran dengan alat bantu gawang kecil dari peralon dan kardus.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data ada tiga tahap,
tahap yang pertama siswa melakukan tes lompat tinggi gaya straddle sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki siswa dari hasil belajar secara konvensonal,
tahap pertama ini merupakan data pretes.
Tahap kedua siswa di beri materi pembelajaran dengan menggunakan alat
bantu gawang kecil dari peralon dan kardus dibuat oleh guru sebanyak 3 (tiga)
paket untuk tiga kelompok. Pembelajaran lompat tinggi dengan menggunakan alat
bantu gawang kecil dari peralon dan kardus mempunyai tujuan agar siswa dapat :
1. Melakukan gerak lompat dengan frekuensi yang lebih banyak sehingga otot-
otot kaki menjadi cepat kuat.
2. Melatih koordinasi gerak langkah dengan tumpuan kaki.
3. Belajar melakukan tolakan ke atas.
Pada akhir dari pembelajaran siklus I siswa melakukan tes lompat tinggi
gaya straddle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tahap ke tiga siswa diberikan pembelajaran dengan kombinasi alat bantu
gawang kecil dari peralon dan kardus, yang kemudian siswa melakukan tes
lompat tinggi sebagai tes pada siklus II.
Alat pengumpul data berupa perintah untuk melakukan lompat tinggi gaya
straddle sebanyak 3 kali lompatan. Siswa diminta langsung melakukan tes
tersebut. Instrumen berupa perintah/tugas melakukan lompat tinggi gaya straddle.
Pelaksanaan pretes, siswa melakukan lompat tinggi gaya straddle, siklus I dan
silus II. Siswa tes pratek lompat tinggi gaya straddle setelah pembelajaran lompat
tinggi dengan menggunakan alat bantu gawang kecil dari peralon dan kardus.
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari
: tes dan observasi.
1. Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil lompat tinggi gaya
straddle yang dilakukan siswa.
2. Observasi dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan proses pembelajaran dengan
pendekatan bermain.
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan penelitian sebagai berikut :
Tabel 3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
No. Sumber Jenis Data
Teknik Instrument
Data Pengumpulan 1. Siswa Hasil keterampilan lompat Tes Praktek Tes keterampilan Tinggi gaya straddle Lompat tinggi gaya straddle 2. Siswa Kemampuan melakukan Praktek dan Melalui lembar Rangkaian gerakan Unjuk kerja Observasi Keterampilan lompat tinggi gaya straddle
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
E. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase
untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1. Hasil keterampilan lompat tinggi dengan menganalisis nilai rata-rata tes
lompat tinggi. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah
ditentukan.
2. Kemampuan melakukan rangkaian gerakan keterampilan lompat tinggi
dengan menganalisis rangkaian gerakan lompat tinggi. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.
Sedangkan dalam penelitian ini melalui angka-angka yang diperoleh saat
unjuk kerja lompat tinggi. Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis
menggunakan cara berfikir dengan teknik analisis kualitatif, yaitu dengan teknik
penganalisaan data yang bersifat non statistik.
F. Prosedur Penelitian
1. Gambaran Umum
Menurut model Kemmis dan Me Taggaret yang dikutip Mulyono
(2000:10) Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mencakup empat
langkah yaitu : (1) Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan; (2)
Melaksanakan tindakan kelas dan pengamatan atau monitoring; (3) Refleksi hasil
pengamatan : dan (4) Perubahan atau refisi perencanaan untuk pengembangan
selanjutnya. Keempat langkah tersebut membentuk siklus yang dilakukan secara
berulang-ulang sesuai dengan tingkat keberhasilan penanganan masalah yang
telah dipilh untuk diatasi. Perkembangan kompleksitas, ruang lingkup, dan
intensitas dapat berkembang sedemikian rupa sehingga siklus demi siklus
berulang sampai masalah terpecahkan dengan memuaskan. Tidak jarang
pemecahan suatu masalah menuntun peneliti kepermasalahan lain yang masih erat
terkait atau justru memunculkan masalah baru yang justru semakin menantang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
untuk dipecahkan. Jangka waktu siklus beserta langkah-langkahnya sangat
tergantung pada kontek dan seting permasalahan, bisa dalam bilangan hari,
minggu atau bahkan semester atau tahun. Secara keseluruhan rancangan penilitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Menetapkan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dapat dijaring melalui diskusi atau
sharing gagasan, peneliti masalah yang ditetapkan dalam PTK, sebagaimana
telah dikemukakan dalam BAB I laporan ini. Pemilihan masalah terfokus pada
pendekatan pembelajaran lompat tinggi dan hubungannya dengan hasil belajar.
b. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini, seperti halnya dalam
mengidentifikasi masalah, peneliti menggali alternatif tindakan yang mungkin
dapat dilakukan terhadap masalah yang dihadapi. Cara yang dilakukan yaitu
dengan melakukan sharing ideas dengan rekan sejawat Guru Penjasorkes
sehingga tercatat sejumlah alternatif tindakan. Tahap berikutnya adalah
menetapkan pilihan tindakan dari beberapa alternatif yang telah diidentifikasi.
