penerapan manajemen nutrisi untuk ... gabungan kti...penyakit diabetes melitus ini .dan 2,2 juta...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MANAJEMEN NUTRISI UNTUK MENGONTROLGLUKOSA DARAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELITUSDI RSU BAHTERAMAS PROV. SULTRA
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan DiplomaIII Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan
Oleh :
MARSYAWATIP00320015028
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN2018
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Marsyawati
Nim : P00320015028
Institusi Pendidikan : Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul Studi Kasus :PENERAPAN MANAJEMEN NUTRISI UNTUK
MENGONTROL GLUKOSA DARAH DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN
DIABETES MELITUS DI RSU BAHTERAMAS PROV.
SULTRA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 13 Agustus 2018Yang Membuat Pernyataan,
Marsyawati
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. NamaLengkap : Marsyawati
2. Tempat/TanggalLahir : Lauru, 03 Oktober 1996
3. JenisKelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
6. Alamat : Desapajala, Kec.Maginti
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN PulauTambako, Tamat Tahun 2009
2. MTSN1Kasipute, Tamat Tahun 2012
3. SMAN 1 Maginti, Tamat Tahun 2015
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Periode 2015-2018
MOTTO
Man jadda wajada
Siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil
Man shabarazhafira
Siapa yang sabar pasti beruntung
Man sara aladarbiwashala
Siapa menepaki jalan-nya akan sampai ketujuan
-marsyawati
ABSTRAK
Marsyawati P00320015028 Penerapan Manajemen Nutrisi Untuk MengontrolGlukosa Darah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes MelitusDi RSU Bahteramas Prov. Sultra.Yang dibimbimngolehibu Reni DeviantiUsman,M.Kep,Sp.Kep.KMBdanBapakMuhaiminSaranani,S.Kep,Ns,M.Sc. Diabetes melitusadalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemiyang berhubungandengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkanoleh menurunanya sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin ataupun keduanyadan juga dapat menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,danneuropati. (Yulina elin,2009). Data yang penulisdapatkanyaituPenderita DiabetesMelitus RSU Bahteramas Kendari berdasarkan data instalasi rekam medik pasienrawat jalan pada tahun 2015 dari bulan januari sampai desember berjumlah 281kunjungan, pada tahun 2016 dari bulan januari sampai desember sebanyak 223kunjungan, dan pada tahun 2017 dari bulan januari sampai desember kunjunganpasien Diabetes Melitus menurun menjadi 166 kunjungan. Sedangkan penderitaDiabetes Melitus pasien rawat inap pada tahun 2015 dari bulan januari sampaidesember berjumlah 243 jiwa, pada tahun 2016 dari bulan januari sampai desemberberjumlah 190 jiwa dan pada tahun 2017 dari bulan januari sampai desemberberjumlah 216 jiwa. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui penerapanmanajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa darah dalam pemenuhan kebutuhannutrisi pada pasien diabetes melitus. Data diperoleh dengan melakukan pengkajiansecara langsung dan wawancara kepada pasien serta melihat dokumen-dokumen yangada di rumah sakit berkaitan dengan data pasien tersebut. Hasil karya tulis ilmiahdiperoleh bahwa dengan adanya penerapan manajemen nutrisi selama 5 hari dapatmembantu menurunkan kadar glukosa darah serta dapat membantu menghilangkankeluhan lain yang menyertai. Sebelum dilakukan penerapan tindakan kadar glukosadarah pasien mg/dl serta pasien mengeluh mual dan lemas setelah dilakukan tindakanglukosa darah puasa pasien 94 mg/dl dan glukosa darah sewaktu 161 mg/dl sertakeluhan yang dirasakan pasien mulai berkurang. Bagi perawat tindakan ini dapatdigunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan dan dapat diterapkan oleh pasiendan keluarganya dirumah untuk menjaga kadar glukosa darah tetap dalam batasnormal.
Kata Kunci : Diabetes Melitus,PenerapanManajemenNutrisi
KATAPENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan
karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Penerapan Manajemen Nutrisi Untuk Mengontrol Glukosa Darah Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSU Bahteramas
Prov. Sultra”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes,selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
4. IbuReni Devianti Usman,M.Kep, Sp.KMB, dan bapak Muhaimin Saranani S.Kep
Ns.,M.Sc, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya
dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak H. Taamu, A Kep, Spd, M.Kes, Bapak Akhmad dan Bapak Syamsudin
selaku dosen penguji I, penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya
KATAPENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan
karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Penerapan Manajemen Nutrisi Untuk Mengontrol Glukosa Darah Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSU Bahteramas
Prov. Sultra”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes,selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
4. IbuReni Devianti Usman,M.Kep, Sp.KMB, dan bapak Muhaimin Saranani S.Kep
Ns.,M.Sc, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya
dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak H. Taamu, A Kep, Spd, M.Kes, Bapak Akhmad dan Bapak Syamsudin
selaku dosen penguji I, penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya
KATAPENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan
karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Penerapan Manajemen Nutrisi Untuk Mengontrol Glukosa Darah Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus Di RSU Bahteramas
Prov. Sultra”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya
mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes,selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
4. IbuReni Devianti Usman,M.Kep, Sp.KMB, dan bapak Muhaimin Saranani S.Kep
Ns.,M.Sc, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing saya
dengan sebaik-baiknya demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak H. Taamu, A Kep, Spd, M.Kes, Bapak Akhmad dan Bapak Syamsudin
selaku dosen penguji I, penguji II, dan penguji III yang telah membimbing saya
dan memberikan masukan-masukan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya.
6. Semua Dosen dan Staf Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya sertailmu yang bermanfaat kepeda penulis selama kuliah.
7. Kepada Kantor Badan Riset Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Bahteramas Prov. Sultra yang telah memberikan
izin penelitian di Ruang Lambubarakati
9. Rumah Sakit Umum Bahteramas Prov. Sultra.
10. Kedua orang tuaku, Bapakku Safaruddin dan Ibuku Marma yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat juga menjadi
penyemangat untuk menyelesaikan pendidikan.
11. Teman-temanku khususnya Sri Mulya Ningsih, Rasmin, Heti NurIndrasari,
Rohman Hidayat dan semua mahasiswa Programstudi DIII Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari yang telah memberikan dukungan moral, spiritual
dan semangat.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan semoga amal baik yang
telah disumbangkan dari semua pihak selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
kiranya mendapat balasan dari Allah SWT, Aamiin.
Kendari,08 Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DALAM.....................................................................................iHALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................iiHALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iiiKEASLIAN PENELITIAN.......................................................................................ivDAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................................vHALAMAN MOTO...................................................................................................viABSTRAK..................................................................................................................viiKATA PENGANTAR..............................................................................................viiiDAFTAR ISI...............................................................................................................xiDAFTAR TABEL.....................................................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xivBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1B. Rumusan Masalah..............................................................................................6C. Tujuan Penelitian...............................................................................................6D. Manfaat Penelitian.............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Diabetes Melitus................................................................................................8B. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus........25C. Nutrisi Pada Diabetes Melitus.........................................................................32
BAB III METODE STUDI KASUSA. Desain Penelitian.............................................................................................40B. Subjek Studi Kasus..........................................................................................40C. Fokus Studi Kasus...........................................................................................40D. Definisi operasional.........................................................................................41E. Instrumen Pengumpulan Data..........................................................................42F. Jenis dan Metode Pengumpulan Data..............................................................42G. Tempat dan Waktu Studi Kasus......................................................................43H. Penyajian Data.................................................................................................43I. Etika Studi Kasus.............................................................................................43
BABIV HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara..........................................................................................................43
B. Hasil Penelitian................................................................................................46C. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................................50
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan......................................................................................................54B. Saran ...............................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2 .1 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosa DM (mg/dl)
Tabel 2.3 Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia di indonesia
Tabel 2.4 Farmakokinetik Insulin Eksogen Berdasarkan Waktu Kerja (Time Course
of Action)
Tabel 2.5 Diit DM 1900 kkaL
Tabel 4.1 pemeriksaan glukosa darah puasa
Tabel 4.2 pemeriksaan glukosa darah sewaktu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: instrument pengumpulan data pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
dan glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus
Lampiran 2: SOP pemeriksaan glukosa darah puasa
Lampiran 3: SOP pemeriksaan glukosa darah sewaktu
Lampiran 4: SOP perencanaan terapi nutrisi
Lampiran : 5surat izin penelitian dari ketua jurusan keperawatan
Lampiran :6 surat izin penelitian dari institusi
Lampiran :7 surat izin penelitian dari litbang Sulawesi Tenggara
Lampiran :8 surat pengambilan data awal
Lampiran :9 informed consent
Lampiran :10 surat keterangan selesai penelitian
Lampiran :11 bebas perpustakaan
Lampiran :12 bebas administrasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh menurunanya sekresi
insulin atau penurunan sensivitas insulin ataupun keduanya dan juga dapat
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,dan neuropati.
