pengaruh model pembelajaran flipped classroom terhadap hasil belajar kognitif...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED
CLASSROOM TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF
SISWA SMA PADA KONSEP GERAK PARABOLA
(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Triguna Utama UIN Jakarta,
Tahun Ajaran 2018/2019)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ANISA RAHMAYANI
NIM 1113016300059
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1441 H
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap
Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA Pada Konsep Gerak Parabola disusun oleh
Anisa Rahmayani, NIM. 1113016300059, Program Studi Tadris Fisika, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.
Jakarta, 27 Maret 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dwi Nanto, Ph.D
NIP. 197903192009011009
ii
iii
iv
ABSTRAK
ANISA RAHMAYANI (1113016300059). Pengaruh Model Pembelajaran
Flipped Classroom Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA Pada Konsep
Gerak Parabola. Skripsi Program Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020.
Permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa dalam
pembelajaran fisika masih rendah khususnya pada ranah kognitif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Flipped Classroom terhadap hasil belajar
kognitif siswa SMA pada konsep gerak parabola. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan November 2018.
Sampel diambil secara purposive sampling yang terdiri dari kelas X IPA 2 (Kelas
Eksperimen) dan kelas X IPA 1 (Kelas kontrol). Jumlah siswa kedua kelas sama
yaitu 30 siswa, total sampel 60 siswa. Hasil uji hipotesis terhadap hasil data Posttest
menggunakan uji independent t-test pada 𝛼 = 0.05 diperoleh nilai sig. (2 tailed)
sebesar 0.001 dengan kesimpulan 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Pembelajaran
Flipped Classroom berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas eksperimen
meningkat lebih tinggi (N-gain 0,68 kategori sedang) dibandingkan dengan siswa
kelas kontrol (N-gain 0,38 kategori sedang). Hasil belajar paling terlihat pada kelas
eksperimen adalah proses kognitif C1 dengan N-gain 0,79 kategori tinggi. Skor N-
gain kelas kontrol pada proses kognitif C2 adalah 0,25 kategori rendah.
Kata kunci: Model Flipped Classroom, Hasil Belajar Kognitif, Gerak Parabola
v
ABSTRACT
ANISA RAHMAYANI (1113016300059). The effect of Flipped Classroom on
cognitive learning outcome of Senior High School students in Parabolic Motion
Concept. Thesis of Physics Education Program, Science Education Department,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Syarif Hidayatullah States Islamic
University, Jakarta, 2020.
The main problem in this research is learning outcome on physics is still low,
expecialy in cognitive assesment. This study aims to determine the effect of Flipped
Classroom on learning outcome of senior high school students in parabolic motion
concept. The research was conducted in Triguna Utama UIN Jakarta Senior High
School in South Tangerang at November 2018. Sample was taken by purposive
sampling cluster that consists of class X IPA 2 (experimental group) and class X
IPA 1 (control group). Both of class have 30 students and a total sample of 60
students. Result of hypothesis testing on post-test with independent T test at 𝛼 =0.05 got sig. (2-tailed) 0.001. The conclusion 𝐻0 was rejected and 𝐻1 was accepted.
The Flipped Classroom Approach effect on student’s learning outcome. Student’s
learning outcome in experimental group increase more (N-gain 0,68; middle
category) than the control group (N-gain 0,38; middle category). Students are
interested on Flipped Classroom. Most prominent on learning outcome in the
experimental group is C1 cognitive process (N-gain 0,79; hight category). N-gain
score for control group in C2 cognitive process is 0,25; low category.
Keyword: Flipped Classroom Model, Cognitive Learning Outcome, Parabolic
Motion
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang
selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam beserta para keluarga, para
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah
Subhana Wa Ta’ala. Berkat ridha-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Flipped Classroom terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa SMA pada Konsep Gerak Parabola”.
Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung dan
berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih
tersebut disampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen Pembimbing Skripsi.
4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku penguji pertama pada
pelaksanaan sidang Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si., selaku penguji kedua pada pelaksanaan sidang Program
Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika.
7. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Jurusan Pendidikan IPA.
8. Bapak Drs. Sudarmanta. Selaku kepala sekolah SMA Triguna Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tangerang Selatan.
vii
9. Kedua orangtuaku tersayang (Bapak Ahmad Yani dan Ibu Mariyam), Nenekku
(Ibu Hj. Rohimi), popoku Lisa Fitriani, adik-adikku (Wahyu, Reza, Aby). Dan
seluruh keluarga yang mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. My Best friend in the world, Ayu, Irna, Bocil, Wulan, Ali, Dede, Ameng, Nuti,
Nanda, Risma, Sipa, Fikri, Ndus, Mul. Teman-teman seperjuangan Pendidikan
Fisika 2013. Teman-teman di MAN 11 Jakarta.
11. Guru-Guru di MAN 11 Jakarta, Bu Okta, Bu Sulis, Bu Tuti.
12. Teman-teman Guru di SMA Tadika Pertiwi, Wulan, Bu Ani, Laoshi Dewi, Bu
Nur, Bu Wiwin, Bu Anifa, Pak Santo, Pak Hendy, Pak Andi, Pak Zian, Pak Dar,
Pak Soleh, Pak Sepri, Bu May.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan penyusunan skripsi ini sangat dinantikan. Penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 29 Maret 2020
Anisa Rahmayani
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 5
D. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritik .................................................................................. 8
1. Model Pembelajaran Flipped Classroom .............................................. 8
2. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif ........................................................ 17
3. Kajian Materi Gerak Parabola ............................................................... 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 16
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 29
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 31
A. Tempat dan waktu Penelitian ............................................................... 31
ix
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... 32
C. Variabel Penelitian ................................................................................ 32
D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 32
E. Populasi dan Sampel .............................................................................. 35
F. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................. 35
G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 35
H. Instrumen Penelitian .............................................................................. 36
1. Instrumen Tes ........................................................................................ 37
2. Instrumen Nontes (Angket) ................................................................... 38
I. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 40
1. Kalibrasi Instrumen Tes ......................................................................... 40
J. Teknik Analisa Data Tes ....................................................................... 45
K. Analisa Data Non Tes............................................................................ 49
L. Hipotesis Statistik.................................................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 51
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................. 51
1. Data Hasil Pretest .................................................................................. 52
2. Data Hasil Posttest ................................................................................ 53
3. Data Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 55
4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ........................................................... 59
5. Peningkatan Ranah Kognitif C1, C2, C3, C4 ........................................ 60
6. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik ..................................................... 62
7. Hasil Uji Hipotesis................................................................................. 63
8. Hasil Analisis Angket ............................................................................ 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 65
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 71
A. Kesimpulan ............................................................................................ 71
B. Saran ..................................................................................................... 71
x
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73
LAMPIRAN ................................................................................................... 77
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Implementasi Concept Test Pada Pembelajaran ......................... 14
Gambar 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Peer Instruction Flipped......... 16
Gambar 2.3 Gerak Parabola Melalui Beberapa Titik ..................................... 21
Gambar 2.4 Gerakan Benda berbentuk Parabola ........................................... 25
Gambar 2.5 Gerakan Benda berbentuk Parabola ........................................... 26
Gambar 2.6 Gerakan Benda berbentuk Parabola ........................................... 26
Gambar 3.1 Tahapan Prosedur Penelitian ...................................................... 34
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Skor Pretest Hasil Belajar .............. 52
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Skor Posttest Hasil Belajar............. 54
Gambar 4.3 Gambaran Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif C1 ................... 57
Gambar 4.4 Gambaran Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif C2 ................... 58
Gambar 4.5 Gambaran Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif C3 ................... 58
Gambar 4.6 Gambaran Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif C4 ................... 59
Gambar 4.7 Perbandingan Rata-rata Skor N-gain Hasil Belajar Kognitif ..... 61
Gambar 4.8 Gambar Angket Respon Siswa Terhadap Flipped Classroom ... 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Model Pembelajaran ............................................ 10
Tabel 2.2 Definisi Flipped Classroom secara sempit dan luas .................... 11
Tabel 2.3 Kata Kerja Operasional ................................................................ 19
Tabel 3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 32
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Ranah Kognitif ....................... 37
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Non Tes (Angket)......................................... 39
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi .................................................... 41
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ................................................ 41
Tabel 3.7 Interpretasi Kriteria Reabilitas Instrumen .................................... 42
Tabel 3.8 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Tes .............................................. 43
Tabel 3.9 Taraf Kesukaran ........................................................................... 43
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ................................... 44
Tabel 3.11 Klasifikasi Daya Pembeda ........................................................... 45
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ...................................... 49
Tabel 3.13 Klasifikasi Nilai N-gain ............................................................... 49
Tabel 3.14 Skala Penilaian Angket ................................................................ 50
Tabel 3.15 Interpretasi Penilaian Angket ....................................................... 50
Tabel 4.1 Rekapitulasi Row Data Kelas Eksperimen dan Kontrol .............. 51
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest ............... 53
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest .............. 54
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Skor Pretest dan Posttest ................................ 55
Tabel 4.5 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Hasil Belajar Siswa ...... 56
Tabel 4.6 Hasil Rata-rata N-gain ................................................................. 59
Tabel 4.7 Hasil Rata-rata Nilai N-gain Per Ranah Kognitif C1, C2, C3, C4 60
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pretest dan Posttest ............. 62
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ................................ 63
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ..................................... 64
Tabel 4.11 Angket Respon Siswa .................................................................. 64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
Lampiran A.1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan ............... 78
Lampiran A.2 Lembar Angket Siswa pada Studi Pendahuluan ..................... 84
Lampiran A.3 RPP Kelas Eksperimen ........................................................... 87
Lampiran A.4 RPP Kelas Kontrol .................................................................. 101
Lampiran A.5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ..................................... 111
LAMPIRAN B. INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian .......................... 123
Lampiran B.2 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ......................................... 125
Lampiran B.3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes .................................. 142
Lampiran B.4 Soal Tes yang Digunakan ....................................................... 155
Lampiran B.5 Instrumen Nontes .................................................................... 159
LAMPIRAN C. ANALISIS HASIL PENELITIAN
Lampiran C.1 Hasil pretest ............................................................................ 166
Lampiran C.2 Hasil posttest ........................................................................... 168
Lampiran C.3 Hasil olah data per aspek kognitif ........................................... 172
Lampiran C.4 Uji normalitas hasil pretest ..................................................... 174
Lampiran C.5 Uji normalitas hasil posttest .................................................... 176
Lampiran C.6 Uji homogenitas hasil pretest.................................................. 177
Lampiran C.7 Uji homogenitas hasil posttest ................................................ 178
Lampiran C.8 Uji hipotesis hasil pretest ........................................................ 180
Lampiran C.9 Uji hipotesis hasil posttest ...................................................... 181
Lampiran C.10 Uji N-gain ............................................................................... 182
Lampiran C.11 Hasil peningkatan per aspek kognitif (C1-C4) ....................... 184
Lampiran C.12 Data hasil angket respon siswa ............................................... 186
xiv
LAMPIRAN D. SURAT KETERANGAN
Lampiran D.1 Surat izin observasi ................................................................... 188
Lampiran D.2 Surat Keterangan Penelitian .................................................... 189
Lampiran D.3 Uji Referensi ............................................................................. 190
Lampiran D.4 Foto Dokumentasi ..................................................................... 194
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menghasilkan
sumberdaya yang seutuhnya, baik secara individu maupun kelompok.1 Dalam
membangun pemahaman, setiap individu akan memiliki hasil yang berbeda. Hal ini
terlihat dari evaluasi yang sering dilakukan oleh guru, dimana hasil belajar yang
diperoleh berbeda-beda.2 Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan
pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat
ideal, sedangkan hasil belajar bersifat actual.3
Pembelajaran fisika pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA),
merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dipandang sangat
penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri pada jenjang tersebut.4
Fisika juga bukan merupakan pelajaran yang terdiri dari konsep-konsep yang
disajikan dengan rumus saja. Pembelajaran fisika memerlukan pengalaman
langsung dari peserta didik.5 Dengan pengalaman belajar langsung, keaktifan siswa
akan terlatih untuk menemukan sendiri berbagai konsep. Namun nyatanya, masih
1 Ayu Nur Laily Choiroh, dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Menggunakan
Metode Mind Mapping Terhadap Prestasi dan Kemandirian Belajar Fisika, Jurnal Pendidikan
Fisika, Vol.7 No.1, Juni 2018, h.2 2 Muh. Yunus & Kurniati Ilham, Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving Question and
Getting Answers Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bajeng, Jurnal Chemica
Vol. 14 No. 1, Juni 2013, h.21 3 Setyawati & Edy Sulistiyo, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Strategi Giving
Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI TAV Pada Standar
Kompetensi membuat Rekaman Audio di Studio di SMK Negeri 3 Surabaya, Jurnal Penelitian
Pendidikan Elektro, Vol. 02 No. 1, 2013, h.187 4 Depdiknas, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar SMA/MA, 2006, h.160 5 Agnes Yuni P, Pengembangan Media Interaktif “Jelonpro” Konsep Gerak Parabola untuk
Peserta Didik Kelas X, Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM, Vol. 1, 2016, h.35
2
terdapat beberapa siswa yang bertindak pasif dalam pembelajaran fisika. Hal
tersebut diperkuat oleh pernyataan Fuad Muchlisin bahwa siswa pasif cenderung
hanya menerima informasi saja tanpa memberikan tanggapan yang serius.6 6
Sebagian besar siswa di kelas mengikuti pembelajaran tanpa tahu materi yang
akan diajarkan pada pertemuan tersebut. Siswa secara pasif menunggu materi yang
akan disampaikan oleh guru.7 Kepasifan siswa tersebut menjadi salah satu faktor
penyebab rendahnya hasil belajar fisika siswa.8 Hasil belajar siswa terbagi menjadi
3 ranah, yakni ranah psikomotorik, ranah afektif dan ranah kognitif. Pada ranah
kognitif ini yang biasanya menjadi tolak ukur guru untuk melihat peningkatan
kemampuan siswa dalam belajar. Untuk mengukur ranah kognitif tersebut, guru
melakukan tes penilaian setelah pemberian materi di kelas berupa tes tertulis yang
disusun secara terencana. Dari tes tersebut didapatkan angka atau nilai yang
menjadi acuan keberhasilan kemampuan kognitif siswa dalam mencapai KKM.
Berdasarkan observasi nilai fisika dan wawancara yang dilakukan peneliti pada
siswa kelas X, XI dan XII melalui 3 sekolah yang ada di Tangerang Selatan,
sebagian besar responden berpendapat bahwa mata pelajaran fisika merupakan
pelajaran yang kurang diminati setelah mata pelajaran matematika.9 Dari hal
tersebut yang menyebabkan nilai rata-rata fisika siswa berada di bawah standar
KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yakni sebesar 70.10 Budi Kuspriyanto dan
Sahat Siagian juga menyatakan bahwa rendahnya hasil belajar siswa tercermin dari
nilai rata-rata ujian nasional SMA pada mata pelajaran fisika lebih rendah dari mata
pelajaran lain yang diujikan.11
6 Fuad Muhclisin, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Dengan Pendekatan Peta
Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Motor Diesel Di
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Jurnal Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif UNY, 2013.
h.1 7 Ayu Nur Laily Choiroh, dkk, loc. cit. 8 Sri Wahyu Widyaningsih & Irfan Yusuf, Penerapan Quantum Learning Berbasis Alat Peraga
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik, Jurnal Panrita, Vol.10, 2015, h.681 9 Wawancara langsung kepada 30 siswa 10 Observasi nilai rapor siswa di beberapa sekolah di SMAN 5 Tangerang Selatan, SMAN 4
Tangerang Selatan dan SMA Triguna Utama UIN, 2018. 11 Budi Kuspriyanto & Sahat Siagian, Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif
terhadap Hasil Belajar Fisika, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 6 No. 2, Oktober 2013, h.133
3
Faktor lain yang menyebabkan hasil belajar fisika rendah yakni fisika
merupakan salah satu pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan
beberapa siswa masih kurang mahir dalam pengoperasian matematika.12 Selain itu,
kurangnya pembaharuan dalam gaya mengajar guru menyebabkan kejenuhan
pembelajaran pada siswa. Menurut Yova, hal tersebut menjadi salah satu penentu
kenyamanan belajar siswa.13 Permasalahan lain yang dialami oleh peserta didik
dalam proses pembelajaran yaitu dalam memahami dan merespon materi yang
diberikan oleh guru. Oleh karena itu, guru perlu memiliki metode yang tepat untuk
digunakan dalam proses pembelajaran. Metode yang dipilih harus mampu
meningkatkan minat belajar dan kemandirian belajar peserta didik, sehingga proses
pembelajaran bermakna dan peserta didik dapat mencapai kemampuan kognitif
dengan optimal.14
Salah satu konsep penting dalam ruang lingkup pelajaran fisika adalah konsep
gerak parabola.15 Pada materi gerak parabola banyak konsep-konsep yang dipelajari
secara teoritis.16 Materi gerak parabola juga banyak ditemui dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam pekerjaan rumah seperti menyiram tanaman dengan
menggunakan selang air, dalam bidang olahraga pada permainan bola basket, sepak
bola dan sebagainya bahkan sampai dengan bidang kemiliteran dapat ditemui
konsep gerak parabola. Contoh- contoh tersebut menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan berpikir menganalisis agar dapat melakukan pengukuran yang baik dan
sesuai sasaran. Kompetensi dasar gerak parabola pada kurikulum 2013 revisi
12 Sri Wahyu Widyaningsih & Irfan Yusuf, loc. cit. 13 Yova Agustian Prahara, Subiki dan Maryani, Model Quantum Learning Dengan Metode
Ekspeimen Pada Pembelajaran Fisika Di SMPN 7 Jember, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.1, 2012,
h.309 14 Yeni Apriyanti, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Flipped Classroom Pada Materi
Getaran Harmonis, FKIP Universitas Lampung, h.70 15 M.Khoiruddin, dkk, Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Strategi Metakognitif
Berbantuan Refutation Text Pada Materi Gerak Parabola, Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Untan Pontianak, h. 1 16 Riki Chandra Wijaya, dkk, Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Projectile Launcher
sebagai Alat Praktikum Fisika pada Materi Gerak Parabola, Jurnal Edu-Sains, Vol.3 No.2, Juli 2014,
h.46
4
mengindikasi siswa untuk dapat menganalisis gerak dengan menggunakan vektor,
beserta makna fisisnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.17
Berdasarkan masalah yang ada diperlukan usaha bagaimana meningkatkan
hasil belajar siswa dalam mengatasi kepasifan dan kejenuhan saat proses belajar,
dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa menggunakan model
pembelajaran yang dapat memberikan ruang gerak yang cukup bagi siswa dalam
mengembangkan segala proses serta keterampilan yang dimilikinya. Salah satunya
menggunakan model pembelajaran flipped classroom.18
Flipped classroom merupakan inversi dari model pembelajaran konvensional
pada umumnya, sehingga pembelajaran didesain dengan lingkungan belajar yang
lebih personal, interaktif dan fleksibel melalui pengitegrasian teknologi, karena saat
ini banyak siswa yang sudah terfasilitasi teknologi seperti smartphone dan laptop
namun belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam menunjang kegiatan belajar,
termasuk inisiatif mencari berbagai sumber belajar. Ciri utama dalam pelaksanaan
flipped classroom yaitu adanya metode dan konten pembelajaran yang dapat
memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri dan fleksibel di luar kelas,
juga belajar secara aktif dalam pertemuan tatap muka di kelas. Model ini bisa
menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru fisika,
terkait keterbatasan waktu pembelajaran di kelas, dengan memberikan tanggung
jawab kepada peserta didik untuk mengakses konten pelajaran di luar kelas.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berharap melalui proses belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom akan mampu
memunculkan motivasi untuk belajar, keterampilan belajar dan rasa percaya diri
siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada umumnya dan pada
kemampuan kognitif khususnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang diberi judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom
terhadap Kemampuan Kognitif Siswa pada Konsep Gerak Parabola”.
17 Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Mata Pelajaran
Fisika (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h.14 18 Ayu Nur Laily Choiroh, dkk, loc.cit.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, perlu adanya identifikasi masalah yaitu
kemungkinan masalah yang muncul berkaitan dengan variabel penelitian.
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Ditinjau dari hasil belajar aspek kognitif, pencapaian Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) pada mata pelajaran fisika masih terbilang rendah. Peserta
didik pun mengakui bahwa mata pelajaran fisika memiliki tingkat kesulitan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan mata pelajaran sains lainnya.
2. Ketika siswa di kelas, mereka hanya mendapatkan tenggang waktu selama satu
minggu untuk mendapatkan informasi mengenai materi baru yang akan
dipelajari sehingga hal tersebut menimbulkan ketidaksiapan peserta didik untuk
menerima materi baru dari guru menjadi faktor kurangnya efisiensi waktu
pembelajaran di dalam kelas. Penyampaian materi memerlukan waktu yang
cukup lama sekitar 75 menit dari 2 jam pelajaran yaitu 90 menit, sehingga
seringkali peserta didik tidak dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas
yang akhirnya tugas tersebut dijadikan pekerjaan rumah.
3. Dari hasil wwancara sebelum penelitian kepada guru fisika ditempat penelitian
mengatakan bahwa materi gerak parabola merupakan konsep yang sebenarnya
banyak ditemukan pada kehidupan sehari-hari, tetapi hasil belajar siswa pada
konsep ini masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil ulangan siswa di kelas
sebelumnya.
4. Adanya fasilitas berupa video-video pembelajaran yang ada diinternet belum
dimanfaatkan sepenuhnya oleh siswa untuk mencari berbagai sumber belajar.
Hal tersebut didapatkan dari hasil wawancara kepada siswa yang cenderung
menggunakan gadget mereka hanya untuk mengakses konten hiburan saja.
5. Kurangnya variasi guru dalam proses pengajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, perlu adanya pembatasan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini supaya pembahasannya lebih fokus. Pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
6
1. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu menggunakan model
pembelajaran Flipped Classroom tipe Peer Instruction Flip didasarkan pada
buku Jonathan Bergmann dan Aaron Sams. Adapun tahapannya terbagi menjadi
2, saat siswa di luar kelas dan di dalam kelas. Tahapan saat siswa di luar kelas:
siswa menonton video pembelajaran sebelum pembelajaran di kelas, siswa
merangkum materi setelah menonton video, siswa membuat pertanyaan yang
kurang dipahami dalam video. Pada saat di kelas: saling beradu pendapat dan
berdiskusi terkait jawaban pada tes soal pertama yang diberikan oleh guru secara
berkelompok, menyelesaikan tes soal kedua untuk menguatkan konsep secara
berkelompok, pengukuran pemahaman siswa yang dilakukan di kelas pada akhir
pelajaran (latihan soal) secara individu.
2. Pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol menggunakan model
konvensional yang dilakukan di sekolah yaitu pembelajaran model ceramah
yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah.
3. Hasil belajar yang diukur meliputi ranah kognitif. Untuk ranah kognitif merujuk
pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl.
Aspek kognitif yang digunakan yaitu pada tingkatan C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis) konsep Gerak Parabola pada
kompetensi dasar (KD) 3.5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Apakah model flipped classroom berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif
siswa pada konsep gerak parabola?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar kognitif siswa pada mata
pelajaran fisika setelah diberi perlakuan pembelajaran menggunakan model
flipped classroom?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan model
flipped classroom?
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh model flipped classroom terhadap hasil belajar
kognitif siswa.
2. Untuk mengetahui adakah pengingkatan hasil belajar kognitif siswa yang diberi
perlakuan pembelajaran dengan model flipped classroom.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran flipped classroom
yang digunakan pada pembalajaran fisika pada konsep gerak parabola.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, antara
lain:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan dan meningkatkan
hasil belajar dalam mempelajari materi fisika khususnya materi gerak parabola
dengan menggunakan model flipped classroom.
2. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan mengimplementasikan
model flipped classroom.
3. Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan dalam
memahami konsep model flipped classroom.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Flipped Classroom
a. Pengertian Model Pembelajaran Flipped Classroom
Model Pembelajaran menurut Dewey dan Joyce adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk merancang tatap muka di kelas, atau pembelajaran
tambahan di luar kelas untuk memperkuat materi pengajaran. Secara umum model
juga dapat diartikan sebagai kerangka konseptual.19 Hal tersebut selaras dengan
pendapat Soekamto dkk, bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
dalam aktivitas belajar mengajar.20 Joyce dan Weil berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.21 Dari
pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang merupakan rencana atau pola pembelajaran di
kelas yang digunakan sebagai pedoman aktivitas belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Saat ini banyak berkembang model pembelajaran diantaranya
adalah model pembelajaran Flipped Classroom.
Model Pembelajaran Flipped Classroom hadir karena adanya perkembangan
teknologi yang mempengaruhi bidang pendidikan. Teknologi yang berkembang
saat ini juga menjadi salah satu fasilitas yang efektif untuk digunakan guru dan
siswa. Flipped Classroom pertama kali diperkenalkan oleh Jonathan Bergmann dan
Aaron Sams pada tahun 2007. Stelee menyatakan model Flipped Classroom adalah
19 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.13. 20 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2014), h.7. 21 Dr. Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), h.133.
9
“The use of multimedia elements and technology to help time-shift direct
instruction so students receive the most support when they are working on the
tasks requiring additional cognitive load.”22
Yakni model pembelajaran yang menggunakan bantuan multimedia dan
teknologi untuk membantu dalam penyampaian materi pembelajaran, sehingga
siswa memiliki lebih banyak waktu saat mengerjakan tugas. Hal tersebut
dikarenakan pada saat sebelum penelitian, guru menghabiskan waktu sebanyak 2
jam pelajaran untuk menjelaskan materi, setelah itu 1 jam pelajaran sisanya siswa
diminta untuk mengerjakan latihan soal tanpa bimbingan guru.
Namun pada penelitian ini siswa memiliki waktu yang lebih untuk bertanya
mengenai teori lainnya ketika di kelas, karena 1 jam pelajaran dimanfaatkan siswa
untuk menggali kembali materi yang masih belum mereka pahami dan setelah itu 2
jam pelajaran sisanya guru akan membimbing siswa untuk mengerjakan latihan soal
yang diberikan. Manfaat penggunaan perangkat multimedia seperti video yang
diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran di kelas adalah siswa dapat
menonton, memutar ulang ataupun mempercepat sesuai dengan kebutuhan masing-
masing siswa. Secara sederhana, Francisca dalam penelitiannya juga mengartikan
Flipped Classroom adalah menyediakan waktu lebih banyak yaitu 2 jam pelajaran
dari 3 jam pelajaran mata pelajaran fisika di kelas X untuk asimilasi materi dalam
bentuk latihan soal, atau aktivitas lainnya.23
Model Flipped Classroom dimaksudkan agar pembelajaran yang dilakukan
di kelas menjadi lebih efektif. Pada pembelajaran kelas konvensional umumnya
banyak waktu yang dihabiskan oleh guru untuk menjelaskan materi ajar, tetapi
sedikit sekali kesempatan siswa untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi dari
permasalahan yang guru berikan. Flipped instruction dikenal juga sebagai Flipped
classroom yaitu membalikkan penerimaan dan penggunaan materi di kelas
tradisional dengan menggunakan waktu di kelas untuk membimbing siswa dalam
22 Kevin M Steele, The Flipped Classroom: Cuting-Edge, Practical Strategies to Successfully
“Flip” Your Classroom, 2016, h.2. diakses dari
http://www.kevinmstelee.com/the_flipped_classroom_-_ice.pdf, pada tanggal 3 Agustus 2018
pukul 09.26 23 Francisca H. Chandra & Yulius W. Nugroho, Peran Teknologi Video dalam Flipped
Classroom, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Dinamika Teknologi : April 2016 Vol.8; No.1, h.16
10
menjawab pertanyaan yang dipelajari pada hari itu.24 Bergman dan Sams
membandingkan model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran
Flipped Classroom. Pada model pembelajaran konvensional, siswa datang ke kelas
dengan rasa bingung dengan pekerjaan rumah yang diberikan dipertemuan
sebelumnya. Biasanya guru menghabiskan 25 menit pertama untuk membahas
pekerjaan rumah yang siswa belum pahami. Guru memberikan materi baru selama
30 sampai 45 menit dan sisanya dihabiskan di kelas dengan latihan secara mandiri
atau kelompok. Akan tetapi pada model pembelajaran flipped classroom, waktu
diatur dengan sepenuhnya. Di awal pembelajaran siswa perlu menanyakan
pertanyaan tentang materi yang telah mereka lihat lewat video yang diberikan, jadi
guru umumnya menjawab pertanyaan tersebut selama 15 menit pertama di kelas.
Hal ini membiarkan guru menyelesaikan miskonsepsi sebelum mereka berlatih dan
melakukan penyelesaian dalam penerapan konsep. Waktu sisa digunakan lebih luas
untuk aktivitas sendiri untuk penyelesaian masalah secara langsung. Bergmann dan
Sams juga menjelaskan pada Tabel 2.1 berikut mengenai perbandingan model
pembelajaran flipped classroom dan model pembelajaran tradisional: 25
Tabel 2.1
Perbandingan Model Pembelajaran Flipped Classrooom dan Model
Pembelajaran Kelas Tradisional
Flipped Classroom Kelas Tradisional
Aktifitas Waktu Aktifitas Waktu
Apersepsi 5 menit Apersepsi 5 menit
Tanya jawab isi materi
dalam video
10 menit Membahas pekerjaan
rumah pada
pertemuan
sebelumnya
20 menit
Bimbingan dan latihan
individu dan kegiatan
diskusi kelompok
75 menit Guru mengajarkan
materi baru
35 menit
Bimbingan dan latihan
dan diskusi kelompok
30 menit
24 Jeffery L.Loo, et.al., Flipped Instruction For Information Literacy: Five Instructional Cases
of Academic Librarians, 13 Maret 2016, h.1 25 Jonathan Bergmann and Aaron Sams, Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every
Class Every Day, (United States : The International Society For Technology In Education, 2012),
h.15
11
Flipped Classroom adalah proses pembelajaran dimana guru memberikan
video atau audio materi pembelajaran sebelum proses belajar di dalam kelas juga
dikemukakan oleh Wolff dan Chan. Supaya siswa dapat melihat video di luar kelas
sebelum proses pembelajaran dimulai. Pada saat di dalam kelas digunakan untuk
kegiatan tanya-jawab, diskusi dan latihan maupun kegiatan kelompok. Menurut
Bishop dan Verleger, Flipped Classroom terbagi lagi dalam arti sempit dan luas,
dijelaskan pada Tabel 2.2 berikut:26
Tabel 2.2
Definisi Flipped Classroom secara sempit dan luas
Flipped Classroom
dalam arti sempit
Di dalam kelas Latihan soal dan pemecahan
masalah
Di luar kelas Menonton video pembelajaran
yang diberikan oleh guru
Flipped Classroom
dalam arti luas
Di dalam kelas Kegiatan tanya-jawab
Pembelajaran
berkelompok/pemecahan
masalah secara terbuka
Di luar kelas Menonton video
pembelajaran
Quiz dan latihan yang bersifat
tertutup
Berdasarkan Tabel 2.2, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Flipped Classroom dalam arti sempit meminta siswa untuk menonton video di luar
kelas, video tersebut diberikan oleh guru berupa materi yang akan dipelajari. Pada
saat di dalam kelas, siswa diminta untuk menyelesaikan latihan soal dan
memecahkan beberapa masalah terkait materi yang dipelajari. Dalam arti luas,
adanya penambahan kegiatan tanya jawab dan pemecahan masalah berlangsung di
26 Jacob Lowell Bioshop and Matthew a verieger, The Flipped Classroom: A Survey of the
Research, (Atlanta : 120th ASEE Annual Conference & Exposition, 2013), h.5
12
dalam kelas. Siswa menonton video materi dan mengerjakan quiz atau latihan soal
yang diberikan oleh guru yang dilaksanakan di luar kelas.
Menurut Steele, terdapat beberapa tipe model pembelajaran Flipped
classroom yaitu:27
1) Traditional Flipped merupakan model pembelajaran flipped classroom
yang paling sederhana. Biasanya digunakan oleh guru pemula yang baru
menerapkan model flipped classroom. Langkah pembelajarannya adalah siswa
menonton video pembelajaran dirumah, lalu ketika dikelas
melakukan kegiatan dan mengerjakan tugas yang diberikan secara
kelompok. Lalu diakhir pembelajaran dilakukan kuis secara individu atau
berpasangan.
2) Mastery Flipped merupakan perkembangan dari Traditional Flipped.
Tahapan pembelajarannya hampir serupa dengan pembelajaran Traditional
Flipped, hanya saja pada awal pembelajaran model ini diberikan pengulangan
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
3) Peer Instruction Flipped adalah model pembelajaran dimana siswa
mempelajari materi dasar sebelum memulai kelas melalui video. Ketika
dikelas siswa menjawab pertanyaan konseptual secara individu, siswa
diberikan kesempatan untuk saling beradu pendapat terhadap soal yang
diberikan untuk meyakinkan jawabannya kepada temannya dan diakhir
diberikan tes pemahaman.
4) Problem Based Learning Flipped adalah siswa diberikan video yang
memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah yang akan muncul ketika
di kelas. Pada model ini siswa bekerja dengan bantuan guru. Ketika di kelas
siswa melakukan eksperimentasi dan evaluasi
Pembelajaran menggunakan model flipped classroom memiliki keterkaitan
dengan taksonomi bloom. Pada dasarnya, model flipped classroom mengarah
kepada ranah kognitif siswa. Adapun ranah kognitif terdiri atas enam tahap, yaitu:
(1) Mengingat (2) Memahami (3) Menerapkan (4) Menganalisis (5) Menyintesis (6)
27 Kevin M Stelee, op. cit, h. 2-3, (http://www.kevinmsteele.com/ the_flipped_classroom_-_ice.pdf)
13
Mengevaluasi.28 Pada pembelajaran model flipped classroom, tahap memahami dan
mengingat didapatkan di rumah melalui video pembelajaran yang diberikan oleh
guru sebelum memulai pembelajaran, serta tahap menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi didapatkan di kelas melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan.
Model pembelajaran flipped classroom yang akan digunakan untuk
penelitian ini adalah model flipped classroom tipe peer instruction flipped dengan
langkah-langkah penerapannya menurut Stelee. Pada model pembelajaran flipped
classroom ini memungkinkan siswa untuk memahami dan menyelesaikan masalah
yang diberikan dengan pembelajaran aktif melalui proses diskusi.
b. Pengertian Peer Intruction Flipped
Model pembelajaran peer instruction flipped merupakan penerapan
model pembelajaran Flipped Classroom dengan pembelajaran peer instruction.
Peer Instruction dipelopori oleh Prof. Eric Mazur pada tahun 1997. Pembelajaran
ini menekankan partisipasi aktif siswa dalam kelas melalui kegiatan diskusi tentang
pertanyaan pemahaman konsep mendasar. Ketika di kelas pembelajaran diselingi
dengan pertanyaan konseptual berdasarkan kesalahpahaman yang dilakukan siswa.
Pembelajaran peer instruction merupakan pembelajaran yang berpusat
pada siswa dan melibatkan setiap siswa dalam kelas untuk aktif berdiskusi
dengan saling beragumen. Selain itu, pada peer instruction masing-masing siswa
diminta melihat inti dari pokok bahasan lalu menjelaskan konsep yang didapat
kepada teman-temannya. Perkembangan dari kelas yang menggunakan
pembelajaran peer instruction bergantung dari hasil umpan balik yang diberikan
siswa pada tes konseptual yang diberikan. Adapun tes soal yang diberikan menurut
Mazur mengikuti langkah-langkah berikut:29
1) Penyampaian pertanyaan.
2) Siswa diberikan waktu unntuk berfikir.
3) Siswa mencatat jawaban secara pribadi (optional).
4) Siswa meyakinkan temannya terhadap hasil yang diperoleh (peer instruction).
28 Heris Hendriana dan Utari Sumarmo, Penilaian Pembelajaran Matematika, (Bandung :
Refika Aditama, 2014), h.68. 29 Eric Mazur, Peer Instruction: A User’s Manual, (New Jersey : Prentice Hall, 1997), h.10
14
5) Siswa mencatat jawaban yang telah ditinjau kembali (optional).
6) Murid menyampaikan kembali jawaban kepada guru.
7) Memberikan penjelasan mengenai jawaban yang benar.
Jika mayoritas siswa dapat menjawab dengan benar soal tes konsep yang
diberikan, guru akan melanjutkan ke soal selanjutnya atau ke topik selanjutnya. Jika
persentase jawaban benar terlalu rendah (misal kurang dari 80%) dari banyaknya
siswa, maka guru akan melanjutkan pembelajaran dengan lebih pelan, lebih detail,
dan memberikan tes konsep yang sejenis. Kegiatan tersebut dapat diulangi untuk
mengurangi perbedaan antara ekspektasi guru dengan pemahaman siswa. Dalam
Lasry et.al terdapat bagan implementasi ConcepTest pada peer instruction.30
Gambar 2.1
Implementasi Concept Test Pada Pembelajaran Peer Instruction
Jadi peer instruction flipped merupakan salah satu penerapan model
flipped classroom yang menekankan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran untuk saling berarugumen terhadap jawaban dari ConcepTest yang
30 N.Lasry et.al, Peer Instruction: Comparing clickers to Flashcard, 2016, h. 1, diakses dari
(https://arxiv.org/ftp/physics/papers/0702/0702186.pdf ) pada tanggal 03 September 2018, pukul
21.30
Penjelasan singkat oleh guru
Concept Test dan Voting oleh siswa
Jawaban benar
35% - 80%
Siswa berdiskusi
Voting ulang
Jawaban benar
>80%
Penjelasan
Soal atau topik
selanjutnya
Jawaban benar
<35%
Mengulang
konsep
15
diberikan melalui serangkaian kegiatan diskusi dalam kelompok kecil dan tanya
jawab yang berkaitan dengan konsep.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat
didefinisikan bahwa model flipped classroom tipe peer instruction flipped adalah
model pembelajaran terbalik dengan bantuan video pembelajaran sebagai media
penyampaian materi sebelum pembelajaran kelas berlangsung dan pada sesi belajar
dikelas digunakan untuk kegiatan tes konsep individual serta proses diskusi dalam
kelompok kecil terkait jawaban dari konsep tes yang diberikan.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Flipped Classroom Tipe Peer
Intruction Flipped
Peer Instruction Flipped adalah model pembelajaran flipped classroom
dimana siswa mempelajari materi dasar sebelum memulai kelas dengan bantuan
video pembelajaran yang diberikan oleh guru. Video pembelajaran diberikan
sebelum kelas dimulai yaitu di jam akhir pembelajaran, sehingga pada saat di rumah
siswa dapat mengulang video pembelajaran yang diberikan sesuai dengan
kecepatan dari masing-masing daya tangkap siswa. Ketika di kelas siswa menjawab
pertanyaan konseptual secara individu lalu guru mengumpulkan jawaban siswa
serta mengelompokkan/ memasangkan siswa berdasarkan jawaban yang benar dan
yang salah. Kelompok yang terbentuk berdasarkan jawaban yang diberikan siswa.