Dalam menetapkan tindakan, disamping berdasar pada teori yang relevan juga
berdasarkan pendapat rekan sejawat guru Penjasorkes.
c. Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan tindakan yang dilakukan dalam PTK ini ditujukan untuk
mengadakan perbaikkan dalam pembelajaran lompat tinggi khususnya
penerapan pendekatan bermain untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk itu
peneliti menetapkan beberapa jenis tindakan yang realisasinya diwujudkan
dalam dua siklus.
d. Pengamatan
Pada saat peneliti melaksanakan proses pembelajaran seperti yang telah
direncanakan, rekan sejawat dibantu oleh satu orang guru pembimbing sebagai
kolaborator mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berlangsung menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Setelah
proses pembelajaran selesai, peneliti dan kolabolarator mengadakan pertemuan
untuk menggadakan diskusi/sharing ideas membahas kegiatan yang baru saja
berlangsung. Dalam pertemuan tersebut dievaluasi kelemahan dan kelebihan
jalannya proses pembelajaran. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator saling
bertukar pikiran, memberi masukan untuk perbaikan tindakan selanjutnya.
e. Refleksi
Hasil evaluasi setelah melaksanakan tindakan, dianalisis untuk
menentukan langkah-langkah perbaikkan selanjutnya. Langkah ketiga (c)
hingga ke lima (e) dalam penelitian ini, yaitu : perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi yang membentuk suatu siklus
berlangsung dua kali dalam PTK ini.
2. Rincian Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang meliputi butir-butir perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi akan diuraikan sesuai dengan
siklusnya masing-masing.
Gambar 3. Design Siklus PTK sebagai Prosedur Mikro
Siklus satu
Plan
Reflection
Action
observation
Revised Plan
Plan
Reflection
Action
observation
Siklus dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan
menggunakan metode classroom action research (penelitian tindakan kelas), yang
bertujuan untuk memperoleh perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
Empat langkah utama dalam penelitian tindakan kelas adalah :
a. Perencanaan yang mencakup
1) identifikasi masalah,
2) analisis masalah dan
3) pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah.
b. Aksi atau tindakan dalam menentukan tindakan yang dipilih perlu
mempertimbangkan pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah tindakan (aksi) yang dipilih telah mempunyai landasan berfikir
yang mantap, baik secara kajian teoritis maupun konsep ?.
2) Apakah alternatif tindakan (aksi) yang dipilih dipercayai (diasumsikan)
dapat menjawab permasalahan yang muncul ?.
3) Bagaimana cara melaksanakan tindakan (aksi) dalam bentuk strategi
langkah-langkah setiap siklus dalam proses pembelajaran di kelas ?.
4) Bagaimana menguji tindakan (aksi) sehingga dapat dibuktikan telah terjadi
perbaikan kondisi dan peningkatan proses dalam kegiatan pembelajaran
dikelas yang diteliti ?.
c. Observasi (Observation), kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran secara lengkap, secara obyektif tentang
pengembangan proses pembelajaran dan pengruh dari tindakan (aksi) yang
dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data, pengambilan data harus
bersifat multidata collection, jangan hanya menggunakan satu instrument saja.
d. Mengadakan refleksi. Refleksi di lakukan dalam upaya evaluasi yang
dilakukan guru dan tim pengamat dalam Penelitian Tindakan Kelas. Reflksi
dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kelas dan diperoleh dari analisis data sebagai bentuk pengaruh tindakan yang
telah dirancang.
Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada refleksi perlakuaan
tindakan pada siklus pertama, maka akan ditemukan oleh peneliti apakah tindakan
yang dilaksanakan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai tujuan atau
belum. Melalui refleksi ini maka peneliti akan menentukan keputusan untuk
melakukan siklus lanjutan atau berhenti.
Empat langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas sering disebut istilah satu siklus. Penelitian ini
mengunakan dua siklus yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan dalam tiga
kali tatap muka termasuk proses observasi. Dalam setiap siklus dapat di uraikan
sebagai berikut :
3. Siklus I
a. Perencanaan yang meliputi :
1) Berkolaborasi dengan guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran
dan observasi proses pembelajaran.
2) Pembuatan panduan observasi.
3) Pembuatan rencana program pembelajaran.
b. Tindakan dilakukan dengan teori dan praktek, yaitu meliputi :
1) Ikut serta dalam proses pembelajaran 50 menit (15 menit untuk ganti
pakaian dan istirahat).
2) Motifasi, mengapresiasikan, dan pemanasan sebelum melaksanakan
pembelajaran dengan menggambarkan materi yang akan diajarkan dan
diterapkan dengan hal-hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
agar siswa dapat menangkap materi dengan mudah dan jelas.
3) Melakukan teknik dengan menggunakan 4 langkah penelitian tindakan
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Melakukan pendinginan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
tanya jawab tentang teknik dan gerakan yang sedang dipelajari bersama-
sama.
c. Obsevasi yang meliputi :
1) Mengamati siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan
jasmani meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
2) Pengamatan non tes meliputi bagaimana siswa mengikuti proses
pembelajaran, mempersiapkan alat dan bahan, bagaimana siswa
menggunakan alat, bagaimana sikap ketika melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru yang sedang mengajar.
3) Mencatat hasil yang meliputi mencatat kejadian-kejadian apa yang terjadi
dalam proses pembelajaran lompat tinggi.
d. Refleksi
Melakukan evaluasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dengan cara
berdiskusi dan tanya jawab terhadap masalah yang muncul dikelas melalui
wawancara dengan siswa dan para observer. Data penelitian yang diperoleh
dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang
dan akan dilanjutkan ke dalam siklus selanjutnya (siklus kedua) atau tidak jika
memang sudah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran.