(Yulina elin,2009).
Pravelensi penderita Diabetes Melitus terus meningkat lebih cepat di
negara-negara yang mempunyai penghasilan menengah dan rendah. Pada
tahun 2014 pravelensi global diabetes dikalangan orang dewasa dengan usia
18 tahun keatas mengalami peningkatan dari 4,75% pada tahun 1980 menjadi
8,5%. Pada tahun 2014 penderita diabetes melitus mengalami peningkatan
menjadi 422 juta dari tahun 1980 yang hanya berjumlah 108 juta menurut
World Health Organization (WHO 2017)
Pada tahun 2015 diperkirakan 1,6 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit Diabetes Melitus ini .dan 2,2 juta kematian lainnya penyebabnya
adalah glukosa darah tinggi terjadi pada usia sebelum 70 tahun. WHO
memproyeksikan Diabetes Melitus akan menjadi penyebab kematian ketujuh
tertinggi di tahun 2030. (WHO 2017)
Kemenkes tahun 2014 menuliskan bahwa penderita diabetes melitus
selain didunia, di Indonesia juga mengalami peningkatan. Data menurut
Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa pravalensi Diabetes Melitus di
Indonesia terjadi penigkatan yaitu dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9%
atau sekitar 9,1 juta di tahun 2013.
Data riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi Diabetes
Melitus di Indonesia mengalami peningkatan dari 5,7% pada tahun 2007
menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013 (kemenkes 2014). Dan
begitu pula menurut Provil Dinkes Prov. Sultra 2016 menunjukan bahwa
pravalensi penderita Diabetes melitus di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
beberapa tahun terakhir Diabetes Melitus masuk dalam 10 penyakit terbesar
di Provinsi Sulawesi tenggara dengan angka kejadian Diabetes Melitus
terbanyak yaitu tipe 2 jika dibanding Diabetes Melitus tipe 1. Dibetes Melitus
menjadi meningkat dari urutan ke-9 dengan jumlah kasus 2,768 pada tahun
2014, menjadi urutan ke-5 dengan jumlah kasus 3,206 pada tahun 2015,
kemudian kasus ini menjadi urutan ke-3 pada tahun 2016 dengan jumlah
2,983 kasus.
Penderita Diabetes Melitus RSU Bahteramas Kendari berdasarkan
data instalasi rekam medik pasien rawat jalan pada tahun 2015 dari bulan
januari sampai desember berjumlah 281 kunjungan, pada tahun 2016 dari
bulan januari sampai desember sebanyak 223 kunjungan, dan pada tahun 2017
dari bulan januari sampai desember kunjungan pasien Diabetes Melitus
menurun menjadi 166 kunjungan. Sedangkan penderita Diabetes Melitus
pasien rawat inap pada tahun 2015 dari bulan januari sampai desember
berjumlah 243 jiwa, pada tahun 2016 dari bulan januari sampai desember
berjumlah 190 jiwa dan pada tahun 2017 dari bulan januari sampai desember
berjumlah 216 jiwa.
Diabetes Melitus yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah
penyakit degeneratif dengan sifat kronis yang terus mengalami peningkatan
dari tahun ketahun, juga merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang dikarenakan kadar gula (glukosa) darah meningkat akibat dari
kurangnya insulin baik absolut ataupun relatif .
Penyebab Diabetes Melitus adalah tubuh yang tidak mampu menyerap
gula darah sehingga menyebabkan pancreas hanya menghasilkan sedikit
insulin ataupun tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini
berdampak didalam darah pasien dikarenkan gula darah yang menumpuk
tersebut. Pada kondisi ini penderita akan mengalami peningkatan glukosa
darah dari nilai normal.
Penyakit kronis Diabetes Melitus ini sangat rentan terhadap gangguan
fungsi yang dapat menyebabkan kegagalan pada organ seperti mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah. Gangguan fungsi ini terjadi karena
terdapat gangguan sekresi insulin dan gangguan kerja insulin ataupun
keduanya.
Menurut International Diabetes Federation-7 tahun 2015, dalam
metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar
glukosa darah. Hormon ini diproduksi dalam pankreas lalu dikeluarkan untuk
digunakan sebagai sumber energi tubuh. Dan hiperglikemia akan terjadi
apabila tubuh kekurangan hormon insulin. (IDF, 2015 dalam NurLilatul
Lathifah, 2017)
American Diabetes Association (ADA), membagi klasifikasi Diabetes
Melitus kedalam empat jenis yaitu: (1) Diabetes Melitus tipe 1 Tipe ini
disebabkan oleh kerusakkan sel beta pankreas sehingga terjadi kekurangan
insulin absolut. (2) Diabetes Melitus tipe 2 Tipe ini disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin yang progresif karena resisten insulin. (3) Diabetes Melitus
tipe lain tipe ini disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti efek genetik pada
fungsi sel beta pankreas pada kerja insulin, penyakit prankreas eksokrin, atau
akibat penggunaan oabt-obatan.
Pada penatalaksanaan Diabetes Melitus masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terbagi atas 4 pilar
yaitu edukasi, terapi nutrisi medis, aktivitas fisik dan terapi farmakologis.
Dari penatalaksanaan medis diatas Terapi Nutrisi Medis (TNM)
merupakan aspek terpenting dari penatalaksanaan Diabetes Melitus secara
menyeluruh yang membutuhkan ketertiban multidisiplin (dokter, perawat, ahli
gizi, pasien serta keluarga pasien). Setiap diabetisi sebaiknya mendapatkan
terapi nutrisi medis sesuai dengan kebutuhan agar sasaran terapi dapat dicapai.
Terapi Nutrisi Medis (TNM) ini pada dasarnya adalah melakukan
pengaturan pola makan berdasarkan status gizi, kebiasaan makan dan kondisi
atau komplikasi yang sudah ada. (chris tanto, 2014)
Terapi Nutrisi medis dapat dipakai untuk mencegah timbulnya
Diabetes bagi penderita yang mempunyai resiko Diabetes, terapi pada
penderita yang sudah terdiagnosis diabetes (diabetisi) serta mencegah atau
memperlambat laju berkembangnya komplikasi penyakit Diabetes. (chris
tanto, 2014)
Dengan adanya pencegahan secara dini tentang bahaya Diabetes
Melitus diharapkan agar penderita Diabetes Melitus tidak lagi mengalami
peningkatan, melihat Pravelensi diabetes melitus di dunia mengalami
peningkatan signifikan dari tahun ke tahun.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan pada kebutuhan
objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Dan pentingnya
asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus untuk menjaga kadar gula
darah pasien itu sendiri dalam kategori yang baik yang seimbang dalam artian
tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah gula darahnya. Dampaknya
Jika tidak segera ditangani maka akan menimbulkan komplikasi. Kadar gula
darah yang tinggi secara terus menerus selama bertahun-tahun pada akhirnya
dapat merusak organ-organ tubuh. Hampir seluruh organ tubuh dapat
terpengaruhi oleh diabetes kronis, seperti: jantung, pembuluh darah, ginjal,
mata, sistem saraf dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik
membuat laporan proposal studi kasus berjudul “Penerapan Manajemen
Nutrisi untuk Mengontrol Glukosa Darah Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus di RSU Bahteramas Prov. Sultra”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah “bagaimana penerapan manajemen nutrisi untuk
mengontrol glukosa darah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
diabetes melitus di RSU Bahteramas Kendari”?