Siswa diberikan kesempatan untuk saling beradu pendapat terhadap soal yang
diberikan. Siswa yang memiliki jawaban benar biasanya memiliki argumen yang
lebih kuat. Lalu siswa saling berdiskusi terhadap jawaban yang diberikan. Begitu
seterusnya hingga akhir pembelajaran berakhir. Adapun langkah-langkah
pembelajaran peer instruction flipped menurut Stelee adalah sebagai berikut:31
1. Siswa menonton video pembelajaran di rumah. Pada saat siswa menonton video
pembelajaran di rumah, setiap siswa diminta juga untuk membuat suatu catatan
kecil (ringkasan) dari apa yang siswa tangkap dari tayangan video pembelajaran
yang dilihat. Selanjutnya membuat daftar pertanyaan jika terdapat hal-hal yang
tidak dipahami terkait isi video yang diberikan.
31 Stelee, op.cit., h. 3.
16
2. Tes soal pertama yang mengajarkan konsep. Setelah proses tanya jawab diawal
pembelajaran, guru memberikan tes soal pertama mengenai suatu konsep dasar
pada pembahasan yang akan dipelajari di kelas. Siswa diberikan waktu untuk
mengerjakan soal secara individu.
3. Siswa saling berdiksusi dan saling berargumen terhadap tes soal pertama
yang diberikan. Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menjelaskan
jawaban dari tes soal pertama. Siswa meyakinkan temannya terhadap hasil yang
diperoleh, Selanjutnya adalah pembentukan kelompok diskusi. Kelompok
diskusi berdasarkan jawaban yang diberikan siswa. Siswa dikelompokkan secara
heterogen yang terdiri dari siswa dengan jawaban tepat dan kurang tepat. Siswa
dengan jawaban tepat atau benar akan cenderung mempertahankan dan
menguatkan siswa dengan jawaban yang kurang tepat.
4. Tes soal kedua yang mengajarkan konsep atau menguatkan konsep. Jika jawaban
siswa yang benar lebih besar dari 80% maka guru akan melanjutkan topik/soal
kedua agar lebih menguatkan konsep yang telah didapat siswa. Begitu
seterusnya, hingga jam pembelajaran berakhir.
5. Penilaian pemahaman siswa diakhir materi bab pembelajaran
diakhir pembahasan, siswa diberikan tes pemahaman yaitu soal evaluasi
terhadap materi yang telah dipelajari.
Gambar 2.2
Langkah-langkah Pembelajaran Peer Instruction Flipped
Siswa menonton video
pembelajaran di rumah
Tes soal pertama yang mengajarkan
konsep
Siswa saling berdiskusi dan saling berargumen terhadap
tes soal pertama yang diberikan untuk
menguatkan konsep
Tes soal kedua yang
mengajarkan/menguatkan konsep
Penilaian pemahaman siswa yang dilakukan dalam kelas diakhir bab pembelajaran
17
Berbagai kegiatan atau aktivitas langkah-langkah pembelajaran di atas tidak
dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun langkah-langkah
pembelajaran model flipped classroom tipe peer instruction flipped yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
a. Pre-class
1. Menonton video pembelajaran sebelum pembelajaran.
2. Membuat catatan kecil/ringkasan secara individu.
3. Membuat list pertanyaan terkait video lalu dikumpulkan secara berkelompok.
b. In-Class
1. Tanya jawab isi video.
2. Tes soal pertama yang mengajarkan konsep (ConcepTest)
3. Saling berargumen terhadap ConcepTest pertama (kegiatan diskusi).
Jika jawaban benar kurang dari 35% guru mengulang konsep.
Jika jawaban siswa yang benar antara 35% - 80% siswa diberikan
waktu untuk saling berdiskusi.
Jika jawaban siswa yang benar >80 % guru melanjutkan topik atau
permasalahan selanjutnya.
4. Tes soal kedua yang menguatkan konsep.
5. Penilaian pemahaman siswa di akhir bab pembelajaran
2. Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif
Hasil belajar aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan
intelektual dalam berpikir.32 Menurut Widoyoko, peserta didik melakukan proses
kognitif secara aktif, yakni memadukan informasi baru dengan pengetahuan yang
dimilikinya.33 Proses kognitif pada flipped classroom telah diilustrasikan dengan
piramida taksonomi kognitif Bloom yang telah direvisi oleh Krathwohl &
Anderson. Taksonomi kognitif Bloom merupakan cara pengkategorian kemampuan
32 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme
Guru Abad 21, (Bandung: Penerbit Alfabeta), 2012, h. 125 33 Widoyoko. Eko Putro, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar), 2014, h. 30
18
kognitif yang dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam mendefinisikan
tujuan pembelajaran.34 Taksonomi tersebut terdiri enam tingkatan yang tersusun
secara hierarkis. Berikut ini penjelasan setiap tingkatan mulai dari kemampuan
yang terendah hingga tertinggi dalam aspek kognitif berdasarkan revisi taksonomi
Bloom.35
a) Mengingat (remembering): proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan
dari memori jangka panjang. Proses mengingat dapat dicerminkan melalui
kegiatan mengenali/mengidentifikasi.
b) Memahami (understanding): proses mengkonstruksi makna dari materi
pembelajaran, yang disampaikan baik secara lisan, tulisan, maupun melalui
gambar. Kategori proses memahami meliputi kegiatan menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan
c) Menerapkan (applying): proses yang melibatkan penggunaan prosedur tertentu
untuk menyelesaikan masalah. Proses menerapkan meliputi kegiatan
mengeksekusi/ menjalankan dan mengimplementasikan/ menggunakan.
d) Menganalisis (analyzing): proses memecah materi menjadi bagian-bagian kecil
dan menetukan bagaimana hubungan antarbagian maupun hubungannya secara
keseluruhan. Proses menganalisis meliputi kegiatan membedakan,
mengorganisasikan, dan mengatribusikan.
e) Mengevaluasi (evaluating): proses membuat keputusan berdasarkan kriteria
tertentu. Proses mengevaluasi meliputi kegiatan memeriksa dan mengkritik.
f) Menciptakan (creating): proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah
keseluruhan yang koheren dan fungsional. Proses menciptakan meliputi
kegiatan merumuskan, merencanakan/ merancang, dan memproduksi.
34 Rukmini. Elizabeth, Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom. Majalah Ilmiah
Pembelajaran FIP UNY, 2008, h. 6 35 Widoyoko. Eko Putro, op.cit, h. 30-36
19
Pada Tabel 2.3 secara terperinci dideskripsikan kata kerja operasional
yang dapat digunakan untuk merepresentasikan aspek kognitif peserta
didik berdasarkan revisi taksonomi kognitif Bloom menurut Lorin Anderson.36
Tabel 2.3 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
Taksonomi
Kognitif
Kata Kerja Operasional
Mengingat Mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai,
menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dsb
Memahami Menafsirkan, merangkum, mengklasifikasikan,
membandingkan, menjelaskan, memaparkan dsb
Menerapkan Melaksanakan, menggunakan, menjalankan, mempraktekkan,
memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb
Menganalisis Menguraikan, membandingkan, mengorganisasikan,
menyusun ulang, mengubah struktur, menyusun outline,
mengintegrasikan dsb.
Mengevaluasi Menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai,
menguji, membenarkan dsb
Mencipta Merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat dsb
Menurut pandangan beberapa ahli, hasil belajar aspek kognitif merupakan
pencapaian kemampuan dan kecakapan intelektual dalam berpikir yang
direpresentasikan melalui enam tingkatan, yaitu mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dalam penelitian ini,
peninjauan hasil belajar aspek koginitif dibatasi hanya pada tingkatan pertama (C1)
sampai dengan keempat (C4), sementara dimensi mengevaluasi (C5) dan mencipta
(C6) tidak disertakan karena dipertimbangkan tidak dapat diukur melalui tes
tertulis.
36 Rusman, op.cit. h. 126
20
3. Kajian Materi Gerak Parabola
Gerak peluru (proyektil) adalah suatu benda yang diberi kecepatan awal
kemudian menempuh lintasan yang arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi dan hambatan udara. 37 Gerak proyektil merupakan salah satu
jenis gerak dua dimensi yang memiliki percepatan konstan, dengan 𝑎𝑥 = 0, dan
𝑎𝑦 = −𝑔.38 Gerakan proyektil dipersulit oleh hambatan udara, gerakan bumi dan
variasi percepatan karena gravitasi. Dalam gerakan proyektil, komponen horizontal
dan vertikal gerakan ini adalah saling bebas. Gerak ini tidak memiliki hubungan
dengan gerak vertikal bola begitupun sebaliknya gerak vertikal tak ada hubungan
dengan gerak horizontal.39
1. Ciri – ciri Gerak Parabola
Benda – benda yang melakukan gerak parabola memiliki ciri.
a. Benda tersebut bergerak karena ada gaya yang diberikan.
37 D. young. hugh dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2002),
h.68. 38 Serway. Jewett, Fisika untuk Sains dan Teknik. (Jakarta: Salemba Teknika, 2014), h. 148. 39 Tipler. Paul A, Fisika untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Erlangga, 1998), h.65.
21
b. Pada gerak jatuh bebas, benda - benda yang melakukan gerak parabola
dipengaruhi oleh gravitasi, yang berarah ke bawah (pusat bumi) dengan besar
𝑔 = 9,8 𝑚. 𝑠−2
c. Hambatan atau gesekan udara. Setelah benda tersebut ditendang, dilempar,
ditembakkan atau dengan kata lain benda tersebut diberikan kecepatan awal
hingga bergerak, maka selanjutnya gerakannya bergantung pada gravitasi dan
gesekan atau hambatan udara. Karena kita menggunakan model ideal, maka
dalam menganalisis gerak parabola, gesekan udara diabaikan.40
2. Besaran – besaran dalam Gerak Parabola
Gerak parabola pertama kali digambarkan oleh Galileo. Dia menganalisis
komponen gerak arah horizontal dan arah vertikal. Gerak parabola juga memiliki
besaran-besaran sama dengan gerak-gerak yang lainnya.41
Gambar 2.3
Gerak parabola melalui beberapa titik
a. Posisi dan Kecepatan pada Gerak Parabola
Ketika benda bergerak pada sumbu x, maka benda akan bergerak lurus
beraturan (GLB). Ketika bergerak pada sumbu y, maka benda akan bergerak
40 Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Fisika untuk
SMA/MA kelas X, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2016), h. 125 41 Aris Prasetyo Nugroho, Indarti dan Naila Hilmiyana Syifa, Buku Siswa Fisika untuk SMA/MA
kelas X, (Surakarta: CV Mediatama, 2016), h.103
A
𝑣
𝑣
𝑣
𝑣 = 𝑣𝑥
𝑣0𝑦 𝑣0
𝑣0𝑥
𝑣𝑦
𝑣𝑥
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑣𝑦
𝑣𝑥
𝑣𝑥
𝑣𝑦
𝛼 𝛼
22
lurus berubah beraturan (GLBB). Saat benda bergerak lurus beraturan, maka
akan mempunyai kecepatan yang tetap, sedangkan jika benda bergerak lurus
berubah beraturan, maka akan mempunyai kecepatan yang berubah.
Ketika benda dilempar sehingga bergerak parabola, maka benda
tersebut tentunya memiliki posisi pada sumbu x dan sumbu y.
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 −1
2𝑔𝑡2
Pada persamaan di atas, terdapat 𝑣0𝑥 dan 𝑣0𝑦 yang merupakan
komponen kecepatan awal pada sumbu x dan sumbu y.
Benda yang bergerak parabola akan membentuk sudut 𝛼 terhadap
sumbu x. Sehingga, komponen kecepatan awal pada sumbu x dapat dituliskan.
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝛼
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥
Kecepatan pada sumbu x adalah tetap. Kecepatan awal pada sumbu y
akan bernilai:
𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼
Sedangkan kecepatan pada sumbu y adalah sebagai berikut.
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 − 𝑔𝑡
Sehingga posisi pada sumbu x dan sumbu y, dapat dituliskan seperti
dibawah ini.42
𝑥 = 𝑥0 + (𝑣0 cos 𝛼)𝑡
𝑦 = 𝑦0 + (𝑣0 sin 𝛼)𝑡 −1
2𝑔𝑡2
b. Percepatan pada Gerak Parabola
Gerak parabola terjadi pada sumbu x dan sumbu y, pada sumbu x benda
bergerak GLB, sehingga kecepatannya sama. Karena kecepatannya sama,
maka tidak terdapat perubahan kecepatan dan percepatannya adalah nol.
42 Ibid, h. 104-106
23
Sedangkan pada sumbu y, benda akan mengalami gerak lurus berubah
beraturan (GLBB). Percepatan yang dimiliki adalah percepatan gravitasi
(𝑎𝑦 = −𝑔). 43
c. Waktu untuk mencapai Ketinggian Maksimum dan untuk mencapai tanah
Pada gambar 2.3 Di titik C, bola berada di ketinggian maksimum
(𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠) sehingga kecepatan bola pada arah vertikal dan horizontal bernilai
nol (𝑣 = 0).
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝛼 − 𝑔𝑡
0 = 𝑣0 sin 𝛼 − 𝑔𝑡
𝑣0 sin 𝛼 = 𝑔𝑡
Dengan demikian, dapat kamu tentukan waktu yang diperlukan bola
untuk sampai di ketinggian maksimum (titik C).
𝑡 =𝑣0 sin 𝛼
𝑔
𝑡𝑝 =𝑣0𝑦
𝑔
𝑡𝑝 = waktu yang diperlukan untuk mencapai tinggi maksimum (s)
Setelah berada di ketinggian maksimum, bola akan bergerak turun
menuju tanah (titik E). Ketika telah berada di tanah, posisi bola pada arah
vertikal bernilai nol.
𝑦 = (𝑣0 sin 𝛼)𝑡 −1
2𝑔𝑡2
0 = (𝑣0 sin 𝛼)𝑡 −1
2𝑔𝑡2
(𝑣0 sin 𝛼)𝑡 =1
2𝑔𝑡2
𝑡 =2𝑣0 sin 𝛼
𝑔
Tampak bahwa waktu yang diperlukan bola dari titik awal (titik A)
menuju tanah (titik E) merupakan dua kali waktu yang diperlukan bola untuk
43 Ibid, h. 107
24
mencapai ketinggian maksimum (titik C). Secara matematis dapat
dinyatakan:
𝑡𝑡 =2𝑣0𝑦
𝑔
𝑡𝑡 = waktu yang diperlukan dari mulai melampar hingga mencapai tanah
(s).44
d. Ketinggian Maksimum (𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠)
Pada pembahasan sebelumnya sudah diketahui waktu untuk mencapai
ketinggian maksimum. Dengan begitu, dapat ditentukan ketinggian
maksimum sebagai berikut.45
𝑦 = (𝑣0 sin 𝛼)𝑡 −1
2𝑔𝑡2
= (𝑣0 sin 𝛼) (𝑣0 sin 𝛼
𝑔) −
1
2𝑔 (
𝑣0 sin 𝛼
𝑔)
2
= (𝑣0
2𝑠𝑖𝑛2 𝛼
𝑔) −
1
2𝑔 (
𝑣0 sin 𝛼
𝑔)
2
=𝑣0
2𝑠𝑖𝑛 2 𝛼
𝑔−
1
2
𝑣02𝑠𝑖𝑛 2 𝛼
𝑔
𝑦 =𝑣0
2𝑠𝑖𝑛 2 𝛼
2𝑔
Jadi, ketinggian maksimum (𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠) dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 =(𝑣0 sin 𝛼)2
2𝑔
e. Jangkauan atau Jarak horizontal terjauh (𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠)
Ketika bola ditendang, kemudian melambung, dan menyentuh tanah,
bola akan berpindah dari posisi awal (titik A) ke posisi akhir (titik E). Jarak
dari titik A ke titik E dinamakan jangkauan (𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠).
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 = (𝑣0 cos 𝛼)𝑡
44 Ibid, h. 107-108 45 Ibid, h. 108
25
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 = (𝑣0 cos 𝛼) (2𝑣0𝑦
𝑔)
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 = (𝑣0 cos 𝛼) (2𝑣0 sin 𝛼
𝑔) =
2𝑣02(sin 𝛼)(cos 𝛼)
𝑔
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑣0
2 sin 2𝛼
𝑔
3. Penerapan Gerak Parabola dalam kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa jenis gerak parabola
a) Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dengan
sudut 𝜃 terhadap horizontal (Gambar 2.4). Dalam kehidupan sehari-hari
terdapat banyak contoh gerak parabola, beberapa di antaranya adalah gerakan
bola yang ditendang, gerakan bola basket yang dilemparkan ke dalam
keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola voli, gerakan lompat jauh dan
gerakan peluru yang ditembakan dari permukaan bumi.46
Gambar 2.4 Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan
kecepatan awal dengan sudut tetap terhadap garis horizontal Sumber: http://abahcepi.blogspot.co.id/2009/12/gerak-parabola-gerak-peluru.html
b) Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal pada
ketinggian tertentu dengan arah sejajar horizontal (Gambar 2.5). Beberapa
contoh gerakan jenis ini yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari,
meliputi gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat atau benda yang
dilemparkan ke bawah dari ketinggian tertentu.47
46 Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, op.cit, h. 124 47 Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, Ibid, h. 124
26
Gambar 2.5 Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan
kecepatan awal pada ketinggian tertentu dengan arah sejajar
horizontal
Sumber:http://abahcepi.blogspot.co.id/2009/12/gerak-parabola gerakpeluru.html
c) Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dari
ketinggian tertentu dengan sudut teta terhadap garis horizontal (Gambar
2.6).48
Gambar 2.6 Gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan
kecepatan awal dari ketinggian tertentu dengan sudut teta
terhadap garis horizontal Sumber: http://abahcepi.blogspot.co.id/2009/12/gerak-parabola-gerak-peluru.html
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan pengaruh flipped classroom
terhadap kemampuan kognitif diantaranya sebagai berikut:
1. Jurnal Rusdi, dkk. Yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Peer
Instruction Flip dan Flipped Classroom terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa
pada Materi Sistem Ekskresi”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped Classroom terhadap hasil
48 Ibid., h. 124
27
belajar kognitif siswa berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai
signifikansi (p) < α yaitu 0,045 < 0,05 maka tolak H0 pada α = 0,05.49
2. Jurnal Arfiyanti dan Agung. Yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Flipped Classroom dan Course Review Horay Berbasis Lesson Study untuk
meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa”, menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran tersebut terlaksana dengan baik sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.50
3. Jurnal Ayu Nur Laily, dkk. Yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Flipped Classroom menggunakan Metode Mind Mapping terhadap Prestasi dan
Kemandirian Belajar Fisika” menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan
model pembelajaran Flipped Classroom menggunakan metode Mind Mapping,
prestasi dan kemandirian belajarnya lebih tinggi daripada siswa yang belajar
dengan model pembelajaran konvensional.51
4. Penelitian Md Nurul Islam, dkk. Dengan judul “A Comparative Study on
Achievement of Learning Outcomes through Flipped Classroom and Traditional
Lecture Instruction”, menunjukkan bahwa penelitian ini mengungkapkan skor
yang lebih tinggi yang diperoleh dengan metode pembelajaran flip. Siswa
menyatakan persepsi positif mereka yang mencerminkan penerimaan mereka
terhadap metode ini. Keberhasilan metode ini tergantung pada pengembangan
yang tepat dari bahan sumber daya, metode pengiriman, strategi penilaian dan
fasilitas yang memadai.52
5. Penelitian Yulietri, dkk. Dengan judul “Model Flipped Classroom dan
Discovery Learning Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau
dari Kemandirian Belajar”. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimn
49 Rusdi, dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped Classroom
terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Sistem Ekskresi”, Jurnal Biologi, 2016, h.19 50 Arfiyanti Agustiningrum dan Agung Haryono, “Penerapan Model Pembelajaran Flipped
Classroom dan Course Review Horay Berbasis Lesson Study untuk menigkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI IPS 2 MAN Kota Batu, Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 2017, h.119 51 Ayu Nur Laily Choiroh, dkk., op. cit., h.1 52 Md Nurul Islam, et al. “A Comparative Study on Achievement of Learning Outcomes through
Flipped Classroom and Traditional Lecture Instruction”, International Medical Journal, Oktober
2018, h.316
28
yang menujukkan, siswa di kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata dari
prestasi belajar siswa sebesar 71,56 %, sedangkan pada kelas kontrol mendapat
58,67%.53
6. Skripsi Sri Utami yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped
Classroom Tipe Peer Instruction Flipped Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa” menujukkan bahwa hasil tes kemampuan
pemecahan masalah siswa di kelas eksperimen sebesar 72,72% dengan model
pembelajaran flipped classroom, sedangkan di kelas kontrol sebesar 62,94%
dengan model pembelajaran konvensional.54
7. Skripsi Gabriella Elsa Suryacitra, dengan judul “Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Flipped Classroom di Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Karanganom
pada Materi Vektor” menujukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Sedangkan analisis motivasi
belajar siswa juga menujukkan siswa di kelas eksperimen lebih termotivasi
untuk belajar. Yang artinya model pembelajaran flipped classroom efektif
digunakan ditinjau dari hasil belajar dan motivasi belajar siswa.55
8. Penelitian Yeni Merlin Djajalaksana dengan judul “Penerapan Konsep ‘Flipped
Classroom’ untuk Mata Kuliah Statistika dan Probabilitas di Program Studi
Sistem Informasi”. Pada penelitian tersebut menujukkan peningkatan nilai
mahasiswa secara signifikan dari rata-rata sebesar 64,3 menjadi rata-rata sebesar
75,3. Selain itu, mahasiswa memiliki persepsi positif dengan penambahan materi
melalui video dan latihan-latihan, dengan adanya pembelajaran flipped
classroom sebagian besar mahasiswa merasa lebih memahami materi dan
53 Fradila Yulietri, dkk. “Model Flipped Classroom dan Discovery Learning Pengaruhnya
terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar”, Jurnal TEKNODIKA,
September 2015, h.5 54 Sri Utami, “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Tipe Peer Instruction Flipped
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017, h.87 55 Gabriella Elsa Suryacitra, dengan judul “Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Flipped
Classroom di Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Karanganom pada Materi Vektor”, Skripsi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. 2018, h.108
29
menilai bahwa video yang dibagikan telah membantu pemahaman mereka pada
materi yang diajarkan.56
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika bagi kalangan siswa kebanyakan dianggap sebagai
pelajaran yang sulit, kurang menarik dan terkesan membosankan. Hal tersebut
dikarenakan pada proses pembelajaran fisika kebanyakan guru memilih untuk
menggunakan metode ceramah. Bahkan bila seorang guru lebih senang
menggunakan model pembelajaran satu arah (ceramah), akan menurunkan minat,
gairah atau semangat belajar siswa, dan membekukan penalarannya.
Pada beberapa proses pembelajaran, siswa belajar di kelas tanpa memiliki
pengetahuan awal pada suatu konsep, siswa belajar dengan mendengarkan dan
mencatat pada konsep yang masih abstrak. Siswa juga tidak dilatih untuk
menyelesaikan permasalahan pada suatu konsep fisika. Hal tersebut berdampak
pada hasil belajar siswa yang kurang memenuhi standar. Khususnya pada
kemampuan kognitif siswa yang menjadi tolak ukur keberhasilan pada suatu
pembelajaran.
Salah satu upaya agar siswa memiliki kemampuan awal pada proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yaitu
dengan menggunakan Flipped Classroom. Pada langkah awal guru memberikan
siswa video pembelajaran mengenai topik yang akan di pelajari di kelas pada
pertemuan sebelumnya. Lalu video yang diberikan tersebut diharapkan ketika di
kelas siswa akan memiliki kesempatan untuk lebih aktif dan memberikan waktu
yang lebih banyak untuk mengingat dan memahami suatu permasalahan yang
diberikan di dalam kelas. Siswa dapat secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
dengan bertanya dan mengemukakan konsep yang didapat dalam tayangan video
yang telah ditontonnya. Pemberian video sebelum pembelajaran berlangsung, dapat
melatih siswa untuk memahami masalah yang diberikan.
56 Yenni Merlin Djajalaksana, “Penerapan Konsep ‘Flipped Classroom’ untuk Mata Kuliah
Statistika dan Probabilitas di Program Studi Sistem Informasi ”, Laporan Penelitian Universitas
Kristen Maranatha. 2014
30
Langkah kedua yaitu tes soal pertama yang mengajarkan konsep
(Concep Test). Guru memberikan tes soal pertama agar mengetahui sejauh mana
siswa paham materi yang akan dipelajari. Konsep tes yang diberikan guru di awal
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk menyelesaikan masalah secara mandiri
dengan cara memahami masalah yang diberikan. Langkah selanjutnya yaitu siswa
saling berargumen dan mendiskusikan jawaban dari tes soal pertama, dari tahap ini
siswa dilatih untuk dapat berperan aktif selama proses pembelajaran. Siswa kembali
mengerjakan soal serupa namun secara berkelompok, melalui lembar kerja yang
diberikan siswa dapat mendiskusikan dan mendapatkan konsep dari pokok bahasan
yang diberikan dengan menerapkan dan menganalisis sesuai dengan materi yang
telah dilihat lewat video. Pada tahap ini setiap siswa dapat mengemukakan
pendapatnya melalui serangkaian diskusi, siswa dalam kelompok saling
meyakinkan jawaban yang diperoleh. Tahap selanjutnya adalah konsep tes kedua,
pada tahap tes soal kedua siswa kembali diberikan sebuah soal yang wajib
dikerjakan secara individu, tes soal kedua merupakan soal lanjutan dari tes soal
pertama, masalah yang diberikan serupa dengan tes soal pertama namun ditambah
unsurnya, pada tahap ini siswa kembali dilatih untuk mengingat, memahami,
menerapkan dan menganalisis materi. Langkah terakhir yaitu penilaian pemahaman
siswa diakhir materi bab pembelajaran. Pada tahap ini, siswa kembali diberikan soal
terkait dengan materi yang telah dipelajari. Siswa dilatih untuk memilih dan
menerapkan langkah penyelesaian yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan serta melakukan peninjauan kembali terhadap hasil yang telah
diperoleh. Beberapa masalah yang diberikan pada tahap terakhir merupakan
masalah non rutin yang penyelesaiannya dapat melihat sejauh mana analisis siswa
terkait materi yang dipelajari.
31
Secara sederhana kerangka berpikir penelitian pada penelitian ini dapat
disajikan pada Gambar 2.7 berikut
D. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diungkapkan, maka dapat
dilakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini. Untuk memudahkan dalam
analisis data, perumusan hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
𝐻0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar kognitif siswa
setelah diberi perlakuan penerapan model Flipped Classroom
𝐻1 = terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar kognitif siswa setelah
diberi perlakuan penerapan model Flipped Classroom.
Kemampuan Kognitif Siswa
Rendah
Model Pembelajaran
Flipped Classroom
Siswa menonton video pembelajaran di rumah Mengingat
Tes soal pertama yang mengajarkan konsep
Memahami Kemapuan Kognitif Siswa
Siswa saling berargumen terkait soal tes pertama
MenerapkanDiberikan tes soal kedua
untuk menguatkan konsep
MenganalisisPenilaian pemahaman siswa terkait seluruh
konsep
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang dilakukan pada semester ganjil yaitu dimulai pada tanggal 5 – 26
November 2018. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA kelas X.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi
(quasi eksperiment research) atau eksperimen semu. Metode penelitian ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Eksperimen kuasi digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.57
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah non equivalent control
group design, dimana dalam rancangan ini melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada desain ini, kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.58
Pada design ini kelompok eksperimen dan kontrol diberi perlakuan awal
berupa pretest untuk mengetahui keadaaan awal adakah perbedaaan antara kedua
kelompok tersebut. Setelah itu kedua kelompok nantinya akan diberikan perlakuan
berupa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Flipped Classroom pada
kelompok eksperimen dan perlakuan berupa pembelajaran secara konvensional
untuk kelompok kontrol. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok tersebut diberi
posttest untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang diperoleh siswa.
Gambaran pada design tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2010, h.114 58 Ibid., h.116
33
Tabel 3.1 Desain Penelitian59
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
Eksperimen 𝑶𝟏 𝑿𝑬 𝑶𝟐
Kontrol 𝑶𝟏 𝑿𝑲 𝑶𝟐
Keterangan :
𝑂1 : Tes awal yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dan diberikan kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol
𝑂2 : Tes akhir yang diberikan setelah proses belajar mengajar dan diberikan kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol
𝑋𝐸 : Perlakuan terhadap kelas eksperimen berupa model pembelajaran Flipped
Classroom
𝑋𝐾 : Perlakuan terhadap kelas kontrol berupa model pembelajaran konvensional
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.60 Penelitian ini
menggunakan dua variabel, yaitu:
X : Variabel bebas (independent) adalah model pembelajaran Flipped
Classroom
Y : Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar ranah kognitif siswa
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Tahap Pendahuluan
a. Pada tahap awal, peneliti melakukan observasi atau pengamatan terhadap
masalah yang terjadi di sekolah. Pengamatan ini dilakukan di 3 Sekolah yang
ada di Tangerang Selatan dengan menyebar angket ke guru dan siswa.
59 Ibid., h.116 60 Ibid., h.60
34
b. Pengurusan surat ijin penelitian dari Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
c. Survei tempat untuk uji coba instrumen dan penelitian.
d. Menyusun instrumen penelitian, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang diujikan.
Kemudian mempersiapkan alat percobaan, LKPD, desain alat evaluasi, serta
segala hal yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran dikelas.
e. Menguji coba instrumen yang telah disusun, menganalisis hasil uji coba
instrumen dan memperbaiki instrumen.
f. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan diteliti.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest kepada kedua kelas untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
b. Mengelompokkan subjek penelitian menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdasarkan hasil pretest. Kelas yang mendapatkan nilai rata-
rata pretest tinggi dijadikan sebagai kelas kontrol sedangkan kelas yang
mendapat nilai rata-rata lebih rendah dijadikan sebagai kelas eksperimen.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan
model pembelajaran Flipped Classroom dan kegiatan pembelajaran di kelas
kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah).
d. Memberikan posttest kepada kedua kelas untuk menentukan apakah terdapat
perbedaaan dari pengaruh perlakuan tersebut.
3. Tahap Akhir
a. Menganalisis data hasil posttest, lalu membandingkan dengan hasil pretest.
b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengolahan
data.
c. Membuat laporan penelitian.
Langkah-langkah pada setiap tahap dalam prosedur penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.1 berikut
35
Gambar 3.1 Tahapan Prosedur Penelitian
Tahap
Pendahuluan
Perumusan Masalah
Membuat kisi-kisi dan angket observasi
Melakukan observasi awal
Membuat perangkat pembelajaran
(RPP, Instrumen tes dan Nontes)
Melakukan judgment instrumen
kepada para ahli
Uji coba instrumen, analisis hasil uji
coba dan perbaikan instrumen
Tahap
Pelaksanaan
Pretest Pelaksanaan
Pembelajaran
Kelas Eksperimen
Menggunakan
model Flipped
Classroom
Kelas Kontrol
Menggunakan
pembelajaran
konvensional
Posttest
Tahap Akhir Analisis Data
Hasil Penelitian
Kesimpulan
36
E. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh
peneliti sedimikian rupa sehingga setiap individu/variabel/data dapat dinyatakan
dengan tepat apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak. Sedangkan
sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti.61
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Triguna Utama UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan populasi seluruh siswa kelas X yang berjumlah
96 siswa di sekolah tersebut. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
berjumlah 60 siswa, dengan hasil pemilihan sampel, kelas X IPA 2 sebagai kelas
eksperimen dan X IPA 1 sebagai kelas kontrol.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sample dengan pertimbangan
tertentu.berdasarkan tujuan penelitian.62
Teknik pengambilan purposive sampling dipilih karena dalam penelitian ini
peneliti mempunyai tujuan untuk meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa
yang cenderung rendah dengan menggunakan model Flipped Classroom. Dalam
purposive sampling pertimbangan peneliti memegang peranan, bahkan menentukan
dalam pengambilan sekumpulan objek untuk diteliti.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa
nontes dan tes. Pengumpulan data dibagi menjadi tiga tahap yaitu teknik
pengumpulan data sebelum pembelajaran, ketika pembelajaran dan setelah
pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
61 Kadir, Statistika Terapan, Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2015, Cet ke-1, h.118 62 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya),
2010, h.254
37
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tahap Sumber Data Jenis data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
Sebelum
pembelajaran
menggunakan
perlakuan yang
ditetapkan
Guru Mata
Pelajaran Fisika
kelas X SMA
Triguna Utama
UIN Jakarta
Tangerang Selatan Informasi tentang
pembelajaran yang biasa
dilakukan
Wawancara Pedoman
wawancara
Beberapa Siswa di
SMA Triguna
Utama UIN
Jakarta Tangerang
Selatan
Angket Lembar
angket
Pembelajaran Kelas eksperimen
dan kelas kontrol
1. Hasil pengetahuan
awal siswa sebelum
diterapkan perlakuan
untuk mengetahui
kenormalan dan
kehomogenan
sampel
2. Hasil peangetahuan
siswa sesudah
diterapkan perlakuan
untuk mengetahui
pengaruh Model
Flipped Classroom
Tes
Butir soal
hasil belajar
pilihan
ganda ranah
kognitif C1,
C2, C3 dan
C4
taksonomi
bloom revisi
Setelah
pembelajaran
berlangsung
Kelas eksperimen
Respon siswa terahadap
pembelajaran model
Flipped Classroom
Angket Lembar
angket
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati.63 Pada penelitian ini instrumen yang digunakan
ialah tes dan nontes. Dimana tes yang digunakan adalah tes hasil belajar kognitif
siswa pada konsep gerak parabola yang berupa 25 soal tes objektif tipe pilihan
ganda. Sedangkan nontes yang digunakan berupa angket. Angket digunakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa belajar di sekolah.
1. Instrumen Tes
Tes hasil belajar yang digunakan adalah tes tertulis yang terdiri dari 25 butir
soal objektif berbentuk pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban untuk mengukur
63 Sugiyono, loc. cit.
38
aspek kognitif siswa dan disusun berdasarkan indikator yang digunakan
berdasarkan kurikulum 2013. Instrumen tes tersebut telah divalidasi berdasarkan
hasil uji coba (diuji tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf
kesukaran). Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Kognitif
Indikator Pembelajaran Indikator Soal Aspek Kognitif
Jumlah
Soal
𝑪𝟏 𝑪𝟐 𝑪𝟑 𝑪𝟒
Menjelaskan konsep
gerak parabola
1. Menyebutkan
karakteristik
gerak parabola
1 2* 2
2. Menjelaskan
karakteristik
gerak parabola
3*,
4*
25 3
Menjelaskan penerapan
gerak parabola
3. Menyebutkan
contoh dan
penerapan gerak
parabola dalam
kehidupan sehari-
hari
5*,
6
2
Menganalisis dan
menggunakan besaran
pada gerak parabola
dalam penyelesaian
masalah
4. Mengidentifikasi
besaran-besaran
pada gerak
parabola
8 7* 2
5. Memformulasikan
persamaan
kecepatan gerak
parabola pada
arah horizontal
dan vertikal
20* 1
6. Menerapkan
formulasi
kecepatan gerak
parabola pada
9,
10*
2
39
arah horizontal
dan vertikal
7. Menentukan jarak
terjauh benda
13 14*,
22*,
24*
4
8. Menentukan titik
tertinggi suatu
benda
16*,
17
15 3
9. Menentukan
waktu yang
dibutuhkan pada
jarak terjauh
12* 1
10. Menentukan
waktu yang
dibutuhkan pada
ketinggian
maksimum
11* 1
11. Menganalisis
hubungan sudut
elevasi jarak
benda dengan
tinggi benda
18* 19*,
21,
23*
4
Jumlah 3 3 9 10 25
Presentase 12% 12% 36% 40% 100%
Keterangan: * = Butir soal yang valid
Berdasarkan Tabel 3.3 diperoleh bahwa banyak soal yang valid pada
pengujian anatest sebanyak 16 butir soal.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen nontes dalam penelitian ini menggunakan angket untuk
mengetahui respon siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran Flipped
Classroom. Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden).64 Angket dalam penelitian ini menggunakan skala
64 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h.42.
40
likert. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban
sangat setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C), Tidak Setuju (TS), Sangat tidak setuju
(STS). Bagi pernyataan yang mendukung sifat positif mempunyai skor: SS=5, S=4,
C=3, TS=2, STS=1. Sedangkan, untuk pernyataan yang mendukuang sifat negatif
mempunyai skor kebalikannya: SS=1, S=2, C=3, TS=4, STS=5.65 Berikut kisi-kisi
nontes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket)
No. Indikator Angket Nomor Soal
Positif Negatif
1. Pembelajaran Fisika yang difasilitasi guru di kelas membantu saya
memahami materi pelajaran dengan mudah 1
2.
Gambaran umum yang dijelaskan guru pada awal pembelajaran
membantu saya mengetahui garis besar materi dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
1
3.
Saya tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh guru karena tidak akan berpengaruh kepada pengetahuan saya
tentang materi yang diajarkan
1
4. Ketika diskusi kelompok ataupun presentasi, saya hanya harus diam
dan tidak perlu memberikan tanggapan apapun 1
5. Dengan melakukan kegiatan presentasi didepan kelas. Saya dapat
sekaligus melatih kemampuan berbicara saya 1
6. Saya harus sering mengemukakan pendapat baik dalam kegiatan
diskusi maupun presentasi 1
7.
Saya cukup mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas saja tanpa
harus mempedulikan hasil apa yang harus saya capai setelah
pembelajaran itu
1
8. Dengan melakukan pembelajaran secara berkelompok hanya akan
membuat saya merasa tidak nyaman 1
9. Setelah melakukan pembelajaran di kelas, saya lebih mahir dalam
menerjemahkan permasalah fisika dan menyelesaikannya 1
10. Sejak awal, saya sudah memahami materi gerak parabola sehingga
tidak perlu lagi memperhatikan penjelasan guru tentang hal tersebut 1
11. Pembelajaran dengan bantuan video membantu saya memahami
materi fisika yang saya pelajari secara lebih mendalam 1
12.
Dengan pembelajaran berbantuan video saya menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru yang belum saya dapat dari
pembelajaran di kelas
1
13.
Dengan pembelajaran berbantuan video, saya mendapatkan
kesempatan untuk belajar fisika di mana saja dan kapan saja tanpa
terbatas oleh waktu
1
14.
Apabila mengalami kesulitan, saya hanya perlu menunggu
pembahasan jawaban soal yang diberikan guru daripada harus
mencari solusinya dari sumber internet (online)
1
15. Saya tidak perlu rutin untuk mengunjungi website pembelajaran atau
melihat video pembelajaran yang ada diinternet 1
65 Djaali dan Puji Mardjono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2007),
h.28.
41
16. Pembelajaran berbantuan video diadakan hanya semata-mata untuk
mendapatkan nilai tambah dari guru 1
17.
Karena menyelesaikan soal latihan setelah melihat video
pembelajaran secara berkelompok membuat saya antusias dalam
mengikuti pembelajaran
1
18.
Saya beranggapan bahwa guru saya tidak akan mempermasalahkan
jika saya tidak melihat video terlebih dahulu sebelum pembelajaran
di kelas
1
19. Bahan ajar yang ditampilkan melalui video membuat saya lebih
memahami materi yang dipelajari. 1
20. Mengerjakan soal latihan secara individu hanya akan membuang-
buang waktu saya secara percuma 1
Jumlah Soal 10 10
I. Kalibrasi Instrumen
Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas dari instrumen yang
akan digunakan.
