penerapan model pembelajaran flipped classroom dengan ......penerapan model pembelajaran flipped...
TRANSCRIPT
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
DENGAN PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK
MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X
(studikasus : SMA N 1 SALATIGA)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas teknologi informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Peneliti :
Andika Bagus Wicaksono (702012607)
Krismiyati, S. Pd, M.A
George J.L. Nikijuluw, S.Pd
Program Studi S1 Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
April 2015
2
3
4
5
6
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
DENGAN PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK
MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X
(studikasus : SMA N 1 SALATIGA)
1)Andika Bagus Wicaksono,
2)Krismiyati, S. Pd, M.A,
3) George J.L. Nikijuluw, S.Pd
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl.Diponegoro 52-60, salatiga 50711, Indonesia
Abstract
The development of today's technology is penetrating various sectors, particularly education
that has changed old learning patterns into new ones. Based on this phenomenon, the
research is conducted in order to identify the strengths and constraints in the implementation
of flipped-classroom learning model during Biology lessons in the 10th grade. The samples
are taken from SMAN 1 in Salatiga. The problem that is found is that the high school students
at SMAN 1 Salatiga always spend time with their gadgets but that is not for educational
purposes. This study uses an experimental method. The researcher applies the flipped
classroom model in combination with project-based learning approach to Biology lessons for
10th
grade of SMAN 1 Salatiga. From the observations and interviews with students and
teachers, it can be concluded that this model is very helpful to teachers to teach materials in
line with the national curriculum 2013. The constraint of the implementation of the flipped
classroom model is the lack of the Internet connectivity both on the school premises and at
the students’ home.
Key word : flipped classroom, projec based learning, technology, learning model, LMS
Abstraksi
Perkembangan teknologi saat ini merambah berbagai sektor, khususnya pendidikan yang telah
berubah pola pembelajaran lama ke yang baru. Berdasarkan fenomena ini, penelitian dilakukan untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran flipped classroom
pada pelajaran Biologi di kelas X. Sampel diambil dari SMAN 1 di Salatiga. Masalah yang ditemukan
adalah bahwa siswa SMA di SMAN 1 Salatiga selalu menghabiskan waktu dengan gadget mereka
tapi itu tidak untuk tujuan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Peneliti
mengimplementasikan model pembelajaran fliped classroom dikombinasikan dengan pendekatan
project based learning untuk pelajaran Biologi untuk kelas X SMAN 1 Salatiga. Dari pengamatan dan
wawancara dengan siswa dan guru, maka dapat disimpulkan bahwa model ini sangat membantu guru
untuk mengajar materi sesuai dengan kurikulum nasional 2013. Kendala penerapan model kelas
membalik adalah kurangnya koneksi Internet baik di lingkungan sekolah dan di rumah siswa.
Kata Kunci : flipped classroom, project based learning, teknologi, model pembelajaran, LMS
7
1. Pendahuluan
SMA N 1 Salatiga merupakan sekolah favorit di Salatiga. Sekolah ini menjadi
tujuan para siswa-siswi yang ingin melanjutkan ke jenjang SMA setelah lulus SMP. Dari
pengamatan lapangan yagn dilakukan sebalum penelitian, para siswa yang pintar dan rata-
rata dari orang yang mampu, membuat gaya hidup para siswa SMA N 1 Salatiga, tidak
lepas perngaruh perkembangan tehnologi. Kebanyakan para siswa sudah membawa gadget
ke sekolah, baik itu smartphone, tablet, maupun laptop. Begitupun dengan kegiatan di luar
sekolah. Mereka lebih menghabiskan banyak waktu untuk online menikmati hal yang
mereka sukai melalui interet dan mengakses situs jejaring sosial.
Berdasarkan wawancara awal dengan guru mata pelajaran biologi, biologi
merupakan matapelajaran yang menjadi beban bagi siswa. Sebenarnya, biologi mudah
dipelajari namun materinya sangat banyak. Untuk Kelas X banyak materi berupa hafalan.
Para siswa cenderung kurang menyukai hafalan. Semester II mulai terjun pengamatan,
meliputi pengamatan sel, jaringan, sistem, dan bergagai hal yang berkaitan dengan
manusia.
Sedikitnya jam pelajaran biologi dan banyaknya materi harus disampaikan oleh
guru, membuat siswa terkadang belum menguasai materi yang akan di ujikan. Sehingga
perlu adanya model pembelajaran yang membantu guru dalam menyampakan materi, dan
sebisa mungkin menyesuaikan dengan gaya hidup siwa SMA N 1 salatiga yang selalu
menghabiskan waktu untuk mengakes duna maya. Model pembelajaran ini, sebaiknya
memanfaatkan tehnologi, dan berkaitan dengan aktivitas siswa di dunia maya.
Pemanfaatan tehnologi dalam dunia pendidikan yang bisa dilakukan secara sikron dan
asinkron disebut dengan e-learning.
Perkembangan teknologi saat ini telah merambah ke berbagai sektor dan
mempengaruhi bidang kehidupan salah satunya pendidikan yang merubah pola pendidikan
yang lama menjadi baru. Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia
pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih
terbuka[1]. Prediksi penggunaan Computer-based Multimedia Comunication (CMC) yang
bersifat sinkron (dalam waktu yang bersamaan antara pengajar dan murid) dan
asinkron(tidak dalam waktu yang bersamaan)[2]. Pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran ini disebut E-learning.
Istilah E-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar
yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. E-learning
merupakan suatu jenis metode belajar yang memungkinkan penyampaian materi melalui
media internet, intranet atau media jaringan lain.[3] Salah satu bentuk penggunaan e-
learning dan pemanfaatan perkembangan teknologi adalah metode pembelajaran flipped
classroom. Flipped classroom adalah model pembelajaran yang memadukan berbagai
metode belajar dengan memberikan materi secara on-line di luar kelas dan mengerjakan
tugas di dalam kelas.[4]
Flipped classroom adalah sebuah active learning yang menggabungkan
keterlibatan siswa, kombinasi berbagai desain belajar dan penyebaran materi belajar secara
prodcast (video, suara, gambar maupun dokumen berupa pdf, doc, dll). The “flipped
classroom” instructional model was developed by Jonathan Bergmann and Aaron Sams in
2007 to provide instruction to secondary students who were missing class and therefore
missing instruction. [4]
8
Penerapan metode belajar ini perlu dicoba mengingat hasil penelitian Yahoo dan
Taylor Nelson Sofres (TNS) Indonesia menunjukkan pengakses terbesar di Indonesia
adalah mereka yang berusia 15-19 tahum. Berdasarkan survei tersebut usia pelajar
pengguna internet di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan
bahwa waktu luang lebih digunakan siswa untuk mengakses internet. Hal inilah yang dapat
dimanfaatkan untuk melihat video on line, membaca materi dan mengerjakan kuis di
rumah untuk membantu proses belajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model
pembelajaran flipped classroom. Dari penelitian ini diharapkan, perkembangan tehnologi
dapat digunakan sebaiknya untuk dunia pendidikan, terutama mempermudah proses
pembelajaran. Secara spesifik, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui proses penerapan
flipped classroom untuk mata pelajaran biologi di kelas X MIA 1, SMA N 1 Salatiga.