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan khusus
a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
b. Tentukan apa yang menjadi prefensi makan bagi pasien (sesuai dengan
menu yang telah disediakan)
c. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
(yaitu: untuk pasien dengan penyakit ginjal, pembatasan natrium,
kalium, protein, dan cairan)
d. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan
(misalnya menu makan utama dan selingan diantara dua waktu makan
yang dilihat sesuai dengan jumlah gram dan jenis makanan)
2. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa
darah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus
D. Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Bagi masyarakat / pasien
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit diabetes melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan
Dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi terhadap bidang
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan
penyakit diabetes melitus
3. Bagi penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman tersendiri bagi penulis
dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya studi kasus
tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes melitus
1. Definisi
Diabetes melitus adalah penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang
timbul adalah akibat kurangnya sekresi insulin yang cukup, tetapi tidak
efektif. Diabetes melitus seringkali dikaitkan dengan gangguan sistem
mikrovaskular dan makrovaskular, gangguan neuropatik, dan
desidermopatik.
Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Melitus
merupakan suatau kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM)
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh:
1. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu prediposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes tipe 1
2. Faktor imunologi (autoimun)
3. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan estruksi sel beta
b. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe 2 : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu: (sudoyo aru, dkk 2009)
1. <140 mg/dl→ normal
2. 140- <200 mg/dl→ toleransi glukosa terganggu
3. ≤200 mg/dl →diabetes
c. Diabetes Melitus tipe lain
1. Defek genetik fungsi sel beta
2. Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A,
leprechaunisme, sindrom rabson menden hall
3. Penyakit eksokrim pancreas: pancreatitis, trauma/pancreatektomi
neoplasma, fiprosis kistik
4. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing, veokromositoma
5. Obat atau zat kimia: facor, pentamidin, asam nikotinat,
glukoortikoit, hormone tiroid, diazoxid, tiazit
6. Infeksi: rubella congenital
7. Imunologi (jarang): sindrom stiff-man, antibodi antireseptor
insulin
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Melitus
3. Patofisiologi
Apabila jumlah atau dalam fungsi/aktivitas insulin mengalami
defisiensi (kekurangan) insulin, hiperglikemia akan timbul dan
hiperglikemia ini adalah diabetes. Defisiensi insulin ini bisa absolut
apabila pankreas tidak dapat menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah
yang tidak cukup, misalnya yang terjadi pada IDDM (DM tipe1).
Kekurangan insulin dinyatakan relatif jika pankreas dapat menghasilkan
insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnnya tidak efektif. Hal ini
tampak pada NIDDM (DM Tipe 2), terdapat kekurangan insulin atau
resistensi insulin. Baik itu kekurangan insulin absolut maupun relatif yang
dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme bahan bakar untuk
melangsungkan fungsinya, membangun jaringan baru, dan memperbaiki
jaringan.
4. Manisfestasi klinis
Manisfestasi klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolik defisiensi insulin: (Price & Wilson)
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang di keluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva.
Kriteria diagnosa Diabetes Melitus: (Aru. S, dkk 2009)
1. Gejala klasik Diabetes Melitus + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl
(11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu
3. Gejala klasik Diabetes Melitus + glukosa plasma > 126 mg/dl (7,0
mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria
DM digolongkan kedalam kelompok prediabetes yang meliputi:
toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu
(GDPT)
1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan periksaan TTGO
glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl
2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): hasil pemeriksaan glukosa
plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-100 mg/dl dan glukosa
plasma puasa <100 mg/dl
3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan HbA1c yang menunjukan anggka 5,7-6,4%
Tabel 2.1 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes danprediabetes
HbA1c Glukosa darahpuasa (mg/dl)
Glukosa plasmasetelah TTGO(mg/dl)
Diabetes ≤ 6,5 ≤ 126 mg/dl ≤ 200 mg/dlPrediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199Normal < 5,7 < 100 < 140
(Sensus Perkeni, 2015)
Cara pelaksanaan TTGO:
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan
karbohidrat yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti
kebiasaan sehari-hari.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam dan maksimal 10 jam (mulai malam
hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa glukosa tetap
diperbolehkan.
3. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB
(anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam
waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban
glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat
dan tidak merokok.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokanpenyaring dan diagnosa DM (mg/dl)
Bukan
DM
Belum
pasti DM
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dl)
Plasma
vena
Darah
kapiler
< 100
< 90
100-199
90-199
≥ 200
≥ 200
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dl)
Plasma
vena
Darah
kapiler
< 100
< 90
100-125
90-99
≥ 126
≥100
b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa darah dalam sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial
(pp) >200 mg/dl)
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
d. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah:
1. GDP, GDS
2. Tes glukosa urin
3. Tes konvesional (metode eduksi/benedict)
4. Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
e. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah: GPD, GDS, GD2PP (Glukosa
Darah 2 jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO
f. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah:
1. GDP : plasma vena, darah kapiler
2. GD2 PP : plasma vena
3. A1c : darah vena, darah kapiler
g. Tes untuk mendektesi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
1. Mikroalbuminuria :urin
2. Ureum, kreatinin, asam urat
3. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6. Triglesirida : plasma vena (puasa)
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut
b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan
pasien secara komprehensif.
Adapun Terapi Farmakologis pada pasien Diabetes Melitus.
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi
5 golongan:
a. Pemacu sekresi insulin (insulin Secretagogue)
1. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama
adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Hati-hati
menggunakan sulfonilurea pada pasien dengan resiko tinggi
hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati, dan ginjal).
2. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin pada fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam
obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzonat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui
hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia.
b. Peningkat Sensitifitas Terhadap Insulin
1. Metformin
Metformin memunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan
glukosa dijaringan perifer. Metformin merupakan pilihan
pertama pada sebagian besar kasus DMT2. Dosis Metformin
diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR
30-60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh diberikan
pada beberapa keadaan seperti: GFR<30 ml/menit/1,73m2,
adanya gangguan hati berat, serta pasien-pasien dengan
kecenderungan hipoksekmia (misalnya penyakit
serebrovaskular, sepsis, renjatan, PPOK, gagal jantung
[NYHA FC III-IV]). Efek samping yang mungkin berupa
gangguan saluran pencernaan seperti halnya gejala dispepsia.
2. Tiazolidindion (TZD)
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma),
suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak,
dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan
glukosa di jaringan perifer. Tiazolidindion meningkatkan
retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada
pasien dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat
memperberat edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan
faal hati, dan bila diberikan perlu pemantauan faal hati secara
berkala. Obat yang masuk dalam golongan ini adalah
pioglitazone.
c. Penghambat Absorbsi Glukosa di Saluran Pencernaan:
Penghambat Alfa glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam
usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Penghambat glukosidase alfa tidak
digunakan pada keadaan: GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal
hati yang berat, irritable bowel syndrome. Efek samping yang
mungkin terjadi berupa bloating (penumpukan gas dalam usus)
sehingga sering menimbulkan flatus. Guna mengurangi efek
samping pada awalnya diberikan dosis kecil. Contoh obat
golongan ini adalah Acarbose.
d. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-iv)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim
DPP-IV sehingga glp-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam
konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1
untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi
glukagon bergantung kadar glukosa darah (gluccose dependent).
Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes
oral jenis baru yang menghambat penyerangan kembali glukosa
di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter
glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini antara lain:
Canaggliflozin, Empagliflozin, Dapaglilozin, Ipraglifozin.
Dapagliflozin baru saja mendapat approvable letter dari Badan
POM RI pada bulan mei 2015
Tabel 2.3 Profil obat antihiperglikemia oral yang tersedia diindonesia
Golongan
Obat
Cara Kerja Utama Efek
Samping
Utama
Penurunan
HbA1c
Sulfonilurea Meningkatkan
sekresi insulin
BB naik
hipoglikemia
1,0-2,0%
Glinid Meningkatkan
sekresi insulin
BB naik
hipoglikemia
0,5-1,5%
Metformin Menekan
produksi gukosa
hati & menambah
sensitifitas
terhadap insulin
Dispepsia,
diare,
asidosis
laktat
1,0-2,0%
Penghambat
Alfa-
Glukosidase
Menghambat
absorbsi glukosa
Flatulen, tinja
lembek
0,5-0,8%
Tiazolidindi Menambah Edema 0,5-1,4%
on sensitifitas
terhadap insulin
Penghambat
DPP-IV
Meningkatkan
sekresi insulin,
menghambat
sekresi glukagon
Sebah,
muntah
0,5-0,8%
Penghambat
SGLT-2
Menghambat
penyerapan
kembali glukosa
di tubuli distal
ginjal
Dehidrasi,
infeksi
saluran
kemih
0,8-1,0%
2.Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan agnis GLP-1.