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes diujicobakan terlebih
dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dari setiap soal,
dimana soal tersebut harus memenuhi kriteria seperti validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini adalah pengujian berkaitan dengan
kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen tes dalam penelitian:
a. Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur.66 Instrumen dicobakan pada tempat di mana populasi
diambil.67 Uji validitas ini menggunakan bantuan software AnatesV4. Uji validitas
ini perlu dilakukan untuk membandingkan hasil 𝑜𝑢𝑝𝑢𝑡 𝑟𝑥𝑦 di AnatesV4 dengan
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 5% dengan menetapkan derajat kebebasan terlebih
dahulu, yaitu 𝑑𝑓 = 𝑁 − 2. Tabel kategori validitas lapangan berdasarkan
perbandingan 𝑜𝑢𝑝𝑢𝑡 𝑟𝑥𝑦 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 seperti pada Tabel 3.5 di bawah ini:
66 Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 65 67 Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), cet.1, h.291.
42
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisen Korelasi:68
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,79 Tinggi
0,40 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,59 Cukup
0,20 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,39 Rendah
0,00 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,19 Sangat rendah
Kategori validitas bernilai “valid” apabila nilai 𝑟𝑥𝑣 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Sedangkan
kategori validitas bernilai “tidak valid” apabila nilai 𝑟𝑥𝑣 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
Hasil uji validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes:
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 25
Jumlah Siswa 32
Nomor Soal yang valid 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 12, 14, 16, 18,
19, 20, 22, 23, 24
Jumlah soal yang valid 16
Persentase soal yang valid 64%
Pengolahan Uji Validitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3
Berdasarkan Tabel 3.6 diatas diperoleh jumlah soal valid ialah 16 butir soal
dari 25 butir soal yang telah diujikan.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui taraf
kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.69 Penelitian ini melakukan uji
reliabilitas menggunakan bantuan software Anates V4 kemudian ouput nilai
68 Suharsimi Arikunto, op.cit , h. 75 69 Ibid., h.100.
43
koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam sebuah kriteria reliabilitas. Penentuan
kriteria reliabilitas instrumen didasarkan pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen70
Koefisien Korelasi Interpretasi Reliabilitas
0,80 < 𝑟11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < 𝑟11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < 𝑟11 ≤ 0,60 Cukup
0,20 < 𝑟11 ≤ 0,40 Rendah
0,00 < 𝑟11 ≤ 0,20 Kecil
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai reliabilitas
instrumen tes pada Tabel 3.8 sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil uji reliabilitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
𝑟11 0,52
Keterangan Cukup
Pengolahan Uji Reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3
Berdasarkan keterangan tabel diatas, didapatkan hasil uji reliabilitas pada
instrumen tes sebesar 0,52 dalam kategori reliabilitas cukup.
c. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.71
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan
1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Dalam penelitian ini,
uji taraf kesukaran menggunakan banatuan software AnatesV4 kemudian ouput
indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah kategori.
70 Ibid., h.89 71 Ibid., h. 222
44
Tabel 3.9 Taraf Kesukaran72
Interval 𝑷 Kriteria soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Hasil perhitungan taraf kesukaran instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.10
berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 12 48%
Sedang 10 25%
Sukar 3 12%
Jumlah 25 100%
Pengelolahan Uji Taraf Kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3
Berdasarkan keterangan tabel diatas, didapatkan hasil uji taraf kesukaran pada
instrumen tes sebesar 12 butir soal dalam kategori mudah, 10 butir soal dalam
kategori sedang dan 3 butir soal dalam kategori sukar.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.73
Dalam penelitian ini, uji daya pembeda menggunakan bantuan software AnatesV4
kemudian ouput indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah kategori.
Kategori indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.
72 Ibid., h. 225. 73 Ibid., h.212.
45
Tabel 3.11 Daya Pembeda74
Daya pembeda kriteria soal Kriteria soal
Bernilai negatif Drop
0,00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Hasil uji daya beda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes
Kriteria soal Butir soal
Jumlah soal Persentase
Drop 2 8%
Buruk 4 16%
Cukup 4 16%
Baik 15 60%
Jumlah 25 100%
Pengelolahan Uji Taraf Kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.3
Berdasarkan keterangan tabel diatas, didapatkan hasil uji daya pembeda pada
instrument tes sebesar 2 butir soal dengan keterangan drop, 4 butir soal dengan
keterangan buruk, 4 butir soal dengan keterangan cukup, 15 butir soal dengan
keterangan baik.
J. Teknik Analisis Data Tes
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data terkumpul. Kegiatan dalam menganalisis data adalah mengelompokan
data berdasarkan variabel dari seluruh responden. Menyajikan data tiap variabel
yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 22
dalam menguji normalitas, homogenitas dan hipotesis.
74 Ibid., h. 213
46
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji asumsi yang bertujuan untuk mempelajari
apakah distribusi sampel yang terpilih berasal dari sebuah distribusi populasi
normal atau tidak normal.75 Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-smirnov dan Sapiro-Wilk pada software SPSS dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
2) 𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
3) 𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
4) Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%
5) Perhatikan 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑐𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝑠𝑖𝑔. ) pada ouput setelah pengolahan data
6) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0.05(5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1ditolak, dengan kesimpulan
sampel berasal dari data terdistribusi normal.
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0.05(5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1diterima, dengan kesimpulan
sampel berasal dari data tidak terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan suatu prosedur uji statistik yang dimaksudkan
untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari
populasi yang memiliki variansi yang sama.76 Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan uji One Way Anova dengan software SPSS dengan langkah sebagai
berikut:
1) Tetapkan Hipotesis Statistik
2) 𝐻0 = tidak ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
3) 𝐻1 = ada perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
4) Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%
5) Perhatikan 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑐𝑎𝑛𝑐𝑒(𝑠𝑖𝑔. ) pada ouput setelah pengolahan data
6) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
75 Yulingga Handa Hanif dan Wasis Himawanto, Statistik Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish,
2017), cet.1, h.67. 76 Ibid., h.58
47
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0.05(5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1ditolak, dengan kesimpulan
“tidak ada” perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (homogen)
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0.05(5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1diterima, dengan kesimpulan
“ada” perbedaan varian nilai dari kedua kelompok (tidak homogen)
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan dalam tahap ini harus sesuai dengan hasil
uji asumsi di atas (uji normalitas dan uji homogenitas).
1) Uji Hipotesis (Uji Independent sample t test)
a) Uji independent sample t test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan
b) Persyaratan pokok dalam uji independent sample t test adalah data
berdistribusi normal dan homogen (tidak mutlak)
c) Uji independent sample t test dalam penelitian ini dipakai untuk menjawab
“apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa pada konsep gerak
parabola antara pembelajaran Model Flipped Classroom dengan
konvensional?”
d) Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, uji independent sample t test
dilakukan terhadap data post-test kelas eksperimen (Model Flipped
Classroom) dengan data Post-test kelas kontrol (konvensional).
Berikut adalah langkah-langkah uji hipotesis menggunakan software SPSS 20
dalam melakukan uji hipotesis:
a) Tetapkan hipotesis statistiknya
b) 𝐻0 = Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada
kelompok eksperimen dan kontrol
c) 𝐻1 = Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol
d) Gunakan tingkat signifikansi 𝛼 = 5%
e) Perhatikan 𝑠𝑖𝑔𝑛𝑖𝑓𝑖𝑐𝑎𝑛𝑐𝑒(2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) pada ouput setelah pengolahan data
f) Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
48
Jika 𝑠𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 0.05(5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1diterima, dengan
kesimpulan terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada
kelompok eksperimen dan kontrol
Jika 𝑠𝑖𝑔. (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) ≤ 0.05(5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1ditolak, dengan
kesimpulan tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif siswa
pada kelompok eksperimen dan kontrol
d. Uji N-gain
Gain merupakan selisih nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang
dilakukan guru. Sedangkan, N-gain (Normalized Gain) merupakan uji yang
digunakan ketika ingin mengetahui “judgement nilai” bagaimana hasil peningkatan
yang terjadi. Apakah tinggi, sedang, atau rendah. Berikut rumus yang digunakan
untuk uji normal gain.77
𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Untuk mengetahui kategori peningkatan berdasarkan N-gain dapat dilihat
pada Tabel 3.13 di bawah ini.
Tabel 3.13 Klasifikasi Nilai N-gain
Klasifikasi Kategori
N-gain > 0.7 Tinggi
N-gain 0.3-0.7 Sedang
N-gain < 0.3 Rendah
K. Analisis Data Non Tes
Data nontes dalam penelitian ini berupa angket respon siswa yang diberikan
kepada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran Flipped
Classroom. Pengolahan data nontes dilakukan secara manual menggunakan
Microsoft Excel yang dihitung menggunakan model skala likert. Skala likert
merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu.78 Dalam skala
77 Yanti Herlanti, Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.74. 78 Budiman dan Agus Riyanto, Kapita Selekta Kuisoner, (Jakarta: Salemba Medika, 2014), h.18.
49
likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun
negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak
setuju, sangat tidak setuju. Skor untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif
adalah kebalikannya seperti tampak pada Tabel 3.14
Tabel 3.14 Skala Penilaian Angket79
Pernyataan
Sikap
Sangat
Setuju
Setuju Tidak punya
Pilihan
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Positif (+) 5 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4 5
Langkah-langkah dalam menganalisis angket respon siswa:
1) Memberi skor pada setiap item
2) Menghitung skor total yang diperoleh pada setiap item
3) Menghitung persentase jawaban siswa pada setiap item menggunakan rumus:
𝑃 =𝑓
𝑛× 100%
Keterangan:
𝑃 = persentase
𝑓 = frekuensi jawaban
𝑛 = banyak responden
Menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria persentase angket
interpretasi persentase angket dapat dilihat pada Tabel 3.15 di bawah ini.
Tabel 3.15 Interpretasi Persentase Angket80
Besar Persentase Interpretasi
0% Tak seorangpun
0% < 𝑃 < 25% Sebagian kecil
25% < 𝑃 < 50% Hampir Setengahnya
50% Setengahnya
50% < 𝑃 < 75% Sebagian besar
75% < 𝑃 < 100% Hampir Seluruhnya
79 Nana Syaodih, op. cit, h. 240. 80 Isna Rafianti, “Keaktifan Belajar Matematika Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif
Berbantuan Alat Peraga”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2016,
h.92.
50
100% Seluruhnya
L. Hipotesis Statistik
Berdasarkan hipotesis penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka hipotesis statistik dari penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
𝐻0: 𝜇𝐸 = 𝜇𝐾
𝐻1: 𝜇𝐸 > 𝜇𝐾
Keterangan:
𝐻0 = Tidak terdapat pengaruh model Flipped Classroom terhadap hasil
belajar kognitif
𝐻1 = Terdapat pengaruh model Flipped Classroom terhadap hasil belajar
kognitif siswa
𝜇𝐸 = rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan pembelajaran Model Flipped Classroom
𝜇𝐾 = rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian Pengaruh Flipped Classroom terhadap Hasil Belajar Kognitif
Siswa SMA pada Konsep Gerak Parabola dilaksanakan di SMA Triguna Utama
UIN Syarif Hidayatullah Tangerang Selatan. Sampel penelitian berjumlah 60 siswa.
Kelas X IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPA 1 sebagai kelas kontrol
yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pada subbab ini akan diuraikan
gambaran umum dari data yang telah diperoleh, row data yang dideskripsikan
merupakan data hasil pretest dan posttest, kelas eksperimen dan kelas kontrol
seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Row Data Kelas Eksperimen dan Kontrol
Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Postest Pretest Postest
S1 7 12 7 9
S2 8 13 8 14
S3 7 11 7 12
S4 5 14 8 11
S5 5 11 7 10
S6 7 13 10 13
S7 7 13 7 10
S8 8 13 8 9
S9 7 15 6 12
S10 5 9 7 11
S11 6 13 8 12
S12 8 14 11 14
S13 7 13 10 6
S14 7 13 7 12
52
S15 7 12 6 13
S16 7 16 9 11
S17 6 11 9 10
S18 9 15 7 14
S19 10 15 8 10
S20 9 16 5 10
S21 9 15 10 14
S22 9 15 10 10
S23 5 13 6 9
S24 7 16 9 8
S25 6 14 6 9
S26 11 16 8 13
S27 10 12 11 15
S28 9 12 5 9
S29 4 8 7 10
S30 11 12 7 10
Jumlah 223 395 234 330
Rata-rata 7,4 13,2 7,8 11
1. Data Hasil Pretest
Hasil pretest yang diperoleh di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum
diberikan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini.
0
5
10
15
(0-1) (2-3) (4-5) (6-7) (8-9) (10-11) (12-13) (14-15) (16-17)
0 0
5
13
8
4
0 0 00 02
13
9
6
0 0 0
Pre Eks Pre Kntr
53
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Skor Pretest Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Tiap Interval Skor
Gambar 4.1 merupakan sebaran skor siswa pada tiap-tiap interval kelas
eksperimen maupun kelas kontrol jika skor maksimalnya adalah 16 (total butir
soal). Skor pretest tertinggi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada
interval skor 6 - 7 dengan frekuensi 13 orang siswa (43,33%) yang termasuk juga
sebagai skor yang paling banyak muncul. Skor pretest terendah pada kelas
eksperimen berada pada interval skor 10 - 11 dengan frekuensi 4 orang siswa
(13.3%) dan pada kelas kontrol berada pada interval skor 4 - 5 dengan frekuensi 2
orang siswa (6,67%).
Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh beberapa nilai pemusatan dan
penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Penyebaran Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Skor Terendah 4 5
Skor Tertinggi 11 11
Mean 7,43 7,8
Median 7,00 7,5
Modus 7 7
Standar Deviasi 1,813 1,648
Skor maksimal: 16 Lampiran C.1
Tabel 4.2 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor
benar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan skor maksimal 16,00. Skor
terendah dari kelas eksperimen dan kontrol adalah 4,00 dan 5,00. Skor tertinggi dari
kelas eksperimen dan kontrol adalah sama yaitu 11,00. Skor rata-rata atau mean
yang didapat kelas eksperimen adalah 7,43 sedangkan kelas kontrol adalah 7,8.
Skor tengah atau median dari kelas eksperimen dan kontrol adalah 7,00 dan 7,5.
Skor yang sering muncul atau modus dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
yaitu 7. Pada kelas eksperimen diperoleh standar deviasi sebesar 1,813 sedangkan
pada kelas kontrol diperoleh standar deviasi sebesar 1,648.
54
2. Data Hasil Posttest
Hasil Posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
diberikan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Skor Posttest Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Tiap Interval Skor
Gambar 4.2 merupakan sebaran skor siswa pada tiap-tiap interval kelas
kontrol maupun kelas eksperimen jika skor maksimalnya adalah 16 (total butir
soal). Skor posttest tertinggi pada kelas eksperimen berada pada interval 12-13
dengan frekuensi 13 siswa (43,3%) dan kelas kontrol berada pada interval skor 10-
11 dengan frekuensi 11 siswa (36,7%). Skor posttest terendah pada kedua kelas
berada pada interval skor 8-9 dengan frekuensi 2 siswa (6,67%) di kelas eksperimen
dan interval skor 6-7 dengan frekuensi 1 siswa (3,33%) di kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh beberapa nilai pemusatan dan
penyebaran data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pemusatan dan Penyebaran Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Skor Terendah 8 6
Skor Tertinggi 16 15
Mean 13,16 11,00
Median 13,00 10,50
Modus 13 10
Standar Deviasi 2,0014 2,1173
Skor maksimal: 16 Lampiran C.2
Table 4.3 menunjukkan pemusatan dan penyebaran data berdasarkan skor
benar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan skor maksimal 16,00. Skor
terendah dari kelas eksperimen adalah 8,00 dan kontrol adalah 6,00. Skor tertinggi
0
5
10
15
(0-1) (2-3) (4-5) (6-7) (8-9) (10-11) (12-13) (14-15) (16-17)
0 0 0 02 3
13
8
4
0 0 0 1
6
11
75
0
Post Eks Post Kntr
55
dari kelas eksperimen adalah 16,00 sedangkan dari kelas kontrol adalah 15,00. Skor
rata-rata atau mean yang didapat kelas eksperimen adalah 13,167 sedangkan kelas
kontrol adalah 11,00. Skor tengah atau median dari kelas eksperimen adalah 13,00
sedangkan kelas kontrol adalah 10,50. Skor yang sering muncul atau modus dari
kelas eksperimen adalah 13,00 sedangkan kelas kontrol adalah 10,00. Pada kelas
eksperimen diperoleh standar deviasi sebesar 2,0014 sedangkan pada kelas kontrol
diperoleh standar deviasi sebesar 2,1173.
3. Data Hasil Belajar
a. Data Hasil Pretest dan Posttest
Data Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Skor Pretest dan Posttest
Pemusatan data dan
penyebaran data
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Terendah 4 8 5 6
Skor Tertinggi 11 16 11 15
Mean 7,43 13,16 7,8 11,00
Median 7,00 13,00 7,5 10,50
Modus 7 13 7 10
Standar Deviasi 1,813 2,0014 1,648 2,1173
Skor Maksimum = 16
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata (mean)
pretest dari kedua kelas berbeda. Skor rata-rata (mean) pada kelas kontrol lebih
tinggi dari kelas eksperimen, yaitu 7,8, sedangkan pada kelas eksperimen skor rata-
rata (mean) yaitu 7,43. Sementara, untuk skor rata-rata (mean) posttest dari kedua
kelas berbeda, skor rata-rata (mean) kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas
kontrol, yaitu 13,167, sedangkan pada kelas kontrol skor rata-rata (mean) yaitu
11,00. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas mengalami peningkatan setelah
diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar
5,73 setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan model Flipped Classroom,
sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 3,2 setelah diberi
perlakuan pembelajaran konvensional.
56
b. Hasil Belajar
Hasil belajar pada penelitian ini berdasarkan pada Taksonomi Bloom
Andersoon dan Krathwol, dimana hasil belajar yang diukur terdiri dari proses
kognitif C1, C2, C3, dan C4. Proses kognitif C1 merupakan kemampuan
mengingat, proses kognitif C2 merupakan kemampuan memahami, proses kognitif
C3 merupakan kemampuan mengaplikasikan, proses kognitif C4 merupakan
kemampuan menganalisis. Perbandingan skor pencapaian proses kognitif C1, C2,
C3 dan C4 berdasarkan hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan eksperimen
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Perbandingan pretest dan posttest Hasil Belajar Siswa kelas
eksperimen dan kontrol
Proses
Kognitif
Skor
Ideal
Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
skor
siswa �̅� %
skor
siswa �̅� %
skor
siswa �̅� %
skor
siswa �̅� %
C1 1 15 0,5 50,00% 27 0,9 90,00% 16 0,53 53,00% 23 0,76 77,00%
C2 3 67 2,23 74,30% 63 2,1 70,00% 70 2,33 77,67% 75 2,5 83,30%
C3 5 79 2,63 52,40% 128 4,26 85,26% 78 2,6 86,67% 109 3,63 72,60%
C4 7 62 2,07 29,00% 177 5,9 84,00% 70 2,33 78,00% 123 4,1 58,00%
Total 16 223 1,86 51,53% 395 3,29 82,25% 234 1,95 73,75% 330 2,74 72,75%
Skor maksimal: 16 Lampiran C3
Persentase kemampuan awal (skor pretest) hasil belajar yang diperoleh kelas
kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Sedangkan persentase
kemampuan akhir (skor posttest) hasil belajar yang diperoleh kelas kontrol lebih
rendah dibandingkan kelas eksperimen untuk setiap proses kognitif C1, C2, C3, dan
C4.
Berdasarkan hasil pretest di kelas eksperimen, persentase siswa yang
menjawab benar pada proses C1 sebesar 50,00%, proses kognitif C2 sebesar
74,30%, proses kognitif C3 sebesar 52,40% dan proses kognitif C4 sebesar 29,00%.
pada saat posttest persentase siswa yang menjawab benar pada proses C1 sebesar
90,00%, proses kognitif C2 sebesar 70,00%, proses kognitif C3 sebesar 85,26% dan
proses kognitif C4 sebesar 84,00%. Sehingga berdasarkan hasil pretest dan posttest
selisih persentase proses kognitif C1 yaitu 40,00%, selisih persentase proses
kognitif C2 yaitu -4,30%, selisih persentase proses kognitif C3 yaitu 32,86%, selisih
persentase proses kognitif C4 yaitu 55,00%. Berdasarkan hasil pretest di kelas
57
kontrol, persentase siswa yang menjawab benar pada proses C1 sebesar 53,00%,
proses kognitif C2 sebesar 77,67%, proses kognitif C3 sebesar 86,67% dan proses
kognitif C4 sebesar 78,00%. Pada saat posttest persentase siswa yang menjawab
benar pada proses C1 sebesar 77.00%, proses kognitif C2 sebesar 83.30%, proses
kognitif C3 sebesar 72,60% dan proses kognitif C4 sebesar 58,00%. Sehingga
berdasarkan hasil pretest dan posttest selisih persentase proses kognitif C1 yaitu
24,00%, selisih persentase proses kognitif C2 yaitu 5,63%, selisih persentase proses
kognitif C3 yaitu -14,07%, selisih persentase proses kognitif C4 yaitu 20,00%.
Berdasarkan deskripsi data pada tabel 4.5 di atas dapat disimpulkan, selisih
hasil proses kognitif C1, C3, dan C4 kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan selisih hasil proses kognitif C1, C3, dan C4 kelas kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran
menggunakan model Flipped Classroom lebih unggul dalam meningkatkan hasil
belajar, baik pada proses kognitif C1, C3, dan C4. Perbandingan persentase hasil
belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.3,
Gambar 4.4, Gambar.4.5 dan Gambar 4.6 berikut ini.
Gambar 4.3 Gambaran Hasil Belajar Siswa Proses Kognitif C1 Kelas
Eksperimen dan Kontrol pada saat awal dan akhir
Gambar 4.3 menunjukkan gambaran hasil proses kognitif C1 kelas kontrol
dan eksperimen baik dari hasil pretest maupun posttest yang disajikan dalam bentuk
persentase. Hasil pretest proses kognitif C1 pada kelas eksperimen persentase skor
benar sebesar 50,00%, sedangkan pada kelas kontrol persentase skor benar sebesar
53,00%. Hasil posttest proses kognitif C1 pada kelas eksperimen persentase skor
0,00%
50,00%
100,00%
Pretest Posttest
50,00%
90,00%
53,00%
77,00%
Eksperimen Kontrol
58
benar sebesar 90,00%, sedangkan pada kelas kontrol persentase skor benar sebesar
77,00%.
Gambar 4.4 Gambaran Hasil Belajar Siswa Proses Kognitif C2 Kelas
Eksperimen dan Kontrol pada saat awal dan akhir
Gambar 4.4 menunjukkan gambaran hasil proses kognitif C2 kelas
eksperimen dan kontrol baik dari hasil pretest maupun posttest yang disajikan
dalam bentuk persentase. Hasil pretest proses kognitif C2 pada kelas eksperimen
persentase skor benar sebesar 74,30%, sedangkan pada kelas kontrol persentase
skor benar sebesar 77,60%. Hasil posttest proses kognitif C2 pada kelas eksperimen
persentase skor benar sebesar 70,00%, sedangkan pada kelas kontrol persentase
skor benar sebesar 83,30%.
Gambar 4.5 Gambaran Hasil Belajar Siswa Proses Kognitif C3 Kelas
Eksperimen dan Kontrol pada saat awal dan akhir
Gambar 4.5 menunjukkan gambaran hasil proses kognitif C3 kelas
eksperimen dan kontrol baik dari hasil pretest maupun posttest yang disajikan
dalam bentuk persentase. Hasil pretest proses kognitif C3 pada kelas eksperimen
persentase skor benar sebesar 52,40%, sedangkan pada kelas kontrol persentase
skor benar sebesar 86,67%. Hasil posttest proses kognitif C3 pada kelas eksperimen
60,00%
65,00%
70,00%
75,00%
80,00%
85,00%
Pretest Posttest
74,30%
70,00%
77,67%83,30%
Eksperimen Kontrol
0,00%
100,00%
Pretest Posttest
52,40%85,26%86,67% 72,60%
Eksperimen Kontrol
59
persentase skor benar sebesar 85,26%, sedangkan pada kelas kontrol persentase
skor benar sebesar 72,60%.
Gambar 4.6 Gambaran Hasil Belajar Siswa Proses Kognitif C4 Kelas
Kontrol dan Eksperimen pada saat awal dan akhir
Gambar 4.6 menunjukkan gambaran hasil proses kognitif C4 kelas kontrol
dan eksperimen baik dari hasil pretest maupun posttest yang disajikan dalam bentuk
persentase. Hasil pretest proses kognitif C4 pada kelas eksperimen persentase skor
benar sebesar 51,53%, sedangkan pada kelas kontrol persentase skor benar sebesar
73,75%. Hasil posttest proses kognitif C4 pada kelas eksperimen persentase skor
benar sebesar 82,25%, sedangkan pada kelas kontrol persentase skor benar sebesar
72,75%.
4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar masing-masing kelas didapatkan dari rata-rata skor
N-gain yang didapatkan siswa pada masing-masing kelas, dengan menghitung
selisih skor pretest-posttest dan dibandingkan dengan selisih skor ideal dengan skor
pretest sehingga didapatkan nilai N-gain pada masing-masing siswa dalam dua
kelas tersebut. Hasil N-gain kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Rata-rata N-gain
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran C.10
0,00%
100,00%
Pretest Posttest
51,53%82,25%73,75% 72,75%
Eksperimen Kontrol
Kelas N-gain Keterangan
Eksperimen 0,68 Sedang
Kontrol 0,38 Sedang
60
Tabel 4.6 menunjukkan rata-rata skor N-gain untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Skor N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,68 yang dikategorikan
bahwa peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen ada pada kategori
sedang. Sedangkan skor N-gain untuk kelas kontrol sebesar 0,38 yang
dikategorikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa di kelas kontrol ada di kategori
sedang. Dapat terlihat bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan
perlakuan dengan pembelajaran model Flipped Classroom lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang tidak diberi perlakuan
dengan pembelajaran model Flipped Classroom.
5. Peningkatan Rata - rata Hasil Belajar Aspek Kognitif C1, C2, C3, C4
Aspek kognitif hasil belajar yang diukur menggunakan Taksonomi Bloom
Anderson dan Krathwol. Dalam penelitian ini, aspek kognitif yang digunakan
hanya empat dari enam aspek kognitif hasil belajar yang ada, yaitu aspek kognitif
mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Tiap-
tiap aspek kognitif dianalisis menggunakan N-gain untuk dikategorikan tiap-tiap
aspek kognitif berdasarkan skor yang didapatkan oleh masing-masing siswa.
Peningkatan tiap proses kognitif hasil belajar didapatkan dari rata-rata skor N-gain
siswa masing-masing kelas. Hasil N-gain hasil belajar berdasarkan proses
kognitifnya dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Rata-rata N-gain Per Ranah Kognitif C1, C2, C3, C4
Kelas eksperimen dan Kelas kontrol
Ranah
Kognitif
N-gain
Eksperimen Keterangan Kontrol Keterangan
Mengingat (C1) 0,79 Tinggi 0,5 Sedang
Memahami (C2) -0,17 Rendah 0,25 Rendah
Menerapkan (C3) 0,69 Sedang 0,43 Sedang
Menganalisis (C4) 0,77 Tinggi 0,37 Sedang
Rata-rata N-gain 0,52 Sedang 0,38 Sedang
Lampiran C12
Tabel 4.7 menunjukkan perbandingan rata-rata skor N-gain proses kognitif
C1, C2, C3, C4 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata skor N-gain
kelas eksperimen pada proses kognitif C1 sebesar 0,79, proses kognitif C2 sebesar
-0,17, proses kognitif C3 sebesar 0.69, dan proses kognitif C4 sebesar 0,77. Proses
61
kognitif C1 dan C4 dikategorikan berada pada kategori tinggi, sedangkan untuk
proses kognitif C3 dikategorikan berada pada kategori sedang dan untuk proses
kognitif C2 pada kategori rendah. Rata-rata skor N-gain kelas kontrol pada proses
kognitif C1 sebesar 0,5, proses kognitif C2 sebesar 0,25, proses kognitif C3 sebesar
0,43, dan proses kognitif C4 sebesar 0,37. Proses kognitif C1, C3 dan C4
dikategorikan pada kategori sedang, sedangkan untuk proses kognitif C2
dikategorikan berada pada kategori rendah. Dengan demikian, peningkatan hasil
belajar berdasarkan proses kognitif pada kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan dengan pembelajaran model Flipped Classroom lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan ini.
Perbandingan rata-rata skor N-gain hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
per aspek kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7 Perbandingan Rata-rata Skor N-gain Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Per Aspek Kognitif
Diagram pada Gambar 4.7 menggambarkan rata-rata skor N-gain
berdasarkan aspek kognitif hasil belajar. Kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki perbedaan peningkatan rata-rata skor N-gain. Rata-rata skor N-gain kelas
eksperimen dan kelas kontrol paling rendah ada pada indikator hasil belajar
memahami. Pada indikator ini siswa harus mampu mengkontruksi makna dari
pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang
disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer.81 Kelas eksperimen
81 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Assesment, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2017), h.105.
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis
0,79
-0,17
0,690,77
0,5
0,25
0,43 0,37
Sko
r U
ji N
-gai
n
Indikator Hasil Belajar Eksperimen Kontrol
62
dan kelas kontrol lebih mampu menyelesaikan permasalahan pada tipe soal
indikator hasil belajar mengingat. Pada indikator ini siswa harus mampu mengingat
informasi yang telah dipelajari sebelumnya ketika diberi soal latihan atau
menyelesaikan masalah.82
6. Hasil Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi
yang terdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan terhadap dua buah data, yaitu
hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen dan Kelas Kontrol. Uji normalitas data
pada penelitian ini menggunakan rumus shapiro-wilk melalui software SPSS. Hasil
uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas shapiro-wilk Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Shapiro-Wilk Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Sig. 0,171 0.087 0.071 0.200
𝜶 0,05 0,05 0,05 0,05
Keputusan Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Data
terdistribusi
normal
Lampiran C.4 dan C.5
Berdasarkan uji normalitas Sahapiro-Wilk pada taraf signifikansi 5% atau
0,05 diperoleh sebagai nilai sig. keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan
pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (%) maka 𝐻0 diterima, data
dinyatakan terdistribusi normal. Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kelas eksperimen
nilai sig. data pretest di atas 0,05 yaitu sebesar 0,171 dan posttest di atas 0,05 yaitu
sebesar 0,071. Maka pada kelas eksperimen saat pretest dan posttest data
terdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol nilai nilai sig. data pretest di
atas 0,05 yaitu sebesar 0,071 dan posttest di atas 0,05 yaitu sebesar 0,200. Maka
pada kelas kontrol saat pretest dan posttest data terdistribusi normal.
82 Ibid., h.104.
63
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah objek (kelompok
eksperimen dan kontrol) yang diteliti mempunyai varian yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas dilakukan terhadap dua data, yaitu hasil pretest dan posttest kelas
eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan Lavene
Statistic melalui Software SPSS. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.9
berikut ini.
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lavene Statistic Pretest Posttest
Sig. 0,642 0,526
𝜶 0.05 0.05
Keputusan Data Homogen Data Homogen
Lampiran C.6 dan C.7
Berdasarkan hasil uji homogenitas Lavene Statistic pada taraf signifikansi 5%
atau 0,05 diperoleh nilai sig. keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan
pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika 𝑠𝑖𝑔. ≥ 0.05 (5%) maka 𝐻0 diterima,
data dinyatakan memiliki varian yang sama atau homogen. Tabel 4.9 menunjukkan
bahwa nilai sig. data hasil pretest dan posttest di atas 0,05 yaitu pretest sebesar
0,642 dan posttest sebesar 0,526 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
sama atau homogen.
7. Hasil Uji Hipotesis
Uji independent t-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan. Persyaratan pokok dalam
Uji independent t-test adalah data berdistribusi normal dan homogen (tidak mutlak).
Uji independent t-test dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab “apakah ada
perbedaan hasil belajar kognitif siswa pada konsep gerak parabola diantara model
Flipped Classroom dengan konvensional? Untuk menjawab rumusan masalah
tersebut, uji independent t-test dilakukan terhadap data posttest kelas eksperimen
(model Flipped Classroom) dengan data posttest kelas kontrol (konvensional).
64
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Lampiran C10
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-T pada taraf signifikan 0,05
diperoleh nilai sig. (2-tailed) data hasil prestest dan posttest dari kedua kelas.
Kesimpulan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis, yaitu jika sig.
(2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa
nilai sig. (2-tailed) data hasil pretest di atas taraf signifikan (0,05), yaitu sebesar
0,416 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan nilai sig. (2-tailed) data
hasil posttest di bawah taraf signifikan (0,05), yaitu sebesar 0,001 sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rata-rata posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
8. Hasil Analisis Angket
Hasil data angket yang diperoleh dari kelas eksperimen yang diberi perlakuan
pembelajaran dengan menggunakan model Flipped Classroom yang kemudian
diolah berdasarkan tiap-tiap indikatornya menghasilkan data berupa persentase dan
kemudian diinterpretasi dalam bentuk keterangan ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran model Flipped Classroom. Hasil respon siswa terhadap pembelajaran
model Flipped Classroom dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Respon Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran
Model Flipped Classroom
Indikator Sinkronus Ket. Asinkronus Ket. Flipped
Classroom Ket.
Sikap 69,33% SB 61,89% SB 65,61% SB
Minat 78% HS 65% SB 71,5% SB
Pemahaman 66% SB 59% SB 62,5% SB
Rata-rata
Total 71,11% SB 61,96% SB 66,51% SB
Lampiran C.14
Independent Sample T Test Uji Hipotesis
Hasil Pretest Hasil Posttest
Asymp.sig (2-tailed) 0,416 0,001
𝜶 0,05 0,05
Kesimpulan 𝐻0 Diterima
𝐻1 Ditolak
𝐻0 Ditolak
𝐻1 Diterima
65
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa penerapan model Flipped Classroom dalam
proses pembelajaran fisika pada konsep gerak parabola sebagian besar siswa
memberi tanggapan yang positif atau tertarik dengan nilai rata-rata 66,51%. Hasil
angket respon siswa terhadap penerapan model Flipped Classroom dapat dilihat
secara visual pada gambar 4.8 berikut ini.
Gambar 4.8 Gambaran Angket Respon Siswa Terhadap
Model Flipped Classsroom
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Kemampuan awal hasil belajar fisika siswa ranah kognitif pada kelas
eksperimen dan kontrol masih rendah. Berdasarkan pencapaian rata-rata skor
pretest yang diperoleh masing-masing kelas masih di bawah skor ideal (7 dari 16).
Rata-rata skor pretest kelas eksperimen 0,46 kali skor ideal, sedangkan rata-rata
skor pretest kelas kontrol sebesar 0,48 kali skor ideal. Soal pretest dan posttest
yang digunakan merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar khususnya pada ranah kognitif. Ada beberapa hal yang menyebabkan
rendahnya kemampuan awal hasil belajar kognitif siswa, diantaranya pendekatan
pembelajaran yang tidak menekankan keterlibatan siswa secara individual personal,
sehingga siswa tidak terpanggil untuk mempelajari fisika secara mendalam untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal. Kemudian, pembelajaran yang masih
menerapkan metode konvensional belum dapat mengakomodir perbedaan individu
terlebih lagi dengan jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas, perhatian siswa
yang terbatas serta muatan teori yang membutuhkan pemahaman mendalam.
Sehingga proses pembelajaran cenderung berorientasi pada metode imposisi yaitu
ketika pembelajaran berlangsung, guru hanya menyampaikan materi pelajaran
60,00%
80,00%
Sikap Minat Pemahaman
Per
sen
tase
Indikator Angket
Presentase Respon Siswa
66
dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi siswa. Cara
ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau
tidak dengan kesanggupan, kebutuhan dan minat siswa. Dengan demikian, guru
akan kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari,
dikarenakan metode tersebut mengamsumsikan bahwa cara belajar siswa sama dan
tidak bersifat pribadi, sehingga proses pembelajaran cenderung satu arah (teacher
center). Tentunya hal ini menjadikan siswa tidak terlibat aktif, serta tidak terlatih untuk
berusaha mengikuti proses pembelajaran dengan maksimal, melainkan hanya
menjadi pendengar pasif selama pembelajaran fisika berlangsung. Hal ini berimplikasi
pada pemahaman fisika yang diperoleh siswa tidak mendalam. Sehingga
mengakibatkan pencapaian hasil belajar siswa masih rendah.
Kemampuan akhir hasil belajar siswa kedua kelas meningkat setelah
diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberikan kemampuan
pembelajaran dengan menggunakan model Flipped Classroom sedangkan
pembelajaran kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Kemampuan akhir
hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil posttest yang menggunakan soal yang
sama dengan pretest. Hasil posttest menunjukkan kemampuan akhir hasil belajar
siswa kelas eksperimen meningkat 2,9 kali lipat dari kemampuan awal. Sedangkan
kemampuan akhir hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol meningkat 1,6 kali lipat
dari kemampuan awalnya. Meskipun kemampuan akhir kedua kelas meningkat,
kemampuan akhir kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol yaitu
sebesar 1,3 kali kemampuan akhir kelas kontrol. Lebih tingginya hasil kemampuan
akhir siswa kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol tersebut disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya: 1) Terlatihnya kemampuan siswa dalam mengkontruksi
pengetahuannya dalam memahami fisika secara mendalam selama pembelajaran
dan 2) keantusiasan dan ketertarikan siswa kelas eksperimen selama proses
pembelajaran.
Penerapan model Flipped Classroom (kegiatan asinkronus mandiri) siswa
terlibat dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri sebelum mengikuti
pembelajaran face to face dengan bahan ajar yang bisa diakses lewat video youtube
yang diberikan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya,
67
bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri yang berasal dari pengetahuan
awal diperolehnya melalui video pembelajaran yang diberikan oleh guru.83 Pada
kegiatan sinkronous langsung di kelas, siswa terlibat secara aktif dalam
penyampaian dan menyimak presentasi materi, diskusi dan siswa saling
berkolaborasi antar anggota kelompok dalam merumuskan pemecahan masalah
pada lembar LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Siswa tidak hanya menjadi
pendengar saat pembelajaran fisika berlangsung dan siswa tidak merasa bosan, hal
itu menyebabkan siswa antusias dalam melakukan aktivitas belajar yang kolaboratif
dan termotivasi selama proses pembelajaran berlangsung. Faktor tersebut sejalan
dengan penelitian sebelumnya bahwa siswa menjadi lebih percaya diri terhadap
kegiatan di kelas, siap menerima kegiatan pembelajaran dengan motivasi yang lebih
baik dari model pembelajaran biasa84 dan hasil belajar dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran kolaboratif dan motivasi belajar siswa.85
Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sama-sama mengalami
peningkatan. Peningkatan kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori
sedang. Sedangkan peningkatan hasil belajar kelas kontrol berada pada kategori
rendah. Jika dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar kelas kontrol, kelas
eksperimen mengalami peningkatan 2 kali dari peningkatan kelas kontrol.