2. Kajian Pustaka
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan
satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia [5]. Ada tiga kategori utama atau kerangka
filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya
berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui
perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme
belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide
baru atau konsep.
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari [6]. Teori
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena
setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan
pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi
untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut
teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang
dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan[7].
Ciri-ciri pembelajaran berdasarkan teori belajar konstruktivisme 1.Tahap persepsi
(mengungkapkan konsepsi awal dan membangkitkan motivasi belajar siswa); 2.Tahap
eksplorasi; 3.Tahap perbincangan dan penjelasan konsep; 4.Tahap pengembangan dan
aplikasi konsep[8]. Dalam konstruktivis, ada dua prinsip asas yang memperngaruhi corak
pelaksanaan pendidikan di sekolah-sekolah yaitu :1. Pengetahuian bukan hanya diterima
secara pasif, tetapi diterima oleh siswa secara aktif.; 2. Fungsi kognisi adalah untuk
menyesuikan dan memberi pengalaman, bikan menemukan realitas secara ontologi.[9]
9
Fitur penting dari flipped classroom bukan cara hal yang baru, atau pergeseran
pembelajaran tradisional, atau pemanfaatan tehnologi[4]. Namun, pendekatan flipped
classroom adalah menggabungkan pedagogi dan pembelajaran teknologi dengan cara
memberikan peluang yang besar bagi siswa untuk belajar dari berbagai aplikasi dan
diskusi.
Flipped classroom adalah model atau pendekatan pembelajaran yang menyajikan
metode belajar terkini dengan memberikan materi secara on-line di luar kelas dan
mengerjakan tugas di dalam kelas. Siswa diberi materi berupa video maupun presentasi
secara on-line yang dapat diakses dari manapun. Video on–line dijadikan media belajar
utama dari metode flipped classroom dengan posting video ke portal on-line yang
digunakan sebagai media oleh pengajar. Yang penting untuk dipahami bersama adalah
flipped classroom merupakan model belajar active learning yang mengkombinasikan
keterlibatan siswa, menggabungkan berbagai metode belajar, dan penyebaran sumber
belajar secara prodcast (video, suara, gambar, maupun dokumen berupa pdf, doc, dll). [4]
Flipped classroom memiliki banyak variasi dalam menggabungkan metode belajar
di antaranya, siswa mempelajari materi ataupun melihat video berdurasi 10-15 menit yang
dibuat pengajar lalu mengerjakan tes di portal web. Dari hasil tes tersebut, pengajar
mempelajari poin mana yang perlu dijelaskan di dalam kelas. Kemudian, pengajar
memimpin diskusi di dalam kelas serta mendampingi siswa selama belajar di kelas.[4]
Dalam pendekatan belajar yang bersifat teacher centered siswa berusaha
menangkap apa yang dijelaskan oleh pengajar saat itu juga. Siswa tidak dapat
menghentikan apa yang diucapkan guru untuk direnungkan / diingat, dan terkadang siswa
kehilangan point penting dari penjelasan pengajar. Berbeda dengan model flipped
classroom, penggunaan vido dalam belajar memungkinkan siswa untuk mengontrol
jalannya video. [4]
Pemanfaatan tehnologi adalah fitur penting dari flipped classroom karena mereka
dapat digunakan untuk: 1) menangkap konten utama bagi siswa untuk diakses kapanpun
dan manapun serta untuk memenuhi langkah mereka belajar (misalnya materi kuliah,
bacaan, multimedia interaktif), ; 2) bahan belajar hadir dalam berbagai format sesuai
dengan gaya belajar yang berbeda dan belajar multimodal (misalnya teks, video, audio,
multimedia); 3) memberikan kesempatan bagi wacana dan interaksi dalam dan keluar dari
kelas (misalnya alat pemungutan suara, alat diskusi, alat penciptaan konten), 4)
menyampaikan informasi yang tepat waktu, update dan pengingat bagi siswa (misalnya
micro-blogging, alat pengumuman), 5) memberikan umpan balik segera dan anonim untuk
guru dan siswa (misalnya kuis, polling) untuk sinyal poin revisi; Data capture tentang
siswa untuk menganalisis kemajuan mereka dan mengidentifikasi siswa 'beresiko'
(misalnya analisis).
Secara singkat, proses yang terjadi di dalam flipped classroom sebagai berikut ;
NO Waktu Kegiatan
1. Sebelum kelas
dimulai
Siswa mempelajari materi pelajaran baik
bideo maupun berbagai materi yang telah
di berikan dan mengumpulkan beberapa
pertanyaan yang dia temukan
10
Guru menyiapkan materi pembelajaran
dan diunggah ke website yang telah
disiapkan.
2. Awal kelas
Siswa telah menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan tertentu setelah mempelajari
materi yang diberikan.
Guru menyipakan segala pertanyaan yang
munkin diajukan oleh siswa dan
mempersiapkan ruang diskusi untuk
menyelesaikan pertanyaan yang mungkin
muncul
3. Saat kelas
berlangsung
Siswa berdiskusi di kelas bersama teman
dan guru serta berlatih untuk
meningkatkan kemampuan mereka sesuai
dengan kemampuan yang diharapkan
Guru membimbing siswa selama proses
pembelajaran dengan memberikan
klarifikasi materi pembelajaran dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari
siswa
4. Setelah kelas
Siswa melanjutkan menerapkan
keterampilan pengetahuan mereka setelah
klarifikasi dan umpan balik dari guru.
Guru memposting materi pelajaran
tambahan di web yang sudah disiapkan
untuk meningkatkan pengetahuan siswa.
5. Diluar jam pelajaran
Siswa didorong untuk selalu mencari tahu
hal-hal apa saja yang belum mereka
pahami
Guru selalu membimbing siswa untuk
11
pendalaman pemahaman siswa.
Tabel 2.1 : Proses penerapan flipped classroom
Pada dasarnya flipped clasroom memanfaatkan perkembangan dunia tehnologi
informasi untuk pendidikan. Perkembangan tersebut membantu dalam dunia pendidikan
yang baik. Dengan pola ini, maka akan teracipta sebuah lingkungan belajar aktif yang
melibatkan teknologi informasi. Sehingga teknologi informasi menjadi hal utama dan sarat
mutlak penggunaan flipped classroom.