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1. HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
2. Penurunan berat badan yang cepat
3. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
4. Krisis hiperglikemia
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut,
stroke)
7. Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
10. Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Jenis dan lama kerja insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 6 jenis, yakni:
a). Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
b). Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
c). Insulin kerja menengah (intermediateacting insulin)
d). Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)
e). Insulin kerja ultra panjang (Ultra long-acting insulin)
f). Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan
kerja cepat dengan menengah (Premixed insulin)
jenis dan lama kerja masing-masing insulin dapat dilihat pada
tabel 2.5
Efek samping terapi insulin :
1. Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya
hipoglikemia
2. Penatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat dalam bagian
komplikasi akut DM
3. Efek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin
Tabel 2.4 Farmakokinetik Insulin Eksogen Berdasarkan WaktuKerja (Time Course of Action)Jenis insulin Awitan
(onset)PuncakEfek
LamaKerja
Kemasan
Insulin analog kerja cepat (rapid-acting)
Insulin lispro(humalog)Insulin aspart(novarapid)Insulingluslin(apirada)
5-15Menit
1-2 jam 4-6 jam Pen/catridgePen, vialPen
Insulin manusia kerja pendek = insulin reguler (short-acting)Humulin RActrapid
30-60menit
2-4 jam 6-8 jam Vial, pen /Catriadge
Insulin kerja menengah = NPH (intermediate-acting)Insulin NInsulatardInsumanbasal
1,5-4jam
4-10 8-12jam
Vial pen /catriadge
Insulin kerja panjang (Long-Acting)Insulinglargine(lantus)Insulindetemir(levemir)Lantus 300
1-3 jam Hampirtanpapuncak
12-24Jam
Pen
Insulin analog kerja panjang (ultra long;acting)Degludec(Tresiba)
30-60menit
HampirtanpaPuncak
Sampai48 jam
Insulin campuran (human premixed)70/30humulin(70% NPH,30% reguler)70/30mixtard(70% NPH,
30-60Menit
3-12jam
30% regulerInsulin analog campuran (human premixed)75/25Humalogmix(75%protaminlispro ,25%lispro)70/30novomix(70%protamineaspart, 30%aspart 50/50premix
12-30Menit
1-4 jam
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat
bekerja pada sel beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan
insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan, menghambat
pelepasan glukagon, dan menghambat nafsu makan. Efek
penurnan berat badan agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi
menurunkan berat badan pada pasien DM dengan obesitas. Pada
percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel
beta pankreas. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini
antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang termasuk golongan
ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan Lixisenatide.
Salah satu obat golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar
di indonesia sejak April 2015, tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml.
Dosis awal 0.6 mg perhari yang dapat dinaikan ke 1.2 mg setelah
satu minggu untuk mendapatkan efek glikemia yang diharapkan.
Dosis bisa dinaikan sampai dengan 1.8 mg. Dosis harian lebih dari
1.8 mg tidak direkomendasikan. Masa kerja Liraglutide selama 24
jam dan diberikan sekali sehari secara subkutan.
7. Diagnosa yang lazim muncul pada pasien diabetes melitus
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,
hipovolemia
c. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan
(nekrosis luka gangrene)
d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
melitus)
e. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter
kuat dan poliuri
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah keperifer, proses penyakit (DM)
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan
dehidrasi
h. Keletihan
8. Discharge planning
a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
b. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
karbohidrat
c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan
karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan)
kadar gula darah
d. Pelajari mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan
e. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat,
seperti sayuran dan sereal
f. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung
banyak kolesterol LDL., antar lain : daging merah, produk susu,
kuning telur, mentega saus salad, dan makanan pencuci mulut
berlemak lainnya
g. Hindari minuman yang berakohol dan kurangi konsumsi garam
(Aplikasi Keperawatan, 2015)
B. Asuhan Keperawatan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes Melitus
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat
meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara
umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.
a. Riwayat makanan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang
pola makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan,
makanan yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu
merencanakan jenis makanan untuk sekarang, dan rencana makanan
untuk masa selanjutnya.
b. Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu di kaji dalam hal kemampuan makan,
antara lain kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri
tanpa bantuan orang lain.
c. Pengetahuan tentang nutrisi
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi
adalah penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan
nutrisi.
d. Nafsu makan, jumlah asupan.
e. Tingkat aktivitas
f. Pengonsumsian obat
g. Penampilan fisik
Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik
terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat,
kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan karena
faktor usia; daerah diatas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak
berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan
pembuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun
mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak
berwarna merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi
tidak bengkak, tidah mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi
harus rapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai di bawah
permukaan gigi; gigi tidak berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh
halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau tidak terjadi
pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah
muda.
h. Pengukuran antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan,
dan lingkar lengan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu
kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.
Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibandingkan
dengan bermacam-macam peta untuk dirinya. Pada umumnya, berat
untuk pria lebih dari berat badan seorang wanita walaupun tingginya
sama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase jaringan dan struktur
tulang yang berbeda.
Seseorang dengan presentase bagian tubuh yang besar dan
jaringan otot yang banyak akan terlihat gemuk (over weight). Metode
khusus yang sering digunakan untuk mengukur besar tubuh seseorang
adalah area kulit yang berada diatas otot trisep. Pada umumnya,
wanita mempunyai lipatan subkutan pada wanita, sehingga membuat
wanita terlihat lebih gemuk.
i. Laboratorium
Tujuan tes ini sederhana, untuk mengetahui/menentukan apakah kadar
glukosa darah berada dalam rentang normal, serta memantau kadar
glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) atau sebaliknya yang
rendah (hipoglikimia). Berguna bagi mereka yang memiliki diabetes,
ataupun rentan terserang diabetes.
Ada dua jenis sampel yang di tes, pertama adalah glukosa darah, di
mana bisa dilakukan secara rutin pada penderita diabetes, atau pada
mereka yang menunjukan gejala hiperglekimia ataupun hipoglimia.
Yang kedua pemeriksaan glukosa urine biasanya dicek ketika
pemeriksaan urine rutin (urinalisis)
2. Daignosa Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
a. batasan karakteristik:
1. Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
untuk tinggi badan rangka tubuh
2. Asupan makanan makanan kurang dai kebutuhan metabolik, baik
kalori tontal maupun zat gizi tertentu (non-NANDA Internasional)
3. Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat
4. Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari
Recommended Daily Allowance (RDA)
b. Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau
menyerap nutrien akibat faktor bologis, psikologis, atau ekonomi,
termasuk beberapa contoh non-NANDA Internasional berikut ini:
1. Ketergantungan zat kimia
2. Penyakit kronis
3. Kesulitan mengunyah atau menelan
4. Faktor ekonomi
5. Intoleransi makanan
6. Kebutuhan metabolik tinggi
7. Reflek mengisap pada bayi tidak adekuat
8. Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
9. Akses terhadap makanan terbatas
10. Hilang nafsu makan
11. Mual dan muntah
12. Pengabaian oleh orang tua
13. Gangguan psikologis
3. Perencanaan keperawatan
a. Tujuan/NOC
1. Status gizi: tingkat ketersedian zat gizi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
2. Status gizi pengukuran biokimia: komponen dan kimia cairan
tubuh yang mengidentifikasi status nutrisi
3. Status gizi: asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan
cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam
4. Status gizi: asupan gizi: keadekuatan pola asupan zat gizi yang
biasanya
b. Rencana tindakan/NIC
Manajemen Nutrisi
Definisi: menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang
seimbang
Aktifitas-aktivitas:
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
3. Tentukan apa yang menjadi prefensi makanan bagi pasien
4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu: membahas
pedoman diet dan piramida makanan)
5. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan
yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan
preferensi (misalnya, piramida makanan vegetarian, piramida
panduan makanan, dan piramida makanan untuk lanjut usia lebih
dari 70)
6. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
7. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap
pilihan makanan yang lebih sehat, jika diperlukan
8. Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan protein
tinggi; menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah
sebagai alternatif untuk garam, menyediakan pengganti gula;
menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi
vitamin, mineral, atau suplemen)
9. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengonsumsi makan
(misalnya, bersih, berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang
menyengat)
10. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut
sebelum makan
11. Pastikan pasien menggunanakan yang pas, dengan cara yang tepat.
12. Beri obat-obatan sebelum makan (misalnya, penghilang rasa sakit,
antiemetik), jika diperlukan.
13. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan.
14. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada
suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal.
15. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien
sementara (pasien) berada di rumah sakit atau fasilitas perwatan,
yang sesuai.
16. Bantu pasien membuka kemasan makanan, memotong makanan,
dan makan, jika diperlukan.
17. Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan
(misalnya, NPO, cairan penuh, lembut, atau diet sesuai toleransi).
18. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
(yaitu: untuk pasien dengan penyakit ginjal, pembatasan natrium,
kalium, protein, dan cairan).
19. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu
berdasarkan perkembangan atau usia (misalnya, peningkatan
kalsium, protein, cairan, dan kalori untuk wanita menyusui;
peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada orang
dewasa yang lebih tua).
20. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi.
21. Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi.
22. Monitor kalori dan asupan makanan
23. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat
badan
24. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan
(misalnya, buku harian makanan)
25. Dorong untuk melakukan bagaimana cara menyiapkan makanan
dengan aman dan teknik-teknik pengawetan makanan
4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam:
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukan dengan adanya kemampuan
dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi
kurang dari kebutuhan
b. Terpenuhinya kebutuahn nutrisi ditunjukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan nutrisi
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan
dengan adanya proses pencernaan makan yang adekuat
C. Nutrisi Pada Diabetes Melitus
1. Definisi nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat
makan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan
dalam aktifitas tubuh.
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan saluran aksesoris.
Saluran pencernaan di mulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan prankreas.
Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan secara
kimiawi.
2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2
secara komprehensif. Kunci keberhasilan adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang
lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM
sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap menyandang DM.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat untuk meningkatkan
sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
a. Komponen Makanan yang Dianjurkan terdiri dari:
1. Karbohidrat
a).Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-46% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi
b) .sumber karbohidrat yang baik adalah, seperti nasi, roti, mi,
kentang, singkong, ubi, dan sagu. pembatasan karbohidrat total <
30g/hari tidak dianjurkan
c). Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyadang
diabetes dapat makan sama dengan makanan keluarga yang
lain.
d). Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi
e). Pemanas alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa,
asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake/ADL)
f). Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori.
2. Lemak
a). Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi
b). Komposisi yang dianjurkan:
1). Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
2). Lemak tidak jenuh ganda < 10%
3). Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
c). Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream.
d). Konsumsi kolestrol dianjurkan < 200 mg/hari
3. Protein
a). Kebutuhan protein sebesar 10-20% total asupan energi
b). Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging
tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe
c). Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi, dengan 65% diantaranya berilai biologik tinggi. Kecuali
pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan
protein menjadi 1-1,2 g/kg BB pehari.
4. Natrium
a). Anjurkan asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan
orang sehat yaitu < 2300 mg perhari
b). Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara invidual.
c). Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,
dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit
5. Serat
a). Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat kacang-
kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang
tinggi serat
b). Anjurkan konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal
dari berbagai sumber bahan makanan
6. Pemanis Alternatif
a). Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman (Accepted Daily Intake/ Adl)
b). Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori
dan pemanis tak berkalori
c). Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya
sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol
dan fruktosa
d). Glukosa alkohol antar lain isomalt, lactitol, mannitol, sorbitol
dan xylitol.
e). Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM
karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan
menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang
mengandung fruktosa alami
f). Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakaran, acesulfame
potassium, sukralosa, neotame.
b. Contoh menu sehari:
Tabel 2.5 Diit DM 1900 kkaLWaktu Bahan
makanan
Penukar urt Menu
Pagi Nasi 1 ½ 1 gls Nasi
Telur
ayam
Tempe
Sayuran A
Minyak
1 p
1 p
S
2
1 btr
2 ptg sdg
Telur dadar
Oseng-oseng tempe
Sop oyong + tomat
Pukul
10.00
Siang
Buah
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran B
Buah
Minyak
1 p
2 p
1 p
1 p
1 p
1 p
2 p
1 ptg sdg
1 ½ gls
1 ptg sdg
2 ptg sdg
1 gls
½ bh sdg
1 sdm
Papaya
Nasi
Pepes ikan
Tempe goreng
Lalapan kc.Panjang +
kol
Nenas
Pukul
16.00
Malam
Buah
Nasi
Ayam
tanpa kulit
Tahu
Sayuran B
Buah
Minyak
1 p
2 p
1 p
1 p
1 p
1 p
2 p
1 bh
½ gls
1 ptg sdg
1 bh bs
1 gls
1 pt sdg
1 sdm
Pisang
Nasi
Ayam bakar bb
kecap
Tahu bacem
Stup buncis + wortel
Papaya
c. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan
tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.
3. Gangguan Nutrisi Pada Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan
4. Hambatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada pasien DM
a. perasaan takut mengonsumsi gula
banyak penderita DM dan keluarga mengira bahwa sumber
kenaikan kadar gula karena pengaruh konsumsi yang manis-manis,
padahal dilaporkan bahwa sebanyak 90% penderita DM dipengaruhi
oleh pola hidup yang tidak sehat terutama karena mengonsumsi
karbohidrat berlebih. Carbohydrate counting merupakan suatu cara
perencanaan makan penderita diabetes melitus dengan terapi insulin
agar memperoleh jumlah asupan makanan optimal sesuai kebutuhan.
Ketika seseorang terdiagnosa DM maka ia harus membuat
perencanaan pola makanan untuk menjaga kadar gula dalam darahnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, carbohydrate counting
merupakan cara yang tepat karena dapat memenuhi perencanaan
makan pada penderita DM agar bisa memperoleh asupan sesuai
kebutuhan dengan memperhitungkan penggunaan insulin.
Pengendalian rasa takut pasien dapat dikendalikan dengan
meningkatkan pemahaman atau pengetahuan tentang pola makan.
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kebutuhan kelangsungan hidupnya.
b. Diet yang sudah ditentukan tidak sesuai selera dan bosan dengan menu
diet DM
Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan
dirasakan pasien sebagai pengguna serta tidak disukai banyak
penderita DM karena makanan dan minuman merupakan aspek
penting dalam sosialisasi, pasien sering merasa disingkirkan ketika
berada bersama orang lain hanya karena ada beberapa pilihan makanan
saja yang tersedia dan tidak sesuai selera sehingga hal ini dirasakan
membosankan.
Hal ini dapat diatasi dengan prinsip pengetahuan makanan
pada diabetes yang hampir sama dengan anjurkan makanan orang
sehat dan masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam, bergizi
dan seimbang.
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan
menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran tentang studi keadaan secara objektif dan menganalisis
lebih mendalam tentang asuhan keperawatan pasien diabetes melitus dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi diruang Lambu barakati Bahteramas Prov.Sultra.
B. Subyek Studi Kasus
Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pasien di ruangan Lambu
Barakati RSUD Bahteramas Prov. Sultra yang berjumlah satu orang. Dengan
kriteria inklusi:
1. Pasien bersedia menjadi subjek dari penelitian
2. Pasien dengan diagnosa medis diabetes melitus.
Dan dengan kriteria eksklusi :
Pasien diabetes melitus dan komplikasi
C. Fokus Studi Kasus
1. Kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus
2. Penerapan prosedur diet pada pasien Diabetes Melitus
D. Definisi Operasional
1. Diabetes Melitus adalah peningkatan kadar gula dalam darah yang tinggi
melebihi batas normal. Pasien diabetes melitus ditentukan berdasarkan
diagnosa medik yang tertera pada catatan rekam medik pasien.
2. Kebutuhan Nutrisi yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan untuk menjaga kadar gula darah pasien diabetes
melitus.
3. Manajemen nutrisi adalah pengaturan intake makan untuk pemberian nutrisi
bagi pasien diabetes melitus dalam rangka mengontrol kadar glukosa darah.
Manajemen nutrisi meliputi:
1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Tentukan apa yang menjadi prefensi makan bagi pasien
3. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit (yaitu:
untuk pasien dengan penyakit ginjal, pembatasan natrium, kalium, protein,
dan cairan)
4. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya:
buku harian makanan)
4. Kadar glukosa darah adalah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS) dan
glukosa darah puasa (GDP) pada pasien DM.
Kriteria objektif GDS:
a. Rendah jika :<70 mg/dl
b. Normal jika : 200 mg/dl
c. Tinggi jika :> 200 mg/dl
Kriteria objektif GDP:
a. Rendah jika :<70 mg/dl
b. Normal jika :110 mg/dl
c. Tinggi jika :>110 mg/dl
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini dirancang untuk memantau kadar glukosa
darah pasien diabetes melitus. Pemantauan glukosa darah yang dilakukan adalah
pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah sewaktu.
F. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
1. Prosedur administrasi pengumpulan data meliputi :
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal peneliti yaitu Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan
b. Peneliti meminta surat rekomendasi ke lokasi penelitian yaitu RSUD
Bahteramas Prov. Sultra
c. Peneliti meminta izin kepada Direktur rumah sakit RSUD Bahteramas Prov.
Sultra
d. Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan Lambu Barakati RSUD
Bahteramas Prov. Sultra
2. Instrumen pengumpulan data
Peneliti melakukan pemilihan sampel penelitian berdasakan pasien
yang dirawat pada waktu jadwal penelitian dengan karakteristik responden
yaitu, dikhususkan pada pasien dewasa yang terdiagnosa medis Diabetes
Melitus dengan tidak mempersyaratkan jenis kelamin, pekerjaan dan
sosial ekonomi. Dan peneliti menggunakan instrumen observasi sebagai
instrumen penelitian ini.
G. Tempat Dan Waktu studi kasus
1. Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di ruangan Lambu Barakati RSUD Bahteramas Prov.
Sultra pada tahun 2018.
2. Waktu
Dilakukan setelah ujian proposal dilaksanakan.
H. Penyajian data
Data yang akan disajikan pada penelitian ini yakni secara tekstural atau narasi,
disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dan respon dari subyek studi kasus yang
merupakan data pendukung dari penelitian.
I. Etika Studi Kasus
Penelitian ini telah diajukan kepada tim program karya tulis ilmiah Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, adapun etika yaang harus di taati oleh
peneliti dalam melaksanakan studi kasus yakni:
a. Melakukan pengkajian hingga evaluasi dengan sebenar-benarnya yang
berlandaskan teori yang telah dijabarkan pada tinjauan teori
b. Peneliti harus menggunakan komunikasi terapheutik dalam melaksanakan
setiap tindakan keperawatan.
c. Peniliti tetap menjaga privasi subyek peneliti (peneliti)
d. Peneliti harus tetap memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal yang dapat
membahayakan subyek peneliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara)
1. Letak Geografis
Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
pindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya Kec.
Mandonga ke jalan Kapt. Pierre Tenden No. 40 Baruga, dan bernama Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Di lokasi
yang baru ini, sangat memudahkan masyarakat untuk menjangkau pelayanan
kesehatan dengan batas wilayah sebagai berikut
a. Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama
b. Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga
c. Sebelah Barat : Balai Pertanian Sulawesi Tenggara
d. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
2. Lingkungan Fisik
RSUD Bahteramas berdiri di atas lahan dengan luas 17, 5 Ha. Luas seluruh
bangunan adalah 53, 269m2. Pengelompokan ruangan berasarkan fungsinya
sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kegiatan pelayanan rumah
sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non
medis, dan kelompok kegiatan administrasi
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sampai dengan akhir tahun 2015 fasilitas/ sarana pelayanan kesehatan yang
ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2) Instalasi Rawat Jalan
(a) Poliklinik kebidanan dan Penyakit Kandungan
(b) Poliklinik Kesehatan anak
(c) Poliklinik Penyakit Dalam
(d) Poliklinik Bedah
(e) Poliklinik Neurologi
(f) Poliklinik Mata
(g) Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan
(h) Poliklinik Gigi dan Mulut
(i) Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh darah
(j) Poliklinik Kulit dan Kelamin
(k) Poliklinik Orthopedy
(l) Poliklinik Gizi
(m) Poliklinik Jiwa
(n) Poliklinik Terpadu (Klinik VCT)
(o) Poliklinik Onkologi
3). Instalasi Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi
b. Akupuntur
c. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
1) Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU, ICCU)
2) Perawatan kebidanan dan Kandungan
3) Perawat Inap lainnya :
c. Ruangan
d. Pelayanan Penunjang Medic
1) Patalogi Klinik
2) Patalogi Anatomi
3) Radiologi
4) Farmasi
5) Sterilisasi Sentral (CSSD)
6) Sentral Gas Medik
7) Gizi
8) Binatu
9) Pemulasaran Jenazah
10) Ambulance 118
d. Instalasi Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi
2. Akupuntur
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara
2. Visi dan Misi RSU Bahteramas
a. Visi
Visi Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
“Mewujudkan Sulawesi Tenggara Sejahtera, Mandiri, dan Berdaya Saing Tahun
2013-2018”.
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah Daerah dan Visi Pembangunan
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Visi RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara
adalah “Rumah Sakit Unggulan Dalam Pelayanan Kesehatan Rujukan,
Pendidikan Dan Penelitian Di Sulawesi Tenggara Tahun 2018”.
a. Misi
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan tersebut, RSUD Provinsi Sulawesi
Tenggara mempunyai misi sebagai beriku :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandasan etika profesi
2. Menyelenggarakan etika profesi Dokter, Pendidikan kesehatan lainnya serta
pelatihan dan pelantikan
1. Pengembangan sarana dan prasarana untuk menjunjung Rumah Sakit pendidikan
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pasien yaitu klien mengeluh mual dan lemas sejak 7 hari yang
lalu sebelum masuk ke RSU Bahteramas Prov. Sultra.
b. Keluhan saat di kaji
Saat dilakukan pengkajian pada Tn.L hari senin 1 Agustus 2018, keadaan pasien
lemas, pasien mengeluh letih,mual,pusing,mengantuk, menolak makan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan data bahwa ada anggota
keluarga yang menderita Diabetes Melitus
Riwayat kesehatan masa lalu
Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu, pasien mengatakan pernah dirawat
dengan penyakit yang sama.
d. Kebiasaan
1) Merokok:
Pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok
2) Makanan
Pasien mengatakan masih memakan makanan pantangan diabetes melitus
e. Pengkajian kebutuhan nutrisi
1) Problem pemasukan nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan menurun sejak dirawat dirumah sakit,
disebabkan rasa mual
2) Pola dan kebiasaan makan selama dirumah sakit
Pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit, setiap makanan yang
dikunsumsi pasien diatur oleh gizi dengan takaran yang telah ditentukan.
3) Jenis makanan yang paling disukai
Pasein mengatakan suka memakan kue yang manis-manis, namun selama
dirumah sakit dibatasi.
4) Jenis makanan yang tidak disukai
Pasien mengatakan tidak suka memakan makanan yang kurang manis dan
asin.