Rendahnya peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol diakibatkan oleh kurang
terlatihnya siswa dalam mengembangkan hasil belajarnya selama proses belajar
berlangsung. Siswa hanya menerima informasi ataupun pengetahuan yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa tidak optimal dalam mengembangkan hasil
belajarnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan
bahwa model pembelajaran konvensional materi pelajaran lebih banyak
disampaikan oleh guru siswa kurang terlibat dalam pembelajaran sehingga dapat
83 Pipit Apriyanah, dkk., “Efektifitas Model Flipped Classroom pada Pembelajaran Fisika
Ditinjau dari Self Efficacy dan Penguasaan Konsep Siswa”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan
Riset Ilmiah, Vo. 2 No.2, November 2018, h. 72 84 Jacob Enfield. “Looking at the impact of the Flipped Classroom Model of Instruction on
Undergraduate Multimedia Student at CSUN”. TechTrends. Vol 57. No. 6, 2013, h. 14-18. 85 Singgih Santoso, “Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terahadap
Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X”, Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Vol.5, 2013,
h.15-19.
68
menyebabkan siswa merasa jenuh saat menerima materi yang disampaikan oleh
guru.86
Pembelajaran Flipped Classroom berpengaruh terhadap hasil belajar rata-
rata tiap siswa kelas eksperimen dengan perolehan N-gain sebesar 0,68 dan
berpengaruh terhadap hasil belajar rata-rata per aspek kognitif dengan perolehan N-
gain sebesar 0,52. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol disebabkan oleh penggunaan model Flipped
Classroom, saat proses pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subjek dan
objek belajar serta dapat mengakomodir perbedaan individu. Pembelajaran kelas
eksperimen dengan model Flipped Classroom melibatkan siswa pada dua proses
kegiatan pembelajaran yang dilalui, yaitu kegiatan asinkronus mandiri dan
sinkronus langsung (face to face). Asinkronus mandiri dilakukan dengan meminta
siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan belajar mandiri melalui bahan
ajar yang dapat diakses kapan saja melalui video youtube dan setiap siswa diminta
untuk membuat suatu ringkasan secara individu terkait materi yang berkaitan
dengan video yang diberikan. Siswa pun dapat mencari informasi dengan leluasa
dari sumber lain yang menurutnya berkaitan dengan video yang ditontonnya,
sehingga ketika di kelas siswa lebih siap menerima pembelajaran karena telah
memiliki bekal materi yang akan dipelajarinya sebagai prasyarat mengikuti
pembelajaran face to face di kelas. Sinkronus langsung memberi penguatan
pengetahuan kepada siswa serta siswa akan menerapkan pengetahuan yang telah
didapatkan selama proses pembelajaran asinkronus mandiri. Sedangkan,
pembelajaran kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional, siswa
tidak terlibat aktif hanya mendengarkan penjelasan guru dan hanya beberapa siswa
yang terlibat ketika sesi tanya jawab di akhir pembelajaran. Siswa tidak terbiasa
mengkonstruk pengetahuannya secara optimal dalam mengikuti proses
pembelajaran.
86 Choiroh, A.N.L, dkk., “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Menggunakan
Metode Mind Mapping Terhadap Prestasi Dan Kemandirian Belajar Fisika”, Jurnal Pendidika
Fisika, Vol.7 No.1, Juni 2018, h.4
69
Hasil uji hipotesis diperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,001 pada uji
independent t test, menghasilkan interpretasi bahwa 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima.
Kesimpulan dari hipotesis statistik tersebut, berarti terdapat perbedaan rata-rata
hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan siswa pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang mengungkapkan bahwa
model pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped Classroom paling baik
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.87
Selain itu, 80% siswa kelas eksperimen merasa mudah memahami konsep
gerak parabola setelah menggunakan model Flipped Classroom. Hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya, yaitu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
yang telah ada dapat menunjang materi pembelajaran sehingga dapat
memaksimalkan jam belajar di sekolah yang sangat sedikit untuk membahas soal
dan berdiskusi dengan begitu siswa akan belajar mandiri sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.88 Kemudian, Siswa kelas eksperimen antusias dan
tertarik mempelajari konsep gerak parabola selama proses pembelajaran terlebih
pada saat menyelesaikan tugas berupa soal yang diberikan oleh guru. Hal tersebut
terlihat dalam hasil angket repon siswa terkait pembelajaran model Flipped
Classroom yaitu sebesar 66,51%, menunjukkan sebagian besar siswa tertarik
dengan pembelajaran menggunakan model tersebut. Hal ini sejalan pula dengan
penelitian sebelumnya bahwa ada pengaruh kemandirian belajar yang signifikan
antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Flipped Classroom
menggunakan metode Mind Mapping dengan siswa yang diajar menggunakan
model pembelajaran konvensional.89 Penelitian lain juga mengatakan Model
pembelajaran Flipped Classroom mampu meningkatkan hasil belajar kognitif
daripada model konvensional.90
87 Adhitiya, E.N, A. Prabowo & R. Arifudin. “Studi Komparasi Model Pembelajaran Traditional
Flipped dengan Peer Instruction Flipped Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah”. Unnes
Journal of Mathematics Education, 2015, 4(2),2-8 88 Shihib, Yeni Anistyasari, “ Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Rancang Bangun Jaringan Di SMK Negeri 3 Buduran
Sidoarjo”, Junal IT, Vol. 02 No.02, 2017, h. 34 89 Choiroh, A.N.L, dkk., loc. cit. 90 Rusdi, dkk., “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped Classroom
Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi”, Vol.9 No.1, 2016, h.19
70
Pembelajaran model Flipped Classroom ini memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya: 1) Penelitian ini hanya diteliti pada materi gerak
parabola, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada materi lain. 2) Pembelajaran
dengan model Flipped Classroom tidak bisa dikontrol, penelitian ini sesuai dengan
jurnal yang mengatakan bahwa kekurangan dari flipped classroom tersebut gutru
tidak bisa memastikan siswa tersebut telah belajar lewat video atau tidak, karena
kemungkinan siswa tersebut menyontek ringkasan teman sekelasnya, hal tersebut
karena belum adanya interaksi secara online antara guru dengan siswa.91 3)
Pengkontrolan terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi
pembelajaran sinkronus langsung (face to face) pada variabel model Flipped
Classroom dan hasil belajar siswa. Kegiatan asinkronus mandiri tidak sepenuhnya
dikontrol, hanya menekankan pada sikap jujur siswa ketika memberikan keterangan
sudah melakukan pembelajaran asinkronus mandiri sebelum diakhiri dengan
pretest sebagai prasyarat mengikuti kegiatan pembelajaran sinkronus langsung
(face to face) di kelas.
91 Muhammad Ridha, dkk,. Pengaruh Flipped Mastery Classroom Terhadap Perolehan Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa, Jurnal Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Vol.1 No.4, April
2016, h. 660
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Flipped Classroom berpengaruh terhadap hasil belajar
kognitif siswa dilihat dari hasil uji hipotesis pada kelas eksperimen dengan
menggunakan uji t nilai 𝑆𝑖𝑔. 0,001 < 0,05, atau Ho diterima. Selain itu ditinjau
dari hasil rata-rata posttest sebesar 13,2 dari nilai maksimum 16 dibandingkan
dengan kelas kontrol 11.
2. Pembelajaran Flipped Classroom berpengaruh terhadap hasil belajar rata-rata
tiap siswa kelas eksperimen dengan perolehan N-gain sebesar 0,68 dan
berpengaruh terhadap hasil belajar rata-rata per aspek kognitif dengan
perolehan N-gain sebesar 0,52.
3. Sebagian besar siswa tertarik terhadap sinergitas teknologi yang dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran serta keaktifan siswa. Hal ini menunjang
keterampilan kesiapan digital siswa, agar dapat memanfaatkan teknologi secara
ramah dan positif dalam proses pembelajaran. Rata-rata persentase respon siswa
terhadap pembelajaran Flipped Classroom sebesar 66.51%.
B. Saran
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model
Flipped Classroom mampu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa,
sehingga pembelajaran ini dapat dijadikan pilihan referensi dalam
pembelajaran fisika yang bisa melibatkan siswa aktif secara individual
personal.
2. Peneliti maupun guru yang hendak menerapkan pembelajaran model Flipped
Classroom diharapkan dapat memastikan siswa menonton video pembelajaran
yang telah diberikan oleh guru.
72
3. Peneliti maupun guru yang hendak menerapkan model Flipped Classroom
perlu menguasai materi, mengarahkan secara jelas, membimbing dan
memotivasi siswa dalam diskusi sehingga penerapan metode ini berjalan sesuai
rencana pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa akan maksimal jika selama proses pembelajaran baik
sinkronus maupun asinkronus dapat dikontrol sepenuhnya sehingga siswa
dapat memahami konsep yang diajarkan dengan baik selama proses
pembelajaran.
5. Pembelajaran model Flipped Classroom dapat diaplikasikan pada materi lain
selain dari konsep gerak parabola dalam fisika.
73
DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Ali Fikri. “Pengembangan Media Pembelajaran Hypermedia melalui 3D Flipbook
untuk Meningkatkan High Order Thinking Skill pada Materi Gerak Parabola”. Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2018,
Adhitiya, E.N, A. Prabowo dan R. Arifudin. Studi Komparasi Model Pembelajaran Traditional
Flipped dengan Peer Instruction Flipped Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah.
Unnes Journal of Mathematics Education, 2015.
Agustiningrum, Arfiyanti dan Agung Haryono, Penerapan Model Pembelajaran Flipped
Classroom dan Course Review Horay Berbasis Lesson Study untuk meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI IPS 2 MAN
Kota Batu. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2017.
Apriyanah, Pipit. dkk,. Efektifitas Model Flipped Classroom pada Pembelajaran Fisika
Ditinjau dari Self Efficacy dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika dan Riset Ilmiah. Vo. 2 No.2, 2018.
Apriyanti, Yeni. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Flipped Classroom Pada Materi
Getaran Harmonis”. FKIP Universitas Lampung, 2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Ayu, Hena Dian dan Jufriadi, A. Pengaruh Penerapan Strategi Open Ended Problem Bersetting
Kooperatif Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Masalah Ditinjau dari Kreativitas
Siswa. Jurnal Inspirasi Pendidikan, Vol. 7 No.1, 2017.
Bergmann, Jonathan and Aaron Sams, Flip Your Classroom: Reach Every Student in Every
Class Every Day. United States : The International Society For Technology In Education,
2012.
Bioshop, Jacob Lowell and Matthew a verieger. The Flipped Classroom: A Survey of the
Research, Atlanta : 120th ASEE Annual Conference & Exposition, 2013.
Budiman dan Agus Riyanto. Kapita Selekta Kuisoner. Jakarta: Salemba Medika, 2014.
Chandra, Francisca H. dan Nugroho, Yulius W. Peran Teknologi Video dalam Flipped
Classroom, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya. Dinamika Teknologi. Vol.8; No.1, 2016.
Choiroh, A.N.L. Ayu, Hena Dian. Pratiwi, Yuli Hestiningsih. Pengaruh Model Pembelajaran
Flipped Classroom Menggunakan Metode Mind Mapping Terhadap Prestasi dan
Kemandirian Belajar Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol.7 No.1, 2018.
D. Young, Hugh dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2002.
74
Depdiknas, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar SMA/MA, 2006, h.160
Djaali dan Puji Mardjono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo, 2007.
Djajalaksana, Yenni Merlin. “Penerapan Konsep ‘Flipped Classroom’ untuk Mata Kuliah
Statistika dan Probabilitas di Program Studi Sistem Informasi ”. Laporan Penelitian
Universitas Kristen Maranatha. 2014.
Enfield, Jacob. Looking at the impact of the Flipped Classroom Model of Instruction on
Undergraduate Multimedia Student at CSUN. TechTrends. Vol 57. No. 6, 2013.
Hanif, Yulingga Handa dan Wasis Himawanto. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish,
2017.
Hendriana, Heris dan Utari Sumarmo, Penilaian Pembelajaran Matematika, Bandung : Refika
Aditama, 2014.
Herlanti, Yanti. Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Jeffery L.Loo, et.al., Flipped Instruction For Information Literacy: Five Instructional Cases of
Academic Librarians, 2016.
Kadir. Statistika Terapan. Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2015.
Kamajaya, Ketut dan Wawan Purnama. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Fisika untuk
SMA/MA kelas X. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2016.
Kevin M Steele, The Flipped Classroom: Cuting-Edge, Practical Strategies to Successfully
“Flip” Your Classroom, 2016. diakses dari
http://www.kevinmstelee.com/the_flipped_classroom_-_ice.pdf , pada tanggal 3
Agustus 2018 pukul 09.26
Khoiruddin, M. “Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Strategi Metakognitif
Berbantuan Refutation Text Pada Materi Gerak Parabola”. Program Studi Pendidikan
Fisika FKIP Untan Pontianak, 2015.
Kuspriyanto, Budi dan Siagian, Sahat. Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Kreatif
terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 6 No. 2, 2013.
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Peangajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2017.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
75
Mazur, Eric. Peer Instruction: A User’s Manual. New Jersey : Prentice Hall, 1997.
Md Nurul Islam, et al. A Comparative Study on Achievement of Learning Outcomes through
Flipped Classroom and Traditional Lecture Instruction. International Medical Journal,
2018.
Muhclisin, Fuad. Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Dengan Pendekatan Peta
Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Motor
Diesel Di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Jurnal Mahasiswa Pendidikan Teknik
Otomotif UNY, 2013.
Muh. Yunus dan Kurniati Ilham. Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving Question
and Getting Answers Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bajeng.
Jurnal Chemica. Vol. 14 No. 1, 2013.
N.Lasry et.al, “Peer Instruction: Comparing clickers to Flashcard”, 2016.
(https://arxiv.org/ftp/physics/papers/0702/0702186.pdf ) Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2014. Nugroho, Aris Prasetyo. Indarti dan Naila Hilmiyana Syifa. Buku Siswa Fisika untuk SMA/MA
kelas X. Surakarta: CV Mediatama, 2016. Observasi nilai rapor siswa di beberapa sekolah di SMAN 5 Tangerang Selatan, SMAN 4
Tangerang Selatan dan SMA Triguna Utama UIN, 2018. Prahara, Yova Agustian. Subiki dan Maryani. Model Quantum Learning Dengan Metode
Ekspeimen Pada Pembelajaran Fisika Di SMPN 7 Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol.1, 2012.
Rafianti, Isna. Keaktifan Belajar Matematika Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif
Berbantuan Alat Peraga. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2016.
Ridha, Muhammad. dkk,. Pengaruh Flipped Mastery Classroom Terhadap Perolehan Hasil
Belajar Kognitif Mahasiswa. Jurnal Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Vol.1 No.4, April 2016.
Rukmini, Elizabeth. Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom. Majalah Ilmiah Pembelajaran
FIP UNY, 2008. Rusdi, dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped Classroom
terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Sistem Ekskresi”, Jurnal Biologi, 2016.
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan Profesionalisme
Guru Abad 21. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012. Rusman. Model-model Pembelajaran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016. Santoso, Singgih. Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar Terahadap
Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. Vol.5, 2013.
76
Shihib, Yeni Anistyasari. Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Rancang Bangun Jaringan Di SMK Negeri 3 Buduran Sidoarjo. Junal IT. Vol. 02 No.02, 2017.
Setyawati, Edy Sulistiyo. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Strategi Giving
Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI TAV Pada Standar Kompetensi membuat Rekaman Audio di Studio di SMK Negeri 3 Surabaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Elektro. Vol. 02 No. 1, 2013.
Serway, Jewett. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika, 2014Silabus Mata
Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016.
Suryacitra, Gabriella Elsa. “Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom di
Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Karanganom pada Materi Vektor”. Skripsi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010.
Sundayana, Rostina. Statistik Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta,2014. Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga, 1998. Utami, Sri. “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Tipe Peer Instruction Flipped
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Widyaningsih, Sri Wahyu dan Yusuf, Irfan. Penerapan Quantum Learning Berbasis Alat
Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Panrita. Vol.10, 2015. Widoyoko, Eko Putro. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014. Wijaya, Riki Chandra, dkk,. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Projectile Launcher
sebagai Alat Praktikum Fisika pada Materi Gerak Parabola. Jurnal Edu-Sains. Vol.3 No.2, 2014.
Yulietri, Fradila, dkk. Model Flipped Classroom dan Discovery Learning Pengaruhnya
terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian Belajar. Jurnal TEKNODIKA, 2015.
Yuni, Agnes P. Pengembangan Media Interaktif “Jelonpro” Konsep Gerak Parabola untuk
Peserta Didik Kelas X. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pascasarjana UM. Vol. 1, 2016.
77
LAMPIRAN A
PERANGKAT PEMBELAJARAN
1. Lembar Wawancara Guru Pada Studi Pendahuluan
2. Lembar Angket Siswa Pada Studi Pendahuluan
3. RPP Kelas Eksperimen
4. RPP Kelas Kontrol
5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
78
Lampiran A.1 Lembar Wawancara Guru Pada Studi Pendahuluan
LEMBAR WAWANCARA GURU
I. Identitas Sekolah
A. Sekolah : SMAN 5 Tangerang Selatan
B. Alamat : Puri Bintaro Hijau Blok F Pondok Aren, Tangerang
C. Tanggal : 17 April 2018
II. Identitas Bapak/Ibu
A. Nama Bapak/Ibu : Ester Hera Triana, S.Pd
B. Jabatan : Guru
C. Lama mengajar : 9 tahun
III. Kisi-kisi wawancara
Variabel Sub.
Variabel Indikator
No.
Soal
Pengaruh Model
Pembelajaran
Flipped
Classroom
Terhadap Hasil
Belajar Kognitif
Siswa SMA pada
Konsep Gerak
Parabola
Kurikulum Penggunaan kurikulum di Sekolah 1, 2
Model
pembelajaran
Penggunaan model dalam pembelajaran 3
Model pembelajaran Flipped
Classrooom 4, 5
Model pembelajaran Flipped Classroom
untuk melihat hasil belajar siswa 6
Proses pembelajaran dikelas 7,8
Materi Fisika Pemetaan materi yang digunakan 9, 10
Hasil belajar siswa pada materi gerak
parabola 11
IV. Pertanyaan wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
A. Kurikulum
1. Apakah sekolah ini sudah
menerapkan kurikulum 2013? Jika
iya, dari tahun dan kelas berapa
mulai diterapkan?
Iya sudah, dari 2015
2. Berapa jam pelajaran mata
pelajaran fisika dalam seminggu
untuk kelas X dan XI?
X = 3 jam @45 menit / minggu
XI = 4 jam @45 menit / minggu
B. Model Pembelajaran
3. Apa saja metode pembelajaran
yang digunakan bpk/ibu untuk
menyampaikan materi gerak
parabola?
Biasanya menggunakan power point dan
menggambar dipapan tulis
4. Apakah bapak/ibu mengetahui
mengenai metode pembelajaran
flipped classroom? Jika iya, apa
bapak/ibu pernah menerapkannya
Belum tau
79
di kelas dan pada materi fisika apa
saja?
5. Apakah pada awal pembelajaran
siswa terlibat aktif dalam
mengungkapkan pengetahuannya
tentang materi yang akan
dipelajari?
Iya, siswa akan ditanya mengenai materi
yang akan dipelajari. Misal, dalam
kehidupan sehari-hari contohnya
6. Bagaimana menurut bapak/ibu jika
model pembelajaran flipped
classroom digunakan untuk
melihat hasil belajar siswa pada
materi gerak parabola?
Bagus
7. Apakah ketika mengerjakan tugas
di kelas siswa merasa kesulitan
dan bertanya pada guru?
Iya, tapi jarang siswa bertanya langsung
pada guru. Biasanya mereka mencari
diinternet
8. Apakah dalam pembelajaran di
kelas siswa berdiskusi dengan
siswa yang lain dalam tukar
menukar pendapat dan
memecahkan masalah fisika?
Iya
C. Materi Fisika
9. Apakah materi gerak parabola
tergolong sulit/sedang/mudah
dipahami?
Tergolong cukup sulit bagi sebagian siswa,
dilihat dari nilai yang mereka dapatkan saat
ulangan harian
10. Bagaimana pemahaman siswa
terhadap materi fisika terutama
materi gerak parabola?
Biasa saja
11. Apakah rata-rata hasil belajar
siswa sudah mencapai KKM pada
mata pelajaran fisika khususnya
materi gerak parabola?
Hasil belajar siswa rata-rata masih dibawah
KKM
Tangerang, 17 April 2018
Narasumber
Ester Hera Triana, S.Pd
NIP. 19690731 199201 2 001
80
LEMBAR WAWANCARA GURU
I. Identitas Sekolah
A. Sekolah : SMAN 4 Tangerang Selatan
B. Alamat : Jl. WR Supratman Komp. Pertamina Pd. Ranji
C. Tanggal : 18 April 2018
II. Identitas Bapak/Ibu
A. Nama Bapak/Ibu : Esty Marthafiani
B. Jabatan : Guru
C. Lama mengajar : 9 tahun
III. Kisi-kisi wawancara
Variabel Sub.
Variabel Indikator
No.
Soal
Pengaruh Model
Pembelajaran
Flipped
Classroom
Terhadap Hasil
Belajar Kognitif
Siswa SMA pada
Konsep Gerak
Parabola
Kurikulum Penggunaan kurikulum di Sekolah 1, 2
Model
pembelajaran
Penggunaan model dalam pembelajaran 3
Model pembelajaran Flipped
Classrooom 4, 5
Model pembelajaran Flipped Classroom
untuk melihat hasil belajar siswa 6
Proses pembelajaran dikelas 7,8
Materi Fisika Pemetaan materi yang digunakan 9, 10
Hasil belajar siswa pada materi gerak
parabola 11
IV. Pertanyaan wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
A. Kurikulum
1. Apakah sekolah ini sudah
menerapkan kurikulum 2013? Jika
iya, dari tahun dan kelas berapa
mulai diterapkan?
Sudah mulai diterapkan sejak tahun 2015
2. Berapa jam pelajaran mata
pelajaran fisika dalam seminggu
untuk kelas X dan XI?
X = 3JP/minggu
XI = 4 JP/ minggu
B. Model Pembelajaran
3. Apa saja metode pembelajaran
yang digunakan bpk/ibu untuk
menyampaikan materi gerak
parabola?
Menggunakan power point, dengan games
angry bird
4. Apakah bapak/ibu mengetahui
mengenai metode pembelajaran
flipped classroom? Jika iya, apa
bapak/ibu pernah menerapkannya
di kelas dan pada materi fisika apa
saja?
Belum pernah mendengar tentang flipped
classroom
81
5. Apakah pada awal pembelajaran
siswa terlibat aktif dalam
mengungkapkan pengetahuannya
tentang materi yang akan
dipelajari?
Iya, siswa diminta membeca buku terlebih
dahulu sebelum pembelajaran dimulai
6. Bagaimana menurut bapak/ibu jika
model pembelajaran flipped
classroom digunakan untuk
melihat hasil belajar siswa pada
materi gerak parabola?
Cukup bagus, karna waktu yang digunakan
bisa dimaksimalkan untuk berlatih soal
7. Apakah ketika mengerjakan tugas
di kelas siswa merasa kesulitan
dan bertanya pada guru?
Kebanyakan siswa pada pelajaran fisika
terlebih pada konsep yang matematis siswa
cenderung banyak bertanya
8. Apakah dalam pembelajaran di
kelas siswa berdiskusi dengan
siswa yang lain dalam tukar
menukar pendapat dan
memecahkan masalah fisika?
Iya
C. Materi Fisika
9. Apakah materi gerak parabola
tergolong sulit/sedang/mudah
dipahami?
Dari hasil ulangan maupun ujian , materi
gerak parabola dirasa cukup sulit
10. Bagaimana pemahaman siswa
terhadap materi fisika terutama
materi gerak parabola?
Siswa akan lebih paham ketika guru
memberi contoh nyata terkait konsep
tersebut
11. Apakah rata-rata hasil belajar
siswa sudah mencapai KKM pada
mata pelajaran fisika khususnya
materi gerak parabola?
>40% peserta didik masih mendapat nilai
dubawah KKM
Tangerang, 18 April 2018
Narasumber
Esty Marthafiani
NIP. 19850322 200902 2 002
82
LEMBAR WAWANCARA GURU
I. Identitas Sekolah
A. Sekolah : SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah
B. Alamat : JL. Ciputat, Tangerang Selatan
C. Tanggal : 16 April 2018
II. Identitas Bapak/Ibu
A. Nama Bapak/Ibu : Yuni
B. Jabatan : Guru
C. Lama mengajar : 2 tahun
III. Kisi-kisi wawancara
Variabel Sub.
Variabel Indikator
No.
Soal
Pengaruh Model
Pembelajaran
Flipped
Classroom
Terhadap Hasil
Belajar Kognitif
Siswa SMA pada
Konsep Gerak
Parabola
Kurikulum Penggunaan kurikulum di Sekolah 1, 2
Model
pembelajaran
Penggunaan model dalam pembelajaran 3
Model pembelajaran Flipped
Classrooom 4, 5
Model pembelajaran Flipped Classroom
untuk melihat hasil belajar siswa 6
Proses pembelajaran dikelas 7,8
Materi Fisika Pemetaan materi yang digunakan 9, 10
Hasil belajar siswa pada materi gerak
parabola 11
IV. Pertanyaan wawancara
No. Pertanyaan Jawaban
A. Kurikulum
1. Apakah sekolah ini sudah
menerapkan kurikulum 2013? Jika
iya, dari tahun dan kelas berapa
mulai diterapkan?
Iya sudah, sejak 2017
2. Berapa jam pelajaran mata
pelajaran fisika dalam seminggu
untuk kelas X dan XI?
Kelas 10 = 3 jp
Kelas 11 = 4 jp
B. Model Pembelajaran
3. Apa saja metode pembelajaran
yang digunakan bpk/ibu untuk
menyampaikan materi gerak
parabola?
Ceramah dan slide power point
4. Apakah bapak/ibu mengetahui
mengenai metode pembelajaran
flipped classroom? Jika iya, apa
bapak/ibu pernah menerapkannya
di kelas dan pada materi fisika apa
saja?
Belum tau
83
5. Apakah pada awal pembelajaran
siswa terlibat aktif dalam
mengungkapkan pengetahuannya
tentang materi yang akan
dipelajari?
Tentu, siswa diminta untuk membaca dan
mencari materi diberbagai sumber misal
buku dan internet
6. Bagaimana menurut bapak/ibu jika
model pembelajaran flipped
classroom digunakan untuk
melihat hasil belajar siswa pada
materi gerak parabola?
Bagus
7. Apakah ketika mengerjakan tugas
di kelas siswa merasa kesulitan
dan bertanya pada guru?
Jarang siswa bertanya langsung pada guru
8. Apakah dalam pembelajaran di
kelas siswa berdiskusi dengan
siswa yang lain dalam tukar
menukar pendapat dan
memecahkan masalah fisika?
Biasanya pada saat kegiatan berkelompok
C. Materi Fisika
9. Apakah materi gerak parabola
tergolong sulit/sedang/mudah
dipahami?
Tergolong sulit
10. Bagaimana pemahaman siswa
terhadap materi fisika terutama
materi gerak parabola?
Siswa cukup sulit dalam mempelajari materi
ini
11. Apakah rata-rata hasil belajar
siswa sudah mencapai KKM pada
mata pelajaran fisika khususnya
materi gerak parabola?
Lebih dari setengah siswa setiap angkatan
masih masih mendapat nilai dibawah KKM
yaitu nilai KKM 70
Ciputat, 16 April 2018
Narasumber
Yuni
84
Lampiran A.2 Lembar Angket Siswa Pada Studi Pendahuluan
A. Kisi-kisi Angket Siswa Pada studi Pendahuluan
No Sub
Variabel Indikator Variabel Pernyataan
Butir
(+)/(-)
1. Proses
Pembelajar
an
Pengetahuan awal
siswa
Pembelajaran fisika yang saya peroleh
sebelumnya belum dapat menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari
(-)
Penerapan
pembelajaran di
dalam kelas
Fisika mata pelajaran yang sulit bagi saya (-)
Saya mudah lupa dengan materi fisika yang
sudah dipelajari (+)
2. Model
pembelajar
an yang
digunakan
di dalam
kelas
Penggunaan model di
dalam kelas
Guru fisika sering menggunakan model
pembelajaran berbantuan komputer seperti power
point, prezi, dll.
(+)
Saya mengerti materi fisika yang disampaikan
oleh guru dengan menggunakan model
pembelajaran yang sudah ada.
(-)
Saya seringkali tidak dapat mengikuti
pembelajaran secara cepat dengan menggunakan
model pembelajaran yang sudah ada.
(+)
Model pembelajaran yang sudah digunakan guru
dapat meningkatkan cara berpikir saya secara
mendalam tentang konsep fisika.
(-)
Model pembelajaran yang sudah ada dapat
membuat saya tertarik mempelajari fisika (-)
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru
dapat membuat saya mengerjakan berbagai
variasi soal.
(-)
Model pembelajaran
yang dibutuhkan
siswa di dalam kelas
Saya menginginkan model pembelajaran
pembelajaran berbantuan media yang dapat
menampilkan gambar, animasi, video penjelasan
materi, dan soal-soal evaluasi pada mata
pelajaran fisika.
(+)
Saya menginginkan model pembelajaran yang
dapat menghubungkan konsep fisika dengan
kehidupan sehari-hari.
(+)
3. Penggunaa
n
komputer/l
aptop pada
siswa
Kepemilikan
komputer/laptop/hand
phone pada siswa
Saya memiliki komputer/laptop di rumah
(+)
Penggunaan
komputer/laptop/hand
phone
Saya menggunakan komputer/laptop setiap hari (+)
Saya lebih banyak menggunakan
komputer/laptop untuk hiburan (media sosial,
menonton film) dibandingkan untuk kepentingan
pelajaran
(+)
Saya memiliki banyak aplikasi di
komputer/laptop saya yang berkaitan dengan
pelajaran.
(-)
4. Penggunaa
n model
pembelajar
an Flipped Classroom
Pengetahuan
mengenai Flipped
Classroom
Saya tidak tertarik dengan model pembelajaran
yang berbantuan media
(-)
Jumlah Pernyataan 16 (+) = 8
(-) = 8
85
LEMBAR ANGKET PENELITIAN PENDAHULUAN SISWA
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Petunjuk : Berilah jawaban berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda
(√) pada kolom yang tersedia.
A. Proses pembelajaran
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Pembelajaran fisika yang saya peroleh sebelumnya belum dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
2. Fisika mata pelajaran yang sulit bagi saya
3. Saya mudah lupa dengan materi fisika yang sudah dipelajari
B. Model pembelajaran
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
4. Guru fisika sering menggunakan model pembelajaran berbantuan komputer
seperti power point, prezi, dll.
5. Saya mengerti materi fisika yang disampaikan oleh guru dengan
menggunakan model pembelajaran yang sudah ada.
6. Saya seringkali tidak dapat mengikuti pembelajaran secara cepat dengan
menggunakan model pembelajaran yang sudah ada.
7. Media pembelajaran yang sudah digunakan guru dapat meningkatkan cara
berpikir saya secara mendalam tentang konsep fisika.
8. Model pembelajaran yang sudah ada dapat membuat saya tertarik
mempelajari fisika
9. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat saya
mengerjakan berbagai variasi soal.
10. Saya menginginkan model pembelajaran berbantuan komputer yang dapat
menampilkan gambar, animasi, video penjelasan materi, dan soal-soal
evaluasi pada mata pelajaran fisika.
11. Saya menginginkan model pembelajaran yang dapat menghubungkan konsep
fisika dengan kehidupan sehari-hari.
C. Penggunaan komputer/laptop/handphone
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
12. Saya memiliki komputer/laptop/handphone di rumah
13. Saya menggunakan komputer/laptop/handphone setiap hari
14. Saya lebih banyak menggunakan komputer/laptop/handphone untuk hiburan
(media sosial, menonton film) dibandingkan untuk kepentingan pelajaran
15. Saya memiliki aplikasi di komputer/laptop/handphone saya yang berkaitan
dengan pelajaran.
D. Penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
16. Saya tertarik dengan model pembelajaran yang berbantuan media .
86
HASIL ANGKET PADA STUDI PENDAHULUAN
No. Pertanyaan Persentase
jawaban
1. Pembelajaran fisika yang saya peroleh sebelumnya belum dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
57,5%
2. Fisika mata pelajaran yang sulit bagi saya 86,3%
3. Saya mudah lupa dengan materi fisika yang sudah dipelajari 89%
4. Guru fisika sering menggunakan model pembelajaran berbantuan komputer
seperti power point, prezi, dll.
60,3%
5. Saya mengerti materi fisika yang disampaikan oleh guru dengan
menggunakan model pembelajaran yang sudah ada.
61,6%
6. Saya seringkali tidak dapat mengikuti pembelajaran secara cepat dengan
menggunakan model pembelajaran yang sudah ada.
75,3%
7. Media pembelajaran yang sudah digunakan guru dapat meningkatkan cara
berpikir saya secara mendalam tentang konsep fisika.
45,2%
8. Model pembelajaran yang sudah ada dapat membuat saya tertarik
mempelajari fisika
61,6%
9. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat membuat saya
mengerjakan berbagai variasi soal.
52,1%
10. Saya menginginkan model pembelajaran berbantuan komputer yang dapat
menampilkan gambar, animasi, video penjelasan materi, dan soal-soal
evaluasi pada mata pelajaran fisika.
93,2%
11. Saya menginginkan model pembelajaran yang dapat menghubungkan
konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari.
75,3%
12. Saya memiliki komputer/laptop/handphone di rumah 100%
13. Saya menggunakan komputer/laptop/handphone setiap hari 89%
14. Saya lebih banyak menggunakan komputer/laptop/handphone untuk hiburan
(media sosial, menonton film) dibandingkan untuk kepentingan pelajaran
86,3%
15. Saya memiliki aplikasi di komputer/laptop/handphone saya yang berkaitan
dengan pelajaran.
30,1%
16. Saya tertarik dengan model pembelajaran yang berbantuan media . 75,3%
87
Lampiran A.3 RPP Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Nama Sekolah : SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X MIA 2 / Ganjil
Materi Pokok : Gerak Parabola dengan Analisis Vektor
Alokasi Waktu : 3 JP x 45 Menit (pertemuan ke-1)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD-3) Kompetensi Dasar (KD-4)
3.5 Menganalisis gerak parabola dengan
menggunakan vektor, berikut makna fisisnya
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
4.5 Mempresentasikan data percobaan gerak
parabola dan makna fisisnya.
IPK IPK
3.5.1 Menjelaskan karakteristik konsep gerak
parabola
4.5.1 Mengamati dan mendiskusikan video gerak
parabola yang ditampilkan oleh guru
3.5.2 Menjelaskan penerapan gerak parabola pada
kehidupan sehari-hari
4.5.2 Menerapkan karakteristik konsep gerak
parabola dalam penyelesaian soal
C. Tujuan Pembelajaran
3.5.1 Dengan menyimak penjelasan dari guru, siswa dapat menjelaskan karakteristik konsep gerak parabola
3.5.2 Dengan menyimak penjelasan dari guru, siswa dapat menjelaskan penerapan gerak parabola dalam
kehidupan sehari-hari
4.5 1 Dengan mengamati dan mendiskusikan video materi gerak parabola yang ditampilkan lagi di depan
kelas, siswa dapat mempresentasikan materi gerak parabola
4.5.2 Dengan berdiskusi dan latihan soal, siswa dapat menerapkan karakteristik konsep gerak parabola dalam
penyelesaian soal
D. Materi Pembelajaran
( Terlampir)
88
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan saintifik dengan model Flipped classroom tipe peer instruction flipped
F. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
1. Media : Video materi, LKPD
2. Alat/bahan : LCD, proyektor, papan tulis, spidol
3. Sumber belajar :
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Aris P. Nugroho, Indarti. Buku Siswa Fisika SMA/MA kelas X. Jakarta : Mediatama
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik instrumen : tertulis
2. Bentuk instrumen : pilihan ganda dan essay
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan Salam Pembuka
1. Guru mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa,
menanyakan kabar dan mengabsen siswa)
Apersepsi
2. Guru menanyakan apakah siswa telah menonton video dan
merangkum materi yang didapat pada video mengenai ciri-ciri,
penerapan, dan karakteristik pada gerak parabola.
3. Siswa menunjukkan hasil rangkumannya.
4. Guru menyampaikan cakupan materi dan kompetensi dasar yang
akan dicapai
Motivasi
5. Guru memotivasi siswa dengan cara menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa serta memotivasi dan
menceritakan betapa dekatnya fisika dengan kehidupan terutama
materi gerak parabola yang akan dipelajari.
2 menit
10 menit
3 menit
Kegiatan Inti Tanya jawab isi video
1. Guru menyajikan sekilas cuplikan video tentang ciri-ciri, penerapan
dan karakteristik pada gerak parabola
2. Siswa mengamati cuplikan video tentang orang yang sedang bermain
tolak peluru, dan permainan sepak bola dengan harapan siswa
mengingat kembali video materi yang mereka lihat di rumah serta
menanyakan hal yang tidak dipahami terkait isi video ataupun hal-
hal lain yang berkaitan dengan ciri-ciri, penerapan dan kecepatan
pada gerak parabola.
20 menit
89
3. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan hal-hal yang
belum dipahami siswa.
4. Guru menanyakan tentang ciri-ciri gerak parabola dalam
penerapannya seperti tolak peluru dan sepak bola.
5. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan
dan membacakan beberapa hasil rangkumannya terkait materi yang
jadi pokok bahasan.
6. Guru meminta siswa menyebutkan konsep apa yang berkaitan
dengan isi video yang diberikan.
7. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru .
Pada peristiwa ini siswa mengingat kembali informasi yang menjadi
kesimpulan awal terkait isi video.
Tes soal pertama yang mengajarkan konsep (ConceptTest)
8. Guru memberikan lembar kerja siswa untuk mengetahui sudah
sejauh mana siswa memahami tentang ciri-ciri, penerapan dan
karakteristik pada gerak parabola
9. Siswa secara individu mencoba menyelesaikan masalah yang ada
dilembar kerja siswa
10. Guru meminta beberapa siswa secara individu mengemukakan
pemahamannya pada jawaban terkait tes soal pertama.
Saling berargumen mengenai Tes soal pertama
11. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang berisi 5 anggota.
(kelompok ditentukan berdasarkan jawaban yang diberikan siswa).
12. Siswa dalam kelompok mendiskusikan dan menyelesaikan
masalah yang serupa dengan tes soal pertama dan menemukan
konsep gerak parabola.
Pada peristiwa ini siswa menerapkan pemahamannya terkait dengan
materi dalam video
13. Siswa mengisi lembar kerja diskusi kelompok dan harus
memperoleh kesepakatan jawaban yang benar.
Pada peristiwa ini siswa dituntut untu dapat menganalisis tes soal
pertama
14. Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok dihadapan kelas.