Menurut Jonathan Brigman dan Aoron Sam dalam bukunya Flipped Your
Classroom mereka menuliskan kelebihan model pembelajaran flipped classroom
diantaranya [4] :
• Fliped classroom dapat membantu siswa meninkatkan kemampuannya
• Fliped classroom memungkinkan siswa mem-pause dan me-rewind guru
• Fliped classroom meningkatkan interaksi guru dan siswa
• Fliped classroom memungkinkan guru untuk mengetahui kelebihan siswa
• Fliped classroom meningakatkan interaksi antar sesama siswa
• Fliped classroom memungkinkan semua variasi yang ada di dalam kelas
• Fliped classroom mengubah mananejem kelas yang digunakan
• Fliped classroom mengubah cara berbicara kepada orang tua
• Fliped classroom mendidik orang tua
• Fliped classroom membuat kelas menjadi lebih transparan dan terbuka
• Fliped classroom adalah tehnik terbaik untuk guru yang tidak dapat menghadiri
kelas
Menurut Buck Institute for Education dalam Khamdi, “Project Based Learning
adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah
dan tmemberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka
sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan realistik”.[10]
Kegiatan pembelajaran PBL berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada
siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata. Jadi, project based learning merupakan
pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru
sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom
mengkonstruksi belajarnya. project based learning sangat cocok dipadukan dengan materi
koloid. Berdasarkan kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi koloid menuntut siswa
untuk aktif (student centered) sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.
Siswa bekerja sama dengan berbagai percobaan seperti percobaan pengelompokan
berbagai sistem koloid, percobaan sifat-sifat koloid secara kelompok dan percobaan
pembuatan koloid. Selain itu materi koloid juga sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari sehingga banyak peluang untuk mengajak siswa berpikir kritis dan kreatif mengenai
masalah nyata yang akan diangkat dalam Project Based Learning .
Ciri-ciri Project Based Learning diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil.
Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut[11]; Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu
dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa
yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.Pada materi koloid masalah nyata
yang diangkat haruslah difokuskan pada pengalaman siswa sehari-hari. Maksudnya adalah
12
kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar.
Sehingga dalam belajar materi koloid siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari
berbagai referensi seperti buku maupun intenet.
Dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan
masalahmasalah menggunakan kecakapan adalah suatu strategi yang efektif dan menarik.
Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas pengetahuan siswa dalam
mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah. Pada materi koloid, siswa dituntut
untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk memecahkan masalah dan berbagai tujuan
belajar yang ingin dicapai. Dilihat dari kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi koloid
sangat menekankan aktifitas siswa.
Hasil disini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa
mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna,
termasuk strategi dan kemampuan untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan
masalah. Juga termasuk kecakapan tertentu, disposisi, sikap dan kepercayaan yang
dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat menyempurnakan
tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model-model pengajaran yang lain.
Komponen-komponen Project Based Learning meliputi beberapa hal:
a) Isi kurikulum
Guru dan siswa bertanggung jawab atas dasar standar dan tujuan yang jelas serta
mendukung proses belajar.
b) Komponen multimedia
Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi secara efektif sebagai
alat dalam perencanaan, perkembangan atau penyajian proyek.
c) Komponen petunjuk siswa
Dirancang untuk siswa dalam membuat keputusan, berinisiatif dan memberi
materi untuk mengembangkan dan menilai pekerjaannya.
d) Bekerja sama
Memberi siswa kesempatan bekerjasama diantara siswa maupun dengan guru
serta anggota kelompok yang lain.
e) Komponen hubungan dengan dunia nyata
Project Based Learning dihubungkan dengan dunia nyata menuju persoalan
yang relevan untuk kehidupan siswa atau kelompok dan juga komunikasi dengan
dunia luar kelas melalui internet, serta bekerjasama dengan anggota kelompok.
f) Kerangka waktu
Memberi siswa kesempatan merencanakan, merevisi, membayangkan
pembelajarannya dalam kerangka waktu berpikir untuk materi dan waktu yang
mendukung pembelajaran tersebut.
g) Penilaian
Proses penilaian dilakukan secara terus menerus dalam setiap pembelajaran,
seperti menilai guru, teman, menilai dan merefleksi diri.
Secara teoritis dan konseptual, pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh
teori aktivitas. Activity theory menyatakan bahwa struktur dasar suatu kegiatan terdiri atas:
(a) tujuan yang ingin dicapai, (b) subjek yang berada dalam konteks, (c) suatu masarakat
dimana pekerjaan itu dilakukan dengan perantaraan, (d) alat-alat, dan (e) peraturan kerja
13
dan pembagian tugas. Dalam penerapannya dikelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif
dalam bentuk melakukan sesuatu (doing) daripada kegiatan pasif menerima transfer
pengetahuan dari guru [12]. Pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori
belajar.
PBL juga mendapat dukungan teoritis yang bersumber dari konstruktivisme sosial
Vygotsky yang memberikan landasan pengembangan kognitif melalui peningkatan
intensitas interaksi antarpersonal. Adanya peluang untuk menyampaikan ide,
mendengarkan ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada orang lain, adalah suatu
bentuk pembelajaran individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat membantu proses
konstruksi pengetahuan. Dari perspektif teori ini pembelajaran berbasis proyek dapat
membantu siswa meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah secara kolaboratif
[12].
Ada enam strategi dalam mendesain suatu proyek yangh disebut dengan The Six
A’s of Designing Project, yaitu sebagai berikut [12]:
a) Authenticity(keautentikan)
b) Academic Rigor (ketaatan terhadap nilai akademik)
c) Applied Learning (belajar pada dunia nyata)
d) Active Exploration (aktif meneliti)
e) Adult relationship (hubungan dengan ahli)
f) Assesment (Penilaian)
Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman dalam merancang
suatu bentuk pembelajaran berbasis proyek. Dengan mengacupada standar tersebut,
pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan oleh siswa lebih bermakna bagi
pengembangan dirinya [13].
3. Metode Penelitian
“Metode Penelitian adalah strategi umum yang di anut dalam pengumpulan dan
analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi” [14]. Dalam
penelitian ini, akan mencari tahu seperti apa proses yang terjadi di dalam kelas yang
menrapkan pembelajaran Flipped Classroom.
Dalam rancangan ini, guru menyiapkan satu portal LMS (Learning Mangemen
System), yaitu suatu situs khusus yang akan menyediakan sistem pembelajaran terintegrasi.
Dalam web tersebut, guru dapat berinteraksi dengan siswanya, memberikan video
pembelajaran, kuis, tes kecil, dan tugas proyek, maupun tempat untuk mengumpulkan
tugas yang telah dikerjakan oleh sisiwa. Sementara itu, kegiatan didalam kelas lebih
ditekankan pada pelaksanaan PBL (Problem Based Learning), yang akan membuat siswa
untuk berfikir kritis sehingga terbangun ruang diskusi di dalam kelas.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini di gunakan untuk mendapatkan
gambaran secara jelas dan nyata tentang proses penerapan flipped clasroom terhadap
perilaku siswa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Proses
pengamatan didukung dengan lembar observasi dan angket. Melalui lembar observasi,
akan diperoleh gambaran tentang kondisi kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Sedangkan melalui angket, akan diperoleh tanggapan siswa tentang penerapan flipped
clasroom dalam proses belajar mengajar.