4. Siklus II
a. Perencanaan.
1) Berkolaborasi dengan guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran
dan obsrvasi proses pembelajaran.
2) Pembuatan panduan observasi.
3) Pembuatan rencana program pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Tindakan.
1) Ikut serta dalam proses pembelajaran 50 menit (15 menit untuk ganti
pakaian dan istirahat).
2) Motifasi, mengapresiasikan, dan pemanasan sebelum melaksanakan
pembelajaran dengan menggambarkan materi yang akan diajarkan dan
diterapkan dengan hal-hal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
agar siswa dapat menangkap materi dengan mudah dan jelas.
3) Melakukan teknik dengan menggunakan 4 langkah penelitian tindakan
kelas.
4) Melakukan pendinginan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
tanya jawab tentang teknik dan gerakan yang sedang dipelajari bersama-
sama.
c. Obsevasi yang meliputi :
1) Mengamati siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan
jasmani meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.
2) Pengamatan non tes meliputi bagaimana siswa mengikuti proses
pembelajaran, mempersiapkan alat dan bahan, bagaimana siswa
menggunakan alat, bagaimana sikap ketika melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru yang sedang mengajar.
3) Mencatat hasil yang meliputi mencatat kejadian-kejadian apa yang terjadi
dalam proses pembelajaran lompat tinggi.
d. Refleksi
1) Melakukan evaluasi dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dengan cara
berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul dilapangan dengan
wawancara terhadap siswa dan para observer. Data penelitian yang
diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang
telah dirancang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Mengapa, bagaimana dan sejauhmana tindakan yang dilakukan mampu
memperbaiki masalah secara bermakna dan mencapai tujuan atau belum.
Masalah yang akan dipecahkan oleh peneliti adalah peningkatan
keterampilan lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara Tahun
Pelajaran 2010/2011. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah terjadinya perbaikan proses pembelajaran dengan hasil peningkatan
nilai keterampilan lompat tinggi siswa yang ditunjukan dengan hasil tes
dan terjadinya peningkatan proses pembelajaran ditinjau dari tiga ranah
afektif, kognitif, psikomotor. Peneliti akan mengakhiri siklus jika memang
sudah terjadi peningkatan hasil belajar yaitu dilihat dengan nilai rata-rata
kelas yang sudah meningkat dibanding sebelum diberikan perlakuan
dengan dua siklus dan perbaikan proses pembelajaran yang diamati dengan
membandingkan apakah sudah ada indikator perubahan yang lebih baik
sesudah diberi perlakuan dengan dua siklus ditinjau dari 3 (tiga) ranah,
yaitu : afektif, kognitif, psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah peneliti melaksanaan perbaikan pembelajaran lompat tinggi gaya
straddle melalui pendekatan bermain pada siswa kelas V SD Negeri 2 Jembangan,
Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, hasil yang didapat selalu
mengalami peningkatan dari setiap siklusnya.
Pada siklus pertama diperoleh hasil yang kurang memuaskan, karena siswa
melakukan lompatan sesuai dengan pengetahuannya sendiri, gerakannya belum
teroganisir dengan baik sehingga bentuk-bentuk lompatan bermacam-macam
gaya. Siswa belum memahami, apa itu prestasi, sikap dan konsep gerakan lompat
tinggi.
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah berkonsultasi
dengan kolaborasi untuk menentukan permasalahan dalam penelitian, membuat
skenario, menentukan waktu tindakan, perencanaan tindakan (games dan
materi), pembuatan RPP dan menyiapkan sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
Adapun waktu pelaksanaan tindakan pada hari Selasa, 15 Maret 2011,
pada tahap ini peneliti sudah mendata dan mengidentifikasi serta menganalisis
yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan (action)
Pelaksanaan tindakan kelas pada proses pembelajaran dalam satu siklus
berlangsung satu pertemuan tatap muka (70 menit). Materi pokok pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle melalui pendekatan bermain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Adapun bentuk pembelajarannya menggunakan pendekatan permainan.
Siswa dibariskan kemudian guru memimpin berdo’a, setelah itu dilakukan
presensi. Setelah semua siswa dipersensi kemudian guru menjelaskan materi
pembelajaran yang akan diajarkan.
Kegiatan berikutnya adalah pemanasan, pemanasan dilakukan dengan
bentuk permainan (games) “Melewati Batu” yang mengarah pada inti
pembelajaran hal ini agar membuat siswa lebih senang dalam mengikuti
pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok siswa
melakukan lompat kardus dengan berlomba. Kemudian dilanjutkan dengan
lompat kardus yang ketinggianya ditambah. Setelah itu dilanjutkan dengan
lomba melompati gawang-gawang yang berderet.