Tes soal kedua yang menguatkan konsep
15. Siswa secara individu menyelesaikan masalah yang lainnya
berkaitan dengan ciri-ciri, penerapan dan karakteristik pada gerak
parabola. Pada tes soal kedua masalah yang diberikan berupa
pengembangan dari tes soal pertama
Penilaian pemahaman siswa diakhir materi pembelajaran
(LATIHAN 1)
15 menit
15 menit
15 menit
30 menit
90
16. Siswa mengukur pemahamannya terkait materi yang dipelajari
pada hari itu dengan mengerjakan soal-soal yang sudah disiapkan
oleh guru.
Penutup Kesimpulan
1. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai ciri-
ciri, penerapan dan karakteristik pada gerak parabola.
2. Guru memutar sedikit cuplikan video tentang besaran-besaran yang
terdapat pada gerak parabola.
3. Guru memberikan video pembelajaran yaitu mengenai besaran
pada gerak parabola melalui sebuah flashdisk untuk dapat ditonton
secara berulang dirumah. Guru juga mendistribusikan video pada
whatsapp grup.
4. Siswa diminta membuat rangkuman dan membuat daftar
pertanyaan berkaitan dengan hal-hal yang tidak dipahami terkait
video besaran-besaran gerak parabola.
5. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan
salam.
25 menit
I. Lampiran
1. Lampiran I : Materi Pembelajaran
2. Lampiran II : Instrumen Penilaian
Tangerang, 12 November 2018
Mengetahui,
Guru mata pelajaran Peneliti
Yuni, S.Pd Anisa Rahmayani
91
1. Lampiran I: Materi Pembelajaran
Sub Materi
Pembelajaran
Dimensi Pengetahuan
Faktual Konseptual Prinsip Prosedural
Karakteristik
Gerak
Parabola
Pemain sepak
bola
menendang
bola ke arah
gawang
Pemain golf
memukul bola
ke hole
Pemain basket
melempar bola
ke keranjang
Peluncuran bom
atom yang
dilakukan
Amerika ke
Hiroshima dan
Nagasaki
Gerak parabola
adalah gerak
resultan dengan
komponen-
komponennya
yang berada
disepanjang
sumbu x dan
sumbu y
Gerak lurus
disumbu x
memiliki
kecepatan tetap
atau gerak lurus
beraturan
Komponen
gerak
disepanjang
sumbu y yang
searah dengan
sumbu vertikal
adalah gerak
dengan
percepatan
tetap atau gerak
lurus berubah
beraturan
Formulasi
konponen
kecepatan pada
arah sumbu y dan x
𝑎𝑦 = −𝑔
Dan
𝑎𝑥 = 0
Jika kita luncurkan
sebuah proyektil
dari titik asal
dengan kelajuan 𝑣0
dengan sudut 𝜃
terhadap sumbu
horizontal. Jika
kecepatan awal
mempunyai
komponen
�̅�𝑜𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
�̅�𝑜𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃
Karena tidak ada
percepatan
horizontal,
komponen x
Mengamati isi
video terkait materi
gerak parabola
GERAK PARABOLA DENGAN ANALISIS VEKTOR
CIRI-CIRI GERAK PARABOLA
Gerak melengkung
Gerak duadimensi
PENERAPAN GERAK PARABOLA
Tolak Peluru
Lompat Jauh
Sepak bola
BESARAN-BESARAN DALAM GERAK PARABOLA
Kecepatan
Waktu
Ketinggian maksimum
Jangkauan Maksimum
92
Gerak benda
berbentuk
parabola, ketika
diberikan
kecepatan awal
dengan sudut
elevasi.
Gerakan benda
ketika
diberikan
kecepatan awal
pada ketinggian
tertentu dengan
arah sejajar
horizontal.
Gerakan benda
ketika
diberikan
kecepatan awal
dari ketinggian
tertentu dengan
sudut elevasi
terhadap garis
horizontal
kecapatan adalah
konstan :
𝑣𝑦 = 𝑣𝑜𝑥
Komponen y
berubah dengan
waktu sesuai
dengan :
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
Jadi komponen
perpindahan
proyektil adalah :
𝑥 = 𝑣0𝑥. 𝑡
𝑦 = 𝑣0𝑦 . 𝑡 −1
2𝑔𝑡2
2. Lampiran II : Instrumen penilaian (sebagai tes soal kedua)
4.5.2 Menerapkan karakteristik konsep gerak parabola dalam penyelesaian soal
1. Perhatikan data berikut!
1) Lintasannya berbentuk parabola
2) Perpaduan dari dua jenis gerak
lurus GLB dan GLBB
3) Tidak dipengaruhi percepatan
gravitasi dan hambatan udara
4) Jarak terjauh ditempuh dengan
sudut 45°
Berdasarkan data tersebut, yang termasuk dalam
karakteristik gerak parabola...
A. 1 dan 3
B. 1, 2, dan 3
C. 1, 2, dan 4
D. 2, 3, dan 4
E. 2 dan 4 saja
Pembahasan:
1) Lintasannya berbentuk parabola
2) Perpaduan dari dua jenis gerak
lurus GLB dan GLBB
3) dipengaruhi percepatan gravitasi
dan hambatan udara
4) Jarak terjauh ditempuh dengan
sudut 45°
2. Perhatikan besaran berikut!
1) Sudut Elevasi
2) Massa
3) Kecepatan awal
4) Volume
5) Jarak
Berdasarkan besaran tersebut yang tidak termasuk
dalam besaran pada gerak parabola....
A. 1 dan 3
B. 1, 2, dan 3
C. 2 dan 4
D. 2, 3 dan 4
E. 5 saja
Pembahasan: Massa dan Volume tidak termasuk ke
dalam besaran gerak parabola karena
besaranbesaran yang termasuk adalah kecepatan
awal, sudut elevasi, jarak maksimum, ketinggian
maksimum, percepatan gravitasi
3. Perhatikan contoh berikut!
1) Tendangan bola yang melambung
2) Air mancur
3) Lemparan free throw pada bola basket
4) Peluru Sniper
93
Berdasarkan contoh tersebut yang bukan merupakan
penerapan gerak parabola pada kehidupan sehari-
hari adalah…
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1, 2, dan 3
D. 4 saja
E. Semua jawaban benar
Pembahasan: Karena peluru sniper yang
ditembakkan arah geraknya tidak membentuk
parabola tetapi garis lurus saja. Sedangkan contoh
yang lain arah geraknya membentuk gerak parabola
dan memenuhi karakteristik gerak parabola
4. Pemain NBA profesional Stephen Curry
melakukan latihan free throw dengan sudut
elevasi 45°. Bola masuk tepat ke dalam
ring basket dengan jarak 10 m. Jika
percepatan gravitasi bumi 10 𝑚. 𝑠−2, maka
kecepatan awal bola adalah….
A. 1 𝑚. 𝑠−1
B. 3 𝑚. 𝑠−1
C. 5 𝑚. 𝑠−1
D. 9 𝑚. 𝑠−1
E. 𝟏𝟎 𝒎. 𝒔−𝟏
Pembahasan:
𝜃 = 45° ; 𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2 ; 𝑥 = 10 𝑚
𝑥 =𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔
10 𝑚 =𝑣0
2 sin 2 (45°)
10 𝑚𝑠−2
10 𝑚 =𝑣0
2(1)
10 𝑚𝑠−2
𝑣02 = 100 𝑚𝑠−1
𝑣0 = 10 𝑚𝑠−1
5. Pemain voli profesional Aprilia Manganan
melakukan latihan serve dengan kecepatan
awal 10 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasi 30°.
Tetapi bola tidak sampai ke sebrang net.
Jika percepatan gravitasi bumi 10 𝑚. 𝑠−2,
maka ketinggian maksimum yang dicapai
bola adalah…
A. 1 m
B. 1,25 m
C. 1,5 m
D. 2 m
E. 2,5 m
Pembahasan :
𝑣0 = 10 𝑚𝑠−1 ; 𝜃 = 30°
𝑦𝑚𝑎𝑥 =𝑣0
2𝑠𝑖𝑛2 𝜃
2𝑔
𝑦𝑚𝑎𝑥 =10𝑚.𝑠−12
𝑠𝑖𝑛2(30°)
2.10= 1,25 𝑚
94
Instrumen soal essay
Kompetensi
Dasar Indikator
Jenjang
Berfikir Butir Soal Skor
3.5
Menganalisis
gerak parabola
dengan
menggunakan
vektor, berikut
makna fisisnya
dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Siswa dapat
menyebutkan
pengertian gerak
parabola.
C1 1. Gerak parabola merupakan perpaduan gerak yang
terdiri atas gerak ............. dan gerak ............. .
Pada gerak tersebut benda berada pada lintasan
...... dan lintasan .......... dalam suatu bidang.
10
Siswa dapat
menjelaskan ciri-
ciri gerak parabola
C2 2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri suatu benda apabila
mengalami gerak parabola! 10
Siswa dapat
menjelaskan
penerapan gerak
parabola dalam
kehidupan sehari-
hari
C1 3. Doni menaiki sebuah angkutan kota saat akan
pulang dari sekolah, pada awalnya angkot tersebut
bergerak lancar. Lama-lama angkot tersebut
bergerak lambat karena volume kendaraan yang
banyak menumpuk di depan angkot yang dinaiki
Doni. Untuk menghilangkan kejenuhan di
angkutan kota. Doni membuka aplikasi youtube
dan menonton pertandingan Manchester United
melawan Liverpool tadi malam. Dalam
pertandingan tersebut Mohamad Salah mencetak
gol ke gawang MU berkat tendangannya yang
melambung dan sampai ke tanah gawang David de
Gea. Di sela-sela menonton pertandingan bola
Doni melihat sekeliling, ternyata yang
menyebabkan angkot yang dinaikinya bergerak
lambat karena di dekat pertigaan jalan ada
penebangan pohon rambutan yang tumbuh
rindang dan banyak warga yang berkumpul untuk
menunggu rambutan yang jatuh dari pohon.
Setelah melewati kumpulan warga, angkot yang
dinaiki Doni berjalan lancar kembali sehingga
Doni bisa sampai di rumah. Dalam cerita
perjalanan pulang dari di sekolah Doni, manakah
peristiwa yang sesuai dengan prinsip gerak
parabola? Berikan alasanmu!
20
Siswa dapat
menentukan besar
perpindahan suatu
partikel
menggunakan
vektor
C3 4. Sebuah partikel mula-mula terletak pada titik A (2,
3) m. Setelah 2 sekon, partikel tersebut berpindah
ke titik B (10, 9) m. Tentukanlah nilai perpindahan
partikel tersebut!
20
Siswa dapat
menentukan
kecepatan gerak
benda pada arah
horizontal dan
vertikal
C3 5. Seorang polisi sedang berlatih menembak di
markas besar kepolisian. Peluru ditembakkan ke
papan target dengan kecepatan 40 𝑚. 𝑠−1 dan
sudut elevasinya 60°. Tentukanlah kecepatan
benda tersebut pada arah horizontal dan vertikal!
40
95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Nama Sekolah : SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X MIA 2 / Ganjil
Materi Pokok : Gerak Parabola dengan Analisis Vektor
Alokasi Waktu : 3 JP x 45 Menit (pertemuan ke-2)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD-3) Kompetensi Dasar (KD-4)
3.5 Menganalisis gerak parabola dengan
menggunakan vektor, berikut makna fisisnya
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
4.5 Mempresentasikan data percobaan gerak
parabola dan makna fisisnya.
IPK IPK
3.5.3 Menganalisis dan menggunakan besaran pada
gerak parabola dalam penyelesaian masalah
4.5.3 Menerapkan besaran pada gerak parabola
dalam penyelesaian soal
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menganalisis besaran-besaran yang ada pada gerak parabola
2. Siswa dapat menggunakan besaran-besaran pada materi gerak parabola dalam penyelesaian masalah
3. Siswa dapat menerapkan besaran pada gerak parabola untuk menyelesaikan soal
D. Materi Pembelajaran
( Terlampir)
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan saintifik dengan model Flipped classroom tipe peer instruction flipped
F. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
1. Media : Video materi, LKPD, slide PPT
2. Alat/bahan : LCD, proyektor, papan tulis, spidol
3. Sumber belajar :
96
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Aris P. Nugroho, Indarti. Buku Siswa Fisika SMA/MA kelas X. Jakarta : Mediatama
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik instrumen : tertulis
2. Bentuk instrumen : pilihan ganda
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan Salam Pembuka
1. Guru mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa,
menanyakan kabar dan mengabsen siswa)
Apersepsi
2. Guru menanyakan apakah siswa telah menonton video dan
merangkum materi yang didapat pada video mengenai besaran –
besaran yang terdapat pada konsep gerak parabola.
3. Siswa menunjukkan hasil rangkumannya.
4. Guru menyampaikan cakupan materi dan kompetensi dasar yang akan
dicapai
Motivasi
5. Guru memotivasi siswa dengan cara menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa serta memotivasi dan
menceritakan betapa dekatnya fisika dengan kehidupan terutama
materi gerak parabola yang akan dipelajari.
2 menit
5 menit
3 menit
Kegiatan Inti Tanya jawab isi video
1. Guru menyajikan sekilas cuplikan video tentang orang yang sedang
menyiram tanaman namun diujung pipa selang ditekan oleh jari
tangan.
2. Siswa mengamati cuplikan video dengan harapan siswa mengingat
kembali video materi yang mereka lihat di rumah serta menanyakan
hal yang tidak dipahami terkait isi video ataupun hal-hal lain yang
berkaitan dengan bagaimana cara menghitung kecepatan aliran air
mauoun jrak terjauh air dari selang.
3. Guru memberikan penjelasan yang berkaitan dengan hal-hal yang
belum dipahami siswa.
4. Guru menanyakan tentang besaran apa saja yang dapat kita hitung
pada suatu peristiwa yang menggunakan konsep gerak parabola
5. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan
dan membacakan beberapa hasil rangkumannya terkait materi yang
jadi pokok bahasan.
10 menit
97
6. Guru meminta siswa menyebutkan konsep apa yang berkaitan
dengan isi video yang diberikan.
7. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru .
Pada peristiwa ini siswa mengingat kembali informasi yang menjadi
kesimpulan awal terkait isi video.
Tes soal pertama yang mengajarkan konsep (ConceptTest)
8. Guru memberikan lembar kerja siswa untuk mengetahui sudah
sejauh mana siswa memahami tentang besaran-besaran pada gerak
parabola
9. Siswa secara individu mencoba menyelesaikan masalah yang ada
dilembar kerja siswa
10. Guru meminta beberapa siswa secara individu mengemukakan
pemahamannya pada jawaban terkait tes soal pertama.
Saling berargumen mengenai Tes soal pertama
11. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang berisi 5 anggota.
(kelompok ditentukan berdasarkan jawaban yang diberikan siswa).
12. Siswa dalam kelompok mendiskusikan dan menyelesaikan
masalah yang serupa dengan tes soal pertama dan menemukan
konsep gerak parabola.
Pada peristiwa ini siswa menerapkan pemahamannya terkait dengan
materi dalam video
13. Siswa mengisi lembar kerja diskusi kelompok dan harus
memperoleh kesepakatan jawaban yang benar.
Pada peristiwa ini siswa dituntut untuk dapat menganalisis tes soal
pertama
14. Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok dihadapan kelas.
Tes soal kedua yang menguatkan konsep
15. Siswa secara individu menyelesaikan masalah yang lainnya
berkaitan dengan besaran-besaran pada gerak parabola. Pada tes
soal kedua masalah yang diberikan berupa pengembangan dari tes
soal pertama
Penilaian pemahaman siswa diakhir materi pembelajaran
(LATIHAN 1)
16. Siswa mengukur pemahamannya terkait materi yang dipelajari
pada hari itu dengan mengerjakan soal-soal yang sudah disiapkan
oleh guru.
15 menit
15 menit
25 menit
15 menit
Penutup Kesimpulan
1. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan mengenai ciri-ciri,
penerapan dan karakteristik pada gerak parabola.
25 menit
98
2. Guru memberitahu kepada siswa bahwa dipertemuan selanjutnya
akan diadakan posttest (ulangan harian) terkait materi yang telah
dipelajari
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan hamdalah dan salam.
I. Lampiran
1. Lampiran I : Materi Pembelajaran
2. Lampiran II : Instrumen Penilaian
Tangerang, 19 November 2018
Mengetahui,
Guru mata pelajaran Peneliti
Yuni, S.Pd Anisa Rahmayani
99
Lampiran I : Materi pembelajaran
Sub Materi
Pembelajaran
Dimensi Pengetahuan
Faktual Konseptual Prinsip Prosedural
Hubungan
Jangkauan
maksimum,
ketinggian
maksimum
dan sudut
elevasi pada
gerak
parabola
Pemain
sepak bola
menendang
bola ke arah
gawang
Pemain golf
memukul
bola ke hole
Pemain
basket
melempar
bola ke
keranjang
Peluncuran
bom atom
yang
dilakukan
Amerika ke
Hiroshima
dan
Nagasaki
Gerak benda
berbentuk
parabola,
ketika
diberikan
kecepatan
awal dengan
sudut elevasi
yang besar
akan
menghasilkan
ketinggian
yang besar.
Besarnya
jangkauan
maksimum
dipengaruhi
oleh besarnya
sudut yang
diberikan
Ketinggian
maksimum
terletak pada
setengah dari
jangkauan
maksimum
pada gerak
parabola
Besarnya
Kecepatan
pada
ketinggian
maksimum
bernilai
𝑣 = 0
Formulasi ketinggian maksimum
dan jangkauan maksimum
Nilai ketinggian maksimum
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 dapat ditentukan
dengan memperhatikan bahwa
dititik puncak c, 𝑣 = 0.
Dengan menggunakan
persamaan dibawah ini:
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 =(𝑣0 sin 𝛼)2
2𝑔
Dengan waktu yang dibutuhkan
yaitu
𝑡 =2𝑣0 sin 𝛼
𝑔
Jangkauan 𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 adalah posisi
horizontal proyektil pada suatu
waktu yang merupakan dua
kali waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai puncak:
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑣0
2 sin 2𝛼
𝑔
Dengan waktu yang dibutuhkan
yaitu
𝑡𝑡 =2𝑣0𝑦
𝑔
Menerapkan
besaran pada
gerak
parabola
dalam
penyelesaian
soal
Lampiran II : Instrumen penilaian
1. Radi menendang bola dengan sudut elevasi 45°. Bola jatuh dengan jarak mendatar sejauh 10 m. Jika
percepatan gravitasi bumi 10 𝑚𝑠−2. Kecepatan awal bola adalah.....
a. 2 𝑚𝑠−1
b. 4 𝑚𝑠−1
c. 6 𝑚𝑠−1
d. 8 𝑚𝑠−1
e. 𝟏𝟎 𝒎𝒔−𝟏
Pembahasan: 𝜃 = 45° ; 𝑔 = 10 𝑚𝑠−2; 𝑥 = 10 𝑚
𝑣0 … . ?
𝑥 =𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔
10 𝑚 =𝑣0
2 sin 2(45°)
10 𝑚𝑠−2
𝑣02 = 100 𝑚𝑠−1 ; 𝑣0 = 10 𝑚
2. Abi melempar bola basket dengan kecepatan 20 𝑚𝑠−1 dengan sudut elevasi 30°. Waktu yang dibutuhkan
bola basket untuk sampai dititik tertinggi adalah.... ( 𝑔 = 10 𝑚𝑠−2) a. 1 sekon
100
b. 2 sekon
c. 3 sekon
d. 4 sekon
e. 5 sekon
Pembahasan : 𝑣0 = 20 𝑚𝑠−2 ; 𝜃 = 30°
𝑡𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠… ?
𝑡𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠=
𝑣0 sin 𝜃
𝑔=
20 𝑚𝑠−1 sin 30°
10 𝑚𝑠−2 = 1 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
3. Jika sebuah selang air menyemprot air ke atas dengan kecepatan 10 𝑚𝑠−1 pada sudut 15°. Berapakah
jarak tempuh maksimum air tersebut.....
a. 4 m
b. 5 m
c. 6 m
d. 7 m
e. 8 m
Pembahasan : 𝜃 = 15° ; 𝑣0 = 10 𝑚𝑠−1
𝑥 … . ?
𝑥 =𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔=
(10 𝑚𝑠−12) sin 2 (15°)
10 𝑚𝑠−2 = 5 𝑚
4. Peluru A dan B ditembakkan dari senapan yang sama dengan sudut elevasi berbeda. Peluru A dengan
sudut 30° dan peluru B dengan sudut 60°. Tentukanlah perbandingan tinggi maksimum yang dicapai
peluru A dan peluru B….
a. ½
b. 1/3
c. ¼
d. 2/3
e. ¾
Pembahasan: 𝜃𝐴 = 30° ; 𝜃𝐵 = 60° 𝑦𝐴
𝑦𝐵… . ?
𝑦𝐴
𝑦𝐵=
𝑣02𝑠𝑖𝑛2𝜃𝐴
2𝑔
𝑣02𝑠𝑖𝑛2𝜃𝐵
2𝑔
=𝑠𝑖𝑛2(30°)
𝑠𝑖𝑛2(60°)=
1/4
3/4=
1
3
5. Tentukan ketinggian maksimum yang dicapai oleh sebuah bola yang ditendang dengan kecepatan awal
5 𝑚𝑠−1 pada sudut elevasi 37°.
a. 0,25 m
b. 0,35 m
c. 0,45 m
d. 0,5 m
e. 0,65 m
Pembahasan : 𝑣0 = 5 𝑚𝑠−1 ; 𝜃 = 37°
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 … ?
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑣0
2𝑠𝑖𝑛2𝜃
2𝑔=
(5 𝑚𝑠−1)2
𝑠𝑖𝑛2(37°)
2.10=
25.0,62
20= 0,45 𝑚
101
Lampiran A.4 RPP Kelas Kontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Nama Sekolah : SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X MIA 1 / Ganjil
Materi Pokok : Gerak Parabola dengan Analisis Vektor
Alokasi Waktu : 3 JP x 45 Menit (pertemuan ke-1)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD-3) Kompetensi Dasar (KD-4)
3.6 Menganalisis gerak parabola dengan
menggunakan vektor, berikut makna fisisnya
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
4.5 Mempresentasikan data percobaan gerak
parabola dan makna fisisnya.
IPK IPK
3.5.1 Menjelaskan karakteristik konsep gerak
parabola
4.5.1 Mengamati dan mendiskusikan video gerak
parabola yang ditampilkan oleh guru
3.5.2 Menjelaskan penerapan gerak parabola pada
kehidupan sehari-hari
4.5.2 Menerapkan karakteristik konsep gerak
parabola dalam penyelesaian soal
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan karakteristik konsep gerak parabola
2. Siswa dapat menjelaskan penerapak gerak parabola dalam kehidupan sehari-hari
3. Siswa dapat mengamati dan mendiskusikan video materi gerak parabola yang ditampilkan lagi di depan
kelas
4. Siswa dapat menerapkan karakteristik konsep gerak parabola dalam penyelesaian soal
D. Materi Pembelajaran
( Terlampir)
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan saintifik dengan metode ceramah, tanya jawab, latihan soal.
102
F. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
1. Media : Video materi, LKPD
2. Alat/bahan : LCD, proyektor, papan tulis, spidol
3. Sumber belajar :
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Aris P. Nugroho, Indarti. Buku Siswa Fisika SMA/MA kelas X. Jakarta : Mediatama
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik instrumen : tertulis
2. Bentuk instrumen : pilihan ganda dan essay
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan Salam Pembuka
1. Guru mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa,
menanyakan kabar dan mengabsen siswa)
2. Siswa ikut berdoa
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Siswa menyimak san meperhatikan apa yang disampaikan guru
Apersepsi
5. Guru mengajukan pertanyaan perbedaan GLB dan GLBB?. Kenapa
pada saat pemain sepak bola melakukan tendangan bebas, bpla akan
melengkung hingga masuk ke gawang?
6. Siswa menjawab pertanyaan yang guru ajukan
Motivasi
7. Guru memotivasi siswa dengan cara menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa serta memotivasi dan
menceritakan betapa dekatnya fisika dengan kehidupan terutama
materi gerak parabola yang akan dipelajari.
2 menit
5 menit
3 menit
Kegiatan Inti Mengamati
1. Guru membimbing siswa dalam melakukan pengamatan terhadap
video yang disajikan: video tendangan paling melengkung Ronaldo
sepanjang hidupnya, video animasi gerak parabola. Agar siswa
dapat menyebutkan karakteristik gerak parabola
2. Siswa menyaksikan video
Menanya
3. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya
Mengeksplorasi
4. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil (4-5) orang. Siswa
membuat kelompok sesuai arahan.
80 menit
103
5. Guru memaparkan materi gerak parabola. Siswa menyimak
pemaparan yang disampaikan
6. Guru memberikan soal dalam bentuk contoh kasus terkait gerak
parabola. Siswa mengerjakan soal yang diberikan.
Mengasosiasi
7. Guru membimbing siswa berdiskusi. Siswa mendiskusikan hasil
yang didapatkan
Mengkomunikasikan
8. Guru meminta perwakilan siswa untuk memaparkan hasil diskusi.
Siswa memaparkan hasil diskusi dengan perwakilan kelompok
9. Guru memberikan koreksi hasil diskusi kelompok
Penutup Kesimpulan
1. Siswa bersama guru menyimpulkan terkait pengalaman belajar pada
pertemuan itu
2. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa mengajukan
pertanyaan
3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa. Siswa memperhatikan
4. Guru menutup pembelajaran
30 menit
I. Lampiran
1. Lampiran I : Materi Pembelajaran
2. Lampiran II : Instrumen Penilaian
Tangerang, 12 November 2018
Mengetahui,
Guru mata pelajaran Peneliti
Yuni, S.Pd Anisa Rahmayani
104
1. Lampiran I: Materi Pembelajaran
Sub Materi
Pembelajaran
Dimensi Pengetahuan
Faktual Konseptual Prinsip Prosedural
Karakteristik
Gerak
Parabola
Pemain
sepak bola
menendang
bola ke
arah
gawang
Pemain
golf
memukul
bola ke
hole
Pemain
basket
melempar
bola ke
keranjang
Peluncuran
bom atom
yang
dilakukan
Amerika ke
Hiroshima
dan
Nagasaki
Gerak parabola adalah
gerak resultan dengan
komponen-
komponennya yang
berada disepanjang
sumbu x dan sumbu y
Gerak lurus disumbu x
memiliki kecepatan
tetap atau gerak lurus
beraturan
Komponen gerak
disepanjang sumbu y
yang searah dengan
sumbu vertikal adalah
gerak dengan
percepatan tetap atau
gerak lurus berubah
beraturan
Gerak benda
berbentuk parabola,
ketika diberikan
kecepatan awal
dengan sudut elevasi.
Gerakan benda ketika
diberikan kecepatan
awal pada ketinggian
tertentu dengan arah
sejajar horizontal.
Gerakan benda ketika
diberikan kecepatan
awal dari ketinggian
tertentu dengan sudut
elevasi terhadap garis
horizontal
Formulasi
konponen
kecepatan pada
arah sumbu y dan x
𝑎𝑦 = −𝑔
Dan
𝑎𝑥 = 0
Jika kita luncurkan
sebuah proyektil
dari titik asal
dengan kelajuan 𝑣0
dengan sudut 𝜃
terhadap sumbu
horizontal. Jika
kecepatan awal
mempunyai
komponen
�̅�𝑜𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
�̅�𝑜𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃
Karena tidak ada
percepatan
horizontal,
komponen x
kecapatan adalah
konstan :
𝑣𝑦 = 𝑣𝑜𝑥
Komponen y
berubah dengan
waktu sesuai
dengan :
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
Jadi komponen
perpindahan
proyektil adalah :
𝑥 = 𝑣0𝑥. 𝑡
𝑦 = 𝑣0𝑦 . 𝑡 −1
2𝑔𝑡2
Mengamati isi
video terkait materi
gerak parabola
105
2. Lampiran II : Instrumen penilaian (sebagai tes soal kedua)
4.5.2 Menerapkan karakteristik konsep gerak parabola dalam penyelesaian soal
1. Perhatikan data berikut!
1) Lintasannya berbentuk parabola
2) Perpaduan dari dua jenis gerak
lurus GLB dan GLBB
3) Tidak dipengaruhi percepatan
gravitasi dan hambatan udara
4) Jarak terjauh ditempuh dengan
sudut 45°
Berdasarkan data tersebut, yang termasuk
dalam karakteristik gerak parabola...
A. 1 dan 3
B. 1, 2, dan 3
C. 1, 2, dan 4
D. 2, 3, dan 4
E. 2 dan 4 saja
Pembahasan:
1) Lintasannya berbentuk parabola
2) Perpaduan dari dua jenis gerak
lurus GLB dan GLBB
3) dipengaruhi percepatan gravitasi
dan hambatan udara
4) Jarak terjauh ditempuh dengan
sudut 45°
2. Perhatikan besaran berikut!
1) Sudut Elevasi
2) Massa
3) Kecepatan awal
4) Volume
5) Jarak
Berdasarkan besaran tersebut yang tidak
termasuk dalam besaran pada gerak
parabola....
A. 1 dan 3
B. 1, 2, dan 3
C. 2 dan 4
D. 2, 3 dan 4
E. 5 saja
Pembahasan: Massa dan Volume tidak termasuk ke
dalam besaran gerak parabola karena
besaranbesaran yang termasuk adalah kecepatan
awal, sudut elevasi, jarak maksimum, ketinggian
maksimum, percepatan gravitasi
3. Perhatikan contoh berikut!
1) Tendangan bola yang melambung
2) Air mancur
3) Lemparan free throw pada bola basket
4) Peluru Sniper
Berdasarkan contoh tersebut yang bukan
merupakan penerapan gerak parabola pada
kehidupan sehari-hari adalah…
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1, 2, dan 3
D. 4 saja
E. Semua jawaban benar
Pembahasan: Karena peluru sniper yang
ditembakkan arah geraknya tidak membentuk
parabola tetapi garis lurus saja. Sedangkan contoh
yang lain arah geraknya membentuk gerak parabola
dan memenuhi karakteristik gerak parabola
4. Pemain NBA profesional Stephen Curry
melakukan latihan free throw dengan sudut
elevasi 45°. Bola masuk tepat ke dalam
ring basket dengan jarak 10 m. Jika
percepatan gravitasi bumi 10 𝑚. 𝑠−2, maka
kecepatan awal bola adalah….
A. 1 𝑚. 𝑠−1
B. 3 𝑚. 𝑠−1
C. 5 𝑚. 𝑠−1
D. 9 𝑚. 𝑠−1
E. 𝟏𝟎 𝒎. 𝒔−𝟏
Pembahasan:
𝜃 = 45° ; 𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2 ; 𝑥 = 10 𝑚
𝑥 =𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔
10 𝑚 =𝑣0
2 sin 2 (45°)
10 𝑚𝑠−2
10 𝑚 =𝑣0
2(1)
10 𝑚𝑠−2
𝑣02 = 100 𝑚𝑠−1
𝑣0 = 10 𝑚𝑠−1
5. Pemain voli profesional Aprilia Manganan
melakukan latihan serve dengan kecepatan
awal 10 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasi 30°.
Tetapi bola tidak sampai ke sebrang net.
Jika percepatan gravitasi bumi 10 𝑚. 𝑠−2,
maka ketinggian maksimum yang dicapai
bola adalah…
A. 1 m
B. 1,25 m
C. 1,5 m
D. 2 m
E. 2,5 m
Pembahasan :
𝑣0 = 10 𝑚𝑠−1 ; 𝜃 = 30°
𝑦𝑚𝑎𝑥 =𝑣0
2𝑠𝑖𝑛2 𝜃
2𝑔
𝑦𝑚𝑎𝑥 =10𝑚.𝑠−12
𝑠𝑖𝑛2(30°)
2.10= 1,25 𝑚
106
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Nama Sekolah : SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X MIA 1 / Ganjil
Materi Pokok : Gerak Parabola dengan Analisis Vektor
Alokasi Waktu : 3 JP x 45 Menit (pertemuan ke-2)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai) santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD-3) Kompetensi Dasar (KD-4)
3.5 Menganalisis gerak parabola dengan
menggunakan vektor, berikut makna fisisnya
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4.5 Mempresentasikan data percobaan gerak
parabola dan makna fisisnya.
IPK IPK
3.5.3 Menganalisis dan menggunakan besaran pada
gerak parabola dalam penyelesaian masalah
4.5.3 Menerapkan besaran pada gerak parabola
dalam penyelesaian soal
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menganalisis besaran-besaran yang ada pada gerak parabola
2. Siswa dapat menggunakan besaran-besaran pada materi gerak parabola dalam penyelesaian masalah
3. Siswa dapat menerapkan besaran pada gerak parabola untuk menyelesaikan soal
D. Materi Pembelajaran
( Terlampir)
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan saintifik dengan metode ceramah, tanya jawab, latihan soal.
F. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
1. Media : Video materi, LKPD
2. Alat/bahan : LCD, proyektor, papan tulis, spidol
3. Sumber belajar :
107
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik (terjemahan). Jakarta: Erlangga
Aris P. Nugroho, Indarti. Buku Siswa Fisika SMA/MA kelas X. Jakarta : Mediatama
G. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik instrumen : tertulis
2. Bentuk instrumen : pilihan ganda
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan Salam Pembuka
1. Guru mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa,
menanyakan kabar dan mengabsen siswa)
2. Siswa ikut berdoa
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Siswa menyimak san meperhatikan apa yang disampaikan guru
Apersepsi
5. Guru mengajukan pertanyaan perbedaan GLB dan GLBB?. Kenapa
pada saat pemain sepak bola melakukan tendangan bebas, bpla akan
melengkung hingga masuk ke gawang?
6. Siswa menjawab pertanyaan yang guru ajukan
Motivasi
7. Guru memotivasi siswa dengan cara menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai siswa serta memotivasi dan
menceritakan betapa dekatnya fisika dengan kehidupan terutama
materi gerak parabola yang akan dipelajari.
2 menit
5 menit
3 menit
Kegiatan Inti Mengamati
1. Guru membimbing siswa dalam melakukan pengamatan terhadap
video yang disajikan: video tendangan paling melengkung Ronaldo
sepanjang hidupnya, video animasi gerak parabola. Agar siswa dapat
menyebutkan karakteristik gerak parabola
2. Siswa menyaksikan video
Menanya
3. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya
Mengeksplorasi
4. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil (4-5) orang. Siswa
membuat kelompok sesuai arahan.
5. Guru memaparkan materi gerak parabola. Siswa menyimak
pemaparan yang disampaikan
6. Guru memberikan soal dalam bentuk contoh kasus terkait gerak
parabola. Siswa mengerjakan soal yang diberikan.
80 menit
108
Mengasosiasi
7. Guru membimbing siswa berdiskusi. Siswa mendiskusikan hasil yang
didapatkan
Mengkomunikasikan
8. Guru meminta perwakilan siswa untuk memaparkan hasil diskusi.
Siswa memaparkan hasil diskusi dengan perwakilan kelompok
9. Guru memberikan koreksi hasil diskusi kelompok
Penutup Kesimpulan
1. Siswa bersama guru menyimpulkan terkait pengalaman belajar pada
pertemuan itu
2. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Siswa mengajukan
pertanyaan
3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa. Siswa memperhatikan
4. Guru menutup pembelajaran
30 menit
I. Lampiran
1. Lampiran I : Materi Pembelajaran
2. Lampiran II : Instrumen Penilaian
Tangerang, 19 November 2018
Mengetahui,
Guru mata pelajaran Peneliti
Yuni, S.Pd Anisa Rahmayani
109
Lampiran I : Materi pembelajaran
Sub Materi
Pembelajaran
Dimensi Pengetahuan
Faktual Konseptual Prinsip Prosedural
Hubungan
Jangkauan
maksimum,
ketinggian
maksimum
dan sudut
elevasi pada
gerak
parabola
Pemain
sepak bola
menendang
bola ke arah
gawang
Pemain golf
memukul
bola ke hole
Pemain
basket
melempar
bola ke
keranjang
Peluncuran
bom atom
yang
dilakukan
Amerika ke
Hiroshima
dan
Nagasaki
Gerak benda
berbentuk
parabola,
ketika
diberikan
kecepatan
awal dengan
sudut elevasi
yang besar
akan
menghasilkan
ketinggian
yang besar.
Besarnya
jangkauan
maksimum
dipengaruhi
oleh besarnya
sudut yang
diberikan
Ketinggian
maksimum
terletak pada
setengah dari
jangkauan
maksimum
pada gerak
parabola
Besarnya
Kecepatan
pada
ketinggian
maksimum
bernilai
𝑣 = 0
Formulasi ketinggian maksimum
dan jangkauan maksimum
Nilai ketinggian maksimum
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 dapat ditentukan
dengan memperhatikan bahwa
dititik puncak c, 𝑣 = 0.
Dengan menggunakan
persamaan dibawah ini:
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 =(𝑣0 sin 𝛼)2
2𝑔
Dengan waktu yang dibutuhkan
yaitu
𝑡 =2𝑣0 sin 𝛼
𝑔
Jangkauan 𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 adalah posisi
horizontal proyektil pada suatu
waktu yang merupakan dua
kali waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai puncak:
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑣0
2 sin 2𝛼
𝑔
Dengan waktu yang dibutuhkan
yaitu
𝑡𝑡 =2𝑣0𝑦
𝑔
Menerapkan
besaran pada
gerak
parabola
dalam
penyelesaian
soal
Lampiran II : Instrumen penilaian
1. Radi menendang bola dengan sudut elevasi 45°. Bola jatuh dengan jarak mendatar sejauh 10 m. Jika
percepatan gravitasi bumi 10 𝑚𝑠−2. Kecepatan awal bola adalah.....
f. 2 𝑚𝑠−1
g. 4 𝑚𝑠−1
h. 6 𝑚𝑠−1
i. 8 𝑚𝑠−1
j. 𝟏𝟎 𝒎𝒔−𝟏
Pembahasan: 𝜃 = 45° ; 𝑔 = 10 𝑚𝑠−2; 𝑥 = 10 𝑚
𝑣0 … . ?
𝑥 =𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔
10 𝑚 =𝑣0
2 sin 2(45°)
10 𝑚𝑠−2
𝑣02 = 100 𝑚𝑠−1 ; 𝑣0 = 10 𝑚
2. Abi melempar bola basket dengan kecepatan 20 𝑚𝑠−1 dengan sudut elevasi 30°. Waktu yang dibutuhkan
bola basket untuk sampai dititik tertinggi adalah.... ( 𝑔 = 10 𝑚𝑠−2) a. 1 sekon
110
b. 2 sekon
c. 3 sekon
d. 4 sekon
e. 5 sekon
Pembahasan : 𝑣0 = 20 𝑚𝑠−2 ; 𝜃 = 30°
𝑡𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠… ?
𝑡𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠=
𝑣0 sin 𝜃
𝑔=
20 𝑚𝑠−1 sin 30°
10 𝑚𝑠−2 = 1 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
3. Jika sebuah selang air menyemprot air ke atas dengan kecepatan 10 𝑚𝑠−1 pada sudut 15°. Berapakah
jarak tempuh maksimum air tersebut.....
a. 4 m
b. 5 m
c. 6 m
d. 7 m
e. 8 m
Pembahasan : 𝜃 = 15° ; 𝑣0 = 10 𝑚𝑠−1
𝑥 … . ?