Secara umum dapat diartikan bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek yang
menjadi sasaran penelitian. Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA N 1 Salatiga. SMA N 1 Salatiga pada tahun ajaran 2014-2015 memiliki 3 pembagian
14
kelas untuk kelas X. Pembagian pertama kelas reguler (UMUM) yang kemudian dibagi
menjadi 3 kelas yaitu MIA untuk IPA, IS untuk Ilmu Sosial, dan IB Ilmu Bahasa. Kedua
kelas askelerasi, yang mana kelas ini mempercepat kelulusan dengan ditempuh dalam
waktu 2 tahun, yang juga dibagi menjadi tiga kelas konsentrasi yaitu MIA untuk IPA, IS
untuk Ilmu Sosial, dan IB Ilmu Bahasa. Ketiga, kelas minat dan bakat yang
mengakomodasi siswa berdasarkan minat dan bakat siswanya, yang saat ini masih
dijadikan dalam satu kelas.
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti[15]. Hal ini
dilakukan karena populasinya terlalu besar. Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut[16]. Sehingga dari definisi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling.
Sampel ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random
atau daerah, tapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan
karena beberapa pertimbangan (purposive sampling). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelas X MIA 1. Kelas ini dipilih karena menurut guru mapel, kelas ini
memiliki siswa yang aktif dan dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas dan dinilai
dapat mengikuti penelitian ini.
Lembar observasi digunakan untuk mencatat proses pengamatan terhapad proses
penerapan flipped classroom, dan mencatat fenomena dan dinamika apa saja yang terjadi
selama berada didalam kelas maupun diluar kelas. Kuisioner digunakan untuk mencaritahu
bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model flipped classroom.
Dokumentasi sebagai data penghubung yang berguna untuk mengetahui proses
pembelajaran. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan siswa selama proses pembelajaran
berbasis masalah berlangsung. Masalah yang ditemukan oleh penulis ketika mengawali
penelitian ini adalah gaya hidup dari siswa yang lebih banyak waktu yang dihabiskan
untuk mengakses internet. Berdasarkan itu, penulis mencoba membangun pertanyaan
bagaiman jika waktu untuk membuka internet tersebut digunakan untuk belajar atau
mempelajari materi pelajaran dengan memanfaatkan internet. Dari berbagai model
pembelajaran dengan internet, salah satu yang bisa dimanfaatkan adalah flipped classroom.
Penulis mencoba untuk mengangkat pertanyaan “Bagaimana proses penerapan model
pembelajaran flipped classroom untuk mata pelajaran biologi kelas X, di SMA N 1
Salatiga ?”. Alasan SMAN 1 Salatiga dipilih untuk menjadi tempat penelitian ini karena
dilihat dari sarana dan prasarana yang mendukung di sekolah ini untuk penelitian ini.
Dalam tahap Tinjauan pustaka, peneliti mencari refrensi melalui studi pustaka
yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran flipped classroom diantaranya teori
belajar, E-learning, project based learning dan flipped classroom itu sendiri. Berikutnya,
peneliti mulai untuk mencoba menyiapkan berbagai hal yang diperlukan untuk
melaksanakan penelitian ini. Hal hal yang diperlukan adalah ; Pertama, kelas sebagai
media penerapan model pembelajaran flipped classroom. Kedua, topik pembahasan
pembelajaran. Ketiga, video pembelajaran. Keempat, LMS ( menggunakan Schoology).
Schoology dipilih karena memiliki fitur terlengkap diantara berbagai LMS yang
mendukung penerapan flipped classroom. Kelima, strategi penerapan pembelajaran.
Keenam, soal soal kuis. Ketuju, tugas (project) siswa. Kedelapan, soal ulangan.
Instrumen penelitian meliputi ; a) Lembar observasi digunakan untuk pencatatan
hasil observasi lapangan untuk mengetahui bagaimana proses penerapan model
15
pembelajaran flipped classroom berjalan. b) Pertanyaan wawancara bagi guru unutk
mengetahui bagaimana guru memberikan penilaian terhadap model pembelajaran flipped
classroom. c) Kuisioner terbuka bagi siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
proses penerapan flipped classroom.
Observasi dan pengumpulan data dilakukan dari tangga 16 November 2014 sampai
tanggal 28 November 2014. Pengumpulan data berupa observasi lapangan, mengajukan
pertanyaan terbuka bagi siswa, dan indepth interview kepada guru mata pelajaran. Analisa
data dilakukan dengan mereduksi beberapa informasi yang tidak diperlukan. Kemudian
data-data yang sudah ada, dibandingkan dengan teori-teori yang sudah ada. Penulisan
laporan penelitian dilakukan setelah semua proses pengumpulan data selsai.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi ; 1) proses penerapan metode
pembelajaran Flipped Classroom, 2) perilaku siswa, 3) tanggapan guru dan siswa terhadap
penerapan Flipped Classroom.
Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari data primer (data mentah)
hasil penelitian yang dilakukan yaitu: 1) data tentang penerapan langkah-langkah model
pembelajaran Flipped Classroom oleh guru diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru
yang telah diisi oleh observer pada saat proses belajar mengajar berlangsung baik di dalam
maupun diluar kelas. 2) data tentang kegiatan siswa selama proses belajar mengajar dan
selama diskusi berlangsung diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa dan lembar
hasil diskusi yang telah didisi oleh observer pada saat proses belajar mengajar berlangsung
di kelas. 3) data tentang tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model pembelajaran
flipped classroom diperoleh dari wawancara dan angket/kuisioner yang diperoleh setelah
proses belajar mengajar selesai dilaksanakan.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam proses pengumpulan data kualitatif,
yaitu (1) Meringkaskan data hasil kontak dengan sumber, (2) Pengkodean dengan
menggunakan simbol atau ringkasan, (3) Pembuatan Catatan objektif, klasifikasi dan
mengedit data, (4) membuat catatan reflektif, (5) membuat catatan marginal untuk
komentar, (6) penyimpanan data, (7) membuat analisis dalam proses pengumpulan data,
(8) analisis antar lokasi. [17].
4. Pembahasan dan Analisa
Persiapan awal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari tempat
penelitian. Ketika awal berdiskusi dengan dosen pembimbing, beberapa sekolah sempat
direkomendasikan. Dari beberapa sekolah tersebut, peneliti memilih SMA N 1 Salatiga
sebagi tempat penelitian. Salah satu alasanya adalah lokasi yang dekat, dan siswa disana
kebanyakan sudah memiliki gaya hidup yang tidak pernah lepas dari gadget.
Setelah memilih sekolah, langkah berikutnya adalah mengurus ijin penelitian, dan
akhirnya pihak sekolah melalui kurikulum mengijinkan peneliti untuk melakukan
penelitian di SMA N 1 Salatiga. Sekolah memberikan pilihan kepada peneliti untuk
menggunakan mata pelajaran apa yang akan digunakan. Peneliti membebaskan kepada
pihak sekolah untuk mengajukan mata pelajaran apa saja untuk diteliti karena memang
fokus dari penelitian ini adalah proses dan tidak bergantung pad mata pelajaran tertentu.