Dalam melakukan lompat tinggi gaya straddle awalnya kebanyakkan
siswa agak kesulitan, setalah dilakukan berulang-ulang kesalahan-kesalahan
siswa dalam melakukan lompat tinggi gaya straddle mulai berkurang dan
kebanyakkan siswa sudah dianggap bisa. Siswa yang sudah bisa melakukan
dengan benar salah satunya dipanggil oleh guru untuk memberikan contoh.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa
dibariskan dalam tiga bersaf. Guru kemudian memberikan koreksi atas
kesalahan-kesalahan siswa. Serta memberi penghargaan (reward) bagi siswa
yang sudah dapat melakukan lompat tinggi gaya straddle dengan benar, guru
memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya apabila dalam materi yang
sudah diajarkan ada yang belum jelas, kemudian diakhiri dengan berdo’a dan
pembubaran.
c. Observasi (observation)
Pada pertemuan yang pertama ini, kolaborator mencermati, mencatat dan
mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran atau
tindakan berlangsung, meliputi sikap siswa, guru, penggunaan alat dan fasilitas
yang digunakan selama proses pembelajaran. Secara umum suasana kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
cukup aktif, ini terlihat dari antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran,
dari pemanasan sampai kegiatan penutup.
d. Refleksi (reflection)
Setelah selesai tindakan pada pertemuan pertama, peneliti dan kolaborator
mendiskusikan hasil pengamatan siswa dalam melakukan belajar lompat tinggi
gaya straddle. Hambatan-hambatan atau kendala yang ditemukan dalam proses
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle yang banyak dialami oleh siswa
adalah kesalahan pada saat melakukan tolakan. Hambatan tersebut diatasi oleh
guru selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan cara melakukan
koreksi terhadap siswa yang kesulitan dalam melakukan latihan atau gerakan
lompat tinggi gaya straddle. Sedangkan untuk siswa yang kurang tertib guru
selalu memberikan teguran dan bimbingan.
Untuk mengurangi hambatan-hambatan yang muncul pada saat tindakan
pertama, peniliti merencanakan tindakan kedua yang diutamakan pada teknik
lompat tinggi gaya straddle pada saat games (permainan), sikap badan pada
saat menolak, melayang diudara dan pendaratan. Untuk teknik lompat tinggi
gaya straddle mayoritas sudah paham, namun masih ada yang melakukan
kesalahan, jadi disiklus kedua nanti masih akan diulang.
Setelah peneliti melaksanaan perbaikan pembelajaran lompat tinggi gaya
straddle melalui penerapan metode bermain pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, hasil yang
diharapkan dapat selalu mengalami peningkatan dari setiap siklusnya.
Pada siklus pertama diperoleh hasil yang kurang memuaskan, karena siswa
melakukan lompat tinggi gaya straddle sesuai dengan pengetahuannya sendiri,
gerakannya belum terorganisir dengan baik sehingga bentuk-bentuk lompatan
bermacam-macam gaya. Siswa belum memahami, apa itu prestasi, sikap dan
konsep gerakan lompat tinggi gaya straddle. Berikut ini hasil belajar tes formatif
pada siklus I materi lompat tinggi gaya straddle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 4. Hasil tes formatif siklus pertama belajar lompat tinggi gaya straddle pada
siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, dengan KKM : 70
No Nama Siswa Aspek Nilai
Ket Psikomotor Affektif Kognitif
Rata- rata
1. Jasiman 62 72 67 67 remidi 2. Egit Saputra 68 68 65 67 remidi 3. Anggi Febriyanto 72 80 73 75 tuntas 4. Alfin Rudiyanto 62 65 67 64.6 remidi 5. Fitri Handayani 68 68 80 72 tuntas 6. Rizki Aditya 62 63 65 63.3 remidi 7. Rohmanto 70 64 65 66.3 remidi 8. Resniwati 75 72 80 75.6 tuntas 9 Teni Susanti 68 68 69 68.3 remidi 10. Agung Fauzi R 75 75 75 75 tuntas 11. Dewi Wijayanti 63 65 65 64.3 remidi 12. Dimas Subekti 64 69 69 67.3 remidi 13. Eva Yulianti 66 70 80 72 tuntas 14. Ermanto 70 75 76 73.6 tuntas 15. Rela Safitri 65 68 65 66 remidi 16. Erwin Setyono 75 72 80 75.6 tuntas 17. Herawati 64 68 65 65.6 remidi 18. Judiyanto 70 69 68 69 tuntas 19. Jumadi 70 63 65 66 remidi 20. Juwitno 70 80 75 75 tuntas 21. Mahito Indrawan 69 80 65 71.3 tuntas 22. Noni Diska Tiara 63 65 64 64 remidi 23. Robiyah 70 66 67 67.6 remidi 24. Sepri Setyawati 63 67 68 66 remidi 25. Siman Kurniawan 65 69 67 67 remidi 26. Wanto 68 68 69 68.3 remidi 27. Waryanti 67 67 69 67.6 remidi 28. Yanti 69 68 69 68.6 remidi 29. Novi Puji Lestari 72 75 74 73.6 tuntas 30. Amalia Toharoh 69 69 67 68.3 remidi Jumlah 2034 2088 2093 2070 Rata-rata Kelas 65.7 67.2 67.5 66.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Hasil akhir pada siklus pertama pada aspek psikomotor jika
dipersentasekan adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang memperoleh nilai 70-80 berjumlah 11 siswa (36,6%)
2) Siswa yang memperoleh nilai 60-69 berjumlah 19 siswa (63,4%)
3) Rata-rata aspek psikomotor 65,7%
Hasil akhir pada siklus pertama pada aspek affektif jika dipersentasekan
adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang memperoleh nilai 70-80 berjumlah 10 siswa (33,3%)
2) Siswa yang memperoleh nilai 60-69 berjumlah 20 siswa (66,7%)
3) Rata-rata aspek affektif 67,2%
Hasil akhir pada siklus pertama pada aspek kognitif jika dipersentasekan
adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang memperoleh nilai 70-80 berjumlah 9 siswa (30%)
2) Siswa yang memperoleh nilai 60-69 berjumlah 21 siswa (70%)
3) Rata-rata aspek affektif 67,5%
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah berkonsultasi
dengan kolaborasi untuk menentukan permasalahan dalam penelitian, membuat
skenario, menentukan waktu tindakan, perencanaan tindakan (games dan
materi), pembuatan RPP dan menyiapkan sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran, dengan mengambil hasil pembelajaran
pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Adapun waktu pelaksanaan tindakan pada hari Kamis, 7 April 2011, pada
tahap ini peneliti sudah mendata dan mengidentifikasi serta menganalisis pada
siklus pertama serta yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
b. Pelaksanaan Tindakan (action)
Dengan melihat hasil pada siklus pertama serta hasil konsultasi dengan
kolabortaor maka diperlukan tindakan lanjutan. Materi pokok pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle melalui penerapan metode bermain.