𝑥 =𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔=
(10 𝑚𝑠−12) sin 2 (15°)
10 𝑚𝑠−2 = 5 𝑚
4. Peluru A dan B ditembakkan dari senapan yang sama dengan sudut elevasi berbeda. Peluru A dengan
sudut 30° dan peluru B dengan sudut 60°. Tentukanlah perbandingan tinggi maksimum yang dicapai
peluru A dan peluru B….
a. ½
b. 1/3
c. ¼
d. 2/3
e. ¾
Pembahasan: 𝜃𝐴 = 30° ; 𝜃𝐵 = 60° 𝑦𝐴
𝑦𝐵… . ?
𝑦𝐴
𝑦𝐵=
𝑣02𝑠𝑖𝑛2𝜃𝐴
2𝑔
𝑣02𝑠𝑖𝑛2𝜃𝐵
2𝑔
=𝑠𝑖𝑛2(30°)
𝑠𝑖𝑛2(60°)=
1/4
3/4=
1
3
5. Tentukan ketinggian maksimum yang dicapai oleh sebuah bola yang ditendang dengan kecepatan awal
5 𝑚𝑠−1 pada sudut elevasi 37°.
a. 0,25 m
b. 0,35 m
c. 0,45 m
d. 0,5 m
e. 0,65 m
Pembahasan : 𝑣0 = 5 𝑚𝑠−1 ; 𝜃 = 37°
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 … ?
𝑦𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑣0
2𝑠𝑖𝑛2𝜃
2𝑔=
(5 𝑚𝑠−1)2
𝑠𝑖𝑛2(37°)
2.10=
25.0,62
20= 0,45 𝑚
111
LAMPIRAN A.5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Ilustrasi isi video pembelajaran tentang ciri-ciri, penerapan dan karakteristik pada gerak parabola:
(Individu)
Nilai Paraf Guru
Apa yang akan kamu
pelajari hari ini?
Memahami ciri-ciri,
penerapak dan
karakteristik pada gerak
parabola serta
menggunakannya dalam
menyelesaikan masalah
GERAK PARABOLA LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1
SINOPSIS VIDEO PEMBELAJARAN
Pada saat pergelaran Asean Games 2018 di Indonesia
banyak sekali cabang olahraga yang dilombakan. Setiap
negara mewakili berbagai pertandingan tersebut.
Namun pada salah satu pertandingan membuat salah
satu Atlet dari China merasa kurang puas. Apakah
faktor yang menyebabkan hal tersebut?
Pada video atlet China bernama Gao Yang saat pertandingan tolak peluru, terlihat dia akan memulai
pertandingan.
Jika dia ingin menang, peluru tersebut harus melambung dengan jarak yang jauh, maka keadaan awal
yang harus dia lakukan adalah :
Dari Ilustrasi diatas,
112
Sehingga bola akan melambung seperti keadaan dibawah ini:
Pertama: Kedua
Dari ilustrasi tersebut, jika bola tersebut akhirnya melambung, maka ada berapa banyak gerak yang
mempengaruhi hal tersebut?.........
Ilustrasi tersebut merupakan ilustrasi awal untuk pembelajaran esok dikelas. Kira-kira konsep apa yang bisa
digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut?......
Analisa jawabanmu dengan membuat catatan kecil/ rangkuman pada bukumu terhadap
materi yang terkait dengan permasalahan yang diberikan!
Agar lebih memahami materi ciri-ciri, penerapan dan karakteristik pada gerak parabola mari jawab
pertanyaan berikut ini dengan diskusi kelompok!
Konsep Tes (mendapatkan konsep) waktu mengerjakan 10 menit
1. Ketika bola tersebut ditendang, maka bola tersebut akan .................... di udara
2. Saat bola tersebut di udara mana lintasan bola tersebut akan berbentuk .................
3. Dengan demikian saat bola tersebut diudara banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut.
Mulai dari bola tersebut ditendang, diudara, dan sampai ke tanah kembali. Tuliskan faktor-faktor
yang mempengaruhi keadaan tersebut! ...............................................................................................
...................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................
Perhatikan masalah berikut!
Pada pertandingan sepak bola, untuk mencetak gol maupun mengoper bola maka pemain bola
harus menendang bola tersebut. Pada saat bola ditendang maka pemain bola memberikan
kecepatan awal 30 m/s, dengan begitu akan membentuk sudut sebesar 30o dari keadaan
tersebut. Bagaimanakah keadaan bola tersebut setelah ditendang oleh pemain? Lalu hitunglah
berapa besar kecepatan bola tersebut apabila ditinjau dari sebuah grafik!
113
Saling berargumen dan berdiskusi terkait Konsep Tes 1 waktu mengerjakan 10 menit
Untuk lebih meyakinkan jawaban yang telah kalian berikan, maka saling berdiskusi dengan
teman dekatmu!
1. Informasi apa yang kalian ketahui pada permasalahan diatas?
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Dari masalah sebelumnya, coba sekarang diskusikan dengan teman sekelompokmu. Selesaikan
masalah tersebut dengan langkah penyelesaian yang paling tepat!
2. Apa yang dapat kalian simpulkan mengenai ciri-ciri, penerapan dan kecepatan pada gerak
parabola ini?
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................
Perhatikan masalah berikut!
Pada pertandingan sepak bola, untuk mencetak gol maupun mengoper bola maka pemain
bola harus menendang bola tersebut. Pada saat bola ditendang maka pemain bola
memberikan kecepatan awal 30 m/s, dengan begitu akan membentuk sudut sebesar 30o
dari keadaan tersebut. Bagaimanakah keadaan bola tersebut setelah ditendang oleh
pemain? Lalu hitunglah berapa besar kecepatan bola tersebut apabila ditinjau dari sebuah
grafik!
Penyelesaian:
114
Agar lebih menguatkan konsep mengenai ciri-ciri, penerapan dan kecepatan pada gerak
parabola mari kita jawab pertanyaan berikut secara mendiri ya
Konsep tes 2 (menguatkan konsep) waktu mengerjakan 10 menit
Perhatikan masalah berikut!
Pada pertandingan sepak bola, untuk mencetak gol maupun mengoper bola maka
pemain bola harus menendang bola tersebut. Pada saat bola ditendang maka pemain
bola memberikan kecepatan awal 30 m/s, dengan begitu akan membentuk sudut sebesar
30o dari keadaan tersebut. Bagaimanakah keadaan bola tersebut setelah ditendang oleh
pemain? Lalu hitunglah berapa besar kecepatan bola tersebut apabila ditinjau dari
sebuah grafik!
Jawaban
Diketahui :
Ditanya :
Lengkah penyelesaian :
115
Pengukuran pemahama diakhir materi bab pembelajaran (waktu mengerjakan 20 menit)
LATIHAN 1
Nama :
Kelas :
Tanggal :
1. Gerak parabola merupakan perpaduan gerak yang terdiri atas gerak 1)............. dan gerak
2)............. Pada gerak tersebut benda berada pada lintasan 3)...... dan lintasan 4)..........
dalam suatu bidang.
2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri suatu benda apabila mengalami gerak parabola!
3. Doni menaiki sebuah angkutan kota saat akan pulang dari sekolah, pada awalnya angkot
tersebut bergerak lancar. Lama-lama angkot tersebut bergerak lambat karena volume
kendaraan yang banyak menumpuk di depan angkot yang dinaiki Doni. Untuk
menghilangkan kejenuhan di angkutan kota. Doni membuka aplikasi youtube dan menonton
pertandingan Manchester United melawan Liverpool tadi malam. Dalam pertandingan
tersebut Mohamad Salah mencetak gol ke gawang MU berkat tendangannya yang
melambung dan sampai ke tanah gawang David de Gea. Di sela-sela menonton pertandingan
bola Doni melihat sekeliling, ternyata yang menyebabkan angkot yang dinaikinya bergerak
lambat karena di dekat pertigaan jalan ada penebangan pohon rambutan yang tumbuh
rindang dan banyak warga yang berkumpul untuk menunggu rambutan yang jatuh dari
Jawaban:
1) 3)
2) 4)
Jawaban:
116
pohon. Setelah melewati kumpulan warga, angkot yang dinaiki Doni berjalan lancar kembali
sehingga Doni bisa sampai di rumah. Dalam cerita perjalanan pulang dari di sekolah Doni,
manakah peristiwa yang sesuai dengan prinsip gerak parabola? Berikan alasanmu!
4. Sebuah partikel mula-mula terletak pada titik A (2, 3) m. Setelah 2 sekon, partikel tersebut
berpindah ke titik B (10, 9) m. Tentukanlah nilai perpindahan partikel tersebut!
5. Seorang polisi sedang berlatih menembak di markas besar kepolisian. Peluru ditembakkan
ke papan target dengan kecepatan 40 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasinya 60°. Tentukanlah
kecepatan benda tersebut pada arah horizontal dan vertikal!
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
117
LATIHAN 2
1. Perhatikan data berikut!
1) Lintasannya berbentuk parabola
2) Perpaduan dari dua jenis gerak lurus GLB
dan GLBB
3) Tidak dipengaruhi percepatan gravitasi dan
hambatan udara
4) Jarak terjauh ditempuh dengan sudut 45°
Berdasarkan data tersebut, yang termasuk dalam
karakteristik gerak parabola...
A. 1 dan 3
B. 1, 2, dan 3
C. 1, 2, dan 4
D. 2, 3, dan 4
E. 2 dan 4 saja
2. Perhatikan besaran berikut!
1) Sudut Elevasi
2) Massa
3) Kecepatan awal
4) Volume
5) Jarak
Berdasarkan besaran tersebut yang tidak
termasuk dalam besaran pada gerak parabola....
A. 1 dan 3
B. 1, 2, dan 3
C. 2 dan 4
D. 2, 3 dan 4
E. 5 saja
3. Perhatikan contoh berikut!
1) Tendangan bola yang melambung
2) Air mancur
3) Lemparan free throw pada bola basket
4) Peluru Sniper
Berdasarkan contoh tersebut yang bukan
merupakan penerapan gerak parabola pada
kehidupan sehari-hari adalah…
A. 1 dan 3
B. 2 dan 4
C. 1, 2, dan 3
D. 4 saja
E. Semua jawaban benar
4. Pemain NBA profesional Stephen Curry
melakukan latihan free throw dengan sudut
elevasi 45°. Bola masuk tepat ke dalam ring
basket dengan jarak 10 m. Jika percepatan
gravitasi bumi 10 𝑚. 𝑠−2, maka kecepatan awal
bola adalah….
A. 1 𝑚. 𝑠−1
B. 3 𝑚. 𝑠−1
C. 5 𝑚. 𝑠−1
D. 9 𝑚. 𝑠−1
E. 10 𝑚. 𝑠−1
5. Pemain voli profesional Aprilia
Manganan melakukan latihan serve
dengan kecepatan awal 10 𝑚. 𝑠−1 dan
sudut elevasi 30°. Tetapi bola tidak
sampai ke sebrang net. Jika percepatan
gravitasi bumi 10 𝑚. 𝑠−2, maka
ketinggian maksimum yang dicapai bola
adalah…
A. 1 m
B. 1,25 m
C. 1,5 m
D. 2 m
E. 2,5 m
118
Tanggal :
Kelas :
Kelompok :
1. .................................. 4. ..................................
2. .................................. 5. ..................................
3. .................................. 6. ..................................
Konsep : Gerak Parabola
Sub Konsep : Percobaan Gerak Parabola
Diskusikan Bersama Teman Kelompokmu!
1. Anggota kelompok terdiri atas 5-6 peserta didik! Bekerja samalah dengan baik dan bagilah
tugas dengan adil !
2. Gunakanlah aplikasi yang tersedia untuk melakukan kegiatan ini
3. Buka web: https://belajar.kemdikbud.go.id/Dashboard/ lalu pilih fitur Laboratorium Maya
4. Carilah percobaan Gerak Parabola
Nilai Paraf Guru
GERAK PARABOLA LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2
119
5. Lalu pilih Gerak Parabola
6. Selanjutnya melakukan percobaan
7. Lakukanlah percobaan dengan menginput sudut
120
Langkah Praktikum
1. Pertama-tama, tentukan besaran sudut awal pelontar, kecepatan awal
lontaran, dan kecepatan gravitasi.
2. Lakukan lontaran dan catat hasil statistic yang didapat.
3. Ubah sudut awal pelontar menjadi 25o, 30o, 45o, 60o dan 70o, lakukan
pelontaran dan catat hasil statistik yang didapat.
4. Masukan nilai kecepatan awal lontaran menjadi 15 𝑚. 𝑠−1, lakukan
pelontaran dan catat hasil statistik yang didapat.
5. Gravitasi sebesar 10 𝑚. 𝑠−2, lakukan pelontaran dan catat hasil statistik
yang didapat.
6. Catat perubahan-perubahan tersebut pada table dibawah ini.
No. Sudut Kecepatan
awal Gravitasi 𝒙𝒎𝒂𝒌𝒔 (𝒎) 𝒚𝒎𝒂𝒌𝒔 (𝒎)
1. 25°
15 𝑚. 𝑠−1 10 𝑚. 𝑠−2
... ...
2. 30° ... ...
3. 45° ... ...
4. 60° ... ...
5. 70° ... ...
7. Amati bagaimana kelima elemen tersebut mempengaruhi pelontaran.
8. Diskusikanlah beberapa hal berikut bersama kelompokmu! Hargailah
pendapat temanmu saat berdiskusi!
a. Apa pengaruh perubahan sudut terhadap ketinggian maksimum bola dan
jangkauan bola?
b. Apa yang kamu simpulkan dari kegiatan ini?
9. Setelah laporanmu selesai kamu kerjakan, maka presentasikan laporanmu
dideoan kelas bersama teman sekelompokmu !
121
LATIHAN SOAL (INDIVIDU)
1. Radi menendang bola dengan sudut elevasi 45°. Bola jatuh dengan jarak mendatar sejauh
10 m. Jika percepatan gravitasi bumi 10 𝑚𝑠−2. Kecepatan awal bola adalah.....
a. 2 𝑚𝑠−1
b. 4 𝑚𝑠−1
c. 6 𝑚𝑠−1
d. 8 𝑚𝑠−1
e. 10 𝑚𝑠−1
2. Abi melempar bola basket dengan kecepatan 20 𝑚𝑠−1 dengan sudut elevasi 30°. Waktu
yang dibutuhkan bola basket untuk sampai dititik tertinggi adalah.... ( 𝑔 = 10 𝑚𝑠−2) a. 1 sekon
b. 2 sekon
c. 3 sekon
d. 4 sekon
e. 5 sekon
3. Jika sebuah selang air menyemprot air ke atas dengan kecepatan 10 𝑚𝑠−1 pada sudut 15°.
Berapakah jarak tempuh maksimum air tersebut.....
a. 4 m
b. 5 m
c. 6 m
d. 7 m
e. 8 m
4. Peluru A dan B ditembakkan dari senapan yang sama dengan sudut elevasi berbeda. Peluru
A dengan sudut 30° dan peluru B dengan sudut 60°. Tentukanlah perbandingan tinggi
maksimum yang dicapai peluru A dan peluru B….
a. ½
b. 1/3
c. ¼
d. 2/3
e. ¾
5. Tentukan ketinggian maksimum yang dicapai oleh sebuah bola yang ditendang dengan kecepatan awal 5 𝑚𝑠−1 pada sudut elevasi 37°.
a. 0,25 m
b. 0,35 m
c. 0,45 m
d. 0,5 m
e. 0,65 m
122
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
2. Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
3. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes
a. Analisis Validasi Ahli Materi
b. Analisis Validasi Ahli Konstruksi
c. Analisis Validasi Ahli Bahasa
d. Uji Validitas Butir Soal
e. Uji Reabilitas Instrumen
f. Uji Daya Beda
g. Uji Taraf Kesukaran
h. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
4. Soal Tes yang Digunakan
5. Instrumen Nontes
a. Kisi-kisi Angket Respon Siswa
b. Angket Respon Siswa
123
Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
Indikator Pembelajaran Indikator Soal Aspek Kognitif
Jumlah
Soal
𝑪𝟏 𝑪𝟐 𝑪𝟑 𝑪𝟒
Menjelaskan
karakteristik konsep
gerak parabola
1. Menyebutkan
karakteristik
gerak parabola
1 2* 2
2. Menjelaskan
karakteristik
gerak parabola
3*,
4*
25 3
Menjelaskan penerapan
gerak parabola
3. Menyebutkan
contoh dan
penerapan gerak
parabola dalam
kehidupan sehari-
hari
5*,
6
2
Menganalisis dan
menggunakan besaran
pada gerak parabola
dalam penyelesaian
masalah
4. Mengidentifikasi
besaran-besaran
pada gerak
parabola
8 7* 2
5. Memformulasikan
persamaan
kecepatan gerak
parabola pada
arah horizontal
dan vertikal
20* 1
6. Menerapkan
formulasi
kecepatan gerak
parabola pada
arah horizontal
dan vertikal
9,
10*
2
7. Menentukan jarak
terjauh benda
13 14*,
22*,
24*
4
8. Menentukan titik
tertinggi suatu
benda
16*,
17
15 3
124
9. Menentukan
waktu yang
dibutuhkan pada
jarak terjauh
12* 1
10. Menentukan
waktu yang
dibutuhkan pada
ketinggian
maksimum
11* 1
11. Menganalisis
hubungan sudut
elevasi jarak
benda dengan
tinggi benda
18* 19*,
21,
23*
4
Jumlah 3 3 9 10 25
Presentase 12% 12% 36% 40% 100%
Keterangan: * = Butir soal yang valid
125
Lampiran B.2 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Nama Sekolah : SMA Triguna Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mata Pelajara : Fisika
Kelas/Semester : X / Ganjil
Jumlah Soal : 25 Soal PG
Kompetensi Dasar : 3.5 Menganalisis gerak parabola dengan menggunakan vektor, berikut makna fisisnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Indikator
Pembelajaran
Indikator
Soal No. Soal Jawaban
Jenjang
kognitif
Menjelaskan
konsep gerak
parabola
Menyebutkan
karakteristik
gerak parabola
1. Berikut ini merupakan gerak pada suatu benda:
1) Gerak Lurus Beraturan
2) Gerak Lurus Berubah Beraturan
3) Gerak Melingkar
4) Gerak Melingkar Beraturan
Gerak parabola dipengaruhi oleh gerak....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 2 dan 4
e. 1 dan 3
Jawaban: a
Gerak parabola
dipengaruhi oleh
gabungan dua gerak,
yaitu gerak lurus
beraturan (GLB) pada
sumbu x dan gerak lurus
berubah beraturan
(GLBB) pada sumbu y
C1
Menjelaskan
konsep gerak
parabola
Menyebutkan
karakteristik
gerak parabola
2. Berikut karakteristik gerak parabola kecuali...
a. lintasan gerakannya berbentuk parabola
b. perpaduan gerak GLB dan GLBB
c. tidak terjadi percepatan pada gerak parabola
d. kecepatan horizontal gerak parabola tidak bergantung pada waktu
e. pada titik tertinggi, kecepatan vertikal benda bernilai 0
Jawaban: c C2
Menjelaskan
konsep gerak
parabola
Menjelaskan
karakteristik
gerak parabola
3. Saat benda mencapai titik tertinggi pada gerak parabola, maka...
a. kecepatannya akan berubah
b. kecepatan akan maksimum
c. kecepatan akan minumum
d. kecepatannya nol
e. kecepatannya semakin menurun
Jawaban: a
C2
126
Menjelaskan
konsep gerak
parabola
Menjelaskan
karakteristik
gerak parabola
4. Pada gerak parabola terdapat gerak benda yang selalu berubah secara beraturan. Hal
tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh....
a. kecepatan benda yang nilainya tetap
b. sudut elevasi yang semakin besar
c. percepatan benda yang selalu berubah
d. jangkauan benda yang semakin jauh
e. percepatan gravitasi bumi yang nilainya tetap
Jawaban: e
𝑦 = 𝑣0. 𝑡 −1
2𝑔𝑡2
𝑎 = 𝑔 Nilai percepatan dan
percepatan gravitasi
bumi bernilai sama
C2
Menjelaskan
penerapan
gerak parabola
Menyebutkan
contoh dan
penerapan
gerak parabola
dalam
kehidupan
sehari-hari
5. Berikut contoh gerak parabola dalam kehidupan sehari-hari, kecuali.....
a. gerakan bola yang ditendang oleh pemain sepak bola
b. gerakan bola basket yang dilemparkan ke keranjang
c. gerakan seorang atletis lompat jauh
d. gerakan buah kelapa yang jatuh dari pohonnya
e. gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat yang dilemparkan ke bawah
dengan ketinggian tertentu
Jawaban: d
Gerakan buah kelapa
yang jatuh dari pohonnya
merupakan contoh gerak
jatuh bebas
C1
Menjelaskan
penerapan
gerak parabola
Menyebutkan
contoh dan
penerapan
gerak parabola
dalam
kehidupan
sehari-hari
6. Dari gambar dibawah ini yang sesuai dengan prinsip gerak parabola dalam kehidupan
sehari-hari yakni....
a.
b.
Jawaban: c C1
127
c.
d.
e.
Menganalisis
dan
menggunakan
besaran pada
gerak parabola
dalam
penyelesaian
masalah
Mengidentifik
asi besaran-
besaran pada
gerak parabola
7. Sebuah partikel mula-mula terletak pada titik A (2, 3) m. Setelah 2 sekon, partikel
tersebut berpindah ke titik B (10, 9) m. Pernyataan – pernyataan berikut yang salah
terkait partikel tersebut yakni....
a. Posisi partikel di titik A adalah 𝑟𝐴 = 2𝑖 + 3𝑗 b. Posisi partikel di titik B adalah 𝑟𝐵 = 10𝑖 + 9𝑗 c. Vektor perpindahan partikel tersebut 8𝑖 + 6𝑗
d. Perpindahan partikel tersebut adalah 10 𝑚
e. Nilai kecepatan partikel dalam selang waktu 2 sekon adalah 2 𝒎. 𝒔−𝟏
Jawaban: e
Vektor perpindahan
Posisi A (2, 3) =
2𝑖 + 3𝑗
Posisi B (10, 9) =
10𝑖 + 9𝑗
Vektor perpindahan
=
𝐵 − 𝐴 = 10𝑖 + 9𝑗 − (2𝑖+ 3𝑗)
= 8𝑖 + 6𝑗
Perpindahan pada
partikel
C4
128
√82 + 62 = √64 + 36
= √100 = 10 𝑚
Kecepatan rata-rata 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙 = 0 𝑣𝑟 = (8𝑖 + 6𝑗)(2 − 0)
𝑡2 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 =8𝑖 + 6𝑗
2
= 4𝑖 + 3𝑗
Besar kecepatan
= √42 + 32 = √16 + 9
= √25 = 5 𝑚. 𝑠−1
Mengidentifik
asi besaran-
besaran pada
gerak parabola
8. Seorang polisi sedang berlatih menembak di markas besar kepolisian. Peluru
ditembakkan ke papan target dengan kecepatan 40 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasinya 60°.
Kedudukan peluru setelah √3 sekon adalah....
a. (𝟐𝟎√𝟑, 𝟒𝟓) meter
b. (45, 20√3) meter
c. (30√3, 45) meter
d. (40√3, 45) meter
e. (45, 40√3) meter
Jawaban: a
Diketahui: 𝑣 =40 𝑚. 𝑠−1
𝜃 = 60°
𝑡 = √3 𝑠
Ditanya: (𝑥, 𝑦) ?
Jawab: 𝑣0𝑦
= 𝑣0 sin 𝜃
=(40 𝑚. 𝑠−1) sin 60°
=
(40 𝑚. 𝑠−1) (1
2√3)
= 20√3 𝑚. 𝑠−1 𝑣0𝑥
= 𝑣0 cos 𝜃
=(40 𝑚. 𝑠−1) cos 60°
=
(40 𝑚. 𝑠−1) (1
2) =
20 𝑚. 𝑠−1
𝑥 = 𝑣0𝑥𝑡
= (20 𝑚. 𝑠−1)(√3 𝑠)
= 20√3 𝑚
C3
129
𝑦 = 𝑣0𝑦𝑡 −
1
2𝑔𝑡2
=
(20√3 𝑚. 𝑠−1)(√3 𝑠) −1
2(10𝑚. 𝑠−2)(√3 𝑠)
2=
(60 − 15) 𝑚
= 45 𝑚
Jadi, kedudukan peluru
adalah (20√3, 45) 𝑚
Menerapkan
formulasi
kecepatan
gerak parabola
pada arah
horizontal dan
vertikal
9. Sebuah pesawat TNI mengangkut bahan logistik untuk korban bencana. Pesawat
tersebut terbang secara horizontal dari ketinggian 12,5 km dengan kelajuan
150 𝑚. 𝑠−1. Dari dalam pesawat, dilepaskan bahan logistik tanpa kecepatan awal.
Kecepatan bahan logistik ketika sampai di tanah adalah....
a. 150 𝑚. 𝑠−1
b. 200 𝑚. 𝑠−1
c. 𝟐𝟓𝟎 𝑚. 𝑠−1
d. 300 𝑚. 𝑠−1
e. 400 𝑚. 𝑠−1
Jawaban: c
Diketahui: ℎ =12,5 𝑘𝑚 = 12500 𝑚
𝑣𝑥 = 150 𝑚. 𝑠−1 Ditanya: 𝑣𝑡 ? (kecepatan
akhir)
Jawab:
Mencari waktu selama
ketinggian tersebut,
karena tanpa kecepatan
awal. Maka 𝑣0𝑦 = 0
ℎ = 𝑣0𝑦. 𝑡 −
1
2𝑔𝑡2
12500 = 0 −1
2. 10. 𝑡2
12500 = 0 − 5𝑡2
5𝑡2 = 12500
𝑡2 =12500
5= 2500
𝑡 = √2500 = 50 𝑠
Mencari kecepatan
vertikal (GLB) 𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 + 𝑔𝑡
𝑣𝑦 = 0. sin 90° + 10. 50
𝑣𝑦 = 0. 1 + 500
= 500 𝑚. 𝑠−1
Kecepatan akhir:
C3
130
𝑣𝑡 = √𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦
2
𝑣𝑡 = √1502 + 5002
𝑣𝑡 = √22500 + 250000
𝑣𝑡 = √62500 =
250 𝑚. 𝑠−1
Menerapkan
formulasi
kecepatan
gerak parabola
pada arah
horizontal dan
vertikal
10. David de Gea akan melemparkan sebuah bola ke Diogo Dalot pada saat pertandingan
MU melawan Tottenham. Bola tersebut dilemparkan condong ke atas dengan
kecepatan awal 20 𝑚. 𝑠−1dan sudut elevasi 60° terhadap horizontal. Besar kecepatan
bola saat berada di titik tertinggi yakni .....
a. 0 𝑚. 𝑠−1
b. 5√3 𝑚. 𝑠−1
c. 𝟏𝟎 𝑚. 𝑠−1
d. 10√3 𝑚. 𝑠−1
e. 30 𝑚. 𝑠−1
Jawaban : c
Diket: 𝑣0 = 20 𝑚. 𝑠−1
𝜃 = 60° 𝑣𝑦 = 0
Ditanya: 𝑣?
Jawab: 𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑣𝑥 = 20 𝑚. 𝑠−1 ∙cos 60° 𝑣𝑥 = 20 𝑚. 𝑠−1 ∙1
2= 10 𝑚. 𝑠−1
𝑣𝑦 = 0. sin 60° = 0
Maka 𝑣
𝑣 = √𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦
2
𝑣 = √102 + 02
𝑣 = √100 = 10 𝑚. 𝑠−1
C3
Menentukan
waktu yang
dibutuhkan
pada
ketinggian
maksimum
11. Sebuah bola dilempar condong ke atas dari atas tanah dengan kecepatan awal
30 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasi 60° seperti gambar berikut.
Waktu yang diperlukan oleh peluru untuk sampai ditembok yakni....
a. 4
5 𝑠
Jawaban: d
Diketahui: 𝑡 =𝑣0 sin 𝜃
𝑔
𝑡 =30 𝑚. 𝑠−1. sin 30°
10
𝑡 =30 𝑚. 𝑠−1.
12
10
𝑡 =15 𝑚. 𝑠−1
10=
3
2𝑠
C3
𝛼
𝑣0
x = 10 m
131
b. 3
5 𝑠
c. 3
4 𝑠
d. 𝟑
𝟐 𝒔
e. 2
3 𝑠
Menentukan
waktu yang
dibutuhkan
pada jarak
terjauh
12. Sebuah bola dilemparkan dengan kecepatan awal 10 𝑚. 𝑠−1dan sudut elevasi 60°
diatas tanah. Jika 𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2, lama bola ke udara dan kembali ke tanah adalah....
a. 𝟏
𝟐√𝟑 s
b. 1 𝑠
c. √3 s
d. 2 𝑠
e. 2√3 s
Jawaban: a
Diketahui: 𝑣0 =10 𝑚. 𝑠−1
𝜃 = 60°
𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2
Ditanya: 𝑡?
Jawab: 𝑣𝑦 = 𝑣0 ∙ sin 𝜃
𝑣𝑦 = 10 ∙ sin 60°
𝑣𝑦 = 10 ∙1
2√3
= 5√3 𝑚. 𝑠−1
𝑡 =𝑣𝑦
𝑔
𝑡 =5√3
10=
1
2√3 𝑠
C3
Menentukan
jarak terjauh
benda
13. Sebuah peluru ditembakkan condong ke atas dengan sudut elevasi 30° dan kecepatan
awal 30 𝑚. 𝑠−1. Jika 𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2, jarak mendatar terjauh yang dicapai peluru
adalah.....
a. 45 𝑚
b. 𝟒𝟓√𝟑 𝒎
c. 90 𝑚
d. 90√3 𝑚
e. 180 𝑚
Jawaban: b
Diketahui: 𝜃 = 30° 𝑣0 =30 𝑚. 𝑠−1
𝑔 =10 𝑚. 𝑠−2
Ditanya: 𝑋𝑚𝑎𝑥? (Jarak
terjauh)
Jawab:
=𝑣0
2 sin 2𝜃
𝑔
=302.sin 2.30°
10
= 90.1
2√3 = 45√3 𝑚
C3
132
Jadi, jarak terjauh yang
dicapai peluru yaitu
45√3 𝑚
Menentukan
jarak terjauh
benda
14. Sebuah pesawat yang sedang terbang mendatar dengan laju 300 𝑚. 𝑠−1 pada
ketinggian 80 m akan menjatuhkan bom ke sebuah target (𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2). Jika target
berada pada jarak 1500 m dari titik ketinggian pesawat saat menjatuhkan bom.
Menurut perkiraanmu, apakah bom tersebut akan tepat mengenai target....
a. Bom tersebut akan mengenai target karena jaraknya sama dengan jarak target
b. Bom tersebut akan mengenai target karena laju pesawat cukup besar
c. Bom tersebut tidak akan mengenai target karna jaraknya lebih kecil dari
jarak target
d. Bom tersebut tidak akan mengenai target karena laju pesawat yang kecil
e. Bom tersebut tidak akan mengenai target karena pesawat tterbang dengan
ketinggian yang rendah
Jawaban: c
Diketahui: 𝑣0 =300 𝑚. 𝑠−1
ℎ = 80 𝑚
𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2
Ditanya: 𝑋 ?
Jawab: 𝑡 = √2ℎ
𝑔
𝑡 = √2.80 𝑚
10 𝑚/𝑠2= √
160
10
𝑡 = √16 = 4 𝑠
𝑥 = 𝑣0 . 𝑡
𝑥 = 300 𝑚. 𝑠−1 . 4 𝑠
𝑥 = 1200 𝑚 𝑥𝑏𝑜𝑚 < 𝑥𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡
Maka, bom tersebut
tidak akan mengenai
target
C4
Menentukan
titik tertinggi
suatu benda
15. Peluru A dan B ditembakkan dari senapan yang sama dengan sudut elevasi berbeda,
yaitu masing-masing 30° dan 60°. Perbandingan tinggi maksimum yang dicapai peluru
A dan B adalah...
a. 1 ∶ 2
b. 𝟏 ∶ 𝟑
c. 1 ∶ √3
d. 3 ∶ 1
e. 2 ∶ 1
Jawaban: b
Diketahui: 𝜃𝐴 = 30° 𝜃𝐵 = 60° Ditanya: ℎ𝑚𝑎𝑥?
Jawab: ℎ𝑚𝑎𝑥 =(𝑣0)2(𝑠𝑖𝑛 𝜃)2
2𝑔
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐴
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐵
=
(𝑣0)2
(𝑠𝑖𝑛 𝜃𝐴)2
2𝑔
(𝑣0)2
(𝑠𝑖𝑛 𝜃𝐵)2
2𝑔
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐴
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐵
=(sin 𝜃𝐴)2
(sin 𝜃𝐵)2
C4
X
Target bom
133
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐴
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐵
=1
4⁄
34⁄
ℎ𝑚𝑎𝑥𝐴: ℎ𝑚𝑎𝑥𝐵
= 1: 3
Menentukan
titik tertinggi
suatu benda
16. Romi melempar bola basket dengan sudut elevasi 45° dan kecepatan awalnya 15
𝑚. 𝑠−1. Jika tinggi awal pelemparan 1,4 m, tinggi maksimum yang dicapai bola
adalah.... (𝑔 = 9,8 𝑚. 𝑠−2)
a. 5,74 m
b. 6,28 m
c. 7,14 m
d. 7,56 m
e. 7,82 m
Jawaban : c
Diketahui: 𝜃 = 45°
𝑣0 = 15 𝑚. 𝑠−1 ℎ0 = 1,4 𝑚
𝑔 = 9,8 𝑚. 𝑠−2
Ditanya: ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠?
Jawab:
ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 = ℎ0 +𝑣0
2 𝑠𝑖𝑛2𝜃
2𝑔
= 1,4 𝑚 +(15 𝑚.𝑠−1)
2(sin 45°)2
2(9,8 𝑚/𝑠2)
= 1,4 𝑚 +(225 )(0,5)
19,6
= 1,4 𝑚 + 5,74 𝑚= 7,14 𝑚
C3
Menentukan
titik tertinggi
suatu benda
17. Bola ditendang dengan kecepatan 19,6 𝑚. 𝑠−1dan membentuk sudut elevasi 53°
terhadap tanah seperti gambar berikut.
Ketinggian bola saat 2 sekon adalah... (9,8 𝑚. 𝑠−2dan sin 53° = 0,8)
a. 4,68 m
b. 5,56 m
c. 7,28 m
d. 11,76 m
e. 15,36 m
Jawaban: d
Diketahui: 𝑣0 = 19,6 𝑚/𝑠
𝜃 = 53°
Ditanya: ℎ saat 𝑡 = 2 𝑠 ?
Jawab: ℎ =
𝑣0 . sin 𝜃 . 𝑡 −1
2. 𝑔. 𝑡2
ℎ= 19,6. sin 53° . 2
−1
2. 9,8. 22
ℎ= 19,6 . 0,8 . 2
−1
2 . 9,8 . 4
C3
53°
134
ℎ = 31,36 − 19,6= 11,76
Jadi, ketinggian benda
saat 2 sekon adalah
11,76 m.
Menganalisis
hubungan
sudut elevasi
jarak benda
dengan tinggi
benda
18. Sebuah peluru ditembakkan sedemikian rupa sehingga jauh tembakannya sama dengan
tiga kali tinggi maksimum. Jika sudut elevasi 𝛼, maka besar tan 𝛼 = …. a. 2
b. 𝟒
𝟑
c. 2
3
d. 1
2
e. 1
4
Jawaban: b
Diketahui: 𝑥 = 3. ℎ𝑚𝑎𝑥
𝜃 = 𝛼
Ditanya: tan 𝛼 ?
Jawab: 𝑥 = 3ℎ𝑚𝑎𝑥
𝑣02. sin 2𝜃
𝑔=
3𝑣02. 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
2𝑔
=𝑣0
2.sin 2𝜃.2𝑔
3𝑣02.𝑠𝑖𝑛2 𝜃.𝑔
=sin 2𝜃.2
3.sin2 𝜃=
2.sin 𝜃.cos 𝜃 .2
3.sin 𝜃.sin 𝜃=
4.cos 𝜃
3.sin 𝜃
4
3=
sin 𝜃
cos 𝜃
4
3= tan 𝜃
C3
Menganalisis
hubungan
sudut elevasi
jarak benda
dengan tinggi
benda
19. Tiga buah tank berada pada suatu garis sejajar, tank A menembakkan peluru dengan
sudut elevasi 45°, tank B dengan sudut 30° dan tank C sudut elevasi 60°. Kecepatan
awal peluru sama, maka dari pernyataan dibawah ini yang benar adalah...
a. Peluru A jatuh sama jauh dengan peluru B
b. Peluru B adalah terjauh
c. Peluru B dan C sama jauh
d. Peluru A dan C sama jauh
e. Semua peluru jatuh sama jauh
Jawaban: c
Jawab :
Jika pada garis sejajar
𝜃 = 90°, maka 𝑠𝑚𝑎𝑥
paling maksimum
pada 1
2× 90° = 45°
(peluru A)
𝑠𝑚𝑎𝑥 = ℎ𝑚𝑎𝑥 jika 𝛼 +𝜃 = 90°, sehingga jika
𝛼 = 30° (peluru B),
maka 𝜃 = 60° (peluru
C), maka 𝜃 = 30°
Jadi, peluru B dan C
jatuh sama jauh
C4
135
Memformulasi
kan persamaan
kecepatan
gerak parabola
pada arah
horizontal dan
vertikal
20. Sebuah peluru ditembakkan dengan kecepatan awal sebesar 𝑣0 = 100 𝑚. 𝑠−1 dan sudut
elevasi 53°, maka:
1) Posisi benda saat 𝑡 = 2 sekon adalah (120; 140) m
2) Kelajuan peluru di titik puncak = 60 𝑚. 𝑠−1
3) Jarak mendatar maksimum 𝑥 = 960 𝑚
4) Ketinggian maksimum = 320 m
Pernyataan yang benar adalah....