Hingga akhirnya, mata pelajaran biologi melalui guru pengamapu bersedia menemani
peneliti untuk melakukan penelitian model pembelajaran flipped classroom.
Langkah berikutnya adalah menghentukan kelas yang akan digunakan untuk penelitian
ini. Peneliti dan guru mapel biologi berdiskusi untuk menentukan kelas mana yang akan
digunakan sebagai objek penelitian. Beberapa kelas dipertimbangkan oleh guru
16
penngampu mata pelajaran. Akhirnya, dengan metode purposive sampling, peneliti dan
guru sepakat untuk memilih kelas X MIA 1. Alsaan pemilihan kelas ini diantaranya karena
kelas ini memiliki tanggung jawab yang baik dalam menyelesaikan tugas kelas. Keaktifan
dari para siswa dipercaya oleh guru untuk bisa dijadikan objek penelitian ini.
Kemudian, peneliti dan guru membahas mengenai perencanaan pelaksanaan
penelitian. Pembehasan berikutnya adalah berkaitan dengan waktu pelaksanaan penelitian.
Peneliti dan guru bersepakat untuk mulai melaksanakan penelitian penerapan model
pembelajaran flipped classroom dimulai pada tanggal 16 November 2014. Kebetulan saat
tanggal tersebut, pelajaran biologi di kelas itu sedag membahas mengenai protista mirip
tumbuhan. Sehingga penelitian ini menyesuaikan dengan materi pertemuan di kelas.
Setelah kesepakatan itu, peneliti menyiapkan semua yang diperlukan oleh guru dalam
penerapan model pembelajaran ini, mulai dari pembuatan LMS, video pembelajaran, dan
mengenalkan LMS kepada para siswa. Selain meyiapkan berbagai keperluan untuk
pembelajaran, peneliti juga menyiapkan instrumen yang diperlukan untuk penelitian
diantaranya daftar pertanyaan wawancara untuk siswa dan guru, lembar obserasi, catatan
lapangan, dan dokumentasi.
Untuk keperluan wawancara, peneliti melakukan wawawancara setelah penerapan
model pembelajaran flipped classroom dilakukan. Bentuk wawancara yang dilakukan
adalah wawancara yang tidak terstruktur. Meskipun tidak terstruktur, namun peneliti sudah
menentukan beberapa hal yang akan ditanyakan kepada guru diantaranya mengenai latar
belakang guru, karakteristik khusus mata pelajaran biologi, kesibukan guru diluar kegiatan
belajar mengajar, kurikulum K-13, penerapan model pembelajaran flipped classroom, dan
apakah flipeed clasroom sangat efektif untuk menjawab kebutuhan k-13 untuk mata
pelajaran biologi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui respon dari guru
mata pelajaran biologi terhadap model pembelajaran flipped classroom, apa saja kendala
dan keuntungan dari penerapan model flipped classroom.
Untuk para siswa, peneliti juga menjukan beberapa pertanyaan terbuka yang harus
mereka jawab melalui LMS. Pertanyaan itu meliputi apa kendala penerapan model
pembelajaran flipped classroom, keuntungan model pembelajaran flipped classroom, dan
tanggapan mereka mengenai pembelajaran dari video pembelajaran. Disamping semua itu,
peneliti juga meminta guru untuk menyiapakan RPP, kuis on-line, ulangan on-line, dan
juga tugas kelas sebagai project based learning.
Desain model pembelajaran flipped classroom dengan pendekatan PBL dibuat
dengan model pembelajaran flipped classroom yang menitik beratkan pembelajaran
mandiri melalui video pembelajaran yang menggantikan sesi ceramah guru di depan kelas,
yang dilakukan di rumah sebelum kelas dimulai. Isi dari video pembelajaran anatarlain
memuat tujuan pembelajaran, motivasi belajar, hasil yang ingin di capai, materi
pembelajaran, pembahasan contoh soal (jika ada). Setelah siswa mempelajari materi
pembelajaran melalui video pembelajaran, siswa diminta untuk mengerjakan kuis yang
sudah disediakan di LMS.
Setelah menyipakan materi belajar sendiri di rumah, kegiatan siswa di kelas adalah
berdiskusi bersama siswa dan guru mengenai materi pembelajaran yang sudah dipelajari
dirumah. Diskusi dapat mencakup konfirmasi, afirmasi, penguatan pemahaman siswa.
Diskusi dapat dilakukan secara meneyluruh seluruh kelas, atau pembagian kelas dalam
kelompok-kelompok kecil. Selain berdiskusi, kegiatan di dalam kelas berupa pemberian
17
tugas yang memiliki karakter project based learning. Pemberian tugas juga dapat dilakukan
secara individu maupun kelompok.
Tugas yang diberikan memiliki karakteristik project based learning, yang sesuai
dengan materi, dekat dengan kehidupan siswa, membebaskan siswa untuk
mengambangkan ide dan gagasanya, sesuai dengan teori yang sudah ada, dan dilaporkan
dalam bentuk E-portofolio atau presentasi di depan kelas. Nilai yang diberikan kepada
siswa didapat dari pengerjaan kuis online, keaktifan dalam proses diskusi di kelas,
pengerjaan tugas / proyek, pengerjaan ulangan online, dan keaktifan diskusi di LMS.
Pertemuan pertama, guru tidak bisa mendampingi siswa ketika belajar karena harus
mengikuti dinas dari sekolah. Dengan penerapan model pembelajaran flipped clasroom ini,
guru mengakui bahwa kelas tetap bisa berjalan meskipun tidak ada guru yang mengajar.
Hal tersebut disampaikan ketika wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Fakta ini sesuai
bahwa flipping adalah tehnik terbaik untuk guru yang tidak dapat mengadiri kelas [4].
Menurut guru, model ini sangat membantu siswa dan guru dalam kegiatan belajar dan
mengajar. Guru merasa terbantu, karena siswa sudah belajar terlebih dahulu sehingga
setidaknya siswa sudah memahami materi pelajaran dan guru hanya tinggal memberi
penguatan terhadap pemahaman-pemahaman siswa yang dirasa kurang. (data diambil dari
wawancara). Sedangkan bagi siswa, hal ini dirasa memberatkan karena mereka harus
meluangkan waktu untuk menyiapkan terlebih dahulu, sedangkan siswa memiliki banyak
tugas selain matapelajaran biologi dan kegiatan diluar kelas.
Pertemuan kedua, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
Kemudian dinilai oleh kelompok yang mendengarkanya. Masing-masing kelompok yang
presentasi diwakili oleh dua orang saja. Setelah presentasi hasil diskusi kelompok selesai,
kelompok yang lain dipersilahkan untuk mengajukan pertanyaan.
Kemudian kelompok secara bergatian mempresentasikan hasil diskusinya masing-
masing. Ditengah presentasi hasil diskusi, ada kelompok yang ketinggalan flashdisk,
namun peneliti mengingatkan bahwa masing-masing kelompok sudah meng-upload
presentasinya di LMS, sehingga dapat di-download langsung dan presentasi dapat
dilanjutkan.