Adapun bentuk pembelajarannya menggunakan pendekatan permainan.
Siswa dibariskan kemudian guru memimpin berdo’a, setelah itu dilakukan
presensi. Setelah semua siswa dipersensi kemudian guru menjelaskan materi
pembelajaran yang akan diajarkan.
Kegiatan berikutnya adalah pemanasan, pemanasan dilakukan dengan
bentuk permainan (games) “Engklek Beregu” hal ini agar membuat siswa lebih
senang dalam mengikuti pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian melakukan
perlombaan melompati kardus dengan ketinggian yang semakin bertambah.
Dalam melompati kardus yang pertama dengan engklek, kemudian dengan dua
kaki. Setelah melakukan lompat kardus dan gawang kemudian dilakukan
melakukan lompat tinggi gaya straddle dangan ketinggian yang terendah
setalah semua siswa dapat melakukan ketinggianya ditambah.
Dalam melakukan lompat tinggi gaya straddle awalnya kebanyakkan
siswa agak kesulitan, setalah dilakukan berulang-ulang kesalahan-kesalahan
siswa dalam melakukan lompat tinggi gaya straddle mulai berkurang dan
kebanyakkan siswa sudah dianggap bisa. Siswa yang sudah bisa melakukan
dengan benar salah satunya dipanggil oleh guru untuk memberikan contoh.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup siswa
dibariskan dalam tiga bersaf. Guru kemudian memberikan koreksi atas
kesalahan-kesalahan siswa. Serta memberi penghargaan (reward) bagi siswa
yang sudah dapat melakukan lompat tinggi gaya straddle dengan benar, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya apabila dalam materi yang
sudah diajarkan ada yang belum jelas, kemudian diakhiri dengan berdo’a dan
pembubaran.
c. Observasi (observation)
Pada pertemuan yang kedua ini, kolaborator mencermati, mencatat dan
mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran atau
tindakan berlangsung, meliputi sikap siswa, guru, penggunaan alat dan fasilitas
yang digunakan selama proses pembelajaran. Kolaborator memberikan
masukan terhadap hasil pengamatan kepada guru yang sedang melakukan
penelitian. Secara umum suasana kelas cukup aktif, ini terlihat dari antusiasme
siswa dalam mengikuti pembelajaran, dari pemanasan sampai kegiatan
penutup.
d. Refleksi (reflection)
Setelah selesai tindakan pada pertemuan kedua, peneliti dan kolaborator
mendiskusikan hasil pengamatan siswa dalam melakukan belajar lompat tinggi
gaya straddle, kolaborator memberikan masukan dan saran terhadap peneliti
untuk bahan pada pembelajaran yang berikutnya. Hambatan-hambatan atau
kendala yang ditemukan dalam proses pembelajaran lompat tinggi gaya
straddle yang banyak dialami oleh siswa adalah kesalahan pada saat
melakukan awalan dan saat melewati mistar. Hambatan tersebut diatasi oleh
guru selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu dengan cara melakukan
koreksi terhadap siswa yang kesulitan dalam melakukan latihan atau gerakan
lompat tinggi gaya straddle. Sedangkan untuk siswa yang kurang tertib guru
selalu memberikan teguran dan bimbingan.
Untuk mengurangi hambatan-hambatan yang muncul pada saat tindakan
kedua, peniliti merencanakan tindakan berikutnya yang diutamakan pada
teknik lompat tinggi gaya straddle pada saat games (permainan), sikap kaki
pada saat menolak dan sikap badan pada saat melewati mistar sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
gerakan akan benar. Untuk teknik lompat tinggi gaya straddle kebanyakan
sudah paham, namun masih ada yang melakukan kesalahan.
Pada siklus kedua terjadi perubahan yang sangat signifikan baik pada
waktu proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran, siswa yang mengikuti
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dari sejumlah 30 siswa semua terlihat
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan siswa begitu antusias mengikuti
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle melalui penerapan metode bermain.
Siswa begitu senang dan aktif bergerak dalam mengikuti pembelajaran hal ini
terlihat dengan hasil pencaian hasil tes formatif yang meningkat dari siklus
pertama yang hanya 33,3% sekarang menjadi 90% semua siswa sudah dapat
memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Dalam proses pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle pada siklus kedua siswa begitu senang ini dibuktikan
dengan semua siswa begitu aktif mengikuti proses pembelajaran tidak ada lagi
siswa yang malas-malasan dan duduk-duduk. Hal ini dapat dilihat dari hasil data
tes formatif siklus kedua meningkat drastis dari yang 10 siswa yang belum tuntas
pada siklus pertama menjadi 27 siswa telah tuntas atau memenuhi KKM yang
ditentukan oleh sekolah.