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4 saja
e. 1, 2, 3 dan 4
Jawaban: e
Diketahui : 𝑣0 =100 𝑚. 𝑠−1
𝜃 = 53° sin 53° = 0,8; cos 53°
= 0,6
𝑡 = 2 𝑠 Jawab:
1) 𝑥 = 𝑣𝑜 ∙ cos 𝜃 ∙ 𝑡
𝑥 = 100 ∙ cos 53° ∙ 2
𝑥 = 100 . 0,6 . 2 =120 𝑚
𝑦 = 𝑣𝑜 . sin 𝜃 . 𝑡 −1
2𝑔𝑡2
𝑦 = 100 . sin 53° . 2 −1
2 . 10 . 22
𝑦 = 100 . 0,8 . 2 − 20 =160 − 20] = 140 𝑚
Poin 1 betul
2) Kelajuan
3) 𝑥 =𝑣𝑜
2 .sin 2𝜃
𝑔=
1002 .sin 2.53°
10=
960 𝑚
Poin 3 betul
4) ℎ𝑚𝑎𝑥 =𝑣0
2 .𝑠𝑖𝑛2𝜃
2𝑔=
1002 .𝑠𝑖𝑛 2 53°
2.10
=10000 . 0,64
20= 320 𝑚
Poin 4 betul
Maka, semua poin
jawaban betul, dipilih
option 1, 2, 3 dan 4
C4
Menganalisis
hubungan
21. Dea dan Jihan melakukan pengamatan percobaan alat peraga gerak parabola dengan
kecepatan awal sama. Sehingga diperoleh data yang terdapat pada tabel di bawah ini. Jawaban: B C4
136
sudut elevasi
jarak benda
dengan tinggi
benda
Kecepatan
Awal
Sudut
Elevasi
Titik
Tertinggi
Titik
Terjauh
5 m.s-1
15o 7,50 cm 1,25 m
60o 93,75 cm 2,12 m
53o 80,00 cm 2,40 m
45o 62,50 cm 2,50 m
30o 31,25 cm 2,12 m
37o 45,00 cm 2,40 m
Berdasarkan data percobaaan di atas, kesimpulan yang tepat adalah ....
a. semakin besar sudut elevasi maka nilai ketinggian maksimum semakin tinggi,
sedangkan jarak minimum yang ditempuh dipengaruhi oleh nilai sudut elevasi
yang bernilai sama sehingga pada sudut 30o dan 60o memiliki jarak maksimum
yang sama.
b. semakin besar sudut elevasi maka nilai ketinggian maksimum semakin tinggi,
sedangkan jarak maksimum yang ditempuh dipengaruhi oleh nilai sudut elevasi
yang bernilai sama sehingga pada sudut 30o dan 60o memiliki jarak maksimum
yang sama.
c. semakin kecil sudut elevasi maka nilai ketinggian maksimum semakin rendah,
sedangkan jarak yang ditempuh dipengaruhi oleh nilai sudut elevasi yang bernilai
beda sehingga pada sudut 53o dan 37o memiliki jarak maksimum yang sama.
d. semakin kecil sudut elevasi maka nilai ketinggian maksimum semakin tinggi,
sedangkan jarak yang ditempuh dipengaruhi oleh nilai sudut elevasi yang bernilai
sama sehingga pada sudut 53o dan 37o memiliki jarak maksimum yang sama.
e. semakin besar sudut elevasi maka nilai ketinggian maksimum berubah, sedangkan
jarak yang ditempuh dipengaruhi oleh nilai sudut elevasi yang bernilai beda
sehingga pada sudut 53o dan 37o memiliki jarak maksimum yang sama.
(Sumber: Skripsi Ali Fikri Abdillah)
Jawab: semakin besar
sudut elevasi maka nilai
ketinggian maksimum
semakin tinggi,
sedangkan jarak
maksimum yang
ditempuh dipengaruhi
oleh nilai sudut elevasi
yang bernilai sama
sehingga pada sudut 30o
dan 60o memiliki jarak
maksimum yang sama
Menentukan
jarak terjauh
benda
22. Egi berlatih menendang bola dengan jarak 5 meter sebanyak tiga kali tendangan (I, II,
dan III) dengan kecepatan awal sama 7 m.s-1 dan sudut elevasi yang berbeda
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. (g = 9,8 m.s-2)
Jawaban : c
Tendangan I
C4
137
Tenda
ngan
Sudut
elevasi
kemungkinan yang akan terjadi
(meter)
I 30o
II 45o
III 75o
Jika tendangan yang dilakukan oleh Egi membentuk sudut seperti di atas. Menurut
analisis Anda, pasangan nilai sudut dan gambar lintasan yang paling tepat adalah ....
30o 45o 75o
a. a B c
b. a D e
c. b B c
d. b A c
e. c D e
(Sumber: Skripsi Ali Fikri Abdillah)
𝑥 =𝑣𝑜
2sin2α
𝑔
𝑥 =72 sin2(30o)
9,8 m. s−1
𝑥 =49 sin60o
9,8 m. s−1
𝑥 = 4,3 meter
Tendangan II
𝑥 =𝑣𝑜
2sin2α
𝑔
𝑥 =72 sin2(45o)
9,8 m. s−1
𝑥 =49 sin60o
9,8 m. s−1
𝑥 = 5 meter
Tendangan III
𝑥 =𝑣𝑜
2sin2α
𝑔
𝑥 =72 sin2(75o)
9,8 m. s−1
𝑥 =49 sin150o
10 m. s−1
𝑥 = 2,5 meter
b a
c
5 m
4,3 5 2,5 4,8
d
e
d e
b
5 m
4,3 5 2,5 4,8
a
e
a e
d
5 m
4,3 5 2,5 4,8
c
b
138
Menganalisis
hubungan
sudut elevasi
jarak benda
dengan tinggi
benda
23. Perhatikan gambar pertandingan bulu tangkis antara Viktor (Denmark) dan Jonatan
(Indonesia) di bawah ini!
Pada saat pertandingan dimuxlai, Viktor bersiap melakukan servis 2 meter di depan
net. Sedangkan lawannya Jonatan berada 2 meter di belakang net. Viktor bermaksud
melakukan servis untuk mendapatkan poin. Dia berencana menempatkan kok tepat
jatuh di belakang Jonatan. Menurut prediksi Anda cara Viktor melakukan servis supaya
tujuannya tercapai adalah ...
a. Viktor harus memukul kok dengan sudut 45o dan kecepatan lemparan sebesar 7
m/s.
b. Viktor harus memukul kok dengan sudut 30o dan kecepatan lemparan sebesar 8
m/s.
c. Viktor harus memukul kok dengan sudut 30o dan kecepatan lemparan sebesar 9
m/s.
d. Viktor harus memukul kok dengan sudut 45o dan kecepatan lemparan sebesar 8
m/s.
e. Viktor harus memukul kok dengan sudut 60o dan kecepatan lemparan sebesar 9
m/s.
Jawaban : b
𝑥 =𝑣𝑜
2sin2α
𝑔
𝑥 =82 sin2(45)
9,8 m. s−1
𝑥 =64 sin 90o
9,8 m. s−1
𝑥 = 6,5 meter
𝑦 =𝑣𝑜
2 sin2α
𝑔
𝑦 =64 sin2(45)
9,8 m. s−1
𝑦 =64 (0,49)
9,8 m. s−1
𝑦 = 6,5 meter
C4
Viktor Jonatan
1,5
13,4
2 8,5
ket:
A = wilayah
poin
A
A
A
A
139
(Sumber: Skripsi Ali Fikri Abdillah)
Menentukan
jarak terjauh
benda
24. Seorang atlet lompat jauh dapat melakukan lompatan sejauh 8 m dengan kecepatan
tolakan awal 𝑣0 dan sudut tolakan sebesar 45° terhadap horizontal. Pada saat
melakukan program latihan cross country, atlet tersebut berada di tepi sungai setinggi
2,5 m dari permukaan sungai seperti pada gambar di bawah ini
Atlet itu harus mampu menyebrang sungai dengan cara melompat. Jika dia melakukan
lompatan seperti saat latihan, apakah atlet tersebut mampu menyebrangi sungai....
a. Atlet tersebut mampu menyebrangi sungai karena jarak atlet lebih besar
dari dari jarak sungai
b. Atlet tersebut mampu menyebrangi sungai karena jarak atlet lebih kecil dari
jarak jarak sungai
c. Atlet tersebut mampu menyebrangi sungai karena nilai sudut tolakannya yang
besar
d. Atlet tersebut tidak mampu menyebrangi sungai karena jarak atlet lebih kecil
dari jarak sungai
e. Atlet tersebut tidak mampu menyebrangi sungai karena nilai sudut tolakannya
yang kecil
(Sumber: Ruangguru.com)
Jawaban : a
Kondisi 1: pada saat
latihan ∆𝑥𝑚𝑎𝑥 = 8 𝑚 𝑦
𝑡= 𝑦
0= 0
𝛼 = 45° 𝑣0 = ⋯ ?
Kondisi 2 𝑦0 = 2,5 𝑚
𝑦𝑡 = 0
𝛼 = 45° 𝑣0 = ⋯ ?
Jika atlet mampu
menyebrangi sungai
maka nilai jaraknya
harus lebih besar dari 10
m
Mencari nilai kecepatan
awal dari kondisi 1 :
∆𝑥𝑚𝑎𝑥 =𝑣0
2. sin 2𝛼
𝑔
8 =𝑣0
2. sin 2 (45°)
10
𝑣02 =
8.10
1
𝑣0 = √80 = 8,9 𝑚/𝑠
Mencari nilai t (waktu):
∆𝑦 = 𝑣0𝑦 . 𝑡 −1
2. 𝑔. 𝑡2
C4
140
0 − 2,5= 𝑣0. sin 45° . 𝑡
−1
2. 𝑔. 𝑡2
−2,5 = 8,9 . 0,7𝑡 − 5𝑡2
−2,5 = 6,3𝑡 − 5𝑡2
5𝑡2 − 6,3𝑡 − 2,5 = 0
𝑡1,2 =−𝑏 ± √𝑏2 − 4𝑎𝑐
2𝑎
𝑡1 = −0,3 𝑠 𝑡2 = 1,6 𝑠 ∆𝑥𝑚𝑎𝑥 = 𝑣𝑥. 𝑡 ∆𝑥𝑚𝑎𝑥 = 𝑣0. cos 𝛼 . 𝑡 ∆𝑥𝑚𝑎𝑥 =8,9 . cos 45° . 1,6 ∆𝑥𝑚𝑎𝑥 = 10,07 𝑚
∆𝑥𝑚𝑎𝑥 ≥ 10 𝑚 Maka atlet tersebut dapat
melewati sungai
Menjelaskan
konsep gerak
parabola
Menjelaskan
karakteristik
gerak parabola
25. Perhatikan data berikut
1. Kecepatan awal 𝑣0
2. Massa peluru m
3. Percepatan gravitasi g
4. Ketinggian h
Sebuah peluru ditembakkan dengan arah horizontal dengan kecepatan awal v dan pada
ketinggian h dari permukaan tanah. Jika gesekan dengan udara diabaikan, menurut
analisismu, jarak horizontal yang ditempuh peluru bergantung pada….
a. Kecepatan awal dan massa peluru, karena semakin besar kecepatan awal dan
massa peluru maka jarak tempuh nya akan semakin besar
b. Kecepatan awal dan percepatan gravitasi, karena semakin besar
kecepatan awal yang diberikan dan percepatan gravitasi yang diterima
maka semakin besar juga jarak yang ditempuh peluru
c. Besarnya ketinggian maksimum yang ditempuh peluru akan berbanding lurus
dengan besarnya jarak yang ditempuh
Jawaban: b
Berdasarkan persamaan
∆𝑥𝑚𝑎𝑥 =𝑣0
2.sin 2𝛼
𝑔
𝑥𝑚𝑎𝑥 =𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑢ℎ (𝑚) 𝑣0 =𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑚/𝑠)
𝛼 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑔 =𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
maka dapat disimpulkan
bahwa besaran
C4
141
d. Kecepatan awal, massa peluru dan percepatan gravitasi harus memiliki nilai
yang besar agar jarak tempuh semakin besar.
e. Ketinggian dan kecepatan awal, karena semakin besar ketinggian maksimum
yang dicapai dan juga semakin besar kecepatan awal yang diberikan akan
mempengaruhi besarnya jarak
yang mempengaruhi
besarnya jarak
tempuh adalah kecepatan
awal yang diberikan dan
percepatan gravitasi.
Karena semakin besar
kecepatan awal maka
semakin jauh juga jarak
yang ditempuh
sedangkan nilai gravitasi
selalu konstan
142
Lampiran B.3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes
a. Lembar Validasi Ahli Materi
Lembar Validasi Ahli Materi Instrumen Tes Kemampuan Hasil Belajar
Gerak Parabola
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Penguji/Validasi : Dwi Nanto, Ph.D
Tanggal : 7 September 2018
Petunjuk pengisian format validasi butir soal bentuk Pilihan Ganda (PG)
1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format
2. Berilah tanda (√) pada kolom “ya” bila soal sudah sesuai dengan kriteria
3. Berilah tanda (√) pada kolom “tidak” bila soal tidak sesuai dengan kriteria. Kemudian tuliskan
alasan dan masukan pendapat pada kolom komentar tiap butir soalnya
No.
Aspek yang dinilai
Materi
Kesesuaian
Indikator
pembelajaran,
indikator soal, ranah
kognitif, indikator
kognitif dengan soal
Materi yang
diatanyakan
sesuai dengan
kompetensi
Pilihan jawaban
homogen dan
logis
Hanya ada
satu kunci
jawaban Komentar
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
3 √ √ √ √
4 √ √ √ √
5 √ √ √ √
6 √ √ √ √
7 √ √ √ √
8 √ √ √ √
9 √ √ √ √
10 √ √ √ √
11 √ √ √ √
12 √ √ √ √
13 √ √ √ √
14 √ √ √ √
15 √ √ √ √
16 √ √ √ √
17 √ √ √ √
18 √ √ √ √
19 √ √ √ √
20 √ √ √ √
21 √ √ √ √
143
22 √ √ √ √
23 √ √ √ √
24 √ √ √ √
25 √ √ √ √
144
Lembar Validasi Ahli Materi Instrumen Tes Kemampuan Hasil Belajar
Gerak Parabola
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Penguji/Validasi : Anugrah Azhar, M.Si
Tanggal : 11 September 2018
Petunjuk pengisian format validasi butir soal bentuk Pilihan Ganda (PG)
1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format
2. Berilah tanda (√) pada kolom “ya” bila soal sudah sesuai dengan kriteria
3. Berilah tanda (√) pada kolom “tidak” bila soal tidak sesuai dengan kriteria. Kemudian tuliskan
alasan dan masukan pendapat pada kolom komentar tiap butir soalnya
No.
Aspek yang dinilai
Materi
Kesesuaian Indikator
pembelajaran, indikator
soal, ranah kognitif,
indikator kognitif dengan
soal
Materi yang
diatanyakan
sesuai dengan
kompetensi
Pilihan jawaban
homogen dan
logis
Hanya ada
satu kunci
jawaban Komentar
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
3 √ √ √ √ Perbaiki
redaksi
4 √ √ √ √
5 √ √ √ √
6 √ √ √ √
7 √ √ √ √
8 √ √ √ √
9 √ √ √ √
10 √ √ √ √
11 √ √ √ √
12 √ √ √ √
13 √ √ √ √
14 √ √ √ √
15 √ √ √ √
16 √ √ √ √
17 √ √ √ √
18 √ √ √ √
19 √ √ √ √
20 √ √ √ √ Ubah jadi
C4
21 √ √ √ √
22 √ √ √ √
23 √ √ √ √
145
24 √ √ √ √
25 √ √ √ √
146
b. Lembar Validasi Ahli Kontruksi
Lembar Validasi Ahli Konstruksi Instrumen Tes Kemampuan Hasil Belajar
Gerak Parabola
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Penguji/Validasi : Dwi Nanto, Ph.D
Petunjuk pengisian format validasi butir soal bentuk Pilihan Ganda (PG)
1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format
2. Berilah tanda (√) pada kolom “ya” bila soal sudah sesuai dengan kriteria
3. Berilah tanda (√) pada kolom “tidak” bila soal tidak sesuai dengan kriteria. Kemudian tuliskan alasan dan masukan pendapat pada kolom komentar tiap
butir soalnya
No.
Aspek yang dinilai
Komentar
Materi
Pokok soal
dirumuskan
dengan
singkat,
jelas dan
lugas
Rumusan pokok
soal dan pilihan
jawaban
merupakan
pernyataan yang
diperlukan saja
Pokok soal
tidak
memberi
petunjuk ke
arah jawaban
Pokok soal
bebas dari
pernyataan
yang
bersifat
negatif
ganda
Pilihan
jawaban
homogen dan
dapat ditinjau
dari segi
materi
Gambar grafik,
tabel, diagram
atau sejenisnya
jelas dan
berfungsi
Panjang
pilihan
jawaban
relatif sama
Pilihan jawaban
yang berbentuk
angka/waktu
disusun
berdasarkan
urutan besar
kecilnya angka
atau kronologinya
Butir soal
tidak
bergantung
pada
jawaban soal
sebelumnya
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya Tidak ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √ √ √ √ √
147
7 √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 √ √ √ √ √ √ √ √ √
19 √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 √ √ √ √ √ √ √ √ √
21 √ √ √ √ √ √ √ √ √
22 √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 √ √ √ √ √ √ √ √ √
148
c. Lembar Validasi Ahli Bahasa
Lembar Validasi Ahli Bahasa Instrumen Tes Kemampuan Hasil Belajar
Gerak Lurus
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Penguji/Validasi : Dwi Nanto, Ph.D
Petunjuk pengisian format validasi butir soal bentuk Pilihan Ganda (PG)
1. Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format
2. Berilah tanda (√) pada kolom “ya” bila soal sudah sesuai dengan kriteria
3. Berilah tanda (√) pada kolom “tidak” bila soal tidak sesuai dengan kriteria. Kemudian tuliskan
alasan dan masukan pendapat pada kolom komentar tiap butir soalnya
No.
Aspek yang dinilai
Komentar
Materi
Kesesuaian dengan
kaidah Bahasa
Indonesia
Penggunaan Bahasa
yang komunikatif
Tidak
menggunakan
Bahasa yang
berlaku
setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak
mengandung
kata/kelompok kata
yang sama kecuali
merupakan suatu
kesatuan pengertian
ya tidak ya tidak ya tidak ya tidak
1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
3 √ √ √ √
4 √ √ √ √
5 √ √ √ √
6 √ √ √ √
7 √ √ √ √
8 √ √ √ √
9 √ √ √ √
10 √ √ √ √
11 √ √ √ √
12 √ √ √ √
13 √ √ √ √
14 √ √ √ √
15 √ √ √ √
16 √ √ √ √
17 √ √ √ √
18 √ √ √ √
19 √ √ √ √
20 √ √ √ √
21 √ √ √ √
22 √ √ √ √
23 √ √ √ √
24 √ √ √ √
149
25 √ √ √ √
150
d. Uji Validitas Butir Soal
KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL
=================================
Jumlah Subyek = 32
Butir Soal = 25
Bobot utk jwban benar = 1
Bobot utk jwban salah = 0
Nama berkas: D:\ANISA RAHMAYANI\SKRIPSI ANISA\ANATES DATA SKRIPSI
ANISA\ANATESV4\FISIKA ANISA.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi
1 1 -0,024 -
2 2 0,403 Signifikan
3 3 0,512 Sangat Signifikan
4 4 0,394 Signifikan
5 5 0,462 Signifikan
6 6 0,226 -
7 7 0,489 Signifikan
8 8 0,338 -
9 9 -0,338 -
10 10 0,461 Signifikan
11 11 0,475 Signifikan
12 12 0,495 Signifikan
13 13 -0,026 -
14 14 0,520 Sangat Signifikan
15 15 0,232 -
16 16 0,519 Sangat Signifikan
17 17 0,127 -
18 18 0,463 Signifikan
19 19 0,603 Sangat Signifikan
20 20 0,409 Signifikan
21 21 0,295 -
22 22 0,418 Signifikan
23 23 0,406 Signifikan
24 24 0,417 Signifikan
25 25 -0,117 -
Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:
df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01
10 0,576 0,708 60 0,250 0,325
15 0,482 0,606 70 0,233 0,302
20 0,423 0,549 80 0,217 0,283
25 0,381 0,496 90 0,205 0,267
30 0,349 0,449 100 0,195 0,254
40 0,304 0,393 125 0,174 0,228
50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208
Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.
151
e. Uji Reliabilitas Instrumen
RELIABILITAS TES
================
Rata2 = 16,41
Simpang Baku = 3,56
KorelasiXY = 0,35
Reliabilitas Tes = 0,52
Nama berkas: D:\ANISA RAHMAYANI\SKRIPSI ANISA\ANATES DATA SKRIPSI
ANISA\ANATESV4\FISIKA ANISA.ANA
No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total
1 11 S11 11 12 23
2 28 S28 11 12 23
3 31 S31 11 11 22
4 20 S20 10 11 21
5 2 S2 11 9 20
6 14 S14 12 8 20
7 21 S21 9 11 20
8 3 S3 10 9 19
9 4 S4 8 10 18
10 9 S9 8 10 18
11 15 S15 7 11 18
12 17 S17 8 10 18
13 23 S23 10 8 18
14 24 S24 8 10 18
15 27 S27 10 8 18
16 10 S10 9 8 17
17 13 S13 8 8 16
18 6 S6 7 8 15
19 12 S12 7 8 15
20 16 S16 9 6 15
21 19 S19 6 9 15
22 25 S25 10 5 15
23 22 S22 8 6 14
24 5 S5 5 8 13
25 18 S18 6 7 13
26 29 S29 8 5 13
27 32 S32 6 7 13
28 7 S7 8 4 12
29 8 S8 7 5 12
30 30 S30 7 5 12
31 26 S26 7 4 11
32 1 S1 8 2 10
152
f. Uji Daya Pembeda
DAYA PEMBEDA
============
Jumlah Subyek = 32
Klp atas/bawah(n) = 9
Butir Soal = 25
Nama berkas: D:\ANISA RAHMAYANI\SKRIPSI ANISA\ANATES DATA SKRIPSI
ANISA\ANATESV4\FISIKA ANISA.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Kel. Atas Kel. Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 9 9 0 0,00
2 2 7 3 4 44,44
3 3 9 4 5 55,56
4 4 9 6 3 33,33
5 5 9 4 5 55,56
6 6 9 8 1 11,11
7 7 9 4 5 55,56
8 8 6 4 2 22,22
9 9 7 9 -2 -22,22
10 10 6 2 4 44,44
11 11 9 5 4 44,44
12 12 9 4 5 55,56
13 13 3 3 0 0,00
14 14 9 4 5 55,56
15 15 9 7 2 22,22
16 16 7 1 6 66,67
17 17 7 6 1 11,11
18 18 5 0 5 55,56
19 19 4 0 4 44,44
20 20 8 5 3 33,33
21 21 7 3 4 44,44
22 22 9 5 4 44,44
23 23 8 4 4 44,44
24 24 9 5 4 44,44
25 25 3 4 -1 -11,11
153
g. Uji Taraf Kesukaran
TINGKAT KESUKARAN
=================
Jumlah Subyek= 32
Butir Soal= 25
Nama berkas: D:\ANISA RAHMAYANI\SKRIPSI ANISA\ANATES DATA SKRIPSI
ANISA\ANATESV4\FISIKA ANISA.ANA
No Butir Baru No Butir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 27 84,38 Mudah
2 2 21 65,63 Sedang
3 3 26 81,25 Mudah
4 4 28 87,50 Sangat Mudah
5 5 22 68,75 Sedang
6 6 31 96,88 Sangat Mudah
7 7 23 71,88 Mudah
8 8 15 46,88 Sedang
9 9 30 93,75 Sangat Mudah
10 10 18 56,25 Sedang
11 11 28 87,50 Sangat Mudah
12 12 20 62,50 Sedang
13 13 8 25,00 Sukar
14 14 22 68,75 Sedang
15 15 28 87,50 Sangat Mudah
16 16 17 53,13 Sedang
17 17 20 62,50 Sedang
18 18 9 28,13 Sukar
19 19 4 12,50 Sangat Sukar
20 20 23 71,88 Mudah
21 21 19 59,38 Sedang
22 22 27 84,38 Mudah
23 23 25 78,13 Mudah
24 24 24 75,00 Mudah
25 25 10 31,25 Sedang
154
h. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
REKAP ANALISIS BUTIR
=====================
Rata2 = 16,41
Simpang Baku = 3,56
KorelasiXY = 0,35
Reliabilitas Tes = 0,52
Butir Soal = 25
Jumlah Subyek = 32
Nama berkas: D:\ANISA RAHMAYANI\SKRIPSI ANISA\ANATES DATA SKRIPSI
ANISA\ANATESV4\FISIKA ANISA.ANA
Btr Baru Btr Asli D.Pembeda(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 0,00 Mudah -0,024 -
2 2 44,44 Sedang 0,403 Signifikan
3 3 55,56 Mudah 0,512 Sangat Signifikan
4 4 33,33 Sangat Mudah 0,394 Signifikan
5 5 55,56 Sedang 0,462 Signifikan
6 6 11,11 Sangat Mudah 0,226 -
7 7 55,56 Mudah 0,489 Signifikan
8 8 22,22 Sedang 0,338 -
9 9 -22,22 Sangat Mudah -0,338 -
10 10 44,44 Sedang 0,461 Signifikan
11 11 44,44 Sangat Mudah 0,475 Signifikan
12 12 55,56 Sedang 0,495 Signifikan
13 13 0,00 Sukar -0,026 -
14 14 55,56 Sedang 0,520 Sangat Signifikan
15 15 22,22 Sangat Mudah 0,232 -
16 16 66,67 Sedang 0,519 Sangat Signifikan
17 17 11,11 Sedang 0,127 -
18 18 55,56 Sukar 0,463 Signifikan
19 19 44,44 Sangat Sukar 0,603 Sangat Signifikan
20 20 33,33 Mudah 0,409 Signifikan
21 21 44,44 Sedang 0,295 -
22 22 44,44 Mudah 0,418 Signifikan
23 23 44,44 Mudah 0,406 Signifikan
24 24 44,44 Mudah 0,417 Signifikan
25 25 -11,11 Sedang -0,117 -
155
Lampiran B.4 Soal yang digunakan pada pretest dan posttest
1. Berikut karakteristik gerak parabola kecuali...
a. tidak terjadi percepatan pada gerak parabola
b. lintasan gerakannya berbentuk parabola
c. perpaduan gerak GLB dan GLBB
d. kecepatan horizontal gerak parabola tidak bergantung pada waktu
e. pada titik tertinggi, kecepatan vertikal benda bernilai 0
2. Saat benda mencapai titik tertinggi pada gerak parabola, maka...
a. kecepatan akan maksimum
b. kecepatan akan minumum
c. kecepatannya nol
d. kecepatannya akan berubah
e. kecepatannya semakin menurun
3. Pada gerak parabola terdapat gerak benda yang selalu berubah secara
beraturan. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh....
a. percepatan gravitasi bumi yang nilainya tetap
b. kecepatan benda yang nilainya tetap
c. sudut elevasi yang semakin besar
d. percepatan benda yang selalu berubah
e. jangkauan benda yang semakin jauh
4. Berikut contoh gerak parabola dalam kehidupan sehari-hari, kecuali.....
a. gerakan buah kelapa yang jatuh dari pohonnya
b. gerakan bola yang ditendang oleh pemain sepak bola
c. gerakan bola basket yang dilemparkan ke keranjang
d. gerakan seorang atletis lompat jauh
e. gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat yang dilemparkan ke bawah
dengan ketinggian tertentu
5. Sebuah partikel mula-mula terletak pada titik A (2, 3) m. Setelah 2 sekon,
partikel tersebut berpindah ke titik B (10, 9) m. Pernyataan – pernyataan
berikut yang salah terkait partikel tersebut yakni....
a. Posisi partikel di titik A adalah 𝑟𝐴 = 2𝑖 + 3𝑗
b. Posisi partikel di titik B adalah 𝑟𝐵 = 10𝑖 + 9𝑗
c. Nilai kecepatan partikel dalam selang waktu 2 sekon adalah 2
𝒎. 𝒔−𝟏
d. Vektor perpindahan partikel tersebut 8𝑖 + 6𝑗
e. Perpindahan partikel tersebut adalah 10 𝑚
6. David de Gea akan melemparkan sebuah bola ke Diogo Dalot pada saat
pertandingan MU melawan Tottenham. Bola tersebut dilemparkan condong
ke atas dengan kecepatan awal 20 𝑚. 𝑠−1dan sudut elevasi 60° terhadap
horizontal. Besar kecepatan bola saat berada di titik tertinggi yakni .....
a. 0 𝑚. 𝑠−1
b. 5√3 𝑚. 𝑠−1
c. 10√3 𝑚. 𝑠−1
d. 𝟏𝟎 𝑚. 𝑠−1
e. 30 𝑚. 𝑠−1
7. Sebuah bola dilempar condong ke atas dari atas tanah dengan kecepatan awal
30 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasi 60° seperti gambar berikut.
Waktu yang diperlukan oleh peluru untuk sampai ditembok yakni....
a. 𝟑
𝟐 𝒔
b. 4
5 𝑠
c. 3
5 𝑠
d. 3
4 𝑠
e. 2
3 𝑠
𝛼
𝑣0
x = 10 m
156
8. Sebuah bola dilemparkan dengan kecepatan awal 10 𝑚. 𝑠−1dan sudut elevasi
60° diatas tanah. Jika 𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2, lama bola ke udara dan kembali ke
tanah adalah....
a. 1 𝑠
b. √3 s
c. 2 𝑠
d. 𝟏
𝟐√𝟑 s
e. 2√3 s
9. Sebuah pesawat yang sedang terbang mendatar dengan laju 300 𝑚. 𝑠−1 pada
ketinggian 80 m akan menjatuhkan bom ke sebuah target (𝑔 = 10 𝑚. 𝑠−2).
Jika target berada pada jarak 1500 m dari titik ketinggian pesawat saat
menjatuhkan bom. Menurut perkiraanmu, apakah bom tersebut akan tepat
mengenai target....
a. Bom tersebut akan mengenai target karena jaraknya sama dengan jarak
target
b. Bom tersebut akan mengenai target karena laju pesawat cukup besar
c. Bom tersebut tidak akan mengenai target karena laju pesawat yang kecil
d. Bom tersebut tidak akan mengenai target karna jaraknya lebih
kecil dari jarak target
e. Bom tersebut tidak akan mengenai target karena pesawat terbang
dengan ketinggian yang rendah
10. Romi melempar bola basket dengan sudut elevasi 45° dan kecepatan awalnya
15 𝑚. 𝑠−1. Jika tinggi awal pelemparan 1,4 m, tinggi maksimum yang dicapai
bola adalah....
(𝑔 = 9,8 𝑚. 𝑠−2)
a. 5,74 m
b. 6,28 m
c. 7,14 m
d. 7,56 m
e. 7,82 m
11. Sebuah peluru ditembakkan sedemikian rupa sehingga jauh tembakannya
sama dengan tiga kali tinggi maksimum. Jika sudut elevasi 𝛼, maka besar
tan 𝛼 = …. a. 2
b. 2
3
c. 𝟒
𝟑
d. 1
2
e. 1
4
12. Tiga buah tank berada pada suatu garis sejajar, tank A menembakkan peluru
dengan sudut elevasi 45°, tank B dengan sudut 30° dan tank C sudut elevasi
60°. Kecepatan awal peluru sama, maka dari pernyataan dibawah ini yang
benar adalah...
a. Peluru B dan C sama jauh
b. Peluru A jatuh sama jauh dengan peluru B
c. Peluru B adalah terjauh
d. Peluru A dan C sama jauh
e. Semua peluru jatuh sama jauh
13. Sebuah peluru ditembakkan dengan kecepatan awal sebesar 𝑣0 =
100 𝑚. 𝑠−1 dan sudut elevasi 53°, maka:
1) Posisi benda saat 𝑡 = 2 sekon adalah (120; 140) m
2) Kelajuan peluru di titik puncak = 60 𝑚. 𝑠−1
3) Jarak mendatar maksimum 𝑥 = 960 𝑚
4) Ketinggian maksimum = 320 m
Pernyataan yang benar adalah....
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 1, 2, 3 dan 4 d. 2 dan 4
e. 4 saja
X
Target bom
157
14. Egi berlatih menendang bola dengan jarak 5 meter sebanyak tiga kali
tendangan (I, II, dan III) dengan kecepatan awal sama 7 m.s-1 dan sudut
elevasi yang berbeda sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. (g =
9,8 m.s-2). (Skripsi Ali Fikri Abdillah, UIN Jakarta, 2018)
Tend
angan
Sudut
elevasi
kemungkinan yang akan terjadi
(meter)
I 30o
II 45o
III 75o
Jika tendangan yang dilakukan oleh Egi membentuk sudut seperti di atas.
Menurut analisis Anda, pasangan nilai sudut dan gambar lintasan yang paling
tepat adalah ....
30o 45o 75o
a. b b c
b. a d e
c. a b c
d. b a c
e. c d e
15. Perhatikan gambar pertandingan bulu tangkis antara Viktor (Denmark)
dan Jonatan (Indonesia) di bawah ini! (Skripsi Ali Fikri Abdillah, UIN
Jakarta, 2018)
Pada saat pertandingan dimulai, Viktor bersiap melakukan servis 2 meter
di depan net. Sedangkan lawannya Jonatan berada 2 meter di belakang net.
Viktor bermaksud melakukan servis untuk mendapatkan poin. Dia
berencana menempatkan kok tepat jatuh di belakang Jonatan. Menurut
prediksi Anda cara Viktor melakukan servis supaya tujuannya tercapai
adalah ...
a. Viktor harus memukul kok dengan sudut 45o dan kecepatan lemparan
sebesar 7 m/s.
b. Viktor harus memukul kok dengan sudut 30o dan kecepatan lemparan
sebesar 8 m/s.
c. Viktor harus memukul kok dengan sudut 30o dan kecepatan lemparan
sebesar 9 m/s.
d. Viktor harus memukul kok dengan sudut 45o dan kecepatan lemparan
sebesar 8 m/s.
e. Viktor harus memukul kok dengan sudut 60o dan kecepatan lemparan
sebesar 9 m/s.
b a
c
5 m
4,3 5 2,5 4,8
d
e
d e
b
5 m
4,3 5 2,5 4,8
a
e
a e
d
5 m
4,3 5 2,5 4,8
c
b
Viktor Jonatan
1,5
m
13,4
m
2
m
8,5
m ket:
A = wilayah poin
A
A
A
A
158
16. Seorang atlet lompat jauh dapat melakukan lompatan sejauh 8 m dengan
kecepatan tolakan awal 𝑣0 dan sudut tolakan sebesar 45° terhadap
horizontal. Pada saat melakukan program latihan cross cuntry, atlet
tersebut berada di tepi sungai setinggi 2,5 m dari permukaan sungai seperti
pada gambar di bawah ini
Atlet itu harus mampu menyebrang sungai dengan cara melompat. Jika dia
melakukan lompatan seperti saat latihan, apakah atlet tersebut mampu
menyebrangi sungai....
a. Atlet tersebut mampu menyebrangi sungai karena jarak atlet lebih kecil
dari jarak jarak sungai
b. Atlet tersebut mampu menyebrangi sungai karena nilai sudut tolakannya
yang besar
c. Atlet tersebut mampu menyebrangi sungai karena jarak atlet lebih
besar dari dari jarak sungai
d. Atlet tersebut tidak mampu menyebrangi sungai karena jarak atlet lebih
kecil dari jarak sungai
e. Atlet tersebut tidak mampu menyebrangi sungai karena nilai sudut
tolakannya yang kecil
159
Lampiran B.5 Instrumen Nontes
KISI-KISI ANGKET RESPON SISWA
TERHADAP PENERAPAN FLIPPED CLASSROOM
a. Kisi-kisi Angket Respon Siswa
Jenis
Pembelajaran
Aspek yang
diamati No. Indikator Angket
Sifat
Pertanyaan
Pembelajaran
di kelas
Sikap Siswa
terhadap
pembelajaran
di kelas
1.
Pembelajaran Fisika yang difasilitasi guru di kelas
membantu saya memahami materi pelajaran dengan
mudah
Positif
2.
Gambaran umum yang dijelaskan guru pada awal
pembelajaran membantu saya mengetahui garis besar
materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Positif
3.
Saya tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru karena tidak akan berpengaruh kepada
pengetahuan saya tentang materi yang diajarkan
Negatif
4.
Ketika diskusi kelompok ataupun presentasi, saya hanya
harus diam dan tidak perlu memberikan tanggapan
apapun
Negatif
Minat Siswa
terhdap
pembelajaran
di kelas
5. Dengan melakukan kegiatan presentasi didepan kelas.
Saya dapat sekaligus melatih kemampuan berbicara saya Positif
6. Saya harus sering mengemukakan pendapat baik dalam
kegiatan diskusi maupun presentasi Positif
7.
Saya cukup mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas
saja tanpa harus mempedulikan hasil apa yang harus saya
capai setelah pembelajaran itu
Negatif
8. Dengan melakukan pembelajaran secara berkelompok
hanya akan membuat saya merasa tidak nyaman Negatif
Keterkaitan
pembelajaran
di kelas
dengan
pemahaman
materi fisika
Siswa
9.
Setelah melakukan pembelajaran di kelas, saya lebih
mahir dalam menerjemahkan permasalah fisika dan
menyelesaikannya
Positif
10.
Sejak awal, saya sudah memahami materi gerak parabola
sehingga tidak perlu lagi memperhatikan penjelasan guru
tentang hal tersebut
Negatif
Pembelajaran
dengan video
Sikap Siswa
terhadap
pembelajaran
dengan video
11.
Pembelajaran dengan bantuan video membantu saya
memahami materi fisika yang saya pelajari secara lebih
mendalam
Positif
12.
Dengan pembelajaran berbantuan video saya menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru yang belum saya dapat
dari pembelajaran di kelas
Positif
13.
Dengan pembelajaran berbantuan video, saya
mendapatkan kesempatan untuk belajar fisika di mana
saja dan kapan saja tanpa terbatas oleh waktu
Positif
14.
Apabila mengalami kesulitan, saya hanya perlu
menunggu pembahasan jawaban soal yang diberikan guru
daripada harus mencari solusinya dari sumber internet
(online)
Negatif
15.
Saya tidak perlu rutin untuk mengunjungi website
pembelajaran atau melihat video pembelajaran yang ada
diinternet
Negatif
16. Pembelajaran berbantuan video diadakan hanya semata-
mata untuk mendapatkan nilai tambah dari guru Negatif
160
Minat Siswa
terhadap
pembelajaran
dengan video
17.
Karena menyelesaikan soal latihan setelah melihat video
pembelajaran secara berkelompok membuat saya antusias
dalam mengikuti pembelajaran
Positif
18.
Saya beranggapan bahwa guru saya tidak akan
mempermasalahkan jika saya tidak melihat video terlebih
dahulu sebelum pembelajaran di kelas
Negatif
Keterkaitan isi
video
terhadap
pemahaman
materi fisika
Siswa
19. Bahan ajar yang ditampilkan melalui video membuat saya
lebih memahami materi yang dipelajari. Positif
20. Mengerjakan soal latihan secara individu hanya akan
membuang-buang waktu saya secara percuma Negatif
161
b. Angket Respon Siswa
LEMBAR ANGKET RESPON SISWA
TERHADAP PENERAPAN FLIPPED CLASSROOM
Nama :
No. Absen :
Petunjuk Pengisian :
1. Pada angket ini terdapat 20 butir pertanyaan. Pertimbangkan baik-baik setiap butir pertanyaan
dalam kaitannya dengan pembelajaran menggunakan Model Flipped Classroom.
2. Tentukan pilihan anda atas pertanyaan yang telah tersedia dengan memberikan tanda (√) pada salah
satu kolom tanggapan yang disediakan sesuai dengan pendapat anda.
Keterangan pilihan jawaban:
SS : sangat setuju TS : Tidak setuju
S : Setuju STS : sangat tidak setuju
C : cukup
No. Pertanyaan Pilihan Jawaban
SS S C TS STS
1. Apakah Pembelajaran Fisika yang difasilitasi guru di kelas
membantu memahami materi pelajaran dengan mudah?