5) Apakah ada alergi terhadap makanan
Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan
6) Apakah makanan dibatasi
Pasien mengatakan selama dirumah sakit, pasien dibatasi makanannya dengan
alasan untuk membantu proses penyembuhan dan untuk menurunkan kadar
glukosa darah pasien.
e. Pemeriksaan fisik
Pada hasil pemeriksaan keadaan umum pasien nampak lemah,mual,muntah,
gula darah puasa setelah 8 jam puasa 168 mg/dl, tekanan darah 130/70 mmHg,
Pernapasan 22×/ menit,Suhu 36,7 ˚ C, Nadi 76×/ menit , TB 163 cm,BB 56 kg,
Lila 26 cm.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
Tanggal : 12/07/2018
Kimia darah
Glukosa darah sewaktu: 247 rujukan 70-180 mg/dl
Glukosa darah puasa :164 rujukan 70-110 mg/dl
Total protein
Albumin: 2,8 rujukan 3,5-5-2
Ureum 31
Creatinin 0,6
2) Terapi medis
Terapi pengobatan pada Tn.L diberikan cairan Nacl, ciprofloxacin 2×1
tablet,furosemide 1×1 tablet, betahistine 3×1 tab, posafit 3×2 tablet, ondansetron 1
tablet, domperidon 3×1, CPG 1×1, curcuma 3×1,B6 3×1, nuvorapid 2×10 unit,susu
diabetasol 3×130 kkal. diet 1800 kkal, protein 45 gram, lemak 40 gram, karbohidrat
35 gram.
1. Variabel penelitian
Setelah dilakukan Penerapan Manajemen Nutrisi untuk mengontrol glukosa
darah yang dilaksanakan selama 5 hari, dengan 2 kali pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan GDP, sebelumnya pasien disuruh untuk puasa 8-10 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan setelah itu pasien di instruksikan untuk makan makanan yang
sudah ditetapkan oleh ahli gizi yaitu mg/dl ekstrak putih telur tambah susu diabetasol
2 sendok teh dan dengan menu makan selingan snack, buah pisang rebus ½, bubur
lunak (energi: 1800 KKal, protein: 45 gram, lemak: 40 gram dan karbohidrat: 35
gram). Setelah itu dilakukan pemeriksaan GDS tanpa persiapan waktu tertentu. Hasil
pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan glukosa darah puasa
Tabel 4.1 pemeriksaan glukosa darah puasa
No Hari/ Tanggal Hasil (mg/dl) Keterangan
1. Senin,01 agustus 168 mg/dl Tinggi
2. Selasa,02 agustus 166 mg/dl Tinggi
3. Rabu,03 agustus 143 mg/dl Tinggi
4. Kamis,04agustus 97 mg/dl Normal
5. Jumat,05 agustus 94 mg/dl Normal
Dari hasil tabel diatas disimpulkan bahwa pada hari pertama, kedua sampai
hari ketiga hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pasien masih dalam kategori
tinggi, pada hari keempat dan kelima hasil pemeriksaan menunjukkan kategori
normal
b. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
Tabel 4.2 pemeriksaan glukosa darah sewaktu
No Hari/ Tanggal Hasil (mg/dl) Keterangan
1. Senin,01 agustus 245 mg/dl Tinggi
2. Selasa,02 agustus 213 mg/dl Tinggi
3. Rabu,03 agustus 192 mg/dl Normal
4. Kamis,04 agustus 180 mg/dl Normal
5. Jumat,05 agustus 161 mg/dl Normal
Dari hasil tabel diatas disimpulkan bahwa pada hari pertama dan kedua hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pasien masih dalam kategori tinggi dan
termasuk diabetes melitus, pada hari ketiga, keempat dan kelima hasil pemeriksaan
menunjukkan kategori normal.
B. Pembahasan hasil penelitian
1. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan utama
Berdasarkan keluhan utama pasien dan pada bab sebelumnya, penulis
telah menjabarkan berbagai permasalahan tentang kasus diabetes melitus
khususnya dalam masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi, Diabetes melitus
adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang disebabkan oleh menurunanya sekresi insulin atau penurunan
sensivitas insulin ataupun keduanya dan juga dapat menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular,dan neuropati. (Yulina elin,2009). ).
Jika insulin yang ada didalam tubuh tidak dapat bekerja dengan baik maka
dapat berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah, sehingga
menyebabkan pasien merasa mual dan lemas .
b. Keluhan saat pengkajian
Hasil keluhan yang didapatkan saat pengkajian yaitu keadaan pasien
lemas, pasien mengeluh letih,mual,pusing,mengantuk, menolak makan .
Berdasarkan keluhan saat pengakajian didapatkan pasien mengantuk sesuai
dengan teori yaitu manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan
konsekuensi metabolic defisiensi insulin yaitu salah satunya rasa mengantuk
(Price & Wilson).
Berdasarkan hal tersebut, tidak diperoleh kesenjangan antara kasus
nyata dan teori tentang penyakit diabetes melitus maupun tentang teori nutrisi,
dimana tanda dan gejala diabetes melitus pada teori yaitu kadar glukosa darah
melebihi batas normalnya sehingga kadang kala pasien akan merespon dengan
merasa tubuhnya lemas dan merasa mual. lemas terjadi karena ketika tubuh
gagal mengolah glukosa menjadi energi, maka pasien akan terasa lesu dan
menjadi mudah lelah. dalam proses metabolisme tubuh hormon insulin
bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon tersebut
diproduksi dalam prankreas lalu dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber
energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka dapat
menyebabkan hiperglikemia. (IDF, 2015 dalam Nur Lailatul Lathifah, 2017).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa ada anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus, namun Hal ini sesuai dengan teori etiologi
diabetes melitus. faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes melitus yaitu terdapat riwayat keluarga yang mederita penyakit yang
sama. (Sudoro aru, dkk 2009).
d. Pemeriksaan fisik
Hasil dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg,
pernapasan 22×/ menit,Suhu 36,7 ˚C, Nadi 76×/ menit , TB 163 cm, BB 56
kg, Lila 26 cm.
1. Variabel penelitian
Setelah dilakukan penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa
darah selama 5 hari dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dan glukosa darah
sewaktu.
a. Pemeriksaan gula darah puasa
Pada hasil pemeriksaan hari pertama 168 mg/dl, kedua 166 mg/dl, hari ketiga
143 mg/dl dari hasil pemeriksaan ini, glukosa darah puasa pasien dinyatakan
masih dalam kategori tinggi dan termasuk dalam diabetes melitus , pada hari
keempat 97 mg/dl dan hari kelima 94 dari hasil pemeriksaan tersebut glukosa
darah puasa pasien sudah normal dan masuk dalam kategori prediabetes . Hal ini
ditunjang oleh teori yang menjelaskan bahwa nilai normal gula darah puasa yaitu
<100 mg/dl, prediabetes 100-126 mg/dl dan diabetes >126 mg/dl. (sudoyo aru, dkk
2009)
b. Pemeriksaan gula darah sewaktu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hari pertama 245 mg/dl dan kedua
213 mg/dl hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu pasien masih dalam
kategori tinggi dan termasuk diabetes melitus, pada hari ketiga, keempat 180
mg/dl dan kelima 161 mg/dl hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan kategori
normal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimulan umum dari hasil Karya Tulis Ilmiah ini yaitu:
Penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa darah dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus.
Kesimpulan secara khusus dari Karya Tulis Ilmiah ini yaitu:
Penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa darah pada
pasien Diabetes Melitus dapat teratasi dengan terapi manajemen nutrisi/ diit
makan yaitu ekstrak putih telur tambah susu diabetasol 2 sendok teh dan
dengan menu makan selingan snack, buah pisang rebus ½, bubur lunak
(energi: 1800 KKal, protein: 45 gram, lemak: 40 gram dan karbohidrat: 35
gram). Gula darah pasien dapat teratasi dengan manajemn nutrisi yang
dilakukan selama 5 hari, dengan hasil akhir gulukosa darah puasa 94 mg/dl
dan glukosa darah sewaktu 161 mg/dl.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran
Sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Peneliti berharap agar hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa
darah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus.
2. Bagi Rumah Sakit
Peneliti berharap hasil penelitian ini menjadi bahan baca tentang penerapan
manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa darah dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus.
3. Bagi institusi
Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan
pembelajaran khususnya penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol
glukosa darah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes
Melitus pada diploma III keperawatan khususnya dibidang keperawatan
KMB.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan informasi
penerapan manajemen nutrisi untuk mengontrol glukosa darah dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, aziz. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia buku 2. Jakarta:
salemba medika
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classifications (NIC) Edisi 6.
Singapore: Elsevier, Alih bahasa Inggris Nurjannah & Roxsana Devi
Tumanggor
Dinkes Sultra. 2016. Profil data kesehatan provinsi sultra. Kendari
Nanda (Nic-Noc). (2015). Panduan keperawatan profesional. Jakarta: EGC
RSU Bahteramas Kota Kendari. (2018). Profil RSU Bahteramas Kota Kendari.