Tabel 5. Hasil tes formatif siklus kedua belajar lompat tinggi gaya straddle pada
siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan, dengan KKM : 70
No Nama Siswa Aspek Nilai
Ket Psikomotor Affektif Kognitif
Rata- rata
1. Jasiman 70 72 70 70.6 tuntas 2. Egit Saputra 70 70 71 70.3 tuntas 3. Anggi Febriyanto 72 80 73 75 tuntas 4. Alfin Rudiyanto 75 70 80 75 tuntas 5. Fitri Handayani 72 70 80 74 tuntas 6. Rizki Aditya 68 69 68 68.3 remidi 7. Rohmanto 70 71 71 70.6 tuntas 8. Resniwati 75 72 80 75.6 tuntas 9 Teni Susanti 71 70 73 71.3 tuntas 10. Agung Fauzi R 75 75 75 75 tuntas 11. Dewi Wijayanti 69 68 69 68.6 remidi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
12. Dimas Subekti 70 72 72 71.3 tuntas 13. Eva Yulianti 70 70 80 73.3 tuntas 14. Ermanto 70 75 76 73.6 tuntas 15. Rela Safitri 70 73 72 71.6 tuntas 16. Erwin Setyono 75 72 80 75.6 tuntas 17. Herawati 70 71 71 70.6 tuntas 18. Judiyanto 70 72 70 70.6 tuntas 19. Jumadi 70 71 70 70.3 tuntas 20. Juwitno 70 80 75 75 tuntas 21. Mahito Indrawan 72 80 73 75 tuntas 22. Noni Diska Tiara 69 69 69 69 remidi 23. Robiyah 70 72 71 71 tuntas 24. Sepri Setyawati 71 73 71 71.6 tuntas 25. Siman Kurniawan 70 71 71 70.6 tuntas 26. Wanto 71 72 71 71.3 tuntas 27. Waryanti 70 73 72 71.6 tuntas 28. Yanti 70 72 73 71.6 tuntas 29. Novi Puji Lestari 72 75 74 73.6 tuntas 30. Amalia Toharoh 71 70 71 70.6 tuntas Jumlah 2128 2170 2192 2162 Rata-rata Kelas 68.6 69.9 70.7 69.7
Hasil akhir pada siklus kedua pada aspek psikomotor jika
dipersentasekan adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang memperoleh nilai 70-80 berjumlah 27 siswa (90%)
2) Siswa yang memperoleh nilai 60-69 berjumlah 3 siswa (10%)
3) Rata-rata aspek psikomotor 68,6%
Hasil akhir pada siklus kedua pada aspek affektif jika dipersentasekan
adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang memperoleh nilai 70-80 berjumlah 27 siswa (90%)
2) Siswa yang memperoleh nilai 60-69 berjumlah 3 siswa (10%)
3) Rata-rata aspek affektif 69,9%
Hasil akhir pada siklus kedua pada aspek kognitif jika dipersentasekan
adalah sebagai berikut :
1) Siswa yang memperoleh nilai 70-80 berjumlah 27 siswa (90%)
2) Siswa yang memperoleh nilai 60-69 berjumlah 3 siswa (10%)
3) Rata-rata aspek affektif 70,7%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pada siklus kedua setelah guru melakukan pembelajaran dengan metode
bentuk-bentuk permainan yang arah gerakan mengerucut kearah gerakan lompat
tinggi gaya straddle, siswa mulai termotivasi untuk melakukan gerakan yang
diarahkan oleh guru dan siswa begitu aktif dan senang dalam mengikuti
pembelajaran. Dari hasil pengamatan dari beberapa guru kolaborasi dan hasil tes
formatif didapat dari siklus pertama siswa yang dapat melakukan gerakan lompat
tinggi gaya straddle dari 30 siswa hanya siswa yang sudah mendekati gerakan
lompat tinggi gaya straddle. Baru pada siklus ke dua terjadi peningkatan 90%
siswa dapat melakukan gerakan lompat tinggi gaya straddle.
Pada proses pembelajaran terjadi perubahan sikap siswa tentang :
1) Kehadiran siswa yang menyeluruh mencapai 100%
2) Partisipasi dalam kegiatan pembelajaran mencapai 100%
3) Keseriusan dalam kegiatan dapat dinyatakan optimal, karena tidak ada siswa
yang bermain sendiri dan bermalas-malasan.
4) Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran
sangat tinggi.
5) Kerjasama mereka sangat baik, dilihat dari pengamatan ketika mereka
melaksanakan perlombaan dan tugas
6) Siswa aktif bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami
7) Siswa begitu senang dalam mengikuti pembelajaran ini dilihat setelah materi
pembelajaran selesai siswa minta lagi pembelajaran
8) KKM yang telah ditentukan dapat tercapai secara optimal
Data kentutasan hasil belajar lompat tinggi gaya straddle melalui
penerapan metode bermain dapat dilihat dari hasil rekapitulasi tes formatif dari
studi awal, siklus pertama sampai siklus kedua sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 6. Data ketuntasan belajar lompat tinggi gaya straddle dari studi awal,
siklus pertama, sampai siklus kedua SD Negeri 2 Jembangan.