2. Apakah Gambaran umum yang dijelaskan guru pada awal
pembelajaran membantu mengetahui garis besar materi dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
3. Apakah tidak perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru karena tidak akan berpengaruh kepada
pengetahuan tentang materi yang diajarkan?
4. Apakah Ketika diskusi kelompok ataupun presentasi, hanya
harus diam dan tidak perlu memberikan tanggapan apapun?
5. Apakah dengan melakukan kegiatan presentasi di depan
kelas. dapat sekaligus melatih kemampuan berbicara ?
6. Apakah harus sering mengemukakan pendapat baik dalam
kegiatan diskusi maupun presentasi?
7. Apakah cukup mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas
saja tanpa harus mempedulikan hasil apa yang harus dicapai
setelah pembelajaran itu?
8. Apakah dengan melakukan pembelajaran secara
berkelompok hanya akan membuat perasaan tidak nyaman?
9. Apakah Setelah melakukan pembelajaran di kelas, dapat
lebih mahir dalam menerjemahkan permasalah fisika dan
menyelesaikannya?
10. Apakah Sejak awal, sudah memahami materi gerak Lurus
sehingga tidak perlu lagi memperhatikan penjelasan guru
tentang hal tersebut?
11. Apakah Pembelajaran dengan bantuan video membantu
dalam memahami materi fisika yang dipelajari secara lebih
mendalam?
12. Apakah dengan pembelajaran dengan bantuan video dapat
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang belum di
peroleh dari pembelajaran di kelas?
13. Apakah dengan pembelajaran berbantuan video,
mendapatkan kesempatan untuk belajar fisika di mana saja
dan kapan saja tanpa terbatas oleh waktu ?
14. Apabila mengalami kesulitan, apakah hanya perlu
menunggu pembahasan jawaban soal yang diberikan guru
162
daripada harus mencari solusinya dari sumber internet
(online)?
15. Apakah tidak perlu rutin untuk mengunjungi website
pembelajaran atau melihat video yang ada diinternet?
16. Apakah Pembelajaran online diadakan hanya semata-mata
untuk mendapatkan nilai tambah dari guru?
17. Apakah menyelesaikan soal latihan setelah melihat video
pembelajaran secara berkelompok membuat antusias dalam
mengikuti pembelajaran?
18. Apakah beranggapan bahwa guru tidak akan
mempermasalahkan jika tidak melihat video terlebih dahulu
sebelum pembelajaran di kelas?
19. Apakah Bahan ajar yang ditampilkan melalui melalui video
membuat saya lebih memahami materi yang dipelajari.?
20. Apakah Mengerjakan soal latihan secara individu hanya
akan membuang-buang waktu secara percuma?
163
LAMPIRAN C
ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Hasil Pretest
2. Hasil Posttest
3. Hasil olah data per Aspek kognitif
4. Uji Normalitas hasil Pretest
5. Uji Normalitas hasil Posttest
6. Uji Homogenitas hasil Pretest
7. Uji Homogenitas hasil Posttest
8. Uji Hipotesis hasil Pretest
9. Uji Hipotesis hasil Posttest
10. Uji N-gain
11. Hasil peningkatan per Aspek Kognitif (C1-C4)
12. Data hasil angket respon siswa
164
Lampiran C.1 Hasil Pretest
Siswa Pretest
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
S1 7 7
S2 8 8
S3 7 7
S4 5 8
S5 5 7
S6 7 10
S7 7 7
S8 8 8
S9 7 6
S10 5 7
S11 6 8
S12 8 11
S13 7 10
S14 7 7
S15 7 6
S16 7 9
S17 6 9
S18 9 7
S19 10 8
S20 9 5
S21 9 10
S22 9 10
S23 5 6
S24 7 9
S25 6 6
S26 11 8
S27 10 11
S28 9 5
S29 4 7
S30 11 7
Jumlah 223 234
Rata-rata 7,4 7,8
SD 1,783 1,62
165
Deskriptif Data Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Pretest Eksperimen
(Model Flipped Classroom)
Mean 7,433 ,3311
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 6,756
Upper Bound 8,110
5% Trimmed Mean 7,407
Median 7,000
Variance 3,289
Std. Deviation 1,8134
Minimum 4,0
Maximum 11,0
Range 7,0
Interquartile Range 3,0
Skewness ,227 ,427
Kurtosis -,462 ,833
Pretest Kontrol (Model
Konvensional)
Mean 7,800 ,3010
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7,184
Upper Bound 8,416
5% Trimmed Mean 7,778
Median 7,500
Variance 2,717
Std. Deviation 1,6484
Minimum 5,0
Maximum 11,0
Range 6,0
Interquartile Range 2,0
Skewness ,342 ,427
Kurtosis -,590 ,833
166
Lampiran C.2 Hasil Posttest
Siswa Posttest
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
S1 12 9
S2 13 14
S3 11 12
S4 14 11
S5 11 10
S6 13 13
S7 13 10
S8 13 9
S9 15 12
S10 9 11
S11 13 12
S12 14 14
S13 13 6
S14 13 12
S15 12 13
S16 16 11
S17 11 10
S18 15 14
S19 15 10
S20 16 10
S21 15 14
S22 15 10
S23 13 9
S24 16 8
S25 14 9
S26 16 13
S27 12 15
S28 12 9
S29 8 10
S30 12 10
Jumlah 395 330
Rata-rata 13,2 11
SD 1,968 2,082
167
Deskriptif Data Hasil Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Posttest Eksperimen
(Model Flipped
Classroom)
Mean 13,167 ,3654
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 12,419
Upper Bound 13,914
5% Trimmed Mean 13,278
Median 13,000
Variance 4,006
Std. Deviation 2,0014
Minimum 8,0
Maximum 16,0
Range 8,0
Interquartile Range 3,0
Skewness -,577 ,427
Kurtosis ,377 ,833
Posttest Kontrol
(Model
Konvensional)
Mean 11,000 ,3866
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 10,209
Upper Bound 11,791
5% Trimmed Mean 11,037
Median 10,500
Variance 4,483
Std. Deviation 2,1173
Minimum 6,0
Maximum 15,0
Range 9,0
Interquartile Range 3,3
Skewness ,000 ,427
Kurtosis -,327 ,833
168
Lampiran C.3 Hasil olah data per Aspek kognitif
Perhitungan Data Pretest Aspek Kognitif (Kelas Eksperimen)
No. Nama Siswa
Indikator Hasil Belajar Per Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4
Jumlah 4 1 2 3 6 7 8 10 11 5 9 12 13 14 15 16
A A D A D A D C C C D A C A B C
1 S1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7
2 S2 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 8
3 S3 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 7
4 S4 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5
5 S5 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 5
6 S6 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 7
7 S7 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 7
8 S8 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 8
9 S9 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7
10 S10 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
11 S11 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 6
12 S12 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 8
13 S13 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 7
14 S14 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 7
15 S15 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 7
16 S16 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 7
17 S17 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 6
18 S18 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 9
19 S19 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 10
20 S20 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 9
21 S21 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 9
22 S22 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 9
23 S23 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
24 S24 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7
25 S25 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 6
26 S26 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 11
27 S27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 10
28 S28 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 9
29 S29 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4
30 S30 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 11
Jumlah 15 18 25 24 17 21 10 21 10 5 8 16 12 5 13 3
Rata-rata 0,5 0,6 0,833 0,8 0,567 0,7 0,333 0,7 0,333 0,167 0,267 0,533 0,4 0,167 0,433 0,1
Presentase 50% 60% 83% 80% 56% 70% 33% 70% 33% 17% 26% 53% 40% 17% 43% 10%
Persentase Per Aspek Kognitif 50,00% 74,30% 52,40% 29%
169
Perhitungan Data Pretest Aspek Kognitif (Kelas Kontrol)
No. Nama Siswa
Indikator Hasil Belajar Per Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4
Jumlah 4 1 2 3 6 7 8 10 11 5 9 12 13 14 15 16
A A D A D A D C C C D A C A B C
1 S1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 7
2 S2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8
3 S3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 7
4 S4 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 8
5 S5 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 7
6 S6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 10
7 S7 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7
8 S8 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 8
9 S9 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 6
10 S10 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 7
11 S11 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 8
12 S12 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 11
13 S13 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 10
14 S14 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 7
15 S15 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 6
16 S16 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 9
17 S17 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 9
18 S18 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 7
19 S19 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 8
20 S20 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5
21 S21 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 10
22 S22 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 10
23 S23 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 6
24 S24 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 9
25 S25 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 6
26 S26 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 8
27 S27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 11
28 S28 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5
29 S29 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 7
30 S30 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 7
Jumlah 16 20 28 22 18 21 16 20 3 6 4 21 18 4 11 6 Rata-rata 0,53 0,667 0,933 0,733 0,6 0,7 0,533 0,667 0,1 0,2 0,133 0,7 0,6 0,133 0,367 0,2 Presentase 53% 67% 93% 73% 60% 70% 53% 67% 10% 20% 13% 70% 60% 13% 37% 20%
Persentase Per Aspek Kognitif 53,00% 77,67% 86,67% 78%
170
Perhitungan Data Posttest Aspek Kognitif (Kelas Eksperimen)
No. Nama Siswa
Indikator Hasil Belajar Per Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4
Jumlah 4 1 2 3 6 7 8 10 11 5 9 12 13 14 15 16
A A D A D A D C C C D A C A B C
1 S1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 12
2 S2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
3 S3 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11
4 S4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
5 S5 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 11
6 S6 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13
7 S7 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
8 S8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
9 S9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
10 S10 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 9
11 S11 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
12 S12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14
13 S13 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
14 S14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13
15 S15 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12
16 S16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
17 S17 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 11
18 S18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
19 S19 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
20 S20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
21 S21 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
22 S22 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15
23 S23 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
24 S24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
25 S25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14
26 S26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
27 S27 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
28 S28 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
29 S29 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 8
30 S30 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12
Jumlah 27 10 29 24 24 30 16 28 30 25 26 30 29 17 20 30
Rata-rata 0,9 0,333 0,967 0,8 0,8 1 0,533 0,933 1 0,833 0,867 1 0,967 0,567 0,667 1
Presentase 90% 33% 97% 80% 80% 100% 53% 93% 100% 83% 87% 100% 97% 57% 67% 100%
Persentase Per Aspek Kognitif 90,00% 70,00% 85,26% 84%
171
Perhitungan Data Posttest Aspek Kognitif (Kelas Kontrol)
No. Nama Siswa
Indikator Hasil Belajar Per Aspek Kognitif
C1 C2 C3 C4
Jumlah 4 1 2 3 6 7 8 10 11 5 9 12 13 14 15 16
A A D A D A D C C C D A C A B C
1 S1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 9
2 S2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 14
3 S3 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12
4 S4 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 11
5 S5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 10
6 S6 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
7 S7 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 10
8 S8 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 9
9 S9 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 12
10 S10 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 11
11 S11 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 12
12 S12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
13 S13 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6
14 S14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 12
15 S15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13
16 S16 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 11
17 S17 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 10
18 S18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
19 S19 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 10
20 S20 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10
21 S21 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14
22 S22 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 10
23 S23 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 9
24 S24 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 8
25 S25 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 9
26 S26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13
27 S27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15
28 S28 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 9
29 S29 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10
30 S30 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 10
Jumlah 23 18 30 27 28 28 9 27 17 16 22 15 21 13 25 11
Rata-rata 0,7667 0,6 1 0,9 0,933 0,933 0,3 0,9 0,567 0,533 0,733 0,5 0,7 0,433 0,833 0,367
Presentase 77% 60% 100% 90% 93% 93% 30% 90% 57% 53% 73% 50% 70% 43% 83% 37%
Persentase Per Aspek Kognitif 77,00% 83,30% 72,60% 58%
172
Lampiran C.4 Uji Normalitas Hasil Pretest
Uji Normalitas Hasil Pretest
(Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol)
A. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistik
𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest
Eksperimen
(Model Flipped
Classroom)
,194 30 ,005 ,950 30 ,171
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Sig. sebesar ,005 dan ,171 yang menunjukkan bahwa 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%), maka 𝐻0 diterima, 𝐻1
ditolak. Sehingga sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
173
B. Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistic
𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Kontrol
(Model
Konvensional)
,186 30 ,009 ,939 30 ,087
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Sig. sebesar ,009 dan ,087 yang menunjukkan bahwa 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%), maka 𝐻0 diterima,
𝐻1 ditolak. Sehingga sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
174
Lampiran C.5 Uji Normalitas Hasil Posttest
Uji Normalitas Hasil Posttest
(Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol)
A. Kelas Eksperimen
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistik
𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Postest
Eksperimen ,133 30 ,182 ,936 30 ,071
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Sig. sebesar ,182 dan ,071 yang menunjukkan bahwa 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%), maka 𝐻0 diterima, 𝐻1
ditolak. Sehingga sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
175
B. Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistik
𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Posttest
Kontrol ,182 30 ,013 ,953 30 ,200
a. Lilliefors Significance Correction
Kesimpulan:
Sig. sebesar ,013 dan ,200 yang menunjukkan bahwa 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%), maka 𝐻0 diterima, 𝐻1
ditolak. Sehingga sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
176
Lampiran C.6 Uji Homogenitas Hasil Pretest
Uji Homogenitas Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistic
𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yaitu varian kedua kelompok
sama atau homogen
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yaitu varian kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen
Test of Homogeneity of Variances
Skor Pretest
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,218 1 58 ,642
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 𝑠𝑖𝑔. = 0.642 > 𝛼 = 0,05 (5%), maka 𝐻0 diterima,
𝐻1 ditolak, yaitu varian kedua kelompok sama atau homogen
177
Lampiran C.7 Uji Homogenitas Hasil Posttest
Uji Homogenitas Hasil Posttest
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas:
1. Tetapkan hipotesis statistic
𝐻0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal
𝐻1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal
2. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
3. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
4. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yaitu varian kedua kelompok sama
atau homogen
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yaitu varian kedua kelompok berbeda
atau tidak homogen
Test of Homogeneity of Variances
Skor Posttest
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,407 1 58 ,526
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 𝑠𝑖𝑔. = 0,526 > 𝛼 = 0,05 (5%), maka 𝐻0 diterima,
𝐻1 ditolak, yaitu varian kedua kelompok sama atau homogen
178
Lampiran C.8 Uji Hipotesis Hasil Pretest
Uji Hipotesis Hasil Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji Independent Sample t test:
1. Tetapkan hipotesis statistik
𝐻0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata Hasil Belajar siswa antara Model Flipped
Classroom dengan konvensional
𝐻1 = terdapat perbedaan rata-rata Hasil Belajar siswa antara Model Flipped Classroom
dengan konvensional
2. Persyaratan dalam Uji Independent sample t test adalah data berdistribusi Normal dan
homogen (tidak mutlak)
3. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
4. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
5. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan
rata-rata Hasil Belajar antara Model Flipped Classroom dengan konvensional
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yaitu terdapat perbedaan rata-rata
Hasil Belajar siswa antara Model Flipped Classroom dengan konvensional
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Skor
Pretest
Equal
variances
assumed
,218 ,642 -,819 58 ,416 -,367 ,447 -1,262 ,529
Equal
variances
not
assumed
-,819 57,480 ,416 -,367 ,447 -1,262 ,529
179
Kesimpulan:
Berdasarakan ouput di atas menunjukkan bahwa, 𝑠𝑖𝑔. = 0.416 > 0.05, maka 𝐻0
diterima, 𝐻1 ditolak sehingga tidak terdapat perbedaan rata-rata Hasil Belajar
siswa antara Model Flipped Classroom dengan konvensional.
180
Lampiran C.9 Uji Hipotesis Hasil Posttest
Uji Hipotesis Hasil Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Langkah-langkah dalam melakukan uji Independent Sample t test:
1. Tetapkan hipotesis statistik
𝐻0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata Hasil Belajar siswa antara Model Flipped
Classroom dengan konvensional
𝐻1 = terdapat perbedaan rata-rata Hasil Belajar siswa antara Model Flipped Classroom
dengan konvensional
2. Persyaratan dalam Uji Independent sample t test adalah data berdistribusi Normal dan
homogen (tidak mutlak)
3. Gunakan tingkat signifikan ∝= 5%
4. Perhatikan significance (sig.) pada ouput setelah pengolahan data
5. Perhatikan kriteria pengambilan keputusan di bawah ini:
Jika 𝑠𝑖𝑔. > 0,05 (5%) maka 𝐻0 diterima, 𝐻1 ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan
rata-rata Hasil Belajar antara Model Flipped Classroom dengan konvensional
Jika 𝑠𝑖𝑔. ≤ 0,05 (5%) maka 𝐻0 ditolak, 𝐻1 diterima, yaitu terdapat perbedaan rata-rata
Hasil Belajar siswa antara Model Flipped Classroom dengan konvensional
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Skor
Posttest
Equal
variances
assumed
,407 ,526 4,073 58 ,000 2,167 ,532 1,102 3,231
Equal
variances not
assumed
4,073 57,817 ,000 2,167 ,532 1,102 3,232
181
Kesimpulan:
Berdasarakan ouput di atas menunjukkan bahwa, 𝑠𝑖𝑔. = 0.000 < 0.05, maka 𝐻0
ditolak, 𝐻1 diterima sehingga terdapat perbedaan rata-rata Hasil Belajar siswa
antara Model Flipped Classroom dengan konvensional.
182
Lampiran C.10 Uji N-gain
Uji N-gain Kelas Eksperimen
Responden Pretest Postest Selisih
Pretest-Postest
Selisih Ideal
Pretest N-gain Kategori
S1 7 12 5 9 0,56 Sedang
S2 8 13 5 8 0,63 Sedang
S3 7 11 4 9 0,44 Sedang
S4 5 14 9 11 0,82 Tinggi
S5 5 11 6 11 0,55 Sedang
S6 7 13 6 9 0,67 Sedang
S7 7 13 6 9 0,67 Sedang
S8 8 13 5 8 0,63 Sedang
S9 7 15 8 9 0,89 Tinggi
S10 5 9 4 11 0,36 Sedang
S11 6 13 7 10 0,70 Sedang
S12 8 14 6 8 0,75 Tinggi
S13 7 13 6 9 0,67 Sedang
S14 7 13 6 9 0,67 Sedang
S15 7 12 5 9 0,56 Sedang
S16 7 16 9 9 1,00 Tinggi
S17 6 11 5 10 0,50 Sedang
S18 9 15 6 7 0,86 Tinggi
S19 10 15 5 6 0,83 Tinggi
S20 9 16 7 7 1,00 Tinggi
S21 9 15 6 7 0,86 Tinggi
S22 9 15 6 7 0,86 Tinggi
S23 5 13 8 11 0,73 Tinggi
S24 7 16 9 9 1,00 Tinggi
S25 6 14 8 10 0,80 Tinggi
S26 11 16 5 5 1,00 Tinggi
S27 10 12 2 6 0,33 Sedang
S28 9 12 3 7 0,43 Sedang
S29 4 8 4 12 0,33 Sedang
S30 11 12 1 5 0,20 Rendah
N-gain rata-rata 0,68 Sedang
183
Uji N-gain Kelas Kontrol
Responden Pretest Postest Selisih
Pretest-postest
Selisih Ideal
Pretest N-gain Kategori
S1 7 9 2 9 0,22 Rendah
S2 8 14 6 8 0,75 Tinggi
S3 7 12 5 9 0,56 Sedang
S4 8 11 3 8 0,38 Sedang
S5 7 10 3 9 0,33 Sedang
S6 10 13 3 6 0,50 Sedang
S7 7 10 3 9 0,33 Sedang
S8 8 9 1 8 0,13 Rendah
S9 6 12 6 10 0,60 Sedang
S10 7 11 4 9 0,44 Sedang
S11 8 12 4 8 0,50 Sedang
S12 11 14 3 5 0,60 Sedang
S13 10 6 -4 6 -0,67 Rendah
S14 7 12 5 9 0,56 Sedang
S15 6 13 7 10 0,70 Sedang
S16 9 11 2 7 0,29 Rendah
S17 9 10 1 7 0,14 Rendah
S18 7 14 7 9 0,78 Tinggi
S19 8 10 2 8 0,25 Rendah
S20 5 10 5 11 0,45 Sedang
S21 10 14 4 6 0,67 Sedang
S22 10 10 0 6 0,00 Rendah
S23 6 9 3 10 0,30 Sedang
S24 9 8 -1 7 -0,14 Rendah
S25 6 9 3 10 0,30 Sedang
S26 8 13 5 8 0,63 Sedang
S27 11 15 4 5 0,80 Tinggi
S28 5 9 4 11 0,36 Sedang
S29 7 10 3 9 0,33 Sedang
S30 7 10 3 9 0,33 Sedang
N-gain rata-rata 0,38 Sedang
184
Lampiran C.11 Hasil peningkatan per aspek kognitif
Data Pretest Kelas Eksperimen Data Posttest Kelas Eksperimen
Aspek
Kognitif Pretest Posttest
Selisih
Posttest-Pretest
Skor
Ideal N-gain Kategori
C1 0,52 0,9 0,38 0,48 0,8 Tinggi
C2 2,26 2,13 -0,13 0,74 -0,17 Rendah
C3 2,71 4,3 1,58 2,3 0,69 Sedang
C4 2,23 5,9 3,71 4,77 0,77 Tinggi
Nama
Siswa
C1 C2 C3 C4
Jumlah Soal per Indikator
1 3 5 7
S1 1 2 3 1
S2 0 3 3 2
S3 0 3 2 2
S4 1 1 3 0
S5 0 2 2 1
S6 1 1 3 2
S7 0 2 3 2
S8 0 2 3 3
S9 0 3 4 0
S10 1 2 2 0
S11 1 2 3 0
S12 0 2 3 3
S13 0 3 3 1
S14 1 3 1 2
S15 0 3 2 2
S16 0 2 3 2
S17 0 2 3 1
S18 0 2 3 4
S19 1 3 2 4
S20 0 2 3 4
S21 1 3 2 3
S22 1 3 2 3
S23 1 2 2 0
S24 1 2 3 1
S25 1 1 2 2
S26 1 3 3 4
S27 1 3 3 3
S28 0 1 4 4
S29 0 1 1 2
S30 1 3 3 4
Rata-
rata 0,52 2,26 2,71 2,23
Nama
Siswa
C1 C2 C3 C4
Jumlah Soal per Indikator
1 3 5 7
S1 1 2 4 5
S2 1 2 4 6
S3 1 2 3 5
S4 1 2 5 6
S5 1 2 4 4
S6 1 2 4 6
S7 1 2 4 6
S8 1 1 4 7
S9 1 3 4 7
S10 1 1 3 4
S11 1 2 3 7
S12 1 3 5 5
S13 1 1 4 7
S14 1 2 5 5
S15 1 2 4 5
S16 1 3 5 7
S17 1 2 4 4
S18 1 3 4 7
S19 1 2 5 7
S20 1 3 5 7
S21 1 3 4 7
S22 0 3 5 7
S23 0 2 4 7
S24 1 3 5 7
S25 1 3 5 5
S26 1 3 5 7
S27 0 1 5 6
S28 1 0 5 6
S29 1 2 2 3
S30 1 1 5 5
Rata-
rata 0,9 2,13 4,3 5,9
185
Data Pretest Kelas Kontrol Data Posttest Kelas Kontrol
Aspek Kognitif
Pretest Posttest Selisih
Posttest-Pretest Skor Ideal
N-gain Kategori
C1 0,53 0,76 0,23 0,47 0,5 Sedang
C2 2,33 2,5 0,17 0,67 0,25 Rendah
C3 2,6 3,63 1,03 2,4 0,43 Sedang
C4 2,33 4,1 1,76 4,67 0,38 Sedang
Nama
Siswa
C1 C2 C3 C4
Jumlah Soal per Indikator
1 3 5 7
S1 0 1 3 3
S2 0 3 4 1 S3 1 3 2 1 S4 1 3 1 3 S5 0 2 2 3 S6 1 3 4 2 S7 0 3 3 1
S8 0 2 3 3 S9 1 3 2 0
S10 0 2 3 2 S11 1 2 2 3 S12 1 3 3 4 S13 1 3 3 3
S14 0 2 3 2 S15 0 2 3 1 S16 1 2 2 4 S17 1 2 3 3 S18 0 2 3 2 S19 1 2 3 2
S20 1 2 2 0 S21 1 3 3 3 S22 1 2 3 4 S23 0 2 2 2 S24 1 3 3 2 S25 0 3 1 2
S26 0 2 3 3 S27 1 3 3 4 S28 0 1 1 3 S29 0 1 3 3 S30 1 3 2 1
Rata-
rata 0,53 2,33 2,6 2,33
Nama Siswa
C1 C2 C3 C4
Jumlah Soal per Indikator
1 3 5 7
S1 0 2 4 3 S2 1 3 5 5 S3 0 3 4 5 S4 1 2 3 5 S5 1 3 4 2
S6 1 2 3 7 S7 0 2 3 5 S8 0 2 4 3 S9 1 3 3 5 S10 1 2 3 5 S11 1 3 3 5
S12 1 3 4 6 S13 0 2 3 1 S14 1 3 4 4 S15 1 3 4 5 S16 1 3 3 4 S17 1 2 4 3
S18 1 3 4 6 S19 1 2 2 5 S20 0 3 4 3 S21 1 3 4 6 S22 1 3 4 2 S23 1 2 4 2
S24 1 1 3 3 S25 1 3 3 2 S26 1 3 4 5 S27 1 3 5 6 S28 0 2 3 4 S29 1 2 4 3
S30 1 2 4 3 Rata-rata
0,76 2,5 3,63 4,1
186
Lampiran C.12 Data Hasil Angket Siswa
Data Hasil Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran Flipped Classroom
No. Siswa
Sinkronus Langsung Asinkronus Mandiri
Sikap Minat Pemahaman Sikap Minat Pemahaman
( + ) ( - ) ( + ) ( - ) ( + ) ( - ) ( + ) ( - ) ( + ) ( - ) ( + ) ( - )
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 L 4 3 4 5 4 5 4 2 3 4 3 3 2 4 4 5 3 5 3 2
2 L 2 3 2 4 5 4 3 3 2 3 1 2 3 2 4 3 3 3 3 3
3 P 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4
4 L 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4
5 P 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3
6 L 3 4 3 4 5 4 3 5 3 3 4 4 4 4 3 3 4 2 3 5
7 P 4 3 4 5 3 3 4 5 4 5 2 4 3 3 4 4 2 3 4 5
8 L 3 3 4 2 4 4 5 4 2 3 2 2 2 4 3 2 3 4 2 3
9 L 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4
10 P 3 3 4 4 3 4 3 4 2 4 2 3 1 3 4 3 2 3 2 4
11 P 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 1 2 3 4 4 2 4 2 4
12 P 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3
13 L 3 3 4 3 5 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4
14 P 2 2 3 3 5 3 3 3 2 4 1 2 2 5 5 2 3 4 2 3
15 P 4 3 4 4 3 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4
16 P 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 1 3 3 4 3 4 2 3
17 P 3 4 3 3 4 4 4 5 2 3 3 3 4 2 3 4 3 5 1 3
18 L 4 4 4 4 3 5 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 1 3
19 L 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 2 3
20 L 3 4 4 4 3 4 5 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 1
21 L 3 4 4 4 4 3 4 5 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3
22 P 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 4 4 2 4 2 3
23 L 4 3 2 5 5 4 3 5 3 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3
24 L 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 4 2 4
25 P 2 2 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 3 5 5 1 3 3 2 3
26 L 3 4 4 5 3 4 3 5 3 4 3 3 3 4 4 5 3 5 3 3
27 L 3 4 4 4 5 5 4 4 2 4 3 4 4 4 3 2 3 4 2 4
28 P 1 3 4 3 4 4 5 3 1 4 1 1 1 4 3 3 3 2 1 4
29 P 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4
30 P 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3
Jumlah 91 101 108 117 120 116 113 116 84 115 75 88 90 101 102 101 86 109 75 102
Persentase 60% 67% 72% 78% 80% 77% 75% 77% 56% 77% 50% 59% 60% 67% 68% 67% 57% 73% 50% 68%
Per-Indikator 69,33% 78% 66% 61,89% 65% 59%
Rata-rata Total 66,51%
187
LAMPIRAN D
SURAT KETERANGAN
1. Surat Permohonan Izin Observasi
2. Surat Keterangan Penelitian
3. Uji Referensi
4. Foto Dokumentasi
188
Lampiran D. 1 Surat Permohonan Izin Observasi
189
Lampiran D.2 Surat Keterangan Penelitian
190
Lampiran D.3 Uji Referensi
UJI REFERENSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM TERHADAP HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISWA SMA PADA KONSEP GERAK PARABOLA
No. Footnote Paraf
Pembimbing
BAB I
1. Ayu Nur Laily Choiroh, dkk.. Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom
Menggunakan Metode Mind Mapping Terhadap Prestasi dan Kemandirian Belajar
Fisika, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol.7 No.1, Juni 2018, h.2.
2. Muh. Yunus dan Kurniati Ilham, Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Giving
Question and Getting Answers Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Bajeng, Jurnal Chemica Vol. 14 No. 1, Juni 2013, h.21
3. Setyawati, Edy Sulistiyo, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Strategi
Giving Question And Getting Answer Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI TAV
Pada Standar Kompetensi membuat Rekaman Audio di Studio di SMK Negeri 3
Surabaya, Jurnal Penelitian Pendidikan Elektro, Vol. 02 No. 1, 2013, h.187
4. Depdiknas, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA, 2006, h.160
5. Agnes Yuni P., Pengembangan Media Interaktif “Jelonpro” Konsep Gerak
Parabola untuk Peserta Didik Kelas X, Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM,
Vol. 1, 2016, h.35
6. Fuad Muhclisin, Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Dengan
Pendekatan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata
Pelajaran Teknologi Motor Diesel Di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Jurnal
Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif UNY, 2013. h.1
7. Ayu Nur Laily Choiroh, dkk, loc. cit.
8. Sri Wahyu Widyaningsih dan Irfan Yusuf, Penerapan Quantum Learning Berbasis
Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik, Jurnal Panrita,
Vol.10, 2015, h.681
9. Wawancara langsung kepada 30 siswa
10. Observasi nilai rapor siswa di beberapa sekolah di SMAN 5 Tangerang Selatan,
SMAN 4 Tangerang Selatan dan SMA Triguna Utama UIN, 2018.
11. Budi Kuspriyanto dan Sahat Siagian, Strategi Pembelajaran dan Kemampuan
Berpikir Kreatif terhadap Hasil Belajar Fisika, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.
6 No. 2, Oktober 2013, h.133
12. Sri Wahyu Widyaningsih & Irfan Yusuf, loc. cit.
13. Yova Agustian Prahara, Subiki dan Maryani, Model Quantum Learning Dengan
Metode Ekspeimen Pada Pembelajaran Fisika Di SMPN 7 Jember, Jurnal
Pembelajaran Fisika, Vol.1, 2012, h.309
14. Yeni Apriyanti, dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Flipped Classroom
Pada Materi Getaran Harmonis, FKIP Universitas Lampung, h.70
15. M. Khoiruddin, dkk, Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Strategi
Metakognitif Berbantuan Refutation Text Pada Materi Gerak Parabola, Program
Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak, h. 1
16. Riki Chandra Wijaya, dkk, Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Projectile
Launcher sebagai Alat Praktikum Fisika pada Materi Gerak Parabola, Jurnal Edu-
Sains, Vol.3 No.2, Juli 2014, h.46
191
17. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)
Mata Pelajaran Fisika (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016),
h.14
18. Ayu Nur Laily Choiroh, dkk, loc.cit.
BAB II
19. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),
h.13
20. Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Banjarmasin: Aswaja Pressindo,
2014), h.7.
21. Dr. Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2016), h.133.
22. Kevin M Steele, The Flipped Classroom: Cuting-Edge, Practical Strategies to
Successfully “Flip” Your Classroom, 2016, h.2. diakses dari
http://www.kevinmstelee.com/the_flipped_classroom_-_ice.pdf, pada tanggal 3
Agustus 2018 pukul 09.26
23. Francisca H. Chandra & Yulius W. Nugroho, Peran Teknologi Video dalam
Flipped Classroom, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, Dinamika Teknologi : April
2016 Vol.8; No.1, h.16
24. Jeffery L.Loo, et.al., Flipped Instruction For Information Literacy: Five
Instructional Cases of Academic Librarians, 13 Maret 2016, h.1
25. Jonathan Bergmann and Aaron Sams, Flip Your Classroom: Reach Every Student
in Every Class Every Day, (United States : The International Society For
Technology In Education, 2012), h.15
26. Jacob Lowell Bioshop and Matthew a verieger, The Flipped Classroom: A Survey
of the Research, (Atlanta : 120th ASEE Annual Conference & Exposition, 2013),
h.5
27. Kevin M Stelee, op. cit, h. 2-3, (http://www.kevinmsteele.com/
the_flipped_classroom_-_ice.pdf )
28. Heris Hendriana dan Utari Sumarmo, Penilaian Pembelajaran Matematika,
(Bandung : Refika Aditama, 2014), h.68.
29. Eric Mazur, Peer Instruction: A User’s Manual, (New Jersey : Prentice Hall, 1997),
h.10
30. N.Lasry et.al, Peer Instruction: Comparing clickers to Flashcard, 2016, h. 1,
(https://arxiv.org/ftp/physics/papers/0702/0702186.pdf)
31. Stelee, op.cit., h. 3.
32. Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21, (Bandung: Penerbit Alfabeta), 2012, h. 125
33. Widoyoko. Eko Putro, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar), 2014, h. 30
34. Rukmini. Elizabeth, Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom. Majalah Ilmiah
Pembelajaran FIP UNY, 2008, h. 6
35. Widoyoko. Eko Putro, op.cit, h. 30-36
36. Rusman, op.cit. h. 126
37. D. young. hugh dan Roger A. Freedman. Fisika Universitas Jilid I, (Jakarta:
Erlangga, 2002), h.68.
38. Serway. Jewett, Fisika untuk Sains dan Teknik. (Jakarta: Salemba Teknika,
2014), h. 148.
39. Tipler. Paul A, Fisika untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Erlangga, 1998), h.65.
192
40. Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Fisika
untuk SMA/MA kelas X, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2016), h. 125
41. Aris Prasetyo Nugroho, Indarti dan Naila Hilmiyana Syifa, Buku Siswa Fisika
untuk SMA/MA kelas X, (Surakarta: CV Mediatama, 2016), h.103
42. Ibid, h. 104-106
43. Ibid, h. 107
44. Ibid, h. 107-108
45. Ibid, h. 108
46. Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, op.cit, h. 124
47. Ketut Kamajaya dan Wawan Purnama, Ibid, h. 124
48. Ibid., h. 124
49. Rusdi, dkk. “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped
Classroom terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Materi Sistem Ekskresi”,
Jurnal Biologi, 2016, h.19
50. Arfiyanti Agustiningrum dan Agung Haryono, “Penerapan Model Pembelajaran
Flipped Classroom dan Course Review Horay Berbasis Lesson Study untuk
menigkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di
Kelas XI IPS 2 MAN Kota Batu, Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2017, h.119
51. Ayu Nur Laily Choiroh, dkk., op. cit, h.1
52. Md Nurul Islam, et al. “A Comparative Study on Achievement of Learning
Outcomes through Flipped Classroom and Traditional Lecture Instruction”,
International Medical Journal, Oktober 2018, h.316
53. Fradila Yulietri, dkk. “Model Flipped Classroom dan Discovery Learning
Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kemandirian
Belajar”, Jurnal TEKNODIKA, September 2015, h.5
54. Sri Utami, “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Tipe Peer
Instruction Flipped Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.87
55. Gabriella Elsa Suryacitra, dengan judul “Efektifitas Penerapan Model
Pembelajaran Flipped Classroom di Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Karanganom
pada Materi Vektor”, Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2018, h.108
56. Yenni Merlin Djajalaksana, “Penerapan Konsep ‘Flipped Classroom’ untuk Mata
Kuliah Statistika dan Probabilitas di Program Studi Sistem Informasi ”, Laporan
Penelitian Universitas Kristen Maranatha. 2014
BAB III
57. Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2010, h.114
58. Ibid., h.116
59. Ibid., h.116
193
60. Ibid., h.60
61. Kadir, Statistika Terapan, Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2015, Cet ke-1, h.118
62. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya), 2010, h.254
63. Sugiyono, loc. cit.
64. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), h.42.
65. Djaali dan Puji Mardjono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta:
Grasindo, 2007), h.28.
66. Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 65
67. Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
(Jakarta: Kencana, 2010), cet.1, h.291.
68. Suharsimi Arikunto, op. cit, h. 75
69. Ibid., h.100
70. Ibid., h.89
71. Ibid., h. 222
72. Ibid., h. 225.
73. Ibid., h.212.
74. Ibid., h. 213
75. Yulingga Handa Hanif dan Wasis Himawanto, Statistik Pendidikan, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), cet.1, h.67.
76. Ibid., h.58
77. Yanti Herlanti, Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.74.
78. Budiman dan Agus Riyanto, Kapita Selekta Kuisoner, (Jakarta: Salemba Medika,
2014), h.18.
79. Nana Syaodih, op. cit, h. 240
80. Isna Rafianti, “Keaktifan Belajar Matematika Siswa dengan Pembelajaran
Kooperatif Berbantuan Alat Peraga”, Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY, 2016, h.92.
BAB IV
194
81. Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Peangajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2017),
h.105.
82. Ibid., h.104.
83. Pipit Apriyanah, dkk., “Efektifitas Model Flipped Classroom pada Pembelajaran
Fisika Ditinjau dari Self Efficacy dan Penguasaan Konsep Siswa”, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah, Vo. 2 No.2, November 2018, h. 72
84. Jacob Enfield. “Looking at the impact of the Flipped Classroom Model of
Instruction on Undergraduate Multimedia Student at CSUN”. TechTrends. Vol 57.
No. 6, 2013, h. 14-18.
85. Singgih Santoso, “Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif dan Motivasi Belajar
Terahadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X”, Jurnal Berkala Fisika
Indonesia, Vol.5, 2013, h.15-19.
86. Choiroh, A.N.L, dkk., “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom
Menggunakan Metode Mind Mapping Terhadap Prestasi Dan Kemandirian Belajar
Fisika”, Jurnal Pendidika Fisika, Vol.7 No.1, Juni 2018, h.4
87. Adhitiya, E.N, A. Prabowo & R. Arifudin. “Studi Komparasi Model Pembelajaran
Traditional Flipped dengan Peer Instruction Flipped Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah”. Unnes Journal of Mathematics Education, 2015, h.4
88. Shihib, Yeni Anistyasari, “ Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Rancang Bangun Jaringan
Di SMK Negeri 3 Buduran Sidoarjo”, Junal IT, Vol. 02 No.02, 2017, h. 34
89. Choiroh, A.N.L, dkk., loc. cit.
90. Rusdi, dkk., “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Instruction Flip dan Flipped
Classroom Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi”,
Vol.9 No.1, 2016, h.19
91. Muhammad Ridha, dkk,. Pengaruh Flipped Mastery Classroom Terhadap
Perolehan Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa, Jurnal Pascasarjana Universitas
Negeri Malang, Vol.1 No.4, April 2016, h. 660
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dwi Nanto, Ph.D
NIP. 19790319 200901 1 009
195
196
Lampiran D.4 Foto Dokumentasi dan video materi
197