Kendari: staf rekam medik RSU Bahteramas kota kendari
Moorhead, Sue et al. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi 5. Singapore:
Elsevier, Alih Bahasa Intisari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor
Tanto, chris, dkk. (2014). Kapita selekta kedokteran edisi II. Jakarta: media
aesculapius
Utama, H. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: FKUI
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA
DARAH PUASA DAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
Penilaian Glukosa Darah Puasa dan Glukosa darah sewaktu
1. Nama pasien : Tn.L
2. Umur : 56 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Lama mengalami DM : 2 Tahun
5. Glukosa darah sewaktu sebelum masuk rumah sakit: 254 mg/dl
1. Glukoa darah saat ini:
No Tanggal Hasil pemeriksaan
GDP mg/dl
Tanggal Hasil pemeriksaan
GDS mg/dl
1. 1/8/2018 168 mg/dl 1/8/2018 245 mg/dl
2. 2/8/2018 166 mg/dl 2/8/2018 213 mg/dl
3. 3/8/2018 143 mg/dl 3/8/2018 192 mg/dl
4. 4/8/2018 97 mg/dl 4/8/2018 180 mg/dl
5. 5/8/2018 94 mg/dl 5/8/2018 161 mg/dl
LAMPIRAN 2
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)
“PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PUASA”
A. Pengertian
Pemeriksaan gula darah puasa (GDP) adalalah tindakan untuk mengetahui
hasil gula darah pasien setelah melakukan puasa minimal 8-10 jam.
B. Nilai normal gula darah puasa
Hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa dikatakan normal jika: 70-110
mg/dL
C. Indikasi
Penderita Diabetes Melitus
D. Tujuan pemeriksaan GDP
1. Pemeriksaan laboratorium harian
2. Acuan tindakan medis
3. Pengobatan yang tepat
4. Pemilihan diit yang tepat
5. Pencegahan risiko hiperglikemi
E. Alat dan bahan
1. Mesin gluco test
2. Strip stick glukosa darah
3. Jarum / lancet glukosa darah
4. Handscoon bila perlu
5. Alcohol swab
6. bengkok
7. Perlak dan pengalas
F. Prosedur tindakan pemeriksaan GDP
1. Cek order pasien
2. Cuci tangan dan gunakan handscoon jika diperlukan
3. Lakukan kontrak / persetujuan dengan pasien
4. Bawa alat kedekat pasien
5. Pasang perlak dan pengalas pada bawah jari yang akan ditusuk
6. Nyalakan mesin Gluco Test dan pastikan sudah menyala dengan baik,
kemudian pasang strip stick glukosa darahnya secara benar dan
pastikan darah pada layar.
7. Lakukan pemilihan jari untuk untuk pemeriksaan GDP yaitu: jari
telunjuk, jari tengah dan jari manis.
8. Berikan / oleskan swab alkohol pada jari yang akan ditusuk.
9. Tusuk ujung jari pasien secara hati-hati.
10. Tekan daerah sekitar tusukkan dengan jari kita agar darah keluar,
pastikan darah keluar secukupnya.
11. Tempelkan ujung stick GDP pada mesin Gluco Test ke darah pasien.
12. Menutup bekas tusukan lanset menggunakan kapas alkohol
13. Setelah cukup tunggulah beberapa detik untuk melihat hasilnya pada
layar.
14. Setelah hasilnya keluar catatlah pada buku catatan
15. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera pada
monitor
16. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
17. Matikan alat test kadar gukosa darah
18. Membereskan alat
19. Mencuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan
LAMPIRAN 3
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)
“PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU”
G. Pengertian
Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) adalah suatu tindakan untuk
mengetahui hasil atau nilai gula darah pada pasien yang dilakukan sewaktu
dan tanpa persiapan khusus.
H. Nilai normal gula darah sewaktu
Hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dikatakan normal bila: >110
mg/dL
I. Indikasi
Penderita Diabetes Melitus
J. Tujuan pemeriksaan GDS
6. Pemeriksaan laboratorium harian
7. Acuan tindakan medis
8. Pengobatan yang tepat
9. Pemilihan diit yang tepat
10. Pencegahan risiko hiperglikemi
K. Alat dan bahan
8. Mesin gluco test
9. Strip stick GDS
10. Jarum / lancet GDS
11. Handscoon bila perlu
12. Alcohol swab
13. bengkok
14. Perlak dan pengalas
L. Prosedur tindakan pemeriksaan GDS
21. Cek order pasien
22. Cuci tangan dan gunakan handscoon jika diperlukan
23. Lakukan kontrak / persetujuan dengan pasien
24. Bawa alat kedekat pasien
25. Pasang perlak dan pengalas pada bawah jari yang akan ditusuk
26. Nyalakan mesin Gluco Test dan pastikan sudah menyala dengan baik,
kemudian pasang strip stick GDS nya secara benar dan pastikan darah
pada layar.
27. Lakukan pemilihan jari untuk untuk pemeriksaan GDS yaitu: jari
telunjuk, jari tengah dan jari manis.
28. Berikan / oleskan swab alkohol pada jari yang akan ditusuk.
29. Tusuk ujung jari pasien secara hati-hati.
30. Tekan daerah sekitar tusukkan dengan jari kita agar darah keluar,
pastikan darah keluar secukupnya.
31. Tempelkan ujung stick GDS pada mesin Gluco Test ke darah pasien.
32. Menutup bekas tusukan lanset menggunakan kapas alkohol
33. Setelah cukup tunggulah beberapa detik untuk melihat hasilnya pada
layar
34. Setelah hasilnya keluar catatlah pada buku catatan
35. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera pada
monitor
36. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
37. Matikan alat test kadar gukosa darah
38. Membereskan alat
39. Mencuci tangan
40. Dokumentasikan tindakan.
LAMPIRAN 4
STANDAR OPERATING PROSEDUR (SOP)
“PERENCANAAN TERAPI NUTRISI”
A. Pengertian
Strategi penentu keberhasilan pelaksanaan terapi gizi berdasarkan masalah
gizinya, mengetahui penyebab dan mempunyai tujuan yang terukur serta
preskripsi diet yang tepat.
B. Tujuan
Agar pelaksanaan terapi gizi pasien terencana dan tercapai dengan baik sesuai
dengan jenis diet, bentuk makanan, dan jadwal pemberian.
C. Prosedur
1. Persiapan
a. Pemeriksaan kondisi awal pasien dan diagnosa/Anamnase awal penyakit
b. Catat registasi pasien (nama, diagnosa, biokimia jenis diet)
c. Mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), pada kondisi tinggi
badan tidak dapat diukur dapat menggunakan panjang badan.
d. Mengidentifikasi pasien yang berisiko/tidak berisiko malnutrisi atau
kondisi khusus 1x24 jam
e. Kondisi khusus yang di maksud adalah pasien dengan kelainan
metabolik, hemodialisis, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun,
sakit kritis dan sebagainya
f. Anamnesis riwayat gizi meliputi asupan makanan termasuk komposisi,
pola makan, diet saat ini dan kebiasaan makan frekuensi penggunaan
bahan makanan serta adanya riwayat alergi pada makanan
g. Biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, status metabolik dan
gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah
gizi
2. Alat-alat:
a. Blangko order diet awal dari dokter jaga
b. Formulir status pasien
c. Formulir anamnese gizi
d. Formulir frekuensi makan dan perubahan diet
e. Berkas rekam medik
f. Timbang berat badan dan pengukur tinggi badan
g. Alat tulis
3. Pelaksanaan
a. Tetapkan tujuan terapi yang harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan
waktunya.
b. Preskipsi diet yang menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan
energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposisi zat
gizi dan frekuensi maka
c. Tentukan jenis diet sesuai dengan order diet awal dari dokter
d. Modifikasi diet, berupa merubah jumlah, frekuensi makan dan bentuk
makanan
e. Jadwalkan pemberian diet sesuai dengan pola makan
f. Berikan jalur makanan berupa oral dan enternal atau parenteral
DOKUMENTASI
Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa dan Gula Darah Sewaktu