Uraian Belum Tuntas Sudah Tuntas Jumlah Rata-rata
Frekuensi % Frekuensi % Siswa Studi Awal 14 46,6 16 53,4 30 64,2 Siklus I 10 33,3 20 66,7 30 66,7 Siklus II 3 10 27 90 30 69,7
Dari tabel diatas dapat kita lihat peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dari studi awal siklus pertama dan
siklus kedua mengalami Peningkatan yang cukup berarti, hal ini tentu sangat
memuaskan
Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk menguraikan hasil
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Membuat histogram batang untuk menggambarkan tingkat ketuntasan siswa
dalam prosentase.
2) Membuat diagaram lingkaran untuk melihat jumlah ketuntasan masing-
masing siklus dari studi awal sampai siklus kedua.
3) Membuat diagram peningkatan nilai-nilai rata-rata dari studi awal, siklus
pertama dan siklus kedua.
Hal ini dapat kita sajikan dalam histogram batang sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 4. Diagram batang tentang prensentase belajar lompat tinggi gaya
straddle dari Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
Dengan memperhatikan histogram batang tersebut dapat dilihat kemajuan
belajar siswa, terutama ketuntasan belajar siswa. Dari Studi Awal ke Siklus
pertama, dari Siklus pertama ke Siklus kedua terlihat adanya peningkatan.
Sebaliknya dapat dilihat penurunan ketidaktuntasan belajar siswa terutama pada
Siklus kedua. Dengan memperhatikan data-data pada Studi Awal, Siklus pertama
dan Siklus kedua maka pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle melalui penerapan metode bermain. Hal
ini dapat kita sajikan dalam diagram lingkaran sebagai berikut :
Gambar 5. Diagram jumlah ketuntasan belajar siswa pada Studi Awal
53.433.3
10
46.666.7
90
0
50
100
Studi Awal Siklus I Siklus II
Chart TitleBelum Tuntas
Tuntas
14
16
Tuntas
Belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 6. Diagram jumlah ketuntasan belajar siswa pada Siklus I
Gambar 7. Diagram jumlah ketuntasan belajar siswa pada Siklus I
Dengan memperhatikan diagram lingkaran tersebut dapat kita melihat
peningkatan hasil belajar siswa, dilihat dari hasil nilai rata-rata kelas dari Studi
Awal, Siklus pertama dan Siklus kedua.
B. Pembahasan
Dari hasil evaluasi belajar lompat tinggi gaya straddle dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode pendakatan bermain dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jembangan,
Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara. Hal ini ditandai dengan nilai
rata-rata diatas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yang telah ditetapkan oleh
sekolah yaitu 70.
20
10 Tuntas
Belum
3
27
Belum
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pada kegiatan ini “learning by doing” sangat tepat diterapkan, dimana
peserta didik diberi tugas untuk menemukan sendiri gerakan lompat tinggi gaya
straddle baik secara kelompok maupun individual. Menurut Endang Suyatna dan
Adang Suherman (2001:10) “Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan bermain
menyediakan pengalaman gerak yang akan membangkitkan motivasi pada peserta
didik untuk berprestasi dalam kegiatan pembelajaran”. Kegitan bermain atletik
diawali dengan gagasan yang dapat memotivasi peserta didik untuk berlari,
melompat dan melempar dalam bentuk yang paling sederhana. Faktor motivasi
merupakan bagian dari tugas guru yang merupakan tantangan didalam
memerlukan jawaban agar dapat merangsang peserta didik untuk aktif bergerak.
Di sisi lain untuk tercapainya keefektifan pembelajaran, guru-guru
Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan perlu memberikan rangsangan yang
dapat membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi belajar peserta
didik dalam mempelajari Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan sangat
terkait dengan sikap mental dan kepribadian yang dimiliki, hal tersebut meliputi :
1. Penerimaan
Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu stimulus dan adanya kesediaan
untuk memperhatikan rangsangan. Kesediaan dinyatakan dalam
memperhatikan sesuatu namun masih pasif.
2. Partisipasi
Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Keaktifan ini dinyatakan dalam
memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.
3. Penilaian atau penentuan sikap
Penilaian atau penentuan sikap yang mencakup kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap sesuatu atau membawa diri sesuai dengan penilaian itu,
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4. Organisasi
Organisasi meliputi kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
mengembangkan suatu perangkat nilai.
5. Pembentukan pola hidup
Pembentukan pola hidup merupakan kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi
pegangan nyata dan jelas untuk mengatur kehidupan sendiri. Kemampuan ini
dinyatakan dalam pengaturan hidup berbagai bidang.
1. Deskripsi Temuan
Dengan melihat data hasil observasi dan tes formatif siswa dari studi awal,
siklus I da siklus II terjadi peningkatan penguasaan materi oleh siswa.
Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif secara klasikal rata-rata nilai
siswa naik pada setiap siklusnya. Kenaikan nilai rata-rata kelas untuk setiap
siklusnya adalah sebagai berikut, dari studi awal ke siklus I nilai rata-rata naik hal
itu karena penggunaan pendekatan belajar dengan metode bermain.
Dari siklus I ke siklus II nilai rata-rata kelas naik hal ini karena pendekatan
belajar dengan metode bermain, anak menjadi lebih senang dan termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran karena ada unsur komperisi yang ini merupakan
karakteristik anak-anak usia Sekolah Dasar yang masih senang bermain dengan
berlomba sehingga terjadi peningkatan dalam belajarnya.