Kelebihan dari flipped classroom yang diakui baik oleh siswa maupun oleh guru
adalah mereka terbantu ketika mereka lupa membawa tugas mereka. Hal inipun diakui oleh
guru seperti yang diucapkanya ketika peneliti melakukan wawancara dengan guru. “karena
anak sudah upload tugas yang saya berikan, sehingga kalau toh flasdisk ketinggalan,
sehingga siswa bisa download” (transkrip wawancara).
Pertemuan ketiga ini, guru bersama siswa mengamati jamur di lab.biologi.
pengamatan dilakukan dengna menggunakan microscope. Jamur yang diamati diperoleh
dari jamur tempe, jamur dari roti, dan jamur tape. Guru membimging siswa tentang cara
penggunaan microscope yang benar. Para siswa secara mandiri dan aktif mengamati jamur
yang mereka bawa. Sesekali siswa bertanya kepada guru mengenai cara penggunaan dan
apakah gambar yang mereka temukan ini sudah benar dan sesuai.
Setelah berhasil mengamati jamur yang mereka bawa, siswa diminta untuk menuliskan
laporan pengamatannya yang isinya terdiri dari judul pengamatan, alat dan bahan, cara
kerja, dan kesimpulan. Kesimpulan berisi gambar dari jamur-jamur yang mereka amati.
Dari pengamatan di pertemuan III ini aktifitas dikelas lebih banyak diskusi dan
aktivitas siswa yang secara langsung meningkatkan kemampuan siswa dalam membangun
pengetahuanya sesuai dengan karakteristik dari teori belajar konstruktivisme. Sementara
18
jika dilihat dari sisi flipped clasroom hal ini menunjukan bahwa guru menjadi pendamping
siswa belajar di kelas. Guru memainkan peran yang penting bagi siswa. Mereka menjadi
mentor, teman, dan seorang ahli. Interaksi tatap muka dengan guru adalah pengalaman
yang berharga [4].
Analisa Karakteristik Flipped Classroom. Penggunaan video pembelajaran salah
satu hal yang menguntungkan dari penggunaan video pembelajaran sebelum materi
pelajaran dimulai, guru dan siswa tidak memerlukan banyak waktu untuk membahas
materi pelajaran. Konfirmasi hanya berupa penguatan dan untuk melakukan kroscek materi
mana yang belum dikuasai oleh siswa. Dengan penggunaan model ini juga dapat
menginternalisasi pengetahuan siswa sehingga nilai yang mereka dapatkan tidak hanya
semata-mata dari guru namun juga merupakan hasil kerja keras siswa dalam memahami
materi pelajaran. Dengan menggunakan video, siswa dapat mem-pause dan me-rewind
guru mereka yang berada dalam video [4]. Sehingga siswa dapat mencatat dan mengingat
point yang penting yang disampaikan guru.
Penggunaan schoology mutlak diperlukan dalam model pembelajaran flipped
classroom. Dengan pemanfaatan schoology, siswa mendapatkan sumber materi
pembelajaran selain dari buku yang sudah dimiliki. schoology yang digunakan dalam
penelitian ini adalah schoology. Fitur-fitur yang digunakan dalam schoology diantaranya,
podcasting file (video), kuis online, ulangan online, dan diskusi, baik melalui inbox (pesan
masuk) serta posting pada panel update yang dapat memungkinkan siswa bertanya ataupun
mengupload tugas dan project. Selain itu, fitur lain schoology yang digunakan dalam
penelitian ini adalah absensi. Ftur ini memastikan bahwa siswa mengakses schoology
sebelum kelas dimulai. Dengan menggunakan schoology, guru dan siswa dapat saling
berbagi sharing materi dengan mudah dan cepat dengan cara meng-upload materi
pembelejaran dan tugas ke schoology Penggunaan tehnologi ini, sangat membantu ketika
siswa lupa membawa flasdisk, maka tugas dapat langsung diunduh dari schoology di
sekolah. Meskipun memiliki banyak keuntungan, beberapa kendaala juga ditemui dari
pemanfaatan schoology dalam penerapan model pembelajaran flipped classroom ini.
Terutama dari sisi sarana dan prasarana. Beberpa diantaranya jaringan internet yang kurang
memadai (lemot), terbatasya kuota internet yang dimiliki oleh siswa membuat siswa tidak
dapat mengakses schoology untuk menyiapkan pembelajaran
Kuis online digunakan oleh guru untuk menjadi indikator bahwa siswa sudah
mempersiapkan dan mempelajari materi pembelajaran sebelum pembelajaran di kelas
dilakukan. Dari sudut pandang siswa, siswa mendapat banyak soal untuk latihan. Dengan
adanya soal yag diberikan, siswa jadi terlatih untuk disiplin karena ada batas waktu
pengerjaan kuis (dateline). Beberpa kendala yang dialami siswa dalam mengerjakan kuis
online, selain terbatasnya sarana dan prasarana, banyaknya tugas mata pelajaran yang lain,
sehingga serinya para siswa lupa untuk mengerjakan kuis yang diberikan. Ketika batas
waktu pengerjaan sudah habis, siswa belum mampu menyelesaikan semua soal. Rasa
malas siswa yang selalu mengganggu siswa dalam belajar dan memepersiapkan materi
pelajaran dengan baik. Siswa merasa harus menambahkan waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu luang. Sedagkan tugas dari sekolah tidak hanya dari satu mata
pelajaran, namun ada mata pelajaran yang lain juga. Sehingga siswa merasa terbebani
dengan adanya kuis online ini yang memaksa siswa harus mempersiapkan diri dalam
pembelajaran terlebih dahulu.
19
Ulangan online juga dicoba diterapkan dalam model pembelajaran flipped classroom
kali ini. Ulangan online kali ini menggunakan 30 soal dengan tipe multipel choiches.
Masing-masing soal diberi waktu pengerjaan 1-2 menit. Untuk menghindari kerjasama
dengan teman lainya mestipun mereka mengerjakanya bersama-sama karena soal dan
jawaban diacak sehingga masing-masing siswa mendapat urutan soal yang berbeda-beda.
Dengan penerapan ulangan online ini, melatih siswa jadi lebih cekatan dan berfikir dapat
berfikir dengan cepat. Siswa mengaku mereka melatih kecepatan berfikir otak mereka.
Siswapun akan belajar dengan lebih serius untuk menghindari remid, dan dengan waktu
pengerjaan yang sangat singkat, membuat siswa harus berkonsentrasi dalam pengerjaanya.
Peran guru dalam flipped classroom berperan sebagai sebagai pendamping proses
belajar, bukan sebagai narasumber di kelas. Guru akan lebih menghabiskan waktu mereka
untuk mendampingi siswa berlatih dan mendiskusikan hasil pembelajarn siswa. Guru lebih
terlibat dalam pembelajaran siswa dengan berdiskusi bersama daripada mengajar di depan
kelas. Dalam proses pendampingan belajar, guru dapat mendampingi anak satu persatu
ataupun melalui kelompok-kelompok kecil. Guru akan selalu menjadi teman belajar siswa
dimanapun dan kapanpun baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
Kelebihan flippped classroom diantaranya ; membantu meningkatkan kemapuan
siswa, memungkinkan siswa mem-pause dan me-rewind materi yang disampaikan oleh
guru, meningkatkan interaksi guru dan siswa, memungkinkan guru mengetahui kelebihan
siswa, meningkatkan interaksi sesama siswa, membuat kelas menjadi transparan, menjadi
metode yang membantu guru ketika tidak dapat menghadiri kelas [4]. Selain itu, kelebihan
flipped classroom diantaranya ;
• Fliped Classroom dapat membantu siswa meninkatkan kemampuannya
Penerapan model pembelajaran flipped classroom dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam berbagai bidang, baik itu psikomotorik, kognitif, maupun afektif.
Kemampuan ini dapat dilihat dari cara mereka mengerjakan.
• Flipped classroom memungkinkan siswa mem-pause dan me-rewind guru (video
pembelajaran )
Salah satu kelemahan dari model pembelajaran konvensional adalah siswa harus
mengikuti pembelajaran secara menyeluruh, dan bila siswa ketinggalaan / belum
memahami suatu bagian tertentu dalam pembelajaran, siswa tidak dapat mengulang
waktu. Berbeda dengan flipped classroom dimana pembelajaran disampaikan
melalui video, siswa dapat mengulang (rewind) dan menghentikan sementara
(pause) video pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa dapat mengulang
berulang-ulang kali sesuai dengan keinginannya sampai siswa tersebut memahami
apa maksud yang ingin disampaikan oleh guru. Dalam penelitian di lapangan,
didapati sebagian siswa menikmati pembelajaran melalui video pembelajaran.
Namun ada pula beberapa dari mereka kurang begitu nyaman karena tidak bertatap
muka secara langsung oleh guru.
• Flipped classroom meningkatkan interaksi guru dan siswa
Flipped classroom memungkinkan adanya interaksi antara guru dengan murid yang
lebih dibanding dengan sistem pembelajaran konvensional. Interaksi tersebut
terjadi di dalam kelas ataupun diluar kelas. Ketika di dalam kelas, guru akan
berinteraksi ketika diskusi kelas, ketika guru membimbing siswa dalam
mengerjakan proyek. Sedangkan interaksi di luar kelas ketika guru memberikan
20
kuis, mengadakan pembelajaran online, dan menjawab pertanyaan yang diajukan
siswa ketika diluar jam pelajaran.
• Flipped classroom memungkinkan guru untuk mengetahui kelebihan siswa
Adanya interaksi yang lebih banyak antara guru dan siswa ini, memungkinkan guru
untuk lebih memahami kelebihan yang dimiliki oleh siswanya. Hal ini juga diakui
oleh guru ketika interview. Guru mengakui bahwa dengan model seperti ini, guru
lebih mengenal murid-muridnya yang beragam itu dengan lebih dekat dan seksama.
Termasuk mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh siswanya.
• Flipped classroom meningakatkan interaksi antar sesama siswa
Penerapan model pembelajaran flipped classroom selain meningkatkan interaksi
anatara guru dan siswa, model pembelajaran ini juga meningkatkan interaksi antara
sesama siswa. Mereka akan lebih banyak berinteraksi untuk membahas materi
pembelajaran. Mereka akan lebih banyak berdiskusi di kelas ataupun diluar kelas.
Penelitian yang dilakuka oleh penulis, interaksi ini dapat dilihat dari cara mereka
memberikan komentar melalui web yang sudah disiapkan (schoology).
• Flipped classroom adalah tehnik terbaik untuk bagi yang tidak dapat menghadiri
kelas
Kelebihan yang lain dari penerapan flipped classroom adalah kelas tetap dapat
berjalan meskipun guru tidak dapat datang ke kelas.
Kendala penerapan model pembelajran flipped classroom yang memanfaatkan
LMS sebagi media pembantu belajar siswa ini memiliki beberapa kendala. Terkait dengan
sarana dan prasarana. Beberapa diantaranya disebutkan oleh siswa dan guru bahwa
jaringan internet menjadi kendala yang mendasar dari model pembelajaran ini. Ada juga
diantara siswa yang harus ke warnet untuk mengerjakan tugas yang diberikan, ataupun
sekedar mengerjakan kuis ataupun ulangan online. Beberapa siswa juga mengaku
ketinggalan mengerjakan kuis online karena tidak memiliki kuota internet dan jaringan
yang lambat.
Kendala dari sisi siswa; Secara umum, ketika siswa dimintai pendapat mereka
tentang penerapan model pembelajaran flipped classroom ini, siswa mengaku merepotkan
dan ribet. Mereka merasa harus meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar, dan
mengurangi waktu luang mereka. Siswa menganggap dengan penerapan model semacam
ini, waktu sekolah menjadi bertambah, karena tidak hanya disekolah, namun dirumah juga
mesti menyiapkan materi belajar. Siswa merasa malas, karena padatnya kegiatan mereka,
belum lagi ditambah banyaknya penugasan dari matapelajaran lain dalam waktu yang
bersamaan. Rasa malas juga muncul ketika mereka harus membawa laptop ke sekolah,
karena barang-barang yang mereka bawa sudah banyak untuk kegiatan ekstra kulikuler.
Para siswa mengaku ketakutan dan bingung dengan nilai yang muncul di hasil ulangan
yang tidak baik karena waktu pengerjaan yang sangat terbatas. Para siswa takut jika nilai
rapot mereka jadi jelek karena hasil belajar yang belum mereka pahami dengan baik.
Siswa juga mengaku penerapan moel ini cukup ribet, dan memerlukan waktu yang lebih
banyak bagi siswa untuk belajar. Rasa malas yang selalu mengganggu menjadi alasan bagi
para siswa untuk membuka video pembelajaran. Terlebih ketika besok harus ada ulangan,
membuat siswa merasa terbebani jika harus memperlajari video pembelajaran yang sudah
diupload melalui Schoology.
21
Tabel 3 Tahapan perencanaan pelaksanaan proyek
No Unsur unsur pembelajaran
Project based Learning
Uraian
1.
Authenticity (keautentikan) Siswa diminta untuk mempersiapkan penelitian
tentang jamur, dengan menyiapakan 3 jamur dari
jenis yang berbeda yaitu jamur tempe, janmur roti,
dan jamur ragi.
2. Academic Rigor (ketaatan terhadap
nilai akademik)
Siswa diberi pengarahan tentang penelitian yang
No Komponen Project based Learning Uraian
1. Isi kurikulum Guru menjelaskan tujuan pembelajaran di awal
pembelajaran suatu topik sesuai dengan
Rencana Program Pembelajaran
2. Komponen Multimedia Siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan
berbagai media dan sarana dan prasarana yang
ada. Mulai dari internet, gadget (laptop /
handphone), LCD, dan sarana lainya.
Penggunan perangkat multimedia ini digunakan
untuk mengakses schoology
3. Komponen petunjuk siswa Guru memberikan petunjuk dan arahan kepada
siswa sebelum siswa melakukan /
melaksanaakan project yang diberikan melalui
schoology, sehingga siswa harus mengakses
schoology untuk mengetahui tugas/proyek yang
diberikan. Para siswa diajak untuk
merencanakan dan mendesain proyek mereka,
baik itu berupa pengamatan atau pembuatan
papper.
4. Bekerja sama Siswa diijinkan untuk bekerja dalam kelompok
dimana satu kelompok terdiri dari 2 – 5 orang.
Mereka diharuskan bekerja sama dan
menyelesaikan tugas merka dalam kelompok.
5. Komponen berhubungan dengan dunia
nyata
siswa diajak untuk mengamati segala sesuatu
yang berada di sekitar mereka. Misalnya
mengamati jamur yang ada pada tempe, roti
basi, dan tape. Selain itu, dalam proyek yang
lain, siswa diminta untuk memberikan contoh
gangang yang ada di sekitar mereka
6. Kerangka waktu Para siswa diberi batas waktu dalam
menyelesaikan proye yang mereka kerjakan.
Rata-rata, waktu penyelesaian proyek antara 1 –
2 minggu. Pengumpulan dalam bentuk E-
papper atau E-portofolio, diunggah melalui
Schoology.
7. Penilaian Penialaian yang diberikan guru melalui rubrik
yang memuat indilator-indikator penilaian
proyek. Dilihat dari hasil yang telah di upload
siswa ke schoology
22
akan dilakukan, termasuk indikator-indikator
penilaian diantaranya penulisan laporan dalam
bentuk E-Portoforlio
3.
Applied Learning (belajar pada
dunia nyata)
Siswa mengamati jamur dari hal-hal yang mudah
didapatkan. Jamur tempe, jamur roti dan jamur ragi,
untuk berikutnya diamati melalui microscope, dan
digambar di laporan penelitian
4.
Active Exploration (aktif meneliti)
Masing-masing siswa mengamati jamur yang sudah
dibawa. Hal-hal yang diamati diantaranya bentuk,
warna, ukuran, funsi, dan struktur jamur.
5.
Adult relationship (hubungan
dengan ahli)
Siswa kemudian mencocokan hasil pengamatanya
dengan sumber belajar maupun melakukan
konfirmasi dengan guru, apakah yang diamati sudah
sesuai atau belum.
6.
Assesment (Penilaian)
Siswa membuat laporan dan mempresentasikan
proyeknya kepada guru dan siswa lainya di kelas.
7
Authenticity(keautentikan)
Laporan yang ditulis harus sesuai dengan fakta dan
temuan lapangan, tidak direkayasa.
Siswa menulis laporan sesuai dengan fakta dan
temuan di lapangan.
Tabel 4 . Unsur unsur pembelajaran Project Based Learning
5. Kesimpulan
Secara umum, flipped classroom hanya membalik model pelajaran konvensional,
dimana ceramah guru yang dilakukan didepan kelas, diganti dengan video pembelajaran.
Siswa mempelajari dan mempersiapkan pemahaman materi pembelajaran itu dirumah.
Kemudian kegiatan dikelas, siswa lebih banyak berdiskusi sepanjang kelas.
Dengan model pembelajaran ini, guru dan siswa lebih banyak berinteraksi baik
didala kelas maupun diluar kelas. Sehingga interaksi ini membuat guru lebih mengenal
siswa-siswanya, dibanding dengan guru menggunakan model ceramah yang konvensional.
Proses diskusi dikelas, secara alami sangat relevan dengan active learning,
konstructivisme, dan secara otomatis penerapan project based learning. Pola-pola
pembelajaranya dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru, tujuan pembelajaran, materi,
dan sumber pelajaran yang ada.
23
Flipped classroom secara sederhana terbagi oleh 5 tahapan, yaitu before class,
begining of class, during class, after class, officials hour. Dari masing-masing pembagian
tahapan tersebut, ada beberapa kendala yang ditemui. Ditahap pertama, siswa mengalami
kesulitan untuk mempersiapkan diri dengan mengakses schoology dan mempelajari video
karena keterbatasan jaringan internet, dan mereka belum mampu membagi waktu dengan
baik dikarenakan banyaknya tugas dari matapelaran yang lain.
Tahapan berikutnya dari flipped classroom (begining of class) guru bisa melakukan
dengan baik, karena hanya melakukan konfirmasi dan penguatan hasil belajar siswa
dirumah. Tahap selanjutnya, siswa berdiskusi. Di tahap inilah, inti pembelajaran
berlangsung. Guru dan siswa mendalami apa yang sudah didapat dari pembelajaran di
rumah. Tahapan ini tidak ada kendala yang berati. Justru guru merasa sangat terbantu
karena tahapan ini membuat siswa lebih aktif, dan sesuai dengan constructive learning.
Ditahapan selanjutnya, siswa memberikan feedback melalui LMS di rumah.
Ditahapan inipun sangat memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dan guru.
Namun, kendala kesibukan siswa dan guru, interaksi yang diharapkan ditahap ini tidak
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mukhopadhyay, M (1955) Multichanel learning : The case of the National Opn
School, India’, in S. Anzalone (ed.), Washington DC :
education Development Center.
[2] Romisky, A.J & Mason (1996), Computer mediated communication. In D. Jonassen
(ed.) Handbook of research for educational
communications and technology. New york : simon &
Schuster macmilan
[3] Hatley , V. Century-National insurance co., No VC. 2000-006719 (ariz super. 2011)
[4] Brigman, Jonathan, & Aoron Sam (2012).Flip your classroom : reach every studetn in
every class every day.US: ASCD.
[5] Illeris, Knud. 2009. Contemporery of Learning. New York : Rouledge
[6] Santoso, Budi. Skema dan Skenario Penelitian.Jakarta: Yayasan Terumbu Karang
Indonesia (TERANGI), eBook
[7] Ruseffendi, E.T (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP
Bandung Press
24
[8] Hamzah, (2001). Pembelajaran matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme.
Bandung : IKIP bandung Press
[9] Nik Aziz, (1999). Pendekatan kontruktuvisme radikal dalam pendidikan metematik.
Kuala Lumpur. Penerbit University Malaya
[10] Khamdi, W., (2007), Pembelajaran Berbasis Proyek , Model Potensial untuk
Peningkatan Mutu pembelajaran, http://lubisgrafura.wordpress.com
[11] Susanti, E., (2008), Pendekatan Project Based Learning untuk Pembelajaran Kimia
Koloid di SMA, Jurnal Pendidikan atematika dan Sains 3:106-112
[12] Wena M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara
[13] Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu(Teori,
Konsep dan Implementasinya). Yogyakarta: Familia
[14] Arief Furchan, 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Surabaya, Usaha
Nasional
[15] Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta
:Rineka Cipta.
[16] Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian Bandung : ALFABETA
[17] kholil, Syukur, 2006 Kholil, Metodologi Penelitian Komunikasi, Bandung:
Citapustaka Media.