2. Refleksi
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa metode pembelajaran dengan
pendekatan metode bermain dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar,
dan secara klasikal dapat menuntaskan belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Demikian pula penggunaan pendekatan belajar ini akan lebih membantu
siswa memahami materi pelajaran yang disajikan. Selain itu dalam menyajikan
suatu materi pembelajaran guru juga harus melengkapi pembelajaran dengan
penetapan atau pemilihan metode belajar yang memakai, menciptakan iklim
belajar yang kondusif, lebih komunikatif antara guru dan siswa, siswa dengan
siswa, maka siswa jadi terlatih dan terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dalam
belajar. Sehingga prestasi belajar yang dicapai memuaskan, siswa lebih giat dan
bersemangat dalam belajar, tingkat penguasaan materi baik secara klasikal
maupun individual.
Agar pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dapat berjalan efektif,
maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik menuju
tercapainya tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.
b. Guru harus pandai memilih dan menyusun variasi permainan dengan
memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik guna mencapai
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
c. Guru dituntut memiliki kreatifitas dalam memberikan materi pembelajaran
baik mengenai teknik penyajian, pengelolaan kelas dan mendorong peserta
didik untuk berani mengemukakan pendapat dan kreatif dalam menjalankan
tugas dari guru.
d. Guru harus mampu mendorong peserta didik untuk berfikir kreatif dan
mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan memperhatikan data yang didapat pada siklus I dan siklus II
perbaikan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle yang telah dilaksanakan dan
berdasarkan penelitian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Melalui
penerapan metode bermain dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas IV SD Negeri 2
Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran
2010/2011. Dari data ketuntasan belajar lompat tinggi gaya straddle dari studi
awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini
dapat kita lihat dari studi awal dari jumlah 30 siswa yang belum tuntas 14 siswa
46,6%, yang tuntas, 16 siswa 53,4%, meningkat pada siklus II menjadi 10 siswa
33,3%, yang belum tuntas, 20 siswa 66,7% sudah tuntas, meningkat pesat satelah
diberikan penerapan metode bermain pada siklus II menjadi 3 siswa 10% belum
tuntas, dan 27 siswa tuntas 90%, hal ini tentu sangat memuaskan.
B. Implikasi
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan
penerapan model bermain dalam proses pembelajaran lompat tinggi gaya straddle
dapat meningkatkan kemampuan, ketangkasan, serta hasil belajar siswa, sehingga
penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin
mengembangkan proses pembelajaran lompat tinggi gaya straddle kepada peserta
didiknya. Bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, hasil penelitian
ini dapat dijadikan referensi dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan yang berkaitan dengan materi lompat tinggi gaya
straddle melalui penerapan metode bermain bagi siswa sekolah dasar agar lebih
efektif dan efisien. Akan lebih baik apabila guru dan siswa dapat mengembangkan
kreatifitas dan inovasi dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
banyak. Siswa begitu senang dalam mengikuti proses pembelajaran dikarenakan
dengan bermain anak lebih tertantang untuk dapat memperlihatkan
kemampuannya kepada teman sekelasnya, sehingga berdampak pada prestasi hasil
belajar yang meningkat dari setiap peserta didiknya.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut :
1. SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara,
mengusahakan tersedianya sarana dan prasarana pendukung proses
pembelajaran.
2. Guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan perlu menetapkan
pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dengan menggunakan pendekatan
metode bermain. Agar pembelajaran lompat tinggi gaya straddle dapat
diperoleh hasil yang diharapkan oleh guru perlu melaksanakan hal-hal
sebagai berikut :
a. Merancang materi pembelajaran secara terprogram dengan
memperhatikan karakteristik siswa, sehingga pembelajaran yang kita
sampaikan akan berjalan lancar, efektif, efisien dan menyenangkan.
b. Memilih permainan yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan
siswa, kondisi dan situasi sekolah dan sarana prasarana yang tersedia,
sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran
dengan mudah.
c. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa dengan semaksimal
mungkin untuk ikut aktif melakukan kegiatan bermain, berdiskusi,
latihan dan berlomba.
d. Permainan yang disajikan harus mengarah kepada tujuan dari
pembelajaran yang akan diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e. Mampu mengendalikan suasana pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
f. Bersikap terbuka dalam membantu kesulitan yang dihadapi siswa pada
saat proses pembelajaran dengan memperhatikan kerakteristik dan
kemampuan siswa.
g. Mendorong siswa untuk mau dan mampu memahami konsep lompat
tinggi gaya straddle sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini
guru-guru Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan diharapkan :
1) Mampu mengembangkan permainan yang memancing perhatian dan
kreatifitas siswa untuk tertarik pada pelajaran Pendidikan jasmani,
Olahraga dan Kesehatan.
2) Bersikap sabar dan mengatur jalannya permainan.
3) Mampu menyesuaikan perasaan terhadap keberadaan siswa.
3. Penyusunan Kurikulum Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan SD
untuk lebih bijak dalam membuat Kurikulum yang sesuai dengan karakter,
motivasi belajar, kondisi siswa SD, kondisi geografis, dan kondisi lingkungan
tempat tinggal siswa.
4. Dapat dikembangkan model-model pembelajaran dan media pembelajaran
lainnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar siswa, misalnya kondisi geografis, karakteristik anak, kondisi
sekolah, kesiapan guru dan faktor pendukung lainnya.
5. Siswa SD Negeri 2 Jembangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten
Banjarnegara, lebih berperan dalam proses pembelajaran dengan
mengembangkan kreatifitasnya dalam memodifikasi sarana dan prasarana
untuk menunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan.